D. Kegiatan Kampanye Pembuatan pesan kampanye tidak hanya terkait dengan Teori Perubahan, tapi juga berbagai sasaran SMART yang telah disetujui dalam rencana proyek awal, dan dalam kerangka waktu dan fungsi terkait dengan Strategi-strategi Penyingkiran Halangan berupa penegakan hukum terhadap pengusaha perambah. Bagian dari Rencana Proyek Akhir ini dimaksudkan untuk: I: Mendeskripsikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan II: Memberikan bukti capaian Sasaran-sasaran SMART yang terkait dengan kegiatan-kegiatan ini Bagian ini meninjau rangkaian kegiatan yang menargetkan petani dan masyarakat Meranti Timur sebagai khalayak primer maupun petani dan masyarakat Lobu Rappa sebagai khalayak sekunder. Tentu saja terdapat sejumlah tumpang tindih materi antar khalayak-khalayak dan “masyarakat secara umum.” Dalam kasus yang disebutkan belakangan, ini sepenuhnya disengaja karena materi kampanye dapat dipakai pada kedua khalayak. Perbedaannya adalah penekanan pesan-pesan khusus pada kunjungan berupa penjelasan langsung dan pendekatan program pendampingan masyarakat sesuai karakteristik maupun pemahaman dan persepsi khalayak mengenai keberadaan SM Dolok Surungan.
32
1. SASARAN SMART KAMPANYE Petani Meranti Timur, Meranti Tengah, dan Meranti Utara Tabel D.1. Sasaran SMART untuk Pengetahuan Petani Meranti
Para Petani Meranti Utara, M. Tengah, dan M. Utara : Persiapan/Validasi Sasaran SMART 1
Sasaran SMART 2 Sasaran SMART 3
Pada Juni 2010, 60 % petani Meranti Timur, M. Tengah, dan M. Utara mengetahui status SM Dolok Surungan sebagai kawasan konservasi yang penting (meningkat dari 0 % pada survei pra-proyek) *53,9 % khalayak target sudah memahami SM Dolok Surungan sebagai hutan negara dan atau hutan lindung Pada Juni 2010, 50 % petani Meranti Timur, M. Tengah, dan M. Utara mengetahui batas kawasan SM Dolok Surungan (meningkat dari 3 % pada survei pra-proyek) Pada Juni 2010, 60 % petani Meranti Timur, M. Tengah, dan M. Utara mengetahui bahwa menguasai lahan, bertani dan memperjualbelikan lahan dilarang (meningkat dari 39,67 % pada survei pra-proyek)
Tabel D.2. Sasaran SMART untuk Sikap dan Komunikasi Interpersonal Petani Meranti
Para Petani Meranti Utara, M. Tengah, dan M. Utara: Sikap dan Komunikasi antar sesama (interpersonal) Sasaran SMART 1
Pada Juni 2010, 70 % petani Meranti Timur, M. Tengah, dan M. Utara akan setuju untuk mengembalikan kawasan SM Dolok Surungan seperti semula (sebelum dirambah) (meningkat dari 36,93 % pada survei pra-proyek)
Sasaran SMART 2
Pada Juni 2010, 70 % petani Meranti Timur, M. Tengah, dan M. Utara setuju mengembalikan fungsi SM Dolok Surungan sebagai tempat perlindungan satwa langka (termasuk sebagai habitat satwa-satwa penting, eg : tapir, harimau etc) (meningkat dari 40.76 % pada survei pra-proyek)
Sasaran SMART 3
Pada Juni 2010, 50 % petani Meranti Timur, M. Tengah, dan M. Utara menyetujui masyarakat ikut serta bertanggungjawab menjaga dan mengelola kawasan SM Dolok Surungan (meningkat dari 10,03 % pada survei pra-proyek)
Sasaran SMART 4
Pada Juni 2010, 20 % petani Meranti Timur, M. Tengah, dan M. Utara berbicara mengenai masyarakat ikut mengelola dan menjaga kawasan SM Dolok Surungan secara partisipatif (meningkat dari 0 % pada survei pra-proyek)
Sasaran SMART 5
Pada Juni 2010, 40 % petani Meranti Timur, M. Tengah, dan M. Utara saling membicarakan untuk mematuhi aturan yang berlaku kawasan SM Dolok Surungan (meningkat dari 11,4 % pada survei pra-proyek)
33
Tabel D.3 Sasaran SMART untuk Perubahan Perilaku Petani Meranti
Para Petani Meranti Utara, M. Tengah, dan M. Utara: Perubahan Perilaku Sasaran SMART 1
Pada Juni 2010, 60 % petani tidak lagi membuka lahan rambahan baru di dalam SM Dolok Surungan (meningkat dari 32 % pada survey pra-proyek)
Sasaran SMART 2
Pada Juni 2010, 100 orang petani Meranti timur, M. Tengah, dan M. Utara (bersedia) meninggalkan lahan rambahannya di dalam kawasan SM Dolok Surungan (dari > 250 orang yang memiliki lahan)
Sasaran SMART 3
Pada Juni 2010, 1 regu Pam Swakarsa dibentuk petani Meranti Timur, M. Tengah, dan M. Utara sebagai peran ikut serta dalam pengelolaan (termasuk perlindungan kawasan) bersama dalam kawasan SM Dolok Surungan
2. Sasaran SMART untuk Masyarakat Lobu Rappa Tabel D.4. Sasaran SMART untuk pengetahuan di Lobu Rappa
Masyarakat Lobu Rappa : Pengetahuan Sasaran SMART 1
Pada Juni 2010, 60 % masyarakat Lobu Rappa akan tahu peranan masyarakat merupakan hal penting untuk pengelolaan kawasan SM Dolok Surungan (meningkat dari 0 % pada survei pra-proyek)
Sasaran SMART 2
Pada Juni 2010, 40 % masyarakat Lobu Rappa akan tahu aturan main dan peluang peran masyarakat dalam mengelola kawasan SM Dolok Surungan (meningkat dari 0 % pada survei pra-proyek)
34
Tabel D.5. Sasaran SMART untuk Sikap dan Komunikasi antar Sesama (interpersonal) di Lobu Rappa
Masyarakat Lobu Rappa : Sikap & Komunikasi Perorangan Sasaran SMART 1
Pada Juni 2010, 80 % masyarakat Lobu Rappa setuju melaksanakan peran masyarakat dalam pengelolaan partisipatif kawasan SM Dolok Surungan (meningkat dari 57,9 %)
Sasaran SMART 2
Pada Juni 2010, 70 % masyarakat Lobu Rappa akan saling membicarakan aturan main dan peluang peran masyarakat dalam mengelola kawasan SM Dolok Surungan (meningkat dari 22,2 % pada survei pra-proyek)
Tabel D.6. Sasaran SMART untuk Perubahan Perilaku di Lobu Rappa
Masyarakat Lobu Rappa : Perubahan Perilaku Sasaran SMART 1
Pada Juni 2010, masyarakat Lobu Rappa akan sudah melaksanakan 2 kali pertemuan dan 1 kali acara seremonial untuk menandatangani satu (1) MoU dan membuat program partisipatif pengelolaan kawasan SM Dolok Surungan
Sasaran SMART 2
Pada Juni 2010, 100 KK dari masyarakat Lobu Rappa akan melaksanakan penghijauan di desa mereka sebagai bagian pengelolaan kawasan penyangga SM Dolok Surungan
3. Kegiatan-kegiatan Kampanye: Deskripsi dan Evaluasi Efektivitas
Meranti Timur Model Desa Konservasi Strategi Model Desa Konservasi (MDK) muncul pada proses analisis strategi pada bulan Maret 2009 lalu. Sebuah inisiasi pembentukan Model Desa Konservasi (MDK) di Meranti Timur sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2008 sebagai bagian dari upaya penyelesaian permasalahan di kawasan SM Dolok Surungan. Bagan yang menggambarkan pentingnya MDK sebagai bagian dari strategi penyelesaian permasalahan SM Dolok Surungan sebagaimana terlihat pada rancangan strategi pada Bab B Konsep Model di atas. Tujuan dilaksanakannya pendekatan-pendekatan awal ini adalah membentuk pengertian bersama antara desa, yang diwakili oleh perangkat dan beberapa tokoh masyarakat, dalam rangka pelaksanaan program MDK yang terkait dengan tujuan konservasi pengelolaan SM Dolok Surungan. Pada pertengahan bulan Nopember 2009, kesepakatan melaksanakan program Model Desa Konservasi dihasilkan di Balai Desa Meranti Timur. Program awal yang disepakati
35
adalah penghijauan desa dengan tanaman produktif, inisiasi pembuatan pembibitan swadaya masyarakat, dan penyusunan kelengkapan administratif Model Desa Konservasi (termasuk Master Plan) dengan pendampingan dari Balai Besar KSDA Sumatera Utara. Pada tanggal 24 Nopember 2010, 1000 bibit unggul cokelat, asam gelugur, dan durian didistribusikan oleh aparat desa kepada masyarakat. Bibit-bibit ini disediakan oleh Balai Besar KSDA Sumatera Utara melalui Seksi Konservasi Wilayah III. Jenis bibit merupakan kesepakatan dari desa yang disampaikan kepada Balai. Selain bibit, 40 buah cangkul juga diserahkan sebagai ‘modal’ awal pembuatan pembibitan swadaya masyarakat. Anggota Pam Swakarsa kehutanan (relawan) yang berasal Desa Meranti Timur diharapkan dapat menjadi penggerak pembibitan ini. Secara psikologis, bagi beberapa petani Meranti maupun bagi CM, kegiatan ini merupakan pembuka jalan untuk berkomunikasi secara lebih baik. Sebelumnya pintu masuk mengkomunikasikan penyelesaian masalah SM Dolok Surungan yang dialogis sudah bisa dijalankan pada masa Pak Kiten Panjaitan sebagai Kepala Desa. Selepas meninggalnya Pak Kiten, saya pribadi kesulitan untuk dapat berkomunikasi dengan pihak masyarakat perambah karena tidak bisa mengenali tokoh yang bisa menjadi penghubung lagi. Beberapa tokoh yang diajak bicara seperti Ibu Panjaitan (istri alm. Bpk. Kiten), keluarga Tampubolon, dan Bpk Gultom tidak memberi hasil yang sama, sebab mereka tidak memiliki pengaruh terhadap petani perambah. Selepas acara kesepakatan pembentukan MDK dan penyerahan bibit, beberapa tokoh BPD Meranti Timur seperti Bapak Saba Panjaitan dan Bapak Siahaan ditambah masyarakat yang merambah seperti Bpk. Sarumpaet mulai berani mengkomunikasikan ide dan pandangannya terkait peramsalahan lahan di Sigalapang (Dolok Surungan). Meskipun tidak memiliki pengaruh langsung terhadap masyarakat, tetapi orang-orang ini merupakan bagian dari kelengkapan desa yang bila ditambah dengan kepala desa maka secara kolektif memiliki pengaruh kepada masyarakat juga. Dari orang-orang ini juga saya mengetahui bahwa pendekatan MDK yang dijalankan Balai Besar KSDA Sumatera Utara mendapat respek dari masyarakat sebagai bentuk pendekatan yang lebih ‘ramah’ dan manusiawi. Meskipun, sebagian dari masyarakat ada juga yang menganggap pendekatan ini sebagai simbol membesarnya kemungkinan pemerintah akan melepas lahan SM Dolok Surungan kepada masyarakat. Sebab, dalam suasana yang akrab masyarakat lebih sering menyeletukkan ide agar pemerintah ‘merelakan’ saja lahan yang sudah digarap dan kemudian sisanya bisa dijaga bersama-sama. Proses pendekatan MDK meskipun tidak lagi terlalu instant dilaksanakan sebab proses dialog dengan aparat desa, pengumpulan ide dari masayarakat, dan penetapan ukuran-ukuran yang SMART dalam internal tim Balai saat akan melaksanakan kegiatan, tetapi tetap belum bisa dikatakan sempurna. Kekhawatiran utama dalam pendekatan ini adalah tidak adanya pendamping yang lebih aktif memfasilitasi MDK di Meranti Timur. Keberadaan CM dan tim kampanye memang bisa dimanfaatkan pada prose awal kemarin, tetapi tidak seperti di Lobu Rappa yang proses pendampingannya sudah memunculkan pemimpin lokal (local leader) yang bisa menggerakkan partisipasi, di Meranti Timur hal ini belum tersedia. MDK di Meranti Timur akan lebih berkelanjutan jika kepala resort dapat dilatih sebagai pendamping masyarakat yang aktif dan kompeten, atau proses pendampingan setahun ke depan dapat meningkatkan tingkat partisipasi tokoh-tokoh Meranti yang menjadi penghubung di atas.
Lobu Rappa Pembinaan Kader Konservasi Kader konservasi sebenarnya merupakan title untuk perseorangan bagi relawan yang ditraining secara formal oleh Kementerian Kehutanan. Namun, sangat diharapkan seorang kader konservasi dapat menggerakkan masyarakat di kampungnya untuk menjadi satu gerakan konservasi di bawah nama dan terminologi kader konservasi. Ada jaringan untuk berbagi di setiap kabupaten dan propinsi bagi kader-kader ini yaitu : Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I).
36
Di Dolok Surungan, Pak Mariadi adalah seorang kader konservasi yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Balai Diklat Kehutanan Pematangsiantar pada tahun 2007 lalu. Beberapa kegiatan dirancang untuk mempertahankan, menularkan, dan meningkatkan kapasitas maupun komitmen beliau dan masyarakat yang bekerja bersamanya. Kampanye Pride menjadi saluran yang sesuai untuk aktivitas kader konservasi dengan kegiatan-kegiatan berikut : a. Penguatan Kelembagaan, Pembentukan KSM Lestari Dongan Kelompok Swadaya Masyarakat Lestari Dongan sebelumnya bernama Kelompok Swadaya Masyarakat Salipotpot Indah yang dibentuk pada awal tahun 2008. Karena mengusung nama dusun Salipotpot maka keanggotaan dan lingkup kerja memang masih seputaran kerja masyarakat Salipotpot, Lobu Rappa dalam mendukung pelestarian SM Dolok Surungan. Program unggulan KSM Salipotpot Indah adalah tabungan pohon dan pembibitan swadaya. Selama masa kampanye, KSM sudah menyediakan lebih dari 5000 bibit siap tanam untuk program rehabilitasi kawasan berbasis masyarakat. Pada akhir kampanye, KSM merasa perlu untuk memperluas jangkauan keanggotaan dan kegiatan. Satu kelompok masyarakat yang sebelumnya belum termasuk ke dalam kepengurusan KSM Salipotpot Indah mengajukan diri membentuk satuan Pam Swakarsa Dolok Surungan. Ide ini diakomodir oleh Pak Mariadi dan pada tanggal 7 Juli 2010 KSM Salipotpot Indah diputuskan berganti nama menjadi KSM Salipotpot Indah dengan AD/ART baru dan kepengurusan yang baru. Kegiatan Pam Swakarsa dijadikan satu divisi khusus di bawah ketua KSM. Proses mengakomodir kelompok Pam Swakarsa dan membuat divisi-divisi baru di dalam KSM setidaknya dapat meningkatkan partisipasi masyarakat Lobu Rappa. Jika tadinya di dalam kelompok ini hanya ada satu orang inovator yang menjadi penggerak, maka sekarang sudah ada lebih banyak tokoh yang berpotensi meningkatkan tingkat parsipasinya. Pak Sudarman atau Pak Demang (Ketua Kelompok Pam Swakarsa), Pak Margolang (Ketua Kelompok Penanaman), Pak Suratno (Ketua kelompok Pembibitan) dan Pak Sarmo (Wakil Ketua KSM) sudah memiliki rasa percaya diri yang lebih daripada saat hanya menjadi pendukung pasif kampanye dengan fungsi menghadiri acara-acara saja. Kesediaan mereka menempati pos strategis dalam KSM dan aktivitas yang dijalankan seminggu setelah pembentukan pengurus baru seperti penyuntikan dan penanaman menunjukkan peningkatan partisipasi ini. Dampak kegiatan-kegiatan KSM seharusnya bisa lebih besar jika reorganisasi KSM dan pembentukan divisi-divisinya berjalan lebih cepat. Pembentukan KSM Lestari Dongan yang baru selesai pada awal Juli 2010 sangat berdekatan dengan akhir masa kampanye. Padahal, inisiasi penguatan kelembagaan ini sudah dimulai sejak bulan April 2010. Seharusnya, partisipasi penggerak-penggerak baru di dalam KSM sudah bisa dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan kampanye seperti grebeg pekan, festival Hari Bumi, dan kunjungan-kunjungan malam ke kampung-kampung. Pembelajaran yang berharga yang diperoleh dari proses ini adalah dalam hal mengenali inovator lain dlam masyarakat. Pak Demang sebenarnya sudah cukup lama kami lihat sebagai tokoh yang potensial menggerakkan partisipasi. Namun, beberapa pertimbangan dan keberatan yang diajukan oleh relawan lainnya menyebabkan pendekatan dengan beliau agak tertunda. Pada akhirnya, setelah melalui beberapa kali dialog dan diskusi bersama baik Pak Demang maupun tim relawan lain yang sebelumnya keberatan bisa memahami urgensi mengajak lebih banyak orang dalam kelompok kampanye. Karakter Pak Demang yang keras dan ceplas-ceplos pasaran selain menjadi ‘kekurangannya’ akhirnya bisa diterima menjadi potensi utamanya di dalam kelompok. Selain itu, jaringan dan pengaruhnya kepada kelompok-kelompok sekarakter di kampung juga bisa dimanfaatkan bila bisa dikendalikan dengan baik. Pak Demang yang bisa menjamin pengendalian dan pemanfaatan ini berjalan dengan baik.
b. Pembibitan Kegiatan pembibitan sudah sejak awal pembentukan KSM Salipotpot Indah dilaksanakan. Anggota KSM mengumpulkan biji-biji durian, jengkol, dan petai pada saat musim buah dan menyemainya di dalam polibag-polibag. Selain tanaman pohon buah jenis-jenis tanaman hutan juga disemaikan
37
untuk keperluan penghijauan desa dan reboisasi. Pada masa kampanye, penyediaan benih bisa difasilitasi. Benih meranti, mahoni, dan ingul (surian) bisa disediakan dengan harga murah. Pembibitan menjadi lebih beragam dan minat masyarakat memanfaatkan bibit semakin besar. Salah seorang anggota koramil Kuala Beringin bahkan meminta 400 bibit meranti untuk ditanam di lahan-lahan kosong di dekat rumahnya. Sejak awal, pembibitan yang dibangun di pekarangan rumah Pak Mariadi ini sudah menarik perhatian masyarakat. Beberapa pihak bahkan ‘menuduh’ Pak Mariadi mengerjakan proyek bernilai puluhan juta rupiah atas orderan dari Balai. Setelah mendapat penjelasan dari anggota KSM ataupun Pak Mariadi sendiri, pihak yang menuduh ini semakin tidak percaya dan menyebut anggota KSM sebagai pihak yang mau dibodoh-bodohi pemerintah kalau memang kerja itu tidak dibayar. Isu proyek ini sempat menurunkan partisipasi masyarakat. Kelompok pemuda yang sebelumnya antusias membantu penanaman dan penyiapan lahan belakangan mundur. Konsistensi kerja kader konservasi dan beberapa anggota KSM yang melanjutkan pembibitan dan penanaman ini akhirnya melunakkan masyarakat. Isu proyek hilang dengan sendirinya, dua orang pemilik lahan bahkan mengajukan lahannya untuk dijadikan lahan pembibitan yang lebih luas. Pak Sumanto (Pak Soman), salah satu pemilik lahan tersebut, bahkan menawarkan kepada Pak Mariadi dan KSM lahannya seluas 2 ha untuk dijadikan demplot koleksi pohon sebagai lahan penghijauan dan pusat pembibitan. Dalam proses penyediaan pembibitan, kendala utama adalah penyediaan benih. Pengumpulan secara manual cukup menyulitkan untuk mencapai target-target jumlah tertentu. Pengumpulan benih yang terkendala terutama untuk jenis pohon non buah. Pilihan solusi yang dijalankan adalah membeli pada pembibitan swasta atau mencari ke pusat-pusat pembibitan (Balai Penelitian Aek Nauli atau Cagar Alam Martelu Purba). Namun, musim berbuah meranti yang tidak bisa ditentukan, bahkan bisa mencapai jarak waktu tahunan, menyebabkan pasokan benih terhambat. Jenis-jenis seprti mahoni dan surian (ingul) cukup mudah diperoleh asal tahu dimana membelinya. Akan tetapi dari kedua jenis ini hanya surian/suren/ingul yang bisa ditanam di dalam SM Dolok Surungan karena merupakan tanaman asli, sementara mahoni hanya bisa ditanam di lamahn-lahan masyarakat dan desa sebagai tabungan pohon dan penghijauan. Teknologi penyemaian juga menjadi tantangan. Beberapa jenis benih tidak dikuasai teknik penyemaiannya. Akibatnya banyak benih yang tidak berkecambah dan malah busuk. Benih jati, meranti, dan surian tidak dengan mudah bisa disemai oleh KSM. Sampai saat ini KSM dan tim masih malakukan percobaan-percobaan untuk menumbuhkan benih dengan berbagai metode silvikultur.
c.
Penanaman Penanaman di SM Dolok Surungan sebelumnya hanya bisa dibayangkan dari proyek Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN) dengan biaya besar dan birokrasi yang rumit. Pada tahun 2005 – 2007, Balai Besar KSDA Sumatera Utara sudah mereboisasi kawasan SM Dolok Surungan seluas 200 ha dengan proyek ini. Beberapa kali kegiatan pemeliharaan juga dilaksanakan dalam kurun ini. Pak Mariadi, dengan kapasitasnya sebagai kader konservasi, memiliki sebuah komitmen untuk membantu mereboisasi SM Dolok Surungan dengan daya yang dimilikinya. Konsep ini dimatangkan bersama tim kampanye menjadi cita-cita pembuatan arboretum tanaman koleksi Dolok Surungan berbasis kerja KSM. Sebuah areal kosong seluas 10 ha di dalam SM Dolok Surungan dan berdekatan dengan desa disetting menjadi lahan awal kerja ini. Komposisi tanaman hutan dan tanaman buah sangat diperhatikan pada saat penanaman. Cita-citanya arboretum ini bisa menjadi semacam ‘ladang’ durian, petai, jengkol, rambe, dan cempedak bagi warga tanpa status klaim milik per orangan. Pemilihan jenis juga mengacu pada aturan boleh tidaknya sebuah jenis ditanam di dalam kawasan konservasi. Untuk suaka margasatwa, jenis-jenis yang ditanam adalah jenis asli dalam arti sudah
38
pernah ada di dalam kawasan ini sebelum kawasan ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Jenis-jenis di atas adalah jenis yang dikenali warga sudah ada di SM Dolok Surungan sejak lama. Dampak dari kegiatan ini selain memperlihatkan partisipasi, belum bisa kelihatan. Sebab, tanaman yang ditanam masih berumur dua-tiga bulan dan belum memperlihatkan formasi lahan penanaman yang utuh. Diperkirakan dalam waktu tiga tahun ke depan lahan arboretum sudah bisa memperlihatkan hasil yang memberikan dampak bagi masyarakat, pengusaha, maupun perambah yang melihatnya. Karena lahan arboretum ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan rebosiasi Gerhan sebelumnya yang ditanam di bawah tanaman sawit. Sehingga meskipun saat ini sudah cukup besar (dengan tinggi mencapai 3 meter) tetapi tidak terlihat seperti hamparan tanaman hutan karena tertutup dominansi sawit. Pada saat penyiapan lahan dan penanaman, hal yang menjadi tantangan adalah menyesuaikan musim hujan. Penyiapan lahan membutuhkan harihari yang kering, sedangkan masa penanaman membutuhkan hujan. Padahal antara penyiapan lahan dengan penanaman tidak boleh terlalu lama (2-3 minggu) untuk mencegah lahan ditumbuhi rumput kembali. Beberapa kali penanaman tertunda karena tidak datang hujan. Akibatnya jadwal penanaman molor sampai 2 bulan. Hal ini berpengaruh kepada bibit yang sudah siap tanam. Banyak bibit aren yang akhirnya mati karena tidak toleran dengan lingkungan bedeng bibit terlalu lama. Banyak diantara bibit petai yang juga menjadi terlalu besar saat ditanam (akar sudah menembus polibag) dan memiliki kemungkinan stres lebih tinggi saat ditanam. Bibit-bibit yang mati setelah satu atau dua minggu pasca tanam segera disulam kembali oleh tim penanaman.
d. Penyuntikan Sawit Penyuntikan sawit adalah salah satu bagian strategi BR yang penting. Hal ini didasari pengalaman bahwa penanganan permasalahan perambahan yang tidak memasukkan proyek pemusnahan tanaman sawit akan mengundang perambah untuk datang kembali. Penyuntikan sebenarnya hanya terminologi untuk pekerjaan memasukkan racun tanaman ke dalam batang sawit yang dibuka dengan kampak atau dibor dan kemudian ditutup dengan gumpalan tanah. Apabila racun mengenai pembuluh sawit maka dalam waktu satu bulan (dengan dosis tepat) sawit akan layu dan mati. Cara ini jauh lebih murah daripada penebangan batang sawit yang membutuhkan tenaga dan biaya sewa chainsaw. Satu jerigen racun 20 liter dapat dipakai untuk menyuntik 400 pohon (dosis 50 cc) dengan harga sekitar 1 juta rupiah. Sedangkan biaya penebangan sawit mencapai Rp. 50.000,- per batang, yang berarti membutuhkan dana 20 juta rupiah per 400 batang atau ha. Sawit yang disuntik oleh tim KSM adalah sawit-sawit milik pengusaha yang tidak akan menimbulkan konflik lagi jika dimatikan karena sudah tua dan tidak produktif. Sampai saat ini, tim cukup yakin pengusaha tidak aka mereplanting lahan rambahannya karena akan beresiko sangat tinggi sebab kegiatan penanamannya akan menjadi bukti baru perambahan yang sudah ditunggu-tunggu oleh Balai dan kepolisian. Dampak kegiatan penyuntikan sampai kampanye berakhir juga belum terlihat. Membutuhkan waktu setidaknya satu bulan sampai sawit yang disuntik terlihat layu dan mati. Efek yang diperkirakan muncul akan sangat berpengaruh kepada perambah masyarakat yang melihat aksi nyata pemusnahan tanaman perambahan. Penyuntikan baru dimulai pada akhir Juli 2010 lalu. Pada proses kegiatan penyuntikan, rencana awalnya adalah melobi pengusaha perambah yang sudah memperlihatkan indikasi menyerahkan lahan (PT. Nariti). Rencananya lahan milik PT ini akan dsuntik dengan ekspose yang akan memberikan efek lebih besar di masyarakat. Tetapi sayang, proses lobi tidak bisa diselesaikan dan tertinggal dengan kesiapan masyarakat menyuntik. Lobi-lobi menjadi mundur jadwalnya disebabkan proses yang dikawal Kepala Seksi Konservasi Wilayah III ini terganggu jadwal persidangan di PTUN Medan. Akhirnya diputuskan penyuntikan dilaksanakan pada lahan pengusahan lain pada pohon-pohon yang sudah tidak berproduksi dan ditinggalkan oleh pekerja.
39
Semua Khalayak (Primer dan Sekunder) Safari Ramadhan (Khalayak Muslim) Tujuan Kegiatan Waktu Pelaksanaan Deskripsi
: Menyebarluaskan pesan pentingnya menjaga kelestarian SM Dolok Surungan dengan melibatkan pendakwah dan memanfaatkan momen Bulan Ramadhan : 5 – 15 September 2009 : Safari Ramadhan merupakan kegiatan pembuka kampanye penyampaian pesan Pride di SM Dolok Surungan. Rangkaian kegiatan dimulai dengan pertemuan para pemuka agama Islam, pengurus masjid, dan musholla. Dari pertemuan ini disepakati untuk mengadakan safarai ramadhan selama bulan puasa 1430 H yang mengusung pesan konservasi diantaranya pentingya menjaga SM Dolok Surungan sebgai salah satu nilai ibadah. Satu tim safari yang berisi seorang penceramah, seorang moderator dan beberapa orang pendukung secara terjadwal mengunjungi musholla dan masjid di sekitar SM Dolok Surungan I. Masjid dan musholla yang dikunjungi antara lain : No
Masjid/Musholla
Desa/Dusun
Keterangan Pihak masjid menyumbang buka dan makan malam; ramai pertanyaan kritis mengenai alasan harus menjaga Dolok Surungan
1.
Masjid Adian Baja
Adian Baja, Meranti Timur
2.
Masjid Dolok Maraja
Dolok Atas, Rappa
Lobu
3.
Musholla Nurul Yaqin
Salipotpot, Rappa
Lobu
4.
Musholla PIRBUN
Kuala Beringin
5.
Masjid Nurul Falah
Salipotpot, Rappa
6.
Musholla Lobu Jiur
Meranti Timur
Pihak masjid menyumbang buka dan makan malam Lobu
40
Dalam hasil paparan kampanye, Safari Ramadhan tidak memiliki jangkauan yang besar. Hanya sekitar 5 % dari responden khalayak target yang mengingat kegiatan ini. Efek kegiatan keagamaan seperti ini menurut Buku Pegangan Pride memang memiliki jangkauan menengah saja, tetapi memiliki kedalaman tinggi. Namun, di dalam referensi yang sama juga disebutkan kalau seharusnya kegiatan-kegiatan ini baik untuk dilaksanakan pada fase menengah hingga akhir kampanye, bukan di awal kampanye. Kesulitan utama yang terlihat memang pada bahan-bahan kampanye yang belum tersedia. Sehingga, pendalaman yang menjadi karakteristik kegiatan keagamaan ini tidak bisa tercapai. Satu seri safari ramadhan saat ini sedang digelar kembali. Mudah-mudahan bisa mencapai hasil yang lebih baik mengupas kedalaman pesan, tidak hanya sekedar mengambil keuntungan momentum bulan puasa yang datang satu tahun sekali.
Jadwal Imsak Ramadhan Tujuan Kegiatan Waktu Pelaksanaan Tempat / Lokasi Hasil Kegiatan
Analisis dan Evaluasi
: Menyampaikan pesan awal kampanye dan keberadaan SM Dolok Surungan kepada masyarakat muslim di sekitar kawasan : Agustus - September 2009 : Desa Meranti Timur, Desa Kuala Beringin, dan Desa Lobu Rappa (SM Dolok Surungan I) : Sebanyak 1000 lembar Jadwal Imsak Ramadhan 1430 H untuk SM Dolok Surungan dan Sekitarnya diseberluaskan kepada masyarakat melalui kedai-kedai, warung, tokoh agama, masjid-masjid, dan musholla. Penyebaran lembar jadwal imsak juga melibatkan beberapa siswa, guru, dan kepala dusun dalam bentuk voluntary. : Sebagai produk cetak awal, jadwal imsak ramadhan Dolok Surungan 1430 H tidak memuaskan hasilnya. Kesalahan komunikasi dengan vendor akibat kelalaian CM menyebabkan pesan kampanye mengenai status dan fungsi kawasan SM Dolok Surungan (SMART Pengetahuan) tidak tercetak pada 500 lembar jadwal imsak. Hal ini menjadi pelajaran yang berharga dan tidak terulang lagi pada proses pencetakan media kampanye berikutnya. Sampai kampanye berakhir, pengecekan setting dilakukan sampai tingkat detail, meskipun pernah terulang satu kejadian salah setting lagi disebabkan kelalaian CM mengirimkan file yang salah pada versi final buku tulis. Untung saja perbedaan desain tidak terkait dengan isi pesan tetapi hanya masalah artistik saja.
41
Poster Alasan pemilihan media: Poster-poster yang ditempelkan di tempat-tempat umum seperti kedai, warung, balai desa, lokasi penimbangan, pasar, dan tepi jalan akan mengingatkan masyarakat terhadap keberadaan kampanye. Poster juga akan menjadi pemancing diskusi antar masyarakat dengan desain atau pesan yang menarik. Poster juga akan menjadi ‘penghubung’ antara kampanye dengan fact sheet yang dibawa khalayak ke rumah masing-masing. Dari karakter medianya, poster memiliki jangkauan luas, dengan kedalaman pesan yang rendah. Oleh karena itu poster selain ditempelkan pada tempat strategis juga bermanfaat sebagai perangkat untuk mengawali sebuah diskusi. Awalnya, poster direncanakan untuk memuat pesan insentif dan disinsentif merambah atau melestarikan SM Dolok Surungan. Disinsentif yang ditunjukkan adalah jerat hukum bagi yang merambah dan insentif HHNK (disimbolkan dengan durian) bila melestarikan. Ide ini adalah ide ideal yang dapat memuat semua inti tujuan kampanye Pride : pelestarian hutan yang humanis. Tetapi ide ini mendapat pertimbangan serius dalam pembahasan menjelang final desain pre testing di Balai. Pak Dadang Suganda, Kabag Tata Usaha, menilai hal ini beresiko menimbulkan pemahaman yang salah di masyarakat. Melempar isu insentif di dalam kawasan sebelum pengetahuan dan sikap masyarakat ditingkatkan akan membentuk opini bahwa perambahan diperbolehkan kalau dengan komoditas durian, misalnya. Selain itu, permasalahan pemanfaatan HHNK di suaka margasatwa juga tidak mempunyai payung hukum. Pemanfaatan terbatas yang diperbolehkan di kawasan SM adalah wisata terbatas. Akhirnya, dalam desain yang di pre testing dan dicetak, insentif ekonomi dihilangkan. Insentif non tangible dan tak langsung seperti udara, pemandangan, dan air digambarkan lebih jelas dalam poster. Disinsentif bencana dan kekeringan juga digambarkan dalam poster melengkapi simbol ancaman hukuman perambahan. Poster menjadi media dengan tingkat paparan paling tinggi dalam kampanye Pride SM Dolok Surungan. Bagi petani Meranti poster diingat oleh 56,3 % responden dan 48,5 % responden masyarakat Lobu Rappa yang mengingatnya.
Gambar D.1Poster Kampanye Pride Dolok Surungan
Poster yang dilaporkan sudah dipasang dimonitor lagi oleh relawan lain yang berkeliling. Sebagian kecil poster (5-10) lembar yang dipasang di ‘pohon-pohon’ sawit di kiri kanan jalan hanya bertahan beberapa hari, tidak lebih dari seminggu, setelah dipasang. Hal ini disebabkan angin dan hujan serta permukaan batang sawit yang tidak rata. Poster di kedai-kedai maupun di dinding-dinding rumah relatif bertahan lama. Sekitar 200 lembar poster juga dijadikan suvenir dan dibagikan pada pertemuan-pertemuan. Relawan Pam Swakarsa juga membawa pulang ke rumah masing-masing lembaran poster untuk dibagikan kepada tetangga. Poster juga menjadi bahan pembuka diskusi antar masyarakat maupun masyarakat dengan tim. Kebanyakan pancingan obrolan dimulai dari candaan mengenai gambar gari/borgol kuno yang dipakai dalam poster.
42
Sebenarnya, poster yang akan diproduksi selama kampanye adalah poster berseri. Rencananya, setelah poster penegakan hukum akan diikuti dengan dua buah poster lagi yang berisi pesan insentif pemanfaatan HHNK dan kemudian poster yang bertema kebanggaan masyarakat terhadap SM Dolok Surungan. Rencana ini tidak berhasil diwujudkan karena proses penyelesaian desain poster pertama yang memakan waktu tidak sedikit. Mulai dari sketsa awal sampai dengan desain final (diantaranya ada desain pre testing, perbaikan, dan konsep akhir) memerlukan waktu sampai 3 bulan (Nopember 2009 – Pebruari 2010). Hal ini disebabkan ketiadaan desainer khusus untuk menyelesaikan poster. Desainer dari vendor yang semula dipakai sejak bulan Desember 2009 s.d. April 2010 disibukkan dengan orderan-orderan bahan cetak Pemilukada kabupaten se-Sumatera Utara yang hampir serempak dilaksanakan. Pilihan-pilihan untuk perubahan rencana seperti mencarai desainer baru sudah dilakukan tetapi tidak memberi hasil yang memuaskan. Pada saat membuat panggung boneka di akhir kampanye, sebenarnya teridentifikasi salah satu artis lokal yang (seharusnya) bisa diajak kerjasama. Namun, apabila dipikir-pikir lagi kesulitan desain poster bukan pada membuat sketsa dan ilustrasi, tetapi lebih pada proses digitasi dan olah digitalnya. Jadi, meskipun artis lokal ini teridentifikasi sejak awal, tetap saja tidak akan membantu banyak karena tugas ilustrasi sebenarnya sudah dikerjakan desainer vendor awalnya. Proses perbaikan dan penghalusan digital yang pada waktu itu menjadi terhambat akibat penuhnya orderan pemilukada. Pembelajaran yang bisa diambil jika menemui kejadian seperti ini lagi adalah mempelajari teknik percetakan sehingga tidak terlalu tergantung dengan vendor. Pada saat-saat tertentu banyak percetakan yang tidak acuh terhadap orderan-orderan kecil seperti orderan kampanye Pride. Orderan yang lebih besar dan tidak ‘menuntut’ banyak diskon dan voluntary tentu lebih menarik. Padahal, sebenarnya kebanyakan vendor percetakan tidak mencetak sendiri pesanan. Banyak pekerjaan berlapis yang harus dikerjakan sebuah percetakan dioper kepada spssialis-spesialis di belakang layar. Misalnya : spesialis membuat desain, spesialis merekam plat, spesialis mencetak, dan spesialis menjilid. Kalau CM atau tim bisa mengidentifikasi ‘spesialis-spesialis’ ini, maka peran percetakan bisa diambil jika mereka mulai enggan melayani kita karena mendapat order yang lebih besar. Resikonya adalah harus merelakan satu atau dua sumberdaya relawan untuk konsentrasi pada pekerjaan ini.
Festival Hari Bumi di Dolok Surungan Alasan pemilihan kegiatan: Sebuah festival adalah sebuah strategi untuk menyampaikan pesan-pesan kunci kepada populasi sasaran yang beragam karena festival menjebatani perbedaan. Festival adalah acara yang seringkali dihadiri secara meluas oleh sebuah kisaran pribadi dan kelompok di luar kunjungan sekolah dan komunitas. Partisipasinya luas bukan saja berkat kegiatan yang disusun bergilir, tetapi juga karena partisipasi mitra setempat dalam merencanakan dan membuat acara itu terlaksana. Bahkan tanggung jawab keuangan pun dapat dibagi sehingga biaya dapat ditanggung bersama selama penyelenggaraan acara. Ini membina suasana yangmendukung hubungan kerjasama (Lacerna-Widmann, 2009) 1
Maksud dari kegiatan Hari Bumi di Dolok Surungan ini adalah mengadakan sebuah event hiburan bagi masyarakat dengan cara partisipatif yang dapat digunakan sebagai media penyampaian pesan-pesan Kampanye Bangga SM Dolok Surungan. Tujuannya adalah melibatkan masyarakat, kelompok guru, para siswa, petugas resort, pemuka adat, desa dan agama dalam kegiatan yang berkaitan dengan penyampaian nilai-nilai konservasi kawasan. Sehingga setelah kegiatan dilaksanakan para pihak yang terlibat dapat: 1. 1
Memperoleh lebih banyak ‘rasa memiliki’ terhadap kawasan SM Dolok Surungan yang berada di sekitar desa/tempat tinggal mereka.
Kegiatan ini diorganisir oleh Forum Guru, pemuda, dan kelompok ibu-ibu (masyarakat)
43
2. 3.
Mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang keberadaan kawasan SM Dolok Surungan. Memiliki rasa kepedulian dan tanggung jawab sebagai pemangku kepentingan dalam mengelola dan melestarikan kawasan SM Dolok Surungan.
Festival dilaksanakan pada tanggal 30 April – 1 Mei 2010. Hari pertama diisi seremoni pembukaan acara, lomba-lomba untuk anak TK dan SD ditambah dengan lomba cipta lagu. Festival hari pertama digelar di dusun Salipotpot, Lobu Rappa. Hari kedua, tarub dan acra dipindah ke dalam kawasan SM Dolok Surungan di Dusun Sigalapang, Meranti Timur. Acara hari kedua adalah pentas seni, lomba angkong, pembacaan doa oleh tiga pemuka agama Islam, Kristen dan Parmalim, lomba-lomba rakyat, dan pembagian hadiah.
Berikut rincian perlombaan Festival Hari Bumi di Dolok Surungan : a. Lomba Mewarnai Peserta : Kelompok Usia 3 – 7 tahun (perorangan) Media : Sketsa hitam putih Toba si Harimau Sumatera di atas kertas gambar Hadiah : Tabungan Beasiswa, Perlengkapan Sekolah dan suvenir kampanye Alat : Dibawa oleh peserta berupa krayon atau spidol atau kelir kayu Σ Peserta : Tiga puluh satu (31) siswa TK dan SD b. Lomba Melukis Peserta : Kelompok Usia + 7 – 15 tahun (perorangan) Media : Kertas gambar HVS Alat : Bebas (cat air, krayon, kelir kayu, spidol, cat minyak, arang, pensil, ballpoint, dll. Sesuai kreativitas) Hadiah : Tabungan Beasiswa, Perlengkapan Sekolah dan suvenir campaign Tema : 1. Hutan Dolok Surunganku Hilang, Masa Depanku Suram 2. Harimau Sumatera Kebanggaanku 3. Hentikan Perambahan, Selamatkan Dolok Surungan ! Σ Peserta : Lima puluh delapan (58) siswa SD dan SMP
Foto 2 Suasana lomba melukis pada Festival Hari Bumi di Dolok Surungan
44
c.
Lomba Mading Peserta Media Alat Hadiah Tema
: Kelompok Usia SMP-SMA (kelompok), minimal 3 orang, maksimal 6 orang / kelompok : Kertas karton ukuran A2 berwarna hitam : Bebas : Perlengkapan Sekolah dan suvenir kampanye : 1. Hutan Dolok Surunganku Hilang, Masa Depanku Suram 2. Harimau Sumatera Kebanggaanku 3. Hentikan Perambahan, Selamatkan Dolok Surungan Σ Peserta : Dua belas (12) Tim dari 5 sekolah d. Lomba Lagu Dolok Surungan Peserta : Kelompok Usia 15 + (perorangan dan kelompok) Hadiah : Rekaman, Alat Musik, dan suvenir Alat : Band dan atau keyboard Tema : Suaka Margasatwa Dolok Surungan Σ Peserta : Enam (6) paket peserta (pencipta dan penyanyi) e. Lomba dan Karnaval Kereta Dorong/Angkong Hias Peserta : Kelompok Usia 15 + (kelompok, minimal 3 orang/tim) Media : Kereta Dorong/Gerobak Dorong/Angkong berhias tematik Hadiah : Kambing 1 ekor untuk tiga juara Tema : 1. Hutan Dolok Surunganku Hilang, Masa Depanku Suram Foto 4 Peserta lomba lagu dan Angkong Hias 2. Harimau Sumatera Kebanggaanku 3. Hentikan Perambahan, Selamatkan Dolok Surungan Σ Peserta : Tiga (3) tim
Foto 3 Lomba Majalah Dinding
45
f. Lomba Tortor Peserta : Kelompok Usia 15 + (kelompok, minimal 5 orang penari/tim, maksimal 10 orang penari/tim) Hadiah : Uang tunai dengan nilai total Rp 1.500.000 Tema : Bebas Σ Peserta : Delapan (8) Tim g. Lomba Rakyat : Egrang, Terompah Raksasa, Tarik Tambang, Tangkap Belut (hadiah-hadiah adalah suvenir kampanye, eg. : payung)
Evaluasi efektvitas kegiatan : Efektivitas kegiatan dilihat dari jumlah peserta yang mengikuti perlombaan, jumlah penonton yang mendatangi lokasi acara, dan jumlah relawan yang ikut dalam kegiatan. Berikut tabulasi dari jumlah orang yang terlibat dalam acara ini : No
Peran
Jumlah
1
Peserta Lomba Mewarnai
31
2
Peserta Lomba Melukis
58
3
Peserta Lomba Lagu
6 tim (15 personil)
4
Peserta Lomba Mading
12 tim (43 personil)
5
Peserta Lomba Tortor
8 tim (63 personil)
6
Peserta Lomba Rakyat
20-30
7
Peserta Lomba Angkong
Tiga tim (8 personil)
8
Guru Pendamping
32
9
Relawan Pemuda
12
10
Relawan Ibu-ibu
8
11
Relawan Pemudi
8
12
Kantin/pedagang Kagetan
34 unit
13
Tim keyboard
6
14
Juru Parkir
8
Foto 5 Lomba Tortor
46
15
Undangan hari I
25
16
Undangan Hari II
48
17
Juri Lomba lagu
6
18
Pemain pentas hari 2 (lagu, drama, tari)
25
19
Pemain Kuda Kepang
15
20
Penonton (hari I dan II)
400 – 450 Tabel D.7 Jumlah Peserta Perlombaan
Evaluasi Proses : Evaluasi proses dilakukan dengan wawancara kepada beberapa anggota tim relawan yang menjadi panitia. Permasalahan utama selama melaksanakan kegiatan adalah pembagian tugas yang tidak merata sehingga ada relawan yang merasa bekerja terlalu berat sementara relawan lain tidak. Pembagian tugas ini diharapkan menjadi perhatian utama apabila akan melaksanakan festival lagi di kemudian hari. Beberapa suvenir yang akan dijadikan hadiah juga datang terlalu dekat dengan hari H acara. Akibatnya, penataan dan pembungkusan harus dilakukan terburu-buru pada malam menjelang acara dan sangat menguras tenaga.
Kenduri Bumi Alasan pemilihan kegiatan: Kenduri merupakan cara yang dipakai oleh masyarakat Salipotpot untuk merayakan hari-hari yang spesial. Kenduri biasanya dilaksanakan menjelang pesta pernikahan atau sunatan. Kenduri juga bisa dilaksanakan untuk seremoni menempati rumah baru, kesembuhan anak dari sakit yang parah, atau kenduri untuk kebahagiaan yang besar seperti merayakan anak yang tamat kuliah atau mendapat pekerjaan. Oleh karena kampanye Bangga SM Dolok Surungan berusaha menanamkan rasa bangga yang spesial terhadap kawasan ini di hati masyarakat, maka hari penunjukan SM Dolok Surungan pada tanggal 2 Pebruari 1974 diangkat menjadi ‘hari ulang tahun’ SM Dolok Surungan yang patut dirayakan. Momen Hari Bumi 2010 akhirnya menjadi kesempatan melaksanakan kenduri yang sudah direncanakan sejak bulan Pebruari 2010 itu. Kegiatan ini merupakan modifikasi waktu dari kegiatan Doa 3 Agama yang tidak jadi dilaksanakan pada bulan Pebruari lalu dalam rangka Hari Ulang Tahun SM Dolok Surungan. Malam doa rencananya Foto 6 Peserta kenduri bumi dilaksanakan oleh Kelompok Agama Islam dengan acara kenduri yang dipimpin oleh ulama setempat dan kelompok masyarakat Parmalim yang akan dipimpin oleh pangatua mereka dengan melaksanakan ritual Margondang. Tetapi sayang, pendekatan dengan pangatua adat parmalim tidak menemukan kesepakatan mengenai teknis pelaksanaan Margondang.
47
Kenduri dengan adat Islam dilaksanakan di MTs Nurul Falah, Lobu Rappa pada tanggal 20 April 2010 dalam ranga\ka menyambut Hari Bumi. Undangan disebar kepada perwakilan musholla/mesjid dari Salipotpot, Lobu Rappa, Lobu Jiur, dan Adian Baja. Lebih dari target 40 orang yang hadir pada acara ini. Leaflet dibagikan sebagai suvenir bagi setiap undangan yang datang. Kepala Desa Lobu Rappa (Bpk. Toyip), Fasilitator Forum Guru (Bpk. Siddik), dan seorang tokoh masyarakat (Bpk. Tampubolon) dari Adian Baja diminta untuk berbicara sebelum acara doa dimulai. Ketiganya menyatakan dukungan dan harapan penyelamatan SM Dolok Surungan bagi kepentingan bersama. Acara doa dipimpin oleh Bpk. Diaruddin, tokoh agama setempat, dan dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng ingkung. Tumpeng dipotong oleh CM dan diserahkan kepada dua kepala dusun : Dusun Adian Baja, Meranti Timur (Bpk. Subandi) dan Dusun Salipotpot (Bpk. Mariadi). Dalam penyerahan simbolis ini dipesankan permohonan dukungan dan kerjasama dari kepala-kepala dusun maupun warganya untuk bersama-sama menjaga SM Dolok Surungan. Acara ini dimaknai oleh sebagian undangan sebagai semacam ‘peringatan ulang tahun’ SM Dolok Surungan. Hal ini sesuai dengan m aksud melaksanakan acara ini yaitu mem’personifikasi’kan SM Dolok Surungan yang harus dijaga dan diajak ‘hidup’ berdampingan. Evaluasi efektvitas kegiatan : Meskipun seringkali diperdebatkan dalam kajian keagamaan (sebagai ritual adat atau agama), kenduri bagi masyarakat Salipotpot sangat bernuansa agama. Sesuai dengan karakteristik ini maka jangkauan kegiatan tidak bisa terlalu luas. Sesuai kebiasaan masyarakat, kenduri bisasanya dihadiri oleh undangan terbatas. Kenduri Bumi Dolok Surunngan mengundang 50 anggota masyarakat dari dusun-dusun sekitar, terutama dari Desa Lobu Rappa dan Desa Meranti Timur. Namun, meskipun terbatas setiap orang yang diundang pada acara kenduri biasanya selalu berupaya untuk hadir, setidaknya mengutus wakil (bisa anak atau adik yang tinggal serumah). Evaluasi Proses : Pembicaraan yang disampaikan oleh kepala desa, wakil masyarakat, dan CM secara spesifik menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran undangan dan permintaan subyektif kepada undangan agar mau ikut serta dalam upaya peyelamatan SM Dolok Surungan. Karena acara diselenggarakan berdekatan dengan masa kampanye politik setempat, beberapa undangan yang menjadi tim sukses calon sempat membagikan selebaran pemilihan bupati. Hal ini tidak bisa dicegah secara langsung karena malah akan membuat undangan merasa malu dan tersinggung. Pembelajaran : Pembelajaran dari proses ini adalah pemanfaatan momen dan kultur secara maksimal ternyata dapat melahirkan bentuk kegiatan alternatif dari kampanye. Tim kampanye tidak banyak memikirkan format acara demikian juga dengan para undangan, sebab kenduri sudah menjadi kegiatan yang sering dilaksanakan oleh masyarakat. Kegiatan ini kemudian menjadi semacam pemanfaatan rutinitas sosial untuk kepentingan penyampaian pesan secara kreatif. Di lain waktu, jika tidak menemukan momen yang khusus (seperti hari bumi atau ‘hari ualang tahun’) alternatif yang bisa dipakai adalah memakai waktu perkumpulan rutin perwiridan untuk acara seperti ini. Bila dilaksanakan di salah satu rumah warga, ada kemungkinan rasa pemilikan kegiatan akan lebih mendalam, terutama pada pemilik ruma dan saudara/kerabatnya.
Program Sekolah Alasan pemilihan media: Memupuk pengetahuan dan kepedulian anak sekolah terhadap SM Dolok Surungan sebagai investasi di masa depan. Selain itu terdapat sebuah asumsi bahwa program sekolah memungkinkan terjadinya ‘transfer ke atas’ untuk informasi kampanye, yaitu anak sebagai pembawa pesan-pesan pegetahuan dan sikap kepada orangtua mereka di rumah dalam bentuk pekerjaan rumah yang diketahui orang tua atau kerja kelompok yang harus diselesaikan di rumah, (tambahkan dengan karakter kegiatan ini yg ada di buku Panduan kegiatan Rare) Program sekolah merupakan bagian penting dalam Kampanye SM Dolok Surungan. Peran penyampaian pesan-pesan konservasi dan pentingnya SM Dolok Surungan kepada para siswa dapat secara optimal dimainkan oleh para guru melalui Forum Guru. Siswa-siswa masa kini merupakan generasi yang
48
dikemudian hari akan menggantikan para orangtuanya membangun dan mengembangkan desa di masa depan. Siswa-siswa juga merupakan anak-anak dari khalayak target kampanye bangga yang diharapkan dapat membawa pesan-pesan konservasi yang diperolehnya ke rumah masing-masing. Pelaksanaan Program Sekolah diawali dengan menggelar Workshop Guru SM Dolok Surungan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin-Selasa, 23-24 Nopember 2009 di SDN No. 178493 Batumamak, Desa Meranti Utara, Kecamatan Pintu Pohan Meranti. Hasil yang diperoleh dari kegiatan lokakarya ini antara lain :1. Pembentukan Badan Kepengurusan Koordinasi Guru SM Dolok Surungan I 2. Kesepakatan program sekolah 3. Lagu konservasi berjudul ‘Mari Dongan’ untuk program sekolah 4. Skenario panggung boneka (puppet show) untuk siswa SD 5. Skenario kunjungan kostum ‘Toba si Harimau Sumatera’ Peserta yang diundang sebenarnya mencapai 20 sekolah tingkat SD sampai SMA dari lima desa target SMART dan 1 desa jangkauan (Kuala Beringin). Tetapi yang akhirnya menghadiri adalah utusan dari 11 sekolah. Tabel D.8 Daftar peserta Lokakarya Guru sekitar SM Dolok Surungan
No
Nama
Asal Sekolah
1
Lidia Siagian
Kepala SDN 178493 Meranti Utara
2
Siddik
SDN 118189 Kuala Beringin
3
Pahar Siagian
SMP Harapan, Lobu Rappa
4
Andi Tanjung
SMK Meranti, Meranti Timur
5
Supriani
MTs Nurul Falah, Lobu Rappa
6
Darma Putra, S.Pd.
SDN 018092 Lobu Rappa
7
Besti Marpaung
SDN 018092 Lobu Rappa
8
Marlen Tampubolon, ST.
SMA Harapan, Lobu Rappa
9
Rahmat Hidayat
SD Bintang Timur, Meranti Timur
10
Benget Siagian
Yayasan Pendidikan Meranti Timur
11
Bambang Nurhakim
SDN 118184 Kuala Beringin
12
Indriani Lumban Tobing
SDN 178493 Meranti Utara
13
Romitar Situmorang
SDN 178493 Meranti Utara
14
Harly R. Tampubolon, S. Pd.
SMPN 2 Pintu Pohan Meranti
49
No 15
Nama
Asal Sekolah
Dasmarian Sari Pakpahan
SDN 118189 Kuala Beringin
Berikut beberapa wadah, kegiatan dan media yang terkait dengan dalam program sekolah : a. Forum Guru Dolok Surungan Setelah terbentuknya Badan Kepengurusan Koordinasi Guru SM Dolok Surungan I sebagai salah satu bagian Kampanye Bangga SM Dolok Surungan pada tanggal 23 Nopember 2009 di SDN Batumamak, Meranti Utara, maka kegiatan yang berjalan rutin adalah pelaksanaan programprogram sekolah yang dilaksanakan oleh guru-guru. Badan Koordinasi akan berfungsi sebagai forum berbagi (sharing) dan sebagai wadah untuk berkoordinasi dengan stakeholder lainnya, diantaranya dengan aparat desa, kecamatan, dan Departemen Kehutanan. Sampai saat ini lagu konservasi, panggung boneka, pembibitan siswa dan majalah dinding sudah diperkenalkan kepada siswa dan menjadi alat untuk program sekolah yang aktif di SD, SMP, dan SMU/SMK sekitar SM Dolok Surungan I. Forum Guru menggelar dua kali pertemuan lagi pada tanggal 17 Desember 2009 dan 12 Januari 2010 dengan tema pertemuan berbeda-beda, pada pertemuan kedua para guru diperkenalkan dengan teknis dan konsep Panggung Boneka (Puppet Show) dan Majalah Dinding sebagai media pemasaran konservasi pada Program Sekolah. Pertemuan ini diadakan di Kompleks SMP-SMA Harapan Dolok Maraja, Lobu Rappa. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 12 Januari 2010 di SMPN 2 Pintu Pohan Meranti, Meranti Timur. Pertemuan ini awalnya hanya untuk berbagi pengalaman program sekolah dan membahas persiapan penyambutan hari ulang tahun SM Dolok Surungan di Bulan Pebruari 2010. Namun, fasilitator acara, Pak Sidik, dan ketua forum, Pak Pahar Siagian, ikut membawa beberapa siswa dari SMA Harapan untuk berbagi pengalaman membuat majalah dinding dengan siswa SMPN 2 Pintu Pohan Meranti. Tabel D.9 Pertemuan Forum Guru
Tanggal
Lokasi
Agenda
Jumlah Peserta
Keterangan
23 Nopember 2009
SDN Batumamak, Pembentukan Forum Guru Meranti Utara
15 orang dari 11 sekolah
Terbentuk Pengurus Pertemuan diorganisir oleh tim kampanye dan difasilitasi CM
24 Nopember 2009
SDN Batumamak, Pembahasan program kerja Meranti Utara
12 guru dari 11 sekolah
Menghasilkan lagu tema, skenario panggung boneka, dan skenario kunjungan kostum Toba Pertemuan diorganisir oleh tim kampanye dan difasilitasi CM
17 Desember 2009
SMP Harapan, Lobu Teknis Puppet Show dan 10 guru dan 5 Rappa Majalah Dinding siswa dari 10
Simulasi dua Majalah Dinding diselesaikan dan menyelesaikan 3 set boneka untuk 5 sekolah Pertemuan diorganisir oleh Forum Guru dan 50
sekolah 12 Januari 2010
SMPN Timur
2,
Meranti Pembahasan ulang tahun Surungan
peringatan 9 guru dan 14 SM Dolok siswa dari 9 sekolah
difasilitasi CM Ditambah dengan kegiatan sharing pengalaman membuat mading oleh siswa Pertemuan diorganisir Forum Guru dan difasilitasi oleh relawan lokal
Evaluasi efektvitas kegiatan : Beberapa sekolah yang mengutus gurunya sebagai anggota Forum Guru menunjukkan keaktifan dalam program. Pada pertemuan-pertemuan yang digelar guru yang berasal dari sekolah-sekolah ini juga dengan senang hati berbagi cerita program dan pengalaman yang diperoleh. Sekolah-sekolah aktif antara lain : SD Bintang Timur dengan panggung boneka; MTs Nurul Falah dengan majalah dinding, pembibitan, pohon asuh, dan drama siswa; SDN Lobu Rappa dengan lagu konservasi, drama, dan pembibitan; SDN Kuala Beringin dengan program kelas konservasi dan majalah dinding; SMP/SMA Harapan dengan majalah dinding, dan SDN Batumamak dengan pembibitan. Evaluasi Proses : Materi-materi tentang SM Dolok Surungan ternyata baru dikatahui oleh para guru. Fakta bahwa Dolok Surungan adalah kawasan konservasi untuk perlindungan tapir dengan status Suaka Margasatwa juga merupakan hal baru bagi mereka. Oelh karena itu, lembar-lembar informasi merupakan bahan bacaan yang sangat penting bagi para guru. Selain itu, pengetahuan umum mengenai satwa yang dilindungi dan konsep pembagian hutan negara juga menjadi perhatian khusus untuk disampaikan kepada para guru. Pembelajaran : Pembelajaran yang dapat diambil dari proses ini adalah proses difusi yang berbeda antar personal relawan sekaligus fakta bahwa pendampingan maksimal dapat memberikan hasil yang lebih baik. Hal ini terkait dengan berhentinya beberapa kegiatan program sekolah di pertengahan fase kampanye. SMPN2 Pintu Pohan Meranti yang akan melaksanakan kegiatan majalah dinding harus berhenti karena tidak memiliki alat dan bahan untuk mading. Siswa dan sekolah tidak dapat digerakkan untuk menyediakan alat dan bahan secara swadaya. Mading baru dapat diproduksi setelah CM menyediakan beberapa lembar karton dan menggerakkan Forum Guru berbagi sumberdaya yang tersedia pada pengurus. Hal ini jauh berbeda dengan satu sekolah lainnya yang dengan cepat menunjukkan partisipasi dengan menyediakan alat dan bahan mading sendiri. Hal ini adalah kenyataan yang umum selama kampanye. Relawan-relawan memiliki tingkat inovasi yang berbeda. CM harus bisa melihat hal ini secara kritis dan memberi perlakuan yang sesuai yang dapat meningkatkan partisipasi. Perlakuan yang sama rata akan menyebabkan ketimpangan karena tidak dapat menentukan standar bagi semua orang. Jika memakai standar inovator maka golongan late majority akan tertinggal jauh, sedangkan memakai standar late majority maka para inovator bisa-bisa tidak berkembang lebih jauh. b. Lagu Konservasi Sebuah lagu tematik untuk program sekolah diciptakan oleh para guru. Lagu ini biasanya berfungsi sebagai pembuka dalam kegiatan-kegiatan program sekolah. Lagu ini sangat melekat pada para siswa. Semua siswa dalam kegiatan kunjungan sekolah yang dites menyanyikan lagu ini hafal meskipun antar satu sekolah dengan yang lainnya seringkali ada nada atau syair yang sedikit berbeda. Hal ini disebabkan pada saat lagu selesai digubah, rekaman tidak segera dikirimkan ke sekolah-sekolah. Para guru yang ikut menciptakan lagu langsung mengajari siswa-siswa lagu tersebut berbekal catatan tangan dan memori nada yang ternyata berbeda-beda. Syair baru diedarkan setelah leaflet informasi edisi Nopember dicetak. Sedangkan para siswa yang sudah terlanjur mengingat ‘versi’ lagu yang diajarkan oleh guru masing-masing tidak mudah untuk merubah ingatan kolektifnya. Di masa depan, jika sebuah pertemuan menghasilkan
51
lagu maka sebaiknya rekaman sederhana harus segera dibagikan untuk mempertahankan keseragaman. Namun, harus diantisipasi keterbatasan media untuk memutar rekaman tersebut. Solusi yang lain adalah mempercayakan salah satu (atau beberapa) orang relwan yang paham membuat partitur lagu menuliskannya untuk dibagikan segera setelah lagu diciptakan. Cepatnya lagu tema ini dikuasai oleh para siswa memang sudah diduga sebelumnya. Syair yang ringkas dan nada yang akrab di telinga memang disengaja oleh para guru dalam merancang lagu ini. Bagi kami, lagu ini sangat baik untuk pemecah suasana awal kunjungan sekolah atau penjangkauan-penjangkauan. Mengetes beberapa siswa menyanyikan lagu ini tahu menyanyikannya beramai-ramai bisa membuat suasana menjadi cair dan akrab. Menguji keberanian salah seorang siswa atau anak-anak menyanyikan lagu ini di hadapan teman-temannya menjadi salah satu kuis yang sering dimainkan tim saat kampanye.
Syair lagu sekolah :
Mari Dongan Lagu : NN (Gelang Sepatu Gelang), Syair : Guru-Guru Dolok Surungan
Mari Dongan kita bersama Selamatkan Dolok Surungan; Tempat satwa binatang langka, Tapir dan Harimau Sumatera 2x Mari Dongan kita bersama Lestarikan Dolok Surungan; Hentikanlah merambah hutan, Mari bersama menghijaukannya 2x
c.
Majalah Dinding Majalah dinding adalah program sekolah untuk tingkat SMP dan SMA. Selepas pertemuan kedua Forum Guru pada tanggal 17 Desember 2009, 4 sekolah langsung menggerakkan siswanya membuat majalah dinding. Sekolah-sekolah itu antara lain : SMPN2 Pintu Pohan Meranti, Meranti Timur; SMP Harapan, Lobu Rappa; SMA Harapan, Lobu Rappa; dan MTs Nurul Falah, Lobu Rappa. Pada Festival Hari Bumi, majalah dinding menjadi salah satu cabang lomba dan diikuti oleh semua sekolah undangan tingkat SMP-SMA.
52
Sebelum program kampanye Pride, para siswa SMP dan SMA yang diminta menjadi tim mading mengaku belum pernah melihat atau membuat majalah dinding. Program Pride berperan untuk mengenalkan media ini, bukan hanya mendorong mereka membuat mading bertema Dolok Surungan. Pelatihan untuk mading dilaksaakan dua kali, satu kali dilaksanakan oleh Cm dan satu kali lagi dalam bentuk share learning oleh siswa. SMP dan SMK Rakyat Meranti yang tidak disambangi untuk pelatihan mading hanya memproduksi satu edisi untuk masing-masing sekolah. Hal ini menajdi indikasi dan pelajaran bagi CM yang seharusnya lebih maksimal mendatangi sekolah dan mendorong siswa membuat mading atau program lain yang kreatif. MTS Nurul Falah membuat mading lebih banyak daripada sekolah lainnya. Sebab, program ini diwajibkan oleh guru dengan membagi kelompok pada setiap kelas. Kelas II dan III dibagi menjadi enam kelompok dan wajib membuat mading secara bersamaan dan dijadikan media dinding di kelas masing-masing. Hasil mading kemungkinan besar diberi nilai dalam mata pelajaran, hal ini belum dipastikan dengan guru pembimbing MTs Nurul Falah. Berikut tabulasi jumlah edisi majalah dinding yang dibuat siswa-siswi program sekolah : No
Nama Sekolah
Jumlah Edisi Mading
1.
SMP Harapan
2
2.
SMA Harapan
2
3.
SMPN 2 Pintu Pohan Meranti
3
4.
SMP Rakyat Meranti
1
5.
SMK Rakyat Meranti
1
6.
MTs Nurul Falah
12
7.
SDN Sikpi-kopi (dibuat oleh guru)
1
Tabel D.10 Tabulasi Edisi Majalah Dinding di Sekolah
d. Panggung Boneka Kalau majalah dinding adalah program untuk siswa SMP-SMA, maka panggung boneka adalah program khusus siswa SD. Tiga set boneka (lima tokoh manusia dan satu harimau) yang dihasilkan pada pertemuan Forum Guru yang kedua dipakai oleh lima SD secara bergantian untuk melatih siswa memainkan skenario. Kegiatan ini menjadi sarana bagi guru anggota Forum Guru menyampaikan pesan pentingnya menyelamatkan SM DoloK Surungan kepada para siswa (dan orangtuanya) selain dengan menyanyikan lagi Mari Dongan, membagikan buku tulis, Foto 7 Pertunjukan Panggung Boneka oleh Siswa Siswi SD Bintang Timur
53
dan lembar informasi.Untuk menjaring lebih banyak pendengar pesan dan menimbulkan rasa bangga terhadap guru pembimbing maupun pemain teater boneka, direncanakan untuk mengadakan pertunjukan panggung boneka oleh sekolah-sekolah. Namun, acara ini sampai masa kampanye selesai belum dapat dilaksanakan. Hanya satu sekolah yang bisa membuat pertunjukan panggung boneka bagi siswa lainnya didampingi oleh tim relawan dari HIMAS USU yaitu SD Bintang Timur, Meranti Timur. Efektivitas kegiatan diukur dari jumlah sekolah pengadopsi kegiatan. Selain SD Bintang Timur, dua (2) SD lain juga memainkan boneka ini dalam sesi-sesi latihan. Pemain dan audiens hanya kelas-kelas siswa saja, tidak membuat pertunjukan yang ramai. SDN Lobu Rappa memilih tidak melaksanakan latihan teater boneka tetapi lebih suka memainkan drama memakai skenario boneka. Kesulitan yang dialami guru-guru SD adalah mengembangkan skenario. Satu skenario awal memang sudah dibuat bersama. Namun memainkan satu skenario saa tentu akan membuat bosan setelah beberpaa lama. Pencatatan dan proses kreatif ini menjadi tantangan mengembangkan program panggung boneka ini. Penerimaan dan tingkat komitmen yang berbeda-beda dari guru-guru penggerak juga menjadi tantangan tersendiri. Satu sekolah bahkan tidak memulai kegiatan panggung boneke karena tidak memiliki skenario awal yang tidak dicatat dan dibagikan. Pada waktu itu, guru-guru menyalin sendiri skenario hasil musyawarah pada pertemuan Forum Guru. Sebuah buku skenario atau memadukan kegiatan ini dengan komik berseri bisa menjadi pilihan yang baik meneruskan program ini ke depan. Komik atau buku kumpulan skenario akan menjadi pegangan bagi guru pembimbing melatih siswa dengan variasi cerita yang beragam. e. Buku tulis Buku tulis adalah produk cetak yang berfungsi sebagai ‘peluru’ bagi Forum Guru melaksanakan program sekolah. Buku yang diisi dengan teks nilai penting Dolok Surungan dan teks-teks lagu kampanye pada sampulnya bisa dijadikan suvenir, hadiah, dan pengingat program. Selain itu buku juga bermanfaat fungsional dan bernilai bagi siswa sebagai buku catatan mata pelajaran tertentu. Buku dicetak sebanyak 1000 eksemplar dan saat ini disisakan sekitar 300 eksemplar untuk keperluan kunjungan-kunjungan sekolah. Pesan yang disampaikan di dalam buku tulis adalah repetisi dari pesan-pesan yang ada sebelumnya. Semua media kampanye memang didesain untuk saling menguatkan dan mengingatkan. Dalam survey, buku tulis memang tidak memiliki angka paparan yang baik. Namun, jumlah buku yang dibagi (rata-rata diterima dengan antusias oleh siswa atau khalayak lain) menjadi ukuran keberhasilan penyebaran buku ini sebagai media kampanye. Antusiasme khalayak atas media ini bisa dimaklumi karena sifat buku tulis yang fungsional terutama untuk para siswa.
Gambar D.2 Sampul Buku Tulis
54
f.
Drama
Drama mempunya fungsi sama dengan teater panggung boneka. Drama berfungsi sebagai sarana penyampaian pesan yang kreatif dan bermuatan pendidikan (bahasa Indonesia) dari guru kepada siswa pemain dan diteruskan kepada penonton dan orang tua mereka. Drama dipilih oleh SD Lobu Rappa dan MTs Nurul Falah sebagai bagian dari program sekolah. Salah satu drama siswa MTs ikut dipentaskan pada pentas seni Festival Hari Bumi di Dolok Surungan. Efektivitas drama sebagai sarana penyampaian pesan dinilai secara kualitatif dari respon penonton pada acara Hari Bumi yang ramai. Drama ini sendiri tidak terlalu lama dipentaskan, hanya sekitar 20 menit, tetapi mengundang perhatian dan menjadi semacam ice breaker di tengah acara festival.
Foto 8 Drama siswa MTs Nurul Falah di Festival Hari Bumi
Memaksimalkan kostum pemain dan membuat skenario yang beragam adalah bahan masukan dari tim kampanye untuk kegiatan ini. Fakta bahwa guru MTs Nurul Falah memasukkan drama ini sebagai penilaian akademis untuk pelajaran Bahasa Indonesia juga menjadi masukan yang berarti guna mereplikasi kegiatan di sekolah lainnya. Lebih jauh, kegiatan drama sebenarnya bisa dijadikan kegiatan ekstrakulikuler teater jika ada pembimbing yang serius. Hal ini akan sangat bermanfaat buat pengembangan diri siswa dan sekolah.
Pembelajaran yang didapat adalah mengenai kreatifitas realwan yang tidak terduga. Ide drama muncul dari salah satu guru Bahasa Indonesia MTs Nurul Falah yang melihat skenario panggung boneka dari guru SD pada pertemuan Forum Guru. Modifikasi skenario (dari skenario panggung boneka) kemudian dirancang sendiri oleh guru tersebut dan dikonsultasikan dengan CM. Hal ini menunjukkan dorongan partisipasi sebenarnya bisa memunculkan ide konkrit yang kreatif jika diarahkan dengan benar. Seiring meningkatnya difusi inovasi sang relawan, dalam hal ini si guru, maka dukungan yang lebih konseptual untuk kampanye akan datang dengan sendirinya. g. Pembibitan siswa dan Pohon Asuh Pembibitan siswa dan pohon asuh adalah program dari Forum Guru untuk menyumbang perbaikan SM Dolok Surungan secara langsung. Dalam pembibitan, siswa-siswi didorong untuk menyemai 2 pohon dari benih yang ada di rumah mereka seperti durian atau petai dan bila sudah siap tanam dikumpulkan pada pembibitan kader konservasi untuk ditanam anggota KSM. Sedangkan program pohon asuh sendiri adalah program perawatan tanaman reboisasi oleh siswa-siswi setiap dua bulan sekali. Mereka menyiangi, memberi pupuk, dan menyulam tanaman Gerhan yang ada di SM Dolok Surungan. Kegiatan-kegiatan ini akan dinilai oleh guru sebagai pendidikan tambahan dan pengembangan karakter (dalam kurikulum). Pembibitan diadopsi oleh tiga sekolah : SD Lobu Rappa, MTs Nurul Falah, dan SMP Harapan. Sedangkan pohon asuh sampai saat ini baru dilaksanakan oleh MTs Nurul Falah dengan fasilitasi Pak Sidik selaku fasilitator Forum Guru. Beberapa sekolah lainnya sudah menyatakan tertarik ikut dalam program Pohon Asuh, tetapi masih dalam penjajagan teknis untuk pelaksanaanya. Sebab, jarak yang jauh antara sekolah dengan kawasan membatasi mobilisasi siswa. MTs Nurul Falah yang berlokasi di Salipotpot relatif lebih mudah menjangkau lokasi reboisasi.
55
Jumlah pohon dan luas lahan yang dikelola manjadi ukuran efeksiviats kegiatan. MTs Nurul Falah sendiri sampai saat ini hanya mampu mengasuh tanaman reboisasi dalam areal tidak lebih dari 2 ha dengan jumlah pohon asuh sebanyak 260 pohon. Jumlah siswa yang terlibat dalam program sebanyak 33 siswa dan jumlah guru yang terlibat sebanyak 6 guru. Guru memiliki peran penting dalam program ini. Jaringan Forum Guru dimanfaatkan secara maksimal untuk mereplikasi program. Promosi dan pembahasan-pembahasan prospektif menjadi bahan diskusi antar guru pada pertemuan Forum Guru. Untuk mendukung hal ini, akan sangat baik jika Balai bisa mengalokasikan lahan pohon asuh yang relatif mudah medannya per sekolah sehingga tiap sekolah memiliki lahan pohon asuh sendiri dengan pamflet yang bisa dibanggakan.
Lagu Populer Satu buah lagu diciptakan oleh Pak Sidik pada bulan Oktober lalu. Pride Program Manager Rare, Mbak Sari, ikut dalam proses ‘revisi’ teks dan latihan nada lagu. Lagu ini berjudul ‘Selamatkan Dolok Surungan, Dongan !’, sama dengan slogan kampanye, dan dijadikan semacam lagu tema untuk kampanye. Jadi awalnya kampanye memiliki dua buah lagu tema, satu untuk kampanye umum dan satu untuk program sekolah. Pada Festival Hari Bumi, lagu Selamatkan dijadikan lagu wajib selain lagu ciptaan tim peserta. Dari perlombaan tersebut dihasilkan tiga lagu baru masing-masing dari tiga juara lomba. Setelah perlombaan, dua buah puisi dari majalah dinding MTs Nurul Falah dijadikan sebuah lagu lagi oleh Bambang Irawan, relawan kampanye dari kelompok pemuda. Keenam lagu ini kemudian direkam dengan artis masing-masing penyanyi aslinya. Lagu Selamatkan (lagu awal) dibawakan dalam tiga versi : dangdut, ala solo piano, dan ala band. Lagu-lagu Dolok Surungan cepat menjadi populer di kalangan penyuka pentas keyboard kampung. Sebab, dalam proses aransemen berhasil mengajak salah seorang pemain keyboard lokal dan cukup sering diminta mengisi acara pernikahan atau upacara lain. Di sela-sela permainan, seringkali dia menyelipkan intro-intro lagu kampanye sehingga bisa akrab di telinga. Sesekali penyanyi lokal berkolaborasi dengannya untuk mengadakan ‘konser lagu Dolok Surungan’ setelah mendapat ijin dari ruan rumah yang menanggap. Tetapi syair lagu kebanyakan hanya dihafal oleh anak-anak. Orangtua kebanyakan hanya mengingat nada lagu ini saja karena sering dilantunkan oleh anak-anaknya di rumah. Meskipun sudah masuk dapur rekaman, CD lagu belum beredar di masyarakat. Pembuatan CD, video klip, dan booklet lagu direncanakan masuk ke dalam kegiatan-kegiatan tindak lanjut dan pemeliharaan dampak. Sebab materi lagu, terutama yang dihasilkan dari lomba pada Hari Bumi, baru selesai pada bulan Mei, di akhir kampanye. Oleh karena itu rekaman juga baru bisa dilaksanakan pada bulan Juli 2010. Sementara survey pasaca kampanye juga dilaksanakan pada bulan Juli 2010. Akhirnya diputuskan CD lagu akan menajdi alat kampanye tahap berikutnya, meskipun lagu-lagu tersebut yang ditampilkan secara live sudah menjadi alat kampanye tahap awal.
Foto 9 Trio SDN Lobu Rappa pemenang lomba lagu Dolok Surungan
56
Dalam survey pasca kampanye lagu diingat oleh 31 % responden sebagai pesan kampanye. Angka ini adalah rata-rata dari 39,40% responden masyarakat Lobu Rappa dan 23,4% responden Petani Meranti. Setidaknya, data ini menunjukkan dengan satu lagu utama digunakan selama masa kampanye dan menyusul empat lagu baru di akhir kampanye, materi pesan diingat oleh hampir sepertiga khalayak. Dengan rekaman CD dan video klip yang akan disebarkan pada kampanye tahap lanjutan mudah-mudahan pesan kampanye dalam lagu bisa diingat lebih banyak khalayak. Lagu Selamatkan Dolok Surungan, Dongan diciptakan dengan pembahasan mendalam di dalam tim kampanye. Sedangkan keempat lagu baru yang dihasilkan dalam lomba lagu diciptakan oleh masing-masing peserta (atau pembimbingnya) dengan proses yang lain. Wawancara dengan para pencipta lagu menunjukkan kalau proses membuat lagu umumnya melibatkan lembar informasi dan materi kampanye lainnya. Di sini terlihat sumbangan salah satu media kampenye dalam proses pembentukan media lainnya. Melibatkan lagu dalam kampanye menghasilkan satu kata untuk refleksi : gairah. Tidak heran mengapa banyak kampanye ataupun iklan menempatkan lagu, jingle, atau apapun bentuknya asal berkaitan dengan musik sebagai bagian penting. Demikian juga dalam kampanye Pride Dolok Surungan. Lagu menajdi senjata untuk memecah/mencairkan suasana, memulai suatu acara, atau kadang untuk mengakhirinya. Oleh karenanya juga tidaklah mengherankan kalau akhirnya para pemenang lomba lagu belakangan menjadi lebih terkenal dan sering dianggap seperti artis dadakan di wilayah kampanye.
Grebeg Pekan Grebeg Pekan adalah kegiatan yang dirancang mengadopsi sales strategy produk-produk telekomunikasi dengan membuat stand di pasar atau pusat perbelanjaan. Karena aktivitas pasar di sekitar Dolok Surungan hanya tersedia pada ‘hari pekan’ atau pasar mingguan di masing-masing daerah, maka kunjungan mingguan ke pekan-pekan secara bergantian kami sebut sebagai Grebek Pekan. Tujuan Rasional kegiatan ini adalah : Menyebarluaskan pesan kampanye dengan cara unik dan berbeda dari cara-cara ‘penyuluhan’ kehutanan yang konvensional sehingga dapat lebih diterima oleh khalayak . Tujuan Pengalamannya : Khalayak dan tim kampanye berinteraksi dalam suasana yang menyenangkan dalam rangka transfer pesan untuk meraih simpati dan dukungan bagi kampanye. Citra yang ingin Dibentuk: Kampanye Bangga dan upaya pelestarian SM Dolok Surungan bukanlah hal yang eksklusif hanya bagi aparat pemerintah dan guru-guru saja. Relawan pemuda menjadi tulang punggung kegiatan ini. Inti kegiatan adalah menarik pengunjung pekan ke stan, memberinya lembar informasi, mengadakan kuis dan membagikan suvenir kepada pemenang kuis atau tantangan evaluasi. Rincian pekan yang dikunjungi adalah sebagai berikut : Tabel D.11 Jadwal Grebeg Pekan
Pekan
Tanggal
Keterangan
Pekan Dolok Maraja
12 Juni 2010
Banyak konstituen anak sekolah
Pekan Kampung Baru
15 Juni 2010
Menarik perhatian pedagang, sampai berhenti berjualan
Pekan Parhitean
24 Juni 2010
Didukung oleh tim HIMAS-USU dan penyuluh dari Dishutbun Asahan
57
Kuis dan pertanyaan-pertanyaan pada para pengunjung merupakan salah satu bentuk evaluasi sejauh mana pesan-pesan yang disampaikan pada Grebeg Pekan diterima dan dicerna khalayak. Terkadang dari kuis terlihat misinterpretasi beberapa masyarakat terhadap pesan dan segera bisa diluruskan dan diuji kembali dengan pertanyaan baru setelah beberapa saat. Secara keseluruhan, kegiatan ini (bersama Kunjungan Malam) diingat oleh 15 % responden survey pasca kampanye sebagai kegiatan pemasaran pesan. Setiap habis kegiatan evaluasi dilaksanakan secara rutin oleh tim. Usulan perbaikan yang dihasilkan dipakai untuk kunjungan-kunjungan berikutnya, termasuk untuk Kunjungan Malam yang agak mirip karakter dan tim relawannya. Peningkatan ‘penguasaan panggung’ juga terlihat meningkat dari penampilan pertama sampai akhir. Tim belajar menguasai diri dan menemukan pola kerja masing-masing dalam kegiatan. Pengulangan juga membuat Grebeg Pekan di Parhitean (terakhir) lebih lancar dan terkendali.
Foto Fo to 10 Gr Grebeg Greb ebeg eg P Pek Pekan ekan an d dii Do Dolo Dolok lokk Ma Mara Maraja raja ja (kiri) ((ki kiri ri)) da dan n Parhitean Parh Pa rhit itean n (kanan) (kan (kanan an))
58
Stiker Desain stiker kampanye Pride Dolok Surungan adalah logo kampanye. Hal ini cukup berbeda dengan kampanye-kampanye lain yang biasanya menjadikan logo kampanye sebagai pin dan membuat desain stiker sendiri. Kampanye Pride SM Dolok Surungan memilih logo sebagai desain stiker karena sudah mengandung pesan yang juga ingin disebarluaskan lebih jauh. Memilih desain logo sebagai stiker menjadikan benda-benda yang nantinya ditempeli stiker oleh khalayak sebagai : benda/barang berlogo kampanye. Misalnya, bila stiker ditempel di galon air minum isi ulang maka jadilah galon tersebut seperti ‘galon kampanye’ karena berlogo Kampanye Pride Dolok Surungan. Demikian pula kalau stiker ditempel di bodi sepeda motor maka sepeda motor jadi seperti kendaraan kampanye Pride. Tidak ada evaluasi khusus untuk media stiker ini. Tetapi dari 200 lembar yang dicetak pada akhir kampanye hanya tersisa sekitar 30 lembar untuk bahan pelaporan. Stiker dibagikan pada kegiatan Kunjungan Malam dan Grebeg Pekan. Para relawan kampanye dari Tim Pendawa, KSM Lestari Dongan, dan Forum Guru secara sukarela menempelkan stiker pada sepeda motor, mobil truk, atau galon-galon air minum di rumah-rumah mereka. Pilihan menjadikan logo sebagai dsain stiker memang memberi keterbatasan penyampaian pesan pendalaman kepada khalayak dengan alat ini. Di masa depan, kami akan mempertimbangkan memproduksi stiker kertas yang bisa ditempel di dalam rumah. Fungsi pendalaman pesan akan lebih leluasa diberikan stiker kampanye seperti menyebutkan status kawasan atau keberadaan harimau sumatera yang langka di dalam kawasan.
Hadangan Hadangan/hadang-hadangan/sumpit adalah sandang tradisional masyarakat batak. Digunakan sebagai ‘tas’ untuk membawa bahan makanan untuk tuan rumah saat ada upacara/pesta. Terkadang juga dipakai sebagai tas untuk ke ladang. Biasanya terbuat dari daun pandan dan bisa juga terbuat dari batang sejenis tanaman rumput yang disebut lingi (jawa) atau takki (batak). Hadangan hanya disablon logo kampanye secara sederhana (tanpa screen, hanya dengan mal kertas dan cat semprot). Hadangan ini dibuat agar masyarakat yang menerima memakainya dalam kegiatan sehari-hari dan menjadi pembawa pesan seperti yang tertulis pada logo yang disablon. Maksudnya agar logo kampanye yang berisi pesan (yang juga ada di t shirt, payung, taplak meja, stiker dan pin) dapat ‘beredar’ dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Hadangan ini digunakan sebagai suvenir pada kegiatan-kegiatan kunjungan seperti grebeg pekan atau kunjungan malam. Kuis-kuis evaluasi atau yang bisa memancing memori manyarakat mengenai Dolok Surungan menjadi cara membagikan hadangan yang tidak banyak disediakan ini. Pada bulan Maret tim membeli dan menyablon 50 buah hadangan, pada bulan Juli ditambah sekitar 40 buah lagi karena kurang. Tas tradisional ini tidak banyak diminati oleh anak-anak. Kami juga semula mengira hadangan hanya akan diminati oleh petani untuk membawa perbekalan ke ladang. Tetapi ternyata hadangan cukup diminati oleh ibu-ibu untuk berbelanja. Sedangkan petani-petani memang terbukti menyukai suvenir ini dan beberapa malah singgah di pos resort untuk meminta. Berdasarkan pantauan tim kampanye terhadap konstituen yang membawa pulang hadangan, sebagian besar masih menggunakan hadangan untuk membawa bekal ke ladang. Hal yang disyukuri adalah mereka juga dengan bangga Foto 11 Hadangan
59
(sepertinya) menampilkan sisi yag dibalon di sebelah luar, sehingga terlihat kalau hadangan ini adalah produk kampanye Pride Dolok Surungan. Seharusnya, hadangan yang disablon merupakan hasil karya masyarakat setempat. Tetapi karena tim tidak menemukan pengrajin anyaman yang bisa/mau memproduksi hadangan dalam jumlah banya secara cepat maka hadangan untuk kampanye dibeli dari Sipirok, Tapanuli Selatan. Di sana hadangan banyak dijual di pasar-pasar. Di Toba Samosir, hadangan dengan tali sandang disediakan secara mandiri oleh petani yang ingin memakainya. Ada satu-dua masyarakat yang mampu menganyam hadangan di sekitar Dolok Surungan, tetapi belum pernah membuat dalam jumlah besar apalagi secara cepat. Hadangan kampanye dipuji oleh petani pengrajin tersebut karena dianggap lebih rapi dan bagus bentuknya. Hal ini mungkin karena kualitas takki atau pandan yang berbeda. Takki yanga da di Dolok Surungan menurut pengamatan kami lebih tipis daripada yang dipakai pada hadangan kampanye (buatan Sipirok). Di masa depan, tim sepertinya akan memilih menggerakkan pengrajin untuk memproduksi hadangan kampanye. Jika saja hadagan bisa diberi motif dengan cara anyam, bukan sablon, sepertinya hal ini bisa menjadi suvenir menarik SM Dolok Surungan. Hadangan dengan motif anyaman tidak hanya akan menyasar petani untuk dipakai, tetapi bisa dijual kepada pendatang sebagai suvenir hasil kerja masyarakat Dolok Surungan.
Gambar D.3 Hadangan dari daun pandan (kiri), Batang takki yang sudah dikeringkan dan siap dianyam (tengah), Daun pandan yang siap dianyam (kanan)
60
Pin Kampanye Pin atau badge adalah simbol atau identitas khusus bagi pemakainya. Sejak awal pembuatan pin kampanye Pride SM Dolok Surungan dimaksudkan untuk memberi simbol pada para relawan dan pendukung kampanye.Pada setiap acara-acara pertemuan dan pembahasan, pin dibagikan kepada para peserta atau undangan yang hadir. Tetapi kemudian terlihat bahwa pembagian pin dengan cara ini tidak cukup memberi ‘rasa hormat’ terhadap pin ini. Tidak ada yang memakainya kembali selepas acara. Bahkan ada yang bertanya benda apakah ini dengan nada negatif dan tidak antusias. Oleh karena itu, pin kemudian tidak diproduksi lagi karena dianggap tidak cukup memiliki manfaat. Tidak cukup berharga untuk suvenir dan tidak cukup baik untuk membawa pesan. Pin yang dimaksud ini adalah pin edisi pertama sebelum slogan kampanye secara ‘resmi’ ditetapkan. Menjelang Festival Hari Bumi sebuah desain baru pin yang dilengkapi slogan kampanye dikeluarkan. Pin dicetak lagi dan dibagikan hanya kepada relawan atau khalayak yang menunjukkan partisipasinya dalam kampanye. Pin menjadi hadiah yang harus diperebutkan dalam kuis-kuis dan tantangan bernyanyi atau berbicara di depan umum. Pin akhirnya menjadi barang yang lebih berharga. Banyak yang mencoba meminta pin ini secara personal untuk menghindari kuis dan tantangan. Pin juga dibagikan kepada tokoh-tokoh pemerintahan maupun masyarakat yang hadir sewaktu acara festival. Hal ini menjadikan pin semakin eksklusive. Relawan yang malu menjawab kuis atau melakukan tantangan di panggung menuntut jatah pin setelah ikut bekerja membantu kelancaran acara. Pin akhirnya menjadi suvenir yang dapat dibanggakan dalam kampanye. Pada versi awal pin dicetak sebanyak 25 buah, versi baru dicetak sebanyak 200 buah dan harus dicetak lagi sebanyak 100 buah karena permintaan yang banyak. Penambahan pencetakan pin disebabkan permintaan dan kebutuhan yang meningkat. Memiliki atau memakai pin kampanye bagi para pendukung SM Dolok Surungan menjadi simbol kebanggaan mereka terlibat di dalam upaya penyelamatan kawasan ini. Ketidakberhasilan pin dnegan desain awal adalah pembelajaran dan evaluasi dari proses kegiatan ini. Pada satu sisi, sejak awal kampanye pin sebenarnya sudah dibutuhkan. Namun di sisi lain, pada awal kampanye, logo dan slogan belum bisa ditetapkan secara partisipatif. Hal inilah yang menyebabkan desain pin di awal kampanye belum terlalu berwarna dan tidak dikenali sebagai sesuatu yang spesial bagi khalayak. Berbeda dengan pin yang diproduksi pada fase pertengahan, dimana logo, slogan maupun kampanye Pride sudah dikenal khalayak. Oleh karena itu, pin langsung bisa dikenali sebagai identitas kampanye dan memakainya dianggap sebagai refleksi dukungan, selain karena desain yang sudah lebih berwarna.
Gambar D.4 Pin Kampanye sebelum uji coba (kiri) dan setelah uji coba (kanan)
61
Suvenir : Payung Konservasi, Mug Dolok Surungan, dan Taplak Meja Dolok Surungan Taplak meja, payung dan mug dirancang dengan maksud yang sama dengan stiker kampanye, agar pesan utama untuk menyelamatkan Suaka Margasatwa Dolok Surungan tersebar ke tempat-tempat aktivitas khalayak. Desain yang dipakai pun sama-sama menonjolkan logo kampanye dengan pesan ‘Selamatkan Dolok Surungan, Dongan’. Taplak berbahan MMT (bahan spanduk digital printing) ini khusus diperuntukkan bagi kedai-kedai kopi atau tuak, tempat para lelaki berkumpul dan bertukar informasi. Dengan membaca isi pesan pada taplak pada saat berkumpul, diharapkan keberadaan pesan ini bisa memancing pembicaraan di antara khalayak. Payung juga memuat logo kampanye dengan warna dasar kuning dan hitam bergantian (dua jenis). Mug memuat pesan pelestarian dan perambahan yang merugikan, tetapi selebihnya lebih menonjolkan kata-kata SM Dolok Surungan sebagai pengingat. Tidak banyak produk ini yang dicetak, karena ketiganya berfungsi saling menggantikan. Mug dan payung hanya dicetak masing-masing sebanyak 100 buah. Pembagian mug dan payung sebagai hadiah atau suvenir lomba, Grebeg Pekan, dan Kunjungan Malam. Taplak yang diproduksi hanya sepanjang 25 meter dan bisa dibagikan di 8 meja kedai miso, kedai sampah, kedai nasi, dan kedai kopi. Ada kekhawatiran pemilik kedai bila taplak meja dipasang di kedainya, yaitu pelanggan yang datang berkurang. Sebab bila pelanggannya adalah perambah maka pemilik kedai akan dianggap sebagai ‘lawan idealismenya’ dalam hal pemanfaatan yang paling sesuai untuk SM Dolok Surungan. Tim tidak memaksa pemilik kedai untuk mempertahankan taplak mejanya. Meskipun ada alasan yang sangat halus disampaikan oleh salah seorang pemilik kedai yang juga merupakan pekerja pada kebun sawit milik pengusaha perambah, “Saya takut taplak ini rusak bila dipasang setiap hari, maka untuk menjaganya saya lepas dan pasang seminggu sekali saja pada saat pelanggan ramai (hari penimbangan/tender)”, katanya. Kemungkinannya pemilik kedai ini akan malu jika terjadi diskusi di kedainya sedangkan dia adalah pekerja pada perambah. Mempertimbangkan kesediaannya pada saat taplak akan dipasang pertama kali merupakan hal yang sangat kami hargai, tim juga tidak ‘memeriksa’ apakah dia benar-benar memasang taplak kembali pada hari tender karena dikhawatirkan akan menimbulkan kesan inspeksional. Namun, bagi pendukung kampanye, memiliki dan memasang taplak kampanye adalah kebanggaan. Beberapa yang tidak kebagian menuntut untuk dicetak kembali karena akan memasang di rumah atau kedai di rumahnya, bahkan milik saudara atau tetangganya. Tips yang bayak dimuat dalam Buku Pegangan Pride tentang penghargaan yang lebih terhadap merchandise kampanye jika diperaoleh dengan usaha sangat cocok menggambarkan efektivitas suvenir-suvenir ini. Payung dan mug yang dibagikan hanya kepada orang yang berhasil memenangkan perlombaan dan kuis membuat suvenir lebih dihargai. Taplak meja yang dibagikan membuat barang ini sedikit tidak eksklusif bagi penerimanya. Namun, ada juga kenyataan yang menunjukkan suvenir yang habis terbagi, menarik lebih banyak peminat yang meminta. Setelah taplak meja habis dibagi, beberapa warga datang ke pos resort untuk meminta beberapa meter taplak untuk dipasang di kedainya. Evaluasi proses untuk alat kampanye suvenir adalah upaya untuk menjadikan satu suvenir dengan yang lainnya saling menggantikan. Menyediakan atau membagikan banyak macam suvenir pada waktu bersamaan tidak terlalu baik karena kebanyakan khalayak tidak akan puas jika tidak memiliki semuanya. Hal ini menyebabkan pemborosan sumberdaya, terutama biaya. Padahal, pesan yang dimuat dalam suvenir ini relatif sama, yaitu pengulangan slogan dan logo kampanye.
62
Program Pemuda Kelompok pemuda adalah kelompok yang cukup sulit didekati. Padahal potensi jumlah yang ada sangat bermanfaat bila bisa bergabung ke dalam pendukung kampanye. Pemuda di Dolok Surungan sebagian besar sudah bekerja sejak usia SMP, sehingga waktu luang yang dimiliki hanya sore dan malam hari. Ketiadaan program kampanye yang khusus untuk pemuda menjadi penghalang pemuda untuk aktif dalam kampanye. Seharusnya program radio akan sangat menarik bagi kelompok ini. Akan tetapi prioritas kerja dengan petani dan orang dewasa menjadikan kegiatan radio tidak jadi terealisasi selama kampanye. Memanfaatkan peluang perkenalan pribadi anggota tim lokal dan kegemaran olahraga pemuda, selama kampanye berhasil dilaksanakan dua program untuk menjangkau dan mengajak kelompok ini. Satu tim pemuda yang diberi nama Tim Pendawa Dolok Surungan oleh Pak Sidik akhirnya aktif mengawal kampanye terutama dalam kegiatan-kegiatan Grebeg Pekan dan Kunjungan Malam. Cikal bakal tim ini adalah relawan pada Hari Bumi yang dinilai sangat antusias dan diminta mengajak lebih banyak temannya untuk bergabung. Survey pasca kampanye juga sangat terbantu dengan kehadiran rekan-rekan dari Pendawa. Program lainnya adalah kostum tim sepakbola lokal. Memanfaatkan kegemaran pemuda berolahraga, terutama sepakbola, Pak Mariadi membujuk CM membuatkan seragam tim yang disablon logo kampanye. Alasannya kostum ini akan dibawa saat bertanding dan akan menjadi ‘kampanye’ tersendiri di arena sepakbola kampung. Selain itu, kostum ini juga untuk membujuk anggota sepakbola agar mau membantu kegiatan penanaman oleh KSM Lestari Dongan. Partisipasi tim sepakbola pada program penanaman memang meningkat sesaat. Pembersihan lahan seluas 5 ha aktif didukung oleh kelompok ini. Kostum tim dengan logo kampanye juga sering ‘beredar’ pada pertandingan-pertandingan tingkat desa. Namun keberlanjutan kerjasama sulit dicapai dengan melibatkan semua anggota kelompok. Pada akhirnya hanya beberapa pemuda yang tertarik dan bertahan membantu tim kampanye, tidak hanya untuk penanaman tetapi juga sampai program penjangkauan. Lagi-lagi ini menjadi pembelajaran bahwa pendampingan yang aktif untuk setiap kelompok sangat diperlukan untuk meningkatkan partisipasi dan kapasitas relawan. Menciptakan program kreatif menjadi tantangan untuk menggerakkan kelompok pemuda ini di masa depan.
63
Foto 12 Kostum Tim PERSSAP dengan Logo Kampanye
Bendera dan Umbul-umbul Dolok Surungan Bendera dan umbul-umbul merupakan perlengkapan yang dibuat menjelang Hari Bumi di Dolok Surungan. Idenya adalah membuat suasana yang semarak pada perayaan seperti pada saat penyambutan-penyambutan hari besar atau kampanye politik. Umbul-umbul akan mempertegas keberadaan kampanye dan warna-warnanya yang mencolok akan mengundang orang untuk membaca pesan pengulangan mengenai penyelamatan SM Dolok Surungan (slogan kampanye). Sebanyak 100 buah berwarna merah, hijau, dan kuning (warna-warna kampanye Pride SM Dolok Surungan) disablon logo kampanye berukurna besar. Umbul-umbul berwarna kuning disablon tulisan vertikal SM DOLOK SURUNGAN dan logo kampanye pada bagian bawahnya. Bendera dan umbul-umbul dipasang di sepanjang jalan mulai dari pos resort sampai ke arena peringatan hari bumi. Pada saat acara bendera dipakai oleh kelompok anak-anak untuk mengiringi karnaval angkong dengan melambai-lambaikannya. Pada akhir acara lebih dari 60 lembar bendera dibawa pulang oleh anak-anak dan pemuda yang membawa sepeda motor sebagai suvenir. Tim tidak dapat mencegah hal ini. Bendera dan umbul-umbul yang tersisa dipakai untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya seperti Kunjungan Malam, pertandingan sepakbola tim PERSSAP yang memakai kaos berlogo kampanye, Grebeg Pekan, dan Kunjungan Sekolah. Kedua media ini memuat pesan repetisi slogan dan logo kampanye. Sebagai atribut kampanye, bendera dan spanduk cukup efektif menarik perhatian dan menimbulkan suasana ‘ramai dan heboh’. Kelebihan media ini adalah harganya yang murah dan meriah, namun kekurangannya adalh kebutuhan tiang bendera yang sedikit merepotkan. Tim harus bolak-balik mencari tiang dari ranting atau bambu setiap acara yang memakai kedua alat ini. Sebab, membawabawa tiang kemana-mana lebih merepotkan daripada mencarinya di lokasi acara.
64
Kunjungan Malam Kunjungan Malam merupakan penamaan lain dari kunjungan kelompok atau penjangkauan konvensional dengan mengumpulkan masyarakat pada satu tempat untuk penyampaian pesan. Pemilihan waktu malam yang menjadi pertimbangan khusus bagi tim kampanye. Sebab, waktu malam diidentifikasi sebagai waktu terbaik untuk mengumpulkan warga dengan tidak mengganggu jadwal kerja mereka, dan jadwal bekerja relawan kampanye juga. Kunjungan Malam diisi dengan pemutaran film layar tancap dan membagi-bagikan suvenir dengan kuis evaluasi. Dusun-dusun yang jauh dan seringkali bila didatangi siang hari warganya sibuk bekerja menjadi target utama kunjungan. Dusun Jambu Dolok di Meranti Tengah, Dusun PIRBUN, dan Salipotpot menjadi target awal kunjungan. Pada bulan Ramadhan, kunjungan dihentikan sementara karena digantikan dengan program Safari Ramadhan. Kegiatan ini murni diorganisir oleh relawan pemuda didampingi oleh tim lokal kampanye : Pak Sidik dari Forum Guru dan Pak Mariadi dari KSM. Kunjungan malam efektif untuk menjangkau kelompok-kelompok khalayak dalam satuan wilayah. Bila grebeg pekan, festival, atau program sekolah dilaksankan di tempat khusus yang didatangi warga dari beberapa kampung, maka kunjungan malam mengunjuni secara khusus lokasi pemukiman warga di dusun-dusun. Satuan kunjungan adalah satu komplek pemukiman, tidak lagi berdasarkan desa atau batas administratif. Contohnya, kunjungan untuk Salipotpot (Desa Lobu Rappa) bisa menjangkau beberapa warga Sigalapang (Meranti Timur) dan warga Dusun Lobu Rappa (sebuah dusun di sebelah Dusun Salipotpot yang memiliki nama sama dengan desanya, Lobu Rappa). Kendala cuaca, medan yang berat, dan jauhnya lokasi menyebabkan banyak rencana kunjungan yang diundur dan terkendala. Sementara, tim kampanye yang terdiri dari relawan yang umumnya petani tidak bisa menginap dan harus pergi pulang (PP) untuk sekali kunjungan. Oleh karena itu, biasanya kunjungan dilaksanakan setelah hari pekan atau tender (waktu petani libur keesokan harinya) sehingga bisa meminimalkan pengurangan hari kerja relawan di ladangnya. Kegiatan kunjungan sepenuhnya dikoordinir oleh relawan, terutama pada tahap akhir kampanye.
T Shirt Kampanye Pakaian adalah identitas bagi pemakainya. Seringkali pakaian menunjukkan karakter dan sifat seseorang. Misalnya kalau melihat seseorang dengan baju kaos dengan noda-noda getah, memakai sepatu boot, dan memakai topi di sekitar Dolok Surungan, sudah bisa dipastikan orang tersebut adalah petani karet atau sawit. Bila melihat seseorang dengn pakaian atasan putih, bawahan abu-abu dan memakai sepatu maka hampir dapt dipastikan orang tersebut adalah siswa SMA. Berdasarkan sifat pakaian inilah sebuah desain kaos kampanye Pride Dolok Surungan dirancang. Meskipun menurut Buku Panduan Pride pakaian memiliki kedalaman pesan yang rendah, tetapi tim sangat yakin bila diberikan kepada orang-orang yang ‘berkeringat’ dalam kampanye maka keberadaan kaos justru akan memperdalam pesan yang diterima oleh sang relawan. Kaos kampanye Pride Dolok Surungan memang tidak akan menjadi media penyampai pesan yang terlalu efektif bagi khalayak yang melihatnya saat dipakai oleh relawan, namun kaos kampanye akan menumbuhkan rasa bangga bagi sang relawan yang sudah menyumbangkan peran bagi upaya penyelamatan SM Dolok Surungan. T Shirt/kaos kampanye Pride Dolok Surungan dicetak pada akhir kampanye sebanyak 100 buah. Kaos-kaos ini didistribusikan kepada para relawan dan pendukung kampanye. Fungsi utamanya dalah sebagai bentuk Foto 13 Relawan Mengenakan Kaos Kampanye Dolok Surungan
65
penghargaan, pengingat, dan kostum kebanggaan bagi para relawan bila berkumpul atau mengikuti kegiatan-kegiatan lanjutan terkait SM Dolok Surungan. Bahan kaos dipilih diantara yang terbaik di kota Medan, agar kaos bisa tahan lebih lama dan dapat dipakai dalam jangka waktu lebih panjang oleh relawan. Desain kaos serupa dengan pin kampanye di bagian depan dengan menambahkan kata Dongan Dolok Surungan sebagai identitas pemakai dan kumpulan logo organisasi pendukung kampanye di bagia belakang. Alamat situs RarePlanet juga disablon di bagian belakang untuk informasi bagi khalyak yang lebih luas bila kaos dipakai oleh relawan ke luar daerah (kota kecamatan atau kabupaten).
Spanduk Dukungan Dolok Surungan Maksud pembuatan spanduk dukungan adalah menciptakan/memperlihatkan secara simbolik dukungan dari masyarakat terhadap SM Dolok Surungan. Spanduk berisi gambar macam-macam kekayaan kawasan, logo kampanye, dan menyediakan ruang kosong untuk ditandatangani. Ide ini berasal dari relawan pada saat-saat kritis menjelang hari H peringatan Hari Bumi di Dolok Surungan, April 2010. Judul spanduk akan jelas dan tidak mengandung pemaknaan lain : ‘Dukungan Untuk Pelestarian Suaka Margasatwa Dolok Surungan’. Tidak ada nuansa paksaan dalam spanduk sehingga konstituen yang menandatangani memiliki kesadaran murni untuk berpartisipasi. Setelah disetujui oleh tim, desain diserahkan kepada vendor, tim hanya memberi sketsa dan konsep saja. Karena minimnya waktu untuk check dan re-checking, ternyata ada beberapa kekurangan dalam setting spanduk. Gambar orangutan yang merupakan ikon satwa langka sumatera tetapi tidak ada di dalam SM Dolok Surungan muncul dalam spaduk. Selain itu, ruang tanda tangan juga tidak disediakan maksimal karena judul spanduk menempati space yang terlalu besar. Tidak ada waktu untuk mengoreksi produk. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi tim, bahwa pengetahuan teknis keanekaragaman hayati sangat penting diingat. Kekhasan sebuah kawasan bukanlah hal yang sembarangan, setiap kawasan memiliki kebanggaan masing-masing. Spanduk mulai digelar dan ditandatangani sejak tanggal 1 Mei 2010 (hari kedua Festival Hari Bumi) dan dilanjutkan pada kegiatan-kegiatan Kunjungan Malam maupun Grebeg Pekan. Sampai dengan pertengahan Bulan Juli 2010, lebih dari 260 tanda tangan dukungan diberikan. Angka pasti tanda tangan Foto 14 Spanduk konservasi berkeliling & sampai hari ini belum diketahui karena tim di lapangan masih terus membawa spanduk ini sebagai simbol ditandatangani dukungan. Pada kampanye lanjutan (sesuai rencana tindak lanjut) jumlah dan gambar dari spanduk dukungan (bila perlu spanduknya langsung) akan dibawa kepada pihak-pihak terkait penanganan kasus SM Dolok Surungan di pengadilan sebagai bukti adanya dukungan masyarakat SM Dolok Surungan terhadap kawasan kebanggaannya. Kesalahan setting menjadi bahan evaluasi proses dan pembelajaran bagi tim. Space tanda tangan yang relatif kecil jika dibandingkan ukuran spanduk juga sangat disayangkan. Hal ini membuat beberapa tanda tangan harus dibubuhkan di bagian judul atau motif yang berwarna. Padahal, bagian tanda tangan seharusnya yang menjadi bagian terpenting dan diberi prioritas ruang di dalam spanduk.
66