TEMU ILMIAH IPLBI 2013
Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Sri Aliah Ekawati Prodi Pembangunan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Arsitektur, Universitas Hasanuddin.
Abstrak Kampung kota identik dengan kawasan yang padat, kumuh dengan jalur-jalur sirkulasi yang sempit dan berliku. Kondisi fisik sirkulasi yang ada dinilai kurang mendukung aktivitas warga. Dalam perumusan ide penataan kembali diperlukan peran aktif warga. Hal tersebut dilakukan agar tercapai kesesuaian antara kebutuhan dan keinginan warga dengan ide-ide penataan yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan metode consensus design untuk mengumpulkan data dan analisis. Dengan metode tersebut, peneliti dan pihak perwakilan warga bekerja sama mulai dari proses pengumpulan data, analisis hingga perumusan ide dasar. Hasil dari penelitian ini adalah peran aktif warga dalam keseluruhan proses penelitian sehingga ditemukan empat ide dasar penataan kembali sirkulasi di kawasan kampung kota. Kata-kunci : consensus design, kampung kota, sirkulasi, Kampung Luar Batang
Pengantar Kegiatan berwisata dapat berlangsung di kawasan kampung kota karena keberadaan suatu objek yang dianggap menarik. Hanya saja, kampung kota memiliki citra yang kumuh, padat, sempit dan memiliki jalur sirkulasi yang tidak terarah dengan jelas. Penataan kembali kawasan diperlukan guna mendukung aktivitas warga maupun pengunjung. Salah satu upaya penataan adalah dengan penataan kembali sirkulasi di dalam kawasan. Kampung Luar Batang merupakan salah satu contoh kampung kota yang juga menjadi tujuan wisata karena keberadaan Masjid Luar Batang. Karakteristik sirkulasi di Kampung Luar Batang dipengaruhi oleh tata letak massa bangunan. Bangunan-bangunan tersebut dibangun secara spontan tanpa orientasi yang jelas sehingga jalur sirkulasi yang terbentuk menyerupai labirin, sempit dan berliku. Sirkulasi yang berliku mengakibatkan orientasi pejalan tidak mengarah kepada Masjid Luar Batang yang menjadi pusat kawasan.
Upaya penataan kembali sirkulasi menjadi salah satu cara untuk mendukung aktivitas warga maupun pengunjung di sebuah kawasan kampung kota yang memiliki obejek wisata. Dalam pelaksanaan penataan kembali sebuah kawasan, banyak yang menemui kegagalan. Salah satu penyebab kegagalan adalah upaya penataan yang mengarah pada pendekatan top-down. Hasil dari pendekatan tersebut adalah ketidakcocokan antara hasil penataan dengan keinginan warga. Oleh karena itu, diperlukan sebuah metode yang dapat menghasilkan rumusan penataan kembali yang sesuai dengan kebutuhan warga dan kawasan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa keterlibatan warga sangat berpengaruh terhadap proses penataan sebuah kawasan kampung kota. Pengenalan kampung dalam identifikasi ide dasar penataan kawasan sangat bergantung pada informasi dan masukan warga, karena mereka yang lebih mengenal tempat tinggal mereka dibandingkan pihak lain. Dengan demikian, permasalahan yang diangkat dalam Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | B - 65
Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara
penelitian ini adalah kurangnya peran warga dalam penataan kembali kawasan kampung kota wisata khususnya penataan sirkulasi. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode consensus design. Metode tersebut dipilih karena melibatkan warga dalam proses penelitian. Metode ini terdiri atas dua tahap, yaitu tahap analisis dan tahap desain. Dalam penelitian ini, metode consensus design dibatasi hingga tahap analisis ditambah tahap pertemuan warga sesi kedua. Peneliti bekerja sama dengan perwakilan warga mulai dari tahap pengumpulan data, identifikasi potensi dan permasalahanan. Keterlibatan warga dalam proses penelitian dapat menciptakan kesesuaian ide dasar penataan dengan kebutuhan mereka.
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif untuk menjabarkan karakteristik sirkulasi di dalam kawasan. Elemenelemen sirkulasi yang dijadikan acuan dalam menganalisis kawasan antaralain: jalur pedestrian, jalur kendaraan dan tempat parkir. Setelah melakukan analisis kawasan, dilakukan pertemuan kembali dengan warga untuk membahas hasil dari kegiatan sebelumnya. Hasil dari pertemuan kedua ini adalah ide-ide dasar dalam penataan sirkulasi di kawasan kampung kota wisata. Analisis dan Interpretasi Metode consensus design dalam penelitian ini terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) pertemuan warga tahap pertama; (2) survei lapangan; (3) analisis sirkulasi; dan (4) pertemuan warga tahap kedua. Intepretasi dari penelitian ini adalah masukan berupa ide-ide dasar yang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan tahap metode consensus design berikutnya, yaitu tahap desain/penataan. 1. Pertemuan warga tahap pertama:
Gambar 1. Prosedur Penataan Kawasan berdasarkan Consensus Design. (Sumber: Dirumuskan kembali oleh Ekawati, 2011, dari Day, 2012)
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data terdiri atas dua tahap, yaitu: pertemuan warga dan survei lapangan. Proses pertemuan dengan warga memberikan kesempatan bagi peneliti untuk berdiskusi agar lebih mengetahui potensi dan permasalahan kawasan serta harapandari sudut pandang mereka. Dalam penelitian ini, pertemuan dengan warga dilakukan dua kali dan dihadiri oleh perwakilan dari tiap RW. Masingmasing RW diwakili oleh enam orang. Survei lapangan dilakukan untuk mengidentifikasi kesan pertama saat berkunjung dan mengidentifikasi pembagian kawasan.
B - 66 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
Diskusi antara peneliti dan perwakilan warga, berutujuan untuk memperoleh informasi berupa potensi dan permasalahan di dalam kawasan. Selain itu, didapatkan juga informasi mengenai harapan warga terhadap penataan sirkulasi di Kampung Luar Batang. Masing-masing perwakilan warga dari tiap RW memberikan informasi sebagai berikut: Potensi dan permasalahan perwakilan RW 01:
menurut
Potensi Kampung Luar Batang dapat dilihat dari segi lokasi dan aktivitas warga di dalamnya. Permasalahan kawasan berupa kondisi fisik lingkungan, salah satunya adalah sirkulasi yang tidak tertata dengan baik. Lokasi Kampung Luar Batang berada di Kawasan Kota Tua Jakarta, sehingga menjadi salah satu rangkaian wisata Kota Tua Jakarta. Sementara itu, kegiatan sosial
Sri Aliah Ekawati
sudah dilaksanakan warga seperti kerja bakti membersihkan lingkungan. Hanya saja, kegiatan wisatawan dan warga di kampung tidak didukung oleh fasilitas sirkulasi yang baik. Jalur kendaraan menyatu dengan jalur pedestrian dan kendaraan yang parkir di badan jalan merupakan kendala yang harus dicarikan solusinya. Harapan warga agar dilakukan penataan sirkulasi, seperti pemisahan jalur pejalan dan kendaraan. Potensi dan permasalahan menurut perwakilan RW 02: Sama seperti perwakilan RW 01, Masjid Luar Batang dinilai sebagai potensi dan kondisi sirkulasi menjadi salah satu kekurangan kawasan. Masjid menjadi magnet kawasan yang menarik wisatawan berkunjung ke Kampung Luar Batang. Berkumpulnya jamaah pada malam Jumat di masjid menarik minat para pedagang dari luar kawasan untuk berdagang di sekitar masjid sejak Kamis sore. Hanya saja, kegiatan berdagang dan kegiatan sehari-hari warga, seperti bermain dan bersantai, dilakukan di badan jalan. Hal tersebut menghambat sirkulasi baik pejalan maupun kendaraan. Potensi dan permasalahan perwakilan RW 03:
menurut
Masjid Kampung Luar Batang menjadi potensi kawasan bagi perwakilan RW 03 dan kondisi sirkulasi menjadi salah satu kendala beraktivitas di Kampung Luar Batang. Wisatawan akan melewati jalur sirkulasi di dalam kampung yang berliku dan tidak memiliki orientasi yang jelas, mulai dari dari titik awal, yaitu gerbang masuk, hingga titik akhir, yaitu masjid. Harapan warga agar disediakan fasilitas umum seperti lahan parkir dan tempat bersosialisasi agar warga tidak melakukan aktivitas seharihari di badan jalan. Selain itu, penataan kembali fasade bangunan dan tepian jalan dengan vegetasi diperlukan agar pengguna jalan merasa lebih nyaman.
Kesimpulan pertemuan: Hasil pertemuan warga berupa potensi, permasalahan dan harapan mereka terhadap penataan Kampung Luar Batang. Temuan tersebut akan dijadikan masukan untuk menyusun ide-ide dasar penataan sirkulasi kawasan. Selanjutnya, perlu dilakukan survei lapangan dan analisis agar ide penataan yang dirumuskan sesuai dengan kebijakan dan program pemerintah. Masjid dan makam termasuk potensi kawasan yang menarik wisatawan. Potensi lainnya adalah aktivitas yang dapat meningkatkan kerukunan antar warga. Aktivitas tersebut tidak didukung oleh fasilitas yang memadai seperti sirkulasi. Jalur sirkulasi yang menghubungkan titik awal dan titik akhir di dalam kampung tidak memiliki orientasi yang jelas sehingga pengguna dapat tersesat. Selain itu, aktivitas warga sehari-hari seperti bersantai, bermain dan berdagang di lakukan di badan jalan. Diperlukan sebuah rumusan untuk menata sirkulasi yang mendukung aktivitas warga dan wisatawan di Kampung Luar Batang. 2. Survei Lapangan
Setelah melakukan diskusi dengan perwakilan warga, peneliti melakukan survei lapangan terhadap sirkulasi di dalam kawasan. Tujuan survei adalah untuk memperoleh data berupa karakteristik sirkulasi yang kemudian akan dianalisis. Terdapat dua langkah dalam survei lapangan, yaitu: (1) identifikasi kesan pertama saat berkunjung ke kawasan; (2) identifikasi pembagian kawasan. Identifikasi kesan pertama saat berkunjung ke kawasan: Kesan pertama yang akan ditangkap oleh pengunjung saat pertama kali memasuki kawasan Kampung Luar Batang, adalah: a. Struktur jalan yang membentuk sebuah labirin, berliku dan tanpa orientasi yang jelas. Saluran air di sisi jalan mengeluProsiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | B - 67
Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara
arkan bau tidak sedap karena dipenuhi oleh sampah. Di beberapa ruas jalan, terdapat deretan bangunan yang tidak tertata.
Upaya penataan, khususnya penataan sirkulasi, diperlukan untuk menghubungkan gerbang, permukiman dan masjid. Hubungan antar ketiganya menjadi skenario perjalanan yang menghantarkan pengunjung dari titik awal (gerbang masuk) hingga titik akhir (masjid). Kampung yang menjadi perantara harus memiliki magnet untuk menggerakkan pengunjung dari gerbang hingga tempat tujuan tanpa merasa bosan.
b. Kerukunan antar warga Kampung Luar Batang dilihat dari kegaitan sehari-hari yang dilakukan di beberapa ruas jalan. Pada siang hingga sore hari, warga berkumpul di tepi jalan untuk bersantai atau bermain. Identifikasi pembagian kawasan: Pada tahap ini, kawasan akan dibagi menjadi beberapa titik penting. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah perumusan ide dasar penataan sirkulasi kawasan dari segi orientasi. Berdasarkan tempat berlangsungnya kegiatan, Kampung Luar Batang dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1)gerbang masuk yang terdapat di ujung Jalan Luar Batang 1 dan 2; (2) kampung itu sendiri; (3) Masjid Luar Batang, merupakan magnet kawasan yang terletak di tengahtengah pemukiman padat.
Keterangan gambar: Masjid Kampung Luar Batang Permukiman 1 Gerbang masuk Jalan Luar Batang 1 2 Gerbang masuk Jalan Luar Batang 2 Jalan Gedong Panjang Gambar 2. Pembagian Kampung Luar Batang menjadi tiga tempat berdasarkan fungsinya. (Sumber: wwwgoogleearth.com, 15/01/2010)
Kesimpulan survei lapangan: Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, diperlukan sebuah rumusan sebagai upaya menata kembali Kampung Luar Batang.
B - 68 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
3.
Analisis Sirkulasi Kawasan Kampung Luar Batang terbentuk secara spontan. Akibatnya, pola-pola yang terbentuk mengikuti proses pertumbuhan permukiman yang dibangun tanpa perencanaan. Jalur sirkulasi yang ada merupakan ruang antara massa-massa bangunan di dalam kawasan. Hubungan antara pusat kegiatan dan kampung sudah jelas. Jalanjalan kecil sudah menghubungkan gerbang, kampung dan masjid. Hanya saja, pola sirkulasi yang menyerupai labirin mengakibatkan menurunnya kejelasan orientasi bagi orang yang berada di dalamnya. Unsur permeabilitas dinilai sudah bagus. Hal tersebut ditunjukkan dari pola sirkulasi yang tidak memiliki jalan buntu. Pengunjung dapat menuju masjid dari arah mana saja. Permasalahan pada elemen sirkulasi dapat dilihat dari dimensi dan perbedaan sirkulasi pedestrian dan kendaraan, serta ketersediaan lahan parkir. Dengan ukuran tersebut, akans angat sulit bagi kendaraan untuk bergerak terutama bagi pengunjung yang mengendarai mobil. Tidak tersedianya lahan parkir yang cukup mengakibatkan warga memarkir kendaraan mereka di tepi jalan atau di halaman masjid.
Sri Aliah Ekawati Gambar 3. Tidak ada pemisahan antara jalur pedestrian dan kendaraan.
1. Lokasi tersebut dipilih karena berbatasan langsung dengan jalan raya, yaitu Jalan Gedong Panjang. Masukan dari warga 02:
Gambar 4. Aktivitas warga bermain, bersantai dan berdagang dilakukan di badan jalan.
Gambar 5. Halaman masjid dan badan jalan dimanfaatkan sebagai lahan parkir.
4.
Tahap pertemuan warga sesi kedua: Setelah melakukan survei lapangan dan analisis sirkulasi kawasan, peneliti kembali mengadakan pertemuan dengan perwakilan warga untuk mempresentasikan data-data yang telah diperoleh. Selanjutnya, didiskusikan masukan-masukan mengenai penataan sirkulasi di Kampung Luar Batang. Sama seperti pertemuan sebelumnya, setiap RW memiliki perwakilan masing-masing enam orang. Masukan dari perwakilan RW 01: Perwakilan warga RW 01 memberikan apresiasi yang besar terhadap rencana penataan jalur sirkulasi. Penataan kembali sirkulasi dapat mendukung kegiatan warga seharihari dan kegiatan wisata ziarah. Masyarakat setuju membongkar sebagian hunian yang berada di bantaran sungai untuk dijadikan jalur pedestrian tepi air. Hanya saja, warga yang rumahnya dibongkar harus mendapat ganti rugi. Warga juga memberikan masukan untuk membangun gerbang sebagai penanda kawasan di ujung jalan Luar Batang
Masukan perwakilan warga RW 02 lebih ditekankan pada penyediaan lahan parkir. Terdapat dua alternatif penempatan lahan parkir, yaitu: (a) lahan parkir di tanah kosong sebelah Barat kampung dan (b) membongkar rumah warga yang dinilai tidak layak huni untuk di jadikan lahan parkir. Kendala alternatif pertama adalah lahan kosong tersebut milik swasta dan akan sangat sulit untuk bernegosiasi dengan mereka. Kendala alternatif kedua adalah sebagian warga menolak untuk direlokasi dengan alasan tanah tersebut adalah warisan dari leluhur mereka. Masukan dari warga 03: Warga RW 03 juga mengapresiasi rencana penataan sirkulasi Kampung Luar Batang yang mendukung kegiatan ziarah. Masukan dari perwakilan warga RW 03 tiga adalah perbaikan dan pelebaran jalan, serta perbaikan drainase. Kesimpulan pertemuan warga sesi kedua: Hasil diskusi dari pertemuan warga sesi kedua berupa ide dasar penataan sirkulasi di Kampung Luar Batang sebagai kawasan wisata ziarah, yaitu: a. Mempertegas gerbang masuk kawasan dengan menta titik yang dipilih, yaitu ujung Jalan Luar Batang 1. Jalan Luar Batang 1 dipilih karena berbatasan langsung dengan jalan raya, yaitu Jalan Gedong Panjang. b. Pemisahan jalur pedestrian dan kendaraan. Hal tersebut diusulkan karena berdasarkan hasil pertemuan sesi pertama dan survei lapangan, penyatuan jalur sirkulasi dapat membahayakan keselamatan pedestrian maupun warga yang bermain dan bersantai di jalanan. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | B - 69
Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara
c. Pemisahan jalur sirkulasi dan kendaraan menjadi pemicu munculnya ide ketiga, yaitu memperlebar jalan di dalam kawasan agar dapat dilalui kendaraan dan pedestrian. Konsekuensi dari ide ini adalah sebagian lahan permukiman harus direlokasi untuk pelebaran jalan. Sebagian besar warga setuju direlokasi dengan biaya pengganti. d. Penempatan lahan parkir, terutama untuk peziarah, berada di Utara kampung. Alasannya adalah lokasi parkir tidak terlalu jauh dari masjid. Dengan demikian, peziarah tidak terlalu jauh berjalan. Salah satu warga mengusulkan disediakan lahan parkir khusus untuk warga yang disetujui oleh peserta lainnya. Kesimpulan
Consensus design dapat dijadikan solusi dalam merumuskan konsep penataan sirkulasi di kampung kota wisata. Dalam penataan sirkulasi, metode tersebut memberikan partisipasi aktif warga. Warga dilibatkan dalam proses identifikasi karena mereka lebih mengenal kawasan. Hasil dari diskusi warga merupakan ide-ide dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyusun konsep penataan sirkulasi di kampung kota. Dengan keterlibatan warga dalam merumuskan ide, penataan yang akan dilakukan dapat sesuai dengan keinginan warga sebagai pengguna fasilitas tersebut. Ide dasar penataan sirkulasi di kampung kota wisata, khususnya di Kampung Luar Batang berdasarkan metode consensus design terdiri dari empat macam, yaitu: (1) mempertegas gerbang masuk kawasan; (2) pemisahan jalur pedestrian dan kendaraan; (3) perbaikan jalan; dan (4) penyediaan lahan parkir. Pelaksanaan metode consensus design tidak hanya sebatas pertemuan warga, survei lapangan dan analisis kawasan saja. Kegiatan tersebut termasuk desain kawasan yang juga dilakukan oleh peneliti dan warga. Oleh karena itu, dibu-
B - 70 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
tuhkan kegiatan lanjutan untuk menyelesaikan metode tersebut. Daftar Pustaka Ahmad, W. M. (2009). Mengapa Partisipatori. Bogor: Divisi Comdev-P4 LPPM IPB Bentley, A. (1985). Responsive Enviroment: A Manual for Designer. London: The Architecture Ltd. Day, C., dan Parnell, R. (2003). Consensus Design. Cambridge: University Press Faga, B. (2006). Designing Public Consensus. New Jersey: John Wisley & Sons Isbandi, R. A. (2007) Perencanaan Partisipatoris Ber-
basis Akses Kominitas: dari Pemikiran Manuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press Khudori, D.(2002). Menuju Kampung Pemerdekaan. Yogyakarta: Yayasan Pondok Rakyat Lozano, E. (1990). The Culture of The Cities: The Crossroad and The Wall. Cambridge University Press. Purnawaningsih, L. (1999). Konservasi Kawasan Kam-
pung Luar Batang, Jakarta Utara (Telaah Evaluasi dan Penyempurnaan). Institut Teknologi Bandung Sumawijaya, N. (2004). Model Perancangan Revitalisasi Kampung Luar Batang Berdasarkan Konsep Urban Space Heritage. Institut Teknologi Bandung.