KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN ”KAMPUNG TUA LUAR BATANG”*) (CHARACTERISTIC OF PROTO-URBAN SETTLEMENT “THE OLD KAMPONG LUAR BATANG”) Popi Puspitasari,
[email protected]
Abstrak Kampung Tua Luar Batang adalah permukiman awal di Batavia (Kota Lama Sekarang). Sebagai permukiman bahari yang terletak dekat dengan Pelabuhan Sunda Kelapa, pada Kampung tersebut secara intensif terjadi fenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ekletisisme secara fisik arsitektural dan struktur spasial yang kompleks dan dinamis dari waktu ke waktu. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan dan terkait dengan Kota Lama lebih terfokus pada Struktur Kota Lama dengan aspek-aspek Arsitekturalnya. Persoalan telaah kampung terbatas pada kampung-kampung tertentu yang khas secara identitas etnisitas yang sifatnya terbentuk secara cluster di sekitar Kota Lama. Sementara Karakteristik secara terinci tentang Kampung Tua yang bersentuhan langsung dengan muara terjadinya kota awal belum banyak diungkap. Pada tulisan ini diungkapkan secara deskriptif tentang Kampung Tua Luar Batang dalam hal: latar belakang penghunian, proses perluasan hunian, fenomena hibridisasi etnis, tipologi rumah menurut evolusi dan statusnya serta struktur
spasial Kampung. Hasil penelitian adalah sebuah pemodelan sebagai teori awal tentang karakteristik Kampung Tua Luar Batang. Abstract The Old Kampong Luar Batang is Proto Urban Settlement in Batavia (today is Old City Jakarta). Geographically, it is close to Sunda Kelapa Harbor (the first Harbor in Indonesia) and blend to the mouth of Old City, therefore ethnic hybridization, cultural acculturation, an eclectic architecture, and dynamic also complex spatial structure were intensively happen. The Old City studies were already done and more of them focused on it’s Structure and Urban aspects. The limited studies also focused especially on the certain kampongs around Old City which sited as clustered pattern kampong. While, it is rarely study about old kampong that close to and blend to the mouth of Proto Urban. This study is descriptive study about characteristic of Old Kampong Luar Batang -as the oldest Kampong, in case of: the background of the site occupation, the intervention of occupation process, the phenomena of ethnics hybridization, House Typology according to it’s evolution and status, and spatial structure of the Kampong. The result of the study is modeling of the initial theory about characteristic of Old Kampong Luar Batang. Kata Kunci : Karakteristik, Proto-Urban, Permukiman
*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722
A. LATAR BELAKANG Jalur transportasi air seperti sungai dan laut adalah alat utama manusia untuk mengenali daratan-daratan lainnya. Sepanjang sejarah manusia menggunakan jalur perairan sebagai lintasan transportasi untuk kegiatan perdagangan. Melalui kegiatan ini kemudian manusia berlabuh di beberapa tempat/pulau dan menghuni baik itu secara sementara maupun menetap. akulturasi budaya terjadi ketika beberapa etnis datang dan pergi dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan membawa budaya masing-masing. Hibridisasi etnis menyebabkan munculnya bentuk kota awal sebagai representasi Collective Memory1 sekelompok komunitas, oleh karena itu keragaman bentuk arsitektur serta dinamika struktur spasial nampak secara spesifik menunjukan identitas tersendiri. Berdasarkan sejarah perkembangan arsitektur, Indonesia secara umum melewati masa Hindu/Budha, Islam, Kolonialisme dan masa Kemerdekaan. Masing-masing masa memiliki konsep berbeda dan teraplikasikan secara fisik. 1
Kota adalah produk “collective memory” dan materialisasi budaya penghuninya sepanjang sejarah. Kota adalah gudang sejarah, sejarah adalah locus dari ”collective memory”. Proses transformasi kota dapat ditelaah menurut kerangka waktu, setiap perbedaan waktu memiliki lapisan yang berbeda yang menunjukan perubahan. Transformasi itu sendiri didefinisikan sebagai: “the overlaying of various conditions. Lapisan-lapisan tersebut meliputi lapisan morfologi, sosiologi dan filosofi. Selama proses transformasi terdapat elemen-elemen yang sifatnya permanen. Elemen-elemen permanen ini menyimpan memori, identitas tentang Tempat (Place) dan kejadian-kejadian tertentu. (J.Widodo; 2004)
Kampung Tua Luar Batang, tumbuh dan berkembang sejak berlabuhnya para pelaut yang melintas antar pulau dan singgah di Sunda Kelapa. Dinyatakan Kampung Luar Batang lebih intensif dihuni seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Pelabuhan Sunda Kelapa. Beberapa dokumen peta memperlihatkan bahwa penghunian Kampung Tua Luar Batang berkembang pesat semenjak masa penjajahan Belanda. Kampung Tua Luar Batang adalah kampung dimana para nelayan dan pedagang yang berlayar melalui lautan pantai utara Jawa singgah dan menghuni sementara menunggu musim angin berganti arah. Oleh karena itu penghunian tumbuh secara sporadis bahkan tidak terkendali di masa sekarang. Secara fisik bangunan arsitektural, tidak banyak artefak yang bisa menunjukan identitas etnis di masa sekarang. Namun pembelajaran yang bisa dipetik diantaranya adalah bahwa perkampungan tersebut menunjukan fenomena bagaimana proses penghunian awal itu terjadi di perkotaan. Kampung-kampung kota diistilahkan untuk kampung yang tumbuh di tengah perkotaan. Kampung-kampung awal dan teridentifikasi identitasnya secara khas pada umumnya adalah kampung-kampung yang membentuk clustercluster di sekitar pusat kota lama misalnya : Kampung Melayu, Kampung Bugis, Kampung Arab, Kampung China dsb. Sementara Kampung awal dimana pertama kali para pelaut singgah tidak banyak ditelaah. Kampung yang dimaksud adalah kampung tua yang bersentuhan langsung pada muara terbentuknya
*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722
kota. Secara morfologi kampung ini tidak membentuk cluster-cluster tetapi merupakan permukiman yang dihuni oleh berbagai etnis (blended etchnic). Pada batasan tertentu Over blended ethnic menyebabkan munculnya karakter yang berbeda. Pada tulisan ini akan dikupas mengenadi aspek-aspek dari karakter tersebut dengan kasus Kampung Tua Luar Batang. B. KONSEP Penelitian ini berlandaskan pada beberapa pengertian yang terkait dengan proto-urban dan sifat-sifat tumbuh berkembangnya kota. V.Gordon Childe (pg.49) menjelaskan bahwa pengertian The Early cities: (1) More extensive and densely populated than previous settlement. (2) Inhabited by full time specialist craftmen, transport workers, merchants, officials and priests. (3) Supported by tithes or taxes of primary producers… The term proto-urban refers to the global parts of a city exceeding local conditions (Urban Flotsam, Bunschoten, 2001, p 27). Proto- or prot- (pref) is (1) First in time; earliest: protolithic, (2) First formed; primitive; original: protohuman. Berdasar telaah historis, Kevin Lynch (1987) ”Normative models” sebuah kota tipologinya adalah sbb : (1) The organic model, or biological city, non-geometric urban patterns , yaitu model yang menganalogikan kota seperti halnya organ makhluk hidup, memiliki jantung (pusat), nadi (jaringan jalan) dan sel-sel (fungsi-fungsi elemen kota). (2) The cosmic model, or holy city yaitu model urban yang diinterpretasikan sebagai ekspresi religi atau ketuhanan,
dicirikan dengan tatanan yang bersifat aksis, hirarkis atau adanya unsur pelindung dan pintu gerbang atau elemen landmark. (3) The practical model, or city as machine, model kota mengandung ekspresi fungsi yang pola umumnya berbentuk Grid. C. KARAKTERISTIK KAMPUNG TUA LUAR BATANG Kampung Luar Batang adalah Kampung tertua yang terletak di kawasan kota tua di Jakarta Utara, tepatnya di belakang Gedung Museum Bahari di jalan Pasar Ikan, Kelurahan Penjaringan. Menurut kronologis waktu beberapa hal penting mengenai Kampung ini adalah : Sejak tahun 1630-an : diperkirakan Kampung Luar Batang tumbuh dan berkembang. Sekitar tahun 1739 dibangun mushola oleh Habib Husein bin Abubakar Alaydrus (imigran dari Hadramaut), berdekatan dengan benteng (kastil) VOC. Sampai saat masjid ini dijadikan tempat berjiarah. Pada abad ke-17 perkampungan Luar Batang, sebagai tempat persinggahan sementara para awak (tukang perahu) pribumi yang ingin masuk ke pelabuhan Batavia (Sunda Kelapa). Seluruh perahu yang keluar masuk harus melalui pos pemeriksaan. Pos ini terletak di mulut alur pelabuhan dan di sini diletakkan batang (kayu) yang merintangi sungai. Setiap perahu pribumi yang akan masuk diperiksa barang muatannya dan senjata-senjata yang dibawa harus dititipkan di pos penjagaan. Sedangkan perahu-perahu pribumi yang tidak bisa masuk pelabuhan, di luar batang (pos pemeriksaan) harus menunggu pagi hari. Ada kalanya mereka menunggu beberapa hari
*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722
sampai ada izin masuk pelabuhan. Selama menunggu, sebagian awak perahu turun ke darat. Kemudian mereka membangun pondokpondok sementara. Lambat laun tempat ini dinamakan Kampung Luar Batang, yakni pemukiman yang berada di luar pos pemeriksaan. 2 Sekitar 1660-an, VOC mendatangkan para nelayan dari Jawa Timur dan ditempatkan di lokasi pemukiman Luar Batang. Pada saat sekarang, Kampung Luar Batang adalah permukiman yang dihuni oleh para pendatang nelayan dan pedagang atau buruh yang bekerja di pergudangan dan pelabuhan.
terjadinya awal mula kota di lokasi yang berdekatan dengan kampung itu sendiri. Pada awal pertumbuhannya, Kampung Tua Luar Batang disebut sebagai ”Kampung Baroe Loear Batang”. Penyebutan Kampung Baru merujuk pada fenomena bahwasanya ketika itu Kampung Luar Batang adalah kampung yang baru terbentuk. Istilah tersebut sampai saat ini berlaku bagi kampung-kampung yang muncul kemudian, setelah beberapa waktu berlalu istilah kampung baru terlepas dengan sendirinya dan istilah kampung baru ditujukan bagi kampung-kampung yang baru terbentuk lainnya.
C.1.
Kampung-kampung baru, tumbuh dan meluas seiring degan meningkatnya jumlah migran dari waktu ke waktu. Salah satu penyebab perluasan penghunian (yang akhirnya jadi sebuah kampung baru) adalah disebabkan oleh adanya lahan ilegal/tidak bertuan. Para migran mendirikan tempat berlindung (shelter) pada lahan-lahan kosong tanpa ada surat kepemilikian, dalam jangka waktu lama, kemudian hunian menjadi permanen.
Penghunian Kampung Tua Luar Batang Sebagai Permukiman Proto Urban Di Muara Sungai Ciliwung.
Secara historis, Kampung Tua Luar Batang dinyatakan permukiman tua sesuai dengan 2
Asal mula nama Luar Batang memiliki 2 versi : Versi pertama menyatakan bahwa nama ini berkaitan dengan salah satu tokoh bernama Sayyid Abdullah Bin Abubakar Alaydrus, yaitu tokoh penyebar agama Islam dari Hadramaut. Dalam perjalanan penyebaran agama Islam, kota Batavia (abad 17) adalah persinggahan terakhirnya. Kemudian Habib Alaydrus membangun Masjid sebagai pusat pengembangan agam Islam. Tanah yang digunakan untuk mendirikan masjid adalah pemberian dari salah satu Gubernur Belanda sebagai balas budi. Tanah tersebut pada mulanya dinamakan Kampung Baru. Ketika Habib tersebut meninggal, direncanakan akan dimakamkan di Tanah Abang, namun ketika akan dikuburkan mayat Habib menghilang dari Kurung Batang (Keranda) dan kembali ke Kampung Baru. Oleh Karena itu Kampung Baru kemudian dikenal sebagai Kampung Laur Batang. Versi Kedua : nama Kampung Luar Batang berasal dari adanya sebatang pohon melintang di mulut sungai Ciliwung. Maksud diletakannya Batang Pohon adalah untuk mengatur masukkeluarnya perahu ke dalam Kota Lama.
Proses penghunian lahan kosong menjadi sebuah kampung adalah melalui tahapan berikut (lihat foto 1): (1) Migran Baru menduduki lahan kosong, menempel pada elemen tertentu yang berdekatan dengan kegiatan yang menguntungkan artinya tempat tinggal berjarak relatif dekat dengan tempat pekerjaan dan sumber air. Seiring berjalannya waktu, penghunian semakin luas dan akhirnya membentuk kampung baru.
*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722
(2) Dalam waktu yang relatif lama, kemudian penghuni kampung baru mengembangkan kegiatan berdagang, atau menyewakan ruangan bagi para pendatang. Ketika lahan semakin dipadati bangunan, masing-masing bangunan dikembangkan secara vertikal. Sejumlah bangunan dengan berlantai dua dengan kepadatan tinggi menyebabkan terjadinya loronglorong diantara bangunan. (3) Pada saat kapasitas tidak terkendali, para penduduk mengembangkan lahan baru di sekitarnya yang tidak berstatus dan
kemudian terjadilah Kampung Baru yang lain. C.2 Hibridisasi Etnis Muara sungai adalah tempat strategis dimana perahu berlabuh. Dikatakan bahwa perahu seperti halnya sebuah kota. Para penumpang dengan etnis dan budaya yang beragam saling bertukar gagasan dan cara hidup. Oleh karena itu ketika penumpang bersama-sama berlabuh, secara fisik mereka kemudian membentuk lingkungan dengan budayanya masing-masing
Pada awal penghunian, para urban menempatkan tempat berlindung pada lahan kosong tidak bersatus dan menempel pada dinding permanen yang sudah ada serta dekat dengan sumber air. Bertambahnya jumlah ”bangunan” tempat berlindung seiring dengan bertambahnya anggota keluarga/kerabat yang dibawa serta dari kampung halamannya. Kapasitas rumah yang semakin bertambah menyebabkan terbentuknya kampung baru pada lahan kosong yang masih tersisa. Lahan kosong ini kemudian terisi dalam waktu yang relatif singkat bahkan merambah ke atas permukaan air sungai. Di beberapa tempat permukaan air sungai tertutup oleh bangunan panggung. Kampung-kampung baru yang terbentuk, salah satunya berbatasan dengan lahan yang sudah berstatus legal dan akan di fungsikan sebagai pergudangan. Pada dinding dibuat akses pintu atau para migran mendobrak dinding yang sudah berdiri kemudian mendirikan kampung baru ( mereka menyebutnya sebagai Kampung Bolong) Gambar 1 : Perluasan hunian dan pembentukan kampung baru
*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722
dimana pasar, masjid dan alun-alun adalah pusat kegiatan bersama. Elemen-elemen tersebut adalah elemen-elemen penting yang pada umumnya ditemukan pada daerah cikal bakal kota di Indonesia. Pada fenomena tertentu hibridisasi etnis terjadi pada satu tempat dalam bentuk Compound Housing, sementara pada fenomena lain menunjukan bahwa masing-masing etnis membentuk kampung-kampung dalam bentuk cluster-cluster yang terpusat pada satu titik kegiatan ekonomi kota. Terindikasikan bahwa pada bentuk Compound Housing, hibridisasi etnis berbaur tanpa batasan yang jelas (blurring boundary) dan pada batas maksimum menjadi blended ethnic. Hal ini terjadi diakibatkan oleh kepadatan bangunan dengan jumlah migran yang bertambah dari waktu ke waktu. Sementara pada bentuk cluster housing, identitas masing-masing etnis dapat diidentifikasi dengan utuh dan seringkali masih terpelihara dengan baik. Kampung Tua Luar Batang secara geografis berada di pusat kegiatan perdagangan, pergudangan (pada jaman penjajahan VOC)
dan berdekatan dengan pelabuhan Sunda Kelapa. Kegiatan perdagangan dan pergudangan menyebabkan kegiatan singgah, berlabuh dan bongkar muat barang menjadi produktif sejak abad 16. Kaitannya dengan Kota Lama Batavia (Kota Lama Jakarta sekarang), Kampung Luar Batang adalah permukiman strategis bagi para nelayan dan para pendatang dari arah laut (etnis Makasar, Bugis, Jawa, Sunda, Arab, China). Sepanjang sejarahnya Kampung tersebut adalah sebuah permukiman padat, walaupun kegiatan pergudangan sudah tidak se-produktif pada masa kejayaan Beland, namun kegiatan perdagangan masih tetap berlangsung sampai sekarang, misalnya Pasar Ikan, pasar tradisional, pasar tempat jual beli peralatan bahari, pasar hasil kerajinan hasil laut. Tingkat penghunian yang padat menyebabkan hilangnya identitas kesukuan secara fisik bangunan (blended ethnic). Perwujudan bangunan rumah lebih diorientasikan pada fungsi dan keuntungan secara finansial dengan cara menyewakan ruang-ruang baik secara vertikal maupun horisontal.
Rumah tinggal beridentitas Melayu Rumah tinggal beridentitas sebagai rumah bugis Gambar 2 : Beberapa rumah tinggal yang masih memiliki identitas yang khas
*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722
Rumah tinggal beridentitas sebagai rumah nelayan
C.3 Tipologi Rumah Berdasarkan Evolusi dan Status Penghunian Sebagai daerah permukiman ditemukan ada 3 tipologi hunian menurut jenisnya : (1) Boat Houses3 adalah perahu-perahu yang berfungsi sebagai tempat tinggal sementara para nelayan yang singgah ke pelabuhan atau daerah sekitar Kampung Luar Batang. Nelayan yang tinggal dalam perahu adalah mereka yang singgah sementara waktu menunggu sampai barang yang dibawanya habis terjual, dan menunggu barang-barang yang akan dibawa ke daerah asalnya. (2) Temporary Houses adalah rumah-rumah tinggal sementara yang difungsikan sebagai tempat tinggal para urban yang datang hanya untuk bekerja, sementara
Boat Houses
(3) Permanent Houses adalah rumah-rumah permanen yang secara ekonomi pada level menengah ke atas. Rumah-rumah permanen ini dimiliki oleh para pedagang atau nelayan yang sukses, yang kemudian membawa anggota keluarga yang lain untuk tinggal dan bekerja di kota. Tipologi Rumah menurut status penghunian: (1) Migran Rental Houses adalah rumahrumah tinggal yang selain dihuni oleh pemiliknya juga disewakan untuk para perantau. Para penghuni adalah penduduk yang bermata pencaharian berdagang, buruh pergudagang, nelayan, pegawai kelautan di sekitar daerah Kampung Luar Batang dengan atau tanpa keluarganya. Pada daerah dengan kepadatan yang tinggi, rumah-rumah sewa berupa
Temporary Houses
Permanent Houses
Gambar 3 : Tipologi rumah berdasarkan evolusi penghunian
keluarganya ditinggal di kampung halaman atau di bawa dan meninggali rumah ”boro”. Fenomena ini menyebabkan terjadinya kekumuhan di sepanjang bantaran sungai dekat muara.
3
Boat Houses adalah istilah penulis untuk menggambarkan adanya kegiatan menghuni pada perahu secara intensif.
bangunan berlantai dua dalam kondisi permanen atau tidak permanen. Harga sewa bervariasi tergantung pada luas ruang, letak ruang (lantai 1 atau 2), kondisi rumah permanen atau tidak permanen atau menurut kelengkapan fasilitasnya. Fenomena ini terjadi hampir 75% dari seluruh jumlah rumah di
*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722
permukiman tersebut. (2) The Sacred Mosque Dormitory adalah rumah singgah bagi para pejiarah masjid kampung luar batang dari berbagai daerah ketika ada perayaan tertentu. Rumah tinggal sejenis ini berada di sekitar Masjid Luar Batang. (3) Rental Houses for the Moslem School Students adalah rumah-rumah yang disewakan untuk para santri disekitar pesantren. (4) Apartement adalah bangunan tinggi yang disewakan untuk golongan ekonomi menengah atas, berlokasi di daerah transisi Hunian penduduk Kampung Luar Batang dengan Pusat Bisnis. C.4 Struktur Spasial Kampung Sebagai permukiman awal yang bersentuhan dengan Kota Lama, Kampung Tua Luar Batang memiliki pola spasial yang kompleks. Dapat dikatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam teori Kevin Lynch (1981) tentang model normatif sebuah kota terpolakan di Kampung tersebut. Penulis mencoba menginterpretasikan
Migran Rental Houses
The Sacred Mosque Dormitory
fenomena-fenomena yang ditemukan di Kampung Tua Luar Batang dari sudut pandang teori Kevin Linch, kemudian direflrksikan dalam kategori Pada daerah yang bersentuhan dengan lautan dan badan sungai, kampung-kampung baru secara sporadis membentuk pola organik. Penghunian berubah setiap saat mengikuti kondisi dan lokasi lahan kosong ilegal atau tergantung pada perubahan status lahan ilegal menjadi legal diakibatkan perubahan status lahan dari lahan penghunian ilegal menjadi status komersil. Fenomena menunjukan semakin terdesaknya hunian ilegal oleh lahan komersil baru, mendorong perluasan permukiman kampung baru (ilegal) ke arah badan sungai dan menutupi badan aliran air sungai. Semakin ke arah daratan kecenderungan perubahan luasan permukiman semakin berkurang, hunian semakin permanen dan semakin terencana dengan baik walaupun sistem jaringan jalan masih dalam bentuk lorong-lorong dan kepadatan bangunan yang tetap tinggi. Bersisian dengan kampung-kampung Baru
Rental Houses for the Moslem School Students
Gambar 4 : Tipologi rumah menurut status penghunian
*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722
Apartement
adalah Museum Bahari. Pada masa penjajajahan Belanda Museum tersebut merupakan pergudangan. Kegiatan wisata museum Bahari mendorong intensifnya kegiatan perdagangan dimuka bangunan museum, tepatnya bersatu dengan area pasar
tradisional heksagon dan pasar ikan. Area perdagangan meluas dari depan Museum Bahari ke arah jembatan (dulu merupakan sebatang pohon pembatas sebagai pengontrol keluar masuknya perahu dari arah lautan menuju dalam Kota Lama), dan hampir
Temporary Houses with blended ethnic River Temporary Houses as Slums Area
Historical-Vernacular Area
11 5 12 4
9
1
7 3
3
8 6 2 1
5
10
Prosesi ritual berjiarah : 1. Pintu gerbang masuk, 2. Pemberian doa oleh Habib, 3. Tempat Wudlu, 4. Berjiarah ke makam keramat dalam masjid, 5. Sembahyang dalam Masjid, 6. Rumah Singgah Pejiarah, 7. Rumah Tinggal Keluarga Habib Allaydrus, 8.Pemakaman, 9 Menara Lama, 10. Dapur Umum untuk perayaan, 11. Kios-kios keperluan jiarah, 12. Menara Baru.
Historical-Sacred Area
Hitorical-Cosmopolitan Area
Gambar 5 : Model Struktur Spasial Kampung Tua Luar Batang
*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722
memenuhi badan sungai. Badan Sungai terancam menjadi daratan karena penghunian yang tidak terkontrol. Fenomena pembentukan kampung baru yang sporadis pada area historis dikategoriakan sebagai Historical-Vernacular Area, yang diduga jika tidak terkontrol maka area ini akan mencapai batas kekumuhan yang maksimum, blended ethnic dan kehilangan identitas kesukuan secara fisik. Historical-Sacred Area adalah kategori untuk area dimana terdapat Masjid Tua Luar Batang. Keberadaan Masjid Tua Luar Batang sebagai masjid yang dikeramatkan, dapat dinyatakan sebagai representasi teori Kevin Linch yang kedua, yaitu kategori model kekotaan yang memiliki nilai kesakralan. Menurut Linch, pola yang terbentuk pada umumnya terpusat. Berdasarkan pola spasial Kampung, Masjid
Luar Batang secara spesifik tidak pada posisi sebagai pusat kampung. Namun yang dapat diperlihatkan adalah adanya pintu gerbang dan menara serta makam keramat sebagai landmark yang menandai masjid tua keramat. Secara fungsional, kegiatan berjiarah memiliki ritual dengan prosesi tertentu walaupun sifatnya tidak permanen, artinya tidak selalu prosesi tersebut sebagai acuan dogmatis. (lihat gambar. 5 tentang prosesi ritual berjiarah). Historical-Cosmopolitan Area adalah kategori untuk pola ketiga yaitu pola grid yang dapat ditemukan pada daerah yang dulunya dialokasikan untuk pergudangan jaman VOC. Pada saat sekarang letak pergudangan tersebut terhadap muara sungai ciliwung terletak pada daerah bagian daratan mengarah ke pusat bisnis. Berdekatan dengan lokasi pergudangan Grid/Cosmopolitan Pattern Well Planned Design Legality Permanent Buildings 9 Individualist
+
9
8
7 6 Apartment & Shop houses Area
2 10
Permanent Houses Area
-
5 2
HistoricalCosmopolitan Area
HistoricalSacred Area Rental Migran Houses
HistoricalVernacular Area
Boat Houses Area
4
3
Organic Pattern Vernacular 1 Illegal Slums Blended Ethnic
(1) Sungai Ciliwung, (2) Kampung Baru, (3) Pasar Heksagon, (4) Pasar Ikan, (5) Museum Bahari, (6) Pergudangan, (7) Permukiman Permanen, (8) Masjid Tua Luar Batang, (9) Lokasi Apartemen dan Ruko Sekarang (10) Jembatang (Batang Pohon dulu)
Gambar 6 : Pemodelan teori awal untuk fenomena Kampung Tua Luar Batang
*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722
dan bagian belakang museum Bahari adalah Apartemen dan ruko-ruko yang terencana dengan pola yang teratur. Kondisi ini berkaitan dengan pola yang dibentuk oleh pemerintahan Belanda pada area pergudangan, dan status lahan yang legal oleh swasta pada area apartemen dan ruko-ruko.
D. PEMODELAN Dari telaah karakteristik Kampung Tua Luar Batang dapat dibuat pemodelan fenomena permukiman proto-urban seperti terlihat pada gambar 6, dan dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Fenomena penghunian awal dan transformasinya di perkotaan semakin intensif pada lahan ilegal dan lahan tersebut memiliki lokasi strategis terhadap pusat kegiatan ekonomi. Hunian vernakular tumbuh dan berkembang sesuai dengan eksistensi kesempatan penghunian membentuk pola organik. Penghunian tidak terkendali mengakibatkan tingkat kekumuhan (slums) yang maksimum atau sebaliknya bahwa pola organik terbentuk karena dorongan faktor lahan yang ilegal dan vernakularitas penghunian. (2) Transformasi struktur keruangan dipengaruhi oleh legalitas lahan dimana legalitas lahan mendorong meningkatnya kebebasan pemanfaatan fungsi lahan secara individual dan meningkatkan konsumsi konsumerisme dan mendorong perencanaan yang lebih tertata ketika lahan tersebut berlokasi pada atau berdekatan dengan pusat bisnis kosmopolitan.
E. KESIMPULAN Kampung Tua Luar Batang adalah representasi dari cikal bakal terbentuknya kota. Apa yang bisa dipelajari adalah : (1) Bagaimana penghunian awal manusia dan pembentukan permukiman secara alamiah (vernakular) dari arah perairan (laut/sungai) sampai terbentuk permukiman kosmopolitan, (2) Hibridisasi etnik pada permukiman tua yang bersentuhan dengan muara terjadinya kota awal perdagangan di pesisiran, bertransformasi dalam bentuk blended ethnic. (3) Berdasarkan refleksi teori Kevin Linch terhadap ciri-ciri fisik spasial Kampung Tua Luar Batang maka dapat diterjemahkan adanya kategori yang lebih spesifik yaitu : HistoricalVernacular Area, Historical-Sacred Area dan Historical-Cosmopolitan Area. SUMBER PUSTAKA : Basham, Richard ,Urban Typologies :Preindustrial And Industrial CitiesUrban Anthropology The Cross-Cultural Study of Complex Society, Mayfield Publishing Company, 1978 Frank, Karen A., Ordering Space : Types in Architectural Design, New York : Van Nostrand Reinhold, 1994. Heuken, Adolf, Tempat-tempat bersejarah Jakarta, Jakarta : Cipta Loka Caraka, 1997.
di
Heuken, Adolf, Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta, Jakarta : Cipta Loka Caraka, 2000. Hakim, Abdul, “Jakarta Tempo Doeloe”, Jakarta : Pustaka Antarkota, 1989 Kostof, Spiro, The City Shaped : Urban Patterns and Meanings Through History, London : Thames and Hudson, 1991.
*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722
Linch, Kevin, Good City Form, Pennsylvania : Dowden, Hutchinson & Ross, 1987. Merrillees, Scott, Batavia In the Nineteenth Century Photograph, New York : Archipelago Press, 2000. Sardiyarso, Enny ; Puspitasari, Popi, Inside The Wall Of Batavia 15–19 th And Old-City Jakarta 21 st Centuries : The Changes of Building Function and Its Façade, Jakarta : Prosiding International Seminar Modern Urban Heritage (mAAN-Usakti), 2005 Widodo, Johannes, The Boat and the City : Chinese Diaspora and the Architecture of Shoutheast Asian Coastal Cities, Singapore : Marshall Cavendih Academic, 2004.
*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722