Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
COMMON SIZE STATEMENT, PERBANDINGAN, DAN RASIO PROFITABILITAS DALAM MENILAI KINERJA KEUANGAN Nurlita Innayati
[email protected] Khuzaini SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA) SURABAYA ABSTRACT The goal of study is to find out to examine the financial performance of company assessed by common size analysis technique, comparison and profitability ratio by financial report. The study object is telecommunication companies listed in Indonesia Stock Exchange. The study type is descriptive analysis which is describing, taking note, analyzing and interpreting conditions in certain period. The analize result of common size on the balance and loss-profit on the telecommunication companies overall indicates good performance except on PT Mobile-8. This indicated the net profit percentage which is obtained by the company is negative on average which indicates during the 2007-2010 periods on average the company undergoes loss. This caused by the higher expenses are covered by company. The profitability ratio rate on the telecommunication companies also indicates that only PT Mobile-8 which has less good financial performance. This result is the profitability level indicates the negative ratio level whether it is reviewed from the net profit margin, return on asset or as well as return on equity. This condition reflects that the company cannot generate its net profit, in fact it is tent to encounter loss. Keywords: common size, profitability, financial performance, telecommunication companies
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji kinerja keuangan perusahaan dinilai dengan teknik analisi common size, perbandingan dan rasio profitabilitas melalui laporan keuangan. Objek penelitian ini adalah perusahaan telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan jenisnya adalah deskriptif analisis yaitu mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan mengintepretasikan kondisi-kondisi pada periode tertentu. Hasil penelitian melalui common size atas neraca maupun laba rugi pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia seluruhnya menunjukkan kinerja yang baik kecuali pada PT Mobile-8. Kondisi ini ditunjukkan dengan tingkat prosentase laba bersih yang diperoleh perusahaan tersebut rata-rata negatif menunjukkan selama periode 2007-2010 rata-rata perusahaan tersebut mengalami kerugian. Kondisi ini karena beban tinggi yang ditanggung perusahaan. Tingkat rasio profitabilitas pada perusahaan telekomunikasi juga memperlihat hanya PT Mobile-8 yang memiliki kondisi kinerja keuangan kurang bagus. Hasil ini ditunjukkan dengan tingkat profitabilitas perusahaan baik ditinjau melalui net profit margin, return on asset maupun return on equity menunjukkan tingkat rasio yang negative. Kondisi ini mencerminkan perusahaan tidak mampu menghasilkan laba bersihnya selama periode tersebut bahkan cenderung mengalami kerugian. Kata Kunci: common size, profitabilitas, kinerja keuangan, perusahaan telekomunikasi
1
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
2 PENDAHULUAN Dunia usaha sudah semakin berkembang saat ini. Kemunculan berbagai perusahaan baik kecil maupun besar sudah merupakan fenomena yang biasa. Fenomena ini mengakibatkan tingkat persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Persaingan bagi perusahaan dapat berpengaruh positif yaitu dorongan untuk selalu meningkatkan mutu produk yang dihasilkan, akan tetapi persaingan juga menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan, yaitu produk mereka akan tergusur dari pasar apabila perusahaan gagal meningkatkan mutu dan kualitas produk-produk yang dihasilkan. Selain itu penguasaan teknologi dan kemampuan komunikasi juga sangat dibutuhkan untuk terus dapat bertahan dalam dunia bisnis saat ini maupun di masa depan. Dengan semakin ketatnya persaingan di era globalisasi ini, perusahaan dituntut untuk dapat bertahan dan lebih kompetitif dalam bersaing. Untuk mengantisipasi persaingan tersebut, perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja perusahaan demi kelangsungan usahanya. Selain itu, perusahaan juga harus mampu mengatur posisi keuangannya. Di tengah-tengah kondisi yang tidak stabil tersebut khususnya di dalam dunia usaha tidak sedikit pula perusahaan yang mengalami pailit, bahkan gulung tikar. Hanya kondisi perusahaan yang benar-benar sehat yang mampu berproduksi dengan efisien, menggunakan sumber daya dan dana yang efisienserta memiliki pangsa pasar yang memadai yang mampu untuk bertahan dan bersaing serta menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Untuk mengetahui sehat atau tidaknya sebuah perusahaan dapat dilihat melalui kondisi pengelolaan perusahaan serta kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan perhitungan laba rugi dan arus kas. Dengan melakukan analisa terhadap laporan keuangan akan dapat diketahui baik buruknya kinerja keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan sumber-sumber informasi atau media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomi suatu perusahaan. (harahap, 2004:105). Laporan keuangan akan lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksikan apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Hasil dari analisis laporan keuangan akan mampu membantu menginterprestasikan berbagai hubungan kunci dan kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa yang akan mendatang. Salah satu cara untuk memperbandingkan kinerja keuangan yaitu dengan pengambilan sampel pada perusahaan telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, PT Indosat Tbk, PT. XL Axiata Tbk, PT. Mobile-8 Tbk, PT. Bakrie Telecom Tbk. Dimana dalam hal ini perusahaan telekomunikasi mengalami persaingan yang sangat ketat, pemasaran yang besar-besaran dapat mempengaruhi keuangan pada perusahaan. Pada pengambilan sampel tersebut dilakukan karena telah mewakili dari sekian banyak perusahaan-perusahaan telekomunikasi di Indonesia yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam hal ini, penulis tertarik untuk memilih obyek pada lima perusahaan telekomunikasi yang tercatat didasarkan pada alasan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang dinilai dengan menggunakan teknik analisis common size statement, perbandingan dan rasio profitabilitas pada data laporan keuangan selama lima periode yaitu tahun 2006-2010. Teknik analisis laporan keuangan yang disajikan dalam analisis Common size statement, perbandingan dan rasio profitabilitas. Common size statement merupakan teknik untuk melihat struktur keuangan perusahaan dengan cara mengkonversi laporan keuangan kedalam laporan bentuk common size (persentase per komponen) dengan menggunakan denominator persentase. Analisis common size statement dilakukan untuk mengetahui
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
3 persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, stuktur permodalan dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan penjualannya. Sedangkan untuk analisis perbandingan adalah teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih dengan menunjukkan data absolute, kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah, kenaikan atau penurunan dalam jumlah persentase, perbandingan dinyatakan dalam rasio dan persentase total. Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dadlam menggunakan atau memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Misalnya, kita mengukur efektivitas sebuah perusahaan dalam memanfaatkan asetnya. Singkatnya, dengan rasio ini kita bisa mengukur tingkat efisiensi perusaan dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan pendapatan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang dinilai dengan teknik analisis common size, perbandingan dan rasio profitabilitas melalui laporann keuangan pada perusahaan telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
TINJAUAN TEORETIS Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Myer (Munawir, 2002:5) adalah “Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar labarugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba yang ditahan)”. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (Screen) bagi analisis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan Arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu. (Harahap , 2007:105). Untuk tidak salah dalam menggunakan laporan keuangan dalam kegiatan bisnis maupun dalam proses pengambilan keputusan, maka kita harus mengetahui sifat dan keterbatasan laporan keuangan. Menurut SAK (Standar Akuntansi Keuangan ), sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah (Harahap, 2007:17) : 1. Laporan Keuangan bersifat Historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat bukan masa kini, karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satusatunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan nilai (harga) perusahaan saat ini. 2. Laporan Keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan membeli perusahaan. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. 5. Akuntansi hanya malaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material terhadap kelayakan laporan keuangan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
4 6. Laporan Keuangan lebih menekankan pada makna ekonomi suatu peristiwa / transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas ). 7. Laporan Keuangan disusun dengan menggunakan istilah teknis, dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yangt dilaporkan. 8. Adanya pelbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. 9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan. Adanya perbedaan pendapat yang dianut maka penyajian laporan keuangan itu tergantung dari aktivitas usaha dan kepada siapa penyajian laporan keuangan itu diberikan. Tujuan Laporan Keuangan Prinsip Akuntansi Indonesia menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah (Harahap, 2007:132-133) : 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam menaksir potensi perusahaan dalam mengahasilkan laba. 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin inforamasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akutansi yang dianut perusahaan Bentuk-bentuk Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun bentuk-bentuk laporan keuangan utama perusahaan adalah sebagai berikut (Munawir, 2002:13) : 1. Neraca Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets ), utang (liabilities ), dan modal sendiri (owner’s equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Biasanya pada saat buku ditutup yakni akhir bulan, akhir triwulan atau akhir tahun.
Laporan laba-rugi 2. Laporan Laba Rugi Laporan laba-rugi diturunkan dari istilah “ Profit and Loss Statement “, “Earnings Statement“, “ Operations Statement “, atau “ Income Statement “. Laporan laba-rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Unsur-unsur penting dari laporan laba-rugi terdiri dari: a. Penghasilan Utama (sales) b. Harga pokok penjualan atau beban pokok penjualan (cost of goods sold) c. Biaya usaha (operating expenses) d. Penghasilan dan biaya usaha diluar operasi pokok perusahaan (other income and expense)
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
5 e. Pos-pos insidentil (extraordinary items) Analisis Laporan Keuangan Menurut Prastowo (2005:56), analisis laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masingmasing unsur tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Ini berarti para analisis laporan keuangan dituntut mempunyai pengertian yang cukup tentang unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan. Sedangkan menurut Harahap (2007:190), analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Manfaat dan Tujuan Analisa Laporan Keuangan Analisa laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Kegunaan analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut (Harahap, 2007:195-197) : 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit). 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. 5. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya. 6. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal. 7. Memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan datang. Prosedur Analisa Laporan Keuangan Menurut Prastowo (2005:58-59 ), Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh tersebut adalah sebagai berikut : 1. Memahami latar belakang data laporan keuangan perusahaan. Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha yang diterjuni oleh perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan tersebut. 2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan. Kondisi-kondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai trend (kecenderungan) industri dimana perusahaan beroperasi ; perubahan teknologi ; perubahan selera konsumen ; perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan perkapita ; tingkat bunga, tingkat inflasi dan pajak ; dan perubahan yang terjadi didalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci. 3. Mempelajari dan me- review laporan keuangan. Sebelum berbagai teknik analisis laporan keuangan diaplikasikan, perlu dilakukan review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
6 4. Menganalisis laporan keuangan. Setelah mamahami profil perusahaan dan me- review laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan menginterpretasikan hasil analisis tersebut (bila perlu disertai rekomendasi). Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Ada dua metode analisa yang digunakan dalam laporan keuangan (Munawir, 2002:33): 1. Analisa horisontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode horisontal ini di sebut pula sebagai metode analisa dinamis. 2. Analisa vertikal adalah analisa yang meliputi satu periode atau satu saat saja dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja tanpa mengetahui perkembangannya. Analisa vertikal ini di sebut juga sebagai metode analisa statis. Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut (Munawir, 2002:36-37) : 1. Analisa perbandingan laporan keuangan adalah teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukan : a) Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah b) Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah c) Kenaikan atau penurunan dalam persentase d) Perbandingan yang dinyatakan dengan ratio e) Persentase dari total 2. Analisa trend adalah teknik analisa untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangan, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau turun. 3. Analisa persentase perkomponen (common size statement) adalah teknik analisa untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktiva, struktur permodalan dan komposisi biaya yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualan. 4. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja adalah teknik analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunan modal kerja atau sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisa dan sumber penggunaan kas (cash flow statement analysis) adalah teknik analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisa ratio adalah teknik analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis) adalah teknik analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 8. Analisa titik impas (break even point) adalah teknik analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
7 Pihak-pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat, karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan. Para pemakai laporan keuangan beserta kegunaanya dapat dilihat dari penjelasan sebagai berikut (Harahap, 2007 :120-125) : 1. Pemegang Saham 2. Investor 3. Analis Pasar Modal 4. Manager 5. Karyawan dan Serikat Pekerjanya 6. Instansi Pajak 7. Pemberi Dana (Kreditur ) 8. Supplier 9. Pemerintah dan Lembaga Pengatur Resmi 10. Langganan / Lembaga Konsumen 11. Lembaga Swadaya Masyarakat 12. Peneliti / Akademisi / Lembaga Peringkat
Analisis Common size statement Menurut Djarwanto (2004) menyatakan bahwa laporan dengan persentase perkomponen (common size statement) adalah persentase dari masing-masing unsur aktiva terhadap total aktivanya, masing-masing unsur pasiva terhadap total pasivanya, dan masing-masing unsur laba-rugi terhadap jumlah penjualan nettonya. Laporan yang demikian disebut “Common size statement”. Teknik ini menggunakan pola penyederhanaan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan atau bisa juga disebut “ pengawaman” laporan keuangan. Proses ini juga memerlukan angka dasar yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan angka konversi. Tanpa mengabaikan angka lain, biasanya untuk neraca digunakan total aktiva untuk pospos aktiva dan total pasiva (hutang dan modal) untuk pos-pos pasiva sebagai dasar dengan angka 100%. Untuk laporan laba-rugi yang menjadi pos dasar adalah penjualan. Angka penjualan dianggap 100% sehingga komponen pos laba-rugi selain penjualan dikaitkan dengan angka penjualan dan dikonversikan ke angka persentase. Cara menyusun laporan keuangan seperti ini disebut teknik analisis common size statement dan termasuk metode analisis vertikal. (Harahap, 2007:249). Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (common size statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut (Prastowo, 2005:68-69) : 1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar. 2. Struktur modal (komposisi pasiva ), yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri. Penerapan Common size statement Menurut Munawir (2002:59 ), metode untuk merubah jumlah-jumlah rupiah dalam suatu laporan keuangan menjadi persentase-persentase tersebut dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto masing-masing dengan 100%.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
8 2. Hitunglah ratio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan tersebut dengan cara membagi jumlah rupiah dari masing-masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah masing-masing pos laba-rugi dengan total penjualan nettonya, dikalikan 100 % Penilaian Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Analisis Common size statement 1. Penilaian Atas Neraca Menurut Djarwanto (2004:80-81 ), penilaian common size statement atas neraca dapat dilihat dari : a. Menunjukkan persentase dari masing-masing unsur aktiva dari total aktivanya dan persentase dari masing-masing unsur pasiva dari total pasivanya. Dengan membandingkan laporan persentase perkomponen dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya atau industri,akan dapat diketahui bagaimana kedudukan unsur-unsur aktiva dari perusahaan sendiri, apakah terletak diatasnya atau dibawahnya. b. Menunjukkan distribusi dari utang dan modal sendiri (yang merupakan sumber modal yang ditanamkan dalam berbagai bentuk aktiva ). 2. Penilaian atas Laporan Laba-Rugi Analisis terhadap laporan laba-rugi menunjukkan bagian dari nilai penjualan yang telah terserap oleh unsur-unsur laba-rugi pada periode tertentu. Penilaian atas laba-rugi dapat dilihat dari penurunan pada harga pokok penjualan dan biaya usaha seiring dengan peningkatan volume penjualan. Proporsi ini mencerminkan kondisi yang menguntungkan karena perusahaan dapat meningkatkan laba kotornya, telah berhasil dalam menciptakan strategi pemasaran yang lebih efektif dan menguntungkan, perusahaan dapat mengendalikan biaya usaha sehubungan dengan peningkatan volume penjualan dan menghasilkan laba bersih secara proporsional. (Djarwanto, 2004:83-84). Analisis Perbandingan Menurut Munawir (2002:38) neraca menunjukkan aktiva, hutang, dan modal perusahaan pada suatu saat tertentu, demikian neraca yang diperbandingkan menunjukkan aktiva, utang serta modal perusahaan pada dua tanggal atau lebih untuk satu perusahaan, atau pada tanggal tertentu untuk dua perusahaan yang berbeda. Dengan memperbandingkan neraca untuk dua tanggal atau lebih akan dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi. Dalam metode pertandingan tersebut dapat ditunjukkan dalam : 1. Data absolut atau jumlah dalam rupiah 2. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase 3. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio 4. Dinyatakan dalam prosentase total. Sehingga dapat diketahui perubahan–perubahan yang terjadi dan perubahan– perubahan mana yang menjadi penelitian lebih lanjut Analisis Rasio Untuk mendapatkan gambaran kondisi keuangan suatu perusahaan, diperlukan analisis laporan keuangan perusahaan. Menurut Riyanto (2001:327) analisa rasio keuangan merupakan salah satu bentuk teknik dari analisa laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenain posisi dan kondisi keuangan perusahaan dan dapat memnbantu proses pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Kondisi finansial perusahaan dari hasil analisa rasio keuangan berupa sebuah simpulan bahwa perusahaan dalam keadaan baik atau menuju penurunan dan bahkan mengalami kesulitan keuangan. Begitu banyak peranan dan kegunaan dari analisa rasio keuangan terhadap gambaran
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
9 kondisi keuangan perusahaan sehingga menuntut ketepatan dan kecermatan dalam menganalisa laporan keuangan. Jenis-jenis Analisa Rasio Keuangan Berdasarkan teknik analisa rasio keuangan, Riyanto (2001:330) mengklasifikasikan jenisjenis rasio keuangan ada empat yaitu : 1. Rasio likuiditas 2. Rasio pengukur solvabilitas (leverage), 3. Rasio pengukur rentabilitas / profitabilitas, 4. Rasio pengukur aktivitas. Dari teknik-teknik tersebut ada beberapa cara yang digunakan dalam menganalisa keadaan keuangan perusahaan, tetapi dalam hal ini penulis hanya menggunakan rasio profitabilitas saja. Menurut Munawir (2004:33), rasio profitabilitas ialah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Pada rasio ini penulis menggunakan tiga jenis acuan : 1. Return on assets (ROA):rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dari pengguna aktiva perusahaan. Rasio ini membandingan antara laba setelah pajak dengan jumlah total aktiva. 2. Return on equity (ROE):rasio yang digunakan iuntuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dari pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. Rasio ini membandingkan antara laba setelah pajak dengan jumlah total modal sendiri. 3. Net profit margin (NPM):rasio yang membandingakan antara jumlah laba setelah pajak dengan angka penjualan Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja dapat dilihat dari segi kualitatif dan kuantitatif yaitu (Mulyadi, 2001:428) : 1. Segi kualitatif adalah suatu kinerja perusahaan yang tidak dapat dikukur seperti keunggulan produk di pasar, pemanfaat sumber daya manusia, kekompakan tim, kepatuhan perusahaan terhadap peraturan masyarakat. 2. Segi kuantitatif adalah kinerja keuangan perusahaan yang dapat diukur dengan menggunakan suatu analisis tertentu (dalam hal ini analisis laporan keuangan) seperti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi Jenis penelitian yang akan diajukan adalah studi kasus yaitu penelitian yang langsung dilakukan terhadap data laporan keuangan mengenai neraca dan laporan laba-rugi pada lima perusahaan telekomunikasi yang go public (Sugiyono, 2007:139). Obyek penelitian ini adalah perusahaan telekomunikasi yang listed di bursa efek indonesia, yakni PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk, PT. Indosat, Tbk, PT. Xl Axiata, Tbk, PT. Mobile-8, Tbk, PT. Bakrie Telecom, Tbk. Dan populasi penelitian adalah laporan keuangan periode yaitu 2007-2010.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
10 Variabel Dan Definisi Operasional Variabel 1. Analisis common size statement, yaitu teknik analisa untuk melihat struktur keuangan perusahaan dengan cara mengkonversi laporan keuangan kedalam laporan bentuk common size (presentase per komponen) dengan menggunakan denominator persentase. Adapun cara pengukurannya adalah : a. Neraca : 1) Total aktiva digunakan sebagai dasar (Penyebut) dengan angka 100%, sehingga untuk pos-pos aktiva dipresentasikan keangka total aktiva. 2) Total pasiva digunakan sebagai dasar (Penyebut) dengan angka 100%, sehingga untuk pos-pos pasiva keangka total pasiva. b. Laporan Laba-Rugi Penjualan digunakan sebagai pos dasar (Penyebut) dengan angka 100%, sehingga komponen pos laba-rugi selain penjualan dikonversikan keangka persentase dari penjualan. 2. Analisis Perbandingan Adalah teknik analisa yang membandingkan setiap pos yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk neraca dan laba rugi selama dua periode rau lebih. Untuk mengetahui perubahan pada setiap masing-masing pos dengan menunjukkan: a. Data absolut atau jumlah dalam rupiah b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah c. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah presentase d. Perbandingan yang dinyatakan dalam bentuk rasio 3. Variabel Perhitungan Rasio Profitabilitas a. ROA (Return on Asset ), yaitu rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan jumlah total aktiva. b. ROE (Return on Equity ), yaitu rasio perbandingan antara laba setelah pajakdengan jumlah total modal sendiri. c. NPM (Net Profit Margin) yaitu rasio yang membandingkan antara jum;ah laba setelah pajak dengan penjualan. 4. Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja keuangan yaitu catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari analisis laporan keuangan dengan menggunakan tolok ukur analisis common size statement dan perbandingan selama kurun waktu tertentu didukung dengan membandingkan analisis rasio dengan perusahaan sejenis. Teknik Analisa Data 1. Analisis Common Size Statement Menyajikan laporan keuangan dalam presentase dengan perhitungan (Munawir, 2002;59) sebagai berikut: 1) Neraca Pos - pos Aktiva x 100% Total Aktiva Pos pos Pasiva x100% Prosentase Terhadap Total Pasiva = Total Pasiva
Prosentase Terhadap Total Aktiva =
2) Laporan Laba-Rugi Prosentase Terhadap Total Penjualan= Pos - pos Laba Rugi x100% Penjualan Bersih
2. Analisis Perbandingan Yaitu teknik analisis yang menyajikan laporan keuangan perusahaan dalam bentuk: a. Data absolute atau jumlah-jumlah dalam rupiah b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah = TP – TD
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
11 c. Kenaikan atau penurunan prosentase Keterangan : TP = Tahun periode setiap pos laporan keuangan TD = Tahun dasar ( tahun sebelumnya yang digunakan sebagai pembanding) setiap pos laporan keuangan. 3. Variabel Perhitungan Rasio profitabilitas a. Net Profit Margin Merupakan rasio yang mengukur laba bersih dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran termasuk bunga dan pajak. Adapun perhitungan net profit margin (Munawir, 2004;33) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus Laba Bersih Net Profit Margin = x 100% Penjualan b. ROA ( Return on Asset ), yaitu rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan jumlah total aktiva. Return on Asset dapat diukur dengan perhitungan (Munawir, 2004;33) sebagai berikut: Return On Asset (ROA) = Laba bersih x 100% Total Aktiva
c. ROE ( Return on Equity ), yaitu rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan jumlah total modal sendiri Return on Equity dapat diukur dengan perhitungan (Munawir, 2004;33) sebagai berikut: Laba Bersih Return On Equity (ROE) = x 100% Modal Saham HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Common Size Statement Atas Neraca 1. Aktiva lancar Tabel 1 Prosentase Aktiva Lancar Dibanding Dengan Total Aktiva Tahun 2007-2010
Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
ISAT 23,83% 18,75% 12,97% 11,66% 16,80%
XL 8,93% 11,27% 7,43% 8,18% 8,95%
Perusahaan Telkom Bakrie 19,47% 19,52% 16,02% 15,41% 16,59% 27,01% 18,78% 11,63% 17,72% 18,39%
Mobile-8 32,51% 14,87% 9,27% 9,96% 16,65%
Sumber: Data Diolah
a. PT Indonesia Satelindo, Tbk Prosentase perbandingan antara aktiva lancar dengan total aktiva selama tahun tahun 2007-2010 cenderung turun dari 23,83% pada tahun 2007 menjadi 11,66% pada tahun 2010. Hal ini mengindikasikan modal kerja yang dimiliki perusahaan dibanding dengan kekayaan yang dimiliki semakin turun b. PT XL Axiata Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara aktiva lancar dengan total aktiva PT XL Axiata Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung sedikit turun dari 8,93% pada tahun 2007 menjadi 8,18% pada tahun 2010.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
12 c. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara aktiva lancar dengan total aktiva PT Telekomunikasi Indonesia Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung turun dari 19,47% pada tahun 2007 menjadi 18,78% pada tahun 2010. d. PT Bakrie Telecom Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara aktiva lancar dengan total aktiva PT Bakrie Telecom Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung turun dari 19,52% pada tahun 2007 menjadi 11,63% pada tahun 2010 e. PT Mobile-8 Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara aktiva lancar dengan total aktiva PT Mobile-8 Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat cenderung turun tajam dari 32,51% pada tahun 2007 menjadi 9,96% pada tahun 2010. 2. Aktiva Tidak Lancar Tabel 2 Prosentase Aktiva Tidak Lancar Dibanding Dengan Total Aktiva Tahun 2007-2010
Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
ISAT 76,17% 81,25% 87,03% 88,34% 83,20%
XL 91,07% 88,73% 92,57% 91,82% 91,05%
Perusahaan Telkom Bakrie 80,53% 80,48% 83,98% 84,59% 83,41% 72,99% 81,22% 88,37% 82,28% 81,61%
Mobile-8 67,49% 85,13% 90,73% 90,04% 83,35%
Sumber: Data Diolah
Untuk lebih jelasnya kinerja perusahaan berdasarkan prosentase aktiva tidak lancar dibanding dengan total aktiva masing-masing perusahaan telekomunikasi selama tahun 2007-2010 dapat diuraikan sebagai berikut: a. PT Indonesia Satelindo, Tbk Prosentase perbandingan antara aktiva tidak lancar dengan total aktiva selama tahun tahun 2007-2010 cenderung naik dari 76,17% pada tahun 2007 menjadi 88,34% pada tahun 2010. Hal ini mengindikasikan perusahaan dapat meningkatkan kekayaan tidak lamcar yang dimilikinya untuk digunakan dalam kegiatan operasinya. b. PT XL Axiata Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara aktiva tidak lancar dengan total aktiva PT XL Axiata Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung sedikit naik dari 91,07% pada tahun 2007 menjadi 91,82% pada tahun 2010. c. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara aktiva tidak lancar dengan total aktiva PT Telekomunikasi Indonesia Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung sedikit meningkat dari 80,53% pada tahun 2007 menjadi 81,22% pada tahun 2010 d. PT Bakrie Telecom Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara aktiva tidak lancar dengan total aktiva PT Bakrie Telecom Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung naik dari 80,48% pada tahun 2007 menjadi 88,37% pada tahun 2010 e. PT Mobile-8 Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara aktiva tidak lancar dengan total aktiva PT Mobile-8 Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat cenderung naik tajam dari 67,49% pada tahun 2007 menjadi 90,04% pada tahun 2010.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
13 3. Total Hutang Tabel 3 Prosentase Total Hutang Dibanding Dengan Total Pasiva Tahun 2007-2010
Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
ISAT 63,48% 65,76% 66,77% 65,44% 65,36%
XL 76,25% 84,83% 62,38% 57,01% 70,12%
Perusahaan Telkom Bakrie 47,53% 59,80% 51,79% 55,92% 48,83% 40,52% 43,46% 57,95% 47,90% 53,54%
Mobile-8 60,41% 84,73% 83,34% 102,66% 82,78%
Sumber: Data Diolah
Untuk lebih jelasnya kinerja perusahaan berdasarkan prosentase total hutang dibanding dengan total pasiva masing-masing perusahaan telekomunikasi selama tahun 2007-2010 dapat diuraikan sebagai berikut : a. PT Indonesia Satelindo, Tbk Prosentase perbandingan antara total hutang dengan total pasiva selama tahun tahun 2007-2010 cenderung naik dari 63,48% pada tahun 2007 menjadi 65,44% pada tahun 2010. Hal ini mengindikasikan beban yang ditanggung oleh perusahaan semakin meningkat. b. PT XL Axiata Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara total hutang dengan total pasiva PT XL Axiata Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung turun dari 76,25% pada tahun 2007 menjadi 57,01% pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan beban yang ditanggung oleh perusahaan semakin turun. c. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara total hutang dengan total pasiva PT Telekomunikasi Indonesia Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung sedikit turun dari 47,53% pada tahun 2007 menjadi 43,53% pada tahun 2010. Kondisi menunjukkan beban yang ditanggung perusahaan atas seluruh hutangnya semakin turun turun. d. PT Bakrie Telecom Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara total hutang dengan total pasiva PT Bakrie Telecom Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung sedikit turun dari 59,80% pada tahun 2007 menjadi 57,95% pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan beban yang ditanggung oleh perusahaan semakin ringan. e. PT Mobile-8 Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara total hutang dengan total pasiva PT Mobile-8 Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat cenderung naik tajam dari 60,41% pada tahun 2007 menjadi 102,66% pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan kinerja perusahaan sangat jelek karena beban yang ditanggung oleh perusahaan sangat tinggi. 4. Ekuitas Tabel 4 Prosentase Ekuitas Dibanding Dengan Total Pasiva Tahun 2007-2010 Perusahaan Tahun ISAT XL Telkom Bakrie Mobile-8 2007 36,52% 23,75% 41,13% 40,20% 39,59% 2008 34,24% 15,17% 37,60% 44,08% 15,27% 2009 33,23% 37,62% 39,97% 59,48% 16,66% 2010 34,56% 42,99% 44,52% 42,05% -2,66% Rata-rata 34,64% 29,88% 40,80% 46,46% 17,22% Sumber : Data Diolah
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
14 Untuk lebih jelasnya kinerja perusahaan berdasarkan prosentase ekuitas dibanding dengan total pasiva masing-masing perusahaan telekomunikasi selama tahun 2007-2010 dapat diuraikan sebagai berikut: a. PT Indonesia Satelindo, Tbk Prosentase perbandingan antara ekuitas dengan total pasiva selama tahun tahun 20072010 cenderung turun dari 36,52% pada tahun 2007 menjadi 34,56% pada tahun 2010. Hal ini mengindikasikan perbandingan antara modal yang dimiliki oleh perusahaan dengan total pasivanya semakin turun. b. PT XL Axiata Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara ekuitas dengan total pasiva PT XL Axiata Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung naik dari 23,75% pada tahun 2007 menjadi 42,99% pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan perbandingan nilai ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan dengan total pasivanya semakin besar. c. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara total ekuitas dengan total pasiva PT Telekomunikasi Indonesia Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung sedikit meningkat dari 41,13% pada tahun 2007 menjadi 44,52% pada tahun 2010. Kondisi menunjukkan perusahaan dapat meningkatkan nilai perbandingan ekuitasnya dengan total pasivanya. d. PT Bakrie Telecom Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara total ekuitas dengan total pasiva PT Bakrie Telecom Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung sedikit naik dari 40,20% pada tahun 2007 menjadi 42,05% pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan semakin meningkat . e. PT Mobile-8 Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara total ekuitas dengan total pasiva PT Mobile-8 Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat cenderung turun tajam dari 39,59% pada tahun 2007 menjadi -2,66% pada tahun 2010. Analisis Common Size Statement Atas Laporan Laba Rugi 1. Beban Usaha Tabel 5 Prosentase Beban Usaha Dengan Penjualan bersih Tahun 2007-2010
Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
ISAT 72,59% 74,63% 82,53% 82,45% 78,05%
XL 72,76% 85,47% 82,02% 70,42% 77,67%
Perusahaan Telkom Bakrie 55,46% 75,32% 63,24% 82,81% 65,01% 89,48% 67,23% 93,10% 62,74% 85,18%
Mobile-8 81,02% 155,07% 233,90% 330,37% 200,09%
Sumber:Data Diolah
a. PT Indonesia Satelindo, Tbk Prosentase perbandingan antara beban usaha dengan penjualan bersih selama tahun tahun 2007-2010 cenderung meningkat dari 72,59% pada tahun 2007 menjadi 82,45% pada tahun 2010. Hal ini mengindikasikan perusahaan tidak dapat menekan beban usaha sehingga akan mengurangi laba bersih yang dihasilkan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
15 b. PT XL Axiata Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara beban usaha dengan pendapatan usaha PT XL Axiata Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung sedikit turun dari 72,76% pada tahun 2007 menjadi 70,42% pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan perusahaan dapat menekan beban usahanya untuk meningkatkan laba bersih yang diharapkan. c. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara beban usaha dengan pendapatan usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung naik dari 55,46% pada tahun 2007 menjadi 67,23% pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan perusahaan tidak dapat menekan beban usaha yang ditimbulkan sehingga akan mengurangi laba bersih yang diharapkan d. PT Bakrie Telecom Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara beban usaha dengan pendapatan PT Bakrie Telecom Tbk selama tahun 2007-2010 cenderung naik dari 75,32% pada tahun 2007 menjadi 93,10% pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan perusahaan belum mampu menekan beban usahanya sehingga akan mengurangi laba bersih yang diharapkan e. PT Mobile-8 Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara beban usaha dengan pendapatan PT Mobile-8 Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat cenderung naik tajam dari 81,02%% pada tahun 2007 menjadi 330,37% pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan kinerja perusahaan yang sangat jelek karena perusahaan tidak mampu menekan biaya usaha hingga melebihi pendapatan usahanya. 2. Laba Bersih Tabel 6 Prosentase Laba Bersih Dengan Penjualan bersih Tahun 2007-2010
Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
ISAT 12,38% 10,07% 8,15% 3,27% 8,47%
XL 3,88% -0,13% 12,47% 16,56% 8,20%
Perusahaan Telkom Bakrie 21,63% 11,18% 17,50% 6,21% 17,54% 3,59% 16,81% 0,36% 18,37% 5,34%
Mobile-8 5,70% -146,05% -143,50% -372,19% -164,01%
Sumber:Data Diolah
a. PT Indonesia Satelindo, Tbk Prosentase perbandingan antara laba bersih dengan penjualan bersih selama tahun tahun 2007-2010 cenderung turun dari 12,38% pada tahun 2007 menjadi 3,27% pada tahun 2010. Hal ini mengindikasikan perusahaan tidak dapat menekan biaya-biaya yang ditimbulkan selama operasinya sehingga laba bersih yang dihasilkan akan turun b. PT XL Axiata Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara laba bersih dengan pendapatan usaha PT XL Axiata Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat meningkat dari 3,88% pada tahun 2007 menjadi 16,56% pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan perusahaan dapat menekan biaya-biaya
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
16 yang ditimbulkan selama operasinya sehingga laba bersih yang diharapkan dapat ditingkatkan. c. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara laba bersih dengan pendapatan usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat berfluktuatif dan cenderung turun dari 21,63% pada tahun 2007 menjadi 16,81% pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan perusahaan tidak mampu menekan biaya-biaya yang ditimbulkan selama operasi sehingga laba bersih yang diharapkan menjadi turun d. PT Bakrie Telecom Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara laba bersih dengan pendapatan usaha PT Bakrie Telecom Tbk selama tahun 2007-2010 cenderung turun tajam dari 11,18% pada tahun 2007 menjadi 0,36% pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan perusahaan belum mampu menekan biaya-biaya yang ditimbulkan selama melakukan kegiatan usahanya sehingga laba bersih yang diharapkan menjadi turun e. PT Mobile-8 Tbk Tingkat prosentase perbandingan antara laba bersih dengan pendapatan PT Mobile-8 Tbk selama tahun 2007-2010 terlihat cenderung turun tajam dari 5,70% pada tahun 2007 menjadi -372,19% pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan kinerja perusahaan yang sangat jelek karena perusahaan tidak mampu menekan biaya usaha laba bersih perusahaan turun bahkan mengalami kerugian. Analisis Rasio Profitabilitas 1. Net Profit Margin Merupakan rasio yang mengukur laba bersih dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran termasuk bunga dan pajak. Tabel 7 Perhitungan Net Profit Margin Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010
Sumber : Data diolah
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
17 2. Return On Asset Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dari total investasi. Rasio yang rendah disebabkan karena laba bersih atas penjualan dan perpuratan total aktiva yang rendah Tabel 8 Perhitungan Return On Asset Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010
Sumber : Data diolah
3. Return On Equity Merupakan rasio yang memperlihatkan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri (Net Worth) secara efektif mengukur tingkat keuntungan dan investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Tabel 9 Perhitungan Return On Equity Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010
Sumber : Data diolah
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
18 Analisis Perbandingan antara Common Size dengan Tingkat Profitabilitas Analisis perbandingan antara common size dan tingkat profitabilitas digunakan untuk mengambarkan kinerja keuangan yang lebih jelas, serta akurat dari masing-masing perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Tbk selama tahun 20072010. Tabel 10 Perbandingan Common Size dan Tingkat Profitabilitas Perusahaan Telekomunikasi Tahun 2007-2010
Sumber : Data diolah
Dari tabel diatas terlihat baik melalui analisis common size maupun dengan tingkat profitabilitas perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa efek Indonesia selama tahun 2007-2010, terlihat semua perusahaan telekomunikasi tersebut menunjukkan kinerja yang baik, kecuali pada perusahaan PT Mobile 8 Tbk yang menunjukkan kinerja yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat common size perusahaan PT Mobile 8 Tbk terlihat prosentase total hutang dengan total pasivanya memiliki rasio tertinggi yaitu sebesar 82,78% dibandingkan dengan perusahaan perusahaan yang lain. Kondisi ini menunjukkan beban hutang yang ditanggung oleh perusahaan tersebut lebih berat dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi yang lain. Disamping itu rasio beban usaha dengan penjualan juga sangat tinggi yaitu sebesar 200,09% menunjukkan perusahaan tidak dapat menekan beban usahanya sehingga laba bersih perusahaan terlihat sangat rendah bahkan cenderung mengalami kerugian. Hal ini terlihat dari tingkat rata-rata rasio laba bersih dengan penjualan selama tahun 2007-2010 sebesar -24,73%. Dilihat dari tingkat profitabilitasnya baik dari tingkat net profit margin, return on asset maupun return on equity selama tahun 2007-2010 perusahaan PT Mobile 8 rata-rata menunjukkan tingkat rasio yang negative. Kondisi ini mencerminkan perusahaan tidak mampu menghasilkan laba bersihnya selama periode tersebut bahkan cenderung mengalami kerugian. Sedangkan perusahaan telekomunikasi yang memiliki kinerja keuangan paling baik selama tahun 2007-2010 adalah PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Hasil ini ditunjukkan dari analisis common size perusahaan terlihat sangat baik dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi yang lainnya. Tingkat prosentase total hutang dengan total pasiva perusahaan memiliki rata-rata sebesar 47,90% merupakan rasio terendah dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Kondisi memperlihatkan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk memiliki beban yang paling rendah. Disamping itu juga rata-rata rasio beban usaha dengan tingkat penjualan yang dimiliki perusahaan terlihat paling rendah sebesar 62,74% dibanding dengan perusahaan telekomunikasi lainnya sehingga perusahaan dapat memaksimumkan laba bersihnya hingga mencapai rata-rata sebesar 18,37% lebih tinggi dibandingkan dengan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
19 perusahaan lainnya. Kondisi ini juga ditunjang dari tingkat rata-rata profitabilitas perusahaan baik tingkat net profit margin, return on asset maupun return on equity perusahaan rata-rata jauh diatas perusahaan telekomunikasi yang lain. Hal ini mencerminkan kemampuan perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dalam menghasilkan laba bersihnya lebih baik dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi yang lainnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bertujuan menilai kinerja melalui comoon size serta tingkat profitabilitas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2010 dengan sampel yang digunakan sebanyak 5 perusahaan yang dijadikan sampel yaitu PT Indonesia Satelindo, Tbk, PT XL Axiata, Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT Bakrie Telecom, Tbk serta PT Mobile-8, Tbk. 2. Berdasarkan hasil analisis melalui common size atas neraca pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2010 seluruhnya menunjukkan kinerja yang baik kecuali pada PT Mobile-8. Kondisi ini ditunjukkan dengan tingkat prosentase hutang perusahaan tersebut terlalu tinggi mencerminkan beban yang ditanggung terlalu berat. Hasil ini juga menunjukkan hampir seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut berasal dari hutang. 3. Berdasarkan hasil analisis melalui common size atas laporan laba rugi pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2010 seluruhnya menunjukkan kinerja yang baik kecuali pada PT Mobile-8. Kondisi ini menunjukkan selama periode 2007-2010 rata-rata mengalami kerugian. Kondisi ini dikarenakan beban yang ditanggung oleh perusahaan tersebut sangat tinggi. 4. Berdasarkan hasil analisis melalui rasio profitabilitas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2010 juga memperlihat bahwa hanya pada PT Mobile-8 yang memiliki kondisi kinerja keuangan kurang bagus. Hasil ini ditunjukkan dengan tingkat profitabilitas perusahaan baik ditinjau melalui net profit margin, return on asset maupun return on equity menunjukkan tingkat rasio yang negative. Kondisi ini mencerminkan perusahaan tidak mampu menghasilkan laba bersihnya selama periode tersebut bahkan cenderung mengalami kerugian Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut: 1. Dalam usaha meningkatkan kinerja perusahaan, usaha yang sebaiknya dilakukan adalah dengan meningkatkan nilai rasio yaitu dengan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan cara meningkatkan penjualan, menurunkan biaya administrasi dan penjualan, biaya operasi, serta biaya lainnya. 2. Hendaknya manajemen PT Mobile-8, Tbk memperhatikan tingkat leverage perusahaan, dengan mengoptimalkan penggunaan dana yang diperoleh dari hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk operasi perusahaan sehingga beban yang ditanggung perusahaan tidak terlalu berat. 3. Hendaknya perusahaan memanfaatkan modal yang ada dengan melakukan investasi yang menguntungkan misalnya pengembangan produk guna meningkatkan penjualan. 4. Dalam usaha meningkatkan kinerja perusahaan, usaha yang sebaiknya dilakukan adalah dengan meningkatkan nilai rasio yaitu dengan mengendalikan faktor-faktor yang
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
20 mempengaruhinya dengan cara meningkatkan penjualan, menurunkan biaya administrasi dan penjualan, biaya operasi, serta biaya lainnya. 5. Dalam pemanfaatan modal pembiayaan, hendaknya perusahaan kombinasi pembiayaan baik modal asing maupun modal sendiri. DAFTAR PUSTAKA Djarwanto. 2004. Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan. Edisi ke-2. BPFE. Yogyakarta. Harahap, S.S. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keungan. Edisi ke-1. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen:Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi ke-3. Salemba Empat. Jakarta. Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi ke-4. Liberty. Yogyakarta. __________. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta. Prastowo, D. 2005. Analisis Laporan Keuangan:Konsep dan Aplikasi. Edisi ke-2. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Cetakan 7. BEP. Yogyakarta Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Revisi Terbaru. Alfabeta. Bandung.