Definisi, hukum dan tata cara berqurban ! "Barangsiapa yang memiliki kelapangan harta, tetapi ia tidak menyembelih qurban, maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat shalat kami" (Riwayat Ahmad 1/321,Ibnu M ajah 3123, dari Abu Hurairah dengan sanad hasan) Definisi & Hukum Qurban Qurban adalah binatang ternak yang disembelih pada hari 'Iedul Adha,dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah . Berqurban merupakan salah satu syi'ar Islam yang disyari'atkan. Allah berfirman:
" # $ % '& "M aka dirikanlah shalat karena Rabb-mu dan berqurbanlah" (Al Kautsar : 2) Juga hadits di atas menunjukan tentang disyari’atkannya qurban.
) " 0,*% 1 2 % ,3% 4 * )( +*, # - ./
"Nabi tinggal di M adinah selama sepuluh tahun dan selalu berqurban"(Riwayat Ahmad dan Tirmidzi dengan sanad hasan) "Dari 'Uqbah bin 'Amir , sesungguhnya Nabi membagikan hewan qurban kepada para sahabatnya, Ternyata 'Uqbah (bin 'Amir) mendapat bagian hewan yang masih kecil. M aka ia berkata; "Ya Rasulullah saya mendapat bagian berupa Jadz-ah (hewan yang kecil)?" Rasulullah bersabda;"Berqurbanlah dengannya" (Riwayat Bukhari-M uslim)
Nabi dan para sahabat berqurban. Tetapi para 'ulama berbeda pendapat tentang hukum qurban ini, Sebagian 'ulama ada yang menyatakan hukumnya wajib. Tetapi Sebagian besar 'ulama menyatakan Sunnah muakadah, inilah pendapat yang rajih (wallahu a'lam) Berqurban lebih utama dibandingkan sedekah senilai harga hewan qurban karena: 1. M enyembelih Qurban merupakan amal Nabi dan para sahabat . 2. M enyembelih qurban merupakan salah satu syi'ar Allah . M aka jika orang memilih untuk bersedekah, maka syi'ar itu akan hilang. 3. Jika sedekah lebih utama dari pada menyembelih qurban, tentu Nabi telah menjelaskannya dengan perkataan dan perbuatan beliau, Karena Nabi selalu menjelaskan hal-hal yang terbaik untuk ummatnya. 4. Jika bersedekah keutamaannya sama dengan qurban, tentu hal ini juga telah dijelaskan oleh Nabi , karena bersedekah jauh lebih mudah dari pada menyembelih qurban. Kepada Siapa Qurban Disyari'atkan? Hukum asal qurban adalah disyari'atkan untuk orang-orang yang masih hidup, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya berqurban. Adapun pemahaman sebagian orang bahwa qurban juga disyari'atkan bagi orang yang telah meninggal adalah pemahaman yang janggal dan tidak ada hujjah atasnya.
1
M enyangkut hukum berqurban untuk orang yang telah meninggal ada tiga macam: a. M eniatkan agar orang yang sudah meninggal mendapatkan pahala berqurban bersama dengan orang yang masih hidup. Sebagai misal, ada seseorang yang berqurban untuk dirinya dan keluarganya. Orang tersebut meniatkan bahwa keluarga yang dimaksud mencakup yang masih hidup dan sudah meninggal. Hal ini diperbolehkan, dengan dasar sembelihan qurban Nabi untuk diri dan ahli baitnya, dan diantara mereka ada yang telah meninggal sebelumnya. Beliau bersabda:
) 5% /6 % 4 2 ) ,2 7 8 "Ini adalah dariku (Qurbanku) dan (Qurban) siapa saja dari ummatku yang belum berqurban" (Riwayat Abu Dawud II/86, Tirmidzi, dengan sanad shahih) b. Berqurban untuk orang yang telah meninggal dalam rangka melaksanakan wasiatnya. Hal ini wajib dilakukan oleh penerima wasiat. Allah berfirman: "M aka barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah M aha M endengar lagi M aha M engetahui" (Al Baqarah :181) c. Berqurban secara khusus untuk orang yang telah meninggal. Dalam hal ini ada perbedaan pendapat , para ulama Hambaliyyah (pengikut mazhab Imam Ahmad) membolehkannya, dan pahalanya akan sampai kepada orang yang telah meninggal tersebut. Tetapi pendapat ini lemah. Karena mengkhususkan qurban untuk orang yang telah meninggal tidak pernah dicontohkan Nabi , karena Nabi tidak pernah berqurban secara khusus untuk keluarganya yang telah meninggal. Beliau tidak menyembelih qurban untuk Hamzah ,pamanya yang paling dicintai, Kadhijah istri beliau . Selain itu tidak ada suatu riwayat yang menyatakan para sahabat melakukan hal ini. Satu Hewan Qurban Bisa Untuk Satu Keluarga Terkadang saat ini banyak kaum muslimin yang salah dalam hal ini. M ereka meniatkan qurban satu hewan untuk satu orang. M isalnya; tahun ini satu kambing untuk suami, kemudian tahun depan satu kambing lagi, untuk istri, untuk anaknya, dan demikian seterusnya. Padahal seekor kambing cukup untuk satu orang dan keluarganya. Seekor sapi dan onta mencukupi buat tujuh orang dan keluarga mereka sehingga bisa untuk bersekutu. Dikatakan oleh ‘Atha bin Yasar; aku bertanya kepada Ayyub Al Anshari : “Bagaimana hewan-hewan qurban dimasa Rasulullah ?” Dia menjawab; “Adalah seorang pria berqurban untuk dirinya dan untuk keluarganya” (Riwayat Tirmidzi (1565), dengan sanad hasan Sapi/onta bisa untuk berserikat tujuh orang Seekor sapi atau unta bisa digunakan berqurban untuk tujuh orang. Hal ini berdasar sebuah hadits: 2
"Kami berqurban bersama Nabi pada waktu Hudaibiyah, satu ekor Onta untuk tujuh orang dan satu ekor sapi untuk tujuh orang"(Riwayat M uslim 350, dari Jabir bin 'Abdullah ) Realita yang bisa kita lihat disekitar kita sungguh aneh. Ada suatu instansi/lembaga/ sekolah yang mengadakan iuran qurban. Yaitu dengan cara iuran sejumlah uang, yang kemudian dibelikan sapi/kambing untuk qurban satu sekolahan/instansi. Ini jelas menyelisihi syari'at. Hadits diatas telah sangat jelas bahwa satu sapi/onta hanya bisa digunakan qurban untuk tujuh orang, tidak boleh melebihinya.Sedangkan "ibadah Qurban" mereka ini, satu sapi atau kambing untuk puluhan atau bahkan ratusan orang. Ini jelas menyelisihi syari'at dan tidak bisa dinamakan qurban. Atau dengan kata lain qurban dengan model seperti ini adalah tidak sah. M ereka beralasan bahwa ini sebagai media berlatih bagi anak-anak sekolah. Namun tujuan yang mulia ini bukan berarti boleh dicapai dengan cara yang tidak benar. M ungkin ada cara lain yang bisa dijadikan sebagai solusi. Yaitu memotifasi anak-anak sekolah untuk menabung. Kemudian apabila tabungan nya telah mencukupi untuk dibelikan binatang qurban, maka anak tersebut melaksanakannya, dan bila belum cukup, maka menunggunya sampai mencukupi. Jelas cara ini lebih syar'I dan lebih mendidik. Larangan bagi orang Yang Hendak Berqurban Jika Telah masuk bulan Dzulhijah, maka yang harus dijauhi oleh orang yang hendak berqurban untuk memotong rambut, kuku, serta kulitnya meskipun hanya sedikit, hingga ia selesai melaksanakan penyembelihan qurban. Hal ini berdasar hadits Ummu Salamah , Nabi bersabda: “Jika kalian melihat hilal Dzulhijah (dalam lafadz lain: telah tiba sepuluh awal Dzulhijah) dan salah satu kalian ingin berqurban, maka hendaklah ia menahan (tidak memotong) rambut dan kukunya” (Riwayat M uslim dan Ahmad) Dalam lafadz lain: “M aka janganlah ia mengambil rambut dan kulitnya sedikitpun” Hukum ini hanya berlaku untuk orang yang berqurban, dan hukum ini berkaitan dengan orang yang berqurban, karena Nabi menyatakan;”Dan salah satu kalian ingin berqurban”, Nabi tidak menyatakan;”Ingin berqurban untuknya”. Nabi juga berqurban untuk keluarganya dan tidak ada keterangan beliau juga memerintahkan yang demikian pada keluarganya. M aka bagi keluarga yang berqurban boleh ia memotong rambut, kuku dan kulitnya. Jika ada orang yang melanggar hal ini maka kewajibannya hanya bertaubat kepada Allah dan berniat untuk tidak Pendistribusian Daging Qurban Disunnahkan bagi shahibul qurban untuk memakan sebagian daging qurbannya, menghadiahkan dan bersedekah dengan daging itu. Allah berfirman:
5 4 # 9 *# #:4% ; / <, % #:6=6> 3
"maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta " (Al Hajj :36) Rasulullah bersabda:
# @% A ##: 4 % ; / : =?!6 "M akanlah (daging qurban), berilah makan orang lain (dengannya), dan simpanlah" (Riwayat Bukhari, dari Salamah bin Al Akwa' ) 'Ulama berbeda pendapat tentang seberapa banyak daging qurban yang boleh di makan, dan seberapa banyak pula yang harus dihadiahkan dan disedekahkan oleh shahibul qurban. Namun pendapat yang rajih mengenai hal ini adalah tidak ada ketentuan dalam hal ini. Akan tetapi pilihan yang terbaik adalah sepertiga untuk dimakan, sepertiga dihadiahkan, dan sepertiga lagi disedekahkan. Untuk jatah yang dimakan, dibolehkan shahibul qurban untuk menyimpannya dalam waktu yang lama, kecuali jika terjadi wabah kelaparan, maka tidak boleh menyimpannya lebih dari tiga hari, Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang berqurban maka tidak boleh ada daging qurban yang tersisa dirumahnya setelah hari ketiga." M aka pada tahun berikutnya para shahabat bertanya;"Wahai Rasulullah apakah kami harus berbuat sebagaimana yang telah kami lakukan pada tahun kemarin?" Beliau bersabda; "M akanlah daging qurban, berilah makan orang lain dengannya dan simpanlah, karena pada tahun kemarin orang banyak berada dalam kesusahan, maka aku ingin kalian membantu mereka" (Riwayat Bukhari, M uslim, dari Salamah bin Al Akwa' ) Larangan M enjual Sesuatu Dari Hewan Qurban Saat ini banyak kaum muslimin, terutama para panitia qurban yang menyelewengkan hal ini. M ereka menjual bagian dari binatang kurban, karena mereka kesulitan mendistribusikannya. M enjual kulit binatang qurban adalah hal yang sudah biasa dilakukan oleh sebagian kaum muslimin padahal ini dilarang. “Dari Ali ,bahwa Nabi memerintahkan agar dia mengurusi budn (benatang qurban) beliau, membagi semuanya, dagingnya, kulitnya, dan jilalnya (kepada orang-orang miskin). Dan dia tidak boleh memberikan satupun (dari qurban itu) kepada penjagalnya (Riwayat Bukhari, Tambahan dalam kurung riwayat M uslim) Imam Syafi'i Rahimahullah berkata: "Aku membenci menjual sesuatu darinya (hewan quban). M enukarkannya merupakan jual beli".(Al umm 2/351) Syeikh 'Abdullah bin 'Abdurrahman Al Bassam mengatakan; "Bahwa kulit binatang qurban tidak dijual. Bahkan penggunaankulitnya adalah seperti dagingnya. Pemiliknya boleh memanfaatkannya, atau mensadaqahkan kepada fakir miskin" (Lihat Taudhihul Ahkam M in Bulughul marram) Wallahu A’lamu Bish Shawwab
--------------------------------------------------
4
Kontribusi: Mas Heru Yulias Wibowo – Redaktur Buletin Da’wah An Nashihah Cikarang Baru Bekasi, untuk berlangganan hubungi bag. Sirkulasi: Mas Arifin 08156094080 (A bu Laili)
5