Dampak Perubahan Tata Kelola RS Daerah Terhadap Efisiensi, Kinerja dan Mutu Layanan Andayani, Marthias, Putri, Armiatin Center For Health Policy and Management Medical Faculty of Gadjah Mada University, Indonesia
in collaboration with Asia Pacific Observatory – World Health Organization
Isi 1. Pendahuluan 2. Gambaran Umum Lokasi dan RS dalam Studi Kasus 3. Hasil Penelitian
4. Kesimpulan dan Saran
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University, Indonesia
1. Pendahuluan RS Daerah di Indonesia • Dimasa lalu: RSD memiliki tingkat birokrasi yang sama dengan lembaga pemerintah (SKPD) lainnya
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University, Indonesia
Tantangan bagi RS Daerah • • • •
Memenuhi kebutuhan pengguna yang dinamis Persaingan dengan RS swasta dan RS LN Perkembangan regulasi Tantangan lokal spesifik, misalnya kendala geografis/transportasi, kekurangan SDM dan sumber daya lain, dll.
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
Sejarah Perkembangan Birokrasi RS Pemerintah di Indonesia
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University, Indonesia
2. Gambaran Umum Lokasi dan RS dalam Studi Kasus Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin di lokasi penelitian: 43.894
Banda Aceh
225.562
Magelang
16.000 118.805
Yogyakarta
81.600
457.668
Bantul
222.987
Sleman
224.000 -
Sumber: bps.go.id, accessed in September 2013
200.000
400.000
Poor Population
921.263
1.125.369 600.000
800.000
Total Population
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
1.000.000
1.200.000
RS yang Diteliti
* Afiliasi dengan RSUP Dr. Sardjito
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University, Indonesia
Kapasitas dan Volume Pelayanan Tahun 2012
168
300
Kota Yogyakarta 201
11,142
13,742*
IRJA
71,083
IGD
18,562
Sleman Jumlah TT Jumlah Kunjungan IRNA
* Jan-Jun 2013 Sumber: Profil RS
P.Senopati
Tidar
Meuraxa 215
200
10,842
17,147
8,315
105,301*
105,728
125,475
66,035
14,391*
27,125
14,747
2,351
Metodologi Penelitian • Studi kasus pada 5 rumah sakit umum daerah di Yogyakarta, Jateng dan Aceh • Tujuan: Melihat dampak BLUD terhadap tata kelola, kinerja, dan mutu layanan RSUD
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University, Indonesia
3. Hasil Penelitian
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
BLU dan Tingkat Otonomi Tingkat Otonomi Fungsi Manajemen dan Kebijakan
Sentralisasi Penuh dengan Otonomi Rendah
Otonomi Sebagian A
B
Desentralisasi Penuh Otonomi Tinggi
C
Manajemen Stratejik
Sudah ada otonomi tinggi
Administrasi
Sudah ada otonomi tinggi
Pembelian
Sudah ada otonomi
Manajemen Keuangan
Otonomi sebagian
Manajemen Sumber Daya
Otonomi sebagian
Karakteristik BLUD • Merupakan bagian dari Pemda • Menjadi bagian dari PAD • Menghasilkan barang dan atau jasa yang sebagian atau seluruhnya dijual kepada masyarakat • Tidak mengutamakan keuntungan • Memiliki cost dan revenue center • Dapat mengelola sendiri sumber dayanya dengan prinsip efektifitas dan produktivitas • Rencana Kerja dan Anggaran dikonsolidasikan dengan Pemda • Semua pendapatan kecuali dari APBD/N dapat langsung dibelanjakan • Dapat memiliki staf PNS dan Non PNS • Tidak menjadi subyek pajak
Aspek Perencanaan dan Penggunaan Anggaran
• menyusun Renstra Bisnis untuk menentukan arah, strategi dan alokasi sumber daya dalam lima tahun kedepan • Menetapkan target (keuangan dan non keuangan) • Menyusun rencana detil 1 tahun (RBA) • Kecuali RSUD Meuraxa, semua RS mampu menggunakan pendapatan operasionalnya utk membiayai sebagian investasi
Aspek Governance dan Akuntabilitas •
BLUD menegaskan bahwa RSUD adalah lembaga yang diawasi dan diaudit: – – – –
Dewan Pengawas Dewan Pembina Auditor Independen Auditor Internal (SPI, Inspektrorat/Bawasda)
“…untuk yang kinerja pelayanan memang dewas yang mengevaluasi kami “ (RSUD Tidar) “kalau kami ada 5 (anggota Dewas, pen.): Asisten 3 (ketua), anggota: kepala Dinkes, trus yang berkaitan dengan keuangan ada 2: kepala bidang anggaran, kepala bidang akuntansi, trus yang dari ARSADA DIY dan dari RS sebagai sekretaris Dewas.” (RSUD Panembahan Senopati) “(anggota Dewan Pembina) Ada dinas kesehatan, dari aparat struktural ada. Kita untuk tahun ini dinas keuangan dari BPKAD. Kemudian asisten 1.” (RSUD Meuraxa)
• RS mengakui bahwa keberadaan Dewas dapat membantu RS: – dalam menilai kinerja pelayanan (pengakuan stakeholder eksternal terhadap pencapaian RS) – Memberi konsultasi/saran mengenai kebijakankebijakan baru
• Namun ada juga RS yang mengakui bahwa keberadaan Dewas belum efektif untuk mengevaluasi kinerja Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
• Akuntabilitas kinerja berupa: – SPM (evaluasi) – LAKIP – Evaluasi per semester dan tahunan – Laporan Keuangan
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
Aspek Pengelolaan SDM
Jumlah Tenaga
Dokter Perawat
Sleman
34 150
P.Senopati
42 255
Kota Yogyakarta
49 226
Tidar
34 247
Meuraxa
76 220
Aspek Pengelolaan SDM HR Management aspects Merekrut tenaga non PNS Tenaga Spesialis yang telah direkrut oleh RS Sistem Remunerasi
Sleman
P.Senopati
Kota Yogyakarta
Tidar
Meuraxa
Boleh
Boleh
Boleh
Boleh
Boleh
Tidak ada
SpA dan SpOG
SpBO, SpB, SpA, SpPD
SpA
SpA, SpPD, SpAn, SpP, SpKJ
Sedang dalam Sudah ada, Sudah ada, pengembangan namun masih namun masih sederhana sederhana
Gaji non PNS disesuaikan dengan PNS
Masih Sedang dalam menggunakan pengembangan sistem sebelum BLUD
Aspek Keuangan
Hospital Pendapatan dan Biaya
Sleman
Kota Yogyakarta
P. Senopati
Tidar
Meuraxa
Pendapatan
3.8
6
4.1
5.1
1.8
Biaya
n.a
8.1
5.4
4.9
n.a
Source: Source: Hospital Profiles, 2013
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University, Indonesia
Aspek Keuangan • Dengan adanya peraturan-peraturan kepala daerah untuk pelaksanaan BLUD, maka RS Daerah dapat mengelola pendapatan dan biayanya masing-masing sesuai kebutuhan.
• Persentase biaya capacity building terhadap total anggaran: “Kayaknya meningkat ya, karena pelatihannya juga tambah banyak, peserta diklatnya juga lebih banyak, ada untuk akreditasi juga. Dulu malah kayaknya kalau diklat tergantung dari dana BKD, atau DAK gitu, jadi ga bisa banyak. Dan sekarang kan kita ada keleluasaan pergeseran to, misal kurang diklat ini, lalu bisa kita tambahkan.” (RSUD P.Senopati)
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
• Pengadaan barang dan jasa: “ya bukan kerjasama, jadi kalau misalnya pengadaan langsung kita bisa langsung membeli kepada mereka, jual beli biasa, tapi ketentuannya dengan perwali” (RSUD Tidar)
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
• Surplus dan defisit: (defisit) gak pernah ya. Terutama defisit yang di luar gaji itu jarang. Intinya pendapatan sama belanja yang operasional yang berasal dari jasa layanan itu selalu surplus. Yang sering malah anggaran belanjanya dibawah 100, pendapatannya rata-rata diatas 100. Makanya bisa ada SILPA, untuk tabungan. (RSUD Kota Yogyakarta) “Kita sempat mengalami defisit. Jadi pada saat awal BLUD itu, kami merasa harus minta suntikan dana dari APBD Kota Magelang, pada awal tahun 2009” (RSUD Tidar) Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
Aspek Mutu Pelayanan • Adanya Standar Pelayanan Minimal menjadi salah satu pemicu upaya peningkatan mutu pelayanan: – Evaluasi secara reguler dan folow up – Tim-tim mutu – Komite medis lebih pro aktif
• Kinerja pelayanan tidak semata berdasarkan penyerapan anggaran, namun juga efektivitas pelayanan Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
• Evaluasi mutu dan follow up: “Jadi setiap saat dievaluasi kemudian ada progress..nanti kalau belum progress itu kendalanya apa? Lha itu dibahas di dalam evalus karenai kalau setiap evaluasi mengundang manajemen semua, jadi nanti bagian manajemen mana yang tentang masalah air, masalah tentang alat, tentang apa jadi kan bidang yang itu sehingga kan disitu masukkannya ke manajemen. Jadi nanti kalau ditindak lanjut jadi nanti pembiayaan harus dengan apa masuk di RBA. Jadi modelnya ya seperti itu.” (RSUD Sleman) Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
• Program Peningkatan Mutu “Bahwa dunia kedokteran baik metode maupun terapi, metode pelayanan, sikap, itu kan makin hari makin meningkat sesuai kebutuhan. Nah kita terus tingkatkan program peningkatan SDMnya atau sumber daya yang lain.” (RSUD Meuraxa)
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
Bed Occupancy Rate 120 100 80
P.Senopati Sleman
60
Kota Yogyakarta 40
Tidar
20 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Profil RS
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
2013
Kendala dalam Penerapan • Komunikasi dan sinkronisasi dengan Pemda • RS masih menjadi komoditas politik yang rentan diintervensi sampai ke level operasional • Kemampuan RSUD dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan ttg fleksibilitas BLUD
Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
“Sebenarnya kita diberi kewenangan, hanya memang sebenernya, kemampuannya seberapa itu tergantung kita.” (RSUD Kota Yogyakarta) “Jadi harusnya kan kalau sudah buat RBA tidak usah buat RKA. Tetapi di DPKAD, disistem keuangannya sana itu, kalau hanya RBA saja laporan kita gak bisa masuk. Padahal kita sekarang ini 70 M, itu hampir separo pendapatan hasil daerah itu dari RS. Makanya Bantul ini masih pake RKA DPA supaya memudahkan.” (RSUD P. Senopati) Center for Health Policy & Management Medical Faculty of Gadjah Mada University
Kesimpulan • BLUD mendorong RS Daerah untuk menjadi operator pelayanan kesehatan yang profesional dan berdaya saing: – Mengubah mind-set tentang cara mengelola lembaga usaha – Meningkatkan kemampuan merespon kebutuhan pengguna
– Menekankan tentang akuntabilitas, transparansi, efisiensi, efektivitas dan produktifitas – Secara tidak langsung mendorong pemanfaatan IT
Kesimpulan - lanjutan • BLUD telah mengubah banyak aspek dalam pengelolaan RS Daerah, antara lain pengelolaan keuangan, perencanaan, governance dan pengelolaan SDM
• Perubahan menjadi BLUD telah membantu memperbaiki outcome pelayanan dikelima RSUD • Keberhasilan implementasi tergantung pada kesiapan sistem manajemen operasional • RSUD masih memiliki tantangan: – RS masih membutuhkan subsidi pemerintah – RS masih sering jadi alat politik
Saran • Keterampilan komunikasi politik perlu dimiliki oleh semua Direktur dan manajer RS untuk meningkatkan efektivitas advokasi kepada stakeholders kunci • Sistem manajemen operasional perlu terus dikembangkan untuk mendukung akuntabilitas RS
• RS dan stakeholders perlu memonitor kinerja RS dari berbagai perspektif yg berbeda sesuai dg amanat BLUD: kinerja pelayanan, kinerja keuangan dan kinerja manfaat