VII.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Aravechia, Carlos H.M. dan Pires, Silvio R.I., (2000), Supply Chain Performance Evaluation : A Case Study, University off Piracicaba, Sao Paolo, Brazil - http://www.unimep.br
2.
Beamon, Benita, M., (1999), Measuring Supply Chain Performance, International Journal of Operations dan Production Management, Vol 19, No. 3, pp. 275-292
3.
Brewer, Peter C dan Speh, Thomas W., (2000), Using the Balanced Scorecard to Measure Supply Chain Performance, Journal of Business Logistic, Vol. 21 No.1
4.
Chibba, Aron dan Horte, Sven Arke, (2003), Supply Chain Performance – A Meta Analysis, School of Business and Engineering, University of Halmstad, Swedia - http://www.hh.se
5.
Indrajit, R.E, Djokopranoto, R (2003), Chain, PT. Gramedia Pustaka Utama
6.
Kleijnen, Jack P.C. dan Smits, Martin.T, (2003), Performance Metric in Supply Chain Management, Tillburg University Belanda http://www.palgrave-journal.com
7.
Li, Suhong, (2002), Developing Maesures of Supply Chain Management Performance, College of Business Administration, The University of Toledo - http://www.web.bryant.edu
8.
Moon, Yu, Kim (2007), Performance Indikators Based On TFV Theory, Proceeding IGLC-15, July 2007, Michigan, USA - http://www.iglc.net
9.
O'Brien, W. (1995), Construction Supply-Chains: Case Study and Integrated Cost and Performance Analysis, Proceedings of the Third Annual Conference of the International Group for Lean Construction, University of New Mexico, Albuquerque, New Mexico, Reprinted in Luis Alarcon (Ed.), (1997), Lean Construction, The Netherlands, AA Balkema, pp 187-222
10.
Pujawan, Nyoman. I., (2005), Supply Chain Management, Penerbit Guna Widya, Surabaya.
11.
Roza, H.A., (2006), Pengembangan Model Pengukuran Kesiapan Kontraktor Indonesia Menuju Konstruksi Ramping, Tesis Magister Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Institut Teknologi Bandung 136
Konsep Manajemen Supply
137
12.
Susilawati (2005), Studi Supply Chain Konstruksi pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung, Tesis Magister Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Institut Teknologi Bandung
13.
Taweesak. Theppitak, (2003), Performance Measurement Sistem in Supply Chain Activities, Maritime College, Burrapha University, Chonburi, Thailand - http://www.bmc.buu.ac.th
14.
Vrijhoef, R., Koskela, L., (1999), Roles of Supply Chain Management In Construction, Proceeding IGLC-7, 26-28 Juli 1999, University of California, Berkelay, CA, USA - http://www.ce.berkeley.edu
15.
Wirahadikusumah, R.D., Susilawati, (2006), Pola Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung, Paper, Institut Teknologi Bandung
16.
Wirahadikusumah, R.D., Susilawati, (2006), Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung, Paper, Institut Teknologi Bandung
17.
Wirahadikusumah, R.D., Soemardi, B.W., Abduh, M., (2007), Kajian Hubungan Antar Pihak yang Terlibat dalam Rantai Pasok Proyek Konstruksi Bangunan Gedung, Riset KK-ITB 2007, Institut Teknologi Bandung
138
Lampiran A Tabel A.1 Susunan indikator penilaian efektifitas dan efisiensi supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung No. 1
Indikator Intensitas perubahan/revisi terhadap rencana kerja
Deskripsi Definisi : Indikator ini digunakan untuk melihat intensitas terjadinya perubahan/ revisi terhadap rencana kerja kontraktor yang dibuat sebagai acuan pelaksanaan di lapangan, seperti perubahan desain sehingga mengakibatkan terjadinya pekerjaan tambah kurang (Variation Order atau Change Order). Objektif : Melihat intensitas terjadinya perubahan/revisi terhadap rencana kerja kontraktor (pengukuran kualitatif). Termasuk juga mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan/ revisi serta dampak yang dirasakan proyek akibat adanya perubahan/revisi tersebut (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Data Variation Order atau Change Order. Dari data tersebut akan dilihat berapa kali Variation Order atau Change Order terjadi pada suatu kurun waktu tertentu (penilaian tidak dilakukan terhadap keseluruhan waktu siklus proyek). Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip flow.
2
Intensitas constraint selama pelaksanaan pekerjaan
Definisi : Constraint adalah kendala yang bisa mengganggu flow pekerjaan seperti ketersediaan sumberdaya, disain gambar yang belum selesai, persetujuan dari klien, belum selesainya pekerjaan yang mendahului (downstream), dan lain-lain. Sehingga berdasarkan definisi tersebut diatas, maka indikator ini akan digunakan untuk mengidentifikasi constraint yang terjadi selama proses penyelenggaraan proyek konstruksi berlangsung.
139
Tabel A.1 Susunan indikator penilaian efektifitas dan efisiensi supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung (lanjutan) No.
Indikator
Deskripsi Objektif : Melihat jumlah/ intensitas constraint yang terjadi selama pelaksanaan satu pekerjaan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya (pengukuran kuantitatif). Termasuk juga identifikasi mengenai jenis constraint yang terjadi, apa penyebabnya, permasalahan/dampak yang ditimbulkan dan solusi penyelesaiannya (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Data catatan berbagai constraint (kendala) yang terjadi di proyek. Dari data tersebut akan dilihat berapa kali constraint terjadi pada suatu kurun waktu tertentu (penilaian tidak dilakukan terhadap keseluruhan waktu siklus proyek). Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip flow.
3
Intensitas rapat koordinasi antar pihak yang terlibat
Definisi : Proyek konstruksi dengan karakteristiknya yang dinamis dan kompleks telah menuntut adanya struktur komunikasi yang baik, sehingga adanya pengembangan mengenai penyusunan perencanaan ke depan dan perencanaan kerja mingguan yang terorganisir dengan baik, yang memungkinkan para pelaku proyek berbagi informasi tentang jadwal terakhir dan konflik yang mungkin terjadi perlu dilakukan, minimal dengan melakukan rapat koordinasi antar pihak yang terlibat secara intensif, kerena rapat ini akan mengidentifikasi permasalahan dan mencari penyebab dan solusi untuk meningkatkan sistem produksi agar lebih efisien. Objektif : Melihat ada tidaknya rapat yang dilakukan antar pihak yang terlibat terkait dengan pekerjaan (yang telah ditentukan sebelumnya) dan berapa kali (intensitas) rapat tersebut biasa dilakukan, selama kurun waktu tertentu (pengukuran kuantitatif). Termasuk mengidentifikasi sifat rapat, peserta rapat serta pengaruh yang dirasakan dengan adanya rapat terhadap kelancaran pekerjaan tersebut (pengukuran kualitatif).
140
Tabel A.1 Susunan indikator penilaian efektifitas dan efisiensi supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung (lanjutan) No.
Indikator
Deskripsi Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Data risalah jenis-jenis rapat yang biasa dilakukan oleh proyek. Dari data tersebut akan dilihat intensitas dari masing-masing rapat rutin yang biasa dilakukan di proyek. Penilaian akan dibatasi untuk suatu kurun waktu tertentu (tidak dilakukan terhadap waktu siklus keseluruhan proyek). Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip flow.
4
Intensitas defect pekerjaan
Definisi : Defect adalah cacat-cacat pekerjaan (ketidaksesuaian dengan instruksi kerja/spesifikasi teknis yang telah diberikan) yang dilakukan oleh subkontraktor, sehingga diharuskan kepada subkontraktor tersebut untuk melakukan perbaikan/ penggantian. Melalui indikator ini akan dilakukan pencatatan intensitas terjadinya defect terkait dengan satu atau beberapa pekerjaan yang dilakukan selama proses konstruksi berlangsung. Sehingga indikator ini juga bisa digunakan untuk mengukur kesesuaian antara perencanaan dengan mutu pekerjaan yang dihasilkan pada pekerjaan yang dilakukan oleh subkontraktor sehingga gambaran sekilas tentang seberapa baik kinerja subkontraktor dalam melaksanakan pekerjaan dapat diperoleh. Objektif : Melihat intensitas terjadinya defect, dari sini akan terlihat apakah sudah terjadi kesesuaian antara perencanaan dengan mutu pekerjaan yang dihasilkan pada yang dilakukan oleh subkontraktor, sehingga bisa teridentifikasi seberapa baik kinerja subkontraktor dalam melaksanakan pekerjaan tersebut (pengukuran kuantitatif). Termasuk mengidentifikasi penyebab terjadinya defect tersebut, dampak apa yang timbul akibat terjadinya defect ini terhadap pekerjaan/ pihak lain dan solusi apa yang dilakukan untuk menyelesaikannya (pengukuran kualitatif).
141
Tabel A.1 Susunan indikator penilaian efektifitas dan efisiensi supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung (lanjutan) No.
Indikator
Deskripsi Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Data catatan hasil pengawasan yang dilakukan oleh proyek, dari data tersebut akan dilihat berapa kali intensitas kegagalan subkontraktor dalam melalui inspeksi dan tes yang dilakukan terhadap hasil pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip conversion dan value.
5
Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman material
Definisi : Indikator ini digunakan untuk mengukur kinerja supplier dalam memenuhi permintaan yang dipesan oleh proyek. Aliran material merupakan salah satu jenis aliran didalam supply chain yang harus dikelola dengan baik sehingga efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi dapat terus meningkat. Di dalam suatu supply chain yang baik terdapat sistem pasokan yang harus didefinisikan, dirancang, dan diimplementasikan untuk mendapatkan aliran yang efektif dari material, informasi dan dana pada suatu supply chain. Oleh karena itu pengukuran terhadap seberapa baik kinerja supplier dalam memenuhi permintaan proyek perlu dilakukan karena dengan dilakukannya pengukuran tersebut diharapkan akan didapat gambaran secara umum mengenai kelancaran aliran material di proyek yang bersangkutan. Objektif : Mengukur seberapa baik kinerja supplier didalam memenuhi jadwal pengiriman material yang dibuat oleh proyek. Jadi disini akan dilakukan pengamatan berapa kali intensitas terjadinya satu barang/ material tertentu tidak datang tepat waktu sesuai dengan jadwal (pengukuran kuantitatif). Termasuk juga mengidentifikasi apa penyebab terjadinya ketidaksesuaian (jika terjadi), permasalahan/ dampak yang timbul dari terjadinya ketidaksesuaian tersebut terhadap proyek serta solusi apa yang telah dilakukan proyek untuk menanggulanginya (pengukuran kualitatif).
142
Tabel A.1 Susunan indikator penilaian efektifitas dan efisiensi supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung (lanjutan) No.
Indikator
Deskripsi Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Purchase Order (PO), Delivery Order (DO). Dari kedua jenis data tersebut akan dilakukan pencatatan kapan waktu pemesanan dilakukan, kapan waktu pengiriman dilakukan dan kapan waktu material diterima. Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip conversion dan flow.
6
Waktu tenggang (lead time) antara pemesanan (order) dan pengiriman (deliver)
Definisi : Lead time adalah waktu tenggang untuk mendapatkan produk yang dipesan. Berdasarkan definisi tersebut, maka indikator ini akan digunakan untuk mengukur total waktu tenggang antara material dipesan dan diterima di proyek, selama proses pasokan material tersebut berlangsung. Hal yang perlu mendapat perhatian disini adalah penyebab dari lama ataupun sebentarnya waktu tenggang itu terjadi. Oleh karena itu selain melakukan pencatatan terhadap berapa lama waktu tenggang yang terjadi, perlu juga dilakukan identifikasi pihak mana yang mengakibatkan (lama-sebentarnya) waktu tenggang terjadi. Objektif : Mengukur total lead-time yang terjadi antara waktu pemesanan dan waktu pengiriman (pengukuran kuantitatif). Termasuk juga mengidentifikasi apa penyebab terjadinya lead-time tersebut, apa dampaknya terhadap proyek serta solusi apa yang telah dilakukan (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Jenis data yang mendukung terhadap penilaian kuantitatif untuk indikator ini adalah Purchase Order (PO), Delivery Order (DO). Dari kedua jenis data tersebut akan dilakukan pencatatan kapan saja dan berapa lama waktu tenggang terjadi. Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip flow.
143
Tabel A.1 Susunan indikator penilaian efektifitas dan efisiensi supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung (lanjutan) No. 7
Indikator Intensitas kejadian reject material
Deskripsi Definisi : Reject material adalah material/produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diberikan atau tidak sesuai dengan yang diharapkan (material yang rusak/cacat pada saat diterima di proyek) sehingga kemungkinan material/produk tersebut akan langsung di kembalikan atau diperbaiki sebelum diterima. Berdasarkan definisi diatas, maka indikator ini dikembangkan untuk mengidentifikasi intensitas terjadinya reject terhadap suatu material yang digunakan di proyek. Objektif : Melihat intensitas terjadinya reject material (pengukuran kuantitatif). Termasuk mengidentifikasi penyebab terjadinya reject tersebut, dampak dan solusi seperti apa yang saat ini telah dilakukan untuk meminimalkan terjadinya reject material tersebut (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Jenis data yang mendukung terhadap penilaian kuantitatif untuk indikator ini adalah data material reject. Dari data tersebut akan dilakukan pencatatan berapa kali intensitas terjadinya material ditolak dan apa penyebab material tersebut ditolak. Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip conversion dan flow.
8
Inventory material
Definisi : Inventory adalah material yang digunakan tetapi kedatangannya di site terlalu cepat dari waktu yang dijadwalkan atau tidak langsung digunakan (misal karena jadwal pemasangan terlambat), sehingga menumpuk di gudang serta menimbulkan tambahan biaya, tempat dan untuk mengelolanya. Berdasarkan definisi diatas, maka indikator ini dikembangkan untuk mengidentifikasi ada tidaknya inventory yang menumpuk di gudang.
144
Tabel A.1 Susunan indikator penilaian efektifitas dan efisiensi supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung (lanjutan) No.
Indikator
Deskripsi Objektif : Melihat ada tidaknya inventory yang menumpuk di gudang, mengidentifikasi apa saja jenisnya, apa penyebab terjadinya, permasalahan/dampak apa yang timbul dan solusi seperti apa yang saat ini telah dilakukan (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip flow.
9
Keikutsertaan subkontraktor di dalam perencanaan pelaksanaan
Definisi : Untuk memberikan fasilitas dalam pembagian informasi disarankan untuk menggunakan sistem cluster (kluster), yaitu sebuah organisasi temporer terdiri atas perencana (tim desain) dan supplier untuk mendukung kolaborasi intensif antara berbagai disiplin. Hal ini juga bisa diterapkan didalam menyusun perencanaan untuk pelaksanaan di lapangan, sehingga pihak perencana yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada kontraktor utama saja, tetapi diperluas termasuk sub kontraktor, atau bahkan supplier material yang juga terlibat. Dengan dilakukannya perluasan, maka akan terjadi penambahan suatu koreksi terhadap kesalahan dan pemecahan masalah yang biasanya timbul di proyek berdasarkan pengalaman masing-masing pihak yang terkait. Selain itu dengan memberikan tanggungjawab pada para pihak yang terkait (berkepentingan) langsung dalam proses perencanaan, maka secara tidak langsung para pihak terkait tersebut juga telah ikut berpartisipasi dalam kelancaran keseluruhan proses produksi. Objektif : Mengidentifikasi ada tidaknya keikutsertaan subkontraktor yang melaksanakan pekerjaan (yang telah ditentukan sebelumnya) di dalam perencanaan, dampak apa yang dirasakan terhadap kelancaran pelaksanaan pekerjaan tersebut (pengukuran kualitatif).
145
Tabel A.1 Susunan indikator penilaian efektifitas dan efisiensi supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung (lanjutan) No.
10
Indikator
Intensitas complaints dari owner kepada kontraktor & dari kontraktor kepada supplier
Deskripsi Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip conversion. Definisi : Value merupakan nilai yang ditentukan oleh konsumen yang merupakan kebutuhan yang harus diterima secara spesifik sesuai dengan spesifikasi, waktu, tempat dan biaya yang telah ditentukan. Tidak tercapainya value yang sesuai dengan yang diinginkan seringkali terjadi pada proyek konstruksi yang masih menggunakan sistem manajemen konstruksi tradisional didalam sistem koordinasinya. Hal ini tercermin dari banyaknya complaints yang terjadi dari pihak owner terhadap pihak kontraktor maupun dari pihak kontraktor terhadap supplier. Indikator ini dikembangkan untuk mengidentifikasi ada tidaknya complaints dari owner terhadap pihak kontraktor, maupun dari kontraktor terhadap suppliernya, berkaitan dengan hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukannya. Objektif : Melihat ada tidaknya dan berapa kali komplain dari owner terhadap pihak kontraktor dan pihak kontraktor terhadap supplier terjadi (pengukuran kuantitatif). Termasuk mengidentifikasi apa penyebab terjadinya komplain & solusi apa yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari komplain tersebut (pengukuran kualitatif). Jenis data untuk penilaian kuantitatif : Data complaints dari owner terhadap pihak kontraktor yang terjadi maupun dari kontraktor terhadap suppliernya, dari data tersebut kemudian bisa diketahui berapa kali intensitas masing-masing komplain tersebut terjadi. Penilaian akan dibatasi untuk suatu kurun waktu tertentu (tidak dilakukan terhadap waktu siklus keseluruhan proyek). Jenis data untuk penilaian kualitatif : Hasil wawancara terpadu dengan pihak-pihak terlibat di proyek yang menjadi studi kasus (site manager, project manager, maupun divisi logistik) yang lingkupnya terkait dengan objektif dari indikator ini. Keterkaitan dengan lean construction : Mendukung terhadap prinsip value.
(Sumber : Wirahadikusumah, 2007)