PENERAPAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN READING COMPREHENSION PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR (PenelitianTindakan Kelas IV di SDN Pasirkaliki 96/1 Bandung)
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh MESDY YANITA SINAGA NIM 1205631
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2016
Mesdy Yanita Sinaga, Charlotte A.H, dan Hj. Etty Rohayati Metode Jigsaw
PENERAPAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN READING COMPREHENSION PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Mesdy Yanita Sinaga1, Charlotte A.H2, Hj. Etty Rohayati3 Prodi S-1 PGSD, Kampus Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia Email :
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah yang ditemukan di lapangan saat melakukan observasi pembelajaran bahasa Inggris yaitu rendahnya kemampuan reading comprehension. Hal ini disebabkan metode pembelajaran yang digunakan cenderung monoton. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran reading comprehension dengan menggunakan metode jigsaw. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SDN Pasirkaliki 96/1. Partisipan dalam penelitian berjumlah 15 orang siswa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Jhon Elliot. Desain ini terdiri dari 3 siklus, dalam setiap siklusnya terdiri dari 3 tindakan. Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, lembar observasi guru dan siswa, lembar wawancara, lembar catatan lapangan, lembar evaluasi, serta dokumentasi. Data yang diperoleh peneliti diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan pelaksanaan penelitian diperoleh rerata proses pembelajaran siswa pada siklus I dengan kategori baik sebesar 1,73, kategori cukup sebesar 8,6 dan kategori kurang sebesar 1,67. Siklus II dengan kategori baik sebesar 4,33, kategori cukup sebesar 8,67 dan kategori kurang sebesar 0,8. Siklus III dengan kategori baik sebesar 8,26, kategori cukup sebesar 3,73 dan kategori kurang sebesar 0. Sedangkan rerata nilai hasil belajar siswa siklus I sebesar 55,56. Pada siklus II sebesar 76,89 dan siklus III sebesar 94,33. Dapat disimpulkan penerapan metode jigsaw dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran reading comprehension siswa.
Kata kunci: Reading Comprehension, Jigsaw, proses dan hasil pembelajaran.
Mesdy Yanita Sinaga, Charlotte A.H, dan Hj. Etty Rohayati Metode Jigsaw
THE IMPLEMENTATION OF JIGSAW METHOD TO IMPROVE READING COMPREHENSION OF THE FOURTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL (Classroom Action Research of the Fourh Grade Students of Pasirkaliki 96/1 State Elementary School of Bandung)
ABSTRACT
This study was based on the problems found in the field when the researcher conducted English learning observation that is the low ability of reading comprehension. It is caused by teaching methods in teaching English that tend to be monotonous. The implementation of this study aims to improve the learning process and results of reading comprehension of students by using the jigsaw method. The study was conducted in the fourth grade students of Pasirkaliki 96/1State Elementary School. There were 15 students as the participants of this study. The study design used in this study was Classroom Action Research (CAR) by using John Elliot models.The CAR design of John Elliot model consists of 3 cycles and each cycle consists of three acts. The research instruments used in this study were teacher and student observational sheets, interview sheets, field record sheets, evaluation sheets, and documentation. The data were processed and analyzed quantitatively and qualitatively. Based on the implementation of the study, it shows the mean valueof reading comprehension learning process of the students in cycle I is 1.7 in which it belongs to ‘good’ category. The mean value of 8.6 belongs to ‘moderate’ category and the mean value of 1.67 belongs to ‘poor’ category. In cycle II, the mean value of 4.33 belongs to ‘good’ category, the mean value of 8.67 belongs to ‘moderate’ category and the mean value of 0.8 belongs to ‘poor’ category. Then, in cycle III, the mean value of 8.26 belongs to ‘good’ category, the mean value of 3.73 belongs to ‘moderate’ category and the mean value of 0 belongs to ‘poor’ category.While the average value of reading comprehension and learning outcomes of students in cycle I is 55.56, in cycle II is 76.89, and in cycle III is 94.33. Based on these data we can conclude that the implementation jigsaw method can be used to improve the process and learning outcomes of students in reading comprehension. Keywords: Reading Comprehension, Jigsaw, process and outcomes learning.
Mesdy Yanita Sinaga, Charlotte A.H, dan Hj. Etty Rohayati Metode Jigsaw
Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003). Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Pendidikan dapat dipandang bermutu dan diukur dari kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional adalah pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral, dan berkepribadian. Maka dari itu perlu dirancang suatu sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang menyenangkan, menstimulus, dan menantang bagi siswa sehingga dapat mengembangkan diri secara optimal
sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas riil di Sekolah Dasar Negeri Pasirkaliki 96/1 kegiatan belajar mengajar di sekolah ini pada umumnya cenderung monoton dan tidak menarik. Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar sampai saat ini masih jauh dari apa yang kita harapkan. Hal ini disebabkan karena guru kurang menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar dan ini akan menimbulkan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru akan dianggap sulit oleh siswa termasuk di dalamnya adalah pelajaran bahasa Inggris pada pembelajaran reading comprehension. Metode pembelajaran yang monoton dan tidak tepat dapat menyebabkan Proses Belajar Mengajar (PBM) menjadi kurang efektif bahkan cenderung membuat peserta didik menjadi kurang peduli pada proses pembelajaran yang disampaikan pendidik. Materi reading comprehension merupakan salah satu materi dari pelajaran bahasa Inggris, meteri ini merupakan suatu materi yang tingkat kesulitannya cukup tinggi dibandingkan materi lainnya sehingga perlu digunakan suatu metode pembelajaran yang tepat di dalam proses pembelajarannya guna membuat para peserta didik menjadi tertarik dan terpacu semangat belajarnya. Berdasarkan kajian terhadap masalah di atas, maka penelitian ini difokuskan pada upaya penerapan metode jigsaw pada pembelajaran reading comprehension. Kunci metode Jigsaw ini adalah interdependence bagi
Mesdy Yanita Sinaga, Charlotte A.H, dan Hj. Etty Rohayati Metode Jigsaw
setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan. Pemilihan metode belajar ini sebagai salah satu alternatif untuk memperbaiki kualitas proses dan produk pelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Metode pembelajaran Jigsaw, merupakan sebuah pilihan yang tepat bagi guru Sekolah Dasar untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran bahasa Inggris terutama dalam materi reading comprehension. Menurut Juminingsih (dalam Sanjaya 2008;152) “Cooperative learning tipe jigsaw adalah cara pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu permasalahan, serta tujuan dari metode ini adalah untuk memecahkan suatu masalah, menambah pengetahuan dan menjawab pertanyaan.” Sejalan dengan Halimah (2013) mengungkapkan bahwa metode cooperative learning tipe jigsaw adalah suatu metode yang digunakan guru dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dibentuk dengan pembagian beberapa subtopik materi pembelajaran. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang menguasai suatu materi dan disampaikan kembali kepada anggota kelompok yang lainnya. Metode ini memiliki dua kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal terdiri dari 4-6 orang yang bersifat heterogen. Setiap siswa dalam kelompok asal mendapat bagian untuk membaca subtopik materi berupa teks naratif yang dibagi oleh guru, kemudian mempelajari dan memahami teks
naratif tersebut dan menjadi ahli dalam bagiannya. Sedangkan kelompok ahli terdiri dari kumpulan siswa yang mendapat subtopik materi yang sama. Dalam kelompok ahli tersebut siswa mengulas apa yang telah didapat dan dipahami dan membagikannya di dalam kelompok tersebut secara mendalam. Menurut Arends,1997 (dalam Halimah, 2013, hlm. 232) hubungan antara kelompok asal dan ahli dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar. 1 Metode Jigsaw menurut Halimah (2013) Berdasarkan ilustrasi gambar di atas maka langkah-langkah dalam pelaksanaan metode jigsaw yang diadopsi dari Halimah (2013) yaitu guru membagi kelompok menjadi kelompok asal dan kelompok ahli. Setiap siswa menyepakati pembagian kelompok dan tugas untuk masingmasing kelompok ahli. Siswa samasama menentukan waktu untuk berdiskusi dengan kelompok ahli dan dan waktu untuk kelompok asal dalam melakukan pentutoran sebaya. Setelah kelompok ahli selesai membahas tugasnya, masing-masing ahli kembali ke kelompok asal. Di kelompok asal, masing-masing ahli menjelaskan kepada ahli yang lain secara bergantian mengenai subtopik materi yang didapat. Guru membimbing dan memperhatikan setiap kelompok dalam berdiskusi.
Mesdy Yanita Sinaga, Charlotte A.H, dan Hj. Etty Rohayati Metode Jigsaw
Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, guru dan kelompok yang lain menanggapi setiap penampilan dari kelompok yang lain. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasilnya untuk dikoreksi dan dinilai. Guru memberikan apresiasi berupa penghargaan kepada kelompok yang unggul (group reward). Penghargaan yang diperoleh oleh kelompok ini dilihat dari performa setiap siswa yang mampu berkerja sama dalam kelompok masing-masing. (Huda, 2012). Menurut Weaver, 1994 (dalam Antoni, 2010) reading comprehension merupakan kemampuan yang penting dalam pembelajaran bahasa Inggris, khususnya bagi siswa yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Kegiatan ini membangun pemahaman makna dari apa yang telah dibaca. Setelah memperoleh pemahaman dari apa yang dibaca, kemudian bisa diterjemahkan oleh pembaca menurut bahasa pembaca itu sendiri. Pemahaman dalam membaca ini sangatlah penting, karena dengan kita memahami apa yang kita baca berarti kita mendapatkan sesuatu berupa ide, informasi dari bacaan tersebut. Kita juga memahami maksud yang ada dalam bacaan tersebut. Dalam proses pembelajaran di kelas juga, reading comprehension ini sangatlah penting. Dengan reading comprehension bukan sekedar untuk menjadi peniru dari apa yang dibaca, namun dalam hal ini siswa dapat mengambil ilmu dan menerapkannya menggunakannya sesuai kreativitas mereka dari apa yang telah mereka baca. Reading comprehension memang terlihat mudah, namun dalam mata pelajaran bahasa Inggris khususnya yang menggunakan teks bahasa
Inggris dalam pembelajarannya, ada 2 kesulitan yang terjadi dalam reading comprehension ini. Pertama, dalam teks bahasa Inggris banyak kosakata yang siswa belum mengerti artinya, sehingga menghambat pemahaman terhadap teks itu sendiri. Siswa pasti mengalami kesulitan mendapatkan ide karena mereka belum mengerti artinya. Kedua, reading comprehension membutuhkan sebuah proses. Siswa dilatih untuk mampu berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga nanti siswa dapat berpikir kritis. Slavin (2005) menyatakan bahwa pembelajaran reading comprehension bukan sekedar membaca namun dalam proses membaca tersebut siswa diharapkan dapat memperoleh pemahaman dari apa yang dibaca kemudian dapat mengembangkannya menurut kreativitas mereka masingmasing. Berdasarkan dari uraian diatas maka fokus dalam penelitian yang dilakukan berkenaan dengan penerapan metode jigsaw untuk meningkatkan reading comprehension pada siswa kelas IV Sekolah Dasar yang memiliki rumusan masalah “Bagaimana meningkatkan proses pembelajaran reading comprehension dengan metode jigsaw di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirkaliki 96/1?” dan “Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran reading comprehension dengan metode jigsaw di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirkaliki 96/1?”. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran tentang peningkatan proses pembelajaran reading comprehension melalui metode jigsaw di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirkaliki 96/1
Mesdy Yanita Sinaga, Charlotte A.H, dan Hj. Etty Rohayati Metode Jigsaw
Bandung dan untuk mengetahui gambaran tentang peningkatan hasil belajar reading comprehension melalui metode jigsaw di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirkaliki 96/1 Bandung. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pasirkaliki 96/1 Bandung. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 15 orang siswa dengan 8 orang siswa perempuan dan 7 orang siswa laki-laki. Alasan dilakukannya penelitian di kelas tersebut dikarenakan metode yang digunakan guru dalam mengajarkan kurang bervariasi dan cenderung monoton sehingga siswa kurang dapat memahami materi pembelajaran khususnya pembelajaran reading comprehension. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model PTK John Elliot. Abidin (2011) menyatakan bahwa penelitian kelas adalah seperangkat proses penelitian yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah, dengan melihat keberhasilan pada proses pembelajaran dan jika hasil yang diharapkan belum memuaskan maka akan dilakukan pengulangan. Aqib (2006) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kegiatan mencermati suatu objek untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dengan tujuan tertentu pada sekelompok siswa dalam waktu yang sama dan dalam bentuk rangkaian siklus kegiatan. Penelitian tindakan kelas ini salah satu cara yang strategis yang dapat digunakan bagi guru untuk memperbaiki pembelajaran yang ada di dalam kelas dan juga dapat
meningkatkan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal ini sejalan dengan pendapat Kunandar (2012 : 41) bahwa “Penelitian Tindakan Kelas atau (PTK) memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.” Penelitian yang dilakukan dapat membantu menyelesaikan atau memecahkan masalah yang terjadi di dalam kelas dan dapat menuyusun stategi untuk memecahkan masalah tersebut untuk mengukur tingkat keberhasilan. Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang digunakan peneliti untuk meningkatkan kualitas dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangkaian siklus. Alasan penulis memilih penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dikarenakan penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah di dalam kelas secara berulang dan terus menerus sehingga tercapainya tujuan atau hasil yang diharapkan. Penulis menganggap penelitian kelas ini sangat cocok digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan. Penelitian tindakan kelas ini ditujukan penulis untuk peningkatan kegiatan dan hasil pembelajaran bahasa Inggris terutama dalam reading comprehension di Sekolah Dasar. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah desain penelitian tindakan kelas model John Elliot. Model ini dipilih karena dalam satu siklus terdiri dari beberapa tindakan. Menurut Aqib (2006) dalam model ini, penelitian dilakukan dalam 3 siklus dan yang tiap siklusnya dilakukan 3 tindakan. Pada pelaksanaannya pembelajaran di tiap
Mesdy Yanita Sinaga, Charlotte A.H, dan Hj. Etty Rohayati Metode Jigsaw
siklus ini memiliki materi dan tema yang berbeda, sedangkan tiap tindakan dari tiap siklus memiliki tingkat kesulitan materi yang berbeda sehingga akan terjadinya peningkatan proses dan hasil belajar. Pada kenyataan di lapangan setiap materi atau tema tidak bisa diselesaikan dengan satu langkah. Oleh karena itu, penulis memilih desain Elliot ini agar setiap siklus dapat dilakukan dengan beberapa tindakan guna mendapatkan hasil yang ingin dicapai. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan bahan perbaikan untuk diterapkan pada siklus yang selanjutnya sampai diperoleh kesimpulan. Sehingga ini dapat dijadikan refleksi bagi penulis dalam menentukan tindakan selanjutnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi guru dan siswa, lembar wawancara, lembar catatan lapangan, lembar evaluasi, dan dokumentasi berupa foto. Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan 4 tahapan dalam setiap siklusnya. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam prosedur penelitian: a. perencanaan. Di dalam perencanaan peneliti membuat alat dan bahan ajar yang akan dilaksanakan pada saat melakukan penelitian. Perencanaan ini berupa RPP. Terdapat 3 RPP dalam setiap siklusnya. b. Pelaksanaan. Di dalam pelaksanaan peneliti melaksanakan kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. c. pengamatan/observasi. Tujuan dari kegiatan observasi ini adalah untuk mengamati setiap kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. d. refreksi. Refleksi yang dilakukan peneliti adalah menulis semua temuan-temuan yang terjadi pada setiap pembelajaran. Temuan dibagi menjadi 2 yaitu temuan positif dan temuan negative. Dalam
temuan positif, peneliti berusaha untuk mempertahankan kondisi ini. Namun jika ternyata yang didapat adalah temuan negative, peneliti berusaha untuk memperbaiki kekurangan dalam pembelajaran tersebut pada pembelajaran selanjutnya. Selanjutnya analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif. Dalam analisis data kuantitatif, hasil analisis didapat dari hasil belajar siswa dan dalam penelitian ini siswa dikatakan berhasil jika sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Dalam teknik analisis data kualitatif diperoleh dari hasil pengumpulan data berupa observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dalam bentuk paparan deskriptif tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Sedangkan data kuantitatif berupa nilai dari soal evaluasi yang dikerjakan siswa pada kegiatan akhir pembelajaran. Berikut adalah perhitungan untuk memperoleh data kuantitatif dari hasil belajar siswa dengan rumus: Js N x100 S max Keterangan: N=Nilai yang diperoleh J = Jumlah skor yang diperoleh siswa Smaks = Skor Maksimal Setelah memperoleh nilai dari setiap siswa, peneliti akan menghitung rata-rata seluruh siswa Penghitungan proses dan hasil belajar siswa didapat dari penjumlahan nilai pada setiap tindakan. Berikut adalah rumus untuk mengetahui rerata nilai dan tingkat keberhasilan pembelajaran yang
Mesdy Yanita Sinaga, Charlotte A.H, dan Hj. Etty Rohayati Metode Jigsaw
diungkapkan oleh Abidin (2011, hlm. 132) : X
xi n
Keterangan : X= Skor rata-rata
xi
= Jumlah skor tes
n = Jumlah partisipan yang mengikuti tes HASIL DAN PEMBAHASAN Pada temuan penelitian didapat data proses dan hasil belajar dalam setiap tindakan pada setiap siklusnya. Dalam setiap proses pembelajaran pada siklus I tindakan 1 ini diperoleh nilai proses dan hasil. Nilai proses didapatkan dari lembar observasi siswa. Sedangkan nilai hasil yang diperoleh dari nilai siswa pada saat mengerjakan lembar evaluasi secara individu.Penilaian proses pembelajaran terdiri dari 4 indikator. Indikator pertama yaitu siswa membaca materi pelajaran. Pada indikator tersebut siswa dikatakan baik jika siswa membaca seluruh materi pelajaran dengan baik. Cukup apabila siswa membaca sebagian materi pelajaran dan siswa dikatakan kurang jika tidak membaca materi pelajaran. Indikator yang kedua yaitu siswa melaksanakan diskusi kelompok. Dalam indikator tersebut siswa dikatakan baik jika seluruh siswa melaksanakan diskusi kelompok dengan baik dan serius. Cukup jika siswa melaksanakan diskusi kelompok dengan kurang serius. Jika dikatakan kurang, siswa tidak melaksanakan diskusi kelompok. Indikator yang ketiga yaitu siswa mempresentasikan hasil kelompok. Dalam indikator ini siswa dikatakan baik jika siswa mempresentasikan hasil
kelompok dengan jelas sehingga dapat dimengerti oleh temannya yang lain. Cukup jika siswa mempresentasikan hanya sebagian dari hasil kelompok dan kurang jika siswa tidak mempresentasikan hasil kelompok. Indikator yang keempat yaitu siswa menanggapi setiap kelompok dan mengajukan pertanyaan. Pada indikator ini, siswa dikatakan baik jika siswa menanggapi dengan baik menyanggah atau memberikan masukan dan mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang tidak dimengerti. Siswa dikatakan cukup jika siswa hanya menanggapi dan tidak mengajukan pertanyaan. Siswa dikatakan kurang jika siswa tidak menanggapi dan mengajukan pertanyaan kepada setiap kelompok. Hasil belajar diukur melalui worksheet yang dikerjakan oleh siswa. Worksheet yang diguanakan berupa worksheet question and answer. Siswa diberikan pertanyaan yang jawabannya merupakan hasl dari materi yang telah dibaca pada saat proses pembelajaran. Pada pelaksanaan siklus I peneliti mengambil tema animals. Pada siklus II legend dan pada siklus III yaitu relationship. Pada siklus I, II, dan III ini terdapat 3 tindakan. Pada tindakan 1,2, dan 3 materi berupa teks bacaan yang diberikan kepada siswa berbedabeda namun tetap mengacu kepada tema. Proses pembelajaran yang berlangsung pada saat setiap tindakan selalu menggunakan metode jigsaw. Dalam metode jigsaw ini peneliti mengambil 4 indikator dalam setiap pembelajarannya. Indikator pertama yaitu siswa membaca materi pelajaran. Pada indikator tersebut siswa dikatakan baik jika siswa membaca seluruh materi pelajaran dengan baik.
Mesdy Yanita Sinaga, Charlotte A.H, dan Hj. Etty Rohayati Metode Jigsaw
Cukup apabila siswa membaca sebagian materi pelajaran dan siswa dikatakan kurang jika tidak membaca materi pelajaran. Indikator yang kedua yaitu siswa melaksanakan diskusi kelompok. Dalam indikator tersebut siswa dikatakan baik jika seluruh siswa melaksanakan diskusi kelompok dengan baik dan serius. Cukup jika siswa melaksanakan diskusi kelompok dengan kurang serius. Jika dikatakan kurang, siswa tidak melaksanakan diskusi kelompok. Indikator yang ketiga yaitu siswa mempresentasikan hasil kelompok. Dalam indikator ini siswa dikatakan baik jika siswa mempresentasikan hasil kelompok dengan jelas sehingga dapat dimengerti oleh temannya yang lain. Cukup jika siswa mempresentasikan hanya sebagian dari hasil kelompok dan kurang jika siswa tidak mempresentasikan hasil kelompok. Indikator yang keempat yaitu siswa menanggapi setiap kelompok dan mengajukan pertanyaan. Pada indikator ini, siswa dikatakan baik jika siswa menanggapi dengan baik menyanggah atau memberikan masukan dan mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang tidak dimengerti. Siswa dikatakan cukup jika siswa hanya menanggapi dan tidak mengajukan pertanyaan. Siswa dikatakan kurang jika siswa tidak menanggapi dan mengajukan pertanyaan kepada setiap kelompok. Berikut rerata nilai proses belajar siswa dengan menggunakan metode jigsaw. Terdapat peningkatan dalam setiap siklusnya.
Tabel 1 Perolehan Nilai Proses Siswa Siklus I, II, dan III Siklus KeSiklus I Siklus II Siklus III
B 26
Jumlah C K 129 25
B 1,73
Rata-rata C K 8,6 1,67
65
130
12
4,33
8,67
0,8
124
56
0
8,26
3,73
0
Berikut rerata nilai hasil belajar siswa dengan menggunakan metode jigsaw pada siklus I, II, dan III.
Grafik Rerata Nilai Hasil Siswa Siklus I, II, dan III
N100 i 90 l 80 a i 70 S 60 55.56 i s 50 w 40 a
94.33 76.89
30 20 10 0
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 2 Grafik Rerata Nilai Hasil Siswa Siklus I, II, dan III
Mesdy Yanita Sinaga, Charlotte A.H, dan Hj. Etty Rohayati Metode Jigsaw
Berdasarkan grafik di atas menggambarkan bahwa dengan menggunakan metode jigsaw, mampu meningkatkan reading comprehension siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai hasil belajar siswa dalam setiap siklusnya. Pada siklus I rerata nilai hasil siswa yaitu 55,56. Pada siklus II rerata nilai hasil siswa yaitu 76,89. Pada siklus III rerata nilai hasil siswa yaitu 94,33. Berdasarkan grafik di atas menggambarkan bahwa terjadi peningkatan nilai hasil siswa dengan menggunakan metode jigsaw dalam pembelajaran reading comprehension siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai hasil belajar siswa dalam setiap siklusnya. Pada siklus I rerata nilai hasil siswa yaitu 55,56 dengan kategori gagal. Rerata ini masih belum mencapai ketuntasan belajar. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada mata pelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri Pasirkaliki 96/1 ini adalah 70. Maka nilai rerata pada siklus I ini belum mencapai KKM. Pada siklus I ini terdapat lebih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dibandingkan dengan yang telah mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus II rerata nilai hasil siswa yaitu 76,89 dengan kategori baik. Rerata nilai hasil pada siklus II ini sudah mencapai KKM yang ditentukan namun masih terdapat siswa yang masih belum mencapai KKM. Pada siklus II ini sudah mulai tampak peningkatan siswa yang mendapat nilai baik dan sangat bak. Peneliti masih memperbaiki pembelajaran agar kemampuan reading comprehension semakin membaik dan meningkat. Pada siklus III rerata nilai hasil siswa yaitu 94,33 dengan kategori sangat
baik. Pada siklus III tindakan 1 hanya terdapat 1 orang siswa yang masih mencapai kriteria nilai dengan kategori cukup. Namun terjadi peningkatan pada tindakan dua dan tindakan tiga semua siswa mendapat nilai dengan kategori sangat baik walaupun dengan berbagai nilai. Rerata nilai yang diperoleh siswa pada siklus III ini mencapai KKM yaitu 70 bahkan melebihi. Jadi melalui metode jigsaw dalam pembelajaran reading comprehension, hasil belajar siswa dapat meningkat. SIMPULAN DAN SARAN Peneliti membuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang tedapat pada penelitian ini. Simpulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran reading comprehension menggunakan metode jigsaw dapat meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan pembelajaran yang berjalan baik setiap siklusnya melalui perbaikan yang dilakukan secara bertahap. Terdapat 4 indikator yang sama dalam setiap pembelajarannya yaitu siswa membaca materi pelajaran, siswa melaksanakan diskusi dalam kelompok, siswa mempresentasikan hasil kelompok, dan siswa menanggapi setiap kelompok dan mengajukan pertanyaan. Rata-rata kegiatan pembelajaran reading comprehension siswa pada siklus I yaitu kategori baik sebesar 1,73, kategori cukup sebesar 8,6, dan kategori kurang sebesar 1,67. Pada siklus II untuk kategori baik sebesar 4,33, kategori cukup sebesar 8,67, dan kategori kurang sebesar 0,8. Pada siklus III untuk kategori baik sebesar 8,26, kategori cukup sebesar 3,73, dan kategori kurang sebesar 0. Berdasarkan
Mesdy Yanita Sinaga, Charlotte A.H, dan Hj. Etty Rohayati Metode Jigsaw
rata-rata tersebut bahwa terlihat bahwa dari siklus I sampai dengan siklus III terjadi peningkatan dalam pembelajaran reading comprehension siswa dengan menggunakan metode jigsaw. 2. Hasil pembelajaran reading comprehension menggunakan metode jigsaw dapat meningkat. Hasil belajar siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Pasirkaliki 96/1 dalam pembelajaran reading comprehension dengan menggunakan metode jigsaw terjadi peningkata pada setiap siklusnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rerata pada setiap siklusnya. Pada siklus I hasil nilai rerata siswa adalah 55,56 dengan kategori gagal. Pada siklus II hasil nilai rerata siswa adalah 76,89 dengan kategori baik. Pada siklus III hasil nilai rerata siswa adalah 94,33 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan hasil pembelajaran reading comprehension di kelas IV SD dengan menggunakan metode jigsaw terjadi peningkatan. Implikasi dan Rekomendasi 1. Implikasi Berikut ini adalah implikasi yang terdapat dalam proses dan hasil penelitian. a. Keterampilan reading comprehension dengan menggunakan metode jigsaw dapat meningkat dan dapat membantu siswa dalam memahami teks bacaan dalam bahasa Inggris. b. Kegiatan belajar kelompok dengan menggunakan metode jigsaw dapat memunculkan ketertarikan siswa pada pembelajaran sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Dengan kegiatan belajar berkelompok juga melatih untuk berani mengeluarkan pendapat,
bersosialisasi dan saling menghargai dengan orang lain. 2. Rekomendasi Berdasarkan temuan-temuan yang menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran reading comprehension dengan menggunakan metode jigsaw, peneliti memberikan rekomendasi kepada pembaca yang akan melanjutkan penelitian dengan menerapkan metode jigsaw dalam mata pelajaran bahasa Inggris khususnya untuk meningkatkan keterampilan reading comprehension di Sekolah Dasar. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Metode jigsaw dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan reading comprehension siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Terutama siswa sangat senang untuk belajar berkelompok dan dapat melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat, bersosialisai dan menghargai orang lain. b. Pada saat pembelajaran bahasa Inggris dengan materi yang menggunakan teks bacaan dalam bahasa Inggris dapat memudahkan pemahaman siswa dengan belajar berkelompok. c. Pada saat menggunakan metode jigsaw dalam pembelajaran reading comprehension sebaiknya waktu yang digunakan dalam penelitian lebih diperbanyak agar dalam kegiatan berdiskusi kelompok waktu yang digunakan bisa lebih lama. d. Pemilihan materi teks bacaan lebih diperhatikan. Tema yang dipilih harus dapat memberikan pesan moral kepada siswa. Agar ketika siswa datang ke sekolah bukan hanya memperkaya ilmu pengetahuan saja
Mesdy Yanita Sinaga, Charlotte A.H, dan Hj. Etty Rohayati Metode Jigsaw
tetapi harus memunculkan karakter yang baik. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus. (2011). Penelitian pendidikan dalam gamitan pendidikan dasar dan paud. Bandung: RIZQI PRESS. Antoni, Nurman. (2010). Exploring EFL teachers’ strategies in teaching reading comprehension. Jurnal Penelitian Pendidikan. 11 (2), 40-41. Aqib,
Zainal. (2006). Penelitian tindakan kelas untuk: guru. Bandung: YRAMA WIDYA. Departemen Pendidikan Nasional.(2004). UndangUndang Nomor 20 : Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3. Jakarta: Depdiknas. Halimah, Lely. (2013). Sikap profesional guru. Bandung : Rizqi Pers. Huda,
M. (2012). Cooperative learning metode, teknik, struktur, dan model terapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Juminingsih, E. (2014). Penerapan strategi cooperative learning tipe jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika tentang sistem bilangan romawi. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Kunandar. (2012). Langkah mudah penelitian tindakan kelas
sebagai pengembangan profesi guru. Jakarta: PT Raja Grafindo. Slavin,
R.E. (2005). Cooperative learning. Bandung : Nusa Media.