DAFTAR ISI Media Komunikasi Umat Monika PENASEHAT: Pastor Yulianus Yaya Rusyadi, OSC PENANGGUNG JAWAB: KomSos St Monika PEMIMPIN UMUM & REDAKSI: Maria Etty WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: Hermans Hokeng REDAKTUR PELAKSANA: Monica Diana MH. SEKRETARIS REDAKSI: Helena Sapto REDAKSI: Petrus Eko Soelarso, REDAKTUR FOTO: Hedi S FOTOGRAFER: Susilo Utomo, Melissa, Charles Lo, Ivon, Steven, Sari, Fransiskus,Terry, Harris, Rama DESIGN & ILUSTRASI: Nela Realino KARTUNIS: Andreas Dhani Soegara, Julius Joko W. PEMIMPIN BINA USAHA: Monika Tanoto SEKRETARIS: Reni S. SIRKULASI: Meigawati (08119626491), Herlina, Maria C. Budi, Lanny, Pranadjaja, Yohanes Hanny (St Ambrosius) Henny Riva (0851.00760572), Lily Lie KEUANGAN: Monika Tanoto DONASI: Poppy (0815.855.992.87 hanya SMS/Whatsapp) IKLAN: Susie Jeffri (0896.7845.7456 hanya sms/Whatsapp)
[email protected] DICETAK OLEH: KELOMPOK KERJA GRAFIKA
[email protected], +62 816 83 1107
FOTO COVER : Madonna and Child, oleh Sassoferrato Giovanni
ALAMAT REDAKSI: Sekretariat Paroki St. Monika, Jl. Alamanda Blok V no. 1 Sektor 1.2 Bumi Serpong Damai, Tangerang. T (021) 5377427 F (021) 5373737 E :
[email protected]
oil on canvas cm. 133 x 98
www.paroki-monika.org http://serpong.santoambrosius.org
KATA PENGANTAR
D
ALAM keheningan malam yang pekat pada 18 Juli 1830, Catharina Laboure melihat Bunda Maria duduk di tempat paduan suara Kapel Biara Putri Kasih di Tue du Bac Paris. Lalu, pada 27 November 1830, pengalaman serupa berulang. Petang hari, saat Catharina tengah bermeditasi bersama komunitas Suster Putri Kasih, Bunda Maria kembali hadir.... “Wajahnya terlihat jelas, begitu cantik,” puji Catharina. Gaunnya seputih fajar dengan model a la vierge, yaitu, leher tinggi dan lengan sederhana. Kerudung putih menutup kepalanya, terjuntai hingga kedua kakinya. Sebuah bingkai agak oval tampak mengelilingi Bunda Maria, di atasnya tertulis kata-kata dalam huruf-huruf berwarna emas: “O Maria yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung kepadamu.” Lalu, Bunda Maria meminta kepada Catharina untuk membuat medali wasiat seturut apa yang dilihatnya. “Rahmat akan dicurahkan secara berlimpah-ruah kepada mereka yang mengenakannya,” pesan Bunda Maria. Penampakan ini merupakan salah satu contoh bahwa Bunda Maria sungguh berhati ibu. Tak
2 · Komunika
terbilang banyaknya sapaan Bunda Maria kepada umat manusia. Dan realitanya, hampir semua orang Katolik berdevosi kepada Bunda Maria. Bisa jadi karena Maria adalah seorang ibu yang sarat dengan keutamaan. Dia memiliki hati ibu; penuh perhatian, penuh kasih, dan penuh kelembutan. Psikoanalis Jerman, Carl Gustav Jung, mengatakan bahwa seluruh kehidupan psikis manusia pada hakikatnya berdasar dan bersumber pada unsur ibu. Sebab, nilai-nilai keibuan merupakan unsur hakiki dari eksistensi manusia. “Simbol ibu mengandung janji sebagai lambang totalitas asali serta simbol harmoni universal,” demikian Jung. Tidaklah mengherankan jika banyak umat Katolik yang merasa nyaman mengungkapkan dirinya; keinginannya, kepedihannya, kegembiraannya kepada Sang Ibu Surgawi. Kepekaan Bunda Maria terhadap umat manusia terekspresi di sepanjang sejarah umat manusia. Baik pribadi demi pribadi melalui doadoa yang terkabul maupun secara umum melalui penampakan-penampakan suci kepada orangorang kudus pilihannya.
Maria, Bunda yang Menyapa Oleh Pastor Aloysius Supandoyo, OSC
Permenungan tentang Maria, Bunda yang menyapa tidak terlepas dari rencana keselamatan Allah. Allah melalui malaikat Gabriel menemui Maria “Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” (Luk 1:28) Perjumpaan Maria dengan utusan Allah itu menunjukkan bahwa Maria merupakan pribadi yang dikaruniai dan disayangi oleh Allah. Maria sendiri belum menyadari akan hal itu. Maria bertanya akan arti salam itu di dalam hatinya. Pertanyaan Maria mendapat kejelasan dari malaikat Gabriel : “ Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” (Luk 1:30-31) Maria memohon penjelasan lebih lanjut supaya menjadi terang bagi dirinya. Jawaban Malaikat : “ Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau ....” Maria pada akhirnya menerima dan menjawab : “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38 ). Pembicaraan Maria dengan malaikat Gabriel, utusan Allah, menyiratkan bahwa Allah mempunyai rencana keselamatan melalui pribadi Maria. Komunika · 3
Maria menerima Yesus di dalam rahimnya. Dan sejak saat itu Maria memusatkan perhatiannya kepada Yesus yang ada didalam dirinya. Apa yang dipikirkan, yang ditutur katakan dan yang dikerjakan semata-mata terpusat pada Yesus. Dalam bulan-bulan kemudian semakin terasa kehadiran Yesus dalam dirinya dan merajut organorgan tubuhnya. Maria mengalirkan darahnya , membagikan makanannya, dan memberikan kasih sayangnya. Ketika Maria menyapa ibu Elisabet, melonjaklah anak yang di dalam rahim ibu Elisabet. Sapaan Maria menghadirkan sukacita pada ibu Elisabet. Tutur kata Maria, kelembutannya sebagai seorang ibu bayi yang dirahimnya menggugah dan menggerakkan sukacita pada bayi di rahim ibu Elisabet. Perjumpaan Maria dan ibu Elisabet menghadirkan perjumpaan Allah dengan manusia. Perjumpaan antara Yesus dengan Yohanes pembaptis. Sapaan Maria kepada ibu Elisabet adalah sapaan yang melegakan. Ketika Bunda Maria melahirkan Yesus di Betlehem , matanya menatap mesra wajah yang Sang Putra. Pandangannya mengalirkan kasih sayang, kesejukan serta membungkusnya dengan kain lampin dan membaringkannya di dalam palungan. ( Luk 2:7) Kelahiran Yesus membawa sukacita dan kegembiraan bukan hanya bagi Bunda Maria tetapi juga bagi para gembala, dan bagi bala tentara surga. “ Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya.” ( Luk 2:14 ) Bunda Maria memandang dengan penuh sukacita atas kedatangan para gembala dan para malaikat utusan Allah. Pandangan yang merupakan sapaan Bunda Maria untuk membagikan suka cita atas kehadiran Yesus. Dilain pihak Bunda Maria menyimpan perjumpaan itu di dalam hatinya. Bunda Maria memandang penuh tanda tanya kepada Sang Putra ketika menemukanNya di Bait Allah. “Nak mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” (Luk 2:48 ) Namun di sisi yang lain ia memandang 4 · Komunika
wajah Sang Putra dan berusaha untuk memahami siapa Yesus sesungguhnya. ”Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu.” Pengalaman Bunda Maria akan kedekatannya dengan Yesus merupakan pengalaman iman yang dibagikan kepada anak-anaknya yang dilahirkan oleh Gereja melalui permandian kudus. Anakanak yang gamang menghadapi hidup perkawinan kudus. Dengan berbicara dengan Allah, mendengarkan Allah dan setelah memahami kehendak Allah akhirnya sanggup mengatakan pula “ Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah menurut perkataanmu itu.” Kunjungan Bunda Maria kepada ibu Elisabet merupakan sapaan kepada anakanak Allah yang sedang memperoleh karunia Allah. Anak merupakan hadiah Allah yang mau disyukuri dalam ujud suka cita. Suasana suka cita dan kegembiraan membawa kebahagiaan dalam diri anak-anak yang masih ada dalam rahim. Kebahagiaan tersimpan dalam memori anak dan karakter anak dimasa yang akan datang. Bunda Maria memberikan teladan kepada para orang tua yang menghadapi pertumbuhan anak memasuki akil balik. ”Nak mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami.” Namun di sisi lain, Bunda Maria berusaha memahami dan menerima keputusan-keputusanNya. Para anak-anak Allah – para orang tua – yang menghadapi pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya dapat belajar seperti Bunda Maria untuk memahami dan menerima keputusankeputusannya. Bunda Maria mau menyapa anak-anak yang dilahirkan melalui permandian kudus dengan membagi pengalaman hidupnya dalam menyertai Sang Putra sejak berada di dalam rahim hingga dewasa. Sang Putra menjadi pusat dari segalanya baik pikiran, tutur kata dan tindakan. Bunda Maria telah menghadirkan kehendak Allah dalam keseluruhan hidupnya. Semoga anak-anak yang lahir dari permandian bisa mengalami sapaan Bunda Maria. ( PES )
Oleh Pastor Yulianus Yaya Rusyadi, OSC
Sukses adalah menuju tempat tidur setiap malam dengan jiwa yang damai. Paulo Coelho
Komunika · 5
Maria dalam Suka Duka Kita Oleh Pastor Lukas Sulaeman, OSC
A
DA doa kuno dari pengikut Kistus yang mencari perlindungan dari Bunda Maria – Sub Tuum Praesidium: Kami bergegas memohon bantuanmu, Bunda Allah yang kudus. Jangan menolak permohonan yang kami perlukan; bebaskan kami dari segala marabahaya, oh perawan yang mulia dan terberkati. Dalam doa itu termuat peran Maria sebagai penyalur rahmat. Rahmat itu telah mengalir dalam kehidupan orang Katolik dari waktu ke waktu. Maria telah menjadi ibu yang menggenggam misteri sedih, gembira, dan mulia. Ia merangkum semua peristiwa dalam hidup manusia. Maria adalah Mater Dolorosa (Bunda yang Berdukacita), Mater Gaudiosa (Bunda yang Bersukacita), dan Mater Gloriosa (Bunda yang Mulia). Ia itu “Pieta”, ibu yang memangku Sang Putra Terkasih dalam kematian-Nya. Maria menjadi tumpuan bagi kita semua yang menuju kepada kematian. Kita sebagai manusia yang bertubuh rapuh dan berjiwa lemah, butuh berpaling kepada seorang ibu, yang bisa memberi kepastian tentang arti hidup, sengsara dan maut, dan menunggui kita pada saat-saat terakhir menjelang pertemuan dengan Tuhan. Itu sebabnya kita berdoa, “Doakan kami, sekarang dan pada waktu kami mati.” Kita mengharapkan juga pendampingan Maria sebagai “Regina in coelum assumpta”, Ratu yang diangkat ke surga. Kita rindu dibela dan dibawa kepada kemuliaan surgawi seperti Maria. Bunda Maria sebagai Ibu Yesus, Ibu Gereja, Ibu Manusia, memiliki semua sifat keibuan yang baik, yang kita butuhkan sebagai manusia di bumi ini dalam taraf yang tak terduga. Maria adalah ibu bagi pria dan wanita, tua maupun muda, para lansia dan anak kecil; ia ibu bagi orang kaya dan orang miskin, bagi yang sehat dan yang sakit, bagi yang
6 · Komunika
penuh harapan dan bagi mereka yang putus asa, orang saleh dan pendosa, ibu untuk kaum religius dan juga umat awam. Kita semua bisa berlutut di hadapannya dan merasa diterima, disapa, dilindungi, dibela, dan direstui. Dan bagaikan cermin, Maria mempunyai kedalaman kasih yang tak terhingga, dapat memantulkan semua citarasa dan kasih ibu bagi siapa pun yang datang kepadanya. Dalam Lumen Gentium 66 dituliskan kata-kata ini, “Sejak awal mula, Perawan yang terberkati, dihormati sebagai Bunda Allah, umat beriman mencari perlindungannya melalui doa di dalam segala marabahaya dan kemalangan mereka.” Dalam situasi konkret sehari-hari, banyak orang Katolik sungguh mengalami pendampingan, perlindungan, dan perahmatan dari Maria. Tanyalah atau mintakan para legioner untuk menuturkan pengalaman mereka dengan Maria. Dijamin ada banyak kisah menarik, menyentuh, dan indah yang bisa mereka ceritakan, terutama dalam peristiwa hidup nyata sehari-hari. Dengarkan juga ucapan syukur dari umat beriman yang dipanjatkan dalam ujud perayaan Ekaristi, begitu banyak rahmat yang diterima karena doa-doa yang dikabulkan lewat pertolongan Bunda Maria. Maria adalah gambaran bunda atau sosok wanita yang diisi oleh cinta mendalam, kebaikan sempurna, kelembutan yang menawan. Hatinya merupakan hati yang menerima, melindungi, merestui, menghargai, dan membela kita. Maka, ia penuh rahmat. Dan kita selalu bisa memohon untuk ditaburi rahmatnya. Kapan pun kita boleh datang kepadanya dengan membawa apa pun yang ada di hati. Kita boleh meluapkan semua perasaan kita: kecewa, sakit hati, rasa takut, rasa berdosa, frustrasi, perasaan syukur, kegembiraankegembiraan sehari-hari, cinta, dan harapanharapan kita.
Kecanduan Legio Maria Oleh Josephine Winda dok. pribadi
Kegiatan Legio Maria bukan sekadar memberikan kepuasan batin, melainkan menyediakan banyak pelajaran kehidupan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
A
PAKAH Bunda Maria pernah menyentuh keseharian Anda? Sudahkah Maria menempati hati dan menjadi teladan hidup Anda? Atau mungkin Anda begitu sibuk bergulat dalam gelombang kehidupan sehingga tidak menyadari kasih Bunda? Apakah Maria hanya sekadar nama saja? Sherly Veronica, seorang gadis belia yang sehari-hari sibuk bekerja di salah satu bank swasta nasional. Teller cantik ini mencoba berbagi pengalaman saat Bunda Maria merengkuh hangat dirinya. Si bungsu dari tiga bersaudara ini ditinggal ayahnya wafat saat ia duduk di kelas 6 SD. Kedua kakaknya telah menikah sehingga Sherly tinggal berduaan saja menemani mamanya yang juga aktif di Legio Maria Presidium Bunda Penolong Abadi. Mama adalah sosok kuat yang berperan ganda menjadi ibu dan ayah bagi Sherly sejak
bertahun yang silam. Menjadi pengikut Maria merupakan sukacita indah bagi wanita muda yang sangat bersahaja ini. Berikut ini penuturan Sherly Veronica. Dua Presidium Saya mengikuti aktivitas Legio Maria dalam dua presidium. Yang pertama adalah Presidium Ancilla Domini. Presidium ini beranggotakan para mudika lulusan SMA, 18 tahun hingga usia 35 tahun, mereka-mereka yang belum menikah. Saya menempati posisi sebagai sekretaris, yang bertugas mencatat notulen selama rapat dan melaporkan pada minggu berikutnya di dalam rapat selanjutnya. Rapat legio sebenarnya berisikan kegiatan berkumpul dan berdoa bersama. Presidium yang lain di mana saya juga aktif menempati posisi sebagai wakil ketua adalah Presidium Regina Pacis. Anggotanya berisikan anakKomunika · 7
anak kelas 3 SD hingga kelas 3 SMA. Nah, biasanya setelah lulus SMA orang-orang muda ini melanjutkan bergabung ke presidium yang saya sebutkan sebelumnya, Presidium Ancilla Domini. Bagi yang belum tahu apa itu presidum, akan saya coba jelaskan. Presidium adalah satu unit terkecil Legio Maria yang terdiri dari beberapa legioner. Tiap presidium diberi nama menurut salah satu gelar Bunda Maria. Misalnya, “Maria Ratu” atau nama salah satu karunia istimewa dari Maria seperti “Yang Semula Jadi Tak Bercela.” Tiap presidium mempunyai pengurus inti yang disebut perwira. Pengurus inti terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara. Sedangkan anggota terdiri dari dua jenis. Anggota aktif adalah anggota yang wajib hadir dalam rapat legio dan ikut terjun langsung dalam karya pelayanan. Kemudian ada pula anggota auksilier. Anggota auksilier tidak wajib hadir dalam berbagai rapat legio dan pelayanan, tetapi wajib untuk berdoa tesera dan rosario setiap hari. Saya bergabung dalam Legio Maria sejak kelas 6 SD dan kini saya telah berusia 24 tahun. Untuk pertama kali, ketika kanak-kanak, saya aktif di Presidium Regina Pacis. Berbagai jabatan sudah saya lakoni, seperti bendahara dan sekretaris. Kebutuhan adanya wadah yang baru bagi “lulusan” presidium junior Regina Pacis menimbulkan inisiatif untuk terbentuknya Presidium Ancilla Domini yang berisikan anak-anak muda yang berangkat dewasa. Tentu saja kami tidak bisa lagi tergabung di dalam Regina Pacis karena usia kami sudah kian bertambah. Jika ditanya bagaimana saya bisa “kecemplung” di Legio Maria, saya agak bingung menjawabnya. Pertanyaan ini gampang-gampang susah. Ketika saya masih duduk di kelas 6 SD, saya adalah anggota Lingkungan Fransiskus Asisi. Kami memiliki kegiatan Bina Iman Anak (BIA). Salah seorang ibu dari kelompok BIA memberitahu kepada saya bahwa ada kegiatan Legio Maria bagi anak-anak dan remaja. Saya penasaran dan ingin tahu, lalu saya bergabung dalam kegiatan ini bersama beberapa kawan. Hanya bermodalkan rasa ingin tahu tentang Legio Maria, sekarang saya “kecanduan” menjadi legioner. Saya tidak bisa lagi melepaskan diri dari kegiatan ini. Banyak yang mengira bahwa Legio Maria adalah perkumpulan doa yang sangat serius dan hanya beranggotakan ibu-ibu saja. Salah! Legio Maria merangkul segala usia dari anak kecil, anak muda, ibuibu, bapak-bapak bahkan ada oma-oma juga. Kegiatan legio yang tampak di permukaan mungkin hanyalah berdoa, berdoa, dan berdoa saja. Namun, sebenarnya kegiatan legio juga meliputi pelayanan dan refreshing time yang kami sebut Pertemuan Alam Terbuka (PAT). Agustus lalu, kami melaksanakan PAT di Bandung. Setiap minggu kami mengadakan rapat legio, diawali dengan berdoa tesera disertai rosario. Lalu, kami melakukan pelaporan tugastugas apa saja yang telah dilaksanakan sekaligus pembagian tugastugas selanjutnya. Rapat Legio Presidium Ancilla Domini diadakan setiap Sabtu pukul 17.00 di Aula St. Christoforus sedangkan rapat Legio Presidium Regina Pacis diadakan pada hari dan tempat yang sama, pukul 15.00. Paroki Santa Monika memiliki banyak presidium selain Regina dan Ancilla. Hampir setiap Minggu ada saja presidiun Legio Maria yang melaksanakan rapat. Bagi mereka yang ingin hadir dapat menyesuaikan diri dengan rapat presidum yang bertepatan dengan waktu luangnya. Rapat legio sangat penting dan anggota aktif wajib hadir. Selain berdoa, Legio Maria juga memiliki karya kerasulan, seperti mengunjungi orang 8 · Komunika
sakit, menghibur orang yang berduka, melayat dan mendoakan mereka yang telah meninggal dunia, berkunjung ke panti jompo serta panti asuhan. Masih banyak pula kegiatan lainnya. Khusus di Presidium Ancilla Domini, kami juga melaksanakan pembagian nasi bungkus kepada mereka-mereka yang membutuhkan, seperti tukang sapu jalanan, pengemis, pengamen, pemulung, dan sebagainya. Pembagian nasi bungkus ini kami lakukan setiap tiga bulan sekali, hanya di wilayah BSD saja. Seperti yang Yesus katakan juga, iman tanpa perbuatan akan sia-sia. Maka, dari itu selain berdoa kami pun berusaha mewujudkannya dalam karya-karya nyata. Pelajaran Kehidupan Kegiatan Legio Maria, bagi saya, bukan sekadar memberikan kepuasan batin, melainkan menyediakan banyak pelajaran kehidupan yang tidak pernah saya bayangkan atau hadapi sebelumnya. Setiap anggota legio melakukan pelayanan kepada sesama yang membutuhkan. Ternyata, bukannya kami yang menguatkan mereka namun justru sebaliknya. Contohnya, kami rutin mengunjungi seorang oma yang hidup berdua saja dengan anak lelakinya. Oma ini tidak bisa melihat. Tapi, oma tidak pernah putus asa malah ia merasa spesial di mata Yesus. Oma tetap mengerjakan
dok. Komunika
dok. pribadi
pekerjaan rumah seperti layaknya ibu rumah tangga biasa. Ia pergi ke pasar dengan naik ojek, membereskan rumah, dll. Kami ingin sekali membantu Oma. Namun, ia menolak. Bahkan, ia mengatakan, “Saya tidak pernah merasa kesepian atau kesusahan karena Yesus selalu berada di dekat saya. Yesuslah yang menuntun saya. Di saat saya ingin mencari sesuatu, saya dituntunnya ke tempat di mana barang itu diletakkan.” Luar biasa! Iman yang kuat dalam keadaan yang menghimpit. Padahal biasanya kalau kita menjumpai kesulitan atau masalah, kita lebih suka mundur atau bahkan menyalahkan Tuhan atas keadaan yang ada. Namun, Oma ini tidak demikian. Jadi, bukannya kami yang mengunjungi menguatkannya tapi kami malah dikuatkan dengan sharing-sharing mereka. Itu yang membuat saya “kecanduan” legio Maria. Legio Maria adalah tempat di mana saya diingatkan oleh Tuhan dan Bunda Maria untuk semakin bersyukur atas apa pun yang sudah saya miliki. Di sini pun kita dilatih mendoakan sesama yang membutuhkan, bukan hanya berdoa untuk kebutuhan
diri sendiri. Peduli dengan orang lain dan membawanya dalam doa. Tantangan aktif dalam legio sebenarnya bersifat sangat duniawi. Pasalnya, Presidium Ancilla Domini melakukan rapat pada Sabtu pukul 17.00. Padahal waktu tersebut biasanya adalah waktu bagi anak muda untuk hang-out bersama keluarga, teman ataupun pacar. Ini sungguh-sungguh tantangan di mana kami harus mampu untuk tidak hang-out dengan teman-teman di mall, cafe atau tempat lainnya. Sebaliknya, kami di Ancilla Domini memilih untuk berkumpul dan “malam-mingguan” bersama Bunda Maria. Awalnya, memang sulit. Namun, seiring waktu hang-out bersama teman-teman di mall kalah menarik dengan berdevosi pada Maria. Di Legio pun saya juga bertemu dengan teman-teman lain. Alhasil, suasana Malam Minggu tetap menggembirakan. Tidak terbersit dalam benak saya untuk meninggalkan Legio Maria. Karena Bunda Maria dan Tuhan sudah full 24 jam menemani kita, masakan untuk waktu yang hanya beberapa jam saja kita tidak bersedia mendedikasikan untuk-Nya? Dalam kehidupan ini akan selalu ada masalah, orang-orang yang menjengkelkan dan keadaan yang menghimpit kita. Dengan ikut perkumpulan rohani seperti legio Maria, bukan berarti hidup kita mulus begitu saja. Namun, keadaan apa pun yang muncul akan terlihat kecil. Seperti yang sering dikatakan oleh banyak orang, “Jangan pernah katakan, Tuhan, aku mempunyai masalah besar!” Namun, karena iman, kita semakin kuat dan berakar pada Allah maka kita harus mengatakan, “Hai masalah, aku mempunyai Allah yang besar!” Selain refreshing diri, kita juga perlu refreshing rohani. Salah satunya, dengan ikut legio Maria dan menjadi tangan-tangan kecil Bunda Maria di dunia ini untuk menyalurkan kasih Allah kepada sesama. Jadi, tunggu apalagi? Ayo bergabung bersama kami para prajurit Bunda Maria dalam Legio Maria. Jangan sampai menyesal karena belum merasakan nikmatnya berbagi dalam persaudaraan. Apabila ada yang ingin ikut menjadi prajurit Maria atau butuh informasi, dapat menghubungi Sherly: 08998865222 dan Chinthia: 082261368575. Ave Maria!
Komunika · 9
Kado Indah 20 Tahun Paroki Santa Monika Oleh Panitia Pesta Nama 20 Tahun Paroki Santa Monika Wilayah 15 dan 16
M
engenal Santa Monika Pastinya, banyak umat yang sudah tahu perihal perjalanan kekristenan Santa Monika; baik dari homili Pastur ataupun dari berbagai sumber, termasuk Ensiklopedi Orang Kudus. Santa Monika dilahirkan pada tahun 331 di Tagaste, Algeria, Afrika Utara dari keluarga Kristen yang taat. Leluhurnya bukan penduduk asli Afrika, tetapi perantauan dari Venisia. Monika dinikahkan dengan Patrisius, seorang pegawai tinggi pemerintahan kota. Mereka dikaruniai 3 orang anak, yaitu Agustinus, Navigius dan Perpetua (yang akhirnya memimpin biara). Patrisius seorang kafir, ia bertabiat buruk - suka naik pitam dan sering menertawakan usaha keras Monika untuk mendidik Agustinus menjadi pemuda Kristiani. Meskipun demikian, Monika tidak pernah membantah ataupun bertengkar dengan suaminya.Tak henti-hentinya ia berdoa agar suami dan puteranya segera bertobat dan menerima Kristus. Santa Monika sangat tekun dalam berdoa, dan sekitar 20 tahun kemudian, baru doa-doa Santa Monika dikabulkan oleh Tuhan. Santa Monika meninggal dalam umur 56 tahun. Ia dihormati sebagai pelindung ibu rumah tangga. Pestanya dirayakan setiap tanggal 27 Agustus. Pesta Nama Paroki Santa Monika Gereja kita juga mengambil nama Santa Monika sebagai nama pelindungnya. Berbagai rangkaian kegiatan perayaan disiapkan oleh Panitia Pesta Nama dari Wilayah 15 dan 16. Dalam puncak perayaan ini, diawali dengan Misa Konselebrasi Sabtu pukul 17.00 yang dipimpin oleh RP Aloysius Supandoyo OSC, dan didampingi oleh RP Lukas Sulaeman OSC dan RP Yulianus Yaya Rusyadi OSC. Setelah misa, dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng di panggung di halaman gereja oleh RP Aloysius Supandoyo OSC. Perayaan ini cukup meriah karena dihadiri oleh banyak umat. Mereka menikmati nasi bungkus yang sudah disiapkan oleh para petugas dari wilayah-wilayah yang ada di Paroki Santa Monika. Sampai selesai pun masih banyak umat yang tak beranjak dari sekitar panggung. Ini menunjukkan bahwa umat sangat antusias, sekaligus ingin mengetahui hasil final dan pengumuman lomba koor. Bersyukur dan Peduli Dengan mengambil tema Bersyukur dan Peduli, diharapkan umat paroki Santa Monika semakin menghayati perihal bersyukur atas segala karunia yang diberikan Tuhan. Dan dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada, umat menjadi peduli terhadap saudarasaudara yang membutuhkan, baik saudara seiman maupun yang berbeda keyakinan.
10 · Komunika
Sebagai perwujudan tema, beberapa kegiatan yang terselenggara sebagai berikut : 1. Bakti Sosial, dilaksanakan 5 Juli 2015 dengan menjual sembilan bahan pokok (sembako) secara murah kepada masyarakat di Kampung Baru, Griya Asri, Jelupang. Pelaksanaannya dikoordinir oleh Pengurus Seksi Sosial Ekonomi (SSE). 2. Lomba Mewarnai tingkat Anak (TK s/d Kelas IV SD) dilaksanakan 9 Agustus 2015, di halaman gedung gereja Santa Monika. Pelasanaannya diserahkan kepada BIA (Bina Iman Anak). 3. Lari sehat, dengan nama kegiatan RUSH : Run to Share, start dan finish di The Breeze. Dilaksanakan 16 Agustus 2015. pelaksanaan diserahkan pada OMK (Orang Muda Katolik). 4. Basket 3 on 3 dan Futsal dilaksanakan 22 dan 23 Agustus 2015, di Sekolah Katolik Saint John. Untuk pelaksanaannya diserahkan pada BIR (Bina Iman Remaja). 5. Lomba Paduan Suara antar Lingkungan, babak penyisihan pada 22 Agustus 2015 dan Final pada 29 Agustus 2015 berbarengan dengan Malam Puncak Perayaan Pesta Nama Santa Monika. Lomba Mewarnai Tingkat Bina Iman Anak Minggu, 9 Agustus 2015, tidak biasanya, pada siang itu setelah misa kedua, terlihat banyak umat berkerumun di halaman gereja, baik anak-anak maupun dewasa. Ada peserta lomba mewarnai dan penonton. Lomba ini karena berbagai hal, akhirnya hanya 186 anak yang datang mengikuti lomba. Acara ini didukung oleh Tim Lingkungan Hidup Santa Monika. Lomba dibagi menjadi 3 kategori ini, yaitu Kategori KB-TK, Kategori kelas I - 2 SD, dan Kategori 3-4 SD, dengan mengambil sub-tema Syukur dan Peduli akan Lingkungan Hidup.
Setelah para Juri - Nela Realino (designer Majalah Komunika) serta Masri dan Krismianto(Guru di Santa Ursula) melakukan penilaian, maka berikut adalah susunan kejuaraannya.
KELOMPOK TK KELOMPOK SD I-II LINGK. LINGK. NAMA NAMA (ST/STA) (ST/STA) Agnessa BIA Antonius Cila I Bonaventura Shachaqita Padua BIA Bunda Amel Jessica II Cicilia Teresa Gabriel Aline III BIA SEGA Lidwina Nararya Regina Harapan Adelbertus BIA Bunda Florentina Eduardus Aviel W I Teresa G Harapan Angela Nicholas Klaudius BIA Mikael Paquita R Emmanuel II JUARA
Harapan Kenzie Delano III
Yoh. Pembaptis
Marcelinus Jonathan
Simeon
KELOMPOK SD III – IV NAMA
LINGK. (ST/STA)
Catharina Christella Adriane
Helena
Regina Shinny H
FX Asisi
Rosa Virgina
Richardus
Frances
BIA Bunda Teresa
Ivana Wijaya
Damianus
Selamat kepada para juara! Semoga semakin kreatif, pintar dan berani menciptakan paduan warna; dan juga peduli terhadap lingkungan hidup. Demikian juga, tak hanya bagus dalam mewarnai, namun juga bagus dalam aksi peduli terhadap lingkungan di sekitar kita. Dari mulai membuang sampah pada tempatnya, tidak merusak pepohonan, sampai menanam pepohonan yang berbatang alias “tanaman keras” yang bisa berguna untuk kita semua. Basket 3 on 3 dan Futsal Sabtu siang, 22 Agustus 2015, tepat pukul 13.00, nampaklah antrian anak-anak yang menggunakan seragam sepak bola (futsal) dan juga seragam basket. Mereka sangat antusias untuk ikut pertandingan futsal dan basket. Pertandingan ini dikategorikan dalam lomba antar wilayah yang ada di Paroki Santa Monika. Rangkaian pertandingan ini sangat unik. Sebelum dimulai pertandingan, dibuka terlebih dahulu dengan Ibadat Sabda yang dipimpin oleh Romo Lukas Sulaeman OSC. Hal ini sebagai bukti bahwa kegiatan ini tak sekadar mencari juara, namun juga sebagai perwujudan untuk meningkatkan iman remaja. Dan tak lupa, dalam ibadat ini juga memohon agar pertandingan berjalan lancar dan sehat. Sehat dalam penyelenggaraan, dan sehat peserta pertandingannya. “Untuk melakukan pertandingan basket dan futsal tak hanya diperlukan kesiapan fisik, tetapi juga kesiapan batin agar saat bermain mereka dapat mengutamakan kebersamaan sesama umat Katolik Santa Monika”, begitu pesan Romo Lukas dalam kotbahnya. Setelah ibadat, Romo Lukas didaulat menendang bola ke gawang sampai 3 kali agar bola masuk ke gawang (goal) sebagai tanda resmi dibukanya pertandingan Pekan Olah Raga (POP) Santa Monika. Pertandingan basket diadakan di lapangan indoor sedangkan futsal diadakan di outdoor, yang keseluruhannya bertempat di Sekolah Katolik Saint John.
Seluruh peserta bertanding dengan penuh semangat sehingga tak heran senyum kecil pun keluar dari raut wajah mereka ketika bermain. Panas terik yang menyengat kulit mereka pun nampaknya tidak dapat membuat para pemain merasa terganggu. Namun sempat terjadi kesalahpahaman ditengah lapangan yang membuat pertandingan sempat terhenti, tapi kemudian masalah tersebut dengan cepat teratasi dan pertandingan kembali dilanjutkan tanpa adanya permusuhan. Pertandingan-pertandingan pun terus berjalan hingga pada keesokan harinya, karena futsal dan basket melakukan pertandingan dengan sistem setengah kompetisi (masingmasing peserta dalam satu grup melakukan pertandingan dengan semua anggota dalam grup yang sama). Dan, yang keluar sebagai sang juara adalah sebagai berikut : Komunika · 11
BASKET 3 ON 3
JUARA
PUTRA
PUTRI
I
Wilayah 15 Wilayah 4
II
Wilayah 24
III
Wilayah 4
Wilayah 15 Wilayah 16
FUTSAL PUTRA Wilayah 2 Wilayah 19 Wilayah 22
PUTRI Wilayah 22 -
Selanjutnya, para juara ini akan mewakili paroki kita untuk pertandingan antar paroki Se-dekenat Tangerang. Lomba Paduan Suara Lomba Paduan Suara atau yang sering kita sebut dengan Lomba Koor kali ini diadakan lain daripada perlombaan koor sebelumnya. Lomba Koor kali ini, dipisahkan dengan beberapa kategori : Kategori A : Untuk paduan suara lingkungan (dan atau gabungan lingkungan, maksimal 2 lingkungan) dengan format 4 (empat) suara (SATB). Kategori B : Untuk paduan suara lingkungan (dan atau gabungan lingkungan, maksimal 2 lingkungan) dengan format 2 (dua) suara sejenis wanita, 2 (dua) sejenis pria, atau 2 (dua) suara campuran atau lebih dari itu. Kategori C : Untuk paduan suara lingkungan dengan 1 (satu) suara sejenis wanita, 1 (satu) suara sejenis pria, atau 1 (satu) suara campuran. Waktu pelaksanaannya pun dibagi menjadi babak penyisihan dan babak final. Babak penyisihan diadakan pada 22 Agustus 2015 (berbarengan dengan lomba futsal sehingga personil panitia juga terpecah menjadi 2 tempat yang berbeda). Dan babak final diadakan pada 29 Agustus 2015, berbarengan dengan Malam Puncak Perayaan Pesta Nama Santa Monika. Hasil Babak Penyisihan Kategori A : 1. St. Martha – 84,20 2. St. Padre Pio dan Theodorus – Nilai 83,77 3. St. Gerardus Majella dan St. Bellarminus (Gemabell) – Nilai 82,78 4. St. Hieronimus dan St. Aloysius Gonzaga – Nilai 80,97 5. Bunda Teresa dan St. Koleta – Nilai 79,60 6. St. Sesilia – Nilai 77,78 7. St. Pius X – Nilai 75,15 8. St. Dominicus – Nilai 74,84 Hasil Babak Penyisihan Kategori B : 1. St. Paulus – Nilai 79,29 (juara 1) 2. St. Melkhior dan St. Hana – Nilai 77,58 (juara 2) 3. St. Gemma Galgani – Nilai 76,89 (juara3) 4. St. Bernadeth dan St. Paulinus – Nilai 79,60 (juara harapan)
12 · Komunika
Dalam babak final, hanya diikuti oleh peserta yang mendapatkan penilaian juri dengan kategori medali emas. Medali Emas hanya 4 peserta yaitu dari Kategori A. Dan dari Kategori B tidak ada yang mendapatkan medali emas, hanya medali perak. Sedangkan Kategori C tidak ada peserta sama sekali. Semua peserta mendapatkan medali sesuai penilaian juri (kategori emas, perak dan perunggu). Para juara yang mendapat piala yaitu : Juara I : GemaBell (Lagu : Mars Paroki & Rejoice In The Lord Always) – Nilai 254,5 Juara II : Martha (Lagu : Mars Paroki & Mazmur 150) – Nilai 245,1 Juara III : Padre Pio & Theodorus (Lagu : Grace Alone & Kasih-Mu Tuhan) - Nilai 244,8 Juara IV : Hieronimus & Gonzaga (Lagu : Aku Melayani Tuhan & Nafas Iman) – Nilai 242,3 Sedangkan Juara I juga mendapatkan Piala Bergilir Lomba Koor dari Dewan Paroki Santa Monika. Sedangkan yang diunggah di media youtube, dari finalis tersebut mendapatkan sejumlah “Like” : 1. Padre Pio & Theodorus : 614 like - klik di 2. 3. 4.
www. youtu.be/P8RMdk_JsPE youtu.be/4X_k9dbUQH4 youtu.be/TVrZVxmAFww
Juri yang menilai lomba koor dari babak penyisihan dan babak final berasal dari umat Santa Monika, yang ahli dalam bidangnya, sebagai berikut : Babak Penyisihan : • Hermans Hokeng • Thomas Aryo Indrastiono • Eliza Carolina • Jessica Suandriana • Stephanus Joseph Jansen Tanudjaya Babak Final : 1. FX Widyastuti – Pengarang Lagu “Mars Paroki St. Monika 2. Lucia Kusumawardani Tirta Pertiwi 3. Thomas Aryo Indrastiono Demikian rangkuman seluruh rangkaian acara dari awal hingga puncak perayaan Pesta Nama Paroki Santa Monika, semoga membangkitkan semangat kebersamaan dan kepedulian di antara kita. Terima kasih!
RUSH : Run to Share Oleh Angellie Larasati
D
alam rangka menyambut Ulang Tahun Paroki Santa Monika yang ke-20, OMK Santa Monika menyelenggarakan acara family fun run/walk yang berjarak 5 KM. Fun running yang dinamakan RUSH ini merupakan kepanjangan dari Run to Share yang berarti seluruh peserta yang telah ikut serta dalam fun running ini juga turut berpartisipasi berdonasi untuk program ASAK. Ayo Sekolah Ayo Kuliah atau yang biasa disingkat ASAK adalah program penyantunan tetap yang membantu anak santun yang berjalan di 34 Paroki Keuskupan Agung Jakarta. ASAK Paroki Santa Monika ini berdiri dibawah Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi, Subseksi Bantuan Pendidikan, yang sifatnya dari umat untuk umat. Harapan dengan adanya program ASAK ini adalah dapat membantu umat di paroki yang membutuhkan dalam hal pendidikan. Hasil pengalangan dana yang terkumpul dari acara RUSH ini sebesar Rp.34.528.750,00 dimana sepenuhnya dana ini akan di sumbangkan ke ASAK. Acara yang berlangsung pada tanggal 16 Agustus 2015 di The Breeze, BSD City, ini diikuti oleh lebih dari 1900 peserta mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Acara ini dimulai pada pukul 06.00, dimana seluruh peserta sudah mulai start untuk berlari, dan selesai pada garis finish pukul 08.00. Setelah sampai di garis finish, peserta dapat menempelkan cap tangan diatas kain putih yang sudah disediakan. Makna dari cap tangan tersebut adalah bukti simbolis bahwa peserta telah turut berpartisipasi dalam berdonasi. Namun acara tidak selesai hanya di garis finish saja, peserta diarahkan ke panggung utama untuk menyaksikan penampilan band dan dance yang diselingi dengan pembagian doorprize. Hal-hal menarik lainnya dari acara RUSH ini adalah adanya doorprize seperti kamera
dok. pribadi
fuji instax mini dan televisi 32 inch, dan tentunya yang ditunggu-tunggu adalah bintang tamu utama yaitu Dona Agnesia. Dona Agnesia yang juga merupakan umat Paroki Santa Monika ini ikut memeriahkan acara dengan mengajak peserta bernyanyi bersama. Semangat dari para peserta ini pun pantas diacungi jempol, karena walaupun jarak lari yang cukup jauh tapi tidak menyurutkan keseruan untuk tetap ikut berpartisipasi hingga acara selesai. “Acara ini sukses dan membanggakan, walaupun dalam prosesnya banyak kendala tapi hasilnya sukses,” ucap Meyvin Candra ketua panitia RUSH. Melihat banyaknya peserta dan suksesnya acara RUSH ini tentu menjadi kebanggaan sendiri bagi para panitia. Kesuksesan acara ini pula terjadi karena adanya seluruh umat, para Romo, dewan gereja, ASAK, pengisi acara dan sponsor yang mendukung penuh acara Run to Share. Komunika · 13
Rangkaian dan Puncak Novena Salib Suci 14 September 2015 Oleh Hermans Hokeng
dok. pribadi
G
ita Musica Sacra; via prelude - introitus Crux Fidelis dan Nos Autem, yang dipersembahkan oleh Teresa Choir (Wilayah 19 -The Icon), pimpinan Jansen Tanujaya, serta iringan organ Maria Silabakti mengiringi Misa Puncak Novena Salib Suci di gereja Santa Monika. Kesakralan dan keanggunan liturgis sangat terasa dalam perayaan ini. Itu karena hampir seluruh lagu yang dikumandangkan, diambil dari Misa Graduale Romanum – Latin, Misa de Angelis (Puji Syukur) serta lagu-lagu dari Buku Biru para Crossier (BB II) dan Taize. Sembilan Imam OSC secara konselebrasi memimpin Misa Syukur Pesta Salib Suci. Adoramus Te, Christe! Misa Konselebrasi Perayaan Ekaristi Pesta Salib Suci dihadiri oleh ratusan umat. Hal itu sangat berbeda dengan kondisi Novena di hari pertama, 5 September hingga hari ke delapan, 13 September. Kehadiran umat pada harihari sebelumnya, bisa terbilang sangat sedikit. Tapi semuanya itu dapat terobati pada puncak novena, 14 September, tepat pada perayaan Pesta Salib Suci. Lebih dari itu, misa terasa sangat meriah karena dipimpin oleh 9 Imam Crossier (sebutan untuk para Biarawan OSC). Mereka adalah RP Bernardus Yusa Bimo Hanto OSC, anggota Dewan Provinsi OSC 14 · Komunika
Bandung dan pastor paroki Santo Agustinus - Karawaci, RP Aloysius Supandoyo OSC, ketua OSC Regio Jakarta dan pastor paroki Santa Monika, RP Barnabas Nono Juwarno OSC, pastor paroki Santa Helena - Curug, RP Stefanus Suwarno OSC, RP Bobby Hariamaipen OSC, RP Lukas Sulaeman OSC, RP Adi Pramono OSC, RP Edward Dairi OSC, dan RP Yaya Rusyadi OSC. Dalam homilinya, RP Bimo OSC menyulam benang merah tentang Novena Salib Suci. ”Bapak/ibu/saudara/saudari dan para crossier cilik yang terkasih dalam Kristus. Kini, kita sampai pada puncak syukur pesta salib suci. Kita telah melewati perjalanan novena dari hari pertama hingga puncaknya malam hari ini. Saya tidak berniat untuk berbicara panjang lebar tentang makna salib seorang diri. Coba kita buat dalam dialog - dua arah untuk mendapatkan refleksi tentang salib dari saudara/saudari sekalian. Karena hari ini adalah puncak dari penghayatan dan pendalaman iman kita akan salib, selaku murid-murid Kristus. Kita mengenal Kristus melalui tanda salib. Mengakhiri kehidupan kita dengan tanda salib, Saat memulai aktivitas harian pun, kita mengawalinya dengan tanda salib. Kita semua adalah penyandang salib itu. Pertanyaannya, salib adalah salib, tapi salib yang seperti apa? Dan, salib adalah yang bukan salib, itu salib yang seperti apa? Apa jawaban Anda? Mari kita renungkan dan belajar dari sosok Bunda Maria yang taat hingga tiba di kaki salib Putra-Nya. Salib itulah sumber keselamatan kita.” Ada empat orang umat yang mengangkat tangan dan menyampaikan refleksinya tentang Makna Salib itu. Sebelum berkat penutup, RP Yaya Rusyadi, OSC memperkenalkan kembali para pastor konselebran, dan mengucapkan beribu terima kasih kepada umat serta para petugas liturgi. Tepuk tangan pun menggema, menambah
keceriaan malam itu. Setelah berkat dan perutusan, dipungkasi dengan lagu Kita Laskar Kristus. Pesan, Harapan dan Doa Di tengah sukacita pesta nama dan resepsi sederhana, Komunika berhasil mewawancarai beberapa Romo OSC, mewakili umat maupun romo yang hadir dalam perayaan Ekaristi tersebut. ”Bagaimana kesan Romo pada puncak perayaan Novena Salib Suci malam ini ?” RP Bimo OSC – Dewan Provinsi OSC Bandung ”Saya pribadi, dan tentu juga para Imam Tarekat Salib Suci yang berdomisili di ketiga paroki ini sangat bangga dan kagum dengan umat Paroki Santa Monika, yang begitu antusias mendukung kami, para Crossier, dengan caranya masing-masing. Salut atas kehadirannya, partisipasinya - baik itu, petugas tata laksana, putra altar, putri sakristi, para crossier cilik, lektor, lektris, pemazmur, serta Paduan Suara yang mempersiapkan diri dengan sangat baik. Wah, pokoknya sangat bersyukur dan gembira, tak terkatakan lagi! Kami berharap, umat selalu mendoakan kami di setiap tugas perutusan kami, sehingga para Crossier semakin menghayati makna salib secara lebih mendalam, serta senantiasa setia dan tekun seperti teladan Bunda Maria. Selanjutnya, kami mampu untuk belajar selalu taat dan rendah hati hingga akhir hayat. Doakan kami selalu. Saya kira itu saja dulu. Terima kasih!” RP Nono Juwarno OSC – paroki Santa Helena ”Saya terkejut sekali! Kenapa? Karena diluar prakiraan saya. Umat yang hadir sangat memuaskan hati saya dan tentunya para Imam yang lain. Mereka terlibat bersama dalam Novena ini. Disana ada jalinan kerja sama yang bagus. Dari Paduan Suaranya dan seluruh petugas liturgi bersama kami, para Imam OSC malam ini, baik dari paroki Santa Helena, Santo Agustinus, dan Santa Monika sendiri, membuat suasana liturgi malam ini terasa sangat berkesan. Kami mohon dukungan umat untuk mempromosikan Novena ini kepada keluarga dan teman-teman yang lain agar diwaktu mendatang boleh bergabung. Promosi, bukan supaya kami para Imam OSC merasa semakin terkenal, bukan itu! Tetapi agar umat semakin menghayati apa arti salib dalam kehidupan imannya. Semoga tradisi ini dilanjutkan setiap tahunnya, agar umat makin tahu akan arti devosi ini, serta merekatkan hubungan baik diantara sesama umat paroki yang dilayani oleh para Imam OSC. Tahun depan kita boleh berpindah ke paroki yang lain. Dan bersamasama merayakannya dengan kegembiraan dan penuh harapan. Doakan kami ya!” RP Aloysius Supandoyo OSC – Paroki Santa Monika ”Wah, sangat gembira dan puas! Saya was-was kalau umat yang hadir malam ini tidak seperti yang kita harapkan. Dimana mau taruh muka kita? Puji Tuhan, ternyata umat sangat antusias. Dari rangkaian Novena ini ada hikmah yang dapat kami evaluasi yaitu kurangnya sosialisasi tentang layanan devosional ini. Harapan kita ke depan, Novena ini akan menjadi semacam tradisi di paroki-paroki yang digembalakan oleh para Imam OSC. Kesinambungan itu adalah faktor yang perlu kita perhatikan lagi. Inilah kekurangan yang perlu kami perbaiki lagi. Semoga tahun depan, respons umat akan lebih meningkat lagi sehingga nuansa perayaan novena di setiap gereja terasa lebih
semarak liturgisnya. Umat semakin mencintai devosi ini sebagai aset dan kekayaan batin mereka.’’ RP Stefanus Suwarno OSC – Paroki Santo Agustinus ’’Bukan main senangnya, karena umat hadir dengan jumlah yang meyakinkan. Itu tandanya, umat di Santa Monika sangat mendukung kami para Imam OSC yang berkarya di tiga paroki ini. Suasananya jadi lebih hidup. Kekeluargaan dan kebersamaan lebih terasa. Kami selalu berharap agar umat selalu mendoakan dan mendukung kami agar kami tetap kuat dalam pelayanan dan karya pastoral kami. Semoga di waktu mendatang, umat semakin berjibun untuk mengikuti Novena Salib Suci. Mungkin hari ini, puncaknya dirayakan di sini, tapi di tahun mendatang kita bergantian merayakannya di paroki Santa Helena maupun paroki Santo Agustinus. Umat Santa Monika boleh ramairamai mengikuti novenanya di sini, lalu bergabung dengan umat paroki lain di saat Puncak Novenanya, dimana pun.” Refleksi Tema Novena! Tema Novena pada tahun ini, mulai dari hari pertama sampai dengan hari kedelapan adalah sebagai berikut : Keberanian untuk Berkorban, Syukur atas Rahmat Pengampuan dari Allah, Kerinduan akan Keselamatan, Kepedulian kepada Sesama, Ketaatan kepada Kehendak Allah, Perjumpaan yang Membebaskan, Sehati Sejiwa, Menghasilkan banyak Buah. Dan Novena hari kesembilan ditutup dengan Perayaan Ekaristi secara meriah. Akhirnya, dari lubuk hati terdalam, mari kita bersyukur dan bergembira bersama Para Crossier – Imam Ordo Salib Suci ; dan dengan penuh kebanggaan mematrikan diri sebagai murid-murid Kristus - Sang Penyandang Salib. ’’In Cruce Salus’’ !
Ketidakadilan adalah akar dari segala kejahatan. Paus Fransiskus
Komunika · 15
SEPUTAR ALTAR
Gebyar 20 Tahun Pesta Nama Paroki Santa Monika Sehati-Sejiwa dalam Semangat Syukur dan Peduli Oleh Hermans Hokeng
dok. pribadi
S
ABTU senja, 29 Agustus, tatkala jarum jam menunjuk pukul 17.00, terdengar gemerincing lonceng sakristi, memecah kesenyapan ratusan umat yang hadir di sekitar altar, bahkan meluber hingga selasar gereja Santa Monika. Empat paduan suara gabungan – Koor Paroki Santa Monika (KPSM), Vox Amabilis Choir (VAC), Voice of Ambrosius (VoA) dan Exaudi Domine Choir (EDC) berpadu tanpa sekat melantunkan ”Yesus, Lihat UmatMu” mengiringi perarakan para konselebran - RP Aloysius Supandoyo OSC, RP Lukas Sulaeman OSC, RP Yulianus Yaya Rusyadi OSC beserta belasan putra altar, putri sakristi, prodiakon, dan petugas liturgi lainnya. Asap dan aroma kemenyan dari pendupaan menyebar di seputar panti suci, sementara sekitar 130 orang paduan suara mengumandangkan lagu pujian dan syukur. Dalam homilinya, RP Aloysius Supandoyo OSC menyampaikan refleksi singkat, bahwa usia 20 tahun
16 · Komunika
dalam kehidupan seseorang adalah suatu periode memasuki masa dewasa. Dewasa dalam cara berpikir, dewasa dalam cara bertutur, dan dewasa dalam bertindak. Begitu juga dengan perjalanan Paroki kita. “Hendaklah kita semua belajar dari spiritualitas dan keteladanan Santa Monika, yang sangat setia, taat, dan tabah dalam imannya kepada Yesus Kristus. Itu terlihat jelas dalam riwayat hidupnya. Ketika menghadapi tingkah laku Patrisius, suaminya yang kasar pun, ia tetap berdoa, menyerahkan segala sesuatunya ke dalam kerahiman Allah. Berkat iman dan ketekunannya, suaminya boleh kembali ke jalan yang benar. Apalagi, ketika menghadapi tabiat Agustinus, anaknya. Santa Monika tetap melakukan tindakan yang sama, yaitu berdoa dengan tangan terkatup, memohon pada Tuhan, agar sebuah rahmat pertobatan boleh terjadi atas diri putranya. Doa dan harapan seorang ibu, akhirnya dikabulkan oleh Tuhan. Agustinus pun berubah 180 derajat – menjadi pribadi yang dibanggakan oleh keluarga, gereja dan dunia. Sekali lagi, mari kita belajar dan bercermin dari keteladanan hidup Santa Monika. Kita bangun nilai-nilai Injil, mulai dari keluarga kita. Kita tingkatkan solidaritas terhadap orang-orang yang hilang pegangan hidup dan yang putus asa. Dengan demikian, kita telah menciptakan taman firdaus yang baru, dan hadir sebagai saksi dan mitra Allah di dunia ini. Selamat Pesta Nama Santa Monika. Tuhan memberkati kita.” Panorama indah lain adalah keikutsertaan anak-anak dari pelbagai usia pada Misa Suci dan Pesta Rakyat ini. Dalam kesadaran maupun ketidaktahuan, mereka hadir bersama orangtua dan saudaranya, turut bersyukur, bergembira menikmati sukacita dan pesta keluarga Paroki Santa Monika tercinta. ”Dirgahayu Paroki Santa Monika ke-20, Semoga Bertumbuh Dalam Iman, Semakin Bersyukur, Peduli, dan Berbelarasa.”
SEPUTAR ALTAR
dok. pribadi
Bibit-bibit Pelayanan Gereja Oleh Florentine Paskalina
“K
ami PAPS Santa Monika …... kami melayani umat Gereja.” Itulah sepenggal nyanyian yang terdengar di Gereja Santa Monika pada hari Minggu, 30 Agustus 2015 lalu. Pada hari itu, komunitas Putra Altar dan Putri Sakristi Paroki Santa Monika, tengah mengadakan kegiatan Misa Pelantikan Putra Altar yang berjumlah 26 anak dan Putri Sakristi yang berjumlah 30 anak. Sejumlah calon PAPS tersebut sebelumnya telah melalui berbagai tes dan diklat yang dilakukan selama bulan Januari – Mei 2015. Misa pun dimulai tepat pada pukul 11.00, yang dipimpin oleh Romo Moderator PAPS, Romo Lukas Sulaeman OSC. Dalam homilinya Pastor Lukas menyampaikan tentang semangat dalam pelayanan sebagai PAPS serta tentang betapa pentingnya peran orangtua dalam pembentukan semangat pelayanan anak. Pastor Lukas juga menyampaikan bahwa salah satu harapan gereja adalah agar kelak tumbuh bibit-bibit panggilan dalam diri para anggota PAPS untuk menjadi imam, suster, bruder, biarawan dan biarawati. Misa pun berlangsung selama kurang lebih 1 jam 30 menit. Puncak misa ditandai dengan adanya simbolisasi dari calon PAPS yang mendapatkan nilai terbaik diikuti dengan pembaruan janji pelayanan iman para anggota Putra Altar dan Putri Sakristi. Sekitar pukul 12.40, misa selesai, dan dengan penuh kegembiraan serta ungkapan syukur, acara pelantikan dilanjutkan dengan perkenalan para pendamping,
pembina, dan pengurus PAPS serta pembagian sertifikat untuk anggota baru Putra Altar dan Putri Sakristi. Rasa bangga pun terlihat dari segenap orang tua anggota baru Putra Altar dan Putri Sakristi yang hadir dalam acara tersebut Acara pelantikan dilanjutkan dengan makan siang dan Acara Tarsisius yang rutin diadakan setiap tahunnya dalam rangka memperingati pelindung PAPS – Santo Tarsisius, pada tanggal 16 Agustus 2015. Acara Tarsisius pada tahun ini mengambil konsep dengan tema 17 Agustus, sehingga permainan-permainan yang dibuat berhubungan dengan lomba 17 Agustus. Permainan pun dibagi menjadi 6 pos. Pos yang pertama ada lomba bakiak. Pos kedua adalah lomba ban di terpal. Pos ketiga adalah lomba makan kerupuk. Pos keempat adalah lomba menangkap belut. Pos kelima adalah lomba balap plastik, dan pos yang terakhir adalah pos final yaitu lomba ember di bambu. Selama kegiatan, para anggota berpartisipasi dengan aktif dan penuh antusiasme, sehingga lomba pun berjalan dengan lancar. Permainan pun berakhir kurang lebih pada pukul 15.15 setelah semua kelompok bermain di seluruh pos yang ada. Para peserta dan panitia pun kemudian berkumpul di Bukit Gereja untuk evaluasi dan doa penutup. “Selamat bergabung kepada para anggota baru Putra Altar dan Putri Sakristi Paroki Santa Monika Periode 2015” Komunika · 17
Agnes Marwoto
Ungkapan Kepedihan kepada Maria dok. Lomunika
Menjadi janda dengan sembilan anak pada usia 39 tahun, membuat Agnes harus berjuang. Bila kepedihan menghimpitnya, ia selalu bertelut dalam doa di depan patung Pieta.
D
I hadapan patung Pieta di Gereja Katedral Jakarta, Maria Agnes Sumari Marwoto terbenam dalam doa yang khusyuk. Sementara air matanya menghilir, ia membayangkan betapa berdukanya Bunda Maria tatkala memangku jenazah Sang Putra. Agnes mengalami sendiri bagaimana pedihnya kehilangan tiga anak; Agustina Hendrawati (35), Edward Eddy Indriadi (42), dan Felix Himawan (49). Namun, menurut Agnes, kepedihan yang dialami Bunda Maria lebih hebat daripada yang ia alami. “Anak-anak saya tidak terlalu menderita sewaktu menyongsong ajal. Sedangkan Yesus disiksa sampai wafat padahal tidak bersalah,” tuturnya dengan tatapan menerawang. Persamaan pernah kehilangan buah hati, membuat Agnes suka berdoa di depan patung Pieta. “Kalau saya sudah berdoa di depan patung Pieta, beban apa pun terasa ringan,” ungkap warga Lingkungan St. Stefanus ini saat dijumpai di kediamannya di Jl. Alamanda, BSD, Rabu, 9 September 2015.
18 · Komunika
Tanpa Ragu Jalan berkelok telah dilintasi Agnes dalam berdevosi kepada Bunda Maria. Pengalaman mendulang ilmu di sekolah Protestan sempat membuatnya enggan berdoa melalui perantaraan Bunda Maria. Seiring bergulirnya waktu, Agnes mengagumi sosok Bunda Maria. “Tanpa ragu ia bersedia menerima kehendak Tuhan. Padahal risiko hamil di luar nikah pada waktu itu dilempari batu sampai mati,” ucap wanita kelahiran Cirebon, 21 Mei 1929 ini. Kenyataan bahwa Bunda Maria melahirkan di kandang domba membuat Agnes kian mengaguminya. “ini bukan main. Wanita yang pernah melahirkan tahu bagaimana pengorbanan Bunda Maria.” Apalagi tak lama setelah melahirkan, Bunda Maria harus mengungsi ke Mesir. Pengakuan Gereja Katolik bahwa Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda Asal, membuat Agnes merasa semakin mantap berdevosi kepada Bunda Maria. Terlebih, secara pribadi, Agnes merasakan begitu banyak uluran kasih
Sang Bunda dalam kesehariannya. Jika sedang disergap persoalan, Agnes datang kepada Bunda Maria. “Saya selalu menangis di hadapan Bunda,” ungkapnya. Mencuri-curi Semasa kanak-kanak, sang ayah menyekolahkan Agnes di sekolah Protestan Cilacap. Karena kerap mendengar kisah-kisah Alkitab, batin Agnes tertarik pada Yesus. Sewaktu duduk di bangku kelas 5 SD, ia mencuri-curi kesempatan untuk mengikuti ibadat di gereja Protestan. “Kalau ketahuan orang tua, saya dimarahi dan disetrap,” kenangnya. Selanjutnya, Agnes melanjutkan studi ke Sekolah Guru Negeri di Yogyakarta. “Mau lanjut ke sekolah Belanda tidak bisa karena saya belum dibaptis.” Setelah menikah, Agnes mengikuti keyakinan sang suami, Alphonsus Marwoto. Namun, ia tidak serta-merta berdevosi kepada Bunda Maria. Setelah suaminya berpulang, tahun 68, Agnes mulai rajin berdoa dengan perantaraan Bunda Maria. “Saya menjadi janda dengan sembilan anak sewaktu berumur 39 tahun.” Kepergian sang suami menghentak Agnes. Tiada firasat buruk menelusuk batinnya sebelumnya. “Waktu itu saya sama sekali tidak siap. Anak pertama berusia 18 tahun, sedangkan si bungsu masih dua tahun,” lanjutnya. Agnes berserah pada kehendak Tuhan. “Saya yakin Tuhan pasti menolong,” ungkapnya. Kehidupan terus bergulir. Agnes yang bekerja sebagai Kepala SD Negeri di Tanah Abang 5, Jakarta, harus membutuhkan dana yang membuncit. “Dalam sebulan, saya harus beli beras dua kwintal. “ Gaji Agnes kerap tak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangganya. Lantas, ia berupaya mengais rezeki tambahan. Ia mengkreditkan seprai, taplak meja, dan baju ke ke teman-temannya. Malam hari, ia memberi les. “Saya datang ke rumah mereka. Ada empat sampai lima anak,” katanya. Salah satu hal yang sungguh ia syukuri, rumah dinas di kawasan Grogol telah dibalik nama menjadi milik suaminya. “Ini penyelenggaraan Tuhan, ada teman yang membantu membalik nama. Untuk membayar ongkosnya, saya harus menjual perhiasan,” kenangnya. Bayar Kuliah Agnes kerap terantuk-antuk kendala setiap kali ia harus membiayai kuliah anaknya. Namun, pada saat-saat demikian ia sungguh merasakan pertolongan Tuhan. “itu hebatnya pertolongan Tuhan, kadang saya memperolehnya dua atau tiga hari sebelum waktunya membayar,” ujarnya. Kesulitan terjadi saat ia harus membayar uang pangkal anak keempatnya yang hendak masuk Jurusan Teknik Sipil Universitas Trisakti. Tiga hari sebelum waktunya membayar, Agnes datang ke Fakultas Teknik Universitas Trisakti. “Di situ saya berdoa, Tuhan berilah saya jalan.” Sejurus berselang, Dekan Fakultas Teknik keluar dari ruangan. Agnes bergegas mencegatnya untuk minta waktu sejenak. Ia meyakini peristiwa ini sebagai penyelenggaraan Tuhan karena dekan itu mengijinkannya masuk ruangan. ”Ajaib, saya diijinkan untuk menyicil uang pangkal selama enam kali.”
Untuk kebutuhan sekolah anak-anaknya, Agnes kerap meminjam uang di Koperasi Simpan Pinjam Grogol. “Sampai sekarang koperasi itu masih berdiri dan saya masih menjadi anggotanya. “ Gangguan Pria Sebagai janda, Agnes tak luput dari gangguan pria-pria yang mencoba mendekatinya. Dengan halus, Agnes selalu menampik. “Sejak awal menjanda, saya bertekad tidak mau menikah lagi. Saya ingin hidup untuk anak-anak,” tegasnya. Nyatanya, kesepian tak kuasa menyelinap dalam keseharian Agnes. “Rahasianya, sehari setelah suami meninggal pada 28 Maret 1968, setiap pagi saya selalu ikut Misa kecuali saya sakit,” ungkap wanita yang semasa mudanya gemar berolah raga ini. Rahasia lainnya, ia aktif mewartakan Kabar Gembira Tuhan. Sejak tahun 1978 sampai sekarang, ia menjadi katekis. “Sekarang saya mengajar sembilan katekumen di rumah saya setiap Senin, Rabu, Kamis, dan Minggu. Saya yang menyesuaikan dengan waktu senggang mereka.” Selama tujuh tahun, 1991-1998, Agnes memimpin retret untuk murid-murid SD sampai SMA di Wisma Samadi, Klender, Jakarta Timur. “Romo Tandean meminta saya bergabung. Akhirnya, saya berhenti karena saya sudah tidak bisa duduk di lantai,” tukasnya. Sejak pensiun, tahun 1989, Agnes bergabung dalam Legio Maria Presidium Tabut Perjanjian Paroki St. Kristoforus Grogol. Setelah pindah ke BSD, tahun 2012, ia bergabung dengan Presidium Bunda Segala Bangsa Paroki St. Monika. Sudah dua tahun ini Agnes punya kelompok Kitab Suci. Mereka membahas Kitab Suci setiap Rabu pada pukul 07.0009.00 di Aula Benediktus Paroki St. Monika. Pada tahun pertama, mereka mendalami Injil Lukas. Sekarang mereka mendalami Injil Yohanes. “Saya menjadi pemandu. Yang rutin hadir 20-30 orang.” Kini Agnes melintasi masa senjanya dengan meningkatkan darasan doa. Ia sengaja memilih rumah yang sejalan dengan Gereja St. Monika. Bila ada persoalan yang menghadang, ia segera bertelut di depan patung Pieta. Dan ia yakin, Bunda Maria segera merengkuhnya.... (ME) Komunika · 19
Bukan Sekadar Pembungkus Oleh Effi S. Hidayat
J
ika mengenang Ibu, bukan hanya teringat aroma makanan yang enak-enak, tetapi juga gemerisik kain pembungkus aurat yang kerap dijahitnya sendiri. Ketika saya kecil dan bertambah usia, dari tahun ke tahun, Ibu-lah yang senantiasa setia dengan ‘tangan sakti cintanya’ membuatkan kue ulang tahun, sekaligus pakaian yang saya kenakan. Rupanya kebisaan Ibu yang menurut saya sangat hebat ini menurun dari nenek saya yang saya panggil “Emak”. Di usianya yang sepuh (95), sebelum ia wafat tahun lalu, saya masih sempat dibuatkan kain lap dari sisa-sisa perca yang dijahitnya sendiri, Membayangkan tangan tuanya yang gemetar menelisikkan jarum dan benang, saya terharu. Tak berbeda dengan kenangan yang ditinggalkan Ibu, tak hanya pakaian, selembar kain sprai berbunga merah ceria pun, sempat dijahit oleh tangannya sendiri, sebelum beberapa tahun kemudian ia berpulang, dan … ditinggalkannya kenangan itu kepada saya. Duh, saya sungguh merasa beruntung saat melihat kembali benda-benda peninggalan itu; kain-kain perca dan sprai yang mungkin di mata orang lain sangatlah biasa dan sederhana, tetapi di mata saya, merupakan ‘warisan’ yang sangat berharga! Kalau saya pikir-pikir sekarang, betapa beruntungnya kami ; anakanak zaman doeloe dibandingkan anak sekarang. Ya, ya, coba saja, di zaman instan yang super sibuk, siapa coba ibu-ibu yang masih sempat ( dan …mau! ) menjahitkan pakaian sendiri untuk anak-anaknya? Buang-buang waktu saja, mendingan beli, tinggal cari di mal, atau pesan saja secara on line. Beres tokh? Entahlah, mungkin saya saja yang agak ketinggalan zaman soal ini ( atau sentimental? ). Bagi saya pribadi kok, sesuatu yang dibuat sendiri, termasuk makanan yang dimasak sendiri, atau pakaian yang dijahit sendiri, rasanya “sesuatu” … more precious! Ya, mengenang Ibu …selalu terselip momen-momen cinta kasih yang jejaknya tak terhapus oleh masa. Sederhana saja; saya akan mencoba berbicara mengenai pakaian sekarang. Karena terus terang saja, orang pertama yang mengajarkan atau ‘lebih dalam lagi’ memberi makna kepada selera dan cara saya dalam memilih busana adalah Ibu. Perempuan ‘super rajin’ dan berselera indah itulah yang mengenalkan saya kepada arti selembar kain atau ragam rona warna yang setidaknya paling pantas untuk dikenakan di tubuh. Tuh, ‘dalem’,’kan maknanya? Karena berbicara mengenai kepantasan berbusana , pada akhirnya kita akan mengacu kepada …kehormatan dan penghargaan kita kepada diri sendiri. Saya percaya, St Monica, St Agnes, St Theresia, Mother Theresa, termasuk sosok… Bunda Maria – ibu dari Yesus Kristus sendiri, berpedoman bahwa pakaian bukan sekadar pembungkus belaka. Para santa dan biarawati Eropa telah mengenakan pakaian penutup aurat sejak tahun 50 M sampai sekarang.Setiap biara bahkan punya corak dan warna khas sebagai identitas pembeda. Jika ditelusuri historinya
20 · Komunika
lebih jauh lagi, pakaian penutup aurat bagi perempuan telah dikenakan perempuan Yahudi sejak zaman sebelum masehi, seperti yang dikenakan Bunda Maria.Dalam tradisi katolik, kerudung dinamakan “mantila”, yang telah digunakan sejak tahun 30 M. Jadi, para santa dan biarawati ini pun …”ber-hijab” (boleh saya memakai istilah ini? ) Eh, bukannya alih-alih saya mau pidato soal jilbab, hijab, atau kudu wajib pemakaiannya, lho. Bukaaan! Tetapi, saya hanya sedikiiiit saja mau menyinggung soal makna berbusana yang berkaitan dengan kehormatan atau penghargaan kita kepada diri sendiri. Sah-sah saja tentu mengenakan rok mini, atau malah ekstrimnya: bikini. Tetapi, tentu saja kita harus melihat ‘ukuran kepantasannya’. Maksud saya, di mana kapan, dan tepatnya pada kesempatan yang bagaimana kita selaiknya mengenakannya. Rok mini, hot pant, boleh saja dikenakan di saat santai atau malah bikini tentu pantas dipakai di kolam renang/pantai. Nah, lain perkara bukan kalau kita berada di acaraacara formal seperti … gereja? Anak kecil sekali pun dia, jika berjenis kelaminperempuan,saya agakrisihmelihatnya berbusana terbuka ( tank top, backless , celana pendeeeek sekali). Please, ibu-ibu sekalian,” jangan mengundang setan”—Emak saya dulu bilang begitu. Apalagi, Anda—para ibundanya yang berpakaian seenaknya begitu. Percayalah, selera berbusana Anda secara otomatis akan genetik menurun kepada anakanak di rumah. Jika terbiasa berpakaian santai ‘a la kadarnya’ ke banyak tempat ( bahkan, gereja! ), anak akan meniru. Sama seperti halnya ketika Anda diundang ke pesta formal, atau istana kepresidenan misalnya, senantiasa ada ‘aturan pakai’ alias dress code, bukan? Gereja adalah rumah di mana Tuhan bersemayam. Saat kita hadir di sana, hadirlah seutuhnya. Termasuk, memantaskan diri kita sebagai bentuk penghargaan tertinggi kepada-NYA.
Cukuplah, pakaian yang dikenakan tak perlu mahal bermerk atau berlabel disainer terkenal. Asal pantas warna, corak, dan tentu saja model busana itu di tubuh – sebagai pembungkus aurat yang sopan, bercitarasa (tidak harus “tinggi”) – simple, enak dilihat oleh mata dan tentu saja… hati kita, niscaya penampilan di tempat-tempat umum , terutama di gereja, saya berani jamin tak akan “menyakitkan” yang memandang. Alihalih mengundang sindiran atau cemoohan, pujian-lah yang biasanya akan mampir di telinga. “Oh, Anda cantik sekali, ya?” atau, “Wah, puterinya manis dan lucu!” Nah, siapa yang akan bangga dan bahagia? Saya yakin, Bunda Maria pun akan bertepukria setuju jika “anak-anak” yang hadir menyambangi puteranya mampir atau hadir seutuhnya di rumah-NYa sarat oleh cintakasih dan penuh rasa… hormat! Ya, ya, saya cuma mau bilang, pada dasarnya,’kan setiap perempuan itu cantik. Akan semakin cantik jika senantiasa pantas berbusana seturut aturan tempat, dan waktu pemakaiannya. Tak perlu menor, mahal padat ‘jreng-jreng’ aksesoris, cukuplah “enak dilihat”. Dan, tentu saja lagi-lagi “ukuran kepantasan” … jangan pernah lupa! Kita perlu tampil rapi (tak harus selalu wangiiii…), di mana pun berada. Ada aturan main sesuai adat istiadat negeri kita yang konon sangat menjunjung “kesopanan”. Nah, masih tegakah para ibu sekalian, mendandani puteri Anda ‘seseksi’ mungkin? Apalagi, Anda pun pegang peranan, dengan memberi panutan dalam keseharian berpakaian? Bagi saya, jika mengenang Ibu, bukan hanya teringat jamuan makanan enak, atau pakaian indah yang diramu khusus dengan tangan kasihnya sendiri. Lewat ‘nyanyian’ gemerisik kain-kain yang dijahitnya sekali pun, saya mampu menguntai inspirasi imajinasi menuangkannya sepenuh jiwa melalui catatan hati ini . Dan, saya kepingin sekali, makna cinta yang tiada terperi terselipselip di antara kisah ini tak hanya sekadar bertutur, tapi mampu memberikan “arti” bagi pembacanya. Seperti juga cara kita memilih busana. Pakaian bukan sekadar pembungkus semata, ada makna yang jauh lebih mendalam dari itu : bentuk penghargaan kepada Sang Pencipta !
Komunika · 21
Reuni Mengatasi Permusuhan “ Jangan pernah cari Teddy lagi, Et! Itu pesan Teddy.” Demikian seorang teman menjelaskan lewat telepon bahwa Teddy telah mengakhiri relasinya dengan saya.
M
ESKI sumir, pesan itu bagai godam yang menghantam batin saya. Setelah enam tahun saya dan Teddy bersulang kasih, beginikah cara dia memungkasinya? Dengan perasaan tersuruk-suruk, saya ikuti pesan itu. Saya tidak pernah mencari dia, lelaki pengecut yang mencampakkan saya begitu saja. Hati saya hancur; berkeping bahkan merepih. Banyak kenangan yang kemudian lalu-lalang, hilir-mudik semena-mena di benak saya. Kami berjumpa di kala masih sama-sama mahasiswa. Beragam peristiwa kami ukir dalam kebersamaan. Kami sama-sama suka bercanda. Alhasil, tiada pertemuan terlintasi tanpa derai tawa. Belakangan, kami kredit rumah masa depan di daerah Cimone, Tangerang. Kami mulai meniti pematang esok. Cincin pertunangan pun melingkar di jari manis saya, pertanda keseriusan kami menapaki hubungan ini. Namun, senantiasa terjadi gesekan-gesekan di antara kami. Toh, menurut saya, itu bukan alasan yang kuat untuk meretas temali relasi. Kekuatan di Dalam Tuhan Kepergian Teddy membuat keseharian saya terjungkal; muram, kelabu, dan pedih. Karena menyadari betapa rapuhnya diri ini, saya mencari kekuatan di dalam Tuhan. Saya menghabiskan banyak waktu untuk membaca buku-buku rohani. Saya pun banyak bertelut dalam doa. 22 · Komunika
Saya memperoleh peneguhan, di antaranya melalui Ulangan 31:8 “Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau. Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan patah hati.” Perlahan-lahan luka hati saya terobati, kendatipun banyak kenangan tentang dia tak luruh begitu saja dari benak saya. Butuh waktu dan pergumulan untuk berdamai dengan realita. Sementara itu, salah satu mekanisme yang saya bangun adalah mengubah rasa cinta saya kepada Teddy menjadi rasa benci... Hingga suatu hari Teddy datang lagi menjumpai saya. dia melontarkan kata sesal dan maaf. “Maaf, saya sudah menghancurkan hidupmu,” ucapnya dengan mata berkacakaca. Ia ingin kembali menautkan relasi. Namun, terlambat sudah. Dia datang pada saat saya sudah mengikatkan hati pada orang lain. Lewis B. Smedes dalam bukunya “Forgive and Forget” mengemukakan, pada hakikatnya seseorang akan membenci orang yang cukup dekat dengannya. Bahkan cukup dekat untuk dicintai. Kebencian pada orang yang berada dalam lingkaran orang-orang yang kita cintai adalah jenis yang paling lazim. “Tidak terlalu mempengaruhi kita jika kita membenci orang yang tidak pernah memainkan ‘biola jiwa’ kita. Tetapi, ketika seseorang merusak apa yang diciptakan oleh komitmen dan keintiman maka kita akan merasa sangat sakit hati,” ungkap Smedes. Ajaib, pada saat Teddy mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada saya, seketika kebencian saya padam. Pada saat itulah batin saya terasa lapang. Pintu maaf saya terkuak untuk lelaki yang sekian tahun pernah mengisi relung hati saya. Sebagaimana ungkap Smedes, bila kita kita dengan seenaknya maka kita membuat unik karena kesembuhan yang dihasilkannya dapat menghilangkan semua rasa sakit dan luka hati yang parah sekalipun,” demikian Smedes. The Black Angel Sakit hati dan kebencian perlu diatasi. Jika tidak, perasaan itu bisa membara dari waktu ke waktu sebagaimana dilukiskan dalam kisah “The Black Angel”. Drama karya
Michael Christopher ini memberikan ilustrasi sulitnya melontarkan kata maaf kepada sosok yang telah menghancurkan hidup seseorang. Drama tersebut menceritakan kisah Herman Engel, seorang jenderal berkebangsaan Jerman pada masa Perang Dunia II. Atas kekejaman yang dilakukannya semasa perang, Pengadilan Nuremberg menjatuhinya hukuman penjara selama 30 tahun! Setelah menjalani masa hukuman, Engel dan istrinya merencanakan untuk tinggal di Alsace, Perancis. Ternyata, seorang wartawan bernama Morrieaux berhasil menghasut massa di desa tersebut. Mereka sepakat hendak menghabisi Engel. Penyebabnya, dendam berkepanjangan yang ditanggung Morrieaux. Dalam perang, seluruh keluarga Morrieaux dibantai oleh pasukan Engel. Ketika Pengadilan Nuremberg tidak menjatuhkan hukuman mati kepada Engel, secara pribadi Morrieaux telah memvonis Engel untuk mati. Vonis ini terus dipertahankannya. Ia terus memijarkan api kebencian di dalam hatinya. Ketika niatnya untuk menghabisi Engel tiba, Morrieaux ingin menjumpai terlebih dahulu sosok yang sangat dibencinya itu. Ternyata... di hadapannya, Engel tidaklah seperti monster yang menakutkan. Ia adalah seorang laki-laki tua yang tampak lelah. Realita ini membuat Morrieaux bingung. Demikianlah ia terusik oleh keraguan. Dendamnya menjadi samar dan kebenciannya mulai tercemar... Menjelang petang, Morrieaux memberikan informasi kepada Engel. “Warga desa ini akan datang untuk membunuhmu. Kalau kau mau, aku akan mengantarkan kalian keluar hutan untuk menghindarinya,” kata Morrieaux. Jawab Engel, “Saya akan pergi bersamamu dengan satu syarat, dalam fantasi kebenciannya selama 30 tahun! Sewaktu berhadapan dengan ambiguitas kemanusiaan Engel, dendam Morrieaux tidak terpenuhi. Ia malah ingin menyelamatkan jiwa Engel. Tetapi, Begitulah akhirnya, Herman Engel tewas oleh amukan massa penduduk Desa Alsace. Yang menjadi tragedi dalam drama ini adalah
bahwa pemberian maaf adalah satu-satunya hal yang tidak bisa diberikan oleh Morrieaux kepada Engel. Morrieaux seperti tidak bisa hidup tanpa kebenciannya. Kebencian itu telah mendarah daging hampir di sepanjang hidupnya. Kadang kebencian hanya menggerogoti tepian hati, kebencian demikian tidak membakar seluruh perasaan. Hal ini tidak akan mengakibatkan sesuatu yang serius. Kebencian bisa fatal jika orang membiarkannya tumbuh dan berkembang hingga mencapai ukuran yang luar biasa di dalam dirinya, sebagaimana dialami Morrieaux. Dan kata maaf merupakan kunci untuk menawarkan kebencian! Dibawa dalam Doa Saya masih ingat bagaimana rasanya setelah saya sanggup membawa nama Teddy di dalam rangkaian doa-doa saya. Saya bawa segenap perasaan sakit hati saya karena ulahnya kepada Tuhan. Seiring bergulirnya waktu, saya merasakan buah-buah doa saya. Batin saya yang semula berbeban berat perlahan-lahan mulai lega. Menurut Smedes, pemberian maaf telah dimulai pada saat kita mengingat orang yang telah menyakiti hati kita dan mempunyai kemauan untuk mendoakan mereka. Setelah seseorang mau mendoakan orang yang sudah mulai melepaskan mereka yang menyakiti hati kita dari hama kesalahan yang mereka lakukan terhadap diri kita,” tegas Smedes. Teolog Amerika, Paul Tillich, mengungkapkan, “Pemberian maaf yang sejati adalah sebuah reuni yang mengatasi kekuasaan permusuhan.” Kisah kasih saya dengan Teddy memang usai berpuluh tahun lalu. Pada akhirnya saya bisa berdamai dengan realita teramat getir itu. Saya yakini Tuhan memang tidak mengizinkan saya berpasangan dengan dia. Sebulan setelah saya menikah, Teddy hijrah ke Sydney dan menetap di sana hingga sekarang. Belakangan, saya memperoleh informasi bahwa dia memilih untuk tetap melajang. Dari Teddy, saya pernah belajar banyak tentang hidup ini. Terlebih, bagaimana mimpi-mimpi indah masa muda saya. Alhasil, itu indah.” Komunika · 23
Membaca Pertanda
S
EDIKIT cerita aneh tentang hari ini. Begini ceritanya. Saat saya berangkat kantor, biasa saya suka berdoa pagi di dalam hati sambil melihat-lihat keadaan sekitar. Pagi ini entah mengapa saya sedang bercerita dengan ibu saya bahwa saya sedang berdoa untuk suatu keinginan. Lalu kemudian, ibu saya pun sharing kalau saat dia berdoa terkadang jawaban itu ada hadir di dalam hati, mungkin seperti pencerahan? Lalu, entah mengapa pembicaraan kami terhenti sampai di situ saja. Lalu, saya berangkat ke kantor seperti biasa, di pagi yang biasa, naik bus kantor seperti biasa, duduk di kursi favorite saya yang biasa, dan memandang jendela yang sama setiap harinya. Semua sama. Sampai akhirnya saya berpikir yang aneh-aneh. Saya berpikir begini, kenapa ya kok Tuhan tidak memberikan kita jawaban langsung seketika sehingga kita mengerti segamblanggamblangnya jikalau jawaban Dia "ya" dan "tidak". Mengapa harus kita yang muter-muter cari sendiri dan hanya mengandalkan kepercayaan kita sepenuhnya kepada Dia. Memang Tuhan tidak tahu apa ya kalau saya itu orangnya sudah egois, oon, nyebelin, keras kepala, dan susah diberitahu. Namun tetap saja dong Tuhan tidak memberikan jawaban yang "taraaaaa!" langsung di depan mata. Kalau begitu ‘kan hidup saya pasti semakin baik dan jadi lempeng gak belok-belok. Ya gak? Lalu, memang dasar saya ini agak bandel, saya bertanyatanya sendiri, mengapa juga Tuhan tidak menggunakan bahasa manusia langsung ke saya gitu, jadi hubungan kita tuh ada tanya jawab, jadi semua clear. Bukannya Tuhan itu Maha Segala Bisa dan Maha Esa ya? Tapi, mengapa untuk memberi jawaban ke saya saja susaaaaaaaahhhh banget rasanya, ‘kan saya jadi gelisah dan gerah yang nyebelin dan suka tanya ini itu. Heran saya juga, mengapa ya Tuhan kok gak give up aja sama saya yang bebal ini. Ya itu lagi, mungkin karena Dia itu Maharahim maka Dia tidak akan pernah menyerah dengan saya. Kembali lagi, sehingga sepagian ini saya bertanya-tanya mengapa kok Tuhan pelit sekali kasih jawaban? Lalu, saya pun duduk di bus mau ke kantor sambil berpikir asyik sendiri, berpikir tentang Tuhan dan menganalisa Dia dengan otak saya yang sudah pas-pasan dan seuprit ini. Oh betul... semakin saya berpikir saya semakin pusing dengan pemikiran saya sendiri. Akhirnya, saya sudahi saja dan membaca-baca renungan singkat untuk pagi itu. Memang ya... mungkin karena Tuhan sudah gerah dengan saya yang sok tahu ini, lalu serta-merta renungannya berjudul begini 24 · Komunika
"Apakah Dia Mendengar?" Waduh... bisik hati saya. Perasaan saya jadi agak geli-geli gimana gitu. Lalu, bacaannya sungguh menohok saya sampai rasanya tembus hati saya ini. Gila... sudah deh saya skak-mat, habis sudah saya jadi butiran debu. Begini bunyinya: Apabila kita berdoa, kita mungkin tidak melihat bagaimana Allah berkerja, atau kita tidak mengerti bagaimana Dia akan membawa kebaikan melalui semuanya ini. Oleh karena itu, kita harus percaya kepadaNya. Kita mesti melepaskan hak-hak kita dan membiarkan Allah melakukan apa yang terbaik untuk kita. Kita harus menyerahkan apa yang tidak kita ketahui kepada Dia yang tahu segala sesuatu. Dia sedang mendengarkan dan menangani masalah itu menurut cara-Nya sendiri. Apabila kita berlutut untuk berdoa, Allah mendekatkan telinga-Nya untuk mendengarkan. Astaganaga, ternyata saya deh yang rada budeg dan menutup hati untuk melihat berbagai banyak pertanda. Bahwa pertanda itu nyata ada di sekeliling kita. Saya lupa kalau sebenarnya saya ini hanya butiran debu di alas kaki-Nya. Bahwa saya ini ciptaan-Nya, mana mungkin otak saya ini bisa melampaui Pencipta sih. Saya tahu mungkin ketika Anda sekalian membaca tulisan ini pasti ada yang berpikir kalau saya ini terlalu religius dan tidak realistis. Padahal saya ‘kan pecicilan ke sana kemari, namun entah mengapa saya sungguh merasa doa adalah kekuatan saya untuk tetap bisa kuat dan entah mengapa saya ingin mempunyai hubungan mesra dengan Dia. Keyakinan saya kalau manusia terlalu kerdil untuk rencana-rencana-Nya yang begitu besar. Bahwa saya percaya Dia adalah Allah yang setia dan pemeliharaanNya selalu tetap. Dan saya merasa tenang dalam Dia.
Tuhan memanggil kita bukan untuk sukses. Tapi untuk setia... Santa Teresa dari Calcutta
Pertemuan Alam Terbuka Para Legioner
dok. pribadi
H
ARI itu tiba. Saya senang luar biasa. Dua ransel telah terisi penuh, saya merasa sangat siap. Banyak anak menunggu di depan pintu gerbang Sekolah Santa Ursula BSD. Kami semua akan mengikuti PAT di Pantai Carita, Anyer. PAT adalah Pertemuan Alam Terbuka, yakni semacam retret tetapi sambil bermain dan belajar. Kegiatan ini dilakukan oleh kami, para legioner junior dari Presidium Regina Pacis, Regina Mundi, dan Maria Immaculata. Kami beranggotakan 22 anak dan menginap dua hari satu malam di sana. Kami berangkat dari BSD pukul 06.00, lalu sampai di sana kira-kira pukul 09.00. Lumayan, pantat tepos dan mual, lantaran jalanannya naik-turun. Tetapi, ketika sampai di vila, tempatnya sangat indah. Walau cuaca sangat panas, tetapi pesona indahnya Pantai Carita bisa mengalahkan udara panas yang sangat terik. Banyak yang saya lakukan di sana. Saya dan sesama anak legioner mengikuti beberapa permainan. Kami terbagi menjadi empat kelompok. Saya termasuk tim hijau muda.
Anggota saya antara lain Anya, Wina, dan Lulu. Permainan yang kami lakukan adalah: lompat kertas, bawa kelereng pakai sendok, tiup bola pingpong di atas gelas plastik, buat menara dari gelas plastik, dan membawa balon dengan menaruhnya di dahi. Lompat kertas adalah permainan di mana satu tim harus menapaki kertas tersebut dengan satu kaki. Lalu ketika telah sampai di garis finish, dalam satu kertas, semua anggota tim harus menapaki satu kaki di situ. Lucu sekali, untunglah ada Anya, anak yang bertubuh mungil, sehingga dapat digendong oleh Wina. Lulu berpegang erat sekali di pundak saya, saya pun sampai terjatuh ke belakang karenanya. Dan alhasil, karena kekompakan kami, jadilah kami menang! Lalu, permainan membawa kelereng dengan sendok. Sayang sekali saya kalah! Perlu kesabaran yang sangat besar. Kemudian, tiup bola pingpong di atas gelas plastik. Gelasnya sudah penuh terisi air. Tugas saya adalah meniupnya agar berpindah ke gelas lain yang meliuk-liuk. Ini juga perlu kesabaran! Belum saya mencoba, Wina dengan cekatan sudah berhasil meniup bola sampai gelas terakhir, saya pun terkejut bagaimana bisa Wina meniup sesulit itu dengan kurun waktu satu menit? Saya takjub padanya. Kelompok kami pun menang lagi. Untuk permainan menyusun gelas plastik hingga menjadi menara, saya tak punya taktik supaya gelas itu tidak jatuh. Karena peraturannya, gelas tidak boleh disusun secara alas luas di bawah, melainkan alas yang kecil di bawah. Jadi, kami satu tim kehilangan akal dan kalah. Kami semua bermain basahbasahan. Setelah itu, saya membersihkan diri. Setelah mandi, saya duduk di tembok perbatasan antara vila dengan pantai. Saya sendiri di sana. Saya pun berkata dalam hati, “Terima kasih Tuhan, atas anugerah yang telah Engkau berikan kepadaku, aku seanang sekali bisa mengikuti PAT ini. Apalagi melihat keindahan pantai di senja hari... sungguh anugerah-Mu tak bisa aku balas....” Saya pun Komunika · 29
menunggu detik-detik matahari terbenam. Dan lingkaran seperti telur asin itu sedang tidur, siap untuk muncul esok hari sebagai fajar. Tak lupa kami berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan. Pada malam hari, kami dikumpulkan untuk sharing pengalaman hidup. Apakah ada keresahan, kegalauan kami, dan kami mulai menceritakannya satu per satu. Ada yang menangis, ada yang diam saja, ada yang malu, tetapi semua itu kami lakukan. Sayalah orang pertama yang mengungkapkan cerita. Jujur, secara personal baru sehari dengan mereka, saya sudah merasa sangat nyaman. Saya merasakan kehadiran Tuhan dan Bunda Maria di sisi saya. Keesokan harinya, semua berkumpul di kebun untuk melakukan meditasi yang dipimpin oleh Suster Vivien. Dan semuanya melakukan dengan baik. Saya masih mengantuk dan belum mandi, tetapi saya
30 · Komunika
biarkan saja. Dan benar, untungnya saya belum mandi karena jika sudah mandi badan sudah berkeringat. Pada saat meditasi, saya berdoa kepada Tuhan dengan mengucapkan “Ma-ra-na-tha” yang artinya “Datanglah Tuhanku”. Setelah meditasi, inilah saat-saat yang ditunggu. Bermain air! Saya memang berzodiak Aquarius; sejak kecil saya sangat senang bermain air! Dan ini juga merupakan kali pertama saya bermain air di pantai bersama teman-teman. Rasanya senang sekali bisa kembali bermain seperti anak kecil lagi.. Tak terasa, waktu saya di Carita sudah habis. Saya harus pulang ke BSD. Bagi saya, pengalaman ini sangat berarti dan tak akan terlupakan. Terima kasih Tuhan, Kau telah memilihku menjadi legioner…. Semoga aku tetap setia menjadi tentara Bunda-Mu. Ave Maria! Penulis adalah siswi SMA Santa Ursula BSD
Diksar CU Bererod Gratia Credit Union Bererod Gratia menyelenggarakan Pendidikan Dasar (Diksar) bagi warga Paroki St. Monika. Karena belum terlalu dikenal umat maka diadakan sosialisasi kembali.
C
REDIT Union diambil dari bahasa latin. Credit (Credere) berarti percaya. Union (Unio) berarti kumpulan. Alhasil, Credit Union memiliki makna kumpulan orang yang saling percaya dalam suatu ikatan pemersatu yang sepakat untuk menabungkan uangnya sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dengan tujuan produktif dan kesejahteraan. Sedangkan kata “Bererod” diambil dari bahasa Betawi yang berarti “Beriringan” dan “Gratia” dari bahasa Latin yang berarti “Rahmat”. Dari asal kata tersebut, melalui CUBG diharapkan anggota secara bersamasama memperoleh rahmat. Sejak kelahirannya, Oktober 2013, di Gereja St. Monika, Credit Union Bererod Gratia (CUBG) merupakan partner kerjasama dari PSE Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PSE) St. Monika. Karena belum banyak dikenal umat maka perlu diadakan sosialisasi kembali. Minggu, 30 Agustus 2015, 46 peserta hadir dalam acara Pendidikan Dasar (Diksar) yang diadakan oleh CUBG di aula Dorothea. Mereka datang dari Pamulang, Cisauk, Graha Raya, Vila Melati, dan seputar BSD, dan 30% dari peserta sudah menjadi anggota CUBG. Sisanya adalah mereka yang berminat. Dalam kesempatan itu, hadir pula Vansianus Papu dan Tius, Komite Kredit CUBG Pamulang. Acara dipandu oleh Anto, yang merupakan anggota CUBG St. Monika. Sedangkan materi Diksar dibawakan oleh Danny H. Budihardja, yang bertindak sebagai
fasilitator dan merupakan penasihat dalam kepengurusan organisasi CUBG. Acara dimulai pada pukul 08.00 hingga usai pukul 16.00. Ketika ditanya sang fasilitator apa yang menjadi motivasi mereka untuk ikut Diksar CUBG, sebagian yang menjawab ‘ingin tahu’, ‘ingin punya usaha sendiri’, ‘ingin pinjam untuk membeli rumah’, ‘ingin belajar hemat karena saya boros’. Peserta lainnya adalah pengurus Sie PSE; mereka ingin lebih mengenal dan bisa mempromosikan kepada teman, tetangga, dan keluarga. Dalam Diksar, ditampilkan cuplikan film tentang Pipo dan Embro yang mengajak peserta untuk belajar mempunyai pola pikir positif dalam mengelola keuangan. Mereka adalah dua pribadi dengan cara pandang yang berbeda. Embro tetap menggunakan tenaga dan embernya untuk mengangkut air, dari mata air pegunungan hingga ke desa. Akhirnya, ketika usia sudah beranjak tua, dia sudah tak mampu lagi melakukannya. Sedangkan Pipo berpikir lebih jauh ke depan. Dia sudah mempersiapkan cara lain, yaitu dengan membangun pipa-pipa dari mata air yang dialirkan ke desa. Dia bekerja keras, memberdayakan dirinya. Dan pada akhirnya, dia menikmati hasilnya sampai hari tua (Pensiun Sejahtera). Terbentuknya CUBG tak lepas dari peran para karyawan KWI dalam pesta Natal dan Tahun Baru 2002. Mereka mengusulkan pentingnya sebuah wadah kebersamaan yang berkesinambungan dan saling menyejahterakan. Maka, pada 15 Mei 2006, berdasarkan nota pastoral
supaya Credit Union ini berbadan hukum, berdirilah secara resmi Credit Union Bererod Gratia dengan Puskopdit di Kalimantan. Saat ini, CUBG mempunyai 13 Tempat Pelayanan; tiga di Jawa Tengah dan sepuluh di Jabotabek. Jumlah anggotanya mencapai 10.800 orang. Paroki St. Monika masih merupakan Pangkalan Kolektor dari Tempat Pelayanan Pamulang. Ada tiga pilar yang merupakan prinsip/azas dalam CUBG. Azas Swadaya, artinya CUBG tidak menggantungkan sumbangan dari pihak lain, melainkan menghimpun dana dari simpanan anggota. Azas Solidaritas berarti setiap anggota CUBG harus ingat kewajibannya; menabung dengan teratur, bertanggung jawab atas pinjamannya. Azas Pendidikan, artinya melalui pendidikan, anggota dapat mengerti, berperan serta, memahami kewajiban dan haknya, serta lebih bijak mengelola keuangannya. Produk dan pelayanan CUBG terdiri dari enam macam produk Simpanan, tujuh macam jenis Pinjaman dan produk sosial berupa Santunan Solidaritas apabila ada anggota yang meninggal dunia, dan Santunan Lintang (perlindungan piutang) bagi anggota yang meninggal atau cacat total tetap, yang besarnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Bagi umat yang berminat untuk menjadi anggota, silakan datang ke Rumah Pelayanan di Jalan Alamanda V-23, Sektor 1.2 (depan gereja) setiap Minggu pagi, pukul 09.00 – 12.00. Andjo siap membantu. Iva Nyauw
Komunika · 31
Serah Terima Ketua Lingkungan St. Elisabeth Diharapkan, Ketua Lingkungan St. Elisabeth tidak hanya bersemangat pada awalnya saja. “Teruslah bersemangat dalam karya pelayanan walaupun itu tidak mudah,” pesan Pastor Rekan Paroki St. Monika BSD, Yulianus Yaya Rusyadi OSC.
P
AGI itu, 30 Agustus 2015, cuaca sangat cerah. Beberapa bapak dan ibu dibantu beberapa orang muda tampak sibuk membereskan ruangan untuk persiapan acara lingkungan. Ternyata, Misa Syukur dan serah terima Ketua Lingkungan St. Elisabeth berlangsung di rumah Bakti Sudaryono. Dalam homili, Pastor Yulianus Yaya Rusyadi OSC menceritakan pengalamannya hampir delapan tahun yang lalu. Saat itu, ia baru saja ditahbiskan menjadi Imam dan ditugaskan untuk membantu di sebuah stasi. Dengan penuh semangat, Pastor Yaya mempersiapkannya. Ternyata, sesampainya di stasi yang dituju, suasana sangat lengang; tak tampak umat yang hadir. Kala itu yang ditemui hanya ketua stasi yang menghampirimya dan
mengabarkan bahwa umatnya sedang menghadiri acara adat. Semangat yang semula menggebu pun seketika luluhlantak. Namun, hal itu tidak membuat Pastor Yaya membalas umat di stasi tersebut dengan hukuman, seperti usul rekan-rekannya. Hal tersebut sengaja diceritakan Pastor Yaya. Ia berharap, Ketua dan Pengurus Lingkungan St. Elisabeth yang baru, jangan punya semangat menggebu pada awalnya saja. “Teruslah bersemangat dalam karya pelayanan walaupun itu tidak mudah.” Pastor Yaya berharap, ketua lingkungan menjadi gembala yang baik dan murah hati. Selesai Misa Syukur dilaksanakan serah terima Ketua Lingkungan St Elisabeth . Gregorius Baskoro selaku ketua lIngkungan yang lama mengenakan baju gembala
dok. panitia
32 · Komunika
dan menyerahkan tongkat gembala kepada Felix Harianto Kurniawan. Acara tersebut disaksikan sekitar 70 umat. Mereka spontan bertepuk tangan. Kemudian Baskoro menyampaikan sambutannya dilanjutkan oleh Harianto. Sebagai penutup, umat yang paling “senior” F.X. Tumewu juga menyampaikan sambutan. Ia mengucapkan terima kasih kepada Baskoro atas pelayanannya selama tiga tahun. Lalu, ia memperoleh cinderamata berupa karikatur karya Hermanto (warga lingkungan yang gemar melukis). Ia berharap, Harianto menjadi ketua lingkungan yang tanggap, tanggon, dan trengginas. Umat yang hadir pun menyambut dengan tepuk tangan. Acara ditutup dengan santap siang bersama. Helena
dok. panitia
Tidak Hanya Menghafal Sekolah St. Ursula BSD menggelar Pameran Pancasila. Mereka memamerkan poster, gambar, komik, puisi, dan film pendek hasil karya para siswa.
dok. panitia
“K
ALAU kita yakin bahwa kita satu, kita bisa membangun Indonesia yang lebih hebat.” Kalimat itu sangat menggugah. Satu kalimat singkat ini dapat membuat kita berpikir dan merefleksikan sejenak mengenai bangsa ini. Kalimat tersebut ada pada salah satu poster karya siswa yang dipajang dalam Pameran Pancasila. Pameran yang mengambil konsep Taman Pancasila ini diadakan oleh Sekolah Santa Ursula BSD pada Senin, 17 Agustus 2015 seusai upacara bendera. Hal-hal yang dipamerkan seperti poster, gambar, komik, puisi, dan film pendek merupakan hasil karya siswa sendiri, yang mampu memikat para pengunjung. Kondisi moral bangsa kita dewasa ini mulai terpuruk. Nilai-nilai Pancasila tidak lagi diamalkan dengan benar. Itulah yang melatarbelakangi penyelenggaraan pameran ini. Masih banyaknya tawuran yang anarkis,
toleransi antarumat beragama masih kurang, masih banyak masyarakat yang belum makmur dan sejahtera, membuat sekolah prihatin dan ingin memunculkan dan menanamkan nilai-nilai moral tersebut kembali. Melalui pameran ini, Sekolah St. Ursula berharap nilai-nilai moral Pancasila dapat diterapkan lagi untuk membangun generasi muda Indonesia yang lebih baik. Para murid juga diharapkan dapat lebih mengenal lagi Pancasila. Dalam penerapannya pun Pancasila benarbenar menjadi pedoman dan cita-cita yang baik bagi bangsa dan membawa bangsa ini menjadi lebih maju dan berkembang. Selain itu, para siswa ingin membuktikan masih banyak generasi muda yang mennghargai dan mencintai Pancasila dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila pada jaman modern ini. Dalam keseharian, pengamalan tersebut
tampak dalam toleransi kehidupan beragama, menghargai ciptaan Tuhan, menghargai perbedaan, mendukung kebenaran dan keadilan, serta merakyat. Dalam pameran ini, para siswa membuat hasil karya tersebut bukan semata-mata tulisan belaka. Apa yang mereka tulis merupakan gagasan atas apa yang mereka lihat dan mereka rasakan serta lakukan sendiri dalam pengamalannya sehari-hari. Dari proses persiapan Pameran Pancasila ini, mereka juga belajar cara untuk menyatukan pendapat, menghargai hasil karya orang lain, serta membagi tugas secara adil. Proses tersebut membuktikan bahwa pameran ini dibuat tidak hanya untuk dilihat dan sebagai pajangan saja, tetapi untuk berkarya dan mengalami bahwa Pancasila bukan sekadar slogan. Selain itu, hasilnya dapat menjadi bahan kita merefleksikan kembali tentang sejarah perjuangan para bapa bangsa dalam merumuskan Pancasila hingga menjadi lambang dan slogan negara yang diharapkan bisa menjadi dasar kehidupan bernegara di Indonesia. Sebuah pertanyaan menantang kita semua: Apakah kita sudah menanamkan nilai moral Pancasila dalam diri masing-masing dan terutama mengamalkannya? Ataukah Pancasila hanya sederet kata-kata yang tidak ada artinya dan hanya sekadar slogan belaka? Kita sebagai generasi muda bisa menjawabnya dalam diri masing-masing, dengan membuktikannya dan tidak hanya menghafalkannya. Tetap jaya Pancasilaku! Irene Rosari Narindraningtyas Komunika · 33
dok. panitia
Spiritualitas “Kampret” Eit, nanti dulu. Kampret dalam Tesaurus Bahasa Indonesia bisa berarti codot atau lelawa, tapi memang bisa juga berarti makian atau umpatan.
Y
ANG terakhir ini yang membuat judul di atas terasa tidak sedap dan mungkin membuat pembaca mengernyitkan dahi. Apalagi ungkapan itu dicetuskan setelah prolog cerita tentang seorang kakek yang pergi ke sungai, tempat para wanita mandi pada jaman dulu. Sang kakek tidak memedulikan teriakan para wanita yang sedang berendam itu. Katanya, “Oh tenang saja, saya sama sekali tidak bermaksud melihat kalian mandi. Saya hanya ingin memberi makan buaya-buaya yang ada di sungai ini.” Lho? Tentu saja akhir ceritanya bisa Anda tebak. Keruan para wanita itu ngabur semua toh? Nah, untuk hal seperti ini, barangkali si kakek patut mendapat umpatan “kampret”…. Tentu spiritualitas pelayanan jangan sampai mendapat umpatan seperti si kakek itu. Apalagi “Spiritualitas Pelayanan Seorang Lektor” yang merupakan tema rekoleksi para lektor/lektris Paroki Santa Monika & Stasi Santo Ambrosius yang diselenggarakan setengah hari pada 13 September 2015 di aula Sekolah Stella Maris BSD. Pastor Lukas Sulaeman OSC, 34 · Komunika
sebagai pembimbing, menggunakan istilah “Kampret” sebagai singkatan dari sifat dan sikap pelayanan yang diharapkan, yaitu K = kreatif, A = antusias, M = modern, P = progresif (maju), R = radikal (tuntas), E = eksotik (menarik), T = tangguh. Pastor Lukas mengungkapkan, lektor yang ikut mengambil bagian dalam kegiatan internal Gereja turut serta dalam karya perutusan Yesus sebagai Imam, Nabi, dan Raja. “Tujuannya agar Gereja tetap dinamis, berkembang, dan berbuah,” tandasnya. Bagaimana melaksanakan pelayanan secara “Kampret” sebagaimana singkatan di atas, dijabarkan dasar-dasarnya. Pastor Lukas memulai dari Lumen Gentium sampai Surat-surat Rasul Paulus. Beberapa hari sebelum rekoleksi, Pastor Lukas memberikan satu video reflektif yang sangat menyentuh yang diberi judul “Melayani”. Video ini di-share-kan via 'WA' di jalur khusus para lektor/lektris Paroki Santa Monika/Stasi Santo Ambrosius. Tayangan berdurasi sekitar tiga menit 21 detik itu menceritakan banyak aspek tentang melayani yang akan dialami oleh setiap orang yang
terlibat dalam pelayanan. Jika banyak kerikil di dalam pelayanan, seperti kehilangan waktu, beban berat, disakiti, dst, lalu kita merasa lelah, akankah kita menyerah? Untuk apa pelayanan itu? “Jawabannya, karena pelayanan adalah perwujudan iman. Kita dilahirkan untuk melayani. Kita melayani karena mengikuti Yesus Kristus yang terlebih dahulu melayani kita. Jika 'lelah' dalam pelayanan, pikirkanlah hal ini,” ujar Pastor Lukas. Rekoleksi ini merupakan pertemuan perdana dari kepengurusan baru lektor/lektris periode 2015-2018. Dihadiri oleh 44 lektor/lektris, rekoleksi berlangsung cukup padat dan meriah. Acara dibuka dengan doa oleh Koordinator Lektor/Lektris Paroki St. Monika, Sera, dan pujian oleh Yanti dan Budhy yang juga menjadi MC, serta diselingi beragam games yang kocak tapi edukatif dari Titut. Suasana rekoleksi terasa segar dan bisa menyatukan para peserta dalam persaudaraan. Ada lagi acara heboh setelah makan siang; seluruh peserta menari dipimpin oleh Uly dkk. Lalu, ada sesi perayaan ulang tahun bagi lektor/lektris mulai Juni sampai 13 September! Tentu saja yang maju banyak sekali, hampir separuh dari yang hadir. Kue satu buah dikelilingi oleh sekian banyak yang berulang tahun, tak apalah. Yang paling penting, kebersamaan dan foto bareng! Tidak lupa pengurus yang baru juga mengupas kembali tata tertib lektor. Menjelang pengujung acara, para lektor/lektris membangun komitmen yang seyogianya akan mereka tepati karena dibangun dengan kesadaran bersama. Misa perutusan memungkasi seluruh rangkaian acara rekoleksi. Para lektor/lektris mengucapkan ikrar di hadapan Pastor Lukas Sulaemen OSC sebagai pemimpin perayaan Ekaristi. Suziyanti Arifin
dok. panitia
Misa ke-7 di Sekolah Tarakanita Gading Serpong Umat Wilayah Gading Serpong dan sekitarnya dapat mengikuti Misa di tempat yang lebih dekat, yakni di Aula SD Tarakanita, setiap Sabtu pukul 17.00.
S
ABTU, 5 September 2015, menjadi hari yang istimewa bagi umat Katolik di Gading Serpong dengan dimulainya Misa ke-7 Paroki Santo Laurensius Alam Sutera yang berlangsung di kompleks Sekolah Yayasan Tarakanita Gading Serpong. Tepatnya, di Aula SD Tarakanita Gading Serpong. Misa yang diikuti sekitar 1.200 umat ini, dipersembahkan secara konselebrasi dengan konselebran utama Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta, Pastor Samuel Pangestu Pr, didampingi oleh Kepala Paroki Santo Laurensius Alam Sutera Pastor Yohanes Hadi Suryono Pr dan Pastor Lodewijk Bambang Santosa Wiryowardoyo Pr. Misa dimulai pada pukul 17.00 dan berakhir sekitar pukul 18.30 WIB. Usai perayaan Ekaristi, dilanjutkan dengan acara ramah-tamah dengan Muspika Kecamatan Kelapa Dua dan juga tokoh masyarakat. Hadir dalam ramah-tamah itu Camat Kelapa Dua H. Yayat Rohiman S.IP M.Si., Wakapolsek Kelapa Dua, Danramil 07 Curug Kapten Infantri Tarsan, Lurah Kelapa Dua Dadang Sudrajat S.Sos.,MM, dan juga tokoh
masyarakat di Kelurahan Kelapa Dua. Pastor Samuel Pangestu Pr mewakili Keuskupan Agung Jakarta, mengucapkan terima kasih atas kerukunan umat yang terjalin dengan sangat baik di Wilayah Gading Serpong. Juga atas dukungan yang diberikan sehingga Misa berjalan lancar dan aman, dan juga atas dukungan semua pihak untuk Misamisa selanjutnya yang akan diadakan secara rutin setiap Sabtu, pukul 17.00 WIB. Saat ini, jumlah umat Katolik di Wilayah Gading Serpong dan sekitarnya sekitar 7.500 jiwa. Mereka tersebar di 13 wilayah dan 49 lingkungan. Dengan adanya Misa ke-7 ini, mereka dapat merasakan pelayanan yang lebih dekat. Semoga awal yang baik ini -- dengan dukungan dari semua pihak, baik para pejabat pemerintah maupun para tokoh masyarakat -- dapat terus dijaga dan dikembangkan. Alhasil, kehadiran umat Katolik di wilayah ini dapat semakin diterima dan dapat menjadi terang dan garam dalam masyarakat. Federikus Trihatmoko Komunika · 35
Dibuka KPKS St. Paulus Cabang Tangerang Warga Paroki Serpong, Tangerang, dan sekitarnya yang ingin mendalami Kitab Suci boleh bergembira. Kini KPKS St. Paulus Jakarta membuka cabang di Tangerang.
A
WALNYA adalah kerinduan para alumni Kursus Pendidikan Kitab Suci (KPKS) Jakarta Angkatan 22, khususnya dari Dekanat Tangerang. Mereka ingin di Tangerang dibuka KPKS St. Paulus, seperti yang ada di Tebet Jakarta. Ada beberapa hal yang menjadi latar belakang dan pertimbangan diusulkannya pendirian KPKS St. Paulus Cabang Tangerang. Yakni, Pertama, pertumbuhan umat di kawasan Serpong dan Tangerang dari tahun ke tahun terus bertambah. Hal tersebut tampak dari semakin banyaknya jumlah paroki yang bertambah di Dekanat Tangerang. Hal ini tentu membutuhkan tenaga pendamping umat yang semakin banyak, dan tentu perlu dibekali dengan pengetahuan Kitab Suci yang memadai, termasuk keterampilan dan spiritualitas Kitab Suci. Kedua, letak KPKS St. Paulus yang saat ini berada di Tebet Jakarta, cukup jauh untuk dijangkau dari daerah Serpong, Citraraya, Tangerang, dan sekitarnya, apalagi dengan kondisi lalu 36 · Komunika
dok. panitia
lintas yang sangat macet saat ini. Hal ini semakin membatasi jumlah peserta dari kawasan Serpong/Tangerang dan sekitarnya untuk bisa mengikuti kursus pendidikan Kitab Suci di Jakarta. Ketiga, adanya kerinduan umat di kawasan Serpong dan Tangerang untuk terus belajar Kitab Suci. Hal ini tampak dari banyaknya kegiatan; seminar Kitab Suci, kursus Kitab Suci paket A,B,dan C, kelompok “sharing” Kitab Suci Emmaus Journey, Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP), dll. MoU dan Tes Masuk Setelah mendapat persetujuan dari Pimpinan KPKS Jakarta, Romo Hardijantan Pr, lewat proposal yang diajukan, maka teman-teman alumni KPKS Serpong dan Tangerang membentuk Tim Kerja Pendirian KPKS St. Paulus Cabang Tangerang pada 3 Februari 2015. Selanjutnya, mereka menjadi Pengurus KPKS St Paulus Cabang Tangerang. Persiapan Pendirian KPKS Cabang Tangerang berjalan lancar berkat ban-
tuan Direktur Utama Yama Engineering, Suparman, yang mengijinkan pemakaian aula Gedung Yama untuk pelaksanaan kegiatan KPKS St. Paulus Cabang Tangerang. Pada 15 Maret 2015 kesepakatan kerjasama (MoU) ditandatangani oleh Romo Lukas Sulaeman OSC selaku Kepala Sekolah KPKS Cabang Tangerang dengan Romo Hardijantan Darmawan selaku Kepala Sekolah KPKS St Paulus Jakarta, di Paroki St. Monika BSD. Pada 11 Juli 2015 dilakukan tes masuk dan wawancara dengan para calon peserta kursus. Tes diikuti oleh 134 peserta. Yang dinyatakan lulus dan bisa mengikuti kuliah di KPKS Serpong sebanyak 124 orang. Mereka mewakili 14 paroki, dengan komposisi sbb: Paroki St. Monika Serpong diwakili oleh 61 peserta. Paroki St. Laurensius Alam Sutera diwakili oleh 22 peserta. Paroki St. Bernadeth Ciledug diwakili oleh enam peserta. Paroki St. Agustinus Karawaci diwakili oleh tiga peserta. Paroki St. Helena Curug diwakili oleh 12 peserta. Paroki St. Matius Penginjil Bintaro diwakili oleh tiga peserta. Paroki St. Odilia Citra Raya diwakili oleh tiga peserta. Paroki St. Nikodemus Ciputat diwakili oleh lima peserta. Paroki St. Maria Tangerang diwakili oleh tiga peserta. Paroki St. Maria Regina Bintaro Jaya diwakili oleh dua peserta. Paroki St. Gregorius Agung Kota Bumi diwakili oleh satu peserta. Paroki St. Thomas Rasul Bojong Indah, Jakarta Barat, diwakili satu peserta. Paroki St. Trinitas Cengkareng, Jakarta Barat, diwakili oleh dua peserta, dan Paroki St. Maria Kusuma Karmel Meruya, Jakarta Barat, diwakili oleh dua peserta.
Tujuan KPKS Ada beberapa tujuan KPKS St. Paulus, yakni: Pertama, membekali para peserta kursus dengan pengetahuan, keterampilan, dan spiritualitas Kitab Suci. Kedua, mempersiapkan tenagatenaga yang dapat mendampingi umat dalam berbagai kegiatan Kitab Suci, seperti pewartaan, katekese, ibadat, pendalaman iman/KS, baik di lingkungan maupun dalam kelompok kategorial. Romo Hardijantan Pr mengatakan bahwa KPKS memberikan bekalbekal pengetahuan mengenai tafsir teks alkitabiah, memberikan keterampilan secara biblis untuk berbagi kepada sesame, serta untuk membina hubungan pribadi dengan Allah baik secara pribadi maupun secara bersama. “Diharapkan, para alumni nantinya berani memutuskan untuk terlibat di dalam kehidupan Gerejawi, bukan melulu terbatas di bidang Kerasulan Kitab Suci,” tandasnya. Hal yang sama juga disampaikan oleh Romo Lukas Sulaeman OSC. “Kehadiran KPKS St. Paulus Cabang Tangerang menjadi salah satu alternatif untuk mengantar dan mendorong umat semakin mengakrabi Kitab Suci dengan segala dinamikanya.”
Misa Pembukaan Pada 9 Agustus 2015 diselenggarakan Misa Pembukaan yang dipimpin oleh Romo Antara dari KAJ dan dilanjutkan dengan kuliah umum yang dibawakan oleh Stefan Leks. Temanya “Mengikuti Yesus sambil mendengarkan Sabda-Nya”. Pada bagian akhir makalah, Stefan Leks memberikan pesan kepada para peserta
bahwa yang terpenting adalah masuklah ke KPKS dengan tujuan “Saya mau mengikuti Yesus sambil mendengarkan Sabda-Nya. Saya datang ke sini untuk dibasuh oleh Sabda yang memancar kan diri di sini bukan untuk menjadi manusia pintar melainkan untuk menjadi murid Yesus yang tidak akan mengecewakan-Nya”. Imelda Sandra Prasetia
Staf Pengajar • Lama Pendidikan selama tiga tahun, yang terbagi dalam enam semester dan secara keseluruhan terdiri dari 25 mata pelajaran. • Tenaga Pengajar adalah para pengajar dari KPKS St. Paulus Jakarta dan juga para romo yang berasal dari Dekanat Tangerang. • Sertifikat Kelulusan diberikan dalam upacara wisuda kepada peserta kursus yang telah menyelesaikan kursus tiga tahun ini dan dinyatakan lulus. Komunika · 37
dok. panitia
Ziarek Lingkungan St. Yakobus Setelah ziarah ke Gua Maria Karmel Lembang, warga Lingkungan St. Yakobus Villa Melati Mas berekreasi ke de Ranch, pembuatan tahu susu Lembang, dan sentra jajanan kue Kartika Sari dan Primarasa. SABTU, 4 Juli 2015, pukul 04.30 dini hari, sekitar 92 peserta dari Lingkungan St. Yakobus Wilayah 28, Villa Melati Mas, telah siap di dalam bus yang akan meluncur ke Gua Maria Bunda Karmel Lembang. Ops, setelah absensi dimulai oleh panitia, ternyata yang hadir berjumlah 86 orang -- enam peserta lainnya batal pergi karena ada urusan keluarga mendadak. Namun, tanpa mengurangi keceriaan, mengenakan dress code; busana atasan berwarna merah cerah dan bawahan bebas, dua bus yang sejak subuh parkir di kawasan Blok J1 VMM, akhirnya berangkat. Diiringi doa pagi bersama dan dibagikannya sarapan berupa sepotong roti jadul, arem-arem, dan sebotol aqua, para peserta pun tampak mulai ada yang mengobrol bersama teman duduknya, atau sekadar melihat pemandangan dari luar jendela yang masih bening berkabut, bahkan… ada yang melanjutkan tidur yang tertunda. 38 · Komunika
Ya, mengapa berangkat pagi sekali? Pihak panitia ziarek berharap rombongan peserta tiba di Gua Maria Bunda Karmel Lembang, sesuai jadwal. “Menghindari kemacetan dan antre saat Jalan Salib. Mengingat peserta ziarek kali ini lumayan banyak, 86 orang. Itu pula sebabnya pilihan dress code sengaja berwarna menyala agar peserta mudah diketemukan,” Jenny Anita, seorang panitia ziarek menjelaskan sembari tertawa. Puji Tuhan, perjalanan pulang pergi berjalan lancar tanpa hambatan. Datang lebih awal memberi kemudahan waktu bagi para peserta setelah Jalan Salib usai, dapat bertebaran ke masing-masing area yang diminati. Ada yang berbelanja sirop, selai, dan pisang hasil panen para suster untuk oleh-oleh. Ada pula yang langsung menyerbu makanan kecil seperti soto, tapai, bahkan… sate, yang dijual di luar halaman gereja. Buah stroberi, mulberi, bahkan tomat
dan sayuran pun tak lupa dijadikan buah tangan. Oh, senangnya hati yang lega setelah melakukan ziarah dan menuntaskan Jalan Salib! Bus pun kembali meluncur ke arena rekreasi ‘de Ranch’ yang tak jauh lokasinya. Hari masih belum lagi siang, sehingga pemandangan indah berumput hijau bak permadani alam dilatari kuda-kuda pacu yang berjalan tenang, membuat peserta semakin bersemangat. Masing-masing berlomba mengambil foto bersama, atau malah…selfie. Para oma – lansia usia 60 tahun ke atas yang bebas biaya ziarek , dan anak-anak pun tak mau kalah mencari aktivitas yang mereka pilih. Setelah makan siang di ‘de Ranch’, bus bersiap untuk… kembali pulang ke Serpong kah? Ternyata, tidak! Namanya juga ‘ziarek’ alias ziarah sembari rekreasi, tentu saja para peserta akan protes jika tidak diajak jalan-jalan lagi, sementara waktu masih berlebih. Ya, ya, ke mana lagi kalau tidak mampir ke pembuatan tahu susu Lembang yang terkenal? Di sini peserta mampir untuk… makan lagi, dan tentu saja ‘berburu’ tahu susu untuk oleh-oleh keluarga di rumah. Masih ada dua tempat lagi sebelum bus akhirnya meluncur pulang ke Serpong, yaitu singgah di Kartika Sari dan Primarasa – dua sentra jajanan kue khas yang ‘kudu harus’ dijadikan oleh-oleh jika ke Bandung atau Lembang. Tujuan ziarek , selain untuk ziarah rohani ke Gua Maria adalah untuk lebih saling mengakrabkan antaranggota lingkungan yang lama maupun yang baru; seperti yang diharapkan panitia Lingkungan St Yakobus – semoga saja dapat tercapai. Dan ke depannya, ziarek Lingkungan St. Yakobus Wilayah 28 ini diharapkan dapat terlaksana jauh lebih bermakna dan menyenangkan lagi. Effi S. Hidayat
Pembaruan Ikrar Suci pada HUT Perkawinan
Hatiku, kuserahkan pada-Mu Kasih abadi, Kau limpahkan kepadaku ...
M
INGGU sore, 27 September 2015, pukul 17.00, ada panorama yang berbeda di gereja. Hadir sekitar 40 pasangan suami-istri (pasutri) warga Paroki Santa Monika yang hendak memperbarui kaul pernikahannya. Beserta umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi, mereka melantunkan lagu pembukaan “Ya Tuhan, Pandang hamba-Mu”. Setelah homili, Ketua Seksi Kerasulan Keluarga Paroki Santa Monika, Albertus Magnus Sugiarto tampil ke podium lektor; membacakan satu per satu nama pasangan itu dan mempersilakan mereka berdiri di bangku masing-masing. Sebagai perwakilan pasutri, Antonius Jois-Silvi tampil ke mimbar untuk mengucapkan kembali janji
suci pernikahan mereka di hadapan RP Lukas Sulaeman OSC dan umat yang hadir. ”Di hadapanmu, Silvi, saya, Antonius, menyatakan bahwa saya mencintai dan menyayangimu sepanjang hidup, baik dalam sakit maupun sehat, dalam untung dan malang. Demikian janji saya, demi Allah dan Injil Suci ini.” Walaupun hanya diucapkan oleh pasutri yang merayakan HUP periode Juli-September ini, tapi dalam kutipan homilinya, RD Yus Noron dari Paroki Santo Nikodemus Ciputat menegaskan bahwa janji perkawinan itu mengingatkan kembali semua umat, khususnya suami-istri yang sudah menjalankan roda perkawinan sekian tahun, agar memiliki semangat memberi. ”Berikan ucapan terima
kasih, sapalah pasangan Anda ketika bangun tidur, pulang kerja atau mau bepergian. Lakukanlah apa saja yang dapat menyenangkan suami Anda, istri Anda. Walaupun itu hanya secangkir air, tetapi sangatlah berarti bagi kelangsungan hidup dan komunikasi suci dalam hidup berkeluarga.” Tim SKK Paroki Santa Monika telah berhasil merekrut relatif banyak pasangan suami-istri dalam pembaruan janji suci ini. Semoga di waktu mendatang, keterlibatan serta kerjasama pasutri dan seksi kerasulan keluarga semakin meningkat. Antusiasme ini diharapkan dapat memberi teladan kepada kaum muda untuk semakin menghayati makna perkawinan suci yang tak terceraikan. Hermans Hokeng
Komunika · 39
Ziarek WKRI Ranting Maria ke Padang Bulan Dengan mengikuti rekoleksi, kami kembali berproses dalam mengumpulkan serpihan-serpihan iman, kesadaran diri, dan kembali menumbuhkan Roh Kudus yang hilang.
dok. panitia
S
ABTU, 5 September 2015, tepat pukul 05.00, sebanyak 20 anggota Ranting Maria WKRI St. Monika siap duduk di bangku masing-masing di dalam bus kecil sejenis Elf. Kami segera berangkat menuju Pelabuhan Merak. Wajah segar sumringah ibuibu dan beberapa remaja putri ikut menemani menuju Rumah Retret La Verna Padang Bulan, Pringsewu Lampung. Kami semua hendak mengikuti rekoleksi dan ziarah sekaligus berekreasi. Sejenak melupakan kesibukan dan rutinitas, rasanya sungguh menyenangkan, bersua, berziarah, dan berekreasi bersama teman-teman, yang sudah tua pun tidak mau ketinggalan ingin kembali menyegarkan dahaga rohani melalui ziarek yang cukup jauh. Pelabuhan Merak Memilih perjalanan pagi hari sungguh tepat, jalanan lancar sehingga pukul 6.45 kami sudah
40 · Komunika
tiba di Pelabuhan Merak. Tanpa menunggu lama, bus kecil kami langsung masuk ke kapal fery yang ternyata sudah cukup padat juga dengan muatan mobil, truk, bus, dan sepeda motor. Tak lama berselang, kapal juga langsung berangkat menuju Pelabuhan Bakauheni- Lampung. Akhirnya, tepat pukul 9.30 kapal kami sampai di Pelabuhan Bakauheni. Lalu, kami langsung menuju Pringsewu. Jarak dari pelabuhan menuju rumah retret ternyata cukup jauh juga. Dalam perjalanan, kami berhenti sejenak untuk makan siang di salah satu Rumah Makan Padang. Vivi Setiawan yang sudah cukup mengenal situasi kota Lampung berkat hobinya traveling ternyata sangat cekatan dan tegas dalam memandu perjalanan. Kami selalu mendapat pelayanan yang terbaik dalam perjalanan, berkat kesigapannya dalam mengatur teman-teman seperjalanan.
Gua Maria Padang Bulan Rumah Retret Laverna merupakan tempat pengolahan hidup rohani, di mana orang mengalami perjumpaan dengan Allah. La Verna berada di puncak Bukit Padang Bulan yang sejuk, sekitar 3 km dari Pasar Pringsewu, Kab. Pringsewu Lampung. Akhirnya, kami sampai juga ke tempat tujuan. Betapa leganya kami melihat Rumah Retret yang tertata dengan apik, terlihat di sekitarnya pemandangan alam yang asri, keadaan alam yang mengundang jiwa untuk memuji dan memuliakan keagungan Sang Pencipta. La Verna berdampingan dengan Gua “Maria Perempuan Untuk Umat Manusia” dengan rute Jalan Salib yang berada di bawah rindangnya pohon bambu. Sejenak setelah melepas penat, kami langsung menuju kamar masingmasing untuk berbenah, berkumpul kembali untuk mencicipi snack sore yang disediakan oleh para suster. Rasanya sungguh nikmat dengan secangkir teh manis dan kopi jahe yang sedap. Tepat pukul 17.00 , kami semua cukup kompak dan disiplin -- terbukti tanpa dikomando-- sudah rapi dan siap untuk melakukan Jalan Salib menuju Gua “Maria Perempuan Untuk Umat Manusia”. Bersama kami berjalan melewati jalan-jalan yang cukup panjang dan menanjak, dengan pemandangan alam yang masih sangat asri, pepohonan yang rindang, dengan diiringi angin sore yang sejuk menambah kekhusyukan kami dalam mendaraskan doa Jalan Salib. Secara bergantian, kami memimpin doa dan diselingi nyanyian. Tanpa terasa akhirnya kami sampai juga di Gua Maria. Pemandangan sekitar yang elok menawan bersamaan dengan mulai terbenamnya matahari sore sungguh luar biasa. Di lokasi Gua Maria terdapat sumber mata air yang tak pernah kering sampai saat ini. Kami berdoa rosario bersama, dan setelah itu kami sejenak berfoto dan ber-selfi ria sebagai kenang-kenangan.
Olah Rohani Lalu, kami kembali menuju Rumah Retret. Setelah makan malam, kami bersiap menuju salah satu aula. Di sana sudah menunggu Romo F.X. Joko Susilo, SCJ didampingi Sr Claudia, dan pengiring organ Mas Jujuk yang akan memberikan pembekalan kepada ibu-ibu dari WKRI Rt. Maria BSD. Romo FX. Joko Susilo membuka rekoleksi dengan suasana ringan, humoris, dan penuh canda bermakna. Alhasil, rasa penat akibat perjalanan seharian dengan seluruh acara yang padat sirna. Kami semua diminta bernyanyi, berjoget ria dengan diiringi musik dangdut dengan gubahan lagu rohani. Waaaah… langsung sueger… deh. Suasana malam yang sunyi, tidak lagi menjadi senyap, bahkan jadi bersemangat ketika Romo Joko Susilo bertanya mengapa kami datang kemari? Apa yang membuat kami mau hadir, apa tujuan kami berziarah? Kemudian kami semua mendapat secarik kertas kecil. Kami tidak mengerti apa maksud Romo dengan secarik kertas tersebut. Dengan saling melirik dan tersenyum, wah… mau disuruh nulis apa ini? Rupanya dugaan itu salah. Kertas tersebut ternyata harus dibuat seperti apa yang ada dalam pikiran kita saat itu. Akhirnya, kami pun mencoba berkreasi. Dalam waktu lima menit, kami harus sudah selesai dengan kertas tersebut. Selesai sudah kreativitas kertas yang kami buat, dengan saling melirik hasil karya teman-teman. Ada yang membuat hati, pesawat, kipas, salib, perahu, bukit, bahkan ada yang hanya membiarkan kertas itu polos bersih saja. Makna yang Tersirat Rupanya kertas-kertas itu merupakan uneg-uneg yang tersirat dan yang kami rasakan saat itu. Romo meminta kami menguraikan apa yang kami buat dengan kertas tersebut. Kami satu per satu dengan spontanitas mampu menguraikan
makna di balik bentuk-bentuk sepotong kertas yang telah kami buat. Berbagai macam makna yang terkandung hanya dengan sepotong kertas sudah cukup menggambarkan bagaimana sebenarnya hati dan tujuan kami mengikuti rekoleksi malam itu. Misalnya, kertas dengan bentuk ‘Hati’. Salah satu teman mengungkapkan bagaimana memulihkan hati kita dengan mau membuka hati dan kembali menerima Yesus untuk lebih menguatkan iman. Ada berbagai macam ungkapan yang tersirat dalam bentuk kertas yang telah kami buat. Intinya, dengan ziarah batin kami lebih mengenal diri sendiri, menyadari kesalahan, membersihkan hati, dan bisa lebih mengenal dekat teman-teman seiman, di samping juga berziarah. Romo F.X. Joko Susilo, SCJ dengan penuh semangat memberikan pujian kepada ibu-ibu yang ternyata sangat luar biasa. Romo menambahkan bahwa kehadiran kami mengikuti rekoleksi merupakan proses dalam mengumpulkan kembali ‘serpihan serpihan iman, serpihan kesadaran diri, menumbuhkan kembali Roh Kudus’ karena sejatinya kami dalam perjalanan ‘Hidup tergesagesa’. Artinya, kami hidup dalam ketergesaan baik dalam pekerjaan, dalam keterlibatan di rumah tangga, semuanya serba tergesa-gesa. Dalam ketergesaan, kami menjadi tidak sadar, dan ketidaksadaran itu membuat buah Roh berkurang, bahkan lama-lama menjadi habis. Alhasil, pengendalian diri hilang. Yang terjadi adalah menjadi tidak sabar, emosional, kesabaran hilang, dan ujung ujungnya adalah kemarahan. Dengan mengikuti rekoleksi, kami kembali berproses dalam mengumpulkan serpihan-serpihan iman, kesadaran diri, dan kembali menumbuhkan Roh Kudus yang hilang. Tanpa terasa sampai sudah di pengujung rekoleksi. Acara malam itu kami tutup dengan doa meditasi di kapel, bersama Sr. Claudia dan diiringi organis Mas Jujuk.
Kembali Menuju BSD Keesokan harinya setelah Misa pagi, dilanjutkan sarapan, kami bersiap-siap untuk kembali pulang menuju BSD. Dalam perjalanan pulang, kami masih mengunjungi makam Mgr. Albertus Hermelink Gentiaras,SCJ yang wafat pada tahun 1983. Ketika makamnya yang sudah berusia 27 tahun itu dipindahkan ke Kapel St. Theresia pada 6 Juli 2010, petinya masih dalam keadaan utuh. Demikian pula jasad Mgr. Hermelink yang telah dibaringkan selama 27 tahun sebagian besar masih utuh. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju pusat oleh-oleh, kemudian dilanjutkan menuju Pelabuhan Bakauheni - Merak untuk kembali pulang ke BSD. Puji Tuhan, sepanjang perjalanan lancar. Kami tiba di BSD pada pukul 20.30. Perasaan lega dan sukacita kami rasakan bersama. Diana M.H.
Komunika · 41
dok. panitia
Perayaan HUT ke-10 Presidium Bunda Segala Bangsa Para legioner diharapkan mencari perkara yang di atas dan tidak menggenggam hal-hal yang bersifat duniawi.
T
EPAT pada hari ke-9 bulan ke-9 tahun 2015, Legio Maria Presidium Bunda Segala Bangsa merayakan ulang tahun ke-10. Usia yang masih muda bagi sebuah organisasi. Tetapi, dengan berbagai pengalaman dan kasih yang dibagikan, membuat kami patut bersyukur. Presidium ini telah mengalami pergantian ketua sebanyak dua kali, dimulai dari ketua yang pertama yaitu Lies, selama dua periode yaitu enam tahun. Ketua yang kedua yaitu Rita selama satu periode atau tiga tahun. Dan sekarang, baru berjalan satu tahun dipimpin oleh Susyanne Ulang tahun dirayakan dengan Misa Syukur yang dipimpin oleh Romo Lukas Sulaeman OSC selaku Pemimpin Rohani Presidium Bunda Segala Bangsa. Setelah itu, dilanjutkan dengan acara berbagi kasih dalam kebersamaan di ruang Benedictus. Misa diikuti oleh kurang
42 · Komunika
lebih 100 anggota aktif maupun auksilier dan beberapa tamu legioner yang diundang. Tampak hadir juga mantan asisten Pemimpin Rohani Presidium, yaitu Suster Ignatio OSU. Percaya dan Pasrah Tema renungan diambil dari Injil Yohanes 6:1-15 tentang seorang anak kecil yang menyerahkan semua roti dan ikan yang dimilikinya dengan percaya dan pasrah kepada Tuhan. Dalam khotbahnya, Romo Lukas mengatakan bahwa apa pun yang kita berikan, sekecil apa pun pemberian kita, namun jika itu dilakukan dengan kasih maka hasilnya menjadi besar karena pekerjaan Tuhan. Maka, para legioner diharapkan mencari perkara yang di atas dan tidak menggenggam hal-hal yang bersifat duniawi. Caranya, dengan hidup dalam kemurahan hati, sabar, sederhana, dan tidak hanya berpusat pada diri sendiri, namun
memusatkan perhatian kepada mereka yang kecil dan miskin serta tidak diperhitungkan. Dengan cara itulah, Kerajaan Allah diwujudkan melalui para legioner. Misa diawali dengan persembahan bunga mawar oleh para legioner aktif dengan berbagai tulisan yang melekat pada tangkai mawar dan dipersembahkan di hadapan patung Bunda Maria di dalam Gereja. Uniknya, dari 24 anggota aktif, kami memberikan berbagai persembahan sikap, antara lain rendah hati, tulus, jujur, sabar, lemah lembut, sederhana, tulus ikhlas, setia dsb. Persembahan ini sungguh cocok dengan keterbatasan dan keberadaan kami. Semoga dengan karya kecil dan sederhana yang kami lakukan dengan sungguh-sungguh dan dengan cinta yang besar, kami dapat menghadirkan Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia. Johanna Kemal
dok. panitia
Berani Memikul Salib Para peserta KPKS adalah pemenang karena salib Kristus. “Dengan salib, Kristus menyingkapkan pekatnya dosa manusia,” ungkap Romo Felix Supranto SS.CC.
R
ETRET Peserta Kursus Pendidikan Kitab Suci (KPKS) St. Paulus Cabang Tangerang angkatan pertama berlangsung pada Sabtu-Minggu, 26-27 September 2015. Retret yang dilaksanakan di Rumah Retret Canossa Bintaro dihadiri oleh sekitar 90 peserta dan panitia. Tema yang diusung adalah “Bersatu dalam Kebersamaan Mengikuti Jejak Kristus”, dibimbing oleh Romo Felix Supranto SS.CC. Di awal retret, Romo Felix mengungkapkan bahwa para peserta KPKS adalah pemenang karena Salib Kristus. “Dengan salib tersebut, Kristus menyingkapkan pekatnya dosa manusia dan sekaligus salib menjadi puncak dari kebesaran kasih Allah kepada manusia.” Romo Felix menegaskan bahwa para peserta harus berani memikul salib kehidupan, yaitu kesulitankesulitan hidup, menyangkal diri, dan memandang Tuhan seraya bersyukur. “Sebagai pengikut Yesus, Anda diharapkan dapat menjalani hidup kristiani dengan taat dan tanpa takut,” lanjut Romo Felix. Diharapkan para peserta mampu menunjukkan identitas sebagai
pengikut Kristus, yaitu dengan mengenakan kasih. “Bersatu dalam kebersamaan. Walaupun berbeda, tekun dalam pengajaran, tekun dalam doa, dan tekun dalam Ekaristi.” Menemukan Sesuatu Para peserta dibagi ke dalam tiga kelompok besar, dan akhirnya dibagi menjadi enam kelompok kecil. Setiap kelompok diberi waktu 20 menit untuk menemukan sesuatu dan menampilkannya dalam sebuah renungan singkat. Masing-masing kelompok menampilkan hasil permenungannya, mulai dari melihat ranting, bunga bakung, tembok, dll. Puncak retret adalah perayaan Ekaristi disertai dengan adorasi kepada Yesus yang bertakhta dalam Sakramen Mahakudus. Romo Felix menggunakan istilahistilah yang mudah diingat, seperti filosofi kelapa. Bagaimana kita bisa menikmati es kolak dengan santan yang berasal dari kelapa. “Sebelum menjadi santan yang nikmat, kelapa harus dijatuhkan dulu dari pohon, kulit luarnya disobek-sobek dan dihancurkan, kemudian dipukul serta dibelah, dikeluarkan airnya,
diparut dengan parutan tajam yang terbuat dari besi, diperas-peras hingga menghasilkan santan yang nikmat,” urainya. Menurut Romo Felix, sebaiknya kita memakan jagung karena jagung memberikan rasa enak dari isinya yang kecil namun bersatu. Durian karena di luar jelek dan berduri namun di dalamnya memberikan rasa manis dan enak, bengkoang karena isinya putih dan tulus, pisang karena selalu memberi rasa manis kepada yang memakannya. Romo Felix menyarankan agar para peserta KPKS sebaiknya mempunyai P3K, yaitu Pertolongan Pertama Pada Kehidupan. Isi kotak P3K : 1. Tusuk gigi: koreklah/ceritakan kebaikan orang lain, jangan kejelekannya. 2. Penghapus: hapuslah segala kesalahan orang yang menyakitkan, jangan sampai membusuk menjadi penyakit. 3. Pensil: tulislah segala berkat/ kebaikan Tuhan yang kita terima setiap saat. 4. lester: ijinkan Tuhan membalut luka-luka kita. Yeremia 30:17 "Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu.” 5. Gelang karet: jadilah manusia yang fleksibel. 6. Permen karet: menempel... jadilah manusia yang tulus, ikhlas, dan setia. 7. Permen biasa: berilah senyum manis kepada setiap orang. Para peserta KPKS berasal dari Paroki Santa Monika BSD, Stasi Ambrosius Melati Mas, Paroki Laurentius Alam Sutera, Paroki St. Helena Karawaci, Paroki St. Odilia Citra Raya, dan Paroki St. Agustinus Karawaci Bagaikan senter yang habis lalu baterainya di-charge, para peserta menyelesaikan retret dengan wajah cerah, akrab satu sama lain, semakin bersatu dalam kebersamaan, dan berpegang pada salib Yesus sebagai tanda kemenangan. Johanna Kemal Komunika · 43
Lidah Buaya Tingkatkan Daya Tahan Tubuh
D
ALAM perjalanannya mencari dunia baru, Colombus membawa tanaman lidah buaya (aloe vera). Di dalam pot-pot kecil, ia memelihara tanaman tersebut hingga beranak-pinak. Colombus sengaja membawa tanaman ini karena tahu khasiatnya. Bila awak kapalnya letih, ia langsung memberikan potongan lidah buaya segar untuk dimakan. Dan terbukti, rombongan Colombus relatif segar-bugar. Beberapa abad yang lalu, Colombus telah menyadari bahwa lidah buaya merupakan tanaman multi manfaat. Bukan hanya sebagai bahan penyubur rambut tetapi juga sebagai obat untuk merawat luka terpotong, luka bakar, kulit kering, dsb. Di samping itu, lidah buaya juga bisa menjadi minuman bergizi pada saat awak kapalnya letih. Penelitian di Amerika mengungkapkan bahwa lidah buaya dapat digunakan sebagai penyembuh penyakit menahun. Dalam buku Pharmacological Activities of Aloe Vera Gel, Clinton H. Howard menguraikan bahwa lidah buaya dapat digunakan secara eksternal dan internal. Manfaat lidah buaya adalah sebagai pembersih alami, mengurangi perdarahan, menurunkan panas (anti pireti), anti radang (anti inflamasi), serta mengurangi gatal-gatal (anti pruritik). Selain itu, menurut Howard, lidah buaya mempunyai kandungan nutrisi yang berguna bagi tubuh manusia. Yakni, vitamin, mineral, enzim, asam lemak, anti septik, analgesic, dan penguat daya tahan tubuh. Alhasil, mengonsumsi lidah buaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Amat Selektif Food and Drug Administration Amerika Serikat yang selama ini terkenal amat selektif mengakui hasil-hasil penelitian, bahwa kandungan yang terdapat dalam lidah buaya menyehatkan tubuh manusia. Pada tahun 1981, Clinton Howard mendirikan Carrington Laboratories untuk mengevaluasi sifat-sifat kimiawi dan biologis lidah buaya. Mereka menemukan kandungan active compound pada tanaman ini, yang kemudian dikenal sebagai acemannan. Kandungan ini telah terbukti mampu menyembuhkan beberapa jenis tumor, infeksi yang disebabkan oleh virus, dan kekurangan daya tahan tubuh. Hasil temuan Howard tersebut mendapat tanggapan dari para peneliti di dunia kedokteran. Tak hanya di Amerika Serikat tetapi juga di negara-negara Barat lainnya. Temuan ini disebarluaskan kepada masyarakat untuk mengatasi penyakit-penyakit mereka. Sebuah institusi medis ternama, America Medical Association (AMA), juga mengakui temuan Howard tersebut. Kemudian Carrington Laboratories memperoleh izin untuk memproduksi lidah buaya yang sudah diproses secara medis. Khasiat Maksimal Seiring bergulirnya waktu, makin banyak peneliti yang ingin 44 · Komunika
menguak kegunaan lidah buaya untuk memperoleh khasiat maksimal. Disarankan agar tidak sembarang menguliti tanaman ini, sebab tanaman ini akan kehilangan karakter atau sifat aslinya setelah kulit luarnya dibuang habis. Memang rasa dan aromanya masih lidah buaya tetapi khasiatnya memudar. Lidah buaya merupakan tumbuhan terna, termasuk suku liliaceae yang berasal dari Afrika. Sebenarnya tanaman ini berkembang baik di pegunungan, namun cenderung bisa tumbuh di mana saja. Menanam lidah buaya relatif gampang. Cukup ditanam di halaman rumah, bisa juga di dalam pot. Tanaman ini relatif tidak memerlukan perawatan khusus. Cukup disirami dengan air secukupnya setiap hari. Dalam kurun waktu singkat, tanaman ini akan lekas bertambah. Seyogianya Anda menanamnya di rumah, mengingat sewaktu-waktu mungkin Anda membutuhkannya. Entah karena terluka atau sakit maag kambuh, Anda bisa segera menggunakan lendirnya; dioles atau dimakan. Bila enggan mengonsumsinya dalam keadaan mentah, dewasa ini sudah banyak tersedia food supplement aloevera yang berbentuk tablet atau kapsul. Anda tinggal memilihnya.... (MV3)
Penampakan Sengsara Yesus Yesus meminta kepadanya untuk menghormati 5.480 deraan yang dialami-Nya selama Masa Sengsara. Yakni, dengan berdoa 15 kali Bapa Kami dan 15 kali Salam Maria setiap hari selama satu tahun.
B
RIGITTA terhenyak. Saat sedang bermain sendirian, tiba-tiba ia melihat “Yesus Yang Tersalib”. Saat itu, usianya baru sepuluh tahun. Lantas, bayangan penampakan itu seakan menguntitnya....
Kalvari. Penghayatannya yang mendalam akan penderitaan Tuhan, membuat bulir-bulir air matanya memburai. Seiring bertambahnya usia, Sengsara Kudus senantiasa menjadi bahan permenungannya dalam meditasi. Sejak kecil, putri bangsawan Swedia ini rajin mengikuti perayaan Ekaristi dan mencermati khotbah pastor. Kebiasaan ini menanamkan benih-benih iman yang kokoh dalam hidupnya di kemudian hari. Sesama Bangsawan menikah dengan sesama bangsawan Swedia Pangeran Ulf Gudmarson. mendidik dan membesarkan anak-anak sebagai tugas yang suci. Meski waktu untuk melayani orang-orang tak berpunya dan cacat. Santiago de Compostela atau makam Santo Yakobus di Spanyol. Itulah peziarahan mereka yang terakhir yang sangat mengesankan. Tak lama setelah kembali ke Swedia, Pangeran Ulf berpulang. hidup rohani yang keras di Biara Cistercian Alvastra. Pada tahun 1346 Magnus II mendukung upaya ini. Bahkan ia memberikan sebidang Setelah mendirikan Ordo Sang Penebus, Yesus mengungkapkan
Suci untuk yang terakhir kali. Di Tanah Suci, ia dianugerahi pengetahuan akan misterimisteri suci Kristus secara luar biasa. Namun, perjalanan ziarah kali ini terganggu oleh kandasnya kapal layar yang ditumpanginya dan kematian anak laki-lakinya, Charles. parah. Ia wafat pada 23 Juli 1373 dalam usia 70 tahun. Jenazahnya disemayamkan di Biara Suster-Suster Klaris Santo Laurensius di Panisperna. Setahun berselang, jenazahnya dipindahkan ke Biara Vadstena, Swedia. Banyak mukjizat terjadi melalui Paus Bonifasius IX (1389-1404) mengangkat salah seorang anak perempuannya, Catharina, menggantikannya sebagai pemimpin biara. Di kemudian hari, Catharina dari Swedia (1332-1380) juga diangkat sebagai Santa. Pada tahun 1999, Paus Yohanes Paulus II Eropa. (MV3)
yang diderita-Nya selama Masa Sengsara. “Aku menerima 5.480 pukulan pada tubuh-Ku. Bila kamu ingin menghormatinya, berdoalah 15 kali Bapa Kami dan 15 kali Salam Maria setiap hari selama satu tahun berturut-turut. Bila doa setahun itu selesai, kamu telah menghormati setiap luka-luka-Ku." Di kemudian hari, doa-doa ini direstui oleh Paus Pius IX. Komunika · 45
Heidi Awuy
Mewartakan Tuhan dengan Harpa delapan tahun. “Awalnya, saya belajar harpa penuh dengan perjuangan dan air mata, berat sekali,” ungkapnya. Sampai sekarang, Heidi masih terus mendalami harpa dan tetap meningkatkan kemampuannya. “Mesti ada yang ‘dibayarlah’, sampai sekarang jari-jari saya masih suka berdarah karena bermain harpa.” Tahun 1988, harpist tamatan University of
J
EMARI Heidi Awuy ligat menari-nari di antara dawai-dawai harpa. Lagu “In The Moment Like This” mengalun syahdu dalam Misa Yubileum bersama Julius Kardinal Darmaatmadja SJ, di Tennis Indoor Jakarta, tahun 2000. Sesaat batinnya bergetar. “Tuhan menyentuh perasaan saya,” ungkapnya. Peristiwa itu menjadi titik balik dalam hidupnya. Selanjutnya, Heidi mulai giat mencari Tuhan. Ia rajin membuka-buka Kitab Suci. Tiada hari terlintasi tanpa membaca Sabda Tuhan. “Saya mengalami Yesus yang hidup setelah saya mendalami Alkitab,” tandasnya. Sejak itu pula, perempuan kelahiran Bern, Swiss, 23 Oktober 1962 ini selalu ingin mempersembahkan kepiawaiannya bermain harpa kepada Tuhan. Keyakinannya membelukar bahwa dirinya adalah alat-Nya. Alhasil, ia senantiasa melibatkan Roh Allah setiap kali hendak tampil di hadapan publik. “Sebelum bermain harpa, saya memohon kepada Tuhan agar permainan saya bisa menjadi berkat bagi sesama dan bisa menyentuh perasaan mereka yang mendengarkannya,” tutur istri Glenn Tumbelaka. Musim Salju Sejak kanak-kanak, Heidi sudah bersentuhan dengan keindahan musik klasik. Sang ibu yang berdarah Perancis adalah seorang pianis andal. Awalnya, Heidi belajar piano hingga mahir. Hingga suatu hari pada musim salju di Swiss, ia mendengar dentingan harpa. Seketika ia terpana. Lantas, Heidi yang pada saat itu masih berusia 14 tahun mengutarakan keinginannya untuk belajar harpa kepada sang ayah. Wanita yang pernah studi musik di Institute de Musique Jacques Dalcroze, Geneva, Swiss ini, menyodorkan alasan bahwa waktu itu belum ada pemain harpa di Indonesia. “Saya percaya, saat itu saya mendapat kepekaan dari Roh Kudus.” Keinginan Heidi pun dipenuhi oleh orangtuanya. Saat sang ayah yang berprofesi diplomat berpindah tugas ke Bangkok, Heidi berguru pada seorang harpist asal Belgia. Selanjutnya, kesehariannya tak pernah beranjak dari harpa. Secara akademis, ia menekuni harpa selama
46 · Komunika
Murid pertamanya adalah Maya Hasan yang saat ini juga merupakan harpist kondang di Tanah Air. Selanjutnya, Heidi mulai terlibat dalam berbagai pertunjukan musik dan orkestra, di antaranya bersama Erwin Gutawa dan Almarhum Chrisye. Seiring bergulirnya waktu, Heidi giat dalam pelayanan. Semangatnya berpijar setiap kali ia melayani ke daerah-daerah, seperti Manado, Kupang, pedalaman Kalimantan, Flores, Sumatra, Makassar, dsb. Ketika badai hayan memorak-porandakan Filipina, November 2013, Heidi Awuy mengadakan kunjungan ke sana. Kunjungan bertajuk “Touching People” itu merupakan bentuk pewartaannya akan kasih Tuhan yang tiada bertepi. “Pujian dengan harpa saya gabungkan dengan pewartaan,” bebernya. Wanita berdarah Manado-Perancis ini mengemukakan, tidak semua masyarakat yang dikunjunginya mengenal alunan harpa. Namun, Heidi tak kurang akal untuk membuat mereka lekas akrab dengan harpa. Ia pun bertutur bagaimana Daud bermain kecapi. Lalu, ia memainkan lagu “Bila Roh Allah ada di dalamku”. “Ada sedikit unsur dangdut dalam lagu itu, bisa membuat orang menari...,” ujarnya seraya mengulum senyum. Heidi Awuy senantiasa hendak mengalirkan segala rahmat yang telah diterimanya dari Sang Khalik kepada sesama. “Alunan harpa itu seperti musik dari surga,” tandas guru harpa di Sekolah St. Ursula BSD ini. Alhasil, tiada hari ia lampaui tanpa petikan dawai-dawai harpa. (MV3)
Maria-Mediatrix, Dialog dengan Islam Oleh Yuvens Sebatu
I
ZMIR merupakan salah satu kota tujuan wisata ketiga terbesar di Turki. Kota yang berpenduduk kira-kira tiga juta jiwa itu mampu menyedot hampir dua juta turis per tahun. Kota yang sebelumnya bernama Smyrna pernah disebut oleh Rasul Yohanes dalam Kitab Wahyu (Wahyu 1:11; 2:8-11), sebagai salah satu pusat jemaat kekristenan. Sebagai kota yang menyimpan banyak situs sejarah Yunani Kuno, Izmir merupakan pintu masuk ke kota kecil Efesus. Nah, kota inilah yang justru menjadi daya tarik terbesar di Izmir. Kota yg menjadi salah satu tujuan Surat Paulus ("Surat kepada Jemaat di Ephesus"), juga menjadi tempat Rasul Yohanes menulis Injilnya. Di Efesus, tepatnya di Selcuk, daerah Pegunungan Bulbul, masih berdiri tegak Rumah yang diyakini merupakan kediaman Bunda Maria ("The House of Virgin Mary"). Di kompleks "Rumah Perawan Maria" itu terdapat sumber mata air dan tembok doa, di mana para peziarah boleh menempelkan ujud doanya. Dan menariknya, ternyata para peziarah yang datang ke sana bukan saja orang Kristen, tapi juga kaum Muslim. Mengapa ? Nama "Maryam"/"Maria" Dalam perspektif Islam, Maria merupakan salah satu dari empat perempuan paling agung di dunia, di samping Asiyah Istri Firaun, Khadijah istri Nabi Muhammad SAW, dan Fathimah binti Muhammad SAW. Namun, Maria merupakan perempuan yang diabadikan namanya dalam Al'quran (Surah Maryam - Surah ke-19). Teolog Islam memberi beberapa definisi untuk nama "Maryam". Maryam dapat berarti hamba Allah (al-khadima), orang yang saleh ( al-abida), dan orang yang sangat beriman (al-
siddiga). Namun, apa pun arti nama "Maryam", mereka sepakat bahwa Maryam adalah perempuan terpandang dan sangat dihormati. Malaikat Jibril menegaskan hal ini: "...sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia .... (QS Ali Imran 3.43). Dan ini sama dengan pandangan Kristen, yang mengakui Maria sebagai "yang diberkati di antara semua perempuan" (Lk 1:42). Tanpa Noda Menurut Al'Quran, ayah Maria adalah Imran (Maryam binti Imran) dan ibunya bernama Hanna. (bdk. dalam sejarah Kristen, orang tua Maria adalah Yoakim dan Anna). Karena Hanna belum juga melahirkan anak, dia bernazar kepada Tuhan, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau, anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat..." (QS Ali Imran 3.35). Ini menarik, karena dalam masyarakat patriarkal di Timur Tengah, tidak lazim anak perempuan dipersembahkan kepada Allah. Maka, setelah lahir, Maria diserahkan kepada pemeliharaan Nabi Zakaria (dan Allah menjadikan Zakariyya pemeliharanya ..." QS Ali Imran 3.37). Zakaria adalah ayah Yahya atau Yohanes Pembaptis. Dalam Injil Lukas, Zakaria adalah suami Elisabeth, kakak Maria (bdk Lk 1:5). Jadi, Maria adalah anak hasil doa kedua orang tuanya dan karena itu dipersembahkan kepada Allah. Pandangan bahwa "Maryam" telah dipilih dan disucikan Allah "sejak dalam kandungan" hampir sama dengan pandangan Katolik yang mengakui Maria telah dikandung tanpa noda. Sejak abad 15, tepatnya tahun 1476, Paus Sixtus IV menetapkan Perayaan "Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda" dirayakan setiap 8 Desember. Pada 25 Maret 1858 Bunda menampakkan diri di Gua Komunika · 47
sebagai "Que Soy Era Immaculada Conceptiou" (Yang Dikandung Tanpa Noda). Lalu, Paus Pius IX menetapkan "Maria Dikandung Tanpa Noda" sebagai dogma pada 8 Desember 1954. Tetap perawan Dalam masyarakat Timur Tengah, seorang gadis yang sudah mencapai akil balig harus segera menikah atau dinikahkan. Namun, dalam Alquran atau tradisi Islam tidak pernah terdengar bahwa Maryam menikah. Ketika Malaikat Jibril memberitahu Maryam bahwa Allah akan memberinya seorang anak laki-laki yang suci, Maryam menjawab: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan seorang penzina" (GS 19:20). Jawab Jibril: "Tuhan berfirman: Hal itu adalah mudah bagi-Ku, agar Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia ..." (QS 19:21). Demikian juga ketika Maryam membawa Anaknya kepada sanak keluarganya ketika lama menghilang secara ajaib, mereka menuduh dia telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Namun, pada saat itu Anak yang digendongnya itu berkata: "Sesungguhnya Aku ini hamba Allah dan Dia telah memberiku Alkitab..." (QS 19:27-34). Sangat jelas dan tegas di dalam Alquran bahwa Maria tidak pernah menikah dan senantiasa perawan. Bandingkan teks dalam Injil: " ...Ia (Yusuf) mengambil Maria sebagai istrinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki..." ( Mt 1:25). Kisah Kabar Malaikat Kisah kabar Malaikat dalam Alquran sangat mirip dengan kisah dalam Injil. Dalam Alquran, Allah mengutus Roh-Nya yang menjelma dalam bentuk manusia yang sempurna (QS 19:17). Baru pada ayat 19 disebutkan bahwa manusia yang sempurna itu adalah Jibril (Gabriel). Namun, karena Jibril muncul sebagai seorang pemuda yang tampan, Maria sangat terkejut ketakutan dan berkata: "Sungguh, aku berlindung k e p a d a Allah! Jangan mengganggu aku, jika engkau seorang yang takwa" (QS 19:18). Jawab Jibril: "Sesungguhnya aku ini Utusan Tuhanmu untuk 48 · Komunika
memberimu seorang putra yang suci." Balas Maria: "Bagaimana akan ada bagiku seorang putra padahal tidak seorang manusiapun menyentuhku." Jawab Jibril: "Tuhan berfirman: Hal itu perkara mudah bagi-Ku. Dan akan Kami jadikan bukti terhadap manusia atas kekuasaan Kami..." (QS 9:19-20). Dalam Injil, kisah Kabar Malaikat diceriterakan oleh Lukas. "Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazareth..." (Lk 1:26). Seperti pada Alquran, Lukas pun melukiskan reaksi Maria yang takut, sehingga Gabriel berkata: "Jangan takut hai Maria..." " ...engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki..." (Lk 1:30-31). Jawab Maria: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami ?" Gabriel menegaskan: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang mahatinggi akan menaungimu" (Lk 1:30-34). Kemiripan kisah Kabar Malaikat dalam Alquran dan Injil membuktikan sangat pentingnya peristiwa ini dalam sejarah penyelamatan. Di sini Allah menunjukkan bahwa Dialah yang terlebih dahulu mengambil inisiatif untuk memulai proses penebusan manusia. Dan penebusan itu hanya mungkin terjadi jika ada keterlibatan manusia. Dialog Kesamaan kisah Maria dalam Alquran dan dalam Injil menunjukkan pentingnya peran Maria. Bahkan Alquran memberi tempat khusus kepada Maria dengan adanya "Surah Maryam - Surah ke-19". Kedua Kitab Suci itu mengakui bahwa Maria adalah pribadi yang terberkati dan dipilih Allah melalui perantaraan malaikat untuk melahirkan Isa Almasih atau Yesus Kristus. Kisah kesucian Maria yang dinyatakan secara tegas dalam Alquran memperkuat keyakinan kita bahwa Maria telah dikandung dalam keadaan suci atau tanpa noda serta berstatus tetap perawan. Kisah kelahiran Yesus yang dimulai dengan "kabar Malaikat" juga menunjukkan bahwa Isa Almasih atau Yesus Kristus adalah pribadi yang unggul, yang "diciptakan secara ajaib" melalui Maria. Kemiripan pandangan Katolik dan Islam mengenai Maria seyogianya menjadi faktor yang menjembatani sikap toleransi. Maria bisa menjadi "perantara" atau "mediatrix" dalam upaya kita berdialog dengan umat Islam. Semoga!
(Bagian II)
Roma Kota Abadi Villa Aurellia
Oleh Ch. Enung Martina
B
anyak jalan menuju Roma. Begitu sebuah pribahasa yang sering kita dengar. Kira-kira maknanya adalah banyak cara untuk meraih suatu tujuan. Hari Rabu, 17 Juni 2015 merupakan hari ketiga dalam perjalanan napak tilas kami ke Italia. Akhirnya kami tiba di Roma dengan selamat. Kami menginap di Villa Aurelia yang terletak di Via Leone XIII, 459, 00165 Roma, Italy. Dalam tulisan ini saya sedikit akan mengetengahkan villa tempat kami menginap ini karena rupanya bukan hotel atau penginapan biasa saja. Bangunan ini termasuk bangunan klasik yang berseni. Villa ini terletak 600 meter dari Villa Pamphilj Park, Roma. Villa Aurelia menawarkan parkir gratis, dan lokasi yang damai dengan pemandangan menghadap St. Peter's Basilica. Semua kamar yang fungsional meliputi TV satelit dan kamar mandi pribadi. Kamar-kamar yang cerah di Aurelia dilengkapi dengan AC dan lantai keramik. Wi-Fi tersedia dengan biaya tambahan. Menurut penjaga di vila ini yang bahasa Inggrisnya cukup lancar, bus ke Kota Vatikan dan Piazza Venezia Square berhenti dalam jarak 5 menit di jalan utama dekat vila ini. Untuk menuju jalan utama berjalan kaki sebentar. Stasiun Kereta San Pietro berjarak 2 km, untuk koneksi menuju pusat transportasi Termini. Sarapan klasik ala Italia disajikan pada pagi hari saat kami sarapan, dengan menu mencakup
Ketika saya mencari berbagai sumber, rupanya Villa Aurelia, awalnya dibangun untuk Cardinal Girolamo Farnese sekitar 1650. Bangunan ini berfungsi untuk pengaturan untuk konferensi, resepsi publik, konser, dan program lainnya. Hal ini juga termasuk apartemen untuk Academy Warga dan dikelilingi oleh 3,8 hektar kebun megah. Sebelum sarapan pagi, saya berkeliling sekitar vila. Kebunnya luas dan indah dihiasi aneka tanaman hias yang sedang mekar bersemi. Saat saya menikmati keindahan bunga-bunga musim panas, saya dikejutkan dengan sapaan ‘good morning’ dari seorang pria setengah baya, yang saya sangka sebagai pria Philipina, jika menilik dari postur dan kulitnya. Namun, dugaan saya tentang pria ini salah semua. Karena pria tersebut adalah seorang imam SCJ yang berasal dari Indonesia. Saya mengetahui identitasnya saat saya
Komunika · 49
vila tempat kami menginap ini milik dari para imam SCJ (Sacerdotum a Sacro Corde Jesu) atau Kongregasi Imam Hati Kudus Yesus. Kalau di Indonesia pusatnya ada di Jl. Karya Baru 552/94 Km.7, Palembang 30152, Sumatera Selatan. Audensi Umum Paus Fransiskus Hari ini merupakan hari yang istimewa bagi kami, rombongan Santa Ursula BSD, karena hari ini, Rabu, 17 Juni 2015, kami akan mengikuti audensi umum pemimpin Gereja Katolik sedunia, Paus Fransiskus, di lapangan Basilika St. Petrus. Kami benar-benar menantikan peristiwa ini. Sesudah menikmati sarapan ala Italia di Vila Aurelia, kami berangkat untuk mengikuti acara istimewa ini. Dalam hangatnya udara musim panas pada pagi hari di Vatikan, kami sudah mulai antri untuk menuju pemeriksaan tentara Vatikan yang terkenal itu. Akhirnya sesudah lolos dari pemeriksaan, kami mencari tempat duduk di deretan kursi yang masih cukup lowong. Meski sudah banyak orang yang hadir saat itu, tetapi deretan kursi masih ada yang kososng. Saat itu audensi baru akan diadakan pukul 09.30 waktu setempat. Kami sudah hadir sejak pukul 07.30. Menunggu lama pun tak masalah bagi kami. Sepertinya hal itu berlaku juga bagi ribuan orang dari berbagai madhab di bumi ini yang sudah memadati lapangan St. Petro. Perasaan saya bercampr aduk. Yang jelas pasti bahagia karena mendapat kesempatan langka ini. Perasaan lain adalah kagum dan terpesona karena begitu banyak orang dengan aneka warna kulit, bahasa, dan tentunya asal mereka. Saya bertanya sebenarnya apa yang mereka cari di sini? Jauh-jauh mereka datang hanya untuk mendapat kesempatan ini. Semuanya terarah pada satu tujuan untuk mendapat berkat dari orang yang menduduki tahta Santo Petrus itu. Saya jadi merinding, kalau membayangkan bila Yesus sendiri yang hadir di sini bagaimanakah kiranya suasananya? Pasti akan lebih menggemparkan lagi. Paus sebagai wakil-Nya di dunia saja, semua orang sudah menantikannya dengan penuh antusias. Detik-detik Paus datang pun akhirnya tiba. Semua orang mengarahkan pandangan pada satu titik dari pintu tempat dia datang. Yang tak melihat, memusatkan perhatian pada layar TV besar yang terpasang di setiap sudut lapangan itu. Saya tak bisa memandang wajahnya dari dekat. Namun, aura yang terlihat dari jauh pun sudah dapat dirasakan. Orang ini bukan sembarang orang. Melainkan orang yang luar biasa. Hari itu bacaan Injil yang diangkat tentang Yesus menyembuhkan anak Janda dari Nain. Injil dibacakan dalam beberapa bahasa: Italia, Inggris, Latin, dan Arab. Untung hari itu saya duduk bersebelahan dengan Romo Ignatius Ismartono, SJ, selaku pembimbing rohani kami selama berziarah. Padre Ignatio, begitu nama beken beliau selama berada di Italia, menjelaskan beberapa isi khotbah Paus karena diuraikan dalam bahasa Italia. Jadi saya bisa memahami isi khotbah tersebut. Ada beberapa kata Italia yang sama dengan bahasa Inggris. Jadi saya bisa menyambungkan sendiri, lalu saya konfirmasi kebenarannya kepada Padre Ignatio. Beginilah kira-kira isi khotbah Paus dalam audensi tersebut: Saudari dan Saudara terkasih, sebagai kelanjutan dari katekese keluarga saya hendak mengajak kita semua untuk merenungkan kembali suatu peristiwa yang sangat dramatis dan penuh penderitaan 50 · Komunika
yang harus dihadapi oleh stiap orang tanpa kecuali, yaitu kematian anggota keluarga. Yesus sangat mengasihi mereka yang sedang berduka sebagaimana bacaan hari ini ( Rabu, 17 Juni 2015) mengingatkan kita, karena kematian orang yang dikasihi senantiasa membawa penderitaan bagi keluarga. Hal ini sangat jelas bagi orangtua yang kehilangan seorang anaknya. Kehadiran Yesus bagi seorang janda di kota Nain menunjukkan kepada kita bahwa Dia bersama kita di masa tergelap hidup kita dan dia menemani kita ketika kita kehilangan dan meratap. Iman yang sejati akan Dia, kebangkitanNya, kehadiran-Nya yang selalu menyertai, membuat kita menghadapi dan menjalani kehilangan kita. Sengat maut sebagaimana disebut oleh Santo Paulus, akhirnya kita pahami dan yakini bahwa kematian bukanlah pemegang keputusan terakhir. Semoga kita, dengan kelembutan dan kasih sayang dari Kristus yang mendekati kita dapat menawarkan penghiburan bagi keluarga yang sedang menderita karena kehilangan anggota keluarganya. Semoga juga kita menjadi saksi-saksi akan cinta kasih yang dinyatakan Kristus melalui salibNya dan kebangkitan-Nya. Cinta lebih kuat daripada kematian. Diatas segalanya, mari kita bersyukur atas iman kita pada-Nya yang adalah satu-satunya merupakan pemberian respon yang baik untuk menanggapi kebutuhan terdalam kita dalam menghadapi kematian orang yang dikasihi. Hari ini juga saya hendak menyapa para peziarah yang menghadiri audiensi hari ini, antara lain Zambia, Hongkong, Indonesia, Jepang, Pakistan, Vietnam. Kami sangat bahagia karena pada audensi itu, nama komunitas kami (Sekolah Santa Ursula dari Indonesia) disebut. Begitu nama kami disebut, dengan serentak kami berseru/ berteriak: Yeee! Huuu! Kira-kira pukul 11.30 audensi berakhir. Kami diberi kesempatan untuk membeli sovenir di pertokoan sekitar. Seperti biasanya, orang Indonesia kalau bepergian selalu memikirkan oleh-oleh untuk sanak-saudara di tanah air. Toko-toko di sana sangat ramai karena melayani para pengunjung dari berbagai negara.
Sekar Yang Mekar Oleh Josephine Winda
H
ati Sekar berdegup keras. Dengan sedikit merinding dibukanya pintu dan diintipnya orang-orang yang duduk berjajar di situ. Tak seorang pun yang sebaya dengan dirinya. Semuanya terkategorikan dewasa atau bahkan
ia harus ikut! Dengan diam-diam Sekar masuk dan duduk di sebuah pojok. Gaunnya berwarna ungu dengan rimpel-rimpel bersusun, terikat rapi di belakang pada pinggang. Sepulang gereja memang ia masih mengenakan baju indah yang disebut mamanya sebagai ‘baju pesta’. Baginya, pergi ke rumah Tuhan adalah sama dengan berkunjung ke undangan pesta, maka Sekar selalu tampil cantik. Tak sempat lagi ia mengganti pakaian dengan kaus dan celana panjang jeans. Sebuah tas mungil warna pink fuchshia terselempang di bahu kiri menyilang jatuh pada pinggang kanannya. Lalu tak lama kemudian kelas pun dimulai. Pelatih berkaca mata yang ada di depan kelas memperkenalkan diri. Namanya Pak Bram. Lalu peserta yang lain satu per satu pun menyebutkan nama untuk membalas perkenalan dari Pak Bram. Ketika tiba giliran Sekar, ia mengeluarkan suara terbaiknya dan berkata, “Nama saya Sekar. Saya ingin ikut pelatihan jurnalistik ini.” Pak Bram bertanya, “Kamu duduk di bangku SMP atau SMA?” Sekar tegas menjawab, “Saya kelas lima SD, Pak!” Seluruh hadirin spontan tertawa. Entah karena merasa lucu atau merasa keberadaan Sekar menghibur mereka. Sebagian yang lain bahkan bertepuk sorak. Seseorang berteriak dari barisan paling belakang, “Hebat kamu Sekar!” Padahal Sekar merasa tidak melakukan apa-apa. Ia hanya mengikuti kegiatan yang ia inginkan. Di sekolah ia sudah menulis sejumlah puisi dan cerita binatang, tapi ia kurang puas. Maka ketika Gereja menyelenggarakan pelatihan menulis dengan biaya terjangkau, ia memutuskan untuk ikut. acara itu. Sekarang Sekar berada di ruangan untuk mengikuti suara hatinya. Ikut pelatihan jurnalistik. Tak perduli jika yang lain akan menganggapnya badut atau sekadar boneka lucu. Ia berniat mendengarkan semua petunjuk dan nasihat Pak Bram tentang latihan menulis. sampingnya. nepuk pundak Sekar. Ia memang takut karena yang lain adalah peserta dewasa dan ‘tua’. Tapi, keinginan untuk lebih pandai menulis mengalahkan ketakutannya.
Ia mendengarkan dengan seksama diskusi antara Pak Bram dan Kak Antie tentang pengungsi Rohingya. Ia memperhatikan ketika Ibu Isabel sedikit berbantahan dengan Pak Bram masalah penulisan berita dan opini. Semua adalah hal-hal baru yang menarik perhatiannya. Pembicaraan mereka ada yang ia mengerti, ada yang tidak ia mengerti. Tapi yang terpenting, Sekar berada di situ untuk mendengar dan belajar. Tanpa terasa dua jam berlalu dan acara itu pun selesai. Semua orang berfoto bersama dan menganggap Sekar adalah ‘bintang’ mereka. Padahal Sekar tidak melakukan apa-apa. Bahkan ia menulis dengan cara yang paling sederhana. Seolah sekadar menoreh kalimat ‘Ini Budi dan ini Ibu Budi.’ Tapi semua orang menyukainya. Apakah mungkin alasannya hanya karena ia masih kecil dan paling muda di situ, sehingga ia harus dilindungi oleh yang lain? Sekar jadi bingung sendiri. Ketika mereka semua telah bubar, Pak Bram datang khusus menghampirinya dan memberikan sebuah majalah anak-anak. “Sekar, coba kamu baca majalah ini dan tuliskan cerita yang mirip dengan yang dimuat di majalah ini,” ujar Pak Bram. “Baik Pak. Tapi saya belum bisa menulis dengan baik,” jawabnya lugu. “Sekar, yang terpenting kamu sudah memulainya. Ketika yang lain belum memulai atau memulai pada usia terlambat,” tanpa sengaja pandangan Pak Bram mengarah pada Ibu Isabel yang judes dan sok tahu dalam berbicara tentang seni jurnalistik. “Sekar, jangan menyerah! Kamu harus terus belajar menulis, terus dan terus. Suatu hari kamu akan memetik buahnya. Saat ini memang kamu tidak mengerti, tapi hari demi hari kamu akan semakin bertambah pandai. Suatu hari kelak Bapak yakin kamu akan menerbitkan novel karanganmu sendiri.” Pak Bram menutup percakapan itu sambil menepuk-nepuk pundak Sekar. Sekar tersenyum manis. Dimasukannya majalah anak-anak yang memiliki cover bergambar gajah ke dalam tasnya. Tas pink fuchshia, satu-satunya tas yang ia miliki selain dari tas sekolahnya. Senyum Sekar merekah bagai kembang. Suatu hari ... janji hati Sekar. Ams 22:6 - Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. Komunika · 51
Donasi yang diterima edisi 05/XV Agustus-September 2015
S
abtu, 12 September yang lalu, Komsos KAJ mengadakan temu komsoser se Keuskupan Agung Jakarta. Acara utama adalah sosialisasi Arah Dasar ( Ardas ) 2016 – 2020 dan kemudian apa yang akan dilakukan oleh Komsos dalam rangka merealisir visi dan misi Gereja KAJ. Paparan Ardas 2016 – 2020 disampaikan oleh Pastor Swasono SJ secara menarik. Dua hal utama yang membedakan Ardas yang baru dengan Ardas tahun 2011 – 2015 yaitu :
(data dalam rupiah) St Rosa de Lima
1,008,000
St Gaspar
666,000
St Bonifasius
912,000
pastoral-evangelisasi dan Pancasila. Ardas 2011 – 2015 menekankan karya-karya pastoral kontekstual yang memiliki pengertian pelayanan internal dan diseputar altar. Banyak pihak, terutama dari luar Gereja Katolik memberikan masukan sekaligus kritik bahwa Gereja Katolik hebat luar biasa didalam, tetapi tidak banyak orang non Katolik yang tahu kebaikan dan kehebatan Gereja Katolik. Bahkan banyak sekali saudara-saudara kita kaum Muslimin yang tidak bisa membedakan antara agama Katolik dan agama Kristen. Dan itu salah kita.
St Isabela
St Emmanuelle
468,000
Makna pastoral-evangelisasi menunjukkan bahwa Gereja Keuskupan Agung Jakarta tidak ingin hanya “melihat kedalam” tetapi juga “ melihat keluar,” tidak lagi ekslusif tetapi inklusif. Bapa Uskup dalam catatan kritisnya menyatakan bahwa nuansa pastoral yang melihat kedalam tidak sesuai dengan realitas kebutuhan kota megapolitan Jakarta yang sekuler. Evangelisasi atau misioner merupakan nuansa yang cocok sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kota Jakarta. Gereja mengajak kita semua untuk mewartakan kasih Allah kepada semua orang dengan kebaikan dan persahabatan kita kepada sesama. Seperti pesan Paus Fransiskus, Gereja
St Dominikus
150,000
St Bertha
693,000
a/n Chriestien
300,000
St Gerardus Mayella
660,000
St Yustinus
345,000
semestinya menjadi seperti sebuah rumah sakit dalam medan perang, yang mau membantu dan menolong semua orang yang membutuhkan. Bahasa yang sering kita gunakan adalah : “ Dari altar ke pasar.” Catatan kritis Bapa Uskup adalah : apakah selama ini kaum awam yang dalam kesehariannya bergelut dan berjuang di situ dengan inspirasi iman Katolik tidak atau kurang memberikan nilai ? Komsos sendiri memiliki tugas untuk mewartakan berbagai kebaikan dan aktivitas yang
Bunda Teresa
dilaksanakan oleh berbagai elemen yang ada dalam Gereja dan Paroki. Tetapi ada satu yang hal dituntut secara nyata yaitu agar kita – semua elemen – bekerja dan melayani secara sinergi. Ardas 2016 – 2020 mengajak semua elemen yang ada di Gereja KAJ untuk membangun kerja sama menggapai cita-cita Gereja KAJ. Pada 7 Nopember 2015 akan dilaksanakan perayaan tahun syukur di JIEXPO Kemayoran, dimana selain ada acara-acara dari KAJ juga dilaksanakan pameran per Dekenat. Sejalan dengan perayaan syukur tersebut Komunika juga memilih tema : “Hidup bakti dan syukur.” Tahun hidup bakti akan diawali pada Minggu Adven I, 30 Nopember 2015 dan diakhiri pada pesta Yesus dipersembahkan di Kenizah tanggal 2 Pebruari 2016. Tema ini diambil dengan suatu harapan bahwa kita semakin bersyukur karena banyak orang telah dipanggil dalam kekudusan untuk mengikuti Tuhan Yesus dan sekaligus menjadi tantangan kita untuk mengungkapkan rasa syukur dengan karya dan pelayanan sesuai dengan semangat injili.
Pengiriman dana ke alamat dibawah ini mohon mempergunakan nomor account yang baru seperti tercantum dibawah ini. Untuk mengetahui pengiriman dana dari siapa mohon SMS ke nama yang tercantum dibawah ini SPKSM : BCA - 497- 0750067 a.n.PGDP Paroki/Gereja St.Monika Melani - 0813.111 30828 GOTA : BCA - 497 - 07500 75 a.n.PGDP Paroki/Gereja St.Monika A.Effendy - 085715999801 Sie. Sosial : BCA - 497- 0750091 a.n.PGDP Paroki/Gereja St.Monika Fanny - 0815.10389048
Untuk donasi di Komunika mohon ditransfer ke : BCA CABANG WISMA Nomor akun 497-075-008-3 a.n. PGDP Paroki /Gereja Santa Monika Jika kami tidak mengetahui kiriman dari mana/siapa maka akan dituliskan sebagai NN. Agar kami dapat mengetahui para penyumbang, mohon mengirim pesan ke : Poppy - 0815.855.992.87 (SMS/Whatsapp saja) Dana untuk SPKSM, Sie Sosial dll yang salah kirim ke account Komunika tidak akan dikembalikan. Dana tersebut akan diterima sebagai donasi untuk Komunika
891,000
a/n Angilbert Yoana Li
972,000
St Matius
150,000
St Laurensius
St Yudith St Faustina St Gisella St Isidorus St Kornelius St Maria Assumpta St Antonius
1,500,000
96,000 1,500,000 900,000 93,000 750,000 3,240,000 528,000 312,000
St Ansgarius
1,224,000
St Yulius
1,620,000
St Bartholomeus
1,062,000
St Atanasius
516,000
St Theresia Avilla
250,000
St Bonifasius
105,000
St St Gabriel
300,000
St Martha
975,000
St Dominikus
150,000
St Theresia
600,000
a/n Virginia Santoso St Matius
60,000 72,000
a/n Ong Lely Kimawati
270,000
St Theresia Avilla
200,000
St Yustinus
690,000
a/n Mariani Silalahi St Barnabas a/n Margaretha Maria
63,000 1,530,000 264,000
St Lukas
1,728,000
St Lucia
300,000
St Klaudius
900,000
St Helena
810,000
St Benedictus
315,000
St Gisella a/n Oey Bing Liong St Yudith Total donasi
52 · Komunika
36,000
St Hieronimus
93,000 200,000 96,000 30,563,000