DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (Lukisan):
Pencipta Dr.Drs.I Made Gede Arimbawa, M.Sn
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2011
DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL 1 Data karya Seni Munomental Judul Karya
: Peduli
Wujud
: Lukisan
Ukuran
: 200 x 100 cm
Bahan
: Campuran diterapkan di atas kain kanvas
Dibuat tahun
: 2003
2 Pengertian Judul karya Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
i artinya: mengindahkan,
memperhatikan, menghiraukan (Moeliono, et al. 1994). Merupakan nilai dasar dan sikap memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di sekitar kita (Juwaini, 2010). Jadi dalam kata peduli tersirat nilai tentang sikap seseorang untuk turut luluh merasakan atau empaty dan tidak berdiam diri dengan kondisi tertentu yang sedang terjadi. Mereka secara iklas untuk melakukan tindakan nyata
dalam upaya memberi solusi terhadap masalah yang sedang dialami oleh orang lain. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, maka maksud dari judul lukisan tersebut adalah berkaitan dengan prilaku antar sesama manusia yang semestinya menumbuhkan rasa prihatin, tidak acuh atau ikut memperhatikan kondisi yang terjadi disekitarnya.
3 Konsep Karya a. Gagasan penciptaan: Ingin menciptakan lukisan dengan muatan yang bersifat ajakan untuk memberi penyadaran tentang perlunya menumbuhkan sikap peduli atau mengingatkan tentang kepedulian dalam konteks persoalan sosio-ekonomi yang terjadi dewasa ini. b. Ide Penciptaan Suatu realita yang sering terjadi saat ini, banyak warga masyarakat yang mendapatkan rejeki berlimpah atau memeliki kekeuasaan, sering bersikap acuh dengan kondisi sesamanya yang semakin sulit terhimpit oleh beban hidup. Mereka semestinya turut memecahkan masalah, melakukan tindakan yang nyata dan tepat, sehingga apa yang dilakukan diharapkan dapat memperbaiki atau membantu kondisi di sekitarnya. Bukan menciptakan masalah baru dari solusi yang dilakukan. Misalnya masalah penggusuran tempat tinggal yang marak dan giat dilakukan di daerah perkotaan dengan dalih untuk menciptakan ketertiban, kenyamanan dan keindahan, namun tanpa dibarengi pemecahan yang efektif, malah sering menciptakan masalah baru. Tindakan tersebut dapat menambah panjang daftar penggangguran dan gelandangan di perkotaan. Harga pupuk yang tak terkendali sehingga banyak petani yang frustrasi dan meninggalkan profesinya serta mencoba mengadu nasib ke kota, tetapi pekerjaan di kota juga tidak sesuai dengan harapan mereka, karena tidak berbekal keterampilan yang dibutuhkan oleh aktivitas perkotaan. Hal tersebut juga berkontribusi terhadap penambahan pengangguran di perkotaan. Dari dua masalah tersebut mengakibatkan pengangguran terkonsentrasi di perkotaan. Kondisi tersebut sebenarnya sangat rawan dan berpotensi terjadi kejahatan, karena orang-orang yang menggangggur sangat mudah diasut untuk melakukan halmerampok, memperkosa, menodong, mencuri dan sebagainya.
Esensi kehidupan masyarakat tersebut, menjadi ide yang diunggkap dalam karya seni lukis dengan judul peduli. Dibuat dengan bahan campuran atau mix media diterapkan
diilustrasikan sebagai
sepasang mata sebagai salah satu materi subjek atau subject matter (Marianto, 2002). Bagian tersebut diorganisir sebagai vocal of interest atau dibuat menonjol dibandingkan subject matter lainnya dengan tujuan untuk menghantarkan pengamat kepada isi atau makna yang ingin pencipta sampaikan. Mata merupakan indera pengelihatan yang paling pertama menerima stimuli masalah sosial ekomoni, diharapkan agar digunakan untuk melihat atau memperhatikan dengan bijak. Hasil pengamatan tersebut diapresiasi dan di-follow up secara optimal yang ditunjukkan sebagai salah satu sikap peduli terhadap kondisi dewasa ini.Warna hitam dan kombinasi huruf atau Mister Z sebagai tanda yang dimaknai, bahwa siapun semestinya wajib menumbuhkan sikap peduli dan adil pada dirinya, karena dengan sikap tersebut niscaya akan tercipta kedamaian, kenyaman dan kebahagiaan antar sesama. Sedangkan sebagai latar depan dari wujud mata tersebut dilukiskan bentuk karang yang terbelah dengan tekstur yang berantakan. Wujud tersebut menyiratkan tentang kondisi masyarakat yang keras dan carut-marut dewasa ini. Garis merah melitang dimaknai sebagai penegas suatu keadaan yang sangat krusial dan perlu mendapat kepedulian atau perhatian yang serius oleh semua pihak yang terkait, sehingga di masa depan tidak berdampak lebih parah. Daftar Bacaan. Juwaini, A. 2010. Peduli adalah [cited 2010 Agustus 24]. Available from. URL: http://oase.kompas.com/read/2010/08/24/01134533/Peduli.Adalah Moeliono. A.M .dkk. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi I. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Marianto, M.D, 2002. Seni Kritik Seni. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Djelantik, AA.M, 1999. Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertujukan Indonesia.
DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (Lukisan):
BEKAS
Pencipta Dr.Drs.I Made Gede Arimbawa, M.Sn
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2011
DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL 1 Data karya Seni Munomental Judul Karya
: Bekas
Wujud
: Lukisan
Ukuran
: 200 x 100 cm
Bahan
: Campuran diterapkan di atas kain kanvas
Dibuat tahun
: 2004
2 Pengertian Judul Karya Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata bekas berarti: (1) tanda yang tertinggal atau tersisa; (2) sesuatu yang tertinggal sebagai sisa (Moeliono, et al. 1994). Berdasarkan pengertian tersebut, maka judul lukisan ini mengandung arti terkait dengan sesuatu yang tertinggal akibat peristiwa bom yang terjadi di Bali pada tahun 2002. Peristiwa ini menyisakan kenangan yang sangat memilukan yang dialami masayarakat Bali pada khususnya. Bekas yang timbulkan tidak hanya berupa kerusakan fisik, namun juga menimbulkan dampak psikologis yang sangat dalam.
3 Konsep Karya a. Gagasan penciptaan: Pada karya lukisan tersebut pesan yang ingin disampaikan adalah bekas akibat pengeboman yang dilakukan oleh para teroris. Melalui karya tersebut juga mengajak seluruh masyarakat yang berdomiosili di daerah Bali untuk selalu waspada dan bersatu melawan para teroris. Selain itu juga mengingatkan kepada desa adat yang ada di Bali, agar kembali pada jati diri dalam oleh leluhur kita dan tidak terpecah belah serta tidak hanya berkutat pada persoalan internal. Misalnya membuat permasalahan antar Banjar, keluarga, individu dan sebaginya, sehingga lengah dengan ancaman dari luar. Pesan utama yang ingin disampaikan dari lukisan tersebut adalah menjadikan peristiwa ini sebagai tantangan untuk bangkit menggalang persatuan antar desa adat di Bali, mengajegkan nilai-nilai budaya, salah satunya mengenai eksistensi
l
, membentuk kesepakat, saling bau-
membau mengantisipasi kemungkinan buruk yang bakal terjadi di wilayah adat Bali. b. Ide Penciptaan Terwujudnya karya lukisan tersebut terinspirasi dari bekas yang ditimbulkan dari peristiwa Bom Bali 2002 (Bom Bali I) yang merupakan rangkaian tiga peristiwa pengeboman yang terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Dua ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali, sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat. Rangkaian pengeboman tersebut merupakan pengeboman pertama yang kemudian disusul oleh pengeboman dalam skala yang jauh lebih kecil pada tahun 2005. Dari peristiwa tersebut tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau cedera dan kebanyakan korban merupakan wisatawan asing yang sedang berkunjung ke lokasi wisata tersebut.
Hal tersebut terjadi, di satu sisi sebagai dampak semakin
melemahnya fungsi lembaga adat, ikatan menyama braya yang renggang, semangat gotong royong yang semakin memudar, dan semakin menguatnya tatanan kehidupan individualis yang materialistik serta hubungan antar individu didasari dengan pendapat Ehrlich dan Liu dalam Budiono (2011)
disebabkan oleh faktor - faktor sosio-ekonomi, khususnya masalah kemiskinan, ketidakadilan sosial, dan besarnya jumlah pengangguran atau generasi muda yang tidak memiliki prospek ekonomi juga memberikan sumbangsih dalam mendorong terjadinya aksi - aksi terorisme. Mereka sangat renta dengan asutan untuk melakukan hal-hal yang negatif sekalipun harus mengorbankan nyawanya. Hasil apresiasi terhadap peristiwa tersebut, menyisakan pengalaman yang kemudian diungkap dalam wujud karya lukisan tersebut dibuat dengan bahan campuran atau mix media dan diterapkan di atas kain kanvas. Pada lukisan tersebut bekas diilustrasikan dengan salah satu subject matter (Marianto, 2002) berupa lubang yang dibuat dengan melubangi kain kanvas dan di sekelilingnya diwarnai dengan merah yang diorganisir sebagai vocal of interest atau dibuat menonjol dibandingkan subject matter lainnya. Subject matter tersebut dimaknai sebagai suatu bekas peristiwa pengeboman yang berdarah. Kemudian di bawah lubang tersebut ditempelkan keris yang tertanam dan terikat kain poleng. Subject matter tersebut dimaknai sebagai kondisi di mana semakin melemahnya fungsi lembaga adat di Bali. Lukisan ini diciptakan dengan maksud untuk membangkitkan semangat dan kesadaran untuk bersatu padu dan selalu waspada dengan ancaman yang dapat berakibat fatal. Daftar Bacaan Budiono 2011 Pemicu Tindakan Terorisme dalam Perspektif Ekonomi Politik. [cited 2011]. Available from. URL: http://econochemist.blogspot.com/2011/10/pemicu-tindakan-terorismedalam.html Muliono. A.M .et al. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi I. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Marianto, M.D, 2002. Seni Kritik Seni. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Djelantik, AA.M, 1999. Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertujukan Indonesia.
DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (Lukisan):
RAKUS
Pencipta Dr.Drs.I Made Gede Arimbawa, M.Sn
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2011
DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL
1 Data karya Seni Munomental Judul Karya
: Lukisan
Wujud
: 200 x 300 cm
Ukuran
: Campuran diterapkan di atas kain kanvas
Bahan
: 2004
Dibuat tahun
: Lukisan
2 Pengertian Judul Karya Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata rakus berarti: (1) suka makan banyak dengan tidak memilih; lahap; gelojoh; (2) ingin memperoleh lebih banyak dari yang diperlukan; loba; tamak; serakah (Moeliono, 1994). Dalam ajaran Agama Hindu yakni dalam Sad Ripu merupakan enam jenis musuh yang timbul dari sifatsifat manusia, di mana dalam salah satu bagiannya juga terdapat istilah lobha artinya sifat loba, serakah atau rakus (Kadjeng, et al, 1997). Sifat tersebut semestinya dienyahkan, diperangi atau dikendalikan sehingga tujuan hidup yang bahagia, sejahtera san berdampingan dapat tercapai.
Berdasarkan arti kata rakus tersebut, maka judul lukisan tersebut merupakan merefleksikan dari prilaku masyarakat dalam memaknai atau merasakan arti kata rakus dalam etika kehidupan yang semakin marak dilakukan belakangan ini. Selain itu karya seni tersebut menyiratkan suatu ajakan untuk merenungkan kembali sikap yang telah kita lakukan selama ini.
3 Konsep Karya a. Gagasan penciptaan: Melalui karya lukisan
utama yang ingin di-
sampaikan kepada para apresiator adalah refleksi dari keadaan masyarakat sekarang, khususnya sikap para peminpin bangsa ini banyak yang keliru dalam meresapi serta memaknai kata rakus dan cenderung menganggap tidak bermakna atau terjadi dekonstruksi makna, sehingga kata tersebut menjadi kehilanggan makna atau meaningless. Hal tersebut dapat dicermati dalam merasakan rasa bahasa tentang predikat sebagai orang rakus
Predekat tersebut sekarang ini tidak berdaya lagi
untuk menggetar kalbu mereka. Bahkan mereka lebih memupuk sifat egoistis, keberpura-puraan, berdalih dan sebagainya. b. Ide Penciptaan Terwujudnya karya lukisan tersebut adalah terinspirasi dari hasil perenungan terkait dengan ranah sosial-budaya-ekonomi, terutama mengenai sikap para peminpim negeri ini banyak yang
berlebih dengan tidak memilih dan
bahkan sampai melampaui batas-batas hak mereka alias korup. Hal tersebut sudah berjakit dan menjadi penyakit kornis yang menjalar ke mana-mana. Kemudian para koruptor dengan serta merta menjelman menjadi kaum jetset yang instant. Untuk memenuhi kebutuhannya, mereka harus tekun dan berpikir keras membuat tak-tik setan dan memacu andrenalinnya untuk memperjuangkan dirinya sendiri dengan bertameng kekuasaan. Padahal kalau kita cermati lebih kritis, orang-orang seperti ini adalah orang yang lemah baik fisik maupun jiwanya. Sangat sensitif dengan . Secara fisik mereka sebenarnya sangat renta dengan penyakit, sebagai bukti: banyak ditemukan kasus para koruptor sebelum disidangkan mereka
duluan jatuh sakit, baik sakit flu, mencret, pusing, sesak napas, tensi darah naik, stress, setruk dan sebagainya. Mental mereka terjajah oleh gengsi yang berlebihan dan terobsesi untuk meraih sensasi duniawi, sehingga lupa pijakan awal. Berdasarkan apresiasi terhadap kondisi tersebut, mengendapkan suatu pengalaman estetis yang diungkap dalam wujud karya lukisan yang diberi judul . Karya tersebut dibuat dengan bahan campuran berbagai bahan atau mix media dan diterapkan di atas kain kanvas. Pada karya tersebut sosok seseorang yang suka
dialegorikan sebagai seekor ulat bulu yang dibuat timbul sebagai centre
point. Hewan tersebut termasuk hewan kecil yang sangat lemah, namun tubuhnya dilindungi oleh bulu yang mengandung racun, sehingga banyak orang takut digerayanginya. Hewan tersebut termasuk hama yang rakus memakan daun, buah atau batang tanaman, sehingga dapat merusak atau mematikan tanaman yang dimakannya. Sedangkan dedaunan sebagai ilustrasi dari materi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Daftar Bacaan Muliono. A.M .et al. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi I. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Marianto, M.D, 2002. Seni Kritik Seni. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Djelantik, AA.M, 1999. Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertujukan Indonesia. Kadjeng, N. et al, 1997. Sarasamuscaya dengan teks Bahasa Sansekerta dan Jawa Kuna. Surabaya: Paramita
DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (Lukisan):
USAI
Pencipta Dr.Drs.I Made Gede Arimbawa, M.Sn
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2011
DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL 1 Data karya Seni Munomental Judul Karya
: Usai
Wujud
: Lukisan
Ukuran
: 100 x 80 cm
Bahan
: Campuran diterapkan di atas kain kanvas
Dibuat tahun
: 2004
2 Pengertian Judul Karya Padanan dari kata usai dalam bahasa inggris adalah final. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata usai artinya: bubar, berakhir, selesai, habis, atau sudah lampau ((Moeliono, et al. 1994). Terkait dengan lukisan tersebut, usai dimaksudkan berakhirnya suatu perlombaan atau pertandingan dalam olah raga dan sebagai hasilnya biasanya memperoleh penghargaan berupa medali, seperti medali emas, perak atau perunggu. Dalam perjuangan untuk memperoleh penghargaan tersebut dituntut
semangat dan menjujung tinggi sportifitas, berani menerima kemenangan dan kekalahan secara kesatria.
4.3 Konsep Karya a. Gagasan penciptaan Melalui karya lukisan yang diberi judul disampaikan kepada masyarakat secara umum adalah mengingatkan bahwa hidup ini merupakan suatu arena kompetisi; lomba; perlombaan; persaingan atau pertandingan yang pada akhirnya bertujuan untuk memperoleh suatu penghargaan, namun dalam proses perjuangan tersebut hendaknya dilakukan secara sportif artinya bersikap kesatria dan jujur terhadap lawan (Moeliono, et al. 1994). Sikap bersedia mengakui keunggulan (kekuatan, kebenaran) lawan atau kekalahan (kelemahan, kesalahan) sendiri, bersikap objektif dalam menilai sesuatu, sehingga diusai suatu kompetisi dapat tercipta kedamaian dari kedua belah pihak. b. Ide Penciptaan Terwujudnya karya lukisan tersebut adalah terinspirasi dari usainya sebuah acara olahraga yang biasanya diakhiri dengan sikap bersahabat dengan bersalaman bahkan kadang berpelukan dengan hangat. Seolah-olah tidak terjadi sesuatu di antara mereka. Di akhir sebuah permainan, bagi pihak yang menang mengekspresikannya dengan bersuka, bersorak, melompat, serta berbagai macam ekspresi kegembiraan sesaat. Namun suatu fakta sering terjadi di masyarakat malah sebaliknya. Nilai seportifitas termakan habis oleh perasaan atau emosi yang absurd dan berujung kerusuhan terjadi di mana-mana. Seperti dalam sepakbola. Ketika sebuah pertandingan usai, tidak jarang dihiasi kerusuh karena fanatik yang tidak karoan. Bangku stadion dibakar, pagar-pagar dirubuhkan, dan tindakan anarkis berlanjut sampai di luar stadion dengan merusak fasilitas umum, pendukung tim lawan diajar sampai bonyok. Jika dikaji lebih detail yang terjadi adalah agumentasi yang bervasiasi, wasit berpihak, pemain lawan curang, wasit disogok dan lain-lain. Hal tersebut juga terjadi Lihat saja dalam pemilihan seorang pejabat, diusai kompetisi
sering tampak dihiasi dengan ketidak puasan, tidak legowo menerima kekalahan dan sering terjadi defleksi karena wacana ditarik kemana-mana sampai mengenai sentimen pribadi serta berujung anarkis dengan pertumpahan darah dan pertaruhan nyawa yang sia-sia. Berdasarkan kontemplasi terhadap fenomena tersebut, mengendapkan suatu pengalaman. Kemudian diungkap dalam wujud karya seni lukis dengan gaya m
Karya tersebut dibuat dengan bahan campuran
berbagai bahan atau mix media dan diterapkan di atas kain kanvas. Pada karya terebut, materi subjek berupa medali dipakai sebagai tanda usai kompetisi dan latar belakang warna merah yang dimaksudkan sebagai semangat atau diartikan sebagai usai kompetisi yang digelar di negeri ini sering berakhir anarkis sampai terjadi peristiwa berdarah. Hal ini sebenarnya perlu dihindarkan dengan selalu menjujung sportivitas dan objektivitas. Daftar Bacaan Moeliono. A.M . et al. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi I. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Marianto, M.D, 2002. Seni Kritik Seni. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Djelantik, AA.M, 1999. Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertujukan Indonesia.
DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (Kriya Fungsional):
KAP LAMPU
Pencipta Dr.Drs.I Made Gede Arimbawa, M.Sn
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2011
DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL 1 Data karya Seni Munomental Judul Karya
: Kap Lampu
Wujud
: Kriya Produk Fungsional
Ukuran
: 20 cm x20 cm x 60cm
Bahan
: Campuran diterapkan
Dibuat tahun
: 2003
2 Pengertian Kegiatan membuat produk kriya merupakan suatu proses yang tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan di beberapa daerah di nusantara. Menurut Gustami (2007) bahwa periodisasi penciptaan produk kerajinan dari jaman prasejarah sampai era globalisasi, memang berdasarkan pemenuhan kebutuhan rohani maupun jasmani, praktis maupun non praktis. Menurut pendapat Mattil (1971) bahwa, crafts were created for ritual, social activities, theatre, and entertainment. Maksudnya adalah awalnya kerajinan diciptakan untuk tujuan praktis, seperti untuk
keperluan upacara ritual, aktivitas sosial, atribut seni pertunjukan dan dunia hiburan lainnya.Tentu semua yang diciptakan tersebut mengalami perubahan yang disesuaikan dengan jamannya. Kegiatan tersebut menghasilkan bermacam-macam bentuk dan jenis produk kriya. Perwujudan produk kriya tidak terbatas pada satu bahan baku, namun dapat menggunakan berbagai bahan yang tersedia di alam. Hal tersebut mengakibatkan sebutan produk kriya juga sangat beragam tergantung pada medium yang digunakan, salah satunya seperti kriya batok kelapa. Produk kap lampu dengan batok kelapa merupakan karya yang tergolong kriya fungsional, karena merupakan sesuatu yang dibuat dengan kecenderungan lebih banyak melibatkan kemampuan atau keahlian tangan kriyawan atau virtousity. Bersifat dekoratif atau secara visual dibuat sangat indah dan dalam perwujudannya berupa karya seni terapan yang memiliki nilai fungsi guna (utility) atau memiliki nilai fragmatis.
3 Konsep Karya a. Gagasan penciptaan Ingin menciptakan produk kriya fungsional berupa kap lampu dengan menggunakan batok kelapa yang dikombinasikan dengan bahan lain yang serasi. Tindakan tersebut dilakukan sebagai upaya mengoptimalisasi pemanfatan limbah berupa batok kelapa untuk bahan kerajinan, sehingga memiliki nilai ekonomis. b. Ide Penciptaan Selama ini pemanfaatan batok kelapa menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah, khususnya di Bali tampaknya belum optimal dilakukan oleh para kriyawan. Pada hal batok kelapa cukup mudah didapatkan dan bahkan kebanyakan menjadi limbah yang dibuang percuma atau sekedar diolah untuk dijadikan arang. Selain itu, pengolahan batok kelapa menjadi produk kriya, hingga saat ini masih memiliki peluang pasar yang cukup signifikan. Para kriyawan di Bali dalam kreativitas kerajinannya menggunakan batok kelapa sebagai bahan baku kebanyakan masih tergatung pada pesanan dari para pelanggannya. Jadi desain masih kebanyakan diperoleh dari para pelanggannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka muncul ide untuk mengoptimalkan pemanfaatan batok kelapa sebagai bahan untuk produk kriya dengan membuat produk fungsional berupa kap lampu. Bahan yang digunakan adalah mengkombinasikan dengan bahan lain, seperti: kayu glugu, kuningan, kain dan rotan. Bahan tersebut diorganisasikan sehingga menjadi sebuah kap lampu. Upaya ini diharapkan dapat merangsang para kriyawan untuk lebih kreatif menciptakan bentuk-bentuk produk kriya fungsional, sehingga dapat menambah varian produk industri kreatif di Indosesia.
Daftar Bacaan Gustami, SP.2007, Butir-Butir Mutiara Estetika Timur Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia, Yogyakarta: Prasista Mattil E. L.11971. Meaning In Craft. New Jersey: Prentis Hall Inc.