Peran Kampung Luar Batang, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara dalam Menunjang Konservasi Kota Tua
Harfa Iskandaria (3209201002)
Latar Belakang Penelitian • Kotapraja “Kota” • Saat ini kondisi “Kota” menjadi sebuah permasalahan bagi Pemda DKI diantaranya perubahan peruntukan lahan, penurunan kondisi infrastruktur • Masalah utama Peruntukan lahan dan penurunan kondisi infrastrukur • Area pemukiman di kawasan konservasi sangat dipengaruhi oleh situs konservasinya • Pertumbuhan Kampung Luar Batang migran yang terus berdatangan. • Masjid keramat sebagai tempat syiar Islam
Perumusan Masalah Penelitian
• Pelabuhan besar selalu diiringi oleh pertumbuhan perkampungan • Penguasaan lahan lokasi strategis mendorong makin padatnya perkampungan • Rumusan Permasalahan – Muncul investor kecil sampai menengah – Elemen,bentuk konservasi yang dapat dipertahankan pada kampung bersejarah khususnya Kampung Luar Batang
Pertanyaan Penelitian
• Bagaimana perkembangan Masjid Kampung Luar Batang sejak didirikan hingga saat ini, serta bentuk interprestasinya sebagai potret akulturasi masyarakat di Kampung Luar Batang ? • Nilai kultural serta elemen konservasi apa yang dapat dipertahankan pada kampung bersejarah khususnya Kampung Luar Batang ?
Sasaran dan Tujuan Penelitian •
• •
Mengidentifikasi variabel yang harus dipertahankan pada Kampung Luar Batang, agar menjadi kawasan yang memiliki “cirri khas tersendiri” yang harus dipertahankan Melakukan pemetaan potensi dan permasalahan dari Kampung Luar Batang agar dapat mengetahui kendala yang dihadapi Melakukan kajian teori yang dibandingkan dengan kondisi eksisting Kampung Luar Batang
Manfaat Penelitian •
•
Manfaat Praktis: Mampu memberikan pengertian kepada masyarakat umum dan masyarakat setempat mengenai pentingnya konservasi di kawasan Kampung Luar Batang. Manfaat Teoritis: Memberikan penjelasan kepada Pemerintah Kota Administratif Jakarta Utara bahwa cagar budaya bukan saja berupa peninggalan fisik bangunan Belanda tetapi dapat juga berupa kampung bersejarah
Tinjauan Pustaka (Kampung) Sumber Steinberg (1992)
Budihardjo(1997) dan Herlianto (1986)
Yudhohusodo (1992)
Global Dialogue (2000) dan Budihardjo (1996) Catanese (1984), Trancik (1986), Global Dialogue (2000)
Kesimpulan Kampung Kampung merupakan bentuk pemukiman yang unik namun dibalik keunikannya kampung cenderung memiliki inteprestasi yang buruk karena infrastruktur yang serba kurang layak, namun dibalik itu kampung mampung menampung berbagai lapisan masyarakat. Kampung terbagi menjadi dua yaitu slum dan squater, meskipun demikian kampung merupakan hasil adaptasi masyarakat desa terhadap kehidupan kota dimana sebagian masyarakatnya bekerja secara informal Kondisi kampung yang berkembang cenderung berkepadatan tinggi dengan persyarakat kesehatan yang kurang layak karena pembangunannya tidak terencana Permasalahan yang dihadapi pada kebanyakan kampung juga dihadapi oleh kampung bersejarah. Diantaranya adalah masalah infrastruktur air bersih, sanitasi, pembuangan limbah dan pematusan Dalam perancangan kota harus terintegrasi antara satu kawasan dengan kawasan lainnya. Bahkan untuk kawasan yang memiliki nilai budaya dan sejarah kota harus mampu mewadahi itu semua. Kampung sebagai bentuk pemukiman yang ada diperkotaan patut dipertimbangkan sebagai salah satu elemen kota karena pengaruh urbanisasi dan globalisasi.
Kesimpulan mengenai kampung secara keseluruhan Berdasarkan beberapa kajian mengenai kampung disamping memiliki beberapa kesamaan mengenai kondisi kampung dimana kampung selalu berkembang secara tidak terencana. Bahkan berkembangnnya kampung di kota bertujuan sebagai “wadah” adaptasi bagi masyarakat desa yang tinggal di kota dengan segala macam ritual dan budaya yang masih dipegang teguh dari nenek moyangnya masing-masing. Keberadaan kampung di perkotaan yang cenderung dekat dengan berbagai pusat kegiatan ditinjau dari keberadaan (legalitas) terdapat dualisme yaitu kampung yang berkembang tidak sesuai dengan peruntukannya dan kampung yang berkembang sesuai dengan peruntukan tata ruang kota. Kampung yang berkembang sesuai dengan tata ruang kota dan sah legalitasnya menjadi salah satu elemen perkotaan yang berperan sebagai penyedia pemukiman bagi berbagai lapisan masyarakat karena adanya pengaruh globalisasi.
Tinjauan Pustaka (Konservasi) Sumber
Kesimpulan Motivasi konservasi pada charta ini didasarkan bahwa konservasi Athens Charter 1931 The merupakan bagian dari perencanaan kota yang berkelanjutan New Charter Of Athens 1998 (sustainable) dimana objek yang di konservasi merupakan sumber daya yang tidak terbaharukan. Dalam Charta ini membahas bahwa konservasi bertujuan untuk Venice Charter 1964 mengembalikan estetika dan nilai sejarah suatu bangunan setelah melibatkan seluruh ilmu pengetahuan yang terkait dengan konservasi ICOMOS Burra Charta 26 “Konservasi” merupakan kata yang dipergunakan sebagai dasar untuk seluruh kegiatan pelestarian, karena konservasi sendiri dapat November 1999 dimaknai sebagai kegiatan untuk memelihara nilai budaya dalam suatu kawasan. Pelaksanaan konservasi harus mempertimbangkan alasan suatu Budihardjo,1989 kawasan/situs untuk dikonservasi di antaranya adalah peranan sejarah bagi suatu peristiwa serta mampu memperkuat citra kawasan di sekitarnya. Karena dengan adanya konservasi maka suatu kawasan dapat tetap terpelihara sehingga warisan budaya dari masa lalu tetap dapat dirasakan, selain itu dengan adanya konservasi kehadiran kawasan lama mampu memberikan rona yang berbeda ditengah hiruk pikuk pertumbuhan kota. Ashworth, 1991 dan Cohen, Konservasi kawasan bersejarah di perkotaan cenderung rumit karena melibatkan berbagai aspek seperti aspek sosial ekonomi 1999 dan pengaruh kepada masyarakat setempat. Bahkan kegiatan konservasi tidak hanya melibatkan masalah arsitektur dalam suatu kawasan tetapi juga membahas mengenai pelestarian suatu bangunan. Perwujudan konservasi tidak hanya kepada bangunan/kawasan Bilkis, 2005 secara fisik (berwujud,tangible) namun konservasi juga dapat dilakukan kepada bentuk warisan budaya yang tidak berwujud (intangible) yang mampu membangun karakter identitas kawasan.
Kesimpulan Konservasi Secara Keseluruhan Berdasarkan kesimpulan teori mengenai konservasi maka didapat beberapa kesamaan, pelaksanaan konservasi bertujuan untuk melakukan peletarian terhadap bangunan yang memiliki peranan terhadap perkembangan sejarah (pendidikan, agama dan negara). Berdasarkan pengertian mengenai konservasi dapat diambil kesimpulan: 1. Konservasi merupakan dasar dari seluruh kegiatan pelestarian 2. Konservasi bertujuan untuk melestarikan suatu bangunan sehingga mampu memberi pengaruh kepada masyarakat setempat mulai dari sosial, ekonomi hingga budaya 3. Kawasan yang menjadi objek konservasi selalu berada di daerah pusat kegiatan sehingga kegiatan konservasi terbentur dengan masalah nilai tanah, oleh sebab itu kegiatan konservasi harus melibatkan perencanaan kota
Metode Penelitian •
•
•
Pendekatan dan Jenis Penelitian – Peneltian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif – Namun jenis penelitian ini juga bersifat eksploratif karena penelitian ini bersifat terbuka dan masih mencari-cari Metode Pengumpulan Data – Data Primer • Observasi • Wawancara – Data Sekunder Metode Pengambilan Sample – Untuk mensurvey suatu kawasan dengan populasi yang cukup luas maka digunakan metode cluster sampling
Metode Penelitian (3) Peran Kampung Luar Baatng, Kec. Penjaringan Jakarta Utara dalam Menujang Konaervasi Kota Tua
Pemda Tk I Provinsi DKI Jakarta
Pengurusan ijin Pemda Tk I Provinsi Jawa Timur
Kelurahan Penjaringan Sekretariat Kelurahan Kependudukan Perlindungan Masyarakat
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Peraturan Derah terkait dengan konservasi
Museum Fatahillah
Tokoh Masyarakat Kampung Luar Batang
Data sekunder yang diperoleh Data Kependudukan Kelurahan Penjaringan Data persebaran fasilitas Kelurahan Penjaringan Kondisi fisik bangunan Kelurahan
Komparasi
Data primer yang diperoleh Sejarah perubahan kampung Perubahan kehidupan masyarakat Perubahan perekonomian masyarakat Perubahan infrastruktur kampung.
Penjaringan
(Catatan: semua data tersebut bersifat kualitatif) Di analisa
Hasil analisa
Kesimpulan dan saran
Gambaran Umum Wilayah Studi Sunda Kelapa
Wisata Bahari
Taman Fatahillah
Pecinan
Gambaran Umum Wilayah Studi • Potensi dan Permasalahan Nama Sub Kawasan Kampung Luar Batang
Pasar Ikan-Museum Maritim Galangan Benteng Roa Malaka
Kali Besar
Cengkeh Kunir
Potensi
Wisata bahari Arsitektur Wisata budaya Perumahan nelayan Pelabuhan tradisional Salah satu pusat penyedia makanan laut Pergudangan Pengelolaan cagar budaya oleh swasta Pada malam hari kawasan ini menjadi pusat perdagangan makanan Lokasi strategis Pusat hiburan malam Kantor – hotel Kondisi vegetasi-kebersihan terjaga Toko alat bahari Pergudangan
Permasalahan Daerah pasang surut Infrastuktur kurang layak Macet akibat PKL Pencemaran akibat pasar ikan Perubahan peruntukan lahan Penurunan kualitas prasarana jalan Penurunan fisik infrastruktur akibat kegiatan pergudangan Pencemaran udara Keamanan Ketertiban lalu lintas Terminal kurang berfungsi Pemugaran fisik bangunan Kurangnya perhatian terhadap bangunan tua Bangunan baru yang tidak mengindahkan kesesuaian
Taman Fatahillah
Stasiun Kota
Pasar Pagi-Perniagaan
Pintu Besar Selatan
Pinangsia
Kantor,bank Museum dengan berbagai kegiatan kebudayaan Museum wayang, keramik Stasiun kereta api Terminal Transjakarta Jalur berbagai angkutan kota
Pusat perdagangan Pusat grosir teksitl dan kertas Pusat jual beli rempah-rempah dan obatobatan tradisional China Berbagai kegiatan warga keturunan China lengkap dengan kebudayaannya. Ekonomi-perdagangan elektronik
Pedagang kaki lima Kurang sadar terhadap kebersihan
Macet karena angkutan kota banyak yang berhenti di sembarang tempat Keamanan Penyempitan jalan akibat pedagang kaki lima Pembangunan ruko-ruko Pedagang kaki lima
Parkir dan bongkar muat yang memakan badan jalan sehingga jalanan menjadi macet.
Gambaran Umum Wilayah Studi 15%
Umur 8%
23%
8%
8% 38%
7% 14%
1-3 Orang 4-5 Orang 5-7 Orang
72%
Umur
•
Jumlah Orang dalam Serumah
20-30 Tahun 31-35 Tahun 36-40 Tahun 41-45 Tahun 46-50 Tahun >50 Tahun
Jumlah Orang dalam Serumah 7%
•
>8 Orang
– Kampung Luar Batang didominasi oleh Kepala Keluarga/istri dengan usia antara 41-45 tahun dengan presentase sebesar 38%. Sedangkan dominasi kedua dengan usia antara 31-35 tahun dengan presentase 23%
– Mayoritas setiap rumah di Kampung Luar Batang yang dihuni lebih dari 8 orang sebesar 72%, keluarga responden yang tinggal bersama dengan keluarga besarnya yang memiliki hubungan keluarga dekat seperti adik atau kakak dari Kepala Keluarga yang menjadi responden – Kepala Keluarga yang menjadi responden yang telah menikah namun masih tetap tinggal di rumah orang tua dengan alasan agar dapat mengasuh anak-anak ketika mereka bekerja.
Gambaran Umum Wilayah Studi 0%
Pendidikan 7%
•
Pendidikan
•
Pekerjaan
29% SD SMP SMA Universitas 64%
Pekerjaan 0%
33%
PNS
– Pendidikan terakhir penghuni di Kampung Luar Batang mayoritas lulusan universitas (S1) 29%, lulusan SMA 64% dan lulusan SMP 7%. Berdasarkan presentase tersebut maka dapat diketahui jika tingkat atau kesadaran akan pendidikan di Kampung Luar Batang telah cukup baik –
Pegawai swasta Wiraswasta 56%
11%
Lain-lain (Buruh,pedagang,dsb)
•
Tempat Tinggal Sebelumnya 8% Sekitar Kampung Luar Batang
23%
69%
Dalam Kampung Luar Batang beda lokasi
Luar Daerah
Untuk pekerjaan bagi masyarakat Kampung Luar Batang sebagian besar didominasi pekerjaan seperti buruh atau pedagang sebesar 56% sedangkan bentuk pekerjaan lain yang mendominasi masyarakat Kampung Luar Batang adalah pegawai swasta sebesar 33%
Tempat Tinggal Sebelumnya
–
Penduduk Kampung Luar Batang yang menjadi responden sebagian besar adalah masyarakat yang lahir, besar dan tinggal di Kampung Luar Batang. Bahkan ada beberapa responden yang hanya pindah rumah namun hanya pindah ruas jalan karena faktor pernikahan
• Kondisi Fisik Kampung Luar Batang Ruas Jalan Jl. Luar Batang I Jl. Luar Batang II Jl. Luar Batang III Jl. Luar Batang IV Jl. Luar Batang V Jl. Luar Batang VI Jl. Luar Batang VII Jl. Luar Batang VIII
Hirarki Jalan Kolektor Sekunder Kolektor Sekunder Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal
Jl. Luar Batang IX Lokal Beberapa Ruas Jalan tak Lokal Bernama Ruas Jalan Jl. Luar Batang I
Jl. Luar Batang II Jl. Luar Batang IV Jl. Luar Batang V
Sudut Parkir Sejajar Jalan dan 900 Sejajar Jalan Sejajar Jalan Sejajar Jalan
Kondisi Parkir Semrawut
Teratur Teratur Teratur
Lebar Jalan
Kondisi
6 - 8 meter 8 – 10 meter 2 – 4 meter 6 Meter 8 Meter 4 Meter 2-3 Meter 2-4 Meter
Baik, Aspal Baik, Aspal Baik, Aspal Baik, Aspal Baik, Aspal Baik, Aspal Baik, Aspal Baik, Aspal
Moda Transportasi yang Lewat Roda 4 dan roda 2 Roda 4 dan roda 2 Roda 2 Roda 4 dan roda 2 Roda 4 dan roda 2 Roda 2 Roda 2 Roda 2
3-5 Meter 2-6 Meter
Baik, Aspal Baik, Aspal
Roda 2 Roda 2
Jenis Parkir On-street dan di lokasi khusus parkir On-street On-street On-street
Gambar:
2 1
1.
1.
Penggunaan Lahan dan Kondisi Eksisting Kampung Luar Batang
Fasilitas Umum dan Sosial
Jaringan Pematusan dan Pengendali Banjir
Analisis dan Pembahasan •
•
•
•
Kampung Luar Batang berdekatan dengan pantai dan beberapa pemukiman menengah atas seperti Pluit, Pemukiman Terpadu Pantai Mutiara dan Muara Angke Sebagai pusat bermukimnya masyarakat golongan menengah kebawah mayoritas penduduknya bekerja di sektor informal dengan bidang usaha perdagangan Pada tahun 1970-an kampung ini terkena program KIP-MHT, dimana dengan adanya program ini maka kampung menjadi lebih terbuka dengan kawasan sekitarnya Kampung Luar Batang menjadi semakin memposisikan diri sebagai pusat penyedia rumah tinggal yang murah
Analisis dan Pembahasan • Analisis place theory pada Kampung Luar Batang
– Berdasarkan teori Place juga didapatkan penekanan adanya suatu makna dari tempat di lokasi sebuah kota (Zhand dalam Trancik, 1986) – Berdasarkan teori Punter (1991) ada tiga unsur pembentuk place yaitu physical setting, activities, dan meaning
• Physical setting: Landmark berupa masjid Luar Batang cenderung bersifat fleksibel dan mengikuti perkembangan jaman meskipun secara fisik bangunannya telah mengalami perubahan. Aktifitas penggunaan dari Masjid Luar Batang cenderung semakin meningkat dikarenakan masjid ini memiliki nilai ke sakralan yang tinggi • Activities: Gambaran tingkah laku pemakai dan fungsi tempat tersebut dan cenderung berkembang seusai dengan perkembangan waktu perayaan Maulid Nabi, Idul Fitri dan Idul Adha, pedagang kaki lima dan sebagai pengemis • Meaning: Pola pikir dimana almarhum Habib Hussein bin Abubakar Alaydrus merupakan orang yang sakti dan memiliki beberapa karomah, bahkan walau hanya berjiarah kemakamnya maka hajat/keinginnya dapat terkabul
Kondisi Kampung Luar Batang Indikasi Kampung Berdasarkan Kajian Teori Salah satu bentuk pemukiman yang ada Kampung Luar Batang memiliki beberapa di perkotaan namun secara generalisasi kelemahan terutama dalam sistem pengendalian kampung cenderung memiliki banjir. Selain karena secara fisik bentuk dari sistem interprestasi yang buruk terkait dengan drainase di kampung ini yang cenderung sering over keberadaan infrastruktur yang kurang capacity. layak
Indikasi Selain karena jumlah luasan dari sistem drainase yang dirasa cukup kurang, yang menjadi permasalahan pada kampung ini adalah kondisi geografis dari kampung ini yang terletak dibawah permukaan laut. Akibatnya pada waktu tertentu kampung ini terendam banjir. Sejak dahulu kampung ini selalu terendam banjir rob, hanya saja intensitas serta lama banjir cukup singkat. Namun saat ini banjir rob di Kampung Luar Batang semakin sering dan lama banjirnya cukup lama bahkan hampir satu minggu Kampung Luar Batang sebagai salah satu basis penyedia pemukiman di kawasan Penjaringan, secara internal memiliki faktor bangkitan dan tarikan alami. Dengan adanya Masjid Keramat Luar Batang sebagai pusat kegiatan di kampung ini maka banyak kegiatan perdagangan yang terfokus pada kawasan masjid dan sekitarnya. Hal ini sama seperti ditempat lain dimana terdapat interest place maka masyarakat akan berusaha mengambil keuntungan secara tidak langsung. Jika dikaji dalam teori linkage, maka kampung ini secara tidak langsung terhubung dengan sistem lalu lintas Tol Pelabuhan-Bandara Soekarno-Hatta, cukup dekat dengan pusat pelelangan ikan dan pasar ikan Muara Baru.
Jika ditinjau dari legalitas-nya Kampung Luar Batang pada beberapa bagian berdiri keberadaan kampung terbagi menjadi diatas bantaran sungai yang berhubungan langsung dua yaitu slum (kampung yang kurang dengan Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada awal layak kondisi pemukimannya) dan terbentuk kampung ini, mayoritas penduduknya squatter (selain kurang layak bekerja disektor nelayan. Namun seiiring kondisinya,lokasi dari kampung juga perkembangan jaman maka sebagian penduduk illegal) Kampung Luar Batang bekerja dalam bidang Namun kampung secara “sifatnya” perdagangan dan jasa baik sektor formal atau kampung merupakan bentuk adaptasi informal masyarakat desa yang tinggal di kota Kampung merupakan bentuk pemukiman yang tidak memiliki konsep Hal ini disebabkan perkembangan kampung sangat atau arahan. Baik dalam bentuk tergantung dari bagaimana tingkat pereknomian dari kesejahteraan tempat tinggal, kesehatan, warganya. Dalam Kampung Luar Batang yang bahkan fasilitas sebagian besar penduduknya bekerja di sektor informal maka pemenuhan kebutuhan sehari-hari lebih ditekankan kepada pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan baru kemudian kualitas papan (rumah). Sedangkan untuk kualitas rumah akan dikembangkan sesuai dengan taraf hidup/ keseuaian dengan kemampuan perekonomian. .
Analisis dan Pembahasan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 0128/M/1988
SK Gubernur DKI Jakarta 1070 Tahun 1990 Tentang Pengembangan dan Pembangunan Kawasan Wisata Bahari Sunda Kelapa
Pertimbangan
Keputusan
Rumah ibadah berupa masjid yang menjadi benda cagar budaya adalah: Masjid Al Mansyur Masjid Annawir Masjid Al Anshor Masjid Al Anwar Masjid Jami Kebon Jeruk Masjid Jami Tambora Masjid Luar Batang Telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya peninggalan sejarah perkembangan Islam di Indonesia.
Adanya larangan untuk mengubah memperbaiki/ renovasi dan mengubah wujud. Selain adanya larangan diatas, bangunan cagar budaya tersebut tidak boleh dilakukan pembangunan atau penambahan banguna yang bersifat semi permanen atau permanen sebelum mendapatkan ijin dari Direktorat Perlindungan Peninggalan Sejarah dan Purbakala serta Pemerintah DKI Jakarta
Kawasan Sunda Kelapa dan sekitarnya memiliki potensi sejarah dan sosial budaya Lingkungan dan kawasan Sunda Kelapa harus dilindungi dari pengembangan dan kegiatan yang dapat merusak lingkungan Pembangunan dikawasan Sunda
Kampung Luar Batang termasuk kedalam batas Utara dari kawasan Wisata Bahari Sunda Kelapa Seluruh lokasi tanah yang termasuk kedalam Kawasan Wisata Bahari akan diamankan dari kegiatan
Indikasi dilapangan
Berdasarkan gambar diatas maka dapat diketahui mengenai seberapa besar Masjid Keramat Luar Batang ini telah mengalami perubahan semenjak dilakukan renovasi antara tahun 1950 hingga 2005. Pada renovasi terakhir pihak Yayasan Masjid Luar Batang membangun kembali masjid lengkap dengan fasilitas kantor yayasan
Setelah pelaksanaan renovasi total pada Masjid Luar Batang, maka terdapat beberapa penambahan
Masjid Kampung Luar Batang Sebagai Landmark Kawasan Gerbang Masjid Gerbang Masjid Keramat di tahun 1916
Gerbang Masjid Keramat di tahun 1916
Hasil renovasi 1950-an, foto diambil pada 2011
Hasil renovasi 1950-an, foto diambil awal 1990-an
Hasil renovasi 1950-an, foto diambil awal 1990-an
Hasil renovasi 1950-an, foto diambil pada 2011
Indikasi Pada gambar disamping merupakan bentuk gerbang Masjid Luar Batang di tahun 1916. Tampak pada bagian depan terdapat beberapa simbol yang berkaitan dengan Islam seperti bulan sabit dan bintang. Selain itu tampak pada sebelah kanan dan kiri terdapat tulisan arab gundul berupa “Masjid Keramat” Pada tahun 1990-an bentuk gerbang telah dirubah secara drastis pada saat renovasi masjid secara total pada tahun 1950-an. Bentuk interior masjid, sebelum mengalami renovasi pada tahun 1950-an tidak terdokumentasikan secara rinci. Namun jika dilihat berdasarkan gambar disamping tampak hasil renovasi masjid, dimana terdapat perubahan over-hang (sosoran) yang terbuat dari plat. Bentuk perubahan lain yang tampak nyata adalah ornamen Islami yang dibuat tampak lebih nyata berupa kaligrafi dengan lafadz “Sabillah Alaudrus” dalam tulisan Arab. Pada tahun 2005, terjadi renovasi dan pembangunan ulang kembali keseluruhan komplek masjid. Akibat dengan adanya pembangunan secara total tersebut, maka bentuk dari gerbang masjid kembali berubah, namun perubahan tidak terlalu signifikan seperti sebelumnya, perubahan mencakup bentuk kaligrafi dan warna.
Analisis dan Pembahasan •
Bentuk Akulturasi Budaya yang ada di Masjid Keramat Luar Batang – Bentuk Atap • Bentuk atap dari Masjid Luar Batang yang berbentuk limas sangat dipengaruhi oleh bentukbentuk atap masjid yang ada di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah • Sedangkan atap masjid yang menjadi “acuan” dari Masjid Luar Batang cenderung mengadopsi bentuk atap Pura Hindu Bali – Akulturasi Pemakaman • Pemakaman dalam Islam memiliki aturannya sendiri terutama yang berkaitan dengan posisi makam, bagian kepala dan kaki, serta bahkan bentuk pemakaman • Kreasi-kreasi lewat ukiran, atau lukisan pada bagian-bagian batu nisan, cungkup, gapura Makam-makam yang dianggap keramat ditempatkan dipemakaman khusus.
Analisis dan Pembahasan • Tipologi Bangunan
Analisis dan Pembahasan • Tipologi Bangunan
Lantai 1
Lantai 2
Analisis dan Pembahasan
Analisis dan Pembahasan Analisis Perkembangan Kampung Luar Batang
Analisis dan Pembahasan Perkembangan Masjid Luar Batang
Sebelum tahun 2005
Setelah tahun 2005
Analisis dan Pembahasan
Analisis dan Pembahasan • Analisis Tata Guna Lahan : Pemukiman : Rumah Niaga : Komersial : Fasos/Fasum
: Sungai/Laut : Tanah Kosong
Analisis dan Pembahasan • Perkembangan Jaringan Jalan pada Kampung Luar Batang
Kesimpulan dan Saran (1) • Kesimpulan
– Kampung Luar Batang cukup strategis karena dilewati oleh Jalan Gedong Panjang yang menjadi jalan penghubung antara kawasan perindustrian Pluit-Bandara Soekarno Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priuk – Sebagai tempat yang strategis Kampung Luar Batang seperti “dikepung” oleh kebijakan pengembangan kawasan, reklamasi Perumahan Pantai Mutiara. Dasar reklamasi ini telah ada sejak tahun 1995 dimana pada saat itu dikenal dengan Jakarta Waterfront Development Program – Selain karena perkampungan di tengah kawasan pusat perekonomian, Kampung Luar Batang juga memiliki landmark yaitu Masjid Keramat Luar Batang. Masjid yang telah ada sejak abad ke XVII, tapi sebagai benda cagar budaya, masjid ini telah mengalami perubahan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan bangunan aslinya pada tahun 1916
Kesimpulan dan Saran (2) • Saran
– Berdasarkan syarat mengenai benda cagar budaya bahwa setiap benda cagar budaya tidak boleh mengalami perubahan baik dari segi material maupun facade – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengkaji ulang mengenai status bangunan cagar budaya – Sedangkan kajian lain yang menjadi perhatian dari Kampung Luar Batang adalah statusnya sebagai salah satu Kawasan Wisata Bahari – Berdasakan peraturan mengenai Kawasan Wisata Bahari maka seharusnya kawasan ini termasuk kedalam area yang dibatasi pembangunnya
Terima Kasih