1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juli 2016
MEDIA PICTURE SERIES DALAM PEMBELAJARAN READING COMPREHENSION DI KELAS V SEKOLAH DASAR
PICTURE SERIES MEDIA ON READING COMPREHENSION LEARNING OF FIFTH GRADE ELEMENTARY SCHOOL Azqya Siti fatimah Azahro1, Winti Ananthia2, Etty Rohayati3 S1- Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Artikel ini merupakan bagian dari penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan berdasarkan permasalahan kemampuan dalam pembelajaran reading comprehension siswa sekolah dasar yang masih kurang. Siswa masih menggunakan sistem menerjemahkan kata dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia untuk memahami isi cerita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses belajar siswa dalam pembelajaran reading comprehension dengan menggunakan media picture series di kelas V sekolah dasar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Karya Bakti yang terdiri dari 22 siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas model Elliot. Penelitian dilaksanakan melalui tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, lembar kerja siswa, evaluasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses belajar siswa dalam pembelajaran reading comprehension dengan menggunakan media picture series di kelas V sekolah dasar terdiri dari tiga tahap yaitu prabaca, baca dan pascabaca. Penilaian proses dilakukan pada tindakan 1, tindakan 2 dan tindakan 3 pada setiap siklus. Pada siklus I nilai proses belajar siswa sebesar 62,14; siklus II 72,20;
dan siklus III 83,30. Pada siklus III nilai rerata kelas mencapai KKM yakni 75 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai siswa telah mencapai standar keberhasilan siklus. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa penggunaan media picture series dapat meningkatkan proses belajar siswa dalam pembelajaran reading comprehension siswa sekolah dasar.
Kata kunci: Media Picture Series, Reading Comprehension, Bahasa Inggris, Sekolah Dasar
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Azqya Siti Fatimah Azahro¹, Winti Ananthia², Etty Rohayati3 Media Picture Series dalam Pembelajaran Reading Comprehension di Kelas V Sekolah Dasar |2
ABSTRACT
This articel is part of classroom action research, which was conducted based on lack of elementary students’ability in reading comprehension. The students still employ translation strategy from English to Indonesian to understand the content of the story.This research has been conducted to find out students learning process on reading comprehension from the use of picture series for fifth grade elementary school. Research participants were 22 (twenty two) fifth graders of SD Negeri Karya Bakti. This research used Elliot model of class action research as a method and was conducted by three cycles, comprising of three actions in each cycle. Meanwhile, the used research instruments were observation sheet, interview sheet, field notes,worksheets, evaluation and photograph documentation. The result indicated that students learning processes on reading comprehension learning by using picture seriesfor fifth grade elementary school were divided into pre-reading, reading, and postreading stages with average value of students learning processwas 62.14 in first cycle; 72.20 in second cycle; and 83.30 in third cycle. Average value in the third cyclere ached 75 (minimum standard score) that shows the students reached cycle’s successful standard. Based on that result, the use of picture series is able to increase skill on reading comprehension for elementary school students. Key words: Picture Series Media, Reading Comprehension, English, Elementary school.
3|Antologi UPI
Volume
Abad 21 merupakan abad yang menuntut manusia untuk menguasai lebih dari satu bahasa. Kemampuan menguasai lebih dari satu bahasa sangat dibutuhkan untuk berkolaborasi di abad ini. Bahasa yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan bangsa lain adalah bahasa internasional. Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa internasional yang sering digunakan oleh penutur bahasa asing di seluruh dunia. Di Indonesia bahasa Inggris merupakan bahasa asing atau English as a Foreign Language (Brewster, Ellis, & Girrad, 2002). Bahasa ibu atau bahasa daerah adalah bahasa yang pertama yang diterima oleh sebagian besar masyarakat dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Berdasarkan hal tersebut menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Inggris ada empat aspek keterampilan dalam bahasa Inggris yang dikembangkan di sekolah yaitu menyimak (listening), membaca (reading), berbicara (speaking), dan menulis (writing) (Nation & Newton, 2009). Dalam pembelajaran bahasa Inggris, reading terbagi menjadi dua teknik yaitu reading aloud dan silent reading (Scott & Ytreberg, 2003). Suyanto (2007) menambahkan bahwa reading comprehension dan independent reading termasuk teknik pembelajaran membaca. Tujuan dari membaca adalah untuk memperoleh pemahaman hal tersebut senada dengan pendapat Anderson (dalam Linse, 2005). Oleh karena itu, teknik yang tepat untuk mendapatkan informasi atau memahami suatu bacaan adalah teknik reading comprehension. Melalui teknik ini pembaca dapat memahami isi bacaan serta 1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Edisi No.
Juli 2016
mendapatkan informasi dari bacaan tersebut. Sementara itu Rubin dalam (Sumadoyo, 2011) mengatakan bahwa membaca pemahaman adalah proses intelektual. Proses tersebut kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu penugasan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Kegiatan membaca adalah kegiatan yang dapat memperoleh informasi yang diperlukan. Realitanya mayoritas siswa memiliki rasa malas untuk membaca, karena siswa beranggapan bahwa membaca adalah hal yang membosankan. Siswa beranggapan bahwa membaca teks dalam bahasa Inggris adalah hal yang sangat membosankan dan menyulitkan, karena siswa tidak mengerti maksud dari kalimat bahasa Inggris yang ada pada teks. Kemampuan membaca berkaitan erat dengan kemampuan berpikir kritis, untuk dapat berpikir kritis siswa dituntut untuk mampu memahami bacaannya dengan baik. Salah satu aspek dalam berpikir kritis dalam adalah mampu memberikan alasan terhadap suatu pernyataan yang diberikan. Kegiatan memberikan alasan terhadap suatu pernyataan yang diberikan dapat dilakukan setelah kegiatan membaca. Hal ini dapat menghubungkan pengetahuan awal yang dimilikinya dengan isi bacaan sehingga dapat membentuk suatu pengetahuan baru. Pembelajaran reading di SD Negeri Karya Bakti merupakan pembelajaran yang paling diprioritaskan dalam pembelajaran bahasa Inggris. Namun dalam pembelajarannya guru sering menggunakan metode menerjemahkan. Pembelajaran reading dengan mengunakan metode menerjemahkan
Azqya Siti Fatimah Azahro¹, Winti Ananthia², Etty Rohayati3 Media Picture Series dalam Pembelajaran Reading Comprehension di Kelas V Sekolah Dasar |4 dan menghafal kosa kata akan membuat pemerolehan bahasa siswa menjadi kurang bermakna. Hal itu dikarenakan siswa meperoleh bahasa secara instan. Bahasa yang diperoleh secara instan akan mudah dilupakan oleh siswa karena secara otomatis akan tersimpan pada memori jangka pendek, sehingga siswa hanya ingat dalam waktu sekejap. Gambar yang berwarna-warni dapat membuat siswa menjadi lebih semangat dan tertarik untuk belajar. Selain itu, suasana pembelajaran di kelaspun akan menjadi semakin menyenangkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Dewey (dalam Mooney, 2000) bahwa orang akan lebih tertarik belajar sesuatu yang mereka senangi berdasarkan pengalaman selama proses pembelajaran tersebut menyenangkan. Media picture series dipandang sebagai salah satu media yang cocok untuk mengajarkan siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Selain itu gambar yang dihadirkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Hal ini dikarenakan siswa dapat menebak apa yang terjadi dalam teks melalui gambar yang dihadirkan. Gambar-gambar yang diberikan pada siswa dapat bervariasi, dengan adanya variasi gambar, siswa tidak akan merasa jenuh dalam pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat memudahkan proses belajar mengajar, karena siswa akan memiliki pandangan serta pengetahuan yang lebih kongkret. Hal ini sesuai dengan pendapat Reiser dan Dick (1996) bahwa media digunakan oleh guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan mendukung siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Nation (1990) bahwa gambar merupakan salah satu cara untuk
menyampaikan pembelajaran. Wright (1983) menjelaskan lebih lanjut bahwa gambar bukan hanya berfungsi sebagai media dalam pembelajaran melainkan berfungsi untuk menghadirkan objek sebenarnya. Picture series atau gambar berseri merupakan bagian dari gambar. Sudjana dan Rivai (2009) menjelaskan lebih lanjut bahwa media gambar dibagi menjadi dua yaitu media gambar tunggal dan media gambar berseri. Gambar tunggal yaitu kesatuan informasi yang dituangkan dalam satu lembar, media gambar berseri yaitu kesatuan informasi yang dituangkan dalam beberapa tahapan dibuat dalam satu tahapan pada satu lembar sehingga dalam kesatuan informasi memerlukan beberapa gambar. Adapun manfaat gambar berseri adalah memberikan kebermaknaan belajar dengan media autentik dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dapat memberi keragaman dalam belajar bahasa dan unsur bahasa Davis (dalam Drajati, 2005). Penggunaan media gambar dapat membuat daya tarik siswa meningkat sehingga dapat membuat siswa lebih senang belajar dan memberikan hasil yang lebih baik (Arsyad, 2011). Bertemali dengan hal diatas, Wright (1983) menjelaskan lebih lanjut bahwa dengan gambar siswa dapat berimajinasi. Selain itu gambar dapat mempermudah siswa memahami suatu konteks. Hal ini sesuai dengan pendapat Ernestova (1982) dengan melihat secara langsung maka akan mempermudah untuk memahami suatu konteks. Aini (2013) menjelaskan lebih lanjut bahwa melalui gambar akan memudahkan untuk menjawab pertanyaan. Mempermudah menjawab pertanyaan membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar. Hal ini sesuai
5|Antologi UPI
Volume
dengan pendapat Rico (2004) bahwa gambar dapat memotivasi siswa. Hal ini dikarenakan melalui gambar siswa dapat tertarik. Wright (1996) menjelaskan lebih lanjut bahwa manfaat dari gambar adalah untuk menarik perhatian, menerjemahkan dan memahami suatu konteks. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan desain PTK model John Elliot yang terdiri dari 3 siklus dan 3 tindakan pada setiap siklusnya. Metode ini dipilih berdasarkan pada pelaksanaan pola yang ada. Hal tersebut, sejalan dengan pendapat Arifin (2011) yang menjelaskan bahwa dalam PTK terdapat siklus pelaksanaan berpola: planning, action, observation atau evaluation dan reflection. Pada pelaksanaannya tindakan yang dilakukan adalah untuk melakukan perbaikan permasalahan yang dilakukan secara berulang-ulang (Abidin, 2011). Sehingga tujuannya yaitu untuk mendapatkan hasil yang terbaik akan mampu terwujud. Kunci utama dalam keberhasilan pelaksanaan PTK ini adalah adanya refleksi diri karena pada dasarnya masalah yang akan diselesaikan telah diamati sendiri oleh guru. Sehingga guru dapat menemukan kelemahan-kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang dilakukan guru ketika mengajar. Oleh karena itu, guru dapat langsung memperbaiki kelemahan ataupun kekurangan yang ada dan menyempurnakan tindakan yang sudah baik. Penelitian Tindakan Kelas yang dengan menggunakan model Elliot adalah agar terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanaan aksi atau proses belajar mengajar (Ruswandi, Mujono & Suherman, 2010). Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan PTK ini disesuaikan dengan desain model 1 penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juli 2016
Elliot yang digunakan yakni langkah pertama yaitu ide awal dimana peneliti melakukan observasi untuk mencari masalah yang ada. Setelah menemukan permasalahan, peneliti menganalisis masalah tersebut. Tahap selanjutnya yang peneliti lakukan adalah tahap perencanaan umum, dimana pada tahap ini peneliti membuat dan menyusun perencanaan mengenai tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus satu. Kemudian setelah perencanaan dirasa matang, maka peneliti akan melaksanakan tindakan berupa pembelajaran pada siklus satu. Pada siklus satu ini pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan masalah yang ada dan tentunya disesuaikan juga dengan perencanaan yang sudah dibuat. Setelah melaksanakan tindakantindakan pada siklus satu, peneliti melakukan monitoring terhadap pelaksanaan siklus satu dan juga mengamati efek yang ada atau ditimbulkan di siklus satu. Dalam tahap ini peneliti harus mampu mengidentifikasi hal-hal yang dirasa menjadi penghambat dalam proses pembelajaran sehingga nantinya dapat diketahui juga kegagalan-kegagalan yang ada di siklus satu. Kegagalan-kegagalan tersebut akan dijelaskan pada tahap berikutnya yaitu tahap penjelasan kegagalan implementasi. Kegagalan pada implementasi siklus satu ini dijadikan acuan untuk perbaikan di siklus selanjutnya. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Karya Bakti Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 2 orang siswa, yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda. Instrumen yang digunakan peneliti adalah penilaian yang terdiri dari penilaian proses dan penilaian hasil,
Azqya Siti Fatimah Azahro¹, Winti Ananthia², Etty Rohayati3 Media Picture Series dalam Pembelajaran Reading Comprehension di Kelas V Sekolah Dasar |6 lembar observasi, lembar kerja siswa, evaluasi, lembar wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Penilaian proses menggunakan skoring dengan skor 0-100. Indikator yang digunakan adalah mengidentifikasi teks bergambar deskriptif sangat sederhana. Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik kuantitatif, teknik kualitatif, dan teknik triangulasi. Data yang berupa deskripsi diperoleh dari teknik kualitatif, kemudian data yang berupa angka-angka diperoleh dari teknik kuantitatif, sedangkan teknik triangulasi data adalah penggabungan antara teknik kualitatif dan kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini di awali dengan perencanaan yaitu mempersiapkan berbagai perangkat pembelajaran dan perangkat penelitian. Hal-hal yang dipersiapkan meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran, dan berbagai instrumen penelitian. Pelaksanaan siklus I terbagi ke dalam tiga tindakan. Tema pada siklus I yaitu season. Peneliti menggunakan media picture series yang berukuran 15 x 25 cm. Tindakan 1 sub tema yang digunakan adalah season in the world. kegiatan yang dilakukan yakni bermain games card rummy secara berkelompok untuk mengelompokkan nama- nama musim ssuai dengan negaranya. Pada kegiatan ini siswa memiliki nilai individu, karena walaupun bermain secara berkelompok, siswa tetap memiliki lembar kerja tersendiri. Tindakan 2 sub tema yang digunakan adalah season in Indonesia, kegiatan yang dilakukan yakni board race secara berkelompok untuk mengelompokkan kondisi cuaca pada musim kemarau dan musim hujan. Tindakan 3 sub tema yang digunakan
adalah season in Netherland, kegiatan yang dilakukan yaitu menggunakan games memory card untuk mengelompokkan kondisi cuaca pada 4 musim yang ada di Belanda. Temuan pada siklus I peneliti analisis berdasarkan pada catatan lapangan, lembar observasi dan juga wawancara, yaitu hanya beberapa siswa yang merespon greetings dan belum ada siswa yang dapat menjawab saat ditanyakan kabar dalam bahasa Inggris pada kegiatan awal pembelajaran. Apersepsi dilakukan dengan menyanyi kan lagu season season in the world. Instruksi guru dalam bahasa Inggris tidak langsung dipahami siswa karena kurangnya pembiasaan menggunakan bahasa Inggris dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa banyak bertanya dan kebingungan sehingga pembelajaran menjadi kurang terkondisikan. Selain itu siswa meminta guru untuk menggunakan instruksi dalam bahasa Indonesia. Peneliti melakukan pengulangan instruksi dengan menggunakan gesture dan mendemonstrasikannya langsung. Siswa merespon instruksi peneliti dengan menggunakan bahasa Indonesia, sehingga peneliti melakukan recasting. Temuan selanjutnya yaitu terdapat siswa yang kurang memiliki motivasi untuk belajar, siswa tersebut tidak mau menuliskan namanya,siswa tersebut selalu menyuruh temannya untuk menuliskan namanya. Selain itu permasalahan yang terjadi yaitu siswa merasa malas belajar setelah pembelajaran olahraga. Selain itu beberapa siswa tidak menyukai pembelajaran bahasa Inggris yang dilaksanakan pada hari sabtu, karena menganggu jadwa estrakurikuler PRAMUKA.Temuan lainnya siswa sangat menyukai kegiatan apersepsi dengan kegiatan menyanyi, selain itu
7|Antologi UPI
Volume
siswa menyukai gambar yang dihadirkan dan kegitan pembelajaran dengan menghadirkan games. Penilaian proses belajar siswa diperoleh dari worksheet dengan menggunakan media picture series. Pada tindakan 1 adalah 62,76, tindakan 2 58,64 dan tindakan 3 65,03. Berdasarkan data tersebut diperoleh rerata siklus I sebesar 62,14. Pelaksanaan siklus II merupakan perbaikan dan refleksi dari pelaksanaan penelitian pada siklus I. Tema pada siklus II yaitu seasonal activities. Media pembelajaran yang digunakan yaitu media picture series dengan ukuran 15 x 25 cm. Terdapat beberapa hal yang berbeda pada siklus II jika dibandingkan dengan siklus I. Yakni, seluruh kegiatan dilakukan secara individu. Pada tindakan 1 yaitu menggunakan kegiatan mystery envelove kegiatan yang dilakukan adalah menemukan jawaban dari pertanyaan yang ada di amplop. Tindakan 2 kegiatan yang dilakukan yaitu shared crosswords, kegiatan ini adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan, dan jawaban tersebut ada pada crosswords.Tindakan 3 kegitan yang dilakukan yaitu instruction games, kegiatan yang dilakukan adalah menemukan aktivitas pada musim tertentu sesuai dengan instruksi yang diberikan. Berdasarkan catatan lapangan, lembar observasi, dan wawancara, peneliti menemukan beberapa temuan, yaitu sebagai berikut. Temuan pada siklus II yaitu meliputi sebagian siswa sudah memahami merespon salam dalam bahasa Inggris atau greetings dan sudah ada beberapa siswa yang menjawab saat ditanyakan kabarnya. Hal ini karena latihan dan pembiasaan yang dilakukan peneliti saat pembalajaran berlangsung. Ssiwa sudah mulai memahami instruksi sederhana dan berulang dalam bahasa Inggris. Meskipun 1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Edisi No.
Juli 2016
demikian, peneliti masih perlu melakukan pengulangan dan mendemonstrasikan instruksi kepada siswa. Sehingga siswa terbiasa mendengarkan instruksi dalam bahasa Inggris. Temuan berikutnya, siswa masih sering menggunakan bahasa Indonesia sehingga peneliti melakukan recasting dalam merespon ucapan siswa. Siswa masih membutuhkan bimbingan dalam menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi di dalam kelas. Pada siklus ini baru ditemukan siswa yang kurang mematuhi kedisiplinan, selain itu pada siklus ini ditemukan bullying antar siswa. Sama seperti siklus I siswa sangat menyukai kegiatan apersepsi, penggunaan gambar dan kegiatan yang dilakukan dengan games. Penilaian proses belajar siswa diperoleh dari worksheet dengan menggunakan media picture series. Pada tindakan 1 adalah 72,34, tindakan 2 77,61 dan tindakan 3 66,06. Berdasarkan data tersebut diperoleh rerata siklus II sebesar 72,20. Data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman siswa mengalami peningkatan. Pelaksanaann pembelajaran untuk penelitian pada siklus III secara umum tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan penelitian pada siklus II dan berdasarkan refleksi siklus sebelumnya. Tema yang digunakan pada siklus III yaitu Things We Nedd in Different Season. Media pembelajaran yang digunakan yaitu media picture series dengan ukuran 15 x 25 cm. Pada tindakan 1 yaitu menggunakan kegiatan games break down instruction kegiatan yang dilakukan adalah mengerjakan worksheet sesuai dengan instruksi dari guru yaitu menggunkan jeda. Tindakan 2 kegiatan yang dilakukan yaitu board race, kegiatan ini adalah kegiatan mengelompokkan alat alat yang digunkan sesuai dengan musim tertentu. Tindakan 3 kegitan yang dilakukan yaitu
Azqya Siti Fatimah Azahro¹, Winti Ananthia², Etty Rohayati3 Media Picture Series dalam Pembelajaran Reading Comprehension di Kelas V Sekolah Dasar |8 matching, kegiatan yang dilakukan adalah mematchingkan antara gambar dengan fungsinya pada musim tertentu. Berdasarkan catatan lapangan, lembar observasi, dan wawancara, peneliti menemukan beberapa temuan, yaitu sebagai berikut. Siswa menunjukan banyak peningkatan pada siklus III. Berdasarkan pada hasil wawancara, catatan lapangan, dan lembar observasi peneliti menemukan beberapa temuan. Temuan positif yang ditemukan pada siklus I dan II masih tetap dapat dipertahankan pada siklus III, dan beberapa temuan yang belum sesuai pada siklus I dan II mengalami peningkatan pada siklus III. Yakni, kemampuan siswa dalam menjawab greetings dan menjawab jika ditanyakan kabar dalam bahasa Inggris sudah meningkat, siswa sudah lebih memahami instuksi yang diberikan peneliti, siswa sudah lebih baik dalam merespon peneliti menggunakan bahasa Inggris, dan siswa sudah lebih disiplin dalam pembelajaran. Penilaian proses belajar siswa diperoleh dari worksheet dengan menggunakan media picture series. Pada tindakan 1 adalah 80,62, tindakan 2 81,81 dan tindakan 3 85,22. Berdasarkan data tersebut diperoleh rerata siklus III sebesar 83,83. Data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman siswa mengalami peningkatan dan rerata proses belajar siswa sudah mencapai KKM. Guru menentukan keberhasilan dalam pembelajaran bahasa Inggris di sekolah, hal ini dikarenakan guru adalah orany yang pertama kali mengenalkan ada bahasa lain selain bahasa ibu dan bahasa Indonesia, yaitu bahasa Inggris (Suyanto, 2007). Komunikasi dalam bahasa Inggris merupakan sesuatu yang memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Komunikasi tersebut
adalah classroom languange (Scott & Ytreberg, 2003). Hendaknya dalam pembelajaran bahasa Inggris komunikasi dilakukan dengan menggunakan bahasa Inggrissecara optimal (Slattery dan Willis, 2001; Paul, 2003). Pada awal kegiatan pembelajaran siklus I, ketika peneliti mengucapkan greetings siswa terlihat belum terbiasa dalam menjawab greetings, hanya beberapa siswa saja yang menjawab ucapan greetings peneliti. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan pengulangan pengucapan greetings agar siswa terbiasa untuk menjawab greetings. Pada setiap awal pembelajaran dari siklus I hingga siklus III peneliti terus melakukan pengulanganpengucapan greetings hingga pada siklus III seluruh siswa menjadi terbiasa dan dapat menjawab dengan baik greetings yang diucapkan peneliti. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pinter (2006) yang menjelaskan bahwa pengulangan dapat membuat siswa mengingat bahasa yang diberikan. Selain itu siswa sekolah dasar adalah peniru (Brown, 2007). Hal tersebut juga peneliti lakukan saat menanyakan kabar siswa dalam bahasa Inggris. Pada saat peneliti menanyakan kabar siswa dalam bahasa Inggris, siswa terlihat tidak mengerti tentang pertanyaan yang diajukan peneliti, sehingga peneliti menggunakan bahasa tubuh (gesture). Karena penggunaan gesture dapat membuat siswa lebih memahami maksud dari ucapan peneliti (Halliwell, 1994; Zammit & Schafer, 2011; Singer & Goldin 2005; Nikazm, 2008; Slattery & Willis, 2001). Selanjutnya pemberian instruksi yang diberikan penelitipun menggunakan bahasa Inggris. Agar siswa mengerti instruksi yang diberikan peneliti, peneliti menerapkan prinsip pemberian instruksi seperti yang dikemukan oleh Bradshaw
9|Antologi UPI
Volume
(2005) 4 prinsip tersebut yakni concise (singkat), clear (jelas), completed (lengkap), dan checked (dicek kembali). Hal tersebut berdampak cukup positif karena meskipun pada awalnya siswa kesulitan memahami instruksi yang diberika peneliti namun setelah instruksi diulangi beberapa kali dengan menggunakan gesture dan demonstrasi akhirnya siswa dapat memahami instruksi tersebut. Liruso dan Debat (2003) menjelaskan bahwa pada dasrnya siswa sekolah dasar lebih menyuakai kegiatan yang dilakukan secara langsung, melalui demonstrasi dalam memahami instruksi yang diberikan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Paul (2003) bahwa instruksi yang jelas dapat membuat siswa paham terhadap instruksi yang diberikan.Sebagian siswa masih merespon dengan bahasa Indonesia saat komunikasi dilakukan di dalam pembelajaran. Upaya yang dilakukan oleh peneliti yaitu peneliti yang berperan sebagai guru melakukan recasting terhadap respon siswa yang menggunakan bahasa Indonesia. Recasting berguna agar siswa memahami apa yang guru ucapkan dan guru melakukan pengulangan ucapan dengan bahasa Inggris. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi penggunaan bahasa ibu (Slattery & Willis, 2001; Asari, 2015; TBI, 2008). Pada Siklus I sebagian siswa masih belum disiplin dalam mengikuti pembelajaran, hal tersebut disebabkan karena karkateristik siswa sekolah dasar yang mempunyai attention span yang singkat (Scott & Ytreberg, 2003; Linse, 2005). Peneliti berusaha membuat kelas menjadi nyaman, peneliti melakukan beberapa upaya yaitu dengan menetapkan classroom rules, hal ini bertujuan untuk mengelola kebiasaan positif pada siswa (Read, 2005; Brewster, dkk. 2002, Dunbar, 2004). 1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Edisi No.
Juli 2016
Proses pembelajaran pada penilitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu tahap pre reading, while reading, dan post reading. Pada tahap pre reading, peneliti melakukan pengenalan terhadap kosakata yang akan dipelajari dengan menggunakan mystery box. Pada tahap baca yaitu siswa membaca dalam hati dan mengidentifikasi gambar berseri sesuai dengan teks. Pada tahap ini awalnya siswa dibimbing oleh guru untuk mengetahui bagaimana cara pengucapannya sebelum mengetahui makna dari kata tersebut. Linse (2005), Scott dan Ytreberg (2003) menjelaskan bahwa pembelajar bahasa asing untuk memahami suatu bacaan diperlukan terlebih dahulu mengenal simbol, mengetahui bagaimana pengucapan dan kemudian mengetahui maknanya. Pada tahap pascabaca yaitu siswa diberikan worksheet untuk mengukur proses pembelajaran. Berdasarkan serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan, secara umum Berikut adalah rerata nilai proses siswa dalam setiap siklusnya. RERATA NILAI PROSES BELAJAR SISWA 100 80 60 40 20 0
62.14
72.2
83.33
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Gambar 1.1 Diagram Rerata Nilai Proses Belajar Siswa Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran reading comprehension menggunakan media picture series. Pada siklus I, rerata nilai proses siswa yakni sebesar 62,14.
Azqya Siti Fatimah Azahro¹, Winti Ananthia², Etty Rohayati3 Media Picture Series dalam Pembelajaran Reading Comprehension di Kelas V Sekolah Dasar | 10 Pada siklus II, rerata nilai proses siswa yaitu sebesar 72,20. Pada tindakan III, rerata nilai proses siswa yakni 83,33. Rerata nilai siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus III rerata siswa telah mencapai KKM, sehingga target penelitian telah tercapai
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, terdapat beberapa kesimpulan pada penelitian ini. Kesimpulannya adalah proses belajar siswa dalam pembelajaran reading comprehension dengan menggunakan media picture series di kelas V sekolah dasar terdiri dari tiga tahap yaitu prabaca, membaca dan pascabaca. Pada tahap prabaca siswa diperkenalkan dengan vocabulary yang akan dipelajari dengan menghadirkan media picture series . Pada tahap membaca yaitu siswa membaca teks menggunakan teknik silent reading. Pada tahap pascabaca siswa diberikan worksheet untuk mengecek pemahaman siswa mengenai teks yang sudah diberikan. Adapun nilai proses belajar siswa menggunakan media picture series mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, yaitu siklus I 62,14, siklus II 72,20 dan siklus III 83,33. Siswa telah mampu mengikuti pembelajaran dengan optimal. Hal ini terbukti dengan terjadinya peningkatan dalam penelitian ini. REFERENSI Abidin, Y. (2011). Penelitian pendidikan dalam gamitan pendidikan dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press. Aini, W.N. (2013). Instructional media in teaching to young learners. Journal
of English and Education, 1 (1), hlm. 196-205. Arifin, Z. (2011). Penelitian pendidikan metode dan paradigma baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Asari, Y. (2015). How to effectively provide recasts in foreign language Classrooms. Dialogue, (13), hlm. 19. Bradshaw, C. (2005). Giving great instructions, English teaching profesional, (38), hlm. 23-25. Brewster, J., Ellis, G., & Girard, D. (2002). The primary english teacher’s guide. London: Penguin English. Brown, H. (2007). Principles of language learning and teaching. New york: Pearson education. Drajati, N.A. (2005). Peningkatan kemampuan menulis narasi dalam bahasa Inggris melalui media gambar berseri (artikel). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Dunbar. (2004). Best practice in classroom management. Michigan: Michigan State University Ernestova, M. (1982). How to use ready made pictures. English Teaching Forum. Halliwell, S. (1994). Teaching english in the primary School. Newyork: Longman.
11 | A n t o l o g i U P I
Volume
Edisi No.
Juli 2016
Linse. (2005). Practical english language teaching young learners. North America: McGraww-Hill.
Rico, D. (2004). Text Types in English 3. South Yarra; Macmillan Education Australia PTY LTD.
Linse. (2004). On their best behaviour. English Teaching Profesional, (32), hlm. 24-25.
Ruswandi, Mujono & Suherman. (2010). Metode PTK SD. Bandung: UPI Press.
Liruso, S.M & Debat, E.V. (2003). Giving oral instruction to EFL young learners Encuentro Revista de Investigación e Innovación en la clase de idiomas. 13-14, hlm. 138147.
Scott, A.W &Ytreberg, H.L. (2003). Teaching english to children. NewYork: Longman.
Mooney, C.G. (2000). Theories of childhood. Manchester: Readleaf Press.
Slattery &Wilis.(2001). English for Primary Teachers: A Handbook of Activities and Classroom Language. New York: Oxford University Press.
Nation, I.S.P. (1990). Teaching and learning vocabulary. New York: Harper & Row. Nation, I.S.P & Newton, J. (2009). Teaching ESL EFL. Newyork: Routledge Falmer. Nikazm, C.M. (2008). Gestures in foreign language classrooms: An Empirical analysis of their organization and unction. Second Language Research Forum, hlm. 229-238. Paul, D. (2003). Teaching english to children in asia. Hong kong: Pearson Longman Asia elt. Pinter, A. (2006). Teaching young languange learners. Newyork: Oxford University Press. Read, C. (2005). Managing children positively. English Teaching Professional, hlm. 4-7. Reiser, R.A. & Dick, W. (1996). Instructional planning: A guide for teachers (2nd ed.). Boston: Allyn & Bacon
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Singer, M. A. & Goldin, M.S. (2005). Children learn when their teacher's
Sudjana, N. & Rivai, A. (2009). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sumadoyo, S. (2011). Strategi dan teknik pembelajaran membaca. Ternate: Graha Ilmu. Suyanto, K.E. (2007). English for young learners. Jakarta: Bumi Aksara. TBI. (2008). Handsout of Introduction to Teaching English to Pre-schoolers. Wright, A. (1996). 1000+ pictures for teachers to copy. China addison wesley: Longman. Wright, A. (1983). Visual materials for the language teacher. England: Longman Group ltd. Zammit, M., & Schafer, G. (2011). Maternal label and gesture use affects acquisition of specific object names. J Child Lang, 38 (1), hlm. 201-221.
Azqya Siti Fatimah Azahro¹, Winti Ananthia², Etty Rohayati3 Media Picture Series dalam Pembelajaran Reading Comprehension di Kelas V Sekolah Dasar | 12
M