Daftar Isi Kata Pengantar .............................................................................................. v Pengantar ...................................................................................................... xi Daftar Isi ....................................................................................................... xv Daftar Gambar.......................................................................................... xvii Daftar Tabel ................................................................................................xxi Pendahuluan ...................................................................................................1 Memahami Nation Branding ............................................................... 11 Dari Country Branding Hingga State Branding ....................................... 13 Nation Branding dalam Kacamata Penelitian ....................................... 17 Johari Window dalam Nation Branding ................................................... 33 Triple Bottom Line Nation Branding ......................................................... 36 Pemerintah ...................................................................................... 37 Bisnis ................................................................................................ 38 Masyarakat Sipil .............................................................................. 38 Persoalan Nation Branding ..................................................................... 41 Tarik Ulur Nation Branding .................................................................... 41 Produk Ekspor dan Pameran Internasional ...................................... 43 Branding Kewilayahan dan Destinasi Pariwisata ................................ 48 Investasi dan Ekonomi ......................................................................... 54 Keamanan ............................................................................................... 59 Masyarakat dan Orang-orang Terkenal .............................................. 61 Budaya ..................................................................................................... 66 Identitas Nasional .................................................................................. 71 Metode Eksplorasi Nation Branding ................................................... 75 Pendekatan Indeks Tentang Nation Branding ..................................... 76 Pendekatan Kualitatif Dalam Nation Branding ................................... 84 Konvergensi Metode Eksplorasi Nation Branding ............................. 91 Pentingnya Nation Branding Indonesia ............................................. 97 Mem-Branding Indonesia ....................................................................... 76 Potensi Indonesia dalam Angka ........................................................ 108 Potensi Geografis ......................................................................... 108 xv
Potensi Demografis ..................................................................... 113 Potensi Sumber Daya Alam Indonesia ..................................... 115 Potensi Ekonomi ......................................................................... 119 Hasil Pengukuran Nation Branding Indonesia Dalam Perspektif Global .................................................................................................... 123 Merek Indonesia dari Berbagai Perspektif ...................................... 131 Pariwisata .............................................................................................. 132 Produk Ekspor ..................................................................................... 136 Investasi dan Ekonomi ....................................................................... 138 Sumber Daya Manusia ........................................................................ 141 Pemerintah............................................................................................ 144 Nilai Filosofi Bangsa ........................................................................... 139 Kasus Khusus: Mendongkrak Posisi Indonesia Melalui Diaspora TKI .............................................................................................................. 151 Oleh: Billy K. Sarwono Kasus Khusus: Konstruksi Tanda dalam Health Branding Indonesia ................................................................................................... 171 Oleh: Tatag Handaka Kasus Khusus: Green Nation Branding: Natural Indonesia, Harmony in Diversity ............................................................................ 189 Oleh: Hifni Alifahmi Penutup ....................................................................................................... 233 Daftar Pustaka .......................................................................................... 239
xvi
Pentingnya Nation Branding Indonesia Menyambut 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada tahun 2045, sudah selayaknya Indonesia memiliki reputasi dan karakter bangsa yang kokoh. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas 1,904,569 km2 dan memiliki letak geografis di antara 60 LU – 110 LS dan 950 BT – 1410 BT. Letak Indonesia ini menjadi strategis karena berada di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, antara Benua Asia dan Benua Australia, dan juga berada pada pertemuan dua rangkaian pegunungan, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteranian. Karena faktor itulah Indonesia menjadi bagian penting bagi perekonomian dunia karena menjadi persimpangan lalu lintas dunia. Dengan posisi dilalui garis khatulistiwa, Indonesia memiliki iklim tropis yang menjadikan negara ini subur, kaya dengan hasil bumi dan tambang. Selain itu, Indonesia juga kaya budaya dan keragaman masyarakatnya dari berbagai suku bangsa. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, menjadi falsafah negara pemersatu bangsa dari berbagai keragaman yang ada. Keberagaman etnis tidak menjadikan Indonesia terpecah belah, melainkan menjadikan negara ini sebagai sebuah kesatuan yang unik dan kaya keberagaman budaya (Oentoro, 2010). Indonesia juga memiliki bentang alam yang indah untuk tempat berwisata dan berlibur. Ditambah lagi masyarakat yang sangat ramah kepada para pendatang menjadikan Indonesia memberikan banyak alasan orang-orang dari negara lain mengunjungi Indonesia (Warta Ekonomi, 1998). Sayangnya, di usia 69 tahun pada 2014 ini, Indonesia belum memiliki gagasan untuk membangun brand negara ini secara komprehensif. Padahal, nama Indonesia di mata dunia sudah mulai membaik. Momentum ini seharusnya dapat menjadi langkah awal Indonesia dalam meningkatkan merek bangsanya. Hal ini diperlukan 97
karena nation brand adalah presentasi diri yang stratejik dari suatu negara dengan tujuan untuk menciptakan modal reputasional melalui promosi terhadap ketertarikan ekonomi, politik dan sosial, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tahun 2011 yang lalu, Indonesia pernah mendengungkan wacana nation branding melalui majalah Warta Ekspor yang dikeluarkan oleh Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Salah satu programnya adalah membangun kesadaran (awareness) masyarakat Indonesia dan dunia mengenai citra produk Indonesia sebagai upaya membangun nation branding dengan slogan “Remarkable Indonesia”. Program lainnya adalah melalui kegiatan kreatif berskala internasional seperti Java Jazz Festival di Jakarta, World Batik Summit di Jakarta, Instore Promotion di Harrods Department Store di Inggris, dan ASEAN Culture and Creativity Fair di Bali. Namun, wacana ini masih berfokus pada citra dari Indonesia. Padahal, konsep nation branding tidaklah sama dengan konsep citra, walaupun memang kedua konsep ini saling terkait. Konsep nation branding ini meliputi seluruh dimensi yang perlu dibenahi dengan terintegrasi, termasuk didalamnya dimensi ekonomi, pariwisata, kebudayaan, pemerintahan, dan banyak dimensi lainnya. Sedangkan konsep citra lebih merujuk pada kognisi dan persepsi yang diketahui orang lain terkait dengan objek tertentu, misalnya negara. Oleh karena itu, dirasakan perlu untuk meningkatkan nation branding Indonesia ini berangkat dari beberapa data hasil pengukuran nation brand index oleh banyak konsultan di dunia. Berdasarkan pengukuran secara global di tahun 2010 yang lalu, menurut Anholt-GfK Roper Nation Brand Index yang melihat reputasi negara oleh negara lain, Indonesia berada di ranking 44 dengan skor 49,05 (di tahun 2009 menempati ranking 41) dari 50 negara. Sedangkan di tahun 2011, menurut Bloom Consulting Country Branding Ranking, Indonesia menempati ranking 36 dalam attraction to trade, dan ranking 32 dalam 98
attraction to tourism dari 193 negara di dunia. Dari laporan Brand Finance Nation Brand tahun 2011, Indonesia menduduki posisi 32 yang sebelumnya menempati posisi 33 di tahun 2010 dari 100 negara. Sedangkan menurut Future Brand Country Brand Index, di tahun 20122013, Indonesia menempati ranking 78 (di tahun 2011 menempati ranking 76 dan di tahun 2010 menempati ranking 72) dari 118 negara. Secara keseluruhan, keempat pengukuran yang dilakukan oleh institusi asing terhadap Indonesia tersebut memperlihatkan bahwa indeks negara Indonesia belum dapat menempati posisi 20 besar, apalagi 10 besar. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia belum memiliki reputasi yang baik di mata masyarakat dari negara lain. Mari Elka Pangestu, saat menjabat menjadi Menteri Perdagangan Republik Indonesia, pernah mengatakan bahwa pemerintah Indonesia berencana membuat branding negara yang akan digunakan secara nasional sebagai salah satu upaya memajukan sektor pariwisata, investasi, dan perdagangan. Selain itu, Jero Wacik, saat menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, juga mengatakan bahwa nantinya Indonesia akan ganti branding pariwisata, investasi, dan perdagangan menjadi satu branding nasional, sehingga semua departemen akan memakai pencitraan yang sama dengan promosi ke dunia lebih besar lagi (Bambang, 2007). Di tahun 2009, Menteri Perdagangan Republik Indonesia mengatakan bahwa “Dengan membangun nation branding, Indonesia sebagai bangsa kreatif akan memfokuskan diri terhadap kreatifitas Indonesia di semua sektor. Efek dari hal tersebut adalah meningkatnya ekspor produk kreatif ke luar negeri dan memicu munculnya rasa kebanggaan dalam diri rakyat Indonesia” (Burhani, 2009).
99
Sehingga, dalam konteks pemerintah, setidak-tidaknya nation branding yang terbentuk dilihat dari sektor pariwisata, investasi, perdagangan dan ekonomi kreatif. Pembentukan reputasi yang baik ini bukan perkara mudah. Perlu dilakukan serangkaian tindakan-tindakan agar tujuan ideal dapat tercapai. Dengan tujuan yang begitu besar, tindakan atau program pembentukan nation branding Indonesia ini sudah sepatutnya dilakukan dengan komprehensif dan terstuktur serta berkesinambungan. Banyak orang mempertanyakan, benarkah serangkaian program branding serta merta membentuk reputasi positif? Tentu jawabannya tidak juga, karena tiap negara pasti memiliki plus minus. Demikian pula dengan Indonesia, kontradiksi yang hadir dalam proses inisiasi malah menjadikan Indonesia memiliki atribut yang beragam. Misalkan saja di Indonesia ada orang terkaya di dunia dan ada yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ada penerima Olimpiade Fisika, namun tak sedikit yang sekolahnya ambruk. Perusahaan asal Indonesia adalah pembeli pesawat terbang Boeing, konsumen alat-alat berat, dan sepeda motor terbesar di dunia. Namun yang sering diberitakan adalah konflik, tawuran, tabrakan, pesawat jatuh, banjir, korupsi, dan kemiskinan. Indonesia kemudian dianggap sebuah negara dengan nation branding yang tak jelas . Optimisme Indonesia menginisiasi merek bangsa dinyatakan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menjadikan beberapa keunikan dan karakteristik bangsa sebagai nation brand. Indonesia memiliki pengalaman dalam mengatasi berbagai permasalahan seperti krisis moneter, tidak stabilnya kondisi politik, separatis atau perpecahan ideologi, konflik etnis, terorisme, dan becana alam. Kondisi tersebut membawa Indonesia saat ini menjadi negara yang memiliki profil dan aset berbeda. Kemudian Indonesia termasuk tiga negara demokrasi terbesar di dunia. Sejak reformasi 1998, Indonesia telah berhasil menyelenggarakan pemilu dengan damai dan langsung dipilih oleh rakyat yaitu tahun 1999, 2004, dan 2009. Hal ini disebut dengan “The 100
Quite Revolution”, bahkan tidak hanya presiden, wakil rakyat pun juga dipilih oleh langsung oleh rakyat. Dengan mayoritas beragama Muslim, maka Indonesia telah mendemonstrasikan Islam, demokrasi, dan modernitas berjalan bersama. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga semakin membaik. Tercatat pada tahun 2004, pemerintah secara aktif mengejar strategi perkembangan yang fokus pada pertumbuhan (pro-growth), kemiskinan (pro-poor), dan lingkungan (pro-environtment). Saat ini, Indonesia tergabung dalam negara G20, dan Indonesia merupakan negara peringkat ke-17 dengan tingkat ekonomi tertinggi yaitu Gross Domestic Product (GDP) lebih dari $700 milyar. Hal ini juga menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat ekonomi tertinggi di Asia Tenggara, dengan kelas menengah terbesar. Tingkat keseimbangan pembelian (Purchasing Power Parity) sekitar 1$ triliun. Utangnya mendekati GDP rasio 26 persen, dan Indonesia konsisten menjaga defisit bujet rendah (dibawah dua persen) melalui fiskal yang hati-hati dan kebijakan moneter. Selama krisis finansial global, ekonomi Indonesia tumbuh 6,1 persen, tertinggi ketiga di antara negara G20 setelah Cina dan India. Indonesia memprediksi pertumbuhan bisa menjadi 6,4 persen (Yudhoyono, 2011). SBY juga menyatakan ada tiga pilar utama untuk meningkatkan nation branding Indonesia. Pertama, ekonomi yang kuat. Indonesia diprediksi akan menjadi 10 negara ekonomi terbesar di dunia. Tahun 2030, diprediksi ekonomi Indonesia mencapai $9,3 triliun, maka tahun 2045 bisa menjadi negara keempat terbesar dengan GDP sekitar $20 triliun. Keuntungan Indonesia adalah negara yang besar dan cakap dalam berbagai hal sehingga mampu untuk berkembang di waktu yang sama, memiliki sumber daya ekonomi, pengetahuan ekonomi, dan peninggalan sejarah ekonomi yaitu sistem ekonomi tradisional yang dapat dimodernisasi. Pilar kedua, demokrasi yang stabil, kuat, dan matang. Melahirkan demokrasi yang kuat sangat tergantung pada kekuatan institusinya bukan orangnya. Institusi yang dimaksud adalah 101
lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Menurut SBY, “jika kita agresif, dan mendukung kampanye anti korupsi, maka 2045 Indonesia bisa bebas dari korupsi”. Demokrasi yang kuat berarti komitmen yang penuh pada peraturan hukum yang berlaku. Peraturan ini tidak hanya untuk keadilan tetapi juga perkembangan. Setiap warga negara yakin bahwa dirinya aman dilindungi oleh hukum. Tahun 2045, akan tercipta masyarakat yang modern, setiap individu memiliki akta kelahiran, KTP, akun bank, kartu pemilih, telepon, email, dan nomer wajib pajak. Kemudian pilar ketiga, perkembangan peradaban. Indonesia termasuk negara yang kaya budaya, agama, dan suku bangsa. Tahun 2045, akan terus terjadi dinamika peradaban. Indonesia diyakini akan menjadi Negara bermasyarakat yang ditunjang oleh pengetahuan dan konsistensi pembaharuan diri (Yudhoyono, 2011).
Mem-B randing Indonesia Inisiasi mem-branding bangsa Indonesia pada dasarnya telah dilakukan sejak lama. Pada tahun 1991 Kementerian Pariwisata saat itu menggalakkan program Sapta Pesona untuk mempromosikan pariwisata Indonesia di mancanegara. Sapta Pesona terdiri dari tujuh (7) unsur yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan. Program Sapta Pesona juga berusaha meningkatkan kesadaran, dan tanggung jawab seluruh masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat luas untuk bertindak dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan agar program pembangunan pariwisata Indonesia bisa berjalan baik dan menunjukkan hasil yang nyata bagi pembangunan nasional serta tidak dijalankan setengah hati oleh segenap elemen bangsa. Sedangkan saat ini, pemerintah Indonesia memiliki dua program branding yaitu ‘Wonderful Indonesia’ yang diusung Kementerian Pariwisata, dan ‘Remarkable
102
Indonesia’ yang digagas oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Program branding pariwisata dengan slogan ‘Wonderful Indonesia’ sebenarnya merupakan lanjutan dari program “Visit Indonesia Year” yang telah lama dilaksanakan. Namun pada program “Visit Indonesia” tahun 2008, Kementerian Pariwisata saat itu mengusung slogan dan logo ‘Wonderful Indonesia’ sebagai alat komunikasi pemasaran pariwisata Indonesia. ‘Wonderful Indonesia’ berarti wonderful culture, nature, people and culinary atau budaya, alam, masyarakat dan kuliner yang sangat bagus.
Gambar 5.1: Logo “Wonderful Indonesia”
Langkah branding yang dilakukan salah satunya adalah dengan menjadi penyelenggara event internasional seperti event olahraga Tour de Singkarak, Jakarta Marathon 2013 dan Asian Games di tahun 2018. Kemudian menjadi tuan rumah Konferensi APEC dan pertemuan World Trade Organization (WTO). Selain itu, event budaya dan pameran internasional juga menjadi strategi branding Indonesia seperti penyelenggaraan festival Java Jazz, Sail Indonesia, Tourism Indonesia Mart and Expo, dan Jakarta Internasional Handicraft Trade Fair. Akses 103
informasi semua event yang ada di Indonesia dapat diakses melalui situs resmi ‘Wonderful Indonesia’ yaitu www.indonesia.travel. Branding pariwisata Indonesia berimplikasi positif pada peningkatan rangking persaingan sektor pariwisata global. Travel and Tourism Competitiveness Index (T&T) yang dikembangkan oleh World Economic Forum (WEF) tahun 2011, menempatkan Indonesia pada urutan 74 dari 139 negara. Kemudian di tahun 2012 dan 2013, posisi Indonesia naik empat peringkat menjadi urutan 70 diantara 140 negara. Dari segi jumlah wisatawan, kampanye ‘Wonderful Indonesia’ juga berdampak positif pada peningkatan minat turis asing berlibur di Indonesia. Pada akhir tahun 2012 tercatat kedatangan turis asing ke Indonesia mencapai 8, 044 juta orang meningkat 5,16% dari tahun 2011 yang berjumlah 7,65 juta orang. Pada tahun 2013 kedatangan turis asing semakin meningkat menjadi 8,8 juta orang atau meningkat 8, 39 % dari tahun 2012. Pengeluaran turis asing selama berkunjung ke Indonesia juga menunjukkan peningkatan tren dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 tercatat rata-rata pengeluaran turis asing di Indonesia sebesar US$ 1.118. Tahun 2012 meningkat menjadi US$ 1.133 dan di tahun 2013 rata-rata pengeluaran turis asing dalam sekali kunjungannya adalah US$ 1.142. Peningkatan ini berkontribusi positif pada GDP nasional sebanyak 4% dan penerimaan devisa sebesar US$ 10 miliar pada tahun 2013. Kementerian Pariwisata mencatat sektor pariwisata penyumbang devisa terbesar ke-4 di Indonesia setelah migas dan tambang. Kondisi ini sekaligus membuktikan pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia mencapai 9%, bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan global yang hanya 5%. Branding pariwisata Indonesia melalui ‘Wonderful Indonesia’ tidak hanya meningkatkan keuntungan ekonomi, namun juga berkontribusi pada aspek-aspek pembangunan sosial budaya seperti pemahaman 104
antar budaya, rasa kebersamaan dan persatuan, serta meningkatkan kebahagiaan masyarakat. Sektor pariwisata di Indonesia menumbuhkan 36,17% tenaga pariwisata dalam kurun waktu lima tahun (2008-2013). Tenaga kerja di sektor pariwisata pada tahun 2013, mennyumbang sebesar 8,89% terhadap total tenaga kerja nasional dan jumlah tenaga kerja pada sektor ini tercatat mencapai 10,13 juta tenaga kerja. Selain itu, wisatawan domestik juga menunjukkan tren yang sama. Jumlah perjalanan wisatawan domestik terus meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2013 menjadi 248 juta perjalanan. Angka perjalanan ini menunjukkan peningkatan 1,1% dibandingkan tahun sebelumnya dan menciptakan pembelanjaan domestik sebesar Rp 176,32 triliun. Pertumbuhan pariwisata di Indonesia yang semakin meningkat juga berdampak positif pada investasi. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat nilai investasi pariwisata di Indonesia pada tahun 2013 mencapai US$ 603 juta. Inisiasi branding Indonesia untuk sektor investasi asing juga telah dicanangkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sejak tahun 2010. BKPM mempromosikan investasi Indonesia melalui Kamar Dagang dan Industri (Kadin) seluruh dunia menggunakan slogan “Remarkable Indonesia”. BKPM mempromosikan “Invest in Remarkable Indonesia” kepada calon investor asing melalui berbagai cara. Diantaranya bekerja sama dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia untuk mendistribusikan brosur promosi investasi dalam awak pesawatnya baik pada jalur penerbangan lokal dan internasional. Kemudian BKPM juga berinvestasi besar untuk berkampanye jaringan media internasional untuk menarik investor masuk ke Indonesia. Diantaranya jaringan televisi CNN dan BBC yang menampilkan iklan “Invest in Remarkable Indonesia” berdurasi 60 detik. Kampanye “Remarkable Indonesia” juga menggunakan strategi below the line dengan beriklan di pintu taksi kota London. Melalui format 105
iklan bergerak, penumpang taksi juga disediakan brosur yang menyajikan data-data statistik mengenai kondisi ekonomi Indonesia. Pada waktu yang bersamaan, BKPM juga menyelenggarakan eksibisi dan pameran dagang di Harrods, London. Sehingga, penumpang taksi yang tertarik berinvestasi di Indonesia dapat langsung mengunjungi pameran dan terlibat langsung dengan BKPM. Selain strategi aktif jemput bola, BKPM juga mempermudah proses berinvestasi di Indonesia dengan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Melalui pelayanan tersebut, urusan perijinan dan terkait investasi menjadi lebih singkat, misalkan saja pengurusan yang biasanya 7 hari dapat diselesaikan dalam waktu 2-3 hari tanpa membayar uang lebih. BKPM juga memberikan pelayanan senyaman mungkin kepada calon investor untuk dapat mengurus perijinan sendiri tanpa menggunakan jasa konsultan, firma hukum ataupun calo.
Gambar 5.2 Taksi “Remarkable Indonesia “ di depan Harrods (Sumber:ubiqtaxis.com)
106
Gambar 5.3: London taxi advertising di Glasgow (Sumber pressat.co.uk)
Gambar 5.4: Eksibisi “Remarkable Indonesia” di Harrods, London. (sumber: themover.co.uk)
Kemudian, BKPM juga mencatat kenaikan jumlah investasi asing yang masuk ke Indonesia terus meningkat sejak BKPM proaktif menjalankan kampanye “Remarkable Indonesia”. Pada tahun 2010, realisasi investasi asing sebesar US$ 16,6 juta, kemudian di tahun 2011 meningkat menjadi US$ 19,5 juta, dan tahun 2012 meningkat lagi 107
menjadi US$ 24,6 juta. Peningkatan nilai investasi asing ini cukup menggembirakan mengingat di tahun 2009, investasi asing menurun hampir 30% menjadi US$ 10, 8 juta dari tahun 2008 yang berjumlah US$ 14,4 juta. Hal ini menunjukkan rebranding Indonesia untuk sektor investasi berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi.
Potensi Indonesia dalam Angka Menginisiasi merek bangsa telah dilakukan oleh banyak negara termasuk Indonesia. Sayangnya, pengukuran nation branding secara global menunjukkan posisi Indonesia belum masuk dalam 20 besar. Di sisi lain, McKinsey Global Institute (MGI) menilai Indonesia memiliki potensi yang dapat mengantarkan Indonesia menjadi negara kuat di dunia. Dari segi ekonomi, MGI memperhatikan kekuatan ekonomi Indonesia urutan 16 terbesar di dunia, memiliki 45 juta kelas konsumsi, 55 juta pekerja terampil, 53% populasi yang berada di perkotaan menyumbangkan 74% GDP, dan memiliki peluang US$ 500 milyar untuk mengembangkan pasar jasa pertanian dan perikanan, sumber daya alam dan pendidikan. Potensi ini menjadi modal Indonesia mengembangkan branding secara global. Potensi geografis, geopolitik, demografis, dan sumber daya alam merupakan amunisi yang dapat digunakan mengembangkan inisiasi merek Indonesia.
Potensi Geografis Posisi Indonesia secara geografis diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan Pasifik). Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau dengan luas daratan 1.922.570 km persegi dan luas perairan 3.257.483 km persegi. Sebagai negara kepulauan yang memiliki luas laut lebih banyak dari daratannya memperlihatkan besarnya potensi perairan dan pulau-pulau yang masih memiliki 108
keasrian dan keberagaman populasi flora dan fauna. Posisi geografis Indonesia tepat dilewati garis khatulistiwa memberikan keuntungan iklim dan cuaca yang bersahabat di Indonesia. Indonesia memiliki dua musim yang dominan yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Indonesia mendapat sinar matahari rata-rata 12 jam di siang hari. Indonesia juga memiliki rata-rata curah hujan yang cukup. Hal ini sangat berbeda dengan Benua Eropa yang memiliki cuaca ekstrim. Musim panas di Eropa dan wilayah jazirah Arab, musim panas memiliki siang yang lebih panjang, sekitar 16 jam. musim dingin yang ekstrim hingga mencapai 4 derajat celsius bahkan sampai menelan korban sedikitnya 600 orang tewas di Eropa Timur. Iklim di Indonesia sangat ideal, bersahabat, hangat dengan kelembaban yang cukup, iklim seperti inilah yang disukai oleh para wisatawan. Keuntungan iklim dan cuaca yang baik ini membuat Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, nomor tiga setelah Brazil dan Kongo. Indonesia memiliki kekayaan jenis yang beragam, termasuk kekayaan varietas, variasi dan keunikan gen, jenis dari semua organisme dan ekosistem tempat mereka tumbuh. Besarnya perbedaan habitat, kekayaan flora dan fauna dan tingginya tingkat endemisitas, menyebabkan Indonesia dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat dua jutaan spesies tumbuhan yang telah dikenali dan 60 % dari jumlah tersebut terdapat di Indonesia. Menurut Mustaid Siregar, Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan LIPI, meskipun Indonesia kaya akan keragaman flora, namun, saat ini baru ada 8.000 jenis yang sudah teridentifikasi. Jumlah tersebut diperkirakan baru 20 persen dari jumlah flora yang ada di Indonesia. Sedangkan keanekaragaman fauna di Indonesia juga menunjukkan kekayaan yang tinggi. Diperkirakan sebanyak 300.000 jenis satwa liar atau sekitar 17% satwa di dunia terdapat di Indonesia, walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas daratan dunia. Indonesia merupakan Negara nomor satu dalam hal kekayaan mamalia (515 jenis) 109
dan menjadi habitat dari sekitar 1539 jenis burung. Sebanyak 45% ikan di dunia, hidup di Indonesia. Indonesia juga menjadi habitat bagi satwasatwa endemik atau satwa yang hanya ditemukan di Indonesia saja. Jumlah mamalia endemik Indonesia ada 259 jenis, kemudian burung 382 jenis dan ampibi 172 jenis (IUCN, 2011). Luasnya lautan di miliki Indonesia, menjadikan Indonesia memiliki keanekaragaman laut Indonesia paling besar dibandingkan negara lain di dunia. Sebagai negara yang 70% wilayahnya terdiri dari lautan, Indonesia memiliki beberapa potensi maritim. Diantaranya sarana transportasi. Kebutuhan transportasi laut di Indonesia menumbuhkan industri pelayaran domestik. Lalu lintas laut pun semakin ramai dengan hadirnya kapal-kapal asing yang lalu lalang karena letak Indonesia yang berada di persilangan dunia. Menurut data Indonesia National Shipowners Association (INSA) jumlah kapal niaga saat ini mencapai 11.300 unit, atau naik sekitar 80 persen dibandingkan dengan posisi Maret 2005 yang sebanyak 6.014 unit. Kapal-kapal tersebut beroperasi baik di pasar pelayaran internasional maupun domestik. Sampai tahun 2020, perusahaan pelayaran nasional baru bisa mendapatkan pangsa pasar pelayaran internasional sekitar 30 persen. Potensi pasar pelayaran nasional tidak hanya berhenti pada industri transportasi saja. Sebagai negara yang memiliki empat selat strategis jalur pelayaran dunia, Indonesia memiliki potensi membuka pelabuhan internasional. Karena secara politik dan ekonomi keberadaan jalur tersebut menyangkut kelangsungan hidup sejumlah negara. Perairan strategis bagi pelayaran internasional di kawasan Pasifik yang berada di wilayah kedaulatan Indonesia adalah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok dan Selat Makasar.
110
Gambar 5.5 Jalur Perdagangan Dunia (Pelni, 2011)
Gambar 5.5 menunjukkan pelabuhan terbesar di dunia berada di Singapura yang menghubungkan jalur pelayaran dari Asia, Eropa, Amerika dan Afrika. Sehingga Indonesia dapat mengembangkan empat pelabuhan internasional di keempat selat strategis tersebut. Saat era perdagangan dunia bergeser ke wilayah Asia Pasifik, yang sebelumnya di Eropa dan Amerika, kawasan tersebut muncul sebagai salah satu pusat strategis maritim dunia di abad 21. Di era perdagangan TransPasifik, Selat Malaka mengambil peran yang sangat penting karena merupakan jalur laut terpendek yang bisa menghubungkan antara dua samudera penting di dunia yaitu Samudera India dan Samudera Pasifik.
111
Gambar 5.6. Peta Perdagangan Dunia (Maryamingty, 2010) Peta perdagangan dunia diatas, menunjukkan Indonesia berada di tengah-tengah jalur perdagangan antara Australia dan Asia. Sehingga 40% mobilitas perdagangan internasional akan melewati Indonesia. Selain berpotensi di bidang lalu lintas perdagangan, luasnya lautan Indonesia juga berpotensi dalam pelayaran wisata. Pada gambar di bawah ini dapat terlihat peta pelayaran pariwisata nusantara yang terbentang dari sabang hingga Merauke.
Gambar 5.7 Peta Pelayaran Pariwisata Nusantara (Pelni, 2011)
112
Potensi Demografis Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa tersebut merupakan potensi yang luar biasa. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut menempatkan Indonesia berada pada posisi ke empat setelah Amerika Serikat serta posisi ketiga di Asia. Apalagi piramida penduduk Indonesia saat ini menunjukkan struktur manusia usia produktif di Indonesia menempati porsi yang paling besar. Keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) selama ini, apabila dipelihara dengan baik, akan menjamin pertambahan penduduk baru terdiri dari penduduk dengan kualitas yang lebih baik. Berbeda dengan keadaannya di masa lalu penduduk Indonesia dewasa ini berusia muda atau remaja dimana jumlah penduduk berusia 15 – 65 tahun merupakan bagian yang terbesar dan terus menanjak dengan kualitas yang bertambah baik. Penduduk muda umumnya tergolong dalam kategori pra sejahtera dan sejahtera I. Sangat kecil yang sudah beranjak ke tingkatan sejahtera III atau III plus. Sumber daya manusia ini menjadi potensi untuk mengembangkan sektor-sektor pembangunan.
Gambar 5.8. Piramida Penduduk Indonesia (BPS, 2011)
113
80,00 78,00 76,00 74,00 72,00 70,00 68,00 66,00 64,00 62,00 60,00
11. Aceh 13. Sumatera… 15. Jambi 17. Bengkulu 19. Bangka… 31. DKI Jakarta 33. Jawa Tengah 35. Jawa Timur 51. Bali 53. Nusa… 62. Kalimantan… 64. Kalimantan… 72. Sulawesi… 74. Sulawesi… 76. Sulawesi Barat 82. Maluku Utara 94. Papua
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi 1996-2011
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 5.9. Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia
Hal ini juga diperkuat dengan indeks pembangunan manusia di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya. Di tahun 2011, indeks menunjukkan angka 72,77 yang artinya meningkat 0,5 poin dari tahun 2010. Indeks pembangunan manusia sekaligus menunjukkan bahwa pembangunan di Indonesia belum merata. Berdasarkan provinsi, masih terdapat daerah-daerah yang memiliki indeks pembangunan manusia yang rendah seperti Nusa Tenggara Barat. Sebaliknya ada juga daerah yang memiliki indeks pembangunan manusia yang tinggi seperti DKI Jakarta.
114
Potensi Sumber Daya Alam Indonesia Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Di sektor pertambangan, Indonesia memiliki potensi sumber daya minyak, gas, dan mineral. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa angka produksi bahan bakar minyak (BBM) dan minyak bumi dari tahun 1996 hingga tahun 2011 menunjukkan angka yang fluktuatif, bahkan cenderung menurun. Kajian industri perminyakan yang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) menyatakan kondisi perminyakan Indonesia saat ini mengalami kondisi depleting. Kondisi ini terjadi ketika produksi minyak dari tahun ke tahun semakin menurun karena belum ditemukannya cadangan-cadangan sumur minyak baru. Investasi yang besar untuk menemukan cadangan minyak baru menjadi bukanlah penghambat eksplorasi sumur baru di Indonesia. Eksplorasi pengeboran sumur baru justru meningkat. Tetapi realisasi eksplorasi minyak tidak juga berpengaruh signifikan pada produksi minyak nasional. Potensi sumber daya bahan bakar yang dapat dikembangkan adalah gas bumi. Investasi pada gas bumi umumnya memiliki lead time yang panjang. Perkembangan teknologi pengeboran lateral drilling, pengetahuan geologis yang semakin meningkat, serta kemungkinan pengolahan gas cair yang semakin fleksibel, semakin membuka peluang untuk berkembangnya industri gas bumi.
115
Gambar 5.10. Cadangan Minyak Bumi Indonesia
Pencarian energi alternatif selain minyak bumi tidak hanya berhenti pada eksplorasi gas. Bauran energi yang terdiri dari minyak bumi, gas, batubara, bahan bakar nabati, panas bumi, dan berbagai sumber daya alternatif lainnya merupakan skema meningkatkan potensi sumber daya alam Indonesia di tahun yang akan datang. Energi non fosil diproyeksikan terus berkembang hingga mencapai 17% di tahun 116
2025. Berbagai sektor industri alternatif mulai dikembangkan. Seperti kelapa sawit yang merupakan bahan baku biofuel yang ramah lingkungan.
Gambar 5.11. Penggunaan Energi Alternatif di Indonesia
Indonesia berpotensi menjadi produsen utama dalam perdagangan kelapa sawit dunia. Volume barang ekspor dari CPO di tahun 2010 mencapai angka tertinggi sebesar 16 juta ton. Angka ekspor Indonesia ini telah melampaui target sehingga perlu regulasi pemerintah untuk melakukan pembatasan ekspor. Panas bumi juga menjadi potensi energi Indonesia. Potensi panas bumi di Indonesia mencapai 27500 MWe atau setara dengan 3040% panas bumi dunia. Setidaknya terdapat 256 prospek panas bumi ada di Indonesia. Tetapi baru 3% atau setara dengan 15 wilayah yang telah digarap serius menjadi pembangkit listrik tenaga uap. Dengan potensi panas bumi yang besar, Indonesia dapat menjadi penghasil listrik ramah lingkungan terbesar di dunia. Keadaan alam Indonesia yang kaya dengan mineral juga memberikan potensi yang menarik perhatian bangsa-bangsa lain dan 117
menjadi kekuatan bangsa sendiri. Misalnya, data Asosiasi Pertambangan Indonesia (API), pertambangan Indonesia berada dalam kondisi yang luar biasa. Berdasarkan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), Indonesia berada dalam posisi enam besar dalam kepemilikan sumber daya tambang. Untuk ekspor batubara, Indonesia berada pada peringkat ke-3; untuk produksi timah dan tembaga berada pada peringkat ke-2, sedangkan untuk produksi emas berada pada peringkat ke-6. Walaupun produksi emas berada pada peringkat ke-6 di dunia atau peringkat ke-7 (2,3%) dari cadangan emas dunia, Indonesia memiliki cadangan emas terbesar di kawasan Asia Tenggara sebesar 39% (atau sekitar 168 Moz/5.215 tonnes). Data API memperlihatkan bahwa daerah seperti Bengkalis (Sumatera), Bolaang Mangondow (Sulawesi Utara), Cikotok (Jawa Barat), Logas (Riau), Meuleboh (Aceh), Rejang Lebong (Bengkulu), termasuk Lampung, Jambi, Kalimantan Barat, Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Kemudian selain dari API, Investor Daily juga mencatat bahwa cadangan timah di Indonesia berada pada peringkat ke-5 atau sebesar 8,1% dari cadangan dunia. Sedangkan cadangan tembaga, Indonesia memiliki 4,1% dari cadangan tembaga dunia atau berada pada peringkat ke-7. Produksi tembaga berada pada peringkat ke-2 atau sebesar 10,4% dari produksi dunia. Daerah penghasil tembaga di Indonesia antara lain, Cikotok (Jawa Barat), Kompara (Papua),Sangkarapi (Sulawesi Selatan), Tirtamaya Oawa Tengah), Jambi dan Sulawesi Tengah. Sedangkan potensi cadangan nikel Indonesia berada pada 2,9% atau peringkat ke-8 dari cadangan nikel dunia. Untuk produksi nikel sendiri mencapai 8,6% atau peringkat ke-4 di dunia. Daerah yang menghasilkan nikel di Indonesia antara lain Bengkalis (Sumatra), Bolaang Mangondow (Sulawesi Utara), Cikotok (Jawa Barat), dan lainlain.
118
Potensi Ekonomi Pengukuran performa ekonomi suatu negara menurut Institute for Management Development (IMD) dilihat dari ekonomi domestik, perdagangan internasional, investasi internasional, tenaga kerja dan harga. Ekonomi domestik Indonesia dilihat dari GDP, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, modal tetap bruto, tabungan domestik bruto, diversifikasi ekonomi, dan GDP per kapita. GDP Indonesia pada tahun 2012 mencapai US$ 878 milyar dan berada di urutan 16 secara global, jauh meninggalkan Singapura dan Malaysia. Sedangkan konsumsi rumah tangga Indonesia menempati urutan 17 atau senilai dengan US$ 479 milyar. Konsumsi pemerintah Indonesia di tahun 2012 mencapai US$ 78 milyar dan berada di urutan 25. Modal tetap bruto senilai dengan US$ 291,2 dan berada di urutan 14. Tabungan domestic bruto Indonesia menempati urutan 13 dengan jumlah simpanan US$ 321 milyar. Di sektor ekonomi agrikultur, Indonesia berada di urutan 14. Sedangkan di sektor industri dan jasa, Indonesia masih berada di peringkat bawah, yaitu urutan 47 dan 39 dari 60 negara. Diversifikasi ekonomi Indonesia menempati urutan 10 di dunia. Pertumbuhan GDP Indonesia di tahun 2012 termasuk baik dengan tingkat pertumbuhan 6,2% dan berada di urutan ke-6. Dilihat dari segi ekonomi domestik, Indonesia memiliki potensi ekonomi yang cukup baik dengan peringkat 25 teratas. Catatan penting yang perlu diperbaiki berada di sektor industri dan jasa. Dilihat dari sisi perdagangan internasional, kontribusi ekspor Indonesia berada di urutan 29 dengan kontribusi 0,93%. Nilai ekspor barang dan jasa Indonesia mencapai US$ 210,5 milyar, dengan pertumbuhan fluktuatif setiap bulannya. Sedangkan nilai impor produk dan jasa Indonesia mencapai US$224,7 milyar. Hal ini mengindikasikan
119
bahwa Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi konsumsi domestik. Kemudian investasi internasional dapat diamati dari posisi investasi internasional Indonesia Indonesia. Posisi Investasi Internasional Indonesia (PIII) merupakan statistik yang menunjukkan nilai aset dan kewajiban finansial Indonesia terhadap bukan penduduk dalam suatu titik waktu tertentu. Aset finansial dapat berupa tagihan kepada bukan penduduk atau emas yang dimiliki sebagai bagian dari cadangan devisa (bi.go.id, 2014). PIII mencatat kewajiban bersih sebesar USD419,8 milyar (47,2% Pendapatan Domestik Brutto – PDB) pada akhir triwulan IV-2014 atau meningkat 1,4% dari posisi kewajiban bersih sebesar USD414,2 milyar (47,0% PDB) pada akhir triwulan III2014. Kenikan ini disebabkan oleh meningkatnya posisi kewajiban finansial luar negeri (KFLN) dan menurunnya posisi asset finansial luar negeri (AFLN). Keadaan ini sejalan dengan surplus transaksi finansial dalam rangka pembiayaan deficit transaksi berjalan di necara pembayaran Indonesia (NPI). Sedangkan adanya faktor revaluasi negative akibat penguatan dolar AS tidak terlalu berdampak signifikan pada kewajiban bersih PIII karena meskipun menurunkan nilai asset, terdapat juga penuruan nilai kewajiban dengan nilai yang relatif sama. Posisi AFLN Indonesia di akhir triwulan IV-2014 mengalami penurunan 0,6% (qtq) atau sebesar USD1,3 miliar menjadi USD 214,2 miliar. Penurunan ini terjadi karena dipengaruhi oleh meningkatnya transaksi penarikan simpanan sektor swasta pada bank di luar negeri dan faktor revaluasi negatif akibat penguatan dolar AS. Penurun aset lebih lanjut dapat tertahan oleh peningkatan cadangan devisa dan penanaman modal pada anak perusahaan di luar negeri. Kemudian posisi KFLN Indonesia pada akhir triwulan IV-2014 meningkat 0,7% (qtq) ata sebesar USD4,2 miliar menjadi USD633,9 miliar. Peningkatan kewajiban tersebut didorong oleh naiknya penarikan utang luar negeri (ULN) korporasi, baik dari pihak afiliasi maupun non-afiliasi. Namun 120
demikian, faktor revaluasi negative akibat penguatan dolar AS dapat menahan peningkatan kewajiban lebih lanjut. Dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2013 sebelumnya, PIII pada akhir 2014 mengalami peningkatan kewajiban bersih sebesar 13,3% (yoy). Kondisi tersebut disebabkan oleh kenaikan kewajiban yang jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan asset. Sepanjang tahun 2014, posisi kewajiban meningkat sebesar USD 73,2 miliar yang terutama berasal dari arus masuk dalam bentuk penanaman modal asing langsung dan investasi portofolio. Hal ini tercermin dari transaksi finansial NPI yang mencatat peningkatan arus masuk (inflow) yang sangat tinggi pada tahun 2014. Sementara itu, posisi asset hanya meningkat sebesar USD 23,9 miliar yang didorong oleh transaksi pada cadangan devisa, penanaman modal langsung, dan penempatan simpan sektor swasta pada bank di luar negeri. Selain itu, tenaga kerja Indonesia masih dalam taraf memprihatinkan, karena dari 120 juta jiwa atau 72% tenaga kerja Indonesia, hanya delapan persen (8%) yang memiliki kemampuan daya saing. Dari delapan persen ini hanya tiga persen (3%) yang merupakan profesional dengan tingkat pendidikan minimal sarjana. Sedangkan sisanya (5%) berada pada pekerja semi berketrampilan (semi-skilled worker) dengan pendidikan diploma dan kejuruan. Hal ini memperlihatkan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja adalah usaha mikro dan kecil. Lebih dari 77 juta tenaga kerja terserap di usaha mikro dan sekitar 10 juta di usaha kecil. Sedangkan usaha menengah menyerap lima juta tenaga kerja. Pada saat yang sama, Rokhmin Dahuri seperti yang dikutip oleh wartakota.tribunnews.com (13/09/2014) potensi tenaga kerja juga dapat diserap pada sektor kelautan. Setidaknya sekitar 40 juta tenaga kerja dapat diberdayakan pada 11 sektor maritim dengan potensi ekonomi sebesar USD 1,2 triliun. Yang baru digarap adalah perikanan 121
sedangkan potensi lainnya seperti sumber daya manusia kelautan, transportasi laut dan pelayaran, ekowisata bahari, budidaya perikanan, dan lain sebagainya, masih banyak yang belum digali (bi.go.id, 2014). Dilihat dari harga, maka salah satu indikator yang terlihat adalah dari harga bahan bakar minyak (BBM). Harga BBM menjadi acuan seiring dengan fluktuasi harga yang mengikuti pasar dunia. Menurut Pertamina seperti dikutip dalam finance.detik.com (28/03/2015), harga BBM di Indonesia masih yang termurah dibandingkan dengan negara ASEAN. Walaupun demikian, di beberapa negara seperti Amerika dan Malaysia, harga BBM masih lebih murah. Menurut Pertamina yang dikutip oleh merdeka.com (2/2/2015), harga BBM yang murah disebabkan kebijakan pemerintah bersangkutan yang bertanggungjawab mempersiapkan stok atau cadangan negara. Kemudian adanya pengenaan pajak pada BBM seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Kemudian berdasarkan Indeks Harga Konsumen, tingkat dan volatilitas inflasi Indonesia lebih tinggi dibanding negara-negara berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang lain tingkat inflasinya mencapai sekitar tiga sampai lima persen per tahun dalam periode 2005 sampai 2013, tingkat inflasi di Indonesia mencapai ratarata 8.5 persen per tahun dalam periode yang sama (Indonesiainvestment.com, 2014).
122
Gambar 5.12 Tingkat Inflasi Indonesia dari tahun 2000-2014
Kemudian tingkat suku bunga bank di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 5,75% menjadi 7.50% di tahun 2013 sebagai bentuk penyesuaian dari inflasi yang terus meningkat setiap tahunnya. Inflasi terjadi pada dua periode. Pertama, periode Desember-Januari, kenaikan harga disebabkan oleh perayaan Natal dan Tahun Baru. Selain itu di bulan Januari terjadi beberapa bencana banjir sehingga mengganggu saluran distribusi di beberapa wilayah dan kota. Gangguan ini menyebabkan biaya logistik yang lebih tinggi. Kedua, periode Juli-Agustus saat periode liburan, adanya bulan Ramadhan, perayaan Idul Fitri, dan tahun ajaran baru bagi sekolah. Kenaikan terjadi pada makanan dan biaya konsumsi lainnya. Kenaikan ini dilakukan oleh pihak retail untuk menyesuaikan harga dengan jumlah permintaan.
Hasil Pengukuran N ation Branding Indonesia Dalam Perspektif Global Anholt-Gfk Roper Nation Brands Index mengukur nation branding Indonesia berdasarkan 20 negara. Dimensi yang diukur adalah produk, 123
investasi dan imigrasi, pemerintah, masyarakat, pariwisata dan budaya. Berikut adalah rangking berbagai dimensi negara Indonesia dalam pandangan 20 negara (Afrika Selatan, Amerika Serikat, Argentina, Australia, Brazil, China, India, Inggris, Italia< Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Perancis, Polandia, Rusia, Swedia, dan Turki):
Gambar 5.12 Ranking Indonesia Tahun 2008 dan 2009 dalam Dimensi Produk
124
Gambar 5.13 Ranking Indonesia Tahun 2008 dan 2009 dalam Dimensi Imigrasi dan Investasi
Gambar 5.14 Ranking Indonesia Tahun 2008 dan 2009 dalam Dimensi Tata Kelola
125
Gambar 5.15 Ranking Indonesia Tahun 2008 dan 2009 dalam Dimensi Manusia
Gambar 5.16 Ranking Indonesia Tahun 2008 dan 2009 dalam Dimensi Pariwisata
126
Gambar 5.17 Ranking Indonesia Tahun 2008 dan 2009 dalam Dimensi Budaya
Selain Anholt-Gfk Roper, di tahun 2011, menurut Bloom Consulting Country Branding Ranking, Indonesia menempati ranking 36 dalam attraction to trade, dan ranking 32 dalam attraction to tourism dari 193 negara di dunia. Dari laporan Brand Finance Nation Brand tahun 2011, Indonesia menduduki posisi 32 yang sebelumnya menempati posisi 33 di tahun 2010 dari 100 negara. Sedangkan menurut Future Brand Country Brand Index, di tahun 2012-2013, Indonesia menempati ranking 78 (di tahun 2011 menempati ranking 76 dan di tahun 2010 menempati ranking 72) dari 118 negara. Melihat berbagai pengukuran ini, maka masyarakat Indonesia belum mengenali data yang memperlihatkan Indonesia dalam posisi tersembunyi. Kemudian pengukuran nation branding secara global yang fokus pada dimensi tertentu juga dilakukan oleh East West Communications yang mengukur Nation Brands Perception Indexes (East 127
West Communications, 2013), World Economic Forum mengukur The Global Competitiveness Index (Schwab, 2013), dan The Travel and Tourism Competitiveness Index (Blanke & Chiesa, 2013), Institute of Management Development (IMD) mengukur World Competitiveness Index (IMD, 2013), WIN-Gallup International mengukur Global Immigration Index (WINGallup International, 2012), Forum for a new World Governance mengukur World Governance Index (Francois, World Governance Index (WGI), 2009), dan FTSE mengukur Global Government Bond Indices (FTSE, 2008).
Gambar 5. 18. Peta Kualitas Hidup
Gambar 5.18 tentang peta kualitas hidup merupakan pengukuran indek kualitas hidup secara global. Indonesia memiliki indeks kualitas hidup 37,22 yang artinya masih berada di urutan 30% 128
terbawah. Urutan Indonesia pada pengukuran daya saing global menunjukkan posisi ke 39 dari 60 negara. Posisi ini jauh dibawah Singapura yang menduduki posisi kelima dan Malaysia yang menduduki posisi 15.
Gambar 5.19.World Competitiveness Yearbook 2012
Dengan demikian, secara global pengukuran yang dilakukan oleh berbagai kalangan untuk berbagai kepentingan emperlihatkan Indonesia belum menjadi negara yang diperhitungkan untuk ditelusuri lebih lanjut. Keadaan ini menunjukan Indonesia hanya menjadi sasaran atau target bagi hal-hal tertentu yang tidak memberikan manfaat substanti dan transaksional berarti bagi Indonesia dan masyarakatnya. Oleh karena itu, nation branding Indonesia perlu menjadi lebih komprehensif dengan menekankan keterkaitan berbagai dimensi atau aspek yang sering diukur oleh pihak asing baik pemerintahan negara, swasta, bisnis atau masyarakat sipil internasional. 129
