KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah maka Jurnal TEKNOMATIKA Volume 6 Nomor 2 ini dapat kami terbitkan. Pada terbitan edisi ini kami menyajikan berbagai tulisan tentang informatika dan komputer dalam ruang lingkup yang luas. Dalam edisi ini para pembaca akan dapat menyimak tulisan-tulisan sebagai berikut: Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Sistem Keuangan Daerah (Studi Kasus Pemerintah Provinsi XYZ); Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Menggunakan Metode TOGAF Framework dan IT Balanced Scorecard Sebagai Parameter Analisis dari Organisasi; Aplikasi Sistem Pakar Traditional Chinese Medicine (TCM) untuk Diagnosa Penyakit Jantung Menggunakan Metode Certainty Factor (CF); Strategi untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business, Studi Kasus pada Amazon.com; Rancang Bangun Software Berbasis Android untuk Pencarian Masjid Terdekat sebagai Alat Bantu bagi Muslim Musafir; Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File; Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network (Jaringan Sensor Nirkabel); serta Implementasi Teknik Data Mining Association Rule pada Data Transaksi Peminjaman Buku di Perpustakaan STMIK AKAKOM Yogyakarta. Semoga apa yang kami sajikan dalam edisi ini dapat menjadi referensi para peminat bidang-bidang terkait dan bisa memberi manfaat dalam arti seluasluasnya kepada para pembaca. Tidak lupa kami berharap saran, kritik serta tulisan dari para pembaca untuk peningkatan penerbitan edisi selanjutnya.
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6 No. 2 Januari 2014
DAFTAR ISI
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Sistem Keuangan Daerah (Studi Kasus Pemerintah Provinsi XYZ) (Kholid Haryono)
1 - 16
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Menggunakan Metode TOGAF Framework dan IT Balanced Scorecard sebagai Parameter Analisis dari Organisasi (Fajrin Nurman Arifin, Eko Nugroho, Abdul Kadir)
17
Aplikasi Sistem Pakar Traditional Chinese Medicine (TCM) untuk Diagnosa Penyakit Jantung Menggunakan Metode Certainty Factor (CF) (Abriarenny S.M.A., Choerun Asnawi)
35
Strategi untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business, Studi Kasus pada Amazon.com (Arif Himawan)
53
Rancang Bangun Software Berbasis Android untuk Pencarian Masjid Terdekat sebagai Alat Bantu bagi Muslim Musafir (Nurochman)
67
Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File (Resi Utami Putri)
73
Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network (Jaringan Sensor Nirkabel) (Adkhan Sholeh)
81
Implementasi Teknik Data Mining Association Rule pada Data Transaksi Peminjaman Buku di Perpustakaan STMIK AKAKOM Yogyakarta (Hera Wasiati, Eddy Supriadi)
89
PENERAPAN DATA WAREHOUSE DALAM PENGELOLAAN SISTEM KEUANGAN DAERAH (STUDI KASUS PEMERINTAH PROVINSI XYZ) Kholid Haryono Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Data Warehouse merupakan sekumpulan teknologi yang memberikan dukungan pengambil keputusan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi pegawai tingkat manajerial seperti eksekutif, manajer, analis dan jajaran direksi yang berguna dalam pengambilan keputusan yang baik dan cepat. Kebutuhan pemerintah daerah terkait kualitas informasi keuangan yang bersifat time series saat ini menjadi pokok setelah terbitnya kebijakan otonomi daerah dan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang memberikan wewenang lebih luas kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangannya. Salah satu tolok ukur keberhasilan otonomi adalah terwujudnya kemandirian daerah dalam bidang keuangan yang berpengaruh langsung terhadap kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk membuat desain sistem dan prototype data warehouse studi kasus sebuah provinsi di Indonesia yang mengelola sumber-sumber data keuangan yang selama ini tidak dikelola dengan baik dan memiliki nilai manfaat besar bagi pengambil keputusan. Sistem diimplementasikan menggunakan tool BI SQL Server melalui tahap skema data warehouse, koneksi data ke tool, desain analysis service dan delivering report. Hasil dari penelitian bermanfaat sebagai model yang dapat digunakan oleh unit yang membidangi pengembangan aplikasi untuk diintegrasikan dengan portal pemerintahan. Kata Kunci: data warehouse, OLAP, ETL, pengelolaan keuangan daerah, kinerja keuangan.
1. Pendahuluan Dimulainya reformasi yang ditandai terbitnya kebijakan otonomi daerah dan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah berdasarkan UU. No. 22 tahun 1999 yang diperbaharui dengan terbitnya UU. No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU No. 25 tahun 1999 yang diperbaharui dengan terbitnya UU. No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Hal ini merupakan tanda bahwa reformasi keuangan daerah telah dimulai dengan kewenangan daerah yang semakin tinggi untuk mengurus dan mempertanggungjawabkan kinerja keuangannya secara mandiri, nyata, optimal, terpadu dan dinamis (Bastian, 2001). Banyak metode analisis yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja keuangan daerah dan bermanfaat untuk melakukan pengukuran kinerja
1
2
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
keuangan. Beberapa analisis yang paling umum digunakan adalah analisis rasio, trend dan peramalan (forecasting). Kebutuhan akan analisis untuk menyediakan informasi yang berkualitas dewasa ini terus meningkat. Selain permintaan terhadap data historis, data yang bersih, terkonsolidasi, dan sesuai waktu, permintaan para pengguna terhadap akses ke data real-time, tak terstruktur, dan atau data remote, juga kian meningkat (Turban, dkk., 2005). Sayangnya berbagai data yang dibutuhkan dalam proses analisis keuangan daerah tidak diorganisasikan dengan baik. Dalam prakteknya, banyak ditemui data tersedia dalam file dan dokumen terpisah, diletakkan di gudang dan banyak yang kemudian hilang atau rusak. Data yang tidak diorganisasikan dengan baik menyebabkan kualitas output informasi yang dihasilkan dalam bidang keuangan tidak komprehensif sehingga hanya mencukupi kewajiban administratif, tanpa makna di tahun-tahun berikutnya. Padahal data yang terkumpul dari waktu ke waktu secara historis sangat dibutuhkan dalam membaca trend dan analisis rasio keberhasilan kinerja keuangan daerah saat ini dan untuk perencanaan tahun mendatang. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengusulkan desain sistem data warehouse dalam pengelolaan sistem keuangan daerah dan prototipe yang dapat membantu pemerintah daerah melakukan pengumpulan (collecting) data, mengorganisasi data dan menyediakan alat (tool) analisis yang dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik, dashboard dan laporan informasi yang bermanfaat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan terutama tentang keberlangsungan pembangunan daerah.
2. Landasan Teori 2.1 Keuangan Daerah Pengelolaan Keuangan Daerah Pengelolaan keuangan daerah menjadi isu yang menarik seiring terbitnya undang-undang mengenai otonomi daerah. Menurut Halim (2001), telah terjadi enam pergeseran dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada era otonomi, yakni: 1. dalam akuntabilitas dari akuntabilitas vertikal sekarang menganut akuntabilitas horisontal; 2. penyusunan anggaran dari anggaran trandisional sekarang menganut anggaran berbasis kinerja;
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
3
3. pengendalian audit dari audit keuangan biasa menjadi audit keuangan dan kinerja; 4. penggunaan dana APBD menganut prinsip 3E (ekonomi, efektif dan efisien); 5. dari tidak adanya pusat pertanggungjawaban menjadi adanya pusat pertanggungjawaban; dan 6. sistem akuntansi dari sistem buku harian menjadi sistem akuntansi pemerintahan (SAP). Tujuan otonomi daerah pada dasarnya adalah memacu pemerataan pembangunan
dan
hasil-hasilnya,
meningkatkan
kesejahteraan
rakyat,
menggalakkan prakarsa dan peran serta masyarakat, serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara nyata, optimal, terpadu dan dinamis, bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan pusat terhadap daerah, dan memberi peluang untuk koordinasi tingkat lokal atau daerah (Bastian, 2001). Kinerja Keuangan Daerah Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategis suatu organisasi (Mahsun, 2009). Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa; hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, 2002). Sistem pengukuran kinerja merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja komprehensif harus dirancang untuk bisa memberikan manfaat jangka panjang (sustainable). Sebelum proses pengukuran kinerja dilakukan, berbagai aktivitas manajemen strategi harus sudah didesain dan dilaksanakan, yaitu perencanaan strategi, penyusunan program, penyusunan anggaran dan implementasi. Dalam suatu sistem manajemen strategi, pengukuran kinerja berfungsi sebagai alat penilai apakah strategi yang sudah ditetapkan telah berhasil dicapai.
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
4
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
2.2 Data Warehouse Data warehouse adalah sebuah basis data komprehensif berupa ringkasan dan rincian informasi yang mendukung aktivitas analisis keputusan yang diperlukan oleh semua organisasi (Turban, dkk., 2005). Arsitektur Data Warehouse Arsitektur data warehouse ditampilkan dalam Gambar 1.
Gambar 1 Arsitektur Data Warehouse (Inmon, 2005)
Gambar 1 mendeskripsikan aliran data dari sumber data operasional ke data warehouse melalui proses transformasi. Gambar 1 juga menunjukkan posisi data warehouse yang terdiri dari sumber data; ETL; data mart dan cube kemudian dihantarkan kepada pengguna. Sumber data merupakan data operasional yang disimpan dalam database, yang akan diproses oleh ETL dan diintegrasikan ke dalam data warehouse. Sedangkan data mart dan cube berisi data yang mendukung fungsi bisnis (Inmon, 2005). Data mart adalah subset dari data warehouse yang umumnya terdiri dari sebuah subjek tunggal. Dapat diartikan juga sebagai serangkaian data yang hanya mejelaskan satu fungsi dari operasi perusahaan. Pemodelan Data Warehouse Pembuatan
data
warehouse
didasarkan
pada
model
data
multidimensional. Model ini menampilkan data dalam bentuk kubus (cube) yang terdiri dari dimensi (dimension) dan fakta (fact) (Han & Kamber, 2006). Dimensi adalah perspektif atau entitas penting yang dimiliki oleh organisasi. Setiap dimensi dapat memiliki satu tabel yang berasosiasi dengannya yang disebut dengan tabel dimensi yang mendeskripsikan dimensi itu sendiri.
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
5
Dimensi akan berubah jika analisis kebutuhan pengguna berubah. Dimensi mendefinisikan tabel yang membentuk isi laporan. Tabel dimensi berukuran lebih kecil daripada tabel fakta dan berisi data tidak numerik. Pada data warehouse, kubus data merupakan kubus dengan n-dimensi. Fakta adalah ukuran-ukuran numerik, merupakan kuantitas yang akan dianalisis hubungan antar dimensinya. Tabel fakta berisi nama-nama fakta (ukuran) dan key dari tabel-tabel dimensi yang berelasi dengan tabel fakta itu. Data fakta diekstrak dari berbagai sumber. Data fakta cenderung stabil dan tidak berubah terhadap waktu. Tabel fakta berukuran besar, serta memiliki jumlah baris sesuai dengan jumlah kombinasi nilai dimensi yang mungkin dan jumlah kolom sesuai dengan jumlah dimensi yang direpresentasikan. Kubus data disebut juga cube atau cuboid, berasal dari banyak dimensi. Potongan cuboid yang lebih kecil dapat dibuat dengan mengambil sebagian dimensi dari sebuah cuboid besar. Potongan cuboid memiliki tingkat yang lebih tinggi (besar nilainya) dari cuboid asalnya. Cuboid dengan tingkat rendah disebut base cuboid. Kubus data dengan tiga dimensi dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 Kubus data dengan tiga dimensi (Han & Kamber, 2006)
Kubus data pada gambar 2 memiliki dimensi time, item dan location. Fakta numerik sebagai ukuran yang ditampilkan menggambarkan jumlah penjualan per item. Pemodelan data warehouse dikenal dengan skema (schema) yang berisi kumpulan entitas dan hubungan antar entitas. Sebuah data warehouse memerlukan skema yang ringkas dan berorientasi subjek yang dapat digunakan dalam analisis data OLAP. Skema yang umum dikenal diantaranya adalah:
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
6
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
a. Skema Bintang (star schema) Pada skema ini, hubungan antara tabel dimensi dan tabel fakta menyerupai bintang, di mana satu tabel fakta dihubungkan dengan beberapa tabel dimensi. Query yang terbentuk antara tabel fakta dan sejumlah tabel dimensi dinamakan star query. Setiap tabel dimensi direlasikan secara langsung dengan tabel fakta berdasarkan kolom primary key dan foreign key, namun di antara tabel dimensi tidak ada yang saling berelasi sehingga proses eksekusi query akan lebih optimal. b. Skema Snowflake (snowflake schema) Skema snowflake adalah variasi dari skema bintang dimana beberapa tabel dimensi dinormalisasi, dan menghasilkan beberapa tabel tambahan. Skema ini memiliki struktur basis data yang lebih kompleks dibanding skema bintang. Tabel-tabel dimensi dinormalisasikan dengan satu atau lebih kolom yang memiliki duplikasi data sehingga struktur datanya semakin ramping. Dengan pengelompokan ini, data akan lebih mudah dibaca. Struktur ini akan menghemat space storage, namun waktu yang diperlukan untuk eksekusi makin lama karena adanya penyebaran data. c. Skema Galaksi (fact constellation) Pada skema galaksi, beberapa tabel fakta berbagi dengan tabel dimensi. Extract Transform and Load (ETL) ETL merupakan proses pemasukan data operasional ke dalam data warehouse. ETL juga dapat digunakan untuk mengintegrasikan data dengan sistem yang sudah ada sebelumnya. Tujuan ETL adalah mengumpulkan, menyaring, mengolah, dan menggabungkan berbagai data yang relevan dari berbagai sumber untuk disimpan ke dalam data warehouse. Hasil proses ETL adalah data yang memenuhi kriteria data warehouse, seperti data historis, terpadu, terangkum, statis, dan memiliki struktur yang dirancang untuk keperluan proses analisis.
Extract Langkah pertama pada proses ETL adalah mengekstrak data dari sumber-sumber
data.
Kebanyakan
proyek
data
warehouse
menggabungkan data dari sumber-sumber yang berbeda. Sistem-sistem yang terpisah sangat mungkin menggunakan format data yang berbeda. Ektraksi bertujuan untuk mengubah data dengan format yang ada ke dalam suatu format yang berguna untuk proses transformasi.
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
7
Transform Tahap transformasi menggunakan serangkaian aturan atau fungsi untuk merubah data sumber agar sesuai dengan struktur data tujuan yakni data warehouse.
Load Tahap load berfungsi untuk memasukkan data ke dalam suatu data warehouse. Jangka waktu proses ini tergantung pada kebutuhan organisasi. Pada beberapa data warehouse, proses load dapat dilakukan setiap minggu untuk mengisikan keseluruhan informasi yang ada secara kumulatif, sementara pada data warehouse yang lain, proses load dilakukan dengan menambahkan data baru dalam suatu bentuk yang historical,
setiap
jam.
Waktu
dan
jangkauan
penggantian
atau
penambahan data tergantung pada perancangan data warehouse pada saat menganalisis keperluan informasi.
3. Metodologi Pengelolaan keuangan daerah difokuskan pada tiga kategori data yakni data anggaran; data penatausahaan (TU) dan data akuntansi. Data tersebut diperoleh melalui observasi langsung pada bagian-bagian yang menyusun, mencatat dan melaporkan data tersebut yakni bagian anggaran, bagian perbendaharaan dan bagian akuntansi. Sedangkan informasi berkenaan kebutuhan output didapat melalui dua cara yakni pertama, wawancara dengan pihak manajemen sebagai pengguna informasi dari sistem yang akan didesain; kedua, melalui studi literatur berkaitan dengan penilaian kinerja pemerintahan daerah pada sektor keuangan dan ekonomi. Langkah-langkah penyelesaiaan masalah meliputi dua langkah penting yakni analisis kebutuhan, desain dan perancangan sistem. Tahap desain dan perancangan
memiliki
aktifitas
desain
data
warehouse,
integrasi
data,
membangun layanan analisis, OLAP dan delivery report.
4. Perancangan Data Warehouse 4.1 Arsitektur Data Warehouse Perancangan data warehouse dimulai dari pengumpulan data sumber yang diperoleh dari berbagai bentuk data operasional online transaction processing (OLTP). Selanjutnya data diproses pada tahap ETL dengan tiga proses utama yakni Extract, Transform, and Load yakni mengubah data sumber
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
8
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
menjadi data terstandarisasi dengan struktur data warehouse dan di-load masuk dalam data warehouse. Langkah terakhir adalah mendesain visualisasi/output dari data warehouse dalam bentuk dashboard yang berisi berbagai grafik dan infomasi interaktif. Arsitektur perancangan sistem data warehouse ditunjukkan pada Gambar 3. Browsing Analisis (OLAP)
Sumber Data Anggaran
Extract, Transform and Load (ETL)
Sumber Data Tatausaha
Data Warehouse Data Mart Cube(s)
Sumber Data Akuntansi
Delivery Report
Gambar 3 Arsitektur perancangan data warehouse
4.2 Kebutuhan Sistem dan Data Kebutuhan
informasi
merupakan
kebutuhan
output
analisis
dari
warehouse yang akan didesain. Berdasarkan analisis lapangan dengan melakukan wawancara langsung, didapat beberapa kebutuhan informasi bagi pengambil keputusan sebagai berikut: a. Analisis realisasi anggaran b. Analisis kemandirian daerah c. Analisis trend kemandiran daerah d. Analisis efektifitas kinerja keuangan daerah e. Analisis efisiensi kinerja keuangan daerah Sumber data dari informasi yang dikeluarkan merupakan data yang sudah diolah dalam proses extract transform and load (ETL). Karena visualisasi warehouse mengeluarkan informasi murni dari pengolahan data maka data yang masuk dalam sistem harus data yang benar-benar berkualitas, sebab prinsip informasi adalah garbage in garbage out (GIGO) artinya sampah yang masuk sampah juga yang akan dikeluarkan. Data yang diperlukan dibagi menjadi tiga yakni: data master, data anggaran dan data realisasi.
Data Master, adalah data yang bersifat tetap dan menjadi rujukan pada data anggaran dan realisasi. Data master meliputi: data organisasi; data kegiatan; data bidang; data program; data kegiatan; dan data chart of account (COA).
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
9
Data Anggaran, disebut juga data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Data tersebut disusun setiap tahun dan direkapitulasi oleh biro keuangan menjadi data anggaran pemerintah daerah. Struktur kodifikasi anggaran disusun berdasarkan urusan pemerintahan, unit organisasi, program dan kegiatan serta kode rekening pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Data Realisasi, adalah data penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja pada setiap mata anggaran. Data realisasi anggaran setiap SKPD terangkum dalam dokumen Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) bulanan. Pada dokumen SPJ, realisasi anggaran dikelompokkan ke dalam enam kelompok yakni realisasi pendapatan; realisasi belanja tidak langsung; realisasi belanja langsung; realisasi belanja Uang Persediaan (UP)/Ganti Uang (GU)/Tambahan Uang (TU); realisasi penerimaan pembiayaan dan realisasi pengeluaran pembiayaan.
4.3 Perancangan Data Warehouse Perancangan data warehouse merupakan langkah-langkah menyusun kebutuhan ukuran output melalui desain database. Tahap pertama dalam penyusunan data warehouse adalah mendata measures yang dibutuhkan oleh output sistem. Untuk memenuhi kebutuhan output dibutuhkan dua jenis measures yakni measures dasar yang terikat pada tabel fakta dan measures turunan yang merupakan kalkulasi dari measures dasar. 1. Measures Dasar Measures dasar yang terikat pada dua tabel fakta adalah nilai anggaran dan jumlah realisasi. Nilai anggaran adalah jumlah anggaran yang dikategorikan berdasarkan organisasi pemerintahan, rekening keuangan, kegiatan dan tahun anggaran. Nilai anggaran memiliki dua measures yakni nilai anggaran murni dan nilai anggaran perubahan. Nilai tersebut didapat dari tabel fakta anggaran. Measures dasar yang kedua adalah jumlah realisasi yakni jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran seluruh organisasi pemerintahan berdasarkan obyek-obyek penerimaan dan pengeluaran yang telah tersusun dalam dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 2. Measures Turunan Adalah ukuran-ukuran yang didapat dari hasil filtering dan kalkulasi kolom-kolom pada tabel fakta dan diperlukan untuk menghasilkan output
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
10
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
sesuai dengan kebutuhan analisis BI. Ukuran-ukuran tersebut dijelaskan dalam Tabel 1. Tabel 1 Daftar measures turunan
No
Ukuran
Keterangan
Tipe Keluaran
1
Lebih kurang
Nilai anggaran – Jumlah realisasi
Numerik
2
Prosen realisasi
Jumlah realisasi/Nilai anggaran
Prosentase
3
Anggaran PAD
Nilai anggaran dengan kode kelompok 4.1 (Pendapatan Asli Daerah – PAD)
Numerik
4
Jumlah PAD
Jumlah realisasi kode kelompok 4.1 (PAD)
Numerik
5
Jumlah Non PAD
Jumlah realisasi pendapatan non PAD dari kode kelompok pendapatan selain 4.1
Numerik
6
Biaya PAD
Biaya yang dikeluarkan untuk memperolah pendapata yakni biaya pegawai.
Numerik
7
Rasio Kemandirian
100%-(Jumlah realisasi Non PAD/Jumlah realisasi PAD)
Prosentase
8
Rasio Efektifitas
Jumlah realisasi PAD/Nilai Anggaran PAD
Prosentase
9
Rasio Efisiensi
Biaya PAD/Jumlah realisasi PAD
Prosentase
4.4 Skema Database Data dimensi dan fakta dalam desain data warehouse disusun menggunakan skema galaksi, yang dapat dilihat pada Gambar 4. Skema galaksi dipilih karena memiliki keuntungan menghemat memori dan mengurangi kesalahan yang terjadi saat proses integrasi data.
5. Visualisasi Visualisasi data warehouse dibuat dalam dua bentuk utama yakni online analitical processing (OLAP), grafik KPI, dan delivery report.
5.1 Visualisasi OLAP Salah satu output OLAP ditunjukkan pada Gambar 5. Kerja OLAP dapat fleksibel sesuai kehendak pengguna yang membutuhkan informasi dan menganalisa data dari berbagai sudut dimensi. Pada bagian atas browser “Drop Filter Fields Here” dapat diisi dimensi yang dapat membandingkan isi dari dimensi tertentu seperti membandingkan tingkat kinerja keuangan tahun 2009
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
11
dan 2010 saja, atau 2009 dan 2011 saja dan seterusnya sehingga manipulasi data untuk mendapatkan informasi yang berguna dari kubus kinerja keuangan menjadi lebih luas dan leluasa bagi pengguna. dim_akun_jenis dim_bidang PK
kd_bidang
FK1
kd_urusan nm_bidang keterangan
PK
PK
kd_jenis
PK
kd_kelompok
FK1
kd_kelompok nm_jenis keterangan
FK1
kd_akun nm_kelompok keterangan
kd_urusan nm_urusan keterangan
fakta_anggaran
dim_organisasi PK
kd_organisasi
PK
id_anggaran
FK1
kd_bidang nm_organisasi keterangan
FK1 FK2 FK3 FK4
kd_organisasi kd_kegiatan kd_rekening kd_tahun nilai_anggaran nilai_anggaran_p keterangan
kd_kegiatan
FK1
kd_program nm_kegiatan keterangan
PK
kd_obyek
FK1
kd_jenis nm_obyek keterangan
dim_program PK
kd_program
FK1
kd_bidang nm_program keterangan
id_realisasi
FK1 FK4 FK2 FK3
kd_tahun kd_organisasi kd_kegiatan kd_rekening tanggal kd_bulan jumlah keterangan
FK5
PK
kd_akun nm_akun keterangan
dim_rekening PK
kd_rekening
FK1
kd_obyek nm_rekening keterangan
fakta_realisasi PK
dim_akun
dim_akun_obyek
dim_kegiatan PK
dim_akun_kelompok
dim_urusan
dim_tahun PK
kd_tahun tahun keterangan
dim_bulan PK
kd_bulan nm_bulan keterangan
Gambar 4 Skema Galaksi Perancangan Data Warehouse
5.2 Visualisasi KPi Ketiga rasio yang telah dibuat dapat dilihat hasilnya melalui browser view yang ada pada tab KPi. Keluaran yang ditampilkan dari output KPi tapak pada Gambar 6. Hasil ketiga rasio tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Rasio Kemandirian Rasio Kemandirian pada output Gambar 6 ditampilkan tahun 2010 sebagaimana filter dimensi di bagian atas. Pada tahun tersebut nilai rasio kemandirian daerah adalah 72,21%. Angka ini jika dimasukkan ke dalam tabel rasio kemandirian daerah berada pada interval 50% - 75% yang menunjukkan kemampuan keuangan daerah sedang dan pola hubungan dengan pemerintah pusat bersifat partisipatif. b. Rasio Efektivitas Rasio efektifitas pada output Gambar 6 ditampilkan tahun 2010 sebagaimana filter dimensi di bagian atas. Pada tahun tersebut nilai rasio
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
12
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
efektivitas daerah adalah 122.71%. Angka ini jika dimasukkan ke dalam tabel rasio efektivitas daerah berada pada interval lebih besar dari 100% yang menunjukkan nilai efektif. c. Rasio Efisiensi Rasio efisiensi pada output Gambar 6 ditampilkan tahun 2010 sebagaimana filter dimensi di bagian atas. Pada tahun tersebut nilai rasio efisiensi daerah adalah 26.74%. Angka ini jika dimasukkan ke dalam tabel rasio efisiensi daerah berada pada interval lebih kecil dari 100% yang menunjukkan nilai efisien.
5.3 Delivery Report Delivering adalah operasi output yang dapat dilakukan oleh user dalam menggunakan dan mengelola analisis data dari kubus data yang telah dibuat. Pengujian sistem terkait dengan delivering report akan menggunakan aplikasi Microsoft Office Exel 2007. Tool ini dipilih karena telah memiliki kemampuan mengambil data analisis dari BI SQL Server.
Gambar 5 Displaying cube detail tahun, organisasi, rekening dan obyek
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
13
Gambar 6 KPi Rasio Kemandirian, Efektivitas dan Efisiensi Kinerja Keuangan Daerah
Bentuk dan isi yang ditampilkan pada grafik akan otomatis berubah ketika isi data yang di-set pada Gambar 7 berubah sedangkan isi data tersebut secara fleksibel dapat dipilih berdasarkan kolom-kolom pada tabel pivot. Kolom-kolom tersebut diambil dari kubus data secara penuh sehingga dapat menampilkan seluruh atribut pada dimensi kubus yang diambil.
Gambar 7 Bentuk visualisasi pembacaan via Excel
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
14
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
6. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1) Data warehouse dapat digunakan dan diimplementasikan di pemerintah daerah sebagai alat bantu pengambil keputusan; 2) Hasil dari desain, rancangan, implementasi hingga pengujian data warehouse tersebut dapat digunakan oleh institusi pemerintah daerah khususnya pemegang fungsi komputer dan telekomunikasi sebagai model yang dapat digunakan dan dikembangkan sesuai kebutuhan manajemen mendatang; dan 3) Sistem warehouse menghasilkan keluaran yang dapat diolah secara mendalam menggunakan Microsoft Excel dengan tetap mengambil seluruh kemampuan dari analisis mesin warehouse. Sistem ini dapat digunakan oleh pemerintah daerah khususnya bidang monitoring dan evaluasi BAPPEDA dan biro keuangan provinsi dalam menyajikan laporan keuangan daerah.
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
15
Daftar Pustaka Bastian, I., 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE UGM. Connolly, T.M. & Begg, C.E., 2005. Database Systems: A Practical Approach to Design, Implementation, and Management, 4th Edition. Boston: AddisonWesley. Dajan, A., 2008. Pengantar Metode Statistik, Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES. Halim, A., 2001. Bunga Rampai: Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Han, J. & Kamber, M., 2006. Data Mining: Concepts and Techniques, 2nd Edition. Massachusetts: Morgan Kaufmann Publishers. Inmon, W.H., 2005. Building Data Warehouse, 4th Edition. New Jersey: John Wiley & Sons. Kimball, R., 1996. The Data Warehouse Toolkit: Practical Techniques for Building Dimensional Data Warehouses. New Jersey: John Wiley & Sons. Kroenke, D.M., 2006. Database Processing: Fundamentals, Design and Implementation, 10th Edition, New Jersey: Prentice Hall. Larson, B., 2009. Delivering Business Intelligence with Microsoft SQL Server 2008. New York: McGraw-Hill Osborne. Li, S.T., Shue, L.Y. & Lee, S.F., 2008. Business Intelligence Approach to Supporting Strategy Making of ISP Service Management. Expert Systems with Applications, 35(3), pp. 739-754. Mahsun, M., 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE UGM. Olszak, C. & Ziemba, E., 2007. Approach to Building and Implementing Business Intelligence Systems. Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge and Management, 2, pp. 135-148. Power, D.J., 2002. A Brief History of Decision Support Systems. [Online] Tersedia di: http://dssresources.com/history/dsshistoryv28.html [Diakses pada 1/12/2013]. Prastowo, D. & Julianty, R., 2002. Analisa Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Reddy, G.S., Srinivasu, R., Rao, M.P.C., & Rikkula, S.R., 2010. Data Warehousing, Data Mining, OLAP and OLTP Technologies are Essential Elements to Support Decision-Making Process in Industries. International Journal on Computer Science and Engineering, 2(9), pp. 2865-2873. Rifai, N. & Gupta, K.A., 2004. Business Intelligence. [Online] Tersedia di: http://www.scribd.com/doc/58661082/Bussines-Intellegence-NoverinoRifai-Kharizt-a-Gupta-ITB [Diakses pada 1/12/2013].
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
16
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Robertson, G., 2002. Review Kinerja. Lokakarya Review Kinerja BPKP dan Executive Education. Ronald, 2008. Quick Intro to Microsoft Office PerformancePoint Server 2007. Bandung: MIC ITB. Ronald, A. & Sarmiyatiningsih, D., 2010. Analisis Kinerja Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi sebelum dan sesudah diberlakukannya Otonomi Daerah di Kabupaten Kulon Progo. Efektif: Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 1(1), pp. 31-42. Steadman, M., 2003. Business Intelligence: The Value of BI for Association Executives. [Online] Tersedia di: http://www.axi.ca/tca/jul2003/guestarticle _5.shtml [Diakses pada 1/12/2013]. Thesaurianto, K., 2007. Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kemandirian Daerah. Thesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Turban, E., Aronson, J.E. & Liang, T.P., 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems, 7th Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc. Williams, S. & Williams, N., 2004. BI & Government Performance Management: Getting to Green. [Online] Tersedia di: http://www.information-manage ment.com/issues/20041101/1012392-1.html [Diakses pada 1/12/2013]. Williams, S. & Williams, N., 2007. The Profit Impact of Business Intelligence. San Francisco: Morgan Kaufmann, Elsevier.
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
PERANCANGAN ULANG RENSTRA SI PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI MENGGUNAKAN METODE TOGAF FRAMEWORK DAN IT BALANCED SCORECARD SEBAGAI PARAMETER ANALISIS DARI ORGANISASI Fajrin Nurman Arifin, Eko Nugroho, Abdul Kadir Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Saat ini teknologi informasi, komputer, dan telekomunikasi memiliki dampak yang revolusioner dan terstruktur seperti yang telah diduga sebelumnya. Pemanfaatan sistem informasi digunakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi, yaitu efisiensi dan efektivitas dalam pemenuhan kebutuhan organisasi. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah strategi untuk pengembangan sistem informasi agar tercapai visi dan misi dalam pemenuhan kebutuhan dari organisasi. Tujuan dalam penelitian adalah membuat usulan rencana strategis sistem informasi, dengan menggunakan TOGAF ADM dalam rangka untuk menyelaraskan fungsi dari sistem informasi dan mendukung rencana strategis pemerintahan. Tujuan lain yang diharapkan adalah bagaimana rancangan dan susunan dari strategi sistem informasi yang digunakan mampu menggambarkan secara detail dari arsitektur sistem informasi. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah konsep IT Balanced Scorecard(BSC) untuk menganalisis permasalahan kebutuhan informasi. Kata Kunci: Sistem Informasi, Rencana Strategis, TOGAF ADM, IT Balanced Scorecard.
1. Pendahuluan Saat ini teknologi informasi, komputer dan telekomunikasi memiliki dampak yang revolusioner dan terstruktur (McNurlin, et al., 2009). Organisasiorganisasi dalam sektor industri, pemasaran, dan pemerintahan sangat bergantung pada sistem informasi yang mereka miliki (Ward & Peppard, 2002). Pemanfaatan sistem informasi digunakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah strategi untuk pengembangan sistem informasi agar tercapai visi dan misi organisasi. Strategi sistem informasi merupakan penjelasan dari kebutuhan atau permintaan dari organisasi terhadap informasi dan sistem untuk mendukung strategi bisnisnya (Ward & Peppard, 2002). Oleh karena itu, diperlukan sebuah perhatian khusus saat sebuah organisasi atau perusahaan tidak memiliki strategi sistem informasi. The Open Group Architecture Framework (TOGAF) merupakan sebuah metode yang menunjukkan detail dalam membangun, mengelola, dan mengimplementasikan arsitektur enterprise dan sistem informasi yang disebut Architecture Development Method (ADM).
17
18
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Renstra yang saat ini digunakan oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi dampaknya kurang maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan penyempurnaan dengan mempertimbangkan framework pengembangan dari renstra dan beberapa metode analisis sebagai parameter ukuran dari organisasi.
2. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori 2.1 Enterprise Architecture Enterprise architecture atau lebih dikenal dengan arsitektur enterprise adalah deskripsi dari misi stakeholder yang di dalamnya termasuk informasi, fungsionalitas/kegunaan, lokasi organisasi, dan parameter kinerja. Arsitektur enterprise mengambarkan rencana untuk mengembangkan sebuah sistem atau sekumpulan sistem. Agar implementasi arsitektur enterprise bisa digunakan oleh organisasi, sebaiknya organisasi mengadopsi sebuah metode atau framework yang bisa digunakan dalam melakukan pengembangan arsitektur enterprise tersebut sehingga dengan adanya metode arsitektur enterprise diharapkan dapat mengelola sistem yang kompleks dan dapat menyelaraskan bisnis dan teknologi informasi yang akan diinvestasikan.
2.2 TOGAF ADM
Gambar 1 Gambar TOGAF ADM
TOGAF memberikan metode secara detail bagaimana membangun dan mengelola serta mengimplementasikan arsitektur enterprise dan sistem informasi yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM) (The Open Group, 2009). TOGAF ADM seperti ditunjukkan pada Gambar 1, juga merupakan metode yang fleksibel karena metode ini bisa disesuaikan dengan perubahan dan kebutuhan selama perancangan dilakukan. Fase-fase pengembangan dalam framework TOGAF antara lain:
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
19
a. Preliminary b. Architecture Vision c. Business Architecture d. Information System Architecture e. Technology Architecture f.
Opportunities and Solution
g. Migration Planning h. Implementation Governance i.
Architecture Change Management
2.3 IT Balanced Scorecard IT Balanced Scorecard adalah salah satu alat untuk mengukur kinerja dari suatu teknologi informasi yang memandang unit bisnisnya dari empat perspektif yaitu kontribusi ke organisasi, orientasi pengguna, keunggulan operasional, dan orientasi di masa depan. Van Grembergen dan Van Bruggen pada tahun 1997 mengadopsi BSC untuk digunakan pada departemen teknologi informasi (Van Grembergen & Van Bruggen, 1997). Mereka berpandangan bahwa departemen teknologi informasi merupakan penyedia layanan internal maka perspektif yang digunakan harus mengalami perubahan dan disesuaikan. Perubahan yang dilakukan oleh van Grembergen dan Van Bruggen dapat dilihat pada Gambar 2. 1. Perspektif kontribusi ke organisasi Perspektif kontribusi ke organisasi adalah perspektif yang mengevaluasi kinerja IT berdasarkan pandangan dari manajemen eksekutif, direktur dan shareholder. Evaluasi IT dapat dipisahkan menjadi dua macam: a. jangka pendek berupa evaluasi secara finansial; b. jangka panjang yang berorientasi pada proyek dan fungsi IT itu sendiri 2. Perspektif berorientasi pengguna Perspektif berorientasi pengguna adalah perspektif yang mengevaluasi kinerja teknologi informasi berdasarkan cara pandang pengguna bisnis dan pelanggan dari unit bisnis yang ada. Organisasi melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Perspektif berorientasi
pengguna
membuat
organisasi
dapat
menyelaraskan
berbagai ukuran pelanggan penting yaitu: kepuasan, loyalitas, retensi, akuisisi, dan profitabilitas dengan pelanggan itu sendiri dan segmen pasar yang menjadi sasaran. Selain itu perspektif ini juga memungkinkan
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah ..................Fajrin Nurman Arifin, dkk.
20
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
organisasi melakukan identifikasi dan pengukuran secara eksplisit yang menetapkan proposisi nilai (faktor pendorong) yang akan organisasi berikan kepada pelanggan dan segmen pasar yang menadi sasaran. 3. Perspektif keunggulan operasional Perspektif keunggulan operasional adalah perspektif yang menilai kinerja IT berdasarkan cara pandang manajemen IT, pihak yang berkaitan dengan audit, dan pihak yang menetapkan aturan-aturan yang digunakan. Keunggulan operasional suatu organisasi dapat dilihat pada operasi bisnis internal yang terjadi. 4. Perspektif berorientasi masa depan Perspektif berorientasi masa depan adalah perspektif yang menilai kinerja IT berdasarkan cara pandang dari departemen itu sendiri. Pada perspektif ini akan menyiapkan infrastruktur organisasi yang memungkinkan tujuan dari tiga perspektif sebelumnya dapat tercapai. Kemampuan organisasi untuk dapat menghasilkan produk atau jasa di masa mendatang dengan kemampuan layanan yang memuaskan harus dipersiapkan mulai saat ini.
Gambar 2 Perubahan yang dilakukan oleh Van Grembergen dan Van Bruggen terhadap metode Balanced Scorecard (Van Grembergen & Van Bruggen, 1997)
3. Pertanyaan Penelitian “Bagaimana susunan renstra SI di pemerintah kabupaten Banyuwangi yang dapat memberikan dukungan terhadap bisnis/pelayanan dari pemerintah kabupaten Banyuwangi?”
4. Metode Penelitian 4.1 Bahan Penelitian Penelitian
ini
dirancang
untuk
menguji
pertanyaan
penelitian,
mendeskripsikan data dan fakta, serta kencenderungan-kecenderungan yang saling berhubungan dan berpengaruh terhadap arsitektur sistem informasi yang akan dikembangkan berdasarkan pendekatan TOGAF ADM. Bahan pada penelitian ini adalah dekomposisi proses bisnis, pemanfaatan infrastruktur sistem
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
21
informasi, serta pola perolehan informasi pada unit kerja pemerintah (SKPD) di lingkungan pemerintah kabupaten Banyuwangi.
4.2 Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian adalah identifikasi dari proses pengembangan sistem informasi dalam pemerintahan dengan menggunakan konsep IT Balanced Scorecard (BSC). Hal lainnya yang dilakukan dalam penelitian adalah analisis permasalahan kebutuhan informasi agar diketahui apakah saat ini pelayanan publik dapat dimaksimalkan jika nantinya arsitektur sistem informasi sudah dibentuk.
4.3 Jalan Penelitian Studi pendahuluan dilaksanakan melalui studi pustaka yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman konseptual. Pemahaman tersebut diperoleh berdasarkan kerangka berpikir sebagai landasan dalam menemukan fakta dan fenomena yang berkembang saat ini di masing-masing SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Berikut adalah tahapan-tahapan yang digunakan sebagai gambaran dari jalannya penelitian yang dilakukan: a. Kerangka kerja penelitian b. Analisis kondisi saat ini c. Kondisi yang diinginkan di masa depan Metode yang digunakan dalam pencarian data dijabarkan sebagai berikut: a. kuesioner untuk memetakan proses bisnis yang berjalan saat ini dan kondisi dari penggunaan teknologi TI di masing-masing instansi; b. wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian; c. studi pustaka untuk mempelajari dokumentasi yang telah ada di lingkungan pemerintahan kabupaten Banyuwangi; dan d. observasi langsung di lingkungan unit kerja yang akan diteliti.
4.4 Diagram Penelitian
Gambar 3 Diagram Penelitian
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah ..................Fajrin Nurman Arifin, dkk.
22
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
a. Evaluasi Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian adalah evaluasi dari kondisi teknologi informasi yang saat ini dimiliki oleh kabupaten Banyuwangi.
Hal
lain
yang
dilakukan
adalah
wawancara
untuk
mendapatkan informasi tentang adanya perencanaan strategis sistem informasi untuk mendukung rencana strategis kabupaten Banyuwangi. Hasil dari evaluasi menunjukkan bahwa saat ini penggunaan renstra sistem informasi kurang maksimal dan belum dapat mendukung renstra kabupaten Banyuwangi. Oleh karena itu, dibutuhkan penyempurnaan dari renstra sistem informasi agar proses pengembangannya dapat maksimal. b. Penyusunan analisis IT BSC dan PEST Bagian ini disusun sebuah matriks hasil evaluasi dari renstra sistem informasi yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi. Bentuk matriks
hasil
evaluasi
berupa
faktor-faktor
yang
mendukung
pengembangan renstra sistem informasi. Dalam analisis IT BSC menunjukkan hasil pengukuran berdasarkan empat kategori yang terdapat didalam analisis IT BSC. Dalam analisis tersebut juga menunjukkan beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan dari renstra terdahulu. Namun, beberapa faktor yang lain menunjukkan sebuah dukungan dalam pengembangan renstra sistem informasi. Analisis PEST digunakan untuk mengevaluasi kondisi eksternal dari pemerintah kabupaten Banyuwangi berkaitan dengan pengembangan renstra sistem informasi yang baru. c. Penyusunan Rencana strategis TOGAF ADM Penyusunan renstra TOGAF ADM dibagi menjadi sembilan tahapan yang menunjukkan detail langkah-langkah penyusunan berdasarkan fungsi dan kategori yang menjadi fokus penyusunan. Dalam penyusunan TOGAF ADM
dimasukkan
analisis
SWOT
dan
Matriks
McFarlan
untuk
menyempurnakan tahapan pengembangan dari framework TOGAF. Analisis SWOT digunakan dalam tahapan opportunities and solution untuk menunjukkan kekuatan dan peluang dari pengembangan rencana strategis
sistem
informasi.
Untuk
bagian
weakness
dan
threat
menunjukkan kelemahan dan ancaman berkaitan kondisi internal dan eksternal dari kabupaten Banyuwangi. Dalam analisis SWOT juga menunjukkan
sebuah
solusi
untuk
menghindari
ancaman
dan
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
23
memaksimalkan kekuatan saat akan melakukan pengembangan dari renstra sistem informasi. Matriks McFarlan digunakan untuk menunjukkan pengelolaan dari portofolio aplikasi yang sudah dimiliki atau yang akan dikembangkan McFarlan
juga
oleh
pemerintah
digunakan
untuk
kabupaten
Banyuwangi.
mendukung
tahapan
Matriks business
architecture, migration planning, dan implementation governance dari framework TOGAF ADM. d. Usulan perbaikan renstra Bagian ini merupakan sebuah hasil akhir penyusunan rencana strategis sistem informasi kabupaten Banyuwangi menggunakan TOGAF ADM. Rencana strategis yang dihasilkan diharapkan mampu memberikan dukungan
terhadap
pelayanan
dan
TUPOKSI
dari
kabupaten
Banyuwangi. Hal lain yang diharapkan dari hasil rencana strategis sistem informasi adalah sebuah usulan pengembangan dari sistem informasi kabupaten Banyuwangi yang lebih terstruktur.
5. Hasil dan Pembahasan Hasil yang didapatkan berdasarkan penelitian antara lain berupa susunan renstra SI pemkab Banyuwangi menggunakan metode framewok TOGAF ADM, faktor-faktor penilaian dari analisis IT BSC untuk mengukur perkembangan teknologi IT di pemerintah kabupaten Banyuwangi, dan matriks McFarlan yang digunakan untuk mengorganisasi portofolio aplikasi yang akan dikembangkan maupun yang telah digunakan oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi.
5.1 Analisis IT Balanced Scorecard IT Balanced Scorecard adalah salah satu alat untuk mengukur kinerja dari suatu teknologi informasi yang memandang unit bisnisnya dari empat perspektif yaitu kontribusi ke organisasi, orientasi pengguna, keunggulan operasional, dan orientasi di masa depan. Van Grembergen dan Van Bruggen pada tahun 1997 mengadopsi BSC untuk digunakan pada departemen teknologi informasi. Hasil penelitian menunjukkan beberapa faktor pendukung maupun yang menjadi hambatan dalam pengembangan sistem informasi. Bentuk hasil pengukuran dibedakan menjadi tiga bagian, yakni apakah saat ini obyek yang menjadi fokus pengukuran sudah berhasil, tidak berhasil, dan sedang dalam proses mencapai hasilnya.
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah ..................Fajrin Nurman Arifin, dkk.
24
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
5.2 Analisis PEST Analisis PEST merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur faktor eksternal berkaitan dengan Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi dari organisasi. Dalam hal ini kategori-kategori pengukuran analisis PEST dapat digunakan sebagai tolak ukur terhadap pengembangan rencana strategis sistem informasi pemerintah kabupaten Banyuwangi berdasarkan Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi.
5.3 Preliminary Fase preliminary merupakan tahap awal yang merupakan tahap persiapan perancangan rencana strategis sistem informasi. Tahapan ini dilakukan agar proses perancangan dapat terarah dengan baik. Pada tahap ini didefinisikan bagaimana rancangan tersebut akan dibuat. Tujuan dari fase preliminary adalah untuk mengkonfirmasi komitmen dari manajemen, penentuan framework dan metodologi yang akan digunakan dalam pengembangan arsitektur enterprise.
5.4 Architecture Vision Tahapan ini memiliki peran dalam menciptakan keseragaman pandangan mengenai pentingnya arsitektur enterprise untuk mencapai tujuan organisasi yang dirumuskan dalam bentuk strategi serta menentukan lingkup dari arsitektur yang akan dikembangkan. Pada fase ini direpresentasikan melalui aspek visi dan misi, tujuan, sasaran dan ruang lingkup (scope). a. Pendekatan Dan Ruang Lingkup b. Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi c. Visi Teknologi Informasi d. Misi Teknologi Informasi e. Tujuan dan Sasaran
5.5 Business Architecture Gambaran umum kondisi saat ini dari penerapan teknologi informasi di pemerintah kabupaten Banyuwangi didapat dengan cara mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner, survei lapangan dan wawancara dengan kepala atau wakil dari satuan kerja yang ada di lingkungan pemerintah kabupaten Banyuwangi. Wawancara bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dari para eksekutif di masing-masing unit kerja mengenai proses bisnis di setiap SKPD, permasalahan dengan sistem yang ada, visi ke depan tentang penerapan
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
25
teknologi informasi, pertukaran informasi antar unit kerja, kondisi SDM di setiap SKPD, dan hal-hal lainnya yang terkait. Hal lainnya berkaitan dengan kuesioner dan survei lapangan memiliki tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi saat ini penerapan teknologi informasi di masing-masing unit kerja. Detail dari business architecture dapat dilihat dalam tabel matriks McFarlan. Tabel 1.a Matriks IT Balanced Scorecard No 1.
Obyektif Corporate Contribution a. Landasan dalam pengembangan SI/TI
b.
2.
3.
Alokasi dana untuk pengembangan SI
User Orientation a. Pengembangan SI
Operational Exellence a. Integrasi informasi / data dari SI di beberapa instansi
Ukuran
Target
Inisiatif
Penilaian
Evaluasi keefektifan penggunaan
Mampu menjadi dasar / arahan dalam pengembangan
Membuat perda dan SIMDA
banyaknya ketersediaan dana
Membantu kemudahan dalam pengembangan SI dalam segi finansial
Pengalokasian dana di beberapa instansi
Kepuasan user
Kemudahan dalam pelayanan terhadap masyarakat
Pembuatan SI di beberapa instansi pemerintahan
Proses mencapai target Pengembangan SI di masing-masing SKPD saat ini masih berjalan. Beberapa diantaranya telah memiliki sistem yang membantu proses pelayanan ke masyarakat atau pelaku bisnis
Keefektifan dari integrasi
Memaksimalkan komunikasi antar instansi dalam penggunaan data
Pembuatan SI yang mampu memberikan informasi/data yang dapat digunakan secara bersamaan
Tidak mencapai target Meskipun telah memiliki landasan arah pengembangan SI. Namun, beberapa SKPD tidak menggunakannya sehingga konsep integrasi data masih belum dapat terlaksana
Proses mencapai target Saat ini beberapa SKPD telah menggunakan landasan (SIMDA) untuk mengembangkan aplikasi. Namun beberapa yang lainnya masih belum menggunakannya. Tidak mencapai target Alokasi dana di masing-masing SKPD tidak sama. Hal ini dikarenakan fokus pengembangan yang dilakukan oleh kabupaten Banyuwangi berfokus pada kesehatan dan pendidikan
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah ..................Fajrin Nurman Arifin, dkk.
26
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Tabel 1.b Matriks IT Balanced Scorecard – Lanjutan No 4.
Obyektif Future Orientation a. Tenaga ahli
b.
Sarana pendukung
Ukuran
Target
Inisiatif
Jumlah tenaga IT di beberapa instansi
Mencapai jumlah yang sesuai dari tenaga IT
Perekrutan / pelatihan tenaga IT
Jumlah sarana pendukung yang tersedia
Memberikan kemudahan dalam alur lalu lintas pertukaran data
Pemasangan tower pada titik-titik yang telah ditentukan sesuai dengan mapping dari perencanaan
Penilaian
Tidak mencapai target Saat ini jumlah tenaga IT di masing-masing SKPD belum terpenuhi. Hal lainnya berkaitan pelatihan-pelatihan berkala dari teknologi IT juga belum dilaksanakan. Mencapai target Jumlah sarana pendukung teknologi IT saat ini telah mencukupi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tower maupun teknologi lainnya yang telah terpasang berdasarkan PerDa tahun 2007
5.6 Information System Architecture a. Arsitektur Aplikasi Arsitektur aplikasi yang dimaksudkan dalam bagian ini tidak berfokus pada desain dari aplikasi namun bertujuan untuk menjelaskan aplikasiaplikasi yang mendukung proses pelayanan pemerintah kabupaten Banyuwangi, baik pelayanan kepada masyarakat maupun terhadap internal dari pemerintahan itu sendiri. b. Arsitektur data Pada bagian ini menjelaskan mengenai arsitektur data saat ini yang digunakan di masing-masing SKPD maupun data yang menjadi usulan untuk digunakan di tiap-tiap SKPD. Arsitektur data yang dimaksudkan dalam bagian ini tidak berfokus pada desain dari data namun bertujuan untuk menjelaskan data yang mendukung proses pelayanan pemerintah kabupaten Banyuwangi.
5.7 Technology Architecture Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasikan platform teknologi saat ini dan melihat secara langsung penggunaan platform teknologi saat ini terhadap aplikasi. Tahapan ini juga mendefinisikan teknologi-teknologi utama yang dibutuhkan untuk memberikan dukungan terhadap aplikasi berikut data yang akan dikelola.
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
27
Pada tahun 2007 telah dipasang jaringan nirkabel (wireless LAN) sebagai backbone yang menghubungkan seluruh SKPD di pemerintahan kabupaten Banyuwangi, termasuk seluruh kantor kecamatan dan beberapa kantor desa/kelurahan sebagai tahap awal dalam pengembangan jaringan utama (backbone). Dalam perencanan berikutnya memiliki fokus pada pengembangan jaringan
utama
yang
menghubungkan
seluruh
perangkat
pemerintahan
kabupaten Banyuwangi, termasuk seluruh kantor desa/kelurahan, puskesmas serta institusi pendidikan atau sekolah-sekolah. a. Media kabel digunakan untuk menghubungkan gedung-gedung yang berdekatan. b. Media radio yang digunakan sebagai alat komunikasi mempunyai 2 (dua) konfigurasi, yaitu konfigurasi Mesh dan konfigurasi Point to Point.
Konfigurasi
Mesh
menghubungkan
(Mesh antar
Configuration)
gedung
SKPD
diterapkan dari
untuk
pemerintahan
kabupaten Banyuwangi yang letaknya berjauhan tetapi masih berada dalam satu kota (kurang lebih 2,5 km). Antena yang digunakan adalah Omni Directional Antena.
Konfigurasi Point to Point diterapkan sebagai backbone untuk menghubungkan seluruh kecamatan di kabupaten Banyuwangi. Antena yang digunakan adalah Point to Point Antena.
Gambar 4 Topologi Jaringan antar SKPD
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah ..................Fajrin Nurman Arifin, dkk.
28
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Gambar 5 Topologi Jaringan Kabupaten Banyuwangi
Desa/kelurahan, puskesmas, sekolah dan telecenter terhubung ke jaringan utama (backbone) dengan melalui kecamatan sebagai repeater-nya. Untuk itu dalam topologi jaringannya bisa menggunakan konfigurasi mesh, konfigurasi point to point atau gabungan kedua konfigurasi tersebut didasarkan pada struktur geografi dan kontur dari daerah masing-masing.
5.8 Opportunities and Solution SWOT analisis (Strength, Weakness, Opportunity and Threat Analysis) dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pengumpulan data dan tahap analisis internal/eksternal. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penyebaran kuisioner, sedangkan analisis internal/eksternal meliputi analisis lingkungan internal organisasi yang terdiri dari analisis kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) dilanjutkan dengan analisis lingkungan eksternal yang terdiri dari analisis kesempatan (opportunity) dan analisis ancaman (threat).
5.9 Migration Planning Pada tahapan ini membahas tentang rencana migrasi dari sistem informasi dan tenaga IT yang dibutuhkan oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi.
Berdasarkan
hasil
studi
pustaka,
pemerintah
kabupaten
Banyuwangi telah memiliki rencana pengembangan dari masing-masing sistem
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
29
informasi melalui renstra TI kabupaten Banyuwangi (2013-2017). Tahapan ini juga membahas tentang strategi pengembangan guna mendukung proses migrasi. Tahapan migrasi juga dapat mempertimbangkan matriks McFarlan dalam pengembangan aplikasinya sehingga proses pengembangannya lebih terfokus sesuai kebutuhan. Tabel 2.a Tabel hasil analisis SWOT Opportunities
Threat
a.
Menjalin kerjasama dengan daerah atau instansi lain dalam hal transfer knowledge pengembangan dan pengelolaan TI. Pemanfaatan otonomi daerah untuk pengembangan TI. Pemanfaatan TI untuk pengembangan sumber daya, sosial budaya, dan ekonomi daerah. Adanya PERDA yang mendukung pengembangan TI (disusunnya SIMDA sebagai arah pengembangan TI di masing-masing SKPD).
a. b.
Memperbanyak frekuensi komunikasi dengan daerah (kabupaten) / instansi lain dalam hal pengembangan dan pengelolaan TI. (Strength (c,f) dengan Opportunities (a)) Mengembangkan / memaksimalkan suatu sistem informasi yang memudahkan masyarakat/pelaku bisnis untuk mengakses informasi yang berkaitan dengan ekonomi, sosial budaya, dan sumber daya yang dimiliki kabupaten Banyuwangi. (Strength (b,c) dengan Opportunities (c)) Memperbanyak PERDA maupun framework sebagai arahan/dasar pengembangan TI. (Strength (d) dengan Opportunities (d))
a.
EKSTERNAL b.
c. INTERNAL d.
c.
Ketidakstabilan politik. Adanya daerah lain sebagai kompetitor untuk menarik pelaku bisnis. Tidak terdapatnya penanggung jawab sistem informasi di masing-masing SKPD yang sesuai kualifikasi.
Strength a.
b.
c.
d.
e.
f.
Proses bisnis dan sistematika pertukaran informasi antar SKPD dengan kabupaten/kota dan pusat sudah baku dan jelas. Akses informasi kabupaten untuk masyarakat dan pelaku bisnis lebih mudah. Sudah terbentuknya SKPD sebagai penanggung jawab aliran data/transaksi dari informasi. Komitmen dari para stakeholders dalam pengembangan dan penerapan teknologi informasi Infrastruktur pendukung TI (hardware dan software) telah cukup dan memadai. Adanya perguruan tinggi/akademi yang dapat menjadi mitra kerja pemkab Banyuwangi.
a.
b.
c.
b.
c.
Mengembangkan / memaksimalkan suatu sistem informasi yang memudahkan masyarakat/pelaku bisnis untuk mengakses informasi agar tertarik berinvestasi di kabupaten Banyuwangi. (Strength (b,f) dengan Threat (b)) Perbaikan stabilitas politik yang lebih nyaman. (Strength (d) dengan Threat (a)) Perlunya pelatihanpelatihan secara berkala berkaitan dengan TI di masing-masing SKPD. (Strength (c) dengan Threat (c))
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah ..................Fajrin Nurman Arifin, dkk.
30
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Tabel 2.b Tabel hasil analisis SWOT – Lanjutan Weakness a. b.
c.
d.
e.
f.
Sistem pengolahan informasi belum optimal. Tidak ada perencanaan pengembangan SDM yang sesuai dengan kebutuhan di masingmasing SKPD. Penerapan teknologi yang tidak sepadan dengan daya dukung SDM. Belum digunakannya standar pengembangan teknologi yang sudah ada. Pendanaan untuk pengembangan TI yang terbatas. Integrasi data yang kurang menyeluruh.
a.
Memaksimalkan penggunaan framework (SIMDA) pengembangan yang sudah ada. (Weakness (d) dengan Opportunities (d)) Memasukan rencana pengembangan dan pengelolaan TI di RAPBD kabupaten Banyuwangi. (Weakness (e) dengan Opportunities (b)) Transfer knowledge saat pengembangan SI/TI untuk memaksimalkan integrasi data. (Weakness (f) dengan Opportunities (a))
b.
c.
a.
b.
Dilakukannya pelatihan secara berkala berkaitan dengan teknologi SI/TI maupun perekrutan tenaga ahli SI/TI di masing-masing SKPD. (Weakness (b,c) dengan Threat (c)) Optimalisasi penggunaan SI/TI untuk menarik investasi dari masyarakat/pelaku bisnis. (Weakness (a,f) dengan Threat (b))
5.10 Implementation Governance Tahapan ini bertujuan untuk menyusun rekomendasi untuk pelaksanaan tata kelola sistem dan tata kelola teknologi informasi secara terstruktur. Saat ini untuk
tata
kelola
teknologi
informasi
menjadi
tanggung
jawab
Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuwangi. Pada tahapan ini ditampilkan sebuah matriks dari McFarlan yang berfungsi untuk mengelola berdasarkan
portofolio tujuh
dari
aplikasi.
pertanyaan
Penyusunan
yang
diajukan
dari oleh
matriks
McFarlan
McFarlan
untuk
mengklasifikasikan masing-masing aplikasi yang dikembangkan oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi.
5.11 Architecture Change Management Tahapan ini memiliki peran dalam menetapkan rencana manajemen arsitektur dari sistem yang baru dengan cara melakukan pengawasan terhadap perkembangan teknologi dan perubahan lingkungan organisasi, baik internal maupun eksternal. Beberapa perubahan yang terjadi berkaitan dengan pengembangan sistem informasi adalah kebutuhan tenaga TI di masing-masing SKPD dan perubahan arsitektur dari sistem informasi yang akan dikembangkan. Hal lain yang diusulkan berkaitan dengan pengembangan aplikasi/sistem informasi dari masing-masing SKPD kabupaten Banyuwangi antara lain COTS
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
31
(Commercial Of The Self), FOSS (Free Open Source and Software), dan Enterprise Application Integration. Tabel 3 Tabel Matriks McFarlan STRATEGIC a. b. c. d. e. f.
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
SI Kependudukan dan Ketenagakerjaan SI Perencanaan Pembangunan Daerah SI Keuangan Daerah SI Kas dan Perbendaharaan SI Geografis SI Eksekutif
SI Pengawasan Daerah SI Pengelolaan Pendapatan Daerah SI Pengelolaan Perusahaan Daerah SI Pengadaan dan Pengelolaan Barang Daerah SI Pengelolaan Pasar SI Penyelenggaraan Pemerintahan (LPPD IKK) Office Automation SI Ketentraman dan Ketertiban SI Pengelolaan Hukum dan Perundangundangan (SISKUM/JDIH) SI Arsip
HIGH POTENTIAL a. b. c. d.
SI Pelayanan Ijin Terpadu (SIMBPPT) Portal Pemda SI Potensi Daerah SI Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o.
SI Kepegawaian (SIMPEG) SI Lingkungan Hidup dan Sarana Umum SI Perpusda SI Administrasi DPRD SI Tata Naskah (PPID) SI Kehutanan dan Pertanian SI Peternakan SI Pengairan SI Perikanan dan Kelautan SI Pertambangan dan Energi SI Pariwisata dan Seni Budaya SI Kesehatan SI Pendidikan SI Industri dan Perdagangan SI Perhubungan dan Telekomunikasi
KEY OPERATIONAL
SUPPORT
6. Penutup 6.1 Kesimpulan 1. Analisis IT Balanced Scorecard menunjukkan kondisi internal berkaitan dengan faktor kegagalan pengembangan sistem informasi dan hal-hal yang dapat mendukung dalam proses pengembangan sistem informasi. 2. Susunan rencana strategis sistem informasi lebih terstruktur berdasarkan fase pengembangan dari TOGAF ADM, dimulai dari fase awal, proses migrasi dan perubahan arsitektur dari sistem informasi yang akan dikembangkan, sehingga nantinya rencana strategis yang tersusun dapat dimanfaatkan secara maksimal dan lebih efektif. 3. Pada fase TOGAF Implementation Governance digunakan matriks McFarlan untuk pengelolaan portofolio aplikasi agar aplikasi yang sedang dikembangkan maupun yang sudah dimiliki oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi dan perannya.
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah ..................Fajrin Nurman Arifin, dkk.
32
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
4. Platform teknologi yang ada saat ini mendukung kandidat aplikasi yang diusulkan tetapi perlu penambahan dan peningkatan teknologi dengan optimalisasi teknologi yang ada. Hal ini dapat dilihat pada fase Architecture Change Management dari TOGAF ADM. 5. Pemodelan arsitektur enterprise ini, memberikan panduan dalam membuat cetak biru untuk pengembangan sistem informasi di masingmasing SKPD. Untuk itu pemodelan arsitektur enterprise ini dapat dijadikan panduan langkah awal untuk melakukan perencanaan cetak biru pengembangan sistem informasi pemerintah kabupaten Banyuwangi.
6.2 Saran 1. Pada masing-masing SKPD di pemerintah kabupaten Banyuwangi perlu adanya peningkatan sumber daya manusia yang terkait teknologi informasi agar proses pengembangan IT dapat berjalan lebih cepat. Penanggung jawab dari sistem informasi saat ini sebagian besar memiliki disiplin ilmu yang tidak terkait dengan teknologi informasi. 2. Untuk memperoleh cetak biru yang lebih detail dan lengkap mencakup keseluruhan sub fase diperlukan kajian lebih lanjut dan meneruskan penelitian dengan melakukan kajian pada setiap sub fase dalam TOGAF ADM. 3. Berdasarkan hasil analisis IT BSC sebaiknya dalam pengembangan maupun perancangan framework rencana strategis sistem informasi perlunya mendapatkan komitmen para stakeholder. Untuk itu dalam penelitian selanjutnya diperlukan sebuah analisis awal berkaitan kondisi awal maupun keunggulan yang akan dicapai dalam penerapan rencana strategis sistem informasi.
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
33
Daftar Pustaka Ansoff, H.I., Declerck, R.P. & Hayes, R.L., 1976. From Strategic Planning to Strategic Management. New Jersey: John Wiley & Sons. Bahill, A.T., Botta, R. & Daniels, J., 2006. The Zachman Framework Populated with Baseball Models. Journal of Enterprise Architecture, 2(4), pp. 50-68. Bertoni, M., Chirumalla, K. & Johansson, C., 2012. Social Technologies for Cross-functional Product Development: SWOT Analysis and Implications. Prosiding. The 45th HICSS (Hawaii International Conference on System Sciences), pp. 3918-3927. BPPT, 2007. Rencana Strategis Teknologi Informasi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi 2008 – 2012. Banyuwangi: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Buckl, S., Dierl, T., Matthes, F. & Schweda, C.,M., 2011. Complementing the Open Group Architecture Framework with Best Practice Solution Building Blocks. Prosiding. The 44th HICSS (Hawaii International Conference on System Sciences), pp 1-9. Campbell, A. & Alexander, M., 1997. What’s Wrong with Strategy?. Harvard Business Review, Nov-Dec 1997, pp. 42-51. Damanik, K.D.A., 2008. Rencana Strategis Pengembangan e-Government Pemerintah Kota Pekanbaru. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Falahah & Rosmala, D., 2010. Penerapan Framework Zachman pada Arsitektur Pengelolaan Data Operasional: Studi Kasus SBU Aircraft Services, PT. Dirgantara Indonesia. Makalah. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2010, pp. 96-98. Fuady, A.H., 2008. Perancangan Framework Sistem Informasi di Pemerintah Kota Kediri. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Harrison, K. & Varveris, L., 2004. TOGAF: Establishing Itself As The Devenitive Method for Building Enterprise Architecture in The Commercial World. [Online] Tersedia di: http://www.developer.com/design/article.php /3374171/TOGAF-Establishing-Itself-As-the-Definitive-Method-for-Building -Enterprise-Architectures-in-the-Commercial-World.htm [Diakses pada 1/12/2013]. Krisna, Y.D., 2011. Evaluasi Penerapan Sistem Teknologi Informasi Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Kantor Pelayanan Pajak (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang). Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. McNurlin, B., Sprague, R. & Bui, T., 2009. Information Systems Management in Practice. 8th Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah ..................Fajrin Nurman Arifin, dkk.
34
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Mintzberg, H., 2013. The Rise and Fall of Strategic Planning. New York: Free Press. Murdhita, I., N., 2008. Perencanaan Strategis Teknologi Informasi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli dengan Growing Enterprise Architecture Framework. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Osvalds, G., 2001. Definition of Enterprise Architecture-centric Models for The Systems Engineer. Prosiding. The 11th Annual International Symposium of the International Council on Systems Engineering (INCOSE), Melbourne, Australia. Pant, S. & Hsu, C, 1995. Strategic Information Systems Planning: A Review. The 1995 Information Resources Management Association International Conference, Atlanta, Georgia. Porter, M.E., 1980. Competitive Strategy: Techniques for Analysing Industries and Competitors. New York: Free Press. Shah, H. & Kourdi, M.E., 2007. Framework for Enterprise Architecture. IT Professional IEEE, 9(5), pp. 36-41. The Open Group, 2009. The Open Group Architecture Framework (TOGAF) Version 9, Enterprise Edition. Van Grembergen, W. & Van Bruggen, R., 1997. Measuring and Improving Corporate Information Technology Through The Balanced Scorecard Technique. Prosiding. The 4th European Conference on the Evaluation of Information Technology, pp. 163-171. Van Grembergen, W., 2007. Introduction to the Minitrack “IT Governance and its Mechanisms”. Prosiding. The 40th Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS), pp. 233. Ward, J. & Peppard, J., 2002. Strategic Planning for Information System, 3rd Edition. Baffins Lane,Chichester, West Sussex: John Wiley & Sons Ltd. Yingfa, S. & Hong, Y., 2010. The Risk Study of E-Governance Based on PEST Analysis Model. Prosiding. The 2010 International Conference on EBusiness and E-Government (ICEE), pp. 563-566. Yunis, R. & Surendro, K., 2008. Pemilihan Metodologi Pengembangan Enterprise Architecture untuk Indonesia. Prosiding. SNIKA, 3(1), pp. A53-A59. Yunis, R. & Surendro, K., 2009. Perancangan Model Enterprise Architecture Dengan Togaf Architecture Development Method. Prosiding. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2009, pp. E25-E31.
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
APLIKASI SISTEM PAKAR TRADITIONAL CHINESE MEDICINE (TCM) UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (CF) Abriarenny S.M.A., Choerun Asnawi Program Studi S1 Teknik Informatika STMIK Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penyakit jantung merupakan pembunuh nomor 1 di dunia, termasuk di Indonesia. Angka kematian yang tinggi karena penyakit jantung disebabkan oleh ketersediaan tenaga medis yang terbatas serta mahalnya biaya pemeriksaan kesehatan. Hal tersebut menjadikan pengobatan alternatif kembali diminati, salah satunya menggunakan metode Traditional Chinese Medicine (TCM). Penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah aplikasi sistem pakar yang mudah dipahami dan memiliki fitur diagnosa penyakit jantung secara TCM serta mampu memberikan rekomendasi pengobatan dengan menggunakan titik-titik akupuntur, obat herbal dan nutrisi sesuai dengan diagnosa yang diberikan. Aplikasi sistem pakar ini dirancang dengan mengunakan model waterfall. Pengetahuan direpresentasikan menggunakan model Kaidah Produksi, yang dituliskan dalam bentuk if-then. Metode inferensi yang digunakan dalam aplikasi ini adalah backward chaining dan forward chaining, sedangkan untuk menentukan besarnya kepercayaan pengguna digunakan metode Certainty Factor (CF). Kata Kunci: Sistem Pakar, Penyakit Jantung, TCM, Certainty Factor.
1. Pendahuluan Berdasarkan data dari WHO, saat ini penyakit jantung merupakan pembunuh nomer satu di dunia. Di Indonesia, berdasarkan data dari Rumah Sakit Pusat (RSP) Jantung dan Pembuluh Darah Nasional “Harapan Kita”, ratarata ada 15-20 pasien yang dirawat setiap hari, 350-400 pasien berobat ke poliklinik dan 25-30 pasien per hari yang melakukan pemeriksaan kateterisasi (Setyaningrum, 2011). Masyarakat enggan memeriksakan kesehatan jantung karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pemeriksaan di rumah sakit dan adanya keterbatasan jumlah tenaga medis khususnya di pedesaan atau daerah terpencil. Dua hal tersebut menjadi alasan mengapa saat ini pengobatan alternatif kembali diminati oleh masyarakat. Salah satu pengobatan alternatif yang paling diminati adalah pengobatan alternatif menggunakan Traditional Chinese Medicine (TCM). TCM merupakan seni pengobatan tradisional yang telah ada sejak lima ribu tahun lalu. TCM telah dipublikasikan dalam buku pelajaran Huang-di-nei-jing (Ilmu Penyakit Dalam Kaisar Kuning) yang diterbitkan pada masa Can Ciu Can Kuo (tahun 770-221 SM) yang isinya mengenai Akupuntur. Buku tersebut dibagi
35
36
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
dalam dua bagian, yaitu “Ling Su” dan “Su Wen”. Dalam “Ling Su” tertulis mengenai meridian, titik-titik cara penusukan, titik-titik yang dilarang dalam penusukan dan pengetahuan akupuntur lainnya serta moksibasi. Sedangkan dalam “Su Wen”, tertulis mengenai lima unsur, fenomena organ (Cang Siang), cara pemeriksaan serta cara pengobatan. TCM masuk di Indonesia secara resmi pada tahun 1963. Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) membuka klinik akupuntur yang berkembang terus hingga menjadi Unit Pelayanan Teknis Rumah Sakit. TCM semakin berkembang di Indonesia, dibuktikan dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan Akupuntur. Pengetahuan mengenai TCM tersimpan di dalam bukubuku teks berbahasa Mandarin dan Inggris serta melekat pada seorang pakar TCM. Buku maupun literatur lain mengenai TCM dengan bahasa Indonesia masih sulit ditemukan. Penyelenggaraan pendidikan maupun penunjang kegiatan praktek Akupuntur di klinik juga belum melibatkan penggunaan sistem informasi. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mengembangkan sebuah sistem informasi dalam wujud aplikasi sistem pakar yang khusus menangani diagnosa penyakit jantung secara TCM berikut dengan cara penanganannya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode Certainty Factor (CF). Guna mewujudkan aplikasi sistem pakar yang dikehendaki, maka pengetahuan mengenai TCM khususnya mengenai cara pengobatan TCM menggunakan metode akupuntur dihimpun dari berbagai literatur yang ada serta dari pakar TCM secara langsung. Sistem pakar yang dikembangkan sedapat mungkin harus dapat meniru perilaku seorang pakar TCM yang sesungguhnya. Hal tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan metode kuantifikasi pertanyaan sebagai penentu faktor kepastian
pengguna,
sehingga
pengguna
merasa
seolah-olah
sedang
berinteraksi dengan seorang pakar secara langsung. Aplikasi yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan untuk mengeksplisitkan pengetahuan pakar TCM dengan tampilan yang mudah dimengerti oleh pengguna sistem, sebagai salah satu referensi pembelajaran oleh para pelajar TCM serta sebagai salah satu alat penunjang praktek akupuntur di klinik.
2. Tinjauan Pustaka Kasniyah (2009) menyatakan bahwa pengobatan tradisional merupakan fenomena sosial budaya yang telah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Pengobatan tradisional telah diakui dan dijadikan lembaga resmi secara nasional oleh pemerintah di beberapa negara, seperti Cina, India, Vietnam, Jepang dan
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
37
Srilangka. Pengobatan tradisional mendapat tempat penting di Vietnam dan India, sedangkan Zimbabwe menempatkan praktisi kedokteran tradisional dalam bagian penting dari sistem kedokteran. Sementara itu di Indonesia, pengobatan tradisional belum mendapat pengakuan resmi dari lembaga pemerintah dan masih dalam tingkat rumah tangga dan masyarakat. Salah satu pengobatan tradisional yang berkembang di Indonesia adalah TCM. Dalam Kusrini (2008) diberikan contoh kasus mengenai pembuatan aplikasi sistem pakar untuk menangani penyakit TBC pada anak yang diberi nama TubEx System. Aplikasi tersebut dibuat dengan menggunakan Sistem Operasi Windows, bahasa pemrograman Delphi 6 dan software pengelola database Interbase 6 Server. Aplikasi dapat berjalan dengan baik di Windows XP, tetapi tidak dapat di-install di Windows 7 maupun Windows 8. Metode yang digunakan sama dengan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode CF yang dalam penentuan nilainya digunakan metode kuantifikasi pertanyaan.
3. Landasan Teori 3.1 Penyakit Jantung Penyakit
jantung
dapat
disebabkan
oleh
bawaan
lahir,
infeksi,
penyempitan arteri koroner, tekanan darah tinggi, atau gangguan lainnya. Gejala penyakit jantung bervariasi sesuai dengan jenisnya. Ada beberapa penyakit jantung yang tidak menunjukkan gejala pada fase-fase awal. Selain itu, antara penderita satu dengan lainnya juga memiliki gejala yang berbeda. TCM membagi penyakit jantung menjadi beberapa jenis (Wahyudi, 2011): 1. Sindrom Qi Xu Jantung 2. Sindrom Yang Xu Jantung 3. Sindrom Yang Binasa Jantung 4. Sindrom Xue Xu Jantung 5. Sindrom Yin Xu Jantung 6. Sindrom Api Jantung Berkobar 7. Sindrom Reak Panas di Jantung 8. Sindrom Reak Menyumbat Pintu Jantung 9. Sindrom Stagnasi Xue di Jantung
3.2 Sistem Pakar Sistem
Pakar
adalah sistem
informasi
berbasis komputer
yang
menggunakan pengetahuan pakar untuk mencapai performa keputusan tingkat tinggi dalam domain persoalan yang sempit (Turban, et al., 2005). Konsep dasar
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
38
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
sistem pakar mencakup beberapa persoalan mendasar, antara lain apa yang dimaksud dengan keahlian, siapa yang disebut pakar, bagaimana keahlian dapat ditransfer, dan bagaimana sistem bekerja. Ada beberapa komponen yang harus dimiliki untuk membangun sebuah sistem pakar (Hartati & Iswanti, 2008): 1. Antar Muka Pengguna (User Interface), antar muka yang efektif dan user friendly penting bagi pemakai yang tidak ahli dalam bidang yang diterapkan pada sistem pakar. 2. Basis
Pengetahuan
(Knowledge
Base),
merupakan
kumpulan
pengetahuan bidang tertentu pada tingkatan pakar dalam format tertentu. 3. Mekanisme Inferensi (Inference Machine), merupakan otak dari sistem pakar yang akan mencari solusi dari suatu permasalahan. 4. Memori Kerja (Working Memory), merupakan bagian yang menyimpan fakta-fakta yang diperoleh saat dilakukan proses konsultasi. Struktur Sistem Pakar dapat dilihat dari Gambar 1 (Turban, et al., 2005).
Gambar 1 Struktur Sistem Pakar
3.3 Representasi Pengetahuan Representasi pengetahuan merupakan metode yang digunakan untuk mengkodekan
pengetahuan
dalam
sebuah
sistem
pakar.
Representasi
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
39
pengetahuan dilakukan dengan cara mengumpulkan pengetahuan yang sesuai dengan domain keahlian tersebut. Pengetahuan yang dikumpulkan bisa dari media cetak, elektronik, maupun pengetahuan dari pakar keahlian dan pengalamannya. Representasi pengetahuan dimaksudkan untuk menangkap sifat-sifat penting masalah dan membuat informasi itu dapat diakses oleh prosedur pemecahan masalah.
3.4 Metode Inferensi Inferensi merupakan proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui atau diasumsikan. Inferensi adalah konklusi logis (logical conclusion) atau implikasi berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam sistem pakar proses inferensi dilakukan dalam suatu modul yang disebut Mesin Inferensi atau Inference Engine (Kusrini, 2008). Dalam melakukan inferensi diperlukan adanya proses pengujian kaidahkaidah dalam urutan tertentu untuk mencari yang sesuai dengan kondisi awal atau kondisi yang berjalan yang sudah dimasukkan pada basis data. Perunutan adalah proses pencocokan fakta, pernyataan atau kondisi berjalan yang ada pada basis pengetahuan atau memori kerja dengan kondisi yang dinyatakan pada premis atau bagian kondisi pada kaidah (Hartati & Iswanti, 2008). Ada dua metode inferensi yang penting dalam sistem pakar, yaitu runut maju (forward chaining) dan runut balik (backward chaining) (Kusrini, 2008).
3.5 Faktor Kepastian (Certainty Factor) Faktor Kepastian (Certainty Factor) diperkenalkan oleh Shortliffe Buchanan dalam pembuatan MYCIN (Hartati & Iswanti, 2008). Certainty Factor (CF) merupakan nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan besarnya kepercayaan. CF didefinisikan sebagai berikut (Hartati & Iswanti, 2008):
CF ( H , E ) MB( H , E ) MD( H , E ) ...................................................... (1)
CF ( H , E ) : Certainty Factor hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E. MB( H , E ) : Ukuran kepercayaan (measure of increased belief) terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh evidence (gejala) E.
MD( H , E ) : Ukuran ketidakpercayaan (measure of increased disbelief) terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh evidence E. Di dalam MYCIN terdapat aturan untuk menggabungkan evidence anteseden yang ada di dalam sebuah kaidah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
40
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Tabel 1 Kombinasi evidence anteseden EVIDENCE E
NILAI KETIDAKPASTIAN
E1 and E2
min CF ( H , E1 ), CF ( H , E2 )
E1 or E2
maxCF ( H , E1 ), CF ( H , E2 )
not E
CF ( H , E )
Bentuk dasar rumus certainty factor sebuah aturan dalam bentuk if E then H adalah sebagai berikut (Hartati & Iswanti, 2008):
CF ( H , e) CF ( E , e) CF ( H , E ) ........................................................... (2)
CF ( H , e) : certainty factor hipotesa yang dipengaruhi oleh evidence e. CF ( E , e)
: certainty factor evidence E yang dipengaruhi oleh evidence e.
CF ( H , E ) : certainty factor hipotesa H dengan asumsi evidence diketahui dengan pasti ketika CF ( E , e) 1 . Nilai CF ada dua, yaitu (Hartati & Iswanti, 2008): 1. Nilai CF kaidah yang nilainya melekat pada suatu kaidah atau rule tertentu dan besarnya nilai diberikan oleh pakar. 2. Nilai CF yang diberikan oleh pengguna untuk mewakili derajat kepastian atau keyakinan atas premis (misalnya gejala, kondisi, ciri) yang dialami pengguna.
4. Metode Penelitian 4.1 Bahan Penelitian Untuk dapat melakukan diagnosa suatu penyakit, maka harus diketahui dulu gejala-gejalanya. Daftar gejala ditampilkan dalam Tabel 2 (Wahyudi, 2011). Tabel 2.a Tabel Penyakit Jantung dan Gejalanya Kode
Gejala
P1
P2
P3 √
G1
Mudah Lelah
√
√
G2
Nafas Pendek
√
√
G3
Wajah Pucat
√
√
G4
Berkeringat
√
√
G5
Lidah Merah Pucat
√
G6
Nadi Lemah
√
G7
Palpitasi atau Berdebar
√
G8
Bibir Pucat
√
G9
Anggota Gerak terasa dingin terutama tangan
√
G10
Dada terasa pengap dan panas
√
G11
Lidah pucat, basah dan gemuk
√
P4
P5
P6
P7
√
√
√
P8
P9
√ √
√
√
√
√ √
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
41
Tabel 2.b Tabel Penyakit Jantung dan Gejalanya – Lanjutan Kode
Gejala
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
√
√
P8
G12
Nadi tenggelam dan lemah
G13
Nafas pendek, lemah dan dangkal
√
G14
Bibir Cyanotis
√
G15
Lidah pucat, biru, pendek dan sulit dijulurkan
√
G16
Nadi tersembunyi dan sulit diraba
√
G17
Insomnia
√
√
G18
Sering terbangun dengan mimpi menakutkan
√
√
√
G19
Mudah terkejut
√
√
√
G20
Cemas atau Gelisah
√
√
G21
Daya ingat menurun
√
√
G22
Pusing
√
G23
Lidah pucat, kurus, kering
√
G24
Nadi halus terputus-putus
√
G25
Pipi merah
√
G26
Rasa demam sore hari
√
G27
Rasa panas pada 5 palm
√
G28
Rasa kering pada mulut dan tenggorokan
√
G29
Otot lidah merah, ujung lidah lebih merah, retak longitudinal sampai ujung lidah, gemuk
√
G30
Selaput lidah tipis, mengelupas
√
G31
Nadi cun cepat, nadi ce lemah
√
G32
Haus
√
G33
Luka, bengkak dan nyeri di mulut dan lidah, sariawan
√
G34
Rasa demam
√
G35
Rasa pahit di mulut pada pagi hari setelah malamnya kurang tidur
√
G36
Wajah merah
√
G37
Kencing rasa panas, warna kuning tua
√
G38
Selaput lidah kuning, otot dan ujung lidah merah, retak longitudinal hingga ujung lidah
√
G39
Nadi cun kiri sangat cepat, sulit diraba
√
G40
Bicara sendiri
√
G41
Menggerutu
√
G42
Tertawa dan menangis
√
√
G43
Aphasia Coma
√
√
G44
Otot lidah merah berduri-duri, ujung lidah lebih merah, retak longitudinal, selaput lidah kuning lengket
√
G45
Nadi cepat tegang atau licin
√
G46
Depresi mental
√
G47
Apatis
√
G48
Muntah
√
G49
Bicara kacau, cepat dan tidak jelas
√
P9
√
√
√ √
√
√
√
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
42
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Tabel 2.c Tabel Penyakit Jantung dan Gejalanya – Lanjutan Kode
Gejala
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
G50
Lidah retak longitudinal berduri-duri, selaput lidah tebal dan lengket
√
G51
Nadi Licin
√
G52
Rasa nyeri di daerah jantung dan menjalar ke daerah punggung, bahu dan sisi ulner lengan kiri
√
G53
Rasa tidak enak di dada
√
G54
Cyanosis pada bibir dan kuku
√
G55
Tangan dingin
√
G56
Lidah cyanotis dengan bintik merah lembayung
√
G57
Nadi tersembunyi, lambat dan sulit diraba
√
Keterangan: P1 : Sindrom Qi Xu Jantung P2 : Sindrom Yang Xu Jantung P3 : Sindrom Yang Binasa Jantung P4 : Sindrom Xue Xu Jantung P5 : Sindrom Yin Xu Jantung
P6 : Sindrom Api Jantung Berkobar P7 : Sindrom Reak Panas di Jantung P8 : Sindrom Reak Menyumbat Pintu Jantung P9 : Sindrom Stagnasi Xue di Jantung
Aturan-aturan untuk menentukan diagnosa penyakit jantung secara TCM, disajikan dalam Tabel 3 (Wahyudi, 2011). Tabel 3.a Tabel Daftar Aturan Diagnosa No
1
2
3
Aturan JIKA Mudah Lelah DAN Nafas Pendek DAN Wajah Pucat DAN Berkeringat DAN Lidah Merah Pucat DAN Nadi lemah DAN Palpitasi/berdebar DAN Bibir pucat MAKA Sindrom Qi Xu Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras) JIKA Mudah Lelah DAN Nafas Pendek DAN Wajah Pucat DAN Berkeringat DAN Anggota gerak terasa dingin terutama tangan DAN Dada terasa pengap dan panas DAN Lidah pucat, basah dan gemuk DAN Nadi tenggelam, lemah MAKA Sindrom Yang Xu Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras) JIKA Mudah Lelah DAN Berkeringat DAN Palpitasi/berdebar DAN Anggota gerak terasa dingin terutama tangan DAN Nafas pendek, lemah dan dangkal DAN Bibir cyanotis DAN Lidah pucat, biru, pendek dan sulit dijulurkan DAN Nadi tersembunyi, sulit diraba MAKA Sindrom Yang Binasa Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras)
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
43
Tabel 3.b Tabel Daftar Aturan Diagnosa – Lanjutan No
4
5
6
7
Aturan JIKA Palpitasi/berdebar DAN Wajah pucat DAN Bibir pucat DAN Insomnia DAN Sering terbangun dengan mimpi menakutkan DAN Mudah terkejut DAN Cemas/gelisah DAN Daya ingat menurun DAN Pusing DAN Lidah pucat, kurus, kering DAN Nadi halus terputus-putus MAKA Sindrom Xue Xu Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras) JIKA Palpitasi/berdebar DAN Insomnia DAN Sering terbangun dengan mimpi menakutkan DAN Mudah terkejut DAN Cemas/gelisah DAN Daya ingat menurun DAN Pipi merah DAN Demam sore hari DAN Rasa panas pada 5 palm DAN Rasa kering pada mulut dan tenggorokan DAN Otot lidah merah, ujung lidah lebih merah, gemuk, retak longitudinal sampai ujung lidah DAN Selaput lidah tipis, mengelupas DAN Nadi cun cepat, ce lemah MAKA Sindrom Yin Xu Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras) JIKA Palpitasi/berdebar DAN Insomnia DAN Cemas/gelisah DAN Haus DAN Luka, bengkak dan nyeri di mulut dan di lidah, sariawan DAN Rasa demam DAN Rasa pahit di mulut di pagi hari setelah malamnya kurang tidur DAN Wajah merah DAN Kencing rasa panas, warna kuning tua DAN Selaput lidah kuning, otot dan ujung lidah merah, retak longitudinal sampai ujung lidah DAN Nadi cun kiri sangat cepat, sulit diraba MAKA Sindrom Api Jantung Berkobar, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras) JIKA Palpitasi/berdebar DAN Insomnia DAN Sering terbangun dengan mimpi menakutkan DAN Mudah terkejut DAN Cemas/Gelisah DAN Daya ingat menurun DAN Rasa pahit di mulut pada pagi hari setelah malamnya kurang tidur DAN Bicara sendiri DAN Menggerutu DAN Tertawa dan menangis tanpa sebab yang jelas DAN Aphasia coma DAN Otot lidah merah berduri-duri, ujung lidah lebih merah, retak longitudinal, selaput lidah kuning lengket DAN Nadi cepat tegang/licin MAKA Sindrom Reak Panas di Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras)
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
44
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Tabel 3.c Tabel Daftar Aturan Diagnosa – Lanjutan No
8
9
Aturan JIKA Daya ingat menurun DAN Bicara sendiri DAN Tertawa dan menangis tanpa sebab yang jelas DAN Aphasia coma DAN Depresi mental DAN Apatis DAN Muntah DAN Bicara kacau, cepat dan tidak jelas DAN Lidah tebal dan lengket DAN Nadi licin MAKA Sindrom Reak Menyumbat Pintu Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras) JIKA Palpitasi/berdebar DAN Rasa nyeri di daerah jantung yang menjalar ke daerah punggung, bahu dan sisi ulner lengan kiri DAN Rasa tidak enak di dada DAN Cyanosis pada bibir dan kuku DAN Tangan dingin DAN Lidah cyanotis dengan bintik merah lembayung DAN Nadi tersembunyi, lambat, sulit diraba MAKA Sindrom Stagnasi Xue di Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras)
Apabila seorang pasien telah didiagnosa, maka ada aturan pemberian terapi yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Tabel Terapi Titik Meridian No
Penyakit Jantung
Titik Terapi
1
Sindrom Qi Xu Jantung
BL 15, Ht 7, Pc 6, CV 17, CV 6
2
Sindrom Yang Xu Jantung
BL 15, CV 17, Pc 6, CV 6, GV 14
3
Sindrom Yang Binasa Jantung
BL 23, GV 4, BL 15, GV 14, St 36, Pc 6, GV 20, CV 6, CV 4, CV 8
4
Sindrom Xue Xu Jantung
Ht 7, Pc 6, CV 14, CV 15, CV 4, BL 17, BL 20
5
Sindrom Yin Xu Jantung
Ki 7, Ht 6, Ki 6, Ht 7, Pc 6, CV 14, CV 15, CV 4, Sp 6
6
Sindrom Api Jantung Berkobar
Ht 8, CV 15, Ht 7, Sp 6, Ki 6
7
Sindrom Reak Panas Jantung
BL 15, Ht 8, Pc 5, BL 20, CV 12, Sp 6, St 40, Ht 7, Lr 3, Li 4, GV 20, GV 24, Lr 2
8
Sindrom Reak Menyumbat Pintu Jantung
BL 15, Pc 5, Ht 9, GV 26, BL 20, CV 12, Sp 6, St 40
9
Sindrom Stagnasi Xue di Jantung
Pc 1, BL 14, Pc 4, Ht 7, BL 17, Sp 10, CV 17, Ki 25
Akupuntur pada titik-titik meridian bukan satu-satunya saran pengobatan yang diberikan terhadap pasien, namun juga ada metode pengobatan dengan menggunakan tanaman obat (Ridho, 2012) dan terapi nutrisi (Kastner, 2004).
4.2 Analisis Kebutuhan Sistem Sistem pakar dirancang untuk memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mampu mengadaptasi pemikiran pakar dalam memberikan diagnosa penyakit jantung secara TCM yang dituangkan dalam suatu kaidah dengan seakurat mungkin. 2. Mampu memberikan saran terhadap pengobatan yang harus dilakukan. 3. Mampu menyimpan rekam medis pasien.
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
45
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: 1. Studi Pustaka, digunakan untuk mendapatkan informasi yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan sistem pakar dengan bersumber pada buku dan internet. 2. Wawancara, ditempuh guna mendapatkan pengetahuan langsung dari pakar. Wawancara dilakukan dengan pakar TCM, yaitu Dwi Intani, S.Far., Apt., Akp., dan Teddy Kusnadi, OMD. Data dasar yang telah diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk representasi pengetahuan yang sesuai. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model representasi pengetahuan Kaidah Produksi (Production Rule).
4.3 Desain Sistem Use Case Diagram Global Use Case untuk sistem ini dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan gambar tersebut, terdapat tiga aktor yang merupakan pengguna sistem pakar yang dikembangkan, yaitu Administrator, Pakar dan User. Administrator merupakan pengguna yang memiliki wewenang untuk mengelola data semua pengguna sistem dan mengelola data pakar. Pakar merupakan pengguna yang memiliki wewenang untuk mengelola pengetahuan yang terdapat dalam sistem yang dikembangkan dan mengakuisisi pengetahuan baru kedalam sistem. User merupakan pengguna yang wewenangnya terbatas pada pengelolaan data pasien dan konsultasi.
Gambar 2 Global Use Case TCM
Activity Diagram Terdapat beberapa activity diagram yang dibuat untuk merancang proses dalam sistem ini, yaitu activity diagram untuk login, konsultasi kasus baru, kasus
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
46
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
lanjutan, rekam medis, aturan diagnosa, aturan terapi, penambahan terapi, manajemen data pasien, data pakar, dan data pengguna. Untuk activity diagram konsultasi kasus baru dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Activity diagram konsultasi kasus baru
Perancangan Mesin Inferensi Inferensi terbagi menjadi 2, yaitu inferensi diagnosa dan inferensi terapi. Algoritma penalaran yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan pada Gambar 4 dan Gambar 5.
Gambar 4 Diagram Alir Inferensi Diagnosa
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
47
Gambar 5 Diagram Alir Inferensi Terapi
Perancangan Basis Data Perancangan basis data diadopsi dari basis data pada studi kasus TubEx System (Kusrini, 2008), disesuaikan dengan kebutuhan penelitian ini. Hasil dari perancangan basis data dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Skema basis data hasil perancangan
5. Hasil Penelitian dan Pembahasan Beberapa tampilan dari aplikasi yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 7 hingga Gambar 13.
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
48
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Gambar 7 Tampilan muka aplikasi Sistem Pakar TCM
Gambar 8 Tampilan menu konsultasi baru
Gambar 9 Tampilan saran terapi
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
49
Gambar 10 Tampilan menu konsultasi lanjutan
Gambar 11 Tampilan menu rekam medis
Gambar 12 Manajemen titik terapi
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
50
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Gambar 13 Manajemen aturan diagnosis
Pengujian dilakukan secara acak dan berfokus pada syarat fungsional perangkat lunak untuk memastikan apakah sistem yang dihasilkan sudah sesuai dengan rancangan yang dibuat. Proses pengujian adalah sebagai berikut:
User memasukkan gejala dengan memilih pada menu gejala.
Selanjutnya sistem akan mencari semua kemungkinan penyakit pada basis pengetahuan berdasarkan gejala yang dimasukkan.
Apabila hasil yang didapat lebih dari 1 penyakit, maka sistem akan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai gejala lain yang dialami pasien untuk mencari kemungkinan penyakit yang diderita.
Hasil akhir yang tampil adalah diagnosa penyakit dengan CF terbesar.
Selanjutnya User dapat melihat saran terapi yang diberikan oleh sistem berdasarkan diagnosa tersebut dengan menekan tombol Terapi.
Apabila sistem berjalan sesuai dengan aturan pada basis pengetahuan dan semua fungsi komponen pada setiap interface berfungsi dengan benar, maka sistem telah berjalan dengan baik.
Contoh kasus diagnosa penyakit jantung:
User memilih gejala “mudah lelah”.
Kemungkinan penyakit yang ditampilkan oleh sistem: Sindrom Qi Xu Jantung, Sindrom Yang Xu Jantung dan Sindrom Yang Binasa Jantung dengan CF masing-masing 1,00.
Sistem memberikan pertanyaan: o
Apakah nafas pendek? Jawaban User: Ya. Berdasarkan aturan dalam basis pengetahuan, kemungkinan penyakit berkurang 1, yaitu Sindrom Yang Binasa Jantung.
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
o
Apakah Wajah pucat? Jawaban User: Ya.
o
Apakah Berkeringat? Jawaban User: Ya.
o
Apakah lidah merah pucat? Jawaban User: Ya.
51
Berdasarkan aturan dalam basis pengetahuan, kemungkinan penyakit berkurang 1, yaitu Sindrom Yang Xu Jantung.
o
Apakah Nadi Lemah? Jawaban User: Ya.
o
Apakah Palpitasi/Berdebar? Jawaban User: Ya.
o
Apakah Bibir Pucat? Jawaban User: Ya.
Sistem memberikan hasil diagnosa, pasien menderita Sindrom Qi Xu Jantung dengan CF 1,00.
User dapat melihat saran terapi yang diberikan oleh sistem dengan menekan tombol Terapi. Dalam kasus ini, sistem memberikan saran terapi: Terapi Qi Xu, yang terdiri dari gambar pemilihan titik terapi yang harus diakupuntur, obat herbal yang bisa dikonsumsi dan nutrisi yang harus diperhatikan.
Hasil konsultasi akan disimpan sebagai data rekam medis pasien.
6. Penutup 6.1 Kesimpulan 1. Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk diagnosa penyakit jantung yang dihasilkan, dirancang dengan tampilan sederhana sehingga mudah untuk dimengerti dan digunakan oleh pengguna. 2. Sistem pakar yang dihasilkan mampu memberikan saran pengobatan berdasarkan diagnosa yang diberikan. 3. Sistem pakar yang dihasilkan mendukung untuk dilakukan penambahaan pengetahuan baru oleh pakar, sehingga sistem ini tidak statis dan dapat dikembangkan.
6.2 Saran 1. Sistem pakar ini akan lebih baik apabila database yang digunakan terpusat dan dapat diakses oleh banyak pengguna. Hal tersebut akan memudahkan pakar dalam melakukan update pengetahuan. 2. Aplikasi sistem pakar dapat dikembangkan menjadi aplikasi online berbasis web, sehingga lebih mudah diakses dan lebih mudah dalam memelihara sistemnya.
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
52
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Daftar Pustaka Armalina, V., 2012. Perancangan Antarmuka (Design Interface) - part 1. Handout Kuliah. [Online] Tersedia di: http://viska.web.id/wp-content/uploads/2012/ 09/Pertemuan4_Perancangan-ANtarmuka.pptx [Diakses pada 1/5/2013]. Hartati, S. & Iswanti, S., 2008. Sistem Pakar dan Pengembangannya. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kasniyah, N., 2009. Fenomena budaya dalam penyembuhan penyakit secara tradisional: pijat refleksi dan transfer penyakit dengan media binatang. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik (MKP), 22(4), pp. 1-12. Kastner, J., 2004. Nutrition Chinese Therapy. 1st Edition. Herrsching: Thieme. Kusrini, 2008. Aplikasi Sistem Pakar Menentukan Faktor Kepastian Pengguna Menggunakan Metode Kuantifikasi Pertanyaan. Yogyakarta: Andi. MySQL, 2013. MySQL and Big Data. [Online] Tersedia di: http://www.mysql.com/ why-mysql/bigdata/ [Diakses pada 16/5/2013]. Ridho, A., 2012. Bekam Sinergi. Solo: AQWAMEDIKA. Setyaningrum, E., 2011. Penyakit Jantung Bawaan Bisa Disembuhkan. [Online] Tersedia di: http://www.politikindonesia.com./index.php?k=wawancara&i= 42506 [Diakses pada 1/5/2013]. Sukamto, R.A. & Shalahuddin, M., 2011. Rekayasa Perangkat Lunak. Bandung: Modula. Turban, E., Aronson, J.E. & Liang, T.P., 2005. Decision Support Systems and Inttelligent Systems (Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas). Edisi 7. Yogyakarta: Andi. Wahyudi, 2011. Penggolongan Sindrom dalam Akupuntur. Yogyakarta: LPK Sumber Waras.
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
STRATEGI UNTUK MERAIH KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM E-BUSINESS, STUDI KASUS PADA AMAZON.COM Arif Himawan Program Studi Manajemen Informatika STMIK Jenderal A. Yani Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Internet telah mengalami fase naik (growth), menurun (decline) dan growth kembali. Tidak banyak perusahaan yang terjun dalam E-Business mampu beradaptasi pada siklus hidup yang dialami oleh internet tersebut. Salah satu perusahaan yang mampu beradaptasi dan sukses dalam berbisnis pada siklus hidup internet tersebut adalah Amazon.com. Tulisan ini mencoba mengidentifikasi strategi yang dibangun oleh Amazon.com untuk meraih keunggulan kompetitif dalam berbisnis di era internet. Tulisan ini menemukan bahwa strategi yang dibangun oleh Amazon.com berdasar pada visi, misi dan nilai organisasi yang kuat serta pemahaman atas kebutuhan dan keinginan konsumen. Kata Kunci: Strategi, Keunggulan Kompetitif, SWOT, Value Chain Management, Resource-Based View Strategy.
1. Latar Belakang Sebuah industri selalu mempunyai siklus alamiah (Industrial Life Cycle) yang juga akan dialami oleh semua industri (Porter, 1994; Simons, 2001). Sebagaimana bisnis lainnya, bisnis online telah mengalami siklus alamiah dari sebuah evolusi, dari awalnya lahir kemudian tumbuh dengan cepat – bahkan terlalu cepat – lalu dengan cepat pula jatuh dan kemudian saat ini kembali tumbuh kembali menjadi lebih kuat tapi dengan tahapan yang lebih gradual dari awal pertumbuhannya dulu (Shabazz, 2004; Coffman dan Odlyzko, 2001). Bisnis online sendiri lahir seiring dengan lahirnya internet. Banyak perusahaan yang berlomba-lomba untuk turut serta dalam bisnis online ini. Perusahaan-perusahaan inilah yang kemudian dikenal sebagai perusahaan dotcom sedangkan era tersebut kemudian dikenal sebagai era dotcom bubble. Pada tahun 1999, tidak kurang dari 10 Milyar Dolar AS atau 100 Trilyun Rupiah dihabiskan perusahaan-perusahaan untuk membangun bisnis online mereka (Kenny dan Marshall, 2001). Uang yang sudah dihamburkan oleh perusahaan-perusahaan bagi EMarketing pada awal era dotcom tersebut ternyata tidak berbanding lurus dengan respon masyarakat atas bisnis online mereka. Situasi inilah yang kemudian membuat banyak perusahaan dotcom yang kemudian memilih berhenti berbisnis
53
54
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
online. Hal inilah yang kemudian menjadi penanda era penurunan bisnis online atau sering disebut sebagai era dotcom crash (Kenny dan Marshall, 2001). Setelah beberapa saat bisnis online mengalami fase decline atau penurunan, bisnis online kembali menemukan momentum perkembangannya kembali seiring bertambah – atau bahkan bergesernya – fungsi internet. Internet telah bergeser dari hanya sekedar jaringan yang saling terhubung, media dan channel menjadi lebih kepada gaya hidup (Dimas, 2009). Salah satu perusahaan yang dapat terus bertahan baik pada saat berkembang,
penurunan
dan
bangkitnya
kembali
bisnis
online
adalah
Amazon.com (Kha, 2000; Casey dan Caroll, 2004). Amazon yang didirikan pada tahun 1995 mampu terus bertahan dan tumbuh hingga saat ini. Dari hanya 2 orang karyawan di awal berdirinya hingga tumbuh menjadi 33.700 orang karyawan hanya dalam tempo 15 tahun. Penghasilannya juga tumbuh dari hanya US$ 80.000 pada bulan-bulan awal pendiriannya hingga mencapai US$ 34,204 Milyar pada tahun 2010 (Amazon Watch, 2012). Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Amazon dapat ikut berkembang pada era dotcom bubble kemudian bertahan dan selamat dari era dotcom crash serta kemudian tumbuh semakin kuat dan besar setelahnya. Tulisan ini juga diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terutama bagi pengidentifikasian strategi yang diperlukan dalam e-business untuk meraih keunggulan kompetitif. Secara umum telah banyak tulisan dan penelitian yang membahas tentang Amazon.com, beberapa diantaranya adalah Kha (2000) serta Casey dan Caroll (2004). Kha (2000) meneliti tentang faktor yang menjadi kunci sukses dalam hubungan perusahaan ke konsumen atau Business to Customer (B2C) di era ekonomi digital pada Amazon dan Dell. Ka menemukan bahwa pada era eknomi digital khususnya dalam relasi Business to Customer, Amazon dan Dell memiliki faktor kunci keunggulan sebagai berikut: a) memulai dengan cepat untuk memenangi momentum, b) mengintegrasikan web ke dalam bisnis inti perusahaan, c) fokus pada pemberian nilai tambah bagi konsumen, d) mempermudah konsumen dalam terkoneksi dengan perusahaan, dan e) meningkatkan pengalaman kepuasan konsumen melalui interaksi perusahaan dengan konsumen. Dalam penelitiannya Ka hanya membicarakan relasi antara perusahaan dan konsumen dalam terminologi Business to Customer (B2C) sedangkan strategi untuk meraih keunggulan kompetitif belum mendapat porsi yang cukup untuk dibahas.
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
55
Casey dan Caroll (2004) melakukan penelitian tentang dampak era dotcom crash pada Amazon.com dilihat dari perspektif strategi. Casey dan Caroll menemukan bahwa nilai-nilai perusahaan yang diyakini dan dijalankan oleh Amazon mampu menyelamatkan Amazon pada era dotcom crash. Penelitian yang dilakukan oleh Casey dan Caroll berbasis pada saat dimana bisnis online mengalami penurunan. Namun Casey dan Caroll belum membahas saat dimana bisnis online kembali berkembang dengan begitu banyaknya perusahaan yang masuk (atau kembali masuk) ke dalam bisnis online yang secara otomatis akan menambah jumlah kompetitor bagi Amazon dan menaikkan tingkat persaingan di antara mereka. Oleh karenanya dibutuhkan sebuah tulisan tentang strategi yang dipakai oleh perusahaan e-business dalam hal ini Amazon.com untuk tidak hanya bertahan namun juga berkembang di tengah ketatnya persaingan bisinis online. Strategi yang mampu menciptakan dan membawa keunggulan kompetitif bagi perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri dan akan meningkatkan kualitas persaingan dalam industri yang digelutinya (Porter, 1994).
2. Strategi Meraih Keunggulan Kompetitif Porter dan Villar (1985) menjabarkan keunggulan kompetitif sebagai suatu kemampuan suatu perusahaan untuk meraih keuntungan ekonomis di atas laba yang mampu diraih oleh pesaing di pasar dalam industri yang sama. Perusahaan
yang
memiliki
keunggulan
kompetitif
senantiasa
memiliki
kemampuan dalam memahami perubahan struktur pasar dan mampu memilih strategi pemasaran yang efektif (Porter, 1994). Untuk meraih keunggulan kompetitif diperlukan strategi yang tepat terutama strategi yang fit dengan lingkungan perusahaan baik lingkungan internal maupun eksternal (Hitt, et al., 2001). Sehingga strategi untuk meraih keunggulan kompetitif adalah sejumlah keputusan dan aksi yang menghasilkan formulasi dan implementasi perencanaan yang didesain untuk meraih keuntungan ekonomis di atas laba yang mampu diraih oleh pesaing dalam industri yang sama (Hitt, et.al., 2001; Porter 1994). Strategi sendiri dikembangkan dalam beberapa tahap yaitu: a) analisa trend atau kecenderungan berdasarkan pola, b) analisa lingkungan (SWOT), c) membuat pilihan strategi yang akan dipilih, d) memilih strategi yang dianggap paling tepat, dan e) mentransformasikan strategi menjadi aksi (Pearce dan Robinson, 2003). Salah satu bentuk strategi untuk meraih keunggulan kompetitif adalah Value Chain Management (Porter, 1994), yang merupakan sekumpulan
Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business .... Arif Himawan
56
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
aktifitas untuk mendesain, membuat, memasarkan dan mengirimkan produk pada konsumen sehingga konsumen dapat merasakan mendapatkan nilai tambah di samping produk atau jasa yang dibelinya (Porter, 1994). Strategi yang mampu mendatangkan keunggulan kompetitif akan memberi dampak kepada perusahaan berupa posisi yang unik di mata konsumen, keunggulan bersaing atas kompetitor, konsumen sulit untuk mencari produk atau jasa pengganti, rekanan yang tepat bagi pemasok serta menjadi penghalang bagi kompetitor pendatang baru (Porter, 1994). Strategi tersebut dapat
memberikan
keunggulan
kompetitif
yang
berkelanjutan
sehingga
perusahaan memilki keungulan sumber daya strategis. Sumber daya strategis tersebut memiliki ciri Value (bernilai), Rare (langka), Imperfectly Immitable (sulit ditiru) dan Non Substituable (tidak tergantikan) (Henry, 2008).
3. Gambaran Objek Penelitian 3.1 Sekilas Amazon.com Amazon.com didirikan Jeffrey Preston Bezoz bersama istrinya Mackenzie pada tanggal 16 Juli 1995 di Seattle, Amerika Serikat. Jeff Bezoz sendiri tadinya adalah seorang wirausahawan sejati walaupun sempat meniti karir sebagai profesional dan bahkan sempat mencatatkan rekor sebagai Senior Vice President termuda dari DE Shaw Bank (Kotha, 1998). Jeff Bezoz mendapatkan ide mendirikan Amazon setelah sebelumnya melihat petumbuhan pengguna internet pada tahun 1994 yaitu sebesar 2300 persen (Kotha, 1998) dan masih sedikitnya buku yang dijual secara online. Awalnya amazon.com didirikan dari garasi rumah Bezoz dengan hanya mengandalkan 3 buah Sun Microsystem bekas di atas meja komputer bekas pula. Awalnya karyawan Amazon.com hanya dua orang yaitu Jeff Bezoz dan istrinya sendiri. Dalam bulan pertama pendiriannya, Amazon.com telah menerima pesanan dari 50 negara bagian di Amerika Serikat dan 45 negara lain di dunia. Pada September tahun yang sama, Amazon berhasil meraih omzet penjualan 20.000 dolar AS per minggu. Nama Amazon sendiri diambil dari nama sungai terpanjang di benua Amerika. Nama ini sendiri mewakili harapan Bezoz pada usahanya agar tumbuh menjadi perusahaan yang berskala besar dan pendapatan yang panjang dan berlimpah sesuai dengan tagline Amazon.com pada waktu itu yaitu “Earth’s Biggest Book Store”. Visi Amazon.com adalah “Customer focused world class company” atau “Perusahaan dunia yang sangat berpusat pada pelanggan”.
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
57
Sedangkan misinya adalah “We are happy to deliver anything to anywhere” seperti tercermin dari logo Amazon.com (Gambar 1).
Gambar 1 Logo Amazon.com
Pada tahun 2010 Amazon telah mencatatkan pendapatan sebesar US$ 34,204 Milyar, laba bersih sebesar US$ 1,152 Milyar dengan total aset sebesar US$ 18,797 Milyar. Jumlah karyawan Amazon.com meningkat pesat dari hanya 2 orang pada awal pendiriannya menjadi 33.700 orang karyawan hanya dalam tempo 15 tahun (Amazon Watch, 2012). Pada tahun 2011 Amazon menjadi salah satu dari 11 brand paling mahal dari dunia teknologi informasi dengan nilai brand US$ 18,6 Miyar (Interbrand dalam Business Insider, 2012). Pertumbuhan Amazon.com diraih melalui 4 (empat) pilar strategi, yaitu: [1] layanan konsumen, [2] costumer connection, [3] supply chain management, dan [4] diversifikasi. (Amazon Watch, 2012). Layanan konsumen melibatkan seluruh karyawan yang ada tanpa kecuali. Visi, Misi, Tujuan, dan Nilai Amazon.com ditanamkan kepada seluruh karyawan Amazon.com melalui contoh oleh pendirinya. Costumer connection melibatkan pembangunan website dalam berbagai bahasa. Supply chain management melibatkan pembangunan banyak gudang Amazon.com di daerah metropolitan dan diversifikasi Amazon.com dilakukan dengan perluasan bisnis dengan tidak hanya menjual buku dan toko ritel online namun juga bisnis lainnya seperti gadget e-book reader.
3.2 Visi, Misi dan Tujuan Amazon.com Visi
: Perusahaan dunia yang berpusat pada pelanggan
Misi
: Kami senang untuk mengirimkan apapun kemanapun
Tujuan : Memberikan konsumen tidak hanya beragam produk serta kualitas layanan namun juga nilai tambahan yang mungkin diberikan sehingga Amazon dapan menjadi toko ritel online terbesar di dunia. Value
: [1] Obsesi pelanggan, [2] Kepemilikan, [3] Kemampuan untuk aksi, [4] Kesederhanaan, [5] Perekrutan yang baik, dan [6] Inovasi (Amazon Watch, 2012)
Analisa : Menurut Collin dan Porras (2001), visi, misi dan tujuan harus mengandung nilai inti atau karakter dan tujuan inti sebuah perusahaan. Dalam hal visi, misi, tujuan beserta implementasinya, Jeff Bezoz dan
Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business .... Arif Himawan
58
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Amazon.com telah melakukannya dengan baik melalui implementasi dan induksi nilai kepada seluruh karyawan Amazon.com. Hal ini terbukti dari terus meningkatnya kualitas dan skala perusahaan dan kepuasan konsumen yang terus terjaga di tengah persingan bisnis online yang semakin ketat. Amazon bukan sekedar perusahaan penjualan ritel namun lebih menjadi perusahaan yang mengutamakan konsumennya. Contoh : implementasi visi, misi, tujuan dan nilai Amazon.com dalam kegiatan operasionalnya dapat tercermin dari cara Amazon mendekatkan diri pada konsumennya (cuctomer focused), yaitu: [1] Setiap karyawan Amazon tanpa kecuali (termasuk Jeff Bezoz) wajib menghabiskan 2 hari dalam setiap tahun di bagian layanan konsumen. Oleh karenanya Amazon mempersilahkan konsumennya untuk menghubungi Amazon dan mengatakan “if you are lucky, you’ll be served by the CEO himself”. [2] Untuk dapat melakukan pengiriman dengan lebih cepat, Amazon membangun gudangnya di banyak tempat dekat daerah metropolitan yang merupakan basis lokasi kebanyakan konsumen Amazon.com. Sampai tahun 2012 Amazon telah memiliki lebih dari 10 gudang yang tersebar di seantero Amerika Serikat dan Kanada. [3] untuk konsumen potensial dengan bahasa ibu yang berbeda, Amazon membangun website dengan berbagai bahasa, seperti: amazon.fr, amazon.cn, dan amazon.co.jp (Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4).
Gambar 2 Tampilan amazon.fr
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
59
Gambar 3 Tampilan amazon.cn
Gambar 4 Tampilan amazon.co.jp
4. Pembahasan 4.1 Sumber Daya Strategis (Resource-Based View) 1. Valuable Supply chain management Amazon mampu memberikan nilai lebih kepada pelanggan. Contohnya adalah dengan membangun gudang yang mendekati lokasi tinggal pelanggan maka waktu pengiriman dapat dipersingkat dan biaya pengirimannya pun dapat dipotong. Sehingga konsumen mendapatkan best value price. 2. Rare Pelayanan konsumen yang dilakukan oleh seluruh karyawan Amazon tanpa kecuali (termasuk pendiri dan CEO) adalah hal yang belum pernah
Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business .... Arif Himawan
60
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
dilakukan sebelumnya oleh perusahaan lain. Amazon termasuk salah satu perusahaan paling awal yang memanfaatkan situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter untuk mendekatkan diri pada konsumennya. Pendekatan ini dilakukan dengan sangat transparan bahkan semua komentar (baik maupun buruk) konsumen di laman website Amazon tidak disensor (Gambar 5). Hal ini semakin membuktikan visi Amazon yang sangat berpusat pada pelanggan dengan penuh kejujuran dan semakin membuat konsumen dekat dan percaya pada Amazon karena kualitas hubungan yang diberikan dan tidak banyak perusahaan (baik online maupun offline) yang melakukannya.
Gambar 5 Laman Amazon Customer Services
3. Imperfectly Imitable Banyak perusahaan yang sudah mencoba untuk meniru supply chain management yang diterapkan oleh Amazon, namun karena supply chain management milik Amazon terus dikembangkan dengan investasi yang signifikan sehingga para kompetitor sulit untuk mengikuti standar yang telah diterapkan oleh Amazon. Beberapa bentuk dari strategi tersebut adalah:
Amazon memiliki lebih dari 10 gudang dengan luas masing-masingnya ± 10.000 m2
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
61
Konsumen yang dilayani oleh gudang terdekat dengan jarak maksimal 200 mil telah mencapai 79%
Pesanan paling lambat diterima oleh konsumen pada hari berikut setelah pemesanan sedangkan kompetitor paling cepat 2 atau 3 hari setelahnya.
Hal ini menunjukkan kekuatan jaringan dan operasional Amazon. 4. Non substitutiable Sumber daya Amazon yang tidak dapat tergantikan adalah merupakan gabungan dari beberapa faktor berikut:
best price value yang diberikan oleh Amazon
kemampuan Amazon menyediakan berbagai pilihan produk dengan berbagai pilihan layanan (contoh: diversifikasi produk, website berbagai bahasa dan pilihan layanan pengiriman)
pengalaman Amazon sebagai salah satu perusahaan ritel online pertama yang selamat dari era dotcom crash pada tahun 2003 memberikan standar di pelayanan ritel
kemudahan pemesanan produk dan kecepatan barang diterima oleh konsumen
4.2 Mentransformasikan Strategi Menjadi Aksi 1. Mengartikulasikan visi strategis dan misi bisnis Visi Amazon untuk menjadi “Perusahaan Dunia Yang Berpusat Pada Konsumen” diartikulasikan bahwa keberadaan Amazon tidak akan berarti tanpa memberikan nilai tambah pada konsumen dan konsumenlah selain karyawan sebagai elemen terpenting perusahaan. Misi Amazon dengan “We Are Happy To Deliver Anything To Anywhere” diartikulasikan bahwa nature of business Amazon sebagai perusahaan ritel online yang menyediakan berbagai produk dengan berbagai pilihan layanan harus dapat menjangkau konsumen dengan cara yang paling cepat dan efisien. 2. Merumuskan tujuan yang merupakan konversi visi strategis menjadi kinerja spesifik yang harus dicapai Tujuan Amazon menjadi toko ritel online terbesar dunia dibangun di atas 6 pilar nilai perusahaan yaitu: 1) Obsesi pelanggan, 2) Kepemilikan, 3) Kemampuan untuk aksi, 4) Kesederhaan, 5) Perekrutan yang baik, dan 6) Inovasi. Hal ini terbukti dengan Amazon menjadi toko ritel online terbesar di dunia dengan capaian finansial yang signifikan dengan tetap mempertahankan nilai-nilainya dalam kegiatan strategis dan operasionalnya.
Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business .... Arif Himawan
62
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
3. Menyusun Strategi Visi Amazon untuk menjadi “Perusahaan Dunia Yang Berpusat Pada Konsumen” diartikulasikan dengan memberikan layan konsumen yang baik oleh seluruh karyawan dan memberikan pilihan produk serta pengembangan jenis produk dan pilihan layanan. Misi Amazon dengan “We Are Happy To Deliver Anything To Anywhere” diartikulasikan dengan membangun dan mengembangkan strategi supply chain management berupa pembangunan gudang-gudang yang mendekati lokasi tinggal sebagian besar konsumennya. 4. Implementasi dan Eksekusi Strategi Secara umum penjabaran implementasi dan eksekusi strategi Amazon diilhami dari 6 nilai perusahaan dan diwujudkan ke dalam konsep 6 M, yaitu:
Men: Setiap Karyawan Amazon tanpa kecuali hatus wajib menghabiskan 2 hari dalam 1 tahun di bagian layanan konsumen. Tujuannya adalah untuk kepuasan konsumen dan pemantauan kinerja.
Materials: membangun gudang yang luas di berbagai wilayah yang mendekati daerah metropolitan. Tujuannya adalah pengelolaan rantai suplai produk kepada konsumen.
Money: Amazon sangat efisien dalam operasinya. Dimulai dari garasi rumah dengan komputer dan meja bekas hingga menjelma menjadi perusahaan besar. Hasilnya adalah Amazon dapat memberikan best price value pada konsumen. Selain itu Amazon terus mengembangkan berbagai produk seperti perluasan produk yang dijual dan memproduksi gadget eBook Reader yang menghasilkan keuntungan yang signifikan.
Method: walaupun perusahaan online namun tetap mendekatkan diri secara
fisik
kepada
konsumen
melalui
layanan
konsumen
dan
pembangunan gudang di berbagai wilayah. Hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan lebih cepat (responsif) kepada konsumen sesuai dengan visi Amazon sebagi perusahaan dunia yang berusat pada pelanggan.
Machine: untuk lebih mendekatkan diri pada konsumennya di berbagai belahan dunia Amazon membangun website dengan beragam bahasa pengantar seperti Prancis (amazon.fr), China (amazon.cn), Jepang (amazon.co.jp), dan lain-lain.
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
63
5. Evaluasi Kinerja, Monitoring dan Adjustment Dengan turun langsung setidaknya pada bagian pelayanan konsumen, CEO dan Founder Jeff Bezoz beserta jajaran manajemennya dapat memantau kepuasan konsumen yang berakar dari kinerja operasional dan pelayanan yang diberikan oleh para karyawan Amazon sekaligus memantau implementasi strategi dan program baru yang dicanangkan.
4.3 Perspektif Manajemen Strategis (Knowledge Based View) Dari sudut pandang pengetahuan yang dimiliki manajemen strategis Amazon terus mengembangkan dirinya dan terus memantau perkembangan lingkungan sekitar. Amazon terus berusaha menjadi organisasi pembelajar (learning organization). Salah satu bentuk Amazon untuk menjadi learning organization adalah dengan pemantau secara langsung kebutuhan, harapan dan kegelisahan konsumen melalaui progam layanan konsumennya yang wajib diikuti oleh seluruh karyawan tanpa kecuali. Program lain yang ditujukan untuk memahami konsumen adalah dengan mengembangkan website multibahasa. Dengan memahami konsumen lebih dalam, maka setiap karyawan Amazon akan memiliki pengetahuan yang tidak kasat mata (tacit knowledge) yang baik tentang konsumennya. Tacit knowledge yang dimiliki kemudian ditransformasikan
menjadi
explicit
knowledge
guna
meraih
keunggulan
kompetitif. Keunggulan inilah yang mengantarkan Amazon menjadi toko ritel online terbesar di dunia dan mempertahankan kualitas produk dan layanannya. Contoh transformasi tacit knowledge menjadi explicit knowledge adalah pemahaman atas kebutuhan konsumumen yang menginginkan menerima produk yang sudah dipesan dan dibeli melalui situs online dengan lebih cepat. Perwujudan dari pemahaman tacit knowledge diimplementasikan ke dalam beberapa hal, yaitu: 1) membangun banyak gudang yang semakin mendekati lokasi tinggal sebagian besar konsumen Amazon. 2) diversifikasi produk dan layanan seperti tidak hanya menjual buku namun telah merambah produk lainnya seperti alat komunikasi, DVD, busana, alat rumah tangga dan lain-lain serta memproduksi gadget eBook Reader (Kindle Fire). Jika dilihat dari 5 kekuatan yang membentuk kompetisi sebuah industri (yang dirumuskan oleh Porter) maka dapat terlihat pengaruhnya sebagai berikut:
Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business .... Arif Himawan
64
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Konsumen: memberikan best price value bagi kosumen. Harga yang diberikan oleh Amazon mungkin bukanlah yang termurah namun memberikan nilai dan manfaat yang paling baik bagi konsumennya. Kompetitor: Sulit untuk meniru kombinasi produk, layanan serta standar jaringan dan operasional yang telah di-set oleh Amazon. Produk Pengganti: sulit untuk menemukan bisnis ritel online yang sepadan dengan Amazon atau bahkan mendekati standarnya. Supplier: supplier akan berlomba untuk dapat menjual produknya melalui Amazon sehingga Amazon dapat menerapkan standar harga kulakan yang murah dari supplier. Pendatang baru: dengan standar layanan dan jaringan operasionalnya maka akan teramat sulit untuk menjadi kompetitor Amazon. Dengan strategi ini Amazon mendapat Sustainable Competitive Advantages karena sulitnya pendatang baru masuk mengingat bisnis internet yang banyak menganut falsafah me too atau meniru.
4.4 SWOT Analysis dan Strategi Yang Terkait Dengan SWOT Analisis SWOT
Strength: o
Termasuk yang paling awal terjun di bisnis ritel online khususnya buku
o
Visi, misi dan tujuan yang kuat
o
Memiliki nilai dan standar penerapannya yang kuat
Weakness: berada di wilayah yang sangat besar baik dari luasan maupun sebaran penduduk
Opportunity: o
Pengguna internet yang tumbuh secara dramatis (2300% di tahun 1994)
o
Belum banyak yang menjual buku
Threat: o
banyaknya kompetitor dari mudahnya pendatang baru untuk masuk ke bisnis online (internet)
o
beragamnya konsumen di dunia maya (internet) baik dari sisi karakter, demografi dan tingkat penghasilan
Formulasi Strategi berbasis SWOT SO
: Membangun bisnis ritel online (awalnya hanya buku) dan mendekatkan diri pada konsumen yang besar dengan dasar nilai-nilai perusahaan yang
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
65
kuat (“perusahaan dunia yang berpusat pada pelanggan”, “we are happy to deliver anything to anywhere”) WO : membangun gudang yang mendekati lokasi tinggal konsumen sehingga pertumbuhan jumlah pengguna dan tingkat demand dapat didekati sehingga supply chain management dapat diimplemetasikan. ST
: menerapkan standar layanan dan keluasan jaringan sehingga dapat menyentuh lebih banyak konsumen sehingga konsumen mendapat best value price dan membatasi peluang kompetitor dan pendatang baru. Strategi lainnya adalah dengan diversifikasi yang tidak lagi hanya menjual buku namun telah merambah produk lainnya memproduksi gadget eBook Reader (Kindle Fire).
WT : Membangun layanan konsumen yang berkualitas dengan melibatkan seluruh karyawan tanpa terkecuali untuk meraih loyalitas konsumen dan mendapat tacit knowledge dan business intellegence yang ditransformasikan menjadi explicit knowledge guna meraih keunggulan kompetitif.
5. Kesimpulan Amazon.com mendasarkan strateginya pada visi, misi dan nilai perusahaan yang kuat. Nilai-nilai tersebut dikomunikasikan dan dipahami secara jelas oleh seluruh karyawan Amazon.com. Strategi yang dibangun Amazon mampu membawa keunggulan kompetitif dengan membentuk “aturan” baru dalam persaingan bisnis online (E-Business). strategi tersebut mampu menciptakan keunggulan melalui sumber daya yang dimiliki maupun melalaui kombinasi keunggulan sumber daya tersebut. Sumber daya yang dimiliki Amazon.com memiliki karakteristik Value (bernilai), Rare (langka), Imperfectly Immitable (sulit ditiru) dan Non substituable (tidak tergantikan). Strategi yang dikembangkan melalui Value Chain Management tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi konsumen, menjadi acuan bagi kompetitor, membuat masyarakat sulit menemukan produk dan layanan yang setara dengan Amazon.com, membuat pemasok lebih memilih Amazon.com dibanding yang lain dan menjadi standar yang sulit diikuti oleh para pendatang baru di ranah bisnis yang dijalani Amazon.com.
Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business .... Arif Himawan
66
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Daftar Pustaka Amazon Watch, 2012. Amazon in Focus (Fall 2012), Celebrating 15 Years, +Annual Financial Reports For 2011-2010. [Online] Available at: http://amazonwatch.org/assets/files/2012-amazon-in-focus.pdf [Accessed 1/5/2013]. Casey, R. & Caroll, W., 2004. The Impact of E-Commerce Industry Turmoil on Amazon.com: A Strategic Perspective. The Internet Business Review, 1, pp. 1-30. Coffman, K. G. & Odlyzko, A. M., 2001. Growth of Internet. [Online] Available at: http://www.dtc.umn.edu/~odlyzko/doc/oft.internet.growth.pdf [Accessed 1/5/2013]. Collin, J. C. & Porras, J. I., 2001. Built To Last: Tradisi Sukses Perusahaanperusahaan Visioner, Alih Bahasa Hifni Alifahmi. Jakarta: Erlangga. Dimas, 2009. Potret Gaya Hidup Ber-Internet. [Online] Available at: http://www. tempo.co/read/news/2009/03/24/072166438/Potret-Gaya-Hidup-BerInternet [Accessed 1/5/2013]. Henry, A., 2008. The Internal Environment: A Resource-Based View of Strategy. Understanding Strategic Management, pp. 125-148. Hitt, M. A., Ireland, R. D. & Hoskisson, R. E., 2001. Strategic Management Competitiveness and Globalization, 4th edition. Cincinnati: South-Western College Publishing. Kenny, D. & Marshall, J. F., 2001. Contextual Marketing: The Real Business of The Internet. Harvard Business Review, 78(6), pp. 119-125. Kha, L., 2000. Critical Succes Factor for Business-to-Customer E-Business: Lesson from Amazon and Dell. Tesis. Boston: Massachusetts Institute of Technology. Kotha, S., 1998. Competing on The Internet: How Amazon.com is rewriting the rules of competition. Advances in Strategic Management, 15, pp. 239-265. Pearce, J. A. & Robinson, R. B., 2003. Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control, 8th edition. Boston: McGraw-Hill. Porter, M. E., 1994. Keunggulan Bersaing: Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul. Alih Bahasa Tim Binarupa Aksara, Binarupa Aksara. Porter, M. E. & Millar, V. E., 1985. How Information Gives You Competitive Advantages. Harvard Business Review, July-August 1985, pp. 149-160. Shabazz, D., 2004. Toward a Better Understanding of e-Marketing Strategy: Past and Present. Services Marketing Quarterly, 26(2), pp. 117-130. Simons, K. L., 2001. Product Market Characteristics and The Industry Life Cycle. Manuscript. London: University of London.
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
RANCANG BANGUN SOFTWARE BERBASIS ANDROID UNTUK PENCARIAN MASJID TERDEKAT SEBAGAI ALAT BANTU BAGI MUSLIM MUSAFIR Nurochman Program Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Seorang muslim wajib melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari semalam. Bagi musafir, mencari masjid merupakan kebutuhan yang mendesak ketika hendak menunaikan sholat. Teknologi Global Positioning System (GPS) yang dipadukan dengan Location Based Service (LBS) dapat digunakan untuk membantu pengguna mencari lokasi obyek yang diinginkan, misalnya masjid. Namun kendala yang muncul adalah ketika pengguna berada pada daerah yang tidak mendapatkan sinyal. Penelitian ini telah berhasil membangun sistem berbasis android untuk mencari lokasi masjid terdekat dengan bantuan GPS atau menggunakan inputan berupa nama daerah dimana pengguna berada. Hasil pengujian menunjukan fungsionalitas sistem sudah berjalan dengan baik. Namun hanya saja akurasi dalam mendeteksi posisi pengguna sangat terpengaruh oleh kualitas GPS yang tertanam dalam device android pengguna. Kata Kunci: Masjid, Musafir, GPS, LBS, Android.
1. Pendahuluan Muslim di Indonesia merupakan masyarakat mayoritas. Seorang muslim wajib melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari semalam. Sholat wajib sudah ditentukan waktunya, sesuai firman Allah dalam surat Al-Nisaa: 103:
Artinya: “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. Seorang muslim yang sedang melakukan perjalanan jauh (musafir) juga tetap berkewajiban melaksanakan sholat fardhu meskipun ada keringanan sholat jamak. Bagi musafir, mencari masjid merupakan kebutuhan yang mendesak ketika hendak menunaikan sholat. Seringkali seorang musafir harus bertanya lebih dari satu kali kepada masyarakat setempat saat mencari masjid terdekat, sehingga kadang-kadang sampai kehabisan waktu sholat. Hal tersebut akan lebih sulit lagi ketika terjadi hujan lebat dimana biasanya jarang ada orang di pinggir jalan yang bisa ditanya. Teknologi yang telah ada saat ini yaitu GPS (Global Positioning System) yang dipadukan dengan LBS (Location Based Service) dapat digunakan untuk
67
68
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
membantu pengguna mencari lokasi obyek yang diinginkan, misalnya masjid. Namun kendala yang muncul adalah ketika pengguna berada pada daerah yang tidak mendapatkan sinyal. Google Map juga dapat membantu penggunanya dalam mencari lokasi obyek umum, tidak dikhususkan untuk pencarian masjid. Berdasarkan beberapa hal tersebut, dalam penelitian ini akan dirancang dan dibangun sebuah sistem pencarian masjid terdekat yang berjalan pada platform Android. Sistem ini memanfaatkan teknologi GPS dan LBS untuk mencari lokasi masjid terdekat dengan keberadaan pengguna. Selain itu supaya sistem dapat bekerja saat pengguna tidak memperoleh sinyal GPS, maka sistem juga dapat menerima masukan dari pengguna berupa nama jalan dan daerah dimana pengguna berada, untuk kemudian dapat mengeluarkan informasi masjid terdekat dengan jalan tersebut.
2. Cara Kerja Sistem 2.1 Halaman login admin Halaman login, dapat dilihat pada Gambar 1, digunakan oleh admin untuk masuk dalam sistem admin yang dapat melakukan operasi entri data masjid, update data masjid dan menghapus data masjid.
Gambar 1 Halaman Login Admin
2.2 Halaman input data masjid Halaman input data masjid, dapat dilihat pada Gambar 2, digunakan oleh admin untuk memasukan data masjid yang meliputi nama masjid, jenis masjid, akses masjid, tempat parkir, alamat masjid, dan lattitude longitude masjid. Admin dapat menentukan lokasi masjid dengan menggeser balon merah ke posisi yang diinginkan pada peta.
2.3 Halaman semua masjid Halaman ini menampilkan semua data masjid pada peta dan dapat dilihat tampilannya pada Gambar 3.
Nurochman .............. Rancang Bangun Software Android untuk Pencarian Masjid
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
69
Gambar 2 Halaman input data masjid
Gambar 3 Halaman semua masjid
2.4 Halaman daftar data masjid Halaman ini, dapat dilihat pada Gambar 4, menampilkan daftar data masjid yang sudah masuk ke dalam basis data.
2.5 Menu Utama Menu utama menampilkan semua menu yang ada dalam sistem klien, seperti terlihat pada Gambar 5.
Rancang Bangun Software Android untuk Pencarian Masjid .............. Nurochman
70
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Gambar 4 Halaman daftar data masjid
Gambar 5 Menu Utama
2.6 Tampilan deteksi masjid terdekat Tampilan ini, dapat dilihat pada Gambar 6, menunjukan pendeteksian posisi pengguna yang ditunjukan dengan balon berwarna biru serta masjidmasjid terdekat ditunjukan dengan ikon masjid warna hijau.
Gambar 6 Tampilan deteksi masjid terdekat
2.7 Pencarian masjid berdasar alamat Fitur ini digunakan apabila GPS tidak mendapatkan sinyal sehingga posisi pengguna tidak dapat terdeteksi oleh sistem. Pengguna dapat melakukan pencarian masjid berdasar alamat dimana mereka berada. Tampilannya dapat dilihat pada Gambar 7.
Nurochman .............. Rancang Bangun Software Android untuk Pencarian Masjid
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
71
Gambar 7 Pencarian masjid berdasar alamat
Misalkan pengguna berada di daerah Maguwo, maka akan muncul daftar masjid yang berada di daerah Maguwo seperti dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Daftar masjid di daerah maguwo
Selanjutnya bila dipilih masjid Diponegoro maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar 9.
Gambar 9 Rute menuju masjid
3. Penutup Penelitian yang dilakukan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. Sistem pencarian masjid terdekat pada smartphone Android telah berhasil dibangun dan berfungsi dengan baik. b. Sistem yang dibangun sangat tergantung kepada kualitas GPS yang tertanam dalam device yang digunakan pengguna baik smartphone maupun komputer tablet. c. Sistem telah berhasil membantu pengguna mencari masjid terdekat melalui pencarian berdasarkan alamat meskipun pengguna tidak mendapatkan sinyal GPS.
Rancang Bangun Software Android untuk Pencarian Masjid .............. Nurochman
72
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Daftar Pustaka Abdurrahman, 2011. Sistem Pelayanan Derek Mobil Berdasarkan Pos Terdekat Menggunakan Aplikasi Berbasis Web. Skripsi. Yogyakarta: Ilmu Komputer FMIPA UGM. Al Fatta, H., 2007. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan Bersaing Perusahaaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta: Andi. Kadir, A., 2003. Pemrograman WEB: Mencakup HTML, CSS, Javascript, dan PHP. Yogyakarta: Andi. Madcoms, 2004. Aplikasi Program PHP dan MySQL untuk Membuat Website Interaktif. Yogyakarta: Andi. Purnaadi, C.W., 2010. Aplikasi Peta Mobile untuk Pencarian Jalur Terpendek pada Sistem Operasi Android. Skripsi. Yogyakarta: Ilmu Komputer FMIPA UGM.
Nurochman .............. Rancang Bangun Software Android untuk Pencarian Masjid
APLIKASI PENERAPAN DIGITAL FORENSICS PADA SISTEM FILE Resi Utami Putri Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Forensik digital merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang berguna untuk menelusuri jejak yang ditinggalkan serta merekonstruksinya. Saat ini kejahatan komputer sudah menjadi hal biasa di kalangan masyarakat, terutama menyangkut pencurian data baik secara terang-terangan maupun tersembunyi. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melakukan pemulihan data yang telah dihilangkan pelaku yang memungkinkan membantu untuk penyelidikan oleh investigator forensik. Makalah ini mencoba untuk melihat tren forensik digital pada sistem file. Makalah ini menunjukkan beberapa tool yang berbeda yang digunakan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Forensik sistem file kini sangat diperlukan karena untuk menganalisis data yang disembunyikan oleh pelaku kejahatan. Kata kunci: forensik digital, sistem file, tool forensik, data.
1. Pendahuluan Pada masa kini, perkembangan teknologi semakin pesat, komputer dan internet sudah banyak digunakan dalam kehidupan kita. Kejahatan dengan menggunakan teknologi komputer, menyimpan bukti kejahatan pada komputer maupun jaringan. Penyadapan dan menganalisis data yang disimpan dalam berbagai perangkat
penyimpanan menjadi bagian
yang penting
dalam
memperoleh barang bukti. Tugas dari investigator forensik adalah mengumpulkan semua bukti yang tersedia untuk memahami dimana, bagaimana dan kapan serangan terjadi. Ketersediaan bukti memiliki dampak langsung terhadap kepastian kesimpulan yang diambil oleh investigator forensik mengenai modus dari penyerang. Seorang
penyerang
bisa
menghapus
atau
mengaburkan
bukti
untuk
menyembunyikan tindakan kejahatannya. Proses pengumpulan bukti berfokus pada mengenali dan mengidentifikasi bukti berdasarkan karakteristik sistem file. Rekonstruksi peristiwa memeriksa bukti untuk mencari tahu mengapa sebuah objek memiliki karakteristik tertentu. Pelaku kejahatan cenderung menyembunyikan atau mengenkripsi informasi sehingga ketika komputer mereka dikumpulkan oleh kepolisian, tidak ada bukti. Sebenarnya, ada banyak cara bagaimana data dapat bersembunyi. Cara yang paling terkenal adalah melakukan enkripsi data dan steganografi.
73
74
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Menganalisis bukti digital adalah tantangan utama forensik digital saat ini. Seorang tersangka dapat menghapus bukti pada harddisk. Hanya ada beberapa alat yang memungkinkan untuk merekonstruksi hasil forensik.
2. Landasan Teori Penggunaan teori diperlukan untuk mendefinisikan beberapa pengertian yang akan dibahas dalam makalah ini. Setiap sistem operasi mempunyai sistem file yang berbeda. Pada sistem operasi Windows, jenis sistem file-nya adalah FAT 12/32 dan NTFS. Sistem operasi Linux mempunyai sistem file Ext2/Ext3/Ext4 dan Reiser. Sedangkan Mac mempunyai sistem file HFS dan HFS+/HFSX. Sistem file yang paling banyak digunakan adalah NTFS. NTFS juga banyak digunakan pada sistem operasi Windows dan sebagian UNIX. Beberapa tools yang sering digunakan dalam forensik sistem file adalah Scalpel, Encase, FTK3, Foremost dan Revit. Dari beberapa tools tersebut yang paling banyak digunakan adalah Foremost. Beberapa bagian dari suatu sistem file menurut Giampaolo (1999) adalah sebagai berikut: a. Disk merupakan media penyimpanan dengan ukuran tertentu yang memiliki sektor atau ukuran blok. Ukuran blok adalah 512 byte. b. Blok merupakan satuan terkecil yang ditulis oleh disk atau file system. c. Partisi merupakan subset dari semua blok pada disk. d. Volume merupakan nama yang diberikan pada kumpulan blok pada beberapa media penyimpanan seperti disk. e. Superblok merupakan luas volume tempat file system menyimpan informasi. f.
Metadata merupakan istilah yang merujuk informasi tapi bukan merupakan bagiannya. Contohnya adalah ukuran file.
g. Journal adalah metode yang menunjukkan kebenaran metadata file system. h. i-node merupakan tempat file system menyimpan semua metadata dari suatu file. I-node juga dikenal sebagai File Control Block (FCB) i.
extend (luas) merupakan nomor blok awal dan panjang blok yang berurutan pada disk.
j.
Atribut adalah sebuah nama dan nilai yang terkait dengan nama (text string).
Resi Utami Putri ................Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
75
3. Tren forensik data saat ini Bagian ini menjelaskan dan keterbatasan dari penelitian dan prosedur pengumpulan data.
3.1 Keterbatasan Penelitian Pendekatan yang digunakan, kemungkinan belum mencakup gambaran yang sebenarnya dari garis besar forensik sistem file. Jumlah makalah juga belum terlalu signifikan membahas mengenai forensik digital terutama yang membahas sistem file. Akan tetapi dengan melihat beberapa penelitian sebelumnya sudah cukup untuk menunjukkan berbagai tool yang digunakan dalam forensik sistem file.
3.2 Prosedur Pengumpulan Data Tahun 2002 merupakan awal dimulainya tren forensik digital karena maraknya kejahatan di bidang komputer hingga akhirnya dimulainya tren forensik digital di Indonesia yaitu pada tahun 2009. Penelitian ini mengambil dari beberapa jurnal maupun proseding yang dimulai dari tahun 2005 hingga tahun 2013. Tahun 2005 merupakan awal tahun dimulainya tren forensik sistem file. Dalam penelitian selama delapan tahun terakhir beberapa tool yang digunakan, ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Tool forensik yang digunakan
No. Tahun
Peneliti
Tool yang digunakan
1
2005
Sarmoria
Monitor runtime
2
2005
Richard
Scalpel
3
2005
Sitaraman
Backtracker
4
2005
Wee
Runtime Disk Explorer for NTFS
5
2006
Roussev
Md5bloom
6
2009
Alazab
Chkdisk, Sleuth kit
7
2011
Thing
File carving – Adroit Photo Forensic
8
2012
Mahant
Mini-123
9
2012
Hand
Bin Carver
10
2013
Kalber
Py3xF
11
2013
Rousssev
Zsniff
12
2013
Vömel
Win32dd, WinPMEM, mdd
Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File ............... Resi Utami Putri
76
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
4. Diskusi dan Hasil Analisis Beberapa Penelitian membahas tentang riset yang berhubungan dengan forensik sistem file. Hal yang menjadi perbandingan setiap penelitian adalah berdasarkan tool serta teknik yang digunakan dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan selama delapan tahun terakhir mengenai sistem file, telah membuat percabangan baru dari ilmu forensik digital. Pada awal penelitian, dimulai dengan masalah bagaimana menyembunyikan sebuah data dalam sistem file NTFS. Dalam Wee (2005) menerapkan teknik analisis yang biasa diterapkan dalam mendeteksi dan memulihkan data yang tersembunyi dengan dua tahap mengidentifikasi data yang tersembunyi dengan mencari anomali dan memulihkan data yang tersembunyi. Selanjutnya Sitaraman & Venkatesan (2005) melakukan analisis forensik sistem file menggunakan teknik backtracking dengan penambahan parameter dari sistem file. Alat yang digunakan bernama Backtracker dapat mengidentifikasi dan mendapatkan akses masuk ke sistem. Masih pada tahun 2005, masalah muncul bagaimana proses rekonstruksi sebuah sistem file yang bertujuan untuk membentuk rangkaian kejadian file. Proses rekonstruksi yang dilakukan dimulai dari titik deteksi, seperti isi file yang mencurigakan dan membentuk rantai dengan semua proses dan membangun kembali serangan suatu file. Sarmoria & Chapin (2005) menyajikan monitor runtime untuk membaca dan menulis operasi pada memori yang dipetakan. Konsepnya adalah untuk memantau penyisipan page fault dalam kernel manajemen memori. Sistem monitor runtime apabila diintegrasikan dengan Bactracker dan Forensix akan memberikan hasil pengurangan waktu pencarian, ruang pencarian dan dependensi palsu. Pengertian page fault adalah merupakan kesalahan halaman pada memori utama yang harus diganti dengan halaman yang baru. Page fault terletak pada memori utama. Pergantian halaman dapat dilakukan dengan memindahkan page dari memori sekunder ke memori utama. Pada tahun berikutnya, Richard III & Roussev (2005) melakukan penelitian untuk mengoptimalkan operasi file carving dengan Scalpel. Scalpel merupakan salah tool forensik. Scalpel dapat dengan cepat melakukan operasi file carving dengan ukuran yang besar tapi dengan sumber daya yang sederhana. Recovery file adalah mungkin, bahkan jika metadata filesystem telah hancur. Metadata merupakan peninggalan dari data yang telah dihapus.
Resi Utami Putri ................Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
77
Pada tahun berikutnya, Roussev, et al. (2006) melakukan penelitian untuk meningkatkan teknik hashing dalam meningkatkan efisiensi dan skalabilitas analisis forensik digital. Roussev, et al. menggunakan md5bloom yaitu alat memanipulasi filter bloom yang dapat dimasukkan ke dalam praktek forensik. Roussev juga menyediakan landasan teoritis dasar, yang mengkuantifikasi tingkat kesalahan terkait dengan berbagai filter bloom juga menyediakan kerangka probabilistik yang memungkinkan penafsiran langsung. Roussev membangun alat aliran berorientasi tujuan yang mendukung pengelolaan filter bloom yaitu md5bloom. Pada tahun 2009, Alazab, et al. (2009) membahas teknik forensik digital dalam menganalisis file system NTFS yang merupakan file system paling standar dan banyak digunakan. Alazab, et al. mencoba menggali kerentanan disk image NTFS, mendeteksi data yang disembunyikan berdasarkan struktur internal dari sistem file. Akhirnya Alazab, et al. menemukan bahwa data tersembunyi di $boot tidak terdeteksi oleh alat forensik. Teknik yang digunakan adalah inspeksi manual gambar file NTFS juga dapat digunakan untuk sektor lain di sistem file NTFS. Alazab, et al. menggunakan tool Sleuth Kit (TSK) dan Autopsy forensik. Thing, et al. (2011) mengembangkan rekonstruksi bukti dan sistem pemulihan dan melakukan percobaan untuk mengevaluasi kemampuan dalam mendeteksi dan memulihkan bukti yang dikaburkan. File carving bertujuan untuk mengatur file kembali ke bentuk aslinya dan memulihkan semua file dari data mentah. Tujuannya untuk mempercepat proses carving (ukiran). Hasilnya menunjukkan bahwa sistem mampu mencapai efisiensi dan akurasi yang lebih tinggi. Thing, et al. menggunakan file carving Adroit Photo Forensic. Mahant & Meshram (2012) melakukan recovery file yang telah dihapus pada file system NTFS. Mahant membahas struktur operasi file system NTFS, penanganan terhadap file yang dihapus dan mengusulkan metode untuk memulihkan file yang telah dihapus pada disk. Perangkat yang digunakan untuk menggagalkan serangan adalah skim block. Mahant & Meshram melakukan penelitian menggunakan tool Mini 123. Hand, et al. (2012) melakukan penelitian dengan tool bin carver dengan memanfaatkan file header dan footer. Hand, et al. berfokus pada file dokumen (pdf) dan gambar (jpeg). Bin carver merupakan tool yang dapat secara otomatis memulihkan file executable walaupun metadata dari suatu file telah rusak atau dihapus.
Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File ............... Resi Utami Putri
78
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Penelitian tahun 2013, Kalber, et al. (2013) melakukan penelitian dengan merekonstruksi sistem file menggunakan pendekatan sidik jari (fingerprinting) dalam metadata. Membuat sistem yang secara otomatis dapat merekonstruksi tindakan yang dilakukan oleh berbagai aplikasi pada file system NTFS menggunakan tool Py3xF. Py3xF merupakan singkatan dari Python Forensic Fingerprinting
Framework.
Py3xF
dapat
secara
otomatis
memperoleh
fingerprinting berdasarkan informasi timestamp disimpan dalam metadata. Roussev & Quates (2013) mengembangkan suatu tool yaitu zsniff yang dapat mengklasifikasikan fragmen file. Zsniff merupakan alat yang secara otomatis dapat menemukan data yang dikompres dengan tabel kompresi Huffman. Roussev & Quates meneliti teks, gambar dan executable mempunyai signature yang berbeda. Vömel & Stüttgen (2013) menyajikan platform evaluasi yang mampu mengukur faktor yang berbeda yang menentukan kualitas gambar yang dihasilkan memori yaitu masalah integritas. Dengan menggunakan aplikasi open source popular. Vömel & Stüttgen melakukan pengujian menggunakan beberapa tool open souce yaitu win32dd, winPMEM dan mdd.
5. Kesimpulan Berdasarkan beberapa penelitian yang membahas forensik sistem file. Perkembangan mengenai teknik dan tool yang digunakan, semakin banyak dan beragam dari tahun ke tahun. Metode dan teknik yang digunakan juga semakin maju dan beragam, dilihat dari tool yang digunakan. Perkembangan tool juga menunjukkan
hasil
yang
signifikan,
dimana
terdapat
tool
yang
dapat
mempercepat hasil pencarian data maupun recovery data, sehingga tidak perlu menunggu lama untuk memproses data yang ukurannya besar. Tren forensik sistem file juga sudah mulai banyak yang meneliti dikarenakan bukti kejahatan biasanya dalam bentuk file dan file tersebut disembunyikan di dalam sebuah sistem file. Seorang investigator juga perlu mempelajari bagaimana sebuah file dibuat, bagaimana file diakses dan bagaimana file dimodifikasi melalui penyelidikan timestamp atau MAC time suatu file. Apabila file yang ditemukan telah dihapus oleh pelaku, seorang investigator perlu menyelidiki metadata dari suatu file yang dihapus dikarenakan metadata merupakan peninggalan dari file yang telah dihapus. Sistem file juga dapat digunakan untuk menyimpan data yang tersembunyi oleh pelaku yang memungkinkan pelaku untuk menyimpan data
Resi Utami Putri ................Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
79
pada sektor boot ($boot) sehingga suatu file tidak bisa terdeteksi dan bahkan tidak merubah struktur sistem file. Besar file yang dapat disimpan pada $boot hingga 512 byte. Pada penelitian yang akan datang diharapkan tools yang digunakan akan semakin berkembang sehingga dapat melakukan berbagai teknik forensik dalam satu tool. Diharapkan juga terdapat teknik baru bagaimana menemukan suatu file tersembunyi di tempat yang tersembunyi di sistem file dan bisa mengembalikan file yang telah dihapus.
Daftar Pustaka Alazab, M., Venkatraman, S., Watters, P., 2009. Digital Forensic Techniques for Static Analysis of NTFS Images. Paper. The 4th International Conference of Information Technology (ICIT 2009), AL-Zaytoonah University, Amman, Jordan. Giampaolo, D., 1999. Practical File System Design: with the Be File System. San Francisco: Morgan Kaufmann Publishers, inc. Hand, S., Lin, Z., Gu, G. & Thuraisingham, B., 2012. Bin Carver: Automatic Recovery of Binary Executable Files. Digital Investigation, 9, pp. S108S117. Kalber, S., Dewald, A. & Freiling, F.C., 2013. Forensic Application Fingerprinting based on File System Metadata. The 7th International Conference on IT Security Incident Management and IT Forensics, pp. 98-112. Mahant, S.H. & Meshram, B.B., 2012. NTFS Deleted Files Recovery: Forensics View. International Journal of Computer Science and Information Technology and Security (IJCSITS), 2(3), pp. 491-497. Richard III, G.G. & Roussev, V., 2005. Scalpel: A Frugal, High Performance File Carver. The 2005 Digital Forensic Research Workshop (DFRWS), New Orleans, LA. Roussev, V., Chen, Y., Bourg, T. & Richard III, G.G., 2006. Md5bloom: Forensic Filesystem Hashing Revisited. Digital Investigation, 3S, pp. S82-S90. Roussev V. & Quates, C., 2013. File Fragment Encoding Classification: An Empirical Approach. Digital Investigation, 10, pp. S69-S77. Sarmoria, C.G. & Chapin, S.J., 2005. Monitoring Access to Shared Memory Mapped Files. The 2005 Digital Forensic Research Workshop (DFRWS), New Orleans, LA. Sitaraman, S. & Venkatesan, S., 2005. Forensic Analysis of File System Intrusions using Improved Backtracking. Prosiding. The 3rd IEEE International Workshop on Information Assurance (IWIA'05), pp. 154-163.
Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File ............... Resi Utami Putri
80
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Thing, V.L.L., Chua, T.W., dan Cheong, M.L., 2011. Design of a Digital Forensics Evidence Reconstruction System for Complex and Obscure Fragmented File Carving. Prosiding. The 7th International Conference on Computational Intelligence and Security (CIS 2011), pp. 793-797. Wee, C.K., 2005. Analysis of Hidden Data in NTFS File System. [Online] Tersedia di: http://www.iapsonline.com/sites/default/files/Analysis%20of %20Hidden%20Data%20in%20NTFS%20File%20System%20-%20By %20%20Cheong%20Kai%20Wee.pdf [Diakses pada 1/10/2013]. Vömel, S. & Stüttgen, J., 2013. An Evaluation Platform for Forensic Memory Acquisition Software. Digital Investigation, 10, pp. S30-S40.
Resi Utami Putri ................Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File
SINKRONISASI WAKTU PADA WIRELESS SENSOR NETWORK (JARINGAN SENSOR NIRKABEL) Adkhan Sholeh Program Studi D3 Manajemen Informatika STMIK Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Wireless sensor network (WSN) merupakan jaringan yang dibentuk oleh node-node berupa perangkat sensor. Untuk dapat mengirimkan data melalui jaringan dan memenuhi berbagai kebutuhan pembacaan data, sangatlah penting suatu node mempunyai sumber informasi waktu yang tepat dan sinkron terhadap node-node lainnya. Persoalan sinkronisasi waktu dalam sistem terdistribusi adalah keniscayaan, termasuk dalam WSN. Karakteristik khusus node WSN memberikan tantangan yang unik untuk sinkronisasi waktu, di samping persoalan-persoalan yang umum dijumpai terkait sinkronisasi waktu antar node dalam suatu jaringan. Tulisan ini menguraikan pentingnya sinkronisasi waktu untuk WSN, penelitian-penelitian serta metode sinkronisasi yang telah dihasilkan, serta gambaran umum masalah-masalah dalam sinkronisasi waktu dalam WSN. Kata kunci: jaringan, sinkronisasi waktu, WSN, protokol, clock.
1. Pendahuluan Salah satu karakter yang paling membedakan antara wireless sensor network (WSN) dengan jaringan komputer umumnya adalah tidak adanya infrastruktur yang menghubungkan dan mengatur node-node dalam WSN. Jaringan WSN tidak difasilitasi dengan switch ataupun router seperti dalam jaringan komputer konvensional. Koneksi dan komunikasi yang berlangsung terbentuk secara kolektif oleh node-node dalam WSN. Node-node tersebut harus bekerja sama dengan saling meneruskan paket data dari sumber data hingga ke tujuannya. Kerja sama ini menghasilkan bentuk jaringan multi-hop. Data dari suatu node sensor sering kali harus dilengkapi dengan informasi waktu sebelum dikirimkan ke node lain. Pada berbagai aplikasi dan sistem operasi terdisribusi, termasuk WSN, sinkronisasi waktu merupakan layanan kunci yang harus tersedia. Informasi waktu ini tidak jarang bersifat mutlak pada aplikasi-aplikasi seperti pengukuran kecepatan, pelacakan obyek, dan pemantauan cuaca yang berbasi WSN. Terdapat pula kepentingan untuk membaca label waktu dalam proses pengolahan data, semisal untuk kompilasi data. Oleh karena itu sinkronisasi waktu antar node-node menjadi sangat penting. Sinkronisasi waktu antar node mungkin diperlukan di tingkat jaringan WSN lokal, bisa juga pada jaringan WSN yang lebih luas (global).
81
82
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Protokol sinkronisasi waktu yang paling banyak diaplikasikan untuk jaringan internet adalah Network Time Protocol (NTP). Pada jaringan yang nodenode-nya dilengkapi sensor GPS, sinkronisasi waktu dapat dilakukan dengan memanfaatkan label waktu dari satelit GPS. Sayangnya, NTP dan GPS tak dapat diimplementasikan pada WSN. Daya komputasi yang rendah dan sumber energi yang terbatas menjadi penghalang penerapan NTP pada node WSN. Adapun penggunaan sensor GPS akan terlalu mahal pada node sensor yang umumnya berbiaya murah. Selain itu, pemasangan sensor di bawah air atau di dalam gedung akan menghalangi penerimaan sinyal GPS.
2. Latar Belakang dan Penelitian Terkait Penelitian Lamport (1978) merupakan tonggak dalam sinkronisasi waktu komputer. Lamport menekankan pada waktu virtual di mana kausalitas (uruturutan kejadian) lebih penting dibandingkan waktu absolut. Terdapat aplikasi yang hanya memerlukan waktu relatif, misalnya pengukuran propagasi suara, sehingga waktu absolut tidak diperlukan. NTP yang diajukan Mills (1991) mencuat karena skalabilitasnya, mempunyai kemampuan mengkonfigurasi sendiri pada jaringan multi-hop, tahan terhadap kerusakan dan sabotase, dan sudah digunakan di banyak jaringan. Elson dan Estrin (2003) memelopori penelitian sinkronisasi waktu di mana tiap-tiap node normalnya tidak tersinkronisasi dengan jaringan. Cara kerjanya adalah dengan menempatkan sebuah node suar yang secara periodik menyebarkan pesan ke node-node sensor yang berada dalam jangkauannya. Ketika suatu event (kejadian) terdeteksi sensor, event ini akan dicatat menggunakan referensi waktu lokal node tersebut. Segera setelah node itu menangkap pesan yang disebar oleh node suar, maka label waktu dalam event itu segera diganti menggunakan referensi waktu node suar. Skema sinkronisasi waktu ini disebut sebagai protokol Reference Broadcast Synchronization (RBS). Di tahun 2002 protokol RBS dipertajam dengan penyebaran pesan referensi melalui lapisan fisik (Elson, dkk., 2002). RBS mengabaikan beberapa faktor dengan hanya menggunakan waktu tibanya pesan referensi. Karena kesamaan waktu tibanya pesan referensi pada semua node, maka pesan yang disebar bisa digunakan sebagai acuan oleh sejumlah node penerima pesan referensi tersebut. Skema ini dapat diperluas pada kasus jaringan multi-hop yang diperluas, meskipun masih diperlukan studi lanjut terkait dengan dampak kesalahan translasi, adanya jeda, serta belum dipertimbangkannya sinkronisasi global pada keseluruhan jaringan.
Adkhan Sholeh ...................... Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
83
Protokol TPSN (Timing-Sync Protocol for Sensor Network) diajukan oleh Ganeriwal, dkk. (2003) dengan metodologi yang sama pada NTP, di mana nodenode sensor diatur dalam struktur bertingkat dan disinkronisasikan waktunya dengan node tertinggi (node root) . Berbeda dengan Internet, node root dan node-node di bawahnya yang bertanggung jawab untuk sinkronisasi boleh jadi lebih sering rusak. Selain itu node-node mobile bisa mengacaukan prosedur sinkronisasi yang sudah terbentuk. Pada platform WSN tertentu yang menggunakan TPSN, dimungkinkan mengakses lapisan MAC, sehingga pemberian label waktu dapat dilakukan saat pengiriman dan pemerimaan pesan. Hal ini bisa mengatasi 3 ketidakpastian utama dalam protokol RBS. Waktu propagasi antara dua node juga bisa dihitung dengan menerapkan proses handshake secara dua arah. Antara RBS dan TPSN, keduanya memiliki kelemahan yang sama karena ketidakpastian pengambilan label waktu dari lapisan MAC yang ditimbulkan oleh jitter dalam interrupt handling dan waktu untuk melakukan decoding. Maroti, dkk. (2004) mengajukan Flooding Time Synchronization Protocol (FTSP) yang secara efektif mengurangi semua sumber kesalahan pelabelan waktu kecuali kecuali waktu propagasi. FTSP dirancang untuk aplikasi penempatan sniper yang memerlukan ketepatan sangat tinggi. Akurasi pada FTSP
dicapai
dengan
menggunakan
label
waktu
lapisan
MAC
yang
dikustomisasi dan dengan menggunakan kalibrasi untuk menghilangkan jeda yang tidak diketahui. FTSP mampu bertahan terhadap kerusakan jaringan karena menggunakan flooding untuk koneksi berpasangan maupun sinkronisasi global. Regresi linier dari beberapa label waktu digunakan untuk memperkirakan pergeseran jam dan offset. Kelemahan utama FTSP adalah perlunya kalibrasi pada hardware yang dipakai. FTSP juga memerlukan akses ke lapisan MAC. Namun dari sisi akurasi, FTSP bisa mencapai angka kurang dari 2 s jika kalibrasinya bagus.
3. Sinkronisasi Waktu 3.1 Waktu dan Sinkronisasi Sebuah node sensor umumnya dilengkapi dengan clock (jam) yang bersumber dari hitungan osilasi kristal quartz. Terdapat kemungkinan ada perbedaan waktu antara dua node yang disebabkan oleh: 1) node-node tersebut dihidupkan dalam waktu yang berbeda. Beda waktu yang tertera antara kedua node disebut offset.
Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network ...................... Adkhan Sholeh
84
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
2) terdapat sedikit perbedaan frekuensi dari kristal quartz pada masingmasing node, sehingga dalam rentang waktu yang lama akan makin terlihat selisih waktu antara kedua node. Selisih waktu yang dihasilkan disebut skew error. 3) perubahan frekuensi dari kedua clock yang bisa muncul antara lain karena faktor suhu lingkungan. Akibatnya akan timbul pergeseran waktu yang disebut dengan drift error. Meski setiap node sensor dilengkapi clock sendiri, waktu yang tertera biasanya tidak dibaca apa adanya. Bagaimanapun bagusnya kalibrasi clock saat node dipasang/dihidupkan, tetap saja clock-clock tersebut akan mengalami error skew. Dan karena adanya kelemahan pada semua hardware dari clock lokal, maka clock lokal masing-masing node akan saling bergeser. Lebih jauh lagi, waktu yang dilihat maupun interval waktu antara satu node dengan lainnya akan berbeda. Solusi untuk menghasilkan waktu yang akurat dan disepakati bersama adalah dengan pertukaran pesan untuk secara konstan melakukan penyesuaian atau update waktu.
3.2 Hardware Clock dan Software Clock
Hardware clock adalah jam sensor untuk menunjukkan waktu yang bersumber dari hardware yang dipasang sebagai jam sensor.
Logical clock adalah waktu yang ditampilkan sensor yang bersumber dari waktu yang sudah tersinkronisasi. Logical clock merupakan fungsi software dan hanya dihitung berdasarkan permintaan pada saat pembacaan hardware clock.
3.3 Definisi Sinkronisasi Waktu Permasalahan sinkronisasi pada jaringan beranggotakan sejumlah perangkat adalah bagaimana menyamakan hitungan waktu antara perangkatperangkat tersebut. Sinkronisasi global berupaya agar semua anggota jaringan dapat tersinkronisasi waktunya. Adapun sinkronisasi lokal, hanya mentargetkan sinkronisasi pada node-node yang jaraknya cukup dekat. Menyamakan acuan waktu pada satu kesempatan dengan mengoreksi offset tidaklah cukup, karena perbedaan pada masing-masing hardware clock akan menimbulkan error drift yang berbeda-beda. Oleh karena itu skema sinkronisasi dilakukan dengan menyamakan kecepatan clock sekaligus offsetnya, atau dengan melakukan koreksi offset secara berulang-ulang agar dalam suatu periode clock-clock itu selalu tersinkronisasi.
Adkhan Sholeh ...................... Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
85
Bentuk sinkronisasi dapat dibedakan menjadi: 1) Sinkronisasi untuk menentukan urutan kejadian dengan benar 2) Sinkronisasi yang bertujuan menjaga clock relatif. Pada jenis ini tiap node mempunyai jam lokal masing-masing, tetapi juga memantau informasi drift relatif dan offset mereka terhadap jam-jam yang ada pada jaringan. 3) Sinkronisasi 'selalu aktif' di mana tiap node memastikan agar clock-nya selalu sinkron dengan clock referensi dalam jaringan.
3.4 Faktor-faktor Penting dalam Sinkronisasi Waktu
Temperatur: penempatan node sensor di berbagai tempat terbuka memunculkan naik turunnya suhu dalam berbagai rentang waktu. Variasi suhu ini dapat mempercepat atau memperlambat frekuensi clock sensor, yang berujung pada error drift.
Derau fase: di antara penyebab noise (derau) adalah fluktuasi arus/tegangan pada antarmuka hardware, variasi respon sistem operasi terhadap interrupt, dan jitter pada jeda jaringan.
Derau frekuensi, disebabkan oleh tidak stabilnya frekuensi clock kristal.
Jeda asimetrik, yaitu perbedaan waktu tempuh antara node A ke node B dengan waktu tempuh dari node B ke node A. Hal ini bisa terjadi karena media perambatan gelombang adalah udara dan adanya kemungkinan perambatan tidak bisa secara segaris pandang (line of sight), melainkan dengan cara pemantulan.
Clock glitches, yaitu lompatan tiba-tiba pada jam yang mungkin timbul karena anomali hardware maupun software.
3.5 Masalah-masalah Sinkronisasi dalam WSN Sinkronisasi waktu menggunakan protokol NTP ataupun berbasis sinyal GPS tidak cocok diterapkan pada WSN. Hal ini karena adanya kebutuhan khusus pada jaringan WSN berupa:
Presisi: Protokol NTP dapat memberikan tingkat presisi hingga beberapa milisekon. Pada beberapa aplikasi WSN, misalnya aplikasi beam-forming, kebutuhan terhadap pengukuran dengan presisi hingga di bawah milisekon sangat penting untuk dicapai.
Biaya: Node-node pada WSN umumnya menggunakan sumber daya yang terbatas: catu daya (batere), daya komputasi, dan storage (penyimpanan). Sementara pada umumnya protokol yang dikembangkan
Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network ...................... Adkhan Sholeh
86
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
pada jaringan kabel harus melakukan pertukaran data berkali-kali serta menyimpan pesan-pesan itu untuk pengolahan statistik. Masalah pada jaringan sensor modern adalah bahwa node-node hanya bisa berkomunikasi secara lokal dengan node tetangganya. Komunikasi yang dibatasi untuk lokal ini memunculkan masalah yang lebih sulit: 1) perlunya konsensus yang secara valid diperoleh dari komputasi lokal 2) konsensus lokal harus dibawa ke bagian jaringan yang lain, yang menjadi sangat sulit karena tergantung dengan bagian jaringan yang lain. Secara umum, masalah-masalah sinkronisasi harus diselesaikan karena alasan-alasan berikut: 1) node-node sensor harus mengkoordinasikan operasi mereka dan saling berkolaborasi untuk menangani tugas penginderaan yang rumit 2) Fungsi penghematan daya memerlukan sinkronisasi untuk meningkatkan umur hidup jaringan. Penghematan daya sensor biasanya akan masuk mode sleep dengan mematikan salah satu atau semua dari alat pengindera dan pemancarnya, dan akan menyala kembali pada waktu yang telah dikoordinasikan. Sementara unit penerima sinyalnya tetap harus menyala untuk berjaga-jaga kalau ada data/pesan yang ditujukan kepadanya. Mekanisme penghematan daya ini memerlukan pengaturan waktu yang tepat di antara node-node yang berhubungan. 3) Algoritma penjadwalan pada WSN mengatur sharing penggunaan media transmisi berbasis waktu, dengan maksud menghindari tabrakan paket data (pesan) dan untuk menghemat energi.
3.6 Ketidakpastian dan Error dalam Sinkronisasi Waktu Skema sinkronisasi waktu bergantung pada bagaimana pertukaran pesan di antara node-node dalam WSN. Faktor yang tidak bisa diukur dalam dinamika jaringan seperti waktu propagasi atau fisik waktu akses kanal menjadikan tugas sinkronisasi tantangan besar bagi banyak sistem. Perlu dicatat bahwa dalam penyebaran multi-hop jarak pendek, waktu pemrosesan data dan variasinya memberikan kontribusi terbesar terhadap fluktuasi waktu dan perbedaan dalam penundaan akibat perbedaan jalur yang ditempuh. Juga, beda waktu antara dua node sensor dapat menjadi besar dari waktu ke waktu. Sesungguhnya estimasi latensi dikacaukan oleh kejadian acak yang menyebabkan penundaan pada pengiriman
pesan
bolak-balik
yang
jalurnya
asimetris.
Penundaan
ini
menghalangi penerima untuk membandingkan jam lokal dari dua node secara
Adkhan Sholeh ...................... Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
87
presisi dan melakukan sinkronisasi secara akurat dengan node pengirim. Untuk lebih memahami sumber-sumber error ini, perlu dilakukan penjabaran dari sumber-sumber latency pesan itu. Kopetz dan Ochsenreiter (1987) mengajukan empat komponen yang berbeda untuk menganalisis sumber keterlambatan pengiriman dan kemudian diperluas oleh Ganeriwal, dkk. (2003):
Waktu Kirim: Waktu untuk membangun pesan oleh node pengirim.
Waktu Akses: Setiap paket menghadapi beberapa penundaan di lapisan MAC (Medium Access Control) sebelum transmisi yang sebenarnya. Penundaan ini hanya pada penggunaan protokol MAC.
Waktu Propagasi: ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk penyebaran pesan antara antarmuka jaringan dari pengirim dan penerima. Ketika pengirim dan penerima berbagi akses ke media fisik yang sama, delay ini sangat kecil karena hanya berupa waktu propagasi pesan via media fisik.
Waktu Penerimaan: ini adalah waktu yang diperlukan oleh antarmuka jaringan penerima untuk menerima pesan dari saluran dan memberitahu sejumlah kedatangannya.
Waktu
Transmisi:
mengirimkan
Waktu
pesan,
yang
yang
diperlukan
besarnya
oleh
mencapai
pengirim puluhan
untuk
milidetik
tergantung pada panjang pesan dan kecepatan radio yang digunakan.
Waktu Terima: Waktu yang diperlukan penerima untuk menerima pesan.
Waktu Penanganan Interrupt: penundaan akibat mikrokontroler harus menanggapi interupsi.
Waktu Encoding: Waktu yang diperlukan untuk chip radio untuk mengkodekan
dan
mengubah
bagian
pesan
ke
gelombang
elektromagnetik mulai dari saat ketika munculnya interupsi yang menunjukkan penerimaan pada titik ideal dari mikrokontroler .
Decoding Time: Waktu yang diperlukan untuk chip radio di sisi penerima untuk mengubah pesan dari gelombang elektromagnetik jadi data biner.
Waktu Byte Penyelarasan: Penundaan yang terjadi karena byte alignment yang berbeda dari pengirim dan penerima.
4. Penutup Sinkronisasi waktu merupakan salah satu layanan penting bagi aplikasiaplikasi WSN tertentu. Pada jaringan komputer konvensional, khususnya Internet, telah dikembangkan protokol NTP yang cukup matang untuk keperluan
Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network ...................... Adkhan Sholeh
88
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
sinkronisasi waktu node-node dalam jaringan. Namun WSN mempunyai karakter khusus yang menyebabkan WSN tidak bisa mengadopsi protokol NTP. Demikian pula sinkronisasi berbasis GPS, yang memunculkan biaya relatif besar dibandingkan keberadaan satu node sensor itu sendiri. Dalam ringkasan artikel ini telah disampaikan permasalahan-permasalah pokok yang menjadi perhatian utama dalam sinkronisasi waktu untuk jaringan WSN. Masalah inti sinkronisasi sensor network sendiri bersumber pada ketidakempurnaan hardware yang dipakai sebagai penyedia clock bagi sebuah node sensor. Ditambah faktor-faktor eksternal yang berkaitan dengan kondisi di mana sebuah node sensor dipasang, dan bagaimana node sensor hanya mempunyai pilihan metode komunikasi wireless, maka terjadilah akumulasi faktor-faktor yang menjadikan sinkronisasi waktu tersebut makin sulit. Perbedaan kebutuhan sinkronisasi telah mendorong beberapa penelitian menghasilkan beberapa jenis sinkronisasi. Berbagai metode yang dikembangkan antara lain: Reference Broadcast Synchronization (RBS), Timing-Sync Protocol for Sensor Network (TPSN) dan Flooding Time Synchronization Protocol (FTSP).
Daftar Pustaka Elson, J. & Estrin, D., 2003. Time Synchronization for Wireless Sensor Networks. Disertasi. Los Angeles: University of California. Elson, J., Girod, L. & Estrin, D., 2002. Fine-Grained Network Time Synchronization Using Reference Broadcasts. ACM SIGOPS Operating Systems Review, 36(SI), pp. 147-163. Ganeriwal, S., Kumar, R. & Srivastava, M.B., 2003. Timing-sync Protocol for Sensor Network. Prosiding. The 1st International Conference on Embedded Networked Sensor Systems, pp. 138-149. Kopetz, H. & Ochsenreiter, W., 1987. Clock Synchronization in Distributed RealTime Systems. IEEE Transactions on Computers, 100(8), pp. 933-940. Lamport, L., 1978. Time, Clocks, and The Ordering of Events in A Distributed System. Communications of the ACM, 21(7), pp. 558-565. Maroti, M., Kusy, B., Simon, G. & Ledeczi, A., 2004. The Flooding Time Synchronization Protocol. Prosiding. The 2nd International Conference on Embedded Networked Sensor Systems, pp. 39-49. Mills, D. L., 1991. Internet Time Synchronization: The Network Time Protocol. IEEE Transactions on Communications, 39(10), pp. 1482-1493.
Adkhan Sholeh ...................... Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network
IMPLEMENTASI TEKNIK DATA MINING ASSOCIATION RULE PADA DATA TRANSAKSI PEMINJAMAN BUKU DI PERPUSTAKAAN STMIK AKAKOM YOGYAKARTA Hera Wasiati, Eddy Supriadi STMIK AKAKOM Yogyakarta
[email protected],
[email protected]
Abstrak Metode Association Rule yang merupakan salah satu Metode data mining yang akan mencari Association atau hubungan antar item dengan menghitung berapa kali item tersebut muncul dengan item yang berbeda dalam keseluruhan transaksi. Data transaksi peminjaman buku di perpustakaan STMIK Akakom Yogyakarta merupakan data yang digunakan untuk mengimplementasikan Metode Association Rule. Proses pencarian Association Rule dari item di dalam transaksi peminjaman menggunakan kumpulan perintah program yang dieksekusi berdasarkan waktu yang ditentukan. Program yang dibuat menggunakan bahasa pemrograman PHP dan software database menggunakan MySQL. Berdasarkan hasil pencarian Association antar item dari data transaksi peminjaman buku di perpustakaan STMIK Akakom Yogyakarta dapat dihasilkan Association Rule antar item dan item yang tidak memiliki Association antar item berdasarkan waktu yang ditentukan. Kata Kunci: Association, MySQL, PHP, transaksi peminjaman.
1. Pendahuluan Perpustakaan merupakan salah satu fasilitas penyedia informasi, sumber ilmu pengetahuan dan sarana penunjang proses kegiatan belajar mengajar bagi para pengguna untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Oleh karena itu sudah seharusnya pelayanan perpustakaan lebih dioptimalkan. Berdasarkan data selama 5 tahun terhitung sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 total buku yang dipinjam sebanyak 8.941 buku, dengan detail transaksi peminjaman buku mencapai 110.744. dan jumlah peminjam sebanyak 4.763 orang, Total buku yang dipinjam pada tahun 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010 masingmasing sebanyak 5.278, 5.243, 4.874, 4.464, dan 3.355 buku (Sumber Data: Simjar Akakom Yogyakarta, 4 November 2013). Dapat disimpulkan dari tahun ke tahun data transaksi peminjaman cenderung berkurang selama periode 5 tahun. Oleh karena itu harus ada langkah-langkah yang diambil agar pada tahun berikutnya detail transaksi peminjaman buku bisa lebih dari tahun sebelumnya. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah menggali informasi dari data transaksi peminjaman buku dengan mengimplementasikan teknik data mining Association Rule. Dari teknik
89
90
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
data mining Association Rule didapat Rule yang bisa menjadi pilihan bagi pengelola perpustakaan sebagai langkah dalam hal pengadaan buku yang dipinjam dan penyusunan tata letak buku.
2. Tinjauan Teori 2.1 Data Mining Data Mining sering juga disebut knowledge discovery in database (KDD) adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan, pemakaian data historis untuk menemukan keteraturan, pola atau hubungan dalam set data berukuran besar. Keluaran dari data mining ini bisa dipakai untuk memperbaiki pengambilan keputusan di masa depan (Santosa, 2007).
2.2 Aturan Asosiasi (Association Rules) Aturan asosiasi (Association Rules) berkenaan dengan studi tentang ‘apa bersama apa’. Ini bisa berupa studi transaksi di supermarket, misalnya seseorang yang membeli susu bayi juga membeli sabun mandi. Di sini berarti susu bayi bersama dengan sabun mandi. Karena awalnya berasal dari studi tentang database transaksi pelanggan untuk menentukan kebiasaan suatu produk dibeli bersama produk apa. Aturan asosiasi ingin memberikan informasi tersebut dalam bentuk hubungan “If - Then” atau “Jika - Maka”. Ide dari aturan asosiasi adalah untuk memeriksa semua kemungkinan hubungan “If - Then” antar item dan memilih hanya yang paling mungkin sebagai indikator dari hubungan ketergantungan antar item. Biasanya digunakan istilah antecedent untuk mewakili bagian “Jika” dan consequent untuk mewakili bagian “Maka”. Langkah pertama dalam aturan asosiasi adalah mengembangkan aturan yang mungkin akan menjadi calon untuk menunjukkan hubungan antar item. Idealnya, dikembangkan semua kombinasi item yang mungkin yang terdiri dari Kitem. Ini berarti dikembangkan semua kombinasi dengan satu item, dua item, tiga item dan seterusnya. Tetapi hal ini akan sangat mahal dalam hal waktu komputasi. Secara praktis, hanya kombinasi yang terjadi dengan frekuensi yang sangat tinggi yang akan diperhatikan. Inilah yang disebut frequent item set. Menentukan apa yang dikandung dalam frequent item set berhubungan dengan konsep support. Support dari suatu aturan adalah jumlah transaksi yang mengandung item baik dalam antecedent maupun consequent. Disebut support karena mengukur seberapa tingkat dukungan data terhadap validitas aturan yang
Hera Wasiati, dkk................... Implementasi Teknik Data Mining Association Rule
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
91
dikembangkan. Jika 1 Item maka Support = Jumlah Transaksi dengan item dalam antecedent. Jika 2 Item maka Support = Jumlah Transaksi dengan item dalam antecedent dan consequent. Dari jumlah besar aturan yang mungkin dikembangkan. Perlu memilih aturan-aturan yang cukup kuat tingkat ketergantungan antar item dalam antecedent dan consequent. Untuk mengukur kekuatan aturan asosiasi ini, digunakan ukuran confidence. Selain support ada ukuran lain yang mengukur tingkat ketidakpastian aturan “If - Then” atau “Jika - Maka”. Ukuran tersebut adalah confidence dari suatu aturan. Confidence adalah rasio antara jumlah transaksi yang meliputi semua item dalam antecedent dan consequent dengan jumlah transaksi yang meliputi semua item dalam antecedent atau dapat dilihat pada Persamaan 1 (Santosa, 2007). confidence
jumlah transaksi dengan item dalam antecedent dan consequent 100 ..... (1) jumlah transaksi dengan item dalam antecedent
2.3 PHP PHP
(PHP:
Hypertext
Preprocessor)
adalah
sebuah
bahasa
pemrograman yang berbentuk scripting. Untuk menuliskan dan memperkenalkan kode PHP, harus dimulai dengan tanda (Nugroho, 2004).
2.4 MySQL Pengelolaan Basis data secara fisik tidak dilakukan oleh pemakai secara langsung, tetapi ditangani oleh sebuah perangkat lunak (sistem) khusus yang disebut sebagai Database Management System (DBMS) yang akan menentukan bagaimana data diorganisasikan, disimpan, diubah dan diambil kembali. MySQL merupakan perangkat lunak yang termasuk di dalam DBMS (Fathansyah, 2012).
3. Perancangan Tabel Sistem
ini
memanfaatkan
database
yang
sudah
ada
dengan
menggunakan 3 tabel pada database senayan, untuk menyimpan hasil sementara yang sudah melalui proses dari ketiga tabel tersebut maka dibuat 1 tabel sementara dengan nama tabel 1_Buku. Mengapa menyimpan hasil sementara, karena record pada tabel 1_Buku dapat berubah sesuai waktu yang ditentukan karyawan perpustakaan. Setiap proses, tabel 1_Buku secara otomatis akan dihapus dan kemudian akan dibuat tabel 1_Buku yang baru. Berikut tabel yang terlibat dalam implementasi teknik data mining Association Rule.
Implementasi Teknik Data Mining Association Rule .................. Hera Wasiati, dkk.
92
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
3.1 Tabel item Nama Tabel : item Fungsi
: Menyimpan Rincian Dari item atau Buku
Tabel 1 Struktur tabel item No
Nama Field
Tipe
Lebar
Keterangan
1.
Biblio_id
Int
11
ID Biblio
2.
Item_code
Varchar
20
Kode Buku
3.2 Tabel biblio Nama Tabel : biblio Fungsi
: Menyimpan Rincian Dari Judul Buku
Tabel 2 Struktur tabel biblio No
Nama Field
Tipe
1.
Biblio_id
Int
2.
Title
Text
Lebar 11
Keterangan ID Biblio Judul Buku
3.3 Tabel loan Nama Tabel : loan Fungsi
: Menyimpan Hasil dari Proses Transaksi Peminjaman
Tabel 3 Struktur tabel loan No
Nama Field
Tipe
Lebar
Keterangan
1.
Item_code
Varchar
20
Kode Buku
2.
Member_id
Varchar
20
Nomor Anggota
3.
Loan_date
Date
Tanggal Pinjam
3.4 Tabel loan2 Nama Tabel : loan2 Fungsi
: menyimpan transaksi peminjaman berdasarkan tahun
Tabel 4 Struktur tabel loan2 No
Nama Field
Tipe
lebar
Keterangan
1.
Nom
int
Nomor
2.
member_id
varchar
20
Nomor anggota
3.
Item_code
varchar
8
Kode Buku
Hera Wasiati, dkk................... Implementasi Teknik Data Mining Association Rule
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
93
3.5 Tabel 1_Buku Nama Tabel : 1_Buku Fungsi
: Untuk menyimpan 1 judul buku hasil dari tabel loan, tabel item dan tabel biblio.
Tabel 5 Struktur tabel 1_Buku No
Nama Field
Tipe
lebar
Keterangan
1.
nom
int
Nomor
2.
title
Text
Judul Buku
3.
jumlah
int
11
Jumlah Buku dipinjam
4.
tahun
year
4
Tahun Transaksi
3.6 Tabel 2_Buku Nama Tabel : 2_Buku Fungsi
: Untuk menyimpan 2 judul buku hasil dari tabel loan, tabel item, dan tabel biblio.
Tabel 6 Struktur tabel 2_Buku No
Nama Field
Tipe
1.
title
Text
2.
jumlah
int
lebar
Keterangan Judul Buku
11
Jumlah Buku dipinjam
3.7 Tabel aturan_asosiasi_2_item Nama Tabel : aturan_asosiasi_2_item Fungsi
: menyimpan aturan asosiasi 2 item
Tabel 7 Struktur tabel aturan_asosiasi_2_item No
Nama Field
Tipe
lebar
Keterangan
1.
rule
Text
Aturan asosiasi
2.
support
int
3.
Rumus
text
Rumus Confidence
4.
Persen
float
Hasil dari rumus
11
Jumlah buku
3.8 Tabel 2_item_not_association Nama Tabel : 2_item_not_association Fungsi
: Untuk menyimpan 2 judul buku yang tidak memiliki hubungan.
Implementasi Teknik Data Mining Association Rule .................. Hera Wasiati, dkk.
94
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Tabel 8 Struktur tabel 2_item_not_association No
Nama Field
Tipe
1.
title
Text
2.
jumlah
int
lebar
Keterangan Judul Buku
11
Jumlah Buku dipinjam
3.9 Tabel item_sementara Nama Tabel : item_sementara Fungsi
: menyimpan 1 judul buku sementara, berdasarkan tahun
Tabel 9 Struktur tabel item_sementara No
Nama Field
Tipe
lebar
Keterangan
1.
Nom
int
Nomor
2.
title
Text
Judul Buku
3.
jumlah
int
11
Jumlah Buku dipinjam
4.
Item_code
varchar
8
Kode Buku
3.10 Tabel item2 Nama Tabel : item2 Fungsi
: menyimpan 1 judul buku berdasarkan tahun
Tabel 10 Struktur tabel item2 No
Nama Field
Tipe
lebar
Keterangan
1.
Nom
int
Nomor
2.
title
Text
Judul Buku
3.
jumlah
int
11
Jumlah Buku dipinjam
4.
Item_code
varchar
8
Kode Buku
4. Implementasi dan Pembahasan 4.1 Implementasi Sistem Implementasi Sistem bertujuan untuk melakukan uji coba pada aplikasi sebagai sarana pengolahan data dan penyajian informasi yang akan digunakan untuk mendukung keputusan. Berikut ini beberapa implementasi pada sistem. Koneksi Database Sistem yang dibuat membutuhkan koneksi ke database, berikut script program untuk koneksi ke database yang berada pada file config.php pada script program database yang digunakan yaitu dbsenayan.
Hera Wasiati, dkk................... Implementasi Teknik Data Mining Association Rule
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
95
'localhost'; 'root'; ''; = 'dbsenayan';
$connect = mysql_connect($host, $user, $pass) or die(mysql_error()); $dbselect = mysql_select_db($dbname); ?> Proses Login Proses Login yang dibuat pada sistem akan melakukan pengecekan data yang berasal dari 2 tabel yang berbeda yaitu tabel member dan tabel user. Berikut potongan script program pada file otentikasilogin.php: $q = mysql_query("select * from member where member_id='$member_id' and mpasswd='$password'"); $q1 = mysql_query("select * from user where username='$member_id' and passwd = '$password'"); if (mysql_num_rows($q) == 1) { $_SESSION['member_id'] = $member_id; header('location:indexlogin.php'); } else if (mysql_num_rows($q1) == 1) { $_SESSION['member_id'] = $member_id; header('location:indexlogin.php'); } else { header('location:login.php?error=4'); } Potongan
script
program
pada
file
otentikasilogin.php
akan
memeriksa data pada 2 tabel yang berbeda, jika kondisi pernyataan pertama atau pernyataan kedua benar maka akan dieksekusi dan langsung membuat session dengan nilai pada variabel member_id. Tetapi jika tidak ada pernyataan yang benar maka akan ke file login.php dengan pesan error bernilai 4.
4.2 Pembahasan Sistem Halaman Login User yang dapat melihat aturan asosiasi hanya user yang terlibat dalam hal pekerjaan di perpustakaan STMIK Akakom Yogyakarta. Gambar 1 memperlihatkan tempilan halaman login, user yang dapat login yaitu karyawan perpustakaan STMIK Akakom Yogyakarta dan member.
Implementasi Teknik Data Mining Association Rule .................. Hera Wasiati, dkk.
96
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
Gambar 1 Halaman Login
1 Itemset Gambar 2 memperlihatkan tampilan informasi pada tahun 2006 dan rincian jumlah tiap 1 judul buku atau 1 itemset yang dipinjam berdasarkan minimum support yang ditetapkan. Masukan yang akan diproses pada Gambar 2 ada dua, yaitu tahun dan minimum support.
Gambar 2 1 Itemset
2 Itemset Gambar 3 memperlihatkan tampilan rincian jumlah 2 judul buku atau 2 itemset dalam satu tahun. 2 judul buku didapat dari transaksi peminjaman antar peminjam.
Hera Wasiati, dkk................... Implementasi Teknik Data Mining Association Rule
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
97
Gambar 3 2 Itemset
Aturan Asosiasi 2 Itemset Gambar 4 menunjukkan tampilan aturan asosiasi 2 itemset berdasarkan minimum support dan minimum confidence yang diinputkan.
Gambar 4 Aturan Asosiasi 2 Itemset
Implementasi Teknik Data Mining Association Rule .................. Hera Wasiati, dkk.
98
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
ISSN: 1979-7656
2 Item yang tidak Memiliki Hubungan Gambar 5 memperlihatkan tampilan 2 item atau 2 judul buku yang tidak memiliki hubungan.
Gambar 5 2 Item yang tidak Memiliki Hubungan
Grafik Batang Tampilan pada Gambar 6 hanya akan menampilkan Grafik batang minimal 3 tahun dan maksimal 5 tahun.
Gambar 6 Grafik Batang
Hera Wasiati, dkk................... Implementasi Teknik Data Mining Association Rule
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014
99
5. Kesimpulan Dari hasil perancangan dan pembahasan mengenai Implementasi teknik Data Mining Association Rule pada data transaksi Peminjaman Buku di Perpustakaan STMIK AKAKOM Yogyakarta, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: hasil dari rule dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi kepala UPT perpustakaan khususnya untuk menambah variasi buku dan dapat menyediakan tempat khusus untuk menata buku dalam posisi yang berdekatan.
Daftar Pustaka 1keydata.com, 2014. PHP Tutorial. [Online] Tersedia di: http://www.1keydata. com/php-tutorial/ [Diakses pada 29/8/2013]. Fathansyah, 2012. Basis Data, Edisi Revisi. Bandung: Penerbit Informatika. Novrina, 2005. Association Rule. [Online] Tersedia di: http://novrina.staff. gunadarma.ac.id/Downloads/files/21100/Association+Rule.pdf. [Diakses pada 2/8/2013]. Nugroho, B., 2004. Aplikasi Pemrograman Web Dinamis dengan PHP dan MySQL. Yogyakarta: Penerbit Gava Media. Santosa, B., 2007. Data Mining: Teknik Pemanfaatan Data Untuk Keperluan Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Shabbir, J., 2008. How to create bar graph in PHP with dynamic scalling. [Online] Tersedia di: http://www.qualitycodes.com/tutorial.php?articleid=20&title= How-to-create-bar-graph-in-PHP-with-dynamic-scaling [Diakses pada 17/1/2014].
Implementasi Teknik Data Mining Association Rule .................. Hera Wasiati, dkk.