1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................... 4 Peta Jepang ................................................................................................................... 5 I.
Pendahuluan ............................................................................................................ 6 1. Pemilihan Negara.............................................................................................. 6 2. Pemilihan Produk .............................................................................................. 6 3. Profil Jepang ..................................................................................................... 7 II. Potensi Pasar Jepang .............................................................................................. 11 1. Persepsi Masyarakat Jepang Terhadap Madu .................................................. 11 2. Produksi Produk Madu Di Jepang ..................................................................... 14 3. Ekspor dan Impor Produk Madu di Dunia ..................................................... .17 4. Ekspor dan Impor Produk Madu di Jepang........................................................ 20 5. Kebijakan Impor dan Labeling Produk Madu Di Jepang .................................... 22 6. Saluran Distribusi Produk Madu di Jepang ........................................................ 26 III. Peluang Dan Strategi ............................................................................................... 28 IV. Informasi Penting ..................................................................................................... 30 1. TPO/Kedutaan Negara Jepang Di Indonesia..................................................... 30 2. Kamar Dagang Jepang ..................................................................................... 30 3. Asosiasi Madu Di Jepang .................................................................................. 31 4. Daftar Importir dan Produsen Madu di Jepang .................................................. 32 5. Perwakilan Indonesia Di Jepang ....................................................................... 33 6. Referensi........................................................................................................... 35
2
DAFTAR TABEL Tabel 1. Populasi yang didasarkan pada usia dan jenis kelamin di Jepang tahun 2012 .. 7 Tabel 2. Nomor HS komoditas madu .............................................................................. 11 Tabel 3. Nilai retail dan volume retail untuk produk madu di Jepang (2006-2016)........... 15 Tabel 4. Harga Retail Produk Madu Alami di Jepang (2011) ........................................... 16 Tabel 5. Produk Terbaru Olahan Madu di Jepang Tahun 2011 ........................................ 16 Tabel 6. Negara-negara produsen madu alami di dunia (2011). ...................................... 19 Tabel 7. Impor madu alami di dunia tahun 2006-2011 ..................................................... 20 Tabel 8. Ekspor-Impor, Produksi Madu Domestik, dan Total Supply Produk Madu di Jepang dari tahun 2006-2010............................................................................ 20 Tabel 9. Top 5 Negara Pengekspor Madu ke Jepang Tahun 2006-2010 ......................... 21 Tabel 10. Impor Madu di Jepang (2010) ........................................................................ 22 Tabel 11. Agen Pemerintahan Terkait Prosedur Impor Madu ke Jepang .......................... 25 Tabel 12. Tarif Impor untuk Produk Madu di Jepang........................................................ 26
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Piramida Populasi Penduduk Jepang berdasarkan umur dan jenis kelamin pada tahun 2012 ........................................................................................ 8
Gambar 2.
Penurunan Tajam Populasi Penduduk Jepang ........................................... 9
Gambar 3.
Contoh Madu Alami Produksi Dalam Negeri jepang ................................... 11
Gambar 4.
Sistem Penyimpanan Madu di Jepang ....................................................... 12
Gambar 5.
Contoh Madu yang diproduksi di Jepang .................................................... 13
Gambar 6.
Volume Penjualan Produk Olesan di Jepang (2009) ................................... 15
Gambar 7.
Produksi Madu Alami di Dunia (2011) ......................................................... 18
Gambar 8.
Impor Madu Dunia Berdasarkan Negara Tahun 2006-2011 ........................ 19
Gambar 9.
Alur Persetujuan Impor Madu di Jepang Berdasarkan ‘Food Sanitation Law ............................................................................................................ 24
Gambar 10. Contoh Label Madu Alami .......................................................................... 25 Gambar 11. Opsi Logo dari Organisasi Industri Madu jepang ...................................... 26 Gambar 12. Saluran Distribusi Produk Madu di Jepang ............................................... 27
3
KATA PENGANTAR ITPC Osaka mengucapkan puji syukur pada hadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah dapat menyelesaikan ”Market Brief: Madu” untuk Edisi pada bulan Agustus 2013 ini. Market brief (MB) merupakan kajian singkat yang memberikan gambaran kondisi dan potensi pasar Madu di Jepang. Adapun isi dari Market Brief ini dibuat berdasarkan acuan “Outline Market Intelligence dan Market Brief” yang disampaikan kepada seluruh Perwakilan Luar Negeri Kementerian Perdagangan tanggal 8 Maret 2011 di Hotel Borobudur, Jakarta.
Selain merupakan bagian dari tugas dan fungsi perwakilan luar negeri, Market Brief disusun untuk memberikan informasi terkini mengenai pasar suatu komoditi, peraturan impor di negara akreditasi setempat, potensi pasar, negara pesaing, strategi penetrasii pasar dan informasi penting lainnya. Sehingga diharapkan secara tidak langsung Market Brief ini dapat menjadi informasi pendukung dalam meningkatkan keunggulan komoditi Madu Indonesia yang bersaing di pasar Jepang.
Akhir kata ITPC Osaka mengharapkan kiranya informasi dalam MB ini dapat bermanfaat bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan dan para pelaku usaha dalam menentukan strategi eskpor ke negara Jepang.
Osaka, Agustus 2013
4
PETA JEPANG
Luas daratan Jepang 378.000 km2, yaitu 1/25 dari luas Amerika Serikat (bandingkan dengan luas daratan Indonesia 2.027.087 km2). Jepang berbatasan dengan Rusia di sebelah barat, Korea Utara dan Korea Selatan di bagian selatan dan China di bagian barat daya. Empat pulau utama adalah Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu.
5
BAB I. PENDAHULUAN 1. Pemilihan Negara Jepang adalah negara mitra dagang yang strategis bagi Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan RI, selama lima tahun terakhir, yaitu periode 2008-2012, perdagangan Indonesia-Jepang menunjukkan tren positif sebesar 11,3%. Pada periode ini Indonesia mengalami surplus perdagangan. Sementara di tahun 2012, total perdagangan Indonesia-Jepang mencapai USD 52,9 milliar, dengan nilai ekspor sebesar 22,8 miliar dan impor sebesar USD 30,1 milliar. Pada periode ini Indonesia mengalami defisit sebesar USD 7,4 miliar. Komoditas ekspor utama Indonesia ke Jepang meliputi: coal; briquettes, ovoids (USD 3,6 miliar); natural rubber, balata (USD 1,3 miliar); nickel mattes, nickel oxide sinters (USD 0,9 miliar); copper ores and concebtrates (USD 0,9 miliar); plywood, veneered panels and similar laminated wood (USD 0,7miliar). Sementara dari Jepang, Indonesia mengimpor beberapa komoditas seperti incompletely knocked down motor vehicles (USD 1,9 miliar); parts of accessories of the motor vehicles of headings (USD 1,2 miliar); self-propelled bulldozers, angledozers, graders, levellers (USD 0,8 miliar); motor cars & other motor vehicles principally designed for the transport of pers ons (0,8 miliar); parts, suitable for use solely (USD 0,8 miliar). 2. Pemilihan Produk Produk madu Jepang merupakan produk yang memiliki permintaan tinggi. Hal ini tidak akan lepas dari prinsip masyarakat Jepang yang menyukai asupan makanan yang alami dan kebiasaan masyarakat Jepang untuk hidup sehat. Namun, pasar impor madu di Jepang masih dikuasai oleh China, hal ini menjadikan tantangan bagi Indonesia yang memiliki produksi madu yang tidak kalah dari produksi madu negara lain di dunia, untuk memasuki pasar seperti Jepang. Mengingat besarnya potensi pasar madu di Jepang menjadikan hal ini sebagai peluang potensial bagi Indonesia untuk mengembangkan ekspor produk madu ke Jepang.
6
3. Profil Jepang a. Geografi Berdasarkan kondisi geografis Jepang, Jepang terdiri dari 47 perfektur yang dikelompokkan menjadi 9 kawasan yaitu Hokkaido, Tohoku, Kanto,Chubu, Kinki, Chugoku,Shikoku, Kyushu dan Okinawa. Sedangkan kota utama Jepang yaitu Tokyo, Osaka, Kobe, Kyoto, Sapporo, Sendai, Nagoya, Hiroshima dan Fukuoka. b. Pemerintahan Jepang merupakan negara constitutional monarchy dimana kekuasaan Kaisar sangat terbatas. Disini Kaisar hanya sebagai simbol negara dan persatuan dabagi rakyat Jepang. Kekuasaan tertinggi pemerintahan terletak pada Perdana Menteri. Sedangkan untuk badan legislatif di Jepang adalah adalah National Diet yang terdiri dari House of Representatives (480 kursi) dan House of Councillors (242 kursi). PM diangkat oleh Kaisar setelah mendapat persetujuan dari Diet. c. Demografi Populasi penduduk Jepang per Juli 2012 mencapai 127.368.088 jiwa. Data ini menurun bila dibandingkan data per 1 Oktober 2012 yang 128.957.352 jiwa. Berdasarkan kategori jenis kelamin, populasi penduduk pria berjumlah 61.875.892 (48.6% dari total populasi) dan penduduk wanita berjumlah 65.492.196 (51.4%).
Tabel 1. Populasi yang didasarkan pada usia dan jenis kelamin di Jepang tahun 2012 Age (years) Number (%) Male Female 0-14 13,5% 8.927.803 8.268.937 15-24 9,8% 6.385.033 6.046.609 25-54 38,5% 24.299.387 24.686.224 55-64 14,4% 9.166.111 9.177.111 ≥ 65 23,9% 13.097.558 17.313.315 Sumber: http://www.indexmundi.com/japan/age_structure.html
7
Gambar 1. Piramida Populasi Penduduk Jepang berdasarkan umur dan jenis kelamin pada tahun 2012 Sumber: http://www.indexmundi.com/japan/age_structure.html
Populasi terbesar adalah sepanjang pesisir Pasifik di mana cuaca ringan dengan fasilitas transportasi dan industri yang sangat berkembang. Populasi Jepang berpusat di kota-kota besar, bahkan,sekitar 70% dari penduduk tinggal di dataran pantai antara Tokyo dan bagian utara Kyushu. Hal ini mengakibatkan majunya industrialisasi disertai dengan pergeseran penduduk ke arah kota-kota besar dan ditandai penurunan populasi di daerah pertanian. Lebih dari 1/3 populasi Jepang berdomisili di Tokyo, dan lebih dari setengah populasi tinggal di dua kota besar Tokyo dan Osaka. Pada tahun 2012, tingkat harapan hidup di Jepang adalah 83,91 tahun, dan merupakan salah satu tingkat harapan hidup tertinggi di dunia. Namun populasi Jepang semakin cepat menua dikarenakan dampak dari ledakan kelahiran pasca perang diikuti dengan penurunan tingkat kelahiran.
8
Gambar 2. Penurunan Populasi Penduduk Jepang Sumber: http://ajw.asahi.com/article/behind_news/social_affairs/AJ201208080042 Masyarakat Jepang homogen dalam etnis, budaya dan bahasa, dengan sedikit populasi pekerja asing. Di antara sedikit penduduk minoritas di Jepang terdapat orang Korea Zainichi, Cina Zainichi, orang Filipina, orang Brazil-Jepang, dan orang Peru-Jepang. Perubahan dalam struktur demografi menyebabkan sejumlah masalah sosial, terutama kecenderungan menurunnya populasi angkatan kerja dan meningkatnya biaya jaminan sosial seperti uang pensiun. Masalah lain termasuk meningkatkan generasi muda yang memilih untuk tidak menikah atau memiliki keluarga ketika dewasa. d. Infrastruktur Berdasarkan data tahun 2008, sebanyak 46,4 % energy di Jepang berasal dari minyak bumi, 21,4 % batu bara,16,7 % gas alam, 9,7 % tenaga nuklir,dan 2,9% tenaga air. Sebesar 25,1 % listrik jepang dipasok oleh tenaga nuklir. Transportasi utama di jepang adalah kereta yang sangat tepat waktu dan aman bagi konsumen. Jepang memiliki 173 bandara, untuk penerbangan domestic terbesar adalah Haneda airport, dan untuk penerbangan internasional adalah Narita International Airport, Kansai International Airport,dan Chubu Central International Airport dan untuk pelabuhan terbesarnya adalah Nagoya Airport. e. Ekonomi Jepang adalah salah satu dari tiga negara dunia dengan ekonomi terbesar serta termaju didunia. Berdasarkan survei banyak lembaga internasional, ekonomi Jepang adalah ekonomi terbesar kedua di Asia (Dibawah China) dan ketiga didunia (Selain AS dan China). Jepang selama ini dikenal sebagai negara yang inovatif dan kreatif serta memiliki semangat berkarya yang tinggi sehingga
9
walaupun bangsa mereka bukan bangsa penemu mereka mampu menciptakan berbagai penemuan-penemuan terpenting dalam sejarah dunia. Faktor-faktor yang mendorong keberhasilan dan kemajuan Jepang ialah karena Jepang memiliki kultur dan watak penduduk yang mau bekerja keras, pantang menyerah, berjiwa wirausahawan sejati, berani dan sangat berdisiplin. Pada 2012, Jepang memiliki GDP perkapita $ 45.774 dan berhasil menjadi Negara ketiga dengan nilai GDP terbesar didunia. Ekonomi Jepang adalah ekonomi no.3 yang tercepat sepanjang sejarah modern umat manusia selain ekonomi Korea Selatan dan RRC. Tonggak kebangkitan dan kemajuan ekonomi Jepang dimulai sesaat setelah Jepang dikalahkan Sekutu dalam perang Dunia ke-2. Saat kota-kota dan ekonomi yang pernah dibangun Jepang sebelum 1945 hancur, bangsa Jepang membangun negaranya hanya dengan modal dengkul ditambah semangat kerja, etos kerja dan kedisiplinan. Tak perlu waktu yang lama, mereka mampu membangun kembali ekonomi dan negerinya menjadi salah satu yang raksasa ekonomi global. Ekonomi Jepang yang bertumbuh dengan cepat, dalam sekejap telah mampu menembus pasar internasional sekaligus menumpas pameo lama “produk Jepang enak dipandang, cepat dibuang”. Sejak akhir tahun 1950-an produk-produk manufaktur Jepang telah menyaingi produk-produk manufaktur AS dan negara-negara Eropa sehingga dibeberapa negara terjadi anti-Jepang dan pelarangan produk-produk Jepang. Meskipun begitu, Jepang tetap percaya diri dan membuktikan bahwa bangsa mereka adalah yang unggul. Walaupun Jepang negara maju, negara ini tidak melupakan bidang usaha lain seperti pertanian, perikanan dan peternakan. Pertanian di Jepang tergolong maju dan menerapkan intensifikasi pertanian, sehingga walaupun luas wilayah Jepang yang dijadikan lahan pertanian kurang dari 15 % Jepang dapa terswasembada memenuhi kebutuhan domestiknya.
10
BAB II. POTENSI PASAR JEPANG
2.1. Persepsi Masyarakat Jepang Terhadap Madu Kategori madu bisa didefinisikan sebagai madu alami yang dihasilkan oleh lebah (honeybees). Dalam proses pembuatannya, madu dapat dibedakan menjadi beberapa produk kategori sebagai berikut: Nomor HS
Nama Komoditas
0409.00
Natural honey
3001.90
Royal jelly
0511.99
Propolis (solid and raw masses)
2106.90
Propolis (ethanol extracted) Tabel 2. Nomor HS komoditas madu
Dalam laporan ini, hanya akan dibahas produk madu alami (natural honey) dengan kode produk 0409.00. Madu di Jepang diasosiasikan sebagai salah satu makanan sehat, umum digunakan sebagai bahan masakan atau sebagai alternatif obat, misalnya masyarakat Jepang pada zaman dahulu menggunakan jus daikon (lobak Jepang) dan madu untuk menyembuhkan sakit tenggorokan atau sariawan. Madu juga sering digunakan sebagai alternatif gula untuk pemanis minuman. Hal ini sesuai dengan karakteristik masyarakat Jepang yang sangat memperhatikan kesehatan dengan menjaga asupan makanan dan suplemen tambahan yang alami.
Madu Hyakka “One hundred flowers”
Madu Acacia, spesialis
Madu Chimitsu, spesialis Prefektur
Madu Renge (bunga Milkvetch), spesialis 11
Prefektur Ehime Prefektur Fukuoka. Ishikawa Gambar 3. Contoh madu alami produksi dalam negeri Jepang Perkembangan industri madu modern di Jepang dimulai sejak pertengahan abad 19 yang dimulai dengan adanya peternakan lebah penghasil madu hasil impor dari negara barat. Pada umumnya peternakan madu di Jepang menggunakan metode ‘non-stationary beekeeping’, dimana lebah bermigrasi untuk mencari bunga-bunga secara alamiah. Lebah penghasil madu di Jepang adalah "Apis cerana japonica" merupakan lebah liar asli dari Jepang. Pada zaman restorasi Meiji lebah tersebut disimpan di taman-taman untuk diambil madunya. Metode ini membutuhkan biaya yang tinggi sehingga kehadiran madu impor yang menggunakan metode ‘stationary beekeeping’ yang memiliki harga lebih rendah dapat menekan produksi dari madu lokal ini.
Japanese Bee Polen Kotak penyimpanan madu di Jepang Gambar 4. Sistem peyimpanan madu di Jepang Warna, rasa dan aroma dari madu berbeda-beda tergantung dari jenis bunga yang didatangi oleh lebah. Madu berwarna pucat dengan rasa yang ringan pada umumnya berasal dari bunga acacia dan lotus blossom. Madu ini umum dijumpai di Jepang, sedangkan madu yang dihasilkan di Eropa memiliki kharakteristik aroma yang lebih tajam, seperti madu linden yang berasal dari Jerman dan madu heather yang berasal dari Inggris. Terdapat lebih dari 300 jenis bunga yang berfungsi sebagai bahan makanan lebah penghasil madu di Jepang, dan madu alami ini sangat bergantung pada kondisi lokal seperti iklim dan cuaca. Pada umumnya tipe madu yang ada di Jepang adalah sebagai berikut:
12
1
Madu acacia: Madu dengan rasa yang ringan dan aroma yang lembut. Cenderung untuk tidak mengkristal. Di Jepang diproduksi di Akita, sedangkan di negara lain di produksi di China, Romania, dan Hungary.
2
Madu Orange Blossom: Madu dengan rasa sedikit pahit namun segar. Di Jepang di produksi di Kyushu dan Shikoku. Di negara lain di Spanyol, Mexico dan USA.
3
Madu Buckwheat: Madu yang memiliki aroma yang kuat dan rasa yang mirip dengan gula merah (brown sugar). Di Jepang diproduksi di Hokkaido dan Shinetsu. Sedangkan di negara lain di produksi di China.
4
Madu Lotus: Madu dengan rasa manis yang lembut dan aroma bunga yang transparan. Diproduksi di China dan di Sanyo, Sanin dan Kyushu Jepang.
13
5
Madu Clover: Madu yang umum di produksi dan populer di seluruh dunia. Di produksi di Kanada, USA, Argentina, Australia, New Zealand. Sedangkan di Jepang di produksi di Hokkaido.
6
Bamboo Knotweed
Honey: Plant.
Berasal
dari
Memiliki
Japanese karakteristik
berwarna gelap dan memiliki rasa yang sedang. Di produksi di USA dan Jepang.
Gambar 5. Contoh madu yang diproduksi di Jepang. Sumber gambar: Dari berbagai website supplier madu di Jepang 2.2. Produksi Produk Madu di Jepang Jepang adalah negara ketiga terbesar dalam pasar madu dan hampir seluruhnya bergantung pada impor. Pada tahun 2010, negara Jepang hanya mampu memproduksi madu untuk memenuhi 5% dari permintaan pasar domestik. Dari tahun 2006-2011 impor madu ke Jepang stagnan dan hanya berkisar 40.000 per tahun. Negara utama pengimpor madu ke Jepang adalah China. Konsumen Jepang lebih menyukai madu dengan warna terang dan rasa manis yang tidak terlalu kuat. Di wilayah Asia Pasifik, Jepang merupakan negara kedua konsumen madu terbesar di dunia setelah China, dan pasar madu di Jepang berkembang paling pesat pada tahun 2006 hingga 2011.
14
Gambar 6. Volume penjualan produk olesan di Jepang (2009) Madu ada di peringkat kedua pasar ‘olesan’ (spreads, termasuk didalamnya jam (selai), maple syrup, dan lain-lain), dengan penjualan sebesar US$ 485 juta.
Tabel 3. Nilai retail dan volume retail untuk produk madu di Jepang (2006-2016) Perusahaan Kato Brothers merupakan pemimpin pasar madu lokal di Jepang. Kini produk olahan dengan menggunakan bahan madu juga banyak bermunculan di pasar. Produk-produk ini terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen sehingga madu tidak hanya dikonsumsi sebagai olesan atau dikonsumsi langsung, namun juga sebagai bahan bumbu untuk masakan, sup, dan snack seperti permen, coklat dan keripik kentang. 15
Tabel 4. Harga Retail Produk Madu Alami di Jepang (2011) Pemain lokal, Kato Bros Honey Co. Ltd memimpin pasar olesan di tahun 2010 dengan value share 17%. Kato merupakan pemimpin pasar yang konsisten dalam inovasi produk, seperti Kopi Madu, yang turut mempromosikan madu sebagai pengganti gula. Kompetisi madu lokal juga diramaikan dengan kehadiran Nippon Hachimitsu Co.Ltd. Merek international memiliki posisi yang lemah dikarenakan harga yang premium.
Tabel 5. Produk Terbaru Olahan Madu di Jepang Tahun 2011 16
Terdapat hubungan yang erat antara perusahaan trading besar dan perusahaan packing madu besar di Jepang. Contohnya Kato Brothers Honey Co., Ltd. Bekerja sama dengan SC Foods Co., Ltd., dan Japan Honey Co., Ltd. dengan Mitsubishi Corp. Diantara perusahaan packaging madu yang berhubungan dengan madu konsumsi langsung, Kato Brothers Honey Co. (dibawah merek Sakura) dan Japan Honey Co. (dibawah merek the Milk Vetch) memiliki sistem pemasaran yang sama diseluruh Jepang. Api Co., Ltd., meskipun tidak terkait dan memiliki merek sendiri, merupakan perusahaan packaging yang sukses. Meidi-ya Co., Ltd. diklasifikasikan sebagai retailer, telah menawarkan madu dengan brand sendiri, namun packaging menggunakan Nisshin Honey Co., Ltd 2.3. Ekspor dan Impor Produk Madu di Dunia Jepang merupakan negara terbesar ketiga importer madu di dunia setelah Amerika Serikat dan Jerman. Meskipun industri ini sempat terpengaruh dengan penurunan konsumsi masyarakat Jepang secara umum pada tahun 2011 sehingga penjualan
menurun
sebesar
4%,
namun
kebiasaan
negara
Jepang
untuk
mengkonsumsi makanan sehat dan natural tetap mendukung perkembangan industri ini. Produksi madu paling aktif dilakukan oleh negara-negara dengan temperature sub-arctic seperti Ukraina, Rusia, China, Amerika Utara dan Eropa. Akan tetapi, banyak variasi madu yang dihasilkan oleh negara-negara subtropical meskipun mereka terkendala masalah teknologi. Menurut Japan Beekeeping Honey Association, jumlah peternakan lebah madu di dunia adalah sebagai berikut: China memiliki 9 juta koloni lebah, wilayah Russia memiliki hampir 9 juta koloni lebah, Amerika Serikat memiliki lebih dari 3 juta koloni lebah, Meksiko memiliki hampir 3 juta koloni lebah, Brazil sekitar 2 juta dan Argentina sekitar 1.5 juta koloni lebah. Volume produksi lebah di dunia diestimasikan sebesar 1.2 juta ton dengan detail China memproduksi lebih dari 200.000 ton, wilayah Rusia memproduksi mendekati 200.000 ton dan Amerika Serikat memproduksi sekitar 100.000 ton. Tiga negara ini terhitung hampir setengah dari produksi madu di seluruh dunia. Dalam situasi ini, Jepang mengimpor hampir 9 juta yen atau sebesar 40.000 ton madu setiap tahunnya.
17
Gambar 7. Produksi madu alami di dunia (2011) (Data FAO)
Rank
Area
Production
Production
(Int $1000)
(MT)
Flag
1 China
1119427
446089
2 China, mainland
1081563
431000
3 Turkey
236500
94245
4 Ukraine
176412
70300
168869
67294
6 Russian Federation
150590
60010
7 India
150565
60000
F
8 Argentina
148056
59000
F
9 Mexico
145002
57783
10 Ethiopia
134693
53675
117943
47000
104402
41604
13 Canada
89134
35520
14 Spain
86886
34624
15 United Republic of
85571
34100
5
11
United States of America
Iran (Islamic Republic of)
12 Brazil
F
F 18
Tanzania 16 Germany
64821
25831
17 Romania
60544
24127
18 Kenya
60226
24000
F
18 Republic of Korea
60226
24000
F
20 Angola
57465
22900
F
F: Estimasi FAO Tabel 6. Negara-negara produsen madu alami di dunia (2011). Data FAO
Gambar 8. Impor Madu Dunia Berdasarkan Negara Pada Tahun 2006-2011
19
Tabel 7. Impor madu alami di dunia tahun 2006-2011 2.4. Ekspor dan Impor Produk Madu di Jepang Jepang hanya mampu memenuhi permintaan pasar domestik terhadap madu sebesar 7%. Rasio penggunaan madu konsumsi dan madu untuk industri sendiri sebesar 50 : 50 di Jepang.
Tabel 8. Ekspor-Impor, Produksi Madu Domestik, dan Total Supply Produk Madu di Jepang dari Tahun 2006-2010. Data dari Kato Bros Honey Co. Ltd.
20
Tabel 9. Top 5 Negara Pengekspor Madu ke Jepang Tahun 2006-2010. Data dari Kato Bros Honey Co. Ltd. China tetap mendominasi pasar impor madu di Jepang dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah madu dari China memiliki warna yang transparan dikarenakan sumber jenis bunga yang sama dengan Jepang (contohnya Acacia, Milkvetch) karena kedua negara tersebut berada pada kondisi geografi dengan latitude yang hamper sama. Madu jenis ini adalah jenis madu yang populer dan memiliki permintaan yang tinggi di Jepang. Selain itu China juga mampu memproduksi madu dengan volume besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jepang. Alasan kedua adalah China memiliki harga yang kompetitif. Dikarenakan alasan tersebut, China bertahan dalam pasar madu di Jepang selama hampir 40 tahun. Jumlah madu yang diimpor pada tahun 2010 adalah sebagai berikut, 81% (32,386 ton) berasal dari China, dengan value base 66% (5.75 triliun yen) juga berasal dari China. Negara berikut pengimpor madu ke Jepang adalah Argentina dengan volume 3.105 ton, Kanada 2.005 ton, New Zealand 639 ton dan Hungary 568 ton.
21
Tabel 10. Impor Madu di Jepang (2010). 2.5. Kebijakan Impor dan Labeling Produk Madu di Jepang 2.5.1. Definisi Madu Alami oleh JETRO Madu alami adalah bahan pemanis (sweet substance) yang diproduksi oleh sarang madu (honeycomb) tempat lebah menghasilkan madu dari bahan baku bunga alami. Lebih jelasnya, definisi yang ditetapkan oleh Tarrif Classification Provisions adalah sebagai berikut: “Honey is a substance whose cane sugar content should be below five percent of its total weight, fructose content above 30 percent of its total weight, and fructose content above 50 percent of all sugar content.” 22
” Produk lain juga bisa didefinisikan sebagai madu alami apabila mereka disahkan oleh pemerintahan dari negeri pengekspor, dan dokumen terkait dan analisa data sesuai dengan definisi dari madu alami. Definisi madu alami berdasarkan ‘National Honey Fair Trade Conference’ di Jepang, adalah sebagai berikut: -
Moisture content: 20% max (untuk yang berasal dari luar negeri) dan 23% max (untuk madu lokal
-
Glukosa dan Fruktosa total minimal 60% dari kandungan
-
Konten sukrosa maksimal 5%
-
Ash (electrical conductivity): 0.8 ms/cm maksimum
-
HMF: 5.9 mg/100g maksimum
-
Starch Dextrin : Negatif
-
C13 (SCIRA): Negatif Perbedaan terbesar antara produk lokal dengan produk impor adalah di rasa.
Di Jepang, terdapat 4 (empat) musim yang berbeda, sehingga menghasilkan variasi bunga yang berbeda di setiap musim, sedangkan negara pengimpor pada umumnya tidak memiliki 4 (empat) musim yang tidak terlalu berbeda. Untuk itu, madu impor lebih seragam dalam hal rasa. 2.5.2. Prosedur dan Peraturan Impor Madu di Jepang Impor madu alami untuk dijual sebagai makanan di Jepang tunduk pada peraturan Food Sanitation Law. Peraturan ini menetapkan bahwa impor madu alami membutuhkan penyerahan dokumen ‘Import Registration of Foods’ yang disi bersama dokumen lain terkait ke ‘Monitoring Authorities of Imported Foods’ di stasiun karantina yang terletak di badan Bea Cukai. Dokumen ini akan di analisa oleh ‘Food Hygiene Monitor’ untuk menentukan apakah diperlukan inspeksi. Jika tidak diperlukan inspeksi, maka akan dikeluarkan persetujuan untuk registrasi impor makanan. The Food Sanitation Law juga menetapkan bahwa produk makanan tidak boleh mengandung antibiotik secara umum. Pada beberapa negara, antibiotik yang berdasarkan Tetracycline digunakan untuk mencegah epidemik pada lebah, hal ini menimbulkan kemungkinan bahan tersebut tercampur pada madu alami. Dikarenakan 23
Jepang melarang keras impor makanan yang mengandung antibiotik, maka kandungan madu alami yang kemungkinan mengandung antibiotik perlu perhatian lebih.
Gambar 9. Alur Persetujuan Impor Madu di Jepang berdasarkan ‘Food Sanitation Law’ 2.5.3. Labelling Penjualan madu alami di Jepang harus memiliki label yang disetujui oleh ‘Food Sanitation Law’ dan ‘Weight and Measures Law’. Untuk label yang disebutkan sebagai obat-obatan, diperlukan aplikasi terkait yang disetujui oleh ‘Parmaceutical Law’. Agen pemerintahan terkait dalam prosedur impor madu ke Jepang antara lain adalah;
24
Food Sanitation Law
Food Sanitation Division, Environmental Health Bureau, Ministry of Health and Welfare (MHW),
Weight and Measures Law
Weights and Measures Office, Machinery, Information Industries Bureau, Ministry of International Trade and Industry (MITI)
Pharmaceutical Law
Planning Division, Pharmaceutical and Medical Safety Bureau (MHW)
Tabel 11. Agen pemerintahan terkait dalam prosedur impor madu ke Jepang Metode label harus sesuai dengan peraturan sebagai berikut: 1. Nama Produk 2. Isi/ kandungan 3. Period quality assurance 4. Nama manufaktur atau perusahaan pengimpor berikut alamat 5. Bahan tambahan yang digunakan 6. Metode penyimpanan 7. Bahan baku
Gambar 10. Contoh Label Madu Alami Untuk madu alami, terdapat label yang dikembangkan oleh organisasi industri madu Jepang, ‘National Honey Fair Trade Council’, dimana penggunaan label ini sesuai dengan ‘Unreasonable Gift Give-away Prevention Law’.
25
Honey Fair Trade Logo
Logo of the Japan Health and Nutrition Food Association
Gambar 11. Opsi Logo dari Organisasi Industri Madu Jepang 2.5.4. Sistem Perpajakan Impor Madu ke Jepang Tarif impor untuk madu adalah sebagai berikut
Tabel 12. Tarif Impor untuk Produk Madu di Jepang Sedangkan untuk pajak konsumsi sebesar: (CIF + import tariff) X 5% 2.6. Saluran Distribusi Produk Madu di Jepang Terdapat dua channel distribusi untuk madu alami, diantaranya adalah ‘table honey’ untuk konsumsi rumah tangga dan lainnya adalah ‘industrial honey’. Madu alami disuplai dengan drum besar dan perusahaan pengepak membungkusnya ke dalam botol dan container plastik untuk didistribusikan dan dijual di pasar. Produk ini dijual luas di supermarket dan convenience stores, berkompetisi dengan produk lain seperti selai dan maple syrup. Madu alami dalam hal ini sering dikategorikan dalam pasar niche yang lebih kecil. Untuk post-sale service, dikarenakan madu merupakan substansi yang tahan lama, tidak diperlukan post-sale service dan diasumsikan konsumen memiliki pengetahuan yang cukup akan tata cara mengkonsumsinya. Produk lain terkait dengan madu alami adalah lebah. Impor lebah mengikuti regulasi yang dikeluarkan oleh ‘Domestic Animal Epidemic Prevention Law’ dan diperlukan karantina.
26
Gambar 12. Saluran Distribusi Produk Madu di Jepang
27
BAB III. PELUANG DAN STRATEGI Selain kompetisi harga, kompetisi diantara pesaing di industri madu disebabkan oleh faktor-faktor berikut: 1. Jumlah dan lokasi dari kompetitor Di pasar dunia, terdapat banyak individu dan perusahaan yang mampu menyuplai madu ke retailer atau wholesale distributor di di Jepang. Dengan jumlah supplier yang besar ke pasar, pasar menjadi agresif dari segi harga. Suplier dan packers yang berbisnis dalam jumlah besar memiliki kesempatan lebih besar dalam mendapatkan kontrak lokal, meskipun hal ini lebih banyak muncul di pasar madu industri dibandingkan di pasar suplai retail 2. Sifat alamiah madu Industri madu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor alami, seperti iklim dan masalah penyakit pada lebah. Hal ini dapat mempengaruhi jumlah supply dan level harga. 3. Entry Barriers Apabila biaya tetap dan biaya lainnya rendah, level kompetisi menjadi tinggi dan potensi perusahaan untuk meraih keuntungan menjadi rendah. Penjelasan mudahnya adalah jika terdapat untung yang besar, maka banyak perusahaan yang ingin masuk ke pasar sehingga tercipta harga yang rendah dan keuntungan menjadi turun. Ini merupakan salah satu hambatan yang dihadapi oleh industri madu yang labour-intensive. Namun hal ini bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia jika dilihat dari sisi yang lain, terbukti bahwa produksi dari madu telah sedikit banyak mulai bergeser ke negara-negara berkembang. Bahkan di negara industri seperti Kanada, produsen kecil masih dapat berbisnis di industri madu dengan catatan memiliki harga murah, sehingga selama biaya tetap dan biaya variable bisa dipertahankan rendah, perusahaan bisa tetap memperoleh untung. 4. Exit Barriers Untuk perusahaan packers, tidak hanya mereka sulit untuk memasuki pasar industri madu, namun mereka juga memiliki kesulitan untuk keluar dari pasar. Spesialisasi packers untuk packaging produk madu menjadikan perusahaan sulit untuk mengintegrasi line produksi mereka ke produk lain. Sehingga melihat besarnya investasi yang telah diberikan oleh perusahaan packers produk madu, mungkin akan menjadikannya sulit untuk berganti produk. 5. Perbedaan kualitas madu
28
Terdapat perbedaan kualitas di industri madu dan hal ini berpengaruh terhadap harga. Selain kualitas, harga juga dipengaruhi oleh reputasi dari supplier. Sehingga, madu dengan kualitas rendah dan harga murah bisa turut mempengaruhi harga madu secara keseluruhan, misalnya madu dengan kualitas tinggi pun bisa turun harganya dikarenakan pasar madu yang mayoritas berharga rendah. Harga untuk madu berwarna gelap dan madu berwarna terang memiliki tendensi pergerakan harga yang sama. 6. Biaya produksi Dalam jangka panjang, biaya produksi dan pengiriman merupakan akar utama dalam industri madu yang menentukan besarnya kisaran harga. Seiring dengan ekspansi pasar global untuk industri madu, biaya produksi madu negara-negara maju bila dibandingkan dengan biaya produksi madu negara-negara berkembang dapat mempengaruhi peta kompetisi produksi madu dunia. Rendahnya biaya produsk di negara seperti China dan Argentina memiliki peran yang besar dalam menurunkan harga madu di pasar. 7. Perkembangan indusrti yang lambat Pertumbuhan industri madu cukup statis, dan didalam skenario industri yang statis, besarnya kue untuk pangsa pasar saling berbagi antara kompetitor. Keuntungan bagi satu perusahaan merupakan kerugian bagi perusahaan yang lain. 8. Rendahnya diferensiasi produk Produk dengan diferensiasi yang sedikit, menjadikan para pemain pasar saling bersaing untuk pasar yang sama. Pembeli retail atau wholesale menjadi kesulitan untuk berpindah dari satu produk ke produk lainnya dikarenakan harga dan kualitas yang mirip. Jika perusahaan berinovasi dengan produk baru yang unik, makan tingkat kompetisi bisa berkurang sehingga menjadikan potensi volume industri yang lebih besar dan keuntungan yang lebih bagi dikarenakan segmentasi pasar yang lebih lebar. 9. Biaya Penyimpanan Madu, bertolak belakang dengan produk agrikultur yang lain mudah untuk disimpan dengan biaya yang murah, meskipun tetap terdapat hambatan untuk penyimpanan madu-madu yang sudah lama.
29
BAB IV. INFORMASI PENTING 1.
TPO/Kedutaan Negara Jepang di Indonesia Konsulat Jenderal Jepang - Medan Kedutaan Besar Jepang Jakarta Konsul Jenderal : Mr. Hiroshi HASHI Duta Besar : Yoshinori KATORI Wisma BII, 5th Floor, Jl.M. H. Thamrin Kav. 24, Jakarta Pusat Jl. Diponegoro No. 10350, Indonesia 18, Medan, Sumatera Utara, Indonesia Phone : (62-21) 3192-4308 Phone : (62-61) 457-5193 Fax : (62-21) 3192-5460 Fax : (62-061) 457-4560 Website : www.id.emb-Jepang.go.jp Konsulat Jenderal Jepang - Makasar Konsulat Jenderal Jepang - Jakarta Konsul Jenderal : Mr. Noboru NOMURA Konsul Jenderal : Yoshihiro TAKESHITA Address : Jl. Jenderal Sudirman No. 31, Jl. M.H. Thamrin Kav. 3, Makasar, Indonesia Phone : (62-411) Jakarta Pusat 10350, Indonesia 871-030, 872-323, 851-882 Phone : (62-21) 3192-4308 Fax : (63-61) 853-946 Fax : (62-21) 3192-5460 Konsulat Jenderal Jepang Cabang Konsulat Jenderal Jepang - Surabaya Denpasar Konsul Jenderal : Masaaki TAKANO Jl. Konsul : Mr. Minoru SHIROTA Address : Sumatera 93, Jl. Raya Puputan No. 170, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia Renon, Denpasar, Indonesia Phone : (62-31) 503-0008 Phone : (62-361) 227-628 Fax : (62-31) 503-0007 Fax : (62-21) 231-308, 265-066
2. Kamar Dagang Jepang Tokyo Chamber of Commerce & Industry (HQ) 3-2-2 Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo 100-0005 Japan T : (813) 3283 7523 F : (813) 3216 6497 W : www.tokyo-cci.or.jp/ E:
[email protected] Fukuyama Chamber of Commerce and Industry 2-10-1 Nishi-machi Fukuyama-City HiroshimaPrefecture 720-0067 Japan T : (818) 4921 2345 F : (818) 4922 0100 W : www.fukuyama.or.jp/e
E:
[email protected] Hiroshima Chamber of Commerce 44 Matomachi 5-chome, Naka-ku Hiroshima 730 Japan T : (818) 2222 6610 F : (818) 2211 0108 W : ww.hiroshimacci.or.jp/ Kawasaki Chamber of Commerce and Industry 11-2, Ekimae Honcho, Kawasaki-ku Kawasaki 210 Japan T : (814) 4211 4111 F : (814) 4211 4118 W : www.kawasaki-cci.or.jp 30
Kyoto Chamber of Commerce & Industry 240 Shoshoicho Ebisugawaagaru Karasumadori Nakakyo-ku 604, Japan T :(817) 5212 6450 F : (817) 5255 0428 W : www.kyo.or.jp/kyoto/e/ E:
[email protected] Osaka Chamber of Commerce & Industry 2-8 Hommachi-Bashi, Chuoku Osaka 540-0029 Japan T : (816) 6944 6400 F : (816) 6944 6293 W : www.osaka.cci.or.jp/e/ 3.
Okinawa Chamber of Commerce and Industry 15-20 Chuo 4-chome Okinawa-shi 904 Japan T : (819) 8938 8022 F : (819) 8938 2755 W : www.okinawacci.or.jp E:
[email protected] Nagahama Chamber of Commerce and Industry 10-1 Takada-cho Nagahama Shiga 526-0037 Japan T : (817) 4962 2500 F : (817) 4962 8001 W : www.nagahama.or.jp E:
[email protected]
Asosiasi Terkait Industri Madu di Jepang The Ministry of Agriculture, Forestry
The Ministry of Health & Welfare
& Fisheries of Japan (Protection and
(Regulations based on the Food
Promotion of Beekeepers)
Sanitation Law)
1-2-1 Kasumigaseki, Chiyoda-ku, Tokyo
Food Sanitation Division, Environmental
Tel: 03-3502-8111
Health Bureau: Ext. 2448
http://www.maff.go.jp/
Planning Division, Pharmaceutical and Medical Safety Bureau: Ext. 2708 1-2-2 Kasumigaseki, Chiyoda-ku, Tokyo Tel: 03-3503-1711 http:/www.mhw.go.jp/
The Ministry of Finance
The Ministry of International Trade
(Regulations based on the Tariff Law)
&Industry (Regulations based on the Weights & Measures Law)
3-1-1 Kasumigaseki, Chiyoda-ku,
Weights & Measures Office, Machinery
Tokyo
&Information Industries Bureau: Ext.
Tel: 03-3581-4111
3361~3364 31
http://www.mof.go.jp/
1-3-1 Kasumigaseki, Chiyoda-ku, Tokyo Tel: 03-3501-1511 http://www.miti.go.jp/
Tokyo Metropolitan Government
National Honey Fair Trade Council
(Regulations based on the Consumers
(Industry’s Independent Regulations
’
Preparation)
Livelihood Law)2-8-1 Nishi-shinjuku,
4-8-17 Nihon-bashi Honcho, Chuo-ku,
Shinjuku-ku, Tokyo
Tokyo
Tel: 03-5321-1111
Tel: 03-3279-0893
http://www.metro.tokyo.jp/ Japan Beekeeper Association
National Honey Union (Honey promotion)
(Promotion of the Beekeeping
9-15-5 Takashima-daira, Itabashi-ku,
Industry)
Tokyo
1-2 Kanda Surugadai, Chiyoda-
Tel: 03-3934-1604
ku, Tokyo Tel: 03-3291-8628 Fax: 03-3291-8629 http://group.lin.go.jp/bee/ Japan Honey Importers’Council
Japan Health Food & Nutrition Food
(Reviews & negotiations of honey
Association
imports) c/o S C Foods (Sumisho-
(Survey, study and promotion of health
Shokuhin) Co.
and
1-1 Kanda Nishiki-cho, Chiyada-ku,
nutrition foods)
Tokyo
2-7-27 Sadohara-cho, Ichigaya,
Tel: 03-3219-3040
Shinjuku-ku,Tokyo Tel: 03-3268-3131 Fax: 03-3268-3135 http://www.health-station.com/jhnfa/
4.
Daftar Importir dan Produsen Madu di Jepang
Mitsubishi Corp. (Importer)
Nichimen Corp. (Importer)
2-6-3 Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo
2-2-2 Nakanoshima, Kita-ku, Osaka-shi, 32
Tel: 03-3210-2121
Osaka-fu
http://www.mitsubishi.co.jp/
Tel: 06-6223-5111 http://www.nichimen.co.jp/index.asp
SC Foods Co., Ltd. (Importer)
Kanematsu Corp. (Importer)
1-1 Kanda Nishiki-cho, Chiyoda-ku, Tokyo
1-2-1 Shibaura, Minato-ku, Tokyo
Tel: 03-3219-3030
Tel: 03-5440-8111 Fax: 03-5440-6500 http://www.kanematsu.co.jp/
Yagi Tsusho, Ltd. (Importer)
Kato Brothers Honey Co., Ltd.
3-2-1 Imabashi, Chuo-ku, Osaka-shi,
(Honey processing)
Osaka-fu
1-1-5 Senzoku, Taito-ku, Tokyo
Tel: 06-6203-1112
Tel: 03-3875-1182 Fax: 03-3871-2282 http://www.sakura-honey.co.jp/
Nisshin Honey Co., Ltd.
API Co., Ltd.
(Honey processing)
(Honey processing)
3133-1 Maki, Anpachi-cho, Anpachi-gun,
1-1 Sakurada-cho, Kono, Gifu-shi,
Gifu-ken
Gifu-ken
Tel: 0584-64-4111
Tel: 058-271-3838 Fax: 058-275-0855
Japan Honey Co., Ltd.
Meidi-ya Co., Ltd. (Retailer)
(Honey processing)
-2-8 Kyobashi, Chuo-ku, Tokyo
3-11 Kinpo-cho, Gifu-shi, Gifu-ken
Tel: 03-3271-1111
Tel: 058-265-0315
http://www.meidi-ya.co.jp/
Fax: 058-263-2651
5.
Perwakilan Indonesia di Jepang KBRI Tokyo Duta Besar : Muhammad Lutfi Atase Perdagangan : Julia Silalahi 2-9 Highashi Gotanda, 5-chome, Shinagawa-ku, Tokyo-to, 141-0022, Japan
KJRI Osaka Konsul Jenderal : Ibnu Hadi Resona Semba Building 6th Floor, 4-4-21, Minami Semba, Chuo-ku, Osaka 542-0081, Japan Phone : (81-6) 6252-9826 33
Phone : (+81-3) 3441-4201 Fax : (+81-3) 3447-1697 Email :
[email protected] Website : www.indonesianembassy.jp
Fax : (81-6) 6252-9872 Email :
[email protected] Website : www.indonesia-osaka.org
ITPC Osaka Kepala : Rosiana C. Frederick Wakil : Eko Priyantoro ITM4 J-8 Asia and Pacific Trade Center 2-1-10 Nanko Kita, Suminoe-ku, Osaka 559-0034, Japan Tel : 06-66155350 Fax : 06-6615-5351 Email :
[email protected] Website : www.itpc.or.jp
34
REFERENSI
1. 2. 3. 4. 5.
Japan Custom www.customs.go.jp JETRO, http://www.jetro.go.jp/ Statistics Bureau of Japan http://www.stat.go.jp Ministry of Economy, Trade and Industry of Japan http://www.meti.go.jp/english/ Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries
35