(f'S!/r Tingkat Agresivitas pada Pengemudi Bus Umum Dalam Kota dan Luar Kota di Terminal Kampung Rambutan Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psiko/ogi
Oleh:
SITI KOMARIAH 101070022988
FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/ 2007 M
TingK.cit P.fJrHSivitas Pa:da Pengemudl 81.is Urnum Dalam
!'(ot;c, dan Luar Kota Di Terminal Kampung F(ambutan
Skripsi d1ajukan sebagai tugas akhir Strata ·1 (S-1)
l~'ada
F:Jkultas
Psil(()IO()i untuk memenuhi persyaratan gela•- Sa1-jana Ps:11ologi
DisusL:n Oleh
SIT! l
Dibciwai·1 i:J1mbinga11 . Pe:nb1mb111g 11
FAi
'142.8 H I 2.\J07 !Vi
Skripsi yang cerjudul ''Tingkat Agresivitas Pada PengE!iHUdi Bus Umum
Dalam Kata clan Luar f(ota Di Terminal Kampung Rambutan" telah d1ujikan dala:·n sidang munaqasah Fakultas Psikologi Ur111113rsitas Islam Negri Syanf Hiciayalullah Jcikarta pada tanggal 22 Januari 2007. Skripsi 1ni telah diterima seb23gai salan satu syarat u1,tuk mempernleh gelar Sarjanci Psikologi. Jakarta, 22 Janlliiri 2001
Sidang Munaqasah
!
Ketua Mer n 1 kap Anggota
Sel;retaris Mernngkap Anggota
Ora.
An:" ota: Pe ig ji i
F"ernoimbing II
prof. fj_amcl m r' ~un. f0. Si NIP: 1 351146
Kebut-kebutan merupakan bentuk perilaku ugal-ugalan. Perilaku ini dapat dikategorikan sebagai perilaku agresif. Karena dapat mengakibatkan penderitaan orang lain dan kerusakan properti.
Perilaku ini dapat mengakibatkan kematian, Iuka parah ataupun ringan, kecacatan, dan kerusakan badan kendaraan maupun jalan.
Maka pengemudi harus mengutamakan keselamatan penumpang. Keselamatan adalah harta yang berharga Dengan
disiplin
berlalu
lintas
pengemudi
clapat mencegah
terjadinya kecelakaan.
Janganlah saling ngebut-ngebutan di jalan. Patuhilah dan taatilah peraturan-peraturan lalu lintas. Karena mematuhi dan mentaati adalah modal utama mencapai tujuan yaitu, rasa aman, nyaman, dan tertib.
Sayangifali nyawa orang fain, se6agaimana menyayangi dlrimu serufi.ri.
Secercah harapan menyambut mentari. Mentari hilang silih berganti. Kuatkan mental dan iman di hati. Hanya kepada-Mulah kami berserah diri. Kupanjatkan do' a pada Mu lllahi Rabbi. Kau berikan kasih dan sayang Mu tiada henti. Biarkan ku berlari mencari cinta lllahi. Kepada-Mulah ku kan kembali. Ku kan menyongsong esok hari. Dengan senyuman yang berseri. Bersama teman yang sejati. Menjalani perjuangan hidup yang suci. lnsya Allah kan kujalani dengan Ridho lllahi.
Karya sederhana ini kupesembahkan untuk Bapak, lbu, Kakakku dan adikku tercinta , serta sahabat-sahabatku tersayang, Untuk tangis duka, haru dan bahagia dalam ego diri yang menyertai perjuanganku.
ABSTRAK (A) Fakultas Psil
60 pengemudi, 30 pengemudi dalam kota dan 30 pengemudi luar kota. Dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam hasil penelitian ini, tingkat agresivitas pengemudi dalam kota dan luar kota didapatkan hasil yang sama yaitu tingkat agresivitas pengemudi kategori rendah sebanyak 8 orang (4 orang dalam kota dan 4 orang luar kota), kategori sedang sebanyak 40 orang (20 orang dalam kota dan 40 luar kota), sedangkan kategori tinggi sebanyak 12 orang (6 orang dalam kota dan 6 orang luar kota). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan skala pengukuran, yakni skala sikap Likert terhadap tingkat agresivitas pengemudi bus umum dalam kota dan luar kota Jakarta dengan koefisien reliabilitas alpha 9,27 dan koefisien validitas 0,361yang terdiri dari 26 aitem. Dari hasil penelitian diperoleh data yang berdistribusi tidak normal, data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan teknik statistik non parametrik menggunakan rumus Chi Square untuk mengetahui tingkat agresivitas antar variabel penelitian. Berdasarkan hasil analisa data dengan chi square hasil analisa statistik, diketahui bahwa x2 hitung sebesar 25,067 sedangkan nilai tabel 2 dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 41,3217. Jadi taraf signifikansi uji x2 hitung < tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat agresivitas pada pengemudi bus umum dalam kota dan luar kota di terminal Kampung Rambutan.
x
i
Perilaku agresif akan timbul karena adanya sikap. Dan tidak hanya dari satu faktor yang menyebabkan manusia berperilaku akan tetapi ada banyak faktor, entah itu faktor dari dalam maupun dari luar. Manusia berperilaku dapat mempengaruhi lingkungan sosial, pribadi, bahkan pada kesehatan diri. Sikap seseorang dapat berubah tergantung dari kondisi diri dan berbagai stimulus yang dapat berpengaruh kuat baik dalam diri maupun lingkungannya. Peneliti menyarankan jika akan diteliti lebih lanjut a!~ar menambah jumlah sampel yang lebih besar dengan lokasi yan~1 berbeda dan lebih bervariasi dan menggunakan metode dan pendekatan dalam penelitian yang berbeda misal; wawancara secara mendalam. (G) Daftar Pustaka 1973-2005
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur atas Kehadirat Allah SWT yang telah begitu banyak melimpahkan rahmat serta anugerah Nya bagi kita semua, sehingga kita senantiasa sehat wal afiat untuk terus bisa melakukan hal yang bermanfaat dalam setiap kesempatan yang diberikan Nya. Shalawat dan Salam selalu tercurah untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang dengan tulus dan penuh perjuangan telah mengantarkan kita dari Zaman kebodohan menuju era teknologi dan dari zaman kebiadaban menjadi masa keberadaan. Semoga kita semua mendapatkan syafaat dari tangan lembutnya setiap saat. Amin. Dengan segala daya dan upaya, penulisan skripsi ini dapat berjalan lancar dan selesai dengan baik walaupun masih banyak kekurangan. Sebagai tugas akhir, penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana psikologi dari kampus tercinta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. tak lepas dari perjuangan dan seluruh proses yang dilalui demi terselesaikannya skripsi ini dengan judul "Tingkat Agresivitas Pada Pengemudi Bus Umum Dalam Kota Dan L.uar Kota Di Terminal Kampung Rambutan" adalah tiada lain karena jasa dan dukungan, serta bimbingan yang tulus dari semua pihak yang berperan dalam penyusunan sebuah karya tulis ini. Teriring rasa bangga dan bahagia teruntuk keluargaku tercinta, walaupun ucapan terimakasih tidak cukup mewakili bakti penulis atas semua doa. Pengorbanan dan dukungan baik moril terlebih materil serta kasih sayang yang diberikan selama ini. Kepada Kedua Orangtuaku, seluruh Kakak dan Adikku yang tersayang (Lili) dan untuk keluarga besarku. Terimakasih (Harta yang sangat berharga, lstana yang terindah adalah keluarga). Dalam kesempatan ini pula tak lupa penulis sampaikan rasa terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Hamdan Yasun M.Si. dan Bapak lkwan L.utfi M.Psi.,T. dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya, secara tulus dan ikhlas memberikan banyak bimbingan dan dukungan pada penulis.
1. lbu Ora. Netty Hartati, M.Si. selaku dekan fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk seluruh dosen, staf dan karyawan, terimakasih banyak alas semuanya. 2. Kepala Terminal dalam kola, Bapak Didi Sadiry dan luar kola Bapak Holil Effendi serta staf dan karyawan Dinas Perhubungan atas izin penelitian dan bantuan yang diberikan. 3. Kepada lbu Neneng Tali Sumiati, M.Psi, Psi, selaku Penasehat Akademik yang telah membantu penulis selama menjalani perkuliahan. 4. Tertuang dalam sebuah kenangan, mencipta mimpi dengan segenap asa bersama rasa duka dan sukaku sehingga pada kesempatan di pengalaman ini dari semua teman-teman yang aku sayang dan memperhatikanku, membawa aku untuk mengukir segala kebahagiaan didalam benak dan hatiku. Terimaksih bagi semua teman-teman angkatan 2001 fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya kelas B terkhusus sahabatku SUTI (Ayo semangat, perjuangan masih panjang !) dan sahabatku Rifa (terima kasih untuk waktunya, dan spiritnya!). Untuk teman-teman KKN Parakansalak (Dewi, Uchie, Maleni, Ainun, Maya, Awang, Akhsin, Hilman, Mumu, Fadlan, Aan), kelompok PKL PSAA Ceger, dan lkay (thank you, you motivatorkul) dan tak lupa untuk temantemanku di KSR PMI UIN Jakarta, serta terimakasih untuk semua orang yang kenal dan mengenalku yang tidak dapat kusebutkan satu demi satu. Walaupun nama tidak satu persatu bisa disebutkan namun yakinlah tanpa kalian semua aku belum bisa seperti sekarang, dalam setiap kenangan dalam hidupku akan selalu ada kalian, buat kalian semua terima kasih, terima kasih sekali.. ... Da/am setiap kesempatan se/alu lakukanlah ha/ yang baik dan terbaik, bermanfaat bagi diri dan orang lain. 5. Seluruh para Dasen dan staf akademik Fakultas Psikologi, terimakasih atas bantuannya selama perkuliahan. Petugas perpustal
Akhirnya kepada Allahlah aku berserah diri, walau penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna. Namun, semoga bisa berguna dan rnenjadi sumbangan yang berharga khususnya bagi penulis, dan ba1~i siapa saja yang membacanya.
Jakarta, 22 .Januari 2007
DAFTAR ISi Halaman Judul .............................................................................................................. Halaman Persetujuan.................................................................................................. Halaman Pengesahan................................................................................................ Motto dan Persembahan............................................................................................ Abstraksi......................................................................................................................... Kata Pengantar............................................................................................................. Daftar lsi......................................................................................................................... Daftar Tabel, Skema dan Gambar...........................................................................
ii iii 1v v1 viii x x111
BAB 1 PEN DAHULUAN............................................................................................ 1.1 La tar Belakang __________ .................................................... ................................ 1.2 ldentifikasi Masalah..................................................................................... 1.3 Batasan dan Perumusan Masalah............................................................ 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................. 1.4.1 Tujuan penelitian................................................................................. 1.4.2 Manfaat penelitian............................................................................... 1.5 Sistematika Penulisan
1-12 1 9 9 10 10 11 11
BAB 2 KAJIAN TEORI............................................................................................... 2.1 Agresi............................................................................................................... 2.1.1 Pengertian............................................................................................... 2.1.3 Tipe-tipe Agresi ......................................................·............................... 2.1.4 Faktor Pencetus Perilaku Agresif. ....................,.............................. 2 .2 Ag res ivitas .... _..................... _............. _.. _...................... __ ....................... _.. ...... 2.2.1 Pengertian............................................................................................. 2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas ............................. 2.2.3 Bentuk-bentuk Agresivitas................................................................. 2.3 Pengemudi.................................................................................................... 2.4 Angkutan (Bus) Umum............................................................................... 2.5 Perilaku Agresif Mengemudi .................................................................... 2.5.1 Pengemudi Agresif............................................................................... 2.5.2 Penyebab Munculnya Perilaku Agresif Saat Mengemudi............ 2.5.3 Bentuk-bentuk Perilaku Agresif Mengemudi................................... 2.6 Kerangka Berpikir........................................................................................ 2.7 Hipotesa........................................................................................................
13-50 13 13 18 19 23 24 27 30 33 37 38 40 41 42 47 50
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN..................................................................... 3.1 Jenis Penelitian............................................................................................. 3.1.1 Pendekatan penelitian......................................................................... 3.1.2 Definisi variabel dan operasional...................................................... 3.1.2.1 Definisi variabel....................................................................... 3.1.2.2 Definisi operasional.......................................,........................ 3.2 Pengambilan Sampel.................................................................................. 3.2.1 Populasi dan sampel............................................................................ 3.2.2 Teknik pengambilan samplin9........................................................... 3.3 Pengumpulan Data...................................................................................... 3.3.1 Metode dan lnstrumen Penelitian...................................................... 3.4 Teknik Uji lnstrumen Penelitian................................................................ 3.4.1 Analisa validitas dan reliabilitas.......................................................... 3.4.2 Skala tingkat agresivitas..................................................................... 3.5 Prosedur Penelitian.................................................................................... 3.6 Teknik Analisa Data.....................................................................................
51-64 51 51 52 52 52 53 53 54 55 55 58 58 61 61 63
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA....................................................... 65-73 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian...................................................... 65 4.1.1 Berdasarkan usia................................................ ................................ 65 4.1.2 Berdasarkan pendidikan terakhir.................................................... 66 4.1.3 Berdasarkan status perkawinan...................... ............................... 66 4.1.4 Berdasarkan suku bangsa................................................................ 67 4.2 Presentasi Data.......................................................... ................................ 68 4.2.1 Agresivitas pengemudi ....................................................................... 68 4.2.2
Tingkat agresivitas pengemudi bus umum dalam kota dan luar kota......................................................................................... 4.2.3 Uji Persyaratan..................................................................................... 4.2.3.1 Uji normalitas........................................................................... 4.2.3.2 Uji homogenitas...................................................................... 4.2.4 Uji hipotesa.......................................................................................... 4.3 Hasil Tambahan 4.3.1
69 70 70
72 73 74
Tingkat Agresivitas Antar Pengemudi dalam kota dan luar kota......................................................................................... 74 4.3.1.1
Tingkat agresivitas pengemudi dalam kota dan luar kota berdasarkan usia ................................. 74
4.3.1.2
Tingkat agresivitas pengemudi dalam kota dan luar kota berdasarkan pendidikan terakhir....... 75
4.3.1.3
Tingkat agresivitas pengemudi dalam kota dan luar kola berdasarkan status perkawinan.......
4.3.1.4
76
Tingkat agresivitas pengemudi dalam kola dan luar kola berdasarkan suku bangsa.................
77
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ................ .................................. 78-80
5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 78 5.2 Diskusi
78
5.3 Saran................................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN
TABEL DAN SKEMA Ta be I Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.14 Tabe14.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18
Kuantitatif Skorin9.................................................................................. Blue Print Skala Tingkat Agresivitas Sebelum Uji Coba............... Blue Print Skala Tingkat Agresivitas Setelah Ulji Coba................ Reliabilitas Guilford................................................................................ Gambaran Subjek Berdasarkan Usia................................................ Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir................... Gambaran Subjek Berdasarkan Perkawinan................................... Gambaran Subjek Berdasarkan Suku Bangsa............................... Deskripsi Teoritik Perolehan dan Statistik....................................... lnterpretasi Skar Agresivitas Pengemudi........................................ Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Agresivitas........... Gambaran Tingkat Agresivitas Pengemudi Bus Umum Dalam Kata dan Luar Kota............................................................................... Gambaran Agresivitas Pengemudi Bus Umum Dalam Kata....... Gambaran Agresivitas Pengemudi Bus Umum Luar Kata.......... Distribusi Data Dengan Analisis Skewness.................................. Uji Normalitas Dengan Analisis Shapiro Wilk................................ Uji Hipotesa Dengan Chi Square..................................................... Gambaran tingkat agresivitas pengemudi dalam kota dan luar kota berdasarkan usia........................................................ Gambaran tingkat agresivitas pengemudi dalam kola dan luar kota berdasarkan pendidikan terakhir: .. :......................... Gambaran tingkat agresivitas pengemudi dalam kota dan luar kota berdasarkan status perkawinan .............................. Gambaran tingkat agresivitas pengemudi dalam kota dan luar kota berdasarkan suku bangsa.......................................
56 57 58 60 65 66 67 67 68 68 69 69 70 70 71 71 73 74 75 76 77
Skema dan Gambar Skema 2.1 Bentuk-bentuk Agresivitas................................................................ 32 Skema 2.2 Gambaran Kerangka Berpikir.......................................................... 49 Gambar 4.13 Kurva Leptokurtik (Runcing)........................................................... 72
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar belakang masalah
OKI Jakarta sebagai suatu kola megapolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 9.3 juta jiwa merupakan kola dengan tingkat kompleksitas yang sangat tinggi. Menurul Alkatiri (dalam suara karya, 2004) menunjukkan angka-angka slatislik dalam gambaran kompleksitas OKI Jakarta tersebut dengan luas wilayah 664 km 2 , jumlah penduduk 9.341 juta jiwa, panjang jalan 6.528 km, jumlah kendaraan 4.863 jula (terdiri dari mobil pribadi 1.470 juta unit, sepeda motor 2.645 jula unit dan bus 0.312 juta unit). Oengan kondisi tersebut, OKI memiliki kepadatan penduduk 140.3 jiwa/ha, kepadatan jalan 9.83 km/km 2 , kendaraan per kapita 0.52
~endaraan
per orang dan panjang jalan per kapila
0.698 km/kapita. Jadi melihat kondisi Jakarta di alas dapat dibandingkan antara jumlah penduduk dengan kendaraan 2:1. Artinya penduduk/pemakai kendaraan menampung dua orang, maka dari itu terjadilah kepadatan (density) kendaran bermolor. Sedangkan jika dibandingkan antara jumlah
penduduk dengan pemakai kendaraan bus, maka didapatkan perbandingan 30: 1 . Artinya satu bus seharusnya menampung 30 penumpang, dalam
kenyataannya bus melebihi kapasitas penumpang, maka dari itu terjadilah kesesakan (crowding).
Melihat gambaran perbandingan yang tertera di atas didapati proses terjadinya kesesakkan, hal ini terjadi pada bus umum yang menampung penumpang diatas normal/ penuh. Hubungan antara kepadatan dan kesesakkan mempunyai dua ciri. Ciri pertama, kesesakkan adalah persepsi terhadap kepadatan dalam artian jumlah manusia. Ciri kedua, karena kesesakkan adalah persepsi maka sifatnya subjektif. Misalnya, orang yang sudah biasa naik bus yang padat penumpangnya, mungkin sudah tidak merasa sesak lagi (density tinggi tetapi crowding rendah). Sebaliknya, orang yang biasa menggunakan kendaraan pribadi, bisa merasa sesak dalam bus yang setengah kosong (density rendah tetapi crowding tinggi) (Sarwono, 1995).
Karena adanya perbedaan antara kepadatan dan kesesakkan itu, maka Stokols (Sarwono, 1995) menyatakan bahwa density adalah kendala keruangan, sedangkan crowding adalah respons subjektif terhadap ruang yang sesak. Kesesakan penumpang dan kepadatan kendaraan bermotor merupakan gejala-gejala lain dalam tindak agresivitas pengemudi.
Jakarta sebagai ibu kota negara sudah selayaknya memiliki sistem transportasi yang terpadu dan tertata secara baik. Sebagai kola metropolitan,
3
lalu lintas Jakarta sudah sangal padat. Hal ini lerlihal pada gambaran yang lerjadi di alas penuh dengan kepadalan dan kesesakkan. Seliap hari, lerulama pada jam-jam kerja atau jam pulang kerja/pulang kantor, sudah menjadi pemandangan rulin di jalan-jalan ulama. Tengok saja angkulan massal yang ada di Jakarta. Mulai dari mikrolel sampai bus, berhenli di sembarang lempal, menaikkan dan menurunkan penumpang bukan di hallehalte yang disediakan. Kadangkala bahkan sengaja berhenli di badan jalan hingga membuat anlrian panjang mobil-mobil di belakangnya.
Menurut Alkatiri (dalam suara karya, 2004) lerlihal gambaran kondisi bus kola, kondisi kendaraan sudah reol dan lidak nyaman bagi penumpang. Kalaupun ada bus baru, paling-paling cuma bisa bertahan satu sampai dua lahun, selanjulnya sering mogok, kebersihan lidak lagi terawal, selalu dijejali penumpang, selalu berdesak-desakkan dan selalu tidak aman dengan adanya gangguan lindakan kejahalan kriminal seperti pengamen (selehgah preman), penodong, pencopel dan lainnya.
Dalam suara karya, menurul Hanafie (2005) lransportasi kendaraan umum yang digemari masyarakat Jakarta adalah menggunakan bus, karena bus dapat mempercepat perjalanan penumpang dan relalif l13bih murah dibandingkan dengan memakai kendaraan lain. Kendaraan umum/bus lerbagi menjadi dua macam yaitu; kendaran umum menggunakan AC (penyejuk udara) dan Non AC. Berdasarkan jarak, angkutan umum lerbagi
4
menjadi dua, yaitu : angkutan umum dalam kola dan luar kola. Biasanya jika berdasarkan jarak dalam kola itu harus berdasarkan uang setoran kepada perusahaan yang pun ya kendaraan tersebut. Lalu jika berdasarkan jarak luar kola biasanya berdasarkan, kendaraan tersebut sudah berapa kali masuk terminal bukan berdasarkan uang setoran ..
Melihat angka-angka yang ada, lalu lintas Jakarta memang secara fundamental sudah berpotensi bermasalah. Kemudian ditambah lagi dengan rendahnya kedisiplinan pengemudi, kurang tertibnya bus-bus umum dan pertumbuhan jumlah kendaraan yang sangat tak sebanding dengan pertambahan jalan yang menimbulkan kemacetan di berbagai kawasan.
Di kola Jakarta sering dijumpai kemacetan di mana-mana. Kemacetan lalu lintas kian memprihatinkan, khususnya di lokasi-lokasi strntegis (seperti pertigaan-pertigaan dan perempatan-perempatan jalan utama) kola Jakarta. Kemacetan disebabkan karena para pengemudi kurang disiplin lalu lintas dan sering melanggar tata tertib. Dan banyak pula kendaraan angkutan umum sering ugal-ugalan. Dan sering juga pengemudi dengan pengemudi lainnya mencari penumpang dengan berebutan.
Di sejumlah lokasi strategis malah secara terang-terangan banyak angkutan umum sengaja ngetem atau istirahat sejenak menanti penumpang hingga menghambat laju kendaraan yang mau lewat di belakangnya. Mengingat
5
persaingan semakin keras, para pengemudi angkutan umum ini tampaknya khawatir tersodok oleh rekan-rekannya yang ada di belakangnya. Dalam mencari nafkah penghidupan. Akibatnya, banyak pengemudi angkutan umum tak peduli dengan mobil-mobil di belakangnya yang ingin mendahului. Dan sering sekali pengemudi mengabaikan keselamatan orang lain.
Sebagaimana kita ketahui faktor human error merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan. Manusia disini memang identik dengan pengemudi, tetapi sebenarnya termasuk juga di dalamnya
penumpan!~.
pejalan kaki,
pedagang di sekitar jalan, polisi, pemborong jalan sampm pemerintah sebagain penentu kebijakan. Selain itu faktor jalan, kendaraan, cuaca, peraturan dan lingkungan juga merupakan faktor-faktor penyebab kecelakaan. Namun semuanya tetap saja kembali ke faktor manusia, karena semua faktor lain seharusnya dapat diantisipasi dan dikendalikan oleh manusia.
Kecelakaan lalu lintas yang didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas sebagai "suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda", (Muhammad Subair. http: i /www. ba ir. web. uqm. ac. id/conteniitransportasi. htm
6
Masalah semakin bertambah dengan kurang disiplinnya pengemudi kendaraan umum, hal ini dapat kita lihat dari semakin tingginya angl
Untuk itu pihak yang berwenang harus mengambil tindakan tegas terhadap pengemudi angkutan yang melanggar peraturan, sebab bahaya yang ditimbulkannya bisa sangat besar. Sistem kebijal
7
Jika seorang pengemudi melanggar Undang Undang No. 14 Tahun 1992 tentang berlalu lintas, maka pengemudi harus mematuhi dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku agar dapat berdisiplin bf'rlalulintas serta membuat perjalanan semakin aman dan nyaman.
Kebut-kebutan di jalan raya merupakan salah satu bentuk perilaku ugalugalan dari pengemudi bus umum baik dalam kola maupun luar kota.sikap ugal-ugalan pengemudi di jalan raya banyak ragamnya. Dalam Murniati (1996) menurut Sunaryo Joyopuspilo, mantan Kepala Akademi LLAJR, perilaku ugal-ugalan termasuk ngebul dan saling mendahulukan, berhenti di sembarang tempat, sering menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat, melanggar tata tertib lalu lintas, kurang disiplin, sering ngelem atau istirahat sejenak di sembarang tempal, sering mendahului kendaraan di depannya, dan tidak lupa sering pula meng13jek antara angkutan umum lainnya. Darigambaran di atas mengemukakan bahwa hal itu merupakan beberapa fenomena agresivitas dari para pengemudi bus umum di ibu kota Jakarta baik yang di dalam kola maupun di luar kola.
Berkowitz (Matlin, 1995) mendefinisikan agresivitas sebagai "deliberate attemp to injure or destroy someone, either phsycal/y of psychologically" alau usaha sengaja untuk melukai atau menghancurkan orang lain, baik secara fisik ataupun psikologis.
8
Definisi agresivitas oleh Baron dan Richardson (Krahe, 2001) adalah "Any form of behavior directed toward the goal of harming or injuring another living being how is motivated to avoid such treatment", atau setiap perilaku yang
ditujukan untuk membahayakan atau melukai makhluk hidup lain dan telah diperkirakan akan menghasilkan konsekwensi tersebut (ada harapan dan niat).
Dalam kamus lengkap Psikologi (Chaplin, 2000), menurut Murray, agresi sebagai kebutuhan untuk menyerang, memerkosa, melukai orang untuk meremehkan, merugikan, mengganggu, membahayakan, merusak, menjahati, mengejek, mencemooh atau menuduh secara jahat, menghukum berat atau melakukan tindakan sadistis lainnya.
Jika seseorang mencoba melukai orang lain itu dinamakan agresif, namun jika ia tidak mencoba menimbulkan bahaya dia tidak dikatakan agresif. Oleh karena itu peneliti mendefinisikan agresif sebagai tindakan yang dimaksudkan untuk melukai, menyakiti orang lain secara fisik, verbal maupun psikis baik disengaja ataupun tidak disengaja, dengan secara langsung atau tidak langsung.
Tingkat agresivitas pengemudi bus umum dalam kola dan luar kola dapat dilihat sejauhmana pengemudi tersebut berperilaku agresii', baik internal maupun eksternal. Perilaku agresif mengemudi adalah perilaku mengemudi
9
yang didahului oleh suatu niat, rasa marah atau merupakan kebiasaan untuk melukai pengemudi lain atau yang membahayakan pengemudi lain baik secara fisik maupun mental, bermula dari cara mengernudi yang beresiko hingga terjadinya kekerasan di jalan. Atas dasar pemikiran inilah, dengan melihat paparan mengenai gambaran yang telah dikemukakan di atas, peneliti menaruh perhatian tentang : "Tingkat Agresivitas pada Pengemudi Bus Umum Dalam Kota dan Luar Kota di Terminal Kampung Rambutan."
1.2 ldentifikasi Masalah Dari latar belakang di atas, terdapat masalah-masalah yang muncul yaitu: 1. Bagaimana tingkat agresivitas pengemudi bus umum? 2. Bagaimana perbedaan tingkat agresivitas pada penge•mudi bus umum dalam kota dan luar kota?
1.3 Batasan dan Perumusan Masalah Untuk menghindari meluasnya dan lebih terarahnya penelitian mengenai tingkat agresivitas pada pengemudi bus umum dalam kota dan luar kota, perlu dilakukan pembatasan masalah. Masalah penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
10
1. Tingkat agresivitas merupakan usaha untuk melukai. menyakiti orang lain secara fisik, verbal maupun psikis alau kecenderungan unluk melakukan agresif. 2.
Bus umum dalam kola adalah kendaraan umum atau massal yang jarak operasinya hanya sekitar dalam kola Jakarta.
3.
Bus umum luar kola adalah kendaraan umum atau masal yang jarak tempuhnya/jarak operasinya di luar kola Jakarta.
4.
Subjek adalah pengemudi atau sopir bus umum baik dalam kola maupun luar kola.
Dari pembalasan masalah di alas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu: " Bagaimana tingkat agresivitas pada pengemudi bus umum dalam kola dan luar kola?"
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat agresivitas pada pengemudi bus umum dalam kola dan luar kota di terminal Kampunn Rambutan ..
•.
11
1.4.2 Manfaat penelitian Manfaat penelitian terbagi atas dua hal, yaitu: i .4.2. i
Manfaat Teoritis
i. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam pengembangan dan memperkaya khazanah keilmuan psikologi khususnya Psikologi Sosial, tentang agresivitas. 2. Dapat memberikan gambaran bagaimana tingkat agresivitas pada pengemudi dalam kota dan luar kola i .4.2.2
Manfaat praktis
Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan (acuan) yang berharga bagi para Psikolog tentang bagaimana fenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat khususnya dalam mempelajari perilaku agresif.
1.5 Sistematika penulisan Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan kaidah penulisan American Psychologycal Association (APA) Style. Untuk memudahkan penulisan
skripsi ini , penulis menyusunnya dalam bentuk beberapa bab sebagai berikut: BAB i: Pendahuluan. Bab ini membahas tentang latar bE:ilakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
12
BAB 2: Kajian Teori. Bab ini membahas mengenai kajian kepustakaan/kerangka teoritis yang berhubungan dengan penelitian ini, yakni teori tentang definisi agresif, tipe-tipe c:1gresi, faktor pencetus perilaku agresi, definisi agresivitas, faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas, bentuk-bentuk agresivitas, definisi pengemudi dan gambaran secara umum bus dalam kola dan luar kola, definisi perilaku agresif mengemudi, serta kerangka berpikir. BAB 3: Metodologi Penelitian. Bab ini mengurai tentang metodologi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data. BAB 4: Presentasi dan Analisa Data. Bab ini berisikan sejumlah hasil penelitian yang meliputi gambaran umum responden atau subjek penelitian, dan analisis data hasil penelitian. BAB 5:
Kesimpulan, Diskusi dan Saran. Bab ini memuat kesimpulan, diskusi, dan saran-saran.
BAB2 KAJIAN TEORI Sebelum peneliti membahas lebih lanjut, peneliti akan rnembahas terlebih dahulu tentang agresi.
2.1
Agresi
2.1.1 Pengertian Baron (1994) mengemukakan bahwa agresi adalah segala bentuk tingkah laku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai orang lain yang sebenarnya tidak mau mendapatkan perlakuan seperti yang dilakukan agresor. Artinya, perlakuan yang dilakukan agresor sarna sekali tidak diinginkan oleh target. Yang terpenting dalarn hal ini adalah agresor tidak mengetahui bahwa sasarannya tidak menyukai apa yang ia lakukan.
Secara operasional, Muray (Sarwono, 1997) mernberikan gambaran agresi sebagai kebutuhan untuk menyerang, rnemperkosa atau melukai orang lain, untuk rnerernehkan, merugikan, mengganggu, mernbahayakan, rnerusak, menjahati, rnengejek, mencemooh atau menuduh secara jahat, rnenghukum berat atau melakukan tindakan sadistis lainnya.
14
Menurut Berkowitz (1996) menyatakan bahwa agresi setiagai perilaku yang sengaja dilakukan sebagai usaha untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya menyakiti orang lain baik secara psikis maupun fisik. Beliau membedakan antara amarah, niat jahat dan agresivitas. Amarah tidak rnempunyai tujuan tertentu dan hanya mengacu kepada serangkaian perasaan tertentu yang tidak bisa kita sebut "amarah". Amarah, sebagai suatu perasaan, tidak langsung mendorong agresi tetapi biasanya hanya menyertai kecenderungan untuk menyerang sasaran.
Namun demikian, perasaan dan dorongan agresif tidaf\ selalu berjalan seiring. Niat jahat adalah sikap jahat terhadap satu orang atau lebih yang tercermin pada penilaian yang sangat negatif atas sasaran, menunjukkan rasa tidak senang terhadap banyak orang .
Lebih lanjut, orang jahat biasanya cepat mengatakan atau memenunjukkan penilaian negatif terhadap orang lain, menunjukkan rasa t.idak senang terhadap banyak orang. Sedangkan agresivitas adalah keinginan yang relatif melekat untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi yang berbeda. Orang yang mengalami dorongan agresif, mungkin memiliki sikap jahat terhadap orang lain, tetapi tidak semua orang jahat langsung menyerang. Jadi jelasnya, agresivitas adalah berbagai kecenderungan untuk menjadi agresif.
15
Agresi merupakan suatu bentuk reaksi terhadap keadaan yang tidak menyenangkan yang melibatkan perasaan emosi atau marah dalam diri individu tersebut. Agresi adalah perilaku yang dimunculkan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang sifatnya menyakiti lawannya baik secara fisik maupun psikis sehingga tidak dapat diterima secara sosial (agresi sebagai aksi).
Perilaku agresi merupakan bagian dari keseharian manusia sebagai individu normal. Hampir tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia memilikinya bahkan bayi pun memiliki sifat agresif tersebut, hal tersebut dapat dilihat dari amarah yang dirasakan oleh tiap-tiap individu.
Jika seseorang mencoba melukai orang lain itu dinamakan agresif, namun jika ia tidak mencoba menimbulkan bahaya dia tidak dil<.atakan agresif. Oleh karena itu peneliti mendefinisikan agresif sebagai tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain dengan sengaja ataupun tidak disengaja secara fisik, psikis maupun verbal, dan bertentangan dengan norma sosial yang berlaku di lingkungan sekitar, sementara si obyek agresi tidak menghendaki perlakuan tersebut.
Menurut Kartini Kartono (2002), agresi yaitu reaksi primitif dalam bentuk kemarahan hebat dan ledakan emosi tanpa kendali, serangan, kekerasan, tingkah laku kegilaan dan sadistis lainnya.
16
Sedangkan menurut Albert Bandura (1973) bahwa perilaku agresi merupakan perilaku yang melukai dan merusak hak milik seseorang Sedangkan menurut Herbert (Berkowitz, 1995) menyatakan bahwa agresi adalah bentuk perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial, yang memungkinkan Iuka fisik ataupun psikis pada orang lain yang menjadi objek tujuannya, atau merusak benda-benda.
Sedangkan menurut Elliot Aronson (Koeswara, 1988), mendefinisikan agresi adalah tingkah laku yang dijalankan oleh individu lain deingan maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan ataupun tanpa tujuan tertentu. Sementara itu, menurut Moore dan Fine (Koeswara, 1988) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau terhadap objek-objek. Tampaknya dari beberapa tokoh diatas menampilkan unsur yang sama yakni tingkahlaku menyakiti atau melukai. Dalam Murniati (1996) menurut Myers tingkah laku menyakiti ini dapat berupa tindakan fisik maupun tingkah laku verbal, mulai dari pikiran, perkataan hingga perbuatan nyata.
Perilaku agresi adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti badan atau perasaan orang lain. Agresi didefinisikan sebagai bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan yang bert•9ntangan dengan kemauan orang itu. lni berarti bahwa menyakiti orang lain secara sengaja bukanlah suatu tindakan agresi jika pihak yang dirugikan menghendaki hal itu
17
terjadi. Agresi melibatkan setiap bentuk penyiksaan terhadap orang lain seperti mempermalukan, menakut-nakuti, atau mengancam seseorang merupakan perilaku agresi.
Dengan pengertian-pengertian di alas, tampaknyaakan banyak perilaku yang dapat dikategorian ke dalam perilaku agresif, mulai dari tingkah laku melukai orang lain yang sengaja hingga yang tidak sengaja dilakukan. Oleh karenanya, untuk menentukan mana yang dapat dikategorikan sebagai perilaku agresif diperlukan suatu kriteria. Dalam Murniati ( 1996) menurut pandangan Teori Belajar Sosial Albert Bandura, agresi meirupakan karakteristik penilai dan karakteristik penyerang (aggressor). a. Karakteristik penilai Kriteria agresi dapat juga didasarkan pada orang yang memberi label agresi. lni berarti bahwa perilaku agresi itu sifatnya subyektif, dimana · suatu tindakan mungkin saja dikategorikan agresif bagi seorang penilai tetapi tidak bagi penilai lainnya. Pada umumnya satus :sosial ekonomi, jenis kelamin, suku bangsa, dan tingkat pendidikan mempengaruhi penilaian perilaku agresi. b. Karakteristik penyerang (aggressor) Karakteristik agresor seperti faktor jenis kelamin, usia, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi mempengaruhi penilaian. Oleh karenanya,
18
jika seorang wanita bertindak kasar secara fisik cenderung dinilai agresif dibandingkan kalau perbuatan yang sama dilakukan oleh pria.
Agresi didorong oleh kecenderungan internal yang berbeda dengan perasaan tersebut. Kecenderungan internal inilah yang disebut agresivitas. Jadi agresivitas merupakan kecenderungan untuk menjadi agresif.
2.1.2 Tipe-tipe Agresi Menurut Mayor (Koeswara, 1988) berpendapat ada tujuh tipe agresi, yaitu sebagai berikut : 1. Agresi predatori, yaitu agresi yang dibangkitkan oleh kehadiran objek alamiah, biasanya didapat oleh organisme atau spesies lain sebagai mangsanya. Orang yang sangat marah dan benci terhadap seseorang biasanya akan menyerang dan berusaha untuk melukainya. Agresor merasa harus menyerang dan melukai orang tersebut 2. Agresi antar jantan, agresi yang dibangkitkan oleh kehadiran sesama makhluk jantan atau satu spesies untuk mempertahankan teritorial atau memperebutkan partner seksual.. 3. Agresi ketakutan, yaitu agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan untuk menghindar dari ancaman. 4. Agresi tersinggung, agresi yang dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau kemarahan, respon menyerang muncul terhadap stimulus yang luas, baik berupa objek hidup maupun objek mati.
19
5. Agresi pertahanan, yaitu agresi yang dilakukan oleh organisme dalam rangka untuk mempertahankan daerah kekuasaannya dari ancaman atau gangguan anggota spesies lain. 6. Agresi maternal, agresi yang spesifik pada spesies atau organisme betina yang melakukan upaya melindungi anak-anaknya dari berbagai ancaman. 7. Agresi instrumental, agresi yang dipelajari, diperkuat, dan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
2.1.3 Faktor Pencetus Perilaku Agresif
Perilaku agresi sebagaimana tingkah laku lain muncul karena adanya faktor pencetus atau dorongan baik dari luar (eksternal) maupun dalam (internal) individu yang menghendaki kemunculan perilaku tersebut. Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana melalui teori stimulus respon yang dikemukakan oleh Miller, bahwa suatu stimulus baik internal maupun eksternal jika cukup kuat akan mampu memicu sebuah
tindakan~
Namur! menetap atau tidaknya
sebuah tindakan tergantung pada reinforcement dan reward yang didapat individu tersebut karena tindakannya, semakin positif reinforcement dan reward-nya maka perilaku tersebut akan cenderung menEitap, demikian pula sebaliknya. Hal ini berlaku untuk setiap perilaku yang positif maupun negatif.
20
Adapun faktor pencetus perilaku agresif menurut Koeswara (1988) antara lain: 1.
Frustrasi
Frustrasi merupakan situasi dimana individu terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam mencapai tujuan tersebut. 2.
Stres
Dalam istilah psikologi stres dikatakan sebagai stimulus, seperti ketakutan, kesakitan, yang mengganggu atau menghambat mekanisme-mekanisme fisiologis yang normal dari organisme. Engle mengajukan definisi stres yang lebih lengkap yaitu meliputi sumber-sumber stimuli internal dan eksternal. Stres menunjuk kepada segenap proses, baik yang bersumber pada kondisikondisi internal seperti kondisi emosionaal, pengaruh horrnon, dan lain-lain yang bersifat faali, maupun lingkungan eksternal seperti perubahan sosial dan memburuknya kondisi perekonomian itu memberikan andil bagi meningkatnya kriminalitas, termasuk didalamnya tindak kekerasan atau agresi, yang menuntut penyesuaian atas organisme. 3.
Deindividuasi
Deindividuasi adalah suatu keadaan dimana individu kehilangan kesadaran atas dirinya (self awareness) yang diakibatkan oleh situasi yang merasa tertekan. Deindividuasi memiliki efek behavioral yang kuat terhadap individu, yaitu efek agresi, kecemasan, dan depresi.
21
4.
Kekuasaan dan kepatuhan
Kekuasaan yang dimaksud disini adalah kekuasaan
yan~~
cenderung
disalahgunakan dan penyalahgunaan tersebut merubah kekuasaan menjadi kekuasaan yang memaksa, yang memiliki efek langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku agresif seperti yang ditujukan oleh Hitler, Mussolini, Stalin dan sejumlah besar manipulator kekuasaan lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Weber bahwa kekuasaan adalah kesempatan dan seseorang atau kelompok untuk merealisasikan keinginankeinginannya dalam tindakan kolumunal bahkan meskipun harus berhadapan dengan perlawanan dari seseorang atau sekelompok orang yang berpartisipasi dalam tindakan komunal tersebut. 5.
Efek senjata
Dalam penelitian Berkowitz dan Lepage yang menguji tentang efek senjata api terhadap kecenderungan perilaku agresi pada individu menghasilkan kesimpulan bahwa individu yang berhubungan dengan senjata api cenderung menjadi lebih agresif daripada individu yang tidak berhubungan dengan senjata api. Namun, dalam penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Brooker dan Buss serta Page dan Sheidt menghasilkan kesimpulan yang berlawanan bahwa efek dari kehadiran senjata tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap kecenderungan perilaku agresi seseorang. Ternyata, efek senjata terhadap perilaku agresi ini lebih dipengaruhi oleh persepsi individu
22
terhadap senjata api itu sendiri. lndividu yang mempersepsikan senjata api sebagai benda yang berbahaya justru akan memperlihatkan perilaku cemas. 6.
Provokasi
Menurut Poerwadarminta (1976) dalam kamus umum Bahasa Indonesia provokasi adalah pancingan, tantangan. Provokasi adalah perkataan atau tindakan yang dianggap menghina atau mengancam keselamatan individu yang melakukan agresi. Provokasi dapat mencetuskan agresi karena provokasi itu oleh pelaku agresi dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon agresif untuk meniadakan bahaya yang cliisyaratkan oleh ancaman itu. Ada hal lain yang dipercaya bahwa provokasi dapat mencetuskan agresi, yakni dengan harga diri (self esteem) dan hal tersebut telah dibuktikan melalui penelitian oleh Green (1968), bahwa jika seseorang mendapat provokasi (penghinaan) terhadap harga dirinya maka ia akan cenderung bersikap agresif kepada provokator.
Menurut Navaco dalam Baenninger (1991) semua pengemudi menyadari akan adanya pengalaman provokasi ketika sedang mengemudikan kendaraan, tetapi kesadaran pengemudi akan resiko dan perusakan dari provokasi tersebut baru disadari setelah terjadinya kecelakaan. Menurut Berkowitz (1993) orang akan lebih mudah marah diprovokasi, ketika mereka merasa atau menganggap pencapaian dari tujuam mereka menjadi tidak dapat dipenuhi sesuai dengan hasil yang diharapkan. Semakin besar
23
hasil yang diharapkan untuk dicapai oleh seseorang akan semakin mudah pula seseorang diprovokasi ketika harapan itu tidak tercapai.Jadi provokasi adalah perilaku orang lain yang memancing kita untuk membalasnya dengan berperilaku agresif. 7.
Alkohol dan obat-obatan
Laporan dari komisi pengawasan obat-obatan nonmedis di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa jika minuman beralkhohol dikonsumsi secara berlebihan oleh individu yang berkepribadian labil atau memiliki masalah psikiatris dan neurologis tertentu dapat mengarahkan kepada perilaku agresif dan tindak kekerasan. 8.
Suhu udara
Suhu udara merupakan faktor yang paling jarang diteliti meski sejak dulu ada dugaan bahwa suhu udara berpengaruh terhadap tingkah laku termasuk perilaku agresif. Namun hal ini belum j"elas, bagaimana pengaruh su.hu udara itu terhadap agresivitas individu-individu di negara-negara yang tidak mengenal perubahan iklim yang mencolok seperti di negara kita.
2.2. Agresivitas Manusia dalam hidupnya memiliki kebutuhan-kebutuhan. Apabila kebutuhankebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi maka akan terjadi kegagalan dalam tugas perkembangannya. Dorongan agresif merupakan salah satu faktor kepribadian manusia yang telah hadir sejak awal keberadaannya. Jika
24
manusia dalam usahanya mencapai kebutuhan terhalang manusia akan melakukan perilaku agresif yang dapat merugikan oran[J lain. 2.2.1 Pengertian lstilah agresivitas sering digunakan secara luas untuk menerangkan sejumlah besar tingkah laku yang memiliki dasar motivasional yang berbeda-beda dan sama sekali mempresentasikan agresi atau tidak dapat disebut agresi dalam pengertian sesungguhnya. Sebagai contoh seorang pengemudi dituntut agresivitasnya untuk mengejar penumpang. Penggunaan istilah agresivitas dapat memiliki arti berbeda dalam penguraian perilaku sehingga menjadi sulit untuk memahami apa dan bagaimana sesungguhnya yang disebut agresivitas atau perilaku agresi itu. Sedangkan agresivitas merupakan kata sifat dari agresi. Menurut Edmunds dan Kendrik (1980) agresivitas merupakan suatu disposisi atau kecenderungan untuk melakukan agresi dan berkenaan karakteristik individu.
Sedangkan menurut Buss (Edmunds dan Kendrik, 1980) menyatakan bahwa agresivitas merupakan suatu variabel kepribadian, suatu kelas respon yang menetap dan luas. Secara operasional agresivitas merupakan kebiasaan menyerang. Dalam Geen (1998), Buss mendefinisikan agresivitas sebagai" a response that delivers noxious stimuli to another organism" bermakna sebuah
25
respon yang melancarkan stimulus yang merugikan atau menyakitkan pada individu lainnya.
Berkowitz (Matlin, 1995) mendefinisikan agresivitas seba9ai "deliberate attemp to injure or destroy someone, either phsycally of psychologically" atau
usaha sengaja untuk melukai atau menghancurkan oran9 lain, baik secara fisik ataupun psikologis.
Definisi agresivitas oleh Baron dan Richardson (Krahe. 2001) adalah "Any form of behavior directed toward the goal of harming or injuring another living being how is motivated to avoid such treatment", atau setiap perilaku yang
ditujukan untuk membahayakan atau melukai makhluk hidup lain dan telah diperkirakan akan menghasilkan konsekwensi tersebut (ada harapan dan niat).
Agresivitas adalah segala bentuk perilaku ( baik langsun9 maupun tidak langsung, baik verbal maupun fisik) yang dilakukan dengan niat untuk melukai orang lain (menyerang) atau menimbulkan konse•kuensi negatif terhadap orang lain secara fisik maupun psikologis. Kate9ori tentang agresivitas terdiri dari dua macam, yaitu: 1.
Agresivitas memandang agresif bersumber dari dalam diri individu (innate, nature).
26
2.
Agresivitas memandang penyebab agresif bersumber dari luar diri atau pengaruh lingkungan terhadap individu (nurture).
Kedua pandangan tersebut memiliki sudut pandangan yang sama yaitu sama-sama mengakui bahwa tiap-tiap mahluk hidup itu rnemiliki kecenderungan untuk agresif.
Jadi agresivitas merupakan penyebab dari tingkahlaku agresif (agresi sebagai reaksi). Sedangkan agresi merupakan suatu bentuk reaksi terhadap keadaan yang tidak menyenangkan yang melibatkan perasaan emosi atau marah dalam diri individu tersebut. Agresi adalah perilaku yang dimunculkan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang sifatnya menyakiti lawannya baik secara fisik maupun psikis sehingga tidak dapat diterima secara sosial (agresi sebagai aksi).
Agresivitas merupakan salah satu dari perilaku manusia, dimana agresivitas merupakan naluri dasar yang merupakan energi naluri kematian yang terbentuk dalam diri organisme sampai suatu saat harus di lepaskan keluar dalam bentuk agresi nyata atau ke dalam bentuk tindakan merusak diri. Agresivitas timbul karena perasaan tidak puas terhadap suatu hal sehingga menyebabkan rasa marah dalam diri individu. Atkinson (1995) mendefinisikan agresivitas sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain secara fisik, atau verbal dan merusak harta benda. Agresivitas adalah suatu
27
bentuk tingkahlaku yang mengarah pada kekerasan baik secara fisik. maupun verbal, terhadap individu atau objek lain yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan dilakukan dengan segala cara.
Dari beberapa definisi dan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa agresivitas suatu bentuk tindakan atau perilaku melukai dan menyakiti orang lain atau objek-objek, yang disertai dengan ataupun tanpa maksud atau tujuan. Perilaku ini dapat dilakukan secara fisik yaitu berupa tindak kekerasan dan tingkahlaku destruktif, maupun secara verbal yang diwujudkan dalam bentuk perkataan yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, serta ancaman yang tidak diinginkan oleh korban, dan secara psikis yang diwujudkan dalam bentuk emosi serta perasaan dalam diri.
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas Agresivitas yang muncul dikalangan pengemudi dapat diclefinisikan sebagai · suatu kecenderungan untuk berperilaku agresif (menyerang, menyakiti, di!) baik secara fisik, verbal ataupun psiks baik secara langsuntg ataupun tidak langsung untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada kondisi tertentu individu dapat melakukan tindakan yang cenderuf}g agresif pada suatu objek. Menurut Koeswara (1988) agresivitas dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
28
A. Faktor Internal
Perilaku naluriah memilliki sumber energi yang disebut energi tindakan spesifik dan kemunculannya dikunci oleh mekanisme pelepasan bawaan. Agresivitas ada pada setiap individu sebagai ciri bawaan. Manusia menurut kodratnya memang bersifat kejam dan sadistis, maka melalui proses tingkahlaku budaya serta etika, agama maka manusia dapat berubah menjadi lebih baik. Beberapa faktor internal yang mempengaruhi agresivitas yaitu: ( 1) Frustrasi Frustrasi adalah situasi dimana individu terhambat atau
ga!~al
dalam usaha
mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan. Frutrasi menimbulkan agresi. lndividu yang mengalami frustrasi apabila \ maksud dan keinginannya yang diperjuangkan dengan intensif mengalami hambatan atau kegagalan. Akibat dari frustrasi tersebut timbul perasaan jengkel atau kecewa sehingga perasaan yang meluap-luap itu mencari jalan keluarnya. (2) Stres Stres merupakan suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Stres meliputi sumber-sumber stimulus internal maupun eksternal dan menunjukkan pada segenap proses yang menuntut penyesuaian pada organisme. Adapun stres yang muncul dapat berupa:
29
a) Stres eksternal Stres eksternal yang ditimbulkan oleh perubahan sosial dan pelanggaranpelanggaran yang dialami pengemudi, termasuk didalamya kekerasan dan agresi. b) Stres Internal Muncul karena adanya perasaan tertekan dari dalam diri individu dan jika tidak ada pemecahan maka akan menyebabkan timbulnya agresi pada diri individu, karena individu tidak bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi.
B. Faktor Eksternal Manusia adalah makhluk sosial yang selaku mengadakan relasi sosial dengan sesamanya. Ketika individu selain bertemu, pacla saat itulah interaksi sosial tercipta. Hal yang sering muncul dalam interaksi sosial adalah saling mempengaruhi antara satu sama lain. Pengaruh tersebut dapat menjadi kuat dan menjadi penyebab timbulnya perilaku agresivitas pada individu, dan yang termasuk didalamnya adalah: (1) Lingkungan Sosial (2) lnteraksi Teman Sebaya (3) Lingkungan Keluarga
30
2.2.3 Bentuk-Bentuk Agresivitas
Bentuk-bentuk Agresivitas yang dirangkum dari pembagian agresivitas Geen (1998), Olweus (2003), serta Sullivan (2000) membagi agresivitas ke dalam dua bentuk besar, yaitu: 1. Agresivitas langsung (direct aggresion) yaitu agresivitas yang dilakukakn secara terang-terangan, ditujukan secara langsung kepada korban dan dengan jelas berasal dari agresor (serangan terbuka. Agresivitas ini dibagi lagi ke dalam dua bagian:
a. Fisik yaitu memukul, menendang, mendorong, menjambak, menonjok, mencubit, menjegal/menyengkat, meludahi, mengunci seseorang, menggigil, merusak/mengambil paksa barang orang lain. b. Verbal seperti meledek, menghina dengan perkataan, mengancam dengan perkataan, ancaman kekerasan, pemberian nama ejekan, memaki, menggoda (teasing), mengejek, menghina/mengganggu dengan sengaja, mengkritik penampilan di depan orang. 2. Agresivitas tidak langsung (indirect aggresion) yaitu agresivitas yang dilakukan dengan serangan yang tertutup atau tersamar dimana penyerang dapat menyakiti korban tanpa teridentifikasi oleh korban atau orang lain. Serangan ini biasanya memakai struktur sosial yang tersedia untuk menyakiti korban, misalnya melalui manipulasi hubungan atau kedudukan sosial pihak tersebut secara sengaja. Agresivitas ini dibagi lagi ke dalam tiga bagian:
31
a. Merusak reputasi/status sosial: menyebarkan gosip tidak benar, menjelek-jelekkan target (sasaran) di "belakangnya", memfitnah, menulis dan menyebarkan notes (catatan) yang jelek tentang target, membuka dan menyebarkan rahasia target. b. Merusak atau manipulasi hubungan: mengeluarkan target dari kelompok, mengucilkan, menghasut teman lain untuk memusuhi target, merebut teman/pacar/sahabat target, tidak menghiraukan target, mengancam akan memusuhi atau menjauhi target jika target tidak melakukan apa yang diminta. c. Non verbal seperti ekspresi wajah yang menghina contohnya: mencibirkan bibir, memandang sinis, tersenyum mengejek, menggulingkan bola mata, mengadahkan hidung, ekspresi jijik atau muak, berbisik-bisik lalu tertawa dan dengan gestur yang kasar seperti membalikkan badan (memunggungi), menyenggol dan berpura-pura tidak sengaja.
32
Untuk lebih jelasnya berikut ini gambaran bentuk-bentuk agresivitas Skema 2.1 Bentuk-Bentuk Agresivitas.
Merusak mputasi
Bentuk-bentuk agresivitas
________./ Tidak langsung
Merusak hubungan -----~
No~ Pembagian Bentuk-bentuk Agresivitas.
Sedangkan menurut Buss dan Perry (1992) mengelompokkan bentuk agresivitas tersebut kedalam empat bentuk agresi, yaitu agresi fisik, agresi verbal, agresi dalam bentuk kemarahan (anger) dan agresi dalam bentuk kebencian (hostility). Keempat bentuk agresivitas ini mewakili komponen perilaku manusia, yaitu komponen motorik, afektif, dan kognitif.
33
a. Agresi fisik Merupakan komponen dari perilaku motorik sepeti melukai dan menyakiti orang lain secara fisik misalnya dengan menyerang dan memukul. b. Agresi verbal Merupakan komponen motorik seperti melukai dan menyakiti orang lain,hanya saja melalui verbalisasi, misalnya berdebat, menunjukkan ketidaksukaan dari ketidaksetujuan pada orang lain, kadang kala sering menyebarkan gosip c. Rasa marah Merupakan emosi atau afektif seperti keterbangkitan dan kesiapan psikologis untuk bersikap agresif, misalkan mudah kesal, hilang kesabaran dan tidak mampu mengontrol rasa marah. d. Sikap permusuhan Merupakan perwakilan dari komponen perilaku kognitif seperti perasaan benci dan curiga pada orang lain, merasa kehidupan yang dialami tidak adil dan iri hati.
2.3
Pengemudi
Menurut Hadiman (2001) pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar mengemudikan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
34
teknik yang berada pada kendaraan itu selain kendaraan yang berjalan di alas rel. Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia (Trisno, dan Abdullah, 1999) Pengemudi adalah sopir/subjek yang mengendarai kendaraan seperti; mobil bus, truk atau taksi. Subyek pada penelitian ini adalah seseorang yang sudah mempunyai SIM. Ukuran seseorang mempunyai SIM yang legal di Indonesia adalah ketika dia berusia 17 tahun. Maka dari itu, pada usia inilah manusia memasuki perkembangan dewasa muda. Persyaratan pengemudi menurut Hadiman (2001) yaitu: a. Setiap pengemudi kendaraan bermotor, wajib memiliki SIM. b. Cukup umur. c. Sehat jasmani dan rohani. d. Berpengetahuan tentang peraturan lalu lintas. e. Cakap mengemudikan kendaraan.
Asal kata dewasa (adult) berasal dari kata adolescence, yang berarti perkembangan ke arah yang lebih dewasa (Hurlock, 1980). Seseorang dikatakan dewasa
a~lah
ketika dia sudah memenuhi perkembangannya dan
siap untuk menjalankan statusnya dalam kehidupan sosial dengan orang dewasa lainnya.
Menurut Hurlock (1980) ukuran kedewasaan di setiap budaya dan negara berbeda tergantung pada kebudayaan yang berlaku. Di beberapa tempat, kedewasaan dicapai ketika seseorang mencapai tahap perkembangan
35
pubertasnya dan ketika organ seksualnya telah berkembang dengan baik. Pada masa sekarang ini, kedewasaan biasanya dirujuk pada seseorang memasuki usia dewasa (adulthood) adalah adanya harapan terjacli perubahan secara fisik, minat, sikap dan tingkah laku clalam menghadapi tantangan dari lingkungan sekitarnya
Menurut Hurlock (1980) ada 3 bagian dari dewasa, yaitu dewasa muda, dewasa madya clan dewasa akhir. 1. Masa dewasa dini Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umum 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. 2. Masa dewasa madya Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai pada 60 tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik clan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. 3. Masa dewasa lanjut usia (usia lanjut) Masa dewasa lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal beirpakaian clan dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak dan berperasaan seperti kala mereka masih lebih muda
36
Masa dewasa dialami oleh individu yang memiliki usia 113 tahun sampai kurang lebih 60 tahun, dimana pada saat ini perubahan secara fisik dan psikologis terjadi dan terjadi produktivitas kerja yang tin9gi (Hurlock, 1980).
Dewasa muda adalah periode adaptasi terhadap tata earn hidup dan pengharapan sosial. lndividu yang berada dalam dewasa dini diharapkan dapat menjalankan perannya yang baru, seperti menjadi pasangan hidup, orang tua, dan tulang punggung keluarga, serta menciptakan suatu sikap, minat dan nilai yang baru terhadap perannya tersebut. Berbagai tanggung jawab telah mulai dibebankan kepada individu dalam menjalani kehidupannya. Tanggung jawab dalam membina rumah tangga menuntut individu untuk bekerja dan berpenghasilan. lndividu yan(l berada dalam tahap ini, dapat menemukan berbagai macam masalah ketika melakukan adaptasi terhadap peran barunya.
Dewasa madya merupakan masa yang menakutkan, masa transisi dan penuh stres, masa untuk memperoleh penilaian juga merupakan masa yang menjemukan. Penyesuaian diri dengan berbagai perubahan fisik pada masa ini biasanya sulit, terutama dalam penampilan, fungsi fisiologis dan seksual. Serta masa ini sedang mempersiapkan diri dalam mendekati masa pensiun dan masa usia lanjut.
37
Dewasa usia lanjut banyak terjadi perubahan-perubahan yang menurun. Seperti perubahan penampilan dan kemampuan seksual, kemampuan motorik, kecenderungan sikap yang canggung dan kikuk. Masa ini manusia seperti anak kecil. Pada masa ini bahaya-bahaya psikologis sering terjadi karena perasaan rendah diri, perasaan tak berguna, perubahan pola hidup, perasaan bersalah karena menganggur.
Pada penelitian ini, untuk mengukur tingkat agresivitas pengemudi penulis meneliti dua karakteristik masa dewasa yaitu dewasa muda dan dewasa madya berkisar usia 20-60 tahun.
2.4 Angkutan umum Angkutan adalah pemindahan orang dan atau dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaran adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan yang tidak bermotor. Sedangkan kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran/biaya (Hadiman, 2001 ).
Menurut kamus Bahasa Indonesia (Trisno, 1999) angkutan umum adalah alat transportasi darat yang bersifat massal seperti; mikrolet, bus, taksi dan mini bus. Angkutan umum terbagi menjadi dua bentuk (Hanafie dalam Suara Karya, 2005), yaitu:
38
a. Angkutan Umum Menggunakan AC Kendaraan umum menggunakan AC: kendaraan umum atau massal yang memfasilitasi mobilnya dengan mesin pendingin (AC) yang ditandai dengan udara yang sejuk dan dingin karena AC, tidak terlalu sesak, sedikit nyaman, lumayan bersih, besarnya biaya operasional relatif lebih mahal, dan aman. b. Angkutan Umum Tidak Menggunakan AC Kendaraan umum tidak menggunakan AC: kendaraan umum atau masal yang ditandai dengan panas, berdesak-desakkan, sering mogok, kotor, relatif murah, dan terkadang kondisi kendaraannya sudah seclikit reot.
Namun menurut jarak tempuhnya/operasinya kendaraan um um terbagi menjadi clua (Hanafie clalam Suara Karya, 2005), yaitu: a. Angkutan umum clalam kota Angkutan umum dalam kota adalah angkutan massal/umum yang jarak operasinya/tempuhnya hanya disekitar wilayah kota. b. Angkutan umum luar kota Angkutan umum luar kota adalah angkutan massal/ umurn yang jarak operasinya/tempuhnya di luar kota.
2.5
Perilaku Agresif Mengemudi
Dalam lndriastuti (1998) menurut Turk perilaku agresif mengemudi mengarah kepada perilaku yang dilakukan oleh pengemudi yang marah dimaksudkan untuk melukai pengemudi lain yang disebabkan oleh adanya kemacetan.
39
peneliti di dalam The Social Psychology of Driving (1998) mendefinisikan agresivitas yang terjadi di dalam situasi padat dan macet sebagai niat dari pengemudi untuk melukai pengemudi lain baik fisik maupun psikis.
Perilaku agresif mengemudi adalah suatu kebiasaan yang diperoleh sebagai bagian dari budaya dan lingkungan dan bukan merupakan bentuk yang ekstrem dari patologi atau psikosis. Perilaku agresif mengemudi ini muncul karena setiap hari orang-orang merasakan stres dari kehidupan modern dan diteror dengan tekanan jadwal dimana mereka merasakan akan pentingnya waktu dan adanya ketidakmampuan dalam mengontrol waktu.
Dalam lndriastuti (1998) menurut Martinez definisi perilaku agresif mengemudi adalah perilaku mengemudi yang membahayakan pengemudi lain atau membahayakan milik pengemudi lain, termasuk di dalamnya jajaran yang luas dari cara mengemudi yang beresiko hingga peningkatan kekerasan di jalan.
Jadi berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan definisi dari perilaku agresif mengemudi adalah perilaku mengemudi yang didahului oleh suatu niat, rasa marah atau merupakan kebiasaan untuk melukai pengemudi lain atau yang membahayakan pengemudi lain baik secara fisik maupun psikis, bermula dari cara mengemudi yang beresiko hingga terjadinya kekerasan di jalan.
40
2.5.1
Pengemudi agresif
Penelitian mengenai perilaku agresif mengemudi masih sedikit dilakukan oleh para Psikolog. Salah satunya adalah penelitian yang mernfokuskan pada pengemudi yang agresif yang dilakukan oleh James sejak tahun 1996. ditemukan dalam penelitiannya, bahwa ada 2 hal yang membuat pengemudi agresif tersebut berperilaku agresif, yaitu: a. Internal adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri individu yang berupa pandangan dari pengemudi itu sendiri sebagai sensasi, persepsi, verbalisasi, pikiran, keputusan, emosi dan perasaan. b. Eksternal adalah hal-hal yang menyangkut keadaan cli luar pengemudi itu, seperti kondisi jalan dan kondisi lingkungan disekitarnya.
Menu rut James ( 1998) bentuk-bentuk dari tingkahlaku a!;fresif dalam mengemudi dipengaruhi oleh tiga aspek yang ada di dalam' diri manusia, yaitu: a. Tingkahlaku afektif Tingkahlaku ini termasuk didalamnya adalah perasaan, motivasi, keburtuhan dan segala sesuatu yang berkenaan dengan tujuan mutlak dari tingkahlaku. Misalnya: memberi ltanda (sen) sebelum berganti jalur.
41
b. Tingkahlaku kognitif Tingkahlaku ini adalah tingkahlaku yang sesuai dengan pemahaman terhadap tingkahlaku. Di dalamnya termasuk kognisi, akal, rasio dan segala sesuatu yang sesuai dengan pengambilan keputusan dan analisa aspek dari tingkahlaku. Misalnya: memberi tanda (sen) sebelum berganti jalur tidak saja termasuk affective behavior tetapi juga termasuk cognitive behavior pengemudi memproses informasi dengan logika yang umum. c. Tingkahlaku Psikomotor Tingkahlaku ini adalah tingkahlaku yang sesuai de,ngan pikiran yang terlihat pada tindakan. Misalnya: memberi tanda (sen) sebelum berganti jalur, merupakan perilaku psikomotor yang kompleks, menyangkut koordinasi mata dan tangan, kesiapan untuk menginjak rem bila dibutuhkan, memutar kepala untuk mel\hat ke belakang, perubahan dalam pola bernafas.
2.5.2 Penyebab munculnya perilaku agresif saat mengemudi
Baenninger (1991) menjelaskan penyebab munculnya perilaku agresif
' sebuah ilustrasi. Pengemudi dapat menjadi frustrasi dan dengan memberikan marah kepada pengemudi lain, dan perasaan marah serta frustrasi. lni dapat mengarah kepada munculnya berbagai macam reaksi bermusuhan dalam diri pengemudi seperti menyalakan lampu jauh berkali-kali, menyumpah, dan
42
mengepalkan tangan ke pengemudi lain, mengklakson berkali-kali dapat diterima sebagai respon agresif oleh individu, khususnya bila dibarengi oleh munculnya rangsangan agresi dari luar_ Dalam lndriastuti (1998) menurut Martinez perilaku agresif mengemudi ada tiga faktor, yartu:
a. kurangnya rasa tanggung jawab dalam perilaku mengemudi b. kurangnya disiplin berlalu lintas c. meningkatnya kepadatan dan lalu lintas di daerah pinggiran
berdasarkan uraian di alas, penyebab perilaku agresif mengemudi adalah adanya frustrasi dalam diri individu, kurangnya rasa tanggung jawab dalam men(:Jemudi, kurangnya disiplin berlalu lintas, dan meningkatnya kepadatan lalu lintas_
2.5.3 Bentuk-bentuk perilaku agresif mengemudi Dalam Baenninger (1991) menurut Navaco mengklakson berkorelasi secara signifikan dengan perilaku agresiftingkat rendah yang cenderung muncul dalam mengemudi. Hubungan yang kuat dari tingkah laku agresif juga ditemukan dengan teriakan atau pekikan ke pengemudi lain, memotong lajur pengemudi lain dengan tiba-tiba, menyalakan lampu jauh, secara sengaja menubruk bemper kendaraan lain dan memberikan gerakan tangan yang memancing emosi.
43
Menurut Balatico (1996) bentuk-bentuk agresipengemudi di jalan raya antara lain: a. Agresi teritori; tidak memberikan kesempatan pada kendaraan lain untuk '°
memotong masuk atau mencob_a memperingatkan kendaraan di belakang kita untuk mundur dengan mengerem tiba-tiba. b. Agresi Dominan; ada kesempatan dan ada imbalan yang akan didapat dengan bertingkahlaku agresif di jalan raya seperti mendapatkan predikat kendaraan tercepat atau kendaraan paling menarik di jalan dari lingkungan sosial. c. Agresi akibat ketakutan; misalnya terjebak dalam situasi dimana dikelilingi oleh truk-truk besar dan berjalan dengan lambat sehin9ga merasa tidak bisa keluar dari situasi tersebut.
Menurut Collado (1996) murid dari Leon James dalam laporan pertamanya melakukan studi tentang perilaku agresif mengemudi dengan menggunakan metode self assesment pada pengemudi. Hasil yang beliau temukan tentang perilaku agresif mengemudi, antara lain: a. Speeding; mengebut b. Tailgating; membututi kendaraan lain yang berada di depan dengan jarak yang sangat dekat.
44
c. The accordion effect; tidak memberikan kesempatan kepada kendaraan lain untuk memotong masuk dengan mengemudikan dengan jarak yang sangat dekat dengan kendaraan di depan d. Rubber necking; adalah situasi kemacetan dimana para pengemudi memperlambat laju kendaraan dengan tujuan untuk melihat apa yang terjadi di jalan. e. Emotional influence; adalah pengaruh emosi dari
peni~emudi
itu sendiri
Menurut James dan Nahl (1998) ada tiga bentuk kebiasaan dari perilaku agresif mengemudi yang menjadi gaya (style) yang bersifat permanent (tetap) yaitu: a. Verbal road rage (perilaku agresif verbal) seperti; berteriak, menyumpah, mengklakson, menghina dan sebagainya. b. Quiet road rage (perilaku agresif mengemudi non verbal) seperti; mengeluh, terburu-buru, berkompetisi (mengejar setoran), menolak dan sebagainya. c. Epic road rage (perilaku agresif) seperti; kenekatan untuk memotong lajur orang, menghalang-halangi, mengejar, berkelahi.
Menurut James dan Nahl ( 1998) bentuk perilaku agresif mengemudi antara lain: 1. Honking at someone; mengklakson orang lain.
45
2. Giving an affensive hand gesture; mengacungkan tangan, mengepalkan tangan .. 3. Yelling at someone or swering ; berteriak atau menyumpah. 4. Reviving your engine to indicate displeasure; kaki tetap menginjak pedal gas dan rem secara bergantian terus-menerus walaupun berhenti hanya untuk menunjukkan rasa ketidaknyamanan. 5. Shining your highbeams in retaliation; menyalakan lampu jauh ke pengemudi lain. 6. Deliberately cutting someone off, secara tiba-tiba memotong jalur pengemudi lain. 7. Tailgating; mengemudi dengan jarak yang sangat dekat dengan pengemudi di depannya agar pengemudi di depan melaju dengan lebih cepat. 8. Braking suddenly to punish a tailgater, mengerem dengan tiba-tiba dengan tujuan untuk menghukum tailgater. 9. Blocking a lane; menghalangi pengemudi lain. 10. Racing; mengebut. 11. Chasing; mengejar.
Sedangkan menurut Lavender dalam lndriastuti (1998) bentuk-bentuk perilaku agresif pengemudi antara lain:
46
1.
Tailgating; mengemudi dengan jarak yang sangat dekat dengan
pengemudi di depannya, agar pengemudi di depan melaju dengan lebih cepat. 2.
Failing to signal; gagal memberi tanda (sen) sebelum membelok
kendaraan. 3.
Holding the middle lane of a dual carriageway of motoiway; mengemudi
di tengah-tengah jalur. 4.
Cutting in a the head ao a queue of traffic; menyoclok masuk ke lajur
orang di tengah-tengah antrian mobil dalam kemacetan. 5.
Preventing other vehincles from entering the traffic flow; mengemudi
dengan sangat dekat dengat kendaraan di depan dengan tujuan mencegah adanya kendaraan lain untuk memotong masuk. 6.
Using a mobile phone and not concentrating on the road a head;
menggunakan· telepon seluler ketika mengendarai kendaraan dan tidak memperhatikan jalan. 7.
Swooping across motoiway lanes to reach an exit; pindah jalur dengan
tiba-tiba hanya untuk mencari jalan keluar. 8.
Stealing a parking space; parkir tidak pada tempatnya.
9.
A learner driver stalling ar driving abnormally slow; pengemudi pemula
mengemudikan kendaraan dengan sangat lambat.
47
10. Being overtaken by a motorist exceeding the urban speed limit who then drivers relatively slowly on a single carriageway national speed limit road where 60 mph would be safe; lamban dalam mengemudikan kendaraan.
11. Any sudden manoeuvre that cause you to brake ar steer, melakukan manuver yang tiba-tiba sehingga mengakibatkan mengerem atau membanting stir dengan tiba-tiba. 12.
Ignoring traffic signs or road markings; tidak memperdulikan lampu lalu
lintas dan marka jalan. 13. Obscence gestures and verbal abuse; melakukan gerakan-gerakan yang memancing emosi seperti, mengepalkan tangan, mengacungkan tangan, dan memaki. 14.
Misuse of the horn and headlamps; menyalahgunakan klakson dan
lampu jauh.
2.6
Kerangka Berpikir
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa agresivitas merupakan kecenderungan berperilaku agresif (menyakiti, melukai dll) baik secara fisik, verbal dan psikis dengan langsung ataupun tidak langsung. Hal ini diperkuat oleh Berkowitz (1995) agresivitas adalah berbagai kecenderungan untuk menjadi agresif atau usaha sengaja untuk melukai atau rnenghancurkan orang lain, baik secara fisik ataupun psikologis.
48 i 1
c;
Agresivitas adalah segala bentuk perilaku ( baik langsunn maupun tidak langsung, baik verbal maupun fisik) yang dilakukan dengan niat untuk melukai orang lain (menyerang) atau menimbulkan konsekuensi negatif terhadap orang lain secara fisik maupun psikologis.
Pada kondisi tertentu individu dapat melakukan tindakan yang cenderung agresif pada suatu objek. Menurut Koeswara (1988) agresivitas dipengaruhi oleh faktor internal (frustrasi dan stres) dan eksternal (lingkungan sosial, interaksi teman sebaya, dan lingkungan keluarga).
Menurut Hadiman (2001) pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar mengemudikan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu selain kendaraan yang berjalan "di atas rel. Dalam kamus Bahasa Indonesia (Trisno, dan Abdullah, 1999) Pengemudi adalah sopir/subjek yang mengendarai kendaraan seperti; mobil bus, truk atau taksi.
Kecenderungan tingkat agresivitas pengemudi yang ada di Jakarta meningkat akhir-akhir ini, terlihat dari banyaknya bentuk pelanggaranpelanggaran lalu lintas yang dilakukan pengemudi, seperti; menaikkan dan menurunkan penumpang di rambu dilarang berhenti, masuk rambu larangan,
49
mangkal/ngetem di rambu dilarang berhenti, melanggar larangan melewati kendaraan lain dipersimpangan atau dipersilangan sebidang, melanggar larangan melewati kendaraan lain yang sedang memberi kesempatan menyeberang pejalan kaki atau pengendara sepeda, clan sebagainya. Sedangkan kalau dilihat dari kondisi fisik dan psikis pen9emudi, agresivitas dapat terlihat pada situasi kemacetan, kesesakkan, kepadatan, suhu udara (panas), dan sebagainya.
Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian tersebut, dengan judul tingkat agresivitas pada pengemudi bus umum dalam kota dan luar kota. Dan apakah ada perbedaan tingkat agresivitas pada pengemudi bus umum dalam kota dan luar kota Jakarta. Maka dari itu, peneliti melakukan hipotesa terlebih dulu. Untuk lebih jelasnya berikut ini ilustrasi gambaran kerangka berpikir:
Skema 2.2 Gambaran kerangka berpikir
~-A~g_re_s_iv_it_a_s_~J _ _ _ _ _ _ _ _ _ ~gemudi Bus Umum ~ Verbal
Fisik
Psikis Luar Kota
50
2.7
Hipotesa
Ho = Tidak ada perbedaan lingkal Agresivilas pada Pengemudi Bus Umum Dalam Kola dan Luar Kola Jakarta di Terminal Kampung Rambulan. Ha =
Ada perbedaan lingkal Agresivilas pada Pengemudi Bus Umum Dalam Kola dan Luar Kola Jakarta di Terminal Kampung Rambulan.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIJ\N 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif komparatif (komparasi). Penelitian ini dirancang untuk memperoleh info tentang gejala atau kejadian pada saat penelitian dilaksanakan. Data yang dihasilkan untuk memberikan atau menjelaskan suatu kejadian yang diamati pada waktu penelitian itu dilaksanakan. Dalam penelitian deskriptif ini tidak ada pengaturan atau rekayasa terhadap objek penelitian, objek penelitian dibiarkan berjalan seperti apa adanya (Darsono, 1999). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan metode deskriptif berjenis studi komparatif (komparasi). Studi komparasi adalah penelitian deskriptif yang sering digunakan untuk mencari perbandingan atau perbedaan antara beberapa variabel.
52
3.1.2
Definisi Variabel dan Operasional Variabel
3.1.2.1
Definisi Variabel
Agresivitas : Merupakan usaha sengaja unluk melukai alau menghancurkan, menyakili orang lain, baik secara fisik, verbal, psikis maupun kerusakan properti. Pengemudi: Adalah sopir bus umum dalam kola maupun luar kola. 3.1.2.2
Definisi Operasional
Agresivilas : . Hasil skor alal ukur yang menunjukkan lingkat agresivilas individu/responden dengan lingkungan. Adapun indikalor perilaku agresi pengemudi sebagai berikut: 1.
Agresi fisik, agresi yang dilakukan unluk melukai orang lain seperti ; memukul, menendang, menusuk, merusak dan sebagainya.
2.
Agresi verbal, agresi yang dilakukan unluk melukai orang lain secara verbal seperti ; mengumpal, membenlak, memaki, mengejek, menghina, mengancam dan lainnya.
3.
Agresi psikis, agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara psikis, seperti : jengkel, marah, kesal, benci, dendarn, menyakiti perasaan dan sebagainya.
53
3.2 Pengambilan sampel 3.2.1 Populasi dan Sampel
Malo dalam Danim (2000) mengemukakan bahwa dalam menentukan
.•
populasi, peneliti harus mendefinisikannya dengan memilahnya menjadi empat kategori, yaitu isi, satuan, cakupan dan waktu. Berdasarkan hal tersebut, populasi penelitian ini adalah pengemudi bus dalam kola dan luar kota di terminal Kampung Rambutan. Untuk mengambil data seluruh populasi adalah hal yang tidak memungkinkan. Oleh karena itu, penelitian hanya berlaku bagi sebagian populasi yang disebut sampel. Darsono (1999) mengemukakan bahwa banyak sedikitnya sampel ditentukan oleh sifat dari populasinya. Namun, dalam penelitian kuantitatif, kebanyakan para ahli menentukan minimal ada 30 satuan objek penelitian. Selain itu Guilford dan Fruchter (1978) menjelaskan bahwa responden yang berjumlah lebih atau sama dengan 30 orang dapat dinyatakan sebagai jumlah yang mendekati kurva normal dari suatu populasi dan dapat digunakan sebagai dari suatu penelitian, selama penyebaran distribusi sampel tersebut tidak menyeleweng jauh dari kurva normal. Lebih lanjut, dinyatakan bahwa penggunaan sampel dalam jumlah yang semakin besar, akan semakin mengurangi terjadinya bias yang dapat ditemui dibandingkan menggunakan sampel dalam jumlah yang k.ecil. Penggunaan
54
sampel dalam jumlah yang besar meningkatkan derajat reliabilitas dari hasil penelitian tersebut. Menurut Arikunto (2002) jika jumlah subjeknya besar, peneliti dapat mengambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, Men9ingat sempitnya wilayah pengamatan dan sedikitnya populasi, maka peneliti mengambil data/sampel sebanyak 60 orang. Tergantung setidak-tidaknya dari: a.
Kemampuan peneliti dilihat dari tenaga, waktu dan dana.
b.
Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
c.
Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.
3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti dan qianggap dapat menggambarkan populasi untuk menarik kesimpulan penelitian. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari pengemudi dalam kota dan luar kola di terminal Kampung Rambutan yang dianggap mewakili populasi. Berikut ini karakteristik sampel penelitian yakni: 1. Jenis kelamin pria 2. Mempunyai SIM, sebagai tanda bukti bahwa sudah memenuhi persyaratan sebagai pengemudi.
55
3. Usia responden berkisar antara 21 tahun sampai 60 tahun. Dewasa dini (21-40 tahun), dan dewasa madya (41-60 tahun)
Sehingga teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Non -
Probability sampling yaitu tidak semua individu dalam populasi mendapat kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel dc:ilam penelitian (Hadi, 1988) dengan metode purposive sampling, yaitu sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu (Suhars1mi, 2002). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat agresivitas pada pengemudi bus umum dalam kola dan luar kola.
Karakteristik dalam penelitian ini adalah pengemudi dalam kola dan luar kota. Jadi sampel yang akan diambil sebanyak 60 orang yang diantaranya 30 pengemudi bus umum dalam kota dan 30 pengemudi bus umum luar kola Jakarta.
3.3
Pengumpulan Data
3.3.1
Metode dan instrumen penelitian
Metode rating yang dijumlahkan atau populernya dengan nama penskalaan model Liker!, merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai sikapnya. Dalam jenis pernyataan (umum dan khusus), biasanya diberi skala Liker!,
56
dimana orang ditanya apakah mereka sangat setuju, setuju, netraL tidak setuju, atau sangat tidak setuju (Azwar, 2003).
Data penelitian diperoleh dengan menggunakan alat pengumpul data berupa daftar pertanyaan (tertutup) dan kuesioner dalam bentuk skala model likert. Untuk mempermudah analisa data, maka data yang diperoleh dari angket berupa data kuantitatif ditrasformasikan kedalam data kuantitatif dengan teknik kuantitatifikasi skoring sebagai berikut :
Tabel 3.1 Tabel Kuantitatif Skoring Untuk pernyataan
Favorabel
Unfavorabt~
Sangat setuju
5
1
Setuju
4
2
3
3
Tidak Setuju
2
4
Sangat Tidak Setuju
1
5
Netral ..
---
Skala Agresivitas
Skala digunakan untuk mengukur sikap diri responden terhadap perilaku agresif yang berhubungan dan berpengaruh kuat terhadap tingkat agresivitas pengemudi. Agresivitas merupakan kecenderungan melakukan agresi, baik secara fisik, verbal, psikis ataupun kerusakan properti.
57
Dalam Azwar (2002) skala dibuat berdasarkan sikap dan komponennya. yakni terdiri atas tiga komponen; kognitif (argumen atau persepsi terhadap perilaku agresif), afektif (evaluasi terhadap perilaku agresif), sedangkan konatif (kecenderungan berperilaku agresif). Berikut ini skala untuk mengukur tingkat agresivitas pada pengemudi. Adapun label distribusi penyebaran item adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Blue print skala tingkat agresivitas sebelum uj1 coba.
Faktor
lndikator Perilaku Fisik
Agresi
Verbal
Psikis
Nomoraitem
Favorabel
1,9, 11, 15,20,24,25,28,34,31l,46,55,73,83,90.
15
Unfavorabel
4,7,8, 16, 19,23,29,31,35,41,43,68,76,80,88.
15
Favorabel
5, 10, 17,30,33,42,47,49,58,60,63,69, 74,81,86
15
Unfavorabel
2, 12,21,26,32,39,44,51,56,61,66, 71, 78,84,89
15
Favorabel
6, 18 ,22,36,37,45,50,53,57,fi2,65, 70, 77,82,87
15
Unfavorabel
3, 13, 14,27,40,48,52,54,59,fi4,67, 72, 75,79,85
15
Jumlah aitem
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk skalci tingkat agresivitas didapat 26 aitem yang valid dengan koefisien reliabilitas 0,927 dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan Guilford dan Fruchter (197:!3) angka tersebut termasuk dalam kategori reliabel. Aitem-aitem tersebut adalah aitem nomor 7, 15, 16, 17, 18,20,21,26,28,31,32,34,39,44,45,47,48,49,50,51,58,69,80,86,87, dan 90.
Jumlah
90
58
Peneliti menggunakan semua aitem yang valid untuk data penelitian yakni 26 aitem dengan koefisien reliabilitas 0,927 dengan validitas 0,361 dengan taraf signifikan 5 % dengan jumlah sampel try out sebanyak 30 pengemudi (15_ pengemudi dalam kola dan 15 pengemudi luar kola), clikarenakan banyak aitem yang gugur atau drop maka penyebaran aitem tidak merata. Berikut ini blue print skala tingkat agresivitas setelah uji coba:
Tabel 3.3 Blue print skala tingkat agresivitas setelah uji coba.
Faktor
Fisik
Agresi
Nomor aitem
lndikator Perilaku
Verbal
Psikis
Jumlah
--
Favorabel
2,6,9, 12,26
5
Unfavorabel
1,3, 10,23.
4
Favorabel
4, 16,18,21,22,24
6
Unfavorabel
7,8,11,13,14,20
6
Favorabel
5, 15,19,25
4
Unfavorabel
17
1
Jumlah aitem
26
3.4 Teknik Uji lnstrumen Penelitian 3.4.1 Analisa Validitas dan Reliabilitas 1. Uji validitas skala Untuk mendapatkan validitas skala yang diinginkan, hasil uji coba akan dianalisa dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson.
59
Validitas berasal dari arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya_ Suatu ala! ukur yang validitasnya tinggi tidak saja menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, akan tetapi memiliki juga kecermatan yang tinggi. Skala yang disusun berdasarkan kawasan ukur yang teridentiflkasi dengan baik dan dibatasi dengan jelas, secara tearitik akan valid_ Meskipun begitu pembuktian empiris mengenai validitas skala masih harus dilakukan (Azwar, 2003). Adapun rumus Pearson Product Moment yang digunakan untuk menguji validitas sebagai berikut:
Rumus Pearson Product Moment
i = Skar respanden pada pernyataan tertentu X = Skar respanden pada skala sikap agresif n = Banyaknya respanden keseluruhan
2. Uji reliabilitas skala Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran diperaleh hasil yang relatif sama. Kaefisien Alpha Cronbach, digunakan untuk menguji reliabilitas skala. Rumusnya adalah sebagai berikut:
60
Rumus Alpha Cronbach ,
I,
(,
'> S, l
, =--11---I k -1 ~
s,, )
Keterangan:
a
= Koefisien Reliabilitas Alpha
k
= Banyaknya belahan
S,1,
= Varians skor belahan
S ,-,
= Varians skor total
Untuk mengetahui reliabilitas skala sikap terhadap variabel yang hendak diukur dalam penelitian ini, dapat dilihat pada kaidah relial)ilitas Guilford
(1978) yakni: Tabel 3.4 Reliabilitas Guilford
Kriteria
Koefisien reliabilitas
0,9
Sangat reliabel
>
Reliabel
0,7 -0,9
Cukup reliabel
0,4-0,7
Kurang reliabel
0,2-0,4
Tidak reliabel
<
0,2
61
3.4.2 Skala tingkat agresivitas
Pada pokoknya, analisis ini bertujuan membagi se/uruh subjek penelitian ke dalam beberapa kelompok yang homogen (Susianto, 1993). Pengo/ahan data ini diukur menggunakan Z score. Skar tingkat agresivitas dan interpretasinya ditentukan berdasarkan setiap pernyataan diberi skor sesuai dengan nilai ska/a kategori jawaban yang diberikan. Skar responden pada setiap pernyataan kemudian dijum/ahkan sehingga merupakan skor responden dalam ska/a tingkat agresivitas. Nilai terendah teoritisnya ada/ah 1, nilai tengah teoritisnya 3, dan nilai tertinggi teoritisnya ada/ah 5_ Dengan 26 buah aitem tingkat agresivitas aka nilai terendah adalah 26, nilai tengah 78 dan nilai tertinggi teoritisnya ada/ah 130. Semakin besar skor tingkat agresivitas maka semakin besar kecenderungan seseorang untuk berperi/aku agresif Jadi sebenarnya, skor responden pada setiap peernyataan merupakan rating yang menunjukkan kecenderungan untuk berperilaku agrnsif
3.5 Prosedur Penelitian 1. Tahap persiapan a_ Dimulai dengan perumusan masalah. b. Menentukan variabel yang akan diteliti. c. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis yang tepat mengenai variabel penelitian.
62
d_ Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu; skala agresivitas_ e_ Menentukan lokasi penelitian dan menyelesaikan administrasi perizinan penelitian. f
Melakukan uji coba ala! ukur. Uji coba ala! ukur bertujuan untuk memahami, bukan meramalkan. Sedangkan uji coba dilakukakn pada tanggal 14 A9ustus 2006 dengan sebanyak 30 responden/pengemudi baik dalam kola (15 responden) maupun luar kota (15 responden).
2. Pelaksanaan Pengambilan data dilakukan di terminal Kampung Rarnbutan pada tanggal 24 Agustus 2006 dengan jumlah 60 responden/pengemudi baik dalam kola (30 responden) maupun luar kola (30 responden). 3. Tahap pengambilan data
a. Meminta izin ke kepala pimpinan transportasi angkutan umum di Terminal Kampung Rambutan. b. Menentukan sampel penelitian dan melakukan konfirmasi dengan pihak terminal.
c. Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan subjek untuk mengisi kuesioner (pernyataan) penelitian.
63
d. Melaksanakan pengambilan data dengan memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada subjek penelitian. 4. Tahap pengolahan data hasil penelitian. a. Melakukan skoring setiap hasil angket yang telah diisi oleh masingmasing pengemudi yang menjadi subjek penelitian. b. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh kemudian dibuat tabel data. c. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian. 5. Tahap pembahasan a. Menginterpretasikan dan membahas hasil analisis statistik berdasarkan teori. b. Merumuskan kesimpulan hasil penelitian dengan memperhitungkan data penunjang yang diperoleh.
3.6 Teknik Analisa Data Untuk menganalisa data yang diperoleh dengan mengetahui ada tidaknya korelasi antara dua variabel atau lebih menggunakan teknik chi square dengan rumus:
64
Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi 12.0 (Statistical Program for Social Science) yang mampu menganalisis data besar hampir semua alat uji statistik dan disajikan dalam paket data komputer. Dari perhilungan lersebul akan diinlerprelasikan dengan mengacu pada tabel chi square. Jika hasil perhilungan
x2 hilung > x2
label, maka korelasinya dianggap signifikan dengan kata lain Ha dilerima dan Ho dilolak. Tetapi jika perhilungannya
x2 hitung < x2 label, maka korelasinya
dianggap tidak signifikan alau Ha dilolak dan Ho dilerima.
BAB4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian 4.1.1 Berdasarkan Usia
Sampel yang diambil masa dewasa berentang usia dari 21 tahun sampai 60 tahun yang berada pada tahap dewasa akhir. Sedangkan masa dewasa yang diambil dalam penelitian yaitu dewasa dini (21-40 lahun) clan dewasa madya (41-60 lahun).
Responden pada masa dewasa din sebanyak 40 pengemudi (21 pengemudi dalam kola, 19 pengemudi luar kola), sedangkan pada masa dweasa madya sebanyak 20 pengemudi (9 pengemudi dalam kola dan 11 pengemudi luar kola). Gambaran responden berdasarkan usia dapat dillihat dalam label sebagai berikut:
Tabel 4.1 Gambaran responden berdasarkan usia Usia Dewasa Dini (21-40 lahun) Dewasa Madva (41-60 Tahun) Total
Dalam Kola 21 9 30
Luar Kota 19 11 30
Frekuensi 40 20 60
Presenlasi (% l 66,67 33,33 100 %