KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL
JUDUL KARYA: “MELASTI”
PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si
Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar – Okinawa Prefectural University of Art OPUA University Library and Arts Museum, exhibition room 2 7-8 Oktober 2015
DESKRIPSI KARYA
JUDUL: “Melasti” PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si MEDIA: Foto On Canvas UKURAN: 90 x 60 cm TAHUN: 2015
DIPAMERANKAN PADA PAMERAN OPUA University Library and Arts Museum, exhibition room 2 7-8 Oktober 2015
Abstrak Melasti merupakan upacara Hindu di Bali yang merupakan kegiatan persembahyangan di laut, dengan mengusung berbagai perlengkapan yang disucikan seperti pretima, simbol-simbol agama dan perlengkapan upacara lainnya yang di miliki oleh umat Hindu di masing-masing desa maupun pura-pura masing-masing umatnya. Wistawan yang sering berkunjung ke Bali akan dapat menyaksikan Upacara Melasti di pantai-pantai yang ada di Bali seperti: pantai Padanggalak Sanur, pantai Kuta, Pantai Purnama Sukawati dan bnayak lagi pantai di seluruh kabupaten yang ada di Bali. Fotografer dokumenter memungkin memotret serangkaian gambar Melasti di pusat kota, desa-desa pekraman atau rentetan peristiwa persembahyangan di pantai-pantai yang ada di Bali. Kegiatan yang unik ini, dan hanya di lakukan setahun sekali, dapat digunakan sebagai objek fotografi, Seperti foto Melasti, fotografi dokumenter berusaha untuk menunjukkan kebenaran tanpa memanipulasi gambar. Melalui teknik fotografi dokumenter, Upacara Melasti akan menjadi abadi terekam dalam wujud visual mengenai bhakti kita pada Tuhan untuk mewujudkan pembenahan diri dengan menjadikan informasi agama sebagai kekuatan melakukan transformasi diri. Selanjutnya Melasti untuk memotivasi umat melakukan upaya pelestarian alam lingkungan melalui visualisasi fotografi dokumentar. Foto dokumenter dapat diartikan sebagai sebuah rentetan peristiwa atau cerita yang disampaikan melalui visual. Kata Kunci: Melasti, Fotografi Dokumenter,
Deskripsi Karya “Melasti” Sebelum Hari raya Nyepi di Bali kegiatan melasti dapat kita lihat di setiap kabupaten. Melasti merupakan upacara Hindu di Bali yang merupakan kegiatan persembahyangan di laut, dengan mengusung berbagai perlengkapan yang disucikan seperti pretima, simbol-simbol agama dan perlengkapan upacara lainnya yang di miliki oleh umat Hindu di masing-masing desa maupun pura-pura masing-masing.. Wistawan yang sering berkunjung ke Bali akan dapat menyaksikan Upacara Melasti di pantai-pantai yang ada di Bali seperti: pantai Padanggalak Sanur, pantai Kuta, Pantai Purnama Sukawati dan banyak lagi pantai di seluruh kabupaten yang ada di Bali. Di Bali umat Hindu melaksanakan upacara Melasti dengan mengusung pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya dengan hati tulus ikhlas, tertib dan hidmat menuju pantai yang menghadap samudra atau mata air lainnya yang dianggap suci. . Melasti adalah upacara yadnya yang bermakna untuk mensucikan diri secara lahir dan bathin yaitu (1) untuk dapat meningkatkan keheningan pikiran, (2) dan juga
dilaksanakan untuk kesucian jagat raya ini yang disimbolisasikan dengan labuh gentuh dengan labuhan sesaji ke laut serta, (3) mesucikan seluruh arca, pratima, nyasa, pralingga sebagai wujud atau sthana Ida Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa dengan segala manifestasi-Nya. Dalam Babad Bali, Melasti, juga disebutkan merupakan rangkaian dari hari raya Nyepi dan Melasti juga disebut juga melis atau mekiyis bertujuan untuk : •
Melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci untuk kehidupan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber / mata air yang disucikan.
•
Bagi pura yang memiliki Pratima atau pralingga seyogyanya mengusungnya ke tempat patirtan tersebut di atas. Pelaksanaan secara ini dapat dilakukan beberapa hari sebelum dilaksanakanya tawur kesanga untuk memohon kepada Tuhan untuk kesejahteraan alam lingkungan menjelang pergantian tahun Caka. Pelaksanaan upacara Melasti dilakukan
antara
empat
atau
tiga
hari
sebelum
Nyepi.
(http://sejarahharirayahindu.blogspot.co.id/2011/11/melasti.html). Sebagaimana disebutkan kutipan di atas, Melasti disebutkan merupakan rangkaian dari hari raya Nyepi dan Melasti juga disebut juga melis atau mekiyis bertujuan untuk melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci untuk kehidupan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber / mata air yang disucikan. Kegiatan upacara Melasti dilakukan beberapa hari sebelum Hari Raya Nyepi. Masyarakat penyungsung pratima yang dimiliki di masing-masing desa maupun purapura semestinya diusung ke tempat yang mata air atau pantai yang anggap di sucikan. Makna upacara melasti yang dilengkapi dengan berbagai sesajian sebagai simbol Trimurti, 3 dewa dalam Agama Hindu, yaitu Wisnu, Siwa, dan Brahma, serta Jumpana, singgasana Dewa Brahma. Untuk menyambut Hari Raya Nyepi, pelaksanaan upacara Melasti ini di bagi berdasarkan wilayah, di Ibukota provinsi dilakukan Upacara Tawur. Di tingkat kabupaten dilakukan upacara panca Kelud. Di tingkat kecamatan dilakukan upacara Panca Sanak. Di tingkat desa dilakukan upacara Panca Sata. Dan di tingkat banjar dilakukan upacara Ekasata. Sedangkan di masing-masing rumah tangga, upacara
dilakukan di natar merajan (sanggah). Upacara ini dilaksanakan agar umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan Hari Raya Nyepi (https://id.wikipedia.org/wiki/ Melasti). Dua kutipan dia atas, sudah amat jelas makna ritual Melasti itu sebagai proses untuk mengingatkan umat manusia akan makna tujuan hidupnya di bumi ini. Melalui teknik fotografi dokumenter, Upacara Melasti akan menjadi abadi terekam dalam wujud visual mengenai bhakti kita pada Tuhan untuk mewujudkan pembenahan diri dengan menjadikan informasi agama sebagai kekuatan melakukan transformasi diri. Selanjutnya Melasti untuk memotivasi umat melakukan upaya pelestarian alam lingkungan melalui visualisasi fotografi dokumentar. Fotografer dokumenter memungkin memotret serangkaian gambar melasti di pusat kota, desa-desa pekraman atau rentetan peristiwa persembahyangan di pantai-pantai yang ada di Bali. Fotografi dokumenter semestinya tidak memanipulasi visual dan akan berusaha menyapaikan apa adanya. Foto dokumenter dapat diartikan sebagai sebuah rentetan peristiwa atau cerita yang disampaikan melalui visual. Wijaya (2016:2) mengungkapkan definisi dokumenter secara umum, yaitu bercerita tentang hal-hal di sekililing kita, yang membuat kita berpikir tentang dunia dan kehidupannya. Dengan demikian, fotografi dokumenter adalah visualisasi dunia nyata yang dilakukan oleh seorang fotografer yang ditunjukan untuk mengkomunikasikan sesuatu yang penting, yang tentunya dimengerti oleh khalayak, sesuatu yang penting disini bersifat subjektif. Agar khalayak menjadi lebih mengerti tentang apa yang kita visualisasikan dalam fotografi dokumenter tentunya tidak hanya sekedar asal jepret, melainkan sebuah representasi visual dari keadaan yang menyentuh secara psikologi yang melibatkan emosi sebagai pengalaman personal. Jadi pada intinya fotografi dokumenter mengajarkan kita untuk melihat sesuatu lebih dalam, tidak hanya melihat sebuah realitas dari permukaannya saja, dan hal ini akan melatih kita untuk memiliki kepekaan terhadap suatu realitas sosial yang terjadi disekitar kita. Realitas yang kita tangkap tersebut, kemudian kita rekam dalam bentuk foto dengan berbingkai pendapat kita sebagai fotografer, seperti halnya dalam kegiatan Melasti yang setiap tahun selalu dilakukan dalam menyabut perayaan hari Raya Nyepi di Bali. Nilai artistik atau estetika pada foto dokumenter yang berjudul Melasti ini, terdapat pada pesan-pesan apa yang ingin disampaikan kepada khalayak penikmatnya,
sehingga pesan lebih penting dari perantaranya. Artinya, nilai estetika tidak mengalihkan perhatian khalayak dari pesan dalam fotografi dokumenter. Estetika foto penting karena foto yang indah dapat memenangi perhatian khalayak, terlebih di tengah-tengah gempuran visual suguhan dunia modern sekarang ini. Tetapi foto “Melasti” berniat lebih jauh agar khalayak memerhatikan pesan dibalik foto itu, tidak hanya menikmati daya tarik visualnya.
Daftar Pustaka Djelantik, A.A.M., 1992. Falsafah Keindahan dan Kesenian. Denpasar: STSI. Wijaya Taufan. 2016. Photo Story Panduan Gramedia Pustaka Utama.
Membuat Foto Cerita. Jakarta: PT.
(http://sejarahharirayahindu.blogspot.co.id/2011/11/melasti.html). (https://id.wikipedia.org/wiki/Melasti)
Lampiran Katalog Pameran