DEINDUSTRIALISASI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN
DIDIK J. RACHBINI, PROF. DR.
I. MASALAH SEKTOR INDUSTRI Sektor industri seharusnya tumbuh dua kali lipat utk bisa menyerap tenaga kerja, tetapi sekarang tumbuh rendah Sektor industri dan sektor tradable tumbuh rendah Sektor pertanian dengan share kecil menampung 41 juta tenaga kerja Sektor industri menampung hanya sedikit tenaga kerja
Table 2. Kinerja Ekonomi Indonesia Sisi Penawaran Rerata Share 2004-2009 (%)
Rerata Growth 2004-2009
Rerata Nilai Rp (Miliar)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
14,12
3,70
269.324,57
Pertambangan dan Penggalian
8,91
2,38
169.508,47
Industri Pengolahan
27,44
3,92
523.502,32
Listrik, Gas & Air Bersih
0,70
9,42
13.383,85
Konstruksi
6,12
7,79
117.518,52
Perdagangan, Hotel & Restoran
16,96
6,33
324.920,72
Pengangkutan dan Komunikasi
7,14
14,62
138.478,88
Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan
9,34
6,69
178.956,82
Jasa-jasa
9,27
6,08
177.418,77
Sumber : Diolah dari BPS, 2010 3
Gambar 6. Pertanian Menjadi Tumpuan Hidup 41 Juta Penduduk
Sumber : Diolah dari BPS, 2011
II. SEKTOR INDUSTRI STAGNAN
Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 di bawah moderat dan tahun 2010 tumbuh di atas moderat Dukungan sektoral dari pertumbuhan ekonomi tersebut mendapat kontribusi dari sektor jasa-jasan yang non-tradable (sekitar 6 persen) Tetapi sektor yang tradable sektor tumbuh rendah sehingga tidak mendorong penyerapan tenaga kerja secara optimal (hanya 3 persen)
Separuh dari subsektor industri tumbuh negatif dan mendekati nol persen Ini menandakan adanya proses deindustrialisasi sektor ini karena kekosongan kebijakan
Pertumbuhan Sektor Tradable Rendah LAPANGAN USAHA
2005
2006
2007
2008
2009
Q1-Q3 10
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
2,7
3,4
3,4
4,8
4,1
2,6
2. Pertambangan dan Penggalian
3,2
1,7
2,0
0,5
4,4
3,3
3. Industri Pengolahan
4,6
4,6
4,7
3,7
2,1
4,0
Tradable
3,8
3,7
3,9
3,4
3,1
3,5
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
6,3
5,8
10,3
10,9
13,8
5,2
5. Konstruksi
7,5
8,3
8,6
7,3
7,1
6,8
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
8,3
6,4
8,4
7,2
1,1
9,3
7. Pengangkutan dan Komunikasi
12,8
14,4
13,9
16,7
15,5
12,8
8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
6,7
5,5
8,0
8,2
5
5,9
9. Jasa-jasa
5,2
6,2
6,6
6,4
6,4
5,4
Non Tradable
7,8
7,5
8,8
8,7
6,0
8,2
5,7
5,5
6,3
6,1
4,5
5,9
PDB
Sumber: BPS
Separuh Sektor Indutri Tumbuh Negatif & Mendekati Nol Alat angkutan, mesindanperalatannya
10,3%
Pupuk, kimiadanbarangdari karet
3,9%
Semendanbaranggalianbukanlogam
2,9%
Baranglainnya
2,6%
Makanan, minumandantembakau
2,3%
Pengilanganminyak bumi
1,4%
Kertas danbarangcetakan
0,2%
Tekstil, barangkulit danalas kaki
0,0%
Logamdasar besi danbaja Barangkayudanbarangdari kayulainnya
-0,2% -3,1%
Gas alamcair -4,8% -8%
-4%
0%
4%
8%
12% Sumber: BPS
III. DAMPAK PADA SEKTOR INFORMAL DAN PENGANGGURAN Sektor informal semakin besar jumlahnya karena peranan sektoral industri yang tradable tidak tumbuh maksimal Sektor jasa informal marak menandakan maraknya fenomena setengah pengangguran
Tenaga Kerja Informal dan Formal Berdasarkan Status di Indonesia, 2008 &2009 (juta)
Sumber: ILO, 2010
10
Unemployment Indonesia
11
Pa Pa pu pu a a Ba M rat G al u or ku on ta lo N TT N TB N La A m D Su B pu Su l aw en ng l a es gk w i T ul es e u i T ng D en ah I J gg o a Ja gy ra Su w ak m a T ar at e ta er ng a ah Ja Sel Su w ata a Su l aw Tim n e la s w i B ur Su esi a ra m Se t at la er ta n Ja a U Su w ta m a B ra at a e r M ra B at a Su l u ar l ku at Ka awe U l im si tar an Uta a ta ra n Ba ra t R Ke i pu J au Ka la a l im ua mb an n R i ta ia Ka n u Ti l im m an Ba ur Ba tan n te Ka n g Te n l im ka ng an B e ah ta li tu n Se ng la ta n D KI Ba Ja li ka rta
Kemiskinan (BPS)
40.00 36.80
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
3.48
-
2009 2010
Hingga 2010, persentase kemiskinan di Papua mencapai 36.80% dari total penduduk dan menjadi tingkat kemiskinan tertinggi di 33 provinsi. Sementara terendah berada di DKI 3,48%. 12
IV. REINDUSTRIALISASI Kebijakan
Reindustrialisasi adalah kebijakan komprehensif, yang melibatkan rangkaian kebijakan utk mengeliminir inefisiensi, hambatan birokrasi, faktor eksternal, efisiensi sektor publik dan private, serta kebijakan insentif investasi serta pengembangan sistem pendukung industri dengan dukungan pengambil keputusan tertinggi
4.1. DAYA SAING INDUSTRI Menghapus
kendala melalui penyesuaian struktural untuk produksi yang efisien & mampu bersaing di pasar internasional Penghapusan distorsi berhadapan dengan kelompok kepentingan. Misal: monopoli & perdagangan tidak fair.
14
Starting Business
Singapura Thailand Indonesia Kambodia Malaysia Timor-Leste Vietnam Filipina Rata-rata OECD Asia Pasifik
Jumlah prosedur memulai bisnis 3 3 9 9 9 10 11 15 5,7 8,1
Jumlah hari memulai bisnis 3 3 60 85 11 83 50 52 13 41,1
Biaya (% dari pendapatan per kapita) 0,7 6,3 26 138,4 11,9 4,1 13,3 28,2 4,7 25,8
Modal Minimal (% dari pendapatan per kapita) 0 0 59,7 36,3 0 202,9 0 5,5 15,5 21,3
Bribery of 15 Public Institution 48% 41% 34% 33% 33% 32% 30% 30%
Polisi (n=1218) Bea dan Cukai (n=423) Kantor Imigrasi (n=363) DLLAJR (n=774) Pemda kota (n=1857) Badan Pertanahan Nasional (n=518) Pelindo (n=425) Pengadilan (n=204) DepHukHam (n=431) Angkasa Pura (n=357) Pajak Daerah (n=2159) Depkes (n=598) Pajak Nasional (n=2005) BPOM (n=387) MUI (n=177)
0%
21% 21% 17% 15% 14% 14% 10% 20%
Sumber : Tranparency International Indonesia, 2009
40%
60%
80%
100%
Tahapan TAHAP 1: INDUSTRI DLM NEGERI DISIAPKAN BERSAING UNTUK MERAIH DEVISA TAHAP 2: DEREGULASI YG SINAMBUNG MENGHAPUS KENDALAN STRUKTURAL TAHAP 3: BANGUN SISTEM PENDUKUNG (HUKUM, BANK, CUSTOM, PERIJINAN,DLL)
17
KEBIJAKAN INDUSTRI INSTRUMENNYA ADA DI LUAR KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN Instentif fiskal dan tarif ada di Kementrian Keuangan Dukungan Perbankan ada di tangan BI dan perbankan Promosi investasi di BKPM Birokrasi ada di MENPAN dan Kementrian Dalam negeri, serta Pemda KATA KUNCI ADALAH KEPEMIMPINAN DAN KOORDINASI
FOKUS STRATEGI PERTAMA!!! LAKUKAN SAJA STRATEGI REINDUSTRIALISASI YANG PERTAMA INI (5.1.), CUKUP UNTUK MENDORONG DAYA SANING STRATEGI PENGEMBANGAN SDM MENGIKUTI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN MENYUSUL
4.2. DAYA SAING SDM I. Tujuan (Peningkatan Produktivitas) 1. Memanfaatkan semua faktor ekonomi, utamanya
SDM, untuk mencapai tujuan pembangunan nasional
20
Dimensi Produktivitas 1. Kualitas SDM (Tenaga Kerja) Kualitas SDM: a. Culture of Work (entrep) b. Skill 2. Teknologi dan Ketrampilan 3. Dimensi Sosial - Budaya a. Biaya Transaksi b. Kasus Sekolah Teknik 4. Sistem Manajemen dan Nilai Organisasi a. Budaya Kerja b. Free Rider II.
21
III.
Strategi Perningkatan Productivitas 1.
Macro Approach a. To manage political stability
b. Optimalkan sda dan sdm trough applied sci. c. Gerakan produktivitas nasional d. Lembaga produktivitas nasional 2. Micro techno-economic approach a. Improve quality of output (industry/ agric.) b. Apply TQM c. Improve sdm via dev. Skill d. Training unit in companies 22
3. Socio-cultural approach a. Society awarness b. Dev. Productivity oriented
c. Crade for diffusion of prod. Culture 4. Stakeholders a. Government b. Labor union. c. Entrepreneur associations d. Sectoral based-entrep. associations
23
4.3. Membangun Kewirausahaan
Dua kontribusi Entrepreneurial firms dalam ekonomi: ◦ Mereka bagian integral dari perubahan dan peremajaan ekonomi pasar ◦ Mereka adalah mesin dan mekanisme dimana jutaan orang masuk ke dalamnya.
24
Entrepreneurship in Education and Research 1.
2.
Venture financing, including venture capital as well as other innovative financing techniques, emerged in the 1990s with unprecedented strength. High Tech start ups
25
3.
4. 5. 6.
More research on the psychological aspects has emerged. The risks and trade-offs of an entrepreneurial career . Women entrepreneurs have emerged in numbers. Entrepreneurial education has become one of the hottest topics at the business schools. 26
TERIMA KASIH