Nomor Surat
SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14
Nama Emiten
PT Link Net Tbk.
Kode Emiten
LINK
Lampiran
4
Perihal
Keterbukaan Informasi Yang Perlu Diketahui Publik - Informasi Perkembangan Usaha Perseroan dan Industry Report
Perseroan / Emiten melaporkan hal-hal sebagai berikut: Pada tanggal 19 September 2014 Perseroan mengalami peristiwa/memperoleh informasi/fakta material yaitu: Penggabungan usaha atau Peleburan usaha Pembelian Saham Pembentukan Usaha Patungan Pemecahan Saham Pembagian Dividen Saham Pendapatan dari Dividen yang Luar Biasa Sifatnya Perolehan atau Kehilangan Kontrak Penting Produk atau Penemuan Baru yang Berarti Perubahan dalam Pengendalian atau Perubahan Penting dalam Manajemen Pengumuman Pembelian Kembali atau Pembayaran Efek yang Bersifat Utang Penjualan Tambahan Efek ke Masyarakat atau Secara Terbatas yang Material Jumlahnya Pembelian atau Kerugian Penjualan Aktiva Yang Material Perselisihan Tenaga Kerja yang Relatif Penting Pemogokan Karyawan Tuntutan Hukum yang Penting Terhadap Perusahaan, Dan Atau Direktur Dan Komisaris Perusahaan Pengajuan Penawaran Untuk Pembelian Efek Perusahaan Lain Penggantian Wali Amanat Perubahan Tahun Fiskal Perusahaan Perkembangan Restrukturisasi Hutang Kebakaran Fasilitas Produksi Bencana Alam Penghentian Sebagian atau Seluruh Aktivitas Operasi Perseroan dan/atau Anak Perusahaan dan/atau Segmen Usaha karena Pertimbangan Bisnis Dibekukannya Produk Utama atau Mengalami Kondisi yang Berpotensi Mengakibatkan Pembekuan Produk Utama Pernyataan Tidak Mampu Membayar Bunga Pinjaman dan/atau Pokok Pinjaman Menerima Pernyataan Default dari Kreditur Pencabutan Sebagian atau Seluruh Ijin Usaha Penambahan Unit Usaha Pembentukan Anak Perusahaan atau Perusahaan Asosiasi Baru Perubahan Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum dari yang telah Ditetapkan dalam Prospektus Libur Perusahaan Lainnya: - Informasi Perkembangan Usaha Perseroan dan Industry Report Dampak kejadian, informasi atau fakta penting tersebut terhadap Perseroan sebagai berikut:
1/2
Dampak terhadap Kegiatan Operasional: Dampak terhadap kondisi keuangan dan proyeksi keuangan: Dampak Hukum: Dampak terhadap kelangsungan usaha Perseroan: -
Nama Pengirim
Dicky Setiadi Moechtar
Jabatan
Corporate Secretary
Tanggal dan Jam
20 September 2014 18:24:06 LN_BEI - 20140919 - SB-082 - Informasi Perkembangan Usaha (Business Update).pdf Business Update LN - Bahasa.pdf
Lampiran Business Update LN - English.pdf Industry Report - Media Partners Asia - English.pdf
Dokumen ini merupakan dokumen resmi PT Link Net Tbk. yang tidak memerlukan tanda tangan karena dihasilkan secara elektronik. PT Link Net Tbk. bertanggung jawab penuh atas informasi tertera di dalam dokumen ini.
2/2
Lirtl< Net |akarta, 19 September 2074 No. SB-082
/
CSL / LN /
tDx/ tx/
1,4
Kepada Yth. PT Bursa Efek Indonesia
Gedung Bursa Efek Indonesia Tower I Lt.4 fl. fend. Sudirman Kav.52-53 |akarta 7219A
Perihal; Informasi Perkembangan Usaha PT Link Net Tbk. ("Perseroan"J fBusiness UpdateJ Dengan Hormat Dalam rangka untuk memenuhi ketentuan keterbukaan informasi sebagaimana diatur di dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek lakarta Nomor Kep-306/BEl/07-2AA4 tentang Peraturan
Nomor I-E tentang Kewajiban Penyampaian Informasi, Perseroan bermaksud untuk menyampaikan informasi terkini mengenai kegiatan operasional dan finansial Perseroan fterlampir dalam versi Bahasa Indonesia dan InggrisJ. Lebih lanjut, Perseroan juga bermaksud untuk menyampaikan informasi mengenai laporan industri (industry report) yang telah disiapkan oleh Media Partners Asia terkait dengan blaang usaha yang dijalankan oleh Perseroan (terlampir dalam versi Bahasa Inggris). Versi Bahasi Indonesia dari laporan industri ini sedang dipersiapkan oleh Perseroan dan akan diumumkan dalam jangka waktu lima hari sejak pengumuman informasi ini. Informasi yang disampaikan oleh Perseroan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan atau gambaran awal kepada investor publik sebelum Perseroan menerbitkan laporan tahunan Perseroan untuk tahun buku 2014. Demikian kami sampaikan. Atas kerjasaminya, kami ucapkan terima kasih.
w"y Dicky Setiadi Moechtar Corporate Secretary PT Link Net Tbk
Tembusan: KepadaYth: Kepala Divisi Pencatatan Sektor Jasa
PT Link Net Tbk Beritasatu Plaza 4th Fi., Jl. Jend Gatot subroto Kav. s5-s6, Jakarta 12gs0, lndonesia T : (62-21) 527 BB11 (Hunting) F : (62-21) S27 BB33
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
INFORMASI BISNIS Pembahasan
berikut
memuat
informasi
terkini
dan
diskusi
mengenai kinerja operasional dan keuangan PT Link Net Tbk. (“Perusahaan”). DOKUMEN INI BUKAN DAN TIDAK MERUPAKAN SUATU PENAWARAN UNTUK MENJUAL ATAU UPAYA-UPAYA DARI SUATU PENAWARAN UNTUK MEMBELI EFEK
(“EFEK”)
AMERIKA
DARI
SERIKAT
PERUSAHAAN ATAU
DI
REPUBLIK
DIMANAPUN.
INDONESIA,
PERUSAHAAN
BELUM
MENDAFTARKAN DAN TIDAK BERMAKSUD UNTUK MENDAFTARKAN EFEKNYA BERDASARKAN US SECURITIES ACT OF 1933, SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH (“SECURITIES
ACT”) DAN EFEK TIDAK DAPAT DITAWARKAN
ATAU DIJUAL DI AMERIKA SERIKAT TANPA ADANYA PENDAFTARAN BERDASARKAN SUATU
SECURITIES
PENGECUALIAN
ACT
DARI
TERSEBUT
ATAU
PENDAFTARAN
ATAU
DENGAN
ADANYA
DALAM
SUATU
TRANSAKSI YANG TIDAK TUNDUK KEPADA PENDAFTARAN. PERUSAHAAN TIDAK BERMAKSUD UNTUK MELAKUKAN SUATU PENAWARAN UMUM ATAS EFEKNYA
DI
AMERIKA
SERIKAT
ATAU
DALAM
SUATU
YURISDIKSI
LAIN. Data-data
non-GAAP
yang
disajikan
dalam
dokumen
ini
merupakan data tambahan mengenai kinerja Perusahaan yang tidak dipersyaratkan oleh, atau disajikan sesuai dengan, IFAS
atau
IFRS
dan
tidak
dapat
dianggap
sebagai
suatu
alternatif dari data-data yang terkait dengan laba bersih, laba
usaha
dibuat
atau
sesuai
setiap
dengan
indikator
IFAS.
Data-data
Halaman 1 SNG92245/12 164137-0001
kinerja
lainnya
tersebut
yang
memiliki
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
keterbatasan sebaiknya
sebagai
tidak
alat
untuk
menganalisa,
mempertimbangkan
data-data
dan
ini
Anda
secara
terpisah dari, atau sebagai suatu pengganti dari, analisa Anda
sendiri
mengenai
kondisi
keuangan
atau
hasil-hasil
operasional Perusahaan sebagaimana dilaporkan berdasarkan IFAS.
Data-data
penyajian
non-GAAP
yang
ini
standar,
bukan
merupakan
sehingga
suatu
ketentuan
perbandingan
langsung di antara perusahaan-perusahaan yang menggunakan ketentuan-ketentuan tersebut tidak mungkin dilakukan. Data-data tertentu dalam dokumen ini, termasuk informasi keuangan,
statistik,
dan
informasi
operasional
telah
dibulatkan. Sebagai konsekuensi dari pembulatan tersebut, jumlah keselurahan data yang disajikan dalam dokumen ini dapat sedikit berbeda dari jumlah perhitungan sebenarnya dari data tersebut. Persentase-persentase dalam tabel telah dibulatkan dan karenanya mungkin tidak mencapai 100%. Dokumen
ini
mencakup
keterangan-keterangan
yang
berorientasi ke depan. Keterangan-keterangan berorientasi ke depan melibatkan risiko-risiko dan ketidakpastian yang diketahui
dan
tidak
diketahui,
dan
banyak
di
antaranya
berada di luar kendali Perusahaan dan seluruh informasiinformasi ekspektasi
tersebut saat
peristiwa-peristiwa yang
berorientasi
hanya ini di ke
didasarkan
dari masa depan
Manajemen depan.
keyakinan terkait
dan
dengan
Keterangan-keterangan
tersebut
Halaman 2 SNG92245/12 164137-0001
atas
terkadang
ditandai
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
dengan
penggunaan
istilah
yang
berorientasi
ke
depan
seperti “percaya”, “berharap”, “dapat”, “akan”, “mungkin “seharusnya”,
dapat”,
“akan”,
“risiko”,
“bermaksud”,
“memperkirakan”, “bertujuan”, “menargetkan”, “berrencana”, “memprediksi”,
“meneruskan”,
“mengantisipasi”
atau
variasi
lainnya
atau
atau
“menganggap”, makna
negatif
isitlah-istiah
lain
“tunduk
pada”
daripadanya, yang
serupa.
Keterangan-keterangan berorientasi ke depan ini mencakup segala
hal
yang
bukan
merupakan
fakta-fakta
historis.
Keterangan-keterangan tersebut terdapat di sejumlah tempat di
dalam
dokumen
ini
dan
meliputi
pernyataan-pernyataan
mengenai maksud, keyakinan atau ekspektasi yang ada saat ini dari Manajemen atau Perusahaan tentang, antara lain, rencana
perluasan
usaha,
hasil usaha,
kondisi
keuangan,
likuiditas, prospek usaha, pertumbuhan, strategi usaha, dan kebijakan
dividen
Perusahaan
dan
industri
di
mana
Perusahaan menjalankan usahanya. Keterangan-keterangan yang berorientasi ke depan ini dan keterangan-keternangan lain yang termuat dalam dokumen ini mengenai hal-hal yang bukan merupakan
fakta
historis
melibatkan
prediksi.
Tidak
ada
jaminan yang dapat diberikan bahwa hasil-hasil di masa yang akan
datang
atau
hasil-hasil
secara
tersebut
material
yang
akan
tercapai;
sebenarnya
sebagai
akibat
Halaman 3 SNG92245/12 164137-0001
peristiwa-peristiwa
dapat dari
berbeda
sebagai
risiko-risiko
dan
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
ketidakpastian-ketidakpastian
yang
dihadapi
Perusahaan,
termasuk:
kemampuan Perusahaan untuk dengan sukses menerapkan strategi Perusahaan untuk dapat terus melangsungkan pertumbuhan dan perluasan usaha, termasuk kemampuannya untuk
mempertahankan
pelanggan
dan
mengelola
perputaran pelanggan;
perubahan teknologi broadband yang dapat mengakibatkan usangnya teknologi tertentu atau dapat meningkatkan biaya dalam menjalankan bisnis;
kondisi-kondisi
ekonomi,
sosial
dan
politik
di
Indonesia;
perubahan-perubahan terhadap lingkungan demografi;
perubahan-perubahan terhadap biaya sewa;
perubahan-perubahan dalam persaingan usaha;
tindakan dari para pelanggan dan para pemasok;
permasalahan perburuhan dan kesulitan-kesulitan lain;
peningkatan beban berdasarkan regulasi di Indonesia;
kinerja pasar keuangan global;
fluktuasi nilai tukar mata uang asing; dan
risiko,
ketidakpastian
dan
faktor-faktor
lainnya
sebagaimana diuraikan dalam dokumen ini. Risiko-risiko dapat
dan
menyebabkan
ketidakpastian-ketidakpastian hasil
aktual
Halaman 4 SNG92245/12 164137-0001
yang
tersebut
berbeda-beda
secara
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
material
terhadap
diindikasikan,
hasil-hasil
dinyatakan,
di
atau
masa
depan
diisyaratkan
yang dalam
keterangan-keterangan yang berorientasi ke depan tersebut di atas. Keterangan-keterangan berorientasi ke depan yang termuat dalam dokumen ini hanya ada sejak tanggal dokumen ini.
Perusahaan,
Komisaris,
Direksi,
Manajemen
dan
afiliasi-afiliasi serta perwakilan-perwakilan mereka secara tegas
menolak
memperbarui
setiap
kewajiban
atau
keterangan-keterangan
kesanggupan
berorientasi
ke
untuk depan
yang termuat dalam dokumen ini untuk mencerminkan setiap perubahan
dalam
peristiwa,
ekspektasi
kondisi,
atau
mereka
atau
situasi
di
setiap mana
perubahan
keterangan-
keterangan tersebut didasarkan, kecuali diwajibkan demikian oleh hukum atau peraturan yang berlaku.
PEMBARUAN Sejalan dengan visi dan misinya, Perusahaan telah berfokus untuk merintis Next Generation Broadband (“NGBB”) dan pasar TV
kabel
di
Indonesia,
dengan
memberikan
tawaran
yang
sangat menarik bagi konsumen Indonesia, yang sebagian besar hanya memiliki teknologi ADSL dan DTH sebagai penggantinya. Perusahaan
telah
secara
cepat
memperluas
Jaringannya
di
wilayah metropolitan yang terbesar dan yang paling menarik di
Indonesia
memenuhi
(berdasarkan
tingginya
MPA)
permintaan
yang
Halaman 5 SNG92245/12 164137-0001
sejak
Juni
terpendam
2011
untuk
dan
belum
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
terlayani atas layanan NGBB di Indonesia, dan pada saat yang
sama
memimpin
inovasi
dalam
industri
TV
berbayar
Indonesia melalui tawaran produk HD terbesar dan layanan nilai tambah lainnya, seperti TV Anywhere, video-on-demand, catch-up TV, paket konten add-on TV dan set-top box baru yang telah diperbarui.
Saat ini, Perusahaan menjadi yang terdepan dan satu-satunya operator skala besar di pasar NGBB Indonesia dengan 685.368 RGU pada 30 Juni 2014 dan sekitar 98% pangsa pasar NGBB, berdasarkan
jumlah
pelanggan
(berdasarkan
MPA).
Perusahaan
broadband
di
Indonesia
dan
NGBB
pada
adalah pasar
Desember
pemimpin TV
2013
teknologi
berbayar,
yang
mengoperasikan jaringan dua arah HFC terkini dengan sekitar 1,3
juta
Home
Passed
pada
30
Juni
2014.
Jaringan
ini
dirancang dan dibangun dengan spesifikasi yang, berdasarkan MPA, sesuai dengan standar internasional yang ditetapkan oleh operator terkemuka di Asia, Eropa dan Amerika Serikat. Jaringan
ini
dilengkapi
dengan
DOCSIS
3.0,
yang
memungkinkan Perusahaan untuk menawarkan kecepatan unduh broadband hingga 100 Mbps ke hampir seluruh homes passed di seluruh Jaringan. Jaringan ini diharapkan memiliki lebih dari 60% 1 GHz diaktifkan dengan sisa Jaringan sepenuhnya 870
MHz
pada
akhir
kwartal
pertama
tahun
2015,
yang
menegaskan kepemimpinan teknis Perusahaan di pasar NGBB dan
Halaman 6 SNG92245/12 164137-0001
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
memungkinkannya untuk memberikan tawaran yang lebih luas untuk saluran HD, 3D dan SD.
Perusahaan ini berfokus pada dan memperoleh sebagian besar pendapatan (79,0% dari total pendapatan pada tahun 2013) dari
menyediakan
layanan
NGBB
perumahan
dan
TV
Kabel,
dengan menyasar segmen kelas atas dan menengah yang besar dan
berkembang
pesat
di
wilayah
cakupan
inti
saat
ini
termasuk Jabodetabek, Surabaya dan Bandung, yang merupakan wilayah
metropolitan
Indonesia.
Inti
terbesar
basis
dan
pelanggan
paling
target
menarik
adalah
4,1
di juta
Rumah Tangga A dan Rumah Tangga B yang besar dan berkembang pesat dengan pengeluaran bulanan
di atas
Rp 2
juta di
daerah-daerah metropolitan ini, yang telah tumbuh dengan CAGR sekitar 17,6 % dari 2010 hingga 2013, berdasarkan Nielsen. Paket entry-level Perusahaan juga diberikan harga untuk
menarik
sejumlah
besar
Rumah
Tangga
C1
(dengan
pengeluaran bulanan di atas Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta di daerah yang sama, yang mencapai 2,6 juta rumah tangga pada 31 Desember 2013).
Perusahaan memasarkan layanan NGBB perumahan dengan merek “FastNet” dan Layanan TV Kabel dengan merek “HomeCable”. Memanfaatkan posisinya
Jaringan
sebagai
terkini
satu-satunya
Halaman 7 SNG92245/12 164137-0001
yang operator
dimilikinya skala
besar
dan di
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
pasar NGBB Indonesia, Perusahaan telah menerapkan strategi produk yang berhasil - layanan NGBB yang dikemas dengan berbagai tawaran TV Kabel - sehingga menghasilkan tawaran nilai menarik bagi konsumen. Layanan NGBB Perusahaan yang cepat dan handal menawarkan pilihan yang sangat menarik bagi
rumah
tangga
di
daerah
cakupan
Perusahaan,
yang
sebagian besar memiliki ADSL dengan kecepatan maksimum 3 Mbps sebagai satu-satunya teknologi alternatif. Pada saat yang sama, tawaran TV kabel Perusahaan memberikan layanan yang handal dan dengan kualitas gambar yang tinggi, yang membedakan dirinya dari operator DTH, dengan penawaran HD terbesar di Indonesia dengan, pada tanggal 31 Juli 2014, sekitar 60 saluran nasional dan internasional serta layanan nilai
tambah
berteknologi
lainnya
yang
canggih.
diaktifkan
Perusahaan
melalui
Jaringan
berkeyakinan
bahwa
kualitas NGBB dan Layanan TV Kabel Perusahaan dan fokus Perusahaan
pada
layanan
pelanggan,
penyediaan
antarmuka
pelanggan yang baik pada kedua layanan tersebut, merupakan faktor kuat yang berkontribusi terhadap keberhasilan dan tarif bundling yang tinggi, dengan 92% dari semua konsumen berlangganan pada NGBB dan Layanan TV Kabel pada 30 Juni 2014.
Selain
penyediaan
NGBB
perumahan
dan
Layanan
TV
Kabel,
Perusahaan telah memanfaatkan Jaringan dan berasal sebagian
Halaman 8 SNG92245/12 164137-0001
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
besar pendapatan yang tersisa (17,1% dari total pendapatan pada tahun 2013) terutama melalui (i) penyediaan komunikasi data
dan
layanan
dukungan
bagi
perusahaan
lokal
(“Enterprise Services”) dengan merek “DataComm” dan (ii) Iklan
Penjualan.
Perusahaan
Sehubungan
adalah
Enterprise
Services,
perusahaan-perusahaan
yang
target
membutuhkan
kecepatan tinggi dan koneksi data berkualitas tinggi, di mana
kehandalan
jaringan
“mission-critical”,
sering
termasuk
menjadi
Bursa
Efek
suatu
hal
Indonesia
yang dan
lembaga-lembaga keuangan seperti PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. Sehubungan Iklan Penjualan, basis pelanggan inti Perusahaan (terdiri dari Rumah Tangga A dan Rumah Tangga B di Jabodetabek, Surabaya dan Bandung) memberikan
kesempatan
bagi
pengiklan
untuk
menerapkan
strategi pemasaran yang terfokus menargetkan konsumen yang berada di segmen kelas atas dan menengah dari beberapa wilayah metropolitan yang paling menarik di Indonesia.
Fokus Perusahaan pada perluasan Jaringan, memimpin inovasi, meningkatkan
layanan
pelanggan
dan
mencapai
keunggulan
operasional telah menyebabkan rekam jejak yang konsisten pertumbuhan dan profitabilitas. Pada 2013, total pendapatan Perusahaan dan EBITDA yang disesuaikan adalah sebesar Rp 1.664,6 kenaikan
milyar 28,0%
dan dan
Rp
900,6
28,3%,
milyar,
yang
mencerminkan
masing-masing,
dibandingkan
Halaman 9 SNG92245/12 164137-0001
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
dengan tahun sebelumnya. Untuk enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014, total pendapatan Perusahaan dan EBITDA yang disesuaikan adalah sebesar Rp 1.016,0 milyar dan Rp 581,0 milyar, yang mencerminkan kenaikan 29,1% dan 33,7%, masing-masing, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013.
PENGUKURAN PERFORMA FINANSIAL Tabel
di
tertentu
bawah kinerja
ini
mencantumkan
keuangan
langkah-langkah
Perusahaan
untuk
pokok
periode
yang
dikaji. Perusahaan telah menyediakan data keuangan tambahan ini sehingga investor dapat diberikan dengan informasi yang Manajemen gunakan untuk mengukur kinerja bisnis. Manajemen berkeyakinan
bahwa
pengukuran
ini
adalah
tambahan
yang
berguna untuk data keuangan yang disajikan di bawah IFAS sebagai ukuran kinerja operasional historis Perusahaan dan kemampuannya untuk menghasilkan kas dari operasi.
Untuk tahun-tahun yang berakhir per 31 Desember 2011
2012
EBITDA ................................................................ 329,4 Marjin EBITDA (%)................................................................ 56,5% EBITDA yang disesuaikan ................................ 329,4 Marjin EBITDA yang disesuaikan (%) ................................ 56,5%
Halaman 10 SNG92245/12 164137-0001
Untuk 6 bulan yang berakhir per 30 Juni
2013 2013 (Rp milyar, kecuali dinyatakan lain) (tak diaudit)
701,8 54,0% 701,8 54,0%
874,2 52,5% 900,6 54,1%
432,4 54,9% 434,5 55,2%
2014
5810 57,2% 581,0 57,2%
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
EBITDA dan EBITDA yang disesuaikan dicocokan dengan akun terkait dalam laporan keuangan di bawah ini.
Penyesuaian dari laba tahu berjalan untuk EBITDA dan EBITDA yang Disesuaikan Tabel berikut ini menyatakan penyesuaian dari laba tahun berjalan, sesuai PSAK, EBITDA yang Disesuaikan yang bukan berdasarkan PSAK.
Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2011
Laba pada tahun/semester ................................ 148,4 Penyesuaian tambah/(kurang) Beban pajak penghasilan ................................................................ 52,2 Laba sebelum pajak penghasilan ................................200,6 Penyesuaian tambah/(kurang) Besaran kerugian terkait ................................................................ (1) Pendapatan keuangan ................................................................ (17,5) Biaya keuangan ................................................................33,3 Laba usaha ................................................................ 216,4 Penyesuaian tambah/(kurang) Beban penyusutan ................................................................ 110,6 Beban amortisasi ................................................................ 2,4 EBITDA ................................................................ 329,4 Penyesuaian tambah/(kurang) Biaya perbaikan karena perubahan kebijakan ................................ Biaya terkait tindakan perusahaan EBITDA Suaian ................................................................329,4
2012
2013 (milyar Rp)
Untuk semester yang berakhir per 30 Juni 2013 2014
339,0
362,2
210,0
277,7
120,7 459,7
125,1 487,3
71,9 281,9
95,3 373,0
0,9 (1) (38,4) 72,1 494,3
10,0 (24,3) 120,8 593,8
0,1 (16,8) 41,4 306,6
15,1 (8,2) 20,2 400,1
203,4 4,1 701,8
271,2 9,2 874,2
122,1 3,7 432,4
174,0 6,9 581,0
701,8
13,1 13,3 900,6
2,1 434,5
581,0
Catatan: (1)
Telah dikelompokkan ulang. Beberapa akun dalam laporan posisi keuangan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2012 dan laporan laba rugi komprehensif untuk tahun yang berakhir
31
Desember
2011
dan
2012
telah
direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian laporan
Halaman 11 SNG92245/12 164137-0001
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
posisi
keuangan
laporan
laba
pada
rugi
tanggal
31
komprehensif
Desember untuk
2013
tahun
dan yang
berakhir 31 Desember 2013
Beban tak berulang selama periode laporan terdiri dari: (1) biaya
kerusakan
yang
terkait
dengan
perubahan
kebijakan
satu waktu Rp 13,1 milyar yang mencerminkan biaya yang berkaitan diambil
dengan
penyisihan
sehubungan
dengan
piutang
yang
perubahan
meragukan
dalam
yang
perhitungan
pemutusan dan penghentian Paket Promosi Pilihan dan (2) biaya yang berkaitan dengan aksi perusahaan sebesar Rp 13,3 milyar.
INDIKATOR KINERJA UTAMA Tabel di bawah ini memperlihatkan indikator kinerja utama dari usaha Perusahaan selama periode yang dikaji.
Pada dan untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2011
(a)
(1)
Jumlah rumah tangga (dalam ribuan) ................................ 654,9 RGU (dalam ribuan) (2) (4) - Broadband ................................................................ 192,9 (3) - TV Kabel ................................................................ 165,4 Tingkat penetrasi (%) ................................................................ 29% (5) ARPU (Rp ribuan/bulan) - Broadband ................................................................ 231,3 (6) - TV Kabel ................................................................ 168,2 Pemutusan (%)
Halaman 12 SNG92245/12 164137-0001
2012
2013 (tak diaudit)
Pada dan untuk periode 6 bulan yang berakhir per 30 Juni 2014
932,8
1.194,3
1.313,0
289,8 (2) 265,8 31%
(1)
332,9 304,2 28%
357,1 328,3 27%
205,7 150,4
203,4 151,1
219,9 183,0
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
- Broadband ................................................................ 1,6% - TV Kabel ................................................................ 1,8%
1,3% 1,5%
2,4% 2,6%
2,4% 2,4%
Catatan: (1)
Jumlah rumah tangga pada 30 Juni 2013 adalah sekitar 1.046.000.
(2)
Termasuk
RGU
dari
Paket
Promosi
Pilihan
sekitar
RGU
dari
Paket
Promosi
Pilihan
sekitar
27.800. (3)
Termasuk 27.600.
(4)
Hanya RGU perumahan dan tidak termasuk RGU apartemen.
(5)
Sekitar
60%
dari
pendapatan
dari
paket
Combo
disebabkan pendapatan broadband dan sisanya sebesar 40% adalah disebabkan pendapatan TV kabel. Alokasi ini tidak termasuk biaya sewa untuk set-top box dan modem kabel. (6)
Termasuk perumahan unit tunggal yang tinggal saja dan tidak termasuk unit multi tinggal dan klien perusahaan lain seperti hotel. Dihitung berdasarkan penerimaan perumahan
(tidak
termasuk
unit
multi
tinggal
dan
pendapatan lainnya) dibagi dengan rata-rata RGU untuk periode tersebut. (a)
Informasi keuangan dan indikator kinerja utama untuk tahun hasil
yang
berakhir
pasca-akuisisi
tertentu,
kewajiban
31
Desember
yang dan
hak
Halaman 13 SNG92245/12 164137-0001
2011
dihasilkan yang
mencerminkan dari
aset
digunakan
dalam
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
kaitannya dengan Jaringan Bisnis, Bisnis Broadband dan bisnis TV kabel yang diperoleh dari First Media pada Juni 2011. Indikator
kinerja
utama
melibatkan
estimasi
manajemen,
bukan bagian dari laporan keuangan Perusahaan atau sistem pelaporan
keuangan
dan
belum
diaudit
atau
dikaji
oleh
auditor eksternal, konsultan atau ahli. Definisi dan metode perhitungan untuk masing-masing metrik ini diatur di bawah ini dalam “Definisi Tindakan Keuangan dan Indikator Kinerja Utama”.
ARPU
per
dengan
bulan
membagi
untuk
setiap
pendapatan
periode
yang
tertentu
dihasilkan
dihitung
untuk
periode
dengan jumlah rata-rata RGU untuk periode yang berlaku. Rata-rata jumlah RGU dihitung dengan menambahkan jumlah RGU pada awal periode dengan jumlah RGU pada akhir periode dan membaginya
dengan
dua.
Hasilnya
kemudian
dibagi
dengan
jumlah bulan dalam periode yang relevan untuk menurunkan angka per bulan. ARPU per bulan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011 dihitung berdasarkan RGU dari Juli 2011 sampai Desember 2011, yang sepenuhnya mencerminkan hasil pasca-akuisisi
yang
dihasilkan
dari
aset
tertentu,
kewajiban dan hak yang digunakan dalam kaitannya dengan Jaringan
Bisnis,
Bisnis
Broadband
Halaman 14 SNG92245/12 164137-0001
dan
Bisnis
TV
kabel
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
setelah selesainya Pengambilbagian Saham oleh ALD pada Juni 2011. Manajemen untuk
berkeyakinan
memantau
bahwa
kinerja
ketika
diukur
selama
Namun,
karena
Perusahaan
ARPU
adalah
operasional
periode
waktu
tumbuh
metrik
berguna
Perusahaan
terutama
yang
singkat.
dan
lebih
meningkatkan
jumlah
pelanggan dengan cepat selama periode tertentu, angka ARPU ditentukan secara tahunan atau enam bulan akan terdistorsi dengan jumlah yang lebih rendah dari RGU pada awal periode.
Pada
kuartal
kedua
tahun
2012 Perusahaan
memperkenalkan
biaya broadband rendah dan paket promosi TV kabel kepada pelanggan dipilih (“Paket Promosi Pilihan”). Namun karena titik lain
harga
awal
Perusahaan,
negatif
pada
rendah Paket
ARPU
dibandingkan Promosi
keseluruhan
dengan
Pilihan
paket-paket
memiliki
Perusahaan.
dampak
Perusahaan
berhenti menjual Paket Promosi Pilihan pada akhir 2012 dan mengalihkan
sisa
konsumen
Paket
Promosi
Pilihan
untuk
bundel paket dengan tingkat yang lebih rendah di Februari 2013.
Jumlah RGU pada 31 Desember 2012 yang tertuang dalam tabel di atas termasuk sekitar 27.800 dan 27.600 RGU broadband dan
TV
pendapatan
kabel, secara
masing-masing. signifikan
lebih
Halaman 15 SNG92245/12 164137-0001
RGU
ini
rendah
menghasilkan sebagai
paket
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
memiliki poin harga lebih rendah dari titik harga normal Perusahaan. mengurangi
Angka ARPU,
RGU dan
tinggi
pada
penghentian
tahun Paket
2012 Promosi
dan
2013
Pilihan
meningkat pemutusan pada tahun 2013.
Manajemen
berkeyakinan
bahwa
peningkatan
kadar
RGU
dan
pendapatan yang lebih rendah yang dihasilkan dari mereka mendistorsi
kinerja
bisnis
yang
mendasari
termasuk
pertumbuhan pelanggan target utama penonton Perusahaan.
Data keuangan dan operasional pertengahan tahun Tabel berikut menyajikan data operasional keuangan tertentu Perusahaan untuk setiap periode enam bulan dari 1 Juli 2011 sampai dengan 30 Juni dengan tahun 2014. Data laporan laba rugi per enam bulan yang tidak diaudit ditetapkan di bawah telah disiapkan secara konsisten dengan laporan
keuangan
tahunan
Perusahaan.
Hasil
sejarah
Perusahaan belum tentu menjadi patokan hasil yang dapat diharapkan di masa depan.
31 Des. 2011 Pendapatan (milyar Rp) EBITDA Suaian (milyar Rp) RGU (dalam ribuan) - Broadband ................................192,9 - TV Kabel ................................ 165,4 (1) ARPU (Rp juta/bulan) - Broadband ................................231,3
Pada dan untuk semester yang berakhir per 30 Juni 31 Des. 30 Juni 31 Des. 2012 2012 2013 2013 (tak teraudit) 787,2 877,4
1.0160,0
-
-
434,5
466,1
581,0
226,4 200,8
289,8 265,8
293,9 264,0
332,9 304,2
357,1 328,3
228,0
199,6
206,5
211,9
219,9
Halaman 16 SNG92245/12 164137-0001
30 Juni 2014
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
- TV Kabel ................................ 168,2
170,0
144,5
150,9
162,4
Catatan: (1)
Sekitar
60%
dari
pendapatan
dari
paket
Combo
disebabkan pendapatan broadband dan sisanya sebesar 40% adalah disebabkan pendapatan TV kabel. Alokasi ini tidak
termasuk
biaya
sewa
untuk
kotak
set-top
dan
modem kabel.
DEFINISI PENGUKURAN FINANSIAL DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA
EBITDA dan marjin EBITDA
EBITDA laba
adalah
ukuran
Perusahaan
pendapatan asosiasi,
non-PSAK
untuk
tahun
pembiayaan, beban
dan
sebelumnya
berbagi
pajak
didefinisikan biaya
kerugian
penghasilan,
sebagai
keuangan, perusahaan
penyusutan
dan
amortisasi.
Marjin EBITDA adalah EBITDA dibagi dengan pendapatan.
EBITDA yang Disesuaikan dan Marjin EBITDA yang Disesuaikan EBITDA
yang
didefinisikan
Disesuaikan sebagai
adalah
laba
ukuran
Perusahaan
non-PSAK untuk
dan tahun
sebelumnya biaya keuangan, pendapatan pembiayaan, berbagi
Halaman 17 SNG92245/12 164137-0001
183,0
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
kerugian
perusahaan
penyusutan dengan
dan
asosiasi,
amortisasi
menambahkan
biaya
beban
dan
pajak
penghasilan,
disesuaikan
yang
tidak
lebih
berulang
lanjut kembali
tertentu laba Perusahaan untuk tahun ini.
Home Passed Home
mengacu
Passed
lainnya,
seperti
pada
jumlah
apartemen,
rumah
yang
dan
unit
terhubung
hunian
atau
dapat
dihubungkan ke Jaringan. Langkah ini melibatkan estimasi manajemen
koneksi
potensi
untuk
Jaringan
dan
akurasi
perkiraan ini bisa beragam, tergantung sejumlah faktor.
ARPU (broadband dan TV Kabel) ARPU
mengacu
perumahan,
pada
yang
rata-rata
dihitung
pendapatan
secara
tahunan
per
pelanggan
atau
setengah
tertentu
dihitung
tahun. ARPU
per
dengan periode
bulan
membagi dengan
untuk
setiap
pendapatan jumlah
periode
yang
rata-rata
dihasilkan RGU
untuk
berlaku periode
untuk yang
berlaku. Rata-rata jumlah RGU dihitung dengan menambahkan jumlah RGU pada awal periode dengan jumlah RGU pada akhir periode dan membaginya dengan dua. Hasilnya kemudian dibagi dengan
jumlah
bulan
dalam
periode
yang
relevan
untuk
menurunkan angka per bulan. ARPU per bulan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011 dihitung berdasarkan RGU dari
Halaman 18 SNG92245/12 164137-0001
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
Juli
2011
sampai
Desember
2011,
yang
sepenuhnya
mencerminkan hasil pasca-akuisisi yang dihasilkan dari aset tertentu, kewajiban dan hak yang digunakan dalam kaitannya dengan
Bisnis
Jaringan,
Bisnis
Broadband
dan
Bisnis
TV
Kabel setelah selesainya Saham Berlangganan oleh ALD pada Juni 2011. Dalam
dokumen
berdasarkan
ini,
Perusahaan
pendapatan
yang
menyajikan dihasilkan
ARPU
bulanan
dari
produk
broadband dan TV kabel, masing-masing. Dalam setiap kasus, rata-rata dibagi
pendapatan
dengan
jumlah
bulanan
yang
rata-rata
relevan
RGU
untuk
periode
masing-masing
untuk
periode tersebut. Untuk
menghindari
keraguan,
ARPU
Kabel
TV
hanya
untuk
perumahan Unit pelanggan tunggal yang tinggal, dan tidak termasuk
kontribusi
dari
unit
multi
tinggal
seperti
apartemen, serta klien perusahaan lain seperti hotel.
RGU (broadband dan TV Kabel) RGU
mengacu
pada
pendapatan
unit
pembangkit,
yang
berhubungan dengan sumber-sumber pendapatan, yang mungkin tidak
selalu
Perusahaan
sama
mengukur
dengan RGU
jumlah
sepanjang
rekening layanan
nasabah. TV
kabel
broadband dan untuk memantau kinerja tren bisnis dan ulasan pasarnya, terutama yang berkaitan dengan permintaan paket dibundel.
Halaman 19 SNG92245/12 164137-0001
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
Dalam dokumen ini, Perusahaan menyajikan RGU berdasarkan broadband dan pelanggan TV kabel. Sebagai contoh, seorang pelanggan yang berlangganan untuk paket paket yang dianggap baik RGU broadband dan RGU TV Kabel. Tingkat pemutusan mempengaruhi
perhitungan
jumlah
pelanggan
yang
pada
gilirannya mempengaruhi ARPU selama periode tersebut. Paket Promosi Pilihan juga berdampak pada jumlah pelanggan serta beberapa metrik operasi Perusahaan lainnya. Untuk
menghindari
keraguan,
RGU
TV
Kabel
hanya
untuk
perumahan Unit pelanggan tunggal yang tinggal, dan tidak termasuk unit multi tinggal seperti apartemen, serta klien perusahaan lain seperti hotel.
Tingkat penetrasi Tingkat penetrasi mengacu pada perkiraan jumlah pelanggan broadband potensial yang telah berhasil dikonversi menjadi pelanggan
broadband
sebenarnya
dari
Perusahaan.
Tingkat
penetrasi dihitung dengan membagi jumlah RGU broadband pada tanggal yang relevan dengan jumlah Home Passed pada tanggal tersebut. Dalam
dokumen
sebagai kami
metrik
di
pelanggan
pasar
ini,
Perusahaan
menyajikan
RGU
broadband
pelanggan
perwakilan
karena
kepemimpinan
NGBB
Indonesia.
Karena
tidak
di
berlangganan
paket
broadband
yang
semua
dibundel,
jumlah RGU broadband lebih rendah dari jumlah pelanggan
Halaman 20 SNG92245/12 164137-0001
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
yang
unik.
Tingkat
penetrasi
broadband
dengan
demikian
lebih rendah daripada jika Perusahaan menghitung tingkat ini berdasarkan pelanggan yang unik.
Pemutusan Tingkat
pemutusan
pelanggan
yang
mengacu
pada ukuran
memiliki,
secara
persentase
sukarela
jumlah
atau
tidak,
dihentikan layanan yang telah berlangganan selama periode yang
relevan
dibagi
dengan
jumlah
awal
pelanggan
untuk
memperkenalkan
Paket
periode tersebut. Pada
kuartal
II
2012,
Perusahaan
Promosi Pilihan. Namun, Perusahaan berhenti menjual Paket Promosi Pilihan pada akhir 2012 dan bermigrasi sisa Dipilih pelanggan Paket Promosi ke tingkat yang lebih rendah paket yang terbungkus Februari 2013 penghentian ini menyebabkan peningkatan tingkat pemutusan pada tahun 2013. Pada
bulan
menghitung industri,
Juni
2013
tingkat jangka
Perusahaan
pemutusan-nya.
waktu
yang
mengubah
cara
Sesuai
dengan
digunakan
di
mana
praktik
Perusahaan
untuk
menentukan apakah pelanggan telah hilang dan karena itu harus dimasukkan dalam perhitungan tingkat pemutusan akan tergantung pada apakah pemutusan adalah sukarela (misalnya, pelanggan sukarela
tidak
memperbarui
(misalnya,
karena
langganan pelanggan
kadaluarsa) pindah
rumah
atau atau
mengikuti non-pembayaran biaya berlangganan). Sebelum Juni
Halaman 21 SNG92245/12 164137-0001
Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat
2013,
pelanggan
pemutusan:
(i)
termasuk
di
mana
dalam
pemutusan
perhitungan adalah
tingkat
sukarela,
pada
akhir periode itu dua bulan setelah penghentian layanan yang relevan; dan (ii) di mana pemutusan adalah sukarela, pada
akhir
periode
yang
enam
bulan
setelah
penghentian
layanan yang relevan. Dari Juni 2013 dan seterusnya, jangka waktu
tersebut
disingkat
menjadi:
(i)
segera
untuk
pemutusan sukarela; dan (ii) tiga bulan untuk pemutusan sukarela. RGU untuk 2013 (dimulai dengan hasil operasi di paruh kedua 2013) dan enam bulan pertama 2014 telah disesuaikan untuk mencerminkan Perusahaan.
definisi Perubahan
baru ini
pemutusan mempengaruhi
digunakan
oleh
komparabilitas
indikator kinerja utama Perusahaan di tahun 2011 dan 2012 dengan 2013 dan periode berikutnya.
Halaman 22 SNG92245/12 164137-0001
FAKTOR-FAKTOR
PENTING
YANG
MEMPENGARUHI
HASIL
USAHA
tergantung
pada
PERUSAHAAN Jumlah RGU Hasil
Perusahaan
kemampuannya pertumbuhan Karena
operasi
untuk
melanjutkan
secara
Perusahaan
sangat
terus terus
perluasan
menerus aktif
dari
Jaringan
basis
meluncurkan
dan
pendapatan.
Jaringan
yang
dimilikinya, Perusahaan telah meningkatkan jumlah pelanggan broadband dan TV kabel selama periode kajian. Perusahaan memantau
penambahan
bersih
broadband
dan
RGU
TV
kabel.
Pertumbuhan RGU telah menjadi pendorong utama pertumbuhan pendapatan selama periode kajian.
Jumlah Home Passed Untuk meningkatkan jumlah pelanggan, yang pada gilirannya menimngkatkan pendapatan dan pertumbuhan laba, perusahaan bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah baru yang menarik untuk efisien
ekspansi dan
Jaringan,
menyediakan
mengeksekusi pemasaran
yang
ekspansi
secara
terfokus
untuk
mendorong penetrasi dari layanannya. Dikarenakan Jaringan Perusahaan
telah
diperluas,
Perusahaan
mampu
mencapai
peningkatan jumlah pelanggan dalam target inti pasar Rumah Tangga A dan B. Bersama dengan peluncuran lanjutan dari Jaringan di Jakarta, Perusahaan memperluas Jaringan dari Surabaya ke juga mencakup Wilayah Surabaya yang lebih luas
Halaman 23 SNG92245/2
164137-0001
pada
tahun
2013
dan
memperluas
Jaringan
ke
Bandung
menjelang akhir tahun 2013. Perusahaan mengukur pertumbuhan yang Jaringan melalui metrik home passed yang memperkirakan jumlah rumah dan unit hunian lainnya, seperti apartemen, yang terhubung atau dapat dihubungkan ke Jaringan. Hal ini memungkinkan
Perusahaan
untuk
memperkirakan
pasar
yang
dituju dan memusatkan perhatian pada rencana peluncuran dan upaya pemasaran. Jumlah home passed telah berkembang dari sekitar
506.000
pada
tanggal
31
Desember
2010
menjadi
sekitar 1,3 juta pada 30 Juni 2014. Perusahaan bertujuan untuk meningkatkan jumlah home passed menjadi sekitar 1,8 juta
pada
tahun
2016
dalam
daerah
cakupan
inti
yakni
Jabodetabek, Surabaya dan Bandung.
Tingkat penetrasi Kemampuan
Perusahaan
untuk
menarik
pelanggan
baru
di
wilayah cakupan jaringan mempengaruhi RGU, dan karenanya mempengaruhi pendapatannya. Perusahaan mengukur
menggunakan persentase
metrik
tingkat
pelanggan
berhasil
penetrasi dikonversi
untuk dari
total jumlah home passed Jaringan. Manajemen menggunakan RGU broadband sebagai metrik pelanggan karena kepemimpinan Perusahaan di pasar NGBB di Indonesia. Sebagai sejumlah kecil
pelanggan
tidak
berlangganan
paket
broadband
yang
dibundel, jumlah RGU broadband sedikit lebih rendah dari
Halaman 24 SNG92245/2
164137-0001
jumlah
pelanggan
dengan
demikian
Perusahaan
yang
unik.
lebih
menghitung
Tingkat
rendah tingkat
dari ini
penetrasi itu
broadband
akan
berdasarkan
membuat pelanggan
yang unik. Tingkat penetrasi broadband sedikit menurun dari 29% pada tanggal 31 Desember 2011 hingga 27% pada tanggal 30 Juni 2014 karena tingginya tingkat kenaikan di home passed selama periode itu. Pesatnya laju peningkatan telah menghasilkan Jaringan berada di tahap yang relatif awal dari cakupan. Sekitar 760.000 rumah dari saat ini 1,3 juta home
passed
disahkan
setelah
Juni
2011.
Vintages
yang
kurang matang dari home passed umumnya memiliki penetrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan vintages yang lebih matang. Sebagai campuran vintages kurang matang dari home passed
meningkat
karena
ekspansi
jaringan
yang
cepat,
secara keseluruhan menurunkan tingkat penetrasi Perusahaan. Perusahaan ini memiliki rekam jejak untuk mencapai ekspansi yang
menguntungkan
karena
tingkat
penetrasi
yang
tinggi
dalam ekspansi Jaringan baru, yang merupakan hasil dari kerja sama yang efektif antara tim peluncuran Jaringan dan tim
penjualan
dan
pemasaran.
Perusahaan
telah
mampu
mencapai peningkatan yang konsisten pada tingkat penetrasi dalam wilayah ekspansi dan telah mampu menghasilkan arus kas yang signifikan yang mengarah ke periode pembayaran kembali yang cepat dan pengembalian tinggi pada modal.
Halaman 25 SNG92245/2
164137-0001
Setelah
area
dalam
jangkauan
Perusahaan
jatuh
tempo
melampaui fase ekspansi awal, Perusahaan menggunakan upaya pemasaran
yang
ditargetkan
untuk
lebih
meningkatkan
penetrasi dan meningkatkan pengembalian belanja modal yang diinvestasikan selama ekspansi jaringan.
Demografi Target Kondisi demografi yang berlaku di Indonesia, dan khususnya di daerah di mana Perusahaan saat ini beroperasi, memiliki dampak
pada
kemampuan
Perusahaan
untuk
menghasilkan
pendapatan, baik dari segi jumlah RGU dan ARPU. Peningkatan permintaan
untuk
layanan
broadband
dan
TV
kabel
telah
mendukung perluasan jaringan Perusahaan sejak tahun 2011. Perusahaan
menargetkan
tingkatan
tinggi
yang
segmen
pendapatan
berkembang
pesat
dan
besar
dan
menengah
di
daerah cakupan inti yang saat ini termasuk Jabodetabek, Surabaya dan Bandung, yang merupakan daerah metropolitan terbesar
dan
paling
pelanggan
target
berkembang
dan
menarik
adalah dan
4,1
Rumah
di juta
Tangga
Indonesia. Rumah B
Inti
Tangga
dengan
basis
A
cepat
pengeluaran
bulanan lebih Rp 2,0 juta di wilayah-wilayah metropolitan ini.
Paket
untuk
level
menarik
awal
sejumlah
Perusahaan besar
juga
Rumah
menetapkan
Tangga
C1
harga
(dengan
pengeluaran bulanan lebih dari Rp 1,5 juta di wilayah yang
Halaman 26 SNG92245/2
164137-0001
sama, yang mencapai 2,6 juta rumah tangga pada 31 Desember 2013). Perusahaan ini diharapkan untuk fokus pada daerah cakupan inti yakni Jabodetabek, Surabaya dan Bandung dalam jangka menengah. Namun, Perusahaan juga akan terus mengevaluasi kota-kota baru di Indonesia berdasarkan demografi kota dan potensi profil pulang keuangan. Dengan meningkatnya tingkat pendapatan, populasi pelanggan di
wilayah
sasaran
Perusahaan
diperkirakan
akan
tumbuh
lebih lanjut disaat orang-orang dari segmen berpenghasilan rendah
bertransisi
ke
dalam
kelompok
berpenghasilan
menengah dan transisi kelompok berpenghasilan menengah ke kelompok
berpenghasilan
tinggi
dan
permintaan
atas
kecepatan yang lebih tinggi dan kualitas layanan broadband dan TV kabel. Seiring dengan peningkatan disposable income pelanggan, Perusahaan berkeyakinan bahwa permintaan untuk produk dan layanan Perusahaan akan meningkat.
Mengelola tingkat pemutusan Kemampuan
Perusahaan
untuk
berhasil
mengelola
pemutusan
pelanggan mempengaruhi pendapatan dan profitabilitas. Pada
bulan
menghitung industri, menentukan
Juni
2013
tingkat jangka apakah
Perusahaan
pemutusan-nya.
waktu
yang
pelanggan
164137-0001
cara
Sesuai
dengan
digunakan telah
Halaman 27 SNG92245/2
mengubah
di
praktik
Perusahaan
hilang
dan
mana
untuk
karenanya
harus dimasukkan dalam perhitungan tingkat pemutusan akan bergantung
pada
apakah
pemutusan
adalah
secara
sukarela
(misalnya, pelanggan tidak memperbarui langganan yang telah kadaluarsa) pelanggan
atau
pindah
pembayaran
tida rumah
biaya
secara atau
sukarela setelah
berlangganan).
(misalnya, tidak
karena
dilakukannya
Sebelum
Juni
2013,
pelanggan termasuk dalam perhitungan tingkat pemutusan: (i) di mana pemutusan adalah sukarela, pada akhir periode yang dua bulan setelah penghentian layanan yang relevan; dan (ii) di mana pemutusan adalah tidak secara sukarela, pada akhir periode yang enam bulan setelah penghentian layanan yang relevan. Dari Juni 2013 dan seterusnya, jangka waktu tersebut
disingkat
menjadi:
(i)
segera
untuk
pemutusan
sukarela; dan (ii) tiga bulan untuk pemutusan tidak secara sukarela.
Tidak
ada
penyesuaian
telah
dibuat
angka
pemutusan Perusahaan sebelum Juni 2013.
Produk dan penetapan harga Kemampuan Perusahaan untuk mengeksekusi strategi bundling layanan broadband dan layanan TV kabel pada harga menarik langsung Perusahaan.
mempengaruhi Perusahaan
pendapatan ini
dan
menawarkan
profitabilitas paket
berjenjang
berdasarkan tingkat NGBB bandwidth dan program TV kabel. Ketika pelanggan berlangganan untuk kedua broadband dan TV
Halaman 28 SNG92245/2
164137-0001
kabel, Perusahaan mengalokasikan pendapatan antara dua lini produk. Perusahaan mengalokasikan pendapatan yang dihasilkan dari paket-paket antara broadband dan TV kabel dengan sekitar 60% akan biaya berlangganan untuk layanan broadband dan sekitar 40% akan biaya berlangganan untuk TV kabel. Alokasi ini tidak termasuk dekoder dan kabel modem biaya sewa yang dikenakan secara terpisah dan dialokasikan untuk pendapatan masing-masing TV Kabel dan Broadband.
Paket bundel Untuk
menarik
permintaan
pelanggan
dan
menyederhanakan
pilihan produk, Perusahaan menawarkan paket paket layanan broadband dan layanan TV kabel. Sebagian besar pelanggan berlangganan
paket
dibundel
dengan
paket
paket
yang
mewakili sekitar 89%, 91% dan 92% dari semua pelanggan (bukan RGU) pada tahun 2012,
2013 dan enam
bulan yang
berakhir 30 Juni 2014, masing-masing. Perusahaan percaya bahwa
kemampuannya
untuk
memberikan
paket-paket
menarik
dengan memberikan keunggulan kompetitif terhadap pesaing yang
hanya
menawarkan
layanan
internet
atau
layanan
TV
berbayar atau hanya mampu menawarkan pilihan terbatas untuk paket paket, seperti yang ditunjukkan proporsi yang tinggi dari
pelanggan
yang
berlangganan
tersebut.
Halaman 29 SNG92245/2
164137-0001
paket
paket
bundle
Ketika bundling TV kabel dengan kecepatan broadband yang berbeda,
Perusahaan
profitabilitas
pada
telah
paketnya.
mampu
mempertahankan
Tergantung
pada
campuran
saluran pada lapis tertentu, biaya konten terkait dapat mempengaruhi
profitabilitas
setiap
tier.
Tingkatan
yang
lebih tinggi termasuk kecepatan broadband yang lebih tinggi dan lebih banyak saluran, yang menghasilkan biaya broadband yang lebih tinggi dan biaya lebih banyak konten, namun menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi.
Penetapan Harga Strategi harga Perusahaan untuk produk dan layanan secara langsung mempengaruhi pendapatan dan profitabilitas. Perusahaan dikemas ulang produknya dengan peningkatan harga paket
yang
terbungkus
Juli
2013
dan
Februari
2014
peningkatan Produk biasanya meningkatkan pendapatan yang dihasilkan oleh masing-masing broadband dan TV kabel RGU, namun
pertumbuhan
pendapatan
sebagian
diimbangi
oleh
peningkatan pemutusan dari pelanggan yang sangat sensitif terhadap
harga
atau
yang
tidak
mengadopsi
layanan
Perusahaan yang dikemas ulang. Pada
kuartal
kedua
tahun
2012 Perusahaan
memperkenalkan
Paket Promosi Pilihan sebagai biaya broadband rendah dan paket promosi TV kabel kepada pelanggan terpilih. Paket Promosi
Pilihan
menyebabkan
peningkatan
Halaman 30 SNG92245/2
164137-0001
yang
signifikan
dalam jumlah langganan Perusahaan. Namun karena titik harga awal
rendah
dibandingkan
dengan
paket-paket
lain
Perusahaan, Paket Promosi Pilihan memiliki dampak negatif pada
ARPU
menjual
keseluruhan
Paket
Perusahaan.
Promosi
Pilihan
Perusahaan
pada
akhir
berhenti 2012
dan
mengalihkan sisa pelanggan Paket Promosi Pilihan pada paket bundle dengan tingkat yang lebih rendah pada bulan Februari 2013.
Penghentian
produk
umum
ini
yang
dikombinasikan
meningkatkan
dengan
harga
peningkatan
pada
awal
2013
menyebabkan peningkatan tingkat pemutusan.
ARPU Hasil
Perusahaan
Perusahaan strategi premium
untuk
operasi
meningkatkan
Perusahaan dan
TV
untuk
kabel
Perusahaanberoperasi, memaksimalkan
dipengaruhi ARPU.
Sebagai
menawarkan di
pasar
yang
kemampuan
bagian
layanan
di
berupaya
dihasilkan
dari
broadband
Indonesia
Perusahaan
pendapatan
oleh
oleh
mana untuk setiap
pelanggan dengan upselling dan cross-selling. Perusahaan mampu mengenakan biaya yang lebih untuk paket dengan tingkat yang lebih tinggi dari kecepatan broadband yang
positif
dampak
ARPU.
Perusahaan
fokus
pada
upaya
pemasarannya untuk menggerakan pelanggan dari paket tingkat lebih rendah menjadi paket tingkat yang lebih tinggi untuk meningkatkan
pendapatan
dan
profitabilitas
Halaman 31 SNG92245/2
164137-0001
dan
upaya
upselling yang umum, baik melalui layanan nilai tambah atau lebih
konten.
Pada
tanggal
30
Juni
2014,
81,4%
dari
pelanggan Perusahaan berlangganan paket tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan 86,6% pada tanggal 31 Desember 2013 127290, 133710 dan 69435 transaksi upselling terjadi di mana pelanggan Perusahaan upgrade ke paket tingkat yang lebih tinggi atau dibeli nilai tambah tambah produk pada tahun 2012 dan 2013 dan enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014,
masing-masing.
berfokus
pada
Strategi
penjualan
pemasaran
layanan
Perusahaan
nilai
tambah
juga
lainnya,
seperti TV mana saja, video-on-demand, add-on paket konten TV
dan
upgrade
memungkinkan
set-top
Perusahaan
boxes untuk
baru.
Penjualan
menghasilkan
ini
pendapatan
tambahan dan keuntungan. Manajemen mengukur kinerja operasi Perusahaan menggunakan ARPU
dari
layanan
yang
manajemen
dengan
pelanggan
berlangganan
peningkatan memodifikasi
disediakan.
indikator
untuk
pendapatan. campuran
untuk
mengukur
layanan
Perusahaan
produk
dan
ARPU
apakah
yang
ini
menyediakan setiap
menghasilkan
kemudian
strategi
harga
dapat untuk
mendorong peningkatan ARPU dan pendapatan keseluruhan.
Komposisi biaya Biaya
paling
signifikan
Perusahaan
meliputi
biaya
broadband, biaya konten, biaya staf, listrik, biaya sewa,
Halaman 32 SNG92245/2
164137-0001
biaya untuk hak jalan dan lisensi biaya. Beberapa biaya Perusahaan, seperti sebagian dari operasi jaringan, layanan pelanggan, penagihan dan administrasi biaya yang relatif tetap, sementara sebagian biaya pemasaran dan isinya adalah variabel. Perusahaan secara berkala mengkaji peluang untuk mengurangi
biaya
dan
meningkatkan
keuntungan
secara
keseluruhan.
Biaya broadband Perusahaan
memerlukan
biaya
yang
signifikan
untuk
menyediakan pelanggan broadband bandwidth melalui jaringan serta
pemasok
bandwidth
yang
lain.
Perusahaan
memantau
kecepatan broadband yang ditawarkan kepada pelanggan untuk menyelaraskan kecepatan
biaya
broadband
broadband yang
dengan
permintaan
lebih tinggi
yang
untuk
menghasilkan
pendapatan yang lebih tinggi bagi Perusahaan. Biaya broadband Perusahaan terdiri biaya sehubungan dengan pembelian bandwidth tambahan. Biaya tersebut berkorelasi dengan:
(i)
pertumbuhan
RGU
broadband
Perusahaan;
(ii)
kecenderungan pelanggan untuk secara bertahap upgrade ke kecepatan broadband yang lebih tinggi; dan (iii) penciptaan konektivitas antarkota sebagai Perusahaan berekspansi ke daerah-daerah
baru.
dibuat
kedua
lokal,
untuk
tergantung
Pembayaran penyedia pada
untuk
bandwidth
jenis
Halaman 33 SNG92245/2
164137-0001
bandwidth
tambahan
internasional
bandwidth
yang
dan
dibeli.
Perusahaan
berharap
bahwa
meningkat
sebagai
basis
menuntut
tingkat
yang
layanan
pelanggan lebih
broadband
akan
Perusahaan
tinggi
terus
tumbuh
dari
dan
kecepatan
broadband. Selain itu, biaya Broadband juga terdiri biaya sehubungan dengan pembelian kabel bawah laut tambahan. Perusahaan terutama menimbulkan biaya-biaya broadband dalam dolar
AS.
Biaya
ini
meningkatkan
eksposur
Perusahaan
terhadap fluktuasi antara dolar AS dan Rupiah, mata uang fungsional. Biaya yang
Broadband ditawarkan
memaksimalkan pelayanan
mempengaruhi Perusahaan.
keuntungan
pada
titik
profitabilitas Perusahaan
dengan
harga
bertujuan
menawarkan
yang
paket-paket
sesuai
set
untuk berbeda
dengan
biaya
broadband dengan pendapatan yang dihasilkan.
Biaya konten Perusahaan memerlukan biaya yang signifikan terkait untuk menyediakan
konten
TV
kabel.
Kemampuan
Perusahaan
untuk
terus memperoleh pelanggan baru dan Upsell paket harga yang lebih
tinggi
yang
meningkatkan
pendapatan
dan
profitabilitas kepada pelanggan yang ada tergantung pada produk
dan
layanan
yang
ditawarkan
kepada
pelanggan.
Perusahaan secara aktif mempertimbangkan biaya memperoleh pemrograman tambahan pendapatan yang berasal dari pelanggan baru dan paket tingkat yang lebih tinggi.
Halaman 34 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan mendapatkan sumber konten TV kabel terutama dari penyedia
konten
internasional
dan
dengan
demikian,
menimbulkan sebagian besar dari biaya konten dalam dolar AS.
Biaya
ini
meningkatkan
eksposur
Perusahaan
terhadap
fluktuasi antara dolar AS dan Rupiah, mata uang fungsional. Kontrak ditandatangani untuk mendapatkan konten biasanya berkisar
dari
satu
sampai
tiga
tahun
dengan
mayoritas
kontrak berjalan selama dua tahun dengan batas eskalasi yang
telah
ditentukan.
Biaya
konten
Perusahaan
sebagian
besar berkorelasi dengan pertumbuhan jumlah TV kabel RGUs. Perusahaan meningkat
mengharapkan seiring
bahwa
dengan
biaya
Jaringan
isinya
mengembang
akan
terus
dan
basis
pelanggan Perusahaan tumbuh. Biaya isi yang berhubungan dengan layanan TV Perusahaan Kabel mempengaruhi profitabilitas paket yang menawarkan. Perusahaan
ini
bertujuan
untuk
memaksimalkan
keuntungan
dengan menawarkan set berbeda pelayanan pada titik harga yang sesuai biaya puas dengan pendapatan yang dihasilkan. Perusahaan juga berbagi kegiatan pembelian konten dengan perusahaan asosiasi, IMTV.
Program belanja modal Kegiatan
operasi
strategi
untuk
mempertahankan
Perusahaan
yang
memperluas Jaringan-nya,
dan dan
Halaman 35 SNG92245/2
164137-0001
padat
modal
karena
kebutuhan
untuk
kemampuannya
untuk
berhasil melaksanakan rencana belanja modal memiliki dampak langsung pada pendapatan dan profitabilitas. Perusahaan
telah
membangun
jaringan
yang
luas
di
Jabodetabek. Perusahaan memperluas jaringan ke Surabaya dan pada
tahun
menjelang
2013
akhir
dan tahun
memperluas 2013
jaringan
Perusahaan
ke
Bandung
bermaksud
untuk
melanjutkan perluasan dan cakupan yang Jaringan di kotakota Indonesia. Perusahaan sedang dalam proses program perluasan jaringan yang signifikan, dengan tujuan mencapai sekitar 1,8 juta Home Passed 2016 Wilayah sasaran baru umumnya berdekatan dengan
daerah
Surabaya
dan
layanan
inti
Bandung,
yang
yang
ada
memiliki
di
Jabodetabek,
terbukti
menerima
produk dan layanan premium Perusahaan yang diukur dengan tingkat penetrasi dan ARPU. Perusahaan ini diharapkan untuk fokus pada daerah cakupan inti saat Jabodetabek, Surabaya dan Bandung dalam jangka menengah. Namun, Perusahaan juga akan terus mengevaluasi kota-kota baru di Indonesia berdasarkan demografi kota dan potensi keuangan pengembalian profil . Perusahaan
mengharapkan
untuk
berinvestasi
sekitar
Rp
1
triliun belanja modal pada 2014 saja, dengan belanja modal pemeliharaan yang tersisa di tingkat yang sama dengan tahun 2013
historis,
melalui
kas
kebutuhan
yang
modal
dihasilkan
dari
Halaman 36 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan operasi
telah dan
didanai
pendanaan
pemegang
saham
awal
oleh
ALD
pada
Juni
2011
untuk
memperoleh Jaringan dan mendanai ekspansi awal. Ke depan, Perusahaan mengharapkan untuk mendanai belanja modal untuk ekspansi
organik
perusahaan
Jaringan
melalui
kas
yang
dihasilkan dari operasi. Perusahaan secara aktif memonitor kebutuhan
dana
untuk
mengoptimalkan
struktur
modal
dan
memastikan bahwa ia memiliki dana yang cukup dari sumber internal dan fasilitas pinjaman yang tersedia. Berdasarkan ARPU sejarah baru-baru ini Perusahaan dan perbaikan yang diharapkan dalam tingkat penetrasi karena upaya pemasaran, Perusahaan berharap dapat mencapai hasil yang kuat pada belanja
modal
pertumbuhan
dengan
periode
pengembalian
relatif pendek pada setiap pelanggan.
Kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi ekonomi dunia Perusahaan mengoperasikan bisnis TV NGBB dan kabel yang sangat
tergantung
pada
keadaan
perekonomian
Indonesia.
Permintaan untuk layanan broadband dan TV kabel tergantung pada
tingkat
ukuran
dan
pendapatan
menengah
ke
gilirannya
tergantung
disposable atas
di
terutama
income
dari
Indonesia, pada
segmen
yang
keadaan
pada
ekonomi
Indonesia. Sebagai ekonomi tumbuh, lebih banyak konsumen memiliki disposable income yang cukup untuk mampu membayar layanan
broadband
premium
dan
pelanggan
yang
sudah
ada
permintaan membaik dan diversifikasi Kabel TV konten, yang
Halaman 37 SNG92245/2
164137-0001
keduanya
berpotensi
konsumen
meningkatkan
Perusahaan
dan
ukuran
permintaan
target untuk
pasar layanan
Perusahaan. Berdasarkan MPA, pertumbuhan PDB riil Indonesia adalah 6,5%, 6,3% dan 5,8% pada tahun 2011, 2012 dan 2013, masing-masing, dan diperkirakan akan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 5,8% antara tahun 2013 dan 2018.
Perubahan peraturan dan teknologi Hasil
operasional
perubahan diamanatkan
Perusahaan
peraturan di
telah
seperti
Indonesia.
dipengaruhi
kenaikan
Peningkatan
upah
upah
oleh
minimum
minimum
pada
tahun 2012, 2013 dan 2014 meningkat secara signifikan beban usaha
Perusahaan.
Misalnya,
pada
2013,
kenaikan
tingkat
upah minimum di Jakarta adalah sekitar 40%, dan pada tahun 2014, kenaikan itu sekitar 20%. Kenaikan lebih lanjut dalam upah
minimum
material
dapat
mempengaruhi
profitabilitas
Perusahaan jika tidak mampu menyampaikan biaya ini dalam bentuk
harga
yang
lebih
tinggi
untuk
layanan.
Hasil
Perusahaan operasi juga dapat dipengaruhi oleh perubahan lain
dalam
pemerintah
lingkungan bisa
peraturan
memerlukan
di
lisensi
Indonesia. Misalnya, tambahan
atau
bisa
memerlukan kabel jaringan di Jakarta atau kota-kota lain di mana perusahaan beroperasi untuk dimakamkan bawah tanah. Perubahan
peraturan
ini
bisa
mengakibatkan
Halaman 38 SNG92245/2
164137-0001
peningkatan
biaya
kepatuhan
bagi
Perusahaan
atau
penundaan
yang
signifikan dalam rencana ekspansi Perusahaan. Penyediaan
layanan
broadband
dan
TV
di
Indonesia
telah
menjadi semakin beragam. Perusahaan saat ini menggunakan teknologi HFC, yang merupakan teknologi yang menggunakan serat optik dan kabel koaksial. Perusahaan bersaing dengan perusahaan lain berdasarkan berbagai teknologi, termasuk serat,
nirkabel
memperbarui tambahan.
dan
sistem, Sementara
DTH. yang
Perusahaan
menghasilkan
Perusahaan
tetap
terus-menerus belanja
modal
terbuka
untuk
mengadopsi teknologi baru, Perusahaan berkeyakinan bahwa penggunaan teknologi HFC menyediakan itu dengan keunggulan kompetitif di pasar Indonesia, khususnya terhadap pesaing hanya menggunakan kabel tembaga.
Inflasi Pendapatan Perusahaan dipengaruhi oleh inflasi, terutama melalui Inflasi
peningkatan yang
keseluruhan
biaya
karyawan
signifikan
untuk
produk
dapat dan
dan
biaya
menurunkan
layanan
lainnya. permintaan
Perusahaan
sebagai
pelanggan memiliki lebih sedikit pendapatan tambahan untuk dibelanjakan. Namun, inflasi pada tingkat yang terkendali, sambil
meningkatkan
biaya,
cenderung
untuk
benar-benar
menguntungkan bisnis, seperti kenaikan harga inflasi yang dipimpin memiliki dampak positif pada margin-nya. Pelanggan
Halaman 39 SNG92245/2
164137-0001
sasaran Perusahaan umumnya memiliki lebih banyak pendapatan yang biasanya memungkinkan mereka untuk menyerap sebagian dari
kenaikan
inflasi
harga
tahunan
konsumen.
Indonesia,
Berdasarkan
yang
diukur
MPA,
dengan
tingkat
perubahan
indeks harga konsumen di Indonesia, adalah 5,4% pada tahun 2011, 4,4% pada 2012 dan 7,0% pada tahun 2013.
Dampak fluktuasi nilai tukar Mata
uang
Rupiah.
fungsional
Pada
tanggal
dan 30
pelaporan
Juni
2014,
Perusahaan Perusahaan
adalah memiliki
hampir tidak ada pendapatan yang dihasilkan dalam mata uang selain
Rupiah,
dan
menjadikan
biaya
tertentu
yang
dinyatakan dalam mata uang dolar Amerika Serikat, termasuk pembelian bandwidth broadband dan biaya konten. Perusahaan juga
memiliki
utang
dalam
mata
uang
dolar.
Ini
subyek
Perusahaan terhadap risiko nilai tukar. Pada 2013, hasil usaha Perusahaan terkena dampak signifikan melemahnya nilai tukar
mata
uang
mengakibatkan
Rupiah
peningkatan
terhadap biaya
dolar biaya
AS.
Hal
ini
pendapatan
dan
keuangan pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan periodeperiode sebelumnya. Aktiva dan kewajiban moneter yang menimbulkan risiko valuta asing adalah kas dan setara kas, piutang usaha, hutang usaha dan utang jangka panjang dalam mata uang dolar AS. Manajemen
telah
menyiapkan
kebijakan
Halaman 40 SNG92245/2
164137-0001
yang
mengharuskan
Perusahaan untuk mengelola risiko nilai tukar mata uang asing terhadap Rupiah yang timbul dari transaksi komersial di masa depan dan aset diakui dan kewajiban. Perusahaan mengelola
risiko
mata
uang
asing
dengan
terus
memantau
fluktuasi nilai tukar mata uang sehingga dapat menyesuaikan tingkat pembelian dalam dolar AS dan campuran dolar AS utang dalam mata uang. Secara historis, Perusahaan belum melakukan lindung nilai eksposur
nilai
tukar
asing
karena
belum
layak
secara
komersial untuk melakukannya. Namun, mungkin masuk ke dalam susunan lindung nilai di masa depan. Perusahaan juga dapat dikenakan tambahan utang dalam mata uang selain Rupiah, yang akan meningkatkan eksposur terhadap fluktuasi nilai tukar.
Hutang dan tingkat bunga Peningkatan utang dan fluktuasi suku bunga berdampak pada beban
keuangan
Perusahaan.
Perusahaan
secara
historis
didanai sebagian besar biaya operasional dan belanja modal melalui kas yang dihasilkan dari operasi. Untuk tahun 2011, 2012, 2013 dan enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 dan 2014, beban keuangan Perusahaan adalah Rp 33,3 milyar,
Rp
72,1
milyar,
Rp 120,8
milyar,
Rp 41,4
milyar dan Rp 20,2 milyar, mencerminkan peningkatan utang Perusahaan pada tahun 2012 dan fluktuasi nilai tukar pada
Halaman 41 SNG92245/2
164137-0001
tahun
2013
dibahas
di
atas.
Pada
2013,
Perusahaan
menggunakan sebagian dari kas di tangan, serta hasil dari fasilitas kredit revolving baru, untuk melunasi utang pihak terkait dan untuk melunasi sebagian jumlah yang terhutang di bawah tertentu dari Pinjaman Penyedia. Pinjaman bank Perusahaan dan Penyedia Pinjaman dikenakan bunga.
Hasil
Perusahaan
operasi
dipengaruhi
oleh
beban
bunga yang timbul sehubungan dengan utang. Perusahaan akan terus memantau kondisi pasar dan kinerja Perusahaan
dalam
upaya
untuk
mengoptimalkan
struktur
permodalan Perusahaan.
Perpajakan Profitabilitas Perusahaan dipengaruhi oleh beban pajaknya. Tarif pajak yang berlaku di Perusahaan adalah 26,0%, 26,2%, 25,7% dan 25,5% untuk tahun 2011, 2012, 2013 dan enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014, masing-masing. Berdasarkan
peraturan
perpajakan
Indonesia,
perusahaan
berhak atas tarif pajak penghasilan badan yang lebih rendah dari 20% dengan ketentuan: (i) setidaknya 40% atau lebih dari total perusahaan modal disetor saham dimiliki oleh publik; (ii) perusahaan memiliki setidaknya 300 pemegang saham yang masing-masing memiliki kurang dari 5% dari total modal disetor saham perusahaan; dan (iii) kriteria (i) dan (ii) di atas terpenuhi untuk jangka waktu lebih dari enam
Halaman 42 SNG92245/2
164137-0001
bulan
(183
hari
kalender)
selama
tahun
buku
yang
bersangkutan. Penurunan tarif pajak ini diharapkan berlaku efektif mulai 1 Januari 2015 dan dampak profitabilitas Perusahaan dari waktu itu.
Posisi hutang Pinjaman Vendor Baru Pada
bulan
Juli
2014,
Perusahaan
mengadakan
perjanjian
pinjaman penjual dengan jumlah pokok sebesar US$ 1,4 juta dan US$ 5.500.000 dengan Cisco dalam setiap kasus yang akan dilunasi
selama
periode
36-bulan
di
12
kali
cicilan
triwulanan sejak tanggal penarikan di bawah perjanjian yang relevan . Hasil ini Pinjaman Penyedia baru akan digunakan untuk
membeli
peralatan
elektronik
dari
Cisco.
Maskapai
Pinjaman Penyedia baru tingkat bunga tetap sebesar 2,35% per tahun. Acara
default
di
bawah
Pinjaman
Penyedia
baru
termasuk
peristiwa adat default. Selain itu, event of default akan dipicu
bawah
mengalami gagal
Pinjaman
perubahan
untuk
memberitahukan
Penyedia
pengendalian
memberitahu Cisco
dalam
Cisco
baru
jika
mayoritas atau
keadaan
sahamnya
jika
di
Perusahaan
mana
dan
Perusahaan perubahan
tersebut kontrol akan merugikan kemampuan Perusahaan untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada Cisco.
Halaman 43 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan belum menggunakan fasilitas ini.
Garansi Pinjaman IMTV Pada
bulan
Juli
2014,
asosiasi
Perusahaan,
IMTV
menandatangani US$ 15 juta fasilitas jangka dijamin senior BNP Paribas (Cabang Singapura) untuk keperluan modal kerja. Fasilitas IMTV dijamin dengan tuduhan atas aset IMTV ini, pengalihan
pinjaman
antar
subordinasi
pinjaman
pemegang
saham dibuat untuk IMTV dan jaminan dari pemegang saham tertentu
IMTV.
Perusahaan
fasilitas
sehubungan
dengan
menjadi 15%
penjamin
dari
jumlah
parsial fasilitas
(sesuai dengan yang 15% kepemilikan saham).
KETERANGAN
AKUN
PILIHAN
DALAM
LAPORAN
PENDAPATAN
KOMPREHENSIF Pembahasan berikut memberikan gambaran tentang komposisi item
baris
tertentu
dalam
laporan
Perusahaan
rugi
komprehensif untuk periode yang disebutkan. Pendapatan Pendapatan Perusahaan terdiri dari nilai wajar imbalan yang diterima atau piutang untuk layanan yang disediakan dalam kegiatan
kegiatan
Perusahaan.
Pendapatan
ditampilkan
setelah dikurangi pajak pertambahan nilai. Perusahaan ini menghasilkan
sebagian
besar
pendapatan
Rupiah.
Halaman 44 SNG92245/2
164137-0001
dalam
mata
uang
Pendapatan dari biaya berlangganan bulanan dan iklan diakui pada saat penyerahan layanan tersebut. Biaya ditagih di muka
ditangguhkan
dan
diakui
sebagai
biaya
berlangganan
ditangguhkan dalam laporan posisi keuangan sampai layanan diberikan. Pendapatan dari sewa jaringan diakui secara garis lurus selama masa sewa. Perusahaan mengalokasikan pendapatan yang dihasilkan dari paket paket antara broadband dan TV kabel dengan sekitar 60% akan biaya berlangganan untuk layanan broadband, yang disebut sebagai pendapatan broadband, dan sekitar 40% akan biaya berlangganan untuk kabel TV, yang disebut sebagai pendapatan TV kabel. Alokasi ini tidak termasuk dekoder dan kabel modem biaya sewa yang dikenakan secara terpisah dan dialokasikan
untuk
masing-masing.
pendapatan
Mengingat
TV
tingginya
Kabel
dan
Broadband,
persentase
pelanggan
berlangganan paket dibundel, alokasi ini memiliki dampak material terhadap pendapatan broadband dan pendapatan TV kabel. Alokasi ini dan tingginya persentase paket paket mengakibatkan
layanan
broadband
Perusahaan
biasanya
menghasilkan ARPU lebih tinggi dari layanan TV kabel-nya. Usaha
Perusahaan
akuntansi
-
terdiri
monetisasi
dari
Jaringan
satu
segmen
nya.
Tabel
memuat rincian pendapatan berdasarkan kategori:
Halaman 45 SNG92245/2
164137-0001
dalam
hal
berikut
ini
Untuk semester Untuk tahun yang berakhir per yang berakhir per 31 Desember 30 Juni (1) 2011 2012 2013 2013 2014 (dalam milyar Rp,kecuali prosentasi) (tak teraudit)
Pendapatan
Biaya langganan internet broadband dan layanan jaringan (“Pendapatan Broadband”) (2) (3) ............................................................................. 353,8 Prosentase pendapatan total ................................ 60,7%
748,6 57,6%
953,1 57,3%
451,5 57,4%
564,7 55,6%
- Pendapatan Broadband – rumah tangga .............. 262,2 - Prosentase pendapatan total ................................ 45,0%
601,6 46,3%
762,6 45,8%
364,5 46,3%
455,0 44,8%
- Pendapatan Broadband – badan usaha ............... 91,6 - Prosentase pendapatan total ................................ 15,7%
147,0 11,3%
190,5 11,4%
87,0 11,1%
109,7 10,8%
Biaya langganan televisi berlangganan (3) (4) (“Pendapatan TV berlangganan”) ...................... 173,1 Prosentase pendapatan total ................................ 29,7%
409,8 31,5%
552,5 33,2%
251,1 31,9%
373,8 36,8%
Pendapatan Media (“Penjualan Iklan”) ...................... 29,8 Prosentase pendapatan total ................................ 5,1%
73,5 5,6%
94,3 5,7%
49,8 6,3%
47,8 4,7%
25,9 4,4%
68,7 5,3%
64,7 3,9%
34,8 4,4%
29,7 2,9%
PENDAPATAN TOTAL .............................................. 582,6
1.300,6
1.664,6
787,2
1.016,0
(5)
Lain-lain ................................................................ Prosentase pendapatan total ................................
Catatan: (1)
Perusahaan mengakuisisi aset tertentu, kewajiban dan hak penggunaan yang berkaitan dengan Jaringan Bisnis, Bisnis Broadband dan TV kabel bisnis pada Juni 2011 dari First Media dan memulai bisnis saat ini pada tahun 2011 Saham Berlangganan
oleh
ALD
selesai
pada
Juni
2011
dan
informasi keuangan Perusahaan untuk tahun yang berakhir 31
Desember
2011
mencakup
hasil
pasca-akuisisi
yang
dihasilkan dari aset tertentu, kewajiban dan hak yang digunakan dalam kaitannya dengan Jaringan Bisnis, Bisnis Broadband
dan
TV
Kabel
Bisnis.
Hasil
bisnis
yang
diakuisisi sepenuhnya tercermin dari tanggal Penyertaan
Halaman 46 SNG92245/2
164137-0001
Saham selesai. Akibatnya, informasi keuangan Perusahaan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011 adalah tidak secara
langsung
sebanding
dengan
hasil
tahun
penuh
Perusahaan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012. (2)
Merupakan biaya berlangganan untuk layanan broadband dan jaringan
dan
termasuk
pendapatan
perumahan
dan
perusahaan. (3)
Sekitar 60% dari pendapatan dari paket Combo disebabkan pendapatan
broadband
dan
disebabkan
pendapatan
sisanya
sebesar
kabel.
Alokasi
TV
40%
adalah
ini
tidak
termasuk biaya sewa untuk kotak set-top dan modem kabel. (4)
Merupakan biaya berlangganan untuk TV kabel, termasuk setiap
biaya
sewa
dari
set-top
box.
Selain
biaya
tersebut dari perumahan unit tunggal yang tinggal, biaya berlangganan untuk TV kabel juga termasuk biaya dari unit multi tinggal dan klien perusahaan lain seperti hotel. (5)
“Lain-lain”
terutama
instalasi,
penjualan
meliputi modem
pendapatan
kabel
dan
dari
biaya
barang-barang
promosi.
Beban Pokok Pendapatan Beban
pokok
pendapatan
(tidak
termasuk
penyusutan
aset
tetap dan amortisasi biaya aktiva tidak berwujud) (“beban pokok
pendapatan”)
merupakan
terutama
Halaman 47 SNG92245/2
164137-0001
biaya
distribusi
program
televisi
internet
kabel
broadband
dan
tersedia.
layanan Beban
teknis tersebut
dan
layanan
diakui
pada
saat terjadinya berdasarkan metode akrual. Biaya Broadband terutama terdiri dari biaya bandwidth dan biaya terkait bandwidth.
Perusahaan
menimbulkan
sebagian
besar
biaya
pendapatan - terutama biaya konten dan biaya broadband dalam dolar AS. Tabel di bawah ini menetapkan komponen biaya pendapatan untuk periode yang disebutkan.
Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2011 2012 2013 (milyar Rp)
Untuk semester yang berakhir per 30 Juni 2013 2014 (tak teraudit)
Layanan distribusi pemrograman televise berlangganan dan layanan teknis (“Biaya konten TV berlangganan”) ......................................................... 57,5 Internet Broadband (“Biaya Broadband”) .............................................................. 44,5 (1) Lain-lain ................................................................ 12,7 TOTAL ................................................................ 114,7
136,8
188,1
84,3
121,1
85,9 38,1 260,8
116,1 49,1 353,3
45,5 29,2 159,0
60,4 39,7 221,2
Catatan: (1)
Lain-lain terutama merupakan tiang sewa dan lisensi
biaya.
Beban Penjualan Beban penjualan terutama terdiri dari biaya karyawan untuk staf
penjualan,
promosi,
komisi
Halaman 48 SNG92245/2
164137-0001
dan
lain-lain.
Komisi
mencakup jumlah yang dibayarkan kepada karyawan dan pihak ketiga. Tabel di bawah ini menggambarkan komponen beban penjualan untuk periode yang disebutkan. Untuk semester yang berakhir per 30 Juni 2013 2014
Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2011 2012 2013 (milyar Rp)
Biaya pegawai............................................................... 19,0 Promosi ................................................................ 8,3 Komisi ................................................................ 9,1 (1) Lain-lain ................................................................ 2,9 39,3 TOTAL ................................................................
45,6 23,2 23,3 10,6 102,7
(tak teraudit) 31,9 9,9 13,5 9,4 64,7
67,7 30,3 26,7 17,6 142,3
40,6 12,1 12,5 6,5 71,7
Catatan: (1)
Lainnya
pencetakan
terutama
faktur
dan
merupakan biaya
biaya
kurir,
biaya
perjalanan, lain-lain
dan
sewa.
Beban umum dan administrasi Beban umum dan administrasi terutama terdiri dari biaya karyawan untuk staf non-penjualan, biaya penyisihan piutang usaha,
biaya
kerusakan
peralatan
untuk
instalasi,
sewa,
listrik, air dan telepon dan lain-lain. Tabel di bawah ini menggambarkan komponen beban umum dan administrasi untuk periode yang disebutkan. Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2011 2012 2013 (milyar Rp) Biaya pegawai .............................................................. 57,9 Kerugian piutang usaha ................................ 4,1 Kerugian instalasi peralatan ................................ Sewa................................................................ 9,2
Halaman 49 SNG92245/2
164137-0001
126,8 34,5 23,0
160,7 40,2 2,4 21,3
Untuk semester yang berakhir per 30 Juni 2013 2014 (tak teraudit) 72,7 14,0 10,4
81,2 19,3 10,8
Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2011 2012 2013 Listrik, air dan telepon................................ 8,3 20,8 27,4 (1) Lain-lain ................................................................ 14,9 29,8 42,2 94,4 234,9 294,2 TOTAL................................................................
Untuk semester yang berakhir per 30 Juni 2013 2014 12,0 15,7 21,6 15,5 130,7 142,5
Catatan: (1)
Lain-lain
terutama
terdiri
dari
biaya
perjalanan,
biaya profesional dan, pada tahun 2013, biaya-biaya lain yang terkait dengan aksi korporasi.
Beban Penyusutan Beban penyusutan terdiri penyusutan properti, pembangkit dan peralatan.
Beban Amortisasi Beban
amortisasi
terdiri
amortisasi
aset
terutama merupakan perangkat lunak komputer.
Halaman 50 SNG92245/2
164137-0001
tidak
berwujud
Beban/pendapatan lain-lain Beban
lain-lain
terutama
mencakup
biaya
non-operasional
lainnya, seperti kerugian atas penjualan aset tetap dan pajak
pembelian
tanah.
Pendapatan
lainnya
termasuk
pendapatan non-operasional lainnya, seperti pendapatan dari penjualan scrap dan/atau aset tetap dan penggantian biaya konsultasi atau properti.
Laba operasional Laba operasional terdiri dari biaya pendapatan dikurangi dengan pendapatan, biaya-biaya penjualan, biaya-biaya umum dan administrasi, biaya-biaya penyusutan, amortisasi dan biaya-biaya lainnya.
Biaya keuangan Biaya keuangan terutama terdiri dari bunga atas pinjaman. Penyedia Kredit Perusahaan sebagian besar dalam mata uang dolar AS. Pinjaman Perusahaan berdasarkan fasilitas kredit bergulir sebagian besar dalam mata uang Rupiah.
Pendapatan keuangan Pendapatan keuangan terutama terdiri dari bunga deposito bank dan pendapatan bunga. Pendapatan bunga diperhitungkan
Halaman 51 SNG92245/2
164137-0001
atas dasar proporsi waktu dengan menggunakan metode bunga efektif.
Bagian kerugian pada mitra Bagian rugi perusahaan asosiasi terutama merupakan kerugian bersama dari IMTV, perusahaan yang 15% sahamnya dimiliki oleh Perusahaan. Investasi ini dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. Pada Januari 2013, Perusahaan menjual 5% dari kepemilikannya di IMTV, mengurangi kepemilikannya dari 20% menjadi 15%.
HASIL OPERASIONAL Perbandingan hasil usaha untuk enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 (tidak diaudit) dan enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 Pendapatan Pendapatan Perusahaan meningkat sebesar Rp 228,8 milyar, atau 29,1%, dari
Rp 787,2
milyar
pada enam
bulan yang
berakhir 30 Juni 2013 hingga Rp 1.016,0 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan bersih RGU dari broadband dan TV kabel dari 63.158 dan 64.257, masing-masing, dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2013 jumlah pelanggan broadband dan pelanggan TV kabel tumbuh sejalan dengan satu sama lain
Halaman 52 SNG92245/2
164137-0001
karena mayoritas besar pelanggan perusahaan berlangganan paket
paket.
Perusahaan
juga
mengemas
ulang
penawaran
produk di Februari 2014 yang mengakibatkan peningkatan ARPU yang, oleh karenanya, berdampak positif pada pendapatan. Mayoritas pendapatan Perusahaan dihasilkan di Jakarta dalam enam bulan pertama 2014, meskipun peningkatan dihasilkan di Surabaya dan Bandung setelah terjadinya ekspansi lanjutan dan peluncuran Jaringan di masing-masing kota tersebut. Pendapatan broadband Perusahaan dari pelanggan perumahan meningkat sebesar Rp 90,5 milyar, atau 24,8%, dari Rp 364,5 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 hingga Rp 455,0 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 terutama disebabkan oleh pertumbuhan pelanggan. Pendapatan broadband
tumbuh
sejalan
dengan
Perusahaan
memperdalam
penetrasi di Jakarta dan Surabaya pada tahun 2014 sementara memperluas
nya
Jaringan
ke
Bandung.
Perusahaan
berhenti
menjual Paket Promosi yang Dipilih pada akhir 2012 dan Promosi
Paket
pelanggan
Yang
Dipilih
dimigrasikan
untuk
paket bundle dengan tingkat yang lebih rendah pada Februari 2013, yang secara positif berdampak pada awal ARPU di paruh kedua 2013. Broadband ARPU Perusahaan adalah Rp 206,471 per bulan dalam enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2013 dan Rp 219,944 per bulan dalam enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2014.
Halaman 53 SNG92245/2
164137-0001
Pendapatan
broadband
Perusahaan
dari
klien
perusahaan
meningkat sebesar Rp 22,7 milyar, atau 26,1%, dari Rp 87,0 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 hingga Rp 109,7 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014, terutama
disebabkan
oleh
pertumbuhan
dari
jumlah
klien
perusahaan sejalan dengan perluasan Jaringan Perusahaan. Pendapatan TV kabel Perusahaan meningkat sebesar Rp 122,7 milyar, atau 48,8%, dari Rp 251,1 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 373,8 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 terutama disebabkan oleh kenaikan bersih jumlah pelanggan. Perusahaan TV kabel ARPU adalah Rp 150.896 per bulan dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 dan Rp 183.049 per bulan dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 Kabel TV ARPU meningkat pada tingkat yang lebih cepat dari ARPU broadband, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari set-top box. Kabel TV ARPU dalam
enam
bulan
yang
berakhir
30
Juni
2013
juga
dipengaruhi oleh Paket Promosi yang Dipilih. Pendapatan Perusahaan dari Penjualan Iklan menurun Rp 2,0 milyar, atau 4,1%, dari Rp 49,8 milyar dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 47,8 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014. Penurunan ini dikarenakan fluktuasi
permintaan
dan
tingkat
harga
relatif
karena
Perusahaan melakukan penyesuaian terhadap sebagian tarif iklannya di tahun 2014.
Halaman 54 SNG92245/2
164137-0001
Biaya Pokok Pendapatan Biaya
Perusahaan
pendapatan
meningkat
sebesar
Rp
62,2
milyar, atau 39,2%, dari Rp 159,0 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 221,2 milyar dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 Biaya pendapatan tumbuh lebih cepat daripada pendapatan karena meningkatnya biaya broadband dan biaya konten sejalan dengan ekspansi usaha Perusahaan.
Biaya
pendapatan
juga
tumbuh
lebih
cepat
daripada pendapatan karena efek valuta asing karena biaya Perusahaan pendapatan terutama berada dalam mata uang dolar AS dan Rupiah melemah secara signifikan terhadap dolar AS dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 dibandingkan dengan enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013. Biaya pendapatan tumbuh lebih cepat daripada pendapatan, terutama disebabkan oleh pertumbuhan yang lebih cepat dalam bisnis
TV
kabel,
pendapatan bulan
sebagai
yang
merupakan
yang
meningkatkan
persentase
berakhir
peningkatan
30 dari
Juni
dari 2014
20,2%
berakhir 30 Juni 2013.
Halaman 55 SNG92245/2
164137-0001
biaya
konten.
pendapatan adalah
dalam
enam
Biaya
pada
enam
21,8%
yang
bulan
yang
Biaya penjualan Beban penjualan Perusahaan meningkat sebesar Rp 7,0 milyar, atau
10,8%,
dari
Rp
64,7
milyar
pada
enam
bulan
yang
berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 71,7 milyar pada enam bulan yang
berakhir
30
Juni
2014
Peningkatan
ini
terutama
disebabkan oleh kenaikan biaya karyawan dan biaya promosi. Biaya
penjualan
sebagai
persentase
dari
pendapatan
pada
enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 adalah 7,1% yang mewakili penurunan dari 8,2% dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 karena optimalisasi insentif penjualan dan komisi. Biaya
karyawan
meningkat
secara
signifikan
terutama
disebabkan oleh kenaikan gaji tahunan dan peningkatan yang diperlukan meskipun
dalam
upah
kenaikan
minimum
tersebut
pada
bulan
sebagian
Januari
2014,
diimbangi
oleh
perampingan penjualan Perusahaan dan operasional pemasaran.
Biaya umum dan administrasi Biaya umum dan administrasi Perusahaan meningkat sebesar Rp 11,8 milyar, atau 9,0%, dari Rp 130,7 milyar selama enam bulan yang berakhir selama 30 Juni 2013 hingga Rp 142,5 milyar selama enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2014. Kenaikan
ini
terutama
disebabkan
oleh:
(i)
peningkatan
biaya karyawan sebesar Rp 8,5 milyar, atau 11,6%, sebagai
Halaman 56 SNG92245/2
164137-0001
akibat
dari
kenaikan
upah
minimum,
diimbangi
sebagian
dengan perampingan operasional umum dan administrasi; (ii) peningkatan biaya penyisihan piutang usaha dari 5,3 milyar, atau 37,9%; dan (iii) peningkatan listrik, air dan telepon Rp
3,7
milyar,
listrik
atau
serta
perluasan
31,0%,
dikarenakan
peningkatan
bisnis
Perusahaan.
kenaikan
kebutuhan
listrik
Peningkatan
beban
tarif karena
umum
dan
administrasi secara keseluruhan sebagian diimbangi dengan penurunan
beban
lain.
Beban
umum
dan
administrasi
juga
termasuk biaya profesional non-berulang terkait dengan aksi korporasi
dari
Rp
2,1
milyar
selama
enam
bulan
yang
berakhir pada 30 Juni 2013. Biaya umum dan administrasi sebagai persentase dari pendapatan selama enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2014 adalah 14,0%, yang mewakili penurunan dari 16,6% dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013
karena
sebagian
besar
beban
umum
dan
administrasi
Perusahaan yang secara sifatnya relatif tetap.
Biaya penyusutan Biaya
penyusutan
Perusahaan
meningkat
sebesar
Rp
51,9
milyar, atau 42,5%, dari Rp 122,1 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 174,0 milyar pada enam bulan
yang
investasi
berakhir
dalam
30
Juni
properti
dan
2014
karena
peralatan
meningkatnya
pembangkit
yang
terdiri dari kabel jaringan, set-top boxes dan peralatan
Halaman 57 SNG92245/2
164137-0001
terkait dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 sebagai hasil dari peluncuran lanjutan dari jaringan Perusahaan.
Biaya amortisasi Biaya
amortisasi
Perusahaan
meningkat
sebesar
Rp
3,2
milyar, atau 85,3%, dari Rp 3,7 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 hingga 6,9 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 karena amortisasi aset tidak berwujud
yang
komputer
terutama
yang
terdiri
dibutuhkan
dari
untuk
perangkat
mendukung
lunak
Jaringan
Perusahaan yang semakin luas serta sistem informasinya. Biaya lain-lain/pendapatan Perusahaan mengakui beban lain Rp 0,4 milyar selama enam bulan
yang
lainnya
berakhir
sejumlah
Rp
pada
30
Juni
0,4
milyar
2013
pada
dan
enam
pendapatan bulan
yang
berakhir 30 Juni 2014 laba bersih lainnya ini terutama mencerminkan tingkat yang lebih tinggi dari pendapatan nonoperasional.
Laba usaha Laba usaha Perusahaan meningkat sebesar Rp 93,5 milyar, atau 30,5%, dari
Rp 306,6
milyar
pada enam
bulan yang
berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 400,1 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 karena alasan yang dijelaskan di atas. Marjin laba usaha Perusahaan meningkat dari 38,9%
Halaman 58 SNG92245/2
164137-0001
dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 menjadi 39,4% pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 terutama karena operating leverage Perusahaan.
Biaya keuangan Biaya atau
keuangan 51.1%,
Perseroan
dari
menurun
Rp41.4
miliar
sebesar pada
Rp21.2
enam
miliar,
bulan
yang
berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp20.2 miliar pada enam bulan yang
berakhir
30
Juni
2014
Penurunan
ini
terutama
disebabkan oleh: (i) Perusahaan sepenuhnya membayar kembali pinjaman
pihak
terkait
dan
secara
sebagian
membayar
Pinjaman Vendor pada tahun 2013 dan (ii) biaya dimuka yang terkait dengan fasilitas kredit revolving yang terjadi pada tahun 2013 yang tidak muncul kembali pada tahun 2014.
Pendapatan keuangan Pendapatan
pembiayaan
Perusahaan
menurun
sebesar
Rp
8,6
milyar, atau 50,9%, dari Rp 16,8 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 8,2 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 karena kas Perusahaan di tangan
memiliki
imbal
hasil
yang
lebih
rendah
Perusahaan memeliki lebih banyak dalam bentuk tunai.
Halaman 59 SNG92245/2
164137-0001
karena
Bagian kerugian pada mitra Bagian
Perusahaan
atas
rugi
perusahaan
mitra
meningkat
sebesar Rp 15,0 milyar dari Rp 0,1 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 hingga Rp 15,1 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 karena investasinya di IMTV. IMTV mulai beroperasi secara komersial pada November 2013 dan mengakui kerugian lebih tinggi dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 seperti di tahap awal operasi yang mengakibatkan kerugian yang lebih besar pada tahun 2014 bila dibandingkan dengan 2013.
Laba sebelum pajak penghasilan Laba Perusahaan sebelum pajak penghasilan meningkat sebesar Rp 91,1 milyar, atau 32,3%, dari Rp 281,9 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 hingga Rp 373,0 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 karena alasan yang
dijelaskan
di
atas,
termasuk
kenaikan
29,1%
pada
pendapatan dan peningkatan laba operasi Rp 400,1 milyar, sebagian diimbangi oleh peningkatan biaya beban pendapatan dan penyusutan dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014.
Biaya pajak penghasilan Karena peningkatan laba, biaya pajak penghasilan Perusahaan meningkat sebesar Rp 23,4 milyar, atau 32,6%, dari Rp 71,9
Halaman 60 SNG92245/2
164137-0001
milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 95,3 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014.
Laba bersih Untuk alasan yang dijelaskan di atas, laba Perusahaan untuk periode meningkat sebesar Rp 67,7 milyar, atau 32,3%, dari Rp 210,0 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 277,7 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014.
Perbandingan hasil usaha tahun 2012 dan 2013 Pendapatan Pendapatan Perusahaan meningkat sebesar Rp 364,0 milyar, atau 28,0%, dari Rp 1.300,6 milyar pada tahun 2012 menjadi Rp
1.664,6
milyar
pada
2013
Peningkatan
ini
terutama
disebabkan oleh kenaikan bersih broadband dan TV kabel RGU dari
43.064
dan
38.387,
masing-masing,
pada
tanggal
31
Desember 2013 jika dibandingkan dengan akhir tahun 2012, serta perubahan harga dari paket yang ditawarkan pada 2013. Jumlah broadband RGU dan TV kabel tumbuh sejalan dengan satu sama lain sebagai sebagian besar pelanggan Perusahaan berlangganan
ke
menghasilkan
sekitar
operasinya
di
dibundel 96%
wilayah
paket.
Pada
dari
total
Jakarta
Halaman 61 SNG92245/2
164137-0001
tetapi
2013,
Perusahaan
pendapatan juga
dari
diperluas
Jaringan
ke
Surabaya,
yang
juga
memberikan
kontribusi
terhadap pendapatan meningkat. Pendapatan broadband Perusahaan dari pelanggan perumahan meningkat sebesar Rp 161,0 milyar, atau 26,8%, dari Rp 601,6 milyar pada tahun 2012 untuk Rp 762,6 milyar pada 2013. Pendapatan Broadband tumbuh sejalan dengan kenaikan pendapatan
secara
memperdalam
keseluruhan
penetrasi
di
sebagai
Jakarta
Perusahaan
sementara
ekspansi
ke
Surabaya dan pada 2013 ARPU broadband Perusahaan adalah Rp 205.683 per bulan pada tahun 2012 dan Rp 203.410 per bulan pada
2013.
Penurunan
disebabkan
efek
menghentikan bermigrasi
Paket
Perusahaan
sisa
ARPU
broadband
Dipilih
Promosi
sebagian
besar
Dipilih
yang
yang
menjual
pada
pelanggan
akhir
paket
2012
bundle
dan
Promosi
untuk paket dengan tingkat yang lebih rendah pada Februari 2013, yang menyebabkan lebih tinggi dari pemutusan biasa. Pendapatan
broadband
Perusahaan
dari
klien
perusahaan
meningkat sebesar Rp 43,5 milyar, atau 29,6%, dari Rp 147,0 milyar
pada
terutama
tahun
2012
disebabkan
menjadi
oleh
Rp
190,5
pertumbuhan
milyar jumlah
2013, klien
perusahaan sebagai Jaringan Perusahaan diperluas. Pendapatan TV kabel Perusahaan meningkat sebesar Rp 142,7 milyar, atau 34,8%, dari Rp 409,8 milyar pada tahun 2012 untuk
Rp
552,5
milyar
pada
2013
pendapatan
TV
kabel
meningkat pada tingkat yang lebih cepat daripada pendapatan
Halaman 62 SNG92245/2
164137-0001
broadband karena peningkatan pendapatan sewa dari set- top box karena peningkatan pelanggan. Perusahaan TV kabel ARPU adalah Rp 150.357 per bulan pada tahun 2012 dan Rp 151.095 per bulan pada 2013 Kabel TV ARPU meningkat sedikit karena meningkatnya pendapatan dari set-top box diimbangi dengan efek Paket promosi yang Dipilih. Pendapatan
Perusahaan
dari
Iklan
Penjualan
meningkat
Rp
20,8 milyar, atau 28,4%, dari Rp 73,5 milyar pada tahun 2012
menjadi
sejalan
Rp
dengan
keseluruhan
94,3
milyar
pertumbuhan
dan
pada
2013
pendapatan
mencerminkan
ekspansi
Peningkatan
Perusahaan
ini
secara
Perusahaan
skala
pelanggan yang tertarik meningkatnya permintaan iklan.
Biaya pokok pendapatan Biaya
Perusahaan
pendapatan
meningkat
sebesar
Rp
92,5
milyar, atau 35,5%, dari Rp 260,8 milyar pada tahun 2012 menjadi
Rp
353,3
milyar
pada
2013
Peningkatan
ini
disebabkan oleh ekspansi usaha Perusahaan yang menyebabkan biaya
broadband
meningkat
(termasuk
biaya
yang
terkait
dengan ekspansi ke Surabaya dan Bandung pada tahun 2013) dan biaya konten. Biaya konten Perusahaan juga meningkat karena
memperoleh
lebih
banyak konten
untuk
menyertakan
dalam paket tingkat yang lebih tinggi. Biaya
pendapatan
karena
efek
SNG92245/2
164137-0001
tumbuh
valuta
lebih
asing
cepat sebagai
Halaman 63
daripada biaya
pendapatan Perusahaan
pendapatan terutama dalam mata uang dolar AS dan Rupiah melemah secara signifikan terhadap dolar AS pada 2013 Beban pokok penghasilan sebagai persentase dari pendapatan tahun 2013 adalah 21,2% yang merupakan peningkatan dari 20,1% pada tahun 2012.
Biaya penjualan Beban
penjualan
Perusahaan
meningkat
sebesar
Rp
39,6
milyar, atau 38,6%, dari Rp 102,7 milyar pada tahun 2012 menjadi Rp 142,3 milyar pada 2013 Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan biaya karyawan dan biaya promosi. Biaya karyawan meningkat secara signifikan sebagai akibat dari kenaikan upah minimum tahun 2013, serta peningkatan jumlah staf karena perluasan jaringan Perusahaan, terutama di Surabaya. Beban promosi meningkat terutama karena upaya pemasaran
Perusahaan
di
Jakarta
serta
belanja
baru
di
Surabaya pada tahun 2013. Beban penjualan sebagai persentase dari pendapatan tahun 2013 adalah 8,5% yang merupakan peningkatan dari 7,9% pada tahun 2012 karena adanya kenaikan biaya karyawan dan biaya promosi dan komisi.
Biaya umum dan administrasi Biaya umum dan administrasi Perusahaan meningkat sebesar Rp 59,3 milyar, atau 25,2%, dari Rp 234,9 milyar pada tahun
Halaman 64 SNG92245/2
164137-0001
2012 menjadi Rp 294,2 milyar pada 2013 Peningkatan ini terutama disebabkan oleh: (i) peningkatan biaya karyawan sebesar Rp 33. 9 milyar, atau 26,8%, yang merupakan hasil dari
peningkatan
karena
upah
perluasan
minimum
jaringan
dan
kenaikan
Perusahaan,
jumlah
staf
khususnya
di
Surabaya; (ii) peningkatan penurunan nilai piutang usaha dan peralatan untuk instalasi Rp 8,1 milyar, atau 23,5%; dan (iii) peningkatan listrik, air dan telepon dari Rp 6,6 milyar, tahun
atau 2013
31,5%, serta
karena
kenaikan
peningkatan
tarif
kebutuhan
listrik listrik
pada untuk
perluasan bisnis Perusahaan. Biaya umum dan administrasi juga
termasuk
biaya
tidak
berulang
profesional
terkait
dengan tindakan perusahaan sebesar Rp 13,3 milyar dan biaya kerusakan akibat perubahan kebijakan pemutusan dari Rp 13,1 milyar
pada
secara
keseluruhan
biaya
sewa
2013.
Kenaikan
biaya
sebagian
sebagai
umum
perusahaan
diimbangi
dan
administrasi
dengan
membutuhkan
penurunan
sedikit
ruang
untuk rumah peralatan jaringan lebih kompak. Biaya umum dan administrasi sebagai persentase dari pendapatan tahun 2013 adalah 17,7% yang merupakan penurunan dari 18,1% pada tahun 2012 karena adanya peningkatan biaya karyawan.
Biaya penyusutan Beban
penyusutan
Perusahaan
meningkat
sebesar
Rp
67,8
milyar, atau 33,4%, dari Rp 203,4 milyar pada tahun 2012
Halaman 65 SNG92245/2
164137-0001
menjadi Rp 271,2 milyar pada tahun 2013 disebabkan oleh peningkatan investasi dalam aktiva tetap pada tahun 2013 terkait dengan perluasan jaringan.
Biaya amortisasi Biaya amortisasi Perusahaan meningkat sebesar 5,1 milyar, atau 123,3%, dari Rp 4,1 milyar pada tahun 2012 untuk Rp 9,2
milyar
pada
tahun
2013
disebabkan
oleh
amortisasi
aktiva tidak berwujud terutama terdiri dari perangkat lunak komputer yang dibutuhkan untuk mendukung perluasan Jaringan Perusahaan begitu pula dengan sistem informasinya.
Biaya lain-lain Beban lain Perusahaan meningkat sebesar Rp 0,2 milyar, atau 34,7%, dari Rp 0,4 milyar pada tahun 2012 untuk Rp 0,6 milyar
pada
tahun
2013
karena
tambahan
beban
non-
operasional yang dikeluarkan oleh Perusahaan.
Laba usaha Laba usaha Perusahaan meningkat sebesar Rp 99,5 milyar, atau 20,1%, dari Rp 494,3 milyar pada tahun 2012 untuk Rp 593,8 milyar pada tahun 2013 karena alasan yang dijelaskan di
atas,
diimbangi
termasuk oleh
kenaikan
peningkatan
28,0% biaya
pendapatan, pendapatan,
sebagian biaya
dan
beban umum dan administrasi penjualan. Marjin laba usaha
Halaman 66 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan mengalami penurunan dari 38,0% pada tahun 2012 untuk 35,7% pada tahun 2013 terutama karena biaya one-off profesional terkait dengan tindakan korporasi dan penurunan biaya karena pemutusan perubahan kebijakan.
Biaya keuangan Biaya keuangan Perusahaan meningkat sebesar Rp 48,7 milyar, atau 67,5%, dari Rp 72,1 milyar pada tahun 2012 menjadi Rp 120,8 milyar pada 2013 Peningkatan ini terutama disebabkan oleh: (i) efek valuta asing sebagai hutang Perusahaan dalam mata uang dolar AS dan Rupiah melemah secara signifikan terhadap dolar AS pada tahun 2013; dan (ii) biaya dimuka dan beban bunga yang terkait dengan fasilitas kredit baru bergulir masuk ke tahun 2013.
Pendapatan pembiayaan Pendapatan pembiayaan Perusahaan menurun sebesar Rp 14,1 milyar, atau 36,7%, dari Rp 38,4 milyar pada tahun 2012 untuk Rp 24,3 milyar pada 2013 karena Perusahaan memiliki kas
kurang
dalam
bank
dan
deposito
berjangka
menyusul
pembayaran sebagian pinjaman Penyedia tertentu dan terkait utang
pihak,
serta
biaya
pendanaan
yang
terkait
perluasan jaringan dan kabel konten TV Perusahaan.
Halaman 67 SNG92245/2
164137-0001
dengan
Bagian kerugian mitra Bagian
Perusahaan
atas
rugi
mitra
perusahaanmeningkat
sebesar Rp 9,1 milyar dari Rp 0,9 milyar pada tahun 2012 menjadi Rp 10,0 milyar pada tahun 2013 karena investasinya di
IMTV.
November
IMTV 2013
mulai tetapi
beroperasi tidak
secara
komersial
pada
menghasilkan
pendapatan
pada
tahun 2013.
Laba sebelum pajak penghasilan Laba Perusahaan sebelum pajak penghasilan meningkat sebesar Rp 27,6 milyar, atau 6,0% dari Rp 459,7 milyar pada tahun 2012 menjadi Rp 487,3 milyar pada tahun 2013 karena alasan yang dijelaskan di atas, termasuk kenaikan 28,0% pendapatan dan
peningkatan
laba
operasi
Rp
593,8
milyar,
sebagian
diimbangi oleh beban usaha meningkat dan beban keuangan pada tahun 2013.
Biaya pajak penghasilan Karena peningkatan laba sebelum pajak penghasilan, beban pajak
penghasilan
Perusahaan
meningkat
sebesar
Rp
4,4
milyar, atau 3,7%, dari Rp 120,7 milyar pada tahun 2012 menjadi Rp 125,1 milyar pada tahun 2013.
Halaman 68 SNG92245/2
164137-0001
Laba bersih Untuk alasan yang dijelaskan di atas, laba Perusahaan untuk tahun ini meningkat Rp 23,2 milyar, atau 6,8%, dari Rp 339,0 milyar pada tahun 2012 menjadi Rp 362,2 milyar pada tahun 2013.
Perbandingan hasil usaha tahun 2011 dengan 2012 Perusahaan mengakuisisi aset tertentu, kewajiban dan hak penggunaan yang berkaitan dengan Jaringan Bisnis, Bisnis Broadband dan TV kabel bisnis pada Juni 2011 dari First Media dan memulai bisnis saat ini pada tahun 2011 Saham Berlangganan oleh ALD selesai pada Juni 2011 dan informasi keuangan Perusahaan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011
mencakup
aset
tertentu,
hasil
pasca-akuisisi
kewajiban
dan
hak
yang
dihasilkan
yang
digunakan
dari dalam
kaitannya dengan Jaringan Bisnis, Bisnis Broadband dan TV Kabel Bisnis. Di bawah IFAS, kombinasi bisnis antar entitas sepengendali dicatat sesuai dengan PSAK No 38 ‘Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali “. Sesuai dengan PSAK No
38,
aset
dan
kewajiban
dialihkan
dalam
transaksi
restrukturisasi entitas sepengendali diakui pada nilai buku dengan cara yang sama sebagai kombinasi bisnis yang dicatat dengan
menggunakan
demikian,
hasil
metode
dari
penyatuan
bisnis
yang
Halaman 69 SNG92245/2
164137-0001
kepemilikan.
diakuisisi
Dengan
sepenuhnya
tercermin dari tanggal Penyertaan Saham selesai. Akibatnya, informasi keuangan Perusahaan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011 adalah tidak secara langsung sebanding dengan hasil tahun penuh Perusahaan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012. Pendorong utama untuk perubahan item tertentu antara tahun 2011 dan 2012 adalah enam bulan pasca periode - akuisisi pada tahun 2011 dibandingkan dengan tahun penuh pada 2012 Uraian
di
bawah
ini
berfokus
pada
penyebab
yang
melatarbelakangi mempengaruhi hasil usaha Perusahaan selama periode tersebut.
Pendapatan Pendapatan Perusahaan meningkat sebesar Rp 718,0 milyar, atau 123,2%, dari Rp 582,6 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp
1.300,6
milyar
pada
2012
Peningkatan
ini
terutama
disebabkan 2012 menjadi refleksi dari hasil setahun penuh pasca-akuisisi, sebagai akuisisi hanya selesai pada Juni 2011. Ada kenaikan bersih broadband dan TV kabel RGU dari 96.882 dan 100.430, masing-masing, pada tanggal 31 Desember 2012 jika dibandingkan dengan akhir 2011 jumlah RGU tahun 2012 mencerminkan dampak dari Terpilih Paket promosi yang menyebabkan negatif
peningkatan
ARPU.
RGU
Perusahaan
ini
Perusahaan menghasilkan
Halaman 70 SNG92245/2
164137-0001
tetapi hampir
dampak semua
pendapatan dari operasi di wilayah Jakarta pada tahun 2011 dan 2012. Pendapatan broadband Perusahaan dari pelanggan perumahan meningkat sebesar Rp 339,4 milyar, atau 129,4%, dari Rp 262,2 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp 601,6 milyar pada tahun
2012
pendapatan
peningkatan jaringan
RGU
di
Broadband
sebagai
Jakarta
tumbuh
Perusahaan
pada
tahun
sejalan
memperluas
2012
ARPU
dengan cakupan
broadband
Perusahaan adalah Rp 231.338 per bulan pada tahun 2011 dan Rp 205.683 per bulan pada tahun 2012 broadband ARPU menurun terutama
karena
dampak
Paket
Promosi
yang
Dipilih
pada
tahun 2012. Pendapatan
broadband
Perusahaan
dari
klien
perusahaan
meningkat sebesar Rp 55,4 milyar, atau 60,4%, dari Rp 91,6 milyar pada 2011 menjadi Rp 147,0 milyar 2012, terutama disebabkan oleh 2012 menjadi refleksi dari hasil setahun penuh pasca-akuisisi, sebagai akuisisi hanya selesai pada Juni 2011. Pendapatan TV kabel Perusahaan meningkat sebesar Rp 236,7 milyar, atau 136,8%, dari Rp 173,1 milyar pada 2011 menjadi Rp 409,8 milyar pada tahun 2012 Perusahaan Kabel TV ARPU adalah Rp 168.220 per bulan pada tahun 2011 dan Rp 150.357 per bulan pada tahun 2012 Kabel TV ARPU menurun terutama karena dampak Paket Promosi yang Dipilih pada tahun 2012.
Halaman 71 SNG92245/2
164137-0001
Pendapatan 43,7
Perusahaan
milyar,
atau
dari
146,6%,
Iklan
Penjualan
dari
29,8
meningkat
milyar
pada
Rp
2011
menjadi Rp 73,5 milyar pada tahun 2012 Peningkatan ini sejalan
dengan
keseluruhan
pertumbuhan
dan
pendapatan
mencerminkan
Perusahaan
ekspansi
secara
Perusahaan
skala
pelanggan yang tertarik meningkatnya permintaan iklan.
Biaya pokok pendapatan Biaya
Perusahaan
pendapatan
meningkat
sebesar
Rp
146,1
milyar, atau 127,4%, dari Rp 114,7 milyar pada 2011 menjadi Rp 260,8 milyar pada tahun 2012. Peningkatan ini terutama disebabkan karena pada 2012 menjadi refleksi dari hasil setahun penuh pasca-akuisisi, sebagaimana akuisisiselesai pada Juni 2011. Biaya
pendapatan
pendapatan.
tumbuh
Biaya
sebagian
pendapatan
besar
sebagai
sejalan persentase
dengan dari
pendapatan tahun 2012 adalah 20,1% yang mewakili sedikit peningkatan dari 19,7% pada tahun 2011.
Biaya penjualan Biaya
penjualan
Perusahaan
meningkat
sebesar
Rp
63,4
milyar, atau 161,2%, dari Rp 39,3 milyar pada 2011 menjadi Rp 102,7 milyar pada tahun 2012 Peningkatan ini terutama disebabkan 2012 menjadi refleksi dari hasil setahun penuh
Halaman 72 SNG92245/2
164137-0001
pasca-akuisisi, seperti akuisisi hanya selesai pada Juni 2011.
Biaya umum dan administrasi Biaya umum dan administrasi Perusahaan meningkat sebesar Rp 140,5 milyar, atau 148,8%, dari Rp 94,4 milyar pada 2011 menjadi Rp 234,9 milyar pada tahun 2012 Peningkatan ini tercermin: (i) peningkatan biaya karyawan Rp 68,9 milyar, atau 119,0%; (ii) peningkatan penurunan nilai piutang usaha dari Rp 30,4 milyar; (iii) peningkatan biaya sewa dari 13,8 milyar, atau 149,5%; dan (iv) peningkatan listrik, air dan telepon dari Rp 12,5 milyar, atau 149,5%. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh 2012 menjadi refleksi dari hasil pasca-akuisisi satu tahun penuh, karena akuisisi terkait hanya selesai pada Juni 2011.
Biaya penyusutan Beban
penyusutan
Perusahaan
meningkat
sebesar
Rp
92,8
milyar, atau 83,8%, dari Rp 110,6 milyar pada 2011 menjadi Rp 203,4 milyar pada tahun 2012 karena peningkatan jumlah asset, pembangkit dan peralatanpada tahun 2012.
Biaya amortisasi Biaya
amortisasi
Perusahaan
meningkat
sebesar
Rp
1,7
milyar, atau 74,7%, dari Rp 2,4 milyar pada 2011 menjadi Rp
Halaman 73 SNG92245/2
164137-0001
4,1 milyar pada tahun 2012 terutama disebabkan oleh 2012 menjadi refleksi dari hasil setahun penuh pasca-akuisisi, seperti akuisisi hanya selesai pada Juni 2011.
Biaya lain-lain Biaya
lain-lain
Perusahaan
menurun
Rp
4,4
milyar,
atau
91,5%, dari Rp 4,8 milyar pada 2011 menjadi Rp 0,4 milyar pada 2012 karena reorganisasi Perusahaan pada tahun 2011.
Laba usaha Laba
usaha
Perusahaan
meningkat
Rp
277,9
milyar,
atau
128,4%, dari Rp 216,4 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp 494,3 milyar pada tahun 2012 karena alasan yang dijelaskan di atas, termasuk peningkatan 123,2% pendapatan, sebagian diimbangi oleh peningkatan beban pokok pendapatan , biaya dan
beban
umum
dan
administrasi
penjualan.
Margin
laba
usaha Perusahaan meningkat dari 37,1% pada 2011 menjadi 38,0% pada tahun 2012.
Beban keuangan Biaya keuangan Perusahaan meningkat sebesar Rp 38,8 milyar, atau 116,5%, dari Rp 33,3 milyar pada 2011 menjadi Rp 72,1 milyar pada 2012. Peningkatan ini terutama disebabkan 2012 menjadi refleksi dari hasil setahun penuh pasca-akuisisi, seperti akuisisi baru saja selesai pada Juni 2011.
Halaman 74 SNG92245/2
164137-0001
Pendapatan keuangan Pendapatan pembiayaan Perusahaan meningkat sebesar Rp 20,9 milyar, atau 119,6%, dari Rp 17,5 milyar pada 2011 menjadi Rp 38,4 milyar pada tahun 2012 terutama disebabkan oleh 2012
menjadi
refleksi
dari
hasil
setahun
penuh
pasca-
akuisisi, seperti akuisisi hanya selesai pada Juni 2011.
Bagian kerugian mitra Bagian Perusahaan atas rugi perusahaan mitra pada tahun 2012 adalah Rp 0,9 milyar yang disebabkan investasi di IMTV yang diakuisisi pada bulan Juli 2012 IMTV mulai beroperasi secara komersial pada November 2013. Laba sebelum pajak penghasilan Laba Perusahaan sebelum pajak penghasilan meningkat sebesar Rp 259,1 milyar, atau 129,2%, dari Rp 200,6 milyar pada 2011 menjadi Rp 459,7 milyar pada tahun 2012 karena alasan yang
diuraikan
di
atas
termasuk
peningkatan
123,2%
pendapatan dan peningkatan laba operasi Rp 494,3 milyar, sebagian diimbangi oleh beban usaha meningkat dan beban keuangan pada tahun 2012.
Beban pajak penghasilan Karena peningkatan laba sebelum pajak penghasilan, beban pajak penghasilan Perusahaan meningkat sebesar sebesar Rp
Halaman 75 SNG92245/2
164137-0001
68,5 milyar, atau 131,4%, dari Rp 52,2 milyar pada 2011 menjadi Rp 120,7 milyar pada tahun 2012.
Laba bersih Untuk
alasan
sebagaimana
dijelaskan
di
atas,
laba
Perusahaan untuk tahun ini meningkat Rp 190,6 milyar, atau 128,4%, dari Rp 148,4 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp 339,0 milyar pada tahun 2012.
LIKUIDITAS DAN SUMBER MODAL Arus kas Tabel
berikut
menyajikan
arus
kas
historis
aktual
Perusahaan untuk periode tertentu. Tahun yang berakhir per 31 Desember 2011 2012 2013 (milyar Rp)
Arus kas bersih dari kegiatan usaha ................................ 247,1 701,2 Arus kas bersih yang digunakan dalam kegiatan investasi ................................................................ (1.628,7) (612,8) Arus kas bersih dari/(digunakan dalam) 2.113,0 (14,2) kegiatan pembiayaan ................................................................ Kenaikan/(penurunan) kas dan setara kas bersih ................................................................................................ 731,4 74,2 Kas dan setara kas awal tahun ................................ 12,3 743,7 Dampak perubahan nilai tukar terhadap kas dan setara kas ................................................................ Kas dan setara kas dari anak perusahaan yang dibeli ................................................................................................ Kas dan setara kas akhir tahun/periode ................................ 743,7
Halaman 76 SNG92245/2
164137-0001
817,9
Semester yang berakhir per 30 Juni 2013 2014
741,6
(tidak teraudit) 353,0
560,4
(864,5)
(465,1)
(460,2)
(325,1)
(321,3)
(91,0)
(448,0) 817,9
(433,4) 817,9
9,2 370,0
0,1
0,2
(0,4)
-
-
0,5
370,0
384,7
379,3
Arus kas bersih dari kegiatan usaha Arus
kas
bersih
yang
diperoleh
dari
aktivitas
operasi
meningkat sebesar Rp 207,4 milyar, atau 58,7%, dari Rp 353,0 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 560,4 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014.
Kenaikan
ini
terutama
disebabkan
peningkatan
penerimaan dari pelanggan dari Rp 268,3 milyar, atau 35,0%, dari Rp 766,2 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 1.034,5 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014. Peningkatan ini sebagian diimbangi sebagian oleh peningkatan Rp 58,9 milyar pembayaran kepada pemasok, terutama karena biaya konten, peningkatan milyar Rp 34,0 pembayaran
kepada
para
karyawan
karena
kenaikan
upah
minimum dan peningkatan gaji, penurunan bunga yang diterima dari Rp 8,6 milyar dari Rp 16,8 milyar dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 8,2 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 (karena kas yang lebih rendah di tangan dan suku bunga yang lebih rendah) dan karena penurunan pembayaran pajak penghasilan perusahaan untuk Rp 77,5 milyar dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 dari Rp 118,1 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013. Arus
kas
bersih
yang
diperoleh
dari
aktivitas
operasi
meningkat sebesar Rp 40,4 milyar, atau 5,8%, dari Rp 701,2
Halaman 77 SNG92245/2
164137-0001
milyar pada tahun 2012 untuk Rp 741,6 milyar pada 2013. Peningkatan
ini
terutama
disebabkan
oleh
peningkatan
penerimaan dari pelanggan dari Rp 417,8 milyar, atau 33,7%, dari Rp 1.239,7 milyar pada tahun 2012 untuk Rp 1.657,5 milyar pada 2013. Peningkatan ini sebagian diimbangi oleh peningkatan pemasok
Rp
konten,
239,0
milyar
peningkatan
pembayaran Rp
33,7
sebagian
milyar
besar
pembayaran
kepada karyawan karena kenaikan upah minimum, peningkatan gaji
dan
peningkatan
aktivitas
penjualan
penurunan
penerimaan pendapatan bunga dari Rp 14,1 milyar dari Rp 38,4 milyar pada tahun 2012 untuk Rp 24,3 milyar pada tahun 2013 dan karena peningkatan pembayaran pajak penghasilan perusahaan untuk Rp 179,1 milyar pada tahun 2013 dari Rp 88,5 milyar di 2012 Arus
kas
bersih
yang
diperoleh
dari
aktivitas
operasi
meningkat sebesar Rp 454,1 milyar, atau 183,8%, dari Rp 247,1 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp 701,2 milyar pada tahun
2012
Peningkatan
ini
terutama
disebabkan
oleh
peningkatan penerimaan dari pelanggan dari Rp 677,6 milyar, atau 120,5%, dari Rp 562,1 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp 1.239,7 milyar pada tahun 2012 peningkatan ini sebagian diimbangi oleh peningkatan milyar Rp 55,9 pembayaran untuk sebagian besar pemasok konten, peningkatan milyar Rp 108,1 pembayaran kepada karyawan karena kenaikan upah minimum dan peningkatan aktivitas penjualan, dan peningkatan pembayaran
Halaman 78 SNG92245/2
164137-0001
pajak penghasilan badan untuk Rp 88,5 milyar pada 2012 dari Rp 4,5 milyar pada tahun 2011 kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi juga meningkat karena peningkatan penerimaan pendapatan bunga dari 24,5 milyar dari Rp 13,9 milyar pada 2011 menjadi Rp 38,4 milyar pada tahun 2012. Hari
perputaran
piutang
usaha
Perusahaan
mengalami
penurunan dari 29,8 hari pada tahun 2011 menjadi 23,5 hari pada tahun 2012, menjadi 22,7 hari pada tahun 2013 dan menjadi 21,8 hari dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014. Hari hutang usaha omset Perusahaan meningkat dari 63,2 hari di 2.011 sampai 89,3 hari pada tahun 2012, dan 138,9
hari
Perusahaan
di
tahun
turun
2013.
menjadi
Hari
118,5
hutang
hari
dalam
usaha
omset
enam
bulan
pertama yang berakhir 30 Juni 2014.
Arus kas bersih yang digunakan dalam kegiatan investasi Kas yang digunakan untuk aktivitas investasi menurun dari Rp 465,1 milyar kas keluar dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 untuk arus kas keluar Rp 460,2 milyar pada enam
bulan
yang
berakhir
30
Juni
2014.
Penurunan
ini
terutama disebabkan oleh penurunan arus kas keluar untuk akuisisi perluasan
aset
dan
jaringan
peralatan tahun
yang
2013,
berhubungan
khususnya
dengan
ekspansi
ke
Surabaya, dan sebagian diimbangi oleh peningkatan investasi tambahan pada mitra Perusahaan, IMTV.
Halaman 79 SNG92245/2
164137-0001
Kas yang digunakan untuk aktivitas investasi meningkat dari Rp 612,8 milyar kas keluar pada tahun 2012 untuk arus kas keluar Rp 864,5 milyar pada 2013. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya arus kas keluar untuk akuisisi aset
tetap
karena
perluasan
Jaringan
pada
tahun
2013,
terutama ekspansi ke Surabaya, dan akuisisi kabel bawah laut antara Singapura dan Indonesia pada tahun 2013 sekitar Rp 248 milyar, serta peningkatan investasi tambahan pada perusahaan asosiasi Perusahaan, IMTV. Kas yang digunakan untuk aktivitas investasi menurun dari arus kas keluar dari Rp 1.628,7 milyar pada 2011 menjadi arus kas keluar dari Rp 612,8 milyar pada tahun 2012. Kas digunakan
untuk
terutama
terdiri
Jaringan
pada
aktivitas Rp
bulan
investasi
1.629,3 Juni
milyar
2011
pada
untuk
serta
tahun
akuisisi
akuisisi
aset
2011 aset dan
perluasan peralatan yang berhubungan Jaringan, yang turun menjadi Rp 604,3 milyar pada tahun 2012. Kas yang digunakan dalam kegiatan investasi pada tahun 2012 termasuk investasi awal pada mitra Perusahaan, IMTV, dari Rp 8,5 milyar.
Arus kas bersih dari dan yang digunakan dalam kegiatan pembiayaan Arus kas yang digunakan untuk aktivitas pendanaan adalah Rp 321,3 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 dibandingkan dengan Rp 91,0 milyar pada enam bulan yang
Halaman 80 SNG92245/2
164137-0001
berakhir 30 Juni 2014. Dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni
2013,
milyar
Perusahaan
mewakili
memiliki
pembayaran
arus
utang
kas
dari
jangka
Rp
panjang
532,5 yang
sebagian diimbangi oleh Rp 213,3 milyar dana hasil utang jangka panjang baru. Dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014, Perusahaan memiliki arus kas dari Rp 40,5 milyar yang merupakan pembayaran utang jangka panjang dan Rp 8,5 milyar dalam pembayaran bunga. Perusahaan juga membayar dividen sebesar Rp 42,0 milyar dalam enam bulan pertama 2014. Arus kas yang digunakan untuk aktivitas pendanaan adalah Rp 14,2 milyar pada tahun 2012 dibandingkan dengan Rp 325,1 milyar pada 2013. Pada 2012, Perusahaan memiliki arus kas dari
Rp
13,1
milyar
mewakili
pembayaran
utang
jangka
panjang. Pada 2013, Perusahaan memiliki arus kas dari Rp 565,4 milyar mewakili pembayaran utang jangka panjang yang sebagian diimbangi oleh Rp 247,0 milyar dana hasil utang jangka panjang baru. Arus kas masuk yang dihasilkan dari aktivitas pendanaan adalah
Rp
2.113,0
milyar
pada
tahun
2011
dibandingkan
dengan arus kas yang digunakan untuk aktivitas pembiayaan Rp 14,2 milyar pada tahun 2012. Perubahan ini terutama disebabkan oleh arus kas masuk pada tahun 2011 yang terdiri dari dana hasil utang jangka panjang baru. Pada tahun 2012, Perusahaan memiliki arus kas dari Rp 13,1 milyar mewakili pembayaran utang jangka panjang.
Halaman 81 SNG92245/2
164137-0001
Likuiditas Sumber utama Perusahaan likuiditas untuk operasi adalah kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi. Perusahaan memiliki Rp 370,0 milyar di kas dan kas yang setara pada tanggal 31 Desember
2013.
Penggunaan
utama
Perusahaan
dari
kas
pendanaan operasi dan perluasan jaringan serta memperoleh konten
program
tambahan.
Selama
periode
track
record,
Perusahaan telah terutama memperluas Jaringannya di Jakarta dan pada tingkat lebih rendah di Wilayah Surabaya (tahun 2013). Ke depan, belanja modal meningkat akan digunakan untuk
memperluas
Surabaya
(dan
jaringan Wilayah
di
Jakarta
Surabaya),
(dan
Jabodetabek),
Bandung
dan
daerah
lainnya. Perusahaan
berkeyakinan
kas,
kas
yang
dihasilkan
dari
aktivitas operasi dan kredit revolving cukup untuk menutupi biaya kas yang diharapkan untuk perluasan Jaringannya dan memperdalam penetrasi pasar khususnya di Jakarta, dengan total nilai sekitar Rp 1 triliun untuk tahun 2014. HUTANG Pinjaman pihak terkait Selama
periode
laporan,
utang
jangka
panjang
Perusahaan
adalah dalam bentuk pinjaman pihak terkait dari pemegang saham. Pinjaman ini telah dilunasi pada tahun 2013.
Halaman 82 SNG92245/2
164137-0001
Pinjaman Vendor Perusahaan lisensi
membeli
dan
peralatan
layanan
dari
jaringan,
Cisco
perangkat
berdasarkan
lunak
Perjanjian
Pinjaman Vendor:
berdasarkan Oktober
perjanjian
2011,
pendanaan
Perusahaan
vendor
tanggal
menandatangani
31
perjanjian
yang mana ia berhak untuk meminjam US$ 4,1 juta dari Cisco, dengan tingkat bunga 5% per tahun;
berdasarkan perjanjian pembiayaan vendor kedua tanggal 31 Oktober 2011, Perusahaan menandatangani perjanjian yang mana ia berhak untuk meminjam US$ 0,9 juta dari Cisco, dengan tingkat bunga 5% per tahun;
berdasarkan perjanjian pembiayaan vendor tanggal 22 Maret 2013, Perusahaan menandatangani perjanjian yang mana
ia
berhak
untuk
meminjam
US$
11,7
juta
dari
Cisco, dengan tingkat bunga 4,75% per tahun;
berdasarkan
perjanjian
pendanaan
vendor
tanggal
22
Maret 2013, Perusahaan menandatangani perjanjian yang mana ia berhak untuk meminjam US$ 3,4 juta dari Cisco, dengan tingkat bunga 4,75% per tahun;
berdasarkan
perjanjian
pendanaan
vendor
tanggal
21
Juli 2014, Perusahaan mengadakan perjanjian yang mana
Halaman 83 SNG92245/2
164137-0001
ia berhak untuk meminjam US$ 5,5 juta dari Cisco, dengan tingkat bunga 2,35% per tahun; dan
berdasarkan
perjanjian
pendanaan
vendor
tanggal
21
Juli 2014, Perusahaan mengadakan perjanjian yang mana ia berhak untuk meminjam US$ 1,4 juta dari Cisco, dengan tingkat bunga 2,35% per tahun, dengan
jumlah
yang
dipinjam
dalam
tiap-tiap
perjanjian
pendanaan akan dilunasi dalam periode 36-bulan dengan 12 kali
setara
dengan
triwiulan
cicilan
sejak
tanggal
penarikan berdasarkan perjanjian terkait. Dalam pengaturan ini, Cisco menyediakan pembiayaan kepada Perusahaan dalam jumlah yang sama dengan total harga produk yang dipesan oleh Perusahaan dari Cisco dan pemasok lainnya. Wanprestasi berdasarkan Pinjaman Vendor termasuk peristiwa wanprestasi dipicu
secara
umum.
berdasarkan
Selain
Pinjaman
itu,
Vendor
wanprestasi jika
dapat
Perusahaan
mengalami perubahan pengendalian mayoritas saham Perusahaan dan gagal untuk memberitahukan Cisco atau jika Perusahaan memberitahukan Cisco dan perubahan control tersebut akan mempengaruhi kemampuan Perusahaan untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada Cisco. Berdasarkan menyediakan
masing-masing Cisco
dengan
Pinjaman gadai
telekomunikasinya.
Halaman 84 SNG92245/2
164137-0001
Vendor
tertentu
atas
Perusahaan peralatan
Agregat
jumlah
pokok
hutang
di
semua
Pinjaman
Vendor
sekitar US$ 11,1 juta dan Perusahaan belum ditarik setiap jumlah di bawah salah satu dari dua perjanjian pembiayaan vendor tanggal 21 Juli 2014.
Fasilitas pinjaman Revolving Citibank Perusahaan mengadakan Rp 300 milyar perjanjian fasilitas pinjaman revolving tanggal 4 Juni 2013 dengan Citibank, NA untuk tujuan belanja modal Perusahaan dan kebutuhan dana perusahaan
secara
umum.
Jumlah
yang
ditarik
di
bawah
fasilitas ini adalah sebesar Rp 100 milyar. Tingkat bunga yang dibayarkan untuk setiap pinjaman yang ditarik dari fasilitas ini adalah JIBOR ditambah margin baik 3,25% atau 3,75% per tahun, tergantung pada rasio Perusahaan atas total hutang terhadap EBITDA. Margin yang berlaku
adalah
3,25%.
Perusahaan
juga
diharuskan
untuk
membayar biaya komitmen Citibank tahunan antara 0,25% dan 1,25% dari komitmen yang tersedia. Perusahaan
harus
membayar
seluruh
saldo
terhutang
pada
tanggal jatuh tempo 4 Juni 2016. Penuh atau pembayaran secara
sukarela
untuk
sebagian
dapat
dilakukan
dengan
memberikan tiga hari kerja ‘pemberitahuan tertulis (atau periode
yang
lebih
pendek
sebagaimana
pemberi
pinjaman
mungkin setuju), tunduk pada jumlah minimum dan biaya break
Halaman 85 SNG92245/2
164137-0001
(break
jika
cost)
pembayaran
tidak
dilakukan
pada
hari
terakhir periode bunga. Sejumlah
representasi
dan
jaminan
secara
umum
telah
diberikan di dalam perjanjian fasilitas, semua yang diulang pada setiap pemanfaatan fasilitas. Perjanjian fasilitas ini juga mengharuskan Perusahaan untuk mematuhi sejumlah usaha adat, termasuk jumlah apapun ditarik peringkat secara pari passu dengan kreditur konkuren dan kreditur non-subordinasi (unsubordinated)
lainnya,
hal-hal
yang
tidak
boleh
dilakukan, pemeliharaan bisnis dan larangan terbatas pada penggabungan, pelepasan atau dividen, tunduk pada ambang batas materialitas tertentu dan pengecualian. Perjanjian fasilitas
ini
juga
memuat
tertentu.
Pembatasan
ketentuan-ketentuan
keuangan
menetapkan
keuangan
total
hutang
terhadap EBITDA maksimum dengan rasio 2,75: 1 dan rasio minimum EBITDA terhadap beban bunga dari 3,25: 1. Peristiwa Wanprestasi termasuk peristiwa wanprestasi pada umumnya.
Terdapat
juga
Peristiwa
Wanprestasi
lainnya,
termasuk: (i) ketentuan khusus yang membutuhkan FMTV untuk mempertahankan peristiwa atau
wanprestasi
terdapat
kabel
Izin
yang
TV jika
perubahan
berakhir,
Kabel;
(ii)
Perjanjian
material
menunda
ketentuan TV
terhadap
atau
kabel
dalam
berakhir
Perjanjian
material
dan
TV
dampak
negatif penggunaan Izin TV kabel oleh Perusahaan; dan (iii)
Halaman 86 SNG92245/2
164137-0001
kententuan
peristiwa
wanprestasi
jika
ada
perubahan
pengendali Perusahaan. Fasilitas kredit BNP Paribas Perusahaan mengadakan unsecured Perjanjian fasilitas kredit revolving sebesar Rp 300 milyar pada tanggal 18 Oktober 2013 dengan PT Bank BNP Paribas Indonesia untuk tujuan belanja umum.
modal
Anak
kebutuhan
Perusahaan
berkelanjutan Perusahaan
dan
material
(continuing
berdasarkan
pendanaan
perusahaan
memberikan
guarantee)
perjanjian
jaminan
terhadap
ini.
secara yang
kewajiban
Perusahaan
belum
menggunakan fasilitas ini. Tingkat
bunga
pada
ini
JIBOR
fasilitas
setiap
pinjaman
ditambah
margin
yang
ditarik
sebesar
dari
3,25%,
per
tahun. Perusahaan juga diharuskan untuk membayar PT Bank BNP Paribas Indonesia biaya komitmen, dihitung 1,2% per tahun dari komitmen yang tersedia, dibayarkan setiap tiga bulan. Perusahaan
harus
membayar
seluruh
saldo
terhutang
pada
tanggal jatuh tempo yaitu 18 Oktober 2016. Sejumlah
representasi
diberikan
di
dalam
dan
jaminan
perjanjian
secara
fasilitas,
umum
mayoritas
telah yang
diulang pada tanggal setiap permintaan pemanfaatan dan pada hari pertama setiap periode bunga. Perjanjian fasilitas ini juga
mengharuskan
Perusahaan
untuk
mematuhi
sejumlah
undertakings, termasuk usaha informasi undertakings, hal-
Halaman 87 SNG92245/2
164137-0001
hal yang tidak boleh dilakukan, pemeliharaan bisnis dan pembatasan terhadap larangan pada penggabungan, pelepasan atau
dividen,
sesuai
dengan
ambang
batas
materialitas
tertentu dan pengecualian. Perjanjian fasilitas juga berisi perjanjian
keuangan,
yang
mana
total
hutang
Perusahaan
terhadap EBITDA tidak melebihi rasio 2,75: 1. Peristiwa wanprestasi termasuk peristiwa wanprestasi secara umum
yang
fasilitas, utang
berkaitan kepailitan,
lainnya,
dengan
pelanggaran
cross-default
litigasi,
perubahan
di
bawah
material,
perjanjian instrumen masuk
ke
proses kreditur, moratorium pemerintah sehubungan dengan pembayaran
hutang
keuangan,
penghentian
bisnis,
nasionalisasi aset kelompok atau saham, perbuatan melawan hukum
dan
repudiation.
Sebagai
tambahan,
jika
perubahan
pengendalian terjadi, Perusahaan harus memberitahukan BNP Paribas
atas
perubahan
tersebut
dan
BNP
Paribas
dapat
menolak fund untilisation, membatalkan komitmen dan/atau menyatakan seluruh saldo terhutang segera jatuh tempo dan dapat ditagih.
PERIKATAN DAN KEWAJIBAN BERSYARAT Perikatan Perusahaan memiliki berbagai kewajiban kontrak dan komitmen komersial termasuk
untuk hutang
melakukan usaha,
pembayaran
hutang
164137-0001
masa mendatang,
non-perdagangan
Halaman 88 SNG92245/2
di
dan
utang
jangka panjang. Tabel di bawah ini menganalisa kewajiban keuangan
Perusahaan.
Jumlah
diungkapkan
dalam
tabel
dihitung mengacu pada kas terdiskonto arus jumlah. Kewajiban
Perusahaan
lainnya,
termasuk
hutang
usaha
dan
hutang non-trade, adalah karena dalam waktu kurang dari 12 bulan pada tanggal 30 Juni 2014.
Kurang dari satu tahun
Antara satu dan dua tahun
Antara dua dan tiga tahun
Lebih dari tiga tahun
Total
(milyar Rp) Hutang jangka panjang ................................ 86,7
176,8
3,7
-
267,2
Kewajiban Bersyarat Perusahaan
tidak
memiliki
kewajiban
bersyarat
yang
signifikan pada tanggal 31 Desember 2011, 2012, 2013, dan 30 Juni 2013 dan 2014.
Garansi Pinjaman IMTV Pada bulan Juli 2014, mitra Perusahaan, IMTV menandatangani berjangka Paribas
yang
(Cabang
dijamin
senilai
Singapura)
untuk
US$
15
juta
keperluan
dengan
modal
BNP
kerja.
Perusahaan menjadi penjamin parsial fasilitas sehubungan dengan 15% dari jumlah fasilitas (sesuai dengan yang 15% kepemilikan saham).
Halaman 89 SNG92245/2
164137-0001
BELANJA MODAL Tabel
berikut
menyajikan
belanja
modal
Perusahaan
di
periode yang disebutkan:
Semester yang berakhir per 30 Juni 2014
Tahun yang berakhir per 31 Desember 2011 2012 2013 (milyar Rp)
(1)
Terkait jaringan ................................................................1.155,2 (2) CPE ................................................................................................ 65,7 (3) Lain-lain ................................................................ 18,4 (4)
Belanja modal total ................................................................ 1.239,3
428,0 116,3 26,7
776,7 173,2 45,3
230,2 73,1 18,5
571,0
995,2
321,8
Catatan: (1)
Belanja
modal
penambahan
terkait
jaringan
elektronik
head-end
dan
adalah
jumlah
titik
kontrol
layanan jaringan. (2)
Belanja modal CPE adalah jumlah penambahan konverter, decoder, kabel modem dan set-top box.
(3)
Belanja modal lainnya adalah jumlah penambahan tanah, bangunan,
prasarana,
perabot
dan
perlengkapan,
peralatan kantor dan kendaraan. (4)
Belanja
modal
merupakan
penambahan
aset
tetap.
Penambahan pada tahun 2011 lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun berikutnya sebagai nilai dasar aset tetap nihil pada saat Penyertaan Saham pada Juni 2011. Kegiatan strategi
operasi untuk
Perusahaan
memperluas
yang
jaringan
Halaman 90 SNG92245/2
164137-0001
padat serta
modal
karena
terkait
dengan
biaya
pemeliharaan.
Manajemen
memperkirakan
bahwa
biaya
pemeliharaan Perusahaan secara historis menyumbang sekitar 4-8% dari total pendapatan. Perusahaan
telah
membangun
jaringan
yang
luas
di
Jabodetabek, dan mulai berkembang di Surabaya pada tahun 2013 dan Bandung menjelang akhir tahun 2013. Perusahaan bermaksud
untuk
melanjutkan
perluasan
dan
cakupan
Jaringannya pada kota-kota Indonesia ini. Secara historis, kebutuhan modal Perusahaan telah didanai melalui kas yang dihasilkan dari operasi dan pendanaan pemegang saham.
Rencana belanja modal Perusahaan sedang dalam proses program perluasan jaringan yang signifikan, dengan tujuan mencapai sekitar 1,8 juta Home Passedpada tahun 2016. Perusahaan memperluas jaringan ke wilayah Surabaya pada tahun 2013 dan memperluas jaringan ke
Bandung
menjelang
mengharapkan
untuk
akhir
tahun
berinvestasi
2013.
sekitar
Rp
Perusahaan 1
triliun
belanja modal pada 2014 saja dengan tingkat yang sama dari belanja
modal
berdekatan
dengan
Jabodetabek, terbukti yang
pemeliharaan
Wilayah
menerima
diukur
daerah
wilayah
layanan
inti
Surabaya
produk
dengan
2013.
dan
premium
penetrasi
sasaran yang
Bandung,
Perusahaan
pasar
dan
yang
ada
yang
di
telah
dan
layanan
ARPU.
Setelah
mencapai cakupan layanan yang ditargetkan di wilayah ini,
Halaman 91 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan akan mempertimbangkan memperluas jaringan untuk memasukkan kota-kota besar lainnya dalam jangka menengah. Ke depan, Perusahaan mengharapkan untuk mendanai belanja modal untuk ekspansi organik perusahaan Jaringan melalui kas yang dihasilkan dari operasi. Perusahaan secara aktif memonitor
kebutuhan
dana
untuk
mengoptimalkan
struktur
modal dan memastikan bahwa ia memiliki dana yang cukup dari sumber
internal
Berdasarkan
ARPU
dan
fasilitas
sejarah
pinjaman
baru-baru
ini
yang
tersedia.
Perusahaan
dan
perbaikan yang diharapkan dalam tingkat penetrasi karena upaya pemasaran, Perusahaan berharap dapat mencapai hasil yang kuat pada belanja modal pertumbuhan dengan periode pengembalian relatif pendek pada per pelanggan secara.
PERMODALAN DAN HUTANG Tabel di bawah
ini menunjukkan
kas dan
setara
kas dan
kapitalisasi Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2014 secara aktual. Informasi ini telah diambil dari informasi keuangan yang telah diaudit Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2014.
Pada 30 Juni 2014 (milyar Rp) Kas dan setara kas Batas waktu hutang jangka panjang saat ini – bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun ......................................................................... Hutnag jangka panjang – bagian yang jatuh tempo lebih dari satu tahun.......................................................................................................
Halaman 92 SNG92245/2
164137-0001
(milyar dolar AS)
(1)
379,3
31,7
70,0
5,8
163,3
13,6
Pada 30 Juni 2014 (milyar Rp)
(milyar dolar AS)
(1)
Hutang Total .............................................................................................. Saham modal .............................................................................................. Tambahan modal disetor ............................................................................. Laba ditahan................................................................................................ Bunga pengendali .......................................................................................
233,3 304,3 1.431,1 1.019,5 (0,2)
19,4 25,4 119,6 85,2
Ekuitas Total ..............................................................................................
2.754,7
230,2
Permodalan Total (termasuk kas dan setara kas) ................................
2.988,0
249,7
Catatan: (1)
Semata-mata untuk kenyamanan pembaca, jumlah Rupiah
telah dikonversikan ke dalam dolar AS dengan menggunakan kurs US$ 1 = Rp 11.969 memberlakukan pembulatan, di mana berlaku. Terjemahan kenyamanan adalah tidak diaudit dan tidak
boleh
ditafsirkan
bahwa
jumlah
Rupiah
mewakili,
atau telah atau dapat dikonversi menjadi, dolar AS di atau kurs pertukaran lainnya.
KEBIJAKAN DIVIDEN Pembayaran dividen Perusahaan
tidak
melakukan
pembagian
dividen
pada
tahun
2011, 2012 dan 2013. Pada
tahun
2014,
Perusahaan
menyatakan
dan
membayarkan
dividen final sebesar Rp 42 milyar sehubungan dengan tahun buku 2013. Perusahaan
tidak
berniat
menyatakan
sementara dalam waktu dekat.
Halaman 93 SNG92245/2
164137-0001
dividen
final
atau
USAHA VISI DAN MISI Perusahaan bertujuan menjadi pilihan pertama dalam layanan broadband,
televise
dan
media
serta
mengubah
kehidupan
konsumen Indonesia dengan menyediakan layanan dan solusi broadband dan media yang inovatif dan maju.
3
KEKUATAN
3.1
Perusahaan
beroperasi
di
pasar
yang
besar,
sangat
menarik dan minim penetrasi Berdasarkan MPA, Indonesia merupakan pasar broadband yang paling
minim
penetrasi
dan
dengan
pertumbuhan
tercepat
dalam 20 ekonomi global terbesar. Indonesia adalah negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia, dengan populasi mencapai 248 juta orang, dan merupakan negara terbesar ke16 berdasarkan PDB sebesar US$ 870 milyar pada tahun 2013 (berdasarkan MPA).
Indonesia merupakan salah satu negara
dengan
perekonomian
dengan
PDB
nyata
yang
tumbuh
diperkirakan
paling
tumbuh
cepat
di
dunia
CAGR
5,8%
nasional
pada
dengan
antara tahun 2013 dan 2018, berdasarkan MPA. Belanja
konsumen
menyumbang
59%
dari
PDB
tahun 2013. Tingkat konsumsi yang tinggi ini didukung oleh kuatnya
keyakinan
Nielsen,
menduduki
konsumen
Indonesia
peringkat
Halaman 94 SNG92245/2
164137-0001
yang,
tertinggi
berdasarkan kedua
dalam
keyakinan konsumen nasional secara global. Kelas affluent ini besar dan cepat tumbuh diperkirakan akan meningkat dari 45 juta orang pada 2010 menjadi 135 juta penduduknya pada tahun 2030, dengan asumsi pertumbuhan PDB per tahun 5-6%, berdasarkan
McKinsey.
Inti
Pasar
Pelanggan
Perusahaan
A
Rumah Tangga dan Rumah Tangga B berjumlah 4,1 juta pada tahun 2013 di daerah cakupan intinya, tumbuh pada CAGR sebesar 17,6% 2010-2013, dengan C1 Rumah Tangga berjumlah 2,6 juta pada tahun 2013, berdasarkan Nielsen. Indonesia memiliki salah satu populasi termuda di dunia, berdasarkan MPA. Pada 2013, 54% penduduk Indonesia berada di bawah usia 30 konsumen muda cenderung menggunakan lebih banyak
produk
digital
dan
jasa,
yang
menyebabkan
peningkatan volume data yang digunakan oleh konsumen dan meningkatnya permintaan untuk koneksi internet, terutama dengan kecepatan tinggi. Hal ini membuat Indonesia menjadi pasar yang penting bagi semua perusahaan yang menawarkan jasa-internet terkait, seperti Perusahaan. Di
antara
layanan
top
20
broadband
ekonomi tetap
di di
dunia,
tingkat
Indonesia
penetrasi
merupakan
yang
terendah kedua, yaitu sebesar 5,4% pada 2013, berdasarkan MPA. MPA memperkirakan bahwa tingkat penetrasi TV berbayar di Indonesia adalah 8,6% pada tahun 2013, secara signifikan di
belakang
yang
lain
top
20
ekonomi
di
dunia.
MPA
mengharapkan underpenetration ini di kedua broadband dan TV
Halaman 95 SNG92245/2
164137-0001
berbayar
untuk
mendorong
peningkatan
tajam
dalam
jumlah
pelanggan. Ini mengharapkan pelanggan broadband meningkat pada CAGR sebesar 13,4% 2013-2018 dan membayar pelanggan TV pada CAGR sebesar 15,8% dari tahun 2013 sampai 2018 NGBB dan kabel pasar TV adalah subset dari broadband Indonesia dan
membayar
sektor
underpenetration
lebih
operator
skala
tunggal
mendapatkan
keuntungan
TV
tetap,
menyiratkan
bahkan
Perusahaan
adalah
signifikan. di
pasar
dari
ini
proyeksi
dan
langsung
kenaikan
akan
tingkat
penetrasi.
3.2
Perusahaan beroperasi di sejumlah wilayah metropolitan
yang paling menarik di Indonesia Semakin
berkembangnya
perekonomian
menyebabkan
kecenderungan
kelas
perkotaan,
berkonsentrasi
Indonesia
menengah
PDB
telah
yang
semakin
di
daerah
Indonesia
perkotaan. McKinsey memperkirakan bahwa proporsi penduduk Indonesia yang hidup di daerah perkotaan akan meningkat dari 53% pada tahun 2010 menjadi 71% pada tahun 2030 yang akan
meningkatkan
pangsa
keseluruhan
PDB
Indonesia
di
daerah perkotaan dari 74% pada tahun 2010 menjadi 86% pada tahun 2030. Meningkatnya urbanisasi dan PDB tren konsentrasi ini akan menguntungkan
broadband
tetap
dan
operator
TV
kabel,
seperti Perusahaan, karena jumlah rumah tangga beralamat
Halaman 96 SNG92245/2
164137-0001
untuk produk-produknya, terutama inti Rumah Tangga A makmur Perusahaan
dan
konsentrasi
Rumah
rumah
meningkatkan
Tangga
tangga
penetrasi
B,
meningkat.
inti
dan
pelanggan
di
Peningkatan
beralamat wilayah
harus cakupan
jaringan yang ada, dan memberikan kesempatan untuk mencapai laba atas investasi untuk jaringan perluasan jaringan di daerah cakupan baru di daerah metropolitan. Daerah
cakupan
inti
Perusahaan
saat
ini
terdiri
dari
Jabodetabek, Surabaya dan Bandung. Daerah ini adalah di antara mereka dengan tertinggi kontribusi PDB dan kerapatan populasi
di
Indonesia
dan
merupakan
pusat
ekonomi
dan
komersial yang penting. Selain itu, berdasarkan McKinsey, kota dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia akan menjadi kota
menengah
jumlah
besar
penduduk
menengah
kota
(didefinisikan
antara
5
sampai
(didefinisikan
sebagai
10
juta)
sebagai
kota
kota dan
dengan
menengah
dengan
jumlah
penduduk antara 2 sampai 5 juta) yang memperkirakan akan tumbuh pada CAGR PDB riil sebesar 9,1% dan 6,9%, masingmasing, 2010-2030, tunduk pada investasi yang cukup dalam infrastruktur perkotaan seperti perumahan, air, energi dan transportasi, Indonesia.
serta
Kota-kota
terus ini
membaiknya termasuk
produktivitas
beberapa
kota
di
dimana
Perusahaan beroperasi, seperti Jakarta, Bogor, Bekasi dan Tangerang di Jabodetabek, serta Surabaya dan Bandung.
Halaman 97 SNG92245/2
164137-0001
3.3
Pemimpin
pasar
NGBB
di
Indonesia
yang
belum
tertandingi dengan keunggulan yang kuat sebagai pelopor Perusahaan memiliki pangsa pasar sekitar 98% dari pasar NGBB
di
Indonesia
(berdasarkan
MPA)
pada
dan
tanggal
merupakan
31
Desember
satu-satunya
2013
operator
skala, berdasarkan jumlah Home Passed, dalam pasar NGBB di negara ini. Dengan tidak ada operator lain skala di pasar NGBB,
layanan
kecepatan
broadband
maksimum
melalui
diiklankan
teknologi
dari
3
Mbps
ADSL
dengan
adalah
satu-
satunya alternatif bagi sebagian besar konsumen di daerah cakupan inti Perusahaan. Perusahaan secara aktif tumbuh pasar NGBB melalui program perluasan
jaringan
kepemimpinan menambahkan
dan
pasar lebih
berharap
yang
dari
dapat
signifikan.
250.000
rumah
mempertahankan Jaringan
baru
telah
disahkan
per
tahun di setiap 2012 dan 2013, dan berdasarkan MPA, ini tak tertandingi oleh operator lain berusaha untuk memperluas jaringan NGBB di Indonesia. Perusahaan berkeyakinan telah mencapai
keuntungan
penggerak
pertama,
membangun
posisi
pasar yang kuat di Jabodetabek dan Surabaya, dan pada saat yang sama ekspansi ke Bandung. Dengan
menjadi
menggunakan Perusahaan
operator
jaringan telah
mampu
pertama HFC
yang
menawarkan
berkualitas
menarik
target
layanan
tinggi
maju,
pelanggan
dalam
wilayah cakupan inti dan mencapai tingkat penetrasi yang
Halaman 98 SNG92245/2
164137-0001
tinggi
sehingga
laba
atas
investasi
untuk
perluasan
jaringan. Perusahaan memiliki perusahaan Jaringan, termasuk kabel mil terakhir kepada pelanggan, kecuali dalam beberapa kasus di mana pengembang properti memiliki Jaringan sampai dengan mil terakhir. Penyedia layanan lainnya tidak dapat menggunakan
jaringan
Perusahaan
atau
kabel
tanpa
persetujuan Perusahaan dan agar dapat memberikan layanan kepada pelanggan di wilayah cakupan Perusahaan yang ada, penyedia layanan biasanya akan perlu menginstal jaringan sendiri dan mil terakhir dari kabel. Ada lebih rintangan alami bagi operator NGBB potensial lain (“Pengikut”)
untuk
Perusahaan
yang
pelanggan.
Di
memperluas
ada
di
tingkat
ke
tingkat
daerah-daerah masyarakat
masyarakat,
tokoh
dan
cakupan tingkat
masyarakat
dan
warga dapat mempertimbangkan manfaat menambahkan operator NGBB
lainnya,
yang
umumnya
memiliki
kurang
dari
track
record perluasan jaringan dan operasi, terhadap gangguan dan gangguan selama masa konstruksi. Pengikut juga harus meletakkan
kabel
mereka
sendiri
untuk
rumah
pelanggan.
Dalam konteks mayoritas kota di Indonesia, ini bisa menjadi mengganggu dan memakan waktu, karena sebagian besar rumah tangga
kaya
yang
rumah
keluarga
tunggal
(unit
hunian
tunggal). Ini bisa membuat pelanggan potensial enggan untuk beralih penyedia layanan, terutama jika mereka sudah puas dengan
layanan
yang
ada.
Dengan
Halaman 99 SNG92245/2
164137-0001
demikian,
Perusahaan
berkeyakinan tingkat
faktor-faktor
penetrasi
berkeyakinan
ini
rendah
bahwa
cenderung
untuk
tinggi
mengarah
Followers.
kebutuhan
belanja
pada
Perusahaan modal
untuk
perluasan jaringan, instalasi last-mile dan investasi dalam peralatan dengan
premis
tingkat
pelanggan,
penetrasi
ketika
pasti,
diambil
secara
bersama-sama
signifikan
dapat
mengurangi return Follower atas investasi, yang mengarah ke payback
period
peluncuran
lebih
secepat
lama.
Bahkan
Perusahaan,
jika
Followers
Perusahaan
dapat
berkeyakinan
bahwa hal itu akan membawa mereka hingga enam tahun untuk mencapai dimana Perusahaan saat ini. Perusahaan berkeyakinan bahwa faktor-faktor ini berpotensi menciptakan ekonomi miskin Pengikut dan dapat dianggap oleh Pengikut
sebagai
penghalang
alami
untuk
masuk
ketika
merenungkan ekspansi atau masuk ke area layanan Perusahaan.
3.4
Jaringan NGBB canggih yang besar dan tahan banting,
yang mencerminkan investasi dan keahlian yang unggul Perusahaan memiliki dan mengoperasikan jaringan NGBB paling maju di Indonesia, dengan platform pengiriman yang unggul. Berdasarkan sejalan
MPA,
dengan
Jaringan jaringan
Perusahaan NGBB
lain
adalah dengan
maju
dan
standar
internasional yang ditetapkan oleh operator terkemuka di Asia,
Eropa
dan
Amerika
Serikat.
Jaringan
terdiri
dari
sekitar 17.300 kilometer kabel diletakkan di daerah kunci
Halaman 100 SNG92245/2
164137-0001
dari
area
layanan
Perusahaan
(dengan
sekitar
15.400
kilometer di Jabodetabek, 1.600 kilometer di Surabaya, 200 kilometer
di
Bandung
dan
100
kilometer
di
Bali),
yang
terdiri dari sekitar 7.000 kilometer serat kabel optik yang menghubungkan tiga headends besar di Jakarta, Surabaya dan Bali dengan 17 hub distribusi dan 3.627 node, dan 10.300 kilometer kabel koaksial yang menghubungkan node ke rumah. Perusahaan
berkeyakinan
bahwa
jaringan
HFC
adalah
modus
yang paling cocok penyampaian layanan broadband di daerah layanan inti Perusahaan, yang terdiri dari daerah-daerah padat
penduduk
dan
paling
kaya
dari
Indonesia,
memaksimalkan kembali ekonomi Perusahaan. Jaringan adalah jaringan kabel terbesar skala di Indonesia, berdasarkan jumlah Home Passed dalam segmen residensial. Hal
ini
sudah
sepenuhnya
DOCSIS
3.0
compliant
yang
memungkinkan Perusahaan untuk menawarkan kecepatan download broadband hingga 100 Mbps ke hampir seluruh rumah melewati seluruh jaringan, dan memiliki kapasitas teknologi untuk menawarkan kecepatan yang lebih tinggi. Manajemen berharap bahwa jaringan akan lebih dari 60% 1 GHz diaktifkan dengan sisa jaringan menjadi 870 MHz sesuai pada akhir kuartal pertama 2015, lebih lanjut menegaskan kepemimpinan teknis Perusahaan di pasar NGBB dan memungkinkan untuk memberikan penawaran yang lebih luas HD, 3D dan saluran SD. Kapasitas bandwidth spektrum yang tinggi ini memungkinkan pengiriman
Halaman 101 SNG92245/2
164137-0001
sejumlah besar saluran, terutama bandwidth yang intensif saluran HD, yang meningkatkan daya tarik nya Layanan TV kabel bagi pelanggan TV kabel yang. Selain itu, Jaringan Perusahaan sepenuhnya dua arah diaktifkan yang memungkinkan Perusahaan
untuk
interaktif,
seperti
menawarkan
layanan
video-on-demand,
nilai
TV
mana
tambah saja
dan
catch-up TV kepada pelanggannya. Perusahaan
percaya
bahwa
mendukung
pertumbuhan
perusahaan
permintaan
jaringan
pelanggan
mampu
dalam
jangka
menengah. Perusahaan berkeyakinan bahwa dengan persyaratan belanja modal yang wajar Jaringan bisa upgrade ke DOCSIS 3.1 dan bersama dengan perbaikan dalam peralatan pelanggan premis,
ini
berpotensi.
bisa
memberikan
Jaringan
juga
kecepatan
telah
sengaja
hingga
4
dirancang
Gbps untuk
memiliki rendah rumah-ke-node rasio sekitar 360 rumah per node rata-rata per Juni 2014, salah satu yang terendah di seluruh
dunia
(berdasarkan
MPA).
Oleh
karena
itu,
Perusahaan berkeyakinan bahwa jaringan sangat upgradeable dan
mampu
mencapai
bandwidth
yang
gigabit
dengan
persyaratan belanja modal yang wajar dalam jangka menengah, jika
dan
ketika
masuk
akal
melakukannya.
Halaman 102 SNG92245/2
164137-0001
secara
komersial
untuk
3.5
Beragam
paket
produk
yang
memberikan
nilai
unggul
pelanggan Dengan
memanfaatkan
Jaringan
canggih,
Perusahaan
mampu
menawarkan cepat, baik nilai, layanan internet terpercaya, berbagai pilihan dalam konten TV premium, kualitas terbaik di kelasnya pelayanan dan paket paket menarik. Perusahaan berkeyakinan
bahwa
kombinasi
dari
karakteristik
ini
memungkinkan Perusahaan untuk mempertahankan kepemimpinan pasar. Untuk
pelanggan
NGBB,
Perusahaan
menawarkan
kecepatan
download yang tinggi hingga 100 Mbps ke hampir seluruh rumah
melewati
nya
“FastNet”
persembahan.
Tidak
ada
penyedia jasa lainnya NGBB di Indonesia skala, berdasarkan jumlah
Home
Passed,
yang
dapat
memberikan
kecepatan
download yang tinggi. Untuk
pelanggan
TV
kabel
yang,
Perusahaan
menawarkan
berbagai pilihan saluran HD dan SD melalui nya “HomeCable” persembahan. Pada tanggal 31 Juli 2014, itu menawarkan 60 saluran
HD
nasional
dan
internasional,
yang
berdasarkan
MPA, adalah jauh pilihan terluas saluran HD yang ditawarkan oleh salah satu operator di Indonesia. Terluas kedua HD menawarkan adalah melalui Biznet Max3 dengan 29 saluran HD, diikuti
oleh
MNC
Skyvision
dengan
5
saluran
HD
(yang
dibatasi oleh teknologi DTH) berdasarkan MPA. Selain itu,
Halaman 103 SNG92245/2
164137-0001
Jaringan Perusahaan memungkinkan untuk memberikan layanan hiburan canggih seperti video-on-demand, TV mana saja dan layanan
TV,
yang
tidak
dapat
ditawarkan
oleh
beberapa
teknologi saat ini bersaing dengan TV kabel, seperti DTH catch-up. Perusahaan
telah
menerapkan
strategi
bundling
sukses.
Penawaran produk dipimpin oleh seorang cepat dan handal NGBB korban, dibundel dengan layanan TV kabel yang kaya dan berbeda
yang
menciptakan Pelanggan Combo,
bersaing
nilai
proposisi
Perusahaan
seperti
pada
yang
menemukan
kualitas menarik nilai
ditunjukkan
dan bagi
nyata
oleh
inovasi, konsumen.
dalam
tingkat
paket
bundling
tinggi dimana sekitar 89%, 91% dan 92% dari semua pelanggan pada tahun 2012, 2013 dan dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 berlangganan paket Combo. Perusahaan berkeyakinan bahwa hasil strategi bundling ini peningkatan penetrasi, loyalitas
pelanggan
yang
lebih
tinggi
dan
peningkatan
pendapatan dari pelanggan. Perusahaan saat ini satu-satunya operator skala di Indonesia yang mampu menawarkan baik NGBB dan TV kabel dengan satu baris kabel ke rumah pelanggan, yang
menawarkan
sangat
menarik
proposisi.
Halaman 104 SNG92245/2
164137-0001
one-stop
kenyamanan
3.6
Rekam jejak pertumbuhan dan keterlabaan yang konsisten
Sejak
bulan
pertumbuhan didorong
Juni
2011,
pendapatan
oleh
operasional.
Perusahaan
yang
kepemimpinan Perusahaan
konsisten pasar
terus
telah dan
mencapai
berkelanjutan
Perusahaan
dan
meningkatkan
kinerja
pendapatan
dengan 28,0% pada tahun 2013 dari tahun sebelumnya dan 29,1% dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 dari periode yang sama sebelumnya pada tahun 2013.
Pertumbuhan Residensial Pertumbuhan didorong jaringan,
NGBB
oleh (ii)
perumahan (i)
dan
cepat
TV
dan
meningkatkan
kabel
Layanan
menguntungkan
penetrasi
daerah
telah
ekspansi cakupan
jaringan yang ada, dan (iii) peningkatan strategi produk. Selain strategi khusus untuk mendorong pertumbuhan di masa depan
di
NGBB
perumahan
dan
kabel
TV
Services,
yang
selanjutnya dijelaskan di bawah “- Strategi” di bawah ini, ada faktor-faktor yang mendasari bahwa Perusahaan berharap dapat memberikan pertumbuhan tambahan sebagai berikut: (i) Luasnya kesempatan ekspansi di wilayah jangkauan utama saat ini Berdasarkan jumlah Rumah Tangga inti A dan B Rumah Tangga, dan
setelah
mempertimbangkan
berbagai
faktor
termasuk
kelayakan Jaringan membangun-out dan pertimbangan geografis
Halaman 105 SNG92245/2
164137-0001
tertentu,
Perusahaan
memperkirakan
bahwa
yang
Jaringan
mencakup 45% dari daerah bahwa Perusahaan saat ini percaya adalah beralamat dan layak secara komersial untuk membangun Jaringan-out (dengan “Perkiraan Cakupan Ratio”) di wilayah Jabodetabek
pada
memperkirakan
tanggal
Perkiraan
30
Juni
Cakupan
2014
Ratio
Perusahaan
untuk
wilayah
Surabaya dan Bandung adalah 45% dan 10%, masing-masing. Dengan demikian, ada ruang yang signifikan bagi Perusahaan untuk
memperluas
Estimasi
Rasio
dalam
Cakupan
daerah
cakupan
diperkirakan
inti
saat
berdasarkan
A
ini. Rumah
Tangga dan B Data Rumah Tangga pada tanggal 31 Desember 2013 dan tidak memperhitungkan pertumbuhan dan migrasi ke A Rumah Tangga dan Rumah Tangga B di masa depan. (ii)
Luasnya
kesempatan
kenaikan
penetrasi
wilayah
jangkauan Jaringan yang ada Perusahaan
percaya
ada
ruang
yang
signifikan
bagi
peningkatan lebih lanjut dalam tingkat penetrasi di daerah cakupan jaringan yang ada. Keseluruhan penetrasi pelanggan broadband Perusahaan adalah 27,2% Home Passed, pada tanggal 30
Juni
2014
secara
keseluruhan
penetrasi
yang
relatif
rendah dibandingkan dengan operator TV terkemuka NGBB dan kabel global, termasuk di Belgia, Prancis, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat, yang penetrasi berkisar antara sekitar 35% dan 72% pada tanggal 31 Desember 2013, berdasarkan MPA. Penetrasi
yang
relatif
rendah
Halaman 106 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan
disebabkan
ekspansi jaringan yang signifikan dan cepat. Pada tanggal 30 Juni 2014, sekitar 50% dari total rumah yang disahkan oleh Perusahaan berusia kurang dari 2,5 tahun. Berdasarkan profil
penetrasi
mengharapkan
jatuh
penetrasi
tempo
rumah
sejarah,
saat
ini
Perusahaan
kurang
matang
melewati meningkat seiring waktu dan dampak positif tingkat penetrasi keseluruhan dicapai oleh Perusahaan. Selain itu, tingkat penetrasi yang lebih tinggi dari operator TV kabel NGBB dan lainnya di negara-negara lain dibandingkan dengan Perusahaan juga mungkin disebabkan oleh disposable income yang relatif tinggi di negara-negara dibandingkan dengan Indonesia. Perusahaan mengharapkan pertumbuhan pendapatan disposable lanjut
di
untuk
Indonesia
untuk
peningkatan
memberikan
penetrasi
di
dukungan daerah
lebih
cakupan
jaringan yang ada. (iii) Strategi produk Paket Perusahaan telah dirancang untuk berada di berbagai titik harga. Paket masuk ditargetkan pada C1 Rumah Tangga, sedangkan paket yang lebih tinggi dari memberikan pilihan yang signifikan dan diferensiasi untuk Rumah Tangga Sebuah inti
dan
Rumah
Tangga
B.
Perusahaan
berkeyakinan
bahwa
pertumbuhan dan migrasi ke A Rumah Tangga dan Rumah Tangga B
di
daerah
cakupan
inti
Perusahaan
harus
memberikan
dukungan tambahan untuk upaya pemasaran terfokus Perusahaan di tempat untuk Upsell paket tingkat yang lebih tinggi,
Halaman 107 SNG92245/2
164137-0001
menjual add-on paket dan tambahan nilai tambah produk, yang diharapkan untuk menyebabkan ARPU yang lebih tinggi.
Pertumbuhan Badan Usaha DataComm
telah
menjadi
pendorong
utama
bagi
pertumbuhan
bisnis Enterprise Services Perusahaan, lebih dari dua kali lipat jumlah klien perusahaan sejak 2011, meningkat dari 495 pada 31 Desember 2011, untuk 1332 pada 30 Juni 2014 pendapatan DataComm tumbuh pada CAGR 43,9% antara tahun 2011
dan
2013,
dengan
pendapatan
meningkat
dari
Rp91.6
miliar menjadi Rp147 miliar menjadi Rp190.5 miliar untuk tahun
yang
berakhir
31
Desember
2011,
2012
dan
2013,
masing-masing. Pendapatan dalam enam bulan pertama 30 Juni 2014 adalah Rp109.7 miliar, yang mencerminkan pertumbuhan 26,1%
dibandingkan
periode
yang
sama
tahun
sebelumnya.
Pertumbuhan yang kuat di klien perusahaan sesuai dengan pertumbuhan
pendapatan
dan
dapat
memberikan
kontribusi
terhadap tiga faktor berikut: (i) perluasan jaringan di wilayah
Jabodetabek
telah
memberikan
kesempatan
untuk
DataComm untuk menangkap sejumlah besar klien perusahaan; (ii) pola penggunaan komplementer di mana klien perusahaan memanfaatkan kelebihan bandwidth pelanggan perumahan selama jam kerja telah mengakibatkan beban operasional yang rendah untuk
DataComm,
sehingga
harga
bisnis
DataComm
untuk
menjadi kompetitif dan untuk menarik klien perusahaan baru;
Halaman 108 SNG92245/2
164137-0001
(iii) kualitas broadband unggul yang telah membantu dalam DataComm data
menjadi
yang
salah
mengarah
satu
ke
layanan
komunitas
penyedia
bisnis
di
komunikasi Indonesia,
menarik klien baru perusahaan. Perusahaan juga diharapkan dapat memberikan manfaat segmen iklan
pay
TV
Periklanan
cepat
tumbuh,
Penjualan
lanjut
nya.
mengemudi
Kontributor
pendapatan
lain
untuk
pertumbuhan ini telah menjadi produk iklan digital yang inovatif Perusahaan telah ditawarkan seperti iklan di kami panduan program elektronik dan aplikasi TV interaktif, yang telah
terbukti
berhasil
dalam
menumbuhkan
pendapatan
Periklanan Penjualan.
Keterlabaan dan Penghasilan secara Keseluruhan Perusahaan
telah
profitabilitas yang
kuat
keuangan.
dipertahankan
sementara
melalui Margin
mencapai
keunggulan EBITDA
dan
ditingkatkan
pertumbuhan
operasional
Disesuaikan
pendapatan
dan
disiplin
Perusahaan
secara
konsisten termasuk yang tertinggi di industri, berdasarkan MPA, di 54,0%, 54,1% dan 57,2% pada tahun 2012, 2013 dan enam bulan pertama 2014, masing-masing. Perusahaan memungkinkan
arus
kas
yang
Perusahaan
kuat
untuk
dari
terus
operasi memperluas
yang
ada
jaringan
dengan cepat. Perusahaan berharap bahwa belanja modal untuk ekspansi jaringan akan terutama didukung oleh arus kas dari
Halaman 109 SNG92245/2
164137-0001
operasi.
Ekspansi
Jaringan
ini
memungkinkan
perusahaan
untuk menghasilkan pendapatan tambahan, laba dan arus kas, yang
pada
gilirannya
dapat
diinvestasikan
kembali
untuk
pertumbuhan lanjutan dari Jaringan. Perusahaan
memiliki
neraca
keyakinan
Perusahaan
akan
yang
kuat,
yang
memungkinkan
berdasarkan
untuk
kapasitas
pendanaan yang cukup besar diperlukan untuk pertumbuhan di masa depan.
3.7
Tim manajemen berpengalaman dengan rekam jejak yang
jelas Perusahaan
ini
dipimpin
oleh
tim
manajemen
yang
berpengalaman yang terdiri terkemuka profesional Indonesia dan veteran industri internasional. Tim ini memiliki lebih dari 150 tahun pengalaman gabungan (rata-rata lebih dari 22 tahun per anggota) di sektor TV NGBB dan kabel, sektor teknologi, keuangan dan bisnis konsumen. Pengalaman seperti
tim
manajemen
StarHub,
internasional
dengan
Microsoft
NGBB,
Cable
dan TV
organisasi Motorola dan
terkemuka signifikan
teknologi
telah
menyebabkan jaringan terbaik di kelasnya dan produk dan layanan
yang
inovatif
menawarkan
dengan
standar
global,
didukung oleh teknologi canggih Perusahaan. Melengkapi
keahlian
teknis
internasional,
tim
memiliki
pengalaman yang signifikan dalam sektor konsumen terkait
Halaman 110 SNG92245/2
164137-0001
dan
layanan
Pemahaman
pelanggan
yang
memungkinkan
kuat
dengan
dari
Perusahaan
lembaga-lembaga
pasar
untuk
dan
terkemuka.
konsumen
menangkap
Indonesia
peluang
tumbuh
besar dan cepat di pasar TV NGBB dan kabel dan berkembang dengan
cepat
dan
pesat
ke
daerah-daerah
cakupan
yang
menarik. Pengalaman tim manajemen yang kuat di bidang keuangan dan operasi juga merupakan pendorong utama disiplin keuangan Perusahaan,
yang
memungkinkan
eksekusi
mulus
strategi
ekspansi dipercepat tanpa mengorbankan hasil operasional dan keuangan. Hal ini telah menyebabkan Perusahaan untuk mencapai margin
salah di
satu
sektor
yang ini
tertinggi
(berdasarkan
Disesuaikan MPA),
dan
EBITDA untuk
menghasilkan arus kas yang kuat untuk mendanai ekspansi jaringan yang cepat. Tim Manajemen Perusahaan telah berhasil diawasi beberapa tonggak penting dalam pengembangan Perusahaan sejak tahun 2011, termasuk mencapai 1 juta rumah disahkan pada 2013, lebih dari dua kali lipat jumlah Home Passed antara Juni 2011 dan Juni 2014 dan memperluas wilayah cakupan intinya dari Jabodetabek ke Wilayah Surabaya dan Bandung.
Halaman 111 SNG92245/2
164137-0001
4
STRATEGI
4.1
Memperluas jangkauan jaringan kabel ke wilayah yang
potensial Pasar
broadband
Berdasarkan
Indonesia
perkiraan
masih
MPA,
sangat
broadband
underpenetrated. dan
TV
berbayar
penetrasi rumah tangga di Indonesia hanya 5,4% dan 8,6% pada akhir tahun 2013, masing-masing. NGBB dan kabel pasar TV
adalah
sektor
subset
TV,
Perusahaan
dari
yang sebagai
broadband
bahkan
lebih
Indonesia
dan
underpenetrated,
satu-satunya
operator
skala
membayar dengan baik
di
pasar. Manajemen memandang ini sebagai peluang yang sangat besar
untuk
memperluas
pendapatan
Jaringan
sebagai
permintaan NGBB di Indonesia meningkat. Perusahaan telah berhasil meningkatkan rumah dilalui lebih dari
250.000
pertumbuhan
rumah
di
kedua
2012
pendapatan
yang
kuat
dan
2013
dan
menyebabkan
profitabilitas.
Perusahaan atribut keberhasilannya dalam seperti ekspansi jaringan yang cepat dan menguntungkan kemampuannya untuk mengidentifikasi daerah-daerah baru yang menarik ekspansi, serta keahlian akumulasi dan pendekatan terstruktur untuk peluncuran baru, yang mempromosikan koordinasi yang efektif dan
efisien
antara
Jaringan
ekspansi
dan
kegiatan
pemasaran. Perusahaan
ini
Passed
sekitar
SNG92245/2
164137-0001
bertujuan
untuk
1,8
pada
juta
meningkatkan tahun
Halaman 112
2016
jumlah
Home
berfokus
pada
daerah cakupan inti saat Jabodetabek, Surabaya dan Bandung dan menargetkan Rumah Tangga A inti besar, menarik dan cepat tumbuh dan Rumah Tangga B, serta menargetkan C1 Rumah Tangga
sebagai
potensi
upside.
Kehadiran
Perusahaan
dan
fokus pada tiga bidang metropolitan yang paling menarik di Indonesia
memberikan
Perusahaan
untuk
fleksibilitas
mempertahankan
yang
signifikan
ekspansi
bagi
yang cepat
dan
menguntungkan dari Jaringan. Sementara fokus Perusahaan akan tetap pada daerah cakupan inti
saat
dalam
mengevaluasi
jangka
kota-kota
menengah,
baru
di
Manajemen
Indonesia
terus
berdasarkan
demografi kota dan potensi profil keuntungan finansial.
4.2
Kenaikan
penetrasi
di
wilayah
jangkauan
yang
ada
melalui pemasaran ulang Perusahaan
memonitor
penetrasi
rumah
yang
berlalu,
pengelompokan rumah melewati bulan dimana mereka menjadi operasional.
Setiap
kelompok
seperti
rumah
adalah
“vintage”. Pada 31 Mei 2014, ada 41 vintages Home Passed sejak
Januari
penetrasi setiap
sebagai
rata-rata
vintage
vintages
2011
41
Home
dimasukkan jumlah
Kurva
penetrasi
vintages
Passed dalam
bulan
di
bawah setiap
menjadi
vintage
merupakan
bulan
karena
operasional.
Jumlah
perhitungan
sejak
ini
rata-rata menjadi
menurun
meningkat
operasional. Misalnya, penetrasi rata-rata untuk bulan 1
Halaman 113 SNG92245/2
164137-0001
dihitung berdasarkan semua 41 vintages, sedangkan penetrasi median rata-rata untuk bulan 36 berdasarkan 6 vintages yang telah beroperasi selama setidaknya 36 bulan: Month 36
40.0%
37.6%
35.0% Month 20
30.0%
27.0%
% take up rate (a)
Month 10 21.1%
25.0%
20.0%
15.0%
10.0%
Month 1
5.0%
(a)
Tingkat
penetrasi%
dihitung
berdasarkan
rata-rata
tingkat penetrasi bulanan historis setiap vintage yang bulanan digulirkan dari Januari 2011 sampai Mei 2014 Sebagai hasil dari ekspansi yang cepat, Jaringan relatif muda, dengan sekitar 760.000 rumah yang berlalu setelah Juni 2011 dari PERMODALAN DAN HUTANG Tabel di bawah
ini menunjukkan
kas dan
setara
kas dan
kapitalisasi Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2014 secara aktual. Informasi ini telah diambil dari informasi keuangan yang telah diaudit Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2014.
Halaman 114 SNG92245/2
164137-0001
Month 36
Month 35
Month 34
Month 33
Month 32
Month 31
Month 30
Month 29
Month 28
Month 27
Month 26
Month 25
Month 24
Month 23
Month 22
Month 21
Month 20
Month 19
Month 18
Month 17
Month 16
Month 15
Month 14
Month 13
Month 12
Month 11
Month 9
Month 10
Month 8
Month 7
Month 6
Month 5
Month 4
Month 3
Month 1
0.0%
Month 2
4.3%
Pada 30 Juni 2014 (milyar Rp) Kas dan setara kas
(milyar dolar AS)
(1)
379,3
31,7
Batas waktu hutang jangka panjang saat ini – bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun ......................................................................... Hutnag jangka panjang – bagian yang jatuh tempo lebih dari satu tahun.......................................................................................................
70,0
5,8
163,3
13,6
Hutang Total .............................................................................................. Saham modal .............................................................................................. Tambahan modal disetor ............................................................................. Laba ditahan................................................................................................ Bunga pengendali .......................................................................................
233,3 304,3 1.431,1 1.019,5 (0,2)
19,4 25,4 119,6 85,2
Ekuitas Total ..............................................................................................
2.754,7
230,2
Permodalan Total (termasuk kas dan setara kas) ................................
2.988,0
249,7
Catatan: (1)
Semata-mata untuk kenyamanan pembaca, jumlah Rupiah
telah dikonversikan ke dalam dolar AS dengan menggunakan kurs US$ 1 = Rp 11.969 memberlakukan pembulatan, di mana berlaku. Terjemahan kenyamanan adalah tidak diaudit dan tidak
boleh
ditafsirkan
bahwa
jumlah
Rupiah
mewakili,
atau telah atau dapat dikonversi menjadi, dolar AS di atau kurs pertukaran lainnya.
KEBIJAKAN DIVIDEN Pembayaran dividen Perusahaan
tidak
melakukan
pembagian
dividen
pada
tahun
2011, 2012 dan 2013. Pada
tahun
2014,
Perusahaan
menyatakan
dan
membayarkan
dividen final sebesar Rp 42 milyar sehubungan dengan tahun buku 2013.
Halaman 115 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan
tidak
berniat
untuk
menyatakan
dividen
final
atau sementara dalam waktu dekat.
USAHA VISI DAN MISI Perusahaan bertujuan menjadi pilihan pertama dalam layanan broadband,
televisi
dan
media
serta
mengubah
kehidupan
konsumen Indonesia dengan menyediakan layanan dan solusi broadband dan media yang inovatif dan maju.
3
KEKUATAN
3.1
Perusahaan
beroperasi
di
pasar
yang
besar,
sangat
menarik dan minim penetrasi Berdasarkan MPA, Indonesia merupakan pasar broadband yang paling
minim
penetrasi
dan
dengan
pertumbuhan
tercepat
dalam 20 ekonomi global terbesar. Indonesia adalah negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia, dengan populasi mencapai 248 juta orang, dan merupakan negara terbesar ke16 berdasarkan PDB sebesar US$ 870 milyar pada tahun 2013 (berdasarkan MPA). Indonesia merupakan salah satu negara dengan
perekonomian
dengan
PDB
nyata
yang
tumbuh
diperkirakan
paling
tumbuh
cepat
dengan
di
dunia
CAGR
5,8%
nasional
pada
antara tahun 2013 dan 2018, berdasarkan MPA. Belanja
konsumen
menyumbang
59%
dari
PDB
tahun 2013. Tingkat konsumsi yang tinggi ini didukung oleh
Halaman 116 SNG92245/2
164137-0001
kuatnya
keyakinan
Nielsen,
menduduki
konsumen
Indonesia
peringkat
yang,
tertinggi
berdasarkan kedua
dalam
keyakinan konsumen nasional secara global. Kelas besar dan pertumbuhan konsumen yang cepat diperkirakan akan meningkat dari 45 juta orang pada 2010 menjadi 135 juta penduduk pada tahun 2030, dengan asumsi pertumbuhan PDB per tahun 5-6%, berdasarkan McKinsey. Inti Pasar Pelanggan Perusahaan Rumah Tangga A dan Rumah Tangga B berjumlah 4,1 juta pada tahun 2013 di daerah cakupan intinya, tumbuh pada CAGR sebesar 17,6% 2010-2013, dengan C1 Rumah Tangga berjumlah 2,6 juta pada tahun 2013, berdasarkan Nielsen. Indonesia memiliki salah satu populasi termuda di dunia, berdasarkan MPA. Pada 2013, 54% penduduk Indonesia berada di bawah usia 30. Konsumen muda cenderung menggunakan lebih banyak
produk
digital
dan
jasa,
yang
menyebabkan
peningkatan volume data yang digunakan oleh konsumen dan meningkatnya permintaan untuk koneksi internet, terutama dengan kecepatan tinggi. Hal ini membuat Indonesia menjadi pasar yang penting bagi semua perusahaan yang menawarkan jasa-internet terkait, seperti Perusahaan. Di
antara
layanan
top
20
broadband
ekonomi di
di
dunia,
Indonesia
tingkat
tetap
penetrasi
merupakan
yang
terendah kedua, yaitu sebesar 5,4% pada 2013, berdasarkan MPA. MPA memperkirakan bahwa tingkat penetrasi TV berbayar di Indonesia adalah 8,6% pada tahun 2013, secara signifikan
Halaman 117 SNG92245/2
164137-0001
di
belakang
yang
lain
top
20
ekonomi
di
dunia.
MPA
mengharapkan tingkat penetrasi dibawah di kedua broadband dan TV berbayar dapat mendorong peningkatan tajam dalam jumlah pelanggan. MPa juga mengharapkan pelanggan broadband meningkat pada CAGR sebesar 13,4% dari 2013 sampai 2018 dan membayar pelanggan TV pada CAGR sebesar 15,8% dari tahun 2013 sampai 2018. NGBB dan Pasar TV kabel adalah bagian dari
broadband
menyiratkan
Indonesia
tingkat
dan
penetrasi
sektor
dibawah
TV
lebih
berbayar, signifikan.
Perusahaan adalah operator tunggal skala di pasar ini dan langsung akan mendapatkan keuntungan dari proyeksi kenaikan tingkat penetrasi.
3.2
Perusahaan beroperasi di sejumlah wilayah metropolitan
yang paling menarik di Indonesia Semakin
berkembangnya
perekonomian
Indonesia
telah
menyebabkan bertambahnya kelas menengah yang semakin urban, berkonsentrasi pada PDB Indonesia di daerah urban. McKinsey memperkirakan bahwa proporsi penduduk Indonesia yang hidup di daerah perkotaan akan meningkat dari 53% pada tahun 2010 menjadi 71% pada tahun 2030 yang akan meningkatkan pangsa keseluruhan PDB Indonesia di daerah perkotaan dari 74% pada tahun 2010 menjadi 86% pada tahun 2030. Meningkatnya urbanisasi dan PDB tren konsentrasi ini akan menguntungkan
broadband
tetap
dan
Halaman 118 SNG92245/2
164137-0001
operator
TV
kabel,
seperti Perusahaan, karena jumlah rumah tangga yang dapat ditujukan
untuk
produk-produknya,
terutama
inti
Rumah
Tangga A makmur Perusahaan dan Rumah Tangga B, meningkat. Peningkatan konsentrasi rumah tangga inti dan yang dapat ditujukan harus meningkatkan penetrasi pelanggan di wilayah cakupan jaringan yang ada, dan memberikan kesempatan untuk mencapai
laba
atas
investasi
untuk
jaringan
perluasan
jaringan di daerah cakupan baru di daerah metropolitan. Daerah
cakupan
inti
Perusahaan
saat
ini
terdiri
dari
Jabodetabek, Surabaya dan Bandung. Daerah ini adalah di antara mereka dengan tertinggi kontribusi PDB dan kerapatan populasi
di
Indonesia
dan
merupakan
pusat
ekonomi
dan
komersial yang penting. Selain itu, berdasarkan McKinsey, kota dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia akan menjadi kota
menengah
jumlah
besar
penduduk
menengah
kota
(didefinisikan
antara
5
sampai
(didefinisikan
sebagai
10
sebagai
juta) kota
kota dan
dengan
menengah
dengan
jumlah
penduduk antara 2 sampai 5 juta) yang diperkirakan akan tumbuh pada CAGR PDB riil sebesar 9,1% dan 6,9%, masingmasing, 2010-2030, tunduk pada investasi yang cukup dalam infrastruktur perkotaan seperti perumahan, air, energi dan transportasi, serta terus semakin baiknya produktivitas di Indonesia.
Kota-kota
ini
termasuk
beberapa
kota
dimana
Perusahaan beroperasi, seperti Jakarta, Bogor, Bekasi dan Tangerang di Jabodetabek, serta Surabaya dan Bandung.
Halaman 119 SNG92245/2
164137-0001
3.3
Pemimpin
pasar
NGBB
di
Indonesia
yang
belum
tertandingi dengan keunggulan yang kuat sebagai pelopor Perusahaan memiliki pangsa pasar sekitar 98% dari pasar NGBB
di
Indonesia
(berdasarkan
MPA)
pada
dan
tanggal
merupakan
31
Desember
satu-satunya
2013
operator
skala, berdasarkan jumlah Home Passed, dalam pasar NGBB di negara ini. Dengan tidak ada operator lain skala di pasar NGBB,
layanan
kecepatan
melalui
broadband
maksimum
diiklankan
teknologi
dari
3
Mbps
ADSL
dengan
adalah
satu-
satunya alternatif bagi sebagian besar konsumen di daerah cakupan inti Perusahaan. Perusahaan secara aktif tumbuh pasar NGBB melalui program perluasan
jaringan
kepemimpinan menambahkan
dan
pasar lebih
berharap
yang
dari
dapat
signifikan.
250.000
rumah
mempertahankan Jaringan
baru
telah
disahkan
per
tahun di setiap 2012 dan 2013, dan berdasarkan MPA, ini tak tertandingi oleh operator lain berusaha untuk memperluas jaringan NGBB di Indonesia. Perusahaan berkeyakinan telah mencapai
keuntungan
penggerak
pertama,
membangun
posisi
pasar yang kuat di Jabodetabek dan Surabaya, dan pada saat yang sama ekspansi ke Bandung. Dengan
menjadi
menggunakan
operator
jaringan
pertama
HFC
yang
berkualitas
menawarkan tinggi,
layanan
Perusahaan
telah mampu menarik target pelanggan dalam wilayah cakupan
Halaman 120 SNG92245/2
164137-0001
inti dan mencapai tingkat penetrasi yang tinggi sehingga laba atas investasi untuk perluasan jaringan. Perusahaan memiliki
perusahaan
Jaringan,
termasuk
last
kabel
mile
kepada pelanggan, kecuali dalam jumlah kasus yang terbatas di
mana
pengembang
properti
memiliki
mil
terakhir
dari
Jaringan. Penyedia layanan lainnya tidak dapat menggunakan jaringan Perusahaan atau kabel tanpa persetujuan Perusahaan dan
agar
wilayah
dapat
memberikan
cakupan
Perusahaan
layanan yang
kepada
ada,
pelanggan
penyedia
di
layanan
biasanya akan perlu menginstal jaringan sendiri dan kabel sampai mil terakhir. Terdapat rintangan alami yang signifikan lebih lanjut bagi operator NGBB potensial lain (“Pengikut”) untuk memperluas ke daerah-daerah cakupan Perusahaan yang ada di tingkat masyarakat dan tingkat pelanggan. Di tingkat masyarakat, tokoh masyarakat dan warga dapat mempertimbangkan manfaat menambahkan operator NGBB lainnya, yang umumnya memiliki kurang dari track record perluasan jaringan dan operasi, terhadap
gangguan
dan
gangguan
selama
masa
konstruksi.
Pengikut juga harus meletakkan kabel mereka sendiri untuk rumah pelanggan. Dalam konteks mayoritas kota di Indonesia, ini
bisa
sebagian tunggal
menjadi besar (unit
mengganggu
rumah hunian
tangga
dan
memakan
kaya
tunggal).
yang
Hal
ini
waktu, rumah dapat
karena
keluarga membuat
pelanggan potensial enggan untuk beralih terhadap penyedia
Halaman 121 SNG92245/2
164137-0001
layanannya, terutama jika mereka sudah puas dengan layanan yang ada. Dengan demikian, Perusahaan berkeyakinan bahwa faktor-faktor ini cenderung mengarah pada tingkat penetrasi rendah untuk para pengikut. Perusahaan berkeyakinan bahwa tinggi kebutuhan belanja modal untuk perluasan jaringan, instalasi last-mile dan investasi dalam peralatan premis pelanggan,
ketika
diambil
bersama-sama
dengan
tingkat
penetrasi pasti, secara signifikan dapat mengurangi return Para
pengikut
atas
investasi,
yang
mengarah
ke
payback
period lebih lama. Bahkan jika para pengikut dapat berjalan secepat Perusahaan, Perusahaan berkeyakinan bahwa hal itu akan membawa mereka hingga enam tahun untuk mencapai dimana Perusahaan saat ini. Perusahaan berkeyakinan bahwa faktor-faktor ini berpotensi menciptakan Pengikut
persaingan
dan
penghalang
dapat
alami
ekonomi dianggap
untuk
masuk
yang
buruk
oleh
Pengikut
ketika
bagi
Para
sebagai
berpikiran
untuk
melakukan ekspansi atau masuk ke area layanan Perusahaan.
3.4
Jaringan NGBB canggih yang besar dan tahan banting,
yang mencerminkan investasi dan keahlian yang unggul Perusahaan memiliki dan mengoperasikan jaringan NGBB paling maju di Indonesia, dengan platform pengiriman yang unggul. Berdasarkan sejalan
MPA,
dengan
Jaringan jaringan
Perusahaan NGBB
Halaman 122 SNG92245/2
164137-0001
lain
adalah dengan
maju
dan
standar
internasional yang ditetapkan oleh operator terkemuka di Asia,
Eropa
dan
Amerika
Serikat.
Jaringan
terdiri
dari
sekitar 17.300 kilometer kabel diletakkan di daerah utama dari
area
kilometer
layanan di
Perusahaan
Jabodetabek,
(dengan
1.600
sekitar
kilometer
di
15.400 Wilayah
Surabaya, 200 kilometer di Bandung dan 100 kilometer di Bali), kabel
yang optik
terdiri yang
dari
sekitar
menghubungkan
7.000
tiga
kilometer
headends
serat
besar
di
Jakarta, Surabaya dan Bali dengan 17 hub distribusi dan 3.627
node,
dan
10.300
kilometer
kabel
koaksial
yang
menghubungkan node ke rumah. Perusahaan berkeyakinan bahwa jaringan HFC adalah model yang paling cocok penyampaian layanan broadband di daerah layanan inti Perusahaan, yang terdiri dari daerah-daerah padat penduduk dan paling kaya dari Indonesia, memaksimalkan kembali ekonomi Perusahaan. Jaringan adalah jaringan kabel terbesar skala di Indonesia, berdasarkan jumlah Home Passed dalam segmen residensial. Hal
ini
sudah
memungkinkan
sepenuhnya
Perusahaan
DOCSIS untuk
3.0
compliant
menawarkan
yang
kecepatan
mengunduh broadband hingga 100 Mbps ke hampir seluruh rumah melewati seluruh jaringan, dan memiliki kapasitas teknologi untuk
menawarkan
berharap
bahwa
kecepatan jaringan
yang akan
lebih lebih
tinggi. Manajemen dari
60%
1
GHz
diaktifkan dengan sisa jaringan menjadi 870 MHz sesuai pada akhir
kuartal
SNG92245/2
164137-0001
pertama
2015,
lebih
Halaman 123
lanjut
menegaskan
kepemimpinan
teknis
Perusahaan
di
pasar
NGBB
dan
memungkinkan untuk memberikan penawaran yang lebih luas HD, 3D dan saluran SD. Kapasitas bandwidth spektrum yang tinggi ini
memungkinkan
terutama
pengiriman yang
bandwidth
sejumlah
intensif
besar
saluran
saluran, HD,
yang
meningkatkan daya tarik nya Layanan TV kabel bagi pelanggan TV kabel. Selain itu, Jaringan Perusahaan sepenuhnya dua arah diaktifkan memungkinkan Perusahaan untuk menawarkan layanan nilai tambah interaktif, seperti video-on-demand, Anywhere TV dan catch-up TV kepada pelanggannya. Perusahaan mendukung
percaya
bahwa
pertumbuhan
perusahaan
permintaan
jaringan
pelanggan
dalam
mampu jangka
menengah. Perusahaan berkeyakinan bahwa dengan persyaratan belanja modal yang wajar Jaringan bisa upgrade ke DOCSIS 3.1 dan bersama dengan perbaikan dalam peralatan pelanggan premis, ini berpotensi untuk memberikan kecepatan hingga 4 Gbps. Jaringan juga telah sengaja dirancang untuk memiliki rendah rumah-ke-node rasio untuk sekitar 360 rumah per node rata-rata seluruh
per dunia
Juni
2014,
salah
(berdasarkan
satu
MPA).
yang Oleh
terendah karena
di
itu,
Perusahaan berkeyakinan bahwa jaringan sangat mampu untuk ditingkatkan dan mampu mencapai gigabit bandwidth dengan persyaratan belanja modal yang wajar dalam jangka menengah, jika
dan
ketika
masuk
akal
melakukannya.
Halaman 124 SNG92245/2
164137-0001
secara
komersial
untuk
3.5
Beragam
paket
produk
yang
memberikan
nilai
unggul
pelanggan Dengan
memanfaatkan
Jaringan
canggih,
Perusahaan
mampu
menawarkan secara cepat, nilai yang baik, layanan internet terpercaya,
berbagai
kualitas
terbaik
menarik.
Perusahaan
karakteristik
di
pilihan kelasnya
dalam
pelayanan
berkeyakinan
ini
konten dan
bahwa
memungkinkan
TV
premium,
paket
paket
kombinasi
dari
Perusahaan
untuk
mempertahankan kepemimpinan pasar. Untuk
pelanggan
NGBB,
Perusahaan
menawarkan
kecepatan
mengunduh yang tinggi hingga 100 Mbps ke hampir seluruh rumah melalui penawaran “FastNet”. Tidak ada penyedia jasa NGBB lainnya di skala Indonesia, berdasarkan jumlah rumah yang
dilalui,
yang
dapat
memberikan
kecepatan
mengunduh
yang tinggi. Untuk
pelanggan
berbagai
pilihan
TV
kabel
saluran
yang, HD
dan
Perusahaan SD
menawarkan
melalui
penawaran
“HomeCable”. Pada tanggal 31 Juli 2014, itu menawarkan 60 saluran
HD
nasional
dan
internasional,
yang
berdasarkan
MPA, adalah jauh pilihan terluas saluran HD yang ditawarkan oleh salah satu operator di Indonesia. Terluas kedua HD menawarkan adalah melalui Biznet Max3 dengan 29 saluran HD, diikuti
oleh
MNC
Skyvision
dengan
5
saluran
HD
(yang
dibatasi oleh teknologi DTH) berdasarkan MPA. Selain itu,
Halaman 125 SNG92245/2
164137-0001
Jaringan Perusahaan memungkinkan untuk memberikan layanan hiburan canggih seperti jasa video-on-demand, Anywhere TV dan catch-up TV, yang tidak dapat ditawarkan oleh beberapa teknologi saat ini bersaing dengan TV kabel, seperti DTH catch-up. Perusahaan
telah
menerapkan
strategi
paket
yang
sukses.
Penawaran produk dipimpin oleh seorang cepat dan handal pada penawaran NGBB, dikemas dengan layanan TV kabel yang kaya dan berbeda yang bersaing pada kualitas dan inovasi, menciptakan Pelanggan Combo,
nilai
proposisi
Perusahaan
seperti
yang
menemukan
menarik nilai
ditunjukkan
bagi
nyata
oleh
konsumen.
dalam
tingkat
paket
bundling
tinggi dimana sekitar 89%, 91% dan 92% dari semua pelanggan pada tahun 2012, 2013 dan dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 berlangganan paket Combo. Perusahaan berkeyakinan bahwa hasil strategi bundling ini peningkatan penetrasi, loyalitas
pelanggan
yang
lebih
tinggi
dan
peningkatan
pendapatan dari pelanggan. Perusahaan saat ini satu-satunya operator skala di Indonesia yang mampu menawarkan baik NGBB dan TV kabel dengan satu baris kabel ke rumah pelanggan, yang
menawarkan
sangat
menarik
proposisi.
Halaman 126 SNG92245/2
164137-0001
one-stop
kenyamanan
3.6
Rekam jejak pertumbuhan dan keterlabaan yang konsisten
Sejak
bulan
pertumbuhan didorong
Juni
2011,
pendapatan
oleh
operasional.
Perusahaan
yang
kepemimpinan Perusahaan
konsisten pasar
terus
telah dan
mencapai
berkelanjutan
Perusahaan
dan
meningkatkan
kinerja
pendapatan
dengan 28,0% pada tahun 2013 dari tahun sebelumnya dan 29,1% dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 dari periode yang sama sebelumnya pada tahun 2013.
Pertumbuhan Residensial Pertumbuhan didorong jaringan,
NGBB
oleh (ii)
perumahan (i)
dan
cepat
TV
dan
meningkatkan
kabel
Layanan
menguntungkan
penetrasi
daerah
telah
ekspansi cakupan
jaringan yang ada, dan (iii) peningkatan strategi produk. Selain strategi khusus untuk mendorong pertumbuhan di masa depan
di
NGBB
perumahan
dan
kabel
TV
Services,
yang
selanjutnya dijelaskan di bawah “- Strategi” di bawah ini, ada faktor-faktor yang mendasari bahwa Perusahaan berharap dapat memberikan pertumbuhan tambahan sebagai berikut: (i) Luasnya kesempatan ekspansi di wilayah jangkauan utama saat ini Berdasarkan jumlah Rumah Tangga inti A dan Rumah Tangga inti
B,
termasuk
dan
setelah
kelayakan
mempertimbangkan
Jaringan
yang
Halaman 127 SNG92245/2
164137-0001
berbagai
dibangun
faktor
keluar
dan
pertimbangan geografis tertentu, Perusahaan memperkirakan bahwa
yang
Jaringan
mencakup
45%
dari
daerah
bahwa
Perusahaan saat ini mempercayai bahwa hal tersebut dapat dijawab
dan
mungkin
secara
komersial
untuk
membangun
Jaringan yang dibangun keluar (dengan “Perkiraan Cakupan Ratio”) di wilayah Jabodetabek pada tanggal 30 Juni 2014 Perusahaan
memperkirakan
Perkiraan
Cakupan
Ratio
untuk
wilayah Surabaya dan Bandung adalah 45% dan 10%, masingmasing. Dengan demikian, ada ruang yang signifikan bagi Perusahaan untuk memperluas dalam daerah cakupan inti saat ini. Estimasi Rasio Cakupan diperkirakan berdasarkan Rumah Tangga A dan Data Rumah Tangga B pada tanggal 31 Desember 2013 dan tidak memperhitungkan pertumbuhan dan migrasi ke Rumah Tangga A dan Rumah Tangga B di masa depan. (ii)
Luasnya
kesempatan
kenaikan
penetrasi
wilayah
jangkauan Jaringan yang ada Perusahaan
percaya
ada
ruang
yang
signifikan
bagi
peningkatan lebih lanjut dalam tingkat penetrasi di daerah cakupan jaringan yang ada. Keseluruhan penetrasi pelanggan broadband Perusahaan adalah 27,2% home passed, pada tanggal 30
Juni
2014
secara
keseluruhan
penetrasi
yang
relatif
rendah dibandingkan dengan operator TV terkemuka NGBB dan Operasional TV kabel global, termasuk di Belgia, Perancis, Belanda,
Inggris
berkisar
antara
dan
Amerika
sekitar
35%
Serikat, dan
Halaman 128 SNG92245/2
164137-0001
72%
yang pada
penetrasi tanggal
31
Desember rendah
2013,
berdasarkan
Perusahaan
MPA.
disebabkan
Penetrasi ekspansi
yang
relatif
jaringan
yang
signifikan dan cepat. Pada tanggal 30 Juni 2014, sekitar 50% dari total home passed oleh Perusahaan berusia kurang dari 2,5 tahun. Berdasarkan profil penetrasi jatuh tempo sejarah, Perusahaan mengharapkan penetrasi home passed saat ini
kurang
matang
melewati
meningkat
seiring
waktu
dan
dampak positif tingkat penetrasi keseluruhan dicapai oleh Perusahaan. Sebagai tambahan, tingkat penetrasi yang lebih tinggi dari NGBB lainnya dan operator TV kabel di negaranegara
lain
dibandingkan
dengan
Perusahaan
juga
mungkin
disebabkan oleh disposable income yang relatif tinggi di negara-negara
dibandingkan
dengan
Indonesia.
Perusahaan
mengharapkan pertumbuhan pendapatan disposable di Indonesia untuk memberikan dukungan lebih lanjut untuk peningkatan penetrasi di daerah cakupan jaringan yang ada. (iii) Strategi produk Paket Perusahaan telah dirancang untuk berada di berbagai titik harga. Paket masuk ditargetkan pada C1 Rumah Tangga, sedangkan paket yang lebih tinggi dari memberikan pilihan yang signifikan dan diferensiasi untuk Rumah Tangga inti A dan
Rumah
Tangga
inti
B.
Perusahaan
berkeyakinan
bahwa
pertumbuhan dan migrasi ke Rumah Tangga A dan Rumah Tangga B
di
daerah
cakupan
inti
Perusahaan
harus
memberikan
dukungan tambahan untuk upaya pemasaran terfokus Perusahaan
Halaman 129 SNG92245/2
164137-0001
di tempat untuk Upsell paket tingkat yang lebih tinggi, menjual add-on paket dan tambahan nilai tambah produk, yang diharapkan untuk menyebabkan ARPU yang lebih tinggi.
Pertumbuhan Badan Usaha DataComm
telah
menjadi
pendorong
utama
bagi
pertumbuhan
bisnis Enterprise Services Perusahaan, lebih dari dua kali lipat jumlah klien perusahaan sejak 2011, meningkat dari 495 pada 31 Desember 2011, menjadi 1332 pada 30 Juni 2014 pendapatan DataComm tumbuh pada CAGR 43,9% antara tahun 2011
dan
2013,
dengan
pendapatan
meningkat
dari
Rp91,6
miliar menjadi Rp 147 miliar menjadi Rp 190,5 miliar untuk tahun
yang
berakhir
31
Desember
2011,
2012
dan
2013,
masing-masing. Pendapatan dalam enam bulan pertama 30 Juni 2014 adalah Rp109,7 miliar, yang mencerminkan pertumbuhan 26,1%
dibandingkan
periode
yang
sama
tahun
sebelumnya.
Pertumbuhan yang kuat di klien perusahaan sesuai dengan pertumbuhan
pendapatan
dan
dapat
memberikan
kontribusi
terhadap tiga faktor berikut: (i) perluasan jaringan di wilayah
Jabodetabek
telah
memberikan
kesempatan
untuk
DataComm untuk menjaring sejumlah klien perusahaan; (ii) pola
penggunaan
komplementer
di
mana
klien
perusahaan
memanfaatkan kelebihan bandwidth pelanggan perumahan selama jam kerja telah mengakibatkan beban operasional yang rendah untuk
DataComm,
sehingga
harga
Halaman 130 SNG92245/2
164137-0001
bisnis
DataComm
untuk
menjadi kompetitif dan untuk menarik klien perusahaan baru; (iii) kualitas broadband unggul yang telah membantu dalam DataComm data
menjadi
yang
salah
mengarah
satu
ke
layanan
komunitas
penyedia
bisnis
komunikasi
di
Indonesia,
menarik klien baru perusahaan. Perusahaan juga diharapkan dapat memberikan manfaat segmen iklan
pay
TV
Periklanan
cepat
tumbuh,
Penjualan
lanjut
nya.
mengemudi
Kontributor
pendapatan
lain
untuk
pertumbuhan ini telah menjadi produk iklan digital yang inovatif Perusahaan telah ditawarkan seperti iklan di kami panduan program elektronik dan aplikasi TV interaktif, yang telah
terbukti
berhasil
dalam
menumbuhkan
pendapatan
Periklanan Penjualan.
Keterlabaan dan Penghasilan secara Keseluruhan Perusahaan
telah
mempertahankan
profitabilitas
sementara
pendapatan
kuat
disiplin secara
yang
keuangan. konsisten
itu,
melalui
Margin termasuk
dan mencapai
keunggulan
EBITDA yang
meningkatkan pertumbuhan
operasional
Disesuaikan tertinggi
dan
Perusahaan
di
industri,
berdasarkan MPA, di 54,0%, 54,1% dan 57,2% pada tahun 2012, 2013 dan enam bulan pertama 2014, masing-masing. Perusahaan memungkinkan
arus
kas
yang
Perusahaan
kuat
untuk
dari
terus
operasi memperluas
yang
ada
jaringan
dengan cepat. Perusahaan berharap bahwa belanja modal untuk
Halaman 131 SNG92245/2
164137-0001
ekspansi jaringan akan terutama didukung oleh arus kas dari operasi.
Ekspansi
Jaringan
ini
memungkinkan
perusahaan
untuk menghasilkan pendapatan tambahan, laba dan arus kas, yang
pada
gilirannya
dapat
diinvestasikan
kembali
untuk
pertumbuhan lanjutan dari Jaringan. Perusahaan keyakinan
memiliki
neraca
Perusahaan
akan
yang
kuat,
yang
memungkinkan
untuk
berdasarkan kapasitas
pendanaan yang cukup besar diperlukan untuk pertumbuhan di masa depan.
3.7
Tim manajemen berpengalaman dengan rekam jejak yang
jelas Perusahaan
ini
dipimpin
oleh
tim
manajemen
yang
berpengalaman yang terdiri terkemuka profesional Indonesia dan veteran industri internasional. Tim ini memiliki lebih dari 150 tahun pengalaman gabungan (rata-rata lebih dari 22 tahun per anggota) di NGBB dan sektor kabel TV, sektor teknologi, keuangan dan bisnis konsumen. Pengalaman seperti
tim
manajemen
StarHub,
internasional
dengan
Microsoft
NGBB,
TV
dan
Kabel
organisasi
terkemuka
Motorola
signifikan
dan
teknologi
telah
menyebabkan jaringan terbaik di kelasnya dan produk dan layanan
yang
inovatif
menawarkan
dengan
standar
global,
didukung oleh teknologi canggih Perusahaan. Sebagai pelengkap dari keahlian teknis internasional, tim
Halaman 132 SNG92245/2
164137-0001
memiliki pengalaman yang signifikan dalam sektor konsumen terkait
dan
terkemuka.
layanan
Pemahaman
pelanggan yang
kuat
dengan dari
lembaga-lembaga
pasar
dan
konsumen
Indonesia memungkinkan Perusahaan untuk menangkap peluang tumbuh besar dan cepat di pasar TV NGBB dan kabel dan berkembang dengan cepat dan pesat ke daerah-daerah cakupan yang menarik. Pengalaman tim manajemen yang kuat di bidang keuangan dan operasi juga merupakan pendorong utama disiplin keuangan Perusahaan,
yang
memungkinkan
eksekusi
mulus
strategi
ekspansi dipercepat tanpa mengorbankan hasil operasional dan keuangan. Hal ini telah menyebabkan Perusahaan untuk mencapai margin
salah di
satu
sektor
yang ini
tertinggi
(berdasarkan
Disesuaikan MPA),
dan
EBITDA untuk
menghasilkan arus kas yang kuat untuk mendanai ekspansi jaringan yang cepat. Tim Manajemen Perusahaan telah berhasil diawasi beberapa tonggak penting dalam pengembangan Perusahaan sejak tahun 2011, termasuk mencapai 1 juta rumah disahkan pada 2013, lebih dari dua kali lipat jumlah Home Passed antara Juni 2011 dan Juni 2014 dan memperluas wilayah cakupan intinya dari Jabodetabek ke Wilayah Surabaya dan Bandung.
Halaman 133 SNG92245/2
164137-0001
4
STRATEGI
4.1
Memperluas jangkauan jaringan kabel ke wilayah yang
potensial Pasar
broadband
Berdasarkan
Indonesia
perkiraan
masih
MPA,
sangat
underpenetrated.
broadband
dan
TV
berbayar
penetrasi rumah tangga di Indonesia hanya 5,4% dan 8,6% pada akhir tahun 2013, masing-masing. NGBB dan kabel pasar TV
adalah
sektor
subset
TV,
Perusahaan
dari
yang sebagai
broadband
bahkan
lebih
Indonesia
dan
underpenetrated,
satu-satunya
operator
skala
membayar dengan baik
di
pasar. Manajemen memandang ini sebagai peluang yang sangat besar
untuk
memperluas
pendapatan
Jaringan
sebagai
permintaan NGBB di Indonesia meningkat. Perusahaan telah berhasil meningkatkan rumah dilalui lebih dari
250.000
pertumbuhan
rumah
di
kedua
2012
pendapatan
yang
kuat
dan
2013
dan
menyebabkan
provitabilitas.
Perusahaan atribut keberhasilannya dalam seperti ekspansi jaringan yang cepat dan menguntungkan kemampuannya untuk mengidentifikasi daerah-daerah baru yang menarik ekspansi, serta keahlian akumulasi dan pendekatan terstruktur untuk peluncuran baru, yang mempromosikan koordinasi yang efektif dan
efisien
antara
Jaringan
ekspansi
dan
kegiatan
pemasaran. Perusahaan
ini
Passed
sekitar
SNG92245/2
164137-0001
bertujuan
untuk
1,8
pada
juta
meningkatkan tahun
Halaman 134
2016
jumlah
Home
berfokus
pada
daerah cakupan inti saat Jabodetabek, Surabaya dan Bandung dan menargetkan Rumah Tangga A inti besar, menarik dan cepat tumbuh dan Rumah Tangga B, serta menargetkan C1 Rumah Tangga
sebagai
potensi
Kehadiran
upside.
Perusahaan
dan
fokus pada tiga bidang metropolitan yang paling menarik di Indonesia
memberikan
Perusahaan
untuk
fleksibilitas
mempertahankan
yang
signifikan
ekspansi
bagi
yang cepat
dan
menguntungkan dari Jaringan. Sementara fokus Perusahaan akan tetap pada daerah cakupan inti
saat
dalam
mengevaluasi
jangka
kota-kota
menengah,
baru
di
Manajemen
Indonesia
terus
berdasarkan
demografi kota dan potensi profil keuntungan finansial.
4.2
Kenaikan
penetrasi
di
wilayah
jangkauan
yang
ada
melalui pemasaran ulang Perusahaan
memonitor
penetrasi
rumah
yang
berlalu,
pengelompokan rumah melewati bulan dimana mereka menjadi operasional.
Setiap
kelompok
seperti
rumah
adalah
“vintage”. Pada 31 Mei 2014, ada 41 vintages Home Passed sejak
Januari
penetrasi setiap
sebagai
rata-rata
vintage
vintages
2011
41
Home
dimasukkan jumlah
Kurva
penetrasi
vintages
Passed dalam
bulan
di
bawah setiap
menjadi
vintage
merupakan
bulan
karena
operasional.
Jumlah
perhitungan
sejak
ini
rata-rata menjadi
menurun
meningkat
operasional. Misalnya, penetrasi rata-rata untuk bulan 1
Halaman 135 SNG92245/2
164137-0001
dihitung berdasarkan semua 41 vintages, sedangkan penetrasi median rata-rata untuk bulan 36 berdasarkan 6 vintages yang telah beroperasi selama setidaknya 36 bulan: Month 36
40.0%
37.6%
35.0% Month 20
30.0%
27.0%
% take up rate (a)
Month 10 21.1%
25.0%
20.0%
15.0%
10.0%
Month 1
5.0%
(a)
Tingkat % (persentase) penetrasi dihitung berdasarkan rata-rata tingkat penetrasi bulanan historikal pada setiap
vintage
bulanan
yang
diperhitungkan
dari
Januari 2011 sampai Mei 2014 Sebagai hasil dari ekspansi yang pesat, dengan Jaringan yang relatif muda, dengan sekitar 760.000 rumah telah diserahkan sejak Juni 2011 dari total 1,3 juta rumah yang telah diserahkan oleh Jaringan. Untuk mempercepat penetrasi di daerah ekspansi yang relatif baru dan mengambil keuntungan dari meningkatnya urbanisasi dan kemakmuran konsumen Indonesia, Perusahaan secara aktif memonitor
penetrasi
Jaringan
dan
secara
aktif
terlibat
dalam program pemasaran. Program-program pemasaran ulang
Halaman 136 SNG92245/2
164137-0001
Month 36
Month 35
Month 34
Month 33
Month 32
Month 31
Month 30
Month 29
Month 28
Month 27
Month 26
Month 25
Month 24
Month 23
Month 22
Month 21
Month 20
Month 19
Month 18
Month 17
Month 16
Month 15
Month 14
Month 13
Month 12
Month 11
Month 9
Month 10
Month 8
Month 7
Month 6
Month 5
Month 4
Month 3
Month 1
0.0%
Month 2
4.3%
memungkinkan Perusahaan untuk menggunakan inisiatif lokal untuk menargetkan pelanggan baru di daerah layanan yang ada.
4.3
Mendorong pertumbuhan ARPU melalui penawaran produk
unggulan dan inisiatif penjualan terfokus Jaringan canggih Perusahaan memungkinkan pengiriman unggul berkualitas
tinggi
NGBB
berdasarkan
kecepatan
dan
kehandalan, selain TV kabel yang memiliki berbagai macam konten pemrograman premium. Bundling kedua produk melalui paket
Combo
memberikan
Perusahaan
lebih
banyak
fleksibilitas untuk mengemas ulang layanannya dalam rangka mencapai nilai
pertumbuhan
yang
keseluruhan dari
hal
menarik pada
ini
ARPU,
sehingga
hasil
adalah
dengan
tetap
berdampak
operasional
keberhasilan
dan
mempertahankan positif
secara
keuangan.
Contoh
pelaksanaan
Perusahaan
program peningkatan produk pada bulan Februari 2014 dan Juli
2013.
Sebagai
bagian
dari
program
ini,
Perusahaan
meningkatkan layanan yang ditawarkan oleh paket Combo nya, sementara meningkatkan harga per bulan yang harus dibayar oleh pelanggan untuk mencerminkan perangkat tambahan ini. Misalnya di Juli 2013 kecepatan broadband yang ditawarkan oleh paket D’Lite Combo HD meningkat dari 2 Mbps sampai 3 Mbps dengan demikian harga ikut meningkat dari Rp280,000 per bulan untuk Rp309,000 per bulan dan pada bulan Februari
Halaman 137 SNG92245/2
164137-0001
2014 mengadakan penawaran peningkatan kecepatan broadband lebih lanjut dari 6 Mbps dan tambahan 19 saluran TV kabel dengan
kenaikan
harga
Rp339,000
per
bulan.
Paket
Elite
Combo HD juga mengalami peningkatan. Pada bulan Juli 2013 kecepatan broadband meningkat dari 3 Mbps sampai 5 Mbps dan pelanggan memiliki akses ke 101 saluran TV kabel, daripada 93
dan
pada
bulan
Februari
2014
kecepatan
broadband
meningkat menjadi 10 Mbps dan pelanggan memiliki akses ke 110
saluran
TV
kabel.
Untuk
mencerminkan
peningkatan
layanan yang diterima oleh pelanggan Elite Combo HD, harga per bulan untuk paket meningkat dari Rp390,000 per bulan pada
akhir
tahun
2012
untuk
Rp429,000
per
bulan
dan
Rp469,000 per bulan di Juli 2013 dan Februari 2014, masingmasing. Pada saat yang sama dengan D’Lite paket Combo HD dan Elite Combo HD yang dikemas ulang, harga untuk paket Family Combo HD meningkat dari Rp150.000 per bulan pada akhir tahun 2012 untuk Rp159,000 per bulan di Juli 2013 dan Rp169,000 di Februari 2014. Strategi pemasaran aktif Perusahaan memungkinkan Perusahaan untuk Upsell produk secara efektif. Ada 127.290, 133.710 dan 69.435 transaksi upgrade yang mencakup upgrade ke paket tingkat lebih tinggi atau pembelian add-on tambahan paket dan
nilai
tambah
produk
dalam
tahun
yang
berakhir
31
Desember 2012 dan 2013 dan enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014, masing-masing.
Halaman 138 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan kabel
terus
dengan
berinovasi
berinvestasi
dalam
menawarkan
dalam
teknologi
produk baru
TV dan
memperluas kepemimpinannya dalam penawaran HD dan pilihan saluran.
Perusahaan
mengharapkan
hal
tersebut
dapat
memberikan dukungan jangka panjang untuk meningkatkan ARPU dan
mengurangi
gangguan
sebagai
pengalaman
pelanggan,
kepuasan, loyalitas dan persepsi nilai ditingkatkan. Contoh dari hal ini adalah peluncuran menjelang akhir 2014 dari generasi baru set-top box HD milik Perusahaan, yaitu settop box hybrid dua arah interaktif dengan fungsi Android yang menawarkan fitur baru yang menarik bagi pelanggan, termasuk
televisi
catch-up,
video-on-demand,
integrasi
media sosial, fungsi pencarian suara dan akses ke aplikasi melalui toko aplikasi Android.
4.4
Mendorong
pendapatan
dari
klien
badan
usaha
yang
membebani platform canggih Perusahaan Jangkauan Jaringan Perusahaan yang telah ada di kota-kota Jabodetabek, dengan
Surabaya
kalangan
berdasarkan
MPA.
dan
kontribusi Pada
Bandung, PDRB
tanggal
daerah
tertinggi
30
Juni
metropolitan di Indonesia,
2014,
Perusahaan
memiliki sekitar 1.332 klien dalam bisnis DataComm, naik dari 495 klien per 31 Desember 2011. Selain belanja modal tambahan yang relatif rendah diperlukan untuk menyediakan layanan
kepada
klien
perusahaan,
Halaman 139 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan
juga
memanfaatkan jaringan yang melalui penggunaan komplementer antara pelanggan perumahan dan klien perusahaan. Hal ini mengakibatkan klien perusahaan mengkonsumsi sebagian besar data
mereka
pelanggan
sepanjang
perumahan
hari
berada
ketika pada
konsumsi
titik
di
antara
terendah.
Dengan
demikian, biaya operasional sehubungan dengan penggunaan kelebihan
kapasitas
Jaringan
bandwidth
pada
siang
hari
rendah. Perusahaan juga bermaksud untuk menerapkan strategi tambahan pasar
yang
meliputi:
perusahaan
keyakinan
besar
Perusahaan
meningkatkan
peningkatan di
untuk
meningkatkan
ada;
dan
Jabodetabek,
sebagian
penjualan
besar
produk dan
pendapatan
memberikan
target
dari
kualitas
klien
yang
belum
berdasarkan
dimanfaatkan;
memperluas pelanggan
layanan
pada
bandwidth yang
yang
sudah unggul
dibandingkan dengan pesaing sehingga mendapatkan loyalitas pelanggan. Perusahaan yakin strategi ini akan memberikan kontribusi
untuk
mempertahankan
rekam
jejak
yang
sangat
menguntungkan bagi DataComm yang akan terus didukung oleh Sales Team dan layanan komunikasi yang fokus. Perusahaan melalui
juga
Penjualan
berusaha Iklan
untuk nya.
memanfaatkan
Melalui
kemitraan
Jaringan dengan
penyedia konten TV, Perusahaan mampu menawarkan slot iklan untuk pengiklan baik di saluran internasional dan lokal untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu, Perusahaan juga telah mengembangkan solusi periklanan digital yang inovatif
Halaman 140 SNG92245/2
164137-0001
pada panduan program elektronik dan aplikasi TV interaktif. Pendapatan dari Penjualan Iklan tumbuh 28,4% dari Rp73.5 miliar untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 menjadi Rp94.3 miliar untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013. Perusahaan berkeyakinan bahwa tren secara keseluruhan dari pertumbuhan pendapatan dari Penjualan Iklan telah dicapai melalui solusi inovatif periklanan, slot iklan tambahan dan basis
pelanggan
yang
tumbuh
dengan
cepat,
semua
yang
membuat Jaringan sarana menarik iklan. Ke depan, Perusahaan bermaksud untuk terus meningkatkan Penjualan Iklan dengan berbasis pada peningkatan pelanggan dan kemampuannya untuk menawarkan solusi iklan bertarget.
4.5
Terus memusatkan perhatian pada efesiensi kerja guna
memaksimalkan keuntungan melalui skala Basis
pelanggan
besar
di
seluruh
Jaringan
meliputi
Jabodetabek, Surabaya dan Bandung, memberikan kesempatan kepada Perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari skala ekonomi
ketika
membuat
pembelian
dari
Jaringan
dan
peralatan konsumen pemasok. Hal ini memungkinkan Perusahaan untuk
membeli
meningkatkan
peralatan efisiensi
dengan belanja
biaya modal.
lebih
rendah,
Selain
itu,
Perusahaan telah melakukan investasi modal yang signifikan dalam
perolehan
kapasitas
bandwidth
internasional
yang
besar dari 180 Gbps, yang memungkinkan untuk memberikan
Halaman 141 SNG92245/2
164137-0001
layanan internet yang cepat dan handal sehingga memberikan keuntungan dan manfaat dari skala ekonomi. Biaya konten TV biasanya tergantung pada jumlah pelanggan Perusahaan umumnya,
yang
unsur
paketnya biaya
mencakup
akan
konten
berkurang
tersebut.
dengan
Pada
meningkatnya
jumlah pelanggan yang paketnya mencakup konten TV tersebut. Besarnya
jumlah
pelanggan
Perusahaan
memungkinkan
Perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari skala ekonomi, yang
secara
kecil
efektif
untuk
Perusahaan
membayar
setiap juga
biaya
pelanggan. berarti
konten
yang
Pertumbuhan
bahwa
semakin
pelanggan
Perusahaan
telah
mengembangkan suatu hubungan erat antara penyedia konten TV lokal dan internasional, memperkuat posisi negosiasi ketika mengadakan kontrak dengan pihak penyedia konten. Hal ini memungkinkan Perusahaan untuk menegosiasikan biaya konten yang lebih rendah dan manfaat tambahan, seperti peningkatan slot waktu yang dapat menjual kepada pengiklan pihak ketiga atau digunakan untuk iklan sendiri.
5
TENTANG PERUSAHAAN
5.1
Riwayat singkat
Perusahaan ini awalnya didirikan dengan nama PT Seruling Indah Permai pada tahun 1996 dan pada 20 April 2000 merubah namanya menjadi PT Link Net. Pada Juni 2011, Perusahaan mengakuisisi Jaringan dari First Media dan menjadi satu-
Halaman 142 SNG92245/2
164137-0001
satunya NGBB dan operator TV kabel berskala di Indonesia. Sebagai
bagian
dari
akuisisi
Jaringan,
Perusahaan
menandatangani Perjanjian Jangka Panjang tertentu dengan First
Media
meliputi,
antara
lain,
penggunaan
kekayaan
intelektual, kerjasama dengan FMTV untuk TV kabel Bisnis dan hal-hal operasional lainnya. Perusahaan sehubungan perdana
mengubah dengan
pada
status
menjadi
pencatatan
tahun
2014.
di
BEI
perusahaan dan
Perusahaan
ini
terbuka
penawaran
umum
secara
resmi
tercatat di BEI pada 2 Juni 2014 dengan kode saham “LINK”.
6
RANCANGAN DAN PERLUASAN JARINGAN
Perusahaan
ini
memberikan
layanan
broadband,
layanan
TV
Kabel dan komunikasi data melalui Jaringan canggih HFC, yang merupakan skala jaringan paling canggih di Indonesia. Jaringan rumah
memiliki
melintas
sekitar
di
1,1
juta,
Jabodetabek,
185.000
Surabaya,
dan
dan
21.000
Bandung,
masing-masing, pada 30 Juni 2014. Jaringan telah dirancang dan
dibangun
dengan
spesifikasi
yang,
berdasarkan
MPA,
sejalan dengan standar internasional yang ditetapkan oleh operator
terkemuka
di
Asia,
Eropa
dan
Amerika
Serikat.
Jaringan terdiri dari 7.000 kilometer kabel serat optik yang menghubungkan tiga headends besar di Jakarta, Surabaya dan Bali dengan 17 hub distribusi dan sekitar 3.600 nodes, dan 10.300 kilometer kabel koaksial yang menghubungkan node
Halaman 143 SNG92245/2
164137-0001
ke
rumah.
Jaringan
rasio
rendah
rumah
per
juga
telah
rumah-ke-node
node,
yang
dirancang
yaitu
merupakan
sekitar salah
untuk
memiliki
rata-rata
satu
360
terendah
di
dunia, berdasarkan MPA, memastikan layanan broadband yang konsisten, cepat dan handal di seluruh Jaringan. Perusahaan berkeyakinan
bahwa
rasio
rendah
rumah
ke
node
juga
memberikan fleksibilitas yang signifikan bagi Perusahaan untuk
meng-upgrade
ke
teknologi
FTTH,
yang
menurut
keyakinan Perusahaan dapat dicapai dengan kebutuhan belanja modal yang wajar, jika dan ketika komersial masuk akal untuk
melakukannya
dalam
jangka
menengah.
Inti
Jaringan
telah dirancang dengan cincin serat DWDM di tempat untuk secara otomatis dan cepat beralih rute dalam hal sebagian dari Jaringan inti rusak atau terputus, sehingga kehandalan jaringan yang tinggi dan rasio ketersediaan minimal 99,74% di semua layanan pada tahun 2013.
Halaman 144 SNG92245/2
164137-0001
Perluasan Jaringan Jaringan menyediakan layanan TV kabel pertama kali pada tahun 1999, layanan internet pada tahun 2000 dan layanan broadband
di
tahun
2007
sampai
2008.
Sejak
Juni
2011,
Perusahaan telah memulai program perluasan jaringan yang pesat dengan meningkatkan jumlah rumah dari 553.080 pada tanggal 30 Juni 2011 hingga 1,3 juta rumah pada 30 Juni 2014.
Pada
awalnya
Perusahaan
memfokuskan
diri
pada
pengembangan dan membangun benteng di Jabodetabek, namun mulai memperluas operasinya di Surabaya pada tahun 2012 dan Bandung (sehubungan dengan jasa broadband saja) menjelang akhir tahun 2013, mengenali peluang yang signifikan di dua
Halaman 145 SNG92245/2
164137-0001
wilayah metropolitan yang menarik. Perusahaan berkeyakinan bahwa
terdapat
permintaan
yang
permintaan kurang
laten
terlayani
yang
signifikan
yangmemberikan
dan
peluang
signifikan bagi Perusahaan untuk melanjutkan ekspansi yang cepat dan menguntungkan bagi Jaringan nya. Perusahaan akan menawarkan Layanan TV Kabel di Bandung setelah menerima persetujuan untuk melakukannya dari Menkominfo. Perusahaan mengharapkan untuk mendapatkan persetujuan ini pada akhir tahun
2014.
Perusahaan
menargetkan
untuk
meningkatkan
jumlah Home Passedsekitar 1,8 juta pada tahun 2016 yang berfokuskan
pada
daerah
cakupan
inti
di
Jabodetabek,
Surabaya dan Bandung. Perusahaan memiliki catatan signifikan atas rekam jejak, keterampilan,
keahlian,
karyawan
yang
berdedikasi
dan
sumber daya keuangan untuk melaksanakan rencana ekspansi pesat ini. Jaringan Peluncuran Tim Perusahaan, yang terdiri dari
sekitar
140
personil,
berfokus
pada
identifikasi
daerah yang menarik untuk ekspansi jaringan, mendapatkan izin
yang
diperlukan
dan
lisensi,
dan
merancang
dan
mengawasi pelaksanaan peluncuran Jaringan. Hal ini dipimpin oleh tim inti yang memiliki pengalaman yang signifikan dan rekam jejak, menggelar dan memperluas jaringan dengan lebih dari 250.000 rumah lewat di kedua 2012 dan 2013 Pekerjaan konstruksi dikontrakkan kepada kontraktor eksternal, dengan Jaringan Rollout Tim mengawasi semua aspek konstruksi dan
Halaman 146 SNG92245/2
164137-0001
membangun.
Mengingat
Perusahaan
peluang
mengharapkan
pasar
untuk
yang
berinvestasi
signifikan, sekitar
Rp1
triliun dalam program perluasan jaringan di tahun 2014, dan mempertahankan kecepatan investasi hakekatnya sama untuk mencapai tujuan yaitu sekitar 1,8 juta rumah melewati 2.016 (rata-rata
meningkat
sekitar
200.000
rumah
per
berlalu
tahun). Perusahaan arus kas yang kuat dari operasi yang ada memungkinkan dengan
Perusahaan
cepat.
untuk
Berdasarkan
terus
rencana
memperluas
dan
jaringan
pertumbuhan
saat
lintasan Perusahaan, Perusahaan mengharapkan bahwa belanja modal untuk ekspansi jaringan akan terutama didukung oleh arus kas dari operasi, dengan dana tambahan yang terbatas yang
dapat
ditarik
dari
fasilitas
pinjaman
yang
ada.
Ekspansi jaringan ini juga memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan tambahan, laba dan arus kas, yang pada
gilirannya
dapat
diinvestasikan
kembali
untuk
pertumbuhan lanjutan dari Jaringan.
Pendekatan peluncuran Jaringan Perusahaan
telah
mengembangkan
sebuah
model
yang
telah
terbukti dan terstruktur, dengan koordinasi yang signifikan antara Jaringan Tim Peluncuran, Tim Pemasaran, Tim Keuangan dan Tim Teknologi dan Teknis, untuk mencapai biaya efektif dan
peluncuran
yang
pesat.
Kemampuan
untuk
mengelola,
proses peluncuran berlapis yang memakan waktu memberikan
Halaman 147 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan keuntungan strategis yang sulit untuk ditiru. Sejak
perencanaan
Jaringan bulan
awal
lingkungan
sampai
sampai
tertentu
dua
belas
operasi
bisa
penuh,
peluncuran
berlangsung
bulan,
tergantung
dari
satu
dari
waktu
persetujuan eksternal dan izin. Untuk
mencapai
cepat
peluncuran
Jaringan
tetap
menjaga
disiplin keuangan, Jaringan Tim Peluncuran, Tim Pemasaran dan
Tim
Keuangan
memberikan
secara
kriteria
Jaringan
Tim
mencari
persetujuan
berkala
persetujuan
Peluncuran
untuk
internal
mengkoordinasikan
yang
akan
memperluas
memungkinkan
jaringan
tambahan.
dan
Kriteria
tanpa utama
meliputi (i) biaya per Home Passed adalah dalam jumlah maksimum yang disetujui dan (ii) wilayah ekspansi target memiliki campuran cukup menarik klasifikasi rumah tangga berdasarkan kriteria
sistem
tersebut
tertentu,
Jaringan
klasifikasi
milik
tidak
terpenuhi
Tim
Peluncuran
di
Perusahaan. daerah
lebih
Jika
ekspansi
lanjut
dapat
berkoordinasi dengan Tim Pemasaran dan Tim Keuangan untuk melakukan analisis yang lebih mendalam sebelum memutuskan dan melanjutkan ekspansi. Berikut ini adalah tahapan kunci dalam proses Jaringan peluncuran: a) Identifikasi Wilayah dan Survei Pasar Jaringan proses peluncuran biasanya dimulai dengan survei pasar
yang
mengidentifikasi
mendalam
dan
daerah
perencanaan,
yang
Halaman 148 SNG92245/2
164137-0001
paling
menarik
dengan untuk
memperluas jaringan tersebut. Selain informasi publik dan survei
lainnya,
Jaringan
Tim
Peluncuran
Perusahaan
menggunakan teknik survei miliknya, indikator kemakmuran rumah tangga dan kriteria seleksi yang telah dioptimalkan dari menganalisis informasi dan data dari ekspansi jaringan sebelumnya. Indikator kemakmuran rumah tangga eksklusif dan kriteria
seleksi
misalnya,
terdiri
ukuran
sekitarnya
dan
dari
rumah,
berbagai
penampilan
kepemilikan
faktor
termasuk,
lingkungan
kendaraan.
dan
Manajemen
berkeyakinan bahwa pengetahuan milik Perusahaan Jaringan peluncuran dan pemahaman yang kuat dari konsumen Indonesia merupakan pendorong utama keberhasilan, memungkinkan untuk ekspansi jaringan yang cepat dan menguntungkan sejak 2011. b) Permohonan Persetujuan dan Perizinan Setelah Perusahaan menyelesaikan proses identifikasi dan survei, itu berlaku untuk hak yang diperlukan dari cara, izin
lokal
masyarakat. biasanya
dan
persetujuan
Untuk
menjaga
mengidentifikasi
dari
pemerintah
laju
ekspansi,
beberapa
daerah
dan
Perusahaan
lingkungan
untuk
ekspansi dan berlaku untuk persetujuan yang diperlukan dan memungkinkan untuk beberapa lingkungan pada saat yang sama. Mendapatkan persetujuan dan izin yang diperlukan merupakan proses yang kompleks mengingat kebutuhan biasanya berurusan dengan beberapa lembaga dengan kepentingan yang berbeda dan reseptif terhadap membangun keluar. Kemampuan Perusahaan
Halaman 149 SNG92245/2
164137-0001
untuk
terlibat
kepentingan
dengan
beberapa
instansi,
pemerintah
daerah,
masyarakat
menyeimbangkan dan
pemangku
kepentingan lainnya merupakan faktor penting dalam mencapai perluasan jaringan yang berkelanjutan dan cepat. Kemampuan
konsisten
masyarakat
dan
Perusahaan
Perusahaan
membangkitkan
adalah
faktor
untuk
minat
lain
terlibat
besar
dalam
berkontribusi
dengan layanan terhadap
kemampuannya untuk mendapatkan persetujuan dan izin yang diperlukan dari komunitas tersebut. Perusahaan berinteraksi dengan
masyarakat
untuk
membangun
kesadaran
kedatangan
tertunda layanan Perusahaan ke daerah, melalui selebaran yang ditargetkan dan penggunaan kegiatan promosi, seperti dengan
mengemudi
mendirikan
stasiun
kendaraan
promosi
demonstrasi
dan
melalui
pementasan
area
dan
musik
dan
pertujukan magis. Anggota masyarakat juga didorong untuk menunjukkan minat mereka sebagai pelanggan potensial dan kemudian
dapat
dihubungi
ketika
jaringan
beroperasi
di
daerah itu. c) Rancangan dan Pembangunan Setelah
menerima
diperlukan,
Perusahaan
melaksanakan teknis
semua
peluncuran
Perusahaan
dan
persetujuan
dan
kemudian
mulai
Jaringan
melalui
kontraktor
pihak
izin
yang
merancang
dan
aanggota
tim
ketiga.
Setelah
menyelesaikan konstruksi dan aktivasi, tangan Jaringan Tim Peluncuran atas infrastruktur jaringan baru untuk Teknologi
Halaman 150 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan dan Tim Teknik untuk operasi dan pemeliharaan. Perusahaan percaya bahwa pengalaman yang signifikan dalam manajemen proyek untuk Jaringan peluncuran memastikan bahwa ekspansi sesuai
jaringan anggaran,
mencapai
ditargetkan yang
pertumbuhan
selesai
memungkinkan yang
konsisten
tepat
waktu
Perusahaan dan
dan untuk
laba
atas
investasi. Tim Pemasaran berkoordinasi erat dengan Jaringan Rollout Tim melalui proses peluncuran Jaringan, yang diawali dengan keterlibatan
masyarakat
selama
tahap
permohonan
sampai
mikro-pemasaran yang mengarah ke aktivasi. Menggambar pada pengalaman yang signifikan dan rekam jejak panjang ekspansi jaringan,
Perusahaan
telah
mampu
mencapai
cepat
ramp-up
penetrasi pelanggan seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah “Strategi” ayat 4.2 di bagian saat ini.
7
PRODUK
Usaha Perusahaan meliputi: (i) layanan NGBB bawah merek FastNet, diarahkan pada pelanggan perumahan; (ii) Layanan TV kabel dengan merek HomeCable, diarahkan pada pelanggan perumahan;
(iii)
perusahaan
dengan
perusahaan;
dan
komunikasi merek
(iv)
data
DataComm,
Iklan
dan
layanan
diarahkan
Penjualan
pada
dukungan
pada
klien
platform
TV
Perusahaan kabel. Perusahaan ini berfokus pada pelanggan residensial. Berlangganan, penggunaan dan penerimaan lain
Halaman 151 SNG92245/2
164137-0001
dari rekening nasabah perumahan Perusahaan membuat sebagian besar pendapatan Perusahaan dengan sekitar 79% dan 82% dari pendapatan
Perusahaan
berasal
dari
pelanggan
ini
selama
tahun 2013 dan paruh pertama 2014, masing-masing. Salah satu strategi bisnis inti Perusahaan adalah untuk menawarkan
layanan
broadband
dan
layanan
TV
kabel
ke
pelanggan perumahan dalam bundel, sebagai “Combo” paket. Perusahaan
berkeyakinan
bahwa
paket
Combo
ini
mewakili
proposisi nilai yang jelas kepada pelanggan, karena mereka menawarkan
kenyamanan
yang
menerima
NGBB
dan
TV
kabel
berkualitas tinggi dari penyedia layanan tunggal, dan pada harga
yang
lebih
berlangganan
rendah
terpisah.
dibandingkan
Berdasarkan
dengan
MPA,
layanan
tingkat
churn
Perusahaan adalah salah satu yang terendah di broadband Indonesia dan membayar pasar TV, yang menurut keyakinan Perusahaan adalah fungsi dari bundling paket Combo, serta NGBB
korban
superior
dan
dibedakan
TV
menawarkan
kabel
dengan inovasi yang signifikan dan pilihan terluas saluran HD.
7.1
Pelanggan rumah tangga
Mayoritas pelanggan perumahan Perusahaan tinggal di unit hunian tunggal, yaitu sebuah bangunan yang ditempati oleh hanya
satu
prevalensi
rumah
tangga
bangunan
atau
seperti
keluarga,
di
Halaman 152 SNG92245/2
164137-0001
sejalan
lingkungan
makmur
dengan dalam
wilayah
cakupan
perumahan
inti
Perusahaan
Perusahaan. berada
Sisa
dalam
dari
pelanggan
multi-unit
hunian,
seperti apartemen. Dalam kasus unit tunggal yang tinggal, Perusahaan memiliki mil terakhir dari kabel dari node ke rumah pelanggan. Adapun pelanggan dalam unit multi tinggal, Perusahaan
biasanya
melakukan
kontrak
dengan
perusahaan
manajemen unit multi-hunian untuk memungkinkan Perusahaan untuk memasang peralatan dan menyediakan akses ke layanan. Pelanggan perumahan berlangganan secara bulanan, membayar untuk layanan satu bulan di muka. Mereka membayar tagihan bulanan yang terdiri dari tiga unsur: (i) harga paket; (ii) biaya set-top box sewa; dan (iii) untuk broadband saja atau Combo pelanggan paket, biaya sewa modem kabel. Pelanggan perumahan cara,
dapat
termasuk
membayar dengan
tagihan
kartu
mereka
kredit,
dengan
dengan
berbagai
menggunakan
internet atau layanan perbankan mobile dan melalui anjungan tunai mandiri. Metode pembayaran memiliki dampak pada churn pelanggan, dengan pelanggan perumahan membayar dengan kartu kredit memiliki tingkat churn terendah. Proporsi pembayaran dengan seiring
kartu dengan
kredit
telah
meningkatnya
di
kecenderungan
penetrasi
Indonesia.
Halaman 153 SNG92245/2
164137-0001
kartu
meningkat, kredit
di
FastNet Perusahaan perumahan
menawarkan tetapnya
layanan
melalui
NGBB
Jaringan
untuk
pelanggan
canggih.
Wilayah
layanan inti dari jaringan adalah Jabodetabek, Surabaya dan Bandung. Jaringan hampir sepenuhnya DOCSIS 3.0 diaktifkan, yang
memungkinkan
Perusahaan
untuk
menawarkan
kecepatan
download broadband hingga 100 Mbps ke hampir seluruh rumah melewati seluruh jaringan. Akibatnya, Perusahaan menjadi operator
pertama
di
Indonesia
yang
menawarkan
100
Mbps
kecepatan broadband untuk pelanggan perumahan pada tahun 2013. Saat
ini,
layanan
Perusahaan
broadband
menawarkan
(“FastNet
empat
tingkatan
Ultimate”,
mandiri
“FastNet
Tak
Terbatas”, “FastNet Commerce” dan “FastNet SOHO”), salah satu
standalone
tingkat
layanan
TV
kabel
(“HomeCable
Ultimate HD”) dan lima tingkatan layanan broadband dalam paket Combo nya (“Family HD”, “D’Lite HD”, “Elite HD”, “Maha
HD”
broadband
dan
“Maxima
mulai
dari
HD”), 1
Mbps
dengan
kecepatan
(“Keluarga
HD”)
download 100
Mbps
(“FastNet Tak Terbatas”). Pengguna broadband telah menjadi semakin canggih dan sekarang menuntut bandwidth yang lebih tinggi dan kecepatan untuk mengakses website dengan grafis berat
dan/atau
berkecepatan
konten
tinggi,
video. FastNet
Sejak
meluncurkan
telah
berhasil
Halaman 154 SNG92245/2
164137-0001
layanan
dikonversi
sebagian besar pelanggan baru dan yang sudah ada broadband untuk tingkatan kecepatan yang lebih tinggi. Pelanggan
perumahan
dikenakan
biaya
bulanan
flat
yang
bervariasi dengan kecepatan berlangganan untuk, dan semua paket layanan broadband menawarkan penggunaan tak terbatas. Perusahaan
ini
bertujuan
untuk
membedakan
dirinya
baik
melalui kecepatan broadband cepat dan keandalan layanan. Kecepatan broadband yang cepat dibandingkan dengan pilihan alternatif
yang
terbatas
di
pasar
broadband
menyebabkan
penetrasi yang kuat dan pertumbuhan basis pelanggan FastNet ini. Pada
tanggal
30
Juni
2014,
FastNet
tersedia
layanan
broadband kepada lebih dari 357.000 pelanggan atau 27% dari Home Passed dan dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 dihasilkan
sebuah
ARPU
Rp219,944,
dibandingkan
dengan
Rp206,471 untuk enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013. HomeCable Perusahaan ini menawarkan Layanan kabel TV, yang mencakup program berlangganan dan konten dari penyedia pihak ketiga video-on-demand
di
bawah
merek HomeCable
nya.
HomeCable
adalah satu-satunya operator TV kabel berskala di Indonesia dengan sekitar 328.000 pelanggan per 30 Juni 2014 basis pelanggan HomeCable telah berkembang terus sejak Juni 2011. Dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014, HomeCable dihasilkan
sebuah
ARPU
Rp183,049,
Halaman 155 SNG92245/2
164137-0001
dibandingkan
dengan
Rp150,896 untuk enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 dan untuk
tahun
dihasilkan
yang
berakhir
sebuah
ARPU
31
Desember
Rp151,095,
2013,
HomeCable
dibandingkan
dengan
Rp150,357 untuk tahun sebelumnya. Berkelanjutan sistem upgrade Perusahaan untuk sepenuhnya mengaktifkan
870
MHz
spektrum
bandwidth
yang
terus
meningkatkan kapasitas saluran yang tersedia. Pada tanggal 31 Juli 2014, HomeCable menawarkan 120 saluran SD nasional dan internasional, 60 saluran HD nasional dan internasional dan
1
channel
3D.
Paket
yang
dirancang
untuk
menarik
keluarga menyediakan campuran berkualitas tinggi anak-anak, pendidikan, hiburan, berita, musik, gaya hidup, film dan program olahraga. Konten program Sumber Perusahaan dan menyiarkan berbagai saluran TV lokal dan
internasional,
seperti
Discovery
Channel,
Disney
Channel, HBO, FOX, Star World, NBA TV, CNN International, Berita Satu, Indosiar dan ANTV dan sejumlah kecil saluran radio
dan
juga
telah
disiarkan
hak
Liga
Inggris
yang
populer. Sebagai
pemilik
canggih
dari
dan
skala
operator di
dari
Indonesia,
jaringan Perusahaan
yang
paling
diposisikan
secara unik untuk memimpin inovasi di sektor TV berbayar, menawarkan pilihan yang luas dari saluran HD dan layanan nilai
tambah
lainnya.
Perusahaan
Halaman 156 SNG92245/2
164137-0001
menyediakan
penyedia
konten
kesempatan
untuk
menampilkan
program
mereka
pada
platform yang paling maju dan inovatif di Indonesia, secara signifikan
menarik
minat
mereka
dalam
bekerja
dengan
kabel
melalui
Perusahaan. Perusahaan perjanjian berbagai
sumber-sumber distribusi penyedia
TV
nya
konten
dan
layanan
Program
konten
TV
lokal
teknis
dan
dengan
internasional.
Perjanjian ini terbarukan dan berlaku untuk jangka waktu tertentu, biasanya berkisar antara satu sampai tiga tahun. Perjanjian tertentu memungkinkan Perusahaan untuk berbagi waktu
komersial
dan
beberapa
memerlukan
penempatan
uang
jaminan kepada pemasok program. Perusahaan membayar biaya bulanan untuk penyedia konten. Biasanya biaya tersebut dihitung dalam satu dari tiga cara: (i) Perusahaan membayar biaya dasar ditambah biaya tambahan per pelanggan yang memiliki hak untuk menerima konten; (ii) Perusahaan membayar biaya per pelanggan yang memiliki hak untuk menerima konten, dikenakan biaya minimum; atau (iii) Perusahaan membayar biaya tetap. Sesuai dengan kontrak tersebut penyedia konten menyediakan Perusahaan dengan jumlah tertentu menit per jam airtime. Perusahaan dapat menggunakan menit ini untuk mempromosikan saluran kasus,
lain
atau
Perusahaan
produk dapat
broadband
menjual
dan,
menit
dalam
ini
kepada
ketiga sebagai bagian dari Iklan Penjualan nya.
Halaman 157 SNG92245/2
164137-0001
beberapa pihak
Perusahaan memiliki perjanjian dengan sekitar 44 penyedia konten, termasuk: HBO Pacific Partners, vof, Walt Disney Company
(Southeast
Channel,
ESPN
Star
Asia)
Pte.
Sports
and
Ltd,
Fox
Discovery
International Networks
Asia-
Pacific Pte. Ltd Interactive TV Perusahaan ini menawarkan pelanggan dilengkapi dengan kotak set-top
interaktif
pilihan
untuk
menggunakan
beberapa
layanan interaktif. Selain layanan seperti catatan Program dan catch-up TV, Perusahaan menawarkan transaksional videoon-demand, yang memungkinkan pelanggan untuk memesan film terbaru dan acara televisi, membayar per transaksi. Selain itu,
Perusahaan
telah
mengembangkan
sebuah
aplikasi
interaktif yang disebut Multimedia Rumah Platform (“MHP”) dengan
pemrograman
berbasis
Java
tertanam
dalam
set-top
box. MHP adalah dasar untuk mengembangkan aplikasi lain untuk
memberikan
seperti
informasi
nilai
tambah
cuaca,
bagi
update
pelanggan bursa,
HomeCable,
permainan
dan
pemantauan lalu lintas. Pada 2013 Perusahaan meluncurkan sebuah aplikasi interaktif untuk saluran sepak bola yang disebut “Sepakbola Liga Super Application”.
Aplikasi
ini
dirancang
untuk
mendukung
promosi saluran sepak bola baru HomeCable ini, Bein Sport 1 dan Bein Sport 2 Aplikasi terbuka bila pelanggan menekan tombol merah pada remote control saat menonton dua saluran
Halaman 158 SNG92245/2
164137-0001
olahraga ini dan memberikan informasi sepak bola seperti tabel liga, jadwal pertandingan, hasil terakhir dan garis tim
up.
Aplikasi
ini
juga
memiliki
kuis
sepak
bola
interaktif setiap hari, yang pelanggan dapat berpartisipasi dalam melalui akun Twitter HomeCable ini. Menjelang
akhir
2014
Perusahaan
diharapkan
dapat
meluncurkan generasi berikutnya HD set-top box, dua arah hibrida interaktif set-top box dengan fungsi Android yang menawarkan fitur baru yang sangat menarik bagi pelanggan, termasuk
televisi
catch-up/video
on
demand
,
integrasi
media sosial, fungsi pencarian suara dan akses ke aplikasi melalui toko aplikasi Android. TV Anywhere Pada bulan Februari 2014 Perusahaan adalah penyedia layanan TV berbasis langganan pertama di Indonesia yang menawarkan pelanggannya melalui hingga
layanan
perangkat 50
saluran
dengan
pribadi, TV
mana
mereka
seperti
berdasarkan
dapat mengakses
ponsel paket
atau
tablet,
HomeCable
yang
mereka pilih untuk berlangganan. Ini adalah layanan nilai tambah
dimana
Perusahaan
menawarkan
kepada
para
pelanggannya.
Layanan bundling Perusahaan saat ini menawarkan lima jenis layanan paket dalam paket Combo nya: “Maxima HD”, “Maha HD”, “Elite HD”,
Halaman 159 SNG92245/2
164137-0001
“D’Lite HD” dan “Family HD”, dalam rangka penurunan tingkat layanan dan harga. Harga per bulan (per Nama Paket
Uraian
30 Juni 2014)(Rp)
Maxima
Menargetkan
Combo HD
yang lebih memilih paket
pelanggan 1,479,000
hiburan penuh dan adalah pengguna
berat
hiburan
layanan digital,
khususnya
broadband.
Muncul dengan kecepatan hingga 32 Mbps, 101 SD dan 51 saluran HD. Supreme
Target
pelanggan
Combo HD
mencari
akses
NGBB
dan
yang 689,000
penuh
ke
berbagai
saluran TV kabel. Muncul dengan kecepatan hingga 16 Mbps, dengan 100 SD dan 51 saluran HD.
Halaman 160 SNG92245/2
164137-0001
Harga per bulan (per Nama Paket
Uraian
Elite
Target
Combo HD
biasa
30 Juni 2014)(Rp) pelanggan pengguna
yang 469,000
layanan
broadband dan TV kabel. Muncul dengan kecepatan hingga
10
Mbps,
dengan
85 SD dan 39 saluran HD. D’Lite
Target
Combo HD
baru
pelanggan untuk
hiburan
layanan
digital
mencakup
dan
berbagai
saluran populer.
yang 339,000
dan Muncul
layanan dengan
kecepatan hingga 6 Mbps, dengan
73
SD
dan
29
saluran HD.
Halaman 161 SNG92245/2
164137-0001
Harga per bulan (per Nama Paket
Uraian
Family
Menargetkan
Combo HD
yang lebih memilih paket dasar,
30 Juni 2014)(Rp) pelanggan 169,000
yang
dirancang
untuk memenuhi kebutuhan layanan hiburan digital sehari-hari.
Muncul
dengan kecepatan hingga 1 Mbps, dengan 63 SD dan 19 saluran HD.
7.2
Klien badan usaha
DataComm Perusahaan
difokuskan
pada
pengembangan
penawaran
untuk
klien perusahaan, yang saat ini terdiri dari komunikasi data dan layanan dukungan perusahaan lain di bawah merek DataComm nya. Perusahaan merupakan salah satu layanan penyedia komunikasi data
yang
Layanan
mengarah
menawarkan
tambahan
bagi
bandwidth penggunaan menggunakan
yang
ke
komunitas
kepada
Perusahaan ada
klien dan
bandwidth
kecil
164137-0001
Perusahaan
pelanggan selama
Halaman 162 SNG92245/2
di
perusahaan
memanfaatkan
kapasitas
komplementer
bisnis
jam
Indonesia. drive
tarif
jaringan
dan
karena
pola
perumahan, kerja
dan
yang klien
perusahaan yang menggunakan sebagian besar bandwidth mereka selama jam kerja. Untuk klien perusahaan yang membutuhkan kecepatan seperti
tinggi
BEI,
dan
koneksi
Perusahaan
data
berkualitas
berkeyakinan
memiliki
tinggi, kemampuan
untuk menyediakan lebih dari 99,95% dalam hal ketersediaan jaringan
secara
keseluruhan
dan
kehandalan.
DataComm
memiliki sekitar 40 staf yang berdedikasi penjualan dan menyediakan
pelanggan
dengan
akses
ke
berbagai
layanan
konektivitas termasuk internet untuk cabang kota, arahkan ke protokol point untuk koneksi node, kapasitas backhaul telekomunikasi, perusahaan TV untuk industri perhotelan dan sirkuit leased swasta internasional. Layanan DataComm sebagian besar terfokus pada Jabodetabek, Surabaya dan Bandung, dan, pada tingkat lebih rendah, di Bali, di mana ia menargetkan hotel dan restoran industri. DataComm
akan
terus
memperluas
jaringan
Multi-Protocol
Layer Switching (“MPLS”) di kawasan pusat bisnis Jakarta untuk mendorong penetrasi dan dukungan ARPU yang 14,7 juta per bulan per 30 Juni 2014 Medium untuk perusahaan besar Target pelanggan inti, termasuk lembaga keuangan, sekolah dan hotel - mayoritas hotel berbintang 5 di Jabodetabek yang terhubung ke Jaringan. Pada tanggal 30 Juni 2014, DataComm memiliki 1.332 perusahaan klien dan 2027 koneksi di
Jabodetabek,
Surabaya,
Bandung
dan
Bali,
dengan
95
gedung perkantoran yang terhubung dengan serat langsung ke
Halaman 163 SNG92245/2
164137-0001
Jaringan nya. Perusahaan telah lebih dari dua kali lipat jumlah klien perusahaan sejak 2011, meningkat dari 495 pada 31 Desember 2011, untuk 794 pada tanggal 31 Desember 2012, untuk 1160 pada tanggal 31 Desember 2013 dan 1332 pada 30 Juni
2014
berdasarkan dengan
DataComm
ketersediaan
menyediakan
perusahaan meningkatkan
telah
mil
sebagai
memenangkan bandwidth
terakhir
koneksi
kecepatan
dan
klien
kehandalan
Perusahaan
serat,
keseluruhan
perusahaan
untuk
dengan
layanan.
dan klien
demikian
Selain
itu,
pelanggan yang didukung oleh 24 jam NOC dan perusahaan dukungan khusus. Perusahaan klien DataComm ini membeli layanan komunikasi broadband dan data lain dalam paket yang telah disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan harga sesuai. Kontrak ini biasanya untuk periode awal dari satu sampai dua tahun dan akan diperpanjang secara otomatis setelah berakhirnya masa
awal,
atau
dapat
dibatalkan
dengan
pemberitahuan
sebelum berakhirnya kontrak satu bulan. Pelanggan membayar pembayaran instalasi dan pembayaran berlangganan bulanan. Kedua
pembayaran
setelah
jatuh
penerimaan
tempo
tagihan.
pada
dua
Meskipun
minggu kontrak
terakhir secara
individual disesuaikan, klien perusahaan biasanya membayar biaya instalasi untuk biaya pemasangan peralatan dan biaya bulanan
di
muka
untuk
menggunakan
layanan
Perusahaan.
Perusahaan ini biasanya di bawah kewajiban untuk menjaga
Halaman 164 SNG92245/2
164137-0001
layanan
komunikasi
dan
membuat
perbaikan
yang
tepat,
meskipun klien perusahaan membayar biaya perbaikan untuk gangguan
pada
peralatan
yang
disebabkan
oleh
kelalaian
mereka sendiri. Pelanggan
DataComm
dibebankan
pasar
tingkat
kompetitif
untuk layanan broadband, dengan harga berdasarkan kapasitas bandwidth
berlangganan
untuk.
DataComm
menawarkan
klien
enterprise empat pilihan paket layanan: Nama Paket HDIPA
Uraian (High Target klien perusahaan yang membutuhkan
Dedicated
data
yang
cepat
dan
pertukaran
Internet Protocol komunikasi dalam proses bisnis mereka. Access)
Fitur
seperti
pemanfaatan,
bandwidth
pelaporan
bandwidth-on-demand,
delapan alamat IP statis gratis, serta konversi dari serat untuk konektor RJ-45 Ethernet. Leased
Line Target klien perusahaan yang membutuhkan
Services
(FO- pertukaran data terpadu dan komunikasi
LINK)
hubungan antara beberapa kantor.
Halaman 165 SNG92245/2
164137-0001
Nama Paket CIS
Uraian
(Corporate Target klien perusahaan yang membutuhkan
Internet Sharing) kecepatan data yang disesuaikan dengan kebutuhan
bisnis
mereka.
Layanan
ini
sangat cocok untuk bisnis skala menengah dengan anggaran terbatas. International
Target klien perusahaan yang membutuhkan
MPLS
koneksi
internasional
antara
kantor
regional mereka. Persentase dari total pendapatan disebabkan sepuluh klien perusahaan
terbesar
Perusahaan
gabungan
kurang
dari
5%
untuk tahun 2013 Perusahaan memiliki atas klien perusahaan kualitas di berbagai industri, termasuk Kompas Gramedia, Unilever,
Lippo
Group,
WPP,
PT
Bank
Central
Asia
Tbk,
Antam, PT Bank CIMB Niaga Tbk, NSIAPay, dan juga Bursa Efek Indonesia (Indonesian Stoc Exchange) yang DataComm adalah satu-satunya penyedia layanan internet untuk pasar modal terintegrasi jaringan perdagangan dan yang telah menerima layanan
internet
untuk
modal
pasar
jaringan
perdagangan
yang terintegrasi melalui jaringan sejak tahun 2002. Pendapatan
Perusahaan
dari
DataComm
tumbuh
pada
CAGR
sebesar 43,9% antara tahun 2011 dan 2013, dengan pendapatan meningkat dari Rp91.6 miliar menjadi Rp147.0 miliar menjadi Rp190.5 miliar untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011, 2012 dan 2013, masing-masing. Dalam enam bulan pertama 2014
Halaman 166 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan mencatat Rp109.7 miliar dalam pendapatan, yang mencerminkan pertumbuhan 26,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dalam beberapa tahun ke depan, Perusahaan
berkeyakinan
akan
ada
pertumbuhan
yang
signifikan dalam bisnis DataComm sebagai bisnis yang lebih Indonesia mulai menuntut komunikasi data semakin canggih dan layanan manajemen informasi. Saat
ini,
pasar
DataComm
yang
ada
dimanfaatkan Perusahaan
hanya
mencerminkan
besar
ini
menangkap
yang
komunitas
bisa
bertujuan
sebagian
dilayani
untuk
kecil
bisnis oleh
memperkuat
dari belum
DataComm.
posisi
pasar
DataComm untuk, dan menjadi bisnis penyedia komunikasi data terkemuka
di,
Jabodetabek,
Surabaya
dan
Bandung
melalui
rencana berikut:
meningkatkan layanan DataComm dan penawaran produk untuk bersaing
dengan
kebutuhan
kemajuan
manajemen
data
teknologi dan
dan
perubahan
telekomunikasi
klien
enterprise;
terus
peluncuran
bisnis
Jakarta
jangkauan
dan
jaringan
kota-kota
lain
MPLS
di
termasuk
kawasan
Surabaya,
Bandung dan Bali; dan
bermitra dengan operator internasional untuk menyediakan layanan koneksi global leverage pada koneksi kabel bawah laut Perusahaan.
Halaman 167 SNG92245/2
164137-0001
Penjualan Iklan Perusahaan tertentu
menjual
waktu
iklan
Iklan”)
(“Penjualan
pada ke
saluran
HomeCable
berbagai
perusahaan
nasional, regional dan lokal serta ruang iklan digital pada panduan
program
Perusahaan. klien.
Ini
elektronik memiliki
Perusahaan
dan
enam
TV
interaktif
biro
berkeyakinan
iklan
bahwa
aplikasi
besar
sebagai
pengiklan
bisnis
menemukan berbagai saluran HomeCable yang menarik karena memungkinkan bisnis untuk mencapai Rumah Tangga A dan Rumah Tangga B di Jabodetabek, Surabaya dan Bandung dengan iklan terfokus. Berdasarkan MPA, industri periklanan di Indonesia telah
menyaksikan
tahun
terakhir
pertumbuhan
dan,
yang
khususnya,
cepat
dalam
industri
beberapa
periklanan
TV
dihasilkan Rp16,625 miliar dari pendapatan tahun 2013 dan diperkirakan
akan
tumbuh
ke
Rp21,618
miliar
pada
tahun
2015, pada CAGR suatu dari 14%. Meskipun FTA TV diharapkan dapat menangkap sebagian besar kolam renang pendapatan ini, Perusahaan berkeyakinan HomeCable menyediakan jalan yang kredibel
untuk
pengiklan
yang
ingin
menargetkan
segmen
tertentu dari pasar, terutama konsumen yang lebih makmur yang pelanggan TV kabel. Perusahaan
telah
mengalokasikan
sebagian
dari iklan
air
time untuk setiap jam waktu siaran, di mana ia menempatkan iklan
pelanggan
penjualan.
‘untuk
Perusahaan
menghasilkan
saat
ini
menjalankan
Halaman 168 SNG92245/2
164137-0001
pendapatan iklan
iklan di
27
saluran
internasional
berbeda
dan
menyertakan seperti
selama
produk. nama
Its
domestik
Unilever,
lebih
pelanggan dan
Procter
dari
&
200
merek
yang
Iklan
Penjualan
internasional
terkemuka
Gamble,
Honda,
Samsung,
Nutrifood, Japfa dan Optik Tunggal. Berbagai saluran yang ditawarkan oleh Perusahaan memungkinkan untuk menawarkan segmen
pelanggan
yang
berbeda
sehingga
pengiklan
dapat
menargetkan iklan tepat. Iklan Penjualan tumbuh pada tingkat 28,4% antara tahun 2012 dan 2013, menghasilkan Rp94.3 miliar atau 5,7% dari total pendapatan Perusahaan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013.
8
PENJUALAN DAN PEMASARAN
8.1
Strategi pemerekan
Keinginan perusahaan adalah untuk menjadi pilihan pertama untuk
layanan
broadband,
televisi
dan
media
dan
untuk
mengubah kehidupan konsumen Indonesia dengan menyediakan layanan yang inovatif dan luar biasa, memenuhi kebutuhan dan
gaya
hidup
mereka.
Untuk
mencapai
tujuan
ini,
Perusahaan merek strategi berfokus pada:
terus memimpin dalam inovasi produk: di pasar broadband, Perusahaan
bermaksud
kepemimpinannya dengan
kecepatan
dengan
untuk menyediakan
tertinggi
di
Halaman 169 SNG92245/2
164137-0001
mempertahankan jaringan
pasar
berskala
Indonesia
untuk
memenuhi tuntutan pertumbuhan data konsumen tech savvy. Dengan
memberikan
penawaran
lebih
sebagai
sebuah
industri terkemuka saluran HD, saluran 60 HD Perusahaan (pada
tanggal
31
Juli
2014)
dibandingkan
dengan
kompetitor lain dan yang paling pernah ditawarkan di TV mana
saja
pada
layanan
multi-screen.
Konten
yang
memimpin pasar tersebut dapat dikaitkan dengan Jaringan Perusahaan
berkapasitas
tinggi
870
MHz
yang
canggih
(sepenuhnya 870 MHz sesuai pada akhir kuartal pertama 2015) dan saluran hubungan yang
kuat terhadap
sumber.
yang
Paket
bundle
Perusahaan
konten
bervariasi
yang
mengkombinasikan produk layanan broadband dan TV kabel juga menawarkan nilai yang signifikan bagi pelanggan dan terus menerus diperbarui untuk meningkatkan pengalaman pelanggan;
kemitraan strategis dengan merek terkemuka: Perusahaan telah menandatangani sejumlah kemitraan strategis dengan industri
terkemuka
konsumen,
elektronik,
lembaga
keuangan rumah dan merek peritel lokal. Dengan melakukan berbagai inisiatif co-branding dengan perusahaan seperti Samsung,
LG,
Nescafe,
VISA,
Citibank
dan
Hartono
Elektronika, Perusahaan telah memperkuat merek dan akan terus
melakukannya
dengan
kemitraan
saling menguntungkan di masa depan; dan
Halaman 170 SNG92245/2
164137-0001
strategis
yang
manajemen
segmen
Perusahaan berdasarkan yang
dan
wawasan
melakukan
analisis
(berdasarkan
pelanggan)
segmen
untuk
loyalitas
pelanggan
Perusahaan
ini
berbasis
penjualan
konsumen
mendorong
dan
menawarkan
pelanggan: segmen
atau
vintage
ARPU,
membangun
mengembangkan
branding.
identifikasi
pengguna
unik
yang disebut “ID Pertama” sebagai single sign-on untuk pengalaman untuk
pelanggan
secara
mulus
efisien
-
memungkinkan
mengelola
akun
pelanggan
mereka
melalui
“MyFirstMedia” layanan online dan juga mengakses laman layanan konten video online streaming milik First Media, “Firstmedia dipimpin
Live”.
oleh
Pendekatan-segmen
paket
Perusahaan
yang
berbasis dibundel
juga dengan
layanan NGBB dan Jasa TV Kabel, mewakili nilai proposisi yang menarik dan berbeda bagipelanggan. Hal ini dapat terlihat dari NGBB yang berkualitas tinggi dan layanan TV kabel premium, yang ditawarkan bersama-sama melalui penyedia tunggal, yang mendukung pertumbuhan pelanggan, loyalitas pelanggan dan potensi peningkatan penjualan. Inisiatif istilah
merek
“layanan
baru yang
Perusahaan luar
dapat
biasa”
dirumuskan
yang
menjadi
dengan slogan
pemasaran kunci bagi Perusahaan pada tahun 2013. Slogan ini bukan hanya slogan pemasaran, namun juga standar Perusahaan yang telah ditetapkan dalam melaksanakan layanan layanan dan memberikan kepuasan pelanggan. Kata “layanan” adalah
Halaman 171 SNG92245/2
164137-0001
kata kunci yang mengingatkan Perusahaan untuk tidak hanya fokus pada pengembangan produk-produk inovatif baru untuk membawa ke pasar, tetapi juga untuk memperhatikan daerah layanan lain seperti keunggulan operasional dan membangun hubungan
pelanggan
yang
kuat
melalui
kualitas
layanan
pelanggan. Perusahaan
ingin menciptakan merek Total gaya hidup bagi
pelanggan
residensial,
broadband
Perusahaan
yang dan
mewakili
pendapatan
sekitar
88%
dari
berbasis
TV
Kabel
(untuk periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014), dengan
menyediakan
“luar
biasa”
komunikasi
dan
hiburan
jasa. Strategi merek Perusahaan adalah untuk menciptakan merek gaya hidup yang kuat yang identik dengan kebutuhan pelanggan. menjadi
Merek
bagian
FastNet
integral
dan dari
HomeCable kehidupan
bertujuan
untuk
sehari-hari
bagi
pelanggan dan mencerminkan kehandalan layanan, kenyamanan dan akses cepat ke informasi. Secara khusus, strategi merek untuk
FastNet
adalah
untuk
mengasosiasikannya
dengan
layanan broadband cepat, terjangkau dan sederhana. Fitur inti
ini
diperkuat
oleh
citra
dan
slogan-slogan
yang
digunakan dalam bahan iklan perusahaan. Perusahaan menyediakan semua produk di bawah “First Media” merek/nama
sesuai
dengan
haknya
berdasarkan
Perjanjian
Merek Pemanfaatan. Perusahaan memiliki hubungan panjang dan didirikan
dengan
First
Media;
Nama
Halaman 172 SNG92245/2
164137-0001
merek
ini
mapan
di
Indonesia dan, sebagai hasilnya, Perusahaan tidak memiliki rencana
untuk
phase
out
produk
ini
atau
berhenti
menggunakan First Media merek/nama dalam jangka pendek dan menengah.
Namun
memperbaharui
demikian,
Perjanjian
jika
Perusahaan
Pemanfaatan
Merek
tidak
dapat
pada
2031,
ketika sudah diatur untuk berakhir, Perusahaan berkeyakinan akan memiliki lead time yang cukup untuk transisi ke merek baru. Hubungan
Perusahaan
memungkinkan
untuk
dengan melakukan
mitra co-brand
strategis dengan
juga
industri
terkemuka dan merek-merek elektronik rumah tangga, seperti Samsung, LG dan Nescafé dan untuk menawarkan produk promosi khusus melalui kemitraan dengan lembaga keuangan, penyedia kartu kredit dan pengecer lokal, seperti Visa, ANZ Bank, Citibank,
Bank
Central
Asia,
Hartono
Elektronika
dan
Dukomsel. DataComm
bertujuan
untuk
memungkinkan
perusahaan
untuk
mengakses, bergerak, proses dan mengelola data dalam jumlah besar dengan cepat dan aman. Merek DataComm diposisikan sebagai merek premium untuk menarik klien perusahaan cerdas yang memerlukan layanan premium dan kualitas produk layanan bisnis mereka.
Halaman 173 SNG92245/2
164137-0001
8.2
Strategi pemasaran
Target utama basis konsumen Perusahaan terdiri dari
Rumah
Tangga A dan Rumah Tangga B dengan kenaikan tambahan dari penjualan ke Rumah Tangga C1. Strategi pemasaran Perusahaan difokuskan pada promosi, kecanggihan superior dari jaringan NGBB yang unggul pada segmen ini, dalam konteks di mana jaringan
ADSL
bersaing
mengiklankan
kecepatan
maksimum
hingga 3 Mbps, dibandingkan dengan penawaran paket saat ini Perusahaan hingga 100 Mbps. Perusahaan berkeyakinan bahwa Jaringan
adalah
yang
pertama
yang
menawarkan
kecepatan
kepada pelanggan di Indonesia dari 3 Mbps pada tahun 2007, 10 Mbps pada tahun 2009, 20 Mbps pada tahun 2010, 30 Mbps pada tahun 2012 dan 100 Mbps pada tahun 2013. Selain itu, Perusahaan menjangkau baru dan pelanggan yang sudah ada dan membangun, mengembangkan dan meningkatkan loyalitas merek. Mengingat permintaan pasar laten dan terlayani akses NGBB, layanan
broadband
Perusahaan.
telah
Strategi
menjadi
bundling
sopir
Perusahaan
pemasaran adalah
utama faktor
pembeda yang kuat dalam broadband Indonesia dan membayar sektor TV, di mana ada alternatif paket penawaran terbatas. Perusahaan ini berfokus pada inovasi produk sesuai dengan tren konsumen sebagai sarana utama meningkatkan pendapatan dan
untuk
digunakan
meningkatkan untuk
membeli
proporsi produk
Halaman 174 SNG92245/2
164137-0001
pendapatan
Perusahaan.
nasabah
Contoh
tren
konsumen yang Perusahaan telah diidentifikasi dan ditangani adalah sebagai berikut:
perbedaan
produk
harapan:
sejak
menawarkan
kebutuhan, 2007-2008
berbagai
preferensi pelanggan
pilihan
melalui
pelanggan
dan
Jaringan
telah
berbagai
paket
Combo, bukan satu ukuran cocok untuk semua pendekatan;
permintaan
untuk
Perusahaan
dari
pengalaman 60
saluran
hiburan HD
(pada
korban
premium: tanggal
31
Juli
2014) lebih dibandingkan dengan kompetitor lain dan yang paling pernah ditawarkan pada TV multi-screen mana saja layanan. Perusahaan juga telah menawarkan pelanggan satu saluran 3D sejak awal tahun 2012 mendatang saluran HD pertama kali diperkenalkan melalui Jaringan pada kuartal terakhir tahun 2010;
konsumsi TV kabel tidak lagi terbatas pada satu ruangan: sebagai konsumsi media TV kabel tidak lagi terbatas pada satu ruangan, produk Perusahaan sedemikian rupa sehingga dengan
tambahan
set-top
pelanggan
box
dapat
menonton
saluran TV kabel yang berbeda di ruangan yang berbeda dari rumah;
preferensi untuk hiburan yang diminta: keinginan alamat pelanggan
untuk
layanan
lebih
nyaman
tersedia
waktu
mereka pilihan, Perusahaan memperkenalkan layanan videoon-demand untuk pelanggan di Oktober 2011 dan layanan
Halaman 175 SNG92245/2
164137-0001
perekaman video pribadi untuk pelanggan di akhir 2012 ; dan
keinginan untuk konektivitas yang lebih besar di luar rumah: pelanggan ingin mengkonsumsi media luar rumah, sehingga Perusahaan memperkenalkan layanan TV Anywhere di
Februari
2014
sehingga
pelanggan
dapat
mengakses
produk Perusahaan saat berada di luar rumah. Perusahaan paket
percaya
paket
bahwa
menarik
konsumen,
layanan
penjualan
dan
dan
kemampuannya harga
konsumen
saluran
yang
pemasaran
yang
untuk
menawarkan
kompetitif
kuat
dan
kepada
ketersediaan
berkontribusi
terhadap
peningkatan daya saing dan pangsa pasar Perusahaan.
8.3
Strategi penjualan
Strategi penjualan Perusahaan bertujuan untuk membangun dan mengeksploitasi keunggulan kompetitif sebagai berikut:
strategi
perluasan
membangun-out
di
jaringan daerah
untuk
perumahan
merancang bernilai
dan
tinggi
lainnya yang berjarak area layanan yang ada dan baru;
kekuatan
penjualan
didedikasikan
untuk
yang
efektif
wilayah
dan
geografis
efisien yang
yang
ditugaskan
untuk menembus, meningkatkan dan melindungi pangsa pasar dan untuk memberikan standar yang tinggi dari layanan purna jual;
Halaman 176 SNG92245/2
164137-0001
pusat penjualan taktis terletak di komunitas perumahan yang
ditargetkan,
yang
berfungsi
sebagai
point
of
presence untuk mempromosikan penjualan dan memfasilitasi instalasi, perbaikan dan waktu lain layanan sensitif;
saluran penjualan yang inovatif terlihat di gerai ritel yang terletak di posisi strategis dalam bidang layanan;
aliansi strategis dengan bank, vendor dan mitra utama lainnya; dan
efektif
menggunakan
informasi
pelanggan
yang
dikumpulkan.
Tenaga penjualan Perusahaan
Koordinat
tenaga
penjualan
dengan
saluran
individu yang ditujukan untuk berbagai kategori pelanggan. Saluran terdiri dari “push” saluran, menjadi saluran yang menjangkau pelanggan potensial dengan tujuan membuat satusatu penjualan, dan “menarik” saluran, menjadi saluran yang dihubungi oleh pelanggan baru atau yang sudah ada. Jalur “push” terdiri dari:
rumah hunian: 600 agen penjualan langsung yang melakukan penjualan door-to-door dan di jalan, dan 60 agen outbond yang
melakukan
penjualan
melalui
telesales platform;
Halaman 177 SNG92245/2
164137-0001
telemarketing
dan
kondominium
dan
bisnis
sembilan
dan
operator
unit
apartemen:
multi
empat
manajer
manajer
account
tinggal
yang
pengembangan
yang
menghubungi
Perusahaan
sedang
mempertimbangkan memperluas jaringannya; dan
ruko
(rumah
toko),
warnet
(warung
internet),
penyewa
pusat perbelanjaan dan klien perusahaan: sembilan agen penjualan
komersial
yang
mengatur
hubungan
Perusahaan
dengan klien perusahaan. Jalur “tarik” saluran terdiri dari 30 agen penjualan masuk, 25 agen tele-retensi dan pusat kontak pelanggan beberapa yang ada dan pelanggan perumahan baru dapat menghubungi.
Pelatihan dan retensi tenaga para penjualan Perusahaan memastikan bahwa ia memiliki tenaga penjualan yang produktif dan berdedikasi melalui perekrutan tenaga penjualan
dan
retensi
staf
yang
efektif.
Perusahaan
berusaha untuk menarik dan merekrut staf penjualan terbaik dengan menyaring pelamar melalui agen rekrutmen profesional dan
berinvestasi
besar
dalam
memberikan
pelatihan
untuk
staf. Staf penjualan juga diberikan pelatihan berkelanjutan seiring dengan pengeluaran produk baru dari waktu ke waktu oleh Perusahaan. Perusahaan berusaha untuk mempertahankan staf yang memiliki prestasi sangat baik dengan memberikan komisi
individu
berdasarkan
kepada
jumlah
anggota
pelanggan
staf
baru
Halaman 178 SNG92245/2
164137-0001
tenaga yang
penjualan
diperoleh
,
oleh
masing-masing staf yang berprestasi tersebut. Perusahaan juga memiliki langkah-langkah lain untuk mengetahui staf penjualan
yang
berprestasi
terbaik,
jenjang/peringkat
yang
lebih
promosi
dan
kenaikan
jabatan
tinggi
seperti yang
memberikan
mengarah
gaji/remunerasi,
pada serta
pengembangan dan kemajuan karir staf.
Siklus hidup pelanggan Perusahaan
memiliki
strategi
penjualan
yang
dirancang
secara khusus yang memuat tahapan siklus hidup pelanggan. Tahap Satu: Akuisisi Pada
tahap
membuat
pertama
kontak
siklus
awal
hidup
dengan
pelanggan,
calon
Perusahaan
pelanggan
melalui
inisiatif berikut: •
strategi
peluncuran
baru:
sebagai
peluncuran
Jaringannya
ke
Perusahaan
menjalankan
kegiatan
(pemasaran
mikro)
dengan
bagian
daerah-daerah
tujuan
dari baru,
mikro-marketing
untuk
meningkatkan
pengenalan merek Link Net dan bagi Perusahaan sendiri untuk
mendapatkan
pengetahuan
awal
mengenai
masyarakat. Langkah-langkah awal meliputi persetujuan izin untuk mengedarkan materi pemasaran di daerah baru yang
menjadi
target,
sosialisasi
dengan
anggota
masyarakat mengenai preferensi broadband dan TV kabel di
area
tersebut,
dan
menyebarkan
Halaman 179 SNG92245/2
164137-0001
brosur
yang
memperkenalkan
Perusahaan
dan
penawarannya.
Setelah
komunitas masyarakat tersebut telah mengetahui latar belakang Perusahaan dan kehadirannya di daerah mereka, Perusahaan secara aktif mulai menjual produknya dengan mengeluarkan barang-barang promosi seperti mail drop dan door hanger dan memiliki tim penjualan langsung yang
menawarkan
Perusahaan
produk
kemudian
kepada
anggota
mengembangkan
masyarakat.
tahap
akuisisi
pelanggan lebih lanjut dengan melibatkan masyarakat dengan
mengadakan
santai,
acara-acara
pusat-pusat
permainan
seperti dan
bersepeda demo,
dan
pertunjukan musik dan sulap. Acara-acara pemasaran ini mampu
meningkatkan
citra
Perusahaan
di
antara
masyarakat luas; •
upaya
pemasaran
di
daerah
baru:
setelah
strategi
peluncuran baru Perusahaan berlangsung dan layanannya telah tersedia di daerah baru, Perusahaan menggunakan berbagai platform media untuk memasarkan produknya dan melakukan branding. Ini termasuk iklan cetak, brosur, buletin, papan iklan, iklan digital, dan roadshow dan aktivitas
pemasaran
dengan
mitra
strategis
seperti
merek elektronik rumah tangga yang dapat menampilkan produk peralatan mereka bersama-sama dengan layanan broadband Perusahaan; dan
Halaman 180 SNG92245/2
164137-0001
•
pemasaran ulang: dalam upaya pemasaran ulang, daerah yang
diidentifikasi
daerah
terpisah.
akan
dibagi
Masing-masing
menjadi
tim
beberapa
pemasaran
ulang
yang dipimpin oleh general manager yang ditempatkan di satu daerah, akan mengunjungi kembali daerah-daerah tersebut
dengan
sasaran
calon
pelanggan
baru
yang
tinggal di rumah-rumah yang dikunjungi tetapi belum menjadi pelanggan Perusahaan. General manager berfokus pada
sales
one-on-one
penawaran
khusus
dengan
kepada
menawarkan
calon
diskon
pelanggan
dan
tersebut.
Proses pemasaran ulang ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung dalam waktu 7 sampai dengan 24 bulan setelah produk Perusahaan telah beroperasi di daerah layanan dengan pemasaran ulang melalui surat iklan secara langsung dan roadshow di daerah-daerah ramai. Tahap kedua berlangsung selama 24 sampai dengan 36 bulan setelah produk Perusahaan telah beroperasi di daerah yang
layanan
didukung
instalasi
dengan oleh
yang
penawaran
pemasaran
bisa
yang
mikro
selesai
lebih dan
dalam
agresif
menawarkan satu
hari.
Perusahaan ingin mencapai tingkat penetrasi 20% pada akhir
enam
telah
beroperasi
pemasaran
bulan
pertama di
ulangnya
satu
setelah daerah
Perusahaan
Halaman 181 SNG92245/2
164137-0001
produk
Perusahaan
layanan.
Melalui
kemudian
ingin
meningkatkan tingkat penetrasi antara 30% dan 38% pada masing-masing akhir fase pertama dan fase kedua.
Tahap Dua: Membangun Loyalitas Pada tahap kedua dari siklus hidup pelanggan, Perusahaan berupaya untuk membangun loyalitas terutama melalui edukasi terhadap
pelanggan
memberikan
dan
pengetahuan
kualitas
kepada
layanan.
pelanggan
Perusahaan
mengenai
produk
yang mereka beli atau produk yang berpotensi akan dibeli oleh pelanggan melalui demonstrasi langsung, video panduan dan
pedoman
interaktif
yang
membantu
pelanggan
untuk
memahami fungsi dan fitur produk. Pedoman ini menciptakan loyalitas pelanggan melalui pengalaman atas penggunaan yang baik
dan
berfokus
lebih pada
mudah
terhadap
peningkatan
produk.
kualitas
Perusahaan
layanan
juga
pelanggan
melalui pendekatan-pendekatan berikut: •
beberapa titik kontak: hal ini terdiri dari layanan pelanggan kusus di seluruh penjualan, bantuan umum dan bantuan
teknis
sehingga
dapat
membangun
loyalitas
pelanggan. Sering berinteraksi dengan pelanggan lama sesuai
dengan
strategi
penjualan
“push
and
pull”,
melalui penjualan langsung dan tim penjualan melalui telepon Perusahaan serta melalui kehadiran mereka di gerai ritel dan di acara-acara promosi penjualan. NOC dan enterprise client helpdesk Perusahaan memungkinkan
Halaman 182 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan untuk secara aktif membantu pelanggan dalam menyelesaikan
pertanyaan
atau
masalah,
di
samping
membangun hubungan yang diciptakan oleh bantuan teknis Perusahaan; dan •
kualitas
layanan:
Perusahaan melalui
Perusahaan
memberikan
karyawan
kualitas
penjualan
memastikan layanan
yang
bahwa
yang
diberi
unggul
pelatihan
formal minimal tiga sampai empat minggu setiap tahun tahun
di
wilayah
penjualan
masing-masing.
Prosedur
penyampaian masalah tiga tahap juga memberikan cara praktis
untuk
contact
center
menyelesaikan sebagai
masalah
tempat
pelanggan:
kontak
pertama
(i) bagi
pelanggan untuk mengajukan pertanyaan umum; jika tidak diselesaikan, panggilan dialihkan ke (ii) spesialis solusi teknis yang memiliki pengetahuan lebih luas; dan jika masih belum teratasi, kemudian diteruskan ke (iii) agen lapangan teknis yang akan mengunjungi rumah rumah
atau
lokasi
menyelesaikan kekuatan
pelanggan
masalah.
layanan
untuk
Perusahaan
pelanggan
milik
mendiagnosa bangga
dan
terhadap
Perusahaan
dan
kepuasan pelanggan yang membangun loyalitas pelanggan. Inisiatif ini mencakup survei umpan balik pelanggan pasca-instalasi
dan
welcome
call
kepada
pelanggan
baru. Survei pelanggan yang dilakukan oleh Perusahaan telah membuahkan hasil dimana sekitar 98% pelanggan
Halaman 183 SNG92245/2
164137-0001
merasa puas setelah satu bulan menerima layanan dari Perusahaan. layanan
Sebagai
yang
bukti
unggul,
telah
memiliki
Perusahaan
telah
kualitas
memenangkan
berbagai penghargaan di daerah ini. Tahap Tiga: Optimalisasi Pada tahap ketiga dari siklus hidup pelanggan, Perusahaan berupaya
untuk
diperoleh
dari
portofolio penjualan
yang
mengoptimalkan pelanggan
melalui
melibatkan
menghubungi
pendapatannya
semua
strategi
inisiatif pelanggan
yang
dapat
pertumbuhan
upselling. setidaknya
Tim
sekali
setahun, menerapkan kombinasi strategi push & pull untuk mengarahkan
konversi
dengan
tujuan
untuk
mengalihkan
pelanggan ke tingkatan paket yang lebih tinggi dan menjual produk tambahan. Ini merupakan strategi optimasi saluran yang didorong ARPU yang dipasarkan melalui telepon, email, pesan SMS, dan iklan umum di televisi, internet dan media cetak. Perusahaan mengakui bahwa ARPU dan pelanggan segmen yang lebih tinggi memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengambil pelayanan yang lebih baik, membeli tambahan settop box dan mengaktifkan produk tambahan, dan karena itu memperhitungkan
hal
ini
ketika
untuk meningkatkan penjualan.
Halaman 184 SNG92245/2
164137-0001
berfokus
pada
pelanggan
Tahap Empat: Retensi Pada tahap keempat dari siklus hidup pelanggan, Perusahaan bertujuan
untuk
meminimalkan manajemen
mempertahankan
churn
churn
melakui
pelanggan
lama
kategorisasi
didefinisikan
dan
untuk
pelanggan,
manajemen
retensi.
Perusahaan memprioritaskan retensi segmen pelanggan ARPU tingkat sangat tinggi dan menengah karena pelanggan ini memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pendapatan Perusahaan dan memiliki churn yang lebih rendah. Perusahaan
mengidentifikasi
pelanggan
inti
dengan
mengelompokkan mereka ke dalam empat kategori tergantung pada tingkat potensi keuntungan yang dapat diperoleh dari pelanggan dan kemungkinan pelanggan untuk pindah langganan. Misalnya, untuk pelanggan dengan potensi keuntungan yang tinggi
tetapi
dengan
potensi
churn
yang
tinggi
pula,
Perusahaan dapat memilih untuk membela dan mempertahankan pelanggan
ini
melalui
optimasi
rencana.
Namun,
untuk
pelanggan dengan potensi keuntungan yang rendah dan potensi churn
tinggi,
Perusahaan
dapat
memilih
pelanggan ini.
Halaman 185 SNG92245/2
164137-0001
untuk kehilangan
Dalam hal strategi untuk mempertahankan dan meminimalkan churn
pada
pelanggan
ARPU
golongan
sangat
tinggi
dan
menegah, Perusahaan menerapkan strategi berikut: •
mempertahankan
pelanggan:
antara
lain
centre
service
welcome
tindakan
dilakukan
memprioritaskan
call,
hotline,
yang
pemberian
contact
manajemen
akun
online, dan fleksibilitas dalam metode dan ketentuan pembayaran.
Selain
itu,
Perusahaan
juga
secara
proaktif upsell pelanggan lama dalam bentuk layanan nilai
tambah,
paket
konten
tambahan,
set-top-box
tambahan, dll; •
analisis
dan
melakukan
survei
bulan
itu
penelitihan
dan
mengidentifikasi
bulanan
data
aktif:
pelanggan
menggunakan penyebab
hasil churn.
yang
Perusahaan churn pada
survei
ini
untuk
Data
ini
juga
diperkaya dengan informasi yang diperoleh Perusahaan dari
sumber
miliknya
sendiri,
seperti
panggilan
ke
contact center Perusahaan, dan sumber data eksternal lainnya.
Hal
ini
memungkinkan
sarana
pemodelan
prediktif Perusahaan untuk menghasilkan prediksi yang
Halaman 186 SNG92245/2
164137-0001
lebih
akurat
mencerminkan
untuk
berbagai
ukuran
yang
skenario
diperkirakan
yang dan
dapat
penyebab
potensi churn di masa mendatang. Data dan alat-alat analisis
tersebut
memberdayakan
Perusahaan
dengan
meminimalkan churn sesuai dengan strategi dan segmen pelanggannya masing-masing. Perusahaan memperkaya data dengan
data
milik
sendiri
dan
data
dari
eksternal
secara berkelanjutan untuk dapat memehami lebih dalam mengenai terjadinya churn pada pelanggan; dan •
manajemen siklus hidup: Perusahaan sangat menekankan pada pencapaian pengalaman positif dengan pelanggan dalam
tahun
pelanggan
pertama
dan
mereka
tetap
dengan
menghubungi
memonitor
pelanggan
akun secara
berkala. Dalam tiga bulan pertama mendaftar paket, Tim Layanan
Pelanggan
Perusahaan
lebih
sering
berkomunikasi dengan pelanggan melalui Welcome Call, surat
email,
pengenalan
paket
tambahan
dan
bantuan
dengan formulir aplikasi, dan pesan SMS yang ramah pada bulan pertama pembayaran. Perusahaan yakin bahwa interaksi pelanggan
tersebut yang
mampu
positif,
yang
menciptakan merupakan
kepuasan kontributor
yang signifikan untuk meningkatkan retensi masa depan dan
mengurangi
tingkat
manajemen
pelanggan
seiring
dengan usia pelanggan melalui siklus hidup pelanggan.
Halaman 187 SNG92245/2
164137-0001
8.4
Kemitraan strategis
Perusahaan
telah
menjalin
kemitraan
strategis
dengan
beberapa perusahaan multinasional dan lokal terkemuka untuk meningkatkan penjualan dan pengetahuan masyarakat tentang produk-produknya. Hubungan asosiasi Perusahaan dengan merek premium tersebut memungkinkan Perusahaan untuk mengambil keuntungan dari platform pemasaran luas mitranya, saluran distribusi
yang
luas
dan
database
pelanggan
sasaran.
Kemitraan tersebut memberikan cara lain untuk menawarkan produk promosi dan tarif khusus kepada pelanggan sehubungan dengan mitra strategis. Mitra strategis Perusahaan meliputi: •
konsumer
dan
peralatan
elektronik
rumah
tangga:
kemitraan dengan produsen peralatan elektronik rumah tangga seperti Samsung dan LG memungkinkan Perusahaan untuk
menampilkan
keunggulan
demonstrasi
peralatan
television,
laptop
mitra
dan
broadband mereka,
tablet,
di
pada
waktu
seperti
smart
forum
seperti
peluncuran produk, roadshow dan pameran. Perusahaan juga melakukan pemasaran bersama dengan merek makanan seperti
Nescafé,
memberikan pelanggan
hadiah yang
dimana
misalnya,
gratis
mendaftar
dari
untuk
Perusahaan mitranya
berlangganan
akan kepada paket.
Pemasaran bersama ini sekaligus mempromosikan produkproduk
merek
makanan
dan
proposisi
Halaman 188 SNG92245/2
164137-0001
penjualan
dari
penawaran
Perusahaan.
keuntungan
dengan
Perusahaan
berbagi
juga
biaya
iklan
memperoleh dan
dapat
mengambil keuntungan dari pengakuan pelanggan melalui merek mitranya; •
lembaga keuangan dan penyedia kartu kredit: Perusahaan bekerja sama dengan para mitra strategis ini untuk mengembangkan proposisi nilai keluarga dan gaya hidup. Perusahaan biasanya akan menggunakan eksposur mitra untuk
demografi
pelanggan
tertentu
dan
menawarkan
promosi seperti penawaran cash back oleh mitra atau berlangganan gratis dalam jangka waktu terbatas dengan salah
satu
paket
Perusahaan.
Hal
ini
membantu
Perusahaan dalam melakukan promosi produk yang menarik untuk ditawarkan kepada basis pelanggan sasaran guna mendorong pengalihan pelanggan ke Perusahaan. Mitra tersebut antara lain Visa, ANZ Bank, Citibank dan Bank Central Asia; dan •
pengecer lokal: mitra strategis ini bertindak sebagai tempat penjualan tambahan dan memberikan kesempatan kepada
pelanggan
untuk
mencoba
layanan
Perusahaan
pertama kali di took ritel mitra dan mempermudah untuk mendapatkan antara
lain
pelanggan Hartono
baru.
Elektronika
Dukomsel di Bandung.
Halaman 189 SNG92245/2
164137-0001
Mitra
ritel di
lokal
ini
Surabaya
dan
8.5
Strategi Periklanan
Perusahaan berkomitmen untuk mempromosikan dan memasarkan merek,
produk
dan
jasanya
melalui:
(i)
berbagai
media
seperti TV nasional, koran lokal, radio, internet dan media luar ruang lokal; (ii) berbagai media internal, seperti saluran
TV
komunitas,
tagihan
lokal
website,
Perusahaan;
dan
newsletter (iii)
dan
amplop
sponsor
acara
masyarakat setempat. Perusahaan yakin bahwa berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat setempat akan meningkatkan visibilitas Perusahaan dan kesadaran masyarakat terhadap produk Perusahaan. Perusahaan juga mengiklankan dirinya di acara-acara musik seperti Java Jazz, Java Rockinland dan Java Soulnation, yang merupakan peristiwa yang efektif bagi Perusahaan untuk memasarkan layanannya kepada demografis pelanggan sasaran yang lebih muda. Produk Perusahaan, seperti HomeCable dan FastNet, sering digunakan pada acara-acara dan ditampilkan secara jelas oleh event organizer untuk membantu inisiatif iklan. Perusahaan biasanya menyesuaikan kampanye iklanya dengan tema acara musik. Perusahaan
menggunakan
beberapa
platform
media
sosial,
seperti Facebook dan Twitter untuk mempromosikan produk dan jasanya. Twitter telah menjadi alat utama Perusahaan untuk mengevaluasi umpan balik dan kepuasan pelanggan dan pada 30 Juni
2014
Perusahaan
telah
mencatat
Halaman 190 SNG92245/2
164137-0001
lebih
dari
35.000
pengikut Twitter. Ini menyediakan Perusahaan suatu jalur komunikasi langsung dengan pelanggan untuk pemasaran produk baru dan produk lama, dan untuk terlibat dalam berbagai topik pembicaraan yang berkaitan dengan produk dan layanan Perusahaan.
8.6
Layanan Pelanggan
Tujuan utama dari Tim Layanan Pelanggan Perusahaan adalah untuk
menawarkan
layanan
berkualitas
tinggi
kepada
pelanggan dengan tetap menjaga efisiensi efektivitas biaya operasional. Perusahaan berusaha untuk meningkatkan sumbersumber pendapatan dengan upselling paket tingkat yang lebih tinggi dan menjual produk add-on dengan mengubah interaksi pelanggan
menjadi
mempertahankan
peluang
mereka.
untuk
Perusahaan
penjualan
berkeyakinan
dan bahwa
melalui upaya ini ia mampu memaksimalkan sumber daya untuk mencapai
target
penjualan
yang
tinggi
atas
produk
yang
dipaket dan menjaga loyalitas pelanggan. Perusahaan menyediakan bantuan contact center 24 jam sehari 7 hari seminggu kepada pelanggan dan menyelesaikan semua masalah, produk
permintaan Perusahaan.
dan
pertanyaan
Pelanggan
mengenai
juga
bisa
layanan
dan
menghubungi
Perusahaan melalui email, website atau media sosial seperti Twitter dan Facebook. Pemantauan tingkat layanan dilakukan
Halaman 191 SNG92245/2
164137-0001
setiap
hari
untuk
memastikan
ketepatan
waktu
merespon
pelanggan. Sebagian besar panggilan ke contact centre Perusahaan dapat diselesaikan masalah
oleh
teknis
petugas
yang
contact
membutuhkan
centre,
tetapi
penyelesaian
yang
untuk lebih
rumit, panggilan akan diteruskan ke Tim Dukungan Teknis yang
akan
pada
tahap
melalui
menghubungi ini
pelanggan
masalah
telepon,
agen
yang
teknis
bersangkutan.
tidak
lapangan
bisa
teknik
Jika
diselesaikan
akan
mengunjungi
lokasi pelanggan. Untuk memastikan layanan pelanggan berkualitas tinggi dan konsisten,
Perusahaan
melakukan
langkah-langkah
sebagai
berikut: •
melakukan welcome call pelanggan sedang
baru
untuk
disampaikan
dan mengirimkan email kepada memastikan
mulai
dari
standar
kualitas
menawarkan
layanan
sampai selesai instalasi di tempat pelanggan; •
melakukan panggilan pasca kunjungan secara acak kepada pelanggan
yang
dijadwalkan
akan
dikunjungi
untuk
memastikan bahwa kebutuhan pelanggan telah terpenuhi dan setiap gangguan layanan sepenuhnya diselesaikan; dan •
melakukan
penelaahan
secara
berkala
atas
kontrak
pelanggan dan kecenderungan di dalam keluhan pelanggan
Halaman 192 SNG92245/2
164137-0001
yang memungkinkan Perusahaan untuk menyusun inisiatif layanan untuk perbaikan di masa mendatang. Perusahaan mengoperasikan dua pusat kontak pelanggan yang berada
di
kota
Tangerang
dan
Surabaya
yang
dilengkapi
dengan sistem respon suara interaktif berbahasa Inggris dan Indonesia. Semua agen layanan pelanggan Perusahaan secara teratur dilatih dalam soft skill dan mengenai penawaran dan promosi produk baru. Perusahaan menawarkan nomor telepon gratis kepada pelanggan ARPU berkelas tinggi yang dipilih, yang
menawarkan
pelayanan
satu
atap,
prioritas
terjamin
untuk kunjungan lapngan dan pemantauan penyelesaian masalah layanan. Perusahaan menugaskan tim yang khusus bertanggung jawab untuk semua menangani pertanyaan DataComm dari klien Perusahaan. Sampai
dengan
tanggal
30
Juni
2014,
Perusahaan
mempekerjakan total 210 petugas layanan pelanggan. Berdasarkan Call Centre Agreement, Perusahaan diharuskan untuk
mengalokasikan
Khusus”)
dalam
hingga
14
pengoperasian
lokasi customer
kerja
(“Karyawan
contact
centre
Perusahaan yang secara khusus diawaki oleh karyawan yang berdedikasi
tinggi
untuk
menangani
pertanyaan
dan
memberikan dukungan kepada pelanggan Bisnis Wireless First Media.
Perusahaan
dapat
mempekerjakan
Karyawan
Khusus
secara langsung atau menyerahkan penyediaan layanan kepada pihak ketiga berdasarkan Call Centre Agreement. First Media
Halaman 193 SNG92245/2
164137-0001
membayar lokasi
biaya
kerja
yang
khusus
telah yang
ditentukan diminta
berdasarkan
oleh
First
jumlah
Media
dan
dipekerjakan oleh Perusahaan. Perusahaan menerapkan praktik internasional terbaik dalam penyelesaian keluhan pelanggan dan perselisihan. Pada bulan Juni
2014,
waktu
penanganan
rata-rata
setiap
panggilan
adalah 245 detik. Perusahaan juga menyediakan pelayanan instalasi dan bantuan layanan
teknis
bertanggung Jaringan
kepada
jawab
kepada
instalasi,
pelanggan.
untuk
Instalasi
menyediakan
pelanggan.
panggilan
Tim
Bantuan
servis
dan
bantuan ini
Jaringan
last
mile
mencakup
jasa
kunjungan
penyelesaian
masalah. Tabel di bawah ini menetapkan jumlah kunjungan per bulan ke pelanggan untuk semua jenis layanan yang dilakukan oleh Tim Instalasi Jaringan pada bulan Juni 2014. Area layanan
Instalasi
Servis
Inbound agent Jabodetabek Surabaya, Bandung dan Bali
15,195 3,412
% of total contacts ‐ 30,218 21,265 2,145 1,662
8.7
Troubleshooting
Penghargaan
Pada
tahun
merek
2014,
First
produk
Media,
telah
broadband meraih
Perusahaan, penghargaan
di
bawah
TOP
Fixed
Internet 2014 pada pemberian penghargaan TOP IT & TOP TELCO 2014
oleh
Informasi
Itech
Magazine,
Indonesia
(IKTII),
Ikatan
ASOSIASI
Halaman 194 SNG92245/2
164137-0001
Konsultan
Teknologi
PERGURUAN
TINGGI
INFORMATIKA DAN ILMU KOMPUTER (APTIKOM), Forum Teknologi Informasi
SOE
Informatika
(FORTI),
(Kominfo),
Departemen
Masyarakat
(MASTEL), Alvara Strategic Indonesia,
Komunikasi
Telematika
dan
Indonesia
sebuah lembaga riset
pemasaran dan beberapa asosiasi TI lainnya. Penghargaan ini berdasarkan survei persepsi pelanggan dengan menggunakan sampel 1.550 responden, berusia antara 15 s/d 54 tahun yang menggunakan internet atau internet HP dan yang merupakan bagian dari rumah tangga dengan penghasilan lebih dari Rp 1,5
juta
per
bulan,
berasal
dari
enam
kota
besar
di
Indonesia: Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan
Bekasi);
Surabaya;
Medan;
Bandung;
Makassar;
dan
Balikpapan, serta kuesioner, wawancara dan rekomendasi dari perusahaan pengguna TI. Satu dan lain hal, survei persepsi pelanggan telah mengukur “TOP
IT
index”
dari
produk
broadband
Perusahaan
dengan
merek First Media terhadap “TOP TI index” dari perusahaan pesaing Speedy. “TOP IT index” dihitung dengan menggunakan tiga ukuran: kesadaran merek; citra merek; dan keterlibatan merek. Hasil perbandingan ini ditampilkan di dalam grafik dan tabel di bawah ini:
Halaman 195 SNG92245/2
164137-0001
Selain
itu,
Perusahaan berikut
kekuatan
telah
yang
kepuasan
terbukti
telah
pelanggan
berdasarkan
diterima
oleh
dan
penghargaan
Perusahaan
merek utama
sejak
2011
sampai saat ini: Tahun
Penghargaan
2014 s/d
Corporate Image Award 2014 for PT Link Net, Category : Internet Provider (Tempo
sekarang
Media Group and Frontier Consulting Group) Corporate Image Award 2014 for PT Link Net, Category : Pay TV (Tempo Media Group and Frontier Consulting Group) Top Brand Award for First Media/FastNet (Frontier Consulting Group and Marketing Magazine)
2013
Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2013 for PT Link Net, Brand : Pay TV (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2013 for PT Link Net, Brand : FastNet (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Certificate of Performance 5-Star Quality Product in 2013 for Brand First Media,
Halaman 196 SNG92245/2
164137-0001
Tahun
Penghargaan Category : Pay TV (CSS and ACSI) Word of Mouth Marketing 2013 for PT Link Net, Brand : Fast Net (SWA Magazine) 2013 The Best Contact Center Indonesia for PT Link Net (ICCA) Top Brand Award for First Media/FastNet (Frontier Consulting Group and Marketing Magazine) World Class Quality Achievement 2013 5-Star Quality Product 2013 for PT Link Net, Brand: First Media, Category : Pay TV (GCSS, ACSI and Swa Magazine)
2012
Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2012 for PT Link Net, Brand : FastNet (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2012 for PT Link Net, Brand : Pay TV (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Corporate Image Award 2012 for PT Link Net, Category : Pay TV (Bloomberg Businessweek and Frontier Consulting Group) Certificate of Performance 5-Star Quality Product in 2012 for Brand First Media, Category : Pay TV (GCSS and ACSI) Indonesia Brand Champion 2012 for FastNet (Marketeers and Markplusinsight) Word of Mouth Marketing 2012 for PT Link Net, Brand : Fast Net (SWA Magazine) Social Media Award 2012 for FastNet (Frontier Consulting Group and Marketing Magazine) Top Brand Award for First Media, Category: Internet Service Provider Fixed (Frontier Consulting Group and Marketing Magazine)
2011
Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2011 for PT Link Net, Brand : FastNet (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2011 for PT Link Net, Brand : Pay TV (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) The Best Contact Centre Indonesia 2011 for PT First Media Tbk (ICCA)
Halaman 197 SNG92245/2
164137-0001
Tahun
Penghargaan Indonesia Brand Champion 2011 for FastNet (Mark Plus Insight and Marketeers) Word of Mouth Marketing 2011 for PT First Media Tbk, Brand : Fast Net (SWA Magazine) Corporate Image Award 2011 for PT First Media Tbk, Category Pay TV (Bloomberg Businessweek and Frontier Consulting Group)
9.
INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI JARINGAN HFC
9.1
Jaringan
Perusahaan memiliki jaringan skala NGBB yang paling canggih di
Indonesia.
sepenuhnya
Jaringan
HFC
menggunakan
dua
arah
teknologi
Perusahaan DOCSIS
sudah
3.0
dan
diperkirakan akan lebih dari 60% 1 GHz diaktifkan, dengan sisa jaringan 870MHz diaktifkan, pada akhir kuartal pertama 2015,
yang
memungkinkan
untuk
interaktivitas
lancar,
kecepatan dan kapasitas yang cukup. Pada tanggal 30 Juni 2014, Jaringan telah menjangkau lebih dari 17.300 kilometer (15.400 kilometer di wilayah Jakarta, 1.600 kilometer di wilayah Surabaya, 200 kilometer di wilayah Bandung dan 100 kilometer di Bali) dan melewati lebih dari 1,3 juta rumah, dengan
cakupan
luas
daerah
pemukiman
utama
di
Jakarta,
Surabaya dan Bandung. Per 31 Desember
Per 30 Juni
2011
2012
2013
2014
Kumulatif rumah yang dilalui
654,921
932,834
1,194,346
1,312,970
Kumulatif kilometer
10,226
12,805
16,309
17,367
Halaman 198 SNG92245/2
164137-0001
9.2
Arsitektur Jaringan
Diagram dibawah menggambarkan arsitektur end-to-end dari jaringan HFC Perusahaan.
Jaringan terbuat dari serat optik dan kabel koaksial untuk membuat
jaringan
broadband.
Jaringan
membentang
dari
headend utama ke pusat distribusi lingkungan, dan terakhir ke
salah
satu
dari
3.627
fiber
optic
node
Jaringan yang masing-masing melayani sekitar 360 rumah pada tanggal
30
Juni
menjadi
kuadran
2014. dari
Setiap
mana
fiber
jasa
node
diangkut
dapat dalam
dibagi
beberapa
ratus meter terakhir atau “last mile” dengan kabel koaksial ke
set-top
box
pelanggan.
Penggunaan
fiber
optik
untuk
headend menjamin kualitas sinyal yang baik, karena serat memiliki
tingkat
dibandingkan (analog
kehilangan
dengan
dan
TV
media
digital),
transmisi
listrik. headend
Halaman 199 SNG92245/2
164137-0001
yang
Untuk
lebih
kecil
layanan
video
mencakup
satellite
downlink
untuk
menerima
berbagai
pemasok.
diberikan
dengan
konten
Demikian
video
pula,
menggunakan
yang
masuk
layanan
switch
dari
broadband
internet
protocol
(“IP”), router dan sistem terminasi kabel modem (“CMTS”) seperti yang ditentukan oleh standar DOCSIS. Kawat jaringan yang terbuat dari serat memanjang pada rata-rata dalam 500 meter dari rumah dan kantor pelanggan yang memungkinkan Perusahaan untuk memberikan akses broadband berkecepatan tinggi dan layanan canggih kepada pelanggan. Ketersediaan tahunan rata-rata Jaringan dan platform produk Perusahaan adalah
sekitar
99,74%
selama
tahun
yang
berakhir
31
Desember 2013. Kabel diikat
Jaringan ke
ini
tiang
ditanam
di
utilitas.
saluran
Ketika
bawah
saluran
tanah
bawah
dan
tanah
digunakan, Perusahaan bertanggung jawab untuk memperoleh izin dari pemilik tanah dan pihak berwenang Indonesia dan menanggung
biaya
penggalian
saluran
bawah
tanah
dan
pemasangan kabel. Biaya pemasangan kabel bawah tanah secara signifikan dihubungkan namun
lebih ke
mahal
tiang.
Perusahaan
daripada Meskipun
mungkin
di
izin
harus
atas
tanah
pemerintah
membayar
untuk gratis,
biaya
kepada
pengembang atau pemilik tanah di mana kabel dipasang. Jika kabel adalah kabel udara, maka akan diikatkan ke tiang. Jika
Perusahaan
menyediakan
tiang
sendiri,
ia
akan
bertanggung jawab untuk mendapatkan izin dari pemerintah
Halaman 200 SNG92245/2
164137-0001
sehubungan
dengan
pemasangan
tiang
tersebut.
Perusahaan
tidak perlu mendapatkan izin pemerintah untuk menggunaan tiang listrik yang bukan miliknya untuk pemasangan kabel udara,
tetapi
harus
mendapatkan
hak
untuk
menggunakan
tiang-tiang tersebut dari pemilik yang bersangkutan. Bila memungkinkan,
Perusahaan
lebih
memilih
untuk
tidak
dikenakan biaya pemasangan tiang utilitasnya sendiri. Perusahaan
memiliki
tiga
headend
yang
ada
di
Jakarta,
Surabaya dan Bali. Untuk pengiriman konten secara efisien, jaringan
telah
dirancang
dengan
headend
utama
dengan
beberapa pusat distribusi yang terhubung melalui ring kabel serat optik untuk mengurangi frekuensi dan ukuran gangguan layanan. Perusahaan memiliki total 17 hub distribusi dengan 12 hub distribusi di Jabodetabek, empat di Surabaya dan satu di Bandung. Masa operasional desain Jaringan berkisar antara delapan s/d sepuluh tahun, sedangkan umur desain peralatan terkait berkisar
antara
memperbaiki,
lima
mengganti
sampai dan
tujuh
tahun.
meng-upgrade
Perusahaan
jaringan
dan
peralatan terkait selama proses pemantauan dan pemeliharaan Jaringan.
9.3
Gambaran spectrum frekuensi HFC
Jaringan HFC dua arah Perusahaan memungkinkan Perusahaan untuk menawarkan produk digital canggih kepada pelanggan,
Halaman 201 SNG92245/2
164137-0001
termasuk
layanan
HD
dan
TV
interaktif
dan
broadband.
Diharapkan lebih dari 60% 1 GHz Jaringan ini diaktifkan dan sisanya 870 MHz diaktifkan pada akhir kuartal pertama 2015. Bandwidth spektrum tambahan memberikan kapasitas yang cukup bagi Perusahaan untuk menawarkan peningkatan layanan data intensif kepada pelanggan tanpa perlu memperpanjang kabel jaringan ke dekat rumah pelanggan. Diagram di bawah menunjukkan spektrum HFC Jaringan dimana 870 MHz diaktifkan: Filter
870 MHz
Digital TV (SD + HD Channel)
342 MHz
118 MHz
23 MHz
5 MHz
DOCSIS + VOD
62 MHz
DOCSIS
Not Useable
Downstream
Upstream
• DOCSIS Upstream
: 12 Channel per Fiber Node
• Downlink uses 122 – 870 MHz
• DOCSIS Downstream + VOD
: 36 Channel per Fiber Node
• Uplink uses 5 – 62 MHz
• Digital TV Channel (SD + HD)
: 64 RF Channel
Fully interactive 2-way network
Jaringan
ditingkatkan
pada
tahun
2013
menjadi teknologi
DOCSIS 3.0 sepenuhnya dan Perusahaan saat ini menawarkan layanan hingga
broadband 100
Mbps
dengan ke
hampir
kecepatan seluruh
download rumah
tertinggi
yang
dilalui
jaringan. Perusahaan terus memonitor kapasitas jaringan dan penggunaan pelanggan. Jika diperlukan, dapat meningkatkan kapasitas jaringan secara bertahap, misalnya dengan membagi node
atau
mengalokasikan
spektrum
Halaman 202 SNG92245/2
164137-0001
frekuensi
tambahan.
Perusahaan
percaya
bahwa
Jaringan
miliknya
memungkinkan
Perusahaan untuk menawarkan broadband dengan kecepatan dan tingkat
pelayanan
yang
lebih
tinggi
dari
pada
yang
ditawarkan oleh pesaingnya di setiap wilayah layanan. Jaringan yang ada memiliki kapasitas untuk pertumbuhan di masa mendatang, sebagai berikut: •
pada
tanggal
31
Juli
2014,
Perusahaan
menawarkan
saluran 60 HD, 1 3D dan 120 SD. Spektrum frekuensi Perusahaan pada saat ini untuk TV digital ternyata dapat mengakomodasi lebih dari 350 saluran HD atau 800 saluran SD; dan •
saat ini Perusahaan menggunakan 10 frekuensi pada 6 MHz per channel DOCSIS untuk layanan broadband. Ini dapat ditingkatkan dengan mengalokasikan lebih banyak saluran
dan
(channel
menerapkan
bonding
teknologi
technology)
bonding untuk
saluran
memperluas
kapasitas data lebih lanjut.
9.4
Set-top boxes
Pelanggan Perusahaan menggunakan set-top box untuk menerima konten untuk layanan TV kabel mereka. Perusahaan menyewakan set-top box kepada masing-masing pelanggan TV kabel dan mengenakan
biaya
sewa
TV
kabel,
berlangganan
kepada
mereka.
set-top
box
Setelah harus
berhenti
dikembalikan
kepada Perusahaan. Berdasarkan track record-nya baru-baru
Halaman 203 SNG92245/2
164137-0001
ini, Perusahaan memperkirakan bahwa ada 1,3-1,4 set-top box setiap RGU. Sebagian besar set-top box yang digunakan pada saat ini dipasok
oleh
Samsung
dan
mampu
mendukung
fitur-fitur
canggih seperti definisi tinggi, perekaman video pribadi, serta
layanan
2014,
interaktif
Perusahaan
berbasis
meluncurkan
Java.
Menjelang
generasi
akhir
set-top
box
berikutnya dengan prosesor yang lebih kuat, built-in cable modem, dual tuner, wifi dan remote control canggih. Hal ini mampu menawarkan fitur tambahan, seperti video-on-demand, catch-up
TV,
aplikasi
Android,
pencarian
suara
dan
konektivitas media sosial.
9.5 Sistem manajemen konten Perusahaan mengoperasikan sistem manajemen konten (“CMS”) sehubungan dengan pelayanan TV Anywhere dan video-on-demand pada set-top box interaktif yang Perusahaan tawarkan kepada pelanggan TV kabel. CMS mendukung intake dan kemasan konten digital,
pendaftaran
pelanggan
dan
manajemen
langganan,
serta interaksi pelanggan secara langsung. Hal ini juga digunakan
dengan
manajemen
hak
digital
dan
jaringan
distribusi konten untuk mengenkripsi dan streaming konten untuk
pelanggan
penagihan
TV
Perusahaan
Kabel
dan
dan
sistem
terhubung sign-on
dengan tunggal
otentikasi pelanggan dan pembayaran pelanggan.
Halaman 204 SNG92245/2
164137-0001
sistem untuk
10
INFRASTRUKTUR IT
10.1
Platform IT
Platform IT Perusahaan dipilih karena kinerja, keandalan dan
skalabilitasnya.
Sistem
TI
mencakup
bidang-bidang
fungsional berikut: •
sistem
pendukung
interaksi:
kontak
dan
interaksi
pelanggan, termasuk sistem pendukung contact centre pelanggan, interactive voice response unit, berbagai situs dan portal; •
sistem pendukung bisnis: manajemen hubungan pelanggan, manajemen
pesanan,
penanganan
trouble
penipuan,
interkoneksi
dan
ticketing,
jaminan
pendapatan,
rekonsiliasi,
penagihan, penagihan
commissioning
dan
manajemen SLA; •
sistem
pendukung
jaringan, lintas
operasi:
jaminan
dan
provisioning,
layanan,
sistem
mediasi
pengumpulan jaringan,
persediaan data
lalu
perencanaan
jaringan, manajemen tenaga kerja dan manajemen proyek; •
sistem pendukung keputusan: gudang data, data mining dan pelaporan sistem bisnis;
•
sistem perencanaan sumber daya perusahaan: mendukung proses
internal
seperti
manajemen
buku
perbendaharaan dan sumber daya manusia; dan
Halaman 205 SNG92245/2
164137-0001
besar,
•
layanan
infrastruktur
IT:
otomatisasi
kantor,
komunikasi, intranet, jaringan IP internal, hosting dan penyimpanan aplikasi dan database. Perusahaan
menggunakan
Enterprise
Resource
memungkinkan siklus
Oracle Planning
Perusahaan
pengadaan
yang
Financials (“ERP”).
untuk
harus
sebagai Sistem
mengotomatisasi
dibayar
sistem ini
seluruh
(procurement-to-pay
cycle) dengan menangani semua kebutuhan pembelian seraya beradaptasi dengan bisnis dan persyaratan kepatuhan pada setiap
langkah
dari
proses
pengadaan,
mulai
dari
permintaan, sourcing, pembelian dan pembayaran. Aplikasi inti lain yang digunakan oleh Perusahaan termasuk Amdocs
(untuk
sistem
layanan
bisnis,
yang
meliputi
manajemen pelanggan, manajemen penagihan, manajemen order, manajemen penagihan, manajemen rumah-rumhan yang dilalui jaringan, provisioning, manajemen produk, manajemen tenaga kerja) dan Cisco CNR (untuk provisioning). Perusahaan
telah
mendukung
beberapa
mengembangkan proses
dan
aplikasi sistem
in-house
operasional
untuk utama,
termasuk pelacakan pelanggan, manajemen informasi sumber daya manusia dan penggajian. Infrastruktur dan sistem IT Perusahaan akan ditingkatkan dari waktu ke waktu untuk mendukung layanan dan produk yang disediakan,
untuk
meningkatkan
fungsi
Halaman 206 SNG92245/2
164137-0001
dan
proses
kerja
(baik
pelanggan
dan
internal)
dan
untuk
memperkenalkan
kemampuan teknis baru.
10.2 Perlindungan data Undang-undang perlindungan data mengatur penggunaan data oleh
Perusahaan
undang
ini
yang
mengatur
keamanan
data
“pengguna
data”
diperoleh cara
pribadi. ketika
dari
pelanggan.
pengumpulan, Perusahaan
mengumpulkan
Undang-
penggunaan
dan
dianggap
sebagai
informasi
tentang
pelanggan dan tidak dapat menggunakan data pribadi untuk tujuan telah
pemasaran dipenuhi,
langsung
kecuali
termasuk
persyaratan
persetujuan
tertentu
pelanggan
kepada
Perusahaan untuk menggunakan data pribadi untuk tujuan ini. Perusahaan memiliki sistem untuk meminta pihak manapun yang mengendalikan
pengumpulan,
penanganan,
pengolahan
atau
penggunaan data sesuai dengan kewajiban hukum Perusahaan sehubungan dengan perlindungan data.
10.3 Perbaikan Akibat Bencana Pusat pemulihan bencana Perusahaan berfungsi penuh secara mandiri, dan memiliki duplikat mengatur perangkat keras dan perangkat
lunak
Perusahaan.
Hal
ini
akan
memungkinkan
Perusahaan untuk beralih ke pusat pemulihan bencana dan terus beroperasi jika terjadi gangguan signifikan terhadap infrastruktur
Jaringan
yang
ada.
Halaman 207 SNG92245/2
164137-0001
Mengingat
lokasi
geografisnya,
Indonesia
rentan
terhadap
gempa
bumi,
dan
strategi manajemen pemulihan bencana yang memadai dipandang oleh
Perusahaan
sebagai
komponen
kunci
dari
manajemen
risiko secara keseluruhan. Persediaan
jaringan
inti
IP
tersebut
berlebih,
dengan
duplikat penuh mengatur perangkat keras dan perangkat lunak Perusahaan bencana
melalui
TV
headend
jaringan mampu
DWDM
dan
menyediakan
pusat sekitar
pemulihan 80%
dari
saluran siaran keseluruhan. Walaupun Perusahaan memiliki beberapa hub distribusi, namun saat
ini
tersebut untuk
Perusahaan gagal
membuat
hanya
berfungsi, cadangan
memiliki
satu
Perusahaan data,
NOC.
memiliki
tetapi
Jika
NOC
peraturan
tidak
memiliki
secara
internal.
fasilitas NOC alternatif.
10.4
Penagihan dan manajemen kredit
Perusahaan
mengelola
operasi
penagihan
Perusahaan menggunakan sistem manajemen pelanggan Amdocs untuk
mengelola
basis
pelanggan
perumahan.
Saat
ini
Perusahaan memiliki empat siklus penagihan yang jatuh pada tanggal 7, 15, 23 dan 27 pada setiap bulannya. Berbagai siklus memungkinkan Perusahaan untuk mendistribusikan beban kerja per bulan, memastikan penagihan yang benar dan tepat waktu dan memfasilitasi distribusi arus kas.
Halaman 208 SNG92245/2
164137-0001
Perusahaan menagih pelanggannya melalui penagihan secara elektronik
dan
tradisional.
/
atau
Setiap
tagihan
bulan
tercetak
tagihan
dikirim
yang ke
lebih
pelanggan
melalui email bagi pelanggan yang memilih penagihan secara elektronik dan melalui pengiriman lewat kantor pos bagi pelanggan yang memilih penagihan secara penagihan tercetak. Pelanggan yang memilih cara penagihan tradisional dengan tagihan
cetak
pemrosesan
dan
pengiriman
nominal.
pos
akan
Penagihan
dikenakan
secara
biaya
elektronik
menghasilkan sistem operasi penagihan lebih efisien serta penghematan
biaya
bagi
Perusahaan.
Pelanggan
memiliki
pilihan untuk membayar tagihan mereka melalui transfer bank atau
kartu
penerimaan
kredit.
Untuk
pembayaran
mempermudah
dari
pelanggan,
dan
mempercepat
Perusahaan
telah
menandatangani perjanjian penagihan dengan beberapa lembaga perbankan terkemuka di Indonesia termasuk PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero ) Tbk dan bank-bank lain. Perusahaan memiliki departemen penagihan yang bertanggung jawab waktu.
untuk Tim
pelanggan
memastikan ini
untuk
penagihan
bertanggung membayar
piutang
jawab
tagihan
untuk
yang
secara
tepat
mengingatkan
terhutang
melalui
panggilan langsung, pesan teks dan pemberitahuan dan surat permintaan
pembayaran.
Pelanggan
Halaman 209 SNG92245/2
164137-0001
yang
gagal
untuk
menyelesaikan
tagihannya
setelah
menerima
peringatan
beberapa kali dari Perusahaan akan dikenakan sanksi berupa pemutusan sementara akun mereka. Meskipun layanan kepada pelanggan
telah
menghubungi
diputus,
pelanggan
Tim
yang
Retensi
Perusahaan
bersangkutan
untuk
akan
mencoba
membujuk mereka untuk mengadakan kontrak langganan baru. Pelanggan DataComm ditagih sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian secara
layanan
bulanan,
mereka
-
triwulanan
pelanggan
atau,
ditagih
dalam
di
beberapa
muka
kasus,
secara tahunan. Tanggal jatuh tempo pembayaran biasanya 15 hari setelah faktur dikirim. Departemen penagihan bekerja sama dengan account executives dari divisi penjualan untuk memastikan
kepuasan
pelanggan
mendapatkan
pembayaran
secara
dan tepat
berupaya waktu
untuk
oleh
para
pelanggan yang bernilai tinggi ini. Untuk
Advertising
Sales
(Penjualan
Iklan),
penagihan
dilakukan setelah iklan ditayangkan dan biasanya pada akhir setiap
bulan.
penerimaan
Sesuai
Iklan
dengan
Penjualan
praktik
industri,
biasanya
terjadi
penagihan 3-6
bulan
setelah faktur dikirim ke klien. Perusahaan menelaah penyisihan untuk piutang tak tertagih yang
timbul
dari
pelanggan
perumahan
yang
diputus
dan
pelanggan perusahaan yang tidak membayar secara teratur. Perusahaan menyediakan penyisihan tambahan atau menghapus kredit macet jika dianggap perlu.
Halaman 210 SNG92245/2
164137-0001
10.5 Penanganan Penipuan Potensi adanya penipuan eksternal adalah terbatas karena sifat infrastruktur Jaringan Perusahaan - Jaringan terdiri dari infrastruktur fixed fibre (serat tetap) dan kabel dan Perusahaan
menyimpan
catatan
semua
rumah
yang
dilalui.
Namun demikian, Perusahaan telah membuat suatu mekanisme penanganan penipuan yang kuat untuk mendeteksi dan mencegah potensi penipuan, sebagai berikut: •
keamanan Perusahaan
sistem
IT
menerapkan
dan
keamanan
manajemen
user
akses ID
sistem:
dan
jejak
audit standar, serta sistem keamanan firewall untuk mencegah akses tanpa wewenang ke sistem Perusahaan; dan •
pengendalian internal: Perusahaan menerapkan mekanisme pengendalian internal dalam semua proses Perusahaan dan menyimpannya selama jangka waktu kontrak dengan setiap pelanggan. Ini termasuk pemeriksaan secara acak terhadap semua pelanggan baru, pemeriksaan pada saat instalasi
untuk
menilai
apakah
seorang
pelanggan
perumahan mungkin untuk menggunakan produk dan layanan Perusahaan
untuk
tujuan
komersial
(bukan
untuk
penggunaan pribadi) dan pemeriksaan pasca-pemasangan untuk memastikan apakah sudah atau belum ada tawaran layanan non-standar oleh staf penjualan atau hadiah uang tunai yang diberikan kepada teknisi pada saat
Halaman 211 SNG92245/2
164137-0001
instalasi. Perusahaan juga mengkaji rekaman panggilan layanan pelanggan untuk memastikan tidak ada informasi yang menyesatkan yang diberikan kepada pelanggan oleh petugas
layanan
dan
bahwa
semua
masalah
layanan
pelanggan diselesaikan secara memuaskan. Perusahaan
juga
mengawasi
tingkat
penggunaan
pelanggan
layanan FastNet dan mengumpulkan data dengan menggunakan sistem
manajemen
Sandvine
Jika
bandwidth.
pelanggan
terbukti menunjukkan gejala dan kecenderungan penggunaan broadband
yang
sesuai
untuk
penggunaan
untuk
keperluan
komersial dan bukan penggunaan perumahan, Perusahaan akan mengambil
tindakan
yang
diperlukan
untuk
memvalidasi
kesimpulan ini sebelum mengakhiri sambungan pelanggan dan mengambil tindakan penegakan aturan lainnya.
11.
KARYAWAN
11.1 Staf Pada tanggal 30 Juni 2014, Perusahaan memiliki 677 karyawan yang
semuanya
memiliki
bekerja
serikat
di
pekerja
Indonesia.
dan,
Perusahaan
sepengetahuan
tidak
Perusahaan,
tidak ada karyawan yang menjadi anggota serikat pekerja. Perusahaan menganggap hubungan dengan karyawannya berjalan baik.
Perusahaan
berusaha
untuk
menjaga
hubungan
baik
dengan semua karyawan dengan mengelola masalah dan setiap keluhan
melalui
komunikasi
yang
Halaman 212 SNG92245/2
164137-0001
terbuka
dan
jelas.
Departemen
sumber
mendukung
beberapa
misalnya
mengatur
seluruh
daya
manusia
kegiatan perayaan
karyawan
juga
karyawan Hari
Perusahaan
berkoordinasi dalam
Kartini dan
dan
perusahaan,
yang
mengundang
mengadakan
forum
kepemimpinan minimal sekali setahun untuk kepala divisi dan departemen
dimana
Manajemen
menyampaikan
apresiasinya
kepada karyawan atas kerja keras mereka dan berbagi hasil kinerja, target dan harapan Perusahaan. Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah karyawan Perusahaan per 30 Juni 2014 dan 31 Desember 2011, 2012 dan 2013: Per 31
Per 31
Per 31
Per 30 Juni
Desember 2011
Desember 2012
Desember 2013
2014
Senior manajer
7
8
13
13
Technical
47
55
68
63
Operations
242
335
321
313
Sales and marketing
101
123
140
113
General
96 115
107
92
administration Regional
47
56
80
83
Total karyawan
540
692
729
677
Pada
tahun
penjualan
dan
2014
Perusahaan
pemasaran
dan
merasionalisasi sebagai
akibatnya
operasi terjadi
pengurangan jumlah karyawan pada tanggal 31 Desember 2013.
Halaman 213 SNG92245/2
164137-0001
11.2 Pelatihan Karyawan Perusahaan memberikan pelatihan kepada karyawan di semua tingkatan
dan
Fungsional
telah
&
“Program
menetapkan
Kepemimpinan”
yang
Pengembangan
komprehensif
dan
terstruktur yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi keterampilan teknis dan soft skill bagi para karyawannya. Program
pelatihan
umum
meliputi
pelatihan
induksi
bagi
karyawan baru mengenai kebijakan dan prosedur Perusahaan. Staf
Penjualan
diberikan
pelatihan
mengenai
layanan
pelanggan dan supervisor dan manajer diberi pelatihan yang berkaitan dengan keterampilan khusus yang diperlukan untuk memenuhi
peran
dan
tanggung
jawab
mereka.
Sejak
2011
Perusahaan memiliki program pelatihan bahasa Inggris untuk karyawan.
11.3 Manajemen Kinerja Evaluasi
kinerja
karyawan
dilakukan
dengan
menggunakan
Electronic Performance Management System yang terbaik di kelasnya (“E-PMS”).
Pengembangan E-PMS terinspirasi oleh
prinsip “Manajemen berdasarkan Tujuan” Perusahaan. Bonus, kenaikan
gaji
dan
promosi
jabatan
karyawan
disesuaikan
dengan kinerja pekerjaan. E-PMS digunakan oleh departemen sumber daya manusia Perusahaan untuk menghitung insentif karyawan tahunan.
Halaman 214 SNG92245/2
164137-0001
11.4
Tunjangan karyawan
Sesuai
dengan
peraturan
di
Indonesia,
seluruh
karyawan
Perusahaan berhak atas manfaat pensiun berdasarkan Program Jaminan
Sosial
memerlukan
iuran
Tenaga
Kerja
bulanan
(Jamsostek).
sebesar
6,24%
Program
dari
gaji
ini kotor
karyawan, dimana 2% dipotong langsung dari gaji karyawan. Selain membayar iuran bulanan sebesar 4,24% dari gaji kotor karyawan, Perusahaan tidak memiliki kewajiban lebih lanjut untuk
memberikan
pembayaran
kepada
karyawan
di
dalam
program ini.
12.
IZIN BEROPERASI
Untuk dapat menjalankan bisnisnya secara sah, Perusahaan telah memperoleh atau memiliki perijinan berikut ini: •
Izin Penyelenggaraan Jasa Akses Internet (“Ijin ISP”);
•
Izin
Penyelenggaraan
Jaringan
Tetap
Lokal
Berbasis
Packet Switched (“Ijin Jaringan Tetap Lokal”); •
Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup; dan
•
Izin
Penyelenggaraan
Penyiaran
Lembaga
Penyiaran
Berlangganan Jasa Penyiaran Televisi (“IPP”) – ijin ini
berlaku
selama
sepuluh
tahun
sejak
tanggal
dikeluarkan dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan kepada Menkominfo. Izin ini dipegang oleh oleh
FMTV
dan
Perusahaan
Halaman 215 SNG92245/2
164137-0001
memiliki
hak
untuk
mengoperasikan Bisnis TV Kabel dengan ijin ini sesuai dengan Perjanjian TV Kabel. Ijin
ISP,
Ijin
Penyelenggaraan
Jaringan
Jaringan
Tetap
Tetap
Lokal
Tertutup
dan
berlaku
Ijin selama
Perusahaan mematuhi ketentuan-ketententuan yang disebutkan di dalamnya, yang dapat dilakukan evaluasi setiap tahun dan evaluasi
lebih mendalam setiap lima tahun sekali.
Perusahaan percaya bahwa Perusahaan telah memiliki semua izin usaha yang diperlukan untuk mengoperasikan bisnisnya.
13.
PERSAINGAN
Perusahaan menghadapi persaingan dari perusahaan lain di setiap bisnisnya. Layanan NGBB Perusahaan bersaing dengan penyedia layanan broadband nasional dan regional seperti Speedy (PT Telkom) dan Max3 (Biznet); layanan TV Kabel Perusahaan
bersaing
dengan
penyedia
satelit
DTH
seperti
Indovision (PT MNC Sky Vision Tbk); dan layanan komunikasi data bersaing dengan penyedia Enterprise Services lainnya seperti PT Telkom dan PT Indosat. Perusahaan percaya bahwa, meskipun pasar TV broadband dan TV berbayar di Indonesia kompetitif, Perusahaan memiliki keuntungan yang signifikan, seperti
yang
tertuang
dalam
“Kekuatan
dan
Strategi”
tersebut di atas, baik terhadap pesaing lama maupun calon pesaing baru.
Halaman 216 SNG92245/2
164137-0001
13.1 Broadband Layanan
di
broadband
Indonesia
tersedia
melalui
dua
teknologi utama: (i) layanan fixed broadband seperti ADSL, kabel
broadband
dan
serat;
dan
(ii)
broadband
nirkabel
melalui teknologi mobile, seperti LTE dan 3G. Mengingat topografi yang khas di Indonesia, yang terdiri dari 17.000 pulau, dan penduduknya tersebar luas, broadband nirkabel
merupakan
teknologi
yang
lebih
ekonomis
untuk
penyediaan layanan broadband di luar kota-kota besar di Indonesia, khususnya bagi pelanggan dalam kategori sosial ekonomi rendah dan untuk rumah tangga di luar area cakupan broadband tetap. Namun, berdasarkan MPA, meskipun layanan broadband nirkabel tumbuh lebih cepat, broadband nirkabel diperkirakan
tidak
bersaing
sebagai
pengganti
teknologi
broadband tetap karena konektivitas broadband nirkabel yang kurang
dapat
broadband
diandalkan
nirkabel
dan
stabil.
diperkirakan
akan
Berdasarkan menjadi
MPA,
pelengkap
broadband tetap. Berdasarkan adalah
MPA,
ADSL,
pasar
yang
broadband
mewakili
tetap
89,9%
dari
sebagian total
besar jumlah
pelanggan broadband tetap, sedangkan teknologi broadband tetap generasi berikutnya, seperti kabel, menempati sisanya sebesar 10,1% dari total pelanggan. Namun, berdasarkan MPA, kompetisi untuk broadband di Indonesia masih belum agresif pada tahap ini, dengan terbatasnya sejumlah pemain yang
Halaman 217 SNG92245/2
164137-0001
menawarkan layanan koneksi kecepatan tinggi terkait dengan hambatan yang besar yang antara lain belanja modal yang cukup besar untuk membangun network build-out dan kesulitan dalam
mendapatkan
persetujuan
dan
ijin
dari
pemerintah
daerah dan masyarakat untuk menggunakan jaringan last mile. Pasar
broadband
tetap
diperkirakan
akan
tetap
sangat
terbatas dan supply driven selama lima tahun ke depan. Dalam pasar NGBB di Indonesia, Perusahaan adalah pemimpin pasar dengan pangsa pasar sekitar 98% berdasarkan jumlah pelanggan per 31 Desember 2013, berdasarkan MPA. Perusahaan merupakan
satu-satunya
pemain
dengan
track
yang
record
terbukti memperluas jaringan broadband generasi berikutnya dengan lebih dari 250.000 rumah yang dicapai pada tahun 2012 dan 2013. MPA percaya kekuatan dan kemampuan untuk peluncuran perluasan jaringan Perusahaan merupakan faktor kunci Perusahaan dalam mempertahankan kepemimpinan pasar dan keunggulan first mover nya. Jaringan
NGBB
cepat
dan
Mbps,
yang
Perusahaan
handal,
menyediakan
dengan
menawarkan
kecepatan
pilihan
layanan
download
menarik
kepada
broadband hingga
100
pelanggan
rumahan di daerah cakupan. Berdasarkan MPA, di beberapa daerah cakupan, satu-satunya alternatif yang tersedia bagi rumah
tangga
maksimum Telkom,
3
adalah
Mbps
yang
yang
merupakan
broadband disediakan pesaing
Halaman 218 SNG92245/2
164137-0001
ADSL oleh utama
dengan Speedy
kecepatan milik
Perusahaan
PT
dalam
tetap.
broadband
Selain
itu,
PT
Telkom,
yang
merupakan
badan usaha milik negara, mendorong tujuan MP3EI pemerintah Indonesia untuk menyediakan akses nasional yang luas bagi broadband, sementara Perusahaan terutama menargetkan pasar pelanggan inti yang relatif lebih makmur yakni Rumah Tangga A dan Rumah Tangga B di Jabodetabek, Surabaya dan Bandung. Mengingat keunggulan teknologi dan skala yang dimiliki oleh Perusahaan, berdasarkan MPA, intensitas kompetitif dalam ruang broadband tetap relatif belum agresif. Sejauh ini potensi persaingan baru dalam teknologi FTTH memiliki
dampak
jaringan
FTTH
jaringan lama.
ini
terbatas. mengalami
sehingga
Misalnya,
Berdasarkan kesulitan
menyebabkan
meskipun
PT
MPA,
dalam
meluncurkan
penundaan
Telkom
telah
operator
yang
cukup
mengumumkan
rencananya pada tahun 2011 untuk meluncurkan jaringan FTTH secara
agresif,
mengindikasikan
namun
peluncuran
ia
belum
jaringan
mengumumkan skala
FTTH
atau rumahan
sampai saat ini. Berdasarkan MPA, peluncuran FTTH MQM ini kemungkinan akan terbatas dan dibatasi oleh properti milik Sinarmas, perusahaan induknya. Berdasarkan MPA, MNC Play baru-baru ini diluncurkan pada bulan Januari 2014 untuk meluncurkan
jaringan
FTTH
dan
peluncuran
tersebut
masih
dalam tahap uji coba dengan tidak ada indikasi kapan bisa sepenuhnya mengingat
digunakan keunggulan
secara Perusahaan
komersial. sebagai
Halaman 219 SNG92245/2
164137-0001
Selain
first mover
itu, dan
tingkat
penetrasi
diperkirakan cakupan
yang
tinggi, peluncuran
tidak
akan
tumpang
Perusahaan
yang
ada
tindih
dan
jaringan
FTTH
dengan
wilayah
mengakibatkan
tekanan
persaingan yang signifikan karena Perusahaan yakin bahwa pesaing mungkin mempertimbangkan potensi kerugian ekonomi bagi operator kedua untuk masuk karena kendala alami yang tinggi.
13.2 TV Kabel Mirip dengan teknologi broadband nirkabel, karena kondisi topografi satelit
Indonesia DTH
Berbayar
telah
karena
dan
populasinya
menjadi
memberikan
yang
platform platform
tersebar
inkumben yang
luas,
untuk
secara
TV
ekonomi
layak untuk pengiriman konten TV secara nasional. PT MNC Sky Vision Tbk merupakan pelaku awal dan merupakan pemimpin pasar saat ini, tetapi rendahnya hambatan terkait dengan bisnis satelit DTH terus menarik minat pemain baru seperti
TransVision,
K-Vision
dan
IMTV,
sehingga
menimbulkan tekanan persaingan langsung di TV berbayar DTH dalam hal tarif, konten dan kemasan. TV Kabel, yang merupakan pilihan alternatif bagi pelanggan TV
berbayar
Indonesia,
telah
dirintis
oleh
Perusahaan
dengan memanfaatkan kemampuan jaringan tersebut. Layanan TV Kabel Perusahaan telah menjadi platform TB berbayar yang menarik
di
area
layanan
Perusahaan
Halaman 220 SNG92245/2
164137-0001
seperti
Jabodetabek,
Surabaya dan Bandung, karena Perusahaan memiliki Jaringan yang sangat canggih, penawaran produk unggulan dan hubungan yang baik dengan pelanggan. Sehubungan dengan pesaing TV berbayar
DTH
Perusahaan
dapat
memanfaatkan
keunggulan
kompetitif Jaringannya untuk membedakan dirinya dari para pemain DTH lain dengan menyediakan kepada pelanggan layanan kualitas gambar yang lebih cerah, pilihan saluran HD yang lebih luas dan layanan interaktif dua arah, seperti videoSelain
itu,
Perusahaan
strategi
bundling
yang
berbeda dengan
layanan
broadband
yang
berkualitas
on-demand.
juga
mampu
menerapkan
menyediakan
dan
TV
kabel
paket dengan
harga yang menarik. Strategi bundling tersebut memungkinkan Perusahaan untuk menjadi kurang bergantung pada harga dan konten dan untuk mengurangi tingkat churn. Dalam ruang NGBB, operator lain, termasuk Biznet dan UseeTV milik PT Telkom (yang menggunakan teknologi IPTV), saat ini hanya menawarkan sejumlah saluran TV dan merupakan pemain skala lebih kecil di pasar TV berbayar, berdasarkan MPA. Televisi terrestrial digital adalah potensi pesaing lain di pasar.
Pemerintah
Indonesia
telah
mencanangkan
untuk
melakukan digitalisasi jaringan terrestrial analog nasional dan meluncurkan televisi terestrial digital (DTT). Dua fase pertama
alokasi
lisensi
untuk
menjalankan
jaringan
multipleks / antena sudah diselesaikan, dengan para pemain FTA
utama
diberikan
minimal
satu
Halaman 221 SNG92245/2
164137-0001
lisensi.
Meningkatnya
ketersediaan saluran FTA tambahan - baik SD maupun HD bisa mengakibatkan berkurangnya pangsa pemirsa saluran TV berbayar dan potensi penurunan pendapatan iklan bagi TV berbayar.
Perusahaan
broadband
yang
percaya
dipimpin
bahwa
dan
bundling
keunggulan
strategy teknologi
Jaringannya seharusnya mengurangi potensi dampak tersebut akibat dari adanya televisi terestrial digital.
13.3
Komunikasi data
Dalam memberikan bisnis DataComm kepada klien perusahaan, Perusahaan terutama bersaing dengan operator telekomunikasi lama seperti PT Telkom dan PT Indosat di wilayah cakupan inti dan dengan Biznet di Jakarta. Perusahaan memfokuskan pemasarannya yang
pada
memerlukan
berkualitas
perusahaan-perusahaan koneksi
tinggi,
di
data mana
besar
berkecepatan keandalan
terkemuka
tinggi
jaringan
dan
sering
menjadi “mission-critical”, termasuk Bursa Efek Indonesia dan lembaga-lembaga keuangan seperti PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. Perusahaan percaya bahwa keunggulan kompetitif kunci di bidang ini adalah kualitas layanan, yang didukung oleh backbone jaringan serat yang canggih yang menjamin Perusahaan dapat menawarkan kapasitas bandwidth
yang
signifikan
dan
handal
perusahaan.
Halaman 222 SNG92245/2
164137-0001
kepada
para
klien
14
MANAJEMEN DAN OPERASI/PELAKSANAAN
14.1 Organisasi dan fungsi Manajemen Manajemen
Perusahaan
manajemen
pusat
disusun
yang
dalam
terletak
di
tiga
tingkatan:
kantor
pusatnya
(i) di
Jakarta, (ii) manajemen regional di area layanan Jakarta, Surabaya dan Bandung dan (iii) manajemen tingkat bisnis untuk masing-masing bisnis perumahan dan perusahaan.
Saat
ini manajemen regional di Surabaya juga bertanggung jawab untuk area layanan Bali. Manajemen pusat Kantor pusat Perusahaan terletak di Jakarta, di mana fungsi inti seperti jaringan dan teknologi, pemasaran, ekspansi infrastruktur
dan
sumber
manusia,
daya
pemeliharaan,
keuangan
pengadaan,
dan
Manajemen
akuntansi, tempat
dan
persediaan, fungsi sekretaris hukum dan korporasi dikelola. Bagan
di
bawah
ini
menunjukkan
pusat Perusahaan.
Halaman 223 SNG92245/2
164137-0001
struktur
dari
manajemen
CEO
Headquarters (Jakarta)
Regional
Technology & Network
Direct Sales Jakarta
Residential
Operations
Direct Sales Surabaya & Bali
Enterprise
Marketing & Content
Business
Direct Sales Bandung
Finance & Accounting Procurement, Workplace H&S & HR Legal & Corporate Secretary
Manajemen regional Setiap
kantor
cabang.
regional
Fungsi
inti
dipimpin seperti
oleh
seorang
perluasan
manajer
jaringan
dan
infrastruktur, pengelolaan gudang, manajemen keuangan dan akuntansi dan tempat ditetapkan dalam skala kecil untuk mengoptimalkan
pengalaman
Surabaya
memiliki
sendiri,
dan
operasi
Bandung
pelanggan pusat
memanfaatkan
di
kontak
wilayah dan
ini.
telesales
infrastruktur
pusat
kontak Jakarta. Bagan di bawah ini menunjukkan struktur dari manajemen daerah Perusahaan.
Halaman 224 SNG92245/2
164137-0001
DIRECTOR
Branch Manager
Technology & Network
Operations
Residential (single dwelling unit)
Marketing
Enterprise (Datacomms & TV)
Headquarters
Headquarters
Finance & Accounting Procurement, Workplace H&S & HR
Manajemen tingkat bisnis Manajemen di tingkat bisnis dibagi menjadi perumahan dan perusahaan.
Manajemen
perumahan
bertanggung
jawab
atas
penyediaan produk broadband utama FastNet dan HomeCable di wilayah pemukiman. Manajemen perusahaan bertanggung jawab atas bisnis DataComm, bersama dengan Penjualan Iklan.
15
SUPPLIERS
Perusahaan menerapkan kebijakan pengadaan disiplin untuk memastikan
proses
yang
tepat
waktu
dan
efisien
serta
memaksimalkan pengaruh ekonomi Perusahaan. Hal ini dicapai melalui praktek pemasok yang telah menyetujui sebelumnya
Halaman 225 SNG92245/2
164137-0001
dan sistem Perusahaan yang mengharuskan persetujuan untuk setiap pesanan pembelian. Perusahaan menyimpan daftar pemasok yang telah disetujui yang
memungkinkannya
untuk
mengembangkan
suatu
database
yang solid tentang pemasok terdaftar sebagai sumber barang dan jasa, konsultan dan kontraktor. Perusahaan melakukan uji tuntas terhadap satu
pemasok sebelum menambahkannya ke
daftar tersebut, berkenaan dengan posisi keuangan pemasok dan persyaratan pasokan dan harga dan melakukan kunjungan fisik yang
(jika
perlu).
diharapkan
Pemasok
oleh
yang
Perusahaan
mempertahankan ditambahkan
standar
ke
daftar
pemasok yang disetujui Perusahaan. Pemasok yang termasuk dalam daftar atau pemasok yang disetujui akan dievaluasi setiap
tahun
berdasarkan
harga
mereka,
kemampuan
mereka
untuk mengirim dan kualitas yang mereka tawarkan. Permintaan pembelian harus diserahkan atas setiap pembelian barang atau jasa. Persyaratan permintaan pembelian berbeda sesuai dengan nilai pembelian yang relevan tetapi setiap permintaan
pembelian
minimal
harus,
diserahkan
kepada
kepala divisi yang relevan dan direktur yang bertanggung jawab
dan
disertai
dengan
setidaknya
kompetitif
dari
vendor
terkemuka
sebelumnya
oleh
Perusahaan.
Para
dua
yang
kutipan
telah
penandatangan
resmi
disetujui pesanan
pembelian akan tergantung pada nilai barang yang dibeli,
Halaman 226 SNG92245/2
164137-0001
tetapi setiap pesanan pembelian akan ditandatangani oleh setidaknya Kepala Departemen Pengadaan dan Kepala Divisi ManajemenSupply Chain. Lima
pemasok
utama
Perusahaan
(kecuali
penyedia
konten)
adalah: PT Samsung Electronics Indonesia (box set-top); PT Multipolar Technology Tbk (sistem terminasi modem kabel); PT Catur Mitra Adhikara (kabel koaksial, konektor dan bahan pendukung lainnya); PT Konexindo Unitama (kabel koaksial, konektor dan materi hub lainnya); dan PT Furukawa Optical Solutions
Indonesia
(kabel
serat
optik).
Persentase
pembelian ke pemasok terbesar Perusahaan (tidak termasuk penyedia konten) kurang dari 13% dari total pengeluaran Perseroan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013. Perusahaan
membeli
sebagian
besar
peralatan
Jaringan
komputer nya dari Cisco, sesuai dengan Kredit Vendor. Dalam pengaturan ini Cisco mengirimkan peralatan dimuka kepada Perusahaan dalam nilai yang sama dengan total harga produk yang dipesan oleh Perusahaan dari Cisco untuk jangka waktu tiga tahun. Perusahaan melunasi pengiriman dimuka tersebut dengan cicilan per triwulan. Kredit Vendor ini memungkinkan Perseroan
untuk
mengakses
pembiayaan
untuk
peralatan
jaringan pada tingkat bunga yang lebih rendah. Perusahaan membeli bandwith dari operator lapis pertama, baik nasional maupun internasional dan memiliki kapasitas
Halaman 227 SNG92245/2
164137-0001
internasional
bandwidth
180
Gbps.
Perusahaan
bergantung
pada bandwidth ini untuk menghubungkan jaringan fisik di setiap wilayah layanan. First Media dan Perusahaan berada di
bawah
pengaturan
dimana
setiap
pihak
setuju
untuk
mengatur penyediaan bandwidth untuk yang lain jika memiliki kelebihan bandwidth yang tersedia. Dengan cara ini, masingmasing pihak memanfaatkan posisi tawar yang lain ketika membeli bandwith dari pemasok pihak ketiga.
Perusahaan
memiliki hak untuk menggunakan 10 Gbps kapasitas transmisi kabel laut Nap Info ini dari Jakarta ke Singapura untuk jangka waktu 15 tahun, mulai 1 Januari 2011. Perusahaan dapat
memperpanjang
perjanjian
ini
pada
akhir
masa
berlakunya untuk jangka waktu lima tahun, dengan ketentuan bahwa
izin
Perusahaan
operasional memiliki
Nap
opsi
Info untuk
ini
masih
membeli
berlaku.
hak
untuk
menggunakan 20 Gbps tambahan kapasitas transmisi yang dapat dilaksanakan sampai 1 Oktober 2015 dengan harga US $ 15 juta. Perusahaan memiliki hak untuk menggunakan satu pasang kabel serat optik komunikasi laut PT Indosat dari Jakarta ke Singapura untuk periode 1 Januari 2013 sampai dengan 31 Desember 2024 Perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT Indosat
pada
28
Januari
2013
dimana
Indosat
akan
menyediakan jasa operasional dan pemeliharaan sehubungan
Halaman 228 SNG92245/2
164137-0001
dengan
kabel
serat
optik
tersebut
dan
Perusahaan
akan
membayar US $ 675.000 per tahun untuk layanan operasional dan pemeliharaan tersebut. Biaya
yang
dibayarkan
kepada
penyedia
konten
TV
kabel
adalah biaya operasi tertinggi untuk Perusahaan Bisnis TV Kabel. Bila memungkinkan, Perusahaan melakukan perjanjian tripartit (misalnya dengan IMTV) dan penyedia konten untuk memaksimalkan posisi tawar.
16
KEKAYAAN INTELEKTUAL
Perusahaan bergantung pada kombinasi merek dagang, merek layanan, pendaftaran nama domain, perlindungan hak cipta dan pembatasan kontrak untuk membangun dan melindungi nama merek dan logo, desain pemasaran dan nama domain internet. Perusahaan tidak sangat tergantung pada paten milik pihak ketiga atau lisensi selain lisensi untuk menggunakan First Media (HomeCable) dan First Media (FastNet) dan FiRST Media (FastNet HomeCable DataComm) dari First Media.
16.1 Merek dan hak kekayaan intelektual berlisensi Perusahaan menawarkan produk dibawah merek First Media dan dibawah
sub-merek
FastNet,
HomeCable
Halaman 229 SNG92245/2
164137-0001
dan
DataComm.
Perusahaan telah menandatangani perjanjian lisensi dengan First Media untuk menggunakan merek berikut yang meliputi "First Media" Nama: FiRST Media (HomeCable); FiRST Media (FastNet); dan FiRST Media (FastNet HomeCable DataComm), dan hak kekayaan intelektual terkait, yang mengikuti suatu perjanjian amandemen, dan akan berakhir pada 26 Juni 2031.
16.2 Merek dagang Perusahaan menggunakan merek dagang tertentu dalam operasinya sehari-hari, termasuk semua merek dagang yang berkaitan dengan merek FastNet, HomeCable dan DataComm, dan melindungi hak kekayaan intelektual melalui pendaftaran dengan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Direktorat Hak Kekayaan Intelektual. Tabel di bawah ini mencantumkan semua merek dagang di mana Perusahaan memiliki kepentingan terdaftar. Merek Dagang Terdaftar Sertifikat
Merek Dagang
Merek Dagang
IDM000050752 tertanggal 14 September 2005 MyNet IDM0000116830 tertanggal 4 Mei 2012
DIGITAL CABLEVISION
IDM000118254 tertanggal 7 Mei 2012
DIGITAL CABLEVISION
IDM000184099 tertanggal 4 Mei 2012
FASTNET 1500
IDM000184100 tertanggal 4 Mei 2012
HOMECABLE 88 PREMIUM
IDM000184101 tertanggal 4 Mei 2012
FASTNET 768
Halaman 230 SNG92245/2
164137-0001
IDM000184102 tertanggal 4 Mei 2012
FASTNET
IDM000184103 tertanggal 4 Mei 2012
FASTNET 384
IDM000184104 tertanggal 4 Mei 2012
HOMECABLE 17+
IDM000184105 tertanggal 4 Mei 2012
FASTNET 64
IDM000184106 tertanggal 4 Mei 2012
HOMECABLE 88
IDM000184107 tertanggal 4 Mei 2012
FASTNET 3000
IDM000184108 tertanggal 4 Mei 2012
FASTNET 512
IDM000184109 tertanggal 4 Mei
2012
HOMECABLE
IDM000187171 tertanggal 4 Mei
2012
HOMECABLE SWEET 15
IDM000188868 tertanggal 4 Mei 2012
3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM
IDM000188869 tertanggal 4 Mei 2012
3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM
IDM000188871 tertanggal 4 Mei 2012
3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM
IDM000188873 tertanggal 4 Mei 2012
3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM
481584 tertanggal 29 Juni 2001
Link Net
481585 tertanggal 29 Juni 2001
Link Net
481586 tertanggal 29 Juni 2001
Link Net
479738 tertanggal 4 Mei 2012
K@BELNET
480362 tertanggal 4 Mei 2012
K@BELNET
IDM000032392 tertanggal 4 Mei 2012
KABELNET
IDM000032393 tertanggal 4 Mei 2012
KABELVISION
Perusahaan saat ini sedang dalam proses pendaftaran hak atas merek dan merek dagang berikut: Nomor Permohonan Merek Dagang
Etiket
J00 2011 047442 tertanggal 22 November 2011
HomeCable Showtime
J00 2011 0 47444 tertanggal 22 November 2011
Showtime
Halaman 231 SNG92245/2
164137-0001
16.3 Nama domain Perusahaan
memiliki
sejumlah
nama
domain
internet.
Ini
termasuk nama domain aktif, yaitu: (i) Linknet.co.id; (ii) Linknet.id; dan (iii) Link.net.id.
17
INVESTASI LAIN DAN AKUISISI POTENSIAL
IMTV Perusahaan
memiliki
kepemilikan
ekuitas
sebesar
15%
di
IMTV, penyedia layanan TV berbayar melalui satelit dibawah merek "BIGTV". IMTV
meluncurkan
layanannya
pada
September
2013
dan
mencapai cakupan nasional pada bulan November 2013. IMTV menggunakan
kapasitas
tujuh
transponder
untuk
membawa
hingga 153 saluran SD dan 24 saluran HD. Basis sasaran pelanggan inti adalah Rumah Tangga kelas B, C dan D. Perusahaan saat ini tidak menganggap IMTV sebagai pesaing utama bagi HomeCable, terutama karena IMTV baru memasuki pasar
pada
tahun
2013
dan
menawarkan
layanan
TV,
yang
dilakukannya melalui satelit. IMTV tidak menawarkan layanan broadband.
Perusahaan
menawarkan
layanan
TV
juga
melihat
paket
broadband
Halaman 232 SNG92245/2
164137-0001
kemampuannya dan
dalam
berbasis
langganan
sebagai
keunggulan
kompetitif
yang
signifikan
terhadap IMTV dan operator DTH lainnya. Perusahaan percaya bahwa investasi di IMTV adalah sebagai pelengkap untuk memberikan
Bisnis TV kabel yang sudah ada karena
kepada
Perusahaan
eksposur
tidak
langsung
ke
pasar yang saat ini tidak dilayani, dan dengan demikian memberikan
Perusahaan
menyuplai
informasi
intelijen untuk
pasar
strategi
yang
berguna
perluasan
yang
jaringan
jangka menengah hingga jangka panjang Perusahaan. IMTV juga memberikan
Perusahaan
visibilitas
tentang
driver
dan
tantangan komersial yang dihadapi oleh para operator DTH. Perusahaan
dan
IMTV
memanfaatkan
sinergi
dalam
bisnis
mereka dengan menggunakan daya beli gabungan mereka untuk membuat dalam perjanjian tripartit dengan berbagai penyedia konten televisi untuk mengamankan posisi terbaik.
FMTV dan Lynx Perusahaan
mungkin
mempertimbangkan
untuk
mengakuisisi
secara substansial seluruh saham di FMTV yang dimiliki oleh First Media ("Akuisisi FMTV")
dan / atau
di
Lynx yang
dimiliki oleh PT Graha Investama Andalan Terpadu ("Akuisisi Lynx"
dan
bersama-sama
dengan
Akuisisi
FMTV,
disebut
sebagai "Akuisisi Usulan"). Diskusi dengan para pemegang
Halaman 233 SNG92245/2
164137-0001
saham masing-masing berada pada tahap awal dan belum ada perjanjian formal telah dilakukan. Pertimbangan pembayaran oleh
Perusahaan
Penyempurnaan
tidak
Akuisisi
diharapkan Usulan
dalam
akan
bentuk
tunduk
pada
materi. berbagai
kondisi, termasuk, antara lain, persetujuan Menkominfo dan kepatuhan
terhadap
transaksi
afiliasi.
Akuisisi
Usulan
peraturan Dengan
(atau
OJK
yang
demikian
salah
satu
berlaku
waktu dari
tentang
dan mereka)
apakah akan
dilanjutkan sama sekali masih belum pasti. Perusahaan tidak lagi mengharapkan adanya perubahan material pada usahanya sebagai akibat dari Akuisisi Usulan, terlepas dari apakah transaksi tersebut selesai atau tidak.
18
PROPERTI, MESIN INDUSTRI DAN PERALATAN
Aset utama Perusahaan adalah Jaringannya
yang terdiri dari
banyak kabel, instalasi telekomunikasi, pertukaran berbagai ukuran dan peralatan transmisi, yang semuanya terletak di Indonesia. memiliki
Dalam
menjalankan
keuntungan
hak
usahanya,
penggunaan
lahan
Perusahaan
juga
tertentu
dalam
bentuk HGB , yang diberikan oleh badan pertanahan nasional Indonesia dan yang akan jatuh tempo antara 2018 dan 2043, tunduk
pada
hak
yang
berpihak
pada
perusahaan
untuk
memperbarui. HGB diberikan untuk jangka waktu maksimum 30 tahun. Sebuah HGB dapat diperpanjang untuk jangka waktu
Halaman 234 SNG92245/2
164137-0001
tambahan tidak melebihi 20 tahun oleh pemegang HGB yang mengajukan terkait
permohonan
sebelum
perpanjangan
berakhirnya
ke
jangka
kantor
pertanahan
waktu.
Sebelum
berakhirnya setiap jangka tambahan tersebut pemegang HGB dapat mengajukan permohonan untuk perpanjangan HGB tersebut pada sebidang lahan yang sama ke kantor pertanahan relevan. Aplikasi
untuk
pembaharuan
dan
perpanjangan
HGB
harus
dilakukan selambat-lambatnya dua tahun sebelum berakhirnya jangka
waktu
HGB
terkait.
Meskipun
badan
pertanahan
nasional memiliki kebijaksanaan berkaitan dengan pemberian berbagai perpanjangan cenderung memberikan perpanjangan dan perbaruan
HGB
hanya
jika:
(a)
tanah
masih
sepatutnya
digunakan sesuai dengan kondisi, sifat dan tujuan pemberian HGB tersebut ; (b) semua syarat dan ketentuan pemberian perpanjangan seperti HGB telah dipenuhi oleh pemegang HGB ; (c) pemegang HGB masih layak untuk memegang HGB; dan (d) belum ada perubahan dalam kebijakan zonasi oleh pemerintah, pengabaian tanah, kerusakan tanah (melalui misalnya bencana alam
atau
tindakan
tuhan)
atau
pencabutan
HGB
karena
pertimbangan kepentingan umum. Perseroan berkeyakinan bahwa mereka telah menerima semua lisensi dan izin yang diperlukan dari pemerintah setempat dan pemilik lahan untuk penempatan infrastruktur Jaringan Perusahaan
atas
tiang-tiang
yang
Halaman 235 SNG92245/2
164137-0001
dimiliki
oleh
pihak
ketiga, saluran bawah tanah yang dimiliki oleh otoritas lokal dan pemilik tanah lainnya dan lokasi kabel di wilayah udara pihak ketiga. Perusahaan juga mengadakan perjanjian sewa standar untuk menyewa ruang untuk menempatkan kabel serat optik pendukung di unit multi-hunian. Persyaratan perjanjian sewa standar tersebut
antara
tiga
sampai
lima
tahun
dan
dapat
diperpanjang dengan pemberitahuan tertulis sebelumnya oleh Perusahaan. Perseroan berkeyakinan bahwa properti, mesin-mesin dan peralatannya, tetap berada dalam kondisi baik dan cocok dan memadai untuk kegiatan usahanya. Tak satu pun dari properti materialnya yang tunduk pada easements materi yang mencegah atau membatasi kegiatan usaha Perusahaan saat ini atau yang diyakini memerlukan investasi atau biaya besar kedepannya. Pada tanggal 30 Juni 2014, Perseroan memiliki 16 bangunan dan sewa pada sewa jangka tetap (tidak termasuk tempat bersama di bawah perjanjian tempat bersama, lisensi jangka pendek dan sewa tiang-tiang yang melayani Jaringan) sekitar 21 bangunan dan bidang tanah, yang mencakup kantor-kantor , situs
operasional
dan
gudang.
Kantor
pusat
Perusahaan
berlokasi di Gedung BeritaSatu Plaza, Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 35-36, Jakarta Selatan, dan ditempati secara sewa. Sewa ini berakhir pada 31 Mei 2017.
Halaman 236 SNG92245/2
164137-0001
Beberapa aset tetap Perusahaan digunakan sebagai jaminan untuk Cisco untuk Kredit Vendor.
18
PROSES HUKUM
Dari
waktu
proses
ke
hukum
waktu,
Perseroan
menyangkut
hal-hal
mungkin yang
terlibat
timbul
dalam
sehubungan
dengan pelaksanaan usahanya. Saat ini, tidak ada materi klaim
atau
proses
hukum
yang
tertunda,
juga
tidak
ada
proses hukum yang melibatkan Perusahaan yang tidak dalam kegiatan usaha normal. Meskipun kepada
Perusahaan proses
tidak
perkara
terlibat
terkait,
atau
menjadi
Perusahaan
pihak
memahami,
berdasarkan laporan tahunan dan informasi publik lainnya, bahwa pemegang saham First Media, yang memiliki 41% dari saham yang diterbitkan, terlibat dalam proses arbitrase di Singapore dengan
International
sengketa
atas
Arbitration
joint
venture,
Centre
sehubungan
sehubungan
dimana
Pengadilan Banding Singapura telah memutuskan bahwa sekitar USD700.000
dari
kewajiban
pembayaran
di
bawah
putusan
arbitrase awal dilaksanakan terhadap First Media. Jumlah ini adalah di bawah 1% dari kewajiban pembayaran total di bawah
putusan
Singapura,
arbitrase
First
Media
awal. dan
Terkait pemegang
Halaman 237 SNG92245/2
164137-0001
dengan
proses
di
saham
AcrossAsia
Limited
("AcrossAsia"),
yang
memiliki
55,1%
dari
First
Media, terlibat dalam proses penegakan hukum di pengadilan Hong Kong. Selain itu, AcrossAsia telah dikenakan proses arbitrase dengan tidak
dan
kebangkrutan
sengketa percaya
berdampak,
pinjaman
bahwa
atau
Indonesia
dengan
salah
akan
di
First
satu
dalam
kaitannya
Media.
Manajemen
tuntutan
berdampak,
pada
hukum
tersebut
Perusahaan
atau
Penawaran ini.
19
PERJANJIAN YANG TERKAIT DENGAN AKUISISI JARINGAN PADA JUNI 2011
Pada tanggal 21 Maret 2011 Perusahaan mengadakan perjanjian dengan First Media menurut yang mana Perusahaan membeli aset , kewajiban dan hak penggunaan tertentu yang berkaitan dengan
Jaringan
Bisnis,
Bisnis
Broadband
dan
bisnis
TV
kabel dari First Media ("Perjanjian Master"). Para pihak tersebut
selanjutnya
implementasi
sepakat
untuk
kesepakatan-kesepakatan
melaksanakan berikut
untuk
memberikan pengaruh terhadap akuisisi:
Hak kekayaan intelektual: dua Perjanjian Pengalihan Hak Kekayaan
Intelektual
("Perjanjian
Kekayaan
Intelektual")
mengakibatkan
Halaman 238 SNG92245/2
164137-0001
Pengalihan pengalihan
Hak hak
kekayaan
intelektual
tertentu
kepada
Perusahaan,
termasuk merek "FastNet", "HomeCable" dan "DataComm";
Bisnis TV Kabel: Perusahaan tersebut tidak memiliki izin siaran
televisi,
Layanan
TV
Perjanjian
agar
Kabel, TV
Perusahaan
Perusahaan
kabel
dimana
dan FMTV
dapat FMTV
menyediakan
menandatangani
secara
tidak
dapat
dibatalkan dan tanpa syarat memberikan Perusahaan hak eksklusif untuk mengelola bisnis TV kabel di Indonesia untuk jangka waktu yang berakhir pada 10 November 2020. Perusahaan memiliki hak untuk memperbaharui perjanjian untuk
maksimal
10
tahun.
Berdasarkan
perjanjian
ini,
sebagaimana telah diubah, Perusahaan membayar FMTV biaya berlangganan Rp3.000 (tidak termasuk PPN) per pelanggan per bulan. FMTV juga membayar Perusahaan untuk berbagai layanan dan biaya;
Lisensi merek: berdasarkan Perjanjian Pemanfaatan Merek antara
First
memberikan
Media
kepada
dipindahtangankan
dan
Perusahaan,
Perusahaan dan
bebas
izin
First
yang
royalti
tidak
untuk
Media dapat
menggunakan
dan melakukan sampai 2031 dengan "Izin HKI", merek merek FiRST Media (HomeCable), FiRST Media (FastNet) dan FiRST Media
(FastNet
Perusahaan Media").
HomeCable
sendiri First
DataComm)
dikombinasikan
Media
saat
Halaman 239 SNG92245/2
164137-0001
ini
(yaitu
dengan
nama
menawarkan
merek "First layanan
broadband sebagai bagian dari Bisnis Wireless di bawah merek
First
Media.
Namun
demikian,
Perusahaan
tidak
menganggap First Media sebagai pesaing yang signifikan untuk Bisnis Broadband perusahaan karena Bisnis Wireless yang sangat kecil dalam hal jumlah pelanggan dan hanya tersedia di Jabodetabek dan Medan;
Perjanjian
Pemanfaatan
Jaringan:
setelah
mendapatkan
kepemilikan aset Jaringan dari First Media, Perusahaan menandatangani
Perjanjian
Pemanfaatan
Jaringan
dimana
First
diberikan
akses
jaringan
untuk
Media
menyampaikan
Bisnis
Wireless
ke
nya
(dan
jasa-jasa
lain
yang disepakati oleh Perusahaan dan First Media) kepada para
pelanggan
Perusahaan
dengan
berdasarkan
bayaran
konsumsi
terhutang
First
Media.
kepada Jaringan
Pemanfaatan Perjanjian juga mengharuskan, antara lain, Perusahaan
untuk:
(i)
Bandwidth
Internet
memberikan
alokasi
kepada
tertentu,
First
bersama
Media dengan
layanan nama domain atau DNS, sejauh diperlukan, dan satu protokol internet publik atau alamat IP kelas B ; dan (ii) membangun kabel tambahan dalam kaitannya dengan base
transceiver
dengan
First
dikeluarkan
station
Media
oleh
("BTS")
membayar
Perusahaan.
Halaman 240 SNG92245/2
164137-0001
50%
dari dari
Perjanjian
First
Media,
biaya ini
yang
berakhir
pada
21
Juni
2026,
meskipun
salah
satu
pihak
dapat
memperpanjang untuk periode lima tahun; dan
Layanan transisional dan pendukung: Perusahaan dan First Media telah menandatangani beberapa perjanjian lainnya dimana mereka setuju untuk menyediakan layanan transisi dan dukungan tertentu kepada satu sama lain, seperti dukungan layanan pelanggan, penyewaan ruang kantor dan lokasi bersama untuk peralatan jaringan, untuk mendukung usaha masing-masing.
Halaman 241 SNG92245/2
164137-0001
Not for distribution in or into the United States
BUSINESS UPDATE The following discussion contains an update and discussion on the operating and financial performance of PT Link Net Tbk. (the “Company”). THIS DOCUMENT DOES NOT CONSTITUTE AND IS NOT AN OFFER TO SELL OR THE SOLICITATION OF AN OFFER TO BUY SECURITIES (THE “SECURITIES”) OF THE COMPANY IN THE REPUBLIC OF INDONESIA, THE UNITED STATES OR ELSEWHERE. THE COMPANY HAS NOT REGISTERED AND DOES NOT INTEND TO REGISTER THE SECURITIES UNDER THE US SECURITIES ACT OF 1933, AS AMENDED (THE “SECURITIES ACT”) AND THE SECURITIES MAY NOT BE OFFERED OR SOLD IN THE UNITED STATES ABSENT REGISTRATION UNDER THE SECURITIES ACT OR PURSUANT TO AN EXEMPTION FROM, OR IN A TRANSACTION NOT SUBJECT TO, REGISTRATION. THE COMPANY DOES NOT INTEND TO MAKE ANY PUBLIC OFFERING OF THE SECURITIES IN THE UNITED STATES OR IN ANY OTHER JURISDICTION. The non-GAAP measures presented in this document are supplemental measures of the Company’s performance that are not required by, or presented in accordance with, IFAS or IFRS and should not be considered as an alternative to net profit, operating profit or any other performance measures derived in accordance with IFAS. They have limitations as analytical tools, and you should not consider it in isolation from, or as a substitute for, your own analysis of the Company’s financial condition or results of operations, as reported under IFAS. These non-GAAP measures are not standardised terms, hence a direct comparison between companies using such terms may not be possible. Certain data in this document, including financial, statistical, and operating information has been rounded. As a result of the rounding, the totals of data presented in this document may vary slightly from the actual arithmetic totals of such data. Percentages in tables have been rounded and accordingly may not add up to 100%. This document includes forward-looking statements. These forward-looking statements involve known and unknown risks and uncertainties, many of which are beyond the Company’s control and all of which are based on Management’s current beliefs and expectations about future events. Forward-looking statements are sometimes identified by the use of forward-looking terminology such as “believe”, “expects”, “may”, “will”, “could”, “should”, “shall”, “risk”, “intends”, “estimates”, “aims”, “targets”, “plans”, “predicts”, “continues”, “assumes”, “positioned” or “anticipates” or the negative thereof, other variations thereon or comparable terminology. These forward-looking statements include all matters that are not historical facts. They appear in a number of places throughout this document and include statements regarding the intentions, beliefs or current expectations of the Management or the Company concerning, among other things, expansion plans, the results of operations, financial condition, liquidity, prospects, growth, strategies, and dividend policy of the Company and the industry in which it operates. These forwardlooking statements and other statements contained in this document regarding matters that are not historical facts involve predictions. No assurance can be given that such future results will be achieved; actual events or results may differ materially as a result of risks and uncertainties facing the Company, including:
the Company’s ability to successfully implement its strategy for growth and expansion, including its ability to retain customers and manage customer churn;
changes in broadband technologies that could render certain technologies obsolete or could increase the cost of doing business;
economic, social and political conditions in Indonesia;
changes in the demographic environment;
changes in rent costs;
changes in the competitive landscape;
actions by customers and suppliers;
labour unrest and other difficulties;
increases in regulatory burdens in Indonesia;
performance of global financial markets;
fluctuations in foreign currency exchange rates; and Page 1
SNG88987/16 164137-0001
Not for distribution in or into the United States
other risks, uncertainties and factors set forth in this document.
Such risks and uncertainties could cause actual results to vary materially from the future results indicated, expressed, or implied in such forward-looking statements. Such forward-looking statements contained in this document speak only as of the date of this document. The Company, the Commissioners, the Directors, Management and their respective affiliates and representatives expressly disclaim any obligation or undertaking to update these forward-looking statements contained in the document to reflect any change in their expectations or any change in events, conditions, or circumstances on which such statements are based unless required to do so by applicable law or regulation.
UPDATE In line with its vision and mission, the Company has focused on pioneering the Next Generation Broadband (“NGBB”) and Cable TV markets in Indonesia, providing a highly attractive proposition to the Indonesian consumer, who in the vast majority of cases has only ADSL and DTH technologies as alternatives. The Company has rapidly expanded its Network in the largest and the most attractive metropolitan areas of Indonesia (according to MPA) since June 2011 to meet latent and underserved demand for NGBB services in Indonesia, while at the same time leading innovation in the Indonesian pay TV industry through the largest HD product offering and other value-added services, such as TV Anywhere, video-on-demand, catch-up TV, add-on TV content packages and new upgraded set-top boxes. Today, the Company is the undisputed leader and the only operator of scale in the NGBB market in Indonesia with 685,368 RGUs as at 30 June 2014 and an approximately 98% share of the NGBB market, based on number of NGBB customers as at December 2013 (according to MPA). The Company is the technology leader in Indonesia’s broadband and pay TV markets, operating an advanced fully bi-directional HFC network with approximately 1.3 million homes passed as at 30 June 2014. The Network has been designed and built out with specifications that are, according to MPA, in line with international standards set by leading operators in Asia, Europe and the United States. The Network is completely DOCSIS 3.0 enabled, allowing the Company to offer broadband download speeds of up to 100 Mbps to substantially all homes passed throughout the Network. The Network is expected to be over 60% 1 GHz enabled with the remaining Network to be fully 870 MHz compliant by the end of the first quarter of 2015, further affirming the Company’s technical leadership in the NGBB market and enabling it to provide a wider offering of HD, 3D and SD channels. The Company focuses on and derives the majority of its revenue (79.0% of total revenue in 2013) from providing residential NGBB and Cable TV Services, targeting the large and fast-growing upper- and middle-income segments in the core coverage areas that currently include Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, which are among the largest and most attractive metropolitan areas of Indonesia. Its core target customer base is the large and fast–growing 4.1 million A Households and B Households with monthly expenditure of over Rp2.0 million in these metropolitan areas, which has been growing at a CAGR of approximately 17.6% from 2010 to 2013, according to Nielsen. The Company’s entry-level package is also priced to attract the large number of C1 Households (with monthly expenditure of over Rp1.5 million to Rp2.0 million in the same areas, which totalled 2.6 million households as at 31 December 2013. The Company markets its residential NGBB services under the “FastNet” brand and its Cable TV Services under the “HomeCable” brand. Leveraging its advanced Network and its position as the only operator of scale in the NGBB market in Indonesia, the Company has implemented a successful product strategy – NGBB services bundled with a differentiated Cable TV offering – resulting in an attractive value proposition to the consumer. The Company’s fast and reliable NGBB service offers a highly attractive option to households in the Company’s coverage areas, which in the majority of cases have ADSL with maximum advertised speeds of 3 Mbps as the only alternative technology. At the same time, the Company's Cable TV proposition offers reliable service and high picture quality, differentiating itself from DTH operators, with the largest HD offering in Indonesia with, as at 31 July 2014, approximately 60 national and international channels and other value-added services that are enabled through its technologically advanced Network. The Company believes that the quality of the Company’s NGBB and Cable TV Services and its focus on customer service, providing a seamless customer interface for both services, are strong factors contributing to its success and high bundling rates, with 92% of all customers subscribing to both NGBB and Cable TV Services as at 30 June 2014. In addition to the provision of residential NGBB and Cable TV Services, the Company further leverages its Network and derives most of its remaining revenue (17.1% of total revenue in 2013) primarily through (i) the provision of data communications and support services to enterprise clients (“Enterprise Services”) under the “DataComm” brand and (ii) Advertising Sales. In respect of Enterprise Services, the Company targets leading corporations that require high-speed and high-quality data connections, where network reliability is often “mission-critical”, including the Indonesian Stock Exchange and financial institutions such as PT Bank Central Asia Tbk and PT Bank CIMB Niaga Tbk. In respect of Advertising Sales, the Company’s core customer base (comprising A Households and B Households in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung) provides advertisers with an opportunity to implement focused marketing strategies targeting affluent consumers in the upper- and middle-class segments of some of the most attractive metropolitan areas in Indonesia. Page 2 SNG88987/16 164137-0001
Not for distribution in or into the United States The Company’s focus on expanding the Network, leading innovation, enhancing customer service and achieving operational excellence has led to a consistent track record of growth and profitability. In 2013, the Company’s total revenue and adjusted EBITDA were Rp1,664.6 billion and Rp900.6 billion, respectively, representing increases of 28.0% and 28.3%, respectively, compared to the previous year. For the six months ended on 30 June 2014, the Company’s total revenue and adjusted EBITDA were Rp1,016.0 billion and Rp581.0 billion, respectively, representing increases of 29.1 % and 33.7%, respectively, compared to the same period in 2013. MEASURES OF FINANCIAL PERFORMANCE The table below sets out certain principal measures of the Company’s financial performance for the periods under review. The Company has provided this supplemental financial data so investors can be provided with the information that Management uses to measure the performance of the business. Management believes that these measures are useful supplements to the financial data presented under IFAS as a measure of the Company’s historical operating performance and its ability to generate cash from operations. For the six months ended 30 June 2012 2013 2013 2014 (Rp billions, unless otherwise stated) (unaudited)
For the years ended 31 December 2011
EBITDA ................................................................ 329.4 EBITDA Margin (%) ................................................................ 56.5% Adjusted EBITDA ................................................................ 329.4 Adjusted EBITDA Margin (%) ................................ 56.5%
701.8 54.0% 701.8 54.0%
874.2 52.5% 900.6 54.1%
432.4 54.9% 434.5 55.2%
581.0 57.2% 581.0 57.2%
EBITDA and Adjusted EBITDA are reconciled to the relevant line items in the financial statements below. Reconciliation from profit for the year to EBITDA and Adjusted EBITDA The following table sets out the reconciliation from profit for the year, a GAAP measure, to Adjusted EBITDA which is a nonGAAP measure.
For the years ended 31 December 2011
2012
148.4 Profit for the year/period ................................ Plus/(minus) adjustments Income tax expenses ................................................................ 52.2 200.6 Profit before income tax ................................ Plus/(minus) adjustments Share of loss in associate ................................................................ Finance income................................................................ (17.5)(1) Finance costs ................................................................ 33.3 216.4 Operating profit ................................................................ Plus/(minus) adjustments Depreciation expenses ................................................................ 110.6 Amortisation expense ................................................................ 2.4 329.4 EBITDA................................................................ Plus/(minus) adjustments Impairment charges due to policy change ................................Fees related to corporate action 329.4 Adjusted EBITDA ................................................................
2013 (Rp billions)
For the six months ended 30 June 2013 2014
339.0
362.2
210.0
277.7
120.7 459.7
125.1 487.3
71.9 281.9
95.3 373.0
0.9 (38.4)(1) 72.1 494.3
10.0 (24.3) 120.8 593.8
0.1 (16.8) 41.4 306.6
15.1 (8.2) 20.2 400.1
203.4 4.1 701.8
271.2 9.2 874.2
122.1 3.7 432.4
174.0 6.9 581.0
701.8
13.1 13.3 900.6
2.1 434.5
581.0
Note: (1)
As reclassified. Certain accounts in the statements of financial position as at 31 December 2011 and 2012 and statements of comprehensive income for the years ended 31 December 2011 and 2012 have been reclassified to conform with the presentation of the statement of financial position as at 31 December 2013 and the statement of comprehensive income for the year ended 31 December 2013
Page 3 SNG88987/16 164137-0001
Not for distribution in or into the United States
The non-recurring expenses during the periods under review comprise: (1) impairment charges related to a one time policy change of Rp13.1 billion which reflected charges relating to allowances for doubtful receivables taken in connection with the change in the calculation of churn and the discontinuation of the Selected Promotional Package and (2) fees related to corporate action of Rp13.3 billion. KEY PERFORMANCE INDICATORS The table below sets out the key performance indicators of the Company’s operations for the period under review.
As at and for the years ended 31 December 2011(a) Number of homes passed (in thousands)(1)................................ 654.9 RGU (in thousands) - Broadband ................................................................ 192.9 - Cable TV(4) ................................................................ 165.4 Penetration rate (%) ................................................................ 29% ARPU (Rp thousands/month)(5) - Broadband ................................................................ 231.3 - Cable TV(6) ................................................................ 168.2 Churn (%) - Broadband ................................................................ 1.6% - Cable TV ................................................................ 1.8%
2012
2013 (unaudited)
As at and for the six months ended 30 June 2014
932.8
1,194.3
1,313.0
289.8(2) 265.8(3) 31%
332.9 304.2 28%
357.1 328.3 27%
205.7 150.4
203.4 151.1
219.9 183.0
1.3% 1.5%
2.4% 2.6%
2.4% 2.4%
Note: (1) (2) (3) (4) (5)
(6)
(a)
The number of homes passed as at 30 June 2013 was approximately 1,046,000. Includes RGUs from the Selected Promotional Package of approximately 27,800. Includes RGUs from the Selected Promotional Package of approximately 27,600. Only accounts for residential RGUs and excludes multi-dwelling unit RGUs. Around 60% of revenue from Combo packages is attributed to broadband revenue and the remaining amount of around 40% is attributed to Cable TV revenue. This allocation excludes rental fees for set-top boxes and cable modems. Includes residential single-dwelling units only and excludes multi-dwelling units and other enterprise clients such as hotels. Calculated based on residential revenues (excluding multi-dwelling units and other revenues) divided by the average RGUs for the period. The financial information and key performance indicators for the year ended 31 December 2011 reflects the post-acquisition results generated from certain assets, liabilities and rights used in connection with the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business which were acquired from First Media in June 2011.
These key performance indicators involve management estimates, are not part of the Company’s financial statements or financial reporting systems and have not been audited or otherwise reviewed by an external auditor, consultant or expert. The definitions and method of calculation for each of these metrics is set out below in “Definitions of Financial Measures and Key Performance Indicators”. ARPU per month for any given period is calculated by dividing the revenue generated for that period by the average number of RGUs for the applicable period. The average number of RGUs is calculated by adding the number of RGUs at the beginning of the period to the number of RGUs at the end of the period and dividing by two. The result is then divided by the number of months in the relevant period to derive the per month figure. The ARPU per month for the year ended 31 December 2011 is calculated based on RGUs from July 2011 to December 2011, which fully reflect the post-acquisition results generated from certain assets, liabilities and rights used in connection with the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business upon completion of the Shares Subscription by ALD in June 2011. Management believes that ARPU is a useful metric for monitoring the operational performance of the Company particularly when measured over shorter periods of time. However, as the Company is growing and increasing the number of subscribers rapidly during the indicated periods, the ARPU figures determined on an annual or six-month basis will be distorted by the lower number of RGUs at the beginning of the period. In the second quarter of 2012 the Company introduced a low cost broadband and Cable TV promotional package to selected customers (the “Selected Promotional Package”). However due to its low entry price point compared to the Company’s other Page 4 SNG88987/16 164137-0001
Not for distribution in or into the United States packages, the Selected Promotional Package had a negative impact on the Company’s overall ARPU. The Company stopped selling the Selected Promotional Package at the end of 2012 and migrated the remaining Selected Promotional Package customers to its lower tier bundled packages in February 2013. The number of RGUs as at 31 December 2012 set out in the table above includes approximately 27,800 and 27,600 broadband and Cable TV RGUs, respectively. These RGUs generated significantly lower revenue as the packages had lower price points than the Company’s normal price points. The higher RGU numbers in 2012 and 2013 reduced ARPU, and discontinuation of the Selected Promotional Package increased the churn in 2013. Management believes that these elevated levels of RGUs and the lower revenue generated from them distort the performance of the underlying business including the subscriber growth of the Company’s core target audience. Half year financial and operating data The following table sets out certain financial operating data of the Company for each of the six month periods from 1 July 2011 to 30 June 2014. The unaudited six-month income statement data set forth below has been prepared on a basis consistent with the Company’s annual financial statements. The Company’s historical results are not necessarily indicative of the results that may be expected in the future.
As at and for the six months ended 31 Dec. 2011
30 June 2012
31 Dec. 2012
30 June 2013
31 Dec. 2013
30 June 2014
(unaudited) Revenue (Rp billions)
-
-
-
787.2
877.4
1,016.0
-
-
-
434.5
466.1
581.0
- Broadband................................ 192.9
226.4
289.8
293.9
332.9
357.1
- Cable TV ................................ 165.4
200.8
265.8
264.0
304.2
328.3
ARPU (Rp thousands/month)(1) - Broadband................................ 231.3
228.0
199.6
206.5
211.9
219.9
170.0
144.5
150.9
162.4
183.0
Adjusted EBITDA (Rp billions) RGU (in thousands)
- Cable TV ................................
168.2
Note: (1)
Around 60% of revenue from Combo packages is attributed to broadband revenue and the remaining amount of around 40% is attributed to Cable TV revenue. This allocation excludes rental fees for set-top boxes and cable modems.
DEFINITIONS OF FINANCIAL MEASURES AND KEY PERFORMANCE INDICATORS EBITDA and EBITDA margin EBITDA is a non-GAAP measure and is defined as the Company’s profit for the year before finance costs, finance income, share of loss in associate, income tax expenses, depreciation and amortisation. EBITDA Margin is EBITDA divided by revenue. Adjusted EBITDA and Adjusted EBITDA Margin Adjusted EBITDA is a non-GAAP measure and is defined as the Company’s profit for the year before finance costs, finance income, share of loss in associate, income tax expenses, depreciation and amortisation and is further adjusted by adding back certain non-recurring expenses to the Company’s profit for the year. Homes passed Homes passed refers to the number of homes and other residential units, such as apartments, that are connected or can be connected to the Network. This measure involves management estimates of potential connections to the Network and accuracy of these estimates may vary due to a number of factors. Page 5 SNG88987/16 164137-0001
Not for distribution in or into the United States
ARPU (broadband and Cable TV) ARPU refers to average revenue per residential customer, calculated on a yearly or half-year basis. ARPU per month for any given period is calculated by dividing the applicable revenue generated for that period by the average number of RGUs for the applicable period. The average number of RGUs is calculated by adding the number of RGUs at the beginning of the period to the number of RGUs at the end of the period and dividing by two. The result is then divided by the number of months in the relevant period to derive the per month figure. The ARPU per month for the year ended 31 December 2011 is calculated based on RGUs from July 2011 to December 2011, which fully reflect the post-acquisition results generated from certain assets, liabilities and rights used in connection with the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business upon completion of the Shares Subscription by ALD in June 2011. In this document, the Company presents monthly ARPU based on its revenue generated from broadband and Cable TV products, respectively. In each case, the relevant monthly average revenue for the period is divided by the average number of respective RGUs for the period. For the avoidance of doubt, the Cable TV ARPU is only for residential single-dwelling unit customers, and excludes contribution from multi-dwelling units such as serviced apartments, as well as other enterprise clients such as hotels. RGUs (broadband and Cable TV) RGUs refer to revenue generating units, which relate to sources of revenue, which may not always be the same as the number of customer accounts. The Company measures RGUs along its broadband and Cable TV services to monitor the performance of its business and review market trends, particularly relating to demand for bundled packages. In this document, the Company presents RGUs based on its broadband and Cable TV customers. For example, a customer who subscribes for a bundled package is considered both a broadband RGU and a Cable TV RGU. The churn rate affects the calculation of the number of subscribers which in turn affects ARPU during the period. The Selected Promotional Package also had an impact on the number of customers as well as some of the Company’s other operating metrics. For the avoidance of doubt, the Cable TV RGUs are only for residential single-dwelling unit customers, and excludes multidwelling units such as serviced apartments, as well as other enterprise clients such as hotels. Penetration rate Penetration rate refers to the estimated amount of potential broadband customers who have been successfully converted to actual broadband customers of the Company. The penetration rate is calculated by dividing the number of broadband RGUs as at the relevant date by the number of homes passed as at that date. In this document, the Company presents broadband RGUs as the representative customer metric due to our leadership in the NGBB market in Indonesia. As not all customers subscribe for broadband-inclusive bundled packages, the number of broadband RGUs is lower than the total number of unique customers. The broadband penetration rate is thus lower than if the Company calculated this rate based on unique customers. Churn Churn rate refers to the percentage measure of the number of customers who have, voluntarily or involuntarily, discontinued a service for which it had subscribed during the relevant period divided by the beginning number of customers for that period. In the second quarter of 2012, the Company introduced the Selected Promotional Package. However, the Company stopped selling the Selected Promotional Package at the end of 2012 and migrated the remaining Selected Promotional Package customers to its lower tier bundled packages in February 2013. This discontinuation led to an increase in the churn rate in 2013. In June 2013 the Company changed the manner in which it calculates its churn rate. In keeping with industry practice, the time period the Company uses to determine whether a customer has been lost and therefore to be included in the churn rate calculations will depend on whether the churn was voluntary (for example, the customer not renewing an expired subscription) or involuntary (for example, due to a customer moving residence or following non-payment of subscription fees). Prior to June 2013, a customer was included in the churn rate calculations: (i) where the churn was voluntary, at the end of the period that was two months following the discontinuation of the relevant service; and (ii) where the churn was involuntary, at the end of the period that was six months following the discontinuation of the relevant service. From June 2013 onwards, these time periods were shortened to: (i) immediately for voluntary churn; and (ii) three months for involuntary churn. The RGUs for 2013 (beginning with the operating results in the second half of 2013) and the first six months of 2014 have been adjusted to reflect the new definition of churn used by the Company. This change affects the comparability of the Company’s key performance indicators in 2011 and 2012 with 2013 and subsequent periods. Page 6 SNG88987/16 164137-0001
Not for distribution in or into the United States
Page 7 SNG88987/16 164137-0001
SIGNIFICANT FACTORS AFFECTING THE COMPANY’S RESULTS OF OPERATIONS Number of RGUs The Company’s results of operations are highly dependent on its ability to continue the expansion of its Network and the continued growth of its revenue generating base. As the Company continues to actively rollout its Network, the Company has increased the number of broadband and Cable TV customers during the periods under review. The Company monitors the net additions of broadband and Cable TV RGUs. The growth in RGUs has been the primary driver of revenue growth during the periods under review. Number of homes passed To increase the number of customers, which in turn drive revenue and profit growth, the Company aims to identify new attractive areas for Network expansion, execute the expansion efficiently and provide focused marketing to drive early penetration of its services. As the Company’s Network reach broadens, the Company is able to reach an increasing number of customers in its core target market of A and B Households. Along with the continued rollout of the Network in Jakarta, the Company expanded the Network from Surabaya to also include Greater Surabaya in 2013 and expanded the Network into Bandung towards the end of 2013. The Company measures the growth of its Network through a homes passed metric which estimates the number of homes and other residential units, such as apartments, that are connected or can be connected to the Network. This allows the Company to estimate the addressable market and focus its rollout plans and marketing efforts. Total homes passed has grown from approximately 506,000 as at 31 December 2010 to approximately 1.3 million as at 30 June 2014. The Company aims to increase the number of homes passed to approximately 1.8 million by 2016 within the current core coverage areas of Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung. Penetration rates The Company’s ability to attract new customers within its network coverage area affects its RGUs, and hence its revenues. The Company uses the penetration rate metric to measure the percentage of customers successfully converted from the total number of homes passed by the Network. Management uses broadband RGUs as the customer metric due to the Company’s leadership in the NGBB market in Indonesia. As a small number of customers do not subscribe for broadband-inclusive bundled packages, the number of broadband RGUs is slightly lower than the total number of unique customers. The broadband penetration rate is thus lower than it would be had the Company calculated this rate based on unique customers. The broadband penetration rate decreased slightly from 29% as at 31 December 2011 to 27% as at 30 June 2014 due to the high rate of increase in homes passed during that period. The rapid rate of increase has resulted in the Network being in a relatively early stage of coverage. Approximately 760,000 homes out of the current 1.3 million homes passed were passed after June 2011. The relatively less mature vintages of homes passed generally have lower penetration than those with more mature vintages. As the mix of less mature vintages of homes passed increases due to the rapid Network expansion, the Company's overall penetration rate decreases. The Company has an established track record of achieving profitable expansion due to the high penetration rates in new Network expansion, which are the result of effective cooperation between the Network rollout team and the sales and marketing team. The Company has been able to achieve consistent increases in penetration rates within the expansion areas and has been able to generate significant cash flow leading to a fast payback period and high returns on capital. Once an area within the Company's coverage matures beyond the initial expansion phase, the Company uses targeted remarketing efforts to further improve penetration rates and enhance returns on capital expenditure invested during the Network expansion. Target demographics The prevailing demographic conditions in Indonesia, and particularly in the areas where the Company currently operates, have an impact on the Company’s ability to generate revenues, both in terms of the number of RGUs and ARPU. Increased demand for broadband and Cable TV services has supported the expansion of the Company’s network since 2011. The Company targets the large and fast-growing upper- and middle-income segments in the core coverage areas that currently include Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, which are the largest and most attractive metropolitan areas of Indonesia. Its core target customer base is the large and fast–growing 4.1 million A Households and B Households with monthly expenditures of over Rp2.0 million in these metropolitan areas. The Company’s entry-level package is also priced to attract a large number of C1 Households (with monthly expenditures of over Rp1.5 million in the same areas, which totaled 2.6 million households as at 31 December 2013). The Company is expected to focus on the current core coverage areas of Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung over the medium term. However, the Company will also continue to evaluate new cities in Indonesia based on the demographics of the city and the potential financial return profile. With increasing income levels, the customer population in the Company’s target areas is expected to grow further as people from the large lower-income segment transition into the middle-income group and the middle-income group transitions into the upperPage 8 SNG88987/16 164137-0001
income group and demand higher speed and quality of broadband and cable TV services. As customers’ disposable income increases, the Company believes that the demand for the Company's products and services will increase. Managing churn rate The Company’s ability to successfully manage the churn of customers affects its revenue and profitability. In June 2013 the Company changed the manner in which it calculates its churn rate. In keeping with industry practice, the time period the Company uses to determine whether a customer has been lost and therefore should be included in the churn rate calculations will depend on whether the churn was voluntary (for example, the subscriber not renewing an expired subscription) or involuntary (for example, due to a customer moving residence or following non-payment of subscription fees). Prior to June 2013, a customer was included in the churn rate calculations: (i) where the churn was voluntary, at the end of the period that was two months following the discontinuation of the relevant service; and (ii) where the churn was involuntary, at the end of the period that was six months following the discontinuation of the relevant service. From June 2013 onwards, these time periods were shortened to: (i) immediately for voluntary churn; and (ii) three months for involuntary churn. No adjustment has been made to the Company’s churn figures prior to June 2013. Products and pricing The Company’s ability to execute its strategy of bundling its broadband services and Cable TV services at an attractive pricing directly affects the Company’s revenue and profitability. The Company offers tiered packages based on levels of NGBB bandwidth and Cable TV programming. When the customer subscribes for both broadband and Cable TV, the Company allocates revenue among the two product lines. The Company allocates the revenue generated from bundled packages between broadband and Cable TV with around 60% going to subscription fees for broadband services and around 40% going to subscription fees for Cable TV. This allocation does not include the set-top box and cable modem rental fees which are charged separately and allocated to Cable TV and Broadband revenue, respectively. Bundled packages To appeal to customer demand and simplify the choice of products, the Company offers bundled packages of broadband services and Cable TV services. The large majority of its customers subscribe for bundled packages, with bundled packages representing approximately 89%, 91% and 92% of all customers (rather than RGUs) in 2012, 2013 and the six months ended 30 June 2014, respectively. The Company believes that its ability to deliver attractive bundled packages provides it with a competitive advantage against competitors who offer only internet service or Pay TV services or are only able to offer limited options for bundled packages, as demonstrated the high proportion of customers subscribing for its bundled packages. When bundling Cable TV with differing broadband speeds, the Company has been able to maintain profitability across its packages. Depending on the mix of channels in a given tier, the associated content costs can affect the profitability of each tier. Higher tiers include higher broadband speeds and more channels, which results in higher broadband costs and more content costs, but generates higher revenue. Pricing The Company’s pricing strategy for its products and services directly affects its revenue and profitability. The Company repackaged its products with increased prices for its bundled packages in July 2013 and February 2014. Product enhancement typically increases the revenue generated by each broadband and Cable TV RGU, but revenue growth is partially offset by increased churn from customers who are particularly price sensitive or who do not adopt the Company’s repackaged services. In the second quarter of 2012 the Company introduced the Selected Promotional Package as a low cost broadband and Cable TV promotional package to selected customers. The Selected Promotional Package led to a significant increase in the Company’s subscription numbers. However due to its low entry price point compared to the Company’s other packages, the Selected Promotional Package had a negative impact on the Company’s overall ARPU. The Company stopped selling the Selected Promotional Package at the end of 2012 and migrated the remaining Selected Promotional Package customers to its lower tier bundled packages in February 2013. This discontinuation combined with the general product enhancement which increased prices in early 2013 led to an increase in the churn rate. ARPU The Company’s results of operations are affected by the Company’s ability to increase ARPU. As part of the Company’s strategy to offer premium broadband and Cable TV services in the Indonesian markets in which it operates, the Company attempts to maximise the revenue generated by each customer by upselling and cross-selling.
Page 9 SNG88987/16 164137-0001
The Company is able to charge more for packages with higher levels of broadband speeds which positively impacts ARPU. The Company focuses its marketing efforts on moving customers from lower tier packages to higher tier packages to increase revenue and profitability and on general upselling efforts, whether through value added services or more content. As at 30 June 2014, 81.4% of the Company’s customers subscribed for lower tier packages compared to 86.6% as at 31 December 2013. 127,290, 133,710 and 69,435 upselling transactions occurred in which the Company’s customers upgraded to a higher tier package or purchased additional value added products in 2012 and 2013 and the six months ended 30 June 2014, respectively. The Company’s marketing strategy also focuses on selling other value added services, such as TV Anywhere, video-on-demand, addon TV content packages and new upgraded set-top boxes. These sales enable the Company to generate additional revenue and profit. Management measures the Company’s operating performance using the ARPU of the services it provides. ARPU provides management with an indicator to measure whether each customer is subscribing for services that generate increased revenue. The Company is then able to modify its product mix and pricing strategy to drive increases in ARPU and revenue overall. Cost structure The Company’s most significant costs include broadband costs, content costs, staff costs, electricity, rental expenses, fees for rights of way and licence fees. Some of the Company’s costs, such as a portion of its network operations, customer care, billing and administration costs are relatively fixed, while a portion of its marketing and content costs are variable. The Company regularly reviews opportunities to decrease its costs and improve its overall profitability. Broadband costs The Company incurs significant costs in order to provide customers broadband bandwidth through its Network as well as other bandwidth suppliers. The Company actively manages the broadband speeds offered to customers to align its broadband costs with the demand for higher broadband speeds which generate higher revenue for the Company. The Company’s broadband costs comprise costs in connection with the purchase of additional bandwidth. Such costs correlate with: (i) the growth in the Company’s broadband RGUs; (ii) the trend of customers to gradually upgrade to higher broadband speeds; and (iii) the creation of intercity connectivity as the Company expands into new areas. Payment for additional bandwidth is made to both international and local bandwidth providers, depending on the type of bandwidth purchased. The Company expects that its broadband services will continue to increase as the Company’s customer base grows and demands higher levels of broadband speed. In addition, Broadband costs also comprise costs in connection with the purchase of additional subsea cables. The Company primarily incurs broadband costs in US dollars. These costs increase the Company’s exposure to fluctuations between US dollars and the Rupiah, its functional currency. Broadband costs affect the profitability of the bundled packages that the Company offers. The Company aims to maximise profitability by offering distinct sets of services at price points that match broadband costs with the revenue generated. Content costs The Company incurs significant costs related to providing Cable TV content. The Company’s ability to continue to acquire new customers and upsell higher priced packages that increase revenue and profitability to existing customers is dependent on the products and services offered to customers. The Company actively considers the cost of acquiring additional programming with the revenue derived from new customers and higher tier packages. The Company sources its Cable TV content primarily from international content providers and as such, incurs substantial portion of content costs in US dollars. These costs increase the Company’s exposure to fluctuations between US dollars and the Rupiah, its functional currency. The contracts entered into to procure content typically range from one to three years with the majority of contracts running for two years with pre-determined escalation thresholds. The Company’s content costs are largely correlated with the growth in the number of Cable TV RGUs. The Company expects that its content costs will continue to increase as the Network expands and the Company’s customer base grows. The content costs associated with the Company’s Cable TV services affect the profitability of the packages that it offers. The Company aims to maximise profitability by offering distinct sets of services at price points that match content costs with the revenue generated. The Company also shares content purchasing activities with its associate, IMTV.
Page 10 SNG88987/16 164137-0001
Capital expenditure programme The Company’s operations are capital intensive due to its strategy to expand and the need to maintain its Network, and its ability to successfully execute its capital expenditure plan has a direct impact on its revenues and profitability. The Company has built an extensive Network in Greater Jakarta. The Company expanded the Network to Greater Surabaya in 2013 and expanded the Network into Bandung towards the end of 2013. The Company intends to continue the expansion and coverage of its Network in these Indonesian cities. The Company is in the process of a significant network expansion programme, with the aim of achieving approximately 1.8 million homes passed by 2016. The new target areas are generally adjacent to the existing core service areas in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, which have proven receptive to the Company’s premium products and services as measured by penetration rates and ARPU. The Company is expected to focus on the current core coverage areas of Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung over the medium term. However, the Company will also continue to evaluate new cities in Indonesia based on the demographics of the city and the potential financial return profile. The Company expects to invest approximately Rp1 trillion in capital expenditure in 2014 alone, with maintenance capital expenditure remaining at similar levels to 2013. Historically, the Company’s capital needs have been primarily funded through cash generated from operations and initial shareholder funding by ALD in June 2011 to acquire the Network and fund initial expansion. Going forward, the Company expect to fund the capital expenditure for the organic expansion of its Network through cash generated from operations. The Company actively monitors its funding requirements to optimise its capital structure and ensure that it has sufficient funds from internal sources and available debt facilities. Based on the Company’s recent historical ARPU and the expected improvement in its penetration rates due to marketing efforts, the Company expects to achieve strong returns on its growth capital expenditure with comparatively short payback periods on a per customer basis. The state of the Indonesian economy and general economic conditions The Company operates a NGBB and Cable TV business that is highly dependent on the state of the Indonesian economy. Demand for broadband and cable TV services depends upon the size and disposable income levels of Indonesia’s upper and middle income segments, which in turn depends primarily upon the state of the Indonesian economy. As the economy grows, more consumers have sufficient disposable income to be able to afford premium broadband services and existing customers demand improved and diversified Cable TV content, both of which potentially increase the size of the Company’s target consumer market and demand for the Company’s services. According to MPA, Indonesia’s real GDP growth was 6.5%, 6.3% and 5.8% in 2011, 2012 and 2013, respectively, and is forecasted to grow at an annual average growth rate of 5.8% between 2013 and 2018. Regulatory and technology changes The Company’s results of operations have been impacted by regulatory changes such as increases in the minimum wage mandated in Indonesia. Increases in the minimum wage in 2012, 2013 and 2014 significantly increased the Company’s operating expenses. For example, in 2013, the increase in the minimum wage rate in Jakarta was approximately 40%, and in 2014, the increase was approximately 20%. Further increases in the minimum wage could materially affect the Company’s profitability if it is not able to pass on these costs in the form of higher prices for its services. The Company’s results of operations may also be affected by other changes in the regulatory environment in Indonesia. For example, the government could require additional licences or could require the network cables in Jakarta or other cities in which the Company operates to be buried underground. These regulatory changes could result in increased compliance costs for the Company or significant delays in the Company’s expansion plans. The provision of broadband and TV services in Indonesia has become increasingly diversified. The Company is currently using HFC technology, which is a technology that uses fibre-optic and coaxial cable. The Company competes with other companies based on various technologies, including fibre, wireless and DTH. The Company is constantly updating its systems, which results in additional capital expenditure. While the Company remains open to adopting new technology, the Company believes that the use of HFC technology provides it with a competitive advantage in its Indonesian markets, particularly against competitors using only copper cable. Inflation The Company’s results are affected by inflation, primarily through increases in staff costs and other costs. Significant inflation can decrease the overall demand for the Company’s products and services as customers have less discretionary income to spend. However, inflation at manageable levels, while increasing its costs, tends to actually benefit its business, as inflation-led price increases have a positive impact on its margins. The Company’s targeted customers generally have more disposable income which typically allows them to absorb a portion of customer price increases. According to MPA, Indonesia’s annual inflation rate, as measured by changes in Indonesia’s consumer price index, was 5.4% in 2011, 4.4% in 2012 and 7.0% in 2013.
Page 11 SNG88987/16 164137-0001
Impact of exchange rate fluctuations The Company’s functional and reporting currency is the Rupiah. As at 30 June 2014, the Company had almost no revenue generated in currencies other than the Rupiah, and incurs certain expenses that are primarily denominated in US dollars, including purchases of broadband bandwidth and content costs. The Company also has US dollar-denominated indebtedness. This subjects the Company to exchange rate risk. In 2013, the Company’s results of operations were impacted by the significant weakening of the Rupiah against the US dollar. This resulted in increased cost of revenue and finance costs in 2013 when compared to prior periods. Monetary assets and liabilities that give rise to foreign exchange risk are cash and cash equivalents, trade receivables, trade payables and long-term debt denominated in US dollars. Management has set up a policy requiring the Company to manage foreign exchange rate risk against the Rupiah arising from future commercial transactions and recognised assets and liabilities. The Company manages its foreign currency risk by continuously monitoring the fluctuation in currency rates so that it can adjust the levels of purchases in US dollars and the mix of US dollar denominated debt. Historically, the Company has not hedged its foreign exchange rate exposure as it has not been commercially viable to do so. However, it may enter into a hedging arrangement in the future. The Company may also incur additional debt denominated in currencies other than the Rupiah, which would increase its exposure to exchange rate fluctuations. Debt and interest rates Increases in debt and fluctuations in interest rates impact the Company’s finance costs. The Company has historically funded the majority of its operating expenses and capital expenditure through cash generated from operations. For 2011, 2012, 2013 and the six months ended 30 June 2013 and 2014, the Company’s finance costs were Rp33.3 billion, Rp72.1 billion, Rp120.8 billion, Rp41.4 billion and Rp20.2 billion, respectively, reflecting an increase in the Company’s debt in 2012 and the exchange rate fluctuations in 2013 discussed above. In 2013, the Company used a portion of its cash on hand, as well as proceeds from new revolving credit facilities, to pay off related party debt and to partially repay amounts owed under certain of the Vendor Loans. The Company’s bank borrowings and Vendor Loans are interest bearing. The Company’s results of operations are affected by the interest expense incurred in relation to its debt. The Company will continue to monitor market conditions and the performance of the Company in an effort to optimise the Company’s capital structure. Taxation The Company’s profitability is affected by its tax expenses. The Company’s effective tax rates were 26.0%, 26.2%, 25.7% and 25.5% for 2011, 2012, 2013 and the six months ended 30 June 2014, respectively. Under Indonesian tax rules and regulations, companies are entitled to a lower corporate tax rate of 20% provided that: (i) at least 40% or more of the company’s total paid up share capital is owned by the public; (ii) the company has at least 300 shareholders who each own less than 5% of the company’s total paid up share capital; and (iii) criteria (i) and (ii) above are met for a period of more than six months (183 calendar days) during the relevant fiscal year. This reduction in tax rate is expected to apply with effect from 1 January 2015 and to impact the Company’s profitability from that time. Debt position New Vendor Loans In July 2014, the Company entered into vendor loan agreements with principal amounts of US$1.4 million and US$5.5 million with Cisco in each case to be repaid over a 36-month period in 12 equal quarterly instalments from the date of drawdown under the relevant agreement. The proceeds of these new Vendor Loans will be used to purchase electronic equipment from Cisco. These new Vendor Loans bear fixed interest at 2.35% per annum. Events of default under the new Vendor Loans include customary events of default. In addition, an event of default would be triggered under the new Vendor Loans if the Company undergoes a change of control of the majority of its shares and fails to notify Cisco or if the Company notifies Cisco in circumstances where such change of control would adversely affect the Company’s ability to meet its payment obligations to Cisco. The Company has not used these facilities. IMTV Loan Guarantee In July 2014, the Company’s associate, IMTV entered into a US$15 million senior secured term facility with BNP Paribas (Singapore Branch) for general working capital purposes. The IMTV facility is secured by charges over IMTV’s assets, Page 12 SNG88987/16 164137-0001
assignment of intercompany loans, subordination of shareholder loans made to IMTV and guarantees from certain shareholders of IMTV. The Company is a partial guarantor of the facility with respect to 15% of the facility amount (in accordance with its 15% shareholding interest). DESCRIPTION OF SELECTED LINE ITEMS IN THE STATEMENT OF COMPREHENSIVE INCOME The following discussion provides a description of the composition of certain line items in the Company’s statement of comprehensive income for the periods indicated. Revenue The Company’s revenue comprises the fair value of the consideration received or receivable for the services provided in the ordinary course of the Company’s activities. Revenue is shown net of value-added tax. The Company generates the majority of its revenue in Rupiah. Revenue from monthly subscription charges and advertising are recognised when the services are rendered. Fees billed in advance are deferred and recognised as unearned subscription fees in the statements of financial position until the services are rendered. Revenue from network leases is recognised on a straight-line basis over the lease term. The Company allocates the revenue generated from bundled packages between broadband and Cable TV with around 60% going to subscription fees for broadband services, which is referred to as broadband revenue, and around 40% going to subscription fees for Cable TV, which is referred to as Cable TV revenue. This allocation does not include the set-top box and cable modem rental fees which are charged separately and allocated to Cable TV and Broadband revenue, respectively. Given the high percentage of customers subscribing for bundled packages, this allocation has a material impact on broadband revenue and Cable TV revenue. This allocation and the high percentage of bundled packages result in the Company’s broadband services typically generating higher ARPU than its Cable TV services. The Company’s business is comprised of one segment in accounting terms – monetisation of its Network. The following table sets out a breakdown of its revenue by category:
Revenue
For the six months ended 30 June
For the years ended 31 December 2011(1)
2012
2013
2013
2014
(Rp in billions, except percentages) (unaudited) Subscription fees for broadband internet and network services (“Broadband revenue”) (2) (3) ............................................. Percentage of total revenue .................................................
353.8 60.7%
748.6 57.6%
953.1 57.3%
451.5 57.4%
564.7 55.6%
- Broadband revenue – residential revenue only .............. - Percentage of total revenue ...........................................
262.2 45.0%
601.6 46.3%
762.6 45.8%
364.5 46.3%
455.0 44.8%
- Broadband revenue – enterprise revenue only ............... - Percentage of total revenue ...........................................
91.6 15.7%
147.0 11.3%
190.5 11.4%
87.0 11.1%
109.7 10.8%
173.1 29.7%
409.8 31.5%
552.5 33.2%
251.1 31.9%
373.8 36.8%
Media revenue (“Advertising Sales”) ................................. Percentage of total revenue .................................................
29.8 5.1%
73.5 5.6%
94.3 5.7%
49.8 6.3%
47.8 4.7%
Others(5) ............................................................................... Percentage of total revenue .................................................
25.9 4.4%
68.7 5.3%
64.7 3.9%
34.8 4.4%
29.7 2.9%
TOTAL REVENUE ...........................................................
582.6
1,300.6
1,664.6
787.2
1,016.0
Subscription fees for cable television (“Cable TV revenue”)(3) (4)...................................................................... Percentage of total revenue .................................................
Notes: (1) The Company acquired certain assets, liabilities and rights of use relating to the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business in June 2011 from First Media and commenced its current business in 2011. The Shares Subscription by ALD was completed in June 2011 and the financial information of the Company for the year ended 31 December 2011 includes the post-acquisition results generated from certain assets, liabilities and rights used in connection with the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business. The results of the acquired businesses were fully reflected from the date on which the Shares Subscription was completed. As a result, the financial information of the Company for the year ended 31 December 2011 is not directly comparable to the full year results of the Company for the year ended 31 December 2012.
Page 13 SNG88987/16 164137-0001
(2) (3)
(4)
(5)
Represents subscription fees for broadband and network services and includes residential and enterprise revenue. Around 60% of revenue from Combo packages is attributed to broadband revenue and the remaining amount of around 40% is attributed to Cable TV revenue. This allocation excludes rental fees for set-top boxes and cable modems. Represents subscription fees for Cable TV, inclusive of any rental fees from set-top boxes. In addition to such fees from residential single-dwelling units, subscription fees for Cable TV also includes fees from multi-dwelling units and other enterprise clients such as hotels. “Others” principally include revenue from installation charges, sales of cable modems and promotional items.
Cost of revenue Cost of revenue (excluding depreciation of property, plant and equipment and amortisation of intangible assets expenses) (“cost of revenue”) represents primarily the costs of cable television programming distribution and technical services and broadband internet services provided. These expenses are recognised when incurred on an accrual basis. Broadband costs primarily represent bandwidth and bandwidth-related costs. The Company incurs most of its cost of revenue – particularly content costs and broadband costs – in US dollars. The table below sets out the components of cost of revenue for the periods indicated. For the six months ended 30 June
For the years ended 31 December 2011
2012
2013
2013
2014
(Rp billions) (unaudited)
Cable television programming distribution and technical services (“Cable TV content costs”) ....... Broadband internet (“Broadband costs”) ................... Others(1) ........................................................................ TOTAL ........................................................................
57.5 44.5 12.7
136.8 85.9 38.1
188.1 116.1 49.1
84.3 45.5 29.2
121.1 60.4 39.7
114.7
260.8
353.3
159.0
221.2
Note: (1)
Others primarily represent pole rent and licence fees.
Selling expenses Selling expenses primarily comprise employee costs for sales staff, promotion, commission and others. Commission includes amounts paid to employees and third parties. The table below sets out the components of selling expenses for the periods indicated. For the six months ended 30 June
For the years ended 31 December 2011
2012
2013
2013
2014
(Rp billions) Employee costs ............................................................ Promotion .................................................................... Commission ................................................................. Others(1) ........................................................................
19.0
45.6
67.7
(unaudited) 31.9
8.3 9.1 2.9
23.2 23.3 10.6
30.3 26.7 17.6
9.9 13.5 9.4
12.1 12.5 6.5
TOTAL .................................................................................
39.3
102.7
142.3
64.7
71.7
40.6
Note: (1)
Others primarily represent travel expenses, invoice printing and courier expenses, miscellaneous expenses and rent.
General and administrative expenses General and administrative expenses primarily comprise employee costs for non-sales staff, impairment charges of trade receivables, impairment charges of equipment for installation, rent, electricity, water and telephone and others.
Page 14 SNG88987/16 164137-0001
The table below sets out the components of general and administrative expenses for the periods indicated. For the six months ended 30 June
For the years ended 31 December 2011
2012
2013
2013
2014
(Rp billions) Employee costs ............................................................. Impairment charges of trade receivables ...................... Impairment charges of equipment for installation ........ Rent .............................................................................. Electricity, water and telephone ................................... Others(1) ........................................................................
57.9
126.8
160.7
(unaudited) 72.7
81.2
4.1 -
34.5 -
40.2 2.4
14.0 -
19.3 -
9.2 8.3 14.9
23.0 20.8 29.8
21.3 27.4 42.2
10.4 12.0 21.6
10.8 15.7 15.5
TOTAL .................................................................................
94.4
234.9
294.2
130.7
142.5
Note: (1)
Others primarily represent travel costs, professional fees and, in 2013, other expenses related to corporate action.
Depreciation expenses Depreciation expenses comprise depreciation of property, plant and equipment. Amortisation expense Amortisation expense comprises amortisation of intangible assets mainly representing computer software. Other expenses/income Other expenses primarily include other non-operating expenses, such as losses on the sale of fixed assets and land purchase taxes. Other income includes other non-operating income, such as revenue from the sale of scrap and/or fixed assets and the reimbursement of consulting or property fees. Operating profit Operating profit comprises revenue less cost of revenue, selling expenses, general and administrative expenses, depreciation expenses, amortisation expenses and other expenses. Finance costs Finance costs primarily comprise interest on borrowings. The Company’s Vendor Loans are largely denominated in US dollars. The Company’s borrowings under its revolving credit facilities are largely denominated in Rupiah. Finance income Finance income primarily comprises interest from bank deposits and interest income. Interest income is recognised on a time proportion basis using the effective interest method. Share of loss in associate Share of loss in associate primarily represents the loss shared from IMTV, a company that is 15% owned by the Company. This investment is accounted for using the equity method. In January 2013, the Company sold 5% of its ownership interest in IMTV, reducing its stake from 20% to 15%. RESULTS OF OPERATIONS Comparison of the results of operations for the six months ended 30 June 2013 (unaudited) and the six months ended 30 June 2014 Revenue The Company’s revenue increased by Rp228.8 billion, or 29.1%, from Rp787.2 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp1,016.0 billion in the six months ended 30 June 2014. This increase was primarily due to net increases of broadband and Cable TV RGUs of 63,158 and 64,257, respectively, in the six months ended 30 June 2014 when compared to the same period in 2013. The number of broadband customers and Cable TV customers grew in line with each other as the large majority of the Company’s customers subscribe to bundled packages. The Company also repackaged its product offerings in February 2014 which resulted in Page 15 SNG88987/16 164137-0001
increased ARPU which, in turn, positively impacted revenue. The majority of the Company’s revenue was generated in Jakarta in the first six months of 2014, although an increasing amount was generated in Surabaya and Bandung following the continued expansion and rollout of the Network in those cities, respectively. The Company’s broadband revenue from residential customers increased by Rp90.5 billion, or 24.8%, from Rp364.5 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp455.0 billion in the six months ended 30 June 2014 primarily due to customer growth. Broadband revenue grew as the Company deepened penetration in Jakarta and Surabaya in 2014 while expanding its Network into Bandung. The Company stopped selling the Selected Promotional Package at the end of 2012 and migrated the remaining Selected Promotional Package customers to its lower tier bundled packages in February 2013, which positively impacted ARPU beginning in the second half of 2013. The Company’s broadband ARPU was Rp206,471 per month in the six months ended 30 June 2013 and Rp219,944 per month in the six months ended 30 June 2014. The Company’s broadband revenue from enterprise clients increased by Rp22.7 billion, or 26.1%, from Rp87.0 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp109.7 billion in the six months ended 30 June 2014, primarily due to the growth of the number of enterprise clients as the Company’s Network expanded. The Company’s Cable TV revenue increased by Rp122.7 billion, or 48.8%, from Rp251.1 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp373.8 billion in the six months ended 30 June 2014 primarily due to the net increase in customers. The Company’s Cable TV ARPU was Rp150,896 per month in the six months ended 30 June 2013 and Rp183,049 per month in the six months ended 30 June 2014. Cable TV ARPU increased at a faster rate than broadband ARPU, primarily due to increased revenue from set-top boxes. Cable TV ARPU in the six months ended 30 June 2013 was also affected by the Selected Promotional Package. The Company’s revenue from Advertising Sales decreased by Rp2.0 billion, or 4.1%, from Rp49.8 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp47.8 billion in the six months ended 30 June 2014. This decrease was due to fluctuations in demand and relative pricing rates as the Company adjusted a portion of its advertising rates in 2014. Cost of revenue The Company’s cost of revenue increased by Rp62.2 billion, or 39.2%, from Rp159.0 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp221.2 billion in the six months ended 30 June 2014. Cost of revenue grew more quickly than revenue due to increased broadband costs and content costs in line with the expansion of the Company’s business. Cost of revenue also grew more quickly than revenue due to foreign exchange effects as the Company’s costs of revenue are primarily denominated in US dollars and the Rupiah weakened significantly against the US dollar in the six months ended 30 June 2014 as compared to the six months ended 30 June 2013. Cost of revenue grew more quickly than revenue, mainly due to the faster growth in the Cable TV business, which increased content costs. Cost of revenue as a percentage of revenue in the six months ended 30 June 2014 was 21.8% which represented an increase from 20.2% in the six months ended 30 June 2013. Selling expenses The Company’s selling expenses increased by Rp7.0 billion, or 10.8%, from Rp64.7 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp71.7 billion in the six months ended 30 June 2014. This increase was primarily due to increases in employee costs and promotion expenses. Selling expenses as a percentage of revenue in the six months ended 30 June 2014 was 7.1% which represented a decline from 8.2% in the six months ended 30 June 2013 due to the optimisation of sales incentives and commissions. Employee costs increased significantly primarily due to annual salary increases and a required increase in the minimum wage in January 2014, although such increases were partially offset by a streamlining of the Company’s sales and marketing operations. General and administrative expenses The Company’s general and administrative expenses increased by Rp11.8 billion, or 9.0%, from Rp130.7 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp142.5 billion in the six months ended 30 June 2014. This increase was primarily due to: (i) an increase in employee costs of Rp8.5 billion, or 11.6%, as a result of increases in the minimum wage, offset partially by a streamlining of the general and administrative operations; (ii) increases in impairment charges of trade receivables of Rp5.3 billion, or 37.9%; and (iii) increases in electricity, water and telephone of Rp3.7 billion, or 31.0%, due to rate increases for electricity as well as increased electricity requirements as the Company’s business expanded. Increases in overall general and administrative expenses were partially offset by decreases in other expenses. General and administrative expenses also included non-recurring professional fees in relation to corporate action of Rp2.1 billion in the six months ended 30 June 2013. General and administrative expenses as a percentage of revenue in the six months ended 30 June 2014 was 14.0% which represented a decline from 16.6% in the six months ended 30 June 2013 due to large portion of the Company’s general and administrative expenses being relatively fixed in nature.
Page 16 SNG88987/16 164137-0001
Depreciation expenses The Company’s depreciation expenses increased by Rp51.9 billion, or 42.5%, from Rp122.1 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp174.0 billion in the six months ended 30 June 2014 due to the increased investment in property, plant and equipment consisting of network cables, set-top boxes and related equipment in the six months ended 30 June 2014 as a result of the continued rollout of the Company’s Network. Amortisation expense The Company’s amortisation expense increased by Rp3.2 billion, or 85.3%, from Rp3.7 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp6.9 billion in the six months ended 30 June 2014 due to the amortisation of intangible assets consisting mainly of computer software needed to support the Company’s expanding Network as well as its information systems. Other expenses/income The Company recognised other expenses of Rp0.4 billion in the six months ended 30 June 2013 and other income of Rp0.4 billion in the six months ended 30 June 2014. This net other income primarily reflected higher levels of non-operating income. Operating profit The Company’s operating profit increased by Rp93.5 billion, or 30.5%, from Rp306.6 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp400.1 billion in the six months ended 30 June 2014 due to the reasons described above. The Company’s operating profit margin increased from 38.9% in the six months ended 30 June 2013 to 39.4% in the six months ended 30 June 2014 primarily due to operating leverage of the Company. Finance costs The Company’s finance costs decreased by Rp21.2 billion, or 51.1%, from Rp41.4 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp20.2 billion in the six months ended 30 June 2014. This decrease was primarily due to: (i) the Company fully repaying its related party loan and partially repaying Vendor Loans in 2013 and (ii) upfront costs associated with the revolving credit facilities incurred in 2013 which did not recur in 2014. Finance income The Company’s finance income decreased by Rp8.6 billion, or 50.9%, from Rp16.8 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp8.2 billion in the six months ended 30 June 2014 because the Company’s cash on hand generated lower returns as the Company held more cash in current accounts. Share of loss in associate The Company’s share of loss in associate increased by Rp15.0 billion from Rp0.1 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp15.1 billion in the six months ended 30 June 2014 due to its investment in IMTV. IMTV began commercial operation in November 2013 and recognised higher losses in the six months ended 30 June 2014 as it was in the initial phase of operations which resulted in greater losses in 2014 when compared to 2013. Profit before income tax The Company’s profit before income tax increased by Rp91.1 billion, or 32.3%, from Rp281.9 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp373.0 billion in the six months ended 30 June 2014 due to reasons described above, including the 29.1% increase in revenue and the increase of operating profit to Rp400.1 billion, partially offset by the increased cost of revenue and depreciation expenses in the six months ended 30 June 2014. Income tax expense Due to the increase in profit, the Company’s income tax expenses increased by Rp23.4 billion, or 32.6%, from Rp71.9 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp95.3 billion in the six months ended 30 June 2014. Net profit For the reasons described above, the Company’s profit for the period increased by Rp67.7 billion, or 32.3%, from Rp210.0 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp277.7 billion in the six months ended 30 June 2014. Comparison of the results of operations for 2012 and 2013 Revenue The Company’s revenue increased by Rp364.0 billion, or 28.0%, from Rp1,300.6 billion in 2012 to Rp1,664.6 billion in 2013. This increase was primarily due to net increases in broadband and Cable TV RGUs of 43,064 and 38,387, respectively, as at 31 December 2013 when compared to the end of 2012, as well as changes in prices of packages offered in 2013. The number of Page 17 SNG88987/16 164137-0001
broadband and Cable TV RGUs grew in line with each other as a large majority of the Company’s customers subscribe to bundled packages. In 2013, the Company generated approximately 96% of its revenue from its operations in the Jakarta area but also expanded its Network to Surabaya, which also contributed to revenue increases. The Company’s broadband revenue from residential customers increased by Rp161.0 billion, or 26.8%, from Rp601.6 billion in 2012 to Rp762.6 billion in 2013. Broadband revenue grew in line with the overall revenue increase as the Company deepened penetration in Jakarta while expanding into Greater Surabaya in 2013. The Company’s broadband ARPU was Rp205,683 per month in 2012 and Rp203,410 per month in 2013. The slight decrease in Broadband ARPU is largely due to the effects of the Selected Promotional Package which the Company stopped selling at the end of 2012 and migrated the remaining Selected Promotional Package customers to its lower tier bundled packages in February 2013, which led to a higher than usual churn. The Company’s broadband revenue from enterprise clients increased by Rp43.5 billion, or 29.6%, from Rp147.0 billion in 2012 to Rp190.5 billion 2013, primarily due to the growth of the number of enterprise clients as the Company’s Network expanded. The Company’s Cable TV revenue increased by Rp142.7 billion, or 34.8%, from Rp409.8 billion in 2012 to Rp552.5 billion in 2013. Cable TV revenue increased at a faster rate than broadband revenue due to increased rental revenue from set-top boxes due to the increase in customers. The Company’s Cable TV ARPU was Rp150,357 per month in 2012 and Rp151,095 per month in 2013. Cable TV ARPU increased slightly due to the increased revenue from set-top boxes offset by the effects of the Selected Promotional Package. The Company’s revenue from Advertising Sales increased by Rp20.8 billion, or 28.4%, from Rp73.5 billion in 2012 to Rp94.3 billion in 2013. This increase is in line with the Company’s overall revenue growth and reflects the expansion of the Company’s subscriber scale which attracted increased advertising demand. Cost of revenue The Company’s cost of revenue increased by Rp92.5 billion, or 35.5%, from Rp260.8 billion in 2012 to Rp353.3 billion in 2013. This increase was due to the expansion of the Company’s business which resulted in increased broadband costs (including costs associated with the expansion into Surabaya and Bandung in 2013) and content costs. The Company’s content costs also increased as it acquired more content to include in its higher tier packages. Cost of revenue grew more quickly than revenue due to foreign exchange effects as the Company’s costs of revenue are primarily denominated in US dollars and the Rupiah weakened significantly against the US dollar in 2013. Cost of revenue as a percentage of revenue in 2013 was 21.2% which represented an increase from 20.1% in 2012. Selling expenses The Company’s selling expenses increased by Rp39.6 billion, or 38.6%, from Rp102.7 billion in 2012 to Rp142.3 billion in 2013. This increase was primarily due to increases in employee costs and promotion expenses. Employee costs increased significantly as a result of the increase in the minimum wage in 2013, as well as an increase in the number of staff due to the expansion of the Company’s Network, particularly in Greater Surabaya. Promotion expenses increased primarily due to the Company’s marketing efforts in Jakarta as well as new spending in Greater Surabaya in 2013. Selling expenses as a percentage of revenue in 2013 was 8.5% which represented an increase from 7.9% in 2012 due to increases in employee costs and promotion and commission expenses. General and administrative expenses The Company’s general and administrative expenses increased by Rp59.3 billion, or 25.2%, from Rp234.9 billion in 2012 to Rp294.2 billion in 2013. This increase was primarily due to: (i) an increase in employee costs of Rp33.9 billion, or 26.8%, which was the result of increases in the minimum wage and increases in the number of staff due to the expansion of the Company’s Network, particularly in Surabaya; (ii) increases in impairment of trade receivables and equipment for installation of Rp8.1 billion, or 23.5%; and (iii) increases in electricity, water and telephone of Rp6.6 billion, or 31.5%, due to electricity rate increases in 2013 as well as increased electricity requirements as the Company’s business expanded. General and administrative expenses also included non-recurring professional fees in relation to corporate actions of Rp13.3 billion and impairment charges due to changes in churn policy of Rp13.1 billion in 2013. Increases in overall general and administrative expenses were partially offset by decreases in rent expenses as the Company needed less space to house more compact Network equipment. General and administrative expenses as a percentage of revenue in 2013 was 17.7% which represented a decrease from 18.1% in 2012 due to an increase in employee costs. Depreciation expenses The Company’s depreciation expenses increased by Rp67.8 billion, or 33.4%, from Rp203.4 billion in 2012 to Rp271.2 billion in 2013 due to the increased investment in property, plant and equipment in 2013 related to the Network expansion.
Page 18 SNG88987/16 164137-0001
Amortisation expense The Company’s amortisation expense increased by Rp5.1 billion, or 123.3%, from Rp4.1 billion in 2012 to Rp9.2 billion in 2013 due to the amortisation of intangible assets consisting mainly of computer software needed to support the Company’s expanding Network as well as its information systems. Other expenses The Company’s other expenses increased by Rp0.2 billion, or 34.7%, from Rp0.4 billion in 2012 to Rp0.6 billion in 2013 due to additional non-operating expenses incurred by the Company. Operating profit The Company’s operating profit increased by Rp99.5 billion, or 20.1%, from Rp494.3 billion in 2012 to Rp593.8 billion in 2013 due to the reasons described above, including the 28.0% increase in revenue, partially offset by increased cost of revenue, selling expenses and general and administrative expenses. The Company’s operating profit margin decreased from 38.0% in 2012 to 35.7% in 2013 primarily due to one-off professional fees in relation to corporate action and impairment charges due to churn policy change. Finance costs The Company’s finance costs increased by Rp48.7 billion, or 67.5%, from Rp72.1 billion in 2012 to Rp120.8 billion in 2013. This increase was primarily due to: (i) foreign exchange effects as the Company’s indebtedness is denominated in US dollars and the Rupiah weakened significantly against the US dollar in 2013; and (ii) upfront costs and interest charges associated with the new revolving credit facilities entered into in 2013. Finance income The Company’s finance income decreased by Rp14.1 billion, or 36.7%, from Rp38.4 billion in 2012 to Rp24.3 billion in 2013 because the Company had less cash in banks and time deposits following the partial repayment of certain Vendor Loans and related party debt, as well as funding costs associated with the expansion of the Company’s Network and Cable TV content. Share of loss in associate The Company’s share of loss in associate increased by Rp9.1 billion from Rp0.9 billion in 2012 to Rp10.0 billion in 2013 due to its investment in IMTV. IMTV began commercial operation in November 2013 but did not generate revenue in 2013. Profit before income tax The Company’s profit before income tax increased by Rp27.6 billion, or 6.0% from Rp459.7 billion in 2012 to Rp487.3 billion in 2013 due to reasons described above, including the 28.0% increase in revenue and the increase of operating profit to Rp593.8 billion, partially offset by the increased operating expenses and finance costs in 2013. Income tax expense Due to the increase in profit before income tax, the Company’s income tax expenses increased by Rp4.4 billion, or 3.7%, from Rp120.7 billion in 2012 to Rp125.1 billion in 2013. Net profit For the reasons described above, the Company’s profit for the year increased by Rp23.2 billion, or 6.8%, from Rp339.0 billion in 2012 to Rp362.2 billion in 2013. Comparison of the results of operations for 2011 and 2012 The Company acquired certain assets, liabilities and rights of use relating to the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business in June 2011 from First Media and commenced its current business in 2011. The Shares Subscription by ALD was completed in June 2011 and the financial information of the Company for the year ended 31 December 2011 includes the post-acquisition results generated from certain assets, liabilities and rights used in connection with the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business. Under IFAS, business combinations among entities under common control are accounted for in accordance with PSAK No. 38 ‘Accounting for Restructuring Transactions of Entities Under Common Control’. In accordance with PSAK No. 38, assets and liabilities transferred in the restructuring transaction of entities under common control are recognised at book value in the same manner as a business combination that is accounted for using the pooling of interest method. Accordingly, the results of the acquired businesses were fully reflected from the date on which the Shares Subscription was completed. As a result, the financial information of the Company for the year ended 31 December 2011 is not directly comparable to the full year results of the Company for the year ended 31 December 2012.
Page 19 SNG88987/16 164137-0001
The primary driver for changes in specific line items between 2011 and 2012 is the six month period post - acquisition in 2011 compared to the full year in 2012. The discussion below focuses on the underlying drivers affecting the Company’s results of operations during those periods. Revenue The Company’s revenue increased by Rp718.0 billion, or 123.2%, from Rp582.6 billion in 2011 to Rp1,300.6 billion in 2012. This increase was primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011. There were net increases in broadband and Cable TV RGUs of 96,882 and 100,430, respectively, as at 31 December 2012 when compared to the end of 2011. The number of RGUs in 2012 reflects the impact of the Selected Promotional Package which led to an increase in the Company’s RGUs but negatively impacted ARPU. The Company generated almost all of its revenue from its operations in the Jakarta area in 2011 and 2012. The Company’s broadband revenue from residential customers increased by Rp339.4 billion, or 129.4%, from Rp262.2 billion in 2011 to Rp601.6 billion in 2012. Broadband revenue grew in line with the RGU increase as the Company expanded its Network coverage in Jakarta in 2012. The Company’s broadband ARPU was Rp231,338 per month in 2011 and Rp205,683 per month in 2012. Broadband ARPU decreased primarily due to the impact of the Selected Promotional Package in 2012. The Company’s broadband revenue from enterprise clients increased by Rp55.4 billion, or 60.4%, from Rp91.6 billion in 2011 to Rp147.0 billion 2012, primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011. The Company’s Cable TV revenue increased by Rp236.7 billion, or 136.8%, from Rp173.1 billion in 2011 to Rp409.8 billion in 2012. The Company’s Cable TV ARPU was Rp168,220 per month in 2011 and Rp150,357 per month in 2012. Cable TV ARPU decreased primarily due to the impact of the Selected Promotional Package in 2012. The Company’s revenue from Advertising Sales increased by Rp43.7 billion, or 146.6%, from Rp29.8 billion in 2011 to Rp73.5 billion in 2012. This increase is in line with the Company’s overall revenue growth and reflects the expansion of the Company’s subscriber scale which attracted increased advertising demand. Cost of revenue The Company’s cost of revenue increased by Rp146.1 billion, or 127.4%, from Rp114.7 billion in 2011 to Rp260.8 billion in 2012. This increase was primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011. Cost of revenue grew largely in line with revenue. Cost of revenue as a percentage of revenue in 2012 was 20.1% which represented a slight increase from 19.7% in 2011. Selling expenses The Company’s selling expenses increased by Rp63.4 billion, or 161.2%, from Rp39.3 billion in 2011 to Rp102.7 billion in 2012. This increase was primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011. General and administrative expenses The Company’s general and administrative expenses increased by Rp140.5 billion, or 148.8%, from Rp94.4 billion in 2011 to Rp234.9 billion in 2012. This increase reflected: (i) an increase in employee costs of Rp68.9 billion, or 119.0%; (ii) increases in impairment of trade receivables of Rp30.4 billion; (iii) increases in rent expenses of Rp13.8 billion, or 149.5%; and (iv) increases in electricity, water and telephone of Rp12.5 billion, or 149.5%. These increases were primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011. Depreciation expenses The Company’s depreciation expenses increased by Rp92.8 billion, or 83.8%, from Rp110.6 billion in 2011 to Rp203.4 billion in 2012 due to the increased amount of property, plant and equipment in 2012. Amortisation expense The Company’s amortisation expense increased by Rp1.7 billion, or 74.7%, from Rp2.4 billion in 2011 to Rp4.1 billion in 2012 primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011. Other expenses The Company’s other expenses decreased Rp4.4 billion, or 91.5%, from Rp4.8 billion in 2011 to Rp0.4 billion in 2012 due to the Company’s reorganisation in 2011. Page 20 SNG88987/16 164137-0001
Operating profit The Company’s operating profit increased Rp277.9 billion, or 128.4%, from Rp216.4 billion in 2011 to Rp494.3 billion in 2012 due to the reasons described above, including the 123.2% increase in revenue, partially offset by increased cost of revenue, selling expenses and general and administrative expenses. The Company’s operating profit margin increased from 37.1% in 2011 to 38.0% in 2012. Finance costs The Company’s finance costs increased by Rp38.8 billion, or 116.5%, from Rp33.3 billion in 2011 to Rp72.1 billion in 2012. This increase was primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011. Finance income The Company’s finance income increased by Rp20.9 billion, or 119.6%, from Rp17.5 billion in 2011 to Rp38.4 billion in 2012 primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011. Share of loss in associate The Company’s share of loss in associate in 2012 was Rp0.9 billion which was attributable to its investment in IMTV that was acquired in July 2012. IMTV began commercial operation in November 2013. Profit before income tax The Company’s profit before income tax increased by Rp259.1 billion, or 129.2%, from Rp200.6 billion in 2011 to Rp459.7 billion in 2012 due to reasons described above including the 123.2% increase in revenue and the increase in operating profit to Rp494.3 billion, partially offset by the increased operating expenses and finance costs in 2012. Income tax expense Due to the increase in profit before income tax, the Company’s income tax expenses increased by Rp68.5 billion, or 131.4%, from Rp52.2 billion in 2011 to Rp120.7 billion in 2012. Net profit For the reasons described above, the Company’s profit for the year increased by Rp190.6 billion, or 128.4%, from Rp148.4 billion in 2011 to Rp339.0 billion in 2012. LIQUIDITY AND CAPITAL RESOURCES Cash flows The following table summarises the Company’s actual historical cash flows for the periods indicated. Six months ended 30 June
Years ended 31 December 2011
2012
2013 (Rp billions)
2013
2014
(unaudited)
247.1 Net cash flows provided from operating activities ............................... Net cash flows used in investing activities ................................(1,628.7) Net cash flows provided from/(used in) financing 2,113.0 activities ................................................................................................
701.2 (612.8)
741.6 (864.5)
353.0 (465.1)
560.4 (460.2)
(14.2)
(325.1)
(321.3)
(91.0)
Net increase/(decrease) in cash and cash equivalents ............................... 731.4 Cash and cash equivalents at the beginning of the year ............................ 12.3 Effects in foreign exchange changes in cash and cash equivalents ...............................................................................................Cash and cash equivalents from acquired subsidiary ...............................-
74.2 743.7
(448.0) 817.9
(433.4) 817.9
9.2 370.0
-
0.1 -
0.2 -
743.7 Cash and cash equivalents at end of year/period ................................
817.9
370.0
384.7
Page 21 SNG88987/16 164137-0001
(0.4) 0.5 379.3
Net cash flows provided from operating activities Net cash flows provided from operating activities increased by Rp207.4 billion, or 58.7%, from Rp353.0 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp560.4 billion in the six months ended 30 June 2014. This increase was primarily due to increased receipts from customers of Rp268.3 billion, or 35.0%, from Rp766.2 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp1,034.5 billion in the six months ended 30 June 2014. This increase was partially offset in part by a Rp58.9 billion increase in payments to suppliers, primarily due to content costs, a Rp34.0 billion increase in payments to employees due to increases in the minimum wage and increased salaries, a decrease in interest received of Rp8.6 billion from Rp16.8 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp8.2 billion in the six months ended 30 June 2014 (due to lower cash on hand and lower interest rates) and due to a decrease in corporate tax payments to Rp77.5 billion in the six months ended 30 June 2014 from Rp118.1 billion in the six months ended 30 June 2013. Net cash flows provided from operating activities increased by Rp40.4 billion, or 5.8%, from Rp701.2 billion in 2012 to Rp741.6 billion in 2013. This increase was primarily due to increased receipts from customers of Rp417.8 billion, or 33.7%, from Rp1,239.7 billion in 2012 to Rp1,657.5 billion in 2013. This increase was offset in part by a Rp239.0 billion increase in payments largely to content suppliers, a Rp33.7 billion increase in payments to employees due to increases in the minimum wage, increased salaries and increased sales activity a decrease in receipts of interest income of Rp14.1 billion from Rp38.4 billion in 2012 to Rp24.3 billion in 2013 and due to an increase in corporate tax payments to Rp179.1 billion in 2013 from Rp88.5 billion in 2012 Net cash flows provided from operating activities increased by Rp454.1 billion, or 183.8%, from Rp247.1 billion in 2011 to Rp701.2 billion in 2012. This increase was primarily due to increased receipts from customers of Rp677.6 billion, or 120.5%, from Rp562.1 billion in 2011 to Rp1,239.7 billion in 2012. This increase was offset in part by a Rp55.9 billion increase in payments to largely to content suppliers, a Rp108.1 billion increase in payments to employees due to increases in the minimum wage and increased sales activity, and an increase in corporate income tax payments to Rp88.5 billion in 2012 from Rp4.5 billion in 2011. Net cash flows provided from operating activities also increased due to an increase in receipts of interest income of Rp24.5 billion from Rp13.9 billion in 2011 to Rp38.4 billion in 2012. The Company’s trade receivables turnover days decreased from 29.8 days in 2011 to 23.5 days in 2012, to 22.7 days in 2013 and to 21.8 days in the six months ended 30 June 2014. The Company’s trade payables turnover days increased from 63.2 days in 2011 to 89.3 days in 2012, and to 138.9 days in 2013. The Company’s trade payables turnover days decreased to 118.5 days in the first six months ended 30 June 2014. Net cash flows used in investing activities Cash used in investing activities decreased from Rp465.1 billion cash outflow in the six months ended 30 June 2013 to a Rp460.2 billion cash outflow in the six months ended 30 June 2014. This decrease was primarily due to decreased cash outflows for the acquisition of property, plant and equipment related to the expansion of the Network in 2013, particularly the expansion into Surabaya, and was partially offset by an increase in the additional investment in the Company’s associate, IMTV. Cash used in investing activities increased from Rp612.8 billion cash outflow in 2012 to a Rp864.5 billion cash outflow in 2013. This increase was primarily due to increased cash outflows for the acquisition of property, plant and equipment due to expansion of the Network in 2013, particularly the expansion into Surabaya, and acquisition of subsea cables between Singapore and Indonesia in 2013 for approximately Rp248 billion, as well as an increase in the additional investment in the Company’s associate, IMTV. Cash used in investing activities decreased from a cash outflow of Rp1,628.7 billion in 2011 to a cash outflow of Rp612.8 billion in 2012. Cash used in investing activities in 2011 primarily comprised Rp1,629.3 billion for the acquisition of the Network assets in June 2011 as well as acquisition of property, plant and equipment related expansion of the Network, which decreased to Rp604.3 billion in 2012. Cash used in investing activities in 2012 included an initial investment in the Company’s associate, IMTV, of Rp8.5 billion. Net cash flows provided from and used in financing activities Cash outflows used in financing activities were Rp321.3 billion in the six months ended 30 June 2013 as compared to Rp91.0 billion in the six months ended 30 June 2014. In the six months ended 30 June 2013, the Company had cash outflows of Rp532.5 billion representing the repayment of long-term debt which was partially offset by Rp213.3 billion in proceeds from new longterm debt. In the six months ended 30 June 2014, the Company had cash outflows of Rp40.5 billion representing the repayment of long-term debt and Rp8.5 billion in interest payments. The Company also paid a dividend of Rp42.0 billion in the first six months of 2014. Cash outflows used in financing activities were Rp14.2 billion in 2012 as compared to Rp325.1 billion in 2013. In 2012, the Company had cash outflows of Rp13.1 billion representing the repayment of long-term debt. In 2013, the Company had cash outflows of Rp565.4 billion representing the repayment of long-term debt which was partially offset by Rp247.0 billion in proceeds from new long-term debt.
Page 22 SNG88987/16 164137-0001
Cash inflows generated from financing activities were Rp2,113.0 billion in 2011 as compared to cash outflows used in financing activities of Rp14.2 billion in 2012. This change was primarily due to cash inflows in 2011 comprising proceeds from new longterm debt. In 2012, the Company had cash outflows of Rp13.1 billion representing the repayment of long-term debt. Liquidity The Company’s primary source of liquidity for its operations is cash generated from its operating activities. The Company had Rp370.0 billion in cash and cash equivalents as at 31 December 2013. The Company’s primary uses of cash are funding its operations and the expansion of its Network as well as acquiring additional programming content. During the track record period, the Company has primarily expanded its Network in Jakarta and to a lesser extent Greater Surabaya (in 2013). Going forward, increased capital expenditure will be used to expand its Network in Jakarta (and Greater Jakarta), Surabaya (and Greater Surabaya), Bandung and other areas. The Company believes its cash on hand, cash generated from operating activities and revolving credit facilities are sufficient to cover its expected cash requirements for the expansion of its Network and deepening of its market penetration particularly in Jakarta, totalling approximately Rp1 trillion for 2014. INDEBTEDNESS Related party loans During the period under review, the Company’s long-term debt was in the form of related party loans from shareholders. These loans were fully repaid in 2013. Vendor Loans The Company purchases network equipment, licensing software and services from Cisco pursuant to the Vendor Loans:
under a vendor financing agreement dated 31 October 2011, the Company entered into an agreement under which it is entitled to borrow US$4.1 million from Cisco, at an interest rate of 5% per annum;
under a second vendor financing agreement dated 31 October 2011, the Company entered into an agreement under which it is entitled to borrow US$0.9 million from Cisco, at an interest rate of 5% per annum;
under a vendor financing agreement dated 22 March 2013, the Company entered into an agreement under which it is entitled to borrow US$11.7 million from Cisco, at an interest rate of 4.75% per annum;
under a vendor financing agreement dated 22 March 2013, the Company entered into an agreement under which it is entitled to borrow US$3.4 million from Cisco, at an interest rate of 4.75% per annum;
under a vendor financing agreement dated 21 July 2014, the Company entered into an agreement under which it is entitled to borrow US$5.5 million from Cisco, at an interest rate of 2.35% per annum; and
under a vendor financing agreement dated 21 July 2014, the Company entered into an agreement under which it is entitled to borrow US$1.4 million from Cisco, at an interest rate of 2.35% per annum,
with the amount to be borrowed in each case to be repaid over a 36-month period in 12 equal quarterly instalments from the date of drawdown under the relevant agreement. Under these arrangements, Cisco provides financing to the Company in an amount equal to the total price of products ordered by the Company from Cisco and other suppliers. Events of default under the Vendor Loans include customary events of default. In addition, an event of default would be triggered under the Vendor Loans if the Company undergoes a change of control of the majority of the Company’s shares and fails to notify Cisco or if the Company notifies Cisco and such change of control would adversely affect the Company’s ability to meet its payment obligations to Cisco. Under each of the Vendor Loans the Company provides Cisco with a pledge over certain of its telecommunication equipment. The aggregate principal amount outstanding across all Vendor Loans is approximately US$11.1 million and the Company has not drawn down any amount under either of the two vendor financing agreements dated 21 July 2014. Revolving credit facility with Citibank The Company entered into a Rp300 billion revolving credit facility agreement dated 4 June 2013 with Citibank, N.A for the purpose of the Company’s capital expenditure and general corporate funding requirements. The outstanding amount drawn down under this facility is Rp100 billion.
Page 23 SNG88987/16 164137-0001
The interest rate payable for each loan drawn under this facility is JIBOR plus a margin of either 3.25% or 3.75% per annum, depending on the Company’s ratio of total debt to EBITDA. The applicable margin is 3.25%. The Company is also required to pay Citibank an annual commitment fee of between 0.25% and 1.25% of the available commitment. The Company must repay all outstanding loans on the final maturity date of 4 June 2016. Full or partial voluntary prepayment may be made by giving three business days’ prior written notice (or such shorter period as the lender may agree), subject to minimum amounts and break costs if the prepayment does not take place on the last day of an interest period. A number of customary representations and warranties have been given in the facility agreement, all of which are repeated on each utilisation of the facility. The facility agreement also requires the Company to comply with a number of customary undertakings, including that any amounts drawn down rank pari passu with other unsecured and unsubordinated creditors, a negative pledge, maintenance of business and a limited prohibition on mergers, disposals or dividends, subject to certain materiality thresholds and exceptions. The facility agreement also contains certain financial covenants. The financial covenants set a maximum total debt to EBITDA ratio of 2.75:1 and a minimum ratio of EBITDA to interest expenses of 3.25:1. The events of default include customary events of default. There are also certain other events of default, including: (i) a specific provision requiring FMTV to maintain its Cable TV Licence; (ii) provision for event of default if the Cable TV Agreement terminates or there is a material change to the Cable TV Agreement which terminates, suspends or materially and adversely impacts the use of the Cable TV Licence by the Company; and (iii) provision for event of default if there is a change of control of the Company. Credit facility with BNP Paribas The Company entered into a Rp300 billion unsecured revolving credit facility agreement dated 18 October 2013 with PT Bank BNP Paribas Indonesia for the purpose of its capital expenditure and general corporate funding requirements. The Company’s material subsidiaries provide a continuing guarantee of the Company’s obligations under this agreement. The Company has not utilised this facility. The interest rate payable on each loan drawn under the facility is JIBOR plus a margin of 3.25%, per annum. The Company is also required to pay PT Bank BNP Paribas Indonesia a commitment fee, calculated as 1.2% per annum of the available commitment, payable quarterly. The Company must repay all outstanding loans on the final maturity date of 18 October 2016. A number of customary representations and warranties have been given in the facility agreement, the majority of which are repeated on the date of each utilisation request and on the first day of each interest period. The facility agreement also requires the Company to comply with a number of customary undertakings, including information undertakings, a negative pledge, maintenance of business and a limited prohibition on mergers, disposals or dividends, subject to certain materiality thresholds and exceptions. The facility agreement also contains a financial covenant, under which the Company’s total debt to EBITDA ratio may not exceed 2.75:1. The events of default include customary events of default relating to breach of the facility agreement, insolvency, cross-default under other debt instruments, litigation, material adverse change, entry into creditors’ process, government moratorium in respect of any payment of financial indebtedness, cessation of business, nationalisation of the group’s assets or shares, unlawfulness and repudiation. In addition, if a change of control occurs, the Company must notify BNP Paribas of such change and BNP Paribas may refuse to fund utilisations, cancel the commitment and/or declare all outstanding loans immediately due and payable. COMMITMENTS AND CONTINGENT LIABILITIES Commitments The Company has various contractual obligations and commercial commitments to make future payments, including trade payables, non-trade payables and long-term debt. The table below analyses the Company’s financial liabilities. The amounts disclosed in the table are calculated in reference to undiscounted cash flows amounts. The Company’s other liabilities, including trade payables and non-trade payables, are due in less than 12 months as at 30 June 2014. Less than one year
Between one and two years
Between two and three years
Beyond three years
Total
(Rp billions) Long-term debt ...............................................
86.7
176.8
Page 24 SNG88987/16 164137-0001
3.7
-
267.2
Contingent Liabilities The Company had no significant contingent liabilities as at 31 December 2011, 2012, 2013, and 30 June 2013 and 2014. IMTV Loan Guarantee In July 2014, the Company’s associate, IMTV entered into a US$15 million senior secured term facility with BNP Paribas (Singapore Branch) for general working capital purposes. The Company is a partial guarantor of the facility with respect to 15% of the facility amount (in accordance with its 15% shareholding interest). CAPITAL EXPENDITURE The following table sets forth the Company’s capital expenditure in the periods indicated:
Years ended 31 December 2011
2012 2013 (Rp billions)
Six months ended 30 June 2014
Network-related(1) ..................................................................................... CPE (2) ................................................................................................ Other(3) ................................................................................................
1,155.2 65.7 18.4
428.0 116.3 26.7
776.7 173.2 45.3
230.2 73.1 18.5
Total capital expenditure(4) ................................................................
1,239.3
571.0
995.2
321.8
Notes: (1)
Network-related capital expenditure is the sum of additions to head-end electronics and network service control points.
(2)
CPE capital expenditure is the sum of additions to converters, decoders, cable modem and set-top boxes.
(3)
Other capital expenditure is the sum of additions to land, buildings, leasehold improvements, furniture and fixtures, office equipment and vehicles
(4)
Capital expenditure represents additions to property, plant and equipment. The additions in 2011 are higher than in subsequent years as the base value of property, plant and equipment was nil at the time of the Shares Subscription in June 2011.
The Company’s operations are capital intensive due to its strategy to expand its Network as well as the associated maintenance costs. Management estimates that the Company’s maintenance costs have historically accounted for approximately 4-8% of total revenue. The Company has built an extensive Network in Greater Jakarta, and began expanding in Greater Surabaya in 2013 and Bandung towards the end of 2013. The Company intends to continue the expansion and coverage of its Network in these Indonesian cities. Historically, the Company’s capital needs have been primarily funded through cash generated from operations and shareholder funding. Planned capital expenditure The Company is in the process of a significant network expansion programme, with the aim of achieving approximately 1.8 million homes passed by 2016. The Company expanded the Network to Greater Surabaya in 2013 and expanded the Network into Bandung towards the end of 2013. The Company expects to invest approximately Rp1 trillion in capital expenditure in 2014 alone with similar levels of maintenance capital expenditure as 2013. The target areas are adjacent to existing core service areas in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, which have proven receptive to the Company’s premium products and services as measured by market penetration and ARPU. After achieving its targeted service coverage in these regions, the Company will consider expanding the Network to include other major cities in the medium term. Going forward, the Company expect to fund the capital expenditure for the organic expansion of its Network through cash generated from operations. The Company actively monitors its funding requirements to optimise its capital structure and ensure that it has sufficient funds from internal sources and available debt facilities. Based on the Company’s recent historical ARPU and the expected improvement in its penetration rates due to marketing efforts, the Company expects to achieve strong returns on its growth capital expenditure with comparatively short payback periods on a per customer basis.
Page 25 SNG88987/16 164137-0001
CAPITALISATION AND INDEBTEDNESS The table below shows the cash and cash equivalents and capitalisation of the Company as at 30 June 2014 on an actual basis. This information has been extracted from the Company’s audited financial information as at 30 June 2014. As at 30 June 2014 (Rp billions) (US dollars millions)(1) Cash and cash equivalents
379.3
31.7
Current maturities of long-term debt – portion due within one year ........... Long-term debt – portion due over one year ...............................................
70.0 163.3
5.8 13.6
Total debt ................................................................................................ Capital stock ............................................................................................... Additional paid in capital ............................................................................ Retained earnings ........................................................................................ Controlling interest .....................................................................................
233.3 304.3 1,431.1 1,019.5 (0.2) -
19.4 25.4 119.6 85.2
Total equity ................................................................................................
2,754.7
230.2
Total capitalisation (excluding cash and cash equivalents) ...................
2,988.0
249.7
Note: (1)
Solely for the convenience of the reader, the Rupiah amounts have been translated into US dollars using the exchange rate of US$1 = Rp11,969 giving effect to rounding, where applicable. The convenience translation is unaudited and should not be construed as a representation that the Rupiah amounts represent, or have been or could be converted into, US dollars at this or at any other exchange rate.
DIVIDEND POLICY Dividend payments The Company did not make any dividend payments in 2011, 2012 and 2013. In 2014, the Company declared and paid a final dividend of Rp 42.0 billion in respect of the 2013 financial year. The Company does not intend to declare a final or interim dividend in the short to medium term. BUSINESS VISION AND MISSION The Company aims to be the first choice for broadband, television and media services and to transform the lives of Indonesian consumers by providing innovative and exceptional broadband and media services and solutions. 3
STRENGTHS
3.1
The Company operates in a large and highly attractive underpenetrated market
According to MPA, Indonesia is the most underpenetrated and fastest growing broadband market in the top 20 largest global economies. It is the fourth most populous country in the world, with a population of 248 million people, and is the 16th largest country by nominal GDP, with US$870 billion in 2013 (according to MPA). Indonesia is one of the fastest growing economies in the world with real GDP expected to grow at a CAGR of 5.8% between 2013 and 2018, according to MPA. Consumer expenditure contributed to 59% of national Indonesian GDP in 2013. This high level of consumer consumption is underpinned by strong Indonesian consumer confidence, which, according to Nielsen, is the second highest level of national consumer confidence globally. This large and fast-growing affluent consumer class is expected to increase from 45 million people in 2010 to 135 million people in 2030, assuming 5-6% GDP growth per annum, according to McKinsey. The Company’s core customer market of A Households and B Households numbered 4.1 million in 2013 in its core coverage areas, growing at a CAGR of 17.6% from 2010 to 2013, with C1 Households numbering 2.6 million in 2013, according to Nielsen. Indonesia has one of the youngest populations in the world, according to MPA. In 2013, 54% of the Indonesian population was under the age of 30. Younger consumers tend to use a greater number of digital products and services, leading to an increase in the data volume used by consumers and growing demand for internet connections, especially with high speeds. This makes Indonesia an important market for all companies offering internet-related services, such as the Company. Among the top 20 economies in the world, the penetration rate of fixed broadband services in Indonesia is the second lowest, at 5.4% in 2013, according to MPA. MPA estimates that the pay TV penetration rate in Indonesia was 8.6% in 2013, significantly behind the other top 20 economies in the world. MPA expects this underpenetration in both broadband and pay TV to drive a Page 26 SNG88987/16 164137-0001
strong increase in the number of customers. It expects fixed broadband customers to increase at a CAGR of 13.4% from 2013 to 2018 and pay TV customers at a CAGR of 15.8% from 2013 to 2018. The NGBB and Cable TV markets are subsets of the Indonesian broadband and pay TV sectors, implying even more significant underpenetration. The Company is the sole operator of scale in both these markets and will directly benefit from the projected increase in penetration rates. 3.2
The Company operates in some of the most attractive metropolitan areas of Indonesia
The continued development of the Indonesian economy has led to a trend of an increasingly urbanised middle class, concentrating Indonesia’s GDP in urban areas. McKinsey forecasts that the proportion of Indonesians living in urban areas will increase from 53% in 2010 to 71% in 2030 which would increase the overall share of Indonesian GDP in urban areas from 74% in 2010 to 86% in 2030. These increasing urbanisation and GDP concentration trends will benefit fixed broadband and Cable TV operators, such as the Company, as the number of addressable households for its products, particularly the Company’s core affluent A Households and B Households, increases. The increased concentration of core and addressable households should increase customer penetration in existing Network coverage areas, and provide opportunities to achieve a strong return on investment for Network expansion into new coverage areas in metropolitan areas. The Company’s core coverage areas currently comprise Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung. These regions are among those with the highest GDP contribution and population densities in Indonesia and are important economic and commercial centres. In addition, according to McKinsey, the fastest growing cities in Indonesia will be the large middleweight cities (defined as cities with a population of between 5 to 10 million) and mid-size middleweight cities (defined as cities with a population of between 2 to 5 million) which it forecasts will grow at a real GDP CAGR of 9.1% and 6.9%, respectively, from 2010 to 2030, subject to sufficient investment in urban infrastructure such as housing, water, energy and transportation, as well as continued improvement in productivity in Indonesia. These cities include several of the cities in which the Company operates, such as Jakarta, Bogor, Bekasi and Tangerang in Greater Jakarta, as well as Surabaya and Bandung. 3.3
Undisputed market leader of NGBB in Indonesia with strong first mover advantages
The Company has an approximately 98% share of the NGBB market in Indonesia as at 31 December 2013 (according to MPA) and is the only operator of scale, by number of homes passed, within the NGBB market in the country. With no other operator of scale in the NGBB market, broadband services via ADSL technology with maximum advertised speeds of 3 Mbps are the only alternative for most consumers in the Company’s core coverage areas. The Company is actively growing the NGBB market through its Network expansion programme and expects to maintain its significant market leadership. The Network has added over 250,000 new homes passed per year in each of 2012 and 2013, and according to MPA, this is unmatched by any other operator seeking to expand a NGBB network in Indonesia. The Company believes it has achieved first mover advantage, establishing a strong market position in Greater Jakarta and Greater Surabaya, and at the same time expanding into Bandung. By being the first operator to offer services using an advanced high-quality HFC network, the Company has been able to attract its target customers within its core coverage areas and achieve high penetration rates resulting in a strong return on investment for the Network expansion. The Company owns its Network, including the last mile of cable to the customer, except in a limited number of cases where a property developer owns the last mile of the Network. Other service providers cannot use the Company’s Network or cable without the Company’s consent and so in order to provide services to customers in the Company’s existing coverage areas, a service provider would typically need to install its own network and last mile of cable. There are further significant natural hurdles for other potential NGBB operators (the “Followers”) to expand into the Company’s existing coverage areas at the community level and customer level. At the community level, community leaders and residents may weigh the benefit of adding other NGBB operators, who generally have less of a track record of network expansion and operations, against disruptions and nuisance during the construction period. Followers would also have to lay their own cable to the customer’s home. In the context of the majority of Indonesian cities, this could be disruptive and time-consuming, as most affluent households are single family homes (single dwelling units). This could make potential customers reluctant to switch service providers, especially if they are already satisfied with existing services. As such, the Company believes these factors are likely to lead to a lower penetration rate for Followers. The Company believes that the high capital expenditure requirement for network expansion, last-mile installation and investment in customer premise equipment, when taken together with uncertain penetration rates, could significantly diminish a Follower’s return on investment, leading to a longer payback period. Even if the Followers can rollout as fast as the Company, the Company believes that it would take them up to six years to reach where the Company is today. The Company believes that these factors could potentially create poor economics for Followers and could be considered by Followers as natural barriers to entry when contemplating expansion or entry into the Company’s service areas.
Page 27 SNG88987/16 164137-0001
3.4
Large and technologically resilient state-of-the-art NGBB network, reflecting significant investment and expertise
The Company owns and operates the most advanced NGBB network in Indonesia, with a superior delivery platform. According to MPA, the Company’s Network is advanced and is in line with other NGBB networks by international standards set by leading operators in Asia, Europe and the United States. The Network consists of approximately 17,300 kilometres of cable laid out in the key regions of the Company’s service areas (with approximately 15,400 kilometres in Greater Jakarta, 1,600 kilometres in Greater Surabaya, 200 kilometres in Bandung and 100 kilometres in Bali), comprising approximately 7,000 kilometres of fibre optic cable connecting three major headends in Jakarta, Surabaya and Bali with 17 distribution hubs and 3,627 nodes, and 10,300 kilometres of coaxial cable connecting nodes to homes. The Company believes that a HFC network is the most suitable mode of delivery of broadband services in the Company’s core service areas, which comprise the densely populated and most affluent areas of Indonesia, maximising the Company’s economic return. The Network is the largest cable network of scale in Indonesia, by number of homes passed in the residential segment. It is already fully DOCSIS 3.0 compliant which allows the Company to offer broadband download speeds of up to 100 Mbps to substantially all homes passed throughout the Network, and has the technological capacity to offer even higher speeds. Management expects that the Network will be over 60% 1 GHz enabled with the remaining Network to be 870 MHz compliant by the end of the first quarter of 2015, further confirming the Company’s technical leadership in the NGBB market and enabling it to provide a wider offering of HD, 3D and SD channels. This high-spectrum bandwidth capacity allows delivery of a large number of channels, particularly bandwidth intensive HD channels, which increases the attractiveness of its Cable TV Services for its Cable TV customers. In addition, the Company’s Network is fully two-way enabled which allows the Company to offer interactive value-added services, such as video-on-demand, TV Anywhere and catch-up TV to its customers. The Company believes that its Network is capable of supporting growing customer demands in the medium term. The Company believes that with a reasonable capital expenditure requirement the Network could be upgraded to DOCSIS 3.1 and along with improvements in customer premise equipment, this could provide for speeds up to potentially 4 Gbps. The Network has also been intentionally designed to have a low homes-to-nodes ratio of approximately 360 homes per node on average as at June 2014, among the lowest globally (according to MPA). Therefore, the Company believes that the Network is highly upgradeable and is capable of achieving gigabit bandwidth with a reasonable capital expenditure requirement in the medium term, if and when commercially sensible to do so. 3.5
Differentiated product packages offering significant customer value
By leveraging its state-of-the-art Network, the Company is able to offer fast, good value, reliable internet services, a wide choice in premium TV content, best-in-class quality of service and attractive bundled packages. The Company believes that the combination of these characteristics allows the Company to sustain its market leadership. For its NGBB customers, the Company offers high download speeds of up to 100 Mbps to substantially all homes passed through its “FastNet” offerings. There is no other provider of NGBB services in Indonesia of scale, by number of homes passed, who can provide such a high download speed. For its Cable TV customers, the Company offers an extensive range of HD and SD channels via its “HomeCable” offerings. As at 31 July 2014, it offered 60 national and international HD channels, which according to MPA, was by far the widest selection of HD channels offered by one operator in Indonesia. The second widest HD offering is through Biznet’s Max3 with 29 HD channels, followed by MNC Skyvision with 5 HD channels (which is limited by DTH technology) according to MPA. In addition, the Company’s Network enables it to deliver advanced entertainment services such as video-on-demand, TV Anywhere and catchup TV services, which cannot be offered by some of the current technologies competing with Cable TV, such as DTH. The Company has implemented a successful bundling strategy. Its product offerings are led by a fast and reliable NGBB offering, bundled with a rich and differentiated Cable TV Service that competes on quality and innovation, creating an attractive value proposition for consumers. The Company’s customers find real value in the Combo packages, as demonstrated by the high bundling rate where approximately 89%, 91% and 92% of all customers in 2012, 2013 and in the six months ended 30 June 2014 are subscribing for Combo packages. The Company believes that this bundling strategy results in increased penetration, higher customer loyalty and increased revenues from customers. The Company is currently the only operator of scale in Indonesia who is able to offer both NGBB and Cable TV with one wired line into the customer’s home, which offers a highly attractive one-stop convenience proposition. 3.6
Consistent track record of growth and profitability
Since June 2011, the Company has achieved consistent and sustainable revenue growth driven by the Company’s market leadership and operational performance. The Company continued to increase revenue by 28.0% in 2013 from the previous year and 29.1% in the six months ended 30 June 2014 from the previous corresponding period in 2013. Residential Growth The growth in residential NGBB and Cable TV Services has been driven by (i) fast and profitable Network expansion, (ii) increasing penetration of existing network coverage areas, and (iii) improvements in product strategy. In addition to the specific Page 28 SNG88987/16 164137-0001
strategies to drive future growth in residential NGBB and Cable TV Services, which are further described under “– Strategies” below, there are underlying factors that the Company expects to provide additional growth as follows: (i) Significant room for expansion in current core coverage areas Based on the number of the core A Households and B Households, and after taking into account various factors including feasibility of Network build-out and specific geographical considerations, the Company estimates that its Network covers 45% of areas that the Company currently believes are addressable and commercially feasible for Network build-out (the “Estimated Coverage Ratio”) in the Greater Jakarta area as at 30 June 2014. The Company estimates that its Estimated Coverage Ratio for Greater Surabaya and Bandung are 45% and 10%, respectively. Accordingly, there is significant room for the Company to expand within the current core coverage areas. The Estimated Coverage Ratios are estimated based on A Households and B Households data as at 31 December 2013, and do not take into account the growth and migration into A Households and B Households in the future. (ii) Significant room for increased penetration of existing Network coverage areas The Company believes there is significant room for further increase in penetration rates in the existing Network coverage areas. The Company’s overall broadband customer penetration is 27.2% of homes passed, as at 30 June 2014. The overall penetration is relatively low compared to other leading NGBB and Cable TV operators globally, including in Belgium, France, the Netherlands, the United Kingdom and the United States, whose penetration ranges between approximately 35% and 72% as at 31 December 2013, according to MPA. The Company's relatively low penetration is attributable to significant and rapid Network expansion. As at 30 June 2014, approximately 50% of the total homes passed by the Company are less than 2.5 years old. Based on its historical penetration maturity profile, the Company expects the penetration of currently less mature homes passed to increase over time and positively impact the overall penetration rate achieved by the Company. In addition, the higher penetration rate of other NGBB and Cable TV operators in other countries as compared to the Company’s may also be attributable to the relatively high disposable income in those countries as compared to Indonesia. The Company expects disposable income growth in Indonesia to provide further support for an increase in penetration in existing Network coverage areas. (iii) Product strategy The Company’s packages have been designed to be at a variety of price points. The entry package is targeted at C1 Households, while higher priced packages provide significant choice and differentiation to the core A Households and B Households. The Company believes that growth and migration into A Households and B Households in the Company’s core coverage areas should provide additional support to the Company’s focused marketing efforts in place to upsell higher tier packages, sell add-on packages and additional value-added products, which are expected to lead to higher ARPUs. Enterprise Growth DataComm has been the key driver to the growth in the Company’s Enterprise Services business, more than doubling the number of its enterprise clients since 2011, increasing from 495 as at 31 December 2011, to 1,332 as at 30 June 2014. DataComm revenue grew at a CAGR of 43.9% between 2011 and 2013, with revenues increasing from Rp91.6 billion to Rp147 billion to Rp190.5 billion for the years ending 31 December 2011, 2012 and 2013, respectively. Revenue in the first six months to 30 June 2014 was Rp109.7 billion, reflecting growth of 26.1% versus the previous corresponding period. Strong growth in enterprise clients corresponds with revenue growth and can be contributed to the following three factors: (i) Network expansion across the Greater Jakarta region has provided the opportunity for DataComm to capture a larger number of enterprise clients; (ii) complementary usage patterns where enterprise clients utilise residential customers’ excess bandwidth during business hours has resulted in low operating expense for DataComm, allowing DataComm’s business pricing to be competitive and to attract new enterprise clients; (iii) superior broadband quality that has assisted in DataComm becoming one of the leading data communications services providers to the business community in Indonesia, attracting new enterprise clients. The Company is also expected to benefit from the fast growing pay TV advertising segment, further driving its Advertising Sales revenue. Another contributor to this growth has been the innovative digital advertising products the Company has offered such as advertisements on our electronic programme guides and interactive TV applications, which have proved successful in growing Advertising Sales revenue. Overall Profitability and Cash Generation The Company has maintained and improved profitability while achieving strong revenue growth through operational excellence and financial discipline. The Company’s Adjusted EBITDA margins are consistently among the highest in the industry, according to MPA, at 54.0%, 54.1% and 57.2% in 2012, 2013 and the first six months of 2014, respectively. The Company’s strong cash generation from its existing operations allows the Company to continue to expand the Network rapidly. The Company expects that the capital expenditure for Network expansion will be primarily supported by cash flow from operations. This Network expansion enables the Company to generate additional revenue, profits and cash flow, which in turn can be reinvested for continued growth of the Network.
Page 29 SNG88987/16 164137-0001
The Company maintains a strong balance sheet, which the Company believes will allow for substantial funding capacity is required for future growth. 3.7
Experienced management team with a strong track record
The Company is led by an experienced management team comprising of leading Indonesian professionals and international industry veterans. The team has over 150 years combined experience (an average of over 22 years per member) in the NGBB and Cable TV sectors, technology sector, finance and consumer businesses. The significant international NGBB, Cable TV and technology experience of the management team with leading organisations such as StarHub, Microsoft and Motorola has led to a best-in-class network and innovative product and service offering by global standards, underpinned by the Company’s state-of-the-art-technology. Complementary to the international technical expertise, the team has significant experience in consumer related sectors and customer service with leading institutions. The strong understanding of the Indonesian market and consumers allows the Company to capture the large and fast growing opportunities in the NGBB and Cable TV markets and to expand quickly and rapidly into attractive coverage areas. The management team’s strong experience in finance and operations is also a key driver of the Company’s financial discipline, which allows seamless execution of the accelerated expansion strategy without compromising operational and financial results. This has led the Company to achieve one of the highest Adjusted EBITDA margins in the sector (according to MPA), and to generate strong cash flows to fund the rapid Network expansion. The Company’s management team has successfully overseen several significant milestones in the Company’s development since 2011, including reaching 1 million homes passed in 2013, more than doubling the number of homes passed between June 2011 and June 2014 and expanding its core coverage areas from Greater Jakarta into Greater Surabaya and Bandung. 4
STRATEGIES
4.1
Expand cable network coverage into areas with attractive penetration potential
The Indonesian broadband market remains highly underpenetrated. According to MPA’s estimates, the broadband and pay TV penetration of households in Indonesia was just 5.4% and 8.6% as at the end of 2013, respectively. The NGBB and Cable TV markets are subsets of the Indonesian broadband and pay TV sectors, which are even more underpenetrated, with the Company as the sole operator of scale in both markets. Management views this as a significant opportunity to expand the Network’s revenues as the demand for NGBB in Indonesia increases. The Company has successfully increased its homes passed by over 250,000 homes in both 2012 and 2013 leading to strong revenue growth and profitability. The Company attributes its success in such a rapid and profitable Network expansion to its ability to identify attractive new expansion areas, as well as its accumulated expertise and structured approach to new rollout, which promotes effective and efficient coordination between Network expansion and marketing activities. The Company aims to increase the number of homes passed to approximately 1.8 million by 2016 focusing on the current core coverage areas of Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung and targeting the large, attractive and fast growing core A Households and B Households, as well as targeting C1 Households as potential upside. The Company’s presence in and focus on the three most attractive metropolitan areas in Indonesia provides significant flexibility for the Company to maintain a rapid and profitable expansion of the Network. Whilst the Company’s focus will remain on the current core coverage areas over the medium term, Management continues to evaluate new cities in Indonesia based on the demographics of the city and potential financial return profile. 4.2
Increase penetration in existing coverage areas through remarketing
The Company monitors the penetration of its homes passed, grouping homes passed by the month in which they became operational. Each such group of homes is a “vintage”. As at 31 May 2014, there were 41 vintages of homes passed since January 2011. The penetration curve below summarises the average penetration of the 41 vintages at each month since each vintage of homes passed became operational. The number of vintages included in the average calculation decreases as the number of months since the vintage became operational increases. For example, the average penetration for month 1 is calculated based on all 41 vintages, while the average median penetration for month 36 is based on 6 vintages that have been operational for at least 36 months:
Page 30 SNG88987/16 164137-0001
Month 36
40.0%
37.6%
35.0% Month 20
30.0%
27.0%
% take up rate (a)
Month 10 21.1%
25.0%
20.0%
15.0%
10.0%
Month 1
5.0%
(a)
Month 36
Month 35
Month 34
Month 33
Month 32
Month 31
Month 30
Month 29
Month 28
Month 27
Month 26
Month 25
Month 24
Month 23
Month 22
Month 21
Month 20
Month 19
Month 18
Month 17
Month 16
Month 15
Month 14
Month 13
Month 12
Month 11
Month 9
Month 10
Month 8
Month 7
Month 6
Month 5
Month 4
Month 3
Month 2
Month 1
4.3% 0.0%
% penetration rates are calculated based on the average of the historical monthly penetration rate of each monthly vintage rolled out from January 2011 to May 2014
As a result of rapid expansion, the Network is relatively young, with approximately 760,000 homes being passed after June 2011 out of the current 1.3 million homes passed by the Network. In order to accelerate penetration in relatively new expansion areas and take advantage of the increasing urbanisation and affluence of Indonesian consumers, the Company actively monitors the penetration of its Network and actively engages in remarketing programmes. These remarketing programmes allow the Company to use local initiatives to target new customers in existing service areas. 4.3
Drive ARPU accretion via superior product proposition and focused upselling initiatives
The Company’s state-of-the-art Network enables the superior delivery of high-quality NGBB based on speed and reliability, in addition to Cable TV that features a wide range of premium programming content. Bundling both products through Combo packages provides the Company with more flexibility to repackage its services in order to achieve ARPU growth, while maintaining a compelling value proposition resulting in overall positive impact on operational and financial results. An example of this is the Company’s successful implementation of product enhancement programmes in February 2014 and July 2013. As part of these programmes the Company enhanced the services offered by its Combo packages, whilst increasing the price per month payable by customers to reflect this enhancement. For example in July 2013 the broadband speed offered by the D’Lite Combo HD package increased from 2 Mbps to 3 Mbps and the price consequently increased from Rp280,000 per month to Rp309,000 per month and in February 2014 it offered a further increased broadband speed of 6 Mbps and an additional 19 Cable TV channels with a consequent price increase to Rp339,000 per month. The Elite Combo HD package was similarly enhanced. In July 2013 the broadband speed increased from 3 Mbps to 5 Mbps and customers had access to 101 Cable TV channels, rather than 93 and in February 2014 the broadband speed increased to 10 Mbps and customers had access to 110 Cable TV channels. To reflect the enhanced services received by Elite Combo HD customers, the price per month for the package increased from Rp390,000 per month at the end of 2012 to Rp429,000 per month and Rp469,000 per month in July 2013 and February 2014, respectively. At the same time as the D’Lite Combo HD and Elite Combo HD packages were repackaged, the price for the Family Combo HD package increased from Rp150,000 per month at the end of 2012 to Rp159,000 per month in July 2013 and to Rp169,000 in February 2014. The Company’s active marketing strategies enable the Company to upsell its products effectively. There were 127,290, 133,710 and 69,435 upgrade transactions that include upgrading to a higher tier package or the purchase of additional add-on packages and value added products in the years ended 31 December 2012 and 2013 and the six months ended 30 June 2014, respectively. The Company continues to innovate its Cable TV product offerings by investing in new technology and extending its leadership in HD offerings and channel selection. The Company expects this to provide long-term support for increased ARPU and reduced churn as customer experience, satisfaction, loyalty and value perception is enhanced. An example of this is the launch towards the end of 2014 of the Company’s next generation HD set-top box, a two-way hybrid interactive set-top box with Android functionalities that offers new features that appeal to customers, including catch-up television, video-on-demand, social media integration, voice search functions and access to applications through the Android applications store. 4.4
Grow revenues from enterprise clients leveraging the Company’s state-of-the-art platform
The Company’s existing Network coverage is in the cities of Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, metropolitan areas with among the highest regional GDP contribution in Indonesia, according to MPA. As at 30 June 2014, the Company had Page 31 SNG88987/16 164137-0001
approximately 1,332 clients in its DataComm business, up from 495 clients as at 31 December 2011. In addition to the relatively low incremental capital expenditure required to provide services to enterprise clients, the Company also leverages its Network through the complementary usage between residential customers and enterprise clients. This involves enterprise clients consuming the vast majority of their data during the day which is when consumption amongst residential customers is at its lowest. The operating costs associated with utilising the Network’s excess bandwidth capacity during the day is therefore low. The Company also intends to employ additional strategies that include: increasing target clients in Greater Jakarta’s large enterprise market, which the Company believes to be mostly untapped; upselling products and expanding bandwidth to increase revenues from existing customers; and delivering superior service quality compared to competitors so as to achieve customer retention. The Company believes these strategies will contribute to maintaining the highly profitable track record of DataComm which will continue to be supported by a focused Sales Team and contact centre. The Company also seeks to leverage its Network through its Advertising Sales. Through partnerships with its TV content providers, the Company is able to offer advertising slots to advertisers on both international and local channels to generate revenues. In addition, the Company has also developed innovative digital advertising solutions on its electronic programme guide and interactive TV applications. Revenue from Advertising Sales grew 28.4% from Rp73.5 billion for the year ended 31 December 2012 to Rp94.3 billion for the year ended 31 December 2013. The Company believes that the overall trend of revenue growth from Advertising Sales has been achieved through its innovative advertising solutions, its additional advertising slots and its fast-growing customer base, all of which make the Network an attractive means of advertising. Going forward, the Company intends to continue to grow its Advertising Sales given its increasing customer base and its ability to offer targeted advertising solutions. 4.5
Continue to focus on operational efficiency to maximise profitability through scale
The large customer base across the Network covering Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, enables the Company to benefit from economies of scale when making purchases from its Network and consumer equipment suppliers. This allows the Company to purchase equipment at a lower cost, enhancing its capital expenditure efficiency. In addition, the Company has made significant capital investment in the acquisition of a large international bandwidth capacity of 180 Gbps, allowing it to deliver fast and reliable internet services profitably and to benefit from economies of scale. The cost of TV content typically depends on the number of the Company’s customers whose packages will include that content. In the vast majority of cases an element of that cost will decrease as the number of customers whose packages include that TV content increase. The Company’s large number of customers enables the Company to benefit from this economy of scale, effectively paying a reduced content cost per customer. The Company’s growing customer base has also meant that the Company has developed key relationships with international and local TV content providers, strengthening its negotiating position when contracting with the content providers. This enables the Company to negotiate lower content costs and additional benefits, such as increased time slots which it can sell to third party advertisers or use for its own advertising. 5
THE COMPANY
5.1
Brief history
The Company was originally established under the name of PT Seruling Indah Permai in 1996 and on 20 April 2000 changed its name to PT Link Net. In June 2011, the Company acquired the Network from First Media and became the only NGBB and cable TV operator of scale in Indonesia. As part of the acquisition of the Network, the Company entered into certain Long Term Agreements with First Media covering, amongst other things, the use of intellectual property, cooperation with FMTV for the Cable TV Business and other operational matters. The Company changed its status to a public company in connection with its listing on the IDX and initial public offering in 2014. The Company was formally listed on IDX on 2 June 2014 under the stock code “LINK”. 6
NETWORK DESIGN AND EXPANSION
The Company delivers its broadband services, Cable TV Services and data communications services through its state-of-the art HFC Network, which is the most advanced network of scale in Indonesia. The Network has approximately 1.1 million, 185,000 and 21,000 homes passed across Greater Jakarta, Greater Surabaya, and Bandung, respectively, as at 30 June 2014. The Network has been designed and built out with specifications that are, according to MPA, in line with international standards set by leading operators in Asia, Europe and the United States. The Network consists of 7,000 kilometres of fibre optic cable connecting three major headends in Jakarta, Surabaya and Bali with 17 distribution hubs and approximately 3,600 nodes, and 10,300 kilometres of coaxial cable connecting nodes to homes. The Network has also been intentionally designed to have a low homes-to-nodes ratio of approximately 360 homes per node on average, among the lowest globally, according to MPA, ensuring consistent, fast and reliable broadband services across the Network. The Company believes that the low homes to nodes ratio also provides significant flexibility for the Company to upgrade to FTTH technology, which the Company believes can be achieved with reasonable capital expenditure requirement, if and when commercially sensible to do so in the medium term. The core Network has been designed with a DWDM fibre ring in place to automatically and quickly switch routes in the event a portion of the core Network is
Page 32 SNG88987/16 164137-0001
damaged or disconnected, resulting in high network reliability and an availability ratio of at least 99.74% across all services in 2013.
Network Expansion The Network first provided Cable TV services in 1999, internet services in 2000 and broadband services in 2007 to 2008. Since June 2011, the Company has embarked on a rapid Network expansion programme increasing the number of homes passed from 553,080 as at 30 June 2011 to 1.3 million homes as at 30 June 2014. The Company first focused on expanding and establishing a stronghold in Greater Jakarta, but began to expand its operations in Greater Surabaya in 2012 and Bandung (in respect of broadband services only) towards the end of 2013, recognising significant opportunities across the two attractive metropolitan areas. The Company believes that there is significant latent and underserved demand, providing significant opportunities for the Company to continue the rapid and profitable expansion of its Network. The Company will offer Cable TV Services in Bandung once it has received approval to do so from MOCI. The Company expects to receive this approval by the end of 2014. The Company aims to increase the number of homes passed to approximately 1.8 million by 2016 focusing on the current core coverage areas of Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung. The Company has significant track record, skills, expertise, dedicated employees and financial resources to execute this rapid expansion plan. The Company’s Network Rollout Team, consisting of approximately 140 personnel, focuses on identifying attractive areas for Network expansion, obtaining the necessary permits and licences, and designing and overseeing the execution of the Network rollout. It is led by a core team who have significant experience and track record, rolling out and expanding the Network by over 250,000 homes passed in both 2012 and 2013. The construction work is contracted out to external contractors, with the Network Rollout Team overseeing all aspects of the construction and build out. Given the significant market opportunities, the Company expects to invest approximately Rp1 trillion in its Network expansion programme in 2014, and maintain substantially similar investment pace to achieve its goal of approximately 1.8 million homes passed by 2016 (averaging an increase of approximately 200,000 homes passed per year). The Company’s strong cash generation from its existing operations allows the Company to continue to expand the Network rapidly. Based on the Company’s current plan and growth trajectory, the Company expects that the capital expenditure for Network expansion will be primarily supported by cash flow from operations, with limited additional funding to be drawn from existing debt facilities. This Network expansion also enables the Company to generate additional revenue, profits and cash flow, which in turn can be reinvested for continued growth of the Network. Network rollout approach The Company has developed a proven and structured model, with significant coordination between the Network Rollout Team, Marketing Team, Finance Team and Technology and Engineering Team, to achieve a cost effective and rapid rollout. The ability Page 33 SNG88987/16 164137-0001
to manage a time-consuming, multi-layered rollout process provides the Company a strategic advantage that is difficult to replicate. From initial planning to full operation, the Network rollout for a particular neighbourhood can take anywhere from one month to twelve months, depending of the timing of external approvals and permits. To achieve rapid Network rollout while maintaining financial discipline, the Network Rollout Team, the Marketing Team and the Finance Team periodically coordinate and pre-approve criteria that would allow the Network Rollout Team to expand the Network without seeking additional internal approvals. The key criteria include (i) cost per homes passed is within a maximum approved amount and (ii) the target expansion area has a sufficiently attractive mix of household classifications based on the Company’s proprietary classification system. If the criteria are not met in a particular expansion area, the Network Rollout Team may further coordinate with the Marketing Team and the Finance Team to conduct a more in-depth feasibility analysis before deciding and proceeding with the expansion. The following are key stages in a typical Network rollout process: a) Area Identification and Market Survey The Network rollout process typically begins with in-depth market survey and planning, identifying the most attractive areas in which to expand the Network. In addition to public information and other surveys, the Company’s Network Rollout Team employs its proprietary survey technique, household affluence indicators and selection criteria that have been optimised from analysing information and data from prior Network expansions. The proprietary household affluence indicators and selection criteria comprise a wide variety of factors including, for example, home size, appearance of neighbourhoods and surrounding areas and vehicle ownership. Management believes that the Company’s proprietary knowledge of Network rollout and its strong understanding of the Indonesian consumer is a key driver of success, allowing for its rapid and profitable Network expansion since 2011. b) Solicitation of Approvals and Permits Once the Company completes the identification and survey process, it applies for the necessary rights of way, local permits and approvals from local governments and communities. To maintain rapid pace of expansion, the Company typically identifies multiple neighbourhoods for expansion and applies for the necessary approvals and permits for multiple neighbourhoods at the same time. Obtaining the necessary approvals and permits is a complex process given the need typically to deal with multiple agencies with different interests and receptiveness towards the build out. The Company’s ability to engage with multiple agencies, balancing the interests of local governments, communities and other stakeholders is a critical factor in achieving sustainable and rapid Network expansion. The Company’s consistent ability to engage with the communities and generate significant interest in the Company’s services is another factor contributing towards its ability to obtain the necessary approvals and permits from those communities. The Company interacts with the community to build awareness of the pending arrival of the Company’s services to the area, through targeted flyers and the use of promotional activities, such as by driving promotional vehicles through the area and setting up demonstration stations and staging music and magic performances. Members of the community are also encouraged to indicate their interest as potential customers and can then be contacted when the Network is operational in that area. c) Design and Construction Upon receiving all the necessary approvals and permits, the Company then proceeds to design and implement the Network rollout through a team of in-house technical personnel and third party contractors. Upon completion of the construction and activation, the Network Rollout Team hands over the new Network infrastructure to the Company’s Technology and Engineering Team for operations and maintenance. The Company believes that its significant experience in project management for Network rollout ensures that the targeted Network expansion is completed on time and on budget, allowing the Company to achieve consistent growth and return on investment. The Marketing Team coordinates closely with the Network Rollout Team through the Network rollout process, beginning with community engagement during the solicitation phase through to micro-marketing leading up to activation. Drawing on significant experience and its long track record of Network expansion, the Company has been able to achieve rapid ramp-up in customer penetration as shown in the chart under “Strategies” paragraph 4.2 in the current section. 7
PRODUCTS
The Company’s business includes: (i) NGBB services under the FastNet brand, directed at residential customers; (ii) Cable TV Services under the HomeCable brand, directed at residential customers; (iii) data communications and corporate support services under the DataComm brand, directed at enterprise clients; and (iv) Advertising Sales on the Company’s Cable TV platform. The Company focuses on its residential customers. Subscription, usage and other revenues from the Company’s residential customer accounts make up most of the Company’s revenues with approximately 79% and 82% of the Company’s revenues coming from these customers during 2013 and the first half of 2014, respectively. One of the Company’s core business strategies is to offer its broadband services and Cable TV Services to its residential customers in bundles, as “Combo” packages. The Company believes that these Combo packages represent a clear value proposition to customers, as they offer the convenience of receiving both NGBB and high-quality Cable TV from a single service Page 34 SNG88987/16 164137-0001
provider, and at a lower price than if the services had been separately subscribed for. According to MPA, the Company’s churn rates are amongst the lowest in the Indonesia broadband and pay TV markets, which the Company believes is a function of the bundling of Combo packages, as well as the superior NGBB offering and differentiated Cable TV offering with significant innovation and the widest selection of HD channels. 7.1
Residential customers
The majority of the Company’s residential customers live in single dwelling units, i.e. a building occupied by just one household or family, in line with the prevalence of such buildings in affluent neighbourhoods within the Company’s core coverage areas. The remainder of the Company’s residential customers reside in multi-dwelling units, such as apartment buildings. In the case of single-dwelling units, the Company owns the last mile of cable from nodes to the customers’ homes. As for customers in multidwelling units, the Company typically enters into a contract with the management company of the multi-dwelling unit to allow the Company to install equipment and provide access to its services. Residential customers subscribe on a monthly basis, paying for services one month in advance. They pay a monthly bill comprising three elements: (i) price of package; (ii) set-top box rental charge; and (iii) for broadband only or Combo package customers, a cable modem rental charge. Residential customers can pay their bills by a variety of means, including by credit card, using internet or mobile banking and via automatic teller machines. The method of payment has an impact on customer churn, with residential customers paying by credit card having the lowest churn rate. The proportion of payment by credit card has been on an increasing trend, in line with increasing credit card penetration in Indonesia. FastNet The Company offers fixed NGBB services to its residential customers through its state-of-the-art Network. The core service areas of the Network are Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung. The Network is almost completely DOCSIS 3.0 enabled, allowing the Company to offer broadband download speeds of up to 100 Mbps to substantially all homes passed throughout the Network. As a result, the Company became the first operator in Indonesia to offer 100 Mbps broadband speeds to residential customers in 2013. Today, the Company offers four standalone tiers of broadband service (“FastNet Ultimate”, “FastNet Infinite”, “FastNet Commerce” and “FastNet SOHO”), one standalone tier of Cable TV service (“HomeCable Ultimate HD”) and five tiers of broadband service within its Combo packages (“Family HD”, “D’Lite HD”, “Elite HD”, “Supreme HD” and “Maxima HD”), with broadband download speeds ranging from 1 Mbps (“Family HD”) to 100 Mbps (“FastNet Infinite”). Broadband users have become increasingly sophisticated and now demand higher bandwidth and speed to access websites with heavy graphic and/or video content. Since launching its high-speed services, FastNet has successfully converted a significant portion of its new and existing broadband customers to higher speed tiers. Residential customers are charged a flat monthly fee that varies with the speed subscribed for, and all broadband service packages offer unlimited usage. The Company aims to differentiate itself through both fast broadband speeds and the reliability of its service. The fast broadband speeds compared to the limited alternate choices in the broadband market led to strong penetration and growth in FastNet’s customer base. As at 30 June 2014, FastNet provided broadband services to more than 357,000 customers or 27% of homes passed and in the six months ended 30 June 2014 generated an ARPU of Rp219,944, compared with Rp206,471 for the six months ended 30 June 2013. HomeCable The Company offers Cable TV Services, which include both subscription programming and video-on-demand content from third party providers under its HomeCable brand. HomeCable is the only Cable TV operator of scale in Indonesia with approximately 328,000 customers as at 30 June 2014. HomeCable’s customer base has grown steadily since June 2011. In the six months ended 30 June 2014, HomeCable generated an ARPU of Rp183,049, compared with Rp150,896 for the six months ended 30 June 2013 and for the year ended 31 December 2013, HomeCable generated an ARPU of Rp151,095, compared with Rp150,357 for the previous year. The Company’s ongoing systems upgrades to fully enable 870 MHz spectrum bandwidth continue to increase the available channel capacity. As at 31 July 2014, HomeCable offered 120 national and international SD channels, 60 national and international HD channels and 1 3D channel. Its packages are designed to appeal to families providing a mix of high-quality children’s, education, entertainment, news, music, lifestyle, film and sports programming. Programme content The Company sources and broadcasts a wide range of local and international TV channels, including Discovery Channel, Disney Channel, HBO, FOX, Star World, NBA TV, CNN International, Berita Satu, Indosiar and AnTV and a small number of radio channels and also has broadcast rights to the popular English Premier League.
Page 35 SNG88987/16 164137-0001
As the owner and operator of the most advanced network of scale in Indonesia, the Company is uniquely positioned to lead innovation in the pay TV sector, offering the widest selection of HD channels and other value-added services. The Company provides content providers an opportunity to showcase their programming on the most advanced and innovative platform in Indonesia, significantly attracting their interest in working with the Company. The Company sources its Cable TV content through programme distribution and technical services agreements with various providers of local and international TV content. The agreements are renewable and valid for a fixed term, usually ranging from one to three years. Certain agreements allow the Company to share commercial time and some require placement of security deposits with programme providers. The Company pays a monthly fee to the content provider. Typically such fees are calculated in one of three ways: (i) the Company pays a base fee plus an additional fee per customer who has a right to receive the content; (ii) the Company pays a fee per customer who has a right to receive the content, subject to a minimum fee; or (iii) the Company pays a fixed fee. Under these contracts the content providers provide the Company with a specified number of minutes per airtime hour. The Company may use these minutes to promote other channels or its broadband products and, in some cases, the Company can sell these minutes to third parties as part of its Advertising Sales. The Company has agreements with approximately 44 content providers, including: HBO Pacific Partners, v.o.f., The Walt Disney Company (Southeast Asia) Pte. Ltd., Fox International Channel, ESPN Star Sports and Discovery Networks Asia-Pacific Pte. Ltd. Interactive TV The Company offers customers equipped with interactive set-top boxes the option to use several interactive services. In addition to services such as programme record and catch-up TV, the Company offers transactional video-on-demand, which allows customers to order recent movies and television shows, paying per transaction. In addition, the Company has developed an interactive application called Multimedia Home Platform (“MHP”) with Java-based programming embedded in the set-top box. MHP is a foundation for developing other applications to provide added value for HomeCable customers, such as weather information, stock exchange updates, games and traffic monitoring. In 2013 the Company launched an interactive application for its football channels called “Football Super League Application”. This application was designed to support the promotion of HomeCable’s new football channels, beIN Sport 1 and beIN Sport 2. The application opens when customers press the red button on the remote control while watching these two sport channels and provides football information such as league tables, match schedules, recent results and team line ups. The application also has a daily interactive football quiz, which customers can participate in via HomeCable’s Twitter account. Towards the end of 2014 the Company expects to introduce its next generation HD set-top box, a two-way hybrid interactive settop box with Android functionalities that offers new features which are very appealing to customers, including catch-up television / video on demand, social media integration, voice search functions and access to applications through the Android applications store. TV Anywhere In February 2014 the Company was the first subscription based TV services provider in Indonesia to offer its customers a service by which they can access via personal devices, such as mobile phones or tablets, up to 50 TV channels based on the HomeCable package for which they subscribe. This is a value added service which the Company offers to its customers. Bundled services The Company currently offers five types of bundled services in its Combo packages: “Maxima HD”, “Supreme HD”, “Elite HD”, “D’Lite HD” and “Family HD”, in order of decreasing service level and price. Package Name
Description
Price per month (as at 30 June 2014) (Rp)
Maxima Combo HD
Targeting customers who prefer a full entertainment package and are heavy users of digital entertainment services, especially broadband. It comes with speeds of up to 32 Mbps,101 SD and 51 HD channels.
1,479,000
Supreme Combo HD
Targeting customers who are looking for full access to NGBB and a full range of Cable TV channels. It comes with speeds of up to 16 Mbps, with 100 SD and 51 HD channels.
689,000
Page 36 SNG88987/16 164137-0001
Package Name
Description
Price per month (as at 30 June 2014) (Rp)
Elite Combo HD
Targeting customers who are regular users of broadband services and Cable TV. It comes with speeds of up to 10 Mbps, with 85 SD and 39 HD channels.
469,000
D’Lite Combo HD
Targeting customers who are new to digital entertainment services and includes a variety of popular channels and services. It comes with speeds of up to 6 Mbps, with 73 SD and 29 HD channels.
339,000
Family Combo HD
Targeting customers who prefer a basic package, designed to meet the needs of everyday digital entertainment services. It comes with speeds of up to 1 Mbps, with 63 SD and 19 HD channels.
169,000
7.2
Enterprise clients
DataComm The Company is focused on developing its offerings to enterprise clients, which are currently comprised of data communications and other corporate support services under its DataComm brand. The Company is one of the leading data communications services providers to the business community in Indonesia. The service offering to enterprise clients drives incremental rates for the Company and leverages the Company’s existing network and bandwidth capacity due to complementary usage patterns of residential customers, who use little bandwidth during office hours and enterprise clients who use most of their bandwidth during business hours. For enterprise clients that require high speed and high quality data connections, such as the Indonesia Stock Exchange, the Company believes it has the capability to provide over 99.95% in terms of overall network availability and reliability. DataComm has approximately 40 dedicated sales staff and provides its customers with access to a wide range of connectivity services including internet for city branches, point to point protocol for node connection, telecommunications backhaul capacity, enterprise TV for the hospitality industry and international private leased circuits. DataComm services are largely focused on Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, and, to a lesser extent, in Bali, where it targets the hotel and restaurant industry. DataComm will continue to expand its network of Multi-Protocol Layer Switching (“MPLS”) in the central business district of Jakarta to drive penetration and support ARPU that was Rp14.7 million per month as at 30 June 2014. Medium to large enterprises are core target customers, including financial institutions, schools and hotels - a majority of 5-star hotels in Greater Jakarta are connected to the Network. As at 30 June 2014, DataComm had 1,332 enterprise clients and 2,027 connections across Greater Jakarta, Greater Surabaya, Bandung and Bali, with 95 office buildings connected by direct fibre to its Network. The Company has more than doubled the number of its enterprise clients since 2011, increasing from 495 as at 31 December 2011, to 794 as at 31 December 2012, to 1,160 as at 31 December 2013, and to 1,332 as at 30 June 2014. DataComm has been winning enterprise clients based on its bandwidth availability and reliability and by providing the Company’s last mile to enterprise clients as a fibre connection, thereby improving the overall speed of service. In addition, customers are supported by the 24 hour NOC and a dedicated enterprise helpdesk. DataComm’s enterprise clients purchase broadband and other data communications services in packages which have been tailored to meet their requirements and are priced accordingly. These contracts are typically for an initial period of one to two years and will be automatically renewed after the expiry of the initial term, or can be cancelled with one month’s notice prior to the contract expiry. The customer pays an installation payment and a monthly subscription payment. Both payments are due at the latest two weeks after the receipt of the invoice. Although contracts are individually tailored, enterprise clients typically pay an installation fee for the cost of installing the equipment and a monthly fee in advance to use the Company’s services. The Company is typically under an obligation to maintain the communications services and make appropriate repairs, although enterprise clients pay repair fees for disturbance to equipment caused by their own negligence. DataComm customers are charged a market competitive rate for broadband services, with prices based on the bandwidth capacity subscribed for. DataComm offers its enterprise clients a choice of four service packages: Package Name HDIPA (High Dedicated Internet Protocol Access)
Description Targeting enterprise clients who require rapid data and communications exchange in their business processes. Features such as bandwidth utilisation reporting, bandwidth-ondemand, eight free static IP addresses, as well as the conversion of fibre to Ethernet RJ45 connector. Page 37
SNG88987/16 164137-0001
Package Name
Description
Leased Line Services (FO-LINK)
Targeting enterprise clients who require an integrated data exchange and communications connection between multiple offices.
CIS (Corporate Internet Sharing)
Targeting enterprise clients who require data rates to be tailored to their business needs. This service is suitable for medium sized businesses with limited budgets.
International MPLS
Targeting enterprise clients who require international connections between their regional offices.
The percentage of total revenue attributable to the Company’s ten largest enterprise clients combined was less than 5% for 2013. The Company has top quality enterprise clients across a range of industries, including Kompas Gramedia, Unilever, Lippo Group, WPP, PT Bank Central Asia Tbk, Antam, PT Bank CIMB Niaga Tbk, NSIApay, and also Bursa Efek Indonesia (the Indonesian Stock Exchange) to which DataComm is the sole provider of internet service to its capital markets integrated trading network and which has received its internet service for its capital markets integrated trading network through the Network since 2002. The Company’s revenue from DataComm grew at a CAGR of 43.9% between 2011 and 2013, with revenues increasing from Rp91.6 billion to Rp147.0 billion to Rp190.5 billion for the years ending 31 December 2011, 2012 and 2013, respectively. In the first six months of 2014 the Company recorded Rp109.7 billion in revenue, reflecting growth of 26.1% compared to the previous corresponding period. In the next few years, the Company believes there will be significant growth in the DataComm business as more Indonesian businesses begin to demand increasingly sophisticated data communications and information management services. Currently, DataComm captures only a small portion of the existing market reflecting a large untapped business community that could be serviced by DataComm. The Company aims to strengthen DataComm’s market position to, and be the leading business data communications provider in, Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung through the following plans:
enhance DataComm’s services and product offerings to keep up with technological advances and the changing data management and telecommunications needs of its enterprise clients;
continue to rollout its MPLS network coverage in the business district of Jakarta and other cities including Surabaya, Bandung and Bali; and
partner with international carriers to provide connection services globally to leverage on the Company’s submarine cable connections.
Advertising Sales The Company sells advertising time on certain HomeCable channels (“Advertising Sales”) to a variety of national, regional and local businesses as well as digital advertisement space on the Company’s electronic programme guide and interactive TV applications. It has six large advertising agencies as clients. The Company believes that business advertisers find the variety of HomeCable’s channels appealing as they enable the businesses to reach the affluent A Households and B Households in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung with focused advertisements. According to MPA, the advertising industry in Indonesia has witnessed rapid growth in recent years and, in particular, the TV advertising industry generated Rp16,625 billion of revenue in 2013 and is expected to grow to Rp21,618 billion by 2015, at a CAGR of 14%. Although FTA TV is expected to capture the bulk of this revenue pool, the Company believes HomeCable provides a credible avenue for advertisers who are looking to target specific segments of the market, particularly the more affluent consumers who are Cable TV customers. The Company has allocated a portion of advertising air time for each hour of broadcast time, into which it places its customers’ commercials to generate Advertising Sales revenue. The Company currently runs advertisements on 27 international channels for over 200 different brands and products. Its Advertising Sales customers include leading domestic and international names such as Unilever, Procter & Gamble, Honda, Samsung, Nutrifood, Japfa and Optic Tunggal. The variety of channels offered by the Company enables it to offer different customer segments so that advertisers can target advertisements appropriately. Advertising Sales grew at a rate of 28.4% between 2012 and 2013, generating Rp94.3 billion or 5.7% of the Company’s total revenues for the year ended 31 December 2013. 8
SALES AND MARKETING
8.1
Branding strategy
The Company’s desire is to be first choice for broadband, television and media services and to transform the lives of Indonesian consumers by providing innovative and exceptional services, catering to their needs and lifestyle. To achieve this goal, the Company branding strategy focuses on: Page 38 SNG88987/16 164137-0001
continuing to lead in product innovation: in the broadband market, the Company intends to maintain its leadership by providing a network of scale with the highest speeds in the Indonesian market in order to satisfy the growing data demands of tech savvy consumers. With an industry leading HD channel offering, the Company’s 60 HD channels (as at 31 July 2014) is more than any other competitor and the most ever offered on multi-screen TV Anywhere services. Such market-leading content can be attributed to the Company’s state-of-the-art 870MHz high capacity Network (to be fully 870 MHz compliant by the end of the first quarter of 2015) and strong relationship channels to content sourcing. The Company’s differentiated bundled product packages combining broadband and Cable TV services also offer significant value to customers and are continually refreshed to improve customer experience;
strategic partnerships with leading brands: the Company has entered into a number of strategic partnerships with industry leading consumer, home electronic, financial institution and local retailer brands. By conducting numerous co-branding initiatives with companies such as Samsung, LG, Nescafe, VISA, Citibank and Hartono Elektronika, the Company has strengthened its brand and will continue to do so with mutually beneficial strategic partnerships in the future; and
segment and insight-driven customer management: the Company undertakes a segment-based sales analysis (based on consumer segments or customer vintage) to drive ARPU, build customer loyalty and develop branding. The Company offers a unique user identification called “First ID” as a single sign-on for a seamless customer experience – allowing customers to efficiently manage their account via “MyFirstMedia” online services and also access First Media’s proprietary online video streaming content services page, “FirstMedia Live”. The segment-based approach is also led by the Company’s bundled packages of NGBB services and Cable TV Services, representing an attractive and differentiated value proposition for customers. This is implied by both high-quality NGBB and premium Cable TV services, offered together through a single provider, and supports customer growth, customer loyalty and upselling potential.
The Company’s recent branding initiatives can be encapsulated by the term “Superb services” which became a key marketing slogan for the Company in 2013. This slogan is not just a marketing catchphrase, it is also the standard the Company has set itself for service delivery and customer satisfaction. The word “service” is a keyword that reminds the Company to focus not only on developing new innovative products to bring to market, but also to pay attention to other service areas such as operational excellence and building strong customer relationships through quality customer service. The Company aims to create a total brand lifestyle for its residential customers, who represent approximately 88% of the Company’s broadband and Cable TV based revenue (for the six month period ended 30 June 2014), by providing them with “superb” communication and entertainment services. The Company’s brand strategy is to create strong lifestyle brands which are synonymous with its customers’ needs. The FastNet and HomeCable brands aim to become an integral part of everyday living for customers and reflect service reliability, convenience and speedy access to information. In particular, the brand strategy for FastNet is to associate it with fast, affordable and simple broadband services. These core features are reinforced by the imagery and slogans used in the Company’s advertising material. The Company provides all of its products under the “First Media” brand/name pursuant to its rights under the Brand Utilisation Agreement. The Company has a long and established relationship with First Media; this brand name is well established in Indonesia and, as a result, the Company has no immediate plans to phase out these products or cease using the First Media brand/name in the short to medium term. Nevertheless, if the Company is unable to renew the Brand Utilisation Agreement in 2031, when it is set to lapse, the Company believes it will have sufficient lead time to transition to a new brand. The Company’s relationship with its strategic partners also enables it to co-brand with industry leading consumer and home electronic brands, such as Samsung, LG and Nescafé and to offer special promotional products through its partnerships with financial institutions, credit card providers and local retailers, such as Visa, ANZ Bank, Citibank, Bank Central Asia, Hartono Elektronika and Dukomsel. DataComm aims to enable businesses to access, move, process and manage vast amounts of data quickly and securely. The DataComm brand is positioned as a premium brand to appeal to discerning enterprise clients who require premium service and product quality to service their businesses. 8.2
Marketing strategy
The Company’s core target consumer base comprises A Households and B Households with additional upside from sales to C1 Households. The Company’s marketing strategy is focused on promoting its superior, state-of-the-art NGBB network to these segments, in a context where the competing legacy ADSL network advertises maximum speeds of up to 3 Mbps, compared to the Company’s current package offerings of up to 100 Mbps. The Company believes that the Network was the first to offer Indonesian customers speeds of 3 Mbps in 2007, 10 Mbps in 2009, 20 Mbps in 2010, 30 Mbps in 2012 and 100 Mbps in 2013. In addition, the Company reaches out to new and existing customers and establish, develop and enhance brand loyalty. Given the latent and underserved market demand for NGBB access, broadband services have become the Company’s principal marketing driver. The Company’s bundling strategy is a strong differentiating factor in the Indonesian broadband and pay TV sector, where there are limited alternative bundled offerings.
Page 39 SNG88987/16 164137-0001
The Company focuses on product innovation in line with consumer trends as a key means of increasing its revenue and to increase the proportion of customers’ incomes spent on the Company’s products. Examples of the consumer trends which the Company has identified and addressed are as follows:
divergence of customers’ product needs, preferences and expectations: since 2007 to 2008 Network customers have been offered a range of options through various Combo packages, rather than a one size fits all approach;
demand for premium entertainment experiences: the Company’s offering of 60 HD channels (as at 31 July 2014) is more than any other competitor and the most ever offered on multi-screen TV Anywhere services. The Company has also offered customers one 3D channel since the beginning of 2012. HD channels were first introduced through the Network in the last quarter of 2010;
Cable TV consumption no longer being restricted to one room: as Cable TV media consumption is no longer restricted to one room, the Company’s products are such that with an additional set-top box customers can watch different Cable TV channels in different rooms of a house;
preference for on-demand entertainment: to address customers’ desires for more convenient services available at their time of choice, the Company introduced video-on-demand services to customers in October 2011 and personal video recording services for customers at the end of 2012; and
desire for greater connectivity beyond the home: customers want to consume media beyond the home, so the Company introduced its TV Anywhere services in February 2014 so that customers can access the Company’s products when outside of the home.
The Company believes that its ability to offer attractive and competitively priced bundled packages to consumers, strong consumer service and availability of sales and marketing channels contribute towards increasing the Company’s competitiveness and market share. 8.3
Sales strategy
The Company’s sales strategy aims to build on and exploit the following competitive advantages:
a network expansion strategy to design and build-out in more high-value residential areas within existing and new service areas;
an effective and efficient sales force dedicated to assigned geographic territories to penetrate, increase and protect market share and to provide high standards of after-sales services;
tactical sales centres located in targeted residential communities, which serve as points of presence to promote sales and facilitate installation, repair and other time sensitive services;
innovative sales channels visible in retail outlets located in strategic positions within service areas;
strategic alliances with banks, vendors and other key partners; and
effective use of aggregated customer information.
Sales force The Company coordinates its sales force with individual channels devoted to different categories of customers. The channels comprise of “push” channels, being the channels which reach out to potential customers with the aim of making one-on-one sales, and of “pull” channels, being the channels which are contacted by new or existing customers. The “push” channels comprise:
residential homes: 600 direct sales agents who conduct sales door-to-door and on the road, and 60 outbound agents who conduct sales through telemarketing and telesales platforms;
condos and apartments: four business development managers and nine account managers who contact operators of multidwelling units to which the Company is considering extending its Network; and
rukos (shophouses), warnets (internet cafes), shopping mall tenants and enterprise clients: nine commercial sales agents who manage the Company’s relationships with enterprise clients.
The “pull” channels comprise 30 inbound sales agents, 25 tele-retention agents and multiple customer contact centres whom existing and new residential customers may contact.
Page 40 SNG88987/16 164137-0001
Training and retention of sales force The Company ensures it has a productive and dedicated sales force through effective sales force recruitment and retention of staff. It seeks to attract and recruit the best sales force staff by screening applicants through professional recruiting agencies and heavily investing in staff training. Sales forces are also given ongoing training as the Company releases new products over time. The Company seeks to retain its top performing staff by paying individual commissions to members of the sales force staff, based on the number of new customers acquired by the respective staff member. The Company also has other measures in place to recognise its top-performing sales force staff, such as higher gradings that lead to promotions and improved remuneration, as well as staff development and career advancement. Customer lifecycle The Company has a tailored sales strategy that addresses each stage of the customer lifecycle. Phase One: Acquisition In the first phase of the customer lifecycle, the Company makes initial contact with potential customers through the following initiatives:
new rollout strategy: as part of its Network rollout into new areas, the Company engages in micro-marketing with the aim of growing awareness of the Link Net brand and for the Company to gain initial insight on the community. Preliminary steps include permit approval to circulate marketing materials in the newly targeted area, socialisation with community members on broadband and Cable TV preferences in the area, and flyers introducing the Company and its offerings. As the respective community becomes aware of the Company’s background and presence in their area, the Company actively begins to sell its products by issuing promotional items such as mail drops and door hangers and having direct sales teams engage members of the community. The Company further develops this customer acquisition phase by engaging the community through events such as fun bike rides, games and demo stations, and music and magic performances. These marketing events raise the Company’s brand image amongst the wider community;
dedicated marketing efforts in new areas: once the Company’s new rollout strategy is underway and its services become available in a new area, the Company uses various media platforms to market its products and project its branding. These include printed advertisements, flyers, newsletters, billboards, digital advertisements, and roadshows and marketing events with strategic partners such as home electronic brands who can showcase their devices alongside the Company’s broadband services; and
remarketing: in a remarketing effort, the areas identified are typically sub-divided into separate regions. Individual remarketing teams, each led by a general manager dedicated to a region, would revisit those areas to target potential new customers who reside in homes passed but are not current customers. The general manager focuses on one-on-one sales by offering discounts and special offers to such potential customers. This remarketing process is carried out in two phases. The first phase takes place in the 7 to 24 months after the Company’s products have been operational in a service area and involves remarketing offers through direct mail advertising and roadshows in high traffic areas. The second phase takes place in the 24 to 36 months after the Company’s products have been operational in a service area and involves a more aggressive offer supported by micro marketing and offers of same-day installation. The Company aims to achieve a penetration rate of 20% by the end of the first six months after the Company’s products have been operational in a service area. Through its remarketing the Company then aims to increase this to a penetration rate of 30% and 38% by the end of the first phase and second phase, respectively.
Phase Two: Build Loyalty During the second phase of the customer lifecycle, the Company seeks to build loyalty primarily through customer education and service quality. The Company educates customers on products they purchase or may potentially purchase through providing live demonstrations, video guides and interactive manuals that assist customers to understand the functionality and features of products. This guidance builds loyalty through a more user-friendly and wholesome experience. The Company also focuses on enhancing customer service quality through the following approaches:
multiple contact points: this comprises dedicated customer service across sales, general support and technical assistance so as to build customer loyalty. There is frequent interaction with existing customers on a “push and pull” selling strategy basis, through the Company’s direct sales and telesales teams as well as through its presence at retail outlets and at sales promotion events. The Company’s NOC and dedicated enterprise client helpdesk allow the Company to actively assist customers in resolving any questions or issues, in addition to the relationships built by the Company’s technical support; and
service quality: the Company believes it provides superior service quality through its dedicated full-time sales employees who receive no less than three to four weeks of formal training per year in their respective sales area. A three-step troubleshoot escalation procedure also delivers practical resolution to customer issues: (i) contact centre as first point of customer contact for general enquiries; if not resolved, a call is transferred to (ii) a technical solutions specialist with more in-depth knowledge; and if still not resolved, further escalated to (iii) a technical field agent who will visit the customer’s home or premises to Page 41
SNG88987/16 164137-0001
diagnose and resolve the issue. The Company prides itself on the strength of its customer service and customer satisfaction which builds customer loyalty. Such initiatives have included customer feedback surveys post-installation and welcome calls to new customers. Customer surveys conducted by the Company have yielded results of approximately 98% of customers being satisfied after one month of receiving their services. As a testament to the Company’s superior service quality, it has won numerous awards in this area. Phase Three: Optimisation In the third phase of the customer lifecycle, the Company seeks to optimise revenue it can achieve from customers through a portfolio growth strategy involving upselling initiatives. Sales teams call all customers at least once a year, employing a combination of push and pull strategies to drive conversions in the aim of moving customers up the package tiers and selling addon products. This is an ARPU driven channel optimisation strategy which is marketed via outbound calls, emails, SMS messages, and general advertising across television, internet and print media. The Company recognises that higher ARPU and consumer segment customers have a greater propensity to take up better services, purchase additional set-top boxes and activate add-on products, and therefore take this into account when focusing on customers to upsell to. Phase Four: Retention In the fourth phase of the customer lifecycle, the Company aims to retain its existing customers to minimise churn through customer categorisation, defined churn management and retention management. The Company prioritises the retention of its very high- and mid-ARPU customer segments as these customers contribute more to revenues and have lower churn. The Company identifies its core customers by categorising them into four categories depending on the level of potential profit that can be earned from that customer and the likelihood of a customer to churn. For example, for a customer with high potential profit but with high potential to churn, the Company may choose to defend and retain this customer through plan optimisation. However, for a customer with low potential profit and high potential to churn, the Company may choose to lose this customer.
In terms of strategies to retain and minimise churn for the Company’s very high- to mid-ARPU customers, the Company adopts the following strategies:
customer retention: actions include welcome calls, prioritising contact centre service hotline, provision of online account management, and flexibility in payment methods and terms. In addition, the Company proactively upsells existing customers in the form of value-add services, add-on content packages, additional set-top-boxes, etc;
active data analytics and research: the Company conducts a monthly survey of customers who churn for that month and uses these results to identify the causes of churn. This data is also enriched with information the Company holds from its own proprietary sources, such as calls to its contact centres, and other external data sources. This enables the Company’s predictive modelling tools to produce more accurate predictions for various scenarios that can reflect expected size and causes of potential future churn. Such data and analytical tools empower the Company by minimising churn according to its respective strategies and customer segments. The Company enriches its data with proprietary and externally sourced data on an ongoing basis for greater insight with respect to churn; and
life cycle management: the Company places significant emphasis on achieving a positive experience with customers within their first year by closely monitoring their account and maintaining periodic contact. In the first three months of signing up to a package, the Company’s Customer Service Team provides its highest frequency of communication through a welcome call, welcome email, introduction of add-on packages and assistance with application forms, and a friendly SMS message on the first month of payment. The Company believes that such interaction creates positive customer satisfaction, which is a significant contributor to improving future retention and reduces the required levels of customer management as the customer ages through the customer lifecycle.
8.4
Strategic partnerships
The Company has entered into strategic partnership with several leading multinational and local companies to increase sales and awareness of its products. The Company’s association with such premium brands enables the Company to take advantage of its Page 42 SNG88987/16 164137-0001
partners’ extensive marketing platforms, broad distribution channels and targeted customer databases. Such partnerships provide an additional avenue to offer customers special promotional products and rates in conjunction with its strategic partners. The Company’s strategic partners include:
consumer and home electronic brands: partnerships with home electronic brands such as Samsung and LG allows the Company to showcase its broadband superiority at their partners’ demonstrations of devices, such as smart televisions, laptops and tablets, at forums such as product launches, roadshows and showrooms. The Company also markets alongside consumer brands such as Nescafé, where for example, the Company would provide a free gift from the partner in conjunction to a customer signing up to a package. This form of co-marketing concurrently promotes the products of the consumer brand and the selling proposition of the Company’s offering. The Company also benefits by sharing advertising costs and can take advantage of customer recognition through its partner’s brand;
financial institutions and credit card providers: the Company works with these strategic partners to develop family and lifestyle value propositions. The Company would typically utilise the partners’ exposure to certain customer demographics and offer promotions such as cash back offers by the partner or a free limited period of subscription with one of the Company’s packages. This assists in the promotion for an attractive product offering to a targeted customer base in order to drive customer conversion for the Company. Such partners include Visa, ANZ Bank, Citibank and Bank Central Asia; and
local retailers: these strategic partners act as additional points of sales and provide customers the opportunity to experience the Company’s services first hand at the partners’ retail shopfronts and facilitate any new customer acquisitions. Local retail partners include Hartono Elektronika in Surabaya and Dukomsel in Bandung.
8.5
Advertising strategies
The Company is committed to promoting and marketing the Company’s brands, products and services through: (i) a wide range of media outlets such as national TV, regional print, radio, internet and local outdoor media; (ii) a wide range of internal media, such as the Company’s local community TV channels, website, newsletter and invoice envelopes; and (iii) sponsorship of local community events. The Company believes that taking an active participation in local community activities increases its visibility and product awareness. The Company also advertises itself at music events such as Java Jazz, Java Rockinland and Java SoulNation, which are effective events for the Company to market its service offerings to its younger target customer demographic. The Company’s products, such as HomeCable and FastNet, are often used at the events and prominently displayed by event organisers to assist advertising initiatives. The Company typically tailors its advertising campaigns to the theme of the music event. The Company uses several social media platforms, such as Facebook and Twitter to promote its products and services. Twitter has become the Company’s main tool to evaluate customer feedback and satisfaction and as at 30 June 2014, the Company had recorded over 35,000 Twitter followers. This provides the Company with a direct line of communication to customers for marketing new and existing products, and to engage in various conversation topics related to the Company’s product and service offerings. 8.6
Customer service
The primary goal of the Company’s Customer Service Team is to offer customers high quality service while maintaining operational efficiency and cost effectiveness. The Company seeks to enhance its sources of revenue by upselling higher tier packages and selling add-on products by turning customer interactions into opportunities for sales and retention. The Company believes that through these efforts it is able to maximise resources to achieve high sales of bundled products and maintain low churn rates. The Company provides 24 hour, 7 day a week contact centre support to its customers and addresses all enquiries, requests and queries regarding the Company’s services and products. Customers can also reach the Company through email, its website or through social media such as Twitter and Facebook. Monitoring of service levels is performed daily to ensure the utmost timeliness of customer response. Most calls to the Company’s contact centres can be resolved by the contact centres, but where a technical problem requires more complex troubleshooting, the call will be escalated to the Technical Support Team who will perform an outbound call to the customer. If at this stage the technical problem cannot be resolved over the phone, technical field agents will visit the customer’s premises. To ensure consistent and high quality customer care, the Company employs the following processes:
welcome calls and emails to new customers to ensure quality standards are being delivered from the point of service offer until completion of onsite installation at the customer’s premises;
post visit calls conducted on a sampling basis to customers scheduled for onsite service site visits to ensure that the customer’s needs had been met and any service disruptions were fully resolved; and Page 43
SNG88987/16 164137-0001
periodic review of customer contracts and trends in customer complaints, which enable the Company to devise service initiatives for future improvements.
The Company operates two customer contact centres, each within Tangerang and Surabaya that are equipped with an interactive voice response system with both English and Bahasa capabilities. All of the Company’s customer service agents are regularly trained in soft skills and on new product offerings and campaigns. The Company offers a premium service line for selected highARPU customers, which offers one-stop service delivery, guaranteed priority for onsite visits and a high level of post resolution monitoring of any service issues. A dedicated and specialised team is responsible for all DataComm enquiries from enterprise clients. As at 30 June 2014, the Company employed a total of 210 customer service representatives. Pursuant to the Call Centre Agreement, the Company is required to allocate up to 14 dedicated workstations (“Dedicated Employees”) in its customer contact centre operations that are exclusively manned by dedicated employees to handle enquiries and provide support to customers of First Media’s Wireless Business. The Company may employ the Dedicated Employees directly or outsource the provision of the services under the Call Centre Agreement to a third party. First Media pays a prescribed fee based on the number of dedicated workstations requested by First Media and engaged by the Company. The Company follows best international practices in the resolution of customer complaints and disputes. In June 2014, the average handling time per call was 245 seconds. The Company also provides installation and technical service support to customers. The Network Installation Team is responsible for providing the last mile Network support to customers. This support includes installation services, servicing calls and troubleshooting visits. The table below sets out the number of visits per month to customers in respect of all of the types of services which the Network Installation Team made in June 2014.
Service area
Installation
Servicing
Greater Jakarta Greater Surabaya, Bandung and Bali
15,195 3,412
30,218 2,145
8.7
Awards
Troubleshooting ‐21,265 1,662
In 2014, the Company’s broadband products, under the First Media brand, were awarded the TOP Fixed Internet 2014 award at the TOP IT & TOP TELCO 2014 awards by Itech Magazine, the Indonesian IT Consultant Association (IKTII), the Informatics and Computer Science University Association (APTIKOM), the IT Forum of SOE (FORTI), the Communication and Informatics Ministry (Kominfo), the Society of Telematics (MASTEL), Alvara Strategic Indonesia, a marketing research agency and some other IT associations. The award was based on a customer perception survey using a sample of 1,550 respondents, aged between 15 and 54 years old who are internet or mobile internet users and who are part of households with a monthly income which is over Rp1.5 million per month, from six major Indonesia cities: Jabodetabek (Jakarta and its surrounding urban area); Surabaya; Medan; Bandung; Makassar; and Balikpapan, as well as a questionnaire, judging interviews and recommendations of IT user companies. Among other things, the customer perception survey measured the “TOP IT index” of the Company’s broadband products under the First Media brand against the “TOP IT index” of its competitor Speedy. The “TOP IT index” is calculated using three measures: brand awareness; brand image; and brand engagement. The results of this comparison are set out in the chart and table below:
Page 44 SNG88987/16 164137-0001
In addition, the strength of customers’ satisfaction and the Company’s brands is evident in the following key awards that it has received since 2011 to date:
Year
Awards
2014 to date
Corporate Image Award 2014 for PT Link Net, Category : Internet Provider (Tempo Media Group and Frontier Consulting Group) Corporate Image Award 2014 for PT Link Net, Category : Pay TV (Tempo Media Group and Frontier Consulting Group) Top Brand Award for First Media/FastNet (Frontier Consulting Group and Marketing Magazine)
2013
Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2013 for PT Link Net, Brand : Pay TV (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2013 for PT Link Net, Brand : FastNet (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Certificate of Performance 5-Star Quality Product in 2013 for Brand First Media, Category : Pay TV (CSS and ACSI) Word of Mouth Marketing 2013 for PT Link Net, Brand : Fast Net (SWA Magazine) 2013 The Best Contact Center Indonesia for PT Link Net (ICCA) Top Brand Award for First Media/FastNet (Frontier Consulting Group and Marketing Magazine) World Class Quality Achievement 2013 5-Star Quality Product 2013 for PT Link Net, Brand: First Media, Category : Pay TV (GCSS, ACSI and Swa Magazine)
2012
Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2012 for PT Link Net, Brand : FastNet (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2012 for PT Link Net, Brand : Pay TV (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Corporate Image Award 2012 for PT Link Net, Category : Pay TV (Bloomberg Businessweek and Frontier Consulting Group) Certificate of Performance 5-Star Quality Product in 2012 for Brand First Media, Category : Pay TV (GCSS and ACSI) Indonesia Brand Champion 2012 for FastNet (Marketeers and Markplusinsight) Word of Mouth Marketing 2012 for PT Link Net, Brand : Fast Net (SWA Magazine) Social Media Award 2012 for FastNet (Frontier Consulting Group and Marketing Magazine) Top Brand Award for First Media, Category: Internet Service Provider Fixed (Frontier Consulting Group and Page 45
SNG88987/16 164137-0001
Year
Awards Marketing Magazine)
2011
Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2011 for PT Link Net, Brand : FastNet (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2011 for PT Link Net, Brand : Pay TV (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) The Best Contact Centre Indonesia 2011 for PT First Media Tbk (ICCA) Indonesia Brand Champion 2011 for FastNet (Mark Plus Insight and Marketeers) Word of Mouth Marketing 2011 for PT First Media Tbk, Brand : Fast Net (SWA Magazine) Corporate Image Award 2011 for PT First Media Tbk, Category Pay TV (Bloomberg Businessweek and Frontier Consulting Group)
9
HFC NETWORK INFRASTRUCTURE AND TECHNOLOGY
9.1
Network overview
The Company has the most advanced NGBB network of scale in Indonesia. The Company’s two-way HFC network is already fully DOCSIS 3.0 compliant and is expected to be over 60% 1 GHz enabled, with the remainder of the Network to be 870MHz enabled, by the end of the first quarter of 2015, allowing for smooth interactivity, fast speed and ample capacity. As at 30 June 2014, the Network was over 17,300 kilometres (with approximately 15,400 kilometres in Greater Jakarta, 1,600 kilometres in Greater Surabaya, 200 kilometres in Bandung and 100 kilometres in Bali) and passed more than 1.3 million homes, with widespread coverage of the major residential areas in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung.
As at 31 December
As at 30 June
2011
2012
2013
2014
Cumulative homes passed
654,921
932,834
1,194,346
1,312,970
Cumulative kilometres
10,226
12,805
16,309
17,367
9.2
Network architecture
The diagram below illustrates the end-to-end architecture of the Company’s HFC Network.
Page 46 SNG88987/16 164137-0001
The Network incorporates optical fibres and coaxial cables to create a broadband network. The Network extends from the master headend out to a neighbourhood distribution hub, and finally to any one of the Network’s 3,627 fibre optic nodes, each of which serves an average of 360 homes as at 30 June 2014. Each fibre node can be split into quadrants from which services are transported over the last few hundred metres or “last mile” by coaxial cable to customers’ set-top boxes. The use of optical fibre from the headend ensures a good signal quality, as fibre has fewer transmission losses as compared to electrical mediums. For video services (analogue and digital TV), the headend includes a satellite downlink to receive incoming video content from various suppliers. Similarly, broadband services are delivered using internet protocol (“IP”) switches, routers and cable modem termination system (“CMTS”) as defined by the DOCSIS standard. The fibre-based backbone extends on average to within 500 metres of customers’ homes and offices, which allows the Company to provide high broadband access speeds and advanced services to its customers. Average annual availability of the Company’s Network and product platforms was approximately 99.74% during the year ended 31 December 2013. The Network’s cables are laid in underground conduits and fixed to utility poles. Where underground conduits are used, the Company is responsible for obtaining the relevant permits from the land owners and Indonesian authorities and incurs the costs of digging the underground conduits and installing the cable. The cost of laying cables underground is significantly more expensive than affixing aerial cables to poles. Although no fee is paid for governmental permits, the Company may need to pay a fee to the developer or owner of the land where the cable is being laid. If the cable is an aerial cable, it will be affixed to poles. Where the Company constructs its own pole it will be responsible for obtaining government permits in respect of that pole. The Company is not required to obtain any government permits in respect of utility poles it does not construct to which it affixes aerial cables, but it will need to obtain the right to use such utility poles from the relevant owner. Where possible, the Company prefers not to incur the costs of installing its own utility poles. The Company has three headends located in Jakarta, Surabaya and Bali. For efficient delivery of content, the Network has been designed with a master headend with multiple distribution hubs that is connected via redundant fibre optic cable rings to reduce frequency and size of service disruptions. The Company has a total of 17 distribution hubs with 12 distribution hubs located in Greater Jakarta, four in Surabaya and one in Bandung. The Network’s design life ranges between eight and ten years, while related equipment design life ranges between five and seven years. The Company repairs, replaces and upgrades the Network and related equipment during its ongoing monitoring and maintenance of the Network. 9.3
HFC frequency spectrum overview
The Company’s two-way HFC network enables it to offer to its customers advanced digital products, including HD and interactive TV and broadband services. The Network is expected to be over 60% 1 GHz enabled with the remainder of the Network to be 870 MHz enabled by the end of the first quarter of 2015. The additional spectrum bandwidth provides the Company with sufficient capacity to offer customers increased data intensive services without the need to extend the fibre-based network backbone closer to customers’ homes. The diagram below shows the HFC spectrum of the Network where it is 870 MHz enabled: Filter
870 MHz
Digital TV (SD + HD Channel)
342 MHz
118 MHz
23 MHz
5 MHz
DOCSIS + VOD
62 MHz
DOCSIS
Not Useable
Downstream
Upstream
• DOCSIS Upstream
: 12 Channel per Fiber Node
• Downlink uses 122 – 870 MHz
• DOCSIS Downstream + VOD
: 36 Channel per Fiber Node
• Uplink uses 5 – 62 MHz
• Digital TV Channel (SD + HD)
: 64 RF Channel
Fully interactive 2-way network
The Network was upgraded in 2013 to be fully DOCSIS 3.0 compliant and the Company currently offers broadband services with top download speeds of up to 100 Mbps to substantially all homes passed throughout the Network. The Company continues to Page 47 SNG88987/16 164137-0001
monitor closely its Network capacity and customer usage. Where necessary, it can increase Network capacity incrementally, for instance by splitting nodes or allocating additional frequency spectrum. The Company believes that its Network allows it to offer broadband at speeds and service levels that exceed those offered by its competitors in each of its service areas. The existing Network has capacity for future growth, as follows:
as at 31 July 2014, the Company offered 60 HD, 1 3D and 120 SD channels. The Company’s current frequency spectrum for digital TV can, in fact, accommodate more than 350 HD channels or 800 SD channels; and
the Company is currently using 10 frequencies at 6 MHz per DOCSIS channel for its broadband services. This can be upgraded by allocating more channels and applying channel bonding technology to expand the data capacity further.
9.4
Set-top boxes
The Company’s customers use set-top boxes to receive the content for their Cable TV Services. The Company rents the set-top boxes to each Cable TV customer and charges a rental fee. Upon termination of a Cable TV subscription, the set-top box is returned to the Company. Based on its recent track record, the Company estimates that there are 1.3 to 1.4 set-top boxes per RGU. The majority of the deployed set-top boxes are currently supplied by Samsung and are capable of supporting advanced features such as high definition, personal video recording, as well as Java-based interactive services. Towards the end of 2014 the Company launched the next generation set-top box with a more powerful processor, a built-in cable modem, dual tuner, wifi and advanced remote control. It is capable of offering additional features, such as video-on-demand, catch-up TV, Android applications, voice search and social media connectivity. 9.5
Content management system
The Company operates a content management system (“CMS”) in connection with the TV Anywhere and video-on-demand services on its interactive set-top boxes it offers to Cable TV customers. The CMS supports the intake and packaging of digital content, customer registration and subscription management, as well as live customer interaction. It is also used with the digital rights management and content distribution network to encrypt and stream content to Cable TV customers and interfaces with the Company’s billing system and single sign-on system for customer authentication and customer payments. 10
IT INFRASTRUCTURE
10.1
IT platforms
The Company’s IT platforms were selected for their performance, reliability and scalability. The IT systems cover the following functional areas:
interaction support systems: customer contact and interaction, including customer contact centre support systems, interactive voice response units, various websites and portals;
business support systems: customer relationship management, order management, trouble ticketing, billing, fraud management, revenue assurance, interconnection billing and reconciliation, commissioning and SLA management;
operations support systems: provisioning, network inventory, service assurance, traffic data collection and network mediation systems, network planning, workforce management and project management;
decision support systems: data warehousing, data mining and business reporting systems;
enterprise resource planning systems: supporting internal processes such as general ledger, treasury and human resource management; and
IT infrastructure services: office automation, communications, intranet, internal IP networking, application and database hosting and storage.
The Company uses Oracle Financials as its Enterprise Resource Planning (“ERP”) system. This system enables the Company to automate the entire procurement-to-pay cycle by handling all of its purchasing needs while adapting to business and compliance requirements at every step of the procurement process, from requesting to sourcing, purchase and payment. The other core applications used by the Company include Amdocs (for business service systems, covering customer management, billing management, order management, collection management, homes passed management, provisioning, product management, workforce management) and Cisco CNR (for provisioning). The Company has developed in-house applications to support several key operational processes and systems, including customer tracking, human resources information management and payroll.
Page 48 SNG88987/16 164137-0001
The Company’s IT infrastructure and systems will undergo enhancements from time to time to support the services and products it provides, to improve functionality and working processes (both customer-facing and internal) and to introduce new technical capabilities. 10.2
Data protection
Data protection laws govern the Company’s use of data that it gathers from customers. These laws govern the manner of collection, use and security of personal data. The Company is considered to be a “data user” when it collects information on its customers and it cannot use this personal data for direct marketing purposes unless certain requirements have been complied with, including the customer giving its consent for the Company to use its data for these purposes. The Company has systems in place to require any person who controls the collection, holding, processing or use of data complies with the Company’s statutory obligations in respect of data protection. 10.3
Disaster recovery
The Company’s disaster recovery centre is fully functional on a standalone basis, and has a duplicate set up of the Company’s hardware and software. This would allow the Company to switch over to the disaster recovery centre and continue to operate in the event of any significant disruption to its existing Network infrastructure. Given its geographic location, Indonesia is prone to earthquakes, and adequate disaster recovery management strategies are viewed by the Company as a key component of overall risk management. The IP core network is fully redundant, with a full duplicate set up of the Company’s hardware and software via a DWDM network and the TV headend disaster recovery centre is able to provide approximately 80% of the total broadcast channels. Although the Company has several distribution hubs, it currently has only one NOC. If the NOC fails, the Company has made provision to back-up the data, but has no alternative NOC facilities. 10.4
Billing and credit management
The Company manages its billing operations internally. It uses the Amdocs customer management system to manage its residential customer base. It currently has four billing cycles that fall on the 7th, 15th, 23rd and 27th days of the month. The multiple cycles enable the Company to distribute the workload through the month, ensure proper and timely billing of accounts and facilitate cash flow distribution. The Company bills its customers by means of electronic billing and/or more traditional paper billing. Each month a bill is sent to customers, by email to customers who have opted into electronic billing and otherwise by post. Customers who have opted for traditional billing by printed copy and postal delivery are charged a nominal processing fee. Electronic billing has resulted in more efficient billing operations as well as cost savings for the Company. Customers have the option of paying their bills via bank transfer or credit card. To facilitate fast receipt of customers’ payments, the Company has entered into collection agreements with several of Indonesia’s leading banking institutions including PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk and others. The Company has a collection department which is responsible for ensuring timely collection of its receivables. This team is responsible for sending out reminders to customers to pay their outstanding bills through direct calling, text messaging and issuing notices and letters of demand. Customers who fail to settle their outstanding bills after several reminders will have their accounts temporarily disconnected. Even after service to a customer has been disconnected, the Company’s Retention Team will contact the former customer to try to persuade him or her to enter into a new subscription contract. Customers of the DataComm business are billed in accordance with the terms of their service agreement – customers are billed in advance on a monthly, quarterly or, in some cases, annual basis. The due date for payment is usually 15 days after the invoice is sent. The collection department works closely with account executives from the sales division to ensure customer satisfaction and to procure timely payment by these high-value customers. For Advertising Sales, billing takes place after the advertisement is aired and usually at the end of every month. Following industry practice, collection for Advertising Sales receipts usually happens three to six months after the invoice is sent to the client. The Company reviews its allowance for bad debts arising from disconnected individual residential customers and non-paying enterprise clients on a regular basis. It provides for an additional allowance or write off for bad debts when deemed necessary. 10.5
Fraud management
The potential for external fraud is limited due to the nature of the Company’s Network infrastructure – the Network consists of fixed fibre and cable infrastructure and the Company keeps a record of all homes passed. Nevertheless, the Company has developed the following robust fraud management mechanisms to detect and prevent potential frauds:
Page 49 SNG88987/16 164137-0001
IT system security and systems access security: standard user ID management and audit trails, as well as a firewall security system, are implemented to prevent unauthorised access to the Company’s systems; and
internal control: internal control mechanisms are implemented in all of the Company’s processes and are maintained throughout the term of each customer’s contract. These include random screening of all new customers, checks at the time of installation to assess whether a residential customer is likely to use the Company’s products and services for commercial purposes (and not for domestic personal use) and post-installation checks to confirm that there have not been any offers of non-standard services by sales staff or cash gifts given to technicians at the time of installation. The Company also reviews recordings of customer service calls to check that misleading information is not given to customers by its service representatives and that all customer service issues are resolved in a satisfactory manner.
The Company also monitors residential customers’ usage levels of its FastNet services and gathers data using the Sandvine bandwidth management system. If a customer is found to display symptoms and trends of broadband usage that are consistent with commercial rather than domestic use, the Company will take the necessary actions to validate this conclusion before terminating the customer’s connection and taking other enforcement actions. 11
EMPLOYEES
11.1
Staffing
As at 30 June 2014, the Company had 677 employees, all of whom are employed in Indonesia. The Company does not have a labour union and, to the best of the Company’s knowledge, none of its employees are members of any labour union. The Company considers its relations with its employees to be good. The Company strives to maintain good relationships with all employees by managing issues and any grievances through open and clear communication. The human resources department also coordinates and supports several employee activities within the Company, for example arranging Kartini Day celebrations to which all Company employees are invited and holding leadership forums at least once a year for heads of divisions and departments at which Management expressed its appreciation for the employees’ hard work and shares the Company’s performance results, targets and expectations. The table below sets out the number of the Company’s employees as at 30 June 2014 and 31 December 2011, 2012 and 2013:
Senior managers Technical Operations Sales and marketing General administration Regional Total employees
As at 31 December 2011 7 47 242 101 96 47 540
As at 31 December 2012 8 55 335 123 115 56 692
As at 31 December 2013 13 68 321 140 107 80 729
As at 30 June 2014 13 63 313 113 92 83 677
In 2014 the Company rationalised its sales and marketing operations and, as a result, the number of employees has decreased since as at 31 December 2013. 11.2
Employee training
The Company implements training at all levels and has developed a comprehensive and structured “Functional & Leadership Development Programme”, which is catered to develop technical skill competencies and soft skills for its employees. General training programmes include induction training for new employees on the Company’s policies and procedures. Sales staff are provided with training on customer services and supervisors and managers are provided with training related to the specific skills required to fulfil their roles and responsibilities. Since 2011 the Company has an established English training programme for employees. 11.3
Performance management
Evaluation of employees’ performance is conducted using the best-in-class Electronic Performance Management System (“EPMS”). The development of E-PMS was inspired by the Company’s “Management by Objectives” principles. Employee bonuses, salary increments and promotions are tied to job performance. E-PMS is used by the Company’s human resources department to develop annual employee incentives. 11.4
Employee benefits
In accordance with regulations in Indonesia, all of the Company’s employees are entitled to pension benefits under the Man Power Social Security Programme (Jaminan Sosial Tenaga Kerja – Jamsostek). The programme requires a contribution of 6.24% of
Page 50 SNG88987/16 164137-0001
employees’ gross salary, of which 2% comes directly from the employees. Other than a contribution of 4.24% of employees’ gross salary, the Company has no further obligations to provide payments to its employees under this programme. 12
LICENCES TO OPERATE
In order to operate its business, the Company has obtained or has the benefit of the following licences:
Internet Service Provider Licence (Izin Penyelenggaraan Jasa Akses Internet) (“ISP Licence”);
Local Fixed Network Packet-Switched Based Provider Licence (Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal Berbasis Packet Switched) (“Local Fixed Network Licence”);
Closed Fixed Network Provider Licence (Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup) (“Closed Fixed Network Licence”); and
Broadcasting Licence (Ijin Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan Jasa Penyiaran Televisi) (“IPP”) – this licence is valid for ten years from the date of its issue and may be extended by making an application to MOCI. It is held by FMTV and the Company has the right to operate its Cable TV Business under this licence pursuant to the Cable TV Agreement.
The ISP Licence, Local Fixed Network Licence and Closed Fixed Network Licence are valid for as long as the Company complies with the terms stipulated therein, subject to annual evaluation and a more extensive evaluation every five years. The Company believes that it holds or has the benefit of all business licences necessary to operate its business. 13
COMPETITION
The Company faces competition from other companies in each of its businesses. The Company’s NGBB services compete with national and regional providers of broadband such as Speedy (PT Telkom) and Max3 (Biznet); its Cable TV services compete with DTH satellite providers such as Indovision (PT MNC Sky Vision Tbk); and its data communication services compete with other Enterprise Services providers such as PT Telkom and PT Indosat. The Company believes that, although the broadband and pay TV markets in Indonesia are competitive, the Company has significant advantages, as set out in “Strengths and Strategies” above, over both existing and potential new competitors. 13.1
Broadband
Broadband services in Indonesia are available through two main technologies: (i) fixed broadband services such as ADSL, cable broadband and fibre; and (ii) wireless broadband via mobile technologies, such as LTE and 3G. Given Indonesia’s unique topography, which comprises 17,000 islands, and its widely spread population, wireless broadband is a more economically feasible technology for the provision of broadband services outside of the major metropolitan cities of Indonesia, particularly for customers in the lower socio-economic categories and for households outside of fixed broadband coverage areas. However, according to MPA, despite the faster growth in wireless broadband services, wireless broadband is not expected to compete as a substitute for fixed broadband technology due to the lack of reliable and stable wireless broadband connectivity. According to MPA, wireless broadband is expected to be complementary to fixed broadband. The fixed broadband market is largely composed of ADSL, which represents 89.9% of the total number of fixed broadband customers, according to MPA, while next-generation fixed broadband technologies, such as cable, represent the remaining 10.1% of customers. However, according to MPA, the competitive environment for broadband in Indonesia remains benign at this stage, with a limited number of players offering high speed services on account of the high entry barriers which include high capital expenditure required for network build-out and difficulty in obtaining approvals and permits from local governments and communities for deploying last mile networks. The fixed broadband market is expected to continue being significantly underpenetrated and supply-driven over the next five years. Within the emerging NGBB market in Indonesia, the Company is the market leader with a market share of approximately 98% based on number of customers as of 31 December 2013, according to MPA. The Company is the only player with a proven track record of expanding next-generation broadband networks with over 250,000 homes passed achieved in 2012 and 2013. MPA believes the Company’s strength and ability to rollout network expansion is a key factor in maintaining its market leadership and first mover advantages. The Company’s NGBB Network provides fast and reliable broadband services, with download speeds up to 100 Mbps, offering a compelling option to households in its coverage areas. According to MPA, in many of its coverage areas, the only alternative available to households is ADSL broadband with maximum offered speed of 3 Mbps provided by PT Telkom’s Speedy, which is the Company’s main competitor in fixed broadband. In addition, PT Telkom, being a state-owned enterprise, is driving Indonesian government’s MP3EI goal of providing extensive nationwide access to broadband, while the Company mainly targets the relatively more affluent core customer market of A Households and B Households in Greater Jakarta, Greater Surabaya and
Page 51 SNG88987/16 164137-0001
Bandung. Given the technological and scale advantages that the Company has, according to MPA, the competitive intensity within the fixed broadband space has been relatively benign. Potential new competition through FTTH technology has had limited impact so far. According to MPA, operators of FTTH networks have experienced difficulties in rolling out these networks, which has caused considerable delays. For example, whilst PT Telkom had announced a plan in 2011 to aggressively rollout FTTH network, it has not announced or indicated any residential FTTH network of scale to date. According to MPA, MQM’s FTTH rollout is likely to be limited and restricted to the properties owned by Sinarmas, its parent company. According to MPA, MNC Play was only recently launched in January 2014 to rollout FTTH network and the rollout is still in its test phase with no indication of when it might be fully commercially deployed. In addition, given the Company’s first mover advantages and high penetration rates such FTTH network rollout is not expected to significantly overlap with the Company’s existing coverage areas and result in significant competitive pressures as the Company believes that they may consider the potentially poor economics for a second operator to be a high natural barrier to entry. 13.2
Cable TV
Similar to wireless broadband technologies, due to Indonesia’s unique topography and its widely spread population, DTH satellite has been the incumbent platform for pay TV because it provides an economically feasible platform for delivery of TV content nationwide. PT MNC Sky Vision Tbk is an early mover and is the current market leader, but the lower entry barriers associated with the DTH satellite business continues to attract new players such as TransVision, K-Vision and IMTV, resulting in direct competitive pressures in the DTH pay TV space in terms of pricing, content and packaging. Cable TV, which is an alternative option for Indonesian pay TV customers, has been pioneered by the Company by leveraging its Network capabilities. The Company’s Cable TV Services have been an attractive pay TV platform in the Company’s service areas such as Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, because of the Company’s state-of-the-art Network, superior product offerings and existing relationships with customers. Relative to DTH pay TV competitors the Company is able to leverage its Network competitive advantage to differentiate itself from DTH players by providing customers with enhanced viewing quality, a wider choice of HD channels and two-way interactive services, such as video-on-demand. In addition, the Company is able to implement a differentiated bundled strategy by packaging both quality broadband services and Cable TV at attractive pricing. The bundling strategy enables the Company to be less dependent on price and content and to reduce churn rates Within the NGBB space, other operators, which include Biznet and PT Telkom’s UseeTV (which uses IPTV technology), currently only offer a limited number of TV channels and are meaningfully smaller scale players in the pay TV market, according to MPA. Digital terrestrial television is another potential competitor in the market. The Indonesian government has already put in place plans for digitising the nation’s analogue terrestrial networks and launching digital terrestrial television (DTT). The first two phases of licence allocations to run the multiplex/antenna networks have already concluded, with major FTA players being awarded at least one licence. The increased availability of additional FTA channels – in both SD and HD – could result in reduced viewership share for pay TV channels and a potential decline in advertising revenue for pay TV. The Company believes that its broadband-led bundling strategy and Network technology advantage should mitigate such potential impact from digital terrestrial television. 13.3
Data communications
In providing the DataComm business to its enterprise clients, the Company mainly competes with existing telecommunication operators such as PT Telkom and PT Indosat in its core coverage areas and with Biznet in Jakarta. The Company focusses on large leading corporations that require high-speed and high-quality data connections, where network reliability is often “missioncritical”, including the Indonesia Stock Exchange and financial institutions such as PT Bank Central Asia Tbk and PT Bank CIMB Niaga Tbk. The Company believes its key competitive advantage in this area is the quality of its services, which is supported by its state-of-the-art fibre network backbone that ensures the Company can offer significant and reliable bandwidth capacity to its enterprise clients. 14
MANAGEMENT AND OPERATIONS
14.1
Management organisation and functions
The Company’s management is structured in three tiers: (i) central management is located at its headquarters in Jakarta, (ii) regional management in the Jakarta, Surabaya and Bandung service areas and (iii) business level management for each of the residential and enterprise businesses. Currently the regional management in Surabaya is also responsible for the Bali service area. Central management The Company’s headquarters are located in Jakarta, in which core functions such as network and technology, marketing, infrastructure expansion and maintenance, finance and accounting, human resources, procurement, premises and inventory Page 52 SNG88987/16 164137-0001
management, legal and corporate secretarial functions are managed. The chart below shows the structure of the Company’s central management. CEO
Headquarters (Jakarta)
Regional
Technology & Network
Direct Sales Jakarta
Residential
Operations
Direct Sales Surabaya & Bali
Enterprise
Marketing & Content
Business
Direct Sales Bandung
Finance & Accounting Procurement, Workplace H&S & HR Legal & Corporate Secretary
Regional management Each regional office is led by a branch manager. Core functions such as network and infrastructure expansion, warehouse operation, finance and accounting and premises management are established on a small scale in order to optimise customer experiences in the region. Surabaya has its own contact centre and telesales operations, and Bandung leverages Jakarta’s contact centre infrastructure. The chart below shows the structure of the Company’s regional management. DIRECTOR
Branch Manager
Technology & Network
Operations
Residential (single dwelling unit)
Marketing
Enterprise (Datacomms & TV)
Headquarters
Headquarters
Finance & Accounting Procurement, Workplace H&S & HR
Business level management Management at the business level is divided into residential and enterprise. Management of residential are responsible for the provision of the main broadband products of FastNet and HomeCable in residential areas. Management of enterprise are responsible for the DataComm business, together with Advertising Sales. 15
SUPPLIERS
The Company operates a disciplined procurement policy to ensure a timely and efficient process as well as to maximise the Company’s economic leverage. This is achieved through its practice of pre-approving suppliers and its system of requiring approvals for each purchase order.
Page 53 SNG88987/16 164137-0001
The Company keeps a register of its approved suppliers which has enabled it to develop a solid database of registered suppliers from which to source goods and services, consultants and contractors. The Company conducts due diligence in respect of a supplier before it is added to the register, considering the supplier’s financial position and its terms of supply and prices and conducting a physical site visit (if necessary). Suppliers who maintain the standards expected by the Company are added to the Company’s approved supplier list. Suppliers who are included in the register or are approved suppliers will be evaluated annually on the basis of their prices, their ability to deliver and the quality that they offer. A purchase request must be submitted in respect of each purchase of goods or services. The requirements of a purchase request differ according to the value of the relevant purchase but each purchase request must at least, be submitted to the relevant division head and director in charge and be accompanied by at least two competitive formal quotes from reputable vendors who have been pre-approved by the Company. The signatories of the purchase order will depend on the value of the goods being purchased, but each purchase order will be signed by at least the Procurement Department Head and the Supply Chain Management Division Head. The Company’s top five suppliers (excluding content providers) are: PT Samsung Electronics Indonesia (set-top boxes); PT Multipolar Technology Tbk (cable modem termination system); PT Catur Mitra Adhikara (coaxial cable, connectors and other supporting materials); PT Konexindo Unitama (coaxial cable, connectors and other hub materials); and PT Furukawa Optical Solutions Indonesia (fibre optic cable). The percentage of purchases to the Company’s largest supplier (excluding content providers) was less than 13% of the Company’s total spending for the year ended 31 December 2013. The Company purchases the majority of its Network equipment from Cisco, pursuant to the Vendor Loans. Under these arrangements Cisco advances the Company an amount equal to the total price of products ordered by the Company from Cisco for a term of three years. The Company repays the advances quarterly in arrears. These Vendor Loans enable the Company to access financing for its network equipment at lower interest rates. The Company purchases bandwidth from first tier operators, both nationally and internationally and has an international bandwidth capacity of 180 Gbps. The Company depends on this bandwidth to link its physical networks in each of its service areas. First Media and the Company are under a standing arrangement whereby each party agrees to arrange the provision of bandwidth to the other if it has excess bandwidth available. This way, each party leverages off the other’s bargaining position when purchasing bandwidth from third party suppliers. The Company has the right to use 10 Gbps transmission capacity of Nap Info’s marine cable from Jakarta to Singapore for a period of 15 years, from 1 January 2011. The Company may extend this agreement on its expiry for another period of five years, provided that Nap Info’s operational licence is still valid. The Company has an option to purchase the right to use an additional 20 Gbps transmission capacity which is exercisable until 1 October 2015 for a price of US$15 million. The Company has the right to use PT Indosat’s one pair fibre optic marine communication cable from Jakarta to Singapore for the period 1 January 2013 to 31 December 2024. The Company entered into agreement with PT Indosat on 28 January 2013 whereby Indosat will provide operational and maintenance services in respect of such fibre optic cable and the Company will pay US$675,000 annually for such operational and maintenance services. The fees paid to Cable TV content providers are the highest operating costs for the Company’s Cable TV Business. Where practicable, the Company enters into tripartite agreements (for example with IMTV) and the content provider to maximise its bargaining position. 16
INTELLECTUAL PROPERTY
The Company relies on a combination of trademarks, service marks, domain name registrations, copyright protection and contractual restrictions to establish and protect its brand name and logos, marketing designs and internet domain names. The Company is not critically dependent upon any third party patents or licences other than the licence to use the First Media (HomeCable) and FiRST Media (FastNet) and FiRST Media (FastNet HomeCable DataComm) brands from First Media. 16.1
Brands and licensed intellectual property rights
The Company offers its products under the First Media brands and under the FastNet, HomeCable and DataComm sub-brands. The Company has entered into a licence agreement with First Media to use the following brands which include the “First Media” name: FiRST Media (HomeCable); FiRST Media (FastNet); and FiRST Media (FastNet HomeCable DataComm), and related intellectual property rights, which following an amendment agreement, expires on 26 June 2031. 16.2
Trademarks
The Company uses certain trademarks in its day-to-day operations, including all trademarks relating to the FastNet, HomeCable and DataComm brands, and protects its intellectual property rights through registration with the Department of Law and Human Rights, Directorate of Intellectual Property Rights. The table below lists all trademarks in which the Company has a registered interest. Registered Trademarks Page 54 SNG88987/16 164137-0001
Trademark Certificate IDM000050752 dated 14 September 2005 IDM0000116830 dated 4 May 2012 IDM000118254 dated 7 May 2012 IDM000184099 dated 4 May 2012 IDM000184100 dated 4 May 2012 IDM000184101 dated 4 May 2012 IDM000184102 dated 4 May 2012 IDM000184103 dated 4 May 2012 IDM000184104 dated 4 May 2012 IDM000184105 dated 4 May 2012 IDM000184106 dated 4 May 2012 IDM000184107 dated 4 May 2012 IDM000184108 dated 4 May 2012 IDM000184109 dated 4 May 2012 IDM000187171 dated 4 May 2012 IDM000188868 dated 4 May 2012 IDM000188869 dated 4 May 2012 IDM000188871 dated 4 May 2012 IDM000188873 dated 4 May 2012 481584 dated 29 June 2001 481585 dated 29 June 2001 481586 dated 29 June 2001 479738 dated 4 May 2012 480362 dated 4 May 2012 IDM000032392 dated 4 May 2012 IDM000032393 dated 4 May 2012
Trademark MyNet DIGITAL CABLEVISION DIGITAL CABLEVISION FASTNET 1500 HOMECABLE 88 PREMIUM FASTNET 768 FASTNET FASTNET 384 HOMECABLE 17+ FASTNET 64 HOMECABLE 88 FASTNET 3000 FASTNET 512 HOMECABLE HOMECABLE SWEET 15 3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM 3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM 3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM 3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM Link Net Link Net Link Net K@BELNET K@BELNET KABELNET KABELVISION
The Company is currently in the process of registering its rights over the following brands and trademarks: Trademark Application Number J00 2011 047442 dated 22 November 2011 J00 2011 0 47444 dated 22 November 2011 16.3
Etiquette HomeCable Showtime Showtime
Domain names
The Company owns a number of internet domain names. These include its active domain names which are: (i) Linknet.co.id; (ii) Linknet.id; and (iii) Link.net.id. 17
OTHER INVESTMENTS AND POTENTIAL ACQUISITIONS
IMTV The Company has a 15% equity interest in IMTV, a provider of pay TV services via satellite under the “BIGTV” brand. IMTV launched its services in September 2013 and reached national coverage in November 2013. It utilises the capacity of seven transponders to carry up to 153 SD and 24 HD channels. Its core target customer base is B Households, C Households and D Households.
Page 55 SNG88987/16 164137-0001
The Company does not currently consider IMTV a major competitor to HomeCable, primarily because IMTV only entered the market in 2013 and offers TV services, which it does via satellite. IMTV does not offer broadband services. The Company also sees its ability to offer bundled broadband and subscription based TV services as a significant competitive advantage over IMTV and other DTH operators. The Company believes its investment in IMTV is complementary to its existing Cable TV Business because it gives the Company indirect exposure to markets that it currently does not service, and thereby provides the Company with useful market intelligence which informs its medium to long term network expansion strategy. IMTV also gives the Company visibility of the commercial drivers and challenges faced by DTH operators. The Company and IMTV leverage the synergies in their businesses by using their combined buying power to enter into tripartite agreements with various television content providers to secure the best possible terms. FMTV and Lynx The Company may consider acquiring substantially all of the shares in FMTV held by First Media (the “FMTV Acquisition”) and/or in Lynx held by PT Graha Investama Andalan Terpadu (the “Lynx Acquisition” and together with the FMTV Acquisition, the “Proposed Acquisitions”). Discussions with the respective shareholders are at a preliminary stage and no formal agreements have been executed. The consideration payable by the Company is not expected to be material. Completion of the Proposed Acquisitions would be subject to various conditions, including, among others, the approval of MOCI and compliance with applicable OJK regulations concerning affiliated transactions. Accordingly the timing and whether the Proposed Acquisitions (or either of them) will proceed at all remain uncertain. The Company does not expect any material change to its business as a result of the Proposed Acquisitions, regardless of whether any such transactions are completed or not. 18
PROPERTY, PLANT AND EQUIPMENT
The Company’s principal asset is its Network, which consists of numerous cables, telecommunications installations, exchanges of various sizes and transmission equipment, all of which are located in Indonesia. In conducting its business, the Company also has the benefit of certain land use rights in the form of HGB Title, which were granted by the national land agency of Indonesia and which will expire between 2018 and 2043, subject to a right in favour of the Company to renew. HGB Titles are granted for a maximum initial term of 30 years. A HGB Title may be extended for an additional term not exceeding 20 years by the HGB Title holder submitting an extension application to the relevant land office prior to the expiry of the initial term. Prior to the expiry of any such additional term the HGB Title holder may submit an application for the renewal of such HGB Title upon the same parcel of land to the relevant land office. The application for the renewal and extension of a HGB Title must be made no later than two years prior to the expiry of the term of the relevant HGB Title. Although the national land agency has discretion with regard to granting the various extensions it tends to grant extensions and renewals of HGB Titles only if: (a) the land is still duly used in accordance with the conditions, nature and objective of the granting of such HGB Title; (b) all terms and conditions of the granting of such HGB Title have been fulfilled by the HGB Title holder; (c) the HGB Title holder is still eligible to hold a HGB Title; and (d) there have not been any changes in zoning policies by the government, abandonment of the land, destruction of land (through for example natural disasters or act of god) or revocation of the HGB Title due to public interest considerations. The Company believes that it has received all the necessary licences and permits from local authorities and landowners for the placement of the Company’s Network infrastructures on utility poles that are owned by third parties, underground conduits owned by local authorities and other landowners and the location of cables in the airspace of third parties. The Company has also entered into standard lease agreements in order to lease spaces to place its backbone fibre optic cable in multi dwelling units. Terms of such standard lease agreements are ranging from three to five years and are extendable with prior written notification by the Company. The Company believes that its properties, plant and equipment are in good condition and are suitable and adequate for its business operations. None of its significant properties are subject to material easements that prevent or restrict the Company’s current business activities or that are believed to require major investments or costs going forward. As of 30 June 2014, the Company owns 16 buildings and leases on fixed term leases (excluding shared premises under co-location agreements, short term licences and leases of utility poles serving the Network) approximately 21 buildings and plots of land, which include offices, operational sites and warehouses. The Company’s headquarters are located at BeritaSatu Plaza Building, Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 35-36, Southern Jakarta, and is occupied on a leasehold basis. This lease expires on 31 May 2017. Some of the Company’s fixed assets are used as collateral to Cisco for the Vendor Loans. 18
LEGAL PROCEEDINGS
From time to time, the Company may be involved in legal proceedings concerning matters arising in connection with the conduct of its business. Currently, there are no material pending claims or legal proceedings, nor are there any legal proceedings involving the Company that are not in the ordinary course of business.
Page 56 SNG88987/16 164137-0001
Although the Company is not involved or a party to any related proceedings, the Company understands, based on annual reports and other publicly available information, that its shareholder First Media, which owns 41% of the issued Shares, was involved in arbitration proceedings at the Singapore International Arbitration Centre in relation to a dispute in respect of a joint venture, in respect of which the Singapore Court of Appeal has decided that approximately USD700,000 of the payment obligation under the original arbitration award is enforceable against First Media. This amount consists of less than 1% of the total payment obligation under the original arbitration award. Related to the proceedings in Singapore, First Media and its shareholder AcrossAsia Limited (“AcrossAsia”), which owns 55.1% of First Media, were involved in enforcement proceedings in the Hong Kong courts. In addition, AcrossAsia has been subject to Indonesian arbitration and bankruptcy proceedings in relation to a loan dispute with First Media. Management do not believe that any of these proceedings impact, or will impact, the Company or this Offering. 19
AGREEMENTS RELATED TO THE ACQUISITION OF THE NETWORK IN JUNE 2011
On 21 March 2011 the Company entered into an agreement with First Media pursuant to which the Company acquired certain assets, liabilities and rights of use relating to the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business from First Media (the “Master Agreement”). The parties further agreed to enter into the following implementation agreements to give effect to the acquisition:
Intellectual property rights: the two Intellectual Property Rights Transfer Agreements (the “Intellectual Property Rights Transfer Agreements”) effected the transfer of certain intellectual property rights to the Company, including the “FastNet”, “HomeCable” and “DataComm” brands;
Cable TV Business: the Company does not hold a television broadcast licence, in order for the Company to provide the Cable TV Services, the Company and FMTV entered into the Cable TV Agreement whereby FMTV irrevocably and unconditionally granted the Company an exclusive right to manage the Cable TV Business in Indonesia for a term expiring on 10 November 2020. The Company has the right to renew the agreement for a maximum of 10 years. Under this agreement, as amended, the Company pays FMTV a subscription fee of Rp3,000 (exclusive of VAT) per customer per month. FMTV also pays the Company for various services and expenses;
Brand licence: under the Brand Utilisation Agreement between First Media and the Company, First Media granted to the Company a non-transferable, royalty free licence to use and deal until 2031 with the “Licensed IPR”, being the FiRST Media (HomeCable), FiRST Media (FastNet) and FiRST Media (FastNet HomeCable DataComm) brands (i.e. the Company’s own brands combined with the name “First Media”). First Media currently offers broadband services as part of its Wireless Business under the First Media brand. However, the Company does not consider First Media a significant competitor to its Broadband Business due to the Wireless Business being very small in terms of customer numbers and is only available in Greater Jakarta and Medan;
Network Utilisation Agreement: upon acquiring the ownership of the Network assets from First Media, the Company entered into the Network Utilisation Agreement under which First Media is given access to the Network to deliver its Wireless Businesses (and any other services agreed by the Company and First Media) to its customers for a fee payable to the Company based on First Media’s consumption. The Network Utilisation Agreement also requires, among other things, the Company to: (i) provide to First Media certain allocated Internet Bandwidth, together with a domain name service or DNS, to the extent required, and one class B public internet protocol or IP address; and (ii) construct the additional cable in relation to any base transceiver station (“BTS”) of First Media, with First Media paying for 50% of the costs incurred by the Company. This agreement expires on 21 June 2026, although either party may extend the term for a further period of five years; and
Transitional and support services: the Company and First Media have entered into several other agreements wherein they agree to provide certain transitional and support services to each other, such as customer service support, lease of office space and co-location of network equipment, to support their respective businesses.
Page 57 SNG88987/16 164137-0001
Not for distribution in or into the United States
INDUSTRY REPORT This document is a report on the industry in which PT Link Net Tbk. (the “Company”) operates and has been prepared by Media Partners Asia (“MPA”). A Bahasa Indonesia version of this document is being prepared and will be published within five business days after publication of this information.
THIS DOCUMENT DOES NOT CONSTITUTE AND IS NOT AN OFFER TO SELL OR THE SOLICITATION OF AN OFFER TO BUY SECURITIES (THE “SECURITIES”) OF THE COMPANY IN THE REPUBLIC OF INDONESIA, THE UNITED STATES OR ELSEWHERE. THE COMPANY HAS NOT REGISTERED AND DOES NOT INTEND TO REGISTER THE SECURITIES UNDER THE US SECURITIES ACT OF 1933, AS AMENDED (THE “SECURITIES ACT”) AND THE SECURITIES MAY NOT BE OFFERED OR SOLD IN THE UNITED STATES ABSENT REGISTRATION UNDER THE SECURITIES ACT OR PURSUANT TO AN EXEMPTION FROM, OR IN A TRANSACTION NOT SUBJECT TO, REGISTRATION. THE COMPANY DOES NOT INTEND TO MAKE ANY PUBLIC OFFERING OF THE SECURITIES IN THE UNITED STATES OR IN ANY OTHER JURISDICTION. This document, including all data (actual, estimated and forecast, and unless stated otherwise) relating to, among other things, demand and market share information, has been prepared by MPA, a leading provider of information services on the media industry in Asia. The information presented in this document has been derived from publicly available documents, government publications as well as industry sources. Neither the Company nor its affiliates, directors, officers, representatives or advisors make any representation as to the accuracy, correctness and/or completion of the information provided or presented in this document. These sources are based on economic and other assumptions that may prove to be incorrect and the information has not been independently verified by the Company, any of its affiliates, directors, officers or representatives, nor any of its advisors and none of the parties can guarantee its validity. You should recognise that certain industry data contained in this document is estimated in the absence of official company confirmation or reliable country source information, and you should not place undue reliance on such data. Some amounts in this document are rounded.
In making any investment decision, any party must rely upon its own examination of the Company including the risks involved. The information provided in this document is not to be construed as legal or business advice. Each party should consult its own lawyer or financial adviser for legal or financial advice. This document includes forecasts (including where indicated by the letter “F”), estimates and other forward-looking statements. These forecasts, estimates and other forward-looking statements are necessarily based on various assumptions and estimates that are inherently subject to various risks and uncertainties relating to possible invalidity of the underlying assumptions and estimates and possible changes or development of social, economic, business, industry, market, legal, government, and regulatory circumstances and conditions and actions taken or omitted to be taken by others. Assumptions relating to the foregoing involve judgments with respect to, among other things, future economic and competitive market conditions and future government and business decisions, all of which are difficult or impossible to predict accurately. Actual results and future events could differ materially from such projections. You should not place undue reliance on such statements, or on the ability of MPA, publicly available documents, government publications, industry sources or any other third party to accurately predict future industry trends or performance. All figures in this document shown in USD are based on a constant exchange rate of USD1=Rp12,000 for comparative purposes.
SNG92358/2 164137-0001
Not for distribution in or into the United States
INDUSTRY REPORT PREPARED BY MEDIA PARTNERS ASIA 1.
OVERVIEW
The subscriber base for the overall Indonesia broadband and pay TV markets comprise of 38.4 million and 3.2 million subscribers as at 31 December 2013, respectively. The broadband industry is made up of the wireless broadband and fixed broadband segments. Within the fixed broadband segment, ADSL represents 89.9% of total subscribers, while the Next Generation broadband market ("NGBB") represents the remaining 10.1% of the fixed broadband subscriber base. NGBB is defined as fixed networks capable of providing high speed broadband such as cable broadband and FTTH. As there has been limited rollout and subscriber acquisition by operators using FTTH technology, the NGBB market in Indonesia is primarily driven by cable broadband currently. Exhibit 1: Broadband subscriber share by technology and ARPU, 2013
Source: MPA
The Company operates in the NGBB market, owning and operating the only next generation network of scale in Indonesia, resulting in 97.9% market share in the market for 2013 based on number of NGBB subscribers. The growth of the NGBB market since 2011 has been driven by the Company’s rapid Network rollout ("NRO"), increasing the number of the Company’s homes passed from 553,080 to 1.31 million between the end of June 2011 to the end of June 2014, with limited rollout from other players. The NGBB market is expected to continue being significantly underpenetrated and supply-driven over the next five years. Demand for high speed broadband services are mainly driven by pent-up demand for faster and more reliable services currently offered by ADSL, which has a wider network coverage currently. The Indonesia pay TV industry had 3.2 million subscribers comprising of DTH, Cable TV and a very small and nascent IPTV / digital terrestrial television (“DTT”) segments at the end of 2013. DTH
SNG92358/2 164137-0001
Page 2
Not for distribution in or into the United States
represents 87.0% of the overall pay TV subscriber base as at 31 December 2013, with Cable TV representing 10.2%. DTT and IPTV represent 2.9% of the pay TV subscriber base combined. Exhibit 2: pay TV subscriber share by technology and ARPU, 2013 Indonesia Pay TV Subs 3,160k
87.0%
10.2%
DTH Subs 2,749k
0.3%
Cable TV ARPU Rp108,784
Subs 321k
2.6%
IPTV ARPU Rp150,685
Subs 8k
DTT ARPU Rp50,000
Subs 82k
ARPU Rp82,000
Source: MPA
As the owner and operator of the only next generation network of scale in Indonesia, the Company is the only operator of scale in the Cable TV market and has been the driver of the overall cable market growth, offering pay TV services bundled with its next generation broadband offering. 2.
KEY HIGHLIGHTS
Macro momentum. Indonesia is a large and attractive market for broadband and pay television services, and has the lowest broadband and Pay TV penetration among the 20 largest economies globally. Fixed broadband penetration in India, China and US in 2013 were 5.7%, 45.6% and 81.1% respectively, compared to 5.4% in Indonesia. Pay TV penetration in 2013 for China, India and US was 51.8%, 79.9% and 85.0% respectively, compared to Indonesia’s 8.6% as of 2013. According to the International Monetary Fund (the “IMF”), the country is the fourth largest in the world with a population of 248 million, and ranks 16th largest by nominal GDP. The Indonesian political landscape is stable and its economy is expected to grow rapidly with real GDP set to expand at 5.8% CAGR over the next five years, according to the IMF. The population is one of the youngest in the world, with 54% under 30-years of age as of end 2013, and is increasingly online savvy. This, combined with increasing urbanisation, income growth and consumption, will ensure that consumer households will increasingly adopt and spend more on broadband and pay TV services.
Significantly under penetrated and fastest growing broadband market. MPA forecasts that fixed broadband subscribers will grow at 13.4% CAGR to reach 6.3 million by 2018 with household penetration increasing from 5.4% to 9.8% between 2013 and 2018. The projected penetration rate of 9.8% in 2018 is still significantly below current penetration levels of broadband markets in neighbouring countries including Thailand (22.1% for 2013). MPA also forecasts that cable broadband subscribers will grow at a CAGR of 20.4% between 2013 and 2018 to reach 860,000 by 2018, with monthly ARPU rising 7.0% CAGR to Rp280,569. The growth of fixed broadband penetration, subscribers and ARPUs is attributable to a number of key drivers including: (i) urbanisation, the growth of an affluent consumer class, and a thriving youth population; (ii) rising demand for online content including video-based entertainment, social networking and online news; and (iii) strong execution by incumbent operators (Telekom for ADSL and the Company for cable broadband representing the majority of the NGBB market). Complementing fixed broadband growth is the market for mobile broadband, which enables subscribers to access broadband outside of their homes and outside of current fixed broadband coverage areas, albeit at higher cost per bandwidth. MPA forecasts that the market for mobile broadband will grow at 33.2% CAGR between 2013 and 2018, reaching 146.8 million subscribers
SNG92358/2 164137-0001
Page 3
Not for distribution in or into the United States
by 2018. MPA forecasts that mobile broadband per capita penetration will rise from 14.1% in 2013 to 56.0% by 2018.
Large and fast-growing addressable market. The Company’s core target customers are A Households and B Households, which are households comprising of four persons and having a monthly household income in excess of Rp2.0 million. The Company also targets to attract customers in the C1 Households (defined as households with monthly household income of Rp1.5 million to Rp2.0 million) through its entry level package priced at Rp169,000 per month. In the Company’s current coverage area in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, the number of core A Households and B Households has grown at a CAGR of 17.6% between 2010 and 2013, reaching 4.1 million. As at 31 December 2013, including C1 Households, there are 6.6 million addressable A Households, B Households and C1 Households in the Company’s coverage area. The large addressable households should provide significant room for growth to the Company.
The role of the Company and HFC cable. The Company has capitalised on its first mover advantage position in the provision of bundled broadband and digital pay TV services. The Company’s state-of-the-art HFC cable Network, which passes more than 1.3 million households in three urban centres, including Greater Jakarta, has captured a significant portion of the attractive consumer demographic addressable market, and is currently the only next generation network of scale in Indonesia. The Company's churn rates are amongst the lowest in Indonesia broadband and pay TV markets primarily due to the function of the bundling of superior broadband offering and differentiated Cable TV offering with significant innovation and the widest selection of HD channels. The Company’s Adjusted EBITDA margins are consistently among the highest in the industry at 54.0%, 54.1% and 57.2% in 2012, 2013 and the first six months of 2014, respectively. The following table summarises the current state of competitors' next generation networks as at December 31, 2013. Exhibit 3: Comparison of competitor networks Telkom Biznet MNC Play Media MQM (Sinarmas)
Announced a significant investment plan. Details have been limited with no report of any significant completed FTTH residential network rollout. 0.17 million homes passed. Began FTTH rollout in January 2014. Currently in a test phase with limited home passes. Focus on FTTH rollout in properties constructed by Sinarmas, its parent group, with no available public information on rollout and very limited track record outside of Sinarmas properties
Source: MPA
HFC cable networks are one of the most suitable and cost effective delivery methods to serve the densest and most affluent regions of Indonesia. Competition in bundled services and in the broadband market itself is relatively benign, driven by technological and scale advantages that the Company has derived from its Network, allowing the Company to offer compelling and attractive bundled packages. The Company’s Network is expected to be over 60% 1 GHz compliant with the remaining 40% 870 MHz compliant by the end of the first quarter of 2015. The Network has been designed and built out with specifications that are in line with international standards set by leading operators in Asia, Europe and the United States. The Network, combined with its deployment of DOCSIS 3.0 technologies and high definition premium pay TV channels, has enabled the Company to maintain its market leadership in terms of product innovation. The Company has rapidly
SNG92358/2 164137-0001
Page 4
Not for distribution in or into the United States
expanded its Network in the largest and most attractive metropolitan areas of Indonesia since June 2011 to meet latent and underserved demand for NGBB services in Indonesia, while at the same time leading innovation in the Indonesian pay TV industry through the largest HD product offering and other value-added services, such as TV Anywhere (“TVA”), video-on-demand (“VoD”), catch-up TV, add-on TV content packages and new upgraded set-top boxes. As a result, the Company offers consumers the most reliable and the fastest broadband download speeds amongst Indonesian broadband providers.
Pay TV upside. The market for pay TV continues to grow at a significant pace, driven largely by DTH satellite which can cover the expansive Indonesian archipelago, compared to local coverage areas of Cable TV. The growth of Cable TV is driven by network expansion of key players (currently only the Company offers Cable TV services of scale), offering higher quality TV services including HD channels and 2-way capabilities and good value proposition in bundled offerings. 94.4% of total cable broadband customers subscribed to Cable TV in 2013. According to MPA forecasts, total pay TV penetration is expected to grow from 8.6% in 2013 to 16.2% by 2018 while Cable TV is expected to expand at a CAGR of 20.2% over the same period, reaching 808,000 by 2018. According to MPA forecasts, monthly Cable TV ARPU is expected to expand at a CAGR of 3.5% between 2013 and 2018 to reach Rp179,046 by 2018.
Exhibit 4: Indonesia key broadband and pay TV indicators
Broadband (thousands Wireless broadband ) (thousands Fixed broadband ) (thousands ADSL ) (thousands Cable ) Total broadband (thousand subscribers s) % Penetration % Wireless broadband (%) penetration per capita % Fixed broadband penetration/househo (%) ld ARPU Monthly cable (Rp) broadband ARPU Pay TV Pay TV (thousand subscribers s) (thousands DTH ) (thousands Cable TV ) (thousands IPTV )
SNG92358/2 164137-0001
% CAGR 2018 2013-18 146,765 33.2
2013 35,000
2014 56,000
2015 78,400
2016 101,920
2017 122,304
3,353
4,115
4,963
5,588
6,009
6,297
13.4
3,013
3,703
4,423
4,923
5,224
5,437
12.5
340
412
540
665
785
860
20.4
38,353
60,115
83,363
107,508
128,313
153,062
31.9
14.1%
22.3%
30.8%
39.6%
47.1%
56.0%
5.4%
6.6%
7.9%
8.8%
9.4%
9.8%
200,481
216,708
235,553
251,256
268,006
280,569
7.0
3,160
4,016
4,765
5,430
6,052
6,578
15.8
2,749
3,511
4,139
4,684
5,169
5,611
15.3
321
390
490
602
733
808
20.2
8
10
12
14
18
25
25.6
Page 5
Not for distribution in or into the United States
(thousands )
DTT % Penetration % Pay TV per TV household % Cable TV subscribers / Cable broadband subscribers ARPU Monthly Cable TV ARPU Source: MPA
(%)
82
105
125
130
132
135
8.6
10.7
12.5
13.9
15.2
16.2
94.5
94.7
90.7
90.6
93.4
93.9
8.6% 150,685
10.7% 163,260
12.5% 170,382
13.9% 173,375
15.2% 176,239
16.2% 179,046
10.5
(%)
(Rp)
3.
MACROECONOMIC OVERVIEW OF INDONESIA
3.1
INDONESIA
3.5
Indonesia’s economy has experienced strong growth in recent years, with real GDP expanding at a CAGR of 5.8% between 2008 and 2013 driven by a combination of growing domestic consumption and robust commodity exports. Inflation has been relatively stable at an average of 6.0% during the same period according to the IMF. Indonesia experienced some macro-economic headwinds in 2013. These included continued impact from Eurozone economies and a slow-down of the Chinese economy, which is one of Indonesia’s larger commodity importers. This has resulted in Indonesia’s GDP growth falling below the 6% mark to 5.8% in 2013 according to the IMF, driven mainly by the fall in exports. Inflation rates have also been high at 7.7% for the full year in 2013 according to the IMF, brought about by government reducing fuel subsidies in order to combat a rising current account deficit. Despite these factors, Indonesia’s GDP is forecasted by the IMF to grow at a higher CAGR (2013-2018) of 5.8%, compared to other Asian countries (Singapore: 3.6%, Korea: 3.8%, Malaysia: 5.0%, Thailand: 4.1%), as well as those seen in both the US (2.9%) and UK (2.5%). The only three Asian markets that are expected to grow at rates marginally higher than Indonesia are China (7.7%), India (6.3%) and Philippines (6.2%). Furthermore, domestic consumption (59% of 2013 GDP according to Badan Pusat Statistik) has not been significantly dampened by these factors and Indonesia ranks second most optimistic market globally according to the Nielsen's Global Consumer Confidence Index For 2Q 2014. The political situation in Indonesia is stable and positive, following the election of new president Joko Widodo, who ran on a campaign pledging national reforms and anti-corruption. The new government is expected to initiate steps to reign in both inflation and a current account deficit, which could bolster the economy and improve future GDP growth rates. This will help bolster consumer expenditure on bundles of pay TV and broadband services.
SNG92358/2 164137-0001
Page 6
Not for distribution in or into the United States
Exhibit 5: Nominal GDP and Real GDP growth across key global markets in 2013
2.9%
Nominal GDP (USD billions)
18.000
16.800
16.000 14.000 12.000
7.0%
10.000
9.181
% Real GDP, CAGR 2013-18
1.0%
8.000
4.902 2.5%
6.000 4.000
2.536
6.3% 3.8% 1.871
2.000
5.8% 4.0% 4.1% 5.0% 3.6% 3.9% 6.2%
1.222 870
489
387
312
296
274
272
0
Source: MPA based on IMF data Exhibit 6: Nominal and real GDP growth projections by key global markets Nominal GDP (USD billions) US
2013
Nominal GDP, % CAGR 2013-18
2018
Real GDP, % CAGR 2013-18
16,800
21,180
4.7
2.9
China
9,181
13,997
9.8
7.0%
Japan
4,902
5,540
2.3
1.0
UK
2,536
3,543
4.5
2.5
India
1,871
2,826
12.9
6.3
Korea
1,222
1,739
5.7
3.8
Indonesia
870
1,156
11.6%
5.8
Taiwan
489
651
4.4
4.0
Malaysia
312
491
8.5
5.0
Philippines
272
466
10.2
6.2
Thailand
387
464
6.1
4.1
HK
274
386
7.1
3.9
Singapore
296
361
4.9
3.6
Source: MPA based on IMF data
In addition, broad macro trends support higher consumption and spend in pay TV and broadband. Key trends include:
Young demographics and growing population. Indonesia’s growth trajectory is anchored to its growing middle class and young working population. The IMF estimates that Indonesia’s population, currently at 248 million in 2013, will grow by 1.4% CAGR over the next five years.
SNG92358/2 164137-0001
Page 7
Not for distribution in or into the United States
This closely mirrors trends seen in India, Philippines and Malaysia, and is significantly faster than mature markets with an ageing population including Korea, Japan and Taiwan. According to the World Bank, 66% of Indonesia’s population is in the working age group of 15-65 years, while CEIC Data estimates that 34.6% fall within the 15-34 age group, indicating a healthy working population now and in the future. Exhibit 7: Population by key global markets, 2013
Population (millions.)
1.600 1.400
0.5% 1.361
1.3%
% CAGR 2013-18
1.243
1.200 1.000 800 600
0.8%
400
316
200
1.4% 248
-0.3% 127
2.0% 0.4% 0.7% 97
68
64
0.4% 1.7% 0.2% 1.1% 50 30 23 0.9% 7
5
0
Source: IMF Exhibit 8: Population aged 15-34 by key global markets, 2013 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
% Population aged 15-34 / total population Source: CEIC Data, MPA
Strong domestic consumption. Domestic consumption is stable contributing to 59.0% of GDP. Despite a slowdown in GDP growth and relatively high inflation in 2013 of 7.7%, consumer sentiment remains positive.
Increasing urbanisation. In line with other developing economies in Asia, Indonesia’s rural population continues to migrate towards urban areas. Between 2006 and 2013, the proportion of population living in urban areas has increased from 47% to 52% according to the World Bank. Crucially, this continuing transition to urbanisation is likely to bring with it increasing household incomes and drive gains in disposable income, as well as increase consumer spend on broadband and pay TV services. McKinsey, in its report titled “The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential”, estimates that approximately 70% of the Indonesian population will be
SNG92358/2 164137-0001
Page 8
Not for distribution in or into the United States
living in urban areas by 2030. McKinsey further estimates that the contribution to Indonesia’s GDP from urban areas will increase from 74% in 2010, to 85% in 2030. Exhibit 9: Indonesia urbanisation trends, 2006-2013 300
Population (mil.)
250
47%
48%
48%
49%
102
106
110
113
50%
51%
51%
50%
200 150
60%
52%
117
121
125
40%
129
30% 20%
100 50
119
119
119
119
119
119
119
119
10% 0%
0 2006 2007 2008 Urban population
2009 2010 2011 Rural population
2012 2013 % Urbanization
Source: World Bank, MPA
Fast growing middle and upper class. Indonesia's GDP per capita has grown rapidly from 2010 to 2013 at CAGR of 5.6% according to the IMF. The middle and upper classes defined as A Households and B Households is expected to experience the fastest growth among all social economic segments. In the Company’s current core coverage area, there were 4.1 million A Households and B Households in 2013, representing 53.6% of total households and growing at a CAGR of 17.6% between 2010 and 2013.
In conclusion, such macro momentum will encourage: (i) higher demand for communication and entertainment services such as pay TV and broadband; (ii) greater consumer expenditure on pay TV and broadband services as well as premium and value added services including HD channels, VoD and digital video recordings (“DVRs”) and (iii) increased advertising expenditure across the pay TV sector. 3.2.
MACROECONOMIC ADVANTAGES OF THE COMPANY
High per capita income and favourable demographics. The favourable economic outlook bodes well for the Company, which operates in the most attractive metropolitan areas in Indonesia comprising Greater Jakarta (JaBoDeTaBek), Greater Surabaya (largest city in East Java) and Bandung (largest city in West Java) which comprise the most densely populated and most affluent areas of Indonesia. This is because these metropolitan areas (Greater Jakarta, Bandung and Surabaya) are situated in the top three provinces (Jakarta, East Java, West Java) that represent the top three provinces in terms of GDP contribution to Indonesia representing 37% of total GDP in 2013 according to Badan Pusat Statistik. Jakarta has a population density of 15,211 per square kilometre, Surabaya has population density of 9,425 per square kilometre and Bandung has population density of 14,386 per square kilometre. Exhibit 10: Population density by top three metropolitan areas, Indonesia 2013 Population (millions)
Land area (square kilometre)
2013 Population density per square kilometer
Jakarta -
10.1
664.0
15,210.6
Surabaya
3.1
330.0
9,424.8
SNG92358/2 164137-0001
Page 9
Not for distribution in or into the United States
Bandung
2.5
Source: Badan Pusat Statistik, www.regionalinvestment.bkpm.go.id
172.7
14,386.3
www.surabaya.go.id,
www.bandungkota.bps.go.id,
Exhibit 11: Top 12 provinces by GDP Provinces
2013 GDP (USD millions)
% of Indonesia
% CAGR 2010-13
2013 Population (millions)
Jakarta
117,000
13.4
7.4%
10.1
East Java
106,874
12.3
7.8%
38.0
West Java
98,641
11.3
5.3%
45.2
Central Java
58,664
6.7
6.4%
32.5
Riau
50,091
5.8
9.7%
6.1
East Kalimantan
42,675
4.9
6.6%
3.9
North Sumatera
37,046
4.3
7.1%
13.3
Banten
22,301
2.6
5.8%
11.4
South Sumatera
21,994
2.5
8.4%
7.8
South Sulawesi
17,332
2.0
10.3%
8.2
Lampung
15,398
1.8
9.0%
7.8
West Sumatera
11,581
1.3
6.6%
5.0
Source: Badan Pusat Statistik
Consumer demographics are advantageous and favourable across the Company’s coverage areas. According to Nielsen, in the Greater Jakarta region in 2013, 49.3% of the population falls within the top A Households and B Households (defined as households having monthly household income in excess of Rp2.0 million), which is the core target demographic of the Company. This figure has increased from 31.7% as at 31 December 2010. When including C1 Households (defined as households having household income between Rp1.5 million to Rp2.0 million), this figure reaches 75.8% in 2013 from 55.7% as at 31 31 December 2010. In other areas such as Greater Surabaya and Bandung, where the Company has operations and plans to expand in the future, 58.8% and 69.7% of the population are in the key A Households, B Households and C1 Households as at 31 December 2013, respectively, according to Nielsen. These figures have increased from 31.2% and 59.7% as at 31 December 2010 in Greater Surabaya and Bandung, respectively, indicating the regions’ current and future prospects for adopting pay TV and broadband services. Exhibit 12: Household distribution by monthly household expenditure 2013 (thousands)
2010-2013 % CAGR
2,496
4,059
17.6
2,105
3,347
16.7
Greater Surabaya
243
474
25.0
Bandung
149
238
16.9
2,153
2,570
6.1
Household Category By Region AB Greater Jakarta
C1
SNG92358/2 164137-0001
2010 (thousands)
Page 10
Not for distribution in or into the United States
Greater Jakarta
1,592
1,795
4.1
Greater Surabaya
434
654
14.7
Bandung
127
121
-1.7
C2
2,371
1,762
-9.4
DE
2,245
828
-28.3
% contribution of total households
2010
2013
A1
2.9
6.4
A2
6.3
9.1
B
17.8
28.6
C1
23.2
27.9
C2
25.6
19.1
D
16.9
6.8
E
7.3
2.2
Source: Nielsen Note: AB Households defined as households with monthly expenditure of over Rp2.0 million; A1 – >Rp4.5 million, A2 – Rp3.0-4.5 million, B – Rp2.0-3.0 million, C1 – Rp1.5-2.0 million; C2 – Rp1.0-1.5 million; D – Rp700,000-1.0 million; E –Rp700,000 and below
3.3
Larger inflows of Foreign Direct Investment (“FDI”). According to Badan Pusat Statistik, Indonesia garnered approximately USD30 billion in FDI in 2013, of which 60.0% was directed towards the Java island, followed by Sumatera (11%) and Kalimantan (9%) – underlying Java island’s position as the nation’s economic backbone and engine. KEY CONCERNS
Despite a positive long-term outlook for the Indonesian economy, short-term pressure exists which could impact consumption in pay TV and broadband markets. These include:
Increase in inflation. A second round of fuel subsidy cuts could follow once the new president is sworn in and government takes charge. The new government’s priority will be reigning in of the current account deficit – which is close to 3% of GDP. Although consumer sentiment remained strong after the first round of subsidy cuts and subsequent rise in inflation, a second round of subsidy cuts will likely prolong inflationary pressure, and may weaken consumer sentiment and may reduce discretionary household spend.
Increase in unemployment and slowing household formation related to commodities export. A ban on the export of unprocessed minerals, which has impacted GDP growth, has also resulted in growing unemployment in the mining sector. Similarly, there has also been a weakening in the pricing power of commodity export due to slowdown in Chinese demand. This could further exacerbate if the Chinese economy continues to face headwinds and place further pressure on unemployment. Increasing unemployment could also place pressures on household formation, which has already been slow, growing at a CAGR of 0.6% between 2010 and 2013, and marginally faster than developed economies such as Japan. Between 2013 and 2018, household formation is expected to see a further slowdown to a CAGR of 0.3%, but faster than economies such as Japan, Taiwan and Korea according to MPA. The trend is mitigated by the Company’s focus on large cities in Java which have less economic exposure to commodities exports. At the same time, slow household formation at a national level should be mitigated by urbanisation trend increasing population and households at large cities where the Company operates.
SNG92358/2 164137-0001
Page 11
Not for distribution in or into the United States
4.
Further currency depreciation. The Indonesian rupiah has remained weak against the US dollar throughout 2013, reaching the Rp11,000-11,500 mark. For the pay TV and broadband industries, including the Company, a weakening rupiah will place further pressure on margins as content deals and consumer premises equipment are pegged to the US dollar. These risks will likely be well managed by better capitalised players in the market, including the Company. INDONESIA’S BROADBAND SECTOR
Availability of high-speed broadband services and its uptake – both via fixed and mobile - remain nascent in Indonesia. As of 2013, the country’s lower fixed broadband penetration levels (5.4%) versus markets like Korea (99.5%), Hong Kong (96.0%), Singapore (99.6%) and Thailand (22.1%) suggest room for growth, especially in urban areas where fixed networks are being rapidly deployed, and upgraded. Fixed network growth has been relatively fast in countries such as Singapore and Hong Kong due to small size (limited area to cover) and density of population. However, due to Indonesia’s unique topography (consisting of 17,000 islands), large scale deployments of fixed networks have been uneconomical in areas outside of the main cities and towns, and subsequently, broadband access remains limited. MPA estimates that Indonesia is the most underpenetrated and fastest growing broadband market globally of the top 20 largest global economies. Exhibit 13: Fixed broadband penetration comparison by market, 2013 % Fixed broadband penetration / household
2013
2018
Subscriber growth, % CAGR, 2013-18
Singapore
99.6
99.9
1.0
Korea
99.5
100.2
0.7
Hong Kong
96.0
97.3
1.5
US
81.1
91.0
4.5
UK
79.0
89.0
3.8
Japan
70.3
72.9
0.7
Taiwan
69.4
77.3
2.7
Australia
67.2
75.2
3.1
China
45.6
57.0
5.7
Malaysia
33.8
34.7
2.0
Thailand
22.1
36.3
11.1
Philippines
6.6
9.7
9.2
India
5.7
6.3
4.6
Indonesia
5.4
9.8
13.4
Source: MPA
The increasing presence of international players such as Google, Yahoo and Facebook in Indonesia, as well as the establishment of home grown firms such as Okezone, Liputan and Kompas signify the importance and growth potential of the Indonesian broadband and internet sectors. International web analytics firm Alexa estimated that Facebook was the second most accessed website in Indonesia in 2013, while Facebook itself claims to have a user base of 65 million active users in Indonesia. This equates to approximately 90% of all internet users in the country, and accounts for nearly
SNG92358/2 164137-0001
Page 12
Not for distribution in or into the United States
16% of Facebook’s user base in the Asia Pacific region. Similarly, Google’s YouTube is estimated by Alexa as being the fourth most popular website in the country, up from seventh place in 2011, indicating the increasing popularity and growing consumption of online video in Indonesia, and consequently increasing demand for higher speeds and bandwidth. Providing an added impetus to the growth of the Internet sector is the improvement in online advertising measurement systems and metrics. Media buyers and planners in Indonesia are now placing an increasingly large portion of their advertising budgets on online, improving monetisation opportunities for online players, and encouraging new players to enter the market. MPA estimates that the online advertising market generated Rp1 trillion in net revenues in 2013, up 50% year-on-year, and growing at a CAGR of 58%. Of this, it is estimated that the top three players – Facebook, Yahoo and Google (including YouTube) accounted for approximately 71% or, Rp$715.7 billion. Between 2013 and 2018, MPA estimates that the sector will grow at a CAGR of 31% to reach Rp2.6 trillion. Exhibit 14: Top 10 websites in Indonesia (2011 vs. 2014) Website Google.co.id Facebook Google.com Youtube Blogspot Yahoo Kaskus Detik Kompas Wordpress Source: Alexa
4.1.
Ranking (End 2011) 2 1 3 7 4 8 9 12 6
Ranking (July 2014) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KEY BROADBAND TECHNOLOGIES
Broadband internet services in Indonesia are available through fixed/wired broadband services such as copper/telephone lines (for ADSL), fibre (for fibre-to-the-x) and HFC cable (for cable broadband); and wireless via mobile devices like smartphones and dongles. As at 31 December 2013, there were 38.4 million broadband subscribers across Indonesia, comprising both wireless and fixed broadband. Indonesia’s broadband market continues to grow at a rapid pace, adding 15.7 million net new subscribers in 2013. MPA forecasts that the market will continue to grow at a CAGR of 31.9% between 2013 and 2018, to reach 153.1 million subscribers. The two main technologies through which broadband is available are: 1.
Mobile broadband. With 35 million subscribers and 14.1% penetration of population at the end of 2013, mobile broadband was driven primarily by the deployment of 3G networks and the availability of low cost smartphones in the market. Given fixed broadband rollout’s limited reach outside of the big cities/towns, relatively high pricing (on an absolute basis, not in terms of per megabyte of bandwidth) as well as on-the-go internet connectivity, wireless broadband has become the platform of choice for the households/population in the lower socio economic categories and households outside of fixed broadband's coverage areas. Operators such as Lippo and Telkom have also begun to deploy 4G networks, though their availability is limited to
SNG92358/2 164137-0001
Page 13
Not for distribution in or into the United States
Jakarta, in the case of Lippo, and still in planning/construction phase in the case of Telkom. With the current technology and equipment costs, 4G mobile broadband is still significantly more expensive on a per megabyte of bandwidth basis, and is expected to remain a complementary service to fixed broadband. Furthermore, reliability of mobile broadband connections in Indonesia remains low on account of the low number of 3G base stations, and unavailability of fibre backhaul to support high levels of data usage. While telecom operators are upgrading their networks to allow greater data usage, networks will continue to remain inferior to the speeds and reliability offered by fixed networks. 2.
Fixed broadband. With approximately 3.4 million subscribers at end 2013, it is estimated that fixed broadband penetration of households was just 5.4%. Fixed broadband in Indonesia is delivered largely through copper-based ADSL services (from incumbent telecommunications company Telkom Indonesia), and via HFC cable (from the Company). On account of its legacy copper infrastructure, Telkom offers fixed line services nationwide, while the Company has a more focused service area in Greater Jakarta, Greater Surabaya, Bandung and Bali (predominantly for hotels and enterprise clients). In addition, in areas in which the Company’s cable broadband services are currently not available, consumers are often restricted in their choice of broadband platform/technology, mostly with ADSL as their only option, with a maximum advertised speed of 3Mbps. Fixed broadband, which accounts for 8.7% of total broadband subscribers, added 717,000 net new subscribers in 2013 to grow at approximately 27.2% year on year.
The increasing demand for data and bandwidth, illustrated by the growth in e-commerce websites, news portals, social media services and online video delivery platforms, highlight the market potential for fixed broadband operators, especially in the NGBB market, such as the Company. The Company is in a good position to capture such a market potential providing stable and reliable high-speed broadband connectivity. Similarly, despite the faster growth in wireless broadband services, the lack of reliable & stable wireless broadband connectivity and limited coverage area for 3G services all point to the fact that wireless broadband will continue to remain as a complimentary service to fixed broadband networks, rather than emerging as a substitute technology. Exhibit 15: Broadband subscribers and market share by technology, 2011-13 Fixed broadband subscribers
2011
2012
2013
2014
Total
1,982
2,636
3,353
4,115
Cable
193
295
340
ADSL
1,789
2,341
Market share
2011
2012
2016
2017
2018
CAGR 2013-18
4,963
5,588
6,009
6,297
13.4
412
540
665
785
860
20.4
3,013
3,703
4,423
4,923
5,224
5,437
12.5
2013
2014
2015
2016
2017
2018
11.9
13.1
13.7
88.1
86.9
86.3
2015
(thousands)
Cable
9.7
11.2
10.1
(%) 10.0 10.9
ADSL
90.3
88.8
89.9
90.0
89.1
(%)
Source: MPA
The two key players that deliver fixed broadband services in Indonesia are:
SNG92358/2 164137-0001
Page 14
Not for distribution in or into the United States
1.
Telkom Indonesia. Indonesia’s incumbent state-owned telecommunications company, which provides copper-based ADSL services under the ‘Speedy’ brand. Speedy had 3 million subscribers, or 90% market share of fixed broadband at the end of 2013. Telkom has announced an ambitious nationwide upgrade plans in recent years. The upgrade plans have faced some execution issues and delays. So far, Telkom has publicly stated that as of first half of 2014, 8.5 million home passed have been upgraded to a combination of FTTH, fibre to the kerb (“FTTK”) and ADSL in the last mile. The breakdown of FTTH, FTTK and ADSL are not disclosed, but the vast majority of its 3 million customers are on an ADSL platform and there has been no announcement or indication of any residential FTTH network of scale to date.
2.
The Company. Cable broadband services provided by the Company had 10% market share of fixed broadband, but has 98% of the NGBB market, with 332,886 broadband subscribers as of 31 December 2013. The Company provides the fastest broadband speeds in the residential segment of up to 100Mbps, compared to Telkom's highest offering of 3Mbps via ADSL, based on information available from its website, or Biznet’s highest speeds of 50Mbps. The Company’s fast and reliable NGBB service offers a highly attractive option to households in its coverage areas, who in the vast majority of cases have as the only alternative ADSL with maximum advertised speed of 3 Mbps. In addition, unlike Telkom, the Company does not have a nationwide mandate and goals for broad access to broadband nationwide, and therefore mainly focuses on its core customer demographic, expanding its HFC Network in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung.
MPA believes that HFC technology adopted by the Company has an advantage over ADSL and FTTH in the Indonesia broadband context in several key aspects:
Current capacity vs. ADSL. The Company’s Network is upgraded to support 870MHz capacity, and is capable of offering residential speeds of up to 100Mbps. Furthermore, in other global markets where DOCSIS 3.0 technology has been used by cable operators, it has been proven to be able to offer download speeds of up to 250Mbps through network upgrades, providing the Company with additional capacity in the future. However, the majority of the residential broadband market are still subscribing to substantially lower broadband speeds. Incumbent Telkom, despite having a significant lead in both home passed and subscribers, is currently unable to provide such speeds on account of its legacy copper infrastructure. While copper networks in other markets have been upgraded to ADSL2+ and VDSL to offer speeds of up to 50 and 100Mbps, this is entirely dependent on the age and quality of the copper network and distance of the home from the cabinet.
Technologically Resilient: The Company's Network is advanced in comparison to global standards for broadband networks and is virtually fully DOCSIS 3.0 compliant. The Network is designed to have a low homes-to-nodes ratio of approximately 360 homes per node on average as at June 2014, among the lowest globally. The Company has a clear path towards speeds up to 860 Mbps with reasonable capital expenditure requirements, allowing the Company to further increase its current industry leading NGBB speeds. However, the majority of the residential broadband market are still subscribing to substantially lower broadband speeds today. HFC technology is also capable of offering a large number of HD channels and value added services which means that there is no real advantage in product offering for FTTH technology.
Consumer Premises Equipment (“CPE”) costs lower for HFC vs. FTTH: CPE costs are significantly higher for a FTTH delivered broadband service than HFC. Deploying FTTH broadband requires not only a modem/router, as is the case with cable broadband, but also additional in-home wiring given that few buildings in Indonesia are constructed with fibre built in. Additionally, it also requires the installation of an optical network terminal) – a device that converts the signals carried by the optic fibre into electronic signals that a router/modem can
SNG92358/2 164137-0001
Page 15
Not for distribution in or into the United States
read. With HFC networks, CPE is limited to the deployment of a cable modem and signal splitter. Subsequently, CPE-related capital expenditure for FTTH services is significantly higher than HFC.
Higher technical requirement for workforce servicing FTTH Networks: A key advantage of HFC over fibre is the availability of qualified technicians for network expansion and in-home installation. HFC network, due to its maturity as a platform and sturdiness, is relatively easy to install and maintain within households. On the other hand, fibre network installation requires highly trained experts as fibre strands are more prone to breakages/damages when compared to HFC. Even in advanced markets like Singapore, the availability of installation crews trained to deploy fibre remains limited, resulting in delays in network expansion and in-home installations. Exhibit 16: Comparison of key fixed broadband technologies Operator Platform Digital Telkom Subscriber Line (“DSL”)
Network technology Copper telephone lines
Maximum advertised speeds (D/L)
Possibility of capacity expansion
10Mbps(ADSL) 20Mbps(ADSL2+) 100Mbps(veryhigh-bit-rate digital subscriber line (“VDSL”))
Low – depending on quality of copper wiring, upgrades to ADSL/VDSL
Cost per home passed
Pros And Cons Pros: Legacy network, widely deployed in most markets, cost effective deployment when copper network exists
NA
Maximum speed offered by Telkom in most areas as at August 2014 is 3Mbps
Cons: Outdated technology, high upfront capital expenditure for fibre upgrades, bandwidth lower than HFC/FTTH and depends on distance from local exchange HFC
SNG92358/2 164137-0001
the Mix of Company, fibre to the Biznet node, and coaxial cable in the last mile
250Mbps (DOCSIS 3.0) Maximum speed offered by the Company as at August 2014 is 100Mbps
Capacity increases significantly via upgrading to DOCSIS 3, 3.1
- USD150200 for new HP of existing HFC network in Asia. Figures possibly exclude
Page 16
Pros: Can compete with FTTH in the nearmedium term (cheaper to upgrade for faster speeds,
Not for distribution in or into the United States
need for new headend, fibre backhaul etc.
- USD70120 if upgrading existing network from DOCSIS 1 to 2 or 3.0. Company already upgraded to DOCSIS 3.0.
FTTH
MNC Play Media, Telkom, MQM
Fibre throughout network
1Gpbs+
Very high – either via splitting nodes in last mile, or adding new fibre strands
USD180250 – figures vary by country for a greenfield layout, and for urban and rural areas. Cost of labour is ~7080% in developed nations, but is ~2025% in developing nations
compared to fibre), high bandwidth capacity, most suitable for delivery in technically dense urban areas, flexibility to upgrade to FTTH Cons: -Some speed limitations compared to FTTH, large upfront capital expenditure, higher maintenance cost relative to ADSL Pros: FTTH has maximum bandwidth and expansion capability, limited signal degradation Cons: Greenfield deployments are highly capital intensive, rollout cost higher than HFC and ADSL
Source: MPA
4.2
BROADBAND INDUSTRY ECONOMICS
Average monthly fixed broadband ARPUs reached Rp152,005 at the end of 2013, declining from Rp201,523 in 2011, representing a CAGR of -13.2%. Much of this decline is attributable to heavy discounting of ADSL services by incumbent Telkom. Telkom experienced a 14.2% decline in its Speedy
SNG92358/2 164137-0001
Page 17
Not for distribution in or into the United States
fixed broadband ARPUs between 2011 and 2013 on account of introducing a new prepaid broadband service, targeting the lower socio-economic demographics. During 2011 - 2013, the Company’s broadband ARPUs contracted at a CAGR of -6.2%, as it introduced a low-priced special promotion (the "Selected Promotional Package") to attract customers outside of the A Households, B Households andC1 Households at select nodes in 2012, which were subsequently discontinued by February 2013 through a mandatory price increase back to the entry package levels. Following the discontinuation, the Company's ARPU have increased substantially to Rp219,944 achieved in the six months ended 30 June 2014. Going forward, MPA estimates that fixed broadband ARPUs will stay flat between 2013 and 2018. MPA estimates that ADSL is expected to remain under pressure on account of retail level discounting, declining at a CAGR of -1.4%. Between 2013 and 2018, MPA forecasts cable broadband ARPUs to increase by a 7.0% CAGR, driven by: 1.
Steady upselling and repackaging by the Company (the leader in cable broadband / NGBB), as it continues to target the A Households, B Households and C1 Households, and differentiates itself based on quality and perceived value proposition, rather than one price.
2.
Targeted upselling of customers to higher speed tiers, as consumer demand for bandwidth/download speeds increase on account of growing consumption of data-intensive applications and services such as online video.
Exhibit 17: Fixed broadband ARPUs by technology 2011-2018 Rp
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
Cable
226,130
201,005
200,481
216,708
235,553
251,256
268,006
280,569
ADSL
198,911
188,442
146,566
142,378
140,955
139,545
138,150
136,768
Source: MPA
Broadband industry revenues remain robust, generating Rp15.2 trillion at the end of 2013. Fixed broadband contributed Rp5.5 trillion, while the remaining was generated from wireless broadband. ADSL networks generated approximately Rp4.7 trillion in subscription revenues, while cable generated Rp763.8 billion, approximately 14% of total fixed network revenues, despite having only 10.1% market share of fixed broadband subscribers. Cable revenues also grew faster from 2011 to 2013 when compared to ADSL, growing at a CAGR of 24.2%, compared to ADSL’s 7%, indicating its ability to secure higher paying subscribers via the provision of faster, more reliable networks. MPA estimates that by 2018, broadband revenues are forecast to grow by a CAGR of 28.0% to Rp52.1 trillion, of which Rp11.5 trillion will come from fixed networks. MPA estimates that Cable’s contribution during the same period is expected to grow from Rp763.8 billion (2013) to Rp2.8 trillion (2018), a CAGR of 29.4%.
SNG92358/2 164137-0001
Page 18
Not for distribution in or into the United States
Exhibit 18: Fixed broadband revenues by technology 2010-2018 14.000 12.000
Rp (billions).
10.000 8.000 ADSL 6.000
Cable
4.000 2.000 0 2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
Source: MPA
4.3
KEY BROADBAND OPERATORS IN INDONESIA
1.
The Company (homes passed: 1.3 million; subscribers December 2013: approximately 333,000). Indonesia’s largest NGBB player and second largest fixed broadband provider by home passed, with 1.3 million homes passed and approximately 7,000 kilometres of fibre backbone network. Management targets expansion of homes passed to reach approximately 1.8 million by 2016. Management expects the Company’s Network to be over 60% 1 GHz compliant with the remaining 40% 870 MHz compliant by the end of the first quarter of 2015. Management targets to upgrade this remaining portion of the Network to 870MHz by the end of the first quarter of 2015. The Company currently remains the only player in Indonesia that commercially offers speeds of up to 100 Mbps to residential subscribers. Enterprise subscribers are served via Metro Ethernet, an alternate fixed broadband technology to HFC. Enterprise customers are largely located in the Greater Jakarta area. The Company has ramped up its presence in the enterprise segment, growing from approximately 500 clients in 2011, to approximately 1,300 at 30 June 2014. As at June 2014, the Company had approximately 357,000 residential broadband customers – adding approximately 24,000 net new customers over six months. Between 2011 and first half of 2014, the Company’s customer growth registered a CAGR of 22.8%. The Company currently offers five different bundled propositions, which combine pay TV and broadband. With speeds ranging from 1 to 32 Mbps, a vast majority of customers currently take packages that offer between 1 to3 Mbps – indicating the room for ARPU growth as subscribers move from lower speed tiers to higher speeds over time. The Company’s residential broadband bundles have also experienced a speed upgrade in recent months, with entry level subscribers now having access to 6Mbps download speeds (up from 1Mbps earlier, at Rp 279,000). These remain substantially faster than the speeds offered by rivals Biznet (4Mbps, Rp 300,000 per month) and Telkom’s (512Kbps, Rp 99,000 per month). The following diagram summarises the packages offered by the Company compared to packages offered by its competitors as first half of 2014.
SNG92358/2 164137-0001
Page 19
Not for distribution in or into the United States
Availability of MNC Play and Biznet's packages are limited due to the current small scale of their networks and coverage areas. Exhibit 19: Comparison of broadband/bundled offering by operator
Package Price (Rp thousands/month)
450
415
400 339
350
339
330
300 275
300 250 200
169
150 100 50 0 Innovate Max3 LinkNet LinkNet (6 MNC Play Speedy + Speedy + Biznet (4 (10 Mbps UTV (3 UTV (1 (7 Mbps + Mbps + (1Mbps + +58 Mbps + 25 Mbps + 25 Mbps + 45 54 102 82 channels) channels) channels) channels) channels) channels) channels)
1.3 mil.
Homes passed:
Launched in Jan 14
8.5 mil. (ADSL only)
0.2 mil.
Largely limited to Sinarmas properties
Source: Corporate websites of service providers and as of Aug 2014, Company data, MPA
2.
Telkom Indonesia (estimated ADSL homes passed: 8.5 million; subscribers December 2013: 3 million). Indonesia’s incumbent telecom operator has a broadband network with 8.5 million homes passed as at the end of 2013. These 8.5 million home passes have been upgraded to a combination of FTTH, FTTK and ADSL in the last mile. The breakdown of FTTH, FTTK and ADSL are not disclosed, but the vast majority of its 3 million customers are on an ADSL platform and there has been no announcement or indication of any residential FTTH network of scale to date. Telkom’s ‘Speedy’ ADSL service had 3 million broadband subscribers at end 2013, adding 672,000 net new customers during the year. However, subscriber growth has been slowing down to 100,000 to 150,000 net additions per quarter on account of increasing competition as well as the inability of Telekom’s legacy network to provide broadband services to all homes on its fixed line network. Management is targeting acceleration in fixed broadband growth to 5 million subscribers by the end of 2014, and 15 million by the end of 2015. However, these targets are unlikely and unrealistic given the difficulties Telekom faces in obtaining last mile permits for upgrading its copper network, as well as lack of availability of skilled labour for carrying out fibre upgrades. In addition, Telkom will need to balance financial returns of any new FTTH network rollout versus cannibalisation of existing ADSL business. Budgeted capital expenditure for Telkom will reach Rp20.5 trillion in 2014, of which 40% will be devoted to network infrastructure enhancement, including switching copper wire to fibre optics and building a national backbone. The Indonesian government’s ‘Master Plan for Acceleration
SNG92358/2 164137-0001
Page 20
Not for distribution in or into the United States
and Expansion of Economic Development’ has stated that it is targeting 30% household coverage by a national broadband network, a project largely driven by incumbent Telkom Indonesia. However, previous attempts at this project, such as the Palapa Ring project – a consortium formed to build and operate a national fibre backbone network - had faced significant delays on account of execution issues. The large and broad nationwide project and mandate as a state-owned enterprise differentiates Telkom's focus from that of the Company's, which mainly targets the A Households, B Households and C1 Households in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung. Telkom has changed its pay TV strategies over the last few years, and sold its DTH platform Telkom Vision to CT Corp in 2013. Following the sale, Telkom has instead focused on expanding its IPTV services under the Useetv brand, and offers a bundled proposition along with its fixed broadband services. Useetv has approximately 700,000 registered users but the paying base is estimated to be small at less than 40,000 to 50,000 in 2013. Useetv offers a limited selection of up to 50 channels only. 3.
Biznet (estimated HFC homes passed: 170,000; subscribers December 2013: 7,000): Biznet, part of the MidPlaza group, is an enterprise broadband-focused player which launched residential cable TV and broadband services in 2012. Biznet’s core focus remains on its sale of wholesale capacity via its own intercity fibre backbone network, enterprise broadband services via metro ethernet and provision of datacenter and webhosting services to enterprises, especially banks. At the end of 2013, Biznet had approximately 9,000 kilometres of fibre backbone network, and is targeting an expansion to 11,000 kilometres by the end of 2014 – expanding the network to 65 cities nationwide, including Bali. Its residential network, delivered via HFC, has 170,000 homes passed, though the residential broadband subscriber base remains low at approximately 7,000 due to limited TV channel offerings as compared to the competition, as well as issues in obtaining last mile permits for network build out. Biznet’s residential cable network is currently supplying speeds of up to 50Mbps.
4.
Sinarmas (estimated homes passed: not available but largely limited to properties of Sinarmas Group): A leading multi-sector conglomerate in Indonesia, the Sinarmas group’s subsidiary Mora Quatro Multimedia, under the brand – “Innovate”, has been deploying FTTH broadband services within its own real estate developments in Jakarta. The group is targeting a homes passed network of 500,000 by end 2014 and will look to launch a quadruple play service consisting of high speed broadband, TV, over the top (“OTT”) video and IP telephony. There is no public information in relation to the current size of the network, but the network area is likely to be limited and restricted to Sinarmas's properties. The target 500,000 expansion is high given that Sinarmas has limited track record in rollout of next-generation broadband network and the Company, which has a longer track record of network expansion, has never expanded its network by more than 300,000 in any given year. Subsequently, there could be delays in Sinarmas’ network rollout.
5.
MNC Play (estimated homes passed: not available): Leveraging the MNC Group's strong media and pay TV experience, MNC play is an effort launched by the MNC Group in January 2014 to rollout FTTH network and offer bundled product offering. MPA's understanding is that the rollout is still in its test phase and MNC Group has limited track record in rollout of nextgeneration broadband network. Subsequently, there could be potential delays in MNC Play Media’s network rollout. There could also be potential cannibalisation of MNC Sky Vision’s DTH pay TV business.
SNG92358/2 164137-0001
Page 21
Not for distribution in or into the United States
4.4.
KEY DRIVERS OF THE COMPANY IN THE BROADBAND SECTOR
There are significant opportunities for the Company to both bolster its presence in the market, and continue to gain market share. These include: 1.
Network rollout. The Company currently owns the only next generation network of scale in Indonesia with 1.3 million homes passed. The Network has added over 250,000 new homes passed per year in each of 2012 and 2013, and this is unmatched by any other operator seeking to expand a next generation network in Indonesia. Its strength and ability to rollout network expansion is a key factor in maintaining its market leadership and first mover advantages. There are also significant natural hurdles for other NGBB operators to expand into the Company’s existing coverage areas at the community level and customer level, which could lead to lower penetration, profitability and returns on investment for the new entrants.
2.
Increasing penetration at existing homes passed. The Company's customer penetration is 27.2% as at June 2014. Approximately a half of its homes passed are less than 2.5 years old, which should mean significant upside in existing homes passed. The overall penetration is relatively low compared to other best-in-class NGBB and Cable TV operators globally, whose penetration ranges between approximately 35% and 72% as of 31 December 2013. Furthermore, the Company has an active re-marketing program allowing further penetration of more mature homes passed. Exhibit 20: % Subscribers per home passed by key global players, 2013 Operator
Market
% subscribers/homes passed
Telenet
Belgium
72.3
US
63.3
Netherlands
62.7
US
50.2
Canada
49.9
Comcast
US
49.6
StarHub
Singapore
41.1
Virgin Media
UK
39.2
Charter
US
37.2
Cablevision Ziggo Time Warner Cable Shaw Communications
France Numericable Source: Public corporate filings of global cable players, MPA
3.
34.8
Upselling broadband services to TV-only homes. The Company currently has one of the highest proportions of double play bundle subscribers amongst Asian NGBB operators. Approximately 92% of the Company’s subscribers take both Cable TV and broadband services. However, MPA believes there remains further opportunity for broadband growth, especially to homes that take only take a single service, i.e. pay TV, from competitors either due to the unavailability of reliable fixed broadband networks in their area, or due to lack of education about Next Generation broadband networks and its benefits. The Company’s expansion of its products/services portfolio to include set-top boxes with built-in cable modems will enable it to not only sell TV services to competitor subscribers, but also to introduce cable broadband
SNG92358/2 164137-0001
Page 22
Not for distribution in or into the United States
services to the same customer at a later stage, but without the added costs/logistics of CPE deployment. 4.
Upgrading subscribers to higher speeds. As availability and consumption of online video services increase, subscribers are increasingly moving to higher speed and greater bandwidth plans in order to support browsing habits. The Company’s DOCSIS 3.0 Network is currently one of the only networks in Indonesia capable of offering speeds of up to 100Mbps, providing customers with access to reliable broadband connections. This enables the Company to provide customers with higher broadband speeds than the competitors, but at comparable price levels, enabling: (i) customers to get accustomed to higher speeds and reliable networks; and (ii) allowing the Company to remain competitive without having to resort to price cuts and weakening ARPUs.
5.
Introduction of broadband-delivered Value Added Services (“VAS”). Operators in advanced markets have often resorted to bundling broadband with value-added services (i.e. Multiscreen/OTT). These strategies have had some success in boosting ARPUs in highly competitive broadband markets, where they have enabled operators to upsell subscribers to higher-speed tiers in exchange for providing free/discounted access to OTT and multiscreen services. In addition, high-speed broadband customers and double play subscribers who take both TV and broadband services are less likely to churn away, providing operators with an additional tool to combat churn. However, the deployment of these strategies and services continue to be nascent in Indonesia, indicating the room for growth for the Company to further differentiate itself from Telkom and cement its position as the leading operator for high-speed broadband access.
6.
Benign competitive environment. The competitive environment for broadband in Indonesia remains benign at this stage, with limited number of players offering high-speed services on account of high barriers to entry. These include: (i) high capital expenditure required for network build-out; and (ii) difficulty in obtaining approvals and permits from local governments and communities for deploying last mile networks. Although Telkom Indonesia has launched FTTH services, actual fibre homes passed is estimated to be low, reducing the availability of speeds beyond 3 Mbps. Additionally, following its sale of TelkomVision to CT Corp, Telkom does not possess a strong pay TV service which it can leverage to deliver a double play offering comprising of pay TV and broadband. It does offer content via the Useetv IPTV service, though content availability via this service is limited when compared to other pay TV operators. Subsequently, Telkom’s ability to compete with the Company on double play services remains limited. Similarly, although Biznet offers high speed broadband bundled with pay TV, its lack of a compelling pay TV channel offering and limited homes passed (140,000 as opposed to the Company’s 1.3 million) ensure that the current competitive situation is skewed in favour of the Company.
5.
OVERVIEW OF THE INDONESIA PAY-TV SECTOR
The market for pay TV in Indonesia continues to grow from a low base, reaching subscriber base of approximately 3.2 million in 2013, which represents 8.6% penetration of total TV homes. Total pay TV industry turnover reached approximately Rp4.2 trillion at the end of 2013. Pay TV operators added a combined 712,000 net new subscribers in 2013, compared to 824,000 in 2012. Between 2014 and 2018, MPA forecasts indicate that pay TV operators will further add a combined 3.4 million subscribers, taking
SNG92358/2 164137-0001
Page 23
Not for distribution in or into the United States
the overall base to 6.6 million subscribers and 16.2% penetration of TV homes. By the end of 2018, the pay TV industry is expected to generate annual revenues of Rp10 trillion according to MPA forecasts. Pay TV penetration in Indonesia is relatively low when compared to other markets in Asia, including South East Asia. Unlike other markets in Southeast Asia, sports content is not a key driver of pay TV in Indonesia. pay TV penetration in Indonesia, which is expected to increase by 7%, is driven by the increasing availability of local content, both basic and premium, on pay TV, in particular on DTH platforms, and the greater affordability of services as household incomes increase. Exhibit 21: Pay TV penetration by key Asian markets, 2013 against 2018 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
2013 2018
Source: MPA
The two main modes of pay TV distribution in the country are DTH satellite and cable. Given Indonesia’s unique topography (comprising of 17,000 islands, of which approximately 6000 are inhabited), DTH satellite is the more popular platform because of national reach. DTH had 87.0% of total pay TV subscribers at the end of 2013. However, in the larger cities such as Greater Jakarta, Cable TV services offered by the Company continue to gain significant traction given its double play bundles offering pay TV and broadband via DOCSIS 3.0 and extensive HD channel lineup. Cable TV had 10.2% share of the pay TV market at the end of 2013. IPTV services are currently offered only by incumbent telecommunications company Telkom, and have faced significant headwinds in ramping up coverage and subscriber numbers due to low number of home passed that are capable of receiving TV services over ADSL networks. Exhibit 22: Pros and cons of various pay TV technologies Platform DTH
Pros National reach Low costs for expanding reach/homes passed
Cable TV
Full two way network HFC network is not impacted by rain fade Easy to install last mile – availability of qualified install teams
Cons Not a two way network Inconsistent signal quality affected by weather Channel capacity constraints
Expansion of reach/homes passed is expensive compared to DTH Maintenance of network more expensive, and possibility of last mile disruptions higher, than DTH
Low CPE costs compared to FTTHdelivered IPTV Ability to provide bundled packages
SNG92358/2 164137-0001
Page 24
Not for distribution in or into the United States
IPTV
DTT Source: MPA
of broadband and pay TV on the same network infrastructure Full two way network Significantly higher symmetrical bandwidth available via FTTH deployment Low capital expenditure due to ability to launch using existing terrestrial network, free for customers
High costs for expanding of last mile reach Limited availability of work force/technicians skilled in fibre deployments Low channel carrying capacity, limited by spectrum availability, not a two way network, inconsistent signal quality affected by weather
Exhibit 23: Pay TV market share by platform, 2013 IPTV ; 0,3%
DTT ; 2,6%
Cable ; 10,2%
DTH ; 87,0%
Source: MPA
MPA forecasts cable to steadily increase market share of pay TV subscribers from 10.2% at the end of 2013, to 12.3% by the end of 2018, largely driven by the increase in the Company’s share of subscribers. This is attributable to its bundling proposition (i.e. pay TV and broadband), strong tiering capabilities in terms of pricing and package bundling, and the highest number of HD channels available in the market. The second widest HD offering is through Biznet’s Max3 with 29 HD channels, followed by MNC Sky Vision with only 5 HD channels, limited by DTH technology. In addition, there is likely to be a consolidation in the DTH space as weaker players either cease their operations, or merge with competitors due to strong competition with low natural barriers to entry. Despite this, cable’s presence and performance in the market is unlikely to be affected given its focus on the higher socio economic demographics, and ability to provide these households with a double play bundle comprising of TV and broadband, decreasing reliance on pricing and costly content to attract subscribers, higher video quality with greater range of HD channels, two-way communication and services. Exhibit 24: Pay TV market share by platform comparison, 2013-2018 2013 Cable TV subscribers (millions) Cable TV market share DTH subscribers (millions) DTH market share
SNG92358/2 164137-0001
2014
2015
0.32 0.39 0.49 10.2% 9.7% 10.3% 2.75 3.51 4.14 87.0% 87.4% 86.8%
2016 0.60 11.1% 4.68 86.3%
2017 0.73 12.1% 5.17 85.4%
CAGR 201318 0.81 20.2% 12.3% 5.61 15.3% 85.3%
2018
Page 25
Not for distribution in or into the United States
IPTV subscribers (millions) IPTV market share DTT subscribers (millions) DTT market share Source: MPA
0.01 0.3% 0.08 2.6%
0.01 0.2% 0.11 2.6%
0.01 0.3% 0.13 2.6%
0.01 0.3% 0.13 2.4%
0.02 0.3% 0.13 2.2%
0.03 0.4% 0.14 2.1%
25.6% 10.5%
Key drivers of growth in the pay TV marketplace include: Macro factors. An improving economy, income growth and ex-Jakarta consumption, backed by a new pro-reform government.
5.1
Competition and execution. MPA forecasts assume competition will ease and execution will improve across the market as the industry consolidates and pricing rationalises. The most meaningful platforms with strong execution capabilities will include: (i) MNC Sky Vision (“MNCSV”), which operates three DTH brands that had a combined 72.8% market share in 2013; (ii) the Company, which operates a compelling bundle of pay TV and broadband services; (iii) the Lippo-owned Big TV, a DTH service; (iv) Trans Vision, a DTH platform owned by CT Corp; and (v) K Vision, linked to the Kompas group.
Content dynamics. The significance of local content and exclusive content will increase, especially in the DTH segment where content and price are key drivers. This is already occurring as operators increase their exclusive agreements with turnaround channels and enter into exclusive licensing agreements for local offerings. MPA believes that local content to a certain extent plays a smaller role in the overall Cable TV industry as the Company in particular provides a compelling broadband bundled offering, higher video quality / HD and other value added services. The market for local pay TV will also grow as operators increase their in-house channel offerings, while global channel begin to offer local programming across selected genres. INDONESIA PAY-TV LANDSCAPE
While there are 13 operators in the market, the landscape is consolidating with only a handful of players delivering sustainable subscriber growth to fund future capital expenditure and content costs. At the end of 2013, the top players, –MNCSV, the Company and Trans Vision, had more than 90% share of subscribers with MNCSV firmly established as the market leader with 72.8% market share. Exhibit 25: Pay TV market share by operator, 2013 NexMedia; 2,6%
Orange; 3,2%
Others; 0,5%
Aora; 2,8% First Media; 9,6% Telekom Vision; 8,5% MNC Sky Vision; 72,8%
Source: MPA
SNG92358/2 164137-0001
Page 26
Not for distribution in or into the United States
Pay TV ARPU fell by a CAGR of -3.8% between 2011 and 2013, from a monthly Rp121,734 to Rp112,608. This was due to competition for subscribers and market share, resulting in price-based competition. In 2013 and in the three month period ending 31 March 2014, key operators have started to rationalise pricing and packaging and implement rate increases. The Lippo group-owned IMTV, which launched Big TV services on a DTH satellite platform in the three month period ending 31 December 2013 and is focused on non-metro areas, was disruptive to this trend, with aggressive discounts. Big TV has started to reduce the discounts towards the end of the three month period ending 31 March 2014. Cable TV and the Company were relatively less impacted due to its broadband-led bundling strategy with less dependence on price and content compared to DTH operators. Exhibit 26: Indonesia pay TV and ARPU trends, 2013-18
Pay TV subsribers (thousands)
112.608
117.914
119.490
121.238
123.565
5.430
6.052
6.578
4.765
2014 2015 Pay-TV Subs
2016
116.121
4.016
3.160 2013
140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0
Pay TV ARPU (IDR)
7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0
2017 2018 Pay-TV ARPU
Source: MPA Exhibit 27: pay TV ARPU by platform, 2011-2018
Rp
pay TV ARPU/Month Cable DTH IPTV DTT Source: MPA
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
121,73 4 133,27 1 114,71 6 50,000
118,40 8 147,14 8 115,14 1 50,000
112,60 8 150,68 5 108,50 0 50,000
116,12 1 163,26 0 113,54 1 50,000
117,91 4 170,38 2 115,71 5 50,000
119,49 0 173,09 0 117,15 7 50,000
121,23 8 176,00 2 118,40 1 50,000
123,56 5 179,04 6 119,58 9 50,000
99,000
85,000
82,000
80,000
81,600
83,232
84,897
86,595
% CAG R 201318 1.9 3.5 2.0 1.1
The main pay TV operators in Indonesia are: 1.
MNCSV – DTH; December 2013 subscribers: 2.3 million): MNCSV ended 2013 with 2.3 million subscribers. MNCSV is the leading pay TV operator in Indonesia, benefiting from parent Global Mediacom, which owns leading FTA TV stations and content group, MNC. During 2013, MNCSV added 579,000 net new subscribers via its three brands, Indovision, Top TV and Oke Vision, compared to 538,000 in 2012.
SNG92358/2 164137-0001
Page 27
Not for distribution in or into the United States
MNCSV is targeting approximately 2.9 million subscribers at the end of 2014, nationwide. MNCSV is expanding its sales operations in 2014, in order to capitalise on growth outside Jakarta, and to tap into the growing affluence outside of the capital. MNCSV’s key focus areas going forward include: (i) developing and acquiring more exclusive content; and (ii) developing TVE Everywhere (“TVE”) and OTT video services to increase customer retention. In June 2014, TVE services were launched. MNCSV will also likely to leverage sister concern MNC Play Media’s plans to build a fibre network in Jakarta and launch a bundle of broadband and IPTV services. As at June 2014, MNCSV offered its customers 118 pay TV channels with 31 exclusive channels. Transition to MPEG-4 is targeted for the end of 2014, giving it additional capacity to add more than 30 new channels. MNCSV leverages the content capabilities of MNC Group (its parent) to program more than 20 in-house channels, a number of which perform well in ratings across its pay TV platforms. MNCSV provides DTH services via both the Protostar and SES-7 satellites. It offers DTH services on S-band frequencies, which are more resilient to rain fade, on the Protostar, while Ku band capacity on SES 7 has been acquired for providing Chinese language channels and DTH package. On account of capacity limitations on the Protostar satellite, MNCSV has chosen to limit the number of HD channels it carries to five, and has been transitioning to an MPEG4 system to accommodate more SD channels. 2.
The Company (Cable TV; December 2013 subscribers: approximately 304,000): The Company is Indonesia’s leading provider of bundled broadband and digital Cable TV services. As at June 2014, the Company had approximately 328,000 Cable TV customers. More than 90% of customers subscribe to bundled packages, which include broadband services. Bundled service offering are the Company’s unique selling proposition with no other pay TV and broadband operator offering such a wide range of bundled services. More than 90% of the Company’s customers in the core Jakarta region are derived from single home households. This underlines its ability to acquire subscribers from the affluent demographics (A Households, B Households and C1 Households) because of its premium service offerings, which includes a bundled offering of pay TV and next generation broadband. The Company owns and operates a state of the art HFC Network which runs on the latest DOCSIS 3.0 standard. Over 70% of the HFC Network has been upgraded to 870 MHz or higher, and is scheduled to be fully upgraded to at least 870 MHz by the end of the first quarter of 2015. Significantly, given that a vast majority of the Company cable Network is already upgraded up to the CMTS level, provisioning advanced cable TV and broadband services require minimal upgrade. The Network’s high capacity allows the Company to provide up to 350 HD channels or 800 SD channels. The Company provides 120 SD channels, 60 HD channels and 1 3D channel as at 31 July 2014. The Company has also developed 10 in-house channels, leveraging parent First Media’s in house production capability. As at June 2014, the Company’s Network passed approximately 1.3 million homes, predominantly in Jakarta (approximately 1.1 million), as well as in Surabaya and Bandung. Plans are in place to expand its Network to Medan, Semarang and Jogjakarta in the future, and the Company is expected to expand its Network to approximately 1.8 million homes passed by 2016.
SNG92358/2 164137-0001
Page 28
Not for distribution in or into the United States
The Company debuted TVA and OTT Services with subscription VoD packs in February 2014, which include access to over 50 live streaming channels, giving subscribers access to content both within and outside the home. The Company aims to increase this offering to 100 live streaming channels over the course of the second half of 2014. A new HD box developed in tandem with Samsung was introduced in the market in April 2014. Further developments include the launch of a new Android based set-top box in the third quarter of 2014, which will support DVR via an external hard disk and other interactive services. 3.
TransVision (DTH; December 2013 subscribers: 268,000): Previously owned by Telkom and branded as TelkomVision, the DTH platform was sold to CT Corp (80% stake) in 2013, and rebranded to TransVision in May 2014. CT Corp is a major conglomerate in Indonesia with ownership of key media and lifestyle assets, including two of the top five free TV stations (Trans and Trans TV) in the market. The operator ended 2013 with 268,000 pay TV customers, and the company is looking to accelerate an MPEG-4 upgrade in order to increase its channel carrying capacity. The company is offering customers 116 TV channels, including 12 pay channels produced by Trans. TransVision is targeting customers in the ABC categories, with entry level monthly pricing of Rp169,000 – in line with that offered by Indovision.
Smaller operators adding up to 8.2% of market 4.
Big TV (DTH; December 2013 subscribers: 50,000): IMTV, a company majority-owned by the Lippo group launched DTH services under the Big TV brand in Q4 2013. The company launched with aggressive discounts, bundling its services with Bolt, a 4G mobile service owned by Lippo. By the end of 2013, Big TV had installed approximately 100,000 boxes installed, with 50,000 paying subscribers. Its service offered 177 channels and the core focus is on the non-metro areas, and specifically areas where the Company currently does not have a footprint. The pricing of the service has been designed to target the BCD segment of the market, with entry-level package priced at Rp89,000 per month.
5.
K Vision (DTH; December 2013 subscribers: Not available): Owned by the print focused Kompas group, K Vision launched DTH services on C and Ku-band in 2014. By the end of May 2014, the company had installed 200,000 set-top boxes on C-band with 80,000 paying subscribers. Kompas’ diversification into pay TV is part of its strategy to move into TV and multimedia industries. The company launched a regional free-to-air (“FTA”) offering in September 2011 called Kompas TV, which now covers the top 10 cities in Indonesia covered by Nielsen for its FTA TV ratings. The company has 40 channels on C-band, including a pay TV sports channel called Bola Channel Indonesia.
6.
Other players (DTH, DTT): Orange continues to grow its service but subscriber acquisition and ARPU is not trending at a level comfortable for its shareholders, despite its sport-focused strategy starting with Barclays Premier League football rights. Aora has lost customers over 2013 and 2014. NexMedia, a pay TV operator using DTT technology in Jakarta, is funded by the wellcapitalised media group Emtek, which owns FTA networks SCTV and Indosiar. NexMedia had 100,000 subscribers at the end of 2013 but there is no long-term strategic vision on its future.
SNG92358/2 164137-0001
Page 29
Not for distribution in or into the United States
Exhibit 28: Top three operator comparison, 2013 MNCSV
Company
TransVision
Pay TV subscribers (2013)
2,300,000
304,190
268,000
Pay TV ARPU (Rp- 2013)
132,000
151,095
90,000
Target demographic
ABCD
ABC1
BCD
SD channels
99
120
110
HD channels
5
60
6
Total number of channels
104
DVR
Yes
Yes
No
TVE
Yes
Yes
No
Two-way boxes Source: MPA
Yes
Yes
Yes
Note: (a)
181
(a)
116
As at 31 July 2014; includes 1 3D channel
5.2 DRIVERS OF THE COMPANY’S PERFORMANCE IN THE PAY-TV SEGMENT Despite the low penetration of pay TV in Indonesia, MPA remains confident that the market holds significant potential for growth, provided that operators are able to effectively execute. In particular, MPA identifies the following key drivers of the Company’s growth in the pay TV sector: 1.
Growing A Households, B Households and C1 Households: Indonesian pay TV’s growth story is strongly anchored to that of its growing population, and their movement across socio economic categories. Based on Nielsen’s data, MPA estimates that the addressable household base for the Company’s services, defined as A Households and B Households, in Greater Jakarta alone reached 3.3 million at the end of 2013, a CAGR of 16.7% since 2010. When combined to add Greater Surabaya and Bandung, the addressable household base increased to 4.1 million, growing at a CAGR of 17.6% between 2010-2013. The Company also targets to attract customers in the C1 Households through its entry level package priced at Rp169,000 per month. As at 31 December 2013, including C1 Households, there are 6.6 million addressable A Households, B Households and C1 Households in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, which grew at 12.6% CAGR between 2010-2013. The large addressable households should provide significant room for growth to the Company.
2.
Bundled proposition: The Company has significant competitive advantage in that its return path capability allows the Company to offer bundled digital pay TV and broadband services. Globally, operators in the US, UK, Japan, Korea, Taiwan, Thailand, Singapore and Hong Kong, have built a stronger consumer proposition from multiple services. These services provide stickiness and reduce churn while also helping to drive yields or ARPUs. In Indonesia, the Company is the only major pay TV operator in Indonesia that has both a strong pay TV and next generation broadband product bundled into one package.
3.
Larger selection of HD channels and VAS: Despite the increase in flat screen HD-capable television sets, the availability of HD channels remains low in Indonesia. HD channels are nonexistent on FTA terrestrial, and Indonesia’s largest pay TV operator MNC Sky Vision offers a very limited selection of HD channels on account of bandwidth constraints. With 60 HD channels
SNG92358/2 164137-0001
Page 30
Not for distribution in or into the United States
in its lineup as of July 31, 2014, the Company possesses a clear lead in this space, and has established itself as a clear choice for premium customers seeking access to HD channels. HD further serves as a key differentiator in the market, especially amongst quality conscious customers in the AB demographic. The Company is also the first operator in the market to provide return-path enabled VAS such as TVA and VoD, features that have been adopted by leading operators in other advanced markets to drive incremental ARPU and reduce churn. The Company will also be launching a new Androidbased set top box in the second half of 2014, which will enable it to provide customers access to both pay TV and online content, in addition to deploying features like recommendation engines. 4.
Increase in local premium content: A future driver of the pay TV sector is the development of premium local language content. Local content is currently available only via FTA terrestrial, although most of these channels are also distributed via pay TV platforms. However, the creation and programming of local language premium channels with content unavailable on terrestrial FTA, MPA believes, will be a key future driver for increasing pay TV penetration. Currently, a number of top pay TV operators such as MNCSV and TransVision are expanding their channel lineup with locally produced premium channels, in a bid to differentiate themselves from the competition, especially in the DTH segment. MPA believes that local content to a certain extent could play a smaller role in the overall cable TV industry and the Company in particular given its next generation broadband network and wide offering of double play bundles that include TV and broadband.
6.
OVERVIEW OF THE INDONESIA TV SECTOR
Indonesia’s media sector continues to grow at a robust pace, with the media sector generating total advertising revenues of approximately USD2.3 billion (net of discounts), according to MPA. This represented 15% year-on-year growth in 2013 and TV retained its dominance with more than 69% of the total advertising revenue. In line with a number of South East Asian countries, the Indonesian media sector is dominated by the FTA terrestrial television industry, which accounted for 68% of the media advertising pie in 2013. The FTA terrestrial market has ten national broadcasters, of which three (MNCTV, RCTI, Global TV) belong to the MNC group, and two each to the Emtek group (SCTV, Indosiar), Viva (Antv, TVOne) and CT Corp (Trans, Trans7). As pay TV penetration is growing from a low base, its share of the advertising market is small but growing at a significant rate in terms of volume, driven by two players, the Company and national DTH satellite platforms offered by MNCSV. Exhibit 29: Indonesia net advertising, 2010-2013 Net advertising market (Rp trillions)
2011
2012
2013
TV
14.5
16.6
19.1
FTA
14.3
16.3
18.6
Pay
0.2
0.3
0.5
Print
5.2
5.8
6.5
Others
1.2
1.5
1.9
Total net advertising
20.9
23.9
27.5
% year on year growth Source: MPA
17.6
14.8
14.7
SNG92358/2 164137-0001
Page 31
Not for distribution in or into the United States
Exhibit 30: Indonesia net advertising market share, 2010-13 % Market share
2011
2012
2013
TV
69.5
69.3
69.2
FTA
68.4
68.0
67.6
Pay
1.2
1.4
1.6
Print
24.8
24.2
23.6
Others Total Source: MPA
5.7 100.0
6.5 100.0
7.2 100.0
7.
KEY RISKS FOR THE COMPANY IN THE PAY-TV AND BROADBAND SECTORS
Despite the existence of significant upside for the pay TV and broadband sectors in general, and the Company in particular, MPA acknowledges the existence of threats, which include: 1.
Increased competition in pay TV segment. In the pay TV segment, TransVision (previously Telkom Vision - 8.5% market share) has recently completed its transition to MPEG-4, and is expected to commercially launch services in the six month period ending 31 December 2014. TransVision also has plans to ramp up its HD and in-house channel count, and could dilute some of the Company’s current advantages. A second threat comes from the MNC group, whose parent Global Mediacom plans to build out a fibre network in Jakarta and elsewhere to launch bundled broadband and IPTV services (branded MNC Play Media) by the end of 2014, capitalising on content, packaging and sales at pay TV operator MNCSV. However, as at the date of the current report, MNC Play Media is still in its test phase.
2.
Digitalisation of analogue FTA terrestrial systems. The Indonesian government has already put in place plans for digitizing the nation’s analogue terrestrial networks and launching DTT. The first two phases of licence allocations to run the multiplex antenna networks have already concluded, with each of the major FTA players (MNC, Lippo, Emtek, Viva) winning at least one licence. Per the plan, each MUX will be capable of supporting up to 12 SD channels, or a combination of SD and HD channels, with a total of 5 MUX in each region. Although the DTT plans have faced regulatory headwinds, with Indonesia’s Supreme Court asking the ministry to review and revise the regulations governing the licence auction and allotment, the launch of the network is expected to be approved and see commercial activation in 2016-2017. For pay TV operators, the key threat would be via the increased availability of additional FTA channels – in both SD and HD – which could result in: (i) reduced viewership/audience share for pay TV channels; and (ii) subsequent decline in advertising revenue for pay TV.
3.
Increased competition from Telkom in the broadband segment. Telkom’s management has put in place a target of 15 million fibre homes passed by 2015, and have stated that they have already reached 8.5 million homes passed via a mixture of FTTH, FTTK and ADSL. The breakdown of FTTH, FTTK and ADSL are not disclosed, but the vast majority of its 3 million customers are on an ADSL platform and there has been no announcement or indication of any residential FTTH network of scale to date. We note that ADSL ARPUs have been in decline at Telkom, and fibre build out remains slow and unproven in scale.
SNG92358/2 164137-0001
Page 32
Not for distribution in or into the United States
Telkom's focus on large and broad nationwide broadband rollout mandate as a state-owned enterprise differentiates Telkom's focus from that of the Company's, which mainly targets the ABC1 SES segments in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung. This further mitigates potential increase in competition from Telkom.
SNG92358/2 164137-0001
Page 33