perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
DESAIN INTERIOR FASHION AND BEAUTY CENTRE DI SURAKARTA ( Dengan Konsep Modern )
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Unversitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh : DINDA AGUSTINA RETNOUTAMI C0804012
JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user
2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Desain Interior FASHION AND BEAUTY CENTRE DI SURAKARTA ( Dengan Konsep Modern )
Disetujui untuk diajukan, guna melengkapi syarat kelulusan Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010
Disetujui oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Iik Endang S W, S.Sn, M.Ds
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn
NIP. 19771027 200112 2002
NIP. 19621221 199201 1001
Mengetahui, Koordinator Tugas Akhir
Iik Endang S W, commit to S.Sn, user M.Ds NIP. 19771027 200112 2002
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010
Pada hari Jumat, 29 Januari 2010 Penguji : 1. Ketua Sidang Drs. Soepriyatmono, M.Sn NIP. 19560117 198811 1001
( ............................... )
2. Sekretaris Sidang Lu’lu’ Purwaningrum, S.Sn, M.T NIP. 19770612 20012 2003
( ............................... )
3. Pembimbing I Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds NIP. 19771027 200112 2002
( ............................... )
4. Pembimbing II Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1001
( ............................... )
Mengetahui,
Ketua Jurusan Desain Interior
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn Drs. Sudarno, M.A NIP. 19621221 199201 1001 NIP. 19530315 198506 1001 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : Dinda Agustina Retnoutami NIM
: C 0804012
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “Desain Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta ( Dengan Konsep Modern )” adalah benar-benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana.
Surakarta, Mei 2010 Yang membuat pernyataan,
Dinda Agustina Retnoutami
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Lakukan yang terbaik… Berikan yang terbaik… Dan jadilah yang terbaik… Untuk dirimu dan keluargamu........
Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang…….. Melainkan mereka yang tetap tegar….. Ketika mereka jatuh… ( Khahlil Gibran )
Tak selamanya semua hal yang kita inginkan bisa terwujud… Terkadang banyak hal tak terduga yang akan datang di hidup kita….
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
...................Dengan rasa syukur Karya ini kupersembahkan kepada : © Papa (alm) dan Mama tersayang, yang senantiasa tulus memberikan doa, cinta dan kasih sayang © My beloved AyAng SM and My Twin Angels KayNay, yang selalu memberi dukungan, semangat dan kebahagiaan © Mbak Ajeng yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materiil © Sahabat-sahabatku atas semangatnya
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga penulis mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul Desain Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta ( Dengan Konsep Modern ). Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa. 3. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah Kolokium, Tugas Akhir dan Koordinator Tugas Akhir. 4. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah Tugas Akhir. 5. Pihak LK salon dan Larissa yang telah memberikan ijin dan bantuannya untuk mencari data dan informasi survey lapangan yang diperlukan untuk menyusun Tugas Akhir. 6. Orang-orang tersayangku ( mama, ayah, KayNay, mb ajeng) di rumah yang selalu memberi semangat dan mengingatkan ketika lalai. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Sahabat-sahabatku, Deka, Diana, Lyna yang selalu memberikan bantuan, dukungan dan semangat yang luar biasa, dan semua Interior angkatan’04 terima kasih atas persahabatan dan bantuannya selama ini. 8. Civitas Akademika dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga terselesaikannya Tugas akhir ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tiada sesuatu apapun yang dapat penulis persembahkan selain do’a semoga Allah SWT memberi imbalan sesuai dengan jasa dan keikhlasan amalnya, Amin. Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membantu sehingga dapat menyempurnakan penyusunan skripsi ini dari pembaca.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb Surakarta, Januari 2010 Penulis
Dinda Agustina Retnoutami NIM. C 0804012
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Dinda Agustina Retnoutami. C0804012. 2010. Desain Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta ( Dengan Konsep Modern ). Tugas Akhir : Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : (1). Bagaimana merancang dan merencanakan suatu konsep interior Fashion and Beauty Centre yang mendukung konsep toko pakaian dan salon? (2). Bagaimana menyusun konsep Desain Interior Fashion and Beauty Centre yang sesuai dengan tema Modern dengan penerapannya ke berbagai elemen-elemen interior yang ada? (3). Bagaimana merancang interior ruang lobby, ruang penjualan/display, ruang konsultasi, fitting room dan salon yang dapat memberikan kenyamanan dan dapat memenuhi tuntutan akan adanya suatu wadah untuk mengatasi permasalahan penampilan ? Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut : (1). Mampu mewujudkan suatu Fashion and Beauty Centre yang mendukung konsep toko pakaian dan salon. (2). Menyusun Konsep Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty Centre di Surakarta yang sesuai tema Modern dengan penerapannya pada berbagai elemenelemen interior. (3). Merancang interior Fashion and Beauty Centre sebagai wadah untuk mengatasi permasalahan penampilan yang nyaman, wadah informasi yang komunikatif serta wadah perawatan kecantikan yang dapat memberikan kenyamanan bagi pemakainya. Metode yang digunakan metodologi penelitian kualitatif, dimana data yang dikumpulkan memiliki arti lebih daripada hanya sekedar angka atau frekuensi. Penelitian kualitatif menekankan pada analisis induktif, teori yang dikembangkan di mulai di lapangan studi dari data yang terpisah-pisah yang saling berkaitan. Data atau informasi yang dikumpulkan dan dikaji dari beragam sumber data. Pada proses pengumpulan data selalu diikuti reduksi data dan sajian data. Data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari bagian diskripsi dan refleksinya adalah data yang telah digali dan dicatat.
Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal : (1). Dalam merencanakan dan merancang organisasi ruang, pola hubungan antar ruang, dan sirkulasi sedapat mungkin jelas pembagiannya sehingga tidak membingungkan bagi pengunjung. (2). Penggunaan warna dan bentuk yang sesuai dengan tema akan membangun suasana para pengunjung. (3). Karakter ruang sangat membantu dalam menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………...
i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………
iii
PERNYATAAN………………………………………………………..
iv
HALAMAN MOTTO………………………………………………….
v
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………….
vi
KATA PENGANTAR………………………………………………….
vii
ABSTRAKSI……………………………………………………………
ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………
x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...
xiv
DAFTAR TABEL……………………………………………………….
xvi
DAFTAR SKEMA……………………………………………………...
xviii
BAB I
1
PENDAHULUAN…………………………………………….
A. Latar Belakang Masalah…………………………………… 1 B. Batasan Masalah…………………………………………… 3 C. Rumusan Masalah………………………………………….
3
D. Tujuan……………………………………………………… 4 E. Sasaran Perancangan ………………………………………
4
F. Manfaat…………………………………………………….
4
G. Metodologi Penelitian……………………………………… 5 H. Kerangka dan Pola Pikir…………………………………… 9 I. Sistematika Pembahasan…………………………………… 10 BAB II KAJIAN TEORI ………………………………………………. 11 I. DATA LITERATUR………………………………………. 11 A. PENGERTIAN JUDUL………………………………..
11
B. TINJAUAN UMUM FASHION CENTRE.……………
13
1. Pengertian Fashion.…………………………………. 13 2. Sejarah Fashion..……………………………………. 14 3. Fashion dan Perlengkapannya..……………………... 15 4. Aktivitas dan commit FasilitastoFashion user Centre .……………. 20
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Hubungan Fashion dan Desain Interior ...…………… 21 C. TINJAUAN UMUM BEAUTY CENTRE ..…………….. 22 1. Pengertian Beauty…………… ……………………….. 22 2. Fungsi, Tugas dan Tujuan Beauty Centre ..…………. 23 3. Aktivitas dan Fasilitas Beauty Centre .……...………. 24 4. Pola Aktivitas dan Fasilitas Fashion Centre...………. 27 D. TINJAUAN AREA PENJUALAN…………………….
28
1. Layout.………………………………………………. 28 2. Sistem Pelayanan……….…………………………… 31 3. Penyajian Materi Koleksi..………………………….. 32 4. Sistem Display………...…………………………….. 33 5. Prinsip Desain Sarana Penjualan.………………….... 40 6. Ketentuan Lain Area Penjualan…………………….. 41 7. Sirkulasi…………………………………………….. 42 E. TINJAUAN RUANG KONSULTASI DAN LOBBY...
45
1. Ruang Konsultasi…………………………………… 45 2. Lobby………….……….…………………………… 46 F. TINJAUAN TENTANG SURAKARTA……………… 46 1. Keadaan Geografis Kota Surakarta…………………. 46 2. Keadaan Demografi Kota Surakarta………………… 49 G. TINJAUAN UMUM INTERIOR...……………………. 49 1. Organisasi Ruang...…………………………………. 49 2. Sirkulasi……….……….…………………………… 52 3. Furniture………………...………………………….. 52 4. Warna……….………...…………………………….. 53 5. Elemen Pembentuk Ruang……..………………….... 56 6. Sistem Interior………………...…………………….. 62 7. Sistem Keamanan..………………………………….. 75 8. Dimensi Ruang Gerak………………………………. 78 BAB III. STUDI LAPANGAN…………………………………………... 83 A. Larissa, Solo…………………………………………….. 83 1. Sejarah………………………………………………. 83 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Non fisik……………………………………………. 83 3. Kebutuhan Ruang…...………………………………. 83 4. Aktivitas dan Kegiatan....…………………………… 84 5. Unsur Pembentuk dan Pengisi Ruang.……………… 85 6. Tata Kondisional…….....…………………………… 86 7. Tema…………………...…………………………… 87 8. Dokumentasi…………...…………………………… 87 B. LK Salon Solo Square, Solo...………………………….. 88 1. Sejarah………………………………………………. 88 2. Non fisik……………………………………………. 88 3. Kebutuhan Ruang…...………………………………. 89 4. Aktivitas dan Kegiatan....…………………………… 89 5. Unsur Pembentuk dan Pengisi Ruang.……………… 90 6. Tata Kondisional…….....…………………………… 91 7. Tema…………………...…………………………… 91 8. Dokumentasi…………...…………………………… 92 BAB IV ANALISA PERANCANGAN…………………………………
93
A. ANALISA JUDUL………………………………………… 93 1. Pengertian………………………………………………. 93 2. Tujuan dan Manfaat ……………………………………. 95 B. ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN…
96
1. Lokasi…………………………………………………… 96 2. Status Kelembagaan …………………………………….. 97 3. Struktur Organisasi……………………………………… 97 4. Sistem Operasional…………………………………….... 98 5. Program Kegiatan………………………………………. 99 6. Pelaku Kegiatan………………………………………… 99 7. Pola Kegiatan…………………………………………… 100 8. Jenis Ruang dan Fasilitas Ruang……………………….
104
9. Aktivitas dan Fasilitas………………………………….. 106 10. Besaran Ruang…………………………………………. 108 11. Hubungan Antar commit Ruang………………………………… 111 to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Zoning & Grouping……………………………………… 113 13. Organisasi Ruang……………………………………….. 114 14. Pola Sirkulasi…………………………………………..
118
C. KONSEP PERANCANGAN………………………………… 120 1. Ide Dasar Perancangan....................................................... 120 2. Tema……………………………………………………. 121 3. Aspek Suasana dan Karateristik Ruang……………….
122
4. Aspek Pola Penataan Ruang dan Furniture ……………. 123 5. Aspek Bentuk dan Warna……………………………… 125 6. Elemen Pembentuk Ruang……………………………… 126 a. Lantai……………………………………………….. 126 b. Dinding………………………………………………. 130 c. Ceiling………………………………………………. 133 7. Interior Sistem…………………………………………… 136 a. Pencahayaan………………………………………..
136
b. Penghawaan………………………………………… 140 c. Akustik……………………………………………… 142 8. Sistem Keamanan………………………………………
144
BAB V PENUTUP………………………………………………………. 148 A. KESIMPULAN…………………………………………….. 148 1. Pengertian……………………………………………… 148 2. Lokasi…………………………………………………..
148
3. Zoning dan Grouping…………………………………..
149
4. Tema dan Warna……………………………………….. 150 5. Elemen Pembentuk Ruang……………………………... 151 6. Interior Sistem………………………………………….. 153 7. Sistem Keamanan………………………………………. 153 B. SARAN…………………………………………………….
154
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 155
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1.
Layout Ruang penjualan Model Straight Plan............... 29
Gambar II. 2.
Layout Ruang penjualan Model Pathway Plan……….. 29
Gambar II. 3.
Layout Ruang penjualan Model Diagonal Plan……..... 30
Gambar II. 4.
Layout Ruang penjualan Model Curved Plan………... 30
Gambar II. 5.
Layout Ruang penjualan Model Varied Plan…............ 31
Gambar II. 6.
Layout Ruang penjualan Model Geometric Plan…….. 31
Gambar II. 7.
An Island Fixture…………………………...………… 39
Gambar II. 8.
The wall Fixture…………………………………..…. 39
Gambar II. 9.
A freestanding fixture……………………………………. 40
Gambar II. 10.
A freestanding fixture……………………………..….. 40
Gambar II. 11.
A freestanding fixture…………………………………. 40
Gambar II. 12.
Peta Kota Solo………………………………………… 47
Gambar II. 13.
Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo.….. 48
Gambar II. 14.
Organisasi Ruang Terpusat……………………….…... 50
Gambar II. 15.
Organisasi Ruang Linear……………………………… 50
Gambar II. 16.
Organisasi Ruang Radial……………………………... 51
Gambar II. 17.
Organisasi Ruang Cluster……………..……………… 51
Gambar II. 18.
Organisasi Ruang Grid…………………..…………… 51
Gambar II. 19.
Halogen Flexible Display Lights MR16……………... 69
Gambar II. 20.
Halogen Flexible Display Lights MR16...........……… 69
Gambar II. 21.
Lampu Sorot Terarah...................................………….. 70
Gambar II. 22.
Lampu Sorot Dinding……………………………..….. 71
Gambar II. 23.
Lampu Sorot rel Aliran....................................……….. 71
Gambar II. 24.
Reflexion Light.....................................................…….. 72
Gambar II. 25.
Smoke detektor......................................................……. 76
Gambar II. 26.
Fire estinguisher dan Hidrant kebakaran................…… 77
Gambar II. 27.
Standar Tempat Penjualan Barang yang Umum ……... 78
Gambar II. 28.
Standar Tempat Penjualan Barang yang Tergantun…… 79
Gambar II. 29.
Standar Toko Buku/Area Display…………………….. 79
Gambar II. 30.
Standar Toko Sepatu/Area Pengepasan………………. 80 commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II. 31.
Jarak Bersih Sirkulasi pada Konter ……………...…… 80
Gambar II. 32.
Jarak Bersih Sirkulasi pada Konter………………...…. 81
Gambar II. 33.
Jarak Bersih Konter dengan Rak Display Tinggi……... 81
Gambar II. 34.
Jarak Bersih Konter dengan Rak Display Rendah.….… 82
Gambar II. 35.
Kamar ganti Pakaian……………………………….….. 82
Gambar III. 1.
Kasir & Cosmetic Shop di Larissa....…………………. 87
Gambar III. 2.
Receptionist di Larissa………………...……………… 87
Gambar III. 3.
Ruang Tunggu di Larissa……………………………... 87
Gambar III. 4.
ME LK Salon, Solo Square..………………………….. 92
Gambar III. 5.
Tampak Ceiling di LK Salon…………….……………. 92
Gambar III. 6.
Display Produk Kecantikan…………………..……….. 92
Gambar III. 7.
R. Perawatan Keratase...……………………………… 92
Gambar III. 8.
R. Perawatan Rambut..……………………………….. 92
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1.
Pelaku, Aktivitas dan Kebutuhan Ruang…………….…… 26
Tabel II. 2.
Kegiatan Rutin Milanisti Indonesia……………………… 115
Tabel II. 3.
Kegiatan Rutin Milanisti Indonesia sezione Jogja………
Tabel III. 1.
Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Café………... 146
Tabel III. 2.
Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan……………... 147
123
Merchandise Shop Tabel III. 3.
Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Office Club… 148
Tabel III. 4.
Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Café………………. 149
Tabel III. 5.
Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Merchandise Shop… 150
Tabel III. 6.
Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Office Club……….. 151
Tabel III. 7.
Alternatif Organisasi Ruang……………………………… 157
Tabel III. 8.
Alternatif Organisasi Ruang ……………………………... 158
Tabel III. 9.
Alternatif Pola Sirkulasi …………………………………. 160
Tabel III. 10. Analisa Penggunaan Bahan Lantai ………………………. 170 Tabel III. 11. Analisa Penggunaan Bahan Dinding……………………... 174 Tabel III. 12. Analisa Penggunaan Bahan Ceiling……………………… 177 Tabel III. 13. Analisa Penggunaan Pencahayaan……………………….. 181 Tabel III. 14. Analisa Penggunaan Penghawaan………………………..
184
Tabel III. 15. Analisa Penggunaan Akustik…………………………….. 186 Tabel III. 16. Analisa Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran…………. 188 Tabel IV. 1.
Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Salon………. 106
Tabel IV. 2.
Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Shop………. 107
Tabel IV. 3.
Tabel
Aktivitas
dan
Fasilitas
pada
Kegiatan
R
Konsultasi….…………………………………………….. 108 Tabel IV. 4.
Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Shop……...………. 109
Tabel IV. 5.
Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Salon………………. 110
Tabel IV. 6.
Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang R. Konsultasi...……. 111
Tabel IV. 7.
Alternatif Organisasi Ruang …………………………..…. 116
Tabel IV. 8.
Alternatif Organisasi Ruang ……………………..………. 117
Tabel IV. 9.
Alternatif Pola Sirkulasi………………………….………. 119 commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV. 10. Analisa Penggunaan Bahan Lantai ………………………. 129 Tabel IV. 11. Analisa Penggunaan Bahan Dinding……………………... 133 Tabel IV. 12. Analisa Penggunaan Bahan Ceiling……………………… 135 Tabel IV. 13. Analisa Penggunaan Pencahayaan……………………….. 139 Tabel IV. 14. Analisa Penggunaan Penghawaan………………………..
142
Tabel IV. 15. Analisa Penggunaan Akustik…………………………….. 144 Tabel IV. 16. Analisa Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran…………. 146
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SKEMA
Skema II. 1.
Pola
Aktivitas
dan
Fasilitas
Pengunjung
dan
Pengelola........................................................…………….. 27 Skema II. 2.
Pola
Aktivitas
dan
Fasilitas
Pengunjung....................................................…………….. 27 Skema II. 3.
Pola
Aktivitas
dan
Fasilitas
Pengelola........................................................…………….. 28 Skema IV. 1. Struktur Organisasi Salon …………………………………. 97 Skema IV. 2. Struktur Organisasi Shop………………………….……… 98 Skema IV. 3. Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan Salon..…... 101 Skema IV. 4. Skema Kegiatan Pengunjung pada Pola Kegiatan Salon…. 101 Skema IV. 5. Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan Shop… …. 102 Skema IV. 6. Skema Kegiatan Pengunjung pada Pola Kegiatan Shop.…. 103 Skema IV. 7. Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan R. konsultasi………………………………………………….. 104 Skema IV. 8. Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan R. konsultasi………………………………………………….. 104
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan modern telah membuat manusia mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari gaya hidup ( life style ), rutinitas, karier bahkan obsesi hidup. Manusia juga dihadapkan pada kehidupan yang klise, dimana manusia dituntut bekerja keras hampir 24 jam sehari dengan produktivitas dan performance prima. Fenomena ini dialami hampir semua orang termasuk para eksekutif, baik pria maupun wanita. Bagi yang pekerjaannya berhubungan langsung dengan costumer ( client ), tentulah penampilan menjadi salah satu perhatian yang tidak boleh dilupakan bahkan oleh pria sekalipun. Di tengah padatnya aktivitas manusia modern, kebutuhan fashion dan beauty care yang bersifat mendadak juga sering terjadi. Kebutuhan akan berpenampilan resmi untuk menghadiri suatu acara penting, seperti rapat, bertemu klien atau menghadiri jamuan, padahal waktu yang mereka punya sangat sedikit. Dalam situasi seperti ini membutuhkan bantuan untuk berganti penampilan dengan cepat, baik dalam berpakaian juga berdandan. Namun disaat itu mereka tidak mungkin untuk berdandan dengan cepat karena kesibukan mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan seorang stylish yang akan membantu mereka dalam berpenampilan yang baik sesuai dengan situasi yang akan mereka hadapi. Hal ini juga merupakan salah satu cara menjaga imej di depan orang lain, dimana imej tersebut sangat diperhatikan masyarakat commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
modern sekarang yang sering bertemu atau bersosialisasi dengan orang lain baik keluarga, teman, klien atau rekan kerjanya. Situasi demikian memicu banyaknya bermunculan butik-butik atau toko pakaian dan salon sebagai alternatif tempat memenuhi kebutuhan masyarakat akan pakaian dan segala aksesoris pelengkapnya. Setiap butik atau toko pakaian menjual produk dengan berbagai jenis fashion style. Dengan melihat begitu banyaknya salon dan butik yang ada, maka dalam proyek ini akan ditawarkan pemandangan dan suasana yang lain dari yang sudah ada sebelumnya yaitu sebuah fasilitas dimana kebutuhan akan berpenampilan yang baik dalam cara berpakaian dan berdandan ditawarkan dalam wadah Fashion and Beauty Centre. Fashion and Beauty Centre ini merupakan tempat berbagai macam treatment untuk tubuh yang ditawarkan dan juga sebagai tempat dimana terdapat bantuan dalam berbusana dan berdandan dalam waktu tidak terlalu lama. Pada bagian penampilan berupa toko pakaian dan make up yang berbasis one stop beauty service, dalam arti di tempat ini costumer akan dibantu berdandan baik pakaian maupun make up dalam satu paket yang dipandu oleh seorang stylish yang berpengalaman. Pada bagian beauty care berupa salon yang menawarkan hair dan body care. Perpaduan antara tempat treatment kecantikan dan toko pakaian bertujuan agar masyarakat bisa mendapatkan tempat berbagai fashion dan beauty care dalam satu wadah, mengingat keterbatasan waktu mereka yang sibuk dengan pekerjaannya. Tempat ini ditujukan kepada kaum metropolis yang ingin melakukan treatment-treatment dan berdandan dalam satu tempat serta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
sebagai tempat pelepaskan kepenatan setelah aktivitas mereka ataupun kejenuhan pada aktivitas rutin meskipun hanya dalam waktu yang singkat.
B. BATASAN MASALAH Kehadiran Fashion and Beauty Centre di Surakarta ini dimaksudkan sebagai wadah toko pakaian dan treatment kecantikan ( beauty care ) ditawarkan dalam satu tempat yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat yang ingin berdandan namun memiliki keterbatasan waktu. Adapun batasan masalah pada Desain Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta adalah : 1. Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty Centre di Surakarta ini dibatasi pada ruang lobby sebagai akses masuk atau main entrance dari Fashion and Beauty Centre di Surakarta. 2. Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty Centre di Surakarta ini dibatasi pada perancangan ruang display penjualan pakaian, aksesoris dari kepala hingga kaki ( head to toe ), ruang konsultasi dan ruang ganti ( fitting room ). 3. Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty Centre di Surakarta dibatasi pada perancangan salon sebagai tempat perawatan kecantikan.
C. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana menyusun konsep Desain Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta yang sesuai dengan tema Modern dengan penerapannya pada berbagai elemen-elemen interior yang ada ? commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bagaimana merancang interior ruang lobby, ruang penjualan/display, ruang konsultasi, fitting room dan salon yang dapat memberikan kenyamanan dan dapat memenuhi tuntutan akan adanya suatu wadah untuk mengatasi permasalahan penampilan ?
D. TUJUAN 1. Menyusun Konsep Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty Centre di Surakarta yang sesuai tema Modern dengan penerapannya pada berbagai elemen-elemen interior. 2. Merancang interior Fashion and Beauty Centre sebagai wadah untuk mengatasi permasalahan penampilan yang nyaman, wadah informasi yang komunikatif serta wadah perawatan kecantikan yang dapat memberikan kenyamanan bagi pemakainya.
E. SASARAN 1. Kelompok masyarakat menengah ke atas, baik pria maupun wanita dengan usia 20-50 tahun. 2. Pemerhati dunia fashion dan kecantikan
F. MANFAAT 1. Bagi penulis/Desainer a. Memberikan masukan penting untuk memperluas pandangan dalam konsep perencanaan dan perancangan interior sehingga dapat commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyusun desain yang lebih baik dan tepat sesuai latar belakang dan sasaran. b. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan merancang suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsi dari ruang-ruang yang ada. c. Dapat berusaha untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam proyek perencanaan dan perancangan interior dengan menerapkan ide dan gagasan-gagasan yang ada.
2. Bagi Dunia Akademik a. Menambah referensi jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret tentang Fashion and Beauty Centre. b. Menambah salah satu bentuk perkembangan interior baru di dalam dunia akademik.
3. Bagi masyarakat a. Dapat memberikan wadah jalan keluar dari permasalahan penampilan. b. Dapat memberikan informasi dan juga sebagai sarana hiburan bagi masyarakat.
G. METODOLOGI Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang tujuannya adalah menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dilakukan secara metodologis dengan menggunakan metode-metode yang bersifat ilmiah. Metodologi adalah suatu cara atau jalan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasi serta menginterpretasikan data-data. Maka, pengertian metodologi penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memecahkan suatu masalah yang ada dengan cara mengumpulkan, menyusun serta menginterpretasikan data guna menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Metode penelitian sangat menentukan dalam sebuah penelitian ilmiah karena mutu dan validitas dari hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh pemilihan metode secara tepat. Dalam perancangan interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta ini metode yang digunakan adalah : a. Metodologi Analisis Yaitu menganalisa data-data yang diperoleh di lapangan, menghubungkan dengan kajian teoritis, untuk kemudian dianalisa kembali. Dari hasil analisa
kemudian
menghasilkan
alternatif-alternatif
selanjutnya disimpulkan menjadi suatu kesimpulan desain.
commit to user
desain
yang
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengumpulan Data
Reduksi data
Sajian data
Penarikan simpulan /vertivikasi
Analisis Data Interakrif ( Sumber : Metodologi Penelitian Kualitatif , HB Sutopo, 2002 : 96 )
b. Metodologi Observasi Yaitu mengadakan observasi secara langsung/tidak langsung dengan studi pengamatan lapangan, wawancara dan studi literature melalui buku-buku, referensi, majalah, surat kabar, konsultasi serta media lainnya yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai sehingga mampu menyelesaikan permasalahan. a. Lokasi Penelitian Penelitian yang akan digunakan sebagai dasar perancangan interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta ini dilakukan di beberapa tempat yaitu : -
Larissa Solo
-
LK Salon Solo Square
-
Matahari Departemen Store Solo Square commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Bentuk dan Strategi Penelitian - Studi literatur
: melalui buku-buku referensi, internet, arsip yang berhubungan dengan proyek yang diambil.
- Wawancara
: mewawancarai
pihak-pihak
yang
berkaitan dengan proyek yang diambil. - Studi lapangan
: melakukan studi banding pada obyek sejenis
sebagai
dasar
perbandingan
dalam menyusun konsep perancangan.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Kerangka / Pola Pikir
FASHION AND BEAUTY CENTRE DI SURAKARTA Latar Belakang - Aktivitas yang padat - Kebutuhan akan penampilan menarik - Waktu yang sempit
Studi Literatur - tentang kecantikan dan pakaian - tentang area penjualan
Rumusan Masalah
Data Lapangan
Tujuan Perancangan Norma Desain Human Faktor Aspek Sosial Budaya Aspek Lingkungan
Analisa
Konsep Desain
Sketsa Desain
Aspek Keamanan Alternative Desain
DESAIN
Interior System - Lantai - Dinding - Ceiling Elemen Interior - Pencahayaan - Penghawaan - Akustik Tema “Modern” Aspek Suasana, Karakter Ruang
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I.
PENDAHULUAN Yang terdiri atas latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan, sasaran, manfaat serta metodologi dan sistematika pembahasan.
BAB II.
KAJIAN TEORI Adalah uraian tentang landasan teori yang akan dijadikan dasar untuk mencapai tujuan perancangan.
BAB III. STUDI LAPANGAN Merupakan hasil survey lapangan yang berhubungan dengan pekerjaan interior yang akan dikerjakan.
BAB IV. KONSEP PERANCANGAN Merupakan uraian tentang ide/gagasan yang akan melatarbelakangi terciptanya karya tugas akhir.
BAB V.
KESIMPULAN Meliputi hasil temuan dari analisis data, evaluasi konsep perancangan dan keputusan desain.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI
I. DATA LITERATUR A. PENGERTIAN JUDUL Pengertian dari judul “ Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta “ adalah sebagai berikut : Interior
: - Ruang dalam suatu bangunan. ( Ensiklopedia Indonesia, 1989, hal : 195 ) - Tatanan perabot ( hiasan ), dsb didalam ruamg dalam dari gedung . ( Tim Penyusun KBBI, 2001 ; 383 )
Desain Interior
: - Desain interior adalah karya seni yang mengungkapkan dengan jelas dan tepat tata kehidupan manusia dari suatu masa melelui media ruang . ( J. pamudji subtandar : 1998 : 11 )
Fashion
: - Cara, kebiasaan, basa-basi; mode. ( John M Echols & Hassan Shadily, Kamus InggrisIndonesia, 1996 : 234 ) -
Pakaian: barang apa yang dipakai (baju, celana, dsb). ( Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 529 ) commit to user
11
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Mode atau Fashion adalah gaya berpakaian (tetapi juga dapat termasuk masakan, bahasa, seni, arsitektur) yang populer dalam suatu budaya. ( Wikipedia bahasa Indonesia )
Beauty
: - Orang cantik; indah; kecantikan. ( John M Echols & Hassan Shadily, Kamus InggrisIndonesia, 1996 : 58 ) -
Cantik: elok, molek (tentang wajah); indah (tentang barang). ( Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 127 )
-
Kecantikan:
keelokan;
kemolekan.
(Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 127 ) Centre
: - Pusat; bagian tengah; (soccer) penyerang tengah. ( John M Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, 1996 : 104 ) -
Pusat: pusar; titik yang ditengah benar (al. bulatan bola, lingkaran dsb); tempat yang letaknya di bagian tengah; pokok pangkal/ yang menjadi pumpunan (berbagai urusan, hal, dsb); orang yang membawakan berbagai bagian; orang yang menjadi pumpunan dari bagian-bagian. ( Cormentyna Sitanggang dkk, commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 616 ) Surakarta
: wilayah, kawasan, nama sebuah kota di propinsi Jawa Tengah.
Jadi pengertian dari judul “ Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta adalah suatu proses, pembuatan, merancang, merencanakan desain ruang dalam suatu bangunan yang berupa tempat penjualan pakaian, aksesoris, produk kecantikan, konsultasi dan salon untuk melengkapi fasilitas kegiatan yang berhubungan dengan penampilan yang operasionalnya berada di kota Surakarta.
B. TINJAUAN UMUM FASHION CENTRE 1. Pengertian Fashion Fashion
: - Cara, kebiasaan, basa-basi; mode. ( John M Echols & Hassan Shadily, Kamus InggrisIndonesia, 1996 : 234 ) -
Pakaian: barang apa yang dipakai (baju, celana, dsb). ( Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 529 )
-
Mode atau Fashion adalah gaya berpakaian (tetapi juga dapat termasuk masakan, bahasa, seni, arsitektur) yang populer dalam suatu budaya. ( Wikipedia bahasa Indonesia ) commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Sejarah Fashion Awal abad ke-19, fashion dikenal dengan istilah woman as a flower. Orang percaya bahwa fashion yang dipakai harus menunjukkan suatu kemewahan. Baju-baju yang dianggap tren adalah gaun yang sangat panjang (ball gown) dan korset. Gaya ini dipakai oleh Maria Antoinnette, istri Raja Louis XVI dari Prancis. Pada tahun 1939 sudah banyak wanita yang berbelanja di department store. Makanya mulai banyak baju siap pakai (ready to wear) yang diproduksi di pabrik-pabrik garmen seperti mantel, rompi, t-shirt dan celana pendek (pants). Setelah masa ini dari tahun 1940-1970an mulai bermunculan beberapa icon alias pencipta tren, seperti zooties, western style, bikers, teddy boys, folkie, surfers, mods, hippies, skinheads, Rastafarian, skaters, punks, new romantics dan gothic. Di tahun ‘80an, muncul gaya casual. Gaya casual adalah penyempurnaan gaya sportif yang menjadikannya lebih rapi dan trendi. Vest dan jaket track suit sangat digemari dan jadi khas gaya. Selain itu juga muncul gaya grunge, yaitu suatu gaya yang menampilkan kebebasan lewat pilihan baju. Ciri khasnya adalah checked skirts dan sepatu boots. Pada tahun’90an muncul gaya supermarket of style. Istilah ini dibuat untuk mendeskripsikan identitas orang yang tidak loyal pada satu jenis fashion saja. Penganutnya memakai semua gaya fashion dengan cara mix ‘n match. Di awal tahun 2000 muncul gaya new millennium. Di era ini definisi fashion adalah membaur dan menyatu. Artinya tidak ada batasan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
untuk bilang bahwa suatu rancangan baju sudah sesuai dengan fashion atau tidak.
3. Fashion dan Perlengkapannya a. Busana Busana adalah sesuatu yang melekat di tubuh manusia dan mengikuti bentuk dan struktur tubuh, yang dibuat dari berbagai bahan tekstil. Busana dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis antara lain : 1). Klasifikasi busana menurut cara pemakaian a). Busana Daerah b). Busana Adat c). Busana Nasional d). Busana Modern
2). Klasifikasi busana menurut kategori a). Pakaian pagi (daytime dressed) b). Pakaian malam (coctail and evening wear) c). Pakaian pengantin (wedding dressed) d). Pakaian tidur (sleep wear) e). Pakaian santai (leisure wear) f). Pakaian olahraga (sport wear) g). Pakaian dalam (lingerie) h). Pakaian kerja dan seragam (work clothes and uniform) i). Pakaian mantel dan mantel pak (theatrical and srits) commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3). Klasifikasi busana menurut kualitas a). Adi Busana Adalah busana berselera dan bermutu tinggi dengan bahan-bahan
yang
dipilih
secara
cermat,
garis-garis
rancangannya dipelajari seara mendalam dan pola-polanya dipersiapkan secara mendetail dan diproduksi tidak lebih dari satu atau berdasarkan pesanan seseorang. Selain dibuat berdasarkan pesanan serta ukuran tubuh seseorang, jenis busana
houte
couture
diperagakan
dengan
tujuan
memperkenalkan garis-garis rancangan baru dengan bahan dan warna baru.
b). Busana Adat (semi houte couture) Merupakan jenis busana yang diproduksi dalam jumlah tertentu dan dalam proses pekerjaan tangan yang sedikit diambil alih oleh mesin. Jenis busana ini komersial sifatnya, agar harga pakaian-pakaian yang bermutu dapat ditekan dan para produsen mengalami peningkatan bisnis. Sifat dari jenis busana ini adalah eksklusif.
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c). Pakaian jadi/konveksi (ready to wear) Merupakan jenis busana yang diproduksi secara besarbesaran dengan harga yang relatif murah sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh sejumlah besar konsumen. Pada umumnya busana jenis ini diproduksi oleh industri konveksi dengan tren warna, gaya, dan siluet cukup mutakhir karena meniru kreasi houte couture. Proses produksinya berlangsung cepat dan efisien karena menerapkan rasionalisasi dan mekanisasi tinggi.
4). Klasifikasi busana menurut jenis kelamin a). Busana Pria b). Busana Wanita
5). Klasifikasi busana menurut usia a). Busana untuk orang tua b). Busana untuk usia dewasa c). Busana untuk usia remaja d). Busana untuk anak-anak e). Busana untuk bayi
6). Klasifikasi busana menurut tujuan penggunaan a). Busana untuk ke sekolah b). Busana untuk ke kantor commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c). Busana untuk rapat d). Busana untuk resepsi Bahan baku merupakan faktor penentu kualitas pakaian. Tingkat keindahan fashion terlihat dari bahan baku yang dipakai. Bahan baku pakaian ada 2 jenis, yaitu : 1). Bahan baku (tekstil) tradisional Merupakan bahan baku yang dikerjakan dengan tangan dan biasanya merupakan iri khas suatu daerah, seperti batik, songket, ulos, sasirangan, kain tapis, tenun ikat, tenun sabu dan lain-lain.
2). Bahan baku (tekstil) modern Merupakan bahan baku yang dikerjakan dengan mesin, seperti wol, tetoron, rayon, gabardine, driil, katun, beludru, brokat, tile, sifon, linen, silk dan lain-lain.
b. Mode Tata Rias Tata rias merupakan pelengkap busana yang menciptakan keindahan penampiln seseorang. Tata rias dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : 1). Tata rias wajah Terdiri dari : - kecantikan wajah - perawatan wajah 2). Tata rias rambut Terdiri dari : - kecantikan rambut - perawatan rambut commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3). Perawatan tubuh a). Menurut bahan yang dipakainya - perawatan tubuh tradisional - perawatan tubuh modern
b). Menurut cara kerjanya - mandi susu - mandi lulur - aromaterapi - body contour
c. Accessories Adalah semua semua benda yang gunanya menambah keindahan bagi si pemakai, yang berupa perhiasan. Jenis accessories antara lain cincin, bros, gelang, kalung, hiasan rambut, hiasan busana dan sebagainya.
d. Millineries Adalah semua semua benda yang melengkapi dan berguna bagi si pemakai untuk memberi kesan khusus. Jenis millineries antara lain topi, selendang, sarung tangan, kaos kaki, kerudung, sepatu, sandal, tas, ikat pinggang, kacamata, dompet dan sebagainya. Bahan baku millineries antara lain kulit, kain, plastik dan sebagainya.
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Aktivitas dan Fasilitas Fashion Centre a. Aktivitas Komersial Aktivitas
komersial
adalah
aktivitas
yang
bersifat
dan
berhubungan dengan jual beli dan kontak sosial atau pertukaran. Aktivitas komersial dalam dunia fashion adalah seluruh aktivitas yang berorientasi pada perolehan keuntungan. Aktivitas ini merupakan aktivitas yang memberikan informasi sekaligus promosi fashion bagi masyarakat secara umum. Bentuk-bentuk aktivitas komersial dalam fashion centre meliputi: 1). Aktivitas promosi Bertujuan memperkenalkan produk fashion kepada masyarakat selaku
pembeli.
Aktivitas
ini
membentuk
citra
produk
untuk
mempengaruhi pengunjung agar tertarik dan berminat memiliki koleksi yang ditawarkan. Bentuk aktivitas promosi diantaranya iklan dan peragaan.
2). Aktivitas pemasaran dan penjualan Aktivitas ini dapat dijumpai dalam berbagai toko dan pusat perbelanjaan. b. Kebutuhan Fasilitas 1). Fasilitas Komersial a). Aktivitas promosi membutuhkan fasilitas gedung/ruang peragaan dan ruang konsultasi. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b). Aktivitas pemasaran dan penjualan membutuhkan fasilitas Pertokoan atau Butik-butik komersial.
5. Hubungan Fashion dan Desain Interior Kaitan fashion dengan interior dapat berarti macam-macam tergantung presepsi tiap orang. Dalam hal ini fashion berkembang sejalan dengan interior dimana pada periode tertentu gaya berpakaian dipengaruhi oleh gaya interior yang ada tapi perbedaannya fashion cepat sekali berubah (lebih cepat dari gaya interior). Abad ke XX ditandai dengan banyaknya perubahan yang radikal dalam fashion dan interior gaya-gaya lama yang berdaur ulang kembali. Arsitektur modern menekankan pada kesederanaan, fungsional dan structural. Hal ini juga menginspirsi fashion pada awal abad XX dimana kesederhanaan menjadi patokan merancang. Ternyata fashion berkaitan erat dengan penciptaan karya-karya interior yang mempunyai sifat yang sama, yaitu : a. Fungsional, bagaimana bagian-bagian atau keseluruhan fashion/interior itu bekerja seuai fungsi di dalamnya (form follow function). b. Konstruktif, bilamana fashion/interior itu dibentuk agar dapat memenuhi kegunaannya dan menunjang fungsi. c. Dekoratif, bagaimana memberi daya tarik namun tidak menggangu aspek fungsional dan konstruksinya. ( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di Surakarta, 2005 : 21)
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. TINJAUAN UMUM BEAUTY CENTRE 1. Pengertian Beauty Beauty
: -
Orang cantik; indah; kecantikan. ( John M Echols & Hassan Shadily, Kamus InggrisIndonesia, 1996 : 58 )
-
Cantik: elok, molek (tentang wajah); indah (tentang barang). ( Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 127 )
-
Kecantikan:
keelokan;
kemolekan.
(Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 127 ) Kecantikan/beauty à adalah perpaduan dari bermacam-macam mutu/kualitas, yang dapat memberikan rasa nikmat pada perasaan/akhlak/moral atau juga pada intelektual seseorang. à merupakan suatu perwujudan keindahan luar dan dalam, dimana luar adalah kecantikan fisik, sedang dalam adalah kecantikan batin, dan barulah kecantikan itu lengkap apabila kecantikan lahir terpadu dengan keindahan batin.
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Fungsi, Tugas dan Tujuan Beauty Centre a. Fungsi Secara garis besar, fungsi Beauty Centre adalah sebagai pusat dari berbagai pelayanan kecantikan dalam suatu wadah yang terkoordinasi, baik dalam bentuk aktivitas formal maupun aktivitas non formal yang berlangsung di dalamnya.
b. Tugas Beauty Centre merupakan suatu bangunan komersil yang bertugas memberikan fasilitas pelayanan perawatan kecantikan dalam beberapa rangkaian kegiatan.
c. Tujuan 1). Sebagai wadah untuk menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan-pelayanan kecantikan dalam usaha membuat seseorang tampil cantik dengan perawatan kecantikan secara non medis. 2). Menampung kegiatan promosi, pemasaran produk kecantikan serta pelayanan jasa di bidang kecantikan. 3). Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat baik tenaga profesional di bidangnya maupun masyarakat umum.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Aktivitas dan Fasilitas Aktivitas-aktivitas yang terjadi di Beauty Centre ini adalah sebagai berikut : a. Perawatan Kecantikan 1). Perawatan Kulit (Skin Care), yang meliputi kegiatan : v Facial Treatment (perawatan kulit wajah), berupa : à cuci muka à perawatan jerawat à penyembuhan flek-flek à perawatan muka dengan ramuan,dll. v
Body Treatment (perawatan kulit tubuh), berupa : à mandi (rempah, aroma, susu, lulur, bunga) à menghilangkan bulu-bulu à menicure dan pedicure à massage à refleksi
2). Perawatan Rambut (Hair Treatment), yang meliputi kegiatan : v sanggul (modern & daerah) v hair cut (potong) dan blow v coloring (pengecatan) dan toning v creambath, hair spa dan masker rambut v keriting dan meluruskan rambut
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3). Tata Rias Wajah (Make Up), yang meliputi kegiatan : v make up sehari-hari v make up fashion/artis/panggung v tata rias pengantin v b. Kegiatan Pemasaran Produk Kecantikan berupa Penjualan Produk (Cosmetic Center) Fasilitas yang terdapat pada Beauty Centre digolongkan menjadi dua, yaitu : 1). Fasilitas Utama, meliputi kegiatan : a). Fasilitas Perawatan Kecantikan b). Fasilitas Promosi dan Penjualan
2). Fasilitas Penunjang, meliputi kegiatan : a). Fasilitas Tunggu/Lobby b). Fasilitas Pengelola (office manager) c). Fasilitas Cafe d). Fasilitas Toilet e). Fasilitas Musholla f). Fasilitas Karyawan g). Fasilitas Dapur h). Fasilitas Gudang Umum
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pelaku Kegiatan, Macam Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Pelaku
Aktivitas - mendapatkan informasi, mendaftarkan diri - menunggu/istirahat - menjalani perawatan - makan - minum - ibadah - buang air - membayar - meninggalkan beauty centre
v Costumer
v Pengelola à Pemilik/Manager
à Stylish
à Karyawan
à Penjaga
- mengecek kesiapan kerja - mengerjakan administrasi - ibadah - buang air -
ganti pakaian menyiapkan perlengkapan melayani treatment ibadah buang air
- membersihkan ruang - mengatur limbah kerja - membersihkan/mencuci alat - menyediakan makanan dan minuman - ibadah - buang air
Kebutuhan Ruang - R. receptionist (Lobby) - R. tunggu (Lobby) - R. treatment - Cafe - mushola - Toilet - Kasir (Lobby) - Parking area
- office manager - office manager - mushola - toilet - R. ganti - R. Cuci - R. treatment - mushola - toilet - R. gudang - R. gudang - R. cuci -R. dapur/pantry -mushola -toilet
-R. keamanan (Lobby) - menjaga keamanan -Lobby - memberikan informasi awal - ibadah -mushola - buang air -toilet Tabel II. 1. Pelaku, Aktivitas dan Kebutuhan Ruang commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Pola Aktivitas dan Fasilitas Beauty Centre a. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung dan Pengelola Kegiatan Perawatan Kecantikan
Kegiatan Pengelola
Pengunjung
Pengelola Kegiatan Service Skema II. 1. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung dan Pengelola
b. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung Datang Parkir Lobby
Fas. Perawatan Kecantikan
Fas. Pengelola
Fas. Pengunjung
Fasilitas Pendukung
Pulang Skema II.2 . Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengelola Datang Parkir Lobby
Fas. Pengelola
Fas. Perawatan Kecantikan
Fas. Penjualan
Fas. Service
Fasilitas Pendukung
Pulang Skema II. 3. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengelola
d. Pelaku Kegiatan Pelaku
kegiatan
diidentifikasikan
berdasarkan
macam
kegiatannya dan dikelompokkan sebagai berikut : 1). Masyarakat umum (pengunjung/costumer) 2). Pengelola
D. TINJAUAN AREA PENJUALAN 1. Layout Rancangan dasar dalam tata ruang sebuah fasilitas penjualan terbagi menjadi :
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Rancangan garis lurus, merupakan rancangan ekonomis untuk disesuaikan dengan beberapa jenis toko kado sampai dengan outlet pakaian, dan grosir hingga department store.
Gambar II.1 Layout Ruang penjualan Model Straight Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 23)
b. Rancangan jalan kecil, sesuai untuk toko pakaian karena kemampuannya meminimalisasiperasaan kacau dan tidak peduli untuk mengalihkan arah kea rah rak belakang.
Gambar II.2 Layout Ruang penjualan Model Pathway Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 23)
c. Rancangan diagonal, direkomendasikan bagi toko swalayan dengan kasir barada ditengah dan garis pandang ke semua ruangan. commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar II.3 Layout Ruang penjualan Model Diagonal Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 24)
d. Rancangan kurva, untuk butik, salon, atau toko berkualitas tinggi, rancangan ini menciptakan sebuah lingkungan khusus yang menarik
Gambar II.4 Layout Ruang penjualan Model Curved Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 24)
e. Rancangan yang Bervariasi, untuk produk yang memerlukan barang dagangan pendukung yang sangat berdekatan, rancangan ini sangat fungsional.
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar II.5 Layout Ruang penjualan Model Varied Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 25)
f. Rancangan Geometris, rancangan ini sesuai untuk ruang ganti tanpa menyia-nyiakan ukuran panjang persegi, keuntungan ini membuatnya sesuai untuk toko pakaian.
Gambar II.6 Layout Ruang penjualan Model Geometric Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 25)
2. Sistem Pelayanan System pelayanan dalam suatu area penjualan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Self service, sistem pelayanan dimana pengunjung bebas memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan kemudian membawanya ke kasir untuk pembayaran. b. Self selection, sistem pelayanan dimana pengunjung dapat memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan kemudian dengan dibantu pramuniaga produk dibawa ke kasir untuk pembayaran. c. Personal, sistem pelayanan tertutup dimana segala bentuk pembelian dilayani oleh pramuniaga. Baik dalam memilih, mengambil produk sampai pembayaran dilayani oleh pramuniaga.
3. Penyajian Materi Koleksi a. Pengelompokan barang 1). Demand merchandise, melibatkan penawaran dalam membawa beberapa orang untuk membelinya. Pembeli melihat barang-barang ini secara khusus. 2).Conveniece merchandise, terdiri dari barang-barang yang standard, populer dan sangat berguna. 3). Impuls merchandise, terdiri dari barang yang mewah atau barang yang tergantung pada peragaan (display) dalam penjualannya. Barang tersebut biasanya bukan barang yang dicari tetapi dibeli orang karena melihatnya atau secara tiba-tiba tertarik dan menginginkanya. Contoh : perhiasan, kosmetik dan lain-lain.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Penyusunan barang Mengutip karya TA Sri Siswanti menurut William. P. Spence, pembagian daerah pengelompokan barang terdiri dari : 1). Demand Merchandise, biasa ditempatkan jauh dari pintu masuk, umumnya
para
pengunjung
akan
tetap
berusaha
hingga
mendapatkanya. 2). Convenience Merchandise, sering ditempatkan pada bagian tengah diantara jalan masuk dan demand merchandise. 3). Impulse Merchandese, ditempatkan
didekat dengan jalan
masuk.Disini semua pengunjung melaluinya ketika masuk dan meninggalkan ruang. Banyaknya impulse merchandise dan convinience. ( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di Surakarta, 2005 : 63)
4. Sistem Display a. Serambi Pamer (window display) Untuk menarik minat pembeli, area penjualan dilengkapi dengan serambi pamer. Pemilihan barang yang dipajang sesuai dengan musim atau gaya. Suatu serambi pamer dapat memberikan pesan yang efektif, pesan tersebut berhubungan dengan berbagai ide dan harga, berbagai fashion yang dipamerkan. Misalnya disesuaikan dengan hari Kemerdekaan, Idul Fitri, Natal dan lain-lain. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Display interior Mengutip karya TA Sri Siswanti menurut Delbert J. Duncan dan Stanley D. Hollander mengelompokkan display interior menjadi : 1). Merchandise display a). Display terbuka (opened display) Bentuk display yang memberikan kemungkinan kepada pembeli untuk mengamati barang dagangan tanpa bantuan pelayan toko, dengan variasi : shelf display(seperti pada toko makanan dan swalayan), counter top display (seperti pada toko obat), table-top display dan rock display (seperti pada department store).
b). Display tertutup (closed display) Berisi barang dagangan yang berada dalam almari dinding (wall case). Keuntungannya adalah terjaganya barang dagangan dari pencurian dan menjaga kondisi siap jual. c). Display arsitektural (architectural display) Display
ini
memerlukan
ketepatan
penyusunan
guna
menunjukan bermacam-macam barang dagangan sesuai dengan bangunan. Keuntungannya dapat memberikan gambaran yang utuh dan nyata lewat peragaan display ini.
2). Vendor display commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan tempat penjualan. Terdiri dari tulisan, spanduk dan rak pajang.
3). Store sign and decoration Istilah store sign meliputi tanda pembayaran,
kartu
hadiah/harga, hiasan tergantung, poster, bendera, spanduk dan alat serupa. ( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di Surakarta, 2005 : 64)
c. Perlengkapan Display Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya berupa etalase dan showroom. Macam-macam etalase : 1). Etalase sistem terbuka Etalase tanpa pembatas antra ruang display dengan ruang pemasaran sehingga dari luar akan terlihat keseluruhan interior ruang dalamnya. Penataan display tidak ada penghalang kasat mata dan arah pandangan visual kurang fokus.
2). Etalase sistem tertutup Etalase mempunyai pembatas antara ruang display dengan ruang pemasaran. Interior area penjualan tidak terlihat dan pandangan visual lebih fokus. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3). Etalase khusus a). Etalase sudut Etalase
yang
dimiliki
bangunan
yang
terletak
di
persimpangan jalan dan posisinya tepat di sudut.
b). Etalase atas Etalase yang terletak di atas lantai dasar dari bangunan yang bertingkat. Berfungsi sebagai papan reklame.
c). Etalase benam Merupakan etalase yang memiliki lantai yang lebih rendah daripada lantai di sekitarnya.
d). Etalase bertingkat Penggabungan antara etalase atas dan benam juga etalase terbuka. Sudut pandang kurang sesuai dengan sudut pandang pengamat.
e). Etalase arcade Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan yang memanjang ke belakang dengan bagian muka yang sempit, sehingga kurang efisien. ( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di Surakarta, 2005 : 65 )
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Macam-macam showroom untuk koleksi fashion : 1). Vitrine Menggunakan
pelindung
tertutup
untuk
benda-benda
berdimensi kecil maupun sedang. Penggunaan vitrine pada area penjualan yang koleksinya tetap membutuhkan perawatan yang serius.
2). Tempel pada panil Panildigunakan sebagai tempat memamerkan materi koleksi dan difungsikan sebagai penyekat ruang pada area penjualan.
3). Sistem gantung Khususnya pada busana remaja yang bersifat ’fancy’. Kelemahannya penataan terlihat kurang rapi.
4). Island display/pulau display dengan menggunakan mannequin Produk-produk yang terbaru sebagai point of interest dari ruang maupun zone tiap perancang sangat tepat ditata di sini karena posisinya yang sentris dan lebih hidup sehingga dapat mengundang pengunjung untuk dapat melihat langsung. Macam-macam show case untuk koleksi materi penjualan berupa accessories dan millineries digunakan : 1). Table fixture / meja menerus commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebagai wadah display khususnya accessories seperti giwang, cincin, kalung dan lain-lain.
2). Box fixture / kotak terbuka dengan variasi bentuk Kotak terbuka sebagai wadah display perlengkapan fashion seperti payung, scraf dan sebagainya. Pengunjung lebih leluasa dalam mengamati produk tapi keamanan terjamin.
3). Cases fixture / rak terbuka Rak terbuka / transparan sebagai wadah display barangbarang millineries seperti sepatu, tas dan lain-lain.
4). Panel fixture Penyajian khusus millineries seperti ikat pinggang, dasi dan accessories yang berukuran kecil. Pengunjung lebih leluasa dalam memilih dan mengamati produk tapi keamanan produk kurang terjamin. ( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di Surakarta, 2005 : 66-68 )
Perlengkapan display dibedakan menjadi 3, yaitu : 1) Perlengkapan yang membentuk pulau-pulau (an Island fixure)
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebuah counter yang mengelilingi ruang, pelayan berada di antara pulau. Bagian dari unit penyimpanan juga dimungkinkan ada di dalamnya.
Gambar II.7 An Island Fixture (Sumber : William J. Spence, 1979) 2) Perlengkapan yang menempel dinding (the wall fixture) Adalah penempatannya berlawanan dengan dinding atau partisi. Ini memperbolehkan mempunyai papan yang berada di lantai atau mempunyai papan display berada diatasnya.
Gambar II.8 The wall Fixture (Sumber : William J. Spence, 1979) 3) Perlengkapan yang berdiri bebas (the freestanding fixture) Memberikan pada pengunjung untuk memasuki dari segala penjuru. Ini dapat mempunyai tampat penyimpanan di bagian bawah atau mempunyai papan display yang terbuka dari lantai. commit to user Berikut ini adalah beberapa contohnya :
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A freestanding fixture dengan unit penyimpanan di bawah
Gambar II.9 A freestanding fixture (Sumber : William J. Spence, 1979)
A freestanding fixture dengan tanpa perlengkapan untuk unit penyimpanan.
Gambar II.10 A freestanding fixture (Sumber : William J. Spence, 1979)
Sebuah rak yang terbuka untuk mendisplay pakaian
Gambar II.11 A freestanding fixture (Sumber : William J. Spence, 1979)
5. Prinsip Desain Sarana Penjualan Penampilan materi selain dipengaruhi faktor teknis, juga dipengaruhi faktor penglihatan yaitu mudah tidaknya materi dapat dilihat/dinikmati. Hal ini dipengaruhi oleh : commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Ukuran materi b. Pencahayaan dan warna dari materi pamer c. Warna cahaya yang melatari d. Kontras benda dengan latar belakang e. Waktu saat melihat
6. Ketentuan Lain Area Penjualan a. Kejelasan (clarity) Yaitu perlunya memberi penyelesaian dengan sesuatu yang sangat penting untuk bisa menarik peerhatian pengunjung dan memberikan kejelasan bagi seseorang mengenali suatu fasilitas dengan cepat dapat menemukan pintu utama (main entrance) dengan segera dan dapat merasakan aktivitas yang diwadahi.
b. Kemencolokan (boldness) Suatu aktifitas komersial harus mempunyai sesuatu yang membuat orang segera mengenali dan senantiasa mengingat dalam memorinya.
c. Keakraban (intimicy) Diperlukan
suatu
pertimbangan
penyelesaian
fisik
yang
memungkinkan terciptanya suasana yang membuat pengunjung merasa santai dan kerasan.
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Fleksibillitas (flexibility) Penggunaan aspek-aspek perencanaan dan perancangan yan memberi kemungkinan untuk alih fungsi dan alih citra serta menciptakan suasana pertokoan yang tidak monoton sehingga pengunjung tidak bbbosan karena suasana yang berubah-ubah.
e. Kekomplekan (complexity) Perencanaan
dan
perancangan
yang
komplek
akan
memungkinkan perubahan dan pengembangan pada fasilitas komersial yang telah dibangun.
f. Efisiensi (efficiency) Karena fasilitas komersial selalu mengutamakan keuntungan, maka fasilitas komersial harus optimal dalam pengolahan setiap jengkang ruang dan pertimbangan biaya yang dikeluarkan untuk pembangunannya.
g. Kebaruan (inventiveness) Tuntunan akan tatanan massa dan ekspresi yang inovatif untuk mencegah kebosanan dan menciptakan atmosfir yang khas fasilitas komersial.
7. Sirkulasi Dalam suatu gerakan manusia di dalam ruang akan membentuk pola ruang gerak yang dipengaruhi oleh bentuk kegiatan yang ada, jarak commit to user pencapaian maupun bentuk sirkulasi di dalamnya. Bentuk dan skala ruang
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sirkulasi
betapapun
sebagaimana
mereka
harus
disesuaikan
berjalan-jalan,
dengan
beristirahat
gerakan dan
manusia menikmati
pemandangan sepanjang jalan tersebut (Francis D.K. Ching, 1979, hal. 286). Salah satu yang mempengaruhi dalam merchandise shop adalah sirkulasi baik untuk pengunjung dengan barang yang didisplay maupun antara pengunjung yang sedang berjalan. Sirkulasi merupakan arahan perjalanan yang terjadi di dalam sebuah ruang yang mana member kesinambungan pada pengguna terhadap fungsi ruang itu sendiri (Pamudji Suptandar, 1999 : 114). Saat memasuki main entrance, pengunjung cenderung belok ke kanan atau dibuat dengan dua akses yaitu space yang luas antara kanan dan kiri (John Callender and Joseph De Chiara, 1990 : 797). Tipe sirkulasi yang dapat digunakan antara lain : 1. Sequential circulation, yaitu sirkulasi yang terbentuk berdasarkan ruang yang dilalui dengan rute lurus maupun memutar, dalam arti menggunakan satu rute sampai akhirnya menuju entrance area pertama memasuki merchandise store tersebut. Selain itu juga menggunakan dinding pemisah. 2. Random circulation, yaitu sirkulasi yang mana pengguna dapat memilih jalannya sendiri dari bentuk ruang tanpa adanya batasan dinding pemisah ruang. 3. Ring circulation, yaitu sirkulasi yang memiliki dua alternatif, ini lebih aman karena memiliki dua rute untuk menuju keluar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
4. Radial circulation (menyebar), yang mana disini pengunjung tidak diarahkan untuk menuju suatu ruang tertentu, tetapi pengunjung bebas melihat barang yang didisplay sesuai dengan keinginan. 5. Radiating circulation, yaitu sirkulasi yang memberikan alternatif menuju pusat. Dapat berupa diagonal yang mana cocok digunakan pada merchandise shop yang menggunakan self service. Selain itu ada pergerakan yang membuat sirkulasi tidak monoton. 6. Linier bercabang, yaitu sirkulasi yang tidak mengganggu pengguna lainnya, karena pada sirkulasi ini pengguna dapat bebas berjalan menuju tujuan masing-masing. (John F. Pile, 2003 : 174 ; John Callender and Joseph de Chiara, 1990) Lokasi dan desain kasir dan unit pengemasan adalah hal penting dan tersedia, seringkali hal ini bertindak sebagai pusat control. (Joseph De Chiara, 2001, hal. 107). Adapun standar sirkulasi lebar gang untuk pramuniaga 1 ft 8 inchi ( 50,8 cm ), untuk gang umum utama minimum 4 ft 6 inchi (137,16 cm), rata-rata 5 ft 6 inchi – 7 ft ( 167,64 cm ), maksimum 11 ft, gang umum sekunder 3 ft ( 91,44 cm ) – 3 ft 6 inchi ( 106,68 cm ). ( Joseph De Chiara.2001 : 108 ) Dalam pengaturan kelebaran gang-gang meliputi zona aktivitas yang langsung berdekatan dengan unit display arang, harus mampu menampung pemakai untuk berdiri atau jongkok, dimana mereka memandang sepintas dan memilih barang. Hal tersebut sama halnya satu commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
zona sirkulasi yang dapat dipakai 2 jalur oleh pembeli (Julius Panero, 1975, hal. 205).
E. TINJAUAN RUANG KONSULTASI DAN LOBBY 1. Ruang Konsultasi a. Ukuran ruang ditentukan oleh standart ruang yang mengalokasikan bidang konsultasi menurut tingkat staff. b. Harus mempunyai sirkulasi dan aksebalitas yang baik. c. Mempunyai kejelasan, terutama bagi orang luar yang mempunyai kepentingan tertentu. 2. Lobby Kebanyakan bangunan umum membutuhkan semacam
lobby,
foyer atau recepation hall (aula penerimaan pusat) dan elemen sirkulasi lain untuk mencapai ruang tersebut. Aula penerimaan pusat adalah fokus utama dalam sirkulasi pada sebuah fasilitas umum. Lokasinya ditentukan oleh kebutuhan untuk kenyamanan akses pejalan kaki, misalnya : Dari terminal rtransportasi umum (stasiun kereta/bus dan atau terminal transfer) ke berbagai aula dan fasilitas lain. Fasilitas untuk penerimaan dan pendaftaran pengunjung harus disediakan khususnya bagi pertunjukan utama dan sebagaian acara yang berangkaian. Area yang yang diperlukan untuk aula pendaftaran dan counter harus dihitung dengan mempertimbangkan tingkat puncak kedatangan commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengunjung secara objektif, sehingga kemungkinan
keterlambatan karena
antrian dapat diminimalkan. Lobby merupakan ruang kontrol dalam pengorganisasian ruang pada sebuah bangunan fasilitas umum . Sehingga dalam perancangannya harus cukup lapanng, menarik, baik dari segi interior maupun komponen pembentuk ruangannya,penataan dan perlakuan pada dinding lobby ini dibuat sedemikian rupa sehingga bila dipergunakan tidak terlihat kosong, pencahayaanya merupakan perpaduan antar sinar matahari yang diperolehdari media kaca dan ventilasi dan sinar buatan dengan prinsip tata pencahayaanya yang mengikuti tata pencahayaan pada ruang pamer.
F. TINJAUAN TENTANG SURAKARTA 1. Keadaan Geografis Kota Solo Kota Solo terletak di dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 92 meter diatas permukaan air laut, yang berarti lebih rendah atau hampir sama tingginya dengan permukaan sungai Bengawan Solo. Selain Bengawan Solo dilalui juga beberapa sungai, yaitu Kali Pepe, Kali Anyar dan Kali Jenes yang semuanya bermuara di Bengawan Solo. Kota Surakarta terletak diantara : 110 45’ 15”- 110 45’35” Bujur Timur, 70 36’ - 70 56’ Lintang Selatan. Batas Wilayah Kota Solo yakni di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, di commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.
Gambar II.12 Peta Kota Solo (Sumber : www.surakarta.go.id) Keadaan Cuaca Kota Solo yakni suhu udara maksimum 32,4 C dan suhu udara minimum 21,6 C, sedangkan tekanan udara rata-rata adalah 1008,74 mbs dengan kelembaban udara 79 %. Kecepatan angin berkisar 4 knot dengan arah angin 188 serta beriklim panas. (www.surakarta.go.id) Dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) tahun 19932013, Kota Surakarta dibagi dalam 10 SWP (Sub Pembangunan Wilayah), yaitu: 1. Pucang Sawit, meliputi Pucang Sawit, Jagalan, Gandekan, Sangkrah, Sewu, dan Semanggi 2. Kampung Baru, meliputi Kampung Baru, Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon, Ketelan, Timuran, Punggawan, commit Stabelan, to dan userDinoprajan.
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Gajahan, meliputi Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Kratonan, Jayengan, Kemlayan, Pasdar, Kliwon, gajahan, Kauman, Baluwarti, Kedung Lumbu dan Joyosuran. 4. Sriwedari, meliputi Tipes, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari, Purwosari, Manahan, dan Mangkubumen. 5. Sondakan, meliputi Pajang, Laweyan, dan Sondakan. 6. Jajar, meliputi Jajar, Karang Asem, dan Kerten. 7. Sumber, meliputi Sumber dan Banyuanyar. 8. Jebres, meliputi Jebres dan Tegalharjo. 9. Kadipiro, meliputi Kadipiro dan Nusukan. 10. Mojosongo
7
9
10
6 5
8 2
4 3
1
Gambar II.13 Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo Sumber : RUTRK Surakarta commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Keadaan Demografi Kota Solo Kota Solo mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2003 adalah 552.542 jiwa terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan. Sex ratio nya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan penduduk sebesar 66%. Jumlah penduduk tahun 2003 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk hasil sensus tahun 2000 yang sebesar 488.834 jiwa, berarti
dalam 3 tahun mengalami kenaikan
sebanyak 83.708 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk ini disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Dalam bidang pendidikan, Kota Solo mempunyai 2 Perguruan Tinggi negeri dan 24 perguruan tinggi swasta.. Keberadaan pendidikan tinggi tersebut menunjukkan bahwa Kota Solo telah memiliki lembaga pendidikan tinggi yang relatif lengkap, sehingga cukup layak untuk disebut sebagai kota pendidikan juga. Aset tersebut merupakan sarana dan prasarana yang penting bagi penyediaan sumber daya manusia terdidik di Kota Solo. (www.surakarta.go.id)
G. TINJAUAN UMUM INTERIOR 1. Organisasi Ruang Ada beberapa macam organisasi ruang dalam interior, antara lain : a. Terpusat, sebuah ruang dominan terpusat dengan pengelompokan sejumlah ruang sekunder. Bersifat stabil yang merupakan komposisi terpusat yang terdiri dari sejumlah ruang-ruang sekunder yang commit to user dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang besar dan
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dominan. Pola sirkulasinya dapat berbentuk radial, loop atau spiral yang kesemuanya berakhir di ruang pusat.
Gambar II.14 Organisasi Ruang Terpusat
b. Linear, suatu urutan dari ruang-ruang yang berulang yang mirip dalam hal ukuran. bentuk dan fungsi. bersifat fleksibel dan cepat tanggap terhadap bermacam-macam kondisi tampak.
Gambar II.15 Organisasi Ruang Linear
c. Radial, sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasiorganisasi ruang linier yang berkembang menurut arah jari-jari. Organisasi ini memadukan unsur-unsur organisasi terpusat maupun linier. Ruang pusat pada organisasi radial pada umumnya berbentuk teratur. Variasi tertentu dari organisasi radial adalah pola baling-baling, dimana lengan-lengan liniernya berkembang dari pusat yang terlihat dinamis secara visual mengarah berputar mengelilingi ruangcommit pusatnya. to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
Gambar II.16 Organisasi Ruang Radial
d. Cluster, kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau bersama-sama memanfaatkan satu ciri atau hubungan visual. organisasi ini menggunakan pertimbangan penempatan peletakan sebagai dasar untuk menghubungkan suatu ruang lainnya.
Gambar II.17 Organisasi Ruang Cluster
e. Grid, organisasi ruang-ruang dalam daerah struktural grid atau struktur tiga dimensi lainnya.
Gambar II.18 commit to user Organisasi Ruang Grid
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
2. Sirkulasi Ada beberapa macam pola sirkulasi dalam interior, antara lain : a. Terpusat, terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengitari asal yang dominan dan berada di tengah-tengah (bentuk ini dapat disimbolkan tempat suci/penuh penghormatan). b. Linear, terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur dalam suatu deret dan berulang (bentuk linear dapat berfungsi sebagai unsur yang memimpin dan mengorganisasi unsur-unsur lain yang bermacammacam). c. Radial, adalah komposisi dari bentuk-bentuk linear yang keluar dari bentuk terpusat searah dengan jari-jari. d. Cluster, terdiri dari bentuk-bentuk yang saling berdekatan/ bersamasama menerima keadaan visual. e.
Grid, sifat ini dapat digunakan untuk memecahkan skala sesuatu permukaan menjadi unit-unit yang lebih teratur bahkan menimbulkan tekstur. Bentuk grid adalah bentuk modular dimana hubungannya satu sama lain diatur oleh grid tiga dimensi.
3. Furniture Ruang yang kosong tanpa ada benda satupun di dalamnya tentu tidak akan memuaskan kebutuhan manusia, apabila ruang telah dilangkapi dengan furniture, barulah ruang tersebut dapat berfungsi. Penyusunan furniture harus disesuaikan dengan kebutuhan guna kenyamanan si commit totidak user dapat dipisahkan dengan faktor pemakai sedang fungsi furniture
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
estetika. Dalam perencanaan kita harus mengetahui terlebih dahulu jenis aktivitas, sehingga kita tahu bentuk furniture yang akan dibuat terhadap luasan ruang, system pencahayaan, pemilihan warna serta kondisi-kondisi lainnya. Penyusunan furniture akan menimbulkan berbagai aspek yang berhubungan dengan jenis aktivitas, fungsi, maupun segi-segi visual. Semua ini memiliki kaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain. Setelah semua factor tersebut terperhatikan kemudian meningkat pada tahap berikutnya yaitu bagaimana menerjemahkannya dalam desain. Desain furniture dibagi atas dua kategori : 1) Furniture yang berbentuk case (kotak) termasuk chest, meja tulis, lemari buku dan kursi yang tidak mempunyai pelapis, tipe furniture semacam ini di Indonesia masih dibuat dari kayu walaupun bahanbahan lain bertambah populer.
2) Furniture yang dilapisi, misalnya sofa, kursi-kursi yang seluruhnya atau sebagian diberi pelapis termasuk perlengkapan-perlengkapan tidur.
4. Warna Warna merupakan aspek yang dapat mempengaruhi penampilan visual suatu ruang. Warna juga dapat mengkamuflasekan sesuatu, misalnya ruangan yang sempit dapat kelihatan lebih luas dan sesuatu yang mepunyai proporsi kurang bagus menjadi bagus ( John F. Pile, 1995 ). commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suasana suatu ruang ditentukan oelh warna. Menurut John Ombased Simonds, warna membantu segi visualisasi dan kesan psikologi untuk penampilan karateristik suatu ruang. Warna juga merupakan kekuatan yang memiliki keindahan dengan member pengalaman keindahan. Sifat umum warna antara lain sebagai berikut : a) Merah Warna yang merupakan power, energy, kehangatan, cinta, nafsu, agresi, bahaya.
Warna
merah
kadang-kadang
dapat
berubah
arti
jika
dikombinasikan dengan warna lain, seperti merah dikombinasikan dengan hijau maka akan menjadi symbol natal. b) Biru Merupakan warna kepercayaan, keamanan, teknologi, kebersihan, keteraturan. Warna ini banyak digunakan sebagai warna pada logo bank di Amerika Serikat untuk memberikan kesan kepercayaan.
c) Hijau Warna alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan. Warna hijau tidak terlalu sukses untuk ukuran global. Hijau juga mengungkapakan kesegaran, harapan, kelahiran kembali.
d) Kuning Merupakan warna optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran, pengecut (untuk budaya barat) dan memaknakan kemulian cinta serta pengertian mendalam dalam hubungan antar umat manusia. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Ungu atau Jingga Warna
yang
keangkuhan.
spiritual, Warna
kebangsawanan,
ungu
memiliki
transformasi,
karakter
sejuk.
kekasaran, Warna
ini
melambangkan duka cita, kontemplatif, suci dan agamis.
f) Oranye Warna yang member arti energy, keseimbangan, kehangatan.
g) Cokelat Merupakan warna tanah atau bumi, realibility, comfort, daya tahan.
h) Abu-abu Merupakan warna intelek, masa depan (seperti warna millennium), kesederhanaan, kesedihan. Warna abu-abu ini adalah warna yang paling mudah dilihat oleh mata.
i) Putih Kesucian, kebersihan, ketepatan, ketidakbersalahan, steril, kematian.
j) Hitam
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Warna dengan arti kecanggihan, kematian, misteri, kesedihan. Sebagai warna
kemasan,
hitam
melambangkan
keanggunan
(elegance),
kemakmuran (wealth) dan kecanggihan (sopiscated). ( Microsoft Referency Library, 2003)
5. Elemen Pembentuk Ruang a. Lantai Lantai merupakan bagian bangunan yang berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati, bergerak dan gesek. Karakter lantai harus mempunyai daya tahan yang kuat dalam mendukung beban-beban yang datang dari segala perabotan, aktivitas manusia dalam ruang dan lain-lain. Selain itu, lantai harus bersifat kaku dan tidak bergetar (Djoko Panuwun, 1994, hal.6). Lantai biasanya merupakan permukaan bawah dalam bangunan atau ruangan, tetapi tidak selalu horizontal, yang mana furniture dan benda lain mungkin ditempati beberapa orang yang berjalan (Willian Dudley Hunt Jr., 1980, hal.77). Lantai mempunyai tugas untuk mendukung beban yang datang dari benda-benda, seperti perabot rumah tangga, manusia dengan segala aktivitasnya dan kerangka itu harus mampu dan kuat memikul beban mati atau hidup, lalu lintas manusia dan lain-lain yang menumpangi (Y.B. Mangun Wijaya, 1988, hal.329).
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lantai harus sedikit lebih gelap daripada dinding (factor sefleksi difusi) kurang lebih 30%. Sebagai contoh linoleum coklat (12%) terlalu gelap, marmer putih (50%) terlalu terang. Persyaratan lantai: 1) Lantai harus kuat dan dapat menahan beban diatasnya. 2) Mudah dibersihkan 3) Kedap suara 4) Tahan terhadap kelembaban 5) Memberikan rasa hangat pada kaki dan sebagainya Berdasarkan karakteristiknya lantai terbagi menjadi empat, yaitu : 1) Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet. Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan bunyi, sbb: a) Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada penyerapan bunyi. b) Pada kondisi yang sama tumpukan potongan (cut piles) memberikan penyerapan yang lebih banyak di bandingkan dengan tumpukan lembaran (loop piles). c) Dengan bertambahnya berat dan tinggi tumpukan, dalam tumpukan potongan kain, penyerapan bunyi akan bertambah. d) Makin
kedap
lapisan
penunjang
(backing),
makin
tinggi
penyerapan bunyi. 2) Lantai Semi Keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vinyl, aspal dan cor. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
3) Lantai Keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang dipakai sebagai bahan lantai. 4) Lantai Kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif bahan lantai yang terbuat dari kayu. Dalam pameran lantai berperan untuk memberi petunjuk arus lalu lintas agar pengunjung tidak bingung dan dapat melihat seluruh stand partision ataupun barang-barang yang sedang dipamerkan. Pada ruangruang tertentu seperti dapur, pantry, kamar mandi, WC, dipilih jenis lantai yang kedap air serta warna pola yang serasi dengan fungsi dan perrawatannya. Pada dareah pertokoan lanati dipasang pada jalur lintas orang berjalan (hall) dengan motif yang berbeda-beda agar member kesan adanya perbedaan antar ruang-ruang yang ada di dalam kompleks tersebut. Pada ruang-ruang rapat yang memerlukan konsentrasi hendaknya jangan digunakan lantai yang terlalu banyak motif dan warna karena dapat mengganggu. ( Pamudji Suptandar, 1999 ).
b. Dinding Dinding merupakan bidang nyata yang membatasi suatu ruang atau pembatas kegiatan yang mempunyai jenis berbeda. Dinding adalah penahan beban yang menyangga lantai dan atap, sehingga struktur kekuatan dinding sebagai penahan beban harus diperhatikan (John F. Pile, 1995, hal.222). Dinding merupakan unsur penting dalam pembentukan ruang, baik sebagai unsur penyekat/ pembagi ruang maupun sebagai unsur dekoratif. commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam proses perancangan suatu ”ruang dalam” dinding mempunyai peranan yang cukup dominan dan memerlukan perhatian khusus, di samping unsur-unsur lain seperti tata letak, desain furniture serta peralatan-peralatan lain yang akan disusun bersama dalam suatu kesatuan dengan dinding. Setelah fungsi dinding tercapai dan untuk menambah keindahan ruang, dinding dipergunakan sebagai ”point of interest” dari ruang dinding samping memberi atau menambah keindahan ruang. Dinding juga dapat merusak suasana ruang, yaitu apabila dalam perencanaannya sangat dipaksakan, terutama dikarenakan bahwa dinding tersebut telah ada sebelumnya. Ini terjadi pada renovasi rumah-rumah kuno, dimana dinding berfungsi struktural. ( Pamudji Suptandar, 1999 : 147 ). Dinding pada suatu wadah kegiatan dapat sebagai struktur atau hanya sebagai pembatas ruang saja, tergantung dari sistem struktur yang dipakai dalam perencanaannya (Djoko Panuwun, 1995 : 56). Fungsi dan bentuk dinding terbagi menjadi 2 bagian : 1. Struktur, misalnya : a) Bearing wall
: dinding yang dibangun untuk menahan tepi dari tumpukan/ urugan tanah.
b) Load bearing wals : dinding untuk menyokong/ menopang balok, lantai, atap dan sebagainya. c) Foundation wall
: dinding yang dipakai di bawah lantai, tingkat dan untuk menopang balok-balok lantai pertama. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Non struktural, misalnya : a) Party wall
: dinding pemisah antara dua bangunan yang bersandar pada masing-masing bangunan.
b) Fire wall
: dinding yang digunakan sebagai pelindung dari pancaran kobaran api.
c) Certain or Panels wall : dinding yang digunakan sebagai pengisi pada suatu konstruksi rangka baja atau beton. d) Partition wall
: dinding yang digunakan sebagai pemisah dan pembentuk ruang yang lebih kecil didalam ruang yang besar.
( Pamudji Suptandar, 1999 : 145 ) c. Langit-langit (ceiling) Pengertian istilah ceiling/langit-langit/plafond, berasal dari kata ”ceiling”, yang berarti melindungi dengan suatu bidang penyekat sehingga terbentuk suatu ruang. Secara umum dapat dikatakan : ceiling adalah sebuah bidang (permukaan) yang terletak di atas garis pandangan normal manusia, berfungsi sebagai pelindung (penutup) lantai atau atap dan sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya. Dengan jarak ketinggian tertentu dalam bangunan, ceiling sebagai elemen penutup utama pada bidang atas sebagai pembentuk atap bangunan. (Pamudji Suptandar, 1999 : 161) Ceiling adalah pembentuk ruang yang merupakan penutup bagian atas. Kesan pertama adalah adanya tinggi rendah ruang, berfungsi sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
bidang penempatan lampu, penempatan AC, sprinkler head, audio loudspeaker dan sebagai peredam suara atau akustik (John F. Pile, 1995, hal. 250). Dasar pertimbangan dalam perencanaan langit-langit adalah : 1) Fungsi langit-langit Fungsi dari langit-langit selain sebagai penutup ruang juga sebagai pengatur udara dan ventilasi.
2) Penentuan ketinggian Penentuan ketinggian didasari oleh pertimbangan fungsi, proporsi ruang, kegiatan ruang, konstruksi dan permainan ceiling.
3) Bentuk penyelesaian Bentuk dan penyelesaian dapat dilakukan berdasarkan fungsinya seperti melengkung, berpola, polos, memperlihatkan struktur, dan sebagainya. (Djoko Panuwun, 1999 : 72) Pada ruang rapat di mana diharapkan tercapainya suatu pendapat yang membutuhkan konsentrasi, diusahakan agar ceilingnya berbentuk sederhana, tidak menyolok karena akan mengganggu konsentrasi. Pada ruang pamer, agar menarik pengunjung, dibuat ceiling yang kontras, saling bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan kesan yang mewah. Dengan melajunya kemajuan teknologi, dan penemuan-penemuan baru di bidang industri bahan bangunan tercipta berbagai material ceiling yang commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memungkinkan untuk memenuhi segala macam jenis fungsi ruang antara lain : a) Untuk mencapai kesan alamiah, kayu, anyaman bambu, rotan, dan lain-lain b) Untuk gaya klasikal, plat-plat gibs bermotif c) Untuk mencapai kesan glamour, kaca (antique glass ceiling), kain beludru d) Pada rumah-rumah sederhana, eternit polos (bermotif), tripleks (multipleks), dan berbagai jenis softboard/akustik tile e) Pada bangunan-bangunan utilitas, beton exposed f) Pada bangunan-bangunan umum, alumunium, fiber glass sebagai skylight, kaca timah pada gereja-gereja. (Pamudji Suptandar, 1999 : 166)
6. Sistem Interior a. Pencahayaan Cahaya memiliki fungsi yang sangat vital karena menjadi syarat dalam penglihatan manusia. Meski demikian, cahaya berlebihan akan memberi dampak kesilauan, sehingga untuk mencapai kesesuaian harus berdasarkan kebutuhan yang dituntut untuk mendapatkan efektivitas dan efisien tinggi. Ada 2 jenis pencahayaan, yaitu : 1) Pencahayaan alami commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang berasal dari sinar matahari, sinar bulan, sinar api dan sumber-sumber lain dari alam (fosfor). Sumber pencahayaan alami yang kita gunakan dalam perancangan ruang dalam pada umumnya dipakai pencahayaan sinar matahari. Pencahayaan alami dapat dibedakan dalam dua macam a) Pencahayaan langsung, yaitu pencahayaan yang berasal dari matahari/ secara langsung melalui atap/ vide, jendela, gebting kaca dan lain-lain. b) Pencahayaan tidak langsung, yaitu pencahayaan yang diperoleh dari sinar matahari secara tidak langsung. Sistem pencahayaan tersebut banyak kita temui penggunaannya dalam perancangan ruang dalam melalui skylight, permainan bidang kaca dan lain-lain.
2) Pencahayaan buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari cahaya buatan manusia. Misalnya cahaya lilin, sinar lampu dan lain-lain. Jenis-jenis pencahayaan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu : 1) Pencahayaan langsung Adalah semua sinar yang langsung memancar dari pusatnya ke arah objek yang disinari. Sistem tersebut banyak menggunakan lampulampu sorot untuk menyinari unsur-unsur dekorasi dalam ruang, dapur dan toko-toko (etalase-etalase toko) dan juga lampu-lampu meja/ lantai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
2) Pencahayaan tidak langsung Adalah jika sumber pencahayaan disembunyikan dari pendangan mata kita sehingga cahaya yang kita rasakan adalah hasil pantulannya, terutama pada dinding atau ceiling sistem pencahayaan semacam ini disebut pencahayaan tidak langsung. Sistem tersebut digunakan untuk mengarahkan atau menuntun orang menuju ke ”suatu” obyek.
3) Pencahayaan setempat Adalah pencahayaan yang diarahkan untuk menerangi ke suatu tempat atau obyek, misalnya pada dapur, menjahit, lampu meja belajar ataupun lampu yang dipergunakan untuk menerangi sesuatu apa yang sedang dikerjakan pada jarak dekat dan yang membutuhkan pencahayaan lebih khusus. 4) Pencahayaan yang membias (diffused) Adalah jika sinar yang memancar langsung dari sumbernya terlebih dahulu melalui suatu bahan atau material yang akan menyebarkan sinar tersebut dalam area lebih besar dari sumbernya sendiri. Lampulampu pijar menyebarkan cahaya (diffused) melalui bahan gelas/kaca yang terdapat pada badannya, panel-panel plastik yang membungkus lampu-lampu neon (cove). Lampu-lampu cahaya yang bersifat menyebar atau membias banyak digunakan untuk kebutuhan pencahayaan umum. Sistem ini banyak digunakan pada ruang-ruang pertemuan, ruang tunggu, koridor dan sebagainya. Pada pencahayaan commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang membias dapat pula diberikan elemen penagkal sehingga pembiasan cahaya dapat diatur untuk mendapatkan suasana khusus.
5) Pencahayaan khusus Sistem pencahayaan khusus dibutuhkan untuk jenis pekerjaanpekerjaan tertentu. Misalnya pencahayaan di ruang operasi, lampu sorot di ruang pameran, dan sebagainya. ( Pamudji Suptandar, 1999 )
Contoh sumber cahaya, antara lain adalah : 1) Lampu Pijar (Incandescent) Lampu pijar terdiri dari 3 pokok, yaitu basis, filamen (benang pijar) dan bola lampu. Besarnya aliran cahaya yang dihasilkan oleh lampu pijar yang sedang menyala tergantung pada suhu filamennya. Dengan memperbesar input tenaga, suhu filamen meningkat, radiasi bergeser ke arah gelombang cahaya lebih pendek dan lebih banyak cahaya tampak lebih putih. Pengendalian lampu pijar sebagai sumber cahaya umumnya dengan melapisi bola lampu dengan maksud mendifusikan cahaya dan diperoleh cahaya.
2) Lampu halogen Pada prinsipnya lampu halogen termasuk ke dalam lampu pijar karena prinsip kerjanya mirip dengan lampu pijar. Dengan daya yang sama dengan lampu pijar, cahaya yang dihasilkan lampu halogen lebih commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terang dan lebih putih dibandingkan dengan lampu pijar. Oleh karena itu cahaya lampu halogen dapat memunculkan warna asli dari objek yang dikenai cahaya.
3) Lampu Fluorecent Bentuk lampu ini dapat berupa tabung maupun bola. Lampu jenis ini merupakan salah satu pelepas listrik yang berisi gas air raksa bertekanan rendah. Lampu fluoresent generasi terbaru penggunaan listriknya semakin efisien (mencapai 80 lumen per watt) dan distribusi speltralnya (pancaran panjang gelombang cahaya) mendekati grafik kepekaan mata, sehingga tidak terjadi penyimpangan warna.
4) Lampu HID (Hide Intensity Discharge ) Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat logam. Lampu mercury menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam tabung kaca atau kuarsa berisi uap merkuri bertekanan tinggi. Efikasinya antara 40-60 lm/watt. Dibutuhkan waktu antara 3-8 menit untuk menguapkan merkuri sebelum menghasilkan cahaya maksimal. Karena hal itulah, disebut lampu metal halida. Jenis-jenis lampu HID antara lain : a) Lampu metal halide Lampu metal halide menghasilkan cahaya putih dengan kualitas warna yang baik dan terseedia dalam berbagai ukuran. Lampu metal halide standar cenderung memiliki temperatur warna dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
3700 hingga 4100K dan tampak terlihat dingin dan sedikit kehijauan. Indeks penampilan warnanya adalah 65 hingga 70. Lampu metal halide standar khususnya digunakan dimana warna bukanlah hal yang penting, seperti arena olahraga, tempat parkir, pencahayaan taman, dan lampu sorot. Lampu metal halide terbaru disebut lampu metal halide keramik (ceramic metal halide). Lampu tersebut memperlihatkan keunggulan penampilan warna (80 hingga 85) dan pilihan lampu yang hangat (3000K) atau dingin (4100K). Lampu metal halide keramik dapat digunakan untuk pencahayaan dalam ruang, seperti lampu penerangan, pencahayaan ruang pamer, dan lampu sorot dinding, begitu pula untuk pencahayaan pada ruangan luar. b) Lampu sodium Dua jenis lampu sodium yaitu lampu sodium bertekanan tinggi/ high-pressure sodium (HPS) dan lampu sodium bertekanan rendah/ low-pressure sodium (LPS). Warna cahaya lampu sodium cenderung kekuningan. Lampu HPS menampilkan warna cahaya merah jambu keemasan yang cenderung menciptakan ruang dengan warna yang sangat coklat atau warna berkualitas rendah. Lampu sodium bertekanan rendah memancarkan cahaya berwarna kuning monokromatik, menciptakan pemandangan yang sama sekali tidak menampilkan warna lainnya. Walaupun lampu HPS menawarkan efisiensi energi yang sangat tinggi, namun warnanya sangat terbatas sehingga hanya digunakan untuk pencahayaan commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jalanan, areal parkir, ruang kerja industri berat, gudang, lampu keamanan, dan aplikasi lainnya di mana warna cahaya bukanlah hal yang penting. Lampu LPS bahkan lebih tinggi efisiensi energinya, namun warna cahayanya sangat kurang sehingga penggunaannya hanya terbatas pada lampu keamanan.
c) Lampu uap merkuri Lampu uap merkuri adalah jenis lampu yang lebih lama dari jenis lampu lainnya yang tetap digunakan sebagai lampu jalan dan lampu keamanan. Akan tetapi, dibandingkan dengan lampu HID lainnya, lampu uap merkuri relatif kurang dalam segi warna cahaya dan efisiensi energi yang rendah. Lampu ini hampir tidak pernah digunakan dalam konstruksi bangunan baru. ( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 10) Mungkin atribut yang paling penting dari pencahayaan pada sebuah restoran/ cafe adalah kemampuan untuk menciptakan karakter atau suasana. Tujuan ini biasanya berjalan bersamaan dengan desain interior restoran/ cafe, yang seringkali cenderung mengekspresikan tema
atau
suasana
khusus.
Pada
restoran/
cafe
bertema,
kecenderungannya adalah menggunakan banyak pencahayaan dekorasi bertema seperti lentera, lampu gantung dan chandelier. Gaya masa kini pada desain restoran/ cafe menggunakan chandelier tradisional atau teknik pencahayaan eksotik lainnya dalam desain yang disukai banyak orang. ( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 106) commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pencahayaan di dalam merchandise shop merupakan prioritas utama, karena merupakan salah satu unsur yang dapat memberikan kesan menarik pada obyek yang dipamerkan. Unsur pencahayaan pada display biasanya menggunakan teknik pancahayaan yang dibuat-buat dan memberikan efek yang dapat menambah suatu obyek yang dipamerkan menjadi lebih indah. Untuk memberikan efek yang menarik, maka pencahayaan buatan baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam ruang menggunakan berbagai macam jenis lampu khusus. Macam-macam lampu yang biasa digunakan khusus untuk memberikan penerangan antara lain sebagai berikut :
Gambar II. 19 Halogen Flexible Display Lights MR16 (Sumber : Petra Digital Library Colection)
GambartoII.user 20 commit Halogen Flexible Display Lights MR16
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Sumber : Petra Digital Library Colection) Pemilihan lampu yang digunakan untuk pencahayaan buatan di dalam merchandise shop sangat efektif, namun tidak lepas dari standar penerangan yaitu cara penyinaran. Macam-macam cara pemasangan lampu sebagai berikut : 1) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot terarah yang mengarah ke bawah.
Gambar II. 21 Lampu Sorot Terarah
Susunan lampu di atas digambarkan sebagai susunan lampu yang teratur di langit-langit yang akan memberikan kesan berbeda-beda sesuai dengan ruangan yang diberi penerangan.
2) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot dinding rel aliran
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar II. 22 Lampu Sorot Dinding
Lampu di atas, dipasang terutama pada bagian ruang pameran dan galeri. Penerangannya dibuat secara vertikal sebesar 50 lux dan 300 lux yang harus dicapai sebagai spesifikasi khusus di daerah pameran. Untuk pemilihan lampunya, digunakan lampu pijar dan lampu bahan bercahaya.
3) Pemasangan cahaya dengan lampu sorot rel aliran
Gambar II. 23 Lampu Sorot rel Aliran
Pada lampu sorot di atas, dipasang dengan sudut penyinaran yang lebih disukai yaitu 10o, 30o, 90o (lampu sorot) yang dilindungi IR dan UV serta memiliki filter warna. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Pemasangan cahaya dengan memasukkan cahaya sesuai dengan keinginan terhadap objek dan zona dinding, yaitu dengan sudut 30o (optimum) dan 40o. Pemasangan lampu tersebut dapat dilihat gambar di bawah ini, antara lain sebagai berikut :
Gambar II. 24 Reflexion Light ( Ernst Neufert, 1996 : 131 )
b. Penghawaan Penghawaan merupakan faktor terpenting dalam proses pergantian udara. Udara kotor dapat diganti dengan udara bersih melalui pintu dan jendela. Tingkat kepuasan penghawaan dapat dicapai dari proses mendinginkan udara mencapai temperatur dan kelembaban distribusi udara dalam ruang dapat diperhatikan pada tingkat keadaan yang diinginkan (John F. Pile, 1995, hal.414) Jenis penghawaan berdasarkan sumbernya ada 2 macam, yaitu : 1) Penghawaan Alami
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam (natural). Penghawaan alami di dalam suatu ruangan maka harus diperhatikan ventilasi silang, yang merupakan ventilasi horizontal yang terbuka dari 2 arah yang berhadapan. Untuk itu perlu direncanakan secara cermat dan baik agar penghawaan alami yang dipergunakan ini sesuai dengan kebutuhan.
2) Penghawaan Buatan Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur tangan manusia. Penghawaan buatan diperlukan pada ruang serba guna karena tidak memungkinkan perlubangan-perlubangan yang dapat mengakibatkan kebocoran suara sehingga tercipta kondisi akustik yang tidak baik. Penghawaan buatan dalam hal ini adalah penghawaan Air Conditioner (AC) yang macamnya terdiri dari : a) Window Unit, yaitu AC yang digunakan pada ruang-ruang kecil dimana sistem mekanisnya terdapat dalam suatu unit kompak b) Split Unit, yaitu AC yang digunakan untuk 1 atau beberapa ruang. Sedangkan kelengkapan untuk evaporator terpisah pada tiap ruang c) Central AC, yaitu AC yang digunakan untuk ruang luas dan perlengkapan keseluruhannya terletak di luar ruangan, kemudian didistribusikan ke ruang-ruang melalui ducting dan berakhir dengan aliran diffuser (Pamuji Suptandar, 1982, hal.85) commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penggunaan AC adalah bertujuan agar supaya temperatur, kelembababn dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat keadaan yang diinginkan (John F. Pile, 1980, hal.414).
c. Akustik Ruang
yang
baik
adalah
ruang
yang
sesuai
menjawab
kebutuhannya dari salah satu faktornya adalah mengenai gangguan seperti bsising, gema, gaung dan sebagainya. Penanganan gangguan yang terjadi dalam ruang menjadikan menjadikan perlunya kualitas akustik yang sebaik-baiknya. Akustik dapat mengatasi maslah teknis yang berhubungan langsung dengan suatu desain interior, antara lain tingkat bunyi yang berlebihan, perlindungan privasi ruang, tingkat kejelasan pencakupan dengan latar belakang suara dan pengadaan suara latar yang sesuai dengan situasi tertentu (John F. Pile, 1980, hal. 421). Tujuan dari akustik adalah meniadakan dan mengurangi bunyi yang sifatnya mengganggu, kemudian mengatur sistem bunyi tata suara agar bunyi yang dikehendaki terdengar jelas tanpa gangguan, serta menjaga kontinuitas bunyi dan perambatannya dalam ruang-ruang khusus yang menghendaki sistem akustik spesifik. Dalam pengaturan penyebaran bunyi di dalam suatu ruang terdapat 3 faktor yang harus diperhatikan yaitu bunyi langsung, bunyi pantul dan bunyi serap. 1) Bunyi Langsung, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang berjalan langsung mencapai pendengaran commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Bunyi Pantul, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang dalam pencapaian sebelum ke pendengaran, lebih dahulu mengenai bidang pantul 3) Bunyi Serap, yaitu bunyi yang mengalami penyerapan karena material absorbsi (Prasasto Satwiko, 2004, hal.129)
7. Sistem Keamanan Sistem
pengamanan
terhadap
kegiatan
yang
berlangsung
menggunakan sistem sekuriti, CCTV ( Closed Circuit Television ) dan Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu). CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor suatu ruang melalui layar televisi/monitor, yang menampilkan gambar dari rekaman kamera yang dipasang pada setiap sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian keamanan. Semua kegiatan dapat dimonitor di ruang khusus. Pada sistem pengamanan terhadap fisik bangunan berupa pengamanan terhadap bahaya kebakaran. a. Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran adalah : 1) Sistem pendeteksi awal -
Smoke detektor. Alat ini bekerja bila suhu mencapai 700C.
-
Fire alarm sistem. Alarm yang otomatis akan berbunyi jika ada api atau panas pada suhu 1350C - 1600C commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar II.25 Smoke detektor (Sumber : www.webdesign.com) 2) Fire estinguisher 3) Sprinkler Penempatan titik – titik sprinkler harus disesuaikan dengan standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler dapat melayani luas area 10-20 m dengan ketinggian ruang 3 m. Ada beberapa cara pemasangan sprinkler seperti dipasang di bawah plafon atau di pasang pada dinding. Kepala sprinkler yang dipasang dekat dinding, harus mempunyai jarak tidak boleh lebih dari 2,25 m dari dinding.
4) Hidrant Kebakaran Hidrant kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air.
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar II.26 Fire estinguisher dan Hidrant kebakaran (Sumber : www.webdesign.com) b. Dalam usaha memadamkan kebakaran selain api faktor utama yang harus diperhatikan adalah asap. Untuk mancegah mengalirnya asap kemana-mana diperlukan alat-alat seperti : 1) Fire damper Alat untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini bekerja secara otomatis, kalau terjadi kebakaran akan segera menutup pipa-pipa tersebut.
2) Smoke & heat ventilating Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera dapat mengalir keluar, sehingga para petugas pemadam kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut.
3) Vent & exhaust Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi menghisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan dibuka pintunya. Dapat pula dipasang di dalam tangga, secara otomatis berfungsi memasukkan udara untuk memberikan tekanan pada udara di dalam ruang tangga. commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Dwi Tanggoro, 2004 : 40)
c. Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia (pencurian) diterapkan dengan sekuriti, CCTV (Close Circuit Television) dan Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu).
8. Dimensi Ruang Gerak
Gambar II.27 Standar Tempat Penjualan Barang yang Umum (Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 204)
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar II.28 Standar Tempat Penjualan Barang yang Tergantung (Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 204)
Gambar II.29 Standar Toko Buku/Area Display (Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 205) commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar II.30 Standar Toko Sepatu/Area Pengepasan (Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 205)
Gambar II.31 Jarak Bersih Sirkulasi pada Konter (Sumber : Julius Panero commit & to Martin user Zelnik, 1979, hal. 201)
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
Gambar II.32 Jarak Bersih Sirkulasi pada Konter (Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 201)
Gambar II.33 Jarak Bersih Konter dengan Rak Display Tinggi (Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 202) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
Gambar II.34 Jarak Bersih Konter dengan Rak Display Rendah (Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979, hal. 202)
Gambar II.35 Kamar ganti Pakaian (Sumber : Julius Panero commit&toMartin user Zelnik, 1979, hal. 206)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id BAB III STUDI LAPANGAN
A. LARISSA, SOLO 1. Sejarah Larissa merupakan salah satu beauty centre yang ada di kota Solo. Larissa merupakan sebuah wadah fasilitas perawatan tubuh baik rambut dan kulit bagi masyarakat. Larissa pertama kali didirikan 26 tahun (1984) yang lalu di Yogyakarta, tepatnya di jalan C. Simanjuntak 78 Yogyakarta. Lalu pada 7 Mei 2003, Larissa membuka cabang di kota Solo. Di Solo, pertama kali dibuka di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo 31 kemudian pada tanggal 1 Mei 2007 pindah ke Jl. Gajah Mada 103 Solo. Tahun 2007, tepatnya 6 Mei 2007 Larissa juga melebarkan sayap ke daerah Semarang dengan membuka cabang di Jl. Singosari 6 Semarang. Larissa menawarkan produk yang terbuat dari bahan alami dan bebas dari bahanbahan yang membahayakan sehingga aman dipakai. Segmen pasar Larissa adalah masyarakat umum, baik pria maupun wanita, dengan usia sekitar 17-45 tahun.
2. Non fisik Larissa beauty centre mengangkat tema Back to Nature. Interior Larissa ini ditata dengan style modern minimalis.
3. Kebutuhan Ruang - R. Utama a. R. perawatan rambut b. R. perawatan kulit (facial) commit to user
83
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id c. Receptionist d. Area penjualan produk+kasir - R. Pelengkap a. KM b. R. tunggu c. R. konsultasi d. R. ibadah e. R. Kantor f. R. karyawan g. R. meeting h. Gudang
4. Aktivitas Dan Kegiatan a. Aktivitas Pokok § Pengunjung Datang
mendaftar
bayar
pulang
menunggu
perawatan
§ Pengelola Datang
cek harian
melayani pengunjung
mengerjakan administrasi mengontrol pegawai
cros cek
pulang § Pegawai Datang
persiapan kerja
melayani perawatan
cros cek commit to user
melayani pendaftaran pulang
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id b. Waktu Kegiatan
Larissa buka setiap hari. Buka sekitar pukul 09.00-20.30 WIB. Jam kerja karyawan dibagi 2 shift, shift I. 09.00-17.00 WIB dan shift II. 13.30-20.30 WIB. c. Pelaku Kegiatan Pelaku Kegiatannya antara lain: a. Pengelola b. Pegawai c. Pengunjung/konsumen
5. Unsur Pembentuk & Pengisi Ruang a. Lantai Material lantai yang dipilih adalah keramik. Selain mudah dibersihkan juga terdapat dalam berbagai motif serta mudah didapat dan harganya terjangkau. Warna yang dipilih: - krem (60 x 60 cm), dipakai pada seluruh ruang - krem (30 x 30 cm), dipakai di toilet Lantai pada Larissa ini menggunakan keramik warna krem sehingga terlihat bersih dan enak dipandang. b. Dinding Dinding menggunakan batu bata plester yang di finshing cat tembok, kaca dan dinding gypsum. Warna yang dipilih yaitu putih sehingga memberikan kesan bersih, modern dan minimalis. c.
Ceilling Ceilling menggunakan gypsum board finishing cat warna putih. commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id d.
Furniture Furniture yang dipilih adalah dari bahan kayu dan logam. Furniture difinising cat duko warna krem. Diseluruh ruang furniturenya menggunakan warna kromatis cokelat. Tema modern dapat terlihat dari bentuk furniture yang sederhana. Hal ini memberikan kesan bersih dan modern.
6. Tata Kondisional a.
Penghawaan Seluruh ruangan di Larissa menggunakan penghawaan buatan yaitu dengan AC Split.
b.
Pencahayaan Pencahayaan pada Larissa ini menggunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan buatannya berupa lampu-lampu down light yang menggunakan lampu TL dan lampu gantung.
7. Tema Konsep Back to Nature yang diusung Larissa beauty centre mampu menyajikan suasana tenang, nyaman dan bersih. Disini tercipta suasana yang memiliki daya tarik bagi pengunjung. Kesan yang ingin ditimbulkan adalah bersih, simple dan modern. Sehingga untuk warna ruang lebih banyak menggunakan warna putih dan warna-warna kromatis yang dapat menimbulkan kesan bersih dan modern. Furniture-furniturenya berdesain minimalis.
8. Dokumentasi
commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar III. 1 Kasir & Cosmetic Shop di Larissa (Sumber : Dokumentasi Pribadi ) Gambar III. 2 Receptionist di Larissa (Sumber : Dokumentasi Pribadi )
Gambar III. 3 Ruang Tunggu di Larissa (Sumber : Dokumentasi Pribadi )
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id B. LK Salon, SOLO SQUARE 1. Sejarah
LK Salon merupakan salah satu salon yang ada di kota Solo. LK Salon merupakan sebuah wadah fasilitas perawatan tubuh baik rambut dan kulit bagi masyarakat. LK Salon pertama kali didirikan 13 tahun (1997) yang lalu di Semarang, tepatnya di jalan Wijayakusuma Semarang. Sekarang LK Salon pindah ke jalan Saidan 5 ( Pemuda ) Semarang. Lalu pada 10 Oktober 2007 LK Salon membuka cabang di kota Solo. Di Solo cabang LK Salon dibuka di Jl. Slamet Riyadi 451-455 Solo, tepatnya di Solo Square. Nama LK Salon merupakan singkatan dari nama pemiliknya yaitu Lie Kuang. Beliau lahir di Semarang tanggal 20 Januari 1977. Lie Kuang merintis karier di dunia kecantikan sejak tahun 1994. Lie Kuang lulus dari Rever Academy Indonesia, distinction trophy tahun 1994, lalu meneruskan pendidikannya di Rever academy Hongkong dan advance course diploma dari Toni & Guy Singapore, Vidal Sason Shanghai, dan Kohsuke Ueno Tokyo Japan. Beliau termasuk member of Intercoiffure Mondial Paris, L’oreal color trophy finalist dan joined L’oreal Professional. LK Salon menawarkan jasa perawatan rambut menggunakan produk-produk dari L’oreal dan Keratase. Selain perawatan rambut dan hair styling, LK Salon juga melayani perawatan kulit dan make up. Segmen pasar LK Salon adalah masyarakat umum menengah ke atas, baik pria maupun wanita.
2. Non fisik LK Salon yang berada di Solo Square mengangkat tema modern minimalis. Tema ini terlihat dari furniturenya yang simple namun berfungsi maksimal. commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 3. Kebutuhan Ruang - R. Utama a. R. perawatan rambut dan make up b. R. perawatan kulit c. Receptionist dan kasir - R. Pelengkap a. R. tunggu b. Gudang
4. Aktivitas Dan Kegiatan a. Aktivitas Pokok § Pengunjung Datang
mendaftar
bayar
pulang
menunggu
perawatan
§ Pengelola Datang
cek harian
melayani pengunjung
mengerjakan administrasi mengontrol pegawai
cros cek
pulang § Pegawai Datang
persiapan kerja
melayani perawatan
cros cek
b. Waktu Kegiatan
commit to user
melayani pendaftaran pulang
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LK Salon buka setiap hari. Hari minggu – jumat buka sekitar pukul 10.0021.00 WIB dan hari sabtu buka jam 09.30-21.30. Jam kerja karyawan dibagi 2 shift, shift I. 10.00-19.00 WIB dan shift II. 12.00-21.00 WIB.
c. Pelaku Kegiatan Pelaku Kegiatannya antara lain: a. Pengelola b. Pegawai c. Pengunjung/konsumen
5. Unsur Pembentuk & Pengisi Ruang Ruang a. Lantai Material lantai yang dipilih adalah keramik. Selain mudah dibersihkan juga terdapat dalam berbagai motif serta mudah didapat dan harganya terjangkau. Warna yang dipilih: - krem (60 x 60 cm), dipakai pada seluruh ruang Lantai pada LK Salon ini menggunakan keramik warna krem sehingga terlihat bersih dan enak dipandang. b. Dinding Dinding menggunakan kaca dan dinding gypsum. Warna yang dipilih yaitu putih dan hitam, sehingga memberikan kesan bersih, modern dan minimalis. c.
Ceilling Ceilling menggunakan triplek finishing cat warna hitam.
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id d.
Furniture Furniture yang dipilih adalah dari bahan kayu dan logam. Furniture difinising cat duko warna hitam dan putih. Diseluruh ruang furniturenya menggunakan warna hitam dan putih. Tema modern dapat terlihat dari bentuk furniture yang sederhana. Hal ini memberikan kesan bersih dan modern.
6. Tata Kondisional a.
Penghawaan Seluruh ruangan di LK Salon menggunakan penghawaan buatan yaitu dengan AC Split
b.
Pencahayaan Pencahayaan pada LK Salon ini menggunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan buatannya berupa lampu-lampu down light yang menggunakan lampu TL dan lampu gantung.
7. Tema Konsep modern yang diusung LK Salon mampu menyajikan suasana nyaman dan bersih. Disini tercipta suasana yang memiliki daya tarik bagi pengunjung. Kesan yang ingin ditimbulkan adalah bersih, simple dan modern. Sehingga untuk warna ruang lebih banyak menggunakan warna putih dan warnawarna kromatis yang dapat menimbulkan kesan bersih dan modern. Furniturefurniturenya berdesain minimalis.
commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 8. Dokumentasi
Gambar III. 4 ME LK Salon, Solo Square (Sumber : Dokumentasi Pribadi )
Gambar III. 7 R. perawatan Keratase (Sumber : Dokumentasi Pribadi )
Gambar III. 5 Tampak ceiling di LK Salon (Sumber : Dokumentasi Pribadi )
Gambar III. 8 R. perawatan Rambut (Sumber : Dokumentasi Pribadi )
Gambar III. 6 Display Produk kecantikan (Sumber : Dokumentasi Pribadi ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISA PERANCANGAN
A. ANALISA JUDUL 1. Pengertian Pengertian dari judul “ Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta “ adalah sebagai berikut : Interior
: - Ruang dalam suatu bangunan. ( Ensiklopedia Indonesia, 1989, hal : 195 ) - Tatanan perabot ( hiasan ), dsb didalam ruamg dalam dari gedung . ( Tim Penyusun KBBI, 2001 ; 383 )
Desain Interior
: - Desain interior adalah karya seni yang mengungkapkan dengan jelas dan tepat tata kehidupan manusia dari suatu masa melelui media ruang . ( J. pamudji subtandar : 1998 : 11 )
Fashion
: - Cara, kebiasaan, basa-basi; mode. ( John M Echols & Hassan Shadily, Kamus InggrisIndonesia, 1996 : 234 ) -
Pakaian: barang apa yang dipakai (baju, celana, dsb). ( Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 529 ) commit to user
93
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Mode atau Fashion adalah gaya berpakaian (tetapi juga dapat termasuk masakan, bahasa, seni, arsitektur) yang populer dalam suatu budaya. ( Wikipedia bahasa Indonesia )
Beauty
: - Orang cantik; indah; kecantikan. ( John M Echols & Hassan Shadily, Kamus InggrisIndonesia, 1996 : 58 ) -
Cantik: elok, molek (tentang wajah); indah (tentang barang). ( Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 127 )
-
Kecantikan:
keelokan;
kemolekan.
(Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 127 ) Centre
: - Pusat; bagian tengah; (soccer) penyerang tengah. ( John M Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, 1996 : 104 ) -
Pusat: pusar; titik yang ditengah benar (al. bulatan bola, lingkaran dsb); tempat yang letaknya di bagian tengah; pokok pangkal/ yang menjadi pumpunan (berbagai urusan, hal, dsb); orang yang membawakan berbagai bagian; orang yang menjadi pumpunan dari bagian-bagian. ( Cormentyna Sitanggang dkk, commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 616 ) Surakarta
: wilayah, kawasan, nama sebuah kota di propinsi Jawa Tengah.
Jadi pengertian dari judul “ Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta adalah suatu proses, pembuatan, merancang, merencanakan desain ruang dalam suatu bangunan yang berupa tempat penjualan pakaian, aksesoris, produk kecantikan, konsultasi dan salon untuk melengkapi fasilitas kegiatan yang berhubungan dengan penampilan yang operasionalnya berada di kota Surakarta.
2. Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai adalah : a) Memberikan wawasan dan pengetahuan tentang perlunya sebuah wadah tempat memperbaiki penampilan. b) Mewujudkan suatu Fashion and Beauty Centre yang mendukung dan mewadahi pemerhati dunia fashion dan kecantikan maupun masyarakat awam melalui aplikasi interior dan sarana serta prasarana yang mendukungnya. c) Menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung para pengunjung seperti tempat konsultasi kecantikan dan penampilan, penjualan pakaian dan kosmetik, serta sebagai tempat untuk perawatan kecantikan. d) Sarana tempat pertemuan, menambah informasi dan juga sebagai tempat hiburan bagi masyarakat.
commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 1. Lokasi Pemilihan lokasi berada di daerah perempatan Bundaran Gladak Slamet Riyadi Surakarta. Bank Danamon
G
Gereja Hotel
C Jl. Slamet Riyadi
n U
Bundaran Gladak
G BCA Fashion and Beauty Centre
PGS
BTC
Site Plan
Site yang berada di daerah perempatan Gladak Slamet Riyadi ini dipilih karena beberapa pertimbangan, antara lain sebagai berikut : a. Luas tanah yang memenuhi. b. Lokasi tersebut adalah daerah perdagangan, bisnis, industri dan wisata. c. Lokasi mempunyai akses yang tinggi terhadap fasilitas dan sarana penunjang operasional. d. Lokasi merupakan salah satu konsentrasi publik sehingga mudah dijangkau.
commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Status Kelembagaann Status kelembagaan Fashion and Beauty Centre ini dikelola oleh pihak swasta sehingga manajemen dan orientasi usaha tergantung sepenuhnya pada kebijakan pihak swasta.
3. Struktur Organisasi a. Struktur Organisasi Salon
Pemilik Manajer Operasional
Bagian keuangan
Stylish Bagian perawatan rambut
Asisten stylish
Skema IV.1 Struktur Organisasi Salon (Sumber : analisa penulis, 2010)
commit to user
Bagian perawatan tubuh
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Struktur Organisasi Shop
Divisi Penjualan
Manajer
Supervisor Penjualan
Pramuniaga
Supervisor Display
Acounting Supervisor
Pramuniaga
Skema IV.2 Struktur Organisasi Shop (Sumber : analisa penulis, 2010)
4. Sistem Operasional Fashion and Beauty Centre buka setiap hari. Jam buka Fashion and Beauty Centre sebagai berikut : a. Salon Hari Senin s/d Minggu pukul 07.30 – 21.00 WIB b. Shop Hari Senin s/d Minggu pukul 08.00 – 21.00 WIB c. R. Konsultasi Hari Senin s/d Minggu pukul 08.00 – 20.00 WIB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
99 digilib.uns.ac.id
5. Program Kegiatan Fashion and Beauty Centre ini terdiri dari tiga ruang kegiatan yaitu salon, shop, dan ruang konsultasi. Program kegiatan Fashion and Beauty Centre ini terbagi dalam tiga kegiatan utama dalam tiga pengelompokan ruang yaitu salon, shop, dan ruang konsultasi. a. Salon Kegiatan untuk pengunjung tidak hanya untuk perawatan kecantikan rambut saja, namun perawatan kecantikan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Perawatannya terdiri dari facial, menicure, pedicure, massage dan perawatan rambut. b. Shop Toko khusus pakaian dan perlengkapan pendukungnya, seperti aksesoris, tas dan sepatu. Selain itu toko kosmetik yang menjual produkproduk kosmetik yang ternama. c. Ruang Konsultasi Adalah tempat dimana kostumer dapat berkonsultasi masalah penampilan baik bagaimana cara berpakaian dan berdandan yang tepat. Di sini kostumer akan di bantu oleh seorang stylish/penata gaya.
6. Pelaku Kegiatan Terdapat beberapa pelaku kegiatan dalam Fashion and Beauty Centre ini, yaitu : a. Salon 1. Pengunjung ( dewasa usia 20 tahun ke atas ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
2. Pengelola ( owner, operasional manager, stylish, kapster, dan karyawan ) b. Shop 1. Pengunjung ( dewasa usia 19 tahun ke atas ) 2. Pengelola ( manajer, supervisor penjualan, supervisor display, acounting supervisor, pramuniaga ) c. R. Konsultasi 1. Pengunjung (dewasa usia 19 tahun ke atas ) 2. Pengelola ( stylish )
7. Pola Kegiatan a. Pola Kegiatan Salon Dalam penguraian tentang kegiatan salon terlebih dahulu perlu diketahui apa arti kegiatan Salon dan siapa pelaku kegiatan tersebut. Mengenai pengertian disini dapat disini dapat disamakan dengan aktivitas. Sedangkan siapa yang melakukan kegiatan di dalam salon adalah pengunjung dan staff salon. Yang dimaksud pengunjung/tamu adalah individu-individu yang memanfaatkan barang dan jasa pelayanan salon disebut pembeli atau pemesan makanan. Tujuan pengunjung pada pokoknya adalah melakukan perawatan kecantikan. Sesuai dengan sistem pelayanan pada salon tersebut. Sedangkan yang disebut staff adalah individu-individu yang menjalankan kegiatan sebuah salon. Kegiatan staff salon yaitu melayani tamu sesuai dengan sistem pelayanan. Berorientasi dari kegiatan pokok di dalam salon commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu pelayanan perawatan kecantikan baik perawatan tubuh juga perawatan rambut. 1) Pengelola Datang
Pulang
Penitipan kendaraan
Loker
ME & SE
Kantor
Kegiatan Operasional
Pengambilan kendaraan
Salon
Lavator Rest Room
Skema IV.3 Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan Salon (Sumber : analisa penulis, 2010)
2) Pengunjung Datang
Penitipan kendaraan
ME & SE
Pulang
Pesan tempat, Bayar
Makan, Minum, Santai, Nonton bareng
Pengambilan kendaraan
Skema IV.4 Skema Kegiatan Pengunjung pada Pola Kegiatan Salon (Sumber : analisa penulis, 2010)
commit to user
Lavatory
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pola Kegiatan Merchandise Shop Kegiatan utamanya adalah jual-beli pakaian dan kosmetik dalam berbagai item produk. Namun shop ini juga melayani testing produk kecantikan. 1) Pengelola Datang
Penitipan kendaraan
ME & SE
Pulang
Pengambilan kendaraan
Loker
Kantor
Shop
Kegiatan Operasional
Lavatory
Rest Room
Skema IV.5 Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan Shop (Sumber : analisa penulis, 2010)
commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Pengunjung
Datang
Penitipan kendaraan Shop
ME & SE
Pulang
Datang
Lavatory
Pengambilan kendaraan
Penitipan kendaraan Fashion Shop
ME & SE
Pulang
Datang
Lavatory
Pengambilan kendaraan
Penitipan kendaraan
ME & SE
Pulang
Shop
Pengambilan kendaraan
Shop
Cosmetic Shop
Lavatory
Skema IV.6 Skema Kegiatan Pengunjung pada Pola Kegiatan Shop (Sumber : analisa penulis, 2010)
c. Pola Kegiatan R. Konsultasi Tempat untuk mewadahi segala kegiatan yang berhubungan dengan keinginan kostumer untuk berkonsultasi dengan stylish fashion dan commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beauty. Pelaku kegiatan dalam ruang konsultasi ini terdiri dari pengelola yaitu stylish dan kostumer/pengunjung. 1) Pengelola Datang
Penitipan kendaraan
ME & SE
Pulang
Rest Room
R. konsultasi
Ruang Pertemuan
Lavatory
Pengambilan kendaraan
Skema III.8 Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan R. konsultasi (Sumber : analisa penulis, 2010)
2) Pengunjung Datang
Penitipan kendaraan
ME & SE
Pulang
Pengambilan kendaraan
R. tunggu
R. konsultasi
Lavatory
Skema IV.9 Skema Kegiatan Pengunjung pada Pola Kegiatan R. konsultasi (Sumber : analisa penulis, 2010)
8. Jenis Ruang dan Fasilitas Ruang commit to user a. Ruang Publik :
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Salon 2) Shop b. Ruang Semi Publik 1) R. konsultasi 2) R. perawatan kecantikan c. Ruang Private 1) R. Facial dan massage 2) Ruang kantor 3) Ruang karyawan 4) Mushola d. Ruang Service 1) Gudang 2) Toilet
commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9. Aktivitas dan Fasilitas a. Kelompok kegiatan Cafe PELAKU
AKTIVITAS
FASILITAS
KEBUTUHAN RUANG
Pengunjung - Datang/pulang
- Main Entrance
- Memesan tempat
- Meja penerimaan
- R. Penerimaan
- Menunggu
- Kursi tunggu
- R. Tunggu
- Perawatan
- Meja, kursi, bed
- R. massage, facial, perawatan rambut, manicure pedicure
Pengelola
- Membayar
- Meja Kasir
- Kasir
- MCK
- Toilet
- Lavatory
- Datang/pulang
- Main Entrance
- Persiapan
- Loker
- R. Karyawan
- Bekerja
- Meja dan kursi kantor
- R. Kantor
- Melayani
- Meja, kursi, bed
- R. perawatan
- Penyimpanan
- Rak/almari penyimpanan
- Gudang
- Istirahat
- Kursi santai
- R. Istirahat
- MCK
- Toilet
- Lavatory
perawatan
Tabel IV. 1 Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Salon ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 ) commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kelompok kegiatan Shop PELAKU
AKTIVITAS
FASILITAS
KEBUTUHAN RUANG
Pengunjung - Datang/pulang - Memilih, mencoba
- Main Entrance - Meja display
- R. Ganti
- Membeli, membayar - meja kasir - MCK Pengelola
- Toilet
- Datang/pulang
- Lavatory - Main Entrance
- Persiapan
- Loker
- R. Persiapan
- Bekerja
- Meja dan kursi kantor
- R. Kantor
- Penyimpanan
- Almari penyimpanan
- Gudang
- Istirahat
- Kursi santai
- R. Istirahat
- MCK
- Toilet
- Lavatory
Tabel IV. 2 Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Shop ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
c. Kelompok kegiatan R. Konsultasi PELAKU
AKTIVITAS
FASILITAS
KEBUTUHAN RUANG
Pengunjung - Datang/pulang
- Main Entrance
- Menunggu
- Meja dan kursi tunggu
- R. Tunggu
- Konsultasi
- Meja dan kursi konsultasi
- R. Konsultasi
- MCK
- Toilet commit to user
- Lavatory
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengelola
- Datang/pulang
- Main Entrance
- Persiapan
- Loker
- R. Persiapan
- Melayani
- Meja dan kursi konsultasi
- R. Konsultasi
- Istirahat
- Kursi santai
- R. Istirahat
- MCK
- Toilet
- Lavatory
konsultasi
Tabel IV. 3 Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan R. Konsultasi ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
10. Besaran Ruang a. Kebutuhan dan Besaran Ruang Shop No
1.
Kebutuhan
Kapasitas
Ruang
Ruang
R. Penerimaan
10 org/ruang
Standar per orang
Luas Total Keterangan (min)
(sumber)
Standar org : 1.20 m2
Dimensi
Jumlah ruang : 2 ruang
Manusia
10 orgx 1.20 m2 = 12 m2 Flow 30 %
= 3,6
m2 2.
Kasir
3 org/ruang
15,6 m2
Standar org : 1.50 m2
Dimensi
Jumlah ruang : 3 ruang
Manusia
3 x 2 orgx 1.50 m2 = 9 m2 Flow 30 %
3.
R. Display
= 2,7
m2
11,7 m2
Asumsi 900 m2
900 m2
produk fashion dan beauty 4.
Stage
8 orang
Asumsi 15 m2 commit to user
15 m2
Data Arsitek
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
R. Ganti
8 orang
Standar org : 1.215 m2 2
8 x 1.215 m = 9,72 m Flow 30 %
Dimensi
2
Manusia
= 2,92 m2 12,64 m2
6.
Asumsi 20 m2
Gudang
20 m2 974,94 m2
Luasan ruang yang dibutuhkan
Tabel IV. 4 Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang penjualan ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
b. Kebutuhan dan Besaran Ruang Salon No
1.
Kebutuhan
Kapasitas
Ruang
Ruang
Kasir/R.
10 orang
penerimaan
Standar per orang
Luas Total Keterangan (min)
(sumber)
Standar org : 1.5 m2
Dimensi
10 x 1.50 m2 = 15 m2
Manusia
Flow 30 % = 4,5 m2 19,5 m2 2.
R. Tunggu
20 orang
36,75 m2
Standar org : 1.50 m2 2
2
20 x 1.50 m = 30 m Flow 30 %
3.
R. Ganti
9 orang
Dimensi Manusia
2
= 6,75 m
Standar org : 1.215 m2
Dimensi
9 x 1.215 m2 = 10,96 m2
Manusia
Flow 30 %
= 3,29 m2 14,25 m2
4.
R. perawatan
90 orang
Standar org : 1.8 m2
Dimensi
90 x 1.8 m2
= 162 m2
Manusia
Flow 30 %
= 48,6 m2
commit to user
210,6 m2
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Gudang
Asumsi 16 m2
6.
Lavatory Pria
2 closet, standar 0,92 m2 = 1,84 m
16 m2 Data Arsitek
2
4 urinoir, standar 0,92 m2 = 3,68 m2 2 wastafel, standar 0,92 m2 = 1,84 m2 7.
7,36 m2
4 closet, standar 0,92 m2 =
Lavatory Wanita
Data Arsitek
3,68 m2 2 wastafel, standar 0,92 m2 = 1,84 m2 5,52 m2 309,98 m2
Luasan ruang yang dibutuhkan Tabel IV. 5 Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Salon ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
c. Kebutuhan dan Besaran Ruang Konsultasi No
1.
Kebutuhan
Kapasitas
Ruang
Ruang
R. Penerimaan
10 orang
Standar per orang
Luas Total Keterangan (min)
Standar org : 1.2 m
2
15,6 m
(sumber) 2
10 x 1.2 m2 = 12 m2
Dimensi Manusia
Flow 30 % = 3,6 m2 2.
R. Tunggu
20 orang
Standar org : 1.50 m2
36,75 m2
20 x 1.50 m2 = 30 m2 Flow 30 % 3.
R. Konsultasi
27 orang
= 6,75 m
Standar org : 1.2 m2 27 x 1.2 m2 = 32,4 m2 commit to user
Dimensi Manusia
2
42,12 m2
Dimensi Manusia
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Flow 30 % = 9,72 m2 94,47 m2
Luasan ruang yang dibutuhkan
Tabel III. 6 Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Konsultasi ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 ) 11. Hubungan Antar Ruang a. Pola Hubungan dan Organisasi Ruang makro 1.
R. Penerimaan
2.
Salon
3.
Shop
4.
R. Konsultasi
= Berhubungan langsung = Berhubungan tidak langsung b. Pola Hubungan dan Organisasi Salon 1.
R. Penerimaan
2.
R. Tunggu
3.
Perawatan rambut
4.
Perawatan tubuh
5.
Perawatan wajah
6.
Manicure Pedicure
7.
R. Ganti
8.
Kasir
9.
Lavatory
commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= Berhubungan langsung = Berhubungan tidak langsung = Tidak berhubungan
c. Pola Hubungan dan Organisasi Shop 1.
R. Display
2.
R. Ganti
3.
Kasir
4.
Gudang
= Berhubungan langsung = Berhubungan tidak langsung = Tidak berhubungan d. Pola Hubungan dan Organisasi Ruang Konsultasi 1.
R. Penerimaan
2.
R. Konsultasi
3.
R. Tunggu
= Berhubungan langsung = Berhubungan tidak langsung
commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12. Zoning & Grouping Pada prinsipnya penentuan zoning dan grouping berdasarkan atas sifat kegiatan dan kepentingannya. Sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan zoning dan grouping adalah : a. Sirkulasi kegiatan yang berlangsung b. Kemudahan dalam mencapai fasilitas yang ada c. Aktivitas dalam ruang d. Keamanan dan kenyamanan e. Tingkat kebutuhan pengunjung
Gambar IV. 1 Zoning (Sumber : analisa penulis, 2010)
commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar IV. 2 Grouping (Sumber : analisa penulis, 2010)
Dasar pertimbangan : 1. Zona service, publik dan semi publik diletakkan dalam area yang berdekatan agar pengunjung mudah menjangkau fasilitas tersebut. 2. Zona privat diletakkan berjauhan dengan zona publik agar kerja pengelola dalam fasilitas tersebut tidak terganggu. 3. Tidak adanya sekat pemisah yang jelas memudahkan pengunjung untuk menjangkau fasilitas yang ada.
13. Organisasi Ruang Organisasi ruang adalah dasar-dasar cara menghubungkan ruangruang suatu bangunan sehingga terorganisisr menjadi pola-pola bentuk ruang yang koheren (Francis DK Ching, 1996, hal. 194) commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam perencanaan organisasi ruang, diperlukan adanya : a. Pengelompokan ruang yang akan dilihat dari karakter dan macam kegiatan yang diwadahi. b. Karakter yang ditampilkan dengan bentuk-bentuk dinamis sehingga turut mendukung dan membangun dari tema yang akan diangkat sehingga menjadi kesatuan. Alternatif Linear
Karakter/Kaidah
Penerapan
Bersifat fleksibel, terdiri dari ruang yang Massa bangunan berulang dalam hal ukuran dan fungsi dari disusun berbaris tiap ruang disepanjang deretan tersebut memiliki hubungan dengan ruang luar
Radial
Memadukan unsur-unsur pola terpusat Massa
bangunan
dan linear dengan ruang-ruang pusat yang menyebar dari satu dominan
dan
pola-pola
linear
berkembang menjadi jari-jarinya Cluster
Menggabungkan
ruang-ruang
yang titik pusat massa sebagai sentral yang Massa
bangunan
berlainan bentuk tapi bersifat kegiatan disusun yang sama dan berhubungan satu sama berkelompok sesuai yang lain berdasarkan penempatan & dengan ukuran visual seperti sumbunya
commit to user
kegiatan
yang serupa
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terpusat
Bentuk
stabil
merupakan
komposisi Massa
bangunan
terpusat yang terdiri dari sejumlah ruang- disusun ruang sekunder
yang
dikelompokkan mengelilinggi pusat
mengelilingi sebuah ruang pusat yang massa besar dan dominan
Tabel IV. 7 Alternatif Organisasi Ruang ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
Organisasi Ruang a)
Linier
Keuntungan a. Mudah
menyesuaikan
Kerugian a. Kurang efisien, dan butuh
kondisi
b. Sirkulasi jelas dan terarah
banyak ruang
b. Tidak ada orientasi utama dari semua ruang
c. Pencapaian mudah d. Adanya hirarki ruang b)
Terpusat
a. Memiliki pusat / orientasi kegiatan
a.
Arah sirkulasi terpusat pada satu
titik,
b. Bersifat stabil
perhatian
ke
c. Pencapaian ke titik ter-
berkurang
sehingga titik
lain
tentu mudah & langsung
d. Efisiensi tinggi c)
Radial
a. Perpaduan antara organisasi linier dan radial
b. Menghasilkan pola dinamis
commit to user
a. Arah sirkulasi terpusat pada
satu
titik,
perhatian berkurang
ke
sehingga titik
lain
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Pencapaian ke titik tertentu mudah dan langsung
d)
Cluster
a. Dapat menerima ruang – ruang
yang
berlainan
bentuknya
b. Luwes dan rima
a. Tidak ada orientasi utama pada ruang
b. Kontrol visual kurang baik dapat mene-
pertumbuhan
dan
perubahan langsug tanpa mempengaruhi
karakter-
nya
Tabel IV. 8 Alternatif Organisasi Ruang ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
Gambar IV. 3 Organisasi Ruang (Sumber : analisa penulis, 2010)
commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemilihan organisasi ruang didasarkan pada pengelompokkan ruang yang berbeda aktivitasnya. Organisasi ruang ini dibagi dalam tiga kelompok : 1. Salon
: Pemilihan organisasi ruang Cluster Pengulangan bentuk fungsi ruang yang sama, yaitu sebagai dining room dan lounge, dengan ukuran ruang yang berbeda dan tidak ada sekat pemisah, dan bedakan dengan level lantai.
2. Shop
: Pemilihan organisasi ruang Radial -
Penggunaan organisasi Linier pada ruang display yang didasarkan pada pengelompokkan merchandise yang dijual.
-
Penggunaan organisasi Terpusat pada kasir sebagai pusat kegiatan transaksi jual beli (pembayaran).
14. Pola Sirkulasi Sistem Sirkulasi a)
Linier
Keuntungan
Kerugian
a. Jalan yang lurus da- pat a. Pengunjung menjadi
unsur
pengorganisir utama b. Memiliki ternatif
beberapa pilihan
harus
me-
ngerti arah fungsi ruang yang akan dituju
aljalan:
melengkung, memo- tong , jalan bercabang, dan loop b) Radial
a. Pengunjung
dapat
milih alternative commit to user yang dituju
me-
a. Sirkulasi monoton, karena
ruang
setiap ruang kembali ke titik yang sama.
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.Arah sirkulasi jelas
b.Pengunjung
harus
me-
ngerti arah fungsi ruang yang dituju c)
Spiral
a. Pengunjung dihadap- kan pada banyaknya alternatif ruang b.Pola sirkulasi jelas
a. Sirkulasi dapat melelah kan pengunjung b.Kurang
efektif
pengunjung
yang
karena akan
menuju fungsi ruang di ujung area harus melewati fungsi ruang lain. Tabel IV. 9 Alternatif Pola Sirkulasi ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
Gambar IV. 4 Pola Sirkulasi (Sumber : analisa penulis, 2010) Dasar pertimbangan yang digunakan antara lain berdasar pada sistem pelayanan, aktivitas pengunjung, dan pencapaian tujuan atau tema yang diangkat, maka setelah menimbang dari alternatif tersebut maka penggunaan commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sistem sirkulasi secara umum adalah gabungan dari ketiga alternatif tsistem sirkulasi tersebut di atas. : Sirkulasi Pengunjung -
Datang – Salon – Pulang
-
Datang – R. Konsultasi – Pulang
-
Datang – Shop – Pulang
-
Datang – Cafe – Pulang
: Sirkulasi Pengelola -
Datang – Cafe – Pulang
-
Datang –Shop – Pulang
-
Datang – R. Konsultasi – Pulang
C. KONSEP PERANCANGAN 1. Ide Dasar Perancangan Fashion and Beauty Centre adalah suatu tempat yang terdiri dari shop, salon dan ruang konsultasi dimana pengunjung dapat memperbaiki masalah penampilan mereka. Kebutuhan akan adanya satu tempat yang mewadahi segala sesuatu hal tentang kecantikan membawa penulis untuk merancang sebuah tempat yang dapat mewadahi hal tersebut. Mengingat di kota Solo belum ada tempat memperbaiki penampilan dalam satu tempat, maka dengan adanya Fashion and Beauty Centre hal tersebut dapat terpenuhi. Sebuah tempat yang tidak hanya sebagai shop dan salon tempat untuk menjual pakaian lengkap dengan aksesorisnya dan perawatan kecantikan, melainkan juga menyediakan fasilitas khusus yaitu tempat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
121 digilib.uns.ac.id
konsultasi untuk mengatasi masalah berbusana dan kecantikan. Kebutuhan akan berpenampilan menarik dan kesulitan untuk mendapatkan waktu yang singkat untuk mengatasi masalah kecantikan karena tempat perawatan yang terpencar menjadikan Fashion and Beauty Centre ini tempat yang tepat untuk mengatasi masalah penampilan. Ide gagasan yang dimunculkan dalam Fashion and Beauty Centre ini adalah ingin membangun sebuah tempat yang mewadahi segala hal tentang kecantikan dimana kostumer tidak perlu jauh-jauh untuk menemukan tempat yang pas yang dapat mewadahi segala hal tersebut karena Fashion and Beauty Centre ini sudah mewadahi semuanya yaitu dengan adanya fashion shop, cosmetic shop, salon dan beauty treatment. Dengan penataan interior yang disesuaikan dengan red line yaitu modern, fashion dan beauty, kebutuhan akan kecantikan dan penampilan akan terpenuhi.
2. Tema Tema dari perancangan interior Fashion and Beauty Centre ini adalah konsep perancangan mengacu pada gaya modern. Modern diartikan sebagai desain interior yang minimalis, terbaru dengan mengeksplorasi ruang, material dan teknologi sesuai dengan kebutuhan. Unsur fashion dan beauty diperlihatkan pada pernik di dalam interior yang diatur sedemikian rupa sehingga dinamis dan terlihat estetis. Tema yang diambil dalam interior Fashion and Beauty Centre ini berdasar pada tujuan yang mendasar untuk mewujudkan penataan interior Fashion and Beauty Centre dengan desain dan tema modern commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai konsep perancangan interior yang penerapan terletak pada element-element interior sehingga menimbulkan kesan tersendiri terhadap para pengunjung. Bahkan untuk menggambarkan dan memunculkan nuansa modern dengan unsur fashion dan beauty dirasa menarik perhatian pengunjung.
Tema : Modern
Warna : Hangat, semangat, rileks
Cokelat, Hijau
Bentuk furniture
Lengkung, simple
Suasana rileks, hangat dan semangat terwujud dalam aplikasi warna dan furniture
Skema IV.10 Skema Tema dan Aplikasinya (Sumber : analisa penulis, 2010)
3. Aspek Suasana dan Karateristik Ruang Aspek suasana yang ingin dicapai dalam Fashion and Beauty Centre ini adalah suasana yang dapat memberi kehangatan dan semangat commit to user kepada para kostumer dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membangun semangat tersebut. Unsur-unsur itu adalah yang berhubungan dengan tema yaitu modern yang akan diaplikasikan dalam penataan interior sehingga dapat membangun semangat para kostumer. Unsur-unsur tersebut antara lain aplikasi pada dinding yang menggunakan kaca finishing sandblast, poster-poster besar produk dan
model-model, untuk membangun kesan
modern aplikasi pada warna dinding diberi warna cokelat dan hijau, pemilihan pola lantai berbentuk simetris.
Gambar IV. 5 Aplikasi pada Aspek Suasana Interior (Sumber : analisa penulis, 2010) .gcb
4. Aspek Pola Penataan Ruang dan Furniture Aspek penataan ruang ini berhubungan dengan organisasi ruang dan sirkulasi. Sebagai faktor dalam pertimbangan penataan ruang yaitu : -
Organisasi ruang, zoning dan grouping
-
Fungsi dan besaran ruang
-
Aktivitas yang berlangsung di dalamnya
-
Kemudahan pencapaiannya commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Lay Out 1. Cafe Pemilihan organisasi ruang dalam cafe adalah organisasi ruang cluster. Dimana organisasi ini merupakan pengulangan bentuk fungsi yang sama, tetapi komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda ukuran, bentuk dan fungsi karena lay out pada cafe dibedakan atas fungsi area yang dibentuk. Untuk area makan dibedakan atas area makan lounge dan restoran.
2. Shop Organisasi radial dipilih dalam penataan layout untuk shop. Perpaduan antara organisasi terpusat dan linier ini cocok untuk penataan layoutnya karena penataan layoutnya dikelompokkan pada item product yang dijual, sedangkan ruang pembayaran atau kasir sebagai pusat kegiatan jual beli. 3. Salon Untuk salon sendiri terdapat satu ruang besar untuk perawatan sehingga organisasi terpusat dipilih dalam penataan layoutnya karena satu ruang besar sebagai pusat kegiatan. b. Furniture Dalam pemilihan furniture mempunyai kaitan antara aspek satu dengan aspek yang lain. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan furniture didasarkan pada: commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Fungsi dari furniture itu sendiri 2) Faktor
kenyamanan
dan
keamanan
bagi
pemakai
dengan
menghindarkan sudut-sudut yang tajam 3) Faktor estetika yang disesuaikan dengan tema yang ditampilkan 4) Ketahahan terhadap perubahan temperatur dan kekuatan konstruksinya 5) Kemudahan dalam perawatan maupun kebersihannya Pemilihan furniture mempunyai kaitan dengan tema yang dipilih. Dengan tema modern bentuk-bentuk furniture yang dipilih yang memiliki bidang bundar, memiliki garis lengkung dan berkesan minimalis sesuai dengan fungsinya. Begitu juga warna yang dipilih adalah warna-warna cokelat dan hijau.
Aspek Bentuk dan Warna
Gambar IV. 6 Penataan lay Out dan Aplikasi pada Furniture (Sumber : analisa penulis, 2010)
5. Aspek Bentuk dan warna Sesuai dengan tema dan konsep bentuk-bentuk yang dipergunakan adalah bidang datar, lurus, bidang bundar dan lengkung. Penerapan warna disesuaikan dengan penciptaan suasana ruang dimana didasarkan pada warna commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
126 digilib.uns.ac.id
cokelat dan hijau yang mendukung tema modern, warna cokelat menyiratkan kehangatan dan semangat dan untuk menciptakan keseimbangan dipadukan juga dengan warna hijau yang menenangkan. Selain itu penambahan penggunaan warna orange khususnya untuk interior bertujuan untuk menimbulkan semangat.
6. Elemen Pembentuk Ruang a. Lantai Lantai merupakan salah satu elemen pembentuk interior yang memegang peranan penting di dalam ruang. Lantai akan membantu pembentukan kesan dari tempat lantai itu berada, membangun kesan luas, nyaman dan apapun yang dicoba diwakilkan darinya . Lantai mempunyai tugas untuk mendukung beban yang datang dari benda-benda, seperti perabot rumah tangga, manusia dengan segala aktivitasnya dan kerangka itu harus mampu dan kuat memikul beban mati atau hidup, lalu lintas manusia dan lain-lain yang menumpangi (Y.B. Mangun Wijaya, 1988, hal.329). Di dalam perencanaan lantai yang perlu diperhatikan adalah fungsi lantai, sifat lantai, karakter lantai. Masing-masing faktor dijelaskan sebagai berikut : -
Fungsi lantai adalah sebagai bidang datar yang digunakan untuk memenuhi aktivitas manusia dalam melakukan kegiatan di atasnya
-
Sifat lantai yaitu lantai dapat membentuk sifat ruang sesuai dengan fungsi ruang tersebut, yaitu dengan membuat penaikan atau penurunan. commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lantai dapat pula bersifat permanent (tidak dapat dirusak) atau semi permanent (dapat dirubah) -
Karakter lantai yaitu lantai dapat membentuk suatu ruang lewat pemilihan bahan, pola maupun warna yang sesuai
-
Konstruksi lantai, yaitu dengan memperhatikan bagaimana lantai itu dipasang dan menempel sehingga tidak menimbulkan kelembaban konstruksi lantai, yaitu dengan memperhatikan bagaimana lantai itu dipasang dan menempel, sehingga tidak menimbulkan kelembaban atau panas yang berlebihan. (Ken Sunarko, 1989, hal. 39)
Ruang Lobby
Kriteria Analisa
Bahan
- Tahan lama
- Granit
- Tahan gesekan
- Batu candi
Keterangan Pola lantai mendukung dan
- Tahan air
sesuai dengan arahan
- Tidak licin
tema serta
- Tidak mudah kotor
mempertegas
- Mudah perawatannya
sirkulasi dan
- Mendukung tampilan
perbedaan ruang
Tema Ruang
- Tahan lama
Konsultasi
- Tahan gesekan
- Granito tiles
- Tidak licin - Tidak mudah kotor commit to user - Mudah perawatannya
Pola lantai mendukung dan sesuai dengan arahan tema dan kegiatan yang berlangsung di
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
- Mendukung tampilan
dalamnya
Tema - Mendukung akustik Cafe
- Tahan lama
- Granit
- Tahan gesekan
Pola lantai disesuaikan dengan
- Tidak licin
kegiatan yang
- Tidak mudah kotor
berlangsung dan
- Mudah perawatannya
suasana yang
- Mendukung tampilan
dibangun dengan pola
Tema
lantai, serta keterkaitan dengan tema. Perbedaan level lantai mempertegas kegiatan yang berlangsung di dalamnya.
Shop salon
dan - Tahan lama
- Keramik
- Tahan gesekan
- Granito tiles
- Tidak licin
- Parquet
- Tidak mudah kotor
mendukung dan sesuai dengan arahan tema serta
- Mudah perawatannya
mempertegas
- Mendukung tampilan
sirkulasi pengunjung.
Tema - Dapat sebagai tester produk yang dijual Lavatory
Pola lantai
- Tahan lama
- Keramik
- Tidak licin Bertekstur commit to user
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
- Mudah perawatannya
- Koral sikat
Tabel III. 10 Analisa Penggunaan Bahan Lantai ( Sumber : Analisa Penulis, 2010)
Pada shop dan salon penggunaan bahan lantai untuk pembagian zona aktivitas dan sirkulasi melalui motif dan pola cokelat orange. Untuk mendukung suasana hangat dan relaks di area massage digunakan perbedaan bahan dari zona aktivitas lainnya. Untuk menciptakan kesan modern dan glamour pemilihan bahan juga diperhatikan. Penggunaan material dengan motif kayu dapat mencipkatan kesan hangat dan nyaman. Pemilihan material ini ditempatkan pada area massage. Untuk pola lantai shop disesuaikan dengan display item yang dijual, selain itu penggunaan pola dan pemilihan bahannya dimaksudkan untuk membangun suasana. Pada salon penggunaan material bahan yang mendukung suasana yang kondusif dan mudah dibersihkan untuk memenuhi kebutuhan.
Gambar IV. 7 Floorplan commit to user (Sumber : analisa penulis, 2010)
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Dinding Dinding adalah bidang vertical yang membentuk ruang di dalam bangunan (Ken Sunarko, 1990, hal. 35). Menurut Y.B. Mangunwijaya, dinding memiliki beberapa fungsi, yaitu : -
Memikul beban di atasnya
-
Penutup atau pembatas ruang, baik visual maupun akustik
-
Fungsi menghadapi alam luar dan dalam ruangan, seperti :
·
Sinar cahaya dan kalor matahari
·
Memelihara suhu yang diminta ruangan
·
Pelindung terhadap hempasan hujan dan kelembaban dari luar
pengaturan derajat kelembaban dan ventilasi di dalam ruangan (Y.B. Mangunwijaya, 1988 : 339) Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan adalah sebagai berikut : a. Dapat mendukung akustik ruangan b. Bahan finishing yang digunakan tidak mengandung bahan-bahan yang beracun. c. Bahan finishing yang digunakan tidak mudah rusak dan terkelupas dan mudah dalam perawatannya. Ruang Lobby
Kriteria Analisa
Bahan
a. Mendukung akustik - Plesteran fin.
Keterangan Mudah dilihat
agar suara dari luar cat
dari Main
ruangan
Entrance
masuk
tidak - Kaca ke
dalam
commit to user
sehingga
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ruang .
aplikasinya dibuat
b. Tahan lama
menarik
c. Tahan gesek d. Tahan air e. Mudah perawatan f. Tahan
terhadap
perubahan suhu dan kelembaban
dan
Mendukung fleksibilitas ruang g. Banyak bukaan Ruang Konsultasi
a. Mendukung akustik - Kayu agar suara dari luar - Wallpaper ruangan masuk
tidak - Plesteran fin. ke
dalam cat
ruang .
Mendukung suasana pertemuan dan kesesuaian dengan tema.
b. Tahan lama c. Tahan gesek d. Tahan air e. Mudah perawatan f. Tahan
terhadap
perubahan suhu dan kelembaban
dan
Mendukung fleksibilitas ruang Cafe
a. Mendukung akustik - Plesteran fin. agar suara dari luar cat commit to user
Sesuai dan mendukung tema
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ruangan masuk
tidak - Kaca ke
dalam
ruang . b. Tahan lama c. Tahan gesek d. Tahan air e. Mudah perawatan f. Tahan
terhadap
perubahan suhu dan kelembaban
dan
Mendukung fleksibilitas ruang g. Mendukung tampilan Tema Shop Salon
dan a. Mendukung akustik -Plesteran agar suara dari luar fin.cat ruangan masuk
tidak - Kayu ke
dalam
ruang b. Tahan lama c. Tahan gesek d. Tahan air e. Mudah perawatan f. Tahan
terhadap
perubahan suhu dan kelembaban
dan
Mendukung commit to user
Sesuai dan mendukung tema
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fleksibilitas ruang g. Mendukung tampilan Tema Lavatory
- Tahan lama
- Plesteran fin.
- Tidak licin
cat
- Mudah perawatannya Tabel III. 11 Analisa Penggunaan Bahan Dinding ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 ) Warna dinding yang berwarna orange dan putih menjadi ciri khas interior cafe, warna dinding dipadukan antara orange dan putih agar tercipta keseimbangan. Untuk shop dan salon pemilihan warna cokelat muda dan hijau muda digunakan pada sebagian dinding, selain itu poster produk, gambar model dan stiker kaca untuk menambah kesan modern dan glamour. Untuk ruang konsultasi penggunaan warna dinding cokelat muda akan memberi kesan homy.
c. Ceiling Ceiling selain berfungsi sebagai penutup ruang, juga dapat dimanfaatkan guna pengaturan udara atau ventilasi panas (Ernst Neufert, 1989, hal. 93). Ceiling secara umum memiliki fungsi antara lain : -
Merupakan ruang atau rongga untuk melindungi dan menutup instalasi listrik, AC, gantungan lampu, loud speaker dan kabel-kabel lainnya
-
Berfungsi untuk bidang peredam suara atau akustik, dengan ditunjang lantai dan dinding
commit to user
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Ceiling bersama lantai membentuk ruang dalam
-
Sebagai bidang menempelnya titik lampu (Pamuji Suptandar, 1982, hal. 203) Dalam perencanaan ceiling harus meliputi : - Fungsi langit-langit - Penetuan ketinggian - Penentuan bentuk penyelesaian - Konstruksi pemasangan - Pengaturan cahaya atau lampu - Penentuan elemen-elemen mekanikal (Djoko Panuwun, 1998, hal. 27) Ruang
Lobby
Kriteria Analisa - Tahan lama
Bahan
Keterangan
- Gypsum board
Sesuai dan
- Tahan gesekan
mendukung tema
- Tahan air - Beragam pilihan motif dan tekstur - Tidak mudah kotor - Mudah perawatannya - Mendukung tampilan Tema - Banyak bukaan Ruang
- Tahan lama
Konsultasi
- Tahan gesekan
- Gypsum board
- Tidak licin - Tidak mudah kotor - Mudah perawatannya - Mendukung tampilan commit to user
Sesuai dan mendukung tema
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tema - Mendukung akustik Cafe
- Tahan lama
- Gypsum board
- Tahan gesekan
Sesuai dan mendukung tema
- Tidak licin - Tidak mudah kotor - Mudah perawatannya - Mendukung tampilan Tema Shop Salon
dan - Tahan lama
- Gypsum board
- Tahan gesekan
Sesuai dan mendukung tema
- Tidak licin - Tidak mudah kotor - Mudah perawatannya - Mendukung tampilan Tema Lavatory
- Tahan lama
- Gypsum board
- Tidak licin - Mudah perawatannya Tabel III. 12 Analisa Penggunaan Bahan Ceiling ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 ) Permainan ceiling dengan bentuk lengkung dan simetris digunakan dalam perencanaan ceiling.
commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar IV. 8 Aplikasi pada Ceiling (Sumber : analisa penulis, 2010)
7. Interior Sistem a. Pencahayaan Tujuan perencanaan pencahayaan adalah memberikan suatu lingkungan
menyenangkan
dan
nyaman
yang
mempermudahkan
pelaksanaan tepat guna terhadap tugas-tugas visual tanpa tegangan atau tekanan jiwa. Termasuk dalam lingkungan yang nyaman adalah kemampuan para penghuni untuk menyerap dan menyadari ruangan tertutup arsitektural (Catanese Anthony J dan S. James, 1990, hal. 137). Beberapa pertimbangan dalam perencanaan pencahayaan : ·
Pemanfaatan pencahayaan alami berupa sinar matahari melalui lubang ventilasi, jendela dan pintu karena sinar matahari lebih efisien dan efektif.
·
Pemanfaatan pencahayaan buatan berupa lampu yang disesuaikan commit to user dengan kebutuhan ruang.
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ruang Lobby
Kriteria Analisa
Alternatif Sistem
- Tidak memerlukan bahan dan instalasi
- Pencahayaan Alami
khusus dalam pengoperasiannya
- Pencahayaan Buatan
- Tidak memerlukan perawatan khusus - Dapat digunakan di berbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yang diinginkan - Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya - Besar tingkatan penerangan rata-rata 250 lux Ruang Konsultasi
- Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiannya
- Pencahayaan Alami - Pencahayaan Buatan
- Tidak memerlukan perawatan khusus - Dapat digunakan di berbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yang diinginkan - Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya - Besar tingkatan penerangan rata-rata 200-500 lux Cafe
- Tidak memerlukan bahan dan instalasi commit to user
- Pencahayaan Alami
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
khusus dalam pengoperasiannya
- Pencahayaan Buatan
- Tidak memerlukan perawatan khusus - Dapat digunakan di berbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yang diinginkan - Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya - Besar tingkatan penerangan rata-rata 250 lux Shop Salon
dan - Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiannya
- Pencahayaan Alami - Pencahayaan Buatan
- Tidak memerlukan perawatan khusus - Dapat digunakan di berbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yang diinginkan - Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya - Besar tingkata penerangan rata-rata 250 lux Lavatory
- Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiannya - Tidak memerlukan perawatan khusus - Dapat digunakan di berbagai tempat, commit to user
- Pencahayaan Alami - Pencahayaan Buatan
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yang diinginkan - Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya - Besar tingkatan penerangan rata-rata 50 lux Tabel III. 13 Analisa Penggunaan Pencahayaan ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
Pada perencanaan pencahayaan memilih atau menggunakan dan memanfaatkan pencahayaan alami maupun buatan. Untuk meminimalkan penggunaan listrik maka pencahayaan alami dari pagi hingga sore dengan banyaknya dinding bangunan yang terbuat dari kaca maka cahaya matahari dapat dengan mudah masuk ke dalam
ruang. Namun
penggunaan pencahayaan buatan juga tetap diperlukan pada ruang-ruang tertentu yang memang membutuhkan pencahayaan buatan. Pemanfaatan sinar Matahari dibagi menjadi pencahayaan sinar Matahari langsung (tanpa pemantul atau pelindung), dan pencahayaan sinar Matahari tak langsung (dengan pemantul atau pelindung). Pada malam hari penggunaan cahaya buatan lebih dipilih sebagai sumber penerangan dan artistik pada bangunan ini. Untuk pencahayaan umum menggunakan pencahayaan langsung dengan sistem downlight, commit to user untuk pencahayaan area makan menggunakan pencahayaan langsung
perpustakaan.uns.ac.id
140 digilib.uns.ac.id
dengan sistem chandelier. Pada dinding juga menggunakan pencahayaan uplight untuk menyinari poster-poster produk fashion dan beauty. Untuk ruang display menggunakan pencahayaan langsung dengan spot light untuk memberikan kesan pada item merchandise yang dijual. b. Penghawaan Tujuan pengendalian udara adalah memberikan suhu kepada penguin yang sehat serta kondisi-kondisi suhu dan suasana yang nyaman, dapat dicapai dengan mengolah dan mendistribusikan udara yang disejukkan ke seluruh bangunan, sesuai dengan keadaan manusia yang memiliki pertahanan mekanisme alami yang terus-menerus untuk mempertahankan keseimbangan antara pembangkitan panas dengan pembuangan panas bekas (Pramana Pramudya, 1983, hal.418) Beberapa pertimbangan dalam perencanaan penghawaan : ·
Pemanfaatan penghawaan alami berupa angin melalui lubang ventilasi, karena angin lebih efektif dan efisien.
·
Pemanfaatan penghawaan buatan berupa kipas angin dan AC yang disesuaikan dengan kebutuhan ruang serta menjaga kesehatan pengguna. Didalam usaha untuk mendapatkan kenyamanan udara yang perlu
diperhatikan adlah pengaturan suhu, kelembaban dan sirkulasi udara didalam ruangan. Adapun syarat untuk pencapaian kenyamanan tersebut antara lain : 1) Terjaganya kemurnian udara didalam ruang 2) Suhu udara yang keluar antara 18-25 ºC commit to user
141 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Kelembaban udara berkisar antara 40-70% 4) Ada sirkulasi udara didalam ruangan 5) Tidak menimbulkan bising didalam ruangan Ruang Lobby
Kriteria Analisa
Alternatif Sistem
- Tidak memerlukan bahan dan instalasi
- Penghawaan Alami
khusus dalam pengoperasiannya
- Penghawaan Buatan
- Mudah dalam pengoperasiannya - Merupakan ruangan terbuka - Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat Ruang Konsultasi
- Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiannya
- Penghawaan Alami - Penghawaan Buatan
- Mudah dalam pengoperasiannya - Merupakan ruangan tertutup - Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat - Temperature udara 15°C dengan suply udara 50 pk agar dinding dapat berfungsi dan tidak rusak akibat kelembaban yang berlebih Cafe
- Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiannya - Mudah dalam pengoperasiannya - Mampu memberikan derajat kelembaban sesuaitodengan commit user yang
- Penghawaan Alami - Penghawaan Buatan
142 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diinginkan pada suatu tempat Shop
dan - Tidak memerlukan bahan dan instalasi
Salon
khusus dalam pengoperasiannya
- Penghawaan Alami - Penghawaan Buatan
- Mudah dalam pengoperasiannya - Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat Lavatory
- Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiannya
- Penghawaan Alami - Penghawaan Buatan
- Mudah dalam pengoperasiannya - Merupakan ruangan tertutup Tabel III. 14 Analisa Penggunaan Penghawaan ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 ) Pemanfaatan penghawaan alami berupa angin melalui lubang ventilasi, karena angin lebih efektif dan efisien sedangkan untuk penghawaan buatan menggunakan AC Sentral dan AC Split yang didasarkan pada kebutuhan ruang. c. Akustik Dalam sistem akustik, sumber bunyi dari suatu kegiatan (manusia atau mesin) akan menimbulkan dampak yang enak didengar atau tidak enak didengar (gaduh/bising). Kebisingan mempunyai pengaruh dalam kenyamanan fisik suatu wadah kegiatan (bangunan) yang tingkat kebisingannya berbeda antara satu dengan yang lain, sehingga untuk mengantisipasinya perlu tinjauan konsep perencanaan dan perancangan commit to user arsitektur yang memperhatikan akustik (Arsitektur Interior System).
143 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa pertimbangan dalam perencanaan akustik : ·
Penggunaan bahan lantai, dinding, ceiling, furniture atau aksesoris yang bertujuan untuk menetralisir suara.
·
Dapat meredam bunyi. Ruang
Lobby
Kriteria Analisa
Alternatif Solusi
- Tingkat kebisingan yang diperbolehkan Penggunaan bahan adalah 40-55 dBA - Merupakan ruangan terbuka
akustik disesuaikan dengan tema
- Tidak membutuhkan isolasi bunyi Ruang
- Tingkat kebisingan yang diperbolehkan Mengisolasi ruangan
Konsultasi
adalah 40-55 dBA - Merupakan ruangan tertutup yang
dari pengaruh suara di luar ruang dengan
membutuhkan ketenangan dari luar dan memberikan tabir dari dalam - Membutuhkan isolasi bunyi
penghalang bunyi dan mengatur akustik dalam ruang dalam mengatasi dengung
Cafe
- Tingkat kebisingan yang diperbolehkan Penggunaan bahan adalah 40-60 dBA - Tidak membutuhkan isolasi bunyi
Shop Salon
akustik disesuaikan dengan tema
dan - Tingkat kebisingan yang diperbolehkan Penggunaan bahan adalah 40-55 dBA - Tidak membutuhkan isolasi bunyi commit to user
akustik disesuaikan dengan tema
144 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lavatory
- Tingkat kebisingan yang diperbolehkan Penggunaan bahan adalah 40-60 dBA
akustik disesuaikan
- Tidak membutuhkan isolasi bunyi
dengan tema
Tabel III. 15 Analisa Penggunaan Akustik ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 ) Penyelesaian akustik lebih banyak dititikberatkan pada pemilihan bahan yang dapat meredam bunyi. Penyelesaian akustik banyak difokuskan pada area shop, salon dan ruang konsultasi. Pemilihan material yang bersifat diffus untuk menghilangkan standing waves atau flutterechoes sangat dianjurkan dalam penyelesaian akustik.
8. Sistem Keamanan a. Dari Ancaman Kebakaran Suatu perancangan yang baik tentunya memperhatikan masalah keamanan dari segi fisik bangunn dan terutama yang menyangkut kenyamanan
pengunjung
dari
hal-hal
yang
mengganggu
serta
membahayakan jiwa seseorang. Maka diperlukan sarana peralatan yang berhubungan dengan keamanan yang dapat diletakkan paada titik utilitas bangunan. Peralatan tersebut dapat berupa : 1) Fire estinguisher. Alat pemadam kebakaran portabel dengan jarakjauh antara unit 20 - 25 m2. 2) Smoke detector. Alat yang bekerja bila suhu mencapai 70 o C. commit to user
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Fire alarm sistem. Alarm yang otomatis akan berbunyi jika ada api atau panas pada suhu 135 o C - 160 o C. Pemasangan pada tempat yang tepat sehingga dapat terdengar apabila terindikasi adanya bahaya kebakaran. 4) Spinkler, suatu jaringan saluran yang dilengkapi dengan kepala penyiram. Setipa spinkler dapat melayani luas area 10 – 20 m dengan ketinggian ruang 3m 5) Hidran kebakaran. Sistem ini menggunakan daya semprot air melalui selang sepanjang 30m, apasitas 400L/menit. Peletakan pada satu unit untuk 1000m2, letak kotak hidran 75 cm dari permukaan lantai. Ruang Lobby
Kriteria Analisa - Dapat mendeteksi api
Alternatif Solusi - Penggunaan smoke
- Bekerja secara manual
detector yang
- Dapat memadamkan api dalam
disambungkan ke alarm
pencapaian area yang luas
- Penggunaan sistem hydrant
- Diletakkan di area yang mudah dijangkau Ruang
- Dapat mendeteksi api
Konsultasi
- Bekerja secara otomatis
detector yang
- Dapat memadamkan api dalam
disambungkan ke alarm
pencapaian area yang luas
- Penggunaan thermal
- Penggunaan sprinkler
- Dapat memadamkan api yang besar - Diletakkan di area yang mudah dijangkau Cafe
- Dapat mendeteksi apiuser commit to
- Penggunaan smoke
146 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
- Bekerja secara manual
detector yang
- Dapat memadamkan api dalam
disambungkan ke alarm
pencapaian area yang luas
- Penggunaan sistem hydrant
- Diletakkan di area yang mudah dijangkau Shop
dan - Dapat mendeteksi api
salon
- Penggunaan thermal
- Bekerja secara otomatis
detector yang
- Dapat memadamkan api dalam
disambungkan ke alarm
pencapaian area yang luas
- Penggunaan sprinkler
- Dapat memadamkan api yang besar - Diletakkan di area yang mudah dijangkau Tabel IV. 16 Analisa Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran ( Sumber : Analisa Penulis, 2010 )
b. Dari ancaman kejahatan manusia Dasar pertimbangan : 1) Sistem operasionalnya yang mudah dan memiliki kemampuan tinggi untuk melindungi bangunan 2) Tidak mengganggu penampilan bangunan 3) Bentuk dan luasan bangunan 4) Jenis sistem yang digunakan : a) Sistem CCTV (Close Circuit Television), adalah yang digunakan untuk
memantaucommit atau tomemonitor user
kegiatan
yang
sedang
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlangsung dengan menggunakan camera TV sebagai alat monitoring b) Sistem door and exit control merupakan sistem dengan pemakaian pintu sebagai alat untuk mengatasi bahaya yang datang dari luar bangunan. Pintu-pintu yang berhubungan dengan luar bangunan diberi dan diawasi oleh seperangkat alat pendeteksi elektronik. c) Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu) pada merchandise shop.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN I. Pengertian Desain Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta adalah suatu proses, pembuatan, merancangkan, merencanakan desain ruang dalam suatu bangunan sebagai tempat memperbaiki penampilan baik dalam hal berpakaian dan berdandan yang berupa toko pakaian, tempat konsultasi penampilan dan salon yang berada di daerah Surakarta. Fashion and Beauty Centre adalah sebuah bangunan yang berfungsi sebagai wadah kegiatan memperbaiki penampilan. Aktivitas tersebut meliputi kegiatan konsultasi penampilan (diwadahi dalam ruang konsultasi), kegiatan perawatan kecantikan (diwadahi dalam area salon) dan kegiatan belanja (diwadahi dalam area fashion shop dan cosmetic shop). Keberadaan Fashion and Beauty Centre sangat berperan penting dalam rangka membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memperhatikan penampilan.
2. Lokasi Pemilihan lokasi berada di daerah perempatan Gladak Surakarta. Site yang berada di daerah perempatan gladak ini dipilih karena beberapa pertimbangan, antara lain sebagai berikut : 1. Dekat dengan hotel dan beberapa pertokoan. 2. Merupakan salah satu titik konsentrasi massa di kota Surakarta. commit to user
148
149 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Merupakan salah satu kompleks pertokoan dan wisata yang besar di kota Surakarta sehingga mendukung segala hal yang berhubungan dengan fashion dan kecantikan seperti proyek yang rancang oleh penulis yaitu Fashion and Beauty Centre.
3. Zoning dan Grouping
Gambar V. 1 Zoning (Sumber : analisa penulis, 2010)
commit to user
150 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar V. 2 Grouping (Sumber : analisa penulis, 2010)
Dasar pertimbangan : 1. Zona service, publik dan semi publik diletakkan dalam area yang berdekatan agar pengunjung mudah menjangkau fasilitas tersebut. 2. Zona privat diletakkan berjauhan dengan zona publik agar kegiatan dalam fasilitas tersebut tidak terganggu. 3. Adanya pembagian zona yang jelas memudahkan pengunjung untuk menjangkau fasilitas yang ada.
4. Tema dan Warna Tema dari perancangan interior Fashion and Beauty Centre ini adalah konsep perancangan mengacu pada gaya modern. Modern diartikan sebagai desain interior yang minimalis, commit to terbaru user dengan mengeksplorasi ruang,
151 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
material dan teknologi sesuai dengan kebutuhan. Unsur fashion dan beauty diperlihatkan pada pernik di dalam interior yang diatur sedemikian rupa sehingga dinamis dan terlihat estetis. Tema yang diambil dalam interior Fashion and Beauty Centre ini berdasar pada tujuan yang mendasar untuk mewujudkan penataan interior Fashion and Beauty Centre dengan desain dan tema modern sebagai konsep perancangan interior yang penerapan terletak pada element-element interior sehingga menimbulkan kesan tersendiri terhadap para pengunjung. Bahkan untuk menggambarkan dan memunculkan nuansa modern dengan unsur fashion dan beauty dirasa menarik perhatian pengunjung. Aplikasi tema dan warna pada interior diwujudkan dalam penataan interior pada elemen interiornya (lantai, dinding, ceiling). Selain itu juga pada desain furniturnya yang diambil dari bentuk lengkung, menambah penciptaan suasana. Warna-warna cokelat, dan hijau banyak mendominasi interiornya. Selain itu penciptaan kesan modern dengan aplikasi pada lantai menggunakan pola geometris dan material granito tiles akan menambah penciptaan suasana.
5. Elemen Pembentuk Ruang No 1.
Ruang Lobby
Lantai -
Granit
Dinding -
Dinding
Gypsum
plester
board
fin.cat - Kaca (bermotif commit to user
Ceiling
stiker
152 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sandblast) 2.
Salon
-
-
Granito
Dinding
Gypsum
tiles
plester
board
Keramik
fin.cat
tiles
-
-
Kaca (bermotif stiker sandblast)
3.
Toko Pakaian
-
-
Granito
-
Dinding
Gypsum
tiles
plester
board
Keramik
fin.cat
tiles
(motif dinding berupa poster model berukuran besar)
4.
Ruang Konsultasi
-
Granito
-
5.
Ruang
massage
dan
Dinding
Gypsum
tiles
plester
board
Parquet
fin.cat dan
- Parquet
facial
-
-
Dinding
Gypsum
plester fin. board wallpaper commit to user
dan
153 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Lavatory
-
-
- Keramik
-
bertekstur
Dinding
Gypsum
plester
board
fin.cat
6. Interior Sistem No 1.
2.
3.
4.
5.
Ruang Lobby
Pencahayaan
Penghawaan
-
Alami
-
Buatan
-
Alami
-
AC Sentral
Gypsum
-
Buatan
-
AC Spilt
board
-
Alami
-
AC Sentral
Gypsum
-
Buatan
-
AC Spilt
board
Ruang Pertemuan (Office -
Alami
-
AC Split
Gypsum
Club)
-
Buatan
Lavatory
-
Alami
-
Buatan
Café
Merchandise Shop
7. Sistem Keamanan a. Dari ancaman kebakaran 1) Fire estinguisher 2) Smoke detector 3) Fire alarm sistem 4) Spinkler 5) Hidran kebakaran commit to user
-
AC Sentral
Akustik Gypsum board
board -
AC Sentral
Gypsum board
154 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Dari ancaman kejahatan manusia a) Sistem CCTV (Close Circuit Television) b) Sistem door and exit control merupakan sistem dengan pemakaian pintu sebagai alat untuk mengatasi bahaya yang datang dari luar bangunan. Pintu-pintu yang berhubungan dengan luar bangunan diberi dan diawasi oleh seperangkat alat pendeteksi elektronik. c) Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu)
B. SARAN Desain interior Fashion and Beauty Centre diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca dalam meningkatkan perkembangan apresiasi desain interior dalam usaha memaksimalkan dan mempermudah aktivitas di dalam suatu bangunan, serta memberikan alternative penyelesaian desain dengan cara memanfaatkan elemen-elemen modern dalam mewujudkan citra sebuah bangunan. Desain interior Fashion and Beauty Centre diharapkan mampu untuk memberikan sebuah masukan dan perubahan ke arah yang lebih baik nantinya. Namun, bukan berarti karya ini adalah sempurna adanya dan tak ada kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua pihak.
commit to user