DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERSASTRA BERBASIS PANGGUNG Hari Sunaryo1), Nurul Zuriah2) , Novin Farid SW3). 1,2,3
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Muhammadiyah Malang E-mail:1)
[email protected], 2)
[email protected], 3)
[email protected]
Abstrak Dalam kerangka inovasi, efisiensi dan efektivitas harus dilakukan dalam pembelajaran sastra di sekolah guna dihasilkannya capaian pembelajaran secara optimal. Jika capaian pembelajaran minimal sudah dirumuskan dalam kurikulum, maka perhatian terletak pada bagaimana proses berlangsung dengan capaian pembelajaran semaksimal mungkin. Salah satu aspek dalam proses itu adalah soal media pembelajaran. Tujuan penelitian pengembangan media pembelajaran keterampilan bersastra berbasis panggung pada tahun pertama ini adalah dihasilkannya draft desain media pembelajaran keterampilan bersastra berbasis panggung yang dikembangkan di sekolah. Secara metodologis, keseluruhan penelitian menggunakan desain penelitian pengembangan. Penelitian tahun pertama dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, dokumentasi, wawancara, focus group discussion. Hasil yang diperoleh berupa deskripsi bahwa desain media pembelajaran keterampilan bersastra berbasis panggung dilandaskan pada prinsip-prinsip: pemanfaatan potensi lokal, bentuk audio-visual-material, berorientasi pada aktivitas pembelajaran proses kreatif seni, sasaran aktivitas individual atau kelompok, berpotensi mengembangkan capaian kompetensi akademik dan non-akademik maksimal, mudah dioperasikan. Kata kunci: Media Pembelajaran, Capaian Pembelajaran, Keterampilan Bersastra, Berbasis Panggung
178
SENASPRO 2016 | Seminar NasionaldanGelarProduk
1. PENDAHULUAN Media dalam sebuah pembelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan komponen penentu terbangunnya makna pembelajaran. Melalui media, proses dan peristiwa pembelajaran diharapkan dapat berlangsung efisien dan efektif, baik dari segi waktu, tenaga, biaya, dan sebagaimya. Pembelajaran keterampilan bersastra dengan sasaran capaian pembelajaran berupa kemampuan unjuk kerja dan hasil barya pada umumnya memerlukan proses dengan waktu tempuh (jam pembelajaran) yang tidak sedikit. Dalam konteks ini, proses dan peristiwa pembelajaran sering berlangsung tidak semata-mata dalam rentang waktu pembelajaran di sekolah, melainkan juga di luar sekolah. Selain itu, persoalan substansial yang terjadi dalam pembelajaran keterampilan bersastra adalah berlangsungnya proses-proses yang bersifat personal. Hal ini dikarenakan oleh pembelajaran keterampilan bersastra pada dasarnya merupakan pengejawantahan dari proses kreatif yang ditempuh peserta didik. Oleh karena itu, fasilitasi bagi berlangsungnya pembelajaran yang sesuai dengan proses tempuh secara individual sangat diperlukan. Bagaimanapun, guru berada dalam keterbatasan waktu dan kesempatan, namun pada sisi lain proses pembelajaran (di sekolah maupun di luar sekolah) harus terus berlangsung. Sebagaimana pengamatan dan hasil studi/kajian atas pembelajaran sastra di sekolah, umumnya menunjukkan kondisi masih terjadinya sejumlah persoalan yang berkaitan dengan strategi, metode, dan media pembelajaran (Sunaryo, 2011, 2012, 2013, 2014). Hal ini seiring dengan kesadaran-kesadaran baru yang bergulir dalam dunia pendidikan utamanya terkait dengan target capaian pembelajaran (kompetensi). Sebagaimana isi kurikulum di sekolah, kompetensi yang dimaksud adalah keterampilan bersastra tulis dan keterampilan bersastra lisan. Daya dukung bagi keberhasilan pembelajaran menuntut untuk terus diupayakan. Demikian halnya terkait dengan media pembelajaran keterampilan bersastra. Selanjutnya dengan memerhatikan konteks kehidupan mutakhir yang sarat dengan kemajuan teknologi, maka pengembangan media pembelajaran keterampilan bersastra yang berbasis teknologi informasi perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah dihasilkannya desain media pembelajaran keterampilan bersastra berbasis panggung di sekolah. Penelitian berfokus pada penggalian dan pengkajian konsep-konsep teoretik, identifikasi kebutuhan dan daya dukung bagi terbangunnya model dan draft desain media pembelajaran keterampilan bersastra berbasis panggung di sekolah. Penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan basil pembelajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir kongkret menuju keberpikir abstrak, dimulai dariberpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan halhal yang kompleks dapat disederhanakan Penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar sampai kepada kesimpulan, bahwa proses dan basil belajar parasiswa menunjukkan perbedaan yang berarti antara pembelajaran tanpa media dengan pembelajaran menggunakan media. Oleh sebab itu penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran (Sudjana&Rivai,2002;9). Dalam hubungannya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya pembelajaran Arsyad(2006:38) menjelaskan setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut. a) Perhatian siswa terhadap pembelajaran sudah berkurang akibat kebosanan mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan secara verbal oleh guru mengenai bahan pembelajaran biasanya sering membosankan apalagi bila cara guru menjelaskannya tidak menarik. Dalam situasi ini tampilnya media akan mempunyai makna bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian belajar para siswa. b) Bahan pembelajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Dalam situasi ini sangat bijaksana apabila guru menampilkan media untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pembelajaran. Misalnya menyajikan bahan dalam bentuk visual melalui gambar, grafik, bagan atau model-model yang berkenaan dengan isi bahan pembelajaran. Seminar NasionaldanGelarProduk | SENASPRO 2016
179
2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tahun pertama dari tiga tahun yang direncanakan. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan mixed method. Penelitian ini merupakan tipe penelitian pengembangan (research and development) dengan model deskriptif – eksploratif melalui model ADDIE (McGriff, 2003; Prawiradilaga, 2007:21), yaitu dengan tahapan/prosedur (1) Analysis, (2) Design, (3) Development, (4) Implementation, (5) Evaluation. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif dengan sasaran analisis isi/substansi materi, prosedur dan media pembelajaran yang dipertajam dengan analisis kelebihan dan kelemahan media pembelajaran yang sedang dikaji. Pada tahun pertama, fokus penelitian mengarah pada analisis dan desain. Pada tahun kedua, fokus kegiatan mengarah pada proses pengembangan media (development) dan produk mediapembelajaran. Adapun pada tahun ketiga fokus kegiatan mengarah pada penerapan (implementation), dan evaluasi (evaluation)serta produk masal media pembelajaran yang siap dipasarkan. Penentuan lokasi ditetapkan secara sengaja dengan berorientasi pada kelengkapan variasi butir-butir/aspek pembelajaran, yaitu SMP (negeri dan swasta) di Kota Malang dengan memerhatikan keterwakilan kategori SMP unggul, sedang, dan tidak unggul(SMPN 3 Malang, SMPN 7 Malang, dan SMPN 11 Malang). Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, dokumentasi, wawancara, dan focus group discussion. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis kualitatif model analisis interaktif: 1) reduksi data, 2) sajian data, 3) penarikan kesimpulan, 4) verifikasi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Ruang Lingkup Materi Sastra dan Alokasi Jenjang Kelas Pembelajaran keterampilan bersastra di sekolah sebagai bidang/materi ajar tercakup dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Sebagaimana Kurikulum 2016 hasil revisi 2016, materi bidang sastra disajikan dalam alokasi jenjang kelas sebagai berikut. Tabel 1. Ruang Lingkup Materi Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VII Kelas VIII Berita Deskripsi Iklan Cerita Fantasi Eksposisi Prosedur Puisi* Laporan Observasi Eksplanasi Puisi Rakyat* Ulasan Cerita Rakyat* Persuasi Surat Drama* Literasi Literasi Silabus Mata Pelajaran (Kemendikbud, 2016)
Bahasa
Kelas IX Laporan Pidato Cerpen* Tanggapan Diskusi Cerita Inspirasi Literasi
Indonesia
SMP/MTs
Dalam pelaksanaan pembelajaran, materi bidang sebagaimana Tabel 1 di atas dikerangkai oleh kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). Tabel 2. Kompetensi Inti Kelas VII
180
Kelas VIII
SENASPRO 2016 | Seminar NasionaldanGelarProduk
Kelas IX
KI1 Menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya KI3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. KI4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
KI1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
KI4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Penumbuhan dan pengembangan Kompetensi Sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Terkait dengan kompetensi dasar (KD), pembelajaran pada materi-materi bidang sastra sebagaimana Tabel 1 (kelas VII: puisi rakyat, cerita rakyat; kelas VIII: puisi, drama; kelas IX: cerpen) diarahkan pada terbangunnya kompetensi sebagaimana tabel berikut. Tabel 2. Kompetensi Dasar Materi Bidang Sastra Kelas VII Kelas VIII 3.7 Mengidentifikasi unsur3.4 Menelaah struktur dan unsur pembangun kebahasaan teks narasi (cerita tekspuisiyang diperdengarkan fantasi) yang dibaca dan atau dibaca. didengar
Kelas IX 3.5 Mengidentifikasi unsur pembangun karya sastra dalam teks cerita pendek yang dibaca atau didengar
4.7 Menyimpulkan unsurunsur pembangun dan makna
4.5 Menyimpulkan unsurunsur pembangun karya sastra
4.4
Menyajikan gagasan
Seminar NasionaldanGelarProduk | SENASPRO 2016
181
kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur danpenggunaan bahasa 3.14 Menelaah struktur dan kebahasaan puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar.
4.14 Mengungkapkan gagasan, perasaan, pesan dalam bentuk puisi rakyat secara lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur, rima, dan penggunaan bahasa 3. 15 Mengidentifikasi informasi tentang fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar. 4. 15 Menceritakan kembali isi fabel/ legenda daerah setempat 3.16 Menelaah struktur dan kebahasaan fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar. 4.16Memerankan isi fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar.
teks puisi yang diperdengarkan atau dibaca
dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar
3.8 Menelaah unsur-unsur pembangun teks puisi (perjuangan,lingkungan hidup, kondisi sosial, dan lain-lain) yang diperdengarkan atau dibaca.
3.6Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca atau didengar.
4.8 Menyajikan gagasan, perasaan, pendapat dalam bentuk teks puisi secara tulis/ lisan dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun puisi
4.6 Mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerita pendek dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan.
3.15 Mengidentifikasi unsurunsur drama (tradisional dan moderen) yang disajikan dalam bentuk pentas atau naskah. 4.15 Menginterprestasi drama (tradisional dan modern) yang dibaca dan ditonton/ didengar 3.16 Menelaah karakteristik unsur dan kaidah kebahasaan dalam teks drama yang berbentuk naskah atau pentas. 4.16 Menyajikan drama dalam bentuk pentas atau naskah
Mencermati jabaran materi dengan indikator sebagaimana diuraikan dalam kurikulum (Kemendikbud, 2016), materi bidang sastra yang memiliki peluang target kompetensi pemanggungan atau berkaitan dengan panggung adalah (1) pada kelas VII meliputi KD 3.14 dan 4.14 puisi rakyat tentang pantun; 3.15, 4.15, 3.16, dan 416 tentang fabel/legenda daerah; (2) pada kelas VIII meliputi KD 3.7; 4.7, 3.8, dan 4.8 tentang karya puisi; 3.15, 4.15, 3.16, dan 4.16 tentang drama sebagai karya sastra dan karya pentas; (3) pada kelas IV meliputi KD 3.5, 4.5, dan 3.6 tentang certita pendek yang didengar. 3.2 Unsur Media Guru secara umum telah menyadari dan memahami bahwa perangkat dan kegiatan yang terlaksana dalam pembelajaran harus didasarkan pada kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). Kompetensi inti merupakan operasinalisasi dari standar kompetensi lulusan dalam bentuk 182
SENASPRO 2016 | Seminar NasionaldanGelarProduk
kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan pembelajaran.Kompetensi Intidirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. Kompetensi Dasarmerupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Dalam konteks ini, media pembelajaran sastra berbasis panggung harus mampu menjamin terwadahinya KI dan KD sekaligus juga menjadi sarana bagi terbangunnya KI dan KD pada peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran. Lebih dari itu, sebagaimana fungsi media pembelajaran, peserta didik harus meperoleh nilai efektif bagi tercapainya KI dan KD tersebut. Unsur media pembelajaran harus pula diupayakan dapat memperkaya kegiatan pembelajaran. Semangat yang dicanangkan dalam kurikulum dewasa ini adalah bahwa pembelajaran di kelas harus tidak semata-mata diorientasikan terbatas pada kompetensi-kompetensi yang yang secara eksplisit dirumuskan dalam kurikulum. Ini artinya bahwa pelibatan media dalam pembelajaran harus diupayakan mampu menghadirkan nilai tambah. Oleh karena itu segenap potensi yang ada harus benar-benar dimaksimalkan, baik potensi sekolah maupun sosial budaya lingkungan. Hal ini sekaligus mewujudkan upaya kontekstualisasi pembelajaran. Sunaryo (2012, 2015) dalam sebuah penelitiannya menunjukkan bahwa pelibatan potensi budaya lokal dalam model pembelajaran menunjukkan hasil mampu menanamkan sikap budaya yang positif pada siswa. Siswa menjadi tahu dan menghargai budayanya dan sekaligus menggugah kesadarannya sebagai bangsa. Kontekstualisasi pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan keunggulan dan kebutuhan daerah serta Peserta didik. Kegiatan pembelajaran pada silabus dapat disesuaikan dan diperkaya dengan konteks daerah atau sekolah, serta konteks global untuk mencapai kualitas optimal hasil belajar pada peserta didik. Kontekstualisasi pembelajaran ini dimaksudkan agar peserta didik tetap berada pada budayanya, mengenal dan mencintai alam, sosial, dan budaya di sekitarnya, dengan perspektif global sekaligus menjadi pewaris bangsa sehingga akan menjadi generasi tangguh dan berbudaya Indonesia (Kemendikbud, 2016). Tabel 3. Potensi Sekolah dan Sosial Budaya sebagai Unsur Media Pembelajaran Sastra Berbasis Panggung Bentuk Sarana prasarana Potensi Sekolah Seni sastra daerah Potensi Lingkungan SosialSeni performansi daerah Budaya Artefak 3.3 Bentuk Media Bangun media pembelajaran sastra berbasis panggung pada dasarnya mengarah pada materi-materi pembelajaran sastra yang berkaitan dengan aktivitas performa bersastra/drama. Keterkaitan ini bisa dalam kerangka sumber dari performa tersebut ataupun sarana untuk membangun performa itu.Berdasarkan deskripsi kompetensi sebagaimana dalam kurikulum 2013, materi-materi pembelajaran tersebut meliputi (1) pada kelas VII: KD 3.14 dan 4.14 puisi rakyat tentang pantun; 3.15, 4.15, 3.16, dan 416 tentang fabel/legenda daerah; (2) pada kelas VIII meliputi KD 3.7; 4.7, 3.8, dan 4.8 tentang karya puisi; 3.15, 4.15, 3.16, dan 4.16 tentang drama sebagai Seminar NasionaldanGelarProduk | SENASPRO 2016
183
karya sastra dan karya pentas; (3) pada kelas IX meliputi KD 3.5, 4.5, dan 3.6 tentang certita pendek yang didengar. Bentuk media yang didesain agar efektif mampu mencapa capaian pembelajaran secara maksimal harus disesuaikan dengan sifat materi dan target capaian pembelajaran. Terkait dengan ini, guru dipandang harus kreatif dan memiliki etiket memberikan yang terbaik bagi para siswa. Dalam implementasinya, guru dapat sekedar memanfaatkan media yang sudah tersedia ataupun jika dipandang perlu harus membuat/menciptakan, baik secara sederhana maupun dengan sentuhan teknologi.Kreativitas guru dapat mengarah kepada pemanfaatan berbagai potensi sekolah maupun lingkungan sosial-budaya.
Kelas VII
VIII
IX
Tabel 4.Bentuk Media Pembelajaran Sastra Berbasis Panggung Nomor Kompetensi Dasar (KD) Sifat Kompetensi 3.14, 4.14 puisi rakyat tentang Reseptif pantun; 3.15, 4.15, 3.16, 416 tentang Reseptif fabel/legenda daerah 3.7; 4.7, 3.8, 4.8 tentang karya puisi; Reseptif Produktif 3.15, 4.15, 3.16, 4.16 tentang drama sebagai karya sastra dan karya pentas; 3.5, 4.5, 3.6 tentang certita pendek yang didengar
Reseptif Produktif Reseptif
Bentuk Media Audio Video Video Video Artefak Property Video Artefak Property Audia Video
3.4 Akses Media Pembelajaran sastra di sekolah harus memenuhi berbagai nilai pendidikan dengan paradigma pembelajaran mutakhir, yang meliputi aktivitas berpusat pada siswa, mengembangkan sikap positif, humanis, demokratis, kooperatif, dll. Terkait dengan ini, pengembangan media pembelajaran sastra berbasis panggung harus diorientasikan pada berkembangnya nilai-nilai tersebut pada peserta didik. Proses pemanfaatan media hingga dampak yang ditimbulkan sebagai hasil pembelajaran harus mampu mengembangkan secara maksimal nilai-nilai positif tadi. Tabel 4. Bentuk Media Pembelajaran Sastra Berbasis Panggung Kelas Nomor Kompetensi Dasar Bentuk Akses Media (KD) Media 3.14, 4.14 puisi rakyat tentang Audio Kooperatif, VII pantun; Video Demokratis, 3.15, 4.15, 3.16, 416 tentang Video Kooperatif, Demokratis fabel/legenda daerah 3.7; 4.7, 3.8, 4.8 tentang karya Video Kooperatif, Demokratis, VIII puisi; Artefak Proses kreatif Property 3.15, 4.15, 3.16, 4.16 tentang Video Kooperatif, Demokratis, drama sebagai karya sastra dan Artefak Proses kreatif karya pentas; Property 3.5, 4.5, 3.6 tentang certita Audia Kooperatif, Demokratis IX pendek yang didengar Video
184
SENASPRO 2016 | Seminar NasionaldanGelarProduk
4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan, hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa deskripsi bahwa desain media pembelajaran keterampilan bersastra berbasis panggung berorientasi pada kompetensi inti dan kompetensi dasar dengan perhatian pengengembangan pada pokok-pokok unsur media, bentuk media, dan akses media. Adapun pengembangan medianya dilandaskan pada prinsip-prinsip: pemanfaatan potensi lokal, bentuk audio-visual-material, berorientasi pada aktivitas pembelajaran proses kreatif seni, sasaran aktivitas individual atau kelompok, berpotensi mengembangkan capaian kompetensi akademik dan non-akademik maksimal, mudah dioperasikan, kontekstual. DAFTAR PUSTAKA [1] Daryanto. 2012. Media Pembelajaran. Bandung: Sarana Tutorial Sarana Sejahtera. [2] Kusdiana, A. (2010). Pembelajaran apresiasi sastra cerita terpadu model connected untuk
[3] [4] [5] [6]
[7]
meningkatkan kemampuan berbahasa siswa sekolah dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 11(1), 81– 82. McGriff, S.J. 2003. Instructional Design Models. [Online]. Available at: http://edci660fall08.wikispaces.com/file/view/ISDmodels.pdf Prawiradilaga, D.W. 2007. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: UNJ-Kencana Predana Media Group. Silberman, Mell. 1996. Active Learning, 101 Stategies to Teach Any Subject. Massachusetts: Allyn & Bacon Sunaryo, Hari. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Membaca Puisi secara Lisan Kreatif-Produktif Berbasis Tradisi Pelisanan Macapat Malangan pada Siswa SMP Kota Malang. Disertasi Doktor, SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Sunaryo, Hari. 2015. Adaptasi Nilai Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah. Penelitian Fundamental, DPPM Dikti.
Seminar NasionaldanGelarProduk | SENASPRO 2016
185