DAMPAK BELANJA DAERAH DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA BOGOR
MAFIA SARTIKA DEWI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Dampak Belanja Daerah di Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Wilayah Kota Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya penerbit maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 04 Juli 2012
Mafia Sartika Dewi H44080109
RINGKASAN MAFIA SARTIKA DEWI. Analisis Dampak Belanja Daerah di Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Wilayah Kota Bogor. Dibimbing Oleh ADI HADIANTO. Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Jawa Barat. Sektor pertanian masih memegang peranan strategis sebagai sektor yang terbanyak menyerap tenaga kerja dan memberikan kontribusi PDRB di Jawa Barat seperti halnya di Kota Bogor. Sektor pertanian merupakan sektor primer yang berperan pening dalam mewujudkan visi Kota Bogor sebagai “ Kota Perdagangan dengan Sumberdaya Manusia yang Produktif dan Pelayanan Prima”. Kontribusi sektor pertanian di Kota Bogor dapat ditingkatkan dengan adanya dukungan kebijakan , termasuk dalam kebijakan anggaran untuk pelaksaan program pembangunan di Kota Bogor. APBD berperan sebagai pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah Sektor pertanian dapat menyerap banyak tenaga kerja dan memberikan kontribusi PDRB, namun saat ini ironisnya lahan pertanian Kota Bogor selalu menyusut setiap tahunnya. Alih fungsi lahan terjadi karena petani tidak memiiliki insentif untuk tetap mempertahankan lahannya dan tetap bertahan pada sektor pertanian. APBD di sektor pertanian sangat berperan dalam pembangunan pertanian dan menjadi insentif bagi para petani agar tetap mempertahankan lahan pertanian yang tersisa untuk menunjang perekonomian wilayah Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis pembiayaan pertanian dalam struktur APBD, kemampuan sektor pertanian dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sektor hulu dan sektor hilirnya serta dampak belanja daerah di sektor pertanian terhadap perekonomian wilayah Kota Bogor. Metode yang digunakan adalah analisis Input-Output dengan mengguanakan program IOAP (Input Output Anlysis for Practioners) dan Microsoft Excel. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2008, klasifikasi 28 sektor. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis keterkaitan, analisis multplier dan analisis dampak pengeluaran pemerintah di sektor pertanian dari APBD Kota Bogor. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa sektor pertanian dalam Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2008 memiliki kemampuan untuk meningkatkan permintaan output sektor lain yang yang akan dijadikan input dalam kegiatan ekonominya yang berarti bahwa sektor pertanian lebih mendorong pertumbuhan hulunya. Sektor hulu dari sektor pertanian adalah industri pupuk, mesin pertanian, bibit dan tenaga kerja. Output dari sektor pertanian habis dikonsumsi secara langsung sehingga belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sektor hilirnya. Sektor hilir sektor pertanian adalah sektor perdagangan, industri pengolahan dan sektor jasa. Berdasarkan analisis dampak pengeluaran, pengeluaran pemerintah di sektor pertanian sebesar Rp 11.67 milyar yang berasal dari APBD tahun 2012, injeksi anggaran di sektor pertanian akan berdampak besar pada sektor perdagangan, industri pengolahan dan jasa yang merupakan sektor hilir dari sektor pertanian dilihat dari segi pembentukan output, tingkat pendapatan rumah tangga dan penyerapan tenaga kerja.
Kontribusi sektor pertanian di Kota Bogor dapat berperan dalam membangun perekonomian wilayah dan mewujudkan visi Kota Bogor sebagai ″Kota Perdagangan dengan Sumberdaya Manusia Produktif dan Pelayanan Prima“, untuk itu diharapkan sektor pertanian menjadi perhatian pemerintah Kota Bogor seperti memperhatikan rencana tata ruang wilayah dengan menetapkan peraturan mengenai lahan abadi, meningkatkan nilai produk tambah pertanian dan membantu perluasan akses permodalan, pola kemitraan dengan perusahaan swasta sekaligus memperbanyak jejaring pasar sehingga sektor pertanian tidak hanya mengandalkan dana dari pemerintah Kota Bogor.
DAMPAK BELANJA DAERAH DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA BOGOR
MAFIA SARTIKA DEWI H44080109
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul Skripsi Nama NIM
: Dampak Belanja Daerah di sektor Pertanian terhadap Perekonomian Wilayah Kota Bogor : Mafia Sartika Dewi : H44080109
Disetujui
Adi Hadianto,SP,M.Si NIP.19790615 200501 1 004
Diketahui
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus :
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan anugerah-Nya dan juga kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Adi Hadianto, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis. 2. Novindra, SP,M.Si sebagai dosen penguji utama dan Hastuti, SP, MP, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran serta pengarahan kepada penulis. 3. Ayah (Sakir), Ibu (Sri Andayani), dan adik penulis (Aknes Cornelia) yang telah memberikan doa, semangat dan kasih sayang. 4. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Bogor, Serta Kesbangpol Kota Bogor yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini. 5. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc. sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam bidang akademik. 6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati
di Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB. 7. Teman-teman satu bimbingan, Novianti, Adelina, Septiana Ully, Rani Sumarni, Latifah Hanum, Anissa Saraswaty dan Vicky Amelia terima kasih atas segala dukungan, motivasi dan saran yang telah diberikan.
8. Teman-teman di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Indi Chusnul C, Fatia Ajeng L, Arindy Pratiwi, Nurul Wulan, Anneke, Evy, Ferry, Pradipta, Anggi PA dan keluarga ESL angkatan 45 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas segala do’a, semangat dan perhatian serta kebersamaan selama ini. 9. Sahabat Kosan Putri Bunda, Dina Restiana, Dewi Anugerah, Amelia Saadiah, Mutia Rahim, Ayu Sriutami, Shiella Fanny, Gita, Denissa VP dan Ida Nurul F, dan teman-teman Wisma Flora terima kasih atas segala do’a, semangat dan perhatian serta kebersamaan selama ini. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini.
Bogor, 04 Juli 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Mafia Sartika Dewi, dilahirkan di Kediri pada tanggal 24 September 1990 dari pasangan Bapak Sakir dan Ibu Sri Andayani. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Cibinong III pada tahun 2002, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SLTP Negeri 1 Cibinong pada tahun 2005 dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 6 Bogor pada tahun 2008. Penulis diterima masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 secara resmi diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), IPB. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis menjadi penerima beasiswa PPA IPB dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan. Pada tahun 2008 aktif sebagai anggota UKM Music Agricultural Expression (MAX!!). Pada tahun 2009 menjadi anggota muda Himpro Resource Environmental Economics Student Assosiation (REESA). Pada tahun 2010-2011 aktif sebagai staff divisi Himpro REESA staff divisi Internal Development. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan Himpro REESA di Departemen ESL dan FEM.
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya. Proposal penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak dari pengeluaran pemerintah di sektor pertanian pada perekonomian wilayah Kota Bogor yang akan dianalisis menggunakan Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2008. Kajian yang dilakukan meliputi mengetahui seberapa besar pengaruh jika terjadi guncangan (shock) pengeluaran pemerintah terhadap nilai output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja Kota Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfat bagi semua pihak, khususnya bagi pihak terkait dengan penelitian ini serta dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Bogor, 04 Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
x
I.
1
PENDAHULUAN ....................................................................... 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
II.
Latar Belakang .................................................................... Perumusan Masalah ........................................................... .. Tujuan Penelitian ................................................................. Manfaat Penelitian ............................................................... Ruang Lingkup Penelitian ....................................................
1 7 12 12 13
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
14
2.1.
14 14 15
Tinjauan Teoritis ................................................................. 2.1.1. Dampak Pengeluaran Pemerintah .............................. 2.1.2. APBD sebagai Pengeluaran Pemerintah ................... 2.1.3. Dampak Pengeluaran Pemerintah terhadap Pendapatan dan Output .............................................. 2.1.4. Kebijakan Anggaran dan Pembangunan Pertanian...... Pendekatan Input-Output ..................................................... 2.2.1. Konsep Input Output ................................................. 2.2.2. Struktur Tabel Input Output ..................................... 2.2.3. Ilustrasi dan Model Sederhana Model Input Output ... 2.2.4. Asumsi dan Keterbatasan Model Input Output........... 2.2.5. Manfaat Analisis Input Output................................... 2.2.6. Koefisien Input.......................................................... 2.2.7. Matriks Kebalikan ..................................................... 2.2.8. Analisis Keterkaitan (linkage).................................... 2.2.9. Analisis Multiplier..................................................... Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................
16 16 21 22 23 25 28 29 30 31 31 32 33
III. KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................
37
2.2.
2.3. 3.1. 3.2. IV.
Kerangka Pemikiran Operasional .......................................... Tahap-Tahap Analisis ...........................................................
37 38
METODE PENELITIAN ...........................................................
41
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 4.2. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 4.3. Metode Analisis Data ........................................................... 4.3.1. Analisis Statistik Deskriptif........................................ 4.3.2. Analisis Keterkaitan (linkage) .................................... 4.3.3. Analisis Multiplier .....................................................
41 41 42 42 43 44
V.
VI.
4.3.4. Analisis Dampak Anggaran terhadap Perekonomian Wilayah .....................................................................
47
GAMBARAN UMUM WILAYAH .............................................
50
5.1. 5.2. 5.3. 5.4.
Kondisi Geografis ................................................................. Kondisi Kependudukan dan Tenaga Kerja ........................... Potensi Sosial Ekonomi Daerah Kota Bogor ......................... Kondisi Pertanian Kota Bogor ...............................................
50 52 54 55
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
57
6.1. Kontribusi Sektor Pertanian dalam Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 ................................................................ 6.1.1. Struktur Permintaan Antara dan Akhir Kota Bogor Tahun 2008 ................................................................ 6.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto Kota Bogor Tahun 2008 ............................................................... 6.2. Pembiayaan Sektor Pertanian dalam Struktur APBD Kota Bogor Tahun 2008 ................................................................. 6.3. Keterkaitan Sektor Pertanian dengan Sektor Hulu dan Sektor Hilir............................................................................ 6.3.1. Backward Linkage...................................................... 6.3.2. Forward Linkage ....................................................... 6.3.3. Analisis Multiplier ..................................................... 6.4. Analisis Dampak Anggaran terhadap Perekonomian Wilayah Kota Bogor .............................................................. 6.4.1. Dampak Anggaran Sektor Pertanian terhadap Tingkat Output ......................................................... 6.4.2. Dampak Anggaran Sektor Pertanian terhadap Tingkat Pendapatan Rumah Tangga ......................... 6.4.3. Dampak Anggaran Sektor Pertanian terhadap Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja .............................. 6.4.4. Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Kota Bogor ...............................................................
57 57 60 62 66 67 68 70 74 72 75 76 77
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
80
7.1. Kesimpulan .......................................................................... 7.2. Saran ....................................................................................
80 81
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
83
LAMPIRAN .........................................................................................
86
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha .
1
2
Laju PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 .................................
2
3
PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2000 .......................
6
4
Jenis dan Sumber Data Penelitian Berdasarkan Tujuan ...................
42
5
Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja................
46
6
Jumlah Penduduk Menurut Umur Tunggal per Kelurahan Tahun 2008 ....................................................................................
53
7
Jumlah Penduduk Menurut Rasio Ketergantungan Tahun 2008 ......
53
8
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kota Bogor Tahun 2008 ....................................................................................
54
9
Penggunaan Lahan Pertanian Menurut Kecamatan di Kota Bogor...
54
10
Struktur Output Kota Bogor Tahun 2008 .......................................
57
11
Struktur Output Subsektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008 ........
58
12
Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Kota Bogor Tahun 2008 ....................................................................................
59
Struktur Permintaan Antara dan Akhir Subsektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008 .................................................................
60
14
Struktur Nilai Tambah Bruto Kota Bogor Tahun 2008....................
61
15
APBD Sektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008............................
63
16
Indeks Koefisien Penyebaran Kota Bogor Tahun 2008 ...................
67
17
Indeks Koefsien Penyebaran Subsektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008..........................................................................
68
18
Indeks Kepekaan Penyebaran Kota Bogor Tahun 2008 ..................
69
19
Indeks Kepekaan Penyebaran Subsektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008..........................................................................
69
13
20
Nilai Multiplier Output 9 Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008......................................................................................... 70
21
Nilai Multiplier Output Subsektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008 ...............................................................................................
71
Nilai Multiplier Pendapatan 9 Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 ....................................................................................
72
22
23 24 25 26 27 28
Nilai Multiplier Pendapatan Subsektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008 ....................................................................................
72
Nilai Multiplier Tenaga Kerja Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 .................................................................
73
Nilai Multiplier Tenaga Kerja Subsektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008..........................................................................
73
Dampak Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output Kota Bogor ...................................................
75
Dampak Penngeluaran Pemerintah di Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Rumah Tangga.............................................................
76
Dampak Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pertanian terhadap Tenaga Kerja ..................................................................................
77
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1
Halaman
Kerangka Sasaran Alokasi Dana Pembangunan dan Manajemen Pembangunan Daerah.........................................................................
4
2
Pengeluaran yang Direncanakan sebagai Fungsi Pendapatan ..........
14
3
Dampak Kenaikan Belanja Pemerintah dalam Perpotongan Keynesian.......................................................................................
16
4
Ilustrasi Tabel Input-Output ...........................................................
25
5
Model Sederhana Input-Output.......................................................
28
6
Kerangka Pemikiran Operasional....................................................
40
7
Peta Kota Bogor .............................................................................
51
8
APBD Sektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2005-2012 ..................
65
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1
Klasifikasi Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 .................
87
2
Tabel Input Output Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 9 Sektor) ....
89
3
Tabel Input Output Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 12 Sektor) ..
90
4
Matriks Kebalikan Leontif Terbuka(Klasifikasi 9 Sektor) ..................
92
5
Matriks Koefisien Teknis(Klasifikasi 9 Sektor) ..................................
92
6
Nilai Multiplier Output Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 9 Sektor) .............................................................................................
93
Nilai Multiplier Pendapatan Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 9 Sektor) ..........................................................................
93
Nilai Multiplier Tenaga Kerja Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 9 Sektor) ..........................................................................
94
Matriks Kebalikan Leontif Terbuka (Klasikikasi 12 Sektor)................
93
10 Matriks Koefisien Teknis (Klasifikasi 12 Sektor) ...............................
96
11 Nilai Multiplier Output Kota Bogor Tahun 2008 (Klasikikasi 12 Sektor) ........................................................................
97
12 Nilai Multiplier Pendapatan Kota Bogor Tahun 2008 (Klasikikasi 12 Sektor)........................................................................
98
13 Nilai Multiplier Tenaga Kerja Kota Bogor Tahun 2008 (Klasikikasi 12 Sektor)........................................................................
99
7 8 9
14 APBD Sektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2005 – 2012 .................... 100
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pertanian
merupakan
sektor
utama
perekonomian
di
Indonesia.
Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sektor-sektor lainnya (Sadoulet dan de Janvry, 1995). Sektor pertanian memiliki peran yang strategis dan signifikan dalam perekonomian nasional. Beberapa peran yang dimaksud adalah (1) Kontribusi terhadap PDB, (2) penyedia pangan dan pakan, (3) sumber devisa, (4) penyedia bahan baku industri dan sumber bio-energi, (5) penyerapan tenaga kerja, (6) pengentasan kemiskinan, dan (7) peningkatan pendapatan masyarakat (Departemen Pertanian, 2009). Kontribusi sektor pertanian dalam PDRB indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto Indonesia atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut lapangan Usaha Tahun 2004-2009 (Milyar Rupiah) No 1
2 3 4 5 6 7 8
9
Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto Tanpa Migas
2006
2007
2008
2009
2010*
2011**
262 402.8
271 509.3
284 619.1
295 883.8
304 736.7
313 727.8
168 031.7
171 278.4
172 496.3
180 200.5
186 634.9
189 179.2
514 100.3
538 084.6
557 764.4
570 102.5
597 134.9
634 246.9
12 251.0
13 517.0
14 994.4
17 136.8
18 050.2
18 920.5
112 233.6
121 808.9
131 009.6
140 267.8
150 022.4
160 090.4
312 518.7
340 437.1
363 818.2
368 463.0
400 474.9
437 250.7
124 808.9
142 326.7
165 905.5
192 198.8
217 977.4
241 285.2
170 074.3
183 659.3
198 799.6
209 163.0
221 024.2
236 076.7
170 705.4
181 706.0
193 049.0
205 434.2
217 782.4
232 464.6
1 847 126.7
1 964 327.3
2 082 456.1
2 178 850.4
2 313 838.0
2 463 242.0
1 703 422.4
1 821 757.7
1 939 625.9
2 036 685.5
2 171 010.3
2 321 793.0
Keterangan : *angka sementara **angka sangat sementara Sumber : BPS, 2012
Kondisi sektor pertanian saat ini mulai tergeser posisinya oleh sektor industri yaitu dimana sektor industri memberikan kontribusi terbesar dalam PDB Indonesia, peran sektor pertanian dalam PDB dapat dilihat pada Tabel 1. Sektor pertanian merupakan sektor ketiga terbesar setelah industri pengolahan dalam penyumbang PDRB di indonesia atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha. Pada sektor pertanian besaran jumlah PDRB selalu meningkat setiap tahunnya. Dengan adanya peningkatan di setiap tahunnnya maka diharapkan sektor pertanian dapat lebih berkontribusi dalam pembangunan. Tabel 2. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2012 No 1
2 3 4 5 6 7 8
9
Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto Tanpa Migas
2006
2007
2008
2009
2010*
2011**
3.36
3.47
4.83
3.96
2.99
2.95
1.70
1.93
0.71
4.47
3.57
1.36
4.59
4.67
3.66
2.21
4.74
6.22
5.76
10.33
10.93
14.29
5.33
4.82
8.34
8.53
7.55
7.07
6.95
6.71
13.38
12.76
14.23
14.04
16.57
15.85
6.42
8.93
6.87
1.28
8.69
9.18
14.23
14.04
16.57
15.85
13.41
10.69
5.47
7.99
8.24
5.21
5.67
6.81
6.16
6.44
6.24
6.42
6.01
6.74
*angka sementara **angka sangat sementara Sumber : BPS, 2012
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa laju PDB sektor pertanian sempat kenaikan laju dari tahun 2006 sampai tahun 2008 kemudian terjadi penurunan dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Pembangunan di sektor pertanian bukan suatu hal yang mudah karena terdapat permasalahan yang kompleks di dalamnya, seperti rendahnya tingkat pengetahuan petani akan kemajuan teknologi
2
maupun cara mengaksesnya. Masalah akses modal dapat berupa kurangnya investasi maupun pendanaan. Hal ini tentunya sangat kontras karena pertanian mendominasi hampir setiap segi perkonomian, misalnya dalam penyerapan tenaga kerja dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat terlihat dari pembangunan yang dilakukan. Pembangunan nasional merupakan sebuah upaya peningkatan kesejahteraan masayarakat. Pelaksanaan pembangunan tidak dapat dilakukan oleh satu pihak, melainkan perlu adanya dukungan dari berbagai pihak terkait. Semuanya perlu adanya kerja sama antara pihak pemerintah dan pemerintah daerah. Pemerintah harus mengetahui sejauh mana tingkat pembangunan yang ada seperti pembangunan yang ada di tingkat daerah. Jika pelaksanaan pembangunan daerah belum maksimal maka pemerintah pusat wajib melakukan koreksi terhadap kinerja yang telah dilakukan selama ini. Pembangunan di tingkat daerah dapat berjalan dengan baik apabila mendapat dukungan dari pemerintahan pusat, misalnya dukungan dalam hal pendanaan. Pendanaan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah berupa pemberian anggaran belanja daerah yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah. Pengelolaan APBD memerlukan keterkaitan antara tingkat pemerintah pusat dan manajemen wilayah daerah agar dana yang diberikan dapat tepat sasaran. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan Gambar 1.
3
Sumber : Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat, 2009
Gambar 1. Kerangka Sasaran Alokasi Dana Pembangunan dan Manajemen Pembangunan Daerah Peranan APBD sebagai pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Kebijakan pengelolaan APBD difokuskan pada optimalisasi fungsi dan manfaat pendapatan, belanja dan pembiayaan bagi tercapainya sasaran atas agenda- agenda pembangunan tahunan. Di bidang pengelolaan pendapatan daerah, akan terus diarahkan pada peningkatan PAD. Untuk merealisasikan hal tersebut akan dilakukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi dengan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang telah ada maupun menggali sumber-sumber baru. Setiap daerah melakukan perkiraan dan proyeksi kebutuhan alokasi belanja daerah dalam jangka menengah untuk mencapai visi dan misinya. Perkiraan ini penting untuk menentukan langkah strategis penyediaan anggaran sekaligus kemungkinan alokasinya setiap tahun. Dalam penyusunan anggaran setiap tahun, setiap daerah harus mampu menyusun anggarannya dengan prinsip-
4
prinsip anggaran kinerja (budget performance), yaitu alokasi anggaran yang dikaitkan dengan hasil yang ingin dicapai. Untuk itu dalam proses penganggaran, pemerintah dituntut untuk menyertakan informasi tentang sasaran, tujuan, prioritas pada tahun fiskal tertentu. Dengan demikian anggaran kinerja disusun dengan menghubungkan pengeluaran dan hasil yang diinginkan. APBD sektor pertanian berfungsi dalam pendanaan pelaksanaan programprogram yang telah dirancang sebuah dinas untuk pembangunan sektor pertanian. Program pertanian yang dibuat diharapkan dapat membantu para petani dalam mengembangkan sektor pertanian di daerahnya. Program dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan akan suatu wilayah misalnya daerah perkotaan dan pedesaan. Seiring dengan berjalannya waktu sektor pertanian kini terpinggirkan oleh sektor-sektor lain sehingga sektor pertanian perlu didukung oleh pihak-pihak terkait agar tetap memberikan PDRB yang besar di Kota Bogor. Sebagai suatu wilayah perkotaan, dalam pengembangan sektor pertanian Dinas Pertanian Kota Bogor memiliki konsep “Pengembangan Agribisnis Perkotaan yang Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan”.
Artinya
bahwa
dengan
memanfaatkan
sumberdaya yang tersedia secara efektif dan efisien, diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. (Dinas Pertanian Kota Bogor, 2011). Rincian PDRB yang dihasilkan oleh berbagai sektor di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.
5
Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah) No
Lapangan Usaha
1
Pertanian
2
Pertambangan & Penggalian
3
Industri Pengolahan
4
2005
2006
2007
2008
2009
12 616.02
12 323.95
12 717.26
13 121.8
13 539.61
114.21
116.24
118.31
120.3
121.98
1 002 371.58
1 059 336.89
1 126 541.95
1 197 768.2
1 273 762.00
Listrik, Gas & Air Bersih
112 491.07
119 970.03
128 090.57
136 829.6
146 236.51
5
Bangunan
266 037.24
276 736.82
288 023.99
299 804.17
312 096.14
6
Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi
1 071 252.23
1 140 159.58
1 205 111.94
1 267 518.19
1 331 87.52
344 684.12
368 420.39
394 451.07
422 723.25
453 533.15
Keu. Persewaan, & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
489 525.23
522 979.72
560 780.48
602 517.87
648 625.82
268 139.21
282 230.09
296 907.60
312 418.61
328 811.32
3 567 230.91
3 782 273.71
4 012 743.17
4 252 821.78
4 508 601.05
3 567 230.91
3 782 273.71
4 012 743.17
4 252 821.78
4 508 601.05
7 8 9
PDRB dengan Migas PDRB Tanpa Migas
Sumber : Bappeda Kota Bogor, 2012
Berdasarkan Tabel.3 dapat dilihat bahwa kontribusi terhadap PDRB Kota Bogor adalah kedua terkecil setelah sektor pertambangan. Nilai PDRB yang kecil menggambarkan bahwa output dari sektor pertanian hanya sedikit sehingga belum cukup mampu dijadikan sumber input sektor lainnya seperti sektor agroindustri. Dengan lahan pertanian yang ada seperti saat ini diharapkan paling tidak sektor pertanian tetap dapat bertahan. Melihat kondisi yang demikian tentunya akan dibutuhkan suatu upaya pengoptimalan sumberdaya pertanian yang tersedia dengan program-program yang telah dirancang Dinas Pertanian Kota Bogor dengan sumber dana yang berasal dari APBD. Pengelolaan APBD memerlukan keterkaitan antara pemerintah pusat dan manajemen wilayah daerah agar dana yang diberikan dapat tepat sasaran.
6
Anggaran belanja daerah terbagi menjadi dua bagian, yaitu anggaran belanja langsung dan anggaran belanja tidak langsung. Anggaran belanja daerah diberikan untuk mendukung pembangunan perekonomian dari beberapa sektor yang dapat memberikian kontribusi terhadap PDRB yaitu pada sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, restoran dan hotel. Melihat pentingnya anggaran belanja di sektor pertanian terhadap kegiatan perekonomian, baik dari segi penyerapan tenaga kerja, tingkat pendapatan dan pertumbuhan ekonomi maka penting dilakukan penelitian mengenai dampak belanja daerah di sektor pertanian pada perekonomian wilayah di Kota Bogor agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Bogor dalam penentuan besaran proporsi dana yang harus dikeluarkan di sektor pertanian dan untuk merumuskan kebijakan lanjutan dalam perencanaan pembangunan yang lebih baik. Dengan adanya penelitian ini maka dapat dilihat besaran penambahan output yang dihasilkan dari pengeluaran pemerintah yang diberikan pada sektor pertanian secara langsung dan melihat dampak tidak langsungnya terhadap sektor-sektor lainnya. 1.2.
Perumusan Masalah Negara Indonesia merupakan negara agraris yaitu dimana sektor pertanian
merupakan sektor yang penting dan di dalamnya terdapat konsep ketahanan pangan. Sektor pertanian dapat menjadi stabilitas politik dan sosial dari sebuah bangsa sejak dahulu kala. Selain itu, sektor pertanian dapat menyediakan lapangan pekerjaan dalam skala yang besar bagi suatu negara. Perkembangan di sektor pertanian dapat dilihat dari ilmu dan teknologi yang digunakan. Semakin canggih teknologi yang digunakan maka dapat
7
dikatakan negara tesebut maju di bidang pertanian sehingga produktivitas dapat meningkat. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan adanya anggaran belanja di sektor pertanian. Melihat pentingnya sektor pertanian bagi pembangunan suatu negara maka diperlukan perhatian khusus dari berbagai pihak seperti pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Di Indonesia sektor pertanian belum dianggap sebagai sektor yang dapat memberikan profit yang tinggi dikarenakan hasil produksi sering mengalami fluktuasi harga. Gagal panen sering dialami petani akibat bencana alam dan musim kekeringan sehingga para petani berasumsi akan lebih menguntungkan jika lahan pertanian dijadikan lahan industri. Jumlah anggaran belanja yang dirasa masih kecil juga dapat menyebabkan tidak adanya insentif bagi para petani untuk bertahan di sektor pertanian sehingga akan terjadilah industrialisasi yaitu perubahan dari sektor primer ke sekunder. Dilihat dari segi pendanaan, pemerintah belum tepat dalam mengalokasikan
anggaran dan salah dalam menentukan skala prioritas guna mengentaskan kemiskinan. Indonesia sebagai negara agraris, anggaran pemerintah untuk sektor pertanian sangat sedikit, termasuk dalam hal subsidi untuk sektor pertanian. Mayoritas penduduk Indonesia adalah petani miskin, dari sekitar Rp 220 triliun subsidi dalam APBN, hanya belasan triliun yang diperuntukkan bagi sektor pertanian dan sisanya untuk subsidi BBM dan listrik. Pada kenyataannya yang menikmati subsidi BBM tersebut 50 persen adalah pengguna kendaraan mobil pribadi, 30 persen pengguna sepeda motor, dan hanya 15 persen untuk kendaraan umum. Jika ingin mengentaskan kemiskinan maka yang harus didukung dan didorong adalah sektor pertanian, karena kemajuan sektor pertanian berdampak
8
pada kesejahteraan hampir separuh penduduk yang ada. Ancaman pada produktivitas pertanian, selain karena penyusutan lahan pertanian juga disebabkan oleh tidak adanya keberpihakan dari pemerintah sehingga ribuan hektar lahan telantar tidak bisa dimanfaatkan para petani karena terbentur peraturan. 1 Konversi lahan pertanian akan menyebabkan menurunnya produktivitas pertanian dan menurunnya ketahanan pangan karena jumlah lahan pertanian yang pasti berkurang. Lahan pertanian seperti sawah saat ini sulit untuk ditemukan di Kota Bogor. Dari tahun ke tahun luas lahan pertanian kota Bogor semakin menyusut. Menurut Dinas Pertanian Kota Bogor tahun 2011, lahan pertanian sawah di Kota Bogor menghilang sekitar 300 hektar, hal itu disebabkan adanya pembangunan perumahan dan para petani yang tidak lagi memanfaatkan lahannya. Sekitar 300 hektar lahan sawah menyusut, khususnya di daerah Bogor Selatan. Wilayah Bogor Selatan sebenarnya penghasil padi terbesar setelah Bogor Barat. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota bogor menyatakan bahwa konversi lahan terbesar terjadi di daerah Bogor Selatan, Bogor Barat dan Tanah Sareal. Adanya penyusutan membuat jumlah hasil panen padi Kota Bogor semakin berkurang setiap tahunnya. Menyusutnya lahan pertanian sawah Kota Bogor diperkuat dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor. BPS menyatakan pada tahun 2010 hingga tahun 2011 lahan pertanian sawah menurun drastis. Dari 100 persen luas Kota Bogor, lahan pertanian sawah hanya terdapat 3,46 persen saja dan lahan 1
Pikiran Rakyat Online. Pemerintah Dinilai Lakukan Misalokasi Anggaran. http://Pemerintah%20Dinilai%20Lakukan%20Misalokasi%20Anggaran%20%20%20Pikiran%20 Rakyat%20Online.htm. Diakses pada Tanggal 26 Juni 2012.
9
pertanian bukan sawah sekitar 10,74 persen. Sisanya adalah lahan non pertanian dari luas lahan secara keseluruhan Kota Bogor adalah 118,50 km2. Lahan yang sudah tidak dimanfaatkan oleh petani akan terkena penggusuran untuk pembangunan perumahan di Kota Bogor. Para petani yang mayoritas hanya pengguna lahan, tidak bisa berbuat banyak karena lahan yang mereka garap adalah lahan milik orang lain. Saat ini, mereka hanya bisa menggunakan lahannya sebelum terkena penggusuran. 2 Pembangunan pertanian tidak sederhana, permasalahan yang paling krusial adalah bahwa pasar dan politik menganggap kurang pentingnya (undervalue) sektor pertanian dan sektor-sektor lain dengan basis sumberdaya (resourcesbased). Kebijakan ekonomi dan politik sering tidak bersahabat dengan sektor pertanian yang amat strategis, merupakan basis ekonomi rakyat pedesaan, menguasai hajat hidup sebagian besar penduduk, menyerap lebih separuh total tenaga kerja dan bahkan menjadi katub pengaman pada krisis ekonomi indonesia (Arifin, 2004). Menurut Dinas Pertanian Kota Bogor (2011), isu-isu strategis yang menjadi fokus pembiayaan APBD Kota Bogor mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014. Program dasar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pertanian Kota Bogor terdiri dari tiga program, yaitu : 1.
Program peningkatan produksi pertanian
2.
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak
3.
Program peningkatan pemasaran hasil produk pertanian.
2
Kota Hujan. Menilik Sisa Lahan Pertanian Kota Bogor. http://old.kotahujan.com/2011/10/menilik-sisa-lahan-pertanian-kota-bogor.html. Diakses pada Tanggal 21 Maret 2012
10
Keberadaan sektor pertanian di Kota Bogor diharapkan dapat tetap bertahan dengan lahan yang tersisa untuk mendukung sektor agroindustri yang sedang berkembang di Kota Bogor. Apabila output dari sektor pertanian mampu menjadi input dari sektor agroindustri, maka akan mampu mengurangi ketergantungan bahan baku dari daerah lain dan dapat membangun perekonomian daerah Kota Bogor. Sektor pertanian merupakan sektor primer yang memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor lainnya. Dilihat dari segi pendanaan sektor pertanian, besaran proporsi dana yang diberikan setiap tahunnya tergantung banyak dan jenis program. Dibandingkan dengan sektor yang lainnya sektor pertanian masih belum mendapatkan perhatian yang khusus dari pemerintah, padahal sektor pertanian merupakan sektor dasar yang penting dalam mewujudkan pembangunan perekonomian suatu wilayah. Berdasarkan uraian di atas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut? 1.
Bagaimana kontribusi sektor pertanian dalam mendukung sektor lainnya pada perekonomian Kota Bogor 2008?
2.
Bagaimana pembiayaan pembangunan sektor pertanian Kota Bogor dalam struktur APBD?
3.
Bagaimana keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor hulu dan sektor hilirnya?
4.
Bagaimana pengaruh APBD sektor pertanian terhadap perekonomian wilayah Kota Bogor?
11
1.3 .
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut : 1.
Menganalisis kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Kota Bogor Tahun 2008
2.
Menganalisis pembiayaan sektor pertanian kota Bogor dalam struktur APBD
3.
Menganalisis keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor hulu dan sektor hilirnya
4.
Mengetahui dampak belanja di sektor pertanian terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di Kota Bogor.
1.4.
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi : 1.
Petani, sebagai informasi bahwa belanja daerah di sektor pertanian dapat menjadi insentif dan memberikan berkontribusi dalam pembangunan daerah.
2.
Pemerintah, sebagai salah satu bahan masukan bagi para pembuat kebijakan dan para pengambil keputusan dalam merumuskan dan merencanakan arah pembangunan Kota Bogor
3.
Masyarakat, sebagai informasi bahwa proporsi belanja daerah di sektor pertanian perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah
12
4.
Akademisi, khususnya untuk penelitian mengenai analisis dampak belanja daerah agar dapat dievaluasi guna perumusan kebijakan selanjutnya di masa mendatang dan sebagai bahan pustaka yang berkaitan dengan aplikasi
penggunaan
perekonomian
model
Input-Output
dalam
menganalisis
suatu wilayah dan keterkaitan antar sektor dalam
perekonomian tersebut. 1.5 .
Ruang Lingkup Penelitian
1.
Penelitian ini tidak menganalisis rincian struktur biaya per program kegiatan pemerintah, melainkan hanya menganalisis struktur biaya keseluruhan dari program pemerintah.
2.
Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dengan menggunakan analisis data Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2008. Dampak belanja daerah terhadap
perekonomian
wilayah
akan
dianalisis
melalui
tingkat
pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. 3.
Tabel Input Output Kota Bogor Tahun 2008 dalam penyusunannya menggunakan matriks koefisien teknis dari Tabel Input Output Kota Bandung Tahun 2003 sehingga pada saat perhitungan terdapat beberapa nilai yang ekstrem.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Teoritis Tinjauan Teoritis yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari
buku studi pustaka, internet serta penelitian-penelitian terdahulu. Tinjauan teoritis berisi mengenai teori-teori yang mendukung penelitian serta metode penelitian yang digunakan. 2.1.1. Dampak Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran aktual (actual expenditure) adalah jumlah uang yang dikeluarkan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah atas barang serta jasa , yang sama dengan produk domestik bruto (GDP). Pengeluaran yang direncanakan (planned expenditure) adalah jumlah uang yang akan dikeluarkan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah atas barang dan jasa (Mankiw, 2006). Pengeluaran pemerintah dalam fungsi konsumsi akan dijelaskan pada Gambar.2. Pengeluaran yang direncanakan, E
MPC $1
Pendapatan, Output, Y Sumber : Gregory, N. Mankiw, 2006
Gambar 2. Pengeluaran Yang Direncanakan Sebagai Fungsi Pendapatan
Pengeluaran yang direncanakan tergantung pada pendapatan, karena pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi, yang merupakan bagian dari pengeluaran yang direncanakan. Kemiringan fungsi pengeluaran yang direncanakan ini adalah kecendungan mengkonsumsi marjinal (MPC). 2.1.2. APBD sebagai Pengeluaran Pemerintah Menurut Departemen Pertanian (2009), dalam rangka meningkatkan akselerasi dan penajaman prioritas, pembangunan sektor pertanian masih memerlukan dukungan keberpihakan dan komitmen dari para penentu kebijakan pembangunan, baik ditingkat pusat maupun daerah. Penajaman prioritas ini pada gilirannya harus tercermin dalam alokasi pendanaan yang besarnya sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Dapat dikatakan bahwa alokasi anggaran merupakan vcerminan dari keberpihakan komitmen para pengambil kebijakan dalam memajukan sektor pertanian di daerah setempat. Pendanaan yang relatif terbatas merupakan salah satu masalah serius pembangunan pertanian di daerah. Prioritas pembangunan sektoral dapat dilihat dari pangsa alokasi anggaran daerah terutama APBD untuk masing-masing sektor. Pangsa alokasi APBD juga merefleksikan keberpihakan politik dan komitmen dari pimpinan daerah. Dana pembangunan daerah, termasuk dialokasikan untuk pembangunan pertanian, berasal dari berbagai sumber, baik dalam negeri maupun luar negeri. Besarnya dana pembangunan pertanian yang bersumber dari APBD umumnya jauh lebih memadai, dan hal ini dapat menjadi bottle neck kemajuan pembangunan pertanian.
15
2.1.3. Dampak Pengeluaran Pemerintah terhadap Pendapatan dan Output Kenaikan dalam belanja pemerintah menggeser pengeluaran yang direncanakan ke atas, kenaikan belanja pemerintah sebesar ∆G meningkatkan pengeluaran yang direncanakan sebesar jumlah itu untuk semua tingkat pendapatan. Ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B, dan pendapatan meningkat dari Y1 ke Y2. Kenaikan dalam pendapatan ∆Y melebihi kenaikan belanja pemerintah ∆G, jadi kebijakan fiskal dapat memiliki dampak pengganda terhadap pendapatan (Mankiw, 2006). Pengeluaran aktual
Pengeluaran, E
Pengeluaran yang direncanakan
B
E2= Y2
∆G ∆Y E1 = Y1
A
Pendapatan, output, Y E1 = Y1
∆Y
E2= Y2
Sumber : Gregory, N. Mankiw 2006
Gambar 3. Dampak Kenaikan Belanja Pemerintah dalam Perpotongan Keynesian 2.1.4. Kebijakan Anggaran dan Peranan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Menurut Hidayat (2012) APBD adalah suatu anggaran daerah. Definisi ini menunjukkan bahwa suatu anggaran daerah, termasuk APBD, memiliki unsurunsur sebagai berikut : 1.
Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci;
16
2.
Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan;
3.
Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka;
4.
Periode anggaran, biasanya satu tahun. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah
alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategik telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategik yang telah dibuat. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi. Pembuatan
anggaran
dalam
organisasi
sektor
publik,
terutama
pemerintahan, merupakan sebuah proses yang rumit dan mengandung muatan politis yang cukup signifikan. Berbeda dengan penyusunan anggaran di perusahaan swasta yang muatan politisnya relatif lebih kecil. Bagi organisasi sektor publik seperti pemerintah, anggaran tidak hanya sebuah rencana tahunan tetapi juga merupakan bentuk akuntabilitas atas pengelolaan dana publik yang dibebankan kepadanya. Suatu organisasi sektor publik dikatakan mempunyai kinerja atau performa yang baik jika segala aktivitasnya berada dalam kerangka anggaran dan tujuan yang ditetapkan. Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya
17
kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik. Melalui proses anggaran kinerja, pemerintah kota/kabupaten menetapkan keluaran dan hasil dari masing-masing program dan pelayanan. Kemudian pemerintah daerah membuat target pencapaiannya. Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan pada konsep Value for Money (Ekonomis, Efisiensi, dan Efektifitas) dan prinsip tata pemerintahan yang baik termasuk adanya pertanggungjawaban para pengambil keputusan atas penggunaan uang yang dianggarkan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan indikator yang telah ditetapkan. Pemerintah daerah diharuskan menetapkan anggaran kinerja karena memudahkan pengambilan keputusan dalam menentukan prioritas tujuan, sasaran, program, kegiatan dan belanja, memudahkan dalam mengkomunikasikan prioritas Pemerintah Daerah
kepada
masyarakat,
meningkatkan transparansi
dan
akuntabilitas dalam proses pengambilan keputusan anggaran, dan mematuhi peraturan perundangan yang disyaratkan pemerintah pusat. Menurut Rimaru (2012) Berbagai fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3 ayat (4) UndangUndang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yaitu : 1.
Fungsi Otorisasi Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2.
Fungsi Perencanaan
18
Anggaran
daerah
merupakan
pedoman
bagi
manajemen
dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. 3.
Fungsi Pengawasan Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4.
Fungsi Alokasi Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5.
Fungsi Distribusi Anggaran daerah harus mengandung arti/memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6.
Fungsi Stabilisasi Anggaran daerah harus mengandung arti/ harus menjadi alat untuk memelihara
dan
mengupayakan
keseimbangan
fundamental
perekonomian. Kebijakan anggaran tentunya akan berdampak besar pada sektor pertanian. Pertanian merupakan suatu kegiatan unit usaha uang meliputi budidaya tanaman bahan makanan, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan peternakan (BPS,2003). Pertanian dianggap sebagai usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pada mulanya pertanian di tanah air dilakukan sebagai usaha untuk menghasilkan keperluan sehari-hari petani dari tanah tempatnya berpijak, pertanian seperti itu disebut petani gurem dan hidup dalam suatu perekonomian tertutup (Nasoetion, 2005).
19
Menurut Mubyarto (1994), pertanian dalam arti luas mencakup : 1.
Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit
2.
Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar)
3.
Kehutanan
4.
Peternakan
5.
Perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut) Ditinjau dari segi ekonomi, pertanian rakyat sebagai pertanian keluarga
(pertanian subsisten atau setengah subsisten), sedangkan perusahaann pertanian adalah perusahaan pertanian yang diusahakan sepenuhnya secara komersial. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja di sektor pertanian atau dari produk yang berasal dari pertanian. Lapangan pekerjaan sangat terbatas di bidang pertanian atau secara relatif berarti jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada sumberdaya alam dan faktor produksi lainnya. Kebanyakan tenaga kerja pertanian menjadi setengah menganggur (disguised unemployment). Pentingnya sektor pertanian dapat dilihat dari besarnya nilai ekspor yang bersala dari pertanian (Mubyarto, 1994). Permasalahan yang dihadapi petani baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan keagamaan serta aspek-aspek tradisi yang memiliki peranan penting dalan
20
tindakan-tindakan
petani.
Perbedaan
yang
jelas
antara
permasalahan-
permasalahan ekonomi pertanian dan persoalan ekonomi diluar bidang pertanian adalah jarak waktu antara pengeluaran yang harus dilakukan para pengusaha pertanian dengan penerimaan hasil penjualan. Jarak waktu dalam bidang pertanian lebih besar jika dibandingkan dengan bidang industri. Ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen, sedangkan pengeluaran harus dilakukan setiap hari, setiap minggu atau kadangkadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen tiba. Hasil pertanian sangat rendah pada saat panen maka sebenarnya petani dua kali terpukul, yaitu pertama karena harga hasil produksinya yang rendah dan kedua karena ia harus menjual lebih banyak untuk mencapai jumlah uang yang diperlukannya. Untuk mengatasi permasalahan demikian maka salah satu tujuan utama kebijakan pertanian adalah mengusahakan stabilisasi harga dan pendapatan petani antara musim yang satu dengan musim yang lain dari tahun ke tahun (Mubyarto, 1994). 2.2.
Pendekatan Input-Output Menurut Daryanto (2010), salah satu model yang bisa memaparkan
dengan jelas bagaimana interaksi antar pelaku ekonomi itu terjadi adalah model input-output(I-O) yang pertama kali dipetrkenalkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an, yang kemudian menndapatkan hadiah Nobel pada tahun 1973 (Miller dan Blair, 1985). Melalui model I-O dapat ditunjukan seberapa besar aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian. Input produksi dari sektor A meruapakn output dari sektor B, dan sebaliknya input dari sektor B
21
merupakan output dari sektor A, yang pada akhirnya keterkaitan antarsektor akan menyebabkan kesinambungan penawaran dan permintaan dalam perekonomian. 2.2.1. Konsep Dasar Input-output Konsep dasar model I-O Leontief didasarkan atas: (1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor (industri) yang satu sama lain saling berinteraksi melalui transaksi jual beli, (2) output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal dan ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha dan impor, (4) hubungan input-output bersifat linier, (5) dalam suatu kurun waktu analisis, biasanya satu tahun, total input sama denfan total output dan (6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan. Suatu sektor hanya menghasilkan suatu output, dan output tersebut dihasilkan oleh suatu teknologi (Daryanto dan Hafizrianda 2010). Dalam
model
Input-Output
pengaruh
interkasi
ekonomi
dapat
diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu : (1) pengaruh langsung (2) pengaruh tidak langsung, dan (3) pengaruh total. Pengaruh langsung atau direct effect merupakan pengaruh langsung yang secara langsung oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Sementara pengaruh tidak langsung atau indirect effect menunjukan pengaruh tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari sektor yang bersangkutan (Daryanto,A. 2010).
22
2.2.2. Struktur Tabel Input-Output Tabel Input-Output adalah suatu uraian statistik dalam bentuk matriks yang menunjukan atau menggambarkan arus transaksi penggunaan barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi. Kolom pada tabel Input-Output menunjukan pemakaian input antara dan input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk pelaksanaan proses produksi, sedangkan baris pada tabel input-output memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan untuk mememnuhi permintaan antara dan permintaan akhir (Arnella dalam Biro Pusat Statistik,1998). Sebagai suatu model yang bersifat kuantitatif, I-O bisa juga memberikan gambaran menyeluruh mengenai (Arnella dalam BPS,1995): 1.
Struktur perekonomian nasional atau regional yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing-masing sektor.
2.
Struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektor-sektor produksi.
3.
Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri maupun barang-barang yang berskala impor.
4.
Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektorsektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi investasi dan ekspor. Tabel Input-Output terbagi menjadi empat kuadaran, yaitu (1) kuadran
antara; (2) kuadran permintaan akhir; (3) kuadran input primer; dan (4) kuadran input primer-permintaan akhir. Kuadran antara adalah matriks yang menunjukan transaksi antar sektor produksi dan perekonomian. Kuadaran ini menunjukan
23
keterkaitan antar sektor perekonomian sehingga penting untuk melihat pengaruh perubahan output suatu sektor terhadap sektor lainnya. Kuadran permintaan akhir menunjukan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk permintaan akhir. Permintaan akhir ini terdiri dari beberapa komponen seperti pengeluaran rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal tetap, perubaha stok dan ekspor yang merupakan sisi pengeluaran dalam sistem perhitungan nasional. Komponen permintaan akhir merupakan komponen eksogenus yang berdiri sendiri dalam suatu sistem produksi. Namun beberapa komponen permintaan akhir dapat mejadi komponen eksogenus sehingga dapat dimasukan kedalam kuadran pertama. Kuadran input primer menunjukan pembelian input oleh sektor-sektor dalam kuadran antara di luar sistem produksi. Komponen-komponen kuadran input primer adalah pendapatan rumah tangga seperti upah dan gaji, pembayaran kepada pemerintah seperti pajak tidak langsung dan subsidi, surplus usaha yang menyangkut penyusutan dan keuntungan serta impor. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan daerah tersebut. Kuadran input primer- permintaan akhir menunjukan transakasi langsung antara kuadran input primer dengan kuadran permintaan akhir. Transaksi yang terjadi dilakukan tanpa melalui kuadran antara. Dengan demikian keempat kuadran dalam tabel input-output dapat dibedakan berdasarkan sifatnya. Kuadran I menunjukan keterkaitan antar sektor dalam perekonomian. Kuadran II dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi dari luar sistem produksi. Kuadran III menunjukan penggunaan input primer. Kuadran IV
24
menunjukan transaksi yang tidak berhubungan dengan sisem produksi. Secara bersama-sama keempat kuadran tersebut merupakan klasifikasi transaksi yang logis dan konsisten dalam perhitungan nasional maupun regional serta merupakan dasar analisis ekonomi dengan menggunakan analisis input-output. 2.2.3. Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi Output
Intermediate Demand Production Struktur Input Sectors
Final
Total
Demand
Output
1
J
N
Intermediate Production 1
X11
X1j
X1n
F1
X1
Input
J
Xj1
Xjj
Xjn
Fj
Xj
N
Xn1
Xjn
Xnn
Fn
Xn
Primary Input
V1
Vj
Vn
Total Input
X1
Xj
Xn
Sector
Sumber : BPS, 2008
Gambar 4. Ilustrasi Tabel Input-Output Hubungan sepanjang baris menunjukan alokasi output dari sektor i kepada intermediate sektor, yaitu sektor 1, j hingga sektor-n, serta kepada final demand (F). Keseluruhan output yang dihasilkan oleh sektor produksi ini ditunjukan oleh X1 hingga Xn. Maka dengan persamaan matematis, hubungan baris ini dapat dinotasikan sebagai berikut : 𝑛 𝑗 =1 𝑥𝑖𝑗
+ 𝐹𝑖 = 𝑋𝑖
(1)
25
Dimana : Xij
: banyaknya output sektor i yang digunakan oleh sektor j sebagai input produksi
Fi
: permintaan akhir terhadap sektor i (terdiri dari konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan nilai tambah bruto, perubahan stok dan ekspor.
I
: 1, 2, 3,........, n
Xi
: jumlah output total sektor i Hubungan sepanjang kolom menunjukan pemakaian / penggunaan
intermediate input dan primary input oleh masing-masing sektor ekonomi. Persamaan yang menyatakan hubungan sepanjang kolom dinotasikan sebagai berikut : 𝑛 𝑖=1 𝑥𝑖𝑗
+ 𝑉𝑗 = 𝑋𝑗
(2)
Dimana : Xij
: banyaknya input yang digunakan sektor j yang berasal dari sektor i
Vij
: input primer terhadap sektor j (terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, indirect taxes dan impor)
J
: 1, 2, 3,......., n Berdasarkan kedua persamaan diatas , terlihat pada tabel angka-angka
yang terdapat pada sel-sel tabel input output memperlihatkan suatu jalinan yang saling mengait dari berbagai kegiatan sektor ekonomi. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada tabel 1 dimana output X1 dialokasikan dan didistribusikan sepanjang baris sebesar X11, X1i, dan X1n, masing-masing untuk memenuhi permintaan antara sektor 1, i, dan n. Sedangkan sisanya sebesar F1 dialokasikan untuk
26
memenuhi permintaan akhir. Maka dalam bentuk persamaan, hubungan masingmasing output diatas dapat dinotasikan dengan : X11
+
: X1n
Xij
+
: +
Xnj
Xin
+
: +
Xnn
F1
=
: +
X1 :
Fn
=
Xn
Sedangkan inputnya, dapat dibuat dengan persamaan sebagai berikut : X11
+
: Xn1
Xi1
+
: +
Xin
Xn1
+
: +
Xnn
V1
=
: +
X1 :
Vn
=
Xn
Input yang digunakan dalam suatu sektor merupakan fungsi tingkat output dalam sektor bersangkutan dan bersifat unik. Koefisien input dapat diperoleh dengan membandingkan antara output sektor i yang dipergunakan sebagai input sektor j (Xij) dengan jumlah total input sektor j, atau dapat dinotasikan dengan : αij =
𝑋𝑖𝑗
(3)
𝑋𝑗
Koefisen input menggambarkan hubungan antara output dan inputnya, atau lebih jelas menunjukan jumlah input yang dibutuhkan oleh setiap sektor untuk menghasilkan output senilai satu unit. Di dalam analisis input output, hubungan ini bersifat tetap. Besaran hubungan ini tidak berubah walaupun terdapat
peningkatan-peningkatan
output
dalam
perekonomian.
Hal
ini
dikarenakan proses produksi didalam analisis input output mengikuti fungsi produksi Leontief yang bersifat return to scale. Fungsi produksi yang demikian menyatakan bahwa proses produksi yang optimal di sepanjang expansion path diperoleh dengan proporsi penggunaan input yang konstan. Di sepanjang isoquant
27
dari suatu proses produksi hanya terdapat satu titik optimal produksi (Bappeda Kota Bogor, 2012). Menurut Daryanto (2010) dengan menggunakan model Input-Output dapat diketahui arah distribusi suatu output, dan input yang digunakan oleh sektor tesebut. Pada Gambar 5. akan dijelaskan mengenai distribusi output pada suatuu sektor jika dilihat dari sisi permintaan. Teknologi
Permintaan Akhir Lainnya Permintaan Antara
Permintaan akhir Konsumsi Rumah tangga
Total Permintaan
Input Primer Lainnya
Tenaga Kerja
Sumber: Daryanto A, 2010
Gambar 5. Model Sederhana Input-Ouput 2.2.4. Asumsi dan Keterbatasan Model Input-Output Model I-O didasarkan atas beberapa asumsi. Asumsi itu dintaranya adalah: (1) homogenitas, yang berarti suatu komoditi hanya dihasilkan secara tunggal oleh suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada substitusi output diantara berbagai sektor, (2) liniearitas, ialah prinsip dimana fungsi produksi bersifat linier dan homogen. Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional, dan (3) aditivitas ialah suatu
28
prinsip dimana efek total dan pelaksanaan produksi diberbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Hal ini berarti bahwa semua pengaruh diluar sistem input-output diabaikan. Berdasarkan asumsi tersebut, maka tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan, yakni bahwa koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan), maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan. Akibat perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output (Daryanto A, Hafizrianda A, 2010). 2.2.5. Manfaat Analisis Input-Output Kegunaan analisis input-output adalah sebagai berikut (Tarigan, 2005) 1.
Menggambarkan keterkaitan antarsektor sehingga memperluas wawasan terhadap perekonomian wilayah. Dapat dilihat bahwa perekonomian wilayah bukan lagi sebagai kumpulan sektor-sektor, melainkan merupakan satu sistem yang saling berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor akan langsung memengaruhi keseluruhan sektor walaupun perubahan itu akan terjadi secara bertahap.
2.
Dapat digunakan untuk mengetahui daya menarik (backward linkage) dan daya mendorong (forward linkage) dari setiap sektor sehingga mudah menetapkan sektor mana yang dijadikan sebagai sektor strategis dalam perencanaan pembangunan perekonomian wilayah.
3.
Dapat
meramalkan pertumbuhan
ekonomi
dan kenaikan tingkat
kemakmuran, seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor diketahui
29
akan meningkat. Hal ini dianalisis melalui kenaikan input antara dan kenaikan input primer yang merupakan nilai tambah (kemakmuran). 4.
Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah karena bisa melihat permasalahan secara komprehensif.
5.
Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan
modal
dalam
perencanaan pembangunan
ekonomi
wilayah,
seandainya input-nya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja atau modal. 2.2.6. Koefisien Input Menurut Tambunan (2003) , semua barang, jasa dan faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output dikategorikan sebagai input yang dibedakan menjadi input antara dan input primer. Dalam penyajian tabel input output, input antara berada di kuadran I dan input primer berada di kuadran III. Jumlah input adalah input antara ditambah dengan input primer. Sesuai dengan prinsip penyusunan tabel input-output, jumlah input harus sama dengan jumlah outputnya. Relasi antara input antara dengan output disebut koefisien input antara (aij): aij =
Xij Xj
(4)
dan relasi antara input primer dengan output disebut koefisien input primer (Vij): Vij =
Vij Xj
(5)
Dimana aij + Vij = 1
30
2.2.7. Matriks Kebalikan Matriks kebalikan yang diturunkann dari suatu tabel input output merupakan bilangan-bilangan pengganda (multiplier) yang dipakai untuk menghitung dampak dari suatu perubahan dari suatu variabel makro terhadap variabel makro lainnya. Matriks kebalikan dihitung dari koefisien input antara (A) dan merupakan bilangan pengganda antarsektor yang saling mempengaruhi secara beruntun dalam proses produksi. Sesuai dengan jenis transaksi yang digunakan, matriks koefisien input antara ada dua jenis, yaitu matriks input antara untuk transaksi domestik atau matriks Ad. Jika yang akan dihitung adalah matriks kebalikan untuk transaksi total maka rumus yang digunakan adalah I-A, sedangkan untuk transaksi domestik dipakai rumus I- Ad. I dalam kedua rumus tersebut adalah matriks identitas, yakni suatu matriks yang isinya 1 untuk sel-sel diagonal dan 0 untuk semua sel di luar diagonal. Berdasarkan rumus diatas, maka matriks kebalikan yang dihitung adalah (I-A)-1 atau (I- Ad) -1. Secara matematis, matriks kebalikan (I- Ad) -1dalam model input output menunjukan koefisien arah yang menghubungkan output dan permintaan akhir domestik. (Tambunan, 2003) 2.2.8. Analisis Keterkaitan Keterkaitan yang antar sektor dalam aliran input dan output akan mengakibatkan terjadinya dampak ekonomi. Dampak yang pertama adalah dampak terhadap penggunaan input. Jika sebuah sektor j outputnya meningkat, maka peningkatan output tersebut (atau untuk meningkatkan output tersebut)
31
dibutuhkan penggunaan input yang lebih banyak dari sektor ekonomi yang lain yang memproduksi output yang digunakan sebagai input antara oleh sektor tersebut. Dampak ini karena adanya hubungan dari sisi permintaan (demand side). Dampak yang kedua disebabkan karena adanya peningkatan output sektor j itu juga mengakibatkan alokasi output dari sektor j semakin banyak digunakan oleh sektor-sektor ekonomi lainnya yang menggunakan output sektor j sebagai input antara dalam kegiatan produksi. Dampak ini terjadi karena adanya hubungan dari sisi penawaran (supply side) (Bappeda Kota Bogor, 2012). Ada suatu pemikiran bahwa sektor-sektor yang memiliki koefisien keterkaitan ke belakang dan ke depan paling tinggi dikatakan sebagai sektorsektor yang memiliki basis domestik baik dari sisi input maupun output. Artinya sektor-sektor tersebut lebih banyak menggunakan input antara yang berasal dari produksi domestik, dan lebih banyak menjual outputnya untuk memenuhi kebutuhan input antara dari sektor produksi domestik. Dengan kata lain lebih sedikit menggunakan input yang berasal dari impor, dan lebih sedikit digunakan untuk memenuhi permintaan ekspor. Sektor-sektor semacam ini sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi wilayah yang berkelanjutan. Untuk menganalisis sektor yang dimaksudkan tersebut maka sebaiknya digunakan dua indeks keterkaitan Ramussen yaitu daya penyebaran dan derajat kepekaan. (Daryanto,A.2010). 2.2.9 Analisis Multiplier Digunakan untuk mengetahui respon atau dampak dari stimulus ekonomi terhadap perekonomian secara keseluruhan. Di dalam tabel Input Output, stimulus
32
ekonomi umumnya merupakan perubahan/ peningkatan satu unit permintaan akhir suatu sektor, mencakup stimulus perubahan output, pendapatan dan tenaga kerja. Di dalam model input-output, rumah tangga dapat diperlakukan sebagai aktor endogen atau eksogen. Dalam kondisi biasa, rumah tangga diperlakukan sebagai sektor yang eksogen dengan asumsi bahwa rumah tangga memiliki perilaku sendiri yang dapat memutuskan pengeluaran mereka. Namun dalam kondisi riil, perilaku pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan yang diperolehnya sebagai hasil bekerja dari sektor produksi. Dalam kondisi ini rumah tangga diperlakukan sebagai variabel endogen sehingga seakan-akan seperti posisi sektor produksi yang lain di dalam sektor antara (Bappeda Kota Bogor, 2012). 2.3.
Penelitian Terdahulu Penelitian tentang dampak pengeluaran pemerintah maupun tentang
peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah telah banyak dilakukan, baik dengan menggunakan analisis Input-Output maupun dengan analisis yang lain. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat peranan sektor pertanian masih memiliki peranan
penting dalam upaya peningkatan
perekonomian suatu wilayah. Menurut Puspitawati (2000) dalam Tesis yang berjudul Analisis Peranan Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan terhadap Perekonomian Propinsi Kalimantan Timur (Berdasarkan Analisis Input- Output), hasil analisis menunjukan bahwa sektor pertanian yang menghasilkan output dan nilai tambah terbesar adalah sektor : kelapa sawit, padi,perikanan, pengeringan dan lain-lain, sayuran dan karet. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
33
Sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya memiliki niolain keterkaitan yang relatif tinggi, hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian mendukung sektor ekonominya dalam perekonomian Sumatera Utara. Dampak terbesar perubahan pengeluaran konsumsi pemerintahdan rumah tangga terhadap output sektor ekonomi, terdapat pada sayur-sayuran dan unggas dan peternakan lainnya. Sehingga sektor tersebut menjadi andalan bagi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan PDRB Sumatera Utara. Menurut Arnella (2001) dalam Disertasinya yang berjudul “Analisis Dampak Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pertanian terhadap Kinerja Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Barat” dijelaskan bahwa metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Input-Output dengan data diambil dari tabel Input-Output Provinsi Jawa Barat tahun 1999. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa alokasi dana pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian berdampak langsung pada pembentukan total output, pendapatan, tenaga kerja dan nilai tambah secara absolut lebih besar dibandingkan sektor industri , pertambangan dan sektor perdagangan. Hal ini disebabkan alokasi dana pengeluaran pemerintah yang diberikan pada sektor pertanian jauh lebih besar dari ketiga sektor lainnya. Namun apabila dilihat secara proporsi terhadap nilai total, sektor pertanian menempati peringkat ketiga dari empat sektor yang diteliti. Pengeluaran pemerintah yang diberikan pada sektor pertanian ternyata kurang mendukung kinerja sektor pertanian. Karena dari analisis menghasilkan efek pengganda pendapatan yang relatif rendah jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerjanya. Selain itu, pembentukan output yang dihasilkan juga lebih rendah dibandingkan tiga sektor yang dianalisis.
34
Menurut Putri (2008) dengan judul “Peran Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Provinsi Bangka Belitung (Analisis Input Output)” dijelaskan bahwa metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Input-Output dengan data diambil dari tabel Input-Output Provinsi Bangka Belitung tahun 2005. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan analisis keterkaitan, dampak penyebaran, dan multiplier, sektor pertanian tidak dapat dijadikan sebagai Leading Sector meskipun sektor tersebut mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja. Dari hasil analisis dalam studi ini, Leading Sector dimiliki oleh sektor industri pengolahan karena sektor tersebut memiliki keterkaitan dan multiplier efek yang paling besar diantara sektor-sektor lainnya. Menurut Wibowo (2009), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Peranan Sektor Pertanian dan Dampak Investasinya terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Analisis Input-Output) menunjukan bahwa nilai keterkaitan ke depan terbesar ada pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sedangkan nilai keterkaitan ke depan sektor pertanian berada di urutan ketujuh dari sembilan sektor. Nilai keterkaitan ke belakang terbesar ada pada sektor listrik, gas, dan air minum, sedangkan nilai keterkaitan ke belakang sektor pertanian berada di urutan terakhir. Analisis dampak penyebaran menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran mampu meningkatkan pertumbuhan sektor yang memakai input dari sektor ini karena nilai kepekaan penyebarannya lebih dari satu, sedangkan sektor pertanian tidak mampu meningkatkan pertumbuhan sektor yang memakai input dari sektor ini karena nilai kepekaan penyebarannya kurang dari satu. Sektor listrik, gas, dan air minum mampu mendorong pertumbuhan industri
35
hulunya karena nilai koefisien penyebarannya lebih dari satu, sedangkan sektor pertanian tidak mampu mendorong pertumbuhan industri hulunya karena nilai koefisien penyebarannya kurang dari satu. Sesuai dengan analisis multiplier menunjukkan bahwa sektor listrik, gas, dan air minum memiliki nilai multiplier output dan tenaga kerja terbesar. Sektor Lembaga Keuangan, Usaha Bangunan, dan Jasa Perusahaan memiliki nilai multiplier pendapatan terbesar, sedangkan sektor pertanian nilai multiplier output dan tenaga kerjanya berada di urutan terakhir, dan multiplier pendapatannya berada di urutan ke delapan dari sembilan sektor. Perbedaan penelitian Dampak Belanja Daerah di Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Wilayah Kota Bogor dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah dari segi lokasi yang mengambil sektor pertanian di perkotaan. Penelitian ini tidak hanya menganalisis mengenai peranan sektor pertanian, tetapi juga menganalisis dampak dari pengeluaran pemerintah berupa dana APBD.
36
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
Kerangka Pemikiran Operasional Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dan teori yang
berhubungan dengan penelitian “Dampak Belanja Daerah di Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Wilayah Kota Bogor” yang menggunakan analisis Input Output. Sektor pertanian merupakan sektor primer yaitu dimana output dari sektor pertanian akan dijadikan input oleh sektor-sektor lain. Pertanian masih memiliki peranan penting dalam kontribusi PDRB sehingga keberadaan sektor pertanian perlu mendapat dukungan khusus dari setiap daerah yang memiliki lahan pertanian. Permasalahan yang dihadapi oleh sektor pertanian adalah output dari sektor pertanian memiliki harga yang berfluktuasi yang dapat menyebabkan petani sering mengalami kerugian sehingga pada umumnya kondisi ekonomi petani masih dibawah garis kemiskinan. Untuk mendukung sektor pertanian maka diperlukan program kegiatan pertanian yang menunjang agar dapat meningkatkan pendapatan petani. Program kegiatan yang dapat dilakukan untuk sektor sektor pertanian misalnya seperti program intensifikasi pertanian, peningkatan produksi ternak, pembibitan kultur jaringan dan lain-lain. Dalam pelaksanaan program-program tersebut tentunya memerlukan dana dalam pelaksanaan operasional. Besaran proporsi dana yang dikeluarkan di sektor pertanian menggambarkan seberapa besar dukungan pemerintah terhadap sektor pertanian. Anggaran belanja di sektor pertanian sangat dibutuhkan oleh para petani karena dapat menjadi insentif para
petani agar tidak beralih ke sektor yang lainnya dan sektor pertanian masih tetap berperan penting dalam kegiatan perekonomian.(Mubyarto,1994) 3.2.
Tahap-tahap Analisis Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis
Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Dalam Tabel Input-Output Kota bogor Tahun 2008 nilai permintaan akhir yang mencakup
pengeluaran konsumsi rumah tangga,
pengeluaran konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor tidak memiliki rincian nilai per subyek melainkan hanya satu nilai yang berupa nilai total dari keseluruhan berupa final demand. Sehingga dalam perhitungan akan terjadi beberapa kesulitan. Sektor yang akan dianalisis dalam penelitian ini lebih dititik beratkan kepada sektor pertanian. Aadapun tahap-tahap analisis pada penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut : 1.
Mengagregasikan sektor-sektor pada tabel transasksi domstik atas harga produsen. Agregasi adalah proses pengaabungan beberapa sektor InputOutput
menjadi satu sektor
yang
lebih besar.
Agregasi
harus
memperhatikan sifat masing-masing sektor. Dalam tabel Input Output Kota Bogor Tahun 2008 klasifikasi 28 sektor kemudian sektor-sektor tersebut diuagregasi menjadi sembilan dan dua belas sektor. Agregasi menjadi sembilan dan dua belas sektor dilakukan untuk melihat keterkaitan sektor pertanian , dampak penyebaran dan nilai multiplier nya.
38
2.
Mengelompokan sektor-sektor yang telah diagregasi ke dalam tabel di Microsoft Excel dan memberi kode sesuai dengan buku panduan yang tersedia.
3.
Melakukan proses input data dari tabel pada Microsoft Excel pada software IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practioners) untuk kemudian data diolah menggunakan software tersebut.
4.
Selesai data diolah kemudian dilihat dampak pengeluaran pemerintah di sektor pertanian dengan melakukan injeksi terhadap sektor tersebut. Dari analisis tersebut akan terlihat dampaknya terhadap seluruh sektor perekonomian karena injeksi yang dilakukan terhadap suatu sektor tidak hanya akan berpengaruh terhadap sektor tersebut karena seluruh sektor perekonomian memiliki keterkaitan satu sama lain.
39
Perekonomian Kota Bogor
Ditunjang Sektor Pertanian
APBD di Sektor Pertanian Kota Bogor
Analisis Input-Output Kota Bogor Tahun 2010
Analisis Multiplier
Analisis Keterkaitan
Analisisis Dampak Anggaran
Pendapatan
Tenaga Kerja
Pembentukan Output
Dampak Belanja Daerah Di Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Wilayah Kota Bogor Gambar 3.3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional
40
IV. METODE PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor Pemilihan lokasi penelitian
berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota Bogor memiliki jumlah penduduk yang padat sehingga kebutuhan akan pangan meningkat sehingga perlu didukungnya sektor pertanian agar output dari sektor pertanian dapat mencukupi kebutuhan pangan Kota Bogor. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2012. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder diperoleh dari berbagai literatur, instansi yang terkait. Tabel InputOutput Kota Bogor Tahun 2008 klasifikasi 28 sektor diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Data APBD sektor pertanian diperoleh dari Dinas Pertanian Kota Bogor, Kota Bogor dalam Angka diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Bogor, data tenaga kerja diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor juga referensi lainnya dan penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan yang berhubungan dengan analisis dampak belanja daerah di sektor pertanian wilayah Kota Bogor.
Tabel 4. Jenis dan Sumber Data Penelitian Berdasarkan Tujuan
1
Menganalisis pembiayaan sektor pertanian kota Bogor dalam struktur APBD
Jenis dan Sumber Data Data Sekunder Sumber Dinas Pertanian Kota Bogor
2
Menganalisis peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kota Bogor Tahun 2008
Data Sekunder Sumber Bappeda Kota Bogor
Analisis InputOutput
3
Menganalisis keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor hulu dan sektor hilirnya
Data Sekunder Sumber BAPPEDA Kota Bogor
Analisis Input – Output
4
Mengetahui dampak belanja di sektor pertanian terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di Kota Bogor.
Data Sekunder Sumber Dinas Pertanian Kota Bogor
Analisis Input – Output
4.3.
Metode Analisis Data
No
Tujuan
Metode Analisis Analisis Statistik Deskriptif
Data dan informasi yang telah didapat selanjutnya dilakukan pengolahan dengan menggunakan software Input-Output Analysis for Practioners dan microsoft excel 2007. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. 4.3.1. Analisis Statistik Deskriptif Tujuan dari penggunaan analisis statistik deskriptif adalah untuk mengetahui struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di sektor pertanian Kota Bogor dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2012. Dengan menggunakan grafik maka akan dapat dilihat secara jelas fluktuasi proporsi dana APBD sektor pertanian.
42
4.3.2. Analisis Keterkaitan (linkage) Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang seperti yang diuraikan di muka belumlah memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antarsektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu, kedua indeks tersebut haruslah dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran (Priyarsono,et al, 2007). 1.
Koefisien Daya Penyebaran (Backward Linkage) Konsep
ini
berguna
untuk
mengetahui
distribusi
manfaat
dari
pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini juga sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila BLj mempunyai nilai lebih besar dari 1, sebaliknya jika nilai BLj lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah: n
ij
n BLj =
n
i 1 n
ij i 1
(6)
j 1
Dimana :
BLj
= koefisien penyebaran sektor j
αij
= unsur matriks kebalikan Leontief
43
2.
Kepekaan Penyebaran (Forward Linkage) Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor
terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai FLi lebih besar dari satu. Sebaliknya, jika nilai FLi lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah : n
ij
n FLi =
n
i 1 n
ij i 1
(7)
j 1
Dimana :
FLi
= kepekaan penyebaran sektor i
αij
= unsur matriks kebalikan Leontief
4.3.3 Analisis Multiplier Analisis multiplier bertujuan untuk melihat adanya dampak perubahan permintaan akhir dari suatu sektor ekonomi terhadap semua sektor yang ada tiap satu satuan perubahan jenis multiplier. 1.
Multiplier Output Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek
awal (multiplier effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (matriks invers) α menunjukan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor i yang disebabkan adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu
44
unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matriks invers dirumuskan dengan persamaan : Α = ( I – A )-1 = [ αij ]
(8)
Matriks α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang
dipelajari
dengan
menentukan
tingkat
kaitan
antarsektor
dalam
perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisien dari matriks invers ini [ α ij ] menunjukan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain. 2.
Multiplier Pendapatan Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya
perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel I-O, yang dimaksud dengan pendap atan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga dividen dan bunga bank (Jensen,1979 dalam Priyarsono.et al. 2007). Angka pengganda pendapatan dapat diperoleh dari rumus : n
MIj i1
an 1Dij an 1, j
(9)
Dimana : MIj
= pengganda tipe II
Dij
= unsur matrik kebalikan leontif tertutup
An+1, j = koefisien input dari gaji/ upah rumah tangga sektor j
45
3.
Multiplier Tenaga Kerja Menunjukan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal
dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh oleh elemen-elemen dalam tabel I-O, seperti pada multiplier output pendapatan karena dalam tabel I-O tidaik mengandung elemen-elemen yang berhubungan tenaga kerja. Besaran multiplier tenaga kerja dapat diperoleh dengan rumus : n
MLj i1
wn 1Dij wn 1, j
(10)
Dimana : MLj
= pengganda tenaga kerja tipe II
Dij
= unsur matrik kebalikan leontif tertutup
Wn+i,j = koefisen tenaga kerja sektor j Wn+1,i = koefisien tenaga kerja sektor i Berdasarkan matriks kebalikan Leontief terbuka (αij) maupun tertutup (α*ij) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja berdasarkan rumus-rumus yang tercantum pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 5. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Multiplier
Nilai
Output
Pendapatan
Tenaga Kerja
Efek Awal
1
hi
ei
Efek Putaran Pertama
∑aij
∑aijhi
∑aijei
Efek Dukungan Industri
∑iαij -1-∑iaij
∑iαijhi-hj-∑iaijhi
∑iαij e ij – ei - ∑iaij ei
Efek Induksi Konsumsi
∑iα*ij -1-∑iaij
∑iα*ijhi-hj-∑iaijhi
∑iα*ij e i – ei - ∑iaij ei
Efek Total
∑iα*ij
∑iα*ijhi
∑iα*ij ei
Efek Lanjutan
∑iα*ij – 1
∑iα*ijhi - hi
∑iα*ij ei - ei
Sumber : Daryanto, 1990 dalam Priyarsono.et al. 2007
46
Keterangan : aij
= Koefisien Output
hi
= Koefisien Pendapatan Rumah tangga
ei
= Koefisien Tenaga Kerja
αij
= Matriks kebalikan Leontief model terbuka
α*ij
= Matriks kebalikan Leontief model tertutup
Melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja maka dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I sebagai berikut. Tipe I Efek Awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri Efek Awal
4.3.4. Analisis Dampak Pengeluaran Pemerintah Melihat dampak pengeluaran pemerintah di sektor pertanian terhadap perekonomian wilayah kota Bogor digunakan analisis input output dengan rumus sebagai berikut (Miller dan Blair dalam Manaf, 2007) : 1) Dampak terhadap pembentukan output ΔX = (I-A)-1ΔG
(11)
2) Dampak terhadap pembentukan pendapatan ΔI= 𝑎n+1(I-A)-1ΔG
(12)
3) Dampak terhadap pembentukan tenaga kerja ΔL = wn+1(I-A)-1ΔG
(13)
dimana: ΔX
= dampak terhadap pembentukan output
ΔI
= dampak terhadap pendapatan rumah tangga 47
ΔL
= dampak terhadap penyerapan terhadap tenaga kerja
ΔG
= pengeluaran pemerintah
(I-A)-1 = matriks kebalikan Leontief terbuka
1.
𝑎n+1
= koefisien pendapatan
wn+1
= koefisien tenaga kerja
Koefisien Pendapatan (𝑎n+1) Menurut Daryanto dan Hafizrianda dalam Mulyani (2007), koefisien
pendapatan merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan diperlukan untuk mencari dampak perubahan input primer terhadap pembentukan pendapatan. Rumusnya adalah: 𝑎n+1 =
𝑈𝑖 𝑋𝑖
(14)
dimana: 𝑎n+1 = koefisien pendapatan sektor i Ui
= jumlah upah dan gaji
Xi
= jumlah input total sektor i
2.
Koefisien Tenaga Kerja (wn+1) Menurut Daryanto dan Hafizrianda dalam Mulyani (2007),koefisien
tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja diperlukan untuk mencari dampak perubahan i primer terhadap pembentukan tenaga kerja. Dirumuskan sebagai berikut:
48
wn+1 =
𝐿𝑖 𝑋𝑖
(15)
dimana: βi= koefisien tenaga kerja sektor i Li= jumlah tenaga kerja sektor i Xi= jumlah input
49
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH
5.1.
Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas
Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Tanah Sareal, yang meliputi 68 Kelurahan. Kota Bogor terletak diantara 106043’30”BB – 106051’00”BT dan 6030’30”LS – 6041’00”LU serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter dari permukaan laut dengan jarak dari ibukota kurang lebih 60 km. Batas wilayah Kota Bogor adalah : Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.
Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.
Sebelah Utara
: Berbatasan
dengan
Kecamatan
Sukaraja,
Kecamatan
Bojong Gede, dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.
Kota Bogor memiliki udara yang sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 260 C dan suhu udara terendah 210 C, dengan kelembaban udara kurang lebih 70% disebut sebagai Kota Hujan, Kota Bogor dialiri beberapa sungai yang permukaan airnya jauh dibawah permukaan kota, yaitu sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi, dan Cibalok, maka secara umum Kota
Bogor aman dari bahaya banjir. Banyaknya hujan dengan jumlah terbesar umumnya terjadi pada bulan Desember dan Januari. Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0 – 15 derajat dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15 – 30 derajat. Sebagian besar jenis tanah adalah Lotosit coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Jenis tanah ini sebagian besar mengandung tanah liat (clay) serta bahan-bahan yang berasal dari letusan gunung berapi, sehingga kekuatan tanah di daerah ini bisa mencapai 2 sampai 5 kg per cm2, sedangkan pada tempat yang tidak berbatu masih menahan 1,50 kg per cm2.
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2011
Gambar 7. Peta Kota Bogor 51
5.2.
Kondisi Kependudukan Kota Bogor Jumlah penduduk dan perubahannya menjadi bagian penting dalam
kependudukan. Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2008 tercatat sebanyak 942 204 jiwa terdiri dari laki-laki 476 476 jiwa dan perempuan sebanyak 465 728 jiwa. Dengan kepadatan penduduk 7 951 jiwa per km2. Adapun komponen perubahan penduduk rendah di daerah ini kemungkinan disebabkan karena letak daerah ini berdekatan dengan ibukota negara yang mempunyai pola fertilitas yang rendah. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Bogor Barat sebanyak 205 123 jiwa (21.77 persen dari seluruh penduduk), sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Bogor Timur sebanyak 94 329 jiwa (10.01 persen). Banyak karakteristik penduduk yang menarik untuk dikaji, diantaranya yang paling pokok adalah struktur umur dan jenis kelamin. Dari jumlah penduduk di Kota Bogor, bila dilihat komposisinya menurut jenis kelamin adalah 476 476 laki-laki dan 465 728 perempuan atau lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui komposisi pendudu menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin (sex ratio), yaitu angka yang menyatakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu. Rasio jenis kelamin laki-laki terhadap perempuan di Kota Bogor
adalah 102 yang
berarti untuk setiap 100 penduduk perempuan rata-rata terdapat 102 penduduk laki-laki. Komposisi jumlah penduduk menurut jenis kelamin di tiap-tiap Kecamatan ternyata tidak berbeda jauh dari 102.
52
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Umur Tunggal per Kelurahan Tahun 2008 Kecamatan Laki-Laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin (1) (2) (3) (4) Kota Bogor 91 850 87 644 105 Selatan Kota Bogor Timur 47 185 47 144 100 Kota Bogor Utara 83 485 82 760 101 Kota Bogor 56 450 55 502 102 Tengah Kota Bogor Barat 103 874 101 249 101 Tanah Sareal 93 632 91 429 102 Kota Bogor 476 476 465 728 102 Sumber : BPS Kota Bogor, 2008
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Rasio Ketergantungan Tahun 2008 Rasio Rasio Rasio Kecamatan Ketergantungan Ketergantungan Ketergantungan S Penduduk Muda Penduduk Tua (1) (2) (3) (4) Kota Bogor Selatan 52.53 46.98 5.55 Kota Bogor Timur 46.93 41.75 5.18 Kota Bogor Utara 46.12 42.16 3.96 Kota Bogor Tengah 40.27 33.20 7.08 Kota Bogor Barat 45.23 40.17 5.06 Tanah Sareal 48.52 43.53 4.99 Kota Bogor 46.92 41.72 5.20 Sumber : BPS Kota Bogor, 2008
Angka ketergantungan penduduk tidak produktif (umur 0-14 tahun dan 65 tahun lebih) terhadap penduduk produktif usia 15-64 tahun pada tahun 2008 adalah 46.92 yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 47 penduduk tidak produktif. Keadaan ini mengindikasikan kondisi yang cukup baik dengan asumsi secara rata-rata seorang yang tidak produktif ditanggung oleh 2 orang penduduk produktif. Angka ketergantungan penduduk muda dan ketergantungan penduduk tua di Kecamatan Bogor Tengah agak berbeda dengan yang terdapat di Kecamatan lainnya. Angka ketergantungan penduduk muda di Kecamatan Bogor Tengah ini
53
lebih kecil dibandingkan dengan kecamatan lain, namun angka ketergantungan penduduk tua jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain. Kecamatan Bogor Tengah sebagai pusat pemerintahan Kota Bogor dan sebagai pusat perekonomian, memungkinkan terjadinya hal tersebut karena penduduk yang berusia diatas 65 tahun masih banyak yang tinggal di Kecamatan ini untuk mencari nafkah dan sedikitnya daerah pemukiman memungkinkan sedikitnya penduduk yang berusia 0 – 4 tahun dibandingkan dengan yang ada di Kecamatan lainnya. Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kota Bogor Tahun 2008 Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan (1) (3) (4) 0-4 44 943 46 965 5-14 85 236 90 382 15-44 261 008 256 535 45-64 68 263 55 506 65+ 17 026 16 340 Kota Bogor 476 476 465 728 Sumber : BPS Kota Bogor, 2008
Struktur penduduk Kota Bogor menunjukkan bahwa penduduk terbanyak adalah penduduk dengan usia 15 – 44 tahun, maka diketahui bahwa penduduk usia produktif ini lebih banyak menanggung penduduk usia muda dibandingkan dengan menanggung penduduk tua secara rata-rata 4 penduduk tua dengan usia di atas 65 tahun akan ditanggung oleh 100 penduduk usia produktif dan sekitar 42 penduduk usia 0 sampai 14 tahun menjadi tanggungan 100 penduduk usia produktif. 5.3.
Potensi Sosial Ekonomi Daerah Kota Bogor Kedudukan topografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten
Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibukota Negara merupakan potensi
54
yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya Kebun Raya yang didalamnya terdapat Istana Bogor di Pusat Kota merupakan tujuan wisata serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak – Cianjur juga merupakan potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi Pembangunan didaerah ini lebih diarahkan pada pemerataan dan pertumbuhan ekonomi dengan memprioritaskan pembangunan sektor industri yang ditunjang oleh sektor pertanian. Perkembangan nilai PDRB Kota Bogor tahun 2008 dibandingkan dengan nilai PDRB 2007 masing-masing terjadi peningkatan dan kenaikan sebagai berikut. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2008 sebesar Rp 10 089 943 96 sedangkan tahun 2007 sebesar Rp 8 558 035 70. Nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2008 sebesar Rp 4 252 821 78 sedangkan tahun 2007 sebesar Rp 4 012 743 18. 5.4.
Kondisi Pertanian Kota Bogor Sektor pertanian di Kota Bogor bukan merupakan sektor ekonomi yang
dominan tetapi penggunaan lahan baik sawah maupun bukan sawah masih tetap mendapat perhatian utama pemerintah daerah Kota Bogor. Pada tahun 2010 terdapat 793 Ha lahan sawah dan 2 375 Ha lahan bukan sawah di Kota Bogor. Selain padi dan palawija
tanaman hortikultura merupakan andalan sektor
pertanian Kota Bogor. Selain pertanian tanaman pangan sektor peternakan dan perikanan juga masih cukup berkembang di Kota Bogor.
55
Tabel 9.
Penggunaan Lahan Pertanian Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2010 Lahan Sawah (Ha)
Kecamatan
166 139 0 0 0 0
Irigasi Setengah Teknis 0 38 0 0 76 6
295
120
Irigasi Teknis Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Jumlah
Irigasi Sederhana
Irigasi Desa
Tadah Hujan
127 1 2 1 239 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 8
370
0
8
Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor , 2010.
Lahan Bukan Sawah (Ha) Kecamatan Tegal
Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Jumlah
Perkebunan
Hutan Rakyat
Kolam
Tdk Diusahakan *)
Lainnya **)
282 137 195 3 128 219
0 0 0 0 30 0
73 54 93 3 72 71
19 18 13 5 8 12
11 7 3 0 2 5
195 167 192 5 235 118
964
30
366
75
28
912
Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor, 2010 Keterangan : *) Lebih dari 1 tahun tapi < 2 tahun termasuk lahan sawah yang tidak diusahakan > 2 tahun. **) Pekarangan yang ditanami tanaman pekarangan.
56
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1.
Kontribusi Sektor Pertanian dalam Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 Sektor pertanian Kota Bogor saat ini hanya memiliki luas lahan pertanian
sebanyak 3 125 ha, dengan sisa lahan tersebut akan dilihat seberapa besar kontribusi yang masih mampu diberikan sektor pertanian terhadap perekonomian Kota Bogor. Kontribusi sektor pertanian dapat dilihat dari total output pertanian sehingga diketahui subsektor pertanian mana yang memiliki output besar dan dapat diunggulkan dalam pertanian Kota Bogor. 6.1.1. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Kota Bogor Tahun 2008 Output yang dihasilkan oleh Kota Bogor pada tahun 2008 sebesar Rp 10.1 triliun. Jumlah Output tersebut dialokasikan untuk memenuhi permintaan akhir sebesar Rp 5.7 triliun dan sisanya sebesar Rp 4.4 triliun digunakan untuk memenuhi permintaan antara.
Struktur
Output
sektor
pertanian dalam
perekonomian Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Struktur Output Kota Bogor Tahun 2008 (Milyar Rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sektor
Nilai Output
Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Transportasi &Telekomunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa Total
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor, 2008 (diolah)
359.968 73.610 3372.024 186.057 646.523
Persen (%) 3.54 0.72 33.18 1.83 6.36 27.36
2 780.777 6.93 704.209 829.752 1 208.999 10 161.920
8.17 11.90 100.00
Tabel 11. Struktur Output Subsektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008 (Milyar Rupiah) No 1 2 3 4
Sektor
Nilai Output
Tabaman Hasil Pertanian Lain Peternakan dan Hasil Lainnya Perikanan
Persen (%)
194.245 33.005 52.122
1.91 0.32 0.51
80.596
0.79
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor, 2008 (diolah)
Berdasarkan tabel 11. dapat dilihat bahwa peranan sektor pertanian yang terdiri dari subsektor tabaman, hasil pertanian lain, peternakan dan perikanan belum mampu mendominasi struktur perekonomian secara sektoral. Dari sembilan sektor yang ada, sektor industri pengolahan memberikan nilai output terbesar dari jumlah total output wilayah kota Bogor yaitu sebesar 33.18 persen. Sektor industri pengolahan terdiri dari subsektor industri makanan, minuman dan tembakau, industri tekstil, barang kulit dan alas kaki, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya. Jika dilihat dari jenis industrinya industri tersebut merupakan industri agroindustri yang faktor inputnya menggunakan output dari sektor pertanian. Untuk itu sektor pertanian perlu ditunjang agar mampu menghasilkan output dalam memenuhi kebutuhan input sektor lainnnya. Permintaan antara adalah jumlah permintaan akan suatu output dari suatu sektor yang akan digunakan sebagai input oleh sektor-sektor yang lainnya maupun oleh sektor itu sendiri. Sedangkan permintaan akhir mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor. Namun pada tabel IO Kota Bogor nilai permintaan akhir hanya berupa nilai akhir (final demand) dari komponenkomponen permintaan akhir yang telah disebutkan.
58
Tabel 12. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Kota BogorTahun 2008 (dalam Milyar Rupiah) No Sektor Permintaan Permintaan Permintaan Antara Akhir Total 1 Pertanian 10.655 349.313 359.968 2 Pertambangan 0.000 7.610 73.610 3 Industri Pengolahan 1 026.506 2 345.518 3 372.024 4 Listrik, Gas dan air bersih 55.050 131.007 186.057 5 Bangunan 402.664 243.859 646.523 6 Perdagangan, hotel dan restoran 1 318.582 1 462.196 2 780.777 7 Transportasi &Telekomunikasi 306.771 397.438 704.209 8 Keuangan dan Persewaan 637.204 192.548 829.752 9 Jasa 681.466 527.533 1 208.999 Total 4 438.899 5 723.022 10 161.920 Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor, 2008 (diolah)
Sektor pertanian sektor tabaman atau tanaman bahan makanan merupakan sektor
yang
menghasilkan
nilai
output
terbesar
yaitu
sebesar
Rp
194.24 juta kemudian sektor perikanan berada di peringkat kedua dengan nilai output sebesar Rp 80.60 juta sedangkan untuk sektor peternakan dan hasil pertanian lainnya berada diututan ketiga dan keempat dengan masing masing nilai sebesar Rp 52.12 juta dan Rp 33.00 juta. Berdasarkan Tabel 12. dapat dilihat bahwa jumlah permintaan antara sektor pertanian hanya sebesar Rp 10.66 milyar sedangkan permintaan akhir sebesar Rp 349.31 milyar. Kontribusi sektor pertanian
menunjukkan bahwa,
jumlah permintaan akhir lebih besar daripada jumlah permintaan antara. Hal tersebut mengindikasikan bahwa output sektor pertanian cenderung digunakan untuk memenuhi konsumsi langsung. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (Perdagangan, hotel dan restoran)
memiliki jumlah permintaan antara dan
59
permintaan akhir terbesar di Kota Bogor yaitu masing-masing sebesar Rp 1.35 triliun dan Rp 1.47 triliun. Tabel 13. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Subsektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008 (12 sektor) No Sektor Permintaan Permintaan Akhir Permintaan Antara Total 1 Tabaman 8.435 185.81 194.245 2 Hasil 0.000 33.005 33.005 Pertanian Lain 3 Peternakan 1.332 50.790 52.122 dan Hasil Lainnya 4 Perikanan 0.888 79.708 80.596 Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 (diolah)
6.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto Kota Bogor tahun 2008 (klasifikasi 12 sektor) Struktur nilai tambah bruto kota Bogor dalam Tabel Input Output Kota Bogor tahun 2008 berasal dari 28 sektor dan diagregasi menjadi 12 sektor. Jumlah nilai upah dan gaji di Kota Bogor adalah sebesar Rp 1.4 triliun. Sektor pertanian hanya memiliki nilai upah dan gaji sebesar Rp 9.62 milyar. Untuk nilai upah dan gaji, sektor Perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan menempati peringkat pertama dan kedua dengan nilai upah dan gaji masingmasing sebesar Rp 556.8 milyar dan Rp 213.5 milyar. Dapat dilihat bahwa sektor Perdagangan, hotel dan restoran banyak berperan dalam perekonomian Kota Bogor. Nilai penyusutan yang terbesar dalam perekonomian Kota Bogor dimiliki oleh sektor transportasi dan telekomunikasi yaitu sebesar Rp 161.1 milyar. Penyebab tingginya nilai penyusutan diakibatkan oleh umur kendaraan yang selalu berkurang sehingga dibutuhkannya biaya perawatan dalam peremajaan angkutan kota. Untuk dapat mengetahui struktur nilai tambah Bruto Kota Bogor secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 14. 60
Tabel 14. No
Struktur Nilai Tambah Bruto Kota Bogor Tahun 2008 (Milyar Rupiah) SEKTOR
Upah dan Gaji Nilai (Rp)
1 2
Tabaman Hasil Pertanian Lain Peternakan dan Hasil Lainnya Perikanan
(%)
Surplus Usaha Nilai (Rp)
(%)
9.620
0.68
47.684
1.71
1.000
0.07
3.000
0.11
3.505
0.25
12.376
0.44
1.316
0.09
3,994
0.14
0.112 213.551
0.01 15.06
0.843 329.987
0.03 11.80
32.429
2.29
248.257
8.88
8
Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan air bersih Bangunan
152.842
10.78
92.608
3.31
9
Perdagangan, hotel dan restoran
556.833
39.28
1 552.865
55.55
10
Transportasi & Telekomunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa
192. 451
13.58
324.408
11.60
35.403
2.50
114.924
4.11
218.536
15.42
64.714
2.31
3 4 5 6 7
11 12
Total No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
SEKTOR Tabaman Hasil Pertanian Lain Peternakan dan Hasil Lainnya Perikanan Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Transportasi & Telekomunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa Total
1 417.598 100.00
2 795.661 100.00
Penyusutan Nilai (Rp) (%)
Pajak Tidak Langsung Nilai (Rp) (%)
0.672
0.15
0.586
0.26
0.000
0.00
0.000
0.00
0.395
0.09
0.279
0.12
0.270
0.06
0.177
0.08
0.104
0.02
2.000
0.88
61.862
13.45
37.876
16.59
30.126
6.55
0.430
0.19
23.319 160.897
5.07 34.99
16.618 148.145
7.28 64.87
161.168
35.05
14.082
6.17
12.142
2.64
6.679
2.92
8.923
1.94
1.494
0.65
459.879 100.00
228.366 100.00
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor, 2008 (diolah).
61
Jumlah surplus usaha di Kota Bogor dalam perekonomian Kota Bogor pada Tahun 2008 adalah sebesar Rp 2.8 triliun. Sektor pertanian Kota bogor memiliki nilai surplus usaha sebesar 47.68 milyar, apabila sektor pertanian lebih dikembangkan maka akan dapat memberikan nilai surplus usaha yang lebih besar. Nilai surplus usaha terbesar dimiliki oleh sektor Perdagangan, hotel dan restoran dan industri pengolahan dengan nilai masing-masing sebesar 1.5 triliun dan 330 milyar. Tingginya nilai surplus usaha sektor perdagangan menandakan bahwa Kota Bogor memiliki lingkungan perekonomian yang ramah dan mendukungnya tumbuhnya sektor perdagangan kecil dan menengah. Nilai penyusutan sektor pertanian hanya sebesar Rp 0.67 milyar. Jumlah nilai penyusutan di Kota Bogor dalam perekonomian tahun 2008 adalah sebesar Rp 460 milyar. Komponen akhir lainnya dari struktur nilai tambah bruto adalah pajak tidak langsung. Jumlah nilai pajak tidak langsung di Kota Bogor adalah sebesar Rp 228.36 milyar. Sektor pertanian Kota Bogor memiliki nilai pajak tidak langsung sebesar Rp 0.586 milyar. Nilai pajak tidak langsung terbesar dimiliki oleh sektor Perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar Rp 148.1 milyar dan industri pengolahan memiliki nilai pajak tidak langsung sebesar Rp 37.8 milyar. 6.2.
Pembiayaan Pertanian dalam Struktur APBD Kota Bogor Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang
62
undangan. Berdasarkan strukturnya, belanja dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung. Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006, belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Sedangkan belanja tidak langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait secra langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung meliputi belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil dan keuangan tak terduga. Menurut Kepmendagri No.29 Tahun 2002 struktur belanja dibagi menjadi tiga bagian yaitu untuk aparatur dan pelayanan publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, serta belanja tidak tersangka. Belanja aparatur dan pelayanan publik terdiri dari belanja administrasi umum. Belanja operasional dan pemeliharaan, serta belanja modal. Dalam penelitian ini, akan dilihat struktur belanja berdasarkan Kepmendagri No. Kepmendagri No.29 Tahun 2002 dan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. APBD Sektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2005-2012 Belanja Administrasi Umum
Belanja Operasional dan Pemeliharaan (non DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Total APBD Sektor Pertanian
No
Tahun
1 2
2005 2006
-
1 954 599 150 5 436 487 750
1 463 000 000
1 954 599 150 6 899 487 750
3 4 5 6 7 8
2007 2008 2009 2010 2011 2012
145 856 000 365 806 000 282 781 600 297 092 000 292 586 000 841 379 600
7 408 575 125 3 520 758.000 2 603 410 000 4 493 116 000 3 000 966 000 10 831 971 425
1 476 100 000 881 000 000 3 791 620 000 350 000 000
9 030 531 125 4 767 564 000 2 886 191 600 4 790 208 000 7 085 172 000 11 673 351 025
Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2012 (diolah).
63
Berdasarkan Tabel.15 dapat dilihat bahwa, Jumlah APBD sektor pertanian Kota Bogor mengalami fluktuasi dikarenakan program-program kegiatan yang dilaksanakan pada setiap tahun terdapat perbedaan sehingga jumlah dana yang dianggarkan sesuai dengan kebutuhan program tersebut. Belanja administrasi umum terdiri belanja pengelolaan gaji tenaga kerja kontrak, dan pemeliharaan inventaris
rumah
tangga
SKPD.
Sedangkan
Belanja
Operasional
dan
Pemeliharaan (BOP) berkaitan langsung dengan kegiatan operasional suatu program yang telah direncanakan. Program yang dianggap menjadi suatu program prioritas, dalam pembiayaannya akan dibantu dengan adanya Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dimasukan dalam anggaran BOP. Semua program kegiatan dilaksanakan untuk menunjang pelaksanaan Program Peningkatan Ketahanan Pangan dan Sistem Usaha Agribisnis. DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu yang memenuhi kriteria yang ditetapkan setiap tahun untuk mendapatkan alokasi DAK dan tidak semua daerah mendapatkan alokasi DAK. Fungsi DAK adalah untuk membantu pembiayaan kebutuhan khusus yang merupakan urusan daerah dan merupakan prioritas utama. Kota Bogor mendapatkan DAK pada bidang pertanian dan perikanan, karena sektor ini memiiki potensi yang besar untuk dikembangkan dan dapat mensejahterakan masyarakat. Pada tahun 2005 jumlah APBD sektor pertanian sebesar Rp 1.95 milyar untuk pelaksanaan 18 program kegiatan. Pada tahun 2006 jumlah APBD sektor pertanian sebesar Rp 6.9 milyar untuk pelaksanaan 23 program kegiatan. Pada tahun 2007 Kota Bogor mendapat DAK sebesar Rp 1.47 milyar sehingga jumlah
64
APBD sektor pertanian mencapai Rp 9 milyar untuk pelaksanaan 25 kegiatan. DAK diberikan pada bidang pertanian dan perikanan. Pada tahun 2008 jumlah APBD sektor pertanian sebesar Rp 4.77 milyar termasuk didalamnya DAK pertanian, kelautan dan perikanan serta dana pendamping yang seluruhnya berjumlah 0.88 milyar untuk pelaksanaan 23 program kegiatan. Pada tahun 2009 jumlah APBD sektor pertanian sebesar Rp 2.89 milyar unruk pelaksanaan 20 program kegiatan. Pada tahun 2010 jumlah APBD sektor pertanian sebesar Rp 4.8 milyar untuk pelaksanaan 25 program kegiatan. Pada tahun 2011, jumlah APBD sektor pertanian sebesar Rp 7 milyar untuk pelaksanaan 20 program sedangkan untuk tahun 2012 jumlah APBD sektor pertanian di Kota Bogor sebesar Rp 11.67 milyar untuk pelaksanaan 29 program kegiatan pertanian. APBD sektor pertanian digunakan untuk pembiayaan pelaksanaan program pertanian dalam mewujudkan visi Dinas Pertanian Kota Bogor “Mewujudkan Agribisnis Perkotaan untuk Mendukung Bogor Kota Perdagangan”. Program yang dilaksanakan mengacu pada tiga program dasar yaitu program peningkatan produksi pertanian, program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak serta program peningkatan pemasaran hasil produk pertanian. Untuk melihat lebih detail struktur pembiyaan pembangunan pertanian Kota bogor maka dapat dilihat pada Gambar 8.
65
14.000.000.000 12.000.000.000 10.000.000.000 8.000.000.000 6.000.000.000 4.000.000.000 2.000.000.000
0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Total APBD Sektor Pertanian Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor, 2012 (diolah)
Gambar 8. APBD Sektor Pertanian Kota Bogor (diolah) Tahun 2005-2012 Apabila dalam sektor pertanian terjadi kenaikan belanja pemerintah maka akan menggeser pengeluaran yang direncanakan ke atas, kenaikan belanja pemerintah sebesar ∆G meningkatkan pengeluaran yang direncanakan sebesar jumlah itu untuk semua tingkat pendapatan. Kenaikan dalam pendapatan ∆Y melebihi kenaikan belanja pemerintah ∆G, jadi kebijakan fiskal dapat memiliki dampak pengganda terhadap pendapatan. Untuk itu diperlukan dukungan dari pemerintah Kota Bogor untuk sektor pertanian berupa representasi jumlah anggaran belanja yang dikeluarkan. 6.3.
Keterkaitan Sektor Pertanian dengan Sektor Hulu dan Sektor Hilir Analisis keterkaitan dibagi menjadi dua, yaitu Backward linkage dan
Forward linkage. Backward linkage untuk melihat apakah sektor pertanian mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sektor hulunya sedangkan forward linkage untuk melihat apakah sektor pertanian mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sektor hilirnya. 66
6.3.1 Koefisien Penyebaran (Backward Linkage) Koefisien penyebaran menunjukan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung antara suatu sektor dengan seluruh sektor perekonomian yang ada. Koefisien penyebaran juga dapat dikatakan sebagai efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena peningkatan output sektor yang bersangkutan terhadap output-output sektor lain yang digunakan sebagai input sektor tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung. Tabel 16. Indeks Koefisien Penyebaran Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 9 Sektor) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sektor Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Transportasi &Telekomunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa
Backward Linkage 1.596 1.773 0.947 0.864 0.510 0.324 0.621 1.261 1.102
Sumber : Tabel Input Output Kota Bogor, 2008 (diolah)
Koefisien penyebaran sektor-sektor ekonomi yang ada di Kota Bogor akan ditampilkan pada Tabel 16. dapat dilihat bahwa nilai terbesar koefisien penyebaran dimiliki oleh sektor pertambangan sebesar 1.773, disusul oleh sektor pertanian sebesar 1.596 kemudian sektor keuangan dan persewaan berada di peringkat ketiga dengan nilai sebesar 1.261 dan peringkat ke empat ditempati sektor jasa dengan nilai sebesar 1.102, sedangkan nilai lainnya memiliki koefisien penyebaran kurang dari satu. Nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari satu menunjukan kemampuan bahwa sektor tersebut mampu untuk meningkatkan pertumbuhan
67
industri hulunya. Untuk sektor pertanian, sektor hulu yang dimaksud adalah sektor-sektor yang outputnya digunakan sebagai input sektor pertanian. Sektor tersebut diantaranya industri pupuk, mesin pertanian, bibit, tenaga kerja, jasa transportasi dan industri lain yang terkait dengan kegiatan di sektor pertanian. Tabel 17. Indeks Koefisien Penyebaran Subsektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 9 Sektor) No 1 2 3 4
Sektor
Backward linkage
Tanaman Bahan Makanan Hasil pertanian lain Peternakan Perikanan
1.161 1.548 1.371 1.496
Sumber : Tabel Input Output Kota Bogor, 2008 (diolah).
Berdasarkan Tabel 17. untuk subsektor pertanian di Kota Bogor, seluruh sektornya memiliki nilai koefisien penyebaran lebih dari satu yang berarti bahwa sektor tabaman, hasil pertanian lain, peternakan dan perikanan mampu memberikan dorongan pertumbuhan terhadap sektor-sektor hulunya. 6.3.2. Kepekaan Penyebaran (Forward Linkage) Kepekaan penyebaran sering disebut dengan istilah daya penyebaran ke depan, yaitu suatu indeks yang menunjukan efek relatif yang disebabkan oleh perubahan output suatu sektor ekonomi yang akan menimbulkan perubahan output sektor-sektor lain yang menggunakan output dari sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Kepekaan penyebaran menunjukan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang menggunakan output dari sektor tersebut atau disebut juga sektor hilir.
68
Tabel 18. Indeks Kepekaan Penyebaran Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 9 sektor) No Sektor Forward Linkage 1 Pertanian 0.063 2 Pertambangan 0.001 3 Industri Pengolahan 0.917 4 Listrik, Gas dan air bersih 0.595 5 Bangunan 1.681 6 Perdagangan, hotel dan restoran 1.178 7 Transportasi &Telekomunikasi 0.991 8 Keuangan dan Persewaan 2.087 9 Jasa 1.488 Sumber : Tabel Input Output Kota Bogor, 2008 (diolah)
Tabel 18. menunjukan nilai kepekaan penyebaran dari masing-masing sektor perekonomian yang ada di Kota Bogor. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa sektor pertanian memiliki nilai kepekaan penyebaran sebesar 0.063 dengan nilai kepekaan penyebaran yang kurang dari satu menunjukan bahwa sektor pertanian memiliki daya dorong yang rendah. Sektor pertanian kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya, hal ini disebabkan output dari sektor pertanian banyak dikonsumsi secara langsung. Akan tetapi sektor-sektor yang mempunyai nilai kepekaan penyebaran yang kecil bukan berarti tidak dapat diandalkan sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi wilayah. Tabel 19. Indeks Kepekaan Penyebaran Subsektor Pertanian BogorTahun 2008 (Klasifikasi 12 sektor) No 1 2 3 4
Sektor Tanaman Bahan Makanan Hasil pertanian lain Peternakan Perikanan
Kota
Forward Linkage 0.156 0.000 0.041 0.023
Sumber : Tabel Input Output Kota Bogor, 2008 (diolah).
Pada subsektor pertanian Kota Bogor, sektor yang memiliki nilai kepekaan penyebaran terbesar adalah sektor tabaman. Dari hasil analisis kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran terlihat bahwa indeks kepekaan penyebaran
69
lebih rendah jika dibandingkan dengan koefisien penyebaran. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian lebih banyak dipengaruhi daripada mempengaruhi pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kota Bogor. 6.3.3 Analisis Multiplier Analisis
multiplier digunakan untuk
mengetahui perubahan dari
permintaan akhir terhadap suatu sektor terhadap pertumbuhan output, pendapatan, tenaga kerja dan seluruh sektor perekonomian di Kota Bogor. Analisis multiplier yang digunakan pada penelitin ini adalah analisis multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja. 1.
Multiplier Output Nilai multiplier output adalah besar perubahan output yang dialami oleh
semua sektor dalam perekonomian akibat permintaan akhir suatu sektor.. Untuk Kota Bogor sektor pertanian memiliki nilai multiplier output kedua terbesar setelah sektor pertambangan dan dapat dilihat pada Tabel.20 Tabel 20. Nilai Multiplier Output 9 Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sektor Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Transportasi &Telekomunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa
Multiplier Output 2.441 2.811 1.890 1.944 1.496 1.307 1.690 2.799 2.212
Sumber : Tabel Input Output Kota Bogor, 2008 (diolah).
Pada hasil pengolahan Tabel Input Output Kota Bogor tahun 2008 dapat dilihat bahwa sektor pertanian memiliki nilai multiplier output sebesar 2.441 dan dapat diartikan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta
70
rupiah pada sektor pertanian maka akan meningkatkan jumlah output yang dihasilkan sektor tersebut dan sektor pertanian lain dalam perekonomian sebesar Rp 2 441 000 Tabel 21. No 1 2 3 4
Nilai Multiplier Output Subsektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008 Sektor Multiplier Output
Tanaman Bahan Makanan Hasil pertanian lain Peternakan Perikanan
2.059 2.973 2.482 2.371
Sumber : Tabel Input Output Kota Bogor, 2008 (diolah)
Berdasarkan Tabel 21. dapat dilihat bahwa pada subsektor pertanian seperti sektor tabaman, hasil pertanian lain, peternakan dan perikanan memiliki nilai multiplier output diatas 2. Sektor hasil pertanian lain memiliki nilai multiplier output terbesar pada sektor pertanian yaitu sebesar 2.973 yang berarti apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah maka akan meningkatkan jumlah output yang dihasilkan sebesar Rp 2 973 000. 2.
Multiplier Pendapatan Nilai multiplier pendapatan menunjukkan besarnya pendapatan yang
diterima oleh pekerja dan perusahaan yang bergerak pada suatu sektor, yang diakibatkan dari kenaikan barang atau jasa yang dihasilkan oleh sektor tersebut terhadap seluruh sektor perekonomian termasuk sektor pertanian sendiri. Dari hasil olahan Tabel Input Output Kota Bogor tahun 2008 maka dapat dilihat untuk sektor pertanian memiliki nilai multiplier pendapatan sebesar 15.124 yang berarti apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu juta pada sektor pertanian maka akan meningkatkan pendapatan semua sektor dalam sektor perekonomian termasuk sektor tersebut sebesar Rp 15 124 000.
71
Tabel 22. Nilai Multiplier Pendapatan 9 Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 No Sektor Multiplier Pendapatan 1 Pertanian 15.124 2 Industri Pengolahan 2.231 3 Listrik, Gas dan air bersih 3.890 4 Bangunan 1.364 5 Perdagangan, hotel dan restoran 1.269 6 Transportasi &Telekomunikasi 1.677 7 Keuangan dan Persewaan 5.885 8 Jasa 1.964 Sumber : Tabel Input Output Kota Bogor, 2008 (diolah)
Berdasarkan Tabel 23. untuk subsektor pertanian dapat dilihat nilai multiplier pendapatan yang besar dimiliki oleh subsektor perikanan yaitu sebesar 34.548 yang memiliki arti apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah maka
maka akan meningkatkan pendapatan semua sektor dalam
sektor perekonomian termasuk sektor tersebut sebesar Rp 34 548 000. Tabel 23. No 1 2 3
Nilai Multiplier Pendapatan Subsektor Pertanian Kota Bogor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008 Sektor Multiplier Pendapatan Tanaman Bahan Makanan 5.638 Peternakan 10.591 Perikanan 34.548
Sumber : Tabel Input Output Kota Bogor, 2008 (diolah).
Perikanan yang dimaksud adalah budidaya ikan hias, usaha ikan hias selain tidak membutuhkan lahan yang luas keunggulan sektor ini adalah dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak sehingga pemerintah Kota Bogor memfokuskan untuk mengembangkan sektor ini sehingga dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata. Nilai multiplier pendapatan sektor hasil pertanian lain tidak dimasukan dalam tabel karena memiliki nilai yang terlalu ekstreme karena adanya penurunan matriks koefisien teknis dari Tabel Input Output Kota Bandung tahun 2003.
72
3.
Multiplier Tenaga Kerja Nilai multiplier tenaga kerja menunjukan banyaknya kesempatan kerja
yang diciptakan akibat dari kenaikan barang atau jasa yang dihasilkan dan pendapatan yang yang diterima oleh pekerja atau perusahaan dari suatu sektor terhadap seluruh sektor perekonomian Kota Bogor. Sektor yang dapat menyerap banyak tenaga kerja dapat mengatasi jumlah pengangguran yang ada dalam suatu wilayah. Tabel 24. No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nilai Multiplier Tenaga Kerja Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 Sektor Multiplier Tenaga Kerja Pertanian 2.440 Industri Pengolahan 2.512 Listrik, Gas dan air bersih 1.605 Bangunan 1.676 Perdagangan, hotel dan restoran 1.290 Transportasi &Telekomunikasi 3.564 Keuangan dan Persewaan 3.104 Jasa 1.733
Sumber : Tabel Input Output Kota Bogor, 2008 (diolah).
Berdasarkan Tabel 24. dapat dilihat bahwa sektor pertanian memiliki nilai multiplier tenaga kerja sebesar 2.440 yang berarti apabila terjadi peningkatan output pada sektor pertanian sebesar satu juta rupiah, maka akan menciptakan lapangan kerja sebanyak 2 orang pada semua sektor perekonomian. Nilai untuk sektor pertambangan tidak ditampilkan karena terdapat perhitungan yang ekstrem. Tabel 25. Nilai Multiplier Tenaga Kerja Subsektor Pertanian Kota Bogor Pertanian Kota Bogor Tahun 2008 No Sektor Multiplier Tenaga Kerja 1 Tanaman Bahan Makanan 2.022 2 Hasil pertanian lain 1.635 3 Peternakan 3.208 4 Perikanan 5.965 Sumber : Tabel Input Output Kota Bogor, 2008 (diolah).
73
Sektor Perikanan merupakan sektor yang memiliki nilai multiplier tenaga kerja terbesar pada subsektor pertanian yaitu sebesar 5.965 yang berarti apabila terjadi kenaikan output pada sektor perikanan sebesar satu juta rupiah, maka akan menciptakan lapangan kerja sebanyak 6 orang pada semua sektor perekonomian di Kota Bogor. 6.4.
Analisis Dampak Pengeluaran Dalam menganalisis dampak pengeluaran pemerintah yang dikeluarkan
untuk sektor pertanian Kota Bogor terhadap pembentukan output, pendapatan dan tenaga kerja, maka dalam penelitian ini digunakan data pengeluaran pemerintah yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran 2012. Pada analisis dampak ini besaran anggaran yang digunakan berasal dari APBD Kota Bogor sebesar Rp 11.67 milyar yang diperuntukan untuk pelaksanaan 29 program kegiatan di sektor pertanian. Analisis dampak digunakan agar dapat diketahui besarnya peningkatan yang terjadi setelah adanya pengeluaran pemerintah terhadap pembentukan output, pendapatan dan tenaga kerja 6.4.1. Dampak Pengeluaran Sektor Pertanian terhadap Tingkat Output Nilai pengeluaran pemerintah yang dialokasikan untuk sektor pertanian Kota Bogor adalah sebesar Rp 11.67 milyar untuk pelaksanaan 29 kegiatan. Dengan adanya anggaran tersebut diharapkan dapat menjadi stimulan sektorsektor terkait untuk dapat menghasilkan tambahan output. Untuk itu dapat dilihat dampak pengeluaran pemerintah terhadap pembentukan output pada tabel 6.17 dibawah ini.
74
Tabel 26. Dampak Pengeluaran Pemerintah di sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output Kota Bogor (Juta Rupiah) No
Sektor
1 2 3
Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Transportasi &Telekomunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa Jumlah
4 5 6 7 8 9
Final demand 11673. 35 0.00 0.00
Indust Sup 104.81 0.04 2958.49
Total
Percent
Flow-on
Percent
11778.16 0.04 2958.49
41.34 0.00 10.38
104.81 0.04 2958.49
0.62 0.00 17.59
0.00
80.34
80.34
0.28
80.34
0.48
0.00 0.00
1361.15 7464.16
1361.15 7464.16
4.78 26.20
1361.15 7464.16
8.09 44.38
0.00
506.98
506.98
1.78
506.98
3.01
0.00
1256.59
1256.59
4.41
1256.59
7.47
0.00 11673.35
3086.21 16818.77
3086.21 28492.12
10.83 100.00
3086.21 16818.77
18.35 100.00
Sumber : Tabel Input Output Kota Bogor, 2008 (diolah).
Pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian tentunya tidak hanya akan berdampak pada sektor tersebut, melainkan terhadap sektor lainnya karena antara sektor satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan. Berdasarkan hasil perhitungan tabel, dapat dilihat bahwa ketika ada shock pengeluaran pemerintah di sektor pertanian sebesar Rp 11.67 milyar maka sektor yang paling besar menerima dampak dari adanya shock pengeluaran pemerintah adalah sektor Perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar Rp 7.47 milyar kemudian sektor jasa dan sektor industri pengolahan masing-masing sebesar Rp 3.09 milyar dan Rp 2.96 milyar. Secara keseluruhan dampak total yang diberikan untuk output perekonomian Kota Bogor adalah sebesar Rp 28.5 milyar. 6.4.2. Dampak Pengeluaran Sektor Pertanian terhadap Tingkat Pendapatan Pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian tidak hanya berdampak pada tingkat pembentukan output melainkan juga pada tingkat pendapatan rumah tangga. Apabila jumlah output yang dihasilkan meningkat maka pendapatan yang akan diterima rumah tangga pun akan meningkat.
75
Tabel 27.
Dampak Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pertanian terhadap Tingkat Pendapatan Rumah Tangga di Kota Bogor (Juta Rupiah) Final demand
Indust Sup
206.28 0.00
1.85 0.00
208.13 0.00
6.67 0.00
1.85 0.00
0.06 0.00
0.00
297.51
297.51
9.54
297.51
10.21
0.00
3.77
3.77
0.12
3.77
0.13
0.00
378.05
378.05
12.12
378.05
12.98
0.00
1298.23
1298.23
41.61
1298.23
44.56
0.00
82.35
82.35
2.64
82.35
2.83
0.00
69.64
69.64
2.23
69.64
2.39
0.00 782.00 782.00 Jumlah 206.28 2913.41 3119.69 Sumber : Tabel Input Output Kota Bogor, 2008 (diolah).
25.07 100.00
782.00 2913.41
26.84 100.00
No
Sektor
1 2 3
Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan air bersih Bangunan
5 6 7 8 9
Perdagangan, hotel dan restoran Transportasi &Telekomunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa
Total
Percent
Flowon
Percent
Jika dilihat pada Tabel 27. sektor yang paling besar menerima dampak akibat adanya shock pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian adalah sektor Perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 1.3 milyar kemudian berada pada peringkat kedua dan ketiga adalah sektor jasa dan sektor industri pengolahan. Kedua sektor tersebut masing-masing memiliki nilai sebesar Rp 782 juta dan Rp 297.5 juta. Dampak total yang diberikan untuk pendapatan dalam perekonomian Kota Bogor secara keseluruhan adalah sebesar Rp 3.12 milyar. 6.4.3 Dampak Pengeluaran Sektor Pertanian terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Adanya pengeluaran tentunya tidak berdampak pada pembentukan output dan output melainkan juga terhadap pembentukan tenaga kerja. Pengeluaran yang dikeluarkan terhadap suatu sektor tidak hanya akan berpengaruh pada sektor tersebut melainkan terhadap seluruh sektor yang berkaitan. Untuk melihat dampak pengeluaran pemerintah terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 28. 76
Tabel 28. No
Dampak Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pertanian terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor (Juta Rupiah) Sektor
Final demand
Indust Sup
1 2 3
Total
Pertanian 510.94 4.59 515.53 Pertambangan 0.00 0.00 0.00 Industri 0.00 57.55 57.55 Pengolahan 4 Listrik, Gas dan 0.00 5.90 5.90 air bersih 5 Bangunan 0.00 40.79 40.79 6 Perdagangan, 0.00 301.82 301.82 hotel dan restoran 7 Transportasi 0.00 5.75 5.75 &Telekomunikasi 8 Keuangan dan 0.00 60.95 60.95 Persewaan 9 Jasa 0.00 258.50 258.50 Jumlah 510.94 735.85 124.79 Sumber : Tabel Input Output Kota Bogor, 2008 (diolah).
Percent
Flowon
Percent
41.35 0.00 4.62
4.59 0.00 57.55
0.62 0.00 7.82
Tenaga Kerja (org) 2774 0 1133
0.47
5.90
0.80
74
3.27 24.21
40.79 301.82
5.54 41.02
554 129
0.46
5.75
0.78
44
4.89
60.95
8.28
250
20.73 100.00
258.50 735.85
35.13 100.00
177 3137
Berdasarkan Tabel 28. dapat dilihat bahwa dampak pengeluaran di sektor pertanian akan berdampak paling besar terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian itu sendiri yaitu sebesar 2774 orang kemudian terhadap industri pengolahan sebesar 1133 orang. Industri pengolahan merupakan sektor hilir sektor pertanian sehingga dengan adanya injeksi dana di sektor pertanian maka dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sektor hilir nya selain sektoor pertanian itu sendiri. 6.4.4 Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Daerah Kota Bogor Kota Bogor memiliki sebuah visi yaitu ″Kota Perdagangan dengan Sumberdaya Manusia Produktif dan Pelayanan Prima“, diperlukan strategi pengembangan sektor pertanian berbasis agribisnis. Potensi sumberdaya pertanian/perikanan akan dimanfaatkan secara optimal melalui peningkatan produksi/produktivitas secara menyeluruh untuk memantapkan ketahanan pangan dan meningkatkan usaha agribisnis.
77
Sebagai wilayah perkotaan, Kota Bogor memiliki potensi sumber daya lahan pertanian yang terbatas karena adanya berbagai kepentingan baik untuk pembangunan sarana/prasarana, perumahan dan fasilitas umum lainnya. Walaupun demikian secara umum Kota Bogor masih memiliki potensi pertanian yang cukup besar untuk pengembangan tanaman pangan/hortikultura, peternakan dan usaha perikanan serta pengolahan dan pemasaran produk pertanian yang mempunyai nilai tambah. Pengembangan agribisnis perkotaan yang dicanangkan sejak beberapa tahun yang lalu merupakan alternatif pengembangan sektor pertanian di wilayah perkotaan. Keterbatasan lahan pertanian menyebabkan produksi pertanian sulit untuk ditingkatkan. Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan produktivitas sumberdaya pertanian untuk mempertahankan produksi lokal dan pemanfaatan lahan
pekarangan.
Pemanfaatan
lahan
pekarangan
dimaksudkan
untuk
meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan sebagai usaha sampingan untuk menambah pendapatan keluarga. Produk-produk pertanian dalam bentuk alaminya bersifat perisable atau tidak tahan lama, oleh sebab itu diperlukan metode untuk mempertahankan daya simpan sekaligus meningkatkan nilai tambah dan memperbaiki kualitas dengan proses pengolahan hasil. Beberapa produk pengolahan hasil yang sudah dikembangkan diantaranya olahan tanaman pangan dan hortikultura (jus jambu biji, keripik pisang, olahan talas (dodol, keripik, ice cream, tepung dll), manisan buah, buahan, nata de aloe dan sebagainya. Olahan dari produk daging misalnya dendeng, baso, nugget, kerupuk kulit ayam dan lain sebagainya. Produk olahan
78
dari ikan diantaranya fillet ikan, kerupuk kulit ikan, baso ikan, ikan balita dan abon ikan. Berdasarkan hasil pembahasan diatas secara umum sektor pertanian memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor perdagangan, sektor jasa dan sektor industri pengolahan yang merupakan sektor hilir dari sektor pertanian. sektor pertanian merupakan sektor primer yang pada dasarnya output dari sektor pertanian digunakan sebagai input sektor lain. Agroindustri merupakan sektor yang sangat berkembang di Kota Bogor dimana agroindusti menggunakan sektor pertanian merupakan input dari proses produksinya. Untuk itu sektor pertanian perlu didukung untuk mewujudkan visi Kota Bogor yang ingin mewujudkan Bogor sebagai Kota Perdagangan.
79
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input Output Kota Bogor
klasifikasi 12 sektor dan 9 sektor terlihat bahwa peranan sektor industri pertanian dalam perekonomian Kota Bogor belum terlalu signifikan hal ini terlihat dari permintaan antara dan akhir Kota Bogor, strukrur nilai bruto, analisis keterkaitan, dampak penyebaran dan analisis multiplier. Peranan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian berdampak terhadap seluruh sektor perekonomian di Kota Bogor. 1.
Sektor pertanian memiliki nilai permintaan antara sebesar Rp.10.66 juta, permintaan akhir Rp.393.3 juta dan permintaan total sebesar Rp.359.97 juta.
2.
Total APBD sektor pertanian Kota Bogor tergantung banyak dan jenis program kegiatan
3.
Analisis keterkaitan (linkage) menunjukan bahwa sektor pertanian memiliki nilai backward linkage yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan forward linkage. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian memiliki kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan output sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan sektor pertanian untuk mendorong sektor hilirnya dikarenakan output sektor pertanian sedikit jumlahnya dan habis dikonsumsi secara langsung. Berdasarkan hasil analisis multiplier output dan pendapatan rumah tangga sektor pertanian memiliki kemampuan untuk meningkatkan perekonomian Kota Bogor.
4.
Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak pengeluaran pemerintah, sektor
pertanian
memiliki keterkaitan
yang
erat
dengan sektor
perdagangan hotel dan restoran, sektor jasa dan sektor industri pengolahan. Pengeluaran pemerintah di sektor pertanian tentunya akan berdampak besar bagi sektor-sektor tersebut dan dapat mewujudkan visi Kota Bogor yaitu “Kota Perdagangan dengan Sumberdaya Manusia Produktif dan Pelayanan Prima“. 7.2.
Saran Melihat hasil analisis Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008, maka
saran yang dapat dikemukakan dalam upaya meningkatkan peranan sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian Kota Bogor adalah sebagai berikut : 1.
Meningkatkan kerjasama dengan mitra kerja Dinas Pertanian untuk memperluas akses permodalan, pola kemitraan dengan perusahaan swasta sekaligus memperbanyak jejaring pasar sehingga sektor pertanian tidak hanya mengandalkan dana dari pemerintah Kota Bogor.
2.
Anggaran untuk sektor pertanian dapat lebih ditingkatkan agar dapat menjadi insentif bagi para petani untuk tidak mengkonversi lahan pertanian karena posisi Kota Bogor dapat menjadi pusat perdagangan regional serta
memungkinkan untuk memperluas jaringan pemasaran
produk-produk pertanian ke wilayah Ibukota Jakarta dan daerah sekitarnya. 3.
Adanya perencanaan tata ruang wilayah yang lebih baik, sehingga sektor pertanian yang tersisa tidak semakin hilang setiap tahunnya. Jika sektor pertanian lebih diperhatikan maka jumlah output yang akan dialokasikan
81
akan meningkat dan dapat menumbuhkan sektor hilir dari sektor pertanian tersebut. 4.
Sektor pertanian Kota Bogor harus lebih difokuskan pada kegiatan agribisnis seperti upaya peningkatan produktivtas dan kualitas produk tanaman, ternak dan perikanan serta peningkatan pengolahan hasil pertanian.
5.
Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai dampak pengeluaran pada sektor pertanian jika dibandingkan dengan sektor lainnya.
82
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Kompas Media Nusantara. Jakarta Arnella. 2001. Analisis Dampak Pengeluaran Pemerintah di sektor Pertanian terhadap Kinerja Sektor Pertanian di Provinsi Jawa barat .Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, Depok. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor 2010. Penyusunan Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun Anggaran 2010. BAPPEDA. Bogor. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat 2009. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat 2009. Bappeda Jawa Barat, Bandung. Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2011. Kota Bogor Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Bogor Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Pertanian 2003. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2008. Teknik Penyusunan Tabel Input Output. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Daryanto,A. Y Hafizrianda. 2010. Analisis Input-Output dan Social Accounting Matrix untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. IPB Press. Bogor. Departemen Pertanian. 2009. Kebijakan Pemda dalam Alokasi Anggaran dan Penyusunan Perda untuk Mengakselerasi Pembangunan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. Dinas Pertanian Kota Bogor. 2010. Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Dinas Pertanian Kota Bogor, Bogor. _______________________. 2005. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2005. Dinas Pertanian Kota Bogor, Bogor. _______________________. 2006. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2006. Dinas Pertanian Kota Bogor, Bogor. _______________________. 2007. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2007. Dinas Pertanian Kota Bogor, Bogor. _______________________. 2008. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2008. Dinas Pertanian Kota Bogor, Bogor. _______________________. 2009. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2009. Dinas Pertanian Kota Bogor, Bogor.
___________________. 2010. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2010. Dinas Pertanian Kota Bogor, Bogor. ___________________. 2011. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kota Bogor Tahun 2011. Dinas Pertanian Kota Bogor, Bogor. Hadianto, A.2010. Analisis Pertumbuhan Sektor Berbasis Kehutanan dan Dampaknya terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia: Pendekatan Input-Output Miyazawa [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hidayat, I.P.2012.’Efektivitas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah’.http://imanph.wordpress.com/2009/02/19/perananpenatausahaan-keuangan-daerah-dalam-meningkatkan-efektivitaspelaksanaan-apbd/. Diakses pada tanggal 10 Maret 2012. Manaf. 2000. Pengaruh Subsidi Harga Pupuk Terhadap Pendapatan Petani: Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Tesis Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mankiw, G.N. 2006. Makroekonomi Edisi Keenam.Erlangga, Jakarta. MaSadoluet, de Janvry. 1995. “Accounting for The Linkage of Agriculture in Hawaii’s Economy with An Output-Input Model: a Final Demand Base Approach” , Departement of Agriculture and Resource Economic, University of Hawaii USA. Mulyani, S. 2007. Dampak Restrukturisasi Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Terhadap Kinerja Perekonomian Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Murbiyanto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian.PT.Pustaka LP3ES. Jakarta. Nasoetion, A.H. 2002. Pengantar Ke Ilmu- ilmu Pertanian. PT Pustaka Litera Antar Nusa, Bogor. Priyarsono D.S, Sahara, Firdaus M, 2007. Ekonomi Regional. Universitas Terbuka, Jakarta Puspitawati, Eka. 2000. Analisis Peranan Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan terhadap Perekonomian Propinsi Kalimantan Timur (Berdasarkan Analisis Input- Output). Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Putri, S.A.C. 2008. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Bangka Belitung (Analisis Input Output) .Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
84
Rimaru. 2012. ‘Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)’.http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Fungsi+Anggaran+P endapatan+dan+Belanja+Daerah&source=web&cd=6&ved=0CE8QFjAF &url=http%3A%2F%2Frimaru.web.id%2Ffungsi-anggaran-pendapatandan-belanja-daerahapbd%2F&ei=r3OfT6DdBIzprQe0xPjMAQ&usg=AFQjCNGrqlVE93Dis EL-ET-DK4tYWcPaoQ&cad=rja. Diakses pada tanggal 1 Mei 2012. Septiawati, D. 2010. Analisis Dampak Revitalisasi Sektor Pertanian terhadap Kinerja Perekonomian Nasional (Analisis Input Output). Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tambunan, T.T.H. 2003. Perekonomian Indonesia.Ghalia Indonesia. Jakarta. Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional. Bumi Aksara, Jakarta. Wibowo, Triyanto. 2009. Analisis Peranan Sektor Pertanian dan Dampak Investasinya terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Analisis InputOutput). Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
85
LAMPIRAN
86
Lampiran 1. Klasifikasi Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Berdasarkan Tabel Input - Output Kota Bogor Tahun 2008 Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 87
Klasifikasi 28 Sektor Tanaman bahan makanan Hasil Pertanian lain Peternakan dan hasil lainnya Perikanan Pertambangan dan penggalian Industri makanan, minuman, tembakau Tekstil, barang kulit, dan alas kaki Barang kayu dan hasil hutan lainnya Pupuk, kimia, dan barang dari karet Listrik Gas Air bersih Bangunan Perdagangan Besar UMKM Hotel Besar Hotel Kecil dan Menengah Restoran Besar Restoran Kecil dan Menengah Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Pos dan Telekomunikasi
Kode 1 2 3 4 5 6
Klasifikasi 12 Sektor Tanaman bahan makanan Hasil Pertanian lain Peternakan dan hasil lainnya Perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan
Kode Klasifikasi 9 Sektor 1 Pertanian
2 Pertambangan dan penggalian 3 Industri Pengolahan
7 Listrik, Air, dan Gas
4 Listrik, Air, dan Gas
8 Bangunan 9 Perdagangan, hotel dan restoran
5 Bangunan 6 Perdagangan, hotel dan restoran
10 Transportasi dan Komunikasi
7 Transportasi dan Komunikasi
24 25 26 27 28 190 201 202 203 204 205 210 301 302 304 TK
88
Bank dan Lembaga Keuangan Sewa Bangunan Jasa Perusahaan Jasa Pemerintahan umum Jasa swasta Jumlah Input Antara Upah &Gaji Impor Antara Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tidak Langsung Total Input JPA Final Demand Total Output Tenaga Kerja
11 Keuangan dan Persewaan
8 Keuangan dan Persewaan
12 Jasa
9 Jasa
Lampiran 2. Tabel Input Output Kota Bogor Tahun 2008 (klasifikasi 9 Sektor) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 190 201 202 203 204 206 Jumlah Input Primer TOTAL INPUT
89
1
2
3
4
5
6
301
302
304
6.792 0 116.697 2.338 34.001 405.940 11.046 19.379 131.010 727.204 14.442 7.162 64.056 1.338 1.043
0 0 1.557 220 13.398 64.656 8.490 38.280 13.311 139.911 112 168 843 104 2
3.128 16 604.004 12.821 8.392 432.268 30.201 30.149 26.149 1.147.127 213.617 356.009 329.811 61.873 37.876
0 0 46.923 31.198 22.901 97.967 14.004 94.396 28.476 335.864 32.471 48.832 245.382 30.155 438
0 5 2.761 101 100.614 14.420 9.822 24.062 11.352 163.137 152.762 107.895 92.553 23.305 16.629
736 0 189.916 2.870 28.139 247.819 27.946 46.602 40.722 584.749 556.825 203.285 1.552.715 160.903 148.167
7 1 2 7.679 2.778 14.115 35.366 176.500 97.784 66.683 400.909 192.374 81.085 324.402 161.214 14.078
8 0 0 332 1.069 3.823 194 7.820 227.445 126.528 367.211 27.643 15.162 89.609 9.459 5.203
9 74 3 56.144 2.063 177.205 20.219 21.348 59.074 237.278 573.407 225.875 11.551 90.040 11.592 2.961
10.730 25 1.026.014 55.458 402.587 1.318.849 307.177 637.171 681.509 4.439.520 1.416.121 831.150 2.789.410 459.942 226.397
349.313 73.610 2.345.518 131.007 243.859 1.462.193 397.438 168.224 551.857 5.723.020
360.043 73.635 3.371.532 186.465 646.446 2.781.042 704.615 805.395 1.233.366 10.162.540 1.416.121 831.150 2.789.410 459.942 226.397
88.041
1.227
999.185
357.278
393.143
2.621.895
773.153
147.077
342.020
5.723.020
0
5.723.020
815.245
141.139
2.146.312
693.143
556.280
3.206.644
1.174.062
378.279
1.051.436
10.162.540
15.885.560
Lampiran 3. Tabel Input Output Kota Bogor Tahun 2008 (klasifikasi 12 Sektor) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 190 201 202 203 204 206 Jumlah Input Primer TOTAL INPUT
90
1
2
3
4
5
4.433 0 39 0 0 11.968 897 4.803 156.119 2.510 2.168 4.568 187.505 9.620 5.201 47.684 672 586
0 3 0 0 0 18.244 1.238 23.061 36.363 4.778 10.759 116.167 210.613 1 1 3 0 0
434 0 1.252 0 0 64.093 131 339 60.308 555 2.655 9.968 139.735 3.505 1.100 12.376 395 279
31 0 1 600 0 22.391 72 5.798 153.150 3.203 3.798 307 189.352 1.316 861 3.994 270 177
0 0 0 0 0 1.557 220 13.398 64.656 8.490 38.280 13.311 139.911 112 168 843 104 2
6 3.007 0 39 81 16 604.004 12.821 8.392 432.268 30.201 30.149 26.149 1.147.127 213.617 356.009 329.811 61.873 37.876
7 0 0 0 0 0 46.923 31.198 22.901 97.967 14.004 94.396 28.476 335.864 32.471 48.832 245.382 30.155 438
8 0 0 0 0 5 2.761 101 100.614 14.420 9.822 24.062 11.352 163.137 152.762 107.895 92.553 23.305 16.629
63.763 251.267
5 210.617
17.656 157.391
6.618 195.969
1.227 141.139
999.185 2.146.312
357.278 693.143
393.143 556.280
Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 190 201 202 203 204 206 Jumlah Input Primer TOTAL INPUT
91
9 502 0 88 145 0 189.916 2.870 28.139 247.819 27.946 46.602 40.722 584.749 556.825 203.285 1.552.715 160.903 148.167 2.621.895 3.206.644
10 1 0 0 0 2 7.679 2.778 14.115 35.366 176.500 97.784 66.683 400.909 192.374 81.085 324.402 161.214 14.078 773.153 1.174.062
11 0 0 0 0 0 332 1.069 3.823 194 7.820 227.445 126.528 367.211 27.643 15.162 89.609 9.459 5.203 147.077 378.279
12 39 0 15 19 3 56.144 2.063 177.205 20.219 21.348 59.074 237.278 573.407 225.875 11.551 90.040 11.592 2.961 342.020 1.051.436
301 8.446 3 1.436 846 25 1.026.014 55.458 402.587 1.318.849 307.177 637.171 681.509 4.439.520 1.416.121 831.150 2.789.410 459.942 226.397 5.723.020 10.162.540
302 185.810 33.005 50.790 79.708 73.610 2.345.518 131.007 243.859 1.462.193 397.438 168.224 551.857 5.723.020
304 194.255 33.008 52.226 80.554 73.635 3.371.532 186.465 646.446 2.781.042 704.615 805.395 1.233.366 10.162.540 1.416.121 831.150 2.789.410 459.942 226.397 5.723.020 15.885.560
Lampiran 4. Matriks Kebalikan Leontif Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2008 (Klasifikasi 9 Sektor) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
1 1,00898 0,00000 0,25344 0,00688 0,11660 0,63942 0,04343 0,10765 0,26438 2,44078
2 0,00028 1,00000 0,08452 0,00550 0,19229 0,55679 0,11265 0,53795 0,32082 2,81080
3 0,00216 0,00001 1,39045 0,01041 0,02208 0,32699 0,03324 0,05565 0,04947 1,88996
4 0,00024 0,00000 0,11986 1,05445 0,08095 0,20526 0,04529 0,27999 0,15804 1,94408
5 0,00004 0,00001 0,01712 0,00096 1,22540 0,04355 0,03395 0,10444 0,07015 1,49562
6 0,00039 0,00000 0,08666 0,00199 0,01970 1,11030 0,01670 0,03725 0,03363 1,30662
7 0,00007 0,00000 0,02703 0,00441 0,05334 0,05344 1,20699 0,19162 0,15298 1,68988
8 0,00014 0,00000 0,05584 0,00690 0,15738 0,03759 0,06310 1,86036 0,61799 2,79931
9 0,00032 0,00001 0,12267 0,00546 0,32526 0,07773 0,05980 0,19707 1,42343 2,21176
Total 1,01262 1,00005 2,15758 1,09696 2,19299 2,05077 1,61516 3,37179 3,09088 18,58881
Lampiran 5. Matriks Koefisien Teknis Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 9 Sektor) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
92
1
2 0,00836 0,00000 0,13299 0,00314 0,03910 0,51760 0,01485 0,02558 0,15366 0,89227
3 0,00000 0,00000 0,01026 0,00170 0,08905 0,47643 0,06595 0,25771 0,09022 0,99132
4 0,00148 0,00001 0,26482 0,00663 0,00371 0,21211 0,01562 0,01351 0,01180 0,52963
5 0,00000 0,00000 0,06321 0,04596 0,03113 0,14765 0,02225 0,12998 0,03948 0,48326
6 0,00000 0,00001 0,00468 0,00020 0,17194 0,02732 0,01962 0,04165 0,01978 0,28520
7 0,00023 0,00000 0,05525 0,00098 0,00826 0,08067 0,00959 0,01386 0,01219 0,18103
8 0,00000 0,00000 0,00604 0,00258 0,01120 0,03112 0,16370 0,07860 0,05397 0,34721
9 0,00000 0,00000 0,00062 0,00236 0,00720 0,00041 0,01722 0,43415 0,24317 0,70513
0,00008 0,00000 0,05866 0,00254 0,18685 0,02364 0,02631 0,06309 0,25515 0,61632
Total 0,00086 0,00000 0,11680 0,00419 0,04106 0,12372 0,02637 0,06349 0,06931 0,44581
Lampiran 6. Nilai Multiplier Output Kota Bogor tahun 2008 (Klasifikasi 9 Sektor) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Initial 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000
First round 0,89227 0,99132 0,52963 0,48326 0,28520 0,18103 0,34721 0,70513 0,61632
Indust Sup Consumption 0,54851 0,00000 0,81948 0,00000 0,36033 0,00000 0,46081 0,00000 0,21042 0,00000 0,12559 0,00000 0,32467 0,00000 1,09418 0,00000 0,59543 0,00000
Total 2,44078 2,81080 1,88996 1,94408 1,49562 1,30662 1,68988 2,79931 2,21176
Elasticity 2,38148 2,80945 1,22455 1,50029 0,53030 0,71589 1,04709 0,55667 0,94862
Type I 2,44078 2,81080 1,88996 1,94408 1,49562 1,30662 1,68988 2,79931 2,21176
Type II 2,44078 2,81080 1,88996 1,94408 1,49562 1,30662 1,68988 2,79931 2,21176
Type I
Type II
15,12373 366,66451 2,23063 3,88982 1,36372 1,26889 1,67748 5,88453 1,96447
15,12373 366,66451 2,23063 3,88982 1,36372 1,26889 1,67748 5,88453 1,96447
Lampiran 7. Nilai Multiplier Pendapatan Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 9 Sektor) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9
93
Initial 0,01767 0,00079 0,10056 0,04696 0,27775 0,17393 0,16242 0,05542 0,25339
First round 0,15715 0,15656 0,07116 0,06383 0,06350 0,02735 0,05387 0,09072 0,13445
Indust Sup Consumption 0,09242 0,00000 0,13185 0,00000 0,05260 0,00000 0,07188 0,00000 0,03753 0,00000 0,01942 0,00000 0,05617 0,00000 0,18000 0,00000 0,10994 0,00000
Total 0,26725 0,26920 0,22431 0,18268 0,37877 0,22070 0,27246 0,32614 0,49777
Elasticity 14,75630 366,48876 1,44528 3,00186 0,48354 0,69522 1,03940 1,17020 0,84256
Lampiran 8. Nilai Multiplier Tenaga Kerja Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 9 Sektor) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9
94
Initial 0,04377 0,00218 0,01945 0,07344 0,02997 0,04044 0,01134 0,04851 0,08376
First round 0,03942 0,04306 0,01621 0,02164 0,01026 0,00647 0,01209 0,04204 0,03262
Indust Sup Consumption 0,02362 0,00000 0,04152 0,00000 0,01333 0,00000 0,02276 0,00000 0,00998 0,00000 0,00524 0,00000 0,01698 0,00000 0,06001 0,00000 0,02878 0,00000
Total 0,10681 0,08676 0,04899 0,11784 0,05022 0,05215 0,04040 0,15055 0,14515
Elasticity 2,38090 39,71973 1,63168 1,23825 0,59414 0,70660 2,20843 0,61721 0,74329
Type I 2,44019 39,73878 2,51183 1,60453 1,67564 1,28966 3,56417 3,10374 1,73301
Type II 2,44019 39,73878 2,51183 1,60453 1,67564 1,28966 3,56417 3,10374 1,73301
Lampiran 9. Matriks Kebalikan Leontif Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2008 (Klasifikasi 12 Sektor)
Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
1
1,01793 0,00037 0,00381 0,00062 0,00022 0,00206 0,00021 0,00003 0,00030 0,00006 0,00012 0,00025
1,02599
2
0,00000 1,00001 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
1,00001
3
0,00018 0,00003 1,00831 0,00004 0,00002 0,00004 0,00001 0,00000 0,00003 0,00000 0,00001 0,00003
1,00872
4
0,00040 0,00004 0,00050 1,00308 0,00004 0,00007 0,00002 0,00000 0,00005 0,00001 0,00002 0,00004
1,00346
5
0,00000 0,00001 0,00001 0,00000 1,00000 0,00001 0,00000 0,00001 0,00000 0,00000 0,00000 0,00001
1,00060
6
0,12164 0,20332 0,58686 0,21975 0,08493 1,39186 0,12027 0,01729 0,08694 0,02736 0,05678 0,12279
3,03798
7
0,00611 0,01167 0,00637 0,00334 0,00551 0,01044 1,05442 0,00097 0,00199 0,00442 0,00688 0,00546
1,11757
8
0,04450 0,32625 0,04371 0,05700 0,19652 0,02253 0,08286 1,22836 0,02014 0,05488 0,16147 0,32907
2,56731
9
0,73017 0,27776 0,58343 0,91950 0,55013 0,32395 0,20297 0,04313 1,10923 0,05295 0,03773 0,07694
4,90789
10
0,02795 0,07627 0,02967 0,04051 0,11301 0,03336 0,04546 0,03406 0,01676 1,20707 0,06317 0,05897
1,74716
11
0,05085 0,23099 0,08208 0,07683 0,54262 0,05598 0,28240 0,10545 0,03766 0,19326 1,85963 0,19849
3,71625
12
0,05942 0,84586 0,13759 0,05181 0,33212 0,05090 0,16358 0,07270 0,03481 0,15834 0,63378 1,43536
3,97626
Total
95
2,05878 2,97259 2,48190 2,37068 2,82512 1,89119 1,95221 1,50201 1,30793 1,69835 2,81960 2,22831 26,10866
Lampiran 10. Matriks Koefisien Teknis Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2008 (Klasifikasi 12 Sektor)
Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
1
0,01733
0,00000
0,00280
0,00015
0,00000
0,00141
0,00000
0,00000
0,00016
0,00000
0,00000
0,00004
0,00086
2
0,00000
0,00001
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00016
0,00000
0,00822
0,00001
0,00000
0,00002
0,00000
0,00000
0,00003
0,00000
0,00000
0,00002
0,00006
0,00000
0,00000
0,00000
0,00302
0,00000
0,00004
0,00000
0,00000
0,00005
0,00000
0,00000
0,00002
0,00005
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00001
0,00000
0,00001
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,04376
0,08181
0,38638
0,10496
0,01026
0,26572
0,06326
0,00467
0,05539
0,00604
0,00061
0,05818
0,11629
0,00386
0,00654
0,00093
0,00040
0,00170
0,00664
0,04952
0,00020
0,00099
0,00257
0,00233
0,00252
0,00418
0,01790
0,10537
0,00208
0,02770
0,08999
0,00376
0,03146
0,17353
0,00836
0,01131
0,00721
0,18712
0,04078
0,63057
0,18009
0,40157
0,79297
0,47072
0,21005
0,14588
0,02696
0,07983
0,03071
0,00040
0,02314
0,12529
0,01083
0,02526
0,00395
0,01771
0,06599
0,01567
0,02227
0,01961
0,00961
0,16364
0,01706
0,02609
0,02628
0,00816
0,04967
0,01648
0,01883
0,25982
0,01366
0,13105
0,04194
0,01399
0,07916
0,43326
0,06303
0,06334
0,01768
0,55123
0,06359
0,00152
0,09285
0,01217
0,04063
0,02033
0,01257
0,05548
0,24770
0,26020
0,06771
0,75025
0,99998
0,88599
0,96677
0,99133
0,52915
0,48406
0,28725
0,18097
0,34892
0,70857
0,62037
0,44485
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
96
Lampiran 11. Nilai Multiplier Output Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 12 Sektor)
Sektor
Initial 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
97
1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000
First round 0,75025 0,99998 0,88599 0,96677 0,99133 0,52915 0,48406 0,28725 0,18097 0,34892 0,70857 0,62037
Indust Sup 0,30854 0,97261 0,59591 0,40391 0,83379 0,36204 0,46815 0,21476 0,12696 0,34944 1,11103 0,60794
Consumption 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
Total 2,05878 2,97259 2,48190 2,37068 2,82512 1,89119 1,95221 1,50201 1,30793 1,69835 2,81960 2,22831
Elasticity 1,96570 2,97259 2,45232 2,35518 2,82377 1,22827 1,50767 0,53902 0,70911 1,05471 0,56616 0,98505
Type I 2,05878 2,97259 2,48190 2,37068 2,82512 1,89119 1,95221 1,50201 1,30793 1,69835 2,81960 2,22831
Type II 2,05878 2,97259 2,48190 2,37068 2,82512 1,89119 1,95221 1,50201 1,30793 1,69835 2,81960 2,22831
Lampiran 12. Nilai Multiplier Pendapatan Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 12 Sektor)
Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
98
Initial 0,03768 0,00000 0,02263 0,00661 0,00079 0,10066 0,04689 0,27695 0,17394 0,16200 0,05478 0,25071
First round 0,12652 0,21406 0,12714 0,16047 0,15611 0,07103 0,06375 0,06380 0,02730 0,05396 0,09083 0,13474
Indust Sup 0,04824 0,18271 0,08995 0,06116 0,13412 0,05280 0,07302 0,03826 0,01964 0,05724 0,18271 0,11213
Consumption 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
Total
Elasticity
Type I
Type II
0,21244 5,38278 5,63768 5,63768 0,39677 91852,03510 91854,90746 91854,90746 0,23972 10,46499 10,59210 10,59210 0,22824 34,32256 34,54844 34,54844 0,29102 369,35717 369,53413 369,53413 0,22449 1,44843 2,23018 2,23018 0,18366 3,02483 3,91670 3,91670 0,37901 0,49111 1,36849 1,36849 0,22088 0,68847 1,26987 1,26987 0,27320 1,04730 1,68643 1,68643 0,32832 1,20355 5,99392 5,99392 0,49758 0,87734 1,98466 1,98466
Lampiran 13. Nilai Multiplier Tenaga Kerja Kota Bogor Tahun 2008 (Klasifikasi 12 Sektor)
Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
99
Initial 0,04125 0,17114 0,02399 0,01047 0,00218 0,01945 0,07344 0,02997 0,04044 0,01134 0,04851 0,08376
First round 0,02898 0,06138 0,03037 0,03622 0,04318 0,01618 0,02172 0,01036 0,00648 0,01223 0,04237 0,03301
Indust Sup 0,01229 0,04738 0,02262 0,01574 0,04244 0,01342 0,02323 0,01023 0,00533 0,01223 0,04237 0,03301
Consumption 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
Total 0,08343 0,27990 0,07698 0,06242 0,08780 0,04906 0,11840 0,05060 0,05224 0,04096 0,15199 0,14630
Elasticity 1,93095 1,63544 3,17021 5,92549 40,19639 1,63794 1,24497 0,60539 0,70043 2,24420 0,62915 0,77216
Type I 2,02239 1,63549 3,20845 5,96494 40,21564 2,52197 1,61205 1,68695 1,29193 3,61375 3,13327 1,74674
Type II 2,02239 1,63549 3,20845 5,96494 40,21564 2,52197 1,61205 1,68695 1,29193 3,61375 3,13327 1,74674
Lampiran 14. APBD Sektor Pertanian Kota Bogor Tahun 2005-2012 Kegiatan APBD Kota Bogor, APBD Provinsi Jawa Barat dan APBN Tahun 2005 Nama Kegiatan No APBD KOTA BOGOR 1 Intensifikasi pertanian tanaman pangan dan hortikultura 2 Peningkatan produksi ternak dan pengendalian dan penyakit hewan 3 Peningkatan produksi ikan hias dan konsumsi 4 Pengembangan konsumsi masyarakat kota bogor 5 Pengembangan dan pembinaan kelembagaan pangan masyarakat 6 Pelayanan dan sarana rumah potong hewan 7 Pengembangan produk pangan hewani 8 Pembibitan tanaman kultur jaringan 9 Peningkatan peran dan fungsi P4S 10 Upaya pemenuhan kebutuhan pasar ikan hias dan konsumsi 11 Peningkatan lahan dan pekarangan 12 Optimalisasi program masyarakat agribisnis tanaman pangan 13 Insentif uang dan perangsang 14 Pengadaan sarana penunjang kios daging 15 Biaya operasional terminal agribisnis APBD PROVINSI JAWA BARAT 16 Penguatan permodalan dan peningkatan sarana penunjang sentra ikan hias 17 Gerakan rehabilitasi lahan kritis APBN 18 Gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan Jumlah
100
Besarnya Anggaran (Rp) 100.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 25.000.000 50.000.000 25.000.000 50.000.000 50.000.000 79.600.000 402.615.000 17.634.150 40.000.000 113.450.000 500.000.000 250.000.000 51.300.000 1.954.599.150
Lanjutan Lampiran 14
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
101
Kegiatan APBD Kota Bogor, APBD Provinsi Jawa Barat dan APBN tahun 2006 Nama Kegiatan Besarnya anggaran (Rp) APBD KOTA BOGOR Optimalisasi program aksi masyarakat agribisnis tanaman pangan dan jambu 417.000.000 Pengembangan agribisnis budidaya kambing PE, domba&produk samping peternakan 250.000.000 Intensifikasi pertanian tanaman pangan dan hortikultura 250.000.000 Pengembangan pangan lokal (palawija ternak dan unggas) 150.000.000 Penyuluhan pertanian 100.000.000 Pelayanan kesmavet dan peningkatan mutu produk 200.000.000 Peningkatan produksi ternak dan pengendalian penyakit hewan 200.000.000 Peningkatan sarana dan prasarana rumah potong hewan 50.000.000 Pengembangan konsumsi pangan masyarakat 200.000.000 Pengembangan usaha pengelolaan hasil dan pemasaran 75.000.000 Peningkatan mutu/produksi ikan hias/ ikan konsumsi dan pengendalian penyakit ikan 100.000.000 Studi kelayakan agropolitan 100.000.000 Pengembangan usaha dan pemasaran tanaman pangan dan hortikultura 100.000.000 Biaya umum dana alokasi khusus 50.000.000 Renovasi green house 1.800.000.000 Pengadaan peralatan RPH Bubulak ANGGARAN BIAYA TAMBAHAN Penanganan dan pengendalian penyakit menular Zoonosis AI/ flu burung 340.000.000 Pembangunan depo pemasaran ikan hias 98.000.000 APBD PROVINSI JAWA BARAT Pengembangan terminal agribisnis Rancamaya 200.000.000
20 Gerakan rehabilitasi lahan kritis 21 Pengembangan unit pembenihan rakyat di Kota Bogor APBN 22 Gerakan rehabilitasi hutan dan lahan DANA ALOKASI KHUSUS 23 Dana alokasi khusus pertanian dan pendamping DAK Jumlah
102
209.265.750 400.000.000 147.222.000 1.463.000.000 6.899.487.750
Lanjutan Lampiran 14
No A 1 2 3 * * * * * * * * * * * * * * *
103
Kegiatan APBD Kota Bogor, APBD Provinsi Jawa Barat dan APBN Tahun 2007 Nama Kegiatan Besarnya anggaran (Rp) APBD KOTA BOGOR, PROVINSI dan DAK Pengelolaan rumah tangga SKPD 103.456.000 Pemeliharaan rutin/berkala inventaris kantor 42.400.000 Belanja operasional dan pemeliharaan Intensifikasi pertanian tanaman pangan dan hortiluktura 83.450.000 Pengembangan pangan lokal sumber protein nabati dan hewani 95.689.000 Peningkatan produksi ternak dan pengendalian penyakit hewan 200.000.000 Pengembangan pengolahan hasil pemasaran dan produk perikanan serta optimalisasi 64.450.000 Penyediaan sarana unit pengolahan hasil perikanan Peningkatan produksi dan pengendalian penyakit ikan serta perlindungan dan 84.140.000 Rehabilitasi sumberdaya budidaya perikanan Percepatan penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan lahan pekarangan 94.799.000 Pelayanan kesmavet dan peningkatan mutu produk peternakan 179.212.225 Penyuluhan pertanian 93.587.500 Pengadaan peralatan RPH Bubulak 1.725.539.000 Pelayanan kegiatan rumah potong hewan 88.708.400 Biaya umum dana alokasi khusus bidang pertanian 50.000.000 Dana alokasi khusus dan dana perimbangan bidang pertanian 781.000.000 Biaya umum dana alokasi khusus bidang perikanan 50.000.000 Pembangunan peningkatan produksi dan pemasaran usaha perikanan dana alokasi khusus 595.100.000 Dan dana perimbangan bidang perikanan Optimalisasi program aksi masyarakat agribisnis tanaman pangan 300.000.000
* * * * * * * *
4 *
104
Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran tanaman pangan dan hortikultura Pengembangan budidaya kambing PE dan domba Pengembangan budidaya ikan patin sebagai pendukung industri perikanan Kota Bogor Revitalisasi holding ground perikanan Kota Bogor Pembangunan depo pemasaran ikan hias Pengembangan dan rehabilitasi infrastruktur pertanian dan pedesaan dan pengembangan Pengelolaan dan pemasaran hasil pertanian Pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana pertanian, pengembangan pembenihan, Peningkatan produksi pertanian, dan pengembangan dan pembinaan manajemen Pembangunan daerah Anggaran Perubahan Pengembangan sarana dan prasarana pemasaran bergerak produk perikanan Jumlah
300.000.000 225.000.000 700.000.000 411.100.000 338.900.000 978.000.000 356.000.000 940.000.000
150.000.000 9.030.531.125
Lanjutan Lampiran 14
No A 1 2 3 4 * * * * * * * * * * * * * * * * *
105
Kegiatan APBD Kota Bogor, APBD Provinsi Jawa Barat dan APBN Tahun 2008 Nama Kegiatan APBD KOTA BOGOR, PROVINSI dan DAK Pengelolaan gaji TKK Pemeliharaan rumah tangga SKPD Pemeliharaan rutin/berkala inventaris kantor Belanja operasional dan pemeliharaan Intensifikasi pertanian tanaman pangan dan hortikultura Peningkatan produksi ternak dan pengendalian penyakit hewan Pelayanan kesmavet dan peningkatan mutu produk peternakan Penyuluhan pertanian Pelayanan rumah potong hewan Biaya umum DAK bidang pertanian DAK bidang pertanian dan dana pendamping Biaya umum DAK bidang kelautan dan perikanan Pembangunan peningkatan produksi dan pemasaran uasaha perikanan Peningkatan produksi melalui budidaya perikanan varietas unggul Pengembangan ketersediaan bahan pangan potensi wilayah Pengembangan produk berbahan baku lokal Penataan lahan RPH Bubulak Pengembangan bahan bakar nabati Program aksi masyarakat agribisnis tanaman pangan Pengembangan budidaya penggemukan domba Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran TPH (Tanaman Pangan dan Horti)
Besarnya Anggaran (Rp) 140.650.000 182.756.000 42.400.000 100.000.000 200.000.000 150.000.000 80.835.000 224.623.000 50.000.000 781.000.000 50.000.000 595.100.000 100.000.000 150.000.000 100.000.000 150.000.000 50.000.000 100.000.000 150.000.000 150.000.000
* * *
B
Penanganan pengolahan hasil produk perikanan higienis Pengembangan pembibitan pertanian dan peternakan Pemanfaatan lahan pekarangan melalui budidaya dan peningkatan sarana Pemasaran sektor perikanan 5 Anggaran Perubahan Bantuan keuangan untuk optimalisasi ketahanan pangan berupa fasilitas lumbung pangan APBN Tugas Pembantuan * Pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian * Mekanisasi kegiatan pertanian pascapanen dalam mendukung pengembangan agribisnis dan Kegiatan pengembangan pelayanan agroindustri terpadu * Pengembangan pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil peternakan Jumlah
106
100.000.000 100.000.000 150.000.000
30.000.000
270.000.000 270.200.000 300.000.000 4.767.564.000
Lanjutan Lampiran 14
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 1 2
107
Kegiatan APBD Kota Bogor, APBD Provinsi Jawa Barat dan APBN Tahun 2009 Nama Kegiatan Biaya Anggaran (Rp) APBD KOTA BOGOR Pengelola gaji tenaga kontrak 67.910.000 Pengelolaan rumah tangga SKPD 173.731.600 Pemeliharaan rutin/berkala inventaris kantor 41.140.000 Intensifikasi pertanian tanaman pangan dan hortikultura 125.000.000 Peningkatan produksi ternak dan pengendalian penyakit hewan 250.000.000 Pelayanan dan optimalisasi rumah potong hewan 250.000.000 Pelayanan kesmavet dan peningkatan mutu produk 50.000.000 Proksimantap 112.360.000 P2WKSS pertanian 100.000.000 Pengembangan pembibitan pertanian dan peternakan 75.000.000 Optimalisasi sarana dan prasarana pengolahan dan pemasaran terminal agribisnis 125.000.000 Pemasaran produk perikanan 50.000.000 Pengembangan ikan hias dalam meningkatkan ekonomi masyarakat 50.000.000 Pengadaan sarana dan prasarana pertanian 235.415.000 Penyediaan sarana perikanan dan kolam budidaya air tawar 50.000.000 Penyediaan sarana dan prasarana RPH Bubulak 48.135.000 APBD PROVINSI JAWA BARAT Pengembangan mini balai ikan 350.000.000 APBN Pembangunan tempat pengumpulan unggas 330.000.000 Mekanisasi pertanian pra dan pasca panen 200.000.000
3 Pengembangan agroindustri terpadu dan peningkatan produksi, dan mutu produk Pertanian serta pengembangan kawasan Jumlah
108
202.500.000 2.886.191.600
Lanjutan Lampiran 14
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 II 19
109
Kegiatan APBD Kota Bogor, APBD Provinsi Jawa Barat dan APBN Tahun 2010 Nama Kegiatan APBD KOTA BOGOR Pembayaran gaji TKK Pengelolaan rumah tangga SKPD Pemeliharaan rutin/berkala inventaris kantor Pengadaan barang dan inventaris kantor Pengembangan sarana dan prasarana pertanian Pengembangan usaha pengelolaan hasil TPH Pengembangan sumberdaya perikanan berkelanjutan Peningkatan pelayanan RPH Intensifikasi pertanian tanaman pangan dan hortikultura Pengembangan usaha tanaman hias Peningkatan kualitas bibit, penyebaran dan pengembangan ternak Peningkatan mutu pangan asal hewan yang aman, sehat,utuh dan halal Dana pendamping pengembangan wirausaha budidaya perikanan Peningkatan pelayanan pengendalian penyakit mmenular zoonosis Sosialisasi bogor menuju kota halal Pengembangan pemasaran dan jejaring bisnis perikanan Pengolahan ikan berskala rumah tangga dan pemasaran ikan hias Penunjang pengembangan usaha agribisnis pedesaan Jumlah APBD kota APBD PROVINSI JAWA BARAT Pembangunan multiaktivitas agribisnis perikanan
Anggaran(Rp) 82.812.000 214.280.000 113.716.000 41.840.000 50.000.000 100.000.000 75.000.000 250.000.000 50.000.000 75.000.000 150.000.000 100.000.000 50.000.000 200.000.000 150.000.000 75.000.000 100.000.000 100.000.000 1.977.648.000 700.000.000
20 Pengembangan pertanian padi organik melalui metode SRI Jumlah APBD PROVINSI III APBN 21 Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu pertanian serta pengembangan kawasan 22 Magang, sekolah lapang dan pelatihan, pendidikan pertanian dan kewirausahaan agribisnis 23 Pengembangan wirausaha pemula perikanan budidaya 24 Pengembangan agroindustri hortikultura grading, packaging berbasis jaminan mutu di kota bogor 25 Optimalisasi stasiun terminal agribisnis di kota bogor Jumlah APBN TOTAL
110
50.000.000 750.000.000 270.000.000 30.000.000 612.560.000 750.000.000 400.000.000 2.062.560.000 4.790.208.000
Lanjutan Lampiran 14
NO II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
111
Kegiatan APBD Kota Bogor, APBD Provinsi Jawa Barat dan APBN Tahun 2011 APBD KOTA BOGOR Biaya Anggaran Nama Kegiatan (Rp) APBD KOTA BOGOR Belanja Langsung Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 292.586.000 Pengelolaan rumah tangga SKPD 216.146.000 Pembayaran gaji tenaga kontrak 76.440.000 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur 198.966.000 Pemeliharaan rutin/berkala inventaris kantor 113.716.000 Pengadaan barang inventaris kantor 85.250.000 Peningkatan dan pengembangan sistim pelaporan capaian kinerja dan keuangan 25.000.000 Penyusunan, perencanaan, pelaporan dan capaian kinerja SKPD 25.000.000 Program peningkatan produksi pertanian 2.427.000.000 Peningkatan pelayanan rumah potong hewan 1.600.000.000 Peningkatan sarana dan prasarana TPH 50.000.000 Pengembangan usaha pengolahan hasil TPH 75.000.000 Peningkatan kualitas bibit, penyebaran dan pengembangan ternak 67.000.000 Pengembangan usaha tanaman hias 75.000.000 Pengembangan sumberdaya perikanan berkelanjutan 75.000.000 Teknologi penganganan dan pengolahan pindang garam dan cue 360.000.000 Peningkatan mutu olahan dan nilai tambah produk hasil perikanan secara higienis 75.000.000 Intensifikasi tanaman pangan dan hortikultura 50.000.000 4.066.620.000 Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian
15 16 17 18 19
Pengembangan kemitraan dan informasi pemasaran sentra perikanan yang dinamis Peningkatan mutu pangan asal hewan yang aman sehat utuh halal Sosialisasi bogor kota halal DAK bidang kelautan dan perikanan dan dana pendamping Biaya umum DAK dan kelautan dan perikanan Program pencegahan dan penanggulangan penyakit tanaman, ternak dan ikan 20 Peningkatan pelayanan dan pengendalian penyakit hewan menular zoonosis Jumlah APBD KOTA BOGOR
112
75.000.000 100.000.000 100.000.000 3.491.620.000 300.000.000 75.000.000 75.000.000 7.085.172.000
Lanjutan Lampiran 14
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
113
Kegiatan APBD Kota Bogor, APBD Provinsi Jawa Barat dan APBN Tahun 2012 Nama Kegiatan Anggaran Pengelolaan rumah tangga SKPD 432.109.600 Pemeliharaan rutin/berkala inventaris kantor 409.270.000 Pengadaan barang inventaris kantor 402.690.000 Penyusunan, perencanaan, pelaporan, dan capaian kinerja SKPD 25.000.000 Evaluasi permohonan hibah dan bantuan sosial 20.000.000 Peningkatan pelayanan rumah potong hewan 500.000.000 Intensifikasi pertanian tanaman pangan dan hortikultura 300.000.000 Pengembangan sumberdaya perikanan berkelanjutan 100.000.000 Peningkatan produksi ikan hias unggulan di kota Bogor 150.000.000 Peningkatan pelayanan produksi peternakan 200.000.000 Dana pendamping pengembangan usaha agribisnis perkotaan 100.000.000 DAK kalautan dan perikanan dan dana pendamping 4.175.471.425 Peningkatan mutu pangan asal hewan yang aman sehat utuh halal 175.000.000 Optimalisasi STA rancamaya 37.650.000 Optimalisasi RPH bubulak 640.000.000 Biaya umum DAK 2012 350.000.000 Penunjang pelaksanaan kegiatan pengembangan usaha mina pedesaan perikanan budidaya 50.000.000 Optimalisasi kultur jaringan 60.910.000 Peningkatan pelayanan pengendalian penyakit hewan menular zoonosis 200.000.000 Sosialisasi Bogor menuju kota halal 125.000.000 Pengembangan usaha pengolahan hasil dan pemasaran TPH 150.000.000 Optimalisasi sarana kelompok pengolahan hasil perikanan 150.000.000
23 24 25 26 27 28 29
114
Optimalisasi sumberdaya pertanian Pengembangan mutu produk pertanian Pengembangan promosi produk perikanan Penguatan kelembagaan kelompok pembudidaya perikanan Pembuatan profil usaha pertanian kota Bogor Jaringan pemasaran dan jejaring bisnis hasil perikanan Pembebasan lahan untuk pembangunan pasar hewan modern TOTAL
175.000.000 150.000.000 50.000.000 50.000.000 145.250.000 150.000.000 2.200.000.000 11.673.351.025