UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TECHING AND LEARNING PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA SISWA KELAS X MA NW MATARAM TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Awa Pina Pilianti, Eliska Juliangkary, Sabrun Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas PMIPA IKIP Mataram Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemandirian dan hasil belajar matematika materi pokok Ruang Dimensi Tiga pada siswa Kelas X Madrasah Aliyah NW Mataram melalui penerapan pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL). Untuk itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara aktif dan memungkinkan agar terjadi interaksi yang lebih optimal dalam proses pembelajaran sehingga kemandirian dan hasil belajar siswa meningkat. Melalui penelitian ini peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam perencanaan dua siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan pengamatan tindakan dan refleksi. Objek penelitian adalah siswa kelas X Madrasah Aliyah NW mataram sebanyak 19 orang. Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah lembar evaluasi dan lembar observasi kemandirian siswa. Tehnik pengumpulan data yang digunakan juga dalam penelitian ini adalah data tes hasil belajar. Adapun indikator keberhasilan penelitian ini adalah hasil belajar siswa meningkat jika siswa tuntas secara klasikal KK lebih dari sama dengan 85%.Skor rata-rata hasil evaluasi belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklus yaitu pada siklus I rata-rata skor hasil evaluasi belajar 64,4 dengan ketuntasan klasikal 71,4% dan pada siklus II skor rata-rata hasil evaluasi belajar 80,18 dengan ketuntasan klasikal 85,71%. Sedangkan untuk kemandirian belajar siswa pada siklus 1 berkategorikan cukup baik dan rataratanya 2,3 dan pada siklus II meningkat dengan kategori baik sebesar 3,5. Berdasarkan pencapaian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwamodel pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dalam pelajaran matematika pada materi pokok Dimensi Tiga dapat meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Model CTL, hasil belajar, kemandirian belajar. AWA PINA PILIANTI: The Implementation of Contextual Teaching and Learning Model to Increase students’ Achievement in Mathematic in Main Material Three Dimension at X class of MA NW Mataram in academic year 2013/2014. (Supervised by Sabrun and Eliska juliangkary). Abstract: The research aimed at finding out the implementation of contextual teaching and learning model to increase students’ achievement in main material three dimension at X class of MA NW Mataram in academic year 2013/2014. The research used classroom action research with two cycles. Each cycle consist of planning, acting, observing and reflecting. The subject of the subject 19 students. The data in this research was qualitative and quantative data. The data gathering by using observation seat, anklet and test. The research instrument used in this research was students’ achievement in learning with standard indicators classical
completeness 85%. Based on the data analysis was gotten that three increasing studithent activities and achievement form first to the second cycle with classical completeness 71,4% to 80,18% with classical completeness 85,71%. Students autonomous in learning also were increasing from first to the second cycle with average score 2,3 to 3,5. So that way, it took conclusion that the implementation of contextual teaching and learning model can increase studenst’ achievement in mathematic in main material three dimension at X class of MA NW Mataram in academic year 2013/2014. Key words: CTL, Achievement and Students’ Autonomous. Latar Belakang Belajar matematika membutuhkan suatu kemandirian, hal ini dikarenakan rasa kemandirian peserta didik sudah mulai luntur. Kejadian ini dapat dilihat saat peserta didik diberi tugas oleh gurunya, peserta didik yang kurang rajin akan mengandalkan temannya yang rajin dan apabila disuruh untuk mengerjakan soal di depan tidak ada yang berani maju. Kemandirian siswa dalam penelitian ini bukan berarti siswa belajar sendiri, melainkan siswa dapat menyelesaikan masalah serta tanggung jawab agar hasil yang di peroleh maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tahap observasi awal tanggal 6 Desember 2013 terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada mata pelajaran Matematika di Madrasah Aliyah NW Mataram, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru masih didominasi oleh metode yang kurang mengaktifkan siswa, sehingga dalam proses belajar mengajar guru sangat mendominasi keseluruhan kegiatan, sehingga siswa yang terkesan pasif dan gurulah yang terkesan aktif. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran matematika di Madrasah Aliyah NW Mataram terlihat banyak dari siswa yang malas berlatih, belajar mengerjakan soal yang menjadikan mereka hanya bergantung kepada teman-teman yang lebih paham, lebih pandai dari mereka,berdasarkan hasil observasi yang dilakukan didapat hasil belajar siswa belum tuntas secara klasikal, data yang diperoleh dari hasil observasi awal berupa nilai ulangan harian pada materi pokok persamaan dua dan tiga variabel untuk kelas X Madrasah Aliyah NW Mataram tahun pelajaran 2013/2014 data tersebut dapat dihitung nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan belajar siswa, secara klasikal masih belum tuntas dan kelas dikatakan tutas apabila ketuntasan klasikalnya (KK) lebih dari sama dengan 85%. untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 1.1 berikut ini: Tabel Nilai Rata-rata Hasil Ulangan Siswa Kelas X Madrasah Aliyah NW Mataram Tahun Pelajaran 2013/2014 Materi PokokPersamaan Dua Dan Tiga Variabel . Kelas X
Jumlah siswa
Nilai ratarata kelas
KKM
Ketuntasan klasikal (KK)
Tuntas
Tidak Tuntas
19 orang
66,61
75
57.5 %
7
12
(Arsip: Guru Matematika Madrasah Aliyah NW Mataram tahun 2013/2014 Pada Tabel di atas dapat dilihat kelas X belum tuntas secara klasikal yang harus dicapai sebesar 85% sedangkan kelas X ketuntasan klasikalnya (KK) hanya 57.5% dari tabel tersebut dapat dilihat masih banyak siswa yang belum mencapai (kriteria ketuntasan minimal) KKM yang telah ditetapkan sekolah sebesar 75 dan siswa yang belum mencapai KKM atau tidak tuntas sebesar 12 siswa, dengan demikian kelas X belum dikatakan tuntas. Siswa dikatakan tuntas pada materi tertentu apabila hasil evaluasi materi tersebut mendapat nilai ≥ KKM Kajian Literatur Metode Pembelajaran ModelContextual Teaching Learning(CTL) Menurut Blanchard (Trianto, 2008: 10) CTL adalah merupakan suatu konsepsi yang membantu guru menghubungkan konten materi ajar dengan situasi-situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya kedalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja. Dengan kata lain CTL adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan erat dengan pengalaman sebenarnya. Pembelajaran (Contextual Teaching and Learning-CTL) menurut Nurhadi (Sugiyanto, 2010: 15) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong seorang siswa membuat hubungan anatara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.Berdasarkan beberapa definisi Contextual Teaching Learning (CTL) tersebut dapat disimpulkan bahwa Contextual Teaching Learning (CTL) adalah pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari. Komponen-komponen Contextual Teaching and Learning (CTL):Kontruktivisme, Inkuiri, Bertanya,Masyarakat belajar, Pemodelan, Refleksi, Penilain nyata. Langkah penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas secara garis besar (Sugiyanto, 2010: 24): 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic, 3) Kembangkan sifat keingintahuan siswa dengan bertanya, 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok), 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran, 6) Lakukan refleksi diahir penemuan, 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri pada kaki sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Mandiri juga dapat diartikan usaha aktif seseorang untuk memenuhi kebutuhannya tanpa bergantung pada pertolongan orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah meningkatkan kemauan dan keterampilan peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya peserta didik tidak tergantung pada pembelajar/insruktur, pembimbing, teman, atau orang lain dalam
belajar. Dalam belajar mandiri peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media audio visual (Yamin, 2013: 105). Hasil belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil utama pengajaran (Instructional Effect) maupun hasil sampingan pengiring (Nurturant).Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran.Sedang hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai. Misalnya setelah mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran matematika yang semula tidak disukai karena siswa senang dengan cara mengajar guru. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pendidika (Purwanto, 2013: 54). Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Pada prinsipnya PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru dan dosen/peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal dalam proses pembelajaran dikelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untk memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional. (Mahmud, 2011: 199). pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data tentang kemandirian proses pembelajaran, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data berupa angka atau nilai dari hasil tes evaluasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Tes hasil belajar, Lembar Observasi kemandirian siswa, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan subyek penelitiannya adalah siswa kelas X semester II MA NW Mataram sebanyak 14 orang. Pada penelitian ini, data tentang kemandirian belajar siswa dalam proses belajar mengajar diperoleh melalui lembar kemandirian belajar, sedangkan data tentang hasil belajar siswa diperoleh melalui evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus.
Hasil Penelitian Siklus I Observasi Kemandirian Belajar Siswa
Indikator Percaya diri Mampu mengambil keputusan Mampu mengendalikan diri Gigih Melakukan yang terbaik Total Rata-rata Rata-rata siklus 1 Kategori
Pertemuan I II III 3 5 6 6 8 8 2 3 2 3 4 5 4 5 6 18 25 27 1,8 2,5 2,7 1,8 + 2,5 + 2,7 : 3 = 2,3 Cukup mandiri
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa adanya peningkatan setiap pertemuan yaitu pada pertemuan I sebesar 1,8 sedangkan pada pertemuan II meningkat yaitu sebesar 2,5 dan pada pertemuan ke III meningkat sebesar 2,7. Dari tabel diatas lebih lanjut dapat diamati bahwa rata-rata siklus I sebesar 2,3 dengan kategori cukup baik, hal tersebut menunjukan bahwa untuk kemandirian belajar pada siklus I belum dikatakan tuntas, sesuai dengan indikator keberhasilan, siswa dikatakan mandiri apabila minimal siswa berkategorikan mandiri. Observasi Hasil Belajar Siswa Aspek Yang Diukur Skor Tertinggi Skor Terendah Rata-rata Jumlah Siswa Yang Tuntas Jumlah Siswa Tidak Tuntas Banyak Siswa Yang Mengikuti Evaluasi Banyak Siswa Yang Tidak Mengikuti Evaluasi Ketuntasan Belajar
Skor 88,75 31,25 64,4 10 4 14 71,4%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I adalah 64,4dan ketuntasan belajarnya 71 % dengan nilai terendah 31,25 dan nilai tertinggi 88,75. Berdasarkan kriteria indikator yang telah ditetapkan ketuntasannya masih di bawah 85% artinya penelitian ini belum berhasil. Untuk melihat kemandirian dan hasil belajar berikutnya maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya yaitu ke siklus II.Hasil penelitian siklus I selanjutnya di refleksi.Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Pada tahap ini peneliti mengkaji hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan siklus I. Masalah-masalah yang ditemukan pada siklus I di perbaiki di siklus II Hasil Penelitian Siklus II Observasi Kemandirian Belajar Siswa
Indikator Percaya diri Mampu mengambil keputusan Mampu mengendalikan diri Gigih Melakukan yang terbaik Total Rata-rata Rata-rata siklus 1 Kategori
Pertemuan I 5 9 3 7 8 32 3,2 3,5 Mandiri
II 7 12 4 7 8 38 3,8
Pada tabel diatas memperlihatkan bahwa dari pertemuan I ke II adanya peningkatan, lebih lanjut tabel tersebut dapat diamati pada pertemuan I sebesar 3,2 sedangkan pada pertemuan ke II sebesar 3,8 dengan rata-rata sebesar 3,5, hal tersebut menunjukan bahwa adanya peningkatan setiap siklus. Pada siklus I rata-ratanya sebesar 2,3 dengan ketegori cukup baik sedangkan pada siklus II meningkat yaitu rata-ratanya sebesar 3,5 dan berkategorikan mandiri. Observasi Hasil Belajar Siswa Aspek Yang Diukur Skor Tertinggi Skor Terendah Rata-rata Jumlah Siswa Yang Tuntas Jumlah Siswa Tidak Tuntas Banyak Siswa Yang Mengikuti Evaluasi Banyak Siswa Yang Tidak Mengikuti Evaluasi Ketuntasan Belajar
Skor 100 53,75 83 12 2 14 0 85,71 %
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi 100 dan terendah 53,75 sedangkan nilai rata-rata kelasnya adalah 83 dan ketuntasan klasikalnya sebesar 85,71, pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa adanya peningkatan dari siklus I, pada siklus I nilai rata-rata kelasnya hanya sebesar 64,4 sedangkan klasikalnya hanya 81 % dan pada siklus II meningkat yaitu nilai rata-rata kelasnya 83 dan ketuntasan klasikalnya 85,71. Hal tersebut menunjukan bahwa pada siklus II ini sudah tercapai dengan ketuntasan klasikal 85,71% sesuai dengan indikator keberhasil, dikatakan tercapai apabila ketuntasan klasikalnya lebih dari sama dengan 85%. Ketercapaian ini bisa didapatkan dengan perbaikan-perbaikan yang sudah dilakukan terhadap kekurangan-kekurangan pada siklus I, dengan pencapaian tersebut maka dilanjutkan dengan penulisan laporan.
Pembahasan Kemandirian belajar siswa pada siklus I masih berada pada kategori cukup baik yaitu 2,3 dan ketuntasan klasikalnya 81%. Namun demikian terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu untuk diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya seperti siswa dengan kemandirian yang berkategori cukup mandiri.Beberapa kekurangan yang perlu mendapatkan perbaikan tersebut antara lain: guru harus lebih tegas lagi dalam menangani siswa yang ribut sehingga waktu yang digunakan dapat terealisasi dengan baik. Hal ini, sesusai seperti dengan pendapat Paul Suparno (Cahyo, 2013: 85) bahwa guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa.Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar juga ditengah pelajar.Dengan demikian dapat artikan dari uraian diatas bahwa guru harus memaksimalkan dirinya yang berperan sebagai mediator atau moderator supaya waktu yang digunakan bisa semaksimal mungkin. Hasil evaluasi pada siklus I memperlihatkan bahwa skor rata-rata evaluasi pada siklus I adalah 64,4 dengan ketuntasan sebesar 81%. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu siswa tuntas secara klasikal dengan KK 85 %, maka ketuntasan belajar pada siklus I masih belum berhasil. Perbaikan-perbaikan di atas berpengaruh pada meningkatnya kemandirian belajar siswa dimana pada siklus II kemandirian belajar siswa minimal berkategori baik. Hasil evaluasi pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4,7 dimana skor rata-rata evaluasi mengalami peningkatan menjadi 83 dengan ketuntasan klasikal sebesar 85,71%. Dengan melihat indikator kerja dan hasil yang telah didapat dari lembar observasi kemandirian dan hasil evaluasi maka penelitian dihentikan karena data yang telah diperoleh dipandang cukup untuk mengambil keputusan. Simpulan dan Saran penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa kelas X Madrasah Aliyah NW Mataram pada materi dimensi Tiga Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini karena pembelajaran tersebut dapat mengajak siswa berperan aktif.Pembelajaran yang awalnya mereka rasakan sulit maka semuanya terasa lebih mudah.Dengan demikian pemahaman tentang suatu konsep dapat diterima dengan baik. Adapun saran dalam penelitian ini adalah 1) Dari hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang Matematika khususnya dalam penerapan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL), 2) Diharapkan kepada mahasiswa yang akan melakukan penelitian berikutnya menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) pada mata pelajaran Matematika dan pokok bahasan yang berbeda, 3)Diharapkan kepada para guru mata pelajaran Matematika MA NW Mataram untuk menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) karena efektif terhadap peningkatan kemandirian dan hasil belajar siswa.
Referensi Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka. Syahrir. 2010. Metode Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Naufan Pustaka. Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual Di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher. Yamin, Martinis. 2013. Strategi Dan Metode Dalam Model Pembelajaran. Ciputat – Jakarta :Referensi (GP Press Group).