e-Journal JJPBS Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol: 2 No:1(2015)
DESKRIPSI PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA DENGAN TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMPLB B SLB NEGERI GIANYAR Ni Md Susilaningsih1, I Made Sutama2, I Nengah Martha3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan pada siswa kelas VIII SMPLB B SLB Negeri Gianyar yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran menulis teks berita. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VIII dan siswa kelas VIII SMPLB B SLB N Gianyar. Objek penelitian ini adalah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) perencanaan pembelajaran menulis teks berita yang dibuat guru sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku, namun masih memiliki beberapa kelemahan, (2) pelaksanaan pembelajaran melewati empat fase pemodelan, yaitu fase atensi, retensi, reproduksi, dan motivasi, (3) guru menggunakan dua jenis evaluasi, yaitu penilaian hasil dan penilaian proses, (4) kendala guru dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan, yaitu kesulitan dalam mencari pedoman penulisan RPP; tidak ada sarana penunjang buku teks khusus untuk SLB; kesulitan dalam pemanfaatan waktu dan komunikasi dengan siswa; serta kendala dalam mengevaluasi, (5) kendala siswa dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan, yaitu kesulitan dalam menentukan judul berita dan penggunaan diksi (kata), ejaan, dan tanda baca yang tepat; tidak mengerti penjelasan materi tentang menulis teks berita dari guru; kesulitan dalam menggunakan contoh; dan terganggu dengan lingkungan sekitar kelas. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan refleksi pembelajaran menulis teks berita oleh guru. Kata Kunci: pembelajaran menulis, teks berita, teknik pemodelan
Abstract This research aimed to describe the teaching of writing a news item with modeling techniques in eight grade student in SMPLB B SLB Negeri Gianyar consisting of: planning, implementation, evaluation, and constraints faced by teachers and students in learning to write a news item. The subjects were teachers who teach Indonesian in eight class and eight grade students in SMPLB B SLB N Gianyar. The object of this research was the planning, implementation, and evaluation of learning to write a news item with modeling techniques. The method of data collected in this research using observation, interviews, questionnaire, and documentation. The collected data was analyzed with descriptive qualitative and quantitative techniques. The results of this study showed that: (1) planning of learning to write
e-Journal JJPBS Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol: 2 No:1(2015) a news item that made the teacher is in conformity with the applicable curriculum, but it still has some weaknesses, (2) the implementation of learning modeling through four phases, namely phase attention, retention, reproduction, and motivation, (3) the teacher used two types of evaluation, the assessment results and assessment processes, (4) the constraints of teachers in the teaching of writing a news item with modeling techniques, namely the difficulty in finding a writing RPP guidelines; no means of supporting special text books for SLB; difficulties in the use of time and communication with students; as well as constraints in evaluating, (5) the constraints of students in learning to write a news item with modeling techniques, namely the difficulty in determining the headlines and the use of diction (word), spelling, and proper punctuation; do not understand the explanation materials about writing a news item from the teacher; difficulties in using the example; and disturbed by the environment around the classroom. The results could be used as a reflection of learning to write news item by the teacher. Keywords: learning to write, news item, modeling techniques
PENDAHULUAN Dalam KTSP, mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang memiliki tujuan untuk mengembangkan sikap positif dalam berbahasa, khususnya bahasa Indonesia. Dalam hal ini, siswa tidak hanya diajarkan teori bahasa saja tetapi juga praktik dalam penggunaan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Standar isi yang tercantum dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia menyangkut empat aspek keterampilan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang penting dikuasai dan dikembangkan di sekolah adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar siswa. Banyak siswa yang memiliki kesulitan dalam menulis. Keterampilan menulis dirasa sebagai keterampilan yang rumit untuk dikuasai karena untuk dapat menulis, siswa perlu penguasaan topik yang ditulis dan penguasaan bahasa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kartono (2009) yang menyatakan bahwa menulis merupakan aktivitas yang kompleks, bukan hanya sekadar mengguratkan kalimatkalimat, melainkan lebih dari pada itu. Menulis memberi manfaat dalam mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, kemampuan menemukan, mengumpulkan, dan mengelola informasi secara runtut, sistematis dan logis. Setiap hari banyak orang melakukan aktivitas menulis, baik itu menulis buku
harian, catatan kerja, jadwal kegiatan, hingga menulis berita. Kegiatan menulis berita merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Seseorang perlu menulis berita untuk memberikan kabar atau informasi kepada orang lain, karena manusia membutuhkan berita sebagai sumber informasi mengenai hal-hal yang terjadi di lingkungan mereka. Untuk itu kegiatan menulis berita sangat penting dilakukan sebagai salah satu sarana komunikasi yang baik dengan orang lain. Pentingnya menulis teks berita, menjadikan kegiatan menulis teks berita masuk salah satu KD dalam silabus bahasa Indonesia. Pembelajaran menulis teks berita merupakan salah satu kompetensi berbahasa yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP Kelas VIII semester genap mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Di dalam kurikulum siswa dituntut untuk memiliki keterampilan menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas. Menulis berita merupakan salah satu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan sebuah informasi bagi siswa. Penguasaan keterampilan menulis berita ini sangat diperlukan, sebab tepat atau tidaknya sebuah informasi dari informan kepada pembaca tergantung pada baik atau tidaknya cara penyampaian informasi atau penulisan informasi tersebut. Dari observasi awal yang dilakukan di SLB Negeri Gianyar, diasumsikan bahwa keterampilan menulis berita pada siswa kelas VIII di sekolah tersebut masih kurang.
e-Journal JJPBS Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol: 2 No:1(2015) Asumsi tersebut beranjak dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru bahasa Indonesia di sekolah tersebut, yang menyatakan bahwa selama ini siswa belum sempurna dalam menulis berita. Siswa masih memiliki kekurangan dalam mengembangkan 5W+1H dan belum mampu membuat kalimat yang baik. Hal tersebut bisa terjadi karena faktor keadaan siswa yang merupakan siswa berkebutuhan khusus. Keadaan tersebut memengaruhi daya tangkap dan nalar siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas. Kemungkinan lain yang bisa menyebabkan siswa kurang mampu dalam menulis teks berita adalah belum maksimalnya peran guru dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi kekurangan dalam menulis teks berita yang dipaparkan di atas, guru kelas VIII SLB Negeri Gianyar sebenarnya telah mengambil inisiatif dalam menyempurnakan teknik pembelajaran dengan menggunakan teknik pemodelan. Teknik pemodelan (modeling) adalah strategi yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa seseorang dapat belajar melalui pengamatan perilaku orang lain. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru (Nurhadi, dkk., 2004). Teknik ini memiliki empat fase yang dikemukakan oleh Badura (dalam Trianto, 2012), yaitu fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi. Dalam pembelajaran menulis teks berita, teknik ini digunakan untuk merangsang kreativitas menulis siswa. Siswa lebih mudah untuk mengerjakan sesuatu setelah melihat contoh yang diberikan. Begitu pula dengan menulis teks berita, dengan adanya model atau contoh teks berita siswa akan memiliki gambaran mengenai teks berita. Dari pemaparan di atas, maka dirasa perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan dan kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dan guru saat pembelajaran menulis teks berita menggunakan teknik pemodelan. Hasil penelitian ini nanti dapat ditindaklanjuti sebagai gambaran pembelajaran menulis
teks berita yang lebih baik. Kajian mengenai kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan di SLB Negeri Gianyar akan membantu guru dan siswa nantinya. Dengan mengetahui kendala yang dihadapi siswa, maka guru dapat terfokus dalam menanggulangi kendala tersebut. Sehingga pada kegiatan pembelajaran berikutnya kendala-kendala tersebut dapat teratasi. Kajian ini dapat dijadikan gambaran bagi guru lain untuk memperbaiki cara mengajarkan menulis teks berita, sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan baik khususnya bagi siswa berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, peneliti mengangkat masalah dengan judul “Deskripsi Pembelajaran Menulis Teks Berita dengan Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas VIII SMPLB B SLB Negeri Gianyar”. Dipilihnya SLB (Sekolah Luar Biasa) sebagai tempat penelitian karena dua alasan. Pertama, SLB merupakan sekolah bagi anak atau siswa yang memiliki kemampuan khusus dan karakter yang berbeda satu sama lain. Sehingga dari perbedaan tersebut, guru memiliki tantangan tersendiri dalam melaksanakan pembelajaran. Alasan kedua, peneliti masih jarang menemukan ada yang meneliti di SLB. SLB Negeri Gianyar dipilih menjadi tempat penelitian karena permasalahan penelitian, ditemukan di sekolah tersebut. Selain itu, sekolah tersebut merupakan satu-satunya sekolah luar biasa negeri yang terdapat di kabupaten Gianyar. Sebagai satu-satunya sekolah luar biasa di kabupaten Gianyar, SLB Negeri Gianyar telah mampu memperlihatkan eksistensinya dengan meraih prestasi di bidang akademik maupun nonakademik. Hal tersebut menjadi pertimbangan dipilihnya SLB Negeri Gianyar sebagai tempat penelitian. Lebih khusus, dipilihnya kelas VIII B dengan kategori tuna rungu dan tuna wicara karena ddari keterbatasan yang dimiliki, siswa masih berpotensi dalam penguasaan keterampilan menulis, salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang ada. Adapun penelitian sejenis yang telah dilakukan peneliti lain, yaitu penelitian
e-Journal JJPBS Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol: 2 No:1(2015) yang berjudul “Pembelajaran Menulis Teks Anekdot pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 di Kelas Akuntansi SMK Negeri 1 Singaraja”, tahun 2015 oleh Dewi Rahmayanti. Penelitian tersebut dirancang dalam bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan kendalakendala yang dihadapi oleh siswa dan guru dalam pembelajaran menulis teks anekdot. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa kelas X.A Akuntansi SMK Negeri 1 Singaraja. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti teliti. Persamaannya terletak pada rancangan penelitian yaitu sama-sama menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Selain itu, rumusan masalah juga sama, yaitu mengkaji tentang perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan kendalakendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hanya saja yang membedakannya adalah subjek penelitian, lokasi penelitian, dan bidang yang dikaji. Pada penelitian ini peneliti mengkaji tentang pembelajaran menulis teks berita sementara penelitian sebelumnya meneliti tentang pembelajaran menulis teks anekdot. Selain itu, penelitian sejenis mengenai pembelajaran menulis teks berita juga pernah dilakukan oleh Risa Kasanova tahun 2011 yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Berita dengan Teknik Pemodelan Siswa Kelas VIII Negeri 1 Padang Panjang”. Penelitian tersebut dirancang dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) dengan melalui dua siklus. Penelitian ini bertujuan menjelaskan peningkatan kemampuan menulis berita dengan teknik pemodelan siswa kelas VIII SMP N 1 Padang Panjang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelals VIIIc SMP Negeri 1 Padang Panjang. Letak persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama mengkaji tentang menulis berita dengan teknik pemodelan. Perbedaannya adalah penelitian di atas menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas sedangkan peneliti menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Perbedaan yang lain juga nampak pada subjek penelitian, lokasi penelitian, dan rumusan masalah. Penelitian ini berfokus pada perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan kendala pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan. Dengan demikian, penelitian ini penting dilakukan untuk inovasi di dalam dunia pendidikan, khususnya dalam hal pembelajaran bahasa Indonesia yang dikembangkan di sekolah luar biasa (SLB). Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut. (1) Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan oleh guru pada siswa kelas VIII SMPLB B SLB Negeri Gianyar? (2) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan oleh guru pada siswa kelas VIII SMPLB B SLB Negeri Gianyar? (3) Bagaimanakah evaluasi pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan oleh guru pada siswa kelas VIII SMPLB B SLB Negeri Gianyar? (4) Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan pada siswa kelas VIII SMPLB B SLB Negeri Gianyar? (5) Apa saja kendala-kendala yang dihadapi siswa kelas VIII SMPLB B SLB Negeri Gianyar dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan oleh guru pada siswa kelas VIII SLB B SLB Negeri Gianyar yang terdiri atas: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran menulis teks berita. METODE PENELITIAN Uraian metode penelitian ini meliputi (1) rancangan penelitian, (2) subjek dan objek penelitian, (3) metode pengumpulan data, (4) instrumen pengumpulan data, dan (5) teknik analisis data. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Rancangan penelitian deskriptif kualitatif ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mendeskripsikan
e-Journal JJPBS Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol: 2 No:1(2015) pembelajaran menulis teks berita mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan. Sementara, deskriptif kuantitatif dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian, mendeskripsikan kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan. Subjek dalam penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VIII yang bernama Ni Putu Yanti Pratiwi, S.Pd. dan siswa kelas VIII SMPLB B SLB Negeri Gianyar yang berjumlah tujuh orang siswa. Siswa kelas VIII SMPLB B Negeri Gianyar memiliki kelemahan dalam indra pendengaran dan berbicara. Objek penelitian ini adalah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk memperoleh data berupa pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan, serta kendala-kendala yang dialami oleh guru dan siswa dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi nonpartisipan. Observasi dilakukan dengan bantuan lembar observasi dan dibantu dengan alat perekam (handycam). Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui perencanaan, evaluasi, dan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan. Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah teknik wawancara tidak terstruktur yang dibantu dengan pedoman wawancara. Metode angket/kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan. Metode ini dibantu dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner atau angket. Metode dokumentasi digunakan untuk mendukung hasil penelitian dari observasi
dan wawancara, sehingga mendapatkan data yang benar-benar valid dan memang diperlukan dalam penelitian ini. Dokumen yang peneliti kumpulkan adalah berupa silabus, RPP dan alat evaluasi (penilaian) yang memuat proses pelaksanaan pembelajaran dengan teknik pemodelan yang digunakan guru. RPP didokumentasikan untuk menjawab permasalahan bagaimana perencanaan guru dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan. Sedangkan silabus penting didokumentasikan untuk mengetahui keterangan antara tujuan pembelajaran yang tercantum pada RPP dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini akan dikumpulkan dengan daftar cocok (check list). Analisis data deskriptif kualitatif diarahkan pada identifikasi dan klasifikasi untuk mendapatkan deskripsi yang jelas, rinci, dan memadai, berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan pada siswa kelas VIII SMPLB B SLB Negeri Gianyar. Sementara itu, analisis data deskriptif kuantitatif diarahkan pada perhitungan persentase hasil jawaban dari kuesioner yang disebarkan. Hasil tersebut kemudian digunakan untuk mendapatkan deskripsi tentang kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan. Ada empat langkah yang harus dilalui dalam analisis data pada penelitian ini, yaitu (1) identifikasi data, (2) klasifikasi data, (3) penyajian data, dan (4) penarikan simpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data yang diperoleh menunjukkan bahwa RPP yang dibuat oleh guru memuat 15 (100%) komponen RPP dari 15 komponen RPP yang dijabarkan dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Dari 15 komponen RPP yang dibuat oleh guru, 13 (86.7%) komponen sesuai dan 2 (13.3%) komponen tidak sesuai dengan Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Secara keseluruhan RPP yang dibuat oleh guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VIII SMPLB B SLB Negeri Gianyar telah sesuai dengan pedoman
e-Journal JJPBS Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol: 2 No:1(2015) komponen RPP dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007. Akan tetapi, dilihat lebih mendalam lagi masih ada beberapa kekurangan dalam RPP yang ditulis oleh guru, diantaranya: (1) materi pelajaran yang belum diperinci menjadi sub-sub materi yang sesuai dengan materi pokok, selain itu juga perlu adanya penjabaran yang lebih rinci mengenai materi pokok maupun sub-sub materi pokok yang digunakan, (2) pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran hanya ditulis perincian kegiatan untuk satu kali pertemuan, padahal dalam RPP ditulis untuk dua kali pertemuan, (3) pada kegiatan inti pembelajaran belum nampak penjabaran terkait penerapan teknik pemodelan secara spesifik, sesuai dengan teknik pembelajaran yang tercantum pada RPP yang ditulis oleh guru, (4) pada kegiatan penutup belum mencantumkan kegiatan penilaian atau evaluasi (5) pada penilaian hasil belum dicantumkan ketentuan pengeskoran pada masing-masing kriteria yang akan dinilai, dan (6) sumber belajar dan media pembelajaran yang digunakan belum jelas. Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa guru dalam pelaksanaan pembelajaran telah melaksanakan 10 (66.7%) komponen pelaksanaan pembelajaran dari 15 komponen pelaksanaan pembelajaran yang dijabarkan dalam tabel sesuai dengan Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Proses pembelajaran melalui tiga tahapan, yaitu (1) kegiatan pendahuluan, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan penutup. Proses pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VIII SMPLB B SLB Negeri Gianyar, terdapat ketidaksesuaian antara RPP yang dirancang oleh guru dengan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Hal tersebut dapat dilihat dari data hasil observasi dan wawancara pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Secara umum, kegiatan pendahuluan sesuai dengan RPP yang dibuat oleh guru, akan tetapi guru belum melaksanakan penyampaian indikator, tujuan, dan langkah-langkah pembelajaran. Kemudian kegiatan inti pada RPP belum memuat langkah pembelajaran dengan teknik pemodelan secara lengkap, namun terlaksana dengan lengkap. Pada kegiatan penutup juga belum me-
nyampaikan kesimpulan pembelajaran, tindak lanjut, evaluasi dan refleksi. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran menulis teks berita yang dilakukan oleh guru tidak sepenuhnya sesuai dengan RPP yang dibuat karena setelah diamati guru melaksanakan penilaian sikap namun tidak mengggunakan lembar penilaian. Sedangkan, penilaian hasil dilaksanakan dengan menilai hasil tulisan siswa. Penilaian itupun dilakukan pada akhir pelajaran setelah siswa mengumpulkan hasil teks berita yang dibuat Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, ada beberapa kendala yang dialami guru dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan. Adapaun kendala tersebut, yaitu 1) guru kesulitan membuat perencanaan pembelajaran berupa RPP, khususnya dalam hal merencanakan materi dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran. 2) Guru terkendala dalam pengadaan sarana penunjang buku teks yang khusus digunakan untuk sekolah luar biasa. 3) guru sulit mengatur waktu yang tersedia dalam proses pelaksanaan pembelajaran. 4) guru terkendala dalam komunikasi atau menjelaskan kepada siswa. 5) guru terkendala dalam mengevaluasi siswa. Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban siswa di atas ditemukan beberapa kendala atau kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis teks berita dengan teknik pemodelan. Kendala-kendala tersebut adalah sebagai berikut. 1) siswa kesulitan dalam menentukan judul berita. Sejumlah 85.7% dari keseluruhan siswa menyatakan kesulitan dalam menentukan judul berita. 2) Siswa kesulitan dalam penggunaan diksi (kata), ejaan, dan tanda baca. Sejumlah 57.1% dari keseluruhan siswa menyatakan memiliki kesulitan dalam penggunaan diksi, ejaan dan tanda baca. 3) Siswa tidak begitu mengerti atau paham penjelasan materi tentang menulis teks berita dari guru bahasa Indonesia. Sejumlah 71.4% siswa menyatakan tidak paham akan penjelasan guru. 4) Siswa kesulitan dalam pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan contoh. Sejumlah 57.1% dari keseluruhan siswa menyatakan kesulitan tersebut. 5) Kendala dalam pembelajaran menulis teks berita yang dirasakan siswa karena
e-Journal JJPBS Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol: 2 No:1(2015) keadaan lingkungan sekitar kelas. Sejumlah 100% dari keseluruhan siswa menyatakan terganggu dengan situasi lingkungan kelas. Pembahasan Perencanaan yang dibuat oleh guru berupa rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP yang ditulis oleh guru, secara umum sudah sesuai dengan pedoman komponen RPP dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007. Meskipun demikian, perencanaan pembelajaran menulis teks berita yang dibuat oleh guru masih memiliki beberapa kekurangan. Hal tersebut terjadi karena guru belum teliti dan cermat dalam membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa guru telah mengetahui pedoman penulisan RPP berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Hanya saja guru belum menguasai dan memahami pedoman penulis RPP tersebut dengan baik. Dari hasil wawancara guru menyatakan bahwa sudah tahu dan memiliki pedoman penulisan RPP sesuai Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Akan tetapi, guru menyatakan bahwa belum pernah melakukan pelatihan terkait penulisan RPP. Dengan demikian, kelemahan yang terjadi dalam penulisan RPP yang dibuat oleh guru terjadi karena penguasaan dan pemahaman guru masih kurang terhadap pedoman penulisan RPP Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Dalam RPP yang ditulis oleh guru, belum dicantumkan materi pembelajaran yang terperinci. Guru hanya mencantumkan materi pokok saja, yaitu teks berita. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Rahmayanti (2015), berjudul “Pembelajaran Menulis Teks Anekdot pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Singaraja”, yang menyebutkan bahwa materi yang dicantumkan oleh guru dalam RPP hanya berupa garis besarnya saja. Hal tersebut, bisa terjadi karena penguasaan dan persiapan materi yang dimiliki guru belum matang. Padahal sesuai pendapat Satori, dkk. (2008:40), penguasaan materi menjadi landasan pokok seorang guru untuk keterampilan mengajar. Untuk itu, akan lebih baik jika materi yang akan disampaikan kepada siswa dijabarkan secara terperinci di dalam RPP. Penjabaran materi seperti itu akan mem-
permudah guru dalam proses pembelajaran di kelas. Kelemahan lain yang dimiliki dalam RPP buatan guru, yaitu penulisan rincian langkah-langkah pembelajaran yang tidak sesuai dengan jumlah pertemuan yang tercantum dalam RPP. Sesuai dengan konsep RPP, seharusnya RPP dirancang dengan lengkap dan sistematis, namun yang ditulis oleh guru belum lengkap. Kelemahan ini timbul, karena guru yang belum cermat dan serius dalam membuat RPP. Berdasarkan hasil wawancara, guru menyatakan bahwa RPP yang dibuat masih bersumber dari media internet, karena belum ada pelatihan dan contoh RPP untuk sekolah luar biasa. Guru belum mencermati dan menyesuaikan sumber yang didapatkan dari internet dengan rancangan kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Indriani (2010:91) menyatakan bahwa, untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Apabila kompetensi dasar yang ingin dicapai membutuhkan dua kali pertemuan maka dalam RPP harus dijabarkan langkah-langkah kegiatan dalam dua kali pertemuan. Dengan demikian, guru akan memiliki gambaran jelas langkah-langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran, sehingga kompetensi dasar dapat tercapai Selanjutnya, kelemahan RPP yang dibuat oleh guru terlihat pada kegiatan inti pembelajaran. Pada kegiatan inti belum nampak penjabaran terkait penerapan teknik pemodelan secara spesifik, sesuai dengan teknik pembelajaran yang tercantum pada RPP yang ditulis oleh guru. Sesuai pendapat Bandura dalam (Trianto, 2012:77) dalam pemodelan ada empat fase yang harus dilalui atau dilakukan, yaitu fase atensi (perhatian), fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi. Faktor penyebab guru tidak mencantumkan fase-fase pemodelan dalam langkah-langkah pembelajaran menulis teks berita bisa dikarenakan pemahaman guru tentang pemodelan masih minim. Seorang guru mesti memiliki rencana yang matang. Untuk itu, guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran harus memiliki pemahaman dan referensi mengenai teknik pe-
e-Journal JJPBS Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol: 2 No:1(2015) modelan, sehingga dalam perencanaannya sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Kemudian, pada kegiatan penutup guru belum mencantumkan kegiatan penilaian atau evaluasi. Kegiatan penilaian ini merupakan hal yang penting dalam sebuah pembelajaran. Penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, penilaian juga dilakukan untuk mengukur keberhasilan guru dalam mengajarkan siswanya. Dengan demikian, guru harus benar-benar memahami kegiatan yang akan dirancang dalam pembelajaran yang kemudian dicantumkan dalam bentuk RPP. Selain kelemahan-kelemahan yang diuraikan di atas, RPP yang dibuat guru masih memiliki kelemahan dalam penilaian hasil. Penilaian hasil yang ditulis dalam RPP belum mencantumkan ketentuan penyekoran pada masing-masing kriteria yang akan dinilai pada penulisan teks berita. Pengeskoran pada penilaian sangat penting. Penyekoran digunakan sebagai panduan guru dalam menilai tugas siswa. Jika ketentuan bobot skor tersebut tidak dicantumkan dalam perencanaan, guru akan mengalami kesulitan dalam memberikan penilaian yang objektif. Tanpa panduan yang jelas, guru bisa melakukan kesalahan sehingga terjadi ketidakadilan dalam menilai tugas siswa. Artinya, bisa saja tugas yang baik diberi nilai rendah, sementara tugas yang kurang baik diberi nilai yang lebih tinggi. Untuk itu, guru harus merencanakan penilaian dengan mencantumkan skor setiap kriteria yang akan dinilai. Pedoman-pedoman tersebut akan sangat membantu guru dalam proses penilaian. Kelemahan terakhir dalam RPP yang dibuat, yaitu sumber belajar dan media belajar yang dicantumkan belum jelas. Segala sesuatu yang dicantumkan dalam RPP seharusnya jelas dan lengkap, karena RPP tersebut adalah pegangan guru dalam mengajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Indriani (2010:56) yang menyatakan bahwa sumber belajar dituliskan lebih operasional, dan bisa langsung dinyatakan bahan ajar apa yang digunakan. Misalnya, sumber belajar yang ditulis pada silabus adalah buku teks, maka dalam RPP harus ditulis judul, pengarang, dan penerbit buku
teks tersebut. Sementara, dalam menggunakan media Koran, harus dicantumkan nama penerbit dan tanggal diterbitkan. Hal tersebut perlu sebagai kelengkapan dan kejelasan sumber belajar yang digunakan. Dari sanalah kemudian dapat diketahui apakah sumber tersebut tepat untuk digunakan dalam mengajar atau tidak. Dilihat dari segi pelaksanaan pembelajaran, guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan secara umum sudah sesuai Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007, namun masih ada ketidaksesuaian antara RPP yang dirancang dengan pelaksanaannya di dalam kelas. Ketidaksesuaian bisa terjadi karena situasi dan kondisi yang dihadapi di lapangan tidak sesuai dari perencanaan awal guru. Selain itu, faktor “lupa” dari guru juga bisa menjadi salah satu penyebab RPP dan pelaksanaannya tidak sesuai dengan pelaksanaannya. Ketidaksesuaian tersebut salah satunya adalah guru belum melaksanakan penyampaian indikator, tujuan, dan langkah-langkah pembelajaran pada kegiatan pendahuluan. Untuk itu, guru harus menyampaikan indikator, tujuan, dan langkahlangkah pembelajaran yang akan dilaksanakan, sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif. Dalam RPP yang ditulis oleh guru kegiatan inti belum memuat langkahlangkah pembelajaran dengan teknik pemodelan secara lengkap, namun teknik pemodelan tersebut telah terlaksana dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, terkait tentang langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan teknik pemodelan. Hal tersebut menjadi penting mengingat perencanaan pembelajaran merupakan pegangan atau persiapan bagi seorang guru dalam proses pembelajaran. RPP seharusnya memuat langkah-langkah pembelajaran yang seharusnya guru dan siswa laksanakan dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus membekali diri dengan perencanaan pembelajaran yang matang sebelum memasuki ruang kelas. Apabila perencanaan tersebut sudah dipersiapkan dengan matang, senantiasa pelaksanaan pembelajaran di kelas akan terlaksana dengan baik.
e-Journal JJPBS Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol: 2 No:1(2015) Dalam pelaksanaan kegiatan penutup, guru tidak menyampaikan kesimpulan pembelajaran, tindak lanjut, dan refleksi. Untuk itu, guru harus benar-benar memahami dan mengetahui rencana pembelajaran yang dibuat, sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dan terlaksana dengan baik. Evaluasi merupakan salah komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran (Arifin, 2012:6). Evaluasi yang dilakukan oleh guru, yaitu penilaian hasil dan penilaian proses. Dalam evaluasi yang dilakukan guru, masih terdapat kelemahan, salah satunya adalah tidak disediakannya rubrik penilaian untuk tes tulis. Untuk dapat mengevaluasi hasil belajar siswa, guru harus berpedoman pada rubrik penilaian yang jelas agar penilaian yang dilakukan lebih terarah. Untuk itu, guru sebaiknya mencantumkan rubrik dan pengeskoran yang sudah sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh guru. Adapun kendala yang dihadapi, yaitu dalam membuat perencanaan pembelajaran berupa RPP. Dikatakan demikian, karena guru kesulitan dalam mencari pedoman penulisan RPP yang khusus digunakan untuk siswa berkebutuhan khusus. Guru masih menggunakan contoh RPP dari sekolah biasa. Letak kesulitan yang dihadapi guru adalah dalam merencanakan materi dan cara mengajar agar sesuai dengan keadaan siswa yang berkebutuhan khusus. Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan tersebut adalah guru melakukan diskusidiskusi dengan rekan guru lain yang satu jurusan maupun lain jurusan. Selain itu, guru harus aktif mencari informasi dan mengikuti pelatihan-pelatihan pembuatan RPP. Dari hasil diskusi dan pelatihan, akan timbul kreativitas dan inovasi baru dalam pengembangan pembuatan perencanaan pembelajaran. Kendala lain yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan adalah tidak ada sa-
rana penunjang buku teks yang khusus digunakan untuk sekolah luar biasa. Bagi seorang guru, buku teks adalah pedoman atau penuntun dalam mengajar siswanya, karena buku berisi materi yang harus disampaikan kepada siswa. Mengingat materi yang disampaikan ada dalam buku teks, tentu buku teks tersebut harus sesuai dengan keadaan siswa yang dihadapi. Dalam kasus ini, guru masih menggunakan buku dari sekolah umum. Hal tersebut tentu akan menyulitkan guru karena harus memilah materi yang sesuai dengan keadaan siswa berkebutuhan khusus. Untuk itu, sebagai fasilitator guru harus pintar dalam memilah materi dalam buku teks yang ada. Guru harus kreatif dalam mencari materi yang sesuai dengan siswa yang dihadapi, karena masih ada kemiripan materi pembelajaran antara sekolah umum dan sekolah biasa. Guru juga memiliki kendala dalam pemanfaatan waktu dalam proses pelaksanaan pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan. Guru merasa bahwa waktu secara keseluruhan untuk mengajar kurang. Hal tersebut dirasakan karena waktu efektif yang tersedia tidak dapat terlaksana secara penuh. Dalam arti bahwa dalam waktu efektif yang tersedia, banyak waktu yang terpakai untuk kegiatan lain. Untuk kelas VIII, satu kali pertemuan adalah 2 kali 40 menit. Waktu tersebut dirasa masih kurang oleh guru, apalagi dalam mengajarkan menulis teks berita. Dalam satu kali pertemuan guru harus menjelaskan materi tentang teks berita, kemudian siswa berlatih menulis teks berita. Ketika guru menjelaskan materi terkadang siswa masih ada yang belum paham sehingga guru harus melakukan pengulanganpengulangan. Selain itu, siswa tidak memegang buku teks sebagai sumber belajar, sehingga mereka harus mencatat penjelasan materi dari guru maupun catatan guru di papan tulis. Dalam kegiatan mencatat itupun siswa membutuhkan waktu yang cukup banyak, belum lagi untuk mengerjakan tugas atau latihan dari guru tentu akan membutuhkan waktu yang lebih banyak lagi. Dalam keadaan tersebutlah peran guru diperlukan. Guru harus mampu membuat perencanaan waktu yang sangat matang dan mempersiapkan segala kemungkinan yang akan dihadapi, terutama masalah ma-
e-Journal JJPBS Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol: 2 No:1(2015) najemen waktu. Dengan persiapan dan perencanaan yang matang tentu proses pembelajaran akan terlaksana dengan baik sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal. Kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan selanjutnya adalah dalam komunikasi atau menjelaskan kepada siswa. Siswa yang dihadapi oleh guru adalah siswa dengan kebutuhan khusus, yang memiliki kelemahan dalam berbicara dan mendengar. Menurut Sudiana (2006:113), dalam menjelaskan guru perlu mempertimbangkan isi pesan, penerima pesan, dan konteks. Dalam kasus ini, guru perlu mempertimbangkan latar belakang dan kemampuan siswa. Dengan keadaan tersebut guru harus menggunakan bahasa isyarat selain bahasa verbal. Kesulitannya terletak pada penguasaan bahasa isyarat yang dimiliki guru. Guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VIII B, merupakan guru lulusan S1 keguruan yang belum mempelajari tentang bahasa isyarat. Untuk itu, guru tersebut harus mempelajari bahasa isyarat dari awal, sedikit demi sedikit. Sampai saat ini guru tersebut masih minim dalam penggunaan bahasa isyarat, sesekali pengunaan bahasa verbal dibarengi dengan bahasa isyarat. Kendala terakhir yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan adalah kendala dalam mengevaluasi. Siswa belum memiliki kemampuan bernalar yang baik, sehingga guru harus mempertimbangkan penilaian dengan keadaan tersebut. Guru harus bisa melakukan penilaian yang tepat, sesuai dengan keadaan siswa. Tidak hanya guru yang memiliki kendala dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik, siswa juga tidak luput dari kendala. Adapun kendala yang dihadapi siswa, diantaranya: (1) kesulitan dalam menentukan judul berita. Judul berita merupakan bagian terpenting dalam berita. Siswa sulit untuk menentukan judul yang menarik dan tepat untuk digunakan dalam teks berita yang telah ditulis. Hal tersebut bisa terjadi karena siswa belum memiliki banyak referensi (bacaan) yang memuat tentang teks berita; (2) siswa kesulitan dalam penggunaan diksi (kata), ejaan, dan tanda baca
ketika menulis teks berita. Temuan tersebut hampir sama dengan hasil penelitian Kartiyasa (2013) dengan judul “Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Berita yang Diterapkan Guru di Kelas VIIIA SMP Katolik Santo Paulus Singaraja tahun Ajaran 2012/2013”, yang menyatakan bahwa kendala yang dihadapi siswa pada pelaksanaan pembelajaran menulis berita adalah siswa kurang mampu menggunakan bahasa yang efektif, serta penggunaan huruf kapital yang kurang tepat. Hal ini bisa terjadi karena pengetahuan siswa tentang diksi, ejaan, dan tanda baca yang masih kurang. Selain itu, siswa masih minim latihan menulis sehingga dalam menulis, siswa merasa kesulitan dan masih memiliki kesalahan. Bisa juga disebabkan karena guru tidak memberikan perhatian tentang pengggunaan diksi (kata), ejaan, dan tanda baca dalam pembelajaran di kelas; (3) siswa tidak begitu mengerti atau paham penjelasan materi tentang menulis teks berita dari guru bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat disebabkan cara berkomunikasi guru dengan siswa yang belum efektif. Guru dalam menjelaskan lebih banyak menggunakan bahasa verbal dibandingkan bahasa nonverbal atau bahasa isyarat. Siswa memiliki keterbatasan pada alat dengar dan bicara, sehingga penjelasan materi dari guru susah untuk dipahami; (4) siswa memiliki kesulitan dalam pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan contoh. Kesulitan tersebut, bisa terjadi karena contoh yang diberikan oleh guru sulit dipahami oleh siswa. Terkait dengan teknik pemodelan yang digunakan, guru masih menggunakan contoh teks yang terlalu panjang; (5) keadaan lingkungan sekitar kelas yang ribut juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi siswa. Dalam masalah ini, siswa mudah mendapat gangguan dari lingkungan di luar kelas, karena sekolah mereka gabungan dari jenjang SD, SMP, dan SMA. Jadi, ketika siswa belajar ada siswa atau kelas lain yang bermain di luar kelas, hal tersebut dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar. Untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan judul berita, siswa dapat memilih dan mencari kata atau kalimat yang menarik yang dapat mengundang pembaca dari tulisan yang dibuat sendiri. Menurut
e-Journal JJPBS Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol: 2 No:1(2015) Karimi (2012:25) langkah pertama saat membuat judul berita adalah menentukan unsur yang memiliki daya tarik tinggi terhadap pembaca. Selain itu, siswa bisa melihat contoh-contoh judul teks berita dan digunakan sebagai referensi. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam penggunaan diksi (kata), ejaan, dan tanda baca dapat diatasi dengan memberikan perhatian tentang pengggunaan diksi (kata), ejaan, dan tanda baca dalam pembelajaran di kelas. Guru harus menyelipkan pembelajaran tentang penggunaan diksi (kata), ejaan, dan tanda baca kepada siswa sehingga siswa memiliki pengetahuan tentang hal tersebut. Untuk mengatasi kesulitan siswa yang tidak begitu mengerti atau paham penjelasan materi tentang menulis teks berita guru harus mengubah metode, teknik, atau pendekatan pembelajaran agar sesuai dengan tingkat keadaan siswa yang dihadapi, terlebih lagi mengenai cara menjelaskan materi kepada siswa. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan contoh, guru harus mengubah metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa. Guru juga harus memperhitungkan contoh yang diberikan kepada siswa, agar sesuai dengan keadaan siswa. Sementara itu, untuk mengatasi keadaan lingkungan sekitar kelas yang ribut, diperlukan peran guru yang bekerja sama dengan pihak sekolah dalam mengatur situasi sekolah maupun kelas dengan baik. SIMPULAN dan SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, disampaikan beberapa simpulan sebagai berikut. Pertama, perencanaan pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan yang dibuat oleh guru untuk siswa kelas VIII SMPLB B SLB Negeri Gianyar, secara keseluruhan telah sesuai dengan pedoman komponen RPP dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007. Akan tetapi, masih memiliki beberapa kekurangan. Kedua, pelaksanaan pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan secara umum sudah sesuai Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007, yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), dan
kegiatan penutup. Dalam kegiatan inti juga melalui empat fase sesuai dengan teknik yang digunakan, yaitu fase atensi, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan, masih ada ketidaksesuaian antara RPP yang dirancang dan pelaksanaannya di dalam kelas. Ketiga, dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan, guru melakukan dua jenis evaluasi, yaitu penilaian hasil dan penilaian proses. Dalam evaluasi yang dilakukan guru, masih terdapat kelemahan, yaitu tidak disediakannya rubrik penilaian hasil yang jelas. Keempat, terdapat beberapa kendala yang dialami oleh guru dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan, yaitu (a) dalam membuat perencanaan pembelajaran berupa RPP.; (b) tidak ada sarana penunjang buku teks yang khusus digunakan untuk sekolah luar biasa; (c) kesulitan dalam pemanfaatan waktu dalam proses pelaksanaan pembelajaran; (d) kesulitan dalam berkomunikasi dengan siswa; dan (e) kendala dalam mengevaluasi. Kelima, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik pemodelan, diantaranya: (a) kesulitan dalam menentukan judul berita; (b) kesulitan dalam penggunaan diksi (kata), ejaan, dan tanda baca ketika menulis teks berita; (c) siswa tidak begitu mengerti penjelasan materi tentang menulis teks berita oleh guru bahasa Indonesia; (d) kesulitan dalam menggunakan contoh; dan (e) keadaan lingkungan sekitar kelas yang rebut. Berdasarkan simpulan di atas, di bawah ini disampaikan beberapa saran. 1) Bagi guru bahasa Indonesia penelitian ini dapat digunakan sebagai contoh dan bahan refleksi dalam melaksanakan pembelajaran menulis teks berita khususnya bagi siswa berkebutuhan khusus. Guru dapat menerapkan teknik pemodelan dalam pembelajarn menulis teks berita. Dari kekurangan hasil penelitian ini, guru dapat melakukan perbaikan, pengembangan ide dan konsep serta inovasi pembelajaran baik pada aspek
e-Journal JJPBS Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol: 2 No:1(2015) perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi pembelajaran sehingga mutu pendidikan dapat tercapai secara optimal. 2) Bagi siswa, disarankan untuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengikuti pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis teks berita. Penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan intropeksi diri. 3) Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman atau acauan dalam melakukan peDAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan. Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: Depdiknas.Indriani, Made Sri. 2010. Buku Ajar Perencanaan Pembelajaran. Singaraja: Undiksha. Indriani, Made Sri. 2010. Buku Ajar Perencanaan Pembelajaran. Singaraja: Undiksha. Karimi, Ahmad Faizin. 2012. Buku Saku Pedoman Jurnalistik Sekolah. Gresik: Muhi Press. Kartiyasa, I Wayan. 2013. “Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Berita yang Diterapkan Guru di Kelas VIIIA SMP Katolik Santo Paulus Singaraja tahun Ajaran 2012/2013”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Undiksha Singaraja.Kartono. 2009. Menulis Tanpa Rasa Takut Membaca Realitas dengan Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Kasanova, Risa. 2011. “Peningkatan Kemampuan Menulis Berita dengan Teknik Pemodelan Siswa Kelas VIII Negeri 1 Padang Panjang”. Tersedia pada https: // bahasaindonesiafbsunp.files.wordpr ess.com/2012/02/peningkatankemampuan-menulis-berita-denganteknik-pemodelan-siswa-kelas-viiismp-negeri-1-padang-panjang.pdf (diakses tanggal 30 Maret 2015). Rahmayanti, Dewi. 2015. “Pembelajaran Menulis Teks Anekdot pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
nelitian sejenis. Melihat masih adanya kekurangan dalam penelitian ini, peneliti lain disarankan untuk bisa mengembangkan penelitian ini. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan meneliti pembelajaran menulis teks berita pada siswa berkebutuhan khusus lain, misalnya pada siswa yang memiliki kelemahan fisik.
Dalam Kurikulum 2013 di Kelas X.A Akuntansi SMK Negeri 1 Singaraja”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Undiksha Singaraja. Satori, Djam’an, dkk.. 2008. Profesi Kejuruan. Jakarta: Universitas Terbuka.