dalam Puisi “SAJAK ANAK MUDA” Karya W.S. Rendra
RIA YUSNITA NIM 1108056022
Sajak Ana k Muda Kit a ad alah ang kat an g ag ap yang d ip e ranakkan o le h ang kat an t akab ur Kit a kurang pe nd id ikan re smi d i d alam ha l ke ad ilan, kare na t id ak d iajarkan b e rp o lit ik. d an t id ak d iajar d a sar ilmu hukum
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis yang menitikberatkan pada bahasa figuratif dan menggunakan kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Kit a me lihat kab ur p rib ad i o rang kare na t id ak d iajarkan ke b at inan at au ilmu jiw a. Kit a t id ak menge rt i uraian p ikir an lurus, kare na t id ak d iajar filsaf at at au lo g ika. A p akah kit a t id ak d imaksud Untuk me nge rt i it u se mua? A p akah kit a hanya d ip e rsiap kan Untuk me njad i alat saja? Inilah g amb aran rat a-rat a P e mud a t amat an S. L.A ., P e mud a menje lang dew asa Dasar p e nd id ikan kit a ad alah ke p at uhan Bukan pe rtukaran p ikir an.
Seni sastra yang katakatanya disusun menurut syarat tertentu menggunakan irama, sajak dan kadangkadang kata kiasan (Si tumorang, 1980:10)
Ilmu se ko lah ad alah ilmu hafalan, Dan b ukan ilmu lat ihan me ng uraikan.
1
Dasar ke ad ilan d i d alam p e rg aulan, Se rt a pe nget ahuan akan ke lakuan manusia, Se b ag ai ke lo mpo k at au seb ag ai p rib ad i T id ak d iang g ap se b ag ai ilmu yang p e rlu d ikaji d an d iuj i. Ke nyat aan d i d unia menjad i re mang -re mang Ge jala-g e ja la yang munc ul jad i la lu la lang T id ak b isa kit a hub ung -hub ung kan. Kit a marah p ad a d iri se nd ir i. Kit a se b al te rhad ap masa d ep an. Lalu akhirnya, Me nikmat i masa b o d o h d an sant ai Di dalam kegagapan Kita hanya bisa membeli dan memakai, Tanpa bisa mencipta Kita tak bisa memimpin, Tetapi hanya bisa berkuasa Persis seperti bapa-bapa kita Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat Di sana anak-anak memang disiapkan Untuk menjadi alat dari industri Dan industri mereka berjalan tanpa berhenti. Tetapi kita dipersiapkan untuk menjadi alat apa? Kita hanya menjadi alat birokrasi! Dan birokrasi menjadi berlebihan Tanpa kegunaan Menjadi benalu di dahan Gelap pandanganku gelap Pendidikan tidak memberikan pencerahan Latihan-latihan tidak memberikan pekerjaan Gelap, keluh kesahku gelap Orang yang hidup di dalam pengangguran Apakah yang terjadi di sekitarku ini? Karena tak bisa kita tafsirkan, Lebih enak kita lari dalam puisi ganja.
2
Apa artinya tanda-tanda yang rumit ini? Apakah ini? Apakah ini? Ah, di dalam kemabukan Wajah berdarah akan terlihat sebagai bulan. Mengapa kita harus terima hidup begini? Seseorang berhak diberi ijazah dokter, Dianggap sebagai orang terpelajar, Tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan, Dan bila ada tiran i yang merajalela ia diam tidak bicara kerjanya hanya menyuntik saja Bagaimana? Apakah kita akan terus diam saja Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum Dianggap sebagai bendera-bendera upacara, Sementara hukum dikhianati berulang kali Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi Dianggap bunga plastik, Sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi. Kita berada di pusaran tatawarna Yang ajaib dan tidak terbaca Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan, Dan bila luput Kita memukul dan mencakar Ke arah udara Kita adalah angkatan gagap Yang diperanakkan oleh angkatan kurang ajar Daya hidup telah diganti oleh nafsu Pencerahan telah diganti oleh pembatasan Kita adalah angkatan yang berbahaya (Rendra, 1977)
3
Apa itu Majas ??? Majas adalah bahasa kias, bahasa yang dipergunakan untuk menciptakan efek tertentu. Dalam penggunaannya, majas diciptakan untuk menimbulkan kesan imajinatif bagi penyimak atau pembicaranya.
Macam-Macam Majas Majas Pertentangan -
Majas Hiperbola Majas Litotes Majas Ironi Majas Oksimoron Majas Paradoks Majas Antitesis
Majas Perbandingan - Majas Personifikasi - Majas Metafora - Majas Perumpamaan/ Simile - Majas Alegori
Majas Pertautan -
Majas Metonimia Majas Sinekdoke Majas Eufemisme Majas Alusio Majas Elipsis Majas Inversi
Majas Perulangan -
Majas Aliterasi Majas Asonansi Majas Paralelisme Majas Kiasmus Majas Repetisi Majas Antanaklasis
4
Majas Metafora
Adalah majas yang menyatakan sesuatu sebagai hal yang sebanding dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama. Metafora diungkapkan secara singkat dan padat tanpa menggunakan kata pembanding.
Kutipannya :
kita adalah angkatan gagap
Makna dalam bai t 1 ba ris 1 adalah : ”Mengiaskan seseora ng yang tidak dapa t berbi ca ra dalam menghadapi sesua tu”.
Majas Simile (Perumpamaan)
Adalah majas yang memperbandingkan dua hal yang pada hakekatnya berbeda tetapi dianggap sama. Menggunakan kata pembanding : seperti, bagaikan, laksana, bak.
Bait 10 baris 6 :
Ah, di dalam kemabukan Wajah berdarah Aku terlihat sebagai bulan.
Penyair menggambarkan keresahan yang terjadi, sehingga hal yang burukpun menjadi indah. Penyair mengajak kita untuk tetap berada pada jalan yang benar dan menyelasaikan segala permasalahan dengan baik sehingga kita dapat terhindar dari hal yang dapat menimbulkan keresahan dalam diri kita.
5
Bait 12 baris 5:
Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi Dianggap bunga plastik Sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi
Maknanya adalah Apa ya makna dalam bait puisi di atas?
Penyair menggambarkan bahwa ilmu yang mereka terima tidak berguna, tidak berarti apa-apa, karena masih saja kita melihat adanya kebangkrutan dan banyak korupsi. Dalam hal ini penyair mengajak kita untuk dapat memanfaatkan sebaik mungkin ilmu yang kita miliki agar dapat berguna bagi masyarakat dan bangsa.
Majas Erotesis
Adalah majas yang berupa pertanyaan yang digunakan dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut suatu jawaban.
Apakah kita persiapkan Untuk menjadi alat saja?
Sebuah pertanyaan yang diajukan penyair ya ??? Iyaaa…. Apakah dengan keadaan yang seperti ini kami hanya dapat menjadi alat seperti yang diinginkan oleh penguasa?. Penyair merasa tidak dapat berbuat apa-apa bahkan untuk berkreativitas dan berekspresi tidak diberi kesempatan, kita hanya menerima apa yang sudah ada.
6
Selain belajar mencari majas, kita mencoba menganalisis temanya ya!
Tema adalah gagasan pokok ya ng dikemukakan oleh penyai r, pokok pi ki ran a tau pokok persoalan i tu begitu kua t dalam ji wa penyai r, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya .
D alam puisi “Sa ja k Ana k Mu d a ” kar ya W .S . Rendr a di atas, penyair mengungkapkan dalam puisinya bahwa ada yang kur ang pada pendidikan di neger i kita, yakni pendidikan politik, f ilsaf at, dan logika, yang menyebabkan gener asi muda kita menjadi gener asi yang gagap, tidak per nah menger ti ur aian pikir an lur us, dan hanya diper siapkan untuk menjadi alat belaka, kar ena pendidikan tidak per nah melatih ber pikir dan ber tukar pikir an, maka yang dihasilkan ialah gener asi muda yang patuh,santai, dan masa bodoh ter hadap lingkungan dan masa depannya.
Bait 1 dan 2 :
Kita adalah angkatan gagap yang diperanakkan oleh angkatan takabur Kita kurang pendidikan resmi di dalam hal keadilan, karena tidak diajarkan berpolitik. dan tidak diajar dasar ilmu hukum Kita melihat kabur pribadi orang karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa. Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus, karena tidak diajar filsafat atau logika.
7
Kemudian pada kutipan bait puisi yang lain, penyair mengungkapkan bahwa para pemilik ilmu pengetahuan, para intelek muda, serta mahasiswamahasiswa yang tidak pernah siap menjadikan diri mereka sebagai solusi bagi negeri ini. Bahkan mereka menganggap bahwa merekalah masa depan bangsa. Namun tidak bisa berjuang membebaskan rakyat dari penderitaan. Dalam pikiran mereka, asal pintar dan cerdas, maka masalah pun dapat diselesaikan, sementara mereka tidak pernah tahu apa yang terjadi di sekitarnya.
Seperti terlihat pada kutipan berikut :
Mengapa kita harus terim a hidup begini? Seseorang berhak diberi ijazah dokter, Dianggap sebagai orang terpelajar, Tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan, Dan bila ada tirani yang m erajalela ia diam tidak bicara kerjanya hanya m enyuntik saja Bagaim ana? Apakah kita akan terus diam saja Mahasiswa-m ahasiswa ilm u hukum Dianggap sebagai bendera-bendera upacara, Sem entara hukum dikhianati berulang kali Mahasiswa-m ahasiswa ilm u ekonomi Dianggap bunga plastik, Sem entara ada kebangkrutan dan banyak korupsi.
.
Dari uraian di atas, penyair mengungkapkan bahwa tidak ada relevansi antara pendidikan, lapangan kerja, dan kebutuhan masyarakat. Masyarakat tidak membutuhkan orang-orang yang pandai atau terampil, tetapi manusia yang peka akan keadaan masyarakat di sekitarnya dan mampu mengamalkan ilmunya untuk kepentingan seluruh masyarakat. Para intelek muda, seperti dokter, sarjana hokum, dan sarjana ekonomi, mereka hanya menguasai spesialisnya untuk kepentingan dirinya sendiri. Namun tidak dapat mengamalkannya untuk masyarakat yang membutuhkannya.
8
Berkenalan dengan (Alm) W.S. R endra Nama Pena: WS Rendra Nama Asal: Willibrordus Surendra Broto Rendra Nama Setelah Memeluk Islam: Wahyu Sulaim an Rendra Tempat Lahir: Solo, Jawa Tengah Tanggal Lahir: 7 Nov ember 1935 Tanggal Meninggal Dunia : Kamis, 6 Agustus 2009 pukul 22.10 W IB di RS Mitra Keluarga, Depok Gelaran: Si Burung Merak
Julukan si Burung Merak bermula ketika Rendra dan sahabatnya dari Australia berlibur di Kebun Binatang Gembiraloka, Yogyakarta. Di kandang merak Rendra melihat seekor merak jantan berbuntut indah dikerubung i merak-merak betina. “Seperti itulah saya,” tutur Rendra spontan.
Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta.
9
Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya itu. Ia memulai pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo. Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya, tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.
Sekembali da ri Amerika , beliau mendi ri kan Bengkel Tea ter di Yogyaka rta pada 1967 dan sekaligus menjadi pemimpinnya . Pada perkembanga nnya , Bengkel Tea ter dipindahkan oleh Rendra ke Depok. Karya-Karya W.S. Rendra: Drama
Orang-orang di Tikungan Jalan (1954) Bip Bop Rambaterata (Teater Mini Kata) Mastodon dan Burung Kondor (1972) Hamlet (terjemahan karya William Shakespeare) Macbeth (terjemahan karya William Shakespeare) Oedipus Sang Raja (terjemahan karya Sophokles) Odipus di Kolonus (terjemahan karya Sophokles) Antigone (terjemahan karya Sophokles) Kasidah Barzanji Kisah Perjuangan Suku Naga
Puisi
Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak) Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta Blues untuk Bonnie Jangan Takut Ibu Mencari Bapak Nyanyian Angsa Pamphleten van een Dichter Pesan Pencopet kepada Pacarnya Potret Pembangunan Dalam Puisi Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan) Rumpun Alang-alang Sajak Seonggok Jagung Sajak Seorang Tua ten tang Bandung Lautan Api
10