Penyesuaian Diri Wanita yang Melakukan Konversi Agama Pra Pernikahan Yulia Eka Wati Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Konversi agama yang dilakukan oleh seseorang terutama wanita karena pernikahan bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Hal ini membuat wanita tersebut harus dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan agama dan juga lingkungan agama barunya sehingga wanita tersebut dapat menjalani kehidupan barunya sebagai penganut agama baru (muallaf) dengan baik. Hollander (1981) menyatakan bahwa, penyesuaian diri adalah proses mempelajari tindakan atau sikap yang baru untuk menghadapi situasisituasi yang baru. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus yang dilakukan untuk mengkonstruksikan fenomena sosial dan makna budaya mengenai suatu kasus yang mempunyai karakteristik tertentu. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik wanita yang melakukan konversi agama pra pernikahan. Penelitian ini menggunakan metode wawancara berstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan, sedangkan metode observasi yang digunakan adalah metode non partisipan dan berstruktur. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa wanita yang melakukan konversi agama dapat menyesuaikan diri dengan baik yaitu subjek memiliki keinginan dan kemauan untuk memahami dan mendalami agamanya, subjek berusaha untuk memahami agama agar semakin dekat dengan Tuhan, subjek dapat menghadapi kesulitan dalam memahami agama dengan bertanya, membaca buku, mendengarkan ceramah di TV, dan memanggil guru mengaji, subjek dapat mengatasi perasaan sedih, kecewa dan putus asa dalam memahami agama, subjek menerima status barunya sebagai muallaf dan yakin dengan kemampuannya sebagai muallaf, dan subjek mendapatkan dukungan dari suami, keluarga, teman, guru agama, dan tetangganya dalam memahami agama berupa nasehat, bimbingan, saran, perhatian, dan semangat yang mempermudah dalam memahami agama. Sementara itu, dampak konversi agama yang dirasakan subjek bagi dirinya, kehidupannya dan orang yang juga memberi pengaruh yang positif bagi subjek. Kata kunci : Penyesuaian diri, wanita yang melakukan konversi agama pra pernikahan. PENDAHULUAN
sayang dan perhatian dari orang lain.
Individu dewasa sudah memiliki
Ketika individu tersebut menemukan
keyakinan dan pendirian untuk dapat
kesamaan dalam banyak hal dengan
menentukan pasangan hidupnya sendiri.
orang
Individu dewasa membutuhkan kasih
individu
lain
yang
tersebut
dicintainya, akan
maka
mengikatnya
dalam suatu hubungan yaitu pernikahan.
dengan
Pada kenyataannya tidak semua pasangan
menyertainya salah satunya karena faktor
pernikahan berasal dari latar belakang
pernikahan. Konversi agama bisa terjadi
yang
pada individu yang beragama Islam yang
sama,
salah
satunya
adalah
perbedaan agama.
berbagai
alasan
yang
kemudian berpindah keyakinan ke agama
Perbedaan
seringkali
Kristen atau sebaliknya, individu yang
menjadi penghalang bagi individu untuk
beragama Kristen yang berpindah ke
dapat mempersatukan cintanya dalam
Budha atau sebaliknya dan dari agama-
ikatan
agama
agama lainnya yang membuat individu
menjadi pilihan terbaik bagi individu
berpindah keyakinan atau melakukan
untuk
perbedaan
konversi agama. Di dalam kehidupan
dilakukan
nyata, seringkali konversi agama menjadi
dengan cara salah satu dari pasangan itu
sebuah fenomena yang menimbulkan pro
berpindah ke agama pasangannya yang
dan kontra dari lingkungan sekitar.
berbeda
sebelumnya.
Konversi agama yang dilakukan oleh
Perpindahan agama atau konversi agama
wanita ke dalam Islam yang kemudian
bukanlah suatu hal yang sederhana.
disebut sebagai muallaf, dilakukan wanita
Peristiwa ini bukan hanya melibatkan
tersebut
individu itu sendiri tetapi juga sanak
perbedaan
saudara dan lingkungan sekitar. Ullman
tersebut dapat bersatu dalam ikatan
(dalam Zinnbauer & Pargament, 2000)
pernikahan
menyatakan bahwa, berdasarkan hasil
agama yang dilakukan oleh wanita
penelitiannya bahwa selama dua tahun
tersebut terjadi sebelum menikah dimana
periode masa konversi, 80 % dari
sebelumnya
individu yang melakukan konversi agama
mendalami agama pasangannya. Pada sisi
melaporkan adanya bahaya yang serius
lain wanita tersebut harus siap menerima
termasuk perasaan putus asa, keraguan
akibat dari konversi agama tersebut.
terhadap nilai diri, takut ditolak dan
Banyak
keterasingan dari orang lain. Konversi
konversi agama mengalami hal yang
agama dapat terjadi pada berbagai agama
tidak menyenangkan dari lingkungannya
tersebut.
agama
pernikahan.
dapat
mengatasi
Konversi
dari
Konversi
agama
agama
untuk
dapat
agama,
yang
sehingga
bahagia.
wanita
individu
menghilangkan wanita
Konversi
tersebut
yang
telah
melakukan
baik
dari
keluarga
seagamanya
maupun
teman
mengatasi
Untuk
dapat
kehidupanya.
dulu.
menghadapi setiap masalah dan kesulitan
masalah-masalah
Adapun
menurut
peristiwa
Haber
&
hidup yang dialaminya, wanita tersebut
Runyon (1984) terdapat lima karakteristik
membutuhkan penyesuaian diri yang baik
dalam penyesuaian diri yang efektif,
sehingga terhindar dari stres.
yaitu: 1) Persepsi yang akurat terhadap realitas
TUJUAN PENELITIAN
Persepsi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri penyesuaian diri yang
dilakukan
melakukan
oleh
konversi
pernikahan,
wanita agama
yang karena
faktor-faktor
yang
menyebabkan penyesuaian diri wanita yang melakukan konversi agama karena pernikahan,
proses
penyesuaian
diri
wanita tersebut dan dampak dari konversi agama yang dirasakan oleh wanita yang melakukan
konversi
agama
karena
pernikahan.
mengenai
realitas
yang
akurat merupakan salah satu prasyarat untuk dapat menyesuaikan diri yang baik
dalam
lingkungan.
Persepsi
dilihat setiap orang sebagai hal yang unik sesuai dengan keinginan dan motivasinya. 2) Kemampuan
untuk
mengatasi
kecemasan dan stres Seseorang tidak dapat menilai suatu keadaan sebagai suatu hal yang absolut melainkan sebagai suatu yang relatif. Dengan kata lain, seseorang
TINJAUAN PUSTAKA
menghargai secara signifikan dirinya
Penyesuaian Diri
dan kejadian yang ada sesuai dengan (2005)
tempat individu itu berada dalam
penyesuaian diri merupakan suatu proses
hubungannya dengan orang lain dan
psikososial dengan mengelola tuntutan
dengan keadaan lingkungan yang
kehidupan,
lain.
Duffy
&
memodifikasi
lingkungan.
diri
Prihartanti
penyesuaian
diri
penyesuaian
yang
individu
Atwater
dalam
adalah
dan (2004)
perilaku
dilakukan
oleh
menghadapi
dan
3) Citra diri yang positif Seseorang mengetahui
harus
menyadari dengan
dan baik
kekurangannya
sebaik
individu
mengetahui kelebihan yang ia miliki. 4) Kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya
ideologi,
institusi
keagamaan,
atau
lembaga
dan
orientasi
harapan
agamanya.
Orang-orang yang sehat secara mental dapat
membuatnya merubah ajaran agama,
merasakan
mengekspresikan
emosi
perasaannya
secara
Walaupun
demikian,
Spilka dkk., (2003) membagi lima
dan
tipe dari konversi agama, yaitu:
dan
a. Apostasy
menyeluruh.
Merupakan
suatu
penghapusan
mereka
komitmen agama oleh pengikutnya
menampilkan emosi secara realistik
dengan mengangkat kerangka atau
dan di bawah kontrol dirinya.
nilai-nilai non agama.
5) Hubungan interpersonal yang baik
b. Deconversion
Seseorang yang dapat menyesuaikan
Merupakan
suatu
proses
dimana
dirinya dengan baik mampu untuk
seseorang
meninggalkan
ajaran
mencapai berbagai derajat kedekatan
agama sebelumnya.
dalam hubungan sosialnya. Mereka mampu
dan
nyaman
dalam
berinteraksi dengan orang lain.
c. Intensification Merupakan
revitalisasi
komitmen
terhadap suatu ajaran agama dimana individu mengangkat suatu ajaran
Konversi Agama
agama atau individu menjadi anggota
Wulff (1997) konversi agama adalah suatu kepastian dan seringkali merubah
pandangan
atau
kesetiaan
seseorang yang disertai oleh keyakinan baru
atau
diyakininya Rambo
sikap
sebagai
(1993)
konversi
yang
agama
baru
suatu
mengatakan merupakan
yang
realitas.
suatu
peristiwa
1993). d. Switching Individu
keanggotaan
yang radikal dari dalam dirinya.
suatu
yang
mengganti
agama tanpa melakukan perubahan
bahwa
kekuatan yang dinamis dimana seseorang mengalami
salah satu agama (dalam Rambo,
e. Cycling
Menyertai suatu peristiwa dimana
hanyalah kembalinya berbagai nilai
banyak yang mengharapkan untuk
dalam kehidupan.
keluar dari ajaran agama, yang ada data penelitian menggunakan bentuk Pernikahan
observasi non partisipan dan observasi
Seccombe mengungkapkan
&
Warner
bahwa
(2004)
pernikahan
adalah suatu hubungan di antara seorang
berstruktur
dan
wawancara
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara berstruktur.
wanita dan seorang pria yang telah memiliki tanggung jawab yang berkaitan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan hubungan seksual, ekonomi dan
1. Gambaran
Penyesuaian
Diri
status sosial yang diakui secara hukum
Subjek yang Melakukan Konversi
dan sosial. Adapun Prodjodikoro (dalam
Agama karena Pernikahan
Jehani,
2008)
mengatakan
bahwa
Berdasarkan hasil penelitian
pernikahan adalah suatu hidup bersama
diketahui
dari
penyesuaian diri subjek cukup baik.
seorang
laki-laki
dan
seorang
bahwa
secara
perempuan, yang memenuhi syarat-syarat
Subjek
yang termasuk dalam peraturan hukum
menjalani
perkawinan.
kemungkinan-kemungkinan tidak
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
setelah menggunakan
pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus intrinsik
yang
dilakukan
karena
ketertarikan terhadap suatu kasus khusus. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah wanita yang melakukan konversi agama ke Islam karena pernikahan minimal 1-2 tahun. Teknik pengumpulan
mengatasinya dan
dengan menghadapi
terbayangkan konversi
umum
yang
sebelumnya
agama
dengan
tenang, subjek merasa percaya diri dengan statusnya sebagai muallaf karena subjek menganggap statusnya tidak merugikan orang lain. Sebagai muallaf subjek pernah merasa tidak percaya ibadahnya masih
diri
dalam
karena banyak
menjalankan
subjek
merasa
yang
harus
dipelajarinya walaupun begitu subjek
tidak merasa berbeda dengan orang
Melakukan
lain. Subjek mengetahui kelemahan
karena Pernikahan
dan kelebihannya sebagai muallaf yaitu
rasa
malas
dalam
Konversi
Agama
Berdasarkan hasil penelitian
belajar
diketahui bahwa faktor-faktor yang
membaca arab dan kurang lancar
menyebabkan penyesuaian diri subjek
membaca Al-Qur’an tetapi subjek
yaitu keinginan subjek untuk menikah
juga mudah mengerti apa yang telah
dengan
diajarkan padanya.
dengan agamanya karena sebelumnya
Subjek pernah merasa sedih dan
kecewa
jika
tidak
mampu
pasangannya
dan
yakin
telah mendalaminya agama buku dan berfikir tentang keputusannya dimana
mendalami ajaran agama dengan
suami
menangis dan merenung jika belum
keputusan subjek untuk melakukan
mampu memahami agama barunya
konversi agama, adanya pengalaman
tetapi subjek akan mencoba kembali
yang
untuk
mendalami
subjek
mempelajarinya. dengan
Hubungan
orang-orang
di
subjek
membebaskan
memotivasi Islam
mendapat
zakat
subjek
untuk
yaitu
ketika
dan
melihat
sekitarnya cukup baik dimana subjek
keponakannya membaca Al-Qur’an
memiliki banyak teman dan mudah
dengan
bergaul sehingga memiliki hubungan
kemauan untuk menyesuaikan diri
yang baik dengan teman maupun
dengan
masyarakat di sekitarnya baik yang
dikarenakan keinginan subjek untuk
seagama dengannya dulu maupun
menjadi muslim yang baik karena
yang seagama dengannya saat ini.
adanya keseriusan untuk menjadi
Subjek menjalin hubungan dengan
agama yang terakhir dalam hidupnya
orang lain di sekitarnya dengan
sehingga
bersosialisasi, bertanya, dan berbicara
menjalankan
baik melalui telepon maupun bertemu
nyaman
secara langsung.
keinginan untuk menjadi muslim
2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Penyesuaian
Diri
Subjek
yang
baik,
subjek
tuntutan
dapat
dan
agama
memiliki
barunya
memahami
dan
agamanya
dengan
terbiasa,
adanya
yang baik dengan adanya bimbingan, bantuan dan dorongan dari suami,
keluarga dan teman untuk mendalami
menjalani agama dengan memberikan
Islam, adanya keinginan untuk sama
nasehat, mengajak dalam kegiatan
dengan
agama
muslim
lainnya
serta
dan
informasi
mengenai
mengetahui pengetahuan agama dan
kebiasaan
keinginan untuk tidak mengecewakan
agama, dan suami, keluarga, teman
orang-orang yang mendukung dan
dan tetangga memberikan dukungan,
percaya, subjek dapat berfikir positif
informasi,
terhadap
perhatian, pengetahuan seputar agama
dirinya
agamanya
dan
dengan
memiliki
menjalani
ikhlas,
keyakinan
subjek untuk
dan
yang
dalam
bimbingan,
nasehat
agama
dilakukan
dalam
barunya
saran,
mempelajari
setelah
konversi
mempertahankan agamanya karena
agama yang berpengaruh terhadap
menginginkan
menjadi
pengetahuan agama yang membuat
agama yang terakhir seumur hidup
subjek lebih mengetahui agamanya
dengan adanya dukungan selain dari
seperti doa setelah makan.
agamanya
dirinya.
3. Proses Penyesuaian Diri Subjek
Subjek
mempertahankan
agamanya saat ini karena sudah
yang Melakukan Konversi Agama karena Pernikahan
merasa nyaman, cocok, yakin dengan
Berdasarkan hasil penelitian
agamanya dan sesuai dengan niatnya
diketahui bahwa proses penyesuaian
memiliki satu agama dalam keluarga
diri subjek cukup baik hal ini dapat
karena memikirkan anaknya, subjek
terlihat dari subjek dapat mengatasi
meyakinkan
kesulitannya
dirinya
dengan
pilihannya sehingga dapat menjalani
buku,
ibadah
mencari
dan
tanggung
jawabnya
dengan
belajar
mendengarkan informasi
dari
ceramah,
agama
dan
sebagai muslim, adanya dukungan
bertanya dengan suami, keluarga
yang dirasakan subjek dari suami,
ibunya
keluarga, keluarga mertua, tetangga
maupun setelah menikah mengenai
dan teman yang membuat subjek
agama
merasa diperhatikan, diterima, dan
dengan tenang, subjek menyesuaikan
dibantu
diri dengan agama barunya dengan
yang
mempermudahnya
dan
dan
temannya
menjalani
sebelum
agamanya
belajar, rajin menjalankan ibadah,
keputusan,
mengikuti perintah agama, kebiasaan
bersalah
dan aturan dalam agama sehingga
konversi agama karena telah yakin
menjadi terbiasa dan mempermudah
dengan keputusannya dan subjek
memahami agamanya, subjek merasa
merasa tidak merugikan orang lain, ,
percaya diri karena orang-orang di
subjek merasa hubungannya berbeda
lingkungannya
tidak
dengan Tuhan termasuk keyakinan
mengajak
dan kedekatan dengan Tuhan. Subjek
baik,
membedakan
subjek,
subjek
tidak
dengan
merasa
keputusannya
mengaji dan membantu dalam agama
merasakan
dan
berbicara
semangat dan kebahagiaan setelah
dengan tetangga dan teman yang
melakukan konversi agama karena
seagama maupun yang sudah berbeda
seagama dengan suaminya, subjek
agama.
merasakan pengaruh dari agama saat
subjek
juga
suka
4. Dampak Konversi Agama yang
konversi
agama
bagi
status,
kehidupannya
seperti
kesabaran, kedisiplinan, keteraturan
Dirasakan Subjek Secara
ini
perubahan
umum
dampak
yang
dirasakan
hidup dan nilai-nilai kesucian yang didapatkannya, subjek
merasakan
subjek cukup positif, baik dampak
perbedaan yang ditunjukkan oleh
yang dirasakan bagi diri sendiri,
orang di sekitarnya setelah melakukan
kehidupannya dan orang lain. Hal ini
konversi
dapat dilihat dari subjek merasakan
sayang dan semangat dari orang di
ketenangan dan kenyamanan setelah
sekitarnya terutama keluarga, suami
melakukan konversi agama karena
dan
didasari
subjek
merasakan pengaruh yang diberikan
ini
orang lain di sekitarnya bagi dirinya
berpengaruh pada dirinya, subjek
yang membuat subjek lebih semangat,
merasakan bahagia, senang, tenang
merasa nyaman dan mempermudah
dan damai setelah konversi agama
proses belajar dalam menjalani agama
karena
barunya.
merasa
oleh
keyakinan,
agamanya
telah
saat
seagama
dengan
suaminya dan tidak salah mengambil
seperti
teman
perhatian,
dekatnya,
kasih
subjek
mengekspresikan perasaannya dimana
KESIMPULAN Berdasarkan hasil studi maka
subjek
dapat
mengatasi
perasaan
dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa
sedih dan kecewa jika belum mampu
1. Gambaran penyesuaian diri yang
memperdalam
agamanya
dengan
terlihat pada subjek baik hal ini dapat
mencobanya
kembali.
Kelima
dilihat
karakteristik
hubungan interpersonal yang baik
penyesuaian diri yaitu persepsi yang
dimana subjek dapat menjalin dan
akurat
mempertahankan
berdasarkan
terhadap
realitas
dimana
hubungan
baik
subjek menyadari resiko dari konversi
dengan orang di sekitarnya baik yang
agama yang dilakukannya, percaya
seagama
diri dengan statusnya sebagai muallaf,
agama saat ini.
tidak merasa malu atau bangga
maupun
2. Faktor-faktor
yang
yang
berbeda
menyebabkan
dengan pengetahuan agamanya dan
penyesuaian diri subjek yaitu adanya
berani
keinginan
mengungkapkan
pendapat
dan
keyakinan
untuk
mengenai agamanya. Kedua yaitu
mendalami
kemampuan
mengatasi
keinginan untuk seagama dengan
kecemasan dan stress dimana subjek
suaminya, adanya pengalaman yang
tidak merasa cemas dengan konversi
memotivasi
agama
berusaha
untuk
yang
merasa
dilakukannya,
putus
adanya
mendalami menghadapi
agama, kesulitan
dalam
mendalami agama dengan tenang,
Ketiga
keinginan untuk menjadi muslim
yaitu citra diri yang positif dimana
yang baik, keinginan untuk tidak
subjek yakin dan optimis dengan
mengecewakan
kemampuannya dalam meperdalam
mendukung
agamanya, menyadari kelemahan dan
kemampuannya mendalami agama,
kelebihan yang dimilikinya dan dapat
subjek
mengatasi
dirinya,
memperdalam
agamanya.
kelemahan
mengembangkan dirinya agamanya.
asa
tidak
agamanya,
kelebihan
dalam Keempat
serta
dan
berfikir subjek
orang-orang percaya
positif berusaha
yang dengan
terhadap untuk
dalam
melatih diri agar sesuai dengan
memperdalam
agamanya, subjek percaya diri dengan
kemampuan
kemampuannya dalam memperdalam
dan memahami agama, subjek dapat
Qur’an dengan benar dengan meminta
memperbaiki
diajarkan
kesalahannya
dalam
oleh
suami
dan
guru
beribadah, subjek memiliki keyakinan
mengajinya,
subjek
akan
untuk mempertahankan agamanya,
memperbaiki
kesalahannya
dalam
subjek mempertahankan agamanya
beribadah
karena kecocokan dan keyakinan
meminta
terhadap agamanya, adanya dukungan
subjek merasa nyaman dengan ritual
yang dirasakan subjek dari suami,
dan tata cara agamanya, subjek dapat
keluarga, keluarga mertua, tetangga
mengatasi rasa putus asa dalam
dan
menjadikan
memahami ajaran agama dengan
ayahnya sebagai panutannya dalam
meyakinkan dirinya, subjek merasa
menjalankan
dan
menjadi seorang muallaf yang baik
hubungan subjek dengan saudara-
dan optimis, subjek menyesuaikan
saudara yang sekarang berbeda agama
diri dengan agama barunya dengan
dengannya
belajar, rajin menjalankan ibadah,
teman,
subjek
ajaran
baik
agama,
dan
tidak
ada
masalah.
dengan diajari
bertanya oleh
dan
suaminya,
mengikuti perintah agama, kebiasaan
3. Proses penyesuaian diri yang dialami
dan aturan dalam agama, subjek
subjek yaitu subjek dapat mengatasi
berusaha
kesulitannya
dari
semakin paham dengan agamanya
ceramah,
agar lebih dekat dengan Tuhan, orang
buku, mencari
dengan
belajar
mendengarkan informasi
lebih
baik
dan
dan
lain di sekitar subjek memotivasi
bertanya dengan suami, keluarga
mendalami ajaran agama saat ini
ibunya
seperti
dan
agama
ingin
temannya
sebelum
suami,
keluarga,
saudara,
maupun setelah menikah mengenai
tetangga, temen-temen yang dulu
agama
beragama Khatolik, subjek berusaha
dan
menjalani
agamanya
dengan tenang, subjek cukup baik
memperbaiki
dalam menguasai tata cara ibadah
mendapatkan kritik terutama dari
yang diajarkan dalam agama baru,
suaminya, subjek tidak menyesal
subjek dapat mengatasi kesulitannya
meninggalkan
belum dapat membaca lafaz Al-
subjek dapat mengatasi rasa kecewa
diri
agama
setelah
sebelumnya,
dengan
kemampuannya
dengan
berusaha menjalaninya agar lebih baik, dan subjek merasa percaya diri berada di lingkungan agamanya. 4. Dampak
konversi
agama
yang
dirasakan subjek positif yaitu adanya ketenangan dan kenyamanan setelah melakukan konversi agama, perasaan bahagia setelah konversi agama, tidak adanya perasaan bersalah dan stress setelah
konversi
agama,
adanya
Muhammadiyah Press.
University
Rambo, L. R. (1993). Understanding religious conversion. London : Yale University Press. Seyal, H. F. (2006). Together forever : Semailah cinta raih bahagia. Jakarta : Pustaka Sanabil. Seccombe, K. & Warner, L. R. (2004). Marriage and families : Relationships in social context. New York : Thomson, Inc.
kedekatan dengan Tuhan, dan adanya perhatian, kasih sayang dan semangat yang mempermudah subjek dalam menjalani agama barunya. DAFTAR PUSTAKA Duffy, G. K & Atwater, E. (2005). Psychology for living : Adjustment, growth, and behavior today. 8 th ed. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Haber, A. & Runyon, R. P. (1984). Psychology of adjustment. Illinois : The Dorsey Press. Jehani, L. (2008). Perkawinan, apa resiko hukumnya ?. Jakarta : Forum Sahabat. Prihartanti, N. (2004). Kepribadian sehat menurut konsep suryomentaram. Surakarta:
Spilka, B., Ralph, W, H., Bruce, H., & Gorsuch. R. (2003). The psychology of religion. New York : The Guilford Press. Sunarto, H., & Hartono, A, B. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta. Wulff, D. M. (1997). Psychology of religion : Classic and contempory. 2nd ed. Massachusetts : John Wiley & Sons, Inc.
.