Edisi #4 | September 2010
Pengabdian dari Desa Baumata Eklomina seorang kader Posyandu Bunga Nyiur di Desa Baumata, NTT. > Hal. 4
“Ayo... Mari Datang ke Posyandu > Hal. 2 Sesuai Namanya, Posyandu Matahari Menyinari Kehidupan Anak-anak Cilincing > Hal. 5
www.worldvision.or.id
Catatan Direktur Nasional
“
meneguhkan tapak karya kemanusiaan World Vision selama ini. Kemitraan ini menyalakan bara pengharapan di tengah potret suram kondisi kesehatan sebagian besar kehidupan anak dan ibu di Indonesia, khususnya di daerah-daerah padat perkotaan dan terpencil di pedesaan.
Ia yang mempunyai kesehatan, mempunyai harapan; dan ia yang mempunyai harapan, mempunyai segalanya.
D
emikianlah bunyi pepatah lama dari negeri Cina yang menyadarkan bahwa harta paling berharga yang dimiliki seseorang justru terletak pada kesehatannya. Kesehatan adalah modal dasar untuk merancang masa depan yang baik. Kesehatan merupakan pemicu berseminya harapan dan impian. Dalam keseluruhan kiprah World Vision di Indonesia selama 50 tahun, berbagai upaya menaburkan benih dan menumbuhkan tunas harapan dalam mengatasi akar masalah kemiskinan dan ketidakadilan terus dilakukan. Kemitraan erat dengan anak, keluarga, masyarakat serta berbagai lembaga peduli terus
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa dari 217 kasus kematian perinatal (lahir mati ditambah kematian bayi umur 0-6 hari), 96,8 persen ibu dari bayi-bayi itu terganggu kesehatannya ketika hamil. Padahal faktor kesehatan ibu ketika hamil dan bersalin amat erat kaitannya dengan kondisi bayi yang dikandungnya.
Setiap hari sekitar 530 bayi baru lahir dan anak balita terus kehilangan nyawa oleh berbagai penyakit yang bisa dicegah.
Buletin Inspirasi edisi #4 | September 2010
1
Catatan Direktur Nasional Serta hanya 32 persen anak di bawah umur 6 bulan yang menerima ASI secara eksklusif.
Ce, e Posyandu manga do pande di’a Pande di’a anak, pande di’a ende Agu pande di’a sanggen lawa do
Upaya peningkatan status harapan hidup anak dan ibu di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Diantara tantangan-tantangan yang harus dihadapi adalah kurangnya akses terhadap layanan kesehatan dasar tanpa biaya, rendahnya pemahaman masyarakat akan kesehatan ibu dan anak, minimnya komitmen dan dukungan aplikasi ASI eksklusif, pelanggaran Kode Etik Internasional Pemasaran Makanan Pengganti ASI, dan pembatasan akibat budaya lokal dan jender.
One Posyandu do gauk ata naun Timbang ro’eng, imunisasi Agu KB latang te ende ema Reff : Mai go gelang-gelang Mai Ce’e Posyandu Ce’e Posyandu manga do pande di’a
Namun tak ada benang kusut yang takkan terurai. Melalui pendekatan revitalisasi posyandu dengan layanan holistik, World Vision Indonesia mencoba mengajukan solusi sederhana mengurai permasalahan kondisi kesehatan di Indonesia.
Timbang ro’eng te bae taung mendod Oralit te rewos wae tuka Imunisasi te ta’ang beri do KB latang te lanta wing
World Vision bersama mitra masyarakat dampingan di beberapa wilayah telah membuktikan peran berarti posyandu sebagai sarana kesehatan dasar dalam usaha menyelamatkan ibu, baik semasa hamil maupun menyusui, dan dalam usaha penanggulangan gizi buruk. Melalui INSPIRASI edisi kali ini, kami menghadirkan programprogram yang dilakukan World Vision Indonesia dalam kemitraan dengan pemerintah, organisasi kemanusiaan, institusi pendidikan, korporat, dan media untuk menggiatkan kegiatan posyandu, mempromosikan fungsi dan meningkatkan kualitas pelayanan posyandu. World Vision Indonesia menyadari pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses kegiatan di posyandu sehingga kami mengintensifkan program pelatihan para kader sebagai bagian dari masyarakat. Pelatihan tersebut kemudian dievaluasi dalam bentuk lomba seperti yang dilakukan di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Dalam rangka mempromosikan pelayanan posyandu, kami bersama masyarakat membuat metode pendekatan yang inovatif sehingga posyandu yang selama ini terkesan jauh dari jangkauan masyarakat bisa hadir secara nyata di tengah-tengah kehidupan mereka. Di Jakarta, posyandu juga mendapat tempat penting di hati masyarakat. Posyandu tidak hanya sebagai tempat pelayanan kesehatan tetapi sekaligus sebagai tempat untuk mendidik anak dan meningkatkan pendapatan para ibu. Mari kita dukung kegiatan posyandu sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia sehingga generasi penerus bangsa dapat mencapai kehidupan seutuhnya. zz
2
Trihadi Saptoadi, Direktur Nasional
I
tulah barisan lirik jingle dalam bahasa Manggarai dengan judul yang bila di-Indonesia-kan menjadi “Ayo, Datang ke Posyandu!” Jingle dalam bahasa lokal ini sengaja diciptakan untuk mempromosikan fungsi posyandu dan menggiatkan peran aktif masyarakat mengakses layanan posyandu di Manggarai, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Jingle ini tercipta dari ajang lomba kader posyandu yang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 lalu. Setiap posyandu diwakili oleh lima kader berusia 20-an hingga 70-an tahun yang telah mengikuti pelatihan Sistem Layanan 5 Meja. Lebih dari 260 kader perwakilan 52 posyandu dampingan World Vision bekerja sama dengan Wahana Visi Indonesia di Manggarai, tepatnya dari Kecamatan Ruteng, Rahong Utara, dan Cibal, berpartisipasi ikut serta dalam ajang evaluasi pemahaman Sistem Layanan 5 Meja dan lomba cipta jingle antar posyandu tersebut. Setelah melalui proses seleksi dan penilaian ketat, tim juri dari Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai menyatakan para kader perwakilan Posyandu Cumbi Beo dari Desa Cumbi, Kecamatan Ruteng, sebagai pemenang. Mereka adalah Gaudensia Seliman, Adeheid Setia, Maria Gewang, Femilia Paurus, dan Rosina Lembu. Selain berhasil mempraktikkan dengan jelas Sistem Layanan 5 Meja yang diterapkan di posyandu, yaitu pendaftaran (Meja 1), penimbangan (Meja 2), pengisian Kartu Menuju Sehat-KMS (Meja 3), penyuluhan perorangan berdasarkan KMS (Meja 4), dan pelayanan KB dan kesehatan oleh bidan (Meja 5), mereka juga mampu menciptakan jingle ajakan yang mengena, ceria dan berkualitas dari segi isi pesan dan variasi bahasa.
Buletin Inspirasi edisi #4 | September 2010
“Ayo... Mari Datang ke Posyandu!”
Berbagai hal dapat dilakukan untuk mengintensifkan promosi layanan posyandu kepada masyarakat. Salah satunya melalui lagu. Para peserta lomba cipta jingle posyandu di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tengah bersama menyanyikan lagu hasil ciptaan mereka yang dimaksudkan untuk mendorong masyarakat aktif menggiatkan posyandu terdekat dengan mereka.
”Ayo... Mari Datang ke Posyandu!” ”Lomba ini sangat perlu karena dapat mengingatkan kader untuk terus belajar,” tutur Gaudensia. ”Kadang kader merasa sudah cukup dengan ilmunya tetapi kalau ada lomba mau tidak mau semua belajar lagi biar dapat juara. Tetapi kami jadi kader bukan karena mau juara, tapi karena merupakan panggilan dari hati.Tapi kalau ada lomba begini, kader jadi semangat”. Tidak dapat disangkal lomba kreatif semacam ini dapat menjadi stimulan bagi para kader dan petugas kesehatan untuk memperteguh semangat dan motivasi untuk terus mengasah kemampuan dan kemauan memberikan layanan yang terbaik kepada masyarakat demi peningkatan kualitas kesehatan anak dan keluarga di Indonesia. ”Dengan adanya jingle ini kami, para kader, diajak untuk lebih giat lagi, karena kalau jinglenya su jadi nanti orang lebih mengenal posyandu dan kami harus siap lagi melayani di posyandu kami,” tambah Gaudensia. Jingle hasil ciptaan Gaudensia dan rekan sejawatnya sesama kader akhirnya memang dikemas menjadi media promosi posyandu untuk diudarakan di radio-radio lokal. Bahkan secara intensif Radio Pemerintah Daerah Manggarai memutar jingle ”Ayo, Datang ke Posyandu!” selama periode Juni hingga Agustus 2010 sebagai iklan layanan masyarakat untuk menjangkau seluruh masyarakat hingga ke pelosok Manggarai. Teknik intervensi kreatif ini dipilih karena selama ini masyarakat masih menganggap posyandu sebagai urusan pihak kaum perempuan saja. Selain itu, dengan bahasa lokal dan sederhana,
masyarakat akan lebih mengerti tentang keberadaan posyandu, sehingga menggerakkan mereka untuk menikmati layanan kesehatan di posyandu. Dengan kentalnya unsur lokal, rasa kepemilikan masyarakat terhadap posyandu juga akan semakin kuat. Di berbagai wilayah beragam cara terus dilakukan untuk menggiatkan kepedulian masyarakat – laki-laki, perempuan, orang dewasa, anak, orangtua – akan posyandu. Sebagai contoh, di wilayah dampingan World Vision lainnya setiap tahun sejak tahun 2008 digelar pula lomba Posyandu “Healthy & Smart” bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk merangsang tumbuh dan gerak aktif posyandu-posyandu lokal sebagai ujung tombak kesehatan masyarakat. Di Surabaya sendiri, hingga 2009 tercatat 314 posyandu telah diberdayakan untuk memberikan layanan berkualitas bagi masyarakat di sekitarnya setelah didampingi World Vision dan mitra kerja terpercayanya, Wahana Visi Indonesia. Jadi, ayo berdayakan posyandu di sekitar kita. Mari kita bangun dan jaga kesehatan anak-anak Indonesia agar mereka tumbuh kuat dan cerdas! zz (INSPIRASI/MDB/JS) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor: 411.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2001 mengatur tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu.
Buletin Inspirasi edisi #4 | September 2010
3
Pengabdian dari Desa Baumata
Pengabdian dari Desa Baumata
S
iang itu, di depan rumah bilik kayu sederhana, Eklomina Abigael terlihat sangat telaten memberikan ASI untuk putra bungsunya Helmi, yang masih berusia 9 bulan.
Ia telah menunaikan komitmen untuk memberikan ASI eksklusif untuk Helmi sampai usia 6 bulan dan sekarang masih meneruskan memberikan ASI, disertai makanan pendamping hingga Helmi berusia dua tahun nanti.
pendidikan dan status sosial lebih tinggi. Namun, berkat dampingan dan pelatihan yang diberikan oleh World Vision Indonesia dan mitranya Wahana Visi Indonesia sejak tahun 1997, kini Eklomina yang hanya tamat pendidikan sekolah dasar, bukan hanya lebih ahli dalam hal kesehatan dan gizi anak, melainkan juga merasa lebih percaya diri. Eklomina menjadi seorang pribadi yang lebih berani menyampaikan pendapatnya di depan publik. Dengan keyakinan besar, ia memotivasi kader lainnya agar mereka dapat memberikan penyuluhan dengan percaya diri. Tak lupa, Eklomina aktif mengajak para ibu menjadi kader posyandu sehingga mereka dapat memajukan anak-anak NTT dan diri mereka sendiri. Beruntung usaha Eklomina mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari suaminya dan Kepala Desa Baumata. Saat ini, 50 ibu telah mendapatkan manfaat dari Posyandu Bunga Nyiur. Bahkan, mereka secara sukarela mengumpulkan uang iuran setiap bulan sebesar lima ratus rupiah per orang.
Dengan memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama yang kemudian diteruskan dengan ASI disertai makanan pendamping hingga Helmi berusia dua tahun nanti, Eklomina berupaya memberikan modal dasar tubuh yang sehat bagi putra bungsunya itu. Sebagai orangtua yang bertanggungjawab, ia dan suaminya memastikan keempat anak mereka tumbuh sehat dan cerdas dengan berbagai sumber daya yang tersedia di sekitar mereka. ”Berkat aktif menjadi kader, saya jauh lebih mengerti dan yakin akan pentingnya menjaga kesehatan anak sejak dalam kandungan,” ujarnya. Keterlibatan Eklomina sebagai salah satu kader Posyandu Bunga Nyiur di Desa Baumata yang berjarak 13 km dari Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) membuatnya lebih memahami pentingnya ASI sebagai modal dasar pertumbuhan dan kesehatan anak-anak. Tanpa terasa telah tiga belas tahun sudah, ia mengabdikan diri tanpa kenal lelah menjadi kader, meski tidak mendapatkan imbalan. Impian untuk melihat anak-anak di desanya tumbuh sehat dan cerdas mendorong Ibu empat anak - yang sebagian diantaranya masih balita - ini berupaya keras membagi tenaga dan waktunya dengan baik agar tetap dapat mengasuh keluarga dan membantu suami di ladang, tanpa meninggalkan panggilan setia untuk melayani dan membagikan ilmu kepada orangtua lain. Kalau diingat kembali masa awal mengemban tugas kader, Eklomina sempat merasa tidak percaya diri.Terlebih ketika harus memberikan penyuluhan kepada para ibu yang memiliki tingkat
4
Memang saat ini, NTT tercatat sebagai salah satu provinsi dengan angka kematian balita dan ibu tertinggi di Indonesia. Gizi buruk juga menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi anak-anak di NTT. Data global membuktikan bahwa 50%-60% kematian bayi dan balita terkait dengan masalah gizi.
Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan provinsi NTT adalah provinsi dengan persentase balita yang mengalami kekurangan gizi tertinggi (menurut berat badan per umur) di Indonesia, yaitu 33,6%. Upaya menurunkan angka kematian balita tidak akan cukup dengan hanya mengirimkan tenaga-tenaga kesehatan ke desa, namun perlu dibarengi dengan upaya memberdayakan, mendampingi, mendukung, dan menguatkan masyarakat lokal agar mampu menjadi para kader dan pendidik bagi sesama warga sebagai ujung tombak terjadinya perubahan pola pikir dan perilaku dalam menghargai kesehatan. Harapan muncul dari semangat yang ditunjukkan oleh seorang kader seperti Eklomina. Melalui tampilan wajah dan uluran kiprah tulus seperti Eklomina-lah, kelanjutan kehidupan generasi penerus bangsa kita gaungkan. Besar harapan karya nyata yang telah ditunjukkan para pribadi peduli seperti Eklomina dapat menggerakkan pribadi lain, sehingga tercipta gerakan bersama untuk menekan dan mengatasi laju kasus kekurangan gizi yang dialami daerah ini. Posyandu yang berfungsi dengan baik dapat memantau status gizi setiap anak dan balita di NTT.
Buletin Inspirasi edisi #4 | September 2010
Posyandu Matahari Menyinari Kehidupan Anan-anak Cilincing
Keberadaan Posyandu Bunga Nyiur terbukti berperan signifikan dalam memastikan kelangsungan hidup anak-anak di Desa Baumata. Dengan pemantauan berat dan tinggi badan anak dalam Kartu Menuju Sehat, layanan imunisasi, info dasar makanan dasar dan kegiatan sehat berimbang yang mendukung tumbuh kembang anak secara fisik maupun mental, para kader dan petugas kesehatan di Posyandu Bunga Nyiur serta posyandu lain di Indonesia terus berjuang menyelamatkan kehidupan anak dan ibu di Indonesia dari berbagai penyebab kematian yang dapat dicegah. Bagaimana dengan Anda? zz (INSPIRASI/SE) Prevalensi gizi buruk di provinsi NTT adalah 9,4%. Persentase ini jauh di atas rata-rata nasional sejumlah 5,4%. (Riset Kesehatan Dasar, 2007)
Siti Musrifah bersama putranya, Faisal (4,5 bulan) selalu aktif mengakses layanan Posyandu Matahari di Cilincing. Di posyandu, Siti memperoleh pemahaman akan pentingnya pemberian ASI eksklusif demi peningkatan gizi Faisal.
Sesuai Namanya, Posyandu Matahari Menyinari Kehidupan Anak-anak Cilincing
H
ari itu, suara anak-anak yang sedang asyik belajar dan bermain terdengar dari dalam bangunan Posyandu Matahari, Cilincing, Jakarta Utara. Mereka adalah anak-anak lingkungan RW 08 kelurahan Cilincing yang sedang menikmati pendidikan usia dini. Sehari-hari, bila tidak ada kegiatan posyandu, bangunan multi fungsi ini digunakan oleh anak-anak yang tergabung dalam BKB PAUD (Bina Keluarga Balita Pendidikan Anak Usia Dini) Anggrek untuk belajar dan bermain. Program PAUD tersebut dibagi dalam dua kelas. Kelas yang melayani anak usia 0-3 tahun diselenggarakan setiap Senin dan Rabu, sementara kelas untuk anak usia 4-6 tahun difokuskan pada Senin, Rabu, dan Jumat. Sekitar 70 anak, kebanyakan diantar oleh orangtua mereka, kerap datang berbondong-bondong ke Posyandu Matahari untuk mengikuti PAUD. Pelayanan satu atap Posyandu Matahari memang mengintegrasikan pelayanan pemeriksaan peningkatan status kesehatan dasar dan Pos Ibu Hamil (Pos Bumil) dengan pelayanan pendidikan bagi ibu dan anak, khususnya untuk anak usia dini. Hal ini dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan holistik yang dapat mendorong perubahan pemikiran, sikap, perilaku semua unsur dalam
masyarakat terhadap aspek kesehatan diri dan lingkungan. Sejak dua tahun belakangan, jumlah masyarakat yang mengakses layanan Posyandu Matahari terus meningkat. Kini sekitar 150 orang selalu antri menanti saat layanan posyandu disediakan tanggal 20 dan 27 maupun Pos Bumil pada Selasa dan Kamis di minggu terakhir tiap bulan. Hal ini tidak lepas dari dedikasi para kader posyandu yang layak diacungi jempol. Akibat semakin bertambahnya masyarakat yang meminta layanan, Posyandu Matahari meraih Juara 3 Lomba Kinerja Posyandu se-Provinsi DKI Jakarta. Susanti Ningsih (39), kader yang telah lima tahun aktif berkecimpung di Posyandu Matahari menyatakan betapa pekerjaannya sebagai kader menuntutnya untuk selalu disiplin dan pantang menyerah. Ibu dua anak ini selalu rajin mengingatkan jadwal layanan posyandu kepada masyarakat di sekitar lingkungan RW 08. Dia berjalan dari pintu ke pintu tanpa kenal lelah untuk menginformasikan akan adanya layanan penimbangan, suntikan imunisasi, maupun pemberian vitamin A. Ningsih mengakui bahwa dia merasa senang sudah bisa membantu masyarakat secara sukarela.
Buletin Inspirasi edisi #4 | September 2010
5
Posyandu Matahari Menyinari Kehidupan Anan-anak Cilincing “Kerja di posyandu itu kerja sosial. Setelah lama berkecimpung ternyata asyik. Kita bisa bantu masyarakat, kita dikenal Dinas Kesehatan. Membantu tanpa imbalan.” Rusmiati, biasa dipanggil Yeyet, seorang kader senior Posyandu Matahari mengisahkan bahwa Wahana Visi Indonesia, mitra kerja utama World Vision Indonesia, telah mendukung kinerja dan layanan posyandu ini. Wahana Visi mulai mendampingi posyandu ini sejak tahun 1998 hingga sekarang. Bentuk pendampingan nyata oleh Wahana Visi Indonesia dilakukan dengan memfasilitasi pelatihan kader tentang cara mengukur berat dan tinggi badan balita, pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), serta penerapan strategi pelayanan holistik kesehatan dan pendidikan bagi warga. Menyangkut layanan Pos Bumil, Siti Musrifah (28), ibu dengan dua anak menyatakan telah memetik manfaatnya. Menurutnya, Pos Bumil telah membantunya selama masa kehamilan dan dalam memberi nutrisi yang baik selama pertumbuhan kedua buah hatinya, Nur Oktafia (3,5) dan Faisal yang baru berusia 4,5 bulan. Melalui berbagai penyuluhan yang diterimanya, dia dapat mengerti pentingnya memberi ASI eksklusif dan juga pengetahuan bermanfaat lainnya untuk meningkatkan status kesehatan dirinya, suami serta anaknya. “Manfaat Pos Bumil macam-macam. Banyak penyuluhan. Penyuluhan tentang gizi, yang paling penting itu ASI eksklusif buat anak bayi. Tentang gizi seimbang untuk ibu menyusui, bagaimana merawat ibu hamil,” tutur Siti. Keberadaan Pos Bumil yang dekat dengan tempat tinggalnya sangat membantu Siti. Dengan keadaan ekonominya yang tidak memadai – suami Siti bekerja sebagai tukang ojek – kehadiran Pos Bumil dengan multi layanan yang tersedia telah meringankan beban Siti dan keluarga untuk menjaga kesehatan mereka.
Bahkan melalui dampingan Pos Bumil, suami Siti akhirnya disadarkan bahwa dukungan suami ketika ibu menyusui menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif. Memang, pada awalnya suami Siti tidak mendukung tetapi dengan penjelasan terus menerus sesuai pemahaman yang diperolehnya dari Pos Bumil, Siti berhasil meyakinkan suaminya akan pentingnya ASI. Kini suaminya tanpa bosan selalu memotivasi Siti untuk terus memberi ASI sampai 6 bulan kepada Faisal. “Kata dia apa sih pentingnya. Terus saya kasih tahu lama-lama mendukung dan bahkan memotivasi. Kalau bisa harus sampai 6 bulan tuntas,” ujar Siti mengenang perkataan suaminya. Berdasarkan penuturan Yeyet, sebagian besar masyarakat yang menikmati layanan Posyandu Matahari merupakan masyarakat dari golongan ekonomi bawah yaitu masyarakat yang bermata pencaharian sebagai tukang becak, buruh, dan nelayan. Dalam rangka membantu meningkatkan ekonomi masyarakat di lingkungan sekitar Posyandu Matahari, saat ini Yeyet beserta dengan kader posyandu lainnya tengah mendorong para ibu yang menikmati layanan posyandu ini untuk membuat kerajinan tangan berupa hiasan meja. Saat mereka sedang menunggu anak mereka yang sedang belajar di BKB PAUD Anggrek, mereka dapat mengerjakan kerajinan tangan. Meski kegiatan posyandu ini berjalan lancar, tetapi Yeyet mengakui tetap ada hambatan dalam pelaksanaannya. “Kan ada pasang surut karena kita (di wilayah) urban. Peserta posyandu pindah-pindah jadi kita (kader) untuk pro aktiflah. Kadernya rajin keliling.” Tantangan menjalankan posyandu harus dihadapi
Rekomendasi World Vision
P
os Pelayanan Terpadu atau Posyandu seharusnya menjadi sarana kesehatan terdekat bagi masyarakat untuk dapat memperoleh layanan dasar pemeriksaan maupun peningkatan status kesehatan dan gizi ibu serta anak. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa posyandu merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi untuk penimbangan balita (78,3%) dan mendapatkan imunisasi (55,8%). Namun, pemanfaatan fungsi posyandu ternyata belum maksimal karena hanya 28% rumah tangga di Indonesia yang memanfaatkan layanan posyandu. Alasan ketidaklengkapan layanan (49,6%) dan jarak jauh menjadi penyebabnya. Diperlukan upaya tanggap dari berbagai pihak mulai dari orang tua, keluarga, masyarakat, hingga pemerintah dan institusi lainnya untuk memperbaiki kondisi tersebut.
6
Didorong oleh semangat mengupayakan pemenuhan hak anak atas kesehatan seperti yang tercantum dalam UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 pasal 44-47, World Vision Indonesia merekomendasikan: ••
•• ••
Buletin Inspirasi edisi #4 | September 2010
Alokasi anggaran secara maksimal oleh Pemerintah Pusat dan Daerah dalam rangka terus membangun puskesmas, baik secara kuantitas dan kualitas, dan untuk mendukung program revitalisasi posyandu holistik hingga ke pelosok desa. Kepala Daerah dan DPRD menyediakan landasan kebijakan dan anggaran untuk peningkatan status posyandu. Kepala Daerah memberikan penghargaan kepada kader posyandu yang menunjukkan dedikasi aktif di wilayahnya masing-masing
Rekomendasi World Vision secara positif agar masyarakat berekonomi lemah tetap memilih akses pada layanan kesehatan mendasar untuk ibu dan anak.
Dengan kondisi wilayah yang kurang menunjang kesehatan ibu dan anak, maka kehadiran Posyandu Matahari yang dapat diakses secara cuma-cuma seakan menjadi oase bagi masyarakat Cilincing.
“Penting banget ya…khususnya bagi masyarakat yang tidak punya. Selama ini kan dia tahu dari posyandu, pengetahuannya tentang pelayanan kesehatan. Kalau di sini kan gratis,” tandas Yeyet tentang fungsi posyandu. Etti Herawati (31) mendukung pernyataan Yeyet. Etti sudah menikmati layanan Posyandu Matahari sejak anaknya, Farhan Febrianto, lahir sampai sekarang berumur 4,5 tahun. “Dari sisi pelayanannya bagus. Masalah imunisasi, vitamin-vitamin yang diberikan mendukung sehingga anak saya sehat. Masalah konsultasi perkembangan anak, misalnya anak saya makannya susah, saya bisa nanya. Nah, itu dikasih solusi sama pihak posyandu,” ujar Etti. Melalui penyuluhan yang diselenggarakan oleh Wahana Visi Indonesia bersama dengan para kader Posyandu Matahari, Etti mendapat pengetahuan yang membantunya merawat Farhan. “Tadinya saya ga tahu cara menangani anak. Kalau umpama sakit, karena penyuluhan saya jadi tahu. Pencegahannya begini, pengobatannya begini.” Posyandu Matahari memang dibutuhkan masyarakat agar dapat menunjang kesehatan ibu dan anak di sekitar area RW 08, Kelurahan Cilincing. Wilayah pemukiman mereka yang padat, berbatasan dengan laut, serta berada dalam jalur transportasi truk besar pengangkut barang muatan dari pelabuhan dengan jalanan yang penuh debu dan sampah membuat mereka selalu rentan terhadap gangguan kesehatan.
Terdapat 11% anak usia 12-23 bulan di Indonesia yang tidak pernah memperoleh imunisasi. (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2007)
••
••
••
••
Posyandu memang telah mendukung pemerintah dalam rangka membantu peningkatan kesehatan ibu dan anak. Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Agum Gumelar didampingi Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo,Walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono pernah meninjau secara langsung posyandu ini pada bulan Januari 2010 lalu. Kunjungan ini membuktikan bahwa kinerja dan layanan Posyandu Matahari memang telah berfungsi membantu masyarakat. Dengan hadirnya semakin banyak posyandu yang didukung oleh masyarakatnya, diharapkan semakin banyak pula ibu dan anak yang menikmati hidup sepenuhnya dengan kesehatan yang terjaga. Seperti dituturkan oleh Agung Pambudi, anak yang telah menikmati layanan posyandu ini, “Di sini saya bisa main, olah raga, bantuin mama supaya ga capek.” Anak yang bercita-cita ingin menjadi pilot pesawat tempur ini mengetahui bahwa bila ingin sehat, dia dapat mewujudkannya dengan melakukan tindakan-tindakan sederhana seperti makan sayur dan mencuci tangan. Maju terus, Posyandu Matahari, pantang menyerah! Semoga sinarmu terus menyinari dan menyelamatkan kehidupan anakanak di Cilincing, khususnya di RW 08. zz (INSPIRASI/JS)
Terwujudnya rencana lintas sektor Kementerian Kesehatan, Pendidikan, dan Sosial yang mendorong terwujudnya sinergi antara posyandu, PAUD, Bina Kesehatan Balita, dan Kesehatan Reproduksi. Peningkatan kelengkapan layanan di setiap posyandu hingga ke tingkat desa/dusun dengan menerapkan mekanisme lima meja (pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan). Penyelenggaraan keterpaduan pelayanan kesehatan sebagai penyaring awal dalam perbaikan status kesehatan masyarakat, terutama ibu dan anak, yang mencakup 5 program prioritas, yaitu Keluarga Berencana, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, Imunisasi, serta Pencegahan dan Penanggulangan Diare. Penyelenggaraan pelatihan yang kontinu tentang
•• •• •• ••
pelayanan kesehatan dasar dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu. Percepatan gerakan mendukung program revitalisasi posyandu. Pelibatan masyarakat secara aktif dalam mendukung program revitalisasi posyandu. Penyampaian informasi lengkap, kontekstual, dan jelas dengan melibatkan secara optimal seluruh komponen masyarakat (universitas, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, lembaga donor, dan organisasi internasional) tentang manfaat posyandu hingga seluruh pelosok Indonesia.
Buletin Inspirasi edisi #4 | September 2010
7
Sekilas Tentang World Vision
Menteri Kesehatan Republik Indonesia dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH (kiri) berjabatan tangan dengan Trihadi Saptoadi, Direktur Nasional World Vision Indonesia (kanan), disaksikan Dr. Nafsiah Mboi SpA, MPH (tengah), salah satu anggota Badan Penasehat World Vision Indonesia, dalam kesempatan diskusi tentang peningkatan kesehatan anak dan ibu di Indonesia pada tanggal 24 Mei 2010 lalu. Sumber: Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan RI
Sekilas tentang World Vision
W
orld Vision adalah organisasi kemanusiaan Kristen yang bekerja untuk membawa perubahan berkelanjutan pada kehidupan anak, keluarga dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan. Didasari oleh nilainilai Kristiani,World Vision mendedikasikan diri bekerja bersama masyarakat yang paling membutuhkan pendampingan. World Vision melayani semua orang tanpa membedakan latar belakang agama, ras, suku, atau jender. World Vision melayani di 98 negara dan mendukung lebih dari 100 juta orang, termasuk lebih dari 3,6 juta anak santun dan hampir satu juta anak yatim-piatu dan terlantar.
World Vision telah melayani lebih dari 50 tahun dan saat ini mendukung berbagai program bantuan di 1.400 desa yang tersebar di 10 provinsi, dari Sumatra hingga Papua. Saat ini hampir 2 juta orang, termasuk sekitar 100.000 anak santun, telah merasakan manfaat positif dari program-program yang dilaksanakan World Vision. Per Juli 2010, sekitar 7.000 anak santun didukung oleh penyantun lokal melalui mitra kami Wahana Visi Indonesia. Dalam tahun fiskal 2010, World Vision Indonesia berkomitmen mengucurkan dana sejumlah USD 2,54 juta untuk program nutrisi.
Dalam rangka mencapai peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak sebagai salah satu fokus pelayanan World Vision di Indonesia, revitalisasi posyandu terintegrasi pos gizi dan Pos Ibu hamil (pos bumil) dengan pendidikan mendapat perhatian khusus di berbagai wilayah kerja World Vision. Untuk mempercepat gerakan revitalisasi posyandu,World Vision bermitra dengan masyarakat, pemerintah, dan berbagai institusi lainnya melaksanakan berbagai program yang diintegrasikan dalam program pengembangan wilayah masyarakat jangka panjang, Area Development Program (ADP). World Vision memberikan pelatihan kepada para kader posyandu tentang Sistem Layanan 5 meja, pengetahuan gizi, tumbuh kembang anak, imunisasi, ASI eksklusif dan topik lain seputar layanan kesehatan dasar. Hasil pelatihan tersebut dievaluasi dalam bentuk kompetisi yang memperlombakan layanan antar posyandu. Untuk meraih perhatian masyarakat agar aktif memeriksakan kesehatan ibu dan anak ke posyandu, dibuat beragam bentuk aktivitas penyadaran dan promosi. Salah satunya dengan menstimuli kreativitas masyarakat lokal menciptakan jingle lagu peduli layanan kesehatan, seperti yang dilakukan di wilayah layanan Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Penguatan jejaring antar kader juga secara berkesinambungan dilakukan melalui wadah jambore kader posyandu.
World Vision Indonesia
Gedung 33 Jl. Wahid Hasyim No. 33 Jakarta 10340 Tel. 62-21 31927467 Fax. 62-21 3107846 Diterbitkan oleh Divisi Komunikasi |
[email protected]
Redaksi: Donna Hattu, Hendro Suwito, Sari Estikarini, Juliarti Sianturi
8
Buletin Inspirasi edisi #4 | September 2010
Penasihat: Katarina Hardono, Asteria Aritonang