perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PROYEK TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATERI DESTILASI KELAS X SMK NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh : WAHYU ANGGRIANI K3308060
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA November 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PROYEK TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATERI DESTILASI KELAS X SMK NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : WAHYU ANGGRIANI K3308060
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA November 2012
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Wahyu Anggriani
NIM
: K3308060
Jurusan/Program Studi
: P. MIPA/Pendidikan Kimia PENGARUH PEMBELAJARAN
KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) TERHADAP
MELALUI PRESTASI
METODE
EKSPERIMEN
BELAJAR
DITINJAU
DAN DARI
PROYEK MINAT
BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATERI DESTILASI KELAS X SMK NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, November 2012
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Wahyu Anggriani, K3308060. PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PROYEK TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATERI DESTILASI KELAS X SMK NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. November 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: 1) Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi belajar siswa pada materi Destilasi, 2) Terdapat pengaruh minat berwirausaha siswa terhadap prestasi belajar pada materi Destilasi. 3) Terdapat interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar siswa pada materi Destilasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan rancangan penelitian desain faktorial 2x2. Populasi dan sampel penelitian adalah siswa kelas X Program Keahlian Teknik Kimia Industri SMK N 2 Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari dua kelas. Teknik pengumpulan data prestasi belajar, yaitu ranah kognitif dengan metode tes, ranah afektif dan minat berwirausaha dengan metode angket, dan ranah psikomotor dengan metode pengamatan. Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan anava dua jalan dengan sel tak sama. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi belajar siswa pada materi Destilasi. Berdasarkan reratanya, prestasi belajar siswa yang dikenai pembelajaran CTL dengan metode proyek lebih tinggi daripada siswa yang dikenai pembelajaran CTL dengan metode eksperimen, baik untuk prestasi kognitif (86,2 > 78,8), afektif (77,9 > 76), maupun psikomotor (87,0 > 84,5). 2) Terdapat pengaruh minat berwirausaha terhadap prestasi belajar siswa pada materi Destilasi. Berdasarkan reratanya, prestasi belajar siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan minat berwirausaha rendah, baik untuk prestasi kognitif (83,4 > 81,6), afektif (78,6 > 75,1), maupun psikomotor (87,3 > 84,1). 3) Terdapat interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode proyek dan eksperimen dengan minat berwirausaha terhadap prestasi kognitif siswa, tetapi tidak terdapat interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode proyek dan eksperimen dengan minat berwirausaha terhadap prestasi afektif dan psikomotor siswa pada materi Destilasi.
Kata kunci: Pendekatan CTL, metode eksperimen, metode proyek, minat berwirausaha, materi Destilasi
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Wahyu Anggriani, K3308060. THE EFFECT OF CHEMISTRY LEARNING WITH CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) APPROACH USING EXPERIMENT AND PROJECT METHOD VIEWED FROM ACHIEVEMENT IN DISTILLATION AT TENTH GRADE IN SMK N 2 SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2011/2012. Minithesis. Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta. November 2012. The aims of this research are to find out: 1) The effect of CTL approach The effe 3) The interaction between CTL approach using experiment and project method This research was done using quasi experiment method with factorial design of 2x2. The population and the samples of this research was tenth grade students of Industry Chemical Technique Skill Program SMK N 2 Sukoharjo academic year 2011/2012 that consist of 2 classes. Test technique was used to collect cognitive achievement data, questionnaire technique was used to collect affective achievement and entrepreneurship interest data, and observation technique was used to collect psychomotor achievement data. The analysis data used a two-way variance analysis in different cells. The result of this research shows that: 1) Chemistry learning using CTL approach with experiment and project method give different effect to the studen achievement in Distillation. Based on the achievement mean, students who were taught with project method have higher achievement than students who were taught with experiment method, whether for cognitive achievement (86,2 > 78,8), affective (77,9 > 76), or psychomotor (87,0 > 84,5). 2) High and low entrepreneurship interest give different effect to the studen entrepreneurship interest have higher achievement than those who have low entrepreneurship interest, whether for cognitive achievement (83,4 > 81,6), affective (78,6 > 75,1), or psychomotor (87,3 > 84,1). 3) There is interaction between CTL approach using experiment and project method with ere is no interaction between CTL approach using experiment and project method with
Key words: CTL approach, experiment method, project method, entrepreneurship interest, distillation
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO # Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri (QS. Ar Raad: 11)# # Kesalahan tidak pernah ditujukan untuk menggagalkanmu, tetapi untuk memberdayakan kesempatanmu yang berikutnya. Jadi ijinkanlah dirimu untuk merasakan kekecewaan secukupnya, tetapi jangan berkubang terlalu lama di dalamnya (Mario Teguh)# # Hidup ini tidak mudah, tetapi tidak ada kesulitan yang tidak memiliki jalan keluar. Janganlah berfokus pada yang sulit, tetapi pada yang harus kita lakukan dengan lebih baik dan segera (Mario Teguh)# # Awali dengan basmalah# # No pain, no gain#
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Teriring syukurku pada Allah SWT, kupersembahkan karya ini untuk:
Terima kasih untuk doa yang tiada terputus, dukungan dan dorongan yang tiada henti, pengorbanan tanpa mengharap balas, dan kasih sayang yang tak berbatas. Terima kasih telah menjadi penyemangat ketika lelah dan putus asa menghampiri. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayang kalian.
Terima kasih untuk doamu yang tak terhenti. Terima kasih juga untuk kesabaran dan perhatianmu selama ini.
Adikku Terima kasih untuk segala bantuan dan perhatian kalian selama ini. Terima kasih untuk selalu menjadi penyemangat dan penghibur hati ketika jenuh dan lelah hadir.
Terima kasih atas semangat, perjuangan, kerjasama, bantuan, dan kesabaran kalian selama ini.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya, penulis dapat PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN
PENDEKATAN
LEARNING) TERHADAP
MELALUI PRESTASI
CTL
(CONTEXTUAL
METODE
EKSPERIMEN
BELAJAR
DITINJAU
TEACHING DAN
AND
PROYEK
DARI
MINAT
BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATERI DESTILASI KELAS X SMK NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dn Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan laporan ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, dengan penuh ketulusan hati penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Sri Retno Dwi Ariani, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing I yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Js. Sukardjo, M.Si. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Kepala SMK Negeri 2 Sukoharjo yang telah memberikan kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam peelitian.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Bapak Teguh Pangajuanto, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Kimia SMK Negeri 2 Sukoharjo yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian. 8. Para siswa Program Keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. 9. Semua pihak yang telah berpatisipasi hingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mampu memberikan ilmu pengetahuan.
Surakarta,
November 2012
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ...........................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................
vi
HALAMAN ABSTRACT ..............................................................................
vii
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xvii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
BAB I
BAB II
xx
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Perumusan Masalah ...............................................................
5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
6
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ....................................................................
7
1. Belajar dan Pembelajaran .................................................
7
2. Teori Belajar......................................................................
8
3. Pendekatan CTL ................................................................
10
4. Metode Pembelajaran ........................................................
13
5. Prestasi Belajar ..................................................................
17
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Minat Berwirausaha ..........................................................
21
7. Destilasi.............................................................................
24
B. Kerangka Berpikir ..................................................................
37
C. Hipotesis..................................................................................
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
40
1. Tempat Penelitien..............................................................
40
2. Waktu Penelitian ..............................................................
40
B. Metode Penelitian ...................................................................
40
1. Rancangan Penelitian .......................................................
40
2. Prosedur Penelitian ...........................................................
41
C. Variabel Penelitian .................................................................
41
1. Variabel Bebas .................................................................
41
2. Variabel Terikat ...............................................................
42
D. Populasi dn Sampel ................................................................
42
1. Populasi Penelitian ...........................................................
42
2. Sampel Penelitian .............................................................
42
E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
42
1. Metode Tes .......................................................................
42
2. Metode Angket .................................................................
42
3. Metode Pengamatan .........................................................
42
F. Instrumen Penelitian................................................................
43
1. Validasi Handout...............................................................
43
2. Instrumen Penilaian Kognitif ...........................................
43
3. Instrumen Penilaian Afektif .............................................
48
4. Instrumen Penilaian Minat Berwirausaha .........................
50
5. Instrumen Penilaian Psikomotor ......................................
53
G. Teknik Analisis Data ..............................................................
54
1. Uji Prasyarat Analisis ........................................................
54
2. Uji Hipotesis ....................................................................
55
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V
A. Deskripsi Data ..........................................................................
59
1. Data Skor Minat Berwirausaha Siswa ...............................
59
2. Data Prestasi Belajar Siswa ................................................
61
B. Keadaan Awal Sampel Penelitian ............................................
66
1. Uji Normalitas Keadaan Awal ...........................................
66
2. Uji Homogenitas Keadaan Awal........................................
67
3. Uji Keseimbangan ..............................................................
67
C. Pengujian Prasyarat Analisis ....................................................
67
1. Uji Normalitas ....................................................................
67
2. Uji Homogenitas ................................................................
69
D. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................
70
1. Hipotesis Pertama...............................................................
70
2. Hipotesis Kedua .................................................................
71
3. Hipotesis Ketiga .................................................................
72
E. Pembahasan Hasil Analisis Data ..............................................
74
1. Pengujian Hipotesis Pertama .............................................
75
2. Pengujian Hipotesis Kedua ................................................
83
3. Pengujian Hipotesis Ketiga ................................................
88
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ..............................................................................
94
B. Implikasi...................................................................................
95
C. Saran.........................................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
97
LAMPIRAN ....................................................................................................
100
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Enam Jenjang Berpikir pada Ranah Kognitif ..............................
19
Gambar 2.2. Tumpang Tindih antara Enam Jenjang pada Ranah Kognitif .....
19
Gambar 2.3. Gambar Rangkaian Peralatan Destilasi Skala Laboratorium ......
29
Gambar 2.4. Rangkaian Peralatan Destilasi dengan Air ..................................
31
Gambar 2.5. Rangkaian Peralatan Destilasi dengan Air dan Uap....................
32
Gambar 2.6. Rangkaian Peralatan Destilasi dengan Uap .................................
33
Gambar 2.7. Ilustrasi Kerangka Berpikir .........................................................
39
Gambar 4.1. Perbandingan Skor Minat Berwirausaha Siswa ..........................
61
Gambar 4.2. Perbandingan Nilai Ranah Kognitif ............................................
62
Gambar 4.3. Perbandingan Nilai Ranah Afektif ..............................................
64
Gambar 4.4. Perbandingan Nilai Ranah Psikomotor .......................................
65
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional ........
12
Tabel 2.2. Daftar Bahan Baku Penghasil Minyak Atsiri .............................................
25
Tabel 3.1. Desain Penelitian : Faktorial 2x2 ...............................................................
41
Tabel 3.2. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kognitif..................................
44
Tabel 3.3. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif ..............
45
Tabel 3.4. Rangkuman Daya Pembeda Soal Instrumen Penilaian Kognitif................
47
Tabel 3.5. Rangkuman Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif .........
48
Tabel 3.6. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif ....................
49
Tabel 3.7. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif ................
50
Tabel 3.8. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Minat Berwirausaha
52
Tabel 3.9. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Minat Berwirausaha ...........
53
Tabel 3.10. Desain Faktorial .......................................................................................
55
Tabel 4.1. Data Jumlah Siswa yang Termasuk Kategori Minat Berwirausaha Tinggi dan Rendah pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2............................... 59 Tabel 4.2. Data Skor Tertinggi dan Terendah Tes Minat Berwirausaha pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 .............................................................. 60 Tabel 4.3. Perbandingan Minat Berwirausaha Siswa antara Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ...................................................................................................... 60 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ...................................................................................................... 62 Tabel 4.5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif .............................
63
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Nilai Afektif pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ...................................................................................................... 63 Tabel 4.7. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Ranah Afektif ...............................
64
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ...................................................................................................... 65
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.9. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Ranah Psikomotor .........................
66
Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa .........................
66
Tabel 4.11. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa .....................
67
Tabel 4.12. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif ..................................
68
Tabel 4.13. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif ....................................
68
Tabel 4.14. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Psikomotor..............................
68
Tabel 4.15. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor ........
70
Tabel 4.16. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Lanjut Anava Prestasi Kognitif ........
72
Tabel 4.17. Bahan Baku Praktikum Destilasi .............................................................
81
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ........................................................................................
100
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................... 102 Lampiran 3. Pembagian Kelompok.................................................................
132
Lampiran 4. Handout ......................................................................................
133
Lampiran 5. Lembar Kerja Kelas Eksperimen 1 .............................................
149
Lampiran 6. Lembar Kerja Kelas Eksperimen 2 .............................................
173
Lampiran 7. Kisi-Kisi Instrumen Ranah Kognitif .......................................... 175 Lampiran 8. Instrumen Ranah Kognitif .......................................................... 178 Lampiran 9. Kunci Jawaban Instrumen Kognitif ............................................ 185 Lampiran 10. Kisi-Kisi Instrumen Ranah Afektif............................................ 186 Lampiran 11. Instrumen Ranah Afektif ........................................................... 187 Lampiran 12. Pedoman Penilaian Ranah Afektif .............................................
190
Lampiran 13. Kisi-Kisi Instrumen Ranah Psikomotor Materi Destilasi .......... 191 Lampiran 14. Lembar Penilaian Psikomotor Materi Destilasi ......................... 192 Lampiran 15. Pedoman Penilaian Psikomotor Materi Destilasi ......................
193
Lampiran 16. Kisi-Kisi Angket Minat Berwirausaha ......................................
197
Lampiran 17. Instrumen Minat Berwirausaha ................................................. 199 Lampiran 18. Pedoman Penilaian Angket Minat Berwirausaha ......................
202
Lampiran 19. Perhitungan Hasil Try Out ......................................................... 203 Lampiran 20. Data Induk Kelas Eksperimen ................................................... 209 Lampiran 21. Perhitungan Validasi Isi Ranah Psikomotor Materi Destilasi ... 211
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 22. Distribusi Frekuensi Data .......................................................... 212 Lampiran 23. Uji Normalitas Prestasi Kognitif ...............................................
221
Lampiran 24. Uji Normalitas Prestasi Afektif ................................................. 227 Lampiran 25. Uji Normalitas Prestasi Psikomotor .......................................... 233 Lampiran 26. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif ............................................ 239 Lampiran 27. Uji Homogenitas Prestasi Afektif ..............................................
242
Lampiran 28. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor .......................................
245
Lampiran 29. Uji Keseimbangan Keadaan Awal Kelas X KI. A dan X KI. B
248
Lampiran 30. Analisis Variansi Dua Jalan Prestasi Kognitif ........................... 253 Lampiran 31. Uji Lanjut Anava Prestasi Kognitif ........................................... 256 Lampiran 32. Analisis Variansi Dua Jalan Prestasi Afektif.............................
261
Lampiran 33. Analisis Variansi Dua Jalan Prestasi Psikomotor......................
264
Lampiran 34. Dokumentasi Penelitian .............................................................
267
Lampiran 35. Jurnal Internasional.................................................................... 270
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan itu bukan hanya proses pewarisan budaya dan hasil peradaban manusia, tetapi juga merupakan suatu upaya untuk menolong manusia memperoleh kesejahteraan hidup yang dapat dicapai apabila manusia mengalami perkembangan pribadi yang maksimal. Pendidikan berusaha memberikan pertolongan agar manusia mengalami perkembangan pribadi. Karena pentingnya pendidikan bagi manusia, maka pemerintah menyelenggarakan perbaikanperbaikan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan hendaknya berpusat pada siswa (student centered learning). Selain itu, pendekatan pembelajaran yang digunakan seharusnya bersifat kontekstual,
tidak lagi bersifat tekstual.
Pembelajaran tidak hanya sekedar mempelajari konsep, teori, dan fakta saja, tetapi juga mempelajari aplikasi pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan seharihari. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Banyak siswa yang memiliki tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya siswa-siswa tersebut sering kurang memahami dan mengerti secara mendalam pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut. Pemahaman yang dimaksud di sini adalah pemahaman siswa terhadap dasar kualitatif di mana fakta-fakta saling berkaitan dengan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi yang baru. Hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Di SMK Negeri 2 Sukoharjo proses pembelajaran kimia masih dilakukan dengan metode konvensional. Berdasarkan kegiatan observasi yang telah dilakukan, pembelajaran dilakukan dengan cara guru menyampaikan materi menggunakan metode ceramah dengan presentasi guru yang ditampilkan dengan
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
menggunakan LCD dan siswa jarang melakukan praktikum di laboratorium. Perhatian dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran masih kurang sehingga pemahaman siswa terhadap materi menjadi kurang maksimal. Kurangnya pemahaman siswa pada materi yang dipelajari berpengaruh langsung pada prestasi belajar siswa. Berdasarkan data prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri materi Destilasi tahun ajaran 2010/2011 yang diperoleh dari sekolah, sekitar 13 % siswa (10 siswa dari 77 siswa) memperoleh nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan, yaitu 73. Nilai yang diperoleh masing-masing siswa merupakan nilai rerata dari nilai ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Siswa secara umum memperoleh nilai yang baik pada ranah afektif dan psikomotor. Namun, pada ranah kognitif masih ada beberapa siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sehingga dapat mempengaruhi prestasi siswa secara keseluruhan. Penggunaan materi Destilasi dalam penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa sekolah kurang memanfaatkan peralatan destilasi yang dimilikinya guna menunjang proses pembelajaran. Padahal, penggunaan peralatan dan fasilitas lainnya yang ada di laboratorium sains secara tepat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebaliknya, penyalahgunaan laboratorium dan perlengkapan yang ada di dalamnya dapat menyebabkan pemborosan sumber daya dan pencapaian prestasi akademik yang kurang maksimal. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Dahar dan Faize (2011, 193-202) dalam European Journal of Scientific Research bahwa kesalahan alokasi dan kurangnya pemanfaatan perlengkapaan yang ada di laboratorium sains menyebabkan sumber daya yang ada menjadi sia-sia dan dapat pula menurunkan prestasi akademik siswa. Untuk meningkatkan pemanfaatan peralatan Destilasi yang dimiliki sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, maka perlu dirancang suatu pembelajaran yang mengaktifkan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melakukan pengajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode yang tepat. Pemilihan dan penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat dapat membantu ketercapaian tujuan pembelajaran. Belajar akan lebih bermakna jika siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
mengalami apa yang dipelajarinya, bukan hanya sekedar mengetahuinya. Untuk itu, dapat diterapkan pendekatan CTL untuk meningkatkan prestasi siswa pada materi
Destilasi.
Menurut
Trianto
(2008:
10),
pendekatan
kontekstual
(CTL/Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dengan siswa bekerja dan mengalami sendiri pengetahuan yang diperoleh, maka diharapkan belajar menjadi lebih bermakna. Metode eksperimen dan metode proyek merupakan metode pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk bekerja dan mengalami. Materi Destilasi sebagian besar terdiri dari teori dan konsep yang dapat dipelajari dengan melakukan percobaan di laboratorium. Dengan melakukan percobaan secara langsung diharapkan pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi lebih bermakna. Kebermaknaan pada pengetahuan yang dimiliki oleh siswa ini pada akhirnya juga akan berpengaruh pula pada prestasi belajar siswa. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen dan metode proyek dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu
penelitian
yang
menunjukkan
bahwa
metode
eksperimen
dapat
mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarinya adalah penelitian yang dilakukan oleh Eskilsson (2008, 247-254) yang ditulis dalam Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. Dalam penelitiannya, Eskilsson menggunakan metode eksperimen yang diterapkan pada siswa yang akan mempelajari materi Foodstuff Chemistry. Penelitian tersebut melibatkan 25 orang siswa yang berusia 14 15 tahun. Dalam pembelajaran, siswa tersebut dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari tiga orang siswa tiap kelompok. Setiap kelompok melakukan eksperimen yang telah ditentukan, mendiskusikan hal-hal yang ditemui berkenaan dengan eksperimen yang sedang dilakukan, lalu menginformasikan hasil eksperimennya kepada kelompok yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
lain. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa penerapan metode eksperimen disertai diskusi selama proses pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep materi yang dipelajari. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Morgil, dkk (2009, 92-109) dalam Journal of Turkish Science Eduction menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode proyek dalam bekerja di laboratorium dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Selain memfokuskan diri dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, sekolah kejuruan juga bertugas mempersiapkan siswa lulusannya untuk menghadapi dunia kerja. Siswa SMK dibekali dengan berbagai pengetahuan, teknologi, dan pengetahuan khusus yang dapat dijadikan modal bagi para siswanya untuk menghadapi dunia kerja. Pihak sekolah kejuruan berperan untuk memberikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh siswa, terutama tentang kecakapan hidup agar siswa mempunyai bekal kecakapan dan keterampilan untuk digunakan dalam kehidupannya dan mengarahkan siswa menuju kemandirian untuk dapat melakukan usaha sendiri. Selain itu, sekolah kejuruan juga berusaha untuk menumbuhkan minat berwirausaha siswa sehingga siswa berminat untuk berwirausaha. Oleh karena itu, di sekolah kejuruan terdapat mata pelajaran yang dapat mendukung tujuan tersebut. Seperti halnya pada SMK Negeri 2 Sukoharjo, khususnya pada program keahlian Teknik Kimia Industri, di sekolah tersebut terdapat mata pelajaran Kompetensi Kejuruan guna membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan bidang kimia di dunia industri sehingga tumbuh kesadaran dan minat siswa untuk menerapkan dan mengembangkan
pengetahuan
dan
keterampilan
yang
diperoleh
untuk
berwirausaha. Karena mata pelajaran Kompetensi Kejuruan berkaitan dengan penerapan ilmu yang diperoleh siswa dalam dunia industri, maka minat berwirausaha siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Materi Destilasi merupakan salah satu materi pada mata pelajaran Kompetensi Kejuruan. Selain menyampaikan konsep dan teori tentang destilasi, siswa diajarkan pula tentang penerapan destilasi di dunia industri. Pengetahuan dan keterampilan siswa mengenai destilasi dan penerapannya dikembangkan dengan harapan dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
menjadi bekal bagi siswa yang kelak ingin berusaha di bidang destilasi. Karena itu, minat berwirausaha siswa diduga memiliki pengaruh terhadap prestasi siswa pada materi Destilasi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis terdorong untuk mengadakan pe
Pengaruh Pembelajaran Kimia dengan
Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) melalui Metode Eksperimen dan Proyek terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Minat Berwirausaha Siswa pada Materi Destilasi Kelas X SMK Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran
B. Perumusan Masalah Dengan mempertimbangkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 pada materi Destilasi? 2. Apakah ada pengaruh minat berwirausaha terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 pada materi Destilasi? 3. Apakah ada interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan proyek dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 pada materi Destilasi?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: 1. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 pada materi Destilasi. 2. Terdapat pengaruh minat berwirausaha terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 pada materi Destilasi. 3. Terdapat interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan proyek dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 pada materi Destilasi.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada pembaca. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Menambah wawasan pengetahuan tentang pengaruh pembelajaran kimia dengan pendekatan CTL melalui metode proyek dan metode eksperimen ditinjau dari minat berwirausaha terhadap prestasi belajar siswa. 2. Sebagai bahan pertimbangan, acuan, dan masukan bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat mengembangkan metode pembelajaran yang tepat dan terarah dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai sumbangan informasi tentang gambaran nyata pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek pada materi Destilasi. 2. Sebagai
masukan
bagi
sekolah
dalam
pembelajaran yang telah ada.
commit to user
upaya
peningkatan
kualitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran a. Belajar Pengertian belajar menurut pendapat beberapa para ahli antara lain adalah sebagai berikut: 1) Slameto (2010: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 2) Sardiman (2010: 20) berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. 3) Menurut Siregar dan Nara (2010: 4), belajar adalah suatu aktivitas mental
(psikis)
yang
berlangsung
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan. 4) Menurut Syah (2006: 92), belajar adalah suatu tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tentang belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku secara menetap yang terjadi pada seseorang melalui pengalaman. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah: 1) Faktor internal siswa, yaitu keadaan jasmani dan rohani siswa, seperti tingkat kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.
commit7to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
2) Faktor eksternal siswa, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa, seperti lingkungan sosial (guru, staf administrasi, dan teman sekelas) dan lingkungan nonsosial (gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, dan waktu belajar yang digunakan siswa). b. Pembelajaran Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuatnya berhasil guna. Winkel mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan dan penciptaan kondisi-kondisi ekstern sedemikian rupa sehingga menunjang proses belajar siswa dan tidak menghambatnya. Menurut Vygotsky dalam Isjoni (2009: 39), pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang dan dilakukan untuk mengatur dan menciptakan kondisi yang mendukung proses belajar sehingga proses belajar berhasil guna. Pembelajaran merupakan sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. 2. Teori Belajar Sesuai dengan perkembangan psikologi, teori belajar juga mengalami perkembangan. Berikut ini adalah beberapa teori belajar yang digunakan penulis sebagai landasan dalam penelitian ini: a. Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Menurut teori konstruktivis ini, guru tidak hanya sekedar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. b. Teori Bruner Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama ialah perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Bruner yakin bahwa orang-orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan, tetapi juga di dalam tubuh orang itu sendiri. Asumsi kedua ialah orang mengonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya. Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas, serta melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. c. Teori Ausubel Inti dari teori belajar Ausubel ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat prinsipprinsip relevan, maka informasi baru dipelajari secara hafalan. Bila tidak dilakukan usaha untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsepkonsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
d. Teori Piaget Berdasarkan teori Piaget, pengetahuan datang dari tindakan. Pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting pada terjadinya perubahan perkembangan. Menurut Nur dalam Trianto (2008: 42), interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi logis. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif, yaitu: 1) Sensorimotor (0 2) Praoperasional (2
2 tahun) 7 tahun)
3) Operasional konkret (7 4) Operasi formal (11 tahun
11 tahun) ke atas)
3. Pendekatan CTL Pendekatan pembelajaran merupakan suatu proses penyajian isi materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan menggunakan beberapa pilihan. Pendekatan ada dua macam, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach). Pendekatan yang berpusat pada guru memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Proses pembelajaran ditentukan sepenuhnya oleh guru. b. Siswa hanya melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan petunjuk dari guru. c. Siswa hampir tidak memiliki kesempatan untuk beraktivitas sesuai dengan minat dan keinginan mereka. Contoh pendekatan yang berpusat pada guru adalah pendekatan ekspositori. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Proses pembelajaran ditentukan oleh siswa. b. Siswa memiliki kesempatan untuk beraktivitas sesuai dengan minat dan keinginan mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Pendekatan yang berpusat pada siswa dapat meliputi pendekatan kontektual (CTL), pendekatan keterampilan proses, CBSA, dan sebagainya. Dalam penelitian ini pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan kontekstual (CTL). Pembelajaran dengan pendekatan CTL merupakan pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata di sekitar siswa. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Pembelajaran ini juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran berlangsung secara alami dalam bentuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa sehingga hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Penemuan makna adalah ciri utama dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ilmu saraf memastikan adanya kebutuhan otak untuk menemukan makna. Otak berusaha untuk memberikan arti pada informasi baru dengan cara menghubungkannya dengan pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada. Karena otak terus mencari makna dan menyimpan hal-hal yang bermakna, proses pembelajaran harus memungkinkan siswa memahami arti pelajaran yang mereka pelajari. Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan diterapkan siswa dalam
pembelajaran
seumur
hidup.
Pembelajaran
kontekstual
menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks dimana siswa dan materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau gaya/cara siswa belajar. Secara garis besar, penerapan CTL dalam kelas adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Melaksanakan kegiatan inkuiri. 3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok) 5) Melakukan permodelan. 6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan. 7) Melakukan penilaian yang sebenarnya. Pada Tabel 2.1 disajikan perbedaan antara pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional.
Tabel 2.1. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional No. 1. 2. 3. 4.
5.
6. 7.
8. 9. 10.
CTL Menyandarkan pada memori spasial (pemahaman makna). Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembalajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan. Selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang dimiliki siswa. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok). Perilaku dibangun atas kesadaran diri. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman. Hadiah dari perilaku baik adalah
Tradisional Menyandarkan pada hafalan. Pemilihan informasi ditentukan oleh guru. Siswa secara pasif menerima informasi. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saat diperlukan. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual). Perilaku dibangun atas kebiasaan. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan. Hadiah dari perilaku baik adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
11.
12. 13. 14.
kepuasan diri. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut keliru dan merugikan. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting. Hasil belajar diukur malalui penerapan penilaian autentik.
pujian atau nilai (angka) rapor. Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik. Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas. Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan. (Trianto, 2008: 23-24)
4. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam menyajikan isi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Ketepatan guru dalam memilih metode mengajar yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Banyak metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru untuk menyajikan isi pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan guru antara lain metode debat, metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi, metode pemberian tugas, metode eksperimen, metode proyek, metode tutorial, dan sebagainya. Dalam penelitian ini digunakan metode proyek dan metode eksperimen yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Metode Proyek Menurut Suradji (2011: 51), metode proyek merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran di mana siswa dihadapkan kepada hal tertentu (yang bermakna dan yang mengandung persoalan konkrit) untuk dipelajari sehingga tujuan pelajaran dapat tercapai. Kerja proyek memuat tugas kompleks yang didasarkan pada pertanyaan dan permasalahan yang menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
kepada siswa untuk bekerja secara mandiri. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mandiri dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya. Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsipprinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata (Astuti, 2009: 18). Belajar berbasis proyek memiliki karakteristik berikut: 1) Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja. 2) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. 3) Siswa merancang proses untuk mencapai hasil. 4) Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan. 5) Siswa melakukan evaluasi secara kontinu. 6) Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan. 7) Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya. 8) Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan. (Wena, 2009:145) Menurut Suradji (2011:52), pembelajaran dengan menggunakan metode proyek memiliki langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pelajar dihadapkan kepada bahan pelajaran (suatu proyek) untuk dipelajari atau dikerjakan. 2) Pelajar (dengan sedikit petunjuk dari guru) disuruh membuat rencana kerja untuk mengerjakan/mempelajari proyek/bahan pelajaran. 3) Pelajar memilih dan menentukan cara yang ditempuh, kemudian menyediakan alat-alat yang diperlukan, lalu langsung menerapkan cara yang telah ditetapkan itu untuk mempelajari/mengerjakan proyek. 4) Pelajar mengolah data, membuat kesimpulan, dan melaporkan hasil yang diperoleh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Beberapa kelebihan dari pembelajaran dengan metode proyek adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan motivasi 2) Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah 3) Meningkatkan kemampuan memperoleh informasi melalui sumbersumber informasi 4) Meningkatkan kemampuan komunikasi 5) Meningkatkan kemampuan mengorganisir Sedangkan kelemahan metode proyek yaitu : 1) Tidak semua guru terbiasa dengan metode proyek karena guru dituntut bekerja keras dan mengorganisir pelajaran menjadi proyek yang terencana. 2) Jika proyek diberikan terlalu banyak, maka akan membosankan bagi siswa. 3) Bagi siswa dengan jenjang sekolah SD/SLTP, penggunaan metode proyek masih sangat sulit dilaksanakan karena kemampuan berpikir siswa masih belum mampu. 4) Untuk siswa yang apatis, minder, dan malas akan semakin tergeser dari kelompoknya. b. Metode Eksperimen Metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar di mana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya, serta menuliskan
hasil
percobaannya,
kemudian
hasil
pengamatan
itu
disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Dalam metode eksperimen ini peserta didik mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu. Penggunaan metode ini memiliki beberapa tujuan, di antaranya: 1) Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi, atau data yang diperoleh. 2) Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
3) Melatih siswa dalam cara berpikir yang ilmiah. Metode eksperimen diberikan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu obyek, keadaan, atau proses. Penggunaan metode eksperimen ini juga dapat menimbulkan cara berpikir rasional dan ilmiah. Dengan eksperimen, siswa menemukan bukti kebenaran dari sesuatu yang sedang dipelajarinya. Bila
siswa
akan
melaksanakan
suatu
eksperimen,
perlu
memperhatikan prosedur sebagai berikut: 1) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. 2) Kepada siswa perlu diterangkan pula tentang: a) Alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam percobaan. b) Agar tidak mengalami kegagalan, siswa perlu mengetahui variabel-variabel yang harus dikontrol dengan ketat. c) Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung. d) Seluruh proses atau hal-hal yang penting saja yang akan dicatat. e) Perlu menetapkan bentuk catatan atau laporan berupa uraian, perhitungan, grafik, dan sebagainya. 3) Selama eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu, memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. 4) Setelah eksperimen selesai, guru mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan ke kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab. (Roestiyah, 2008: 81-82) Metode eksperimen ini sering digunakan karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu: 1) Dengan eksperimen, siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pada kata orang sebelum ia membuktikan kebenarannya. 2) Siswa lebih aktif berpikir dan berbuat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
3) Selain mendapat ilmu pengetahuan, dalam proses eksperimen siswa juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan. 4) Dengan eksperimen, siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul. 5) Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri dan tidak hanya menerima kata guru atau buku. 6) Hasil belajar menjadi kepemilikan siswa yang dapat bertahan lama di ingatan siswa. Selain beberapa keuntungan yang dimilikinya, metode eksperimen juga memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan metode ekperimen ini adalah: 1) Memerlukan peralatan percobaan yang komplit. 2) Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu lama. 3) Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang berpengalaman dalam penelitian. 4) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan menyimpulkan. (Sumantri dan Permana, 2001: 137) 5. Prestasi Belajar Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan belajar itu bergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Tercapai atau tidaknya tujuan belajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang yang dapat diketahui melalui tes atau eveluasi. Evaluasi prestasi belajar ini bertujuan untuk: a. Mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu. b. Mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. c. Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
d. Mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar. e. Mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar. (Syah, 2006: 142) Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, prestasi belajar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu: a. Ranah Kognitif Ranah kognitif ini berkenaan dengan prestasi belajar intelektual yang terdiri dari enam tingkatan, yaitu: 1) Tingkat pengetahuan (knowledge) Pada tahap ini siswa dituntut untuk mampu mengingat berbagai informasi yang diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, dan sebagainya. 2) Tingkat pemahaman (comprehension) Kategori
pemahaman
dihubungkan
dengan
kemampuan
untuk
menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan menggunakan kata-kata sendiri. 3) Tingkat penerapan (application) Penerapan
merupakan
kemampuan
untuk
menggunakan
atau
menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 4) Tingkat analisis (analysis) Siswa diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip, atau prosedur yang telah dipelajari. 5) Tingkat sintesis (synthesis) Siswa mampu mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
6) Tingkat evaluasi (evaluation) Siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk, atau benda dengan kriteria tertentu. Keenam tingkat berpikir yang terdapat pada ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom tersebut jika diurutkan secara hierarki piramidal adalah seperti pada Gambar 2.1. Sedangkan, keenam tingkat berpikir pada ranah kognitif ini bersifat kontinu dan tumpang tindih meliputi semua tingkat yang ada di bawahnya. Tumpang tindih di antara enam jenjang berpikir itu dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Penilaian
(Evaluation)
Sintesis Analisis Penerapan
(Synthesis) (Analysis) (Application)
Pemahaman
(Comprehension)
Pengetahuan
(Knowledge)
Gambar 2.1. Enam Jenjang Berpikir pada Ranah Kognitif 6 5
Keterangan: 1 = Pengetahuan
4
2 = Pemahaman
3
3 = Penerapan
2
4 = Analisis 5 = Sintesis
1
6 = Penilaian
Gambar 2.2. Tumpang Tindih antara Enam Jenjang pada Ranah Kognitif
commit to user
(Sudijono, 2008: 53)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
b. Ranah Afektif Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran yang bersangkutan, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru mata pelajaran, dan sebagainya. Karakteristik ranah afektif yang penting di antaranya adalah sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Kelima tipe karakteristik afektif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Sikap Sikap kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Sikap dapat dibentuk dengan cara mengamati, menirukan sesuatu yang positif, dan dengan penguatan serta menerima informasi verbal. Sikap siswa terhadap mata pelajaran harus lebih positif setelah siswa mengikuti pembelajaran dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini menjadi salah satu indikator keberhasilan siswa dalam pembelajaran. 2) Minat Minat merupakan kecenderungan hati yang kuat terhadap sesuatu. Hal yang penting dalam minat adalah intensitasnya. 3) Konsep diri Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. 4) Nilai Nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide dan berupa sesuatu, seperti sikap dan perilaku. 5) Moral Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap tindakan yang dilakukan. Moral pada ranah afektif ini dapat meliputi kejujuran, integritas, adil, dan kebebasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
c. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak setelah siswa menerima pengalaman belajar tertentu. Mata pelajaran yang termasuk kelompok mata pelajaran psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik. Prestasi belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak. Menurut Haryati (2007: 27), penilaian ranah psikomotor harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian psikomotor dapat dilakukan pada saat proses belajar (unjuk kerja) berlangsung. Penilaian psikomotor dimulai dengan pengukuran hasil belajar. Pengukuran hasil belajar psikomotor dilakukan dengan menggunakan tes unjuk kerja, lembar tugas, atau lembar pengamatan. 6. Minat Berwirausaha a. Pengertian Minat Minat berhubungan erat dengan perasaan individu, obyek, aktivitas, dan situasi. Beberapa ahli mendefinisikan minat sebagai berikut: 1) Menurut Slameto (2010: 57), minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. 2) Menurut Djamarah (2002: 157), minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tesebut semakin besar minat. 3) Menurut Sujanto (1995: 92), minat adalah suatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan yang mendorong seseorang untuk untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
b. Pengertian Berwirausaha Menurut Suryana (2003: 1), kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Menurut Bygrave dalam Suryana (2003:12), wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang itu. Menurut Meredith (1996: 3), menjadi seorang wirausaha berarti memadukan perwatakan pribadi, keuangan, dan sumber-sumber daya di lingkungan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berwirausaha adalah suatu kegiatan usaha yang melibatkan kemampuan untuk kreatif, inovatif, melihat peluang, serta mampu memadukan perwatakan pribadi, keuangan, dan sumber-sumber daya di lingkungan untuk mencari peluang menuju sukses. c. Minat Berwirausaha Menurut uraian tentang minat dan berwirausaha di atas, minat berwirausaha adalah kecenderungan yang mendorong seseorang untuk melakukan usaha yang kreatif dan inovatif dengan memanfaatkan peluang dan sumber daya yang ada, kemudian mengatur dan mengembangkan usahanya tersebut. Menjadi seorang wirausaha harus bersifat fleksibel dan imaginatif, mampu
merencanakan,
mengambil
resiko,
mengambil
keputusan-
keputusan, dan mengambil tindakan untuk mencapai tujuan. Sebuah ciri wirausaha yang penting menawarkan sesuatu yang berguna bagi orang lain. Para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar tujuannya. Menurut Suryana (2003: 3), ide akan menjadi peluang apabila wirausaha bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terusmenerus melalui proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati pintu peluang, menganalisis proses secara mendalam, dan memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Wirausaha perlu memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
bekal kemampuan, bekal pengetahuan, dan bekal keterampilan. Bekal kemampuan tersebut meliputi kemampuan untuk menghasilkan produk baru, menghasilkan nilai tambah baru, merintis usaha baru, melakukan proses atau teknik baru, dan mengembangkan organisasi baru. Bekal pengetahuan yang perlu dimiliki wirausaha meliputi bekal pengetahuan mengenai usaha yang akan dirintis dan lingkungan usaha yang ada, pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, serta pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan bekal keterampilan yang perlu dimiliki wirausaha meliputi keterampilan dalam mengatur strategi dan memperhitungkan resiko, keterampilan menciptakan nilai tambah, keterampilan memimpin dan mengelola, keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi, serta keterampilan teknik usaha yang akan dilakukannya. Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi. Kebutuhan berprestasi wirausaha tampak pada tindakan wirausaha untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess dalam Suryana (2003: 35), terdapat tujuh motif mengapa orang berminat menjadi wirausaha, yaitu: 1) Keinginan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi 2) Keinginan untuk memperoleh karir yang lebih memuaskan 3) Keinginan untuk membuktikan diri 4) Keinginan untuk memperoleh gengsi sebagai pemilik usaha 5) Keinginan untuk mewujudkan ide dan gagasan baru 6) Keinginan untuk memperoleh kesejahteraan jangka panjang 7) Keinginan untuk berpartisipasi dalam masyarakat atau untuk tujuan khusus tertentu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Minat seseorang untuk berwirausaha dapat timbul karena beberapa alasan, yaitu: 1) Alasan keuangan Alasan keuangan ini di antaranya meliputi alasan untuk mencari nafkah, untuk memenuhi kebutuhan, untuk menjadi kaya, untuk mencari pendapatan tambahan, serta sebagai jaminan stabilitas keuangan. 2) Alasan sosial Alasan
sosial
ini
di
antaranya meliputi
alasan
memperoleh
gengsi/status, untuk dikenal dan dihormati, untuk menjadi contoh bagi orang lain, serta untuk dapat bertemu dan berinteraksi dengan orang banyak. 3) Alasan pelayanan Alasan pelayanan ini di antaranya meliputi alasan untuk memberi pekerjaan
pada
masyarakat,
untuk
membantu
perekonomian
masyarakat sekitar, serta demi masa depan anak dan keluarga. 4) Alasan pemenuhan diri Alasan pemenuhan diri ini di antaranya meliputi alasan untuk menjadi atasan, untuk menjadi mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi. 7. Destilasi a. Bahan Baku Destilasi 1) Bahan Baku Destilasi Tanaman yang mengandung minyak atsiri pada umumnya memiliki aroma yang khas. Bagian tanaman yang dapat didestilasi untuk diambil minyak atsirinya adalah daun, bunga, akar, umbi, kulit, ranting, biji, dan sebagainya tergantung pada jenis tanaman sumber minyak atsiri. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman yang termasuk dalam familia Pinaceae, Labiateae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferaceae.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Beberapa contoh bahan baku yang dapat menghasilkan minyak atsiri dapat dilihat pada Tabel 2.2.
No. 1.
Tabel 2.2. Daftar Bahan Baku Penghasil Minyak Atsiri Nama Bahan Gambar Nama (Nama Latin) Dagang Akar wangi Vetiver oil (Vetiveria zizanioide)
Kegunaan Parfum, sabun, kosmetik, bahan pengikat bau
Bagian Tanaman Akar
Sumber:http://herbakosmetik.blogspot.com
2.
3.
4.
Jahe (Zingiber officinale)
Jeruk purut (Citrus hystrix DC)
Kayu putih (Meialeuca leucadendra L.)
Ginger oil
Flavor dan pengobatan tradisional
Rimpang
Lime oil
Makanan dan parfum
Daun dan buah
Cajuput oil
Farmasi
Daun
Lemongrass oil
Makanan dan farmasi
Daun
Minyak mawar
Parfum serta flavor untuk produk permen dan pemanis
Bunga
Sumber:http://takunik.blogspot.com/2011/11/s egudang-manfaat-jahe-untuk-kesehatan.html
Sumber:http://wartapedia.com/edukasi/pandua n/2741-panduan-budidaya-jerut-purut.html
Sumber:http://safecare.co.id
5.
Serai dapur (Cymbopogon citratus) Sumber:http://toiusd.multiply. com
6.
Mawar (Rosa sp.)
Sumber:http://budidayanews.blogspot.com/20 11/01/prospek-budidaya-tanaman-mawarrosa.html
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
No. 7.
Nama Bahan (Nama Latin) Sirih (Piper betle)
Gambar
Nama Dagang Piper oil
Kegunaan Farmasi dan antiseptik
Bagian Tanaman Daun
Sumber:http://www.lagalus.com/2012/01/man faat-daun-sirih.html
8.
Pala (Myristica fragrans)
Nutmeg oil
Flavor pada makanan dan rokok
Sumber:http://lareboyolali.blogdetik.com/201 1/04/13/khasiat-buah-pala/
2) Penyimpanan Bahan Baku Jika bahan baku harus disimpan terlebih dahulu sebelum diproses, maka penyimpanan bahan dilakukan pada udara kering yang bersuhu rendah
dan
udara
tidak
disirkulasi.
Jika
mungkin,
ruangan
penyimpanan bahan baku dilengkapi dengan AC (Air Conditioner). 3) Persiapan Bahan Baku Minyak atsiri dapat didestilasi dari bahan segar maupun bahan kering. Sebaiknya bahan tanaman dirajang terlebih sebelum didestilasi. Proses perajangan ini bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga jumlah minyak atsiri yang teruap saat destilasi berlangsung dapat maksimal. Selain itu, perajangan bahan juga bertujuan untuk memperpendek ukuran bahan sehingga mempermudah penanganan bahan dan lebih seragam dalam alat destilasi. Besarnya ukuran hasil rajangan tergantung pada jenis bahan. Bahan baku berupa bunga, daun, serta bahan yang tipis dan tidak berserat dapat langsung didestilasi tanpa dirajang terlebih dulu. Untuk bahan baku berupa biji-bijian (buah), bahan harus dihancurkan terlebih dahulu. Bahan baku berupa akar, ranting, dan semua bagian yang berupa kayu harus dipotong kecil terlebih dahulu sebelum bahan
commit to user
Biji dan kulit biji
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
tersebut didestilasi. Bahan baku yang telah dirajang atau dihancurkan harus segera didestilasi. Proses perajangan ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu jumlah rendemen minyak akan berkurang dan komposisi minyak akan berubah sehingga mempengaruhi aroma. 4) Kehilangan Minyak Atsiri Jumlah minyak atsiri yang hilang selama proses penyimpanan pada udara kering tergantung pada kondisi bahan, metode penyimpanan, lama penyimpanan, dan komposisi kimia bahan baku yang akan didestilasi. Bahan baku seperti bunga, daun, dan herba tidak dapat disimpan lama, sedangkan bahan olahan seperti biji, kulit pohon, akar, dan kayu dapat disimpan lebih lama karena jumlah minyak yang menguap sedikit. Kehilangan minyak atsiri pada penyulingan bahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: a) Sebagian besar tanaman sumber minyak atsiri mengandung sejumlah kecil minyak dan tidak cukup untuk menjenuhkan uap yang berpenetrasi ke dalam bahan. b) Selama proses destilasi, kandungan minyak atsiri dalam bahan berkurang secara bertahap dan penguapan minyak tidak berhenti tiba-tiba pada akhir penyulingan. c) Sebagian minyak tertinggal dalam bahan. d) Minyak atsiri terkurung di dalam jaringan tanaman dan tidak dapat dikontak langsung dengan uap. b. Proses Destilasi 1) Prinsip Destilasi Pemisahan komponen dengan menggunakan proses destilasi ini didasarkan pada perbedaan titik didih masing-masing komponen yang terdapat dalam campuran. Proses destilasi ini didasari oleh Hukum Dalton dan Hukum Raoult. Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total dari gas merupakan jumlah dari tekanan parsial dari masing-masing komponennya. Bila
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
dalam suatu campuran terdapat larutan A dan larutan B, maka tekanan total dapat dinyatakan sebagai berikut: Ptotal = PA + P B Keterangan: Ptotal
= Tekanan uap total campuran
PA
= Tekanan uap parsial komponen A
PB
= Tekanan uap parsial komponen B (Fessenden dan Fessenden, 1993: 97)
Hukum Raoult menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan tertentu, tekanan uap parsial suatu senyawa pada larutan ideal sebanding dengan hasil kali antara tekanan uap komponen murni tersebut dengan fraksi mol komponen. Berdasarkan contoh campuran di atas, maka persamaannya dapat dinyatakan sebagai berikut: PA = X A .
dan
P B = XB .
Di mana XA =
dan
XB =
Karena P total = PA + PB, maka: Ptotal = XA .
+ XB .
Keterangan: Ptotal
= Tekanan uap total campuran
XA
= Fraksi mol komponen A = Tekanan uap komponen A murni
XB
= Fraksi mol komponen B = Tekanan uap komponen B murni
2) Peralatan Destilasi Secara sederhana rangkaian peralatan destilasi yang umum digunakan di laboratorium dapat dilihat pada Gambar 2.3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Klem dan Statif
Termometer Konektor
Water Outlet Bahan Labu Destilasi
Kondensor
Pemanas
Wadah Destilat Water Inlet Gambar 2.3. Gambar Rangkaian Peralatan Destilasi Skala Laboratorium (Sumber: http://oceannasimanjuntak.blogspot.com/2010/10/destilasi.html)
Rangkaian peralatan destilasi di atas terdiri dari beberapa komponen, yaitu: a) Pemanas Pemanas berfungsi sebagai sumber panas untuk proses pemanasan bahan yang akan didestilasi. Besarnya panas harus diatur agar mencapai titik didih bahan yang akan didestilasi. Namun, panas harus dijaga agar tidak terlalu tinggi karena panas yang terlalu tinggi dapat merusak minyak atsiri dari beberapa jenis bahan destilasi. b) Labu Destilasi Labu
destilasi
merupakan
wadah
yang
berfungsi
untuk
menempatkan bahan yang akan didestilasi. Labu destilasi seharusnya berukuran cukup besar sehingga bahan yang akan didestilasi dapat memenuhi 1/2
2/3 dari volum labu destilasi
tersebut. Jika labu terlalu besar, sejumlah destilat akan hilang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
sebagai uap yang memenuhi labu pada akhir proses destilasi. Sebaliknya, jika labu destilasi terlalu kecil, maka bahan yang akan didestilasi dapat memenuhi leher labu destilasi sehingga proses penguapan akan menjadi tidak sempurna. c) Konektor Konektor berfungsi untuk menghubungkan labu destilat dengan kondensor. d) Termometer Termometer
berfungsi
untuk
mengukur
suhu
sehingga
pengontrolan suhu dapat dilakukan. e) Kondensor Kondensor berfungsi untuk mendinginkan uap sehingga uap dapat mengembun. Kondensor ini dilengkapi dengan water inlet dan water outlet yang berfungsi untuk mengalirkan air pendingin uap. Arah aliran air pendingin harus berlawanan dengan arah uap yang melewati kondensor. f) Wadah Destilat Untuk menampung destilat ini dapat digunakan gelas erlenmeyer. Jika yang didestilasi adalah senyawa yang volatil, wadah penampung destilat dapat direndam dalam wadah yang es untuk meminimalkan kehilangan destilat akibat peguapan sehingga dapat membantu meminimalkan hilangnya senyawa tersebut. g) Klem dan Statif Klem dan statif berfungsi untuk menopang rangkaian peralatan destilasi sehingga peralatan dapat terangkai dengan stabil. Rangkaian peralatan destilasi skala laboratorium hanya dapat menampung sedikit bahan destilasi sehingga destilat yang diperoleh pun hanya sedikit. Hal ini tentu tidak sesuai untuk destilasi minyak atsiri komersial. Oleh karena itu, rangkaian peralatan destilasi dapat dikembangkan untuk skala produksi dengan menggunakan prinsip yang sama, hanya saja ukurannya lebih besar. Kondensor pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
peralatan destilasi skala produksi dibuat berbentuk spiral dengan tujuan untuk menyempurnakan proses pendinginan uap sehingga minyak atsiri yang diperoleh menjadi maksimal. 3) Jenis Destilasi Minyak Atsiri Dalam industri minyak atsiri terdapat tiga metode destilasi yang umum digunakan, yaitu: a) Destilasi dengan air (water distillation) Pada metode destilasi ini, bahan baku mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Beberapa jenis bahan seperti bahan yang dihaluskan dan bunga-bunga yang mudah menggumpal dengan uap langsung harus didestilasi dengan metode ini karena bahan harus tercelup dan dapat bergerak bebas dalam air mendidih. Beberapa komoditas minyak atsiri yang menggunakan sistem destilasi ini adalah jahe dan kemangi. Hasil terbaik dengan metode ini diperoleh dari bahan-bahan yang berupa bubuk halus yang direndam di air. Metode ini kurang cocok untuk bahan olahan yang komponen minyak atsirinya mudah larut dalam air dan memiliki titik didih tinggi. Kelemahan sistem destilasi dengan air adalah waktu destilasi yang relatif lama, membutuhkan pengawasan ekstra, jumlah minyak yang didapat lebih rendah, dan mutu minyak yang dihasilkan juga rendah.
Ketel Suling
Pipa Uap Minyak Atsiri
Pemanas
Kondensor
Wadah Destilat
Gambar 2.4. Rangkaian Peralatan Destilasi dengan Air (Rusli, 2010: 65)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
b) Destilasi dengan air dan uap (water and steam distillation) Pada metode ini, bahan yang akan didestilasi diletakkan di atas saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada pada beberapa sentimeter di bawah saringan. Ciri khas dari metode ini adalah uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas, serta bahan yang didestilasi hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. Jumlah minyak yang menguap bersama-sama uap air ditentukan oleh tiga faktor, yaitu besarnya tekanan uap yang digunakan, berat molekul dari masing-masing komponen dalam minyak, dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan. Bahan baku tanaman yang bisa didestilasi dengan cara ini adalah dedaunan (daun cengkeh, daun nilam, daun sirih, daun kayu manis, daun kayu putih, daun jeruk purut, daun gandapura, daun cendana, dan lain-lain), tangkai (tangkai bunga cengkeh, tangkai gandapura, dan lain-lain), buah (kapulaga, jeruk purut, pala, dan lain-lain), serta rimpang (rimpang jahe, kencur, jeringau, akar wangi, kunyit,dan temulawak).
Ketel Suling
Pipa Uap Minyak Atsiri
Pemanas
Kondensor Pipa Destilat Wadah Destilat
Gambar 2.5. Rangkaian Peralatan Destilasi dengan Air dan Uap (Rusli, 2010: 59) c) Destilasi dengan uap langsung (steam distillation) Pada proses destilasi ini, air sebagai sumber uap panas terdapat dalam boiler yang letaknya terpisah dari ketel penyulingan. Pada sistem ini bahan baku tidak mengalami kontak langsung dengan air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
maupun api, tetapi hanya uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk menyuling minyak. Uap tersebut kemudian dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan baku. Uap yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan kondensat yang berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan separator yang sesuai berat jenis minyak. Proses penyulingan dengan uap ini baik jika digunakan untuk destilasi bahan baku minyak atsiri yang membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman, misalnya berupa akar, kayu, kulit batang, maupun biji-bijian yang relatif keras. Pipa Uap
Pipa Uap Minyak Atsiri
Kondensor Boiler
Pipa Destilat Wadah Destilat Ketel Suling
Gambar 2.6. Rangkaian Peralatan Destilasi dengan Uap (Rusli, 2010: 62) 4) Prosedur Pelaksanaan Destilasi Minyak Atsiri a) Persiapan bahan Perlakuan pada bahan harus sesuai dengan jenis bahan yang digunakan. Bahan baku yang terlalu tebal dan panjang sebaiknya dirajang. b) Persiapan ketel suling Ketel suling dilengkapi dengan tutup yang dapat dibuka. Tutup harus dikaitkan dengan ketel agar uap tidak lepas ke udara luar. Pada destilasi air dan uap dipasang suatu saringan di atas dasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
ketel suling sehingga air mendidih tidak kontak langsung dengan bahan baku. Pada destilasi air dan uap, air diisi hingga beberapa sentimeter di bawah saringan berongga dan harus dipastikan air tidak mengenai bahan ketika destilasi berlangsung. Pada destilasi air, jumlah air yang digunakan harus cukup untuk merendam bahan baku. Pada destilasi bahan yang berupa biji, terutama biji yang dihancurkan, saringan tempat bahan perlu dilapisi dengan karung atau bahan lain yang sesuai untuk menghindari jatuhnya bahan olahan ke dasar ketel. c) Persiapan kondensor Kondensor berada dalam sebuah tangki yang diisi dengan air. Air dingin
disalurkan
melalui
lubang
bawah
kondensor
dan
dikeluarkan melalui lubang atas kondensor. Air harus selalu mengalir dan arah aliran air dingin harus berlawanan dengan arah uap sehingga kondensasi minyak dan air dapat berlangsung dengan baik. d) Proses destilasi Lamanya proses destilasi tergantung pada setiap jenis bahan olahan. Selama destilasi berlangsung, suhu ketel harus dijaga dan disesuaikan dengan suhu optimal bahan baku agar tidak merusak minyak atsiri. e) Penanganan hasil kondensasi Wadah untuk menampung hasil kondensasi sebaiknya memiliki leher yang kecil untuk mencegah hilangnya kondensat akibat penguapan. Minyak atsiri mudah mengalami kerusakan, terutama bila disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, penanganan terhadap minyak atsiri perlu dilakukan dengan baik. Air dan minyak harus segera dipisahkan. Penyimpanan minyak atsiri dapat dilakukan pada botol yang berwarna gelap dan tidak diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari langsung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
untuk mencegah proses oksidasi. Beberapa minyak biasanya disimpan dalam lemari es. f) Pembersihan peralatan destilasi Sebuah peralatan destilasi dapat digunakan secara bergantian dengan bahan baku yang berbeda. Setelah digunakan, peralatan destilasi harus segera dibersihkan agar sisa minyak atsiri tidak melekat pada alat dan mempengaruhi minyak yang akan disuling berikutnya. Cara membersihkan peralatan destilasi adalah dengan mendestilasi air bersih, yaitu dengan menguapkan air dan mengosongkan tempat pemuatan bahan baku selama beberapa jam. c. Identifikasi Hasil Proses Destilasisi Hasil Proses Destilasi Hasil proses destilasi bahan baku berupa bagian tanaman adalah minyak atsiri, yaitu minyak yang mudah menguap dan diperoleh dari tanaman. Karena mudah menguap, maka minyak atsiri disebut pula dengan minyak terbang (volatile oil). Minyak atsiri ini memiliki beberapa sifat, di antaranya adalah sebagai berikut: a) Mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. b) Mempunyai rasa getir (pungent taste). c) Berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. d) Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh udara, sinar matahari (terutama gelombang ultra violet), dan panas. e) Larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. f) Bersifat tidak dapat disabunkan dengan alkali. g) Tidak dapat berubah menjadi tengik (rancid). Minyak atsiri memiliki banyak manfaat bagi manusia, di antaranya adalah sebagai berikut: a) Aromaterapi dan kesehatan Minyak atsiri memiliki kandungan zat yang dapat memberikan efek menenangkan sehingga minyak atsiri digunakan sebagai campuran ramuan aromaterapi untuk menangani masalah psikis. Selain itu, minyak atsiri juga memiliki manfaat bagi kesehatan, seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
antiradang, antiserangga, anti-inflamasi, dekongestan, dan sebagainya. Contohnya adalah minyak nilam berguna untuk mencerahkan kulit dan mengobati jerawat. b) Campuran dalam industri kosmetik dan wewangian Dalam industri wewangian, minyak atsiri berguna sebagai sumber wangi dan pengikat bau. Minyak atsiri juga digunakan untuk beberapa produk, seperti sabun, pasta gigi, sampo, lotion, deodorant, pembersih, penyegar, dan tonik rambut. Selain itu, minyak atsiri dapat juga digunakan sebagai pengharum ruangan dan penyaring udara, mengikat oksigen, dan membuat udara di ruangan menjadi lebih bersih, segar, dan tidak pengap. c) Bahan tambahan makanan Dalam industri makanan, minyak atsiri berguna sebagai penambah aroma dan rasa, khususnya untuk makanan olahan. d) Pestisida alami Minyak atsiri dapat digunakan sebagai pestisida alami karena beberapa wangi yang dihasilkan minyak atsiri tidak disukai oleh serangga dan hama pengganggu tanaman. Contohnya adalah minyak akar wangi sebagai pembasmi rayap, minyak kayu putih untuk mencegah gigitan nyamuk, minyak jeruk purut untuk menurunkan populasi kecoak, minyak jeruk dan minyak kemangi untuk mencegah lalat. Minyak atsiri memiliki sifat fisika dan sifat kimia yang berbedabeda sesuai dengan jenis tanaman sumbernya. Sifat fisika minyak atsiri meliputi bobot jenis, putaran optik, indeks bias, kelarutan, titik cair, titik didih, dan titik nyala. Sifat kimia minyak atsiri di antaranya meliputi keasaman, kandungan ester, kandungan alkohol, kandungan aldehid, kandungan keton, dan sebagainya. Dalam destilasi minyak atsiri perlu pula dihitung jumlah rendemen minyak atsiri. Rendemen adalah perbandingan antara hasil minyak atsiri dengan bahan tanaman yang diolah. Rendemen biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Rendemen dari tiap jenis tanaman sumber minyak atsiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
berbeda satu sama lainnya, tergantung pada jenis tumbuhan, varietas, tempat pembudidayaan, dan cara melaksanakan destilasi. Rendemen minyak atsiri dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rendemen =
x 100%
B. Kerangka Berpikir Pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari sangat berpengaruh pada prestasi belajar siswa, khususnya pada materi Destilasi. Materi Destilasi merupakan materi pokok yang penting dalam pembelajaran kimia industri di SMK N 2 Sukoharjo. Materi Destilasi ini terdiri dari konsep-konsep dan teori yang dapat dipelajari dengan melakukan praktik langsung. Materi Destilasi ini akan dapat lebih dipahami oleh siswa bila dikaitkan dengan hal-hal yang berada di lingkungan sekitar siswa. Dengan menghubungkan materi pembelajaran dengan lingkungan sekitar siswa, maka pengetahuan dan pengalaman belajar yang diperoleh siswa lebih nyata sehingga kemungkinan besar siswa lebih mudah dalam memahami materi tersebut. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran yang mendukung kegiatan pembelajaran tersebut. Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan CTL. Alasan penggunaan pendekatan CTL adalah karena pada pendekatan ini siswa didorong untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya tentang destilasi dengan lingkungan di sekitarnya. Proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk bekerja dan mengalami. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan lebih lama bertahan dalam ingatan siswa. Karena proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk kerja dan mengalami, maka perlu dipilih metode mengajar yang dapat menunjang proses pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran yang dapat diterapkan antara lain adalah metode eksperimen dan metode proyek. Dengan menggunakan metode eksperimen dan metode proyek, siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran, siswa juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
mempraktikkan secara langsung proses destilasi minyak atsiri berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Dari kegiatan ini siswa dapat menerapkan pengetahuan yang siswa peroleh sebelumnya pada proses nyata. Kedua metode pembelajaran tersebut mendorong siswa lebih aktif dalam berpikir dan berbuat dan siswa dapat membuktikan sendiri kebenaran suatu teori, serta hasil belajar dapat bertahan lama di ingatan siswa. Pembelajaran yang dilakukan di SMK, khususnya di SMK Negeri 2 Sukoharjo, memiliki tujuan untuk menyiapkan siswanya menjadi manusia yang produktif dan mampu bekerja mandiri. Berdasarkan tujuan tersebut, selain membekali siswa dengan pengetahuan yang teoritis, pihak sekolah juga membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan program keahlian yang dipilih siswa untuk dapat memulai usaha sendiri. Hal ini berhubungan dengan minat siswa untuk berwirausaha. Pembelajaran
dengan
pendekatan
CTL
mengajak
siswa
untuk
menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan keadaan nyata pada kehidupan sehari-hari. Pada materi Destilasi, siswa didorong untuk menerapkan pengetahuan yang diperolehnya untuk melakukan destilasi dengan peralatan produksi yang ada. Siswa dilatih untuk melakukan proses produksi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Dari kegiatan ini diperoleh minyak atsiri yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi
akan
tertarik
untuk
mengembangkan
pengetahuannya,
misalnya
pengetahuan tentang bagaimana cara untuk memperoleh minyak atsiri yang maksimal dari bahan baku yang ada, bagaimana cara memperoleh minyak atsiri dengan kemurnian yang tinggi, dan sebagainya. Oleh karena itu, siswa menjadi terdorong untuk belajar dan memahami sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat. Jadi, ketika diberlakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, siswa yang memiliki minat wirausaha tinggi akan lebih berperan dalam proses pembelajaran daripada siswa yang memiliki minat wirausaha yang rendah sehingga diduga siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi memperoleh prestasi yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Faktor-faktor yang
Faktor Internal
mempengaruhi belajar Minat Berwirausaha
Metode Mengajar
Faktor Eksternal
Metode Eksperimen
Metode Proyek
Prestasi Belajar
Gambar 2.7. Ilustrasi Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 pada materi Destilasi. 2. Terdapat pengaruh minat berwirausaha terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 pada materi Destilasi. 3. Terdapat interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode proyek dan eksperimen dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 pada materi Destilasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 2 Sukoharjo yang berlokasi di Jalan Solo-Wonogiri, Begajah, Sukoharjo 57515. 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dengan tahapan penelitian sebagai berikut : a. Pembuatan Proposal
Februari-April 2012
b. Uji coba Instrumen
April 2012
c. Penelitian dan Pengambilan Data
Mei 2012
d. Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan
Juni-September 2012
B. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif dengan metode kuasi
eksperimen.
Pada
kuasi
eksperimen,
subyek
penelitian
tidak
dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subyek apa adanya. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas, yaitu kelas X KI. A dan X KI. B. Kedua kelas tersebut diberi metode pembelajaran yang berbeda. Kelas X KI. A sebagai kelas eksperimen 2 diberi pembelajaran kimia dengan menggunakan pendekatan CTL melalui metode proyek, sedangkan kelas X KI. B sebagai kelas eksperimen 1 diberi pembelajaran kimia dengan menggunakan pendekatan CTL melalui metode eksperimen. Penelitian ini juga meninjau minat berwirausaha siswa. Materi yang digunakan adalah Destilasi. Pada awal pembelajaran kedua kelompok eksperimen
diberikan
angket
minat berwirausaha.
Dari data
minat
berwirausaha yang diperoleh dengan metode angket, siswa dikelompokkan ke
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
dalam dua kategori, yaitu kategori siswa dengan minat berwirausaha tinggi dan kategori siswa dengan minat berwirausaha rendah. Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2x2. Adapun tabel desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Desain Penelitian : Faktorial 2x2 Kelas Pendekatan CTL Kelas Eksperimen 1 Metode Eksperimen (A1) Kelas Eksperimen 2 Metode Proyek (A2)
Minat Berwirausaha Tinggi (B1) Rendah (B2) A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
Keterangan: A1 : Pendekatan CTL melalui metode eksperimen A2 : Pendekatan CTL melalui metode proyek B1 : Minat berwirausaha tinggi B2 : Minat berwirausaha rendah 2. Prosedur Penelitian a. Memberikan angket minat berwirausaha untuk dikerjakan oleh siswa. b. Memberikan perlakuan A1 berupa pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen pada kelas Eksperimen 1 dan perlakuan A 2 berupa pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode proyek pada kelas Eksperimen 2. c. Memberikan posttest pada kelas Eksperimen 1 dan kelas Eksperimen 2 setelah diberi perlakuan A 1 dan A2. d. Memberikan angket afektif untuk diisi oleh siswa.
C. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah minat berwirausaha siswa dan metode pembelajaran, yaitu metode eksperimen dan metode proyek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada materi Destilasi.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo semester genap tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 72 orang siswa. 2. Sampel Penelitian Pada penelitian ini, sampel penelitian adalah siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo yang berjumlah dua kelas, yaitu kelas X KI. A yang terdiri dari 37 siswa dan kelas X KI. B yang terdiri dari 35 siswa. Kedua kelas tersebut diberi perlakuan yang berbeda. Kelas X KI. A diberikan pembelajaran kimia dengan pendekatan CTL melalui metode proyek, sedangkan kelas X KI. B diberikan pembelajaran kimia dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Tes Metode ini digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar ranah kognitif siswa pada materi Destilasi kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo semester genap tahun pelajaran 2011/2012. 2. Metode Angket Metode angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk mengukur prestasi belajar ranah afektif dan minat berwirausaha siswa. 3. Metode Pengamatan Metode pengamatan merupakan suatu cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
terhadap hal-hal yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Metode pengamatan dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar ranah psikomotor siswa.
F. Instrumen Penelitian 1. Validasi Handout Dalam penelitian ini digunakan handout materi Destilasi sebagai media belajar siswa. Handout yang telah dibuat divalidasi terlebih dahulu. Validasi handout dilakukan oleh ahli materi, ahli media, dan teman sejawat. Berdasarkan hasil validasi tersebut, maka handout diperbaiki sesuai dengan saran validator. 2. Instrumen Penilaian Kognitif Instrumen penilaian kognitif yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda materi Destilasi. Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, tes ranah kognitif telah diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba instrumen penilaian kognitif ini dilakukan pada siswa kelas XI program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012. Setelah diujicobakan, dilakukan perhitungan validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. a. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya mampu diukur oleh alat tersebut. Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi bila tes tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya. Hal ini berarti bahwa tes tersebut dapat memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud diberikannya tes tersebut. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang rendah apabila tes tersebut menghasilkan data yang tidak relevan dengan diadakannya pengukuran. Menurut Sudijono (2008: 185), untuk mengetahui validitas tes soal bentuk pilihan ganda digunakan teknik korelasi point biserial sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
rpbi = Keterangan: rpbi
= Koefisien korelasi point biserial.
Mp
= Skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul.
Mt
= Skor rata-rata dari skor total.
SDt
= Deviasi standar dari skor total
p
= Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.
q
= Proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya. Suatu item dinyatakan valid jika rpbi > rt dan dinyatakan tidak
valid jika rpbi < rtabel. Berdasarkan perhitungan hasil uji coba instrumen kognitif yang telah dilakukan, diperoleh hasil validitas instrumen kognitif yang ditunjukkan dalam Tabel 3.2. Hasil uji validitas instrumen kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 19.
Tabel 3.2. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kognitif Variabel
Jumlah Soal
Soal-soal Materi Destilasi
30
Kriteria Valid 25
Invalid 5
Soal yang invalid adalah soal dengan nomor 1, 7, 15, 20, dan 27. Kelima soal tersebut tidak digunakan karena tidak valid. b. Reliabilitas Reliabilitas suatu alat pengukur adalah derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya. Hal ini berarti bahwa alat penilaian akan memberikan hasil yang relatif sama kapan pun alat penilaian tersebut digunakan. Suatu tes akan dianggap kurang berharga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
bila tersebut memberikan hasil yang jauh berbeda setiap digunakan pada subyek yang sama. Menurut Depdiknas (2009: 16), untuk mengetahui koefisien reliabilitas tes soal bentuk pilihan ganda digunakan menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) sebagai berikut:
Keterangan: k
: jumlah butir soal
SD2
: varian
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika indeks reliabelnya > 0,70. Kriteria reliabilitas: 0,91
1,00
: Sangat Tinggi
0,71
0,90
: Tinggi
0,41
0,70
: Cukup
0,21
0,40
: Rendah : Sangat Rendah
Hasil uji reliabilitas instrumen kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.3 dan hasil uji reliabilitas instrumen kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 19.
Tabel 3.3. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria Soal-soal Materi Destilasi 30 0,768 Reliabel Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, diketahui bahwa instrumen kognitif yang diujicobakan memiliki reliabilitas yang tinggi. c. Daya Pembeda Menurut Sudjana (2005: 141), Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Hal ini berarti bahwa bila soal tersebut diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
tinggi, maka hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi, sedangkan bila soal tersebut diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan yang rendah, maka hasilnya menunjukkan prestasi yang rendah. Suatu tes dikatakan tidak memiliki daya beda bila: 1) Tes diberikan kepada siswa berkemampuan tinggi, tetapi hasilnya menunjukkan prestasi rendah, tetapi bila tes diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan rendah akan menunjukkan prestasi yang lebih tinggi. 2) Tes diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan kemampuan rendah akan menunjukkan hasil yang sama saja. Tes yang tidak memiliki daya pembeda, tidak dapat memberikan gambaran
hasil
yang
sesuai
dengan
kemampuan
siswa
yang
sesungguhnya. Berdasarkan panduan analisis butir soal dari Depdiknas (2009: 12), untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: rpbis
xb xs SD
pq
Keterangan: Xb
= rata-rata skor warga belajar/siswa yang menjawab benar
Xs
= rata-rata skor warga belajar/siswa yang menjawab salah
SD
= simpangan baku skor total
p
= proporsi jawaban benar terhadap semua jawaban siswa
q
= 1-p
Kriteria daya beda soal: < 0,20
= Jelek
0,20
0,40
= Cukup
0,41
0,70
= Baik
0,71
1,00
= Baik sekali
Negatif
= Jelek sekali (Sudijono, 2008: 389)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Hasil uji daya pembeda soal instrumen kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.4 dan hasil uji daya pembeda soal instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 19.
Tabel 3.4. Rangkuman Daya Pembeda Soal Instrumen Penilaian Kognitif Jumlah Daya Pembeda soal soal Baik Sekali Baik Cukup Jelek Jelek Sekali 30 1 18 6 1 4 Berdasarkan data di atas, 1 soal yang memiliki daya pembeda yang baik sekali, yaitu soal nomor 26. 18 soal yang memiliki daya pembeda yang baik, yaitu soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 13, 17, 18, 19, 22, 23, 24, 25, dan 30. 6 soal yang memiliki daya pembeda yang cukup, yaitu soal nomor 10, 14, 16, 21, 28, dan 29. 1 soal memiliki daya pembeda yang jelek, yaitu soal nomor 20. Sedangkan 4 soal yang memiliki daya pembeda yang jelek sekali, yaitu soal nomor 1, 7, 15, dan 27. d. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu. Selain memenuhi validitas dan reliabilitas, soal yang baik juga harus memiliki keseimbangan tingkat kesukaran soal. Keseimbangan tingkat kesukaran soal yang dimaksud adalah adanya soal yang termasuk dalam kategori mudah, sedang, dan sulit secara proporsional. Penentuan tingkat kesukaran soal ini dipandang dari kesanggupan siswa dalam menjawab soal tersebut. Menurut Depdiknas (2009: 9), cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tingkat Kesukaran (TK) = Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut: 0
- 0,30
= soal kategori sukar,
0,31 - 0,70
= soal kategori sedang,
0,71 - 1,00
= soal kategori mudah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Hasil uji tingkat kesukaran soal instrumen kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.5 dan hasil uji tingkat kesukaran soal instrumen kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 19.
Tabel 3.5. Rangkuman Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif Jumlah soal Taraf kesukaran soal Sukar Sedang Mudah 30 5 16 9 Berdasarkan data pada Tabel 3.5, diketahui bahwa dri ketigapuluh soal yang diujicobakan, 5 soal termasuk dalam kategori sukar, 16 soal termasuk dalam kategori sedang, dan 9 soal termasuk dalam kategori mudah. 3. Instrumen Penilaian Afektif Instrumen penilaian afektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung dan menyediakan empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Responden (siswa) memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang disediakan. Dalam memberikan jawaban atas pernyataan yang diberikan, responden (siswa) hanya dibenarkan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor untuk angket afektif ini digunakan skala 1 sampai 4. Pemberian skor untuk item yang mengarah pada jawaban positif adalah sebagai berikut: Skor 4 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) Skor 3 untuk jawaban Setuju (S) Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS) Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) Sedangkan untuk item yang mengarah pada jawaban negatif, pemberian skornya adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Skor 1 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) Skor 2 untuk jawaban Setuju (S) Skor 3 untuk jawaban Tidak Setuju (TS) Skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. a. Validitas Menurut Sudijono (2008: 181), untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan teknik analisis korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut:
Keterangan: rxy
: Koefisien validitas
X, Y
: Skor soal
N
: Jumlah subyek
Kriteria pengujian Jika r hitung
tabel
maka soal dinyatakan valid
Jika r hitung < r tabel maka soal dinyatakan tidak valid Hasil uji validitas instrumen afektif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.6 dan hasil uji validitas instrumen afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 19.
Tabel 3.6. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif Variabel Jumlah Soal Kriteria Valid Invalid Angket Afektif 30 25 5 Berdasarkan data di atas, terdapat 5 item soal yang invalid, yaitu item nomor 17, 21, 22, 23, dan 29. Kelima item soal yang invalid tersebut tidak digunakan untuk mengukur prestasi afektif siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
b. Reliabilitas Uji reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan keajegan butir soal tes. Menurut Sudijono (2008: 208), untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus Alpha sebagai berikut: r 11 = di mana: r11
= Koefisien reliabilitas tes
n
= Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
1
= Bilangan konstan i
S t2
2
= Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item = Varian total Hasil uji reliabilitas instrumen afektif yang dilakukan terangkum
dalam Tabel 3.7 dan hasil uji reliabilitas instrumen afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 19.
Tabel 3.7. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria Angket Afektif 30 0,856 Reliabel Berdasarkan Tabel 3.7, diketahui bahwa instrumen penilaian prestasi afektif memiliki reliabilitas yang tinggi, yaitu 0,856. 4. Instrumen Penilaian Minat Berwirausaha Instrumen penilaian minat berwirausaha yang digunakan berupa angket. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung dan menyediakan empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Responden (siswa) memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang disediakan. Dalam memberikan jawaban atas pernyataan yang diberikan, responden (siswa) hanya dibenarkan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
minat wirausaha ini digunakan skala 1 sampai 4. Pemberian skor untuk item yang mengarah pada jawaban positif adalah sebagai berikut: Skor 4 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) Skor 3 untuk jawaban Setuju (S) Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS) Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) Sedangkan untuk item yang mengarah pada jawaban negatif, pemberian skornya adalah sebagai berikut: Skor 1 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) Skor 2 untuk jawaban Setuju (S) Skor 3 untuk jawaban Tidak Setuju (TS) Skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. a. Validitas Menurut Sudijono (2008: 181), untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan teknik analisis korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut:
Keterangan: rxy
: Koefisien validitas
X
: Skor soal
Y
: Skor total
N
: Jumlah subyek
Kriteria pengujian Jika r hitung
tabel
maka soal dinyatakan valid
Jika r hitung < r tabel maka soal dinyatakan tidak valid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Hasil uji validitas instrumen minat berwirausaha yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.8 dan hasil uji validitas instrumen minat berwirausaha yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 19.
Tabel 3.8. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Minat Berwirausaha Variabel Jumlah Soal Kriteria Valid Invalid Angket Minat Berwirausaha 30 24 6 Berdasarkan data di atas, terdapat 6 item soal yang invalid, yaitu item nomor 1, 10, 15, 22, 23, dan 25. Keenam item soal yang invalid tersebut tidak digunakan untuk mengukur minat berwirausaha siswa kelas eksperimen. b. Reliabilitas Uji reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan keajegan butir soal tes. Menurut Sudijono (2008: 208), untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus Alpha sebagai berikut: r 11 = di mana: r11
= Koefisien reliabilitas tes
n
= Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
1
= Bilangan konstan i
St2
2
= Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item = Varian total Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian minat berwirausaha
yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.9 dan hasil uji reliabilitas instrumen penilaian minat berwirausaha yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 19.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Tabel 3.9. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Minat Berwirausaha Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria Angket Minat Berwirausaha 30 0,889 Reliabel Berdasarkan Tabel 3.9, diketahui bahwa instrumen minat berwirausaha memiliki reliabilitas 0,889. Hal ini berarti bahwa instrumen minat berwirausaha tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi. 5. Instrumen Penilaian Psikomotor Instrumen penilaian psikomotor yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Penilaian Psikomotor Siswa. Lembar ini berisi kolom aspek yang dinilai dan nilai yang diperoleh siswa. Skor penilaian memiliki rentang dari satu sampai tiga. Kriteria penilaian satu hingga tiga dapat dilihat pada Lampiran 15. Validasi instrumen psikomotor yang berupa lembar penilaian dilakukan dengan validasi isi yang analisisnya menggunakan rumus Gregory sebagai berikut: Content Validity (CV) : Keterangan: A
= jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B
= jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II
C
= jumlah item relevan yang menurut panelis I dan kurang relevan menurut panelis II
D
= jumlah item relevan menurut kedua panelis Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700, maka analisis
dapat dilanjutkan. (Gregory, 2007: 123) Berdasarkan hasil validitas isi yang dilakukan oleh dua panelis, maka diperoleh hasil CV untuk lembar penilaian psikomotor siswa adalah 0,857. Besarnya CV tersebut lebih dari 0,7 sehingga lembar penilaian psikomotor tersebut valid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
G. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka dilakukan beberapa uji prasyarat analisis tersebut. Uji prasyarat analisis yang digunakan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian dari populasi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode Liliefors dengan langkah sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis nol (H0) H0 = sampel berasal dari populasi normal H1 = sampel tidak berasal dari populasi normal 2) Tingkat Signifikansi = 0,05 3) Statistik Uji i )-S(Zi
4) Daerah Kritik (DK) atau L < -L } dengan n adalah ukuran sampel. 5) Keputusan Uji H0 ditolak jika L hitung 6) Kesimpulan a) Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima. b) Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk menguji bahwa setiap kelompok yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Uji ini dapat dilakukan setelah diketahui bahwa data yang digunakan berdistribusi normal. Uji homogenitas ini dihitung dengan menggunakan metode Barlett dengan statistik uji Chi Kuadrat. Rumus uji Barlett adalah sebagai berikut: 2
=
(f log RKG -
commit to user
j
log
)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
dengan: 2
2
(k
1)
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel f=N
k=
= derajat kebebasan untuk RKG = N
fj = derajat kebebasan untuk
= ni
k
1
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran) nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j C=1+
dan RKG =
serta
=
di mana
=
-
= (nj
1)
2
, maka sampel berasal dari populasi yang homogen
2
, maka sampel berasal dari populasi yang tidak homogen
<
(Budiyono, 2009: 175-177) 2. Uji Hipotesis Setelah uji normalitas dan uji homogenitas terpenuhi, pengolahan data dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis yang sudah diajukan ditolak atau tidak ditolak.
Pengujian
hipotesis
pada
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan rumus anava dua jalan dengan sel tak sama. Tujuan analisis varian dua jalan ini adalah untuk menguji perbedaan efek baris, kolom, dan efek interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat. Statistik uji hipotesis menggunakan desain faktorial 2x2 seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Desain Faktorial B B1 A A1 A1B1 A2 A2B1
B2 A1B2 A2B2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Keterangan: A1 : Pendekatan CTL melalui metode eksperimen A2 : Pendekatan CTL melalui metode proyek B1 : Minat berwirausaha tinggi B2 : Minat berwirausaha rendah Tabel di atas menunjukkan desain faktorial, dimana A merupakan pendekatan CTL dilengkapi oleh dua metode pembelajaran, yaitu metode eksperimen (A1) dan metode proyek (A2). B merupakan minat berwirausaha yang terdiri dari minat berwirausaha tinggi (B1) dan minat berwirausaha rendah (B2). Sel A1B1 berarti prestasi belajar kimia dengan menggunakan pendekatan CTL melalui metode eksperimen yang diperoleh oleh siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi. Sel A 1B2 berarti prestasi belajar kimia dengan menggunakan pendekatan CTL melalui metode eksperimen yang diperoleh oleh siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah. Sel A 2B1 berarti prestasi belajar kimia dengan menggunakan pendekatan CTL melalui metode proyek yang diperoleh oleh siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi. Sel A2B2 berarti prestasi belajar kimia dengan menggunakan pendekatan CTL melalui metode proyek yang diperoleh oleh siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah. Prosedur dalam pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan adalah: a. Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dirumuskan dalam hipotesis nol (H 0) dan hipotesis alternatif (H1). Adapun hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: 1) H0A : Tidak ada pengaruh penggunaan pendekatan CTL melalui metode proyek dan metode eksperimen terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo pada materi Destilasi. H1A : Ada pengaruh penggunaan pendekatan CTL melalui metode proyek dan metode eksperimen terhadap prestasi belajar siswa kelas X
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo pada materi Destilasi. 2) H0B : Tidak ada pengaruh minat berwirausaha tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo pada materi Destilasi. H1B : Ada pengaruh minat berwirausaha tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo pada materi Destilasi. 3) H0AB : Tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode proyek dan eksperimen dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo pada materi Destilasi. H1AB : Ada interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode proyek dan eksperimen dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo pada materi Destilasi. b. Uji Lanjut Anava Setelah dilakukan uji anava, maka tahapan berikutnya adalah uji lanjut anava yang berupa uji komparasi ganda dengan metode Scheffe atau dengan Analysis of Mean. Uji komparasi ganda bertujuan untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, kolom, dan sel yang H0-nya ditolak. Terdapat empat macam komparasi dalam análisis variansi dua jalan,yaitu : 1) Komparasi rerata antarbaris Karena dalam penelitian ini hanya terdapat dua metode pembelajaran maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antarbaris. Untuk mengetahui metode pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan membandingkan besarnya rerata dari masingmasing metode pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
2) Komparasi rerata antarkolom Dalam kasus ini, karena variabel minat berwirausaha hanya mempunyai 2 nilai yaitu tinggi dan rendah, maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antarkolom. Untuk mengetahui prestasi belajar manakah yang lebih baik antara siswa yang mempunyai minat berwirausaha tinggi atau siswa yang memilki minat berwirausaha rendah cukup dengan membandingkan besarnya rerata dari masing-masing data minat berwirausaha. 3) Komparasi rerata antarsel pada kolom yang sama
Fij
X ij kj
RKG
X kj 1 nij
2
1 nkj -kj>(pq-1) F
-1,N-pq}
4) Komparasi rerata antarsel pada baris yang sama
Fij
X ij kj
RKG
X kj
1 nij
2
1 nkj -kj>(p-1) F
-1,N-pq}
(Budiyono, 2009: 215-217)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data minat berwirausaha siswa dan nilai prestasi belajar siswa pada materi Destilasi. Prestasi belajar siswa meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. 1. Data Minat Berwirausaha Siswa Data penelitian mengenai skor minat berwirausaha siswa diperoleh dengan menggunakan angket minat berwirausaha. Data minat berwirausaha siswa dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu minat berwirausaha tinggi bagi siswa yang mempunyai skor minat berwirausaha rerata skor minat berwirausaha gabungan (2 kelas) dan kategori minat berwirausaha rendah bagi siswa yang mempunyai skor minat berwirausaha < rerata skor minat berwirausaha gabungan (2 kelas). Berdasarkan hasil perhitungan, rerata skor minat berwirausaha gabungan adalah 76,8. Jadi, seorang siswa dikatakan mempunyai minat berwirausaha tinggi jika siswa tersebut mempunyai skor minat berwirausaha
76,8 dan termasuk kategori
minat berwirausaha rendah jika skor minat berwirausaha < 76,8. Data mengenai jumlah siswa yang termasuk kategori siswa dengan minat berwirausaha tinggi dan rendah pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data Jumlah Siswa yang Termasuk Kategori Minat Berwirausaha Tinggi dan Rendah pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 Minat Berwirausaha Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 Tinggi 22 17 Rendah 13 20 Berdasarkan Tabel 4.1, terlihat bahwa jumlah siswa yang termasuk kategori minat berwirausaha tinggi pada kelas eksperimen 1 lebih banyak dibandingkan pada kelas eksperimen 2, sedangkan jumlah siswa yang
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
termasuk kategori minat berwirausaha rendah pada kelas eksperimen 2 lebih banyak dibandingkan pada kelas eksperimen 1. Gambaran umum mengenai skor tertinggi dan skor terendah untuk minat berwirausaha siswa pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Data Skor Tertinggi dan Terendah Tes Minat Berwirausaha pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 Skor Tertinggi 85 86 Skor Terendah 60 66 Pada Tabel 4.2 tampak bahwa skor minat berwirausaha tertinggi siswa pada kelas ekperimen 1 adalah 85 dan skor tertinggi siswa pada kelas eksperimen 2 adalah 86. Sedangkan, skor minat berwirausaha terendah siswa pada kelas eksperimen 1 adalah 60 dan skor minat berwirausaha terendah siswa pada kelas eksperimen 2 adalah 66. Perbandingan distribusi frekuensi skor minat berwirausaha siswa untuk kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 terangkum pada Tabel 4.3. Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 22.
Tabel 4.3. Perbandingan Minat Berwirausaha Siswa antara Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 No. Interval Nilai Tengah Frekuensi Eksperimen 1 Eksperimen 2 1 60,0 63,7 61,85 1 0 2 63,8 67,5 65,65 1 1 3 67,6 71,3 69,45 2 4 4 71,4 75,1 73,25 7 10 5 75,2 78,9 77,05 8 11 6 79,0 82,7 80,85 11 9 7 82,8 86,5 84,65 5 2 Jumlah 35 37 Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 4.3 dapat dilihat pada Gambar 4.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
F r e k u e n s i
Nilai Tengah
Gambar 4.1. Perbandingan Skor Minat Berwirausaha Siswa Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.1, tampak bahwa siswa pada kelas eksperimen 1 paling banyak memperoleh skor minat berwirausaha pada interval 79,0
82,7 dengan nilai tengah 80,85, sedangkan siswa pada kelas
eksperimen 2 paling banyak memperoleh skor minat berwirausaha pada interval 75,2
78,9 dengan nilai tengah 77,05.
2. Data Prestasi Belajar Siswa Data prestasi belajar siswa pada penelitian ini berupa prestasi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Deskripsi data prestasi belajar siswa pada masing-masing ranah dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Ranah Kognitif Data prestasi siswa ranah kognitif diperoleh dari pengerjaan soal posttest yang berupa soal pilihan ganda berjumlah 25 item dalam waktu 45 menit. Data prestasi ranah kognitif tersebut dapat dibuat tabel distribusi frekuensi prestasi kognitif siswa pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang disajikan pada Tabel 4.4. Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 22.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 No. Interval Nilai Frekuensi Tengah Eksperimen 1 Eksperimen 2 1 64,0 69,1 66,55 4 0 2 69,2 74,3 71,75 1 2 3 74,4 79,5 76,95 12 1 4 79,6 84,7 82,15 13 15 5 84,8 89,9 87,35 3 7 6 90,0 95,1 92,55 2 6 7 95,2 100,3 97,75 0 5 Jumlah 35 37 Berdasarkan Tabel 4.4, pada interval yang sama, frekuensi pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tidak sama. Untuk memperjelas perbedaan frekuensi pada setiap kelas interval dalam kedua kelas eksperimen, maka data pada Tabel 4.4 disajikan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.2.
F r e k u e n s i Nilai Tengah
Gambar 4.2. Perbandingan Nilai Ranah Kognitif
Perbandingan prestasi kognitif siswa pada materi Destilasi pada kelas eksperimen 1 (pendekatan CTL melalui metode eksperimen) dan kelas eksperimen 2 (pendekatan CTL melalui metode proyek) disajikan pada Tabel 4.5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Tabel 4.5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif Metode Jumlah Rerata SD Varian Maksimum Minimum Data Eksperimen 35 78,7 7,3097 53,4319 92 64 86,2 Proyek 37 10,1378 102,7748 100 72 Berdasarkan Tabel 4.5, tampak bahwa rerata prestasi kognitif siswa yang diberi pembelajaran CTL dengan metode proyek lebih tinggi daripada rerata prestasi kognitif siswa yang diberi pembelajaran CTL dengan metode eksperimen. Nilai maksimum siswa yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen adalah 92 dan nilai minimumnya adalah 64. Sedangkan, kelompok siswa yang diberi pembelajaran CTL dengan metode proyek mendapatkan nilai maksimun 100 dan nilai minimum 72. b. Ranah Afektif Data prestasi siswa ranah afektif diperoleh dari pengerjaan angket afektif oleh siswa dalam waktu 20 menit. Dari jawaban siswa tersebut, maka diperoleh nilai afektif siswa. Berdasarkan data tersebut dapat dibuat tabel distribusi frekuensi nilai afektif siswa pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang disajikan pada Tabel 4.6. Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 22.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Nilai Afektif pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 No. Interval Nilai Frekuensi Tengah Eksperimen 1 Eksperimen 2 1 61,0 64,9 62,95 1 0 2 65,0 68,9 66,95 3 2 3 69,0 72,9 70,95 2 5 4 73,0 76,9 74,95 15 10 5 77,0 80,9 78,95 5 7 6 81,0 84,9 82,95 7 7 7 85,0 88,9 86,95 2 6 Jumlah 35 37
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
Berdasarkan Tabel 4.6, pada interval yang sama, frekuensi pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tidak sama, kecuali pada interval 81,0
84,9. Untuk memperjelas perbedaan frekuensi pada setiap
kelas interval dalam kedua kelas eksperimen, maka data pada Tabel 4.6 disajikan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.3.
F r e k u e n s i Nilai Tengah
Gambar 4.3. Perbandingan Nilai Ranah Afektif Perbandingan prestasi afektif siswa pada materi Destilasi pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Ranah Afektif Metode
Jumlah Data Eksperimen 35 Proyek 37
Rerata
SD
Varian
Maksimum
Minimum
76,0 77,9
5,8209 5,5725
33,8824 31,0526
88 86
61 67
Berdasarkan Tabel 4.7, tampak bahwa rerata prestasi afektif siswa yang diberi pembelajaran CTL dengan metode proyek lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran CTL dengan metode eksperimen. Nilai maksimum siswa yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen adalah 88 dan nilai minimumnya adalah 61. Sedangkan, kelompok siswa yang diberi pembelajaran CTL dengan metode proyek mendapatkan nilai maksimun 86 dan nilai minimum 67.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
c. Ranah Psikomotor Data prestasi siswa ranah psikomotor diperoleh ketika siswa melakukan praktikum. Berdasarkan data tersebut dapat dibuat tabel distribusi frekuensi nilai psikomotor siswa pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang disajikan pada Tabel 4.8. Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 22.
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 No. Interval Nilai Frekuensi Tengah Eksperimen 1 Eksperimen 2 1 74,4 77,7 76,05 7 4 2 77,8 81,1 79,45 5 2 3 81,2 84,5 82,85 4 5 4 84,6 87,9 86,25 8 9 5 88,0 91,3 89,65 4 6 6 91,4 94,7 93,05 4 5 7 94,8 98,1 96,45 3 6 Jumlah 35 37 Berdasarkan Tabel 4.8, pada interval yang sama, frekuensi pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tidak sama. Untuk memperjelas perbedaan frekuensi pada setiap kelas interval dalam kedua kelas eksperimen, maka data pada Tabel 4.8 disajikan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.4.
F r e k u e n s i Nilai Tengah
Gambar 4.4. Perbandingan Nilai Ranah Psikomotor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
Perbandingan prestasi psikomotor siswa pada materi Destilasi pada kelas eksperimen 1 (pendekatan CTL melalui metode eksperimen) dan kelas eksperimen 2 (pendekatan CTL melalui metode proyek) disajikan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Ranah Psikomotor Metode Eksperimen Proyek
Jumlah Data 35 37
Rerata
SD
Varian
84,5 87,0
2,5493 2.4602
6,4992 6.0526
Maksimum Minimum 97,4 97,4
74,4 74,4
Berdasarkan Tabel 4.9, tampak bahwa rerata prestasi psikomotor siswa yang diberi pembelajaran CTL dengan metode proyek lebih tinggi daripada rerata prestasi psikomotor siswa yang diberi pembelajaran CTL dengan metode eksperimen. Nilai maksimum siswa yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen dan metode proyek adalah 97,4 dan nilai minimumnya adalah 74,4. B. Keadaan Awal Sampel Penelitian 1. Uji Normalitas Keadaan Awal Untuk mengetahui apakah kedua sampel yang akan diambil sebagai kelas eksperimen berasal dari populasi yang normal atau tidak, maka dilakukan uji Liliefors dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil uji normalitas keadaan awal siswa tercantum dalam Lampiran 29 dan dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Harga L Kesimpulan Hitung Tabel X KI. A 0,1266 0,1457 Normal X KI. B 0,1227 0,1498 Normal Berdasarkan data pada Tabel 4.10, tampak bahwa data keadaan awal siswa di kedua kelas eksperimen berdistribusi normal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
2. Uji Homogenitas Keadaan Awal Uji
homogenitas
keadaan
awal
sampel
dilakukan
dengan
menggunakan uji Bartlett dengan taraf signifikansi 0,05. Rangkuman hasil uji homogenitas keadaan awal siswa dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan perhitungan uji homogenitas secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 29.
Tabel 4.11. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa 2 2 Ranah Kesimpulan hitung tabel Kognitif 2,0558 3,841 Homogen Berdasarkan data pada Tabel 4.11, tampak bahwa data keadaan awal siswa pada kelas X KI. A dan kelas X KI. B homogen. 3. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui keadaan awal yang sama (seimbang) antara siswa X KI. A dan X KI. B. Uji yang digunakan adalah uji t matching dua pihak terhadap nilai pretest kelas X KI. A dan X KI. B SMK N 2 Sukoharjo tahun ajaran 2011/ 2012. Adapun hasil komputasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 29. Untuk kelas X KI. B sebagai kelas eksperimen 1 yang terdiri dari 35 siswa diperoleh rata-rata 38,7 dan variansi 62,8437. Sedangkan untuk kelas X KI. A sebagai kelas eksperimen 2 yang terdiri dari 37 siswa diperoleh rata-rata 42,1 dan variansi 102,7748. Dari hasil uji keseimbangan, diperoleh besarnya thitung adalah 1,5379. Besarnya thitung ini berada di luar daerah kritik, yaitu t < -1,960 atau t > 1,960 sehingga H0 diterima. Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa keadaan awal X KI. A dan X KI. B seimbang.
C. Pengujian Prasyarat Analisis 1.
Uji Normalitas Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan analisis variansi adalah distribusi populasinya harus normal. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors. Hasil uji normalitas prestasi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor tercantum dalam Lampiran 23,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Lampiran 24, dan Lampiran 25. Hasil uji normalitas prestasi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor terangkum dalam Tabel 4.12, Tabel 4.13, dan Tabel 4.14.
Tabel 4.12. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelompok Siswa Harga L A1 A2 B1 B2 A 1B 1 A 1B 2 A 2B 1 A 2B 2
Hitung 0,1319 0,1284 0,1334 0,0944 0,1679 0,2202 0,1098 0,1807
Tabel 0,1498 0,1457 0,1419 0,1542 0,1832 0,2340 0,2060 0,1900
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Tabel 4.13. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelompok Harga L Kesimpulan Siswa Hitung Tabel A1 0,1396 0,1498 Normal A2 0,0960 0,1457 Normal B1 0,0778 0,1419 Normal B2 0,1381 0,1542 Normal A 1B 1 0,1569 0,1832 Normal A 1B 2 0,1586 0,2340 Normal A 2B 1 0,1185 0,2060 Normal A 2B 2 0,1755 0,1900 Normal Tabel 4.14. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Psikomotor Kelompok Siswa Harga L Kesimpulan Hitung Tabel A1 0,1231 0,1498 Normal A2 0,0811 0,1457 Normal B1 0,1069 0,1419 Normal B2 0,1093 0,1542 Normal A 1B 1 0,1450 0,1832 Normal A 1B 2 0,1900 0,2340 Normal A 2B 1 0,0890 0,2060 Normal A 2B 2 0,1023 0,1900 Normal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Keterangan: A1
: Prestasi kognitif, prestasi afektif, atau prestasi psikomotor kelas eksperimen 1
A2
: Prestasi kognitif, prestasi afektif, atau prestasi psikomotor kelas eksperimen 2
B1
: Prestasi kognitif, prestasi afektif, atau prestasi psikomotor kelas minat berwirausaha tinggi
B2
: Prestasi kognitif, prestasi afektif, atau prestasi psikomotor kelas minat berwirausaha rendah
A1B1
: Prestasi kognitif, prestasi afektif, atau prestasi psikomotor kelas eksperimen 1 ditinjau dari minat berwirausaha tinggi
A1B2
: Prestasi kognitif, prestasi afektif, atau prestasi psikomotor kelas eksperimen 1 ditinjau dari minat berwirausaha rendah
A2B1
: Prestasi kognitif, prestasi afektif, atau prestasi psikomotor kelas eksperimen 2 ditinjau dari minat berwirausaha tinggi
A2B2
: Prestasi kognitif, prestasi afektif, atau prestasi psikomotor kelas eksperimen 2 ditinjau dari minat berwirausaha rendah Dari Tabel 4.12, Tabel 4.13, dan Tabel 4.14, terlihat bahwa harga
Lhitung < L tabel. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Selain berdistribusi normal, syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi adalah varian dalam populasi harus homogen. Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini digunakan metode Barlett dengan statistik uji Chi kuadrat. Hasil uji homogenitas prestasi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor ditinjau dari metode pembelajaran, minat berwirausaha, dan antarsel tercantum dalam Lampiran 26 sampai dengan Lampiran 28. Ringkasan hasil uji homogenitas terangkum pada Tabel 4.15.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Tabel 4.15. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor 2 2 Uji Homogenitas Kesimpulan tabel hitung Prestasi Ditinjau dari Metode 0,0051 3,841 Homogen Kognitif Pembelajaran Ditinjau dari Minat 1,5327 3,841 Homogen Berwirausaha Antarsel 4,7388 7,815 Homogen Prestasi Ditinjau dari Metode 0,0657 3,841 Homogen Afektif Pembelajaran Ditinjau dari Minat 0,7181 3,841 Homogen Berwirausaha Antarsel 1,7179 7,815 Homogen Prestasi Ditinjau dari Metode 0,0445 3,841 Homogen Psikomotor Pembelajaran Ditinjau dari Minat 0,0488 3,841 Homogen Berwirausaha Antarsel 0,2441 7,815 Homogen 2
Dari tabel di 2
tidak melampaui
tabel. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini
berasal dari populasi yang homogen.
D. Hasil Pengujian Hipotesis Setelah prasyarat analisis terpenuhi, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan anava dua jalan sel tak sama. Perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama terhadap prestasi kognitif tercantum pada Lampiran 30, perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama terhadap prestasi afektif tercantum pada Lampiran 32, dan perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama terhadap prestasi psikomotor tercantum pada Lampiran 33, sedangkan rangkuman hasil pengujian hipotesis pertama, kedua, dan ketiga adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Pertama Hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan anava dua jalan sel tak sama untuk setiap ranah prestasi belajar adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
a. Ranah Kognitif Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan (Lampiran 30), diperoleh nilai FA
hitung
(26,0316) > Ftabel (3,9896), maka H0A ditolak dan
H1A diterima sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi belajar kognitif siswa. b. Ranah Afektif Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan (Lampiran 32), diperoleh nilai FA
hitung
(4,1401) > Ftabel (3,9896), maka H0A ditolak dan
H1A diterima sehingga dapat dikatakan bahwa bahwa terdapat perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi belajar afektif siswa. c. Ranah Psikomotor Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan (Lampiran 33), diperoleh nilai FA
hitung
(4,5397) > Ftabel (3,9896), maka H0A ditolak dan
H1A diterima sehingga dapat dikatakan bahwa bahwa terdapat perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi belajar psikomotor siswa. 2. Hipotesis Kedua Hasil pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan anava dua jalan sel tak sama untuk setiap ranah prestasi belajar adalah sebagai berikut: a. Ranah Kognitif Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan (Lampiran 30), diperoleh nilai FB
hitung
(4,3518) > Ftabel (3,9896), maka H0B ditolak dan
H1B diterima sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara minat berwirausaha siswa pada kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif siswa. b. Ranah Afektif Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan (Lampiran 32), diperoleh nilai FB
hitung
(9,1261) > Ftabel (3,9896), maka H0B ditolak dan
H1B diterima sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
pengaruh antara minat berwirausaha siswa pada kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif siswa. c. Ranah Psikomotor Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan (Lampiran 33), diperoleh nilai FB
hitung
(6,4670) > Ftabel (3,9896), maka H0B ditolak dan
H1B diterima sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara minat berwirausaha siswa pada kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar psikomotor siswa. 3. Hipotesis Ketiga Hasil pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan anava dua jalan sel tak sama untuk setiap ranah prestasi belajar adalah sebagai berikut: a. Ranah Kognitif Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan (Lampiran 30), diperoleh nilai F AB hitung (8,5645) > Ftabel (3,9896), maka H0AB ditolak dan H1AB diterima sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan proyek dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar kognitif siswa. Karena terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar kognitif siswa, maka perlu dilakukan uji lanjut anava dengan menggunakan uji Scheffe. Rangkuman hasil dari uji lanjut anava prestasi kognitif dapat dilihat pada Tabel 4.16, sedangkan perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 31.
Tabel 4.16. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Lanjut Anava Prestasi Kognitif Komparasi Rerata Fobs Ftabel Kesimpulan Antarbaris 108,1816 3,9894 H0 Ditolak Antarkolom 17,9907 3,9894 H0 Ditolak Antarsel pada Baris ke-1 0,3335 8,2479 H0 Diterima baris yang sama Baris ke-2 0,3752 8,2479 H0 Diterima Antarsel pada Kolom ke-1 2,6230 8,2479 H0 Diterima kolom yang sama Kolom ke-2 29,3597 8,2479 H0 Ditolak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
Berdasarkan Tabel 4.16, diketahui bahwa: 1) Pada komparasi rerata antarbaris prestasi kognitif, nilai Fhitung (108,1816) > Ftabel (3,9894), maka H 0
ditolak dan H1 diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen tidak memberikan pengaruh yang sama dengan metode proyek terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi Destilasi. 2) Pada komparasi rerata antarkolom prestasi kognitif, nilai Fhitung (17,9907) > Ftabel (3,9896), maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa minat berwirausaha tinggi maupun rendah tidak memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi kognitif siswa pada materi Destilasi. 3) Pada komparasi rerata antarsel pada baris ke-1, nilai Fhitung (0,3335) < Ftabel (8,2479), maka H 0
diterima dan H 1 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada penerapan metode eksperimen, tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa dengan minat berwirausaha tinggi dan siswa dengan minat berwirausaha rendah pada materi Destilasi. 4) Pada komparasi rerata antarsel pada baris ke-2, nilai Fhitung (0,3752) < Ftabel (8,2479), maka H0
diterima dan H1 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada penerapan metode proyek, tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa dengan minat berwirausaha tinggi dan siswa dengan minat berwirausaha rendah pada materi Destilasi. 5) Pada komparasi rerata antarsel pada kolom ke-1, nilai Fhitung (2,6230) < Ftabel (8,2479), maka H0
diterima dan H1 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen memberikan pengaruh yang sama dengan penerapan metode proyek terhadap prestasi kognitif siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi pada materi Destilasi. 6) Pada komparasi rerata antarsel pada kolom ke-2, nilai Fhitung (29,3597) > Ftabel (8,2479), maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen memberikan pengaruh yang tidak sama dengan penerapan metode proyek terhadap prestasi kognitif siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah pada materi Destilasi. b. Ranah Afektif Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan (Lampiran 32), diperoleh nilai FAB
hitung
(0,1276) < Ftabel (3,9896), maka H 0AB diterima
dan H1AB ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan proyek dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar afektif siswa. c. Ranah Psikomotor Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan (Lampiran 33), diperoleh nilai F AB hitung (0,1047) < F tabel (3,9896), maka H0AB diterima dan H1AB ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan proyek dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar psikomotor siswa.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuasi eksperimen karena peneliti tidak dapat memilih sampel penelitian, tetapi menggunakan kelompok yang sudah ada sebagai sampel penelitian. Sampel penelitian adalah siswa kelas X Program Keahlian Teknik Kimia Industri SMK N 2 Sukoharjo yang berjumlah dua kelas, yaitu kelas X KI. A yang terdiri dari 37 siswa dan kelas X KI. B yang terdiri dari 35 siswa. Kelas X KI. B sebagai kelas eksperimen 1 diberikan pembelajaran kimia dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen, sedangkan kelas X KI. A sebagai kelas ekperimen 2 diberikan pembelajaran kimia dengan pendekatan CTL melalui metode proyek. Dalam penelitian ini, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan anava dua jalan sel tak sama. Namun, sebelum dilakukan uji hipotesis, harus dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu. Kedua uji prasyarat tersebut harus dilakukan karena dalam penggunaan uji hipotesis dengan menggunakan anava dipersyaratkan agar sampel yang diperbandingkan berdistribusi normal dan mempunyai variansi-variansi yang sama. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Pengujian Hipotesis Pertama Hasil pengujian hipotesis pertama dengan anava dua jalan sel tak sama untuk ketiga ranah prestasi belajar adalah sebagai berikut: a. Ranah Kognitif Persyaratan untuk dapat dilakukannya uji hipotesis dengan anava adalah populasi berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen. Oleh karena itu, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu sebelum dilakukan uji hipotesis dengan anava dua jalan sel tak sama. Berdasarkan perhitungan uji normalitas yang telah dilakukan untuk uji hipotesis pertama, diketahui bahwa data prestasi kognitif siswa yang diberi pembelajaran CTL melalui metode eksperimen dan yang diberi pembelajaran CTL melalui metode eksperimen berdistribusi normal. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan di mana pada kelas yang diberi pembelajaran CTL melalui metode eksperimen diperoleh harga L hitung sebesar 0,1319 yang bukan merupakan anggota dari daerah kritik statistik uji, sedangkan pada kelas yang diberi pembelajaran CTL melalui metode proyek diperoleh harga Lhitung sebesar 0,1284 yang bukan merupakan anggota dari daerah kritik statistik uji. Karena harga Lhitung dari kedua kelas eksperimen tersebut bukan merupakan anggota daerah kritik dari statistik uji yang digunakan, maka H0 yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi normal diterima. Hasil uji homogenitas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data prestasi kognitif siswa yang diperoleh dari sampel yang diberi pembelajaran CTL dengan menggunakan metode eksperimen dan metode proyek memiliki variansi yang homogen. Hal ini disimpulkan dari hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
perhitungan uji homogenitas prestasi kognitif siswa ditinjau dari metode 2
hitung
sebesar 0,0051 yang bukan merupakan
anggota dari daerah kritik statistik uji sehingga H 0 yang menyatakan bahwa data prestasi kognitif dari kedua eksperimen tersebut homogen dapat diterima. Setelah diketahui bahwa data prestasi kognitif siswa dari kedua kelas eksperimen berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen, maka berikutnya dilakukan uji hipotesis dengan anava dua jalan sel tak sama. Hasil anava dua jalan sel tak sama ranah kognitif dari kedua metode tersebut menunjukkan bahwa Fhitung > F tabel dengan nilai 26,0316 > 3,9896 yang berarti bahwa H0 ditolak (Lampiran 30) sehingga H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara kelas penerapan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan penerapan pendekatan CTL melalui metode proyek terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi Destilasi. Adanya perbedaan pengaruh pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi kognitif siswa ditunjukkan oleh rerata nilai kognitif siswa. Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen memiliki rerata nilai kognitif sebesar 78,7 dan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode proyek memiliki rerata nilai kognitif sebesar 86,2. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode proyek memiliki prestasi kognitif yang lebih tinggi daripada prestasi kognitif kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen. b. Ranah Afektif Berdasarkan perhitungan uji normalitas yang telah dilakukan untuk uji hipotesis pertama, diketahui bahwa data prestasi afektif siswa yang diberi pembelajaran CTL melalui metode eksperimen dan yang diberi pembelajaran CTL melalui metode eksperimen berdistribusi normal. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan di mana pada kelas yang diberi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
pembelajaran CTL melalui metode eksperimen diperoleh harga L hitung sebesar 0,1396 yang bukan merupakan anggota dari daerah kritik statistik uji, sedangkan pada kelas yang diberi pembelajaran CTL melalui metode proyek diperoleh harga Lhitung sebesar 0,0960 yang bukan merupakan anggota dari daerah kritik statistik uji juga. Karena harga Lhitung dari kedua kelas eksperimen tersebut bukan merupakan anggota daerah kritik dari statistik uji yang digunakan, maka H0 yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi normal diterima. Hasil uji homogenitas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data prestasi afektif siswa yang diperoleh dari sampel yang diberi pembelajaran CTL dengan menggunakan metode eksperimen dan metode proyek guna menguji hipotesis pertama memiliki variansi yang homogen. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan uji homogenitas prestasi afektif 2
hitung
sebesar
0,0657 yang bukan merupakan anggota dari daerah kritik statistik uji sehingga H0 yang menyatakan bahwa data prestasi afektif dari kedua eksperimen tersebut homogen dapat diterima. Hasil anava dua jalan ranah afektif dari kedua metode tersebut menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 4,1401 > 3,9896 yang berarti bahwa H0 ditolak (Lampiran 32) sehingga H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara penerapan pendekatan
CTL melalui
metode
eksperimen
dengan
penerapan
pendekatan CTL melalui metode proyek terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi Destilasi. Adanya perbedaan pengaruh pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi afektif siswa ditunjukkan oleh rerata nilai afektif siswa. Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen memiliki rerata nilai afektif sebesar 76 dan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode proyek memiliki rerata nilai afektif sebesar 77,9. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode proyek memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
prestasi afektif yang lebih tinggi daripada prestasi afektif kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen. c. Ranah Psikomotor Berdasarkan perhitungan uji normalitas yang telah dilakukan untuk uji hipotesis pertama, diketahui bahwa data prestasi psikomotor siswa yang diberi pembelajaran CTL melalui metode eksperimen dan yang diberi pembelajaran CTL melalui metode eksperimen berdistribusi normal. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan di mana pada kelas yang diberi pembelajaran CTL melalui metode eksperimen diperoleh harga L hitung sebesar 0,1069 yang bukan merupakan anggota daerah kritik statistik uji, sedangkan pada kelas yang diberi pembelajaran CTL melalui metode proyek diperoleh harga Lhitung sebesar 0,1093 yang bukan merupakan anggota daerah kritik statistik uji juga. Oleh karena itu, H0 yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi normal dapat diterima. Hasil uji homogenitas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data prestasi psikomotor siswa yang diperoleh dari sampel yang diberi pembelajaran CTL dengan menggunakan metode eksperimen dan metode proyek memiliki variansi yang homogen. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan uji homogenitas prestasi psikomotor siswa ditinjau dari 2
hitung
sebesar 0,0445 yang bukan
merupakan anggota daerah kritik statistik uji sehingga H0 yang menyatakan bahwa data prestasi psikomotor dari kedua eksperimen tersebut homogen dapat diterima. Hasil anava dua jalan ranah psikomotor dari kedua metode tersebut menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 4,8229 > 3,9896 yang berarti bahwa H0 ditolak (Lampiran 33) sehingga H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara penerapan pendekatan
CTL melalui
metode
eksperimen
dengan
penerapan
pendekatan CTL melalui metode proyek terhadap prestasi belajar psikomotor siswa pada materi Destilasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
Adanya perbedaan pengaruh pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi psikomotor siswa ditunjukkan oleh rerata nilai psikomotor siswa. Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen memiliki rerata nilai psikomotor sebesar 84,5 dan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode proyek memiliki rerata nilai psikomotor sebesar 87. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode proyek memiliki prestasi psikomotor yang lebih tinggi daripada prestasi psikomotor kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen. Dari uraian di atas diketahui bahwa prestasi siswa kelas X SMK N 2 Sukoharjo pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor untuk kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode proyek lebih tinggi daripada prestasi siswa kelas X SMK N 2 Sukoharjo pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor untuk kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen pada materi Destilasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dengan pendekatan CTL melalui metode proyek lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen materi Destilasi siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK N 2 Sukoharjo. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Astuti yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang dikenai pembelajaran CTL melalui metode proyek lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang dikenai pembelajaran CTL melalui metode eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan metode eksperimen dan metode proyek ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Eskilsson yang menunjukkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedangkan, hasil penelitian Morgil dan kawan-kawan menunjukkan bahwa metode proyek dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode proyek dituntut lebih aktif daripada siswa yang diberi pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen. Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode proyek lebih aktif daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen, terutama ketika kegiatan praktikum dilakukan. Ketika kedua kelas eksperimen diberi tugas untuk melakukan destilasi dari jenis bahan baku yang telah ditentukan, siswa yang dikenai metode proyek harus merancang cara kerja destilasi bahan baku sehingga diperoleh minyak atsiri yang dikehendaki. Ketika siswa merancang cara kerja tersebut, siswa hanya memperoleh sedikit bimbingan dari guru/pengajar. Jadi, siswa dituntut untuk lebih aktif untuk menyelesaikan tugas tersebut. Siswa yang diberi metode proyek berusaha untuk mencari pengetahuan tentang proses destilasi sehingga dapat menyusun cara kerja yang benar. Setelah tersusun cara kerja yang runtut, maka siswa yang diberi metode proyek melakukan praktikum sesuai cara kerja yang telah disusun. Dengan kegiatan praktikum ini, siswa dapat membuktikan pengetahuan yang dimilikinya sehingga pemahaman siswa terhadap materi Destilasi lebih dalam. Sedangkan pada siswa yang diberi metode eksperimen, siswa melakukan praktikum destilasi minyak atsiri berdasarkan cara kerja yang telah diberikan. Jadi, jika dibandingkan dengan siswa yang dikenai metode proyek, siswa yang dikenai metode eksperimen kurang aktif dalam mengumpulkan informasi tentang destilasi sehingga pemahaman tentang materi Destilasi pun kurang maksimal. Hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa dengan pendekatan CTL melalui metode proyek lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen pada materi Destilasi siswa kelas X program keahlian Teknik Kimia Industri SMK N 2 Sukoharjo. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan diskusi dan praktikum. Kegiatan diskusi dilakukan pada pertemuan pertama untuk mempelajari konsep-konsep penting mengenai destilasi. Selanjutnya, pada pertemuan berikutnya
siswa
melakukan
kegiatan
praktikum.
Selama
kegiatan
pembelajaran berlangsung, siswa aktif bertanya tentang proses destilasi. Pertanyaan yang diajukan siswa sebagian besar berkisar pada pelaksanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
destilasi, misalnya mengapa bahan harus disimpan di ruang yang tidak terkena cahaya matahari langsung, mengapa arah aliran air dalam kondensor harus berlawanan dengan arah aliran uap, mengapa bahan baku daun tidak perlu dirajang, sedangkan bahan baku yang berupa rimpang harus dirajang dulu sebelum didestilasi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian akan dijawab ketika kegiatan diskusi berlangsung. Dari jawaban dan tanggapan dari siswa tentang pertanyaan yang diajukan tersebut, guru kemudian memberi konfirmasi terhadap jawaban dan tanggapan siswa. Kegiatan praktikum destilasi dilakukan sebanyak 3 kali. Praktikum pertama dilakukan dengan bahan baku berupa daun dan rimpang dengan peralatan destilasi kaca, praktikum kedua dilakukan dengan bahan baku berupa rimpang dengan menggunakan peralatan destilasi skala industri, dan praktikum ketiga dilakukan dengan bahan baku berupa daun dengan menggunakan peralatan destilasi skala industri. Bahan baku yang didestilasi oleh masing-masing kelompok saat dilakukan praktikum dapat dilihat pada Tabel 4. 17. Tabel 4. 17. Bahan Baku Praktikum Destilasi Praktikum Kelompok Bahan Baku KeKelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 1 1 Kunyit Kencur 2 Jahe Temulawak 3 Temulawak Kunyit 4 Daun sirih Daun salam 5 Daun kayu putih Daun sirih 6 Serai Daun jeruk purut 2 1 Kunyit Kencur 2 Jahe Temulawak 3 Temulawak Kunyit 4 Kunyit Temulawak 5 Jahe Kencur 6 Temulawak Kunyit 3 1 Daun Sirih Daun salam 2 Daun kayu putih Daun sirih 3 Serai Daun jeruk purut 4 Daun sirih Daun salam 5 Daun kayu putih Daun jeruk purut 6 Serai Daun sirih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
Dari semua praktikum yang dilakukan, tidak semua destilasi yang dilakukan oleh siswa dapat menghasilkan minyak atsiri. Ada beberapa praktikum yang gagal menghasilkan minyak atsiri, yaitu praktikum destilasi kunyit dengan menggunakan peralatan destilasi kaca yang dilakukan oleh kelompok 1 kelas eksperimen 1, destilasi daun sirih dengan menggunakan peralatan destilasi skala industri yang dilakukan oleh kelompok 1 dan 4 kelas eksperimen 1, serta kelompok 2 dan 6 kelas eksperimen 2. Kelompok 1 kelas eksperimen 1 gagal melakukan destilasi minyak atsiri kunyit dengan menggunakan peralatan kaca karena siswa terlalu banyak mengisikan bahan baku kunyit yang akan didestilasi ke dalam labu alas bulat sehingga uap susah terangkat dan ketika destilasi berlangsung, timbul buih yang naik hingga masuk ke kondensor dan pada akhirnya masuk ke labu destilat. Sedangkan, destilasi bahan baku daun sirih gagal menghasilkan minyak atsiri karena daun sirih yang didestilasi kurang banyak dan waktu destilasi yang kurang lama. Setelah siswa selesai melakukan praktikum, bahan sisa destilasi hanya dibuang di tempat sampah. Padahal, bahan sisa destilasi ini dapat dimanfaatkan lebih lanjut, yaitu dengan cara membuat kompos dari sisa bahan destilasi tersebut. Kompos tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk menanam bahan baku destilasi sendiri atau dapat pula dijual kembali. Dengan demikian, bahan sisa destilasi tidak terbuang sia-sia dan dapat menjadi tambahan pemasukan bagi pelakunya. Selama praktikum, seluruh siswa diharapkan berperan aktif. Namun, ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam melaksanakan praktikum. Hal ini disebabkan anggota kelompok praktikum yang terlalu banyak. Pada penelitian ini, setiap kelas eksperimen dibagi menjadi 6 kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa. Banyaknya anggota dalam setiap kelompok membuat pembagian tugas selama melaksanakan praktikum menjadi kurang teroganisasi sehingga dalam pelaksanaan praktikum ada siswa yang kurang aktif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
2.
Pengujian Hipotesis Kedua Hasil pengujian hipotesis kedua adalah sebagai berikut: a. Ranah Kognitif Berdasarkan perhitungan uji normalitas yang telah dilakukan untuk uji hipotesis kedua, diketahui bahwa data prestasi kognitif siswa yang memiliki minat berwirusaha tinggi dan minat berwirausaha rendah berdistribusi normal. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan di mana pada kelompok siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi diperoleh harga Lhitung sebesar 0,1334 dan pada kelompok siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah diperoleh harga Lhitung sebesar 0,0944 yang bukan merupakan anggota dari daerah kritik statistik uji sehingga H0 yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi normal diterima. Hasil uji homogenitas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data prestasi kognitif siswa yang memiliki minat berwirusaha tinggi dan minat berwirausaha rendah memiliki variansi yang homogen. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan uji homogenitas prestasi kognitif siswa ditinjau dari minat berwirausaha
2 hitung
sebesar 1,5372 yang
bukan merupakan anggota dari daerah kritik statistik uji sehingga H0 yang menyatakan bahwa data prestasi kognitif dari kedua eksperimen tersebut homogen dapat diterima. Hasil anava dua jalan ranah kognitif menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 4,3518 > 3,9896 yang berarti bahwa H0 ditolak (Lampiran 30) sehingga H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara minat berwirausaha siswa pada kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi Destilasi. Adanya perbedaan pengaruh antara minat berwirausaha siswa pada kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif siswa ditunjukkan oleh rerata nilai kognitif siswa, yaitu siswa dengan minat berwirausaha tinggi memiliki rerata nilai kognitif sebesar 81,8 dan siswa dengan minat berwirausaha rendah memiliki rerata nilai kognitif sebesar 73,5. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kelompok siswa dengan minat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
berwirausaha tinggi memiliki prestasi kognitif yang lebih tinggi daripada prestasi kognitif kelompok siswa dengan minat berwirausaha rendah. b. Ranah Afektif Berdasarkan perhitungan uji normalitas, diketahui bahwa data prestasi afektif siswa yang memiliki minat berwirusaha tinggi dan minat berwirausaha rendah berdistribusi normal. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan di mana pada kelompok siswa dengan minat berwirausaha tinggi diperoleh harga L hitung sebesar 0,0778 dan kelompok siswa dengan minat berwirausaha rendah diperoleh harga Lhitung sebesar 0,1381 yang bukan merupakan anggota dari daerah kritik statistik uji sehingga H0 yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi normal diterima. Hasil uji homogenitas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data prestasi afektif siswa yang memiliki minat berwirusaha tinggi dan minat berwirausaha rendah guna menguji hipotesis kedua memiliki variansi yang homogen. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan uji homogenitas prestasi afektif siswa ditinjau dari minat berwirausaha di 2
hitung
sebesar 0,7181 yang bukan merupakan anggota dari
daerah kritik statistik uji sehingga H0 yang menyatakan bahwa data prestasi afektif dari kedua eksperimen tersebut homogen dapat diterima. Hasil anava dua jalan ranah afektif menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 9,1261 > 3,9896 yang berarti bahwa H0 ditolak (Lampiran 32) sehingga H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara minat berwirausaha siswa pada kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi Destilasi. Adanya perbedaan pengaruh antara minat berwirausaha siswa pada kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif siswa ditunjukkan oleh rerata nilai afektif siswa. Siswa yang termasuk dalam kategori minat berwirausaha tinggi memiliki rerata nilai afektif sebesar 78,6 dan siswa yang termasuk dalam kategori minat berwirausaha rendah memiliki rerata nilai afektif sebesar 75,1. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kelompok siswa yang termasuk kategori minat berwirausaha tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
memiliki prestasi afektif yang lebih tinggi daripada prestasi afektif kelompok siswa yang termasuk kategori minat berwirausaha rendah. c. Ranah Psikomotor Berdasarkan perhitungan uji normalitas yang telah dilakukan untuk uji hipotesis kedua, diketahui bahwa data prestasi psikomotor siswa yang memiliki minat berwirusaha tinggi dan minat berwirausaha rendah berdistribusi normal. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan di mana pada kelompok siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi diperoleh harga Lhitung sebesar 0,1069 yang bukan merupakan anggota dari daerah kritik statistik uji, sedangkan pada kelompok siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah diperoleh harga Lhitung sebesar 0,1093 yang bukan merupakan anggota dari daerah kritik statistik uji. Karena harga Lhitung dari kedua kelompok siswa tersebut bukan merupakan anggota daerah kritik dari statistik uji yang digunakan, maka H0 yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi normal diterima. Hasil uji homogenitas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data prestasi psikomotor siswa yang memiliki minat berwirusaha tinggi dan minat berwirausaha rendah guna menguji hipotesis kedua memiliki variansi yang homogen. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan uji homogenitas prestasi psikomotor siswa ditinjau dari minat berwirausaha di 2
hitung
sebesar 0,0445 yang bukan merupakan anggota dari
daerah kritik statistik uji sehingga H0 yang menyatakan bahwa data prestasi psikomotor dari kedua eksperimen tersebut homogen dapat diterima. Hasil anava dua jalan ranah psikomotor menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 6,4670 > 3,9896 yang berarti bahwa H0 ditolak (Lampiran 33) sehingga H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara minat berwirausaha siswa pada kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar psikomotor siswa pada materi Destilasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
Adanya perbedaan pengaruh antara minat berwirausaha siswa pada kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi psikomotor siswa ditunjukkan oleh rerata nilai psikomotor siswa. Siswa yang termasuk dalam kategori minat berwirausaha tinggi memiliki rerata nilai psikomotor sebesar 87,3 dan siswa yang termasuk dalam kategori minat berwirausaha rendah memiliki rerata nilai psikomotor sebesar 84,1. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kelompok siswa yang termasuk kategori minat berwirausaha tinggi memiliki prestasi psikomotor yang lebih tinggi daripada prestasi psikomotor kelompok siswa yang termasuk kategori minat berwirausaha rendah. Dari uraian di atas diketahui bahwa prestasi siswa kelas X SMK N 2 Sukoharjo pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor untuk kelompok siswa yang termasuk kategori minat berwirausaha tinggi lebih tinggi daripada prestasi siswa kelas X SMK N 2 Sukoharjo pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
untuk
kelompok
siswa
yang
termasuk
kategori
minat
berwirausaha rendah pada materi Destilasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang termasuk kategori minat berwirausaha tinggi lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa yang termasuk kategori minat berwirausaha rendah pada materi Destilasi siswa kelas X Program Keahlian Teknik Kimia Industri SMK N 2 Sukoharjo. Pada saat pembelajaran berlangsung, sebagian besar siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi cukup aktif dalam kegiatan belajar. Pada pertemuan pertama ketika diskusi berlangsung, siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi lebih sering menyumbangkan pendapat mereka dan lebih banyak bertanya dibandingkan siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah. Hal yang serupa terjadi ketika siswa bekerja dengan kelompok ketika melakukan praktikum. Siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi berperan aktif dalam kegiatan praktikum dan banyak bertanya tentang kegiatan praktikum yang dilaksanakan. Siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi tersebut memiliki keinginan yang tinggi untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
mengumpulkan informasi-informasi serta membuktikan pegetahuan yang dimiliki. Mereka beranggapan bahwa ilmu yang mereka peroleh mungkin dapat digunakan dalam kehidupan mereka kelak setelah lulus SMK. Antusias siswa terhadap pembelajaran lebih tinggi ketika siswa mengetahui bahwa peralatan destilasi dapat dibuat secara sederhana dengan benda-benda yang ada di sekitar mereka dan untuk melakukan destilasi pun dapat dilakukan dengan bahan baku yang mudah diperoleh di sekitar mereka. Siswa
yang
memiliki
minat
berwirausaha
tinggi
berusaha
mengumpulkan pengetahuan mengenai materi Destilasi. Perhatian mereka terhadap proses pembelajaran lebih tinggi sehingga pengetahuan yang mereka peroleh lebih banyak. Dengan kegiatan praktikum, pengetahuan tersebut menjadi pengalaman bermakna yang lebih melekat di ingatan siswa. Dengan demikian, siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi memiliki prestasi yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah. Selama proses pembelajaran, siswa diajak untuk berwirausaha dengan bekal ilmu yang telah dimiliki siswa, khususnya yang berkaitan dengan destilasi. Dari praktikum yang telah dilakukan, siswa mengetahui bahwa proses destilasi itu dapat dilakukan untuk mengambil minyak atsiri dari bahan baku tanaman yang ada di sekitar siswa. Peralatan destilasi pun dapat dibuat secara sederhana dengan alat-alat yang mudah ditemui di lingkungan siswa, seperti ember plastik besar yang diberi lubang pada bagian atas, dandang atau panci presto, selang plastik, kompor, dan pipa logam. Dengan kegiatan praktikum, siswa dapat terlibat langsung dalam proses destilasi minyak atsiri dan siswa juga dapat melihat hasil dari destilasi. Setelah kegiatan praktikum selesai, siswa diminta untuk mencari manfaat dari minyak atsiri yang diperolehnya dan siswa diberi tahu bahwa peluang usaha di bidang minyak atsiri ini masih terbuka lebar karena masih sedikit orang yang melakukan usaha ini sedangkan permintaan pasar dunia selalu meningkat setiap tahun. Dengan mengetahui manfaat dari minyak atsiri yang beragam dan peluang usaha yang masih terbuka lebar, diharapkan siswa nantinya tertarik untuk mengembangkan bisnis di bidang ini. Pemasaran minyak atsiri dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
dilakukan secara online. Selain itu, minyak atsiri yang diperoleh siswa juga dapat digunakan sebagai campuran produk-produk yang dibuat siswa, misalnya sabun, karena cara ini dapat meningkatkan nilai ekonomis produk yang dibuat siswa. Dalam penelitian ini, tidak dilakukan praktik pembuatan produk (seperti sabun yang diberi minyak atsiri) karena keterbatasan waktu. Apabila dilakukan praktik pembuatan produk, siswa dapat terlibat langsung dalam proses pengolahan minyak atsiri untuk menaikkan nilai ekonomis produk sehingga lebih meningkatkan minat siswa untuk berwirausaha. Namun, selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa bersungguhsungguh melakukan kegiatan praktikum. Kesungguhan siswa dalam berperan aktif dalam pembelajaran ini dapat diindikasikan bahwa siswa memiliki minat dalam mempelajari destilasi dan diharapkan kelak siswa berminat untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang destilasi. 3.
Pengujian Hipotesis Ketiga Hasil pengujian terhadap hipotesis ketiga dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Ranah Kognitif Berdasarkan perhitungan uji normalitas yang telah dilakukan untuk uji hipotesis ketiga, diketahui bahwa data prestasi kognitif siswa antarsel berdistribusi normal. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan di mana harga Lhitung untuk masing-masing adalah sebagai berikut: 1) Harga L hitung pada uji normalitas prestasi kognitif yang ditinjau dari minat berwirausaha tinggi pada kelas yang diberi pembelajaran CTL dengan metode eksperimen adalah sebesar 0,1679 dengan daerah ktitik pada L > 0,1832 atau L < -0,1832. 2) Harga L hitung pada uji normalitas prestasi kognitif yang ditinjau dari minat berwirausaha rendah pada kelas yang diberi pembelajaran CTL dengan metode eksperimen adalah sebesar 0,2202 dengan daerah ktitik pada L > 0,2340 atau L < -0,2340. 3) Harga L hitung pada uji normalitas prestasi kognitif yang ditinjau dari minat berwirausaha tinggi pada kelas yang diberi pembelajaran CTL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
dengan metode proyek adalah sebesar 0,1098 dengan daerah ktitik pada L > 0,2060 atau L < -0,2060. 4) Harga L hitung pada uji normalitas prestasi kognitif yang ditinjau dari minat berwirausaha rendah pada kelas yang diberi pembelajaran CTL dengan metode proyek adalah sebesar 0,1807 dengan daerah ktitik pada L > 0,1900 atau L < -0,1900. Karena harga Lhitung hasil perhitungan tersebut bukan merupakan anggota daerah kritik dari statistik uji yang digunakan, maka H0 yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi normal diterima. Hasil uji homogenitas antarsel yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data prestasi kognitif siswa memiliki variansi-variansi yang homogen. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan uji homogenitas prestasi kognitif siswa antarsel di 2
2
hitung
sebesar 4,7388 dengan
2 hitung
bukan merupakan
anggota dari daerah kritik statistik uji sehingga H 0 yang menyatakan bahwa data prestasi kognitif tersebut homogen dapat diterima. Hasil dari anava dua jalan dengan menggunakan nilai prestasi kognitif menunjukkan bahwa F hitung > Ftabel yaitu 8,5645 > 3,9896 yang berarti bahwa H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan proyek dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi Destilasi sehingga perlu dilakukan uji lanjut anava. Hasil uji lanjut anava prestasi kognitif siswa menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen memberikan pengaruh yang tidak sama dengan penerapan metode proyek terhadap prestasi kognitif siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah pada materi Destilasi. Berdasarkan reratanya, diketahui bahwa rerata prestasi kogitif siswa dengan minat berwirausaha rendah yang diberi pembelajaran dengan metode proyek lebih tinggi daripada rerata prestasi kognitif siswa dengan minat berwirausaha rendah yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen. Hal ini disebabkan siswa tersebut yang diberi pembelajaran dengan metode proyek didorong
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
untuk aktif dalam mengumpulkan informasi mengenai destilasi. Siswa tersebut bersama teman kelompoknya harus menyelesaikan tugas yang diberikan dengan sedikit bimbingan dari guru, sehingga siswa tersebut lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan, bila siswa dengan minat berwirausaha rendah tersebut diberi pembelajaran dengan metode eksperimen, dorongan bagi siswa untuk lebih aktif dan lebih terlibat dalam pengumpulan dan pembuktian informasi lebih kurang jika dibandingkan dengan metode proyek sehingga dapat mempengaruhi prestasi kognitif siswa tersebut. b. Ranah Afektif Berdasarkan perhitungan uji normalitas yang telah dilakukan untuk uji hipotesis ketiga, diketahui bahwa data prestasi afektif siswa antarsel berdistribusi normal. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan di mana harga Lhitung untuk masing-masing adalah sebagai berikut: 1) Harga Lhitung pada uji normalitas prestasi afektif yang ditinjau dari minat berwirausaha tinggi pada kelas yang diberi pembelajaran CTL dengan metode eksperimen adalah sebesar 0,1569 dengan daerah ktitik pada L > 0,1832 atau L < -0,1832. 2) Harga Lhitung pada uji normalitas prestasi afektif yang ditinjau dari minat berwirausaha rendah pada kelas yang diberi pembelajaran CTL dengan metode eksperimen adalah sebesar 0,1586 dengan daerah ktitik pada L > 0,2340 atau L < -0,2340. 3) Harga Lhitung pada uji normalitas prestasi afektif yang ditinjau dari minat berwirausaha tinggi pada kelas yang diberi pembelajaran CTL dengan metode proyek adalah sebesar 0,1185 dengan daerah ktitik pada L > 0,2060 atau L < -0,2060. 4) Harga Lhitung pada uji normalitas prestasi afektif yang ditinjau dari minat berwirausaha rendah pada kelas yang diberi pembelajaran CTL dengan metode proyek adalah sebesar 0,1755 dengan daerah ktitik pada L > 0,1900 atau L < -0,1900.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
Karena harga Lmaks hasil perhitungan tersebut bukan merupakan anggota daerah kritik dari statistik uji yang digunakan, maka H0 yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi normal diterima. Hasil uji homogenitas antarsel yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data prestasi afektif siswa memiliki variansi-variansi yang homogen. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan uji homogenitas 2 2
> 7,815. Dengan
hitung
sebesar 1,7179 dengan
2 hitung
bukan merupakan
anggota dari daerah kritik statistik uji sehingga H 0 yang menyatakan bahwa data prestasi afektif tersebut homogen dapat diterima. Hasil dari anava dua jalan dengan menggunakan nilai prestasi afektif menunjukkan bahwa Fhitung < F tabel yaitu 0,1276 < 3,9896 yang berarti bahwa H0 diterima. Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan proyek dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi Destilasi sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut anava. Tidak adanya interaksi antara pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan proyek dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar afektif siswa menunjukkan tidak ada perbedaan efek antara siswa yang diajar dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dengan pendekatan CTL melalui metode proyek ditinjau dari minat
berwirausaha.
Hal
ini
berarti
bahwa
apapun
metode
pembelajarannya, baik dengan metode eksperimen maupun metode proyek, siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi akan memiliki prestasi belajar afektif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah. Dengan demikian, tidak akan terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar afektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
c. Ranah Psikomotor Berdasarkan perhitungan uji normalitas yang telah dilakukan untuk uji hipotesis ketiga, diketahui bahwa data prestasi psikomotor siswa antarsel berdistribusi normal. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan di mana harga Lhitung untuk masing-masing adalah sebagai berikut: 1) Harga Lhitung pada uji normalitas prestasi psikomotor yang ditinjau dari minat berwirausaha tinggi pada kelas yang diberi pembelajaran CTL dengan metode eksperimen adalah sebesar 0,1450 dengan daerah ktitik pada L > 0,1832 atau L < -0,1832. 2) Harga Lhitung pada uji normalitas prestasi psikomotor yang ditinjau dari minat berwirausaha rendah pada kelas yang diberi pembelajaran CTL dengan metode eksperimen adalah sebesar 0,1900 dengan daerah ktitik pada L > 0,2340 atau L < -0,2340. 3) Harga Lhitung pada uji normalitas prestasi psikomotor yang ditinjau dari minat berwirausaha tinggi pada kelas yang diberi pembelajaran CTL dengan metode proyek adalah sebesar 0,0890 dengan daerah ktitik pada L > 0,2060 atau L < -0,2060. 4) Harga Lhitung pada uji normalitas prestasi psikomotor yang ditinjau dari minat berwirausaha rendah pada kelas yang diberi pembelajaran CTL dengan metode proyek adalah sebesar 0,1023 dengan daerah ktitik pada L > 0,1900 atau L < -0,1900. Karena harga Lhitung dari perhitungan yang telah dilakukan bukan merupakan anggota daerah kritik dari statistik uji yang digunakan, maka H0 yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi normal diterima. Hasil uji homogenitas antarsel yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data prestasi psikomotor siswa memiliki variansi-variansi yang homogen. Hal ini disimpulkan dari hasil perhitungan uji homogenitas 2
prestasi psikomotor 2
hitung
sebesar 0,2441 2
hitung
bukan
merupakan anggota dari daerah kritik statistik uji sehingga H0 yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
menyatakan bahwa data prestasi psikomotor tersebut homogen dapat diterima. Hasil dari anava dua jalan dengan menggunakan nilai prestasi psikomotor menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel yaitu 0,1047 < 3,9896 yang berarti bahwa H0 diterima. Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan proyek dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar psikomotor siswa pada materi Destilasi sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut anava. Tidak adanya interaksi antara pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan proyek dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar psikomotor siswa menunjukkan tidak ada perbedaan efek antara siswa yang diajar dengan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan dengan pendekatan CTL melalui metode proyek ditinjau dari minat berwirausaha. Hal ini berarti bahwa apapun metode pembelajarannya, baik dengan metode eksperimen maupun metode proyek, siswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi akan memiliki prestasi belajar psikomotor yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah. Dengan demikian, tidak terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan minat berwirausaha terhadap prestasi belajar psikomotor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi belajar siswa kelas X Program Keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012 pada materi Destilasi. Berdasarkan reratanya, prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran CTL melalui metode proyek lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran CTL melalui metode eksperimen, baik untuk prestasi kognitif (86,2 > 78,8), afektif (77,9 > 76), maupun psikomotor (87,0 > 84,5). 2. Terdapat pengaruh minat berwirausaha terhadap prestasi belajar siswa kelas X Program Keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012 pada materi Destilasi. Berdasarkan reratanya, prestasi belajar siswa dengan minat berwirausaha tinggi lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa dengan minat berwirausaha rendah, baik untuk prestasi kognitif (83,4 > 81,6), afektif (78,6 > 75,1), maupun psikomotor (87,3 > 84,1). 3. Terdapat interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode proyek dan eksperimen dengan minat berwirausaha terhadap prestasi kognitif siswa, tetapi tidak terdapat interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode proyek dan eksperimen dengan minat berwirausaha terhadap prestasi afektif dan psikomotor siswa kelas X Program Keahlian Teknik Kimia Industri SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012 pada materi Destilasi. Berdasarkan hasil uji komparasi ganda, prestasi kognitif siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah yang dikenai pembelajaran kimia melalui pendekatan CTL dengan metode proyek (86,8) lebih tinggi daripada prestasi kognitif siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah yang dikenai
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
pembelajaran kimia melalui pendekatan CTL dengan metode eksperimen (73,5).
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai upaya bersama antara guru, siswa, dan penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam mencapai kualitas hasil belajar yang maksimal. 2. Implikasi Praktis Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka pendekatan CTL melalui metode proyek dapat diterapkan dalam materi Destilasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, baik pada ranah kognitif, ranah afektif, maupun ranah psikomotor. Selain itu, minat berwirausaha siswa perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa SMK karena minat berwirausaha siswa yang tinggi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SMK.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Dalam penggunaan metode proyek dan metode eksperimen, hendaknya dilakukan dengan persiapan yang matang sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana. 2. Dalam pembagian kelompok praktikum, hendaknya jumlah siswa dalam satu kelompok tidak terlalu banyak (satu kelompok terdiri dari 3-4 siswa) sehingga semua anggota kelompok melakukan kerja saat praktikum. 3. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar sehingga dapat menambah pengetahuan guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan pendekatan CTL, baik dengan metode eksperimen maupun metode proyek, pada pembelajaran kimia dengan materi pokok yang lain. 5. Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan minat berwirausaha siswa karena menurut hasil penelitian diketahui bahwa minat berwirausaha dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. 6. Dalam melakukan praktikum, bahan baku sisa destilasi hendaknya tidak dibuang, tetapi dapat dibuat pupuk kompos sehingga dapat menjaga kebersihan lingkungan.
commit to user