61
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah adanya pengaruh pelatihan social emotional learning dalam menurunkan tingkat agresivitas pada siswa sekolah dasar “H” Yogyakarta.
62
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas
: Pelatihan Social emotional learning
2. Variabel Tergantung : Agresivitas
B. Definisi Operasional Definisi operasional variabel penelitian ini terdiri dari Pelatihan Social emotional learning dan Agresivitas. Berikut definisi kedua variabel antara lain: 1. Pelatihan Social emotional learning Pelatihan social emotional learning ialah suatu kegiatan perlakuan sistematis yang bertujuan agar anak dapat memperoleh ilmu tentang keterampilan mengatur emosi, membangun perasaan untuk peduli dan perhatian terhadap orang lain, bertanggung jawab dengan keputusan yang diambil, membangun hubungan positif dan menangani perubahan situasi secara efektif. Adapun isi dari pelatihan social emotional learning ini mengacu pada aspek-aspek belajar sosial emosional yaitu: (1) kesadaran diri, meliputi kemampuan mengenali perasaan, (2) manajemen diri, meliputi kemampuan mengekpresikan perasaan dan mengarasi rasa marah, (3) kesadaran sosial,
63
meliputi kemampuan berempati dan memahami perasaan orang lain, (4) kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain, meliputi kemampuan berkomunikasi dan membangun hubungan pertemanan yang baik kepada orang lain, dan (5) membuat keputusan yang bertanggung jawab, meliputi kemampuan memanajemen konflik atau memecahkan masalah dengan orang lain. 2. Agresivitas Agresivitas adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan oleh seseorang dengan maksud untuk menyakiti ataupun membahayakan, baik diri sendiri maupun orang lain, yang menyebabkan adanya kerugian yang dirasakan, baik secara fisik maupun psikis, dan umumnya tidak dapat diterima dalam aturan sosial. Terdapat dua aspek yang diungkap dari perilaku agresif ini, yaitu agresi fisik, dan agresi verbal. Agresi fisik meliputi: perilaku memukul, menendang, mencubit, menjewer, mengigit, merusak barang, merebut paksa, berkelahi, serta mencelakakan orang lain. Sedangkan agresi verbal meliputi: perilaku mengejek,
membentak,
membantah,
membual,
mengancam,
berteriak,
membuat keributan, serta menipu orang lain agar mengalami kesulitan.
C. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan desain penelitian yaitu quasi experimental atau yang biasa disebut dengan eksperimen semu. Kuasi
64
eksperimen adalah eksperimen yang dilakukan tanpa randomisasi (Shadish, Cook, & Campbell, 2002). Alasan utama digunakan kuasi eksperimen adalah adanya pertimbangan etis dan praktis, walaupun dilakukan tanpa proses randomisasi, kuasi eksperimen tetap melakukan kontrol terhadap beberapa variabel non-eksperimental dan menggunakan kelompok kontrol sebagai kelompok komparatif untuk memahai efek perlakuan (Latipun, 2002). Rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest posttest control group design, yaitu metode eksperimen yang berusaha untuk membandingkan efek suatu perlakuan terhadap variabel tergantung yang diuji dengan membandingkan variable tergantung pada kelompok eksperimen setelah dikenai perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan. Pemilihan subjek ditetapkan dengan cara tidak random, yakni berdasarkan kriteria yang telah ditentukan (Latipun, 2002). Efek yang diukur dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan perbedaan skor nilai prates dan pascates pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Peneliti menggunakan metode eksperimen ini dengan tujuan agar dapat memberikan perlakuan dan dapat menjelaskan hubungan kausalitas secara sistematis terhadap perilaku yang secara khusus terjadi pada kondisi tertentu serta mengontrol variabel-variabel pengganggu yang dapat mempengaruhi variabel tergantung. Selain itu, prates dilakukan sebelum perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal subjek sehingga mampu mengoptimalkan pengaruh perlakuan.
65
Dalam desain penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok pertama yang diberikan perlakuan disebut dengan kelompok eksperimen (KE) dan kelompok kedua yang tidak diberikan perlakuan disebut dengan kelompok kontrol (KK). Pada kelompok eksperimen, siswa akan diberikan perlakuan berupa pelatihan social emotional learning, sedangkan pada kelompok kontrol akan diperlakukan sebagai waiting list yang akan diberikan pelatihan oleh peneliti sendiri. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk pertanggung jawaban secara etika dan bukan merupakan rangkaian dari penelitian yang dilakukan. Adapun desain rancangan eksperimen yang akan dilakukan dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini : Tabel 2. Rancangan Desain Penelitian KE KK
O1 O1
à à
X -
à à
O2 O2
à à
Tindak lanjut Tindak lanjut
Keterangan gambar : KE: Kelompok Eksperimen KK: Kelompok Kontrol O1: Pengukuran prates O2: Pengukuran pascates X : Perlakuan (pelatihan pembelajaran sosial emosional)
D.
Subjek Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar (SD) yang bersekolah di SDIT “H” Yogyakarta dengan rentang usia antara 9 – 11 tahun, serta berjenis kelamin laki-laki. Penentuan subjek awal penelitian ini dilakukan dengan
66
cara peer nomination. Setelah didapatkan beberapa siswa yang memiliki kecenderungan perilaku agresif, peneliti lalu menyeleksi beberapa siswa tersebut dengan membagikan skala yang akan diisikan oleh guru untuk menentukan siswa mana yang akan mengikuti pelatihan social emotional learning. Subjek yang diambil berdasarkan hasil pengisian skala dengan kategori tinggi-sedang. Subjek lalu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
E. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data ialah cara-cara yang digunakan untuk memperoleh data guna mencapai tujuan penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah : 1. Wawancara Wawancara dilakukan kepada wali kelas dan guru guna memperoleh data secara kualitatif dalam mengungkap permasalahan yang terjadi di sekolah. Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara dilakukan sebelum serta setelah diberikan pelatihan untuk mengetahui gambaran perkembangan perilaku subjek penelitian di sekolah. Adapun gambaran pertanyaan awal yang diajukan kepada guru ataupun wali kelas yang diberikan sebelum dilakukan pelatihan antara lain ialah : a. Berapa banyak siswa yang bapak/ibu ketahui sering berperilaku agresif di kelas?
67
b. Seberapa sering (intensitas) anak-anak tersebut menunjukkan perilaku agresif mereka di dalam kelas? c. Bentuk perilaku agresif seperti apa yang sering ditunjukkan anak di dalam kelas? d. Faktor penyebab apa saja yang sering menyebabkan anak dalam melakukan tindakan agresif? e. Dampak apa saja yang sering ditimbulkan oleh anak yang berperilaku agresif? f. Bentuk penanganan apa saja yang telah bapak/ibu berikan dalam menghadapai anak yang berperilaku agresif di kelas? 2. Observasi Observasi dilakukan guna memperoleh gambaran data mengenai bentuk dan intensitas permasalahan yang muncul di sekolah. Dalam penelitian ini, proses observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perilaku agresif siswa yang muncul di sekolah, baik pada sebelum pelatihan (baseline), masa pelatihan (intervensi), dan pasca pelatihan. Proses observasi dalam penelitian ini melibatkan tiga orang observer. 3. Sosiometri (peer nomination) Dalam penelitian ini, peer nomination digunakan peneliti sebagai bentuk sosiometri dalam penjaringan subjek yang akan dilibatkan ke dalam proses penelitian (screening). Peer nomination ini merupakan metode menilai teman sejawat dimana tiap anggota kelompok memilih anggota kelompok yang lain
68
yang dianggap paling memiliki suatu karakteristik tertentu. Proses ini menggunakan validitas konstruk, dan memiliki manfaat untuk dapat memberikan hasil beberapa pengamatan perilaku yang sama oleh sejumlah pengamat yang berbeda (seluruh siswa di kelas di berikan). Para pengamat merupakan teman terdekat yang sering terlibat interaksi langsung
selama
periode waktu yang cukup lama, sehingga dapat lebih mengetahui teman mana yang memiliki internsitas tertinggi dalam melakukan perilaku agresif (Huesmann, dkk, 1994) Adapun karakterisk peer nomination dalam penelitian ini menggunakan aspek perilaku agresif yang diungkapkan oleh Anderson & Huesmann (2007) dalam dua bentuk perwujudan perilaku agresif, yaitu agresi fisik dan agresi verbal. Alat ukur ini sebelumnya sudah pernah diadaptasi dan diujicobakan oleh Khumas (1997) dan Murtiningtyas (2009) dengan koefisien reabilitas sebesar 0,955. 4. Skala perilaku agresif Peneliti menggunakan skala perilaku agresif sebagai bentuk dari proses pengambilan data awal penelitian yang nantinya akan diisikan oleh guru kelas. Penelitian ini menggunakan skala perilaku agresif yang dibuat oleh Murtiningtyas (2009), serta pernah diujicobakan oleh Murtiningtyas (2009) dan Ridwan (2014) pada siswa jenjang sekolah dasar. Skala perilaku agresif ini mengungkapkan dua bentuk perwujudan perilaku agresif berdasarkan aspek-
69
aspek perilaku agresif yang dikemukakan oleh Anderson dan Huesmann (2007), yaitu : a. Agresi Fisik Agresi yang dilakukan secara fisik seperti memukul, menendang, menjegal, mengigit, mencubit, merusak barang, merebut paksa, berkelahi serta mencelakakan teman. b. Agresi Verbal Agresi yang dilakukan secara verbal, seperti : mengejek, membentak, membantah, menghasut, membual, mengancam, memaki, berteriak, membuat keributan, serta menipu orang lain agar mengalami kesulitan.
Skala perilaku agresif ini terdiri atas 22 aitem yang terdiri dari 11 aitem perilaku agresif fisik dan 11 aitem perilaku agresif verbal. Terdapat 5 kategori respon yang diamati selama 2 minggu terakhir, yaitu : a) Nilai 0, untuk perilaku tidak pernah nampak pada anak b) Nilai 1, perilaku nampak sebanyak 1 – 3 c) Nilai 2, perilaku nampak sebanyak 4 – 6 kali d) Nilai 3, perilaku nampak sebanyak 7 – 9 kali e) Nilai 4, perilaku nampak sebanyak sama atau lebih dari 10 kali Total skor dalam skala ini bergerak dari 0 sampai 88. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula perilaku agresifnya. Alat ukur ini diisi
70
oleh guru yang telah mengajar anak minimal selama 6 bulan. Skala ini memiliki koefisien reabilitas α sebesar 0, 958 (Murtiningtyas, 2009). Tabel 3 Blueprint skala Agresivitas No
Agresi Fisik
Nomor Aitem
Agresi Verbal
Nomor Aitem
1
Merusak barangbarang sendiri
1
Membantah
12
2
Merusak barangbarang milik orang lain/sekolah
2
Menghasut teman lain
13
3
Bertengkar dengan teman lain
3
Membentak
14
4
Merebut barang milik teman lain
4
Suka menarik perhatian atau melucu
15
5
Memukul
5
Berbicara terlalu banyak
16
6
Menendang
6
Mengejek atau memberikan julukan pada teman (misalnya si gendut, si hitam)
17
7
Menjegal
7
Mengancam anak lain (Misalnya : menyuruh teman dengan paksa)
18
8
Mencelakakan teman (Misalnya : menarik kursi teman agar terjatuh)
8
Memaki atau berkata dengan kasar
19
9
Menjewer kuping teman
9
Berteriak-teriak
20
10
Menggigit
10
Membuat keributan di kelas (Misalnya : bersiul, memukulmukul meja)
21
71
11
Mencubit
11
Bercerita bohong atau melimpahkan kesalahan pada teman lain agar mengalami kesulitan
22
F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas alat ukur Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana ketepatan dan kecermatan alat ukur melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat ukur tersebut dapat menjelaskan fungsi ukurnya sesuai dengan tujuan pengukurannya (Azwar, 2007). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini ialah validitas isi (content validity). Validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes, yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang akan diukur dan ditentukan melalui pendapat profesional (professional judgment) dalam proses telaah soal (Suryabrata, 2000). 2. Reliabilitas alat ukur Reliabilitas suatu alat ukur sering disebut dengan keajegan (consistency) dari alat ukur tersebut. Pada prinsipnya, ini menujukkan sejauhmana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran berulang terhadap subjek yang sama (Azwar, 2007). Estimasi reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan konsistensi internal (internal consistency) yang dimaksud untuk menghindari masalah-masalah yang biasanya
72
ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang maupun pendekatan bentuk parallel (Azwar, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala perilaku agresif untuk mengukur agresivitas secara verbal dan fisik pada subjek penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku agresif untuk jenjang siswa sekolah dasar yang berguna untuk mengetahui tingkat agresivitas siswa. Alat ukur ini sebelumnya sudah pernah diujicobakan oleh Murtiningtyas (2009) dan Ridwan (2014) dengan koefisien reliabilitas α sebesar 0,958. Menurut Azwar (2007), reabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada pada rentang 0 sampai dengan 1,00, sehingga semakin mendekati 0, menunjukkan semakin rendah reliabilitas skala, dan sebaliknya, semakin mendekati angka 1,00, maka semakin tinggi reliabilitas skala tersebut. Dengan angka koefisien reliabilitas α sebesar 0,958 maka dapat dikatakan bahwa hasil dari pengukuran skala perilaku agresif siswa memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.
G. Prosedur Penelitian Sebelum pelatihan social emotional learning diberikan, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan, antara lain : 1. Persetujuan kelembagaan
73
Sebelum proses pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu meminta izin dan persetujuan dari pihak kelembagaan SDIT “H” Yogyakarta mengenai proses penelitian yang akan dilakukan. 2. Analisis kebutuhan Analisis kebutuhan ini dilakukan untuk mengetahui perlu atau tidaknya pelatihan diberikan pada siswa di SDIT “H” Yogyakarta. Berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan, terdapat kecenderungan perilaku agresif pada sebagian besar siswa di sekolah tersebut, khususnya untuk siswa yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan diperlukannya suatu intervensi untuk menurunkan tingkat agresivitas siswa melalui pelatihan social emotional learning. 3. Sosiometri dan Pengukuran awal (prates) Peneliti menggunakan peer nomination sebagai bentuk sosiometri penelitian yang akan dibagikan kepada seluruh siswa kelas IV dan V yang memiliki rentang usia antara 9 sampai dengan 11 tahun. Proses ini dilakukan guna menjaring siswa mana yang akan dilibatkan dalam proses penelitian lebih lanjut. Kemudian setelah terjaring beberapa siswa, peneliti lalu menggunakan alat ukur berupa skala perilaku agresif siswa yang akan diberikan kepada tiga orang guru yang mengajar di SDIT “H” Yogyakarta sebagai pengukuran awal (pretest) pada siswa yang akan dilibatkan dalam pelatihan. Skala perilaku agresif ini terdiri dari 22 aitem perilaku agresi fisik dan agresi verbal yang
74
disusun berdasarkan aspek perilaku agresif yang dikemukakan oleh Anderson dan Huesmann (2007). 4. Penyusunan Modul Pelatihan Pembelajaran Sosial Emosional Penelitian ini menggunakan modul pembelajaran sosial emosional “Aku Anak Baik” yang telah diadaptasi oleh Zwagery (2012) dan dimodifikasi, berdasarkan aspek-aspek pembelajaran sosial emosional dari Denham dan Weissberg (2004), antara lain: (1) kesadaran diri, (2) manajemen diri, (3) kesadaran sosial, (4) kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain, dan (5) membuat keputusan yang bertanggung jawab. Validasi yang digunakan dalam modul ini ialah validasi isi dan konstruk. Pelatihan social emotional learning ini menggunakan metode pembelajaran yang dirancang untuk mengurangi perilaku agresif pada siswa sekolah dasar berdasarkan pendekatan kognitif perilaku. Adapun metode yang digunakan dalam pelatihan social emotional learning ini adalah story telling, roleplay, modelling, permainan, tanya jawab dan umpan balik. Modul pelatihan ini disusun sebagai panduan pelatih (trainer) dalam melaksanakan pelatihan pembelajaran sosial emosional. Adanya modul ini diharapkan dapat menurunkan tingkat agresivitas siswa di SDIT “H”. Adapun gambaran modul pelatihan yang akan digunakan dalam pelatihan ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
75
Tabel 4 Rancangan Kegiatan Pelatihan Pertemuan
Aspek
I
Self Awareness
Sesi 1. Pengantar dan Perkenalan
Kegiatan § § § §
Self Awareness
2. Memahami Perasaan 1
§ § § §
§ Self Awareness
3. Memahami Perasaan 2
§ § § §
Self Management §
Tujuan
Metode
Waktu
Pembukaan Perkenalan Membuat kontrak belajar Menjelaskan program belajar sosial emosional dan memperkenalka n topik-topik yang akan dibahas
Mengenalkan anak pada program belajar sosial emosional
Ceramah
30 menit
Pengantar topik Membacakan cerita Penjelasan materi tentang emosi dasar Mengidentifika si perasaan berdasarkan materi cerita dan kartu emosi Melakukan diskusi Penutup Pembukaan Mereview materi sebelumnya Penjelasan mengenai materi tentang emosi dasar Memberikan tayangan video dan mendiskusikann ya
Membantu anak dalam memahami perasaan dasar mereka secara tepat
Bercerita
Mengajarkan anak cara mengekspresi kan perasaan dengan tepat
Menonton video
Tanya jawab
Ceramah
70 menit
Tanya jawab
Tanya jawab Role play Ceramah
70 menit
76
§
§ § § II
Self 4. Saat kamu marah Management
§ § §
§
§
§ § Social awareness
5. Memahami perasaan orang lain
§ § §
Relationship skill
§
Mengajarkan cara untuk menunjukkan perasaan melalui contoh Melakukan role play Diskusi Penutup Pembukaan Menjelaskan gambaran sesi Memberikan tayangan video tentang rasa marah Memberikan materi mengenai rasa marah Memberikan teknik mengatasi rasa marah Melakukan role play Melakukan diskusi Penutup
Mengajarkan anak tentang cara mengatur & mengatasi rasa marah
Menonton Video
Pengantar sesi Memberikan tayangan video Memberikan materi tentang bahsan tubuh dan perasaan dasar, serta menunjukkan bagaimana cara mengenal perasaan orang lain Melakukan role
Mengajarkan anak kemampuan mengindentifi kasi perasaan orang lain
Menonton video
75 menit
Role Play Tanya jawab
Ceramah Role play Tanya jawab
60 menit
77
§ III
Relationship skill
6. Menjadi teman yang baik
§ § § § §
§
§ Responsible decison making
7. Memecahka n masalah orang lain
§ § § §
§
§
play Melakukan diskusi Penutup Pembukaan Mereview materi sebelumnya Membacakan cerita Memberikan materi dan pemahaman mengenai cara berbicara dan menjadi pendengar yang baik Memberikan materi mengenai cara mendekati orang lain dan keterampilan berbagi Melakukan role play Penutup Pengantar sesi Membacakan cerita Memberikan pemahaman mengenai masalah yang dialami oleh orang lain Memberikan penjelasan kembali mengenai perasaan marah dan cara berbicara yang baik Memberikan pemahaman
Mengajarkan anak kemampuan komunikasi dasar dan membangun persahabatan
Mengajarkan anak kemampuan memecahkan masalah dengan orang lain
Games Ceramah
70 menit
Tanya jawab
Bercerita Role Play Ceramah Tanya jawab
60 menit
78
IV
Self awareness
8. Berakhir! Penutup
Self Management
§ § §
§
Social awareness Relationship skill Responsible decison making
§
§
§
mengenai cara mengatasi masalah Penutup Pembukaan Memberikan tayangan video tentang persahabatan Mereview kembali seluruh materi dalam sesi pelatihan Melakukan diskusi dan memberikan umpan balik (feedback) Memotivasi dan merencanakan apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan untuk ke depannya Menutup sesi pelatihan
Total Waktu
Meninjau kembali konsep utama dan kemampuan anak dalam mengenal dan mengaplikasik an materi yang telah diberikan
Menonton video Ceramah Tanya jawab Memberik an Feedback
505 menit atau 8 jam 25 menit
5. Penyusunan Kelengkapan Modul Pelatihan a. Alat atau materi 1) Modul pelatihan social emotional learning yang berisi pengantar, langkah pelaksanaan serta jawdal kegiatan. 2) Alat audiovisual (LCD, Soundsystem), laptop, serta alat tulis yang dibutuhkan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pelatihan b. Lembar kerja
70 menit
79
Lembar kerja berisikan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta di dalam kegiatan pelatihan. Tugas yang dikerjakan oleh peserta pelatihan ini didiskusikan pada setiap pertemuannya. c. Lembar observasi Lembar observasi ini berisi pengamatan selama berjalannya perlakuan dalam pelatihan tersebut. Lembar ini diisi oleh observer atau pengamat pada setiap pertemuan yang dilakukan. Observasi dilakukan selama pelatihan agar dapat diperoleh hasil gambaran secara lengkap mengenai perilaku peserta selama pelatihan berlangsung d. Uji kelayakan modul Sebelum diterapkan langsung ke dalam perlakuan, uji kelayakan modul dilakukan dengan menggunakan pertimbangan tokoh kompeten dan memiliki pengalaman dalam hal pelatihan pada anak. Profesional judgement dilakukan oleh praktisi dengan latar belakang psikologi pendidikan. Hal yang dilakukan pada saat profesional judgement adalah melihat materi pelatihan yang dapat diberikan, pembagian sesi dan waku, metode, aktivitas pelatihan, dan evaluasi pelatihan apakah sudah sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu, peneliti juga melakukan uji coba modul untuk melihat sejauh mana anak dapat memahami isi yang akan disampaikan di dalam pelatihan yang akan diberikan. 6. Mempersiapkan Pelatih, Pendamping Pelatih Dan Observer a. Kualifikasi pelatih pada pelatihan ini adalah sebagai berikut :
80
1) Memiliki pengalaman sebagai pengisi materi 2) Memiliki
keterarikan
dalam
bidang
pendidikan
maupun
perkembangan anak 3) Memiliki kemampuan komunikasi dengan baik dan lancar secara dua arah, baik komunikasi secara verbal maupun non verbal. 4) Memiliki kemampuan interpersonal yang baik (empati, ramah, sabar, dan mengayomi), serta mampu menjalin kedekatan dengan anak b. Kualifikasi pendamping pelatih pada pelatihan ini adalah sebagai berikut : 1) Mahasiswa magister profesi psikologi, 2) Pernah mengikuti program kegiatan pelatihan psikologi. c. Kualifikasi observer pada pelatihan ini adalah sebagai berikut : 1) Mahasiswa magister profesi psikologi pernah mengambil mata kuliah observasi, dan yang telah cukup menguasai proses asesmen psikologi 2) Pernah mengikuti pelatihan psikologi. 7. Pelaksanaan pelatihan Setelah tahap persiapan telah selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya ialah pelaksanaan pelatihan social emotional learning pada peserta pelatihan di SDIT “H” Yogyakarta. Pelatihan ini terdiri dari 8 sesi yang dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan selama dua minggu dengan waktu yang telah disepakati bersama antara peneliti dengan pihak sekolah. Pelaksanaan penelitian terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen (KE),
81
dimana kelompok ini diberikan perlakuan berupa pelatihan social emotional learning. Kelompok berikutnya adalah kelompok kontrol (KK), dimana kelompok ini akan diberikan perlakuan seperti kelompok sebelumnya namun menggunakan metode waiting list. 8. Pengukuran akhir (pascates) dan tindak lanjut Pascates diberikan kepada tiga orang guru selama ± dua minggu setelah pelaksaaan intervensi, sedangkan tindak lanjut dilakukan setelah 1 bulan subjek penelitian diberikan intervensi. Pemberian posttest dan tindak lanjut ini dilakukan dengan memberikan skala perilaku agresif kepada guru yang mengajar siswa di SDIT “H”. Selain itu, wawancara juga dilakukan untulk melihat sejauhmana perkembangan perilaku para peserta setelah mengikuti pelatihan.
H. Metode Analisis Data 1. Mengumpulkan data pascates skala yang telah diisikan oleh guru 2. Memasukkan total skor skala masing-masing subjek pada program Excell dan mencari nilai tengah (mean) diantara ketiga pengisi 3. Menghitung hasil prates dan pascates skala yang telah diisikan dengan menggunakan penghitungan statsistika dengan program SPSS 23.00 for Mac 4. Menganalisis data dengan melakukan uji hipotesis menggunakan Uji Mann Whitney U test untuk melihat perbedaan hasil pratest, pascates, dan tindaklanjut pada kelompok kontrol dan eksperimen.
82
5. Secara kualitatif, peneliti menuliskan hasil analisa deskriptif dengan menuliskan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, serta lembar kerja siswa selama proses pelatihan berlangsung.