D. Kegiatan Kampanye Kampanye Pride yang dilaksanakan di Taman Nasional Ujung Kulon, menggunakan bermacam-macam media dan kegiatan-kegiatan tertentu, untuk menyampaikan pesan konservasi kepada Khalayak Target Primer (Petani Penggarap diluar kawasan di 3 Desa yaitu, Ds. Ujungjaya, Ds. Rancapinang, Ds. Cibadak) dan Khalayak Target Sekunder (Petani Penggarap diluar kawasan di 7 Desa yaitu, Ds. Tamanjaya, Ds. Tunggaljaya, Ds. Cigorondong, Ds. Padasuka, Ds. Mangkualam, Ds. Kramatjaya, Ds. Tugu), pesan konservasi yang disampaikan melalui media tersebut berisi tentang pentingnya kelestarian hutan sebagai habitat Badak Jawa dan Penerapan Teknologi Intensifikasi Pertanian dalam mengurangi kegiatan perluasan lahan garapan didalam kawasan untuk sawah. Pembuatan pesan kampanye tidak hanya terkait dengan Teori Perubahan, tetapi juga berbagai sasaran SMART yang telah disetujui dalam dokumen rencana proyek awal, serta dalam kerangka waktu dan fungsi terkait dengan Strategi-strategi Penyingkiran Halangan yang diadopsi untuk mengurangi ancaman perluasan lahan garapan didalam kawasan untuk sawah (melalui program peningkatan pengetahuan dan penerapan teknologi intensifikasi pertanian). Pada bagian ini Manajer Kampanye ingin mendeskripsikan berbagai kegiatan kampanye yang telah dilakukan dan memberikan bukti capaian Sasaran-sasaran SMART yang terkait dengan kegiatan-kegiatan ini
3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
39
Kegiatan-kegiatan Kampanye: Deskripsi dan Evaluasi Efektivitas Tabel D.1 Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Pengetahuan untuk Petani Penggarap diluar Kawasan di 3 Desa Target Primer dan 7 Desa Target Sekunder
Khalayak Sasaran : Petani Penggarap diluar Kawasan di 3 Desa Target Primer dan 7 Desa Target Sekunder Tahap Teori Perubahan Rantai Hasil
Pengetahuan (Pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan) 1. Masyarakat mengetahui teknik intensifikasi pertanian dan teknik intensifikasi lahan. 2. Peningkatan kesadaran mengenai pentingnya TNUK sebagai habitat badak dan penunjang kehidupan penduduk lokal. 3. Pengetahuan mengenai zonasi kawasan TNUK dan bentuk-bentuk tabungan dan pentingnya kawasan bagi kelangsungan hidup manusia.
Sasaran-sasaran SMART Juni 2010, Tingkat ketidaktahuan petani penggarap lahan diluar kawasan TNUK di 3 desa target primer akan menurun menjadi 70 % dari 86,59 % dari hasil survey tahun sebelumnya. Juni 2010, Tingkat pengetahuan penggarap lahan diluar kawasan TNUK di 3 desa target primer yang akan menggunakan simpanan selain sawah didalam kawasan (tabungan uang, pendidikan, pohon dan emas) akan naik menjadi 50 %, dari hasil survey tahun sebelumnya 37,8 %. Juni 2010, Tingkat ketidaktahuan petani penggarap lahan diluar kawasan TNUK di 7 desa target primer akan menurun menjadi 75 % dari 80,6 % dari hasil survey tahun sebelumnya. Juni 2010, Tingkat pengetahuan penggarap lahan diluar kawasan TNUK di 7 desa target primer yang akan menggunakan simpanan selain sawah didalam kawasan (tabungan uang, pendidikan, sawah diluar kawasan dan emas) akan naik menjadi 40 %, dari hasil survey tahun sebelumnya 32 %
Kegiatan 1: Sekolah Lapang/ Pertemuan Komunitas Alasan untuk kegiatan: Tingkat pengetahuan petani terhadap ilmu intensifikasi pertanian cukup rendah, hasil survey pra-kampanye menunjukkan bahwa petani lebih menyenangi kegiatan pertemuan (80,5%) dalam mendapatkan informasi, karena mereka merasa kurang percaya diri dalam berkomunikasi dengan orang baru apabila sendirian, dilain sisi staf Taman Nasional Ujung Kulon yang mengetahui tentang ilmu pertanian sangat terbatas, sehingga bersama-sama dengan Penyuluh Pertanian Lapang dari Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang, melaksanakan kegiatan sekolah lapang untuk meningkatkan pengetahuan petani terhadap ilmu intensifikasi pertanian dan pentingnya pelestarian hutan Ujung Kulon untuk habitat Badak Jawa dan kelangsungan hidup manusia. Deskripsi Kegiatan: Sekolah lapang/ pertemuan komunitas kelompok tani diadakan sebulan sekali di masing-masing desa terget primer (Ds. Ujungjaya, Ds. Rancapinang, Ds. Cibadak), kegiatan ini dilaksanakan pada pagi hari atau malam hari, tergantung kepada kesepakatan anggota kelompok dan materi sekolah lapang yang akan disampaiakan, penyampaian materi sekolah lapang diisi oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), staf Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan Pengurus Lembaga Konservasi Desa (LKD). 3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
40
Foto 2 Sekolah Lapang di Demplot
Sekolah Lapang dilaksanakan di lokasi demplot tanaman kedelai atau rumah ketua kelompok, peserta yang mengikuti sekolah lapang berjumlah 20 orang lebih, terdiri dari petani anggota demplot tanaman kedelai maupun petani diluar anggota demplot kedelai. Dalam melaksanakan kegiatan sekolah lapang, Manajer Kampanye berkoordinasi dengan Ketua Gabungan Kelompok Tani desa yang akan ditempati, serta berkoordinasi dengan pihak pemerintah desa, komunikasi kepada pihak aparat desa menjadi penting, untuk menghindari kecurigaan terhadap kegiatan ini, karena di Desa Ujung Jaya pada waktu itu akan melaksanakan pemilihan Kepala Desa yang baru. Setiap memulai kegiatan sekolah lapang, pihak perwakilan dari pemerintah desa diberi kesempatan untuk menyampaikan arahan dan harapannya dari hasil sekolah lapang ini, setelah itu materi disampaikan secara bergantian oleh perwakilan dari staf Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan PPL, sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh masing-masing pihak, materi yang berkaitan dengan pelestarian dan konservasi kawasan hutan disampaikan oleh pihak Balai Taman Nasional Ujung Kulon, sedangkan materi yang berkaitan dengan upaya peningkatan hasil pertanian dan pengolahan lahan pertanian yang baik, disampaikan oleh pihak Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang melalui petugas PPL dilapangan. Foto 3 Sekolah Lapang di Rumah Anggota Kelompok Tani
Kegiatan sekolah lapang, dilakukan dengan cara diskusi interaktif dan menggunakan teknik fasilitator, setiap peserta dapat bertanya segala sesuatu yang tidak diketahuinya, setelah menerima beberapa materi dan pembahasan isu hama atau penyakit yang menimpa tanamannya, materi sekolah lapang dilanjutkan dengan praktek atau implementasi langsung di lapangan/ demplot. Balai Taman Nasional Ujung Kulon menjalin kerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang sejak Bulan Oktober 2009.
3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
41
Diawali dengan pertemuan antar pihak untuk mensosialisasikan program intensifikasi pertanian dengan tanaman kedelai yang dilaksanakan di kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Sumur, kemudian disepakati rencana tindak lanjut dan komitmen dari masing-masing pihak, antara lain Balai Taman Nasional Ujung Kulon, WWF Ujung Kulon, Dinas Pertanian dan Kelompok Tani itu sendiri, untuk memberikan perannya sesuai kapasitas yang dimiliki. Untuk mengukur tingkat efektifitas kegiatan sekolah lapang atau pertemuan komunitas kelompok tani Manajer Kampanye dan PPL mengadakan tanya jawab diawal dan diakhir kegiatan, pertanyaan yang disampaikan biasanya berkaitan dengan materi sekolah lapang yang akan disampaikan dan materi sekolah lapang yang sudah disampaikan sebelumnya. Misalnya Bapak Eman Sulaeman (PPL) diawal memulai kegiatan menanyakan, apa saja kegiatan yang dapat mendukung upaya petani dalam mengintensifikasi pertanian dilahannya sendiri? Bagaimana cara memasukkan benih kedelai kedalam lubang tanaman? Kapan waktu yang tepat untuk melakukan pemupukan?. Dari beberapa pertanyaan yang disampaikan diawal kegiatan, umumnya mereka mengeluarkan pendapat sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan tersebut, namun beberapa jawaban yang disampaikan masih kurang tepat, pendapat yang disampaikan anggota kelompok didasarkan pada pengalaman yang pernah mereka lakukan ketika menanam jagung. Kemudian pada saat pertanyaan yang sama disampaikan diakhir kegiatan, mereka juga memberikan peran aktifnya dengan menjawab pertanyaan dari PPL, tetapi jawaban yang disampaikan tidak seluruhnya tepat, jika diprosentasikan kenaikan pengetahuan mereka meningkat 60 % dari pengetahuan mereka diawal kegiatan sekolah lapang. Manajer Kampanye menilai kegiatan sekolah lapang sangat efektif, karena selain disampaikan dalam bentuk diskusi interaktif, tetapi juga disampaikan dengan cara melakukan praktek langsung didemplot yang telah dibuat kelompok, sehingga petani langsung bisa melihat sekaligus mempraktekkannya sendiri. Kegiatan sekolah lapang memiliki beberapa tantangan dalam setiap pelaksanaanya, mendapatkan waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan sekolah lapang secara bersamaan antara Manajer Kampanye, PPL, staf Taman Nasional Ujung Kulon yang ada di Resort dan anggota kelompok tani adalah salah satunya, selain alasan cuaca yang tidak menentu. Bagi Manajer Kampanye sekolah lapang adalah hasil dari sebuah komitmen bersama antara Balai Taman Nasional Ujung Kulon, PPL, dan Kelompok Tani yang dihasilkan dalam workshop sebelumnya, strategi yang dilakukan Manajer Kampanye untuk mendapatkan waktu yang tepat dari seluruh pihak untuk kegiatan sekolah lapang, adalah melakukan pemberitahuan kegiatan 2 minggu sebelum pelaksanaan, dengan mencantumkan tempat dan materi yang akan dibahas. Manajer Kampanye juga melakukan diskusi serta mengajak Ketua Gabungan Kelompok Tani untuk membantu memobilisasi anggota kelompok tani, karena sulit sekali mengumpulkan petani pada diwaktu pagi atau siang hari. Oleh karena itu, kegiatan sekolah lapang terkadang dilakukan malam hari, seperti yang pernah dilaksanakan di Ds. Rancapinang. Pembelajaran yang berharga dari kegiatan sekolah lapang ini adalah, tanggung jawab dan implementasi terhadap komitmen yang telah disepakati seluruh pihak akan memudahkan pelaksanaan kegiatan, serta mempercepat pencapaian tujuan. Berkumpulnya staf Taman Nasional Ujung Kulon, PPL, aparat desa dan kelompok tani dalam kegiatan sekolah lapang, akan mengefektifkan waktu kita dalam mencapai tujuan yang sama, karena semua pihak dapat berperan serta dan saling mengakui peran yang telah dilakukan masing-masing pihak. 3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
42
Berbeda kondisi jika masing-masing pihak memberikan peran sendiri-sendiri walaupun tujuan yang akan dicapai sama
Kegiatan 2: Kunjungan Sekolah Alasan untuk kegiatan: Balai Taman Nasional Ujung Kulon memiliki alokasi sumberdaya keuangan untuk kegiatan kunjungan sekolah setiap tahun, begitupula dengan peralatan atau materi untuk kegiatan kunjungan sekolah, seperti kostum Badak Jawa, boneka, video dan poster juga telah dimiliki. Kegiatan yang telah rutin dilaksanakan setiap tahun di setiap sekolah-sekolah tingkat dasar di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu, perlu tetap dilanjutkan agar pesan yang disampaikan secara berulang-ulang dapat melekat. Sehingga terjadi komunikasi keatas antara anak dan orang tuanya, terhadap pesan konservasi yang disampaikan kepada anak-anak sekolah. Deskripsi Kegiatan: Sebelum melaksanakan kegiatan kunjungan sekolah, Manajer Kampanye mengadakan dua kali diskusi awal dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kanopi yang berdomisili di Desa Citangkil Kecamatan Cimanggu, KSM Kanopi adalah sekumpulan kelompok pemuda yang peduli terhadap lingkungan, terutama kelestarian hutan Ujung Kulon, dan mendapatkan binaan dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon serta WWF Ujung Kulon. Komunikasi awal dilakukan untuk mendapatkan masukan dan strategi yang tepat dalam menjalankan kegiatan kunjungan sekolah, karena KSM Kanopi pada tahun 2005-2006 pernah melakukan kegiatan yang sama. Hasil diskusi menyapakati bahwa, KSM Kanopi akan membantu secara sukarela kegiatan kunjungan sekolah yang dilaksanakan di 20 Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu, mulai dari membuat perencanaan, berkoordinasi dengan pihak Dinas Pendidikan dan pihak sekolah yang akan dikunjungi, serta pada waktu pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Pada awal bulan Oktober 2009, KSM Kanopi mulai melakukan langkah-langkah kongkrit dilapangan, dan mendapatkan ijin dari pihak Dinas Pendidikan Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanngu untuk melaksanakan kegiatan kunjungan sekolah, dengan catatan pihak sekolah yang akan dikunjungi harus diberitahu 2 minggu sebelum kegiatan dilaksanakan. Agar pihak sekolah dapat mengatur waktu dan mengalokasikan tempat atau siswa yang akan menerima materi kunjungan sekolah. Foto 4 Kegiatan Pelatihan bagi KSM Kanopi
Kegiatan kunjungan sekolah dilaksanakan secara rutin setiap bulan, sehingga memerlukan sumberdaya manusia yang cukup banyak dalam pelaksanaannya, tidak setiap anggota KSM Kanopi memiliki kemampuan berbicara didepan khalayak umum, seperti menyampaikan materi untuk siswa-siswi Sekolah Dasar, oleh karena itu sebelum memulai pelaksanaan, Manajer Kampanye mengadakan pelatihan bagi seluruh anggota KSM Kanopi yang akan menjadi volunter 3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
43
kegiatan kunjungan sekolah. Pelatihan ditekankan pada peningkatan rasa percaya diri ketika menghadapi khalayak, penguasaan materi dan alur cerita serta penggunaan media.
Foto 5 Kegiatan Kunjungan Sekolah
Materi yang disampaikan kepada siswa-siswi Sekolah Dasar terdiri dari 3 bagian yaitu; Hutan sebagai habitat Badak Jawa, Menjaga Air Untuk Kelangsungan Hidup Manusia dan Peran Manusia dalam menjaga Lingkungan. Materimateri tersebut, disampaikan didalam kelas dan diluar kelas, sesuai dengan kondisi cuaca pada saat itu. Setiap materi disampaikan selama 30 menit, dengan menggunakan kostum boneka Badak Jawa sebagai perantara cerita. Kostum boneka Badak Jawa tersebut diberi nama “Om Rhino”, untuk melekatkan pesan dan pengalaman pada siswa-siswi. Setiap kali “Om Rhino” bergabung untuk menyampaikan pesan, antusias peserta sangat tinggi dalam melakukan diskusi interaktif dan melakukan beberapa permainan. Kondisi ini cukup baik, karena umpan balik yang diberikan oleh siswasiswi terhadap materi yang diterimanya, menunjukkan pesan telah tersampaikan. Setelah kegiatan kunjungan sekolah selesai dilaksanakan, anggota KSM Kanopi diberi arahan oleh Manajer Kampanye agar membagikan pekerjaan rumah yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan materi yang telah disampaikan dan tugas bercerita kepada orang tuanya. Tugas tersebut harus dikumpulkan keesokan harinya beserta dengan tanda tangan atau paraf orang tuanya. Dikembalikannya pekerjaan rumah beserta dengan paraf atau tanda tangan orang tuanya, menunjukkan adanya komunikasi vertikal antara anak dan orang tuanya. Kostum Badak Jawa “Om Rhino” memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi siswa-siswi, pengalaman itulah yang kemudian menjadi bahan cerita kepada orang tuanya. Realitanya, hasil evaluasi yang dilakukan KSM Kanopi terhadap seluruh pekerjaan rumah yang dikumpulkan siswa-siswi menunjukkan bahwa tidak semua pekerjaan rumah disampaikan kepada orang tuanya, hanya mencapai 40% saja yang disampaikan kepada 3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
44
orang tuanya, terlihat dari jumlah paraf atau tanda tangan tangan orang tua yang berada di lembar jawab pekerjaan rumah. Beberapa alasan dikemukakan oleh mereka, diantaranya adalah kurangnya antusias orang tuanya ketika mendengar cerita dari anaknya mengenai pengalaman disekolahnya, sebagian menjawab orang tuanya terlalu lama sibuk di kebun dan sawah mereka hingga sore hari, dan sebagian lagi menjawab mereka tidak memiliki kemampuan untuk menceritakan kembali pengalaman yang pernah didapat di sekolah bersama Om Rhino kepada orang tuanya. Evaluasi proses kegiatan kunjungan sekolah yang bisa disampaikan oleh Manajer Kampanye adalah, sekolah lapang yang dilaksanakan setiap bulan memerlukan sumber daya manusia dan dana yang cukup banyak, dibandingkan efektifitas dari kegiatan kunjungan sekolah itu sendiri. Jauhnya jarak antar sekolah dan akses jalan yang cukup berat ketika musim hujan tiba, menghabiskan banyak energi dari tenaga volunteer KSM Kanopi, sehingga dalam penyampaian materi menjadi kurang fokus, begitupula dengan alat peraga yang dibawa seringkali dalam keadaan tidak utuh lagi. Setiap bulan kegiatan kunjungan sekolah memerlukan biaya operasional 7 sampai 9 juta rupiah untuk 20 sekolah dasar yang dikunjungi. Kegiatan 3 : Spanduk Alasan untuk kegiatan: Tokoh masyarakat seperti, Kepala Desa dan Ulama mendapatkan tempat terhormat sebagai sumber informasi yang dipercaya oleh khalayak terget Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon dalam menyampaikan informasi pertanian dan informasi mengenai pelestarian alam hutan Ujung Kulon, hasil survey pra-kampanye memperlihatkan bahwa 67,6% responden khalayak target mempercayai Kepala Desa dalam menyampaikan informasi pertanian, dan 14,1% responden mempercayai Kepala Desa dalam menyampaikan informasi mengenai pelestarian alam hutan Ujung Kulon, setelah petugas Taman Nasional Ujung Kulon yaitu 74,1%, oleh karena itu penggunaan spanduk yang berisi pesan konservasi dari tokoh Kepala Desa disertai dengan gambar foto dapat lebih mendapatkan perhatian bagi setiap khalayak yang melihatnya. Selain itu, pengalaman terdahulu memperlihatkan bahwa penggunaan poster untuk materi komunikasi tidak efektif dalam menjangkau khalayak target, sehingga dipikirkan untuk mencari cara baru untuk menyampaikan pesan dengan figur tokoh yang terpercaya tersebut. Media spanduk digunakan sebagai wujud adanya adaptif manajemen dan dinamika dilapangan, dalam dokumen rencana kerja, media spanduk tidak dicantumkan akan dibuat sebagai media untuk menyampaikan pesan konservasi. Setelah 3 bulan menjalankan implementasi kegiatan Kampanye Pride dilapangan tepatnya bulan Desember 2009, Manajer Kampanye menganalisa kehidupan sosial ekonomi dan karakter budaya masyarakat Banten yang ada disekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Pada intinya mereka memerlukan pengakuan sebagai mitra Taman Nasional Ujung Kulon terhadap peran yang sudah mereka lakukan, dalam mengajak masyarakat menjaga dan melestarikan hutan. Sikap menghormati dan saling menghargai, menjadi penting dalam sebuah pengelolaan kawasan konservasi secara kolaboratif. Dalam suatu malam, Manajer Kampanye memiliki kesempatan untuk melihat hiburan tradisional seni Jaipongan, begitu banyak warga masyarakat yang menghadiri pertunjukkan kesenian tersebut, kemudian penari jaipong menyebut beberapa nama Kepala Desa yang menghadiri kesenian tersebut, setelah mendengar namanya disebut, tidak lama kemudian Kepala Desa mendekati penari sambil memberikan uang “saweran” sebagai wujud terima 3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
45
kasih sudah menyebut namanya. Kepala Desa merasa bangga jika namanya disebut didepan khalayak warganya, alasan tersebut disampaikan dalam diskusi informal antara Manajer Kampanye dengan Kepala Desa yang disebut namanya oleh penari Jaipong. Manajer Kampanye kemudian berpikir, kegiatan apa yang paling sederhana bisa dilakukan untuk memanfaatkan karakter tersebut, dalam menyampaikan pesan konservasi secara produktif kepada khalayak petani di desa target primer, agar pengetahuan terhadap pentingnya menjaga kelestarian hutan demi kelangsungan hidup mereka meningkat. Akhirnya media spanduk menjadi pilihan, selain murah, ditampilkannya gambar atau foto Kepala Desa menandakan bahwa Balai Taman Nasional Ujung Kulon memberikan pengakuan terhadap peran mereka sebagai mitra, serta sebagai strategi agar spanduk tidak dilepas atau dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab, karena mereka tidak akan berani melepas spanduk yang berisi gambar Kepala Desa. Sehingga spanduk akan bertahan dipasang minimal 3 bulan. Deskripsi Kegiatan: Pesan konservasi yang terpasang didalam spanduk adalah pesan konservasi yang disampaikan oleh Kepala Desa atau tokoh agama itu sendiri, untuk mendapatkan pesan konservasi tersebut Manajer Kampanye mendatangi setiap rumah Kepala Desa atau dikantornya. Pesan disampaikan dalam bentuk bahasa Sunda khas masyarakat Banten, umumnya pesan yang disampaikan Kepala Desa sangat panjang, sehingga memerlukan waktu untuk lebih disederhanakan oleh Manajer Kampanye. Setelah disederhanakan, pesan tersebut disampaikan kembali kepada Kepala Desa untuk mendapatkan persetujuan. Foto 6 Spanduk Konservasi terpasang di Desa Cibadak
Setelah pesan-pesan konservasi didapatkan, Manajer Kampanye mengajak staf Balai Taman Nasional Ujung Kulon untuk merancang design gambar yang sesuai, dan memerlukan waktu 1 bulan untuk mendapatkan seluruh desaign yang sesuai. Selama menunggu proses desaign gambar spanduk selesai, Manajer kampanye melakukan suvey lokasi untuk menempatkan 10 spanduk tesebut. Lokasi untuk menempatkan spanduk berada di pintu masuk desa dan kantor Kepala Desa, yang memudahkan setiap khalayak sasaran untuk membacanya. Spanduk dibuat dengan ukuran 1 x 4 meter, dan berbahan plastik, sehingga tidak mudah sobek, lebih tahan lama serta memiliki gambar atau desain yang lebih nyata. Khalayak target Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon berdomisili di 10 desa disekitar Taman Nasional Ujung Kulon, hanya ada 1 jalan yang menghubung desa satu dengan desa lainnya untuk berpergian menuju ibukota kecamatan atau pasar tradisional, kondisi geografi tersebut sangat sesuai jika Spanduk dipasang di pintu masuk jalan desa atau kantor Kepala Desa, hal itu dikarenakan alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat untuk berpergian dari satu tempat ke tempat lain adalah kendaraan sepeda motor, truk dan colt diesel dengan bak terbuka, mereka duduk dibelakang atau didalam bak 3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
46
yang terbuka, sehingga ketika alat transportasi yang dikendarai mereka melewati spanduk, mereka akan dengan mudah membaca spanduk tersebut. Berdasarkan diskusi informal dengan para penumpang pada saat Manajer Kampanye bersama mereka didalam kendaraan yang sama, merka menyebutkan bahwa rata-rata dalam 1 bulan mereka 4 kali atau lebih berpergian untuk belanja di pasar tradisional, dengan demikian mereka akan membaca pesan konservasi yang tertulis di spanduk beberapa kali, sedangkan bahan spanduk yang terbuat dari plastik dan adanya foto Kepala Desa yang terpampang di spanduk, menyebabkan media spanduk bertahan lama terpasang, karena masyarakat segan untuk merusak spanduk yang bergambar Kepala Desa mereka. Spanduk sebagai media untuk menyampaikan pesan konservasi kepada khalayak sangatlah efektif menyebarkan informasi secara luas dan mendalam. Penggunaan media spanduk memberi pembelajaran berharga bagi Manajer Kampanye dan Balai Taman Nasional Ujung Kulon, pengakuan sebagai mitra atas peran yang diberikan oleh Kepala Desa dalam membantu menyampaikan pesan konservasi tidak harus memerlukan biaya yang mahal, menempatkan foto Kepala Desa di media Spanduk adalah perbuatan yang sederhana tetapi memiliki makna yang cukup besar, yaitu pengakuan terhadap peran pihak lain serta kebanggaan bagi Kepala Desa kepada warganya bahwa mereka mampu berperanserta aktif melestarikan hutan Ujung Kulon. Pengakuan terhadap mitra dan kebanggaan inilah yang dapat membantu mencapai tujuan konservasi lebih ringan, karena banyak pihak yang berperan serta. Selain digunakan untuk menjangkau khalayak sasaran dalam upaya meningkatkan pengetahuan, media spanduk juga digunakan sebagai media untuk menjangkau khalayak sasaran terkait sikap dan komunikasi interpersonal. Yang membedakan dalam penggunaan media ini adalah isi pesan didalam Spanduk, perbedaan isi pesan tersebut dapat diperlihatkan dala tabel 4.2 dibawah ini. Tabel D.2 Daftar Isi Pesan Media Spanduk Sasaran SMART No
Isi Pesan Spanduk
1
2
1
Geus Loba Contoh Datangna Bencana Kujalaran Rusakna Leuweung
Perilaku dan Komunikasi Interpersonal
Gambar Tokoh
Lokasi
Pengetahuan
3
4
5
6
Hayo Urang Jaga Leuweung Babarengan 2
Makmur Ditanah Sorangan, Subur Ditanah Selembur
3
Leuweung Hejo Masyarakat Ngejo, Leuweung Subur Masyarakat Makmur
4
Hayang Cukup, Teu Kudu Ngalegaan Garapan. Hayo Tingkatkeun Panca Usaha Tani Urang
˂
˂ ˂
˂
Kepala Desa Mangkualam
Ds. Mangkualam
Kepala Desa Rancapinang
Ds. Rancapinang
Kepala Desa Cibadak
Ds. Cibadak
Kepala Desa Padasuka
Ds. Padasuka
˂
3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
47
Sasaran SMART No
Isi Pesan Spanduk
1
2
5
Rusakna Leuweung Kujalaran Kasarakahan Urang, Kudu Inget Ka Anak Incu Urang Anu Bakal Daang
6
Perilaku dan Komunikasi Interpersonal
Gambar Tokoh
Lokasi
Pengetahuan
3
4
5
6
˂
Kudu Inget, Cai Nu Ngalir Ka Lembur Urang Asalna Ti Gunung Honje Hayo Urang Jaga Leuweung Ujung Kulon
˂
˂
1
2
3
4
7
Jangan Biarkan Hutan Yang Hijau Berubah Menjadi Tanah Gersang, Hilang Keberkahan Oleh Kita Sendiri
8
Leuweung Sumber Kahirupan, Hayo Urang Jaga, Urang Raksa Tina Karusakan
9
Rek Saha Deui Anu Ngajaga Leuweung Lamun Lain Urang Sorangan
10
Telah Nampak Kerusakan Didarat dan Dilautan, Disebabkan Oleh Tangan Manusia.
˂ ˂ ˂
Kepala Desa Kramatjaya
Ds. Kramatjaya
Kepala Desa Tugu
Ds. Tugu
5
6
Kepala Desa Tamanjaya
Ds. Tamanjaya
Kepala Desa Cigorondong
Ds. Cigorondong
Kepala Desa Tunggaljaya
Ds. Tunggaljaya
Tokoh Agama
Ds. Ujungjaya
˂
Tabel D.3 Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Sikap dan Komunikasi Interpersonal untuk Petani Penggarap diluar Kawasan di 3 Desa Target Primer dan 7 Desa Target Sekunder
Khalayak Sasaran : Petani Penggarap diluar Kawasan di 3 Desa Target Primer dan 7 Desa Target Sekunder Tahap Teori Perubahan Rantai Hasil
Sasaran-sasaran SMART
Sikap dan Komunikasi Interpersonal 1. Bertambah Kemauan untuk mengadopsi sistem pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan. 2. Masyarakat membicarakan sistem dan teknik pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan. Juni 2010, 90 % petani penggarap lahan diluar kawasan TNUK di 3 desa target primer bersedia untuk berperan serta dalam menerapan system pola intensifikasi pertanian, dari 78 % pada tahun sebelumnya. Pada akhir bulan Juni 2010, Petani penggarap lahan diluar kawasan TNUK di 3 desa target primer yang setuju bahwa sistem intensifikasi pertanian dapat mengurangi Perluasan lahan atau perambaan hutan didalam kawasan yang akan merusak habitat badak Jawa, meningkat 70 % dari survey pra kampanye tahun sebelumnya 42,7 %. Pada bulan Juni 2010, petani penggarap lahan diluar kawasan di 3 desa target primer menjadikan tabungan uang sebagai simpanan naik menjadi 35 % dari tahun sebelumnya 24.4 %. Juni 2010, petani penggarap lahan diluar kawasan dari desa Ujung Jaya tidak setuju bahwa batas untuk membuka perluasan lahan baru adalah sampai tidak melewati S. Cilintang meningkat menjadi 25 % dari
3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
48
sebelumnya 4.2 % pada tahun 2009 Juni 2010, 85 % petani penggarap lahan diluar kawasan TNUK di 7 desa target sekunder bersedia untuk berperan serta dalam menerapan system pola intensifikasi pertanian, dari 80,6 % pada tahun sebelumnya Pada akhir bulan Juni 2010, Petani penggarap lahan diluar kawasan TNUK di 7 desa target sekunder yang setuju bahwa sistem intensifikasi pertanian dapat mengurangi Perluasan lahan atau perambaan hutan didalam kawasan yang akan merusak habitat badak Jawa, meningkat 60 % dari survey pra kampanye tahun sebelumnya 49,5 %. Pada bulan Juni 2010, petani penggarap lahan diluar kawasan di 7 desa target sekunder menjadikan tabungan uang sebagai simpanan naik menjadi 35 % dari tahun sebelumnya 25,4 %. Juni 2010, 20 % masyarakat yang menggarap lahan dalam kawasan TNUK di 7 desa target sekunder mulai membicarakan dengan teman sistem dan teknik pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan diluar kawasan, dari tahun sebelumnya 3,9 %
Kegiatan 4: Pengajian Ibu-ibu Alasan untuk kegiatan: Sebanyak 100% khalayak target kegiatan Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon memeluk agama Islam, hasil survey pra-kampanye memperlihatkan bahwa 78 % khalayak target primer dan 72,4% khalayak target sekunder menyukai kegiatan acara keagamaan, pemerintah tingkat Kecamatan dan pemerintah desa memberi dukungan penuh terhadap kegiatan pengajian ibu-ibu, baik berupa sumberdaya keuangan maupun penyampaian materinya. Deskripsi Kegiatan : Komunikasi awal yang dilakukan oleh Manajer Kampanye dalam rangka menjalin koordinasi dengan pihak Kecamatan Cimanggu dan Kecamatan Sumur, sudah dimulai pada saat sosialisasi kegiatan Kampanye Pride. Pada saat itu Camat Cimanggu memberi komitmen kepada Manajer Kampanye bahwa mereka akan membantu kegiatan Kampanye Pride, sesuai dengan peran yang bisa mereka lakukan, seperti memfasilitasi kegiatan pengajian ibu-ibu setiap bulan. Pihak kecamatan memiliki kemampuan untuk mengkoordinasikan kegiatan pengajian ibu-ibu dengan pihak desa setempat dan pihak Majelis Ulama Indonesia tingkat Kecamatan. Komunikasi yang berikutnya dilakukan pada saat fase implementasi kegiatan Kampanye Pride, Manajer Kampanye berkoordinasi dengan Seksi Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan di Kecamatan Cimanggu, hasil koordinasi menyepakati bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengajian ibu-ibu, pihak Kecamatan akan berperan serta untuk menyebarkan undangan bagi peserta, mempersiapkan penceramah dan menentukan tempat pengajian, sedangkan Manajer Kampanye membantu mempersiapkan materi pengajian yang disesuaikan dengan tujuan capaian Kampanye Bangga yang sudah ditentukan, kemudian membantu sebagian konsumsi yang diperlukan.
3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
49
Foto 7 Pengajian Ibu-ibu
Sebelum pelaksanaan pengajian, pihak Taman Nasional Ujung Kulon diberikan kesempatan untuk menyampaikan arahan dan pesan-pesan bagi peserta yang hadir, sehingga Manajer Kampanye juga mempersiapkan staf Taman Nasional Ujung Kulon yang memiliki penguasaan ilmu agama Islam yang memadai. Materi yang akan disampaikan oleh penceramah, disampaikan sebelumnya oleh Manajer Kampanye kepada Penceramah, sehingga pesan konservasi yang diinginkan tercapai atau tersampaikan kepada peserta pengajian. Penceramah bukan berasal dari staf Taman Nasional Ujung Kulon, tetapi berasal dari tokoh agama yang disegani oleh masyarakat setempat, sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima peserta. Pengajian dilaksanakan setiap hari minggu di minggu kedua secara bergantian didesa yang berbeda, pengajian dilaksanakan selama 7 bulan yang dilaksanakan di mesid, dengan rincian 3 bulan bekerjasama dengan pihak Kecamatan, dan 4 bulan bekerjasama dengan pihak ulama serta Kepala Resort yang ada di desa-desa khalayak target. Kegiatan 5: Program Radio Alasan untuk kegiatan: Hasil survey pra-kampanye memperlihatkan sebanyak 37,8% (N: 70 orang) khalayak target kegiatan Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon sering menggunakan radio sebagai sumber informasi dan hiburan, sebanyak 30,5% (N: 25 orang) khalayak target primer dan 68,9% (N: 71 orang) khalayak target sekunder paling sering mendengarkan program acara di Radio Krakatau. Deskripsi Kegiatan : Penjangkauan pesan konservasi kepada khalayak target melalui program radio, adalah sesuatu hal yang jarang dilakukan secara rutin oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon, selain memerlukan staf yang khusus mengelola program ini, diperlukan juga sumberdaya keuangan yang cukup tinggi. Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon mengajak semua pihak untuk berperan serta dalam program penyelamatan habitat Badak Jawa sesuai dengan kemapuan yang dimiliki, salah satunya adalah menjalin kerjasama dengan pihak swasta, dalam hal ini adalah Radio Krakatau FM. Dalam proses menjalin kerjasama dengan stasiun Radio Krakatau, Manajer Kampanye dan pihak radio sangat sulit sekali menemukan kesepakatan, hal ini dikarenakan pihak radio berorientasi pada mencari keuntungan sedangkan Balai Taman Nasional Ujung Kulon yang diwakili Manajer Kampanye adalah lembaga pemerintah yang 3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
50
tidak berorientasi mencari keuntungan, bahkan pada awal pembicaraan negosiasi kerjasama program radio, pihak Radio Krakatau menawarkan 1 paket program dan biaya produksi sebesar Rp. 9.000.000,- per bulan, yang meliputi acara talkshow interaktif selama 60 menit sebanyak 4 kali dalam kurun waktu 1 bulan dan iklan layanan masyarakat sebanyak 4 kali sehari, dengan 3 tema iklan layanan masyarakat yang berbeda. Pertemuan pertama tersebut tidak menemukan kesepakatan yang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak, 2 hari kemudian Manajer Kampanye mendatangi kembali kantor stasiun Radio Krakatau FM dengan membawa ToR serta membawa daftar beberapa kegiatan yang bisa dilakukan oleh Taman Nasional Ujung Kulon dalam membantu Radio Krakatau untuk mendapatkan berita. Proses negosiasi pada saat itu dimulai oleh Manajer Kampanye dengan menyampaikan target konservasi yang akan dicapai Kampanye Pride, Hasil Survey pra-kampanye yang menunjukkan tingkat keterpilihan responden terhadap Radio Krakatau FM sebagai radio yang paling sering didengarkan, dan menyampaikan bahwa peran serta Radio Krakatau FM dalam menyelamatkan hutan Ujung Kulon akan meningkatkan kredibilitas mereka sebagai radio swasta yang ikut berperanserta dalam menyelamatkan hutan Ujung Kulon. Sedangkan hal-hal yang bisa dilakukan oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon diantaranya adalah, menjadi kontributor berita Radio Krakatau FM, atas segala sesuatu yang terjadi disekitar Taman Nasional Ujung Kulon, baik isu tentang sosial ekonomi masyarakat atau isu lingkungan, Balai Taman Nasional Ujung Kulon juga dapat menempelkan logo Radio Krakatau pada setiap media kampanye yang dicetak. Atas beberapa solusi yang diberikan oleh masing-masing pihak, akhirnya diperoleh kesepakatan bahwa Radio Krakatau FM dapat bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Ujung Kulon, dan memberikan pengurangan harga menjadi Rp. 1.000.000,- per bulan untuk program radio talkshow interaktif berdurasi 60 menit, sebanyak 4 kali sembulan, serta Iklan Layanan Masyarakat sebanyak 6 kali tayang dalam 1 hari, kesepakatan awal ini berlaku hanya sampai 3 bulan, atau akhir bulan Desember 2009. Program radio di Taman Nasional Ujung Kulon dilaksanakan menjadi 2 bagian besar, yaitu program talkshow interaktif dan Iklan Layanan Masyarakat. 5.1 Talkshow Interaktif Talkshow interaktif dilaksanakan setiap hari Sabtu pukul 10.00-11.00 wib, narasumber yang mengisi acara talkshow disesuaikan dengan tema talkshow pada saat itu, 30 menit pertama acara talkshow diisi dengan wawancara antara narasumber dengan pembawa acara, 30 menit kemudian dibukalah kesempatan bagi pendengar radio untuk menanggapi atau bertanya kepada narasumber. Foto 8 Program Talkshow Interaktif di Satsiun Radio Krakatau FM
3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ 8M . O
51
Acara talkshow pada minggu pertama dan kedua mengalami banyak tantangan, tantangan pertama adalah kurangnya partisipasi pendengar radio dalam memberikan tanggapan atas materi yang telah dibahas oleh narasumber, yang kedua adalah sulitnya untuk mendapatkan narasumber untuk mengisi acara talkshow. Pada saat acara talkshow interaktif yang ketiga, Manajer Kampanye mencari strategi untuk mengatasi tantangan yang pertama, yaitu dengan meminta bantuan beberapa staf Taman Nasional Ujung Kulon untuk mengawali talkshow interaktif dengan cara menjadi penelpon pertama dan kedua sebagai umpan atau mencari respon dari khalayak sasaran target, strategi tersebut mendapatkan hasil sangat positif, penelpon berikutnya yang merespon talkshow tersebut cukup banyak, dari semua penelpon yang masuk disetiap acara talkshow rata-rata berjumlah 9 penelpon, dari jumlah tersebut 60 % (5 penelpon) berasal dari masyarakat desa target Kampanye Pride. Sedangkan untuk mengatasi tantangan yang kedua dalam mendapatkan narasumber, Manajer Kampanye mempersiapkan rencana kegiatan dan mendatangi narasumber 1 minggu sebelum acara talkshow dimiulai. Hasil evaluasi selama 2 kali pelaksanaan talkshow, sulitnya mencari narasumber yang memiliki kapasitas dibidangnya, dikarenakan surat pemberitahuan dan permintaan menjadi narasumber sangat berdekatan dengan acara talkshow.
5.2 Iklan Layanan Masyarakat Spot Iklan Layanan Masyarakat (ILM) dibuat dengan durasi 1 menit sampai 1,5 menit, tema ILM dibuat berdasarkan diskusi dan ringkasan kreatif yang dibuat antara Manajer Kampanye dengan bagian produksi Radio Krakatau FM. ILM dibuat dalam 3 tema, sebanyak 2 tema berisi tentang pengetahuan dan ajakan untuk menghentikan aksi perluasan lahan garapan didalam kawasan hutan dan 1 tema berisi tentang bahaya dari rusaknya hutan yang akan berdampak kepada seluruh makluk hidup dan dikaitkan dengan ajaran agama Islam. ILM yang sudah dibuat kemudian dibawa kepada khalayak sasaran target untuk dilakukan pre-test, tujuannya untuk mendapatkan masukan dari khalayak target, sehingga pesan yang ada didalam ILM dapat lebih dimengerti dan mengenai sasaran. Banyak masukan dari kegiatan pre-test, diantaranya istilah hutan lindung masih muncul dalam ILM, intonasi dan gaya bahasa terlalu memberi kesan menakutkan, serta ada masukan materi ILM terlalu serius. Semua masukan dari kegiatan pre-test menjadi bahan untuk merevisi ILM menjadi lebih baik. Kegiatan pre-test dilakukan dengan mengumpulkan sekelompok khalayak target dalam 1 ruangan kemudian ILM diperdengarkan, tetapi di Desa Rancapinang dan Desa Tamanjaya pre-test dilaksanakan dengan memilih responden, alasannya pada siang hari mengumpulkan orang tidak mudah, karena mereka sedang melakukan aktifitas rutin di kebunnya.
3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
52
ILM diputar selama 6 kali dalam 1 hari, pihak radio menambahkan 2 kali siaran ILM sebagai wujud peran serta mereka yang lebih besar, ILM disiarkan pada pukul 07.30 Wib, 10.30 wib, 13.15 wib, 16.30 wib, 18.30 wib dan 21.15 wib. Jam penayangan ILM tidak bisa ditentukan oleh Manajer Kampanye, karena diluar jam tersebut pihak radio telah membuat kontrak kerja dengan perusahaan dagang lainnya. Efektifitas penyampaian pesan melalui ILM dilakukan dengan mewawancarai secara acak responden didaerah, apakah mereka mengetahui ILM tersebut dan sejauh mana mereka memahami isi pesan dalam ILM tersebut. Program radio selama kegiatan Kampanye Pride dilaksanakan selama 9 bulan, yaitu bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Juni 2010. Balai Taman Nasional Ujung Kulon sebagai mitra kerja Rare, menganggap penting kegiatan yang telah dilakukan Manajer Kampanye dalam menjalin kerjasama dengan pihak Radio Krakatau FM dalam upayanya menyampaikan pesan konservasi kepada khalayak sasaran target. Hal ini membuktikan bahwa, Balai Taman Nasional Ujung Kulon telah memberikan komitmennya untuk mendukung dan mengintegralkan, kegiatan Kampanye Pride kedalam program kerja Balai Taman Nasional Ujung Kulon secara keseluruhan. Program radio berupa Iklan Layanan Masyarakat dan Talkshow interaktif digunakan untuk menjangkau sasaran SMART Sikap dan Komunikasi Interpersonal serta Perubahan Perilaku sasaran target khalayak primer dan sekunder.
Tabel D.4 Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Perilaku untuk Petani Penggarap diluar Kawasan di 3 Desa Target Primer dan 7 Desa Target Sekunder
Khalayak Sasaran : Petani Penggarap diluar Kawasan di 3 Desa Target Primer dan 7 Desa Target Sekunder Tahap Teori Perubahan Rantai Hasil Sasaran-sasaran SMART
Perilaku 1. Petani tidak memperluas lahan garapannya ke dalam kawasan TNUK 2. Petani menggarap lahannya dengan pola intensifikasi pertanian Diakhir keg. Pride (Juni 2010) 30 % petani penggarap diluar kawasan TNUK di 3 desa target primer, telah menerapkan pola intensifikasi pertanian Diakhir keg. Pride (Juni 2010) 30 % petani penggarap lahan dalam kawasan. TNUK di 3 desa target primer tidak melakukan perambahan hutan untuk lahan garapan didalam kawasan. Diakhir keg. Pride (Juni 2010) 10 % petani penggarap diluar kawasan TNUK di 7 desa target sekunder, telah menerapkan pola intensifikasi pertanian . Diakhir keg. Pride (Juni 2010) 10 % petani penggarap lahan dalam kawasan. TNUK di 7 desa target sekunder tidak memperluas lahan garapannya
Kegiatan 7: Pembuatan Demplot dan Penerapan Intensifikasi Pertanian 3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
53
Alasan untuk kegiatan: Pada saat menyusun dokumen perencanaan program Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon, Manajer Kampanye melakukan wawancara dengan Penyuluh Pertanian Lapang, mengenai tantangan mengajak petani penggarap untuk menerapkan intensifikasi pertanian. Tantangan untuk mengajak petani melakukan program intensifikasi pertanian dilahannya sendiri adalah, belum adanya contoh keberhasilan yang bisa dirasakan langsung secara ekonomi oleh petani, pengalaman tidak menyenangkan pernah dialami oleh petani, pada saat menerapkan program penanaman palawija jenis Jagung hibrida, pada saat itu petani mengalami kesulitan dalam pemasaran, sehingga pengembalian modal yang sudah dikeluarkan dan keuntungan yang sudah diharapkan tak kunjung datang. Kondisi ini yang membuat mereka mengalami trauma psikis, oleh karena itu diperlukan demplot tanaman kedelai sebagai wadah untuk memperlihatkan bahwa program ini sangat menguntungkan secara ekonomi. Dipilihnya tanaman Kedelai sebagai tanaman untuk ditanam didemplot adalah pilihan anggota kelompok tani dari hasil workshop awal antara Balai Taman Nasional Ujung Kulon, PPL dengan Kelompok Tani. Dalam hal pemasaran hasil paska panen, tanaman kedelai lebih mudah untuk dipasarkan, pihak Dinas Pertanian memberikan komitmen akan membantu dalam pemasaran Kedelai dari petani kepada penampung. Kebutuhan Kedelai juga masih besar, sebagai bahan baku untuk membuat tempe, hanya ada satu pengusaha lokal yang membuat tempe, mereka mendapatkan Kedelai dari pasar tradisional yang jaraknya sangat jauh. Jaminan pemasaran hasil panen dan masih banyaknya kebutuhan akan Kedelai, mengurangi trauma psikis dan mendorong petani untuk bisa menerapkan intensifikasi pertanian. Deskripsi Kegiatan : Pembuatan demplot adalah sebagai media lanjutan implementasi dilapangan dari kegiatan Sekolah Lapang, pembuatan demplot bertujuan untuk media pembelajaran dan memperlihatkan contoh keberhasilan kepada masyarakat petani lainnya. Contoh keberhasilan yang ada di demplot tanaman kedelai diharapkan dapat memberi pengaruh perubahan perilaku kepada petani untuk menerapkan intensifikasi pertanian dilahannya sendiri tanpa harus memperluas lahan garapannya. Demplot dibuat dengan luas 6 hektar, lokasi demplot berada dipinggir jalan yang memnghubungkan desa satu dengan desa lainnya. Demplot tanaman kedelai dibuat di Desa Cibadak dan Desa Rancapinang, keberhasilan yang terjadi di demplot dapat menciptakan komunikasi interpersonal dan perubahan perilaku. Modal yang terbatas membuat petani harus berhati-hati dan cenderung melakukan sesuatu yang sudah pasti keberhasilannya. Oleh karena itu, demplot adalah media yang tepat untuk mengajak petani melakukan perubahan perilaku. Foto 9 Lokasi Demplot di Desa Cibadak
3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH 3 URJUDP 3HQJHPEDQJDQ .HSHPLPSLQDQ 5DUH 3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ / DSRUDQ $NKLU .DPSDQ\H %DQJJD GL 7DPDQ 1DVLRQDO 8MXQJ .XORQ
54
3URJUDP3HQJHPEDQJDQ.HSHPLPSLQDQ5DUH3ULGH /DSRUDQ$NKLU.DPSDQ\H%DQJJDGL7DPDQ1DVLRQDO8MXQJ.XORQ
55