Daftar Isi
Halaman
Daftar Isi .................................................................................................
i
Daftar Gambar ......................................................................................
ii
Daftar Tabel ...........................................................................................
iv
Kata Pengantar......................................................................................
1
Sekilas TNBBR .........................................................................................
2
Bab I Gambaran Umum Kawasan A.
Deskripsi Kawasan ..................................................................
.4
B.
Sejarah Kawasan .....................................................................
12
C.
Kebijakan dan Program Pengelolaan ...................................
13
Bab II Sarana dan Prasarana A.
Bangunan Kantor .....................................................................
14
B.
Sarana Penunjang ...................................................................
15
C.
Sumberdaya Manusia .............................................................
15
D.
Data dan Informasi ..................................................................
16
Bab III Potensi Kawasan A.
Keanekaragaman Hayati ......................................................
17
B.
Ekowisata dan Jasa Lingkungan ...........................................
43
Bab IV Pengelolaan Taman Nasional A.
Visi dan Misi Pengelolaan ......................................................
i
79
B.
Aktivitas Pengelolaan .............................................................
79
C.
Ijin Masuk Kawasan....................................................................
84
Daftar Pustaka .........................................................................................
88
Lampiran ..................................................................................................
89
Daftar Gambar
Gambar 1
Fisiografi permukaan kawasan.. pegunungan ...
5
Gambar 2
Ilustrasi Rute Perjalanan Menuju Kawasan TNBBBR
9
Gambar 3
Sarana jalan HPH menuju ...pintu masuk kawasan
11
Gambar 4
Bagan Alur Sejarah Kawasan TNBBBR .........................
12
Gambar 5
Bangunan Kantor TNBBBR .............................................
14
Gambar 7
Sebaran SDM TNBBBR berdasarkan tk. pendidikan
15
Gambar 8
Sungai Ella, jalur riparian ... ekosistem di TNBBBR
19
Gambar 9
Flora eksotik TNBBBR .....................................................
21
Gambar 10
Pohon Benuas (kiri) dan Palam hutan (kanan)
25
Gambar 11
Jejak mamalia di TNBBBR.............................................
30
Gambar 12
Beberapa amfibi di TNBBBR ........................................
39
Gambar 13
Representasi kupu .. terrestrial dan riparian TNBBBR
40
Gambar 14
Trogonoptera brookiana..ditemui di ..sekitar TNBBBR
42
Gambar 15
Beberapa jenis Ikan.... di S. Ella (TNBBBR) .................
43
Gambar 17
Berbagai hidupan liar dengan berbagai atraksinya
46
Gambar 18
TNBBBR sebagai wahana pendidikan dan riset........
47
Gambar 19
Potensi arung jeram; Sungai Ella dan Sungai Bemban
48
ii
Gambar 20
Lansekap puncak bukit yang mempesona .............. 54
Gambar 21
Representasi sosial budaya ...sekitar TNBBBR............. 55
Gambar 22
Upacara perkawinan dan Ricci .................................. 56
Gambar 23
Toras dan temadu ......................................................... 57
Gambar 24
Bentuk-bentuk kearifan lokal ..sekitar kawasan....... 59
Gambar 25
Tempat acara pembakaran mayat, .......................... 61
Gambar 26
Sepundu (kiri) dan cucuk hari (kanan) ..................... 62
Gambar 27
Obyek batu betanam (atas) dan Pongkal sedarah 66
Gambar 28
Air Terjun Demang Ehud ............................................. 67
Gambar 29
Air Terjun Semungga ................................................... 69
Gambar 30
Air terjun (Cahay) Kumbai (kiri) Tengkawang........... 71
Gambar 31
Air terjun Mawang ....................................................... 73
Gambar 32
Goa Kelasi .................................................................... 75
Gambar 33
Situs kepala riam potai Kondisi di Bukit Batu............. 77
Gambar 34
Rumah Betang; ............................................................. 78
Gambar 35
Pelayanan kegiatan penelitian di TNBBBR ................. 80
Gambar 36
Pemeliharaan pal batas (kiri), .................................... 81
Gambar 37
Inventarisasi Herpetofauna (kanan),........................... 82
Gambar 38
Beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat
83
Gambar 39
Kerjasama ,kemitraan TNBBBR dengan WWF HoB
84
iii
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 1
Aksesibilitas menuju kawasan .................................... 7
Tabel 2
Beberapa mamalia dan lokasi ditemukan ................ 31
Tabel 3
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak .... 86
iv
Kata Pengantar
Sebagai salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) banyak menyim¬pan kekayaan alam berupa panorama alam, keanekaragaman hayati baik ekosistem, flora maupun fauna khas Hutan Hujan Tropis Pegunungan yang sangat layak untuk dipertahankan keberadaannya. Selain itu kultur dan budaya masyarakat sekitar kawasan juga memberi warna bagi daya tarik kawasan TNBBBR. Penyusunan Buku Panduan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan para pihak terhadap informasi aktual mengenai keberadaan dan potensi kekayaan alam yang terdapat di kawasan TNBBBR. Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak (Ir. Erwin Effendy) Kepala Balai TNBBBR Periode Tahun 2006-2009 yang menggagas pembuatan Buku Panduan TNBBBR dan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan dan penerbitan buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat sebagai media informasi bagi para pihak yang memerlukan informasi mengenai kawasan TNBBBR.
Sintang, Agustus 2010
Dr. Ir. Widada, MM. NIP. 19610313 199003 1 002
1
Pendahuluan Sekilas TNBBBR
Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) merupakan bagian dari hutan tropika yang memiliki beranekaragam flora, fauna maupun ekosistemnya. Di samping itu keadaan alamnya memiliki keunikan yang tinggi. Kawasan ini mempunyai fungsi yang amat penting, antara lain menjaga kelangsungan sumber air bagi beberapa sungai dan anak sungai, sebagai habitat satwa liar baik yang sudah maupun belum dilindungi, serta sebagai laboratorium alam bagi penelitian dan pendidikan. Kawasan ini merupakan penggabungan dua cagar alam yaitu Cagar Alam Bukit Baka yang terletak di Kalimantan Barat dengan Cagar Alam Bukit Raya yang terletak di Propinsi Kalimantan Tengah. Pemberian nama Bukit Baka memberikan identitas bukit paling tertinggi di wilayah Kalimantan Barat dan pemberian nama Bukit Raya memberikan identitas sebagai bukit tertinggi di bagian Propinsi Kalimantan Tengah. Potensi yang dimiliki Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya berupa keanekaragaman hayati, panorama keindahan kekayaan alam dan budaya masyarakat merupakan asset berharga yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata maupun penyedia jasa lingkungan. Sebagaimana kawasan pelestarian alam pada umumnya, TNBBBR yang mempunyai ekosistem asli dikelola dengan sistem zonasi dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Menyadari pentingnya keberadaan flora dan fauna di kawasan taman nasional bagi kehidupan manusia, dan juga seba2
gai salah satu penyusun komponen penyusun lingkungan hidup, maka perlu dilakukan upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan fisik untuk menjaga kelestariannya. Dengan demikian kekayaan alam yang tak ternilai ini dapat menjadi warisan bagi generasi yang akan datang. Untuk merealisasikan guna kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan dan pariwisata, maka dalam pengelolaannya diutamakan untuk melindungi sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati, melindungi tata guna air, dan mendukung pengembangan masyarakat di sekitar kawasan taman nasional.
3
Bab I Gambaran Umum Kawasan
A. Deskripsi kawasan
1. Letak dan Luas Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) adalah salah satu kawasan pelestarian alam yang penunjukannya dikukuhkan melalui SK Menteri Kehutanan No 281/Kpts-II/1992 pada tanggal 26 Februari 1992. Memiliki luas 181.090 Ha terbentang dari 112°15’ - 112°60’ Bujur Timur dan 0°29’ - 0°59’ Lintang Selatan yang secara administratif berada di Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Luas kawasan taman nasional yang masuk ke dalam Propinsi Kalimantan Barat (Kalbar) sebesar 70.500 Ha, sedangkan di Propinsi Kali¬mantan Tengah (Kalteng) 110.590 Ha. Kawasan TNBBBR di bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Sintang dan Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan Barat, sedangkan di bagian 4
selatan, timur dan barat berbatasan dengan Kabupaten Katingan Propinsi Kalimantan Tengah. Kawasan ini mempunyai nilai utama sebagai daerah tangkapan air (catchment area) yang menjadi sumber aliran Sungai Melawi dan Kapuas di Kalbar serta Sungai Katingan di Kalteng.
2. Topografi Kawasan TNBBBR merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Schwaner dengan fisiografi berupa pegunungan patahan. Ketinggian yang bervariasi di daerah ini berkisar antara 100 m sampai dengan 2.278 m di atas permukaan laut (m. dpl). Puncakpuncak dengan ketinggian lebih dari 1.400 m. dpl di dalam kawasan TNBBBR meliputi Bukit Panjake (1.450 m. dpl), Bukit Lesung (1.600 m. dpl), Bukit Panjing (1.620 m. dpl), Bukit Baka (1.617 m. dpl), Bukit Melabanbun (1850 m. dpl), Bukit Asing (1.750 m. dpl), dan Bukit Raya (2.278 m. dpl).
Gambar 1. Fisiografi permukaan kawasan berupa pegunungan patahan
5
3. Cuaca dan Iklim Kawasan TNBBBR termasuk dalam daerah iklim A dengan nilai Q yang berkisar antara 0 sampai dengan 14 (Schmidt dan Ferguson). Curah hujan rata-rata pertahun sebesar 3.423 mm dan curah hujan tertinggi pada bulan Oktober sampai bulan Mei yang mencapai 23 hari hujan/bulan. Suhu rata-rata di kawasan TNBBBR berkisar antara 22 hingga 31°C dengan kelembaban rata-rata 73%.
4. Tanah Jenis tanah yang terdapat di kasasan TNBBBR dapat digolongkan menjadi empat yaitu Tropudults; Dystropepts; Asosiasi Tropudults, Dystropepts dan Troporthods (TDT) serta Asosiasi Tropudults dan Dystropepts (TD). Tropudults banyak terdapat pada dataran berbukit-bukit kecil di barat daya, tenggara, timur laut, dan bagian tengah kawasan, dijumpai pula di daerah lereng struktural yang memanjang di bagian utara Kawasan. Dystropepts, tanah yang mempunyai kandungan bahan organik tinggi dan kapur yang rendah dapat dijumpai di pungung pegunungan berbukit yang tersebar pada bagian selatan, utara, barat laut dan tengah kawasan. Kuesta di bagian utara kawasan mempunyai jenis tanah TDT, sedangkan asosiasi TD berada pada punggung pegunungan yang terletak di bagian timur laut kawasan.
6
-
No. A. 3. (baris3 harga 150.000/org menjadi 50.000/org No. B. 2. (harga 150.000/org menjadi 50.000/org) No. B.3 (harga 120.000/org menjadi 200.000/org No. B. 5 Jelundung – Pintu Gerbang Batu Lintang menjadi Jelundung – Rantau Malam-Pintu Gerbang Batu Lintang No. dari 2 hari menjadi 3 hari. 5.B.6Aksesibilitas
Tabel 1. Aksesibilitas MenujuTNBBBR Kawasan Tabel 1. Aksesibilitas Menuju Kawasan yang TNBBBR sudah diperbaiki No
Rute
Jalur
1
2 Bukit Baka (Melalui Kalimantan Barat)
3
A.
Perkiraan Biaya (Rp) 5
Jarak (Km) /Waktu (Jam) 4
1.
Pontianak - Sintang
Darat
± 395 km/ 9 jam
105.000/org
2.
Sintang - Nanga Pinoh
Darat
± 80 km /1,5 jam
25.000/org
S. Melawi
1,5 - 2 jam
50.000/org
Keterangan 6
Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum
3.
Nanga Pinoh - Menukung
S. Melawi
1,5 - 2 jam
100.000/org
3.
Nanga Pinoh - Menukung
S. Melawi
1,5 - 2 jam
100.000/org
4.
Menukung - Dusun Mengkilau
Darat Darat S. Mawang
± 3 jam 40 menit 5 jam
150.000/org 50.000/org 750.000/unit
Jalur transportasi umum Ojek motor Ojek motor Carter
Sungai
30 menit
250.000/unit
Carter
Darat
2 jam
-
-
Darat
2 jam
-
-
5. 6. 7.
Dusun Mengkilau - Juoi Deras Joui Deras - Pintu Gerbang TN Pintu Gerbang - Visitor
7
Ha
8. B.
Lodge Visitor Lodge - Puncak Bukit Baka
Darat
4 jam
-
-
Bukit Raya
- Melalui Kalimantan Barat 1.
Pontianak - Sintang
Darat
± 395 km /9 jam
105.000/org
2.
Sintang - Nanga Pinoh
Darat
± 80 km /1, 5 jam
25.000/org
S. Melawi
1,5 - 2 jam
50.000/org
Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum
3.
Nanga Pinoh - Serawai
S. Melawi
6 jam
200.000/org
4.
Serawai - Jelundung
S. Jelundung
8 jam
1.500.000/unit
Carter
5.
Jelundung – Rantau MalamPintu Gerbang Batu Lintang
Darat
± 12 jam
-
-
6.
Pintu Gerbang Batu Lintang - Puncak Bukit Raya
Darat
± 3 hari
-
-
km/4
- Melalui Kalimantan Tengah Palangkaraya - Kasongan
Darat
± 85 jam
2.
Sampit - Kasongan
Darat
± 125 km/3 jam
60,000
3.
Kasongan - Tumbang Samba
Darat
± 105 km/3 jam
50,000
S. Katingan
3 jam
60,000
S. Samba
1 jam
30,000
Darat
2 hari
-
-
Darat
2 hari
-
-
4. 5. 6.
Tumbang Samba - Tumbang Kaman Tumbang Kaman - Tumbang Habangoi Tumbang Habangoi - Puncak Bukit Raya
al 15 ; Tentang Sarana Prasarana 8;
km/1
Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum
1.
30.000
3.
4. 5. 6.
Kasongan - Tumbang Samba
Tumbang Samba - Tumbang Kaman Tumbang Kaman - Tumbang Habangoi Tumbang Habangoi - Puncak Bukit Raya
Darat
km/3 jam
50,000
transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum
S. Katingan
3 jam
60,000
S. Samba
1 jam
30,000
Darat
2 hari
-
-
Darat
2 hari
-
-
Gambar 2. Ilustrasi Rute Perjalanan Menuju Kawasan TNBBBR
5
Gambar 2. Ilustrasi Rute Perjalanan Menuju Kawasan TNBBBR
9
Saat ini kawasan TNBBBR dapat dicapai dengan dua rute perjalanan, dari arah utara melalui Propinsi Kalimantan Barat dan dari selatan melalui Propinsi Kalimantan Tengah. Rute perjalanan menuju Bukit Baka dimulai dari Pontianak (Kalimantan Barat) menuju Sintang melalui perjalanan darat sejauh 399 Km dengan waktu tempuh sembilan jam, dari Sintang dilanjutkan dengan perjalanan menuju Nanga Pinoh (Kab. Melawi) selama dua jam, kemudian disambung menuju Nanga Popay selama dua jam, di Nanga Popay pengunjung dapat beristirahat sejenak di Logpond PT. Sari Bumi Kusuma (SBK). Dari Logpond kawasan TNBBBR dapat dicapai melalui main road PT. SBK dengan waktu dua jam. Jika pengunjung ingin mengambil alternatif perjalanan menggunakan jalur sungai, dari Sintang menuju Menukung melalui Sungai Melawi selama tiga jam menggunakan speed boat, dari Menukung menuju Dusun Mengkilau melalui Sungai Mawang selama lima jam menggunakan long boat, perjalanan dilanjutkan menuju Juoi Deras selama 30 menit, selanjutnya dengan perjalanan darat selama dua jam mencapai pintu gerbang kawasan TNBBBR.
10
Bukit Raya dapat dicapai melalui Propinsi Kalimantan Barat maupun Kalimantan Tengah. Perjalanan dari Propinsi Kalimantan Barat melalui Nanga Pinoh dilanjutkan menuju Serawai menggunakan speed boat selama enam jam, melewati Sungai Jelundung perjalanan dilanjutkan menggunakan long boat lebih kurang delapan jam, disambung dengan berjalan kaki selama dua jam menuju pintu gerbang Batu Lintang. Dari Kalimantan Tengah Puncak Bukit Raya dapat dicapai menggunakan jalur Palangkaraya menuju Kasongan selama satu jam perjalanan darat, Kasongan menuju Tumbang Samba melalui jala darat maupun sungai (Sungai Katingan) selama tiga jam, dilanjutkan dengan perahu klotok menuju Tumbang Kaman sekitar satu jam, dari Tumbang Kaman menuju Tumbang Habangoi selama dua hari berjalan kaki. Dari Tumbang Habangoi Puncak Bukit Raya dapat dicapai dengan pendakian selama dua hari.
Gambar 3. Sarana jalan HPH menuju salah satu pintu masuk kawasan
11
perjalanan darat, Kasongan menuju Tumbang Samba melalui jala darat maupun sungai (Sungai Katingan) selama tiga jam, dilanjutkan dengan perahu klotok menuju Tumbang Kaman sekitar satu jam, dari Tumbang Kaman menuju Tumbang Habangoi selama dua hari berjalan kaki. Dari Tumbang Habangoi Puncak Bukit Raya dapat dicapai dengan pendakian selama dua hari. B. Sejarah Kawasan
B. Sejarah Kawasan
Cagar Alam Bukit Raya Luas 50.000Ha SK. Mentan No.
Cagar Alam Bukit Raya Luas 110.090 Ha SK. Mentan
Cagar Alam Bukit Baka Luas 116.093 Ha SK. Mentan No.
Cagar Alam Bukit Baka Luas 100.000 Ha SK. Mentan
Cagar Alam Bukit Baka Luas 70.500 Ha SK. Menhut
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya Luas 181.590 Ha SK. Menhut
Gambar 4. Bagan Alur Sejarah Kawasan TNBBBR
Gambar 4. Bagan Alur Sejarah Kawasan TNBBBR
Dua kawasan cagar alam yang menjadi cikal bakal TNBBBR adalah Cagar Alam Bukit Raya (SK Menteri 7 Pertanian No. 409/Kpts/ Um/6/1978) dan Cagar Alam Bukit Baka (SK Menteri Pertanian No.1050/Kpts/Um/12/1981) yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Propinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Seiring dengan terbitnya kebijakan pemerintah yang bergulir dari masa ke masa pada akhirnya digabungkan dan ditunjuklah kedua kawasan cagar alam tersebut menjadi taman nasional dan berada di bawah tanggungjawab Unit Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.
12
C.
Kebijakan dan Program Pengelolaan
Dalam Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) 2010-2029 Balai TNBBBR Kebijakan dan Program pengelolaan taman nasional dititikberatkan pada beberapa prioritas pengelolaan seperti pengawetan ekosistem, pengamanan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam dan pemberdayaan masyarakat yang seluruhnya bertujuan untuk mempertahankan kelestarian manfaat kawasan. Upaya pangawetan keanekaragaman jenis satwa dan tumbuhan disesuaikan dengan zonasi kawasan yang terbagi menjadi zona inti, zona rimba dan zona pemanfaatan. Upaya pengawetan tersebut ditempuh melalui perlindungan, pengamanan dan inventarisasi. Pada zona inti dilakukan penelitian dan pengembangan untuk menunjang pengelolaan, selain penelitian dan pengembangan pada zona rimba juga dilakukan pembinaan habitat dan populasi satwa. Untuk zona pemanfaatan, penelitian dan pengembangan lebih ditujukan untuk menunjang pariwisata alam.
13
Bab II Sarana dan Prasarana
Gambar 5. . Bangunan Kantor TNBBBR (Kantor SPTN II Kasongan Kalteng (kiri), kantor Resort Belaban Kalbar (tengah), Kantor Balai TNBBBR, Sintang Kalbar (kanan)
A.
Bangunan Kantor
Berdasarkan SK. Menhut No. 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997 menetapkan bahwa pengelolaan kawasan TNBBBR dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) taman nasional yang berkantor di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, yang kemudian diperkuat melalui SK. Menhut No. 6186/Kpts-II/2002 mengenai peningkatan dari eselon IV ke eselon III, sehingga status unit berubah menjadi Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Saat ini TNBBBR memiliki sebuah kantor Balai yang terletak di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, serta memiliki dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN), SPTN I berkedudukan di Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat dan SPTN II berkedudukan di Kasongan Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah.
14
B.
Sarana Penunjang
Selain bangunan kantor yang dimiliki TNBBBR, terdapat juga sarana penunjang pengelolaan lainnya yang letaknya tersebar baik di dalam maupun sekitar kawasan taman nasional. Sarana yang terdapat di dalam kawasan antara lain berupa Jalur Patroli/ wisata, Shelter, dan Visitor Lodge. Sarana yang terdapat di sekitar kawasan berupa Pos Jaga, Pondok kerja, Menara Pengawas, Visitor Center, Pusat Informasi, Rumah Anggrek dan sarana penunjang lainnya. C. Sumber Daya Manusia Dalam pengelolaan TNBBBR, Balai Taman Nasional disokong oleh sumber daya manusia professional yang menguasai bidang keahliannya masing-masing. Sebagian besar SDM tersebut telah mengenyam dan pelatihan profesi di bidang keHal 16 baris ke-6pendidikan ; hutanan. pegawai yang 70 orangTotal diganti menjadi 66sampai orang. saat ini terdaftar di bagian kepegawaian Balai TNBBBR lebih kurang sebanyak 66 orang yang Gambar halspesifikasi 16 tentang SDM diganti dengan Gambar hal mempunyai pendidikan SMA atau sederajat, Diploma, 16. Sarjana dan Magister (Pasca Sarjana).
1 3
19
III
24
IV-A Polhut
2
PEH
17
Penyuluh Non Struktural
15
D. Data dan Informasi Setiap kegiatan survei dan penelitian yang dilakukan baik oleh internal Balai TNBBBR maupun pihak lainnya telah memberikan sumbangsih berupa data dan informasi tentang kawasan, baik itu berupa data keanekaragaman hayati, kependudukan, potensi ekowisata dan jasa lingkungan. Data-data yang ada antara lain telah dihimpun dalam sebuah Buku Informasi Statistik Balai TNBBBR yang dicetak pada tahun 2008. Selain itu, sejak tahun 2008 Balai TNBBBR telah membentuk Tim Database, yang berperan mengumpulkan, menyusun, menyimpan, menyajikan data dan informasi yang dibutuhkan bagi pengelolaan serta berkedudukan di kantor Balai. Namun demikian, masih banyak data dan informasi kawasan yang belum tergali dengan mendalam. Untuk itu, TNBBBR sampai saat ini masih menggalang kemitraan dengan berbagai pihak untuk bersama-sama melakukan eksplorasi kawasan untuk kepentingan pengelolaan.
16
Bab III Potensi Kawasan Taman Nasional
A. Keanekaragaman Hayati 1. Keanekaragaman Ekosistem Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya merupakan serangkaian gugusan pegunungan dengan beranekaragam ekosistem dengan vegetasi hutan yang masih baik dan relatif utuh. Ekosistem yang terbentuk di dalam kawasan taman nasional se17
suai dengan perubahan topografi dan bentang alam. Berbagai tipe ekosistem masing-masing dicirikan oleh munculnya tumbuhan dominan yang mencirikannya. Keanekaragaman dari tipe ekosistem yang terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya secara umum terbagi dalam empat tipe ekosistem, yaitu: a.
Ekosistem hutan Dipterocarpaceae dataran rendah, terle tak pada ketinggian 100-1.000 m dpl, diperkirakan luasnya mencapai 115.070 hektar atau sekitar 46%.
b.
Ekosistem hutan dataran tinggi, terletak pada ketinggian 1.000-1.500 m dpl, diperkirakan seluas 58.489,26 hektar atau 23,6%.
c.
Ekosistem hutan pegunungan terletak pada ketinggian di atas 1.500 m dpl, tipe ekosistem tersebut seluas 6.930 hek tar atau 30%.
d.
Ekosistem hutan lumut, vegetasi lumut terdapat pada pun cak-puncak bukit, terletak pada ketinggian 2.000 m dpl ke atas atau 100-200 m ke bawah puncak gunung yang memiliki ketinggian 1500 – 2000 m dpl.
Dari hasil analisis Citra Landsat/satelit Imagery (1995), yang mengklasifikasikan tipe ekosistemnya mengacu pada Van Steenis (1984), diketahui bahwa Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya memiliki tiga tipe ekositem, yaitu: Zona tropika, Zona pegunungan bawah dan Zona pegunungan atas. Di antara ketiga tipe ekosistem yang terdapat di dalam TNBBBR tersebut, ekosistem pegunungan bawah memiliki keragaman jenis (Jumlah individu) pohon serta keseragaman individu yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua zona lainnya. 18
tersebut, ekosistem pegunungan bawah memiliki keragaman jenis (Jum
m pegunungan bawah memiliki keragaman jenis (Jumlah individu) pohon serta keseragaman individu yang lebih tinggi dibandingk rta keseragaman individu yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua zona lainnya. lainnya.
Gambar 8. Pemandangan sungai Ella (kiri atas) dan Salah satu Laboratorium Alam (kanan)
ngan sungai Ella (kiri u Laboratorium Alam Gambar 8. Pemandangan sungai Ella (kiri atas) dan Salah satu Laboratorium Alam
13
(kanan)
2. Keanekaragaman Flora Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) mempunyai keanekaragaman ekosistem dan kekayaan jenis flora dan fauna yang 13 tinggi. Ditinjau dari tingkat keanekaragaman jenisnya, mulai tingkat semai dan tumbuhan bawah, pancang, tiang dan pohon, berdasarkan indeks Shannon-Wienner Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya memiliki keanekaragaman jenis flora yang tinggi (BPKH Samarinda & Lembaga Penelitian UNPAR, 1998; Himakova 2008). Selain itu, Nooteboom (1987) menemukan 817 jenis dalam 139 famili. James K Jarvie et al. (1996) menemukan 154 species dari 357 marga dari 135 famili. Penelitian serupa dilakukan pula oleh LIPI tahun 1994. 19
Hasil awal dari penelitian tumbuhan dan ekologi yang telah dipublikasikan Nooteboom (1987) dari jalur Timur taman nasional hingga ke Puncak Bukit Raya menunjukkan karakteristik vegetasinya berupa hutan dipterocarpaceae dataran rendah pada ketinggian 400 m dpl, dimana Dipterocarpaceae mendominasi > 30% tajuk hutannya. Di atas 400 m dpl, jumlah Dipterocarpaceae mengalami penurunan dan didominasi oleh hutan Fagaceous. Sedangkan wilayah pegunungannya didominasi oleh Vegetasi Ericoid, dan pada ketinggian di atas 1.600 m dpl didominasi oleh hutan moss.
20
Hutan Dataran Rendah 100-1.000 m d.p.l) Hutan dataran rendah merupakan hutan yang kaya akan berbagai jenis flora yang berasal dari berbagai masyarakat tumbuhan. Keanekaragaman jenis tumbuhan yang tinggi tedapat pada hutan dataran rendah untuk semua tingkat pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena pada hutan dataran rendah lebih banyak tumbuhan yang mampu hidup dan menyesuaikan diri. Komposisi jenis pohon pada hutan dataran rendah di dominasi oleh suku Dipterocarpaceae dan merupakan salah satu vegetasi yang tergolong luas penyebarannya di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Tipe hutan vegetasi ini diketemukan pada topografi datar hingga bergelombang di bagian selatan dan utara kawasan taman nasional. Pada hutan dataran rendah juga ditemukan hutan campuran Dipterocarpaceae dan Agathis. Tipe hutan ini tumpang tindih dengan hutan Diterocarpaceae campuran sehingga seolah-olah tampak membentuk satu tipe hutan. Akan tetapi kelompok Agathis ini tampak menyebar dalam bentuk kelompokkelompok di dalam kawasan hutan Dipterocarpaceae.
Gambar 9. Flora eksotik TNBBBR
21
Pada tahun 1924, naturalis Stanforte dan Tage Derauf untuk pertama kali menemukan bunga Rafflesia tuan-mudae Becc. Di lereng Bukit Birang Merabai pada ketinggian 700 m dpl, Hans Winkler (1927) menemukan bunga raksasa tersebut. Khusus bunga parasit raksasa ini merupakan bunga parasit raksasa yang dilindungi dan diduga memiliki persamaan dengan jenis yang ditemukan di Gunung Kinabalu Malaysia. Selain itu di dalam Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya juga ditemukan beranekaragaman jenis bunga Anggrek. Jenis pohon yang menyusun vegetasi hutan dataran rendah (ekosistem tropika) terdiri dari jenis-jenis khas dan jenis-jenis umum. Menurut Puslitbang Biologi (1994), jenis khas tersebut adalah Dipterocarpus oblongifolius, Salacca zalacaa, Nauclea rivularus, Osmoxylon helleborinum, Pinanga rivularis, Sauraria angustifolia, Dipteris lobiana, Asplenium sabaquatile, Tectaria hosei, dan Bolbitis sinuatar. Adapun jenis umum di antaranya Pandanus sp, Elaeocarpus glaber, Ficus ribes, Ficus microcarpa, Ficus macrostyla, Michelia sp, Mangifera spp., Ixora sp, Diospyros sp, Antidesma sp, Medinella sp, Artocarpus altilis, Pometia pinata, Pterospermum sp, Rhododendron sp, Schefflera sp, Dilenia beccariana, Lithocarpus cooertus dan Knema sp Pada hutan dataran rendah banyak terdapat pohon-pohon tertentu yang bernilai ekonomis untuk bahan kayu gergajian/ pertukangan, meubel, kayu energy, veneer, plywood, pulp/kertas, dan lain-lain seperti : Bintangur (Callophyllum kunsteri), Benuang (Octomeles sumatrana), Bengkirai (Shorea laevifolia), Geronggang (Cratoxylon spp), Kapur (Dryobalanops spp), Keladan (Dryobalanops beccarii), Keruing (Dipterocarpus spp), Medang (Litsea spp), Meranti (Shorea spp), Resak (Shorea atrinervosa), dll. Selain itu terdapat pula pohon yang digunakan oleh masyarakat setempat
22
sebagai penghasil buah, seperti dari marga (genus) Annonaceae, Artocarpus, Diospyros, Myristicaceae dan Euphorbiaceae. Selain itu, tersedia pula tanaman sebagai sumber obat tradisional yang sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Tanaman yang dimaksud antara lain Psychotria sp (suku Rubiaceae) disebut pula “Bungon Pemeceh” daunnya digunakan sebagai obat kontrasepsi, Eurycoma longifolia (suku Simaroubaceae) atau “Pasak Bumi” dan Evodia sp. atau “Seloang Belum” kedua jenis tersebut akarnya dimanfaatkan sebagai obat kuat/ perangsang sahwat (tonik), Mucuna biplicata (suku Papilionae) atau “Ramoy” dengan buah berambut dan berwarna kemerahan digunakan sebagi obat diare.
Kawasan ini juga menyediakan berbagai jenis liana yang sebagian telah digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan, ”Kanyong” digunakan sebagai racun pada ujung tombak atau ujung anak panah, ditemukan di dekat Rumbang Riang, Tumbang Rabulus dan Tumbang Tosah pada ketinggian 400 m dpl, Bayan Akah, liana yang mempunyai kulit berwarna kuning, kulitnya digunakan sebagai pemantik api, Rotan (Calamus javanicus), Pandan (Pandanus tectonus), Kulit Kapuk (Artocarpus elasicus) digunakan sebagai bahan kerajinan tangan untuk keperluan sehari-hari, dan Sengkubak (Pycnarrhena cauliflora (Miers) Diels), daunnya digunakan sebagai penyedap rasa oleh masyarakat suku Dayak sekitar kawasan.
23
Hutan Dataran Tinggi (1.000 m - 1.500 m d. p. l.) Daerah hutan dataran tinggi umumnya mempunyai curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan hutan dataran rendah serta mempunyai topografi yang lebih curam. Jenis yang tergolong langka seperti Hugonia sp (Suku Linacaceae) juga ditemukan di kawasan ini. Tumbuhan tersebut merupakan jenis yang penting di daerah Afrika, sejauh ini ditemukan dua jenis di daerah Asia yaitu satu jenis di Srilangka dan satu jenis lainnya ditemukan di India selatan. Di Indonesia penyebaran genus ini sangat sedikit, diketahui di Kalimantan dan koleksinya sangat terbatas. Di kawasan TTNBBBR tipe hutan ini dapat ditemui pada bukit-bukit yang mempunyai ketinggian kurang dari 1.500 m.d.p.l. Keanekaragaman dan komposisi jenis pohon pada tipe hutan ini berasal dari suku Dipterocarpaceae dan Araucariaceae yang tersebar secara berkelompok. Salah satu jenis dari suku Araucariaceae yang dapat ditemukan pada tipe hutan hutan dataran tinggi yaitu Agathis sp. Di sekitar puncak Bukit Birang Merabai yang terletak pada ketinggian antara 1.000 – 1.200 m dpl (ekosistem pegunungan bawah), ditemukan tipe hutan Kerangas dengan dominasi oleh jenis-jenis dari suku Myrtaceae, terutama jenis Syzigium vericundum, Syzigium racemosa, Syzigium paludosum, Syzigium steenisii, Syzigium antisepticum, Syzigium fastigiatum, Syzigium rhamphyphyllum, Syzigium rostratu, dan Syzigium lineatum. Beberapa jenis bunga anggrek dapat ditemukan pada tipe hutan ini. Jenis-jenis anggrek tersebut diantaranya Agrostophyllum haseltii, Bulbophyllum obscorum, Coelogyne septemcostata, Dendrochylium davindiatum, Eria cepifolia, Liparis condylobulbon, Pholidota carnea, Thelasis carinata.
24
dapat ditemukan pada tipe hutan ini. Jenis-jenis anggrek tersebut diantaranya Agrostophyllum haseltii, Bulbophyllum obscorum, Coelogyne septemcostata, Dendrochylium davindiatum, Eria cepifolia, Liparis condylobulbon, Pholidota carnea, Thelasis carinata.
Gambar 10. Pohon10. Benuas (kiri) dan Palam Hutan (kanan) Gambar Pohon Benuas (kiri) dan Palam Hutan (kanan)
Ekspedisi yang dilakukan oleh Nooteboom pada tahun 1983 banEkspedisi yang dilakukan oleh Nooteboom pada tahun 1983 banyak yak menemukan species yang keberadaannya permenemukan species (jenis) yang(jenis) keberadaannya baru pertama kali baru dicatat di tama kali dicatat di Indonesia dan sangat mungkin beberapa jenis Indonesia dan sangat mungkin beberapa jenis di antaranya merupakan jenis baru. Sebagai suatu bukti yaitujenis dengan ditemukannya Palma (Arenga di antaranya merupakan baru. Sebagaijenis suatu bukti yaitu regroflorescens) merupakan jenis yang sama dengan jenis yang ada di Serawak dengan ditemukannya jenis Palma (Arenga regroflorescens) merdan merupakan “new record” untuk di Indonesia. Jenis Symplocos yang sering upakan jenis yang sama dengan jenis yang ada di Serawak dan dijumpai di sekitar Rumbang Riang adalah merupakan jenis baru (new species) merupakan “new record” untuk di Indonesia. Jenis Symplocos dan besar kemungkinan merupakan Taxa yang baru. yang sering dijumpai di sekitar Rumbang Riang adalah merupakan jenis baru (new species) dan besar kemungkinan merupakan Taxa yang baru. 18
Hutan Pegunungan (> 1.500 m dpl) Hutan pegunungan merupakan hutan yang tumbuh dengan ketinggian lebih dari 1.500 m dpl. Komposisi tegakan berasal dari suku Myrtaceae, Sapotaceae, Podicarpaceae, dan Ericaceae. Di 25
TNBBBR kelompok hutan pegunungan umumnya terdapat pada puncak-puncak perbukitan. Misalnya Bukit Baka dan Bukit Raya serta puncak bukit-bukit yang mempunyai ketinggian lebih dari 1.500 m dpl. Semakin tinggi mendaki di dalam hutan pegunungan semakin banyak ditemukan jenis-jenis flora yang juga terdapat pada hutan dataran rendah dan hutan dataran tinggi. Namun jumlah total floranya menunjukkan kecenderungan semakin berkurang. Daundaun pepohonan pada umumnya menjadi berkurang jumlahnya dan umumnya lebih langsing daripada tempat yang lebih rendah, tumbuhan epifitnya biasanya lebih kecil, hampir semuanya bersifat sebagai terna dan kebanyakan terbatas pada paku-pakuan dan lumut atau tumbuhan cryptogamae yang lebih rendah tingkatannya. Tetapi tumbuhan memanjat serta epifita dalam hutan pegunungan bagian atas sering kali berlimpah-limpah jumlahnya. Keunikan dan kekhasan tipe hutan pegunungan yaitu ditemukannya vegetasi lumut pada puncak-puncak bukit di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Lumut-lumut epifitik cenderung terdapat dalam jumlah yang melimpah-limpah dan tumbuh subur, dimana kabut selalu terdapat dalam hutan ini dan dalam hutan yang lebih tinggi letaknya. Di lereng Bukit Raya, yaitu pada ketinggian 1.600 hingga 1.200 m dpl (ekosistem pegunungan atas) juga ditemukan hutan tipe Kerangas dengan komposisi jenis antara lain: suku Euphorbiaceae dengan jenis Aporosa sp., suku Sapotaceae dengan jenis Palaquium dasyphyllum, suku Lauraceae dengan jenis Litsea densifolia, suku Euphorbiaceae dengan jenis Baccaurea racemosa dan suku Fagaceae dengan jenis Lithocarpus ewyckii. Pada ketinggian 2.000 m di daerah puncak Bukit Raya ditemukan family Ericaceae. Jenis-jenis dari suku ini antara lain : Diplycosia 26
kemulensis, Rhododendron nervusolum, R. quadrasianum, R. verticillata, Vaccinium claoxylon dan V. clementis. Jenis-jenis lainnya juga diketemukan adalah Nephentes ephippiata, Burmannia longifolia, Calamus javansis, Melastomata sp, Ficus discoidea, Myrica javanica, Leptospermum flavescens, Rubus alpertris, Hedyotis sp, dan Polyosma sp.
Hutan Lumut Vegetasi lumut terdapat pada puncak-puncak bukit, terletak pada ketinggian 2.000 m dpl ke atas atau 100-200 m ke bawah puncak gunung yang memiliki ketinggian 1500 – 2000 m dpl. Terdapat lumut-lumut epifitik dalam jumlah yang melimpah dan tumbuh subur. Vegetasi lumut tersebut secara karakteristik selalu menyelimuti batang-batang dan juga bergelantungan dari hampir setiap titik yang memungkinkan. Sehingga lumut-lumut tersebut terlihat jauh lebih menarik daripada tipe vegetasi hutan lainnya di dalam taman nasional, sehingga hutan tipe ini disebut dengan nama hutan lumut. Pada daerah puncak Bukit Raya, hutan lumut tersebut dapat ditemui yaitu pada ketinggian 2.000 – 2.278 m dpl. Kondisi tempat tumbuh dan pepohonan yang tedapat di daerah ini diselimuti oleh lumut yang sangat tebal. Jenis-jenis pohon yang mendominasi daerah ini yaitu dari suku Ericaceae yang jenis-jenis pohonnya antara lain: Rhododendron nervulosum, Rhododendron quadrasianum, Rhododendron verticillata, Caccinium claoxylon, dan Vaccinium clementi, serta jenis-jenis yang tergolong pada suku Rubiaceae seperti Hedyotis sp., Randia sp., dan Urophyllum sp. Selain jenis-jenis yang mendominasi tersebut, jenis pohon lain yang juga ditemukan di sini, antara lain adalah Leptospernum flavescens, Xanthomyrtus sp., Myrica javanica, Melastoma sp, Dicus discoidea, Rubus alpestris, Plysoma sp., Burmannia longifolia, serta jenis Palma dan Li27
ana seperti Calamus javensis dan Nepenthes ephippita. Selain itu pada daerah sekitar puncak Bukit Raya tersebut dapat ditemukan beberapa jenis anggrek seperti Appendicula alba, Trichostosia laceolaris dan Trichostosia velutina.
3. Keanekaragaman Fauna Keanekaragaman jenis fauna yang terdapat di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dapat dikatakan sangat tinggi, hal ini tercermin dari jalur jalan patroli menuju ke Bukit Raya, jenis satwa yang berhasil di data yaitu berjumlah 221 jenis yang terdiri dari 65 jenis mamalia, 140 jenis aves (burung), 9 jenis reptilia, dan 7 jenis amfibia. Dari sepuluh hari explorasi ragam burung pada sekitar jalur patroli Bukit Baka (prasurvey, 2008), ditemukan 108 jenis termasuk didalamnya 32 jenis yang dilindungi. Himakova (2008), di sekitar jalur patroli Bukit Baka menginventarisir 28 jenis mamalia, 84 jenis burung, terdiri dari 28 suku dan 64 marga, 61 jenis herpeto-
28
fauna yang terdiri dari 29 jenis amfibi dari 6 famili dan 32 jenis reptil dari 11 famili, dan tercatat pula 40 jenis kupu-kupu dalam 4 famili, yaitu papilionidae (4 jenis), nymphalidae (20 jenis), pieridae (10 jenis) dan lycaenidae (6 jenis).
Mamalia Sebagian besar jenis-jenis mamalia yang terdapat di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya merupakan mamalia yang telah dilindungi baik oleh IUCN, konvensi CITES dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999. Dari dua riset terhadap mamalia di TNBBBR, menyatakan bahwa jenis-jenis mamalia yang ada sebagian besar mempunyai penyebaran yang cukup merata, artinya sebagian besar mamalia dapat ditemukan di banyak bagian di TNBBBR (Himakova 2008; BPKH Samarinda & UNPAR 1998), kecuali jenis Orangutan dan Bekantan hanya dapat ditemukan di tempat-tempat tertentu (BPKH Samarinda & UNPAR 1998). Adanya berbagai tipe hutan dan tingginya tingkat keragaman jenis (densitas) tumbuhan serta ditinjau dari letaknya yang hampir di tengah-tengah Pulau Kalimantan, diperkirakan bahwa kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya merupakan tempat pertemuan daerah jelajah serta tempat tinggal dan mencari makan
29
jenis-jenis mamalia besar Borneo.
Gambar 11. Jejak mamalia di TNBBBR; Sarang Beruang Madu (kiri), 2 ekor anakan suku sciuridae (mamalia), bekas cakaran beruang madu (kanan atas); foto Himakova 2008
Jenis mamalia yang terdata pada sumber database TNBBBR (2008) antara lain adalah Orangutan (Pongo pygmaeus), Owa Kelawet (Hylobates muelleri), Owa Ungko (Hylobates agilis), Lutung Merah (Presbytis rubicunda), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina), Singapuar/Tarsius (Tarsius bancanus), Kukang/malu-malu (Nycticebus coucang), Macan dahan (Neofelis nebulosa), Landak raya (Hystrix brachyura), Landak butun (Hystrix crassispinis) Babi berjenggot (Sus barbatus), Beruang Madu (Helarctos malayanus) Trenggiling peusing (Manis javanica), Pelanduk kancil (Tragulus javanicus), Pelanduk napu (Tragulus napu) Kijang muncak (Muntiacus muntjac), Rusa Sambar (Cervus unicolor), berbagai jenis bajing, tupai, jelarang dan musang. Riset di lembah Bukit Asing di dalam kawasan menemukan Bekantan dalam jumlah besar (BPKH Samarinda & UNPAR 1998), namun belum ada data terkini mengenai keberadaan satwa tersebut di TNBBBR.
30
Di tinjau dari status perlindungannya, maka sebagian besar mamalia tersebut merupakan mamalia yang dilindungi. Status perlindungan dari beberapa mamalia yang terdapat di kawasan taman nasional antara lain adalah :
Di tinjau dari status perlindungannya, maka sebagian besar mamalia tersebut merupakan mamalia yang dilindungi. Status perlindungan dari beberapa mamalia yang terdapat di kawasan taman nasional antara lain adalah : 1. Appendix I CITES, Endangered/Genting (IUCN), PP No. 7 Tahun 1999 yaitu: Orang utan/Mawas, Kelempiau, Owa kelawat, Owa Ungko. 2. Appendix I CITES, VU (IUCN), dilindungi PP No. 7 Tahun 1999, yaitu : Macan Dahan dan Beruang madu. 3. Appendix II CITES dan Endangered (IUCN) yaitu Trenggiling Peusing. 4. Appendix II CITES, Vulnerable IUCN dan Dilindungi PP No. 7 Tahun 1999 yaitu :), Kukang, Beruk 5. Appendix II CITES dan Lower Risk/Near Threatened (IUCN) yaitu : Monyet ekor panjang, Lutung Merah, Jelarang, dll. Tabel 2. Beberapa mamalia dan lokasi ditemukannya di TNBBBR No.
Jenis
Nama Ilmiah
1. 2.
Orangutan Kelempiau
Pongo pygmaeus Hylobates agilis
3. 4. 5.
Kelasi Beruang Madu Tarsius
Presbytis rubicunda Helarctos malayanus Tarsius bancanus
6. 7.
Rusa Sambar Kijang
8.
Landak
Cervus unicolor
Muntiacus muntjac Hystrix brachyura
Lokasi ditemukan Bukit Berujan, Bt. Simat Ht dataran rendah hingga pegunungan Km 37, sekitar main road PT. SBK Sekitar stasiun Kaburai, Bt Baka Hulu sungai Ella, sekitar Sungai Labang Tempat agak terbuka Wilayah Juoi, Belaban Lereng Birang Merabai
Beberapa spesies mamalia penting di TNBBBR seperti Orangutan, Owa kelawat, Beruang madu dan Lutung merah, karena selain merupakan spesies yang dilindungi, keberadaannya cukup dominan ditemukan. a. Orangutan (Pongo pygmaeus) Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia, sementara tiga kerabatnya, yaitu Gorila, Simpanse dan Bonobo hidup di 31
Beberapa spesies mamalia penting di TNBBBR seperti Orangutan, Owa kelawat, Beruang madu dan Lutung merah, karena selain merupakan spesies yang dilindungi, keberadaannya cukup dominan ditemukan. a.
Orangutan (Pongo pygmaeus)
Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia, sementara tiga kerabatnya, yaitu Gorila, Simpanse dan Bonobo hidup di Afrika. Kurang dari 20.000 tahun yang lalu orangutan dapat dijumpai diseluruh Asia Tenggara dari Pulau Jawa diujung selatan sampai ujung utara Pegunungan Himalaya dan Cina bagian selatan. Namun saat ini Orangutan hanya dapat ditemukan di Sumatra dan Kalimantan. Para ahli sepakat untuk menggolongkan Orangutan yang hidup di Sumatra sebagai Pongo abelii sedangkan Orangutan yang hidup di Kalimantan sebagai Pongo pygmaeus. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan dipterocarpus, perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Kalimantan, Orangutan dapat ditemukan hingga ketinggian 500 m dpl, sedangkan kerabatnya di Sumatera dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada ketinggian 1.000 m dpl. Umumnya Orangutan menyukai hutan tropis dataran rendah sebagai tempat hidup terutama dataran aluvial di sekitar daerah aliran sungai dan hutan rawa gambut (Dephut, 2007). Umumnya Orangutan adalah satwa soliter, namun anakan akan tetap tinggal bersama induknya sampai berumur 5-6 tahun. Orangutan aktif pada siang hari (diurnal). Distribusi Orangutan umumnya lebih banyak dipengaruhi oleh ketersediaan pakan. Mereka hidup di atas pohon (arboreal) namun pada Orangutan jantan kaliman32
tan terkadang turun ke tanah untuk mencari makanan. Sebagai satwa pemakan buah, Orangutan sangat penting sebagai agen penyebar biji sehingga menjamin keberlangsungan regenerasi hutan. Kondisi populasi Orangutan saat ini sangat mengkhawatirkan. Orangutan Kalimantan saat ini telah masuk dalam kategori genting/endangered sedangkan Orangutan Sumatera berada dalam kategori kritis/critically endangered. Menurut data Dephut (2004), jumlah populasi Orangutan Kalimantan hanya sekitar 50.000 ekor. Populasi tersebut tidak berada dalam habitat yang berkesinambungan melainkan terfragmentasi dalam beberapa kawasan dengan ukuran populasi yang berbeda-beda.
b.
Owa kelawat (Hylobates muelleri)
Owa kelawat atau Kelampiau merupakan satwa endemik yang hanya dapat ditemukan di Kalimantan. Distribusi Owa kelawat meliputi sebelah utara Sungai Kapuas dan sebelah timur Sungai Barito. Jenis ini juga tercatat ada di Serawak, Sabah, Brunei, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan sedikit di Kalimantan Barat (Nijman, 2005). Owa kelawat hidup pada hutan dataran rendah hingga perbukitan sampai pada ketinggian 1.500 m terutama hutan dipterocarpaceae. Menurut Payne et al. (2000), Owa kelawat juga dapat ditemukan di hutan yang telah ditebang pilih. Jenis ini aktif pada siang hari (diurnal) dan akan menghentikan aktivitasnya dua jam sebelum petang. Owa kelawat hidup di atas pohon (arboreal) dan memakan buah-buahan yang telah masak, dedaunan muda dan serangga kecil. Umumnya jenis ini hidup berkelompok dengan jumlah 3-5 ekor. Penurunan populasi, kerusakan habitat dan daer-
33
ah penyebaran yang terbatas di pulau Kalimantan menyebabkan Owa kelawat temasuk dalam kategori Appendix I CITES, artinya penjualannya hanya dapat dilakukan setelah melalui proses pengaturan atau kajian yang sangat ketat dengan maksud tidak menambah tingkat tekanan terhadap kemampuan hidupnya (survival) dan hanya bisa dilakukan dengan alasan yang sangat kuat. Owa kelawat juga temasuk dalam kategoi endangered/genting. Owa kelawat menghadapi ancaman kepunahan sangat gencar di alam.
c.
Beruang madu (Helerctos malayanus)
Beruang madu merupakan jenis beruang yang paling kecil di dunia. Beruang madu tersebar dibeberapa negara yaitu Indonesia, Malaysia, Laos, Thailand, Myanmar, Kamboja, Vietnam dan Bangladesh (Mills dan Servheen, 1991 dalam Fitzgerald dan Krausman, 2002). Beruang madu yang ada di Indonesia hanya terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan. Mamalia ini merupakan mamalia yang unik dari berbagai mamalia yang ada di kawasan TNBBBR, hal ini dapat dilihat dari perilakunya yang sulit untuk ditebak oleh manusia dan mamalia ini memiliki tanda lengkung di lehernya yang berwarna kuning/orange. Tanda inilah yang menjadi ciri khususnya. Beruang madu dewasa memiliki berat sekitar 25–65 kg dengan panjang kepala dan badan mencapai 1.000–1.400 mm serta panjang ekornya antara 30–70 mm (Dathe, 1975 dalam Fitzgerald dan Krausman, 2002). Menurut Payne dan Andau (1991) dalam Fitzgerald dan Krausman (2002), Beruang madu biasa ditemukan di daerah hutan dipterocarpaceae atau di daerah hutan rawa dan pegunungan rendah. Namun, kemungkinan untuk berjumpa dengan beruang madu secara langsung di hutan sangatlah kecil. Biasanya Beruang madu 34
sering meninggalkan jejak berupa cakaran di batang pohon. Beruang madu mencakar batang pohon dimaksudkan untuk mengasah kukunya dan untuk menandai daerah jalajahnya seperti halnya karnivora lainnya. Pohon yang terkena cakaran beruang madu mengalami kerusakan yang cukup parah dan tinggi, cakaran tersebut dapat mencapai tinggi orang dewasa. Saat ini mamalia yang menyukai madu dan rayap ini sering diburu oleh manusia untuk diperdagangkan. Biasanya cairan empedu atau daging beruang madu ini diambil untuk dijadikan obat, sedangkan kuku atau giginya dijadikan aksesoris manusia. Oleh karena itu, keberadaan populasi Beruang madu mulai terancam sehingga mamalia ini masuk ke dalam daftar CITES dengan status Appendix I. Selain ancaman dari perburuan, ancaman dari konversi lahan dan penebangan liar merupakan ancaman berikutnya. Menurut Wong (2002), kondisi fisik yang buruk dan tingkat kematian sejumlah beruang yang diamati selama penelitian disebabkan oleh kelangkaan buah. Padahal, keragaman dan ketersediaan buah merupakan faktor penting bagi stabilitas nutrisi Beruang madu (Meijaard et al., 2006). Selain itu, ancaman tersebut berdampak menimbulkan terjadinya konflik antara Beruang madu dan manusia sehingga menimbulkan kerugian di kedua belah pihak. Akibatnya Beruang madu memiliki resiko kepunahan yang cukup tinggi dalam waktu dekat ini. Dan akhirnya Beruang madu pun terdaftar dalam list IUCN dengan status rawan (vulnerable).
d.
Lutung merah (Presbytis rubicunda)
Lutung merah adalah salah satu primata berekor yang hidup di pulau Kalimantan. Selain di pulau Kalimantan Lutung merah tersebar di pulau Sumatera, Pulau Karimata dan sebagian di Sabah, Malaysia (BEBSIC, 2005). Lutung merah ini biasanya hidup berkoloni 35
dan makanannya berupa daun–daun muda, biji–bijian dan liana (Payne, 2000). Hal ini serupa dengan lutung jenis lainnya. Namun lutung merah ini terbilang unik karena memiliki perbedaan dengan lutung lainnya. Hal ini terlihat dari perbedaan bulunya yang berwarna kemerahan dan wajahnya yang agak kebiruan. Kini keunikan yang dimiliki satwa ini akan terancam dengan adanya penebangan liar, konversi lahan, perburuan dan perdagangan ilegal di pulau Kalimantan. Akibat adanya penebangan liar dan konversi lahan menimbulkan relung ekologi lutung ini bertambah kecil. Dan akhirnya pun lutung ini pergi ke luar relung ekologinya untuk mencari makan seperti ke perkebunan warga. Selain itu, perburuan dan perdagangan pun menjadi faktor lainnya yang dapat mengancam keberadaan satwa khas Kalimantan ini. Namun hingga saat ini Lutung merah masih terdaftar di IUCN dengan status konsentrasi rendah (Least consentration) dan menurut CITES satwa ini masih berstatus Appendix II. Hal ini terjadi karena populasi Lutung merah di pulau Kalimantan masih cukup banyak dan ancaman–ancaman tersebut bukanlah suatu ancaman yang cukup besar bagi keberadaan satwa khas Kalimantan ini.
Burung (Aves) Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya juga kaya akan jenis-jenis burung dan merupakan habitat penting bagi beranekaragam burung yang dilindungi di Kalimantan. Data terakhir (Himakova, 2008) menyatakan bahwa Bukit Baka memiliki enam jenis Enggang/ Rangkong dari tujuh jenis enggang famili Bucerotidae yang dilindungi di Kalimantan (Mardiastuti & Julia, 2008). Keenam jenis eng-
36
gang dimaksud adalah Enggang Klihingan (Anorrhinus galeritus), Julang Jambul-hitam (Aceros corrugates), Julang Emas (Aceros undulatus), Kangkareng Hitam (Anthracoceros malayanus), Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) dan Rangkong Gading (Buceros vigil). Kelima jenis enggang lainnya merupakan Appendix II, jenis terakhir merupakan jenis burung yang dilindungi Undang-undang Satwa Liar Indonesia dan termasuk “appendix” I CITES, yaitu Rangkong Gading. Jenis rangkong hanya dapat bersarang dan berkembang biak pada pohon-pohon besar dan tinggi, kehadiran rangkong menandai masih utuhnya habitat di dalam kawasan ini. Terdapat suku lainnya yang memiliki jumlah jenis terbanyak yaitu Pycnonotidae sebanyak 6 jenis. Data terakhir juga menyebutkan terdapat 7 jenis burung yang merupakan endemik kawasan Kalimantan, 19 jenis burung yang dilindungi menurut PP No. 7 Tahun 1999, 5 jenis burung dari suku bucerotidae termasuk kedalam Appendix II dan 1 jenis termasuk ke dalam Appendix I (Himakova 2008). Sebagian besar jenis burung yang terdapat di kawasan Taman Nasional Rukit Baka-Bukit Raya tersebar luas di seluruh kawasan dari ketinggian 100-1.500 m dpl dan untuk 1.500 m dpl ke atas hanya pada jenis-jenis tertentu saja. Pada beberapa tempat di sepanjang jalan patroli serta di punggung-punggung perbukitan kecil sering ditemukan tempat bermain Burung Ruai (Argusianus argus). Menurut informasi dari masyarakat, Burung Sengayan (Rollulus rouloul) yang tercatat di “Red data Book IUCN” dan Burung Buah (Lophura ignita) banyak ditemukan saat musim buah tengkawang. Hal yang cukup menarik dari jenis-jenis burung yang terdata antara lain adalah ditemukannya 2 jenis burung yang tergolong new record untuk Indonesia yaitu Punai Imbuk (Chalcohap indica) dan Uncal Merah (Nlacropygia phasianella) di samping itu dalam suatu survei tersebut tercatat 8 jenis burung endemik Borneo dan 52 jenis 37
burung yang dilindungi baik peraturan perundangan Satwa Liar Indonesia maupun CITES.
Herpetofauna Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya juga memiliki potensi herpet yang cukup tinggi dan sebagian termasuk dalam jenis-jenis langka. Penelitian yang cukup penting berhasil menemukan Capapuya (Barbourula kalimantanensis) species katak yang sudah dalam katagori Kritis (Critically Endangered). Katak tersebut merupakan katak terkecil di dunia yang tidak memiliki paru-paru (Bickford et al, 2007). TNBBBR dan areal sekitar PT. Sari Bumi Kusuma (wilayah sekitar TNBBBR bagian Kalbar) merupakan habitat utama dari populasi katak tanpa paru-paru (Mistar, 2008). Species ini sangat sensitif terhadap perubahan ekosistem dan tidak mampu hidup di air yang keruh. Jenis katak ini merupakan bioindikator lingkungan yaitu air. Selain itu eksplorasi herpetofauna ditemukan langsung di TNBBBR adalah terdapat 7 jenis amfibi yang termasuk ke dalam status near treathened (NT) menurut IUCN dan hanya ada 1 jenis yang berstatus Vulnerable (VU), sedangkan sisanya merupakan amfibi yang mempunyai status Least Concern (LC). Untuk reptil, terdapat 4 jenis dari 2 famili yang termasuk dalam kategori Appendix II CITES, jenis-jenis tersebut adalah Amyda cartilaginea, Heosemuy spinosa, Malayemys subtrijuga dan Ortilia borneensis. Eksplorasi jenis herpet menunjukkan bahwa Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya banyak memiliki jenis-jenis yang unik dan langka, misalnya saja untuk bangsa Anura (Kodok dan Katak) yaitu seperti Megaphrys nasuta (Katak Bako) yang memiliki kelopak mata dan kulit hidung yang mencuat ke atas sehingga seolaholah katak yang mempunyai besar sebesar telapak tangan orang dewasa ini mempunyai 3 buah tanduk di atas kepalanya. Lain lagi 38
berwarna coklat krem yang cerah memiliki kelenjar p dengan Kalophrtirtus pleurostigma yang mempunyai warna sangat menarik yaitu separoh badan bagian bawahnya berwarna merah hati dan separoh bagian atas berwarna coklat krem yang cerah memiliki kelenjar perekat pada kulitnya.
Gambar 12. Beberapa amfibi di TNBBBR ; Megophrys nasuta (kanan atas), Kalophrynus pleurostigma (kiri atas) Barbourula kalimantanensis (kiri bawah), Rana
hosii (kanan bawah) Beberapa amfibi di TNBBBR ; Megophrys nasuta (
Kalophrynus pleurostigma (kiri yaitu atas) Barbourula Jenis Reptilia yang dianggap langka Varanus prasinus (Bi-kaliman awakRana hijau) ditemukan di rawa-rawa yang terletak dekat Stasiun bawah), hosii (kanan bawah) Riset Kaburai. Selain itu terdapat pula Mabuya sp. (Bengkarung) mempunyai garis-garis melintang dari ujung kepala hingga pang-
s Reptilia yang dianggap langka yaitu Varanus prasin mukan di rawa-rawa yang 39terletak dekat Stasiun Ris terdapat pula Mabuya sp. (Bengkarung) mempunya
kal ekor dengan warna biru metalik dan kuning cerah, jenis ini juga ditemukan di dekat Stasiun Riset Kaburai.
Serangga, Kupu-kupu dan Ikan
Gambar 13. Representasi kupu-kupu yang dapat ditemukan di daerah terrestrial dan riparian TNBBBR ; Pareronia valeria (kiri atas), Junonia hedonia (kanan atas), Hebomia glaucippe (kiri bawah), dan Trogonoptera brookiana (kanan bawah).
Selain herpet TNBBBR juga memiliki potensi serangga yang cukup tinggi. Pada tajuk-tajuk pohon banyak terdapat serangga ranting dan daun (Phasmida) seperti Bactrododerma aculiferum (Belalang Ranting) dengan bentuk yang bervariasi, serta begitu juga halnya dengan Serangga Daun (Phyllium spp.) dapat berubah warna tergantung kelembaban dan bentuk daun pohon yang didiaminya. Di tengah-tengah rimbunnya pepohonan akan selalu terdengar berbagai macam bunyi serangga dan yang paling domi40
nan adalah suara dari jenis jenis Tongeret (Orzcotzlmpana spp.) dan Jangkrik (Hornoegryllus spp.). Jenis jenis serangga yang dapat ditemukan di sepanjang sungai yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional Bukit Bakit Bukit Raya yaitu berbagai jenis dari bangsa Capung (Odonata) seperti Sibar-sibar Betina (Anax parthenope), Sibar-sibar Putih Susu (Orthetrccm sp.), Sibar-sibar Cincin Mas (Cordulegastor boltonir), Sibarsibar Raja (Anax imperatorj), dan Sibar-sibar Merah Hitam yang bersal dari suku Libelluliadae. Jenis Sibar-sibar yang sangat menar-ik adalah Sibar-sibar Hijau (Lestes sponsa) vang mempunyai tubuh ramping dan berwarna zamrud dengan sayap mengkilap apabila tertimpa matahari. Sepanjang sungai yang berbatu-batu sering terlihat kupu-kupu jantan dari berbagai jenis menghisap air yang menetes dari sela-sela batu. Selain itu, jenis kupu-kupu yang dapat ditemukan dikawasan TNBBBR antara lain adalah Papilio nephelus, Trogonoptera brookiana, Chupa erymanthis, Mycalesis horsfieldi, Ypthima nynias, Ypthima pandocus, Appias lyncida, Eurema hecabe, Eurema sari, Hebomia glaucippe dan Pareronia valeria. Famili Nymphalidae merupakan jenis yang paling dominan ditemukan. Selain tersedianya vegetasi pakan di kawasan TNBBBR juga didukung oleh kondisi udara yang bersih dan cahaya matahari yang cukup. Cahaya sangat diperlukan oleh kupu-kupu yang merupakan satwa berdarah dingin. Cahaya akan memberikan energi panas sehingga suhu tubuhnya meningkat dan metabolisme tubuh lebih cepat. Trogonoptera brookiana dari famili papilionidae merupakan salah satu jenis kupu-kupu yang banyak ditemukan serta dilindungi undang-undang di Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 576/Kpts/Um/8/1980 dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 (Noerjito, 2001) dan didaftarkan dalam Appendix II dari CITES (CITES, 2005).
41
Gambar 14. Trogonoptera brookiana kupu-kupu dilindungi dan cukup mudah ditemui di area terbuka di sekitar TNBBBR
Sedangkan jenis ikan yang sering ditemui, yaitu dari famili Cypriniciae, dengan jenis-jenis: seluang (Osteochilus spilurus), baung (Mystus micracanthus), adung (Hampala macrolepidota), Puntiopliotes waandersi, Lambocheilos bo, Lambocheilos lehat, Tor tambra, Hampala banaculata, Puntioplites waandersi, Chelonodon patoca dan Famili Crustaceae, terdiri dari Potomidae dan Palacomonidae, dengan jenis-jenis Macrobracium sp. dan Pilimanus sp. Berdasarkan survey (2008), di wilayah TNBBBR bagian Kalbar diketahui bahwa spesies ikan didominasi oleh Familia Cyprinidae yaitu sebanyak 58,82.%. Species dominan yang ditemukan pada semua stasiun adalah ikan semah (Tor tambra), Neogastromyzon nieuwenhuisii, Gastromyzon fasciatus dan ikan seluang (Rasbora caudimaculata). Sebagian besar species yang ditemukan berpotensi sebagai ikan konsumsi.
42
Gambar 15. Beberapa jenis Ikan yang sering di temukan di S. Ella (TNBBBR); Tor tambra (kiri atas), Leiocassis stenomus (kanan atas), Neogastromyzon neuiwenhuisii (kiri bawah), dan Hampala bimcaulata (kanan bawah)
B. Ekowisata dan Jasa Lingkungan TNBBBR memiliki banyak potensi ekowisata dan jasa lingkungan yang dapat dinikmati pengunjung diantaranya adalah Pemandangan Alam (Landscape), atraksi satwa, arung jeram, widyawisata, Pendakian (Hiking) dan wisata budaya. 1. Pemandangan Alam (Landscape) Panorama alam di kawasan taman nasional didominasi terutama oleh deretan pegunungan dan hutan tropis basah. Keindahan pemandangan lebih menarik lagi disaksikan apabila seseorang sudah melakukan pendakian dan berada di puncak bukit. Landscape kawasan di TNBBBR pun cukup bervariasi. Dimulai dari hamparan berbagai bukit sampai dengan banyaknya aliran sungai yang ada di TNBBBR. 43
Pemandangan yang membentang berwarna hijau seolah tanpa akhir rnemperlihatkan bentangan hutan dan struktur tajuknya yang tersusun, terlihat sungguh menakjubkan. Keindahan panorama alamnya tentu menjadi daya tarik utama untuk menghadirkan pengunjung/wisatawan. keberadaan Bukit Raya sebagai bukit tertinggi di Kalimantan (Wilayah Indonesia) dengan ketinggian 2.278 m dpl, tentu menyajikan pemandangan yang cukup mengesankan, hal ini dapat dilihat dari daerah ketika melintasi Km 85 jalan HPH PT. Sari Bumi Kusuma menuju Desa Rangan Kawit.
Gambar 16. Sebagian landscape kawasan TNBBBR)
44
2. Atraksi Satwa
Bagi para pengamat satwa liar Taman Nasional Bukit Baka dan Bukit Raya dapat menikmati atraksi satwa. Atraksi satwa dapat dinikmati antara lain Bird Watching, hidupan liar berbagai satwa, dengan menyusuri trail wisata yang telah di buat sepanjang 25 Km yang berada pada Km 35 jalan PT. SARI BUMI KUSUMA. Jenis satwa yang dapat di jumpai ialah sebagai berikut : pada jenis mamalia terdapat beruang madu (Helarctus malayanus), pelanduk (Tragulus napu), kancil (Tragulus sp.), kijang (Muntiacus muntjak), rusa sambar (Cervus unicolor), binatang malam/tarsius (Tarsius bancanus), orang utan (Pongo pygmaeus), kelasi/lutung merah (Presbytis rubicunda), ungko (Hylobates agilis), wau-wau (Hylobates lar), kelempiau (Hylobates muelleri dan Hylobates agilis) dll. Pada jenis burung antara lain terdapat enggang gading (Buceros Vigil) yang merupakan maskot Kalimantan Barat, enggang badak (Buceros rhinoceros), enggang hitam (Anthracoceros malayanus), kuau kerdil kalimantan (Polyplectron schleiermacheri), elang bondol (Haliaetus Indus) dll.
45
Gambar 17. Representasi berbagai hidupan liar dengan berbagai atraksinya.
3. Widyawisata dan Wisata Minat Khusus Widyawisata juga dapat dilakukan di sekitar kawasan TNBBBR yang memiliki keindahan alam. Sambil menerima materi pendidikan tentang lingkungan dan konservasi alam peserta juga dapat menikmati rekreasi berupa pemandangan alam dan lingkungan yang teduh dan sejuk. Contoh kegiatan widyawisata yakni pendidikan lingkungan dan konservasi misalnya kegiatan school visit. Yang tujuannya diantaranya adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman yang paling mendasar kepada siswa-siswa ten46
tang apa itu lingkungan, mengapa dan bagaimana lingkungan harus dikelola dan dilindungi secara arif dan bijaksana. Selain itu juga untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada siswa-siswa tentang apa itu konservasi, bagaimana dan di mana konservasi dilakukan serta siapa bertanggung jawab.
Gambar 18. TNBBBR sebagai wahana pendidikan dan riset
4. Arung Jeram
Potensi arung jeram di sekitar maupun di dalam kawasan TNBBBR cukup tinggi, hal ini didukung oleh banyaknya aliran sungai yang banyak memiliki jeram yang sangat indah dan menantang. Di banyak tempat di sekitar maupun dalam kawasan potensi olahraga tersebut dapat dengan mudah ditemui. Arung jeram merupakan kegiatan wisata alam sambil berolahraga yang cukup menarik dan menantang. Bagi pengunjung yang mempunyai hobi olahraga 47
arung jeram dan berjiwa petualang dapat menyalurkan kegiatan ini. Arung jeram tersebut antara lain dapat dilakukan di sepanjang sungai Ella Hulu dengan riam yang menarik diantaranya Riam (Guhung) Bindang yang dapat ditempuh ± 3 menit berjalan kaki dari tepi sebelah kiri jalan koridor PT. SBK di km 26. Selain itu, arung jeram juga dapat dilakukan di sepanjang jalur sungai Bemban yang terdapat di desa Tumbang Tundu, Batu Panahan sampai kawasan TNBBBR serta sepanjang jalur sungai Taei dari desa Tumbang Taei menuju kawasan TNBBBR yang berada di wilayah Marikit kabupaten Katingan propinsi Kalimantan Tengah.
Gambar 19. Potensi arung jeram di TNBBBR; Sungai Ella Riam Guhung (kiri) dan Sungai Belaban (kanan)
48
5. Pendakian
Bagi para pengunjung/wisatawan yang berjiwa adventure, dengan melakukan pendakian ke Bukit Raya (2.278 m dpl) merupakan perjalanan yang cukup menantang. Puncak Bukit Raya mempunyai pemandangan yang sangat mengesankan dengan ekosistem hutan termasuk mamalia dan jenis burung dapat disaksikan oleh para pengunjung/ wisatawan dalam perjalanannya menuju puncak.
Pendakian ke Bukit Baka Pada ketinggian 463 m dpl diketemukan tumbuhan yang pada umumnya terdapat di dataran rendah seperti kelompok Dipterocarpaceae dan jenis kayu Ulin. Pemandangan air dengan batubatuan cukup besar dari sungai juoi yang deras, cukup menarik serta ikan-ikan dari berbagai jenis antara lain ikan lele, ikan Semah dan ikan Putih. Pada ketinggian 503 m dpl. Pohon-pohon besar sudah mulai mendominir pada ketinggian ini seperti Kompassia sp., Shorea sp., jenisjenis satwa seperti Tupai dan Burung Enggang Badak serng terlihat terbang di sekitar tempat ini.
Memasuki kawasan hutan tengah pegunungan (lower mountain forest) pada ketinggian 517 m dpl, dahulu ditandai dengan bangunan shelter, namun saat ini karena kelembaban yang sangat tinggi shelter ini sudah hancur. Pada bagian ini sangat menarik terutama dari pemandangan aliran airnya. Di tempat ini terdapat dua buah air terjun dengan ketinggian ± 2 m dan ± 7 m. kondisi air terjun san-
49
gat bersih dan pemandangan indah dari batu-batuan. Selain itu terdapat ikan-ikan besar yang tidak diketemukan pada tempat di atasnya meskipun kandungan air di sana cukup besar. Dari tempat ini perjalanan dilanjutkan ke shelter ketiga (saat ini kondisinya juga telah rusak) yang dimulai dengan pendakian bukit cukup tajam.
Memasuki kawasan hutan gunung tinggi (upper mountain forest) dengan ketinggian 973 m dpl suhu udara cukup dingin dan terasa lembab di malam hari. Di lokasi ini ditemukan beraneka jenis burung antara lain Enggang badak, Murai Batu dan spesies burung lainnya. Satwa mamalia seperti Kelempiau banyak dijumpai pada ketinggian ini. Batu-batuan besar/cadas dapat ditemukan pada lereng-lereng perbukitan, air di hulu dengan batu-batuan yang dihiasi oleh vegetasi lumut. Pohon Durian yang besar dan tinggi terdapat di sini. Bagi pendaki yang akan melanjutkan perjalanan, agar lebih waspada terhadap pacet penghisap darah karena mulai memasuki hutan gunung tinggi jenis pacet menjadi sangat banyak.
Memasuki kawasan hutan kabut (coldly forest) pada ketinggian 1.470 m dpl hampir mencapai puncak Bukit Baka. Kondisi hutan dipenuhi kabut-kabut dan hampir menutupi setiap ruangan yang terbuka terutama pada pagi hari sampai pukul 10.00 WIB dan sore hari mulai pukul 15.00 WIB, ditambah lagi dengan dengan cuaca mendung yang membuat kabut semakin tebal . suhu udara dapat mencapai 17 ° pada malam hari dan rata-rata 20,9 °C di siang hari. Di sekitar puncak Bukit Baka dapat ditemukan jenis satwa seperti Kancil (Tarsis bancanus), Musang Belang dan Monyet Pirang. Pe-
50
mandangan air terjun dengan ketinggian ± 30 m, namun kandungan air di bawahnya kecil juga ditemukan di sini. Vegetasi lumut dan paku-pakuan mendominasi komposisi tumbuhan di sekitar puncak Bukit Baka, juga ditemukan kelompok hutan suku Podocarpaceae dan Agathis. Pacet penghisap darah semakin banyak ditemukan disini.
Pendakian ke Bukit Raya Perjalanan ke Desa Nanga Jelundung dimulai dari Nanga serawai yang hanya bisa ditempuh menggunakan long boat untuk sampai ke hulu sungai Serawai. Lama perjalanan sekitar 8 jam menggunakan long boat. Tetapi apabila kondisi air Sungai Serawai cukup pasang dapat menggunakan speed boat untuk mempercepat perjalanan.
Dari Dusun Nanga Jelundung perjalanan dilanjutkan menuju dusun Rantau Malam dan Dusun Rumokoy. Kedua dusun ini masih dapat ditempuh dengan long boat / speed boat, bila kondisi hulu Sungai Serawai pasang. Dusun Rumokoy merupakan dusun terakhir yang dijumpai di Desa Nanga Jelundung bila hendak menuju kawasan Bukit Raya. Apabila keadaan air tidak memungkinkan untuk dilalui longboat, maka satu-satunya cara adalah dengan berjalan kaki. Setelah Dusun Rumokoy tidak ada lagi pemukiman penduduk, kecuali lading-ladang dan hutan sekunder bekas perladangan hingga ke daerah Batu Lintang.
Batu Lintang merupakan nama daerah yang diambil dari sebuah batu besar yang melintang memotong sebagian besar Sungai Serawai. Di daerah ini terdapat suatu dataran tepat di pinggir Sungai 51
Serawai yang biasa bagi pendaki dijadikan tempat berkemah. Dari Batu lintang perjalanan dilanjutkan menuju Bukit Mehipit di ketinggian 550 m dpl. Selama perjalanan, akan memasuki kawasan hutan primer datarn rendah Dipterocarpaceae. Di kawasan ini juga terdapat banyak tempat istirahat yang cukup strategis, karena tersedianya air bersih yang berasal dari sungai-sungai kecil, dan terdapat tanah datar untuk mendirikan tenda. Lokasi umum dijadikan tempat beristirahat adalah di pinggiran Sungai Seletup, Sungai Penyikong dan sungai Merah.
Selanjutnya, dari kawasan Bukit Mehipit perjalanan menuju ke Ut (hulu) Labang. Daerah ini dapat juga dijadikan tempat beristirahat, yaitu di pinggiran sungai Labang di Lembah Birang (bukit) Merabai. Tempat ini memang kerap kali dijadikan sebagai tempat berkemah menuju puncak Bukit Raya oleh para pendaki gunung maupun penduduk yang mencari Gaharu. Di sekirat Ut Labang potensi sumber air mulai berkurang, satu kendala yang sering ditemui adalah terbatasnya air bersih terutama pada musim kemarau. Kalaupun ada tempat sumber air, cukup jauh letaknya yaitu di ketinggian 1.300 m dpl di lereng Birang merabai atau sekitar 3 jam jalan kaki dari Ut Labang.
Alternative lainnya yang cukup ideal untuk tempat beristirahat bila menuju puncak Bukit Raya adalah sekitar tapal batas Kalimantan Barat–Kalimantan Tengah yakni di daerah Soa Tohotung dan di bawah tebing cadas puncak Bukit Raya pada ketinggian 2000 m dpl. Lama perjalanan ke Soa tohotung sekitar 9 jam dengan berjalan kaki dari Ut Labang dan sekitar 11 jam ke tebing cadas. Setelah mencapai puncak Birang Merabai pada ketinggian
52
1.460 m dpl, kondisi jalan sedikit menurun hingga ketinggian 1.420 m dpl dan selanjutnya naik hingga mencapai puncak Bukit Raya. Di antara puncak Birang Merabai dengan tempat rendah tersebut (1.420 m dpl) yakni pada ketinggian 1.450 m dpl terdapat lokasi strategis untuk memandang atau memotret puncak Bukit Raya. Dari lokasi ini dapat dilihat dengan jel;as keseluruhan puncak Bukit Raya besrta lembahnya. Hal ini dimungkinkan karena berada persis di ata stebing cadas yang menghadap lereng dan puncak Bukit Raya. Di bagian lembah terdengar sayup-sayup gemuruh Sungai serawai Satu-satunya jalan menuju puncak bukit yang cukup melelahkan dan menantang bila mengikuti jalur Ut Labang adalah pada ketinggian 2.000-2015 m dpl., yakni dari bawah jempol hingga puncak jempol. Jempol adalah salah satu puncak di Bukit Raya yang letaknya berdekatan dengan puncak Bukit Raya tertinggi (2.278 m dpl). Bila dilihat secara sekilas, profil puncak Bukit Raya tampak menyerupai tangan yang hendak bersalaman tetapi ujung jari menghadap ke atas. Diistilahkan jempol karena menyerupai posisi ibu jari, sedangkan puncak tertinggi diibaratkan empat jari lainnya dalam posisi rapat dan terpisah dari ibu jari. Lereng jempol relative terjal, bahkan untuk mencapai puncak Bukit Raya harus memutar sedikit ke utara kemudian kembali ke timur. Hal ini dilakukan untuk menghindari tebing cadas yang posisinya tegak lurus. Jalan memutar yang ditempuh juga relative tegak lurus, tetapi masih bisa berpegangan pada batang-batang atau akar pohon. Perjalanan yang melelahkan terutama untuk mencapai jempol akan terasa sirna bila telah mencapai puncak Bukit Raya. Pemandangan yang indah menakjubkan dan udara segar disertai dengan rangkaian pegunungan di sekitarnya akan dilihat denga jelas dari Bukit Raya. 53
Gambar 20. Lansekap Puncak Bukit yang mempesona
6. Wisata Budaya
Masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya sebagian besar merupakan masyarakat suku Dayak yang mempunyai kehidupan sosial dan budaya yang cukup menarik. Antara lain upacara/ritual adat mulai dari kelahiran bayi, perkawinan, pesta panen padi, kematian, memberlakuan aturan adat dalam kehidupan sehari-hari, kepercayaan terhadap satwa-satwa tertentu, pemanfaatan bagian tumbuhan atau satwa sebagai obat, adat 54
gotong royong dalam menggarap ladang, dan lain sebagainya. Ragam budaya masyarakat Dayak sekitar kawasan TNBBBR dapat di lihat dari dua sisi yaitu masyarakat Dayak yang berada di wilayah Kalimantan Barat yaitu terdiri dari Dayak Ransa, Dayak Limbai, Dayak Kenyilu, Dayak Kubing dan Dayak Ot Danum, tersebar di berbagai desa seperti Belaban Ella, Nanga Siyai dan Nanga Jelundung. Masyarakat Dayak yang tinggal di sekitar kawasan TNBBBR yang berada di wilayah Kalimantan Tengah terdiri dari suku Dayak Dohoi, Dayak Kahayan, Dayak Katingan, Dayak Kubing, Dayak Nyadung, Dayak Malahui, Dayak Tangun, Dayak Ot Danum, Dayak Ulun Pangin, Dayak Osa, yang tersebar di berbagai desa seperti Desa Tumbang Kaburai, Desa Batu Panahan, Desa Tumbang Tundu dan Desa Tumbang Taei.
Gambar 55. Representasi sosial budaya masyarakat sekitar kawasan
Gambar 21. Representasi sosial budaya masyarakat sekitar kawasan
Berbagai upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat suku Dayak di sekitar TNBBBR wilayah Kalimantan Barat yaitu : a). pesta akhir 55 yaitu antara bulan Mei-Juni. b). tahun : biasa dilakukan setelah masa panen, gawai masuk (selamatan daun padi) : dilakukan ketika akan menanam padi, c). upacara perkawinan : upacara perkawinan ini disebut tijak tikar rikuk atau
Berbagai upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat suku Dayak di sekitar TNBBBR wilayah Kalimantan Barat yaitu : a). pesta akhir tahun : biasa dilakukan setelah masa panen, yaitu antara bulan Mei-Juni. b). gawai masuk (selamatan daun padi) : dilakukan ketika akan menanam padi, c). upacara perkawinan : upacara perkawinan ini disebut tijak tikar rikuk atau nikah kacang yaitu pernikahan yang sah secara adat, d). Gawai Ngensudah (Upacara Kematian) : yaitu upacara untuk orang meninggal yang dilakukan untuk memutuskan hubungan dengan orang yang telah meninggal. e). Upacara Gawai : dilakukan untuk anak yang baru lahir, dilakukan Gawai atau suatu upacara memandikan anak yang pertama kali di sungai sebagai bentuk perkenalan anak dengan sungai, dilakukan agar anak tersebut terbiasa dengan air dan ketika merantau ke luar pulau tidak mendapat celaka ketika berada di laut ataupun tempat yang terdapat airnya.
Gambar 56. Upacara perkawinan, Ricci (kiri atas, Ricci = kumpulan batang kayu ulin, satu batang melambangkan satu ulun=1 denda)
56
Bentuk kebudayaan yang terdapat pada masyarakat Dayak lainnya yang berada di sekitar TNBBR di wilayah KalBar adalah a). Pesta Daun Padi, dilakukan sebelum masa tanam padi dengan tujuan supaya mandapat restu dan tidak ada halangan. b). Pesta Bunga Padi : dilakukan pada saat padi mulai tumbuh bunga padi dengan tujuan supaya padi dapat dipanen dan tidak terkena hama. c). Pesta Ngelamat Batu : dilakukan setelah panen pada saat setelah panen dengan tujuan untuk mensyukuri hasil panen yang didapat. Biasanya dilaksanakan pada bulan Juni, d) upacara adat kematian Pesta Selesai Kubur (setelah 40 hari kematian), Pesta Penyemenan ; pembuatan patung yang menyerupai almarhum terbuat dari kayu ulin yang disebut temaduk. Pembuatan patung hanya dapat dilakukan oleh orang yang berilmu saja karena pada saat penancapan patung harus ada tengkorak manusia. Tetapi pada jaman sekarang cukup dengan tengkorak babi, sapi atau kerbau.
Gambar 57. Toras (kiri) dan Temadu (kanan); Foto oleh : KPE kapak
Gambar 23. Toras (kiri) dan Temadu (kanan); Foto oleh : KPE kapak 57
Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat di Desa Belaban adalah
Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat di Desa Belaban adalah antara lain : a). Mengkeramatkan burung Cucak rowo dan burung enggang, hal ini karena bulu burung enggang sering digunakan dalam berbagai upacara adat. b). Masih memanfaatkan tumbuhan sebagai obat-obatan. c). Adanya kepercayaan bahwa bila dalam perjalanan terdengar bunyi kijang maka menandakan celaka. Pantangan di hutan pada saat ada teman mandi di sungai, kita yang menunggu tidak boleh berkata “lama banget mandinya” karena akan ada jin yang datang menyerupai teman yang mandi. Kemudian jika makan tidak boleh bakar siluang/kemenyan karena akan ada orang pintar yang mencari dan akhirnya menjadi celaka. d). Tidak boleh melangkahi tali Mandau, apabila dilangkahi dengan sengaja maka akan terjadi celaka berdarah pada orang yang melangkahinya. e). Kepala rusa yang mempunyai tanduk dengan 5 cabang dipercayai mempunyai kekuatan untuk melindungi Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat di Desa Nanga Siyai adalah antara lain : memanfaatkan rotan untuk membuat bubu yang digunakan untuk menangkap ikan, menggunakan beberapa jenis tumbuhan untuk mengobati penyakit, setiap bayi yang baru lahir tidak boleh dilihat oleh orang luar, namun apabila umurnya sudah satu minggu sudah boleh. Hal ini dilakukan agar sang bayi yang kondisinya masih rentan tidak terkena hal-hal jahat. e). Bayi yang sudah berumur dua bulan dipotong rambutnya dan dimandikan di sungai dengan tujuan untuk menyelamatkan bayi dari gangguan hal-hal jahat.
58
Gambar 24. Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat sekitar kawasan
Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNBBBR yang berada di wilayah Kalimantan Tengah sebagian besar terdiri dari suku Dayak dengan berbagai kelompok suku, seperti kelompok suku Dayak Dohoi, Dayak Kahayan, Dayak Katingan, Dayak Kubing, Dayak Nyadung, Dayak Malahui, Dayak Tangun, Dayak Ot Danum, Dayak Ulun Pangin, Dayak Osa, yang tersebar di berbagai desa seperti Desa Tumbang Kaburai, Desa Batu Panahan, Desa Tumbang Tundu dan Desa Tumbang Taei. Karya budaya penduduk asli suku dayak tersebut berupa alat keseniaan tradisional seperti gong dan kecapi serta kerajinan tangan lainnya seperti amak (tikar/lampit dari rotan, purun atau pandan), etang (lanjung), topi lebar yang dibuat dari daun sejenis pandan, 59
bakul, bubu dari bambu, hiasan pada sarung dan gagang mandau (parang) yang terbuat dari bahan rotan yang sudah dihaluskan, terdapat pula Barung (lumbung padi) yang terbuat dari kulit kayu sebagai tempat penyimpanan hasil panen. Kegiatan ini hanya bersifat individu sehingga tidak memberikan hasil yang besar.
Masyarakat adat di Desa Tumbang Tundu dan Tumbang Tae masih mengenal ritual adat seperti pembakaran mayat. Pelaksanaannya tergantung dari permintaan orang tersebut sebelum meninggal atau adat keturunan dari nenek moyang mereka. Ritual pembakaran mayat dapat dilaksanakan sewaktu-waktu apabila keluarga yang meninggal sudah mampu. Masyarakat setempat khususnya penganut Agama Hindu Kaharingan selalu melakukan Tiwah yaitu penggalian kubur dan pengangkatan tulang belulang untuk disimpan ke dalam sandung yang dibuat seperti rumah-rumah kecil dan selalu dipasangi kain kuning atau merah yang dipasang di depan rumah sebagai tempat sesajen dan dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Acara Tiwah dilaksanakan hanya sekali setiap ada orang yang meninggal. Terdapat pula patung-patung leluhur yang terbuat dari kayu ulin/ belian dan di pasak kayu lainnya yang ditancapkan pada tanah baik secara berpasangan maupun sendiri yang juga dianggap keramat oleh masyarakat Kaharingan. Selain itu, bangunan adat berupa rumah betang yang sering dipergunakan sebagai tempat acara adat masyarakat Kaharingan juga masih dapat ditemui.
60
meninggal. Terdapat pula patung-patung leluhur yang terbuat dari kayu ulin/belian dan di pasak kayu lainnya yang ditancapkan pada tanah baik secara berpasangan maupun sendiri yang juga dianggap keramat oleh masyarakat Kaharingan. Selain itu, bangunan adat berupa rumah betang yang sering dipergunakan sebagai tempat acara adat masyarakat Kaharingan jga masih dapat ditemui.
Gambar 25. 25. Tempat acara mayat (kiri), Sandung kanan), Patung Gambar Tempat acarapembakaran pembakaran mayat (kiri), Sandung kanan), Patung dari kayu ulin (bawah) dari kayu ulin (bawah) 45
Masyarakat desa sekitar kawasan yang berada di wilayah Kalteng yaitu masyarakat Desa Tumbang Kaburai terdiri dari 9 sub suku dayak, yaitu Dayak Dohoi, Dayak Kahayan, Dayak Katingan, Dayak Kubing, Dayak Nyadung, Dayak Malahui, Dayak Tangun dan Dayak Ot Danum. Setiap sub suku dayak tersebut mempunyai perbedaan bahasa, seperti bahasa konjoi, jawau, singkong dan ella. Walaupun memiliki perbedaan bahasa, namun komunikasi antar penduduk tetap dapat terjadi. Sama seperti di Desa Belaban Kalimantan Barat, di Desa Tumbang kaburai Kalimantan Tengah juga terdapat pernikahan kacang atau ampar ketika rikuk. Prosesnya pun hampir sama dimana pihak pria harus membayar ulun sampai membuka tuak pamali. Untuk penduduk yang meninggal, dilakukan dua upacara adat terhadap
61
Malahui, Dayak Tangun dan Dayak Ot Danum. Setiap sub suku dayak tersebut mempunyai perbedaan bahasa, seperti bahasa konjoi, jawau, singkong dan ella. Walaupun memiliki perbedaan bahasa, namun komunikasi antar penduduk tetap dapat terjadi. Sama seperti di dibakar Desa Belaban Kalimantan DesasetTumbang mayatnya, yaitu dan dikubur. DalamBarat, AgamadiHindu kaburai Kalimantan Tengah juga terdapat pernikahan kacang atau elah mayat dibakar, maka yang tersisa hanya abu dari tulangnya. ampar ketika rikuk. Prosesnya pun hampir sama (tempat dimana pihak priaabu). harus membayar Abu tersebut disimpan di sandung menaruh Sebeulun sampai membuka tuak pamali. Untukditinggal penduduk meninggal, lum ditaruh di sandung, keluarga yang harusyang membuat dilakukansepundu, dua upacara adat terhadap mayatnya, yaitu dibakar dan dikubur. sepundu merupakan patung berbentuk manusia. ApaDalam Agama Hindu setelah mayat dibakar, maka yang tersisa hanya abu dari bila tidak mampu membuat sepundu, maka dapat dibarengkan tulangnya. Abu tersebut disimpan di sandung (tempat menaruh abu). Sebelum warga lain yang ditinggalkan. Pembuatan satu sepundu ditaruh didengan sandung, keluarga yang ditinggal harus membuat sepundu, sepundu dapat digunakan untuk sepuluh kematian. merupakan patung berbentuk manusia. Apabila tidak mampu membuat sepundu,Setelah maka abu dapat dibarengkan dengan warga ditinggalkan. ditaruh di sandung, dilakukan tiwah.lain Tiwahyang merupakan Pembuatan satu sepundu dapat digunakan untuk sepuluh kematian. upacara untuk melepas arwah dengan tujuan untuk memutuskan Setelah abu ditaruh di sandung, dilakukan tiwah. Tiwahmaka merupakan hubungan dengan dunia. Apabila tiwah tidak dilaksanakan, upacara untuk melepas arwah dengan tujuan untuk memutuskan hubungan arwah yang bersangkutan masih berada di dunia. Ketika tiwah dengan dunia. Apabila tiwah tidak dilaksanakan, maka arwah yang dilaksanakan, hewan seperti sapi dan kerbau ditombak oleh ahli bersangkutan masih berada di dunia. Ketika tiwah dilaksanakan, hewan warisdan di temadu dibuat. oleh Penduduk puntemadu turut diundang seperti sapi kerbauyang ditombak ahli sekitar waris di yang dibuat. apabila tingkat ekonominya memadai. Setelah hewan di tombak, Penduduk sekitar pun turut diundang apabila tingkat ekonominya memadai. para tamu menari di posisi hewan yangdi ditombak dibarengi Setelah hewan di tombak, para tamu menari posisi hewan yanglagu ditombak (krungut-krungut). dibarengidacih lagu dacih (krungut-krungut).
Gambar 26. Sepundu (kiri) dan Cucuk hari (kanan)
Gambar 26. Sepundu (kiri) dan Cucuk hari (kanan)
4662
Penduduk setempat masih mempercayai makhluk halus ada di sekitar mereka sehingga membangun rumah keramat. Rumah keramat berbentuk rumah mini dimana didalamnya terdapat piring, gelas dan tempurung kelapa. Piring digunakan untuk menaruh nasi yang diberi kunyit dan daging, gelas untuk arak dan tempurung kelapa untuk abu atau dupa. Di depannya ada patung yang menandakan sebagai tuan rumah atau keluarga dengan ada satu raja dimana terdapat bapak, ibu dan anak. Terdapat pula batu yang disebut patok berfungsi sebagai tanda. Membuktikan bahwa tidak bernyawa namun kekal, beda dengan manusia. Terdapat juga panduan untuk ramalan hari yang bernama cucuk hari. Panduan ini digunakan untuk mengetahui apa yang akan kita hadapai ketika keluar rumah. Kondisi yang dihadapi dapat berupa beruntung (mendapatkan uang yang banyak) sampai celaka di jalan.
Beberapa bentuk kearifan lokal masyarakat di Desa Tumbang Kaburai adalah sebagai berikut : a). Menjaga keberadaan pohonpohon besar yang sudah berumur panjang, dipercayai apabila pohon tersebut ditebang maka si penebang akan terkena bala atau musibah. b). Masyarakat juga dilarang memakan kodok dan trenggiling. c). Mengeramatkan buaya putih d). Masih menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai obat tradisional. e). Hampir semua satwa yang ada di sekitar penduduk tidak dikonsumsi, terutama burung Enggang. Karena burung ini dianggap keramat oleh penduduk. Namun untuk jenis Kelasi/lutung merah (Presbytis rubicunda) biasanya dikonsumsi penduduk.
63
B. Obyek Wisata TNBBBR memiliki banyak potensi obyek wisata yang dapat dinikmati baik yang terdapat di dalam maupun luar /sekitar kawasan. Berdasarkan data (Database TNBBBR 2008), Obyek Wisata yang berada di dalam kawasan antara lain adalah : situs/sejarah (Batu Betanam, pongkal sedarah), pemandangan alam (lansekap), atraksi satwa baik (mamalia, burung), air terjun (Demang Ehud, Botas dalam, Semungga, Nokan Kelabot), dan sumber air panas. Di samping itu, Obyek Wisata yang berada di sekitar (luar) kawasan antara lain adalah : Air Terjun/Cahay (Nokan Nakong, Nokan Nayan, Nokan Dei, Kuhui, Kumbai,Tengkawang, Kepuak, Mawang, Ambun, Nokan Nanga Dunut, Seruhoi, Kiham Bahe), situs/sejarah (Batu Kapal, Batu air nangis, situs kepala riam potai), Goa-goa (Kelasi, Pundan & Kelelawar), dan rumah betang.
1.
Obyek Wisata Di Dalam Kawasan TNBBBR
Situs/ sejarah (Batu betanam, Pongkal sedarah) Batu betanam dapat dijangkau dari main road PT. SBK KM 39 menyusuri sungai Ella selama ± 2 jam dan terletak persis di tepi sungai Ella. Objek ini terdapat pada lereng bukit kecil di pinggir sungai Ella, dimana banyak ditemukan batu besar dan kecil yang di tanam tegak ke tanah. Pada lokasi tersebut dijumpai juga miniatur rumah adat atau rumah panggung mini sebagai tempat untuk memberikan sesajen. Objek ini merupakan bukit dimana banyak ditemukan batu tertanam di tanah yang dapat di temui pada radius 500 meter dari pusatnya, yaitu rumah panggung mini yang berisi sesajen. Batu yang tertanam ada yang berumur ratusan tahun mulai dari ukuran yang kecil sampai besar. 64
Sejarah lokasi ini pada awalnya merupakan perbatasan antara dua lokasi konflik dua suku, yakni suku Dayak di Kalimantan Barat dan suku Dayak yang ada di Kalimantan Tengah. Konflik tersebut dilakukan dengan cara saling membunuh dengan cara memenggal kepala musuhnya yang terkenal dengan istilah ngayau. Setelah sekian lama, akhirnya suku dayak di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah mencoba untuk berdamai. Usaha damai tersebut dilakukan di batu betanam dimana diantara kedua belah pihak saling menanam batu sebagai tanda tidak ada lagi aksi ngayau. Sehingga timbul kepercayaan di kalangan penduduk apabila pendatang baru melewati batu betanam maka pengunjung tersebut harus menanam batu. Apabila tidak menanam batu maka akan mengakibatkan pendek umur.
Pangkal Sedarah terletak di KM 39 dengan akses yang sama seperti akses menuju Batu Betanam. Hanya saja, untuk menuju Pangkal Sedarah membutuhkan waktu tempuh ±1 jam melalui jalan setapak. Batu Betanam dan Pangkal Sedarah mempunyai sejarah yang berkaitan. Dahulu ketika terjadi konflik antara suku dayak di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang saling mengayau (memenggal kepala manusia), kepala hasil ngayau dicuci di sungai yang disebut Pangkal Sedarah. Pangkal sedarah merupakan sungai yang menurut penduduk airnya berwarna merah, namun ketika diambil airnya akan menjadi bening. Berdasarkan survey, saat ini kondisi obyek sudah tidak berupa sungai lagi, tetapi hanya berupa kubangan sebagai tempat berkubangnya babi hutan.
65
Gambar 27. Obyek batu betanam (atas) dan Pangkal Sedarah
Air Terjun (Demang Ehud, Air Terjun Sungai Batas Dalam, Air Terjun Semungga dan Air Nokan Kelabot)
Air terjun Demang Ehud terletak di hulu Sungai Ella tepatnya pada koordinat 112018.879 LS dan 0041.523 BT berada di di Desa Nanga Siyai Kecamatan Menukung Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan Barat. Dari Desa Nanga Siyai lokasi ini dapat ditempuh dengan jalan darat melalui jalan koridor PT. SBK sampai di km 51 atau dapat juga melalui km 54. Dari km 51 atau 54 perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki selama ± 8 jam melalui jalur patroli dengan 66
kondisi jalan menanjak selama ± 6 jam, kemudian jalan menurun selama ± 2 jam. Agar dapat menikmati indahnya air terjun ini sambil beristirahat hendaknya kita menginap di sekitar air terjun. Perlu persiapan perbekalan dan fisik yang baik bila kita hendak menuju ke air terjun ini mengingat kondisi jalan yang lumayan berat untuk para pengunjung. Air terjun Demang Ehud memiliki ketinggian ± 36 meter dan bertingkat-tingkat dengan air yang jernih dan memiliki debit air yang cukup besar (18,097 m3/detik) sehingga suara gemuruhnya sudah terdengar dari kejauhan. Kondisi alam yang masih alami, udara sejuk dan segar, sungai yang berbatu - batu besar serta tumbuhan dan satwa liar adalah bonus yang bisa kita nikmati di lokasi ini. Jika beruntung kita dapat menjumpai rusa, kijang dan mamalia lainnya.
Gambar 28. Air Terjun Demang Ehud (Foto oleh : TNBBBR)
67
Air terjun Sungai Batas Dalam terletak di hulu sungai Ella Tingang anak Sungai Ella. Dari Desa Nanga Siyai. Untuk menuju lokasi air tejun kita bisa melalui jalan darat (jalan koridor T. SBK) sampai km 39, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki melalui jalan rintisan melewati Sungai Ella Tingang selama 6 jam perjalanan. Air terjun ini memiliki ketinggian ± 40 meter dengan air yang jernih dan lumayan deras. Air terjun Nokan Kelabot terletak di hulu sungai Serawai (didalam kawasan TN), dapat ditempuh dengan berjalan kaki ± 10 jam dari Rantau Malam.
Air terjun Semungga terletak di lembah Bukit Semungga dan merupakan anak Sungai Ella tepatnya pada koordinat 112014.371 LS dan 0035.186 BT termasuk dalam wilayah kerja pos Siyai, dan secara administratif berada di Desa Nanga Siyai Kecamatan Menukung Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan Barat. Dibandingkan air terjun lainnya, air terjun ini lebih mudah dijangkau karena dengan hanya berjalan kaki dari Camp PT. SBK di km 35 setelah menyebrangi sungai Ella setelah 30 menit menyusuri anak sungai Ella kita sudah sampai di lokasi air terjun ini. Air terjun Semungga memiliki ketinggian ± 5 meter dengan air yang berwarna jernih dan pada bagian bawahnya membentuk kolam yang cukup dalam dan bisa digunakan untuk berenang. Air di dalam kolam terlihat berwarna hijau namun jernih. Lokasinya yang dihimpit bukit dengan bebatuan besar yang licin membuat kita harus ekstra hati-hati di lokasi ini.
68
Gambar 29. Air Terjun Semungga (Foto oleh : TNBBBR)
Sumber Air Panas Sumber air panas ini berdiameter ± 1 meter, terletak di Sapan Apui yang termasuk dalam kawasan TNBBBR yang berbatasan dengan desa Batu Panahan wilayah Marikit kabupaten Katingan propinsi Kalimantan Tengah. Dari desa Batu Panahan (Kalimantan tengah) dapat dicapai melalui transportasi air dengan menggunakan Klotok menyusuri sungai Bembang dan dilanjutkan dengan berjalan kaki hingga sampai di lokasi. Menurut adat istiadat masyarakat di sekitar sumber air panas ini, batu-batu yang berada disekitarnya dipercaya dapat menyembuhkan penyakit.
69
2.
Obyek Wisata di Sekitar Kawasan
Air Terjun (Nokan Nakong, Nokan Dei, Kuhui, Kumbai, Tengkawang, Kepuak Air , Landau Mumbung, Mawang, Mengkilau,Nokan Nanga Dunut, Nokan Seruhoi, Kiham Bahe, Ambun, dan Nokan Kahawe)
Air Terjun Nokan Nakong secara administrasi pemerintahan berada di Desa Tumbang Kaburai Kecamatan Katingan Hulu Kabupaten Katingan Propinsi Kalimantan Tengah. Air terjun ini berada di hulu sungai Bahae Bukit Asing yang terletak di ketinggian 290 m dari permukaan laut. Lokasi air terjun Nokan Nakong cukup mudah dijangkau. Dari Desa Belaban Ella dapat ditempuh dengan kendaraan darat sampai KM 64 (sungai Bahae) dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri aliran sungai Bahae ke arah Bukit Asing selama ± 3 jam menuju lokasi air terjun. Menurut cerita masyarakat setempat arti kata “Nokan Nakong” berasal dari kata Nokan yang berarti air terjun, sedangkan Nakong adalah nama seorang pertapa di Bukit Asing yang pertama kali menemukan air terjun ini. Air terjun Nokan Nakong memiliki ketinggian ± 40 m dengan lebar ± 5 m. Dibawah air terjun membentuk sebuah kolam/telaga dengan lebar ± 20 m sehingga sangat berpotensi untuk dijadikan kolam renang bagi pengunjung. Hempasan air yang jernih dari ketinggian ± 40 m tersebut menimbulkan suara gemuruh air yang menyenangkan untuk dinikmati.
Air Terjun Nokan Dei terletak di ujung desa Remukoy Kecamatan Serawai dengan ketinggian ± 8 m dan terdiri dari 2 buah yaitu sisi kiri dan kanan (kembar). Aliran sungainya berasal dari kaki bukit Mahipit. 70
Cahay (air terjun) Kuhui terletak di hulu sungai Kuhui Dusun Siyai, memiliki 3 tingkatan dengan debit air yang cukup besar. Air terjun ini tidak dipengaruhi oleh musim dan sangat menantang untuk didaki setiap sisinya dan dapat digunakan sebagai tempat perkemahan. Air terjun ini dapat ditempuh melalui pinggir jalan koridor PT. SBK tepatnya dari jembatan Sungai Kuhui dusun Siyai, berjalan kaki selama ± 1 jam 30 menit menyusuri Sungai Kuhui ke arah hulu.
Air terjun (Cahai) Kumbai terletak di Desa Siyai, dapat ditempuh dari Dusun Siyai menggunakan motor/klotok selama ± 15 menit melalui sungai Ella menuju muara sungai kecil dan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama ± 15 menit menuju lokasi air terjun. Meskipun hanya memiliki satu tingkat terjunan air, akan tetapi air terjun ini memiliki 2 air terjun yang bersebelahan dengan air terjun air terjun yang langsung jatuh ke tanah, masyarakat percaya akan bah yang langsung jatuhinikecukup tanah, masyarakat percaya bahwa terterjun angker dan dahulu dijadikan tempatair bersemedi. jun ini cukup angker dan dahulu dijadikan tempat bersemedi.
Gambar 30. Air terjun (Cahay) Kumbai (kiri) air terjun Tengkawang (kanan) (Foto oleh : TNBBBR) Gambar 30. Air terjun (Cahay) Kumbai (kiri) air terjun Tengkawang (kanan) (Foto oleh : TNBBBR)
Air terjun Tengkawang tidak terlalu memiliki debit air yang seperti umumnya, terutama pada musim kemarau. Tinggi dari air terju meter dengan lebar ±4 meter. Keistimewaan air terjun ini adalah m 71 yang tidak terlihat secara langsung tingkatann tujuh tingkat air terjun dilihat dari bawah. Untuk mengetahui tingkatannya, pengunjung harus
hwa air
g tinggi un ± 40 memiliki nya jika naik ke
Air terjun Tengkawang tidak terlalu memiliki debit air yang tinggi seperti umumnya, terutama pada musim kemarau. Tinggi dari air terjun ± 40 meter dengan lebar ±4 meter. Keistimewaan air terjun ini adalah memiliki tujuh tingkat air terjun yang tidak terlihat secara langsung tingkatannya jika dilihat dari bawah. Untuk mengetahui tingkatannya, pengunjung harus naik ke setiap tingkatan air terjunnya. Lokasi air terjun dapat ditempuh ± 20 menit berjalan kaki dari tepi sebelah kanan jalan koridor PT. SBK di km 26. Air terjun (Cahay) Kepuak memiliki ketinggian ± 30 m dan disekitarnya merupakan kawasan hutan. Air terjun ini terletak di hulu sungai Jelumpang Desa Belaban Ella Dusun Sungkup. Lokasi air terjun dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama ± 3 jam dari Dusun Sungkup. Air terjun Landau Mumbung dapat ditempuh dari Dusun Landau Mumbung berjalan kaku selama ± 10 menit. Air terjun Mawang memiliki ketinggian ± 8 m dengan debit air yang besar, tidak dipengaruhi musim, terdapat kolam di bagian bawahnya dan dapat digunakan untuk berenang. Di bagian dalam (belakang) air terjun terdapat goa yang tidak dalam sehingga kita dapat berdiri di belakang air terjun tersebut. Air terjun Mawang terletak di hulu sungai Mawang dapat ditempuh dengan menyeberangi sungai Mentatai menggunakan sampan dari kampung Mawang Mentatai Dusun Nusa Poring, masuk ke arah sungai Mawang dan menyusurinya dari muara sungai menuju hulu, dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju air terjun (bila air surut). Perjalanan dapat ditempuh ± 22 menit. Air terjun Mengkilau memiliki debit air yang tidak terlalu besar dan airnya tergantung musim hujan. Air terjun ini sering dikunjungi oleh kaum muda untuk berekreasi. Lokasi air terjun dapat ditempuh dengan berjalan kaku dari dusun Mengkilau ± 30 menit.
72
berekreasi. Lokasi air terjun dapat ditempuh den sun Mengkilau ± 30 menit.
Gambar 31. Air Terjun Mawang (Foto oleh : TNBBBR)
Gambar Terjun Mawang (Foto oleh TNBBBR) Air 31. terjun Air (Cahay) Ambun memiliki terjunan air setinggi ± 30: meter, sehingga bila dilihat dari bawah air terjun akan tampak seperti titik-titik embun. Konon sejarahnya dinamakan Ambun karena saat itu ada sepasang kekasih yang sedang berpacaran diatas air terjun, karena asiknya berpacaran si perempuan yang bernama Ambun tergelincir dan jatuh ke bawah. Oleh sebab itu air terjun tersebut dinamakan Cahay Ambun. Air terjun ini secara administratif pemerintahan terletak di desa Nanga Jelundung Kecamatan Serawai, dapat ditempuh dari kampung tabai Ahun dengan berjalan kaki selama ± 45 menit melalui jalan rintisan.
erjun (Cahay) Ambun memiliki terjunan air setinggi a dilihat dari bawah air terjun akan tampak sepe on sejarahnya dinamakan Ambun karena saat itu a sedang berpacaran diatas air terjun, karena asikny n yang bernama Ambun tergelincir dan jatuh ke terjunAir tersebut dinamakan Cahay Ambun. Air terj terjun Nokan Nanga Dunut terletak di desa Nanga Jelundung pemerintahan terletak di dari desa Jelundung Kecamatan Serawai, dapat ditempuh dusunNanga Labang Penabah pat ditempuh dari kampung tabai Ahun dengan b 73 menit melalui jalan rintisan.
dengan berjalan kaki ± 35 menit melalui jalan rintisan. Keunikan air terjun ini memiliki 2 buah terjunan air yang berasal dari 2 sungai yang berbeda (airnya). Air terjun Nokan Seruhoi terletak di Rantau Malam, dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari kampung Rantau Malam ± 1,5 jam. Air Terjun Kiham Bahe terletak di hulu sungai Serawai, dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari kampung Rantau Malam selama ± 6 jam. Air Terjun Nokan Kahawe terletak di hulu sungai Jelundung, ditempuh menggunakan longboat dari dusun labang Panabah selama ± 4 jam.
Goa (Goa Kelasi, Pundan dan Goa Kelelawar) Goa Kelasi mempunyai sejarah yang unik, konon dahulunya sebagai tempat berlindung orang Punan. Di goa ini kita dapat menemui stalaktit yang terbentuk secara alami. Goa Kelasi memiliki banyak cabang dan ruang dimana salah satu cabangnya mempunyai pintu keluar. Ketinggian lorong masuk ± 1 m dan bagian dalam goa memiliki tinggi ± 2m. Goa ini dihuni oleh kelompok kelelawar yang menempel di dinding atas goa dan terdapat pula ikan lele putin. Pada goa ini juga terdapat sungai kecil yang mengalir didalamnya. Lokasi goa dapat dicapai dari perkampungan Mawang Mentatai dengan 2 cara yaitu berjalan kaki atau menggunakan motor air/klotok kearah hulu sungai Mentatai sampai kampung Dawai di dusun Sekujang, bila menggunakan motor klotok memerlukan waktu 1 jam sedangkan bila berjalan kaki memakan waktu 2,5 jam. Dari kampung Dawai perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju goa Kelasi melalui daerah perladangan penduduk selama ± 1 jam 20 menit. Jalan yang dilalui merupakan jalan kecil rintisan yang digunakan oleh penduduk untuk pergi berladang. Goa Pundan dan Goa Kelelawar terletak di hulu sungai Oka, sungai Menyanoi dan sungai Jelundung. Ditempuh dengan berjalan 74
Goaberladang. Pundan dan Goa Kelelawar terletak di hulu sun uk pergi enyanoi Jelundung. terletak Ditempuhdidengan kak undan dan dan sungai Goa Kelelawar hulu berjalan sungai Oka ntau selamaDitempuh ± 50 menit melalui jalan yang sungaiMalam Jelundung. dengan berjalan kaki mend dari kaki dari kampung Rantau Malam selama ± 50 menit melalui jalan mnduduk. selama ± 50 menit melalui jalan yang mendaki dan yang mendaki dan ladang penduduk.
Gambar 32. Goa Kelasi (Foto oleh : TNBBBR) Gambar 32. Goa Kelasi (Foto oleh : TNBBBR)
Gambar 32. Goa Kelasi (Foto oleh : TNBBBR) Situs/sejarah (Batu Kapal, dan Batu Air Nangis, Bukit Batu dan Situs Kepala Riam Potai)
Batu kapal adalah sebuah batu yang menyerupai kapal besar yang karam. Sejarah batu ini adalah konon dahulunya manusia di dalam kapal tersebut banyak menangkap 55dan membawa kerakera ke dalam kapal tersebut kemudian awak kapal melanggar aturan yang dianggap tabu/pamali yaitu memakaikan kera-kera tersebut pakaian dan disuruhnya kera-kera itu menghibur dengan menari-nari hingga awak kapal tertawa geli. Setelah itu datanglah musibah dan kutukan dan membuat karam kapal tersebut dan mengakibatkan kapal tersebut berubah menjadi sebuah batu hingga saat ini. Lokasi batu kapal terletak tidak jauh dari
55
75
a, sungai kampung Cahay Kumbai, dapat ditempuh dari Dusun Siyai Siyai menggun ladang nakan motor/klotok selama ± 20 menit melalui sungai Ella menuju muara sungai kecil ke arah hulu sungai Ella. Berdasarkan ceita dari masyarakat desa Nanga Siyai, batu ini menyerupai sebuah batu yang setiap tahunnya baik pada musim kemarau ataupun musim hujan tetap mengalirkan air dari celah-celah batu tersebut. Debit air yang dikeluarkan tidaklah besar dan menetes setiap saat. Oleh sebab itu disebut dengan batu Air Menangis. Situs Kepala Riam Potai terletak disebuah bukit tidak jauh dari kampung Tumbang Kaburai dengan jarak tempuh ±15 menit. Akses menuju tempat ini cukup mudah dimana akan melewati jalan beraspal dan kemudian memasuki hutan tanaman yang cukup lebat. Tempat ini merupakan salah satu tempat yang dianggap keramat oleh penduduk sekitar. Biasanya penduduk yang mengunjungi tempat ini melakukan ritual menyimpan sesajen untuk mengenang dan menghormati keluarganya ataupun nenek moyangnya yang sudah meninggal. Situs kepala riam potai berbentuk rumah panggung mini yang terbuat dari kayu dengan tinggi ± 1 m. Di dalam rumah panggung terdapat sesajen berupa piring berisi beras kuning, arak dan tempurung kelapa untuk menaruh abu dan dupa. Terdapat juga patung yang terbuat dari kayu yang dianggap sebagai sebuah satu keluarga dengan bapak dan ibu (patung berukuran besar) dan anak-anak(patung berukuran kecil) yang terbuat dari kayu. Patung tersebut diaanggap sebagai arwah yang mendiami rumah panggung kecil tersebut.
76
Bukit Batu memiliki kondisi dan fungsi yang hampir sama dengan situs kepala riam potai. Hanya saja lokasinya cukup jauh dari kampung Tumbang Kaburai. Untuk menuju lokasi ini membutuhkan waktu ±30 menit. Akses menuju lokasi cukup sulit, dimana harus menyebrangi sungai dengan menggunakan perahu yang digerakkan dengan menggunakan bambu yang panjang. Lebar sungai ±5 meter. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan menanjak melewati hutan dengan tegakan yang cukup tinggi dan rapat sehingga sinar matahari sulit untuk masuk. Jalan di hutan tersebut cukup bagus karena merupakan jalan yang biasa dilewati oleh penduduk.
Gambar 33. Situs kepala riam potai ( tempat sesajen dan patung) Kondisi di Bukit Batu (Foto (: KPE Tapak)
77
Rumah Betang
Rumah adat dari suku dayak adalah rumah betang. Rumah betang berasal dari kata bentang. Rumah betang merupakan rumah panggung panjang yang terdiri dari banyak pintu dan dihuni oleh banyak KK. Tangga pada rumah betang ada dua dan dibentuk menyerupai pria dan wanita. Rumah betang terbuat dari kayu jati. Dari zaman dahulu sampai sekarang, rumah betang digunakan digunakan rapat ataupun upacara banyak yang melibatkan banyak untuk rapatuntuk ataupun upacara yang melibatkan orang. DaDahulu, semakin tinggi maka penghuni rumah beta hulu, semakin tinggi rumahrumah betangbetang maka penghuni rumah betang selamat dari serangan suku dayak lainnya dengan menggunakan tomb akan selamat dari serangan suku dayak lainnya dengan mengguditusukkan dari yang bawah rumah betang. nakan tombak ditusukkan dari bawah rumah betang.
n untuk rapat ataupun upacara yang melibatkan banyak orang. semakin tinggi rumah betang maka penghuni rumah betang akan dari serangan suku dayak lainnya dengan menggunakan tombak yang n dari bawah rumah betang.
Gambar 34. Rumah Betang; Tampak Depan (kiri) dan Tampak Luar (k
Gambar 34. Rumah Betang; Tampak Depan (kiri) dan Tampak Luar (kanan)
r 34. Rumah Betang; Tampak Depan (kiri) dan Tampak Luar (kanan) 78
Bab IV Pengelolaan Taman Nasional A.
Visi dan Misi
Visi : “ Terwujudnya Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya yang Lestari, Mandiri dan Bermanfaat bagi Para Pihak”.
Misi : 1.
Memantapkan kelembagaan TNBBBR
2.
Memantapkan penataan kawasan TNBBBR
3.
Memantapkan Sumber Daya Manusia Kawasan
4.
Memantapkan partisipasi dan kolaborasi para pihak
5.
Memantapkan perlindungan dan pengamanan
kawasan TNBBBR
6.
Memantapkan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara berkelanjutan
B. 1.
Aktivitas Pengelolaan Pelayanan Pengunjung
TNBBBR memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk melakukan berbagai macam bentuk aktifitas kegiatan antara lain : rekreasi alam, wisata budaya, kegiatan penelitian, peliputan
79
berita atau pembuatan film dokumenter. Dalam upaya pelayanan kepada pengunjung, TNBBBR menyediakan tenaga pemandu untuk mendampingi pengunjung dalam melakukan aktifitasnya di kawasan atau di sekitar kawasan TNBBBR.
foto Gambar 35. Pelayanan kegiatan penelitian di TNBBBR
2.
Pengamanan dan Perlindungan Kawasan
Kegiatan pengamanan bertujuan untuk menjaga kawasan TNBBBR dari segala bentuk ancaman dan gangguan yang berupa: perladangan, perambahan kawasan, penambangan emas, kebakaran hutan/lahan dan penebangan liar. Penanganan permasalahan gangguan keamanan hutan di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan serta didukung oleh berbagai pihak yang peduli dengan pelestarian hutan tak terkecuali masyarakat dan perangkat desa yang berada di sekitar kawasan taman nasional. Melalui kegiatan pengamanan kawasan diharapkan dapat mencegah
80
dan menanggulangi permasalahan gangguan keamanan di kawasan TNBBBR. Pengamanan di TNBBBr dilakukan dengan dua metode yaitu: 1) Secara Preventif (sosialisasi, penyuluhan); 2) Secara Represif (patroli rutin maupun mandiri, operasi khusus atau gabungan). 3.
Survey dan Riset
Kawasan TNBBBR memiliki kondisi topografi yang lengkap mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi/pegunungan. Berbagai macam tipe ekosistem (beserta dengan ciri khas masing-masing ekosistem) dapat dijumpai di kawasan TNBBBR. Kondisi ini menjadikan TNBBBR memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan kompleks sehingga membuat kawasan TNBBBR sangat menarik untuk dijadikan sebagai obyek wisata hayati. Keberadaan masyarakat di sekitar kawasan TNBBBR yang hidup dengan adat dan ragam budaya yang unik juga mampu menjadi suatu daya tarik wisata budaya. Selain itu, TNBBBR juga mempunyai potensi jasa lingkungan dan ekowisata yang cukup menarik untuk dipelajari.
Gambar 36. Pemeliharaan pal batas (kiri), sosialisasi masyarakat dan patroli
81
Mengingat potensi yang dimiliki oleh TNBBBR tersebut pantaslah kiranya kawasan ini dijadikan sebagai wahana penelitian dan rekreasi ilmiah. Selama kurun waktu tahun 1996 sampai dengan 2009 terdapat sejumlah kegiatan baik survei maupun penelitian yang dilaksanakan di dalam kawasan TNBBBR. Kegiatan tersebut dilakukan baik oleh internal Balai Taman Nasional maupun dari pihak luar yang menjadi mitra BTN. BBBR seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi dan Peneliti independen.
Gambar 37. Inventarisasi Herpetofauna (kanan); inventarisasi sosial budaya masyarakat sekitar kawasan TBBBR(kiri)
4.
Pemberdayaan Masyarakat
Pengelolaan kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (TNBBBR) tidak terlepas dari peran serta masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar kawasan. Keberadaan masyarakat di sekitar kawasan dapat dipandang sebagai sebuah ancaman sekaligus potensi yang mendukung keberadaan TNBBBR. Tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap keberadaan kawasan, kegiatan mencari emas serta budaya berladang di seki82
tar kawasan yang dilakukan oleh masyarakat dapat dianggap sebagai suatu ancaman dalam usaha pengelolaan TNBBBR yang berbasiskan konservasi. Di lain pihak, kondisi masyarakat dengan keunikan adat istiadat dan kondisi sosial budaya dapat menjadi sebuah potensi yang mendukung keberadaan TNBBBR. TNBBBR berupaya memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembinaan daerah penyangga dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar kawasan. Dengan kegiatan pembinaan dan pemberdayaan ini diharapkan dapat mengurangi tekanan masyarakat terhadap keberadaan kawasan TNBBBR, sehingga dikemudian hari dapat dialihkan kepada kegiatan masyarakat yang produktif dan mandiri. Adapun jenis kegiatan yang pernah dilakukan antara lain: pelatihan budidaya tanaman, pembentukan Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan (SPKP), pemberian bantuan bibit tanaman karet, pembentukan kebun entris karet dan sosialisasi Indonesia menanam.
Gambar 38. Beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat; Pelatihan budidaya
83
t5.
Kerjasama dan Kemitraan
TNBBBR merupakan salah satu kawasan konservasi yang masuk dalam wilayah kerja Heart of Borneo (HoB). Secara khusus TNBBBR menjalin kerjasama dengan WWF-HoB dalam rangka mendukung pengelolaan TNBBBR. Kerjasama tersebut meliputi: penyusunan RPTN TNBBBR, penyusunan Zonasi TNBBBR, penggalian potensi kawasan, dll
Gambar 39. Kerjasama dan kemitraan TNBBBR dengan WWF HoB
C.
Ijin Masuk Kawasan
Pengaturan ijin masuk kawasan pelestarian alam, termasuk di dalamnya taman nasional diatur dalam Peraturan Dirjen PHKA No. SK. 192/IV-Set/HO/2006 tanggal 13 Nopember 2006. Di mana pemberian ijin masuk kawasan untuk kegiatan : a). Penelitian dan pengembangan, b) Ilmu pengetahuan dan pendidikan, c). Pembuatan film, dan atau video, d). Pembuatan foto komersil, dan e) Ekspedisi bagi warga negara asing atau bagi warga negara Indonesia untuk kepentingan asing diterbitkan oleh Sekditjen PHKA, namun bagi warga negara Indonesia diterbitkan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dirjen PHKA. 84
Setiap pengunjung wajib didampingi oleh tenaga pendamping yang telah ditunjuk oleh pihak TNBBBR dalam melakukan setiap kegiatan di kawasan. Pengunjung domestik dengan tujuan rekreasi, cinta alam, dll datang melapor ke kantor Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya untuk mendapatkan Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI). Untuk wisatawan asing dengan tujuan rekreasi agar menunjukan paspor dan surat keterangan dari kepolisian. Pungutan karcis masuk kawasan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 59 tahun 1998, tanggal 5 Mei 1998 adalah sebagai berikut : •
Wisatawan domestik
: Rp1.500,00
•
Wisatawan asing
: Rp15.000,00
Ijin Keperluan Khusus Peneliti domestik yang akan melakukan kegiatan penelitian di kawasan TNBBBR harus menyerahkan surat pengantar/rekomendasi dari instansi terkait (perguruan tinggi/LIPI) beserta dengan proposal penelitian yang akan dilakukan. Setelah kegiatan penelitian berakhir, peneliti wajib menyerahkan laporan hasil penelitian ke pihak TNBBBR. Peneliti asing yang bermaksud mangadakan penelitian di kawasan TNBBBR wajib menyerahkan rekomendasi dari LIPI dan SIMAKSI dari Direktorat Jendral PHKA beserta dengan proposal penelitian yang akan dilakukan. Setelah kegiatan penelitian berakhir, peneliti wajib menyerahkan laporan hasil penelitian ke pihak TNBBBR. Selain kegiatan penelitian, TNBBBR juga memberikan kesempatan bagi pihak-pihak yang akan melakukan pengambilan gambar
85
(pembuatan foto atau film) dengan syarat menyerahkan SIMAKSI dari Dirjen PHKA. Setelah pengambilan gambar selesai, wajib menyerahkan kopi foto/film ke TNBBBR. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.59 Tahun 1998 Tanggal 5 Mei 1998 Tabel 3. Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan JenisPenerimaanNegaraBukan hargasatuan Satuan Pajak(RayonII) (Rp) Wisata Orang 1.wisatawanlokal 1.500 Orang 2.wisatawanasing 15.000 Penelitian Penelitilokal Orang A.1Ͳ15hari 25.000 Orang B.16Ͳ30hari 50.000 Orang C.1Ͳ6bulan 100.000 Orang D.1/2Ͳ1tahun 150.000 Orang E.Lebihdari1tahun 200.000 Penelitiasing Orang A.1Ͳ15hari 75.000 Orang B.16Ͳ30hari 150.000 Orang C.1Ͳ6bulan 300.000 Orang D.1/2Ͳ1tahun 450.000 Orang E.Lebihdari1tahun Kendaraandarat Buah 1.kendaraanrodadua 2.000 Buah 2.Kendaraanrodaempat 4.000 Kendaraanair Buah 1.kapalmotors/d40pk 25.000 Buah 2.kapalmotor41s/d80pk 50.000 Buah 3.Kapalmotordiatas80pk 75.000
86
(Lanjutan…) JenisPenerimaanNegaraBukan Pajak(RayonII)
HargaSatuan (Rp)
Satuan
Pengambilan/Snapshoot
WisatawanLokal
1.FilmKomersial
SekaliMasuk
1.500.000
DokCerita
2.VideoKomersial 3.Handycam
NonKomersial
1000.000 12.500
4.Foto
NonKomersial
3.000
WisatawanAsing
1.FilmKomersial
SekaliMasuk
2.500.000
DokCerita
2.VideoKomersial 3.Handycam
NonKomersial
2.000.000 125.000
4.Foto
NonKomersial
30.000
OlahRaga/RekreasiAlam
WisatawanLokal
1.Kano
1Jam
20.000
2.Berkemah
1Jam
15.000
WisatawanAsing
1.Kano
1Jam
25.000
2.Berkemah
1Jam
20.000
67
87
Daftar Pustaka Daftar Pustaka Balai Penelitian Kehutanan Samarinda (BPKH) dan Lembaga Penelitian Universitas Palangkaraya. 1998. Inventarisasi Keanekaragaman Hayati untuk Kepentingan Lingkungan dan Kesinambungan Hutan Tropika Basah Di TNBBBR. BPKH & Lemnit UNPAR. Himakova. 2008. Melestarikan Heart of Borneo untuk Mengantisipasi Perubahan Iklim “Potensi Keanekaragaman Hayati dan Kearifan Tradisional Masyarakat Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Propinsi Kalimantan Barat”. Bogor. Julia Ng., Mardiastuti A,. 2008. Buku Saku Pedoman Jenis-jenis Satwa Liar Yang Dilindungi Di Kalimantan. Dephut. TNBBBR. 2007. Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan di Wilayah Kerja Pos Siyai Kecamatan Menukung TNBBBR. Nanga Pinoh. TNBBBR. 2006. Laporan Kegiatan Inventarisasi Potensi Desa Wisata di Satkerwil Marikit. Kasongan. TNBBBR. 2006. Laporan Inventarisasi Potensi Desa Wisata dalam Rangka Pengelolaan Keanekaragaman Hayati TNBBBR di Wilayah Kerja Satkerwil Menukung dan Satkerwil Serawai pada Seksi Konservasi Wilayah I TNBBBR. Sintang. TNBBBR. 2003. Identifikasi Objek Wisata Alam di TNBBBR Wilayah Resort Jelundung Satuan Kerja Wilayah Serawai. Sintang. TNBBR. Identifikasi Objek Wisata Alam di TNBBBR Wilayah Resort Siyai Satuan Kerja Wilayah Menukung. Sintang. WWF HoB Program & TNBBBR. 2008. Laporan Survei Awal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya Wilayah Kalbar. TNBBBR & WWF HoB Program. WWF HoB Program & TNBBBR. 2008. Laporan Survei Awal : Deskripsi Kondisi Bentang Alam Serta Komunitas Hutan dan Masyarakat Di Dalam dan Sekitar Kawasan TNBBBR Wilayah Kalimantan Tengah. TNBBBR & WWF HoB Program.
68
88
Lampiran 1. Daftar Jenis-Jenis Flora yang Diduga Eksotik dan Menarik Secara Taksonomi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Jenis (species) Auricularia auricula Cookiena tricholoma Daedalea sp Favolus sp Fomes famnetarius Gonoderma spp Lanzites spp Polyporus spp Rhizina sp. Starium spp Tremetes curragata Cantharelius Marasmius inoderma M. ramealis M. rotula Hygrophorus sp. Physcia Peltigera Parmelia Macromitrium Aerobryidium sp Philonotis sp Brium Homalodendron Ophioglossum spp Helminthostachys sp Agiopteris Schizea sp Lygodiumsp Gleichinia sp Dicranopteris sp Cyantia sp Dipteris Pyrrosia sp Drynaria sp Pneumatopteris Asplenium sp Calamus spp Khortalsia sp Daemonorop sp Pinanga spp Macarannga spp
Suku (Famili) Auriculariaceae Pizezales Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Theleporaceae Polyporaceae Agariceae Tricolomataceae Tricolomataceae Tricolomataceae Agariceae Physciaceae Peltigeraceae Parmeliaceae Orthroticaceae Meteoriaceae Bartramiaceae Bryaceae Neckeraceae Ophioglossaceae Ophioglossaceae Marattiaceae Schizaeaceae Schizaeaceae Gleichiniaceae Gleichiniaceae Cyatheaceae Polypodiaceae Polpodiaceae Polypodiaceae Thelypteridaceae Aspleniaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae: Arecaceae: Euphorbiaceae
69 89
Keterangan Jamur Jamur Jamur Jamur Jamur Jamur Jamur Jamur Jamur Jamur Jamur Jamur Jamur Jamur Jamur Jamur Lichen Lichen Lichen Lumut Lumut Lumut Lumut lumut Paku Paku Paku Paku Paku Paku Paku Paku Paku Paku Paku Paku Paku Tumb. berbunga Tumb. berbunga Tumb. berbunga Tumb. berbunga Tumb. berbunga
43 44 45 46 1 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Shorea spp Baccaurea spp Nhepelium sp Nepenthes Ficus spp Licuala Curculigo sp Mangifera spp Begonia spp Garcinia spp Flacourtia rukam Durio spp Tetracera sp
2
Dipterocarpaceae Euphoriaceae Sapindaceae Nephenthaceae 3 Moracea Arecaceae Amaryllidaceae Anacardiaceae Beginiaceae Clusiaceae Flacourtiaceae Bombacaceae Dilleniaceae
sumber : Prasurvei 2008
70 90
Tumb. berbunga Tumb. berbunga Tumb. berbunga Tumb. berbunga 4 Tumb. berbunga Tumb. berbunga Tumb. berbunga Tumb. berbunga Tumb. berbunga Tumb. berbunga Tumb. berbunga Tumb. berbunga Tumb. berbunga
Lampiran 2. Daftar tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar kawasan Daftar Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan
No. 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Family 2 Acanthaceae Acanthaceae Acanthaceae Actinidiaceae Amaranthaceae Apocynaceae Araceae Araceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Blechnaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae
Nama Latin 3 Graptophyllum pictum Justicia gendarussa Justicia sp.1 Saurauia sp. Cyathula prostrata Unidentified Acorus gramineus Acorus gramineus Areca catechu Cocos nucifera Unidentified Stenochlaena palustris Manihot esculenta Phyllanthus niruri
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Gramineae Gramineae Gramineae Labiatae Melastomataceae Meliaceae Myrtaceae
Sauropus androgynus Codiaeum sp. Ricinus communis Paspalum conjugatum Lophatherum gracile Cymbopogon nardus Orthosiphon aristatus Melastoma malabathricum Lansium domesticum Psidium guajava
25 26 27 28 29 30 31 32
Oxalidaceae Piperaceae Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified
Averrhoa bilimbi Piper betel Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified
71 91
Nama daerah 4 Caruk Pehunan/gandarusa Rumput belanda Ingur-ingur Rumput telinga anjing Kesedu Jerangau Jerangau putih Pinang Kelapa Umbut buhu Paku naik Ubi kayu Rumput ngamben anak Daun cangkok/cangkok manis Sambung maut/puring Jarak Rumput kanyarang Rumput jepang Serai Kumis kucing Kemunting/karimunting Lonsan/langsat Jambu Belimbing tunjuk/belimbing wuluh Kemauk Pawas Lempuik Tumbung bawak Kayu paru-paru Ganis Ubi itam
33 34 35 1
Unidentified Unidentified Unidentified 2
Unidentified Unidentified Unidentified
36 37 38 39 40 41
Verbenaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae
Stachytarpheta jamaicensis Kaempferia galanga Zingiber officinale Etlingera sp. Costus speciosus Curcuma domestica
3
Tekala Daun berbija Daun kerebang 4 Pecut kuda/jarong Cekur Jahe Tekala Ketabar Kunyit
Daftar Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan No. 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Family 2 Alliaceae Amaranthaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae
Nama Latin 3 Allium tuberosum Amaranthus caudatus Mangifera sp.1 Mangifera sp.2 Campnosperma auriculata Mangifera sp.2 Mangifera sp.3 Mangifera sp.4 Mangifera sp.5 Mangifera sp.6 Spondias dulcis
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Anacardiaceae Annonaceae Apocynaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae
Anacardium occidentale Unidentified Willughbeia sp. Daemonorops sp.1 Daemonorops sp.2 Daemonorops sp.3 Daemonorops sp.4 Borassodendron sp. Metroxylon sagu Unidentified
72 92
Nama daerah 4 Bawang Kucai Bayam kampung Asam gerintang Asam sibau Terentang Asam pelam Kemantan/Koli Pauh Mangau/mangga Mawak Kedondong Jambu monyet/kacang mete Batang nona Gita merah Rotan marau Rotan mapau Rotan pait Rotan ongai Bindang Sagu Umbut buhu
22 23 24 25
Blechnaceae Bromeliaceae Caricaceae Convolvulaceae
Stenochlaena palustris Ananas comosus Carica papaya Ipomoea batatas
Paku naik/miding Nenas Pepaya/kate Ubi rambat/ubi jalar
1 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
2 Cruciferae Cruciferae Cucurbitaceae Cucurbitaceae Cucurbitaceae Cucurbitaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Gramineae Gramineae Gramineae Gramineae Gramineae Gramineae Gramineae Gramineae Gramineae Labiatae Lauraceae Lauraceae Leeaceae Leguminosae Leguminosae Melastomataceae Meliaceae Moraceae Moraceae Moraceae Musaceae Musaceae Musaceae
3 Brassica sp.1 Brassica sp.2 Cucumis sativus Cucurbita moschata Luffa acutangula Unidentified Manihot utilissima Sauropus androgynus Cymbopogon nardus Oryza sativa Oryza sp.1 Oryza sp.2 Oryza sp.3 Oryza sp.4 Oryza sp.5 Zea mays Saccharum officinarum Hyptis capitata Litsea sp.1 Litsea garciae Leea indica Archidendron jiringa Vigna unguiculata Melastoma malabathricum Lansium domesticum Artocarpus sp.1 Artocarpus sp.2 Artocarpus altilis Musa sp.1 Musa sp.2 Musa sp.3
4 Sawi kampung Sawi kelayang Malaysia Timun Perenggi Buah pusut Kundur Ubi merah Daun cangkok Serai Padi/bidu Pulut mawang Padi tuan Padi serawai Padi linuh Pulut pangin Jagung Tebu Timau bunsi Modak/medang Engkala Mali-mali Joring/jengkol Kacang ladang Kemunting/karimunting Lonsan/langsat Kepuak Mentawak Sukun Pisang rawa Pisang kelat Pisang nipah
73 93
57 58 59 60 61 62 63
Myrtaceae Oleandraceae Passifloraceae Piperaceae Rubiaceae Rubiaceae Rubiaceae
Syzygium polyanthum Nephrolepis biserrata Passiflora sp. Piper nigrum Morinda citrifolia Uncaria gambier Timonius lasianthoides
1 64
2 Sapindaceae
Nephelium sp.1
65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91
Sapindaceae Solanaceae Solanaceae Solanaceae Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Verbenaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae
Nephelium sp.2 Capsicum sp. Capsicum annuum Physalis minima Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Unidentified Vitex pubescens Curcuma domestica Zingiber officinale Kaempferia galanga Zingiber officinale Alpinia galanga Etlingera sp.
3
74 94
Bungkang Paku kera Kribang/Timun belanda Cahang/sahang Mengkudu Gambir Kayu gurih
4 Bletik Bletik lima/rambutan hutan Cabe besar Cabe kecil Leletup Leumping Liok Garus Kemayan Sinduk Kondang Timau Timpedak Punduk Lahuk Tongkoi Empahuk Tatau Labu putih Kelepuk Apok/Ubi kribang Leban/laban Kunyit Lajau/ lengkuas Cekur/kencur Jahe Lengkuas Tekala
Daftar Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan No. 1 2 3 4 5 6
Family Apocynaceae Arecaceae Gramineae Pandanaceae Unidentified Unidentified
Nama Latin Alstonia sp. Daemonorops sp Unidentified Pandanus sp. Unidentified Unidentified
Nama daerah Pelaik Rotan Buluh Daun Pandan Kajak Kayu Gerungsang
Daftar Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Family Apocynaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Gramineae Palmae Unidentified Unidentified Unidentified
Nama Latin Alstonia sp. Vatica rasak Dryobalanops sp. Shorea sp. Unidentified Licuala borneensis Unidentified Unidentified Unidentified
Nama daerah Pelaik Kayu Resak Klansau Meranti kuning Buluh Daun Siman/likuale/Gernis Kayu omang Kayu klandat Akar Rawa
Daftar Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pelengkap upacara adat dan sosial No. 1
Family Agavaceae
Nama Latin Dracaena aurantiaca
2 3 4 5 6 7 8 9
Agavaceae Apocynaceae Apocynaceae Crassulaceae Euphorbiaceae Gramineae Lauraceae Musaceae
Cordyline fruticosa Alstonia scholaris Alstonia sp. Kalanchoe pinnata Codiaeum sp. Saccharum officinarum Eusideroxylon zwageri Musa sp.
75
95
Nama daerah Sawang, sabang hijau Sawang merah/sawang dahak, sabang merah Pelaik kayu pelaik Samam bilum/cocor bebek Sambung maut Tebu Merah kayu ulin Pisang emas
10 11 13 14 15 16
Solanaceae Solanaceae Stercualiaceae Unidentified Unidentified Unidentified
Solanum sp.1 Solanum sp.2 Cocos nucifera Unidentified Unidentified Unidentified
76 96
Torung Torung Nyiur tembaga/kelapa Kayu saruk Daun pakeribu Batang kejunjung
Lampiran 3. Jenis-jenis burung yang dijumpai dalam kawasan TNBBBR KalBarKalteng No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
Family Accipitridae Alcedinidae Alcedinidae Anhingidae Apodidae Apodidae Apodidae Apodidae Artamidae Bucerotidae Bucerotidae Bucerotidae Bucerotidae Bucerotidae Bucerotidae Campephagidae Campephagidae Capitonidae Capitonidae Capitonidae Capitonidae Caprimulgidae Chloropseidiae Chloropseidae Chloropseidae Chloropseidae Chloropseidae Columbidae Columbidae Columbidae Columbidae Columbidae Corvidae Cuculidae Cuculidae Cuculidae
Nama Jenis Spizaetus cirrhatus Alcedo meninting Ceyx rufidorsa Anhinga melanogaster Collocalia esculenta Collocalia fuciphaga Cypsiurus balasiensis Rhapidura leucopygialis Artamus leucorynchus Aceros undulatus Anthracoceros malayanus Buceros rhinoceros Buceros vigil Anorrhinus galeritus Aceros cornatus Hemipus hirundinaceus Pericrocotus flammeus Megalaima australis Megalaima chrysopogon Megalaima mystacophanos Megalaima rafflesii Eurostopodus temminckii Aegithina tipia Aegithina viridissima Chloropsis cochinchinensis Chloropsis sonnerati Irena puella Chalcophaps indica Ducula sp Ptilinopus jambu Treron curvirostra Treron vernans Corvus enca Cacomantis merulinus Centropus bengalensis Phaenicophaeus chlorophaeus
77 97
Nama Daerah elang brontok raja udang meninting udang punggung merah pecuk ular wallet sapi wallet sarang putih wallet palem asia kapinis jarum kecil kekep babi julang emas kangkareng hitam rangkong badak enggang gading Enggang klihingan Enggang jambul jingjing batu sepah hutan takur tenggeret takur gedang takur warna warni takur tutut taktarau melayu cipoh kacat cipoh jantung cica daun sayap biru cica daun besar kacembang gadung delimukan jamrud peregam walik jambu punai lengguak punai gading gagak wiwik kelabu bubut alang-alang kadalan selaya
Status II, 3 1, 3 NT, 2, 3
II, 1,3 II, NT, 1,3 II, NT, 1,3 I, E, 1,3 II, 3 II, NT,3
NT NT
NT
NT
37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62.
Cuculidae Cuculidae Cuculidae Dicaeidae Dicaeidae Dicaeidae Dicaeidae Dicaeidae Dicruridae Dicruridae Eurylaimidae Eurylaimidae Eurylaimidae Falconidae Hemiprocnidae Hemiprocnidae Hirundinidae Meropidae Mucicapidae Muscicapidae Muscicapidae Muscicapidae Muscicapidae Muscicapidae Muscicapidae Muscicapidae
Phaenicophaeus curvirostris Phaenicophaeus javanicus Phaenicophaeus sumatranus Dicaeum trigonostigma Dicaeum trochileum Prionochilus maculatus Prionochilus percussus Prionochilus xanthopygius Dicrurus annectans Dicrurus paradiseus Cymbirhynchus macrorhyncos Eurylaimus javanicus Eurylaimus ochromalus Microhierax fringilarius Hemiprocne comata Hemiprocne longipennis Hirundo tahitica Merops philippinus Cyornis superbus Cyornis caerulatus Cyornis turcosus Ficedula westermanni Hypothymis azurea Rhipidura javanica Rhipidura perlata Rhynomyas olivaceae
63.
Muscicapidae
Rhynomyas umbratilis
64. 65. 66. 67.
Muscicapidae Nectarinidae Nectarinidae Nectarinidae
68. 69. 70. 71. 72. 73.
Nectarinidae Nectarinidae Nectariniidae Oriolidae Phasianidae Phasianidae
Terpsiphone paradisi Arachnothera longirostra Arachnothera robusta Hypogramma hypogrammicum Nectarinia jugularis Nectarinia sperata Anthreptes simplex Oriolus xanthonotus Argusianus argus Lophura ignita
78 98
kadalan birah kadalan kembang kadalan saweh cabai bunga api cabai jawa pentis raja pentis pelangi pentis Kalimantan srigunting gagak srigunting batu sempur hujan sungai sempur hujan rimba sempur hujan darat alap-alap capung tepekong rangkang tepekong jambul layang-layang asia kirik-kirik laut sikatan kalimantan sikatan biru langit sikatan melayu sikatan belang kehicap ranting kipasan belang kipasan mutiara sikatan rimba dada coklat sikatan rimba dada kelabu seriwang asia pijantung kecil pijantung besar burung madu rimba burung madu sriganti burung madu pengantin burung madupolos kepudang hutan Ruwai sempidan biru
NT
NT II,3, 6
NT
1,3 1,3 1, 3 1,3 1, 3 NT II, NT, 3,6 NT
74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110.
Picidae Picidae Picidae Picidae Picidae Picidae Picidae Picidae Ploceidae Psittacidae Pycnonotidae Pycnonotidae Pycnonotidae Pycnonotidae Pycnonotidae Pycnonotidae Pycnonotidae Rallidae Silviidae Silviidae Strigiformes Sturnidae Silviidae Timaliidae Timaliidae Timaliidae Timaliidae Timaliidae Timaliidae Timaliidae Timaliidae Trogonidae Trogonidae Turdidae Turdidae Turdidae Turdidae
Blythipicus rubiginosus Dinopium javanense Dryocopus javensis Hemicircus concretus Meiglyptes tristis Picoides moluccensis Picus puniceus Sasia abnormis Lonchura malacca Loriculus galgulus Alophoixus phaeocephalus Pycnonotus atriceps Pycnonotus brunneus Pycnonotus eutilotus Pycnonotus goiavier Pycnonotus plumosus Pycnonotus simplex Amaurornis phoenicurus Orthotomus sericeus Orthotous ruficeps Ninox scutulata Gracula religiosa Orthotomus atrogularis Kenopia striata Macronous gularis Malacocincla abbotti Malacopteron affine Malacopteron cinereum Stachyris erythroptera Stachyris maculata Stachyris nigricollis Harpactes diardii Harpactes duvaucelii Copsychus malabaricus Copsychus saularis Enicurus leschenaulti Enicurus ruficapillus
Sumber : (Prasurvei, 2008; Himakova 2008) Keterangan: Kategori Appendik CITES
79 99
pelatuk pangkas pelatuk besi pelatuk ayam caladi tikotok caladi batu caladi tilik pelatuk sayap-merah tukik ikus bondol rawa serindit melayu empuloh irang cucak kuricang merbah mata merah cucak rumbai tungging merbah cerucuk merbah belukar merbah corok-corok kareo padi cinenen merah cinenen kelabu punggok coklat Tiong cinenen belukar berencet loreng ciung air coreng pelanduk asia asi topi-jelaga asi topi sisik tepus merbah sampah tepus tunggir merah tepus kaban luntur diard luntur putrid kucica hutan kucica kampong meninting besar meninting cegar
II
NT
II
NT
NT
NT NT NT 1,3 NT
Kategori IUCN Redlist DataBook 1. PP Binatang Liar 1931 2. SK Mentan No. 66/Kpts/Um/2/1973 3. PP No. 7 thun 1999 4. SK Mentan No. 90/Kpts/Um/1977 5. SK Mentan No. 247/Kpts/Um/4/1979 6. SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 Lampiran 4. Daftar jenis Amfibi di TNBBBR Famili Bufonidae
Dicroglossidae
Ranidae
Rhacophoridae Microhylidae
Megophryidae
Nama Jenis
Ansonia leptopus Ansonia minuta Ansonia spinulifer Bufo asper Bufo juxtasper Pedostibes hosii Limnonectes ibanorum Limnonectes kuhlii Limnonectes paramacrodon Limnonectes malesianus Rana picturata Rana chalconata Rana hosii Staurois natator Staurois latopalmatus Meristogenys phaeomerus Ingerana sariba Polypedates macrotis Polypedates otilophus Rhacophorus pardalis Kalophrynus pleurostigma Microhyla borneensis Microhyla perparva Chaperina fusca Megophrys nasuta Leptobrachium abbotti Leptolalax hamidi Leptolalax gracilis 80 Leptobrachella mjobergi 100
Lampiran 5. Daftar jenis Kadal di TNBBBR Famili Kadal
Nama Jenis
Agamidae
Draco quinquefasciatus Gonocephalus borneensis Gonocephalus grandis Bronchocela cristatella Aphaniotis ornata
Lacertidae
Takydromus sexlineatus
Scincidae
Eutropis multifasciatus Eutropis rudis Kadal x1 Kadal x2
Geckonidae
Cyrtodactylus malayanus Cicak x
Ular
Anomochilidae
Anomochilus leonardi
Pythonidae
Python reticulates
Colubridae
Pareas malaccanus Oligodon subcarinatus Ahaetulla prasina Ahaetulla fasciolata Boiga drapiezii Boiga dendrophilla Peudorabdion albonuchalis Peudorabdion longiceps Amphiesma flavifrons Rhabdophis chrysarga Rhabdophis conspicillata Xenochrophis maculate Liopeltis longicauda
82 101
Elapidae
Maticora bivirgata
Crotalidae
Trimeresurus sumatranus
Kura-kura Trionychidae
Amida cartilaginea
Bataguridae
Heosemys spinosa Malayemys subtrijuga Ortilia borneensis
83
102