1
DESKRIPSI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MATA PELAJARAN MATEMATIKA Nur’ain Abdjul, Drs. Karim NakiI, M.Pd, Drs. Perry Zakaria, M.Pd Jurusan Pendidikan Matematika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal open-ended pada materi operasi bilangan bulat di SMP Negeri 2 Limboto. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif . Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal open-ended paling tinggi 60 % . Hal ini juga dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan uji t nilai thitung = -2,82 untuk α = 0,05 diperoleh nilai tdaftar = -1,71. Hal ini menunjukkan hipotesis nol (H0) ditolak dan diterimanya hipotesis penelitian (H1) yang menyatakan bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal open-ended di SMP N 2 Limboto paling tinggi 60%. Kata Kunci : Kemampuan menyelesaikan soal, open-ended
I. PENDAHULUAN Dalam belajar matematika memerlukan keterampilan-keterampilan
tertentu untuk
mengatur dan mengontrol proses berpikirnya, dalam proses belajar matematika dilakukan dengan cara yang sistemastis, matematika merupakan ilmu terstruktur, siswa belajar dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan ke aksioma dan akhirnya pada teorema. Aturan-aturan matematika tidak disajikan dalam bentuk jadi, tetapi sebaliknya aturan-aturan tersebut harus ditemukan sendiri. Dengan karakteristik matematika seperti itu, yang harus dilakukan seorang guru adalah dapat mengembangkan berbagai
metode pembelajaran yang ada. Salah satu kegiatan
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yaitu pembelajaran dengan melatih siswa memberikan soal-soal open-ended yaitu soal yang membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara atau mungkin juga banyak jawaban yang benar, sehingga mengundang pengalaman siswa menemukan sesuatu yang baru. Ada fakta yang ditemukan penulis di lapangan yaitu di SMP Negeri 2 limboto, bahwa siswa kurang dilatih untuk mengerjakan soal yang berbentuk open ended (terbuka), siswa hanya terbiasa mengerjakan soal yang memiliki jawaban tunggal. Padahal dengan memberikan soal-soal open-ended guru dapat dengan mudah mengetahui apakah siswa tersebut sudah menguasai materi atau belum, karena setiap siswa nantinya akan memberikan jawaban yang berbeda-beda.
2
Dalam pembelajaran matematika siswa tidak hanya dilatih untuk berpikir konvergen, tetapi pemikiran divergen juga sangat dibutuhkan. Pemberian soal-soal open ended dapat melatih siswa untuk berpikir divergen, yaitu dari satu ide melahirkan berbagai macam gagasan-gagasan. Hal ini dilakukan agar siswa dapat menggali potensi berpikirnya, siswa mengerjakan soal dengan pemikirannya sendiri, tidak bergantung pada pemikiran orang lain. Adapun kriteria yang harus dicapai siswa dalam menyelesaikan soal open-ended adalah kelancaran, kelenturan dan keaslian. Dalam proses pembelajaran selalu dilakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui keberhasilan tersebut, biasanya digunakan suatu alat yang disebut tes. Lehmann (dalam Suleman 2011: 20) menyatakan bahwa tes adalah serangkaian baku yang harus dijawab. Dari suatu hasil jawaban seseorang atas pertanyaan-pertanyaan tersebut diperoleh suatu ukuran mengenai karakteristik orang tersebut. Sedangkan menurut Cronbach (dalam Suleman 2011: 20) yang menyatakan bahwa testing adalah suatu prosedur sistematis untuk mengukur karakteristik atau tingkah laku seseorang dan memberikannya dengan bantuan suatu skala numeric atau sistem kategorik. Hal ini berarti bahwa suatu tes disusun, dan dipakai untuk memberikan skor kepada seseorang berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Takahashi (dalam Mahmudi 2008: 3) soal terbuka (open-ended) adalah soal yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian. Menurut Suherman (dalam Emilya 2003: 123) soal yang memformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut soal tak lengkap atau soal terbuka. Menurut Mahmudi suatu soal dikatakan soal open-ended apabila soal tersebut berupa soal dengan satu cara untuk menemukan banyak jawaban yang benar, soal dengan banyak cara untuk menemukan satu jawaban yang benar atau soal dengan banyak cara untuk menemukan banyak jawaban yang benar. Jadi dapat disimpulkan soal open ended adalah suatu soal yang memiliki banyak jawaban yang benar, dan banyak penyelesaian yang bertujuan untuk mengembangkan pola pikir kreatif pada siswa. Dengan demikian ciri terpenting dari soal open-ended problem adalah tersedianya kemungkinan dapat serta tersedia keleluasaan bagi siswa untuk memakai sejumlah metode yang dianggapnya paling sesuai dalam menyelesaikan soal itu. Dalam arti, pertanyaan pada bentuk soal open-ended diarahkan untuk mengiring tumbuhnya pemahaman. Beberapa hal yang yang dapat dijadikan acuan dalam mengkreasi soal pada open ended (dalam kusmiyati 2007:2 )
3
1. Sajikan soal melalui situasi fisik yang nyata sehingga konsep-konsep matematika dapat diiamati 2. Soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel persoalan itu. 3. Sajikan bentu-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika 4. Sajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika 5. Berikan beberapa masalah konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa dapat mengkolaborasikan. Untuk menilai respons atau jawaban siswa yang berbeda setelah diterapkannya soal openended ini, maka perlu adanya kriteria khusus. Adapun kriteria yang digunakan untuk menilai/mengevaluasi tingkat kemampuan siswa khusus untuk masalah terbuka menurut Sawada (dalam Sudarsono 2011:11) adalah: 1.
Kelancaran meliputi: a. Kemampuan siswa dalam memberikan banyak jawaban terhadap masalah tertentu. b. Memberikan banyak contoh atau pernyataan terkait konsep atau situasi matematis tertentu.
2. Keluwesan meliputi : a. Kemampuan siswa menggunakan beragam strategi penyelesaian soal. b. Kemampuan memberikan beragam contoh atau pernyataan terkait konsep atau situasi matematis tertentu. 3. Keaslian yaitu kemampuan siswa dalam menemukan jawaban, harus merupakan hasil pemikirannya sendiri bukan jawaban dari orang lain. Kemampuan berasal dari kata mampu yang mempunyai arti kesanggupan, kecakapan atau kekuatan. Menurut Munandar (2009:23) kemampuan merupakan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Sedangkan menurut Uno ( 2011:139) “kemampuan adalah merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya. Kemampuan matematik didefinisikan oleh NCTM (dalam Afifah 2013) adalah kemampuan untuk menggali, menyusun konjektur, dan membuat alasan-alasan secara logis dan untuk menghubungkan berbagai ide-ide dalam matematika. Jadi kemampuan matematik adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman untuk menghubungkan berbagai ide-ide matematika. Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, akan tetapi semua itu bergantung pada peran guru, bagaiman guru tersebut mampu mengembangkan
4
proses berpikir siswa. Dalam proses pembelajaran matematika kemampuan siswa sangat dibutuhkan terutama dalam pemecahan masalah. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa materi matematika memiliki karakteristik yang berbeda dari ilmu lain yaitu matematika merupakan materi yang abstrak. Menurut Ruseffendi (Afifah:2013) suatu soal merupakan soal penyelesaian bagi seseorang jika pertama persoalan itu tidak dikenalnya, kedua siswa harus mampu menyelesaikannya baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuannya, terlepas dari pada apakah akhirnya ia sampai atau tidak kepada jawabannya. Ketiga sesuatu itu merupakan penyelesaian soal baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya. Senada dengan pendapat diatas krulik dan rudick (Afifah : 2013) menyatakan penyelesaian soal adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman. Menurut sumarno (Afifah 2013) indikator-indikator penyelesaian soal matematik yaitu: 1.
Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsure yang diperlukan.
2.
Merumuskan penyelesaian matematika atau menyusun model matemat
3.
Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai soal (sejenis atau soal baru)
4.
Menjelaskan atau menginterpretasi hasil penyelesaian menggunakan matematika secara bermakna
II. METODE PENULISAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Limboto. Waktu penelitian dilaksanaan pada semester genap yaitu bulan Mei-juni tahun ajaran 2012/2013 . Adapun yang menjadi Populasi pada penelitan ini adalah Kelas VII SMP Negeri 2 Limboto bertempat di Jl.Kasmat Lahay no.108 Kec. Limboto. Jumlah siswa yang dijadikan sampel yaitu 24 orang siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskripsi kuantitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyelesaian soal open-ended. Tes yang digunakan yaitu dalam bentuk essay pada materi operasi bilangan bulat yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal open-ended.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal open-ended diperoleh melalui tes yang tersebar ke dalam 7 butir pertanyaan. Secara lengkap hasil analisis deskriptif, distribusi frekuensi dan histogram yang berhubungan dengan skor variabel kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal open-ended dapat dilihat pada tabel berikut:
5
Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Open-Ended
Statistik
N 24
Skor
Skor
Min
Max
5
42
Mean 26
Median Modus
St.
(Me)
(Mo)
Deviasi
26,76
26,25
104,361
Tabel 4.2 Distribusi Frekwensi Skor Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Open-Ended No.
Kelas Interval
Fi
Nilai Tengah (Xi)
Xi2
Fi.Xi
Fi.Xi2
1
5 – 10
3
7.5
56.25
22.5
168.75
2
11 – 16
2
13.5
182.25
27
364.5
3
17 – 22
2
19.5
380.25
39
760.5
4
23 – 28
7
25.5
650.25
178.5
4551.75
5
29 -34
4
31.5
992.25
126
3969
6
35 – 40
5
37.5
1406.25
187.5
7031.25
7
41- 46
1
44.5
1980.25
44.5
1980.25
625
18826
24
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 7 siswa atau 29,16% memperoleh skor dibawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata 26, ada 7 orang siswa atau 29,16% pada kelas interval yang memuat skor rata-rata, dan 10 orang siswa atau 41,67% memperoleh skor di atas dari kelas interval yang memuat skor rata-rata. Untuk lebih jelasnya data kemampuan siswa menyelesaikan soal open-ended SMP Negeri 2 Limboto berdasarkan distribusi frekuensi pada Tabel 4.2 di atas disajikan dalam bentuk histogram seperti dibawah ini. Gambar 1 Histogram Frekwensi Skor Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Open-Ended
6
8 7
Frekuensi
6 5 4 3 2 1 0 5 – 10
11 – 16
17 – 22
23 – 28
29 -34
35 – 40
41- 46
Kelas Interval
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Program Excel for Windows 2007 diperoleh nilai L0 = 0,0526 (hasil perhitungan disajikan pada lampiran 7). Karena nilai L0 = 0.0526 < L tabel = 0. 173, maka disimpulkan bahwa galat regresi berdistribusi normal. Dalam hal ini data berasal dari populasi berdistribusi normal, yang berarti persyaratan normalitas data untuk regresi linier sederhana dipenuhi dalam penelitian ini. Setelah data dinyatakan berdistribusi normal, maka untuk pengujian hipotesis digunakan statistik parametrik. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji satu pihak yaitu uji t pihak kiri. Hasil analisis data untuk pengujian hipotesis, diperoleh thitung = 2,82 dan ttabel = -1,71 ternyata thitung jatuh pada daerah penerimaan H1, Seperti pada gambar dibawah ini
Ini sesuai dengan hipotesis yang ada pada Bab II yang menjadi hipotesis penelitian, bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal open-ended di SMP N 2 Limboto paling tinggi 60% yang didukung dengan thitung = -2,82
dan ttabel = 1,71, ternyata
thitung < ttabel dimana H1 = ≤ 0,60 diterima pada taraf kesalahan = 0,05. Ini menunjukan bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal open-ended di SMP N 2 Limboto paling tinggi 60% untuk kegiatan pembelajaran matematika.
7
Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal open-ended pada materi bilangan bulat yaitu : 1. Siswa tidak memahami konsep materi bilangan bulat, sehingga kesulitan dalam menyelesaiakan soal yang diberikan. 2. Dalam mengerjakan tugas yang diberikan siswa terbiasa bergantung pada orang lain, sehingga ketika mengerjakan soal yang berbentuk open-ended siswa kesulitan untuk memberikan jawaban yang berbeda dengan orang lain. 3. Siswa kurang melatih diri untuk mengulang kembali materi yang diajarkan Berdasarkan
kenyataan
telah
ditemukan
diatas
kemampuan
siswa
dalam
menyelesaiakan soal open-ended masih rendah maka siswa harus dibiasakan untuk mengerjakan soal-soal terbuka yang menuntut banyak jawaban atau penyelesaian.
IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut: 1.
Rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal open-ended pada materi bilangan bulat paling tinggi 60% pada kegiatan pembelajaran matematika.
2.
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal open-ended masih rendah.
3.
Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal open-ended disebabkan karena siswa kurang memahami materi operasi bilangan bulat. Berdasarkan temuan, pembahasan, dan simpulan penelitian maka diajukan beberapa
saran sebagai berikut. 1. Pemberian soal-soal open-ended dapat melatih kemampuan siswa untuk berpikir kreatif dan melatih kemandirian siswa, maka dari itu diharapkan kepada guru untuk dapat memberikan soal-soal yang berbentuk open-ended. 2. Diharapkan kepada siswa agar kiranya banyak melakukan latihan-latihan khususnya untuk soal yang banyak memiliki penyelesaian. 3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam meneliti kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal open-ended.
8
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta Afifah, S. Dian.2013. Identifikasi kemampuan matematika dalam menyelesaikan soal aritmetika sosial ditinjau dari perbedaan kemampuan matematika. Jurnal pendidikan matematika STIKIP PGRI Sidoarjo Volume 01 nomor 01 april ISSN: 2337-8166 Mahmudi, Ali. 2008.Mengembangkan soal terbuka (open-Ended) dalam pembelajaran matematika. Yogyakarta: online Buchori. 2005. Jenius Matematika 1 Untuk SMP/MTs Kelas VII.Semarang: CV Aneka Ilmu Huda, Miftahul.2013.Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Munandar,Utami.2009. Pengembangan RinekaCipta
Kreativitas
Anak
Berbakat.
Jakarta:
Mustaqim, Drs. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Mustikasari.2010. Pengembangan soal-soal Open-Ended Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Di SMP. Jurnal pendidikan Matematika. PPs Unsri, Volume 4. No 1 Ibrahim, Indrawaty. 2007. Pengaruh Evaluasi Formatif dengan Feed Back terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Turunan Fungsi kelas XI IPS. Skripsi S1 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Gorontalo. Tidak diterbitkan Kusmiyati, S Realin.2007. Pendekatan Open-Ended Dalam Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Nomor 8 –Oktober 2007 Ormrod, E.Jeanne.2008.Psikologi Pendidikan(Edisi Keenam).Jakarta: Erlangga. Sari, Yunita. 2013. Penerapan Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika Untuk meningkatkan kemampuan Berpikir matematis siswa ditinjau dari respon siswa. Jurnal Pendidikan Matematika Solusi. FKIP UNS. Vol.No.1 Maret 2013 Sudarsono , Sugeng. http://aciensudarsono.blogspot.com/2011/11/pembelajaranopen-ended-problem.html Sudjana,Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2007, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta
9
Tayibnapis. Y, Farida.2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi. Jakarta: Rineka Cipta Uno B, Hamzah. 2011. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara