PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK PADA SISWA KELAS VIII.3 SMP NEGERI 1 GROBOGAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Purnyomo* Abstrak: Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di SMP Negeri 1 Grobogan Siswa Kelas VIII.3 Semester II Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan faktor-faktor yang menjadi penyebab kekurangkompetensian siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan dalam menulis puisi secara optimal; (2) Peningkatan kompetensi menulis puisi siswa dengan teknik pembelajaran konstruktivistik; (3) Perubahan perilaku setelah proses pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan empat komponen pokok dari penelitian tindakan kelas (classroom action research), yakni (1) perencanaan (planning); (2) tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan nilai rata-rata di masing-masing siklus. Nilai rata-rata siklus I adalah 77,08 atau mengalami peningkatan 6,16 dari nilai sebelumnya (prasiklus) 70,92. Dan nilai rata-rata siklus II adalah 83,65 atau meningkat 6,57 dari suklus I dan 12,73 dari nilai rata-rata prasiklus. Ketuntasan belajar siswa pun mengalami peningkatan di tiap-tiap siklus. Siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 62,16% atau mengalami peningkatan sebesar 29,73% dari sebelum mendapat tindakan yang baru mencapai 32,43%. Di siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 91.89% atau mengalami peningkatan yang sangat signifikan, yaitu 29,73% dibanding dengan siklus I atau meningkat 59,46% dari ketuntasan belajar prasiklus. Kata kunci: Menulis, Puisi, Teknik Pembelajaran Konstruktivistik PENDAHULUAN Berdasarkan Kurikulum 2006 atau KTSP, proses pembelajaran di satuan pendidikan, tidaklah semata bermuara ke aplikasi teoretis dan mengacu pada pemahaman IPTEK (knowladge) saja, akan tetapi lebih. Kelebihan dimaksud ialah adanya satu perubahan perilaku (attitude) ke arah yang lebih baik; dan keterampilan teknis atau kompetensi (skill) minimal yang harus dimiliki oleh para siswa didik sebagai implementasi dari tujuan pendidikan. Lebih jauh lagi, kurikulum 2006 (KTSP) menuntut agar guru mengenal secara intens kecakapan, kompetensi, kekurangan, tingkah laku,
bakat dan latar belakang dari siswa didik. Guru dituntut kompetens pula mengimplementasikan materi-materi pembelajaran ke dalam dunia nyata. Idealnya, seorang guru mampu memposisikan dirinya sebagai fasilitator, motivator, kreator atau informan. Bukan sekedar “The banking concept of education.” Sebagai fasilitator, diharapkan guru berkemampuan mentransfer ilmu pengetahuan secara optimal pada subjek didik. Sebagai motivator, guru hendaknya mampu memotivasi para siswa dengan memberi stimulasi positif yang akhirnya dapat membawa suatu perubahan kompetensi dan perilaku signifikan pada subek didik. Sebagai kreator, diharap
* Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Grobogan
26
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran .....
mampu berkreativitas setiap waktu dan suasana berbeda. Sebagai informan, seyogianya guru
menikmati, bersimpati pun berimpati. Bahkan memahami seluk beluk puisi serta merasakan
berkompetens menginformasikan ilmu pengetahuan yang bersifat kekinian sehingga subjek didik tertantang untuk beraktivitas, berkreativitas, berinovasi dalam menimba pengetahuan dan mampu
perasaan si penyair. Beberapa jalan yang dapat ditempuh untuk konteks tersebut, (Suharianto, 2009:7) memberi beberapa kriteria: (a) Membuka diri
mengaplikasikan ke dalam sikap, sifat, tindakan, serta perbuatan nyata. Demikian dengan subjek didik. Mereka dituntut untuk lebih proaktif di dalam proses pembelajaran. Dengan maksud, siswa dikondisikan aktif untuk “menjemput bola, bukanlah menunggu mendapatkan bola.” Siswa suka rela, mau serta mampu mengekspresikan aktivitas, kreativitas dan inovasi yang dimiliki secara optimal. Dalam konteks ini guru hendaknya lebih peka di dalam memilah milih metode pembelajaran serta mengaplikasikan. Aplikasi metode yang efektif dan relatif inovatif akan memotivasi serta merespons siswa mengarah ke tujuan seperti yang telah rencanakan. Oleh karena itu, perlu adanya keseimbangan atau balancing diantara peran siswa sebagai subjek didik, guru sebagai fasilitator, dan maksimalisasi media ajar, serta pemilihan metode yang efektif di dalam pembelajaran. Bahkan harmonisasi dan optimalisasi sangat dibutuhkan sesuai tujuan yang telah direncanakan. Untuk mencapai tujuan itu, diperlukan keseimbangan antara teori dan praktik dalam pembelajaran. “Teori tanpa praktik nonsens sedang praktik tanpa teori adalah ngawur.” Konteks ini berimbas pula pada proses pembelajaran menulis, khususnya puisi. Pada umumnya, proses pembelajaran menulis puisi cenderung bersifat teori dan mengesampingkan bentuk-bentuk praktisnya. Untuk mengapresiasi sebuah puisi, minimal seseorang haruslah mampu memahami makna isi sebuah puisi. Mampu memilih, memilah, merasakan,
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
terhadap kehidupan dan belajar memahami nilai-nilai atau hikmah untuk di petik manfaatnya; (b) Memperbanyak pengetahuan dengan jalan intensif membaca buku-buku dari berbagai ilmu; (c) Memperluas ilmu jiwa yang menitikberatkan wawasan tentang manusia; serta (d) Mempelajari puisi agar pengetahuan tentang puisi lebih bermakna. Pemahaman seperti tersebut terasa sulit untuk diimplementasikan pada siswa tingkat pendidikan dasar. Termasuk siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan. Supaya ‘minimal’ tujuan dari proses pembelajaran yang telah direncanakan dapat ‘tercapai’, sikap, kemampuan dan kemauan guru sebagai profesional sangat diperlukan. Terutama di dalam memotivasi dan menstimulasi belajar siswa didik, pun meningkatkan kreativitas, aktivitas dan inovasi mereka. Ketepatan pemililihan metode pembelajaran, maksimalisasi media kekinian, estetis, serta rekreatif menjadi peran vital keberhasilan untuk mencapai tujuan seperti yang telah diasakan. Lebih 87% siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan ternyata belum terampil menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis secara baik, logis, sistematis, efektif serta alamiah sesuai kaidah bahasa. Kekurangkompetensian mereka di dalam keterampilan menulis khususnya puisi, karena berbagai faktor. Faktorfaktor penyebab itu diantaranya adalah teknik atau pun langkah-langkah menulis puisi, seperti: (a) menuangkan argumentasi dan perasaan dalam untaian kata; (b) pemilihan kata (diksi) yang mampu menimbulkan kesan puitis dan estetis; (c) memperhatikan rima dan ritma; (d) penggunaan bahasa (singkat, padat, sarat isi dan makna).
27
Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran .....
Agar pembelajaran menulis puisi berjalan sesuai tujuan, ada beberapa indikator yang menjadi acuan atau parameter keberhasilan subjek didik, seperti: (1) menentukan tema; (2) keakuratan dalam memilih diksi atau kosa kata; (3) kata-kata konkret; (4) pengimajian (5) gaya bahasa, bahasa figuratif (majas) yang menimbulkan daya magis; (6) versifikasi (rima/ ritma) untuk melahirkan kesan estetis; serta (7) tipografi atau bentuk puisi. Indikator
kekurangakuratan pemilihan metode mengajar. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila diadakan penelitian tindakan kelas dengan tujuan: (1) untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab kekurangkompetensian siswa menulis puisi; (2) meningkatkan kompetensi menulis puisi siswa dengan teknik konstruktivistik; (3) mendeskripsikan perubahan perilaku yang dialami siswa.
diimplementasikan menjadi parameter keberhasilan pembelajaran menulis puisi para siswa kelas VIII.3
LANDASAN TEORETIS
SMP Negeri 1 Grobogan. Akan tetapi ‘hasilnya’ masih jauh dari yang diharapkan. Kendala dan
Hakikat Kompetensi Menulis Puisi
kekurangkompetensian siswa di dalam mengaplikasikan indikator masih sarat ditemukan. Bahkan hampir seluruh siswa didik mengalami hal yang sama walaupun dalam aspek atau unsur yang berbeda. Bermuara dari teori tersebut, dan dikorelasikan dengan tingkat usia, pemahaman, dan kompetensi, proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan difokuskan pada satu bentuk peristiwa yang intens dialami siswa. Intensitas peristiwa itu diusahakan direkonstruksi kembali dengan teknik konstruktivistik. Melalui teknik konstruktivistik diharap kemampuan siswa dalam menulis puisi dapat meningkat signifikan. Dengan metode konstruktivistik diharap siswa menjadi lebih terespon, termotivasi, dan terapresiasi di dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengekspresikan kemampuan dan kemauan. Akhirnya siswa menjadi lebih aktif dan inovatif karena respons dan simpati yang melekat pada dirinya Dari uraian di atas, jelas bahwa kekurang kompetensian siswa menulis puisi itu dipengaruhi banyak hal. Dari kekurangintensifan mereka menulis puisi, kurangnya media pembelajaran sampai
28
Kompetensi
(Mc.
Ashan
dalam
Mulyasa,2006:38) ialah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotor dengan sebaik-baiknya. Menurut (Richey dalam Pribadi, 2009:12) kompetensi itu merupakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memungkinkan seseorang dapat melakukan aktivitas secara efektif dalam melaksanakan tugas dan fungsi pekerjaan sesuai standar yang telah ditentukan. Kompetensi (Doyin,2010:2) ialah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar, direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti berpengetahuan, berketerampilan dan memiliki nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan hasil proses belajar yang dikuasai seseorang yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran .....
atau sikap yang memungkinkan seseorang dapat melakukan aktivitas secara efektif yang direfleksikan
dalamnya yang mengungkapkan pengalaman
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individu dan sosialnya,
Menulis (Subyantoro, 2009:228) adalah menemukan atau melukiskan lambang-lambang grafik
diungkapkan dengan teknik tertentu sehingga puisi dapat membangkitkan pengalaman tertentu pula
yang melambangkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
dalam diri pembaca atau pendengar.
lambang-lambang grafis tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafis itu. Menulis, menurut (Mc. Crimmon dalam Saddhono dan Slamet, 2012: 96) adalah kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya hingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas.
Dari pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif disusun secara baik, indah, bermakna dengan pilihan kata-kata yang tepat dan bahasa padat. Keindahan puisi karena adanya diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dengan memperhitungkan aspek-aspek tertentu. Hakikat Pembelajaran Konstruktivistik
Dari paparan tersebut dapatlah disimpulkan bahwa menulis merupakan proses penuangan pikiran dan perasaan berupa pengalaman, pendapat, keinginan, pengetahuan, dan perasaan yang dilakukan penulis melalui lambing-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa agar dipahami orang lain dengan maksud dan tujuan tertentu.
Pembelajaran konstruktivistik menurut (Woolfolk dalam Pribadi, 2009; 156) merupakan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami.
Puisi (Kosasih, 2004: 235) ialah karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Kandungan makna dikarenakan adanya
a gu swu r ya nt o. wor dp r es s . com/ 2 0 1 0 / 0 8/ 0 6 / peningkatan-prestasi-belajar-ips-melalui-modelpembelajaran-konstr uktivistik-dengan-mediaperangko-di-sekolah-dasar-negeri-1-salatiga/ ialah model pembelajaran yang mengutamakan siswa secara aktif membangun pembelajaran mereka sendiri secara mandiri dan memindahkan informasi yang kompleks. Guru memberi kesempatan kepada siswa
pemadatan segala unsur bahasa. Puisi menurut (Waluyo, 2005:1) adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingat dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata tersebut terpilih agar memiliki penguatan pegucap.
Pembelajaran konstruktivistik menurut (Wuryanto) di dalam http://
dalam proses belajar dengan bersosialisasi yang berkesinambungan. Pembelajaran konstruktivistik menurut
Menurut (Suyuti dalam Sadikin, 2010:23) puisi merupakan pengucapan bahasa yang
(Gasong dalam Ifzanul dalam http:// ifzanul.blogspot.com/2010/05/teor i-belajar-
memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di
konstruktivistik.html
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
adalah
pembentukan
29
Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran .....
pengetahuan dan memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksi
dilakukan oleh guru dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran.
dengan lingkungan. Dengan adanya bantuan struktur kognitif ini, subyek menyusun pengertian realitas. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan
Upaya peningkatan kualitas hasil pembelajaran, khususnya menulis puisi pada siswa dapat diwujudkan dengan meningkatkan dan memanfaatkan metode atau teknik pembelajaran.
organisme yang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Diantaranya teknik pembelajaran konstruktivistik. Salah satu indikator pembelajaran yang berkualitas adalah adanya peningkatan partisipasi dan aktivitas
Berdasar definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivistik ialah
pembelajar dalam proses belajar-mengajar. Artinya, semakin intensif pengalaman yang dihayati
pembelajaran yang mengutamakan peran serta siswa secara aktif dalam membangun pemahaman dan memberi makna secara mandiri dari informasi dan peristiwa yang dialami secara kompleks yang difasilitasi orang lain.
pembelajar, semakin tinggi pula kualitas proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa semakin intensif
Kerangka Berfikir Keberhasilan pembelajaran pada satuan pendidikan ditentukan banyak faktor. Dimulai dari kesiapan guru menyampaikan materi pembelajaran, respons subjek didik saat proses berlangsung, aktualisasi pembelajaran sebagai suatu proses, materi atau bahan ajar yang disajikan, media belajar yang mendukung proses, lingkungan dan faktor penunjang lainnya. Apabila salah satu diantara faktor di atas tidak terpenuhi, keberhasilan pembelajaran sebagai hasil dari suatu proses kemungkinan akan terkendala. Kesiapan guru merupakan dasar utama dan pertama berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Guru minimal harus kompetens memberi motivasi siswa. Bahan ajar yang diberikan diusahakan up date dan menarik. Media yang dipilih harus dapat membantu mengurai dan mempermudah penyampaian materi pembelajaran. Kemampuan memilih, memanfaatkan, menggunakan media pembelajaran
pengalaman yang dihayati pembelajar, makin tinggi pula kualitas proses pembelajaran. Termasuk dengan teknik konstruktivistik. Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji, secara sederhana kerangka berpikir PTK terdeskrepsikan dalam bentuk skema seperti sebagai berikut. Kondisi Awal Siswa
Tindakan PTK
Kondisi Akhir
Prasiklus atau Belum ada Tindakan
Pembelajaran dengan Teknik
Prestasi Belajar Rendah
Siklus I
Konstruktivistik
Prestasi Belajar Meningkat
Siklus II
Bagan: 1 Skema Kerangka Berpikir
inilah merupakan hal yang ‘tidak boleh tidak’ harus
30
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran .....
METODE PENELITIAN Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan di SMP Negeri 1 Grobogan siswa kelas VIII.3 tahun pelajaran 2012/ 2013 semester II. Rentang waktu penelitian selama empat bulan, yaitu bulan Januari sampai April tahun 2013. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah kompetensi menulis puisi siswa kelas VIII.3 di SMP Negeri 1 Grobogan. Latar belakang dipilihnya kelas ini karena adanya permasalahan secara internal pada diri siswa, seperti: (1) minimnya kompetensi siswa dalam keterampilan menulis terutama puisi; (2) minimnya minat, dan motivasi siswa dalam menulis puisi; (3) minimnya minat siswa untuk mengembangkan potensi diri, khususnya dalam konteks kesusastraan; (4) stagnasi perilaku siswa dalam berkreativitas dan aktivitas dalam proses pembelajaran. Sumber Data Sumber data penelitian tindakan ini berupa informasi tentang kompetensi yang dimiliki siswa pada kemampuan menulis puisi, dan faktor-faktor penyebab rendahnya kompetensi siswa dalam menulis puisi. Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti: lembar observasi; jurnal kegiatan pembelajaran menulis puisi; angket; dokumen proses pembelajaran; pengamatan perilaku ekologis; catatan harian; sosiometri; dokumen foto-foto; dandata nilai pada pratindakan dan pada tiap-tiap siklus tindakan.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kompetensi siswa dalam menulis puisi dengan teknik konstruktivistik. Sedang instrumen nontes digunakan untuk mengevaluasi sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Validitas Data Cara yang ditempuh di dalam validitas data adalah dengan review informan mengkonfirmasikan data atau interpretasi teman kepada informan pokok sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan informan tentang data atau interpretasi teman. Dalam penelitian ini review informan dilakukan dalam bentuk diskusi dengan sesama guru yang mengajar di kelas yang jadi objek tindakan penelitian. Analisis Data Analisis kualitatif data dilakukan untuk mengukur perkembangan kualitas proses pembelajaran yang diperoleh dari data hasil observasi informan kunci (siswa, guru, dan teman sejawat). Selain itu analisis data juga dilakukan untuk mengukur perkembangan kualitas hasil pembelajaran yang diperoleh dari data ulangan harian. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus dimulai: (1) perencanaan; (2) tindakan; lalu (3) pengamatan; dan diakhiri dengan melakukan (4) refleksi. Melalui prosedur penelitian ini diharapkan kompetensi siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan dalam menulis puisi dengan teknik
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
31
Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran .....
konstruktivistik dapat peningkatan signifikan. Realitas ini dapat dilihat dalam tahapan-tahapan
Untuk lebih jelas, berikut tabel dan grafik nilai prasiklus.
selama tindakan penelitian dilakukan, baik di siklus I atau di siklus II. Hasilnya dapat dilihat dalam refleksi tiap-tiap siklus.
Tabel: 1 Nilai Prasiklus
Selain itu, perilaku para siswa selama pembelajaran pun diharapkan mengalami perubahan ke perilaku yang lebih aktif, kreatif dan positif. Hasilnya dapat dilihat di dalam refleksi tiap-tiap siklus. Apabila mengalami perubahan yang sangat signifikan, penelitian ini tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya, yaitu siklus III.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi Prasiklus Pembelajaran menulis, terutama menulis puisi, kiat dan motivasi siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan untuk beraktivitas, berkreativitas, dan berinovasi rasanya jauh dari harapan. Budaya masa bodoh, asal mengerjakan, bergantung pada teman lain menjadi rutinitas keseharian para siswa. Budaya semacam ini rasanya sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan tantangan zaman. Perlu adanya satu tindakan nyata yang membawa siswa dalam kondisi optimis bukan pesimis atau skeptif.
No
UnitKerja
Nilai
Banyaknya Siswa
Persentase
1
50 s.d. 64
9
24,32%
2
65 s.d. 74
16
43.24%
3
75 s.d. 84
10
27,03%
85 s.d. 94
2
5,41%
95 s.d. 100
0
0.00%
6
Rata-rata
70,92
-
7
KKM
75.00
-
8
Persentase
-
32,43%
4 5
SMP Negeri 1 Grobogan
Ketuntasan
Dalam table: 1 terdeskripsikan bahwa siswa yang memperoleh nilai 75 (KKM) ke atas sebanyak 12 siswa atau setara dengan 32,43%.
Bukti ketidakseriusan siswa dalam proses pembelajaran, terutama menulis puisi dapat dibuktikan dari realitas nilai prasiklus yang diberikan pada mereka. Dari 37 hanya 12 siswa atau 32,43% yang kompetens memperoleh nilai dengan batas KKM, yaitu 75,00 ke atas. Sedang selebihnya, sebanyak 35 siswa atau 67,57% masih perlu kontinuitas dan intensitas bimbingan, arahan dan tindakan yang efektif dan efisien.
32
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran .....
Hasil Pengamatan Siklus I Hasil observasi pada siklus I ini ialah: (1) ratarata siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan mulai mampu menulis puisi; (2) rata-rata siswa telah mulai
Sebagai pembanding kompetensi menulis puisi siswa prasiklus dan siklus I, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel: 3 Perbandingan Nilai Prasiklus dan Siklus I
mengaplikasikan unsur-unsur puisi dalam karyanya; (3) mengorelasikan dengan pengalaman sehari-hari secara terkonstruksi. Di samping itu, respons dan aktivitas siswa kelas VIII.3 sudah mulai optimal dibanding dengan respons prasiklus.
No. Unit Kerja
Nilai
Persen(%)
Siswa Prasiklus
Persen(%)
Siswa SiklusI
1
50 s.d. 64
9
24,32%
5
13,52%
Dilihat dari instrumen/ aspek: (1) pilihan kata (diksi); (2) kata konkret; (3) imajinasi; (4) bahasa figuratif (majas); (5) ferivikasi (rima); dan (6) tipografi, lihat deskripsi tabel ‘ketuntasan’ belajar dan
2
65 s.d. 74
16
43.24%
9
24.32%
75 s.d. 84
10
27,03%
15
40,54%
85 s.d. 94
2
5,41%
8
21,62%
5
95 s.d. 100
0
0.00%
0
0,00%
tabel perbandingan ‘hasil prasiklus,’ ‘grafik frekuensi nilai prasiklus’ dan ‘siklus I’ serta ‘gambar’ berikut.
6
Rata-rata
70,92
-
77,08
-
7
KKM
75.00
-
75.00
-
8
Persentase
-
32,43%
Tabel: 2 Nilai Setelah Mendapat Tindakan di Siklus I No
UnitKerja
Nilai
Banyaknya Siswa
Persentase
1
50 s.d. 64
5
13,52%
2
65 s.d. 74
9
24.32%
3
75 s.d. 84
15
40,54%
85 s.d. 94
8
21,62%
95 s.d. 100
0
0,00%
6
Rata-rata
77,08
-
7
KKM
75.00
-
8
Persentase
4 5
SMP Negeri 1 Grobogan
3 4
SMPN 1 Grobogan
62,16%
Ketuntasan
Dan berikut grafik perbandingan nilai prasiklus dan siklus I.
62,16%
Ketuntasan
Grafik: 2 Frekuensi Nilai Prasiklus dan Siklus I
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
33
Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran .....
Berikut beberapa foto kegiatan dalam siklus I
Gambar 1: Kegiatan Pembelajaran di Siklus I
Proses pembelajaran menulis puisi dengan teknik konstruktivistik ini ternyata merespons dan memotivasi hampir seluruh siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan. Pembelajaran dengan teknik konstruktivistik mampu memberi kebermaknaan yang positif pada siswa. Motivasi, kreativitas, aktivitas dan inovasi siswa ternyata lebih signifikan bila dibandingkan dengan sebelumnya. Antusiasme para siswa secara ringkas terdeskripsi dalam bagan siklus I berikut.
34
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran .....
Planning (Perencanaan)
Pelaksanaan pembelajaran “menulis puisi” Strategi pembelajaran dengan teknik pembelajaran konstruktivistik Menentukan waktu pelaksanaan pada siklus I Menentukan objekobjek kajian di lingkungan sekitar Mengondisikan PBM agar kondusif Memberikan pengarahan untuk motivasi kompetensi siswa Menyiapkan lembar observasi Menyiapkan lembar penilaian Menyiapkan kegiatan refleksi
Acting (Pelaksanaan)
Reflecting (Refleksi)
Tindakan telah sesuai dengan rencana Tindakan berdampak pada perubahan sikap, respons dan motivasi siswa Tindakan membuat nilai kompetensi menulis puisi siswa meningkat Masih terdapat kendala, kesalahan, dan kekurangpahaman yang wajar Ada beberapa siswa yang perlu mendapat perlakuan khusus karena hasil yang diperoleh belum optimal Perlu diintensifkan pembelajaran dengan teknik konstruktivistik yang berkorelasi dengan peningkatan kompetensi siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis puisi
Memaparkan maksud dan tujuan proses pembelajaran menulis puisi Menjelaskan teknik pembelajaran konstruktivistik pada siswa Menulis puisi diawal pertemuan Mengenalkan objek-objek kajian yang dikenal umum oleh siswa Memandu untuk mengaplikasikan dengan pengalaman sehari-hari Menganalisis puisi bersama anggota kelompok Merevisi puisi sesuai konteks yang diinginkan Mempresentasikan secara sampling tiap-tiap perwakilan kelompok Mengaji dan mendiskusikan contoh puisi secara bersama
Observing (Observasi)
Seacara umum siswa belum jelas mengenal teknik konstruktivistik Rata-rata siswa kurang kompetens menulis puisi sesuai dengan teknik yang konstruktif Sebagian siswa merasa tertantang mengaplikasikan teknik belajar pada puisi yang ditulis
Hasil Pengamatan Siklus II Hasil observasi siklus II adalah: (1) rata-rata siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan semakin kompetens memahami teknik menulis puisi; (2) mampu mengaplikasikan unsur-unsur puisi dalam karyanya; (3) mengorelasikan dengan pengalaman yang dialaminya sehari-hari secara konstruktif, korelatif dan sistemik. Seperti siklus I, instrumen/ aspek: (1) pilihan kata (diksi); (2) kata konkret; (3) imajinasi; (4) bahasa figuratif (majas); (5) verifikasi; serta (6) tipografi, dapat dilihat dalam deskripsi tabel ‘ketuntasan’ belajar dan tabel perbandingan ‘hasil di prasiklus dan siklus I’ serta grafik frekuensi nilai prasiklus, siklus I dan siklus II sebagai berikut. Tabel: 4 Nilai Setelah Mendapat Tindakan di Siklus II No
UnitKerja
Nilai
Banyaknya
Persentase
Siswa 1
50 s.d. 64
0
0,00%
2
65 s.d. 74
3
8,11%
3
75 s.d. 84
18
48,65%
85 s.d. 94
12
32,43%
95 s.d. 100
4
10,81%
4 5
SMP Negeri 1 Grobogan
Memerlukan panduan dalam mengaji karya puisi yang ditulis
6
Rata-rata
83,65
-
7
KKM
75.00
-
Terjadi perubahan sikap pada siswa menjadi lebih aktif dan kreatif
8
Persentase
91,89%
Ketuntasan
Ada peningkatan hasil belajar siswa , yaitu dari ketuntasan dari 32,43% menjadi 62,16%
Bagan: 2 Tindakan Pembelajaran Siklus I
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
35
Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran .....
Tabel: 5 Perbandingan Nilai Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II No
UnitKerja
Nilai
Persen (%)
Siswa Prasiklus
Persen (%)
SiswaSiklusI
Persen (%)
SiswaSiklusII
1
50 s.d. 64
9
24,32%
5
13,52%
0
0,00%
2
65 s.d. 74
16
43.24%
9
24.32%
3
8,11%
3
75 s.d. 84
10
27,03%
15
40,54%
18
48,65%
4
85 s.d. 94
2
5,41%
8
21,62%
12
32,43%
5
95 s.d. 100
0
0.00%
0
0,00%
4
10,81%
6
Rata-rata
70,92
-
77,08
-
83,65
-
7
KKM
75.00
-
75.00
-
75.00
-
8
Persentase Ketuntasan
-
32,43%
Berikut grafik perbandingan nilai prasiklus, siklus I, dan siklus II.
62,16%
91,89%
Sebagai bukti fisik kegiatan proses pembelajaran yang terjadi pada siklus II, berikut beberapa foto kegiatan sebagai realitas bentuk deskripsi proses.
Grafik: 3 Frekuensi Nilai Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
36
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran .....
khususnya dalam ‘menulis puisi’ bak gayung bersambut oleh siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan. Bahkan hungungan antarsiswa dalam kelompok berjalan kondusif dan direspons positif. Antusiasme mereka terlukiskan di dalam tindakan dalam siklus II seperti berikut. Planning (Perencanaan)
Pelaksanaan pembelajaran “menulis puisi”
Strategi pembelajaran dengan teknik pembelajaran konstruktivistik
meningkat lebih signifikan dibandingkan dengan siklus I atau prasiklus. Bahkan pemahaman proses pembelajaran dengan teknik ini semakin riil teraplikasi dalam setiap tindakan dalam siklus II ini. Kendala, kesalahan, kekeliruan merupakan hal yang biasa dalam setiap proses, termasuk proses pembelajaran. Akan tetapi problematika tersebut dapat diminimalisasikan di siklus II. Respons positif pembelajaran menulis dengan teknik konstruktivistik,
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
Menentukan waktu pelaksanaan pada siklus II
Menentukan objek-objek kajian di lingkungan sekitar
Mengondisikan PBM agar kondusif
Memberikan pengarahan untuk motivasi kompetensi siswa
Menyiapkan observasi
lembar
Menyiapkan penilaian
lembar
Menyiapkan refleksi
kegiatan
Gambar 2: Kegiatan Pembelajaran di Siklus II Proses pembelajaran menulis puisi dengan teknik konstruktivistik di dalam siklus II ternyata meningkatkan respons dan motivasi siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan mengerjakan tugas yang diembannya dengan sungguh-sungguh. Teknik konstruktivistik mampu memberi kebermaknaan yang positif pada perubahan kompetensi dan perilaku pada siswa. Motivasi, kreativitas, aktivitas dan inovasi siswa ternyata
Acting (Pelaksanaan)
Reflecting (Refleksi)
Tindakan telah sesuai dengan rencana Tindakan berdampak pada perubahan sikap, perilaku respons dan motivasi siswa Tindakan membuat nilai kompetensi menulis puisi siswa maikn meningkat secara signifikan Ada beberapa siswa yang masih perlu mendapat perlakuan khusus karena hasil belum optimal Perlu diintensifkan pembelajaran dengan teknik konstruktivistik yang berkorelasi dengan peningkatan kompetensi siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis puisi
Memaparkan maksud dan tujuan pembelajaran menulis puisi Menjelaskan teknik konstruktivistik pada siswa Menulis puisi diawal pertemuan Mengenalkan objek-objek kajian yang dikenal umum oleh siswa Memandu untuk mengaplikasikan dengan pengalaman sehari-hari Menganalisis puisi karyannya bersama pasangan dalam kelompok Merevisi puisi sesuai konteks yang diinginkan Mempresentasikan secara sampling tiap-tiap perwakilan kelompok Mengaji dan mendiskusikan contoh puisi secara bersama
Observing (Observasi)
Secara umum siswa mulai mampu mengaplikasikan teknik konstruktif dalam menulis puisi Rerata siswa mulai bersosialisasi menulis puisi sesuai dengan teknik konstruktivistik Sebagian siswa tertantang mengaplikasikan teknik belajar pada puisi yang ditulis Memerlukan panduan dalam mengaji karya puisi yang ditulis Terjadi perubahan sikap pada siswa menjadi lebih aktif dan kreatif Ada peningkatan hasil belajar siswa , yaitu dari ketuntasan dari 62,16% menjadi 91,89%
Bagan: 3 Tindakan Pembelajaran Siklus I
37
Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran .....
Pembahasan Siklus I Nilai rerata kompetensi menulis puisi dengan teknik konstruktif siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan siklus I mengalami peningkatan yang signifikan apabila dibandingkan dengan nilai prasiklus. Deskripsi peningkatan tersebut adalah: 70, 92 nilai prasiklus menjadi 77,08 atau meningkat 6,16. Kenaikan ini sangat berpengaruh pada nilai ketuntasan belajar, kompetensi, dan juga perubahan perilaku siswa.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan rangkuman temuan empirik, serta implementasi tindakan di dalam upaya meningkatkan kompetensi menulis puisi pada siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan dengan teknik pembelajaran konstruktivistik disimpulkan sebagai berikut. 1.
Kalau ketuntasan siswa prasiklus hanya mencapai 32,43%, sekarang di siklus I nilai ketuntasan belajar siswa sudah menjadi 62,16% atau mengalami
I, nilai rata-rata siswa meningkat 5,95 digit menjadi 76,35. Kenaikan berpengaruh pada nilai ketuntasan belajar pun berpengaruh terhadap kompetensi dan perubahan tingkah laku siswa. Nilai semula ketuntasan belajar siswa sebelum mendapat tindakan hanya 32,43% atau dua belas siswa. Akan tetapi, di siklus I nilai ketuntasan belajar siswa mengalami kenaikan sangat sifnifikan menjadi 62,16% atau naik 29,73%.
satu peningkatan signifikan, yaitu 29,73%. Kenaikan ini relatif berpengaruh pada peningkatan kompetensi siswa pada pembelajaran menulis, khusus puisi.
Pembahasan Siklus II Nilai rerata pada siklus II ternyata mengalami peningkatan yang lebih signifikan dibanding dengan siklus I dan nilai prasiklus. Nilai rata-rata prasiklus adalah 70,92 kemudian dalam siklus I meningkat 6,16 digit menjadi 77,08. Dan nilai rata-rata tersebut meningkat lagi secara signifikan di siklus II sekitar 6,57 digit, menjadi 83,65. Kenaikan nilai signifikan ini benar-benar berpengaruh pada ketuntasan belajar siswa.
2.
dari siklus I dan 59,46% dari nilai prasiklus.
38
Nilai rata-rata siklus II adalah 82.68 atau naik 6,32 digit dari siklus I, yaitu 76,35 atau naik sekitar 12,27 digit dari prasiklus, yaitu 70,41. Kenaikan ini jelas berpengaruh terhadap nilai ketuntasan belajar dan perubahan tingkah laku siswa. Nilai ketuntasan belajar siswa siklus II mencapai 91.89%, atau meningkat 29,73% apabila dibandingkan dengan nilai pada siklus I yang baru mencapai 62,16% atau naik signifikan menjadi 59,46% dibading nilai prasiklus.
Kalau nilai ketuntasan belajar siswa pada prasiklus hanya mencapai 32,43% dan siklus I telah mencapai 62,16% atau meningkat 29,73%, kini di siklus II nilai ketuntasan belajar siswa meningkat lagi secara signifikan menjadi 91.89%, atau naik 29,73%
Sebelum mendapat tindakan, nilai rata-rata siswa ialah 70,41. Setelah mendapat tidakan di siklus
3.
Pembelajaran menulis dengan menggunakan teknik konstruktivistik dapat meningkatkan kompetensi menulis puisi siswa, dan beresensi pada perubahan perilaku siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan.
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran .....
Saran Melihat hasil ketuntasan belajar yang mencapai 91,89% di akhir siklus II, peningkatan kompetensi menulis puisi siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 1 Grobogan melalui teknik pembejalaran konstruktivistik, rasanya perlu untuk: a.
b.
c.
Diimplementasikan hasil ini pada kompetensi lain dengan pendekatan yang sama dan berkorelasi positif; Terus berani mengadakan penelitian tindakan apabila dijumpai kasus di dalam proses pembelajaran yang lain sebagai solusi mengurai masalah. Perlu mengadakan penelitian lanjutan mengenai peningkatan kompetensi menulis puisi dengan menggunakan teknik konstruktivistik kepada siswa di kelas lain agar memperoleh hasil yang lebih optimal dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Doyin, Mukh. 2010. Delapan Langkah Menyusun PTK. Semarang: Bandungan Institute. Ifzanul (http://ifzanul.blogspot.com/2010/05/teoribelajar-konstruktivistik.html). Tanggal 11 Maret 2013.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pribadi, Benny A. 2009. Langkah Penting Merencanakan Kegiatan Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Saddhono, Kundharu dan Slamet, St.Y. 2012. Meningkatkan Keterampilan Bahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi). Bandung: Karya Putra Darwati. Sadikin, Mustofa. 2010. Kumpulan sastra Indonesia. Pantun Puisi Majas Peribahasa Kata Mutiara. Jakarta: Gudang Ilmu. Subyantoro. 2009. Pelangi Pembelajaran Bahasa: Tinjauan Semata Burung Psikolinguistik. Semarang: UNNES PRESS. Suharianto, S. 2009. Pengantar Apresiasi Puisi. Semarang: Bandungan Institute. Waluyo, Herman J. 2005. Apresiasi Puisi Untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wuryanto (http://aguswuryanto.wordpress.com/2010/ 08/06/peningkatan-prestasi-belajar-ips-melaluimodel-pembelajaran-konstruktivistik-denganmedia-perangko-di-sekolah-dasar-negeri-1salatiga/) Diunduh Tanggal 11 Maret 2013.
Kosasih, E.. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan: Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Magistra No. 84 Th. XXV Juni 2013 ISSN 0215-9511
39