WHITEPAPER JANUARY 2016
PRODUCT CO-CREATION STRATEGY Create New Product with Customer By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW)
PENDAHULUAN Konsumen pada dasarnya ingin didengarkan suaranya. Perusahaan yang mampu membuat produk persis dengan yang diinginkan pelanggan, tentu akan menikmati hasil penjualan yang lebih baik dibandingkan perusahaan yang hanya bisa menyajikan sesuatu yang pelanggan sesungguhnya tidak punya pilihan lain atau dengan kata lain terpaksa membelinya. Tahun 2016 adalah tahun dimana perkembangan teknologi akan menjadi jauh lebih cepat dibanding tahun sebelumnya, dimana banyak perusahaan yang sudah menyiapkan aplikasi smartphone untuk mendekatkan diri kepada pelanggannya. Hal ini dilakukan agar perusahaan bisa menjadi lebih dekat dengan pelanggannya, dan mempersempit kemungkinan pelanggan berpaling ke kompetitor. Oleh sebab itu, dalam whitepaper kali ini, akan dibahas bagaimana peran perusahaan agar bisa menerapkan strategi memenangkan hati pelanggan dengan mengajak mereka berpartisipasi dan merasa ikut memiliki produk, dari sebelum mereka beli, saat membeli, dan bahkan setelah membeli pun mereka terus dilibatkan, sedemikian perusahaan tidak hanya sedang memperbesar market share, melainkan juga heart share, karena pelanggan bersedia tanpa paksaan untuk menjadi agen word of mouth yang efektif. PRODUCT CO-CREATION STRATEGY Adalah sebuah konsep strategi pemasaranyang fokus pada pengembangan produk baru dengan cara melibatkan pelanggan secara langsung dalam proses produksi, baik sebelum mereka membeli, hingga setelah membeli sekalipun, sedemikian pelanggan merasa ikut memiliki perusahaan dan ingin melihatnya semakin maju dan berhasil.
Gambar 1. Survei terhadap isi kepala para Direksi Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut mengenai konsep Co-Creation Co Creation ini, ada baiknya kita coba menyimak hasil survei yang dilakukan lembaga ternama dunia untuk membongkar isi kepala para Direksi di banyak perusahaan besar di Amerika. Judul survei yang dilaku dilakukan adalah “How CSuite Executives see the Landscape changing”. -
77% CFO (chief financial officer) atau Direktur Keuangan mengatakan bahwa secara finansial, mereka setuju bahwa men-support men support aktivitas marketing khususnya dalam pengembangan produk dan layanan baru adalah sesuatu yang sangat penting dan krusial.
-
71% CIO (chief information officer) atau Direktur Informasi Teknologi mengatakan bahwa komunikasi dengan pelanggan sekarang bergerak ke arah social/digital collaboration, jadi bukan komunikasi satu arah lagi seperti marketing konvensional.
-
64% CMO (chief marketing officer) atau Direktur Pemasaran mengatakan bahwa mereka harus melakukan pendekatan pendekatan ke pelanggan secara individual, jadi harus ada pelayanan yang sifatnya customized, yaitu melayani kebutuhan masing-masing masing masing pelanggan secara spesifik.
-
63% CEO (chief executive officer) atau Direktur Utama mengatakan bahwa pentingnya melakukan banyak kerjasama dengan para pihak, khususnya kerjasama dengan para pelanggan untuk tujuan meningkatkan business value.
-
55% CHRO (chief human resource officer) atau Direktur SDM mengatakan bahwa seluruh staf dalam perusahaan harus bisa meningkatkan organizational openness, atau keterbukaan organisasi kepada siapapun juga, khususnya kepada para pelanggan, agar pelanggan bisa lebih memahami nilai-nilai dan budaya organisasi perusahaan.
-
19% CSCO (chief supply chain officer) atau Direktur Supply Chain mengatakan bahwa harus melakukan antisipasi pengurangan biaya bahan baku dari para supplier dengan cara inovasi produk yang pelanggan suka saja, sebab biaya operational cost akan semakin besar ke depannya.
Jadi, dari hasil survei terhadap para Direksi tersebut, ditemukan benang merah bahwa ternyata inovasi dari sisi kacamata pelanggan sangatlah diperlukan, yaitu perusahaan sekarang ini tidak bisa seperti dulu lagi, yaitu hanya mampu membuat produk murah dan berkualitas saja sudah cukup dan barang pasti sudah laku. Pelanggan sekarang lebih pandai dan ingin dimanja. Walau produk sudah murah dan berkualitas sekali pun, ini belum menjadi garansi bagi perusahaan untuk memenangkan hati para pelanggannya. Diperlukan pendekatan customer-centric, bukan productcentric lagi untuk abad digital ini. Konsep Co-Creation ini pula sebenarnya berangkat dari konsep lama Customer-Centric atau Customer-Oriented Management, di mana di dalam manajemen internal perusahaan, fokus sebuah alur kerja adalah didesain dan berorientasikan pada pelanggan. Dari hulu hingga hilir istilahnya. Beberapa proses yang terjadi dalam konsep customer-oriented management, khususnya dalam industri B2B (business to business) adalah sbb: 1.
Customer Management Atau bagian internal perusahaan yang lebih fokus pada pengelolaan database, khususnya pada masalah RFM (recency, frequency, monetary).Berapa lama seorang pelanggan sudah tidak mengambil kembali produk/jasa yang dijual perusahaan (recency), kemudian rata-rata dalam kurun waktu tertentu, katakanlah tiap bulan sekali, atau tiap kwartal sekali, berapa kali pelanggan yang sama melakukan pembelian(frequency), dan
sekiranya untuk sekali ambil produk/jasa, berapa besar nominal uang yang rela dikeluarkan oleh mereka (monetary). Jika hal ini dikelola dengan baik, maka perusahaan setidaknya sudah memiliki satu amunisi khusus sebelum melakukan follow up dan mencari order ke para pelanggan mereka. 2. Order Management Jika customer management bertujuan agar perusahaan bisa melakukan jemput bola atau setidaknya mengingatkan jatuh tempo yang harus dilakukan customer, maka order management sifatnya lebih tunggu bola. Order management adalah proses internal perusahaan yang lebih fokus kepada kecepatan pelayanan ke para pelanggan saat mereka akan memilih pesanan. Perusahaan yang menerapkan customer-oriented management, sistem IT di dalam perusahaannya sudah memfasilitasi agar staf frontliners bisa melakukan cross-selling dan up-selling berdasarkan historical data transaction pelanggan tersebut sebelumnya. 3. Warehouse Management Setelah customer selesai menelepon untuk mengambil sejumlah barang kembali (repeat order), bagian operasional segera melakukan pemesanan internal ke bagian gudang agar segera mempersiapkanpesanan pelanggan tersebut. Perusahaan yang menerapkan konsep customer-oriented, akan berupaya mengatur ketersediaan barang dan pengiriman sedemikian rupa agar pelanggan mendapat layanan first come, first serve, serta konsep FIFO (first in – first out) dapat terlaksana sedemikian tidak ada barang yang rusak di gudang. 4. Logistic Management Perusahaan yang menerapkan konsep customer-oriented management, akan berpikir bagaimana agar orang bagian pengiriman bisa segera melakukan secepatnya pengiriman hingga barang pesanan bisa segera sampai di tangan customer. Masalahnya, terkadang jadwal arah dan muatan mobil pengiriman sudah penuh hari itu atau sampai besoknya sekalipun. Agar perusahaan mampu melakukan pengiriman tepat waktu, biasanya mereka melengkapi dirinya dengan sistem IT sedemikian rupa sehingga tidak ada pelanggan yang merasa dirugikan, dan bahkan jika ada yang sedikit terlambat sekalipun, perusahaan melalui tenaga frontliners-nya akan melakukan kontak dan menyampaikan
permohonan maaf di depan sedemikian mereka tidak tinggal diam dan akhirnya pelanggan yang malah menelepon mereka untuk komplain. 5. Billing Management Oleh sebab perusahaan B2B biasanya memberikan tempo pembayaran kepada para pelanggannya, maka dibutuhkan pendekatan khusus dalam manajemen internal perusahaan yang menangani billing management, sedemikian tidak ada pelanggan yang merasa dirugikan karena temponya masih lama tapi kok sudah ditagih pembayarannya. Sebaliknya, tidak ada pelanggan yang malah diuntungkan sekali karena perusahaan lupa melakukan penagihan atas billing yang sudah melewati jatuh tempo penagihan. Sistem IT lagi-lagi menjadi solusi agar proses ini dapat dijembatani dengan baik. 6. Document Management Terlihat
sekilas
bahwasannya
manajemen
dokumenitu
sepele
dan
mungkinkaryawan yang hanya lulusan SMK atau diploma sekretari saja sudah bisa melakukannya, padahal tidak demikian kenyataannya. Manajemen dokumen malah bisa dijadikan strategi perusahaan yang baik dari banyak sisi. Dokumen pengiriman bisa jadi strategi bagi orang-orang gudang dalam meningkatkan kinerjanya jika di-share dengan bijak informasinya. Dokumen penjualan bisa jadi strategi bagi orang-orang accounting untuk merencanakan pajak jika di-share dengan bijak informasinya.
Gambar 2. Customer-Oriented Management
Jika dipelajari sekilas, nampaknya bahwa jika suatu perusahaan yang memiliki sistem teknologi IT dalam manajemen internal perusahaannya ternyata sudah bisa meningkatkan kualitas layanan ke para pelanggan sedemikian rupa, terlebih lagi jika perusahaan tersebut memiliki sistem manajemen pemasaran yang melibatkan melibatkan peran pelanggan di dalamnya, dari produksi, penjualan, distribusi, stribusi, hingga layanan purna jualnya.
Gambar 3. From Mass Production to Mass Customization Apabila dahulu konsep scale of economies dapat diterapkan dengan baik, yaitu apabila perusahaan mampu memproduksi barang dalam d jumlah banyak sekaligus, sedemikian ongkos produksi per unitnya bisa ditekan sekecil-kecilnya, kecilnya, maka perusahaan tersebut dikatakan memiliki keunggulan bersaing karena mampu menjual dengan harga lebih murah kepada para pelanggan dibanding para kompetitor lainnya. Namun, keadaan sekarang mulai mulai berubah, sejak konsep lifestyle dan branding diterima masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan yang lebih menekankan prestise diri, gengsi untuk masuk dalam komunitas tertentu. Dibutuhkan butuhkan pendekatan yang lebih “manusiawi” dimana pelanggan merasa juga dilibatkan di dalamnya, bukan hanya sebagai objek tujuan komunikasi pemasaran pemasaran yang dilakukan perusahaan, melainkan menjadikan mereka sebagai “subjek” atau tokoh utama di dalamnya. Diharapkan setelah pelanggan dianggap dan dilayani dengan baik sebagai individu unik yang memiliki kebutuhan
spesifik yang berbeda-beda (mass customization), proses interaksi komunikasi 2 arah bisa tercipta dan loyalitas pelanggan pun bisa dirasakan hasilnya oleh perusahaan.
Gambar 4. Prinsip Konsep Co-Creation Strategy Sebelum saya menceritakan lebih lanjut mengenai konsep Co-Creation Strategy, berikut ada sebuah cerita singkat untuk mendaratkan makna dibalik gambar gajah di atas. Alkisah di suatu sekolah luar biasa bagi anak-anak yang mengalami buta sejak lahir, si Guru mengelompokkan anak-anak sebelum mereka diajak pergi bertamasya ke kebun binatang. Satu kelompok terdiri atas 5 orang anak. Setelah mereka pulang dari kebun binatang, masing-masing kelompok diminta untuk presentasi apa saja yang mereka pelajari di sana. Ada satu kelompok yang melakukan observasi terhadap binatang Gajah, dan masing-masing anggota dalam kelompok itu pun mulai beradu mulut saat mereka presentasi. Aldo
: Gajah itu ternyata seperti Tombak ya bentuknya.
Budi
: Bukan tombak, Gajah itu seperti Kipas yang besar.
Cakra : Bukan, kalian salah, Gajah itu seperti Pohon yang pendek kok. Dodi
: Ah, kalian semua ngaco, Gajah itu seperti Ular yang gemuk.
Eko
: Sudah nggak usah tengkar, ayo kita gambar aja di papan tulis masing-masing bentuk yang kita yakini benar. Jelas mereka semua benar! Tidak ada yang salah. Hanya saja informasi yang mereka terima
hanya sepotong-sepotong saja sifatnya. Sedemikian Aldo menganggap gajah itu seperti tombak
karena dia memegang salah satu gading gajah, Budi memegang telinganya, Cakra memegang kaki gajah, Dodi memegang belalainya, dan Eko sebagai ketua kelompok ingin menyatukan kelompoknya dengan cara menggambar bersama-sama dari sisi mana dari gajah tersebut masingmasing anggota kelompoknya memegangnya saat itu. Kira-kira analogi ini hampir sama maknanya saat dibawa ke konteks bisnis. Di dalam suatu perusahaan, seringkali masing-masing departemen juga melakukan hal yang sama. Bahwa mereka menganggap customer itu dari beragam sisi yang berbeda. Orang marketing menganggap bahwa customer itu raja yang harus segera dilayani, sedangkan orang pengiriman menganggap bahwa customer itu orang yang seenaknya sendiri dan tidak rasional, inginnya instan, padahal tidak masuk akal jika mintanya cepat-cepat. Beda lagi dengan orang penagihan, yang menganggap customer sebagai orang yang paling pelit dan licin di dunia, susah ditangkap dan diminta lunasi hutangnya. Dalam manajemen internal saja sudah banyak versi persepsi yang berbeda akan siapa itu customer. Oleh sebab itu, supaya tidak salah persepsi lagi, maka orang marketing pun tidak boleh menganggap customer itu hanya sebagai raja saja. Kita harus menggali lebih dalam, sesungguhnya customer itu ingin ditempatkan sebagai apa dirinya dalam kacamata kita sebagai perusahaan. Jangan-jangan customer hanya ingin ditempatkan sebagai teman saja, bukan raja, sedemikian sesungguhnya bukan diskon yang diminta, melainkan sapaan dan ucapan selamat ulang tahun yang lebih dicari mereka. Keempat prinsip strategi Co-Creation di antaranya sebagai berikut: 1.
The whole system in the room, adalah prinsip berpikir bahwa inovasi sesungguhnya bisa dilakukan dengan cara berangkat dari sumber daya yang ada di dalam perusahaan. Jangan melakukan inovasi untuk mencari customer baru terlebih dulu, apabila inovasi untuk meningkatkan layanan ke customer lama belum dilakukan.
2. Explore the whole elephant, adalah prinsip mencari referensi dan saran dari berbagai sudut pandang dalam melakukan inovasi, khususnya saran dari para pelanggan yang menjadi segmen target potensialperusahaan. Sesungguhnya dari seluruh database pelanggan yang kita miliki, hanya 20% saja yang benar-benar potensial untuk didengarkan. 3. Focus on the future virtual learning & playing environment, adalah prinsip bahwa bagaimana mengajak seorang pelanggan untuk berinteraksi satu sama lain dengan
pelanggan lainnya sedemikian tercipta bonding yang kuat dan pada akhirnya terbentuk komunitas yang terbuka dan jujur dalam memberikan saran dan kritik bagi perusahaan.. 4. Self management & actions, adalah prinsip bahwa seluruh karyawan dalam perusahaan harus berpikir secara mandiri dan bertindak secara proaktif saat memiliki ide untuk pengembangan perusahaan. Tidak perlu menunggu atasan memberikan perintah karena hal ini akan menghambat laju inovasi yang ada.
Selain ada 4 prinsip strategi Co-Creation yang telah dijelaskan di atas, ada pula 4 tipe jenis Co-Creation yang dikategorikan berdasarkan tingkat keterbukaan perusahaan terhadap partisipasi pelanggan (openness) dan tingkat kepemilikan yang diberikan ke pelanggan (ownership). Keempat tipe itu adalah: 1. Crowd of People Semua pihak dapat join dalam Co-Creation, namun kepemilikan ide hanya terbatas milik sang inisiator saja sifatnya apabila ide tersebut akhirnya digunakan untuk final pengembangan produknya. Jadi, apabila ada pihak yang menyumbangkan ide namun tidak digunakan dalam implementasinya, dia tidak berhak menuntut untuk meminta semacam penghargaan atau royalti dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang melakukan jenis CoCreation ini harus berhati-hati agar tidak terjadi perselisihan paham dengan para kontributornya, apalagi jika ada ide yang “dicuri” dan tidak diakui perusahaan, padahal itu adalah ide salah satu kontributornya. 2. Club of Experts Berbeda dengan jenis sebelumnya, pada jenis Co-Creation ini, perusahaan lebih memilih untuk mendengarkan para ahli yang sudah berpengalaman saja sifatnya. Walau jumlah kontributor jauh lebih sedikit, namun ide pengembangan mereka pasti semua diterima dan diadaptasikan, sebab proses pemilihan siapa ahli yang menjadi kontributornya sudah melalui proses seleksi yang ketat. 3. Community of Kindred Spirits Mendengarkan suara dari komunitas tertentu yang merupakan target segmen perusahaan juga perlu dilakukan. Semua orang yang ada di dalam sebuah komunitas bisa
menyuarakan aspirasinya untuk pengembangan suatu produk yang mereka sudah gunakan selama ini. Kepemilikan hak cipta ide pengembangan nantinya adalah milik bersama, baik inisiator awal suatu ide atau mereka yang hanya berperan sebagai kontributor saja dengan memberikan pendapat untuk menajamkan. 4. Coalition of Parties Jenis Co-Creation yang terakhir adalah gabungan pendapat dari beberapa pihak sekaligus yang mana telah diseleksi dari awal mana sajakah pihak yang akandilibatkan, sedemikian hasil pengembangan ide nantinya adalah milik bersama.Karena sifatnya koalisi, maka masing-masing pihak harus mau meleburkan diri ke pihak lainnyaakan kepentingan, tujuan pribadi, untuk mencari dan mencapai goal bersama.
Gambar 5. Empat Tipe Jenis Co-Creation Setelah suatu perusahaan menentukan manakah dari keempat jenis tipe Co-Creation di atas yang akan digunakan, maka selanjutnya adalah memulai langkah demi langkah untuk merealisasikannya menjadi sebuah hasil nyata. Ada 5 STEP dalam strategi Co-Creation yang merupakan kesatuan utuh dan saling berkesinambungan satu sama lain, sedemikian jika ada satu langkah saja yang missing-link, maka hasilnya pun tidak akan maksimal.
The 5 STEPS of Product CO-CREATION Strategy 1. Experience Tool Support 2. Customer Insight 3. Product Prototyping 4. Customer Empowerment 5. Product Launch
Gambar 6. Lima Langkah Product Co-Creation Strategy
LANGKAH KE-1 : Experience Tool Support -
Buat list mana saja Produk yang kurang laku, sehingga setelah terjadinya proses CoCreation, produk yang kurang laku tersebut nantinya bisa mulai diminati kembali oleh pelanggan lama kita.
-
Pilih Produk yang mau dikembangkan. Dari sekian banyak produk yang kurang laku, tentunya tidak semua bisa kita lakukan inovasi, coba pilih item produk yang kategori
product life cyclenya masih menjanjikan dan tidak terlalu mahal biaya, waktu, dan tenaga yang dibutuhkan untuk pengembangan lagi ke depannya. -
Break-down proses pembuatan Produk yang kita pilih tersebut dari nol (masuknya bahan baku sebelum produksi) hingga menjadi produk akhir yang siap untuk dipasarkan. Contoh untuk breakdown proses yang ada dalam industri bakery adalah dari pembelian bahan baku telor, tepung terigu, proses memasak di oven, proses memasukkan ke dalam packaging, proses meletakkan roti siap jualke dalam display (offline/online), hingga proses promosi penjualannya melalui sales lapangan atau viral di internet.
-
Pilih mana saja proses yang seharusnya bisa di-intervensi pelanggan. Dari sekian proses yang ada, coba kita perhatikan lebih seksama manakah proses yang sesungguhnya secara sistem, pelanggan masih bisa ikut serta berpartisipasi di dalamnya tanpa harus mengubah infrastruktur perusahaan yang begitu besar risikonya.
-
Buat media pendukung agar proses tersebut bisa dikerjakan bersama-sama dengan pelanggan. Media pendukung yang dimaksud adalah contohnyaplatform teknologi IT yang
perannya sangat penting untuk mewujudkan hal yang sebelumnya pelanggan tidak bisa, menjadi bisa berkontribusi di dalamnya.
Gambar 7. 7 Output STEP 1 – Experience Tool Support
LANGKAH KE-2 : Customer Insight -
Buat konsep acara Gatheringyang fokusnya mengundang pelanggan atau pihak potensial yang kita rasakan layak untuk didengarkan pendapatnya. Layaknya menyelenggarakan acara FGD (focus group discussion) yang terarah diskusi dan ada kesimpulan hasil yang diperoleh setelah proses gathering gatherin tersebut dan segera langsung bisa diterapkan diterapkan.
-
Persiapkan media/sarana sarana pendukung yang telah kita buat di Step ke ke-1 dan disesuaikan kembali dengan temuan hasil dari proses gathering di atas.
-
Undang sejumlah mlah pelanggan potensial yang telah Anda kenal dengan baik untuk kembali melakukan FGD sekali lagi dan simulasikan Product CO-CREATION dengan cara meminta partisipasi mereka di dalamnya.
-
Catat semua saran/kritik dan harapan mereka mereka ke depannya untuk Produk yang mereka coba buat bersama kita tersebut.
Gambar 8. Output STEP 2 – Customer Insight
LANGKAH KE-3 : Product Prototyping -
Kumpulkan seluruh staf, dari bagian produksi hingga penjualan untuk mensosialisasikan rencana implementasi Co-Creation, Creation, oleh sebab metodenya akan cukup berbeda dengan biasanya karena ada proses fase pembuatan produk yang diintervensi oleh pelanggan.
-
Bahas dengan para staf karyawan apa saja customer insight yang kita peroleh di Step ke ke-2 di atas.
-
Lakukan proses re-engineering engineering untuk menghasilkan produk yang diinginkan pel pelanggan sedemikian rupa perusahaan tetap bisa memberikan added value tanpa mengeluarkan biaya yang sangat besar.
-
Prototipe Produk (LOW-resolution LOW ), adalah perusahaan mulai mengubah sistem kerja internal yang ada (customer service, produksi, finance, marketing, marketing, dll) agar proses CoCreation bisa dilaksanakan namun sifatnya masih uji coba awal.
-
Prototipe Produk (HIGH-resolution HIGH ),, adalah perusahaan sudah meminta seluruh staf yang ada untuk mengikuti SOP (standar operasional prosedur) baru agar proses Co Co-Creation segera bisa dikomersialisasi dan dikomunikasikan ke masyarakat luas.
Gambar 9. Output STEP 3 – Product Prototyping
LANGKAH KE-4 : Customer Empowerment -
Buat Prototipe Produk sebanyak pelanggan yang telah Anda undang di Step ke ke-2. Jika kita mengundang 30 orang panelis saat FGD yang lalu, maka siapkan sejumlah 30 unit produk untuk mereka dan berikan erikan secara gratis g Prototipe Produk tersebut.
-
Minta mereka share informasi POSITIF Produk tsb ke komunitas mereka masing-masing, baik secara online maupun offline.
-
Buat konsep Gathering dan undang mereka sekali lagi yang terakhir.
-
Mintalah feedback sebanyak mungkin dari mereka, khususnya terkait penetapan Harga yangg pantas untuk produk tersebut, baik dari sisi kacamata panelis mau maupun kolega/keluarga yang dimiliki panelis tersebut.
Gambar 10. 10 Output STEP 4 – Customer Empowerment
LANGKAH KE-5 : Product Launch -
Revisi ulang Prototipe Produk sesuai feedbackyang diperoleh dari Gathering akhir di Step ke-44 menjadi Produk Final. Final
-
Hitung Costdan Selling Price Produk Final yang siap untuk dikomersialisasikan.
-
Buat konsep marketing communication untuk Produk Final tersebut tersebut, fokuskanpesan komunikasi pemasaran atas diferensiasi produk pada konsep CO-CREATION CREATIONyang telah dilakukan perusahaan.
-
Siapkan pkan tenaga penjualan Anda, distribusikan Produk Final sampai ke tingkat Retailer Retailer.
-
Produk Final CO-CREATION CREATION kita siap untuk diluncurkan.
Gambar 11. Output STEP 5 – Product Launch
PENUTUP Kelima Step di atas lebih mengulas pada Co-Creation Co yang sifatnya tidak menerus, atau dengan kata lain inovasi dilakukan sekali saja dengan cara melibatkan pelanggan. Apabila ingin dilakukan secara kontinu dan pelanggan terus dilibatkan, maka kesiapan teknologi IT menjadi sesuatu yang sangat mutlak untuk diperhatikan.
ONLY MARKETING CAN DRIVE INNOVATION! By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW) Praktisi & Pakar Marketing dan Inovasi Consultant, Trainer, Business Coach, Writer Business Development Director SLC MARKETING, INC.
SLC REGISTRATION FORM COMPANY PROFILE Company Name
: .............................................................................................
Business Description
: .............................................................................................
Office Address
: .............................................................................................
City
: ............................................................................................. .............................................................................................
Zip Code
: ............................................................................................
Phone
: .....................................................................Ext...................
Fax
: .............................................................................................
PERSONAL DETAILS Name
: ............................................................................................. .............................................................................................
Mobile Phone
: .............................................................................................
Job Title
: ............................................................................................. .............................................................................................
Birthday
:.............................................................................................
Religion
: .............................................................................................
Hobby
: .............................................................................................
Email Address
: .............................................................................................
Pin BB
:......................................... ............................................................................................. ....................................................
.......................(city), ..................................(date)
Signature & Name
FURTHER INFORMATION Rima Rahma Email :
[email protected] PIN BB : 53C30A88
Payment can be transferred to: BCA Cab. G-Walk Walk Citraland Citraland, Surabaya a.n: PT Sandy Learning Center