KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: KOLABORASI INTERNASIONAL “ALL GREE VS TAPAK TELU” THE INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS (ISI ) DENPASAR Faculty of Fine Arts and Design, and THE UNIVERSITY OF WESTREN AUSTRALIA Faculty of Architecture, Landscape and Visual Arts 22 of December 2010 – 2 of January 2011
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2011
Foto Karya. Riak Kehidupan, 2010. Bahan : Tanah Stoneware (tanah putih singkawang ). Glasir : Oksida hijau, Fe dan putih dof. Ukuran : 120 CM X 100 CM
Pengertian Judul: Karya keramik ini berjudul ”Riak Kehidupan” yang memiliki arti: ”Riak” yaitu: gerakan mengombak di permukaan air, dan ”Kehidupan” memiliki arti: masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagai mana mestinya (manusia, binatang dan tumbuhan). (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1991:350:840). Jadi ”Riak Kehidupan” yang dimaksudkan pada karya ini adalah: pasang surutnya perjalanan kehidupan yang harus dijalani, seperti gerakan/gelombang air yang mengalir dari hulu kehilir.
Kajian Sumber Penciptaan:
Bali dengan mayoritas penduduk beragama Hindu, menempatkan bunga sebagai suatu hal yang sangat disucikan. Bunga bagi umat Hindu dipergunakan untuk menunjukkan kesucian hati di dalam memuja Tuhan, para dewata dan leluhur. Oleh karena itu bunga yang dipakai adalah bunga yang baru dipetik dan berbau harum, disukai serangga, utuh dan tidak ternoda. Ketertarikan penulis akan keberadaan bunga teratai, karena bunga ini merupakan salah satu bunga yang disucikan oleh umat Hindu dan Budha. Menurut Titib (2001: 106), bunga teratai disebut juga bunga padma atau lotus dalam bahasa sansekerta disebut utpala. Padma dijadikan simbol alam semesta, yang lahir dari matahari. Matahari merupakan lambang dari Dewa Surya, Tuhan sebagai pencipta, oleh karena itu bunga padma bagi umat Hindu merupakan bunga yang disucikan karena merupakan sthana (tempat) suci Tuhan. Simbol bunga teratai ini terdapat pula pada Dewi Saraswati. Dewi Saraswati merupakan lambang ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, digambarkan memiliki empat tangan dengan masing-masing tangan memegang atribut berupa Vina (alat musik), Genitri (tasbih), keropak (lontar), bunga teratai dan binatang yang mengiringinya yaitu angsa sebagai wahana (kendaraannya). Kesemua simbol tersebut masing-masing memiliki makna filosofis. Simbol atau lambang
adalah sesuatu, seperti tanda (rambu, lukisan,
lencana dan sebagainya) yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu (Poerwadarminta, 1984: 556). Menurut Agus Sachari yang dikutip dari Cassirer (2002: 14) menyebutkan bahwa dengan adanya simbol, manusia dapat menciptakan suatu dunia kultural yang di dalamnya terdapat bahasa, mitos, agama, kesenian, dan ilmu pengetahuan. Dijelaskan pula, simbol adalah sarana komunikasi antara komunikator dengan komunikan karena kenyataan itulah yang akan menentukan wujud sebuah realitas. Berdasarkan fantasi, inspirasi, dan daya imajinasi penulis, melalui tahapan kontemplasi dilakukan tahapan pengamatan terhadap realitas kehidupan wanita Hindu Bali untuk lebih menguatkan gagasan dalam menemukan bentuk-bentuk yang cocok dengan simbol realitas kehidupan wanita. Dengan menangkap makna simbol bunga teratai pada Dewi Saraswati, hal tersebut merupakan manifestasi estetis yang berhasil penulis dapatkan melalui proses kontemplasi dan pengamatan secara langsung dan intens, sejalan dengan laku spiritual penulis. Didasari dari pemaknaan simbol yang terdapat pada Dewi Saraswati,
memberikan imajinasi bagi penulis sebagai perupa untuk membahasakan kembali menjadi karya seni dengan bahasa rupa, melalui media keramik. Konsep/Ide Penciptaan Hampir semua kebudayaan di dunia memiliki simbolisasi dalam bentuk yang berbeda-beda. Demikian pula dengan penulis sendiri yang dibesarkan pada lingkungan budaya Bali yang sangat kental dengan budaya, adat, dan religinya. Pada umumnya keberadaan simbol bagi umat Hindu merupakan media untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, mengadakan dialog dengan Sang Maha Kuasa dan memohon perlindungan-Nya. Bentuk dari simbol Dewi Saraswati ini, divisualisasikan ke dalam bentuk tiga dimensional, dengan media tanah liat sebagai objek karya. Bentuk simbol ada tiga macam yaitu: bentuk fisik, materi, dan suara. Bentuk simbol Dewi Saraswati disini merupakan bentuk fisiknya. Bunga teratai pada karya seni keramik ini, merupakan penggambaran simbolik, tidak lagi menceritakan tentang objek bunga melainkan bunga teratai telah berubah menjadi penggambaran yang mewakili sosok wanita. Penggunaan bunga teratai sebagai simbol wanita, bukan untuk mengeksploitasi keindahan dan kemolekan tubuh wanita. Bunga teratai yang dibuat diambil menyerupai ukuran dan bentuk aslinya namun ada pula bentuk bunga yang telah dideformasi. Bunga teratai ada yang menjadi subjek atau bentuk secara langsung dan ada pula sebagai elemen pendukung karya atau sebagai dekorasi pada bagian badan keramik. Penciptaan karya ini menggambarkan kehidupan wanita Hindu Bali dalam keseharian, dengan berbagai persoalannya. Wanita dengan semangat dan daya juangnya menghadapi kehidupan yang keras, menjadi wanita yang mandiri, bekerja sesuai kemampuannya (sawadharmanya) karena bekerja bagi wanita Hindu merupakan suatu kewajiban untuk memperbaiki karma, agar keturunannya tidak menanggung karma orang tuanya. Dan pengkajian terhadap beberapa persoalan-persoalan wanita.
Dengan pemahaman simbol ini, maka karya keramik menggunakan bunga teratai sebagai simbol diharapkan nantinya bagi penikmat seni dapat merasakan getaran-getaran emosi perasaan dan estetik penulis, yang nantinya mampu menyampaikan nilai serta pesan moral yang menjadi muatan isinya.
Makna Karya Karya, berjudul Riak Kehidupan, Pencipta terinsfirasi dari kehidupan wanita pekerja yang bekerja pada sektor informal sebagai buruh kasar seperti pekerja bangunan, buruh angkut barang di pasar, buruh penambang pasair dan lain-lainnya.
Pada karya ini pencipta membuat bidang dengan bentuk
bergelombang memanfaatkan garis lengkung dan lurus yang memberi kesan kelembutan dan ketegasaan. Garis lengkung tersebut menggambarkan efek bergelombang, yang penulis andaikan seperti riak air pasang dan surut. Karya ini menggambarkan para wanita pekerja, bekerja melakoni pekerjaannya untuk mencari nafkah demi kelangsungan hidup dan keluarganya, tidak peduli seberapa berat pekerjaan yang harus dikerjakan, karena bagi wanita Hindu bekerja merupakan suatu kewajiban untuk memperbaiki karmanya sesuai dengan swadharmanya ( sesuai dengan kemampuannya) agar keturunannya terhindar dari hal-hal yang menyedihkan. Hal ini digambarkan dengan bungabunga dan daun-daun teratai bergerak menuju hilir mencari setitik sinar kehidupan yang pencipta gambarkan dengan simbol api (cahaya lilin).
DAFTAR PUSTAKA Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1991), Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Balai Pustaka Jakarta Poerwadarminta, WJS. (1984), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Sachari , Agus. (2002), Estetika Makna Simbol dan Daya, ITB Bandung. Titib, I Made. (2001), Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu, BLPHDI, Paramitha, Surabaya.