DAFTAR ISI 02 KATA PENGANTAR OASE 03 Meditasi Untuk Menumbuhkan Iman 04 EDITORIAL SAJIAN UTAMA 05 Meditasi dan Pertumbuhan Iman 07 Berjalan dalam Labirin Hidup Rohani 09 "Malaikat" Mengajak Saya Meditasi SAJIAN KHUSUS 10 Mengenal Komunitas Meditasi Kristiani 11 Meditasi Bersama Anak 12 Rencontre 2014 : "How Green Is Your Love?" OBROLAN 14 Suster Ignatio Resohardjo OSU : Menghidupi Doa Hening CATATAN HATI 17 Meditasi Sehari-hari 19 Memberi, Lebih Muliakah? REFLEKSI 20 Perempuan Tangguh itu Masirah 36 Mujizat Masih Ada POJOK GAUL 37 Kesan-kesan Rencontre 2014 “How Green Is Your Love?” 39 Dewasakah Imanku ? INFONIKA 40 Rapat Karya Dewan Paroki St Monika 42 Ziarek Lingkungan St. Elisabeth 43 Syukuran Legio Mariae Presidium RPD 44 45 Retret Prodiakon Paroki St.Monika 46 Melayani Keluargaku, Keluargaku Melayani 47 Ziarah-Kuliner ke Cigugur 48 Kebangunan Rohani Katolik Anak-anak 49 Serunya Ziarah Naik Kereta Api 50 Workshop Sehari “Preparing Our Child to the 21st Century” KOLOM PSIKOLOGI 51 Membaca Pikiran dalam Perkawinan OPINI 54 Berharap di Tengah Kesesakan! 55 Film "Nada Untuk Asa" untuk gerakan Positif! 56 DAPUR & DONASI
Cover : Suster Ignatio Resohardjo, OSU Fotografer : Helena Sapto
ALAMAT REDAKSI: Sekretariat Paroki St. Monika, Jl. Alamanda Blok V no. 1 Sektor 1.2 Bumi Serpong Damai, Tangerang. T (021) 5377427 F (021) 5373737 E :
[email protected]
Media Komunikasi Umat Monika PENANGGUNG JAWAB: Romo Yulianus Yaya Rusyadi, OSC PEMIMPIN UMUM & REDAKSI: Petrus Eko Soelarso WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: Maria Etty REDAKTUR PELAKSANA: Monica Diana MH. SEKRETARIS REDAKSI: Helena Sapto REDAKSI:
REDAKTUR FOTO: Susilo Utomo, F. X. Hendra FOTOGRAFER: Melissa, Charles Lo, Ivon, Steven, Sari, Fransiskus,Terry, Harris, Hedi S, Rama DESIGN & ILUSTRASI: Nela Realino KARTUNIS: Andreas Dhani Soegara, Julius Joko W PEMIMPIN BINA USAHA: Susie Jeffri SEKRETARIS: Reni S. SIRKULASI: Maria Budi.P (0812-9440439), Meigawati, Herlina, Lanny, Pranadjaja, Nikolas Adi, Yohanes Hanny. (St Ambrosius) Henny Riva (0815.00760572), Lily Lie KEUANGAN: Monika Tanoto DONASI: Poppy (0815.855.992.87 hanya SMS/Whatsapp) IKLAN: Susie Jeffri (0896.7845.7456 hanya sms/Whatsapp)
[email protected] DICETAK OLEH: KELOMPOK KERJA GRAFIKA
[email protected], +62 816 83 1107
REK. DONASI & IKLAN KOMUNIKA a/n BCA CABANG WISMA Nomor akun 497-075-008-3 a.n. PGDP Paroki Gereja Santa Monika
Menenteramkan Jiwa yang Resah
H
IRUK-pikuk modernisasi telah menyeret sebagian orang merasa cemas jika menghadapi suasana hening. Keheningan seakan momok yang harus dihindari, di mana pun dan kapan pun. Alhasil, kafe-kafe dan tempat-tempat hiburan di muka bumi ini tak pernah sepi pengunjung. Kebanyakan orang terus-menerus mencari keramaian atau kerumunan guna menghindari rasa sepi. Padahal, menurut filsuf Denmark, Soren Kierkegaard, keheningan pada hakikatnya bisa memunculkan banyak hal positif dalam hidup manusia. Saat sepi atau hening merupakan isyarat untuk menjadi diri sendiri. “Kemampuan menjadi hening sangat esensial bagi perjalanan menjadi diri sendiri,” ungkapnya. Kierkegaard mengemukakan bahwa terlalu sering berada dalam keramaian dan kerumunan justru membuat manusia kurang mengenali dirinya sendiri. Banyak orang tidak menyadari bahwa keheningan, terlebih dalam
2 · Komunika
suasana meditatif, bisa memacu produktivitas hormon melantonin dan endorphin di dalam tubuh. Dua jenis hormon ini menenteramkan jiwa dan menyehatkan badan. Di saat hening berlanjut, sewaktu pikiran rasional bungkam, sesungguhnya manusia mengalami homeostatis. Untuk mengatasi perasaan galau yang kerap tak kejuntrungan, yang mudah dialami oleh manusia modern, sesungguhnya ada resep mujarab sejak berabad-abad lalu, yakni dengan meditasi. Dengan mempraktikkan meditasi, manusia dapat merasakan manfaat suatu perjalanan hening. Yakni, untuk masuk ke dalam kesadaran jiwa, untuk introspeksi diri, meraih ketenangan batin, dan terlebih untuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Dari sudut pandang fisiologis, meditasi adalah anti-stres yang jitu. Saat manusia mengalami stres, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, pernapasan menjadi cepat dan pendek, sementara kelenjar
adrenalin memompa hormon-hormon stres. Nah, selama meditasi, detak jantung melambat, tekanan darah normal, pernapasan tenang, dan tingkat hormon stres menurun. Universitas Wisconsin Amerika Serikat pernah melakukan riset terhadap sekelompok pendeta yang rutin melakukan meditasi. Hasilnya menunjukkan bahwa praktik meditasi melatih otak untuk menghasilkan lebih banyak gelombang Gamma, yang dihasilkan pada saat manusia merasa bahagia. Dr. Herbert Benson, ahli jantung dari Universitasi Harvard Amerika Serikat, menggabungkan praktik meditasi dengan pengobatan gaya Barat. “Meditasi yang dilakukan secara rutin membuat organ-organ dan sel-sel tubuh bekerja dengan teratur,” ungkapnya. Sudah saatnya kita menenteramkan jiwa yang resah. Ada banyak pilihan meditasi. Di Paroki St. Monika BSD, ada Meditasi Kristiani yang tentu bisa kita ikuti....
Meditasi untuk Menumbuhkan Iman Oleh : Pastor Aloysius Supandoyo, OSC
an setelah orang banyak itu disuruhNya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.” ( Mat. 14 : 23 ) Dalam keheningan dan kesendirian Yesus berbicara dengan Bapa-Nya. Pembicaraan terkait dengan tugas-tugasNya. Dalam hal ini Yesus baru saja memberikan makan lima ribu orang. Inilah yang dibicarakan dengan BapaNya. Yesus berbicara perkara tindakanNya, apakah tindakan tersebut sesuai dengan kehendak BapaNya atau tidak. Apakah ini hanya tindakan emosional yang mau menampilkan kepandaianNya supaya dipuji orang atau ini adalah tindakan untuk menghadirkan kehendak Allah Bapa. Dengan kata lain dalam keheningan dan kesendirian Yesus berbicara dengan BapaNya dan mohon bimbingan untuk tugas selanjutnya. “Aku bersyukur kepadaMu Bapa, Tuhan langit dan bumi…….” (Mat.11: 25 ) Dalam keadaan apapun Yesus bersyukur kepada BapaNya. KehadiranNya, tugas-tugasNya, karya-kayaNya untuk menghadirkan kehendak Allah tidak ditangkap dan ditanggapi oleh orang bijak dan orang-orang pandai tetapi dinyatakan, ditangkap dan ditanggapi oleh orang-orang kecil. Dalam keheningan dan kesendirian, Yesus bersyukur kepada BapaNya atas segala sesuatu yang dialamiNya. Meditasi atau semedi adalah tindakan umat Allah untuk masuk dalam keheningan, entah dilakukan secara pribadi atau bersama-sama di dalam komunitas. Dalam bermeditasi umat Allah sering mengalami banyak kendala dengan banyak macam pikiran, entah pekerjaan seharihari atau keinginan-keinginan bahkan rencana-rencana yang hari ini sedang atau akan dilakukan. Rintangan menyebabkan terganggunya bermeditasi. Untuk tingkatan perdana tidak menjadi masalah. Namun demikian, semakin lama harus semakin menyadari apa yang perlu dilakukan dalam bermeditasi. Pertama : masuk dalam keheningan kita berbicara dengan Tuhan Allah perkara tugas-tugas yang berpautan dengan menghadirkan kehendak Allah. Apakah pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas itu sungguh menghadirkan kehendak Allah atau hanya untuk kepentingan pribadi baik keuntungan atau mau menunjukkan kebolehan kita. Dalam
"D
kehidupan sehari-hari sering orang mau mengungkapkan dirinya dengan talentanya agar diterima oleh sesama atau mencari keuntungan pribadi. Yesus mengajak sahabatsahabatNya untuk selalu merenungkan dirinya dalam bermeditasi dan bercermin pada Yesus Sang guru. Kedua: masuk dalam keheningan mau bersyukur atas segala sesuatu yang boleh dialami dalam kehidupan. Sahabat-sahabat Yesus masih membawa permasalahan besar dalam dirinya atau belum bisa berdamai dengan dirinya, belum bisa menerima diri apa adanya. Suasana ini akan mempengaruhi kualitas meditasi. Pikiran tidak berkonsentrasi tetapi dibawa melayang-layang dalam berbagai hal yang tidak jelas. Sahabat Yesus diajak untuk bisa belajar dari Yesus yang sanggup bersyukur kepada BapaNya atas seluruh peristiwa kehidupan baik suka maupun duka, sedih atau gembira, menangis atau tertawa. Masuk dalam keheningan, sahabatsahabat Yesus berbicara dengan Bapa atas tugasnya untuk menghadirkan kehendak Allah, bersyukur atas karunia hidup yang berpautan dengan tugas-tugas itu dan memohon kepada Bapa untuk melangkah menuju masa yang akan datang. Dengan demikian kita berharap agar iman semakin tumbuh dan berkembang, serta hidup kita semakin berkenan dihadirat Allah. Selamat bermeditasi. Tuhan memberkati !
Komunika · 3
Oleh : Pastor Yulianus Yaya Rusyadi, OSC ntara hidup rohani dan aksi tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Aksi dan keseharian seseorang dapat juga menunjukkan seberapa dalam penghayatan hidup rohaninya. Meski tidak benar sepenuhnya, pendapat ini secara umum dapat kita terima. Kita menyaksikan ada sekelompok orang tertentu yang meng-atasnama-kan agama terus menerus menentang gubernurnya, bahkan melantik gubernur tandingan. Sungguh menggelikan, karena mencampurkan antara kehidupan beragama dengan politik dan bercampur dengan berbagai kepentingan yang lain. Hingga kita pun tersenyum sekaligus gerah. Komentar pun beragam, termasuk komentar: “Agama hanya sebatas agama, seperti lembaga, dan tidak membentuk hidup rohani, dan jiwa yang benar,” meski kita tidak mengerti bagaimana sebenarnya pandangan hidup dari orangorang tersebut. Dalam kehidupan menggereja saat ini, di tengah jaman yang maju pesat dengan perkembangan pemikiran, usaha, dan teknologi maju hadir kelompok-kelompok meditasi Kristiani. Bukan hal yang baru, karena pada jaman perkembangan sejarah gereja bahkan ada cara hidup yang lebih ekstrim dengan menjauhkan diri dari pengaruh dunia dan tinggal di padang gurun. Meditasi adalah salah satu cara orang Kristiani mengolah kehidupan rohani. Dalam keheningan masuk dalam keheningan batin dan mengalami kebersamaan dengan yang Ilahi. Meditasi Kristiani bukan untuk mendapatkan kekuatan-kekuatan tertentu atau agar dapat terbang tatkala bermeditasi,
A
4 · Komunika
melainkan semata-mata untuk mengolah hidup rohani. Memang dalam kenyataannya pada masa sekarang ini ada banyak persentuhan dengan tradisi-tradisi meditasi dari agama-agama atau aliran kepercayaan lain - misalnya Buddhisme, Zen dan lainnya - namun meditasi Kristiani harus tetap berfokus pada pengolahan hidup rohani yang didalamnya ada permenungan dan penghayatan akan keilahi-an Allah Tritunggal yang berinspirasikan dari Kitab Suci dan ajaran Gereja. Meditasi Kristiani pada akhirnya melatih diri supaya terbuka terhadap sapaan Allah, dan membentuk hidup rohani pribadi yang matang. Konsekuensinya adalah meditasi Kristiani, tidak hanya berakhir dengan duduk diam dalam keheningan, melainkan dapat membuat hidup sehari-hari lebih baik, bagi dirinya sendiri dan juga bagi seluruh aspek kehidupan dalam kebersamaan dengan seluruh jemaat dan tempat hidupnya. Akhirnya aspek hidup rohani terlihat dalam aksi hidup baik. ( PES )
Meditasi adalah salah satu cara orang Kristiani mengolah kehidupan rohani. Dalam keheningan masuk dalam keheningan batin dan mengalami kebersamaan dengan yang Ilahi.
Meditasi dan Pertumbuhan Iman Oleh : Pastor Lukas Suleman, OSC
dok Komunika
M
editasi berasal dari bahasa Latin ‘meditare’, yang berarti berpikirpikir sampai menembus permukaan hingga menemukan yang di pusat atau inti (medium). Dalam tradisi Kristiani, bermeditasi atau merenung dimaksudkan sebagai berdoa dengan berpikir, membandingkan, dan membangkitkan rasa – perasaan tentang kebenaran iman dari orang yang mempraktekkannya. Lalu, timbul keinginan untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan yang direnungkan. Meditasi yang bercorak Kristiani adalah usaha untuk bertemu dengan Kristus dan
dengan perantaraan-Nya bertemu dengan Allah Yang ber-Pribadi. Manusia membuka diri terhadap Yang Ilahi, bersiap mendengarkan Roh Allah yang mendekatinya. Meditasi khas Kristiani bukan pemikiran teologis, melainkan sebuah doa, yang memusatkan perhatian untuk mengenal, mencintai dan memuji Allah. Pihak yang berinisiatif ada di pihak luar manusia, yaitu Roh Kudus yang mengunjungi orang beriman yang membuka hati kepadaNya. Dialah teman dan penghibur. Tuhan mengundang kita agar mengambil bagian dalam hidup-Nya yang melampaui bentuk hidup manapun di bumi ini. Manusia Komunika · 5
belum sempurna selama ia belum mengiyakan daya Roh Kudus dalam batinnya. Daya Ilahi itu menarik manusia ke dalam suatu ‘keberadaan yang utuh’. Selama berabad-abad para guru rohani menggambarkan proses ini secara berbeda-beda. Mgr. K. Hemmerle melukiskan hal di atas dengan kisah ini: “Seorang bapa rohani bertanya kepada murid-muridnya: “Apakah awal mula doa itu?” Murid pertama menjawab: “Dalam kesesakan orang mulai berdoa. Bila orang menghadapi kesulitan, mereka mulai berdoa. Kalau saya terjepit, saya lari kepada Allah.” Murid lain menyambung, “Bila saya bergembira, hatiku lupa akan segala ketakutan dan kecemasan, lalu terbang kepada Allah.” Yang ketiga berkata, “Dalam kesunyian. Kalau jiwaku tenang, aku suka berbicara dengan Allah.” Murid keempat menjawab pertanyaan gurunya : “Hanya jika aku dapat mengoceh seperti seorang anak kecil dan tidak malu berceloteh di hadapan Allah. Dia besar dan aku kecil dan semuanya seperti seperti semestinya.” Lalu sang guru angkat bicara : “Jawaban kalian semua itu baik. Akan tetapi, ada suatu awal-mula yang mendahului semua apa yang kalian sebut. Doa dimulai pada Allah. Dialah yang memulainya, bukan kita.” Dalam salah satu dokumen hasil Konsili Vatikan II Apostolicam Actuositatem tentang Kerasulan Awam tercantum kata-kata ini: “Dalam terang iman dan dengan merenungkan sabda ilahi dalam doa, orang selalu dan dimana-mana dapat menemukan Allah...mencari apa yang Ia kehendaki dalam segala peristiwa , memandang Kristus dalam sesama manusia, baik yang dekat dengan kita manusia maupun yang jauh dari hati kita. Dengan merenung, orang semakin sanggup menilai arti dan makna hal-hal duniawi, seperti sesungguhnya kalau dipandang dalam konteksnya maupun dalam hubungan dengan tujuan tertinggi manusia (KA4). Dalam sejarah spiritualitas Kristiani dipaparkan berbagai usaha untuk membuka diri terhadap Yang Ilahi, yakni aneka metode meditasi. Para rahib di gurun pasir Mesir dan Suriah (sejak abad ke-4), para mistikus Abad Pertengahan (mis. Meister Eckhart, meninggal tahun 1327), dan tokoh-tokoh pada Zaman Baru ( Teresa dari Avila dan Yoanes dari Salib abad ke-17) merupakan puncak hidup rohani Kristen. St. Ignatius dari Loyola dalam bukunya Latihan Rohani (Exercitia Spiritualia) membantu orang-orang dilatih secara terbimbing untuk bermeditasi, beberapa cara untuk mengaktian ingatan, memperdalam pengertian, penghayatan dan keinginan. Inti jiwa orang yang mengikuti latihan ini digerakkan. Bahan meditasi yang terutama adalah Kitab Suci atau orang yang berpengalaman dalam bidang rohani. Orang yang bermeditasi dibimbing agar maju dari pemikiran rasional kepada perasaan batin dan semakin membuka seluruh dirinya pada kebenaran keagamaan. Dalam hal ini, cara bagaimana memusatkan fantasi, mencari posisi badan yang tepat, dll, merupakan syarat-syarat yang mendukung sesuai pengalaman rohani. Untuk berkembang dalam merenungkan kebenaran iman, orang yang bermeditasi memerlukan metode atau cara yang berdasarkan pada pengalaman generasi dan tokoh terdahulu. Metode-metode bermeditasi yang berasal dari lingkungan keagamaan non Kristiani, misalnya Hindu dan Zen, tidak boleh mengaburkan jati diri meditasi Kristiani yang disemangati Roh Kudus dan bersandarkan pada Wahyu Ilahi yang secara historis kita terima dalam dan dari Kristus. Maka sangat dibutuhkan pula seorang pembimbing atau bapa rohani supaya dapat
6 · Komunika
mencegah penyimpangan dan salah tafsir, baik untuk orang yang bermeditasi secara pribadi maupun untuk kelompok-kelompok meditasi. Masa kini, meditasi tidak hanya dipraktekkan dalam lingkungan biara atau komunitas-komunitas religius, tetapi sudah menjadi aktivitas rohani kaum awam. Di paroki-paroki menjamur pula kelompokkelompok meditasi yang membawa coraknya masing-masing. Orang sekarang makin disadarkan akan pentingnya meditasi atau doa renung dalam kehidupan sehari-hari, lebih-lebih dalam konteks zaman sekarang yang menuntut manusia untuk aktif dan sibuk, mengejar target dan berproduksi. Mereka semakin menyadari pentingnya mengambil saat hening, diam dan bermeditasi. Dalam suatu kesempatan mengikuti acara kelompok meditasi di paroki, penulis mendengarkan sharing para peserta meditasi di sessi akhir acara. Ada beragam pengalaman yang diungkap sehubungan dengan meditasi. Seseorang mengatakan bahwa meditasi adalah jalan masuk untuk memperluas cakrawala spiritualitas Kristiani, berguna untuk mencari salah satu dari sekian banyak pola kehidupan rohani. Yang lain mengatakan bahwa meditasi membantu mengatasi kesulitan-kesulitan emosional dalam diri, seperti amarah, kedengkian, dendam, iri hati, dll. Yang lain lagi mengungkapkan bahwa dengan meditasi, rasa-perasaan dekat dengan Tuhan makin dialami dalam pengalaman sehari-hari. Ada juga yang mengatakan bahwa dengan bermeditasi ia lebih bisa melayani orang-orang dengan tulus hati dan bisa mengalami lebih banyak sukacita. Seorang bapak menuturkan pengalamannya tentang meditasi dengan kata-kata ini, “Pengalaman mempraktekkan meditasi menjadikan saya bisa menjadi rekan rohani bagi orang lain, memercikkan inspirasi dan terang kepada sesama.” Meditasi sebagai salah satu cara berdoa sudah membantu banyak orang masa kini makin bertumbuh dalam penghayatan iman mereka. Ada banyak orang yang hidupnya mulai berubah setelah mempraktekkan meditasi menjadi lebih baik dan lebih bahagia. Pelukisan yang baik tentang pertumbuhan hidup dan iman dinyatakan oleh Paulus dengan buah-buah Roh: “Kasih, sukacita, kedamaian, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri” (Gal.5:22). Selamat bermeditasi dan bertumbuh dalam iman. ( PES )
Berjalan dalam Labirin Hidup Rohani Oleh : Danni Ananto
"T
ETAPI jikalau engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka, Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya katakata doanya akan dikabulkan” (Mat 6:6-7). Ini merupakan ajakan Yesus untuk berdoa; masuklah ke dalam kamarmu, tidak terbatas pada ruang kamar kita tetapi masuk pada kedalaman hati kita, dan kita berdoa tanpa banyak kata. Dalam Injil Mat 6: 8-14 tertulis, “...Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” Dan kemudian Yesus mengajarkan doa Bapa Kami. Tampak jelas, bahwa berdoa adalah belajar menjadi sederhana. Sederhana; bagaimana kita menyingkirkan segala ego, keinginan, fantasi, pikiran, dan segala perasaan kita. Ketika kita berusaha membuang segala ego, kita menuju pada kemurnian hati, kesederhanaan (simplicity). “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”
Doa Hening Meditasi Kristiani yang diajarkan Pastor John Main, OSB (seorang rahib Benediktin dari London) adalah salah satu bentuk doa, Doa Hening.... ”Diam, dan ketahuilah Akulah Allah” (Mzm 46:11). Kita diam, masuk ke dalam keheningan hati kita. Kita duduk tenang, nyaman dengan punggung tegak, perlahan menutup mata kita dengan lembut, dan mulai mengucapkan kata doa di dalam batin. Pastor John Main, OSB menyarankan kata doa singkat kita adalah
Maranatha. Ucapkan dengan lembut di dalam batin Ma ra na tha. Ucapkan kata doa itu selama waktu meditasi . Maranatha merupakan bahasa Aram, yang berarti “Datanglah ya Tuhan Yesus”. Bermeditasilah selama 20 – 30 menit, dua kali sehari; pagi dan malam. Dalam Yoh 21: 15-19 tertulis, “Simon anak Yohanes, apakah engkau mencintai Aku? Jawab Petrus kepada-Nya, Tuhan Engkau tahu bahwa aku mencintai Engkau...” Demikian Yesus menanyakan kepada Simon Petrus hingga tiga kali. Ada syarat awal untuk mengikuti Yesus, yaitu mencintai-Nya. Mendengar jawaban Petrus, Yesus memberi perutusan kepadanya, “Gembalakanlah domba-dombaku!” Mencintai adalah hubungan yang akrab, yang membutuhkan kedisiplinan dan kesetiaan. Dengan demikian, kita jadi mengerti apa yang menjadi kehendak Bapa terhadap kita dalam perutusan masing-masing. Doa membawa kita menjadi dekat dengan Yesus, dan karena cinta, kita ingin selalu dekat sekaligus menanggapi kasih Allah (Rm 5:5). Kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Meditasi mengajarkan kepada kita untuk disiplin, setia, sederhana, meninggalkan ego, menuju keheningan kedalaman batin kita. Ketika ego kita bermunculan, disebut sebagai pelanturan-pelanturan, kembalilah pada kata doa Ma ra na tha selama waktu meditasi 20 – 30 menit, dua kali sehari; pagi dan malam.
Apa bedanya? Lalu, apa bedanya meditasi dengan doadoa lainnya? Doa, Kitab Suci, dan Ekaristi adalah napas, bagian hidup kita sebagai umat Katolik. Meditasi membawa kita semakin memaknai doa-doa lainnya. Mendoakan “Bapa Kami”, kata demi kata, kalimat demi kalimat, begitu baiknya Allah kepada kita. Kita mendoakannya dengan hikmat dan hormat, merasakan kasih Allah yang telah tercurah kepada kita. Devosi merupakan contoh. Dalam perjalanan hidup kita, adakalanya kekurangan anggur. Saatnya kita datang kepada Bunda Maria, berdoa rosario, ingin bersama Bunda Maria merasakan peristiwa suka-duka berjalan bersama Yesus. Kita ucapkan doa, butir demi butir, tanpa tergesa, menjadi kerinduan dan Komunika · 7
usaha kita semua yang ingin setia seperti Bunda Maria. Melalui Novena Tiga Kali Salam Maria, kita memohon bantuan Bunda Maria untuk suatu keinginan, Namun, kita menyadarinya, mengembalikan kepada kehendak Tuhan; terjadilah kepadaku menurut perkataan-Mu. “Sabda sudah menjadi daging dan tinggal di antara kita”. Kita tidak hanya membuka Kitab Suci tapi merenungkan apa yang Tuhan ingin sampaikan kepada kita masing masing, melalui bacaan harian; hari demi hari. Menyambut Ekaristi; kita hayati dari ritus pembukaan hingga berkat perutusan. Sungguh menyentuh, menyadari kehadiran-Nya bukan semata kewajiban pada hari Minggu. Semakin teratur, disiplin, dan setia bermeditasi, kita semakin dibawa ke dalam keheningan. “Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (Kor 6:19). Kita diingatkan bahwa Tuhan ada di dalam hati kita masing-masing, kita ingin terus menyadari itu. Kita siapkan waktu 20 – 30 menit, dua kali sehari; pagi dan malam. Di dalam diam, duduk tegak nyaman, tenang, dan sadar sepenuhnya. Rasul Paulus mengatakan, “Sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan tak terkatakan” (Rm 8:26). Masuklah dalam keheningan, daraskan kata doa Ma ra na tha di dalam batin kita, meninggalkan segala pikiran, keinginan, perasaan; kita berani meninggalkan, menyangkal ego kita sebagaimana dikatakan dalam Markus 8:34, “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku.“ Kita masuk ke dalam kesederhanaan, hadir di dalam Hadirat-Nya bersama Dia, dan mendengarkan Dia.
Dua Murid Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata , Lihatlah Anak Domba Allah. Kedua murid itu mendengar apa yang ia katakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikuti Dia lalu berkata kepada mereka, ”Apakah yang kamu cari?” Kata mereka, Rabi artinya Guru, “Di manakah Kamu tinggal?” Ia berkata kepada mereka ,“Marilah dan kamu akan melihatnya.” Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal. Dan hari itu mereka tinggal bersama Dia dan waktu itu kira kira jam 4 sore. (Yoh 1:35-39) Kutipan Injil di atas sangat menarik, ketika kita merefleksikan diri; apa yang sudah kita kerjakan, apa yang sudah kita lakukan, dan Yesus bertanya kepada kita, “Apa yang kamu cari?” Tentunya dalam setiap langkah kita, pekerjaan kita, kita berusaha untuk senantiasa memuliakan nama-Nya. Dan kita kembali bertanya, seperti Yohanes, “Di manakah Kamu tinggal?” Kita selalu ingin lebih dekat dengan Yesus, mencari Yesus. Dalam kisah Injil di atas, Yesus mengajak kita untuk melihat, mengalami, dan tinggal bersama Yesus. Bukan suatu pertanyaan yang cukup ditanya dan dijawab satu kali, tetapi setiap saat menjadi refleksi kita, menjadikan semangat perjalanan Doa Meditasi kita, sepanjang hari, sepanjang waktu, sepanjang hayat.
8 · Komunika
Dua Hal Dalam Yoh !4: 15-16, 23b-26 tertulis, Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku, Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya. Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti Firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti Firman-Ku, dan Firman yang kamu dengar itu bukan dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama kamu, Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu semua yang telah Kukatakan kepada-Mu. Roh Kudus mengajarkan dua hal, lakukan segala yang baik dan hindarkanlah segala yang jahat. Meditasi adalah proses penyadaran, menyadari kekinian , apa yang sedang kita lakukan, kerjakan saat ini dan tidak membawa kita larut pada masa silam dan masa yang akan datang. Tuhan menyertakan seorang Penolong dalam hidup kita, kita dimampukan menjalani setiap peristiwa yang hadir untuk kita. Semua itu proses dan semua itu usaha... seperti labirin. Seakan kita berjalan maju, mulus, dan nyaris sampai pada suatu keinginan. Tetapi, ternyata kita jauh mundur atau salah melangkah. Setia, disiplin dalam Doa Meditasi, 20 – 30 menit, sehari dua kali; pagi dan malam, dengan segala kerendahan hati, menyangkal ego, mengucapkan kata doa Ma ra na tha selama waktu meditasi... kita berjalan dalam labirin. Labirin hidup rohani kita yang akan selalu memberi energi baru dan sukacita dalam perutusan kita masing masing, apa pun pekerjaan dan diri kita. Danni Ananto adalah Ketua Lingkungan St. Mikael Puspita Loka, BSD
“Malaikat” Mengajak Saya Meditasi Oleh : Anselmus Farrel Setiadi Awalnya, saya malas ikut meditasi. Tapi, saya sudah terlanjur menyepakati ajakan seorang teman. Ternyata, saya jadi mencintai keheningan...
T
EMAN seringkali mempengaruhi kita dalam hal baik ataupun buruk. Dari situlah kita bisa memberi penilaian kepada orang lain. Ada yang berkata, teman bisa membuat kita bersemangat belajar. Namun kali ini, seorang teman telah memberi saya kesempatan untuk mengecap petualangan spiritualitas melalui meditasi. Semua ini berawal saat guru agama menanyakan keterlibatan siswa dalam Gereja. Tentu ada perasaan malu dan bersalah di dalam hati karena saya belum terlibat dalam komunitas apa pun. Hingga suatu saat, seorang teman bernama Angela, yang akrab disapa Anggi, mengajak saya mengikuti kegiatan meditasi setiap Jumat sepulang sekolah. “Meditasi? Malas ah!” Batin saya menyerukan pendapatnya. Terngiang pengalaman meditasi di sekolah yang membosankan, sunyi, dan membuat ngantuk. Namun, lidah saya justru menyetujui ajakannya. Ini adalah tanggung jawab. Saya harus mengabaikan rasa lelah dan malas karena saya telah sepakat mengikutinya. Hari-hari meditasi pun dimulai. Awalnya, saya sering merasa pegal dan kesemutan di bagian punggung dan paha. Berangsur-angsur, rasa itu hilang dan saya mulai mencintai meditasi. Saya bisa semakin memaknai apa meditasi sebenarnya. Meditasi itu istimewa. Meditasi adalah doa hati. Tidak perlu berpikir tentang ucapan doa-doa. Hanya perlu berkonsentrasi dan mengumandangkan “ma-ra-na-tha” di dalam hati. Doa meditasi tentu tidak akan langsung mengabulkan keinginan kita. Namun, dengan melakukannya, akan ada perubahan sikap dan cara berpikir menjadi lebih baik. Meditasi memang memiliki prinsip diam dan
tenang. Dari perasaan benci, sekarang berubah menjadi cinta. Saya sangat menyukai keheningan sejak mengikuti komunitas meditasi. Hal lain yang saya suka adalah konsumsi yang dibagikan setelah berdoa, hehehe... Saya tidak pernah menyangka bagaimana seorang teman akan menuntun saya lebih dekat kepada Tuhan. Saya ingin berterima kasih dan senantiasa bersyukur karena Anggi telah menjadikan saya pribadi yang lebih baik. Ia lebih dari sekadar teman. Seperti arti namanya, ia adalah “malaikat”.
! " # " $
%#&
Komunika · 9
Mengenal Komunitas Meditasi Kristiani (The World Community for Christian Meditation) Oleh : Gunawan Sejarah Meditasi Kristiani Meditasi adalah bentuk doa yang dikenal dalam berbagai ajaran agama besar di dunia. Dalam tradisi para pengikut Kristus (umat Kristiani), bentuk doa ini sudah menjadi tradisi para Bapa Padang Gurun sejak abad ke 3-4 masehi. Salah satunya dikenal dari tulisan Johanes Kasianus (360 - 435) tentang doa kontemplatif dalam tradisi padang gurun. Pada abad ke 20, Praktek Meditasi diperkenalkan kembali oleh seorang Rahib Benekditin bernama John Main, OSB. Beliau membuka pusat meditasi di bekas tempat tinggal para novisiat di Ealing, London pada tahun 1975.Pada awalnya, Pastor John Main hanya berpikir bagaimana tradisi doa hening ini dapat memperkaya Gereja sebatas kehidupan dibiara-biara saja. Pada tahun 1982, Pastor John Main meninggal dunia. Karya beliau kemudian dilanjutkan oleh Laurence Freeman OSB, yang merupakan salah satu murid Pastor John Main. Melihat minat dan perkembangan Meditasi Kristiani, maka pada tahun 1991 dibentuklah The World Community for Christian Meditation (WCCM) – ‘Biara Tanpa Batas Tembok’ – sebagai wadah untuk melanjutkan pengajaran Pastor John Main akan tradisi doa hati ini keseluruh dunia. Pada tahun 2003, Pater Laurence Freeman, OSB, untuk pertama kalinya mengunjungi Jakarta, dan pada tahun yang sama kelompok Meditasi Kristiani (MK) pertama terbentuk di Jakarta. Kelompok ini kemudian memperkenalkan MK ke seluruh Indonesia, termasuk di BSD pada tahun 2010.
Apa dan bagaimana Meditasi Kristiani Meditasi Kristiani adalah doa hati atau doa hening yang memakai kata-doa (mantra) untuk mengarahkan hati dan seluruh pikiran kita kepada Allah yang berdiam di dalam diri kita. Saat bermeditasi kita tidak memohon apa-apa tetapi hanya hadir (atensi) dan 10 · Komunika
mengalami kehadiran-Nya. Dengan iman kita yakin bahwa Allah Bapa yang Maha Baik mengetahui kebutuhan dan selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anak-Nya. Dalam Injil Matius , Yesus sendiri mengatakan bahwa “Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya”. Meditasi membawa kita kepada hening, diam dan sederhana dengan cara menjadi hening, diam dan sederhana itu sendiri. Caranya adalah dengan mengulangi suatu kata suci dengan setia dan penuh cinta selama waktu meditasi. Kita diam dan masuk kedalam keheningan hati. Posisi duduk tenang, nyaman dengan punggung tegak, perlahan menutup mata kita dengan lembut, dan mulai mengucapkan dalam batin kata doa kita. Pater John Main OSB menyarankan kata doa singkat Ma-rana-tha (boleh memilih kata doa lain). Kata doa ini diucapkan dengan lembut dan penuh iman dalam batin selama waktu meditasi. Meditasi Kristiani tidak menggantikan doa-doa lain, melainkan akan membantu memperdalam penghayatan doa-doa lain tersebut. Kesaksian para meditator yang tekun dan setia menyatakan bahwa mereka menjadi lebih “khusuk” saat mengikuti Ekaristi serta dalam menjalankan doa harian atau di lingkungan. Mereka juga merasakan tumbuhnya kasih, kesabaran, penguasaan diri serta buah-buah Roh lain yang disebutkan Santo Paulus dalam Galatia 5:22.
Pertemuan Kelompok MK di BSD Pertemuan kelompok diadakan mingguan dengan jadwal sebagai berikut : Hari, waktu
Peserta
Tempat
Selasa, 06.30-07.30
Lansia
Aula Benedictus, Gereja St.Monika
Jumat, 07.30-09.00
Dewasa (umum)
Aula Christoporus, Gereja St.Monika
Jumat, 19.30-20.30
Dewasa (umum)
Aula Christoporus, Gereja St.Monika
Sabtu, 07.30-09.45
Dewasa (umum)
Aula Benedictus, Gereja St.Monika
Minggu, 15.45-16.45
Dewasa (umum)
Aula Filiphus, Gereja St.Monika
Rabu, 17.00-18.00
Anak SD
Aula Gereja St.Monika BSD
Jumat, 13.00-14.00
Remaja SMP-SMA Aula Gereja St.Monika BSD
Minggu, 09.30-10.30
Anak SD
Area Gereja St.Ambrosius Villa Melati
Bagi yang membutuhkan informasi lebih lanjut bisa menghubungi: Sr. Ignatio OSU, 081316826550 (
[email protected]) Bp.Gunawan, 08161108525 (
[email protected]) Ibu Dani 08158763342 (
[email protected]) Ibu Susy 081807511008 (li
[email protected]) Ibu Yusti 0818916030 (
[email protected])
Meditasi Bersama Dengan Anak (Kesaksian seorang meditator, sekaligus ibu dari anak anggota MK Anak) Oleh : Danni Ananto ejak tahun 2011 anak–anak yang bersekolah di Santa Ursula BSD sudah diperkenalkan Meditasi Kristiani sehingga memudahkanmengajak anak kita yang sudah mengenal meditasi dari sekolah. Sudah berjalan 4 bulan, setiap Jumat sepulang sekolah,vjam 13.00 s/d jam 14.00, di Ruang Christoforus, anak saya dengan beberapa temannya dari SMP St. Ursula (BSD) berkumpul dan bermeditasi bersama. Sebagai pendamping ada Sr. Ignatio, ibu Ima, ibu Vira dan saya sendiri. Ide itu datang dari kami orang tua yang kita sampaikan kepada anak – anak kami, kemudian mereka saling mengajak teman, sehingga terkumpul 10 anak. Puji Tuhan mereka bersemangat, dan untuk pelaksanaannya mereka saya minta untuk mengatur dari bantal-bantal meditasi, lagu yang akan dipakai sebagai lagu pembukaan, yang bertugas memimpin doa pembukaan sampai lagu yang dipilih sebagai lagu penutup. Acaranya kurang lebih sebagai berikut : 1. Diawali dengan lagu dan kemudian doa pembukaan. 2. Dilanjutkan dengan membaca satu alenia dari suatu buku tentang Medi-
tasi Kristiani, atau membacakan kutipan injil, dengan maksud membawa mereka kepada suasana doa / hening. 3. Berikutnya adalah Sesi Meditasi bersama selama 10 menit. Sebagai pembuka ada lagu yang mereka nyanyikan untuk memasuki waktu hening yaitu “MY HAPPY HEART SONG.” Lagu tersebut membawa mereka dan mengajak mereka bagaimana mereka berdoa, kesadaran bahwa Tuhan selalu bersama mereka dan bagaimana cara berdoa dengan bermeditasi. Sungguh ketika menyanyikan dengan sepenuh hati, menjadi hening dengan sikap tubuh yang benar, tetap sadar diam menyingkirkan segala gangguan dan terus mengucapkan kata doa ma-ra-n a-tha. 4. Sesi selanjutnya adalah Sharing, dimana mereka menceritakan hal – hal seputar apa yang mereka rasakan saat meditasi. Dengan sederhana mereka menceritakan seperti punggung terasa sakit, suasana yang hening, damai, ngantuk, dan ada juga yang kesemutan, suatu hal sangat wajar dialami oleh siapapun juga. Mereka mulai mengerti ketika semua keadaan itu muncul maka mereka harus kembali kepada kata doa ma- ra-na- tha dan terus sadar mengucapkan kata doa tersebut selama waktu meditasi. Pertemuan mingguan ini sangat berarti, dengan harapan memberi semangat dan energi untuk mereka dapat bermeditasi di rumah 2 kali sehari, selama 10 menit. Buah - buah Meditasi ini adalah anugerah yang Tuhan limpahkan kepada anak – anak semua sesuai rencana Tuhan kepada mereka masing masing dan menjadi sadar akan kebaikan dan kebersamaan Tuhan dalam kehidupan mereka sehari hari.
Komunika · 11
Rencontre 2014: “How Green is Your Love?” Oleh : Pastor Yulianus Yaya Rusyadi, OSC
dok Pribadi
encontre 25-26 Oktober 2014 berlangsung di Sarua Green Village –Sawangan, Depok. Lebih kurang 500 orang muda Katolik beserta panita dari paroki St. Agustinus, St. Helena, St. Laurentius, dan St. Monika, juga beberapa orang muda Katolik dari Paroki St. Odilia dan St. Matius – Bintaro hadir dalam peristiwa akbar ini.
R
Berjumpa dengan Tuhan. Dalam ibadat pembuka, Lilin rencontre dinyalakan. Lilin rencontre ini melambangkan semangat orang muda Katolik yang bergairah dan ceria digerakkan dan diterangi oleh Tuhan sendiri. Semangat perjumpaan untuk semakin erat dengan Tuhan dan sesama. Demikian, tujuan acara rencontre bukan sekedar acara kumpul-kumpul, namun lebih dalam, hendak menggapai perjumpaan yang lebih mendalam secara rohani dengan Tuhan serta perjumpaan yang lebih mendalam dengan sesama orang muda Katolik. Lilin Rencontre menyala dalam setiap dinamika, agar setiap peserta mengingat semangat dari rencontre ini. Agar setiap peserta dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan, acara rencotre dibuka dengan ibadat dan penyalaan lilin rencotre. Dan dalam keseluruhan acara rencontre, ibadat dan doa mendapatkan tempat dan waktu yang cukup. Seperti Ekaristi pada malam hari dalam 12 · Komunika
suasana yang teduh dengan iringan lagu-lagu Taize, ibadat malam dalam suasana teduh disekitar api unggun dengan iringan lagu Taize, ibadat pagi, serta ibadat penutup.
Berjumpa dengan sesama Pertama adalah perjumpaan dalam kebersamaan panitia yang berasal dari 4 paroki (St. Agustinus, St. Helena, St. Laurentius, dan St. Monika). Perjumpaan-perjumpaan ini juga diharapkan dapat mempererat satu sama lain. Dan Kedua adalah perjumpaan dalam acara rencontre itu sendiri, yakni perjumpaan seluruh peserta. Agar perjumpaan ini sungguh bermakna, maka dinamikadinamika dibangun dalam rangkaian acara rencontre. Dinamika itu dibangun baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar. Tujuannya adalah agar terbangun kebersamaan dan mempererat satu sama lain sebagai sesama, rekan sepeziarahan
sebagai orang muda. Permainan-permainan pun semakin meleburkan setiap orang muda dalam gerak kerbersamaan, gerak dan lagu membawa pada kegembiraan bersama dan tidak membeda-bedakan usia, tidak membedakan-bedakan asal maupun suku. Semuanya melebur dan mencair dalam keceriaan orang muda Katolik.
How Green is Your Love How green is Your Love sebagai tema Rencontre 2014. Tema ini, menujukkan semangat muda ceria dalam kebersamaan yang penuh harapan, serta menjadi harapan Gereja, sekaligus juga sebagai sebuah semangat kepedulian terhadap lingkungan hidup. Untuk itu hadir dalam acara talkshow: Arswendo Atmowiloto, yang dengan unik dan jenaka berkisah mengenai pengalaman hidup sebagai seorang Katolik yang penuh dengan tantangan karena keberanian dalam menentang ketidakbenaran. Sekaligus juga menantang orang muda untuk berani sebagai seorang Katolik untuk selalu membawa pesan kebenaran meski tantangan menghadang. Sedang Pastor Andang Binawan, SJ dalam talkshow memberikan pembekalan agar orang muda peduli dengan lingkungan hidup. Peduli dengan lingkungan hidup dimulai dengan revolusi hati untuk peduli dan memulai dengan hal yang sederhana. Demikian juga Ibu Elizabeth sebagai seorang pengusaha dan konsultan yang bergerak dalam bidang pengolahan limbah industri agar dapat digunakan kembali dan tidak mencemari lingkungan mengajak orang muda untuk peduli dengan lingkungan. Kesan para peserta Rencontre ini sungguh baik. Para peserta tidak menyangka bahwa rencontre sungguh membawa pada keceriaan dan kebersamaan. Bahkan ada yang berharap acara ini dapat berlangsung setiap tahun. Rencotre 2014 memang telah terlaksana, semoga kesan yang menetap dalam hati, dan semoga setiap pribadi yang mengalaminya tetap membawa semangat rencontre di dalam hidup keseharian, tetap terjalin satu sama lain dalam peziarahan hidup sebagai umat Katolik yang baik, yang senantiasa membangun kehidupan rohani, membangun persaudaraan, dan peduli dengan lingkungan tempat kita hidup.
Komunika · 13
Suster Ignatio Resohardjo OSU
Menghidupi Doa Hening Oleh : Maria Ey AAT itu, tahun 1999, Timor Timur tengah bergolak. Tak terbilang milisi yang dijebloskan ke dalam penjara karena tersandung kasus pembunuhan. “Pada awalnya mereka terkesan ganas dan brutal. Mereka menyimpan dendam karena anggota keluarganya dibunuh,” ungkap Suster Ignatio saat dijumpai di Biara Ursulin Jl. Alamanda BSD City, Selasa petang, 18 November 2014. Perlahan-lahan aktivis Forum Perempuan ini mengajari mereka melakukan Doa Hening. “Dengan diam sambil mengucapkan mantra Yesus,” bebernya. Menurut mantan pengajar di SMA Surya Atambua ini, sikap para tahanan itu perlahan-lahan mencair. Dalam konsultasi terungkap bahwa akhirnya mereka sanggup menerima realita, sekalipun teramat getir. Amarah pudar, dendam pun sirna.... Bahkan, seiring waktu, ada tahanan yang mengatakan kepada Suster Ignatio bahwa Doa Hening menjadi ‘napasnya’. Tak hanya kepada para tahanan, Suster Ignatio pun memperkenalkan Doa Hening kepada para pengungsi di kampkamp pengungsian. “Saya menyaksikan sendiri bagaimana pengungsi-pengungsi yang semula stres bisa tenang kembali,” katanya. Pengalaman mendampingi para tahanan dan para pengungsi ini menorehkan jejak di hati Suster Ignatio. Sejak itu, ia giat memperkenalkan Doa Hening kepada banyak orang, yang terbukti bisa membuahkan ketenteraman hati.
S
dok Komunika
Kaul Kekal Tanpa canggung, Suster Ignatio Resohardjo OSU memasuki Lembaga Pemasyarakatan (LP) Atambua. Ada sejumlah tahanan yang menanti kedatangannya untuk konsultasi.
14 · Komunika
Jalan panggilan yang berliku telah dilintasi oleh Suster Ignatio. Sewaktu duduk di bangku SMP, benih-benih panggilan mulai tertabur di pelataran hatinya. Seorang biarawati yang kerap melintas di muka sekolahnya begitu mempesonanya. “Meski sudah lanjut usia, suster itu selalu tampak gembira,” kenang biarawati asal Klaten ini. Namun, sang ayah tak serta-merta mendukung cita-citanya. Ignatio yakin jika memang Tuhan memanggilnya tentu Ia akan membentangkan jalan di hadapannya. Ignatio menyimpan cita-citanya di dalam hati. Sementara itu, ia
melanjutkan studi di Sekolah Guru Atas (SGA). “Ursulin berkarya di bidang pendidikan karena itu saya mempersiapkan diri.” Selepas studi SGA di Madiun, Ignatio menjadi guru di SD St. Vincentius Putri Bidaracina, Jakarta Timur. “Sebelum masuk biara, saya ingin sedikitsedikit membalas kebaikan orangtua terlebih dahulu dengan bekerja,” ujarnya terus terang. Setelah tiga tahun menjadi guru, Ignatio berbulat tekad untuk menjadi biarawati Ursulin. Pada saat itu sang ayah bisa menerima kenyataan. “Kamu sudah dewasa, sudah bisa menentukan jalan hidupmu sendiri,” sitir Suster Ignatio dengan paras cerah. Tahun 1966, Ignatio masuk Biara Ursulin. Ia pun meniti masa postulan, novis, dan yuniorat dengan batin lapang. Tak sekalipun terbersit keinginan di benaknya untuk beralih cita-cita. Ia pun siap diutus untuk berkarya di berbagai daerah; tak hanya di Atambua tetapi di Nobal Kalimantan Barat, di Cisantana Jawa Barat, dan juga di Jakarta. “Di mana pun saya ditugaskan, saya merasa nyaman. Setiap daerah punya kekhasan tersendiri,” tandasnya. Ia mengakui, berkarya selama tujuh tahun di Atambua menjadi pengalaman yang tak terlupakan, terlebih sewaktu terjadi pergolakan menjelang kemerdekaan Timor Leste. Ketika suhu politik memanas, Provinsial OSU memerintahkan para suster di Atambua untuk mengungsi ke Kupang. Namun, Suster Ignatio memilih bertahan sendirian di biara. “Setelah berkonsultasi dengan Uskup Atambua waktu itu, Mgr. Pain Ratu, saya memutuskan tetap tinggal di Atambua,” kenangnya. Pada waktu itu Pastor A. Dewanto SJ dan Pastor Karim Albrech SJ, dan beberapa biarawati tewas ditembak milisi. Sejak belia, suster yang saat ini berusia 71 tahun ini sudah menyukai Doa Hening. Doa Hening pula yang membuatnya tetap tenang berkarya dalam stiuasi genting. “Sejak di Yuniorat, saya mengenal Doa Hening,” lanjutnya. Namun, secara intensif ia baru melakukan Doa Hening setelah kaul kekal pada tahun 1975.
Secara Rutin Tahun 2010, Suster Ignatio mulai berkarya di Paroki St. Monika BSD. Ia diminta untuk membimbing sekelompok umat yang secara rutin mengikuti pendalaman Kitab Suci di Biara Ursulin Jl. Alamanda. “Saya melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh Suster Sian. Tetapi, saya memakai cara saya sendiri,” ungkapnya.
Sebelumnya, ada sekelompok ibu-ibu yang meminta kepada Suster Sian untuk dibimbing dalam pendalaman Kitab Suci. “Sementara menunggu anak-anaknya bersekolah di Santa Ursula, mereka mendalami Kitab Suci,” kata Suster Ignatio. Lantas, ia pun berbagi Doa Hening kepada sekelompok umat tersebut. Seiring bergulirnya waktu, jumlah umat yang tertarik berhimpun dalam kelompok ini membengkak. Kapel susteran tak lagi memadai sehingga pertemuan berlangsung di aula Dorothea Paroki St. Monika. Supaya punya wadah resmi, kelompok binaannya ini berhimpun ke dalam Kelompok Meditasi Kristiani pada tahun 2010. “Pendiri Meditasi Kristiani adalah Pastor John Main OSB. Pusat organisasinya di London. Sedangkan pusat di Indonesia, di RS Atma Jaya Pluit,” bebernya.
Berbagai Mantra Suster Ignatio terbiasa untuk hening setelah membaca Kitab Suci. Hal itu diterapkannya kepada umat binaannya. Selama hening, mereka memakai doa singkat yang didaraskan berulangulang atau disebut mantra. Ada berbagai mantra yang bisa dipilih peserta, di antaranya “Yesus kasihanilah aku”, “Maranatha” (Datanglah ya Yesus), atau “Bapa ya Bapa”.... “Silakan memilih salah satu mantra dalam Doa Hening,” katanya. Pada tahap awal, peserta diberi kesempatan melakukan Doa Hening selama sepuluh menit. Selang beberapa waktu, Doa Hening ditingkatkan menjadi 20 menit. Saat ini, sebagian peserta Meditasi Kristiani di Paroki St. Monika sudah melakukan Doa Hening selama setengah jam. “Susunannya adalah doa pembukaan, baca Kitab Suci, lalu masuk dalam keheningan, baru kemudian sharing,” urai Suster Ignatio. Saat ini, sudah ada lima kelompok Meditasi Kristiani di Paroki St. Monika BSD. Pesertanya tak hanya orang dewasa tetapi juga lansia. “Sekitar 30-an anggota Kelompok Lansia Paroki St. Monika ikut,” tutur Suster Ignatio. Meditasi Kristiani Paroki St. Monika berlangsung setiap Selasa pukul 06.30 untuk kelompok lansia, Jumat pukul 07.30 dan 19.30, Sabtu pukul 07.30, dan Minggu pukul 15.45. Meditasi Kristiani ini beranak-pinak dengan munculnya kelompok remaja dan anak-anak. Para pelajar SMP dan SMA berhimpun setiap Jumat pukul 13.00. “Selama dua bulan ini, ada sekitar 20 remaja ikut,” imbuh Suster Ignatio. Sementara untuk siswa-siswa SD kelas 4 ke atas, baru dimulai secara intensif pada Januari 2015;
Suster Ignatio pun memperkenalkan Doa Hening kepada para pengungsi di kamp-kamp pengungsian. “Saya menyaksikan sendiri bagaimana pengungsipengungsi yang semula stres bisa tenang kembali,” katanya.
Komunika · 15
setiap Rabu pukul 17.00. Biarawati yang masih tampak segar di usia senja ini mengemukakan bahwa pada 9 November 2014, ada sekitar 50 siswa SD yang mendapat pengarahan di aula Dorothea Paroki St. Monika BSD, untuk mengikuti Meditasi Kristiani. Mulanya, dalam retret Meditasi Kristiani pada Juni 2014 tercetus gagasan untuk mengajak anak-anak bermeditasi. “Kami ‘kan diutus untuk mewartakan Cahaya yang bersinar di kedalaman hati. Perwujudannya dengan mengajak anakanak untuk bergabung,” papar biarawati ini seraya mengait senyum. Ia mengemukakan, dengan mengajak anak bermeditasi sebenarnya menyiapkan masa depan Gereja, karena sejak dini anak sudah diajak untuk berdoa dengan baik. Menurut Suster Ignatio, berkembangnya kelompok ini sama sekali tidak membebaninya. Karena setiap kelompok punya ketua, yakni peserta meditasi yang sudah lama bergabung. “Kami bagibagi tugas. Saya hanya menengok saja.”
Sesuai Kondisi Pembimbing Rohani Legio Maria Presidium Bunda Pengantara Segala Rahmat BSD dan Presidum Pembaru Dunia Vila Melati Mas ini memperkenalkan Doa Hening sesuai dengan kondisi umat masing-masing. “Secara rohani, pada umumnya warga Paroki St. Monika mampu. Bahkan sebagian sudah mengikuti Emmaus Journey,” tukasnya. Ia selalu mengambil materi Kitab Suci yang sesuai dengan liturgi Gereja, yakni bacaan Injil untuk Misa yang akan datang. Ia juga menimba sumber dari Kompendium Katekismus Gereja Katolik dan juga buku “Jalan Menuju Kehidupan” karya Pastor Gerry Pierse CSsR. Pada waktu Doa Hening tidak ada alat bantu. Hanya ada musik sebagai tanda bahwa Doa Hening dimulai dan diakhiri. Tetapi, tidak ada musik di sepanjang hening. Hanya ada lilin. Meditasi ini dilakukan dengan memejamkan mata. “Posenya boleh bersila, boleh duduk. Yang penting, duduk nyaman dengan punggung tegak. Tutup mata, lalu mengucapkan mantra,” paparnya. Setiap kali pertemuan Meditasi Kristiani berlangsung, Suster Ignatio berupaya hadir guna mengarahkan sharing Kitab Suci. Kendati usianya kian senja, semangatnya dalam melayani umat tetaplah berpijar, sebagaimana ungkapnya, “Kristus yang memanggil saya yang membuat saya tetap bersemangat....”
16 · Komunika
Meditasi Sehari-hari Oleh : Effi S Hidayat
endengar kata “meditasi” akan segera terbayang di benak : profil seorang pertapa religius di biara-biara, yang kesehariannya jauh dari ingar-bingar kebisingan, larut dalam senyap dan keheningan. Pendek kata, “orang suci” yang tidak biasa-lah -berbeda dengan manusia pada umumnya. Terlebih jika dikaitkan dengan embel-embel kata kristiani di belakang kata meditasi, “meditasi kristiani”…, bertambah-tambah wibawa moralitasnya! Padahal, menurut saya sih, tidak se-‘seram’ itu. Walaupun meditasi itu sendiri jika ditilik dari etimologi katanya, meditare ( latin) bermakna sebagai kegiatan pikiran yang berfokus mengheningkan diri dalam rangka mencari solusi ketenangan batin, memperbaiki diri yang berkaitan dengan sikap atau prilaku, bahkan fase-fase kehidupan. Dan, ada berbagai cara bersemadi yang dianjurkan. Entah dengan merapal mantra, atau ayat-ayat suci, dan duduk diam di suatu tempat sunyi, tenang, dalam jangka waktu tertentu. Mungkin itu sebabnya orang-orang yang ingin mencari ketenangan batiniah ini lalu pergi berbondong-bondong ke negeri timur seperti India, Nepal, biara-biara di puncak pegunungan Himalaya yang jauuuh dari peradaban dunia. Hmm, seharusnya-kah demikian? Wong, ndak perlu jauh-jauh, kok. Ada banyak tempat hening dan indah di negeri kita sendiri. Sebut saja salah satunya, Gedono di Salatiga, Jawa Tengah. Biara dari ordo trappist yang bangunannya khusus dirancang oleh Romo Mangun ini sangat menunjang untuk hidup membiara dan melakukan kontemplasi yang super-hening. Namun sejujurnya, yang ingin saya katakan adalah, bahwa sesungguhnya kita tidaklah perlu harus bersusah-payah pergi ke ujung dunia untuk mencari-cari ketenangan hati. Tidak butuh ongkos yang mahal, dan segala tetek-bengek persiapan dilakukan browsing informasi dan reservation tiket, tempat penginapan segala. Cukup dengan hanya menenangkan diri, relaksasi ; fokus pada pikiran dan setiap detik helaan napas yang keluar dari rongga dada kita. Ya, sah-sah saja sebetulnya jika Anda kepingin mencari tempat sepi dan sunyi, lalu duduk tenang sendiri atau secara bersama-sama
M
melakukan meditasi kristiani, dan entah apa pun itu namanya. Toh, pada hakekatnya itu hanyalah sarana penunjang yang diyakini akan semakin memperdalam aktivitas semadi atau meditasi yang Anda lakukan. Jika kesemuanya Anda yakini baik, mengapa tidak? Hanya berdasarkan yang saya jalani, rasene kok, sesungguhnya referensi meditasi yang paling manjur itu tak lain tak bukan adalah pengalaman kita sendiri. Berdasarkan stok pengalaman hidup yang kita amankan datanya di benak selama ini, selaiknya kita dapat merenungkannya sedemikian rupa secara pribadi, sebelum merefleksikannya kembali ke dalam lakon hidup yang kita jalani. Hmm, boleh ya, jika saya sebut atau namakan saja aktivitas yang satu ini sebagai “meditasi sehari-hari”? Mungkin itu sebabnya selain rutin melakukan saat teduh setiap pagi, cukup 5-10 menit sebelum melakukan aktivitas, saya pun mulai melangkah ke “luar”. Tidak selalu terlalu terpaku kepada berbagai aturan di dalam melakukan meditasi yang dikatakan secara praktik sebagaimana mestinya. Ya, boleh dikatakan, pegangan saya hanya-lah landasan iman. Di mana kita masuk ke dalam diri – meluncur pada kesadaran diri yang paling dalam, yaitu kesadaran hakiki seorang manusia. Demikian seturut pemikiran saya. Lalu, apa yang kemudian saya lakukan di dalam meditasi sehari-hari ini? Tak banyak metode atau teori yang saya praktikkan, karena saya lebih banyak melakukannya secara spontanitas dan alamiah sesuai dengan pola pikir, situasi, dan kondisi saya pada saat itu juga. Misalnya, ketika saya melakukan kegiatan berkebun. Saat membongkarbongkar tanah, membersihkan rumput dan tanaman liar, lalu memupukinya kembali, itu adalah saatnya saya melakukan … kontemplasi! Cukup dengan membayangkannya serupa dengan saat saya mencoba membuang segala keresahan atau pemikiran kotor saya yang tidak berguna, dan mengisinya kembali dengan sebuah kesadaran baru. “Berbicara” dengan tanaman, itu sudah merupakan charger baru yang memberikan energi berlebih dan positif. Karena bentuk dari pepohonan, udara segar, alam bebas sebenarnya merupakan healing vibration yang amat bermanfaat. Termasuk, ketika “bercakap-cakap” dengan hewan, alam semesta (hanya lewat desiran angin, atau rintik hujan, misalnya), Komunika · 17
sebaris kalimat bermakna dalam dari sebuah buku yang kebetulan saya baca, atau lagu menyentuh lewat film musikal yang saya tonton – semua itu menjadi unsur penting yang saling mendukung dalam melakukan meditasi sehari-hari. Tentu saja, saya tidak terlepas dari sesama manusia itu sendiri. Ketika melakukan dialog, tidak selalu lewat bahasa dan kata. Prilaku, dan body language – kesemuanya berusaha saya tangkap melalui kelima panca indra yang saya miliki. Saya berusaha menyelaraskan hati dan pikiran; seimbang dengan daya tangkap pendengaran, penglihatan, bahkan segala bau, dan rasa…. kembali ke dalam bentuk “wujud ucapan syukur” secara utuh dan penuh. Mungkin karena itu kita lebih nyaman bersosialisasi dengan lingkungan dan teman-teman yang berhawa “sejuk”, ya? Tidak mudah pada awalnya, memang. Karena bisa saja saat menyetrika ( dan kegiatan meditatif yang seiring saya lakukan) membuat saya tersengat panas secara tiba-tiba! Sedemikian dalamnya saya masuk ke dalam helaan napas yang saya embuskan, spontan. Ah, bukankah itu sama saja dengan … melamun? Oh, tidak! Saya harus tegas mengatakan, sama sekali bukan “day dreaming”! Ya, hanya perlu pembelajaran untuk konsisten dan fokus saja. Sejalan dengan waktu, seperti saya, Anda pasti akan mampu membedakannya setelah mencoba mempraktikkannya sendiri. Toh, mencoba masuk ke dalam diri secara seutuhnya, sebenarnya sangat tidak mudah. Perlu kejujuran melepaskan semua topeng yang kita kenakan, menghadapi dengan gagah kelemahan dan kekurangan diri, alihalih lari kepada masa lalu lalu menyangkal diri melakukan pembenaran. Frekuensi getaran alam, bencana, perubahan cuaca, bisa jadi sangat memengaruhi mood. Pada akhirnya saya hanya mau bilang, berprilaku meditatif itu tidak selalu harus dengan bermeditasi. Prilaku meditatif bisa bermakna “lebih” , artinya: kontemplatif, introspektif, mawas diri, eling, waspada, sabar, senantiasa penuh rasa syukur. Nah, semakin jago Anda melakoni semua unsur tersebut, belajar merasakan sepenuhnya jadi human being-- semakin selamat-lah bumi ini, termasuk segenap makhluk hidup di dalamnya. Prinsipnya, kita dapat bermeditasi kapan saja, di mana saja, bahkan sedang melakukan apa saja. Kuncinya hanya membiasakan diri fokus pada napas dan hadir sepenuhnya, saat ini….
18 · Komunika
Memberi, Lebih Muliakah? Oleh : Sonny Bernardinus BS “Siapa yang mengolok-olok orang miskin telah menghina Penciptanya!” eberapa waktu yang lalu, sempat ada jargon: “Tangan di atas lebih mulia dari pada tangan di bawah, lebih baik memberi dari pada menerima.” Kalimat bijak tersebut dipergunakan sebuah yayasan non profit buat menggalang dana bagi orang papa. Usaha yang mulia. Jika diteliti, direnungkan, kalimat bijak tadi punya dua arti yang berbeda. Mengangkat dan menjatuhkan. Mengangkat orang yang memberi dan menjatuhkan orang yang menerima. Apakah benar begitu menurut agama yang kita imani? Dalam kitab Kisah Para rasul 20 :35 tertulis : Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima. Artinya, jika kita memberi kepada saudara kita yang kurang mampu mendatangkan kebahagiaan pada hati si pemberi. Bagaimana dengan yang menerima? Sudah jelas juga akan bahagia. Namun, jika pemberian itu dilakukan tanpa tebang pilih atau pamer tentunya. Jika yang kita lakukan ingin mengalap pujian, idem seperti yang ditulis Henry Wrad Beecher, dalam bukunya Plymouth Pulpit ; Janganlah memberi,seperti yang dilakukan orang kaya, memberikan seekor ayam betina yang mengeluarkan sebutir telur, dan kemudian berkotek-kotek. Dan itu pun tidak sesuai dengan Matius 6:3-4 : “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekah itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya padamu.”
B
Berbagi kasih Satu kali waktu, teman saya, mengeluarkan uneg-unegnya seputar lingkungannya. Dia bercerita bahwa ia sempat menolak ikut tur rohani keluar kota untuk berbagi kasih di panti jompo dan panti asuhan. Teman saya ini menolak dengan alasan jika niatnya mau membagi kasih dengan sesama, mengapa harus pergi jauh, mengapa tidak lebih dahulu memberi kelebihan kita kepada orang di sekitar kita, tanpa mesti pilih-pilih, agama yang dianutnya serta dari suku apa. Dalam Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus tertulis : ”Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan bersedih hati, atau karena paksaan,sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan suka- cita” yang mau dikatakan ayat bernas ini tidak lain bahwa jika pemberian itu dilakukan denga rela serta tulus Allah kita yang Rahim akan juga mengasihi kita. Dikuatkan
lagi pada Amsal 19 : 17 : “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, mempiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu!” Semoga dengan menyimak dua ayat tadi, saudaraku seiman yang berkelebihan namun masih raguragu untuk peduli dengan sesama jadi mantap hatinya buat melakukan hal yang amat direstui Pencipta kita.
Tangan tengadah Kini, kita telaah apa arti menerima atau dalam bahasa simbolnya, tangan yang menengadah. Sama juga dengan tangan yang tertelungkup , menerima itu bukan perbuatan yang hina atau dikutuk Tuhan, karena Yesus juga berfirman lewat injil Matius 7;7 : “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu!” Memberi dan menerima bisa apa saja. Bantuan tenaga,dan perhatian dan masih banyak lagi. Kesimpulannya sebagai penerima tidak tertutup kemungkinan akan menjadi pemberi. Jadi, saudaraku, janganlah berkecil hati jika cuma bisa masuk golongan tangan yang tengadah. Dan jangan pula memelihara gengsi, perasaan tidak enak hati atau dalam bahasa leluhur bhay sin gee. Jika kita memang termasuk orang papa dan nyaris miskin tidak usah malu lantaran miskin adalah keadaan bukan pilihan. Lebih baik kita melarat ketimbang miskin rohani. Jangan pula kecil hati jika ada yang mengolok-olok atau mencibiri keadaan kita, biarkan saja karena mereka sebetulnya tanpa sadar telah menghina sang Pencipta, seperti tertulis di Amsal 17:5 : Siapa yang mengolok-olok orang miskin telah menghina Penciptanya!” Seperti disebut dimuka tadi, menjadi miskin bukan pilihan tetapi keadaan, karena itu jika kita mau berusaha keluar dari predikat tangan yang terlentang dengan sungguh-sungguh, Tuhan pasti membantu kita. Tetapi sebelum usaha dan doa kita dijawab Tuhan, tetap bersukacitalah dalam kemiskinan dan selalu berjalan di jalan Allah, karena Dia akan selalu berpihak dengan Anda. Dan jangan malu jika kita masuk dalam golongan penerima berkat orang lain yang lebih dari kita. Coba simak ini : “Lebih baik orang miskin yang bersih kelakuannya ketimbang orang yang berliku-liku jalannya sekali pun dia kaya!” Amsal 28 : 6. Atau simak kutipan dari penulis buku, Gnomologa, Thomas Fuller: “Lebih baik pergi ke surga dengan pakaian usang ketimbang ke neraka dengan pakaian sulaman!”
Komunika · 19
Perempuan Tangguh itu Masirah Oleh : Florentina Sastri Nurani
IKISAHKAN, pada salah satu perkampungan kecil di Jawa Tengah tinggallah satu keluarga yang sangat sederhana, itulah keluarga pasangan Wardoyo dan Masirah. Mereka dikaruniai tujuh orang anak, tiga lakilaki dan empat perempuan. Hidup mereka tak berada, bahkan bisa dikatakan berkekurangan. Rumah yang kecil tanpa kamar satupun. Bila petang tiba, Wardoyo menggelar reng (anyaman bambu) selanjutnya dialasi tikar pandan. Disitulah hampir sebagian besar aktivitas dilakukan. Mulai dari makan, belajar hingga tidur. Dilarut malam, di tempat itulah mereka tidur berjejer sesuai urutan dari anak yang paling besar hingga diujung adalah Masirah dan Wardoyo. Wardoyo bekerja sebagai buruh tani, sedangkan Masirah hanyalah ibu rumah tangga biasa. Terkadang Masirah membantu menambah penghasilan dengan kulakan (membeli hasil bumi dari para penduduk kampung seberang yang lewat, sebelum mereka sampai ke pasar - seperti buah, singkong, sayur mayur dan lain-lain). Dari pekerjaan itulah keluarga ini menggantungkan penghidupannya. Namun dari balik serba kekurangannya keluarga
D
20 · Komunika
ini, membuat orang lain patut memuji semangatnya. Dengan tujuh orang anak, mereka berprinsip untuk menjadikan anakanaknya berhasil kelak nanti. Ini dibuktikan dengan menyekolahkan mereka. Meskipun ejekan, sindiran bahkan hinaan dari para tetangga sering kali harus mereka dengar. Maklum tentunya orang lain beranggapan, lha wong untuk makan hari-hari aja ngapngapan, ini belagak menyekolahkan semua anaknya. Tapi bagi pasangan ini, terlebih bagi Masirah hinaan itu bagaikan pelecut semangat dalam mengatasi segala persoalan hidup keluarganya. Bila pagi tiba, Masirah bergegas menyiapkan sarapan buat tujuh anaknya. Hanya dengan menanak nasi dan ditaburi garam sebagai perasa gurih. Anakanakpun terbangun, mereka mengerubungi ibunya, yang siap membagikan sarapan. Tampah digelar dialasi tujuh lembar daun pisang sesuai jumlah anaknya. Satu persatu daun terisi dengan nasi, belum lagi selesai dibagi, anak-anak sudah mulai berebut. Menunjuk dan berteriak “ yang itu punyaku”. Mereka berharap pilihannya tentu adalah lebih banyak dari yang lain. Dengan penuh suka cita mereka sarapan. Seakan menu itu sudah mereka tunggu sejak dalam mimpi malam hingga menuju pagi. Hari demi hari keluarga ini berkutat dengan keprihatinan. Anak-anak sudah berangkat sekolah, yang masih SD berangkat jalan kaki karena memang jaraknya dekat. Sedang yang SMP dan SMA naik sepeda itu pun sepeda butut. Tradisi keluarga ini yang masih SD tidak diberi uang saku sedang yang SMP dan SMA diberi saku kalau ada pelajaran olahraga. Anak-anaknya patuh, menerima irama kehidupan yang memang harus mereka jalani. Tak jarang, demi terus menyekolahkan anak-anaknya Wardoyo dan Masirah harus menahan bahkan menghilangkan rasa malu. Mencari pinjaman sana sini, gali lubang tutup lubang, bahkan kalau perlu menahan rasa lapar agar sedikit mengurangi pengeluaran. Setiap ganti bulan, kepala sudah mulai cenatcenut karena tanggal-tanggal awal adalah
waktunya membayar SPP. Satu persatu anaknya memberikan “Pethuk” (Kartu SPP). Masirah sang ibu yang memang dominan dalam mengatur dan bertekad menyekolahkan anak-anaknya, akan berpikir keras untuk membiayai anak-anaknya. Masirah akan memilah-milah SPP siapa yang akan dibayar dulu (kalau terjadi tunggakan-tunggakan memang sudah langganan pasti ). Namanya anak-anak kadang tak mengerti kepusingan orang tua. Yang mereka tahu pokoknya SPP terbayar. “Ibu, kok SPP aku belum dibayar bu, sudah tiga bulan bu, aku malu terus dipanggil menghadap guru”. *** Ada kebiasaan yang selalu dilakukan Masirah. Bila tengah malam tiba, saat anakanak sudah terlelap tidur, Masirah keluar rumah, duduk bersimpuh ditengah latar dalam remang cahaya malam. Disitulah Masirah mengadu, memohon kekuatan kepada Tuhan. Untaian doa didaraskan, bahkan air mata selalu berurai tatkala memang beban yang harus disandang begitu berat. “Duh Gusti Yesus, aku yang lemah ini, berharap belas kasihmu, dari niatku yang tulus, seorang ibu yang lemah ini berharap kuat dalam tekad dan Harapan untuk memberi bekal hidup dan ilmu untuk semua anakku. Sudilah Gusti Yesus memberi kekuatan lahir dan batin agar aku mampu mewujudkan tekadku itu. Aku berserah dengan jalan yang engkau pilihkan buat keluargaku. Aku tak meminta lebih dari-Mu, hanya, berilah aku waktu yang cukup, untuk berjuang membesarkan dan mengusahakan agar anak-anakku dewasa kelak tidak hidup berkekurangan seperti orang tuanya. Semoga mereka menjadi anakanak yang berbudi pekerti luhur. “ Kebiasaan itu dilakukan Masirah hampir tak ada malam yang terlewatkan. Dari ketulusan sang ibu inilah, Tuhan menjawab dengan memberi kebanggaan. Dengan prestasi anak-anaknya dalam sekolah. Sebagian besar anak-anakya selalumemperolehpredikattigabesar.Adasatu kejadian unik - biasanya ketika pengambilan raport tiba, orang tua atau wali yang boleh mengambilnya. Disinilah peran Masirah sang Ibu sungguh diluar dugaan. Masirah yang tak pernah mengenyam pendidikan dipusingkan ketika harus membubuhkan tanda tangan sebagai tanda pengambilan raport. Tentunya Masirah bingung, bagaimana ia bisa membuat tanda tangan. Namun demi anak-anakya
yang telah membanggakannya ia berpikir keras, tidak mau dia pulang tanpa membawa raport hanya gara-gara tanda tangan. Ia pun bertanya pada guru, “Bu, kalau tanda tangan itu yang nulisnya seperti apa? Setelah mendapat gambaran dari guru, dengan penuh percaya diri Masirah membubuhkan tanda tangan untuk kali pertama (setelah selama ini hanya cap jempol). Tidak ribet masirah membuat tanda tangan karena memang dia tidak bisa baca dan tulis. Namun hanya dengan membuat huruf “M” setelah itu diberi lingkaran akhirnya Rapotpun dibawanya pulang. Melihat kepedean Masirah, sang Guru wali Kelas anaknya hanya senyum-senyum namun dalam hatinya penuh kagum. Dari semangat pantang menyerah sang ibu ini pulalah yang menjadi pertimbangan sekolah untuk memberi sedikit keleluasaan waktu dalam membayar SPP. tak hanya itu saja yang menjadi kebanggaan Masirah, selain prestasi akademik, anak-anak ini juga diberkati Tuhan dengan talenta dibidang seni. Yang paling menonjol adalah dalam hal bernyanyi. Anakanak lelakinyapun pandai memainkan alat musik Gitar, bahkan salah satu anak lelakinya bisa memainkan beberapa alat musik selain gitar - seperti harmonika, seruling, organ juga Kulintang. mereka memang tak memiliki alat-alat musik itu, namun mereka belajar otodidak dari meminjam teman temannya Kelebihan itu tentunya memberi warna indah bagi Wardoyo dan Masirah. Yang tentunya talenta itu berguna untuk kegiatan menggereja dan memasyarakat. Tahuntahun berlalu, kini anak-anak yang manis itu sudah berkarya diladangnya masing-masing, Meski tidak hidup kaya raya, namun mereka semua hidup cukup dan layak bahkan sudah berkeluarga dan mempunyai keturunan. *** Di usianya yang menanjak senja, Masirah menyungging senyum melihat anak-anaknya kini telah berhasil. Masirah menyambut semua itu dengan penuh syukur. Kebiasaan yang tak pernah dilewatkan adalah berdoa.Di tengah malam sunyi, Masirah bersimpuh ditengah halaman, namun kini bukan lagi mengadu dan berkeluh kesah mulut yang mulai keriput bergetar mendaraskan doa. “Gusti Yesus, terimakasih atas segala kemurahanmu, kau telah memberiku cukup waktu bersama suamiku, berjuang, merawat, membesarkan
Disitulah Masirah mengadu, memohon kekuatan kepada Tuhan. Untaian doa didaraskan, bahkan air mata selalu berurai tatkala memang beban yang harus disandang begitu berat.
Komunika · 21
“Gusti Yesus, terimakasih atas segala kemurahanmu, Kau telah memberiku cukup waktu bersama suamiku, berjuang, merawat, membesarkan anak-anak dalam penghidupan."
22 · Komunika
anak-anak dalam penghidupan, terimakasih atas anak-anak kami, juga keluarga mereka masing-masing, terimakasih atas cucu-cucu yang manis. Duh Gusti Yesus, rasanya tak ada lagi yang aku minta, hampir semua telah kau berikan. Aku tak meminta balas budi anak-anakku untukku, hanya aku mohon jaga hati anak-anakku, tuntun hidup anak-anakku beserta keluarganya selalu dijalan kasihmu.” Kini perempuan tangguh, bernama Masirah itu, tua sudah, raganya yang kurus mulai rapuh dan sering didera sakit. Saatnya pertanyaan besar harus dijawab oleh anak-anak; “Lihatlah orang tua kalian, apa yang akan kalian lakukan, apa yang akan kalian berikan untuk orang tuamu terlebih ibumu. Walau tak pernah mereka meminta. Karena apapun yang akan kalian lakukan dan berikan tak ‘kan pernah bisa terbayar, karena sejatinya kasih orang tuamu tak kan pernah bisa diukur seberapa dalamnya dan dihitung berapa jumlahnya. “Kasihilah orang tuamu selagi masih kau diberi waktu jangan sampai saat mereka telah pergi, memberi kalian penyesalan yang menyakitkan karena dimasa hidupnya kalian tak melakukan apaapa untuk kebahagiaan mereka.” Waktu terus berlalu, perempuan tangguh itu kini terbaring sakit, lemah dan tak berdaya. Segala daya dan upaya dilakukan untuk kesembuhan sang ibu. Rum, anak pertama yang kebetulan mendampingi ibu, dengan telaten merawat sang Ibu, sementara Wardoyo sang suami dengan setia menemani, memberi semangat buat istri tercinta. Sementara anak-anak yang berada dirantauan bahu membahu mencari biaya pengobatan. Setiap hari mereka selalu bertanya perkembangan sang ibu. Terkadang kabarnya melegakan, namun tak jarang pula kabar itu sebalikknya. Hingga suatu hari Wardoyo meminta anakanak mereka harus pulang. Mereka mulai menduga-duga jangan-jangan.....Namun mereka harus berpikiran positif. Anak-anak telah berkumpul semua.... mata mereka Nanar... tercengang... melihat pemandangan didepanya. Selama ini mereka hanya berkutat Mencari uang untuk pengobatan ibunya, tanpa melihat langsung penderitaan ibu, juga bapak dan kakak yang merawatnya. Perempuan renta itu tidur melengkung di tempat tidur. Rambut yang sudah memutih semua itu dibiarkan terjuntai halus di atas kepalanya. Badannya kurus, matanya selalu terpejam.... tak ada satupun aktifitas yang
bisa dilakukan sang ibu.. dari makan, minum, mandi - semua sang kakak pertama yang membantu melakukannya. Dengan telaten kakak merawat sang ibu. Pada lazimnya orang yang hanya bisa terbaring ditempat tidur dan tidak bisa beraktifitas apapun tentu lama lama akan mengeluarkan bau yang tak sedap. Namun tidak demikian untuk Masirah sang ibu.. karena anak pertamanya dengan teliti terus merawatnya. Membopong sang ibu ke kamar mandi untuk dibersihkan badannya, agar selalu wangi, menggantikan baju dan kain setiap saat setelah buang air kecil ataupun besar, mengelap perlak tidur dengan sabun dan pewangi, menyisir rambut sang ibu hingga selalu rapi. Sungguh pengorbanan yang luar biasa dari seorang anak yang begitu tulus, sabar dan kuat. Tetanggatetangganya pun dibuat kagum dan mengakui ketelatenannya. Setiap adik-adiknya bertanya ..”Capek ya kak merawat ibu? Sang kakak menjawab, “Badanku memang capek dan lelah, ini berat badanku juga turun berkilokilo, kurus seperti ibu - tapi percayalah adikadikku, hati dan semangatku merawat ibu tak pernah capek dan lelah. Aku ingin selalu membuat ibu bersih dan wangi... seperti kebaikan ibu pada kita dan kepada sesama, ibu yang sabar dan penuh maaf.” Anakanaknya semua membaur memeluk sang ibu tercinta... air mata semua berlinang.... ditengah kepedihan itu sang bapak bicara... ibumu sudah berhari-hari ini tidak mau bicara... bahkan sempat hampir tak tertolong Jiwanya... berkat sakramen minyak suci akhirnya nafas ibumu kembali. Bapak tidak mau menyesal Makanya kalian bapak kumpulkan dirumah. Biar kalian tahu bagaimana ibumu sekarang. Sukur-sukur kedatangan kalian dan cucucucu akan memberi semangat buat ibumu. Semua anak-anak tercekat dan kelu. Satu persatu mereka memanggil sang ibu yang terus Tidur lemah dan terpejam. “Ibu... ibu!!!, ini kami semua pulang untuk ibu,.. ini Nur bu!!” Sungguh luar biasa keajaiban Tuhan. Begitu anak-anak, mantu-mantu dan cucucucu berkumpul, sang ibu itu mulai bisa menggeliat, merespon panggilan dan mulai bicara mesti cuma sepatah patah. “Ini Nur... ya?” - Iya bu, “Ini Nur, ini Kismi, ini Ambar, ini Rusmih, ini Anton mantu ibu.” Begitu seterusnya meski tak mampu bangun dan membuka matanya, namun sepertinya ia tak ingin melewatkan kelegaan ditungguin anakanak yang sangat ia cintai. Sesuatu yang luar
Komunika · 27
28 · Komunika
!"!# $%&' .$ (/#0
1 # #+ 2 $-)# 3# +& ,+ ' ,' ()(4'''#$##5*+4''''#5
) * $
' (#
%
& &
+&' ,' ) #- +& ' ' , ' ' ) #-
!" #$
Komunika · 29
30 · Komunika
Komunika · 31
32 · Komunika
Komunika · 33
34 · Komunika
Komunika · 35
36 · Komunika
Komunika · 37
38 · Komunika
biasa,meski tak mampu melakukan apa-apa, namun bila anak – anak memberi semangat dan mengajaknya berdoa;. mulut yang sudah keriput itu tak berhenti berdoa “Duh Gusti sudah sekian waktu ini hamba didera sakit, mohon ampun atas Dosaku dan kini hamba mohon berilah hamba kesembuhan...” Setelah mengucap doa itu, Masirah melanjutkannya dengan doa Bapa Kami dan Salam Maria. Semua yang menunggui pasti menangis dan sangat merasakan kesedihan sang ibu. Bila malam tiba anak-anaknya bergantian menjaga sang ibu. Wardoyo pun merespon dan merengkuh tubuh istrinya yang kurus itu, “Iya ini bapak.., bapak tidak kemanamana kok.” Melihat pemandangan itu, semua anak-anak, mantu, bahkan cucu-cucu yang sebenarnya belum cukup mengerti ... terdiam dan berurai air mata. ” Ibu.... yang semangat ya bu... ibu harus sembuh... nanti kalau udah sembuh kita ke gereja bersama..., seperti desember saat natal kemarin bu,” begitu anak-anaknya memberi semangat dan harapan. Berkumpul saat Desember tiba, itu sudah menjadi tradisi. *** Disuatu malam anak-anak dikumpulkan oleh sang Bapak di ruang tengah. “Anakanakku semua, sekarang ibumu memang sudah tidak berdaya... dan bapak tidak tahu sampai kapan. Sebagai suami, tentunya bapak ingin ibumu sembuh..Namun bapak tidak pernah tahu apa rencana Gusti. Jadi kalian harus tabah dan siap. Nanti bila saat itu tiba kalian jangan terlalu larut dalam sedih. Bapak dan ibu sangat bangga pada kalian. Segala daya upaya telah kalian lakukan. Juga ketika bapak meminta kalian pulang, kalian melakukannya, bahkan bersama pasangan kalian dan cucu-cucuku. Semoga ini menjadi contoh dan teladan bagi lingkungan, atas cinta dan bakti kalian. Sebenarnya bapak nggak nyangka kalau ibumu akan seperti ini, selama ini bapak meyakini kalau ibumu akan sehat dan panjang umur..Bapak sudah janji sama ibumu akan selalu menjaganya... bahkan bila nanti ibumu dipanggil Gusti. Bapak janji akan ngemong ibumu di surga. Memang umur manusia mau sampai berapa sih?” Anak-anaknya semua terdiam. Namun air mata bercucuran dan mulut mereka terisakisak. Dalam hati mereka menolak ungkapan bapaknya itu. Mereka memohon ibu dan bapaknya akan panjang umur dan dikaruniai
kesehatan. Akhirnya semua berpamitan untuk kembali ke Tangerang. Setelah berpamitan kepada bapak, Mereka pulang meninggalkan ibu, bapak dan kakakya dengan misi masingmasing.
“Kasihilah orang tuamu selagi masih kau diberi waktu jangan sampai saat mereka telah pergi, memberi kalian penyesalan yang menyakitkan karena dimasa hidupnya kalian tak melakukan apa-apa untuk kebahagiaan mereka.”
*** Derita dan duka.... Sebulan berlalu, segala daya upaya akhirnya terhenti sudah. Semua terhenyak ketika menerima kabar duka. “Semua harus pulang, ibu telah pergi. Masirah, perempuan tangguh itu terbaring didalam peti - mengenakan kebaya merah muda kesukaannya, sangat bersih dan cantik dengan senyum yang tersungging. Anak-anaknya mengelilingi peti itu, mulut mereka bergetar mendaraskan doa untuk sang Ibu. Air mata seperti hujan yang tak dapat dibendung. Semua pelayat yang setia dan sabar menunggu dari Misa sampai saat pemakaman; dan larut dalam isak dan air mata. Malam harinya selepas doa bersama, anak-anak, mantu dan cucu-cucu dikumpulkan. Guratan-guratan kesedihan masih sangat lekat. Bapak mulai bicara terbata-bata, “Anak-anakku semua, mantu-mantu dan cucu-cucuku, semua sudah digariskan ibumu sudah pergi, kita jangan terus larut dalam sedih. Bapak yakin ibumu bahagia disurga. Kalian bisa lihat ibumu yang cantik, bersih dan tersenyum bukan.... sebelum pergi, ibumu juga berkata yang harus meyakinkan kita. “Anak-anakku sudah ikhlas, pintu sudah dibuka, waktuku sudah tiba” setelah itu ibumu tertidur dan pergi. Itu tandanya ibu sudah bahagia disana bukan? Anak-anak, mantu-mantu dan cucucucu yang bapak cintai, ibu tak meninggalkan harta benda untuk kalian, tapi warisilah kebaikan hati ibumu. Warisilah semangat ibumu dalam mendidik dan membesarkan kalian anak-anakku. Lakukan itu juga untuk anak-anak kalian yang juga cucu-cucuku. Dan satu lagi pesan bapak,. kalian jangan lupa pada kakakmu yang telah rela menjaga dan berkorban dari kalian kecil hingga saat kalian besar. Yang Juga telah menjaga dan merawat bapak dan ibumu dengan sabar dan telaten. Hormati kakakmu, anggap ia sebagai orang tuamu juga.” Natal sebentar lagi tiba....., pastilah rasanya berbeda dan berat karena kami tidak bisa merayakannya lagi, bersama ibu...... (HH)
Komunika · 35
Mujizat Masih Ada Oleh : Teddy Vinanfort
EBENARNYA saya ragu untuk menulis pengalaman pribadi saya ini karena mungkin akan banyak yang tidak percaya, sama seperti saya ketika belum mengalami kejadian sebagai berikut. “Kisah ini dimulai saat saya mengikuti KRK di Senayan sekitar bulan November 2013. Waktu itu saya bertugas sebagai catcher dan sesekali kebagian juga mendoakan umat yang minta didoakan. Saat itu pewarta yang memimpin KRK mulai mengadakan doa penyembuhan dan banyak orang yang tadinya sakit jadi sembuh, yang lumpuh jadi bisa berjalan dan yang tuli bisa mendengar. Saya percaya akan keajaiban yang Tuhan ciptakan, baik itu dari pengalaman pribadi atau orang lain tetapi kemujzatan atau pertolongan Tuhan yang selama ini saya dapatkan walaupun nampaknya sangat jelas tanda tandanya bahwa itu adalah pertolongan Tuhan tetapi bentuknya masih melalui jalur yang wajar menurut pemikiran manusia. Berbeda dengan yang terjadi di KRK, nampak jelas kemujizatan datangnya seketika. Saya mulai berpikir, “Kalau orang biasa yang medoakan mana mungkin kemujizatan dengan seketika secara ajaib dikabulkan Tuhan? Pasti hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang tingkat keimanannya tinggi. Apalagi orang seperti saya yang kerajinan berdoa dan baca Alkitab tingkatanya masih awam. Dan setiap saat di dalam keseharian saya sering merepotkan Tuhan, ngajak ngobrol, meminta petunjuk ini dan itu. Kembali kepada saat KRK. Ketika saya melihat kemujizatan terjadi, saya berkata didalam hati. “Kalau yang mendoakan orang biasa mana mungkin Tuhan mau menunjukkan kemujizatan secara ajaib seperti itu” , tetapi di dalam hati ada yang menentang pendapat tersebut dan berkata “Ingatlah bagi Tuhan tak ada yg tak mustahil” dan secara reeks, sifat ngoyo saya keluar lalu menjawab, “Kalau saya tidak mengalami sendiri, saya tidak akan percaya.” Saya cepatcepat memohon ampun pada Tuhan dan memohon agar saya jangan tertimpa bencana atau terkena penyakit. Semenjak saat itu rasa takut terus menghantui didalam kehidupan saya bahkan serasa saya sedang dikejar oleh bencana yang menakutkan. Setelah beberapa bulan pada suatu pagi tanggal 28 Pebruari 2014. Waktu itu saya sedang sendirian di rumah, saya merasa sangat kesal dan kecewa karena mengingat akan kejatuhan usaha saya beberapa tahun lalu. Dalam keadaan kesal saya mengerjakan memotong kertas kaca lm untuk jendela, caranya setelah digambar pola, kertas itu dibentangkan di lantai lalu penggaris
S
kertas dan agar tidak bergerak waktu pisau memotong kertas penggaris itu ditekan dengan jari telunjuk tangan kiri, dengan mengikuti sisi
penggaris dan dalam keadaan ditekan langsung memotong bantalan jari telunjuk kiri saya. Saat itu saya takut jari telunjuk saya sompek
36 · Komunika
dagingnya. Darah sudah bertetesan dilantai. Agar daging jari saya tidak terbelah lepas, cepat-cepat saya tekan bagian yg terbelah itu dengan tangan kanan lalu saya mengambil plester hansaplas. Di kamar tidur, ketika membalut luka saya menundukkan kepala dan berkata, “Tuhan jari saya kepotong sakit sekali rasanya”. Selesai membalut saya menegakkan kepala kembali. Ternyata dipandangan saya saat itu, saya tidak berada di kamar tidur. Saya melihat di hadapan saya, di jalan yang terbuat dari batu, ada seorang lelaki berambut panjang memakai jubah putih yang bagian atasnya sudah terbuka sedang menatap saya. Nampak jelas posisi tubuh lelaki itu sedang berusaha sekuat tenaga untuk bangun setelah jatuh. Dan yang memiluhkan hati, wajah dan tubuh lelaki itu penuh dengan darah dan lukaluka. Tanpa terasa saya menyapa “Yesus...” ketika mata saya berkedip dan melihat lagi, tampak lelaki itu sudah berdiri sangat dekat di hadapan saya dan menatap saya. Ketika saya berkedip lagi, semua pemandangan itu hilang. “Adapun proses kejadian ini hanya beberapa detik” dan saya mengimani bahwa yang saya lihat itu adalah Yesus. Saya menjadi tidak menghiraukan lagi luka saya yang sudah tidak terasa sakit. Saya merasa sedih dengan penderitaan Yesus dan malu pada Yesus karena saya telalu sering mengeluh. Pada malam harinya ketika saya akan mengganti plester saya terkejut ternyata telah terjadi kemujizatan, luka di jari saya sudah sembuh total. Yang tersisa hanya goresan halus di kulit.. Saya pun jadi mengerti, ternyata dari semua kejadian ini, Tuhan telah membuktikan kepada saya bahwa mujizat Tuhan hingga saat ini masih ada, dan dapat tejadi pada setiap orang. (HH)
Kesan-kesan Rencontre 2014 “How Green Is Your Love?” Oleh : Gregorius Dewangga Jakti
dok Komunika
A
WALNYA saya dapat info dari PAKSNK kalau 25-26 Oktober 2014 akan diadakan acara Rencontre lagi. Tadinya saya masih ragu, mau ikut apa tidak, tapi setelah saya dengar bahwa teman-teman saya banyak yang ikut, maka dari situlah saya mulai tergoda. Apalagi acara seperti itu untuk anak muda sih dianggap “ajang cari jodoh pula.” Wah, itu sih slogan utama saya! Akhirnya saya ikut mendaftar dan tak lupa mengajak teman-teman yang lain untuk ikut meramaikan acara kawula muda tersebut.Tanggal 25 Oktober 2014, saat yang ditunggu-tunggu datang juga. Pagi-pagi sekitar jam 4 saya bersiap-siap. Dan tak lupa mampir ke rumah teman, mengajaknya menuju ruang Santo Benedictus. Saat di perjalanan kami ngobrol sambil mempertanyakan maksud dan tujuan acaranya ini. Tanpa terasa kami sudah memasuki pelataran gereja Santa Monika, dan bergegas menuju aula St. Benedictus. Di sana kami diarahkan oleh kakak-kakak panitia untuk absen dan mengambil name-tagnya masing-masing. Tibatiba ada teman saya yang ngomong sembari menunjuk orang - “Eh Dew, cewek tuh cakep-cakep!” Waduh saya sih dengan senang hati melihat ke arah tersebut. Maklumlah, itu naluri orang muda. Nah akhirnya kakak-kakak panitia memberi arahan pada peserta agar berjalan ke tronton yang telah ditentukan. Sekitar pukul 07.00 pagi kami berangkat menuju Serua Green Village, dan tiba sekitar jam 08.30. Sampai di sana, saya heran karena suasananya masih sepi. Setahu saya ada banyak paroki yang berpartisipasi dalam acara tersebut.
Ternyata rombongan yang lain belum pada datang. Akhirnya kami diarahkan oleh panitia agar segera menuju kamarnya masing-masing. Sesudah mengetahui dimana kamarnya masing-masing kami segera menuju aula utama untuk menikmati snack pagi (pas banget dah perut lagi keroncong protol). Saat itu saya melihat peserta lain juga sudah mulai berdatangan, seperti peserta dari paroki St. Agustinus, St. Laurensia, St. Helena, dan lain-lain. Nah setelah itu kami semua diarahkan agar segera masuk ke dalam aula untuk memulai acara pembuka. Di sesi ini kami diberitahu mengenai tema acara, lalu peraturan selama acara. Untuk meramaikan awal pertemuan ini, kami menyanyikan Mars Renconntre dan Theme Song Rencontre sambil menari. Setelah itu kami juga dipisah menjadi beberapa kelompok sesuai yang sudah ditentukan oleh panitia. Saya masuk kelompok 15. Saya senang semua orang saling berbaur tanpa ada rasa sungkan ataupun membeda-bedakan. Saat sedang serius-seriusnya mendengarkan arahan dari kakak panitia saya dikejutin oleh teman saya sambil berbisik “Dew, nggak nyesel gua ikut ini acara,” kata dia. Lalu saya bilang, “Apa gue bilang juga ini acara pasti seru! Pas dah buat refreshing!" Karena beda kelompok, maka kamipun berpisah untuk berkenalan dengan anggota kelompok masing-masing. Setelah itu panitia memberitahu agar setiap kelompok membuat yel-yel. Tanpa basa-basi lagi, setiap kelompok langsung membuat yelyelnya masing-masing. Setelah semua selesai, kamipun segera kembali ke aula untuk makan siang. Dan dilanjutkan waktu bebas untuk beristirahat (itu sih untuk saya dan temanteman saat penting dan kesempatan emas buat PDKT, hal wajib dan tertulis dijadwal pribadi). Saat itu hari menjelang sore, kami pun Komunika · 37
Menurut saya, saat acara api unggun ini yang paling seru. Kami bernyanyi dan berjoged ria dengan iringan ragam genre musik, mulai pop, rock sampai dangdut.
38 · Komunika
dianjurkan oleh kakak panitia agar segera mandi karena akan ada acara Talk-show dilanjutkan makam malam, Misa Akbar Rencontre dan Ibadat Malam sembari membuat api unggun. Nah saat Talk-show ini, para panitia menghadirkan sederet bintang tamu, antara lain ibu Elisabeth A. Juliartie. Ph.D dan lain-lain (maaf nggak disebut semua bintang tamunya, maklum saya lupa-lupa ingat namanya takut salah sebut). Setelah makan malam, semuanya kembali masuk ke dalam aula karena akan ada Misa Akbar Rencontre. Setelah Misa selesai kamipun diarahkan agar segera keluar dan duduk di sebuah lapangan rumput yang cukup luas untuk melanjutkan acara Ibadat Malam dan Api Unggun. Menurut saya, saat acara api unggun ini yang paling seru. Kami bernyanyi dan berjoged ria dengan iringan ragam genre musik, mulai pop, rock sampai dangdut. Acara api unggun berakhir, kami pun kembali ke kamar kami masing-masing untuk beristirahat. Minggu, 26 Oktober 2014
Pagi-pagi jam 05.00, kami dibangunkan oleh panitia dengan pengeras suara. Setelah semua sudah rapi dan sudah sarapan, acara pun kami dilanjutkan. Nah, ini dia acara yg tidak kalah seru yakni Outbound. Ada banyak sekali permainan - dari memindahkn air dengan busa, sampai-sampai mengambil benda di dalam tong yang besar, ada pula permainan Bambu Gila. Akhirnya, Outbound pun selesai. Semua permainan sudaah saya coba. “Wadehhh seru plus capek, plus, plus, plus nggak ada duanya.” Setelah Outbond selesai kami pun bergegas untuk membersihkan diri dan langsung menuju aula untuk mengikuti acara terakhir. “Waduh rasanya sih sedih juga, baru juga dua hari kenal dan makin akrab, ehh tiba-tiba mau pisah, apalagi yang baru PDKT sama yang disuka. Bisa galau 7 hari 7 malam tuh.” Tapi biarpun acaranya sudah selesai, kami juga masih tetap berteman sampai sekarang. Dan Moment-moment itu tidak akan pernah akan saya lupakan. Sekian saja kisah saya selama ber-Recontre 2014 - “How Green Is Your Love.” (HH)
Dewasakah Imanku ? Oleh : Filipus Boby ELAMAT Natal dan Tahun Baru bagi kita semua umat Kristiani yang diberkati Tuhan ! Semoga di masa-masa Natal kali ini Kelahiran Yesus Kristus benar-benar menjadi awal hidup baru bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan lebih dewasa di dalam iman. Berbicara tentang kedewasaan iman, kali ini saya ingin mengajak teman-teman semua untuk kembali mereeksikan sejauh mana iman kita sudah berkembang dan tumbuh dewasa selama tahun 2014 ini ? Seberapa besar rasa bangga kita sebagai umat Katolik dan apa saja hal-hal yang telah kita lakukan untuk memuliakan nama Allah ? Pada akhir tahun 2014 ini mari bersama-sama kita renungkan apakah kita sudah membuat Tuhan senang atau malah kebalikannya ?! Bila berbicara tentang kedewasaan iman maka kita tidak bisa menyamakan hal ini dengan usia kita yang semakin dewasa atau semakin bertambah. Kedewasaan iman sungguh berbeda dari seberapa dewasa usia seseorang. Ada masa-masa dimana kitalah yang harus belajar dari keteladanan hidup seseorang yang justru lebih muda dari kita. Ada saat dimana kita perlu kembali mengintrospeksi diri untuk mengenali diri kita lebih dalam, apakah saya sudah dewasa ? Atau hanya umur saya yang bertambah tua namun sikap dan tindakan saya masih seperti layaknya anak kecil ? Kembali ke topik pembahasan kita mengenai kedewasaan iman, kali ini saya ingin menekankan beberapa hal yang penting untuk menjadi rksi bagi kita semua umat-umat yang mengaku beragama katolik namun kadang kala sikap kita sungguh tidak menunjukkan bahwa kita adalah umat Katolik. Misalnya saja ketika kita pergi beribadah ke gereja pada hari Minggu, masih banyak sekali orang yang tidak sadar dimana mereka saat itu. Tanpa memikirkan sopan santun mereka berpakaian dengan busana yang tidak pantas untuk dipakai saat ke gereja. Kalau saya boleh katakan, gereja saat ini mengalami kegoyahan yang luar biasa dahsyat bukan hanya dari luar namun dari dalam. Dari kita sendiri yang kerapkali tidak serius mengikuti misa yang diadakan seminggu sekali. Hanya sebatas kewajiban saja tapi tak ada kesadaran bahwa saya BUTUH Tuhan bukan Tuhan yang butuh saya. Sungguh memprihatinkan. Kenyataannya bahwa kita mengaku dewasa namun iman kita sama sekali tidak dewasa. Di edisi kali ini, majalah Komunika ingin mengangkat tema yang menarik untuk kita perbincangkan. Tema tersebut adalah “ Meditasi dan Pertumbuhan Iman ”. Banyak orang yang belum mengetahui secara dalam apa itu meditasi atau seberapa pentingnya meditasi bagi kita. Namun meditasi sendiri sebenarnya dapat membuat kita dapat merasakan kehadiran Tuhan lebih baik lagi. Melalui meditasi sendiri , iman kita dapat bertumbuh dan berkembang. Maka diharapkan pada masa-masa ke depan umat Katolik dapat lebih mengenal tentang meditasi yang dapat menjadi amunisi bagi kita untuk melawan kerikilkerikil kecil yang iblis letakkan dibawah kaki kita. Meditasi sendiri
S
sesungguhnya adalah praktik relaksasi yang melibatkan pelepasan pikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari. Meditasi juga mengajak kita untuk menghadirkankembaliTuhanlewatkeheningan. Keheningan ini membuat kita semakin dapat merasakan keberadaan Tuhan yang hanya sejauh doa saja. Maka dalam meditasi kristiani biasanya kita mengucapkan doa “ MA-RANA-THA ” yang mempunyai arti “ Datanglah Tuhan ”. Ketika kita mengucapkan doa tersebut dengan sungguh-sungguh maka kita akan benar-benar merasakan kehadiran Tuhan yang memegang tangan kita, memenuhi kita dengan cinta kasihnya. Maka sesungguhnya hubungan meditasi dengan pertumbuhan iman adalah meditasi menumbuhkan bibit iman yang ada didalam hati kita lewat kehadiran Tuhan. Nah, lewat tulisan ini saya juga ingin mengajak saudarasaudara seiman untuk ikut serta dalam bermeditasi entah itu di rumah atau dengan komunitas meditasi di gereja. Mari kita bermeditasi dan kita renungkan bersama dalam meditasi, sudah seberapa dewasa iman saya ? Selama 1 tahun ini, apa saja hal-hal yang telah saya lakukan untuk memuliakan Tuhan dan seberapa banyak dosa yang sudah saya bebankan di hata Tuhan ? Saudarasaudara, hidup hanya 1 kali maka kita pun harus selalu melakukan hal yang terbaik agar bila kita sudah berhadapan muka dengan Allah, kita bisa memberikan bentuk pertanggungjawaban iman kepada Allah. Mari, di momen Natal ini kita bersama memperbaharui diri kita ke arah yang lebih baik agar di tahun 2015 kita sudah dapat menunjukkan kedewasaan iman kita di hadapan Tuhan. Mari kita bertumbuh dan berkembang di dalam iman dan kepercayaan terhadap Tuhan Allah Sang Pencipta. Semoga rksi kali ini dapat bermakna bagi kita semua sehingga kita siap menyambut kehadiran Tuhan Yesus di dunia. (HH)
Komunika · 39
Rapat Karya Dewan Paroki St Monika ada kendala tapi mau minta tolong. Pernyataan ini ditimpali senyum dan tawa lebar oleh seluruh peserta RaKar.
Pembekalan Dewan Pengurus Harian
abtu, 22 November 2014, langit masih gelap namun empat buah bus sudah siap di depan Apotik K 24 BSD. Panitia RaKar sudah menyambut dan mendata kehadiran para peserta yang memberikan konrmasi. Sesampainya di Hotel Santika Cikarang, semua peserta melaksanakan registrasi dan memperoleh satu tas yang berisi kaos biru dengan logo St. Monika di dada kiri, name tag, dan Buku ASAK (Ayo Sekolah Ayo Kuliah). Panitia mewajibkan para peserta untuk mengganti baju dengan kaos seragam RaKar yang sudah dibagikan, baru kemudian memasuki aula dengan disambut iringan lagulagu rohani. Acara dimulai 15 menit lebih cepat dari yang direncanakan; diawali dengan lagu-lagu pujian yang dipimpin oleh Ninik dan Levi, dan Doa Pembukaan oleh Ubaldus Opa. Kemudian Ina Budiman selaku MC mempersilakan Susie Ratinawaty selaku Ketua Panitia Pelaksana RaKar menyampaikan sambutan. Dalam sambutan yang disampaikan secara santai dan singkat, Susie
S
40 · Komunika
menyampaikan terima kasih atas partisipasi seluruh peserta dan alasan panitia memilih lokasi RaKar di Cikarang. Dalam sambutannya, Kepala Paroki St. Monika, Pastor Aloysius Supandoyo, OSC, menegaskan bahwa pemilihan lokasi RaKar di Cikarang selain biayanya lebih murah daripada diselenggarakan di Sentul, tidak macet bila dibandingkan dilaksanakan di Hotel Seruni Puncak. Juga disampaikan perubahan istilah Rapat Kerja menjadi Rapat Karya. Selesai memberikan sambutan, Pastor Pandoyo memukul gong sebagai tanda dibukanya Rapat Karya Dewan Paroki St. Monika.
Dalam Sesi 1 disampaikan ksi Pelayanan Pastoral 2011 s/d 2014 oleh Takarinawati atau Ayin dan tim, kemudian dilanjutkan ksi Persaudaraan Sejati oleh Agus dan tim. ksi dan Evaluasi Keluarga disampaikan oleh Ina Hardono, dan diakhiri dengan ksi dan Evaluasi Kepemudaan oleh Aswin, yang menyampaikan bahwa tidak
Selepas co break, peserta mendengarkan paparan tentang Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta dan Spriritualitas Gembala Baik dan Pelayanan yang Murah Hati, yang disampaikan oleh Wakil Ketua DP St. Monika, Lokita Prasetya, didampingi ketiga pastor yang berkarya di St. Monika, yaitu Pastor Aloysius Supandoyo OSC, Pastor Lukas Sulaeman OSC, dan Pastor Yulianus Yaya Rusyadi OSC. Disampaikan pula bahwa pada tahun 2015 akan ada beberapa lingkungan yang dimekarkan, dari 115 Lingkungan menjadi 144 Lingkungan, penambahan Wilayah, dari 26 Wilayah menjadi 29 Wilayah. Disampaikan pula bahwa Stasi St Ambrosius, yang terletak di Perumahan Vila Melati Mas sudah dibangun gedung gereja yang megah dan sarana pelengkap yang memadai untuk menjadi sebuah paroki yang diharapakan dapat terealisir pada tahun mendatang.
Drama Melayani dengan Sukacita Selepas santap siang, diperagakan drama empat babak. Babak pertama mengisahkan tentang pengalaman seorang ketua lingkungan yang susah dihubungi karena sibuk tapi tetap berusaha melayani warganya dengan baik. Babak kedua menampilkan kegalauan saat ketua lingkungan
menunggu kehadiran warganya untuk latihan koor, dan babak ketiga menampilkan seorang ketua lingkungan yang mencoba bersabar dan berbesar hati saat ada warga yang menyuruh supir pribadinya untuk meminta tanda tangan. Drama babak terakhir menampilkan ketua lingkungan yang care pada warganya meskipun belum membayar iuran lingkungan dan perlu bantuan, juga saat pengurus lingkungan membagikan majalah Komunika kepada warganya serta berkunjung kepada umat. . Drama ditutup dengan adegan sarasehan para ketua lingkungan yang dihadiri Pastor Yaya OSC. Rupanya para pemain drama yang diwakili anggota dari berbagai seksi dan kategorial membuat suasana RaKar sedikit berbeda, Peserta RaKar seolah-olah sedang rksi mengenai drama yang diperagakan. Ina Budiman yang menulis naskah dan dan menjadi sutradaranya.
diusahakan untuk dinaikkan supaya bisa membantu keluarga yang ditinggalkan . Selain itu, diberitahukan bahwa penyediaan makan pastor, mulai 25 November 2014 s/d 25 Februari 2015 akan disiapkan oleh Tim Rumah Tangga Pastoran. Dengan kebijakan tersebut , diharapkan makanan yang tersedia untuk para pastor menjadi lebih sehat dan akan dievaluasi kembali.
Acara penutup dan Misa syukur Acara selanjutnya adalah pengumuman dari Panitia Natal 2015, ASAK, dan BIR.
Juga pemberian kesan dan pesan dari beberapa peserta. Menurut salah seorang aktivis, Sapto, tugas sebagai ketua lingkungan sangat membuatnya bahagia dan sukacita. Demikian pula pengalaman Eko Pambudi yang merasakan bahwa pelayanannya selama ini karena kasih yang Tuhan berikan dan keinginannya untuk “care “ dan berbagi kepada sesama yang tidak ia kenal. Sedangkan Rama menceritakan betapa “indah“ hidup untuk melayani lingkungannya. Seluruh rangkaian RaKar ditutup dengan Misa syukur konselebrasi yang dipimpin oleh ketiga pastor dan diakhiri santap malam bersama. Helena Sapto, sekretaris Komunika
Rencana Strategis 2015 Sebentar lagi masa kepengurusan para ketua lingkungan, ketua wilayah, dan Pengurus Dewan Paroki St Monika akan berakhir. Semoga akan banyak kader yang siap melanjutkan karya pastoral tersebut. Salah satu program yang diharapkan dapat dilaksanakan pada tahun 2015, yaitu program K 3 (Kartu Kontribusi Keluarga) yang akan diterapkan untuk warga Paroki St. Monika. Setiap keluarga memiliki kewajiban memberikan kontribusi untuk lingkungan yang besaran nilainya sesuai kebijakan lingkungan, kontribusi wajib untuk Komunika @ Rp 3.000/Keluarga/bulan, dan untuk SPKSM sebesar @ Rp 7.000,/keluarga/ bulan, yang pengumpulannya dilakukan oleh ketua lingkungan. Saat ini, pemakaman Jelupang sudah mulai penuh, maka pemakaman yang terletak di Cibadung akan segera dipakai. Besarnya bantuan kedukaan akan
Komunika · 41
Ziarek Lingkungan St. Elisabeth
Ziarek ke Lembang memupuk kebersamaan dan kegembiraan umat Lingkungan St Elisabeth.
ATAHARI pagi belum bersinar. Lapangan parkir Club House Taman Giri Loka sudah tampak ramai. Warga saling melontarkan sapa dan salam. Mereka tampak ceria. Mereka adalah warga Lingkungan St Elisabeth. Sabtu , 25 Oktober 2014, tepat pukul 05.30 WIB, mereka berangkat menggunakan bus menuju Lembang, Bandung. Mereka hendak berziarah ke Gua Maria Karmel dan rekreasi di Lembang dan sekitarnya. Bus berkapasitas 59 tempat duduk pun penuh. Memasuki Tol Bintaro, panitia membagikan kotak-kotak nasi uduk. Setelah sarapan, peserta ziarah mendapat buku Pegangan Ziarah dan Rekreasi yang dibuat dengan apik. Mereka pun menyanyikan lagulagu pujian dengan iringan gitar. Memasuki Tol JORR, peserta ziarah mulai mendaraskan doa Rosario.
M
42 · Komunika
Semua peserta, anak-anak, bapak, dan ibu bergiliran mendaraskan doa Salam Maria dengan khidmat. Selesai berdoa Rosario, anak-anak Bina Iman St. Elisabeth dengan penuh semangat menyampaikan berbagai teka teki. Suasana pun makin heboh karena rupanya anak-anak imut ini bisa membawa suasana kegembiraan yang membuat perjalanan terasa singkat. Akhirnya, rombongan tiba di Gereja Karmel Lembang. Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil\; enam sampai delapan orang per kelompok. Masingmasing kelompok memulai Jalan Salib dengan khidmat. Perhentian demi perhentian sampai akhirnya tiba di gua Maria. Masing- masing mendapat kesempatan untuk berdoa secara pribadi dan diakhiri dengan foto bersama.
Hari berangsur siang. Selesai berdevosi kepada Bunda Maria, rombongan bersantap siang bersama. Setelah itu, mereka menikmati keindahan suasana sekitarnya. Tibalah acara permainan. Permainan diawali dengan membuat lingkaran kecil, sehingga masing masing peserta merapatkan diri. Lalu, sebuah bola sepak diberikan kepada seorang anak. Selanjutnya, dengan kaki, bola tersebut harus bisa digulirkan kepada orang di sebelahnya dan seterusnya. Pesan dari permainan ini adalah belajar bekerjasama, saling menerima, dan memberi. Selanjutnya, acara perlombaan. Perlombaan dimulai dari lomba pindah bola untuk anak- anak yang kecil dan lomba beregu untuk para remaja. Mereka berusaha bekerjasama memindahkan bola pingpong dengan bantuan sebilah bambu. Dan lomba terakhir adalah lomba antarpasangan suami-istri. Perjalanan dilanjutkan ke Dusun Bambu, sebuah resto yang tampak indah dengan pemandangan Gunung Tangkuban Perahu. Udara dingin dan sejuk membuat para peserta tidak tampak lelah. Ada yang menikmati rumah pohon. Ada yang naik sampan mengelilingi danau buatan. Ada yang menikmati terbenamnya matahari dengan mengabadikan keindahannya. Usai santap malam, peserta ziarek Lingkungan St Elisabeth kembali ke BSD. Kegembiraan sepanjang hari tak membuat peserta kelelahan. Dalam perjalanan pulang, para peserta mengungkapkan kesan dan pesan. Mereka berharap kegiatan seperti ini bisa dilakukan tahun depan dengan tujuan yang berbeda. Helena Sapto – Lingkungan Elisabeth
Syukuran Legio Mariae Presidium RPD Agar senantiasa giat melayani dengan penuh kasih, para legioner dihimbau untuk tidak malas berdoa Tessera. ULA St Dorothea tampak ramai pada Kamis, 27 November 2014. Sekitar 40 orang hadir dalam pertemuan anggota aktif dan auksilier Legio Mariae Presidium Ratu Pencinta Damai (RPD). Acara diawali dengan Rapat Mingguan yang di dalamnya didaraskan Doa Pembukaan Tessera, lima puluhan Salam Maria, Catena Legionis, dan Doa Penutup. Acara dilanjutkan dengan ibadat syukur ulang tahun beberapa anggotanya. Ketua Presidium RPD, Elisabeth, mengucapkan terima kasih atas kehadiran para anggota. Secara khusus, ia juga mengucapkan terima kasih atas dukungan doa dari seluruh anggota auksilier sehingga para anggota aktif tetap dimampukan untuk melaksanakan berbagai tugas dan menyelenggarakan rapat dengan penuh semangat. Ia menghimbau agar para legioner jangan luntur atau malas berdoa Tessera agar tetap dimampukan melaksanakan tugas pelayanan dengan penuh kasih serta saling mengkuduskan melalui doa dan karya kepada sesama. Selanjutnya, diadakan doa dan peniupan kue ulang tahun, khususnya bagi yang berulang tahun pada bulan November. Di antaranya, Pembimbing Rohani, Sr Lorensa, OSU yang berulang tahun ke-78 pada 21 November, Ketua Presidium RPD, Elisabeth, yang genap berusia 70 tahun, serta beberapa anggota lainnya. Acara syukuran RPD diakhiri dengan santap siang bersama sambil beramah-tamah. Diharapkan, melalui pertemuan seperti ini, komunikasi antaranggota bisa terjaga dan persaudaraan antara anggota aktif dan auksilier semakin erat. Helena Sapto, anggota auksilier
A
dok. panitia
Komunika · 43
Retret Prodiakon Paroki St.Monika
dok. panitia
Di puncak acara, “Tangan yang Diurapi”, para prodiakon rebah dan didoakan oleh Romo Felix Supranto SS.CC. Keharuan pun tak terbendung.
ETELAH menempuh perjalanan selama lebih dari satu jam, pada pukul.9.00 sampailah bus yang berisi 48 prodiakon Paroki St. Monika di lokasi 3G. Mereka bergegas masuk ke sebuah pendopo yang luas dan terbuka tanpa dinding. Bentuk pendopo itu memanjang kedalam dan lantainya berundak, pada sisi sebelah kiri-kanan pendopo terdapat lorong koridor yang penuh dengan pintu kamar tempat mereka menginap. Di bagian depan pendopo, tersedia meja pendaftaran yang telah disiapkan untuk registrasi ulang. Di situ berkumpul Eduard Irfanto, Eko Pambudi, Fransiskus Hendra, Rudy Nawawi, Mikael Wijaya, dan Paul Goenadi yang datang lebih awal. Di lantai undakan kedua pendopo, tersedia kue dan aneka minuman hangat. Pada kesempatan itu para prodiakon saling berkenalan. Ternyata, di antara 54 prodiakon yang ada di ruangan itu, hanya beberapa orang saja yang sudah saling kenal. Menurut Koordinator Prodiakon, Totok, tujuan utama retret yang berlangsung pada 11-12 Oktober 2014 ini agar seluruh prodiakon Paroki St. Monika memperbarui iman dan semangat pelayanan, serta saling
S
mengenal satu sama lain. Diharapkan, terjalin ikatan persaudaraan di antara sesama prodiakon. Bertindak sebagai Ketua Panitia Retret, Eduard Irfanto didampingi 18 rekannya; empat pembimbing, satu sekretaris, enam ketua seksi, beserta para anggotanya. Tiga kaum Hawa, Deasy, Rusmala, dan Sovie, menjadi singers dan Worship Leader . Para prodiakon menjuluki mereka “Three Angels”.
Penuh Semangat Misa pembukaan dipimpin oleh Romo Felix Supranto SS.CC. Melalui bimbingan Romo Felix dan panitia, sesi demi sesi dilalui dengan penuh semangat. Adapun intisari dari sesisesi tersebut adalah para prodiakon diarahkan agar bisa memberikan pelayanan yang lebih baik serta adanya keseragaman tata cara saat melaksanakan pelayanan. Mereka juga dingatkan kembali terhadap tugas dan kewajiban sebagai prodiakon untuk terus berusaha agar luput dari kelalaian dalam menjalankan tugas. Sabtu malam, para peserta mulai memasuki sesi inti, yaitu “Pertobatan dan Penyembahan”. Dalam sesi
ini, semangat peserta dibangkitkan kembali agar mampu merksikan perjalanan hidup mereka, khususnya dalam pelayanan. Mereka diberi kesempatan untuk mencium Salib Kristus sebagai pernyataan kasih dan hormat kepada Yesus yang telah rela berkorban di Kayu Salib demi menebus dosa-dosa manusia. Minggu pagi, para peserta berkumpul kembali di aula guna mengikuti sesi pemercikan air suci dan Adorasi. Pada sesi “Pembekalan dan Workshop”, Romo Felix memberikan latihan cara yang lebih baik dalam memberikan Komuni kepada orang sakit, serta pengarahan per kelompok untuk dapat menemukan keagungan Allah atas segala makhluk dan benda ciptaan-Nya yang ada disekitar lokasi retret. Tujuannya, membuka mata hati peserta agar melihat segala kejadian berharga dari keagungan Tuhan dengan segala ciptaan-Nya. Puncak retret ini, yaitu “Tangan yang Diurapi”. Semua prodiakon memakai jubah lengkap seperti ketika bertugas membagi Komuni di gereja. Sesi ini dibuka dengan lagu “Bless the Lord My Soul” dan “Jesus Remember Me”. Seluruh prodiakon berlutut didoakan oleh Romo Felix. Kemudian, sebagai pernyataan kerendahan hati terhadap Allah, para prodiakon merebahkan tubuh hingga sejajar dengan bumi. Sementara doa dan lagu-lagu pujian terus berkumandang. Mereka merasakan jamahan Roh Kudus hingga menangis tersedu-sedu. Tangan dan dahi mereka diurapi minyak agar dapat lebih banyak menolong dan berbuat kebaikan bagi sesama dan pemikiran mereka selaras dengan kehendak-Nya. Saat itu, diberkati pula keluarga masingmasing yang telah merelakan suami dan ayah mereka menjadi prodiakon. Selanjutnya, para peserta retret memperoleh lilin yang menyala sebagai simbol agar menjadi anak anak terang yang menerangi keluarga dan orang-orang di sekitarnya sehingga hidup mereka akan dipenuhi sukacita bersama Kristus. Retret ditutup dengan perayaan Ekaristi. Teddy Vinanfort
Komunika · 45
Melayani Keluargaku, Keluargaku Melayani “Perkuat fondasi keluarga baru melayani orang lain. Agar anak-anak tidak mencari pelayanan di luar lantaran ibunya sibuk melayani orang lain!” Demikian salah satu pesan yang terungkap dalam Pendalaman Iman Masa Adven di Lingkungan St. Lucia.
ANTUNAN lagu “Bahasa Cinta” mengawali Pendalaman Iman (PI) pertama dalam rangka Bulan Keluarga 2014 di Lingkungan St. Lucia. Pertemuan berlangsung di rumah keluarga Bena dan Chycyt. Hadir 15 orang. Tema malam itu, 25 November, “Keluargaku Melayani” dipimpin Alex sebagai pemandu.
L
Karya Allah ”Ini kuasa Allah!” ujar seorang hadirin. “Ya, tepatnya, karya Allah yang membuat kita bisa bernapas tanpa kita kendalikan. Apa yang terjadi jika Dia menghentikan napas kita satu menit saja?” jelas Alex. Menurut Alex, kuasa Allah adalah satu bentuk pelayanan tanpa diminta dan tanpa pamrih. Alex mengajak peserta untuk menyimak siluet keluarga yang menghiasi pohon Natal dalam buku umat. “Apa yang membuat keluarga ini bahumembahu menghias pohon Natal? Mereka satu tujuan, menyemarakkan Natal,” ungkapnya. Kesimpulan pertemuan pada malam itu; kita dilahirkan untuk melayani keluarga dan sesama seperti yang tersurat di Matius 20: 26-28. PI kedua, 27 November, digelar di rumah Wensye. Pertemuan bertema ”Siapa yang Kulayani?” dipandu oleh Husin dan Wensye. Hadir 13 orang. ”Memang begitu keadaannya, PI berbeda dengan Doa Rosario!” tegas Husin. “Di Doa Rosario kita punya ke sempatan menaikkan doa pribadi lewat Bunda Maria, sedang pada PI diperlukan kemauan kuat
46 · Komunika
untuk menelisik misteri Ilahi guna mempertebal fondasi iman kita.” Wensye menguatkan dengan mengajak peserta untuk mengutamakan pelayanan dalam keluarga. “Perkuat fondasi keluarga baru melayani orang lain. Agar anakanak tidak mencari pelayanan di luar lantaran ibunya sibuk melayani orang lain!”. Husin banyak memberi ilustrasi dari kiprahnya melayani keluarga. Eddie (82 th) urun cerita seputar kiprahnya sebagai prodiakon gereja besar di Jakarta. Dari uraiannya tersimpul, banyak sukanya ketimbang dukanya. Perihal bacaan Kitab Suci; perkawinan di Kana (Yoh. 2:1-11 ), Husin menjelaskan arti anggur yang tak habis-habisnya di pesta itu. ”Selain mukjizat pertama-Nya, Yesus memberi teladan agar kita menghormati ibu (Maria). Anggur yang terus manis dari awal hingga akhir, menyiratkan begitu hendaknya pelayanan kita terhadap keluarga dan sesama!” In innitum, kekal adanya.
Lilin Jambon Lilin jambon ( simbol sukacita ) dinyalakan. Tanda PI ketiga di rumah Dionisus dan Liza akan dimulai. Wensye kembali jadi pemandu mendampingi Kasim sebagai pewarta pada PI bersub tema : Bagaimana Keluargaku Melayani? Usai membaca Kitab Suci, Kasim menggiring urun rembug seputar keluarga masingmasing. Hadirin pada malam 2 Desember itu sharing. Hampir semua mengaku masih banyak yang mesti
dibenahi dalam keluarganya. Keluarga bahagia bisa terlihat dari luar, bisa jadi panutan keluarga lain. “Kita mesti melayani dengan penuh kasih, buang ego kita. Kini , keadaan sudah berubah, bukan anak yang mengikuti kemauan orangtua tetapi sebaliknya!”tambah Kasim.
Bang Toyib Lagu “Melayani lebih Sungguh” menjadi penutup PI keempat yang bertempat di rumah Ketua Lingkungan St. Lucia, Bernardus Jusuf, 4 Desember. Pertemuan dipandu Wensye dan Edison. Tema yang dibahas “Keluargaku Melayani”. Edison mendinisikan pelayanan sebagai perwujudan rasa syukur kepada sesama dengan tulus. Menurutnya, pelayanan dibagi dalam tiga bagian: lisan, tulisan, dan perbuatan. ”Coba tolong beri contoh apa itu pelayanan lisan?” tanya Edison.Peserta menjawab berbedabeda, tetapi semuanya bermuara pada rasa kasih. Begitu pula pada dua yang lain, semua bermuara pada pelayanan sepenuh hati dengan didasari rasa kasih. Cinta kasih mengalahkan segalanya - omnia vincit labor! “Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dapat menimbulkan rasa senang kedua pihak, yang dilayani dan melayani,” tandas Edison. Pria setengah baya ini juga membahas “piutang” kepada keluarga yang belum dilunasi “Apa pun yang akan kita lakukan, semuanya mesti kita lakukan dengan sukacita !” lanjut Edison Kesimpulan yang dapat ditarik dalam empat kali PI menyambut Masa Adven adalah: maksimalkan melayani keluarga, baru melayani sesama di luar rumah. Melayani sesama juga tak boleh mementingkan kedagingan alias pamrih. Dan benang merah PI kali ini adalah kita mesti pulang dan berpaling ke rumah. Kita tak boleh -- seperti Bang Toyib-- yang tidak pernah pulang-pulang. Ingat selalu, rumah adalah tempat hati berada! Sonny Bernardinus B.S.
dok. panitia
Ziarah-Kuliner ke Cigugur Ziarah, koor, dan kuliner menjadi agenda perjalanan Exaudi Domine dan OGKM ke Cigugur.
ELAMA dua hari (8-9 November 2014), Exaudi Domine dan OGKM berziarah dan wisata kuliner ke Cigugur dan Cirebon, Jawa Barat. Berangkat Sabtu dini hari, rombongan menggunakan kereta api dari Stasiun Gambir. Setelah tiga jam perjalanan, rombongan tiba di Cirebon. Perjalanan menuju Cigugur dilanjutkan dengan naik bus. Tiba di Cigugur, Kuningan, rombongan disambut Romo Santo dari Paroki Kristus Raja Cigugur. Ziarah ke Gua Maria Sawer Rahmat di Cisantana dilakukan sore hari. Pukul 16.00, rombongan memulai Jalan Salib. Ketua Exaudi Domine, Faridati (Fang), memulai dengan memimpin lagu pembukaan. Perhentian demi
S
perhentian terlewati. Medan yang berat dilewati. Peserta ziarah benarbenar meresapi dan ikut merasakan penderitaan Tuhan Yesus saat harus melakukan hal serupa menuju Gunung Kalvari. Selesai jalan salib, peserta menuju ke penginapan di Asrama Putri Murni Sejati. Esok harinya, pukul 7.30, Exaudi Domine Choir dan OKGM ikut memeriahkan Misa Syukur 50 Tahun Paroki Kristus Raja Cigugur. Usai bertugas dalam Misa, Romo Santo mengajak peserta ikut pesta “Ngagobyak” (lomba menangkap ikan) di balong (kolam) yang letaknya tidak jauh dari Gereja Kristus Raja. Fransiskus Xaverius Sutrisno
Komunika · 47
Kebangunan Rohani Katolik Anak-anak Oleh : Janny
dok. panitia
Anak-anak yang tergabung dalam ImagoDei Kids BSD diundang untuk mengisi acara dalam Kebangunan Rohani Katolik Kids bertema “The Love of Jesus Sweet and Marvelous”.
INGGU pagi, 19 Oktober 2014, anak-anak yang tergabung di PDKK imagoDei Kids terlihat begitu antusias berkumpul di tempat meeting point untuk bersamasama berangkat menuju Paroki Hati Kudus, Kramat, Jakarta Pusat. Hari itu merupakan hari yang istimewa bagi mereka, karena kakak-kakak pendamping Bina Iman Anak (BIA) yang tergabung dalam parokiparoki se-Dekanat Jakarta Pusat mengundang anak-anak imagoDei Kids BSD untuk mengisi acara di Kebangunan Rohani Katolik (KRK) Kids (Anak-Anak) bertema “The Love of Jesus Sweet and Marvelous”. Setibanya di Paroki Hati Kudus Kramat, mereka langsung menuju aula di lantai 3 untuk check-sound, block panggung, dan berdoa bersama sebelum KRK Kids dimulai. Tepat pukul 9 pagi, panitia KRK membuka acara dengan kata sambutan disusul
M
48 · Komunika
oleh tarian pembuka “Bersyukurlah” yang ditampilkan oleh semua tim imagoDei Kids. Tarian ini diiringi oleh live music dari tim band dan pemuji imagoDei Kids. Sekitar 250 anak hadir dari paroki-paroki se-Dekanat Jakarta Pusat: Paroki Katedral, Paroki Kramat, Paroki Pejompongan, Paroki Theresia, Paroki Cempaka Putih, dan Paroki Jalan Malang. Mereka semua bertepuk tangan sambil menonton para penari yang berpakaian daerah Bali modern tersebut. selaku pemimpin pujian dari imagoDei Kids mengajak seluruh hadirin untuk bernyanyi dan melakukan gerak dan lagu bersama. Kakakkakak pendamping BIA se-Dekanat Jakarta Pusat yang tergabung dalam kepanitiaan KRK Kids ini juga ikut bernyanyi dan bergoyang bersama. Selesai pujian dan bermain games,
anak-anak disiapkan untuk tenang, guna menerima Firman dalam bentuk drama Firman yang ditampilkan oleh tim drama imagoDei Kids. Selesai drama, Mayo memberikan pesan Kitab Suci yang disampaikan melalui drama Firman tersebut. Anak-anak mendengarkan dengan penuh hikmat. Firman yang diwartakan ditutup dengan doa bersama. Kemudian panitia KRK Kids mengedarkan kantong persembahan. Anak-anak pun diajar untuk memberi dari hati yang tulus dan sukacita. Sebagai perayaan penutup, tim penari gabungan imagoDei Kids dan imagoDei Teens menyuguhkan satu tarian lagi yang berjudul “One Way Jesus”. Sesudah panitia menyampaikan ucapan terima kasih dan pengumuman, tim band dan tim pemuji imagoDei Kids kembali mengajak para peserta KRK Kids untuk memuji dan menari bersama. Semua anak yang hadir, termasuk para kakak pendamping dan orangtua, tanpa malu-malu ikut bernyanyi bersama sambil melompatlompat. Kasih Yesus sungguh manis dan indah dalam hidup mereka masing-masing.
dok. panitia
Serunya Ziarah Naik Kereta Api
dok. panitia
Ziarah ke Rangkas Bitung dengan naik kereta api menjadi pengalaman yang mengesankan bagi warga Lingkungan St. Richardus.
ARGA Lingkungan Santo Richardus berziarah ke Gua Maria Kanada, Rangkas Bitung, Banten, Sabtu, 25 Oktober 2014. “Ziarah kali ini diikuti sekitar 80 umat yang terdiri dari 40 dewasa dan 48 kategori BIR/BIA,” ungkap Ketua Lingkungan Santo Richardus, Vincentius Eri Susanto. Perjalanan ziarah dimulai dari perhentian pertama, yaitu kumpul di Stasiun Sudimara pada pukul 06.30 WIB, dilanjutkan dengan naik KRL (Kereta Rel Listrik) atau KA Commuter dan turun di Stasiun Serpong untuk perhentian kedua. Dari sinilah ziarah sudah dimulai, karena umat sudah merasakan lelah menunggu kereta sambil berdiri sekitar satu jam . Kereta yang ditunggu, yaitu Kereta Patas Merak (menurut jadwal
W
berangkat dari Stasiun Serpong pukul 07.50 WIB). Tujuan akhirnya, Stasiun Merak. Karena penuh sesaknya kereta ini bercampur dengan penumpang umum, para warga Lingkungan Santo Richardus terbagi dalam dua rombongan. Tidak sesuai dengan rencana; satu rombongan naik Kereta Patas Merak, satu rombongan yang tersisa naik Kereta Ekonomi Lokal yang berangkat pukul 09.00 WIB. Di dalam KA, umat sudah mengeluarkan energi yang cukup melelahkan karena hanya beberapa orang yang kebagian tempat duduk. Ini pun karena toleransi penumpang sebelumnya, terutama untuk ibu-ibu yang menggendong balita. Dalam posisi berdiri dengan lama perjalanan sekitar dua jam dan sesaknya penumpang, membuat semua peserta ziarah mengucurkan keringat.
“Yesus mengucurkan darah akibat dimahkotai duri dan didera, sedangkan umat Santo Richardus hanya mengucurkan keringat saat menumpang kereta api,” ujar Theresia Marsini, Pembina BIR dan BIA. “Perjalanan ini tak terasa berat dibanding perjalanan Yesus ke Bukit Golgota yang penuh dengan kesengsaraan,” lanjutnya. Turun di Stasiun Rangkas Bitung, rombongan melanjutkan perjalanan ke Gua Kanada dengan menyarter angkutan umum (angkot). Setelah tiba di Gua Kanada dan beristirahat sejenak, sebagian besar peserta melanjutkan prosesi ziarah dengan Jalan Salib. Mereka tetap bersemangat dalam Jalan Salib, walau sebagian ibu-ibu harus menggendong anaknya yang masih balita. Menjelang pukul 15.00 WIB, semua peserta ziarah meninggalkan Gua Kanada dengan menyarter angkot lagi menuju Stasiun Rangkas Bitung. Di stasiun ini, rombongan masih menikmati kisah sengsara dengan menunggu di peron; duduk di lantai tak beralaskan apa pun. Demikian juga ketika mereka masih menunggu sekitar 30 menit sewaktu kereta baru mulai meninggalkan Stasiun Rangkas Bitung. Angela Sheka Ari Astuti, salah satu anggota Bina Iman Remaja (BIR), mengaku senang bisa ikut berziarah. “Ziarah ke Kanada sangat menyenangkan. Umat Richardus terlihat kompak, dan saat melakukan Jalan Salib, saya merasakan kehadiran Yesus. Demikian juga sewaktu saya berdoa di depan gua Maria, saya merasakan ada penampakan cahaya Bunda Maria yang sangat terang sekali,” ujar dara yang ingin kembali berziarah dengan naik kereta api lagi ini. Thomas Y. W.
Komunika · 49
Workshop Sehari “Preparing Our Child to the 21st Century” “Pertandingan terbesar dalam hidup bukan bertanding dengan orang lain, melainkan bertanding dengan diri sendiri.” Demikian terungkap dalam workshop pendidikan yang diselenggarakan WKRI Cabang St. Monika.
IDANG Pendidikan WKRI Cabang St. Monika bekerjasama dengan perwakilan Adam Khoo Learning Technologies Group (LTG) di Indonesia mengadakan seminar dan workshop di aula Gereja St. Ambrosius, Vila Melati Mas, Minggu 12 Oktober 2014. Workshop yang berlangsung pada pukul 10.00 hingga pukul 13.30 ini diikuti sekitar 200 orangtua yang merupakan warga Paroki St. Monika. “Ini merupakan parenting seminar yang bertujuan untuk menambah wawasan orangtua sehingga cepat tanggap terhadap kebutuhan putra dan putri yang telah remaja dan dapat mendampingi buah hati mereka dengan lebih baik,” tutur M.M. Ida Setyawati, Ketua Bidang Pendidikan yang merangkap sebagai Ketua Panitia Seminar. Kehadiran Susan Hartawan, Managing Director Adam Khoo LTG, dan Ricky Suroso, coach yang berpengalaman delapan tahun sebagai trainer, memberikan pencerahan bagi orangtua yang hadir saat itu. Mereka mengatakan, “First of all, parents have to believe that our son or daughter is genious.” Dengan dasar ‘percaya’, orangtua membuka potensi dalam diri anak-anak sehingga mereka akan berkembang lebih baik dan berprestasi. Dalam makalah seminar yang diberikan kepada orangtua tertulis ‘The hardest job in life is being a parent, the hardest lesson learnt in life is the
B
50 · Komunika
lesson never taught” …. Merupakan tantangan bagi setiap orangtua untuk menjadi orangtua yang awesome, fantastic, and the best parent ever. Ricky Suroso memaparkan tentang mindset changing, studying is FUN, dan motivation hingga Five human emotional needs yang mirip dengan Five Love Language karya Gary Chapman dalam waktu 3,5 jam, dengan diselingi beberapa kegiatan yang mengajak peserta untuk terlibat aktif dan bergerak selama seminar berlangsung. Salah satu ilmu yang disinggung dalam seminar ini adalah konsep ‘21st Century Skills Framework’ yang diadaptasikan dari Singapura dan saat ini banyak diterapkan di sekolahsekolah di Indonesia. Konsep ini meliputi 4C, yaitu Critical thinking, Communication, Colaboration, dan Creativity. Ricky mengatakan bahwa anakanak harus memiliki motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk terus memperbaiki diri menjadi lebih baik. Artinya, mereka bersaing dengan dari dirinya sendiri untuk waktu ke waktu. “Pertandingan terbesar dalam hidup bukan bertanding dengan orang lain melainkan bertanding dengan diri sendiri,” ujarnya. Ada empat positif mind-set yang bisa diberikan pada anak, yaitu pertama, never give up spirit, great things take time. Kedua, no excuses, dreams come true. Ketiga, the biggest failure in life is not participating 100%. Kesempatan
akan lewat jika kita tidak sungguhsungguh melakukannya, dan keempat, discipline is doing something you don’t like but it will benet you. Discipline will get you to your dreams. Tayangan video dari beberapa peristiwa ditampilkan sehingga memudahkan peserta untuk memahami maknanya. Pembaca pun dapat mengaksesnya di www.bit.ly/ arsmoviedrive. Ketika seorang anak merasa dikasihi maka mereka juga akan memiliki kasih. Orangtua adalah orang terdekat yang memberikan kasih kepada anak-anak. “Mengungkapkan kasih tidak harus dengan memberikan hadiah yang mahal,” ujar Ricky, “bisa dengan katakata yang positif yang ditempelkan di meja kamar tidurnya”. Ricky mengemukakan ada lima bahasa kasih yaitu gift, quality time (no gadget), touch dengan sentuhan berupa tepukan di punggung, act of service, dan words. Orangtua harus ksibel menyesuaikan dengan kondisi dan mood anak. “When your son or daughter feels loved, they will love you back. So give your love at home and they will shine like a diamond,” ungkap Ricky di penghujung seminar. Workshopyangseharusnyaberakhir pada pukul 13.00 diperpanjang 30 menit untuk memberikan waktu kepada para orangtua yang masih ingin bertanya. Iva Njauw
Membaca Pikiran dalam Perkawinan
makan. Sebaliknya, Johny tak kalah gertak berkata: “Dasar pemboros yang tidak pernah prihatin.” Sahut-sahutan ini merupakan bagian dari sejarah pertengkaran pasangan yang hidup prihatin secara ekonomi. Komunikasi tersebut merupakan kutipan dari hasil wawancara saya dengan Cathy yang menjadi konseli (klien) saya.
Miskomunikasi bermakna konflik
TANYA : Bapak Felix yang baik, Mengapa ya saya dan suami hampir tidak pernah gencatan senjata dari pertempuran suamiistri. Saya berusia 30 tahun sementara suami saya 35 tahun. Suami saya berprofesi sebagai tukang ojek sementara saya ibu rumah tangga dengan dua anak yang masih kecil-kecil. Setiap kali ngomong dengan suami bawaannya saya selalu merasa kesal. Tampaknya, demikian juga suami saya terhadap saya. Kadang saya tergoda meninggalkan dia. Apalagi jika mengingat rayuan gombalnya dulu sehingga saya bersedia dipinangnya kendati saya masih kuliah. Salam, Cathy (Tangerang)
JAWAB : “Dasar kau pelit,” teriak Cathy (bukan nama sebenarnya) ke arah suaminya. Tuduhan itu dilatarbelakangi kenyataan, Johny (bukan nama sebenarnya) tidak memberi uang
Kutipan tersebut merupakan contoh miskomunikasi di dalam perkawinan dan keluarga. Pihak-pihak yang bertikai terlibat argumentasi berdasarkan pesan-pesan yang disalahmaknakan. Pihak yang satu mengatakan sesuatu yang oleh pihak yang lain dipahami berbeda. Hal ini terjadi lebih sering antara laki-laki dan perempuan karena mereka mempunyai cara berkomunikasi yang berbeda. Contoh lain adalah saat seorang istri bercerita tentang harga-harga komoditi semakin mahal, si suami lalu sibuk menganalisis cara istri memanfaatkan uang belanja yang telah diberinya setiap bulan. Ia bermaksud mencari jalan keluar terbaik. Namun tindakannya ditafsirkan sebagai bentuk intervensi suami atas uang yang hanya sedikit itu. Lalu istri menjadi marah. Padahal tujuan istri bercerita tentang barang-barang yang semakin mahal itu sebenarnya hanya ungkapan perasaan dan ia butuh didengarkan saja.
Terbiasa menggunakan perspektif diri Pengalaman konsultasi dengan pasangan suami/istri menunjukkan kepada saya bahwa pertukaran emosi negatif sering dilatarbelakangi pikiran dasar yang biasanya tersembunyi. Andaikan kedua pihak yang bertengkar dapat mendeteksi pikiran dasar itu, mereka sebenarnya gampang memahami amarah dan kebencian mereka dan mampu menyelesaikan pertengkaran. Demikian tulis Aaron Beck, M.D. pencetus Terapi Kognitif dalam bukunya Prisoners of Hate: The Cognitive Basis of Anger, Hostility, and Violence (1999). Saya ingin menelaah proses komunikasi antara suami-istri, Johny dan Cathy. Jelaslah bahwa mereka lepas kontrol. Kekerasan verbal alias komunikasi tidak efektif di antara mereka berproses dalam beberapa langkah. Kenyataan -- Johny tidak memberi uang --
Komunika · 51
Andaikan kedua pihak yang bertengkar dapat mendeteksi pikiran dasar itu, mereka sebenarnya gampang memahami amarah dan kebencian mereka dan mampu menyelesaikan pertengkaran.
52 · Komunika
ditafsirkan Cathy sebagai penolakan untuk memenuhi kewajiban menaahi istri. Ini selanjutnya ditafsirkan sebagai kurangnya penghargaan terhadap istri. Mengapa? Karena saat itu Cathy melihat Johny sedang merokok. Ia lalu berproses pikir: “Untuk rokoknya ia mempunyai uang, sedang untuk makanan saya tak ada uang. Lalu, siapa saya baginya? Saya bukan apa-apa!” Proses pikir ini disebut egocentricity (berpusat pada diri sendiri). Egocentricity berlebihan kemudian memberi celah pada letupan emosi, amarah. Egocentricity Cathy berlebihan karena ia lalu membandingkan dirinya (yang tidak diberi uang makan) dengan diri Johny (yang merokok). Ia berpikir, dirinya lebih kurang dihargai dan karena itu ia layak marah dan menyerang dengan tuduhan “Dasar kau pelit.” Kemarahannya itu makin bertambah saat ia membandingkan dirinya dengan para isteri orang-orang lain yang mengalami keadaan lebih baik. Kenyataan ini menciptakan dalam diri Cathy perasaan terisolasi dari lingkungan (social isolation). Ia berpikir: “Saya diperlakukan tidak adil dan saya diperlakukan salah.” Jadi, tampaklah bahwa suami-istri terbiasa dan terburu-buru menggunakan perspektif diri sendiri saat melakukan interpretasi pernyataan pikiran pasangan.
Membaca pikiran pasangan Dalam proses dari egocentricity ke amarah, Cathy sebenarnya melakukan sesuatu yang dalam Terapi Kognitif disebut mind reading (membaca pikiran). Ia ‘membaca’ bahwa Johny mengutamakan diri sendiri dan tidak menghargai Cathy. Ia juga ‘membaca’, Johny sengaja berlaku tidak adil dan melecehkan Cathy secara verbal. Berdasarkan ‘fakta’ (mind reading) tersebut ia lalu berkesimpulan bahwa dirinya layak untuk marah dan menyerang (aggression) balik secara verbal maupun secara fisik. Mind reading merupakan perangkat pikir yang kita butuhkan dalam proses komunikasi positif dengan pasangan kita. Masalahnya, kita sering kurang akurat membaca pikiran pasangan kita. Bacaan yang kurang akurat dan terburu-buru menghasilkan kesimpulan keliru. Akibatnya emosi negatif dan kontraproduktif (kurang pas) menggelegar di dada. Akibat lanjutan adalah tindakantindakan negatif meletup seperti memarahi
pasangan, berteriak, menuduh pasangan tentang hal-hal yang tidak sesuai. Dalam kasus di atas, Cathy tidak menyadari bahwa rokok itu merupakan pemberian teman, bukan dibeli sendiri dengan uang Johny. Sesungguhnya, hari itu Johny yang pengangguran itu tidak mempunyai uang.
Bingkai permusuhan Merasa bahwa Johny telah memperlakukannya salah (dilecehkan), Cathy berkesimpulan suaminya adalah lawan alias musuh. Pikiran dasar ini melatarbelakangi ujaran dalam banyak pertengkaran suamiisteri: “Saya tidak suka kamu lagi.” Kesimpulan bahwa pasangan itu lawan atau musuh (“Saya tidak suka kamu lagi”) merupakan interpretasi keliru yang berlebihan (catastrophic distortion) terhadap pikiran, motivasi, dan sikap pasangan. Akibatnya, kita merasa dilecehkan, marah dan benci. Perasaan-perasaan ini menyebabkan tindakan dan perilaku negatif. Lingkaran setan ini (pikiran, emosi, dan tindakan negatif) bisa berulang terjadi dalam berbagai situasi dan masalah, karena pasangan itu telah terjebak dalam “bingkai permusuhan” alias hostile frame. Mereka bagaikan memfoto dan membingkai diri masing-masing dalam pola pikir negatif. Biasanya, mereka melihat diri sebagai “korban” dan pasangan sebagai “pelaku kejahatan”. Pembingkaian negatif (pola pikir negatif) membuat mereka keliru menginterpretasi setiap tindakan, motif, pikiran dari pasangan. Ada dua kekeliruan utama yang sering diakibatkan bingkai permusuhan. Kekeliruan pertama adalah catastrophic distortion. Kesalahan kecil pasangan merusak seluruh citra baik pasangan lain. Misalnya, kenyataan -- bahwa pada hari itu Johny tidak mempunyai uang – ditafsirkan sebagai “Johny itu tidak lain dan tak bukan adalah pelit.” Kekeliruan kedua adalah pola pikir generalisasi. Kenyataan -- bahwa hari itu Johny tidak mempunyai uang – ditafsirkan sebagai Johny selalu dan selamanya tidak mempunyai uang.
Jadi, bagaimana...? Menghadapi para klien (lebih banyak isteri daripada suami) yang biasanya nyerocos tentang sikap dan tindakan negatif pasangannya, saya biasanya menyela dengan pertanyaan “Lalu, bagaimana...?” Biasanya
mereka kaget dan bertanya balik “Ya, bagaimana ya, Pak?” Saya biasanya mengajak klien untuk menganalisa pikiran spontan (automatic thoughts) dan pikiran dasarnya sebagaimana terbersit dalam lutupan rangkaian emosi dan ujaran klien. Mereka biasanya mengakui adanya egocentricity dalam pola pikir mereka. Mereka juga menyadari, mereka sering melakukan mind reading yang keliru. Akibatnya, mereka merasa dilecehkan (tidak dianggap) dan terisolasi. Perasaan dilecehkan dan terisolasi membuat marah dan merasa berhak untuk melawan balik.
Penguasa bernama ‘harus’ Jadi, bagaimana...? Ini pertanyaan penyembuh yang dicetuskan oleh Albert Ellis pencetus terapi kognitif lain yang sekarang dinamai Rational Emotive Behavioral Therapy dalam buku Handbook of Rational-Emotive Therapy (1977). Pertanyaan ini menyembuhkan karena mengandung upaya jalan keluar dari masalah. Salah satu jalan keluar, Elis memberikan solusi, adalah bahwa kita harus keluar dari bayang-bayang penguasa bernama ‘harus’. Kebiasaan kita -- “mengharuskan” diri kita dan diri orang lain untuk begini atau begitu -- membuat diri kita ditindas oleh penguasa yang dinamai ‘harus’. Dalam contoh di atas, Cathy menuntut bahwa Johny “harus” memberinya makan. Dengan memberi makan, Johny itu baik. Pemutlakan “harus” ini membuat Cathy terkungkung dan tidak lagi bisa melihat kemungkinan lain. Apa yang terjadi pada Cathy juga berlangsung dalam diri Johny. Akibatnya, bertengkarlah mereka. Jadi, bagaimana? “Harus” itu baik. Tapi, tidak selalu demikian. Ada waktunya tidak harus demikian seperti seharusnya. Begitulah hidup.
Felix Lengkong, Ph.D. Psikolog klinis dari De La Salle University, Manila Komunika · 53
Berharap di Tengah Kesesakan! Oleh : Muk Kuang ALAM beberapa kesempatan pelatihan yang saya pernah saya berikan, saya kerap mendengar berbagai macam keluhan dari peserta yakni mulai dari betapa beratnya menjalani pekerjaannya, betapa tertekannya menghadapi lingkungan kerja yang tidak nyaman, betapa stressnya harus berhadapan dengan atasan yang begitu sulit memahami keinginannya, betapa lelahnya harus menjalani pekerjaan dari pagi hingga malam, dan kesulitan kesulitan lainnya. Manusiawi sekali bahwa terkadang kitapun bisa saja mengalami hal yang serupa di lingkungan di mana kita bekerja. Setiap orang memiliki problematikanya yang berbeda. Setiap orang memiliki ‘badai’nya masing-masing. Ada yang mengalami kesulitan nansial, ada yang memiliki masalah keluarga, ada yang merasakan tekanan yang luar biasa dalam pekerjaan, ada pula yang sedang berjuang dengan penyakit yang dideritanya. Hidup diwarnai dengan penuh kesesakan, dan terkadang banyak orang merasa lelah, dan kehilangan harapan dalam menjalaninya. Saya teringat akan sebuah pepatah yang mengatakan: “Yang terpenting bukan apa yang terjadi pada hidup Anda, melainkan apa respon Anda terhadap apa yang terjadi”. Pilihan untuk mengambil respon inilah yang terkadang membedakan orangorang yang hidupnya senantiasa penuh pengharapan, tetap ceria, dan positif dalam menjalaninya, dan orang-orang yang mengisi hidupnya dengan ratapan, kesedihan, dan kehilangan motivasi untuk bangkit. Memang betul ada orang bijak yang mengatakan, hidup itu tidak selamanya seperti jalan yang mulus, akan selalu ada kerikil, batu besar yang kadang bisa saja menghambat laju kita melangkah. Pertanyaan untuk kita adalah apakah kita mau memindahkan batu tersebut dan terus melangkah, atau justru berdiam dan menyerah?.
D
Kekuatan Kita Terbatas, tapi Dia tidak! Saya terkadang kagum melihat pribadi-pribadi yang meskipun dilanda begitu banyak masalah, mereka masih bisa tetap tegar dalam menjalani hidupnya bahkan tidak pernah berhenti berharap. Tentu bukan hanya mengandalkan diri sendiri, tapi ada dorongan luar biasa yang membuat pribadi ini masih bisa berjalan dengan penuh keyakinan, yakni mengundang Allah untuk menuntun setiap langkahnya. 1 Korintus 10:13 mengatakan : Percobaan-percobaan yang kamu alami ialah percobaan-percobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. Di tengah kesibukan terkadang kita lupa untuk mengundang Dia dalam setiap pekerjaan kita. Di saat-saat sulit, tanpa kita sadari kita lebih banyak mengandalkan kekuatan kita, kepintaran kita, pengalaman kita, dan pada saat itulah kita bisa jadi merasa lelah, merasa tak berdaya, dan menjadi bingung karena selalu berpegang pada keyakinan diri sendiri. Matius 14:13-21 bercerita bagaimana para murid menyuruh orang 54 · Komunika
banyak pergi untuk membeli makanan, karena mereka berkata 5 roti dan 2 ikan yang mereka miliki tidak akan cukup untuk memberi banyak orang makan. Merasa memiliki keterbatasan makanan dan cenderung putus asa apa lagi yang harus dilakukan, maka hal itulah yang membuat para murid menyuruh orang untuk pergi membeli makanan. Namun apa yang terjadi saat Yesus hadir, Ia memberi mukjizat dan memberi makan 5000 orang, bahkan masih tersisa hingga 12 bakul. Terkadang kesesakan dan rasa putus asa mungkin juga melanda hidup kita, namun kita diingatkan kembali selama Allah bersama dengan kita, harapan selalu ada. Dia tidak akan meninggalkan anaknya. Jangan pernah putus asa.
Menghidupkan Sebuah Pengharapan Roma 12:12 berkata: Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa. Bila mengikuti logika berpikir manusia, kita mungkin akan berkata “Bagaimana mungkin saya harus bersabar, di tengah kesulitan, di tengah kesesakan hidup, di tengah masalah yang ada”, tapi dalam kalimat yang lain kita juga diingatkan untuk senantiasa tekun dalam doa sambil menunjukkan sukacita menantikan sebuah pengharapan. Tanpa disadari terkadang dalam doa kita sendiri, kita seringkali mudah menyerah akan sulitnya kehidupan yang melanda dan berkata tidak sanggup lagi. Namun apakah masalah itu hilang?, apakah kesulitan itu langsung sirna keesokan harinya?. Belum tentu, karena bisa jadi lewat permasalahan yang ada, kita sebetulnya ingin dikuatkan. Daripada berkata tidak sanggup dalam doa, mengapa tidak kita coba mohon kekuatanNya untuk tetap tegar, mampu menghadapi persoalan yang ada. Ada sebuah kalimat inspiratif yang berkata : Don’t tell God how big your problem is, tell your problems how big your God is; count your blessing, not your problems (HH)
Film “Nada Untuk Asa” Untuk Gerakan Positif! MULAI 5 FEBRUARI DI SELURUH BIOSKOP KESAYANGAN ANDA
i zaman sekarang ini ada begitu banyak kasus diskriminasi dan kekerasan yang menyentak kemanusiaan kita, terlebih diskriminasi dan intensitas kekerasan kepada anak dan perempuan telah melampaui batas keprihatinan. Setiap tahun kekerasan, pelecehan, penganiayaan, saling bunuh di antara sesama manusia bangsa kita semakin meningkat. Parahnya, alasan-alasan membunuh seringkali begitu sederhana yang mencerminkan betapa tidak berharganya sebuah nyawa. Maka, kita tidak boleh diam menyaksikan degradasi moral, kita tidak boleh diam membiarkan zaman kegelapan peradaban semakin merebak dalam kehidupan berbangsa kita. Kita harus bertindak dan melakukan gerakan yang menyuarakan:“Spectre homini admirabilius” atau “Tidak ada yang lebih berharga selain penghormatan terhadap manusia”.
D
Melihat situasi ini, SAHABAT POSITIF! Mengajak semua insan dengan membuat gerakan positif yang bertema: “menghormati kehidupan dan menghargai martabat manusia”.
Tiga Aktivitas Ada 3 rangkaian kegiatan untuk menyebarkan gerakan positif di tengah masyarakat. Tujuan gerakan ini Membangun kesadaran dan meningkatkan wawasan khalayak untuk terus menghormati kehidupan dan menghargai martabat manusia. Terinspirasi dari kisah nyata dua perempuan positif, yaitu: Menerbitkan Art-Novel dengan judul “POSITIF! NADA UNTUK ASA” yang ditulis oleh novelis best seller: ITA SEMBIRING. Telah terjual lebih dari 8000 copy. Pementasan Drama Musikal Multimedia dengan judul yang sama telah dilakukan di Gedung Auditorium Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada hari Sabtu-Minggu, 20 – 21 September 2014 jam 19.30 yang lalu, dengan Sutradara: Rm. Steve Winarto, Pr. Dimainkan oleh kelompok TEATERRI yang tahun lalu mementaskan drama musikal “Selubung Perempuan”. Bintang utama drama kali ini: Rm. Yustinus Ardianto, Pr., Rm. Suhardi Antara, Pr., Ria Probo, Dona Arsinta, Fanny Rahmasari, Wulan Tilaar, dan Tantri Moerdopo. Lebih kurang 3500 penonton telah menyaksikannya. Penayangan Film Layar Lebar: “NADA UNTUK ASA” di seluruh bioskop-bioskop di Indonesia mulai 5 Februari 2015. Pembuatan Film layar lebar ini bekerja sama dengan Magma Entertainment dan disutradarai oleh Charles Gozali. Film ini dimainkan oleh :
Marsha Timmoty, Acha Septriasa, Darius Sinathrya, Wulan Guritno, Mathias Muchus, Butet Kertaredjasa, dll.
Sinopsis Film “Nada untuk Asa” Setahun setelah kelahiran Asa, Nada dihadapkan pada kenyataan bahwa suami tercinta dan ayah dari ketiga anaknya meninggal dunia. Seakan belum cukup, cobaan kembali datang secara lebih tak terduga, bahwa satusatunya lelaki yang pernah menyentuh dirinya secara intim, ternyata meninggalkan aib yang akan mengubah jalan hidup Nada dan ketiga anaknya. Mampukah Nada bertahan di tengah badai penolakan? Dan Bagaimana nasib Asa, puterinya? Saksikanlah bersama keluarga, kisah haru yang terinspirasi kisah nyata dua perempuan positif! Komunika · 55
M
inggu, 30 Nopember Komsos KAJ mengadakan temu Komsos di aula Gereja Katedral. Dalam pertemuan tersebut selain disampaikan pemikiran tentang peran Komsos dalam evangelisasi, juga disampaikan berbagai karya Komsos KAJ dan berbagai rencana pada tahun 2015. Romo Harry Sulistyo telah ditunjuk kembali sebagai Ketua Komisi Komsos KAJ untuk periode mendatang. Dalam sharing antar komsos yang terbagi sesuai dekenat masing-masing, nampaknya masalah kaderisasi menjadi isu utama. Para peserta mengeluhkan betapa sulitnya mencari umat yang mau dan bersedia untuk menjadi pengurus. Semua paroki di dekenat Tangerang yang hadir mengeluhkan hal yang sama. Rapat kerja Komsos St. Monika yang diselenggarakan pada Minggu, 7 Desember yang lalu, isu kaderisasi tersebut juga disampaikan kepada forum dan diharapkan dari pengurus Komsos yang sekarang dapat mengajak umat yang memiliki kemampuan sesuai dengan yang dibutuhkan dan mau bergabung untuk melanjutkan estafet pewartaan melalui Komsos. Sesuai dengan keputusan Dewan Paroki yang disampaikan dalam Rapat Karya di Cikarang, umat Lingkungan diminta untuk memberikan kontribusi dalam penerbitan Majalah Komunika dengan memberikan iuran secara bulanan sesuai dengan nilai yang sudah disepakat. Diharapkan iuran / kontribusi tersebut ditransfer langsung ke Rekening Komunika atas nama PGDP / Gereja Santa Monika dengan Ac. 4970750083. Namun demikian, diharapkan lingkungan-lingkungan dengan kondisi sosial ekonomi yang baik dapat memberikan kontribusi lebih sebagai subsidi untuk lingkungan dengan kondisi sosial ekonomi yang lemah. Dalam laporan pembiayaan selama tahun 2014, Majalah Komunika mengalami ketekoran dana sebesar kurang lebih 35 juta. Latest estimate ytd Desember 2014 dari laporan keuangan Komunika nampak seperti dibawah ini : Sumbangan Sumbangan Iklan Sumbangan Donasi Bunga Bank (ne) Sumbangan Lain-lain Total Sumbangan Biaya Operasional Biaya Cetak Biaya Parsipasi Biaya Fotocopy,Tinta,Pos Biaya Lain-lain Biaya Administrasi Bank Total Biaya Operaonal Hasil Akvitas Neo
Edisi 01 Jan-Feb 14
Edisi 02 Mar-Apr 14
Edisi 03 Mei-Juni 14
Edisi 04 Juli - Agust 14
Edisi 05 Sep - Okt 14
Esmasi Edisi 06 TOTAL Ed. 01- 06 Nop - Des 2014
Rp Rp Rp Rp Rp
14.212.500,00 11.705.000,00 10.099,00 25.927.599,00
14.785.000,00 10.625.000,00 25.410.000,00
12.390.000,00 15.463.000,00 5.000.001,00 32.853.001,00
12.310.000,00 7.020.000,00 19.330.000,00
24.212.500,00 19.115.001,00 28.479,60 43.355.980,60
26.722.500 30.000.000 16.228 56.738.728
104.632.500,00 93.928.001,00 44.707,82 5.010.100,00 203.615.308,82
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
36.177.500,00 200.000,00 475.500,00 500.000,00 60.000,00 37.413.000,00 (11.485.401,00)
48.670.000,00 55.100,00 60.000,00 48.785.100,00 (23.375.100,00)
32.630.000,00 200.000,00 513.500,00 1.446.000,00 60.000,00 34.849.500,00 (1.996.499,00)
40.480.000,00 158.900,00 60.000,00 40.698.900,00 (21.368.900,00)
35.490.000,00 121.000,00 60.000,00 35.671.000,00 7.684.980,60
40.000.000 200.000 247.500 112.270 30.000 40.589.770 16.148.958
233.447.500,00 600.000,00 1.571.500,00 2.058.270,00 330.000,00 238.007.270,00 (34.391.961,18)
Jumlah ketekoran dana tersebut dibiayai oleh sisa pendapatan selama beberapa tahun sebelumnya. Dengan meningkatnya pembiayaan penerbitan Komunika, maka partisipasi seluruh umat melalui kontribusi / iuran Lingkungan sungguh sangat diharapkan. Selain itu pengurus Komunika memang akan membatasi jumlah halaman Komunika untuk menekan pembiayaan sehingga tidak over budget. Dalam rapat kerja tersebut juga dibicarakan tema Komunika untuk tahun 2015, dan tema yang disepakati adalah sebagai berikut : Edisi 1 (Jan-Feb) : Prolife; Gereja yang Menghargai Kehidupan Edisi 2 (Mar-Apr) : Dinamika Kerasulan dan Kaderisasi Orang Muda Katolik Edisi 3 (Mei-Juni) : Manajemen Paroki Edisi 4 (Juli-Ags) : Keluarga yang Merasul Edisi 5 (Sep-Okt) : Maria Bunda yang Menyapa Edisi 6 (Nop-Des ): Hidup bakti dan Syukur Tema edisi 1 – 2015 memang sesuai dengan concern Gereja KAJ tentang aborsi, sehingga diharapkan umat yang memiliki pengetahuan tentang Prolife dapat mengirimkan sharingnya ke Redaksi Komunika melalui email majalah_
[email protected] paling lambat tanggal 20 Januari 2015.
56 · Komunika
DONATUR
Oktober-November 2014 (data dalam rupiah)
NN 6565
200,000
St Filipus Rasul
500,000
St Rafael
250,000
St Angela
600,000
St Ansgarius
1,920,000
St Dominikus
300,000
St Yulius
600,000
St Alfonsus
1,260,000
St Lucia
300,000
St Gabriel
300,000
St Martinus Bunda Theresa
300,000 1,000,000
St Valentinus
500,000
St Belarminus
500,000
St Theresia Avilla
240,000
St Irene
600,000
St Katarina dr Sienna
1,500,000
St Perpetua
750,000
C. Budi Pudyaningsih
500,000
St Geraldus Majela
500,000
St Maria
500,000
St Antonius
200,000
St Matius
600,000
St Bertha
500,000
St Kanisius
750,000
St Isidorus
500,000
St Yudith
250,000
Total donasi
15,920,000
Untuk donasi di Komunika mohon ditransfer ke : BCA CABANG WISMA Nomor akun 497-075-008-3 a.n. PGDP Paroki /Gereja Santa Monika Jika kami tidak mengetahui kiriman dari mana/ siapa maka akan dituliskan sebagai NN. Agar kami dapat mengetahui para penyumbang, mohon mengirim pesan ke : Poppy - 0815.855.992.87 (SMS/Whatsapp saja)