GD
Daftar Isi
DAFTAR ISI (2) REDAKSI (3) Laput (4) - PNPM Generasi di Jawa Timur Jangkau 2 Juta Jiwa Lebih - PNPM Generasi Sambut Window Of Opportunity Kiat Pemberdayaan (8) Pemkab Bondowoso Bentuk Tim Penanggulangan Percepat Pengentasan Kemiskinan Profil Kelurahan (9) - Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang Kembangkan Kawasan Agrowisata Industri - Kristiawan : Pengusaha Kripik Buah Profil Tokoh(14) Jumari Temukan Bibit Padi Bebas Cuaca Ekstrem Geleri (16) Profil UPK (18) UPK Balong Makmur Ds. Spanyul, Kec. Gudo, Jombang Opini (20) Merokok Memperburuk Kemiskinan Kembang Desa (23) - Uswatun Hasanah Kembangkan Batik Tenun Gedog - Pemkab Kediri Serahkan Bantuan untuk 17 Desa Konsultasi (25) Prospek dan Potensi Jahe Gajah TTG (26) Pengolahan Kecap Kedelai Tips Kerja (27) Merawat dan Membersihkan Layar LCD Laptop Tips Kesehatan (28) Pola Hidup Sehat Surat Pembaca (29) Warta (30-31) Monev Program Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2009-2010
02 GEMADESA Edisi Februari 2011
Surat Redaksi Pengarah Totok Soewarto, SH. M.Si Ketua Redaksi Drs Setyo Hudoyo, M.Si Redaktur Suriaman, SH, M.Si Ir Hadi Sulistyo, M.Si Drs Agus Supeno, MM Dr Andromeda Q., MM Sekretaris Redaktur Endah BM, SP, M.Si Staf Redaktur Tri Hadi Suseno, SH Mardiono, SE Drs Turiman, M.Si Lilik Wuryantini, S.Sos Sugeng Hariadi, SE Gusti Putu Mayun, SH Erlan Mujayanto
Alamat Redaksi: Bapemas Propinsi Jawa Timur A. Yani 152 C Surabaya, Tlp. 031-8292591, 8282183, Fax. 031-8292591
Gema Desa adalah buletin yang diterbitkan setiap bulan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Jawa Timur. Penerbitan buletin ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang pemberdayaan masyarakat di Jawa Timur secara lebih komprehensif. Gema Desa juga dimaksudkan sebagai media pembelajaran dan pemikiran yang kritis seputar pemberdayaan masyarakat dan gender
GD
M
asa depan bangsa terletak pada generasi. Karena itu setiap anak di Indonesia merupakan calon penerus bangsa ini. Untuk itu, jaminan akan kecukupan asupan gizi dan kesehatan menjadi tanggungjawab kita semua. Beragam program yang mencakup itu telah dijalankan pemerintah, seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan PNPM Generasi. Program tersebut diharapkan mampu memutus rantai kemiskinan dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan dan derajat kesehatan rumah tangga miskin. Masih adanya balita kekurangan gizi atau gizi buruk tentu sangat memprihatinkan, mengingat kekurangan gizi pada masa balita akan berpengaruh besar pada kualitas dan perkembangan seseorang nantinya. Kurangnya asupan gizi pada dua tahun pertama pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan serius bagi perkembangan otak yang mengakibatkan tingkat kecerdasan si anak terhambat. Kemiskinan berdampak luas, tidak hanya pada kondisi ekonomi keluarga miskin, akan tetapi juga akan mempengaruhi masa depan bangsa bila kita tidak memberikan perhatian yang serius pada peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, khususnya dalam peningkatan gizi bagi balita.Terjadinya kasus gizi buruk senantiasa dihubungkan dengan kemiskinan. Rendahnya kemampuan ekonomi dari keluarga miskin berdampak pada buruknya kualitas nutrisi dan gizi bagi anakanaknya. Berbagai program yang diarahkan untuk perbaikan kualitas generasi muda sudah banyak diluncurkan oleh pemerintah. Di samping Program Keluarga Harapan (PHK), pemerintah juga telah melaksanakan PNPM Generasi Sehat dan Cerdas sejak tahun 2007 dengan pilot projeknya di Jawa Barat, Jawa Timur, NTT, Gorontalo, dan Sulawesi Utara. Tujuan PNPM Generasi adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak-anak balita, serta meningkatkan pendidikan anakanak usia sekolah dasar hingga tamat sekolah dasar dan menengah. PNPM Generasi diharapkan mampu memutus rantai kemiskinan dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan dan derajat kesehatan rumah tangga miskin. Karena itu beragam program yang bertujuan memutus rantai kemiskinan antargenerasi yang dilakukan dengan tujuan peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan, dan kapasitas pendapatan anak di masa depan harus menjadi komitmen bersama baik pemerintah pusat maupun daerah dan pemangku kepentingan lainnya. (*)
Edisi Februari 2011
GEMADESA
03
GD
Laporan Utama
Kegiatan PNPM Generasi di Kabupaten Trenggalek.
PNPM Generasi di Jawa Timur
Jangkau 2 Juta Jiwa Lebih
P
NPN Generasi. Itulah Program yang diluncurkan Pemerintah Indonesia tahun 2007. Program uji coba inovatif ini dirancang untuk mempercepat pencapaian tiga pembangunan millennium, yaitu pendidikan dasar universal, penurunan tingkat kematian anak, dan peningkatan kesehatan ibu. PNPM Generasi bersifat pilot project yang dilaksanakan di sejumlah kecamatan tertentu di Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat. Dalam pelaksanaannya program ini menyediakan tenaga bantuan teknis konsultan atau fasilitator mulai dari tingkat nasional, provinsi, kabu-
04 GEMADESA Edisi Februari 2011
paten dan kecamatan. Di Jawa Timur, PNPM Generasi pada tahun 2010 memasuki tahun keempat dengan lokasi di Kabupaten Magetan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Malang dan Kabupaten Nganjuk. Di lima kecamatan ini program PNPM Generasi menjangkau 50 kecamatan dan meliputi 625 desa. Jumlah ini berkembang 28 persen dari awal pelaksanaan PNPM Generasi pada tahun 2007 yang hanya menjangkau 36 kecamatan. Akumulasi nilai bantuan langsung masyarakat (BLM) PNPM Generasi di Jawa Timur dari tahun 2007 s.d 2010 sebanyak Rp 302.400.000.000. Lokasi terbesar dana BLM PNPM
Generasi terdapat di Kabupaten Malang, yaitu26% atau Rp 79,2 milyar, menyusul Kabupaten Nganjuk (22% atau Rp 67 milyar). Pembiayaan alokasi BLM Generasi di Provinsi Jawa Timur bersumber dari dana APBN dan APBD dengan masing-masing persentase sebesar 86% dan 14%. Dana 14% tersebut merupakan dana pendamping yang berupa DDUB (Dana Daerah Untuk Urusan Bersama). Total pemanfaat PNPM Generasi sejak pelaksanaan awal tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 sebanyak 2.472.022 jiwa yang terdiri atas 581.786 jiwa ibu hamil (24%), 181.652 jiwa bayi usia 0 – 11 bulan (7%), 631.333 jiwa balita usia 12-59 bulan (25.5%), 649.022 jiwa
Laporan Utama
Kegiatan PNPM Generasi di Kabupaten Trenggalek.
anak usia 6-12 tahun (26.3%) dan 428.229 jiwa anak usia 1315 tahun (17%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pemanfaat paling tinggi dari pelaksanaan PNPM Generasi adalah balita usia 12-59 bulan sampai anak usia 6-12 tahun dengan persentase masing-masing 26%.
Sambutan Antusias Pelaksanaan PNPM Generasi TA 2007 di Jawa Timur di 36 lokasi kecamatan di 5 kabupaten diterima dengan antusias oleh masyarakat di lokasi tersebut. Ini karena di 36 lokasi tersebut ada yang belum pernah mendapatkan dana BLM, baik dari PPK maupun PNPM Mandiri Perdesaan. Pada proses penyerapan dana BLM dari KPPN untuk Provinsi Jawa Timur sudah terserap 100%. Pada pelaksanaan di tahun kedua pada TA 2008 PNPM Generasi menambah lokasi 14 kecamatan, sehingga jumlah lokasi PNPM Generasi menjadi 50 lokasi kecamatan. Pada proses penyerapan dana BLM dari KPPN untuk Provinsi Jawa Ti-
mur sudah terserap 100%. Adanya web untuk menampung dan menyimpan data PNPM Generasi dapat membantu untuk melengkapi data baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat Provinsi. Pada pelaksanaan di tahun ketiga pada TA 2009 PNPM Generasi masih di 50 lokasi kecamatan dengan total BLM sebesar Rp 117.800.000.000, merupakan nilai BLM tertinggi,
GD
sehingga usulan sarana fisik yang mendukung 12 indikator keberhasilan dapat dipenuhi. Sisi positif yang lainnya adalah dapat memberikan bantuan keuangan terhadap siswa SMP/MTs dari keluarga miskin sampai mereka lulus SMP. Sedangkan pelaksanaan tahun keempat pada TA 2010 PNPM Generasi masih di 50 lokasi kecamatan yang sama. Untuk peningkatan kualitas pengelolaan dan pelaksanaan PNPM Generasi TA 2011, maka direkomendasikan sebagai berikut: (1) Pelatihan dan penyegaran bagi fasilitator kecamatan khusus untuk materi substansi PNPM Generasi tahun 2011, (2) Pengisian fasilitator Kabupaten Generasi Malang yang sudah kosong sejak tanggal 3 Januari 2011, (3) Diikutsertakan fasilitator kabupaten generasi untuk dapat mengikuti kegiatan Rakor provinsi, dan (4) dukungan dari Satker Provinsi terkait dengan dinas pelayanan yaitu Pendidikan dan Kesehatan Provinsi Jawa Timur.(res)
Kegiatan PNPN Generasi.
Edisi Februari 2011
GEMADESA
05
GD
Laporan Utama
PNPM Generasi Sambut Window of Opportunity
T
iga tujuan utama Millenium Development Goals (MDG’s) dalam bidang kesehatan adalah menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu hamil, serta memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya. Sementara target utama MDG’s di bidang pendidikan adalah memastikan semua anak laki-laki maupun perempuan di mana pun untuk dapat menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2015. Tentunya amanat MDG’s di atas menjadi sesuatu yang amat positf bagi pembangunan nasional bangsa Indonesia. Kesehatan dan pendidikan merupakan 2 faktor penting dalam pembangunan manusia Indonesia, selain penanggulangan kemiskinan tentunya. Apa yang tercantum dalam dokumen MDG’s sebisa mungkin sudah teradopsi dalam dokumen-dokumen resmi negara, seperti, Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Rencana Pembangunan Nasional Jangka Pendek, Menengah, maupun Panjang. Dalam RKP 2008 pendidikan dan kesehatan menempati prioritas keempat yaitu peningkatan akses dan kualitas pendidikan dan kesehatan. Prioritas tersebut dijabarkan dalam beberapa fokus kerja, antara lain; Pertama, Akselarasi penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang merata dan bermutu. Kedua, Peningkatan ketersediaan, kualitas, dan kesejahteraan pendidik.
DESA Edisi Februari 2011 06 GEMADESA
Ketiga, Peningkatan akses, pemerataan, dan relevansi pendidikan menengah dan tinggi yang berkualitas. Keempat, Peningkatan pendidikan luar sekolah. Kelima, Pencegahan pemberantasan penyakit menular. Keenam, Penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil. Ketujuh, Peningkatan pemanfaatan obat generic esensial, pengawasan obat, makanan dan keamanan pangan. Kedelapan, Revitalisasi program KB. Peningkatan Aksesibilitas, pemerataan, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin. Peningkatan ketersediaan tenaga
medis dan paramedis terutama untuk pelayanan dasar kesehatan di daerah terpencil dan tertinggal. Tentunya program-program tersebut menjadi tanggung jawab bersama para aparatur pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. Kebersamaan dalam mensukseskan rencana kerja pemerintah haruslah menjadi semangat para birokrat, apalagi tugas untuk mencerdaskan dan menyehatkan kehidupan bangsa telah diamanatkan oleh para ”Founding Fathers” negeri ini yang tercantum dalam teks pembukaan UndangUndang Dasar (UUD) 1945. Dalam laporan pencapaian
Laporan Utama MDG’s Indonesia 2007, khususnya pencapaian di bidang pendidikan dan kesehatan, dinilai sesuai dengan target yang telah ditetapkan atau on track. Namun pencapaian tersebut tidak serta-merta membuat pemerintah berbangga diri, sebab di balik kesuksesan tersebut masih banyak agenda-agenda pembangunan yang perlu dituntaskan. Di dunia pendidikan misalnya, pemerataan akses dan kualitas pendidikan, pemenuhan dan pendidikan murah dan gratis serta pemenuhan 20 persen anggaran pendidikan dari APBN menjadi agenda yang perlu dituntaskan. Untuk bidang kesehatan, penanganan penyakit pandemic, seperti penyebaran virus flu burung, DBD, diare, HIV/AIDS hingga kasus polio, dan busung lapar masih menjadi batu sandungan yang perlu disingkirkan, apalagi dengan semakin maraknya bencana di tanah air tentunya akan semakin menambah buram pembangunan kesehatan di negeri ini. Terkait dengan masih beragamnya persoalan yang ada di bidang pendidikan maupun kesehatan, lagi-lagi rumah tangga miskin adalah yang paling rentan yang menerima beban tersebut. Bagi rumah tangga miskin akan dihadapkan pada pilihan dilematis, memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan atau memenuhi kebutuhan makanan. Apabila rumah tangga miskin hanya memilih memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan, maka jiwa anggota keluarganya terancam karena asupan makanan yang menopang hidupnya akan berkurang. Namun, kalau rumah tangga miskin hanya memenuhi ke-
butuhan makanan saja maka rumah tangga miskin tersebut akan terus mewarisi generasi yang miskin dan tidak berpendidikan dengan derajat kesehatan rendah. Melihat kondisi tersebut adalah tugas dan peran pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mencarikan jalan keluarnya. Satu sisi pemerintah bertugas mengurangi jumlah penduduk miskin, di sisi lain pemerintah juga bertugas memberdayakan masyarakat agar tidak kembali lagi ke jurang kemiskinan. Tugas dan fungsi inilah yang saat ini sedang dijalankan pemerintah melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). PNPM sebagai program nasional yang bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan, melihat permasalahan pendidikan dasar dan kesehatan , khususnya kesehatan ibu dan anak sebagai fokus kegiatan yang wajib untuk ditangani. Oleh karena itu, maka dicanangkan dan dilaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Generasi Sehat dan Cerdas. Dan sebagai pilot proyeknya untuk saat ini dilaksanakan di 5 provinsi. PNPM Generasi adalah program fasilitasi masyarakat dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan kegiatan untuk peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan akses pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs). Sebagai stimulan program menyediakan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), serta upaya fasilitasi munculnya pendanaan dari sumber lain, baik dari masyarakat, pemerintah daerah, maupun kelompok lain yang peduli. Sebagai program nasional PNPM Generasi diharapkan
GD
mampu memutus rantai kemiskinan dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan dan derajat kesehatan rumah tangga miskin. Sebagai gambaran, apabila setiap rumah tangga miskin yang saat ini berjumlah 3,9 juta, mempunyai satu anak usia balita dan satu anak usia sekolah tersentuh oleh PNPM Generasi maka berapa banyak anak-anak rumah tangga miskin yang notabenenya juga sebagai penerus generasi bangsa akan memiliki kualitas pendidikan yang tinggi serta derajat kesehatan yang baik, itu artinya dalam beberapa tahun ke depan Indonesia akan mampu memutuskan mata rantai kemiskinan serta dapat mengurangi beban pembangunan. PNPM Generasi atau dulu dikenal dengan Program Keluarga Harapan (PKH) dapat juga dijadikan instrumen untuk menyambut apa yang disebut ”window of opportunity” atau jendela kesempatan. Window of opportunity adalah kondisi di mana jumlah penduduk yang berusia produktif (15-64 tahn) meningkat sedangkan jumlah usia yang tidak produktif (0-14 tahun dan 64+) menurun. Dalam window of opportunity penduduk tidak lagi menjadi beban pembangunan bahkan menguntungkan pembangunan (bonus demografi). Dan diperkirakan pada tahun 2015 beban tersebut akan mencapai titik terendah yaitu 44,7 persen. Dengan begitu kesempatan untuk meraih peluang untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia semakin terbuka lebar. Sujana Royat : Deputi Menko Kesra Bidang Penanggulangan Kemiskinan Sumber: Majalah Komite
Edisi Februari 2011
GEMADESA GEMA DESA
07
GD
Kiat Pemberdayaan Pemkab Bondowoso
Bentuk Tim Penanggulangan Percepat Pengentasan Kemiskinan
S
ebagai upaya percepatan akselerasi di dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bondowoso, Pemerintah Kabupaten Bondowoso membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah. Program ini diluncurkan pada 10 Januari 2011 bersamaan dengan rapat koordinasi yang dihadiri oleh seluruh satuan kerja di lingkup Pemkab Bondowoso. Dikatakan oleh Bupati Bondowoso, Drs. H. Amin Said Husni, tim koordinasi ini dibentuk sebagai upaya percepatan akselerasi di dalam upaya penanggulangan kemiskinan. “Pembentukan ini untuk menyatukan langkah, mengharmonisasikan seluruh kegiatan, mensinkronisasikan dan mensinergikan seluruh potensi yang ada dalam menanggulangi dan menekan sedapat mungkin angka kemiskinan di Kabupaten Bondowoso” ungkap Bupati. Bupati Amin mengingatkan kembali tentang orientasi pelaksanaan pembangunan. Menurut Bupati, ada 4 dasar dalam melaksanakan pembangunan, yaitu pro-poor, pro job, pro investment dan pro environment. Pro-poor adalah bahwa setiap kegiatan dan program-program pembangunan dilaksanakan senantiasa berorientasi kepada upaya menekan dan menurunkan angka kemiskinan. Pro job adalah setiap kegiatan dan program yang senantiasa berorientasi menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi angka pengangguran. Pro investment
08 GEMADESA Edisi Februari 2011
Bupati Bondowoso, Drs H. Amin Said Husni
adalah kegiatan pembangunan yang kita lakukan dan semua upaya pemerintah agar senantiasa memberikan ruang gerak yang leluasa bagi masuknya investasi yang diharapkan juga berorientasi kepada menekan angka kemiskinan dan memberikan lapangan pekerjaan. Tetapi tiga pendekatan tadi tetap harus memperhatikan pro environment, kelanggengan dan keselamatan lingkungan dari berbagai ancaman kerusakan. “Tim koordinasi ini diharapkan yang pertama adalah focusing, untuk memfokuskan pada kegiatan-kegiatan upaya penanggulangan kemiskinan. Kedua adalah coordinating, yaitu mampu mengkoordinasikan, mensinergikan, mensinkronisasikan kegiatan-kegiatan yang ada di beberapa sektor agar semua itu berada pada satu arah, yaitu menanggulangi
kemiskinan, mengarahkan kepada masyarakat yang berdaya, sejahtera lahir dan batin, sebagaimana sesuai dengan RPJMD kita,” tegasnya. Melalui kegiatan sosialisasi tim penanggulangan ini seluruh tim memiliki kesamaan persepsi untuk menginventarisasi masalah-masalah yang terkait dengan kemiskinan, baik secara struktural maupun social culture, dan resources yang dimiliki, baik di tingkat daerah, provinsi maupun pusat. “Sehingga tim harus mampu mengentaskan kemiskinan melalui tahapan-tahapan program yang terencana, berkala dan terukur, karena permasalahan kemiskinan bukan hanya terjadi pada Kabupaten Bondowoso saja namun merupakan persoalan regional dan nasional” pungkasnya. (mdz)
Profil Kelurahan
GD
Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang
Kembangkan Kawasan Agrowisata Industri Dalam dunia pariwisata, berbagai upaya dapat dilakukan untuk menarik perhatian wisatawan. Berbagai konsep baru dan menarik dilakukan agar wisatawan terkesan dan mau berkunjung kembali
S
ebagai kelurahan yang berada di salah satu daerah kunjungan wisata Jatim, Kelurahan Polowijen Kecamatan Blimbing, Kota Malang tidak ingin menyianyiakannya, apalagi lokasi kelurahan ini dinilai sangat strategis, karena berada tepat di pintu masuk Kota Malang sebelah utara. Menurut Lurah Polowijen, Syamsul Arifin, pihaknya ingin menjadikan kelurahan Polowijen sebagai kelurahan wisata. Konsep yang diusung yakni kelurahan agrowisata industri. Industri yang dimaksud adalah industri pembuatan berbagai jenis kripik seperti kripik buah, ubi, ketela dan berbagai macam hasil bumi yang tumbuh di kawasan Malang. “Dalam konsep ini, pengunjung tidak hanya membeli produk industri, namun pengunjung juga dapat melihat secara langsung proses pembuatan kripik, dan belajar cara membuatnya,” ungkapnya. Langkah tersebut menurutnya juga sebagai upaya memberdayakan perekonomian warga Po-
Perangkat Kelurahan Polowijen
lowijen yang sebagian besar aktif di sektor industri rumah tangga pembuatan kripik. Konsep kelurahan Agrowisata industri yang digagas Kelurahan Polowijen didukung sepenuhnya oleh kelompok masyarakat yang di bawah naungan Unit Pengelola Keuangan (UPK) Ken Dedes. Bahkan UPK program Gerdutaskin ini memiliki andil besar dalam pengembangan konsep strategis tersebut. Untuk mengawalinya, beberapa produk sudah dipampang di showroom UPK Ken dedes yang lokasinya di samping kantor kelurahan Polowijen di Jl Ahmad Yani Utara 2A, tepat di bawah fly over Arjosari. Bagi pegunjung yang ingin melihat langsung dan belajar cara pembuatannya, dapat langsung menuju lokasi pembuatan yang tidak jauh dari lokasi showroom UPK. “Kedepan, kami akan siapkan lahan khusus, agar terkonsentrasi di satu lokasi saja,” kata Syamsul
Usaha sektor riil tersebut menurut ketua UPK Ken Dedes Kristiawan merupakan bentuk kerja sama kemitraan antara UPK dengan pengusaha kripik buah asal Kelurahan Polowijen. Kerjasama kemitraan yang baru berjalan dua tahun itu menerapkan UPK selaku pemilik tempat, dan pengusaha kripik selaku pemilik barang dengan sistem bagi hasil. “Setiap lima tahun sekali, kontrak akan diperbarui, apapun bentuk kerjasamanya, yang jelas prinsipnya UPK lebih diuntungkan,” katanya. Kelurahan di sebelah utara kota malang ini menempati lahan seluas 142 hektare yang 70% diantaranya dipenuhi dengan pemukiman, 15% fasilitas umum, dan sisanya lahan kosong yag berupa tegalan, dan lahan pertanian. Kelurahan Polowijen membawahi wilayah administratif yang dihuni oleh enam RW, dan 38 RT. Jumlah penduduk menurut data Edisi Februari 2011
GEMADESA
09
GD
Profil Kelurahan
2009 sekitar 10.200 jiwa, dengan jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) sekitar 234 Kepala Keluarga (KK). Sebelah selatan Kelurahan Polowijen berbatasan dengan kelurahan Purwodadi kecamatan Blimbing, sebelah utara dengan Kelurahan Bale Arjosari Kecamatan Blimbing. Sementara batas sebelah barat, bersebelahan dengan kecamatan Lowokwaru, dan sebelah timur dengan kelurahan Pandanwangi kecamatan Blimbing.
Kawasan Aset Sejarah Malang tidak bisa lepas dari sejarah salah satu kerajaan besar di Nusantara, yakni Kerajaan Singosari yang terkenal dengan kecantikan permaisurinya Kendedes. Di jaman kerajaan Singosari inilah poros daerah utara dan selatan terbuka. Poros tersebut menghubungkan wilayah Malang dengan laut di utara Pulau Jawa. Salah satu bukti konkret dari adanya pengiriman prajurit Kerajaan Singosari ke Melayu pada tahun 1275 yang kemudian disebut dengan istilah Ekspedisi Pamalayu, melalui perjalanan laut. Jejak-jejak kesejarahan Kota Malang sebagai kota pedalaman juga tumbuh pesat pada masa pemerintah kolonial Belanda. Kawasan utara kota Malang adalah kawasan kota yang paling dekat dengan pusat Kerajaan Singosari yang berada di kecamatan Singosari. Memasuki kota melalui gerbang utara ini kita disambut patung Kendedes setinggi ± 7 meter berada di tengah-tengah taman Kalimewek. Ujung utara kota Malang, tepatnya di kelurahan Polowijen ditengarai sebagai kampung kelahiran sang permaisuri, Kendedes. Kampung yang dulu dikenal sebagai Panawijen ini masih menyim-
10 GEMADESA
Edisi Februari2011
Industri kecil di Kelurahan Polowijen.
pan situs-situs abad ke XI berupa sumur (tempat pemandian) dan instrumen pukul (kenong) yang masih berserakan. Sumur tua yang sekarang jelas bukan lagi berbentuk sumur ini berada di tengah kampung yang dikelilingi dengan pemakaman Islam. Hingga kini banyak masyarakat mengunjunginya, sekedar melihat hingga bermalam dengan tujuan tertentu. Selain situs sejarah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang juga menengarai adanya gua peningalan sejarah yang dibuat manusia, gua yang kini masih terus digali informasinya itu ditemukan di bawah proyek perumahan Riverside, Polowijen, Blimbing, Kota Malang. Arkeolog dari Museum Trowulan dan Malang melakukan penelitian terkait penemuan gua tersebut. Arkeolog Trowulan, Kuswanto, mengatakan gua ini belum dapat diidentifikasi. Sebab belum ada bukti yang menunjukkan adanya sisa jaman sejarah, seperti arca. “Bila di sini ada keramik, saya bisa mengidentifikasi peninggalan gua ini,” katanya. Saat ini gua tersebut memiliki kedalaman 34 m. Pada penemuan awal, gua ini berkedalaman sekitar 46 meter. Pintu gua yang mengarah ke sungai ini berlubang kecil, namun bagian dalamnya luas. Tinggi gua mencapai 170 cm, se-
dalam 34 m. Namun, tim arkeolog terhalang batu yang menutup lorong gua. “Ada batu padas sisa reruntuhan,” katanya. Menurutnya, gua ini buatan manusia, namun tidak dapat dipastikan zaman pembuatannya. Sekitar 200 m dari temuan tersebut, sebelumnya juga ditemukan gua di petilasan Polowijen dan di sumur RT 1 RW 3. Namun arah lorong gua yang baru ditemukan berbeda. Gua di sumur RT 1 RW 3 mengarah ke utara, sedangkan gua ini ke selatan. “Saya mengharapkan ada cabang di dalam, tapi tidak ada,” ujarnya. Ada tiga lapisan tanah di gua ini, lapisan pertama berwarna hitam, lapisan kedua berwarna kuning, dan lapisan terakhir berwarna coklat. Menurut perkiraannya, gua ini dibuat pada saat kehidupan lapisan kedua. “Ada kemungkinan ini adalah saluran irigasi, namun anehnya lubang gua tidak tertimbun tanah dan justru semakin tinggi saat di dalam gua,” ujar Kuswanto. Arkeolog dari Malang, Suwardono mengatakan, berdasar sejarah, Polowijen (Panawijen) sudah ada sejak 943 Masehi. Ini terbukti dari adanya Prasasti Wirandungan. Pada saat itu, Polowijen memiliki banyak candi (Gugusan Kayangan), agar candi tetap berdiri, dibutuhkan tanah dari Panawijen.(faisal)
Profil Kelurahan
GD
Kristiawan, Pengusaha Kripik Buah
Bagi Kesuksesan dengan UPK dan UKM
H
ubungan baik antara aparatur kelurahan Polowijen dan masyarakatnya tercermin dalam kebersamaannya mengembangkan konsep Agrowisata industri ini. Artinya, konsep Agrowisata industri bukanlah satu-satunya ide dari pihak pemerintah kelurahan, melainkan hasil kajian yang dilakukan oleh semua pihak, tidak terkecuali pengusaha kripik seperti Kristiawan. Pria yang akrab disapa Kris ini tidak ingin keberhasilannya mengembangkan usaha kripik buah dinikmatinya sendiri. Dia ingin, warga Kelurahan Polowijen khususnya yang tidak mampu dapat menjadikan usaha pembuatan kripik sebagai alternatif mereka untuk memecahkan permasalahan ekonomi keluarga. Dia sendiri sebenarnya ia tidak pernah bermimpi menjadi pebisnis. Sejak kecil cita-citanya adalah menjadi seorang insinyur dan ingin bekerja di perusahaan. Pada 1992, selang setahun setelah menamatkan pendidikan S1 di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, ia bekerja di beberapa pabrik keripik buah dan sayuran di Malang. Saat bekerja tersebut, bapak empat anak ini melihat ada banyak sisa bahan yang tidak dipakai di perusahaannya. Ia membawa pulang sisa-sisa bahan buah tersebut. Kemudian ia mengolahnya menjadi makanan, di antaranya jenang dan manisan. Lama-lama, ia pun berpikir untuk membuka bisnis sendiri.
Kristiawan pun memutuskan untuk membuat keripik buah sendiri. Dengan modal awal Rp 5 juta dari tabungannya, ia berusaha membuat mesin pembuat keripik buah sendiri. Pengalamannya selama di pabrik dan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah membuatnya mampu memodifikasi mesin pembuat keripik dengan harga murah. “Biaya bisa ditekan dan hasil produksi juga lebih berkualitas, tidak keras dan lebih garing,” tutur pemilik usaha merek Kajeye Food ini. Meski masih berstatus karyawan, Kris resmi merintis usahanya sejak 2001. Awalnya, ia
bermitra dengan pengusaha kecil (UKM) di Malang. Ia menjual mesin-mesin modifi kasinya kepada para pengusaha UKM di Malang. Kemudian mitra tersebut memproduksi keripik apel untuk Kris dan ia memasarkannya dengan merek KressH. “Kebetulan waktu itu belum ada yang membuat keripik apel,” kata pria berusia 45 tahun ini. Usahanya terus berkembang. Ia pun meluncurkan inovasi produk setiap tahun, seperti keripik salak, semangka, melon, dan nangka. Hasilnya, Kris mulai kewalahan memenuhi permintaan pembeli. Maka, sejak 2004, Kris
Edisi Februari 2011
GEMADESA
11
GD
Profil Kelurahan
memutuskan juga ikut memproduksi keripik buah sendiri. Awalnya, Kris hanya menggunakan satu mesin saja di rumahnya. Namun, seiring perkembangan bisnisnya, ia membangun pabrik sendiri di belakang rumahnya dan menggunakan empat mesin pembuat keripik. Kapasitas produksinya kini mencapai 200 kilo kering/ hari, atau 1,5 ton basah/hari. Berkat inovasinya, kini Kris telah memproduksi lebih dari 15 jenis keripik buah dan sayur. Jumlah pekerjanya yang semula hanya tiga orang telah bertambah menjadi lebih dari 25 orang.
Inovasi Tiada Henti Kristiawan menyiapkan setumpuk rencana untuk mengembangkan usahanya. Ia ingin memperbanyak jenis produk, menambah pabrik dan mitra UKM, serta membuka jasa pelatihan pembuatan keripik buah dan sayur. Selain telah mengolah lebih dari 15 jenis buah menjadi keripik, Kristiawan juga berhasil mengembangkan manisan buah kering. Tapi, rupanya, pria yang kerap dipanggil Kris tidak akan berhenti di situ.
GEMADESA DESA Edisi Februari2011 12 GEMA
Menurutnya masih banyak olahan buah yang belum diproduksi. Kini, Kris tengah menyusun sederet rencana untuk mengembangkan bisnisnya. Selain masih akan meluncurkan keripik buah dan sayur jenis baru, tahun depan, Kris bakal memproduksi manisan buah basah dari beragam buah seperti apel, nanas, mangga, dan kripik rumput laut Bukan hanya itu, Kris juga sedang melakukan penelitian untuk menghasilkan keripik berbahan rumput laut. Selain itu, untuk meningkatkan kapasitas produksi, tahun ini Kris kembali akan memperluas areal produksi dan menambah mesin produksi. Setiap tahun, Kris selalu berusaha memodifikasi mesin yang kualitasnya lebih baik dan lebih canggih. Karena merakit sendiri, dia bisa menyesuaikan mesin itu dengan kebutuhan. Selain mengembangkan pabrik sendiri, Kris tak lupa terus memperluas jaringan mitra Usaha Kecil dan Menengahnya (UKM). Tahun depan, Kris akan menggandeng beberapa UKM baru untuk memproduksi keripik. Agar camilan keripik bermerek KressH
semakin dikenal masyarakat, Kris tak sungkan mengikuti berbagai pameran, baik di wilayah Jawa Timur, Jakarta, maupun daerah lainnya. Berbagai upaya yang dilakoni Kris itu tak lepas dari keinginannya menggapai impian besar bersama Kajeye Food. Bisnis ini sekaligus bisa mendukung rencananya mengedukasi masyarakat untuk mengonsumsi camilan keripik sehat. Menjadi pembicara dalam pelatihan sebenarnya sudah dilakoninya sejak dua tahun lalu di klinik UKM Jatim. Jika budaya mengonsumsi keripik berbahan buah dan sayur sudah terbentuk, Kris berharap bisa lebih mudah mengenalkannya kepada anak-anak. Kris ingin memupuk kegemaran anak mengonsumsi sayur pada lewat camilan keripik sayur. Kris tidak pernah khawatir melihat kemunculan pesaing baru. Semakin banyak pesaing justru akan semakin menambah semangatnya untuk berinovasi. “Ilmu tidak perlu disembunyikan, lebih baik disebarkan. Lewat pelatihan, kita sekaligus memperkenalkan produk kita yang berkualitas,” pungkasnya. (faisal)
Profil Tokoh
GD
Jumari
Temukan Bibit Padi Bebas Cuaca Ekstrem Di suatu kesempatan kunjungan kerja Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Desa Lebo, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo dalam rangka Pencanangan Gerakan Nasional Menghadapi Anomal Iklim Bersama awal tahun lalu, Gubernur Jatim, Soekarwo dengan bangga mempromosikan varietas padi jenis unggul yang diberi nama “Wisanggeni”.
P
romosi jenis benih padi tersebut dinilai sangat tepat karena padi Wisanggeni memiliki karakter yang tahan terhadap panas dan banjir, sehingga sangat cocok digunakan pada cuaca yang tidak menentu seperti yang ter-
jadi akhir-akhir ini. Bukan hanya itu, Soekarwo juga menjelaskan bahwa padi Wisanggeni memiliki masa tanam yang relatif singkat. Dengan masa tanam 75-80 hari, petani akan dapat memanennya empat kali dalam setahun. Yang lebih membanggakan
lagi, beras padi yang terasa pulen dan gurih ini bukan ditemukan oleh lembaga riset pertanian yang memiliki referensi keilmuan yang memadai, padi Wisanggeni ditemukan oleh Jumari, petani biasa asal Kasreman, salah satu desa di Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi. Meski kini temuannya banyak diburu orang, Jumari menyadari bahwa dirinya bukan pemegang otoritas. Jadi tidak dapat seenaknya mengedarkan Wisanggeni, apalagi mempromosikannya untuk ditanam secara massal. “Bukannya saya pelit tidak mau membagi benih, tapi karena Wisanggeni masih memerlukan Edisi Februari2011
GEMADESA
13
GD
Profil Tokoh
uji tanam lagi agar benar-benar mendapat pengakuan dari otoritas tanaman pangan,” ungkap pria yang tercatat sebagai pegawai PDAM Ngawi sejak 1994 ini. Sebagaimana petani lainya, Jumari juga merupakan petani yang tengah berjuang melakukan beragam terobosan untuk tetap bertahan menghadapi anomali cuaca beberapa bulan terakhir ini. Bagaimana awal mula dia menemukan benih padi Wisanggeni? Ketua Kelompok Tani Mulya Desa Kasreman ini mengisahkan, pada 2009 lalu, kelompoknya mendapat titipan 20 varietas benih padi lokal dari Balai Benih. Karena sudah merupakan aktifitas rutin dan biasa digandeng untuk melakukan program uji tanam, Jumari dan kelompok taninya segera saja menanam benih padi titipan tersebut secara suka rela. “Wong pekerjaannya menanam, begitu ada kesepakatan untuk tanam maka ya ditanamlah benih-benih itu,” ujar Jumari sembari mengingat awal mula kemunculan Wisanggeni. Jumari yang pernah dikirim Litbangda Kabupaten Ngawi untuk belajar penangkaran benih di Sukamandi, Subang, Jawa Barat, tahun 2006 ini mengaku tidak memberikan perlakukan khusus terhadap 20 varietas benih padi tersebut. Yang membedakan, hanya mengurangi penggunaan pupuk dan obat kimia, serta menggantinya dengan bahan organik. Karena dia yakin, saat musim ekstrem seperti sekarang, dimana tanah tidak begitu cukup mendapat sinar matahari, petani tidak bisa main-main dengan pu-
14 GEMADESA Edisi Februari2011
puk kimia. Hasil pengamatannya menemukan perbedaan dan kejanggalan pada padi Wisanggeni, antara lain, batang padi tampak kokoh, anakan juga jauh lebih banyak, sedang tingginya di atas rata-rata padi lain. Setelah padi berisi, bentuknya lonjong tidak, bulat juga tidak. Malai juga jauh lebih panjang. Sementara kulit padinya lebih tipis dibanding 20 varietas lain
di sekitarnya. Benih padi ini lebih tahan terhadap hama, juga tidak mudah rebah kalau cuaca memburuk karena angin kencang. Selain tahan hama dan tahan rebah, hasil panen padi Wisanggeni ini juga lebih banyak dibanding benih padi lain. Ini bisa dilihat dari perbedaan jumlah malainya. “Satu rumpun benih Wisanggeni memiliki 20-30 malai, sedangkan padi lain di bawah 20 malai,” katanya. Naluri seorang penangkar benih pun akhirnya bicara. Padi berisi dari malai yang berbeda itu kemudian disisihkan. Maka, mu-
lailah Jumari melakukan penangkaran. Dari hanya 5 malai kemudian menjadi 1 kilogram. Dari 1 kilogram benih kemudian menjadi bentuk eksprimen di sawah seluas 1 hektar. Sementara ekperimen sedang berlangsung, Jumari sudah berhasil menangkarkan Wisanggeni menjadi Wisanggeni 1 sampai Wisanggeni 11. Hebatnya, Jumari sudah berhasil pula menemukan maskot Wisanggeni, yaitu Wisanggeni nomer 9. Hasil panenan lebih meledak ketimbang Wisangeni lainnnya. Wisanggeni nomor 9, adalah benih yang paling unggul karena bisa menghasilkan 9-10 ton per hektar. Hasil Wisanggeni 9 ini lebih besar dari padi lain yang rata-rata cuma menghasilkan 7-8 ton/hektar. Hanya saja usia tanam Wisanggeni 9 lebih lama, yakni sekitar 100 hari. Dari benih nomor 1-11 itu, hanya Wisanggeni nomor 5 yang kurang layak. Benih nomor 1-6 untuk kategori usia tanam pendek, dan benih nomor 9-11 untuk usia tanam sedang. Saat ini benih padi Wisanggeni sudah banyak ditanam petani di Ngawi, Madiun, dan Nganjuk. “Saya perkirakan Wisanggeni sudah ditanam di 300500 hektar sawah. Sedangkan kelompok tani kita sudah menanam Wisanggeni di lahan seluas 13 hektar yang ada di Desa Karang Malang. Petani di Jember, Bojonegoro, dan Banyuwangi tak henti-hentinya berusaha mendapatkan benih, namun kita saat ini sama sekali tak ada benih,” kata Jumari. Karena keunggulannya tersebut, Wisanggeni menjadi perhatian Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura (BPSB TPH) Provinsi
Profil Tokoh
Jawa Timur. BPSB TPH bersama Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi saat ini sedang berjuang mengusulkan temuan Jumari ke BPSB Pusat untuk diteliti sebelum dipatenkan.
Bapak Wisanggeni Nama Wisanggeni diambilnya dari nama anak keduanya, Dwi Ahmad Wisanggeni yang kini masih berusia bulanan. entah kenapa nama Wisanggeni muncul begitu saja di kepalanya saat menjawab pertanyaan beberapa orang yang tengah melihatnya menebar benih padi hasil eksperimen yang ditangkarnya. Usai menebar benih Jumari lantas memikir, sepertinya nama itu cocok untuk menamai padi temuannya ini. Di dunia pewayangan, Wisanggeni adalah putra Arjuna hasil perkawinan dengan putri dari Batara Brahma. Sayangnya, Wi-
sanggeni tidak diinginkan kelahirannya oleh para dewa wayang yang sudah berkomplot untuk
GD
memisahkan Arjuna dan sang bidadari. Wisanggeni yang masih berada di dalam rahim Dewi Dresanala dipaksa lahir prematur. Sedang janinnya kemudian dibuang ke kawah Candradimuka. Harapannya, si jabang bayi prematur itu adalah mati ditelan kawah api. Namun takdir justru berkata lain, Wisanggeni ternyata tidak mati melainkan hidup dan menjelma menjadi tokoh sakti mandraguna tiada tanding. Para dewa wayang pun terkaget-kaget dan tak mampu berbuat sesuatu ketika Wisanggeni mengguncang dunia juga tempat tinggal para dewa di kahyangan. Tidak ada salahnya sesuai dengan nama anaknya, selaras pula dengan tokoh wayang yang digandrunginya itu. “Siapa tahu benih padi tersebut bisa digdaya seperti halnya wayang Wisanggeni sehingga mampu mengubah keterpurukan kaum petani yang diharu-biru iklim dan hama padi,” katanya.(widi/faisal)
Biodata Nama Tempat/tgl Lahir Alamat
: Jumari : Ngawi, 14 Agustus 1971 : Desa Kasreman, RT 1 RW 1 Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi Riwayat Pendidikan : SDN Baderan I Geneng SMP 2 Ngawi SMA PGRI I Ngawi - Lulus 1990 Universitas Suryo Ngawi - Jurusan Pertanian 2008 Pekerjaan : PDAM Ngawi Aktivitas : Ketua Kelompok Tani Mulya - Sejak 2005 Ketua Gapoktan Desa Kasreman Ketua Paguyuban Gapoktan Kecamatan Kasreman Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Ketua Kelompok Infomar Masyarakat (KIM) Ngawi
Edisi Februari2011
GEMADESA
15
GD
Galeri
Galeri
Sosialisasi Perlombaan Desa/Kelurahan HKG PKK ke-39 BBGRM VII Provinsi Jawa Timur
16 GEMADESA
Edisi Februari2011
Edisi Februari2011
GD GD
GEMADESA
17
GD
Profil UPK
Pengurus UPK Balong Makmur
UPK Balong Makmur Ds. Spanyul, Kec. Gudo, Jombang
Dampingi Penjual Jamu Tradisional
D
esa Spanyul, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang merupakan desa yang memiliki potensi agraris hingga banyak penduduknya yang bermata pencaharian sebagai petani, sebagian lagi masyarakatnya aktif di sektor perdagangan dan usaha kecil menengah khususnya di bidang pembuatan jamu tradisional. Namun luas lahan yang berbanding lebih kecil dari jumlah penduduk berakibat pada kecilnya pendapatan masyarakat. Dari total 3.277 KK penduduk desa spanyul, terdapat 419 KK
18 GEMADESA Edisi Februari2011
yang berstatus rumah tangga miskin. 274 KK diantaranya rumah tangga miskin berpotensi dengan berbagai macam usaha mikro kecil, dan 145 KK diantaranya lagi berstatus rumah tangga miskin rentan. Pada 2005 desa ini menjadi salah satu desa lokasi program Gerdutaskin Pemprov Jatim. Program tersebut membentuk lembaga keuangan yang kemudian dikenal dengan UPK Balong Makmur. Program Gerdutaskin menggelontor dana awal untuk UPK Balong Makmur sebesar Rp 72,4 juta. Karena dinilai seba-
gai UPK kategori sehat, Pemkab Jombang memberikan dana penguatan sebesar Rp 5 juta pada 2008. Melihat kinerjanya yang semakin bagus, dan semakin bermanfaat bagi masyarakat desa, Pemkab Jombang kembali memberikan dana penguatan sebesar Rp 9 juta pada 2009, karena UPK Balong Makmur masuk sebagai UPK berhasil ke IV di tingkat Kabupaten Jombang. Ketua UPK Balong Makmur, Sri Wahyuni mengatakan, usaha andalan UPK ini berupa simpan pinjam terus dipercaya masyarakat hingga jumlah peminjam
Profil UPK terus meningkat. Pada awal berdiri, jumlah Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang menjadi nasabah sebanyak 18 pokmas dengan 145 anggota peminjam. Saat ini meningkat menjadi 26 Pokmas dengan 189 anggota, sementara dana yang kini bergulir kepada peminjam sekitar Rp 100 juta lebih. ”Jumlah peminjam tersebut sebagian besar adalah rumah tangga miskin berpotensi yang mengembangkan usaha pembuatan jamu tradisional. Dan yang menggembirakan, semua pinjaman berstatus lancar,” katanya. Perkembangan keuangan UPK Balong Makmur cukup baik, hingga 2010, UPK yang dimotori Sri Wahyuni SH di posisi ketua, Endang Rose di posisi sekretaris, dan Sayid Imron Spd di posisi bendahara ini berhasil mencatat penambahan modal sebesar Rp 86,4 juta. Pada SHU 2009, UPK ini mencatat SHU sebesar Rp 4,8 juta lebih, dan mampu mengalokasikan dana sosial sebesar Rp 937.500 sesuai yang diatur dalam AD/ART.
GD
Pemanfaat dana UPK.
Dana sosial tersebut dirupakan sembako bagi 75 RTMR. Selama lima tahun beroperasi, UPK yang memiliki usaha riil berupa pertokoan ini terbukti mampu bersaing dengan lembaga keuangan dari program lain di desa Spanyul, bahkan UPK ini tercatat
sebagai satu-satunya lembaga yang mampu memberikan kontribusi pada desa, dan menyalurkan dana sosial pada RTM. Di banding lembaga perekonomian lain, UPK Balong Makmur juga dinilai paling handal dalam memberikan pelayanan dan pembinaan kepada anggotanya, seperti pembinaan rutin 4 bulan sekali kepada pokmas, serta berkunjung ke anggotaanggota pokmas. Pendekatan secara kekeluargaan ini dianggap pengurus sebagai teknik jitu yang secara tidak langsung mampu menekan kredit macet. UPK ini juga paling aktif menerima pembinaan dari sekretariat program tingkat kabupaten maupun provinsi, seperti, pelatihan manajemen usaha dan keuangan, pertemuan forum UPK, dan pemetaan UPK. Atas prestasinya meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Spanyul, UPK Balong Makmur dinobatkan sebagai UPK berhasil ketiga se-Jawa Timur pada 2010. (sal)
Pemanfaat dana UPK.
Edisi Februari2011
GEMADESA
19
GD
Opini
Merokok Memperburuk Kemiskinan Oleh: Umar Sholahudin*)
S
alah satu persoalan krusial yang dihadapi Indonesia saat ini adalah masalah kemiskinan. Berdasarkan data BPS 2010, saat ini angka kemiskinan Indonesia mencapai 32 juta jiwa atau sekitar 16%. Menurut Sekjen ASEAN, Surin Pitsuwan yang menjadi salah satu pembicara dalam sebuah seminar Asia Pasific Conference on Tobacco of Health (APACT) di Sydney, Australia yang berlangsung 6-9 Oktober 2010, mengatakan konsumsi tembakau, terutama rokok, memperburuk kemiskinan. Karena itu, kondisi ini harus menjadi kekhawatiran, terutama negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai negara pengkonsumsi rokok ketiga terbesar di dunia setelah China d a n India (KOMPAS, 8/10/2010). Indikasi besarnya konsumsi rokok pada kelompok masyarakat miskin juga ditegaskan oleh hasil penelitian Rijo M. John, Ph.D dari American Cancer Society AS, yang mengatakan, di India konsumsi tembako meningkatkan angka kemiskinan 1,6%di desa dan 0,8% di daerah perkotaan serta menambah sekitar 15 juta orang miskin di India. Penelitian lain yang terkait, dari lembaga Demografi UI, menurut Abdilah Hasan; uang untuk rokok sembilan
20 GEMADESA Edisi Februari2011
kali pengeluaran pendidikan dan 15 kali pengeluaran kesehatan. Data dan faka ini semakin menguatkan, masyarakat miskin sebagai kelompok terbesar dalam konsumsi rokok.
Dan konsumsi rokok di kalangan masyarakat miskin semakin memperburuk kemiskinan mereka.
Konsumsi Rokok Kaum Miskin Secara kasat mata, jika kita melihat kehidupan masyarakat miskin, maka kita tidak terlalu sulit menemukan para kepala keluarga miskin (Gakin) mengkonsumsi rokok. Bahkan di kalangan masyarakat miskin, rokok dianggap sebagai “obat stress” dari himpitan kemiskinan. Kepala keluarga miskin lebih mengutamakan
kebutuhan “hisap asap” daripada memberikan konsumsi gizi yang baik bagi anak-anaknya. Karena itu, tak heran jika keluarga miskin identik dengan gizi buruk. Bagaimana mau memperbaiki kesehatan anak dan Gakin, jika salah satu anggotanya masih menjadi perokok aktif. Menurut Sekjen KOMNAS Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, dari angka kematian balita sebesar 162.000 per tahun sesuai data Unicief 2006, konsumsi rokok pada Gakin telah menyumbang 32.400 kematian setiap tahun atau hampir 90 kematian balita per hari. Hal ini ditegaskan dengan Survey tahun 1999-2003 yang menemukan, pada lebih dari 175.000 Gakin perkotaan di Indonesia yang di survey, tiga dari empat keluarga (73,8%) adalah perokok aktif. Studi sejenis tahun 2002-2003 pada lebih dari 360.000 rumah tangga miskin perkotaan dan pedesaan membuktikan, kematian bayi dan balita lebih tinggi pada keluarga yang dengan orangtua merokok daripada tidak merokok. Kerugian yang diderita anak akibat merokok tidak hanya permasalaan malnutrisi. Ketika mereka meranjak remaja, kembali rokok menjadi suatu pokok persoalan yang mendera mereka kerena mereka menjadi target sasaran iklan rokok.
Opini Perilaku merokok pada sebuah keluarga miskin mengakibatkan gizi buruk pada anak karena orang tua lebih mengutamakan membeli rokok dibandingkan dengan membeli beras, telor, ikan, dan makanan bergizi lainnya. Belanja rokok telah menggeser kebutuhan terhadap makanan bergizi yang esensial untuk tumbuh kembang anak balita. Tingginya angka balita yang bergizi buruk tentunya akan berpotensi meningkatkan angka kematian balita. Dalam hal angka kematian bayi, Indonesia (31/1.000 kelahiran) hanya lebih baik dibandingkan dengan Kamboja (97/1.000) dan Laos (82/1.000). Jika dibandingkan dengan negaranegara lain, kita masih tertinggal. Singapura dan Malaysia memiliki angka kematian bayi amat rendah, masing-masing 3 dan 7 per 1.000 kelahiran. Ini menunjukkan besarnya perhatian negara itu terhadap masalah gizi dan kesehatan yang dihadapi anak-anak.
Perilaku Imitasi Anak Perilaku merokok pada keluarga miskin, terutama yang dilakukan kepala keluarganya (baca: bapa/ ayah) semakin memperburuk kualitas kemiskinan keluarga miskin. Bahkan perilaku merokok pada keluarga miskin, terutama yang dilakukan orang tuanya menular ke anak-anaknya. Tidak sedikit perlaku merokok orang tuanya ditiru oleh anak-anaknya. Anakanak mereka menjadi bagian dari lingkaran buruk ang semakin memiskinkan mereka. Berdasarkan hasil survei Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan menyebutkan, 13,62 persen perokok di Indonesia mulai merokok sejak usia tujuh tahun. Adapun survei yang dilakukan Departemen Kesehatan, saat ini ada se-
kitar 141,44 juta jiwa perokok aktif. Dari jumlah itu, terdapat sekitar 1,92 juta anak usia 7-18 tahun yang menjadi perokok. Kategori yang digunakan Kementerian PP adalah anak atau remaja berusia kurang dari 18 tahun. Mereka ratarata merokok delapan batang per hari. Ini sebuah angka yang cukup membahayakan. Jika per batang minimal harganya Rp 500, maka dalam satu hari dia telah menghabiskan uang hanya untuk mengeluarkan asap rokok sebesar Rp 4000 rupiah. Dalam satu bulan bisa menghabiskan 240 batang dengan biaya Rp 120 ribu. Uang sebesar itu dibuang begitu saja. Bahkan anakanak tak berfikir akan bahaya merokok. Meskinpun peringatan bahaya rokok sudah tertera dalam bungkus rokok, pun tak menghentikan anak-anak untuk terus merokok. Yang penting bagi anak-anak dan mungkin para orang dewasa, nikmat dan dinilai teman-temannya sebagai jantan banget atau istilah anak gaulnya “merokok itu cowok banget gitu loh”. Semakin meningkatnya angka perokok di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak, salah satunya disebabkan kurangnya perhatian pemerintah pada program pembatasan konsumsi rokok. Buktinya, pemerintah hingga kini belum mau meratifikasi konvensi pembatasan rokok atau Framework Convention on Tobacco Control (FTCCC). Saat ini hanya Indonesia dan Amerika Serikat yang hingga kini belum melakukan aksesi terhadap FTCCC. Dalam survei tersebut, juga menemukan, 20,84 persen perokok pada usia 7-12 tahun adalah laki-laki dan 4,17 persen anak perempuan. Pada usia 13-15 tahun, 12,5 persen adalah laki-laki dan 8,33 persen perempuan. Sementara pada usia 16-18 tahun, 47,92
GD
persen adalah laki-laki dan 6,25 persen perempuan. Dalam Global Youth Tobacco Survey 2007, jumlah perokok anak usia 13-18 tahun di Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia. Apa sebenarnya yang menjadi motivasi anak-anak merokok?. Berdasar penelitian Universitas Andalas, motivasi anak merokok di usia dini adalah coba-coba, pengaruh teman, meningkatkan kepercayaan diri ketika bergaul dengan teman, teladan orang tua, dan ingin terlihat lebih gagah. Persepsi anak-anak ini tentunya tak lepas dari ilan rokok di Televisi yang menonjolkan keperkasaan, kegagahan, kejantanan, dan keberanian. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, survey tersebut juga menemukan jumlah perokok aktif di Indonesia ternyata didominasi masyarakat miskin. Dari 141,44 juta jiwa perokok aktif, sekitar 84,84 juta jiwa dinyatakan Badan Pusat Statistik termasuk kategori keluarga miskin (berpenghasilan kurang dari Rp 20 ribu per hari). Ini sungguh memprihantinkan dan ironis. Sudah miskin, suka merokok lagi..! apa kata dunia.. Seorang anak yang seharusnya mendapatkan jaminan dan perlindungan sosial, kesehatannya dan masa depannya, tapi dalam kenyataanya justru menjadi korban dari maraknya budaya merokok. Praktik pembiaran para orang tua, masyarakat dan negara terhadap maraknya konsumsi merokok di kalangan anak-anak, tanpa adanya jaminan dan perlindungan sosial dan hukum dari negera, merupakan bentuk kekerasan struktural yang dilakukan negara atau pemerintah.
Sinergi dengan Program Kesehatan Melihat data dan fakta di atas, Edisi Februari2011
GEMADESA
21
GD
Opini
sudah saatnya program penanggulangan kemiskinan harus disinergikan dengan pengurangan konsumsi rokok pada kelurga miskin. Program penyadaran kepada Maskin untuk berhenti merokok harus terus digalakan dan dikampanyekan. Memang tidak memudah merubah kebiasaan merokok di kalangan masyarakat miskin. Apalagi bagi perokok dari Gakin yang menganggap rokok dianggap sebagai alat penghilang stress. Menghilangkan konsumsi rokok pada keluarga miskin tentu saja tidak sekedar melalui panyadaran dan kampanye yang massif. Dalam kajian sosiologi hukum, merubah kebiasaan buruk masyarakat tidak sekedar dilakukan melalui pidato dan kampanye. Tapi harus diperkuat dengan adanya regulasi. Dalam konteks ini, merubah kebiasaan merokok dan mengurangi angka kemiskinan harus didukung dengan kebijakan yang memungkinkan Gakin bisa berhenti merokok. Salah satunya dengan tidak memberikan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau Jamkesda. Pendek kata, kebijakan pemberian kartu JAMKESMAS perlu diperbaharui dengan memasukan klausul tentang sasaran atau penerima kartu JAMKESMAS dengan prioritas kelompok sasaran keluarga miskin (Gakin) yang kepala keluarganya tidak merokok. Kebijakan tersebut sudah dilakukan DKI Jakarta, di mana Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah memasukan satu syarat tambahan bagi Gakin penerima kartu Jamkesda. Kartu Jamkesda hanya diberikan kepada Gakin non perokok. Pemberian kartu Jamkesda bagi Gakin perokok hanya akan memperburuk kualitas kemiskinan mereka. Tambahan syarat ini cukup beralasan, karena semakin meningkatnya Gakin yang kepala
22 GEMADESA Edisi Februari2011
rumah tangganya adalah perokok. Karena itu, kebijakan Dinas Kesehatan DKI Jakarta tersebut patut didukung dan perlu diadopsi oleh propinsi lain di Indonesia. Sebagai catatan, kasus gizi buruk di Jatim masih belum tertangani secara serius dan tuntas. Ini dibuktikan dengan jumlah anak balita dengan gizi buruk yang masih cukup besar. Berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 2007, yang dikeluarkan Dinas Kesehatan tahun 2007, sebanyak
1,7 juta orang dari sekitar 19 juta orang anak usia bawah lima tahun (balita) yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia diperkirakan terancam menderita gizi buruk. Angka ini berpotensi meningkat seiring dengan semakin meningkatnya perokok aktif dalam keluarga miskin.
Tepat Sasaran Pemerintah Provinsi di Indonesia, saya pikir perlu mengadopsi
kebijakan DKI Jakarta. Sehingga pemanfaatan kartu Jamkesda akan lebih tepat sasaran dan lebih produktif. Pemberian kartu Jamkesda yang diberikan kepada Gakin tanpa persyaratan non perokok akan kontraproduktif dengan upaya pemerintah dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas kesehatan dan kehidupan Gakin. Peningkatan kualitas kesehatan, terutama perbaikan gizi buruk Gakin melalui pemanfaatan kartu Jamkesda harus didukung dengan kesadaran para orang tua untuk tidak menghancurkannya, yakni dengan mengkonsumsi rokok. Para orang tua Gakin perlu diberikan pemahaman yang baik bahwa konsumsi rokok yang tinggi akan berakibat buruk pada kesehatan anak dan keluarganya. Jamkesmas yang diberikan Gakin akan sia-sia belaka, jika masih ada para orang tua Gakin yang menjadi perokok aktif. Karena itu, kebijakan pemberian kartu Jamkesda untuk Gakin non perokok sangatlah tepat. Pemberian kartu Jamkesda untuk Gakin perokok hanya akan menimbulkan masalah baru. Pemberian itu tidak akan menyelesaikan masalah kesehatan Gakin, justru akan menimbulkan dan bahkan memperburuk kondisi kehidupan Gakin. Gakin yang ingin merubah kondisi kesehatannya agar lebih baik, haruslah memiliki perilaku hidup sehat, yakni dengan berhenti merokok. Akhirnya, program penurunan tingkat konsumsi rokok di kalangan masyarakat akan berkorelasi positif terhadap penurunan angka dan kualitas kemiskinan masyarakat (rif). Penulis adalah: Dosen Sosiologi Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya
Warta
GD
Uswatun Hasanah
Kembangkan Batik Tenun Gedog Tidak banyak yang tahu bahwa asal mula Batik Tenun Gedog dari Desa Kedungrejo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Dalam peta industri batik, justru desa ini tidak sepopuler Desa Margorejo, tetangganya, bahkan Desa Kedungrejo nyaris tidak dikenal.
B
erangkat dari fenomena itu, salah seorang pembatik asli Desa Kedungrejo, Uswatun Hasanah, bertekat mengembalikan kejayaan Desa Kedungrejo, sebagai sentra batik khas Tuban yang terkenal di Benua Eropa itu, seperti yang pernah dilakukan nenek-buyutnya puluhan tahun silam.
Keluarga wanita kelahiran Tuban, 15 Oktober 1970 ini memang dikenal keluarga tukang batik, namun diakuinya, Uswatun tidak sepiawai ibu neneknya. Uswatun mengaku baru belajar membatik pada usia 20-an tahun. Terpaksa ia harus berguru ke pembatik lain di luar desanya, karena sudah tidak ditemukan lagi orang yang
bisa mengajarinya membatik di tempat itu. “ Saya menyesal, mengapa tidak belajar membatik dari dulu. Saya rasa lucu, justru saya belajar batik tenun gedog pada Bu Emi di Kelurahan Karang, Kecamatan Semanding. Padahal dari Kedungrejo-lah batik itu berasal,” kata Uswatun. Bertahun-tahun dia berjuang membangkitkan tenun gedog di lingkungannya agar sejajar dengan produk-produk batik dari desa-desa lainnya. Jika sebelumnya pasar batik selalu didominasi produk perajin dari Desa Margorejo dan Kelurahan Karang, sekarang justru pasar lebih memilih hasil karya pembatik-pembatik Kedungrejo. Karena selain lebih beragam motifnya, Uswatun Hasanah tetap mempertahankan proses tradisio-
Edisi Februari2011
GEMADESA
23
GD
Warta
nal sehingga batik karyanya memiliki kualitas dan nilai seni lebih tinggi dari karya pembatik lainnya. Kebangkitan ekonominya tidak ingin dia rasakan sendiri, Uswatun juga membagi order tenun gedog ke sejumlah pengrajin di sekitar kediamannya, khususnya anak-anak. “selain melestariakn budaya membatik, mereka juga dapat sedikit membantu orang tua untuk biaya pendidikan dari hasil membatik,” ujarnya. Puluhan anak memang setiap hari terlihat memenuhi ruangan batiknya. Mereka yang jam sekolahnya pagi, biasanya siang hingga sore membatik di galeri Uswatun yang diberi nama Sekar Ayu tersebut, sementara yang jam sekolahnya siang, pagi hari mereka sudah datang untuk membatik. “Saya tidak mengijinkan mereka
berlama-lama di sini, karena waktu mereka yang utama adalah belajar,” ujar wanita yang mengaku lulusan sekolah dasar ini. Kini hasil karya perajin-perajin itu telah sampai ke Australia dan Belanda. Desa Kedungrejo telah menemukan kembali harta karunnya yang sempat nyaris punah. Jerih payah Uswatun mendapat pengakuan dari berbagai kalangan masyarakat. Bahkan, pemerintah pun memberikan anugerah tertinggi bidang industri, Upakarti 2010, untuk kategori pelestari. Dia juga menyabet Juara Umum Anugerah UKM Semen Gresik 2010. Upaya Uswatun membuahkan hasil. Saat ini ada 250 pembatik produktif di Desa Kedung Rejo yang bermitra dengannya. Mereka mengambil bahan dan motif
Anjurkan Orang Tua Awasi HP Anak Akhir-akhir ini kita sering mengikuti berita pencabulan seksual yang pelakunya anakanak di bawah umur. Lebih menyedihkan lagi korbannya juga anak-anak di bawah umur. Bahkan yang memprihatinkan, seringkali pelakunya usianya di bawah 10 tahun, dan korbannya masih balita. Pelaku bukan hanya tinggal di kota, namun juga di desa. Melihat motifnya, umumnya pelaku mengaku ingin menirukan adegan seksual yang dilihatnya di film biru di handphone. Modusnya, yang sering terjadi, mereka mengiming-imingi korban hadiah, kemudian diajak di tempat yang sepi atau rumah kosong. Tetapi, dari semua kejadian itu, pangkalnya adalah film biru di HP. Sekarang ini siapa saja dengan mudah mengakses film biru. Terlebih
dari Uswatun. Sebagian mengembangkan motif sendiri. ”Saya hanya mengawasi rinci untuk motif pesanan. Untuk yang bukan pesanan, pembatik dibebaskan berkreasi. Saya beli produk mereka agar mereka tidak usah susah-susah memikirkan pemasaran,” ujarnya. Komitmen Uswatun terhadap hasil karya dalam negeri juga dinilai cukup kuat, buktinya, tawaran pindah ke Singapura saat dia megikuti pameran di Batam beberapa tahun lalu ditolaknya. ”Saya ditawari mau minta apa saja dan berapa saja agar mau pindah ke Singapura. Saya tidak mau pindah karena nanti batik dan tenun pasti diakui punya sana. Saya susah payah bertahun-tahun supaya batik dan tenun Kedung Rejo dikenal,” pungkasnya. ***
dengan adanya teknologi bluetooth, seseorang dengan mudah melakukan transfer video antar HP. Begitu pula dengan foto-foto kategori porno, dengan mudah ditransfer. Kalau mau diteliti, saat ini hampir sebagian besar anakanak di bawah umur menyimpan film porno di HP-nya. Kenyataan ini sungguah memprihatinkan. Karena itu butuh perhatian semua pihak. Melalui surat pembaca Gema Desa ini saya menganjurkan agar orang tua lebih ketat memeriksa HP anak-anaknya. Selain itu saya juga menganjurkan supaya perangkat, baik desa maupun kelurahan, tidak henti-hentinya mengingatkan warganya agar terus mengawasi putra-putrinya dari bahaya film porno. Sedangkan pihak sekolah tak henti-hentinya merazia HP siswasiswinya. Sebagai ibu rumah tangga, kondisi seperti sekarang ini benar-benar memprihatinkan. Siti Lianah, Sidoarjo
Surat pembaca berupa usulan, kritik, saran dan pendapat dapat dikirimkan melalui email
[email protected]. Tiap pengiriman disertai identitas.
24 GEMADESA
Edisi Februari2011
Warta
GD
Pemkab Kediri Serahkan Bantuan untuk 17 Desa
G
una untuk lebih memberdayakan masyarakat, Bupati Kediri, Haryanti, menyerahkan bantuan kepada 17 desa di Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri. Bantuan yang diserahkan di Balai Desa Payaman, Kecamatan Plemahan, tersebut sebesar Rp 275.000.000. Sedangkan total bantuan hibah untuk Kabupaten Kediri sebesar Rp 4.284.750.000. Besar bantuan yang diberikan untuk masing-masing desa tidak sama, sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Dana bantuan hibah ini sifatnya hanya untuk pembelian
material saja, sedangkan untuk pengerjaan proyeknya masyarakat bergotong royong sendiri untuk mengerjakannya. “Saya harap bantuan ini bisa digunakan untuk kepentingan masyarakat yang mendesak seperti jembatan, jalan beton rabat / paving, mesin bubut dan sarana lainnya. Selain itu saya tekankan kepada kepala desa agar mengadministrasikan dan mempertanggungjawabkan dana bantuan hibah ini secara benar dan jangan sampai ada penyimpangan sekecil apapun,” ujar Haryanti. Dalam kesempatan tersebut,
Bupati Haryanti juga menyerahkan alat spinner untuk warga Desa Wonokerto. Spinner adalah alat pemeras minyak. Alat ini menghilangkan kandungan minyak dengan cara meniriskannya pada wadah / keranjang berputar. Alat ini dapat digunakan pada makanan atau produk lainnya seperti kerupuk, keripik, kacang-kacangan, dll. Sementara itu Camat Plemahan, Ahmad WS., yang juga hadir pada acara tersebut mengucapkan terima kasih kepada Bupati Haryanti yang sudah menyerahkan dan bantuan hibah untuk warganya. (mabrur) Edisi Februari2011
GEMADESA
25
GD
Tehnologi Tepat Guna
Pengolahan Pangan Kecap Kedelai
K
acang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Kedelai mengandung protein 35 %. Bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering. Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan. Tabel 1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan
Tabel 2. Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai Dengan Beberapa Bahan
Makanan Lain Kali ini kita mencoba membuat kecap melalui cara yang sederhana. Kecap termasuk bumbu makanan berbentuk cair, berwarna coklat kehitaman, serta memiliki rasa
26 GEMADESA
Edisi Februari2011
dan aroma yang khas. BAHAN 1) Kedelai (putih atau hitam) 1 kg 2) Jamur tempe 3 gram 3) atau daun usar 1 lembar 4) Daun salam 2 lembar 5) Sereh 1 batang pendek 6) Daun jeruk 1 lembar 7) Laos ¼ potong 8) Pokak 1 sendok teh 9) Gula merah 6 kg 10) Air (untuk melarutkan gula merah) 1 ½ liter 11)Garam dapur 800 gram untuk 4 liter air ALAT 1) Panci 2) Tampah (nyiru) 3) Kain saring 4) Sendok pengaduk 5) Botol yang sudah disterilkan CARA PEMBUATAN 1) Cuci kedelai dan rendam dalam 3 liter air selama satu malam. Kemudian rebus sampai kulit kedelai menjadi lunak, lalu tiriskan di atas tampah dan dinginkan; 2) Beri jamur tempe pada kedelai yang didinginkan. Aduk hingga rata dan simpan pada suhu ruang (25~30 oC) selama 3~5 hari; 3) Setelah kedelai ditumbuhi jamur yang berwarna putih merata, tambahkan larutan garam. Tempatkan dalam suatu wadah dan biarkan selama 3-4 minggu
pada suhu kamar (25~30 oC). Batas maksimum proses penggaraman adalah dua bulan; 4) Segera tuangkan air bersih, masak hingga mendidih lalu saring; 5) Masukkan kembali hasil saringan, tambah gula dan bumbu-bumbu. Bumbu ini (kecuali daun salam, daun jeruk dan sereh) disangrai terlebih dahulu kemudian digiling halus dan campur hingga rata. Penambahan gula merah untuk: a. Kecap manis : tiap 1 liter hasil saringan membutuhkan 2 kg gula merah b. Kecap asin : tiap 1 liter hasil saringan membutuhkan 2 ½ ons gula merah 6) Setelah semua bumbu dicampurkan ke dalam hasil saringan, masak sambil terus diadukaduk. Perebusan dihentikan apabila sudah mendidih dan tidak berbentuk buih lagi; 7) Setelah adonan tersebut masak, saring dengan kain saring. Hasil saringan yang diperoleh merupakan kecap yang siap untuk dibotolkan. Catatan : 1) Pemberian jamur harus sesuai jumlahnya dengan banyaknya kedelai, agar tidak menimbulkan kegagalan jamur yang tumbuh. 2) Setelah direbus dan ditiriskan, kedelai harus didinginkan dengan sempurna. Bila tidak, jamur yang ditebarkan diatasnya akan mati. 3) Bahan baku untuk pembuatan kecap, selain dari kacang kedelai dapat juga dari biji kecipir, dengan proses pembuatan yang sama.
GD Merawat dan Membersihkan Layar LCD Laptop Tips Kerja
Tidak seperti monitor pada umumnya yang biasa dipakai di PC kesayangan Anda, layar laptop atau layar LCD membutuhkan perhatian dan perawatan yang ekstra, agar aman, sehat dan tidak bermasalah. Bagaimana merawat layer laptop Anda? Berikut tipsnya.
1. Selalu tutup laptop Anda jika tidak sedang digunakan. Jika perlu gunakan penutup anti debu dari plastik atau simpan dalam tas notebook. 2. Jangan pernah menyentuh layar laptop Anda, apalagi dengan benda tajam. 3. Jangan menyemprotkan cairan pembersih langsung pada layar notebook. 4. Saat laptop tertutup usahakan laptop tidak mengalami tekanan. Terutama jangan letakkan benda-benda berat di atas laptop yang tertutup. Karena tertekan saat diperjalanan, ketika dinyalakan LCD rusak, tampak seperti ber-
lubang. 5. Kadang kita lupa menaruh flashdisk atau bulpoin di atas keyboard. Jangan sekalikali Anda menutup laptop saat ada benda tertentu antara layar dan keyboard. 6. Jangan menutup laptop dengan cara membanting. Kalau laptop lemot atau kena virus kadang kita jadi jengkel, karena jengkelnya menutup laptop
dengan dibanting. 7. Untuk membersihkan layar notebook, gunakan sikat lembut yang memang dirancang untuk membersihkan layar LCD dari debu. Biasanya gunakan kwas lembut atau kain yang super lembut dan menyerap untuk mengelap LCD. Jangan lupa
basahi dengan cairan pembersih. Ingat! Jangan gunakan cairan pembersih yang mengandung amoniak atau alkohol. Semprotkan cairan pembersih pada kain dan usap layar perlahan-lahan saat membersihkan. 8. Cairan pembersih untuk
laya r n o tebook disarankan menggunakan jenis pembersih yang sama dengan yang digunakan untuk layar kamera digital. Cairan ini biasanya bisa didapatkan di toko penjual perlengkapan kamera. 9. Setelah layar LCD bersih beri LCD protector. Edisi Februari2011
GEMADESA
27
GD
Tips Kesehatan
Pola Hidup Sehat Enyahkan rokok, rajinlah berolah raga, hindari makan makanan yang tidak sehat dan selalu memonitor lingkar pinggang
A
nda barangkali sudah sering mendengarkan nasihat tersebut. Di beberapa kesempatan seminar atau ceramah tentang cara hidup sehat pasti akan disinggung empat tips tersebut. Beberapa diantara kita memang sudah dengan disiplin melaksanakannya namun tidak sedikit yang mengabaikan. Tahukah anda bahwa jika anda melaksanakan keempat tips tersebut dengan disiplin maka anda akan terhindar dari faktor resiko menderita penyakit khronis yang mematikan sebanyak 80%. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa mereka yang menerapkan pola hidup sehat dalam kesehariannya akan terhindar dari beberapa penyakit khronis seperti kanker, diabetes dan penyakit jantung. Penelitian terakhir di lakukan di Jerman dengan mengampil sampel sebanyak 23.513 orang dewasa yang berusia antara 35 sampai 65 tahun. Penelitian dimulai pada pertengahan tahun 90an. Faktor yang diperhatikan termasuk berat badan dan tinggi badan, riwayat penyakit sebelumnya, serta makanan yang mereka konsumsi. Empat pola hidup sehat yang mereka harus ikuti selama delapan tahun penelitian adalah :
28 GEMADESA Edisi Februari2011
• Tidak merokok. • Berolah raga sekurang kurangnya 3,5 jam per
mingu. • Menjaga body mass index (BMI) kurang dari 30 • Konsumsi makanan sehat seperti buah buahan, sayur mayur, roti dan mengurangi daging. Setelah penelitian berjalan, sebagian besar responden hanya melakukan salah satu dari empat kebiasaan tersebut dan hanya 9% yang melaksakan ke empat empatnya. Setelah mengubah pola hidup yang berpengaruh pada terjadinya penyakit, para peneliti menyimpulkan bahwa mereka yang mengikuti keempat pola hidup sehat tersebut akan menurunkan resiko menderita penyakit khronis sebanyak 78%. Rinciannya sebagai berikut : • Resiko menderita penyakit diabetes tipe 2 menurun sebanyak 93%. • Resiko menderita penyakit jantung menurun sebanyak 81%. • Resiko menderita stroke menurun sebanyak 50%. • Resiko menderita kanker menurun sebanyak 36%. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa semakin muda kebiasaan ini dilakukan maka hasil yang dicapai akan semakin memuaskan. Jadi kalau anda ingin senantiasa sehat, segera lakukan keempat tips diatas. (Sumber : Archives of Internal Medicine/rif).
Konsultasi
Prospek dan Potensi Jahe Gajah Redaksi yang terhormat, saya mendengar jahe gajah mempunyai prospek yang bagus. Peluang bisnisnya terbuka lebar. Bisa dijelaskan? Jawab Prospek usaha jahe gajah memiliki masa depan yang cukup cerah. Jahe gajah banyak dimanfaatkan sebagai bahan campuran makanan, minuman, kosmetika dan bahan baku dalam kegiatan industri. Semakin pesatnya kegiatan industri obat-obatan modern, tradisional dan industri-industri lain yang bermunculan dengan menggunakan bahan baku jahe menyebabkan permintaan komoditi ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Jahe gajah tidak hanya berprospek di dalam negeri saja, tetapi juga memiliki peluang besar untuk diserap oleh pasar internasional. Jahe gajah berpotensi sebagai komoditas ekspor yang dikirim dalam bentuk segar, kering, asinan, minyak atsiri dan oleoresin. Negara pengimpor jahe gajah saat ini adalah Singapura, Jepang, Jerman, USA, Kanada, Maroko, Perancis, Hongkong dan Belanda. Dengan demikian Usaha jahe Gajah memiliki prospek dan potensi usaha yang cukup menjanjikan. Jahe gajah sangat besar peluangnya untuk dikembangkan di Indonesia karena didukung oleh iklim, kondisi tanah dan letak geografis yang cocok bagi pembudidayaan tanaman ini. Disamping itu dengan adanya ketersediaan lahan yang luas dan melimpahnya sumberdaya manusia sangat memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas yang maksimal. Jahe gajah memiliki prospek dan potensi produksi cukup tinggi, yaitu
mencapai 25 ton/hektar, bahkan dengan teknologi intensif hasil produksi mencapai 60 ton/hektar. Oleh karena itu jahe gajah dapat lebih dikembangkan sebagai salah satu komoditas unggulan yang mampu memberikan harapan dan nilai ekonomis yang tinggi. Jahe gajah segar permintaan pasar lokal tidak diperlukan spesifikasi atau grade tertentu. Segala macam bentuk dan ukuran diterima asal dalam kondisi sehat dan segar. Jahe dipacking dengan menggunakan kemasan karung net atau karung goni isi 50 kg/karung. Jahe gajah segar permintaan ekspor dibagi menjadi tiga grade, yaitu grade A, grade B dan grade C. Grade A memiliki berat 200 gram up/rimpangnya, bentuk rimpang besar dan gemuk serta warna kulit mengkilap. Grade B memiliki berat 100 gram up/rimpang dengan bentuk rimpang sedang. Grade C memiliki berat minimal 50 gram/ rimpang dengan bentuk rimpang kecil-kecil. Jahe gajah untuk eksport dibedakan menjadi dua macam, yaitu jahe gajah segar bersih tanah dan jahe gajah segar bersih cuci. Bersih tanah artinya kondisi jahe yang diminta masih diperbolehkan memiliki kandungan tanah yang menempel pada jahe maksimal 5%, sedangkan bersih cuci adalah jahe yang akan dikirim betul-betul bersih dari tanah setelah dilakukan pencucian. Jahe gajah bersih cuci hanya diperuntukkan bagi grade A saja. Pada waktu proses pencucian harus dilakukan dengan hati-hati agar jangan sampai terjadi pengelupasan kulit, di samping menurunkan mutu jahe juga rawan terkena penyakit. Jahe yang terkelupas
GD
kulitnya saat pencucian biasanya jahe gajah muda yang ikut terpanen. Jahe gajah yang telah dicuci dikering anginkan dengan tidak terkena sinar matahari langsung karena menyebabkan penyusutan. Jahe gajah bersih cuci dipacking menggunakan kemasan kardus isi 20 kg, sementara jahe gajah bersih tanah yang sudah digrade dikemas dengan waring / karung net berisi 12 kg atau 50 kg sesuai grade. Dibutuhkan ± 28 ton jahe gajah untuk mengisi 1 container 40 feet. Jahe gajah yang diminta dalam bentuk kering berupa rajangan jahe gajah kering dengan kadar air 17%. Untuk mendapatkan jahe kering berkualitas diperlukan jahe segar yang betul-betul tua. Setelah dirajang jahe dijemur dengan bantuan sinar matahari. Dari 8 kg jahe gajah segar tua setelah diproses biasanya didapatkan 1 kg jahe kering. Rajangan kering dikemas dengan karung goni isi 50 kg s/d 100 kg. Jahe gajah permintaan asinan didapatkan dari jahe gajah muda yang berumur 3 s/d 4 bulan dengan kondisi tanaman yang masih hijau. Kriteria jahe gajah untuk asinan adalah jahe gajah muda dalam keadaan segar, tidak berpenyakit, memiliki rimpang yang gemuk dan belum berserat dan ujung rimpang masih berwarna kemerah-merahan.(*) Edisi Februari2011
GEMADESA
29
GD
Warta
PWTAD di Desa Pujiharjo, Kec. Tirtoyudo, Kab. Malang.
Monev Program Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat Terbebas dari Bank Titil
B
eberapa program Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2010 di sejumlah daerah telah berjalan dengan baik, bahkan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, karena manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama masyarakat miskin. Di antara program tersebut adalah PNOM-MP, PPKM, P3D/K, P2SLBK dan PWTAD. Demikian hasil identifikasi/supervisi program/kegiatan pemberdayaan masyarakat Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2010 Badan Pemberdayaan Masyarakat di Kab. Jombang, Kabupaten
GEMADESA DESA Edisi Februari2011 30 GEMA
Kediri, Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar, Februari 2011. Monev di Kabupaten Jombang dilakukan di Desa Buduk, Kec. Sumobito, yang tahun 2010 menerima program PNPM-MP. Di desa ini telah terbangun saluran air pembuangan limbah rumah tangga (selokan) dan drainase. Menariknya, masyarakat sudah dapat mengembangkan pola arisan untuk jamban keluarga (WC). Sedangkan untuk kelompok simpan pinjam perempuan (SPP) dimanfaatkan oleh perajin tas kain (penjahit tas) yang bermitra dengan pengusaha tas, yang dalam 1 hari setiap penjahit menda-
pat menghasilan tas maksmimal 20 dos dengan ongkos jahit Rp. 3000 s/d 4.500/hari. Pada lokasi PPKM tahun 2010, UPKu Sejahtera di Desa Tugu sumberejo Kec. Peterongan kegiatannya adalah untuk USP dan Sarpras RTM, yaitu plesterisasi, rehab rumah, jamban keluarga dan rehab atap rumah. Pada lokasi P3D/K di Desa Kedunggerik Kec. Kesamben, merupakan lokasi program Desa Model Binaan Gerdutaskin kerjasama dengan perguruan tinggi tahun 2009 dan lokasi P3D/K Tahun 2010 dengan UPKu Inayah. Kegiatan unggulan yaitu
Warta pengembangan usaha ternak kambing, kerajinan anyaman tas plastik dan USP. Modal USP awal Rp 45 juta ditambah penguatan Rp 13.5 juta menjadi Rp 60 juta lebih. Usaha ternak kambing dari 74 ekor s/d akhir Desember 2010 menjadi 104 ekor kambing. Di Kabupaten Kediri, PKPKM tahun 2010 di Desa Pandan Toyo, Kec. Ngancar dengan UPKP Tani Jaya menerima dana Program APBD Provinsi Jawa Timur sebesar Rp. 50.000.000, dipergunakan untuk kegiatan BOP UPK sebesar Rp. 2.500.000 dan untuk modal UPKP sebesar Rp. 47.500.000, yang dipinjamkan kepada 7 pokmas dengan anggo-
masyarakat dari jeratan rentenir/bank titil. Disarankan UPKP dapat berkolaborasi dengan SPP PNPMMP yang ada di Kecamatan untuk anggota yang ingin menambah modal. Di Kabupaten Malang, PWTAD tahun 2010 di Kec. Tirtoyudo mampu menghimpun partisipasi swadaya masayarakat di Desa Sumbertangkil Rp. 5.590.000. Kegiatan ini dilakukan oleh UPK dengan memberikan fasilitas alat penggilingan kopi. Sasaran maanfaat 870 orang petani kopi, dengan sistim sewa sebesar Rp. 500/kg dengan asumsi per hari sebesar 3
P2SLBK di Kec. Wajak, Kab. Malang
ta 32 RTS untuk usaha perdagangan, pembibitan, home industri dan pedagang keliling. Anggota pokmas yang mendapakan pinjaman bergulir dapat tepat waktu dalam membayar angsuran sehingga dapat dimanfaatkan oleh anggota yang lainnnya. USP melalui UPKP ini dapat menghindarkan
ton, maka pendapatan dalam 1 hari sebesar Rp. 1. 500.000. Desa Pujiharjo Rp. 3.542.000, kegiatan yang dilakukan pengolahan pakan ternak dengan sistim bagi hasil 60 % UPK, 40 % Timlak sebagai pelaksana kegiatan sasaran manfaat 219 orang peternak, Desa Purwodadi Rp. 8.250.000, dengan kegiatan pi-
GD
panisasi air bersih/minum dengan sasaran manfaat 400 KK. Selain Sapras juga ada kegiatan USP dengan sasaran Usaha Kecil di Desa Sumbertangkil, yaitu terdapat 15 unit usaha kecil dan penerima manfaat 15 orang pengusaha kecil, Desa Pujiharjo 1 pokmas, penerima manfaat 15 orang, sedangkan di Desa Purwodadi 5 unit usaha kecil dengan penerima manfaat 15 orang. Di Kabupaten Blitar, pada Ponpes Darul Hikmah di Purworejo, Kec. Sanan Kulon, mendapatkan alokasi bantuan Rp. 19 juta dipergunakan untuk usaha di bidang mebelair, dan PPKM tahun 2010 di Desa Sidorejo, Kec. Ponggok, dengan membentuk UPKU Sido Makmur ( SK Kades No. 05 Tahun 2010 ) alokasi dana APBD Prov. Jatim Rp. 120.900.000 dan APBD Kabupaten Rp. 49.250.000. Kepala Bapemas Provinsi Jawa Timur, dalam setiap pertemuan dengan pengelola program selalu mengingatkan bahwa pengembangan program-program pemberdayaan masyarakat merupakan program yang berbasis konsep komunitas, sehingga perlu benar-benar dipahami oleh masyarakat untuk tidak mengedepankan kosep individual. Karena itu dalam program-program pemberdayaan masyarakat dibentuk UPK dan Pokmas. ”Bantuan pemerintah baik melalui APBD maupun APBN agar dapat benar-benar dirasakan oleh masyarakat dan ada manfaatnya bagi masyarakat dan perbaikan lingkungan,” ujarnya. Ditambahkannya, bantuan pemerintah diterima masyarakat secara utuh, tidak ada biaya/pemotongan apapun, sehingga masyarakat juga harus bertanggung jawab atas pelaksanaan di lapangan dan pengembangannya. (*)
Edisi Februari2011
GEMADESA
31
Melalui PNPM Generasi pemerintah menciptakan generasi muda yang berkualitas dan handal.
GD