Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171
DAMPAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAN PARTISIPASI KERJA PEREMPUAN TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA Herlina Mahasiswa Pascasarjana Universitas Halu Oleo, Kendari Email:
[email protected] Zainuddin Saenong*) Universitas Haluoleo, Kendari e-mail:
[email protected] Ambo Wonua Nusantara Universitas Haluoleo, Kendari -Abstract This study aims to (1) analyze whether family planning program and women`s work participation simultaneously have any significant effect on the welfare of the families that are participating in the program at the sub district of Ranomeeto in South Konawe regency ; 2) analyze whether Family planning program has any significant effect on the welfare of the families that are participating in the program at the sub district of Ranomeeto in South Konawe Regency ; 3) analyze whether Women`s work participation have any significant effect on the welfare of the families that are participating in the program at the sub district of Ranomeeto in South Konawe regency. The object of this study are 2170 married couples who are participating as acceptors of Family planning program in the sub district of Ranomeeto. Samples are 96 people who are selected using the method Proportianate Stratified Random Sampling( a technique of sampling used if the population are heterogeneous and stratified proportional). Multiple linear analysis is performed to analyze the data. Result of the study show that 1). The family planning program and Women`s work participation that are run at the sub district of Ranomeeto in South Konawe regency have been able to improve the welfare of the families that are participating in the program and the program are also enhanced by a high level of work participation by women, particularly in relation to the big number of family members that must be supported ;2) Women`s work participation variable has a more dominant effect on the variable of family welfare than does the family participation program variable ; 3) The effect of Family planning program and women`s work participation variables on the variable of family welfare is 44,9% whereas the remaining 55,1% is affected by other variables that are not investigated by this study. Keywords: Family Planning Program, Women`s work participation, Family Welfare. ______________________ *)corresponding authors
15
Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171
1. PENDAHULUAN Pada umumnya Negara berkembang mempunyai beberapa masalah kependudukan yang sangat pelik untuk diatasi. Salah satu masalah tersebut adalah tingkat pertumbuhan penduduk yang tergolong masih tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi ini terutama disebabkan oleh angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah, sehingga menimbulkan masalah antara lain : jumlah penduduk tidak seimbang dengan fasilitas kebutuhan hidup yang berakibat menimbulkan masalah-masalah sosial seperti terjadinya banyak pengangguran, sulitnya lapangan pekerjaan, meningkatnya angka kriminalitas dan lain sebagainya. Indonesia sebagai salah satu dari Negara berkembang juga mengalami persoalan kependudukan yang rumit dimana tingkat pertumbuhan penduduk yang masih sangat tinggi. Isu strategis kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk besar dan masih akan bertambah terus setiap tahunnya karena jumlah kelahiran masih tinggi yaitu sekitar 4,3 juta pada tahun 2009 dan bertambah menjadi 4,2 juta pada tahun 2014. Kebijakan kependudukan yang dijalankan di Indonesia seperti diamanatkan dalam GBHN 1999-2004 bidang kesehatan dan kesejahteraan yang berbunyi “meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian, dan peningkatan kualitas program keluarga berencana”. Program keluarga berencana dihadirkan oleh pemerintah untuk menjawab masalah kependudukan, dimana program keluarga berencana ini secara mikro membahas tentang bagaimana mengatur jarak atau membatasi kelahiran anak dan secara makro membahas tentang bagaimana melaksanakan pembinaan kepada masyarakat tentang pembinaan keluarga sebagai salah satu upaya mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat pada umumnya. Kabupaten Konawe Selatan sebagai salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat yang jika tidak ditangani dengan baik oleh para stakeholder terkait, maka dampak buruk dari ledakan penduduk akan dirasakan juga di wilayah Kabupaten Konawe Selatan. Pelaksanaan program Keluarga berencana di Kabupaten Konawe Selatan dari tahun ke tahun memperlihatkan hasil yang menggembirakan dimana terjadi peningkatan peserta akseptor KB dari pasangan usia subur (PUS) dimana pada tahun 2014 tercatat jumlah peserta akseptor KB sebesar 39.609 jiwa dari total 59.649 pasangan usia subur yang tersebar di 22 kecamatan di wilayah Kabupaten Konawe Selatan. Tujuan Penelitian; (1) Untuk menganalisis Program Keluarga Berencana dan Partisipasi Kerja Perempuan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kesejahteraan Keluarga Peserta KB di Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan; (2) Untuk menganalisis Program Keluarga Berencana berpengaruh signifikan terhadap Kesejahteraan Keluarga Peserta KB di Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan; (3) Untuk menganalisis Partisipasi Kerja Perempuan berpengaruh signifikan terhadap Kesejahteraan Keluarga Peserta KB di Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan.
2. KAJIAN LITERATUR Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap kemiskinan dan tingkat kesejahteraan Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap kemiskinan telah dipaparkan oleh para cendekiawan terdahulu, salah satu cendekiawan tersebut adalah Thomas R. Malthus. Menurut Thomas R. Malthus jika pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan maka suatu 16
Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171 saat nanti sumber daya alam akan habis (Widiastuti, 2010). Dalam teorinya pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan pangan mengikuti deret hitung, sehingga dalam teori ini dapat diprediksikan bahwa suatu saat ketersediaan pangan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah, yangpada akhirnya muncul wabah penyakit, kelaparan, dan berbagai macam penderitaan manusia. Pendapat lain muncul dari Sukirno (2000), menurutnya pertumbuhan penduduk dapat menjadi faktor pendorong pembangunan dan dapat pula menjadi faktor penghambat pembangunan. Faktor pendorong karena, pertama, bertambahnya penduduk akan menambah tenaga kerja dan kedua, bertambahnya penduduk pasar akan semakin luas. Luasnya pasar barang dan jasa ditentukan oleh faktor penting, yaitu jumlah pendapatan dan jumlah penduduk. Faktor penghambat karena akan menurunkan produktivitas yang kemudian akan menyebabkan pengangguran dan kemiskinan. Mengintegrasikan Kependudukan dalam perencanaan pembangunan Dalam hal mengintegrasikan dimensi penduduk dalam perencanaan pembangunan daerah maka manfaat paling mendasar yang diperoleh adalah besarnya harapan bahwa penduduk yang ada di daerah tersebut menjadi pelaku pembnagunan dan penikmat hasil pembangunan. Itu berarti bahwa pembangunan berwawasan kependudukan lebih berdampak besar pada peningkatan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan dibandingkan dengan orientasi pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan. Dalam pembangunan berwawasan kependudukan, ada suatu jaminan akan keberlangsungan proses pembangunan. Pembangunan yang berwawasan kependudukan menuntut strategi pembangunan yang bersifat bottom-up planning. Melalui pendekatan ini, tujuan utama seluruh proses pembangunan adalah lebih memeratakan kesejahteraan penduduk daripada mementingkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pendekatan bottom-up berupaya mengoptimalkan penyebaran sumber daya yang dimiliki dan potensi keseluruh wilayah dan membangun sesuia dengan potensi dan masalah khusus yang dihadapi oleh daerah masingmasing. Pengertian dan dampak dari program Keluarga Berencana Istilah Keluarga Berencana (KB) juga sama artinya dengan istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned parenthood, seperti yang digunakan oleh International Planned Parenthood Federation (IPPF), nama sebuah organisasi KB internasional yang berkedudukan di London (Yakub Aminudin, 2003). Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun dkk: 2008). Perencanaan keluarga merujuk kepada penggunaan metode kontrasepsi oleh suami istri atas persetujuan bersama di antara mereka, untuk mengatur kesuburan mereka dengan tujuan untuk menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan, dan ekonomi, untuk memungkinkan mereka memikul tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat. Perencanaan keluarga meliputi hal-hal sebagai berikut: a) menjarangkan anak untuk memungkinkan penyusuan dan penjagaan kesehatan ibu dan anak; b) pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman; c) mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga melainkan juga untuk kemampuan fisik, finansial, pendidikan, dan pemeliharaan anak (Rahim, 2007). 17
Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171 Keluarga Berencana bisa juga dikatakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (UU No. 10 Tahun 1992), kemudian tahun 2009 mengalami perubahan menjadi Pembinaan Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan keluarga (UU No. 52 Tahun 2009). Program KB Nasional merupakan salah satu program sosial dasar yang sangat penting artinya bagi kemajuan bangsa. Program ini memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan sumber daya manusia di masa kini dan depan, yang menjadi prasyarat bagi kemajuan dan kemandirian bangsa. Sedangkan dampak dari program Keluarga Berencana diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan KBKR; Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM; Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar (BKKBN: 2005). Program Keluarga Berencana Nasional diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera serta diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009. Dalam Peraturan presiden tersebut, pembangunan Keluarga Berencana diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk serta meningkatkan keluarga kecil berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan Keluarga Berencana diselenggarakan melalui 4 program pokok yaitu : Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Program Kesehatan Reproduksi Remaja, Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, dan Program Penguatan Kelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas. Partisipasi Kerja perempuan dalam ekonomi keluarga Pengertian partisipasi menurut Poerwadarminto, (1991) adalah sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta. Partisipasi secara formal didefinisikan sebagai turut wewenang baik secara mental dan emosional memberikan sumbangsih kepada proses pembuatan dimana keterlibatan secara pribadi orang yang bersangkutan untuk melaksanakan tanggung jawabnya (Hardjasoemantri, 1993). Selain suami yang notabene sebagai kepala rumah tangga, isteri juga merupakan salah satu unsur penting dan berperan dalam menjalankan kehidupan rumah tangga. Oleh karena itu perempuan dalam keluarga merupakan dua pengertian yang saling berkaitan. Dalam hal ini kesatuan keluarga merupakan dasar yang signifikan dan relevan untuk memahami partisipasi perempuan dalam keluarga maupun masyarakat. Partisipasi perempuan dalam peningkatan sosial ekonomi keluarga tidak kalah penting dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan mampu melakukan banyak hal baik bersifat reproduksi yang tidak menghasilkan materi maupun bekerja mencari nafkah yang langsung menghasilkan (income earning work) guna kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga. Partisipasi kaum perempuan dalam angkatan kerja di negara-negara dunia ketiga telah meningkat secara dramastis pada tahun 1990 di mana untuk negara-negara Asia meningkat sampai 4,3%. Tetapi kebanyakan kaum perempuan tersebut hanya bekerja di tempat-tempat yang tidak banyak menghasilkan pendapatan, mereka terpusat di sektor pertanian sebanyak 80% atau sektor-sektor informal perkotaan 25 hingga 40%. Kaum perempuan hampir selalu mengalami diskriminasi dalam hal perolehan imbalan dan peningkatan dalam pekerjaan (Todaro et al, 2006). 18
Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171 Di sejumlah kawasan di dunia ini, perempuan banyak terlibat dalam arus imigrasi desa kota, mayoritas penduduk di banyak perkotaan terdiri dari kaum perempuan. Di sejumlah kawasan di dunia ini, perempuan banyak terlibat dalam arus imigrasi desa kota, mayoritas penduduk di banyak perkotaan terdiri dari kaum perempuan. Tingkat partisipasi kerja perempuan pada umumnya memang masih rendah bila dibandingkan dengan pria. Di mana jumlah tenaga kerja perempuan yang terlibat dalam pasar kerja hanya sekitar separuh dari jumlah pria (Suyanto, 2006). Tetapi keberadaan perempuan yang secara absolut lebih besar dari pada penduduk laki-laki, perempuan merupakan potensi yang harus dimanfaatkan untuk menunjang kelancaran proses pembangunan. Pemberdayaan perempuan harus dilakukan sesegera mungkin agar perempuan dapat mengisi kegiatan pembangunan sehingga anggapan bahwa perempuan itu hanya menjadi beban pembangunan bisa dihilangkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kerja perempuan Menurut Asyiek dkk dalam Artini dan Handayani (2009) partisipasi kerja perempuan dikarenakan beberapa hal yaitu : a. Dikarenakan Suami tidak bekerja b. Pendapatan rumah tangga masih rendah, sehingga perempuan merasa perlu harus membantu sang suami. c. Jumlah tanggungan keluarga cukup tinggi Jumlah tanggungan keluarga adalah angka yang menunjukkan banyaknya penduduk pada usia tidak produktif (0-14 tahun dan > 65 tahun) yang harus ditanggung oleh setiap 100 penduduk usia produktif (BPS dalam Purwanti : 2014) d. Waktu luang yang tersedia banyak sehingga memungkinkan para perempuan ingin mencari tambahan nafkah e. Keinginan untuk mencari uang sendiri dan mencari pengalaman bekerja. Teori Kemiskinan Secara umum, kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang mampu untuk menjamin kelangsungan hidup (Suryawati, 2005). Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2001, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Konsep Kesejahteraan Keluarga Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Tujuan pembentukan keluarga secara umum adalah untuk mencapai kesejahteraan dan ketahanan keluarga seperti (Hughes & Hughes dalam Puspitawati: 2012): a. Menyusun keturunan yang baik dan utuh dengan cara memaafkan yang sangat diperlukan dalam membangun keluarga dan mengembangkan keturunan; Berpikir positif, fokus pada sesuatu yang bersifat baik; dan menjalankan system kekeluargaan berdasarkan keturunan garis ayah. b. Meningkatkan sikap positif dengan keyakinan bahwa anak adalah suatu hadiah dari Tuhan dengan menjadikan fungsi parenting sebagai pengaruh besar bagi anak. c. Menyesuaikan sikap antar suami istri dalam hal personalitas, strategi resolusi, cara berterima kasih, spiritual. 19
Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171 d. Meningkatkan afeksi keluarga yang meliputi cinta, saling menyukai dan bahagia apabila bersama. Adapun landasan dari afeksi keluarga adalah kecintaan pada Tuhan untuk saling menyayangi suami istri. e. Cara meningkatkan afeksi keluarga adalah dengan membiasakan makan bersama, meningkatkan kualitas dan kuantitas komunikasi (bertanya, mendengarkan, perhatian dan berpikiran positif), liburan bersama, merencanakan hari-hari istimewa bersama, dan pemeliharaan keunikan keluarga serta memelihara tradisi. f. Mengembangkan spiritual keluarga dengan cara meningkatkan kegiatan rohani untuk pembinaan jiwa, berdoa, dan meningkatkan rasa bersyukur. g. Meningkatkan kehidupan keluarga sehari-hari dengan cara menerapkan disiplin yang layak, mendidik anak-anak untuk berperilaku baik, dan meningkatkan kualitas hidup berkelanjutan yang baik. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup material dan spritual yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Taraf kesejahteraan tidak hanya berupa ukuran yang terlihat (fisik dan kesehatan) tapi juga yang tidak dapat dilihat (spiritual). Ferguson, Horwood dan Beutrais (diacu dalam Sumarwan & Tahira (1993) menyatakan bahwa kesejahteraan keluarga dapat dibedakan ke dalam kesejahteraan ekonomi (family economic well-being) dan kesejahteraan material (family material well-being). Kesejahteraan ekonomi keluarga, diukur dalam pemenuhan akan input keluarga (pendapatan, upah, aset dan pengeluaran), sementara kesejahteraan material diukur dari berbagai bentuk barang dan jasa yang diakses oleh keluarga. Indikator Keluarga Sejahtera Kesejahteraan keluarga menurut kriteria Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Sunarti : 2006) Kriteria ini didasarkan atas : a. Kebutuhan dasar (Basic Needs) yang terdiri dari variabel pangan, sandang, papan, dan kesehatan. b. Kebutuhan Sosial Psikologis (Social Psychological Needs) yang terdiri dari variabel pendidikan, rekreasi, transportasi, interaksi sosial internal dan eksternal c. Kebutuhan pengembangan (Developmental Needs) yang terdiri dari variabel tabungan, pendidikan khusus, akses terhadap informasi.
3. METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada peserta Pasangan Usia Subur yang menjadi peserta akseptor Keluarga Berencana di Kecamatan Ranomeeto dari Bulan Januari- Maret 2016. Pertimbangan dilakukannya penelitian di Kecamatan Ranomeeto karena Kecamatan Ranomeeto merupakan daerah perbatasan antara Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan sehingga bisa menggambarkan pemikiran para responden (peserta program Keluarga Berencana) yang bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Konawe Selatan namun secara keseharian banyak berinteraksi dengan penduduk di wilayah Kota Kendari, alasan lain juga Kecamatan Ranomeeto adalah salah satu kecamatan yang memiliki peserta akseptor KB terbanyak di wilayah Kabupaten Konawe Selatan selain kemudahan mendapatkan data-data penelitian.
20
Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171 Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara : 1. Kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pertanyaan pada sampel atau responden. 2. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung ketika tidak mendapatkan informasi yang tidak terakomodir oleh teknik kuisioner. 3. Dokumentasi, yaitu mencatat data-data yang tersedia di instansi terkait maupun dengan penelitian maupun publikasi ilmiah dari internet. Teknik analisis data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistika deskriptif dan analisis statistika inferensial yaitu analisis regresi linear berganda dengan bantuan perhitungan melalui program komputer SPSS version 22 for Windows. Analisis regresi ini dapat digunakan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel dependen dan independen secara menyeluruh baik secara simultan atau secara parsial.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Uji validitas berfungsi untuk menelaah kemampuan setiap item pertanyaan dalam mengukur variabelnya yaitu dengan mengamati nilai koefisien validitas dari setiap item pertanyaan. Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan metode korelasi Product Moment Pearson, dengan kriteria jika nilai r yang diperoleh sebesar ≥ 0.212 (r tabel) pada taraf kepercayaan 95 %, maka instrumen (kuesioner) yang diuji cobakan dinyatakan valid. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data menunjukkan bahwa semua item indikator yang mengukur masing-masing variabel menghasilkan angka koefisien validitas lebih besar dari 0.212 (r ≥ 0.212). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semua instrumen penelitian yang digunakan adalah valid. Uji reliabilitas Pengujian reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau yang dapat diandalkan (Suliyanto, 2006). Untuk menghitung reliabilitas suatu data dapat menggunakan pendekatan Cronbach's Alpha. Jika nilai α lebih kecil dari 0,5 maka item x dinyatakan tidak reliabel. Sedangkan jika nilai a lebih besar dari 0,5, maka item x dinyatakan reliabel (Ghozali, 2004). Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa semua item indikator yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel indikatornya memiliki angka koefisien alpha yang lebih besar dari 0.5. Karena itu instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data dapat dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95 %. Pengujian Hipotesis Uji Simultan (Uji F) Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan hasil uji ANOVA atau F Test bahwa hasil Fhitung sebesar 37,945 > Ftabel yaitu 3,09 artinya artinya H0 ditolak dan H1 diterima berarti Y memiliki hubungan secara simultan terhadap X1 dan X2, dengan tingkat signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari (<0,05) berarti Program Keluarga Berencana dan Partisipasi Kerja Perempuan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Peningkatan Kesejahteraan Keluarga. 21
Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171 Pengujian Hipotesis Uji Parsial (Uji –t) Dari hasil perhitungan dan pengolahan data, bila dimasukan dalam rumus regresi berganda (Ghozali , 2004) akan terbentuk persamaan di bawah ini : Y = 12,742 + 0,302 X1 + 0,607 X2 1) Uji hipotesis 2 (Program Keluarga Berencana berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesejahteraan Keluarga) Terlihat bahwa hasil pengujian hipotesis kompetensi menunjukkan nilai signifikansi (Kesalahan yang diperoleh = 0,00). Nilai kesalahan tersebut lebih kecil dari kesalahan yang ditetapkan (0,05) yang berarti bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini yang menyatakan “Program Keluarga Berencana berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesejahteraan Keluarga “ diterima. 2) Uji hipotesis 3 (Partisipasi Kerja Perempuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesejahteraan Keluarga) Terlihat bahwa hasil pengujian hipotesis motivasi menunjukkan nilai signifikansi (Kesalahan yang diperoleh = 0,00). Nilai kesalahan tersebut lebih kecil dari kesalahan yang ditetapkan (0,05) yang berarti bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang menyatakan Partisipasi Kerja Perempuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesejahteraan Keluarga “ diterima. Analisa Koefisien Determinasi Berganda (R2) Koefisien determinasi berganda digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh model yang terbentuk dapat menerangkan kondisi yang sebenarnya. Dapat juga diinterpretasikan sebagai besaran proporsi (persentase) dari keragaman Y yang diterangkan oleh model regresi atau untuk mengukur besar sumbangan dari variabel bebas X terhadap keragaman variabel tidak bebas Y (Suliyanto, 2005). Berdasarkan hasil pengolahan data, koefisien r sebesar 0,670 berarti variabel bebas (X1) Program Keluarga Berencana dan (X2) Partisipasi Kerja Perempuan memiliki hubungan yang cukup erat dengan (Y) Kesejahteraan Keluarga sedangkan R² (koefisien determinasi) adalah sebesar 0,449 atau 44,9%. Ini artinya variabel bebas X1 dan X2 dapat menjelaskan variabel Y dengan kontribusi sebesar 44,9% sedangkan 55,1% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Pengaruh Simultan Program Keluarga Berencana dan Partisipasi Kerja Terhadap Kesejahteraan Keluarga Respon variabel keluarga berencana Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Ranomeeto sangat baik, dengan memanfaatkan pelayanan Kelurga Berencana (KB) maka suatu keluarga dapat mengatur jarak kehamilan, membatasi jumlah kelahiran, dan mencegah kelahiran yang tidak diinginkan dengan cara menggunakan alat kontrasepsi sehingga dengan pengaturan, pembatasan, dan pencegahan maka kesempatan untuk memberikan kasih sayang, pemenuhan kebutuhan akan pendidikan baik pendidikan umum, agama maupun ekstrakurikuler, kebutuhan akan sandang dan pangan tidak begitu memberatkan bagi orang tua, serta keluarga dapat menyisihkan sebahagian penghasilannya untuk ditabung, selain itu seorang ibu rumah tangga yang mengikuti program Keluarga Berencana (KB) dapat mengatur jarak kelahiran anak sebab waktu untuk mengandung dan memelihara anak membutuhkan waktu yang sangat lama, mulai dari mengandung 9 bulan, melahirkan dan masa penyapihan (menyusui) selama 2 tahun sungguh membutuhkan waktu yang lama 22
Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171 sehingga dengan mengatur jarak kelahiran anak dan jumlah anak yang ideal memberi kesempatan bagi perempuan untuk memiliki waktu luang untuk bekerja, baik sebagai pegawai pemerintahan maupun sebagai karyawan swasta, selain itu pula di program Keluarga Berencana terdapat kegiatan kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang berdampak pada kesejahteraan keluarga. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan terhadap Ketua Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UPPKS) Kecamatan Ranomeeto, Ibu Lumiatin menunjukkan bahwa dengan adanya program Keluarga Berencana yang diikuti oleh para anggota kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Kecamatan Ranomeeto memberikan beberapa manfaat antara lain: 1) Para ibu tidak lagi terlalu repot dalam mengurus anak, karena jumlah anak ideal, 2) Para ibu dalam kelompok UPPKS Kecamatan Ranomeeto bisa mempunyai waktu luang yang sangat banyak sehingga ada peluang bagi para ibu untuk dapat bekerja dan menghasilkan uang sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan keluarga yang berarti meningkatnya kesejahteraan keluarga. Faturrohman dkk (1998) menyatakan bahwa dengan diimplementasikannya program keluarga berencana (KB) akan memberi manfaat untuk pasangan tersebut terutama perempuannya yaitu perbaikan kesehatan, peningkatan kesehatan terutama untuk sang ibu, bertambahnya waktu luang untuk pasangan tersebut terutama sang ibu sehingga memberikan mereka kesempatan untuk dapat menikmati waktu luang yang lebih banyak, memberikan waktu yang besar dan seluas-luasnya untuk mengasuh anak serta memberikan waktu yang besar untuk dapat melakukan kegiatan lain termasuk mencari nafkah untuk membantu penghasilan keluarga. Dengan adanya kesempatan bagi perempuan untuk mencari nafkah maka akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga. Dalam hasil analisa data terlihat bahwa variabel partisipasi kerja perempuan lebih berpengaruh dibandingkan variabel program Keluarga Berencana terhadap variabel kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara terhadap para responden dimana mayoritas mereka menyatakan bahwa dampak mengikuti program Keluarga Berencana terhadap kesejahteraan keluarga tidak dirasakan dalam waktu yang singkat, dimana hal itu berbeda ketika para perempuan memutuskan untuk bekerja untuk membantu para suami mereka, pengaruh partisipasi para perempuan bekerja dan mencari nafkah terasa dalam waktu yang singkat dalam meningkatkan pendapatan keluarga yang otomatis akan meningkatkan tingkat kesejahteraan keluarga mereka. Hasil pendapatan para perempuan bekerja dirasakan dalam waktu yang singkat. Hasil pendapatan para perempuan mayoritas dipakai untuk kebutuhan rumah tangga seperti kebutuhan akan papan, pangan, sandang dan kebutuhan sekolah anak mereka, dan jika ada sedikit sisa dari hasil pendapatan mereka dipakai untuk menabung. Tapi dengan mengikuti program Keluarga Berencana akan sangat terasa manfaatnya bagi pasangan yang memiliki jumlah anak yang sedikit ketika anak mereka dalam usia masa sekolah dimana beban keuangan mereka tidak begitu banyak bila dibandingkan dengan keluarga yang memilki jumlah anak yang banyak ketika anak mereka dalam usia masa sekolah. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Indah Rizkia Rukmana (2013), Slamet Makmur (2013) dan Sabar Ginting (2003) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel Program Keluarga Berencana dan Partisipasi Kerja Perempuan terhadap kesejahteraan keluarga. Pengaruh Program Keluarga Berencana terhadap Kesejahteraan Keluarga Mengingat wilayah Kecamatan Ranomeeto berbatasan dengan daerah Ibu Kota Kendari maka sedikit banyak mempengaruhi kehidupan Pasangan Usia Subur (PUS) seperti 23
Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171 ber-KB karena merasa malu dengan lingkungan sekitarnya bila memiliki anak banyak, kemudian untuk perempuan yang bekerja bila memiliki banyak anak maka perempuan tersebut mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara bekerja dan mengurus anak. Pengaruh positif antara Program Keluarga Berencana terhadap Peningkatan Kesejahteraan Keluarga menunjukkan bahwa semakin besar tingkat kepercayaan para responden dalam mengikuti seluruh program Keluarga Berencana yaitu 1) Pemilihan alat kontrasepsi terbukti dari data Pasangan Usia Subur (PUS) Kecamatan Ranomeeto tahun 2014 berjumlah 3.572, dari jumlah tersebut PUS yang ber-KB (akseptor) berjumlah 2.172 atau 61%, sementara PUS yang tidak ber-KB berjumlah 1400 atau 39% dimana Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak ber-KB adalah PUS yang baru menikah atau dalam proses program hamil, 2) Program Kesehatan Reproduksi (KB-KR) yaitu suatu keadaan sehat fisik, mental dan sosial budaya yang utuh (bukan hanya bebas dari penyakit atau cacat saja) dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi (ICPD 1994) terbukti semakin banyaknya ibu-ibu rumah tangga yang ikut Pap Smear atau IVA yaitu pendeteksian dini penyakit kanker leher rahim yang dilaksanakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) Provinsi Sulawesi Tenggara, 3) Program Pembinaan Keluarga Sejahtera yaitu a) Bina Keluarga Balita (BKB) adalah upaya pembinaan tumbuh kembang anak balita melalui peningkatan kemampuan pola asuh orang tua & anggota keluarga lainnya dengan menggunakan 7 aspek tumbuh kembang balita dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan sikap orang tua serta anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang anak balitanya, agar menjadi taqwa, cerdas dan terampil (BkkbN, 2011), sebagaimana wawancara yang diwakili oleh ketua kelompok BKB Nusa Indah di Desa Langgea yaitu Ibu Omaliah, dengan jumlah anggota 223 orang (Tahun 2016). Wawancara terhadap mayoritas responden menunjukkan bahwa penggalakan program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Ranomeeto telah mengubah cara berpikir tradisional yaitu banyak anak maka banyak pula rejeki yang harus dicari, yang menurunkan. tingkat kelahiran yang terjadi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Angraini (2012) bahwa program Keluarga Berencana mampu mengubah beberapa mitos tradisional seperti : anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu, pandangan bahwa banyak anak banyak rejeki, pemikiran bahwa anak menjadi harapan orang tua sebagai pencari nafkah, sifat alami manusia yang ingin mempertahankan keturunan sehingga muncul anggapan bahwa anak merupakan penerus keturunan terutama anak laki-laki. Anggapan atau mitos lama bahwa banyak anak banyak rejeki kurang tepat untuk masa sekarang ini dan telah diganti dengan pendapat bahwa banyak anak banyak susah dan melahirkan banyak anak adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab terhadap anak dan masyarakat (Siregar : 2003). Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ayesha Khan dan Adnan Khan (2015) yang menyatakan implikasi atau penerapan dari program Keluarga Berencana (Family Planning) yang dilakukan di Pakistan memberikan dampak berupa tingkat pendapatan keluarga dimana keluarga yang mempunyai anak lebih sedikit mampu menginvestasikan atau menyediakan kebutuhan yang lebih layak kepada anak-anak mereka dibandingkan dengan keluarga yang belum menerapkan atau menggunakan program Keluarga Berencana sehingga mempunyai anak jauh lebih banyak sehingga mereka kesulitan dalam menyediakan kebutuhan yang lebih layak kepada anak mereka. Hasil penelitian mendukung penelitian yang dilakukan oleh Indah Rizkia Rukmana (2013), Slamet Makmur (2013) dan Ayesha Khan dan Adnan Khan (2015) yang menyimpulkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari Program Keluarga Berencana terhadap Kesejahteraan Keluarga. 24
Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171
Pengaruh Partisipasi Kerja Perempuan Terhadap Kesejahteraan Keluarga Beberapa Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Ranomeeto yang harus merelakan istri mereka ikut berpartisipasi untuk bekerja diakibatkan oleh; (1) Suami mereka tidak memiliki pekerjaan karena akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK); (2) Kurangnya pendapatan rumah tangga karena rata-rata pasangan usia subur yang masuk dalam kategori Keluarga pra sejahtera dan Keluarga Sejahtera I merupakan pekerja lepas alias buruh/kuli; (3) Akibat dari kegagalan pemakaian alat kontrasepsi, ketidak tahuan, dan unmetned (tidak terlayani) menyebabkan jumlah anak mereka lebih dari dua orang sehingga harus menambah penghasilan keluarga untuk mencukupi kebutuhan; (4)Dengan mengikuti program Keluarga Berencana maka memberi peluang bagi banyak perempuan untuk menggunakan waktu luangnya untuk bekerja sehingga menambah pendapatan keluarga sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dari wawancara yang dilakukan terhadap Ketua UPPKS Sederhana Ibu Fauziah menyatakan partisipasi kerja perempuan dalam kelompoknya yang dilakukan mampu menambah penghasilan keluarga masing-masing anggota keluarganya sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga mayoritas anggota UPPKS Sederhana. Partisipasi kerja perempuan bisa terjadi jika perempuan mampu membagi waktunya antara bekerja dan mengurus anak mereka masing-masing di rumah. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012) yang menyatakan bahwa tingginya tuntutan sosial ekonomi mendorong kaum perempuan untuk ikut bekerja dalam waktu yang lebih lama dan mempunyai penghasilan sendiri. Dengan mempunyai penghasilan sendiri, tentu saja akan mampu menambah tingkat pendapatan keluarga yang berimbas pada peningkatan kesejahteraan keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Rosniza Aznie et al (2013) menyatakan bahwa dengan keterlibatan para perempuan di pedesaan Malaysia akan mendorong perubahan kebiasaan dari pola tradisional keluarga yaitu mempunyai anak yang banyak dikarekan mereka tidak sepenuhnya mampu menyediakan waktu untuk membesarkan anak dalam jumlah yang banyak Dalam perspektif berbeda, para perempuan yang lebih mandiri dan mempunyai penghasilan sendiri lebih berdaya dan lebih siap bila menghadapi kemungkinan yang tidak diinginkan dalam perkawinan mereka yaitu proses perceraian, dimana hal ini tidak ditemukan pada para perempuan yang mempunyai penghasilan yang minim ataupun tidak mempunyai penghasilan. Hal merupakan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Siwan Anderson dan Mukesh Eswaran (2008) yang melakukan penelitian mereka di pedesaan Bangladesh. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan terhadap responden penelitian ini yang menyatakan bawah para perempuan yang mempunyai penghasilan sendiri merasa jauh lebih percaya diri dan lebih berdaya dibandingkan dengan para perempuan yang tidak mempunyai penghasilan sendiri dimana mereka sangat tergantung dengan para suami mereka. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sabar Ginting (2003) yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan partisipasi kerja perempuan terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga dengan terlihat dari meningkatnya pendapatan keluarga.
25
Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171
5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Program Keluarga Berencana dan Partisipasi Kerja perempuan yang dilaksanakan di Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan telah mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga peserta program Keluarga Berencana dimana hal ini juga didorong oleh tingkat partisipasi kerja perempuan terutama yang berkaitan dengan banyaknya jumlah tanggungan dalam keluarga.(2) Dari kedua variabel bebas dalam penelitian ini, variabel Partisipasi Kerja Perempuan lebih dominan dibandingkan variabel Program Keluarga Berencana terhadap variabel terikat yaitu kesejahteraan keluarga. Hal ini dikarenakan dampak program Keluarga Berencana tidak sepenuhnya berdampak langsung terhadap kesejahteraan keluarga sedangkan variabel partisipasi kerja perempuan akan berdampak langsung pada kesejahteraan kaluarga.(3) Pengaruh variabel Program Keluarga Berencana dan Partisipasi kerja Perempuan sebesar 44,9 % terhadap variabel Kesejahteraan Keluarga, sedangkan sisanya sebesar 55,1 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
6.7.REFERENSI REFERENSI Anderson, Siwan et al. 2009. What determines female autonomy? Evidence from Bangladesh. Journal of Development Economics 90 (2009) : 179-191. Anggraini, Yetti. & Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Rohima Press. Yogyakarta. Artini, Ni Wayan Putu dan Handayani. 2009. Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga pembuat makanan olahan terhadap pendapatan keluarga. Jurnal Piramida Vol 5 No 1:9-15. Aznie, Rosnisa et al. 2013. Family Planning Practices in rural community. Asian Social Science Vol 9 No 14 ; 2013. BKKBN. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. BKKBN.Jakarta BPS. 2014. Konawe Selatan Dalam Angka Tahun 2014. Badan Pusat Statistik Dewi, Putu Martini. 2012. Partisipasi Tenaga kerja perempuan dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan Vol 5 No 2 Tahun 2012. Faturochman dkk. 1998. “Dampak KB Terhadap Kesejahteraan: Mitos dan Kenyataan” dalam Populasi 9(2). Ghozali, Imam. 2004. Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Semarang Ginting, sabar. 2003. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dalam Program KB terhadap pendapatan keluarga di Desa CInta Damai Kecamatan Patumbak, Deli Serdang. Universitas Negeri Medan. Medan.
26
Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171 Hardjasoemantri. 1993. Aspek Hukum Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Johnson, D.G. and Lee, Ronald. 1987. Population Growth and Economic Development Issues and Evidences. Madison, WI: University of Wisconsin Press, USA. Justine, Patricia et al. 2012. Women Working for recovery : The impact of female employment on family and community welfare after conflict. UN Women team Khan, Ayesha et al. 2015. Family Planning Implication of Considering Children a luxury Good. Journal Research and Development Solutions Policy Briefs No 44 September 2015. Makmur, Slamet. 2013. Pelaksanaan Keluarga berencana (KB) terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. IKIP Veteran. Semarang Peraturan Presiden RI Nomor & Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 (RPJMN) Peraturan Presiden RI No 62 Tahun 2010 Tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Poerwadarminta, 1991, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta Puspitawati, Herien 2012. Fungsi Keluarga, Pembagian Peran dan Kemitraan Gender dalam Keluarga. IPB Press. Bogor. Rahim, Abdul. 2007. Keluarga Berencana & Kesehatan. Sinar Harapan. Jakarta Rukmana, Indah Rizki. 2013. Pengaruh Implementasi Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) terhadap peningkatan Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Malalayang Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi. Manado. Siregar, Fazidah. 2003. Pengaruh nilai dan jumlah anak pada keluarga terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia dan sejahtera. Universitas Sumatera Utara. Medan. Slameto. 2006. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Sukirno, Sadono. 2000. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan. LPFEUI. Jakarta Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis, Penerbit Andi. Yogyakarta Sumarwan, Ujang, dan Hira, Tahira. 1993. “The Effects of Percieved Locus of Control and Percieved Incomes Adequacy on Satisfaction with Financial Status of Rural Households”. In Journal of Family Economic Issues. Vol. 14(4), Winter 1993. pp:343-64. Sunarti, Euis. 2006. Indikator Keluarga Sejahtera : Sejarah Pengembangan, Evaluasi dan Keberlanjutannya. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 27
Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Volume 1, Nomor 1, 2016 E-ISSN : 2502-5171 Suratun, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Trans Info Media. Jakarta Suryawati, Chriswardani, 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. Jurnal Manajemen Pembangunan dan Kebijakan, Volume 08, No. 03, Edisi September Suyanto, Bagong.. 2006. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Predana Media Group: Jakarta. Todaro, Michael P et al. 2006. Pembangunan Ekonomi, Erlangga. Jakarta. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera Udang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Undang-Undang No 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial Undang-Undang No. 13 Tahun 2001 tentang penanganan Fakir Miskin Widiastuti, Ari. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2004-2008), (tesis) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponegoro. Semarang Yakub, Aminudin. 2003. KB dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam. PBB UIN. Jakarta.
28