DAMPAK UTANG PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA DI KAWASAN UNI EROPA DAN ASEAN+6
DWI WAHYUNI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara di Kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Dwi Wahyuni NRP H151114104
ii
RINGKASAN DWI WAHYUNI. Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara di Kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6. Dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI dan SAHARA. Kondisi perekonomian negara-negara di kawasan Uni Eropa sedang menghadapi krisis sebagai dampak dari tekanan yaitu berupa defisit anggaran yang relatif melebar dan beban utang yang meningkat. Dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi permasalahan yang menarik untuk dikaji terutama setelah krisis ekonomi Eropa. Rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 menunjukkan pola peningkatan dan hal ini sangat membahayakan perekonomian terutama untuk negara-negara di kawasan ASEAN+6. Berdasarkan latar belakang permasalahan maka penelitian ini bertujuan untuk: menganalis perkembangan utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6; menganalisis dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi; menganalisis perbedaan dampak tersebut untuk setiap kawasan; menganalisis jalur dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini mencakup 19 negara di Uni Eropa dan 11 negara di ASEAN+6 dengan periode waktu pengamatan selama 26 tahun mulai tahun 1985 sampai 2010. Metode yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian adalah analisis data panel statis dan dinamis. Model yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model penelitian dari Checherita-Westphal dan Rother (2012). Hasil analisis data panel statis untuk model pertumbuhan ekonomi menghasilkan bahwa model estimasi FEM adalah model yang terbaik. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan negatif nonlinier antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berimplikasi bahwa secara umum saat rasio utang pemerintah diatas 60 persen, utang berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan dummy kawasan didapatkan hasil bahwa antara kawasan Uni Eropa maupun ASEAN+6 tidak terdapat perbedaan dampak utang. Hasil analisis data panel dinamis menunjukkan hasil bahwa untuk model tabungan dan investasi, estimasi model terbaik adalah FEM sedangkan untuk model pertumbuhan TFP adalan Sys-GMM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum terdapat cukup bukti untuk menyatakan bahwa dampak negatif utang terhadap pertumbuhan ekonomi ditransmisikan melalui jalur tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP. Berdasarkan hasil penelitian, implikasi kebijakan yang dapat disarankan adalah: adanya hubungan negatif antara utang dan pertumbuhan ekonomi maka pemerintah harus lebih berhati-hati dalam melakukan pinjaman baru; dampak negatif utang pemerintah saat nilainya diatas 60 persen mengindikasikan bahwa negara-negara yang mempunyai rasio utang diatas nilai ini harus mengendalikan rasio utangnya supaya tidak melebihi nilai tersebut sehingga penambahan utang masih dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kata kunci: utang pemerintah, pertumbuhan ekonomi, panel statis dan dinamis
iii
SUMMARY DWI WAHYUNI. The Impact of Public Debt on Economic Growth in European Union and ASEAN+6 Countries. Supervised by NOER AZAM ACHSANI and SAHARA. Economic conditions in the countries of the European Union is facing a crisis as a result of heavy pressure in the form of a relatively widening budget deficit and rising debt burden. The impact of government debt on economic growth become a problem that is interesting to study, especially after the European economic crisis. The ratio of government debt in the countries of the European Union and ASEAN +6 showed a pattern of escalating and it is very harmful to the economy, especially for countries in ASEAN +6. Based on the above issues, this study aims to analyze: the development of government debt in the countries of the European Union and ASEAN +6, the impact of government debt on economic growth, the differences of government debt impact on economic growth for each region, the path of government debt impact on economic growth in the countries of the European Union and ASEAN +6. This study covers 19 countries in the European Union and the 11 countries in ASEAN +6 with the observation period of 26 years (from 1985 to 2010). The study uses a static and dynamic panel data analysis. The model used in this study is based on the model study as outlined by Checherita-Westphal and Rother (2012). Analyzing result for economic growth shows that the Fixed Effect Model (FEM) is the best estimation model than the model of pooled least squares (POLS) and Random Effect Model (REM). The results shows a nonlinear negative relationship between government debt and economic growth. This implies that the general government debt ratio above the current limit value of 60 percent, debt has a negative impacts on economic growth. Analysis using regional dummy showed that between the EU and ASEAN +6 there are not differences in the impact of debt. Dynamic panel data analysis results show that the best estimation model for saving and investment is FEM and the best estimation model for TFP growth is Sys-GMM. The results shows that there has not been enough evidence to suggest that the negative impact of debt on economic growth is transmitted through savings, investment and TFP growth. Based on the results of research, policy implications that can be suggested including negative relationship between debt and economic growth so the government should be more careful in making new loans, the negative impact of government debt when the threshold above 60 percent indicates that the countries that have a debt ratio above the threshold should control its debt ratio not exceed than 60 percent. Keywords : government debt, economic growth, static and dynamic panel data
iv
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
DAMPAK UTANG PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA DI KAWASAN UNI EROPA DAN ASEAN+6
DWI WAHYUNI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS
Judul Tesis : Darnpak Utang Pernerintah terhadap Perturnbuhan Ekonorni Negara-Negara di Kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Nama : Dwi Wahyurn NRP : H151114104
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Noer Azam Achsani, MS Ketua
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilrnu Ekonorni
Dr Ir
Tanggal Ujian: 30 Agustus 2013
"
Tanggal Lulus:
2 b SEP ,U 13
iii
Judul Tesis : Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara di Kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Nama : Dwi Wahyuni NRP : H151114104
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Noer Azam Achsani, MS Ketua
Sahara, SP MSi PhD Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir R Nunung Nuryartono, MSi
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 30 Agustus 2013
Tanggal Lulus:
iv
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini adalah utang pemerintah, dengan judul Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi NegaraNegara di Kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6. Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Prof Dr Ir Noer Azam Achani, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Sahara, SP MSi PhD selaku anggota komisi pembimbing yang dalam kesibukannya masih meluangkan waktu dan kesabarannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS selaku penguji luar komisi dan Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr selaku perwakilan dari Program Studi Ilmu Ekonomi. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Badan pusat Statistik Republik Indonesia, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan Program Magister pada Program Studi Ilmu Ekonomi di Sekolah Pascasarjana (SPs) IPB. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Dr Ir R Nunung Nuryartono, MSi beserta jajarannya selaku pengelola Program Studi Ilmu Ekonomi SPS IPB, semua dosen yang telah mengajar penulis, dan rekan-rekan yang senantiasa membantu penulis selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang tak terkira kepada suamiku Eko Kuswanto, kedua anakku Ilham Khairul Fikri dan Fauzan Khairul Anwar dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan yang tak terkira sejak awal perkuliahan. Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan. Kesalahan yang terjadi merupakan tanggung jawab penulis, sedangkan kebenaran yang ada merupakan karunia Allah SWT. Meskipun demikian, penulis berharap bahwa tesis ini dapat memberikan kotribusi dalam proses pembangunan dan bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Bogor, Agustus 2013 Dwi Wahyuni
vi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1 1 2 5 6 6
2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Konsep dan Diskusi Tentang Utang Transmisi Dampak Utang Pemerintah terhadap Kegiatan Ekonomi Hubungan Defisit Anggaran dan Utang Pemerintah Pertumbuhan Ekonomi Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Harold Domar Teori Pertumbuhan Neoklasik Solow Growth Model Hubungan Utang dan Pertumbuhan Ekonomi Kelompok Keynesian Kelompok Neoklasik Teori Ricardian Equivalence (RE) Teori Kurva Laffer Utang Tinjauan Empiris Hubungan antara Utang dan Pertumbuhan Ekonomi Bentuk Hubungan antara Utang dan Pertumbuhan Ekonomi Jalur Utang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Posisi Penelitian terhadap Penelitian yang Lain Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian
8 8 8 8 9 10 10 11 12 12 12 13 14 15 15 16 17 17 19 20
3 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Analisis Deskriptif Analisis Data Panel Data Panel Statis Pemilihan Model (Hausman Test) Data Panel Dinamis First-differences GMM (AB-GMM)
21 21 22 22 22 22 25 25 26
vii
System GMM (SYS-GMM) Uji Spesifikasi Model Panel Dinamis Spesifikasi Model Definisi Variabel Operasional Prosedur Analisis
29 30 30 32 33
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Utang Pemerintah Perkembangan Utang Pemerintah di Kawasan Uni Eropa Perkembangan Utang Pemerintah di Kawasan ASEAN+6 Analisis Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Analisis Deskriptif Analisis Kuadran Analisis Granger Causality Hasil Estimasi Model Pertumbuhan Ekonomi Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Determinan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Pendek Determinan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang Analisis Jalur Dampak Utang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Analisis Deskriptif Hubungan Utang Pemerintah dan Tabungan Hubungan Tingkat Investasi dan Utang Pemerintah Hubungan Pertumbuhan TFP dan Utang Pemerintah Hasil Estimasi Model Tabungan, Investasi dan Pertumbuhan TFP Jalur Transmisi Utang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
34 34 35 37 40 40 45 46 47 50 52 53 54 54 54 56 57 58 60
5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran Saran Penelitian Lebih Lanjut
64 64 64 65
DAFTAR PUSTAKA
66
LAMPIRAN
69
RIWAYAT HIDUP
89
viii
DAFTAR TABEL 1 Perkembangan rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa tahun 1985 dan 2010 2 Perkembangan rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode 1985 dan 2010 3 Rekapitulasi penelitian terdahulu tentang dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi 4 Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian serta sumbernya 5 Statistik deskriptif utang pemerintah di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode 1985-2010 6 Pertumbuhan utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa periode 1985-2010 7 Rata-rata PDB per kapita dan utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa periode 1985-2010 8 Pertumbuhan utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode 1985-2010 9 Rata-rata PDB per kapita dan utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode 1985-2010 10 Hasil analisis kuadran antara utang dan pertumbuhan ekonomi negaranegara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode 2001-2010 11 Hasil uji granger causality antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode 1985-2010 12 Rekapitulasi hasil estimasi koefisien parameter PLS, FEM dan REM model pertumbuhan ekonomi 13 Rekapitulasi estimasi model FEM cross section weights untuk model pertumbuhan ekonomi 14 Rekapitulasi estimasi model terbaik untuk model tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP
3 4 18 21 34 35 36 38 39 46
47 48 49 60
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
Kurva Laffer Kerangka pemikiran penelitian Plot rata-rata utang pemerintah dan suku bunga jangka panjang di kawasan Uni Eropa periode 1985-2010 Plot rata-rata utang pemerintah dan suku bunga jangka panjang di kawasan ASEAN+6 periode 1985-2010 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa periode tahun 1990-2000 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa periode tahun 2001-2010 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode tahun 1990-2000
14 20 37 40 41 41 42
ix
8 9 10 11 12 13 14 15 16
Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode tahun 2001-2010 Plot rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negaranegara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode 1985-2010 Plot utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara pada kawasan Uni Eropa periode 2001-2010 Plot utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara pada kawasan ASEAN+6 periode 2001-2010 Analisis kuadran antara rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa periode 2000-2010 Analisis kuadran antara rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode 2000-2010 Plot utang pemerintah dan tabungan negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Plot utang pemerintah dan investasi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Plot rata-rata utang pemerintah dan rata-rata pertumbuhan TFP negaranegara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6
43 43 44 44 45 46 56 57 58
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ringkasan hasil penelitian sebelumnya tentang utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi Rekapitulasi perkembangan tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Hasil output model pertumbuhan ekonomi dengan metode estimasi POLS, FEM dan REM Hasil uji Chow dan Hausman test Hasil estimasi model pertumbuhan ekonomi dengan FEM Cross Section Weights Hasil estimasi model pertumbuhan ekonomi dengan FEM Cross Section Weights kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Rekapitulasi hasil estimasi model tabungan dengan PLS, FEM, REM, FD-GMM dan Sys-GMM Rekapitulasi hasil estimasi model investasi dengan PLS, FEM, EM, FD-GMM dan Sys-GMM Rekapitulasi hasil estimasi model pertumbuhan dengan TFP PLS, FEM, REM, FD-GMM dan Sys-GMM
69 74 76 79 80 84 86 87 88
DAFTAR ISTILAH ASEAN+6
: Negara-negara anggota ASEAN yaitu Indonesia, Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura, ditambah dengan 6 negara di kawasan Asia lainnya yaitu:
x
Balanced panel
:
Ceteris paribus Constant return to scale
: :
Crowding out Cumbersome Debt overhang
: : :
Debt threshold
:
Diminishing return
:
Dynamics of adjustment Fiscal sustainability Immortality Intergenerational altruism Keterbukaan perdagangan Level Nonoverlapping
: : : : : : :
Overheated Overlapping
: :
Permanent income Proxy Purchasing Power Parity Time invariant Unbalanced panel
: :
Jepang, Korea Selatan, China, Australia, Selandia Baru dan India Data panel dengan jumlah data yang sama antar section Kondisi variabel yang lain konstan Output akan naik dengan nilai yang sama dengan nilai kenaikan faktor produksi yang digunakan Mendorong keluar investasi Sangat besar sekali sehingga tidak efisien Kondisi dimana utang negara sudah melampaui kemampuan membayarnya Titik dimana dampak utang berubah menjadi negatif Output yang senantiasa turun seiring dengan kenaikan faktor produksi yang digunakan Proses penyesuaian secara dinamis Kondisi fiskal yang berkelanjutan Keabadian Kepentingan antargenerasi Rasio ekspor dan impor terhadap PDB Data awal Tidak menumpuk (tahun yang digunakan berurutan) Kondisi perekonomian yang sudah terlalu panas Menumpuk (tahun yang digunakan saling tumpang tindih) Pendapatan yang tetap diterima Pendekatan
:
Kekuatan daya beli
: Perbedaan antar waktu : Data panel dengan jumlah data yang tidak sama antar section : Estimasi yang dihasilkan bias ke bawah : Negara-negara di kawasan Eropa yang tergabung dalam Uni Eropa : Penduga tidak tertimbang : Penduga tertimbang : Tingkat pengembalian dari suku bunga pemerintah
Under estimated Uni Eropa Unweighted statistics Weighted statistics Yield maturity
DAFTAR SINGKATAN ASEAN AEC BLUE Bappenas DW
: : : : :
Assosiation of South-East Asian Nations ASEAN Economic Community Best Unbiased Linear Estimation Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Durbin Watson
xi
FD-GMM FEM GMM IMF NSB PDB PLS PPP REM Sys-GMM TFP WDI yoy
: : : : : : : : : : : : :
First Differences Generalized Method of Moments Fixed Effect Model Generalized Method of Moments International Monetary Fund Negara Sedang Berkembang Produk Domestik Bruto Pooled Least Square Purchasing Power Parity Random Effect Model System Generalized Method of Moments Total Factor Productivity World Development Indicators Year on year
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
Kondisi perekonomian global saat ini sedang menghadapi tekanan yang berat dari krisis keuangan Eropa setelah sebelumnya terkena krisis keuangan Amerika Serikat. Negara-negara di kawasan Eropa saat ini sedang menghadapi krisis utang yang mengkhawatirkan bukan hanya untuk kawasan tersebut bahkan telah merambat menjadi krisis global. Krisis tersebut telah menyebabkan ketahanan ekonomi negara-negara kawasan Eropa mengalami pelemahan yang dicerminkan pada perlambatan pertumbuhan ekonomi serta kondisi kesempatan kerja yang berkurang. Krisis ekonomi yang melanda negara-negara di kawasan Eropa tersebut sebagai dampak dari tekanan yang berat terutama dari sektor keuangan pemerintah yaitu berupa defisit anggaran yang relatif melebar dan beban utang yang meningkat. Defisit fiskal beberapa negara Eropa jauh melebihi 3 persen dari PDB. Pada tahun 2010 pelebaran defisit fiskal terjadi pada negara Irlandia yang mencapai 32.4 persen dari PDB. Sedangkan defisit fiskal negara Yunani, Portugal dan Spanyol masing-masing sebesar 10.5 persen, 9.1 persen dan 9.2 persen. Seiring dengan peningkatan defisit fiskal tersebut rasio utang terhadap PDB juga mengalami peningkatan. Rasio utang pemerintah negara Italia, Yunani, Portugal dan Spanyol berturut-turut adalah 119.0 persen, 144.9 pesen, 93 persen dan 60.1 persen (Bappenas 2011). Negara di Eropa yang paling besar terkena dampak krisis utang adalah Yunani, Irlandia dan Portugal yang disebut sebagai negara lapis pertama yang terkena krisis tersebut. Krisis kemudian menyebar ke negara Italia dan Spanyol yang merupakan negara lapis kedua dan menjalar ke negara kuat di Eropa yaitu Jerman dan Prancis. Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan Artis dan Zhang (2002) bahwa negara-negara yang paling terkena dampak dari krisis utang ini dapat digolongkan ke dalam kelompok southern periphery. Akibat dari krisis utang ini menyebabkan Yunani dan Portugal mengalami penurunan perekonomian di tahun 2010. Tingkat pengangguran di Yunani mencapai 18.3 persen pada bulan Agustus 2011 sementara itu Spanyol mencapai 22.8 persen. Krisis yang terjadi di Eropa ini kemungkinan bisa melanda negara-negara di kawasan ASEAN terlebih setelah dicanangkan ASEAN Economic Community (AEC). AEC adalah bentuk Integrasi Ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. Dalam AEC tujuan yang ingin dicapai adalah adanya aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja terlatih serta aliran investasi dan modal yang lebih bebas. Untuk mewujudkan AEC maka dibentuklah ASEAN+3 dengan memasukkan negara Jepang, Korea Selatan dan China dan ASEAN+6 dengan masuknya negara Australia, Selandia Baru dan India. Adanya AEC dikawatirkan krisis utang yang terjadi di Eropa kemungkinan juga akan terjadi di kawasan ASEAN+6 mengingat semakin bebasnya aliran modal. Aliran modal yang lebih bebas membuat negara-negara di kawasan ASEAN dapat lebih leluasa untuk memperoleh aliran modal dari negara lain. Integrasi dalam suatu perekonomian bisa menyebabkan krisis yang terjadi di suatu negara bisa merambat ke negara lainnya.
2
Krisis ekonomi yang diakibatkan oleh utang juga pernah terjadi di Amerika Latin yang dimulai dari Ekuador, Argentina, Uruguay dan Brasil. Dampak krisis utang tersebut menyebabkan perekonomian Argentina yang mengalami resesi sejak empat tahun sebelum krisis terus memburuk dan pengangguran melonjak hingga lebih dari 20 persen. Jumlah tersebut belum termasuk pengangguran terselubung yang berkisar antara 10-15 persen, sehingga akhirnya memicu gejolak politik. Berdasarkan pengalaman krisis ekonomi yang disebabkan oleh utang yang terjadi di beberapa negara di dunia menunjukkan bahwa utang sangat membahayakan perekonomian. Utang bagaikan pedang dengan dua sisi yang berbeda dimana pada satu sisi penggunaan utang dengan bijak dapat meningkatkan kesejahteraan tetapi disisi lain jika berlebihan dan tidak efisien maka akan menjadi permasalahan bagi perekonomian (Cecchetti et al. 2011). Permasalahan mengenai dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi merupakan persoalan yang menarik untuk diteliti bukan hanya untuk negara-negara di kawasan Uni Eropa tetapi juga untuk negara-negara di kawasan ASEAN+6. Hal ini disebabkan kondisi integrasi ekonomi yang hampir sama antara Uni Eropa dan ASEAN+6. Beberapa penelitian menemukan hasil bahwa utang pemerintah yang tinggi akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah (Reinhart dan Rogoff 2010; Kumar dan Woo 2010; Checherita-Westphal dan Rother 2012; Schclarek 2004) tetapi belum ada kesepakatan berapa rasio utang yang dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut. Mengacu pada salah satu syarat dalam Maastricht Treaty Criterion, rasio utang terhadap PDB negaranegara di Uni Eropa yang ingin menjadi anggota Economic and Monetary Union (EMU) tidak boleh melebihi 60 persen. Angka ini bisa dijadikan salah satu batasan rasio utang terhadap PDB yang bisa berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Perumusan Masalah Penggunaan utang baik luar negeri maupun dalam negeri merupakan salah satu cara suatu negara untuk dapat membiayai kebijakan fiskal. Penggunaan utang pada awalnya digunakan untuk mengisi kekosongan antara tabungan dan investasi di suatu negara sehingga diharapkan dapat mendorong peningkatan output dan pertumbuhan ekonomi. Tetapi utang yang berlebihan bisa membahayakan perekonomian terutama pertumbuhan ekonomi. IMF menyatakan bahwa sebenarnya kebijakan utang sangat relevan digunakan untuk mengatasi permasalahan fiskal khususnya di Negara Sedang Berkembang (NSB), selama masih berada pada level aman. Level utang yang aman bagi suatu negara didefinisikan sebagai level utang yang tidak rentan (vulnerable) terhadap krisis, tidak mengancam pertumbuhan ekonomi, dan tidak mengganggu kesinambungan fiskal (fiscal sustainability). Negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 mengalami peningkatan rasio utang pemerintah selama periode 1985-2010. Di kawasan Uni Eropa hanya negara Belgia, Denmark dan Swedia yang tidak mengalami kenaikan rasio utang pemerintah sedangkan negara lainnya mengalami kenaikan. Selama
3
periode tersebut kenaikan rasio utang yang besar dialami oleh negara Yunani yang mengalami peningkatan sebesar 207.37 persen. Pada tahun 2010, mayoritas negara-negara di kawasan Uni Eropa mempunyai rasio utang pemerintah diatas 60 persen (Tabel 1). Rasio utang yang tinggi ini menyebabkan terjadinya krisis utang Eropa yang merambat menjadi krisis global. Beberapa penelitian dilakukan kalangan akademisi untuk melihat dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Penelitian ChecheritaWestphal dan Rother (2012) untuk 12 negara Eropa menemukan hasil bahwa terdapat hubungan non-linier negatif antara utang pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi dimana saat rasio utang pemerintah tinggi berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. Tabel 1 Perkembangan rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa tahun 1985 dan 2010 Utang terhadap PDB (%) 1985 2010 Austria 45.36 71.84 Belgia 118.38 95.56 Cyprus 26.98 61.46 Denmark 68.39 42.90 Finlandia 15.80 48.64 Perancis 30.58 82.30 Jerman 40.69 82.39 Yunani 46.72 144.55 Hungaria 96.43 81.31 Irlandia 76.14 92.17 Italu 80.90 118.65 Luxemburg 6.31 19.05 Belanda 68.70 62.86 Polandia 40.27 54.84 Portugal 56.53 93.32 Spanyol 42.03 61.17 Swedia 70.40 38.82 Swiss 36.40 48.04 Inggris 49.51 74.98 Sumber: Abbas et al.(2010), diolah Negara
Pertumbuhan Utang (%) 58.39 -19.28 127.77 -37.27 207.82 169.09 102.51 209.37 -15.68 21.06 46.66 202.19 -8.50 36.18 65.07 45.56 -44.86 31.99 51.45
Rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 juga mengalami kondisi yang sama dengan Uni Eropa dimana selama periode 19852010 senantiasa mengalami peningkatan. Peningkatan yang cukup tinggi dialami oleh negara China yaitu sebesar 914.68 persen dan Jepang sebesar 215.90 persen. Negara yang memiliki rasio utang pemerintah diatas 60 persen adalah India (68.04 persen), Singapura (103.59 persen) dan Jepang (215.29 persen) sedangkan negara lainnya rasionya dibawah 60 persen (Tabel 2). Meskipun banyak negara di kawasan ASEAN+6 yang rasio utangnya masih dibawah 60 persen tetapi ada kecenderungan utang negara-negara tersebut semakin meningkat karena
4
meningkatnya defisit fiskalnya sehingga dikhawatirkan rasio utang negara-negara tersebut melebihi 60 persen. Mayoritas negara di kawasan ASEAN+6 adalah negara berkembang yang masih sangat membutuhkan utang sebagai salah satu pembiayaan defisit fiskalnya. Pengalaman krisis ekonomi yang disebabkan utang negara-negara di Eropa bisa jadi akan berulang di negara-negara di ASEAN+6. Reinhart dan Rogoff (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa baik negara maju maupun berkembang, rasio utang terhadap PDB diatas 90 persen berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Tabel 2 Perkembangan rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode 1985 dan 2010 Utang terhadap PDB (%) 1985 2010 Australia 22.00 20.52 China 3.31 33.54 India 35.84 68.04 Indonesia 27.98 26.88 Jepang 68.15 215.29 Korea Selatan 21.46 33.43 Malaysia 86.85 50.95 Selandia Baru 71.79 32.46 Filipina 53.08 43.46 Singapura 82.65 103.59 Thailand 49.27 41.87 Sumber: Abbas et al.(2010), diolah Negara
Pertumbuhan Utang (%) -6.71 914.68 89.84 -3.96 215.90 55.75 -41.33 -54.79 -18.13 25.34 -15.02
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Kumar dan Woo (2010) pada beberapa negara berkembang menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Hasil serupa juga ditemukan oleh Schclarek (2004) terhadap negara maju dan berkembang yang menemukan hasil bahwa untuk negara berkembang terdapat hubungan negatif antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan untuk negara maju tidak terdapat hubungan yang signifikan. Selain dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, jalur bagaimana dampak utang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi merupakan suatu permasalahan yang menarik untuk diteliti. Jalur bagaimana utang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi berdasarkan beberapa penelitian juga menunjukkan hasil yang berbeda. Menurut Egert (2012), bagaimana utang pemerintah dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dapat ditansmisikan melalui beberapa jalur yaitu pertama, pembayaran pajak untuk membayar utang pemerintah yang tinggi dapat menyebabkan crowding out terhadap investasi swasta. Kedua, utang pemerintah yang tinggi dapat meningkatkan suku bunga jangka panjang dan dampaknya dapat menurunkan investasi swasta. Ketiga, utang pemerintah dapat mendorong terjadinya kenaikan inflasi yang dapat membahayakan perekonomian.
5
Menurut Furceri dan Zdzienicka (2011), terdapat tiga jalur utama bagaimana utang dapat mempengaruhi output yaitu pertama, melalui pasar modal internasional, kedua, melalui peningkatan biaya peminjaman dan ketiga melalui perdagangan internasional. De Paoli et al. (2009) menambahkan bahwa utang dapat mempengaruhi output secara tidak langsung melalui krisis perbankan dan mata uang sedangkan jalur domestik dapat melalui pengurangan konsumsi dan investasi atau penurunan produktifitas faktor produksi secara total. Menurut Checherita-Westphal dan Rother (2012) untuk negara Uni Eropa menyebutkan bahwa dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi ditransmisikan melalaui jalur tabungan swasta, jalur investasi swasta dan jalur produktifitas faktor produksi total. Ghali (2003) di Tunisia menemukan bahwa pengeluaran pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui tiga jalur yaitu promosi pertumbuhan ekonomi, impor dan tenaga kerja. Penelitian yang khusus melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dan melalui jalur mana di kawasan ASEAN+6 belum banyak dilakukan orang. Penelitian Makin (2005) mencoba untuk menghitung berapa utang pemerintah yang sustainable hanya di negara ASEAN-4 dan dampaknya terhadap makroekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan matematis untuk analisisnya. Penelitian Liu et al. (2005) tentang kondisi defisit fiskal dan utang di Cina bertujuan untuk menurunkan persamaan identitas keseimbangan pemerintah dan menganalisis dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang sama untuk negara Uni Eropa telah banyak dilakukan orang tetapi dengan cakupan negara yang lebih sedikit. Berdasarkan identifikasi latar belakang masalah bahwa utang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan perumusan masalah dimana negara-negara di kawasan ASEAN+6 mempunyai trend peningkatan rasio utang pemerintah yang sama dengan negara-negara Uni Eropa maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi negaranegara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6. Penggunaan kedua kawasan ini bertujuan untuk membandingkan dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di setiap kawasan. Selain itu dalam penelitian ini juga akan dianalisis jalur transmisi dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dan menganalisis apakah jalur transmisi dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi negara Uni Eropa sama dengan negara ASEAN+6. Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka permasalahan pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 ? 2. Melalui jalur manakah dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 ditransmisikan?
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perkembangan utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6
6
2. Menganalisis dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 3. Membandingkan dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi antara kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 4. Menganalisis jalur transmisi dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai dampak utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Bagi penulis dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan dan memberikan pemahaman yang semakin mendalam tentang utang pemerintah dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Bagi pemerintah, diharapkan setelah diketahui bagaimana dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dapat lebih berhati-hati pada saat memutuskan untuk melakukan penarikan pinjaman baru. 4. Penelitian ini dapat dijadikan referensi pembanding dan stimulan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki tiga ruang lingkup. Pertama, penelitian ini berusaha memberikan gambaran mengenai dinamika utang pemerintah negaranegara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 selama periode 1985-2010 secara deskriptif-analitis. Kedua, membangun model ekonometrika berbasis data panel statis dan dinamis yang memiliki kemampuan untuk: (i) menguji hubungan nonlinier antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi; (ii) menguji apakah utang pemerintah secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi; (iii) mengetahui jalur bagaimana utang pemerintah dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ketiga, melakukan telaah dan analisis terhadap hasil estimasi dari model ekonometrika yang dibangun serta memberikan beberapa kesimpulan dan implikasi kebijakan. Penelitian ini mencakup dua kawasan yaitu Uni Eropa dan Asia. Untuk kawasan Uni Eropa hanya mencakup 19 negara yaitu Austria, Belgia, Cyprus, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Luxemberg, Belanda, Portugal, Polandia, Spanyol, Swiss, Swedia dan Inggris. Untuk kawasan Asia hanya mencakup kawasan ASEAN+6 yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand, China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru. Data yang digunakan adalah data tahunan periode tahun 1985-2010.
7
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, tidak semua negara di kawasan ASEAN dicakup dalam penelitian karena adanya keterbatasan data untuk beberapa negara ASEAN. Kedua, data utang hanya menggunakan utang pemerintah dan tidak membedakan berdasarkan sumber utangnya yaitu domestik atau luar negeri sehingga tidak bisa dilihat pengaruh utang domestik dan luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi.
2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Konsep dan Diskusi Tentang Utang Utang suatu negara dapat dibedakan atas utang pemerintah dan utang swasta. Utang pemerintah dapat diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri, di mana utang dalam negeri dapat dibedakan atas utang langsung ke masyarakat berupa penjualan obligasi, penjualan obligasi di pasar internasional dan utang tidak langsung yaitu pencetakan uang (money printing). Utang luar negeri diperoleh dari dua sumber yaitu dari kerjasama bilateral dan multilateral. Pembiayaan defisit dengan utang merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh negara-negara dalam upaya mempertahankan kelangsungan anggarannya. Selain dengan utang, pembiayaan defisit dapat ditempuh dengan cara menjual aset negara dan memperoleh bantuan luar negeri. Dampak dari masing-masing sumber pendanaan terhadap perekonomian dan makroekonomi akan berbeda-beda. Menurut Widodo dalam Paramitasari (2012), efek yang ditimbulkan ketika defisit fiskal didanai melalui pinjaman yang bersumber dari sistem perbankan dalam negeri maka sistem perbankan akan dipaksa untuk mengurangi pemberian kredit kepada sektor swasta yang biasa disebut “crowding out effect”. Ketika didanai dengan pinjaman dalam negeri non-perbankan yaitu dengan cara mengeluarkan obligasi pemerintah atau surat utang negara (SUN) yang dijual kepada masyarakat atau dunia usaha di dalam negeri, maka pemerintah dapat memperoleh dana pinjaman tanpa menimbulkan dampak peningkatan uang primer yang dapat menimbulkan inflasi. Tetapi karena pemerintah harus bersaing dengan dunia usaha dalam mencari pembiayaan untuk investasi maka cenderung akan mendorong suku bunga pasar semakin meningkat. Saat defisit dibiayai dengan pinjaman luar negeri maka dapat menjadi pemicu terjadinya krisis neraca pembayaran. Kenaikan suku bunga pinjaman di luar negeri dan terdepresiasinya nilai tukar domestik akan mengakibatkan pembayaran cicilan pokok dan bunga utang luar negeri dalam mata uang domestik akan semakin membengkak. Transmisi Dampak Utang Pemerintah terhadap Kegiatan Ekonomi Nautet dan Meensel (2011) menyebutkan bahwa ada tiga jalur utama bagaimana utang pemerintah dapat berdampak pada kegiatan perekonomian. Pertama, peningkatan utang pemerintah akan berhubungan dengan penurunan tabungan yang mendorong terjadinya penurunan tabungan nasional secara bersih. Hal ini akan mendorong kenaikan suku bunga yang bisa menyebabkan penurunan investasi dan pertumbuhan akumulasi modal. Penurunan kedua hal tersebut sangat membahayakan perekonomian karena dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi. Kedua, kenaikan utang pemerintah akan mendorong kenaikan biaya-biaya sehingga akan menyebabkan pajak yang tinggi untuk investasi dan infrastruktur. Ketiga, utang pemerintah dapat mendorong peningkatan risiko premium yang dapat menyebabkan peningkatan suku bunga dan dampaknya menyebabkan penurunan laju investasi. Selain melalui tiga jalur tersebut, ada jalur lain bagaimana utang pemerintah mempengaruhi kegiatan perekonomian yaitu melalui
9
ekspektasi inflasi, makroekonomi.
ketidakpastian
yang
besar
dan
kenaikan
volatilitas
Hubungan Defisit Anggaran dan Utang Pemerintah Untuk melihat hubungan antara defisit anggaran dengan utang pemerintah dapat diturunkan dari persamaan defisit anggaran sebagai berikut: 2.1 dimana: Defisit adalah defisit anggaran pemerintah, adalah suku bunga, adalah utang pemerintah periode sebelumnya, adalah pengeluaran pemerintah dan adalah penerimaan pemerintah. Kendala anggaran pemerintah secara sederhana menyatakan bahwa perubahan utang pemerintah selama periode t sama dengan defisit pemerintah selama periode t. Dapat dinyatakan sebagai berikut: 2.2 Implikasi dari persamaan (2.2) bahwa pemerintah menjalankan anggaran yang defisit maka utang pemerintah akan meningkat dan jika pemerintah menjalankan anggaran yang surplus maka utang pemerintah akan turun. Sehingga persamaan (2.1) dapat juga dinyatakan sebagai berikut: 2.3 Kendala anggaran pemerintah menghubungkan perubahan utang pemerintah terhadap utang pemerintah awal dan pengeluaran pemerintah dan pajak yang berlaku. Identitas defisit pada persamaan (2.3) dapat didekomposisi menjadi dua bagian yaitu pembayaran bunga atas utang pemerintah ( dan primary defisit ( sehingga dapat dinyatakan bahwa besarnya perubahan utang pemerintah pada periode t merupakan penjumlahan dari pembayaran utang pemerintah periode sebelumnya dan besarnya defisit primer pemerintah. Dengan memindahkan ke bagian kanan dari persamaan (2.3) maka didapatkan hubungan antara utang pemerintah dan defisit anggaran yaitu: 2.4 Persamaan (2.4) menyatakan bahwa utang pemerintah pada periode t sama dengan (1+r) kali utang pemerintah pada periode sebelumnya ditambah dengan primary defisit selama periode t. Dalam perekonomian dengan output/pendapatan yang selalu tumbuh, maka pembahasan tentang utang lebih difokuskan pada rasio utang pemerintah terhadap ouput/pendapatan. Untuk mendapatkan persamaan rasio utang adalah dengan membagi persamaan (2.4) dengan pendapatan riil, sehingga akan didapatkan persamaan sebagai berikut: 2.5 dengan mengalikan pada masing-masing pembilang dan penyebut maka persamaan (2.5) dapat dinyatakan sebagai berikut: 2.6 Diasumsikan bahwa pertumbuhan output tetap dan dinyatakan dengan g sehingga dapat ditulis dengan ⁄
dan
⁄
, maka
persamaan (2.6) dapat ditulis kembali menjadi: 2.7 2.8
10
Persamaan (2.8) menyatakan bahwa perubahan rasio utang setiap tahun sama dengan jumlah perbedaan antara suku bunga riil dengan tingkat pertumbuhan output dikali dengan rasio utang awal dan rasio defisit primer terhadap PDB. Persamaan diatas mengandung arti bahwa kenaikan rasio utang terhadap PDB akan menyebabkan defisit primer dan suku bunga yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Menurut Todaro dan Smith (2006), pertumbuhan ekonomi merupakan suatu peningkatan kapasitas produksi dalam suatu perekonomian secara terus menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar. Teori pertumbuhan ekonomi dikembangkan menggunakan model Keynes dan fungsi Cobb-Douglas. Keduanya berusaha menghubungkan antara input dan output yang dihasilkan dalam perekonomian secara agregat. Teori pertumbuhan ekonomi yang digunakan diantaranya: Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Harold Domar Harold dan Domar menggunakan model Keynesian untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi dalam perekonomian tertutup. Teori ini merupakan salah satu teori pertumbuhan klasik yang menjelaskan hubungan antara pertumbuhan ekonomi yang ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Bila tabungan dan investasi rendah, pertumbuhan ekonomi masyarakat/negara tersebut juga akan rendah. Model pertumbuhan Harold-Domar didasarkan pada tiga asumsi (Todaro dan Smith 2006), yaitu pertama, bahwa perekonomian menyebabkan terjadi peningkatan tabungan (S) dalam proporsi yang konstan (s) terhadap pendapatan nasional (Y). 2.9 Kedua, perekonomian berada pada keseimbangan, dimana investasi yang direncanakan sama dengan tabungan yang direncanakan. 2.10 Ketiga, investasi dipengaruhi oleh ekspekatsi kenaikan pendapatan nasional dan koefisien teknis tetap v yang dikenal sebagai Incremental Capital Output Ratio (ICOR). 2.11 Pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan pendapatan tiap satuan pendapatan atau dirumuskan sebagai: 2.12 Dengan mensubstitusikan persamaan maka: ⁄ 2.13 Persamaan tersebut menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan PDB ditentukan bersama oleh rasio tabungan dari pendapatan nasional (s) dan rasio
11
capital output (v). Persamaan tersebut menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara positif berkaitan erat dengan tingkat rasio tabungan sehingga lebih banyak bagian pendapatan yang ditabung secara langsung akan meningkatkan pertumbuhan PDB. Tingkat pertumbuhan yang dapat dijangkau pada setiap tingkat tabungan dan investasi adalah banyaknya tambahan output yang didapat dari suatu unit investasi. Penerapan model HarrodDomar bagi negara berkembang sulit untuk dilakukan karena ada asumsi yang tidak dapat dipenuhi yaitu rasio tabungan (s) dan rasio modal output (v) yang tetap. Teori Pertumbuhan Neoklasik Solow Growth Model Teori pertumbuhan Solow merupakan salah satu pelopor dalam teori pertumbuhan Neoklasik yang dapat memberikan pandangan yang dinamis tentang bagaimana tabungan mempengaruhi perekonomian dari waktu ke waktu. Teori ini merupakan modifikasi dari model pertumbuhan Harrod-Domar, yang menyatakan bahwa secara kondisional perekonomian berbagai negara akan bertemu (convergence) pada tingkat pendapatan yang sama. Syarat yang harus dipenuhi adalah negara-negara tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan produktifitas yang sama. Dalam konteks perekonomian terbuka, konvergensi peningkatan pendapatan akan terjadi bila terdapat hubungan perdagangan, investasi dan sebagainya dengan negara lain atau pihak luar. Model pertumbuhan Solow (Solow Growth Model) menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam suatu perekonomian dan bagaimana pengaruhnya terhadap output total barang dan jasa suatu negara (Mankiw 2007). Berdasarkan teori neoklasik, pertumbuhan ekonomi tidak hanya disebabkan oleh penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), tetapi juga dipengaruhi oleh kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan penduduk dan perbaikan pendidikan) dan penyempurnaan teknologi. Pada sisi penawaran, diasumsikan bahwa secara parsial, modal dan tenaga kerja bersifat diminishing return artinya penambahan modal dan tenaga kerja akan menambah output tapi dengan nilai yang semakin menurun. Tetapi jika digunakan bersama-sama bersifat constant return to scale yaitu: sehingga 2.14 Jika dimisalkan bahwa ⁄ maka akan didapatkan fungsi untuk setiap tenaga kerja yaitu: 2.15 Persamaan ini menunjukkan bahwa output per pekerja adalah fungsi dari modal per pekerja. Pada sisi permintaan, analisis dimulai dengan konsumsi per pekerja dan investasi per pekerja , sedangkan pemerintah dan ekspor bersih tidak dimasukkan. Sehingga identitas penghitungan pendapatan nasional per pekerja adalah sebagai berikut: 2.16 Jika tingkat tabungan adalah s dan tingkat konsumsi adalah (1-s), maka: 2.17 dan
12
2.18 artinya investasi per pekerja sama dengan tabungan per pekerja. Model ini merupakan model awal dari teori pertumbuhan Solow dengan mengasumsikan bahwa hanya tabungan yang menjadi variable eksogennya. Model Solow menunjukkan bahwa jika tingkat tabungan tinggi, perekonomian akan memiliki persediaan modal besar dan tingkat output tinggi. Jika tingkat tabungan rendah, perekonomian akan memiliki persediaan modal kecil dan tingkat output rendah. Model Solow dasar menunjukkan bahwa akumulasi modal sendiri tak bisa menjelaskan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, tingkat tabungan tinggi menyebabkan pertumbuhan tinggi sementara, tapi perekonomian akhirnya mendekati kondisi mapan di mana modal dan output konstan. Untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan maka model Solow akan diperluas dengan memasukkan variabel eksogen pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi. Hubungan Utang dan Pertumbuhan Ekonomi Dalam melihat hubungan antara utang dengan pertumbuhan ekonomi, terdapat tiga kelompok yang berbeda. Ketiga kelompok tersebut adalah kaum Keynesian, Neoklasik dan Ricardian Equivalence. Kelompok Keynesian Kelompok pertama adalah kaum Keynesian yang berpendapat bahwa defisit fiskal/utang mempengaruhi perekonomian. Kelompok Keynesian ditelaah oleh Eisner (1989) dan Bernheim (1989). Paham ini melihat kebijakan peningkatan anggaran belanja yang dibiayai dengan utang akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi akibat naiknya permintaan agregat sebagai pengaruh lanjut dari terjadinya akumulasi modal. Menurut kaum Keynesian, defisit anggaran akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, dan konsumsi pada giliran berikutnya. Defisit anggaran yang dibiayai utang, yang berarti beban pajak pada masa sekarang relatif menjadi lebih ringan, akan menyebabkan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan. Peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan akan meningkatkan konsumsi dan sisi permintaaan secara keseluruhan. Jika perekonomian belum dalam kondisi kesempatan penuh, peningkatan sisi permintaan akan mendorong produksi dan selanjutnya peningkatan pendapatan nasional. Pada periode selanjutnya, peningkatan pendapatan nasional akan mendorong perekonomian melalui efek multiplier Keynesian dan karena defisit anggaran meningkatkan konsumsi dan tingkat pendapatan sekaligus, tingkat tabungan dan akumulasi kapital juga akan meningkat. Menurut kaum Keynesian secara keseluruhan, defisit anggaran dan utang dalam jangka pendek akan menguntungkan perekonomian dengan adanya pertumbuhan ekonomi. Kelompok Neoklasik Kelompok Neoklasik mengkritisi pendapat dari kelompok Keynesian dengan melakukan perluasan lebih lanjut pada model Keynes yaitu dengan melihat dampak defisit fiskal dalam jangka panjang. Menurut Barsky et al. (1986), mengindikasikan bahwa kenaikan utang untuk membiayai pengeluaran pemerintah hanya menaikkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang tidak akan mempunyai dampak yang signifikan akibat
13
adanya crowding out, yaitu keadaan di mana terjadi overheated dalam perekonomian yang menyebabkan investasi swasta berkurang yang pada akhirnya akan menurunkan PDB. Kelompok ini berpendapat bahwa setiap individu mempunyai informasi yang cukup, sehingga mereka dapat merencanakan tingkat konsumsi sepanjang waktu hidupnya. Defisit anggaran dengan pemotongan pajak akan meningkatkan tingkat konsumsi sepanjang waktu hidupnya. Defisit anggaran akan meningkatkan tingkat konsumsi dalam jangka panjang dengan cara membebankan pajak untuk generasi berikutnya. Jika seluruh sumber daya secara penuh dapat digunakan, maka peningkatan konsumsi akan menurunkan tingkat tabungan dan suku bunga akan meningkat. Peningkatan suku bunga akan mendorong permintaan investasi swasta menurun, sehingga kaum Neoklasik menyimpulkan bahwa dalam kondisi kesempatan kerja penuh, defisit anggaran yang permanen akan menyebabkan investasi swasta tergusur (crowding out). Sehingga besaran pengganda pada model Keynes akan berkurang karena adanya crowding out. Secara umum kaum Neoklasik berpendapat bahwa defisit anggaran dan utang akan merugikan perekonomian dengan mengurangi tingkat pertumbuhan ekonomi. Teori Ricardian Equivalence (RE) Kaum Ricardian dengan teorinya Ricardian Equivalence (RE) berpendapat bahwa defisit anggaran tidak akan mempunyai pengaruh apa-apa terhadap perekonomian. Konsep Ricardian Equivalence Hypothesis (REH) menjadi bahan perdebatan yang sangat menarik di dunia akademik. Teori ini berasal David Ricardo’s Funding Sistem dan dikemukakan kembali oleh Barro (1989) sehingga sering diberi nama Ricardo-Barro Preposition. Preposisi Ricardo Barro berdasarkan pada asumsi: intergenerational altruism atau immortality, perfect capital markets, lump sum taxation, dan kondisi bahwa tingkat utang tidak lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi. Inti dari preposisi ini menyatakan bahwa pembiayaan defisit anggaran pemerintah dengan utang pemerintah berdampak netral terhadap aktifitas ekonomi (Blanchard 2011). Pemahaman Ricardian menurut Barro (1989) dan Evans (1988) menjelaskan bahwa kebijakan utang untuk membiayai defisit anggaran belanja pemerintah tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekokomi. Hal ini terjadi karena efek pertumbuhan pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan utang pemerintah harus dibayar oleh pemerintah pada masa yang akan datang dengan kenaikan pajak. Oleh karena itu, masyarakat akan mengurangi konsumsinya pada saat sekarang untuk memperbesar tabungan yang selanjutnya digunakan untuk membayar kenaikan pajak pada masa yang akan datang. REH mengajukan hipotesis bahwa beberapa kebijakan pemerintah tidak akan membawa dampak yang penting bagi perekonomian (neutrality preposition). REH mengkombinasikan dua pendekatan fundamental, yaitu kendala anggaran pemerintah dan Permanent Income Hypothesis (PIH). Kendala anggaran pemerintah menyatakan apabila pengeluaran pemerintah tidak mengalami perubahan maka tingkat pajak yang rendah sekarang akan diimbangi oleh kenaikan pajak di kemudian hari. Adapun PIH menyatakan bahwa rumah tangga akan mendasarkan keputusan konsumsinya berdasarkan permanent income yang besarnya sangat tergantung oleh nilai sekarang pendapatan setelah pajak. Pembiayaan defisit anggaran dengan memotong pajak sekarang akan
14
mempengaruhi beban pajak di kemudian hari, tetapi tidak dalam nilai sekarang sehingga pemotongan pajak tidak akan mengubah permanent income atau konsumsi. Neutrality preposition harus ditanggapi dengan sangat hati-hati, walaupun suku bunga tak berubah karena penerbitan obligasi negara, tetapi suku bunga dapat mengalami perubahan karena adanya tambahan pengeluaran pemerintah. Barro (1989) mengemukakan argumen bahwa setiap pembiayaan defisit anggaran dengan penerbitan obligasi negara akan diimbangi oleh kenaikan pajak di masa mendatang. Kenaikan tingkat ajak tidak perlu membuat masyarakat takut terhadap kemakmurannya (wealth) karena kenaikan pajak pada periode mendatang akan diantisipasi dengan meningkatkan tabungan sekarang dan mengurangi konsumsi sekarang. Implikasinya, individu tidak menggunakan semua kekayaannya (pendapatannya) untuk meningkatkan konsumsinya karena penerbitan obligasi negara. Individu akan menyimpan seluruhnya untuk mengantisipasi kenaikan beban pajak di kemudian hari sehingga hal itu tidak akan menaikkan permintaan terhadap barang dan jasa. REH berpendapat bahwa perubahan dalam pajak dan pembiayaan defisit anggaran mempunyai dampak yang sama bagi variabel makro (terutama konsumsi swasta). REH dibangun dari premis bahwa penerbitan obligasi Negara pada saat ini selalu disertai dengan rencana kenaikan pajak di masa mendatang. Pembiayaan utang pemerintah diasumsikan hanya mengalami perubahan sesuai dengan perubahan perpajakan sehingga konsumsi agregat akan tetap. Dalam kerangka pemikiran REH individu mengasumsikan pajak yang akan datang sama dengan besarnya beban utang pemerintah (Barro 1989). Teori Kurva Laffer Utang Teori ini menggambarkan efek akumulasi utang terhadap pertumbuhan PDB. Menurut teori ini, pada dasarnya utang diperlukan pada tingkat yang wajar. Penambahan utang akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sampai pada satu titik atau batas tertentu. Pada kondisi tersebut utang merupakan kebutuhan normal setiap negara. Namun, pada saat stok utang telah melebihi batas tersebut maka penambahan utang mulai membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena akumulasi utang yang tinggi dapat berakibat buruk terhadap perekonomian melalui tereduksinya kemampuan membayar utang. Pembayaran Utang yang diharapkan
Kondisi Debt Overhang
Jumlah Utang
Sumber: Pattillo et al. (2002) Gambar 1 Kurva Laffer
15
Kurva Laffer menunjukkan dua bagian dari kurva, yaitu “good side” pada bagian kiri dari kurva dan “wrong side” pada bagian kanan dari kurva. Pada bagian “good side” menunjukkan kondisi peningkatan nilai pembayaran pinjaman sedangkan bagian “wrong side” menunjukkan kondisi dimana negara tidak memiliki kemampuan untuk membayar pinjaman secara penuh dan pembayaran aktual tergantung pada pelaksanaan kebijakan ekonomi. Tinjauan Empiris Hubungan antara Utang dan Pertumbuhan Ekonomi Penelitian tentang hubungan antara utang pemerintah dengan pertumbuhan sampai saat ini lebih fokus pada peranan utang luar negeri dan berfokus pada negara berkembang. Setelah terjadinya krisis ekonomi Eropa penelitian tentang dampak utang pemerintah mulai berkembang untuk kawasan negara maju seperti kawasan Uni Eropa. Penelitian Schclarek (2004) berusaha menganalisis hubungan antara utang dan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dan industri. Hasil penelitian menyebutkan bahwa untuk negara berkembang, utang luar negeri berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi dimana paling besar disebabkan oleh utang luar negeri pemerintah. Penelitian yang sama dilakukan oleh Kumar dan Woo (2010) yang menganalisis hubungan antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Cakupan penelitian ini meliputi negara maju dan berkembang selama 40 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berkebalikan antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan utang pemerintah sebesar 10 persen berhubungan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.2 persen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan untuk negara maju dan berkembang, di mana untuk negara maju penurunan pertumbuhan ekonomi akan lebih kecil jika dibandingkan dengan negara berkembang. Misztal (2010) dalam penelitiannya di Uni Eropa mendapatkan hasil bahwa jika rasio utang terhadap PDB mencapai 60 persen maka terdapat hubungan positif antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi tetapi jika rasionya diatas 60 persen maka akan terdapat hubungan yang negatif. Penelitian Rais dan Anwar (2012) bertujuan untuk meneliti dampak utang pemerintah terhadap perekonomian di Pakistan dan didapatkan hasil bahwa utang domestik maupun luar negeri berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Penelitian tentang utang pemerintah kembali menjadi perbincangan yang menarik ketika krisis ekonomi melanda Uni Eropa pada pertengahan tahun 2009. Krisis ekonomi yang melanda Eropa dimulai dengan terjadinya peningkatan defisit fiskal yang berakibat terhadap peningkatan utang pemerintah negaranegara di Uni Eropa. Rasio utang pemerintah terhadap PDB yang semakin besar membuat performa perekonomian di Uni Eropa mengalami penurunan. Beberapa penelitian kemudian muncul untuk meneliti berapa tingkat rasio utang yang aman untuk negara tersebut dan bagaimana dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian Reinhart dan Rogoff (2010) didapatkan hasil bahwa hubungan antara utang pemerintah dan pertumbuhan PDB riil lemah untuk rasio utang terhadap PDB dibawah 90 persen, sedangkan untuk yang diatas 90
16
persen maka median rata-rata pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar satu persen. Penelitian Baum et al. (2013) bertujuan untuk melihat hubungan antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek di 12 negara Uni Eropa dengan menggunakan data periode 1990-2010. Penelitian ini menggunakan model panel dinamis dengan menggunakan data pertumbuhan PDB per kapita riil, rasio utang terhadap PDB dan menggunakan variabel kontrol yaitu gross fixed capital formation (sebagai share dari PDB), dan keterbukaan perdagangan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dalam jangka pendek utang pemerintah berhubungan secara positif dengan pertumbuhan ekonomi tetapi pertumbuhan ekonomi akan turun mendekati nol saat rasio utang pemerintah berkisar 67 persen. Untuk rasio utang diatas 95 persen dampak dari penambahan utang terhadap perekonomian adalah negatif. Hasil positif dalam jangka pendek akan berkurang ketika tingkat utang tinggi sehingga implikasinya saat rasio utang sangat tinggi maka menguranginya akan bermanfaat pada pertumbuhan ekonomi tahunan. Bentuk Hubungan antara Utang dan Pertumbuhan Ekonomi Hubungan antara utang dan pertumbuhan menjadi masalah yang menarik lainnya. Selama beberapa waktu, banyak peneliti yang menganggap bahwa hubungan utang dengan pertumbuhan berbentuk linier tetapi belakangan banyak penelitian yang melihat adanya hubungan yang non-linier negatif antara utang dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian Pattilo et al. (2002) mencoba untuk melihat bentuk hubungan antara utang dengan pertumbuhan yang hasilnya bahwa bentuknya adalah nonlinier. Penelitian yang serupa dilakukan oleh Egert (2012) yang mencoba untuk melihat hubungan antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di negara maju dan berkembang dengan menggunakan tiga data set. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan nonlinier negatif antara utang dengan pertumbuhan ekonomi tetapi sangat sensitif terhadap dimensi waktu dan cakupan negara. Penelitian Checherita-Westphal dan Rother (2012) bertujuan untuk melihat dampak rata-rata dari utang pemerintah terhadap pertumbuhan PDB per kapita pada 12 negara di Uni Eropa selama kurun waktu 40 tahun. Penelitian ini melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Selain itu penelitian ini juga mencoba untuk menganalisa melalui jalur mana utang pemerintah berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan berbagai macam model panel yaitu fixed effect dan generalized methods of moments (GMM). Dalam modelnya Checherita-Westphal menggunakan dua bentuk utang yaitu bentuk linier dan non-linier dengan memasukkan kuadrat dari variabel utang ke dalam model. Dalam modelnya juga memasukkan variabel kontrol yaitu indikator fiskal, suku bunga jangka panjang dan indicator keterbukaan perdagangan. Model yang dibangun berdasarkan persamaan konvergensi yang menghubungkan pertumbuhan PDB per kapita dengan tingkat pendapatan per kapita, tingkat tabungan dan pertumbuhan penduduk. Kemudian dikembangkan dengan memasukkan rasio utang pemerintah ke dalam model. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi adalah nonlinier berbentuk kurva U terbalik dengan titik baliknya pada rasio utang 90–100 persen.
17
Banyak bukti empiris menemukan tingkat rasio utang yang berbeda-beda saat efek utang terhadap pertumbuhan ekonomi berubah menjadi negatif. Pattilo et al. (2002) menemukan bahwa titik kritis untuk 93 negara berkembang berkisar pada 35-40 persen, Clements et al. (2003) dalam penelitian untuk 55 negara LICs mencoba mengestimasi tingkat rasio sebesar 50 persen sedangkan Elbadawi et al. (1997) menemukan tingkat rasio sebesar 97 persen. Hasil yang berbeda-beda ini dikarenakan cakupan negara yang berbeda dan penggunaan variabel yang berbeda. Jalur Utang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Pertanyaan yang menarik tentang utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi adalah menganalisis melalui jalur mana utang pemerintah akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu jalur utama utang yang tinggi akan memperburuk perekonomian adalah melalui efek debt overhang yaitu suatu kondisi dimana beban utang yang besar akan menggusur investasi. Debt overhang dapat menimbulkan disinsentive pada investasi modal manusia dan teknologi baru melalui efek crowding out dan uncertainty (Presbitero 2006). Efek crowding out akan menyebabkan penurunan investasi sedangkan uncertainty akan menyebabkan terjadinya misalokasi sumber daya yang akan menurunkan efisiensi dan produktifitas dari modal. Penelitian yang menganalisis jalur utang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dilakukan Schclarek (2004). Dalam penelitiannya, Schclarek (2004) mencoba melihat dampak utang terhadap sumber-sumber pertumbuhan ekonomi (TFP, pertumbuhan modal dan tingkat tabungan swasta) di negara berkembang dan negara industri. Untuk negara berkembang, ditemukan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara indikator utang yang digunakan dengan pertumbuhan TFP, terdapat hubungan yang linier dan signifikan antara indikator utang yang digunakan dengan pertumbuhan modal per kapita, sedangkan hubungan antara tingkat tabungan swasta dan utang tidak terlalu kuat. Untuk negara industri, tidak terdapat hubungan antara pertumbuhan TFP dan pertumbuhan modal dengan utang tetapi terdapat hubungan linier dan negatif antara tingkat tabungan swasta dan utang. Penelitian Presbitero (2006) menemukan hasil bahwa utang menurunkan pertumbuhan bukan melalui jalur investasi tetapi melalui jalur TFP. Penelitian Checherita-Westphal dan Rother (2012) menemukan hasil bahwa utang pemerintah berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi melalui tabungan swasta, investasi pemerintah dan total faktor productivity (TFP). Ringkasan mengenai penelitian terdahulu disajikan dalam Lampiran 1. Posisi Penelitian terhadap Penelitian yang Lain Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan ChecheritaWestphal dan Rother (2012) yang melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di Uni Eropa. Penelitian ini mencakup kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 untuk melengkapi penelitian-penelitian terdahulu karena dari hasil kajian studi empiris terhadap penelitian terdahulu didapatkan kesimpulan bahwa penelitian yang khusus membahas kawasan ini masih sedikit dilakukan (Tabel 3) dan Lampiran 1. Data utang pemerintah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dataset yang dikumpulkan oleh Abbas et al. (2010) berbeda dengan penelitian yang menjadi acuan.
18
Tabel 3
Rekapitulasi penelitian terdahulu tentang dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi
Peneliti dan Cakupan Penelitian Makin, 2005 (ASEAN-4)
Misztal, 2010 (Uni Eropa) Furceri dan Zdzienicka, 2011 (154 negara) Egert, 2012 Negara Maju dan Berkembang (17902009) Checherita-Westphal dan Rother, 2012 (12 negara Uni Eropa )
Tujuan Dampak utang terhadap kondisi makroekonomi Hubungan utang pemerintah dan growth Hubungan jangka pendek dan panjang dari krisis utang dan growth Hubungan nonlinier antara utang dan growth
Data Utang Debt imbalance, utang pemerintah Utang pemerintah Data krisis utang
Utang pemerintah
Metode Analitis Deskriptif
VAR dan Granger Causality Model Panel two step GMM Panel
Hubungan linier dan nonlinier antara utang dan growth dan jalur dampaknya
Utang pemerintah sebagai rasio terhadap PDB
Hubungan antara utang yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi serta inflasi Hubungan utang pemerintah dan growth dalam jangka pendek
Data utang pemerintah dan utang luar negeri Utang pemerintah
Panel dinamis
Presbitero, 2006 (69 negara berkembang)
Hubungan linier negatif antara utang dan growth
utang luar negeri pemerintah NPV
Panel Dinamis
Patiilo et al., 2004 (61 negara berkembang)
Jalur bagaimana utang berdampak terhadap growth dan adanya nonlinier negatif dampak utang
Utang pemerintah
Panel Dinamis
Reinhart dan Rogoff, 2010 (44 negara maju dan berkembang) Baum et al., 2013 (12 negara Uni Eropa)
Hasil Analisis
Panel Statis Fixed dan panel dinamis GMM
Ada hubungan positif antara utang dan growth Krisis utang berhubungan negatif dengan output Ada hubungan nonlinier negatif antara utang dan growth Ada hubungan nonlinier negatif antara utang dan growth dan jalurnya melalui tabungan swasta, investasi pemerintah dan TFP Utang berpengaruh negatif terhadap growth
Utang berhubungan positif tetapi saat rasionya diatas 67 persen hubungannya menjadi negatif Terdapat hubungan linier negatif antara utang dan growth tetapi tidak terbukti adanya hubungan nonlinier Utang berdampak terhadap growth melalui akumulasi modal fisik dan TFP.
Dalam penelitian ini juga akan dilakukan analisis komparasi antara dua kawasan yaitu Uni Eropa dan ASEAN+6. Beberapa penelitian terdahulu
19
melakukan analisis terpisah untuk membedakan antara negara maju dan berkembang sedangkan dalam penelitian ini akan digunakan dummy kawasan untuk melihat apakah terdapat perbedaan dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi di antara kedua kawasan. Cakupan negara di kawasan Uni Eropa lebih luas jika dibandingkan dengan penelitian Checherita-Westphal dan Rother (2012). Pemilihan negara di kawasan ASEAN+6 ditentukan berdasarkan pemikiran bahwa negara-negara tersebut juga mempunyai kecenderungan yang sama dengan negara Uni Eropa yaitu mempunyai peningkatan rasio utang pemerintah.
Kerangka Pemikiran Alur pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan alir sebagaimana disajikan pada Gambar 2. Diawali dengan adanya krisis ekonomi yang melanda negara-negara di kawasan Uni Eropa. Krisis tersebut berawal dari adanya krisis utang dan sangat berdampak terhadap perekonomian negara-negara bukan hanya di kawasan tersebut tetapi juga menjadi krisis global hampir di semua negara. Peningkatan utang pemerintah tersebut memberikan dampak yang buruk terhadap perekonomian negara di kawasan krisis tersebut berupa terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi. Bahkan krisis Eropa juga mempengaruhi perekonomian global dimana hampir semua negara di dunia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi setelah krisis utang tersebut menjadi pembicaraan yang menarik bagi pengambil kebijakan untuk melihat apakah peningkatan utang pemerintah akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Ide awal penarikan utang oleh pemerintah untuk membiayai defisit anggaran adalah untuk mendorong permintaan masyarakat yang dampaknya akan mendorong peningkatan output dan dampak akhir adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi. Krisis utang yang melanda membuat banyak kalangan berpikir kembali tentang dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi. Akan tercapainya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 yang memberikan gagasan adanya aliran barang, jasa, tenaga kerja terampil dan aliran modal serta investasi yang lebih bebas menjadikan krisis utang yang terjadi di kawasan Uni Eropa kemungkinan akan terjadi di kawasan ASEAN+6. Hal tersebut disebabkan oleh adanya trend peningkatan utang pemerintah selama period 1985-2010. Utang pemerintah dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui banyak jalur diantaranya melalui tabungan, investasi, dan suku bunga. Peningkatan utang pemerintah sebagai dampak dari peningkatan defisit pemerintah akan menyebabkan penurunan tabungan nasional karena pemerintah harus membayar utang dan bunga utang sehingga hanya sedikit bagian dari pendapatan nasional yang akan ditabung. Pada rumah tangga, peningkatan defisit dan utang akan menyebabkan mereka mengurangi konsumsinya karena pembiayannya akan diambil dari peningkatan pajak di masa depan. Peningkatan defisit juga akan mendorong kenaikan suku bunga dan dampaknya akan menyebabkan penurunan investasi. Peningkatan utang juga akan membuat resiko
20
premium suatu negara mengalami peningkatan dan akibatnya akan meningkatkan suku bunga dan dampaknya akan menurunkan investasi dan output. Model pertumbuhan ekonomi Solow menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh adanya faktor modal fisik yaitu tabungan dan investai dan modal manusia yaitu penduduk. Selain itu perkembangan teknologi juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dengan memasukkan utang pemerintah ke dalam model pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dampak peningkatan utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Setelah dilakukan pengujian, diharapkan penyusunan kebijakan akan lebih tepat, efektif dan efisien untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari utang pemerintah terhadap perekonomian suatu negara.
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian Hipotesis Penelitian 1. Utang pemerintah berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Dampak negatif utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi ditransmisikan melalui tabungan, investasi dan pertumbuhan total factor productivity (TFP).
3 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Data yang dikumpulkan tersebut merupakan data panel dengan time series tahunan periode 1985-2010 dan cross section 19 negara di kawasan Uni Eropa dan 11 negara di ASEAN+6. Negara di kawasan Uni Eropa yang dicakup dalam penelitian ini yaitu Austria, Belgia, Cyprus, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Luxemberg, Belanda, Portugal, Polandia, Spanyol, Swiss, Swedia dan Inggris. Negara ASEAN+6 yang dicakup yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand, China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru. Data yang digunakan adalah data tahunan periode tahun 1985-2010. Data tersebut terdiri dari pertumbuhan ekonomi, GDP riil, utang pemerintah, investasi, pertumbuhan penduduk, indikator fiskal yang diwakili oleh penerimaan pemerintah dan keseimbangan anggaran pemerintah, keterbukaan perdagangan yang diwakili oleh total ekspor dan impor sebagai rasio terhadap PDB dan suku bunga jangka panjang mewakili efisiensi kebijakan moneter. Data utang pemerintah menggunakan dataset yang dikumpulkan oleh Abbas et al. (2010). Data lainnya yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari World Bank (WDI),IMF dan sumber-sumber lainnya. Untuk melengkapi bahan-bahan dan sumber, penulis menggunakan kajian literatur berupa buku teks dan jurnal-jurnal tentang permasalahan yang diteliti. Variabel yang digunakan dan sumbernya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian serta sumbernya Variabel Pertumbuhan Ekonomi (g)
Keterangan Sumber Persen per jumlah World Bank penduduk PDB Riil per kapita (GDP) Internasional $ World Bank (PPP 2005=100) Utang pemerintah (debt) Persen PDB Abbas et al. (2010) Investasi (investasi) Persen PDB World Bank Pertumbuhan penduduk (pop) Persen World Bank Angka partisipasi sekolah menengah Persen Barro dan Lee (aps) dan World Bank Keseimbangan pemerintah (balance) Persen PDB World Bank dan OECD Penerimaan pemerintah (revenue) Persen PDB World Bank dan OECD Keterbukaan perdagangan (open) Persen PDB World Bank Suku Bunga jangka panjang (lir) Persen IMF dan Bank Sentral
22
Metode Analisis Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan bantuan tabel dan grafik. Analisis deskriptif eksploratif dalam penelitian ini digunakaan untuk mencapai tujuan pertama penelitian ini yaitu memberikan gambaran mengenai perkembangan utang pemerintah di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 selama periode 1985-2010. Analisis Data Panel Data panel yang digunakan dalam analisis ini adalah data panel pada level negara. Data panel adalah data yang memiliki dimensi ruang (individu) dan waktu yang merupakan gabungan antara data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Jika setiap unit cross section memiliki jumlah observasi time series yang sama maka disebut sebagai balanced panel. Sebaliknya jika jumlah observasi berbeda untuk setiap unit cross section maka disebut unbalanced panel. Baltagi (2005) mengungkapkan bahwa penggunaan data panel memberikan banyak keuntungan, diantaranya sebagai berikut: (i) mampu mengontrol heterogenitas individu; (ii) memberikan informasi yang lebih banyak dan beragam, meminimalkan masalah kolinieritas (collinearity), meningkatkan jumlah derajat bebas dan lebih efisien; (iii) lebih baik dalam studi dynamics of adjustment; (iv) lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat dideteksi oleh data cross section atau time series murni; dan (v) dapat digunakan untuk mengonstruksi danmenguji model perilaku yang lebih kompleks dibandingkan data cross section atau time series murni. Kendati demikian, analisis data panel juga memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan dalam penggunaannya, khususnya apabila data panel dikumpulkan atau diperoleh dengan metode survei. Permasalahan tersebut antara lain: (i) relatif besarnya data panel karena melibatkan komponen cross section dan time series menimbulkan masalah desain survei, pengumpulan dan manajemen data, di antaranya coverage, nonresponse, kemampuan daya ingat responden (recall), frekuensi, dan waktu wawancara; (ii) distorsi kesalahan pengamatan (measurement error) yang umumnya terjadi karena kegagalan respon, seperti pertanyaan yang tidak jelas, ketidaktepatan informasi, dan lain-lain; (iii) masalah selektivitas, yakni selfselectivity, nonresponse, attrition (jumlah responden yang terus berkurang pada survei lanjutan); dan (iv) cross section dependence yang dapat mengakibatkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak tepat (misleading inference). Data Panel Statis Data panel dapat didefinisikan sebagai observasi berulang pada setiap unit cross section yang sama. Data panel memiliki karakteristik di mana N > 1 dan T > 1. Sebagai contoh, merupakan nilai variabel dependen untuk unit cross ke-I pada waktu ke-t dengan I = 1, 2, …, N dan t = 1, 2, …, T dan misalkan terdapat K variabel penjelas yang masing-masing diberi indeks j = 1, 2, …, K serta
23
dinotasikan sebagai ke-i pada waktu ke-t.
, yang menyatakan nilai variabel penjelas ke-j untuk unit
Cara yang sering digunakan untuk mengorganisir data panel adalah dengan menuliskannya ke dalam bentuk matriks sebagai berikut:
[
];
; [
[
]
3.1
]
dengan menyatakan gangguan acak untuk unit ke-i pada waktu ke-t. Selanjutnya data tersebut dapat disederhanakan dalam bentuk stack sebagai berikut:
[
];
[
];
[
]
3.2
Dengan y adalah matriks berukuran NT x 1, X adalah matriks berukuran NT x K, dan adalah matriks berukuran NT x 1. Model standard data panel linier dapat diekspresikan sebagai: 3.3 adalah matriks berukuran NT x 1 yang diekspresikan sebagai:
dengan
[
]
3.4
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam data panel yaitu Fixed Effects Model (FEM) dan Random Effect Model (REM). Kedua model ini dibedakan berdasarkan pada asumsi ada atau tidak ada korelasi antara komponen error dengan peubah bebas (Firdaus 2011). a. Fixed Effects Model (FEM) Pada model FEM, terdapat pola yang tidak acak atau korelasi antar efek individu dan peubah penjelas dengan sehingga komponen error dari efek individu dan waktu menjadi bagian dari intersep. Model efek tetap umumnya digunakan ketika terdapat korelasi antara intersept individual dan variabel independen dan atau ketika N relatif kecil dan T relatif besar. Secara umum model ini dapat diekspresikan sebagai: 3.5 dengan asumsi bahwa . Penduga dari model ini mampu menjelaskan perbedaan atau variasi antar individu (differences within individual), karena model ini memungkinkan adanya perbedaan intersep pada setiap i.
24
Penduga dari model ini ditentukan sebagaimana penduga least square dalam regresi namun dalam bentuk deviasi rata-rata individual. Menurut Verbeek (2000), dugaan untuk parameter dengan menggunakan FEM dapat diformulasikan sebagai: ̂ ̅ ̅ ̅ ∑ ∑ ∑ ∑ ̅ 3.6 Sedangkan estimasi untuk intersep ̅ ̂ ; i = 1, …, N ̂ ̅
dituliskan sebagai: 3.7
Pada dasarnya, FEM lebih menekankan pada perbedaan di antara individu, yakni menjelaskan bagaimana berbeda dari ̅ , dan tidak menjelaskan kenapa ̅ berbeda dari ̅ (Verbeek 2000). Di sisi lain, asumsi parametrik mengenai , menekankan bahwa perubahan yang terjadi dalam X memiliki pengaruh yang sama, apakah perubahan dari satu period ke periode lainnya atau perubahan dari satu individu ke individu lainnya. Penduga pada FEM dapat dihitung dengan beberapa teknik sebagai berikut: 1. Pooled Least Square (PLS), pendekatan ini menggunakan gabungan seluruh data (pooled) atau menggabungkan data cross section dan time series murni. Ketika data digabungkan menjadi pool data, regresi yang dihasilkan cenderung lebih baik dibandingkan regresi yang menggunakan data cross section dan time series murni.tetapi dengan menggabungkan data maka variasi atau perbedaan, baik antara individu dan waktu, tidak dapat terlihat. Model PLS akan menghasilkan penduga yang bias karena kesalahan spesifikasi data. 2. Within Group (WG), pendekatan ini digunakan untuk mengatasi masalah bias pada PLS. Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan devasi dari rata-rata individu. Kelebihan dari WG adalah dapat menghasilkan parameter yang tidak bias namun kelemahannya adalah nilai varian parameter tersebut relatif lebih besar dari parameter PLS sehingga dugaan WG relatif lebih tidak efisien. Selain itu, penedekatan WG tidak memiliki intersep sehingga tidak mengakomodir karakteristik time-invariant pada FEM. 3. Least Square Dummy Variable (LSDV), pendekatan ini menggunakan dummy variable untuk dapat merepresantasikan perbedaan intersep. Kelebihan dari pendekatan LSDV adalah dapat menghasilkan dugaan parameter yang tidak bias dan efisien namun kelemahannya adalah jika jumlah unit observasinya besar maka terlihat cumbersome. b. Random Effect Model (REM) REM digunakan ketika efek individu dan efek waktu tidak berkorelasi dengan . Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu akan dimasukkan ke dalam error. Model umum yang digunakan untuk one way error component adalah sedangkan untuk two way error component adalah . Dalam REM, perbedaan karakteristik individu diakomodasi oleh error dalam model. REM umumnya digunakan bila N relatif besar dan T relatif kecil. Secara umum model ini dapat diekspresikan sebagai: 3.8
25
dengan dan memiliki rata-rata nol. Dalam hal ini, merepresentasikan gangguan individu (individual disturbance) yang tetap sepanjang waktu. Untuk menduga REM umumnya digunakan metode generalized least square (GLS). Pemilihan Model (Hausman Test) Pemilihan model yang digunakan dalam sebuah penelitian perlu dilakukan berdasarkan pertimbangan statistik. Dalam memilih apakah fixed atau random effects yang lebih baik, dilakukan pengujian terhadap asumsi ada tidaknya korelasi antara regresor dan efek individu. Untuk menguji asumsi ini dapat digunakan uji Hausman. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: | atau REM adalah model yang tepat | atau FEM adalah model yang tepat Nilai ststistik uji Hausman dibandingkan dengan nilai statistik Chi Square. Statistik Hausman dirumuskan sebagai berikut: Dimana M adalah matriks kovarian untuk parameter dan k adalah derajat bebas. tabel, maka cukup bukti untuk melakukan Jika nilai H lebih besar dari penolakan terhadap sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya. Data Panel Dinamis Menurut Indra (2009), relasi di antara variabel-variabel ekonomi pada kenyataannya banyak yang bersifat dinamis. Analisis data panel dapat digunakan pada model yang bersifat dinamis dalam kaitannya dengan anakisis penyesuaian dinamis (dynamic of adjustment). Hubungan dinamis ini dicirikan oleh keberadaan lag variabel dependen di antara variabel-variabel regresor. Sebagai ilustrasi, perhatikan model data panel dinamis sebagai berikut: ; i=1,…,N; t=1,…,T
3.9
dengan menyatakan suatu skalar, menyatakan matriks berukuran 1 x K dan matriks berukuran K x 1. Dalam hal ini, diasumsikan mengikuti model one way error component sebagai berikut: 3.10 dengan ( ) menyatakan pengaruh individu dan menyatakan gangguan yang saling bebas satu sama lain atau dalam beberapa teratur disebut sebagai transient error. Dalam model data panel statis, dapat ditunjukkan adanya konsistensi dan efisiensi baik pada Fixed Effect Model (FEM) maupun Random Effect Model (REM) terkait perlakuan terhadap . Dalam model dinamis, situasi ini secara substansi sangat berbeda, karena merupakan fungsi dari maka juga merupakan fungsi dari . Karena adalah fungsi dari maka akan terjadi relasi antara variabel regresor dan , hal ini akan menyebabkan penduga least square (sebagaimana digunakan pada model data panel statis) menjadi bias dan inkonsisten, bahkan bila tidak berkorelasi serial sekalipun. Hal ini berakibat munculnya masalah endogeneity, sehingga bila model diestimasi dengan
26
pendekatan fixed effects maupun random effect akan menghasilkan penduga yang bias dan tidak konsisten (Firdaus 2011). Untuk mengilustrasikan kasus tersebut, berikut diberikan model data panel autoregresif (AR(1)) tanpa menyertakan variabel eksogen. ;| | 3.11 di mana ( ) dan saling bebas dengan satu sama lain. Penduga fixed effect bagi diberikan oleh ∑
∑ ∑
̅
̅
∑
3.12
̅
⁄ ∑ ⁄ ∑ dengan ̅ dan ̅ Untuk menganalisis sifat dari ̂ , dapat disubstitusi persamaan (3.11) ke dalam persamaan (3.12) untuk memperoleh persamaan di bawah ini: ⁄
̂
∑ ⁄
∑ ∑
̅
̅
∑
̅
3.13
Penduga ini bersifat bias dan inkonsisten untuk dan T tetap, bentuk pembangian pada persamaan diaas (3.13) tidak memiliki nilai harapan nol dan tidak konvergen menuju nol bila . Secara khusus, hal ini dapat menunjukkan bahwa: ∑
∑ ̅
(
̅
)
3.14
sehingga untuk T tetap, akan dihasilkan penduga yang inkonsisten. Untuk memecahkan masalah ini, Arellano dan Bond mengusulkan pendekatan method of moments atau yang biasa disebut dengan Generalized method of moments (GMM). Pendekatan GMM merupakan salah satu yang popular karena adanya dua alasan yang mendasari yaitu: pertama, GMM merupakan common estimator dan memberikan kerangka yang lebih bermanfaat untuk perbandingan dan penilaian. Kedua, GMM memberikan alternative yang sederhana terhadap estimator lainnya, terutama terhadap maximum likelihood. Namun demikian, penduga GMM juga tidak terlepas dari kelemahan. Adapun beberapa kelemahan metode ini, yaitu: (i) GMM estimator adalah asymptotically efficient dalam ukuran contoh besar tetapi kurang efisien dalam ukuran contoh yang terbatas (finite) dan (ii) estimator ini terkadang memerlukan sejumlah implementasi pemrograman sehingga dibutuhkan suatu perangkat lunak (software) yang mendukung aplikasi pendekatan GMM (Indra 2009). Terdapat dua prosedur estimasi yang lazim digunakan dalam kerangka GMM untuk mengakomodir permasalahan di atas, yaitu: 1. First-Differences GMM (FD-GMM) 2. System GMM First-differences GMM (AB-GMM) Untuk mendapatkan estimasi yang konsisten di mana dengan T tertentu, akan dilakukan first-difference pada persamaan (3.11) untuk mengeliminasi pengaruh individual sebagai berikut: ( ) ( ) (3.15) Namun, pendugaan dengan least square akan menghasilkan penduga yang konsisten karena dan berdasarkan definisi berkorelasi, bahkan bila . Untuk itu, transformasi dengan menggunakan first difference ini dapat
27
menggunakan suatu pendekatan variabel instrumen. Sebagai contoh, akan digunakan sebagai instrumen. Di sini, berkorelasi dengan ( ) tetapi tidak berkorelasi dengan dan tidak berkorelasi serial. Dalam hal ini, penduga variabel instrumen bagi disajikan sebagai berikut: ∑
∑
∑
(3.16)
∑
Syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah: ∑ ∑ ( )
(3.17)
Selain penduga diatas juga diajukan penduga alternatif di mana digunakan sebagai instrumen. Penduga variabel instrumen disajikan sebagai berikut: ∑ ∑
∑
(3.18)
∑
Syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah: ∑ ∑ ( )
(3.19)
Perhatikan bahwa penduga variabel instrumen yang kedua (IV(2)) memerlukan tambahan lag variabel untuk membentuk instrumen, sehingga jumlah amatan efektif yang digunakan untuk melakukan pendugaan menjadi berkurang (satu periode sampel hilang). Dalam hal ini pendekatan metode momen dapat menyatukan penduga dan mengeliminasi kerugian dari pengurangan ukuran sampel. Langkah pertama dari pendekatan metode ini adalah mencatat bahwa: ∑
∑
(
)
[
]
(3.20)
yang merupakan moment condition. Dengan cara yang sama dapat diperoleh: ∑
∑
(
[
) ]
(3.21)
yang juga merupakan kondisi momen. Kedua estimator (IV dan IV(2)) selanjutnya dikenakan kondisi momen dalam pendugaan. Sebagaimana diketahui penggunaan lebih banyak kondisi momen meningkatkan efisiensi dari penduga. Arellano dan Bond (1991) dalam Verbeek (2000), menyatakan bahwa daftar instrumen dapat dikembangkan dengan cara menambah kondisi momen dan membiarkan jumlahnya bervariasi berdasarkan t. Untuk itu, Arellano dan Bond dalam Verbeek (2000) mempertahankan T tetap. Sebagai contoh, ketika T=4 diperoleh:
[ [ [ untuk t = 4
] ] ]
untuk t = 2 dan [ [
] ]
untuk t = 3 [ dan
]
28
Semua kondisi momen dapat diperluas ke dalam GMM. Selanjutnya, untuk memperkenalkan penduga GMM, misalkan didefinisikan ukuran sampel yang lebih umum sebanyak T, sehingga dapat dituliskan: [
]
(3.22)
Sebagai vektor transformasi error, dan [
] [
]
(3.23) [
[
]]
sebagai matriks instrumen. Setiap baris pada matriks berisi instrumen yang valid untuk setiap periode yang diberikan. Konsekuensinya, himpunan seluruh kondisi momen dapat dituliskan secara ringkas sebagai: [ ] (3.24) yang merupakan kondisi bagi 1+2+… +T-1. Untuk menurunkan penduga GMM, tuliskan persamaan sebagai: [
]
(3.25)
Karena jumlah kondisi momen umumnya akan melebihi jumlah koefisien yang belum diketahui, akan diduga dengan meminimumkan kuadrat momen sampel yang bersesuaian, yakni: * ∑
+
* ∑
+ (3.26)
Dengan adalah matriks penimbang definit positif yang simetris. Dengan mendifferensiasikan terhadap akan diperoleh penduga GMM sebagai:
((∑
( ∑
)
(∑
))
∑
)
(3.27)
Sifat dari penduga GMM (3.25) bergantung pada pemilihan yang konsisten selama definit positif, sebagai contoh yang merupakan matriks identitas. Penduga AB-GMM dapat terkendala oleh bias karena sampel terbatas, terutama ketika jumlah periode amatan yang tersedia relatif kecil. Hal ini menekankan perlunya perhatian sebelum menerapkan metode ini untuk mengatasi model autoregresif dengan jumlah deret waktu yang relatif kecil. Keberadaan bias sampel terbatas dapat dideteksi dengan mengkomparasi hasil AB-GMM dengan penduga alternatif dari parameter autoregresif. Dalam AR(1), least square akan
29
memberikan suatu estimasi dengan bias yang ke atas (biased upward) dengan keberadaan pengaruh individu (individual-spesific effect) dan fixed effect akan memberikan dugaan dengan bias yang ke bawah (biased downward). Selanjutnya penduga konsisten dapat diekspektasi di antara penduga least square atau fixed effect. Bila penduga AB-GMM dekat atau di bawah penduga fixed effect maka kemungkinan penduga AB-GMM akan biased downward, yang kemungkinan disebabkan oleh lemahnya instrumen. System GMM (SYS-GMM) Indra (2009), ide dasar dari penggunaan metode system GMM adalah untuk mengestimasi sistem persamaan baik pada first-differences maupun pada level dimana instrumen yang digunakan pada level adalah lag first-differences dari deret. Penggunaan initial condition sangat penting dalam menghasilkan penduga yang efisien dari model data panel dinamis ketika T berukuran kecil. Misalkan diberikan model autoregresif data panel dinamis tanpa regresor eksogen sebagai berikut: 3.28 dengan
dan untuk Dalam hal tersebut hanya memfokuskan pada T=3 oleh karenanya ] hanya terdapat satu kondisi orthogonal yang diberikan oleh [ sedemikian sehingga dapat tepat teridentifikasi (just identified). Dalam kasus ini, tahap pertama dari regresi variabel instrumen diperoleh dengan meregresikan dan . Perhatikan bahwa regresi ini dapat diperoleh dari persamaan (3.20) yang dievaluasi pada saat t = 2 dengan mengurangi kedua ruas persamaan tersebut, yakni: 3.29 Dikarenakan ekspektasi (upward biased) dengan
maka
akan bias ke atas
3.30
⁄
⁄ Dengan . Bias dapat menyebabkan koefisien estimasi dari variabel instrumen mendekati nol. Selain itu, nilai statistik-F dari regresi variabel instrumen tahap pertama akan konvergen ke dengan parameter noncentrality. dengan Karena maka penduga variabel instrumen menjadi lemah. Dalam hal ini, masalah bias dan lemahnya presisi dari penduga first-difference GMM dihubungkan dengan masalah lemahnya instrumen yang dicirikan dari parameter konsentrasi (Baltagi 2005).
30
Uji Spesifikasi Model Panel Dinamis Pada umumnya, untuk menentukan model panel dinamis (metode GMM) terbaik, terdapat tiga kriteria, yaitu tidak bias, validitas, dan konsistensi. Model GMM yang baik adalah model yang valid, konsisten dan tidak bias. Uji tidak bias dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien estimasi dari estimasi OLS dan estimasi efek tetap (fixed effect). Metode OLS akan menyebabkan estimasi bias ke atas (biased upwards), sedangkan metode efek tetap menyebabkan estimasi bias ke bawah (biased downwards). Model dapat dikatakan tidak bias apabila koefisien estimasinya berada di bawah estimasi OLS dan berada di atas estimasi efek tetap. Uji Sargan untuk overidentifying restriction digunakan untuk menguji apakah terdapat masalah dengan validitas dari instrumen yang digunakan. Arti valid dalam bahasan ini adalah tidak ada korelasi antara instrumen dengan komponen error. Hipotesis nol dari uji Sargan ini menyatakan bahwa instrumen tidak memiliki masalah dengan validitas (instrumen valid). Apabila hasil metode AB-GMM menunjukkan instrumen yang digunakan tidak valid, maka digunakan metode SYS-GMM. Uji autokorelasi pada pendekatan GMM digunakan untuk mengetahui konsistensi dari hasil estimasi. Dalam uji autokorelasi ini, dapat ditentukan melalui nilai statistik Arrellano-Bond dan . Konsistensi dari metode ditunjukkan dengan nilai statistik yang signifikan (p value < ) dan nilai statistik yang tidak signifikan (p value > ). Spesifikasi Model Untuk menjawab tujuan kedua penelitian digunakan model penelitian yang mengacu pada model Checherita-Westphal dan Rother (2012) yang telah dimodifikasi untuk meneliti dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di negara Uni Eropa. Model ini menggunakan pendekatan pandangan Neo Klasik bahwa dalam jangka panjang utang berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk menduga adanya hubungan nonlinier antara utang dan pertumbuhan ekonomi digunakan data utang dalam bentuk kuadratnya. Model penelitian yang secara umum digunakan adalah: 3.31 Untuk melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi per kawasan, maka digunakan model sebagai berikut:
3.32 keterangan: : Pertumbuhan PDB riil per kapita (international $ PPP 2005=100) : Nilai PDB riil (international $ PPP 2005=100) per kapita : Bentuk kuadrat utang pemerintah (persen terhadap PDB) : Bentuk linier utang pemerintah (persen terhadap PDB) : Nilai investasi (persen terhadap PDB) : Tingkat pertumbuhan penduduk (persen) : Tingkat partisipasi sekolah menengah (persen)
31
: Variabel kontrol yaitu penerimaan pemerintah (persen terhadap PDB), keseimbangan anggaran pemerintah (persen terhadap PDB), keterbukaan perdagangan (persen terhadap PDB) dan suku bunga jangka panjang (persen). D : Dummy kawasan (1=Eropa, 0=ASEAN) : country fixed effect ; : times fixed effect; i : negara (i = 1,2, n); t : tahun (t = 1985-2010); k : 1 atau 5 Variabel kontrol digunakan dalam model untuk melihat pengaruh dari kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel kontrol yang digunakan meliputi penerimaan pemerintah dan keseimbangan anggaran pemerintah (sebagai proxy dari keefektifan kebijakan fiskal), keterbukaan perdagangan (sebagai proxy dari keterbukaan perekonomian) dan suku bunga jangka panjang (sebagai proxy dari kebijakan moneter). Penggunaan dua indikator waktu (k) yaitu satu dan lima untuk melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Model ini masih mengacu pada penelitian ChecheritaWestphal dan Rother (2012) di mana menggunakan periode satu dan lima tahun. Periode satu tahun menunjukkan pertumbuhan ekonomi tahunan sedangkan periode lima tahun menunjukkan pertumbuhan ekonomi kumulatif selama lima tahun. Analisis mengenai jalur dampak utang pemerintah terhdap pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan meregresikan variabel utang pemerintah dengan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yaitu tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP. Model yang digunakan mengacu pada penelitian yang sama yaitu sebagai berikut: 3.33 3.34 3.35 keterangan: saving investasi TFP X1
X2
: besarnya tabungan (persen terhadap PDB) : besarnya investasi pemerintah (persen terhadap PDB) : pertumbuhan TFP (persen) : matriks variabel kontrol: PDB per kapita, pertumbuhan penduduk (persen), rasio ketergantungan tua dan muda (persen), penerimaan pemerintah (persen terhadap PDB), kredit domestik (persen terhadap PDB), keterbukaan ekonomi (persen terhadap PDB), dan suku bunga jangka panjang (persen). : matriks variabel kontrol: pertumbuhan ekonomi (persen), keseimbangan anggaran pemerintah (persen terhadap PDB), penerimaan pemerintah (persen terhadap PDB), suku bunga jangka panjang (persen) dan keterbukaan ekonomi (persen terhadap PDB).
32
X3
: matriks variabel kontrol: lag pertumbuhan ekonomi (persen), pertumbuhan penduduk (persen), rasio ketergantungan tua dan muda (persen), kredit domestik (persen terhadap PDB), keterbukaan ekonomi (persen terhadap PDB), dan suku bunga jangka panjang (persen)
Model persamaan 3.31 dan 3.32 akan dianalisis menggunakan analisis data panel statis sedangkan persamaan 3.33, 3.34 dam 3.35 akan dianalisis menggunakan analisis data panel dinamis. Hal ini disebabkan karena adanya lag dari variabel dependen menjadi regresor dalam persamaan regresinya, sehingga akan menghasilkan estimator yang biased jika dianalisis dengan menggunakan model regresi OLS maupun dengan analisis data panel statis. Pemilihan regresor dalam model persamaan (3.33) berdasarkan penelitian Masson et al. (1998) dan Schclarek (2004). Pemilihan variabel regresor dalam model persamaan (3.35) berdasarkan Pattillo et al. (2002) dan Schclarek (2004). Definisi Variabel Operasional Definisi operasional variabel-variabel yang digunakan dalam model sebagai berikut: 1. Produk Domestik Bruto (lnGDP) riil merupakan total nilai tambah bruto yang dihasilkan unit produksi yang beroperasi disuatu wilayah negara dalam jangka waktu tertentu. PDB yang digunakan dalam penelitian ini sudah disesuaikan dengan paritas daya beli atau purchasing power parity (PPP) menggunakan dollar internasional dengan tahun dasar 2005. PDB per kapita adalah nilai PDB untuk setiap negara yang sudah dibagi dengan total jumlah penduduk. Data yang digunakan dalam bentuk log naturalnya. 2. Pertumbuhan ekonomi (g) dapat diartikan sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah persentase tingkat pertumbuhan tahunan dari PDB yang disesuaikan dengan paritas daya beli atau purchasing power parity menggunakan dolar internasional dengan tahun dasar 2005. 3. Utang pemerintah (debt) yaitu besarnya rasio utang pemerintah terhadap PDB masing-masing negara. Utang pemerintah merupakan total kumulatif dari pinjaman dan kewajiban pemerintah baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dikurangi dengan pembayaran dalam mata uang negara setempat. Kewajiban pemerintah mencakup beban dan bunga utang. 4. Tingkat investasi (investasi) yaitu rasio tingkat investasi pemerintah terhadap besarnya PDB masing-masing negara. Menggunakan pendekatan data penambahan modal tambah bruto yang meliputi pengadaan lahan baru, pabrik, mesin dan perlengkapan juga termasuk pengadaan sekolah, kantor, rumah sakit dan lainnya. 5. Keterbukaan perdagangan (open) dihitung berdasarkan proporsi perdagangan luar negeri (nilai ekspor ditambah nilai impor) terhadap PDB. 6. Suku bunga jangka panjang (lir) merupakan suku bunga yang digunakan pada obligasi pemerintah dalam jangka waktu 5 atau 10 tahun. 7. Tabungan (saving) adalah tabungan nasional yang dihitung berdasarkan selisih antara total pendapatan nasional dengan total konsumsi.
33
8. Rasio ketergantungan usia muda (young) merupakan rasio ketergantungan antara orang yang berumur muda (dibawah 15 tahun) terhadap penduduk usia kerja (15 tahun sampai 64 tahun) 9. Rasio ketergantungan usia tua (old) merupakan rasio ketergantungan antara orang yang berumur tua (diatas 64 tahun) terhadap penduduk usia kerja (15 tahun sampai 64 tahun) 10. Pertumbuhan TFP (tfp) menggambarkan perkembangan teknologi dan tingkat efisiensi. Prosedur Analisis Model pada persamaan 3.31 dan 3.32 akan dianalisis menggunakan analisis data panel statis yang meliputi pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM) dan random effect model (REM). Tahap pertama yang dilakukan adalah uji Chow untuk memilih model terbaik antara OLS dan FEM. Uji dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dan F-statistik. Tahap kedua adalah uji Hausman untuk menentukan model yang lebih baik antara FEM dan REM. Jika model yang terpilih setelah dilakukan uji Chow dan uji Hausman adalah REM maka model diasumsikan Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) dan tidak perlu dilakukan pengujian terhadap tiga asumsi utama model BLUE (non-multicolinierity, homoscedasticity, dan non-autocorelation). Namun, jika model yang terpilih adalah FEM maka dilakukan beberapa uji asumsi sebagai berikut: (i) Uji autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi antarobservasi dalam satu peubah atau korelasi antar error masa yang lalu dengan error saat ini. Autokorelasi dapat memengaruhi efisiensi dari penduganya. Untuk mendeteksi adanya korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (DW). Ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai DW-hitung dan DW-tabel. (ii) Uji homoskedastisitas Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam persamaan regresi adalah bahwa taksiran parameter dalam model regresi bersifat BLUE maka varian harus sama dengan (konstan) atau semua residual atau error memiliki varian yang sama. Untuk mendeteksi adanya heterokesdatisitas dapat menggunakan metode GLS cross section weights, yakni membandingkan jumlah kuadrat residual (sum square residual) antara weighted statistics dengan unweighted statistics. Jika jumlah kuadrat residual pada weighted statistics ternyata lebih kecil maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas pada model. Untuk menduga parameter pada model panel dinamis, setelah dilakukan analisis panel statis maka dilakukan analisis dengan menggunakan FD-GMM dan Sys-GMM. Kemudian dilakukan uji validitas, konsistensi instrumen yang digunakan dan ketidakbiasan. Tahap selanjutnya adalah melakukan komparasi antara hasil estimasi model data panel statis terbaik dengan hasil model data panel dinamis untuk kemudian ditelaah dan dianalisis lebih lanjut untuk menentukan model mana yang terbaik. Selanjutnya, dilakukan pengujian tingkat signifikansi dari setiap koefisien estimasi model terbaik.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian pembahasan akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama adalah analisis deskriptif untuk mencapai tujuan pertama. Bagian kedua, analisis deskriptif dan data panel statis untuk menjawab tujuan kedua dan ketiga. Bagian ketiga, analisis deskriptif dan data panel dinamis untuk mencapai tujuan keempat. Perkembangan Utang Pemerintah Bagian ini digunakan untuk menjawab tujuan pertama penelitian yaitu melakukan analisis perkembangan utang pemerintah negara-negara di Uni Eropa dan ASEAN+6 dengan menggunakan analisis deskriptif. Penjelasan dengan tabel dan grafik akan digunakan dalam analisis ini. Perkembangan utang pemerintah sebagai rasio terhadap PDB secara umum di 30 negara yang diamati di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 selama periode 1985-2010 menunjukkan tren yang meningkat kecuali pada beberapa negara mempunyai tren menurun yaitu Belgia, Denmark, Hungaria, Belanda, Swedia, Australia, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, Filipina dan Thailand. Secara ratarata, negara di kawasan Uni Eropa memiliki rata-rata pertumbuhan utang (33.86 persen) lebih besar dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN+6 (28.26 persen) selama periode 1985-2010. Tabel 5 Statistik deskriptif utang pemerintah di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode 1985-2010 Utang Pemerintah (% PDB) Kawasan
Rata-rata
Minimum
Maksimum
Standar Deviasi
61.64
4.00
172.00
27.82
ASEAN+6 51.71 3.24 Sumber: Abbas et al. (2010), diolah
215.29
37.54
Uni Eropa
Analisis deskriptif terhadap variabel utang pemerintah menyatakan bahwa rata-rata rasio utang pemerintah negara-negara di Uni Eropa lebih tinggi daripada di kawasan ASEAN+6 yaitu sebesar 61.64 persen (Tabel 5). Rata-rata rasio utang pemerintah di kawasan Uni Eropa yang lebih tinggi menunjukkan bahwa secara rata-rata utang pemerintah negara-negara di Uni Eropa relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan ASEAN+6. Kestabilan peningkatan utang pemerintah diantara kedua kawasan dapat dilihat dari nilai standar deviasinya. Nilai standar deviasi yang tinggi menggambarkan volatilitas yang tinggi sedangkan nilai yang rendah menggambarkan volatilitas yang rendah. Volatilitas utang pemerintah yang tinggi terdapat pada negara-negara di kawasan ASEAN+6 yang berarti utang pemerintah di kawasan ini relatif tidak stabil bila dibandingkan dengan kawasan Uni Eropa.
35
Perkembangan Utang Pemerintah di Kawasan Uni Eropa Pertumbuhan rasio utang yang tinggi di kawasan Uni Eropa selama periode 1985-2010 berturut-turut dialami oleh negara Yunani (209.51 persen), Finlandia (207.82 persen) dan Luxemberg (202.19 persen). Pertumbuhan utang pemerintah yang tinggi di Luxemberg disebabkan karena utang pemerintah yang relatif rendah bila dibandingkan dengan negara Uni Eropa lainnya. Sedangkan pertumbuhan utang yang tinggi di Yunani memang disebabkan oleh utang yang sudah tinggi pada awal periode yang mencapai 60 persen. Rasio utang yang tinggi tersebut juga didukung oleh rata-rata pertumbuhan tahunan yang relatif tinggi yaitu sebesar 4.86 persen. Tabel 6 Pertumbuhan utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa periode 1985-2010 Utang (% PDB) Negara Austria Belgia Cyprus Denmark Finlandia Perancis Jerman Yunani Hungaria Irlandia Italia Luxemberg Belanda Polandia Portugal Spanyol Swedia Swiss Inggris
1985
2010
45.36 118.38 26.98 68.39 15.80 30.58 40.69 46.72 96.43 76.14 80.90 6.31 68.70 50.82 56.53 42.03 70.40 36.40 49.51
71.84 95.56 61.46 42.90 48.64 82.30 82.39 144.55 81.31 92.17 118.65 19.05 62.86 54.84 93.32 61.17 38.82 48.04 74.98
Pertumbuhan (%) Rata-rata per 1985 -2010 Tahun 58.39 1.96 -19.28 -0.76 127.77 2.24 -37.27 -1.87 207.82 6.38 169.09 4.16 102.51 2.98 209.37 4.86 -15.68 1.22 21.06 2.64 46.66 1.61 202.19 7.27 -8.50 -0.11 7.92 0.78 65.07 2.20 45.56 1.97 -44.86 -1.24 31.99 1.43 51.45 2.08
Sumber: Abbas et al. (2010), diolah Secara rata-rata, mayoritas negara-negara di kawasan Uni Eropa mengalami pertumbuhan rasio utang tahunan yang positif dan hanya beberapa negara yaitu Belgia, Denmark, Belanda dan Swedia yang mengalami pertumbuhan yang negatif (Tabel 6). Pertumbuhan utang pemerintah yang tinggi negara-negara di kawasan Uni Eropa disebabkan oleh adanya peningkatan defisit fiskal negara-negara tersebut. Pertumbuhan utang pemerintah tertinggi di Uni Eropa adalah negara Yunani yaitu sebesar 209.37 persen. Berdasarkan data Bappenas (2011), defisit fiskal Yunani pada tahun 2010 mencapai 10.5 persen dari PDB nya. Kondisi yang sama terjadi
36
pada beberapa negara Uni Eropa lainnya yaitu Irlandia (32.4 persen), Spanyol (9.2 persen) dan Portugal (9.1 persen). Berdasarkan tingkat pendapatan per kapita negara, negara-negara yang mempunyai pendapatan per kapita diatas 10 000 US$ cenderung mempunyai utang pemerintah yang tinggi bila dibandingkan dengan negara yang pendapatan per kapitanya lebih rendah. Mayoritas negara yang mempunyai rata-rata pendapatan per kapita yang besar (diatas 20 000 US$) cenderung memiliki ratarata utang pemerintah yang tinggi (diatas 60 persen). Negara tersebut adalah Austria, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Belanda dan Swedia (Tabel 7). Negara dengan pendapatan per kapita yang tinggi dianggap mempunyai kemampuan membayar kembali utang sehingga banyak negara yang mau memberi pinjaman. Hal yang berkebalikan terjadi pada negara yang pendapatan per kapitanya rendah. Negara dengan kondisi ini dianggap tidak mampu membayar kembali utang sehingga tidak banyak negara yang mau memberikan pinjaman. Rata-rata PDB per kapita dan utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa periode 1985-2010 Rata-rata PDB per kapita Rata-rata Utang Negara (US$) (% PDB) Belgia 13 973.84 113.03 Italia 26 407.16 105.60 Yunani 28 233.39 92.19 Hungaria 29 286.22 85.89 Belanda 20 207.03 64.59 Irlandia 25 655.49 63.09 Austria 20 901.91 62.19 Swedia 30 677.00 61.25 Portugal 25 699.26 58.68 Denmark 27 673.98 57.84 Jerman 29 368.27 55.97 Perancis 27 371.52 53.31 Swiss 18 599.17 51.63 Polandia 27 533.20 50.76 Spanyol 54 059.72 50.59 Cyprus 11 981.50 49.87 Inggris 22 960.39 49.60 Finlandia 34 890.09 37.81 Luxemberg 28 619.28 7.25 Sumber: Abbas et al. (2010), diolah Tabel 7
Peningkatan utang pemerintah cenderung akan menaikkan suku bunga dalam negeri dan hal tersebut akan berdampak pada penurunan investasi dalam negeri. Secara umum, rata-rata suku bunga jangka panjang negara-negara di kawasan Uni Eropa relatif rendah yaitu dibawah 8 persen. Rasio utang yang tinggi didukung oleh suku bunga yang tinggi membuat utang berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Yunani yang mempunyai rata-rata utang yang tinggi dan didukung dengan rata-rata suku bunga yang tinggi yaitu mencapai 8
37
160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 -2.00 -4.00 -6.00 Austria Belgia Cyprus Denmark Finlandia Perancis Jerman Yunani Hungaria Irlandia Italia Luxemberg Belanda Polandia Portugal Spanyol Swedia Swiss Inggris
Utang (% PDB)
persen ternyata mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Hal yang sama terjadi pada negara Italia dimana suku bunganya mencapai 4 persen (Gambar 4).
Utang
Suku Bunga
Sumber: Hasil olahan Gambar 3 Plot rata-rata utang pemerintah dan suku bunga jangka panjang di kawasan Uni Eropa periode 1985-2010 Perkembangan Utang Pemerintah di Kawasan ASEAN+6 Perkembangan utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 dapat dilihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa negara China merupakan negara dengan pertumbuhan rasio utang pemerintah yang tinggi selama periode 1985-2010 yaitu sebesar 914.68 persen, disusul oleh Jepang (215.90 persen) dan India (89.84 persen). Pertumbuhan utang yang tinggi di China disebabkan karena nilai utang yang cukup rendah di periode 1985 yaitu sebesar 3.31 persen dan mengalami peningkatan yang drastis pada periode 2010 yaitu sebesar 33.54 persen. Bahkan rasio utang atas PDB Cina naik dari 183 persen pada pertengahan 2012 dari 153 persen pada tahun 2008. Hal tersebut membuat Cina memiliki pertumbuhan utang yang sangat tinggi di kawasan ASEAN+6. Peningkatan utang ini sebagai akibat dari lonjakan pinjaman oleh perusahaan negara dan pemerintah daerah Cina. Peningkatan utang pemerintah Jepang disebabkan karena defisit anggaran belanjanya yang mendekati 10 persen dari PDB nya bahkan diperkirakan di tahun 2011 utang pemerintah akan terus naik mencapai 200 persen. Utang ini masih akan terus bertumbuh karena pemerintah berupaya merenovasi berbagai infrastruktur tua dan juga membangun kembali infrastruktur yang rusak karena terkena tsunami. Disamping itu, pemerintah juga berniat meningkatkan layanan sosial untuk orang-orang tua. Rasio utang pemerintah Jepang yang tinggi ternyata tidak menyebabkan terjadinya krisis utang dan penurunan pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena sumber utang Jepang yang utama berasal dari tabungan dalam negeri sebesar 94 persen di tahun 2008 sehingga hanya sebagian kecil porsi utang yang dananya berasal dari luar negeri. Jika dilihat dari pertumbuhan rasio utang per tahunnya maka negara yang pertumbuhan utangnya tinggi adalah China (12.33 persen), Jepang (4.81 persen)
38
dan Indonesia (3.82 persen). Beberapa negara di kawasan ini seperti Malaysia, Selandia Baru dan Filipina cenderung memiliki pertumbuhan rasio utang tahunan yang negatif. Pertumbuhan utang tahunan Indonesia yang relatif tinggi disebabkan terjadinya peningkatan defisit fiskal setiap tahunnya. Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan, bahwa selama periode 2008-2012 Indonesia senantiasa mengalami peningkatan defisit yaitu 1.3 persen (2008) meningkat menjadi 2.1 persen (2012). Walaupun terjadi peningkatan defisit fiskal tetapi nilainya masih dalam taraf yang aman dan wajar. Tabel 8 Pertumbuhan utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode 1985-2010 Utang (%PDB) Negara
Pertumbuhan (%)
1985
2010
1985 -2010
Rata-rata per tahun
Australia
22.00
20.52
-6.71
0.58
China India
3.31 35.84
33.54 68.04
914.68 89.84
12.33 0.92
Indonesia Jepang Korea Selatan Malaysia
27.98 68.15 21.46 86.85
26.88 215.29 33.43 50.95
-3.96 215.90 55.75 -41.33
3.82 4.81 3.14 -1.17
Selandia Baru Filipina Singapura Thailand
71.79 53.08 82.65 49.27
32.46 43.46 103.59 41.87
-54.79 -18.13 25.34 -15.02
-1.85 -0.45 1.16 0.28
Sumber: Abbas et al. (2010), diolah Kondisi utang pemerintah Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan rasio utang sebesar 3.96 selama kurun waktu 1985-2010. Beradasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan (2012), rasio utang pemerintah terhadap PDB selama tahun 2007-2012 mengalami penurunan yaitu dari 35.1 persen (2007) menjadi 23.9 persen (2012). Jika dilihat dari komposisi utang pemerintah, sampai April 2013, utang pemerintah terbesar berupa surat berharaga sebesar Rp 1 442.23 triliun dan pinjaman sebesar Rp 581.49 triliun. Rasio utang terhadap PDB Indonesia relatif lebih rendah dengan pengurangan yang tercepat dan terbesar bila dibandingkan dengan negara lain termasuk negara maju (DJPU Kementrian Keuangan 2012). Rasio utang per kapita Indonesia juga termasuk rendah bila dibandingkan dengan negara Cina dan India yang jumlah penduduknya jauh lebih banyak. Negara yang mempunyai rasio utang yang tinggi di kawasan ASEAN+6 ternyata dimiliki oleh negara yang tergolong maju dengan pendapatan per kapita diatas 20 000 US$ yaitu Jepang dan Singapura. Rasio utang yang sudah sangat tinggi tersebut ternyata tidak terlalu menimbulkan permasalahan pada perekonomian kedua negara. Negara yang memiliki pendapatan per kapita rendah dan rasio utang yang tinggi yaitu India, Filipina, Indonesia dan Thailand. Negaranegara ini tergolong negara berkembang sehingga rasio utang yang tinggi akan
39
membahayakan perekonomian. Utang untuk negara berkembang masih sangat diperlukan mengingat masih terbatasnya investasi dan tabungan di dalam negeri untuk mendorong pembangunan. Negara berkembang dengan pendapatan per kapita yang dibawah 10 000 US$ cenderung mempunyai rasio utang yang tidak terlalu tinggi. Tabel 9
Rata-rata PDB per kapita dan utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode 1985-2010 Rata-rata PDB per kapita Rata-rata Utang Negara (US$) (% PDB)
Jepang 27 874.36 Singapura 34 653.56 India 1 702.15 Filipina 2 738.86 Malaysia 9 651.80 Indonesia 2 626.36 Selandia Baru 21 760.36 Thailand 5 319.79 Australia 27 674.82 Korea Selatan 17 087.08 China 2 726.69 Sumber: Abbas et al. (2010), diolah
124.62 85.06 66.38 59.04 56.17 47.19 43.59 36.28 20.64 17.96 11.94
Jika dilihat dari hubungan antara utang dan suku bunga maka untuk kawasan ASEAN+6, negara yang mempunyai rata-rata utang yang tinggi tetapi suku bunga rendah adalah Jepang dan Singapura. Suku bunga di Jepang, Singapura dan China relatif lebih rendah bila dibandingkan negara lain di kawasan ini yaitu rata-rata dibawah 4 persen (Gambar 5). Utang yang tinggi didukung oleh rendahny suku bunga dalam negeri membuat utang dapat efisien mendorong pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Hal tersebut disebabkan karena peningkatan utang pemerintah tidak sampai menurunkan investasi dalam negeri. Di samping itu kondisi perekonomian dalam negeri yang kondusif dan sarana penunjang seperti tenaga kerja yang berlimpah dan infrastruktur yang mendukung membuat negara-negara tersebut menarik untuk investor. Kondisi yang sedikit berbeda dialami oleh negara lainnya di kawasan ASEAN+6. India dan Indonesia merupakan dua negara di kawasan ASEAN+6 yang mempunyai rata-rata suku bunga yang cukup tinggi yaitu diatas 5 persen sehingga saat terjadi peningkatan utang pemerintah maka akan berdampak pada penurunan investasi dan akhirnya akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral untuk tetap menjaga nilai suku bunga yang stabil sangat diperlukan agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
40
9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
200.00 150.00 100.00 50.00 0.00
Utang
Suku bunga (%)
Utang (% PDB)
250.00
Suku Bunga
Sumber: Hasil olahan Gambar 4 Plot rata-rata utang pemerintah dan suku bunga jangka panjang di kawasan ASEAN+6 periode 1985-2010 Analisis Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Analisis Deskriptif Hubungan antara utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan secara teori maupun empiris. Dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi terbagi menjadi tiga aliran yaitu Keynesian, Neo Klasik dan REH. Pada periode tahun 1990-2010, rata-rata utang pemerintah di kawasan Uni Eropa masih belum tinggi yang berada pada kisaran 60 persen terhadap PDB. Rata-rata utang pemerintah yang belum tinggi ini ternyata mempunyai hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi (Gambar 5). Pada periode ini rata-rata utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa cenderung rendah. Hal tersebut berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif cukup tinggi di kawasan tersebut. Pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ini secara umum masih berada pada nilai yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa rasio utang yang relatif lebih rendah dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
7.00
120.00
6.00
100.00
5.00
80.00
4.00
60.00
3.00
40.00
2.00
20.00
1.00
0.00
0.00 Austria Belgia Cyprus Denmark Finlandia Perancis Jerman Yunani Hungaria Irlandia Italia Luxemberg Belanda Polandia Portugal Spanyol Swedia
140.00
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Utang (% PDB)
41
Utang
Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: Hasil olahan Gambar 5 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa periode tahun 1990-2000
100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
Utang
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Utang (% PDB)
Pada periode tahun 2001-2010 banyak negara-negara yang mempunyai rasio utang pemerintah diatas 60 persen bahkan beberapa diantaranya mempunyai rasio utang diatas 100 persen (Gambar 6). Jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi pada periode ini juga dapat dilihat bahwa ada satu negara yang negatif yaitu Italia. Pertumbuhan ekonomi yang negatif ini seiring dengan tingginya rasio utang di negara tersebut. Pada periode ini dapat dikatakan bahwa utang yang tinggi berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah.
Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: Hasil olahan Gambar 6 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa periode tahun 2001-2010 Hubungan antara rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 selama periode 1990-2000 dapat dilihat pada Gambar 7. Secara umum, pada periode ini rata-rata utang pemerintah masih
42
relatif rendah dan berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang masih positif. Korea Selatan pada periode tersebut mempunyai rata-rata utang yang rendah yaitu sekitar 10 persen dan mempunyai rata-rata pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang mencapai 6 persen. keadaan yang berbeda terjadi di negara India dan Singapura dimana saat periode tersebut mempunyai rata-rata utang yang relatif tinggi tetapi tetap dapat menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula yaitu diatas 3 persen. hubungan negatif antara utang dan pertumbuhan ekonomi dialami oleh negara Filipina dan Jepang dimana rata-rata utangnya yang tinggi menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah dibawah 1 persen. 120.00
Utang (% PDB)
100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 Austria Belgia Cyprus Denmark Finlandia Perancis Jerman Yunani Hungaria Irlandia Italia Luxemberg Belanda Polandia Portugal Spanyol Swedia Swiss Inggris
0.00
Pertumbuhan Ekonomi (%)
4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 -0.50
Utang
Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: Hasil olahan Gambar 7 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode tahun 1990-2000 Pada periode 2000-2010 di mana kondisi perekonomian global sedang menghadapi krisis Amerika dan Uni Eropa, rata-rata utang pemerintah di kawasan ini relatif lebih tinggi. Terdapat tiga negara yang mempunyai rasio utang diatas 60 persen yaitu Jepang, India dan Singapura (Gambar 7). Rasio utang yang tinggi di Jepang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah bahkan mendekati 0 persen sedangkan utang yang tinggi di India dan Singapura masih menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang sukup tinggi. Hubungan antara utang pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi merupakan suatu permasalahan yang menarik untuk dikaji. Hubungan antara keduanya dapat dinyatakan dalam hubungan yang positif, negatif maupun netral. Pada tahap awal dimulainya utang dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi karena adanya kekurangan investasi dalam negeri. Utang diharapkan dapat mengisi kekosongan investasi sehingga terjadi peningkatan output dalam negeri. Peningkatan output dalam negeri dapat menggambarkan terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi.
200.00 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
Utang
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Utang (% PDB)
43
Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: Hasil olahan Gambar 8 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode tahun 2001-2010 Berbagai permasalahan dalam perekonomian muncul ketika utang pemerintah mencapai nilai yang membahayakan. Saat kondisi ini terjadi ternyata rasio utang yang tinggi di beberapa negara berhubungan dengan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi dan berbagai permasalahan perekonomian lainnya seperti pengangguran yang tinggi. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa ternyata utang berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi saat mencapai kondisi debt overhang.
Pertumbuhan Ekonomi (%)
15.00 10.00 5.00 0.00 -5.00
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
-10.00 -15.00 -20.00
Utang (% PDB)
Sumber: Hasil olahan Gambar 9 Plot rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negaranegara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode 1985-2010 Hasil plot data utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi pada 30 negara yang diteliti didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif diantara keduanya (Gambar 9). Rasio utang pemerintah yang rendah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih tinggi sedangkan rasio utang yang tinggi menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut
44
mengindikasikan bahwa peningkatan utang pemerintah akan menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan Eknomi (%)
15.00 10.00 5.00 0.00 0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
-5.00 -10.00 -15.00
Utang (% PDB)
Sumber: Hasil olahan Gambar 10 Plot utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara pada kawasan Uni Eropa periode 1985-2010 Hasil plot hubungan antara utang pemerintah dan petumbuhan ekonomi periode yang sama untuk kawasan Uni Eropa terlihat bahwa terdapat hubungan nonlinier negatif (Gambar 10). Hal ini menunjukkan bahwa pada periode ini rasio utang pemerintah yang tinggi akan berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah sedangkan rasio utang yang rendah masih dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi (%)
15.00 10.00 5.00 0.00 0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
-5.00 -10.00 -15.00 -20.00
Utang (% PDB)
Sumber: Hasil olahan Gambar 11 Plot utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara pada kawasan ASEAN+6 periode 1985-2010 Plot antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 selama periode 1985-2010 menunjukkan hubungan yang sama dengan kawasan Uni Eropa di mana saat rasio utang pemerintah masih
45
rendah dapat digunakan untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi dan saat rasionya tinggi maka utang dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi (Gambar 11). Analisis Kuadran Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan rasio utang dapat dianalisis menggunakan analisis kuadran. Dengan menggunakan analisis ini dapat diketahui posisi setiap negara dalam hubungan antara utang dan pertumbuhan ekonomi. Anaisis ini membagi plot utang dan pertumbuhan ekonomi negara-negara ke dalam 4 kelompok yaitu: (i) kuadran I, negara dengan rasio utang dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi; (ii) kuadran II, negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan rasio utang rendah; (iii) kuadran III, negara dengan pertumbuhan ekonomi dan rasio utang yang rendah; (iv) kuadran IV, negara dengan pertumbuhan ekonomi rendah dan rasio utang tinggi. Selama periode 2001-2010, negara-negara di kawasan Uni Eropa berada pada kuadran III yaitu negara-negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi dan rasio utang yang rendah. Negara lapis pertama dari krisis Eropa yaitu Yunani, dan Portugal berada pada kuadran IV. Kedua negara tersebut dapat digolongkan ke dalam kelompok negara yang memiliki rasio utang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang rendah dan dampaknya mereka menjadi negara yang paling parah terkena dampak krisis Eropa.
Sumber: Hasil pengolahan dengan SPSS Gambar 12 Analisis kuadran antara rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa periode 2000-2010 Negara yang menunjukkan kondisi perekonomian yang baik ditunjukkan pada kuadran I yaitu negara yang mempunyai rasio utang yang tinggi tetapi masih dapat digunakan untuk menstimulus pertumbuhan ekonominya. Negara tersebut adalah Austria, Hungaria, Jerman dan Cyprus. Hal ini disebabkan utang
46
pemerintah yang tinggi digunakan untuk membiayai proyek-proyek pemerintah yang efektif dan yang dapat meningkatkan investasi dalam negeri. Tabel 10 Hasil analisis kuadran antara utang dan pertumbuhan ekonomi negaranegara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode 2001-2010 Kuadran Kawasan Uni Eropa I Austria, Hungaria, Jerman dan Cyprus II Swedia, Finlandia, Inggris III Luxemberg, Belanda, Irlandia, Spanyol, Denmark, Swiss IV Portugal, Perancis, Belgia, Yunani, Italia
Kawasan ASEAN+6 India Indonesia, Korea Selatan Australia, Malaysia, Thailand, Filipina, Selandia Baru Singapura, Jepang
Pembagian negara berdasarkan analisis kuadran di kawasan ASEAN+6 didapatkan hasil bahwa mayoritas negara-negara di kawasan ini berada pada kuadran III yang dapat dikelompokkan ke dalam negara dengan rasio utang yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Negara yang berada pada kuadran IV yaitu Singapura dan Jepang. Kedua negara tersebut memiliki rasio utang yang tinggi tetapi pertumbuhan ekonominya relaif rendah tetapi masih positif.
Sumber: Hasil pengolahan dengan SPSS Gambar 13 Analisis kuadran antara rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode 2000-2010 Analisis Granger Causality Pengujian hubungan antara utang pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi dapat juga dilakukan dengan menggunakan analisis granger causality untuk melihat arah hubungan antara utang dan pertumbuhan ekonomi. Hasil uji ini dapat melihat apakah utang terlebih dahulu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
47
ataukah sebaliknya pertumbuhan ekonomi mempengaruhi utang pemerintah. Hasil estimasi kausalitas antara kedua variabel dapat dilihat pada Tabel 11. Hasil uji menunjukkan bahwa untuk 30 negara yang diamati, utang dan pertumbuhan ekonomi mempunyai dua arah sedangkan untuk kawasan Uni Eropa diduga awal bahwa pertumbuhan ekonomi mempengaruhi utang pemerintah terlebih dahulu. Kawasan ASEAN+6, menunjukkan hasil bahwa hubungan antara utang dan pertumbuhan ekonomi adalah dua arah atau bisa saling mempengaruhi. Untuk negara di kawasan Uni Eropa, hanya terdapat hubungan satu arah dimana pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi peningkatan rasio utang. Hal ini berarti bahwa saat pertumbuhan ekonomi negara tinggi, mendorong pemerintah untuk menambah utangnya sehingga diharapkan pertumbuhan ekonominya akan semakin tinggi. Utang dan pertumbuhan ekonomi negara di kawasan ASEAN+6 mempunyai hubungan dua arah dimana pertumbuhan ekonomi akan mendorong pemerintah untuk menambah stok utangnya dan utang juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Tabel 11 Hasil uji granger causality antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode 1985-2010 Lag
H
Keseluruhan
Uni Eropa
ASEAN+6
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0.00262
2.24507
1
2
3
4
5
DEBT to Growth
3.02241 **
Growth to DEBT
175.698 ***
DEBT to Growth
7.02502 **
1.54663
4.44877 **
Growth to DEBT
76.1525 ***
42.1286 ***
40.7118 ***
DEBT to Growth
3.24303 **
1.33094
3.48328 **
Growth to DEBT
50.4968 ***
DEBT to Growth
2.46464 **
0.99682
2.51143 **
Growth to DEBT
49.5836 ***
29.7695 ***
26.2611 ***
0.18839
1.78259
22.9299 ***
24.6876 ***
DEBT to Growth Growth to DEBT
1.4935 41.7231 ***
103.53 ***
29.801 ***
78.1189 ***
29.6533 ***
Sumber: Hasil pengolahan dengan E Views Keterangan: Debt : utang pemerintah Growth: pertumbuhan ekonomi Hasil Estimasi Model Pertumbuhan Ekonomi Persamaan 3.31 dan 3.32 dalam penelitian ini akan diestimasi dengan menggunakan model panel statis. Pada model data statis, koefisien estimasi yang disajikan merupakan hasil dari tiga model estimasi, yakni pooled LS, FEM dan REM. Penggunaan berbagai model estimasi diharapkan dapat menunjukkan variasi hasil estimasi, melihat kebaikan model, serta validitas di antara berbagai
48
metode estimasi yang digunakan. Secara khusus, hasil ini juga dapat digunakan untuk mengkomparasi hasil estimasi dari model data panel statis. Hasil estimasi dari model pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada tabel 12, dengan menampilkan tiga metode estimasi untuk panel statis yaitu FEM, REM dan pooled LS. Pemilihan antara model PLS dan FEM dilakukan dengan menggunakan uji Chow. Dari hasil uji tersebut diperoleh bahwa nilai p-value signifikan pada taraf nyata 1 persen yang berarti model FEM lebih baik dari model PLS. Pemilihan antara model FEM dan REM dilakukan dengan menggunakan uji Hausman. Hasil uji Hausman menyatakan bahwa nilai p-value signifikan pada taraf nyata 1 persen sehingga model FEM lebih bagus dari FEM. Berdasarkan ketiga model panel statis, estimasi terbaik diberikan oleh FEM dibanding dua metode lainnya. Tabel 12 Rekapitulasi hasil estimasi koefisien parameter PLS, FEM dan REM model pertumbuhan ekonomi Variable PLS FEM REM (1)
LN_GDP DEBT DEBT2
(2)
-1.07433 -0.01108 -0.00001 0.11153 -0.42921 -0.00655 0.00319 -0.03396 0.00364 -0.13228 13.49924 18.41750
(3)
***
INVESTASI *** POP ** APS BALANCE REVENUE ** OPEN LIR *** C *** F Test *** Chow Test Hausman Test Keterangan: *** : signifikan pada α =1 % ** : signifikan pada α =5 % : signifikan pada α =10 % * Sumber: Hasil pengolahan dengan E Views
-3.26860 0.06950 -0.00031 0.11208 -0.32385 0.00818 0.05100 -0.16810 -0.01366 -0.19121 36.11596 8.58364 123.628
(4)
*** *** *** **
*** * *** *** *** ***
-1.11013 0.00975 -0.00010 0.09113 -0.43889 -0.00772 0.01694 -0.04860 0.00073 -0.12003 14.29376 9.24438
***
** **
** ** *** ***
64.950 ***
Setelah didapatkan estimasi terbaik yaitu model FEM kemudian dilakukan pengujian berbagai asumsi terhadap model tersebut untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), khususnya uji autokorelasi dan uji homoskedasitas. Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson (DW) diperoleh nilai DW sebesar 1.375 dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pelanggaran asumsi autokorelasi. Pengujian asumsi homoskedasitas dilakukan dengan membandingkan jumlah kuadrat residual (sum square residual) pada weighted statistics dengan
49
unweighted statistics. Pelanggaran asumsi homoskedasitas terjadi jika jumlah kuadrat residual pada weighted statistics lebih kecil daripada unweighted statistics. Hasil estimasi model FEM diatas didapatkan hasil bahwa jumlah kuadrat residual pada weighted lebih kecil daripada unweighted sehingga pada model ini terjadi pelanggaran homoskedasitas. Estimasi model dengan FEM perlu dilakukan dengan General Least Square (GLS) Weighted untuk mengatasi pelanggaran kedua asumsi tersebut. Tabel 13 Rekapitulasi estimasi model FEM cross section weights untuk model pertumbuhan ekonomi Variable
Model 1
Model 2
Model 3
Model 4
Model 5
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(3)
LN_GDP
-3.8703 ***
-3.8428 ***
-4.6073 ***
-4.1137 ***
-2.4937 ***
DEBT
0.0692 ***
0.0671 ***
0.0555 ***
0.0527 ***
0.0866 ***
DEBT2
-0.0003 ***
-0.0002 ***
-0.0004 ***
0.0919 **
0.0878 **
INVESTASI POP
-0.0003 *** -0.0002 **
0.0915 *
0.0941 *
-0.6341 **
-0.6409 **
0.1549 *** -0.2559
-0.1323
-0.4134 *
APS
0.0112
0.0112
0.0249 ***
0.0241 **
0.0167
BALANCE
0.0347
0.0355
0.1697 ***
0.0989 *
0.0759 **
REVENUE
-0.1271 ***
-0.1256 ***
-0.1626 ***
-0.1556 ***
-0.1528 ***
OPEN
-0.0152 **
-0.0159 **
-0.0071
-0.0123 *
-0.0129 *
LIR
-0.2167 ***
-0.2137 ***
-0.1031 *
-0.1333 **
Dummy Threshold
-0.7290 *
Dummy Kaw*debt
0.0119
2
-0.0001
Dummy Kaw*debt C
41.3397 *** 2
Adjusted R N(observasi)
0.306 780
40.8778 *** 0.265 780
45.7418 ***
42.7950 ***
0.631
0.562
150
180
26.5442 *** 0.265 780
Keterangan : * signifikan pada taraf 10 %, ** signifikan pada taraf nyata 5 %, *** signifikan pada taraf nyata 1 %. Model 1 : Model pertumbuhan ekonomi umum Model 2 : Model pertumbuhan ekonomi Dummy kawasan Model 3 : Model pertumbuhan ekonomi Nonoverlapping (rata-rata 5 tahun) Model 4 : Model pertumbuhan ekonomi Overlapping (rata-rata 5 tahun) Model 5 : Model pertumbuhan ekonomi dengan dummy threshold utang 60 persen Sumber: Hasil pengolahan dengan E Views Estimasi model yang digunakan untuk menganalisis dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi adalah model FEM dengan GLS Weighted karena sudah terbebas dari pelanggaran asumsi autokorelasi dan homoskedasitas. Dalam model akan dimasukkan dummy kawasan dimana nilai 1 menunjukkan Uni Eropa dan 0 menunjukkan ASEAN+6. Dengan menggunakan dummy kawasan ini dapat dilihat dan dianalisis apakah ada perbedaan pengaruh
50
utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6. Di samping itu juga akan digunakan model pertumbuhan dengan menggunakan data rata-rata lima tahunan secara overlapping dan nonoverlapping. Tujuan dari penggunaan kedua model tersebut untuk melihat dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka panjang. Rekapitulasi hasil estimasi koefisien parameter FEM dengan GLS Weighted, baik untuk model secara umum, dengan dummy, overlapping maupun non-overlapping disajikan pada Tabel 13. Dalam analisis ini akan digunakan lima model pertumbuhan ekonomi yaitu model pertumbuhan tahunan digunakan untuk melihat pengaruh utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Model pertumbuhan dengan dummy digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi di setiap kawasan. Model pertumbuhan nonoverlapping dan overlapping lima tahun digunakan untuk melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Berdasarkan rekapitulasi model pertumbuhan ekonomi dengan lima model didapat kesimpulan bahwa variabel debt dan debt2 signifikan dan mempunyai arah yang sama untuk semua model. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 terdapat bukti untuk menyatakan bahwa terdapat hubungan nonlinier antara utang dan pertumbuhan ekonomi. Jika dilihat dari model dummy kawasan untuk membedakan dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi di dua kawasan maka dapat ditunjukkan bahwa variabel dummy (dummy kaw*debt dan dummy kaw*debt2) tidak signifikan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh utang terhadap pertumbuhan ekonomi di kedua kawasan. Penentuan model pertumbuhan ekonomi yang akan digunakan untuk menganalisis dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi di kedua kawasan dilakukan dengan melihat nilai adjusted R2. Berdasarkan nilai adjusted R2 maka model terbaik adalah model ketiga karena mempunyai nilai adjusted R2 (63.1 persen) lebih besar bila dibandingkan dengan keempat model lainnya. Penghitungan nilai debt threshold untuk model ketiga didapatkan nilai rasio utang sebesar 117.19 persen1. Nilai ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan standar internasional maupun hasil penelitian sejenis. Standar rasio utang yang wajar untuk suatu negara berdasarkan Maastricht Treaty Criteria yaitu sebesar 60 persen dan nilai debt threshold dalam penelitian ini sangat jauh lebih tinggi. Estimasi selanjutnya dilakukan dengan menggunakan nilai dummy threshold sebesar 60 persen. Maksud penggunaan dummy ini untuk melihat apakah rasio utang pemerintah diatas 60 persen akan berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Hubungan antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi dapat dinyatakan dalam kurva Laffer. Kurva ini menyatakan hubungan utang dan pertumbuhan ekonomi sebagai hubungan negatif nonlinier dimana utang mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada rasio yang rendah dan saat terjadi debt overhang dampak utang berubah menjadi negatif. 1
Penghitungan nilai threshold dilakukan dengan rumus
51
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif nonlinier antara kedua variabel tersebut. Hasil penelitian ini membuktikan adanya kurva Debt Laffer untuk negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6. Adanya kurva Debt Laffer mengindikasikan bahwa utang pemerintah negara-negara di kedua kawasan ini tidak selamanya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya kebijakan utang sangat relevan digunakan untuk mengatasi permasalahan fiskal terutama di negara berkembang selama masih berada pada level aman. Penambahan utang akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sampai batas tertentu. Namun, pada saat stok utang telah melebihi batas tertentu maka penambahan utang mulai membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil hubungan nonlinier ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Checherita-Westphal dan Rother (2012) yang menjadi acuan dalam penelitian ini dimana dalam penelitiannya didapatkan bukti adanya hubungan nonlinier. Dalam penelitiannya Checherita menemukan bukti bahwa untuk 12 negara Uni Eropa terdapat hubungan negatif nonlinier dimana utang akan berdampak negatif terhadap eprtumbuhan ekonomi pada saat rasio mencapai 90 persen. Penelitian Miztal (2010) yang juga meneliti di kawasan Uni Eropa mendapatkan hasil bahwa utang pemerintah akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi saat rasionya mencapai 60 persen. Hasil yang serupa dengan penelitian ini didapat Reinhart dan Rogoff (2010) yang melakukan penelitian sejenis dan menemukan kesimpulan bahwa utang berdampak negatif terhadap pertumbuhan saat rasionya diatas 90 persen. Hasil estimasi untuk 30 negara yang diamati menyatakan bahwa utang mempunyai hubungan negatif nonlinier dengan nilai batas pada saat rasio utang mencapai 117.19 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa saat rasio utang pemerintah di 30 negara yang diamati masih berada di bawah rasio ini maka penambahan utang pemerintah masih dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Nilai batas yang ditemukan dalam penelitian ini relatif sangat tinggi bila dibandingkan dengan ketentuan Maastricht Treaty Criteria yang menetapkan batas sebesar 60 persen. Nilai batas yang tinggi disebabkan karena 10 nilai rasio utang tertinggi ternyata dimiliki oleh Jepang di mana negara ini mempunyai performa perekonomian yang baik dan stabil. Nilai batas yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak sejalan atau relatif tinggi bila dibandingkan dengan standar internasional maupun penelitianpenelitian sejenis. Ketentuan Maastricht Treaty Criteria yang menetapkan nilai batas rasio utang terhadap PDB sebesar 60 persen merupakan standar yang biasa digunakan oleh negara-negara untuk menentukan batas utang yang aman. Beberapa penelitian juga menemukan nilai batas yang mendekati standar tersebut yaitu berkisar antara 60 persen dan 90 persen (Checherita-Westphal dan Rother 2012, Cecchetti et al. 2011; Presbitero 2010; Reinhart dan Rogoff 2010; Egert 2012; Baum et al. 2013). Oleh karena itu, penelitian ini juga memasukkan nilai threshold sebesar 60 persen ke dalam model. Model pertumbuhan ekonomi dengan dummy threshold (60 persen) kemudian digunakan untuk melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi saat rasio utang pemerintah diatas 60 persen. Penggunaan nilai batas sebesar 60 persen berdasarkan kriteria yang dikeluarkan oleh Uni Eropa sebagai salah satu syarat untuk masuk ke dalam keanggoaan EMU. Hasil
52
estimasi model ini menunjukkan bahwa saat rasio utang pemerintah diatas 60 persen maka terdapat hubungan negatif antara utang dan pertumbuhan ekonomi. Saat rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 diatas 60 persen maka dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi negatif. Setiap kenaikan utang pemerintah akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.7 persen, ceteris paribus. Rasio utang yang dibawah batas menunjukkan bahwa hubungan antara utang dan pertumbuhan ekonomi menganut paham Keynesian di mana utang dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut didapatkan melalui peningkatan permintaan agregat sebagai akibat peningkatan akumulasi modal. Dalam hal ini utang digunakan pemerintah untuk melengkapi tingkat investasi dalam negeri yang rendah sehingga terjadi akumulasi modal. Defisit pemerintah yang dibiayai dengan utang membuat beban pajak saat ini relatif lebih ringan yang akan menyebabkan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan. Peningkatan pendapatan ini akan meningkatkan konsumsi masyarakat dan sisi permintaan secara keseluruhan. Peningkatan permintaan akan mendorong peningkatan produksi dan akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Saat rasio utang pemerintah berada diatas batas maka hubungan antara utang dan pertumbuhan ekonomi menganut paham Neoklasik yang menyatakan bahwa dalam jangka panjang utang akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Rasio utang yang diatas nilai batas mengasumsikan bahwa utang sudah terakumulasi dalam jangka panjang sehingga dimungkinkan untuk terjadinya debt overhang. Penurunan pertumbuhan ekonomi menurut paham Neoklasik terjadi akibat adanya efek crowding out, yaitu keadaan dimana terjadi overheated dalam perekonomian yang menyebabkan investasi berkurang. Saat rasio utang pemerintah tinggi mengindikasikan bahwa beban pajak di masa depan akan tinggi sehingga konsumen akan meningkatkan tingkat konsumsinya. Jika seluruh sumber daya secara penuh telah digunakan maka peningkatan konsumsi akan menurunkan tingkat tabungan dan mendorong kenaikan suku bunga. Peningkatan suku bunga akan mendorong permintaan investasi swasta menurun. Besaran pengganda pada model Keynes akan berkurang karena adanya crowding out terhadap investasi tersebut. Saat rasio utang pemerintah dibawah nilai batas maka setiap penambahan rasio utang pemerintah sebesar 1 persen masih dapat menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.069 persen dan berlaku sebaliknya saat rasio utang diatas nilai batas maka setiap penambahan rasio utang pemerintah sebesar 1 persen menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0003 persen. Determinan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Pendek Dalam model pertumbuhan jangka pendek, selain variabel utang pemerintah, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kedua kawasan adalah pendapatan perkapita initial, investasi, penerimaan pemerintah, keterbukaan perekonomian dan suku bunga. Pendapatan per kapita initial berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi. Investasi berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi di mana setiap kenaikan tingkat investasi sebesar 1 persen akan menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.09 persen,
53
ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan teori Keynesian bahwa investasi merupakan salah satu pembentuk produksi nasional sehingga jika investasi meningkat maka produksi nasional akan meningkat. Peningkatan investasi akan mendorong peningkatan output nasional yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Variabel penerimaan pemerintah signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara di kedua kawasan mengindikasikan bahwa kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi berjalan efektif. Penerimaan pemerintah berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak akan membuat penurunan pendapatan yang siap dibelanjakan oleh masyarakat sehingga akan mengurangi konsumsi masyarakat. Pengurangan konsumsi masyarakat secara tidak langsung akan menyebabkan penurunan produksi nasional dan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi. Variabel keterbukaan perdagangan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi mengandung pengertian bahwa perdagangan bebas dengan negara lain tidak dapat mendorong pertumbuhan ekonomi karena cenderung meningkatkan impor daripada ekspor negara tersebut terlebih untuk negara berkembang yang mayoritas ada di ASEAN+6. Signfikannya variabel suku bunga mengindikasikan bahwa kebijakan moneter dan fiskal yang dilakukan pemerintah efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Suku bunga berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi melalui efek crowding out terhadap investasi yang berdampak pada penurunan investasi. Determinan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang Untuk model pertumbuhan jangka panjang, selain utang pemerintah, variabel pendapatan perkapita initial, investasi, aps, keseimbangan pemerintah, penerimaan pemerintah dan suku bunga signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Pendapatan perkapita initial berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Investasi berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan investasi berarti peningkatan akumulasi modal yang dapat mendorong peningkatan produksi output dan pada akhirnya mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Partisipasi sekolah menengah mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa modal manusia sangat penting untuk menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Peningkatan partisipasi sekolah menengah akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang digunakan dalam pembangunan. Hasil ini menjawab model Solow dimana akumulasi modal sendiri tidak bisa menjelaskan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan tetapi harus didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Pertumbuhan penduduk pada jangka panjang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Walaupun pertumbuhan penduduk tidak signifikan tetapi nilai yang negatif menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk menjadikan beban untuk pertumbuhan ekonomi. Menurut Solow Growth Model, pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk
54
menggambarkan akumulasi modal manusia, semakin banyak penduduk terutama penduduk usia produktif maka terdapat banyak tenaga kerja yang dapat digunakan dalam produksi. Tenaga kerja yang banyak identik dengan upah yang relatif lebih rendah sehingga produksi akan lebih efisien. Hal ini bisa mendorong peningkatan output dan selanjutnya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Negara China di kawasan ASEAN+6 yang mempunyai penduduk yang besar menjadikan upah tenaga kerja relatif murah sehingga menarik investor masuk. Peningkatan investasi ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi terutama saat kondisi global mengalami perlambatan, China tetap menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Penduduk yang tinggi juga merupakan pangsa pasar yang besar untuk output dalam negeri. Pangsa pasar yang besar dapat mendorong peningkatan output dalam negeri. Selain itu konsumsi masyarakat yang tinggi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan hal ini sesuai dengan paham Keynesian. Dalam model pertumbuhan jangka panjang dapat dilihat bahwa kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah melalui kenaikan belanja pemerintah dan pengurangan penerimaan sangat efektif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Keseimbangan anggaran pemerintah berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi berarti semakin besar defisit anggaran pemerintah maka pertumbuhan ekonominya akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori Keynesian bahwa defisit anggaran sebagai akibat dari peningkatan belanja pemerintah mempunyai efek pengganda terhadap pertumbuhan ekonomi. saat konsumsi pemerintah meningkat maka akan meningkatkan permintaan agregat dan mendorong peningkatan output nasional. Peningkatan output ini pada akhirnya dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Suku bunga jangka panjang berhubungan negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa kebijakan moneter dan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Peningkatan suku bunga akan menurunkan pertumbuhan ekonomi yang didapat melalui efek crowding out terhadap investasi. Analisis Jalur Dampak Utang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Analisis Deskriptif Pada sub bagian ini akan dianalisis perkembangan dan hubungan antara variabel-variabel pembentuk pertumbuhan ekonomi dan utang pemerintah. Tujuan dari analisis ini untuk melihat melalui jalur mana dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. pembahasan akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu pertama, membahas perkembangan tabungan dan hubungannya dengan utang pemerintah. Kedua, membahas perkembangan investasi dan hubungannya dengan utang pemerintah dan ketiga, membahas perkembangan pertumbuhan TFP dan hubungannya dengan utang pemerintah. Hubungan Utang Pemerintah dan Tabungan Perkembangan tabungan sebagai rasio terhadap PDB di 30 negara yang diamati di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 selama periode 1985-2010 dapat dilihat pada Lampiran 2 kolom 3, 4 dan 5. Secara umum pertumbuhan tabungan
55
negara-negara di kawasan Uni Eropa lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN+6. Hal tersebut disebabkan tingkat tabungan negara-negara di Uni Eropa yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan negaranegara di kawasan ASEAN+6. Tingginya tingkat tabungan masyarakat di Uni Eropa disebabkan oleh gaya hidup mereka yang tidak konsumtif bila dibandingkan dengan masyarakat di ASEAN+6. Negara dengan pertumbuhan tabungan yang tinggi selama periode 19852010 di kawasan Uni Eropa adalah Luxemberg yaitu sebesar 23.66 persen sedangkan yang terendah atau mengalami penurunan terbesar adalah Belanda yaitu sebesar 76.05 persen. Belanda mengalami penurunan tabungan yang cukup besar dari 22.94 persen pada tahun 1985 menjadi 5.46 persen pada tahun 2010. Jika dilihat dari rata-rata petumbuhan tabungan tahunan, secara umum negaranegara di kawasan Uni Eropa mengalami pertumbuhan yang positif dan hanya ada lima negara yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu Cyprus, Perancis, Belanda, Polandia, Portugal, Swiss dan Inggris. Sementara itu di kawasan ASEAN+6, terdapat dua negara yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu Australia dan Jepang dan negara lainnya mengalami pertumbuhan positif. Negara di kawasan ASEAN+6 yang mengalami pertumbuhan tabungan tertinggi selama periode 1985-2010 adalah Selandia Baru (103.69 persen) dan terendah dialami oleh Indonesia (-26.86 persen). Tabungan yang belum menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia menjadikan tingkat tabungan di negara ini relatif rendah bila dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN+6. Padahal tabungan mempunyai multimanfaat karena dengan semakin tinggi tingkat tabungan, stok modal akan meningkat, dan akhirnya output perekonomian pun tumbuh pesat. Hal ini yang menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak tumbuh pesat karena lebih dominan didukung oleh konsumsi dibandingkan tabungan. Data BPS, pada tahun 2010 konsumsi rumah tangga dan pemerintah mencapai 65.8 persen dan investasi mencapai 32.2 persen dari PDB. Pada tahun 2010, besaran tingkat tabungan dalam negeri hanya berkisar 20-30 persen dari PDB. Utang tidak dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tetapi melalui berbagai jalur. Bagaimana utang pemerintah mempengaruhi pertumbuhan merupakan suatu permasalahan lain yang menarik untuk diteliti. Banyak penelitian mencoba menganalisis jalur bagaimana utang pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, salah satunya melalui jalur tabungan baik tabungan swasta maupun tabungan pemerintah. Jika dilihat dari plot antara utang pemerintah dengan tabungan maka dapat dilihat bahwa terdapat hubungan negatif. Hal ini berarti utang peningkatan utang pemerintah berhubungan dengan penurunan tabungan baik untuk negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6.
56
60.00
Tabungan (% PDB)
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
Utang (% PDB)
Gambar 14 Plot utang pemerintah dan tabungan negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Hubungan Tingkat Investasi dan Utang Pemerintah Gambaran perkembangan investasi sebagai rasio terhadap PDB di 30 negara yang diamati di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 selama periode 1985-2010 dapat dilihat pada Lampiran 2 kolom 6, 7 dan 8. Secara umum pertumbuhan investasi di kedua kawasan mengalami penurunan dimana penurunan terbesar dialami oleh kawasan ASEAN+6 dibandingkan kawasan Uni Eropa. Mayoritas negara-negara di kawasan Uni Eropa mengalami penurunan tingkat investasi dan hanya ada empat negara yang mempunyai pertumbuhan investasi yang positif. Negara di kawasan Uni Eropa yang mengalami pertumbuhan investasi terbesar adalah negara Irlandia (24.12 persen) sedangkan yang mengalami pertumbuhan terendah adalah Yunani (-33.84 persen). Di kawasan ASEAN+6, pertumbuhan investasi tertinggi dialami oleh negara China (54.31 persen) dan terendah dialami negara Singapore (-40.39 persen). Menurut OECD, investasi swasta di dalam negeri khususnya dalam sektor kereta api, peningkatan kapasitas jalan, serta penyediaan perumahan bagi warga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Disamping itu, pertumbuhan ekonomi yang selalu tinggi dan kondisi ekonomi yang stabil dan aman menjadikan Cina sebagai salah satu sasaran investasi dari luar negeri. Jumlah tenaga kerja yang besar dan murah juga menjadi salah satu faktor pendorong investasi di negara tersebut tinggi. Pertumbuhan investasi di Indonesia selama periode 1985-2010 sebesar 41.91 persen. Kinerja investasi saat ini menunjukkan trend positif yang cukup solid bahkan di saat perekonomian global mengalami perlambatan. Data BPS menyebutkan bahwa tingkat investasi triwulan III 2012 tumbuh sebesar 10.02 persen (yoy). Bersama dengan komponen konsumsi rumah tangga, keduanya menopang pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 6.17 persen. Faktor yang berpengaruh positif terhadap investasi di Indonesia diantaranya suku bunga pinjaman yang rendah, pertumbuhan tingkat pendapatan masyarakat yang tinggi,
57
pertumbuhan dan ukuran kelas menengah, faktor tingkat inflasi yang rendah dan stabil serta regulasi pemerintah yang mendukung investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. Peningkatan investasi suatu negara akan meningkatan pendapatan nasional dan akhirnya mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Saat suatu negara memiliki investasi yang rendah, untuk mendorong pendapatan nasional maka diperlukan arus dana baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Arus dana ini yang disebut dengan utang pemerintah. Sehingga dapat dilihat hubungan antara utang pemerintah dengan peningkatan investasi suatu negara. Dalam kasus ini muncul suatu permasalahan apakah peningkatan utang pemerintah akan berhubungan dengan peningkatan investasi pemerintah. Investasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah investasi modal fisik yang didekati dengan variabel gross fixed capital formation (GFCF). Plotting antara utang pemerintah dan investasi menunjukkan bahwa utang berhubungan negatif dengan investasi yang berarti peningkatan utang pemerintah akan menyebabkan terjadinya penurunan investasi.
Gambar 15 Plot utang pemerintah dan investasi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Hubungan Pertumbuhan TFP dan Utang Pemerintah Total factor productivity (TFP) menggambarkan sejauh mana modal dan tenaga kerja dapat bersinergi sehngga dapat menghasilkan output yang maksimal. TFP yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa penambahan jumlah tenaga kerja menjadi beban ekonomi regional. Memang tetap menghasilkan output namun hanya cukup untuk meningkatkan pendapatan per kapita yang habis dipakai untuk konsumsi. Perkembangan pertumbuhan TFP negara-negara dikawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 selama periode 1992-2010 dapat dilihat pada Lampiran 2 kolom 9, 10, dan 11. Secara umum negara di kawasan Uni Eropa mengalami pertumbuhan TFP yang positif dimana yang terbesar adalah Austria (1182.54 persen). Di kawasan ASEAN+6, pertumbuhan TFP tertinggi dialami oleh negara Selandia Baru (900.53 persen) kemudian diikuti oleh Korea Selatan (566.44 persen) dan terendah dialami negara Thailand (-632.45 persen).
58
TFP sebagai salah satu determinan pertumbuhan ekonomi dan menjadi sesuatu yang menarik untuk mengkaji hubungan utang pemerintah dengan pertumbuhan TFP. Pengkajian hubungan ini dimaksudkan untuk melihat apakah pengaruh utang terhadap pertumbuhan ekonomi itu melalui akumulasi modal, akumulasi modal manusia atau melalui perkembangan teknologi. TFP digunakan untuk menggambarkan perkembangan teknologi di suatu negara. Jika dilihat plot antara data pertumbuhan TFP dan utang pemerintah di 30 negara yang diamati maka dapat disimpulkan bahwa utang pemerintah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan TFP. Hasil yang sedikit berbeda didapat saat plot data dibedakan berdasarkan kawasan. Untuk kawasan Uni Eropa, plot utang dan TFP menunjukkan hubungan yang positif sedangkan kawasan ASEAN+6 plot data menunjukkan hubungan yang negatif.
Gambar 16
Plot rata-rata utang pemerintah dan rata-rata pertumbuhan TFP negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6
Hasil Estimasi Model Tabungan, Investasi dan Pertumbuhan TFP Untuk melihat dampak tidak langsung utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, maka akan dianalisis pengaruh utang pemerintah terhadap determinan dari pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini determinan yang digunakan adalah akumulasi modal fisik yang didekati dengan tabungan dan investasi sedangkan akumulasi modal manusia didekati denggan pertumbuhan TFP. Regresi dilakukan terhadap model persamaan 3.33, 3.34 dan 3.35 seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Rekapitulasi model estimasi untuk model tabungan dapat dilihat pada Lampiran 7. Pemilihan model terbaik dilakukan untuk model panel statis dan dinamis. Untuk ketiga model panel statis didapatkan model terbaik adalah model FEM yang bisa dilihat dari nilai statistik uji Hausman (p-value=0.000). Nilai yang signifikan tersebut mengindikasikan bahwa cukup bukti untuk menolak Ho sehingga model terbaik yang terpilih adalah FEM. Untuk dua model panel dinamis, uji konsistensi menunjukkan bahwa kedua metode yaitu FD-GMM dan Sys-GMM menunjukkan hasil yang konsisten yang ditunjukkan oleh nilai p-value statistik m1 tolak Ho dan statistik m2 tidak tolak Ho pada taraf nyata 5 persen. Untuk syarat validitas instrumen, kedua metode juga menunjukkan kevalidan
59
dilihat dari nilai uji Sargan yang tidak tolak Ho. Syarat ketidakbiasan yang dilihat dari nilai koefisien lag variabel saving kedua metode yang harus berada pada rentang PLS dan FEM, maka dapat disimpulkan bahwa baik FD-GMM maupun Sys-GMM koefisien keduanya terletak diluar POLS yang menandakan bahwa estimator tersebut under estimated karena koefisien dari lag variabel tabungan nilainya jauh dibawah nilai FEM. Sehingga dalam pemilihan model tabungan terbaik disimpulkan bahwa metode FEM adalah model terbaik yang akan digunakan untuk menganalisis model tabungan. Rekapitulasi hasil estimasi untuk model investasi dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran 8. Hasil uji Hausman menunjukkan bahwa dari ketiga metode panel statis, model FEM menunjukkan hasil yang lebih bagus daripada REM yang dilihat dari nilai p-value (0.000) statistik uji Hausman yang tolak Ho. Pengujian model terbaik untuk panel dinamis menggunakan syarat konsisten, validitas instrumen dan ketidakbiasan. Untuk syarat kekonsistenan, kedua metode baik FD-GMM dan Sys-GMM keduanya tidak terpenuhi yang bisa dilihat dari nilai statistik m1 yang tidak tolak Ho dan statistik m2 yang tidak tolak Ho pada tingkat kepercayaan 5 persen. Syarat validitas instrumen terpenuhi oleh kedua model yang dilihat dari nilai uji sargan yang tidak tolak Ho. Sedangkan syarat ketidakbiasan tidak tercapai karena nilai koefisien lag variabel investasi terletak diluar range POLS dan FEM yang menandakan bahwa estimator FD-GMM dan Sys-GMM under estimated. Sehingga kesimpulan yang diambil bahwa model investasi terbaik menggunakan model FEM. Rekapitulasi hasil estimasi untuk model TFP dapat dilihat pada Lampiran 9. Pemilihan untuk ketiga metode panel statis didapatkan hasil bahwa model FEM adalah model terbaik yang dilihat dari nilai statistic uji Hausman yang tidak tolak Ho (p-value=0.000). Pengujian syarat konsisten untuk model panel dinamis didapatkan hasil bahwa kedua metode baik FD-GMM dan Sys-GMM terpenuhi yang bisa dilihat dari nilai statistik m1 yang tolak Ho dan m2 yang tidak tolak Ho pada tingkat kepercayaan 5 persen. Syarat validitas instrument terpenuhi oleh kedua model yang dilihat dari nilai uji Sargan yang tidak tolak Ho. Sedangkan syarat ketidakbiasan tidak tercapai untuk FD-GMM karena nilai koefisien lag variabel investasi terletak diluar range POLS dan FEM. Sedangkan untuk SysGMM karena koefisien lag variabel tabungan berada antara FEM dan PLS maka tercapai syarat ketidakbiasan. Sehingga kesimpulan yang diambil bahwa model pertumbuhan TFP terbaik menggunakan model Sys-GMM. Setelah dilakukan pemilihan model terbaik untuk model tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP maka analisis selanjutnya dilakukan terhadap model terbaik tersebut. Analisis dilakukan dengan melihat signifikansi variabel utang pemerintah dan variabel lainnya. Pada model tabungan, secara empiris tidak ditemukan bukti untuk menyatakan ada hubungan negatif nonlinier antara tabungan dan utang pemerintah (Tabel 14 kolom 2). Hubungan yang terjadi antara utang dan tabungan adalah hubungan positif nonlinier dimana saat rasio utang rendah tabungan cenderung mengalami penurunan tetapi sebaliknya saat rasio utang tinggi tabungan mengalami peningkatan. Variabel yang berpengaruh terhadap tabungan adalah tabungan periode sebelumnya, pendapatan per kapita, kredit domestik, rasio ketergantungan tua dan suku bunga jangka panjang.
60
Tabel 14 Rekapitulasi estimasi model terbaik untuk model tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP Tabungan (FEM) Variabel
Koefisien
Variabel
Koefisien
(1)
(2)
(3)
(4)
SAVING(-1)
Pertumbuhan TFP (SysGMM) Koefisien Variabel
Investasi (FEM)
0.75665 *** INVESTASI(-1) 0.82717 ***
(5)
TFP (-1)
(6)
0.22179 ***
DEBT
-0.01031
DEBT
0.00103
DEBT
-0.02809
DEBT2
0.00004
DEBT2
-0.00003
DEBT2
LOG(GDP)
1.32253 *
L_G
0.13997 ***
L_G
-0.31260
0.04494 ***
POP
-2.33164 ***
-0.01413
OLD
-0.43076 ** -0.10118
0.00008 ***
REVENUE
-0.02229
BALANCE
POP
-0.22625
REVENUE
CREDIT_PRIV
-0.00757 *** OPEN
-0.01052 ***
YOUNG
OLD
-0.18860 *** LIR
-0.01307
CREDIT_PRIV -0.02868 ***
YOUNG
0.03806
OPEN
0.00321
LIR
-0.11596 **
C
-2.32956
C
5.20576 ***
LIR
-0.00521 **
L_G_OPEN
-0.13053
C
19.65395 ***
Keterangan: * signifikan pada taraf 10 %, ** signifikan pada taraf 5 % dan *** signifikan pada taraf 1 %. Dalam model investasi terdapat hubungan negatif nonlinier antara utang dan investasi meskipun tidak signifikan. Saat rasio utang masih rendah, investasi masih tinggi sedankan saat rasio utang tinggi maka investasi akan mengalami penurunan (Tabel 14 kolom4). Variabel lain yang mempengaruhi investasi adalah investasi periode sebelumnya, pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya, keseimbangan pemerintah, dan keterbukaan perdagangan. Secara umum, tidak terbukti bahwa ada hubungan non linier antara utang dan pertumbuhan TFP tetapi diduga ada hubungan positif nonlinier antar keduanya walaupun tidak signifikan (Tabel 14 kolom 6). Variabel yang mempengaruhi pertumbuhan TFP adalah pertumbuhan TFP periode sebelumnya, pertumbuhan penduduk, kredit domestik, rasio ketergantungan usia tua dan suku bunga. Jalur Transmisi Utang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Pada pembahasan di subbab sebelumnya mencoba untuk melihat dampak langsung utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonom dimana saat mencapai rasio tertentu utang berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada subbab ini akan dibahas mengenai dampak tidak langsung utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk menjawab permasalahan tersebut dengan melakukan analisis utang pemerintah terhadap determinan pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini yang mengacu pada penelitian Checherita-Westphal dan Rother (2012) mencoba untuk melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi melalui jalur tabungan, investasi (sebagai pendekatan untuk modal fisik) dan pertumbuhan TFP (untuk pendekatan modal manusia). Menurut Nautet dan Meensel (2011), ada beberapa jalur bagaimana kenaikan utang pemerintah berpengaruh negatif terhadap kegiatan ekonomi di
61
jangka panjang. Ada 3 jalur transmisi utama yaitu (i) pertama, peningkatan utang pemerintah secara umum berhubungan dengan penurunan tabungan yang akan menyebabkan penurunan tabungan nasional. Hal ini akan mendorong kenaikan suku bunga. Teori investasi Keynes menyatakan bahwa investasi berhubungan negatif dengan suku bunga sehingga saat terjadi kenaikan suku bunga maka akan menurunkan investasi. Kenaikan suku bunga ini juga akan menurunkan pertumbuhan akumulasi modal dan mengganggu inovasi yang bisa meningkatkan produktifitas dan sebagai akibatnya akan menurunkan produktifitas tenaga kerja. Jika melihat dampak utang pemerintah terhadap tabungan, penelitian ini belum bisa menyimpulkan bahwa kenaikan utang berdampak negatif terhadap tabungan. Hasil ini tidak sesuai dengan kajian Nautet dan Meensel (2011) diatas yang menyatakan bahwa kenaikan utang akan berdampak pada penurunan tabungan nasional. Penelitian Checherita-Westphal dan Rother (2012) menemukan bahwa utang berdampak negatif terhadap tabungan swasta sedangkan Schclarek (2004) tidak menemukan adanya hubungan antara utang dan tabungan swasta. Variabel yang berpengaruh terhadap tabungan adalah tabungan periode sebelumnya, pendapatan per kapita, kredit domestik, rasio ketergantungan usia tua dan suku bunga jangka panjang. Tabungan periode sebelumnya signifikan berpengaruh terhadap tabungan mengandung pengertian bahwa diantara semua negara yang diteliti ada proses konvergensi tabungan. Artinya negara yang mempunyai tinkat tabungan rendah akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang sudah mempunyai tingkat tabungan tinggi sehingga keduanya akan bertemu di satu titik. Pendapatan per kapita periode sebelumnya berhubungan signifikan dan positif mempengaruhi tingkat tabungan. Hasil ini sudah sesuai dengan teori fungsi tabungan yang menyatakan bahwa pendapatan berpengaruh positif terhadap tingkat tabungan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi berarti pendapatan yang tinggi juga. Kredit domestik signifikan dan berhubungan negatif dengan tabungan mengandung arti bahwa semakin tinggi kredit swasta maka akan mengurangi tingkat tabungan nasional. Semakin banyak kredit yang disalurkan kepada masyarakat maka dana tabungan yang tersimpan menjadi berkurang karena dananya beralih ke masyarakat dalam bentuk sektor riil. Peningkatan kredit swasta ini seharusnya dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui sektor riil. Suku bunga jangka panjang berhubungan negatif dengan tabungan. Suku bunga jangka panjang yang digunakan adalah suku bunga pada obligasi pemerintah jangka menengah dan panjang. Semakin tinggi suku bunga obligasi pemerintah maka akan lebih menjanjikan untuk menanamkan modal pada obligasi daripada menyisihkan model untuk ditabung. Hal ini akan berdampak terhadap penurunan tingkat tabungan swasta dan tingkat tabungan nasional. Dampak utang pemerintah terhadap investasi walaupun tidak signifikan tapi menunjukkan hasil bahwa ada bukti yang lemah untuk menyatakan hubungan negatif nonlinier. Saat rasio utang pemerintah rendah maka investasi akan meningkat. Hal ini sejalan dengan teori pertumbuhan Harold Domar dimana utang digunakan untuk menutup investasi yang rendah sehingga utang diharapkan dapat mendorong investasi. Hasil ini juga sejalan dengan Keynesian dimana defisit fiskal yang dibiayai dengan utang dapat meningkatkan permintaan agregat dan
62
mendorong peningkatan output. Peningkatan output memberikan sinyal bahwa investasi perlu ditambah untuk dapat mencapai kenaikan output. Saat rasio utang pemerintah tinggi maka utang berdampak negatif terhadap investasi. Hal ini menjawab kajian Nautet dan Meensel (2011) yang menyatakan bahwa utang akan menyebabkan kenaikan suku bunga dan menyebabkan penurunan investasi. Penurunan investasi ini juga bisa terjadi peningkatan biaya akibat suku bunga yang tinggi yaitu adanya peningkatan pajak modal. Variabel lain yang mempengaruhi investasi adalah investasi periode sebelumnya, pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya, keseimbangan pemerintah, dan keterbukaan perdagangan. Pengaruh positif pertumbuhan ekonomi terhadap investasi sudah sejalan dengan teori investasi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di periode ini membuat investor menaikkan investasi untuk mengakomodasi peningkatan permintaan agregat sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Keseimbangan pemerintah berpengaruh positif terhadap investasi terutama investasi pemerintah. Peningkatan keseimbangan pemerintah yang lebih banyak untuk belanja modal atau infrastruktur mendorong investor untuk menanamkan investasi karena dapat mengefisienkan biaya produksi. Keterbukaan perdagangan berpengaruh negatif terhadap investasi. Semakin bebas perdagangan suatu negara cenderung mengurangi investasi terutama jika impor suatu negara lebih besar daripada ekspor yang menjadikan investasi dalam negeri menjadi tidak berkembang. Untuk melihat jalur utang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui jalur TFP maka digunakan model TFP. Dari hasil estimasi model terbaik didapatkan hasil bahwa tidak ada bukti yang bisa menyatakan adanya hubungan negatif nonlinier antara utang dan pertumbuhan TFP. Secara umum variabel TFP periode sebelumnya, rasio utang yang tinggi, pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan usia tua, kredit domestik dan suku bunga yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan TFP. Saat rasio utang tinggi berhubungan dengan pertumbuhan TFP yang tinggi juga. Hal ini tidak sejalan dengan beberapa kajian yang menyatakan bahwa saat utang tinggi akan menurunkan prduktifitas tenaga kerja karena berkurangnya inovasi. Pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan usia tua berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan TFP. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menimbulkan masalah surplus tenaga keja dan didukung rasio ketergantungan usia tua yang tinggi menyebabkan produktifitas tenaga kerja mengalami penurunan. Penurunan ini akibat tidak adanya inovasi teknologi karena industri yang tepat untuk negara seperti ini adalah industri yang padat karya sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran sebagai dampak pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kredit domestik berhubungan negatif dengan pertumbuhan TFP dikarenakan dengan berkurangnya kredit yang disalurkan kepada masyarakat maka pengembangan teknologi industri akan terhambat yang dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan TFP. Suku bunga jangka panjang berhubungan negatif dengan pertumbuhan TFP melalui penurunan investasi. Semakin tinggi suku bunga maka membuat investasi mengalami penurunan termasuk investasi swasta untuk peningkatan teknologi industri. Hal tersebut akan berdampak pada penurunan produktifitas tenaga kerja dalam perekonomian. Hasil yang dapat disimpulkan pada pembahasan tentang jalur bagaimana utang pemerintah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi adalah
63
bahwa dampak negatif utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditransmisikan melalui jalur akumulasi modal daripada jalur akumulasi sumber daya manusia. Penurunan pertumbuhan ekonomi terjadi karena utang pmerintah yang tinggi di atas nilai batas tertentu akan berdampak pada kenaikan suku bunga di masyarakat. Kenaikan suku bunga ini pada akhirnya akan menyebabkan efek crowding out terhadap investasi.
5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya dan merujuk pada tujuan dari penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 memiliki rasio utang pemerintah yang meningkat selama periode 1985-2010. Peningkatan rasio utang ini lebih tinggi untuk negara di kawasan Uni Eropa daripada ASEAN+6. Peningkatan rasio utang tinggi di kawasan Uni Eropa sebagai akibat dari peningkatan defisit fiskal hampir di semua negara. Rasio utang pemerintah tertinggi negara-negara di ASEAN+6 adalah Cina dan Jepang tetapi mereka tetap menunjukkan performance perekonomian yang masih tinggi. Hal ini terbukti dengan pertumbuhan ekonominya yang masih tinggi bahkan saat terjadi krisis global. Analisis dengan scatter plot menunjukkan bahwa utang pemerintah berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi. 2. Secara umum untuk 30 negara yang diamati, utang pemerintah berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi saat rasio utang pemerintah dibawah 60 persen. Untuk rasio utang diatas 60 persen dampak utang terhadap pertumbuhan menjadi negatif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ditemukan bukti untuk menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif nonlinier antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi atau terbukti adanya kurva Debt Laffer di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6. 3. Tidak ada perbedaan dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di antara kedua kawasan. Baik kawasan Uni Eropa maupun ASEAN+6, utang pemerintah berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi saat rasionya masih rendah dan dampaknya akan menjadi negatif saat rasionya tinggi. 4. Tidak ditemukan bukti yang kuat untuk menyatakan bahwa utang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di 30 negara yang diteliti melalui jalur tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP. Saran Merujuk pada hasil penelitian dan kesimpulan yang diuraikan sebelumnya, beberapa implikasi kebijakan yang dapat disarankan adalah sebagai berikut: 1. Hubungan negatif antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 mengisyaratkan kepada pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam penarikan utang baru untuk membiayai defisit anggaran pemerintah. Pemerintah hendaknya mencari sumber pembiayaan baru selain dengan utang. 2. Dampak negatif utang pemerintah saat rasionya diatas 60 persen mengindikasikan bahwa negara-negara yang mempunyai rasio utang diatas nilai ini harus mengendalikan rasio utangnya supaya tidak melebihi nilai tersebut sehingga penambahan utang masih dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Negara Yunani, Italia dan Jepang harus segera mencari solusi supaya rasio utang tidak mengalami peningkatan. Negara-
65
negara lain di kedua kawasan harus tetap waspada karena trend utang yang cenderung mengalami peningkatan. 3. Pertumbuhan penduduk untuk negara-negara di kawasan ASEAN+6 mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemerintah bisa melakukan kebijakan untuk mengontrol pertumbuhan penduduk misalnya seperti di Indonesia dengan lebih menggiatkan program keluarga berencana nasional sehingga pertumbuhan penduduk lebih terkendali. Saran Penelitian Lebih Lanjut Beberapa saran yang dapat dirumuskan untuk penelitian lebih lanjut adalah: 1. Penambahan jenis variabel dependen yang digunakan. Pada penelitian ini hanya menggunakan satu variabel dependen yaitu rasio utang pemerintah terhadap PDB. Untuk penelitian selanjutnya bisa memasukkan memisahkan variabel utang pemerintah menjadi utang luar negeri dan utang dalam negeri sehingga bisa dilihat lebih mendalam utang mana yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Penggunaan dummy negara maju dan berkembang dengan terlebih dahulu menambah cakupan negara berkembang. Dalam penelitian ini kebanyakan negara yang dicakup adalah negara maju sehingga jika digunakan dummy negara maju dan berkembang tidak memberikan hasil yang signifikan. 3. Untuk pengujian kemungkinan adanya bentuk nonlinier bisa digunakan variabel utang pemerintah dalam bentuk dummy dengan menggunakan nilai debt threshold atau melakukan spline regression.
DAFTAR PUSTAKA Abbas SA, Belhocine N, Elganainy A, Horton M. 2010. A historical public debt database. International Working Paper. WP/10/245. Artis MJ, Zhang W. 2002. Membership of EMU: A fuzzy clustering analysis of alternative criteria. Journal of Economic Integration. 17(1):54-79. Baldacci W, Kumar MS. 2010. Fiscal deficits, public debt and sovereign bond yields. International Working Paper. WP/10/184 Baltagi BH. 2005. Econometric Analysis of Panel Data 3 Edition. Chicester (UK): John Wiley & Sons Ltd. [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2011. Krisis Keuangan Eropa: Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia. Tinjauan Ekonomi Triwulanan. Jakarta (ID): Bappenas. Barro JR. 1989. The Ricardian approach to budget deficits. Journal of Economic Perpectives. 3(2):37-54. Barsky RB, Mankiw NG, Zeldes SP. 1986. Ricardian consumers with Keynesian propensities. American Economic Review. 76(4):676-691. Baum A, Checherita-Westphal C, Rother P. 2013. Debt and growth: new evidence for The Euro area. Journal of International Money and Finance. 32(2013):809-821. Bernheim BD. 1989. A Neoclassical perspective on budget deficits. The Journal of Economic Perspectives. 3(2):55-72. Blanchard O. 2011. Macroeconomics. Updated Edition: Fifth Edition. Boston (US), Pearson. Cecchetti SG, Mohanty MS, Zampoli F. 2011. The real effects of debt. Achieving Maximum Long Run Growth symposium. Checherita-Westphal C, Rother P. 2012. The impact of high government debt on economic growth and its channels: An empirical investigation for the Euro Area. European Economic Journal. 56(2012):1392-1405. De Paoli B, Hoggarth G, Saporta V. 2009. Output costs of sovereign crises: some empirical estimates. Bank of England Working Paper No. 362. [DJPU Kementrian Keuangan] Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan . 2012. Perkembangan Utang Negara (Pinjaman dan Surat Berharga Negara). Jakarta (ID): DJPU. Clements B, Bhattacharya R, Nguyen TQ. 2003. External debt, public investment and growth in low income countries. International Monetary Fund Working Paper. WP/03/249. Egert B. 2012. Public debt, economic growth and linear effects: myth or reality?. OECD Economics Department Working Papers, no.993. Eisner R. 1989. Budget deficit: rhetoric and reality. The Journal of Economic Perspectives. 3(2):73-93. Elbadawi I, Ndulu B, Ndung’u N. 1997. Debt overhang and economic growth in Sub Saharan Africa. International Monetary Fund Working Paper. Evans P. 1988. Are consumers Ricardian? Evidence for The United States. Journal of Political Economy. 96(5):983-1004. Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor (ID), Penerbit PT IPB Press Bogor.
67
Furceri D, Zdzienicka A. 2011. How costly are debt crises?. International Monetary Fund Working Papers.11(280). Ghali K. 2003. Government spending, budget financing, and economic growth: The Tunisian Experience. The Journal of Developing Areas. 36(2):19-37. Gujarati DN. 2004. Basic Econometrics. Ed ke-4. New York (US): McGraw Hill. Indra. 2009. Analisis Hubungan Intensitas Energi dan Pendapatan per Kapita: Studi Komparatif di Sepuluh Negara Asia Pasifik [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kinoshita N. 2006. Government debt and long term interest rates. International Monetary Fund Working Paper. WP/06/63. Kumar M.S, Woo J. 2010. Public debt and growth. International Monetary Fund Working Papers.10(174):1-45. Liu Y, Fung GH, Wang Z. 2005. Fiscal deficit and debt conditions for China. Emerging Markets Finance and Trade. 41(5):56-77. Makin A.J. 2005. Public debt sustainability and its macroeconomic implications in ASEAN-4. ASEAN Economic Bulletin. 22(3):284-296. Mankiw NG. 2007. Teori Makroekonomi. Edisi ke-6. Liza F, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Macroeconomics Theory. Masson PR, Bayoumi T, Samiei H. 1998. International evidence on the determinant of private saving. The World Bank Economic Review. 12: 483501. Misztal P. 2010. Public debt and economic growth in The European Union. Journal of Applied Economic Sciences. 5(3):292-302. Modigliani F. 1961. Long run implications of alternative fiscal policies and the burden of the national debt. Economic Journal. 71:730-755. Nautet M, Meensel LV. 2011. Economic impact of the public debt. Artikel. Akses www.nbb.be/doc/ts/publications/.../2011/ecorevII2011_H1.pdf tanggal 27 Mei 2013 jam 09.26. Pattillo C, Poirson H, Ricci L. 2002. External debt and growth. International Monetary Fund working Paper. WP/02. ___________________ . 2004. What are the channels through which external debt affects growth?. International Monetary Fund working Paper. WP/04/15. Paramitasari N. 2012. Defisit Fiskal, Defisit Perdagangan dan pertumbuhan Ekonomi Negara-negara di Kawasan ASEAN+3 [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Presbitero AF. 2006. The debt growth nexus: a dynamic panel data estimation. Rivista Italiana Degli Economisti. 11(3): 415-459 Rais SI, Anwar T. 2012. Public debt and economic growth in Pakistan: a time series analysis from 1972-2010. Academic Research International. 2(1): 535-544. Reinhart CM, Rogoff KS. 2010. Growth in a time of debt. American Economic Review. 100(2): 573-578. Saint-Paul G. 1992. Fiscal policy in an endogenous growth model. Quarterly Journal of Economics. 107:1243-1259. Schclarek A. 2004. Debt and economic growth in developing and industrial countries. Lund University Working Papers. 34:1-39.
68
TNH Teguh Pamuji. 2008. Analisis Dampak Defisit Anggaran Terhadap Ekonomi Makro di Indonesia (Tahun 1993-2007) [Tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Verbeek M. 2000. A Guide to Modern Econometrics. Chicester (UK): John Wiley & Sons, Ltd. Todaro MP, Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid 1. Ed ke-9. Munandar H, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Economic Development.
69
Lampiran 1 Ringkasan hasil penelitian sebelumnya tentang utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi Peneliti
Penerbit
Tujuan
Cakupan
Variabel
Metode
Hasil
Ghali (2003)
The Journal of Developing Areas. 36(2): 19-37
Untuk melihat dampak dari pembiayaan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dan jalur pengaruhnya
Tunisia (1960-2000)
data GDP riil, government spending, private investment, exports, imports
VECM
Ada 3 jalur bagaimana pengeluaran pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan satu jalur bagaimana pengeluaran pemerintah dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Rais dan Anwar (2012)
Academic Research International 2(1): 535-544
Untuk menganalisis dampak dari utang pemerintah terhadap perekonomian di Pakistan.
Pakistan (1972-2010)
Utang domestik, utang luar negeri, konsumsi, investasi, ekspor, impor, tabungan swasta
OLS
Baik utang domestik maupun utang luar negeri berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Wang dan Rettenmaier (2008)
Southern Economic Journal. 75(1): 208222
Untuk menganalisis hubungan antara pinjaman pemerintah terhadap suku bunga jangka panjang
Amerika Serikat
LTIR, STIR, inflasi, tingkat pertumbuhan GDP, deficit primer, explicit debt, dan debt social security unfunded obligation
VAR dan SVAR
Explicit debt dan implicit debt mempunyai pengaruh positif terhadap suku bunga jangka panjang dalam waktu 10 tathun. Setiap kenaikan satu persen rasio deficit-GDP menyebabkan kenaikan suku bunga sebesar 0.56% pada periode shock.
70
Peneliti
Penerbit
Tujuan
Cakupan
Liu, Fung and Wang (2005)
Emerging Markets Finance and Trade. 41(5): 56-77
Untuk menurunkan persamaan identitas government budget dan model umum yang mengkaitkan deficit fiscal dengan tingkat utang yang berhubungan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi
China (1979-2002)
Bilquees (2003)
The Pakistan Development Review. 42(3): 177195
Untuk menganalisis faktor-faktor yang bertanggung jawab pada defisit yang tinggi dan akumulasi utang dalam 3 model gap yaitu S-I, X-M dan R-E
Pakistan (20 tahun)
Islam and Biswas (2005)
The Bangladesh Development Studies. 31(1/2): 79102
Untuk menganalisis komposisi utang, pembiayaan utang dan implikasinya terhadap perekonomian
Bangladesh (1981-2006)
Variabel Data deficit dan debt rate.
Domestk debt External debt Exchange rate Primary balance
Deficit fiscal, total debt, domestik debt dan external debt.
Metode
Hasil
VAR
Nilai estimasi untuk future debt dan debt rate dengan tingkat kepercayaan 90%. Dapat diestimasi target suku bunga yang berhubungan dengan tingkat utang pemerintah di masa depan. Utang bank yang besar tidak berdampak pada sistem finansial pemerintah karena utang pemerintah yang msh kecil.
menggunakan estimasi dari berbagai hasil penelitian
Skenario hubungan deficit dan debt lebih condong ke neoclassical. Dimana R-E akan mendorong terjadinya S-I dan XM. Perubahan rasio debt-GDP diikuti/ dicatat dengan pertumbuhan suku bunga yang berbeda, efek nilai tukar luar negeri dan primary deficit. Analisis dinamika utang didapatkan hasil bahwa suku bunga, exchange rate, pertumbuhan GDP, primary deficit dan perubahan cadangan uang berdampak pada perubahan stok utang
Deskriptif
71
Peneliti
Penerbit
Tujuan
Cakupan
Variabel
Metode
Hasil
Cecchetti, Mohanty, Zampoli (2011)
Achieving Maximum Long-Run Growth symposium, Wyoming (US)
Menganalisis efek riil dari utang pemerintah, korporasi dan rumah tangga pada 18 negara OECD periode 19802010.
18 negara OECD
Korelasi Model panel
Balassone, Francese, Pace (2011)
Economic History Working Papers. 2011
Untuk menganalisis hubungan antara rasio utang pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi di Italia
Italia 1861-2009
GDP per kapita riil, tabungan bruto, tingkat pertumbuhan penduduk, aps, rasio dependency, inflasi, openness, rasio dari liquid liabilitas thd PDB. GDP nominal dan riil, angkatan kerja dan stok modal dan utang pemerintah.
Panizza dan Presbitero (2013)
Money and Finance Research Group Working Papers. 78
Untuk meneliti utang pemerintah dan pertumbuhan di negara maju.
Negara maju
Kajian empiris
Presbitero (2010)
Money and Finance Research Group Working Papers. 44
Meneliti hubungan antara utang dengan growth untuk negara berkembang, bukan hanya utang luar negeri tetapi utang total.
92 negara berpendapatan sedang dan rendah 1990-2007
Pertumbuhan GDP per kapita, GDP per kapita, rasio utang pemerintah, pertumbuhan penduduk, rasio investasi thd GDP dan stok modal manusia GDP, utang public, variabel control yang terdiri dari: tingkat investasi, human capital (APS), CPIA, keterbukaan, inflasi
Utang akan membahayakan pertumbuhan ekonomi diatas batas tertentu dimana untuk utang pemerintah, rasio utang diatas 85 persen dan untuk korporasi diatas 90 persen dan utang rumah tangga diatas 85 persen. Terdapat hubungan negatif antara utang pemerintah dan growth. Efek yang lebih besar terdapat pada utang luar negeri dibandingkan utang domestik dan efeknya melalui pengurangan investasi. Tidak ada bukti bahwa utang mempunyai efek terhadap growth.
OLS
Model Panel
Utang pemerintah mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan output sampai
72
Peneliti
Penerbit
Tujuan
Cakupan
Variabel
Metode
Hasil
Schclarek (2004)
IDEAS Working Papers. 2005:34. Lund University, Department of Economics
Meneliti hubungan antara utang dan growth untuk beberapa negara berkembang dan industri.
59 negara berkembang dan 24 negara industri 1970-2002
Dependen: Pertumbuhan GDP riil per kapita, growth per kapita, tingkat tabungan. Regresor: utang, GDP per kapita, rata-rata sekolah, government size, inflasi, open, .
Model panel dinamis
Pattilo, Poirson, dan Ricci (2002)
International Monetary Fund Working Paper. 2001:02
Meneliti dampak nonlinier dari utang luar negeri terhadap growth
GDP riil, populasi, pendidikan menengah, investasi, nominal debt to export, TOT, fiscal balance, openness, NPV debt, debt service to export
Kumar dan Woo (2010)
International Monetary Fund Working Paper. WP/10/174
Menganalisis dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
93 negara berkembang Afrika Sub Sahara, Asia, Amerika Latin dan Timur Tengah 19691998 38 negara maju dan berkembang
OLS, instrumental variables (IV) untuk mengkoreksi endogeneity, fixed effect, system GMM Model Data Panel
Untuk negara berkembang: total utang luar negeri yang rendah berhubungan dengan growth yang tinggi. Hubungan negatif terdapat pada utang luar negeri pemerintah bukan swasta. Jalur dampaknya melalui pertumbuhan akumulasi modal. Tidak ditemukan hubungan U terbalik. Untuk negara industri: tidak ditemukan hasil yang signifikan Peningkatan rasio utang akan mengurangi growth perkapita sebesar 0,5 persen. Rasio utang terhadap GDP yang menyebabkan dampak utang menjadi negatif sekitar 35-40 persen
GDP, penduduk, investasi, government size, utang pemerintah
Ada hubungan berkebalikan antara utang dan pertumbuhan ekonomi, 10 persen kenaikan utang berhubungan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.2 persen. Dampak untuk negara maju lebih kecil jika dibanding dengan negara berkembang.
73
Peneliti
Penerbit
Tujuan
Cakupan
Variabel
Metode
Hasil
Baldacci dan Kumar (2010)
International Monetary Fund Working Paper. WP/10/184 International Monetary Fund Working Paper. WP/03/249
Menganalisis dampak dari deficit fiscal dan utang pemerintah pada suku bunga jangka panjang di negara maju dan berkembang. Menganalisis jalur bagaimana utang luar negeri mempengaruhi growth di negara berpendapatan rendah.
31 negara maju dan berkembang Periode 19802008
Suku bunga, fiscal balance, utang pemerintah, primary balance fiscal, inflasi, pertumbuhan GDP,
Model data panel
Semakin tinggi defisit fiskal dan utang pemerintah menyebabkan kenaikan signifikan pada suku bunga jangka panjang
55 negara berpendapatan rendah 1970-1999
Utang luar negeri, Analisis data investasi, NPV debt, panel: fixed TOT effect dan Sys GMM.
International Monetary Fund Working Paper. WP/06/63
Menganalisis hubungan antara utang pemerintah dan suku bunga jangka panjang secara teori dan empiris
19 negara industrial
Clements, Bhattacharya , Nguyen (2003)
Kinoshita (2006)
Suku bunga riil Analisis jangka panjang, suku panel bunga nominal jangka panjang, utang pemerintah, konsumsi pemerintah
Pengurangan stok utang luar negeri untuk negara HIPCs secara langsung menaikkan pertumbuhan pendapatan perkapita sebesar satu persen. Pengurangan pada external debt service berdampak tidak langsung pada growth melalui investasi pemerintah. data Kenaikan pada rasio utang pemerintah mempunyai dampak yang kecil terhadap suku bunga riil jangka panjang. Dampak yang lebih besar terjadi jika peningkatan utang pemerintah sebagai hasil dari peningkatan konsumsi pemerintah.
74
Lampiran 2 Rekapitulasi perkembangan tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Negara
Tabungan (% PDB) 1985 2010
Pertumbuhan (%) 1985-2010
Investasi (% PDB) 1985 2010
Pertumbuhan (%) 1985-2010
Pertumbuhan TFP
(%)
Austria Belgia Cyprus Denmark Finlandia Perancis Jerman Yunani Hungaria Irlandia Italia Luxemberg Belanda Polandia Portugal Spanyol Swedia Swiss Inggris
(3) 21.48 23.18 21.50 21.41 32.42 17.14 22.09 22.94 18.63 23.95 17.10 19.02 22.94 17.71 22.20 21.61 23.80 20.68 21.61
(4) 24.92 20.37 8.80 25.65 34.89 12.40 24.92 23.06 22.89 20.37 17.24 23.52 5.49 13.83 16.77 18.30 22.65 10.39 18.64
(5) 16.04 -12.14 -59.07 19.80 7.60 -27.67 12.82 0.50 22.87 -14.98 0.82 23.66 -76.05 -21.89 -24.46 -15.31 -4.85 -49.76 -13.74
(6) 22.47 17.72 20.39 25.12 18.52 21.15 20.89 18.11 22.28 14.84 21.09 23.11 20.17 27.19 22.46 21.17 20.70 26.61 18.02
(7) 20.52 19.97 16.88 18.91 19.45 17.44 17.64 11.98 19.61 18.41 17.33 19.76 22.26 18.42 17.97 19.86 18.03 20.03 14.91
(8) -8.67 12.67 -17.20 -24.71 4.99 -17.55 -15.56 -33.84 -11.98 24.12 -17.82 -14.49 10.38 -32.25 -19.98 -6.19 -12.91 -24.74 -17.26
1985 (9) 0.14 0.59 0.49 0.35 0.19 1.04 -2.54 3.33 0.54 -0.97 -0.52 1.09 0.32 -3.04 6.28 4.88 0.43 -0.52 0.65
Uni Eropa
23.95
22.85
-4.56
402.00
349.37
-13.09
0.67
(2)
2010 (10) 1.76 1.10 2.64 2.16 0.53 2.26 -5.27 0.36 2.00 0.51 1.72 1.03 0.18 0.10 0.02 1.27 3.43 2.12 0.84 0.99
1985-2010 (11) 1182.54 84.10 440.91 507.89 178.17 116.29 107.47 -89.25 270.21 -152.99 -430.30 -6.22 -44.36 -103.44 -99.75 -74.02 705.57 -509.48 29.08 47.06
75
No
Negara
(1)
(2)
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Australia China India Indonesia Jepang Korea Selatan Malaysia Selandia Baru Filipina Singapura Thailand ASEAN+6
Tabungan (% PDB) 1985 2010 (3) 34.63 21.82 24.59 31.84 29.03 22.83 17.95 13.41 40.90 24.28 26.45 287.71
(4) 52.37 34.61 32.10 23.29 31.92 34.22 18.79 27.32 46.55 30.95 30.95 20.50
Pertumbuhan (%) 1985-2010 (5) 51.23 58.66 30.54 -26.86 9.98 49.90 4.67 103.69 13.82 27.50 17.03 -92.87
Investasi (% PDB) 1985 2010 (6) 26.78 29.64 20.60 22.72 27.55 28.77 28.71 26.71 16.47 40.57 27.17 295.69
(7) 27.53 45.73 31.74 32.08 20.09 28.27 22.25 18.96 20.52 24.18 24.73 20.50
Pertumbuhan (%) 1985-2010 (8) 2.80 54.31 54.10 41.19 -27.09 -1.73 -22.49 -29.03 24.63 -40.39 -8.95 -93.07
Pertumbuhan TFP
(%) 1985 (9) 2.45 4.75 1.70 1.48 -1.45 0.72 1.87 -0.14 -2.97 2.10 -0.89
2010 (10) -0.95 2.87 2.58 0.59 4.24 4.80 0.93 -1.35 3.45 8.09 4.73
1985-2010 (11) -138.77 -39.56 52.14 -60.48 -391.93 566.44 -50.50 900.53 -216.09 286.03 -632.45
0.87
2.72
211.57
76
Lampiran 3 Hasil output model pertumbuhan ekonomi dengan metode estimasi POLS, FEM dan REM POLS Dependent Variable: G Method: Panel Least Squares Date: 07/17/13 Time: 01:52 Sample: 1985 2010 Periods included: 26 Cross-sections included: 30 Total panel (balanced) observations: 780 Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic -4.496309 -1.016417 -0.144038 4.297637 -2.316645 -0.897692 0.109613 -2.060518 1.482846 -3.561237 6.630775
Prob.
LN_GDP DEBT DEBT_2 INVESTASI POP APS BALANCE REVENUE OPEN LIR C
-1.07433 -0.01108 -9.36E-06 0.111527 -0.42921 -0.00655 0.00319 -0.03396 0.003643 -0.13228 13.49924
0.238936 0.010904 6.50E-05 0.025951 0.185271 0.007293 0.029106 0.016483 0.002457 0.037145 2.035846
0 0.3098 0.8855 0 0.0208 0.3696 0.9127 0.0397 0.1385 0.0004 0
R-squared Adjusted Rsquared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.193223
Mean dependent var
2.573397
0.182731 3.030418 7062.062 -1966.02 18.4175 0.0000
S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
3.352125 5.069281 5.134989 5.094553 1.195947
77
FEM Dependent Variable: G Method: Panel Least Squares Date: 07/17/13 Time: 01:53 Sample: 1985 2010 Periods included: 26 Cross-sections included: 30 Total panel (balanced) observations: 780 Variable LN_GDP DEBT DEBT_2 INVESTASI POP APS BALANCE REVENUE OPEN LIR C
Coefficient -3.268595 0.069503 -3.11E-04 0.112075 -0.323851 0.008178 0.050997 -0.168098 -0.013664 -0.191209 36.11596
Std. Error 0.72257 0.015987 8.05E-05 0.037137 0.250045 0.012543 0.034695 0.033447 0.007326 0.050393 6.24528
t-Statistic -4.523569 4.347384 -3.861883 3.017849 -1.295169 0.651993 1.469855 -5.025813 -1.865048 -3.794343 5.782921
Prob. 0 0 0.0001 0.0026 0.1957 0.5146 0.142 0 0.0626 0.0002 0
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.311476 0.275188 2.85386 6026.944 -1904.206 8.583644 0.0000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
2.573397 3.352125 4.985143 5.224081 5.077041 1.326609
78
REM Dependent Variable: G Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 07/17/13 Time: 01:54 Sample: 1985 2010 Periods included: 26 Cross-sections included: 30 Total panel (balanced) observations: 780 Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic LN_GDP DEBT DEBT_2 INVESTASI POP APS BALANCE REVENUE OPEN LIR C
-1.11013 0.009752 -9.63E-05 0.091134 -0.43889 -0.00772 0.016943 -0.0486 0.000731 -0.12003 14.29376
0.300187 0.012108 6.87E-05 0.028075 0.206058 0.008702 0.030573 0.019445 0.003085 0.040028 2.453745
-3.698107 0.805396 -1.402222 3.246079 -2.129937 -0.887687 0.55417 -2.499391 0.236807 -2.998576 5.825281
Prob. 0.0002 0.4208 0.1613 0.0012 0.0335 0.375 0.5796 0.0126 0.8129 0.0028 0
Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random
Rho
0.659282
0.0507
2.85386
0.9493
Weighted Statistics R-squared Adjusted Rsquared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.107313
Mean dependent var
1.665445
0.095704 2.954065 9.244383 0.0000
S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
3.106453 6710.677 1.241645
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.182168 7158.826
Mean dependent var Durbin-Watson stat
2.573397 1.163917
79
Lampiran 4 Hasil uji Chow dan Hausman test Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic d.f.
Cross-section F 4.382543 Cross-section Chi-square 123.6276
Prob.
-29,740 29
0 0
Hausman Test Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f.Prob.
Cross-section random 64.9501
10
0
80
Lampiran 5 Hasil estimasi model pertumbuhan ekonomi dengan FEM Cross Section Weights Model pertumbuhan ekonomi tahunan Dependent Variable: G Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/17/13 Time: 01:55 Sample: 1985 2010 Periods included: 26 Cross-sections included: 30 Total panel (balanced) observations: 780 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable LN_GDP DEBT DEBT_2 INVESTASI POP APS BALANCE REVENUE OPEN LIR C
Coefficient -3.870267 0.069215 -0.000295 0.091525 -0.634147 0.011175 0.034745 -0.127087 -0.015243 -0.216708 41.33969
Std. Error t-Statistic 0.986742 0.017594 7.19E-05 0.047884 0.292928 0.013415 0.049946 0.034282 0.006338 0.055183 8.567658
-3.922271 3.933997 -4.108671 1.91141 -2.164858 0.832985 0.695641 -3.707133 -2.405159 -3.927085 4.825086
Prob. 0.0001 0.0001 0 0.0563 0.0307 0.4051 0.4869 0.0002 0.0164 0.0001 0
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.340894 0.306157 2.83722 9.813667 0
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
2.78062 3.31084 5956.86 1.37474
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.304421 6088.696
Mean dependent var Durbin-Watson stat
2.5734 1.28342
81
Model pertumbuhan ekonomi 5 tahunan nonoverlapping Dependent Variable: G Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/17/13 Time: 02:38 Sample: 2001 2005 Periods included: 5 Cross-sections included: 30 Total panel (balanced) observations: 150 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable LN_GDP DEBT DEBT_2 INVESTASI POP APS BALANCE REVENUE OPEN LIR C
Coefficient -4.607332 0.055528 -0.000224 0.154915 -0.255932 0.024854 0.169675 -0.162584 -0.007089 -0.103092 45.74183
Std. Error t-Statistic 0.89447 0.020899 9.48E-05 0.040432 0.320861 0.008453 0.063581 0.041833 0.0085 0.058706 7.617766
-5.150909 2.656978 -2.358589 3.831516 -0.797641 2.940378 2.668647 -3.886527 -0.834063 -1.756059 6.004625
Prob. 0 0.0091 0.0201 0.0002 0.4268 0.004 0.0088 0.0002 0.4061 0.0819 0
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.72733 0.630656 1.643578 7.523527 0
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
3.23968 2.83436 297.148 2.20758
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.605281 330.2843
Mean dependent var Durbin-Watson stat
2.61392 1.92369
82
Model pertumbuhan ekonomi 5 tahunan overlapping Dependent Variable: G Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/19/13 Time: 10:49 Sample: 2001 2006 Periods included: 6 Cross-sections included: 30 Total panel (balanced) observations: 180 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable LN_GDP DEBT DEBT_2 INVESTASI POP APS BALANCE REVENUE OPEN LIR C
CoefficientStd. Error -4.11374 0.052736 -0.00023 0.091891 -0.1323 0.024117 0.098869 -0.15556 -0.01229 -0.13326 42.79499
0.842522 0.017731 7.84E-05 0.043321 0.44795 0.009615 0.05894 0.049303 0.007329 0.055882 7.822432
t-Statistic -4.882653 2.974203 -2.864101 2.121156 -0.29535 2.50818 1.677459 -3.155146 -1.677159 -2.384766 5.470803
Prob. 0 0.0035 0.0048 0.0357 0.7682 0.0133 0.0957 0.002 0.0957 0.0184 0
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.657395 0.561955 1.679577 6.888046 0
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
3.218635 2.499039 394.937 1.774656
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.548604 436.1596
Mean dependent var Durbin-Watson stat
2.616619 1.587369
83
Model pertumbuhan ekonomi dengan dummy kawasan Dependent Variable: G Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/19/13 Time: 10:52 Sample: 1985 2010 Periods included: 26 Cross-sections included: 30 Total panel (balanced) observations: 780 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable
CoefficientStd. Error
LN_GDP DEBT DEBT_2 INVESTASI POP APS BALANCE REVENUE OPEN LIR D_DEBT D_DEBT2 C
-3.84284 0.067094 -0.00028 0.094079 -0.64092 0.011229 0.03546 -0.12559 -0.01589 -0.21367 0.011928 -9.56E-05 40.87784
0.983679 0.021106 8.51E-05 0.048142 0.290614 0.013051 0.050623 0.034174 0.00638 0.055168 0.030813 0.00017 8.501434
t-Statistic -3.906603 3.17894 -3.288497 1.954223 -2.205414 0.860393 0.700476 -3.675059 -2.490365 -3.873125 0.387098 -0.561819 4.808346
Prob. 0.0001 0.0015 0.0011 0.0511 0.0277 0.3899 0.4839 0.0003 0.013 0.0001 0.6988 0.5744 0
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.342793 0.306282 2.835401 9.388643 0
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
2.777953 3.311462 5933.152 1.373807
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.305118 6082.593
Mean dependent var Durbin-Watson stat
2.573397 1.287022
84
Lampiran 6 Hasil estimasi model pertumbuhan ekonomi dengan FEM Cross Section Weights kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Uni Eropa Dependent Variable: G Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/17/13 Time: 03:14 Sample: 1985 2010 Periods included: 26 Cross-sections included: 19 Total panel (balanced) observations: 494 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable LN_GDP DEBT DEBT_2 INVESTASI POP APS BALANCE REVENUE OPEN LIR C
CoefficientStd. Error t-Statistic -4.73532 0.084575 -0.00047 -0.05984 0.176318 -0.00395 0.053914 -0.08475 -0.0134 -0.11882 53.21354
1.581747 0.028474 0.000162 0.068334 0.445288 0.016839 0.058377 0.035928 0.008269 0.100315 15.09875
Prob.
-2.993727 2.970224 -2.875935 -0.875739 0.395964 -0.234338 0.92354 -2.359026 -1.621033 -1.184447 3.524368
0.0029 0.0031 0.0042 0.3816 0.6923 0.8148 0.3562 0.0187 0.1057 0.2368 0.0005
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
2.155067 2.848574 3280.868 1.261975
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.177257 0.127715 2.656244 3.577938 0
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.103038 3469.665
Mean dependent var 1.911437 Durbin-Watson stat 1.045758
85
ASEAN+6 Dependent Variable: G Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/17/13 Time: 03:26 Sample: 1985 2010 Periods included: 26 Cross-sections included: 11 Total panel (balanced) observations: 286 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable LN_GDP DEBT DEBT_2 INVESTASI POP APS BALANCE REVENUE OPEN LIR C
CoefficientStd. Error t-Statistic -4.19454 0.085535 -0.00034 0.189596 -0.64123 0.014473 0.104686 -0.32809 -0.01424 -0.29568 43.83211
1.04824 0.020732 8.73E-05 0.063094 0.340809 0.015219 0.079988 0.064432 0.012483 0.05949 8.561084
-4.0015 4.125708 -3.91772 3.005002 -1.88148 0.950989 1.308766 -5.092013 -1.14051 -4.970216 5.119925
Prob. 0.0001 0 0.0001 0.0029 0.061 0.3425 0.1917 0 0.2551 0 0
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.507508 0.470338 2.994855 13.65397 0
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
3.917883 3.862831 2376.827 1.777626
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.441293 2399.544
Mean dependent var Durbin-Watson stat
3.716783 1.764272
86
Lampiran 7 Rekapitulasi hasil estimasi model tabungan dengan PLS, FEM, REM, FD-GMM dan Sys-GMM Variabel (1) SAVING (-1) DEBT DEBT2 LNGDP REVENUE POP CREDIT_PRIV OLD YOUNG OPEN LIR C F-Test Chow-Test Hausman-Test Arelano-Bond Sargan-Test
POLS FIXED RANDOM (2) (3) (4) 0.8868 ***) 0.6777 ***) 0.8868 ***) -0.0085 -0.0112 -0.0085 0.0000 0.0000 0.0000 -0.3479 2.4841 ***) -0.3479 -0.0228 -0.0463 -0.0228 0.1419 0.1274 0.1419 0.0005 -0.0125 ***) 0.0005 -0.0926 **) -0.2257 ***) -0.0926 ***) -0.0317 0.0534 -0.0317 *) 0.0028 -0.0038 0.0028 -0.0847 **) -0.1282 ***) -0.0847 **) 9.9807 ***) -9.7515 9.9807 ***) 581.5370 0 175.2602 0 581.5370 ***) 91.1923 0 86.8629 0
FD-GMM (5) 0.4462 ***) -0.0430 0.0002 2.8532 -0.0523 0.1833 -0.0133 -0.2490 0.1069 -0.0011 -7.9491 **) -0.1832
Sys-GMM (6) 0.6043 ***) -0.0284 0.0002 2.5093 -0.0802 0.0209 -0.5405 -0.0115 0.0906 0.0219 **) -0.2259 ***) -4.5424
-2.5007 0.0124 -2.7421 0.0061 -1.8714 0.0613 -1.8483 0.0646 26.3219 1 26.2793 1
87
Lampiran 8 Rekapitulasi hasil estimasi model investasi dengan PLS, FEM, EM, FD-GMM dan Sys-GMM
Variabel (1) INVESTASI (-1) DEBT DEBT2 L_G REVENUE OPEN LIR BALANCE C F-Test Chow-Test Hausman-Test Arelano-Bond
Sargan-Test
POLS (2) 0.892115 ***) 0.008909 -3.98E05 0.174699 ***) -0.02524 ***) -0.00297 ***) -0.00845 0.054582 ***) 2.844247 ***) 1048.94 ***)
FIXED RANDOM FD-GMM (3) (4) (5) 0.688118 ***) 0.820534 ***) 0.892115 ***) -0.06705 *) 0.022538 **) 0.008909 -3.98E0.000296 *) -0.00012 **) 05 0.165609 ***) 0.174699 ***) 0.119723 ***) -0.03115 *) -0.02524 ***) 0.053324 -0.01228 ***) -0.00297 ***) 0.066463 **) -0.02981 ***) -0.01724 -0.00845 0.092631 ***) 0.054582 ***) -0.10136 ***) 5.222197 ***) 2.844247 ***) 10.8621 ***) 234.1814 ***) 1048.94 ***) 50.42048 **) 44.28607 [0.000]
Sys-GMM (6) 0.779455 ***) 0.023085 -9.2E-05 0.178464 -0.05847 0.103092 -0.01958 -0.05637 7.648117
***) ***) ***) ***) **) ***)
-2.3024
[0.0213]
-3.0712
[0.0021]
-1.9944
[0.0461]
-1.9712
[0.0487]
20.16626
1
25.35264
1
88
Lampiran 9 Rekapitulasi hasil estimasi model pertumbuhan dengan TFP PLS, FEM, REM, FD-GMM dan Sys-GMM
Variabel (1) TFP (-1) DEBT DEBT2 L_G POP OLD YOUNG CREDIT_PRIV LIR L_G_OPEN C F-Test Chow-Test Hausman-Test Arelano-Bond Sargan-Test
POLS (2) 0.26163 ***) -0.00044 0.00002 -0.09335 **) -0.36269 *) -0.11954 ***) -0.01970 -0.00256 -0.05629 -0.02281 *) 4.35090 ***) 5.60508 0
FIXED (3) 0.17315 ***) -0.01080 0.00007 -0.10905 **) -1.12611 ***) -0.17694 *) 0.01593 -0.01163 ***) -0.09546 -0.02527 *) 6.48978 **) 3.52287 0 76.91862 0
RANDOM (4) 0.26163 ***) -0.00044 0.00002 -0.09335 **) -0.36269 **) -0.11954 ***) -0.01970 -0.00256 -0.05629 -0.02281 *) 4.35090 ***) 5.60508 0 74.2429
FD-GMM (5) 0.30767 **) -0.04809 -0.00003 -0.42940 **) -2.27348 ***) 0.57796 -0.23255 -0.03834 ***) 0.04152 -0.02792 ***) 9.00160
Sys-GMM (6) 0.22179 ***) -0.02809 0.00008 ***) -0.31260 -2.33164 ***) -0.43076 **) -0.10118 -0.02868 ***) -0.00521 **) -0.13053 19.65395 ***)
0 -2.5258 0.0115 -2.5991 0.45648 0.6480 -0.00104 20.25344 1 24.47692
0.0093 0.9992 1
89
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Semarang (Jawa tengah) pada tanggal 20 Desember 1980 dari ayah Djoko Soewardjo (Alm) dan ibu Sri Tinah. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Pada tahun 1999, penulis diterima sebagai mahasiswa kedinasan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta dan menyelesaikan pendidikan D-IV tersebut pada tahun 2003. Setelah lulus D-IV, penulis ditugaskan pada Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi Bagian Integrasi Pengolahan Data Statistik. Pada tahun 2007, penulis pindah tugas ke Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta Bagian Integrasi Pengolahan Data Statistik. Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan Program Magister di Program Studi Ilmu Ekonomi SPS IPB yang merupakan kerjasama antara IPB dan BPS, setelah sebelumnya menyelesaikan Program Alih Jenis S1 di Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.