DAFTAR ISI
Sepatah Kata
7
The Art Of Sensible Investing
1
The Indonesia’s Economic Saga
9
Memanfaatkan Opportunity Window The Japanese QE
17 25
Klub Investasi
31
Digitalisasi Newsweek, Awal Dari Berakhirnya Era Kertas?
37
Facebook Dalam Perspektif Investor
41
Mengutak-atik Aturan 72
45
Ingin Menjadi Stock-Picker?
49
Menuju Revolusi Industri Ketiga
55
Debt, Looks Good Until S**t Happens
63 67
Adakah Graham and Doddsville Investor Di Indonesia? Antara Growth-Stock Dan Growth-Company Melihat Posisi Indonesia Di Dunia (Company Level) Sebuah Tulisan Yang Menggugah (Catatan Tentang Krisis Global)
73 77 81
Mengukur Pertumbuhan (Materi)
87
Buffett Tidak Menggunakan Komputer
91
Investor atau Matematikawan?
95
Sebuah Pelajaran Berharga Dari Yunani
99
Uang Adalah Alat Dan Bukan Tujuan Antara Kucing Dan Keseimbangan Di Bursa Saham
105 109
1602: Sebuah Nostalgia VOC Dengan Bangsa Indonesia
113
Ketika Seisi Desa Menang Lotere
117
Jangan Terbalik Ketika Menimbang Risiko
119
(Mencoba) Mengalahkan Pasar
125
Trees Would Not Go To The Sky
129
Tantanglah Ide Anda Sendiri
135
PER 40x Itu Biasa
139
Hanya 1% Hidup Dari Dividen
143 147
Jatuhnya Pasar
151
Tentang Penulis
157
SEPATAH KATA
Buku ini adalah buku ketiga pada Street Investing Series. Buku pertama yang saya terbitkan adalah Investing Ideas yang kemudian atas saran dari rekan saya, Santo Vibby diubah judulnya menjadi Street Investing. Buku kedua pada seri ini adalah Behind Investing Ideas yang sampai saat ini masih beredar. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak ide yang muncul dan kemudian saya tuangkan ke dalam buku ini. Puzzle adalah teka-teki yang harus dipecahkan dengan menggabungkan kepingan-kepingannya satu persatu. Pada awalnya, Anda akan kebingungan harus memulai dari mana. Untuk mengatasinya tidak ada jalan lain. Kita harus berani untuk mencoba memulai dengan meletakkan kepingan pertama pada tempatnya. Selalu ada risiko kita akan melakukan kesalahan dan terpaksa mengulanginya kembali. Lambat laun, kepingan yang tercecer mulai tersusun rapi dan gambaran besarnya mulai terlihat. Investasi saham adalah sebuah puzzle raksasa. Seringkali kita menjumpai fenomena yang membuat
kita menyadari bahwa apa yang kita ketahui selama ini sangatlah sedikit. Mau tidak mau kita harus mencoba melaluinya. Terkadang prosesnya terasa amat berat. Walaupun begitu, seperti halnya puzzle semakin lama kita memainkannya, semakin terasa mudah menyelesaikannya. Siapkan Anda untuk mulai meletakkan kepingan pertama pada tempatnya?
Rempoa, 24 Juni 2014
Parahita Irawan
THE ART OF A SENSIBLE INVESTING
B
ayangkanlah sebuah dunia dengan bursa saham yang hanya memperkenankan kita untuk membeli saham dan tidak memperbolehkan kita untuk menjualnya. Anda tentu mengatakan hal tersebut tidak masuk akal karena jika kita membeli saham pastilah ada pihak yang menjualnya. Untuk kali ini, anggaplah kenyataannya adalah seperti itu. Apa yang Anda hadapi setelah membeli saham sebuah emiten? Anda tidak bisa mengharapkan untuk mendapatkan capital gain dari kenaikan harga sahamnya. Anda akan menghadapi kenyataan sesungguhnya bahwa ketika membeli saham suatu perusahaan, Anda telah membeli bisnisnya.
Let’s talk about business! Sebenarnya hal tersebut mirip dengan apa yang terjadi ketika kita berinvestasi pada sebuah perusahaan tertutup yang sahamnya tidak dijual di bursa saham atau manakala kita membeli sebuah franchise. Apakah karena kita tidak bisa menjual sahamnya kembali di bursa, bisnisnya juga ikut berhenti? Tidak. Perusahaan tersebut tetap menjalankan bisnisnya tidak perduli apakah sahamnya bisa diperjualbelikan secara bebas di bursa atau tidak. Perusahaan tersebut tetap berekspansi dan mencari peluang-peluang baru untuk menumbuhkan bisnisnya. Setiap tahunnya perusahaan tetap melaporkan pada Anda mengenai kondisi keuangannya, termasuk juga berapa laba yang diperoleh. Sebagian dari laba yang diperoleh akan dipergunakan untuk membiayai operasional bisnis dan ekspansi sementara sisanya akan dibagikan sebagai dividen yang merupakan imbal hasil kita sebagai pemegang sahamnya. Dividen, sebuah kata yang seringkali terlupakan manakala kita terlalu fokus dalam mengejar capital gain dan tidak menyadari bahwa dividenlah imbal hasil sebenarnya dari sebuah bisnis. Katakanlah Anda membeli saham tersebut di harga 2.000 rupiah sementara laba per lembar yang dihasilkan adalah 160 rupiah. Keuntungan per tahun dari modal 2
yang sudah kita tanamkan adalah 8% (160 / 2000). Dengan kata lain, P/E ratio saham tersebut adalah 12,5x. Apakah sudah selesai sampai di situ? Belum. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tidak seluruh keuntungan dibagikan ke pemegang saham. Ada laba yang ditahan dan dipergunakan untuk membiayai operasional perusahaan serta ekspansi. Katakanlah perusahaan tersebut membagikan 40% labanya sebagai dividen dan sisanya ditahan. Itu artinya bagian keuntungan usaha yang kita peroleh adalah 64 rupiah (40% x 160 rupiah) per lembar saham yang kita miliki. Jumlah dividen dibagi dengan harga pembelian saham kita ini disebut dengan dividend yield dan biasanya dinyatakan dalam persentase. Untuk kasus perusahaan dalam cerita ini, dividend yield-nya adalah 3,2% (64 / 2.000). Jika kita terbiasa mengharapkan capital gain yang cukup tinggi dari saham, imbal hasil 3.2% per tahun sepertinya terlihat sangat kecil. Sebagai informasi, imbal hasil per tahun rata-rata IHSG adalah 20% atau sepuluh kali lipat dari dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam cerita ini. Bahkan jika dibandingkan dengan imbal hasil sukuk sebesar 8.75% per tahun pun dividend yield-nya jauh lebih kecil. Apakah ceritanya berhenti sampai di situ? Belum.
3