DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1 B. TAHAPAN PENYELENGGARAAN PEMILU ……………………….. 3 C. POLA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMILU ………...20 D. UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA PEMILU DALAM UU PEMILU ….... 25 E. ADMINISTRASI PERKARA TINDAK PIDANA PEMILU ……………...…48 F. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S.O.P.) SENTRA PENEGAKAN HUKUM TERPADU TENTANG POLA PENANGANAN TINDAK PIDANA PEMILU ………………...49 G. PENUTUP ………………………………………………………………… 63 H. LAMPIRAN ………………………………………………………………… 64
PEDOMAN PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMILU
A. PENDAHULUAN Ibi societas ibi ius (di mana ada masyarakat, di situ ada hukum). Pendapat yang dikemukakan oleh Marcus Tilius Cicero (106-43 SM) tersebut sampai sekarang tidak seorangpun dapat membantahnya. Tanpa hukum tidak ada ketertiban dan tanpa ketertiban, manusia akan kehilangan pedoman. Negara Indonesia sebagai negara hukum mempunyai dua sumber kekuasaan sebagaimana diatur dalam Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 2 ayat (1) yang menyatakan bahwa Kedaulatan berada di tangan rakyat dan pasal 1 ayat (3) yang menyatakan Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai tindak lanjut dari UUD 1945 tersebut, Undang-Undang telah menetapkan bahwa anggota DPR, DPD, DPRD dan Presiden serta Wakil Presiden, dipilih secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, setiap lima tahun sekali. Pemilihan Umum secara langsung oleh rakyat kali ini merupakan pemilihan langsung yang ketiga setelah Pemilu 2004 itu, yang merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan Negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Berbeda dengan Pemilu 2009 yang lalu, Pemilu untuk anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014, dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang telah disahkan dan diundangkan pada tanggal 11 Mei 2012, melengkapi undang-undang di bidang politik yang telah ada sebelumnya yakni Undangundang Nomor 2 Tahun 20011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilu.
2
Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012, tahapan Penyelenggaraan Pemilu dimulai dari Tahap Persiapan Pemilu yang telah dilaksanakan sejak tanggal 9 Juni 2012 dan puncaknya pada Tahap Pemungutan Suara yang berlangsung serentak pada tanggal 9 April 2014, serta berakhir pada Tahap Pengucapan Sumpah/ Janji anggota DPR dan DPD yang telah dijadwalkan akan dilaksanakan pada Juli - Agustus 2014. Berdasarkan pengalaman pada penyelenggaraan Pemilu tahun-tahun sebelumnya, yang diperkirakan mengandung Kerawanan akan terjadinya tindak pidana Pemilu, adalah pada tahap-tahap : 1. Pendaftaran pemilih dan penyusunan Daftar Pemilih. 2. Penyusunan dan Penetapan Daftar Calon Tetap Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota. 3. Kampanye. 4. Pemungutan suara dan penghitungan suara. Peran Kejaksaan dalam penyelenggaraan Pemilu Tahun 2014, lebih terfokus pada fungsi Kejaksaan sebagai penegak hukum, khususnya dalam penanganan dan penyelesaian tindak pidana Pemilu baik berupa pelanggaran maupun kejahatan. Kejaksaan sebagai salah satu institusi Penegak Hukum pada hakekatnya memegang posisi sentral dalam menegakkan aturan hukum yang terdapat dalam UU Nomor 8 Tahun 2012 tersebut dan peraturan-peraturan lain yang terkait dengan Penyelenggaraan Pemilu. Oleh karena itu, sangat diperiukan kesiapan aparatur Kejaksaan, baik yang menyangkut teknis yuridis khususnya penguasaan hukum materiil yaitu Undang-undang Pemilu dan peraturan-peraturan lain yang terkait dengan Pemilu, maupun dukungan dana dan administrasi yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas penuntutan dan eksekusi yang menjadi wewenang Kejaksaan. Berkenaan dengan hal tersebut, bersama ini disusun pedoman praktis bagi para Kajati, Kajari. Kacabjari dan para Jaksa, dalam rangka penanganan Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
3
dan penyelesaian perkara tindak pidana Pemilu serta tindak pidana lain yang terkait dengan penyelenggaraan pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 dengan sistematika sebagai berikut : A. Pendahuluan B. Tahapan Penyelenggaraan Pemilu C. Pola Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu D. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pemilu dalam UU Pemilu E. Administrasi Perkara Tindak Pidana Pemilu F. Penutup, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum G. Lampiran
B. TAHAPAN PENYELENGGARAAN PEMILU Tahapan
penyelenggaraan
Pemilihan
Umum
Anggota
Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014 sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012, tahapan Penyelenggaraan Pemilu Tahapan, Program, dan Jadual Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014, pada pokoknya meliputi kegiatan sebagai berikut : No.
Program/kegiatan
Jadual
Ket.
1
2
3
4
TAHAPAN PERSIAPAN 1.
Penataan Organisasi a. Penyusunan tata kerja KPU, KPU provinsi, dan KPU
9 Juni s/d 9 Agust 2012
Dilaksanakan oleh KPU
9 Juni s/d 9 Agust 2012
Dilaksanakan oleh KPU
kabupaten/kota b. Penyusunan organisasi, tugas, fungsi, wewenang dan tata kerja Sekretariat Jenderal Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
4
KPU, Sekretariat KPU provinsi, dan Sekretariat KPU kabupaten/kota, dengan Peraturan Presiden c. Penyusunan organisasi dan tata kerja Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU provinsi dan Sekretariat KPU kabupaten/kota, dengan Peraturan KPU
9 Juni s/d 9 Agust 2012
Dilaksanakan oleh KPU
d. Pengisian jabatan Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU provinsi dan Sekretariat KPU kabupaten/kota
9 Juni s/d 9 Des 2012
Dilaksanakan oleh KPU
2.
Pendaftaran Pemantau dan Pemantauan
Agust 2012 s/d Mar 2014
Dilaksanakan oleh KPU
3.
Pembentukan Badan Penyelenggara a. Pembentukan PPK dan PPS/PPLN
Nov 2012 s/d Jan 2013
Dilaksanakan oleh KPU,KPU Kabupaten /kota
b. Pembentukan KPPS /KPPSLN
9 Feb s/d 9 Mar 2014
Dilaksanakan oleh PPS/PPLN
c. Pembentukan Pantarlih/Pantarlih LN
Feb 2013
Dilaksanakan oleh PPS/PPLN
4.
Seleksi Anggota KPU provinsi dan Kabupaten/ Kota
Jan- Desember 2013
Dilaksanakan oleh KPU, dan KPU Provinsi
5.
Rapat Kerja, Rapat Koordinasi dan Bimbingan Teknis di Setiap Tingkatan
1 Juli 2012 s/d 28 Feb 2014
Dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi, KPU kabupaten /kota, PPK, PPS dan PPLN
6.
Sosialisasi, Publikasi dan Pendidikan Pemilih
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
5
7.
8.
a. Penyusunan pedoman sosialisasi, publikasi dan pendidikan pemilih
9 Juni s/d 31 Okt 2012
Dilaksanakan oleh KPU
b. Penyusunan modul sosialisasi dan pendidikan pemilih
9 Juni s/d 1 Okt 2012
Dilaksanakan oleh KPU
c. Pelaksanaan sosialisasi, publikasi dan pendidikan pemilih
Juni 2012 s/d Juni 2014
Dilaksanakan oleh KPU,KPU provinsi, dan KPU Kabupaten / kota
a. Penyusunan pedoman pengelolaan data dan informasi
9 Juni s/d 31 Des 2012
Dilaksanakan oleh KPU
b. Penyusunan dan pengembangan aplikasi SI KPU (Sistem Informasi KPU)
9 Juni 2012 s/d 9 Juni 2013
Dilaksanakan oleh KPU
c. Pengembangan WAN (Wide Area Network) Pemilu 2014 untuk pengelolaan data dan informasi.
9 Juni 2012 s/d 31 Des 2013
Dilaksanakan oleh KPU
d. Revitalisasi LAN (Local Area Network) KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota.
9 Juni 2012 s/d 31 Des 2013
Dilaksanakan oleh KPU
e. Bimbingan teknis SI KPU (Sistem Informasi KPU)
9 Juni 2012 s/d 28 Feb 2014
Dilaksanakan oleh KPU
Pengelolaan data dan Informasi
Logistik a. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kebutuhan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan penyelenggaraan Pemilu
9 Juni s/d 31 Des 2013
Dilaksanakan oleh KPU
b. Bimbingan teknis
1 Juli s/d 31 Des 2013
Dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi, KPU kabupaten /kota
c. Pengadaan dan pengelolaan logistik 1) Logistik Tahun 2013
9 Juni s/d 30 Nov 2013
Dilaksanakan oleh Setjen KPU, Set KPU provinsi, Set
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
6
KPU Kabupaten / Kota 2) Logistik Tahun 2014
1 Okt 2013 s/d 31 Mar 2014
Dilaksanakan oleh Setjen KPU, Set KPU provinsi, Set KPU Kabupaten / kota
d. Distribusi logistik perlengkapan pemungutan suara:
Dilaksanakan oleh Setjen KPU, Set KPU provinsi, Set KPUkabupaten/ kota
1) KPU provinsi
1 Feb s/d 31 Mar 2014
Menerima dari KPU
2) KPU kabupaten/kota
1 Feb s/d 31 Mar 2014
Menerima Dari KPU dan KPU provinsi
3) PPK
1 Mar s/d 5 April 2014
Menerima dari KPU kabupaten/kota
4) PPS
5 s/d 8 April 2014
5) KPPS
8 April 2014
e. Distribusi logistik perlengkapan pemungutan suara di luar negeri: 1) PPLN dan KPPSLN
9 Mar s/d 8 April 2014
Dilaksanakan oleh KPU, Kemenlu dan PPLN
TAHAPAN PENYELENGGARAAN PEMILU 1.
Perencanaan Program dan Anggaran. a. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran Pemilu
9 Juni 2012 s/d 31 Des 2013
b. Penyusunan dokumen penganggaran (RKKL, DIPA, POK) Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
9 Juni 2012 s/d 31 Des 2013
Dilaksanakan oleh KPU
7
c. Penyusunan Pedoman Pengelolaan Keuangan
9 Juni s/d 9 Agust 2012
2.
Penyusunan Peraturan KPU
9 Juni 2012 s/d 9 Juni 2013
Dilaksanakan oleh KPU
3.
Pendaftaran dan Verifikasi Peserta Pemilu a. Pengumuman dan pengambilan formulir pendaftaran
9 s/d 11 Agust 2012
Dilaksanakan oleh KPU
b. Pendaftaran partai politik dan penyerahan syarat pendaftaran
10 Agust s/d 7 Sept 2012
c. Penerimaan kelengkapan dokumen persyaratan
8 s/d 29 Sept 2012
Dilaksanakan oleh: 1. KPU 2. KPU Kabupaten/Kota Untuk penerimaan kelengkapan KTA
d. Verifikasi administrasi di KPU
11 Agust s/d 6 Okt 2012
e. Pemberitahuan hasil verifikasi Administrasi
7 s/d 8 Okt 2012
f. Perbaikan administrasi oleh partai politik
9 s/d 15 Okt 2012
g. Verifikasi administrasi hasil perbaikan
16 s/d 22 Okt 2012
h. Pemberitahuan penelitian administrasi hasil perbaikan kepada: 1) KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota
23 s/d 29 Okt 2012
2) Pimpinan partai politik tingkat pusat
23 s/d 29 Okt 2012
i. Verifikasi faktual di tingkat KPU 1) Verifikasi faktual kepengurusan tingkat pusat
30 Okt s/d 6 Nov 2012
2) Penyampaian hasil verifikasi
7 s/d 10 Nov 2012
3) Perbaikan
11 s/d 17 Nov
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
8
2012 4) Verifikasi hasil perbaikan
18 s/d 24 Nov 2012
5) Penyusunan berita acara
25 s/d 27 Nov 2012
j. Verifikasi di tingkat KPU provinsi: 1) Verifikasi faktual kepengurusan di KPU provinsi
30 Okt s/d 6 Nov 2012
2) Penyampaian hasil verifikasi
7 s/d 10 Nov 2012
3) Perbaikan
11 s/d 17 Nov 2012
4) Verifikasi hasil perbaikan
18 s/d 24 Nov 2012
5) Penyusunan berita acara:
25 s/d 27 Nov 2012
a) Hasil verifikasi provinsi b) Rekapitulasi hasil verifikasi kabupaten/ kota 6) Penyampaian hasil verifikasi kepada KPU
26 s/d 28 Des 2012
1) Verifikasi faktual kepengurusan dan keanggotaan
30 Okt s/d 24 Nov 2012
2) Pemberitahuan hasil verifikasi faktual kepengurusan dan keanggotaan
25 s/d 26 Nov 2012
3) Perbaikan
27 Nov s/d 3 Des 2012
4) Verifikasi hasil perbaikan
4 s/d 17 Des 2012
5) Penyusunan berita acara
18 s/d 19 Des 2012
6) Penyampaian hasil verifikasi kepada KPU provinsi
20 s/d 21 Des 2012
Rekapitulasi hasil verifikasi faktual dan Penetapan partai politik peserta Pemilu
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
KPU provinsi
22 s/d 25Des2012
k. Verifikasi di tingkat KPU kabupaten/ kota:
L
Dilaksanakan oleh
29 Des 2012 s/d 8 Jan 2013
Dilaksanakan oleh KPU Kabupaten/ Kota
Dilaksanakan oleh KPU
9
4.
m. Pengumuman partai politik peserta Pemilu
9 s/d 11 Jan 2013
Dilaksanakan oleh KPU
n. Pengundian dan penetapan nomor unit partai politik
12 s/d 14 Jan 2013
Dilaksanakan oleh KPU
o. Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara
12 Jan s/d 15 Mar 2013
Dilaksanakan oleh PT TUN
9 Nov s/ d 9 Des 2012
Dilaksanakan oleh Mendagri, Gubemur, Bupati dan Walikota
Pemutakhiran Data Pemilih dan Penyusunan Daftar Pemilih a. Penyerahan data kependudukan dari pemerintah dan pemerintah daerah kepada KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota serta data WNI di luar negeri
serta Menteri Luar Negeri b. Sinkronisasi data kependudukan dan data WNI di luar negeri
9 Des 2012 s/d 9 Feb 2013
Dilaksanakan oleh Pemerintah bersama KPU
c. Penyerahan DP4 kepada KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota
9 Feb 2013
Dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
d. Konsolidasi DP4
10 s/d 24 Feb 2013
Dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota
e. Pencermaan DP4 dan DPT Pemilu terakhir
25 Feb s/d 10 Mar 2013
f. Penyerahan data Pemilih dari KPU ke KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota
11 s/d 13 Mar 2013
Dilaksanakan oleh KPU
g. Pemuktakhiran data pemilih (pencocokan dan penelitian)
14 Mar s/d 9 Juni 2013
Dilaksanakan oleh Pantarlih
h. Penyusunan bahan Daftar Pemilih Sementara (DPS)
10Junis/d9Juli20 13
Dilaksanakan oleh PPS
i. Penetapan DPS
10 Juli 2013
Dilaksanakan oleh PPS
j. Pengumuman DPS
11 s/d 24 Juli
Dilaksanakan
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
10
5.
2013
oleh PPS
k. Penyerahan salinan DPS kepada partai politik tingkat kecamalan
12 s/d 15Juli2013
Dilaksanakan oleh KPU kabupaten/kota
l. Masukan dan tanggapan masyarakat
11 Juli s/dl Agust 2013
m. Perbaikan dan penyusunan DPS
2 s/d 15 Agust 2013
Dilaksanakan oleh PPS
n. Penetapar. Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan (DPSHP)
16 Agust 2013
Dilaksanakan oleh PPS
o. Pengumuman, masukan dan tanggapan masyarakat atas penetapan DPSHP
17 s/d 23 Agust 2013
Dilaksanakan oleh PPS
p. Perbaikan DPSHP
24 Agust s/d 6 Sept 2013
q. Penyerahan DPSHP akhir kepada KPU kabupaten/kota
7 s/d 10 Sept 2013
Dilaksanakan oleh PPS melalui PPK
r. Penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) tingkat kabupaten/kota
7 s/d 13 Sept 2013
Dilaksanakan oleh KPU kabupaten/kota ]
s. Penyerahan DPT kepada KPU, KPU provinsi, PPK dan PPS
14 s/d 20Sept 2013
Dilaksanakan oleh KPU kabupaten/kota
t. Penyerahan salinan DPT kepada partai politik peserta Pemilu tingkat kabupaten/kota dan kecamatan
14 s/d 20Sept 2013
Dilaksanakan oleh KPU kabupaten/kota
u. Pengumuman DPT
21 Sept 2013 s/d 9 Apri 2014
v. Rekapitulasi di KPU provinsi
24 Sept s/d 8 Okt 2013
Dilaksanakan oleh KPU provuisi
w. Rekapitulasi di KPU
9 s/d 23 Okt 2013
Dilaksanakan oleh KPU
a. Pemuktahiran data pemilih WNI di luar negeri
9 Feb s/d 9 Mei 2013
PPLN dibantu Pantarlfli
b. Penyusunan Daftar Pemilih Sementara Luar Negeri (DPSLN)
10 Mei s/d 9 Juni 2013
Dilaksartakan oleh PPLN
Penyusunan Daftar Pemilih di Luar Negeri
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
11
6.
c Pengumuman DPSLN
10 s/d 24 ]uni 2013
Dilaksanakan oleh PPLN
d. Masukan dan tanggapan masyarakat
25 Juni s/d 16 Juli 2013
e. Perbaikan DPSLN
17 s/d 24 ]uli 2013
Dilaksanakan oleh PPLN
f. Penetapan Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri (DPTLN)
25 Juli s/d 10 Agust 2013
Dilaksanakan oleh PPLN
g- Penyampaian DPTLN kepada KPU dengan tembusan Kepala Perwakilan Republik Indonesia
11 s/d 25 Agust 2013
Dilaksanakan oleh PPLN
a. Penetapan jumlah kursi DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota berdasarkan data penduduk (DAK2)
10 Des 2012 s/d 15 Jan 2013
Dilaksanakan oleh KPU
b. Penataan daerah pemijhan DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota
7 s/d 21 Feb 2013
Dilaksanakan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/ Kota
c. Rapat koordinasi dengan partai politik peserta Pemilu dan konsultasi publik
22 s/d 28 Feb 2013
Dilaksanakan oleh KPU Provinsi dan KPU kabupaten/kota
d. Penyerahan hasil penataan daerah pemilihan DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota kepada KPU
1 s/d 2 Mar 2013
Dilaksanakan oleh KPU Provinsi dan KPU kabupaten/ kota
e. Penetapan daerah pemilihan DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota
1 s/d 9 Mar 2013
Dilaksanakan oleh KPU
Penataan dan Penetapan Daerah Pemilihan
7.
Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota
7.1.
Pendaftaran Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota a Pengumuman pendaftaran pencalonan
6 s/d 8 April 2013
b. Pendaftaran pencalonan
9 s/d 15 April
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
12
2013 7.2.
Verifikasi Pencalonan Anggota DPD a. Verifikasi terhadap kelengkapan administrasi calon anggota DPD
16 s/d 22 April 2013
Dilaksanakan oleh KPU dibantu KPU provinsi
b. Pemberitahuan hasil verifikasi kelengkapan administrasi
23 April 2013
Dilaksanakan oleh KPU dibantu KPU provinsi
c- Perbaikan terhadap kelengkapan administrasi
24 s/d 30 Apri. 2013
d. Verifikasi terhadap perbaikan kelengkapan administrasi
1 s/d 7 Mei 2013
Dilaksanakan oleh KPU dibantu KPU provinsi
e. Verifikasi faktual terhadap persyaratan dukungan
8 s/d 21 Mei 2013
Dilaksanakan oleh KPU kabupaten/kota
f- Penyampaian hasil verifikasi faktual persyaratan dukungan kepada bakal calon anggota DPD
22 Mei 2013
Dilaksanakan oleh KPU dibantu KPU provinsi
g- Perbaikan terhadap persyaratan dukungan
23 s/d 29 Mei 2013
h. Verifikasi terhadap perbaikan persyaratan dukungan
30 Mei s/d 12 Juni 2013
Dilaksanakan oleh KPU kabupaten/kota
i. Penyusunan dan penyampaian Berita Acara Hasil Verifikasi Administrasi dan Faktual kepada KPU
13 Juni 2013
Dilaksanakan oleh KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota
j. Penelitian persyaratan calon anggota DPD
14 s/d 27 Juni 2013
Dilaksanakan oleh KPU
k. Penyusunan dan penetapan Daftar Calon Sementara (DCS) anggota DPD
28 s/d 30 Juni 2013
Dilaksanakan oleh KPU
L Pengumuman DCS anggota DPD
1 s/d 3 Juli 2013
Dilaksanakan oleh KPU
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
13
7.3.
m. Masukan dan tanggapan masyarakat
4 s/d 13 Juli 2013
n. Permintaan klarifikasi kepada calon anggota DPD
14 s/d 16 Juli 2013
Dilaksanakan oleh KPU dibantu KPU provinsi
o. Penyampaian hasil klarifikasi kepada KPU
17 s/d 23 Juli 2013
Dilaksanakan oleh KPU
p. Penyusunan dan penetapan Daftar Calon Tetap (DCT) anggota DPD '
24 s/d 26 Juli 2013
Dilaksanakan oleh KPU
q. Pengumuman DCT anggota DPD
27 Juli 2013
Dilaksanakan oleh KPU
16 s/d 29 April 2013
Dilaksanakan oleh:
Venfikasi Pencalonan Anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota a. Verifikasi kelengkapan administrasi daftar calon dan ~ bakal calon: 1) Anggota DPR
1) KPU
2) Anggota DPRD provinsi
2) KPU provinsi
3) Anggota DPRD kabupaten/kota
3) KPU kabupaten/kota
b. Penyampaian hasil verifikasi kelengkapan administrasi daftar calon dan bakal calon kepada partai politik peserta Pemilu
30 April 2013
Dilaksanakan oleh 1 KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota
c. Perbaikan daftar calon dan syarat calon serta pengajuan bakal calon pengganti anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota
1 s/d 7 Mei 2013
Dilaksanakan oleh 1 partai politik di masing-masing tingkatan
d. Verifikasi terhadap perbaikan daftar 8 s/d 14 2013 calon dan syarat calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota e.
Penyusunan dan penetapan DCS 12 s/d anggota DPR, DPRD provinsi dan 2013 DPRD kabupaten/kota
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
Mei Dilaksanakan oleh 1 KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota
25Juni Dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan
14
KPU kabupaten/kota f. Pengumuman DCS anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dan persentase keterwakilan perempuan g. Masukan dan tanggapan masyarakat atas DCS anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota h. Permintaan klarifikasi kepada partai politik atas masukan dan tanggapan masyarakat terhadap DCS anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota i. Penyampaian klarifikasi dari partai politik kepada KPU KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota
26 s/d 30 Juni2013
Dilaksanakan oleh 1 KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota
1 s/d 10 Juli 2013 11 s/d 17 Juli 2013
Dilaksanakan oleh 1 partai politik di masing-masing tingkatan
18 Juli 2013
j. Pemberitahuan pengganti DCS
19 s/d 20 Juli 2013
k. Pengajuan penggantian bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
21 s/d 27 Juli 2013
L Verifikasi pengganti DCS anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota kepada KPU/KPU provinsi/KPU kabupaten/kota
27 s/d 29 ]uli 2013
Dilaksanakan oleh Partai politik di masing-masing tingkatan
m. Penyusunan dan Penetapan Daftar Calon Tetap (DCT) anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota
30 Juli s/d 3 Agst 2013
Dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota
n. Pengumuman DCT anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/ kota
4 Agust 2013
Diumumkan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota sesuai tingkatannya
o. Sengketa Tata Usaha Negara Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
4 Agust s/d 7
15
Okt 2013 8.
Kampanye a. Persiapan Kampanye 1) Koordinasi dengan pemerintah daerah 15 s/d 29 Des KPU/KPU untuk penetapan lokasi pemasangan 2012 provinsi/ KPU alat peraga untuk pelaksanaan kabupaten/ kota kampanye berkoordinasi dengan Pemerintah/ Pemerintah Daerah 2)
Pendaftaran pelaksana kampanye 11 Jan s/d 11 Ditetapkan oleh KPU, KPU (Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi Feb 2013 Provinsi dan dan DPRD kabupaten/kota) serta KPU anggota DPD kepada KPU, KPU kabupaten/kota provinsi dan KPU kabupaten/kota
3)
Penyerahan laporan awal dana 2 Feb s/d 2 Mar Dilaksanakan oleh Partai kampanye dan rekening khusus dana 2014 Politik Peserta kampanye kepada KPU, KPU provinsi Pemilu Sesuai dan KPU kabupaten/kota. Tingkatannya
4) Koordinasi dengan lembaga terkait 12 Feb s/d 12 KPU dan KPU (KPl, KPID, Dewan Pers, Polri). Mar 2014 provinsi 5)
Penyusunan Jadual Kampanye Rapat Umum dengan peserta Pemilu;
12Febs/dl2Mar2 014
Dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota Dilaksanakan oleh peserta Pemilu 2014
b. Pelaksanaan Kampanye 1)
Pelaksanaan kampanye melalui pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye kepada umum, dan pemasangan alat peraga.
11 Jan 2013 s/d 5 April 2014
2)
Pelaksanaan kampanye melalui rapat umum dan iklan media massa cetak dan elektronik.
16 Mar s/d 5 April 2014
Dilaksanakan oleh peserta Pemilu 2014
3)
Penyerahan laporan dana kampanye meliputi penerimaan dan pengeluaran kepada akuntan public melalui KPU,
10 s/d 24 April 2014
Dilaksanakan Oleh Partai Politik Peserta
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
16
KPU provinsi, kabupaten/kota 4)
dan
KPU
Audit dana kampanye
5) Penyerahan hasil audit dana kampanye kepada KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota
Pemilu dan Calon Anggota DPD 25 April s/d 25 Mei 2014 26s/d27Mei 2014
6)
Penyampaian hasil audit dana kampanve oleh KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota kepada peserta pemilu
28 Mei s/d 3 Juni 2014
7)
Pengumuman hasil audit penerimaan dan penggunaan dana kampanye
4 s/d 13 Juni 2014
9.
Masa Tenang
10.
Pemungutan dan Penghitungan Suara
10.1
Persiapan menjelang pemungutan suara : a. Simulasi penyampaian hasil penghitungan suara dengan menggunakan sistem informasi/ elektronik
Dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik
6 s/d 8 April 2014
1 s/d 28 Feb 2014
Dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dai KPU kabupaten/kota
Pembersihan alat peraga kampanye oleh masing-masing peserta Pemilu 2014
Dilaksanakan di masing-masing kabupaten/kota (termasuk beberapa kecamatan)
b. Monitoring persiapan pemungutan suara di daerah
5 s/d 31 Mai 2014
Dilaksanakan oleh KPU sampai ke tingkat PPS
c. Pengumuman dan pemberitahuan tempat dan waktu pemungutan suara kepada pemilih dan saksi oleh KPPS/KPPSLN
Sebelum 6 April 2014
Dilaksanakan oleh KPPS/KPPSLN
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
17
d. PenyiapanTPS/TPSLN
10.2
8 April 2014
Dilaksanakan oleh KPPS/KPPSLN
Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara
a. Pemungutan dan penghitungan suara di TPS
9 April 2014
Dilaksanakan oleh KPPS
b. Pengumuman hasil penghitungan suara di TPS
9 April 2014
Dilaksanakan oleh KPPS
c. Penyampaian hasil penghitungan suara dan alat kelengkapan di TPS kepada PPS
9 April 2014
Dilaksanakan oleh KPPS
d. Pemungutan Suara di TPSLN
30 Mar-6 April 2014
Dilaksanakan oleh KPPSLN disesuaikan hari libur kerja pada negara yang bersangkutan
e. Penghitungan Suara di TPSLN
9 April 2014
Dilaksanakan oleh KPPSLN
f. Pengumuman hasil penghitungan suara di TPSLN
9 April 2014
Dilaksanakan oleh KPPSLN
g. Penyampaian hasil penghitungan suara dan alat kelengkapan di TPSLN kepada PPLN
9 April 2014
Dilaksanakan oleh KPPSLN
a. Rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPS/PPLN
10 s/d 15 April 2014
Dilaksanakan oleh PPS/PPLN
b. Pengumuman rekapitulasi hasil penghitungan suara di pre/PPLN
10 s/d 15 April 2014
Dilaksanakan oleh PPS/PPLN
11.
Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara
c. Penyampaian berita acara, rekapitulasi hasil penghitungan suara, dan alat kelengkapan
1) Di PPS kepada PPK
12 s/d 15 April 2C14
Dilaksanakan oleh PPS
2) Di PPLN kepada KEMENLU
12 s/d 17 April 2C14
Dilaksanakan oleh PPLN
3) Dari KEMENLU kepada KPU
18 April 2014
Dilaksanakan oleh KEMENLU
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
18
d. Rekapirulasi hasil penghitungan suara di PPK
13 s/d 17 April 2014 [
dilaksanakan oleh PPK
e. Pengumuman salinan serKfikat rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPK.
14 s/d 17 April 2014 I
dilaksanakan oleh PPK
f. Penyampaian berita acara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat kecamatan kepada KPU kabupaten/kota
15 s/d 19 April 2014 I
dilaksanakan oleh PPK
g. Rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan suara tingkat kabupaten/kota
19 s/d 21 April 2014
dilaksanakan oleh KPU kabupaten/kota
h. Pengumuman rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat kabupaten/kota
20 s/d 22 April 2014
Dilaksanakan oleh KPU kabupaten/kota
i. Penyampaian hasil rekapitulasi penghitungan suara tingkat kabupaten/kota kepada KPU provinsi
20 s/d 22 April 2014
Dilaksanakan oleh KPU kabupaten/kota
j. Rekapirulasi dan penetapan hasil penghitungan suara tingkat provinsi
22 s/d 24 April 2014
Dilaksanakan oleh KPU provinsi
k. Pengumuman rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat provinsi
23 s/d 25 April 2014
Dilaksanakan oleh oleh KPU provinsi
L Penyampaian rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemiij Anggota DPR, DPD, DPRD kepada KPU
24 s/d 28 April 2014
Dilaksanakan oleh KPU provinsi
m. Rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu tingkat Nasional
26 April s/d6Mei2014
Dilaksanakan oleh KPU
n. Penetapan rekapitulasi hasi: penghitungan perolehan suara Partai polirik dan perolehan suara calon anggota DPR dan calon anggota DPD.
6 s/d 7 Mei 2014
Dilaksanakan oleh KPU
12.
Penetapan hasil pemilu secara nasional
7 s/d 9 Mei 2014
Dilaksanakan oleh KPU
13.
Penetapan partai politik memenuhi ambang batas
7 s/d 9 Mei 2014
Dilaksanakan oleh KPU
14.
Penetapan Perolehan Kursi dan Calon Terpilih a. Tingkat nasional
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
19
1) Penetapan Perolehan Kursi dan calon terpilih anggota DPRserta DPD
11 s/d 17 Mei 2014
Ditetapkan oleh KPU
2) Pemberitahuan dan Pengumuman Calon Terpilih Anggota DPR, dan DPD
12 s/d 18 Mei 2014
Ditetapkan oleh KPU
b. Tingkat provinsi
1) Penetapan Pemlehan Kursi dan calon terpilih Anggota DPRD provinsi
11 s/d 13 Mei 2014
Ditetapkan oleh KPU provinsi
2) Pemberitahuan dan Pengumuman Calon Terpilih Anggota DPRD provinsi
12 s/d 18 Mei 2014
Ditetapkan oleh KPU provinsi
c. Tingkat kabupaten/kota
15.
16.
1)
Penetapan Perolehan Kursi dan calon terpilih Anggota DPRD kabupaten/kota
11 s/d 13 Mei 2014
Ditetapkan oleh KPU kabupaten/ kota
2)
Femberitahuan dan Pengumuman Calon Terpilih Anggota DPRD kabupaten/ kota
12 s/d 18 Mei 2014
Ditetapkan oleh KPU kabupaten/ kota
a. DPRD kabupaten/kota
Juni - Juli 2014
Oleh Gubemur atas nama Presiden Rl*
b. DPRD provinsi
Juni-Juli2014
Oleh Mendagri atas nama Presiden RI*
c. DPR dan DPD
Agust - Sep 2014
Oleh Presiden RI
Peresmian Keanggotaan
Pengucapan Sumpah/Janji Pengucapan sumpah/janji anggota :
a. DPRD kabupaten/kota
Juli-Agust 2014
Oleh Sekretariat DPRD kabupaten/kota
b. DPRD provinsi
Agust - Sept 2014
Oleh Sekretariat DPRD provinsi
c. DPR dan DPD
10 Okt 2014
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
Oleh Sekretariat Jenderal DPR
20
TAHAPAN PENYELESAIAN 1.
2.
3.
Perselisihan Hasil Pemilu Pengajuan perselisihan hasil pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD kepada Mahkamah Konstitusi
12 s/d 14 Mei 2014
Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemilu
1 Okt s/d 1 Nov 2014
a. KPU kabupaten/ kota
Juli 2014
b. KPU provinsi
Agust 2014
Penyusunan Dokumentasi
9 April s/d 31 Agust 2014
4.
Pengelolaan Arsip
5.
Pembubaran Badan-Badan Penyelenggara ad hoc
6.
Penyusunan Laporan Keuangan
Dilakukan oleh KPU, KPU provinsi, KPU kabupaten/kota Dilakukan oleh KPU, KPU provinsi. KPU kabupaten/kota
1 Sept 2014 s/d 1 Okl 2019
Dilakukan oleh KPU, KPU provinsi, KPU kabupaten/kota
9 Juni 2014
Dilakukan sesuai dengan ringkatannya
1 Juli s/d 31 Des 2014
Dilakukan oleh KPU, KPU provinsi, KPU kabupaten/kota
.
C. POLA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMILU
Dalam pasal 260 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Tindak pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran dan/atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 telah menetapkan hukum acara yang diberlakukan secara khusus dalam menyelesaikan perkara tindak pidana Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
21
Pemilu, dengan memberikan batasan waktu penyidikan pra penuntutan serta penuntutan yang lebih singkat dibandingkan dengan KUHAP. Untuk menindak lanjuti hal tersebut, para Kajati/Kajari agar menunjuk Jaksa khusus untuk menangani perkara tindak pidana pemilu. Jaksa yang menangani perkara tindak pidana Pemilu intuk sementara waktu agar tidak dibebani menangani perkara lain. Penunjukan Jaksa Khusus Pemilu tersebut agar mempertimbangkan kemampuan teknis, integritas dan profesionalisme Jaksa yang akan ditunjuk. Selain adanya penunjukan Jaksa yang khusus untuk enangani perkara pelanggaran pidana Pemilu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah sistem registrasi dan administrasi perkara yang harus diatur secara khusus/tersendiri untuk mengimbangi kecepatan penanganan perkara tindak pidana Pemilu, sebagaimana yang ditetapkan dalam pedoman ini. Pimpinan telah menetapkan bahwa perkara tindak pidana pemilu merupakan perkara penting yang level pengendaliannya ada pada Kepala Kejaksaan Tinggi, namun pelaporannya harus disampaikan kepada Jaksa Agung cq Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum. Dalam hal di daerah Propinsi, Kabupaten atau Kota dibentuk Sentra GAKKUMDU yang melibatkan Kejaksaan, agar Kajati menugaskan Aspidum atau Jaksa lain dalam Sentra GAKKUMDU Propinsi, sedangkan untuk Sentra GAKKUMDU Kabupaten/Kota, agar Kajari menugaskan Kasi Pidum, Kacabjari atau Jaksa lain. Jaksa yang ditunjuk dalam Sentra GAKKUMDU agar dipilih Jaksa yang memiliki kemampuan teknis, integritas dan Profesionalisme yang baik. Pola penanganan perkara tindak pidana Pemilu pada dasarnya dilaksanakan berdasarkan pedoman sebagai berikut: 1. Tahap Pra Penuntutan 1.1.
Pada
saat
dimulainya
Kajati/Kajari/Kacabjari penyidikan
perkara
menerima
tindak
pidana
pemberitahuan Pemilu,
agar
Kajati/Kajari/Kacabjari segera menunjuk Jaksa Khusus Pemilu yang telah ditetapkan, untuk mengikuti perkembangan penyidikan dan Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
22
penyelesaian
perkara
pelanggaran
pidana
Pemilu,
dengan
mempergunakan formulir P-16P sebagaimana terlampir dalam pedoman ini. Tembusan formulir P-16P tersebut agar disampaikan secara langsung kepada Jaksa Agung cq. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum. Jaksa Khusus Pemilu yang ditunjuk untuk mengikuti perkembangan penyidikan dengan formulir P-16P, sekaligus menjadi Jaksa Penuntut Umum yang menyelesaikan perkara ke pengadilan, sehingga dengan digunakannya formulir P-16P, tidak perlu lagi menerbitkan formulir P-16A. Jaksa Penuntut Umum yang ditunjuk sebagai Jaksa Khusus Pemilu agar tidak dibebani dengan tugas-tugas lainnya. 1.2. Jaksa Khusus Pemilu yang ditunjuk (Jaksa P-16P) sejak menerima SPDP secara aktif melakukan koordinasi dan memberikan petunjuk kepada penyidik guna melengkapi berkas perkara. 1.3
Sesuai ketentuan Pasal 261 ayat (1) UU No. 8 Tahun 2012, hasil penyidikan dan berkas perkara tindak pidana Pemilu, harus sudah selesai dan disampaikan oleh penyidik kepada penuntut umum paling lama 14 (empat belas) hari sejak penyidik menerima laporan adanya pelanggaran pidana Pemilu dari Bawaslu, Panwaslu Propmsi, Panwaslu Kabupaten/Kota.
1.4
Pada saat Jaksa P-16P telah menerima penyerahan berkas perkara tahap pertama, agar segera melakukan penelitian kelengkapan formil
maupun
kelengkapan
materil,
dengan
memperhatikan
ketentuan 261 UU No. 8 Tahun 2012. 1.5
Penelitian terhadap berkas perkara dilakukan dalam waktu 3 (tiga) hari sesudah berkas perkara tahap pertama diterima, dan apabila berdasarkan hasil penelitian ternyata berkas perkara belum lengkap, berkas perkara tersebut harus dikembalikan paling lama 3 (tiga) hari sesudah berkas perkara diterima dari penyidik disertai petunjuk
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
23
untuk melengkapinya (vide Pasal 261 ayat (2) UU no. 8 Tahun 2012). 1.6
Mengingat pengembalian berkas perkara untuk dilengkapi oleh penyidik
dibatasi
paling
lama
3
(tiga)
hari,
maka
untuk
mempersingkat administrasi, agar pemberitahuan berkas perkara belum lengkap digabungkan dengan pengembalian berkas pekara untuk dilengkapi. Untuk itu maka pengembalian berkas perkara tersebut agar menggunakan formulir P-18P sebagaimana terlampir dalam pedoman ini. 1.7
Penyidik harus sudah menyerahkan kembali berkas perkara yang telah dilengkapi sesuai petunjuk Penuntut Umum tersebut kepada Kejaksaan dalam waktu 3 (tiga) hari sesudah berkas perkara tersebut diterima kembali [vide Pasal 261 ayat (3) UU No. 8 Tahun 2012].
1.8
Apabila berdasarkan hasil penelitian tersebut sudah memenuhi persyaratan,
agar
diberitahukan
kepada
penyidik
dengan
mempergunakan formulir P-21P sebagaimana terlampir, dalam waktu 3 (tiga) hari sesudah berkas perkara tersebut diterima kembali dari penyidik. 1.9
Sebelum P-21P diterbitkan, agar Jaksa Penuntut Umum yang ditunjuk menyiapkan rencana dakwaan terhadap perkara tindak pidana Pemilu tersebut terlebih dahulu.
1.10 Apabila tindak pidana Pemilu tersebut dilakukan oleh pejabat pemerintah atau tokoh masyarakat, agar segera dilaporkan ke Jaksa Agung Rl cq JAM PIDUM. 2. Tahap Penuntutan, Upaya Hukum dan Eksekusi 2.1. Setelah penyerahan berkas perkara tahap kedua diterima, Jaksa Penuntut Umum yang telah ditunjuk dengan formulir P-16P secara otomatis merupakan Jaksa Penuntut Umum yang menyidangkan perkara tindak pidana Pemilu tersebut, sehingga tidak perlu lagi diterbitkan formulir P-16A. Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
24
2.2. Pelimpahan perkara tindak pidana Pemilu ke pengadilan negeri dilakukan paling lama 5 (lima) hari setelah penyerahan tahap II diterima dari penyidik (vide pasal 261 ayat (4) UU No. 8 Tahun 2012). 2.3. Mengingat ketentuan Pasal 263 ayat (1) UU No. 8 Tahun 2012, yang memberikan
batasan
waktu
bagi
pengadilan
negeri
untuk
memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana Pemilu paling lama 7 (tujuh) hari setelah pelimpahan berkas perkara, supaya para Kajari berkoordinasi dengan Ketua Pengadilan untuk menetapkan hari persidangan. 2.4. Untuk mengantisipasi kemungkinan ketidakhadiran terdakwa dan para saksi, agar dilakukan koordinasi dengan penyidik untuk dapat menghadapkan terdakwa dan para saksi di depan persidangan pada hari yang telah ditentukan. 2.5. Pengendalian tuntutan pidana perkara tindak pidana Pemilu dilakukan oleh Kepala Kejaksaan Negeri sesuai Surat Edaran Jaksa Agung R.I. Nomor : SE-013/A/JA/12/2011 tanggal 29 Desember 2011 tentang Pedoman Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana Umum, kecuali terhadap perkara tindak pidana pemilu tertentu yang menarik perhatian masyarakat yang diatensi oleh Pimpinan, maka pengendaliannya dilakukan oleh Kepala Kejaksaan Tinggi atau Jaksa Agung Muda Tidak Pidana Umum. 2.6. Terhadap putusan perkara tindak pidana Pemilu yang akan diajukan banding, agar permohonan banding diajukan paling lambat 3 (tiga) hari sesudah putusan dibacakan bersamaan dengan penyerahan memori banding, untuk itu perlu dilakukan koordinasi dengan Hakim yang menyidangkan perkaranya agar petikan putusan dapat diterima segera sesudah dibacakan di depan persidangan. 2.7. Putusan pengadilan negeri mempunyai kekuatan hukum tetap 3 (tiga) hari sesudah dibacakan bila terpidana menerima putusan, dan Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
25
bila banding, maka putusan banding merupakan putusan akhir yang mempunyai kekuatan hukum mengikat serta harus dilaksanakan. 2.8. Putusan pengadilan dilaksanakan paling lama 3 (tiga) hari setelah putusan tersebut diterima oleh Jaksa [vide Pasal 264 ayat (2) UU Pemilu]. 2.9. Untuk melaksanakan putusan pengadilan, bila dipandang perlu Kepala Kejaksaan Negeri dapat meminta bantuan aparat kepolisian untuk menghadapkan terpidana kepada Jaksa. Pelaksanaan penanganan perkara pelanggaran Pemilu sebagaimana tersebut di atas, harus dilaporkan secara berjenjang, dengan tembusan dikirimkan secara langsung kepada Jaksa Agung Rl cq Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum pada kesempatan pertama.
D. UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA PEMILU Ketentuan pidana dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, diatur dalam Bab XII Ketentuan Pidana, yang dibedakan atas kategori Pelanggaran yaitu mulai dari pasal 273 hingga pasal 291 dan kategori Kejahatan yaitu mulai dari pasal 292 hingga pasal 321. Mengingat UU Pemilu adalah hukum yang bersifat khusus (lex specialis) maka agar dalam penerapan deliknya tidak menggunakan undangundang lain, seperti KUHP. Untuk memudahkan para Jaksa dalam penerapan pasal-pasal pidana Pemilu tersebut, dapat dipergunakan matrik pasal dan unsur-unsur tindak pidana Pemilu sebagaimana di bawah ini : 1. Pelanggaran :
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
26
No.
Pasal
Kualifikasi Delik
1
2
3
1.
273
Unsur Tindak Pidana
Sanksi
4
5
Dengan sengaja
Setiap orang;
pidana kurungan
memberi
dengan sengaja;
paling lama 1
keterangan tidak
memberikan keterangan
(satu) tahun dan
benar untuk
yang tidak benar
denda paling
pengisian daftar
mengenai diri sendiri
banyak
Pemilih
atau diri orang lain;
Rp.12.000.000,-
tentang suatu hal yang diperlukan untuk
(dua belas juta rupiah)
pengisian daftar Pemilih. 2.
274
Dengan sengaja
Setiap anggota PPS atau
tidak
PPLN;
pidana kurungan paling lama 6
memperbaiki
dengan sengaja;
(enam) bulan
daftar pemilih
tidak memperbaiki daftar
dan denda
sementara
pemilih sementara ; setelah mendapat
paling banyak Rp 6.000.000,-
masukan dari
(enam juta
masyarakat dan Peserta
rupiah)
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (6), Pasal 37 ayat (2), dan Pasal 43 ayat (5). 3.
275
Mengacaukan
Setiap orang;
pidana kurungan
jalannya
mengacaukan,
paling lama 1
Kampanye
menghalangi, atau
(satu) tahun dan
mengganggu;
denda paling
jalannya Kampanye
banyak
Pemilu.
Rp12.000.000,(dua belas juta rupiah)
4.
276
Dengan sengaja
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
Setiap orang;
pidana kurungan
27
melakukan
dengan sengaja;
paling lama 1
Kampanye di luar
melakukan Kampanye
(satu) tahun dan
jadwal
Pemilu; di luar jadwal yang telah
denda paling banyak
ditetapkan oleh KPU,
Rp12.000.000,-
KPU Provinsi, dan KPU
(dua belas juta
Kabupaten/Kota untuk
rupiah)
setiap Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (2) 5.
277
melanggar larangan kampanye
Setiap pelaksana Kampanye Pemilu; melanggar larangan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
mengikutsertakan
sebagaimana dimaksud
denda paling
pejabat tertentu
dalam Pasal 86 ayat (2)
banyak Rp12.000.000,(dua belas juta rupiah)
6.
278
Larangan bagi
Setiap pegawai negeri
pidana kurungan
Pegawai Negeri
sipil, anggota Tentara
paling lama 1
Sipil dan militer
Nasional Indonesia dan
(satu) tahun dan
sebagai
Kepolisian Negara
denda paling
pelaksana
Republik Indonesia,
banyak
kampanye
kepala desa, dan
Rp12.000.000,-
perangkat desa;
(dua belas juta
melanggar larangan
rupiah)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (3) 7.
Pelaksana kampanye,
279
Dengan sengaja
pidana kurungan
ayat
mengakibatkan
peserta kampanye, dan
paling lama 1
(1)
terganggunya
petugas kampanye;
(satu) tahun dan
pelaksanaan
dengan sengaja;
denda paling
Kampanye
mengakibatkan
banyak
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
28
terganggunya
Rp12.000.000,-
pelaksanaan Kampanye
(dua belas juta
Pemilu di tingkat desa
rupiah)
atau nama lain/kelurahan. 8.
Pelaksana kampanye,
279
Karena kelalaian
pidana kurungan
ayat
mengakibatkan
peserta kampanye, dan
paling lama 6
(2)
terganggunya
petugas kampanye;
(enam) bulan
pelaksanaan
karena kelalaiannya;
dan denda
Kampanye
mengakibatkan
paling banyak
terganggunya
Rp6.000.000,00
pelaksanaan Kampanye
(enam juta
Pemilu di tingkat desa
rupiah)
atau nama lain/kelurahan. 9.
280
Dengan sengaja
Peserta Pemilu;
pidana kurungan
memberikan
dengan sengaja;
paling lama 1
keterangan tidak
memberikan keterangan
(satu) tahun dan
benar dalam laporan dana Kampanye
tidak benar; dalam laporan dana
denda paling banyak
Kampanye Pemilu
Rp12.000.000,-
sebagaimana dimaksud
(dua belas juta
dalam Pasal 134 ayat (1)
rupiah)
dan ayat (2) serta Pasal 135 ayat (1) dan ayat (2) 10.
281
majikan/atasan
Seorang majikan/atasan;
pidana kurungan
yang tidak
tidak memberikan
paling lama 1
memberikan
kesempatan;
kesempatan
kepada seorang
kepada pekerja/karyawan
pekerja/karyawan; untuk memberikan
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,-
untuk
suaranya pada hari
(dua belas juta
memberikan
pemungutan suara,
rupiah)
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
29
suaranya
kecuali dengan alasan bahwa pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan.
11.
282
dengan sengaja tidak memberikan
Setiap anggota KPPS/KPPSLN;
pidana kurungan paling lama 1
surat suara
dengan sengaja;
(satu) tahun dan
pengganti dan
tidak memberikan surat
denda paling
tidak mencatat
suara pengganti hanya 1
banyak
surat suara yang
(satu) kali kepada
Rp12.000.000,0
rusak
Pemilih yang menerima
0 (dua belas juta
surat suara yang rusak
rupiah)
dan tidak mencatat surat suara yang rusak dalam berita acara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 ayat (2) dan Pasal 164 ayat (2). 12.
283
dengan sengaja
Setiap orang;
pidana kurungan
memberitahukan
membantu Pemilih;
paling lama 1
pilihan Pemilih
dengan sengaja;
(satu) tahun dan
kepada orang lain memberitahukan pilihan
13.
284
denda paling
Pemilih kepada orang
banyak
lain sebagaimana
Rp12.000.000,-
dimaksud dalam Pasal
(dua belas juta
157 ayat (2).
rupiah)
dengan sengaja
Setiap anggota KPPS;
pidana kurungan
tidak
dengan sengaja;
paling lama 1
melaksanakan
tidak melaksanakan
(satu) tahun dan
pemungutan
keputusan KPU
denda paling
suara ulang
Kabupaten/Kota untuk
banyak
pemungutan suara ulang
Rp12.000.000,-
di TPS.
(dua belas juta
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
30
rupiah) 14.
285
dengan sengaja tidak membuat
Setiap anggota KPPS/KPPSLN;
pidana kurungan paling lama 1
berita acara
dengan sengaja;
(satu) tahun dan
pemungutan dan
tidak membuat dan
denda paling
penghitungan
menandatangani berita
banyak
suara serta
acara kegiatan
Rp12.000.000,-
sertifikat hasil
sebagaimana dimaksud
(dua belas juta
penghitungan
dalam Pasal 155 ayat (3)
rupiah)
suara
dan Pasal 163 ayat (3) dan/atau tidak menandatangani berita acara pemungutan dan penghitungan suara serta sertifikat hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat (3)
15.
286
karena
Setiap orang;
pidana kurungan
kelalaiannya
karena kelalaiannya;
paling lama 1
menyebabkan
menyebabkan rusak atau
(satu) tahun dan
rusak atau
hilangnya berita acara
denda paling
hilangnya berita
pemungutan dan
banyak
acara
penghitungan suara
Rp12.000.000,-
pemungutan dan
dan/atau sertifikat hasil
(dua belas juta
penghitungan
penghitungan suara
rupiah)
suara dan/atau
sebagaimana dimaksud
sertifikat hasil
dalam Pasal 181 ayat
penghitungan
(4).
suara 16.
287
karena
Anggota KPU, KPU
pidana kurungan
kelalaiannya
Provinsi, KPU;
paling lama 1
mengakibatkan
Kabupaten/Kota, PPK,
(satu) tahun dan
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
31
hilang atau
dan PPS;
denda paling
berubahnya
karena kelalaiannya;
banyak
berita acara
mengakibatkan hilang
Rp12.000.000,-
rekapitulasi hasil
atau berubahnya berita
(dua belas juta
penghitungan
acara rekapitulasi hasil
rupiah)
perolehan suara
penghitungan perolehan suara dan/atau sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara.
17.
288
dengan sengaja tidak memberikan
Setiap anggota KPPS/KPPSLN;
pidana kurungan paling lama 1
salinan berita
dengan sengaja;
(satu) tahun dan
acara
tidak memberikan salinan
denda paling
pemungutan dan
1 (satu) eksemplar berita
banyak
penghitungan
acara pemungutan dan
Rp12.000.000,-
suara, serta
penghitungan suara,
(dua belas juta
sertifikat hasil
serta sertifikat hasil
rupiah)
penghitungan
penghitungan suara
suara
kepada saksi Peserta Pemilu, Pengawas Pemilu Lapangan/Pengawas Pemilu Luar Negeri, PPS/PPLN, dan PPK melalui PPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 182 ayat (2) dan ayat (3).
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
32
18.
289
Panwaslu
ayat
Lapangan tidak
(1)
mengawasi
Setiap Pengawas Pemilu Lapangan; tidak mengawasi
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
penyerahan kotak
penyerahan kotak suara
denda paling
suara dan tidak
tersegel dari PPS kepada
banyak
melaporkan
PPK dan tidak
Rp12.000.000,-
kepada Panwaslu
melaporkan kepada
(dua belas juta
Kecamatan
Panwaslu Kecamatan
rupiah)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 182 ayat (6). 19.
289
Panwaslu
ayat
Kecamatan tidak
(2)
mengawasi
Setiap Panwaslu Kecamatan; tidak mengawasi
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda
penyerahan kotak
penyerahan kotak suara
paling banyak
suara dan tidak
tersegel dari PPK kepada
Rp12.000.000,0
melaporkan
KPU Kabupaten/Kota
0 (dua belas juta
kepada Panwaslu Kabupaten/Kota
dan tidak melaporkan
rupiah)
kepada Panwaslu Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 182 ayat (7).
20.
21.
290
291
anggota PPS
Setiap anggota PPS;
pidana kurungan
yang tidak
tidak mengumumkan
paling lama 1
mengumumkan
salinan sertifikat hasil
(satu) tahun dan
salinan sertifikat
penghitungan suara dari
denda paling
hasil
seluruh TPS di wilayah
banyak
penghitungan
kerjanya sebagaimana
Rp12.000.000,-
suara
dimaksud dalam Pasal
(dua belas juta
183.
rupiah)
mengumumkan
Setiap orang;
pidana kurungan
hasil survei atau
mengumumkan hasil
paling lama 1
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
33
jajak pendapat
survei atau jajak
(satu) tahun dan
tentang Pemilu
pendapat tentang
denda paling
dalam Masa
Pemilu;
banyak
dalam Masa Tenang
Tenang
Rp12.000.000,-
sebagaimana dimaksud
(dua belas juta
dalam Pasal 247 ayat
rupiah)
(2).
2. Kejahatan : No.
Pasal
1 1.
2 292
Kualifikasi Delik 3 dengan
Unsur Tindak Pidana
4 sengaja Setiap orang;
5 penjara paling
dengan sengaja;
menyebabkan
Sanksi
lama
orang
lain menyebabkan orang lain tahun
kehilangan
hak
kehilangan hak pilihnya.
pilihnya
denda
2
(dua) dan paling
banyak Rp. 24.000.000,(dua
puluh
empat
juta
rupiah) 2.
293
dengan
Setiap orang;
kekerasan,
dengan
kekerasan, paling lama 3
dengan
ancaman (tiga) tahun dan
ancaman kekerasan,
atau
pidana penjara
kekerasan, atau dengan denda
menggunakan
menggunakan
kekuasaan
kekuasaan
menghalangi
padanya
seseorang untuk
pendaftaran Pemilih;
paling
banyak Rp.
yang
ada 36.000.000,saat (tiga
pada
enam
puluh juta
terdaftar sebagai menghalangi seseorang rupiah) Pemilih
untuk terdaftar sebagai Pemilih
dalam
Pemilu
menurut Undang-Undang Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
34
ini. 3.
294
KPU, Setiap
anggota
anggota
KPU, pidana penjara
PPK, PPS, dan
KPU
Provinsi,
KPU paling lama 3
PPLN yang tidak
Kabupaten/Kota,
PPK, (tiga) tahun dan
menindaklanjuti
PPS, dan PPLN;
temuan Bawaslu tidak
denda
paling
menindaklanjuti banyak
dalam
temuan
Bawaslu, Rp36.000.000,-
pemutakhiran
Bawaslu
Provinsi, (tiga
data, penyusunan
Panwaslu
enam
dan
Kabupaten/Kota,
rupiah)
pengumuman
Panwaslu
daftar
Pengawas
pemilih
sementara.
puluh juta
Kecamatan, Pemilu
Lapangan dan Pengawas Pemilu Luar Negeri; dalam
melakukan
pemutakhiran
data
Pemilih, penyusunan dan pengumuman pemilih
daftar sementara,
perbaikan
dan
pengumuman
daftar
pemilih sementara hasil perbaikan,
penetapan
dan pengumuman daftar pemilih
tetap,
daftar
pemilih tambahan, daftar pemilih
khusus,
dan
rekapitulasi daftar pemilih tetap; merugikan
Warga
Negara Indonesia yang memiliki
hak
sebagaimana Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
pilih
dimaksud
35
dalam Pasal 50 ayat (2). 4.
295
KPU Setiap
anggota yang
sengaja
KPU pidana penjara
anggota
paling lama 2
Kabupaten/Kota;
tidak memberikan sengaja; salinan
(dua) tahun dan
daftar tidak memberikan salinan denda
pemilih tetap
banyak
daftar pemilih tetap; kepada
dimaksud empat rupiah) dalam Pasal 38 ayat (5). sebagaimana
296
anggota
KPU Setiap
yang
tidak
menindaklanjuti
juta
KPU, pidana penjara
anggota
KPU Provinsi, dan KPU paling lama 3 (tiga) tahun dan
Kabupaten/Kota;
temuan Bawaslu tidak
menindaklanjuti denda
dalam
temuan
pelaksanaan
Bawaslu
verifikasi
partai
Panwaslu
(tiga
politik
calon
Kabupaten/Kota;
enam
Peserta Pemilu
Rp.
Politik 24.000.000,puluh Pemilu (dua
Partai
Peserta
5.
paling
Bawaslu, banyak
dalam
Provinsi,
Rp
dan 36.000.000,puluh juta
pelaksanaan rupiah)
verifikasi calon
paling
partai
Peserta
sebagaimana
politik Pemilu
dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (3); dan/atau
pelaksanaan
verifikasi
kelengkapan
administrasi bakal calon anggota
DPR,
DPD,
DPRD
provinsi,
DPRD
kabupaten/kota
sebagaimana
dan
dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (3) dan dalam Pasal 71 ayat (3). Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
36
6.
297
sengaja
Setiap orang;
pidana penjara
melakukan
dengan sengaja;
paling lama 3
perbuatan curang melakukan
perbuatan (tiga) tahun dan
untuk
curang
menyesatkan
menyesatkan seseorang, banyak
seseorang untuk
dengan
memperoleh
dengan menjanjikan atau (tiga
dukungan
bagi
pencalonan
untuk denda
puluh
memberikan enam
dengan untuk
juta
rupiah)
memperoleh
dukungan
bagi
pencalonan DPD
Rp
memaksa, 36.000.000,-
uang atau materi lainnya;
anggota DPD
paling
anggota
dalam
sebagaimana
Pemilu dimaksud
dalam Pasal 13. 7.
298
sengaja membuat Setiap orang; atau
pidana penjara
memakai dengan sengaja;
surat dokumen
atau membuat palsu
paling lama 6
surat
atau (enam) dan
dokumen palsu;
tahun denda
menjadi dengan maksud untuk paling banyak bakal calon memakai atau menyuruh Rp 72.000.000,anggota DPR, (tujuh puluh dua orang memakai, atau; untuk
DPD,
DPRD setiap orang; provinsi, DPRD dengan sengaja; kabupaten/kota memakai surat atau
calon
Peserta Pemilu
juta rupiah)
atau
dokumen palsu; untuk
menjadi
bakal
calon
anggota
DPR,
DPD,
DPRD
DPRD atau Pemilu
provinsi,
kabupaten/kota calon
Peserta
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
37
64 dan dalam Pasal 74. 8.
299
dengan
sengaja Setiap
pelaksana, pidana penjara
melanggar
peserta,
petugas paling lama 2
larangan
Kampanye Pemilu;
dan
pelaksanaan
dengan sengaja;
Kampanye
melanggar
Pemilu
(dua) tahun dan denda
paling
larangan banyak
Rp
pelaksanaan Kampanye 24.000.000,sebagaimana (dua
Pemilu
dimaksud dalam Pasal empat
puluh juta
86 ayat (1) huruf a, huruf rupiah) b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, atau huruf i. 9.
300
Larangan bagi
Setiap
Ketua/Wakil pidana penjara
Pejabat yang ikut
Ketua/ketua muda/hakim paling lama 2
serta sebagai
agung/hakim
pelaksana
hakim
Kampanye
badan
Pemilu
Ketua/Wakil Ketua dan 24.000.000,-
konstitusi, (dua) tahun dan semua denda
pada
peradilan, banyak Badan (dua
anggota
Keuangan, empat
Pemeriksa
Rp
puluh juta
Deputi rupiah)
Gubernur, Gubernur deputi
paling
Senior,
gubernur
dan Bank
Indonesia serta direksi, komisaris,
dewan
pengawas, dan karyawan badan
usaha
negara/badan
milik usaha
milik daerah; melanggar sebagaimana
larangan dimaksud
dalam Pasal 86 ayat (3). Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
38
10.
Setiap pelaksana
301
pelaksana
ayat
Kampanye
(1)
Kampanye Pemilu;
Pemilu
yang dengan sengaja;
dengan
sengaja menjanjikan atau
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
memberikan
memberikan uang atau
banyak Rp.
imbalan
materi lainnya;
24.000.000,-
kepada
sebagai imbalan kepada
peserta
(dua puluh
Kampanye
peserta Kampanye
empat juta
Pemilu
Pemilu secara langsung
rupiah)
ataupun tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89. 11.
301
dengan
ayat
pada
(2)
sengaja Setiap pelaksana, peserta, dan/atau
pidana penjara
Tenang
petugas Kampanye
paling lama 4
memberikan
Pemilu;
(empat) tahun
imbalan
Masa
kepada dengan sengaja;
Pemilih
dan denda
pada Masa Tenang;
paling banyak
menjanjikan atau
Rp.48.000.000,-
memberikan imbalan
(empat puluh
uang atau materi lainnya;
delapan juta
kepada Pemilih secara
rupiah)
langsung ataupun tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84. 12.
301
dengan sengaja
Setiap orang;
pidana penjara
ayat
menjanjikan atau
dengan sengaja;
paling lama 3
memberikan
pada hari pemungutan
(tiga) tahun dan
(3)
sesuatu kepada Pemilih untuk
suara; menjanjikan atau
denda paling banyak
tidak memilih
memberikan uang atau
Rp.36.000.000,-
Peserta Pemilu
materi lainnya kepada
(tiga puluh
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
39
tertentu
Pemilih; untuk tidak
enam juta rupiah)
menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu tertentu. 13.
KPU Anggota KPU, KPU
302
Anggota
ayat
yang
terbukti
Provinsi, KPU
paling lama 2
dengan
sengaja
Kabupaten/Kota,
(dua) tahun dan
melakukan tindak
Sekretaris Jenderal KPU,
denda paling
pidana
pegawai Sekretariat
banyak Rp.
dalam
Jenderal KPU, sekretaris
24.000.000,-
pelaksanaan
KPU Provinsi, pegawai
(dua puluh
Kampanye
sekretariat KPU Provinsi,
empat juta
Pemilu
sekretaris KPU
rupiah)
(1)
Pemilu
pidana penjara
Kabupaten/Kota, dan pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota; yang terbukti dengan sengaja; melakukan tindak pidana Pemilu; dalam pelaksanaan Kampanye Pemilu. 14.
302
Anggota
ayat
yang
(2)
KPU Anggota KPU, KPU terbukti
pidana penjara
Provinsi, KPU
paling lama 1
karena
Kabupaten/Kota,
(satu) tahun 6
kelalaiannya
Sekretaris Jenderal KPU,
(enam) bulan
melakukan tindak
pegawai Sekretariat
dan denda
pidana
Jenderal KPU, sekretaris
paling banyak
dalam
KPU Provinsi, pegawai
Rp18.000.000,0
pelaksanaan
sekretariat KPU Provinsi,
0 (delapan
Kampanye
sekretaris KPU
belas juta
Pemilu
Kabupaten/Kota, dan
rupiah)
Pemilu
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
40
pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota; yang terbukti karena kelalaiannya; melakukan tindak pidana Pemilu; dalam pelaksanaan Kampanye Pemilu. 15.
303
memberikan dana Setiap orang, kelompok,
pidana penjara
ayat
Kampanye
perusahan, dan/atau
paling lama 2
Pemilu
badan usaha
(dua) tahun dan
nonpemerintah;
denda paling
(1)
melebihi
batas
yang
memberikan dana
ditentukan
banyak
Kampanye Pemilu
Rp.5.000.000.0
melebihi batas yang
00,- (lima miliar
ditentukan sebagaimana
rupiah)
dimaksud dalam Pasal 131 ayat (1) dan ayat (2). 16.
303
Peserta
ayat
yang
(2)
Pemilu Setiap Peserta Pemilu; menggunakan kelebihan
menggunakan
sumbangan; tidak melaporkan
kelebihan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
sumbangan, tidak
kelebihan sumbangan
banyak
melaporkan
kepada KPU, dan/atau
Rp.5.000.000.0
kelebihan
tidak menyerahkan
00,-(lima miliar
sumbangan,
kelebihan sumbangan
rupiah)
dan/atau
tidak
kepada kas negara
menyerahkan
paling lambat 14 (empat
kelebihan
belas) hari setelah masa
sumbangan
Kampanye Pemilu
kepada
kas
negara
berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 131 ayat (4).
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
41
17.
304
memberikan dana Setiap orang, kelompok,
pidana penjara
ayat
Kampanye
perusahan, dan/atau
paling lama 2
Pemilu
badan usaha
(dua) tahun dan
nonpemerintah;
denda paling
(1)
melebihi
batas
yang
memberikan dana
ditentukan
Kampanye Pemilu; melebihi batas yang ditentukan sebagaimana
banyak Rp. 500.000.000,(lima ratus juta rupiah)
dimaksud dalam Pasal 133 ayat (1) dan ayat (2). 18.
304
Peserta
ayat
calon
(2)
DPD
Pemilu Setiap Peserta Pemilu; anggota menggunakan kelebihan yang
tidak melaporkan
menggunakan
(dua) tahun dan denda paling
kelebihan sumbangan
banyak Rp.
sumbangan, tidak
kepada KPU, dan/atau
500.000.000,-
melaporkan
tidak menyerahkan
(lima ratus juta
kelebihan
kelebihan sumbangan
rupiah)
sumbangan,
kepada kas negara tidak
paling lambat 14 (empat
menyerahkan
belas) hari setelah masa
kelebihan
Kampanye Pemilu
sumbangan
berakhir sebagaimana
kepada
kas
negara 305
paling lama 2
kelebihan
dan/atau
19.
sumbangan;
pidana penjara
dimaksud dalam Pasal 133 ayat (4).
Peserta Pemilu
Peserta Pemilu;
pidana penjara
yang menerima
terbukti menerima
paling lama 3
sumbangan dana
sumbangan dana
(tiga) tahun dan
Kampanye
Kampanye Pemilu
denda paling
Pemilu dari pihak
sebagaimana dimaksud
banyak Rp.
asing,
dalam Pasal 139.
36.000.000,00
penyumbang
(tiga puluh
yang tidak jelas
enam juta
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
42
atau pemerintah 20.
306
Setiap perusahaan
sengaja mencetak suara
rupiah)
surat
pencetak surat suara;
melebihi dengan sengaja; yang mencetak surat suara
jumlah ditetapkan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
melebihi jumlah yang
banyak Rp.
ditetapkan oleh KPU;
5.000.000.000,-
untuk kepentingan tertentu sebagaimana
(lima miliar rupiah)
dimaksud dalam Pasal 146 ayat (1). 21.
307
tidak
menjaga Setiap perusahaan
kerahasiaan, keamanan, keutuhan
pencetak surat suara; dan tidak menjaga surat
suara
22.
308
dengan
paling lama 2 (dua) tahun dan
kerahasiaan, keamanan,
denda paling
dan keutuhan surat suara
banyak Rp.
sebagaimana dimaksud
5.000.000.000,-
dalam Pasal 146 ayat
(lima miliar
(2).
rupiah)
sengaja Setiap orang; dengan sengaja;
menghalangi
pidana penjara
pidana penjara paling lama 2
seseorang untuk menggunakan
(dua) tahun dan
memilih
kekerasan, dan/atau
denda paling
menghalangi seseorang;
banyak Rp.
atau
menggagalkan pemungutan suara
yang akan melakukan
24.000.000,-
haknya untuk memilih,
(dua puluh
melakukan kegiatan yang
empat juta
menimbulkan gangguan
rupiah)
ketertiban dan ketenteraman pelaksanaan pemungutan suara; atau menggagalkan Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
43
pemungutan suara. 23.
309
sengaja Setiap orang;
dengan
menyebabkan
dengan sengaja;
menjadi melakukan perbuatan
suara
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan
tidak bernilai atau
yang menyebabkan
denda paling
menyebabkan
suara seorang Pemilih
banyak Rp.
tambahan
menjadi tidak bernilai
48.000.000,-
atau menyebabkan
(empat puluh
Peserta Pemilu tertentu
delapan juta
mendapat tambahan
rupiah)
atau
suara
perolehan
suara
menjadi
berkurang
suara; atau perolehan suara Peserta Pemilu menjadi berkurang. 24.
310
sengaja Setiap orang;
dengan
mengaku dirinya dengan sengaja; orang pada saat pemungutan
sebagai lain
dan/atau
mengaku dirinya sebagai
memberikan suaranya
25.
311
suara;
paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan denda
orang lain dan/atau
paling banyak
dari 1 (satu) kali
memberikan suaranya
Rp.18.000.000,-
di 1 (satu) TPS
lebih dari 1 (satu) kali di
(delapan belas
atau lebih
1 (satu) TPS atau lebih
juta rupiah)
dengan merusak
lebih
pidana penjara
sengaja Setiap orang; atau dengan sengaja;
menghilangkan
merusak atau
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
hasil pemungutan
menghilangkan hasil
denda paling
suara
pemungutan suara yang
banyak Rp.
sudah disegel.
36.000.000,(tiga puluh enam juta rupiah)
26.
312
sengaja
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
Setiap orang;
pidana penjara
44
mengubah,
dengan sengaja;
paling lama 3
merusak,
mengubah, merusak,
(tiga) tahun dan
dan/atau
dan/atau menghilangkan
denda paling
menghilangkan
berita acara pemungutan
banyak Rp.
berita
dan penghitungan suara
36.000.000,-
pemungutan dan
dan/atau sertifikat hasil
(tiga puluh
penghitungan
penghitungan suara
enam juta
suara
sebagaimana dimaksud
rupiah)
acara
dalam Pasal 181 ayat (4). 27.
313
sengaja Setiap orang;
dengan
pidana penjara
merusak,
dengan sengaja;
paling lama 3
mengganggu,
merusak, mengganggu,
(tiga) tahun dan
atau mendistorsi
atau mendistorsi sistem
denda paling
sistem
informasi penghitungan
banyak Rp.
suara hasil Pemilu.
36.000.000,-
informasi
penghitungan suara
hasil
(tiga puluh
Pemilu
enam juta rupiah)
28.
314
tidak
menjaga, Setiap anggota
mengamankan keutuhan
KPPS/KPPSLN;
kotak tidak menjaga,
suara.
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6
mengamankan keutuhan
(enam) bulan
kotak suara, dan
dan denda
menyerahkan kotak
paling banyak
suara tersegel yang
Rp.18.000.000,-
berisi surat suara, berita
(delapan belas
acara pemungutan
juta rupiah)
suara, dan sertifikat hasil penghitungan suara kepada PPS atau kepada PPLN bagi KPPSLN; pada hari yang sama Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
45
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 182 ayat (4) dan ayat (5). 29.
315
PPS yang tidak PPS; menyerahkan kotak
suara
tersegel
tidak menyerahkan kotak
pidana penjara paling lama 2
suara tersegel, berita
(dua) tahun dan
acara rekapitulasi hasil
denda paling
penghitungan perolehan
banyak Rp.
suara, dan sertifikat
24.000.000,-
rekapitulasi hasil
(dua puluh
penghitungan perolehan
empat juta
suara Partai Politik
rupiah)
Peserta Pemilu dan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota di tingkat PPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 187 kepada PPK. 30.
316
PPK yang tidak PPK; menyerahkan kotak
suara
tersegel
tidak menyerahkan kotak
pidana penjara paling lama 2
suara tersegel, berita
(dua) tahun dan
acara rekapitulasi hasil
denda paling
penghitungan perolehan
banyak Rp.
suara, dan sertifikat
24.000.000,-
rekapitulasi hasil
(dua puluh
penghitungan perolehan
empat juta
suara Partai Politik
rupiah)
Peserta Pemilu dan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
46
kabupaten/kota di tingkat PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 191 kepada KPU Kabupaten/Kota. 31.
317
Pelaksana
ayat
kegiatan
(1)
Pelaksana kegiatan penghitungan cepat;
penghitungan cepat yang tidak memberitahukan
melakukan penghitungan cepat; tidak memberitahukan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan denda
bahwa prakiraan
bahwa prakiraan hasil
paling banyak
hasil
penghitungan cepat
Rp.18.000.000,-
penghitungan
bukan merupakan hasil
(delapan belas
cepat
resmi Pemilu
juta rupiah)
bukan
merupakan hasil
sebagaimana dimaksud
resmi Pemilu
dalam Pasal 247 ayat (4).
32.
317
Pelaksana
ayat
kegiatan
(2)
Pelaksana kegiatan penghitungan cepat;
pidana penjara paling lama 1
mengumumkan prakiraan
(satu) tahun 6
hasil penghitungan cepat
(enam) bulan
mengumumkan
sebelum 2 (dua) jam
dan denda
prakiraan
setelah selesainya
paling banyak
penghitungan
pemungutan suara di
Rp.18.000.000,-
cepat sebelum 2
wilayah Indonesia bagian
(delapan belas
(dua) jam setelah
barat sebagaimana
juta rupiah)
selesainya
dimaksud dalam Pasal
pemungutan
247 ayat (5).
penghitungan cepat
yang
hasil
suara 33.
318
anggota
KPU Setiap anggota KPU,
pidana penjara
yang
tidak
KPU Provinsi, dan KPU
paling lama 2
Kabupaten/Kota;
(dua) tahun dan
melaksanakan putusan Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
tidak melaksanakan
denda paling
47
pengadilan yang
putusan pengadilan yang
banyak Rp.
telah memperoleh
telah memperoleh
24.000.000,-
kekuatan hukum
kekuatan hukum tetap
(dua puluh
tetap
sebagaimana dimaksud
empat juta
dalam Pasal 265 ayat
rupiah)
(2). 34.
319
tidak KPU;
KPU
tidak menetapkan
menetapkan perolehan
hasil
Pemilu
pidana penjara paling lama 5
perolehan hasil Pemilu
(lima) tahun
anggota DPR, DPD,
dan denda
DPRD provinsi, dan
paling banyak
DPRD kabupaten/kota
Rp.
secara nasional
60.000.000,-
sebagaimana dimaksud
(enam puluh
dalam Pasal 205 ayat
juta rupiah)
(2). 35.
320
anggota Bawaslu Setiap anggota Bawaslu,
pidana penjara
yang
Bawaslu Provinsi,
paling lama 2
Panwaslu
(dua) tahun dan
menindaklanjuti
Kabupaten/Kota,
denda paling
temuan dan/atau
Panwaslu Kecamatan,
banyak Rp.
laporan
dan/atau Pengawas
24.000.000,-
pelanggaran
Pemilu
(dua puluh
Pemilu
Lapangan/Pengawas
empat juta
Pemilu Luar Negeri;
rupiah)
dengan
sengaja
tidak
dengan sengaja; tidak menindaklanjuti temuan dan/atau laporan pelanggaran Pemilu; yang dilakukan oleh anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
48
PPS/PPLN, dan/atau KPPS/KPPSLN dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu. 36.
321
Pemberatan
Dalam hal penyelenggara
pidana bagi
Pemilu melakukan tindak
yang
pidana Pemilu
bersangkutan
sebagaimana dimaksud
ditambah 1/3
dalam Pasal 273, Pasal
(satu pertiga)
275, Pasal 276, Pasal 283,
dari ketentuan
Pasal 286, Pasal 291, Pasal pidana yang 292, Pasal 293, Pasal 297,
ditetapkan
Pasal 298, Pasal 301 ayat
dalam pasal-
(3), Pasal 303 ayat (1),
pasal tersebut.
Pasal 304 ayat (1), Pasal 308, Pasal 309, Pasal 310, Pasal 311, Pasal 312, Pasal 313
E. ADMINISTRASI PERKARA TINDAK PIDANA PEMILU
Sesuai dengan ketentuan hukum acara yang khusus diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, maka perlu ditetapkan sistem registrasi dan administrasi perkara tindak pidana Pemilu yang lebih singkat, cepat namun tetap memperhatikan aspek legalitas dan kepastian hukum. Untuk administrasi perkara selain dicatat dalam register umum perkara sebagaimana diatur dalam KEPJA Nomor: KEP-518/A/JA/11/2001 tanggal 1 Nopember 2001, agar dicatat juga secara tersendiri dengan menggunakan Register Perkara sebagaimana terlampir dalam Pedoman ini.
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
49
Bahwa berkenaan dengan hal tersebut, bersama ini kami sampaikan pedoman administrasi perkara tindak pidana Pemilu untuk digunakan dalam penyelesaian penanganan perkara tindak pidana Pemilu sebagaimana terlampir.
F. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S.O.P.) SENTRA PENEGAKAN HUKUM TERPADU TENTANG POLA PENANGANAN TINDAK PIDANA PEMILU BAB I PENDAHULUAN A. a.
UMUM Bahwa dalam rangka menindaklanjuti Nota Kesepakatan Bersama antara Badan Pengawas Pemilihan Umum, Kepolisian Negara Repubhk Indonesia, dan Kejaksaan Republik Indonesia tentang Sentra Gakkumdu, maka dipandang perlu untuk menyusun standar operasional prosedur (SOP) Penanganan Tindak Pidana Pemilu sehingga Tindak Pidana Pemilu dapat ditangani secara cepat dan tuntas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
b.
Standar operasional prosedur (SOP) merupakan penjabaran tentang pedoman pelaksanaan penanganan Tindak Pidana Pemilu khususnya menjelaskan tentang tata cara melaksanakan pola penanganan Tindak Pidana Pemilu baik dalam Pemilu DPR, DPD, dan DPRD, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden maupun Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota.
c.
Dengan adanya petunjuk yang tertuang dalam SOP ini diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan penanganan Tindak Pidana Pemilu sehingga tercapai penegakan hukum Tindak Pidana Pemilu secara cepat dan sederhana serta tidak memihak.
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
50
1. Dasar a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401); c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4924); e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); f.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 117 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316); g. Peraturan
Pemerintah
Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4480) Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
51
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Pemerintah
Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4865); h. Nota Kesepakatan Bersama Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia nomor: 01/NKB/BAWASLU/I/2013 ; Nomor : B/02/1/2013; Nomor : KEP-005/A/JA/01/2013 tanggal 16 Maret 2013 tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu.
2. Maksud dan Tujuan a. Maksud 1) menindaklanjuti Nota Kesepakatan Bersama tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu; 2) memastikan penanganan Tindak Pidana Pemilu terlaksana secara efisien dan efektif, konsisten, standar dan sistematis; 3) adanya sinergisme antara Pengawas Pemilu, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia dalam penanganan Tindak Pidana Pemilu. b. Tujuan 1) Tercapainya sinergisme penanganan Tindak Pidana Pemilu antara Pengawas Pemilu, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia; 2) Sebagai pedoman bagi Pengawas Pemilu, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia dalam rangka penyamaan pemahaman dan pola penanganan Tindak Pidana Pemilu secara terpadu dan terkoordinasi; Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
52
3) Terlaksananya penanganan Tindak Pidana Pemilu secara efisien dan efektif, konsisten, standar dan sistematis.
3. Ruang Lingkup Ruang lingkup pembuatan SOP in, meliputi penengertian tugas pokok adminstrasi Tindak Pidana Pemilu, Dasar Tindak Pidana Pemilu, managemen penanganan Tindak Pidana Pemilu.
B. PENGERTIAN 1.
Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2.
Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disingkat Bawaslu, adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3.
Badan Pengawas Pemilu Provinsi, selanjutnya dsingkat Bawaslu Provinsi adalah badan yang dibentuk oleh BawasIu yang
bertugas mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi. 4.
Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat Panwaslu Kabupaten/Kota, adalah panitia yang dibentuk oleh Bawaslu Provinsi yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
5.
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
6.
Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
53
7.
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal mencari dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
8.
Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undangundang untuk melakukan penyidikan.
9.
Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini.
10. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 11. Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. 12. Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. 13. Tindak
Pidana
Pemilu
adalah
tindak
pidana
yang
terjadi dalam
penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. 14. Temuan adalah hasil pengawasan Pengawas Pemilu, yang didapat secara langsung maupun tidak langsung berupa data atau informasi tentang dugaan terjadinya Tindak Pidana Pemilu. 15. Laporan Pelanggaran Pemilu adalah laporan yang disampaikan secara tertulis oleh seorang/lebih warga Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, pemantau Pemilu, maupun Peserta Pemilu kepada Pengawas Pemilu tentang dugaan terjadinya Tindak Pidana Pemilu. 16. Sentra Penegakan Hukum Terpadu yang selanjutnya disebut Sentra Gakkumdu adalah forum yang terdiri dari unsur Badan Pengawas Pemilu Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
54
Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan Republik Indonesia yang bertugas menangani Tindak Pidana Pemilu.
BAB II PELAKSANAAN
1.
Kedudukan Sentra Gakkumdu a. Sentra Gakkumdu terdiri atas : 1) Sentra Gakkumdu pusat; 2) Sentra Cakkumdu provlnsi, aan 3) Sentra Gakkumdu kabupaten/kota b.
Sentra Gakkumdu pusat berkedudukan di Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia.
c.
Sentra Gakkumdu provinsi berkedudukan di Badan Pengawas Pemilu Provinsi.
d.
Sentra Gakkumdu kabupaten/kota berkedudukan di Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota.
2. Struktur keanggotaan Sentra Gakkumdu pusat terdiri atas : a. Pembina : 1.
Ketua Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia;
2.
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
3.
Jaksa Agung Republik Indonesia.
b. Ketua : 1.
Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran;
2.
Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
3. c.
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum.
Anggota : 1. pejabat yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang hukum dan penindakan pelanggaran;
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
55
2. penyidik pada Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri; dan 3. 3.
jaksa pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum.
Struktur keanggotaan Sentra Gakkumdu provinsi terdiri atas: a. Pembina: 1.
Ketua Badan Pengawas Pemilu Provinsi;
2.
Kepala Kepolisian Daerah; dan
3.
Kepala Kejaksaan Tinggi.
b. Ketua: 1. Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran; 2. Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda; dan 3. c.
Asisten Tindak Pidana Umum.
Anggota: 1. pejabat yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang hukum dan penindakan pelanggaran; 2. penyidik pada Direktorat Reserse dan Kriminal Umum; dan 3.
jaksa pada Asisten Bidang Tindak Pidana Umum.
4. Struktur keanggotaan Sentra Gakkumdu Kabupaten/Kota terdiri atas: a. Pembina: 1.
Ketua Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota;
2.
Kepala Kepolisian Resor/ta/tabes/tro;
3.
Kepala Kejaksaan Negeri.
b. Ketua: 1.
Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran;
2.
Kepala satuan Reserse dan Kriminal Polres/ta/tabes/tro; dan
3.
Kepala Seksi Tindak Pidana Umum.
c. Anggota : 1.
Pejabat yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang hukum dan penindakan pelanggaran;
2.
penyidik pada Satuan Reserse dan Kriminal Polres/ta/tabes/tro; dan
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
56
3.
jaksa pada Seksi Tindak Pidana Umum. (dalam keadaan tertentu, maka dapat ditunjuk jaksa dari seksi lain)
5.
Anggota sebagaimana pada huruf c adalah sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yangditunjuk oleh Pembina.
6. Sekretariat Sentra Gakkumdu berada di: a. Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilu; b. Sekretariat Badan Pengawas Pemilu Provinsi; dan c. Sekretariat Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota. 7. Tugas dan Fungsi Sentra Gakkumdu a. Tugas 1) Sentra Gakkumdu pusat melaksanakan tugas sebagai berikut : a) melakukan koordinasi antara Pengawas Pemilu, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia dalam proses penanganan Tindak Pidana Pemilu; b) melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dalam proses penanganan Tindak Pidana Pemilu yang terjadi di luar negeri; c) melakukan pelatihan serta bimbingan teknis terhadap Sentra Gakkumdu provinsi dan Kabupaten /Kota; dan d) melakukan supervisi dan evaluasi terhadap Sentra Gakkumdu provinsi dan Kabupaten/Kota. 2) Sentra Gakkumdu provinsi melaksanakan tugas sebagai berikut: a) melakukan koordinasi antara Pengawas Pemilu, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia dalam proses penanganan Tindak Pidana Pemilu; b) melakukan supervisi dan evaluasi terhadap Sentra Gakkumdu Kabupaten /Kota; dan c) menyampaikan laporan pelaksanaan penanganan Tindak Pidana Pemilu kepada Sentra Gakkumdu Pusat. Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
57
3) Sentra Gakkumdu kabupaten/kota melaksanakan tugas sebagai berikut: a) melakukan koordinasi antara Pengawas Pemilu, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia dalam proses penanganan Tindak Pidana Pemilu; dan b) menyampaikan laporan pelaksanaan penanganan Tindak Pidana Pemilu kepada Sentra Gakkumdu Provinsi. b. Fungsi Sentra Gakkumdu berfungsi : 1) sebagai forum koordinasi antara Pengawas Pemilu, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia dalam proses penanganan Tindak Pidana Pemilu; 2) pelaksanaan pola penanganan Tindak Pidana Pemilu; 3) sebagai pusat data dan informasi Tindak Pidana Pemilu; 4) pertukaran data dan/atau informasi; 5) peningkatan kompetensi dalam penanganan dugaan Tindak Pidana Pemilu; dan 6) pelaksanaan monitoring dan evaluasi tindak lanjut penanganan dugaan Tindak Pidana Pemilu. 8. Staf Sekretariat Sentra Gakkumdu merupakan pegawai yang ditunjuk oleh Kepala Sekretariat Pengawas Pemilu paling sedikit 2 (dua) orang pada masing-masing Sentra Gakkumdu.
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
58
BAB III PROSEDUR PENANGANAN TINDAK PIDANA PEMILU
A. Penerimaan Laporan atau Temuan 1. Laporan yang diduga mengandung unsur dugaan tindak pidana Pemilu diterima oleh Pengawas Pemilu dengan menggunakan Formulir yang diatur dalam Peraturan Bawaslu tentang Tata Cara Penerimaan Laporan dan Penanganan Pelanggaran; 2. Temuan hasil Pengawas Pemilu yang diduga mengandung unsur dugaan tindak pidana Pemilu diteruskan kepada Bidang Penindakan Pelanggaran dengan menggunakan Formulir yang diatur dalam Peraturan Bawaslu tentang Tata Cara Penerimaan Laporan dan Penanganan Pelanggaran; 3. Pengawas Pemilu menyampaikan Temuan atau Laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 kepada Sentra Gakkumdu pada hari yang sama saat menerima Laporan atau penerusan Temuan tersebut; 4. Pengawas Pemilu menyampaikan Temuan atau Laporan kepada Ketua Sentra Gakkumdu dengan menggunakan Formulir SG-1 yang dilampiri dengan Formulir Laporan atau Temuan dugaan Tindak Pidana Pemilu. 5. Formulir SG-1 memuat Penyampaian adanya laporan atau Temuan sekaligus sebagai undangan kepada Ketua dan Anggota Sentra Gakkumdu untuk membahas laporan atau temuan tersebut. 6. Dalam rangka efisiensi dan efektivitas setelah menerima Laporan atau Temuan dugaan Tindak Pidana Pemilu, disamping melakukan kegiatan sebagaimana tersebut di atas, Pengawas Pemilu segera berkoordinasi dengan Anggota Sentra Gakkumdu dengan cara berkomunikasi melalui media komunikasi yang ada (misalnya telepon/sms/dll).
B. Pembahasan Sentra Gakkumdu 1)
Dalam setiap Pembahasan Sentra Gakkumdu, Pengawas Pemilu bertugas sebagai Pimpinan di Sentra Gakkumdu.
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
59
2)
Pimpinan membuka Pembahasan dan menyampaikan materi Laporan atau Temuan dugaan tindak pidana Pemilu.
3)
Peserta dalam Pembahasan menyampaikan tanggapan terkait: 1) keterpenuhan syarat formal dan syarat materiil Laporan atau Temuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bawaslu yakni sebagai berikut: (a) Syarat formal yang meliputi : (1) pihak yang berhak melaporkan; (2) waktu pelaporan tidak melebihi ketentuan batas waktu; (3) keabsanan Laporan Pelanggaran yang mencakup : i. kesesuaian
tandatangan
dalam
formulir
Laporan
Pelanggaran dengan Kartu identitas; dan ii.
tanggal dan waktu.
(b) Syarat material yang meliputi : (1)
identitas Pelapor;
(2)
nama dan alamat terlapor;
(3)
peristiwa dan uraian kejadian
(4)
waktu dan tempat kejadian;
(5)
saksi-saksi yang mengetahui peristiwa tersebut;
(6)
barang bukti yang mungkin diperoleh atau diketahui; dan
(7)
cara mendapatkan barang bukti yang diserahkan (khusus untuk Pemilu Kada).
2) Hasil Pembahasan Sentra Gakkumdu dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Sentra Gakkumdu yang berisi: a) -> SESUAIKAN DENGAN FORM b) Kesimpulan dan Rekomendasi kepada Pengawas Pemilu. 3) Kesimpulan Sentra Gakkumdu dapat berupa: a) Laporan atau Temuan bukan merupakan Tindak Pidana Pemilu; b) Laporan atau Temuan merupakan Tindak Pidana Pemilu;
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
60
c)
Laporan atau Temuan merupakan Tindak Pidana Pemilu akan tetapi masih perlu untuk dilengkapi pemenuhan syarat formil dan/atau syarat materiil.
4) Rekomendasi Sentra Gakkumdu terhadap: a) Laporan atau Temuan yang bukan merupakan Tindak Pidana Pemilu, maka Sentra Gakkumdu merekomendasikan kepada Pengawas Pemilu untuk menghentikan Laporan atau Temuan; b) Laporan atau Temuan yang merupakan Tindak Pidana Pemilu, maka Sentra Gakkumdu menyarankan kepada Pengawas Pemilu untuk melakukan kajian dengan mempersiapkan langkah-langkah antara lain sebagai berikut: (1) Menentukan calon saksi atau ahli maupun terlapor yang akan diklarifikasi; (2) Mempersiapkan materi atau pertanyaan dalam klarifikasi; (3) Mengidentifikasi dan/atau mengumpulkan calon barang bukti; (4) Meneruskan hasil kajian tersebut kepada Penyidik Kepolisian Negara R.I. dalam waktu paling lambat 1 x 24 jam sejak diputuskan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota dan/atau Panwaslu Kecamatan; (5) Penerusan
laporan
dugaan
Tindak
Pidana
Pemilu
sebagaimana dimaksud pada point (4) tersebut di atas tidak melebihi 5 (lima) hari waktu penanganan pelanggaran pemilu. c)
Laporan atau Temuan yang merupakan Tindak Pidana Pemilu akan tetapi masih perlu untuk dilengkapi pemenuhan syarat formil dan/atau
syarat
materiil,
maka
Sentra
Gakkumdu
merekomendasikan kepada Pengawas Pemilu untuk melengkapi syarat formil dan/atau meteriil serta melakukan kajian dengan mempersiapkan langkah-langkah antara lain sebagai berikut : 1)
Menentukan calon saksi atau ahli maupun terlapor yang akan diklarifikasi;
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
61
2)
Mempersiapkan materi dan/atau
pertanyaan dalam
klarifikasi dan/atau mengumpulkan calon barang bukti; 3)
Mengidentifikasi dan/atau mengumpulkan calon barang bukti;
4)
Hasil Pembahasan Sentra Gakkumdu disampaikan kepada Pembina Sentra Gakkumdu pada masing-masing tingkatan.
5)
Dalam proses pengkajian pengawas pemilu mengalami hambatan, dapat berkoordinasi dengan sentra Gakkumdu.
6)
Atas permintaan dari pengawas pemilu terhadap Sentra Gakkumdu, maka sentra Gakkumdu memberikan bantuan kepada pengawas pemilu.
7)
Unsur Kepolisian dan Kejaksaan dalam Sentra Gakkumdu dapat memberikan masukan kepada Pengawas Pemilu dalam rangka persiapan klarifikasi yang akan dilakukan Pengawas Pemilu.
C. Koordinasi di Sentra Gakkumdu a) Petugas
Sekretariat
Sentra
Gakkumdu
pusat/provinsi/kabupaten/kota
menerima Surat Penyampaian Temuan atau Laporan dugaan Tindak Pidana Pemilu dan mencatat dalam buku registrasi penerimaan penyampaian Temuan atau Laporan. b) Petugas Sentra Gakkumdu pusat/provinsi/kabupaten/kota memberikan tanda terima penerimaan penyampaian Temuan atau Laporan kepada Pengawas Pemilu; c) Petugas
Sentra
Gakkumdu
pusat/provinsi/kabupaten/kota
memberikan
salinan berkas Temuan atau Laporan dugaan tindak pidana pemilu yang disampaikan oleh Pengawas Pemilu dalam 3 (Tiga) rangkap kepada Ketua dan Anggota Sentra Gakkumdu pusat/provinsi/kabupaten/kota, pada hari yang sama pada saat penerimaan penyampaian Temuan atau Laporan dari Pengawas Pemillu. Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
62
d) Anggota Sentra Gakkumdu pusat/provinsi/kabupaten/kota (dapat dihadiri oleh Ketua
Sentra
Gakkumdu
pusat/provinsi/kabupaten/kota
melakukan
pembahasan (Pembahasan) terhadap penyampaian Temuan atau Laporan dugaan Tindak Pidana Pemilu yang diterima oleh Pengawas Pemilu; e) Dalam waktu 1 x 24 jam, Sentra Gakkumdu harus memberikan Saran Sentra Gakkumdu kepada Pengawas Pemilu. a. Langkah Sentra Gakkumdu Dalam Menindaklanjuti Temuan atau Laporan Dugaan Tindak Pidana Pemilu 1) Membahas Temuan atau Laporan dugaan Tindak Pidana Pemilu dalam Pembahasan di sentra Gakkumdu yang meliputi : a) memeriksa syarat formal dan syarat materiil laporan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bawaslu. b) menentukan tempat dan waktu terjadinya peristiwa. c) Menentukan pasal yang diterapkan. d) pemenuhan unsur-unsur tindak pidana Pemilu. e) menentukan pelaku, saksi, dan alat bukti lainnya. 2) Merumuskan pembahasan di dalam formulir Berita Acara Kajian Sentra Gakkumdu untuk menjadi saran kepada Pengawas Pemilu yang dituangkan dalam Formulir SG-2, yang ditanda tangani oleh seluruh Anggota Sentra Gakkumdu pusat/provinsi/kabupaten/kota yang hadir dan memenuhi unsur Pengawas Pemilu, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia; 3) Saran sentra Gakkumdu ditembuskan kepada Ketua Sentra Gakkumdu Pusat
dan
Pembina
Sentra
Gakkumdu
pada
tingkat
provinsi,
kabupaten/kota; 4) Unsur Kepolisian dan Kejaksaan dalam Sentra Gakkumdu dapat memberikan masukan kepada Pengawas Pemilu dalam rangka persiapan klarifikasi yang akan dilakukan Pengawas Pemilu.
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
63
b. Tindak Lanjut Pengawas Pemilu Terhadap Saran Sentra Gakkumdu Pengawas Pemilu menindaklanjuti Saran Sentra Gakkumdu berdasarkan mekanisme penanganan pelanggaran sebagaimana diatur dalam Peraturan Bawaslu. 1) Saran Sentra Gakkumdu harus dipertimbangkan oleh Pengawas Pemilu dalam melakukan kajian. 2) Proses perumusan Saran Sentra Gakkumdu dibuat dalam Risalah Rapat perumusan. 3) Peran Sentra Gakkumdu tidak pada sisi administrasi, tetapi pada substansi penanganan tindak pidana Pemilu.
G. PENUTUP
Uraian di atas terdiri dari Pola Pananganan Perkara Tindak Pidana Pemilu yang bersumber dari UU nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan UU nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu serta Kesepakatan Bersama antara Jaksa Agung Rl, Kepala Kepolisian Negara Rl, Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu dan Pola Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu Legislatif tahun 2014. Dengan mempedomani Pola Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu, diharapkan penyelesaian perkara Pemilu dapat berlangsung cepat sederhana dan biaya murah. Organisasi penegakan hukumnya di dalam Sentra Gakkumdu sebagai organisasi yang khusus menangani Tindak Pidana Pemilu tahun 2014 dapat bergerak cepat dan akurat dalam menangani perkara Pemilu. Harapan kita dengan mempedomani uraian di atas, Tindak Pidana Pemilu yang terjadi dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
64
H. LAMPIRAN
Formulir Model SG‐1
SURAT PENYAMPAIAN TEMUAN ATAU LAPORAN DUGAAN TINDAK PIDANA PEMILU
No. Terpadu : ……………………….. Sifat : ……………………….. Lampiran : ……………………….
..................., ………………………….20XX Kepada Yth. Ketua Sentra Penegakan Hukum (Sentra Gakkumdu) Pusat/Provinsi Kabupaten/Kota Di………………………….
1. Dasar : a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum; b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah/Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden/Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD;*) c. Nota Kesepakatan Bersama tentang Sentra Gakkumdu (LENGKAP); d. Laporan atau Temuan Nomor : ………. Tanggal …………….. 2. Diberitahukan kepada Ketua Sentra Gakkumdu Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota*) bahwa Pengawas Pemilu menerima Laporan atau Temuan sesuai dengan Nomor :…. Tanggal……,dengan Pelapor atas nama…….. dan Terlapor atas nama……… tentang dugaan Tindak Pidana Pemilu, (dengan jenis perbuatan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal…………. 3. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dengan hormat Kami mengundang Ketua dan Anggota Sentra Gakkumdu untuk hadir dalam Rapat Pembahasan yang akan dilaksanakan pada: Hari/ Tanggal : Pukul : Tempat : 3. Demikian atas kerjasamanya diucapkan terima kasih. KETUA PENGAWAS PEMILU**) NAMA JELAS
……………………………………. Tembusan : a. Pembina Sentra Gakkumdu Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota*) *) Coret yang tidak perlu **) sesuai dengan nama lembaga
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
65
Formulir Model SG‐2 BERITA ACARA PEMBAHASAN NO : ….. TANGGAL 04-05-2013 DAN LP NOMOR : ……… YANG DITANGANI OLEH PANITIA PENGAWAS PEMILU I. DASAR :
II.
1.
Laporan Polisi Nomor ;
2.
Laporan Polisi Nomor;
PIMPINAN, PEMAPAR DAN PESERTA GELAR PERKARA 1.
Pimpinan Gelar:
2.
Pemapar:
3. III.
Peserta Gelar
WAKTU DAN TEMPAT 1.
Hari
: …….
2.
Tanggal : ………
3.
Pukul : ………
4.
Tempat : ………
IV. PELAKSANAAN GELAR PERKARA 1.
Gelar perkara dibuka oleh pimpinan gelar perkara (jabatan: ketua) atas dasar Nota Dinas Nomor : tanggal 19 Februari 2013 perihal undangan gelar perkara, yang dilaksanakan adalah gelar perkara :
2.
a.
Laporan Polisi Nomor:
b.
Laporan Polisi Nomor:.
Materi Paparan : a. Posisi kasus b. Proses Penyidikan : 1) Pemeriksaan saksi ada ….orang : 2) Pemeriksaan Ahli Hukum Pidana; 3) Pemeriksaan Tersangka.
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
66
V. GELAR PERKARA PENYAMPAIAN DARI PELAPOR, DAN TANGGAPAN / PENDAPAT PARA PESERTA GELAR 1. (Pelapor) a.
kami sudah menerima SP2HP dari penyidik;
b.
Perkara ini dilaporkan pada tanggal 14 Mei 2012;
VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1.
KESIMPULAN : a.
Laporan Polisi Nomor dapat disimpulkan :
2.
REKOMENDASI : a. Terhadap Laporan Polisi Nomor :
VII. PENUTUP
Demikianlah laporan hasil gelar ini dibuat dan disampaikan kepada pimpinan sebagai bahan pertimbangan dan kebijakan selanjutnya.
Mengetahui, PIMPINAN GELAR PERKARA
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
Jakarta,
Februari 2013
NOTULEN
KEJAKSAAN REGISTER PERKARA TINDAK PIDANA PEMILU TAHAP PRA PENUNTUTAN
NOMOR
1
TANGGAL
IDENTITAS
PASAL YANG
PENYERAHAN
HASIL PENELITIAN
PENERIMAAN
LENGKAP
DISANGKAKAN
TAHAP 1
P-18P
P-21P
TAHAP II
SPDP
TERSANGKA
2
3
4
5
6
7
8
PENYERAHAN
KET.
9
68
KEJAKSAAN REGISTER PERKARA TINDAK PIDANA PEMILU TAHAP PENUNTUTAN, UPAYA HUKUM DAN EKSEKUSI
NOMOR
PENYERAHAN
IDENTITAS
PASAL
TUNTUTAN
PUTUSAN
TAHAP II
TERDAKWA
DAKWAAN DAN
PIDANA
PN
5
6
BANDING
PUTUSAN
EKSEKUSI
KET.
9
10
PT
PELIMPAHAN KE PN 1
2
3
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
4
7
8
69
KEJAKSAAN REGISTER BARANG BUKTI PERKARA TINDAK PIDANA PEMILU
NOMOR
NOMOR REGISTER
URUT
PERKARA
1
2
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
TERDAKWA
JENIS DAN JUMLAH
PUTUSAN DAN PELAKSANAAN
BARANG BUKTI
EKSEKUSI
4
5
3
KEJAKSAAN
P16P
SURAT PERINTAH PENUNJUKAN JAKSA PENUNTUT UMUM UNTUK MENGIKUTI PERKEMBANGAN PENYIDIKAN DAN PENYELESAIAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMILU NOMOR : PRINT : ……………………………………… KEPALA KEJAKSAAN …………………………………. Dasar
: 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 6. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan dari Penyidik Polda/Polwil/Polres/Polsek…………….yang diterima Kejaksaan pada tanggal …………………..atas nama tersangka : Nama lengkap : Tempat lahir : Umur/tgl. Lahir : Jenis kelamin : Kebangsaan/ Kewarganegaraan : Tempat tinggal : Agama : Pekerjaan : Pendidikan : Yang diduga melakukan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam Pasal……………8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Pertimbangan
: 1. Bahwa dengan diterimanya Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) perkara Tindak Pidana Pemilu, dipandang perlu untuk menugaskan seorang atau beberapa orang Jaksa Penuntut Umum untuk mengikuti perkembangan penyidikan, meneliti hasil penyidikan, melakukan penuntutan dan penyelesaian perkara tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan administrasi perkara pidana. 2. Bahwa sebagai pelaksanaannya perlu dikeluarkan surat perintah. MEMERINTAHKAN
Kepada
: 1.
2.
Nama Pangkat NIP/NRP Jabatan
: : : :
Nama
:
71
Pangkat : NIP/NRP : Jabatan : Untuk
: 1.
Mengikuti perkembangan penyidikan dan melakukan koordinasi dengan penyidik sejak diterimanya P-16P. 2. Melakukan penelitian hasil penyidikan atas nama tersangka tersebut. 3. Melakukan penelitian penghentian penyidikan dari penyidik. 4. Melakukan penuntutan perkara ke pengadilan. 5. Melaksanakan penghentian penuntutan. 6. Melaksanakan penetapan hakim khusus pelanggaran pidana Pemilu/Ketua Pengadilan Negeri. 7. Melakukan perlawanan terhadap penetapan hakim khusus Pemilu / Ketua Pengadilan Negeri. 8. Melakukan upaya hukum banding. 9. Melaksanakan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 10. Melaporkan setiap pelaksanaan tindakan hukum berdasarkan perintah ini dengan berita acara kepada pejabat pengendali penanganan perkara tindak pidana Pemiiu yang bersangkutan.
Dikeluarkan di : Pada tanggal : KEPALA KEJAKSAAN……………………
Pangkat/NIP/NRP
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
72
KEJAKSAAN TINGGI / NEGERI Nomor Sifat Lampiran Perihal
: : : :
P-18P ……………………………………………….
Pengembalian berkas perkara tindak pidana Pemilu atas nama tersangka ……….. untuk dilengkapi
Kepada Yth. Kepala Kepolisian Daerah/Wilayah/ Resort/Sektor…………………….. di…………………………………..
Sehubungan dengan penyerahan berkas perkara tindak pidana Pemilu
atas
nama
tersangka
…………………………………
Nomor…………………tanggal……………….yang
kami
terima
pada
tanggal ……………….., setelah kami lakukan penelitian sesuai dengan ketentuan Pasal 253 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, ternyata hasil penyidikannya belum lengkap. Berkenaan dengan hal tersebut, bersama ini kami kembalikan berkas perkara atas nama tersangka tersebut untuk saudara lengkapi dengan petunjuk sebagai berikut : 1. Kelengkapan Formiil Bahwa
dalam
berkas
perkara
masih
terdapat
kekurangan
kelengkapan formil sebagai berikut : a ........................................................... b ........................................................... c .......................................................... d. Dst. Agar kelengkapan tersebut dilengkapi. 2. Kelengkapan Mateiil a. Bahwa tersangka disangka melanggar
melakukan tindak pidana Pemilu
pasal…………………………...dengan
unsur-unsur
sebagai berikut :
-
-
………
-
………
Dst.
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
73
b. Bahwa berdasarkan hasil penelitian terhadap berkas perkara, masih terdapat unsur-unsur pasal yang disangkakan yang belum terpenuhi yaitu : -
Unsur ...................................
-
Unsur ...................................
-
Dst.
c. Berkenaan dengan hal tersebut, agar penyidik melengkapi berkas perkara untuk membuktikan / mengungkapkan perbuatan yang dipersangkakan terhadap tersangka dengan cara : -
Melakukan pemeriksaan saksi-saksi;
-
Melakukan pemeriksaan ahli;
-
Melakukan pemeriksaan surat;
-
Melakukan pemeriksaan tersangka;
-
Melakukan penyitaan barang bukti;
Sesuai dengan ketentuan Pasal 261 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, berkas perkara tersebut sudah harus disampaikan kembali kepada kami dengan petunjuk yang telah dipenuhi, paling lama 3 (tiga) hari seterimanya berkas perkara. Demikian untuk dilaksanakan.
An. KEPALA KEJAKSAAN........................ ASPIDUM / KASI PIDUM / KACABJARI Selaku Penuntut Umum,
Pangkat / NIP / NRP
Tembusan: 1. Yth. Kepala Kejaksaan Tinggi / Negeri................... 2. Yth. Kapolri / Kapolda / Kapolwil / Kapolres 3. Arsip.
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
74
KEJAKSAAN TINGGI / NEGERI Nomor Sifat Lampiran Perihal
: : : :
P-21P ………………………………………
Pemberitahuan hasil penyidikan perkara tindak pidana Pemilu atas nama tersangka………………….. sudah lengkap.
Kepada Yth. Kepala Kepolisian Daerah/Wilayah/ Resort/Sektor…………………….. di…………………………………..
Sehubungan dengan penyerahan berkas perkara tindak pidana Pemilu atas nama tersangka……………. Nomor……….tanggal……….. yang kami terima pada tanggal………….setelah kami lakukan penelitian ternyata hasil penyidikannya sudah lengkap. Sesuai dengan ketentuan Pasal 261 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, supaya saudara menyerahkan tanggung jawab tersangka dan barang bukti kepada kami dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari sesudah surat ini diterima, guna menentukan apakah perkara tersebut sudah memenuhi persyaratan atau tidak untuk dilimpahkan ke pengadilan. Demikian untuk dilaksanakan.
An. KEPALA KEJAKSAAN........................ ASPIDUM / KASI PIDUM / KACABJARI Selaku Penuntut Umum,
Pangkat / NIP / NRP
Tembusan: 1. Yth. Kepala Kejaksaan Tinggi / Negeri................... 2. Yth. Kapolri / Kapolda / Kapolwil / Kapolres 3. Arsip.
Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu
SURAT EDARAN NOMOR : SE-012/A/JA/04/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Pengalaman dalam praktik ketatanegaraan Republik Indonesia, sejak tahun 1955 telah menyelenggarakan Pemilihan Umum sebanyak 10 (sepuluh) kali, yang terakhir adalah Pemilihan Umum Tahun 2009. Setiap kali Pemilu yang diselenggarakan sekali dalam 5 (lima) tahun tersebut selalu ditandai dengan terjadinya perubahan kebijakan regulasi yakni penggantian undang-undang tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD yang didalamnya juga terjadi perubahan terhadap rumusan, kualifikasi, serta unsur-unsur tindak pidana Pemilu. Dari pelaksanaan Pemilu Tahun 2009 dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, maka menghadapi Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014, kebijakan legislasi yang baru dikeluarkan yakni dengan penggantian undang-undang Pemilu dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012. Di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD tersebut diatas, beberapa perubahan pokok antara lain yang terkait dengan tahapan penyelenggaraan Pemilu, persyaratan dan pendaftaran partai politik menjadi Peserta Pemilu, penggunaan hak memilih, penyusunan daftar Pemilih, kampanye Pemilu, pemungutan suara, penetapan calon terpilih, penanganan laporan pelanggaran Pemilu dan tindak pidana Pemilu. Berhubung karena tahapan-tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 telah berlangsung tahap demi tahapan, maka kepada para Kajati, Aspidum, Kajari dan Kacabjari di seluruh Indonesia diminta agar mencermati pedoman dalam menangani perkara tindak pidana Pemilu Tahun 2014, sebagai berikut :
-2-
1.
Adanya perubahan dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 menjadi UndangUndang Nomor 8 Tahun 2012, antara lain terkait dengan proses dan acara penyelesaian perkara tindak pidana Pemilu. 1.1
Proses dan Acara Penyelesaian Tindak Pidana Pemilu diatur dalam Pasal : 260 – 266. - Terkait dengan Proses dan Acara Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Pemilu : a.
Tidak ada ketentuan yang mengatur tentang jaksa khusus menangani perkara tindak pidana Pemilu yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Jaksa Agung RI. Oleh karena itu penunjukkan jaksa khusus menangani perkara tindak pidana Pemilu diserahkan kepada Kajati setempat untuk menetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Kejaksaan Tinggi (sesuai petunjuk dalam Surat JAMPIDUM Nomor : B-1086/E/Ejp/04/2013 tanggal 12 April 2013);
b.
Batas waktu yang singkat berkaitan dengan proses penyidikan, penuntutan dan peradilan tindak pidana Pemilu, menuntut kesigapan Jaksa Penuntut Umum untuk melakukan koordinasi yang efektif baik dengan penyidik, pengadilan maupun terhadap BAWASLU/PANWASLU setempat;
c.
Penegasan bahwa Putusan Banding adalah putusan terakhir dan mengikat serta tidak dapat dilakukan upaya hukum Kasasi maupun Peninjauan Kembali;
d.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tidak mengatur tentang acara khusus pelimpahan perkara tindak pidana Pemilu ke Pengadilan, sehingga mengacu kepada ketentuan dalam KUHAP, maka pelimpahan perkara tindak pidana Pemilu ke Pengadilan dilakukan dengan Acara Pemeriksaan Biasa atau Acara Pemeriksaan Singkat. Pelimpahan perkara tindak pidana Pemilu dengan secara singkat dilakukan bila perkara yang bersangkutan sifatnya sederhana dan mudah pembuktiannya. Terkait dengan hal tersebut maka BAWASLU, Kepolisian RI dan Kejaksaan RI telah menerbitkan Nota Kesepakatan Bersama tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu (GAKKUMDU) sebagai forum koordinasi bersama komponen BAWASLU/PANWASLU, Kepolisian dan Kejaksaan di tingkat Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota (sebagaimana yang telah dikirimkan kepada Saudara melalui Surat JAMPIDUM Nomor : B-1086/ E/Ejp/04/2013 tanggal 12 April 2013) dalam menangani perkara tindak pidana Pemilu, para jaksa agar berpedoman pada Standar Operasional Prosedur Sentra GAKKUMDU yang disusun bersama antara BAWASLU, Polri dan Kejaksaan Agung.
-3-
1.2
Terkait dengan Ketentuan Pidana Tindak Pidana Pemilu diatur di dalam Pasal : 273 – 321. a.
Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008, dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 2012 tidak lagi menganut ancaman pidana minimal maksimal, tetapi menganut ancaman pidana kumulatif, yakni : pidana badan dan pidana denda;
b.
Ketentuan pidana tindak pidana Pemilu yang baru ini memisahkan antara kategori PELANGGARAN dengan kategori KEJAHATAN. - Kategori Pelanggaran : terdiri dari 19 pasal, yakni dari Pasal 273 – 291 tidak dapat dilakukan tindakan penahanan. - Kategori Kejahatan
: dari 30 (tiga puluh) pasal kategori kejahatan (Pasal 292 – 321), ada 2 (dua) pasal yang memungkinkan tersangka dapat ditahan karena ancaman pidananya 6 (enam) tahun dan 5 (lima) tahun, yakni dalam Pasal 298 dan Pasal 319.
2.
Untuk menuntun dan memudahkan para Jaksa Penuntut Umum dalam menangani perkara tindak pidana Pemilu, berikut disampaikan buku pedoman penanganan perkara tindak pidana Pemilu yang telah disesuaikan dengan Standar Operasional Prosedur Sentra GAKKUMDU yang disusun bersama BAWASLU, Kepolisian RI dan Kejaksaan RI maupun ketentuan pidana beserta unsur-unsur pasal dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Jaksa Agung RI ini.
3.
Penuntutan perkara tindak pidana Pemilu dilaksanakan dengan tetap mempedomani Surat Edaran Jaksa Agung RI Nomor : SE-013/A/JA/12/2011 tentang Pedoman Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana Umum, dan terhadap perkara tindak pidana Pemilu yang menarik perhatian masyarakat dan atau diatensi oleh Pimpinan, maka pengendalian dan pelaporannya sesuai dengan mekanisme PK-Ting sebagaimana yang digariskan dalam Surat JAMPIDUM Nomor : B-16/E/Ejp/03/2002 tanggal 11 Maret 2002.
4.
Pengalaman di dalam menangani perkara tindak pidana Pemilu pada penyelenggaraan Pemilu sebelumnya, memang tidak bisa dihindari adanya permasalahan-permasalahan dan kendala teknis yang dihadapi. Permasalahan dan kendala yang dihadapi ada yang bisa dikoordinasikan secara nasional, melalui kesepakatan teknis diantara penegak hukum di tingkat Pusat dan BAWASLU, namun ada permasalahan yang sifatnya di tingkat daerah tertentu (lokal), sehingga penyelesaian permasalahan tingkat daerah tertentu
dilakukan
kesepakatan
antara
penegak
hukum
tingkat
daerah
yang
bersangkutan, baik di level Provinsi maupun pada tingkat Kabupaten/Kota melalui semangat koordinasi secara efektif. Demikian untuk dilaksanakan dan diindahkan.
-4-
Jakarta, 26 April 2013 JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
BASRIEF ARIEF