DAFTAR PUSTAKA
Berlo, D. 1960. The Process Of Communication, AW. Introduction To Theory And Practice. Holt Rinehart and Winston, Inc. New York. Chicago. San Francisco. Atlanta. Dallas. Montreal. Toronto. London. Sydney. Effendi, 0. U. 1992. Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. Kabupaten Bogor. 1992. Peraturan Daerah Nomor 17. Bogor. Katz, et al. 1974. Utilization of Mass Cammunications By The Individual. Kincaid, D. L. 1979. The Convergence Model of Communication. Papers of the East-West Communication: Behavioral Perspectives. Holt and Winston. New York. Rakhmat, J. 1986. Bandung.
Psikologi
Komunikasi. CV. Remaja
Karya
Riyanto, S. dkk. 1990. Teori Dasar dan Praktek Komunikasi. Diktat Kuliah. Institut Pertanian Bogor. Riyanto, S. 1990. Kepemimpinan. Diktat Kuliah. Insitut Pertanian Bogor. Rogers, E. MI dan R. A Rogers, 1976. Communication in Organization. The Free Press. New York. Rogers, E. MI dan D. L. Kincaid. 1981. Communication network: Toward a New Paradigma for Research. The Free Press, Collier Macmillan Publiser. London. Siagian, S. P, 1982. Pengantar Ilmu Administrasi. Rineka Cipta. Jakarta. Slamet, M. 1980. Kelompok organisasi dan kepemimpinan. Insitut Pertanian Bogor. Bogor.
Diktat Kuliah.
Somavia, J. 1981. The Democration of Communication form Minority Social Monopoly to Mayority Social. Sumardjo. 1999. "Transfcrmasi Model Penyuluhan Pembangunan Menuju Pengembangan kemandirian Petani." Disertasi. Insitut Pertanian Bogor.
Susanto, A. S. 1985. Komunikasi Sosial Di Indonesia. PT. Bina Cipta. Bandung. Swanson. 1984. Agriculture Extension. A Reference manual (Second Edition) FAO. Rome. Undang - Undang Kepegawaian Nomor 8/1974 tentang Pokok - Pokok Kepegawaian.
L A M P I R A N
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI DALAM UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN KEFUA PEGAWAI
(Kasus di Bagian Umum Setda Pemerintah Kabupaten Bogor)
KUESIONER PENELITIAN
i
Nama Responden I : ......................................................................................... Golongan Jabatan Sub Bagian Alamat Rumah
/ ............................................................................................ . 1 : ........................................................................................... I ............................ . ............................................................ 1
1 , !
/i : ....................................................................................
PROGRAM STUD1 KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2001
KARAKTERISTIK PEGAWAI
01. Jenis kelamin? (1 = laki-iaki, 2 = perempuan) 02. Berapa Umur Bapak/Ibu saat ini? 03. Pendidikan formal terakhir? (pilih salah satu) 1 = SDIsederajat (6 tahun) 2 = SLTPIsederajat (9 tahun) 3 = SLTAIsederajat (12 tahun)
4 = diploma/Sarmud (13,14,15 atau 16 tahun) 5 = sarjana (17 tahun)
04. Pendidikan non formal yang pernah diikuti? No A.
Pendidikan Non Formal
Lamamya (Hari/Minggu/Bulan/Tahun)
Diklat Penjenjangan
1.
2. 3. 4. 5. B. Diklat Fungsional 1. 2. 3. 4. 5. C. Kursus Magang 1. 2. 3. 4.
5. 05. Berapa lama Bapak/Ibu menjadi pegawai? (dalam tahun, dihitung menjadi PNS atau sebagai tenaga honorer) 06. Jabatan Kej a apa yang pernah BapakJIbu raih? No 1. 2. 3. 4.
5.
Jabatan kej a yang pernah di raih
Periode Waktu (dari tahun
...sampai tahun...)
07. Jumlah Tanggungan Keluarga ... orang? 08. Berapakah Pendapatan BapakJIbu per Bulan? (a) Pendapatan dari gaji sebagai PNS?
(b) Pendapatan tambahan di luar gaji di kantor?
09. (a) Berapa jauh jarak perjalanan BapakJIbu ke tempat kerja?(km)
(b) Berapa lama waktu yang di butuhkan?(jam) 10. Menurut anda bagaimana sikap BapakJIbu terhadap pekejaan? Sikap terhadap Pekej a a n
No
Kadangkadang
Tidak
Apakah Bapak/Ibu merasa kurang menyukai tugas yang harus dikejakan dari atasan? 2. ApakahBapak/Ibu kurang menyenangi pekerjaan yang harus diselesaikan dengan target waktu? 3. Apakah BapakJIbu merasa bahwa mengikuti ape1 pagi merupakan pekerjaan yang kurang menyenangkan? 4. Apakah BapakJIbu merasa terpaksa apabila harus pulang kantor lebih dari waktu jam keja kaena harus 1.
5. Apakah Bapak/Ibu merasa terpaksa apablla harus pulang kantor lebih dari waktu jam keja karena harus menyelesaikan pekeerjaan dari atasan anda? 11. Menurut anda bagaimana sikap berkomunikasi Bapak /Ibu terhadap atasan akan pelimpahan pekerjaan?
Sikap berkomunikasi
No
Apakah Bapak/Ibu enggan mananyakan/berdiskusi apabila tiimbul permasalahan dalam menyelesaikan pekejaan yang diberikan oleh atasan anda? 2. Apakah BapakJlbu sering kurang merasa enak terhadap cara atasan memberi tugas? 3. ApakahBapakJIbukurangmenyenangipekejaanyang harus diselesaikan? 4. Apakah BapakJIbu merasa bahwa mengikuti ape1 pagi merupakan cara yang kurang tepat untuk mendisiplinkan pegawai? Bersambung . . 1.
.
Kadangkadang
,-idak
I ya
Sikap berkomunikasi Apabbila kurang menyenangi atasan apakah Bapak/Ibu cenderung tidak melakukan komunikasi? Apakah Bapak/Ibu sering merasa enggan menerima pekerjaan dari atasan? Apakah Bapak/Iibu merasa pesan-pesan yang disampaikan oleh atasan membosankan? Seandainya Bapak/Ibu melakukan kesalahan dalam pelaksanaan tugas, dirasakan menjadi kesalahan sendiri? Apakah Bapak/IBU merasakurang dihargai apabila berkomunikasi dengan atasan?
12. Menurut anda bagaimana kemampuan berkomunikasi Bapak/Ibu terhadap atasan akan pelimpahan pekerjaan?
I I
Komunikasi berkomunikasi
Ya
Kadang-
kadana
/ Tidak I
I
I
Apakah Bapak/Ibu sering kurang merasa percaya diri mengkomunikasikantugas-tugas yang dikerjakan dari atasan? Apakah Bapak/Ibu kurang memahami akan tugas yang harus dikerjakan dari atasan? Apakah Bapak/Ibu sering mengalami kesulitan dalam memilih cara dalam menyampaikan pesan kepada atasan? Apakah Bapak/Ibu dalam situasi tertentu sering mengeluh pada waktu menyampaikan pesan kepada atasan?
KARAKTERISTIK PEMBINA 01. Jenis Kelamin?(1=Laki-laki, 2 = Perempuan) 02. Pendidikan formal terakhir?(Pilih salah satu! ) 4 = Diploma/sarmud (13,14,15/16 tahun) 1= SDIsederajat (6 tahun) 2 = SLTPIsederajat (9 tahun) 5 = Sarjana (17 tahun) 6 = Pasca Sarjana ( 19 tahun) 3 = SLTAIsederajat (12 tahun)
u
03. Pendidikan non formal yang pernah diikuti?
A. 1
Lamanya
Pendidikan Non Formal
No
1 Diklat penjenjangan I
4.
5. Bersambung
...
(Hari/Minggu/Bulan /Tahun)
I
1
Lanjutan Tabel No 03.
No B.
I
Pendidikan Non Formal
Lamanya (Hari/Minggu/Bulan /Tahun)
Diklat fungsional
5.
C.
Kursus atau magang
1
04. Menurut BapakJIbu berapa lama atasan anda menjadi pembina selama bekerja di bagian Umum setda pegawai? (dalam tahun, dihitung mulai menjabat sebagai pegawai)
05. Menurut anda bagaimana sikap berkomunikasi bapaktibu terhadap atasan akan pelimpahan pekejaan?
No 1.
2.
Sikap Berkomunikasi Apakah atasan anda enggan menanyakanj berdiskusi apabila timbul permasalahan dalam menyelesaikan
Apakah atasan anda sering tampak kesal terhadap cara anda menyelesaikan tugas? 3. Apakah atasan anda seiing tidak memanfaatkan ape1 paqi sebagai cara mendisiplinkan pegawai? 4. Apabila atasan andakurang menyenangi sikap anda apakah atasan tersebut tetap melakukan komuunikasi dengan anda? 5. Apakah atasan anda sering enggan memberikan tugas kepada anda? 6. Apakah pesan-pesan yang disampaikan oleh atasan anda sering membosankan? 7. Seandainya atasan anda melakukan kesalahan dalam pemberian tugas, apakah kesalahan tersebut mejadi kesalahan anda? 8. Apakah atasan anda tampak kurang rnenghargai apabila berkomuniikasi dengan anda? 9. Apakah atasan andakurang menyenangi terhadap pekerjaan yang anda selesaikan di luar batas waktu yang ditentukan?
Kadangkadang
Tidak
,
05. Menurut anda bagaimana kemampuan berkomunikasi BapakIIbu terhadap atasan akan pelimpahan pekejaan?
No
1. 2.
3. 4.
Kemampuan Berkomunikaksi
Kadangkadang
Tidak
Apakah atasan anda sering tampak kurang percaya diri dalam mengkomunikasikantugas-tugas kepada anda? Apakah atasan anda sering kurang memahami atas tugas yang diberikan kepada anda? Apkah atasan anda sering tampak sulit memilih cara berkomunikasi yang tepat kepada anda? Apakah atasan anda sering mengeluh ketika menyampaikan pesan kepada anda?
06. Bagaimana kepemimpinan atasan (Pembina)terhadap Bapak/Ibu dalam kegiatan kerja sehari-hari? No.
Gaya Kepemimpinan
1. Otoriter (a) Dalam memberikan, mengarahkan, tugasfpekerjaan baik di dalam maupun di luar ruangan atasan,apakah anda bersikap selalu memaksakan kehendak pada bawahan (tidak bisa kompromi) atau dapat bekerja sama? (b) Apabila ada perbedaan persepsi atau sudut pandang diantara para pegawai dalam pekerjan! Apakah anda sulit menciptakan keharmonisan kerja? 2.Demokrasi (a) Apakah atasan anda sering tidak mengevaluasi kembali tugas yang diberikan kepada anda? (b) Apakah Bapak/Ibu jarang diminta pendapat oleh atasan anda? (c) Apakah atasan anda jarang membantu dalam menyelesaikan kesulitan pekerjaan yang dialami oleh anda? 3. Berorientasi tugas vs berorientasi hubunqan/kelompok (a) Apakah ide pemecahan masalah dalam tugas selalu datang dari atasan saudara? (b) Apabila ada permasalahan dalam kelompok kerja ( di Bagian Umum),apkah atasan anda jarang mencari bukti untuk mengambil langkah selanjutnya? (c) Apabila ada tumpang tindih dalam pekerjaan apakah atasan anda jarang meminta penjelasan kepada anda? (d) Apakah atasan anda sering bersikap: - kurang bersahabat dengan bawahan - kurang hangat terhadap bawahan - kurang tanggap terhadap bawahan - kurang menghargai pendapat bawahan - kurang suka membesarkan hati bawahan
Kadangkadang
Tidak
07. Menurut Bapak/Ibu apakah atasan anda memiliki kredibilitas yang baik sebagai seorang pembina?
No.
Kredibilitas Komunikator
Kadangkadang
,-ida,(
1. Penampilan
(a) Apa kah atasan Bapak/Ibu sering berpenampilan yang kurang sopanftidak menyenangkan saat menjalankan tugasnya? (b) Apakah atasan bapak/Ibu sering berpenampilan yang terlalu mewah baik pakaian, kendaraan ataupun komunikasi yang menibulkan kecemburuan sosial diantara para pegawai baik sejajar maupun pegawai bawahannya? (c) Apakah atasan saudara sering melanggar disiplin? 2. Status Sosial Ekonomi (a) Apakah atasan Bapak/Ibu sering tidak dapat dipercaya dalam memimpin kerja baik saat di kantor? (b) Apakah atasan Bapak/Ibu sering kurang dapat dipercaya apabila menjelaskan tugasfaturan kerja? (c) Apakah atasan andatidak mempunyai pendidiikan yang layak untuk jabatan itu? 3. Pengalaman di masa lalu (a) Apakah atasan anda mempunyai pengalaman masa lalu yang kurang baik di hadapan pegawainya? (b) Apakah atasan Bapak/Ibu pernah melakukan perbuatan yang kurang menyenangkan membuat pegawainya menjadi tidak senang saat menduduki jabatan sekarang? (c) Apakah atasan Bapak/Ibu pernah melakukan kecurangan dalam menyelesaikan tugas maupun pembagian kerja? (d) Apakah atasan Bapak/Ibu pernah datang terlambat datang ke kantor? (e) Apakah atasan BpawIbu pernah ingkar janji akan memberikan hadiah, penghargaan apabila anda dapat menyelesaikan urusan kantor dengan baik tepat waktu dan sasarannya?
08.Menurut Bapak/Ibu apakah atasan anda mempunyai kompetensi sebagai pembina (komunikator)dalam mengarahkan para pegawainya ? ( ya = 1, kadang-kadang =3 , tidak = 2 )
No.
Kompetensi Pembina
(1) Apakah atasan Bapak/Ibu kurang mempunyai kemampuan dalam bidang kerja? (2) Apakah atasan Bapak/Ibu kurang mampu memberikan pengarahan tugas secara jelas? (3) Apakah perilaku disiplin atasan anda jarang dijadikan teladan oleh anda?
Kadangkadang
Tidak
INTENSITAS PEMBINAAN 01. Menurut anda bagaimana penegakan sanksi terhadap Bapak /Ibu atas kesalahan kerja yang dilakukan? No
Penegakan Sanksi
Kadangkadang
Apakah selama Bapak/Ibu bekerja di bagian umum sering terkena sanksi dari atasan anda? 2. Apabila Bapak/Ibu melanggar peraturan di Setda Pemda terutama di bagian umum, apakah anda sering mendapat teguran atau dimutasikan? 3. Apabila Bapak/Ibu tidak mengikuti apel pagi, apakah anda diberi peringatan oleh atasan anda? 4. Apabila Bapak/Ibu tidak mengikuti apel pagi secara berkali-kali, pernahkan dipotong gaji anda? 5. Apabila Bapak/Ibu pulang atau datang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan baik tidak sengaja ataupun sengaja sampai berkali-kali, pernahkah mendapat teguran dari atasan anda? 6. Apabila Bapak/Ibu pulang atau datang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan baik tidak sengaja ataupun sengaja sampai berkali-kali,pernahkah dipotong gaji olleh atasan anda? 7. Apabila Bapak/Ibu pulang atau datang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan baik tidak sengaja ataupun sengaja sampai berkali-kali, pernahkah oleh atasan anda dimutasikan jabatannya ke badian lain? 8. Apakah sanksi yang penah diberikan kepada pegawai yang melanggar tergolong ringan? 1.
02. Menurut BapakjIbu apakah sudah mengetahui kejelasan aturan kej a yang telah ditentukan? No
1. 2.
3.
Kejelasan Aturan Kej a
Apakah apel pagi itu bukan merupakan keharusan bagi pegawai? Apakah jadwal waktu masuk dan pulang kerja pegawai masih belum jelas bagi anda? Apakah pegawai Pemda boleh tidak menggunakan seragam yang telah ditentukan?
Kadangkadang
Tidak
03. Menurut Bapak/Ibu apakah sudah mengetahui kejelasan standar kinejalhasil kerja yang telah ditentukan? No
Kejelasan Standar Hasil Kej a /Kine j a
1.
Apakah Bapak/Ibu sering tidak memahami kapan suatu pekejaan itu harus diselesaikan? Apakah setiap pegawai sering tidak mengerti batas waktu penyampaian laporan? Apakah Bapak/Ibu sering merasakan adanya peningkatan kualitas pekejaan dalam melaksanakan tugas? Apabila pekejaan yang anda selesaikan tidak sesuuai dengan imbalan, penghargaan yang diperoleh, apakah anda merasa kecewa? Apakah dengan jabatan dan pendapatan sekarang ini ada peningkatannya?
2.
3. 4.
5.
Kadangkadang
Tidak
04. Menurut Bapak/Ibu apakah sudah mengetahui kejelasan fungsi dan tugas yang telah ditentukan? No
Kejelasan Fungsi dan Tugas Pegawai
1.
Apakah dalam sub. bagian Bapak/Ibu tidak ada kejelasan pemberian tugas yanq tegas dan jelas diantara pegawai? Apakah belum ada aturan atau penjelasan mengenai tugas dan fungsi secara tertulis untuk anda? Apakah Bapak/Ibu kurang mengetahui tugas dan fungsi yang diberikan kepada anda? Apakah Bapak/Ibu kurang memahami tugas dan fungsi masing-masing pegawai di lingkngan anda? Apakah BapakJIbu merasakurang sesuai dengan tugas dan fungsi yang dibebankan kepada anda?
2.
3. 4.
5.
Kadangkadang
Tidak
05. Menurut Bapak/Ibu apakah suasana kerja anda sudah mendukung? No
Suasana Kej a
1. Apakah di lingkungan kej a anda sering terjadi konflik? 2. Apakah di lingkungan keja anda sering tejadi - persaingan yang tidak sehat? 3. Apakah di lingkungan keja anda terasa kurang menyenangkan? 4. Apakah di lingkungan keja anda terasa kurang memberikan kenyamanan? 5. Apakah suasana kejasama diantara pegawai sulit dikembangkan?
Kadangkadang
Tidak
06. Apakah Bapak/Ibu merasakan adanya beban kej a terhadap penyelesaian kerja dari atasannya?
No
Beban Kej a
1.
ApakahBapak/Ibuseringmerasakesaldalam menjalankan tugas anda karena tidak sesuai dengan kemampuan anda? Apakah Bapak/Ibu seri~gmerasa terbebani oleh pekerjaan orang lain? a. Apakah di luar jam keja anda sering menyelesaikan pekerjaan di rumah? b. Apabila anda mengerjakan pekerjaan di rumah apakah kurang mendapat imbalan yang sesuai? Apakah tugas yang Bapak/Ibu laksanakan sering menimbulkan kejenuhan? a. Apakah anda merasa terpaksa mengikuti ape1 pagi? b. Apakah anda merasa terpaksa memakai seragam?
2.
3.
-
4.
5.
Kadangkadang
,-idak
POLA KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN 01. Dalam satu bulan teakhir ini berapa kali anda berkomunikasi tatap muka langsung dengan pihak-pihk berikut ini?
No 1.
Arah Komunikasi
Frekuensi berdasarkan ,,ambatan Inisiatif (kali) AMif Pasif Ada
Tidak ada
Atasan langsung Rekan sejajar Bawahan langsung Atasan tidak langsung Bawahan tidak langsung Keterangan : = Isikan dengan frekuensi (kali) dalam jumlah satuan (conthnya : atasan langsung aMif 10 X anda mlakukan komunikasi pada masing-masing kolom; aktif apabila andafrespon yang mnghubungi (berinisiatif), pasif bila orang lain yang mengubungi (berinisiatif) = Isilah dengan memberikan tanda check ( ; pada kolom yang sesuai).
2. 3. 4. 5.
02. Dalam satu bulan terakhir ini berapa kali anda berkomunikasi melalui telepon dengan pihak-pihak berikut ini?
No
Arah Komunikasi
Frekuensi berdasarkan Hambatan Komunikasi Inisiatif (kali)
'
Aktif
Pasif
Tidak ada
Ada
1. Atasan langsung 2. Rekan sejajar 3.
Bawahan langsung
4. Atasan tidak langsung 5. Bawahan tidak langsung Keterangan : = Isikan dengan frekuensi (kali) dalam jumlah satuan (conthnya : atasan langsung aktif 10 X anda mlakukan komunikasi pada masing-masing kolom; aktif apabila andalrespon yang mnghubungi (berinisiatif), pasif bila orang lain yang mengubungi (berinisiatif) = Isilah dengan memberikan tanda check (pada kolorn yang sesuai). 03. Dalam satu bulan ini berapa kali berkomunikasi melalui surat/memo dengan pihakpihak berikut ini ?
No
Arah Komunikasi
Frekuensi berdasarkan Hambatan Komunikasi Inisiatif (kali)
'
I
Ada Tidak ada Pasif Atasan langsung 2. Rekan sejajar 3. Bawahan langsung 4. Atasan tidak langsung 5. Bawahan tidak langsung Keterangan : = Isikan dengan frekuensi (kali) dalam jumlah satuan (conthnya : atasan langsung aktif 10 X anda mlakukan komunikasi pada masing-masing kolom; aktif apabila andalrespon yang mnghubungi (berinisiatif), pasif bila orang lain yang mengubungi (berinisiatif) = Isilah dengan memberikan tanda check ( ;pada kolom yang sesuai). Aktif
1.
04. Dalam satu bulan terakhir ini berapa kali anda berkomunikasi melalui kurir dengan pihak-pihak berikut ini ?
No
Arah Komunikasi
Frekuensi berdasarkan Hambabn Komunikasi Inisiatif (kali) Tidak ada Ada Pasif AMif
'
1. Atasan langsung 2. Rekan sejajar Bawahan langsung 4. Atasan tidak langsung , 5. , Bawahan tidak langsung , Keterangan : = Isikan dengan frekuensi (kali) dalam jumlah satuan (conthnya : atasan langsung aktif 10 X anda mlakukan komunikasi pada masing-masing kolom; aktif apabila andalrespon yang mnghubungi (berinisiatif), pasif bila orang lain yang mengubungi (berinisiatif) = Isilah dengan memberikan tanda check (pada kolom yang sesuai). 3.
-
-
05. Dalam satu bulan terakhir ini berapa kali anda mengikuti forum-forum komunikasi kelompok berikut ini di dalam instansi tempat bekerja ? Forum Komunikasi
I Frekuensi Berdasarkan 1
Agendapopik yang
Keterangan : 1= Isikan dengan frekuensi (kali) dalam jumlah satuan anda melakukan komunikasi pada masingmasing kolom yang relevan: aktif apabila responden yang memprakarsai. 2 = Isilah dengan tanda check list ( ) pada setiap agendajtopik yang pernah dibicarakan, meliputi: pemerintahan, (2) politik, 93) keamananjketertiban umum, (4)kesejahteraan, (1) (5) peekonomian, (6) pekerjaan umum dan ketenagakerjaan, (7) pengawasan, (8) kepegawaian, (9) keuangan, (10) lainnya, sebutkan ................................................ 06. Hambatan komunikasi dalam pembinaan pegawai yang dialami (beri check list pada kolom yang anda mengalami hambatan komunikasi):
NO
1.
2. 3.
Jenis Hambatan Komunikasi
Komunikasi dengan Pegawai Sejajar
Lebih
I Lebih Rendah
Pengetahuan Keterampilan komunikasi Persepsi
5.
Emosi Perhatian 7. Umur 8. Gaya komunikasi 9. Kredibilitas 10. Prasangka 11. Lainnya, sebutkan .......................... 6.
12. ........................................................ 114. .........................................................I
I
Keterangan: Kredibilitas adalah kemampuan pengakuan atas status.
I
DISIPLIN KERJA PEGAWAI 01. Menurut BapauIbu, apakah sudah memahami aturan kerja yang ada di pemerintah daerah? No
1.
2.
3.
Pemahaman Aturan Kerja
Kadangkadang
Tidak
Kadangkadang
Tidak
Apakah ape1 pagi itu bukan merupakan keharusan bagi pegawai? Apakah jadwal waktu masuk dan pulang keja pegawai masih belum jelas bagi anda? Apakah pegawai Pemda boleh tidak menggunakan seragam yang telah ditentukan?
02. Bagaimana Sikap Bapak/Ibu terhadap tugas? No
Sikap terhadap Tugas
1.
Apakah Bapak/Ibu merasa kurang menyukai tugas yang harus dikerjakan dari atasan? ApakahBapauIbu kurang menyenangi tugas yang harus diselesaikan dengan target waktu? Apakah Bapak/Ibu merasa bahwa mengikuti ape1 pagi merupakan tugas yang kurang menyenangkan? Apakah BapawIbu merasa terpaksa apabila harus pulang kantor lebih dari waktu jam kerja kaena harus menyelesaikan tugas dari atasan anda?
2. 3. 4.
03. Apakah Bapak/Ibu sudah malakukan tugas yang menjadi pekerjaan anda dengan baik?
No 1. 2.
Kualitas dan kuantitas Pelaksanaan Tugas
Apakah Bapak/Ibu menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai yang diminta atau disepakati? Apakah Bapak/Ibu melakukan tugas tepat sebagaimana yang dikehendaki atau diharapkan?
Kadangkadang
Tidak
Tabel 13. Hasil Analisis Keterpaduan Pasar Jeruk Impor di Pasar Grosir ~ r a h aJati t dengan Pasar Pengecer Tahun 2001 T Jraian
Teminal Kp. Rambutan Nilai t-hitung 1 148 0.92 d constant 0.558 Koefisien b 1 2.19a 0.299 Koefisien b2 125 c Koefisien b3 0.422 1.95 a 22 85.2 26.91 F-hitung 1.83 Durbin-W Durbin h #NUM! IMC 1.32
-
Terminal UKI Nilai t-hitung 985 1,03 d 0.744 5.52a 0.012 0.08 e 0.225 2.04 a 87.7 33.34 2.18 0.465 3.31
-
Pasar Minggu Nilai t-hitung 257 0,30e 0.786 4.99a 0.338 1.98 a 0.247 1.68 b 90.3 43.58 2.13 0.370 3.18
Pasar Kramatjati Nilai t-htung -191 -0,l8e 0.782 3.57a 0.063 0.21 e 0.315 1.24 c 86.5 29.79 1.83 0.981 2.48
Keterangan: a = nyata pada taraf uji 5% b = nyata pada taraf uji 10% c = nyata pada taraf uji 15% d = nyata pada taraf uji 20% e = tidak nyata pada taraf uji 20% Hasil analisis regresi untuk pengecer Terminal Kp. Rambutan menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi bl, b2 dan b3 untuk pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05, 0.15 dan 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi tersebut berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, artinya harga jeruk impor yang diterima pada bulan lalu, perubahan harga di tingkat pasar grosir dan harga grosir bulan lalu secara terpisah berpengaruh nyata terhadap harga jeruk impor di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan bulan ini Nilai koefisien regresi bl, b2 dan b3 masing-masing sebesar 0.558, 0.299 dan 0.422. Hal ini berarti jika terjadi perubahan harga bulan lalu di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan sebesar Rp 100Ikg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan bulan ini sebesar Rp 55.81kg cateris paribus. Sedangkan jika terjadi peningkatan selisih harga bulan lalu dan bulan ini sebesar Rp 100Ikg di pasar grosir maka akan meningkatkan harga di tingkat pasar pengecer
101 Terminal Kp. Rambutan sebesar Rp 29.9lkg bulan ini, cateris paribus. Jika terjadi peningkatan harga bulan lalu di tingkat grosir sebesar Rp 100Ikg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan sebesar Rp 42.2lkg di bulan ini, cateris paribus. Hasil regresi untuk jeruk impor di Terminal UKI menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b l dan b3 berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05. Sedangkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b2 tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 0.20. Hal tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi b l dan b3 berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, artinya harga jeruk impor di pasar pengecer Terminal
UKI yang diterima pada bulan lalu dan harga bulan lalu di pasar grosir berpengaruh secara nyata terhadap harga jeruk impor di pasar pengecer Terminal UKI bulan ini. Nilai koefisien b l sebesar 0.744, artinya jika terjadi peningkatan harga jeruk impor bulan lalu di pasar pengecer Terminal UKI sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga jeruk impor di pasar pengecer Terminal UKI sebesar Rp 74.4lkg di bulan ini. Sedangkan nilai koefisien b3 sebesar 0.012, artinya jika terjadi peningkatan harga bulan di tingkat grosir sebesar Rp 100/kg maka akan meningkatkan Rp 1.2lkg harga jeruk impor di pengecer Terminal UKI bulan ini. Sedangkan hasil regresi di pengecer Pasar Minggu menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b l , b2 dan b3 masing-masing berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05, 0.05 dan 0.10. Hal tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi tersebut berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, dengasn demikian harga jeruk impor yang diterima pada bulan lalu, perubahan harga di tingkat pasar grosir dan harga grosir bulan lalu secara terpisah berpengaruh nyata terhadap harga jeruk impor di pasar pengecer Pasar Minggu bulan ini.
102 Nilai koefisien regresi b 1, b2 dan b3 masing-masing sebesar 0.786, 0.338 dan 0.247. Hal ini berarti jika terjadi perubahan harga bulan lalu di pasar pengecer Pasar Minggu sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Pasar Minggu bulan ini sebesar Rp 78.6lkg cateris paribus. Sedangkan jika terjadi peningkatan selisih harga bulan lalu dan bulan ini di tingkat grosir sebesar Rp 100Ikg maka akan meningkatkan harga di tingkat pasar pengecer Pasar Minggu sebesar Rp 33.8lkg bulan ini, cateris paribus. Jika terjadi peningkatan harga bulan lalu di tingkat grosir sebesar Rp 100/kg maka akan meningkatkan harga di Pasar Minggu sebesar Rp 24.7Ikg di bulan ini, cateris paribus. Hasil regresi untuk pasar pengecer Kramat Jati menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b 1,dan b3 untuk pasar pengecer Kramat Jati masing-masing berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05 dan 0.15. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi b l dan b2 berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, dengan demikian harga jeruk impor yang diterima pada bulan lalu dan harga tingkat grosir bulan lalu secara terpisah berpengaruh nyata terhadap harga jeruk impor di pasar pengecer Kramat Jati bulan ini. Nilai koefisien regresi b l dan b3 masing-masing sebesar 0.782 dan 0.3 15. Hal ini berarti jika terjadi perubahan harga bulan lalu di pasar pengecer Kramat Jati sebesar Rp 100Ikg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Kramat Jati bulan ini sebesar Rp 78.2lkg cateris paribus. Jika terjadi peningkatan harga bulan lalu di tingkat grosir sebesar Rp 100Ikg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Kramat Jati sebesar Rp 3 1.5 /kg di bulan ini, cateris paribus. Dengan memperhatikan nilai koefisien b2 dalam persamaan regresi untuk jeruk impor di keempat pasar pengecer maka diketahui bahwa pengecer di Pasar Minggu
memiliki nilai koefisien tertinggi yang berarti memiliki keterpaduan pasar jangka pendek yang lebih tinggi dibanding dengan pasar pengecer lainnya. Hal ini diketahui dari nilai koefisien b2 dari persamaan regresi Pasar Minggu lebih tinggi dibanding pasar lainnya yaitu 0.338. Sedangkan derajat keterpaduan pasar jangka pendek yang paling rendah adalah di pasar pengecer Terminal UKI, yaitu dengan nilai koefisien b2 sebesar 0.12. Sedangkan jika melihat derajat keterpaduan jangka panjang, tidak ada pasar pengecer jeruk impor yang memiliki keterpaduan pasar dalam jangka panjang dengan pasar grosir Kramat Jati. Namun jika membandingkan antara pasar pengecer maka yang lebih memiliki keterpaduan pasar dalam jangka panjang secara relatif dibanding yang lainnya Terminal Kp. Rambutan. 6.5.3. Analisis Keterpaduan Pasar Anggur
Hasil pengujian terhadap regresi keterpaduan pasar anggur antara pasar grosir Kramat Jati dengan pasar pengecer di Terminal Kp. Rambutan, Pasar Minggu dan Pasar Kramat Jati dapat dilihat pada Tabel 14. Koefisien determinasi R~untuk anggur di Rambutan, Pasar Minggu dan Kramat Jati menunjukkan bahwa harga anggur di masing-masing pasar pengecer sebesar 92.6, 84.0 dan 60.8 persen dipengaruhi oleh variasi peubah bebas, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variasi peubah bebas yang lain. Hal ini diperkuat oleh nilai F-hitung yang berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05 persen di ketiga pasar pengecer. Hal ini berarti harga anggur di masing-masing pasar pengecer minimal ada satu peubah bebas berpengaruh nyata terhadap variasi dari peubah terikat.
Sedangkan nilai Durbin-h untuk anggur di masing-masing pasar
pengecer tidak berada diluar wilayah d-tabel pada taraf uji 0.05, artinya tidak terdapat serial korelasi dalam persamaan regresi tersebut.
Tabel 14. Hasil Analisis Keterpaduan Pasar Anggur di Pasar Grosir :cer Tahun 200 1 Kramat Jati dengan ~ a s a Pent r 1~Jraian
Teminal Kp. Rambutan Nilai t-hitung -2198 1 -0.88 d
I
constant Koefisien b 1 Koefisien b2 Koefisien b3 R2 F-h1tung Durbin-W Ilurbin h IMC
Terminal UKI Nilai t-hitung
I I
Pasar Minggu Nilai t-hitung -1717 1 -0.41 e
I
uu
I
Pasar Kramatiati Nilai t-htung 5820 I 1.43 b
I
1
Keterangan: a = nyata pada taraf uji 5% b = nyata pada taraf uji 10% c = nyata pada taraf uji 15% d = nyata pada taraf uji 20% e = tidak nyata pada taraf uji 20% Hasil analisis regresi untuk pengecer Terminal Kp. Rambutan menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi bl, b2 dan b3 untuk pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi tersebut berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, artinya harga anggur yang diterima pada bulan lalu, perubahan harga di tingkat pasar grosir dan harga grosir bulan lalu secara terpisah berpengaruh nyata terhadap harga anggur di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan bulan ini. Nilai koefisien regresi b 1, b2 dan b3 masing-masing sebesar 1.01, 0.1 1 dan 0.0865. Hal ini berarti jika terjadi perubahan harga bulan lalu di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan sebesar Rp 100Ikg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan bulan ini sebesar Rp 10llkg cateris paribus. Sedangkan jika terjadi peningkatan selisih harga bulan lalu dan bulan ini sebesar Rp 1001kg di pasar grosir maka akan meningkatkan harga di tingkat pasar pengecer
Terminal Kp. Rambutan sebesar Rplllkg bulan ini, cateris paribus.
Jika terjadi
peningkatan harga bulan lalu di tingkat grosir sebesar Rp 100Ikg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan sebesar Rp 8.65lkg di bulan ini, cateris paribus. Hasil regresi di pengecer Pasar Minggu menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b l dan b3 berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05, kecuali koefisien regresi b2 tidak berpengaruh nyata sampai taraf uji 0.20. Hal tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi b l dan b3 berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, dengan demikian harga anggur yang diterima pada bulan lalu dan harga grosir bulan lalu secara terpisah berpengaruh nyata terhadap harga anggur di pasar pengecer Pasar Minggu bulan ini. Nilai koefisien regresi b l dan b3 masing-masing sebesar 0.915 dan 0.167. Hal ini berarti jika terjadi perubahan harga bulan lalu di pasar pengecer Pasar Minggu sebesar Rp 100/kg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Pasar Minggu bulan ini
sebesar Rp 9 1.5lkg cateris paribus. Jika terjadi peningkatan harga bulan lalu di tingkat grosir sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di Pasar Minggu sebesar Rp 16.7lkg di bulan ini, cateris paribus.
Hasil regresi untuk pasar pengecer Kramat Jati menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b1,dan b3 untuk pasar pengecer Kramat Jati masing-masing berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05 dan 0.15. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi b l dan b3 berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, dengan demikian harga anggur yang diterima pada bulan lalu dan harga tingkat grosir bulan lalu secara terpisah berpengaruh nyata terhadap harga anggur di pasar pengecer Kramat Jati bulan ini.
Nilai koefisien regresi b 1 dan b3 masing-masing sebesar dan 0.667 dan 0.0963. Hal ini berarti jika terjadi perubahan harga bulan lalu di pasar pengecer Kramat Jati sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Kramat Jati bulan ini sebesar Rp 66.7lkg cateris paribus. Jika terjadi peningkatan harga bulan lalu di tingkat grosir sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Kramat Jati sebesar Rp 9.63lkg di bulan ini, cateris paribus. Dengan memperhatikan nilai koefisien b2 dalam persamaan regresi untuk anggur di ketiga pasar pengecer anggur maka diketahui bahwa pengecer di Terminal Kp. Rambutan memiliki keterpaduan pasar jangka pendek yang lebih tinggi dibanding dengan pasar pengecer lainnya. Sedangkan jika melihat derajat keterpaduan pasar jangka panjang, maka yang memiliki keterpaduan jangka panjang lebih tinggi secara relatif adalah di Pasar Minggu, dibanding pasar pengecer lainnya. 6.5.4. Analisis Keterpaduan Pasar Ape1 Lokal
Persamaan regresi untuk keterpaduan pasar ape1 lokal hanya dua yaitu di Pasar Minggu dan Pasar Kramat Jati, karena di dua pasar lainnya tidak ditemukan penjualan jenis apel lokal ini. Hasil pengujian terhadap regresi keterpaduan pasar apel lokal antara pasar grosir Kramat Jati dengan pasar pengecer di Pasar Minggu dan Pasar Kramat Jati dapat dilihat pada Tabel 15. Koefisien determinasi R~ untuk ape1 lokal di Pasar Minggu dan Kramat Jati menunjukkan bahwa harga ape1 lokal di masing-masing pasar pengecer sebesar 89.6 dan 90.9 persen dipengaruhi oleh variasi peubah bebas, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variasi peubah bebas yang lain. Hal ini diperkuat oleh nilai F-hitung yang berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05 persen di kedua pasar pengecer. Hal ini berarti harga ape1 lokal di masing-masing pasar pengecer minimal
107 ada satu peubah bebas berpengaruh nyata terhadap variasi dari peubah terikat. Sedangkan nilai Durbin-h untuk apel lokal di masing-masing pasar pengecer tidak berada diluar wilayah d-tabel pada taraf uji 0.05, artinya tidak terdapat serial korelasi dalam persamaan regresi tersebut. Tabel 15. Hasil Analisis Keterpaduan Pasar Ape1 lokal di Pasar Grosir Jati dengan Pasar Pengecer Tahun 2001
Y Uraian
Pasar Minggu Nilai t-hitung 575 1.05 d constant 0.807 Koefisien b l 8.17 a 0.115 Koefisien b2 1.96 a 0.123 Koefisien b3 2.82 a 89.6 R2 40.21 F-hitung 1.97 Durbin-W 0.070 Durbin h 6.56 IMC Keterangan: a = nyata pada taraf uji 5% b = nyata pada taraf uji 10% c = nyata pada taraf uji 15% d = nyata pada taraf uji 20% e = tidak nyata pada taraf uji 20%
Pasar K amatjati Nilai t-hitung 1.05 d 8.17 a 1.96 a 2.82 a
Hasil regresi di pengecer Pasar Minggu menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b l , b2 dan b3 semuanya berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi tersebut berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, dengan demikian harga apel lokal yang diterima pada bulan lalu, perubahan harga di tingkat pasar grosir dan harga grosir bulan lalu secara terpisah berpengaruh nyata terhadap harga apel lokal di pasar pengecer Pasar Minggu bulan ini. Nilai koefisien regresi b 1, b2 dan b3 masing-masing sebesar 0.807, 0.1 15 dan 0.123. Hal ini berarti jika terjadi perubahan harga bulan lalu di pasar pengecer Pasar
Minggu sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Pasar
Minggu bulan ini sebesar Rp 80.7lkg cateris paribus.
Sedangkan jika terjadi
peningkatan selisih harga bulan lalu dan bulan ini di tingkat grosir sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di tingkat pasar pengecer Pasar Minggu sebesar Rp 11.5lkg bulan ini, cateris paribus. Jika terjadi peningkatan harga bulan lalu di tingkat grosir sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di Pasar Minggu sebesar Rp 12.3lkg di bulan ini, cateris paribus. Hasil regresi untuk pasar pengecer Kramat Jati menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi bl, b2 dan b3 untuk pasar pengecer Kramat Jati semuanya berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi b l , b2 dan b3 berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, dengan demikian harga apel lokal yang diterima pada bulan lalu dan harga tingkat grosir bulan lalu secara terpisah berpengaruh nyata terhadap harga apel lokal di pasar pengecer Kramat Jati bulan ini. Nilai koefisien regresi bl, b2 dan b3 masing-masing sebesar 0.432, 0.144 dan 0.26. Hal ini berarti jika terjadi perubahan harga bulan lalu di pasar pengecer Kramat Jati sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Kramat Jati bulan ini sebesar Rp 43.2/kg, cateris paribus. Jika terjadi peningkatan selisih harga grosir bulan lalu dan bulan ini sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer sebesar Rp 14.4/kg, cateris paribus. Jika terjadi peningkatan harga bulan lalu di tingkat grosir sebesar Rp 100lkg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Kramat Jati sebesar Rp 26.0lkg di bulan ini, cateris paribus. Dengan memperhatikan nilai koefisien b2 dalam persamaan regresi untuk apel lokal di kedua pasar pengecer maka diketahui bahwa pasar pengecer di Kramat Jati lebih terpadu dalam jangka pendek dibanding di pasar pengecer Pasar Minggu.
Sedangkan jika melihat derajat keterpaduan jangka panjang, maka secara relatif pasar Kramat Jati lebih terpadu dalam jangka panjang dibanding pasar Minggu. 6.5.5. Analisis Keterpaduan Pasar Jeruk Lokal
Hasil pengujian terhadap regresi keterpaduan pasar jeruk lokal antara pasar grosir Kramat Jati dengan pasar pengecer di Terminal Kp. Rambutan, Terminal UKI, Pasar Minggu dan Pasar Kramat Jati dapat dilihat pada Tabel 16. Koefisien determinasi R~ untuk jeruk lokal di Rambutan, UKI, Pasar Minggu dan Kramat Jati menunjukkan bahwa harga jeruk lokal di masing-masing pasar pengecer sebesar 69.7, 56.0, 82.2 dan 59.7 persen dipengaruhi oleh variasi peubah bebas, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variasi peubah bebas yang lain. Hal ini diperkuat oleh nilai F-hitung yang berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05 persen di keempat pasar pengecer. Hal ini berarti harga jeruk lokal di masing-masing pasar pengecer minimal ada satu peubah bebas berpengaruh nyata terhadap variasi dari peubah terikat. Sedangkan nilai Durbinh untuk jeruk lokal di masing-masing pasar pengecer tidak berada diluar wilayah d-tabel pada taraf uji 0.05, artinya tidak terdapat serial korelasi dalam persamaan regresi tersebut. Hasil analisis regresi untuk pengecer Terminal Kp. Rambutan menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b l dan b2 untuk pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan masing-masing berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05 dan 0.10.
Hal tersebut
rnenunjukkan bahwa koefisien regresi tersebut berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, artinya harga jeruk lokal yang diterima pada bulan lalu dan harga grosir bulan lalu secara terpisah berpengaruh nyata terhadap harga jeruk lokal di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan bulan ini.
Tabel 16 . Hasil Analisis Keterpaduan Pasar Jeruk Lokal di Pasar Grosir Kramat Jati dengan Pasar Pengecer Tahun 200 1 Uraian
Terninal Kp. M u t a n Nilai t-hitung
Temnnal UKI Nilai t-hitung
constant Koefisien bl Koefisi en b2
812 0.839 0.141
1,12c 4,74 a 1,33 b
1303 0.703
Koefisien b3 R2
- 0,0229
- 025 e
0.138
1,61b 3,64 a 128 c
0.0135
0,15e
Pasar Mmgp Ndai t-hitung 487 0.874 -0,0465
0,97 d 7,52 a -0,80 e
3246 0.101 0.141
2,39 a 025 e 1,86a
0.0247
0,52 e
0.155 59.7
1,53 b
69.7
56
82.2
F-hitung
10.74
5.95
21.52
Ihrbin-W kbinh IMC
1.75
1.77
0.804 -36.64
0.853 52.07
-
Pasar Kramatjati Ndai t-hitung
0.512 35.38
#NUM!
Keterangan: a = nyata pada taraf uji 5% b = nyata pada taraf uji 10% c = nyata pada taraf uji 15% d = nyata pada taraf uji 20% e = tidak nyata pada taraf uji 20% Nilai koefisien regresi b l dan b2 masing-masing sebesar 0.839 dan 0.141. Hal ini berarti jika terjadi perubahan harga bulan lalu di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan sebesar Rp 100Ikg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan bulan ini sebesar Rp 83.91kg cateris paribus. Sedangkan jika terjadi peningkatan selisih harga bulan lalu dan bulan ini sebesar Rp 1001kg di pasar grosir maka akan meningkatkan harga di tingkat pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan sebesar Rp 14.llkg bulan ini, cateris paribus. Hasil regresi untuk jeruk lokal di Terminal UKI menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b l dan b2 masing-masing berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05 dan 0.15. Sedaligkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b3 tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 0.20. Hal tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi b l dan b2 berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, artinya harga jeruk lokal di pasar pengecer Terminal UKI yang diterima pada bulan lalu dan selisih harga bulan lalu dan bulan ini di pasar grosir berpengaruh secara nyata terhadap harga jeruk lokal
111 di pasar pengecer Terminal UKI bulan ini. Nilai koefisien b l sebesar 0.703, artinya jika terjadi peningkatan harga jeruk lokal bulan lalu di pasar pengecer Terminal UKI sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga jeruk lokal di pasar pengecer Terminal UKI sebesar Rp 70.3lkg di bulan ini. Sedangkan nilai koefisien b2 sebesar 0.138, artinya jika terjadi peningkatan harga bulan lalu di tingkat grosir sebesar Rp 100Ikg maka akan meningkatkan Rp 13.8lkg harga jeruk lokal di pengecer Terminal UKI bulan ini. Sedangkan hasil regresi di pengecer Pasar Minggu menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b l berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi tersebut berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, dengan demikian harga jeruk lokal yang diterima pada bulan lalu secara terpisah berpengaruh nyata terhadap harga jeruk lokal di pasar pengecer Pasar Minggu bulan ini. Sedangkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b2 dan b3 menunjukkan bahwa koefisien b2 dan b3 tidak berpengaruh nyata secara tepisah terhadap peubah terikat, artinya selisih harga dan harga bulan lalu di pasar grosir tidak berpengaruh secara nyata terhadap harga jeruk lokal di tingkat pengecer di Pasar minggu. Nilai koefisien regresi b l sebesar 0.874. Hal ini berarti jika terjadi perubahan harga bulan lalu di pasar pengecer Pasar Minggu sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Pasar Minggu bulan ini sebesar Rp 87.4lkg cateris paribus. Hasil regresi untuk pasar pengecer Kramat Jati menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b2 dan b3 untuk pasar pengecer Kramat Jati masing-masing berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05 dan 0.10. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi b2 dan b3 berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, dengan
demikian selisih harga bulan lalu dan bulan ini dan harga tingkat grosir bulan lalu secara terpisah berpengaruh nyata terhadap harga jeruk lokal di pasar pengecer Kramat Jati bulan ini. Nilai koefisien regresi b2 dan b3 masing-masing sebesar 0.141 dan 0.155. Hal ini berarti jika terjadi perubahan selisih harga bulan lalu dan bulan ini di pasar grosir sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Kramat Jati bulan ini sebesar Rp 14.llkg, cateris paribus. Jika terjadi peningkatan harga bulan lalu di tingkat grosir sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Kramat Jati sebesar Rp 15.51kg di bulan ini, cateris paribus. Dengan memperhatikan nilai koefisien b2 dalam persamaan regresi untuk jeruk lokal di keempat pasar pengecer maka diketahui bahwa pengecer di Terminal Kp. Rambutan dan Pasar Kramat Jati memiliki keterpaduan pasar jangka pendek yang lebih tinggi dibanding dengan pasar pengecer lainnya. Sedangkan jika melihat derajat keterpaduan pasar jangka panjang, maka yang memiliki keterpaduan jangka panjang lebih tinggi secara relatif adalah di Pasar Kramat Jati dibanding pasar pengecer lainnya. Hal dilihat dari nilai IMC di Pasar Kramat Jati sebesar 0.65. 6.5.6. Analisis Keterpaduan Pasar Salak
Hasil pengujian terhadap regresi keterpaduan pasar salak antara pasar grosir Kramat Jati dengan pasar pengecer di Terminal Kp. Rambutan, Terminal UKI, Pasar Minggu dan Pasar Kramat Jati dapat dilihat pada Tabel 17. Koefisien determinasi R~ untuk salak di
Rambutan, UKI, Pasar Minggu dan Kramat Jati masing-masing
menunjukkan bahwa harga salak di masing-masing pasar pengecer sebesar 65.8, 90.7, 92.1 dan 63.5 persen dipengaruhi oleh variasi peubah bebas, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variasi peubah bebas yang lain. Hal ini diperkuat oleh nilai F-hitung yang berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05 persen di keempat pasar pengecer. Berarti harga salak di masing-masing pasar pengecer minimal ada satu peubah bebas berpengaruh nyata terhadap variasi dari peubah terikat. Sedangkan nilai Durbin-h untuk salak di masing-masing pasar pengecer tidak berada diluar wilayah d-tabel pada taraf uji 0.05 artinya tidak terdapat serial korelasi dalam persamaan regresi tersebut. Tabel 17 . Hasil Analisis Keterpaduan Pasar Salak di Pasar Grosir Kramat Jati dengan Pasar Pengecer Tahun 200 1 Uraian
Teminal Kp. Rambuta Terminal UKI Nilai Nilai t-hitung t-hitung constant 702 0,61 e 1432 2,08 a Koefisien b 1 0.853 4,11 a 0.621 3,50 a 0.0917 1,12 c 0.166 2,61 a Koefisien b2 Koefisien b3 0.0492 0,69 e 0.19 1,94 a R2 65.8 90.7 F-hitung 8.96 45.36 Durbin-W 1.75 1.94 Durbin h 1.118 0.193 17.34 3.27 CMC Keterangan: a = nyata pada taraf uji 5% b = nyata pada taraf uji 10% c = nyata pada taraf uji 15% d = nyata pada taraf uji 20% e = tidak nyata pada taraf uji 20%
-
Pasar Minggu Nilai t-hitung 1893 2,77 a 0.638 4,94 a 0.0196 0,79 e 0.0818 2,50 a 92.1 54.22 2.16 0.406 7.80
Pasar Kramatjati t-hitung Nilai 2080 1,82 a 0.605 2,91 a 0.0215 0,60 e 0.0575 1,68 b 63.5 8.12 1.7 1.351 10.52
Hasil analisis regresi untuk pengecer Terminal Kp. Rambutan menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b l dan b3 untuk pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05 dan 0.15.
Hal tersebut
menunjukkan bahwa koefisien regresi tersebut berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat. Artinya harga salak yang diterima pada bulan lalu, perubahan harga di tingkat pasar grosir dan harga grosir bulan lalu secara terpisah berpengaruh nyata terhadap harga salak di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan bulan ini.
Nilai koefisien regresi b l dan b2 masing-masing sebesar 0.853 dan 0.0917. Hal ini berarti jika terjadi perubahan harga bulan lalu di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan sebesar Rp 100Ikg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan bulan ini sebesar Rp 85.3lkg cateris paribus. Sedangkan jika terjadi peningkatan selisih harga bulan lalu dan bulan ini sebesar Rp 100Ikg di pasar grosir maka akan meningkatkan harga di tingkat pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan sebesar Rp 9.171kg bulan ini, cateris paribus. Hasil regresi untuk salak di Terminal UKI menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi bl, b2 dan b3 berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi bl, b2 dan b3 berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat. Artinya harga salak di pasar pengecer Terminal UKI yang diterima pada bulan lalu berpengaruh secara nyata terhadap harga salak di pasar pengecer Terminal UKI bulan ini. Nilai koefisien b l sebesar 0.621, artinya jika terjadi peningkatan harga salak bulan lalu di pasar pengecer Terminal UKI sebesar Rp 100Ikg maka akan meningkatkan harga salak di pasar pengecer Terminal UKI sebesar Rp 62. llkg di bulan ini. Sedangkan nilai koefisien b2 sebesar 16.6, artinya jika terjadi peningkatan selisih harga di tingkat grosir sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan Rp 16.6lkg harga salak di pengecer Terminal UKI bulan ini. Selain itu jika peningkatan harga bulan lalu di tingkat grosir sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga salak di pengecer Terminal UKI bulan ini sebesar Rp 19.0lkg. Sedangkan hasil regresi di pengecer Pasar Minggu menunjukkan nilai t-hitung dari koefisien regresi b l dan b3 berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi tersebut berpengaruh nyata secara terpisah
terhadap peubah terikat.
Artinya harga salak yang diterima pada bulan lalu
berpengaruh nyata terhadap harga salak di pasar pengecer Pasar Minggu bulan ini. Nilai koefisien regresi b l dan b3 masing-masing sebesar 0.638 dan 0.0818. Hal ini berarti jika terjadi perubahan harga bulan lalu di pasar pengecer Pasar Minggu sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Pasar Minggu bulan ini sebesar Rp 63.81kg cateris paribus. Sedangkan jika terjadi peningkatan harga bulan lalu di tingkat grosir sebesar Rp 100Ikg maka akan meningkatkan harga di Pasar Minggu sebesar Rp 8.181kg di bulan ini, cateris paribus. Hasil regresi untuk pasar pengecer Kramat Jati menunjukkan masing-masing nilai t-hitung dari koefisien regresi bldan b3 untuk pasar pengecer Kramat Jati berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05 dan 0.10. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi b l dan b3 berpengaruh nyata secara terpisah terhadap peubah terikat, dengan demikian harga salak yang diterima pada bulan lalu dan harga bulan lalu di tingkat grosir secara terpisah berpengaruh nyata terhadap harga salak di pasar pengecer Kramat Jati bulan ini. Nilai koefisien regresi b 1 dan b3 masing-masing sebesar 0.605 dan 0.0575. Hal ini berarti jika terjadi perubahan harga bulan lalu di pasar pengecer Kramat Jati sebesar Rp 100Ikg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Kramat Jati bulan ini sebesar Rp 60.5lkg cateris paribus. Jika terjadi peningkatan harga bulan lalu di tingkat grosir sebesar Rp 1001kg maka akan meningkatkan harga di pasar pengecer Kramat Jati sebesar Rp 5.75lkg di bulan ini, cateris paribus. Dengan memperhatikan nilai koefisien b2 dalam persamaan regresi untuk salak di keempat pasar pengecer maka diketahui bahwa pengecer di Terminal UKI memiliki keterpaduan pasar jangka pendek yang lebih tinggi dengan pasar grosir Kramat Jati
dibanding pasar pengecer lainnya. Hal ini diketahui dari nilai koefisien b2 dari persamaan regresi Terminal UKI lebih tinggi dibanding pasar lainnya yaitu 0.166. Sedangkan jika melihat derajat keterpaduan pasar jangka panjang, maka yang memiliki keterpaduan jangka panjang lebih tinggi secara relatif adalah di Terminal UKI dibanding pasar pengecer lainnya. Hal dilihat dari nilai IMC di Terminal UKI sebesar
Tabel 18. Hasil Analisis Keterpaduan Pasar Buah Impor dan Buah Lokal Jenis Buah
Terpadu secara relatif dengan pasar grosir
Ape1 Impor
Terminal Kp.Rambut an
Jeruk Impor
Pasar Minggu
Anggur
Terminal Kp. Rambutan
Ape1 Lokal
Pasar Kramat Jati
Jeruk Lokal
Terminal Kp. Rambutan
Salak
Terminal UKI
Dari Tabel 18 dapat dikatakan bahwa pasar pengecer Terminal Kp. Rambutan relatif lebih terpadu dengan pasar grosir Kramat Jati untuk jenis buah ape1 impor, anggur dan jeruk lokal. Sedangkan di Pasar Minggu relatif lebih terpadu dengan pasar grosir Kramat Jati untuk jenis buah jeruk impor. Pasar pengecer Kramat Jati relatif lebih terpadu dengan pasar grosir Kramat Jati untuk jenis buah ape1 lokal, sedangkan di pasar pengecer Terminal UKI relatif lebih terpadu dengan pasar grosir untuk jenis buah salak.
6.6. Analisis Efisiensi Pemasaran
Analisis efisiensi pemasaran dilakukan dengan melihat (1) bagaimana tingkat efisiensi operasional yang diukur dari biaya pemasaran dan marjin pemasaran dimana biaya atau marjin pemasaran yang lebih rendah adalah lebih efisien. Selain itu pula melihat (2) efisiensi harga yang diukur melalui korelasi harga yang terjadi pada masing-masing jenis buah. Dari dua analisis efisiensi pemasaran ini maka akan membandingkan marjin pemasaran dan integrasi pasar yang terjadi pada berbagai jenis buah yang diteliti. Jika membandingkan pemasaran buah impor dan buah lokal, maka secara keseluruhan biaya pemasaran buah impor dibawah 10 persen dari harga jualnya ke konsumen, sedangkan buah lokal diatas 12 persen. Biaya pemasaran tertinggi adalah buah jeruk lokal dimana mencapai 15.58 persen dari harga jualnya. Tingginya biaya pemasaran buah lokal ini khususnya jeruk lokal karena tingginya biaya transportasi dari tingkat pedagang pengumpul ke grosir. Sedangkan biaya pemasaran terendah adalah ape1 impor yaitu sebesar 6.80 persen dari harga jualnya (Tabel 19 dan 20). Tabel 19. Total Biaya, Keuntungan dan Marjin Pemasaran Buah Impor Tahun 200 1 Apel impor
RpIkg
Jerukimpor %*
RpIkg
%*
Anggur
RPW
Total Biaya Pemasaran 792.94 6.80 1086.42 9.32 2007.08 Total Keuntungan Pemasaran 1861.23 15.97 1733.37 14.87 3492.92 2654.17 2819.79 24.20 5500.00 Total Margin 22.77 1.74 B/C rasio 2.35 1.60 Keterangan: % * = persentase dari harga jual masing-masing tingkat pemasaran
%*
8.36 14.55 22.92
118
Tabel 20. Total Biaya, Keuntungan dan Marjin Pemasaran Buah Lokal Tahun 2001 Apel lokal Rpkg
Total Biaya Pemasaran Total Keuntungan Pemasaran Total Margin
Jeruk lokal
%*
Rpkg
Salak
%*
Rpkg
%*
911.49
15.19
934.67
15.58
806.63
12.93
2288.5 1 3200.00
38.14 53.33
2061.33 2996.00
34.36 49.93
203 1.37 2838.00
32.56 45.50
B/C rasio 2.51 2.21 Keterangan: % * = persentase dari harga jual masing-masing tingkat pemasaran
2.52
Total keuntungan pemasaran buah lokal diatas 30 persen dari harga jualnya, sedangkan buah impor sekitar 15 persen dari harga jualnya. Keuntungan pemasaran terbesar adalah apel lokal yaitu sebesar 38.14 persen dari harga jualnya, sedangkan terendah adalah anggur yaitu sebesar 14.55 persen dari harga jualnya. Jika dilihat rasio keuntungan dengan biaya yang dikeluarkan (rasio BIC), maka szluruh jenis buah merniliki rasio lebih besar dari satu, artinya biaya yang dikeluarkan sebesar satu unit akan menghasilkan keuntungan lebih dari satu unit. Rasio BIC terbesar adalah salak yaitu sebesar 2.52, sedangkan terkecil adalah jeruk impor yaitu sebesar 1.60 (Tabel 9 dan 12). Jika membandingkan marjin pemasaran antara buah impor dan buah lokal maka buah impor lebih efisien dibanding buah lokal. Hal ini dilihat dari marjin pemasaran buah impor dibawah 25 persen, sedangkan buah lokal diatas 45 persen. Marjin pemasaran ape1 impor, jeruk impor dan anggur masing-masing sebesar 22.77, 24.20 dan 22.92 persen. Marlin pemasaran untuk ape1 lokal, jeruk lokal dan salak masing-masing sebesar 53.33, 49.93 dan 45.50 persen. Hal ini berarti diantara buah lokal maka salak lebih efisien dibanding apel dan jeruk lokal.
119
Sedangkan jika melihat pada masing-masing tingkat pemasaran buah impor dan buah lokal, maka yang memiliki marjin terendah adalah tingkat pedagang grosir buah anggur, yaitu sebesar 4.33 persen. Sedangkan marjin tertinggi adalah
di tingkat
pedagang pengumpul jeruk lokal yaitu sebesar 33.33 persen (Tabel 10 dan 11). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan melihat marjin pemasaran masing-masing jenis buah maka buah impor lebih efisien dibanding buah lokal, khususnya apel impor. Sedangkan diantara buah lokal maka salak adalah buah yang paling efisien. Efisiensi apel impor yang tinggi ini diperkuat pula oleh keterpaduan pasar jangka pendek dan jangka panjang yang lebih tinggi dibanding yang lainnya pada pasar pengecer dan pasar grosirnya. 6.7.
Rekapitulasi Analisis Pemasaran Buah Impor dan Buah Lokal Hasil penelitian yang diperoleh dari seluruh analisis yang digunakan dirangkum
dalam bentuk tabel sebagai rekapitulasi analisis pemasaran buah impor dan buah lokal. Rekapitulasi ini terbagi dua yaitu untuk pemasaran buah impor dan buah lokal yang terdiri dari saluran pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran, keterpaduan pasar dan efisiensi pemasaran (Tabel 21 dan Tabel 22).
Tabel 21. Rekapitulasi Analisis Pemasaran Buah Impor di DKI Jakarta Marjin Pemasaran a. Marjin Apel berasal dari Cina, a. struktur pasar a. Penjualan antara importir - p.grosir importir dan AS, Australia, Perancis pemasaran Penjualan antara importir - grosir grosir a d pada masing& Selandia B m dengan prinsip saling kenal & Jeruk berasal dari Cina, oligopoli, rnasing tingkat percaya. Pakistan, Australia, AS. b. Struktur pasar pemasaran Sistem pembayaran tunai. antara 4.33% Anggur berasal dari AS, pengecer Satuan penjualan adalah per kardus. 11.90%. Australia, Cili & Israel. adalah Biaya transportasi ditanggung monopolistik b. Marjin Importir menyalurkan importir. terendah a d ke p. grosir dan Harga yang berlaku adalah proses pengecer besar, pada buah tawar menawar. selanjutnya ke pedagang anggur b. Penjualan antara p. grosir - p. pengecer pengecer. tingkat Grosir mengkhususkan menjual buah Importir berada di p.grosir. impor. c. Marjin Jakarta. Menjual dalam kemasan kardus. P.grosir berada di ps. tertinggi a d Pengecer mendatangi langsung kios buah anggur di Kramat Jati dan menjual p.grosir tingkat khusus buah impor. c. Penjualan oleh pengecer importir. P.pengecer berada di Buah impor dpajang bersama dengan sentra-s entra konsumen. buah lokal. Untuk buah apel, jeruk dan pear dijual per satuan buah, dan anggur dengan satuan kilogram Saluran Pemasaran
.
. . .
.
.
Struktur Pasar
Perilaku Pasar
Keterpaduan Pasar a. P.pengecer di Terminal KP. Rambutan lebih terpadu secara relatif dgn p. grosir utk j enis buah apel impor dan anggur. b. P.pengecer di Ps.Minggu lebih terpadu secara relatif dgn p. grosir utk j enis buah j eruk impor.
Efisiensi Pemasaran .. Buah impor lebih efisien dibanding buah lokal dilihat dari marjin dan keterpaduan Pas-Ya I. Apel impor merupakan buah paling efisien diantara seluruh j enis bush Yang diteliti.
Tabel 22. Rekapitulasi Analisis Pemasaran Buah Lokal di DKI Jakarta
.
. .
.
.
.
Saluran Pemasaran Jeruk berasal dari a. Struktur pasar sentra produksi pedagang seperti Sumut, pengumpul dan grosir a d Jabar, Pontianak oligopoli. & Jatirn Apel berasal dari b. Struktur pasar Jatim pedagang Salak berasal dari pengecer DI. Yogyakarta & adalah monopolistik Jabar. Saluran pemasaran dari p. pengumpul grosir - pengecer. P.pengumpul berada di lokasi sentra produksi. P.grosir berada di ps. Kramat Jati & khusus menjual buah lokal. P.pengecer berada di sentrasentra konsumen.
Perilaku Pasar
Marjin Pemasaran a. Penjualan antara petani, p.pengumpul a. Marjin & p.grosir: pemasaran pada rnasingP. pengumpul membeli buah petani masing dengan sistem tebasan. tingkat P. pengumpul melakukan grading & pemasaran sortasi kemudian pengangkutan ke antara 16.91% p.grosir. 33.33%. Sistem pembayaran ke petani a d b. Marjin tunai, sedangkan p.grosir ke terendah a d p.pengumpul dgn sistem konsinyasi. pada buah Hubungan p.pengumpul dan p.grosir salak di biasanya ada hubungan keluarga atau tingkat sekampung. p.pengecer. b. Penjualan grosir - pengecer: c. Marjin P. grosir mengkhususkan menjual tertinggi a d buah impor. pada buah Menjual d m kemasan keranjang atau jeruk lokal di kardus. tingkat P.pengecer mendatangi langsung hos p.pengumpul. p.grosir di ps. Kramatjati. c. Penjualan oleh pengecer : Buah lokal dipajang bersama dgn buah impor. Buah dijual per kilogram.
Keterpaduan Pasar a. P.pengecer di Kramat Jati lebih terpadu secara relatif dgn p. grosir utk j enis buah ape1 lokal. b. P.pengecer di Kp.Rambutan lebih terpadu secara relatif dgn p. grosir utk j enis buah j eruk lokal. c. P.pengecer di Terminal UKI lebih terpadu secara relatif dgn p.grosir utk j enis buah salak.
Efisiensi Pemasaran a. Salak merupakan buah lokal paling efisien diantara buhal lokal. b. Apel lokal ad1 buah yang paling tidak efisien diantara seluruhj enis buah
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Saluran pemasaran buah masuk ke Jakarta melalui Pasar Induk Kramat Jati sebagai pusat grosir buah. Buah lokal yang masuk ke Pasar Induk ini berasal dari pedagang pengumpul yang berada di sentra produsen. Sedangkan buah impor yang masuk melalui importir yang berada di Jakarta. Selanjutnya saluran pemasaran buah dari Pasar Induk Kramat Jati diteruskan ke pedagang pengecer yang berada di sentrasentra konsumen. Struktur pasar buah di Jakarta berbeda-beda pada masing-masing tingkatan pemasaran. Untuk tingkat pedagang pengumpul, importir dan pedagang grosir struktur pasarnya adalah oligopoli.
Sedangkan untuk pasar pengecer adalah kompetisi
monopolistik. Perilaku pasar buah impor antara importir dan pedagang grosir adalah dengan prinsip saling kenal, sedangkan untuk buah lokal antara pedagang pengumpul dengan pedagang grosir adalah hubungan keluarga atau sekampung. Perilaku yang terjadi dalam pemasaran buah lokal inilah menjadikan tidak mudahnya pedagang pengumpul atau petani memasuki pasar grosir Kramat Jati, selain membutuhkan modal yang cukup banyak akibat lamanya proses pembayaran dari pedagang grosir ke pedagang pengumpul. Marjin pemasaran buah impor antara 22.77 persen sampai dengan 24.20 persen. Sedangkan marjin pemasaran buah lokal antara 45.50 persen sampai 53.3 persen. Tinggi rendahnya marjin pemasaran ini dipengaruhi oleh biaya pemasaran dimana biaya pemasaran buah lokal dari tingkat pedagang pengumpul hingga ke konsumen adalah
diatas 12 persen, sedangkan biaya pemasaran buah impor dari tingkat importir hingga ke konsumen adalah dibawah 10 persen dari harga jualnya ke konsumen. Berdasarkan analisis keterpaduan pasar diketahui rendahnya integrasi pasar antara pasar grosir di Pasar Induk Kramat Jati dengan pasar-pasar pengecer. Hal ini berarti Pasar Induk Kramat Jati sebagai pasar grosir tidak sepenuhnya sebagai jalur pemasaran buah masuk ke Jakarta. Secara relatif pasar pengecer Kp. Rambutan dan Pasar Kramat Jati memiliki keterpaduan yang lebih tinggi dibanding pasar pengecer lainnya. Berdasarkan analisis efisiensi pemasaran maka diketahui bahwa pemasaran buah impor lebih efisien dibanding buah lokal. Buah yang paling efisien adalah ape1 impor. Sedangkan diantara buah lokal maka buah salak yang lebih efisien.
7.2. Saran
Buah lokal dan impor masuk ke Jakarta melalui pedagang grosir di Pasar Induk Kramat Jati, walaupun perannya semakin menurun. Dengan semakin berkurangnya peran tersebut, maka pedagang pengecer langsung membeli dari pedagang pengumpul atau dari pasar lainnya. Salah satu penyebab ha1 tersebut adalah perilaku pasar grosir di Pasar kramatjati khususnya untuk buah lokal. Untuk meningkatkan peran Pasar Induk Kramat Jati sebagai pusat grosir buah maka perlu perbaikan dan penambahan sarana dan prasarananya, perbaikan manajemen pasar, atau pembangunan pusat grosir buah yang memiliki fasilitas, kapasitas dan akses yang lebih baik. Tingginya marjin pemasaran antara lain karena tingginya biaya pemasaran yang dikeluarkan seperti biaya penyusutan. Biaya penyusutan buah lokal diakibatkan antara lain kerusakan pada kegiatan bongkar muat, selama perjalanan dan buah yang terlalu
matang.
Karena itu perlu perbaikan dalam kegiatan panen hingga kegiatan
pengemasan sehingga mampu menurunkan kerusakan yang diakibatkan buah yang terlalu matang, kegiatan bongkar muat dan selama perjalanan. Untuk meningkatkan efisiensi pemasaran buah lokal maka perlu perbaikan dalam kegiatan on farm (seperti pemilihan bibit yang baik, sampai kegiatan pasca panen yang tepat) maupun dalam kegiatan off farm (pengepakan, sortasi dan manajemen penjualan).
DAFTAR PUSTAKA Adriansyah. 1997. Analisis Permintaan Buah-buahan di Propinsi DKI Jakarta Suatu Penerapan Model Almost Ideal Demand System (AIDS) dengan Data Susenas 1996. Skripsi Sarjana. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Agribisnis. 1999. Statistik dan Informasi Agribisnis. Badan Agribisnis, Departemen Pertanian, Jakarta. BPS. 1997. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta. .
1999. Survei Susenas. Buku 3. Biro Pusat Statistik, Jakarta.
Dahl, D.C. dan J.W. Hammond. 1977. Market and Price Analysis Agricultural Industries. Mc.Graw-Hill, New York. Deptan. 2001. Informasi Hortikultura dan Aneka Tanaman. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian, Jakarta. Deptan. 2002. Pola Pengembangan Institusi Pelayanan Pemasaran Hasil Pertanian Terminal dan Sub Terminal Agribisnis. Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Wewi, W.K. 1998. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Komoditas Manggis. Studi Kasus Desa Sipak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Skripsi Sarjana. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dongoran, A.S. 1998. Analisis Pemasaran Cabai Merah Besar (Capsicum annuum var. Longum) di DKI Jakarta. Kasus di Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Jatinegara dan Pasar Tanah Abang DKI Jakarta. Skripsi Sarjana. Jurusan Ilmuilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Effendi, H.R. 1998. Analisis Deskripsi Sistem Tataniaga Komoditi Cabai Merah Clapsicurn annuum L. (Kasus pada 3 kabupaten di Jawa Tengah). Skripsi Sarjana. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
F AO. 2001. FAOSTAT Agriculture Data, 1995 - 2000. http://www.fao.org. Firmansyah, E. 1998. Analisis Usahatani dan Pemasaran Bawang Daun di Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Skripsi Sarjana. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.