BAB II PENGARUH PERSEPSI DAN KEBISAAN KEPEMIMPINAN TERHADAP PERFORMANS ADMINISTRASI KEPALA SEKOLAH DASAR PERILAKU KEPALA SEKOLAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERANAN KEPEMIMPINANNYA /
1« Peranan kepemimpinan kepala sekolah dasar Keseluruhan pembahasan dalam tulisan ini difokuskan pada proses kepemimpinan yang ditunjang oleh pemahaman terhadap pengendalian usaha dalam konteks kepemimpinan kepala sekolah dasar. Uraiannya didasarkan pada karakteristik kepemimpinan dengan penelaahan ilmiah yang terpadu« Peranan kepala sekolah disoroti dari segi-segi keprilakuan pemimpin dan kelompok dengan berorientasi pada sekolah sebagai suatu sistem» Orientasi ini sangat perlu karena kepala
sekolah
sebagai administrator dan pemimpin-pendidikan dan ajaran diharapkan dapat mendisain lingkungan di sekolahnya yang meliputi
kombinasi antara
peng-
pendidikan kepriba-
dian, ketrampilan, kebisaan, material dan program-prograa pengembangan pendidikan yang diperlukan di sekolah.
Pe-
ranan-peranan di atas mewajibkan kepala sekolah agar da*pat melihat sekolah sebagai sistem dan mengetahui
serta
dapat menghayati komponen-komponen sistem yang saling menunjang dalam usaha pencapaian tujuan-tujuan sekolah, Suatu kerangka acuan untuk, memahami perilaku kepala sekolah selaku administrator, memerlukan
64
pendekatan
121f perilaku untuk melihat kepala sekolah dengan segala nis fungsi dan kev/enangannya sebagai pemimpin
je-
operasio-
nal dan pemimpin individu-individu guru dengan
segala
kebutuhan dan harapannya. Di sini kepala sekolah
bukan
saja berurusan dengan kelancaran administrasi melulu, tetapi terutama dengan kualitas pendidikan di mana positif ia harus bekerja untuk memperbaiki
secara
efektivitas
pendidika». Kedua hal ini memang benar tetapi tidak luruhnya tepat, justru kepala sekolah sebagai dan .administrator kebijakan
se-
pemimpin
harus mengimplementasikan
seluruh
atasan untuk dilaksanakan, diawasi
dan
benar-benar berakar» '- Di pihak lain kepala sekolah dihadapkan
dengan
kebutuhan-kebutuhan staf gurunya di mana posisi
guru-
guru merupakan kunci keberhasilan sekolah selaku
organi-
sasi» Peranan guru dalam mengubah perilaku murid-
murid
selama di kelas adalah sangat penting«
11
Teachers
are
the vital link between the administration and the
stu-
dents» They are the interpreters of the program and
its
goals» They can, in fact, greatly affect whether
the
s
objective will be achieved" (Kiros, 1975,h.l57). mana kedua posisi yang seolah-olah saling
Bagai-
bertentangan
ini tercapai, umumnya ditentukan oleh karakteristik rilaku kepemimpinan kepala sekolah selaku
pe-
administrator
121f dan pemimpin pengajaran. Pembahasan perilaku kepala sekolah selaku administrator maka secara lengkap titik bahasannya adalah pada peranan-peranan mana saja
pemyang
harus dimainkan kepala sekolah agar tujuan dan
sasaran-
sasaran sekolah sebagai organisasi tercapai. Dalam teori tentang peranan, Sarbin (Lindzey
dan
Aronson, 1975»h.488-^97) mengemukakan konsep pemeran peranan (role enactment) untuk menjelaskan kesungguhan dari tugas yang dikerjakan dan benar-benar melibatkan diri pemeran secara langsung. Hal ini dikemukakan
sehubungan
dengan istilah peranan (role) itu sendiri yang
secara
langsung dipinjam dari dunia sandiwara, suatu kiasan
di-
maksudkan untuk menunjukkan tingkah laku yang melekat pada bagian-bagian atau posisi-posisi tertentu dari
pada
pemain-pemain yang membaca atau menirunya. Fokusnya dalah pada tingkah laku sosial yang jelas»
ar
Selanjutnya
dikemukakan dimensi-dimensi pemeran peranan yang
nampak-
nya mempunyai kegunaan konseptual atau praktis yang
me-
liputi jumlah peranan, usaha dan jumlah wakt.u yang diberikan seseorang pada satu peranan dibandingkan
dengan
peranan lainnya« Peranan adalah suatu fungsi dari pribadi
pemeran
yang menyatakan elemen-elemen seperti citra, sikap hadap hasil karya tugas-tugasnya dan hubungannya
terpada
pekerjaan. Dalam administrasi, dua komponen peranan ut a-
ma masing-masing harapan atau ekspektasi yang
berkaitan
dengan perilaku yang cocok untuk setiap individu
yang
memainkan peranan-peranan tertentu« Dalam hubungan
de-
ngan pelaksanaan yang efektif dalam suatu organisasi, seseorang individu harus belajar tentang perilaku
dan
atribut-atribut mana yang diharapkan dari peranan
yang
dimainkannya« Sarbin, mengemukakan bahwa ekspektasi
da-
lam konteks peranan (rôle expectation) adalah suatu koi>sep yang menjembatani antara struktur sosial dan peranan perilaku« Konsep ini merupakan konsep kognitif,
yang
isinya terdiri dari kepercayaan/keyakinan, ekspektasi,kemungkinan-kemungkinan subyektif dsb« Unit struktur
so-
sial adalah posisi dan status« Unit-unit ini didefinisi kan berkenaan dengan tindakan-tindakan dan
kualitas
yang diharapkan dari orang yang setiap saat
menduduki
posisi tersebut« Dengan demikian "role expectation"
ter-
diri dari hak dan hak-hak istimewa, tugas dan kewajiban dari setiap orang yang menduduki posisi-posisi lainnya« a« Pendekatan-pendekatan terhadap peranan Kfenala Sekolah (1). Pendekatan pertama, adalah pendekatan
yang
melihat pekerjaan kepala sekolah berkenaan dengan proses administrasi« Pendekatan ini menekankan pada perilaku administratif yakni kegiatan dan bukan pekerjaan
kepala
sekolah« (Robbins, 1978, h. 17-20), Proses administrasi
121f menurut Robbins menunjuk pada perencanaan,
pengorganisa-
sian, memimpin dan mengevaluasi. Kegiatan yang demikian terdapat pada semua tipe organisasi. Secara komprehensip kegiatan ini harus ditunjang oleh tujuan yang ingin dicapai, sumberdaya yang dialokasi oleh administrator
yang
diarahkan untuk pencapaian tujuan organisasi. Herbert Simon (Herbert Simon, 1976, h. 8) di dalam membahas proses administrasi, mengemukakan bahwa proses
admi-
nistrasi adalah suatu proses pengambilan keputusan;
ter-
diri dari pemisahan elemen-elemen tertentu dari
keputus-
an anggota organisasi, kemudian menetapkan prosedur ganisasi yang regular untuk menyeleksi dan menentukan
ore-
lemen-elemen ini dan mengkomunikasikannya kepada anggotaanggota bersangkutan. Bila pendekatan ini: diterima secara konsekuen, maka kepala sekolah dasar di dalam menjalankan tugas-tugasnya hanya berperan sebagai administrator. Di pihak lain kepala sekolah dasar bukan sekedar sebagai administrator tetapi juga sebagai pemimpin pendidikan pengajaran sekolah dan dengan demikian ia berperan sebagai
di
supervi-
sor pendidikan pengajaran dalam lingkungan sekolahnya.Dalam peranannya sebagai supervisor maka kepala sekolah melaksanakan pekerjaan memimpin, berperanan dalam kitkan moral staf gurunya.
membang-
121f Untuk meningkatkan efektivitas sekolah sebagai sistem,maka sebagai pfemimpin, kepemimpinannya harus dapat membagi wewenang sesuai dengan batas-batas yang wajar.
Dengan
demikian dapat dilaksanakan prosedur pembuatan keputusan bersama secara efektif. Di dalam usaha memperoleh informasi-informasi yang tepat sebagai masukan bagi pembuatan keputusan, maka jakur-jalur komunikasi harus tetap
ter-
buka dalam dua arah. Dalam hal pembinaan moral staf guru, perlu dijaga agar pekerjaan itu memberi kepuasan
pada
individu-individu yang melakukan tugasnya. Untuk itu perlu diciptakan : Keamanan setiap guru yang mencakup
pen-
dapatan dan promosi yang wajar, kondisi kerja yang baik dan ekspektasi masa depan yang cerah; perasaan tergolong ke dalam kelompok yaitu dengan usaha mengikut
sertakan
staf guru untuk turut berpartisipasi dalam kegiatangiatan kelompok tertentu; perilaku yang wajar
ke-
terhadap
prestasi kerja tiap guru , sehingga mereka benar-
benar
dirasakan bahwa apa yang dikerjakannya dapat memberi kontribusi pada seluruh sistem; Merasa
dirinya penting
da-
lam sistem secara keseluruhan; partisipasi dalam merumuskan kebijakan
-
kebijakan
bersama. Di dalam pengem-
bangan staf dapat diusahakan penataran, seminar, diskusi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang relevan dengan
per-
kembangan profesi mengajar. (2). Pendekatan kedua, adalah pendekatan
keperi-
121f lakuan yang melihat kepala sekolah dalam usaha- usahanya membuat staf guru di sekolah sebih berarti, menguntungkan dan menyenangkan. Pendekatan ini berusaha untuk mempengaruhi, memotivasi dan mengkordinasi elemen
manusia
di dalam mencapai kepuasan individu dan kelompok dan produktivitas organisasi. Di sini jelas usaha memahami perilaku individu dalam kelompok adalah prasyarat untuk pencapaian kepuasan staf guru, Hakekat pendekatan ini membawa pada pertimbangan-pertimbangan dari dimensi perilaku, dimensi organisasi dan komunikasi. Dari dimensi perilaku maka yang penting adalah tata hubungan manusiawi, partisipasi dan kepemimpinan. Dimensi organisasi lebih mene kankan pada pelimpahan wewenang, perluasan tugas - tugas dan desentralisasi. Dimensi komunikatif menekankan pada komunikasi informal dan horizontal, komunikasi vertikal,' dan tata hubungan yang terbuka. Pandangan yang lebih mendekati pandangan di
atas
ialah teori Y yang diusulkan oleh McGregor sebagai pengganti teori X yang menurut McGregor sendiri adalah pendekatan yang keliru. Dasar teori Y ialah memberikan kebe basan yang lebih banyak pada bawahan tetapi dibarengi dengan tanggung jawab yang lebih besar. Kedua teori
ini
( teori X dan teori Y ) menurut Shrode & Voich ( Shrode& Voich, 197/f,'h, 57-76 ) berhubungan dengan hirarkhi kebutuhan dari Maslovi, Teori X didasarkan hanya pada tingkat
121f kebutuhan bawah (physiological and safety) untuk memotivasi orang di dalam organisasi. Di pihak lain teori T didasarkan pada usaha mencari kepuasan pada tingkat
yang
lebih tinggi (esteem and self-actualization) dalam
hal
memotivasi orang untuk turut berpartisipasi di dalam pencapaian tujuan organisasi. Bertentangan dengan teori yang lebih tradisional dengan berfokus kepada
X
insentif
ekonomi, teori Y lebih demokratis, partisipatif dan
di-
fokuskan pada sifat kerja sama. Oleh karena konsep
ini
mencari untuk mencapai "intrinsic reward" (berkaitan
de-
ngan prestasi pribadi) lebih dari pada "extrinsic reward" (ekonomi dan sosial) maka manusia dimotivasi untuk
bei»-
partisipasi secara bebas dan atas kemauan sendiri di lam pencapaian tujuan-tujuan organisasi yang lebih
datei»-
integrasi dengan tujuan-tujuannya sendiri. Tanpa memperhatikan segi-segi pokok kehidupan manusia sebagai sumber produktivitas, seorang manejer suatu perusahaan tak dapat membuat suatu rencana pengembangan tenaga manusia (manpower development program), karena perkembangan suatu perusahaan sangat bergantung kepada pengembangan tenaga manusia yang bekerja pada perusahaan. Setiap manusia ingin mendapat kepuasan dalam hidupnya. Tanpa kepuasan dalam hidupnya manusia tidak dapat mengembangkan motivasinya untuk bekerja untuk mencapai tujuan hiduj>nya, baik sadar maupun tidak sadar. Tujuan hidup yang ingin dicapai merupakan dorongan dan sekaligus pedoman hidupnya (Sikun Pribadi, 1978, h.19)* Ditinjau dari kepemimpinan sekolah dasar, konsep- konsep di atas yang menekankan pada kerja sama, partisipasi lam berbagai kegiatan untuk meningkatkan prestasi
da-
seko-
121f lah dan kepuasan anggota-anggota kelompok, sangat
baik
dan berguna bagi kepala sekolah dalam peranannya sebagai pemimpin pengajaran di sekolah» Konsep yang tepat ialah kepala sekolah harus berorientasi pada tugas dan-
juga
tata hubungan manusiawi. b» Keuala sekolah dan peranan-peranannya Kepala sekolah adalah pemimpin, tetapi di ' pihak lain keberhasilan sekolah tergantung kepada
performans
kolektif antara kepala sekolah dan staf gurunya.
Dalam
hal ini diperlukan kerja sama yang harmonis dengan
staf
guru. Oleh sebab itu kepemimpinan kepala sekolah seyogia^ nya merupakan suatu proses relasi pribadi. Essensi kepemimpinan menurut Koontz dan O'Donnell, adalah
pengikut-
pengikutnya dan menurut liedler, performans kelompok tergantung pada gaya kepemimpinannya (Koontz
& O'Donnell,
1976 , h.567)« Persoalannya gaya pemimpin mana yang
te-
pat digunakan oleh kepala sekolah untuk mempengaruhi
pe-
rilaku staf gurunya sehingga akan mengefektifkan programprogram pendidikan dasar di sekolah. Gaya pemimpin yang baik harus memperhatikan dan mengakui martabat
manusia
sebagai subyek dan bukan sebagai alat. (1). Kenala sekolah sebagai administrator Dari uraian di atas, jelas peranan kepala sekolah dasar adalah peranan administrator dan peranan
sebagai
121f pemimpin pendidikan pengajaran atau supervisor di
seko-
lahnya sendiri. Administrator, di dalam kamus istilah manajemen dijelaskan sebagai pemimpin di bidang
pelaksana-
an peraturan, prosedur dan kebijaksanaan. Dalam administrasi, dijelaskan bahwa pengertian
kamus
administrator
hampir sama dengan "executive" dalam arti pejabat pinan, Hanya pada umumnya dibedakan bahwa
"executive"
menduduki jabatan pada tingkat atas dan membuat an-keputusan penting berdasarkan
pim-
keputus-
kebijaksanaannya,
se-
dang administrator lebih banyak mengurus penyelenggaraan rencana/keputusan yang telah ditetapkan (Faber& Shearron, 1970, h.307)* Lipham, tentang administrator dan pemimpin mengemukakan pendapatnya sbb« Ia setuju dengan
definisi
Hemphill tentang kepemimpinan, sebagai permulaan
dari
suatu struktur atau struktur baru untuk menyelesaikan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran organisasi atau mengubah tujuan dan sasaran organisasi. Di sini penekanannya par da pemrakarsa perubahan (initiating change) bukan
seke-
y
dar perubahan struktur atau prosedur atau perubahan tujuran dan sasaran organisasi, Di pihak lain
administrator
diidentifikasikan sebagai individu yang :
menggunakan
struktur atau prosedur yang ada untuk mencapai
tujuan
atau sasaran yang telah ditetapkan. Selanjutnya
dikemu-
kakan bahwa administrator terutama berurusan dengan
pe-
121f meliharaan lebih dari pad.a^perubahan, memelihara
kesta-
bilan. struktur, prosedur, tujuan dan sasaran. Lipham memandang administrator sebagai pembela keadaan yang sudah mapan pada saat tertentu (defender of the status
quo )
sebagai kekuatan pemantapan (a stabilizing force) dan pemimpin adalah sebagai agen perubahan (a change agent). Margaret Mackie (Mackie, 1977,h.¿+0) tentang peristilahan ini mengemukakan sbb : "X shall assume that to call a person an administrator rather than an agent is to regard him as having a substantial part in decision-making.I shall thus take it that, for instance, school principals may in some systems be administrators, and in others agents. The extent to which they are • administrators is an index of the extent to which their system is a democrat!ve way." Kepala sekolah dasar di mana lingkungan
organisa-
si sekolah terbatas pada jumlah tenaga guru yang relatif kecil, maka kepala sekolah sekaligus berperanan
sebagai
administrator dan juga pemimpin pengajaran (instructional leader) di sekolah. Persoalannya bagaimana kedua peranan ini dimainkan, tergantung kepada situasi di mana ' salah satu dari peranan-peranan, itu harus ditonjolkan. mana kepala
Bagai-
sekolah berperanan sebagai administrator dan
pada situasi lainnya berperilaku sebagai pemimpin ajaran yang mempunyai pengaruh untuk pencapaian
pengtujuan
sekolah, dapat dijelaskan sbb : Cuba (Faber & Shearron, 1970, h.270-273), di
da-
121f lam membahas kekuasaan administrator (administrator's power) mengemukakan bahwa tugas administrasi yang unik adalah sebagai penengah antara dua perangkat perilaku
yang
mendatangkan kekuatan, yakni dimensi peranan (nomothetic) dan dimensi pribadi (ideographic) dalam hal untuk
meng-
hasilkan perilaku yang berguna bagi organisasi dan kepuasan individu. Dalam model ini, Cuba memandang
adminis-
trator sebagai pemakai kekuatan dinamis yang disebut kekuasaan dengan bersumber pada status dan prestise
(pres-
tige). Status menghasilkan peranan dan prestise bersifat pribadi dan yang harus diperoleh. Di pihak lain kekuasaan berupa pengaruh (influence), tidak dilimpahkan kepada administrator. Jika administrator memiliki pengaruh, maka hal ini diperoleh melalui prestise pribadinya. Fungsi kepala sekolah sebagai administrator ialah menyelesaikan tugas-tugas administrasi sekolah yang dalam hal ini
sa-
ngat berkaitan dengan wewenang rasional yang sah. • Berkenaan dengan hal ini, diperlukan kompetensi tertentu, meliputi $ fungsi
administrasi ,
kompetensi-
melaksanakan
fungsi-
perlengkapan
pejabat
dengan wewenang yang berguna untuk melaksanakan
fungsi-
fungsi tersebut dan keharusan-keharusan penting yang
su-
dah didefinisikan. Tanggung jawab utama administrator me»
nurut Allan Thomas ialah menciptakan dan
mengoperasikan
121f suatu sistem yang produktif yang mencakup: !
Penggunaan
sumber-sumber daya sampai tingkat penyelesaian di
dalam
pencapaian tujuan-tujuan sistem; memonitor sistem
dan
menggunakan informasi tentang performans pada titik tertentu dalam waktu agar dapat memperbaiki operasi berikutnya. Sekolah yang produktif adalah satu perimbangan yang menguntungkan antara masukan' dan keluaran. antara
Rasio
k eluaran dan masukan dapat dinyatakan se-
bagai suatu persamaan yang disebut fungsi produksi. Dalam uraian selanjutnya Allan Thomas ( Allan lhomas, 197 , h. 9 - 13 ) mengajukan tiga fungsi produksi , yakni fungsi produksi administrator, fungsi produksi dari ahli-ahli psikologi dan fungsi produksi dari ahli-ahli ekonomi. Keluaran fungsi administrasi atau PF1 berupa unit-unit pelayanan, keluaran fungsi produksi
psikologi
atau PF2 merupakan perubahan-perubahan perilaku
siswa
termasuk penambahan pengetahuan, nilai-nilai atau penambahan kebisaan; keluaran fungsi produksi ekonomi >
atau
PFj> berupa tambahan pendapatan sebagai hasil' tambahan sekolah. Prosedur khusus dari administrator ialah mengidentifikasikan satu perangkat rangkaian pengajaran dan pelaf
yanan lainnya yang dibutuhkan murid/siswa atau yang
te-
lah ditentukan oleh guru, atau administrator sendiri yang
121f diperlukan murid/siswa. Dalam hal yang demikian administrator tidak dapat mengabaikan segi-segi kuantitas . dan kualitas masukan termasuk misalnya besar kelas, kualifikasi guru, konstruksi gedung, besar dan isi perpustakaan dan peralatan yang diperlukan terutama yang digunakan di laboratorium. Unit-unit pelayanan yang merupakan keluaran dari fungsi-fungsi administrator berupa dimensi waktu seperti tahun atau jam belajar siswa, sehingga dapat dibandingkan biaya-biaya yang melengkapinya. Masukan berupa barang-barang yang dibeli untuk pelayanan - pelayanan khusus misalnya ruangan, peralatan, buku-buku,
material
dan waktu guru serta pegawai lainnya. Dengan demikian dapat dikalkulasi biaya- biaya misalnya untuk satu unit pelayanan khusus tertentu. Dari uraian-uraian di atas tentang fungsi administrator dapat dikatakan bahwa pengetahuan kepala tentang peraturan perundang-undangan dan
§©k@lah
kebijakan
mengenai program-program pendidikan dasar, sistem ..pengalokasian sumber-sumber daya dan sumber-sumber serta im plementasi kebijakannya
sendiri merupakan salah satu
dari tugas utama kepala sekolah. Akibatnya seluruh pengetahuan yang berkenaan dengan fungsi ini beserta implikasi-implikasinya yang luas terhadap peranan kepala
seko-
lah ; di samping itu ekspektasi staf guru dan staf lainnya serta masyarakat merupakan lingkup pengetahuan
yang
121f harus dikuasai oleh kepala sekolah. Goldstein, di dalam meneliti sikap personil sekolah terhadap peranan, status dan wewenang kepala sekolah dasar, ( The Journal o f Educational Administration,1975, h. 119 - 138)menemukan antara lain "bahwa: Promosi posisi kepala sekolah merupakan suatu prestasi
pada
sebagai
guru; sumber v/e wenang kepala sekolah yang sangat penting adalah pengetahuan yang dalam tentang kondisi-kondisi sekolah dan kebutuhan-kebutuhan khususnya; bidang uta.ma wewenang kepala sekolah adalah penggunaan pengetahuan terhadap kebutuhan khusus sekolah, fleksibilitas dalam mengalokasi waktu dan biaya, menginterpretasi secara
tepat
instruksi-instruksi menteri pendidikan sesuai dengan kebutuhan institusi. (2). Kepala sekolah sebagai pemimpin pengajaran
Berkenaan dengan posisi kepala sekolah sebagai administrator sekolah, maka peranannya sebagai pemimpin dapat merupakan kekuatan yang terintegrasi untuk
mencegah
konflik-konflik pribadi yang dapat merugikan .
kegiatan
program-program pendidikan dan pengajaran di sekolah.Konflik-konflik yang dimaksud dapat bersumber pada variabel variabel administrator seperti misalnya, pengalaman kerja, tingkat pendidikan formal yang dimiliki kepala sekolah sebelumnya, jenis kelamin, umur dan pengetahuan ministrasi yang dimilikinya; dapat juga bersumber
adpada
121f perbedaan di dalam tingkat pendidikan formal7 misalnya ; di antara guru bantu dengan kepala sekolah di mana
ter-
nyata guru bantu bersangkutan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari kepala sekolahnya sendiri
dapat
}
menimbulkan konflik. Sebagai akibatnya, kepala
sekolah
akan kehilangan wewenang dan wibawa, khususnya
dalam
bidang pengetahuan« Salah satu usaha yang perlu
dikem-
bangkan kepala sekolah untuk mengatasi konflik ini ialah, bagaimana ia membangun hubungan yang baik antara dirinya selaku admonistrator agar diperoleh kerja sama
secara
sukarela antara keduanya. Di sinilah letak pentingnya peranan kepemimpinan yang melukiskan proses yang
sangat
bersifat pribadi antara atasan dan bawahan di mana
atas-
an (kepala sekolah) berusaha memotivasi bawahan (staf gt>ru) agar meraka dapat memberi kontribusi yang berarti dalam pencapaian tujuan sekolah. Sehubungan dengan persoalan ini yakni yang
menge-
nai tata hubungan manusiawi antara kepala sekolah ^
dan
staf gurunya maka fungsi utama sekolah menurut Castetter (Castetter, 1971» h.33-37) adalah agar setiap
kepala
sekolah dapat memahami dengan setepatnya latar
belakang
kemampuan setiap guru bantunya sehingga
memungkinkannya
untuk : (a) Mencocokkan setiap guru dengan posisinya. (b) Membantu dan memotivasi staf gurunya.
121f Dengan informasi ini kepala sekolah mudah
merencanakan
program-program pengendalian usahanya untuk perbaikan keadaan sekolah di masa yang akan datang. Dalam fungsinya sebagai
supervisor
kepala
kolah bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan guru secara tepat dan efisien sesuai dengan .
sestaf
kebijak-
an yang telah digariskan. Spriegel dan kawan-kawannya ( Spriegel et al, 1957» h. 1 - 3 ) memberi batasan pada supervisor sebagai orang yang bertanggung jawab pada perilaku orang lain di dalam prestasi suatu tugas
tertentu,
memelihara kualitas yang telah dibakukan, menjaga dan memelihara material, memberikan pelayanan kepada yang diawasinya. " To supervise means visor
that the
initiates action and follows up to see
work he has organized and deputized is
bawahan super-
that
the
carried out
and
that the plans which have been made are put into
effect
on time and in the proper manner.11 Terdapat karakteristik unik dari supervisory yang oleh Robbins C Robbins, 1978 h. 371 - 37k ) -dikemukakan sbb: (a) Apabila administrator berorientasi pada ^perencanaan dan
evaluasi, maka supervisor menggunakan sebahagian be-
sar dari waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan mengawasi kegiatan bawahannya. (b) Ketidak leluasan wewenang, di mana supervisor
diha-
121f ruskan berinteraksi dengan wewenangnya di antara dua kelompok yakni kelompok pekerja yang diawasinya dan atasannya sendiri. Selanjutnya dikemukakan sbb: " It may even be argued that the task orientation of the administrative group (get the job done) and the relation orientation of the operative group (treat us as human beings and show concern for our feelings) are incompatible demands on supervisors, placing them in a role-conflict situation and in an environment with high responsibility and question able authority," Ditinjau dari segi kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor ternyata keseluruhan peraturan, kebijaksanaan administrasi kependidikan pemerintah diimplementasikan melalui kepala sekolah. Di dalam menjalankan administrasi kependidikan, kepala sekolah hanyalah implementasi kebijakan
alat
atasan.
Dengan uraian-uraian di atas maka kepala dalam peranannya sebagai supervisor dan sekaligus
sekolah seba-
gai administrator harus bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan baginya. Dalam melaksanakan tanggung jawab dan pertanggung jawaban kepada atasannya / penilik / pengawas,- kepala sekolah
diwa-
jibkan untuk : (a), Mengkomunikasikan keputusan kebijaksanaan atasan keY
pada staf guru dan staf lainnya. (b), Mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhan staf guru dan staf lainnya kepada atasan.
82' (c). Memelihara dan membina kualitas pendidikan yang
te-
lah dibakukan. (d)» Merumuskan rencana dan metode serta strategi mengajar dan belajar untuk meningkatkan efisiensi organisasi sekolah. (e)» Mengurangi pemborosan sumber daya dan sumber tenaga dan waktu serta menekannya seminimum mungkin. (f). Memelihara dokumen-dokumen C records ) secara akurat dan berkesinambungan sehingga dapat
digunakan
untuk mempedomani tindakan, kebijaksanaan dan rencana di masa yang akan datang. (g). Membuat laporan-laporan sekolah. c« Faktor-faktor penghambat tercapainya hasil yang telah ditetapkan Dari keseluruhan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi kepala sekolah dasar merupakan fungsi ganda yakni sebagai administrator sekolah dan pemimpin pendi dikan dan pengajaran atau dapat diintegrasikan ke 'dalam sistem kepemimpinan sekolah- Sebagai pemimpin ( leader ) kepala sekolah melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan , yakni perencanaan, pengorganisasian, pembimbingan dan penilaian atau evaluasi dalam lingkup mikro sekolah« Fungsi
-
fungsi
yang dimaksud tidak lain
ri pada mekanisme proses pengendalian usaha dalani
dar kon-
121f teks administrasi pembangunan. Di dalamnya telah
tersi-
rat pengalokasian sumber daya yang langka.
Faktor-
faktor penghambat itu digambarkan sbb : (1).. Faktor kelangkaan sumber-sumber daya. Secara makro nasional permasaalahannya
menun-
jukkan bah v/a terdapat perbedaan di dalam pencapaian target pendidikan yang seharusnya dicapai ( Tabel pada h-. 33 ) khususnya di lokasi penelitian ini. Di pihak
lain
sehubungan dengan kurikulum yang telah dibakukan,
maka
hampir seluruh tenaga guru sekolah dasar telah
ditatar
untuk semua bidang studi; buku-buku teks dan alat - alat pelajaran yang dibakukan juga sudah terbagi. Dengan
de-
mikian sumber variasi yang dapat menimbulkan perbedaan , secara nasional mungkin dapat diatasi sekurang-kurangnya oleh pemerintah. Dalam laporan hasil-hasil observasi Komisi IX - DPR tentang bidang pendidikan khususnya
sekalah
dasar lama ( untuk membedakannya dengan SD Inpres ) dikemukakan sbb: " SD Negeri yang sudah lama, selain bangunannya yang perlu diperbaiki, juga peralatannya seperti bangku-bangku murid, papan tulis dan lain - lain , meskipun secara berangsur. Perlu adanya keseragaman dalam pelaksanaan memberi kan bahan pelajaran untuk murid SD dari tiap kelas / tingkatan, sehingga murid-murid SD di manapun mereka berada di Indonesia mempunyai mutu pengetahuan yang sama, sehingga peraturan/kebijakan apapun dari Departemen P dan K yang diambil untuk mereka atau kepin dahan murid ke tempat lain, tidak akan merupakan hambatan dan kerugian bagi yang bersangkutan. Pelaksanaan distribusi buku-buku paket untuk SD di daerah-daerah oleh Pemerintah perlu diikuti dan diteliti apakah sudah sesuai dengan program yang ditentukan. ( Menteri P dan K , 1979, h. 51-52).
121f (2). Faktor kepemimpinan kepala sekolah. Secara mikro sekolah, selain sumber variasi
seca-
ra nasional di atas, terdapat pula sumber variasi secara mikro sekolah. Dalam hal yang demikian sekolah
sebagai
organisasi perlu dilihat sebagai suatu sistem terbuka untuk secara analitik dapat ditonjolkan karakteristik yang menguntungkan atau yang menghambat. Sebagai salah cara berpikir, konsep sistem memberikan suatu
satu
kerangka
acuan untuk visualisasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal sebagai suatu keseluruhan. Sistem merupakan sejumlah bagian-bagian yang saling berkaitan,
bekerja
secara independen dan bersama, di dalam mengejar
tujuan-
tujuan umum bersama sebagai keseluruhan dan pada
ling-
kungan yang kompleks • Di dalam menghadapi prestasi kelompok/prestasi sekolah yang rendah atau karena tidak mencapai target yang ditentukan, kepala sekolah harus memperhatikan
tingkat
prestasi lembaga, demikian juga partisipasi dan
suasana
kerja sama staf gurunya beserta kepuasan guru-guru bungan dengan hasil karyanya. Dengan demikian
sehu-
prestasi
sekolah tergantung pada kepala sekolah dalam
fungsinya
selaku penanggung jawab utama di sekolahnya.
Berkenaan
dengan teorinya tentang prestasi organisasi,
Stogdill
(Griffiths , 1965, h,82-84) mengemukakan sbb :
121f " Realizing output balance in an organization is the-leader's task. For example, it is the administrator's job to see that all of these things come about: the schools are effective, that the members of the school staff work together (in a functional subsysten sense), and the individual staff members are motivated to do their best". d, ffeberapa fungsi lainnya berkenaan dengan peranan
ke-
pala sekolah dasar Persoalan ini berkenaan dengan dua fungsi kepemimpinan lainnya yakni pemimpinan (leading) dan
evaluasi
yang sebenarnya menyangkut segi supervisi. Dalam istilah manajemen
pemimpinan
atau
kamus
"leading" dijelaskan
sebagai pembimbingan karyawan supaya bekerja
efektif ;
pemimpinan merupakan fungsi ketiga dari empat fungsi
mar-
najemen profesional,Pemimpinan berfungsi memberi petunjik dan supervisi kepada staf guru di dalam menghadapi berbagai tugas dan masalah yang timbul di kelasnya,Fungsi-fung si ini diarahkan untuk penyelesaian tujuan dan
sasaran -
sasaran yang sudah mapan di dalam perencanaan« Dalam bungan dengan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka pinan terdiri dari supervisi, motivasi dan
hu-
pemim-
'komunikasi.
Supervisi sesuai dengan uraian terdahulu berfungsi berikan informasi yang berguna bagi guru di dalam
memusaha
memperbaiki proses mengajar belajar, menyadarkan
dan
membimbing staf guru di dalam usaha membangkitkan
dan
memaksimalkan potensi-potensinya. Teknik
pelaksanaannya
121f meliputi observasi kelas, mengobservasi guru dan kondisikondisi kerjanya untuk menjaga bahwa sasaran dan
target
pendidikan dan pengajaran dapat tercapai pada waktu yang telah ditentukan. Fungsi pemimpinan juga mencakup usaha dan
tang-
gung jawab untuk memotivasi guru-guru. Pendekatan jemen ilmiah memberi pertekanan kepada insentif Di pihak lain Mayo dan kawan-kawannya menitik
mana-
ekonomi. beratkan
pada jaringan inter aksi sosial, dengan memandang bahwa produktivitas tidak tergantung pada individu. White mudian menunjukkan bahwa insentif ekonomi sering
ke-
tidak
menjadi faktor utama, tetapi tekanan-tekanan sosial ( social pressures) dalam kelompok kecil menentukan
motiva-
si pekerja dan tingkat usaha individu. McGregor menekankan pada prestasi pribadi (intrinsic rewards).
Rerzberg,
mengajukan konsep "motivation hygiene" di mana ia
mene-
mukan bahwa motivator yang riil berhubungan dengan
pres-
tasi, pertumbuhan dalam pekerjaan dan pengakuan kapabilitas seseorang (satisfaction of esteem
kepada
dan
self
actualization needs). Pendekatan keprilakuan (behavioral sciences approach) menitik beratkan pada hubungan antara kepuasan individu pekerja dengan produktivitas dan bahwa peningkatan kepuasan akan meningkatkan
efisiensi organi-
sasi. Maslow memberi tekanan pada hirarkhi kebutuhan yarg terdiri dari lima tingkat kebutuhan dasar yakni
fisiolo-
121f (physiological needs), keamanan (safety needs),
sosiabi-
litas (belongness or social needs), harga diri (
esteem
needs) dan realisasi diri (self actualization).
Kebutuh-
an-kebutuhan inilah yang menurut Maslow merupakan
moti-
vator bagi individu untuk bekerja keras dan berprestasi. Dari uraian di atas jelas motivasi merupakan tor utama di dalam membangkitkan usaha staf guru
fak-
untuk
bekerja lebih keras dan lebih berkarya meningkatkan prestasi kelompok dan sekaligus pula mencapai kepuasan sing-masing guru sebagai anggota kelompok. Untuk
matugas
pemimpinan, kepala sekolah harus dapat berkomunikasi
se-
cara efektif dengan staf guru serta staf lain yang
di
bimbingnya. Komunikasi menurut pandangan Litchfield, berada pada urutan ketiga dari proses administrasi. kasi dalam konteks ini adalah kegiatan yang
Komuni-
berkesinam-
bungan yang pasti terjadi dalam keseluruhan proses. "Communication has to be more than one-way communication from superiors to subordinates. It must go up the command from subordinates to superiors, and across the organization horizontally to other - members of the organization at various levels in the administrative hierarchy. Communication down the chain of command is important in order to tell subordinates what to do , how to do it , why they should do it, or in order to inspire them to do it with greater enthusiasm" (Immegart, 1972, h.220). Komunikasi antara kepala sekolah dan staf guru di lah dasar biasanya dilaksanakan menurut jalur-jalur
sekofor-
mal tetapi sesuai dengan sifat dan kondisi sekolah dasar
121f sendiri khususnya di Indonesia, maka komunikasi lebih sering dilaksanakan dengan
sistem informal« Melalui jalur-
jalur informal ini, informasi, nasihat dan kadang-kadang perintah disampaikan oleh kepala sekolah kepada staf
gu-
runya dan sebaliknya» Evaluasi merupakan fungsi keempat dari proses kepemimpinan. Dalam fungsi ini kepala sekolah bertugas
me-
ninjau, mengatur, dan mengontrol performans untuk menjamin performans tersebut memenuhi standar-standar
terten-
tu. Proses evaluasi menurut Robbins, terdiri dari
tiga
tahap yang berbeda; mengukur performans yang aktual, membandingkannya dengan suatu standar untuk membedakann apakah terdapat perbedaan, koreksi setiap penyimpangan
(de-
viation) yang signifikan melalui tindakan-tindakan perbaikan (Robbins, 1978, h./fl4). Informasi-informasi tentang pengukuran ini meliputi tiga pertanyaan yang perlu wab oleh kepala sekolah selaku administrator dan
dijapemint-
pin pengajaran di sekolah. Pertanyaan -pertama: menyangkut mengapa (why) ukur. Mengapa diukur, menunjuk pada perencanaan. manakah prestasi yang dicapai itu sesuai dengan *
di-
Sejauh rencana
yang diajukan. Implikasinya pada sekolah dasar ialah apakah rencana tahunan yang dibuat kepala sekolah atau sama dengan staf guru setiap tahunnya itu terlaksana
berse-
121f suai dengan alokasi sumber-sumber daya dan alokasi waktu yang ditetapkan. Informasi yang demikian sangat
penting
dan berguna bagi perencanaan berikutnya. Di sini
jelas
bahwa perencanaan mendahului evaluasi. Di dalam buku IV Kurikulum Sekolah Dasar 1975»
halaman
210-252 tentang Pedoman Administrasi, dikemukakan bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab kepala sekolah
seba-
gai "administrator ialah bersama guru-guru menyusun
pro-
gram sekolah untuk satu tahun kegiatan dalam tiap
catur
wulan. Perencanaan demikian tentu berpedoman pada kurikulum, target materi pelajaran yang harus diselesaikan tiap catur wulan/semester, dan tujuan-tujuan instruksional yang harus dikuasai murid-murid. Demikian juga
dengan
komponen-komponen administrasi lainnya. Pertanyaan kedua; menunjuk pada bagaimana (how)kepala sekolah menilai semua aspek-aspek tersebut di jadi menyangkut segi-segi teknik penilaian.
Di
atas,
sekolah
dasar umumnya dilakukan observasi kelas, laporan-laporan tentang kemajuan belajar murid (rapor) dan lapOran-lapOran„ lainnya tentang murid dan guru-guru, LapOran-laporan yang bersifat statistis digunakan untuk mengukur
perfor-
r
mans/prestasi yang aktual. Dengan demikian dapat
dipero-
leh informasi tentang efektivitas seluruh subsistem
se-
kolah, sehingga memberikan data yang relevan dan signifikan untuk pengambilan keputusan-keputusan mengenai
kebi-
121f jakan
-
kebijakan
untuk memperbaiki seluruh sistem.
Pertanyaan ketiga; menunjuk pada apa yang akan diukur (what we measure). Pertanyaan ini lebih sulit dua pertanyaan sebelumnya karena menyangkut
dari
segi - segi
kriteria penilaian, sebagaimana diungkapkan oleh Robbins (bobbins, 1978, h,/fl8). "Obviously, what we measure is determined by those criteria for which standards have been established. Are as commonly evaluated include financial efficiency, operating efficiency, administrative performance (efficiency in resource usage, and effectiveness in attaining stated objectives), quantity of output, quality of output, employee absenteeism and turn over and waste and scrap generation". Membandingkan atau komparasi merupakan usaha untuk
mene-
tapkan apakah ada atau tidaknya perbedaan antara performans yang diinginkan. Untuk ini digunakan standar-standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat
diketahui
deviasi-deviasi yang terjadi di dalam sistem.
Deviasi
yang terjadi dapat dikoreksi melalui tahap ketiga
dari
proses penilaian. Kepala sekolah yang efektif .dapat segera melihat .sumber-sumber mana
yang
menjadi
penyebab
deviasi. Apakah sumber penyebab itu dari sumber-
sumber
daya, sumber-sumber tenaga atau pada pengalokasian waktu. Salah satu masalah administrasi utama ialah alokasi
sum-
ber-sumber secara efisien antara pendapatan guru-guru dan staf lainnya, material dan ruangan/bangunan untuk menjamin produktivitas yang tunggi dengan biaya yang rendah.
121f Sebagai pemimpin, menurut konsep keprilakuan, penekanannya adalah pada dimensi-dimensi produktivitas dan kepuasan seluruh staf sekolah; keputusan-keputusan merupakan keputusan. bersama, kerja sama dan partisipasi secara aktif« Jadi keseluruhannya merupakan usaha kelompok. Terdapat berbagai pendekatan teoritik tentang studi
ke-
lompok ini. Salah satu di antaranya ialah "group
syn-
tality theory " dari Cattell ( Shaw, 1977, h. 2 2 - 2 5
)
yang terdiri dari dua bagian yang saling berhubungan yakni dimensi kelompok dan dinamika sintalitas. Dimensi kelompok terdiri dari sifat-sifat populasi yang tak
lain
dari pada karakteristik anggota individu kelompok berupa rata-rata inteligensi, sikap, kepribadian dan semacamnya« Sintalitas dibatasi sebagai kepribadian
dari
ke-
lompok atau-tepatnyat setiap akibat yang dimiliki kelompok sebagai keseluruhan. Sifat-sifat sintalitas ini adalah pengaruh yang dimiliki oleh kelompok, tindakan -tindakan kelompok. Sifat sintalitas dapat disimpulkan
dari
perilaku eksternal kelompok yang meliputi pengambilan keputusan, tindakan-tindakan yang agresif dan lainnya. Sifat lainnya berupa struktur internal yang menunjuk
pada
* tata hubungan di antara anggota-anggota kelompok dan karakteristik struktural yang menjelaskan pola-pola organisasi dalam kelompok, peranan, klik, posisi, jaringan komunikasi dll.
121f Dalam ketiga kategori ini ditemukan
pengaruh-
pengaruh kultural yang dialaminya sejak kecil.
Dengan
demikian sintalitas kelompok bukan hanya dipengaruhi
o-
leh sifat-sifat populasi tetapi juga oleh variabel-variabel kultural. Konsep utama Cattell di dalam menguraikan dinamika sintalitas ialah sinergi. Sinergi adalah keseluruhan energi individu yang memadai untuk kelompok. Dalam kamus istilah manajemen, sinergi dibatasi sebagai kerja sama antara orang atau organisasi yang hasil keseluruhannya lebih besar dari pada jumlah hasil yang dicapai jika masing-masing bekerja sendiri. Dari uraian ini jelas bahwa kerja sama .. individu ke dalam kelompok selain untuk pencapaian tujuan prestasi kelompok maka secara individual ia
atau
memperoleh
kepuasan psikologis di samping kebutuhan-kebutuhan lainnya. Dilihat dari segi kelompok, kegiatan-kegiatan dia rahkan terhadap prestasi kelompok. Sebagai kepala seko lah, maka ia harus memberi perhatian khusus tentang usaha-usaha kelompok ini agar dapat tercapai tujuan kelompok, di samping kepuasan staf guru. Usaha yang dimaksud itu ialah bagaimana membina prinsip sinergi ini, bagaimana mengusahakan agar sinergi kelompok ini dapat
diguna*
kan sehubungan dengan tata hubungan antar pribadi di dalam kelompok agar tidak menimbulkan perselisihan
atau
121f antar pribadi yang dapat mempengaruhi prestasi kelompok. Pembinaan atau perawatan sinergi ini menurut Cattell sebahagian besar harus dialihkan untuk memapankan
kohesi
dan harmoni dalam kelompok. Studi tentang kepaduan kelompok dalam hubungannya dengan produktivitas serta kepuasan kelompok
mempunyai
implikasi yang sangat berguna bagi kepemimpinan
kepala
sekolah dasar, karena situasi kelompok di sekolah umumnya relatif kecil sehingga konflik,
dasar
pertentangan
yang terjadi dapat merupakan hambatan yang vital
terha-
dap prestasi sekolah. Dengan demikian studi tentang performans atau prestasi sekolah tak mungkin memberi informasi yang cukup apabila hanya dipusatkan pada guru
de-
ngan prestasi murid-muridnya saja. Prestasi sekolah
me-
nunjukkan prestasi kelompok antara kepala sekolah beserta seluruh staf guru dengan situasi dan lingkungan di mana sekolah itu berada. Sejauh manakah kepala sekolah selaku pemimpin kelompok di sekolah berhasil memberi pengaruh yang efektif bagi keberhasilan sekolah, dapat diukur dari
kemampuan
dan kebisaannya di dalam kepemimpinannya. Situasi ini dapat diamati dan juga dirasakan oleh anggota-anggota kelompok yang dipimpinnya, sehingga informasi dari
kedua
belah pihak memberi kontribusi yang sangat berart'i.
121f Berkenaan dengan berbagai peranan di atas, diperlukan kepala sekolah yang mampu memecahkan berbagai permasaalahan, mampu mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan dalam bidang administrasi sekolah, mampu menciptakan cara-cara baru di dalam mengelola program-program pendidikan dasar untuk menunjang program-program perbaikan ;yang sementara berlangsung. Kemampuan yang dimaksud ini suai dengan hakekat kepemimpinan kepala sekolah
seyaitu
mempengaruhi tindakan-tindakan dan tugas-tugas staf guru dan staf lainnya. Untuk memberi pengaruh pada orang lain, kepala sekolah sendiri harus mempunyai sifat-sifat
umum
yang menunjukkan kelebihan dibandingkan dengan staf gurunya, Dalam hal ini bukan kecenderungan untuk ' berpegang pada pendekatan tradisional bahwa kepala sekolah
adalah
orang yang mengetahui lebih banyak dari staf gurunya tetapi sifat keunggulan. Keunggulan dalam peranannya sebagai administrator sekolah, supervisor serta motivator.Kepala sekolah sebagai kekuatan memantapkan.(a stabilizing force ) yang. berperan di dalam menjaga dan
-.memelihara
keadaan yang sudah mapan pada situasi sekarang di mana ia harus mengimplementasikan program-program
pendidikan
yang telah dibakukan. Di pihak lain ia harus berperan sebagai agen perubahan ( a change agent ) yang memerlukan
121f kemampuan untuk mendisain pengendalian usaha yang
dapat
mendorong staf guru ke arah kegiatan-kegiatan yang inovatif; dan agar usaha-usaha itu lebih efektif, perlu partisipasi yang luas baik dari pihak staf guru maupun
dari
masyarakat. Usaha saling menyumbang gagasan antara kepala sekolah dan staf gurunya serta implementasinya merupakan kebutuhan penting untuk pembaharuan dan
pembangunan
pendidikan dasar, " Di sinilah kita bicara seperti yang diperkenalkan oleh Browne tentang 'a leadership set* sebagai perbedaan dari 'a psychological set1. Psychological sets penting agar seseorang 'fit into the various activities in which he engages from time to time during a single day or from day to day'. Namun justru kehidupan ini berubah-ubah, bahkan sengaja dikehendaki, direncana, dan diusahakan perubahan-perubahan tertentu. Di sinilah pentingnya peranan 'leadership sets' yaitu 'a readiness to be ready for that which we are not ready for'. Perubahan yang dinantikan memerlukan sikap, tindakan, kemampuan, keahlian yang sesuai; apalagi bagi seorang pemimpin yang justru peranan khususnya ialah "to break away from established structure", 'to get over the walls and the boundaries, to change and to develop'. Hal-hal itulah yang berkenan dengan kesiapan, kewaspadaan kepemimpinan dalam menghadapi proses-proses perubahan baik yang direncanakan dan dalam batas-batas kontrol, maupun yang tidak direncana, jadi diluar kontrol. Pemimpin harus mempunyai 'shock breaker' -atau 'surprise absorber' ( Achmad Sanusi, 1971, h.23)* Penyelidikan. Meiyer.(Kimball Wiles, 1966, h.
), ter-
hadap penelitian-penelitian. yang dilakukan dalam bidangbidang kemiliteran, industri dan pendidikan . menunjukkan bahwa elemen-elemen yang diidentifikasikan ialah pemahaman sosial artinya sensitif terhadap peranan orang inisiatif artinya memprakarsai
lain,
sesuatu bukan semata-mata
121f hanya duduk menantikan terjadinya; kreatif, artinya mampu mengemukakan ide-ide yang baru ; memiliki
informasi,
ekspektasi dan nilai-nilai serta kebisaan dan
ketrampil-
an yang dapat diaplikasi. Perangkat kepemimpinan yang dikemukakan pada
ku-
tipan Achmad Sanusi di atas berupa sikap, tindakan,
ke-
mampuan dan keahlian di dalam menghadapi perubahan- perubahan dewasa ini tak lain dari manifestasi dari
karakte-
ristik kepala sekolah dasar berupa pemahaman sosial, inisiatif, kreatif dengan ditunjang
oleh informasi
ekspektasi serta nilai-nilai pribadi yang kuat.
dan Dengan
perangkat kepemimpinan yang dimiliki kepala sekolah ka persoalan pertama yang dihadapinya ialah
ma-
bagaimana
usaha-usaha kepala sekolah di dalam membina dan
memapaiv-
kan kesatuan kelompok untuk peningkatan produktivitas kelompok dan kepuasan setiap anggota kelompok, 2« Perilaku administrator dan -pengaruhnya a. Model-model studi Beberapa model studi keperilakuan administratif-. Pertama: Paradigma Halpin (Cage, 19
,h.106-109)
di mana -ia mengajukan empat kategori yakni : (1) Tugas organisasi, dibatasi berkenaan dengan'perilaku yang diinginkan
atau produk perilaku;
(2) Perilaku administrator yakni perilaku pemimpin syah dalam peranan administratif;
yang
121f (3) Variabel-variabel yang berasosiasi dengan administrator, yang meliputi perilaku pada
perilaku sebahagian
anggota-anggota kelompok di luar pemimpin, produk perilaku anggota-anggota kelompok, kondisi-kondisi tertentu di mana administrator dan anggota-anggota kelompok dituntut untuk beroperasi, pola-pola organisasi administratif dan faktor-faktor di dalam masyarakat
yang dianut oleh
or-
ganisasi formal; (4) Kriteria administrator yang efektif,
dipostulatkan
dua tingkat kriteria yakni kriteria menengah ( intermediate criteria) yaitu dengan mengevalua'si atau menilai (rating) perilaku pemimpin dan kriteria hasil perilaku yang diukur berkenaan dengan produk organisasi dan perubahan perubahan pada produk bersangkutan. Kedua: Pengembangan suatu konstruk prismatik oleh Hack dengan kav/an-kav/annya (1971, h.6-8) di mana konsep administrasi pendidikannya berkenaan dengan
ekspektasi,
tugas-tugas dan metode (the what, the v/hich and the hov/). Sebagai administrator pendidikan, manusia memiliki
keu-
nikan pola tentang nilai j persepsi dan kebisaan ( ability). Di dalam posisi administrasi ia tunduk atau menjadi sasaran dari kekuatan-kekuatan antiseden berupa Ï (1) dasar falsafah yang menyediakan nilai-nalai
yang
memberi perintah pada lingkungan; (2).teori yang memberi pedoman untuk tindakan administratif;
121f (3) setting (menggambarkan lingkungan fisik di mana
ia
berad^; dimensi dan distribusi populasi, essensi tingkat perubahan setiap karakteristik atau
dan
lingkungan-
lingkungan psikologik, sosiologik, politik dan
ekonomik
memberi harapan dan tuntutan» Kekuatan-kekuatan antiseden ini terhadap tindakan-tindakan administratif dibiaskan melalui keunikan konstruk
ni-
lai-nilai, persepsi dan kebisaan manusia dan nampak
se-
bagai manifestasi tindakan-tindakan administratif.
Admi-
nistrator sebagai manusia kemudian menetapkan dan
meng-
uji tindakan-tindakannya sehubungan dengan
kemungkinan-
kemungkinan untuk dilaksanakan dan kemantapan teoritik. Ketiga: Likert dalam konsepnya tentang pola skema hubungan antara variabel-variabel kausal, ''intervening1 dan hasil (1961, h,196-202) menjelaskan bahwa
persepsi
seseorang itu ditentukan oleh hasil interaksi antara
va-
riabel-variabel kausal dan kepribadian; di pihak lain dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, ekspektasi, tradisi
dan kelompok-kelompok kerjanya. Persepsi itu sendi-
ri membawa pada : (1) Orientasi-orientasi kognitif yang menunjuk
dimensi
pemahaman intelektual seseorang, tentang konsep pekerjaannya, apa yang dipikirkan untuk dikerjakan dan bagaimar na mengerjakannya, konsep tentang organisasi dan tujuannya;
tujuan-
121f (2) Kekuatan-kekuatan motivasi; (3) Sikap melalui suatu proses di mana ekspektasi membentuk fungsi modifikasi atau kondisi. Kekuatan-kekuatan motivasi selalu berasal dari persepsi, juga berasal
dari
sikap dan nilai-nilai serta tujuan-tujuan kerja kelompok, saling menambahkan dan menguatkan secara harmonis. bisa terjadi apabila sistem interaksi yang
Ini
mempengaruhi
organisasi bekerja dengan baik, b. Pengaruh variabel-variabel keperilakuan kenala sekolah terhadap nerformans administrasinya yang aktual Dalam
hubungan dengan proses peranan maka
hasannya terbatas pada pemeran dan ekspektasi
pemba-
peranan
yang diinginkan , sebab itu terpusat pada perilaku pemimpin dan pengaruhnya pada performans organisasi yang
di-
pimpinnya, Peranan pemimpin yang berkenaan dengan performans organisasi, banyak ditentukan oleh variabel kunya sendiri di samping variabel-variabel
perila-
administrasi
lainnya, termasuk perilaku bawahan atau pengikut-
pengi-
kutnya, Halpin menekankan pada variabel-variabel administrator di antaranya persepsi. Hack dengan kawan-kawannya kepada manusia dengan konstruk nilai-nilai, persepsi dan kebisaan (abilities). Likert, menempatkan
kepribadian,
persepsi, sikap, kekuatan-kekuatan motivasi yang memberi pengaruh kepada perilakuan sebagai variabel-variabel yang mencampuri
antara
variabel-variabel kausal dan
va-
121f riabel hasil. (1) Pengaruh persepsi Persepsi sesuai dengan penjelasan pada bab
sebe-
lumnya adalah kesadaran untuk memahami dan menghayati peranan yang akan dimainkan
seseorang dalam posisinya; me-
rupakan dasar bagi pemahaman perilaku orang lain«
Dalam
konteks dengan penulisan ini persepsi menunjuk pada
su-
atu proses kesadaran yang timbul pada diri kepala lah di dalam menghayati peranan kepemimpinannya
sekosesuai
dengan ekspektasi-ekspektasi, baik yang bersumber dirinya selaku administrator maupun
selaku
pada
pemimpin
pengajaran di sekolah termasuk lingkungan kerja di
mana
ia berperan« Tugas-tugas yang harus diperankan baik oleh kepala sekolah ataupun staf gurunya tergantung pada
apa
yang dilihat dan dihayati kepala sekolah. Apa yang
diha-
yati kepala sekolah akan menentukan bagaimana seharusnya ia bertindak. Di sinilah diperlukan pertimbangan (
judg-
ment) kepala sekolah; persoalan yang dihadapi, bagaimana menanganinya dan solusi apa yang dipilihnya. .Pertimbangan-pertimbangan ini banyak dipengaruhi oleh persepsi pala sekolah. Pertimbangan terhadap proses
ke-
administrasi
yang dikerjakan, pertimbangan terhadap supervisi
yang
perlu dilaksanakan agar program-program pengajaran dapat dikelola sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pertimbangan-pertimbangan melahirkan kebijaksanaan dan
ke-
121f bijakan
perlu ditetapkan melalui prosedur
an keputusan yang rasional.Di pihak
pengambil-
lain perlu
diperha-
tikan akan persepsi staf guru sesuai dengan peranan
me-
reka selaku pelaksana keputusan
ke-
yang diambil, yang
semuanya bermuara pada peningkatan performans
kelompok
dan kepuasan semua anggota. Hollander, di dalam memperbincangkan wewenang mimpin dan
pengikut-pengikutnya mengemukakan bahwa
kekuasaan (legitimasi) pemimpin tergantung pada
pehak
proses
transaksional; singkatnya, terdapat faktor yang
menun-
jang hak kekuasaan peranan pemimpin. Faktor-faktor
itu
ialah : (a) gaya dengan mana legitimasi itu dicapainya; dan (b) persepsi pengikut-pengikutnya terhadap kompetensi dan motivasi pemimpin. Sebab itu, suatu situasi yang nangkan bagi pemimpin itu terjadi, bilamana
menye-
pengikut-
pengikutnya memandang bahwa posisi pemimpin itu
sahih
(valid) dan hasil kerjanya diakui (Hollander, 1978,h.49). Keberhasilan administrator sekolah (Rita
Dunn
&
Kenneth Dunn , 1977, h.14-16) sangat tergantung pada gar ya manajemen yang efektif, cara kerja sama dengan
staf
guru, dengan murid-murid, orang tua dan yang lainnya di dalam membimbing mereka untuk mencapai tujuan sekolah, mke mukakan bahwa ada najerial yang efektif;
tiga hal yang merintangi gaya
ma-
121f (a) Persoalan pertama
dan yang terutama, rintangan bagi
gaya manajemen yang efektif berkaitan dengan persepsi administrator dan lainnya dengan siapa ia
be-
kerja. Misalnya seorang kepala sekolah melihat bahwa ia seorang yang terbuka dan berkomunikasi langsung
dengan
siapa saja, tetapi di dalam kenyataan hal yang
dilaksa-
nakan itu bertentangan» Jadi situasi secara nyata berbeda dengan persepsi kepala sekolah dengan mereka
yang
lainnya; (b) Persoalan rintangan yang kedua, berhubungan kaburnya peranan kepemimpinan dan manajemen; (c) Persoalan ketiga yang merupakan rintangan bagi hagian administrator ialah kurangnya pemahaman
seba-
terhadap
hirarkhi kebutuhan Maslow» Dari uraian ini nampak betapa besar pengaruh
per-
sepsi itu dalam situasi kepemimpinan kepala sekolah
da-
sar yang efektif. Perbedaan di dalam persepsi
menyebab-
kan renggangnya tata hubungan dan lemahnya kesatuan lompok sehingga berpengaruh kepada prestasi sekolah
kedan
juga kepuasan anggota-anggota staf guru dan yang lainnya. Persepsi, menurut Goble (Goble, 1972, h.56-58)adalah suatu aspek yang penting tetapi yang sering
dilalai-
kan dan hampir semua kita keliru tentang apa yang but oleh Nirenberg sebagai "wishful hearing". Orang
disecen-
derung untuk memutuskan apa yang diinginkan dan tidak msu
121f mendengar« Selanjutnya Goble mengemukakan sbb ; "An understanding of perception and the mind's inhibitory system is significant to students of communication for at least two reasons. The first is that familiarity with the mind's operation makes you a better perceiver. You become aware of your own tendency to filter out various types of information. You can detect your tendency to biased hearing in such controversial areas as politics and religion. Men who listen realistically tend to be more creative and make better judgments. The second reason for understanding perception is to gain, effectiveness in communicating with others. When you become aware of other's goals and attitudes you can predict what information they will reject". Kriteria administrator yang efektif banyak tukan oleh persepsinya terhadap peranan yang
diten-
dimainkan
dalam statusnya sebagai kepala sekolah. Status, berkenaan dengan posisi dalam sekolah sebagai sistem sosial
yang
diduduki oleh orang yang ditunjuk. Status dan peranan dalam hubungan ini adalah konsep untuk
mengkomunikasikan
harapan-harapan yang berhubungan dengan aturan
tertentu
dengan tata hubungan serta perilaku yang sudah terpolakan • Bagi kepala sekolah, tata kerja itu berkenaan dengan pasal-pasal 1067 dan 1068 Keputusan Menteri
Pendi-
dikan dan Kebudayaan Nomor:079/0 Tahun 1975» tentang sunan organisasi dan tata kerja Departemen
su-
Pendidikan
dan Kebudayaan. Dalam hal ini petunjuk-petunjuk
Seksi
Pendidikan Dasar Kantor Departemen Pendidikan dan
Kebu-
dayaan Kabupaten/Kota Madya. Kepala sekolah yang efektif bukan hanya
mengha-
yati peranan-peranannya sehubungan dengan posisinya
te-
121f tapi juga dapat menghayati apa yang setenarnya
dihayati
oleh staf gurunya dalam kaitan dengan peranan mereka
se-
bagai pemegang kunci peningkatan prestasi belajar muridmuridnya» Hal ini mungkin, bila kepala sekolah dapat bersikap terbuka dan dapat bersimpati dengan penghayatan para guru» Pertemuan antara berbagai persepsi ini akan membawa pada usaha bersama dalam meningkatkan prestasi
se-
kolah dan kepuasan semua pihak» Pemahaman terhadap
per-
sepsi serta sistem perintang berpikir sesuai kutipan atas memang cukup signifikan bagi
kepala
di
sekolah dasar
yang setiap saat harus mengadakan komunikasi dengan staf guru, dengan penilik pendidikan dasar/pengawas paten atau masyarakat sekitar termasuk orang tua
kabumurid.
(2) Pengaruh kebisaan Kepala sekolah dalam posisinya sebagai administrartor dan supervisor sering dihadapkan dengan berbagai salah yang memerlukan pemecahan atau solusi dengan ra» Masalah yang menyangkut segi-segi administratif,
marsegese-
gi supervisi, termasuk: persoalan-persoalan pelaksanaan program-program pengajaran dengan hambatan- - hambatannya, masalah tentang guru, murid ataupun dengan orang tua murid , instruksi atau kebijaksanaan penilik/pengawas lainnya» Solusi, menyangkut persoalan pengambilan
dan kepu-
tusan yang perlu dipahami, dihayati, yang kesemuanya memerlukan kebisaan (abilitas) kepala sekolah untuk
me-
121f nanganinya. Kebisaan untuk menguraikan fakta-fakta, asumsi-asumsi dan nilai-nilai sehubungan dengan
keputusan
yang akan diambil, selalu berorientasi pada c tujuan
se-
kolah dasar, prestasi kelompok dan kepuasan semua pihak. Kebisaan memberi kontribusi utama di dalam
melancarkan
fungsi-fungsi kepemimpinan yang efektif. Definisi
opera-
sional yang telah dikemukakan pada bab terdahulu
menje-
laskan bahwa kebisaan menunjuk pada pengetahuan
yang
luas dan kemampuan kepala sekolah di dalam mengelola program-program pendidikan dasar dan kaitannya dengan aspekaspek kepemimpinan, strategi profesional guru dan teknikteknik mengajar belajar. Kebisaan diarahkan dan
dibidik-
kan pada implementasi proses sekolah. Perihal kebisaan dan ketrampilan ini . dijelaskan oleh Bloom bahwa individu dapat menemukan informasi
dan
teknik yang tepat dari pengalaman sebelumnya untuk
dibi-
dikkan pada masalah dan situasi-situasi yang baru. Dalam konteks ini diperlukan latar belakang pengetahuan teknik dan metode yang siap untuk dipergunakan
dan dalam
situasi-situasi yang baru. Di sini ditunjukkan perlunya latihan-latihan sebelumya. Perilaku kerja bukah
sekedar
suatu fungsi dari variabel-variabel motivasi dan mimpinan yang baik. Banyak hal yang perlu
kepe-
dipertanyakan
tentang keberhasilan seseorang dalam posisi pekerjaannya. Sejauh manakah kebisaan seseorang memberi dorongan yang menyebabkan orang itu berhasil ?
atau
121f ChiseIii (Korman, 1978, h.103-104) menemukan bisaan-kebisaan intelektual (verbal and numerical ties) yang signifikan untuk berbagai jenis
ke-
abili-
pekerjaan
atau jabatan. Penemuan ini dilaporkan dalam bentuk koefisien korelasi; "that is, the higher the correlation
the
more important the ability is presumed to be for job performance". Kelemahan studi ini menurut Korman , terletak pada adanya campuran antara individu-individu yang diuji sebelum memasuki sesuatu jabatan dan mereka yang
diuji
sesudah mempunyai pengalaman-pengalaman di dalam
jabat-
annya. Variabel-variabel yang dipakai untuk
meramalkan
tingkat keberhasilan dalam jabatan ternyata
berbentuk
skor seperti skor yang diperoleh dengan tes kebisaan mental yang bersifat umum. Di pihak lain McClelland (Korman, 1978, h.106),
dalam
studinya memperlihatkan beberapa isu penting yang
dapat
dikemukakan sbb : McClelland argues that the general mental ability factor, as it has traditionally been measured, is infact, not very important for occupational success except at the extreme points and that other kinds of skills and abilities are more importanto Such skills, he maintains, are more likely to be learned by those in our socioeconomic strata and are, in fact, susceptible to considerable training and other types of social intervention influence^ Therefore, McClelland argues, what we should be measuring and developing are such behavior as communications skills, patience, training in goal-setting, and the like, rather than being concerned with such matters as abstracy analogies and vocabulary skills. The latter are significant for success in school but not so much for suocess in life and work.
121f Dari uraian ini nampak bahwa pengalaman kerja yang harga dapat membawa pada bertambahnya kebisaan
ber-
kognitif
dan ketrampilan yang lebih efektif berkaitan dengan
tun-
tutan pekerjaan, dan sebagai tambahan, pengalaman
ini
berpengaruh pada motivasi dan sikap» Istilah kebisaan (abilities) dan
ketrampilan
(skills) dalam berbagai literatur kadang-kadang
dipakai
secara bergantian dan kadang-kadang kebisaan dipakai tuk menjelaskan ketrampilan atau menguatkan dan
un-
kadang-
kadang saling menguatkan» Korman (Korman, 1978, h» 101) menggunakannya secara bergantian seperti ternyata
dalam
pernyataan berikut; "How important are abilities
for
getting ahead 'i n an overall career sense? How significant are abilities or skills for different jobs?". (a.) Aspek-aspek kepemimpinan pendidikan Dalam tulisan ini kebisaan dengan definisi
opera-
sional, ditekankan pada segi-segi kognitif berkenaan ngan aspek-aspek kepemimpinan pendidikan, yakni
pengeta-
huan yang luas dalam peranan sebagai administrator supervisor» dan dapat melaksanakan fungsi-fungsi nistrasi dan supervisi sekolah (perencanaan,
de-
dan admi-
pengorgani-
sasian, pembimbingan dan kontrol): Sekolah sebagai suatu sistem memungkinkan ditemukannya hirarkhi kegiatan- kegiatan yang
berinterrelasi satu dengan lainnya untuk
capai tujuan tertentu» Sistem sekolah adalah suatu
menja-
121f ringan kerja dari sejumlah prosedur yang terintegrasi dan dirancang untuk melaksanakan kegiatan pendidikan
dan
pengajaran dasar sebagai suatu kegiatan utama. Di
sini-
lah yang oleh William A. Gill (Lazzaro, 1959, h,2-3), diperlukan sistem dan prosedur walaupun dalam bentuk
yang
sederhana sesuai dengan kondisi sekolah dasar di
.mana
kepala sekolah harus memutuskan sesuatu, melakukan
se-
suatu dan menilai sesuatu. Sistem dan prosedur dapat
di-
pandang sebagai "a vehicle of thought and analysis"
de-
ngan mana seluruh permasaalahan sekolah dapat
ditinjau
secara langsung berkenaan dengan pengolahan data melayani informasi yang berguna bagi kelancaran
dan proses
belajar mengajar. Dalam usaha yang demikian diperlukan
ketrampilan
konseptual dalam peninjauan dari keseluruhan,
kemudian
komponen-komponen sampai pada perincian setiap
komponen
yang membangun sistem sekolah. Dengan ketrampilan konseptual ini, kepala sekolah dapat memperoleh suatu tas dari pada keseluruhan usaha secara seimbang
integriuntuk
mencapai tujuan serta target yang telah ditetapkan.
Pen-
dekatan sistem dan prosedur menekankan pada perencanaan dan pengontrolan dari seluruh kegiatan belajar
mengajar
dan hal ini essensiil untuk pelaksanaan kerja secara efisien. Pendekatan sistem dan prosedur secara • essensiil
121f membuka kemungkinan untuk berinovasi guna perbaikan- perbaikan kemudahan kerja dan pengembangan sistem. Keuntungan-keuntungan khusus dapat dikeraukakan sbb : (i) Mendorong untuk berpandangan secara menyeluruh realistik terhadap seluruh bagian
sampai
dan
subsubunit
sebagai komponen-komponen yang raengkontribusi pencapaian tujuan umum; (ii) Membantu memperkecil pengulangan pekerjaan
dengan
memperinci perwujudan kerja, dan juga pengambilan
kepu-
tusan sehingga dapat memperkecil perulangan; (iii) Keseragaman (uniformitas) kegiatan-kegiatan
peker-
jaan dapat dicapai; (iv) Peluang adanya kekeliruan diperkecil sehingga
aku-
rasi kegiatan ditingkatkan; (v) Pengawasan yang terandal dapat dilaksanakan
dengan
tepat; (vi) Pengambilan keputusan yang tergesa-gesa dan
yang
keliru dapat diminimalkan; (vii) Secara jelas daerah-daerah masalah pekerjaan
ter-
identifikasikan dan terbatas. ( b ) Strategi -profesional guru Kepala sekolah sebagai penanggung jawab
profesio-
nal guru, menggambarkan adanya bobot kepemimpinan sesuai dengan misi profesi yakni peranan dan status fesional yang mengimplikasikan sikap;
yang pro-
121f (i) citra profesional berupa pemimpin pendidikan, tor, perencana, katalisator, organisator,
eduka-
fasilitator ,
inovator, dan bukan sebagai instruktur atau operator kelas; (ii) pragmatis dan idealis dalam menghadapi
persoalan-
persoalan dalam pendidikan dan pengajaran dengan
meng-
gunakan dan memanfaatkan teknologi pendidikan yang rat
aku-
dan efektif;
(iii) adaptif dan inovatif dalam mempersepsi dan berespon dengan
jalan swa-latihan (self-trainable) terhadap peru-
bahan-perubahan dalam pendidikan dan lingkungan
ekologi
sosial, ekonomi, kebudayaan, politik dan ketahanan
na-
sional« Citra profesional dapat diterjemahkan dalam
ben-
tuk performans yang secara nyata adalah kompetensi
pro-
fesional« Pragmatis dan idealis menunjuk pada sikap yang praktis tetapi dilandasi oleh sistem nilai, moral keagamaan yang menentukan cara berpikir agar tidak mudah ombang-ambingkan oleh keadaan yang tidak pasti. kan adaptif dan inovatif mengaitkan segi-segi
di-
Sedangteknologi
dan engineering untuk melayani tugas-tugas profesional« Ketiga aspek perilaku yang mendukung
kompetensi
profesional itulah yang menentukan bobot kepemimpinan kepala sekolah dasar dalam hubungan dengan tanggung
jawab
profesional keguruan. Dengan demikian pendidikan
dasar
121f sebagal suatu usaha atau "educational enterprise"
pada
tempatnya harus dikontrol atau dipimpin oleh tenaga profesional sendiri yang dalam hal ini kepala sekolah, sesurai dengan misi dan fungsi yang diembannya. Sebab itu bagai pemimpin, kepala sekolah
perlu
se-
membina keman-
tapannya melalui pengaturan dan pembinaan bobot
keprofe-
sionalannya yang essensiil agar tidak mudah diombang- ambingkan oleh variabel-variabel internal sistem dan meter lingkungan sistem. Kompetensi profesional
para-
kepala
sekolah dalam kaitan dengan pendidikan dasar, bukan tentukan semata-mata oleh sifat kepemimpinan yang
dibaik
saja, tetapi suatu kombinasi yang harmonis antara karakteristik perilaku administrator yang dimanifestasikan melalui kebisaan aktual dengan karakteristik staf guru yang diwujudkan di dalam kesatuan:, kelompok. Bagi kepala sekolah dasar tugas-tugas yang dilaksanakan terutama dalam pemantapan kurikulum sekarang, cukup berat dan memberi tantangan- -
perlu baku
tantangan
yang perlu dihadapi dengan penuh kesungguhan. Untuk itu ia tidak bekerja sendiri tetapi bersama dan dibantu oleh staf gurunya. Persoalannya, sejauh manakah kepala lah dapat memotivasi bawahannya agar mereka dapat serta di dalam usahanya. Dalam hal di mana kepala lah sebagai pemimpin memotivasi staf gurunya sangat gantung pada :
sekoturut sekoter-
121f (a) Motivasi pribadi kepala sekolah isendiri' (b) Ketepatan persepsi kepala sekolah terhadap kebutuhankebutuhan staf gurunya; (c) Efektif dalam proses berkomunikasi. kian
Dengan
tingkat di mana kepala sekolah memahami
demistruk-
tur motivasi sendiri dapat diaplikasikan pemahaman kepada staf gurunya sebagai faktor yang menentukan
ini ke-
berhasilan sistem sekolah. Persepsi .yang tajam dan yang ditunjang oleh
kgbi-
ss^n di dalam mengkonseptualisasikan dan . mengoperasikan fungsi-fungsi kepemimpinan sekolah dasar, akan
membawa
pada peningkatan efektivitas kepemimpinannya. Efektivitas dalam konteks ini menunjukkan pada kepala se- kolah sebagai individu yang dapat memberi kontribusi nyata
dan signifikan pada kepemimpinannya;
mereka
mumnya imaginatif, perseptif dan kreatif di dalam
upei>-
dekatan-pendekatannya terhadap permasalahan sekolah yang hidup dan untuk pencapaian, tujuannya sendiri; pada waktunya mereka akan bertanggung jawab dan ^tanggung wajib dalam hubungan kepemimpinannya Kepala sekolah yang kreatif, implikasinya
ialah
inovatif, artinya memiliki persepsi yang tajam, peka terhadap semua kejadian dan perubahan yang timbul di
ling-
kungan sekolahnya; dapat mengantisipasikan perubahan-perubahan terhadap organisasi sekolah terutama di masa yang: gkan datang; bertanggung jawab artinya berani-menanggung,
121f seluruh konsekuensi dari kebijakan;
yang telah
dite-
tapkan; memahami seluruh persoalan yang timbul pada seluruh komponen organisasi sekolah dan segera bertindak
se-
cara konstruktif untuk mengatasinya;, imaginatif, artinya memprakarsai konsep-konsep baru bersama staf gurunya dalam memperbaiki sub-subsistem belajar mengajar,
di
admi-
nistrasi sekolah dan pemanfaatan sumber-sumber daya yang tersedia secara efektif. Kepala sekolah yang
produktif
adalah juga mereka yang efektif, yang implikasinya
ber-
kenaan dengan : (a) Ketrampilan dan kebisaan di dalam berkomunikasi,
ar-
tinya dapat mengkomunikasikan semua ide secara sederhana dan mudah dipahami oleh staf gurunya; (b) Dapat
memahami dan menemukan kebutuhan-kebutuh-
an staf guru; (c) Self-esteem, artinya mempunyai sikap harga diri. ngan demikian
De-
dapat menghargai staf gurunya
secara
Kriteria keberhasilan proses pengendalian
usaha
efektif.
yang efektif tak lain dari pada performans
administrasi
yang dalam hal ini berupa kegiatan pengambilan keputusan dan kegiatan pemimpin pengajaran sebagai unit dasar
pe-
rilaku kepala sekolah. Perilaku kepala sekolah dalam
pe-
ranannya sebagai administrator dan pemimpin sesuai dengan uraian-uraian sebelumnya banyak dipengaruhi oleh
faktor-
121f faktor antiseden yang nampak dalam persepsinya
terhadap
tugas-tugas sekolah dan kebisaan atau abilitas untuk mahami kerumitan tata hubungan kerja yang efektif
me-
dalam
memimpin kegiatan-kegiatan kelompok. Perilaku selalu
me-
refleksikan konsep individu tentang apa yang mungkin
di-
laksanakan (dalam hal ini orientasinya adalah pada kognitif) dan kemauannya untuk mengerjakan apa yang telah
di-
pikirkan (di sini dorongan-dorongan motivasi
.memainkan
peranan yang sangat penting). Dalam hal ini
diperlukan
ketrampilan dan kebisaan yang bermanfaat bagi
kebi-
jakan - kebijakan yang akan ditetapkan. Persoalannya, ketrampilan dan kebisaan
manakah
yang relevan bagi kepemimpinan kepala sekolah dasar? Umumnya dalam berbagai literatur disepakati bahwa
untuk
penyelesaian manajemen diperlukan tiga jenis ketrampilan (Hersey & Blanchard, 1978,h.6) yakni : (a) Ketrampilan teknik
Kebisaan (ability) untuk meng-
gunakan pengetahuan, metode, teknik dan peralatan berguna bagi performans^. tugas-tugas khusus>jrang
yang dipero-
leh melalui pengalaman, pendidikan dan latihan; (b) Ketrampilan manusiawi
Kebisaan dan
pertimbangan
(judgment) dalam bekerja sama dengan dan melalui manusia, termasuk pemahaman terhadap motivasi dan
tenaga apli-
kasi kepemimpinan yang efektif; (c) Ketrampilan konseptual
Kebisaan untuk memahami ke-
121f rumitan keseluruhan organisasi di mana tugas
seseorang
itu cocok dengan organisasi. Kombinasi dari ketrampilan-ketrampilan ini
berbe-
da bila seorang individu memperoleh kemajuan dalam
mana-
jemen, dari posisi supervisor kepada posisi pucuk
kepe-
mimpinan manajemen (Hersey & Blanchard, 1978» h.6-7). Selanjutnya dikemukakan: . . . " Y/hile the amount of nical and conceptual skills needed at these
tech-
different
levels of management varies, the common dominator
that
appears to be crucial at all levels is human skill." Dari uraian di atas dapat dipertanyakan pada tingkat manajemen manakah kepala sekolah dasar ditempatkan ?. Sebagai pemimpin unit organisasi terkecil dilihat
dari
segi Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor:
070/0 Tahun 1975 tentang Susunan Organisasi dan
Tata
Kerja Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maka kepala sekolah dasar berada pada tingkat manajemen
supervisi.
Supervisi, seperti yang telah dikemukakan di depan
ada-
lah pengendalian usaha pembinaan , pertumbuhan dan
per-
kembangan guru-guru di
sekolahnya, baik individu
atau
kelompok agar mereka lebih memahami secara efektif formans seluruh fungsi pengajaran J
mereka
perdapat
membina pertumbuhuan murid-murid secara berkelanjutan gar dengannya murid-murid dapat dipersiapkan untuk lanjutkan pelajarannya ke lembaga pendidikan yang
sr me-
lebih
121f tinggi atau terjun ke masyarakat. Dengan demikian
diper-
lukan "banyak ketrampilan teknik , misalnya mengembangkan suatu prosedur untuk melaporkan kehadiran dan
kemajuan
murid-murid dsb. Dalam hubungan dengan kedudukannya
se-
bagai pemimpin kelompok diperlukan kebisaan untuk
beker-
ja secara \efektif, kerja sama dan berpartisipasi
dalam
kelompok yang dipimpinnya. Hal ini sesuai dengan prinsipprinsip kesatuan kelompok dalam hubungan dengan
pening-
katan prestasi sekolah dan kepuasan kelompok. Kepala sekolah dalam hal ini akan menghayati sepsi penilik pendidikan dasar atau pengawas
per-
kabupaten,
sesama kepala sekolah dan terutama persepsi staf gurunya. Dengan demikian ia dapat memahami dan memotivasi
indivi-
du-individu dalam kelompoknya, sehingga mereka akan beri kontribusi yang positif di dalam mencapai
tujuan-
tujuan sekolah. Penekanan pada ketrampilan manusiawi nyak didukung oleh pernyataan hasil penelitian
mem-
ba-
seperti
yang dikemukakan Hersey dan Blanchard (Blanchard,loc.cit) sbb : "The emphasis on. human skill vías considered important in the past, but it is of primary important today. For example, one of the great entrepreneurs,John D.Eoekefeller, stated: 'I will pay more for the ability to deal with people than any other ability under the sun*. These words of Rockefeller are often . ecltoed. According to a report by the American Management Association, an overwhelming majority of the two hundred managers who participated in a survey agreed that the most important single skill of an executive is his or her ability to get along with
121f people. In this survey, management rated this ability more vital than intelligence, decisiveness,knowledge, or job skills. Dengan uraian-uraian di atas dapat
dikemukakan
bahwa ditinjau dari segi kemanajemenan maka kepala
seko-
lah harus mempunyai ketrampilan-ketrampilan dengan
pene-
kanan-penekanan yang diletakkan pada aspekdan aspek teknik.
manusiawi
Kedua aspek ini sangat berhubungan
erat dengan tugas utama sekolah yakni proses
belajar
mengajar. Hal ini bukan berarti bahwa ketrampilan konseptual tidak diperlukan oleh seorang kepala sekolah Persoalannya adalah penekanan, yang
dasar.
. menyangkut
pem-
bobotan, artinya untuk kedua aspek pertama dan kedua diberi bobot yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan
bobot yang diberikan untuk aspek ketiga atau aspek
kon-
septual. Ketrampilan konseptual perlu bagi kepala
sekolah
dasar karena kegiatan-kegiatan inovatif yang dihadapinya berkenaan dengan hakekat kurikulam baku. Herbert
Simon
dalam membahas 'The Décision Maker as Innovator*
(O1
Donnell, 1966, h,102-10/f) mengemukakan bahwa suatu
pro-
gram itu inovatif, bilamana ditemukan kondisi -
kondisi
ebb : (a) Menemukan jawaban terhadap masalah-masalah ba-ru masuk pemeriksaan yang rumit, pemecahan masalah kegiatan belajar..
terdaç
121f (b) Permulaan program baru, yakni pengenalan pada kesempatan atau kebutuhan yang umumnya berasal dari dalam organisasi sebagai hasil dari pengamatan yang
sis-
tematik terhadap lingkungan dan sensitif pada problan,
PENGAMBIL Ali KEPUTUSAN DAN KEPEMIMPINAN P ¿ii DIDIKAN DAN PENGAJARAN SEBAGAI PERFORMANS ADMINISTRASI KEPALA SEKOLAH. Kegiatan -kegiatan yang dilaksanakan di
sekolah,
secara essensiil adalah implementasi dari keputusan-keputusan dan penyelesaiannya. Putusan harus diambil
oleh
orang, jabatan dan atau badan-badan yang berwenang. lam hubungan dengan kegiatan di sekolah maka
Da-
pengambil
keputusan bersumber pada Kantor Wilayah Departemen P dan K Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,kepala sekolah
bersang-
kutan sendiri dan oleh guru di kelas. Suatu perangkat keputusan dan sejumlah asumsi y&ng melandasinya kan perilaku administratif.
menjelas-
Asumsi-asumsi yang
kan berikut ini bersumber dari penemuan-penemuan Development of Criteria o f Success in School
dijelas"
The
Administra-
tion Project » (Blanchard, 1978, h.&jO. Asumsi pertama : Administrasi sekolah adalah
su-
atu tipe umum perilaku yang ditemukan dalam seluruh organisasi manusia. Dengan kata lain, administrasi selalu ada dalam konteks organisasi.Administrasi berkenaan
de-
ngan pencapaian optimum dari tujuan-tujuatt organisasi,dimana tujuan-tujuan itu hanya bisa tercapai dengan adanya
121f masukan manusia. Pada sekolah, sebagai sistem,
perilaku
organisasi merupakan bagian yang signifikan dari administrasi pendidikan. Pola-pola kepemimpinan kepala motivasi, jaringan komunikasi dalam lapangan
sekolah,
organisasi
sekolah lainnya yang secara substansiil diterima
dalam
penyelidikan ahli-ahli perilakuan, bermanfaat
dalam
memfceri kontribusi yang efektif dan efisien sekolah. Asumsi kedua : Administrasi adalah proses
pengen-
dalian usaha-usaha sekolah. Dengan kata lain administrasi terjadi bilamana proses pengendalian usaha sekolah
itu
diawasi. Implementasi-itu dipengaruhi melalui : (a) Kriteria yang dimapankan untuk performans individu-in dividu staf guru yang berinteraksi dalam organisasi; (b) Pengawasan yang telah dimapankan untuk mengajar agar performans sesuai dengan rencana, Performans
administra-
si dalam hubungan ini bukanlah suatu fungsi
artifisial
tetapi suatu proses yang digunakan oleh seluruh staf kolah berkenaan dengan pengawasan dan pembimbingan atan-kegiatan mereka di sekolah. Administrasi bukan
se-
kegipro-
duksi organisasi tetapi adalah tugas khusus di dalam membina organisasi di dalam operasi-operasinya* Asumsi ketiga : Fungsi khusus administrasi adalah untuk mengembangkan dan mengatur proses pengambilan putusan dengan cara yang sedapat mungkin efektif.
keApa-
bila administrasi dibatasi pada tingkat mikro sekolah maka pembahasannya terpusat pada sistem performans adminis-
121f tratif, Karena pembahasan ini bertolak dari
pendekatan
sistem maka performans administratif harus dilihat
pula
sebagai suatu sistem. Sebagai sistem, performans administrasi
perlu
dimantapkan dengan proses keputusan-keputusan kepala
se-
kolah di mana pertekanannya adalah pada peningkatan prestasi sekolah dan kepuasan anggota-anggqta sekolah
terma-
suk kepala sekolah sendiri, staf guru dan lainnya.
Hal
ini sesuai dengan konsep Allan Thomas yang telah
dikemu-
kakan yakni mencipta dan mengoperasi sistem yang
produk-
tif yang meliputi ; penggunaan sumber-sumber daya untuk pencapaian tujuan, memonitor sistem, menggunakan
infor-
masi-informasi tentang performans pada titik tertentu dalam waktu agar dapat memperbaiki operasi-operasi berikut^ nya • Achmad Sanusi (Achmad Sanusi, 1972, h,28-29) dalam membicarakan pengambilan keputusan sebagai salah satu dari komponen-komponen utama administrasi mengemukakan sbb; Tugas pimpinan dan para administrator, pada umumnya setiap hari adalah mengambil atau membuat putusan, atau karena sifat-sifatnya yang khas sering juga diberi nama lain ialah tugas memecahkan atau menyelesaikan masalah (problem solving) .... Memang pada hakekatnya, setiap kegiatan yang dilakukan itu adalah putusan dan penyelesaian masalah. Rencana dan sistem informasi memberi jasa-jasa yang sangat berharga terhadap kemampuan pengambilan keputusan yang tepat. Di dalam berbagai literatur tentang administrasi
pendi-
dikan selalu ditekankan pada pentingnya pengambilan putusan, Kepala sekolah yang efektif
dapat
ke-
menen-
121f tukan permasaalahan-permasaalahan di sekolahnya,
mengum-
pulkan data dan kemudian dengan data bersangkutan
digu-
nakan untuk memecahkan permasaalahan tersebut. Administrartor adalah manusia yang suka bertindak secara bertangung jawab
di .mana kegiatannya adalah mengambil
Keputusan membentuk kebijakan..
keputusan.
_ dan yang akan
merupa-
kan pedoman bagi kegiatan-kegiatan organisasi. Keputusankeputusan operasional sekolah adalah kegiatan/
tindakan
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam kebijak. tor
, diarahkan dan dikordinasi oleh administrar
dan. memperhatikan efektivitas (apakah setiap
guru
bekerja sesuai dengan fungsi masing-masing)Jterkordinasinya artinya harus dicapai melalui integrasi dan sinkornisasi dan pengambilan keputusan yang tepat menurut
sifat
dan waktunya. 1. Pengambilan keputusan Pengambilan keputusan adalah pusat kegiatan nistrasi dan pendidikan, merupakan kunci yang
admi-
menghasil-
kan administrasi yang efektif bagi kepala sekolah • Ada tiga kekuatan yang berpengaruh pada pengambilan keputusan, pada pengendalian usaha yang efektif , yakni : kekuatan-kekuatan di dalam administrasi sendiri, pada
sis-
tem manusia yang terlibat dan pada lingkungan (studi ini dipusatkan pada kekuatan-kekuatan yang ada
dalam sistem
manusia berupa perilaku administrator)• Suatu adalah adalah suatu tindakan yang
keputusan
dipilih dari beberapa
121f alternatif dalam mana pemimpin memperoleh kesimpulan yang harus dilaksanakan pada situasi tertentu. Suatu
keputus-
an dapat berbentuk kata-kata yang dinyatakan secara plisit oleh peraturan, kebijakan
. perintah dan
eksatau
instruksi. Boleh juga dalam bentuk perilaku pemimpin yang menunjukkan kewenangan. Hak memutuskan adalah alat pemimpin yang berwewenang dan mempunyai arti yang sangat
pen-
ting karena membawa pengaruh dan kebisaan pimpinan untuk mempertanggungjawabkan persoalan-persoalan organisasi« Keputusan seharusnya merupakan suatu proses kelanjutan yang senantiasa berlangsung dalam
ber-
organisasi,
bukari kejadian-kejadian yang abstrak. Bila tidak,
kepu-
tusan itu tidak berarti apa-apa. Untuk itu suatu
kepu-
tusan harus melibatkan pemahaman dalam tiga dimensi tu, yakni ; pemahaman akan waktu-waktu.lampau di . persoalan dapat lebih disempurnakan dan untuk
wakmana
memperba-
nyak informasij pemahaman akan situasi sekarang di
mana
keputusan itu akan dibuat; waktu yang akan datang
di-
mana keputusan-keputusan itu telah dilaksanakan dan
di-
evaluasi. Faktor waktu dan rangkaian keputusan yang secara relatif tercakup dalam hampir semua situasi,
merupa-
kan alasan kuat untuk memandang penetapan keputusan
se-
bagai suatu proses yang mengarah pada sifatnya yang
bei*-
kesinambungan. Atas dasar ini keputusan merupakan elemen dalam proses perencanaan. Sebab itu hakekat
keputusan
121f tak dapat diuraikan tersendiri, tetapi titik tolak bagi proses perilaku» Bagaimana seorang kepala sekolah itu dapat
meng-
ambil keputusan Yang efektif di sekolah banyak tergantung pada persepsi dan kebisaannya di dalam memilih
alterna-
tif Yang sangat menguntungkan dan pendekatan yang
dipa-
kai agar dapat memberi kepuasan kepada-seluruh staf guru dan lainnya maupun kepada orang tua murid.
Berikut
beberapa petunjuk dapat dikemukakan sehubungan
ini
dengan
masalah pilihan alternatif. Pemilihan situasi; memilih suatu situasi berarti
jalan
melintas fakta-fakta yang telah dikumpulkan.
dalam
Di
proses pemilihan perlu disadari dan diperhatikan
perta-
nyaan-pertanyaan berikut yakni ; (a) Permasalahan . manakah yang dihadapinya? Setiap tanda atau indikator yang ditemukan belum dapat
dipercaya,
sebab itu yang diperlukan ialah masalah '
dasarnya,
yang menyangkut orang yang terlibat, bagaimana sifat pribadi yang terlibat, bagaimana sifat kebijaksanaan sehubungan dengan persoalan yang dihadapi,
apakah
perlu suatu keputusan dan harapan apakah yang
ingin
dicapai dengan keputusan itu; (b) Faktor-faktor manakah yang paling kritis dalam masalahan , itu? Faktor kritis adalah elemen
perdalam
121f situasi yang harus diubah, dipindahkan atau
dige-
rakkan sebelum sesuatu yang lain bisa terjadi; (c) Apakah yang menjadi harapan seluruh staf dan
orang
tua murid di masa yang akan datang ? Dalam
situasi
demikian diperlukan fakta-fakta yang relevan«
Kon-
flik-konflik yang sering timbul demikian juga akibatakibatnya disebabkan justru pada fakta-fakta
yang
tidak relevan. Selain itu tiap keputusan harus
dida-
sarkan pada asumsi-asumsi sehubung&n dengan
keadaan
yang akan datang. Kepala sekolah sebagai pembuat keputusan menilai diri sendiri, sehubungan dengan
perlu
permasalahan
yang timbul. Apakah kepala sekolah merupakan bagian dari pemecahan masalah ataukah bagian dari masalah itu diri tanpa disadari. Atas dasar
itu setiap
yang akan dibuat oleh kepala sekolah harus
sen-
keputusan mengumandang-
kan pertanyaan-pertanyaan berikut : (a) Apakah suatu keputusan itu didasarkan pada
asumsi,
intuisi, pertimbangan-pertimbangan yang rasional ataukah pada prasangka kepala sekolah sendiri? Sering, prasangka kepala sekolah secara kondisional,sudah masuk ke
dalam,
setiap keputusan; (b) Kepala sekolah
perlu
mengidentifikasikan kecen-
derungannya di dalam menetapkan sesuatu keputusan» ini memungkinkan setiap kepala sekolah mengingatkan
Hal di-
121f rinya terhadap dua hal yakni : keputusan berupa
milik
dari semua orang dan kemungkinan mengambil keputusan yang berbeda dengan pendekatan yang biasa«
Dengan
demikian
perlu disempurnakan alternatif-alternatif yang
adekv/at
dengan menghindari : (i) prasangka atau kecenderungan-kecenderungan
terhadap
masalah dan mendasarkan pada analisis nyata dari
perma-
salahan. itu sendiri;
suatu
Untuk itu perlu pemahaman
jarak yang luas yang mencakup berbagai alternatif
yang
mungkin sesuai dengan harapan seluruh staf ; (ii) keyakinan terhadap pencakupan akan alternatif-alternatif yang luas, yaitu sering kepala selolah
mengharap-
kan untuk melihat apa yang dihayatinya tetapi yang
kemur-
dian memperoleh yang tidak diharapkan« Herbert A. Simon (Simon, 1976, h./fO) banyak memusatkan perhatiannya pada proses pengambilan keputusan dan menyatakan bahwa partisipan tak dapat dilihat
sebagai
instrumen mekanistis, tetapi harus diterima sebagai individu dengan motif, keinginan dan aspirasi masing- masing dengan kecakapan dan kemampuan yang terbatas untuk cahkan permas alahan • Pengambilan keputusan ini
meme-
sinonim
dengan •managing'. Sebab itu pengambilan keputusan
mem-
punyai tiga tingkat yakni : (a) kecakapan di dalam mencari lingkungan untuk yang memerlukan keputusan ;
kondisi
121f
(b) disain, penemuan, pengembangan dan analisis
kemung-
kinan tindakan; (c) memilih, yakni menyeleksi ternatif-alternatif
tindakan khusus dari
yang memadai •
Kepala sekolah di dalam mempertimbangkan tif-alternatif yang telah dirumuskan sebaiknya kan
al-
alternamenjadi-
:
(a) kebijaksanaan pemerintah dalam pendidikan dasar bagai kerangka acuan sehingga dapat dipilih
se-
alternatif-
alternatif yang paling cocok atau yang mendekati
tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana ; (b) kebijaksanaan yang dijadikan kerangka acuan
perlu
diuji atau di tes dengan faktor-faktor penghambat
dan
faktor-faktor penunjang yang inheren dengan alternatif; (c) syarat-syarat dan konsekuensi dari alternatif- alternatif tersebut. Griffiths (Griffiths, 1969) h.66)
mengemukakan
tahap-tahap pengembangan keputusan sampai dengan
tindak-
an pelaksanaannya yaitu persiapan, memutuskan dan melaksanakan. Tahap persiapan meliputi ; (a) Pengenalan permasalahan- dan kebutuhan untuk siapkan pembuatan suatu
memper-
keputusan,
(b) Persiapan untuk klarifikasi permasalahan,„ (c) Kegiatan pendahuluan di dalam persiapan dengan
mem-
peroleh informasi, opini dan nasihat-nasihat dari bav/ahanf
121f
(d) pengaturan dan pertimbangan terhadap fakta-fakta , (e) Menyeleksi alternatif. Tahap berikutnya ialah memutuskan dan melaksanakan. Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan wa proses pengambilan keputusan memerlukan
bah-
pengetahuan,
abilitas atau kebisaan serta persepsi dari kepala
seko-
lah, karena setiap keputusan mempengaruhi seluruh sistem sekolah. Kebisaan dan pengetahuan diperlukan untuk
meli-
hat hubungan-hubungan antara variabel-variabel; kebisaan di dalam membuat pernyataan-pernyataan di antara " variabel-variabel bersangkutan.
i
Pengetahuan meliputi
asumsi-
asumsi, proposisi, konklusi beserta spesifikasinya». Pernyataan-pernyataan meliputi indikasi-indikasi
terhadap
lingkungan di mana kesimpulan itu dibuat dengan
segala
kemungkinan-kemungkinannya. Dalam kaitan dengan hal-hal tersebut di atas perlukan persepsi
di-
untuk membuat prediksi tertentu
ten-
tang variabel-variabel yang sama di masa yang akan
da-
tang. Di pihak lain diperlukan pula kemampuan .dan kebis'ar an untuk mempertimbangkan kebijaksanaan- -
kebijaksanaan
serta peraturan dan standar-standar yang ada serta alaman-pengalaman sebagai bahan pembanding dan
peng-
pengon-
trol keputusan-keputusan yang akan diambil. Proses
peng-
ambilan keputusan di sekolah dasar dapat disimpulkan sbb: Pertama, sistem monitoringf bermaksud untuk mengumpulkan data informasi terhadap variabel-variabel dalam
sistem
128' kejadian/lingkup permasalahan
berkenaan dengan
hasil-
hasil yang diharapkan dalam tujuan-tujuan sistem sekolah; Kedua« sistem kontrol, yang terdiri dari tiga
subsistem;
-subsistem diagnosis, yang berfungsi mengevaluasi
keluar-
an dari sistem monitoring, -subsistem seleksi, yang didukung oleh pengetahuan dan kebisaan serta persepsi yang tajam yakni yang relevan
de-
ngan hasil yang diharapkan sebagai hasil perubahan, dalam variabel-variabel
yang diusulkan pada tahap
diagnosis,
- subsistem transformasi, sehubungan dengan penentuan plikasi dan generalisasi terhadap kejadian-kejadian sus yang terlibat dalam pengambilan keputusan •
akhu-
Ketiga«
ialah pelaksanaan atau tindakan - dari keputusan. Sehubungan dengan pengambilan keputusan yang kenaan dengan administrasi pendidikan,
Allan
ber-
Thomas
(Allan Thomas, 1971 , h, 79-107) mengusulkan model-model masukan dan keluaran, efektivitas biaya,
,r
untuk pembuatan keputusan dan model-model
cost— benefit" probabilitas
dan balikan di dalam pembuatan keputusan. Demikian dengan sistem informasi. Untuk kepentingan dalam lisis ini dipilih
juga ana-
model pengambilan keputusan terakhir
*
atau model balikan yang dilengkapi dengan sistem masi, Model balikan sesuai dengan sifat sekolah
inforsebagai
sistem terbuka, yang sangat memerlukan informasi balikan untuk perbaikan sistem ke arah yang lebih efektif.
129' Dipihak lain model ini sangat efektif di dalam
memenuhi
tuntutan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak kepala sekolah selaku administrator« Berkenaan
dengan
model ini, diperlukan mekanisme balikan dan peraturan keputusan yang
bersifat
otomatis dan tidak
meng-
haruskan bagi
pembuatan keputusan-keputusan formal
se-
tiap saat balikan untuk dipergunakan, tetapi secara
ti-
dal langsung memberi arah dan gerakan, demikian juga penyesuaian. Melanisme yang demikian cocok untuk
pemeliha-
raan produktivitas organisasi. Bagian-bagian penting dari sistem balikan
yang
demikian ialah : Pertama , prosedur untuk mengukur keluaran pada
berba-
gai tahap. Hal ini meliputi suatu monitoring performans pada berbagai tingkat dari proses pendidikan juga
moni-
toring keberhasilan sesudah sekolah; Kedua , prosedur untuk memperoleh penemuan-penemuan membandingkannya
dan
" dengan tingkat performans yang ,
di-
inginkan • Ketiff3
, prosedur untuk menggunakan perbedaan
performans aktual dan performans yang diinginkan
antara untuk
mempengaruhi masukan dan proses. Keempat , peraturan keputusan. Dengan memakai proses balikan, performans aktual dikomparasikan dengan performang yang diinginkan dan kesalahan (error)
diperhitungkan.
130' Peraturan keputusan ini menghubungkan kesalahan atau
pe-
nyimpangan pada tipe-tipe mengajar. Dengan informasi ini dapat dipakai untuk pengambilan keputusan terhadap
ma-
sukan yang berkenaan dengan proses mengajar belajar yang lebih efektif. Sejauh manakah pengaruh persepsi dan kebisaan terhadap proses pengambilan keputusan seseorang, berikut inL dikemukakan hasil-hasil penemuan dari Alan J.Bowe (Bobbins, 1978, h. 15/^155) Selama kita harus
sbb :
melanjutr-
kan untuk percaya bahwa keputusan-keputusan dibuat
atas
dasar proses pemikiran yang rasional, maka sangat kecil kesempatan untuk memprediksi atau memahami proses
kepu-
tusan itu. Dalam pernyataannya dikemukakan bahwa
dalam
setiap keputusan yang kompleks di mana faktor-faktor pribadi atau perilaku digunakan maka preferensi
individu
akan mendominasi hasil-hasilnya» Dari penelitiannya hadap 496 manejer yang dimintakan untuk menilai karakteristik sehubungani-' dengan pentingnya bagi
ter-
sepuluh pengam-
bilan keputusan, disimpulkan sbb ; " Perception, or the ability to correctly formulate problems, was ranked
at
the top of the* list by 82$ of the managers, while compulsion, the need to get the job done at any cost, was the least regarded characteristic". Di sini nampak bahwa
di
dalam proses pengambilan keputusan faktor persepsi " dan kebisaan untuk merumuskan masalah-masalah mempunyai penga ruh yang besar», flfel ini menunjukkan bahwa
pengambilan
131' keputusan oleh seoy^ng administrator tidak terlepas dari persepsinya terhadap peranan vang dimainkan
dan ekspek-
tasi dirinya serta ekspektasi staf bawahannya.
Demikian
.juga bahwa pengambilan keputusan memerlukan kemampuan dan kebisaan untuk merumuskan permasaalahan dan kemampuan di dalam memilih alternatif-alternatif yang efektif
bagi
kelancaran proses administrasi ' yang dipimpinnya. Sistem Informasi Untuk pengambilan keputusan yang
tepat
diperlu-
kan informasi-informasi yang relevan. Dengan kata
lain
bahwa keputusan yang . tepat banyak tergantung pada
sis-
tem informasi yang efektif. Informasi dalam hubungan ini berkedudukan sebagai masukan dan putusan adalah keluaran, Informasi yang efektif harus memenuhi syarat-syarat lengkap, representatif, konsisten, terandal dan "up-to-dateV Bila syarat-syarat di atas tidak terpenuhi maka
dapat
diramalkan bahwa putusan itu akan bias dari tujuan
dan
sasaran yang diharapkan. Informasi adalah salah satu
da-
sar utama dalam sistem manajemen • Informasi memudahkan, hubungan timbal balik antara subsistem, merupakan kaian perlengkapan komunikasi yang penting untuk
rangpengem-
bangan sistem manajemen pendidikan dasar. Informasi
ada-
lah suatu pola hubungan antara kejadian. Dalam . hubungan dengan sistem pengambilan keputusan maka sifatnya harus mengandung nilai ketepatan yang tinggi. Berkenaan dengan persoalan yang dihadapi maka sifat informasi
terletak
132' pada masalah dan kerangka acuan dari pengambil keputusan. Dengan demikian tingkat informasi harus sesuai
dengan
tingkat keputusan yang akan dibuat. Sehubungan dengan data informasi dan sistem
peng-
ambilan keputusan, biasanya ditemukan keputusan-keputusan yang diprogramkan dan keputusan-keputusan yang diprogramkan. Keputusan jenis yang diprogramkan an dengan kebijakan.
tidak berkena-
atasan (tingkat departemen
atau
tingkat propinsi/kabupaten). Keputusan jenis ini berfungsi untuk membimbing administrator/kepala
sekolah
dan
staf lainnya. Sifatnya berulang, rutin dan sebagai pedoman untuk kegiatan-kegiatan yang sering terjadi. Tipe-tipe pedoman yang terprogramkan untuk
seko-
lah dasar meliputi : (a) Standar, atau kriteria untuk pembanding sesuatu, salnya target materi pelajaran yang harus dicapai
mi-
dalam
kurun waktu tertentu; (b) Prosedur, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang berurutan yang telah ditetapkan untuk penyelesaian sesuatu tugas, misalnya prosedur pengembangan sistem
instruk-
sional yang sekarang dilaksanakan di sekolah-sekolah
da-
sar; (c) Metode, sebagai satu langkah dari suatu prosedur; (d) Peraturan-peraturan, yaitu pernyataan- -
pernyataan
yang eksplisit yang menerangkan apa yang harus dan yang tak boleh dilakukan seseorang.
apa
133' peraturan-peraturan tentang personil sekolah, penerimaan murid, ujian untuk memperoleh (e) Kebijakan »
peraturan
STTB
dsb ;
merupakan pedoman yang sifatnya
dan yang memerlukan terjemahan ke dalam bahasa
umum
opera-
sional. Untuk mengambil keputusan tingkat operasional, sering menggunakan pertimbangan-pertimbangan (judgment) sehingga sering menimbulkan berbagai konflik karena kut sertakan faktor-faktor pribadi dan perilaku
teripengam-
bil keputusan.Pergantian pimpinan (misalnya kepala sekolah, penilik, pengawas atau kepala perwakilan departemen P dan K) dapat menimbulkan konflik dan ketegangan bawahan rena
ka-
adanya kebijaksanaan baru atau visi dan interpreta-
si yang berbeda dengan pimpinan/kepala yang lama
terha-
dap kebijakan . . yang sama. Di pihak lain terdapat pula keputusan-keputusan yang tidak diprogramkan yang
tidak
lain dari pada keputusan-keputusan tingkat mikro sekolah di mana untuk hambatan-hambatan khusus atau untuk ^kepentingan pengembangan sistem, kepala sekolah harus membuat keputusan. Keputusan yang demikian menghendaki
kreativi-
tas dari kepala sekolah bersama staf gurunya dan "judgment" kepala sekolah. Secara mendasar
keputusan-
keputusan demikian bersifat khusus sekolah. Sobbins namakannya " special purpose decisions" yang
juga
me-
meliputi
program-program, strategi dan pembiayaan, di mana sifat-
nya tak lama dan untuk suatu penggunaan khusus ( Robbimsf 1978, h#
159).
Sebagai pengambil keputusan, kepala sekolah sering berhadapan dengan jenis keputusan ini, di mana jenis keputusan yang diprogramkan oleh pemerintah digunakan sebagai pedoman atau kerangka acuan. Bagaimana hubngan sistem informasi dan sistem pengambilan keputusan sekolah
dapat
digambarkan sbb: GAMBAR II ARUS INFORMASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN OPERASIONAL •i
r'
i -r t
M a s y a r a k a t
i U
t»
i data ekstern
i
hk.j }i
Kepengawasan Sekolah T
T
PeJ j J Sistem • »Sistem ingambilanj! Informasi;
Képutusan yangi mempengaruhi \ misyarakat î
I
Keputusan yang mempengaruhi proses.mengaj ar dan belajar i i
k
Murid
Masukan L !' Mentah
-¿L Keluaran Proses Mengajar & Belaoarft. * 1t Prestasi t Sekolah i Sumber daya- Staf Guru £ Program Pendidikan
t o-
Lulusan
135' 2. Kepemimpinan -pendidikan dan -pengajaran Dalam uraian sebelumnya telah dikemukakan
bahwa
kepala sekolah dasar mempunyai fungsi ganda yakni gai administrator dan juga sebagai supervisor.
seba-
Sebagai
administrator kepala sekolah menjalankan fungsi-
fungsi
administrasi sesuai dengan status dan peranannya sebagai kepala unit organisasi terkecil. Tugas- utamanya membuat perencanaan dan mengambil keputusan-keputusan demi
ke-
lancaran tugas-tugas sistem. Sebagai supervisor ia
men-
jalankan fungsi pemimpinan (leading), observasi
kelas/
evaluasi, jadi berfungsi memberi petunjuk dan
pembim-
bingan bagi guru dalam usaha-usaha perbaikan proses
be-
lajar mengajar. Dalam hubungan ini kepala sekolah adalah pemimpin pengajaran di sekolahnya, yang berperan sebagai agen perubahan, mendorong staf guru untuk menciptakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan inovatif • Karena
kedua
tugas (administrator dan supervisor/pemimpin pengajaran) itu diperankan secara terintegrasi, maka seluruh keberhasilan sekolah sebagai sistem tergantung pada "kepemimpinannya,
Masalah keberhasilan sesuatu organisasi
sebenar-
nya menyangkut segi-segi efektivitas dan efisiensi suatu sistem. Dengan kata lain berhasil tidaknya sesuatu lah tergantung pada efektivitas kepemimpinan kepala
sekos&7
kolahnya. Efektivitas dalam berbagai literatur
dijelaskan
sebagai akibat yang ditimbulkan sesuai dengan yang
dike-
136' hendaki. Jadi sesuatu perbuatan dikatakan efektif bilamana berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. sudut administrasi pendidikan, pekerjaan
Dari
administratif
kepala sekolah adalah pengendalian usaha untuk
pencapai-
an hasil optimum dengan sumber daya yang ada. Dari
segi
ekonomi, usaha yang demikian efisien artinya kepala sekolah telah melakukan sesuatu cara yang baik yang
pernah
dikerjakannya. Jadi fokusnya pada aspek biaya.
Tetapi
di pihak lain dapat dikatakan bahwa pengendalian
usaha
kepala sekolah untuk peningkatan ketaraf optimum
adalah
pendekatan yang berfokus pada segi-segi efektivitas. di dapat dikatakan bahwa efektivitas berfokuskan
Ja-
keber-
hasilan dan untuk tetap bertahan diperlukan efisiensi sebagai syarat minimum. Sebab itu tugas kepala sekolah selaku
administra-
tor mengefektifkan semua subsistem yang ada di
sekolah-
nya pada kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk
pening-
katan prestasi sekolah. Dalam memorandum tentang
pengem-
bangan sistem informasi untuk menunjang kegiatan- kegia1> an B.A.A.K., di JPB (Darwis S.Gani, 1979) memberikan penjelasan tentang istilah efektivitas dan efisiensi ebb ; Dengan bertitik-tolak dari definisi James,
itu bahwa
» Effectiveness is doing the right thing» dan " Efficienr cy is doing things right
kemudian diartikan
efektivitas adalah pendiskripsian »output1 dari
bahwa sistem
137' secara jelas» Dikemukakan selanjutnya bahwa pertimbangan efisiensi haruslah ditempatkan di dalam suatu
ukuran
efektivitas tertentu, terutama untuk suatu "future
ori-
ented organization". Di pihak lain untuk masa yang
akan
datang juga memerlukan sumber daya maka perlu pengaturan pengalokasin dalam pengelolaan sistem. Bila konsep efektivitas dan efisiensi dari
kedua
pendapat di atas dijrunaka,n di dalam konstruk -performans ggkolah, maka efektivitas menunjuk pada tu.iuan pendidikan dasar yang harus dinyatakan secara
tujuan
eksplisit.
Dengan penetapan tu.iuan secara .jelas maka mudah
untuk
mengukur keluaran dalam usaha untuk menemukan se.iauh
ma-
nakah tu.iuan-tujuan itu dicapai. Masalah
efisiensi dalam hubungan biaya pendidikan
ber-
fungsi untuk memperoleh rasio yang memadai antara
biaya
pendidikan dengan hasil-hasil pendidikan yang dicapai» Dalam penulisan ini, efisiensi dilihat dari segi
pengam-
bilan keputusan sehubungan dengan pengalokasian
waktu
y
yang digunakan kepala sekolah di dalam melaksanakan
tu-
gas-tugas administrasinya. Di pihak lain efisiensi pengambilan keputusan harus pula menyangkut segi-segi kepuasan seluruh stkf sekolah termasuk orang tua murid. satu aspek penting dari segi kepuasan ini ialah sif di mana
Salah respons
keluaran pendidikan harus merubah. atau
refleksikan perubahan dalam tuntutan kelompok atau
mein-
dividu. Sebagai akibat selanjutnya bahwa sekolah sebagai
138' sistem "benar-benar cocok dengan kebutuhan
masyarakat»
Jadi adanya kecocokan antara keluaran sistem
sekolah
dengan kebutuhan masyarakat» Konsep efektivitas dan efisiensi merupakan kontribusi utama Barnard (Faber & Shearron, 1970, h.100 - 101). Istilah-istilah ini oleh Barnard didefinisikan
sedemiki-
an rupa sehingga kedua dimensinya jelas, dan dapat
digu-
nakan untuk menilai suatu organisasi. Efektivitas,
menu-
rut Barnard tidak berkarakter personal dan
berhubungan
dengan pencapaian tujuan atau maksud organisasi. Efisiensi berorientasi
pada pribadi (person) dan berhu-
bungan dengan perasaan kepuasan seseorang/pekerja
yang
timbul dari keanggotaannya dalam suatu organisasi,
ke-
puasan motif individu,dalam mencapai tujuan-tujuan
orga-
nisasi. Walaupun Barnard membedakan antara keduanya, juga mencatat hubungan antaranya» Bagi Taylor dan efisiensi membawa pada kepuasan dan bagi Lewin, an membawa pada peningkatan produktivitas.
Mayo kepuas-
Di
Barnard menekankan pada kepuasan individu di.
ia
sini samping
pencapaian prestasi organisasi. Efisiensi menurut
Sikun
Pribadi, ada dua macam yakni efisiensi benda dan
efisi-
ensi personal (Sikun Pribadi, 1978, h.8). Efisiensi benda berkenaan dengan penggunaan kemampuan dengan . yang menghasilkan produk yang optimal
dengan
buran dan hambatan yang minimal. Di pihak lain
.cara penghamsikap-
139' sikap yang menyimpang dari yang seharusnya misalnya hati, bermusuhan, kurang gembira dan sejenisnya
iri
merupa-
kan indikator dari sifat-sifat tidak efisien. Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keefisienan sekolah dapat bersumber dari ke-pala
sekolah
sendiri ataupun pada «pperasinya. rJadi perbedaan
antara
apa yang sebenarnya harus dicapai dengan apa yang secara riil dicapai. Sumber-sumber ketidak efisienan sekolah dapat bersumber pada : (a) Ketidak efisienan operasi di mana faktor-faktor
pe-
nyebabnya perlu diteliti di dalam organisasi sendiri. Faktor ketidak puasan staf guru dengan kebijaksanaan- kebijaksanaan yang ditempuhnya. Kurangnya motivasi kerja ctL antara staf guru, ketidak cocokan, konflik-konflik yang timbul di antara staf guru lainnya. (b) Ketidak efisienan dalam pengambilan keputusan. lahan atau kekeliruan di dalam memilih alternatif
Kesadapat
membawa konsekuensi-konsekuensi yang buruk. Dalam hal ini keputusan yang diambil tidak sesuai dengan kriteria
efi-
siensi. Dalam segi inilah diperlukan kemampuan dan ketrempilan kepala sekolah di dalam menganalisis dan menjelaskan situasi-situasi di sekolahnya, agar di ambil keputusan-keputusan yang jitu untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional sekolah. Dari penelitian-
penelitian
yang banyak dilakukan, ditemukan variabel-variabel penyebab rendahnya efektivitas dan efisiensi
pendidikan
140' pada
faktor-faktor
yang disebabkan oleh 7T lah sendiri yang meliputi komponen-komponen
sekokemudahan
fasilitas ruangan, peralatan, materi pelajaran,
kuriku-
lum, metode mengajar, masalah guru, evaluasi dan lainnya. Dari komponen-komponen di atas diduga bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan guru merupakan dua. variabel yang mempunyai kontribusi utama di dalam ;
penting
peningkatan
prestasi sekolah. ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KEPENDIDIKAH 1» Administrasi dan mana.iemen dan implikasi-implikasinya bagi "pelaksanaan pendidikan a» Manusia selaku mahluk organisasi Terdapat hubungan yang erat antara : administrasi pendidikan dan tujuan-tujuan pendidikan di dalam
masya-
rakat, dan di antara tujuan dan sasaran-sasaran
sosial,
okonomi, politik masyarakat dan tujuan-tujuan serta saran-sasaran pendidikannya. Dari segi manajemen, sia dipandang sebagai makhluk sosial (man is a
samanu-
social
animal)0 Kast & Rosenzweig (Kast & Rosenzweig, 1974s h.5) mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk organisasi(man is an organizing animal) di^mana persepsinya
terorgani-
sasi ke dalam suatu pengertian yang utuh; hal ini secara umum merupakan karakteristik kognitif atau proses kir .
berpi-
141' Pernyataan di atas memuat sejumlah implikasi yang sangat fundamental bagi integrasi perkembangan pengetahuan sehubungan dengan sekolah sebagai organisasi dan
manajemen«
Istilah sosial menjelaskan bahwa manusia cenderung untuk mengembangkan hubungan-hubungan interdependensi dan
ker-
ja sama* Perilaku berorientasi pada tujuan« Hal ini sangat .penting untuk memahami tujuan-tujuan manusia dalam masyarakat agar diperoleh pemahaman yang tajam tentang perilar ku. Dua pandangan yang saling bertentangan bersumber pada pembawaan manusia yang dinyatakan sepanjang sejarah :(1) pada dasarnya manusia itu agresif dan kompetetif dan (2) manusia pada dasarnya baik dan bisa bekerja sama«
Walau-
pun pendekatan ini terlalu berlebih-lebihan menurut Kast & Rosenzweig, tetapi dapat melayani suatu contoh dari kerangka acuan yang berbeda untuk mempelajari perilaku« Perilaku yang bertujuan,proses kognitif,kerja sama dan konflik hanya sebahagian dari keseluruhan sistem di mana manusia mengorganisasi dan mengelola persoalan-persoalannya. Bronislaw Malinowski, dalam observasinya menunjukkan bahwa fakta yang essensiil dari kebudayaan di . mana manusia itu hidup di dalamnya, bila diamati secara ilmiah adalah pengorganisasian manusia ke dalam kelompok- kelompok yang permanen. Dengan demikian setiap kegiatan
yang
terorganisasi harus melalui pengadministrasian
yang
intensif.
142' Di sinilah nampak bahwa administrasi merupakan kunci daii pada organisasi» Ada manusia yang berperanan, ada tujuan yang ingin dicapai, ada wewenang dan tanggung jawab« lam konteks yang demikian timbul tindakan dan
Dar
_perilaku
manusia yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi» Achmad Sanusi (Achmad Sanusi, (a), 1971» h»l) dalam membahas Administrasi, Pertumbuhan dan Burokratisasi
Kehi-
dupan, mengemukakan : "Kehidupan sosial mengenal lingkungan- lingkungan dan batas-batas tertentu melihat fungsinya,kepentingannya (interest), wewenang dan kekuasaannya» pertanggung jawabnya, dan keanggotaannya» Dalam konteks lingkungan-lingkungan tersebut terjadi berbagai tindakan dan tingkah laku, hubungan-hubungan sosial yang keseluruhannya membentuk suatu perlembagaan (institution) dengan mekanismenya yang -sedikit banyaknya stabil atau equilibrium1 • Dengan beberapa kutipan dan penjelasan di atas dapat dikemukakaii bahwa peradaban modern di masa-masa yang akan datang sangat tergantung pada para administrator,karena setiap segi dari lingkungan kehidupan sosial selalu disertai kegiatan-kegiatan administrasi» Keputusan- keputusan yang diambil oleh administrator dapat memberi perspektif baru dan menimbulkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial» Di pihak lain sistem administrasi yang terjadi itu adalah pencerminan dari
masyara-
kat, dari mekanisme sosial yang sementara berlangsung» Robbins pada bagian pengantar dari bukunya berjudul "The Administrative Process" (Robbins, 1978, h.k) kakan sbb :
mengemu-
Ik3
"The most direct effect administrators have upon our lives is through their impact on our life-styles. From the information they get regarding unsatisfied needs among the population, administrators are required to make decisions on what goods and services will be provided for their constituents. Whether one administers in a government office, hospital, prison, school, small business, or billion-dollar - corporation »decisions must be made that affect the lives of all of us. Individually,these decisions reach only small segment of the population - with the exception of actions taken by the federal government and some of the largest of the corporate giants. However, inaggregate, these individual decisions shape our live£ and future destiny Persoalan utama yang perlu dikemukakan ialah pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan pengertian
peradmi-
nistrasi itu sendiri, walaupun dalam penjelasan-penjelasan sebelumnya telah banyak dikemukakan terutama mengenai fungsi-fungsi administrasi. Di dalam beberapa
literatur
istilah administrasi itu sering digunakan secara
bergan-
tian dengan istilah manajemen. Tetapi di dalam
sejarah
perkembangan pemikiran administratif, perkataan
adminis-
trasi sudah ada sebelum adanya perkataan manajemen. lur-jalur wewenang yang ada pada gereja Katolik, rak dari Paus kepada Kardinal dan hirarkhi
Jaberge-
berikutnya
sampai dengan pendeta gereja wilayah. Staf penasehat, metode-metode yang seragam untuk pelaksanaan tugas - tugas, disiplin pada lembaga kemiliteran, kesemuanya sumbangan yang sangat penting bagi perkembangan
memberi organi-
sasi dan administrasi. Manajemen dan administrasi modern itu timbul baru pada sekitar tahun 1911 yaitu
dengan
144' publikasi Taylor, " Principles of 'Scientific Management"« Dari beberapa literatur diperoleh informasi tang perbedaan antara administrasi dan manajemen. nistrasi secara tepat menunjuk pada perilaku /
tenAdmi-
kelakuan
umum, lebih dari pada kegiatan-kegiatan pribadi (private activities). Manajemen timbul dari kerja sama secara birokratis dan sebagai suatu perangkat kegiatan,
keunggul-
annya langsung tertuju pada ekonomi, dan kemudian
baru
pada proses kejadian-kejadian sosio-kultural. Di
pihak
lain administrasi secara historis berhubungan
dengan
usaha-usaha masyarakat di mana keunggulannya berakar da struktur sosio-kultural masyarakat dan baru
pa-
kemudian
pada segi ekonomi. v
Farmer dan Ryan (Bobbins, 1978, h.17-20)
mendefi-
nisikan manajer sebagai orang bekerja untuk mencapai
tu-
juan-tujuan yang terukur yang bertalian dengan tujuan-tujuan
subsistem. Sedangkan administrator berusaha keras
untuk mencapai tujuan-tujuan tak terukur tanpa menghiraukan efek akhir dari pencapaiannya. Robbins
berpendapat
bahwa kedua istilah ini sinonim; bagi kebanyakan manajemen diuntukkan bagi organisasi yang lebih
ahli
menekan-
kan pada performans ekonomik (profit-making organization). Robbins sendiri lebih menekankan pada administrasi
kare-
na lebih dapat diterima pada sektor-sektor yang lebih menitik beratkan pada performans ekonomik baik pada sektor-
145' sektor yang menitik beratkan pada pelayanan umum.
Selai*-
jutnya dikemukakan bahwa administrasi adalah suatu
pro-
ses umum dari kegiatan-kegiatan yang efisien yang diselesaikan oleh dan melalui orang lain» Memanajemeni, bukan suatu perangkat tugas yang dikerjakan secara berurutan, tetapi suatu jaringan
kerja
yang sistematik. Secara logis,-memang urutan tugas
mana-
jemen harus sesuai dengan fungsi-fungsi mamajemen
yakni;
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan personil,
mem-
bimbing, memimpin, pengawasan dan penelitian ataupun klasifikasi lainnya sesuai dengan essensi perusahaan lembaga masing-masing. Dalam bentuknya yang
atau
operasional,
fungsi-fungsi manajemen ini dilaksanakan dalam
bentuk-
bentuk tugas manajerial untuk mewujudkan tujuan-
tujuan
khusus lembaga. Dalam konteks ini perlu pengadministrasian, karena dimensi ini berhubungan dengan
mengusahakan
hasil yang optimum sesuai dengan sumber daya yang Jelasnya proses administrasi menunjukkan tugas
ada*
operasio-
nal dari fungsi-fungsi manajemen. Sehubungan-dengan pencapaian hasil-hasil optimum maka pekerjaan difokuskan pada segi efektivitas, yakni *
administrasi
mengefektifkan
kegiatan-kegiatan secara tepat. Berkenaan dengan
sumber
daya yang ada maka pekerjaan administrasi harus
difokus-
kan pada segi-segi efisiensi yakni melakukan kegiatan-kegiatan dengan
cara yang lebih baik lagi.
146' Administrasi bukan sesuatu yang lengkap dengan nya tetapi hanyalah sebagai alat implementasi
sendirikebijaksa-
naan, sebab itu perlu diintensifkan» Achmad Sanusi, (a) , 1971, h.2) dalam menganalisis kehadiran sistem trasi sebagai suatu sistem mekanisme sosial,
adminismenjelas-
kan sbb : " Kedudukan dan peranan pasif dari administrasi akan berubah menjadi aktif dan kreatif jika para konsumen dan produsen jasa-jasa administrasi menjalankan prinsip-prinsip, teknik-teknik, metode-metode dan alat-alat bantu administrasi secara semestinya atau sewajarnya. Jika demikian itu terjadi, maka di dalam tiap-tiap lingkaran kehidupan sosial, apakah berkenan dengan aspek-aspek urusan kenegaraan dan pemerintahan, atau ekonomi, atau hukum, atau pendidikan, atau perusahaan dan lain-lain, akan terjadi pula proses administrasi Keseluruhan uraian di atas menunjukkan bahwa tiaptiap lingkaran kehidupan sosial mengenal proses pengadministrasiannya sendiri-sendiri. Yang berkenaan dengan lembaga-lembaga pemerintahan mengenal proses . administrasi pemerintahan; yang berkenaan dengan lembaga-lembaga
pe-
rusahaan mengenal proses administrasi perusahaan
dan
yang berkenaan dengan lembaga-lembaga pendidikan
akan
mengenal proses administrasi pendidikan, b» Ariminifitrafii sekolah
rfasar
,t .
Sekoldh-sekolah dasar negeri-diatur jsepara
1biro^
kratis. Perkataan birokrasi bagi sebahagian orang biasanya dapat membangkitkan citra yang tidak menyenangkan,tidak efisien dan tidak fleksibel; bagi yang lainnya
hal
itu menunjukkan suatu bentuk organisasi yang sangat
efi-
w sien. Bagi promovendus sendiri terutama dalam penulisan ini bersifat netral, artinya baik buruknya sistem suatu organisasi terutama sekolah, tergantung pada pemimpinnya. Terdapat, enam karakteristik birokrasi
.menurut
Weber (Faber & Shearron,. 1970,. h.78)dapat disimpulkan sbb (a) Lingkup yang resmi dan tertentu yang diatur
oleh
aturan-aturan dan peraturan-peraturan administratif; (b) Prinsip-prinsip hirarkhi dan tingkat wewenang
yang
memapankan suatu sistem urutan atasan dan bawahan secara ketat sehingga terdapat supervisi terhadap bawahan
oleh
pihak atasan ; (c) Administrasi yang didasarkan atas dokumen
- dokumen
tertulis ; (d) Administrasi dilakukan oleh pejabat khusus yang
ter-
latih ; (e) Administrasi sebagai pekerjaan tetap ; (f) Administrasi yang didasarkan pada aturan-aturan umum yang stabil atau kebijakan
*. yang komprehensif.
Dari pandangan di atas dalam hubungan dengan
administra-
si sekolah dasar dapat dikemukakan beberapa hal sbb : (a) Kepala sekolah sekurang-kurangnya banyak mengetahui tentang segi-segi administrasi sekolah}dalam hal ini
ka-
rena kepala sekolah dasar umumnya tidak mempelajari
ad-
ministrasi secara intensif, maka perlu latihan - latihan administrasi khususnya kualifikasi teknik untuk
memung-
348 kinkannya berperanan yang lebih baik dalam tugas - tugas administrator ; (b) Mengenai masalah hirarkhi, berkenaan dengan
situasi
sekolah dasar umumnya di mana hanya terbatas pada jumlah kelompok yang relatif kecil, maka situasi
paternalistik
sangat bermanfaat untuk memudahkan, kepemimpinannya • Suasana pendekatan yang demikian cukup bijaksana untuk
mem-
buat dan melaksanakan keputusan-keputusan yang dibuat
o-
leh kepala sekolah sendiri ataupun bersama-sama
dengan
staf gurunya. Di pihak lain hirarkhi yang perlu
dipeli-
hara ialah antara kepala sekolah dengan atasan langsung. Dengan demikian guru-guru merasa cukup bebas untuk
me-
nyampaikan semua masalahnya termasuk kegiatan - kegiatan dalam situasi mengajar belajar ; (c) Mencatat dan mensistematisasi data pekerjaan,
jadi
membina dan mengembangkan sistem dokumentasi, Berkas-ber>kas untuk menyimpan informasi-informasi terutama
data
tentang pribadi dan kemajuan/prestasi murid-murid
meru-
pakan komponen utama administrasi sekolah dasar. Di ping itu juga untuk menyimpan
sam-
dan menjaga berkas-berkas
tentang keputusan-keputusan, peraturan yang dibuatj (d) Tentang peraturan-peraturan dan kebijaksanaan
peme-
rintah perlu dipelajari oleh kepala sekolah,
diterjemah-
kan sesuai dengan maksudnya agar tetap dapat
digunakan
sebagai garis-garis besar di dalam memecahkan
persoalaiv-
persoalan khusus yang timbul di sekolah.
149' Untuk melaksanakan hal-hal di atas perlu dipertimbangkan persoalan-persoalan berikut ini; (a) Apa yang menjadi tujuan utama sekolah dasar«.
Nilai-
nilai apa yang terkandung di dalamnya. Kepentingan-kepentingan apa saja yang dikehendaki baik oleh Pemerintah,masyarakat maupun oleh staf sekolah. (b) Alternatif-alternatif mana yang tersirat dalam kepentingan-kepentingan di atas dalam konteks lingkungan sekolah yang memungkinkan terlaksananya sesuai dengan
struk-
tur dan fungsi-fungsi sekolah dasar. (c) Seluruh keputusan dan tindakan-tindakan yang akan diy
ambil harus berkenaan dengan kebijakan
- pemerintah me-
nurut urutan prioritas dan berkenaan pula dengan keinginan serta kepentingan masyarakat sekitar. (d) Administrasi sekolah dasar, dengan demikian berfungsi membantu terlaksananya pokok-pokok yang dikemukakan pada titik-titik a, b, dan c di atas. c. Administrasi dan filsafat pendidikan. Ada hubungan yang erat antara administrasi
pendi-
dikan dengan tujuan masyarakat, antara tujuan masyarakat dengan sasaran-sasaran pendidikan. Hubungan-hubungan yang dimaksud dapat memungkinkan pendidikan dapat mempertahankan eksistensinya dan memiliki otorita ekspansif
yaitu
keharusan untuk menguasai persoalan-persoalannya
secara
konsekuen. Faktor utama
di dalam situasi pendidikan
ialah tujuan umum pendidikan, yang berfungsi s pas di dalam mengarahkan seluruh renungan teor an. Sehubungan dengan masalah ini, Sikun Pribaux laskan. ( Sikun Pribadi, 1971, h. 1-2 ) sbb: "Tujuan umum adalah soal yang sifatnya teoritis dan filsafat. Tiap filsafat mencoba mencakup segala pandangan dan usaha manusia ke dalam suatu dasar pandangan umum, sehingga merupakan suatu kebulatan-pandangan yang menjiv/ai dan mempersatukan segala pengetahuan dan perbuatan manusia, . . , Di dalam filsafat hidup itu kita harus dapat mempertemukan segala kontroversi dan paradox yang selalu terdapat di dalam dunia manusia," Dengan demikian dapat dikemukakan pertanyaan
sehubungan
dengan penggunaan filsafat dalam pelaksanaan
pendidikan
di sekolah. Filsafat dalam lingkup pendidikan bersangkutan dengan hakekat manusia,hakekat hidup, tujuan dan kedudukan manusia dalam hidup,.Tujuan pendidikan
bertalian
dengan segi-segi hakekat ini, yang tersimpulkan terorganisasi pada kurikulum •
secara
. Ku rikulum sebagai su-
atu tata kegiatan belajar mengajar adalah penataan ilmiah dari tujuan institusi yang ingin dicapai. Tujuan institusi yang dimaksud itu tidak lain dari penjabaran tujuan umum pendidikan nasional yang didasarkan pada falsar fah yang dianut oleh masing-masing negara. Seluruh aspek filosofis yang dikemukakan di atas telah tercermin
di
dalam perumusan tujuan umum pendidikan di mana perwujudnya telah terjabar ke dalam tujuam institusi. Di sinilah
151' nampaknya peranan filsafat di dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Secara singkat dapat dikemukakan
bahwa
penggunaan filsafat di sekolah, dalam hal ini adalah filsafat pendidikan berfungsi sebagai pedoman di dalam
pe-
ngembangan tujuan pendidikan dan kurikulum sekolah;
ter-
utama di dalam konteks pemeliharaan nilai-nilai an yang harus dibina
dan pengembangan serta
kehidup-
perbaikan
segi-segi kehidupan anak didik yang seharusnya
berubah»
Sejauh manakah pengaruh filsafat ke dalam
admi-
nistrasi pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut: Telah dikemukakan bahwa filsafat memberikan landasan
bagi
perumusan tujuan pendidikan, filsafat pendidikan di kolah dasar berfungsi sebagai pedoman di dalam
se-
pengem-
bangan tujuan pendidikan dan kurikulum sekolah. Di dalam kurikulum sekolah dasar yang telah dibakukan, tentang tujuan dikemukakan bahwa tujuan umum pendidikan sekolah dasar adalah lulusan : (1) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai v.-arga negara yang baik; (2) Sehat jasmani dan rokhani; (3) Memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap
dasar
yang diperlukan untuk: (a) melanjutkan pelajaran, (b) bekerja di masyarakat, (c) mengembangkan diri sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup.
152' Perumusan tujuan umum pendidikan di atas dan tujuan khususnya sebenarnya merupakan penjabaran dari
dasar
dan tujuan pendidikan nasional, yaitu bahwa sesuai
de-
ngan ketentuan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara} dasar Pendidikan Nasional adalah falsafah Pancasila
dan
Undang-Undang Dasar 1945» (1) Tujuan Pendidikan Nasional adalah membentuk
manusia
pembangunan yang ber-Pancasila, dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan
rokhaninya,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, dapat
mengem-
bangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat
menyu-
burkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur dengan ketentuan yang
termak-
tup dalam Undang-Undang Dasar 1945* (2) Seluruh program pendidikan terutama program pendidikan umum dan bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial, harus berisikan Pendidikan Moral Pancasila dan
sunsur-
unsur yang cukup untuk meneruskan jiwa dan nilai- nilai 1945 kepada generasi muda. Lulusan sekolah dasar diharapkan dapa.t
melanjut-
kan pada tingkat pendidikan di atasnya dan untuk
terjun
ke masyarakat sebagai manusia pembangun« Untuk itu kepadanya diberikan bekal-bekal dasar pembangunan. " Persoalannya, bagaimana hubungannya secara eksplisit
antara
153' tujuan-tujuan di atas yang sebenarnya merupakan
penja-
baran dari filsafat pendidikan Nasional Indonesia dengan administrasi kependidikan. Bilamana peranan sekolah sekedar menyesuaikan dirinya dengan program-program yang disiapkan
pemerintah,
artinya sentralisasi pendidikan yang keras maka gaya administrasi sekolah dasar akan ditekankan ketaatan
pada
wewenang atasan dan menghargai 'status quo'. Jadi
gaya
administrasi yang didasarkan pada 'uncritical acceptance' di mana prinsip-prinsip administrasi ditentukan oleh wewenang kebijaksanaan nasional. Pandangan yang
demikian
akan membawa pada administrasi otoriter di mana kekuasaan, pengawasan, serta pengambilan keputusan ada di
ta-
ngan suatu kelompok kecil orang. Di pihak lain apabila pertekanannya diberikan pada peranan sekolah di dalam usaha untuk memperbaiki
ma-.
syarakat, maka hal itu berkenaan dengan prinsip- prinsip 'critical analysis' yang memerlukan kebisaan atau abilitas serta persepsi yang tajam untuk menemukan,
permasa-
alahan baru, kebebasan yang bertanggung jawab untuk memecahkan masalah-masalah yang relevan dengan lingkungandi mana sekolah itu berada.
154'
Sehubungan, dengan masalah ini maka tinjauan hadap tiga kekuatan yang mempengaruhi perilaku strator seperti yang dikemukakan pada Bab
ter-
admini-
Pendahuluan
dari tulisan ini ( monopolistik, kompetetif dan fragmentaris pluralistik ) perlu, dikemukakan sebagai berikut Tipe monopolistik tetap berpegang pada kebijakan
:
yang
ada. Implikasinya kepada kepala sekolah sebagai pemimpin pelaksana dari unit organisasi persekolahan yang
terke-
cil teracu pada faktor status. Tipe kompetetif memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kepala sekolah untuk mengadakan eksperimen dan usaha-usaha inovatif lainnya.
Implikasinya kepada
kepala
sekolah teracu pada faktor hubungan manusiawi antara kepala sekolah dengan staf lainnya, melalui situasi
pro-
fesional. Tipe terakhir atau fragmentaris pluralistik, memandang bahwa kekuatan perubahan itu seharusnya tersebar dalam berbagai pusat kekuatan secara fragmentaris. Implikasinya pada kepala-kepala sekolah sebagai pemimpin teracu pada faktor struktur penugasan. Sebagai negara penganut sentralisasi
kebijakan
sistim pendidikan, maka sistim administrasi
pendidik-
155' an di Indonesia tergolong ke dalam tipe monopolistik, sehingga administrasi sekolah dasar di mana kepala sekolah teracu pada tipe monopolistik. Walaupun demikian
sesuai
dengan prinsip-prinsip administrasi pembangunan, di mana orang menghadapi pembaharuan pendidikan dengan
segala
konsekuensinya, maka tipe administrasi sekolah dasar, seharusnya teracu pada tipe monopolistik yang kompetetif. Dengan uraian-uraian di atas dan konsekuensi-konsekuensinya pada administrasi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa secara fundamental tujuan administrasi pendidik an tak lain dari pada membimbing murid-murid bersama-sama dengan gurunya dengan cara yang sedemikian rupa agar
de-
ngan sukses memperkembangkan tujuan pendidikan« Dalam kaitan dengan masalah ini administrasi pendidikan
harus
melayani dua tujuan yakni: (1) Memberi kerangka kerja bagi setiap pemrakarsa .untuk pertanggung jawabaan pada setiap tingkat dan
setiap
individu; (2) Menjamin bahwa kepada mereka di mana tanggung
jawab
itu diserahkan harus mempertanggung jawabkan juga hasil-hasilnya. Tujuan umum pendidikan sekolah dasar di atas secara singkat dapat ditekankan-pada -tercapainya sifat
baik,
sehat jasmani dan rokhani, berpengetahuan dan terampil. Sifat baik dapat berhubungan dengan segi-segi
axiologi
156' yang tidak lain bersumber pada nilai-nilai budaya bangsa, nilai-nilai etis-religi yang merupakan manifestasi keyakinann kepada Tuhan Yang Maha Esa.
dari
Berpengetahuan
dan terampil sebagai hasil nyata dari pendidikan dan
pe-
ngajaran yang diperoleh melalui lembaga-lembaga pendidikan memanifestasikan segi-segi epistemologi dan
pribadi
yang utuh yang menggambarkan karakter nasional bangsa Indonesia« Perspektif filsafat yang makro di atas sesuai ngan pandangan Robbins ( Robbins, 1978, h. 5-7 )
bahwa
studi administrasi dan proses administrasi yakni, tapkan tujuan, alokasi sumber-sumber daya dan
de-
mene-
kordinasi
pengendalian usaha manusia terhadap tujuan yang diingin kan. Filsafat menentukan tujuan ( administrasi
meletak -
kan tujuan ); bagaimana sebaiknya tujuan-tujuan itu dicar pai ( administrasi, bagaimana mengalokasi sumber- sumber daya dan mengkordinasinya )• Selanjutnya dikemukakan bahwa pandangan mikro administrasi berfokus pada suatu
sis-
tem pemikiran administratif yang terorganisasi. Semua administrator memiliki suatu filsafat terdiri dari sistem , sikap, pendekatan, persepsi dan nilai-nilai yang membiru bing cara-cara kerja mereka berkenaann dengan persoalan persoalan administrasi. Di dalam konteks dengan Tsekolah dasar maka perilaku administratif ini berada pada kepalakepala sekolah yang berperan sebagai administrator, seba-
157' gai supervisor, sebagai pemimpin pengajaran,
motivator,
edukator dan sebagai inovator. 2« Fungsi dan tanggung .jawab kepemimpinan "pendidikan a. Beberapa konsep pendekatan kepemimpinan Dewasa ini di dalam berbagai literatur sering
is-
tilah kemanajeman (managership) dan kepemimpinan (leade2> ship) dipakai secara sinonim. Koontz dan O'Donnel (Koontz dan O'Donnel, 1976, h.589) berpendapat bahwa kedua istilah ini dapat dibedakan. Sebagai fakta dikemukakan,bahwa kepemimpinan dapat terjadi di dalam kelompok - kelompok yang tidak terorganisasi. Sebaliknya, manajer
terdapat
pada struktur keorganisasian yang menciptakan
berbagai
peranan. Kepemimpinan merupakan aspek penting dari pengelolaan; kecakapan memimpin yang efektif merupakan
kunci
manejer yang efektif- Dengan demikian hakekat pengelolaan yakni melaksanakan seluruh pekerjaan manejer, dapat
men-
jadi pemimpin yang efektif. Tentang apakah essensi
kepe-
mimpinan itu, melalui berbagai literatur dapat
disimpul-
kan bah v/a istilah kepemimpinan biasanya menun-jukkan pada person, posisi dan atau proses. Ide tentang
essensinya,
dalam perkembangan mengalami pergeseran-pergeseran. Setiap
pergeseran membawa aksentuasi yang berbeda
perbedaan di dalam pendekatan; Setiap pendekatan
atau ber-
usaha untuk menangkap apakah essensi kepemimpinan itu. Dari berbagai literatur yang membahas tentang ffla-
158' salah kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa umumnya
kepe-
mimpinan adalah suatu proses pengaruh kegiatan- kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk pencapaian prestasi organisasi dalam situasi tertentu. Dengan
demikian
proses kepemimpinan adalah fungsi dari pemimpin, bawahar/ pengikut dan faktor-faktor situasi lainnya. . . . In any situation where someone is trying to influence the behavior of another individual or group, leadership is occuring. Thus,everyone attempts leadership at one time or another, where his or her activities are centered around a business,educational institution, hospital, political, or farailiy. . . . Any time an individual is attemptong to influence the behavior of someone else, that individual is the potential leader and the person he or she is attempting to influence is the potential follower,no matter whether that person is your "bossna colleague (associate), a subordinate, a friend, or a relative. (Blanchard, 1978, h.84). Kepemimpinan yang efektif tergantung pada perantara tara individu-individu dan organisasi sedemikian
anrupa
sehingga keduanya memperoleh kepuasan maksimum.Hollander, (Hollander, 1978, h.19-38) mengemukakan perantara- perantara sesuai dengan beberapa aliran dalam konsep - konsep kepemimpinan sbb :
.
(1) Konsep tentang pengaruh orang hebat ( man) dan waktu dalam sejarah. Kemajuan sesuatu
great bangsa
menurut Woods, tergantung pada suatu monarkhi yang kuat dan waktu yang baik- Di pihak lain Spiller dalam
penye-
lidikannya menemukan bahwa orang hebat ditentukan
oleh
kombinasi individu, lingkungan sosial dan historis;
159' (2) Kualitas pemimpin seperti masalah herani,arif bijaksana adalah sifat-sifat yang menjadikan seseorang itu pemimpin. Dalam perkembangan selanjutnya banyak litian yang dilakukan terhadap hubungan antara
pene-
berbagai
sifat untuk membedakan pemimpin dan pengikut serta untuk membedakan pemimpin yang efektif dan non efektif. Richard Mann, 1959 meninjau 125 studi tentang kepemimpii> an dan karakteristik kepribadian lebih dari 700 penemuan. Ditemukan bahwa faktor inteligensi lebih besar dari
kua-
litas lainnya yaitu 48%, jadi ada hubungan positif antara inteligensi dan status kepemimpinan. Dengan ' presentasi studi"yang rendah,-ditemukan "general adjustment",
"ex-
troversion" dan dominansi berhubungan secara positif untuk menjadi pemimpin. (3) Pendekatan situasional yang sebelumnya,
difo-
kuskan pada kesamaan dan perbedaan antara tugas-tugas sebagai dasar bagi penentuan pemimpin. Pendekatan situasional modern lebih menitik beratkan pada fungsi-fungsi yaig berbeda pada situasi-situasi dengan tugas-tugas yang berbeda pula. (4) Pendekatan kontingensi, sebenarnya . merupakan perluasan dari pendekatan situasional. Model kontingensi yang paling menonjol dari Fiedler adalah LPC (
Least
Preferred Coworker ). Model ini dibentuk atas gaya pemimpin untuk membedakan pemimpin yang berorientasi pa.da
tu-
160' gas dan yang berorientasi pada tata hubungan.
Efektif
tidaknya orientasi kepemimpinan banyak tergantung
pada
tiga faktor dalam situasi, yakni (a) kualitas, (b) derajat struktur tugas dan (c) posisi kekuasaan pemimpin» Model kontingensi modern berurusan dengan faktor - faktor yang mempengaruhi keputusan, Vroom dan Yelton misalnya secara khusus tikan gaya pemimpin dalam proses pengambilan
memperhse* keputusan.
Terdapat banyak hal yang kompleks sehubungan dengan
mo-
del ini. Terdapat perbedaan tiga utama untuk mencapai pemecahan permasaalahan kelompokf yakni gaya-gaya tik, konsultatif, dan gaya yang menggambarkan
otokraderajat
peningkatan potensi partisipasi yang diizinkan bawahan. Tiga standar atau kriteria untuk
bagi
membedakan
tingkat efektivitas yakni kualitas pemecahan, waktu yang disyaratkan untuk tiba di sana dan penerimaan
oleh
ba-
wahan. Juga terdapat beberapa faktor situasional yang ditunjukkan dalam model, yakni ;
v
(a) pentingnya kualitas putusan, (b) derajat di mana informasi yang cukup diperlukan ^
,
,
(c) juga untuk-bawahan» (d) sejauh mana permasaalahan itu tersusun, (e) sejauh mana penerimaan bawahan itu diperbolehkan,
pel
16-1 (f) demikian juga dengan kritik bawahan, (g) implementasi keputusan. Model Vroom dan Yelton adalah model normatif» rena secara aktif mendorong pertumbuhan potensi
ka-
partisi-
pasi bawahan« Dibandingkan dengan model iledler,
maka
pertekanannya adalah pada pertimbangan (judgment)
pemiia-
pln tentang apa yang disyaratkan (required) situasi bih dari pada gaya kepribadian yang berlangsung.
le-
Kedua
model berorientasi pada "leader-centered" walaupun Vroom dan Yelton nampaknya lebih tertarik pada penerimaan wahan terhadap keputusan dan informasi-informasi relevan secukupnya terhadap bawahan/pengikut
bayang
pengikut
dan juga pemimpin* (5) Pendekatan transaksional yang lebih dinamis ri pendekatan tradisional* Pendekatan ini mencoba
da-
untuk
lebih berhubungan dengan aktualitas-aktualitas kehidupan sehari-hari| di antaranya { (a) fungsi-fungsi
pemimpin
dengan bawahan pada waktu dan tempat khususj (b)
pemim-
pin dapat memperoleh kekuasaan dari berbagai • kesahihan termasuk persetujuan bawahan dan (c) kepemimpinan
meli-
batkan variasi tugas-tugas yang harus diselesaikan
de-
ngan berbagai peranan, t Hollander, 1978, h.38) Dari uraian-uraian di atas menunjukkan bahwa dekatan yang tepat untuk kepentingan tulisan ini
pen-
adalah
pendekatan situasional, karena unit kegiatan kepala
se-
162' kolah diukur melalui kebisaan untuk menggunakan pengaruh, dan yang dilengkapi oleh persepsi terhadap peranan ekspektasinya» Walaupun demikian disadari bahwa
dan dalam
suatu uraian tak mungkin hanya satu pendekatan digunakan secara murni tetapi diadakan kombinasi antara
berbagai
pendekatan» Pertekanan pada situasional mengingat
bahwa
keberhasilan sekolah tergantung pada feesatuan kelompok antara kepala sekolah» staf guru dan lainnya di faktor-faktor kontak dan interaksi, situasi
mana
berdekatan,
frekuensi kehadiran saling pengaruh mempengaruhi dan memberi kontribusi pada kepaduan kelompok. Faktor -
faktor
situasional inilah yang menjadikan kualitas kepala
seko-
lah sebigai pemimpin menjadi lebih efektif» Dalam pengambilan keputusan, diperlukan kemampuan di dalam melihat keuntungan dan kerugian yang dapat peroleh dari alternatif-alternatif yang dipilih«
Daya
aplikasi sebagai salah satu unsur kognitif manusia punyai tingkat yang lebih tinggi dari pada daya
di-
mem-
mengeta-
hui, mengerti, menganalisis, sintesa dan evaluasif(value judgment)» Aplikasi kebijaksanaan didasarkan atau
dise-
suaikan pada posisi yang diduduki oleh seseorang, apakah dalam keluarga, sekolah atau masyarakat dan atau
lemba-
ga-lembaga pemerintah/swasta tertentu. Makin tinggi daya aplikasi kebijaksanaan seseorang makin efektif pinannya»
kepemim-
163'
b. Ke-pala sekolah dan tanggung n1awab
Kepala sekolah yang dapat mengaplikasi- kebijaksaV naan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang
efektif
ialah kepala sekolah yang bertanggung jawab. Tanggung jawab menurut Sikun Pribadi (Sikun Pribadi, 1971, h.27-37 ) memiliki segi-segi filisofis yakni ontologis,
normatif
dan segi-segi psikologis. Dari segi ontologis«
tanggung
jawab adalah pengertian yang menjembatani jarak individu dan masyarakat. Pemimpin yang
antara
merealisasikan
tanggung jav/ab adalah pemimpin yang memenuhi ^permintaan hakekat manusia sendiri yaitu sebagai individu dan kelompok yang dipimpinnya. Tanggung jav/ab adalah wajar
dan
mutlak bagi seorang pemimpin karena sesuai dengan
hake-
kat manusia sendiri dan realita* Bari segi
... formatif«
tanggung jawab menunjuk pada cita-cita yang ingin pai dalam peranannya selaku pemimpin.
dica*
Cita-cita sebagai
manifestasi dari ekspektasi pemimpin dan bawahan
adalah
pedoman. Setiap pedoman selalu didasarkan pada
aturan
permainan yang telah diterima bersama dan kesemuanya bei»sumber pada norma-norma yang mendasarinya. Norma - norma ini merupakan ukuran dan pedoman bagi penilaian terhadap semua kegiatan kelompok yang telah dilaksanakan»
Jadi
tindakan dan perbuatan yang bertanggung jawab» Dari segi psikologis tercakup; (a) kognisi, yaitu bahwa orang yang bertanggung jawab setidak-tidaknya
me-
164' ngerti akan pekerjaannya, M. sini menggambarkan
bahwa
tanggung jawab harus sesuai dengan kecakapan dan
kepan-
daian orang yang bersangkutan^ (b) konasi atau
kemauan«
Orang yang bertanggung jawab harus teguh kemauannya karena bila tidak maka ia tak dapat mempertahankan peraturanperaturan yang baik« Berkemauan keras untuk mempertinggi kualitasnya sendiri dan kualitas pekerjaan yang
dihasil-
kan; (c) emosi yaitu fungsi jiwa yang meliputi perasaan« Jika perasaan positif dikombinasikan dengan kemauan yang kuat akan menimbulkan gejala minat atau "interest". Dalam membahas kriteria normatif dalam
manajemen
(Sikun Pribadi, 1978, h,4-12) pada perilaku.»
Sikun
Pribadi mengemukakan beberapa segi normatif tentang perilaku manusia yang paling optimal untuk pencapaian
pei>
kembangan usaha yang mantap yang dapat dikenakan
pada
kepemimpinan kepala sekolah dasar dengan ciri-ciri sbb s (1) Pengakuan terhadap martabat manusia sebagai
subjek
dan bukan sebagai alat« Guru-guru bukanlah alat duksi sehingga kepala sekolah dapat
pro-
memanipulasi
ketenagaan mereka untuk mencapai tujuan
sekolah »
pengontrolan dan pengaturan yang ketatj
melainkan
harus menghargai martabat mereka sebagaimana kepala sekolah sendiri menghargai dirinya« Penghargaa» terhadap martabat mareka akan meninbulkan saling
perca-
ya mempercayai dan respek dalam konteks hubungan tar pribadi;
an-
165' (2) Adanya rasa tanggung jawab yang besar« Kepala lah yang bertanggung jawab akan berusaha
seko-
memperluas
•dan memperdalam ilmu pengetahuannya baik dalam dang profesi guru maupun dalam bidang
bi-
administrasi
dan manajemen pendidikan» Dengan pengetahuan
yang
luas kepala sekolah dapat bertindak secara hati-hati di dalam menyelesaikan semua tugas-tugas
kepemim-
pinannya; (3) Sikap demokratis dah terbukat memungkinkan kepala sekolah dapat mengenal dan menilai
seorang kemampuan
staf gurunya di dalam mengelola program-program
pen-
didikan di sekolah« Dengan pengenalan ini kepala sekolah akan senantiasa mendengar pendapat-pendapat yang dikemukakan
staf
gurunya di dalam usaha memperbaiki kebijaksanaan- kebijaksanaannya di masa yang akan datang* Di
pihak
lain akan menimbulkan kerja sama yang efektif dalam konteks kesatuan kelompok yang serasij (4) Stabilitas emosional yang menggambarkan adanya keseimbangan dalam kehidupan perasaan kepala sekolah yakni perasaan positif seperti gembira9 ramah,
hangat,
percaya pada dirinya dan mempercayai staf gurunya« Dengan demikian akan membawa pada sikap positif hadap situasi sekarang dan ekspektasi peranan berhasil di masa yang akan datang ;
teryang
166' (5) Kejujuran sebagai prasyarat untuk kerja sama
yang
dinamis« Kepala sekolah yang jujur akan memiliki
si-
fat terbuka terhadap dunia luar; (6) Sifat komunikatif dan kooperatif. Komunikatif, li lagi mei^perjelas sikap terbuka di atas«
seka-
Koopera-
tif, adalah kesediaan dan kemampuan kerja sama
yang
.menuju pada usaha bersama di dalam peningkatan
pres-
tasi sekolah. Kedua sifat ini akan mencegah * kepala sekolah untuk bersikap egosentris dan sikap membenarkan dan mementingkan diri sendiri. (7) Sifat inovatif, untuk bekerja keras di dalam mukan cara-cara baru yang lebih efktif di dalam
menepe-
laksanaan program-program pendidikan. Untuk ini maka seorang kepala sekolah harus bersifat kreatif yakni kemampuan menciptakan hal-hal yang baru untuk
meng-
hadapi berbagai tantangan situasi. c« Tanggung jawab kepemimpinan -pendidikan Berkenaan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai pemimpin pendidikan maka dalam berbagai putusan dan kebijaksanaan baik pada tingkat kantor wilayah tingkat pinsi ataupun tingkat kabupaten sesuai dengan
pro-
hlrarkhi
posisinya, mempunyai tugas-tugas umum sbb i (1) Memberi pengarahan, memilih dan menetapkan kebijaksanaan tertentu« Tugas dan kewajibannya
menterje-
mahkan kebijakan-kebijakan pemerintah ke dalam kebijakan-
167' kebijakan operasional sesuai dengan lingkungan dan kemampuan nyata wilayahnya, (2) Membuat dan mensahkan garis-garis besar
ren-
cana pengajaran tahunan/semester/catur wulan. Di samping itu perlu rencana menurut jangka waktu menengah atau pai>* jang sesuai dengan rencana pembangunan nasional« Di
sam-
ping itu perlu yang mantap.tentang penempatan tenaga dan pengalokasian sumber-sumber daya yang memadai agar dalam mengoperasionalkan kegiatan-kegiatan
di
pendidikan
tingkat mikro sekolah tidak menimbulkan ketegangan- ketegangan/konflik-konflik yang merugikan dan menghambat rencana yang ada, (3) Perlunya pusat pengelolaan informasi-informasi berupa lapuran-lapuran yang diterimanya melalui was/penilik kabupaten yang dikontrol melalui
pengastandai^
standar yang ada sehingga memudahkan memberi pertimbangan yang tepat terhadap rata-rata prestasi sekolah secara tt~ mum di wilayahnya. Dengan demikian dapat
dikomparasikan
denganrata-rata preatasi sekolah secara nasional.
Infoi**
masi-informasi demikian dapat merupakan balikan yang berguna untuk meninjau kembali kebijakan-kebijakan
yang
dibuat terutama mengenai pengalokasian tenaga dan
sum-
ber-sumber daya. (4) Berkenaan dengan informasi-informasi
balikan
16 8
v
seperti yang dikemukakan pada titik (3) di atas,
peinim-
pin kependidikan tingkat propinsi/kabupaten dapat
meng-
adakan perbaikan-perbaikan yang berguna dengan
memper-
timbangkan segi-segi efektif dan efisien dari. kebijakan yang dibuatnya. Dengan demikian dapat diadakan
peninjau-
an kembali, modifikasi atau revisi yang paling cocok dan sesuai dengan, kemungkinan-kemungkinan yang ada. Di sinilah perlunya data informasi yang memadai dan yang selalu siap sesuai dengan keadaan yang paling baru. Untuk menjalankan tugas-tugas di atas4 seorang
pe-
mimpin kependidikan, baik tingkat propinsi ataupun
ting-
kat kabupaten/kecamatan sudah harus terbiasa dengan
tek-
nik-teknik pendekatan sistem yang dewasa ini sudah
di-
aplikasikan dalam seluruh bidang manajemen. Teknik-teknik yang dimaksud itu meliputi sistem Informasi, similasi,perencanaan jaringan, model-model matriks dan teknik-teknik lainnya yang banyak digunakan dewasa ini« Se&ah satu tugas utama pemimpin kependidikan perti yan^ telah dijelaskan di atas ialah mensahkan menetapkan rencana pendidikan untuk dioperasikan
sedan pada
tingkat mikro sekolah. Dalam hal ini maka jasa-jasa yang diberikan oleh perencanaan jaringan dengan teknik-teknik bantuan lainnya perlu diketahui dan diaplikasi oleh
pe-
mimpin. Perencanaan jaringan atau "network planning" pada dasarnya dapat disebut "one sheet planning" yang
m*-
169' nurut Achmad Sanusi (Achmad Sanusi, 1971 , h.26-27)dapat merepresentasikan ; (a) Suatu "time-schedule", dengan periodisasi-periodisanyaj awal-akhir minimax ; (b) Suatu pola kejadian-kejadian dan juga urutan- urutannya | (c) Pola
bagian-bagian kejadian yang berlangsung secara
simultan j (d) Pola petunjuk tentang bagian-bagian kejadian kegiatan yang mutlak (conditio sine qua non) ke arah (e) Pola petunjuk tentang bagian-bagian kejadian
sasaran; peker-
jaan yang normal dan yang dapat ditangguhkan atau dirubsh waktunya; (f) Jaringan perencanaan biasa dilengkapi dengan matriks masukan-keluaran, tabel-tabel anggaran keuangan»
khusus-
nya biaya, tenaga, perlengkapan dan alat* Selanjutnya, di dalam membuat atau mensahkan
pe-
rencanaan program-program pendidikan secara mikro . sekolah, kepala sekolah dapat berorientasi pada • kebijakan atasan dan standar-standar yang telah ditetapkan secara nasional ataupun regional.
baik
BAB III METODOLOGI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN ANALISIS BUTIR 1» Jenis-jenis -penelitian dan penggunaannya Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan,perlu dijelaskan jenis penelitian yang digunakan dan pemakaiannya. Dalam bagian ini digunakan istilah metodologi
pene-
litian dan bukan metode atau cara penelitian karena metode hanya menjelaskan teknik atau alat yang digunakan
da-
lam rangkaian penelitian sedangkan metodologi ialah ilmu tentang cara; jadi mencakup cara, pengacakan, teknik pengolahan dan analisis data. Sesuai dengan lingkup permasalahan dan pendekatanpendekatan yang dikemukakan sebelumnya maka dalam penelitian ini, digunakan pendekatan survai dengan
statistika
sebagai teknik analisis data. Pendekatan survai
dipan-
dang oleh Kerlinger ( Kerlinger, 1973» h. 410 - 412 ) sebagai metodologi penelitian ilmu-ilmu sosial di mana prosedur dan metodenya telah dikembangkan oleh sarjana- sarjana psikologi, sosiologi, antropologi, politik dan ahliahli statistika. Hakekat penelitian dalam bentuk dalam ilmu-ilmu sosial ialah mengumpulkan data
survai terdiri
dari variabel-variabel yang dapat diklasifikasikan ke dalam fakta-fakta sosial, pendapat dan sikap serta menemu kan hubungan-hubungan antara variabel-variabel itu.Eakta170
171' fakta sosial adalah atribut-atribut individu yang sal dari anggota-anggota dalam kelompok-kelompok
berasosial
seperti jenis kelamin, pendapatan, afiliasi politik dan agama, status ekonomi, pendidikan, umur, okupasi dan lain-lain, Variabel yang kedua ialah perilaku.
Peneliti
survai tidak tertarik oleh atribut-atrbut sosial
seba-
gaimana adanya, tetapi lebih tertarik oleh apa yang dipikirkan mereka dan bagaimana perilaku mereka, Leedy ( leedy, 197^, h, 79-80 )
mengkategorikan
dua jenis survai yakni survai deskriptif dan survai
ana-
litik, Survai deskriptif secara sederhana melihat fenomena dengan akurat dan intensif pada saat dan situasi
ter-
tentu, kemudian menguraikan apa yang dilihat peneliti,Untuk itu bagi jenis penelitian ini diperlukan metode
ob-
servasi untuk pengumpulan data. Selanjutnya dikatakan; " If he employs statistics in the purely descriptive survey study, his techniques are very often those of the first - layer, older-order statistics which reveal the points of central tendency, the variability, and the degree of interrelationship between the variables in the data," Survai analitik terutama memperhatikan persoalan
estima-
si dan situasi-situasi yang memerlukan pengujian
statis-
tik berdasarkan hipotesis. Metode-metode statistik yang digunakan adalah teknik-teknik yang sangat berkaitan
de-
ngan statistik inferensial. Kebanyakan studi dilakukan secara deskriptif dan • mencari untuk menjelaskan sesuatu fenomena. Tujuan pemberian penjelasan (explanation)
dari
adalah prediksi.
172' Dasar dari eksplanasi adalah untuk menjawab
pertanyaan
tentang bagaimana (how) dan mengapa (why). Untuk
ekspla -
nasi dan prediksi diperlukan teori di dalam membantu mem beri jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan bagaimana mengapa
dan
di atas« Teori dapat menghubungkan fenomena yang
dihadapi dengan fenomena-fenomena lainnyaj teori juga
da-
pat • dinyatakan dalam pernyataan kausal. Teori dalam konteks ini digunakan untuk menjelaskan fenomena tertentu dengan pengajiannya» Shaughnessy (1972, h.32-33) mengusulkan empat pendekatan untuk menjawab persoalan yang
meliputi
eksplanasi tentang bagaimana timbulnya persoalan
ter-
sebut sbb ; There is the deductive pattern, in which an event is explained by showing how it follows if some assumption, hypothesis, lav/, theory or model is accepted as true; There is the statistical generalization where the event to be explained is shown to be probable on the evidence ( though such demonstration, in itself , would not necessarily constitute an explanation J;. There is the teleological type of explanation which explains in terms of goals sought or'functions performed; Finally, we have the genetic type of explanation, which is essentially an historical approach showing how past events have led up to the. existing state of affairs. This draws on the other three approaches. Kedua pandangan di atas mengenai eksplanasi memberi gambaran bahwa eksplanasi perlu ditunjang oleh teori kejadian yang akan dijelaskan, perlu diuji.
dan
Kesimpulan
statistis itu sendiri tidak terdiri dari eksplanasi tetapi paling tidak dapat menyarankan sebuah eksplanasi.
Dalam
penelitian, hipotesis didahulukan dan kesimpulan-kesimpulan %tatistik mengikutinya sebagai konfirmasi.
173' Di pihak lain, teori mungkin dapat memberi saran implikasi-implikasi dari sesuatu permasalahan Konsekwensinya ialah aspek-aspek usaha
berupa
yang timbul,
perlu
sanakan agar dapat ditaksir secara korek. Dalam
dilakhal
ini
peneliti berusaha agar kelakuan populasi yang akan
ditin-
jau harus
peren-
didasarkan pada parameter populasi dan 9
iranaan serta penetapan percontoh acalfe yang representatif. Harga parameter inilah yang perlu ditaksir atau
diestimit
berdasar statistik dari percontoh acak yang diambil populasi. Hasil-hasil penaksiran umumnya biasanya
dari
terlam-
pau tinggi atau terlampau rendah. Atas dasar inilah perlunya titik taksiran atau harga taksiran. Karena itu liti dihadapkan pada keyakinan, sejauh manakah
peneliti
itu yakin bahwa titik taksiran yang ditetapkan itu diterima. Sudjana ( Sudjana, 1975, h,198 )
pene-
dapat
mengemukakan
bahwa dalam praktek orang biasa mencari interval
taksiran
yang baik dengan derajat konfidensi yang memuaskan,di mana derajat konfidensi menaksir disebut koefisien yang umumnya menyatakan suatu
derajat
keafidiflgi
probabilitas.
sini termasuk kadar-kadar ketidak pastian, sebab itu
Di sa-
ngat perlunya proses statistika. Dalam membahas sebuah skema metode keilmuan, ( Jujun S. Suriasumantri, 1977, h, 33-35 ) sbb :
Jujun
mengemukakan
174' Kita melihat kegunaan logika dan matematika dalam proses deduktif untuk menurunkan ramalan atau hipotesis dari pengetahuan keilmuan. Kita melihat proses pengujian hipotesis, yakni mula-mula dengan deduksi konsekuensi hipotesis tersebut, dan kemudian mengujinya secara empiris dengan pertolongan metode keilmuan. If Metode penelitian ini dikembangkan di atas dasar asas- , asas statistika, agar kesimpulan yang ditarik dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Dengan uraian-yraian di atas dapat dikemukakan dudukan dari penelitian yang dilaksanakan ini.
ke-
Karakteris-
tik variabel yang diteliti didahului dengan deskripsi
dan
eksplanasi karakteristik kepenumpinan baik berdasar teori maupun berdasar penelitian-penelitian sebelumnya. Informasi-informasi ini dikaitkan dengan hasil-hasil lisis penelitian yang dilaksanakan dalam bentuk
anasurvai
analitik. Dengan demikian diperoleh kesimpulan—kesimpulan yang dapat meramalkan karakteristik kepemimpinan mana yang relevan untuk kepala sekolah dasar yang efektif. dasar itu maka penelitian yang dilaksanakan ini
Atas tergolong
baik kepada jenis survai deskriptif maupun kepada
survai
analitik atau perpaduan antara keduanya, karena pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah pendekatan
rentang
tengah ( middle-range approach )• 2. Prosedur penelitian Penelitian yang dilaksanakan ditempuh melalui tahap yakni tahap pelaksanaan survai pendahuluan dannelitian utama atau penelitian yang sesungguhnya« survai pendahuluan maupun penelitian utama,
dua peBaik
kedua-duanya
17.5 dilaksanakan
di lokasi penelitian yakni di
Sulawesi
Selatan« Tahap "pertama, terdiri dari kegiatan-kegiatan sbb ; a« Pengumpulan informasi-informasi tentang jumlah
seluruh
kepala sekolah dasar di Sulawesi Selatan melalui Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Propinsi
Sulawesi Selatan yang dapat dilihat pada fabel
»ten-
tang keadaan Kepala Sekolah dan Guru-Guru Bantu
Maret
1978. b. Sebelum uji coba dalam survai penelitian ini
"beberapa
usaha pendahuluan dilakukan untuk mengkaji tolok
ukur
yang akan digunakan. Usaha-usaha itu meliputi ; (1) Mendiskusikan proses pembuatan instrumen secara hipotetik dengan beberapa orang mahasiswa IKIP
Ban-
dung tingkat sarjana.dan siswa. SPS IKIP Bandung dengan mencoba menempatkan diri mereka sebagai Kepala Sekolah Dasar dan guru-guru bantunya tentang penger»tian serta konstruksi bahasa yang dipakai« (2) Proses diskusi ini kemudian dilanjutkan dengan
dua
belas orang mahasiswa tingkat sarjana FIP-IKIP
U-
jung Pandang yang berstatus sebagai wakil kepala sekolah dan guru bantu Sekolah Dasar. C* Atas dasar pengkajian ini disusun instrumen untuk mengukur persepsi, kebisaan dan performans kepala
sekolah
dasar yang kemudian diuji cobakan sebagai survai
pen-
dahuluan. Uji coba ini diperlakukan terhadap sekelompok
176' kepala sekolah dan guru-guru ( meliputi 58 orang )
di
Kota Madya Ujung Pandang dan Pangkajene Sidenreng yaitu salah sebuah Kota Kabupaten yang terletak 178 km
dari
Kota Madya Ujung Pandang, Kedua tempat ini dipilih ngan maksud agar diperoleh informasi yang
de-
• berimbang
antara keadaan karakteristik populasi kota madya
dan
di luar kota madya» d. Hasil-hasil survai pendahuluan ini dikumpulkan,'diklasifikasikan dan dianalisis atau diolah secara yang hasilnya dicantumkan dalam lampiran»r
statistis Kegiatan
analisis meliputi, dua hal yakni mengenai butir dan riabel-variabel yahg dipermasalahkan • Alasan
va-
pertama ,
bermaksud untuk memperoleh butir/yang sahih dan'terandal alasan kedua, bermaksud untuk memperoleh gambaran
ten-
tang distribusi populasi menurut lokasi penyebaran
se-
kolah-sekolah dasar
yang dapat dijadikan dasar
bagi
pelaksanaan survai; alasan ketiga, bermaksud untuk memperoleh informasi bagi penentuan ukuran sampel bagi penelitian yang akan dilakukan. Tahap kedua, terdiri dari kegiatan-kegiatan sbb ; a. Penelaahan dokumentasi, bertujuan untuk pengambilan keputusan
tentang penyebaran karakteristik responden se-
suai dengan kategori variabel yang ingin diteliti sebagai dasar bagi pengambilan percontoh acak (
dan
random
sampling ). Jenis dokumen yang ditelaah berupa dokumen primer, yakni bahan-bahan yang diperoleh melalui Bagian
177' Perencanaan Kantor Wilayah Departemen P & K Propinsi Sulawesi Selatan. Data yang diperoleh masih merupakan data mentah yang kemudian diolah berdasarkan
keperluan
untuk percontoh acak. Di samping itu diperoleh juga informasi-informasi
ten-
tang situasi sekolah dasar melalui dokumen sekunder dari beberapa orang pemuka pendidikan di Kota Madya Ujung Pandang, Informasi ini digunakan untuk menajamkan
in-
formasi dokumen primer dalam rangka usaha percontah
a-
cak yang lebih dipertanggungjawabkan, b. Wawancara, merupakan tahap berikut dari penelitian utama yang dilaksanakan terhadap Kepala Bidang
Pendidikan
Dasar dan Kepala-Kepala Kantor Departemen P & K Madya, Kabupaten dan juga Penilik-Penilik
Kota
Kecamatan
yang telah dijadikan percontoh acak. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi yang
di-
perlukan, Di samping itu usaha tersebut dimaksudkan pula untuk memperoleh informasi balikan yang
barangkali
bisa digunakan untuk kepentingan penentuan
kebijakan
di masa-giasa yang akan datang, c, Percontoh acakf Informasi yang diperoleh melalui laahan dokumentasi dan hasii-hasil wawancara
penebeserta
hasil-hasil analisis survai pendahuluan memberikan dikasi-indikasi tentang karakteristik populasi
inbagi
peneliti untuk pelaksanaan percontoh acak, Percontoh acak ini dilakukan dengan langkah-langkah • .sbh :
178' (1) Percontoh acak Kabupaten Di atas sehelai kertas dituliskan nama 23 Kabupaten dan Kota Madya dan diberi
diberi nomor 1 s/d nomor
23* Kemudian di atas 23 helai kertas kecil
yang
berukuran dan beridentitas sama dituliskan
nomor
1 s/d nomor 23» Kertas-kertas kecil ini
digulung
dan dimasukkan ke dalam sebuah kotak. Setelah
di-
kocok dengan baik kemudian seorang pembantu
pene-
liti yang ditutup matanya disuruh mengambil
satu«
Sisanya diaduk kembali, lalu diambil satu lagi begitu seterusnya hingga 6 kali. Nomor-nomor ditarik itulah yang akan menjadi anggota
dan yang
sampel.
Hasil pengocokan itu menunjukkan terpilihnya
Kabu-
paten Goa, Kabupaten Pangkajene Kepulauan,Kabupaten Pangkejene Sidenreng, Kota Madya Ujung Pandang dan Kabupaten Bone dan Kabupaten Tana Toraja. (2) Percontoh acak Kecamatan Dengan prosedur yang sama di atas dipilih kecamatan dari setiap kabupaten sebagai
beberapa percontoh
acak kecamatan, (3) Percontoh acak sekolah Dengan prosedur yang sama pula di. atas dipilih sejumlah sekolah dasar sebagai percontoh acak sekolah. (/f) Percontoh acak guru Melalui prosedur yang sama pula dengan prosedur atas dipilih beberapa orang guru sebagai
di
percontoh
179' acak guru. Pelaksanaan survai, dilakukan oleh promovendus beser-" ta pembantu-pembantu peneliti di lapangan
terhadap
lokasi penelitian. Di kota madya Ujung Pandang, laksanaan dilakukan oleh penilik-penilik
pe-
kecamatan
yang teracak setelah kepada mereka diberikan latihan dan petunjuk-petunjuk secukupnya. Mereka pada umum nya terdiri dari sarjana-sarjana pendidikan
jurusan
administrasi pendidikan. Pelaksanaan survai di kabupaten langsung ditangani oleh promovendus dibantu oleh pembantu-pembantu peneliti serta penilik-penilik kecamatan yang teracak. Prosedur pelaksanaan survai: (1). Permohonan izin meneliti dilakukan berdasar surat Ketua Lembaga Pendidikan Post-Doktoral IKIP Bandung tanggal-Nomor 027/PT.25*8/Q/79 yang ditujukan kepada Kepala Kanwil Departemen P dan K Propinsi Sulawesi Selatan di Ujung Pandang. Pelaksanaan survai dilakukan atas dasar Izin Pe nelitian Kepala Kantor Wilayah Departemen Pen didikan dan Kebudayaan Propinsi Sulawesi Sela tan, tanggal 8 Pebruari No.A.01.1.79. Dengan izin ini seluruh kegiatan prasurvai dan peneli tian sesungguhnya diatur melalui Kepala Kantor Wilayah Departemen P dan K Kabupaten yang teracak*
180' Pertemuan-pertemuan: (a) Wawancara dengan Kepala Kandep P dan K Kabupaten ( Pada beberapa Kabupaten diadakan pertemuan dengan Bupati Kepala Daerah ); (b) Memberikan penjelasan dan infor masi kepada penilik-penilik kecamatan yang teracak meliputi maksud penelitian, prosedur = pelaksanaan survai, prosedur pengacakan sampel guru; (c) Kegiatan survai meliputi penentuan waktu survai, tempat atau lokasi survai,
pengga -
bungan beberapa kecamatan yang berdekatan,penentuan data yang diperlukan tentang sekolah
yang
harus dilengkapi oleh anggota-anggota sampel* Pelaksanaan survai yang meliputi; (a) survai dilaksanakan secara serentak pada setiap kabupa ten/kota madya yang dikordinasi oleh
pembantu
peneliti dan penilik kecamatan; (b) untuk men jaga kemurnian dan independensi survai maka anggota-anggota sampel kepala sekolah dan guru ditempatkan pada ruang yang terpisah; (c) membe rikan penjelasan tentang maksud penelitian
un-
tuk mencegah timbulnya keresahan pada pihak kepala sekolah dan juga guru-guru bantu yang terlibat dalam survai;(d)memberikan penjelasan tentang pengisian tolok ukur dan contoh-contoh pengisian; (e) selama pengisian skala dan kuesioner para anggota sampel tidak diperkenankan untuk berbicara sesamanya*
181' 3. Tolok ukur Seberapa besarkah pengaruh variabel-variabel laku administrator kepala sekolah dasar terhadap
peri-
perfor-
mansnya, atau seberapa besarkah kontribusi variabel-variabel perilaku administrator terhadap performans administrasinya» Performans administrasi kepala sekolah merupakan sasaran penelitian yang dengan sendirinya harus
dilakukan
pengukuran terhadap variabel ini« Performans administrasi yang diinginkan dicerminkan dalam pengambilan keputusan (PK) dan kepemimpinan pengajaran (KP) oleh kepala sekolah yang mungkin dilaksanakan secara berencana, sistematik dan rasional« Berencana menggam barkan bahwa proses pengambilan keputusan dan kepemimpinan pengajaran itu dilaksanakan berdasar persepsi kepala sekolah untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang efektif di masa yang akan datang. Sistematik dan
lebih
rasional
menggambarkan bahwa proses pengambilan keputusan dan kepemimpinan pengajaran adalah dasar untuk memprediksi
hasil
usaha yang optimal« Di sinilah diperlukan kebisaan kepala sekolah baik dalam segi teknik, segi manusiawi maupun segi konseptual« Dengan demikian maka performans
administrasi
yang efektif pada hakekatnya adalah fungsi dari pada persepsi dan kebisaan kepala sekolah, sehingga kepada hati
kedua
ini juga perlu diukur« Dari variabel-variabel persepsi dan kebisaan
maka
pengambilan keputusan dan kepemimpinan pengajaran juga dapat dilihat dari aspek lain yang meliputi tingkat pendidik-
182' an formal, jenis kelamin, pengalaman kerja, umur dan pengetahuan tentang administrasi khususnya administrasi pendi dikan dasar» Peninjauan ini untuk melihat kemungkinan adanya perbedaan-perbedaan itu menurut aspek-aspek ini» Aspekaspek ini tidak memerlukan tolok ukur yang khusus» Pengukuran ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan langsung dan pendekatan tak langsung terhadap re aksi-reaksi kepala sekolah berkenaan dengan aspek-aspek kegiatan pengambilan keputusan dan kepemimpinan di sekolah sehubungan dengan fungsi-fungsi .
pengajaran kepemimpinan
yang telah dikerjakannya» Pendekatan langsung ditempuh untuk memperoleh data langsung dari kepala sekolah sendiri , sedangkan pendekatan tak langsung berkenaan dengan
data
informasi yang diperoleh dari guru-guru bantu kepala
se-
kolah bersangkutan» Pernyataan-pernyataan tolok ukur
ini
sama, hanya untuk guru ditekankan pada bagaimana pandangannya terhadap apa yang telah dilakukan kepala sekolah sesuai dengan peranannya dan bagaimanakah sebaiknya harus
ia
berperanan untuk meningkatkan prestasi sekolah dan kepu asan seluruh staf gurunya» Kedua pendekatan ini
ditempuh
dengan maksud untuk melihat lebih obyektif« Performans administrasi yang dicerminkan melalui pengambilan keputusan dan kepemimpinan pengajaran adalah hasil karya kepala sekolah. Karya yang aktual, sebab itu informasi berkenaan dengan hasil-hasil karya ini dapat
di-
peroleh melalui kuesioner yang disusun khusus untuk
itu.
183' Kuesioner ini diperlengkapi dengan alternatif - alternatif yang telah dikaji sebelumnya di dalam disain
penelitian,
berdasarkan"pertimbangan-pertimbangan ( judgments )tentang batas-batas kemampuan kepala sekolah dasar yang
mungkin
dan dapat dikerjakan« EL pihak lain persepsi
masa
yang akan datang« Dengan alasan ini dipilih skala penilaian untuk mengukur fakta-fakta sosial dan pendapat kekepala sekolah berkenaan dengan persepsi dan kebisaan yang dimi likinya« Kuesioner pada Umumnya ad'alah' suatu daftar pertanyar an yang harus dijawab oleh responden dan bukan
merupakan
wawancara yang dilakukan peneliti terhadap responden. " -A. self-administered instrument as opposed to an interview Selanjutnya dikemukakan oleh Korman ( Korman, 1978, h, 71) sbb: " The simplest and easiest way to ask a person
what
his job reactions are, is to ask him questions and provide him with alternatives for answering "• Kuesioner yang
di-
gunakan ini bersifat langsung karena responden diminta sen-
184' diri memilih salah satu alternatif yang paling sesuai ngan keadaan pekerjaannya dari lima alternatif yang sedia« Oleh sebab itu kuesioner yang digunakan ini
deter-
tergo-
long ke dalam bentuk "forced-choice The logic of the forced-choice method is that a person is more likely to tell the truth about another individual on his evaluation since (a) in the first case he must say something favorable, no matter what he says, and (b) the converse is true in the second case;- that is he must say something unfavorable« no matter what he says ( Korman, 1978« h. 366-367 Dalam menggunakan teknik kuesioner ini dengan
menyadari
akan kelemahan-kelemahannya, promovendus benar-benar kin
bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan
yabenar
jelas dan diharapkan dapat berinteraksi dengan tidak arah pada kelompok orang-orang tertentu yang dapat
ter-
mewar-
nai kuesioner« Untuk hal ini maka promovendus mempersiapkan langkah-langkah untuk memaksimalkan kemungkinan
ja-
waban responden. Dalam penelitian ini digunakan skala model 1- Likert untuk mengukur persepsi dan kebisaan perilaku kepala
se-
kolah sebagai pengukuran dalam bentuk penskalaan orang melalui responsnya« Prosedur penyusunannya berbeda skala model Thurstone di mana untuk memperoleh
dengan
pernyataan
(items) yang baik terlebih dahulu harus diberikan
pada
sejumlah subjek yang dijadikan kelompok penilai (
judging
group )• Likert mengusulkan suatu metode yang tetap
ber-
dasar pernyataan-pernyataan yang mengatakan sikap yang sa-
185' ngat setuju/baik dan yang sangat tidak setuju/tidak hanya tak perlu terlebih dahulu ditetapkan oleh Responden sendirilah yang menetapkan tingkat
baik,
"judger"« persetujub-
annya. Mereka diminta untuk menentukan salah satu dari antara kategori mulai dari sangat setuju, setuju, tak dapat menentukan, tidak setuju, sangat tidak setuju. Jawaban-jawaban terhadap ekspresi pernyataan sikap yang baik
dapat
disekor 5» 4> 3i 2, dan 1 atau 1, 2, 3> 4» dan 5* Pembobotan respon-respon alternatif pada setiap pei> nyataan ditentukan menurut pertimbangan ( judgment )
yang
kemudian diperiksa dengan melalui:, analisis butir» Model ini v dipilih dengan alasan-alasan bahwa; (1) Model ini menarik karena sederhana, (2) Secara relatif mudah disusun, (3) Biasanya keterandalannya ( reliabilitasnya ) tinggi, (4) Banyak-penelitian-penelitian yang menunjang. / menopang model ini« Selain dari alasan-alasan di atas yakni kesederhanaan dan mudah disusun, alasan-alasan lainnya bersumber pada asumsiasumsi seperti yang dikemukakan oleh Sumadi ( 1979 )
sbb;
(1) Butir-butir itu. .sebagai keseluruhan cenderung hanya mengukur atribut yang dipersoalkan atau dengan kata
lain
bahwa bmtir-butir tersebut cuma mempunyai hanya
satu
faktor umum. (2) Diasumsikan bahwa jumlah skor butir-butxr tersebut mempunyai hubungan kira-kira linier dengan atribut
yang
186' diukur. Selanjutnya tentang skala Likert ini, Korman ( 1978, 386 ) mengajukan pandangannya sehubungan dengan
h.
perfor-
mans pekerjaan ( job performance ) sbb : !The Likert scale consists of a collection of positive and negativestatements about iOme social object, . such as a job, with which a person is asked to indicate his or her degree of agreement. Most typically this is done on a five - point scale with the alternatives being strongly agree. From the patterns of agreement and disagreement toward the statements about the job, a total score for each individual is determined, and his total score is correlated with the scores on each item. if. Prosedur pengembangan ala^t Instrumen pengukur persepsi dan kebisaan
kepala
sekolah dibuat oleh promovendus sendiri. Proses pembuatan instrumen ini dilaksanakan dengan melalui langkah
langkah-
sbb ;
a. Rancangan pengukuran skala dan kuesioner kepemimpinan kepala sekolah (1). Skala nilai untuk mengukur ' persepsi Persepsi sesuai dengan definisi operasionalnya
adalah
proses kesadaran yang timbul pada diri kepala sekolah di dalam menghayati peranan kepemimpinannya sesuai
dengan
harapan-harapan atau ekspektasi, baik yang bersumber pada dirinya selaku pemimpin pengajaran di sekolah
maupua
dari lingkungan di mana ia berperan. Dari definisi
ope-
rasional diturunkan tiga jenis dimensi yang meliputi peranan kepala sekolah yang dititik beratkan pada
orien-
187' tasi kebutuhan staf guru melalui pembinaan dan
pengem-
bangan, Dimensi keterlibatan kepala sekolah terutama pada inisiatif dan kreasinya dalam mengantisipasi
situasi
belajar mengajar yang lebih baik di masa-masa akan
da-
tang, Dimensi ketiga berkenaan dengan pengalokasian waktu untuk peranan-peranannya selaku pemimpin. Dari
ana-
lis! s-anali si s ini kemudian dikemukakan delapan karakteristik perilaku yang diharapkan akan diekspresikan responden melalui pernyataan-pernyataan atau item-item instrumen, Rancangan pernyataan-pernyataan soal skala
yang
dikonstruksikan adalah sbb ; t
Kriteria
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Jumlah
Posi | Hegatif , tif
1 Pernyataan ,* 1t Soal t
2 2
2 2
2
2
k k k
3 2 2 3 2
3
6
2
4
• 18
17
35
2
2 2
k
k
i t t t
i t
i t i t t
t I i
(2)» Skala nilai untuk mengukur kebisaan kepala sekolah . Kebisaan dalam penelitian ini Sesuai dengan defi-
188 nisi operasional adalah pengetahuan yang luas dan kemampuan kepala sekolah di dalam mengelola program- - program pendidikan dasar dan kaitannya dengan aspek-aspek
kepe-
mimpinan, strategi profesional guru dan teknik-teknik mengajar. Dari definisi operasional diturunkan tiga aspek kepemimpinan yang meliputi sepuluh karakteristik
peri-
laku yang diharapkan akas. diekspresikan.responden melalui butir-butir instrumen. Rancangan butir-butir skala dikonstruksikan sbb ; |
r
Jumlah PernyaJ , , taan Soal Pernyataail 1 , Kriteria t 1 Soal , Posi- Nega- , tif f t tif 1 \ K1 2 J i 2 4 . 1 1 1 2 2 • K2 4 t 4 » I K3 2 i t 2 1 1 « K/f 6 3 3 1 I 2 t ! K5 , 3 5 i 1 » K6 2 2 4 ; t , 2 2 , 4 » \ K7 1 1 ' K8 2 • 2 4 t 2 , 4 , ! K9 t 2 6 * » K10 ' 3 3 ; f
t
,
Jumlah.
>
22
. 23 •i
--i
\
43
i
189 (3) Kuesioner pengukuran performans administrasi kepala sekolah. Performans administrasi dalam penelitian ini
se-
suai dengan definisi operasionalnya, adalah tanggung jawab dan pertanggung jawaban atas pengambilan
keputusan
dan kepemimpinan pengajaran yang secara terpadu
tercer-
min dalam proses administrasi yang efektif berupa proses monitoring kejadian-kejadian dan masalah-masalah berkesinambungan yakni menganalisis dan
secara
mengdiagnosi»
masalah, seleksi dan prediksi; pengambilan
keputusan -
keputusan dalam bentuk kebijakan - -kebijakan •
baru.
Proses kepemimpinan pengajaran berkenaan dengan lima kegiatan utama terdiri dari pembuatan rencana
pelajaran
tahunan, pengembangan- staf guru, penyeliaan dan observasi kelas, pembuatan dan pengadaan materi serta
alat-'
alat pelajaran dan pembinaan semangat kerja guru.
Jum-
lah butir-butir yang disediakan untuk instrumen'ini
se-
banyak 50.butir. b. Langkah-langkah "pengembangan alat (1). Kadar keterandalan Pengukurannya digunakan dengan memakai dua
pen-
dekatan yakni pendekatan terhadap proporsi kelompok yang memperoleh skor tertinggi dan proporsi kelompok memperoleh skor rendah. Pendekatan kedua yakni
yang dengan
menggunakan pendekatan Kuder-Richardson. Tentang pendekatan pertama, Fishbein ( 1967,h.l97 ) me-
190' nyatakan ; "In using the criterion of internal
consist-
ency the reactions of the group that constitute one
ex-
treme in the particular attitude being measured are compared with the reactions of the group that consistitute: the other extreme.In practice approximately ten .percent from each extreme was used". Dalam analisis, promovendus menggunakan sepuluh persen kelompok responden .
dengan
skor yang ekstrim rendah. Langkah-langkah pemakaian teknik ini didasarkan pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Stanley dan Hopkins ( 1972,h.268-289 ). Tentang Kuder-Richardson, digunakan K f ^
atau
koefisien alpha, karena KR^q digunakan untuk tes
dengan
dua alternatif jawaban, yakni tipe benar atau sal^h,
ya
atau tidak. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa untuk suatu tes dengan skor butir bersifat dikotomi digunakan formula KR 2 q
sedangkan skor butir jamak atau
ke-
terandalan konsistensi internal digunakan KEg^. Persoalan yang sama dikemukakan juga oleh Anastasi (1976, h.118 ) sbb : "Some tests, however, may have multiple— scored items. On a personality inventory, for example, the respondent may receive a different numerical score on an item, depending'on whether he checks "usually", "sometimes", "rarely",, or "never". For such tests, a . generelized formula, has been derived, known as coefficient alphal? Rumus inilah yang digunakan promovendus untuk lisis koefisien internal skor-skor butir»
mengana-
191' (2)»Hasil-hasil analisis butir» (a). Hasil-hasil pengolahan skor untuk analisis .
butir
hasil uji. co.ba terhadap survay pendahuluan. Pertama, penyelidikan kadar keterandalan butir dengan rumus "Pearsons' product moment coefficient" untuk sembilan pasang item sebagai jebakan untuk melihat kah konsentrasi responden di dalam menjawab
apa-
pernyataan/
pertanyaan skala dan kuesioner, benar-benar tertuju pada seluruh buitr untuk setiap instrumen, atau dengan lain untuk menjamin tingkat konsistensi internal
kata item-
item. Hasil-hasil analisis itu adalah sbb : • t
«
*
TABEL III(l) PENYELIDIKAN KONSISTENSI INTERNAL UNTUK SU R V Al PENDAHULUAN (Dengan-Pearson*s Product Moment Coefficient) 1
•
t
Pasangan Item
, Tolok Ukur ' i»
t
' 1. Untuk \ 1 Persepsi} , 2, Untuk , , Kebisaan, , 3» Untuk , , Perfor- , , mans , , Adminis-, , trasi ,
Kelompok I
1
i
iii i Kelompok II Kelompok III, i
t
0,96
!
0,94
0,94
!
!
0,98
i
i
0,94
!
t
0,98
1
0,93
; 1
i
1
1
i
1
[
I i
0,80
; f
1
0,96
1
192' Kedua* penyelidikan daya pembeda (diskriminan ) , butir-butir dengan kelompok ekstrim atas (A) dan
kelom-
pok ekstrim bawah (B). Kriteria penerimaan - diskriminan ditetapkan dengan daya pembedaannya "judgment" 0,5 atas. Item-item yang tidak memenuhi kriteria
ke
ditolak,
diganti dan atau direvisi. Hasil-hasil analisis
dapat
disimpulkan sbb :
TABEL 111(2) HASIL PENYELIDIKAN DAYA PEMBEDA UNTUK SURVAI PENDAHULUAN (Dengan Kriteria Daya Pembeda Minimal 0,5) Item-item v?ng diterima
Instrumen
^
X
1. Persepsi n = 35
24
69
23
54
30
63
ti Kebisaan n = 45 3. Perf. Administ n = 50
Ketiga, penyelidikan dengan KI^l Pengolahan
skor untuk analisis item hasil uji
dengan rumas Untuk persepsi
; r-^
=
0^79^9
ketiga
193' Untuk kebisaan
r-^ = 0,7213
Untuk per formalis administrasi
r^ = 0,7116
Dengan analisis-analisis di atas dapat disimpulkan bahwa keterandalan butir-butir tes hasil uji coba terhadap
sup-
vai pendahuluan cukup besar dan positif« (3) • Hasil-hasil analisis butir -pada: penelitian sesungguhnya Tujuan utama dari analisis ini antara hasil; analisis
memperbandingkan,
tolok ukur melalui prasurvai dan
berdasarkan penelitian yang sesungguhnya dilakukan.
De-
ngan demikian diharapkan dalam penelitian-penelitian berikutnya tolok ukur yang sama dapat terus direvisi
dan
diperhalus untuk mendekati standar yang diinginkan» Prosedur pengolahannya sama dengan uji coba ketiga,
ke-
cuali pasangan-pasangan butir yang sama telah diganti dan dalam hal ini digunakan pula tes kecocokan antara
skor-
skor yang dicapai oleh kepala sekolah dan skor-skor yang dicapai oleh guru-guru bantunya« Butir-butir kedua instrumen ini sama« Untuk guru-guru bantu ditekankan bagaimana mereka secara langsung melihat dan menghayati
persepsi,
kebisaan dan performans administrasi kepala-kepala kolah mereka« Dengan demikian dapat mencegah riiungkin pernyataan/jawaban kepala sekolah yang
se-
seminimal cende-
rung subyektif« Di samping itu untuk menjamin kesahihan tes
maka
dalam fase ini digunakan- pula tes .. Kriteria 0,5 yang
194' ditetapkan di depan belum dapat dipertanggungjawabkan secara statistis sebab itu digunakan tes t yang
sekaligus
pula dipakai sebagai kriterium untuk menjamin
kesahihan
tes. (a). Untuk ketiga jenis 'tolok ukur sesudah • . diadakan revisi dan pergantian butir-butir yang tidak
memenuhi
kriteria, selanjutnya diperoleh ; Pertama^ dengan menggunakan kriteria dengan "judgment" 0,5 untuk masing-masing tolok ukur, menunjukkan adanya peningkatan
seperti yang dapat dilihat pada tabel
r
berikut ini : TABEL 111(3) HASIL PENYELIDIKAN DAYA PEMBEDA EUTIR-BUTIB PRA-SUKVAI DAN PENELITIAN SESUNGGUHNYA UNTUK MASING-MASING TOLOK UKUR
Tolok Ukur
Persepsi n = 35 Kebisaan • 2. n = 45 ! 3. Performans Administrasi n = 50
't
Butir - Butir , Yang Memenuhi Kriteria ,. Penelitian 1 Pra-Survai 1 Sesungguhnya1 f % « f % < 24
69
!
27
77
1
23
54
1
27
60
'
30
63
!
36
72
I
Hasil-hasil analisis di atas menunjukkan bahwa setelah di adakan penggantian atau revisi butir-butir
pernyataan
195' nampak ada perubahan dalam jumlah butir-butir pernyataan yang memenuhi kriteria. (b). Hasil-hasil analisis butir-butir pernyataan dari penelitian yang sesungguhnya dengan menggunakan tes t ( Sudjana, 1975» h* 236 ). Hasil-hasil analisis seluruhi "butir untuk ketiga tolok ukur dapat dilihat pada Tabel III, {k)m Dari analisis ternyata bahwa umumnya terdapat perbedaan yang berarti di antara kelompok atas dan kelompok bawah di dalam menjawab butir-butir tes» Untuk tolok ukur persepsi
diperoleh 77%
Untuk tolok ukur kebisaan
diperoleh 71$
r
Untuk tolok ukur performans administrasi diperoleh 80$ . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketiga tolok ukur yang digunakan dalam penelitian sesungguhnya mempunyai kadar kesahihan yang cukup tinggi yakni di an 'i
antara 0,71 dan 0,80 bai& bertolak dari »judgment* = 0,5 dan atau tes t. Dapat dikatakan bahwa apa yang ingin diukur ternyata dapat dijaring secara signifikan dengan ketiga tolok ukur« (c). Penyelidikan terhadap konsistensi internal
dengaa
K B ^ . Sebagai bahan perbandingan berikut < diperlifeatkaa. hasil-hasil penyelidikan konsistensi internal butir-' butir tes untuk ketiga tolok ukur pada survai pendahuluan dan penelitian sesungguhnya dengan KS 2 I #
196' TABEL Ill(Zf) HASIL PENYELIDIKAN KONSISTENSI INTERNAL PRASURVAI DAN PENELITIAN SESUNGGUHNYA r * t t i
Tolok Ukur
, 1. Persepsi , 2» Kebisaan 1
i
3« Performans Administrasi
i , Hasil Penyelidikan t i , Penelitian t Penelitian , Pendahuluan t Utama t > f 0,82 I 0,80 f i 0,85 . 0,72 t t 0,83 | 0,71 t T
i i t t r t
1 1 f t f
1 f
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil penye lidikan konsistensi internal untuk penelitian sesungguh* nya terhadap ketiga tolok ukur, menunjukkan adanya
ke -
naikan akibat perbaikan dan penggantian butir-butir
per-
nyataan tes yang tidak memenuhi kriteria penerimaan«
De-
ngan demikian menambah keyakinan bahwa setelah mengalami beberapa kali revisi maka tolok ukur ini akan
mempunyai
kadar keterandalan dan kesahihan yang mantap. Untuk memeriksa kesahihan dan keterandalan ketiga tolok ukur maka tanggapan guru-guru bantu terhadap per sepsi, kebisaan dan performans administrasi dari kepala sekolahnya sendiri juga dianalisis« Maksud analisis
ini
selain untuk melihat dan memeriksa tingkat kesahihan dan keterandalan tolok ukur, juga untuk mencegah
seminimal
19 7 mungkin penilaian-penilaian yang bersifat subyektif dari pihak responden kepala sekolah. Keuntungan lainnya ialah diharapkan dapat ditemukan hal-hal yang berhubungan
de-
ngan tanggapan guru-guru bantu terutama di dalam anali sis statistis, sehingga diperoleh informasi yang berguna baik untuk kebijakan atasan maupun untuk merangsang penelitian selanjutnya« Dari 430 responden guru-guru ( jumlah anggota populasi yang ditetapkan untuk penelitian sesungguhnya sebanyak 430 orang ), diambil 10% atau rate-rata 43 responden untuk kelompok atas (A) dan 43 responden untuk kelompok bawah (B), Dengan cara analisis yang sama dengan responden kepala sekolah diperoleh hasil-hasil sbbj Hasil pengolahan skor analisis butir-butir untuk penyelidikan daya pembeda ( deskriminan ) dengan kelompok-kelontpok atas dan bawah, ditemukan; (1). Penyelidikan dengan KiL,^ menghasilkan; (a) Untuk persepsi diperoleh 0,7269 atau 73$* (b) Untuk kebisaan diperoleh 0,7558 atau 76$, (c) Untuk performans administrasi diperoleh 0,7778, atau 78$. (2)» Penyelidikan kesahihan dengan *judgment' 0,5 menghasilkan; (a) Untuk persepsi diperoleh 74,29$ (b) Untuk kebisaan diperoleh 64,44$ (c) Untuk performans administras i diperoleh 72$
»
198
(3). Penyelidikan dengan tes t atas dasar kriteria ^C = 0,20; oC = 0,10 ; «C =0,05 secara berturut-turut diperoleh; (a) Untuk persepsi diperoleh 80$, 77% dan 77% (b) Untuk kebisaan diperoleh 78$, 73% dan 69% (c) Untuk performans administrasi diperoleh
86% ,
73% dan 69%.
Dari keseluruhan analisis ditemukan bahwa
baik
jawaban-jawaban kepala sekolak maupun jawaban-jawaban guru-guru bantunya kesemuanya menunjukkan kesahihan dan ker
terandalan yang cukup tinggi terhadap ketiga tolok ukur» Keseluruhan hasil-hasil ini disimpulkan pada Tabel (5) berikut ini»
III
199'
TABEL 111(4) • KESAHIHAK DAN KETERANDALAN TOLOK BKOR DENGAN RESPONDEN KS DAN GR *
e
K e s a lt i h a a
« •Bblok ikur
1
,
f i
.
»
Responden , 'JudgT ! ment*, t .
• Skala Ke , 2 . 1 « KS isaan (X2> 1 2 . 2 . ss p Skala Per, 3 . 1 . KS brmans Admi' 3.2. ©R istrasi (Y)t
terangan;
KS = GR s Pen.Pend Pen.Ssgk
»
7 4 %
;
6 o #
» t
6 4 %
»
* t
f
t
t
Pen« ! Pen» , Pend. i Ssgh i
<*-=0,l
K
7z% 7 0 %
;
77%
7b%
6 3 $
!
»
8 0 %
7 7 %
7 7 %
«
71%
67%
6 4 %
J
7 8 %
73%
6 9 %
1
80%
64%
54%
8 6 %
7 4 %
68%
i ; t
!
E
1
? 1
i
i
77%
!
= 0 , 2
0 , 5
i
i
e s
i i
i
i
• Skala Pferj 1*1. KS epsi (Xx) « 1 . 2 . SR
T
» Keterandalaa *
»i
Kepala Sekolah guru = Penelitian Pendahuluan = Penelitian Sesungguhnya
i
0 , 8 0 •
-
0 , 7 3
-
t
\ J t r
0 , 7 1
-
i
!
0 , 8 2
\
. t
0 , 7 3
» i
!
0 , 8 5
Î
» 0,76 t 1
1
!
0 , 8 3
J
;
0,78
;
1
»
200 5» Daerah penelitian Daerah penelitian terletak di wilayah Propinsi SIH lawesi Selatan« Propinsi Sulawesi Selatan terdiri
dari
21 kabupaten dengan dua kota madya yakni kota madya
U-
jung Pandang dan Kota madya Pare-Pare. Dari ke dua puluh tiga daerah ini diacak enam daerah sesuai dengan
ukuran
sampel yang diperlukan. Ke enam daerah penelitian
ini
masing-masing Kota Madya Ujung Pandang, Kabupaten
Gowa,
Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Kabupaten Bone, Kabupa ten Pangkajene Sidenreng Rappang dan Kabupaten Tana Toraja, Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada halaman berikut ini. Jumlah kepala sekolah dan guru-guru bantu yang diacak yang merupakan ukuran sampel ditetapkan berdasarkan hasil-hasil pra-survai. Ukuran sampel ini terdiri dari 217 kepala sekolah dasar dan 430 guru-guru bantu kepar la sekolah bersangkutan. Distribusi' jumlah kepala sekolah dan guru-guru bantu yang diacak menurut tiap penelitian disimpulkan pada Tabel III(^).
daerah