BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kemajuan suatu bangsa, hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia lndonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman.1 Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi siswa di masa yang akan datang. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.2 Dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektivitas model pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran
harus
ditingkatkan
untuk
meningkatkan
kualitas
hasil
pendidikan. Dan secara mikro, harus ditemukan strategi atau pendekatan
1
Nurhadi, et.al., Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK, Malang: IKIP Malang Press, 2004, h. 1. 2 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007, h. 1.
1
2
pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa. Ketiga hal itulah yang sekarang menjadi fokus pembaruan pendidikan.3 Dalam pelaksanaannya, pembelajaran IPA bukanlah mengkaji hal-hal yang baru. Oleh karena itu, banyak anggapan bahwa IPA hanya merupakan pelajaran yang mentrasfer pengetahuan dari pikiran guru kedalam pikiran siswa. Banyak sekali guru yang hanya mengandalkan ceramah dan bercerita dalam proses pembelajarannya dan jarang sekali menerapkan suatu metode seperti diskusi dan pembelajaran kontekstual. Maka dari itu banyak siswa yang kurang menaruh perhatiannya pada mata pelajaran ini. Hal ini sejalan dengan fakta yang ditunjukkan di lapangan, bahwa berdasarkan hasil observasi awal yang dilaksanakan oleh peneliti, kualitas mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV di MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus tahun pelajaran 2014/2015 masih memperoleh hasil belajar yang tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari perolehan nilai tugas mata pelajaran IPA siswa kelas IV MI NU Mawaqi’ul Ulum. Dalam proses pembelajarannya guru kurang menerapkan suatu model pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan karakteristik siswanya. Guru sering sekali menggunakan metode ceramah bahkan hanya meminta siswa untuk
memahami
pembelajaran
dengan
membaca
pemahaman
saja.
Berdasarkan kenyataan tersebut dapat dipastikan bahwa pembelajaran IPA di kelas ini berlangsung secara monoton dan tidak menarik, sehingga siswa tidak dapat mengekspresikan seluruh kreatifitasnya dalam berpikir. Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat dua kegiatan yang sinergis, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotor, dan atau afektif. Persoalannya, bagaimana mengaktifkan siswa agar secara sukarela tumbuh kesadaran mau dan senang belajar? Karena itu, guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif baik fisik 3
Nurhadi, et.al., Op.Cit., h. 2.
3
maupun mental. Siswa akan belajar secara aktif kalau rancangan pembelajaran yang disusun guru mengharuskan siswa, baik secara sukarela maupun terpaksa,
menuntut
siswa
melakukan
kegiatan
belajar.
Rancangan
pembelajaran yang mencerminkan kegiatan belajar secara aktif perlu didukung oleh kemampuan guru memfasilitasi kegiatan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.4 Rendahnya kualitas belajar siswa kelas IV MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus juga ditunjukkan oleh interaksi siswa yang dilakukan pada saat pembelajaran. Banyak sekali siswa yang ramai sendiri, tidak memperhatikan pelajaran bahkan sering ijin keluar masuk kelas. Peristiwa ini membuat suasana kelas menjadi tidak kondusif, sehingga siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Apabila guru memberikan siswa kesempatan untuk bertanya, jarang sekali ada siswa yang mengacungkan tangannya untuk bertanya tentang pelajaran. Bahkan saat guru bertanya apakah siswa sudah memahami pelajaran yang disampaikan, mereka mengaku sudah memahami. Begitu pula yang terjadi setelah guru membagikan nilai tugas siswa, mereka tidak ada yang berkomentar dan menganggap pelajaran telah selesai begitu saja. Untuk menghadapi permasalahan tersebut, diperlukan adanya pembaharuan metode dan model pembelajaran bagi siswa agar mereka dapat lebih aktif dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Salah satu model pembelajaran yang dianggap cocok untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA adalah model kontekstual atau yang sering disebut dengan CTL (Contextual Teaching and Learning). Dalam model pembelajaran ini siswa akan dihadapkan pada kehidupan nyata, artinya siswa akan terlibat secara penuh dalam proses pembelajaran untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka.5 4
Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008, h. 149. 5 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012, h. 79.
4
Melalui pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kontekstual, siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para siswa. Cara belajar dengan menggunakan alam sebagai media pembelajaran diisyaratkan dalam Firman Allah SWT sebagai berikut:
Artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanamtanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS. Az-Zumar : 21)6 Selain ayat tersebut, ayat lain yang bisa dijadikan sebagai pelajaran mengenai keberadaan alam semesta yaitu sebagai berikut:
Artinya : “….dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan 6
R.H.A. Soenardjo, et.al., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag. RI, 2005, h. 748.
5
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”. (QS. Al-Hajj : 5)7 Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengerahuan Alam yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga siswa memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.8 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, timbullah ketertarikan untuk mengadakan penelitian tentang: “Penerapan Model Contextual Teaching and Learning dengan Media Gambar untuk Meningkatkan Interaksi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPA Materi Bagian-bagian Bunga di MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Alasan Pemilihan Judul Pembelajaran IPA dalam kegiatan belajar mengajar pelajaran IPA merupakan pelajaran yang kurang disukai siswa. Ketidak minatan siswa terhadap mata pelajaran IPA, karena sistem pembelajaran yang dipergunakan guru adalah metode ceramah, siswa mendengarkan dan mencatat, tetapi belum menggunakan model pembelajaran kontekstual. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan tersebut, alasan pemilihan judul yaitu sebagai berikut: 1. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif agar pembelajaran di kelas lebih efektif dan efisien. 2. Rendahnya interaksi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), sehingga perlu diadakan penelitian tindakan kelas. 3. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran tanpa melibatkan siswa untuk belajar kreatif, sehingga
7
Ibid, h. 512. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007, h. 97-98. 8
6
pembelajaran tidak efektif dan mengakibatkan rendahnya interaksi dan hasil belajar siswa. 4. Karena masih kurangnya kreatifitas guru dalam penggunaan media pembelajaran, sehingga guru masih kurang menggunakan alat peraga untuk menunjang proses pembelajaran yang dilaksanakan.
C. Telaah Pustaka Pada bagian ini, peneliti mengemukakan tentang hasil penelitian terdahulu. Bidang kajian yang akan diteliti pada penelitian ini adalah penerapan model Contextual Teaching and Learning dengan media gambar untuk meningkatkan interaksi dan hasil belajar siswa. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya pengulangan terhadap kajian terhadap hal-hal yang sama yang pada penelitian ini. Untuk memudahkan dalam memahami bagian ini, maka peneliti menyajikannya dalam bentuk uraian dari penelitian lainnya. Sutinah, dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Penerapan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Pembelajaran IPA di Kelas 6 SDN Sawahan IV Kota Surabaya”. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran IPA di kelas VI dapat disimpulkan yaitu hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kontekstual mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah rata-rata tiap siklus dan prosentase ketuntasan klasikal. Pada siklus I rata-rata kelas meningkat dari 69,06 pada siklus I menjadi 79,25 pada siklus II. Ketuntasan klasikal dari siklus I sebesar 63,8% menjadi 83,3% pada siklus II. Aktivitas siswa selama pembelajaran yang menerapkan pembelajaran kontekstual juga mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian siklus I dan II mengenai aktivitas siswa terlihat terjadi peningkatan. Peningkatan siswa pada siklus I dari 57,89% menjadi 86,75% pada siklus II. Terjadi kenaikan sebesar 28,86%. Perkembangan afektif dan psikomotor siswa juga mengalami peningkatan. Pada perkembangan afektif siklus I sebesar 58,89% menjadi 80% pada siklus II. Pada perkembangan psikomotor siklus I sebesar 61,8% menjadi 82,94%
7
pada siklus II.9 Persamaan dalam penelitian ini yaitu pada upaya meningkatkan hasil belajar melalui penerapan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran IPA, namun penulis dalam penelitiannya lebih mengembangkan pada peningkatan interaksi dalam belajar dan lebih fokus pada materi bagian-bagian bunga dengan menggunakan media gambar. Tutik Indawati, dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas I SD Putra Indonesia Kecamatan Gununganyar Kota Surabaya”. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu; aktivitas guru sebesar 61% menjadi 92,5%. Peningkatan aktivitas siswa pada siklus I yaitu 68,5% menjadi 86%. Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 66% menjadi 88% pada siswa kelas I SD Putra Indonesia Gununganyar Surabaya.10 Persamaan dalam penelitian ini dalam pembelajarannya sama-sama menerapkan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar IPA, namun perbedaanya peneliti menggunakan media gambar untuk lebih meningkatkan interaksi belajar siswa. I Wayan Cirtha, penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI dengan Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media CD Interaktif Dilengkapi Bahasa Isyarat di SLB-B Negeri Singaraja”. Hasil analisis menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu dari 74,50 dengan ketuntasan klasikal 50,0% pada siklus I menjadi sebesar 85,25 dengan ketuntasan klasikal 100% pada siklus II; dan tanggapansiswa terhadap penerapan model pembelajaran kontekstual berbantuan media CD interaktif dilengkapi bahasa isyarat dalam pembelajaran IPA adalah dengan
9
Sutinah, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Penerapan CTL (Contekstual Teaching and Learning) dalam Pembelajaran IPA di Kelas 6 SDN Sawahan IV Kota Surabaya, (Skripsi), PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya, 2013. 10 Tutik Indawati, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas I SD Putra Indonesia Kecamatan Gununganyar Kota Surabaya, (Skripsi), PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya, 2013.
8
skor rata-rata sebesar 84,78 dan berada pada kategori positif.11 Persamaan penelitian ini yaitu dalam pembelajaran IPA diterapkan pembelajaran kontekstual, namun perbedaannya kalau penelitian ini menggunakan tambahan media CD interaktif kalau penelitian penulis menggunakan media gambar untuk meningkatkan interaksi belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Dari penelitian di atas, pembelajaran kontekstual sudah diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar IPA, namun dalam penelitian ini menambahkan dengan media gambar untuk meningkatkan interaksi belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPA materi bagian-bagian bunga di MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Apakah melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning dengan media gambar dapat meningkatkan interaksi belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPA materi bagian-bagian bunga di MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus tahun pelajaran 2014/2015? b. Apakah melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPA materi bagian-bagian bunga di MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus tahun pelajaran 2014/2015?
E. Rencana Pemecahan Masalah Berdasarkan teori belajar dan media pembelajaran, maka permasalahan yang terjadi di kelas IV MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus perlu diselesaikan melalui tindakan guru berupa upaya peningkatan interaksi dan hasil belajar IPA melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning dengan media gambar pada mata pelajaran IPA. Dengan model pembelajaran 11
I Wayan Cirtha, Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI dengan Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media CD Interaktif Dilengkapi Bahasa Isyarat di SLB-B Negeri Singaraja, (Skripsi), Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, 2012.
9
kontekstual didukung penggunaan media gambar ini diharapkan siswa lebih cepat memahami persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA, serta mampu menyelesaikan persoalan-persoalan itu melalui pengetahuan yang telah dimilikinya.
F. Penegasan Istilah Sebagai upaya untuk menghindari salah pengertian dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan penegasan istilah. Variabel-variabel yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Model Contextual Teaching and Learning adalah pendekatan yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran dan didorong untuk berkreativitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang dipelajari.12 Dalam penelitian ini model pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa kelas IV MI NU Mawaqi’ul Ulum secara penuh dalam proses pembelajaran IPA untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan pembelajaran yang telah diperoleh dalam kehidupan mereka sehari-hari. 2. Media Gambar Media gambar adalah media visual dalam bentuk grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan katakata dan gambar-gambar.13 Media gambar dalam penelitian ini berupa gambar bagian-bagian bunga dimana setiap media gambar berisi jenisjenis gambar bagian-bagian bunga yang akan digunakan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. 12
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2013, h. 178. 13 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, Bandung : Penerbit CV. Sinar Baru, 2007, h. 68.
10
3. Interaksi Dari segi terminologi “interaksi” mempunyai arti hal saling melakukan aksi; berhubungan; mempengaruhi; antar hubungan. Interaksi akan selalu berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan.
14
Dalam
penelitian ini interaksi belajar siswa merupakan segala proses kegiatan yang dilakukan siswa kelas IV selama mengikuti pembelajaran IPA yang meliputi: menjawab pertanyaan kontekstual, keterlibatan menggunakan media, diskusi dan interaksi, presentasi dan menarik kesimpulan. 4. Hasil Belajar Hasil belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dari berbagai pengalaman interaksi edukatif. Dari situlah timbulnya klasifikasi hasil yang dimiliki oleh seorang siswa, seperti hasil dalam bentuk keterampilan, dalam bentuk konsep-konsep, dan dalam bentuk sikap.15 Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa kelas IV setelah menerima pengalaman belajar IPA dan mencapai kompetensi ketuntasan belajar berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang diperoleh dari hasil tes siswa pada setiap siklusnya.
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan interaksi belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPA materi bagian-bagian bunga melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning dengan media gambar di MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus tahun pelajaran 2014/2015. b. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPA materi bagian-bagian bunga melalui penerapan model Contextual 14
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, h. 10. 15 Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar, Bandung: Tarsito, 2003, h. 75.
11
Teaching and Learning dengan media gambar di MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus tahun pelajaran 2014/2015. 2. Manfaat Penelitian Penelitian tindakan kelas diharapkan dapat membawa manfaat: a. Manfaat Teoritis 1) Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menerapkan model Contextual Teaching and Learning. 2) Memberikan gambaran yang jelas pada guru tentang model Contextual Teaching and Learning dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. b. Manfaat Praktis 1) Bagi sekolah adalah sebagai upaya untuk meningkatkan interaksi dan hasil belajar dalam pembelajaran. 2) Bagi guru, sebagai salah satu rujukan dalam penggunaan model pembelajaran untuk meningkatkan interaksi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. 3) Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan interaksi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. 4) Bagi peneliti, diharapkan melalui model pembelajaran kontekstual dengan media gambar dapat meningkatkan interaksi dan hasil belajar IPA materi bagian-bagian bunga bagi siswa kelas IV MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus semester I tahun pelajaran 2014/2015. 5) Bagi dunia pustaka untuk memperkaya sumber bacaan sehingga menambah wawasan guru dan dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
H. Hipotesis Tindakan Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini, sebagai berikut:
12
1. Jika guru menerapkan model Contextual Teaching and Learning dengan media gambar pada mata pelajaran IPA materi bagian-bagian bunga, maka interaksi belajar siswa kelas IV MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus semester I tahun pelajaran 2014/2015 akan meningkat. 2. Jika guru menerapkan model Contextual Teaching and Learning dengan media gambar pada mata pelajaran IPA materi bagian-bagian bunga, maka hasil belajar siswa kelas IV MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus semester I tahun pelajaran 2014/2015 akan meningkat.
I. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode, agar hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana yang ditentukan. Hasil penelitian dipandang mempunyai bobot ilmiah dan objektif apabila menerapkan metode penelitian yang baik. Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pada bagian ini akan diuraikan langkah-langkah penelitian yang meliputi: subyek dan obyek penelitian, lokasi penelitian, desain penelitian, faktor yang diteliti, rencana tindakan, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan indikator keberhasilan. 1. Subjek dan Obyek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang, dengan rincian siswa laki-laki sebanyak 8 orang dan siswa perempuan sebanyak 12 orang. Kelas tersebut dipilih dengan pertimbangan kondisi kelas yang heterogen. Sedangkan obyek penelitiannya yaitu penerapan model Contextual Teaching and Learning dengan media gambar untuk meningkatkan interaksi dan hasil belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPA materi bagian-bagian bunga di MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus tahun pelajaran 2014/2015.
13
2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di MI NU Mawaqi’ul Ulum tepatnya di Desa
Medini
Kecamatan
Undaan
Kabupaten
Kudus.
Adapun
pertimbangan-pertimbangan yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian di MI NU Mawaqi’ul Ulum adalah prestasi belajar IPA di sekolah tersebut masih tergolong rendah dan tidak berhasil seperti yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang penelitian. Selain letak sekolah yang mudah dijangkau, peneliti juga merupakan salah satu pengajar di MI NU Mawaqi’ul Ulum dan mengetahui tentang keadaan lapangan sehingga peneliti lebih mudah untuk mendapatkan data serta informasi yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian. 3. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart dalam Wiriaatmadja. Penelitian ini dilakukan selama dua siklus. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu pelaksanaan penelitian. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu fase perencanaan, fase tindakan, fase mengamati dan fase merefleksikan. Setiap tahap dilakukan secara berulang sampai permasalahan dapat teratasi.16 Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti berkolaborasi dengan guru untuk mengadakan perbaikan pada proses belajar mengajar dengan tujuan untuk meningkatkan hasil dan interaksi belajar siswa kelas IV MI NU Mawaqi’ul Ulum. Peneliti akan menjadi guru dalam setiap pembelajaran yang dilakukan, sedangkan guru kelas akan menjadi observer untuk mengobservasi jalannya pembelajaran. Berikut skema pelaksanaan siklus dalam penelitian yang dilakukan berdasarkan tipe yang telah ditetapkan:
16
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, h. 66.
14
Siklus I Penjajagan
Analisis dan Identifikasi
Observasi pembelajaran IPA di kelas yang menjadi obyek penelitian (dalam hal ini adalah siswa kelas IV di MI NU Mawaqi’ul Ulum).
Metode ceramah Pemahaman dan interaksi siswa terhadap materi IPA rendah Menggunakan strategi pembelajaran tradisonal Tidak melakukan refleksi
Observasi
Fokus Masalah
Perencanaan Pedoman observasi Menyusun rencana dan strategi pembelajaran Panduan evaluasi
Perencanaan
Mengobservasi proses pembelajaran dengan menggunakan daftar observasi Observasi dilakukan pada interaksi siswa
Kegiatan pembelajaran mengaplikasikan pembelajaran kontekstual pada pembelajaran IPA dalam meningkatkan interaksi dan hasil belajar Mengevaluasi proses dan hasil
Refleksi Peneliti melakukan refleksi terhadap pengaplikasian model pembelajaran pada mata pelajaran IPA
Dilanjutkan ke siklus II, dan jika hasilnya masih belum memuaskan, maka dilanjutkan ke siklus berikutnya
Jika belum memuaskan hasilnya
Refisi Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi yang diperoleh peneliti harus memperbaiki perencanaan atas kekurangan yang dijumpai pada tahap implementasi siklus I
SELESAI
Gambar 1.1 Adopsi Skema Model Spiral dari Kemmis dan Taggart
15
4. Faktor yang Diteliti Faktor-faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah: a. Faktor siswa, mengamati interaksi siswa selama mengikuti proses pembelajaran dan untuk mengetahui hasil belajar siswa memahami materi pelajaran setelah selesai proses pembelajaran. b. Faktor guru, mengamati aktivitas guru dalam menyajikan materi pelajaran IPA sesuai dengan penerapan model Contextual Teaching and Learning dengan media gambar serta bagaimana cara guru dan peneliti
merancang
atau
merencanakan
tindakan
perbaikan
pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. 5. Rencana Tindakan a. Tindakan Pendahuluan Penelitian diawali dengan tindakan pendahuluan, dimana dalam tahap ini dilakukan beberapa hal yaitu meminta ijin mengadakan penelitian kepada pihak sekolah secara lisan dan tertulis. Dalam hal ini peneliti juga mengadakan wawancara kepada guru kelas IV. Hal ini dilakukan agar peneliti mengetahui model pembelajaran yang digunakan sehari-hari, bagaimana keadaan siswa dan keadaan kelas serta peneliti menyampaikan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Kegiatan ini dilakukan agar peneliti dan guru kelas yang bersangkutan dapat menjalin kerjasama yang baik guna membantu memperlancar pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu peneliti juga mengadakan tes awal kepada kelas yang bersangkutan untuk mengetahui kemampuan atau pengetahuan awal seluruh siswa kelas IV MI NU Mawaqi’ul Ulum melalui kegiatan pra siklus berupa kegiatan konvensional. b. Pelaksanaan Siklus 1) Perencanaan Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, perlu dilakukan perencanaan terlebih dahulu agar pembelajaran yang dilakukan
16
dapat terlaksana sesui dengan prosedur yang ada. Dalam proses perencanaan ini dilakukan beberapa hal yakni sebagai berikut. a) Membuat pedoman observasi dan interview untuk mencatat segala kegiatan yang sedang berlangsung. b) Menyusun perangkat pembelajaran berupa desain pembelajaran (RPP). c) Menyusun alat evaluasi berupa post-test, LKS (lembar kerja siswa)/membuat soal tes individual yang akan digunakan pada akhir tindakan Perencanaan
pembelajaran
ini
akan
menjadi
media
pengontrol agar dalam menyampaikan materi seorang guru tidak keluar dari kurikulum yang ada. Dengan perencanaan ini juga, tujuan pembelajaran akan lebih mudah dievaluasi sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan belajar siswa. 2) Pelaksanaan tindakan Dalam proses pelaksanaan tindakan ini dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam RPP (rencana peleksanaan pembelajaran) dengan langkah-langkah sebagai berikut. a) Kegiatan pendahuluan: 1) Guru menyampaikan salam pembuka. 2) Guru mengajak siswa berdoa dan absensi siswa. 3) Guru memberikan apersepsi, yaitu dengan menerapkan penggunaan media gambar kemudian disusul dengan tanya jawab. 4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 5) Guru memberikan motivasi yaitu menjelaskan manfaat dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. 6) Guru memberikan acuan dalam pembelajaran kali ini, yaitu membagi siswa menjadi kelompok kecil (4-5 orang) dan
17
menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan pada pembelajaran. b) Kegiatan inti: 1) Siswa
menyebutkan
berbagai
bagian-bagian
bunga
berdasarkan pengalamannya. 2) Guru
menjelaskan
materi
pembelajaran
dengan
menggunakan media gambar kepada siswa. 3) Siswa melakukan tanya jawab tentang berbagai hal tentang bagian-bagian bunga. 4) Siswa mengerjakan tugas kelompok. 5) Siswa berdiskusi bersama kelompoknya. 6) Siswa mempresentasikan hasil diskusi. 7) Siswa lain menyimak presentasi dan guru membimbing. 8) Kelompok siswa melakukan tanya jawab dengan kelompok lain tentang presentasi yang telah dilaksanakan dan guru membimbing. c) Kegiatan penutup: 1) Guru memberikan penguatan. 2) Guru memberikan balikan terhadap pekerjaan siswa. 3) Guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. 4) Guru memberikan motivasi belajar. 5) Guru menyampaikan salam penutup. c. Observasi Kegiatan observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti dibantu oleh 1 orang observer yaitu guru kelas. Observer mengamati segala interaksi siswa dan guru selama pelaksanaan tindakan berlangsung, meliputi tingkah laku siswa dalam
memperhatikan
penjelasan
guru,
bekerjasama
kelompoknya, melaporkan hasil yang telah diperoleh pada kelas.
dalam
18
d. Refleksi Dalam kegiatan refleksi yang dilakukan yaitu, menganalisis, menjelaskan, dan menyimpulkan hasil dari observasi dan hasil dari tes siswa yang telah dilakukan dalam tindakan. Refleksi yang dilakukan harus sesuai dengan kegiatan atau tindakan yang telah dilakukan berupa kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran disini dimulai dari penerapan model pembelajaran kontekstual sampai pada ulangan harian yang telah terancang sebelumnya. Kegiatan ini memiliki beberapa tujuan, selain untuk mengindentifikasi hasil tindakan pembelajaran yang dilakukan, kegiatan refleksi juga bertujuan untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dialami pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan kendala dalam penerapan model pembelajaran kontekstual. 6. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Tujuannya adalah untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan sesuai dengan tujuan panelitian. Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut. a. Observasi Observasi adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi secara akurat untuk mendapatkan data yang diinginkan dalam penelitian ini. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung terhadap gejala yang tampak pada kegiatan belajar mengajar yang terjadi di kelas.17 Pada tindakan pendahuluan observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana guru mengajar dalam kelas serta bagaimana interaksi siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan
dalam
tahap
pelaksanaan
tindakan
observasi
dilakukan untuk mengetahui bagaimana kegiatan belajar mengajar berlangsung, mulai dari interaksi siswa secara keseluruhan, penerapan 17
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005, h. 158.
19
model pembelajaran sampai hasil belajar siswa atau ketuntasan belajar siswa. b. Dokumentasi Menurut Arikunto metode dokumentasi merupakan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainnya.18 Pada penelitian ini data yang diperoleh melalui metode dokumentasi adalah profil sekolah, data siswa, data guru, data sarana prasarana yang diperoleh dari dokumen yang ada di sekolah. c. Tes Tes merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.19 Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes objektif dan essay (uraian). Menurut Arikunto tes essay (uraian) mempunyai keunggulan dibandingkan dengan tes objektif, karena memberikan kreativitas siswa dalam mendalami materi yang diberikan. Namun penelitian ini menggunakan lebih dari satu jenis tes agar kreatifitas siswa lebih bervariasi. Dalam penelitian ini tes akandilakukan sebanyak dua kali yaitu, posttes dan pretes. Tes dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. d. Wawancara Pada
penelitian
ini
wawancara
yang digunakan
adalah
wawancara tidak tersruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan dan pengembangannya dilakukan saat wawancara berlangsung. 20 Wawancara dilakukan di MI 18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, h. 231. 19 Ibid, h. 150. 20 S. Margono, Op.Cit., h. 165.
20
NU Mawaqi’ul Ulum. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap beberapa orang. Wawancara yang pertama dilakukan kepada guru bidang studi IPA yang dilakukan sebelum dan sesudah penelitian berlangsung. Wawancara yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian bertujuan untuk mengetahui tanggapan guru mengenai proses pembelajaran yang dilakukan peneliti. Wawancara selanjutnya dilakukan pada siswa setelah diberikan tes. Wawancara ini dilakukan pada siswa yang tuntas belajar dan siswa yang tidak tuntas belajar, masing-masing diambil 2 orang siswa secara acak. Untuk siswa yang tuntas belajar, wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran kontekstual yang telah dilakukan. Sedangkan untuk siswa yang tidak tuntas, wawancara dilakukan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi selama pelajaran berlangsung sehingga siswa tersebut tidak tuntas belajar. 7. Metode Analisis Data Analisis data merupakan langkah terpenting dan paling menentukan untuk menyusun dan mengolah data yang terkumpul, sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan. Analisis data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif terhadap data yang didapat dari hasil tes dan wawancara. Sedangkan data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa: a. Hasil observasi Hasil observasi dalam penelitian ini merupakan hasil observasi dari kegiatan atau aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. b. Hasil wawancara Hasil wawancara dalam penelitian ini berupa tanggapan guru dan siswa mengenai pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kontekstual yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
21
c. Interaksi siswa Persentase interaksi siswa P =
x n
x 100%
Keterangan: ∑x = jumlah siswa aktif ∑n = jumlah seluruh siswa Adapun interaksi siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Adapun kategori yang dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Kriteria Interaksi Belajar Siswa No
Prosentase Keaktifan
Kriteria
1
P > 80%
2
60% < P < 80%
Aktif
3
40% < P < 60%
Cukup aktif
4
20% < P < 40%
Kurang aktif
5
P < 20%
Sangat aktif
Tidak aktif
d. Ketuntasan belajar siswa Ketuntasan belajar siswa dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil tes dengan rumus sebagai berikut: P=
x n
x 100%
Keterangan: ∑x = jumlah siswa yang tuntas belajarnya ∑n = jumlah seluruh siswa Adapun kriteria ketuntasan belajar siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Adapun kategori yang dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut:
22
Tabel 1.2 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa No
Nilai
Kriteria
1
P > 90%
2
80% < P < 90%
Baik
3
60% < P < 80%
Cukup baik
4
40% < P < 60%
Kurang baik
5
P < 40%
Sangat baik
Kurang sekali
8. Indikator Keberhasilan Dalam penelitian tindakan kelas ini kondisi akhir yang diharapkan adalah interaksi dan hasil belajar IPA dalam memahami bagian-bagian bunga meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh pada saat peneliti melakukan tindakan maka indikator keberhasilan penelitian ini adalah: a. Indikator kinerja tentang interaksi belajar IPA dalam memahami bagian-bagian bunga pada kondisi awal yang masih rendah, pada siklus I dan siklus II dengan tindakan yang dilakukan peneliti maka dapat ditingkatkan pencapaiannya dengan rata-rata kelas 75% atau berada pada kriteria aktif. b. Indikator kinerja tentang hasil belajar IPA dalam memahami bagianbagian bunga pada kondisi awal yang masih rendah, pada siklus I dan siklus II dengan tindakan yang dilakukan peneliti, maka dapat ditingkatkan pencapaiannya dengan rata-rata kelas 75% dengan kriteria cukup baik. c. Penelitian dikatakan berhasil minimal memperoleh nilai 75% pada siklus II dan tidak diteruskan ke siklus berikutnya dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga dan pikiran.
J. Sistematika Penyusunan Skripsi Untuk mempermudah dan pemahaman secara menyeluruh tentang skripsi ini, maka sistematika laporan dan pembahasannya disusun sebagai berikut:
23
1. Bagian Awal Dalam bagian awal ini terdiri dari: halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman abstrak, halaman pernyataan keaslian skripsi, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman pedoman transliterasi arab-latin, halaman daftar isi, halaman daftar tabel, halaman daftar gambar dan grafik 2. Bagian Isi Dalam bagian isi terdiri dari beberapa bab antara lain : Bab I : Pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, telaah pustaka rumusan masalah, rencana pemecahan masalah, penegasan istilah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis tindakan, metode penelitian, dan sistematika penyusunan skripsi. Bab II : Penerapan Model Contextual Teaching and Learning dengan Media Gambar untuk Meningkatkan Interaksi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPA Materi Bagian-bagian Bunga di MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. Bab ini berisi tentang beberapa teori-teori yang mencakup : pertama: model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), meliputi: pengertian model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), pelaksanaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), peran penting model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran. Kedua: media gambar, meliputi: pengertian media gambar, karakteristik media visual gambar, kelebihan dan kekurangan media visual gambar. Ketiga: interaksi siswa, meliputi: pengertian interaksi, syarat interaksi dan faktor-faktor yang mendasari interaksi. Keempat: hasil belajar, meliputi: pengertian hasil belajar, evaluasi tingkat hasil belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Kelima: mata pelajaran IPA, meliputi: hakikat pembelajaran IPA, fungsi, bagian dan struktur bunga. Keenam: hubungan model pembelajaran
24
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan keberhasilan belajar mata pelajaran IPA. Bab III : Laporan Hasil Penelitian Penerapan Model Contextual Teaching and Learning dengan Media Gambar untuk Meningkatkan Interaksi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPA Materi Bagian-Bagian Bunga di MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus. Bab ini berisi tentang : Pertama: situasi umum madrasah, meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, sarana dan prasarana. Kedua: paparan data hasil penelitian, meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan prasiklus, pelaksanaan siklus I, dan pelaksanaan siklus II. Bab IV : Analisis Hasil Penelitian Penerapan Model Contextual Teaching and Learning dengan Media Gambar untuk Meningkatkan Interaksi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPA Materi Bagian-Bagian Bunga di MI NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus. Bab ini berisi tentang : Pertama: analisis kegiatan persiklus, meliputi: analisis interaksi belajar siswa, dan analisis hasil belajar siswa. Kedua: Pembahasan. Bab V : Penutup. Bab ini berisi tentang pembahasan yang merupakan simpulan dari hasil penelitian secara menyeluruh yang dilanjutkan dengan memberi saran-saran serta perbaikan dari segala kekurangan dan kata penutup. 3. Bagian Akhir Bagian akhir terdiri dari: daftar pustaka dan lampiran-lampiran lainnya seperti: rencana pelaksanaan pembelajaran, panduan diskusi, lembar kerja siswa, tes akhir siklus, daftar nilai hasil tes, lembar observasi interaksi siswa, analisis interaksi belajar siswa, dokumentasi foto pembelajaran, surat penunjukan pembimbing, lembar konsultasi, surat ijin penelitian, surat keterangan penelitian, dan daftar riwayat hidup.