Creating a winning international research proposal: Bold Ideas with Big ®
Impacts* Oleh Prof. Dr. Gusti Ngurah Mahardika Indonesian Biodiversity Research Center Universitas Udayana Jl Sesetan-‐Markisa 6 Denpasar, Bali Email:
[email protected];
[email protected] Pendahuluan Hibah dari donor internasional dapat menjadi alternatif sumber dana penelitian, disamping penelitian dalam negeri. Secara implisit, hibah penelitian internasional lebih menjanjikan publish-‐ability dari hasil penelitian. Donor internasional biasanya meminta skup masalah penelitian yang regional atau global. Protokol penelitian mesti dilakukan dengan protokol baku. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Inggris. Tiga hal itu hal mutlak dalam internasionalisasi hasil-‐hasil penelitian. Donor internasional umumnya menawarkan jumlah dana yang lebih besar, proposal multi-‐years, dan pertanggung-‐jawaban yang lebih sederhana. Yang terakhir intinya, what you spent is what you spent. Bukti pengeluaran apa adanya. Beli bensin 1 liter Rp. 7500, misalnya, bukti itu yang dilaporkan. Alokasi dana juga fleksibel. Donor umunya mengijikan penyimpangan penggunaan dana dari yang direncakaan dalam rentang 5-‐10%. Maksudnya, alokasi penggunaan dana tidak harus 100% sama dengan rencana. Penyimpangan yang lebih besar juga diijinkan setelah kita menyampaikan kepada funding manager donor yang bersangkutan. Makalah pada Focus Group Discussion Peningkatan Kemampuan Dosen Memperoleh Dana Penelitian Internasional Universitas Diponogoro Semarang 2016. Kampus UNDIP Tembalang, 12 Mei 2016 ®
1
Strategi baku untuk membuat winning international research grant tidak ada. Hibah penelitian internasional biasanya sangat kompetitif. Accepted rate bisa hanya satu digit. Bagi penulis, evaluasi proposal internasional tidak jarang seperti main dadu. Teori peluang berlaku. Kalau beruntung, proposal lolos. Demikian sebaliknya. Tugas kita hanya dua, tetap berusaha membuat proposal yang baik dan memperbaiki proposal (sesuai saran reviewer) untuk siklus berikutnya atau donor yang lain. Tugas tambahan, berdoa!!! Penulis sudah pernah membuat puluhan proposal internasional, success rate juga hanya satu digit. Teknik-‐teknik penulisan proposal tersedia banyak di internet. Contoh sumber-‐ sumber itu penulis sertakan dalam daftar bacaan. Penulis juga pernah membuat tulisan mengarang ilmiah dan dapat diakses di Researchgate (Mahardika 2016). Uraian dalam tulisan itu seperti mengidentifikasi lingkup penelitian, memilih metode, membingkai, membangun alinea, dll, dapat bermanfaat dalam penulisan proposal. Tulisan ini merupakan bagi pengalaman bagaimana membuat proposal hibah internasional. Penulis hanya sampaikan prinsip-‐prinsipnya saja. Itupun saya paparkan secara tidak teratur, apa yang terlintas itu penulis tulis. Selebihnya, tingkat keberhasilan hanya akan dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu 1. Latihan; 2. Latihan. 3. Latihan. Sehingga kita hanya perlu membuat tiga hal, yaitu 1. Coba; 2. Coba lagi; 3. Coba lagi dan lagi. Prinsip 1: Vision! Niat! Where there is no vision, the people perish. Life without vision is like a frame without a picture, it holds nothing. Pada hemat penulis, visi kita melakukan penelitian amatlah penting. Ini tak akan pernah tertulis dimana saja. Kalau dalam nilai-‐nilai agama, diniatkan! Ini juga berlaku untuk menjadi peneliti yang berhasil. Memperoleh hibah-‐hibah internasional yang sangat kompetitif merupakah salah satu keberhasilan. Pelajaran dari mereka yang berhasil adalah bahwa mereka mempunyai visi yang
2
kuat. Mereka yang kelihatan tak bervisi tapi sangat berhasil, mungkin saja ada. Itu keberuntungan saja. Itu tak banyak. Mereka dapat saja mempunyai visi yang kuat tanpa mereka sadari. Dengan prinsip, no free lunch, tak ada makan siang yang geratis, saya, pengembangan strong vision adalah investasi yang berharga. Kita mesti mengembangkan visi yang kuat (strong vision) kenapa melakukan penelitian. Visi ini harus besar, big impact! Gates foundation, milik Bill and Melinda Gates, pendiri Microsoft corporation bahkan menyebut, all you need is bold idea. Visi itu harus mulia! Memperoleh hak-‐hak finansial, memenuhi kewajiban profesor, misalnya, bukanlah visi yang kuat. Itu mestinya hak saja. Visi seperti itu kehilangan faktor “so what”. The “so-‐what” adalah impak bagi kemanusiaan, bagi bumi, atau semacam itu. Prinsip 2: Pola Pikir Dalam banyak hal, kita sering mengalami, what you think is what you get. Kita tak sadari, itulah pola pikir. Pola pikir (mind set) adalah keyakinan, nilai-‐nilai, identitas, harapan, sikap, kebiasaan, keputusan, dan pendapat tentang diri kita, apa yang mampu kita lakukan, atau seberapa yang ingin kita capai. Ini dibentuk sejak kita bayi, bagaimana orang lain menyebut dirinya dan diri kita, dari keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan kerja, atau bahkan negara. Banyak orang sukses menyarankan kita membuang semua pola pikir yang menghambat kemajuan dalam segala segi kehidupan. Penulis kira itu juga berlaku untuk penelitian. Pola pikir yang menghambat penulis identifikasi antara lain, ‘saya anak desa’, ‘saya anak orang miskin’, ‘saya tidak bisa berbahasa Inggris’, ‘saya tak berbakat dalam penelitian’, dlsb. Jika kita mau berhasil dalam penelitian internasional, kita mesti membuang pola pikir penghambat itu. Sebagai ganti, kita kembangkan pola pikir seperti: ‘saya peneliti kaliber internasional’, ‘saya go global’, ‘saya mampu’, ‘saya bisa bahasa Inggris’, dlsb.
3
Prinsip 3: Networking Networking merupakan kunci keberhasilan dalam banyak hal di era modern. Jargon dalam molecular biology “Never Clone Alone”. Donor di suatu negara biasanya mensyaratkan partner peneliti dari negara yang bersangkutan. Banyak penelitian yang juga mensyaratkan pelibatan banyak negara. Kita hendaknya membangun jejaring itu dengan aktif. Biasakanlah menulis email setelah meminta business card seorang peneliti. Email pendek untuk menunjukkan bahwa makalahnya keren dan kita ingin membangun jejaring kerja dengannya, Rajinlah mengirim email pada kontak yang sudah terbangun. Kartu ucapan Natal dan Tahun Baru, Ulang Tahun, atau Ucapan Selamat atas promosi professor, biasanya sangat efektif. Bagi penulis, jejaring kerja sifatnya sering personal. Kerjasama baik hanya terbangun bila trust dan mutual interest ada. Jika memungkinkan, ajaklah partner kita sekadar makan malam atau menikmati kehidupan pedesaan. Jabat-‐ tangan saja tidak cukup. Prinspip 4: Aktif dan Kreatif Pengumuman call for proposal ada yang rutin atau tidak rutin. Catat dan kunjungi laman-‐laman donor yang penting. Paling tidak sekali setiap dua minggu atau satu bulan. Beberapa penulis berikan dalam daftar di bagian akhir paparan ini. Bila perlu, daftarkan diri sehingga informasi baru dikirim secara rutin. Fokus penelitian yang diharapkan oleh donor bisa saja tidak persis sesuai dengan bidang keahlian kita. Kita hendaknya kreatif menghubungkan keahlian kita dengan pokok masalah yang diumumkan donor. Jika masalah AIDS yang menjadi fokus donor pada suatu waktu, misalnya, seorang ahli hukum bisa menghubungkan dengan aspek perlindungan hukum bagi penderita dan keluarganya. Kalaupun tidak sesuai, jangan khawatir. Donor internasional
4
banyak. Salah satu atau beberapa pasti ada yang sesuai dengan keahlian kita. Kata pepatah Jerman, Wer sucht, findet was. Ia yang mencari, pasti menemukan. Prinsip 5. Reviewer and donor friendly Tunjukkan dengan jelas apa yang diminta oleh donor. Bayangkanlah proposal kita adalah proposal nomor 29 dari 30 proposal yang direview oleh seorang reviewer. Saat itu tengah malam pula. Reviewer bisa saja lelah atau punya masalah pribadi. Mereka biasanya sangat sibuk. Letakkan apa yang diminta oleh donor di awal alinea dan dibuat tebal (bold). Bila perlu buatkan sub-‐judul yang persis sama dengan yang diminta oleh donor. Dalam membangun alinea (lihat Mahardika, 2016), uraikan fakta-‐fakta yang memperkuat bahwa proposal kita memenuhi kriteria yang diminta. Donor dan reviewer akan menemukan dengan mudah apa yang mereka cari. Prinsip 6. Penelitian pendahuluan Sebuah proposal akan tampak menarik dan dapat dilaksanakan dengan baik (manageable) bila peneliti, terutama peneliti utama, mempunyai track-‐record penelitian tentang masalah yang sama. Dengan kata lain, proposal dibangun dari penelitian sebelumnya yang, jika bisa, telah dipublikasi. Publikasi internasional lebih meyakinkan. Jika tidak, penelitian pendahuluan akan sangat membantu. Reviewer umumnya melihat kesungguhan pengusul jika data pendahuluan ditampilkan. Tunjukkan dengan jelas hasil penelitian pendahuluan itu. Pripsip 7. Sediakan waktu cukup Pengumuman (solicitation) tentang peluang pendanaan biasanya menjadi kegiatan rutin suatu donor. Untuk PEER-‐National Academy of Science,
5
pengumuman biasanya awal Oktober setiap tahun. Gates foundation setiap awal tahun. Jika waktu sudah diketahui, kita mesti membuat agenda tahap-‐tahap persiapan penelitian. Prinsip 8. Komunikatif Dalam membuat proposal, yang diperlukan dalam tahap awal adalah bahasa Inggris yang komunikatif. Kita bisa minta bantuan penutur natif untuk menerjemahkan. Kita bisa juga pakai piranti lunak penterjemah seperi Google Translate. Trik-‐trik lain untuk kendali bahwa tata-‐bahasa dan penulisan kita benar, hendaknya selalu aktifkan tool spelling and grammar pada pengolah kata kita (word processor) dan diseting dalam bahasa Inggris. Komputer akan selalu menunjukkan garis merah, berarti tulisan kata itu salah, garis hijau untuk tata-‐bahasa yang salah. Piranti lunak untuk memeriksa bahasa juga tersedia banyak. Contohnya Grammarly (https://www.grammarly.com). Prinsip 9. Research question tajam Identifikasi masalah dengan tajam. Dalam proposal, paparkan data-‐data penunjang masalah itu, baik data dari peneliti lain, atau bahkan data hasil penelitian salah seorang calon anggota peneliti. Buat research question yang tajam. Dalam pengalaman pribadi penulis, peneliti Indonesia tidak terlatih baik untuk membuat pertanyaan/masalah kunci penelitian. Rumusan masalah penelitian yang baik adalah salah satu langkah pertama dalam proses penelitian. Jika ditulis dengan baik, rumusan masalah akan menjadi panduan penelitian dan bantuan dalam mengkontruksi argumen logis.
6
Berikut salah satu panduan “How to Develop a Good Research Question” yang penulis kutip dari laman Grand Canyon University, Arizona. (https://cirt.gcu.edu/research/developmentresources/tutorials/question) 1. Identifikasi masalah yang menjadi minat (dan keahlian) kita. Masalahnya dapat sangat luas. Contohnya: childhood obesity. 2. Lakukan kajian pustaka yang berhubungan dengan masalah itu. Identifikasi apa yang telah dilakukan? Apa macam penelitian yang telah dilakukan? Apakah ada bidang yang khas yang belum dikaji? Atau ada manfaatnya kalau direplikasi? 3. Buat daftar pertanyaan-‐pertanyaan potensial untuk dilakukan oleh kita (di Indonesia) dan pilih satu yang menarik serta memungkinkan untuk dieksplorasi lebih jauh. 4. Selanjutnya evaluasi masalah itu dengan menjawab pertanyaan-‐pertanyaan berikut ◦
Apakah masalah terplilih itu mungkin menjadi masalah bagi peneliti lain?
◦
Apakah masalah baru yang perlu dipecahkan?
◦
Apakah masalah itu dapat diteliti? Apakah waktu cukup? Apakah sumber-‐daya tersedia (di tempat kita dan di partner)? Apakah metodologinya layak?
◦
Apakah masalah itu dapat diukur?
◦
Apakah masalah itu terlalu luas atau terlalu sempit?
5. Komunikasikan masalah itu dengan partner. Pembuatan research question merupakan langkah penting. Beberapa paper yang mengulas hal ini dapat dilihat pada pustaka (Alon 2009). Pertanyaan penelitian mestinya unik dan tidak terlalu luas (atau terlalu sempit). Contoh berikut dapat diperoleh di Duke University website http://twp.duke.edu/uploads/media_items/research-‐questions.original.pdf Pertanyaan yang terlalu luas dan tak menentukan bagian yang dianalisis Terlalu luas
7
Why did the chicken cross the road? Tidak menyediakan ruang untuk analisis How many chickens crossed Broad Street in Durham, NC, on February 6, 2014? Contoh yang akurat What are some of the environmental factors that occurred in Durham, NC between January and February 2014 that would cause chickens to cross Broad Street? Contoh-‐contoh research question yang baik dapat diakses di http://cdn.elsevier.com/promis_misc/jphys_5researchquestion_examples.pdf Contoh-‐contoh dari berbagai masalah dapat diakses di laman ini http://libguides.mjc.edu/c.php?g=255631&p=1706368 Prinsip 10. Scientific merit Evaluasi proyek penelitian internasional (dan mestinya nasional juga) berbasis scientific merit (keutamaan; keluarbiasaan; kesempurnaan). Penelitian kita hendaknya menunjukkan intellectual merit dan broader impact yang jelas. Keduanya mempunyai bobot yang sama. Saya copy-‐paste tentang scientific merit dari National Science Foundation Amerika Serikat sebagai berikut (http://vcresearch.berkeley.edu/brdo/addressing-‐broader-‐impacts). Kriteria intelectual merit meliputi potensi untuk memajukan pengetahuan; Kriteria Broader Impacts meliputi potensi untuk menguntungkan masyarakat dan memberikan kontribusi pada pencapaian hasil sosial yang diinginkan. Elemen-‐elemen yang dipertimbangkan dalam evaluasi untuk kedua kriteria adalah sebagai berikut. 1. Apa potensi kegiatan yang diusulkan untuk (a) memajukan pengetahuan dan pemahaman dalam bidang sendiri atau di berbagai bidang
8
(Intellectual Merit); dan (b) manfaat untuk masyarakat atau hasil yang diinginkan masyarakat (broader impacts)? 2. Sejauh mana kegiatan yang diusulkan menyarankan dan mengeksplorasi konsep kreatif, asli, atau berpotensi transformatif? 3. Apakah proposal kegiatan yang diusulkan masuk akal, terorganisir dengan baik ? Apakah mencantumkan mekanisme untuk evaluasi? 4. Bagaimana kualifikasi personel, tim, dan institusi pengusul? 5. Apakah sumber daya yang memadai tersedia (baik di lembaga PI sendiri atau partner) untuk melaksanakan kegiatan yang diusulkan? Tentang Broader Impact, NSF bahkan memberikan rincian yang detail sebagai berikut. Proposal harus menunjukkan “Broader Impact” dalam sub-‐judul khusus. Broader impact dapat dicapai melalui penelitian itu sendiri, melalui kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas penelitian tertentu, atau melalui kegiatan yang didukung oleh, tapi saling melengkapi proyek. NSF menghargai kemajuan pengetahuan ilmiah dan kegiatan yang berkontribusi terhadap pencapaian hasil sosial yang relevan. Broader Impact meliputi, namun tidak terbatas pada: partisipasi penuh kaum perempuan, penyandang cacat, dan kelompok minoritas dalam ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika (STEM); peningkatan pendidikan STEM dan pengembangan tenaga pendidik di tingkat manapun; peningkatan literasi sains publik dan keterlibatan publik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi; peningkatan kesejahteraan individu dalam masyarakat; pengembangan sumber daya ahli STEM global yang kompetitif; peningkatan kemitraan antara akademisi, industri, dan lain-‐lain; meningkatkan keamanan nasional; peningkatan daya saing ekonomi Amerika Serikat; dan ditingkatkan infrastruktur untuk penelitian dan pendidikan.
9
Prinsip 11. Kenali donor Kenalilah donor dengan baik. Kita mesti kumpulkan informasi tentang lembaga donor atau funding agency. Termasuk didalamnya adalah kebijakan negara asal donor itu. Ini harusnya mudah. Kita cukup kunjungi website donor yang bersangkutan. Kita akan mengetahui jenis proyek apa yang pernah didanai. Pahami terminologi-‐terminologi yang digunakan dalam solicitation, pengumuman tentang periode pendanaan yang akan datang . Prinsip 12. Justifikasi anggaran Kita hendaknya mengusahakan rencana pendanaan yang rasional. Kesan ‘membulatkan’ atau ‘menghabiskan’ batas atas dana, kita hindari. Pada hemat penulis, batas psikologis besaran dana yang direncanakan sekitar 10-‐20% di bawah batas atas yang diumumkan. Setiap mata anggaran dijustifikasi, kenapa perlu biaya itu, biaya satuan, dan volume (jumlah orang, jumlah hari, dlsb) yang diperlukan. Jika membeli bahan kimia atau alat, kita perlu meminta informasi harga dari bahan atau alat itu. Kita paparkan informasi yang sudah diperoleh itu. Jika honor diperbolehkan, berikan justifikasi besaran honor, misalnya sesuai dengan Upah Minimum Regional, atau besaran resmi untuk pegawai negeri Indonesia dari Bappennas. Fee institusi, jika dibolehkan, perlu dijustifikasi dengan aturan universitas yang bersangkutan. Penutup Penelitian internasional adalah tentang ide dan dampak besar. Itu bukan tentang bahasa (Inggris). Sebagai kalangan cerdik-‐cendikia yang religious, keberhasilan kita ditentukan oleh visi yang kuat, niat yang mulia, serta pola-‐pikir merdeka yang memungkinkan kita kreatif. Kita sadari, salah satu kunci keberhasilan jaman ini adalah jejaring-‐kerja yang dipelihara dengan baik. Untuk membuat proposal riset pemenang (winning proposal), kita disain proposal dengan masalah yang unik, saintifik, dan berdampak global.
10
Lampiran Beberapa Sumber-‐Sumber Pendanaan Riset Internasional o NSF Amerika https://www.nsf.gov/bfa/dias/policy/merit_review/ o PEER NAS http://www.nationalacademies.org/peer o Global Innovation Initiative Grant (GII) https://www.britishcouncil.id/en/programmes/education/internatio nalising-‐higher-‐education/global-‐innovation-‐initiative-‐grant o USAID o NGO Internasional (WWF, The Nature Conservancy) o AUSAID o Wellcome trust, Bill & Melinda Gates Foundation https://app.trialect.com/3873/display o Grand Challenge dari Bill & Melinda Gates Foundation http://gcgh.grandchallenges.org/grant-‐opportunities o Etc Sumber Bacaan 1. Alon, U. 2009. How to choose a good scientific problem. Mol Cell. 35:726-‐728; 2. Finger S. 2015. Advice on Writing Proposals to the National Science Foundation. Carnegie Mellon University. http://www.cs.cmu.edu/~sfinger/advice/proposal.advice.pdf 3. Mahardika GN. 2016. Pengalaman Praktis Mengarang Ilmiah untuk Publikasi Jurnal Bereputasi. Dokumen pribadi. https://www.researchgate.net/publication/301655130_Pengalaman_Praktis _Mengarang_Ilmiah_untuk_Publikasi_Jurnal_Bereputasi 4. Nature. English Communication for Scientists: 2. Writing scientific papers. http://www.nature.com/scitable/ebooks/english-‐communication-‐for-‐ scientists-‐14053993/writing-‐scientific-‐papers-‐14239285 5. NSF. A Guide for Proposal Writing. http://www.nsf.gov/pubs/2004/nsf04016/nsf04016.pdf
11