1
DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO
Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain
ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi siswa di SMK Negeri 2 Gorontalo khususnya siswa Kelas X Hotel adalah kesulitan siswa dalam belajar sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar siswa serta faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dan usaha untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif dimana untuk menganalisis tentang kesulitan belajar sisiwa serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar dan upaya untuk mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar siswa kelas X Hotel di SMK Negeri 2 Gorontalo. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan pendekatan deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu obserfasi, wawancara, angket dan dokumentasi serta analisis data yang dilakukan dengan menggunakan pengolahan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Kata Kunci: Kesulitan Belajar Siswa
____________________________ Jufri Idris, 1Dr. Wenny Hulukati, M.Pd, 2 Dr. Rustam Husain M.Pd, Selaku dosen tetap di Jurusan Bimibngan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo
2
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Hal ini telah di buktikan bahwa dengan berbagai penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan, perkembangan pada bidang pendidikan yang menyangkut dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) selalu menuntut kita untuk melakukan pembaharuan disegala bidang, terutama pada bidang pendidikan. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing lagi. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Jadi, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dan belajar itu juga merupakan suatu
proses upaya yang dilakukan individu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku secara menyeluruh, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Menurut Slameto (2010: 2) “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Untuk mengembangkan belajar siswa harus diberikan semangat atau motivasi agar dapat membantunya dalam proses belajar. Karena dengan memberikan motivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar yang baik bagi peserta didik atau siswa.
3
Setiap sekolah pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar. Begitu juga peneliti temukan di SMK Negeri 2 Gorontalo berdasarkan hasil pengamatan selama mengikuti praktik pengalaman lapangan Bimbingan dan Konseling (PPL-BK) di sekolah tersebut. Masalah kesulitan belajar yang paling dominan yang ditemukan di SMK Negeri 2 Gorontalo yaitu, siswa tidak memahami mata pelajaran tertentu seperti mata pelajaran matematika, fisika, kimia dan bahasa inggris sehingga dalam pemberian materi siswa tersebut membutuhkan penjelasan dari guru berulang-ulang agar siswa paham tentang materi yang diberikan. Selain itu siswa juga tidak ada motivasi belajar karena banyak pengaruh lingkungan seperti lingkungan keluarga yaitu hubungan orang tua yang tidak harmonis selaluh bertengkar bahkan ada juga orang tua yang suda berpisah, dan juga pengaruh dari teman-temannya sehingga siswa tersebut mengalami perestasi yang rendah. Dari masalah tersebut siswa mengalami kesulitan belajar sehingga berpengaruh kepada nilai mereka. Kesulitan belajar merupakan suatu kesalahan atau suatu gangguan yang ada pada diri siswa sehingga proses belajarnya tidak berkembang sebagaimana mestinya. Mengapa sehingga kesulitan belajar tersebut harus dapat diatasi, karena dengan adanya kesulitan belajar, siswa tidak dapat belajar dengan baik. Untuk mengatasi kesulitan belajar juga tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar, oleh karena itu, mencari penyebab utama dan sumber-sumber penyebab lainnya, agar lebih mudah dalam penyelesaian masalah kesulitan belajar. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar itu terdiri dari dua macam yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan pengaruh yang muncul pada diri siswa itu sendiri. Faktor Ekstern merupakan pengaruh yang datang dari luar diri siswa. Berdasarkan persoalan yang terjadi di atas, penulis mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar di SMK Negeri 2 Gorontalo”
4
Pengertian Kesulitan Belajar Menurut Jamaris (2014: 3) kesulitan belajar atau learning disability yang biasa juga disebut dengan istila learning disorder atau learning difficulty adalah suatu kelainan yang membuat individu yang bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif. Menurut Djamarah (2002: 201), kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. Jadi kesulitan belajar merupakan kondisi atau kelainan dimana siswa tidak bisa belajar sebagai mana mestinya disebabkan karena adanya gangguan ataupun hambatan-hambatan yang ada pada diri siswa atau individu itu sendiri sehingga siswa tidak dapat meningkatkan tugas perkembangan dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan materi dalam belajar. Ciri-Ciri Kesulitan Belajar Muh. Surya (dalam Muhammad. 2005:120) menyebutkan ada beberapa ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan belajar, antara lain sebagai berikut: 1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok siswa kelas. 2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Mungkin murid yang selalu berusaha dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu rendah. 3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas dengan waktu yang tersedia. 4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dll.
5
5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan tugas rumah, mengganggu teman baik di dalam maupun di luar kelas, dsb. 6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, kurang gembiara dalam menghadapai situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak merasa sedih atau menyesal. Dengan adanya ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut di atas, dapat dipahami adanya beberapa manifestasi dari gejala kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Dari gejala-gejala yang termanifestasi dalam tingkah laku peserta didik, berarti pendidik atau guru diharapkan dapat memahami dan mengidentifikasikan mana siswa yang mengalami kesulitan belajar dan mana yang tidak. Apabila pendidik dapat memahami secara mendalam tentang ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar, dimungkinkan tidak akan salah langkah dalam memberikan pelayanan dan bimbingan belajar siswa. Hal ini sangat penting karena tanpa adanya pemahaman dari guru atau pendidik secara maksimal mak peserta didik dalam belajar tidak akan berhasil dengan baik. Macam-Macam Kesulitan Belajar Dalyono (2010: 230)Macam-macam kesulitan belajar ini dapat di kelompokan menjadi empat macam: 1) Dilihat dari jenis kesulitan belajar: a) Ada yang berat; b) Ada yang sedang. 2) Dilihat dari bidang studi yang dipelajari: a) Ada yang sebagian bidang studi; dan b) Ada yang keseluruhan bidang studi. 3) Dilihat dari sifat kesulitannya: a) Ada yang sifatnya permanen/menetap; dan b) Ada yang sifatnya hanya sementara.
6
4) Dilihat dari segi faktor penyebabnya: a) Ada yang karena faktor inteligensi; dan b) Ada yang karena faktor non inteligensi. Diagnosis Kesulitan Belajar Diagnosis adalah proses yang kompleks dalam suatu usaha untuk menarik kesimpulan dari hasil-hasil pemeriksaan gejala-gejala, perkiraan penyebab, pengamatan dan penyesuaian dengan kategori secara baik. Dalam pengetahuan umum, diagnosis mengacu pada usah untuk mengidentifikasi fenomena awal ketidaknormalan dan mengklasifikasikan individu menurut karakteristiknya. Suwarto (2013: 90) Hasis (dalam Suwarto 2013: 91) diagnosis kesulitan belajar adalah menemukan letak kesulitan dan jenis kesulitan yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikannya (learning corective) yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar ialah bagaimana mengidentifikasi atau upaya untuk menemukan kelemahan dan masalah-masalah yang di alami oleh peserta didik atau siswa seperti nilai yang rendah, kurang motivasi dalam mengerjakan tugas dan lain-lain untuk mencari alternatif pemecahan masalah. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar a. Faktor Intern Siswa (faktor dalam diri sendiri) Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni: 1) Bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa. 2) Bersifat efektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
7
3) Bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengar (mata dan telinga).
b. Faktor Ekstern Siswa Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi: 1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu. 2) Lingkungan perkampungan/masyarakat (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. 3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah. Selain faktor-faktor umum di atas ada juga faktor-faktor yang lain yang menimbulkan kesulitan belajar siswa. Faktor-faktor ini dipandang sebagai faktor khusus. Misalnya sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Sindrom itu misalnya disleksia (dyslexia), yaitu ketidakmampuan belajar membaca, disgrafia
(dysgraphia),
yaitu
ketidakmampuan
belajar
menulis,
diskalkulia
(discalculia), yaitu ketidakmampuan belajar matematika. Dari uraian di atas dapat disimpulkan faktor-faktor kesulitan belajar dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut dapat teratasi jika pihak keluarga, lingkungan sekitar dan sekolah secara intensif memberi motivasi dan bimbingan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, dan anak responsive terhadap bimbingan yang diberikan.
8
Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar Menurut Sam Isbadi dan R. Isbadi (dalam Ahmadi, 2013: 97-100) secara garis besar, langkah-langkah yang diperlukan ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : 1). Pengumpulan data, 2). Pengelolaan data, 3). Diagnosis, 4). Prognosis, 5). Treatment/perlakuan, 6). Evaluasi Adapun penjelasan dari enam langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Menurut Sam Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dipergunakan berbagai metode, di antaranya : a) Observasi, b) Daftar pribadi, c) Meneliti pekerjaan siswa, d) Kunjungan sekolah, e) Angket 2. Pengolahan Data Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak. 3. Diagnosis Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut : a. Keputusan mengenai kesulitan belajar siswa. b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar siswa. c. Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar siswa.
9
4. Prognosis Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah yang ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan bantuan apa yang harus diberikan kepada siswa untuk membantu mengatasi masalah dalam kesulitan belajar. 5. Treatment (Perlakuan) Perlakuan yang dimaksud adalah pemberian bantuan kepada siswa yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun. 6. Evaluasi Evaluasi yang dimaksud adalah untuk mengetahui, apakah treatment yang diberikan tersebut berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan atau tidak. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia, kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupan seringkali menghadapi persoalan silih berganti, persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain timbul, demikian seterusnya. Berdasarkan atas kenyataan bahwa manusia itu tidak sama satu sama lainnya baik sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan dari orang lain maupun pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak sanggup mengatasi persoalan tanpa adanya bantuan orang lain. Peserta didik di sekolah biasanya juga memiliki masalahmasalah khususnya masalah dalam menerima atau juga memproses suatu materi pelajaran ke dalam pikirannya. Bimbingan dan Konseling dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Oleh karena itu individu yang mempunyai
10
pribadi yang sehat selalu berusaha bersikap positif terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya, untuk mewujudkan sikap yang positif diperlukan anak didik yang berdiri sendiri sebagai pribadi yang mandiri, bebas dan mantap. Anak didik yang seperti ini akan terhindar dari keragu-raguan dan ketakutan serta penuh dengan halhal yang positif dalam dirinya seperti kreatifitas, sportifitas dan lain sebagainya dan mampu mengatasi masalah masalah sendiri misalnya masalah kesulitan belajar. Masalah belajar yang sering timbul dikalangan peserta didik, misalnya masalah pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang efektif dan efisien, menggunakan
buku-buku
referensi,
cara
belajar
kelompok,
bagaimana
mempersiapkan diri menghadapi ujian, memilih jurusan atau mata pelajaran yang cocok dengan minat bakat yang dimilikinya, dari masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan program pelayanan bimbingan dan konseling untuk membantu para peserta didik agar mereka dapat berhasil dalam belajar. Dari uraian di atas telah jelas diuraikan bahwa Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa, sehingga siswa dapat memperoleh prestasi yang baik. Dengan perolehan prestasi yang baik maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai, dan juga dapat berguna bagi kehidupan sehari-hari yang bahagia dengan ilmu-ilmu yang dimilikinya. Bimbingan Belajar Menurut Jauhar (2011: 56) bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini meliputi: 1) Cara belajar, baik secara kelompok ataupun individual 2) Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar 3) Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran 4) Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
11
5) Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran Winkel (dalam Jauhari, 2011: 56) mengatakan bahwa layanan Bimbingan dan Konseling mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain dalam hal: 1) Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang. 2) Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga dan sebagainya. Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Deskripstif kuantitatif yang membahas mengenai faktor-foktor yang memepengaruhi kecerdasan emosional pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo. Untuk memperoleh data yang diinginkan dan sesuai dengan kepentingan peneliti, peneliti menggunakan teknik angket yaitu dengan cara memberikan penyataan tertulis kepada siswa yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang permasalahan yang diteliti yaitu kesulitan belajar dan faktor yang mempengeruhi kesulitan belajar siswa. Sedangkan
observasi dan wawancara sebagai teknik
pendukung.
Berdasarkan hasil analisis data di atas diperoleh data yang menggambarkan kesulitan belajar. Adapun indikator yang diukur adalah: Faktor internal dari dalam diri siswa dengan tiga deskriptor yaitu: a) ranah cipta (rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi)
dengan persentase rata-rata
72,64% atau berada pada kategori sedang. Dari duabelas pernyataan yang disebarkan kepada responden terdapat lima
pernyataan berada pada kategori tinggi, enam
pernyataan berada pada kategori sedang dan satu pernyataan berada pada kategori rendah. b) ranah rasa (labilnya emosi dan sikap) dengan persentase rata-rata 71,32% atau berada pada kategori sedang, dari delapanbelas item pernyataan yang disebarkan
12
kepada responden sepuluh item berada pada kategori tinggi dan delapan item pernyataan barada pada kategori sedang. c) ranah karsa (gangguan mata dan telinga) dengan presentase rata-rata 83,78% atau berada pada kategori tinggi dari dua item pernyataan yang disebarkan ke responden, semuanya berada pada kategori tinggi. Faktor eksternal dari luar diri siswa dengan tiga deskriptor: a) lingkungan keluarga dengan presentase rata-rata 78,21% atau berada pada kategori tinggi dari empat pernyataan yang disebarkan kepada siswa tiga pernyatan berada pada kategori tinggi dan satu pernyataan berada pada kategori sedang. b) lingkungan masyarakat dengan persentase rata-rata 75,45% atau berada pada kategori sedang dari tiga pernyataan yang disebarkan kepada responden dua item pernyatan berada pada kategori tinggi dan satu item berada pada kategori sedang. c) lingkungan sekolah dengan presentasi rata-rata 71,25% atau berada pada kategori sedang dari dua item pernyataan yang disebarkan kepada responden dua-duanya berada pada kategori sedang. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta,R ineka Cipta. Abdurahman Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta, Rineka Cipta. Ahmadi, A dan Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta, Rineka Cipta. Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta, AV Publisher. Dalyono. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta, Rineka Cipta Djamarah Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta, Rineka Cipta
13
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hallen A. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Quantum Teaching. Hikmawati, F. 2011. Bimbingan Konseling. Jakarta, Rajawali Pers. Jamaris
Martini.
2014.
Kesulitan
Belajar
Perspektif,
Asesmen,
Dan
Penanggulangannya Bagi Anak Usia Dini Dan Usia Sekolah. Bogor, Ghalia Indonesia. Muhammad.
2013.
Ciri-ciri
Siswa
Yang
Mengalami
Kesulitan
Belajar.
http://www.lintasjari.com/2013/07/ciri-ciri-siswa-yang-mengalami.html (di akses pada tanggal 25 Juni 2014) Rahyubi heri. 2012. Teori-teori Belajar Dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Jl. Sangraja, Nusa Media. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta, Rineka Cipta. Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik Dalam Pembelajaran. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Subini, Nini. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta, Mentari Pustaka. Wardati dan Jauhari Mohammad. 2011. Implementasi Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta, Prestasi Pustakaraya.
14