Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 342-347
Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908
CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL EVALUASI LAYANAN INFORMASI Siti Muyana Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta E-mail:
[email protected] ABSTRAK Pengembangan model layanan evaluasi berbasis context input process product (CIPP) merupakan salah satu bentuk solusi dari permasalahan guru BK dalam melaksanakan evaluasi terkait dengan layanan informasi yang telah dilakukan. Pengembangan model CIPP ini muncul karena kurang pahamnya guru BK dalam melakukan evaluasi sehingga menyebabkan kesulitan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan layanan informasi di sekolah, lemahnya akuntabilitas dan kesulitan untuk melakukan perbaikan serta pengembangan. Melalui model context input process product (CIPP) ini, evaluasi layanan informasi dapat dilakukan secara komprehensif. Kata Kunci: model evaluasi, layanan informasi, context input process product (CIPP)
ini menjadi tantangan bagi pihak sekolah,
PENDAHULUAN Mahmudi
(2011)
mengemukakan
khususnya
evaluasi pendidikan merupakan salah satu
untuk
meninjau
pembimbing/guru
BK/Konselor.
bentuk mekanisme sistem pendidikan yang bertujuan
guru
Evaluasi
ulang proses
layanan
sekolah
informasi
menggunakan
BK
di
panduan
pendidikan yang telah dilaksanakan dalam
pengembangan diri yang menjelaskan bahwa
beberapa kurun waktu tertentu. Tinjauan
evaluasi BK meliputi evaluasi proses dan
ulang
evaluasi
tersebut
dimaksudkan
untuk
hasil
(Depdiknas, model
layanan
2005).
memahami, menggali, serta mengkoreksi
Pengembangan
evaluasi
proses pendidikan tersebut sehingga akan
berbasis context input process product (CIPP)
diketahui celah-celah kekurangan yang harus
merupakan salah satu bentuk solusi dari
diperbaiki dan ditutupi.
permasalahan guru BK dalam melaksanakan
Secara kelembagaan, layanan Bimbingan
evaluasi terkait dengan pelayanan yang telah
dan Konseling (BK) adalah bagian dari
dilakukan. Pengembangan model CIPP ini
keseluruhan program pendidikan di sekolah,
muncul karena kurang pahamnya guru BK
yang
dalam
ditujukan
untuk
membantu
atau
melakukan
evaluasi
sehingga
memfasilitasi peserta didik (siswa) agar
menyebabkan kesulitan untuk mengetahui
mencapai
perkembangannya
keberhasilan pelaksanaan program layanan
secara optimal. Oleh sebab itu, keberhasilan
informasi di sekolah, lemahnya akuntabilitas
tugas-tugas
342
Muyana, Context Input Process... 343
dan kesulitan untuk melakukan perbaikan
peserta didik sebagai bahan pertimbangan
serta pengembangan. Melalui model context
dalam mengambil suatu keputusan.
input process product (CIPP) ini, evaluasi layanan
dapat
dilakukan
secara
Dalam menyelenggarakan setiap layanan tentunya ada tujuan pada masing-masing
komprehensif.
layanan.
Begitu
juga
PEMBAHASAN
informasi. Tujuan umum layanan informasi
Layanan Informasi
menurut
Prayitno
dengan
layanan
(2012:50)
adalah
Prayitno (2004:260) menyatakan bahwa
“Dikuasainya informasi layanan informasi
layanan informasi adalah salah satu layanan
tertentu oleh peserta layanan”. Informasi yang
dari sembilan layanan yang ada dalam
diperoleh peserta didik kemudian digunakan
bimbingan dan konseling. Layanan informasi
untuk
dimaksudkan sebagai pemberian informasi
sehingga
tentang hal-hal yang dibutuhkan oleh peserta
kehidupan efektif sehari-hari.
keperluan peserta
hidupnya didik
sehari-hari
dapat
menjalani
layanan dalam pemenuhan kebutuhannya
Layanan informasi juga memiliki tujuan
tentang data dan keterangan yang aktual
khusus yang terkait dengan fungsi-fungsi
dalam kehidupan sehari-hari dan perencanaan
konseling. Menurut Prayitno (2004:2) “Fungsi
masa
(2007:316)
pemahaman paling dominan dan paling di
menambahkan layanan informasi berusaha
emban oleh layanan informasi”. Adapun yang
memenuhi
yang
dimaksuddengan fungsi pemahaman adalah
diperlukan. Selanjutnya Sukardi (2007:61)
fungsi bimbingan dan konseling yang akan
mendefinisikan layanan informasi sebagai
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu
layanan
oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
depannya.
Winkel
kekurangan
bimbingan
informasi
yang
memungkinkan
peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat
kepentingan pengembangan peserta didik.
memberikan pengaruh besar kepada peserta
Melalui layanan informasi peserta didik
didik (terutama orang tua) dalam menerima
juga dapat mencegah timbulnya masalah,
dan
dapat
memecahkan masalah, memungkinkan peserta
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
yang bersangkutan membuka diri dalam
mengambil
mengatualisasikan
memahami
informasi
keputusan.
yang
Dari
beberapa
hak-haknya
serta
pernyataan ahli tersebut dapat disimpulkan
mengembangkan dan memelihara potensi
bahwa layanan informasi adalah layanan yang
yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat
memberikan
Prayitno
(2012:51)
bahwa
“Layanan
informasi
bertujuan
untuk
membekali
informasi
yang
membantu
344 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 342-347
individu dengan berbagai pengetahuan dan
menyatakan beberapa komponen yang terlibat
pemahaman
dalam pelaksanaan layanan informasi yaitu:
tentang
berbagai
hal
yang
berguna untuk mengenal diri, merencanakan
1. Konselor
dan mengembangkan pola kehidupan sebagai
Konselor sebagai ahli dalam pelayanan
pelajar, anggota keluarga dan masyarakat”.
konseling
Layanan informasi memiliki alasan tertentu
informasi. Konselor menguasai sepenuhnya
untuk
informasi yang menjadi isi layanan dan
diselenggarakan.
Menurut
Winkel
adalah
penyelenggara
(2007:317) ada 3 alasan perlunya layanan
kebutuhan akan informasi
informasi dilaksanakan, yaitu: (1) Siswa
2. Peserta
membutuhkan informasi yang relevan sebagai masukan
dalam
mengenai
mengambil
pendidikan
ketentuan
lanjutan;
(2)
layanan
Peserta layanan informasi dapat berasal dari
berbagai
mahasiswa,
kalangan,
anggota
siswa
sekolah,
organisasi,
bahkan
Pengetahuan yang tepat dan benar membantu
narapidana.Pada dasarnya seseorang bebas
siswa untuk berpikir lebih rasional tentang
untuk mengikuti layanan informasi sepanjang
perencanaan masa depan; (3) Informasi yang
isi layanan terbuka dan tidak menyangkut
sesuai dengan daya tangkapnya menyadarkan
pribadi-pribadi
siswa akan hal-hal yang tetap dan stabil, serta
menjadi peserta layanan informasi adalah
hal-hal
menyangkut pentingnya isi layanan bagi
yang
akan
berubah
dengan
tertentu.Kreteria
betambahnya umur dan pengalaman. Dari
peserta yang bersangkutan.
pemaparan para ahli tersebut dapat dipahami
3. Materi Layanan
bahwa tujuan utama pemberian informasi adalah
membekali
menjadi isi layanan info sangat bervariasi,
pemahaman
tergantung pada kebutuhan para peserta
tentang berbagai hal yang berguna untuk
layanan. Dalam hal ini, identifikasi keperluan
memahami dan mengembangkan potensi diri
akan penguasaan informasi tertentu yang
diri.
dilakukan oleh peserta, konselor, maupun
pengetahuan
siswa
Jenis, luas dan kedalaman informasi yang
dengan
berbagai
untuk
seseorang
dan
Layanan informasi memiliki beberapa fungsi yang dapat direalisasikan, menurut Prayitno
(2004:196)
pencegahan,
antara
pamahaman,
lain
fungsi
pengentasan,
pihak ketiga menjadi sangat penting. Menurut Sukardi (2008:61), materi yang diberikan dalam layanan informasi tentang perkembangan
potensi,
kemampuan
dan
pemeliharaan, serta pengembangan. Selain
kondisi pribadi, seperti kecerdasan, bakat, dan
beberapa fungsi tersebut Prayitno (2012:52)
minat,
sedangkan
tentang
potensi,
Muyana, Context Input Process... 345
kemampuan arah dan kondisi karir seperti
evaluasi
hubungan
dan
evaluation), evaluasi terhadap masukan (input
pendidikan. Sedangkan menurut Prayitno
evaluation), evaluasi terhadap proses (process
(2012:54) salah satu materi yang diberikan
evaluation), evaluasi terhadap hasil (product
pada siswa SMA adalah mengenal bakat,
evaluation).
minat
antara
serta
minat,
pekerjaan
konteks
(context
pembinaan,
Menurut Badrujaman (2011) sasaran
pengembangan dan penyalurannya. Syarat
utama dari evaluasi terhadap konteks (context
materi layanan informasi dalam bidang
evaluation) adalah untuk menelaah status
pengembangan kehidupan sosial yang akan
objek secara keseluruhan sehingga dapat
diberikan kepada siswa menurut Prayitno
memberikan deskripsi mengenai karakteristik
(2004:218) adalah spesifik, jelas, rinci, mudah
lingkungan.
dipahami, sesuai dengan kebutuhan, aktual,
informasi, evaluasi terhadap context bertujuan
dan bermanfaat.
untuk mengetahui apakah tujuan yang lama
Model Evaluasi CIPP dalam Layanan
dan prioritas telah sesuai dengan kebutuhan
Informasi
layanan.
Evaluasi
bentuk-bentuk
terhadap
dalam
progaram
Pada
pelaksanaan
layanan
layanan
Dalam membantu menentukan program
bimbingan dan konseling, khususnya layanan
yang membawa dampak pada perubahan,
informasi tentu berbeda dengan evaluasi hasil
evaluasi terhadap masukan (input evaluation)
dalam pembelajaran bidang studi. Pada
dilakukan dengan menelaah dan menilai
layanan informasi, aspek hasil bukanlah aspek
pendekatan
yang
tunggal yang hendak dicapai tapi melibatkan
digunakan.
Melalui
sebuah proses. Oleh karena itu Context Input
masukan dapat diketahui dukungan sistem di
Process Product (CIPP) dipilih sebagai salah
sekolah
satu metode dalam evaluasi program layanan
Evaluasi terhadap masukan bertujuan untuk
informasi. Context Input Process Product
mengidentifikasi dan menelaah kapabilitas
(CIPP) menurut Arikunto dan Jabar (2007:29)
sistem, alternatif strategi program, desain
adalah model evaluasi yang memandang
prosedur
program yang dievaluasi sebagai sebuah
diimplementasikan. Pada pelaksanaan layanan
sistem. Sasaran model evaluasi Context Input
informasi, evluasi terhadap masukan dapat
Process Product (CIPP) memiliki empat
berupa
komponen dasar dari proses sebuah program
dukungan sarana, dan prasarana.
kegiatan. Komponen tersebut antara lain
terhadap
relevan
jumlah
evaluasi
strategi
dimana
yang
yang
strategi
sumberdaya
dapat
terhadap
dipilih.
akan
manusia,
346 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 342-347
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang
TUJUAN
AKTUAL
Evaluasi konteks
Recycling keputusan
Perencanaan keputusan
Evaluasi Produk
Evaluasi input
Implementasi keputusan
Strukturisasi keputusan
Evaluasi Proses
berorientasi pada seberapa jauh kegiatan program terlaksana sesuai dengan rencana. Evaluasi
proses
melibatkan
aspek
apa
kegiatannya,
siapa
penanggungjawab
program,
kapan
kegiatan
dan
selesai.
Implementasi dari evaluasi proses ini dapat melalui pre-test post-test, observasi, selfreport perbaikan tingkahlaku, self-study, studi kasus, pengukuran sosiometri, data kehadiran dan kedisiplinan, serta hambatan-hambatan yang ditemui. Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan
untuk
mengukur,
menginterpretasikan, dan menilai capaian program. Selain itu, untuk menilai luaran atau outcome dan menghubungkan hal tersebut secara objektif dengan konteks, input, dan proses. Keempat komponen evaluasi Context Input Process Product (CIPP) merupakan komponen yang saling berinteraksi secara dinamis dan tidak berdiri sendiri-sendiri. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1. Dinamika Aksi Model CIPP
PENUTUP Model
evaluasi
CIPP
menekankan
evaluasi sebagai proses yang menyeluruh dalam sistem manajerial layanan informasi. Evaluasi yang baik seharusnya memiliki tujuan untuk memperbaiki bukan untuk membuktikan, meningkatkan akuntabilitas, serta
pemahaman
lebih
terhadap
suatu
fenomena. Melalui evaluasi model CIPP, dapat memberikan gambaran menyeluruh terhadap program layanan informasi. Sebab, dalam menelaah program layanan informasi diperlukan sebuah cara yang sistematis. Dalam model evaluasi layanan informasi berbasis CIPP terdapat empat komponen evaluasi, antara lain: context, input, process, dan product.
Muyana, Context Input Process... 347
DAFTAR RUJUKAN Badrujaman, A. (2011). Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling. Jakarta: Indeks. Mahmudi. (2011). CIPP: Suatu Model Evaluasi Program Pendidikan. Jurnal At-Ta’dib, 6 (1). Prayitno. (2004). Seri Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Universitas Negeri Padang. Prayitno. (2012). Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Program PPK Jurusan BK UNP. Suharsimi, A., dan Jabar S.A. (2007). Evaluasi Program Pendidikan (Pedoman Teoritis Praktis bagi Praktisi Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara. Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara. Sukardi, D.K. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Winkel, W.S., Hastuti, S. (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.