HUBUNGAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) DAN KLOROFIL-A DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) BLANAKAN SUBANG MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MODIS
NELA UTARI
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
HUBUNGAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) DAN KLOROFIL-A DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) BLANAKAN SUBANG MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MODIS adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir Skripsi ini
Bogor, Juli 2013
Nela Utari C54070053
RINGKASAN NELA UTARI, Hubungan Suhu Permukaan Laut (SPL) dan Klorofil-a dengan Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan Subang Menggunakan Citra Satelit MODIS. Dibimbing oleh JAMES PARLINDUNGAN PANJAITAN. Perairan Laut Jawa dipengaruhi oleh sirkulasi dua massa air yang mendominasi perairan tersebut yaitu massa air Laut Cina Selatan dan massa air Laut Flores. Kedua massa air ini mempengaruhi pola persebaran parameter oseanografi seperti konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut (SPL) yang berdampak pada pola musim penangkapan ikan di Laut Jawa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa sebaran spasial dan temporal SPL dan konsentrasi klorofil-a pada daerah kajian, menganalisa peluang terjadinya SPL dan konsentrasi klorofil-a, serta mengetahui hubungan antara suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPI Blanakan Subang. Data SPL dan klorofil-a diunduh dari situs Aqua MODIS dan diolah dengan menggunakan perangkat lunak SeaDas dengan sistem operasi Linux Ubuntu 10.04. Dilakukan pemotongan citra (cropping ) sesuai wilayah penelitian. Hasil pemotongan citra tersebut berupa data American Standard Code for Information Interchange (ASCII) yang terdiri dari variabel bujur, lintang, nilai estimasi SPL dan konsentrasi klorofil-a yang harus diolah lebih lanjut untuk membuat sebaran spasial. Hasil pengolahan berupa data dalam format *ASCII kemudian dilakukan pengontrolan data menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 sesuai dengan kisaran nilai 0,01 – 5 mg/m3 untuk konsentrasi klorofil dan nilai 27 – 31 o
C untuk suhu permukaan laut. Kemudian dilakukan komputansi distribusi
peluang terjadinya SPL dan konsentrasi klorofil-a berdasarkan data sebaran spasial. SPL rata-rata permusim di Laut Jawa dari citra satelit Aqua MODIS tahun 2008 – 2011 berkisar antara 27,9 – 31 °C. SPL di Laut Jawa mengikuti pola angin musim yang terjadi di perairan Indonesia. Secara umum SPL relatif lebih tinggi pada saat Musim Peralihan 2 dibandingkan dengan musim barat dan musim timur.
Sedangkan untuk musim barat, SPL lebih tinggi dari pada SPL musim timur. Diperoleh distribusi peluang terjadinya SPL terbesar sebesar 82,8 % untuk suhu 30,6-31oC pada musim Peralihan 1 tahun 2011, dan terendah sebesar 0 % untuk suhu 27-29,5 °C pada musim Peralihan 1 tahun 2011. Pada perairan lepas pantai Laut Jawa konsentrasi klorofil-a yang hampir seragam dengan nilai konsentrasi klorofil-a kecil dari 0.05 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a pada wilayah penelitian berkisar antara 0,5 - 2 mg/m3. Nilai konsentrasi klorofil-a setiap bulannya berfluktuasi mengikuti musim angin yang sedang berlangsung. Nilai maksimum konsentrasi klorofil-a terjadi pada musim Barat dan bernilai rendah pada musim peralihan 2. Demikian juga dengan konsentrasi klorofil-a terdapat distribusi sebaran tertinggi sebesar 92,3 % untuk konsentrasi klorofil-a 0,01-1,5 mg/m3 pada musim peralihan 2 tahun 2011. Hasil tangkapan utama yang didaratkan di PPI Blanakan di dominasi oleh tiga jenis ikan yaitu: ikan tembang (Sardinella fimbriata), ikan selar (Selaroides leptolepis) dan tongkol (Auxis thazard). Analisis hubungan antara SPL dan konsentrasi klorofil-a dengan nilai hasil tangkapan ikan pelagis menunjukkan respon yang berbeda antara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya pada musim yang berbeda. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa komposisi SPL dan klorofil-a di Perairan Laut Jawa berpengaruh secara langsung terhadap jumlah hasil tangkapan ikan yang di daratkan di PPI Blanakan.
HUBUNGAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) DAN KLOROFIL-A DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) BLANAKAN SUBANG MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MODIS
NELA UTARI
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
SKRIPSI
Judul Skripsi
: HUBUNGAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) DAN KLOROFIL-A DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) BLANAKAN SUBANG MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MODIS
Nama Mahasiswa
: NELA UTARI
NRP
: C54070053
Departemen
: Ilmu dan Teknologi Kelautan
Menyetujui, Komisi Pembimbing Dosen Pembimbing I
Dr.Ir.James P. Panjaitan, M.Phil NIP. 19630111 198803 1 005
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc. NIP. 19640801 198903 1 001
Tanggal Lulus : 27 Mei 2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul HUBUNGAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) DAN KLOROFIL-A DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) BLANAKAN SUBANG MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MODIS disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada program sarjana. Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua (Papa Annofik dan Mama Dewi Reni) beserta adik tercinta Intan Pertiwi dan M.Fadli yang telah memberikan kasih sayang, semangat dan motivasi. 2. Bapak Dr.Ir.James P. Panjaitan, M.Phil. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis. 3. Bapak Dr.Ir.Jonson Lumban Gaol, M.Si dan ibu Adriani Sunuddin S.Pi,M.Si selaku Penguji pada sidang skripsi atas masukan dan perbaikan untuk memantapkan materi skripsi ini. 4. Bapak Dr.Ir. Totok Hestirianoto, M.Sc selaku Dosen pembimbing akademik yang telah menyarankan mata kuliah yang akan diambil selama ini. 5. Seluruh Dosen ITK yang telah membekali penulis dalam kuliah dan praktikum untuk membekali penelitian dan penulisan skripsi ini. 6. Ega Putra atas bantuan data dan saran-sarannya, Aldino R. Wicaksono, M. Iqbal dan Anugrah Adityayuda atas bantuan dan semangatnya.
ii
7. Keluarga besar ITK khususnya ITK 44 yang telah memberikan motivasi dan dukungan serta pelajaran hidup bagi penulis. 8. Situs oceancolor.gsdc.nasa.gov yang telah menyediakan data yang dapat diunduh tanpa dikenakan biaya untuk selanjutnya diolah oleh penulis. 9. Seluruh pihak terkait yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah berkontribusi terhadap penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan bermanfaat bagi penulis dalam perbaikan dikemudian hari.
Bogor, Juli 2013
Nela Utari (C54070053)
iii
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................
i
DAFTAR ISI .....................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
viii
1. PENDAHULUAN....................................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1.2 Tujuan ...............................................................................................
1 1 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 2.1 Suhu Permukaan Laut ........................................................................ 2.2 Konsentrasi Klorofil-a........................................................................ 2.3 Satelit Aqua MODIS .......................................................................... 2.4 Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Penentuan SPL ........................... 2.5 Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pendeteksian Klorofil-a .............. 2.6 Ikan Pelagis di Laut Jawa...................................................................
3 3 5 7 9 10 10
3. BAHAN DAN METODE ............................................................................ 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian............................................................. 3.2 Alat dan Data Penelitian .................................................................... 3.3 Metode Pengolahan Data ................................................................... 3.3.1 Konsentrasi Klorofil-a dan SPL .............................................. 3.3.2 Data dan Hasil Tangkapan ...................................................... 3.4 Analis Data ......................................................................................... 3.4.1 Analisis Konsentrasi Klorofil-a dan Sebaran SPL .................. 3.4.2 Analisis Korelasi Suhu Permukaan Laut dengan Hasil Tangkapan, dan Klorofil dengan Hasil Tangkapan................. 3.4.3 Distribusi Terjadinya SPL dan Konsentrasi Klorofil-a ............
12 12 13 14 14 17 17 17
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
20
18 19
iv
4.1 4.2
Kondisi Umum Daerah Penelitian ..................................................... Suhu Permukaan Laut di perairan Laut Jawa (2008-2011) .............. 4.2.1 SPL Musim Barat ................................................................. 4.2.2 SPL Musim Peralihan I ......................................................... 4.2.3 SPL Musim Timur ................................................................ 4.2.4 SPL Musim Peralihan II .......................................................
20 22 22 25 28 32
4.3
Konsentrasi Klorofil ......................................................................... 4.3.1 Konsentrasi Klorofil Musim Barat ....................................... 4.3.2 Konsentrasi Klorofil Musim Peralihan I .............................. 4.3.3 Konsentrasi Klorofil Musim Timur ...................................... 4.3.4 Konsentrasi Klorofil Musim Peralihan II .............................
35 35 37 40 43
4.4
Perbandingan Suhu Permukaan Laut dan Konsentrasi Klorofil-a .... 4.4.1 Musim Barat ......................................................................... 4.4.2 Musim Peralihan I ................................................................ 4.4.3 Musim Timur ........................................................................ 4.4.4 Musim Peralihan II ...............................................................
46 46 47 48 48
4.5
Hasil Tangkapan Ikan ...................................................................... 4.5.1 Korelasi Musim Barat ........................................................... 4.5.2 Korelasi Musim Peralihan I .................................................. 4.5.3 Korelasi Musim Timur ......................................................... 4.5.4 Korelasi Musim Peralihan II ................................................. 4.5.5 Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan ...........................................
48 49 51 53 54 56
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...........................................................................................
58
5.2 Saran ......................................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
60
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................
92
iv
v
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Kegunaan Utama dan Panjang Gelombang Kanal-Kanal Sensor MODIS ..
8
2. Korelasi antara SPL dan Klorofil dengan Hasil Tangkapan Musim Barat ..
49
3. Korelasi antara SPL dan Klorofil dengan Hasil Tangkapan Musim Peralihan 1 51 4. Korelasi antara SPL dan Klorofil dengan Hasil Tangkapan Musim Timur .
53
5. Korelasi antara SPL dan Klorofil dengan Hasil Tangkapan Musim Peralihan 2 55
v
vi
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ..................................................................................
12
2. Diagram Alir Pengolahan Grafik Konsentrasi klorofil-a dan Sebaran SPL ..........................................................................................................
16
3. Sebaran Spasial SPL Laut Jawa pada Musim Barat.....................................
23
4. Histogram Distribusi Selang Nilai SPL di Laut Jawa Musim Barat ............
24
5. Grafik Kondisi SPL Musim Barat ...............................................................
25
6. Sebaran Spasial SPL Laut Jawa pada Musim Peralihan 1 ...........................
26
7. Histogram Distribusi Selang Nilai SPL di Laut Jawa Musim Peralihan 1 ..
27
8. Grafik Kondisi SPL Musim Peralihan 1 .....................................................
28
9. Sebaran Spasial SPL Laut Jawa pada Musim Timur ...................................
30
10. Histogram Distribusi Selang Nilai SPL di Laut Jawa Musim Timur ..........
30
11. Grafik Kondisi SPL Musim Timur .............................................................
31
12. Sebaran Spasial SPL Laut Jawa pada Musim Peralihan 2 ...........................
32
13. Distribusi terjadinya SPL di Laut Jawa pada musim peralihan 2 ................
33
14. Grafik Kondisi SPL Musim Peralihan 2 .....................................................
34
15. Sebaran spasial Klorofil-a permukaan Laut Jawa pada Musim Barat .........
35
16. Histogram Distribusi Selang Nilai Klorofil-a Musim Barat ........................
36
17. Grafik Konsentrasi Klorofil-a Musim Barat ...............................................
37
18. Sebaran spasial Klorofil-a permukaan Laut Jawa pada Musim Peralihan 1
38
19. Histogram Distribusi Selang Nilai Klorofil-a Musim Peralihan 1 ...............
39
vi
vii
20. Grafik Konsentrasi Klorofil-a Musim Peralihan 1 .......................................
40
21. Sebaran spasial Klorofil-a permukaan Laut Jawa pada Musim Timur ........
41
22. Histogram Distribusi Selang Nilai Klorofil-a Musim Timur .......................
42
23. Grafik Konsentrasi Klorofil-a Musim Timur ...............................................
43
24. Sebaran spasial Klorofil-a permukaan Laut Jawa pada Musim Peralihan 2
44
25. Histogram Distribusi Selang Nilai Klorofil-a Musim Peralihan 2 ...............
45
26. Grafik Konsentrasi Klorofil-a Musim Peralihan 2 .......................................
46
27. Korelasi SPL dan Klorofil-a dengan hasil tangkapan Musim Barat ............
51
28. Korelasi SPL dan Klorofil-a dengan hasil tangkapan Musim Peralihan 1 ..
52
29. Korelasi SPL dan Klorofil-a dengan hasil tangkapan Musim Timur...........
54
30. Korelasi SPL dan Klorofil-a dengan hasil tangkapan Musim Peralihan 2 ..
55
31. Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan ..................................................................
57
vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Data rata-rata bulanan SPL 2008-2011 ........................................................
62
2. Data rata-rata bulanan Klorofil-a 2008-2011 ...............................................
62
3. Hasil Tangkapan Ikan Tembang bulanan 2008-2011 ..................................
63
4. Hasil Tangkapan Ikan Selar bulanan 2008-2011 .........................................
63
5. Hasil Tangkapan Ikan Tongkol bulanan 2008-2011 ....................................
63
6. Korelasi hasil tangkapan dengan klorofil dan SPL tahun 2008 ...................
64
7. Korelasi hasil tangkapan dengan klorofil dan SPL tahun 2009 ..................
64
8. Korelasi hasil tangkapan dengan klorofil dan SPL tahun 2010 ...................
65
9. Korelasi hasil tangkapan dengan klorofil dan SPL tahun 2011 ...................
65
10. Rata-rata nilai korelasi selama 4 tahun (2008-2011) ...................................
66
11. Tabel Distribusi terjadinya SPL dan Konsentrasi Klorofil-a di Laut Jawa (2008 - 2011) ................................................................................................
67
12. Tutorial Mengunduh Data dengan Aqua MODIS ........................................
73
13. Tutorial Pengolahan Data Modis dengan Ubuntu .......................................
75
14. Tutorial Pengolahan Data dengan Ms. Excel ..............................................
87
viii
1
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Laut Jawa merupakan salah satu perairan yang kaya akan potensi ikan pelagis kecil. Menurut Wijopriono (2008), pada periode tahun 1999-2002 sumber daya ikan pelagis di perairan Laut Jawa mengalami variasi dalam sebaran dan kelimpahan menurut musim. Musim-musim penangkapan ikan di Laut Jawa dipengaruhi oleh dua massa air yang mendominasi perairan Laut Jawa. Kedua massa air ini berasal dari massa air Laut Cina Selatan dan massa air Laut Flores (Hadikusumah, 2008). Kedua massa air ini menentukan pola sebaran parameter oseanografi seperti kandungan klorofil-a dan suhu permukaan, yang selanjutnya memengaruhi dinamika hasil tangkapan ikan di perairan Laut Jawa. Suhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu parameter oseanografi yang mencirikan massa air di lautan dan berhubungan dengan keadaan lapisan air laut yang terdapat di bawahnya, sehingga dapat digunakan dalam menganalisis fenomena-fenomena yang terjadi di lautan. Suhu adalah faktor penting bagi kehidupan organisme di laut, yang dapat memengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan, selain menjadi indikator fenomena perubahan iklim (Hutabarat dan Evans,1986). Klorofil-a adalah tipe klorofil yang paling umum dari tumbuhan. Dalam inventarisasi dan pemetaan sumberdaya alam pesisir dan laut, klorofil-a digunakan untuk mengetahui keberadaan fitoplankton dalam air. Sebagaimana diketahui bahwa fitoplakton berperan sebagai produsen primer dalam rantai makanan di perairan, yang selanjutnya dapat mempengaruhi kesuburan perairan dan keberadaan ikan. Menurut Nybakken (1995), indikator kesuburan perairan dapat diukur dari kandungan klorofil-a. Semakin tinggi konsentrasi klorofil-a permukaan maka
2
diharapkan semakin berlimpah fitoplankton di perairan tersebut, yang selanjutnya menjadi sumber makanan bagi ikan-ikan pelagis kecil seperti tongkol, tembang dan selar. Penginderaan jauh (inderaja) merupakan perkembangan informasi dan teknologi yang dapat diaplikasikan dalam bidang kelautan untuk membantu penelitian mengenai dinamika lingkungan perairan termasuk memahami sumberdaya alam yang.terkandung di dalamnya Salah satunya adalah mengamati dinamika biofisik oseanografi, seperti kandungan klorofil-a permukaan dan SPL. Salah satu satelit inderaja yang dilengkapi dengan sensor yang dapat mendeteksi kandungan klorofil-a dan SPL adalah satelit Aqua Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (Aqua MODIS).
1.2 Tujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis dinamika spasial dan temporal parameter klorofil-a dan SPL yang diperoleh dari Citra Satelit Aqua MODIS di perairan Laut Jawa. 2) Mengetahui hubungan antara SPL dan klorofil-a permukaan terhadap hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPI Blanakan Subang.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suhu Permukaan Laut (SPL) Suhu merupakan besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang terkandung dalam suatu benda. Suhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu parameter oseanografi yang mencirikan massa air di lautan dan berhubungan dengan keadaan lapisan air laut yang terdapat di bawahnya, sehingga dapat digunakan dalam menganalisis fenomena-fenomena yang terjadi di lautan seperti fenomena arus, upwelling, front ( pertemuan dua massa air yang berbeda), dan aktifitas biologi di laut ( Robinson, 1985). Menurut Hutabarat dan Evans (1986) pembagian SPL secara horizontal akan sangat tergantung pada letak lintangnya. Semakin tinggi letak lintangnya, maka nilai SPL nya akan semakin rendah, karena daerah ekuator menerima lebih banyak radiasi matahari dari daerah lintang tinggi. Ada 3 faktor yang menyebabkan daerah tropis lebih banyak menerima bahang dibanding kutub, yaitu: 1) Sinar matahari yang merambat melalui atmosfer sebelum sampai di daerah kutub akan banyak kehilangan bahang dibandingkan dengan daerah ekuator. 2) Besarnya perbedaan sudut sinar datang matahari ketika mencapai permukaan bumi. Pada daerah kutub, sinar matahari yang sampai di permukaan bumi akan tersebar pada daerah yang lebih luas daripada daerah ekuator. 3) Permukaan bumi di daerah kutub banyak menerima bahang yang dipantulkan kembali ke atmosfer. Perbedaaan tersebut sebenarnya diakibatkan oleh sudut relatif matahari yang mencapai permukan bumi.
4
Perubahan suhu musiman pada suatu perairan, selain disebabkan oleh panas matahari yang menyinari permukaan laut juga dipengaruhi oleh faktor arus permukaan, keadaan awan, pertukaran massa air secara horizontal dan vertikal maupun adanya upwelling. Distribusi SPL secara horizontal biasanya berhubungan dengan fenomena musiman. Pada musim angin timur terlihat jelas SPL lebih dingin menunjukkan adanya massa air bagian laut dalam masuk ke Laut Jawa. Laut Jawa relatif lebih panas dibandingkan pada angin muson timur, pada muson barat pengaruh curah hujan pada SPL dekat pantai sangat nyata (Potier, 1998 dalam Atmadja, Nugroho, Suwarso, Hariato, Mahisworo, 2003). Pergerakan angin musson menyebabkan variasi SPL di Laut Jawa, dimana pada saat periode musson tenggara (musim timur), angin dan arus di Laut Jawa bergerak dari timur ke barat membawa massa air yang relatif lebih dingin masuk ke arah barat. Pada saat itu rata-rata SPL di Laut Jawa sekitar 27,25-28.25 oC dengan SPL yang lebih tinggi berada di sebelah barat sedangkan pada periode musson barat laut (musim barat) massa air dari Laut Cina Selatan masuk ke Laut Jawa dan mendorong massa air kearah timur sesuai dengan arah pergerakan angin dan arus (Gaol dan Sadhotomo, 2007). Laevastu dan Hayers (1982) menyatakan suhu merupakan parameter yang biasa digunakan dan mudah diamati. Setiap spesies organisme laut memiliki tingkatan suhu optimum dan batas toleransi terhadap suhu sekitar 0,1 °C. Ikan merupakan hewan yang tubuhnya dapat menyesuaikan dengan suhu lingkungan di sekitarnya atau juga bisa disebut hewan berdarah dingin (poikilothermal). Pengukuran suhu permukaan laut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pertama dengan menggunakan alat pengukur suhu permukaan laut yang disebut thermometer atau CTD di lokasi
5
pengamatan atau biasa disebut in-situ measurement. Cara kedua adalah dengan memanfaatkan wahana satelit penginderaan jauh dengan menggunakan penginderaan jauh sistem termal.
2.2 Konsentrasi Klorofil-a Klorofil merupakan pigmen hijau yang terdapat pada tumbuhan. Klorofil-a adalah salah satu tipe klorofil yang paling umum yang terdapat pada tumbuhan. Dalam invertarisasi dan pemetaan sumberdaya alam dan pesisir laut, klorofil-a digunakan untuk mengetahui keberadaan fitoplankton dalam air. Fitoplakton adalah tumbuhan berukuran sangat kecil dan hidupnya terapung atau melayang-layang dalam kolom perairan, sehingga pergerakannya dipengaruhi oleh pergerakan air laut (Odum,1971). Nybakken (1995) fitoplankton adalah organisme laut yang melayang dan hanyut dalam air laut serta mampu melakukan fotosintesis. Fitoplankton sebagai tumbuhan sel tunggal berukuran mikroskopik yang sangat berperan dalam menunjang kehidupan di dalam perairan dan berfungsi sebagai sumber makanan bagi organisme perairan. Berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi besarnya biomassa, produktifitas ataupun suksesi fitoplankton adalah suhu, salinitas, cahaya, dan hara (Nontji, 1984) Sebaran klorofil-a di laut bervariasi menurut letak geografis maupun kedalaman perairan. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan intensitas cahaya matahari dan konsentrasi nutrien yang terkandung di dalam perairan. Sebaran konsentrasi klorofil-a lebih tinggi pada perairan pantai dan pesisir, serta konsentrasi klorofil-a rendah diperairan lepas pantai, namun pada daerahdaerah tertentu di perairan lepas pantai dijumpai konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses
6
terangkatnya nutrien dari lapisan dasar perairan ke lapisan permukaan (Valiela,1984 dalam Masrikat, 2009). Pada sebagian besar tumbuhan laut terdapat pigmen-pigmen pelengkap sebagai alat tambahan bagi klorofil-a dalam menyerap cahaya matahari. Fungsi pigmen-pigmen ini adalah menangkap dan mengumpulkan energi cahaya matahari, kemudian memindahkan energi tersebut ke klorofil-a. Pigmen-pigmen pelengkap ini mampu mengasorbsi panjang gelombang berbeda dari klorofil-a (Basmi, 1999). Selanjutnya pigmen-pigmen pelengkap tersebut antara lain: a) Klorofil-b, merupakan pigmen yang terdapat pada beberapa jenis alga, mampu menyerap cahaya secara maksimal pada panjang gelombang 450 nm dan 645 nm. b) Karoten, yaitu pigmen yang terdapat pada sebagian besar alga, memiliki puncak penyerapan cahaya pada panjang gelombang 450 nm dan 470 nm. c) Xanthopyll, merupakan pigmen yang juga terdapat pada sebagian besar alga, mampu menyerap cahaya pada panjang gelombang 480 nm dan 540 nm. d) Phycocyanin, adalah pigmen yang terdapat pada beberapa jens alga, penyerapan cahaya dilakukan pada panjang gelombang 540 – 560 nm. Kandungan klorofil-a dapat digunakan sebagai ukuran banyaknya fitoplankton pada suatu perairan tertentu dan dapat digunakan sebagai petunjuk produktivitas perairan. Melimpahnya nutrien dari runoff dan pendaur ulangan di daerah pantai menyebabkan produktifitasnya tinggi. Tingginya produktifitas (100-160 gC m-2 thn-1) merupakan penyangga populasi zooplankton dan organisme bentos (Nybakken, 1995). Gaol dan Sadhotomo (2007) menyatakan distribusi horizontal klorofil-a rata-rata bulanan di Laut Jawa menunjukkan konsentrasi klorofil-a lebih tinggi di perairan sekitar pantai dan semakin jauh dari pantai konsentrasi klorofil semakin kecil. Konsentrasi klorofil-a di bagian
7
timur Laut Jawa yakni di sekitar pantai Kalimantan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah Laut Jawa bagian tengah. Menurut Arinardi et al. (1997), perairan Indonesia yang memiliki kandungan klorofil-a yang bernilai tinggi hampir selalu berkaitan dengan adanya proses pengadukan dasar perairan, dampak aliran sungai seperti yang terjadi di pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera bagian selatan, Kalimantan Selatan dan Irian Jaya serta berlangsungnya proses penaikan massa air lapisan dalam ke permukaan seperti yang terjadi di Laut Banda, Laut Arafura, Selat Bali dan selatan Jawa. Secara temporal, puncak konsentrasi klorofil-a terjadi pada bulan Desember sampai dengan Maret dimana curah hujan relatif tinggi. Periode ini merupakan periode muson barat laut dimana curah hujan relatif tinggi. Masukan material termasuk unsur-unsur nutrien dari limpasan sungai-sungai khususnya pada musim penghujan diduga merupakan salah satu faktor penyebab tingginya konsentrasi klorofil-a (Gaol dan Sadhotomo, 2007).
2.3 Satelit Aqua MODIS Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) adalah sensor utama satelit Terra dan Aqua. Satelit Terra MODIS pertama kali diluncurkan pada 1999, lalu setelahnya Aqua MODIS diluncurkan dari pangkalan Angkatan Udara Vandenberg, California, USA, pada tanggal 4 Mei 2002. Aqua diambil dari bahasa Latin yang berarti air. Aqua MODIS merupakan satelit ilmu pengetahuan tentang bumi milik Nation Aeronautics and Space Administration (NASA), yang mempunyai misi untuk mengumpulkan informasi tentang siklus air di bumi, termasuk penguapan dari samudera, uap air di atmosfer, awan, presipitasi, kelembaban tanah, es yang ada di laut, di darat, serta salju yang menutupi
8
daratan, fitoplankton dan bahan organik terlarut di lautan, serta suhu udara, daratan dan air (Graham, 2005). Satelit Aqua MODIS mempunyai orbit polar selaras matahari (sun-synchronus), yaitu orbit yang melewati daerah kutub dan satelit yang mengelilingi bumi dari kutub utara ke kutub selatan atau sebaliknya. Menurut Maccherone (2005) hal tersebut berarti satelit akan melewati tempat-tempat yang terletak pada lintang yang sama dan dalam waktu lokal yang sama pula. Satelit melintasi khatulistiwa pada siang hari mendekati pukul 13:30 waktu lokal. Satelit mengelilingi bumi setiap satu sampai dua hari dengan arah lintasan dari kutub selatan menuju kutub utara (ascending node) pada ketinggian 705 km di atas permukaan bumi. Satelit Aqua membawa sensor MODIS yang mempunyai 36 kanal spektral dengan kisaran panjang gelombang antara 0,4 µm sampai 14,4 µm. Dua kanal memiliki resolusi spasial 250 m (kanal 1-2), lima kanal pada 500 m (kanal 3-7) dan sisanya 29 kanal pada 1000 m (kanal 8-36). Tabel 1 di bawah ini menampilkan panjang gelombang setiap kanal dari sensor MODIS dan penggunaan kanal-kanal tersebut dalam penginderaan jauh. Tabel 1. Kegunaan Utama dan Panjang Gelombang Kanal-Kanal Sensor MODIS No 1
Kegunaan Utama Batasan daratan/awan/aerosol
2
Kajian tentang sifat daratan/ awan/ aerosol
3
Menganalisis warna laut/ fitoplankton/ biogeokimia
Kanal
Resolusi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
250 m 250 m 500 m 500 m 500 m 500 m 500 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m
Panjang Gelombang nm µm 620 – 670 841 – 876 459 – 479 545 – 565 1230 – 1250 1628 – 1652 2105 – 2155 405 – 420 438 – 448 483 – 493 526 – 536 546 – 556 662 – 672 673 – 683
0.62 – 0.67 0.841 – 0.876 0.459 – 0.479 0.545 – 0.565 1.230 – 1.250 1.628 – 1.652 2.105 – 2.115 0.405 – 0.420 0.438 – 0.448 0.483 – 0.493 0.526 – 0.536 0.546 – 0.556 0.662 – 0.672 0.673 – 0.683
9
4
Menganalisa kandungan uap air dari atmosfer
5
Manganalisa tentang suhu permukaan daratan/ awan
6
Menganalisa tentang suhu atmosfer
7
Menganalisa kandungan uap air awan cirrus
8 9 10
Menganalisa sifat awan Menganalisa sifat ozon Menganalisa suhu awan dan daratan
11
Menganalisa ketingggian puncak awan
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m 1000 m
743 – 753 862 – 877 890 – 920 931 – 941 915 – 965 3660 – 3840 3929 – 3989 3929 – 3989 4020 – 4080 4433 – 4498 4482 – 4549 1360 – 1390 6535 – 6895 7175 – 7475 8400 – 8700 9580 – 9880 10780 – 11280 11770 – 12270 13185 – 13485 13485 – 13785 13785 – 14085 14085 – 14385
0.743 – 0.753 0.862 – 0.877 0.890 – 0.920 0.931 – 0.941 0.915 – 0.965 3.660 – 3.840 3.929 – 3.989 3.929 – 3.989 4.020 – 4.080 4.433 – 4.498 4.480 – 4.549 1.360 – 1.390 6.535 – 6.895 7.175 – 7.475 8.400 – 8.700 9.580 – 9.880 10.780 – 11.280 11.770 – 12.270 13.185 – 13.485 13.185 – 13.785 13.785 -14.085 14.085 – 14.385
Sumber: (http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov) Klorofil-a mengabsorbsi cahaya dengan baik pada kanal biru (λ = 430 nm) dan kanal merah (λ = 660 nm), sedangkan pantulan maksimum dari cahaya terdapat fitoplankton terjadi pada kanal hijau karena klorofil-a sangat sedikit menyerap radiasi gelombang elektromagnetik (Curran, 1985). Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa kanal 8-16 yang biasa digunakan untuk pemantauan konsentrasi klorofil-a, sedangkan untuk memantulkan SPL digunakan kanal 20-23.
2.4 Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Data Suhu Permukaan Laut (SPL) Pengambilan data SPL dari satelit pengukur dilakukan dengan sensor yang menangkap radiasi infra merah pada panjang gelombang 3,5 µm – 5,5 µm dan 8 µm - 14 µm. Pada panjang gelombang tersebut hambatan atmosfer relatif kecil sehingga tenaga termal dapat melalui atmosfer (Sabins, 1978). Pengukuran spektrum infra merah yang dipancarkan oleh permukaan
10
laut hanya memberikan informasi suhu pada lapisan permukaan sampai kedalaman 0,1 mm. Analisa data SPL akan dilakukan dengan menggunakan citra MODIS yang diunduh dari situs NASA (http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov).
2.5 Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pendeteksian Klorofil-a Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau fenomena dengan jalan menganalisis data yang diperoleh melalui alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1994). Untuk mendeteksi adanya konsentrasi klorofil-a yang ada di laut biasanya digunakan penginderaan jauh yang bekerja pada kisaran panjang gelombang 405 nm – 877 nm.
2.6 Ikan Pelagis Laut Jawa Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resource) dan berdasarkan habitatnya di laut. Secara garis besar ikan dapat dibagi menjadi dua kelompok , yaitu jenis ikan pelagis dan ikan demersal. Ikan pelagis merupakan ikan yang hampir sepanjang daur hidupnya berada pada kolom perairan, jauh dari dasar perairan. Perairan yang diminati oleh ikan pelagis adalah perairan yang masih dapat terkena sinar matahari (zona eufotik) dengan batas kedalaman pada umumnya terletak pada kedalaman 100-200 meter, bervariasi terhadap batas tembus cahaya dan kejernihan air ( Nybakken, 1995). Sedangkan ikan demersal adalah jenis ikan yang hidup pada lapisan yang lebih dalam hingga dasar perairan, dimana umumnya hidup secara soliter dalam lingkungan spesiesnya (Nelwan A, 2004). Kemampuan renang ikan-ikan pelagis tergantung pada struktur suhu perairan secara vertikal. Apabila suhu permukaan laut lebih tinggi akibat dari intensnya sinar matahari, maka
11
jenis ikan pelagis akan berenang semakin ke dalam laut. Pada umumnya hampir semua jenis ikan pelagis akan naik ke lapisan permukaan sebelum matahari terbenam dan biasanya berada pada satu kelompok (Hela dan Laevastu, 1970). Sumberdaya perikanan pelagis kecil merupakan sumberdaya perikanan yang paling melimpah di perairan Indonesia. Ikan pelagis umumnya bergerombol baik dengan kelompoknya maupun dengan jenis ikan lainnya. Ikan-ikan ini bersifat fototaksis positif (tertarik pada cahaya) dan tertarik pada benda-benda terapung. Terdapat kecenderungan ikan pelagis bergerombol berdasarkan kelompok ukuran. Ikan tembang (Sardinella fimbriata) adalah ikan yang merupakan ikan filter feeder yaitu jenis ikan pemakan plankton. Keberadaan plankton sebagai makanan utama sangat mempengaruhi keberadaan ikan ini (Nontji, 2005). Ikan selar (Selaroides leptolepis) merupakan jenis ikan pelagis kecil. Daerah penyebarannya meliputi perairan pantai Indonesia, Taiwan, Australia dan Laut Merah. Ikan tongkol (Auxis thazard) termasuk jenis ikan yang hidup di perairan hangat dan hidup bergerombol. Ikan tongkol hidup pada kisaran suhu 18 – 29 oC. Ikan jenis ini berpopulasi di perairan pantai khususnya di perairan tropis. Laut Jawa merupakan perairan yang relatif hangat sepanjang tahunnya. Keberadaan ikan jenis ini kurang dipengaruhi oleh keberadaan plankton pada perairan yang mana merupakan sumber makanan ikan ini (Nontji, 2005).
12
3. BAHAN DAN METODE
3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengamatan suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a adalah di perairan Laut Jawa yang ditunjukkan pada kotak merah dalam Gambar 1. Perairan ini terletak pada koordinat 105⁰ 49’ 48” BT – 113⁰58’12” BT dan 2⁰49’48” LS - 6⁰54’ LS. Data hasil tangkapan ikan di peroleh dari pelabuhan perikanan yang terdapat di barat daya Laut Jawa yaitu PPI Blanakan, Subang. Kegiatan pengambilan data lapang (hasil tangkapan ikan) dilakukan pada Juli - Agustus 2011. Pemrosesan data satelit dilakukan di Laboratorium Komputer Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB, Bogor.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Penetapan lokasi penelitian didasari informasi daerah penangkapan ikan dari nelayan yang kapalnya berlabuh di PPI Blanakan. Nelayan dengan alat tangkap purse seine biasanya berlayar sampai ke perairan Selat Bangka selama sekitar 3 bulan. Daerah tangkapan ikan musiman tersebut ditampilkan pada peta sebaran SPL dan klorofil-a yang dihasilkan dari analisis
13
citra Aqua MODIS. Ada juga nelayan yang berlayar secara harian, mulai pada malam hari dan kembali esok pagi, yang umumnya memiliki daerah penangkapan ikan diperairan utara Jawa seperti Karawang, Indramayu dan Pekalongan, yang selanjutnya menjadi daerah tangkapan ikan harian yang juga ditampilkan pada peta.
3.2.Alat dan Data Penelitian Penelitian ini menggunakan peralatan notebook core 2 duo processor T6400 dan hard disk yang dilengkapi dengan beberapa perangkat lunak (software), yaitu: 1) SeaDas dengan sistem operasi Linux Ubuntu 10.04 untuk mendapatkan nilai konsentrasi klorofil-a dan SPL dalam bentuk ASCII dari citra Aqua MODIS. 2) Microsoft Word 2007 dan Microsof Excel 2007. 3) WinRAR 3.42 untuk mengekstrak citra Aqua MODIS level 3 yang berisikan data konsentrasi klorofil dan SPL mingguan. 4) Ocean Data View 3: untuk menampilkan sebaran SPL dan konsentrasi klorofil-a. 5) Minitab 15 untuk menghitung korelasi antara hasil tangkapan dengan parameter SPL dan klorofil-a. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Citra satelit Aqua MODIS level-3 dengan resolusi 4x4 km2. Citra yang digunakan merupakan composite data mingguan selama 4 tahun (2008-2011) yang diunduh dari situs National Aeronatic Space Agency (http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov). Data tersebut memiliki informasi tentang lintang, bujur, daratan, nilai rata-rata klorofil-a dan nilai rata-rata SPL.
14
2) Data hasil tangkapan ikan, khususnya ikan pelagis kecil seperti ikan tembang (Sardinella fimbriata), ikan selar (Selaroides leptolepis) dan tongkol (Auxis thazard) yang didaratkan di Pelabuhan Pendaratan Ikan Blanakan Subang dari tahun 2008-2011 (Lampiran 3, 4, 5) 3) Peta rupa bumi yang diterbitkan Bakosurtanal tahun 2010.
3.3.Metode Pengolahan Data 3.3.1. Konsentrasi Klorofil-a dan SPL Pengolahan data konsentrasi klorofil-a dan SPL melalui beberapa tahapan, yaitu: (1) pengumpulan citra, (2) pemotongan citra (cropping), (3) pengolahan data konsentrasi klorofil-a, (4) pengolahan data SPL, (5) kontrol data, dan (6) visualisasi data sebaran klorofil-a dan SPL. Proses awal yang dilakukan adalah pengumpulan data dengan mengunduh data citra MODIS melalui situs www.oceancolor.gsfc.nasa.gov, data yang diunduh yaitu data level 3 composite data 8 harian dan data bulanan dengan resolusi spasial 4 km. Pilih data dengan format Hierarchical Data Format (HDF) dimana data tersebut merupakan citra yang tampilannya sudah menjadi datar (flat). Data konsentrasi klorofil-a dan SPL di peroleh dari citra satelit Aqua MODIS level-3 berupa data digital compressed dalam format HDF. Data ini sudah mengalami koreksi radiometrik dan atmosferik. Data tersebut kemudian di ekstrak menggunakan perangkat lunak WinRAR 3.42 (Lampiran 10). Pengolahan data dilanjutkan dengan menggunakan perangkat lunak SeaWIFS Data Analisys System (SeaDas) dengan sistem operasi Linux Ubuntu 10.04. Pada tahap ini dilakukan pemotongan citra (cropping ) sesuai wilayah penelitian. Tutorial download data Aqua MODIS dilampirkan pada Lampiran 11. Hasil (output) dari pemotongan citra ini berupa data American
15
Standard Code for Information Interchange (ASCII) yang di dalamnya terdiri dari variabel bujur, lintang, nilai estimasi konsentrasi klorofil-a dan SPL. Pada proses pengolahan data ini juga dihasilkan visualisasi konsentrasi klorofil-a dan SPL secara spasial. Tahap selanjutnya adalah kontrol data ASCII yang dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Microsof Excel 2007. Tutorial data dilampirkan pada Lampiran 12. Kontrol data bertujuan untuk menghilangkan data ekstrim tinggi dan data ekstrim rendah yang diperkirakan sebagai nilai intensitas tutupan awan dan nilai intensitas dari daratan. Data ASCII yang telah terkontrol kemudian divisualisasikan dalam bentuk grafik time series menggunakkan perangkat lunak Microsof Excel 2007 yang menampilkan konsentrasi klorofil-a dan SPL secara temporal. Data suhu permukaan laut diketahui dengan melakukan analisis terhadap citra MODIS yang telah diunduh. Data tersebut diolah untuk memperoleh nilai dan menghasilkan peta sebaran SPL. Langkah-langkah pengolahan citra adalah sebagai berikut: 1) Pembacaan nilai SPL dengan menggunakan program SeaDAS 4.7. Membuka program seaDAS pada menu ‘terminal’, kemudian akan ditampilkan seaDAS main menu dan seadisp main menu. Langkah selanjutnya adalah memasukkan file citra yang telah didownliad dengan memilih sub menu ‘load’ pada ‘seadisp main menu’. Memasukkan koordinat daerah yang akan dihitung, koordinat yang dimasukkan merupakan koordinat pada daerah penelitian. Setelah citra dibuka, kemudian dilakukan penyimpanan output citra dalam bentuk data ASCII dengan memilih function- output- data- ASCII. Data ini merupakan nilai SPL berdasarkan garis lintang dan bujur (koordinat). 2) Penghitungan nilai SPL
16
Data ASCII hasil pengolahan seaDAS diolah kembali dengan menggunakan program Microsoft Office Excel untuk memperoleh nilai kisaran SPL. Nilai kisaran SPL yang dipilih adalah nilai pada koordinat penelitian. 3) Pembuatan peta sebaran suhu permukaan laut Data hasil pengolahan dari Microsoft Office Excel diolah kembali dengan menggunakan software ODV untuk memperoleh peta sebaran SPL beserta garis konturnya. Sebaran SPL secara spasial ditentukan dengan melakukan analisis visual terhadap peta sebaran suhu permukaan laut. Secara garis besar tahapan pengolahan data disajikan pada Gambar 2.
Unduh data MODIS (SPL & Klorofil) pada situs NASA (www.oceancolor.gsfc.nasa.gov)
Pengolahan data SeaDAS menggunakan Linux Ubuntu 10.04
Sortir data menggunakan Microsoft Excel
Tampilan grafik time series dengan Microsoft Excel
Tampilan gambar sebaran spasial dengan Ocean Data View
Korelasi dengan hasil tangkapan ikan menggunakan Minitab
Gambar 2. Tahapan Data Klorofil-a dan SPL dalam penelitian ini
17
3.3.2. Data Hasil Tangkapan Data hasil tangkapan ikan tembang, selar dan tongkol (Lampiran 3, 4, 5) diperoleh dari KUD Mina Fajar Sidiq yang bertugas mencatat jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Blanakan Subang. Data ini kemudian diolah dengan menggunakan Microsof Excel 2007 untuk mengetahui fluktuasi bulanan hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPI Blanakan. Visualisasi data hasil tangkapan berupa grafik time series dan diinterpretasikan berdasarkan jumlah tertinggi dan terendah hasil tangkapan ikan musiman.
3.4. Analisis Data 3.4.1. Analisis Konsentrasi Klorofil-a dan Sebaran SPL Sebaran konsentrasi klorofil-a dan SPL yang diolah dari citra Aqua MODIS dianalisa secara spasial dan temporal. Analisis spasial dilakukan secara visual untuk mengetahui sebaran klorofil-a dan SPL. Analisis ini dilakukan dengan melihat dan membandingkan bentuk kontur dan degradasi warna dari citra. Analisis temporal konsentrasi klorofil-a dan SPL dilakukan berdasarkan grafik time series kedua parameter yang dilihat. Kedua analisis ini dilakukan untuk mengetahui variasi konsentrasi klorofil-a dan SPL berdasarkan waktu dan ruang, serta mengetahui fenomena yang terjadi selama periode penelitian berdasarkan pola musimnya. Pengolahan data dilakukan per parameter yaitu dengan mengolah klorofil dan SPL terlebih dahulu. Analisis korelasi masing-masing variabel biofisik permukaan laut dengan hasil tangkapan dilakukan setelahnya.
18
3.4.2. Analisis Korelasi Suhu Permukaan Laut dengan Hasil Tangkapan, dan Klorofil dengan Hasil Tangkapan Hubungan SPL, klorofil dengan hasil tangkapan dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan program Minitab 15 (Lampiran 14). Penelitian ini menggunakan asumsi bahwa jumlah hasil tangkapan mencerminkan keberadaan ikan di perairan dan faktor-faktor oseanografi seperti salinitas dan kedalaman perairan dianggap tetap. Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier (searah bukan timbal balik) antara dua variabel atau lebih. Analisis korelasi linear adalah suatu cara untuk mengetahui keeratan hubungan dua variabel, yaitu apakah suatu kejadian berkaitan dengan kejadian lainnya dilambangkan dengan r. Dalam penelitian ini variabel X merupakan nilai dari komponen konsentrasi klorofil dan SPL, sedangkan variable Y merupakan banyaknya hasil tangkapan. Analisis korelasi tidak memberikan dugaan tentang adanya hubungan kausalitas atau hubungan sebab akibat antara variabel yang bersangkutan. Analisis korelasi bertujuan mengukur kuat atau tidaknya tingkat keeratan hubungan (korelasi) linier antara dua variabel. (Walpole, 1995) Adapun rumus koefisien korelasi sederhana sebagai berikut (Walpole, 1982): ∑
r= ∑
Keterangan : r = Koefisien Korelasi X = SPL dan klorofil-a Y = Hasil tangkapan ikan pelagis
∑ ∑
∑ ∑
∑
^
19
Nilai r2 memperlihatkan koefisien determinasi contoh yang menjelaskan bilangan yang menyatakan variasi nilai-nilai variabel Y (hasil tangkapan) yang dapat dijelaskan oleh nilai-nilai variabel X (klorofil-a dan SPL) melalui hubungan linear. Semakin tinggi nilai r2 mengindikasikan bahwa hubungan antar komponen yang semakin erat (Walpole, 1995) . Kisaran nilai korelasi: r2 < 50% , berarti korelasi antara x dan y tidak berpengaruh nyata satu sama lain r2 > 50% , berarti korelasi antara x dan y berpengaruh nyata satu sama lain Komputansi untuk mendapatkan korelasi antara SPL dan hasil tangkapan dan korelasi antara klorofil-a dan hasil tangkapan ikan dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Minitab. Selanjutnya nilai besaran korelasi antara peubah x dan y yang diperoleh dianalisa dengan membandingkannya dengan kebiasaan ikan tersebut hidup di laut.
3.4.3. Distribusi Terjadinya Suhu Permukaan Laut (SPL) dan Konsentrasi Klorofil Penghitungan distribusi terjadinya SPL dengan nilai tertentu bertujuan untuk menampilkan peluang nilai SPL dan konsentrasi klorofil-a tertentu dalam bentuk persentase terjadinya pada suatu musim. Distribusi tersebut dapat dihitung dengan rumus: Keterangan:
P = Distribusi peluang (%) n = Jumlah data suhu (oC) atau jumlah data konsentrasi klorofil pada selang ukur tertentu (mg/m3) N = Jumlah total data suhu atau total data konsentrasi klorofil
20
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Daerah Blanakan merupakan kecamatan yang terletak di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kabupaten Subang terletak pada posisi 107o 32’ BT- 107o 54’ BT dan 6o 11’ LS- 6o 30’ LS, memiliki panjang garis pantai lebih kurang 68 km (Gambar 1). Perairan pantai Subang merupakan bagian dari Laut Jawa yang dipengaruhi oleh kondisi geografis dan lingkungan oseanik pada bagian timur berhubungan dengan perairan Selat Makassar dan Laut Flores, sedangkan pada bagian barat berhubungan dengan Samudera Hindia melalui Selat Sunda sebagai terusan dan Laut Cina Selatan melalui Selat Karimata. Laut Jawa secara geografis berada di antara 108⁰-116⁰ BT dan 3⁰-7⁰ LS, dengan kedalaman rata-rata 40 meter dan luasan sekitar 450.000 km², yang secara fisik sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu siklus musiman yang berkaitan dengan perubahan karakteristik lingkungan sebagai proses perubahan internal badan air Laut Jawa, serta perubahan jangka panjang parameter iklim dan faktor osilasi internal yang berkaitan dengan perubahan curah hujan sebagai dampak terjadinya El-Nino (Potier,1998 dalam Atmadja et al., 2003). Karakteristik massa air dan iklim Laut Jawa dipengaruhi oleh dua musim, yaitu saat Angin Muson Barat bertiup yang berlangsung antara bulan September-Februari dan angin muson timur yang berlangsung antara bulan Maret –Agustus. Pada muson timur, massa air bersalinitas tinggi (>34 ‰) memasuki Laut Jawa melalui Selat Makassar dan Laut Flores, sedangkan pada muson barat, selain terjadi pengenceran oleh air sungai juga masuk air bersalinitas rendah (<34 ‰) yang berasal dari Laut Cina Selatan mendorong massa air bersalinitas tinggi kebagian Timur Laut Jawa (Veen, 1953; Wyrtki, 1961; dalam Atmadja at al., 2003).
21
Iklim muson merupakan faktor yang menentukan sifat perairan Laut Jawa. Pertukaran massa air secara musiman dengan Laut Flores menentukan pola penyebaran kelimpahan dan keberadaan ikan pelagis. Kelompok ikan oseanik dan neritik muda memasuki Laut Jawa mengikuti massa air bersalinitas lebih tinggi yang datang dari timur. Sementara itu, kelompok ikan pantai cenderung tinggal di Laut Jawa sepanjang tahun (Priatna dan Natsir, 2007). Letak Blanakan Subang berada pada posisi strategis, memberikan keuntungan tersendiri terhadap kehidupan ekonomi di Desa Blanakan. Lengkapnya sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi akan memudahkan pelaku-pelaku ekonomi untuk melakukan aktivitas ekonomi, seperti produksi dan pemasaran. Kecamatan Blanakan memiliki tiga Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yaitu PPI Blanakan di Desa Blanakan, PPI Cilamaya Girang di Desa Cimalaya Girang dan PPI Muara Ciasem di Desa Muara Ciasem. Pangkalan Pendaratan Ikan Blanakan merupakan PPI yang memiliki fasilitas terlengkap dibandingkan PPI lainnya. Komoditas utama hasil tangkapan yang di daratkan adalah ikan tongkol, selar dan tembang. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Musim Barat adalah mulai dari bulan Desember sampai dengan Februari, dan Musim Timur mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus. selanjutnya yang dimaksud dengan Musim Peralihan 1 adalah kondisi Musim Peralihan dari musim barat ke musim timur (Maret sampai dengan Mei), sedangkan Musim Peralihan 2 adalah kondisi musim peralihan dari musim timur ke musim barat pada bulan September sampai dengan November.
22
4.2 Suhu Permukaan Laut di perairan Laut Jawa (2008-2011) 4.2.1 SPL Musim Barat Musim barat (Desember – Februari), SPL di Laut Jawa di pengaruhi oleh massa air yang berasal dari Laut Cina Selatan dan bergerak mendorong massa air dari Laut Flores dan Selat Makassar. Musim Barat adalah musim ketika di Belahan Bumi Utara sedang berlangsung musim dingin dan Belahan Bumi Selatan mengalami musim panas (Nontji, 2005). Pada Gambar 4, ditampilkan sebaran spasial SPL pada Musim Barat untuk tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011. Kisaran suhu perairan Laut Jawa berkisar antara 28 – 30,5 oC. Tahun 2008 massa air yang memiliki suhu lebih rendah terlihat mendominasi Laut bagian utara Jawa dengan suhu 28 – 29 oC. Suhu yang bernilai tinggi sekitar 29,5 – 30 oC terdapat di bagian selatan Selat Bangka, dan di bagian pesisir laut Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di lokasi penangkapan ikan musiman yang berlokasi di selatan Selat Bangka didapat bersuhu hangat yaitu 29,5 oC, sedangkan di lokasi tangkapan harian yang berada di pesisir Laut Jawa memiliki suhu yang berkisar 28,5 – 29 oC. Tahun 2009 pada musim barat terlihat bahwa perairan Laut Jawa masih didominasi oleh massa air permukaan yang hangat dengan SPL berkisar 29,5 – 30 oC. Hal ini terlihat dari warna perairan yang masih didominasi warna kuning kemerahan yang menandakan suhu bernilai tinggi. Suhu bernilai lebih rendah terlihat baru bergerak dari Laut Cina Selatan dan baru sedikit mempengaruhi perairan. Suhu di daerah penangkapan musiman yaitu 29 oC, sedangkan di daerah tangkapan harian terlihat lebih hangat yaitu berkisar antara 30 – 30,5 oC. Pada tahun 2010 SPL di Laut Jawa bernilai antara 29 – 29,5 oC, sedangkan nilai SPL yang lebih hangat terdapat di pesisir selatan Kalimantan. Lokasi penangkapan harian dan musiman pada tahun ini memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan tahun lain yaitu berkisar 29 oC.
23
Pada tahun 2011 terlihat bahwa SPL di Laut Jawa memiliki kisaran 28 – 30 oC. nilai SPL lebih tinggi terdapat di pesisir timur Lampung dan di utara Jawa Tengah. Daerah tangkapan musiman bersuhu 29 oC, sedangkan daerah tangkapan harian bersuhu tinggi yaitu 29,5 – 30 oC.
P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
P. Jawa
a) Musim Barat tahun 2008
b) Musim Barat tahun 2009
P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
c) Musim Barat tahun 2010
d) Musim Barat tahun 2011
Gambar 3. Sebaran Spasial SPL Laut Jawa pada Musim Barat Dapat dilihat pada Gambar 4 bahwa distribusi terjadinya selang nilai SPL (dalam %) untuk Musim Barat bervariasi setiap tahunnya. Peluang distribusi terjadinya SPL yang paling tinggi terdapat pada kisaran 28,6 – 29,5 oC.
24 N = 10627
N = 16724
SPL
SPL
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 27 ‐ 27,5
27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5 3
27 ‐ 27,5 2 27,6 ‐ 28,5 28 8,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5 30,6 ‐ 31 oC
30,6 ‐ 31 oC
a) Musim M Barat tahun 2008 N = 17142
b) Musim M Barat tahun 2009 N = 16945
SPL
100% 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
S SPL
100% 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 27 7 ‐ 27,5 27,6 ‐ 28,5 528,6 ‐ 29,529,6 ‐ 30,5 30,6 ‐ 31o
c) Muusim Barat taahun 2010
C
27 ‐ 27,5 27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 2 29,5 29,6 ‐ 30,5 3 30,6 ‐ 31 oC
d) Musim M Barat tahun 2011
Gam mbar 4. Histtogram Disttribusi Selan ng Nilai SPL L di Laut Jaawa pada Musim M Baraat B Bulan Desem mber merupakkan awal maasuknya Mussim Barat deengan nilai SPL S yang maasih hangat beerkisar antarra 29 – 30 oC. C Pengaruh angin Musim m Timur maasih terlihat jelas sehinggga SPL massih relatif leb bih hangat. Bulan B Januarri dan Februaari merupakaan puncak dari Musim Barat B rata-rata SPL berkisaar antara 28 – 29,5 oC . Hal H ini menanndai bahwa sudah adanyya pergerakaan angin darri perairan Laut L Cina Sellatan menujuu ke Laut Flores melaluii Laut Jawa. Gambar 5 adalah grrafik kondisii SPL pada Musim M Baratt selama 4 taahun (2008-22011). Grafiik Musim Baarat 2008 mennunjukkan bahwa b rata-raata nilai SPL L menurun pada p bulan Desember D darri 29 oC dan bernilai 28,6 2 oC padaa bulan Februuari.
25
Pada musim barat tahun 2009 SPL yang tinggi terlihat pada bulan Desember, menurun untuk bulan Januari dan kembali mengalami sedikit peningkatan yang masing-masing bersuhu 30 oC, 28,5 oC dan 28,9 oC. Pada musim barat 2010 SPL bulan Februari lebih tinggi dibanding Desember yaitu 29,8 oC, sedangkan pada bulan Januari rata-rata bernilai 29 oC. Pada Musim Barat 2011 nilai SPL mengalami penurunan saat bulan Januari dan meningkat pada Februari dengan nilai 29,5 oC. Musim Barat 2008
Musim Barat 2009 31
30 29
SST
28
Suhu (°C)
Suhu (°C)
31
27
30 29 27
Desember
Januari
Februari
Desember
Musim Barat 2010
Januari
Februari
Musim Barat 2011 31
30 29
SST
28 27
Suhu (°C)
31 Suhu (°C)
SST
28
30 29
SST
28 27
Desember
Januari
Februari
Desember
Januari
Februari
Gambar 5. Grafik Kondisi SPL Musim Barat 4.2.2 SPL Musim Peralihan I Gambar 6 menunjukkan kondisi sebaran spasial SPL pada musim peralihan 1. Musim peralihan 1 terjadi pada bulan Maret sampai dengan Mei. Suhu pada musim ini terlihat tinggi berkisar antara 29,5 – 31 °C. Suhu yang rendah masih mempengaruhi dari arah timur Laut Jawa, dan terlihat sudah ada pergerakan suhu yang panas ke arah barat Laut Jawa. Musim peralihan 1merupakan musim terjadinya perubahan musim dari Barat ke Timur tetapi masih ada pengaruh
26
dari angin musim barat yang kecepatannya sudah berkurang. Pada tahun 2008 suhu tinggi terlihat berada di pesisir pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan bagian selatan. Daerah tangkapan ikan harian dan musiman pada tahun ini memiliki suhu yang hangat yaitu 29 oC. Pada tahun 2009 dan 2010 Musim Peralihan 1 ini memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding dengan tahun 2008 dan 2011 yaitu bernilai 29,5 oC sampai 31 oC. Pada Gambar 6 terlihat suhu yang lebih rendah bergerak dari arah timur Laut Jawa.
P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
P. Jawa
a) Musim Peralihan 1 tahun 2008
b) Musim Peralihan 1 tahun 2009
P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
c) Musim Peralihan 1 tahun 2010
d) Musim Peralihan 1 tahun 2011
Gambar 6. Sebaran Spasial SPL Laut Jawa pada Musim Peralihan 1 Dari Gambar 6 diketahui bahwa SPL di daerah tangkapan harian dan bulanan pada tahun 2009 dan 2010 memiliki nilai yang sama yaitu 30 oC. Pada Musim Peralihan 1 tahun 2011 suhu hangat terlihat di selatan Kalimantan. Suhu dengan nilai rendah memasuki Laut Jawa namun belum mendominasi karena terlihat pada gambar bahwa suhu dengan nilai 30 oC lebih
27
mendominasi. Daerah penangkapan harian memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah penangkapan harian dengan masing-masing suhu 30 oC dan 29,5 oC. Dapat dilihat pada Gambar 7 distribusi terjadinya selang nilai suhu (dalam %) untuk dinamika SPL pada Musim Peralihan 1 setiap tahunya bervariasi. Distribusi terjadinya SPL 29,6 – 30,5 oC lebih besar pada musim ini. N = 17143
N = 13594
SPL
100% 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 27 ‐ 27,5
27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5
30,6 ‐ 31 °C
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 27 ‐ 27,5
a) Musim Peralihan 1 tahun 2008 N = 6278
SPL
27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5
30,6 ‐ 31 °C
b) Musim Peralihan 1 tahun 2009 N = 16888
SPL
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
SPL
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 27 ‐ 27,5
27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5
c) Musim Peralihan 1 tahun 2010
30,6 ‐ 31 °C
27 ‐ 27,5
27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5
30,6 ‐ 31°C
d) Musim Peralihan 1 tahun 2011
Gambar 7. Histogram Distribusi Selang Nilai SPL di Laut Jawa pada Musim Peralihan 1 Gambar 8 menunjukkan kondisi SPL pada musim peralihan 1. Grafik SPL musim peralihan 1 menunjukkan bahwa rata-rata dalam 4 tahun penelitian suhu berkisar antara 29,5 oC sampai 30,5 oC. Grafik selalu menunjukkan kenaikan suhu dengan suhu terendah berada pada bulan Maret dan suhu tertinggi pada bulan April, sedangkan pada bulan Mei mengalami
28
penurunan namun tidak sampai mendekati nilai suhu pada bulan Maret. Tahun 2008 suhu pada bulan Maret, April dan Mei berturut-turut adalah 29,5 oC, 29,9 oC dan 29,7 oC yang merupakan rata-rata nilai terendah dibandingkan tahun 2009, 2010 dan 2011 pada musim yang sama. Saat Musim Peralihan 1 tahun 2009, SPL pada bulan Maret berkisar 30,1 oC, meningkat pada bulan April menjadi 30,5 oC, dan kembali menurun pada bulan Mei dengan nilai 30,4 oC. Tahun 2010 bulan Maret suhu bernilai 30,4 oC dan meningkat menjadi 30,5 oC dan turun 0,05 oC menjadi 30,5 oC pada bulan Mei, sedangkan pada tahun 2011 suhu dari bulan Maret meningkat pada bulan April yaitu dari 29,4 oC menjadi 30 oC dan menjadi 29,8 oC pada bulan Mei. Pada Musim Peralihan 1 arus mengalir ke arah barat di pantai Selatan Kalimantan dan di lepas pantai Utara Jawa sudah mengalir kembali ke arah timur.
31 30 29 28 27
Musim Peralihan 1 2009 Suhu (°C)
Suhu (°C)
Musim Peralihan 1 2008
Maret
April
31 30 29 28 27
Mei
Maret
31 30 29 28 27 Maret
April
Mei
Mei
Musim Peralihan 1 2011 Suhu (°C)
Suhu (°C)
Musim Peralihan 1 2010
April
31 30 29 28 27 Maret
April
Mei
Gambar 8. Grafik Kondisi SPL Musim Peralihan 1 4.2.3 SPL Musim Timur Gambar 9 menunjukkan kondisi sebaran spasial SPL pada Musim Timur. Musim Timur dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus. Pada musim timur arus mengalir dari Laut Flores atau Selat Makassar ke Laut Jawa karena suhu di perairan Australia lebih tinggi dibanding
29
daratan Asia (Potier, 1998). Dapat dilihat bahwa suhu permukaan laut berkisar 28 - 29,5 °C pada tahun 2008. Suhu yang bernilai rendah terlihat mengalir dari arah timur Laut Jawa menuju ke arah Laut Cina Selatan. Daerah penangkapan harian dan musiman memiliki suhu 28,5 oC. Tahun 2009 terlihat SPL yang rendah juga bergerak di Laut Jawa, tetapi masih terlihat lebih hangat di pesisir Jawa Tengah. Untuk nilai suhu pada daerah penangkapan ikan musiman adalah 29,5 oC dan 29 oC pada lokasi penangkapan harian. SPL yang rendah pada Musim Timur tahun 2010 baru bergerak dari arah Laut Flores. Terlihat bahwa perairan selatan Selat Bangka dan utara Selat Madura masih memiliki SPL 29 – 30,5 oC. Nilai yang lebih tinggi terdapat di pesisir Jawa Barat, tenggara Sumatera dan selatan Kalimantan. Tingginya SPL di perairan pesisir Laut Jawa juga mempengaruhi suhu di lokasi penangkapan harian dan musiman. Tahun 2011 musim timur suhu Laut Jawa 28,5 – 29 oC. Nilai SPL di daerah penangkapan harian dan musiman bernilai 28,5 oC.
P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
P. Jawa
a) Musim Timur tahun 2008
b) Musim Timur tahun 2009
30
P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
P. Jawa
c) Musim Timur tahun 2010 d) Musim Timur tahun 2011 Gambar 9. Sebaran Spasial SPL Laut Jawa pada Musim Timur Pada Gambar 10 distribusi terjadinya selang nilai suhu (dalam %) untuk dinamika SPL pada Musim Timur setiap tahunnya bervariasi, dan bernilai terbesar pada 28,6 – 29,5 oC. N = 17220 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
N = 17363
SPL
SPL
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
%
27 ‐ 27,5
27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5
30,6 ‐ 31 °C
a) Musim Timur tahun 2008 N = 17142
27 ‐ 27,5
N = 20157
SPL
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5
c) Musim Timur tahun 2010
30,6 ‐ 31°C
b) Musim Timur tahun 2009
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 27 ‐ 27,5
27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5
30,6 ‐ 31°C
SPL
%
27 ‐ 27,5
27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5
30,6 ‐ 31°C
d) Musim Timur tahun 2011
Gambar 10. Histogram Distribusi Selang Nilai SPL di Laut Jawa pada Musim Timur
31
Musim Timur ditandai dengan terjadinya tekanan udara yang tinggi di atas daratan Australia dan tekanan udara yang rendah di atas daratan Asia sehingga arah angin pada musim timur bergerah dari timur ke barat (Potier, 1998). Pergerakan arah angin ini menyebabkan arus yang membawa massa air dari Laut Flores dan Selat Makassar melintasi perairan Laut Jawa menuju Laut Cina Selatan. Pada bulan Juni grafik SPL juga menunjukkan nilai yang lebih tinggi dengan kisaran 29 – 30 oC. Puncak musim timur terjadi pada bulan Juli dan Agustus dengan nilai SPL berkisar 28,5 – 29,5 oC. Gambar 11 menunjukkan SPL Musim Timur pada tahun 2008-2011. SPL Juni 2008 bernilai 29 oC, yang terus mengalami penurunan pada Juli dan Agustus menjadi 28,4 oC dan 28,3 o
C. Pada Juni-Juli 2009, SPL lebih hangat dari tahun sebelumnya dengan nilai 30 oC dan 28,9 oC
pada Agustus. Pada Juni 2010 SPL bernilai 30 oC dan turun menjadi 29,5 oC pada Agustus. Pada Musim Timur 2011 SPL mengalami penurunan dari 29,5 oC menjadi 28,5 oC untuk bulan Juni, Juli dan Agustus. Dengan demikian, diketahui bahwa SPL perairan Laut Jawa pada Musim Timur lebih rendah dibanding Musim Peralihan 1, dan Peralihan 2.
31 30 29 28 27
Musim Timur 2009 Suhu (°C)
Suhu (°C)
Musim Timur 2008
Juni
Juli
31 30 29 28 27
Agustus
Juni
31 30 29 28 27 Juni
Juli
Agustus
Agustus
Musim Timur 2011 Suhu (°C)
Suhu (°C)
Musim Timur 2010
Juli
31 30 29 28 27 Juni
Juli
Gambar 11. Grafik Kondisi SPL Musim Timur
Agustus
32
4.2.4 SPL Musim Peralihan II Gambar 12 menunjukkan kondisi sebaran spasial SPL pada musim peralihan 2. Musim peralihan 2 dimulai pada bulan September sampai dengan November. Kisaran suhu pada musim ini antara 29 – 31 °C. Suhu lebih tinggi terdapat di perairan yang masih dekat pantai. Suhu lebih rendah bergerak dari arah timur Laut Jawa dengan kisaran 29 °C sampai 29,5 °C. SPL yang lebih hangat bergerak dari arah Laut Cina Selatan, sedangkan SPL yang bergerak masuk perairan laut Jawa dari Selat Makassar dan Laut Flores nilainya lebih rendah. Sehingga menyebabkan SPL pada musim peralihan 2 lebih rendah dibandingkan dengan SPL pada musim peralihan 1. Suhu lebih tinggi terlihat pada musim peralihan 2 tahun 2010 suhu dengan nilai 31 oC berada pada pesisir pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.Nilai suhu yang lebih rendah ditunjukkan pada tahun 2008 dan 2011.
P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
P. Jawa
a) Musim Peralihan 2 tahun 2008
b) Musim Peralihan 2 tahun 2009 P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
c) Musim Peralihan 2 tahun 2010
P. Jawa
d) Musim Peralihan 2 tahun 2011
Gambar 12. Sebaran Spasial SPL Laut Jawa pada Musim Peralihan 2
33
Suhu permukaan laut di lokasi penangkapan ikan harian pada tahun 2008 bernilai 28,5 o
C dan 29,5 oC pada lokasi penangkapan harian. Tahun 2009 nilai suhu di daerah penangkapan
harian dan musiman adalah 30 oC, sedangkan pada tahun 2010 suhu di daerah penangkapan harian bernilai lebih tinggi yaitu 30,5 oC dibandingkan dengan daerah tangkapan musiman yang bernilai 30 oC. Untuk nilai SPL di daerah penangkapan harian dan musiman pada tahun 2011 bernilai sama yaitu 29,5 oC. Pada Gambar 13 distribusi terjadinya selang nilai suhu (dalam %) untuk dinamika SPL pada Musim Peralihan 2 setiap tahunnya bervariasi, dan bernilai terbesar pada 29,6 – 30,5 oC. N = 17202
N = 17229
SPL
SPL
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 27 ‐ 27,5
27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5
30,6 ‐ 31 °C
a) Musim Peralihan 2 tahun 2008 N = 15821
27 ‐ 27,5
27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5
30,6 ‐ 31 °C
b) Musim Peralihan 2 tahun 2009 N = 17179
SPL
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
SPL
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 27 ‐ 27,5
27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5
c) Musim Peralihan 2 tahun 2010
30,6 ‐ 31 °C
27 ‐ 27,5
27,6 ‐ 28,5 28,6 ‐ 29,5 29,6 ‐ 30,5
30,6 ‐ 31 °C
d) Musim Peralihan 2 tahun 2011
Gambar 13. Histogram Distribusi Selang Nilai SPL di Laut Jawa pada Musim Timur
34
Gambar 14 menunjukkan kondisi nilai SPL pada Musim Peralihan 2. Pada Musim Peralihan 2 ini dimulai pada bulan September dengan kisaran SPL antara 29 – 30 oC. Bulan Oktober SPL berkisar antara 29,5 – 30 oC, sedangkan pada November SPL bernilai rata-rata 30 o
C. Terlihat bahwa suhu kembali lebih hangat sebelum Musim Barat yang suhunya lebih tinggi
dibandingkan Musim Timur.
31 30 29 28 27
Musim Peralihan 2 2009 Suhu (°C)
Suhu (°C)
Musim Peralihan 2 2008
September
Oktober
31 30 29 28 27
November
September
31 30 29 28 27 September
Oktober
November
November
Musim Peralihan 2 2011 Suhu (°C)
Suhu (°C)
Musim Peralihan 2 2010
Oktober
31 30 29 28 27 September
Oktober
November
Gambar 14. Grafik Kondisi SPL Musim Peralihan 2 Tingginya nilai SPL pada Musim Peralihan 1 dan 2 terjadi karena adanya pengaruh arus permukaan laut, kecepatan angin, curah hujan dan pergerakan matahari terhadap bumi (revolusi). Ketika Musim Peralihan 1 (Maret – Mei) dan 2 (September – November) berlangsung, posisi matahari terhadap bumi berada di garis equator. Lokasi daerah penelitian yang berdekatan dengan garis equator membuat pengaruh matahari besar untuk menghangatkan suhu perairan di permukaan laut.
35
4.3 Konsentrasi Klorofil-a 4.3.1 Konsentrasi Klorofil-a Musim Barat Gambar 15 menunjukkan sebaran spasial klorofil-a permukaan pada musim barat (Desember – Februari) periode 2008-2011. Warna magenta mewakili klorofil 0,5 mg/m3, sedangkan warna merah muda pucat mewakili nilai klorofil kurang dari 0,5 mg/m3. Nilai klorofil di perairan pesisir terlihat lebih tinggi, seperti ditunjukkan di perairan barat daya Pulau Bangka pada tahun 2011 dan secara konsisten di pesisir selatan Kalimantan menunjukkan nilai lebih tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh runoff bahan organik yang dibawa sejumlah sungai yang bermuara ke Laut Jawa. Hujan pada Musim Barat yang lebih intensif akan membawa aliran sungai yang kaya akan nutrien dari daratan ke pesisir pantai sehingga nilai konsentrasi klorofil pada pesisir bernilai tinggi.
P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
P. Jawa
a) Musim Barat tahun 2008
b) Musim Barat tahun 2009 P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
c) Musim Barat tahun 2010
P. Jawa
d) Musim Barat tahun 2011
Gambar 15. Sebaran Spasial Klorofil-a Permukaan Laut Jawa pada Musim Barat
36
Konsentrasi klorofil-a permukaan tahun 2008 di Daerah Tangkapan Musiman bernilai 1 2 mg/m3, sedangkan di Daerah Tangkapan harian hanya 0,5 - 1 mg/m3. Kandungan klorofil-a permukaan untuk tahun 2009 - 2011 di kedua wilayah perairan tersebut terlihat seragam yaitu 0,5 mg/m3. Gambar 16 menunjukkan distribusi peluang terjadinya selang nilai konsentrasi klorofil-a permukaan untuk Musim Barat. Diketahui bahwa peluang konsentrasi klorofil-a permukaan pada Musim Barat lebih tinggi terjadi pada selang ukuran 0,01 – 1,5 mg/m3 dengan prevalensi lebih dari 80%. N = 10894
N = 13241
Konsentrasi Klorofil
Konsentrasi Klorofil
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
100% 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
a) Musim Barat tahun 2008 N = 13005
0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
b) Musim Barat tahun 2009 N = 16891
Konsentrasi Klorofil
Konsentrasi Klorofil
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0,01 ‐ 1,5 1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
c) Musim Barat tahun 2010
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0
mg/m3
0,01 ‐ 1,5 1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
d) Musim Barat tahun 2011
Gambar 16. Histogram Distribusi Selang Nilai Klorofil-a di Laut Jawa pada Musim Barat
37
Gambar 17 menunjukkan kurva nilai konsentrasi klorofil-a pada tiap bulan ketika Musim Barat berlangsung. Nilai klorofil-a permukaan pada Bulan Desember selama periode penelitian diterapkan adalah 0,8 mg/m3 dengan nilai tertinggi tercatat pada tahun 2010 (1,5 mg/m3). Bulan Januari yang merupakan puncak dari musim barat memiliki nilai rata-rata klorofil 0,8 mg/m3 sampai 1 mg/m3, sedangkan bulan Februari nilai rata-rata klorofil antara 0,8 mg/m3 dan 1,8 mg/m3 pada tahun 2009. Pada tahun 2008 bulan Februari kandungan klorofil hampir mendekati 2 mg/m3. Musim Barat 2009
2 1.5 1 0.5 0 Desember
Januari
Februari
Klorofil (mg/m³)
Klorofil (mg/m³)
Musim Barat 2008 2 1.5 1 0.5 0
Desember
2 1.5 1 0.5 0 Desember
Januari
Februari
Musim Barat 2011 Klorofil (mg/m³)
Klorofil (mg/m³)
Musim Barat 2010
Januari
Februari
2 1.5 1 0.5 0 Desember
Januari
Februari
Gambar 17. Grafik Konsentrasi Klorofil-a Musim Barat
4.3.2 Konsentrasi Klorofil-a Musim Peralihan I Gambar 18 menunjukkan sebaran spasial konsentrasi klorofil-a pada Musim Peralihan 1. Musim Peralihan 1 terjadi pada bulan Maret sampai Mei.
38
P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
P. Jawa
a) Musim Peralihan 1 tahun 2008
b) Musim Peralihan 1 tahun 2009
P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
c) Musim Peralihan 1 tahun 2010
P. Jawa
d) Musim Peralihan 1 tahun 2011
Gambar 18. Sebaran Spasial Klorofil-a Permukaan Laut Jawa pada Musim Peralihan 1 Musim peralihan 1 masih dipengaruhi oleh musim barat dengan intensitas curah hujan yang mulai melemah. Klorofil-a pada musim ini berkisar antara 0,5 - 4,01 mg/m3. Kandungan klorofil tertinggi terdapat di Selat Bangka dengan nilai berkisar antara 2,01 - 4,01 mg/m3. Perairan selatan Kalimantan memiliki kandungan klorofil berkisar antara 1,5 - 4,01 mg/m3, sedangkan pada Laut Jawa klorofil bernilai rendah yaitu sekitar 0,5 mg/m3 yang ditandai dengan warna magenta dan merah muda pucat untuk nilai klorofil yang lebih rendah dari 0,5 mg/m3. Gambar 19 menunjukkan distribusi peluang dapat dilihat distribusi peluang terjadinya selang nilai konsentrasi klorofil-a permukaan untuk Musim Peralihan 1. Diketahui bahwa peluang konsentrasi klorofil-a permukaan pada Musim Barat lebih tinggi terjadi pada selang ukuran 0,01 – 1,5 mg/m3 dengan prevalensi lebih dari 80%.
39 N = 15463
N = 16112
Konsentrasi Klorofil
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Konsentrasi Klorofil
100% 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
a) Musim Peralihan 1 tahun 2008 N = 15824
0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
b) Musim Peralihan 1 tahun 2009 N = 15941
Konsentrasi Klorofil
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Konsentrasi Klorofil
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
c) Musim Peralihan 1 tahun 2010
0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
d) Musim Peralihan 1 tahun 2011
Gambar 19. Histogram Distribusi Selang Nilai Klorofil-a di Laut Jawa pada Musim Peralihan 1 Gambar 18 adalah kondisi klorofil-a permukaan pada Musim Peralihan 1. Kandungan klorofil-a permukaan di daerah Tangkapan Harian berkisar sama dari tahun 2008 sampai 2011 pada Musim Peralihan 1 yaitu 0,5 mg/m3, sementara itu nilai klorofil yang tinggi pada lokasi tangkapan musiman terjadi pada tahun 2010 dengan kisaran 1 - 2 mg/m3, sedangkan pada tahun 2008, 2009 dan 2011 berkisar 0,5 - 2 mg/m3.
40
2
Musim Peralihan 1 2009 Klorofil (mg/m³)
Klorofil (mg/m³)
Musim Peralihan 1 2008 1.5 1 0.5 0 Maret
April
2 1.5 1 0.5 0
Mei
Maret
2 1.5 1 0.5 0 Maret
April
Mei
Mei
Musim Peralihan 1 2011 Klorofil (mg/m³)
Klorofil (mg/m³)
Musim Peralihan 1 2010
April
2 1.5 1 0.5 0 Maret
April
Mei
Gambar 20. Grafik Konsentrasi Klorofil-a Musim Peralihan I Dari Gambar 20 dapat dilihat bahwa konsentrasi klororfil-a permukaan bulan Maret berkisar 0,5 - 0,8 mg/m3 pada tahun 2010. Pada bulan April nilai kandungan klorofil di perairan Laut Jawa rata-rata 0,6 mg/m3, sedangkan pada bulan Mei berkisar 0,5 - 0,7 mg/m3.
4.3.3 Konsentrasi Klorofil-a Musim Timur Gambar 21 adalah kondisi sebaran spasial konsentrasi klorofil-a pada musim timur. Kandungan klorofil-a Musim Timur untuk perairan Laut Jawa nilainya lebih rendah dibandingkan nilai klorofil pada Musim Peralihan 1. Hal ini ditunjukkan dengan cakupan rona magenta yang lebih menyebar luas di daerah penelitian yang menandakan kandungan klorofil-a 0,5 mg/m3. Nilai klorofil-a yang lebih tinggi juga terlihat di peraian yang berbatasan dengan daratan. Perairan pesisir utara Jawa memiliki kandungan klorofil lebih rendah dibandingkan selatan Kalimantan. Kandungan klorofil-a permukaan di Pulau Jawa berkisar 2 - 1 mg/m3
41
mendekati perairan lepas pantai, sedangkan pada selatan Kalimantan berkisar antara 4 - 1 mg/m3 mendekati laut lepas pantai.
P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
P. Jawa
a) Musim Timur tahun 2008
b) Musim Timur 2009 P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
c) Musim Timur tahun 2010
P. Jawa
d) Musim Timur tahun 2011
Gambar 21. Sebaran Spasial Klorofil-a Permukaan Laut Jawa pada Musim Timur Nilai kandungan klorofil-a pada Daerah Tangkapan Harian setiap tahunnya rata-rata memiliki nilai yang hampir sama yaitu berkisar antara 0,5- 1 mg/m3, hal yang sama juga terjadi pada lokasi Tangkapan Musiman setiap tahunnya dengan nilai rata-rata 0,5- 1 mg/m3.
42 N = 15618
N = 15993
Konsentrasi Klorofil
Konsentrasi Klorofil
100% 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
a) Musim Timur tahun 2008 N = 15794
0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
b) Musim Timur tahun 2009 N = 15157
Konsentrasi Klorofil
Konsentrasi Klorofil
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
100% 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
c) Musim Timur tahun 2010
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
d) Musim Timur tahun 2011
Gambar 22. Histogram Distribusi Selang Nilai Klorofil-a di Laut Jawa pada Musim Timur Pada Gambar 22 menunjukkan distribusi peluang dapat dilihat distribusi peluang terjadinya selang nilai konsentrasi klorofil-a permukaan untuk Musim Timur. Diketahui bahwa peluang konsentrasi klorofil-a permukaan pada Musim Timur lebih tinggi terjadi pada selang ukuran 0,01 – 1,5 mg/m3 dengan prevalensi lebih dari 80%.
43
Musim Timur 2009 Klorofil (mg/m³)
Klorofil (mg/m³)
Musim Timur 2008 2 1.5 1 0.5 0 Juni
Juli
2 1.5 1 0.5 0
Agustus
Juni
2 1.5 1 0.5 0 Juni
Juli
Agustus
Agustus
Musim Timur 2011 Klorofil (mg/m³)
Klorofil (mg/m³)
Musim Timur 2010
Juli
2 1.5 1 0.5 0 Juni
Juli
Agustus
Gambar 23. Grafik Konsentrasi Klorofil-a Musim Timur Gambar 23 menunjukkan kondisi konsentrasi klorofil-a permukaan pada Musim Timur. Grafik klorofil-a Musim Timur memperlihatkan bahwa rata-rata klorofil pada musim ini berkisar antara 0,6 - 0,8 mg/m3. Pada bulan Juni rata-rata klorofil bernilai 0,6 - 0,7 mg/m3, bulan Juli dan Agustus yang merupakan puncak Musim Timur memiliki nilai rata-rata klorofil bernilai 0,7 - 0,8 mg/m3.
4.3.4 Konsentrasi Klorofil Musim Peralihan 2 Gambar 24 adalah kondisi sebaran klorofil-a pada musim peralihan 2 yang dinamikanya masih dipengaruhi oleh musim timur. Nilai klorofil-a pada Musim Peralihan 2 ini lebih rendah dibanding Musim Timur. Hal ini terjadi karena pengaruh musim kemarau yang terjadi pada Musim Timur, sehingga limpasan air sungai yang membawa nutrient ke laut lebih sedikit dibandingkan Musim Barat. Nilai klorofil-a yang lebih kecil terdapat di perairan utara Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan di perairan selatan Kalimantan lebih tinggi. Daerah Tangkapan Harian maupun musiman pada Musim Peralihan 2 dari tahun 2008 2011 bernilai sama yakni antara 0,5 - 1 mg/m3.
44
P. Kalimantan
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
P. Jawa
a) Musim Peralihan 2 tahun 2008
b) Musim Peralihan 2 tahun 2009
P. Kalimantan P. Sumatera
P. Kalimantan P. Sumatera
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan musiman
Lokasi tangkapan harian
Lokasi tangkapan harian
P. Jawa
P. Jawa
c) Musim Peralihan 2 tahun 2010
d) Musim Peralihan 2 tahun 2011
Gambar 24. Sebaran Spasial Klorofil-a Permukaan Laut Jawa pada Musim Peralihan 2 Gambar 25 menunjukkan distribusi peluang dapat dilihat distribusi peluang terjadinya selang nilai konsentrasi klorofil-a permukaan untuk Musim Peralihan 2. Diketahui bahwa peluang konsentrasi klorofil-a permukaan pada Musim Peralihan 2 lebih tinggi terjadi pada selang ukuran 0,01 – 1,5 mg/m3 dengan prevalensi lebih dari 80%. N = 15229
N = 15567
Konsentrasi Klorofil
Konsentrasi Klorofil
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
100 % 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
a) Musim Peralihan 2 tahun 2008
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
b) Musim Peralihan 2 tahun 2009
45 N = 14525
N = 15743
Konsentrasi Klorofil
100% 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Konsentrasi Klorofil
100% 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
c) Musim Peralihan 2 tahun 2010
0,01 ‐ 1,5
1,6 ‐ 2,5
2,6 ‐ 3,5
3,6 ‐ 4,5
4,6 ‐ 5,0 mg/m3
d) Musim Peralihan 2 tahun 2011
Gambar 25. Histogram Distribusi Selang Nilai Klorofil-a di Laut Jawa pada Musim Peralihan 2 Gambar 26 menunjukkan klorofil-a permukaan pada Musim Peralihan 2. Grafik kandungan nilai klorofil-a permukaan laut Musim Peralihan 2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata klorofil berfluktuasi. Pada bulan September nilai rata-rata klorofil berkisar antara 0,4 - 0,5 mg/m3. Pada bulan Oktober mulai terlihat peningkatan dengan rata-rata klorofil 0,4 - 0,6 mg/m3. Bulan November menunjukkan rata-rata tertinggi 0,5 - 0,7 mg/m3. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa nilai klorofil-a permukaan tertinggi adalah pada Musim Barat, diduga karena pada Musim Barat intensitas hujan lebih sering dan tinggi dibanding musim lainnya. Variasi sebaran klorofil dipengaruhi oleh perbedaan intensitas cahaya matahari dan konsentrasi nutrien diperairan Laut Jawa. Sebaran konsentrasi klorofil-a lebih tinggi di perairan pesisir dan lebih rendah di perairan lepas pantai.
46
2 1.5 1 0.5 0
Musim Peralihan 2 2009 Klorofil (mg/m³)
Klorofil (mg/m³)
Musim Peralihan 2 2008
September
Oktober
2 1.5 1 0.5 0
November
September
2 1.5 1 0.5 0 September
Oktober
November
November
Musim Peralihan 2 2011 Klorofil (mg/m³)
Klorofil (mg/m³)
Musim Peralihan 2 2010
Oktober
2 1.5 1 0.5 0 September
Oktober
November
Gambar 26. Grafik Konsentrasi Klorofil-a Musim Peralihan II Konsentrasi klorofil yang lebih besar ada di selatan Kalimantan dengan nilai >1,0 mg/m3. Terdapat lebih banyak sungai di Pulau Kalimantan yang bermuara ke Laut Jawa. Nilai kandungan klorofil tinggi terdapat pada musim barat pada musim tersebut curah hujan relatif lebih tinggi dibanding musim timur. Hal tersebut mendukung gagasan Gaol dan Sadhotomo (2007) yang menyatakan bahwa tingginya curah hujan pada musim barat mengakibatkan masukan material termasuk unsur-unsur nutrien dari sungai ikut mengalir ke laut dan meningkatkan kandungan klorofil pada perairan.
4.4 Perbandingan Suhu Permukaan Laut dan Konsentrasi Klorofil-a 4.4.1 Musim Barat Musim Barat yang terjadi pada bulan Desember sampai Februari mempengaruhi SPL dan klorofil-a permukaan di daerah tangkapan ikan. Merujuk pada Gambar 3 Musim Barat tahun 2008 dapat dilihat bahwa SPL di Daerah Tangkapan Harian dan Musiman rata-rata bernilai 29
47 o
C, yang merupakan suhu suhu normal di perairan laut tropis. Merujuk pada Gambar 15, sebaran
spasial kandungan klorofil-a di kedua daerah tersebut berkisar 0,5 - 1,5 mg/m3. Pada tahun 2009, diperoleh nilai SPL di Daerah Tangkapan Harian 29,5 – 30 oC dan klorofil-a berkisar 0,5 - 1 mg/m3.
4.4.2 Musim Peralihan 1 Musim Peralihan 1 terjadi pada bulan Maret - Mei, pada musim ini dipengaruhi oleh Musim Barat dan Musim Timur. Pada Gambar 6 terlihat bahwa tahun 2009 dan 2010 SPL di Daerah Tangkapan Ikan berkisar 30,5 oC – 31 oC yang merupakan suhu tinggi di perairan. Kandungan klorofil-a permukaan pada periode tersebut di Gambar 18 rata-rata bernilai rendah yaitu 0,5 mg/m3. Tahun 2008 dan 2011 suhu berkisar 30 oC dan nilai konsentrasi klorofil-a ratarata 0,5 mg/m3. Pada saat nilai SPL normal maka nilai konsentrasi klorofil-a juga akan bernilai normal, tetapi apabila nilai SPL tinggi maka konsentrasi klorofil bernilai kecil. Kedua variabel ini berhubungan negatif. Hal ini disebabkan karena besar nilai suhu meningkatnya intensitas cahaya yang diterima. Intintensitas cahaya yang tinggi akan merusakkan klorofil, sehingga proses fotosintesis akan mengalami gangguan dan tidak berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya jika intensitas cahaya sangat rendah, maka proses fotosintesisnya juga tidak berjalan dengan baik, karena jumlah cahaya yang tidak mencukupi untuk melakukan proses fotosintesis. Suhu maksimal fitoplankton melakukan fotosintesis adalah 30 oC. Ini menggambarkan fitoplankton terdistribusi di gradien suhu dari 5 - 30 oC (Nybakken, 1995).
48
4.4.3 Musim Timur Musim Timur terjadi pada bulan Juni - Agustus. Merujuk pada Gambar 9 tentang SPL Musim Timur dan Gambar 21 tentang konsentrasi klorofil-a Musim Timur. Musim Timur tahun 2008 - 2011 SPL bernilai normal pada Daerah Tangkapan Harian dan Musiman. SPL bernilai normal ini mengakibatkan konsentrasi klorofil stabil yaitu antara 0,5 - 1 mg/m3.
4.4.4 Musim Peralihan 2 Musim Peralihan 2 berlangsung pada bulan September sampai November. Pada musim ini SPL dipengaruhi oleh Musim Barat. SPL di Daerah Tangkapan Harian dan Musiman berkisar antara 29 oC - 30 oC merujuk pada Gambar 12. Nilai klorofil-a permukaan di Daerah Tangkapan Ikan berkisar 0,5 - 1 mg/m3 merujuk pada Gambar 26. Pada bahasan ini tidak ditemukan keganjilan seperti SPL bernilai tinggi mengakibatkan konsentrasi klorofil-a permukaan juga tinggi dan SPL bernilai rendah mengakibatkan konsentrasi klorofil-a permukaan ikut rendah. Hal ini diduga karena SPL perairan Laut Jawa umumnya, Daerah Tangkapan Harian khususnya memiliki kisaran SPL normal untuk Laut Jawa yaitu 27 – 30 oC. Kisaran suhu tersebut masih dalam batas toleransi klorofil-a untuk berfotosintesis dengan baik.
4.5 Hasil Tangkapan Ikan Tangkapan ikan yang di daratkan di PPI Blanakan dengan daerah tangkapan di perairan Laut Jawa didominasi oleh ikan pelagis kecil. PPI Blanakan merupakan salah satu lokasi pendaratan ikan hasil tangkapan di Laut Jawa. Ikan yang didaratkan di PPI Blanakan ini didominasi oleh ikan 3 komoditas utama yaitu ikan tongkol (Auxis thazard), ikan selar
49
(Selaroides leptolepis), dan ikan tembang (Sardinella Spp). Produksi hasil tangkapan di PPI Blanakan berfluktuasi dan datanya ditunjukkan pada Lampiran 3, 4, 5. Ikan tongkol merupakan tangkapan terbesar yang didaratkan dibanding ikan lainnya. Pendaratan ketiga komoditas ikan tersebut meningkat pada Musim Timur, menurun pada Musim Peralihan 1 dan 2, kemudian meningkat kembali pada Musim Barat.
4.5.1 Analisis Korelasi pada Musim Barat Parameter yang diamati pada hasil tangkapan berupa nilai korelasi antara hasil tangkapan ikan dengan suhu permukaan dan konsentrasi klorofil-a. Dari kedua variabel yakni klorofil-a dan suhu dilihat variabel mana yang lebih berpengaruh terhadap hasil tangkapan dengan lokasi tangkapan harian yakni di sekitar laut utara Jawa seperti yang tersaji dalam Tabel 2. Tabel 2. Korelasi antara SPL dan Konsentrasi klorofil-a dengan hasil tangkapan pada Musim Barat Korelasi Rata-rata pada Musim Barat (r2) Hasil Tangkapan Nilai korelasi dengan klorofil-a Nilai Korelasi dengan SPL Tembang 0.3 0.3 Selar 0.5 0.3 Tongkol 0.5 0.4
Pada Musim Barat 2008 nilai rata-rata korelasi antara hasil tangkapan dengan klorofil-a bernilai lebih besar dibandingkan hasil tangkapan dengan SPL. Ikan tembang memiliki nilai korelasi positif 0,3 sedangkan korelasi dengan SPL positif sebesar 0,3. Kedua variabel samasama bernilai di bawah 0,5 dengan arti konsentrasi klorofil-a maupun besarnya SPL hanya sedikit memiliki pengaruh terhadap perolehan hasil tangkapan. Faktor oseanografi lain misalnya arus, angin, curah hujan dan lainnya kemungkinan memiliki pengaruh yang lebih tinggi terhadap hasil tangkapan pada periode ini.
50
Rata-rata korelasi ikan selar dengan konsentrasi klorofil-a memiliki nilai positif yang lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi hasil tangkapan dan SPL yaitu 0.5 dengan 0,3. Hal ini menggambarkan bahwa konsentrasi klorofil-a memiliki pengaruh yang lebih tinggi dibanding besar SPL. Ketersediaan klorofil adalah faktor yang lebih mempengaruhi hasil tangkapan ikan selar. Korelasi ikan tongkol dengan konsentrasi klorofil-a pada musim ini bernilaipositif 0,5 dan korelasi hasil tangkapan dengan SPL bernilai positif 0,4. Dapat dikatakan bahwa ketersediaan klorofil yang tinggi di daerah tangkapan harian lebih mempengaruhi hasil tangkapan ikan tongkol. Berikut disajikan dalam grafik perbandingan antara korelasi SPL dan Klorofil dengan tangkapan ikan tongkol, selar dan tembang periode 2008-2011.
Tembang (kg)
F D J 09
SPL
31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27
F D J 10
F D J 11
F
Selar
Selar (kg)
35,000
SPL (°C)
30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 D J 08
F D J 09
F D J 10
F D J 11
F
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 D J 08
40,000
Tembang
2 1.75 1.5 1.25 1 0.75 0.5 0.25 0 F D J 09
Klorofil
2 1.75 1.5 1.25 1 0.75 0.5 0.25 0
F D J 10
F D J 11
F
Selar
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000
Selar (kg)
SPL (°C)
D J 08
Klorofil (mg/m3)
Klorofil 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000
Tembang (kg)
Tembang
Klorofil (mg/m3)
SPL 31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27
15,000 10,000 5,000 D J 08
F D J 09
F D J 10
F D J 11
F
51 Tongkol 35,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 D J 08
F D J 09
F D J 10
F D J 11
Tongkol (kg)
SPL (°C)
30,000
Klorofil
2 1.75 1.5 1.25 1 0.75 0.5 0.25 0
Tongkol
40,000 35,000
F
30,000 25,000
Tongkol (kg)
40,000
Klorofil (mg/m3)
SPL 31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27
20,000 15,000 10,000 5,000 D J 08
F D J 09
F D J 10
F D J 11
F
Gambar 27. Korelasi antara SPL dan Klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan di PPI Blanakan pada Musim Barat Nontji (2005) menyatakan bahwa ikan tembang, ikan selar, ikan tembang sedikit banyak dipengaruhi oleh keberadaan plankton sebagai makanan utama. Ikan pelagis merupakan ikan yang selalu melakukan migrasi untuk mencari makan maupun untuk melakukan pemijahan. Ikan pelagis dalam melakukan migrasi mencari suhu yang dapat ditolerir dengan kehidupannya.
4.5.2 Analisis Korelasi pada Musim Peralihan I Korelasi hasil tangkapan pada musim peralihan 1 tahun 2008 sampai 2011 disajikan dalam Tabel 3. Pada Musim Peralihan 1 korelasi antara klorofil dengan hasil tangkapan rendah, sedangkan dengan SPL lebih tinggi. Hal ini berarti hasil tangkapan di Laut Jawa lebih dipengaruhi oleh SPL dibandingkan dengan klorofil-a. Tabel 3. Korelasi antara SPL dan Konsentrasi klorofil-a dengan hasil tangkapan pada Musim Peralihan 1 Korelasi Rata-rata pada Musim Peralihan 1 (r2) Hasil Tangkapan Nilai korelasi dengan klorofil-a Nilai Korelasi dengan SPL Tembang 0.3 0.6 Selar 0.3 0.6 Tongkol 0.3 0.7
52
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000
M A M M A M M A M M A M 08 09 10 11
M A M M A M M A M M A M 08 09 10 11
Klorofil
Selar
Selar (kg)
SPL (°C)
Klorofil
SPL (°C)
Tongkol (kg)
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000
M A M M A M M A M M A M 08 09 10 11
Tongkol
2 1.75 1.5 1.25 1 0.75 0.5 0.25 0
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000
Tongkol (kg)
Tongkol
Klorofil (mg/m3)
SPL
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 M A M M A M M A M M A M 08 09 10 11
M A M M A M M A M M A M 08 09 10 11
31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27
Selar
2 1.75 1.5 1.25 1 0.75 0.5 0.25 0
Selar (kg)
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000
31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27
Klorofil (mg/m3)
SPL
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000
Klorofil (mg/m3)
31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27
Tembang
2 1.75 1.5 1.25 1 0.75 0.5 0.25 0
Tembang (kg)
Klorofil
Tembang
Tembang (kg)
SPL (°C)
SPL
M A M M A M M A M M A M 08 09 10 11
Gambar 28. Korelasi antara SPL dan Klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan di PPI Blanakan pada Musim Peralihan 1 Menurut Nontji (2005) suhu dapat mempengaruhi fotosintesis di laut, baik secara langsung maupun tak langsung. Pengaruh langsung karena reaksi kimia enzimatik yang berperan dalam proses fotosintesis dikendalikan oleh suhu. Pengaruh tidak langsung ialah karena suhu akan menentukan struktur hidrologis suatu perairan, yang mempengaruhi distribusi fitoplankton.
53
4.5.3 Analisis Korelasi pada Musim Timur Korelasi antara hasil tangkapan dengan SPL dan klorofil-a pada Musim Timur tahun 2008 - 2011 ditampilkan dalam Tabel 4. Korelasi suhu dan hasil tangkapan nilainya lebih besar dibanding nilai korelasi klorofil dan hasil tangkapan. Tabel 4. Korelasi antara SPL dan Konsentrasi klorofil-a dengan hasil tangkapan pada Musim Timur Korelasi Rata-rata pada Musim Timur (r2) Hasil Tangkapan Nilai korelasi dengan klorofil-a Nilai korelasi dengan SPL Tembang 0.2 0.2 Selar 0.2 0.2 Tongkol 0.3 0.3
Berikut ditampilkan grafik perbandingan SPL dan klorofil dengan hasil tangkapan ikan.
SPL (°C)
A
J J 10
A
J J 11
Selar
30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 A
J J 09
A
Klorofil 40,000 35,000
31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27 J J 08
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 J J 08
A
Selar (kg)
SPL (°C)
SPL
J J 09
A
J J 10
A
J J 11
A
Tembang
2 1.75 1.5 1.25 1 0.75 0.5 0.25 0 J J 09
A
J J 10
A
J J 11
A
Selar
2 1.75 1.5 1.25 1 0.75 0.5 0.25 0
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000
Selar (kg)
A
Klorofil (mg/m3)
J J 08
Tembang (kg)
Klorofil 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 ‐
Tembang (kg)
Tembang
Klorofil (mg/m3)
SPL 31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27
J J 08
A
J J 09
A
J J 10
A
J J 11
A
54 Klorofil 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 J J 08
A
J J 09
A
J J 10
A
J J 11
Tongkol
2 1.75 1.5 1.25 1 0.75 0.5 0.25 0
A
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000
Tongkol (kg)
31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27
Klorofil (mg/m3)
Tongkol
Tongkol (kg)
SPL (°C)
SPL
J J 08
A
J J 09
A
J J 10
A
J J 11
A
Gambar 29. Korelasi antara SPL dan Klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan di PPI Blanakan pada Musim Timur Gambar 29 menampilkan perbandingan korelasi SPL dan klorofil dengan hasil tangkapan dalam bentuk grafik. Korelasi ikan selar dan suhu lebih kecil nilainya dibandingkan dengan nilai korelasi klorofil dan hasil tangkapan. Namun korelasi ikan tembang dengan klorofil lebih besar dibanding ikan selar, yang berarti bahwa klorofil berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan ikan tembang dan klorofil sedikit berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan selar. Pengaruh suhu terhadap ikan tembang dan selar hanya sedikit. Musim Timur merupakan musim rata-rata hasil tangkapan ikan di PPI Blanakan Subang menunjukkan peningkatan dibanding Musim Peralihan 1 dan Musim Peralihan 2.
4.5.4 Analisis Korelasi pada Musim Peralihan II Korelasi antara ikan tembang, selar dan tongkol terhadap SPL dan klorofil-a pada peralihan Musim Timur ke Musim Barat disajikan dalam Tabel 5. Hasil tangkapan ikan tembang dan tongkol dipengaruhi oleh SPL dengan artian ikan tersebut lebih mengutamakan kecocokan lingkungan dibandingkan dengan ketersediaan klorofil pada saat penangkapan, sedangkan ikan selar lebih dipengaruhi oleh ketersediaan klorofil dan hanya sedikit dipengaruhi oleh SPL.
55
Tabel 5. Korelasi antara SPL dan Konsentrasi klorofil-a dengan hasil tangkapan pada Musim Peralihan 2 Konsentrasi Rata-rata Musim pada Peralihan 2 (r2) Hasil Tangkapan Nilai korelasi dengan klorofil-a Nilai korelasi dengan SPL Tembang 0.3 0.6 Selar 0.6 0.3 Tongkol 0.3 0.6 Berikut ditampilkan grafik perbandingan SPL dan klorofil dengan hasil tangkapan ikan. Tembang
Klorofil
Selar
SPL (°C)
30,000 Selar (kg)
25,000 20,000 15,000 10,000
Klorofil (mg/m3)
35,000
5,000
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 S O N S O N S O N S O N 08 09 10 11
Tongkol
SPL (°C)
Tongkol (kg)
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 S O N S O N S O N S O N 08 09 10 11
Klorofil (mg/m3)
Klorofil
31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27
Selar
2 1.75 1.5 1.25 1 0.75 0.5 0.25 0
S O N S O N S O N S O N 08 09 10 11 SPL
Tembang (kg)
Klorofil
40,000
Tongkol
2 1.75 1.5 1.25 1 0.75 0.5 0.25 0
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000
Tongkol (kg)
SPL
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 S O N S O N S O N S O N 08 09 10 11
S O N S O N S O N S O N 08 09 10 11
31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27
Tembang
2 1.75 1.5 1.25 1 0.75 0.5 0.25 0
Selar (kg)
SPL (°C)
Tembang (kg)
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000
Klorofil (mg/m3)
SPL 31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27
S O N S O N S O N S O N 08 09 10 11
Gambar 30. Korelasi antara SPL dan Klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan di PPI Blanakan Subang pada Musim Peralihan 2
56
Gambar 30 merupakan grafik perbandingan pengaruh SPL dan klorofil terhadap hasil tangkapan ikan tembang, selar dan tongkol. Secara keseluruhan korelasi lebih dipengaruhi oleh SPL daripada klorofil. Ikan pelagis memiliki toleransi suhu sekitar 20- 30 oC. Keberadaan ikan pelagis di perairan Laut Jawa lebih dominan dipengaruhi oleh SPL. Hal ini disebabkan bahwa umumnya setiap spesies ikan akan memilih suhu yang sesuai untuk melakukan aktivitas seperti makan, memijah dan aktivitas lainnya. Penangkapan ikan di Laut Jawa lebih dipengaruhi oleh musim memijah ikan.
4.5.5 Hasil Tangkapan Ikan Pada Gambar 31 disajikan gambar fluktuasi hasil tangkapan ikan selama 4 tahun dari 2008 sampai 2011. Tembang 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 ‐ J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D 08 09 10 11
Selar 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 ‐ J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D 08 09 10 11
57 Tongkol 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 ‐ J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D 08 09 10 11
Gambar 31. Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan di PPI Blanakan Subang Gambar ketiga hasil tangkapan yang disajikan memiliki fluktuasi yang cenderung menurun sampai tahun 2011. Tangkapan ikan tembang merupakan yang tertinggi, kemudian ikan selar dan ikan tongkol secara berurutan. Pola untuk tiap tangkapan hampir sama yaitu cenderung menurun sampai 2011 yang mungkin disebabkan oleh penangkapan ikan yang berlebihan.
58
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan: SPL rata-rata bulanan di Laut Jawa untuk tahun 2008 – 2011 berkisar 27,9 – 31 °C. Distribusi SPL di Laut Jawa dipengaruhi pola angin musim. Pada musim Barat masukan massa air bersuhu rendah dari Laut Cina Selatan ke arah Selat Makassar dan Laut Flores, sedangkan pada Musim Timur sebaliknya. Pada Musim Barat nilai SPL relatif lebih tinggi dibandingkan dengan musim lainnya,sedangkan SPL pada Musim Barat lebih tinggi dari pada Musim Timur. (1) Konsentrasi klorofil-a permukaan Laut Jawa menunjukkan penurunan dari pesisir menuju perairan lepas pantai dengan kisaran 0,5 – 2 mg/m3 akibat pengaruh masukan zat hara dari sungai-sungai yang bermuara ke Laut Jawa. Konsentrasi klorofil-a terdapat di pesisir pantai selatan Pulau Kalimantan dan pesisir utara Pulau Jawa. Pengaruh musim juga terlihat pada fluktuasi konsentrasi klorofil-a di Laut Jawa, dengan konsentrasi tertinggi terjadi pada Musim Barat, diikuti dengan Musim Peralihan 1 dan minimummnya pada Musim Timur dan Musim Peralihan 2. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Blanakan di dominasi oleh tiga jenis ikan yaitu: ikan tembang, ikan selar dan tongkol. (2) Hubungan antara SPL dan konsentrasi klorofil-a dengan nilai hasil tangkapan ikan menunjukkan respon yang berbeda antara satu jenis dengan jenis ikan lainnya pada tiap musim. Pada Musim Barat dan Timur ikan tembang memiliki korelasi yang tinggi terhadap klorofil-a dan rendah terhadap SPL. Ikan selar memiliki korelasi yang tinggi terhadap klorofil-a pada Musim Barat
58
59
dan Musim Peralihan 2, serta terhadap SPL pada Musim Peralihan 1 dan Musim Timur. Ikan tongkol memiliki korelasi tinggi dengan klorofil-a pada Musim Barat serta terhadap SPL pada Musim Peralihan 1, Musim Timur dan Musim Peralihan 2.
5.2 Saran Informasi mengenai hasil tangkapan ikan sebaiknya dilengkapi dengan referensi geografis daerah penangkapan masing-masing jenis ikan tersebut diperoleh hubungan antar parameter biofisik yang lebih rinci.
60
DAFTAR PUSTAKA
Arinardi O. H. A. B. Sutomo, S. A. Yusuf, Trimaningsih, Elly Asnaryanti, dan S.H. Riyono. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Atmadja, S.B., D. Nugroho, Suwarso, T. Hariati, dan Mahisworo. 2003. Pengkajian Stok Ikan di WPP Laut Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Basmi, J. 1999. Planktonologi, Bioteknologi Plankton Algae. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Curran, P. J. 1985. Principles of Remote Sensing. John Wiley & Sons. New York. Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Haayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Gaol, J. L dan B. Sadhotomo. 2007. Karakteristik dan Variabilitas Parameter Oseanografi Laut Jawa Hubungannya dengan Distribusi Hasil Tangkapan Ikan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Graham, S. 2005. Aqua Project Science. Retrived October 3, 2005. 03:25 PM. From The World Wide Web : http//aqua.nasa.gov/ Hela, I. and Laevastu, T. 1970. Fisheries Oseanography. Fishing News Book. Ltd. London. Hendiarti, N. 2003. Investigations on Ocean Color Remote Sensing in Indonesia Waters Using SeaWIFS. PhD Thesis. The Faculty of Mathematics and Natural Sciences. Universitas Rostock. Hadikusumah. 2008. Karakteristik Parameter Fisika dan Kandungan Klorofil-a di Laut Jawa. Jurnal Ilmu Kelautan. Hutabarat, S. dan S. M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. Cetakan ke-3. UI Press. Jakarta. ix + 159 h. Laevastu, T and I. Hela. 1970. Fisheries Oceanography. Fishing News (Book) Ltd. London. Laevastu, T, M.Hayes, 1982. Fisheries Oceanography and Ecology. England : Fishing News Book Lillesand, T. M. dan F. W. Kiefer. 1994. Remote Sensing and Image Interpretasion . John Wiley &Sons. New York. Xi + 741 hal.
61
Maccherone, B. 2005. About MODIS. Retrived October 3, 2005. 03:20 PM. From The World Wide Web : http://modis.gsfc.nasa.gov/about/ Masrikat, J. A. N., I. Jaya, B. H. Iskandar, dan D. Soedharma. 2009. Estimasi Standing Stock Sumber Daya Ikan Berdasarkan Kandungan Klorofil-a. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. 15 No. 3. Nelwan A. 2004. Pengembangan Kawasan Perairan Menjadi Daerah Penagkapan Ikan. Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3. Institut Teknologi Bogor. Nontji, 2005. Laut Nusantara. Penerbit Jambatan, Jakarta. Nybakken, J.W. 1995. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Thirth Edition. Philadelphia. 546 hal. Potier, M. 1998. Pecherie de layang et senneurs semi industriels Javanais: Perspective historique et approche systeme. Phd Thesis, Universite de Montpellier II, 280p. Priatna, A dan M. Natsir. 2007. Distribusi Kepadatan Ikan Pelagis di Perairan Pantai Utara Jawa Bagian Timur, Pulau-Pulau Sunda dan Laut Flores. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. 13 No.3. Robinson, I.S. 1985. Satelite Oceanography On Introduction for Oceanographer and Remote Sensing Scientist. Ellis Harwood Ltd.John Willey and Sons. New York. Sabins, F. F. 1978. Remote Sensing : Principles and Interpretation. W. H. Freeman and Compay. San Fransisco. 426 h. Setiawan, R. 1999. Analisis Potensi Tingkat Pemanfaatan dan pola Musim Penangkapan Tongkol di Perairan Binuangean, Jawa Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Valiela, I. 1984. Marine Ecological Processes. Library of Congress Ocean Catalogy in Publication. Data. New York. USA. Veen P. Ch. 1953. Prelimenary charts of the Indonesian and adjacent waters Org. Sci. Res. Indonesia, 17.46p. Walpole, E. 1995. Pengantar Statistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wijopriono. 2008. Spatio temporal distribution of small pelagic fishes in the Java Sea. Indonesian Fisheries Research Journal. 14 (1): 21-35
62
1Lampiran 1. Data rata-rata bulanan SPL 2008-2011 Rata-rata Bulanan SPL tahun 2008 – 2011 (°C) Tahun 2008 2009 2010 2011 Januari 28.85837 28.45156 29.10127 27.91682 Februari 28.59868 28.72809 29.80965 29.41796 Maret 29.52741 30.14613 30.41393 29.43098 April 29.86619 30.46144 30.55003 30.04919 Mei 29.65194 30.40792 30.51925 29.73553 Juni 29.00093 30.09927 29.9218 29.44977 Juli 28.40755 29.29111 29.85468 28.75693 Agustus 28.35644 28.88322 29.55694 28.46731 September 29.0418 29.19553 29.93733 28.74852 Oktober 29.32553 29.99235 30.2763 29.4608 November 30.00853 30.08742 30.076 30.10017 Desember 29.07382 30.05008 29.46369 29.86315
Lampiran 2. Data rata-rata bulanan konsentrasi Klorofil 2008-2011 Rata-rata Bulanan Klorofil-a tahun 2008 – 2011 (mg/m³) Tahun 2008 2009 2010 2011 Januari 0.868534 0.902119 0.897808 1.005962 Februari 1.752438 1.001732 0.796285 0.901352 Maret 0.532083 0.595394 0.765934 0.592772 April 0.599414 0.584813 0.596172 0.630246 Mei 0.675594 0.762 0.700405 0.567185 Juni 0.80504 0.677172 0.843601 0.740074 Juli 0.684715 0.750623 0.807063 0.703869 Agustus 0.62353 0.614783 0.698704 0.633694 September 0.474579 0.415552 0.545536 0.469243 Oktober 0.573605 0.524559 0.525647 0.37455 November 0.740131 0.561655 0.499967 0.4702 Desember 0.894049 0.825786 1.478856 0.75116
63
Lampiran 3. Hasil Tangkapan Ikan Tembang bulanan periode 2008-2011 Hasil Tangkapan Ikan Tembang 2008 – 2011 (kg) Tahun 2008 2009 2010 2011 Januari 26.732 29.507 22.200 8.372 Februari 17.341 23.987 17.233 6.581 Maret 27.850 28.777 17.757 9.424 April 28.894 24.292 19.358 9.616 Mei 27.779 25.164 18.385 9.252 Juni 30.173 22.326 18.089 10.096 Juli 32.754 35.190 23.746 10.834 Agustus 26.969 31.293 21.734 8.988 September 24.263 22.952 12.614 9.648 Oktober 18.688 15.592 4.004 8.352 November 22.166 13.685 11.098 8.442 Desember 17.422 11.765 7.386 8.253
Lampiran 4. Hasil Tangkapan Ikan Selar bulanan periode 2008-2011 Hasil Tangkapan Ikan Selar 2008 – 2011 (kg) Tahun 2008 2009 2010 2011 Januari 13.790 15.234 11.665 1.141 Februari 8.958 12.383 9.124 1.109 Maret 14.369 14.838 9.424 1.588 April 14.891 12.571 10.244 1.463 Mei 14.665 12.991 10.935 1.429 Juni 15.548 11.566 10.719 7.309 Juli 17.400 18.225 11.489 8.985 Agustus 13.892 16.119 10.326 5.967 September 12.537 11.919 6.173 5.721 Oktober 9.666 8.079 6.343 7.384 November 11.458 7.245 5.529 6.508 Desember 9.045 6.296 6.836 5.687
Lampiran 5. Hasil Tangkapan Ikan Tongkol bulanan periode 2008-2011 Hasil Tangkapan Ikan Tongkol 2008 – 2011 (kg) Tahun 2008 2009 2010 2011 Januari 12.819 14.167 10.834 1.015 Februari 8.305 11.504 8.461 1.137 Maret 13.360 13.797 8.741 2.004 April 13.847 11.681 9.507 3.233
64 Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
13.636 14.461 16.190 12.914 11.649 8.968 10.641 8.396
12.073 10.742 16.961 14.993 11.072 7.485 6.706 5.819
10.153 9.968 12.865 11.778 7.853 5.441 7.251 4.486
3.159 7.222 7.059 5.558 4.592 4.981 3.060 3.115
Lampiran 6. Besar korelasi hasil tangkapan dengan klorofil dan SPL tahun 2008
Ikan Tembang Selar Tongkol Ikan Tembang Selar Tongkol Ikan Tembang Selar Tongkol Ikan Tembang Selar Tongkol
Musim Barat Klorofil 0,2 0,2 0,2 Musim Peralihan 1 Klorofil 0,09 0,2 0,2 Musim Timur Klorofil 0,1 0,9 0,9 Musim Peralihan 2 Klorofil 0,5 0,5 0,5
Suhu 0,04 0,05 0,05 Suhu 0,8 0,9 0,9 Suhu 0,1 0,02 0,02 Suhu 0,2 0,2 0,2
Lampiran 7. Besar korelasi hasil tangkapan dengan klorofil dan SPL tahun 2009
Ikan Tembang Selar Tongkol Ikan
Musim Barat Klorofil 0,3 0,3 0,3 Musim Peralihan 1 Klorofil
Suhu 0,9 0,9 0,9 Suhu
65
Tembang Selar Tongkol Ikan Tembang Selar Tongkol Ikan Tembang Selar Tongkol
0,8 0,8 0,8 Musim Timur Klorofil 1 1 1 Musim Peralihan 2 Klorofil 0,9 0,9 0,9
0,9 1 1 Suhu 0,64,8 0,63,3 0,63,3 Suhu 0,9 0,9 0,9
Lampiran 8. Besar korelasi hasil tangkapan dengan klorofil dan SPL tahun 2010
Ikan Tembang Selar Tongkol Ikan Tembang Selar Tongkol Ikan Tembang Selar Tongkol Ikan Tembang Selar Tongkol
Musim Barat Klorofil 0,7 0,5 0,7 Musim Peralihan 1 Klorofil 0,5 0,8 0,8 Musim Timur Klorofil 0,2 0,3 0,1 Musim Peralihan 2 Klorofil 0,09 0,6 0,2
Suhu 0,1 0,2 0,1 Suhu 0,3 0,2 0,2 Suhu 0,1 0,4 0,09 Suhu 0,9 0,09 0,9
Lampiran 9. Besar korelasi hasil tangkapan dengan klorofil dan SPL tahun 2011
Ikan
Musim Barat Klorofil
Suhu
66
Tembang Selar Tongkol Ikan Tembang Selar Tongkol Ikan Tembang Selar Tongkol Ikan Tembang Selar Tongkol
0,02 0,1 0,7 0,4 0,8 0,5 Musim Peralihan 1 Klorofil Suhu 0,9 0,2 0,09 0,5 0,02 0,7 Musim Timur Klorofil Suhu 0,5 0,1 0,3 0,5 0,9 0,6 Musim Peralihan 2 Klorofil Suhu 0,3 0,7 0,7 0,25 0,4 0,5
Lampiran 10. Rata-rata besaran korelasi selama 4 tahun (2008-2011) barat alih 1 timur alih 2 klorofil tembang selar tongkol tembang selar tongkol tembang selar tongkol tembang selar tongkol 27.9 28.8 28.8 0.9 28.7 28.7 15.1 9 9.1 5.5 5.4 5.5 37.8 37 37 8 8.5 8.5 11.6 12.5 12.5 99.7 99.4 99.4 79.2 59.3 75.6 50 89.1 89.1 15.9 33.5 14.3 0.9 63.4 2.8 0.2 78.7 87 99.4 0.9 2.6 53.6 35.9 94 29.8 76.9 44 36.275 50.95 57.1 39.575 31.8 32.225 24.05 22.725 32.475 33.975 61.275 37.925 suhu
0.4 0.5 97.9 97.9 11.7 28.9 12.6 14.6 30.65 35.475
0.5 97.9 14.6 51 41
82.7 94.8 99 100 37.7 19.8 28.6 54.9 62 67.375
94.9 100 19.8 78.8 73.375
1.8 64.8 11 15.6 23.3
0.2 63.3 40.4 5.1 27.25
0.2 63.3 9.7 62.1 33.825
2.2 99 93.7 72.3 66.8
2.1 99.5 9 25 33.9
2.2 99.5 96.9 53.8 63.1
67 Lampiran 11. Tabel Distribusi terjadinya SPL dan Konsentrasi Klorofil-a di Laut Jawa (2008 - 2011)
SPL Musim Barat 2008 SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total
Jumlah Data SPL 154 3182 5360 1627 304 10627
Peluang Terjadinya (%) 1,4 29,9 50,4 15,4 2,9 100
SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total SPL Musim Barat 2010
Jumlah Data SPL 20 1049 8742 6226 687 16724
Peluang Terjadinya (%) 0,1 6,3 52,3 37,2 4,1 100
SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total SPL Musim Barat 2011
Jumlah Data SPL 0 208 9878 6730 326 17142
Peluang Terjadinya (%) 0 1,3 57,6 39,2 1,9 100
SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total SPL Musim Peralihan 1 tahun 2008
Jumlah Data SPL 268 3675 8276 4314 412 16945
Peluang Terjadinya (%) 1,6 21,7 48,9 25,4 2,4 100
Jumlah Data SPL 0 8 6028 10647 460 17143
Peluang Terjadinya (%) 0 0,05 35,2 62,1 2,7 100
SPL Musim Barat 2009
SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total
68 SPL Musim Peralihan 1 tahun 2009 SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total SPL Musim Peralihan 1 tahun 2010
Jumlah Data SPL 0 0 2 5566 8026 13594
Peluang Terjadinya (%) 0 0 0,01 40,9 59,0 100
SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total SPL Musim Peralihan 1 tahun 2011
Jumlah Data SPL 0 0 0 1082 5196 6278
Peluang Terjadinya (%) 0 0 0 17,2 82,8 100
SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total SPL Musim Timur 2008
Jumlah Data SPL 0 19 2976 12548 1345 16888
Peluang Terjadinya (%) 0 0,1 17,6 74,3 8,0 100
SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total SPL Musim Timur 2009
Jumlah Data SPL 33 9483 7484 208 12 17220
Peluang Terjadinya (%) 0,2 55,1 43,5 1,2 0,07 100
SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total SPL Muism Timur 2010
Jumlah Data SPL 0 3 11136 6158 66 16888
Peluang Terjadinya (%) 0 0,02 64,1 35,5 0,4 100
SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31
Jumlah Data SPL 0 21 3723 12626 772
Peluang Terjadinya (%) 0 0,1 21,7 73,7 4,5
69 Total SPL Musim Timur 2011 SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total SPL Musim Peralihan 2 tahun 2008
17142
100
Jumlah Data SPL 104 5399 13877 764 13 20157
Peluang Terjadinya (%) 0,6 26,8 68,8 3,8 0,06 100
SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 – 31 Total SPL Musim Peralihan 2 tahun 2009
Jumlah Data SPL 102 238 10450 6178 234 17202
Peluang Terjadinya (%) 0,6 1,4 60,7 35,9 1,4 100
SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total SPL Musim Peralihan 2 tahun 2010
Jumlah Data SPL 0 118 5171 11267 673 17229
Peluang Terjadinya (%) 0 0,7 30,0 65,4 3,9 100
SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total SPL Musim Peralihan 2 tahun 2011
Jumlah Data SPL 0 0 277 11357 4187 15821
Peluang Terjadinya (%) 0 0 1,7 71,8 26,5 100
SPL Range 27 – 27,5 27,6 – 28,5 28,6 – 29,5 29,6 – 30,5 30,6 - 31 Total Konsentrasi Klorofil-aMusim Barat 2008
Jumlah Data SPL 72 85 9886 7007 129 17179
Peluang Terjadinya (%) 0,4 0,5 57,5 40,8 0,8 100
Jumlah Data Konsentrasi Klorofil-a 9199 783 527
Peluang Terjadinya (%)
Konsentrasi Klorofil-a Range 0,01 – 1,5 1,6 – 2,5 2,6 – 3,5
84,4 7,2 4,8
70 3,6 - 4,5 4,6 – 5,0 Total Konsentrasi Klorofil-aMusim Barat 2009
323 162 10894
3,0 0,6 100
Konsentrasi Klorofil-a Jumlah Data Range Konsentrasi Klorofil-a 0,01 – 1,5 11378 1,6 – 2,5 1006 2,6 – 3,5 518 3,6 - 4,5 243 4,6 – 5,0 96 Total 13241 Konsentrasi Klorofil-a Musim Barat 2010
Peluang Terjadinya (%)
Konsentrasi Klorofil-a Jumlah Data Range Konsentrasi Klorofil-a 0,01 – 1,5 10786 1,6 – 2,5 1046 2,6 – 3,5 654 3,6 - 4,5 397 4,6 – 5,0 122 Total 10894 Konsentrasi Klorofil-a Musim Barat 2011
Peluang Terjadinya (%)
Konsentrasi Klorofil-a Jumlah Data Range Konsentrasi Klorofil-a 0,01 – 1,5 14380 1,6 – 2,5 1214 2,6 – 3,5 712 3,6 - 4,5 460 4,6 – 5,0 125 Total 16891 Konsentrasi Klorofil-aMusim Peralihan 1 tahun 2008
Peluang Terjadinya (%)
Konsentrasi Klorofil-a Jumlah Data Range Konsentrasi Klorofil-a 0,01 – 1,5 13800 1,6 – 2,5 820 2,6 – 3,5 480 3,6 - 4,5 284 4,6 – 5,0 79 Total 15463 Konsentrasi Klorofil-aMusim Peralihan 1 tahun 2009
Peluang Terjadinya (%)
Konsentrasi Klorofil-a Range 0,01 – 1,5 1,6 – 2,5 2,6 – 3,5 3,6 - 4,5 4,6 – 5,0
Jumlah Data Konsentrasi Klorofil-a 14557 827 395 259 74
86,0 7,6 3,9 1,8 0,7 100
82,9 8,0 5,0 3,1 1,0 100
85,1 7,2 4,2 2,7 0,8 100
89,3 5,3 3,1 1,8 0,5 100 Peluang Terjadinya (%) 90,3 5,1 2,5 1,6 0,5
71 Total 16112 Konsentrasi Klorofil-aMusim Peralihan 1 tahun 2010
100
Konsentrasi Klorofil-a Jumlah Data Range Konsentrasi Klorofil-a 0,01 – 1,5 13808 1,6 – 2,5 885 2,6 – 3,5 645 3,6 - 4,5 362 4,6 – 5,0 124 Total 15463 Konsentrasi Klorofil-aMusim Peralihan 1 tahun 2011
Peluang Terjadinya (%)
Konsentrasi Klorofil-a Jumlah Data Range Konsentrasi Klorofil-a 0,01 – 1,5 14403 1,6 – 2,5 752 2,6 – 3,5 442 3,6 - 4,5 265 4,6 – 5,0 79 Total 15941 Konsentrasi Klorofil-aMusim Timur 2008
Peluang Terjadinya (%)
Konsentrasi Klorofil-a Jumlah Data Range Konsentrasi Klorofil-a 0,01 – 1,5 13530 1,6 – 2,5 1169 2,6 – 3,5 627 3,6 - 4,5 239 4,6 – 5,0 53 Total 15618 Konsentrasi Klorofil-aMusim Timur 2009
Peluang Terjadinya (%)
Konsentrasi Klorofil-a Jumlah Data Range Konsentrasi Klorofil-a 0,01 – 1,5 14122 1,6 – 2,5 1046 2,6 – 3,5 608 3,6 - 4,5 183 4,6 – 5,0 34 Total 15463 Konsentrasi Klorofil-aMusim Timur 2010
Peluang Terjadinya (%)
Konsentrasi Klorofil-a Range 0,01 – 1,5 1,6 – 2,5 2,6 – 3,5 3,6 - 4,5 4,6 – 5,0 Total
Jumlah Data Konsentrasi Klorofil-a 13934 837 615 297 111 15463
87,3 5,6 4,1 2,2 0,8 100
90,4 4,6 2,8 1,7 0,5 100
86,6 7,5 4,0 1,5 0,4 100
88,3 6,5 3,8 1,2 0,2 100 Peluang Terjadinya (%) 88,2 5,3 3,9 1,9 0,7 100
72 Konsentrasi Klorofil-aMusim Timur 2011 Konsentrasi Klorofil-a Jumlah Data Range Konsentrasi Klorofil-a 0,01 – 1,5 13579 1,6 – 2,5 819 2,6 – 3,5 586 3,6 - 4,5 153 4,6 – 5,0 21 Total 15463 Konsentrasi Klorofil-aMusim Peralihan 2 tahun 2008
Peluang Terjadinya (%)
Konsentrasi Klorofil-a Jumlah Data Range Konsentrasi Klorofil-a 0,01 – 1,5 13704 1,6 – 2,5 846 2,6 – 3,5 436 3,6 - 4,5 191 4,6 – 5,0 52 Total 15229 Konsentrasi Klorofil-aMusim Peralihan 2 tahun 2009
Peluang Terjadinya (%)
Konsentrasi Klorofil-a Jumlah Data Range Konsentrasi Klorofil-a 0,01 – 1,5 14160 1,6 – 2,5 806 2,6 – 3,5 415 3,6 - 4,5 149 4,6 – 5,0 37 Total 15567 Konsentrasi Klorofil-aMusim Peralihan 2 tahun 2010
Peluang Terjadinya (%)
Konsentrasi Klorofil-a Jumlah Data Range Konsentrasi Klorofil-a 0,01 – 1,5 13351 1,6 – 2,5 441 2,6 – 3,5 409 3,6 - 4,5 255 4,6 – 5,0 69 Total 14525 Konsentrasi Klorofil-aMusim Peralihan 2 tahun 2011
Peluang Terjadinya (%)
Konsentrasi Klorofil-a Range 0,01 – 1,5 1,6 – 2,5 2,6 – 3,5 3,6 - 4,5 4,6 – 5,0 Total
Jumlah Data Konsentrasi Klorofil-a 14522 352 501 161 27 15743
89,6 5,4 3,9 1,0 0,1 100
90,0 5,6 2,9 1,3 0,3 100
91,0 5,1 2,7 1,0 0,2 100
92,0 3,0 2,8 1,7 0,5 100 Peluang Terjadinya (%) 92,3 2,3 3,2 1,1 0,2 100
73
Lampiran 12. Tutorial Mengunduh Data dengan Aqua MODIS Tutorial Mengunduh Aqua MODIS 1) Masuk ke situs oceancolor.gsdc.nasa.gov maka akan keluar tampilan awal seperti gambar
2) Klik pilihan [Data] – [Data Access] – [MODIS Aqua] – [L3 Visual Browser]
3) Tampilan akan terlihat seperti gambar dibawah. Pilih model sensor dan produk yg ditampilkan (penelitian menggunakan Aqua MODIS Chlorophyll concentration), pilih periode komposit (penelitian menggunakan 8-day composite), selanjutnya pilih resolusi sesuai kebutuhan (penelitian mengambil resolusi 4 km)
4) Arahkan kursor ke data yang akan didownload, akan terlihat tampilan pada kiri gambar berupa SMI HDF dan kanan BIN HDF, pilih SMI dan langsung akan didownload.
74
5) Data yang telah didownload diatur sesuai dengan bulan dan tahun pengunduhan. Data tersebut harus di ekstrak terlebih dahulu dengan WinRAR 3.42 sebelum dilanjutkan mengolah dengan Ubuntu
75
Lampiran 13. Tutorial Pengolahan Data Modis dengan Linux Ubuntu 10.04 TUTORIAL PENGOLAHAN DATA MODIS (SEADAS) dengan UBUNTU 10.04 1). Buka vmware players, pilih ubuntu 10.04
2). Pilih menu [application] – [accessories] – [terminal]. Buka tulisan seadas(spasi)-emsehingga muncul tampilan seperti dibawah.
76
3). Pilih menu [display] – [Desktop] - pilih file yang ada dikotak files. (Catatan: file yang ada di desktop sudah dalam bentuk file yang sudah diekstrak dan jangan diletakkan dalam folder )
77
4). Masukkan koordinat pada gambar seperti yang dilingkari. Dalam penelitian ini menggunakan koordinat (-2, -7 LS, 105-113 BT). Klik data yang diinginkan (suhu permukaan laut atau klorofil)- Klik [Load] – Muncul tampilan band lish selection dan klik tulisan display- muncul gambar hasil pemotongan wilayah.
78
5). Untuk membuat garis lintang dan bujur pada gambar atau display pilih menu [setups] – [gridline setup] atur jarak lintang dan bujur yang diinginkan
79
Untuk warna yang tidak ada pada bar warna bisa dimodifikasi sendiri dengan meng klik [menu] – [mod] - RGB nya digeser sesuai keinginan - klik Update
Hasil update an warna dapat dipilih pada pilihan nomor 1. (diklik lagi pilihan angka yang ada seperti yang dilingkari). Pengaturan warna bar ini bisa dilakukan untuk proses-proses selanjutnya yang membutuhkan penggantian warna).
Pilih menu GO
80
Hasilnya ditunjukkan pada gambar berikut (dalam lingkaran)
6). Untuk mewarnai garis pantai pilih menu [setups] – [coastline setups] – pilih warna – [GO]
81
7). Untuk memberi warna pada daratan dengan cara [Setups] – [landmask setups]
8). Untuk mengganti tampilan color bar dengan cara [Setups] – [color bar setup] – [vertical/horizontal] – [color range] bisa dibanti sesuai dengan keinginan
Catatan: Apabila tampilan gambar akan diolah kembali dengan menggunakan perangkat lunak ODV atau surfer, data yang dibutuhkan adalah data ASCII yang akan diolah lebih lanjut. Data ASCII didapatkan dengan langkah mengeluarkan menu OUTPUT pada menu function
9). Pengaturan kisaran nilai yang akan ditampilkan pada gambar dengan menu [function] – [rescale] – masukkan kisaran nilai SPL dan klorofil yang diinginkan (berdasarkan tinjauan
82
pustaka) – [redisplay]. Penelitian ini menggunakan kisaran 27- 31 oC untuk SPL dan 0,01-5 mg/m3 untuk klorofil.
10). Pengaturan tampilan warna pada gambar dilakukan dengan menu [function] – [color lut] – [load lut]; dan pilih klorofil-a atau SPL (temperature); diakhiri dengan Load.
Pilih jenis data klorofil-a atau temperature disesuai dengan citra yang dipakai (MODIS atau seawif). Dalam penelitian ini menggunakan MODIS.
11). Tampilkan color bar dengan menu [function] –[ color bar] – [ON]
83
12). Output atau hasil berupa project yang dapat dibuka kembali dapat berupa HDF SD atau seadas map. Yang biasa dipakai adalah seadas map dengan menu [function] – [output] – [data] – [binary] – [seadas map] – [GO] – [ok]
84
13). Output ASCII dengan menu [function] – [output] – [data] – [ASCII] – [setup] – [delete] – [clear] – masukkan data yang diinginkan satu persatu (lat, lon, geofisical data) – [write file].
85
14). Untuk mengeluarkan output gambar dengan menu [function] – [output] – [display] – (PNG,tiff,dll) – [GO].
15). Untuk melihat hasil output dapat dilihat dengan mengklik menu [home] (rumah warna orange) – liat output yang dihasilkan(.ASCII, .PNG, .sedas map).
86
Catatan: 1. Untuk menindahkan atau memasukkn adata dari flahdisk dilakukan dengan cara mengaktifkan terlebihdahulu seadas yang kemudian memasukkan FD ke PC/laptop. 2. Apabila SEADAS tidak dapat mengolah data biasanya terjadi penuhnya kapasitas SEADAS itu sendiri. Delete data mentah yang dicopykan ke desktop dan kosongkan trash (tong sampah). 3. Data dalam bentuk ASCII dapat diolah lebih lanjut menggunakan perangkat lunak yang lain. Misalnya ODV, surfer, dll.
87
Lampiran 14. Tutorial Pengolahan Data dengan Ms. Excel (setelah pengolahan dari Ubuntu)
Data di save perminggu setiap bulannya selama 4 tahun dari 2008-2011. Hasil dibuka dalam tampilan ms.excel
Data yang telah terbuka dalam tampilan ms.excel disortir sesuai dengan range yang dibutuhkan (penelitian ini menggunakan range 0,01 – 5)
Data setiap minggu digabung untuk mencari nilai rata-rata setiap bulannya
88
Tambahkan komponen yang mendukung data ,save dalam excel dan *.txt untuk kemudian diolah menggunakan ODV
Buka aplikasi ODV Klik menu [file], [new], lalu ketikkan nama untuk file tersebut, [save]
Klik [OK] pada tab Collection Variables, pilih variable yang digunakan,[OK]
89
Setelah keluar tampilan peta dunia, klik kanan, pilih [Display Option]. Pilih tab [domain], masukkan koordinat lokasi penelitian, [OK]
Setelah data hasil crop daerah penelitian selesai, klik menu [Import], [ODV Spreadsheet], pilih file data yang akan diolah, [open], klik variabel yang sama lalu [associete], [OK]
Akan muncul tampilan seperti gambar kiri (a), pilih menu [surface] yang terletak di bawah gambar, maka akan terlihat tampilan seperti gambar kanan (b)
90
(a)
(b)
Klik kanan pada tampilan gambar [Display Option], pilih [VG griding], naikkan nilai x dan y scale, klik [properties] lalu masukkan range nilai data dan pilih [draw contour], [OK]
Hasilnya seperti tampilan gambar berikut:
Untuk penyimpanan pilih menu [file], [save canvas as], ketikkan nama penyimpanan,pilih output *.gif, save
91
Tampilan hasil olahan dalam image seperti gambar berikut:
92
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bukittinggi, 17 Agustus 1989 dari Ibu Dewi Reni S.Pd dan Ayah Annofik. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Suliki, Payakumbuh Sumatera Barat. Penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor dengan masuk di jurusan Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama perkuliahan penulis cukup aktif diberbagai kegiatan kemahasiswaan diantaranya: Ikatan Keluarga Mahasiswa Payakumbuh (IKMP) 2008-2010, kepengurusan Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) 2008-2009. Penulis pernah melakukan praktek kerja lapang (PKL) di Dinas Kelautan dan Perikanan Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Suhu Permukaan LAut dan Klorofil-a dengan Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan Subang menggunakan Citra Satelit MODIS” yang dipertahankan penulis di depan tim penguji pada tanggal … 2013.