MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
DAFTAR ISI : BAB I
BAB II
BAB III
Sistem Kompensasi dan Benefit
Hal 3
A.Pendahuluan dan Konsep Dasar
Hal 3
B.Komponen Gaji dan Upah
Hal 5
Penyusunan Bonus Insentif Produksi
Hal 9
A.Asessmen dalam Bentuk Skill Matrix
Hal 10
B.Individual Line Performance
Hal 11
Cara Perhitungan Skema Insentif di Sewing Line
Hal 16
DAFTAR GAMBAR Gambar 1
Klasifikasi Kompensasi Karyawan
Hal 3
DAFTAR TABEL Tabel 1
Komponen Upah Pekerja
Hal 4
Tabel 2
Skill Matrix di Sewing Line
Hal 10
Tabel 3
Individual Performance Sewing Line Operator
Hal 12
Tabel 4
Grading Operator
Hal 14
Tabel 5
Tahap Penyusunan Skema Insentif
Hal 16
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
1
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
BAB I SISTEM KOMPENSASI DAN BENEFIT
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : •
Meningkatkan pengetahuan mengenai prinsip dasar dan konsep tentang kompensasi dan benefit khususnya di industri garmen.
A.PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR Di dalam dunia usaha pengupahan merupakan hal yang sudah sewajarnya dilakukan dan merupakan bentuk dari kompensasi atas kontribusi yang diberikan oleh pekerja kepada perusahaan. Pekerja memberikan serangkaian pekerjaan yang sistematis dan menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang ekonomis bagi perusahaan.
memberikan nilai
Di beberapa industri baik manufaktur maupun jasa
besarnya kompensasi tersebut yang biasa disebut upah atau gaji berbeda tergantung dari skala produksi, jenis manufaktur
maupun ukuran perusahaan.Beberapa tokoh
mendefinisikan istilah upah , gaji atau kompensasi seperti pernyataan berikut: Menurut Amstrong dan Murlis dalam ‘ Pedoman Praktis Sistem Penggajian ‘ mengatakan bahwa gaji diartikan sebagai bayaran pokok yang diterima oleh seseorang tidak termasuk unsur variabel dan tunjangan lainnya. Dewan Pengupahan Nasional mendefinisikan bahwa upah adalah imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan / jasa yang telah dan akan dilakukan serta berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.Upah dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja. Dessler dalam bukunya ‘Human Resource ‘ 1998 menyatakan bahwa gaji adalah sesuatu penghargaan yang berkaitan dengan uang yang diberikan kepada pegawai dengan pembayaran dibagi menurut : -
Waktu Bekerja , yaitu dilakukan atas dasar lamanya bekerja misalnya : minggu,atau bulan.
-
Hasil Kinerja , pembayaran atas dasar hasil akhir dari proses kinerja misalnya : jumlah produksi .
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
2
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
Dia juga mengklasifikasikan bahwa gaji sebagai bagian dari
kompensasi karyawan
memiliki beberapa komponen yaitu Finansial dan Non Finansial seperti digambarkan dalam skema seperti berikut :
Compensation
Financial
Direct •Upah •Gaji •Komisi •Insentif
Non Financial
Indirect •Askes •Jamsostek •Dana pensiun •Dana kompensasi
The Job -Skill Variety -Task Identity -Task Significance -Autonomy -Feedback
Job Environment -Sound Policies -Competent Employees -Congenial Co workers -Appropriate Status Symbols -Comfortable Working Conditions -Workplace Flexibility
Gambar 1.Klasifikasi kompensasi karyawan Kompensasi merupakan jumlah seluruh reward yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan
terhadap kontribusi yang diberikannya kepada perusahaan.
Kompensasi terdiri dari beberapa jenis yaitu : -
Kompensasi Finansial : •
Kompensasi finansiil langsung terdiri dari pembayaran kepada seseorang dalam bentuk gaji, upah, bonus atau komisi.
•
Kompensasi finansial tidak langsung , merupakan reward yang tidak termasuk dalam kompensasi langsung misalnya : Askes , Jamsostek , soft loan ( pinjaman lunak ) , fasilitas kantin , poliklinik dan koperasi .
-
Kompensasi Non Finansial : Merupakan kepuasan yang diterima seseorang berupa kenyamanan , keamanan dalam bekerja serta
lingkungan pekerjaan itu sendiri yang
berpengaruh secara psikologis terhadap perkerja yang bersangkutan.
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
3
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
Beberapa perusahaan menerapkan sistem penggajian dan insentif sebagai bentuk dari pelaksanaan sistem kompensasi dan benefit yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Faktor yang mempengaruhi jumlah kompensasi finansiil adalah : -
Organisasi ; dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan dalam memberikan kompensasi yang meliputi budget untuk labor cost yang disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dalam membayar kompensasi dan benefit kepada karyawan.
-
Pasar tenaga kerja – labor market
beberapa hal yang berpengaruhi
meliputi : laju pengangguran di suatu wilayah,survey kebutuhan hidup minimum dan layak ( KHM / KHL ),SK Gubernur mengenai UMP/UMK , biaya hidup . -
Jenis pekerjaan , yaitu nilai dan bobot dari pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja
termasuk
besarnya
tanggung
jawab
yang
diberikan
kepadanya.Beberapa teknik manajemen yang biasa digunakan adalah job evaluation dan job analisys.Unsur keadilan mempengaruhi faktor ini dimana ada unsur yaitu keadilan eksternal , besaranya upah atau gaji harus sebanding dengan organisasi lain
serta keadilan internal dimana setiap
karyawan memperoleh jumlah pembayaran upah dan gaji yang sama dalam satu organisasi. -
Pekerja
; performance atau kinerja pekerja yang diukur berdasarkan
individual performance meliputi :keahlian ( skill based pay ) , kompetensi ( competency based pay ) atau senioritas dalam organisasi maupun lamanya pengalaman . B.KOMPONEN GAJI DAN UPAH Industri garmen yang merupakan industri padat karya dan memperkerjakan banyak tenaga kerja terampil serta terlatih, dalam penerapan sistem penggajian memperhatikan hasil dari kinerja pekerja yang telah diukur dalam rangka meningkatkan target produktivitas perusahaan yang telah ditentukan. Secara umum di dalam industri garmen maupun industri umum lainnya terdapat beberapa komponen gaji yang diberikan kepada pekerjanya seperti pada skema dalam table berikut ini :
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
4
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
No
Komponen
1
Upah Tetap
Staff – White Collar Gaji pokok
Operator – Blue Collar Gaji pokok
-Tunjangan kesehatan -Tunjangan keluarga 2
Upah komponen lain -Tunjangan keluarga
-Tunjangan jabatan
-Tunjangan jabatan -Premi hadir -Jamsostek -Tunjangan transpor 3
Tunjangan tidak tetap
-Lembur biasa -Lembur minggu / tanggal merah -Uang makan
-Tunjangan uang makan-Insentif produksi / bonus -Insentif produksi
-Uang ekstra -Jamsostek -Tunjangan kesehatan -Premi borong -Tunjangan keahlian
4
Potongan
-Potongan premi hadir
-Potongan Jamsostek
-Potongan pinjaman
-Iuran Serikat Pekerja
-Potongan Jamsostek
-Potongan PPh 21
-Iuran Serikat Pekerja -Potongan PPh 21
Tabel 1. Komponen upah pekerja
Dalam mengembangkan kebijakan penggajian yang akan digunakan agar dapat memenuhi kebutuhan organisasi dalam memberikan pembayaran yang adil agar tujuan organisasi sesuai yang diharapkan,harus ditentukan suatu sistem penggajian
yang
dibuat berdasarkan prinsip penggajian. Ada beberapa proses yang harus dilakukan dalam menetapkan tarif upah dengan menjamin keadilan baik eksternal maupun internal yaitu : 1. Menganalisa keadaan sekarang yang meliputi analisis berbagai jabatan , jumlah staff dalam setiap jabatan , besaran gaji per orang , kenaikan inflasi yang mengakibatkan biaya hidup tinggi 2. Merumuskan kebijakan penggajian yaitu kebijakan penggajian ditetapkan oleh level tertinggi dalam menentukan kebijakan – direksi .
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
5
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
3. Melakukan penilaian pekerjaan yaitu dengan menggunakan teknik teknik penilaian pekerjaan dari berbagai aspek. 4. Merencanakan struktur gaji yaitu struktur gaji harus mencerminkan hubungan pekerjaan dengan cara yang logis dan penggunaan survey gaji dan informasi lain untuk mengembangkan struktur gaji 5. Mengembangkan prosedur sistem penggajian untuk menjamin agar kebijakan dilaksanakan sesuai
anggaran , kenaikan gaji yang dihubungkan dengan
prestasi , struktur gaji tetap. Perlu diketahui bahwa belum semua industri garmen di Indonesia menerapkan sistem pengupahan dengan memakai komponen tersebut, karena masing masing industri memiliki kemampuan yang berbeda dan menerapkan kebijakan pengupahan yang berbeda pula. Salah satu komponen pengupahan yang merupakan bagian dari komponen upah tidak tetap atau komponen lain adalah bonus produksi atau insentif produksi. Pemberian komponen tersebut merupakan salah satu langkah yang ditempuh oleh perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan meningkattkan loyalitas pekerja terhadap perusahaan. Beberapa industri tersebut
memiliki istilah yang berbeda dalam
memberikan kompensasi kepada pekerjanya diantara mereka menggunakan istilah insentif produksi, bonus produksi atau insentif produktivitas. ASME atau American Society of Mechanical Engineers mendefinisikan bonus insentif sebagai : “sebuah metode pembayaran bonus yang secara langsung menghubungkan pendapatan dengan produksi. Sebuah sistem yang memungkinkan pekerja untuk menambah pendapatannya dengan meningkatkan atau mengelola kemampuannya atau performanya diatas standar yang telah ditentukan “ Skema insentif ini menjadi sebuah alat atau tools bagi manajemen untuk menstimulasi produksi dengan cara memotivasi pekerja agar terdorong untuk menghasilkan produktivitas yang lebih dari rata-rata. Karakteristik dari sebuah sistem insentif yang baik adalah sebagai berikut : 1. Skema insentif harus sederhana untuk dimengerti dan mudah dioperasikan. Rumus perhitungan yang dipakai simple atau singkat, measurable atau
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
6
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
terukur dan bersifat transparan dalam proses perhitungannya dan pekerja harus dapat menghitung pendapatannya. 2. Konsisten, sekali dilaksanakan maka tidak boleh sering berganti-ganti. Perubahan disesuaikan dengan melibatkan pembicaraan antara manajemen dan pekerja. Pihak manajemen perusahaan harus mempunyai komitmen bahwa keberhasilan dan kesuksesan perusahaan merupakan kontribusi bersama . 3. Berelasi langsung antara usaha dan bonus. Hanya pekerja yang berprestasi dan mampu menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomis yang berhak mendapatkan reward atau penghargaan dari perusahaan . 4. Tidak menciptakan ketidak harmonisan antara pekerja , harus menciptakan persaingan yang positif antara sesamanya. Skema insentif disusun dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi pekerja dengan memperbolehkan mereka mendapatkan hasil secara proporsional dari usaha yang lebih besar yang telah mereka lakukan atau kerjakan. Pada bidang usaha garment
atau garment manufacturer penting untuk
memperhitungkan sebuah sistem bonus insentif oleh karena peningkatan produktifitas lebih banyak ditentukan oleh peningkatan motivasi dan usaha dari pekerja mengingat besarnya manusia yang terlibat dalam proses produksi atau dengan kata lain padat karya. Skema insentif harus disusun berdasarkan perhitungan dan analisa yang tepat dan akurat yang didapat dari hasil pengukuran time and method study, yang mana akan dipergunakan sebagai standar perhitungan insentif. Sehingga peningkatan pendapatan karyawan atau pekerja yang diiringi dengan peningkatan produktifitas atau keuntungan perusahaan terukur dengan benar sesuai dengan perencanaan. Frederick Herzberg mengemukakan teori bahwa ada dua faktor yang berhubungan dengan kepuasan maupun ketidakpuasan karyawan, yaitu: 1. Faktor intrinsik terhadap pekerjaan itu sendiri ( pencapaian, tanggung jawab pekerjaan dan kemajuan suatu progress pekerjaan ) yang mempunyai kecenderungan terhadap kepuasan karyawan.
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
7
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
2. Faktor ekstrinsik diluar pekerjaan (gaji, pengawasan atasan, kebijakan perusahaan, kondisi dan lingkungan kerja) yang mempunyai kecenderungan terhadap ketidak puasan karyawan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Herzberg bersama timnya, disimpulkan bahwa tidak ada sesuatu hal yang bisa dilakukan untuk menaikkan kinerja dan produktivitas selain dengan mewujudkan kepuasan karyawan. Sedangkan menurut Mitchell Fein dalam penelitian yang dilakukan terhadap 400 pabrik di Amerika Serikat menunjukkan bahwa dengan adanya insentif dan bonus akan meningkatkan produktivitas rata-rata sebesar 14.6 %. Dengan kata lain, insentif dan bonus merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas. Fein juga menyatakan bahwa ada 3 alasan utama mengapa para pemimpin perusahaan lebih suka memberikan insentif : 1. Para manajer berpendapat bahwa dengan memberikan insentif akan membantu mereka dalam menjalankan perusahaan dan mengurangi permasalahan yang ditimbulkan karena problem tenaga kerja. 2. Para manajer percaya bahwa perbaikan produktivitas sebagian besar diakibatkan karena semangat kerja yang positif 3. Manajemen percaya bahwa perbaikan kinerja secara garis besar akan mengalami peningkatan secara dengan menaikkan upah dan kesejahteraan pekerja. Pekerja senantiasa menginginkan penghargaan secara ekonomi yang nyata berupa gaji atau upah, fasilitas yang diberikan perusahaan, keamanan bekerja dan lingkungan kerja yang nyaman. Ada perbedaan dasar antara keinginan manajemen untuk mencapai produktivitas dan keinginan pekerja dalam memperoleh penghargaan dari perusahaan yang kadang kala saling bertentangan.Perbedaan dasar tersebut dapat diatasi dengan cara : 1. Pemberian bonus dan insentive yang secara otomatis akan meminimalisasi perbedaan dasar tadi. 2. Meminimalisasi konflik dengan kesepakatan bersama antara kedua belah pihak yang dituntut adanya saling pengertian antara keduanya.
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
8
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
BAB II PENYUSUNAN BONUS INSENTIF PRODUKSI TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : •
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta mengenai konsep dasar insentif sehingga dapat membantu dalam mengimplementasikan sistem insentif yang berasaskan keadilan Di beberapa perusahaan khususnya di industri garmen secara umum membagi
insentif menjadi 2 jenis yaitu : 1. Individual Insentif, yaitu insentif yang dibayarkan berdasarkan pencapaian performa individu dimana masing-masing individu akan mendapatkan insentif sesuai dengan tingkat pencapaiannya masing-masing. 2. Group Insentif, yaitu insentif yang dibayarkan berdasarkan pencapaian kolektif dimana masing-masing individu akan mendapatkan pembagian insentif yang sama di dalam kelompok tersebut Baik individual maupun group insentif dibagi menjadi dua sistem dasar yaitu Time Rate System dan Piece Rate System. Konsep piece rate sistem berdasarkan jumlah unit produksi yang dihasilkan dikalikan dengan nilai rupiah per unitnya. Ada beberapa kelemahan yang terdapat dalam konsep piece rate system yaitu : 1. Pekerja dalam hal mencapai hasil yang lebih banyak berpotensi
kurang
memperhatikan kualitas pekerjaannya. 2. Karena berorientasi secara kuantitas membuat pekerja akan bekerja lebih cepat, dalam hal ini dia akan kurang peduli atau mengabaikan ukuran keselamatan. Selain dua macam insentif tersebut , ada sebuah jenis insentif yang biasanya diberikan secara terpisah yaitu skill insentive atau insentif keahlian yang diberikan berdasarkan tingkatan kemampuan atau keahlian dari masing masing pekerja dalam menjalankan pekerjaannya.
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
9
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
Beberapa cara untuk menyusun skill incentive adalah sebagai berikut (contoh di sewing line ) : 1. Melakukan pemetaan keahlian dari pekerja dengan melakukan assessment atau penilaian terhadap masing masing pekerja berdasarkan job deskripsi dan fungsi nya. 2. Assesmen atau penilaian dilakukan oleh pihak HRD Department dan bekerjasama dengan Bagian Produksi diwakili oleh supervisor produksi atau atasan langsung pekerja dan buatlah Skill Matrix . Penilaian atau assesmen terhadap seseorang karyawan dapat ditinjau dari 2 aspek : a.Individual Assesment atau penilaian individu terhadap keahlian teknis Cara melaksanakan individual assessment terhadap Operator Sewing Line :
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
10
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
Seperti table berikut : Line : 16 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Nama Operator Darkiyah Dedeh Elfrida Encop Siti Sofiah Eny karin Hajijah Iswanti Junah Khozanah N Kusniati Lestina Sari Lili Sarwiyanti Lili Sri Rahayu Lina Marlina Maryati Mimin aminah Minarmi Misiyem Mulyati Nawira W Tomme Nurhariyah Ratna ningsih Rohilawati Rosichah Rosmaida Sitepu Rosmawati Sadiyah Saini Samini Samsuniah Sihar Siti Aminah Siti Asih Siti Nurhasanah Siti Rosidah Siti Saunah Sri Lestari Srinah Subaryati Sukoyati Sumarnah Sumiati
Supervisor DOJ
Masa Kerja ( tahun )
Pegang Mesin (Y/T)
17-Jul-96 31-Jul-00 20-Jun-05 14-May-91 8-Apr-99 14-Jun-94 7-Jul-97 29-Apr-97 22-Jul-05 17-Feb-97 4-May-98 20-Jul-92 11-Jan-01 20-Mar-00 24-May-89 22-Jun-92 27-Mar-95 26-Apr-99 10-May-05 10-Feb-98 22-Jun-94 20-Jun-05 6-Sep-00 30-May-05 8-Apr-99 1-Jul-95 10-Mar-03 11-Sep-00 3-May-91 9-Nov-98 28-Apr-99 23-Mar-98 2-May-05 19-May-05 12-Mar-05 24-Feb-00 16-Feb-00 1-Mar-99 17-Sep-86 12-May-97 12-Jul-99 10-Jan-01
10 6 1 15 7 12 9 9 1 9 8 14 5 6 17 14 11 7 1 8 12 1 6 1 7 11 3 6 15 8 7 8 1 1 1 6 6 7 20 9 7 5
Y Y Y Y Y T Y Y T Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y/T Y Y T Y Y T Y Y Y Y Y Y Y Y Y/T Y Y/T Y Y Y Y Y T
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
: Suryati Machine Skills
S/N
Over lock
Kansai
D/N
Button Hole
Make up
5 7 7 7 1 1 5 5 1 5 5 3 5 7 5 5 7 7 3 7 7 1 7 7 1 5 9 7 9 5 7 7 5 3 7 5 5 3 7 5 7 1
5 1 3 1 1 1 5 1 1 1 3 7 1 1 5 1 3 1 1 3 1 1 5 1 1 5 1 5 5 1 1 1 5 3 7 1 5 5 1 3 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 3 1 1 1 1 1 1
3 3 3 1 1 1 7 1 1 1 5 3 1 1 5 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 9 5 5 5 1 5 5 5 1 5 1 5 7 1 3 3 1
1 1 3 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1
11
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
43 44 45 46 47
Tunis Waginah Wagirah Yati Yoyoh Rokayah
16-Jan-03 17-Jun-99 21-Jun-99 25-Mar-96 18-Jan-01
3 7 7 10 5
7 7 7 3 9
1 1 1 1 3
1 1 1 1 1
3 1 1 1 3
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
# MACHINE OPERATOR WITH SCORE > 5 Y
22
2
1
3
2
2
MAXIMUM SCOREY/T
9
7
9
9
7
7
52%
5%
2%
7%
5%
5%
% HC READINESS FOR MACHINE OPERATOR
Y Y Y Y/T Y
42
Tabel 2.Skill Matrix di Sewing Line Istilah dalam Individual Assesment atau penilaian individu untuk operator sewing line adalah : •
Multi Skill ; Seorang operator dikategorikan multi skill jika dia menguasai dan dapat mengoperasikan lebih dari 1 jenis mesin . Contoh dari Tabel 2 diatas :
•
No
Nama
1
Darkiyah
4
Encop
Multi Skill atau Tidak Termasuk Multi skill karena mampu mengoperasikan 4 buah mesin yaitu S/N , Overlock , D/N dan Make Up Tidak termasuk multi skill karena hanya menguasai S/N
Spesialist ; Tingkat keahlian yang dimiliki oleh seorang operator dalam penguasaan operasi sebuah mesin .Seorang operator disebut spesialis jika memiliki skore 7 atau 9 ( Agak mahir dan Sangat Mahir )
•
% Human Capital Readiness ; tingkat kesiapan SDM yang memiliki persyaratan minimum dari seluruh total operator dalam satu sewing line .Besarnya % HC Readiness dapat digunakan untuk mengetahui merata atau tidak distribusi operator sewing line.Dari table 2 diatas diketahui HC Readiness sebesar 52 % , artinya dari 42 operator mesin hanya 22 orang yang memiliki skore >5.Besarnya persyaratan minimum yaitu skore harus > dari 5 ditetapkan sesuai kebijakan masing masing perusahaan .
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
12
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
b.Individual Line Performance
Individual Perfomance Comparison for 6417 Liz Claiborn (Pant) Line : 14 Sr Operation No
Working hours : 8 Opera tor
SM V
Tgt / hr
Target / Day
1Mar
Eff (%)
2Mar
Eff (%)
3Mar
Eff (%)
Cicih
0.67
90
897
700
78%
600
67%
700
78%
Kanah
0.66
91
907
550
61%
550
61%
550
61%
Rusmi ati
0.62
97
969
500
52%
550
57%
550
57%
Darwa ti
0.89
68
675
500
74%
550
81%
550
81%
Enih
0.80
75
748
600
80%
600
80%
602
80%
Wiwin
0.69
87
871
700
80%
500
57%
600
69%
Asep K
0.71
84
839
700
83%
700
83%
700
83%
Nurha yati
0.94
64
636
500
79%
600
94%
600
94%
Ervina
0.58
103
1027
700
68%
700
68%
600
58%
Murni
0.97
62
617
600
97%
600
97%
600
97%
Supar mi
0.93
65
646
550
85%
600
93%
600
93%
Emi
1.03
58
583
600
103%
600
103 %
600
103 %
1.38
44
436
0.65
93
926
600
65%
600
65%
580
63%
Kusmi ati
0.97
62
620
500
81%
500
81%
500
81%
Nurha sanah
1.10
55
547
500
91%
500
91%
500
91%
Front
3
Mark front pocket position at front panel (L&R), mark dart position at back panel (L & R) Mark at fly 1, cut tidy up fly 1, attach fly 1 to front panel + edgestitch on fly 1 + attach zipper on to fly 1 Attach zipper on to fly 2 + attach fly 2 to front panel + stitch join frontrise
4
J stitch, tack close end fly 2
5
O/L fly 1, O/L fly 2 + riverse, O/L frontrise, O/L front pocket facing (L & R), O/L waistband
1
2
Fly
Front pocket
11
Mark at part front pocket (L&R), join front & back panel Stitch on front pocket facing (L&R), attach facing on to front pocket (L & R) Staystitch hem front pocket (L&R), topstitch hem front pocket (L & R) Press fold front pocket ( L&R), press tidy up waistband Join front pocket with front panel, attach front pocket to front panel (L & R) Topstitch around front pocket (L&R)
12
Stitch back dart (L&R), topstitch back dart (L & R)
13
Attach interlining on to waistband, attach interlining on to fly 1
6
7
8
9
10
Back Waistband
14
15
16
Mark part of waistband Stitch join part inner waistband, stitch join part outer waistband Stitch join inner & outer waistband, staystitch on waistband
Spcl Operat or Munih
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
0%
0%
0%
13
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
17
Cut tidy up waistband, cut tidy up waistband with panel, mark hook & bar position at waistband
18
Cut tidy up fabric for loop, stitch make loop, mark at loop, tack close end loop
19
Mark vent area at bottom panel
20
Stitch vent area (L&R)
Yani
21
Stitch vent area (L&R)
22
O/L sideseam (below vent)
Purwa nti Sukeci
Ramin S
0.62
96
964
500
52%
500
52%
500
52%
Nurais ah
1.50
40
401
700
174%
700
174 %
700
174 %
Emih
1.48
40
405
600
148%
550
1.66
36
361
250
69%
1.66
36
361
300
1.05
57
573
500
Loop
Assembly
23
O/L inseam
24
29
O/L backrise & frontrise Topstitch frontrise & backrise Riverse panel, mark waistband position on panel, join waistband with panel Attach waistband on to panel Attach waistband on to panel Tack close end of waistband + cut + riverse
30
Topstitch bottom hem
31
32
Topstitch bottom hem Crackstitch for topstitch waistband, attach loop to panel
33
Topstitch waistband
25
26 27 28
34
36
Topstitch waistband Cut style ID, stitch on style ID + riverse, stitch on main label + riverse+stitch join size label, care label & style ID + put into polybag, attach label on to panel Bartack at front pocket (2Lx2R),fly (2x), vent (L&R)
37
Trimming
35
250
136 % 69%
250
136 % 69%
83%
300
83%
300
83%
87%
500
87%
500
87%
550
Mariah
1.42
42
422
500
119%
550
Edi
0.62
97
975
500
51%
500
130 % 51%
Heri
0.58
104
1035
500
48%
500
48%
500
48%
Ida
0.70
86
860
600
70%
500
58%
500
58%
Fatma
1.30
46
462
250
54%
300
65%
250
54%
Rohimi
1.30
46
462
250
54%
250
54%
570
123 %
Siti
0.82
73
731
500
68%
500
68%
550
75%
1.84
33
327
300
92%
250
77%
250
77%
1.84
33
327
250
77%
300
92%
300
92%
Nasiah
1.27
47
472
600
127%
700
148 %
700
148 %
Parmi ati Rubiye m
500
119 % 51%
500
Warni
1.73
35
347
300
86%
300
86%
300
86%
Mama h
1.73
35
347
250
72%
250
72%
250
72%
Tri Utami
1.47
41
409
500
122%
500
122 %
550
134 %
Samiy em
0.73
82
821
500
61%
550
67%
550
67%
Entin
0.95
63
634
550
87%
550
87%
550
87%
Tabel 3.Individual Performance Sewing Line Operator
3. Klasifikasikan masing masing jenis operasi di bagian produksi (sewing line, finishing) berdasarkan tingkat kesulitan pengoperasian pekerjaan.
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
14
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
4. Beri bobot dan skala masing masing jenis pengoperasian pekerjaan, misalnya collar stitching, attach arm hole atau pekerjaan di bagian sewing line lainnya. 5. Berikan penilaian kepada setiap pekerja yang di assesmen dengan melakukan pengoperasian pekerjaan tersebut. 6. Lakukan grading untuk setiap pekerja dengan mengklasifikasikan sesuai contoh berikut : •
Pekerja Grade A, yang mempunyai skill tinggi dengan melakukan pekerjaan yang tingkat kesulitan sulit, serta pekerja bersifat multi skill yaitu mampu mengoperasikan lebih dari 1 atau 2 jenis mesin sewing.
•
Pekerja Grade B, mempunyai skill sedang dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan tingkat kesulitan sedang, mampu mengoperasikan 1 jenis mesin sewing.
•
Pekerja Grade C, skill biasa dan mampu melakukan pekerjaan yang tingkat
kesulitan
rendah,
tidak
mengoperasikan
mesin
sewing.
Contohnya: helper atau line recorder . Tabel di bawah adalah contoh grading operator sewing line : Nama Operator Darkiyah Dedeh Elfrida Encop Siti Sofiah Eny karin Hajijah Iswanti Junah Khozanah N Kusniati Lestina Sari Lili Sarwiyanti Lili Sri Rahayu Lina Marlina Maryati Mimin aminah Minarmi Misiyem
TOTAL POINT 22 14 18 12 12
Skills Analysis HIGHEST POINT 7 7 7 7 7
20 10
7 5
B+ C
10 16 22 10 12 26 10 18 12
5 5 7 5 7 5 5 7 7
C C+ A C B B+ C B+ B
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
GRADE A B B+ B B
15
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
Mulyati Nawira Wati Tomme Nurhariyah Ratna ningsih Rohilawati Rosichah Rosmaida Sitepu Rosmawati Sadiyah Saini Samini Samsuniah Sihar Siti Aminah Siti Asih Siti Nurhasanah Siti Rosidah Siti Saunah Sri Lestari Srinah Subaryati Sukoyati Sumarnah Sumiati Tunis Waginah Wagirah Yati Yoyoh Rokayah
8 18 12
3 7 9
D B+ B
18 12
7 7
B+ B
22 18 20 24 16 16 16 26 10 26 12 18 18 12 18 14
9 9 7 9 7 7 9 5 3 7 5 5 7 7 5 7
A+ A B+ A+ B B B A+ D A C+ B B+ B B B
14 12 12 8 18
7 7 7 3 9
B B B D A
Tabel 4.Grading operator
7. Tentukan jumlah nominal dalam Rupiah setiap grade atau tingkatan pekerja, berdasarkan klasifikasi yang telah dibuat. Lakukan diskusi atau brainstorming langsung dengan pekerja, supervisor produksi atau line supervisor, sehingga diperoleh angka dan data yang akurat dan bersifat obyektif. Uang insentif keahlian atau skill incentive dapat diberikan pada setiap minggu atau akhir bulan bersamaan dengan pembagian gaji pekerja.
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
16
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
BAB III CARA PERHITUNGAN SKEMA INSENTIF SEWING LINE
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : •
Mempermudah
dalam
mengimplementasikan
perhitungan
skema
insentif
industri garmen disertai dengan contoh actual .
Beberapa data yang harus diketahui dalam menyusun skema insentif diantaranya: 1. Manufacturing Cost, yaitu biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan selama proses produksi atau yang biasa disebut fixed cost, seperti; gaji pekerja, biaya listrik, solar, sparepart, sewa gedung, dll. 2. Standard Minutes Value - S.M.V, yaitu waktu standard yang dibutuhkan untuk membuat sebuah garment, yang dihasilkan melalui proses time and method study.
Besar kecilnya jumlah waktu yang diperlukan tergantung
kepada jenis produk garment. 3. Harga CM (biaya pembuatan) per piece garment, besar kecilnya CM tergantung pada jenis produk garment. 4. Konsep insentif, apakah individual atau group. 5. Jam kerja standar yang ditentukan.
Tahap-tahap proses penyusunan skema insentif : No. 1.
Tahap
Proses
Penentuan Manufacturing
Penghitungan biaya-biaya yang masuk kedalam
Cost
kategori fixed cost Time and method study, menyusun seluruh proses sewing untuk membuat sebuah garment
2.
Penentuan SMV
lalu
mengkalkulasikan
diperlukan
sebagai
total dasar
waktu
yang
perhitungan
produktifitas. Biasanya disebut dalam istilah operation breakdown sheet. 3.
Costing
Penentuan penawaran harga CM hanya untuk sebuah produk garment berdasarkan pada
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
17
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
perhitungan produktifitas dan tingkat effisiensi yang dapat dicapai pada saat produksi. Perhitungan 4.
Menentukan B.E.P.
biaya
yang
dikeluarkan
sama
dengan hasil yang diperoleh, didapat dari perbandingan
perhitungan manufacturing cost
dengan perhitungan CM per garment. Penentuan tingkat effisiensi yang harus dicapai pada 5.
Target % effisiensi
saat
produksi
perbedaan
nya
dengan
adalah
pertimbangan
merupakan
target
keuntungan yang ingin dicapai, dan akan menjadi dasar skema insentif. Penentuan besarnya persentase (%) yang akan 6.
Rasio pembagian
diterima oleh pekerja yang diharapkan bisa menjadi motivasi.
7.
Formulasi skema
Finalisasi skema insentif yang akan di terapkan Pengesahan skema insentif sebagai sistem yang
8.
Authorisasi
resmi
akan
perusahaan
digunakan yang
dan
dilakukan
berlaku
oleh
di
pimpinan
tertinggi dari manajemen perusahaan. Sesuai kriteria bahwa sistem insentif harus sederhana
dan
mudah
dimengerti
dalam
perhitungannya maka skema insentif yang telah 9.
Sosialisasi
disahkan disosialisasikan kepada para pekerja agar mereka dapat menghitung dan menjadi termotivasi dengan mengetahui sistem insentif yang
berlaku
dan
berpengaruh
kepada
pendapatan mereka.
Tabel 5.Tahap Penyusunan Skema Insentif
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
18
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
CONTOH PEMBUATAN SKEMA INSENTIF Sebuah perusahaan garment “X” memproduksi jenis produk garment yang bervariasi dengan spesifikasi data-data akan menyusun skema insentif. Mengacu pada tahap cara penyusunan skema insentif pada poin III di atas sebagai berikut :
No. 1.
Tahap Manufacturing Cost
Ilustrasi = US $750.00/line/hari Total operator dalam 1 line = 50 opr = US $750 /50 = US $15/opr/hari overhead cost = US $15
2.
Penentuan SMV
Produk “A” Total SMV = 48 minute/pc Produktivity produk “A” = 480/48 = 10 pcs/opr
3.
Costing
Dengan mempertimbangkan jumlah kuantitas order (pcs), proses penentuan harga cm produk “A” menjadi sbb: 0 s/d 3000 pcs = 50% eff = 5.0 pcs 3001 s/d 6000 pcs = 55% eff = 5.5 pcs 6001 s/d 9000 pcs = 60% eff = 6.0 pcs dst. Quantity order produk “A” = 3000 pcs
4.
Menentukan B.E.P.
Overhead cost = US $750/line/hari Produktivity produk “A” = 5 pcs Total opr/line = 50 opr Total pdvt = 50 x 5 = 250 pcs/line/hari Harga CM untuk BEP = 750/250 = US $3 per pc garment
5.
Target % effisiensi
Jika
BEP
didapat
dari
50%
eff,
maka
untuk
mendapatkan keuntungan target % eff produksi harus lebih besar, yaitu 70 %. BEP
= 50% = 5 pcs
Target = 70% = 7 pcs
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
19
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
Selisih target dengan BEP = 2 pcs/opr = 40% target keuntungan perline = 2 x 50 = 100 pcs/line /hari = US $3 x 100 = US $ 300/line /hari 6.
Rasio pembagian
Jika line produksi mencapi target eff level insentif maka perusahaan memutuskan untuk memberikan insentif kepada pekerja agar bisa mencapai tingkat eff produksi yang lebih tinggi sehingga produktivitas dan keuntungan
dapat
bertambah
diiringi
dengan
kepuasan dari pekerja. Pekerja = Rp.150.000 (USD.16,67) atau = 5.5 % ( 1US$ = Rp.9.000) Total opr = 50 opr = Rp.150.000/50= Rp.3.000/opr/hari (basic insentif untuk pencapaian effisiensi 70%) 7.
Formulasi skema
Setiap setiap peningkatan 5 % effisiensi insentif rate yang diberikan menjadi bertambah Rp.1000 dari basic insentif atau menjadi Rp.4.000/opr/hari, dst. Formulasi skema insentif: Ö
(basic)70%
- Rp.150.000/line/day
Ö
75% (25pc)
- Rp.200.000/line/day
Ö
80% (50pc)
- Rp.250.000/line/day
Ö
85% (75pc)
- Rp.300.000/line/day
Ö
90%(100pc) - Rp.350.000/line/day
Ö
100%(125pc) - Rp.400.000/line/day
Ö
105%(150pc) - Rp.450.000/line/day
Ö
110%(175pc) - Rp.500.000/line/day
Ö
115%(200pc) - Rp.550.000/line/day
Eff (70%+5n) = (3000+1000n) ∑opr
8.
Authorisasi
Dengan rincian perhitungan dan formulasi skema insentif di atas lengkap dengan data-data pendukung
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
20
MODUL 2 – KOMPENSASI DAN BENEFIT UNTUK INDUSTRI GARMEN
diserahkan kepada pimpinan tertinggi perusahaan untuk
disahkan
digunakan bagian
sebagai
diperusahaan keuangan
sistem dan
untuk
insentif
yang
diteruskan
kepada
keperluan
proses
pembayaran. 9.
Sosialisasi
Sesuai kriteria bahwa sistem insentif harus sederhana dan mudah dimengerti dalam perhitungannya maka skema insentif yang telah disahkan disosialisasikam kepada para pekerja agar mereka dapat dengan mudah menghitung dan menjadi termotivasi dengan mengetahui
sistem
insentif
yang
berlaku
dan
berpengaruh terhadap pendapatan mereka.
M RIZA RADYANTO – MANAGEMENT CONSULTANT
21