D. KEGIATAN-KEGIATAN KAMPANYE Pembuatan pesan kampanye tidak hanya terkait dengan Teori Perubahan, tapi juga berbagai sasaran SMART yang telah ditetapkan dalam rencana proyek awal, dan dalam kerangka waktu dan fungsi terkait dengan Strategi-strategi Penyingkiran Halangan yang diadopsi untuk pengurangan ancaman terhadap habitat Jalak Bali melalui pembuatan kebun energi dan mengurangi jumlah petani dan pencari kayu bakar didalam kawasan hutan TNBB. Bab ini berisi: (I) Deskripsi kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan (II) Bukti capaian Sasaran-sasaran SMART yang terkait dengan kegiatan-kegiatan. Bagian ini meninjau rangkaian kegiatan yang menargetkan petani dan pencari kayu bakar dan masyarakat umum di 9 desa sasaran.
47
Kegiatan-Kegiatan Kampanye: Deskripsi dan Evaluasi Efektivitas Kegiatan-kegiatan sosial marketing yang dilaksanakan selama menjalankan program kampanye pride di Bali Barat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal khalayak sasaran di 9 desa, khususnya 2 desa sasaran utama. Dalam melaksanakan kegiatan, manager kampanye bersama dengan tim kampanye dan lembaga mitra (Yayasan Seka) terlibat secara langsung bersama dengan stakeholder kunci yaitu Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB), Dinas Kehutanan, Sekolah, Pemerintah Desa, Desa Adat, Kelompok tani dan masyarakat petani dan pencari kayu bakar. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah Produksi dan distribusi poster, brosur, stiker, gantungan kunci, pin, kaos, Pertemuan masyarakat, Lokakarya pendidikan guru SD, Interpretasi Lingkungan, Pentas Kesenian Bondres, Lokakarya Tokoh Agama, dan pembuatan kebun pembibitan sekolah.
Petani dan Pencari Kayu Bakar Tabel 3 Rantai hasil dan sasaran SMART terkait pengetahuan untuk petani dan pencari kayu bakar
Khalayak Sasaran --- Petani dan Pencari Kayu bakar Tahap Teori Perubahan Pengetahuan Petani dan pencari kayu bakar menyadari akibat pengambilan kayu bakar untuk hutan TNBB dan menyadari potensi kebun Rantai hasil untuk dikelola sebagai sumber kayu bakar dan pertanian Pada Juni 2010, pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB meningkat sebesar 20% dari 73% menjadi 93%. Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang batasSasaran-Sasaran SMART batas kawasan TNBB yang benar meningkat sebesar 30% dari awalnya 11% menjadi 41%. Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi meningkat sebesar 30% dari 17% menjadi 47%.
48
Tabel 4 Rantai hasil dan sasaran SMART terkait Sikap untuk petani dan pencari kayu bakar
Khalayak Sasaran --- Petani dan Pencari Kayu bakar Tahap Teori Perubahan Sikap Rantai hasil
Petani dan pencari kayu bakar setuju bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan dan mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar
Sasaran-Sasaran SMART
Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan meningkat sebesar 20% dari 56% menjadi 76% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyetujui bahwa TNBB perlu menegakkan aturan pengambilan kayu bakar meningkat 15% dari 6% menjadi 21%. Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyatakan mudah untuk memanfaatkan pekarangan untuk ditanami tanaman kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pangan meningkat dari 42 menjadi 62% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang mudah untuk berhenti mengambil kayu bakar dari TNBB meningkat menjadi 23% dari semula hanya 8% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyatakan bisa untuk mengajak tetangga untuk menanami tanaman kayu bakar, meningkat 42% dari semula 27% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar meningkat sebesar 20% dari 62% menjadi 85%
Tabel 5 Rantai hasil dan sasaran SMART terkait Komunikasi Interpersonal untuk petani dan pencari kayu bakar
Khalayak Sasaran --- Petani dan Pencari Kayu bakar Tahap Teori Perubahan Komunikasi Interpersonal Rantai hasil
Petani dan pencari kayu bakar mulai mendiskusikan dengan keluarga, tetangga dan kelompok tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar
Sasaran-Sasaran SMART
Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB, meningkat 20% dari 10% menjadi 30% Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di di 9 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar meningkat 25% dari 21% menjadi 46%
49
Kegiatan 1
: Poster
Rasional dari kegiatan : Poster yang diproduksi dan didistribusikan selama pelaksanaan kampanye Pride di Bali Barat berfungsi sebagai sumber informasi untuk: 1. Peningkatan Pengetahuan a. Akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB, b. Tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi 2. Mendorong peningkatan Sikap dan Komunikasi Interpersonal a. b. c. d.
Menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan Mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar Mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB Mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar
Poster dipilih sebagai media kampanye karena mampu mengirimkan pesan pengetahuan kepada khalayak target tentang akibat pengambilan kayu bakar bagi hutan TNBB dan pengetahuan tentang kebun energi. Selain itu pemilihan poster didasarkan pada pengulangan pesan/penguatan yang tinggi. Hal ini penting dalam membantu khalayak sasaran utama untuk membentuk konsep baru sehubungan dengan perilaku yang dipromosikan serta memelihara ide tersebut di alam sadarnya. Dari survei pra kampanye khalayak target terbesar berumur 36-40 tahun (20,8%) dan 16-20 tahun (14,6%) yang merupakan kelompok umur remaja dan dewasa. Dua kelompok umur ini biasanya tertarik dengan poster yang memperlihatkan kegiatan sehari-hari masyarakat dengan pesan yang pendek dan jelas.
Deskripsi Kegiatan: Proses pembuatan desain poster didasarkan pada ringkasan kreatif yang telah disempurnakan oleh tim kreatif pada tanggal 30 Agustus 2009. Tim kreatif terdiri dari Manajer kampanye, desainer lokal dan staf lembaga. Sebelumnya telah dibuat pengembangan pesan yang mengacu pada sasaran SMART. Pembuatan poster oleh seniman lokal berjalan selama dua bulan dengan beberapa kali perbaikan. Pre test poster dilakukan dua kali, yang pertama oleh tim kerja kampanye dan yang kedua kepada khalayak sasaran. Pre test dengan tim kerja kampanye mendapatkan beberapa masukan terkait dengan gambar yang ada di poster. Pre test poster kepada khalayak sasaran dilakukan Pada tanggal 22 Oktober 2009. Hasilnya dijadikan pertimbangan utama untuk menyempurnakan poster sebelum masuk ke percetakan. Pada tanggal 27 Nopember 2009 poster akhirnya resmi dicetak.
50
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 12 (a) Foto desain awal poster, (b) pre test poster, (c) poster yang sudah dicetak, dan (d) poster yang sudah didistribusikan kepada khalayak sasaran
Poster dicetak dua kali yaitu pada tanggal 27 Nopember 2009 dan 5 April 2010 dengan jumlah total sebanyak 3500 lembar. Poster didistribusikan (dibagibagikan dan di tempel) di papan informasi kantor desa, balai banjar, balai pertemuan kelompok, Kantor TNBB, Kantor Dishutbun, musholla/masjid. Lokasi pendistribusian tersebut didasarkan dari hasil survey pra tentang media yang memberikan informasi tentang TNBB. Selain itu poster juga ditempelkan di tempat yang dianggap strategis lainnya, seperti di warung, toko, sekolah dan kantor pemerintah kecamatan. Poster juga diberikan kepada Khalayak sasaran utama pada saat dilakukan pertemuan kelompok dan diskusi masyarakat. Proses pendistribusian poster melibatkan 40 relawan di 9 desa sasaran. Masing-masing desa 5 relawan yang terdiri dari Pengurus kelompok tani, guru dan pemuda. Pada 2 minggu pertama setelah penempelan poster, dilakukan monitoring oleh relawan di lokasi-lokasi penempelan poster. Diketahui ada dua lokasi yang rawan terhadap kerusakan, yaitu warung dan toko. Kondisi poster di dua titik tersebut mengalami kerusakan/robek, ditimpa oleh poster lain (poster rokok) dan ada yang hilang. Tindakan yang dilakukan oleh para relawan adalah mengganti (menempel) poster yang baru. Selanjutnya, monitoring dilakukan setiap minggu untuk memantau keberadaan poster, dan jika ada yang rusak segera diganti dengan yang baru. Mengukur evaluasi proses : Selama melakukan monitoring poster hal-hal yang dapat dicatat adalah: a. Poster yang ditempel di warung dan toko
51
Pada saat melakukan pengecekan, relawan menanyakan kepada pemilik warung dan toko mengenai tanggapan terhadap poster yang ditempel. Tanggapannya adalah bahwa mereka merasa mendapatkan pengetahuan tentang fungsi hutan TNBB dan kebun energi. Namun mereka menyatakan bahwa poster yang ditempel tidak berhubungan dengan mereka, karena mereka tidak masuk ke hutan untuk mencari kayu bakar. Untuk pengunjung warung pengecekan dilakukan dengan cara diskusi secara informal. Mereka memiliki latar belakang yang beragam (siswa sekolah SMU, pemuda dan orang tua). Pada umumnya mereka merasa mendapatkan pengetahuan dari poster yang ditempel dan beberapa orang menyatakan pernah mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar. Dalam mengungkapkan tanggapannya lebih terbuka karena berlangsung dalam suasana informal (warung biasanya digunakan sebagai tempat bersantai sambil minum kopi). Mengenai rusak atau hilangnya poster yang ditempel, baik pemilik toko dan warung maupun para pengunjung ketika ditanya mengaku tidak tahu penyebabnya. Sedangkan poster yang ditimpa oleh poster lain (poster rokok) pemilik toko menyatakan bahwa tempat penempelan bebas digunakan siapa saja dan tidak mau untuk mengawasi. b. Poster yang ditempel di papan Informasi (Desa, balai banjar, sekolah, TNBB) Keberadaan poster relatif lebih aman dan tahan lama karena terlindung dengan baik sehingga jarang diganti. Pada saat melakukan monitoring didapatkan tanggapan hampir serupa dari staf desa, guru dan staf TNBB yaitu mereka mendapatkan pengetahuan tentang fungsi TNBB dan informasi tentang kebun energi. Namun demikian mereka tidak pernah membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB dan kebun energi. Alasan yang muncul adalah mereka menganggap bahwa poster tersebut berisi pengetahuan saja sehingga mereka merasa tidak perlu mendiskusikan dengan keluarga. Mereka justru merasa perlu untuk menyampaikan informasi yang ada di poster kepada para petani dan pencari kayu bakar yang menjadi tetangga mereka. c. Dalam pendistribusian poster melibatkan setidaknya 40 relawan dari 9 desa sasaran. Jumlah khalayak yang menanyakan tentang kebun energi ke sekretariat lapangan Yayasan Seka sebanyak 150 orang, baik secara individu maupun kelompok. Sebagian besar adalah petani dan pencari kayu bakar. Mereka lebih banyak menanyakan tentang manfaat kebun energi dan tatacara membuat kebun energi. Pembelajaran dari penggunaan materi cetak/poster untuk menyampaikan pesan-pesan kampanye kepada khalayak sasaran adalah sebagai berikut: a. Proses produksi poster Proses produksi poster adalah sebuah kerja tim yang terdiri dari orang-orang dengan latar belakang yang berbeda. Menyatukan berbagai pikiran untuk fokus pada hasil yang sesuai dengan tujuan (sasaran SMART) membutuhkan kesabaran dan ketegasan dari seorang manajer kampnye. Seringkali dalam diskusi pembuatan poster yang muncul adalah keinginan-keinginan pribadi, bukan berusaha berfikir “sebagai khalayak sasaran” dengan data yang sudah disajikan. Meskipun pada awalnya cukup sulit untuk membuang ego pribadi, tetapi melalui tahapan yang obyektif, yaitu pretest kepada khalayak sasaran, akhirnya muncul kesadaran dari anggota tim bahwa poster yang dibuat adalah dari khalayak, oleh khalayak dan untuk khalayak
52
b. Tantangan Pada saat pertama kali dilakukan penyebaran dan penempelan poster, para relawan merasa kurang percaya diri dan khawatir dengan berbagai bayangan negatif seperti dicemooh oleh khalayak, dianggap sok pahlawan bahkan dimusuhi oleh khalayak yang masih awam dan belum paham dengan isi poster. Namun hal itu tidak semuanya menjadi kenyataan. Bahkan di Desa Sumberkima relawan justru dibantu dengan sukarela oleh khalayak untuk menempelkan poster di balai pertemuan kelompok, dan ada juga yang meminta poster untuk ditempel di rumah. c. Strategi mengatasi tantangan Strategi yang digunakan oleh manajer kampanye untuk mengatasi tantangan adalah membangkitkan rasa percaya diri dan kebanggaan dari para relawan. Rasa percaya diri dibangkitkan dengan dorongan bahwa pekerjaan menyebarkan poster adalah sebuah pekerjaan mulia dalam rangka memperbaiki kondisi masyarakat khususnya petani dan pencari kayu bakar yang selama ini selalu dianggap atau di cap perusak oleh TNBB. Kebanggaan sebagai relawan akan tercipta manakala masyarakat mempunyai kesadaran dan peningkatan sikap yang berujung pada perubahan perilaku akibat dari informasi yang ada di poster. Selain itu, sebagai penyemangat dan penghargaan atas hasil kerja yang telah dilakukan, para relawan diberikan kaos bergambar logo program (gambar Burung Jalak Bali), pin dan sertifikat penghargaan.
Kegiatan 2
: Brosur
Rasionalisasi dari kegiatan : Brosur yang diproduksi dan didistribusikan selama pelaksanaan kampanye pride di Bali Barat berfungsi sebagai sumber informasi untuk: 1. Peningkatan Pengetahuan a. Akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB b. Batas-batas kawasan TNBB yang benar c. Tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi 2. Mendorong peningkatan Sikap dan Komunikasi Interpersonal a. b. c. d.
Menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan Mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar Mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB Mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar
Dari data hasil survey pra kampanye, media yang paling mempengaruhi keputusan khalayak sasaran tentang TNBB dan kebun energi adalah pertemuan masyarakat (sebesar 47,5% dan 42,2%), sedangkan brosur sebesar 5,5% dan 5,7%. Meskipun khalayak sasaran yang memilih brosur hanya 5,5% (tentang TNBB) dan 5,7% (tentang kebun energi), tetapi brosur tetap dipilih sebagai media kampanye karena mampu mengirimkan pesan pengetahuan kepada
53
khalayak target yang bervariasi dan mempengaruhi untuk mengikuti informasi yang ditulis. Brosur menjelaskan dengan detail tentang kelebihan suatu produk, keuntungan apa saja yang didapat oleh khalayak bila mengikuti informasi yang ada didalam brosur. Brosur yang dibuat adalah tentang akibat pengambilan kayu bakar bagi hutan TNBB dan pengetahuan tentang kebun energi.
Deskripsi Kegiatan: Brosur dicetak dua kali yaitu pada tanggal 10 Nopember 2009 dan 5 April 2010 dengan jumlah total sebanyak 3500 lembar. Brosur didistribusikan (dibagi-bagikan dan di tempel) di papan informasi kantor desa, balai banjar, balai pertemuan kelompok, Kantor TNBB, Kantor Dishutbun, musholla/masjid. Selain itu Brosur juga ditempelkan di tempat yang dianggap strategis lainnya, seperti di warung, toko, sekolah dan kantor pemerintah kecamatan. Proses pendistribusian Brosur melibatkan 40 relawan di 9 desa sasaran. Masing-masing desa 5 relawan yang terdiri dari Pengurus kelompok tani, guru dan pemuda.
Gambar 13 Brosur yang sudah dicetak
Pada 4 minggu pertama setelah penempelan brosur, dilakukan monitoring oleh relawan di lokasi-lokasi penempelan brosur (bersamaan dengan monitoring poster). Diketahui ada dua lokasi yang rawan terhadap kerusakan, yaitu warung dan toko. Kondisi brosur di dua titik tersebut mengalami kerusakan/robek, ditimpa oleh poster lain (poster rokok) dan ada yang hilang. Tindakan yang dilakukan oleh para relawan adalah mengganti (menempel) brosur yang baru. Selanjutnya, monitoring dilakukan setiap minggu untuk memantau keberadaan brosur, dan jika ada yang rusak segera diganti dengan yang baru.
Mengukur evaluasi proses : Selama melakukan monitoring brosur hal-hal yang dapat dicatat adalah: a. Brosur yang ditempel di warung dan toko Pada saat melakukan pengecekan, relawan menanyakan kepada pemilik warung dan toko mengenai tanggapan terhadap brosur yang ditempel. Tanggapannya adalah bahwa mereka merasa mendapatkan pengetahuan tentang fungsi hutan TNBB dan kebun energi. Namun mereka menyatakan bahwa brosur yang ditempel tidak berhubungan dengan mereka, karena mereka tidak masuk ke hutan untuk mencari kayu bakar. Untuk pengunjung warung pengecekan dilakukan dengan cara diskusi secara informal. Mereka memiliki latar belakang yang beragam (siswa sekolah SMU, pemuda dan orang tua). Pada umumnya mereka merasa mendapatkan pengetahuan dari brosur yang ditempel dan beberapa orang menyatakan pernah mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar. Dalam
54
mengungkapkan tanggapannya lebih terbuka karena berlangsung dalam suasana informal (warung biasanya digunakan sebagai tempat bersantai sambil minum kopi). Mengenai rusak atau hilangnya brosur yang ditempel, baik pemilik toko dan warung maupun para pengunjung ketika ditanya mengaku tidak tahu penyebabnya. Sedangkan brosur yang ditimpa oleh poster lain (poster rokok) pemilik toko menyatakan bahwa tempat penempelan bebas digunakan siapa saja dan tidak mau untuk mengawasi. b. Brosur yang ditempel di papan Informasi (Desa, balai banjar, sekolah, TNBB) Keberadaan brosur relatif lebih aman dan tahan lama karena terlindung dengan baik sehingga jarang diganti. Pada saat melakukan monitoring didapatkan tanggapan hampir serupa dari staf desa, guru dan staf TNBB yaitu mereka mendapatkan pengetahuan tentang fungsi TNBB dan informasi tentang kebun energi. Namun demikian mereka tidak pernah membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB dan kebun energi. Alasan yang muncul adalah mereka menganggap bahwa brosur tersebut berisi pengetahuan saja sehingga mereka merasa tidak perlu mendiskusikan dengan keluarga. Mereka justru merasa perlu untuk menyampaikan informasi yang ada di brosur kepada para petani dan pencari kayu bakar yang menjadi tetangga mereka. c. Dalam pendistribusian (penempelan) Brosur melibatkan setidaknya 40 relawan dari 9 desa sasaran. Untuk brosur yang dibagikan secara langsung kepada khalayak sasaran utama melalui pertemuan kelompok dan pertemuan masyarakat yang membahas tentang fungsi TNBB dan pengenalan terhadap kebun energi. Jumlah khalayak yang terlibat dalam diskusi yang menyangkut tentang isi brosur mencapai 1500 orang (dihitung dari total pertemuan kelompok dan pertemuan masyarakat selama kegiatan kampanye). Sedangkan khalayak yang menanyakan tentang kebun energi ke Sekretariat lapangan Yayasan Seka sebanyak 150 orang, baik secara individu maupun kelompok (bersamaan dengan poster). Dari hasil survey pasca kampanye terjadi peningkatan terhadap media (brosur) yang paling mempengaruhi keputusan khalayak sasaran, terutama tentang kebun energi, sedangkan tentang TNBB mengalami penurunan, seperti yang terlihat pada Tabel 6 di bawah ini. Kenaikan terhadap media yang mempengaruhi keputusan khalayak sasaran ini diduga disebabkan oleh munculnya kepercayaan terhadap manfaat dari kebun energi yang dapat menghasilkan kayu bakar bagi rumah tangga. Selain itu, pembuatan demplot kebun energi sebagai strategi penyingkiran halangan semakin menambah tingkat kepercayaan khalayak terhadap isi dari brosur. Menurunnya media (brosur) yang mempengaruhi keputusan khalayak sasaran tentang TNBB, kemungkinan disebabkan oleh pilihan mereka terhadap jenis media lain yang lebih detail menjelaskan tentang TNBB, yaitu buku pengenalan TNBB. Tabel 6 Perbandingan media (brosur) yang mempengaruhi keputusan khalayak sasaran
Brosur tentang TNBB Survey Pra Survey Pasca 5,5% 2,4%
Brosur tentang Kebun energi Survey Pra Survey Pasca 5,7% 11,9%
55
Pembelajaran dari penggunaan materi cetak/brosur untuk menyampaikan pesan-pesan kampanye kepada khalayak sasaran adalah sebagai berikut: a. Proses produksi brosur Proses produksi brosur adalah sebuah kerja tim yang terdiri dari orang-orang dengan latar belakang yang berbeda. Memberikan pemahaman tentang isi brosur merupakan tantangan tersendiri yang dihadapi oleh manajer kampanye. Hal ini penting karena sebelum dilakukan pretest, terlebih dahulu anggota tim harus memahami dengan isi brosur. Tantangan lainnya adalah pada saat dilakukan pretest kepada beberapa khalayak, khususnya para ahli. Masukan dari mereka bahasanya terlalu scientist sehingga tim perlu menterjemahkan kedalam bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak sasaran. b. Tantangan Pada saat pertama kali dilakukan penyebaran dan penempelan brosur, para relawan merasa kurang percaya diri dan khawatir dengan berbagai bayangan negatif seperti dicemooh oleh khalayak, dianggap sok pahlawan bahkan dimusuhi oleh khalayak yang masih awam dan belum paham dengan isi brosur. Namun hal itu tidak semuanya menjadi kenyataan. Bahkan di Desa Sumberkima relawan justru dibantu dengan sukarela oleh khalayak untuk menempelkan brosur di balai pertemuan kelompok dan membagikan kepada anggota kelompok. c. Strategi mengatasi tantangan Strategi yang digunakan oleh manajer kampanye untuk mengatasi tantangan adalah membangkitkan rasa percaya diri dan kebanggaan dari para relawan. Rasa percaya diri dibangkitkan dengan dorongan bahwa pekerjaan mendistribudikan brosur adalah sebuah pekerjaan mulia dalam rangka menyampaikan informasi untuk memperbaiki kondisi masyarakat khususnya petani dan pencari kayu bakar yang selama ini selalu dianggap perusak oleh TNBB. Kebanggaan sebagai relawan akan tercipta manakala masyarakat mempunyai kesadaran dan peningkatan sikap yang berujung pada perubahan perilaku akibat dari informasi yang ada di brosur. Selain itu, sebagai penyemangat dan penghargaan atas hasil kerja yang telah dilakukan, para relawan diberikan kaos bergambar logo program (gambar Burung Jalak Bali), pin dan sertifikat penghargaan.
Kegiatan 3
: Stiker dan gantungan kunci
Rasionalisasi dari Kegiatan: Stiker berfungsi sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB yang berisi ajakan singkat untuk memanfaatkan kayu bakar di luar kawasan hutan TNBB. Alasan pemilihan stiker adalah mampu menyampaikan pesan secara cepat dengan menggunakan perpaduan gambar dan tulisan singkat serta mudah diingat. Tujuannya adalah untuk mengingatkan khalayak pada kampanye yang sedang dijalankan (logo bergambar kepala Jalak Bali mengingatkan tentang hutan yang menjadi habitat Jalak Bali) serta mengajak khalayak untuk bertindak (kalimat singkat “Kayu Bakarku Bukan Dari Hutan Bali Baratku”).
56
Gambar 14 (a) Stiker kampanye sebelum Sasaran SMART, (b) setelah mengacu sasaran SMART
(a)
(b)
Deskripsi Kegiatan: Stiker pertama kali dicetak pada tanggal 10 Mei 2009 sebanyak 1500 lembar, sedangkan gantungan kunci dicetak pada tanggal 30 Mei 2009 sebanyak 1000 buah. Proses pembuatan stiker dan gantungan kunci pada saat itu tidak melalui tahapan pembuatan ringkasan kreatif, jadi hanya sebatas mengikuti kebiasaan yang sudah berjalan sebelumnya (belum mengacu pada sasaran SMART). Tujuannya adalah untuk dibagikan kepada enumerator dan responden pada saat melakukan survey Pra kampanye sebagai perkenalan awal dari pelaksanaan program kampanye. Stiker yang dibagi-bagikan tersebut ditempel di kaca depan rumah, sepeda motor, mobil pribadi dan mobil penumpang umum. Pembuatan stiker yang kedua dilakukan pada tanggal 2 Maret 2010 sebanyak 500 lembar, merupakan revisi dari stiker yang pertama dengan menggunakan hasil ringkasan kreatif dan mengacu pada sasaran SMART. Sebanyak 500 lembar stiker dicetak dan didistribusikan bersama dengan poster. Pendistribusian stiker juga menjangkau pemuda dan siswa sekolah (SD, SMP dan SMU). Mengukur evaluasi proses : Selama melakukan monitoring stiker hal-hal yang dapat dicatat adalah: a. Stiker yang ditempel di kaca depan rumah Pada saat melakukan pengecekan, relawan menanyakan kepada pemilik rumah mengenai tanggapan terhadap stiker yang ditempel. Tanggapannya adalah bahwa mereka merasa diajak oleh kalimat yang ada dalam stiker untuk segera bertindak membuat kebun energi sebagai sumber kayu bakar. Hal lain yang terungkap adalah mereka menjadi sadar bahwa Jalak Bali merupakan simbol kebanggaan tidak saja bagi TNBB, tetapi juga bagi masyarakat sekitar kawasan habitat Jalak Bali. Stiker yang ditempel di rumah hanya menjadi pembahasan dengan anggota keluarga, tidak sampai ke tetangga. Sampai masa program berakhir, kondisi stiker tidak rusak, tetap jelas dan tidak luntur baik gambar maupun tulisan. b. Stiker yang ditempel di sepeda motor Khalayak sasaran pemilik sepeda motor kebanyakan adalah remaja siswa SMU dan sebagian kecil petani dan pencari kayu bakar. Mereka (remaja) merasa bangga dengan stiker yang ditempel di sepeda motor mereka. Kebanggaan berasal dari desain stiker yang menurut mereka “keren” yaitu
57
gambar kepala Jalak Bali. Namun pada umumnya mereka tidak tahu hubungan antara tulisan dengan gambar Jalak Bali (logo bergambar kepala Jalak Bali dengan kalimat singkat “Kayu Bakarku Bukan Dari Hutan Bali Baratku”). Setelah dijelaskan bahwa Jalak Bali habitatnya di hutan yang sekarang menjadi tempat mencari kayu bakar, dan stiker tersebut mengajak untuk tidak mencari kayu bakar di habitat Jalak Bali, barulah mereka memahami. Stiker yang ditempel di sepeda motor hanya bertahan selama 3 bulan. Kebanyakan stiker mengalami kerusakan (pudar warnanya, mengelupas lemnya). Hal ini disebabkan lebih sering terkena sinar matahari, sering dibersihkan/dicuci. c. Stiker yang ditempel di mobil penumpang umum Dalam penempelan stiker di mobil penumpang umum tidak mengalami kesulitan, dalam arti sopir tidak keberatan kendaraannya ditempeli stiker. Namun sebagian besar dari mereka menganggap tidak ada hubungannya dengan isi atau ajakan yang ada di stiker meskipun telah dijelaskan maksud dari isi poster. Selama dilakukan monitoring dengan melakukan percakapan dengan sopir, tidak ada tanggapan dari penumpang terhadap keberadaan stiker yang tertempel di kaca depan dan kaca belakang mobil. d. Stiker yang ditempel di mobil pribadi Tanggapan pemilik mobil ketika diberi stiker untuk ditempelkan di mobil mereka sangat antusias. Mereka berpendapat bahwa dengan menempel stiker di mobil, merasa membantu kampanye penyelamatan habitat Jalak Bali. Pemilik mobil yang ditempeli stiker adalah guru, Pegawai Pemda dan Pegawai TNBB. Namun mereka tidak pernah membicarakan dengan teman atau tetangga tentang stiker tersebut. Mereka hanya membicarakan dengan anggota keluarga, dan menjelaskan tentang maksud dan tujuan dari stiker yang ditempelkan di mobil mereka. e. Dalam pendistribusian stiker melibatkan setidaknya 10 relawan dari 9 desa sasaran. Pendistribusian stiker bersamaan dengan brosur dan poster. Stiker dibagikan secara langsung kepada khalayak sasaran utama melalui pertemuan kelompok dan pertemuan masyarakat serta kunjungan sekolah. Selain itu juga dilakukan kunjungan ke tempat-tempat yang sering dijadikan berkumpul para remaja untuk dibagikan stiker, bertemu dengan pemilik monil pribadi dan sopir mobil penumpang umum. Jumlah khalayak yang menerima stiker mencapai 500 orang (dihitung dari jumlah stiker yang dicetak). Pembelajaran dari penggunaan materi cetak/stiker untuk menyampaikan pesan-pesan kampanye kepada khalayak sasaran adalah sebagai berikut: a. Proses produksi stiker Proses produksi stiker diambil dari logo program yaitu Kepala Jalak Bali dan mengambil tulisan slogan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga konsistensi dari pesan yang disampaikan (dalam bentuk logo dan slogan). Dengan pengulangan pada berbagai media kampanye, diharapkan akan mudah dikenal, diingat dan dipahami oleh khalayak sasaran.
58
b. Tantangan Tantangan yang dialami terutama ketika berinteraksi dengan remaja (siswa SMP dan SMU) dan anak-anak (siswa SD). Diperlukan usaha ekstra keras dan kesabaran dalam memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari isi yang terkandung dalam stiker. Hal ini karena sebagian besar dari mereka lebih mementingkan tampilan (gambar) dari pada isi. c. Strategi mengatasi tantangan Strategi untuk mengatasi tantangan adalah dengan membiarkan mereka merasa bangga dengan stiker yang ditempel di sepeda motor mereka serta mencoba membuka ruang diskusi informal dengan memberikan penjelasan tentang isi stiker dan mendorong mereka untuk tetap mempertahankan stiker tertempel di sepeda motor mereka. Ketika stiker rusak atau luntur, mereka dengan sukarela mau untuk diganti dengan yang baru.
Kegiatan 4
: Lokakarya Pendidikan Guru
Rasionalisasi dari Kegiatan: Lokakarya pendidikan guru bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal dari para guru terkait dengan TNBB dan kebun energi. Kegiatan ini merupakan kegiatan penjangkauan komunitas dengan sasaran utama guru. Guru diharapkan mampu berperan dalam menyampaikan pesan kampanye secara aktif dan efektif kepada para siswa, orang tua siswa dan khalayak sasaran utama (petani dan pencari kayu bakar) melalui dunia pendidikan dan seni. Dalam survey pra kampanye tentang tokoh yang dipercaya oleh khalayak dalam mendapatkan informasi tentang lingkungan, pengelolaan hutan, kebun dan pertanian tidak terdapat pilihan guru. Hal ini dikarenakan khalayak sasaran utama adalah petani dan pencari kayu bakar, sehingga manfaatnya rendah dari sisi pengguna sumberdaya.
Foto 1 Lokakarya Guru
Namun disadari bahwa guru merupakan sumber informasi yang penting dan menjadi panutan bagi siswa. Sedangkan siswa adalah penghantar yang sangat bagus kepada orang tua mereka. Bahkan tidak jarang seorang guru juga menjadi tokoh masyarakat. Dari dasar itulah maka kegiatan penjangkauan kepada guru perlu dilakukan.
Deskripsi Kegiatan: Kegiatan lokakarya guru dilaksanakan pada tanggal 14 Nopember 2009 di aula SDN 2 Sumberklampok yang dihadiri oleh perwakilan guru-guru SD bidang kesenian dan lingkungan yang ada di 9 desa sasaran. Dalam lokakarya ini dirumuskan 2 rencana kegiatan kampanye, yaitu pembuatan skenario untuk pementasan panggung boneka dan rencana aksi pembuatan kebun pembibitan sekolah. Lokakarya ini juga dihadiri oleh TNBB yang menjadi narasumber
59
yang menjelaskan tentang fungsi dan batas-batas kawasan TNBB serta ancaman pengambilan kayu bakar terhadap habitat Jalak Bali. Dari hasil lokakarya guru disepakati untuk menyempurnakan draft awal skenario pementasan panggung boneka dengan tema penyelamatan habitat Jalak Bali melalui dunia seni. Sedangkan kebun pembibitan sekolah telah menyelesaikan rencana aksi.
Mengukur Evaluasi Proses: 1. Dari hasil survey pasca kampanye (tabel 5.4) tentang media komunikasi yang pernah dilihat atau didengar oleh khalayak target, hasilnya adalah mereka tidak pernah melihat atau mendengar kegiatan lokakarya guru. Penyebabnya adalah minimnya peran guru dalam menyebarluaskan informasi terkait pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal tentang TNBB dan kebun energi kepada siswa, orang tua siswa dan khalayak sasaran utama. Beberapa orang guru yang dikonfirmasi setelah pelaksanaan lokakarya guru menyatakan bahwa mereka tidak menyebarluaskan informasi karena tidak punya waktu. Alasannya adalah mereka sedang terfokus mengejar sertifikasi dan persiapan ujian CPNS. (Hal ini juga terjadi pada 4 orang anggota tim kampanye yang berprofesi sebagai guru yang meminta “waktu istirahat” dari kegiatan kampanye untuk mempersiapkan sertifikasi dan persiapan ujian CPNS). Untuk meningkatkan efektivitas kegiatan ini dikemudian hari, peran tim kerja kampanye harus ditingkatkan terutama dalam menghadapi situasi dimana fokus guru terpecah dengan urusan lain (misalnya sertifikasi). Caranya adalah dengan mendampingi para guru dalam menyebarluaskan informasi tentang kampanye kepada siswa di sekolah serta membuat jadwal kunjungan sekolah yang disepakati oleh para guru di masing-masing sekolah. Penyebarluasan informasi seharusnya dilakukan pada sesi pengembangan diri pada masing-masing sekolah dengan jadwal tetap hari Sabtu untuk sekolah di wilayah kabupaten Buleleng dan hari Jum’at untuk sekolah diwilayah kabupaten Jembrana. 2. Pada saat dilakukan finalisasi skenario untuk panggung boneka terjadi perubahan bentuk kegiatan dari pentas panggung boneka diganti dengan pentas seni bondres. Alasan yang dikemukakan adalah panggung boneka belum dikenal oleh siswa maupun khalayak target sehingga dikhawatirkan kurang mendapat respon yang baik. Sedangkan Bondres adalah kesenian lokal asli Bali yang telah dikenal khalayak luas. Tim guru berhasil menyelesaikan draft final untuk pentas kesenian Bondres dan berhasil dipentaskan dua kali, yaitu pada tanggal 23 Januari 2010 dan pada tanggal 9 April 2010 (dijelaskan lebih rinci dalam kegiatan pentas kesenian Bondres). Tantangan yang dihadapi selama proses persiapan adalah menyelesaikan draft final skenario panggung bondres dan mentransformasi kepada para calon pemain yang semuanya adalah siswa SD. Diperlukan kerja keras dari pelatih untuk memberikan penjelasan kepada para pemain tentang substansi dari pentas bondres. Hal ini penting karena bondres mengandalkan improvisasi pemain pada saat berada diatas panggung. Percakapan yang terjadi selama latihan bisa berubah-ubah, namun substansinya tetap sama. Dari hasil survey pasca kampanye, Bondres merupakan media komunikasi mengenai pelestarian kawasan TNBB yang pernah dilihat atau didengar oleh 13,4% khalayak sasaran. Sedangkan 16% khalayak menyatakan pernah melihat atau mendengar bondres sebagai media komunikasi mengenai kebun energi.
60
3. Realisasi kebun pembibitan sekolah mengalami kendala terkait lokasi yang akan dijadikan kebun pembibitan sekolah dimana semua sekolah tidak bersedia untuk dijadikan lokasi pembuatan kebun pembibitan sekolah. Alasannya adalah tidak ada guru yang mau untuk bertanggung jawab terhadap keberlanjutan kebun pembibitan sekolah. Solusinya adalah kebun pembibitan sekolah dibuat di luar lingkungan sekolah dan diputuskan akan dibuat di sekretariat lapangan Yayasan Seka di Desa Sumberklampok. Untuk pembelajaran tentang kebun pembibitan kepada siswa, maka dibuat jadwal kunjungan siswa ke kebun pembibitan. Dalam kunjungan tersebut diperkenalkan proses pembuatan bibit mulai dari pemilihan bibit, melaukan persemaian sampai pada perawatan bibit yang siap ditanam. Proses ini dipandu oleh pelatih dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang khusus menangani pembibitan. Jadwal kunjungan siswa adalah setiap minggu sekali dan dilakukan secara bergiliran kepada sekolah-sekolah yang ada di 9 desa sasaran dengan didampingi oleh seorang guru pembimbing.
Kegiatan 5
: Interpretasi Lingkungan
Rasionalisasi dari Kegiatan: Penjangkauan kepada anak-anak khususnya siswa sekolah mulai dari TK, SD dan SMP dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan tentang keanekaragaman hayati yang ada di TNBB serta fungsi hutan TNBB dengan cara menyusuri jalur yang telah ditentukan dan lomba mewarnai. Penjangkauan kepada anak-anak terutama siswa sekolah perlu dilakukan karena mereka adalah generasi penerus yang perlu mendapatkan pemahaman mendasar tentang lingkungan. Mereka mulai mampu mengungkapkan obyek dengan gambar dan kata (TK), dapat berfikir logis tentang obyek dan peristiwa (SD), dapat berfikir logis tentang usulan abstrak dan menguji hipotesis secara sistematis serta menjadi peduli akan masalah-masalah hipotesis, masa depan dan ideologis (SMP keatas).1
Foto 2 Kegiatan Interpretasi Lingkungan dan Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Bagi Fasilitator
1
Atherton, J.S. (2005). Learning and Teaching: Piaget’s developmental theory
61
Hasil dari kegiatan ini kemudian dibuat modul panduan interpretasi lingkungan dan didistribusikan ke sekolah-sekolah yang ada di 9 desa sasaran. Dengan adanya modul diharapkan pengetahuan siswa tentang TNBB meningkat serta dapat dijadikan rujukan ketika mengembangkan muatan lokal tentang lingkungan. Deskripsi Kegiatan: Kegiatan interpretasi lingkungan dilaksanakan pada tanggal 26-30 Oktober 2009 dengan melibatkan siswa TK, SD dan SMP yang ada di dua desa target. Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama antara TNBB, sekolah dan Yayasan Seka yang melibatkan 8 orang pemandu yang terdiri dari Manajer kampanye, staf TNBB dan tim kerja kampanye. Jumlah total peserta sebanyak 340 siswa yang terdiri dari SD (kelas IV, V, VI), SMP Kelas VII dan TK. Sebelum kegiatan dilaksanakan diadakan pelatihan kepada para pemandu supaya dalam pelaksanaan mampu memandu para peserta dengan baik. Sebagai pegangan para pemandu telah disediakan modul yang dibuat oleh tim kerja kampanye. Khusus untuk siswa TK kegiatannya ditambah dengan lomba menggambar di alam. Siswa TK didampingi oleh orang tua masing-masing dan semuanya adalah ibu-ibu. Kepada ibu-ibu juga dijelaskan tentang maksud dan tujuan kegiatan serta mendorong untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya sewaktu berada di rumah. Mengukur Evaluasi Proses: Dari hasil survey pasca kampanye terdapat peningkatan dari khalayak target yang mendengar atau melihat media komunikasi mengenai pelestarian TNBB berupa buku tentang pengenalan TNBB dari semula 3,8% menjadi 21,6% serta 13,5% khalayak menyatakan bahwa buku tentang pengenalan TNBB adalah media yang paling mempengaruhi keputusan dari semula 0% pada pra kampanye. Terjadinya peningkatan ini disebabkan jalur interpretasi yang digunakan adalah jalur yang biasa dijadikan sebagai lintasan para pencari kayu bakar, sehingga ketika kegiatan berjalan selama 5 hari banyak berjumpa dengan para pencari kayu bakar yang sebagian diantaranya adalah orang tua peserta (siswa). Diduga dengan adanya kegiatan tersebut terjadi komunikasi interpersonal antara anak (siswa) dengan orang tua ketika kegiatan telah selesai. Pembelajaran yang didapat dari kegiatan ini adalah penting melibatkan anak-anak dalam proses menanamkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga dan melestarikan hutan yang menjadi habitat Jalak Bali karena mereka adalah generasi penerus yang sedang dalam amsa tumbuh kembang. Hal yang perlu ditingkatkan kedepan adalah melibatkan orang tua siswa, khususnya TK dalam kegiatan interpretasi lingkungan dengan cara memberikan brosur atau lembar informasi tentang materi yang akan disampaikan dalam kegiatan, sehingga orang tua dapat berperan aktif selama kegiatan berlangsung.
62
Seluruh Desa Target (9 desa)----masyarakat umum Tabel 7 Sasaran SMART terkait Pengetahuan Masyarakat Umum
Sasaran SMART 1 Sasaran SMART 2 Sasaran SMART 3
Pengetahuan Pada Juni 2010, pengetahuan masyarakat di 9 desa sasaran tentang akibat pengambilan kayu bakar untuk hutan TNBB meningkat sebesar 20% dari 69% menjadi 89%. Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran tentang batas-batas kawasan TNBB yang benar meningkat sebesar 30% dari 15% menjadi 45%. Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi meningkat sebesar 20% dari 32% menjadi 52%.
Tabel 8 Sasaran SMART terkait Sikap dan Komunikasi Interpersonal Masyarakat Umum
Sasaran SMART 1 Sasaran SMART 2 Sasaran SMART 3 Sasaran SMART 4 Sasaran SMART 5
Sasaran SMART 1 Sasaran SMART 2
Sikap Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan meningkat sebesar 20% dari 58% menjadi 78% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang setuju bahwa kerusakan TNBB dapat menyebabkan kekurangan air meningkat 20% dari 68% menjadi 88% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang menyatakan mudah bagi masyarakat untuk bekerjasama dengan TNBB dalam pengawasan meningkat 15% dari 16% menjadi 31% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang menyatakan penting memanfaatkan pekarangan rumah dengan berbagai jenis tanaman pohon kayu meningkat menjadi 87% dari 67% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar meningkat sebesar 20% dari 77.5% menjadi 97.5% Komunikasi interpersonal Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB, meningkat 20% dari 17% menjadi 37% Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di di 9 desa sasaran mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar meningkat 20% dari 9% menjadi 29%
63
Tabel 9 Sasaran SMART terkait Perubahan Prilaku Masyarakat Umum
Sasaran SMART 1 Sasaran SMART 2
Kegiatan 6
Perubahan Perilaku Pada Juni 2010, setidaknya 2000 KK dari 9 desa sasaran telah terlibat dalam kegiatan konservasi, terkait dengan pemanfaatan kebun terlantar dan penyelamatan TNBB Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 kelompok tani dari 2 desa lain (selain Sumberklampok dan Melaya) diantara 9 desa sasaran telah merancang rencana aksi untuk memanfaatkan lahan terlantar sebagai kebun energi
: Pertemuan Masyarakat
Rasionalisasi dari Kegiatan: Dari data survey pra kampanye, media yang paling mempengaruhi keputusan khalayak sasaran mengenai TNBB dan kebun energi adalah Pertemuan masyarakat. Tujuan dari diadakannya pertemuan masyarakat adalah untuk meningkatkan pengetahuan khalayak sasaran, baik petani dan pencari kayu bakar maupun masyarakat secara umum tentang: (1) akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB dan (2) Batas-batas kawasan TNBB.
Foto 3 Pertemuan Masyarakat
Selain untuk meningkatkan pengetahuan, dalam pertemuan masyarakat juga bertujuan untuk mendorong peningkatan sikap dan komunikasi interpersonal yaitu: (1) Mendorong peningkatan terhadap sikap masyarakat umum dan petani dan pencari kayu bakar untuk menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan, (2) TNBB perlu menegakkan aturan tentang pengambilan kayu bakar, (3) Menyatakan mudah untuk memanfaatkan pekarangan untuk ditanami tanaman penghasil kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pangan, (4) Mudah untuk berhenti mengambil kayu bakar dari TNBB, (5) Bisa untuk mengajak tetangga untuk menanami tanaman penghasil kayu bakar, (6) Mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar, serta (7) Mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB.
Alasan pemilihan kegiatan ini didasarkan pada hasil survey pra kampanye yang menyatakan bahwa pertemuan masyarakat merupakan media yang paling mempengaruhi keputusan dari khalayak sasaran, baik mengenai TNBB (47,5%) maupun mengenai kebun energi (42,2%). Dari sisi karakteristik media, pertemuan masyarakat memiliki kedalaman tinggi, jangkauan sedang, mampu memicu timbulnya respon kognitif (menyampaikan informasi), menyediakan interaksi sosial yang melibatkan khalayak sasaran dengan kampanye, tinggi dalam menstimulasi komunikasi interpersonal dan menyediakan model peran untuk perubahan perilaku.
64
Deskripsi Kegiatan: Kegiatan Kampanye Pride untuk pertemuan masyarakat mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2009 yang melibatkan perwakilan stakeholder dari 9 desa sasaran, khususnya petani dan pencari kayu bakar. Pertemuan masyarakat diadakan setiap sebulan sekali dengan melibatkan pihak Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB), tempatnya di kantor Balai Desa dan di ruang pertemuan Balai TNBB. Tempat pelaksanaan pertemuan ditentukan secara bergilir di 9 desa sasaran, sehingga setiap desa mendapat kesempatan untuk dijadikan tempat pertemuan. Selama melakukan pertemuan masyarakat, juga dilakukan pembagian poster, brosur, stiker dan buklet serta dilakukan diskusi terkait dengan materi yang dibagikan. Sebelum pertemuan, tim berdiskusi mengenai materi yang akan dibicarakan terkait dengan meningkatkan perubahan sikap mengenai TNBB dan Kebun energi. Peran TNBB adalah sebagai narasumber yang memberikan materi tentang akibat pengambilan kayu bakar bagi hutan TNBB dan perlunya penegakan aturan tentang pengambilan kayu bakar. Sedangkan Manajer Kampanye menyampaikan materi tentang kebun energi. Secara umum dari hasil pertemuan masyarakat terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal dari petani dan pencari kayu bakar, terutama di dua desa sasaran utama, yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya. Peningkatan bervariasi mulai dari yang terendah adalah 25% (komunikasi interpersonal) sampai pada yang tertinggi 115% (Perubahan Sikap). Hanya satu yang mengalami penurunan, yaitu sikap mudah untuk berhenti mengambil kayu bakar dari TNBB mengalami penurunan sebesar -27%. Penurunan sikap ini dikarenakan sampai saat ini sebagian besar petani dan pencari kayu bakar masih belum mempunyai alternatif lokasi pengambilan kayu bakar. Sementara itu intervensi demplot kebun energi belum mampu menghasilkan kayu bakar karena jadwal waktu penanaman mengalami penundaan akibat kondisi musim kemarau yang panjang (seharusnya awal desember tahun 2009 sudah mulai menanam, tetapi baru bisa dilakukan pada pertengahan Januari 2010).
Mengukur evaluasi proses : Pertemuan Masyarakat diukur dari tingkat kehadiran peserta dan keaktifan dalam proses diskusi. Selama proses pertemuan masyarakat, kebanyakan peserta terutama dari petani dan pencari kayu bakar mengharapkan TNBB tidak hanya melarang mereka untuk mencari kayu bakar di hutan, tetapi juga ikut terlibat secara aktif dalam memikirkan jalan keluar yang terbaik tehadap persoalan pengambilan kayu bakar. Diskusi tentang kebun energi menjadi topik yang menarik bagi sebagian peserta karena dianggap sebagai peluang untuk menghasilkan kayu bakar di luar hutan TNBB. Mereka memberikan umpan balik yang positif terkait penyempurnaan metode kebun energi yang ditawarkan oleh manajer kampanye. Metode kebun energi yang ditawarkan pada awalnya adalah sistem tiga strata yang diciptakan oleh Prof. Nitis.2 Sistem tiga strata ini adalah sistem pertanian lahan kering yang mengutamakan tanaman pakan ternak sebagai hasil utama disamping tanaman pertanian dan tanaman kayu bakar. Sistem ini dimodifikasi oleh manajer kampanye dengan komposisi yang utama adalah tanaman penghasil kayu bakar. Tetapi oleh peserta sistem tersebut ditolak dengan alasan mereka memiliki pengalaman dengan sistem budidaya lorong. Sistem lorong ini memiliki kelebihan bebas banjir di musim hujan karena mengutamakan saluran pembuangan air sehingga ketika musim hujan tiba, saluran air mampu mengalirkan air dengan baik, sehingga lahan terbebas dari genangan air yang dapat mematikan tanaman. Selain itu dengan
2
Guru besar Fakultas Peternakan Universitas Udayana (UNUD) Denpasar
65
sistem lorong jumlah tanaman kayu bakar lebih banyak dibanding dengan sistem tiga strata, sehingga hasil kayu bakar akan mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Jumlah khalayak yang terlibat 400 orang selama periode Juli 2009 sampai dengan Desember 2009 dengan jumlah pertemuan sebanyak 10 kali pertemuan (dihitung dari jumlah peserta yang mengikuti pertemuan selama pelaksanaan kampanye). Efektifitas dari kegiatan pertemuan masyarakat dalam menghasilkan dampak yang diinginkan cukup tinggi. Hal ini terbukti dari proses pembuatan kebun energi sebagai wujud dari strategi penyingkir halangan dimana dari target 20 demplot menjadi 57 demplot. Pembelajaran yang dialami adalah menghargai pendapat dan pengalaman masyarakat terkait dengan metode untuk demplot kebun energi, yang semula dengan sistem tiga strata berubah (atas usulan masyarakat) menjadi sistem lorong.
Kegiatan 7
: Pentas Kesenian Bondres
Rasionalisasi dari Kegiatan: Bondres merupakan kesenian tradisional asli Bali yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Bali. Media ini digunakan dalam kampanye sebagai pengganti dari kegiatan panggung boneka. Awalnya, pada saat diadakan lokakarya guru yang membahas tentang skenario panggung boneka, seluruh peserta sepakat untuk mengganti panggung boneka menjadi Bondres dengan alasan bahwa Bondres lebih tepat dalam menyampaikan pesan-pesan kampanye tentang pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal terkait dengan fungsi hutan dan kebun energi. Bondres dianggap mampu menyampaikan pesan dengan cara yang jenaka, sehingga penonton tidak merasa tersinggung. Alasan pemilihan bondres dari sisi karakteristik media bahwa khalayak sasaran bervariasi, kedalaman tinggi, jangkauan dan Foto 4 Pentas kesenian Bondres pengulangan pesan sedang. Bondres mampu memicu timbulnya respon kognitif, menyediakan interaksi sosial yang tinggi dalam melibatkan khalayak dengan kampanye, memicu timbulnya respons emosional yang tinggi, menstimulasi komunikasi antar personal yang tinggi dan menyediakan model peran untuk perubahan perilaku.
66
Deskripsi Kegiatan: Kegiatan Bondres melibatkan 25 orang yang terdiri dari 4 orang pemain, 19 orang penabuh gamelan dan 1 orang pelatih. Semua pemain dan penabuh gamelan adalah siswa Sekolah Dasar (SD) IV Sumberkima, sedangkan pelatihnya adalah guru kesenian. Sebelum dilakukan pentas, para pemain dan penabuh melakukan latihan selama satu bulan untuk memahami dan menguasai skenario dan menyelaraskan gamelan. Para pemain telah berpengalaman karena selama ini secara rutin melakukan latihan dan telah sering pentas di berbagai tempat. Yang menakjubkan adalah kecepatan dan ketepatan dalam mempelajari peran masing-masing seperti yang ada di skenario. Para pemain mampu membawakan pesan-pesan kampanye dengan cara yang jenaka dan membuat penonton tertawa. Pertunjukan Bondres mengambil tema Penyelamatan Habitat Jalak Bali melalui Seni dan berhasil dipentaskan 2 kali. Pentas yang pertama diadakan di SD IV Sumberkima pada tanggal 23 Januari 2010 yang dihadiri sekitar 300 orang yang terdiri dari siswa SD, guru, orang tua siswa, Diknas, TNBB, Pemerintah Desa, Desa Adat, dan masyarakat umum. Pementasan Bondres yang kedua dilaksanakan pada tanggal 9 April di Desa Melaya yang melibatkan 500 penonton.
Mengukur Evaluasi Proses: -
Pentas kesenian Bondres memberikan hiburan yang cukup menyegarkan dan menyenangkan bagi masyarakat, terutama orang tua siswa yang merasa bangga anaknya tampil dalam pementasan. Indikator dari kebanggaan orang tua yang anaknya ikut berperan sebagai pemain dalam pentas seni bondres tercermin dalam komentar Putu Sumedi, orangtua dari salah seorang pemain bondres yang diwawancarai oleh manajer kampanye setelah pementasan bondres di SD IV Sumberkima pada tanggal 23 Januari 2010. Dia berkata “Saya bangga anak saya bisa ikut bermain untuk memberitahu kepada semua pihak bahwa hutan tempat tinggal Jalak Bali perlu dilindungi dari kerusakan. Kita juga perlu memikirkan lokasi lain yang dapat menyediakan kebutuhan kayu bakar”.
-
Dari hasil survey pasca kampanye, hanya 6,8% khalayak yang pernah mendengar atau melihat pementasan kesenian Bondres sebagai media komunikasi mengenai TNBB, dan 12,2% sebagai media komunikasi tentang kebun energi. Bondres bukan sebagai media yang mempengaruhi keputusan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Bondres masih bersifat sebagai hiburan sekaligus meningkatkan pengetahuan dan sikap khalayak sasaran utama, tetapi belum mampu menjadi media yang mempengaruhi keputusan. Untuk meningkatkan efektifitas media bondres kedepannya perlu dilakukan sosialisasi melalui pertemuan masyarakat, pertemuan kelompok yang memberikan penjelasan tentang kegiatan bondres sebagai media dalam menyampaikan pesan kampanye dan tidak sekedar sebagai hiburan saja.
67
Tabel 10 Rantai hasil dan sasaran SMART terkait Penyingkiran Halangan untuk petani dan pencari kayu bakar
Khalayak Sasaran --- Petani dan Pencari Kayu bakar Tahap Teori Perubahan BR Rantai hasil Pembuatan kebun energi yang mengintegrasikan tanaman kayu bakar, pakan ternak dan pertanian Sasaran SMART Pembuatan 20 demplot kebun energi Khalayak Sasaran --- Petani dan Pencari Kayu bakar Tahap Teori Perubahan Perilaku Rantai hasil Petani dan pencari kayu bakar mengambil kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga dari kebun energi Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) telah membuat kebun energi di kebun mereka meningkat dari semula 0% menjadi 25% Sasaran-Sasaran SMART Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) telah mulai mengambil kayu bakar dari kebun energi mereka meningkat dari semula 0% menjadi 25% Kegiatan 8
: Lokakarya Petani
Rasionalisasi dari Kegiatan: Tujuan dari lokakarya adalah: (1) Meningkatkan pengetahuan petani tentang kebun energi, (2) mendorong keterlibatan petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran untuk terlibat dalam kegiatan konservasi, dengan memanfaatkan kebun dan lahan pekarangan rumah yang terlantar sebagai kebun energi, dan (3) Mendorong petani (peserta lokakarya) untuk mulai merancang pemanfaatan lahan terlantar sebagai kebun energi. Alasan pemilihan kegiatan ini dari sisi karakteristik media lokakarya petani memiliki kedalaman tinggi, jangkauan sedang, mampu memicu timbulnya respon kognitif (menyampaikan informasi), menyediakan interaksi sosial yang melibatkan khalayak sasaran dengan kampanye, tinggi dalam menstimulasi komunikasi interpersonal dan menyediakan model peran untuk perubahan perilaku. Deskripsi Kegiatan: Foto 5 Lokakarya Petani
Lokakarya petani diadakan di ruang pertemuan Balai Taman Nasional Bali Barat pada tanggal 17 Oktober 2009 yang dihadiri oleh perwakilan petani dari 9 desa sasaran. Selain petani dan pencari kayu bakar, stakeholder yang terlibat adalah TNBB, Aliansi Petani Indonesia (API) Region Bali dan Pemerintah Desa. Hasil dari lokakarya petani adalah
68
rencana aksi untuk memanfaatkan pekarangan rumah yang terlantar untuk ditanami tanaman penghasil kayu bakar dan rencana pelatihan teknis pertanian terkait dengan kebun energi. Mengukur Evaluasi Proses: -
Dari hasil survey pasca, 21,6% khalayak pernah mendengar atau melihat lokakarya petani sebagai media komunikasi mengenai kebun energi. Rencana aksi pemanfaatan pekarangan direalisasikan. Demikian juga dengan pelatihan teknis pertanian terkait kebun energi.
-
Peran TNBB dalam mendorong khalayak untuk terlibat dalam rencana aksi pembuatan demplot kebun energi masih lemah. Mereka lebih menitikberatkan pada akibat pengambilan kayu bakar oleh masyarakat terhadap fungsi hutan TNBB dan penegakan aturan tentang larangan pengambilan kayu bakar. Demplot kebun energi yang ditawarkan belum dianggap sebagai solusi dalam mengurangi tekanan terhadap habitat Jalak Bali.
-
Pembelajaran yang dialami adalah dalam memberikan pemahaman kepada stakeholder kunci seperti TNBB terkait dengan strategi penyingkiran halangan yang dijalankan (demplot kebun energi) merupakan hal baru yang mungkin tidak terpikirkan sama sekali oleh mereka. Yang biasa dilakukan masih sebatas penyuluhan dan pembinaan tentang kawasan dan belum menyentuh ke pemberdayaan secara nyata. Dengan adanya demplot kebun energi diharapkan sebagai pemicu bagi TNBB kedepannya tidak sekedar hanya melakukan penyuluhan dan pembinaan saja. Hasilnya mulai kelihatan dengan munculnya action plan pemberdayaan masyarakat melalui upaya penangkaran Jalak Bali oleh masyarakat.
Kegiatan 9
: Pelatihan Petani Rasionalisasi dari Kegiatan: Pelatihan ini sebagai tindak lanjut dari kegiatan Lokakarya Petani yang telah dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2009. Tujuan dari pelatihan teknis pertanian ini adalah membahas tatacara pembuatan demplot kebun energi yang meliputi Pembibitan, persiapan lahan, penanaman dan perawatan. Deskripsi Kegiatan: Pelatihan ini diadakan pada tanggal 22 Nopember 2009 di balai desa Sumberklampok yang melibatkan 40 orang petani dan pencari kayu bakar dari 9 desa sasaran. 25 orang diantaranya adalah berasal dari dua desa sasaran utama yang akan mengelola demplot kebun energi, yaitu Sumberklampok dan Melaya.
Materi yang disampaikan dalam pelatihan adalah teknis pengelolaan kebun energi, mulai dari persiapan sampai perawatan serta tata waktu. Pembuatan demplot kebun energi akan dilakukan di dua desa sasaran utama, yaitu Sumberklampok dan Melaya dengan luas total lahan demplot adalah 10 hektar. Masing-masing desa membuat demplot seluas 5 hektar yang dibagi menjadi 10 plot. Setiap plot kebun energi luasnya 0,5 hektar. Jenis tanaman yang ada di kebun energi adalah tanaman kayu bakar, tanaman pakan ternak dan Foto 6 Pelatihan Petani
69
tanaman pangan. Untuk tanaman kayu bakar yang dipilih adalah Sengon, Gamal, Lamtoro dan Turi. Tanaman pakan ternak Rumput Gajah dan tanaman pertanian/pangan adalah jagung, cabai dan kacang tanah. Pelatihan ini merupakan kerjasama antara Yayasan Seka dengan Aliansi Petani Indonesia (API) Region Bali, Dinas Pertanian dan Peternakan (DISTANAK) dan TNBB. Narasumber berasal dari Manajer Kampanye, API Region Bali, DISTANAK dan TNBB. Mengukur Evaluasi Proses: Proses pelatihan berjalan secara aktif dimana antara narasumber dan peserta terlibat diskusi dua arah terutama mengenai teknis pengelolaan kebun energi. Skema awal yang ditawarkan oleh manajer kampanye adalah demplot kebun energi dengan sistem tiga strata yang diciptakan oleh Prof. I Made Nitis, seorang Guru Besar UNUD dibidang Peternakan yang menciptakan sistem ini. Sistem ini mengintegrasikan tanaman pakan dan tanaman pertanian dengan hasil utama hijauan makanan ternak. Modifikasi yang dilakukan oleh manajer kampanye adalah komposisi dari jenis tanaman, yaitu untuk jenis tanaman kayu bakar lebih banyak karena tujuan utamanya adalah menghasilkan tanaman kayu bakar. Namun konsep ini ditolak oleh petani dan pencari kayu bakar. Mereka mempunyai pengalaman sendiri dalam melakukan budidaya di lahan kering yang telah mereka lakukan sejak puluhan tahun dan sudah terbukti hasilnya dan teruji sistemnya. Sistem tersebut adalah sistem budidaya Lorong. Akhirnya yang digunakan adalah demplot kebun energi sistem lorong. Kedepannya belajar dari pengalaman tersebut, untuk mengantisipasi sedini mungkin kemungkinan terjadinya perubahan adalah dengan menggali informasi terkait dengan hal-hal yang akan dilakukan (contohnya metode budidaya), sehingga percepatan proses bisa terjadi.
(a)
(b)
Gambar 15 (a) Skema Sistem Tiga Strata, (b) Sistem Lorong
Menurut mereka kelebihan sistem lorong adalah: 1. Jumlah tanaman penghasil kayu bakar dengan sistem tiga strata lebih sedikit dibanding dengan sistem lorong, sehingga produksi kayu bakar sedikit. Dalam 0,5 hektar hanya berisi 540 tanaman kayu bakar utama (sengon), sedangkan dengan sistem lorong mampu ditanami 950 tanaman sengon. Jenis tanaman kayu bakar lainnya seperti Gamal, Lamtoro dan Turi ditanam sebagai tanaman pagar, sehingga tidak memerlukan pemagaran dengan kayu atau bambu.
70
2. Sistem lorong mampu menghindari banjir/bebas banjir karena lorong yang dibuat sekaligus berfungsi sebagai jalan air ketika musim hujan. Sedangkan dengan sistem tiga strata pada musim hujan rawan banjir karena air hujan akan terjebak didalamnya dan kemungkinan besar akan merusak tanaman karena tidak adanya lorong sebagai saluran pembuangan air. Proses pembelajaran yang dialami adalah belajar dari pengalaman masyarakat yang telah terbukti dan teruji. Masyarakat memiliki kemampuan untuk mengenali karakteristik wilayah pertaniannya berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki selama menjadi petani. Fungsi kita adalah menambahkan atau menyempurnakan dari apa yang sudah dimiliki oleh mereka.
Kegiatan 10
: Pelaksanaan Demplot Kebun Energi
Rasionalisasi dari Kegiatan: Tujuan pembuatan demplot kebun energi adalah untuk memanfaatkan kebun terlantar untuk ditanami tanaman penghasil kayu bakar, tanaman pakan ternak dan tanaman pertanian. Kebun energi diharapkan menjadi sumber kayu bakar bagi masyarakat sekitar kawasan hutan TNBB yang selama ini mengambil kayu bakar di dalam kawasan TNBB. Deskripsi Kegiatan: Pembuatan demplot kebun energi dimulai dengan pembuatan pembibitan sengon yang dilakukan pada bulan September 2009. Sebanyak 11080 bibit sengon dibuat untuk didistribusikan kepada 25 KK petani dan pencari kayu bakar yang ada di 2 desa, yaitu Sumberklampok dan Melaya dengan luas total 10 hektar. Setiap demplot seluas 0,5 hektar berisi 540 bibit tanaman sengon.
Foto 7 Penanaman demplot kebun energi
Proses pembuatan demplot kebun energi yang dilakukan di Desa Sumberklampok berjalan dengan baik meskipun ada kendala soal musim. Sedangkan untuk Desa Melaya pada awalnya mengalami kendala yang cukup berat terkait dengan persoalan kepercayaan terhadap TNBB dan LSM. Strategi yang dilakukan Manajer Kampanye untuk Desa Melaya adalah dengan melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat serta mengundang perwakilan petani untuk mengikuti kegiatan pembuatan demplot kebun energi yang dilakukan di Sumberklampok. Pada akhirnya pembuatan demplot kebun energi berhasil dilakukan di Desa Melaya meskipun dari sisi tata waktu mengalami kemunduran yang cukup lama.
Di Sumberklampok, proses pembuatan kebun energi adalah sebagai berikut: (1) Penyiapan lahan berupa pembajakan dan pemagaran dilakukan pada bulan Desember 2009, (2) penanaman dilakukan pada bulan Januari 2010, dan (3) Pemupukan dilakukan pada bulan April 2010 dengan menggunakan pupuk
71
kandang. Sedangkan di Desa Melaya untuk Penyiapan lahan berupa pembajakan dan pemagaran dilakukan pada minggu IV bulan Pebruari 2010. Penanaman dilakukan pada minggu I bulan April 2010, dan Pemupukan dilakukan pada bulan Mei 2010 dengan menggunakan pupuk kandang. Jenis tanaman kayu bakar antara lain sengon, gamal, turi dan lamtoro. Untuk tanaman pakan ternak adalah rumput gajah dan tanaman pangan berupa jagung, kacang tanah dan cabai kecil. Demplot kebun energi di Sumberklampok dikelola oleh 15 KK petani dan pencari kayu bakar sedangkan di Melaya dikelola oleh 10 KK.
Mengukur Evaluasi Proses: Pembuatan demplot kebun energi mengalami beberapa kendala, yaitu: 1. Kendala musim Faktor musim menjadi kendala yang tidak bisa dihindarkan di lapangan. Dari perencanaan yang dibuat bersama dengan penerima demplot ternyata semuanya mengalami kemunduran waktu. Penyiapan lahan (pembajakan dan pemagaran) yang semula dijadwalkan Minggu III-IV bulan Oktober 2009 baru terealisasi pada Minggu I bulan Desember 2009. Untuk penanaman tanaman utama Sengon yang semula direncanakan Minggu I Nopember, baru terealisasi pada Minggu I Januari 2010. 2. Kepercayaan Proses yang dilakukan di Desa Melaya sangat berbeda dengan di Sumberklampok. Beberapa penyebabnya antara lain: a. Kurang harmonisnya hubungan masyarakat dengan TNBB Dari hasil wawancara di lapangan dan pendekatan ke tokoh, didapatkan informasi bahwa selama ini masyarakat sangat takut dengan petugas TNBB karena mereka melakukan pengambilan kayu bakar didalam kawasan TNBB. Pendekatan yang dilakukan oleh petugas adalah pendekatan hukum dan bukan pada pendekatan sosial. Hal ini mengakibatkan kakunya komunikasi yang terjalin antara masyarakat dengan TNBB. b. Masih tinggi tingkat kecurigaan terhadap LSM Kehadiran pihak luar ke Melaya, khususnya LSM masih dicurigai sebagai kepanjangan tangan (mata-mata) dari TNBB, sehingga ketika Yayasan Seka mulai masuk ke Melaya, hambatan terbesar adalah di komunikasi untuk menyampaikan program. Pada umumnya masyarakat lebih banyak diam dan sangat pasif ketika diajak berbicara tentang lingkungan hutan Bali Barat. Kedepannya, untuk meningkatkan hasil cara-cara yang dilakukan adalah mencari jenis-jenis tanaman penghasil kayu bakar yang tidak terpengaruh oleh musim sehingga mampu untuk bertahan dan tumbuh dengan baik di musim hujan dan kemarau.
72
Kegiatan 11
: Buklet Kebun Energi
Rasionalisasi dari Kegiatan: Buklet kebun energi dibuat untuk meningkatkan komunikasi interpersonal tentang kebun energi dengan mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar. Buklet ini sebagai salah satu acuan dalam pembuatan demplot kebun energi. Didalamnya berisi petunjuk dan tatacara mengelola kebun energi, mulai dari pembibitan sampai pemanenan serta menyediakan informasi lebih lanjut cara mengembangkan kebun energi, dan kontak yang bisa dihubungi. Alasan pemilihan buklet dari sisi karakteristik media memiliki kedalaman tinggi, jangkauan sedang tapi fokus pada khalayak target, mampu memicu timbulnya respon kognitif (menyampaikan informasi), menyediakan interaksi sosial yang melibatkan khalayak sasaran dengan kampanye, tinggi dalam menstimulasi komunikasi interpersonal dan menyediakan model peran untuk perubahan perilaku.
Deskripsi Kegiatan:
Gambar 16 Buklet Kebun Energi
Proses pembuatan buklet didasarkan pada hasil lokakarya petani pada tanggal 22 Oktober 2009 dimana para peserta merasa perlu untuk mendapatkan informasi lebih jauh mengenai kebun energi termasuk tatacara pengelolaannya. Proses selanjutnya adalah membuat draft buklet yang tetap mengacu pada sasaran SMART dengan melibatkan desainer lokal untuk membuat desain dan tata letak dari tampilan buklet. Setelah mendapatkan masukan dari Manajer Program, maka buklet akhirnya dicetak. Buklet ini dibuat dalam 3 seri, yaitu seri pertama tentang pembibitan, seri kedua tentang penanaman dan perawatan, dan seri ketiga tentang pemanenan berkelanjutan.
Buklet kebun energi dicetak pada tanggal 5 April 2010 sebanyak 2000 eksemplar dan dibagi-bagikan kepada khalayak sasaran utama, yaitu petani dan pencari kayu bakar terutama pengelola demplot kebun energi. Pendistribusian dilakukan pada saat pertemuan kelompok yang mendiskusikan tentang kebun energi. Selain itu, buklet juga didistribusikan kepada kelompok tani, kantor desa dan TNBB. Mengukur evaluasi proses : Pendistribusian buklet melibatkan setidaknya 10 relawan dari 9 desa sasaran. Buklet dibagikan secara langsung kepada khalayak sasaran utama melalui pertemuan kelompok dan pertemuan masyarakat. Jumlah khalayak yang menerima buklet mencapai 1000 orang (dihitung dari jumlah peserta yang mengikuti pertemuan selama pelaksanaan kampanye). Dampak dari buklet ini cukup tinggi karena mereka merasa sangat terbantu dengan adanya petunjuk yang sifatnya teknis dan mudah dipahami dalam melaksanakan demplot kebun energi. Mereka menggunakan petunjuk yang ada di buklet untuk melaksanakan pembuatan kebun energi sesuai dengan tahapan yang ada di buklet. Bahkan saat ini mereka telah mulai belajar dari buklet tentang cara-cara pembibitan tanaman untuk kebun energi. Selama menggunakan buklet, umpan balik yang diterima dari khalayak sasaran adalah dalam pembuatan buklet lebih banyak tampilan gambar yang memadukan
73
antara foto dan sketsa supaya lebih mudah dipahami. Pembelajaran yang dialami dari materi buklet kebun energi adalah dalam merancang buklet perlu memasukkan ide dan pengalaman dari masyarakat sehingga ketika buklet sudah diproduksi akan dengan mudah dipahami oleh masyarakat serta penggunaan bahasa yang sederhana dan komposisi gambar yang pas akan membantu pengguna untuk mempraktekkannya.
74